bab i pendahuluanetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82493/potongan/s1-2015-319151...sumber: perda...

14
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa tahun belakangan ini, permasalahan transportasi tengah ramai menjadi perbincangan di Indonesia. Tak hanya di Indonesia, beberapa negara lain pun kini tengah ramai membenahi sistem transportasi mereka guna melawan beberapa permasalahan sosial yang terjadi di negara-negara tersebut. Termasuk salah satu di antaranya adalah Amerika. Salah satu koridor yang bernama Rosslyn-Ballston di Kota Arlington, Amerika Serikat adalah salah satu contoh keberhasilan perencanaan area transit di Amerika. Tiga puluh tahun lalu sebelum adanya area transit, koridor ini merupakan koridor yang tidak berprospek dan memiliki densitas komersial yang rendah. Berlandaskan keinginan untuk mengubah kawasan untuk menjadi kawasan yang lebih berprospek dengan penambahan pilihan dalam housing dan juga moda transportasi, maka pemerintah lokal Kota Arlington melakukan perencanaan Transit-Oriented Development yang fokus pada 5 stasiun di dalam Kota Arlington. Keberhasilan perencanaan ini dapat dilihat dari meningkatnya nilai lahan di sekitar stasiun yang meningkat 81% dalam sepuluh tahun terakhir. Perencanaan TOD di Kota Arlington juga meningkatkan kualitas lalu lintas yang juga memicu peningkatan kualitas hidup di Kota Arlington. Melihat keberhasilan beberapa kota di beberapa negara yang mampu mengatasi beragam permasalahan baik itu transportasi, sosial-ekonomi, dan lingkungan dari perencanaan transportasi, maka hal tersebut mendorong Indonesia juga mulai berbenah melalui bidang transportasi. Melihat keberhasilan perencanaan transportasi terlebih Transit-Oriented Development di negara lain memicu adanya cita-cita perwujudan transportasi berkelanjutan di Indonesia. Berbicara mengenai transportasi berkelanjutan yang ingin dicapai oleh Indonesia, tampaknya Indonesia masih harus bekerja keras untuk menyelesaikan permasalahan transportasi yang telah lama menjadi pekerjaan rumah pemerintah dan dinas terkait. Perencanaan Transit-Oriented Development (TOD) di Jakarta Pusat DELIANI P SIREGAR Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Upload: dokiet

Post on 15-Jun-2019

237 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Beberapa tahun belakangan ini, permasalahan transportasi tengah ramai

menjadi perbincangan di Indonesia. Tak hanya di Indonesia, beberapa negara lain

pun kini tengah ramai membenahi sistem transportasi mereka guna melawan

beberapa permasalahan sosial yang terjadi di negara-negara tersebut. Termasuk

salah satu di antaranya adalah Amerika. Salah satu koridor yang bernama

Rosslyn-Ballston di Kota Arlington, Amerika Serikat adalah salah satu contoh

keberhasilan perencanaan area transit di Amerika. Tiga puluh tahun lalu sebelum

adanya area transit, koridor ini merupakan koridor yang tidak berprospek dan

memiliki densitas komersial yang rendah. Berlandaskan keinginan untuk

mengubah kawasan untuk menjadi kawasan yang lebih berprospek dengan

penambahan pilihan dalam housing dan juga moda transportasi, maka pemerintah

lokal Kota Arlington melakukan perencanaan Transit-Oriented Development yang

fokus pada 5 stasiun di dalam Kota Arlington. Keberhasilan perencanaan ini dapat

dilihat dari meningkatnya nilai lahan di sekitar stasiun yang meningkat 81%

dalam sepuluh tahun terakhir. Perencanaan TOD di Kota Arlington juga

meningkatkan kualitas lalu lintas yang juga memicu peningkatan kualitas hidup di

Kota Arlington.

Melihat keberhasilan beberapa kota di beberapa negara yang mampu

mengatasi beragam permasalahan baik itu transportasi, sosial-ekonomi, dan

lingkungan dari perencanaan transportasi, maka hal tersebut mendorong Indonesia

juga mulai berbenah melalui bidang transportasi. Melihat keberhasilan

perencanaan transportasi terlebih Transit-Oriented Development di negara lain

memicu adanya cita-cita perwujudan transportasi berkelanjutan di Indonesia.

Berbicara mengenai transportasi berkelanjutan yang ingin dicapai oleh Indonesia,

tampaknya Indonesia masih harus bekerja keras untuk menyelesaikan

permasalahan transportasi yang telah lama menjadi pekerjaan rumah pemerintah

dan dinas terkait.

Perencanaan Transit-Oriented Development (TOD) di Jakarta PusatDELIANI P SIREGARUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

2

Beberapa permasalahan transportasi yang masih harus dihadapi oleh

Indonesia adalah permasalahan terkait dengan penggunaan kendaraan pribadi,

kualitas dan kuantitas kendaraan publik, kemacetan, penurunan kualitas

lingkungan akibat tingginya angka polusi, penurunan kualitas kesehatan

masyarakat perkotaan, dan sampai dengan isu pemanasan global. Beberapa

permasalahan tersebut pun sebenarnya telah menjadi pembahasan sejak beberapa

tahun lalu di kota-kota besar di Indonesia. Seperti halnya Jakarta yang diketahui

luas memerankan peran penting sebagai pusat pemerintahan sekaligus ekonomi

di Indonesia, permasalahan transportasi di Jakarta pun perlu menjadi perhatian

yang lebih serius.

Berdasarkan data Dinas Perhubungan DKI Jakarta tahun 2009, jumlah

kendaraan di Jakarta mencapai 5,7 juta unit dengan total perjalanan per hari

mencapai 20,7 juta perjalanan. Dari total kendaraan tersebut diketahui bahwa

sebesar 5,6 juta unit berupa kendaraan pribadi dan 879.876 unit berupa angkutan

umum. Angka-angka tersebut semakin menguatkan fakta di lapangan terkait

dengan kian parahnya persoalan kemacetan dan permasalahan transportasi lain di

Jakarta.

Mengetahui keadaan yang demikian, beberapa terobosan dicoba untuk

diaplikasikan seperti pengadaan Transjakarta (Bus Rapid Transit) sejak 2004 dan

Jakarta Eco Transport (JET) Monorel yang diperkirakan akan dapat beroperasi

pada 2016 mendatang. Meskipun telah satu dekade Transjakarta beroperasi,

masalah kemacetan masih juga menjadi pekerjaan rumah bagi pemangku

kepentingan terkait. Pembangunan proyek MRT (Mass Rapid Transit) yang saat

ini berlangsung di beberapa titik justru menimbulkan kemacetan baru dan masih

dipertanyakan tingkat keberhasilannya. Terkait dengan hal tersebut, maka dapat

dikatakan bahwa perlu terobosan yang lain lagi untuk menyelesaikan

permasalahan tersebut.

Penerapan sistem TOD (Transit-Oriented Development) adalah salah satu

upaya yang seharusnya dapat diaplikasikan segera di Jakarta. Dengan menerapkan

prinsip-prinsip TOD dan perencanaan area TOD yang tepat dan dapat

berjalan bersamaan dengan operasional transportasi publik yang semakin baik

Perencanaan Transit-Oriented Development (TOD) di Jakarta PusatDELIANI P SIREGARUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

3

diprediksi akan dapat menyelesaikan permasalahan transportasi di Jakarta.

Perencanaan Transit-Oriented Development tentu akan memberikan keuntungan

dalam berbagai hal seperti penyediaan perumahan yang terjangkau, pengurangan

angka kemacetan, mengatasi atau mengurangi masalah sub-urban sprawl,

mengurangi konsumsi minyak bumi yang akan berdampak pada peningkatan

kualitas hidup dan mencegah pemanasan global, dan juga penghematan dalam

manajemen infrastruktur. Dengan keuntungan yang demikian ini, maka dapat

dipastikan bahwa perencanaan TOD akan menjadi solusi bagi permasalahan

kompleks Jakarta.

Gambar 1. Peta Lokasi Rencana TOD DKI Jakarta

Sumber: Perda No.1 Tahun 2012 tentang RTRW DKI Jakarta 2030

dengan Perubahan

Dalam Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2012 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Jakarta 2030, diketahui bahwa telah ditentukan

Perencanaan Transit-Oriented Development (TOD) di Jakarta PusatDELIANI P SIREGARUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

4

enam titik perencanaan TOD. Keenam titik dan/atau kawasan tersebut adalah

Kawasan Dukuh Atas, Kawasan Manggarai, Kawasan Harmoni, Kawasan Senen,

Kawasan Blok M, dan Kawasan Grogol. Dari keenam area tersebut diketahui

bahwa 3 (tiga) di antaranya berada di Jakarta Pusat yakni Kawasan Dukuh Atas,

Kawasan Senen, dan Kawasan Harmoni. Meskipun telah diamanatkan untuk

direncanakan dan dilaksanakan pembangunannya sejak tahun awal disahkannya

RTRW DKI Jakarta 2030 sampai dengan tahun 2030 atas keberadaan TOD di

keenam titik tersebut, diketahui bahwa hanya Stasiun Manggarai saja yang kini

telah selesai direncanakan dan diadakan pembangunan kawasan TOD.

Mengetahui bahwa 3 (tiga) dari keenam area yang diamanatkan untuk

direncanakan sebagai TOD berada di Jakarta Pusat, maka menjadi pertimbangan

tersendiri bahwa Jakarta Pusat memiliki urgensi untuk segera memiliki kawasan

TOD. Jakarta Pusat adalah wilayah administratif di DKI Jakarta yang vital bagi

Jakarta maupun juga bagi Indonesia. Jakarta Pusat menjadi sentra bagi kegiatan

pemerintahan DKI Jakarta dan juga Indonesia. Jakarta Pusat juga merupakan

wilayah administratif yang memiliki banyak landmark serta nilai investasi

internasional di dalamnya.

Di samping tingkat kepentingan Jakarta Pusat sebagaimana yang telah

disebutkan, diketahui juga bahwa wilayah administrasi Jakarta Pusat dipilih sebab

perannya dalam mendukung sistem simpul transportasi. Jakarta Pusat merupakan

wilayah penting yang mendukung sistem transportasi Trans Jakarta yang

beroperasi di Provinsi DKI Jakarta. Peran Jakarta Pusat ini tentu saja menjalankan

perannya baik sebagai destinasi, asal, dan tempat transit. Selain itu, keberadaan

sejumlah stasiun besar dan penting di wilayah administratif Jakarta Pusat, juga

mendukung terjadinya sistem pergerakan commuter line Jabodetabek (Jakarta,

Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi). Adanya stasiun yang mendukung

transportasi baik itu yang berlangsung secara sistemik DKI Jakarta maupun

Jabodetabek, Jakarta Pusat memainkan peran tersendiri. Meskipun demikian,

penulis tidak memungkiri kekuatan simpul transportasi di Jakarta Pusat tidak serta

merta rata di semua titik. Adanya penyusunan sistem yang demikian, penulis

melihat hal ini disebabkan oleh peran Jakarta Pusat sebagai daerah asal, tujuan,

Perencanaan Transit-Oriented Development (TOD) di Jakarta PusatDELIANI P SIREGARUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

5

dan transit, serta adanya urgensi atas beberapa penggal jalan utama yang

menghadapi permasalahan kemacetan yang sangat parah. Berdasarkan latar

belakang di atas didukung dengan urgensi akan dokumen perencanaan TOD di

Jakarta Pusat, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan eksplorasi

perencanaan dan penerapan sistem Transit-Oriented Development, memilih lokasi

di Jakarta Pusat sebagai salah satu upaya penyelesaian permasalahan transportasi.

Penulis berharap pada akhirnya hasil pembahasan ini dapat bermanfaat baik

langsung untuk perencanaan dan pengembangan Transit-Oriented Development di

Jakarta Pusat maupun sebagai bahan penelitian dan/atau perencanaan lebih lanjut.

1.2 Permasalahan di Lokasi Perencanaan

Dengan memperhatikan beberapa temuan lapangan terkait sektor transportasi

di Daerah Khusus Ibukota Jakarta, penulis memutuskan memilih Kota

Administrasi Jakarta Pusat sebagai lokus perencanaan Transit-Oriented

Development. Kota Administrasi Jakarta Pusat dipilih sebab adanya beberapa

temuan permasalahan di lapangan oleh penulis. Adapun beberapa permasalahan

tersebut adalah:

a. Peningkatan jumlah kendaraan pribadi

Sejalan dengan pertumbuhan jumlah kendaraan pribadi di DKI Jakarta,

jumlah kendaraan pribadi di Jakarta Pusat juga meningkat dari tahun ke tahun.

Berdasarkan data statistik transportasi DKI Jakarta 2013, dikatakan bahwa

pertumbuhan kendaraan bermotor selama 5 (lima) tahun terakhir rata-rata di DKI

Jakarta mencapai angka 8,67% di tiap tahunnya. Dengan adanya peningkatan

angka kepemilikan kendaraan pribadi yang demikian ini, maka akan memicu

sejumlah permasalahan lain. Permasalahan lain tersebut di antaranya adalah

meningkatnya konsumsi bahan bakar yang jelas akan berdampak pada alokasi

subsidi bahan bakar dan juga polusi (utamanya polusi udara dan suara).

Permasalahan yang disebutkan juga akan memberikan dampak pada ekonomi

Indonesia secara luas dan juga permasalahan lingkungan baik bagi Jakarta Pusat

maupun Indonesia secara luas.

Perencanaan Transit-Oriented Development (TOD) di Jakarta PusatDELIANI P SIREGARUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

6

b. Kemacetan lalu lintas

Permasalahan yang berupa kemacetan lalu lintas ini juga kemudian

menimbulkan permasalahan lain. Permasalahan lain seperti inefisiensi energi,

peningkatan pengeluaran biaya transportasi, dan juga boros dalam waktu.

Kaitannya dengan perkembangan zaman, ketidakefisienan dalam hal waktu juga

akan memberikan dampak pada produktivitas kerja dan sangat berpengaruh pada

pendapatan. Artinya inefisiensi waktu memberi dampak ekonomi sebab adanya

peningkatan waktu tempuh bagi pekerja dari rumah menuju tempat bekerja.

Dengan lamanya waktu yang ditempuh oleh pekerja, secara psikologis akan

mempengaruhi performa kerja pekerja tersebut sehingga mereduksi produktivitas

kerja pekerja tersebut. Hal senada juga disampaikan oleh Kementerian Pekerjaan

Umum dan Perumahan Rakyat dalam telaahan isu strategis mengatasi kemacetan

di Jakarta menuju penguatan departemen pekerjaan umum yang menyatakan

bahwa dampak dari kemacetan mampu memberikan dampak negatif secara

ekonomi yakni dengan meningkatkan waktu tempuh dan juga penurunan tingkat

produktivitas kerja.

Hasil studi tahun 2008 oleh Koalisi Warga untuk TDM menyebutkan bahwa

kecepatan rata-rata berkendara di Jakarta adalah 20 km/jam. Akibat dari

kemacetan, menimbulkan inefisiensi dalam waktu perjalanan. Dari studi yang

sama, dikatakan bahwa 60% waktu perjalanan dihabiskan di tengah kemacetan.

c. Pembangunan tidak berimbang

Pembangunan yang tidak berimbang bisa menyebabkan terjadinya sub-urban

sprawl dan juga makin mahalnya harga properti di dalam kota. Semakin mahal

harga properti di dalam kota, semakin mendorong terjadinya sub-urban sprawl.

Sprawl sendiri menurut Sierra Club dalam Ewing, Pendall, dan Chen (2003)

adalah “low density development beyond the edge of service and employment,

which separates where people live from where they shop, work, recreate, and

educate –thus requiring cars to move between zones”. Sementara itu dikatakan

oleh Galster, dkk dalam Ewing, Pendall, dan Chen (2003) bahwa sprawl memiliki

8 (delapan) dimensi karakteristik yakni density, continuity, concentration,

clustering, centrality, nuclearity, mixed use, dan proximity. Pertumbuhan

Perencanaan Transit-Oriented Development (TOD) di Jakarta PusatDELIANI P SIREGARUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

7

pembangunan yang semakin tidak sehat akan makin berdampak pada ketersediaan

rumah-rumah terjangkau di dalam kota. Bahkan ketidakadilan pembangunan bisa

memberikan dampak pada berkurangnya ruang-ruang terbuka kota.

d. Menurunnya kualitas lingkungan dan hidup perkotaan

Dengan adanya pembangunan yang tidak berimbang, meningkatnya polusi

(utamanya polusi udara), parahnya kemacetan, pemborosan dalam konsumsi

energi, dan juga permasalahan lainnya, akan menjebak Jakarta Pusat dalam

kualitas perkotaan yang buruk. Penurunan kualitas lingkungan dan/atau kualitas

hidup perkotaan akan menjadi sebab turunnya tingkat kesehatan penduduk kota

dan juga tingkat produktivitas penduduk kota. Dengan pengaruh pada penurunan

dua hal tersebut, jelas juga akan berdampak pada turunnya perekonomian

masyarakat kota yang berdampak pada ekonomi kota. Dari Kementerian

Lingkungan Hidup (2011), diketahui bahwa profil kesehatan di Jakarta pada tahun

2004 menunjukkan bahwa ada 46% penyakit masyarakat bersumber dari

pencemaran udara. Penyakit yang dimaksudkan adalah gejala pernapasan (43%),

iritasi mata (1,7%), dan asma (1,4%). Dengan demikian diketahui bahwa

penurunan kualitas lingkungan berdampak kepada kesehatan dan secara langsung

memberikan pengaruh pada tingkat kehidupan masyarakat perkotaan.

Sementara itu dari hasil amatan di lapangan, penulis menemukan 3 (tiga)

poin permasalahan yang cukup besar terjadi di Kawasan TOD Senen. Meskipun

terdapat beberapa permasalahan lain bila dikelompokkan menurut penilaian

standar TOD hasil sintesis, secara lebih mendetil permasalahan pada Kawasan

TOD Senen yang merupakan fokus kawasan perencanaan TOD adalah sebagai

berikut:

a. Kurangnya akses yang memperkuat kegiatan transit

Dengan beragamnya pilihan kegiatan berpindah yang ditawarkan di Kawasan

TOD Senen, penulis menemukan permasalahan berupa kurang kuatnya akses yang

dimiliki kawasan ini untuk berpindah dari satu moda dengan moda yang lainnya.

Diketahui bahwa Kawasan TOD Senen memiliki kekuatan dalam pilihan moda

transportasi dan juga pilihan tujuan untuk kegiatan berpindah yang artinya kuat

sebagai kawasan transit. Sayangnya, untuk berpindah dari halte Trans Jakarta

Perencanaan Transit-Oriented Development (TOD) di Jakarta PusatDELIANI P SIREGARUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

8

menuju Terminal Senen dan juga Stasiun Pasar Senen akses yang tersedia tidak

cukup menjadi pilihan bagi pejalan kaki yang akan melakukan kegiatan transfer

tersebut.

Akses atau juga pilihan rute yang ditawarkan untuk menuju ke satu simpul

transit lain di Kawasan TOD Senen kurang disukai oleh pejalan kaki. Alasan

keamanan dan kenyamanan pejalan kaki serta juga pilihan kegiatan yang dapat

dilakukan sambil berlalu untuk menuju ke simpul lain dirasa tersedia kurang baik.

Dengan demikian, akses yang tersedia saat ini kurang mendukung adanya

kegiatan berjalan kaki yang seharusnya menjadi citra kuat di tiap kawasan TOD.

b. Kemacetan lalu lintas

Sama halnya dengan permasalahan umum lainnya, Kawasan TOD Senen juga

memiliki permasalahan berupa kemacetan lalu lintas. Adanya simpang jalan yang

cukup besar dengan manajemen lalu lintas yang kurang baik utamanya di jam-jam

padat menyebabkan adanya kemacetan. Selain itu, adanya ketidak teraturan dalam

masalah parkir juga menyebabkan beberapa ruas jalan menjadi macet. Adanya

multi user dalam satu ruas jalan dengan volume yang begitu besar juga menjadi

alasan lain terjadinya kemacetan di beberapa ruas jalan di Kawasan TOD Senen.

c. Kurang optimalnya pemanfaatan lahan

Guna lahan di Kawasan TOD Senen memang faktanya telah cukup bervariasi

dengan densitas yang cukup tinggi. Sayangnya Kawasan TOD Senen didominasi

oleh bangunan-bangunan single function yang kurang sejalan dengan prinsip

kawasan transit. Dominasi fungsi perdagangan super blok dan kurangnya

permukiman baik layak huni dengan harga terjangkau di Kawasan TOD Senen

juga menjadi satu permasalahan tersendiri di Kawasan TOD Senen.

Selain itu, permasalahan lain seperti pemanfaatan lahan untuk parkir dan juga

pedagang kaki lima juga memberikan poin masalah baru bagi Kawasan TOD

Senen. Pemberian ruang parkir di lahan terbuka yang sangat besar untuk kawasan

transit adalah perihal yang kurang cocok dan tidak mendukung terciptanya

kawasan TOD yang ideal. Selain itu, guna lahan yang kurang menarik dan desain

yang kurang apik menyebabkan minimnya orang yang mau dipaksa berjalan kaki

dan memanfaatkan transportasi publik di area transit.

Perencanaan Transit-Oriented Development (TOD) di Jakarta PusatDELIANI P SIREGARUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

9

1.3 Tujuan Perencanaan

Adapun beberapa tujuan perencanaan yang ingin dicapai adalah sebagai

berikut:

a. Mengidentifikasi konsep Transit-Oriented Development yang dapat

diterapkan di Kota Jakarta Pusat.

b. Menghasilkan produk usulan perencanaan Transit-Oriented Development

yang dapat diaplikasikan di Kawasan TOD Senen.

1.4 Manfaat Perencanaan

Memperhatikan aspek kemanfaatan dari perencanaan ini, maka penulis

menyusun manfaat yang dapat diberikan oleh perencanaan ini. Adapun beberapa

manfaat yang dapat diberikan yakni:

a. Manfaat Teoritik

Manfaat dari perencanaan ini adalah dapat disumbangkannya pengetahuan

mengenai TOD serta diskusi teori terkait dengan TOD. Selain itu, hasil dari

penulisan laporan ini juga dapat memberikan manfaat bagi penelitian dan/atau

perencanaan sejenis di masa mendatang. Pelaporan perencanaan ini dapat

dijadikan refrensi serta pembelajaran metode dalam penelitian dan/atau

perencanaan lebih lanjut mengenai TOD.

b. Manfaat Praksis

Perencanaan TOD di Jakarta Pusat ini memberikan manfaat sebagai salah

satu alternatif perencanaan dan/atau pengadaan dokumen perencanaan TOD di

Jakarta Pusat. Perencanaan ini mendorong dan bahkan mendesak pemerintah

Jakarta Pusat serta DKI Jakarta untuk segera mewujudkan TOD yang baik di

Jakarta Pusat. Perencanaan TOD di Jakarta Pusat ini pun dapat dimanfaatkan

sebagai masukan akademis terhadap perencanaan dan pengembangan oleh ahli

yang berkenaan dengan TOD di Jakarta Pusat.

1.5 Ruang Lingkup Perencanaan

Guna membatasi perencanaan sehingga tidak terjadi bias dan/atau meluas,

maka disusun batasan lingkup perencanaan. Batasan lingkup perencanaan ini

Perencanaan Transit-Oriented Development (TOD) di Jakarta PusatDELIANI P SIREGARUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

10

berupa batasan fokus dan batasan lokus perencanaan, serta batasan waktu bagi

asumsi penerapan rencana ini.

1.5.1. Fokus

Fokus dari perencanaan ini adalah perencanaan terhadap Transit-Oriented

Development dalam skala kota di Jakarta Pusat yakni terhadap Kawasan Dukuh

Atas, Senen, dan Harmoni dan perancangan detil Transit-Oriented Development

di Kawasan Senen. Perancangan TOD yang dilakukan mengacu pada hasil adopsi

dan elaborasi dari prinsip-prinsip TOD berdasar pada Rencana Tata Ruang

Wilayah DKI Jakarta 2030, TOD standard oleh Institute for Transportation &

Development Policy New York dan Reconnecting America’s Center for

Transit-Oriented Development.

1.5.2. Lokus

Lokus dari perencanaan ini adalah Kawasan Dukuh Atas, Kawasan Senen,

dan Kawasan Harmoni yang berada di Kota Administrasi Jakarta Pusat. Pemilihan

ketiga kawasan tersebut didasari dari dokumen RTRW DKI Jakarta 2030.

Sementara luasan dari masing-masing kawasan yang didefinisikan sebagai area

transit adalah dalam radius 350 meter dari titik halte dan/atau stasiun transit dari

masing-masing kawasan. 350 meter ini didasarkan pada pemahaman keinginan

berjalan orang Indonesia dan jarak yang bisa ditempuh dalam 5-10 menit berjalan

kaki dengan kecepatan berjalan orang Indonesia. Dalam perencanaan ini, penulis

akan melakukan perencanaan makro terhadap ketiga titik transit (yakni Dukuh

Atas, Senen, dan Harmoni) sebagai sebuah sistem. Hasil dari perencanaan makro

terhadap sistem transit yang dimaksud adalah untuk memberikan gambaran

terhadap dampak keberadaan transit terhadap sistem transportasi Kota Jakarta

Pusat. Setelah mendapatkan perencanaan skala regional TOD di Jakarta Pusat,

penulis akan melakukan perancangan (pendetilan rencana) terhadap salah satu

kawasan TOD yakni Kawasan TOD Senen untuk memberikan gambaran jelas

terhadap pemasukan elaborasi standar TOD yang bisa dipakai untuk perencanaan

kawasan TOD di daerah layanan sekunder di Jakarta Pusat ini.

Perencanaan Transit-Oriented Development (TOD) di Jakarta PusatDELIANI P SIREGARUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

11

1.5.3. Temporal

Penelitian dan perencanaan untuk pengadaan TOD di Kota Jakarta Pusat

atau khususnya di Kawasan TOD Senen ini berlangsung sejak November 2014

sampai dengan Februari 2015. Penelitian dan perencanaan ini dibuat dengan data

publikasi tahun 2006-2014. Penelitian dan perencanaan ini dibuat guna

mendukung perwujudan rencana DKI Jakarta dan/atau kota Jakarta Pusat 2030.

1.6 Perencanaan dan Penelitian Terkait

Untuk menghindari plagiarisme, penulis menuliskan beberapa dokumen

perencanaan dan/atau penelitian yang terkait dengan topik yang diusung oleh

penulis. Beberapa dokumen perencanaan dan/atau penelitian tersebut adalah

sebagai berikut:

Tabel 1. Perencanaan dan Penelitian Terkait Transit-Oriented Development

No Judul Penulis Jenis Komentar

a Peluang dan

Tantangan

Penerapan Transit

Oriented

Development di

Yogyakarta

Pembelajaran

Keberhasilan

Curitiba dan

Bogota

Septian

Sofoewan

Permana,

2012

Penelitian Fokus yang

dilakukan

Permana adalah

penerapan dari

konsep TOD

yang berbeda

dengan yang

dilakukan kali ini

dengan fokus

pada peren-

canaan. Selain

itu pilihan lokasi

juga berbeda.

b Masterplan

Transit Oriented

Development

Stasiun

Manggarai:

Tinjauan

Kesesuaian

Terhadap Kondisi

Ideal Teori dan

Kondisi Eksisting

Kawasan

Nur Azizah

Irawati, 2013

Penelitian Meskipun sama-

sama meng-

angkat konsep

TOD, tetapi

Irawati berfokus

pada penilaian

dokumen

rencana TOD

Stasiun

Manggarai yang

berbeda dengan

penulis yang

Perencanaan Transit-Oriented Development (TOD) di Jakarta PusatDELIANI P SIREGARUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

12

akan melakukan

perencanaan.

Selain itu,

pemilihan lokasi

juga berbeda.

c Sistem Transit

Oriented

Development

Perkeretapian

Dalam Rencana

Jaringan Kereta

Api Komuter

Mamminasata

Kosmas

Toding, M.

Yamin Jinca,

dan Shirly

Wunas, 2012

Penelitian Perbedaan juga

berada pada level

fokus dan lokus

yang dipilih.

Penelitian oleh

Kosmas

dilakukan di

Makasar dengan

pendekatan MRT

sebagai pusat

transit.

Sementara pada

perencanaan ini,

penulis berlokasi

di Jakarta Pusat

dengan

mengambil halte

Transjakarta

sebagai pusat

transit.

d Perencanaan

Kawasan Transit-

Oriented

Development

(TOD) Menuju

Sistem

Transportasi

Berkelanjutan di

Stasiun Monorel

Bekasi Timur

Vera Aprilia

Virdyana,

2014

Perencanaan Meskipun

mengambil fokus

yang sama yakni

perencanaan

TOD, perbedaan

dengan

perencanaan ini

adalah lokasi.

Selain itu,

pendekatan

prinsip yang

digunakan juga

berbeda.

Sumber: Analisis Penulis, 2014

Dengan memperhatikan tabel tersebut di atas, penulis telah mengumpulkan

sejumlah penelitian dan perencanaan terkait dengan Transit-Oriented

Development (TOD). Dari temuan penulis, perencanaan yang dilakukan penulis

belum pernah dilakukan sebelumnya. Perbedaan fokus seperti penelitian dan/atau

Perencanaan Transit-Oriented Development (TOD) di Jakarta PusatDELIANI P SIREGARUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

13

perencanaan, metode dan/atau pendekatan yang digunakan, serta pilihan lokus

menjadi dasar perbedaan penelitian dan perencanaan sebelumnya dengan

perencanaan yang dilakukan penulis.

1.7 Rumusan Penulisan

a. Bab I Pendahuluan

Dalam bab ini akan diberikan penjelasan mengenai dasar pemikiran penulis

yang mendorong penulis untuk melakukan perencanaan terkait dengan topik dan

judul. Dalam bab ini juga penulis menyampaikan temuan masalah di lapangan dan

juga tujuan perencanaan. Keaslian penulisan juga dapat dilihat dalam bab ini.

b. Bab II Tinjauan Pustaka

Dalam bab ini penulis memberikan penjelasan mengenai definisi dari

transportasi, perencanaan transportasi, dan juga definisi dari Transit-Oriented

Development. Lebih lanjut dalam bab ini penulis menjabarkan kerangka berpikir

dalam penyelesaian proyek ini. Penulis juga menuliskan preseden dari

keberhasilan penerapan TOD di Kota Calgary, Amerika Serikat.

c. Bab III Metode Perencanaan

Bab ini menjelaskan mengenai unit amatan dan analisis penulis. Selain itu,

bab ini berisi langkah pengumpulan data hingga perencanaan. Bab ini juga

menjelaskan alat dan/atau instrumen yang digunakan penulis untuk menyelesaikan

proyek ini.

d. Bab IV Deskripsi Wilayah Perencanaan

Deskripsi wilayah perencanaan memberikan gambaran detil profil wilayah

yang akan direncanakan. Deskripsi ini berisikan penjelasan kondisi fisik,

keruangan, kependudukan, ekonomi wilayah, dan sosial budaya. Penulis juga

memberikan gambaran detil ketiga stasiun yang menjadi fokus perencanaan TOD

di Jakarta Pusat.

e. Bab V Analisis

Bab ini menjabarkan hasil analisis yang telah dilakukan penulis. Hasil

analisis ini merupakan bekal perencanaan. Beberapa hasil analisis yang

disampaikan adalah analisis guna lahan di kawasan perencanaan TOD, volume

Perencanaan Transit-Oriented Development (TOD) di Jakarta PusatDELIANI P SIREGARUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

14

kendaraan, pilihan rute, perpindahan moda, parkir, kebutuhan perumahan dan

kemungkinan pengembangannya, densitas kawasan, dan juga penyediaan

infrastruktur bagi pejalan kaki dan sepeda.

f. Bab VI Rencana

Bab ini menjabarkan hasil perencanaan oleh penulis. Perencanaan TOD yang

dimaksud adalah perencanaan ketiga kawasan TOD sebagai satu sistem untuk

mengurai permasalahan Jakarta Pusat dan detil satu kawasan TOD. Detil kawasan

TOD yang dimaksud adalah perencanaan kawasan yang mengambil lokasi di

Kawasan Senen yang berguna untuk percontohan TOD sebagai pusat layanan

sekunder. Pendetilan rencana pada satu kawasan dimaksudkan untuk memberikan

gambaran detil dari satu kawasan hasil elaborasi standar kawasan TOD. Bab ini

dikerjakan dengan bertahap sesuai dengan hasil analisis yang telah didapatkan

sebelumnya.

g. Bab VII Penutup

Bab ini berisikan tentang kesimpulan akhir dan juga rekomendasi penulis.

Kesimpulan yang dimaksud adalah pernyataan akhir dari ragam kumpulan temuan

di lapangan. Rekomendasi yang dimaksud adalah pernyataan akhir secara ringkas

mengenai perencanaan yang diusulkan dan masukan terhadap penelitian dan/atau

perencanaan sejenis di masa yang akan datang.

Perencanaan Transit-Oriented Development (TOD) di Jakarta PusatDELIANI P SIREGARUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/