bab i pengertian keselamatan dan kesehatan kerja...
Post on 08-Feb-2021
5 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
BAB I
PENGERTIAN KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA
PENDAHULUAN
eselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja di rumah
sakit dan fasilitas medis lainnya perlu di perhatikan.
Merujuk kepada peraturan pemerintah berkenaan
dengan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat
kerja, pedoman ini juga mengambil dari beberapa sumber
“best practices” yang berlaku secara Internasional, seperti
National Institute for Occupational Safety and Health
(NIOSH), the Centers for Disease Control (CDC), the
Occupational Safety and Health Administration (OSHA), the
US Environmental Protection Agency (EPA), dan lainnya. Data
tahun 1988, 4% pekerja di USA adalah petugas medis. Dari
laporan yang dibuat oleh The National Safety Council (NSC),
41% petugas medis mengalami absenteism yang diakibatkan
oleh penyakit akibat kerja dan injury, dan angka ini jauh lebih
besar dibandingkan dengan sektor industri lainnya. Survei
yangdilakukan terhadap 165 laboratorium klinis di Minnesota
memperlihatkan bahwa injury yang terbanyak adalah needle
sticks injury (63%) diikuti oleh kejadian lain seperti luka dan
tergores (21%).
K
-
2
Selain itu pekerja di rumah sakit sering mengalami stres,
yang merupakan faktor predisposisi untuk mendapatkan
kecelakaan. Ketegangan otot dan keseleo merupakan
representasi dari low back injury yang banyak didapatkan
dikalangan petugas rumah sakit.
I.1 PENGERTIAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA (K3)
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat
kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan,
sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Pokok bahasan hakikat keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) merupakan pengenalan dan dasar dari keselamatan dan
kesehatan kerja. Hal ini disebabkan keselamatan dan
kesehatan kerja harus diaplikasikan di semua bidang baik di
perkantoran, rumah sakit maupun pabrik sehingga dapat
dikatakan ilmu K3 merupakan ilmu yang universal.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu pemikiran
dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik
jasmani maupun rohani. Dengan keselamatan dan kesehatan
kerja maka para pihak diharapkan tenaga kerja dapat
melakukan pekerjaan dengan aman dan nyaman serta
mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan
yang tinggi.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan
upaya untuk menciptakan suasana bekerja yang aman,
nyaman dan mencapai tujuan yaitu produktivitas setinggi-
-
3
tingginya. Kesehatan dan Keselamatan Kerja sangat penting
untuk dilaksanakan pada semua bidang pekerjaan tanpa
terkecuali proyek pembangunan gedung seperti apartemen,
hotel, mall dan lain-lain, karena penerapan K3 dapat
mencegah dan mengurangi resiko terjadinya kecelakaan
maupun penyakit akibat melakukan kerja. Smith dan Sonesh
(2011) mengemukakan bahwa pelatihan kesehatan dan
kelelamatan kerja (K3) mampu menurunkan resiko terjadinya
kecelakaan kerja. Semakin besar pengetahuan karyawan akan
K3 maka semakin kecil terjadinya resiko kecelakaan kerja,
demikian sebaliknya semakin minimnya pengetahuan
karyawan akan K3 maka semakin besar resiko terjadinya
kecelakaan kerja.
Terjadinya kecelakaan kerja dimulai dari disfungsi
manajemen dalam upaya penerapan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3). Ketimpangan tersebut menjadi
penyebab dasar terjadinya kecelakaan kerja. Dengan semakin
meningkatnya kasus kecelakaan kerja dan kerugian akibat
kecelakaan kerja, serta meningkatnya potensi bahaya dalam
proses produksi, dibutuhkan pengelolaan K3 secara efektif,
menyeluruh, dan terintegrasi dalam manajemen perusahaan.
Manajemen K3 dalam organisasi yang efektif dapat membantu
untuk meningkatkan semangat pekerja dan memungkinkan
mereka memiliki keyakinan dalam pengelolaan organisasi.
Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai
suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada
khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan
budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera.
Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu
-
4
pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Kesehatan dan keselamatan Kerja (K3) tidak dapat dipisahkan
dengan proses produksi baik jasa maupun industry:
1. Keselamatan Kerja
Keselamatan Kerja adalah keselamatan yang bertalian
dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan, dan proses
pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya
serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan Kerja
memiliki sifat sebagai berikut:
a. Sasarannya adalah lingkungan kerja.
b. Bersifat teknik.
Pengistilahan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
bermacam-macam, ada yang menyebutnya Hygene
Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hyperkes) dan ada yang
hanya disingkat K3, dan dalam istilah asing dikenal
Occupational Safety and Health.
2. Kesehatan Kerja
Pengertian sehat senantiasa digambarkan sebagai suatu
kondisi fisik, mental dan sosial seseorang yang tidak saja
bebas dari penyakit atau gangguan kesehatan melainkan
juga menunjukkan kemampuan untuk berinteraksi dengan
lingkungan dan pekerjaannya. Paradigma baru dalam aspek
kesehatan mengupayakan agar yang sehat tetap sehat dan
bukan sekadar mengobati, merawat, atau menyembuhkan
-
5
gangguan kesehatan atau penyakit. Oleh karenanya,
perhatian utama di bidang kesehatan lebih ditujukan ke
arah pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya
penyakit serta pemeliharaan kesehatan seoptimal mungkin.
Status kesehatan seseorang menurut Blum (1981)
ditentukan oleh empat faktor sebagai berikut.
a. Lingkungan, berupa lingkungan fisik (alami, buatan), kimia
(organik/anorganik, logam berat, debu), biologik (virus,
bakteri, mikroorganisme), dan sosial budaya (ekonomi,
pendidikan, pekerjaan).
b. Perilaku yang meliputi sikap, kebiasaan, tingkah laku.
c. Pelayanan kesehatan: promotif, perawatan, pengobatan,
pencegahan kecacatan, rehabilitasi.
d. Genetik, yang merupakan faktor bawaan setiap manusia.
I.3 Definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam
Kedokteran
Definisi kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu
kesehatan/kedokteran beserta praktiknya yang bertujuan
agar pekerja/masyarakat pekerja beserta memperoleh
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik atau
mental, maupun sosial dengan usaha-usaha preventif dan
kuratif, terhadap penyakit-penyakit/gangguan-gangguan
kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan
lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum.
Konsep kesehatan kerja dewasa ini semakin berubah, bukan
sekadar “kesehatan pada sektor industri” saja melainkan
juga mengarah kepada upaya kesehatan untuk semua orang
dalam melakukan pekerjaannya (total health of all at
work).
-
6
Keselamatan kerja sama dengan hygene perusahaan.
Kesehatan kerja memiliki sifat sebagai berikut:
a Sasarannya adalah manusia.
b Bersifat medis.
Situasi dan kondisi suatu pekerjaan, baik tata letak
tempat kerja atau material-material yang digunakan,
memiliki risiko masing-masing terhadap kesehatan pekerja.
Ridley (2008) menyatakan bahwa kita harus memahami
karakteristik material yang digunakan dan kemungkinan
reaksi tubuh terhadap material tersebut untuk meminimasi
risiko material terhadap kesehatan.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) difilosofikan
sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani
tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya,
hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur
dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan
adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam
usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja.
Perkembangan pemba-ngunan setelah Indonesia
merdeka menimbulkan konsekwensi meningkatkan
intensitas kerja yang mengakibatkan pula meningkatnya
resiko kecelakaan di lingkungan kerja. (Ramli, 2010).
Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 Bagian 6
Tentang Kesehatan Kerja, pada Pasal 23 berisi:
a Kesehatan kerja disenggelarakan untuk mewujudkan
produktivitas kerja yang optimal.
-
7
b Kesehatan kerja meliputi perlindungan kesehatan kerja,
pencegahan penyakit akibat kerja, dan syarat kesehatan
kerja.
c Setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan
kerja.
-
8
BAB II
PROGRAM KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA
Latar Belakang
iaya kemanusiaan, sosial dan ekonomi dari kecelakaan
kerja, luka-luka dan penyakit dan bencana industri
utama telah lama menjadi perhatian bagi semua
tingkat dari tempat kerja individu hingga nasional dan
internasional. Langkah-langkah dan strategi yang dirancang
untuk mencegah, mengendalikan, mengurangi atau
menghilangkan bahaya dan risiko akibat pekerjaan telah
dikembangkan dan diterapkan terus menerus selama
bertahun-tahun. Namun, meski terus berlanjut jika
perbaikannya lambat, kecelakaan dan penyakit akibat kerja
masih terlalu sering terjadi dan biaya untuk penderitaan
manusia dan beban ekonomi terus meningkat secara
signifikan. Proporsi kematian tertinggi ini disebabkan oleh
kanker, penyakit peredaran darah dan serebrovaskular, dan
beberapa penyakit menular. Tingkat kecelakaan kerja secara
keseluruhan tahunan, fatal dan tidak fatal, diperkirakan
mencapai 270 juta. Sekitar 160 juta pekerja menderita
penyakit terkait pekerjaan dan sekitar dua pertiga dari mereka
tidak bekerja selama empat hari kerja atau lebih lama
B
-
9
hasilnya. Setelah kanker yang berhubungan dengan pekerjaan,
penyakit peredaran darah dan penyakit menular tertentu,
kecelakaan kerja yang tidak disengaja adalah penyebab utama
keempat kematian terkait pekerjaan.
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah area yang
berkaitan dengan pengembangan, promosi, dan pemeliharaan
lingkungan tempat kerja, kebijakan dan program yang
menjamin kesejahteraan karyawan mental, fisik, dan
emosional, serta menjaga lingkungan tempat kerja yang relatif
bebas dari aktual. atau potensi bahaya yang bisa melukai
karyawan. Kesehatan kerja memerlukan promosi dan
pemeliharaan tingkat kesehatan fisik dan mental tertinggi dan
kesejahteraan sosial pekerja di semua pekerjaan. Dalam
konteks ini, antisipasi, pengakuan, evaluasi dan pengendalian
bahaya yang timbul di atau dari tempat kerja yang dapat
mengganggu kesehatan dan kesejahteraan pekerja merupakan
prinsip dasar proses yang mengatur penilaian dan pengelolaan
risiko kerja. Pelatihan kesehatan dan keselamatan pekerja
merupakan bagian penting dari program kesehatan dan
keselamatan kerja.
Perlindungan tenaga kerja dari bahaya dan penyakit
akibat kerja atau akibat dari lingkungan kerja sangat
dibutuhkan oleh karyawan agar karyawan merasa aman dan
nyaman dalam menyelesaikan pekerjaannya. Tenaga kerja
yang sehat akan bekerja produktif, sehingga diharapkan
produktivitas kerja karyawan meningkat. Memperhatikan hal
tersebut, maka program K3 dan produktivitas kerja karyawan
menjadi penting untuk dikaji, dalam tujuannya mencapai visi
dan misi perusahaan.
-
10
Kecelakaan kerja yang disebabkan oleh faktor yang dapat
dicegah yang dapat dieliminasi dengan menerapkan metode
dan metode yang sudah dikenal. Hal ini ditunjukkan dengan
terus mengurangi tingkat kecelakaan di negara-negara
industri. Oleh karena itu penerapan strategi pencegahan
menawarkan manfaat ekonomi dan manusia yang signifikan.
II.1 Pengertian Program K3
Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang tertulis
menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.1087/MENKES/SK/VIII/2010 sebagai berikut :
pengembangan kebijakan K3RS, pembudayaan perilaku K3RS,
pengembangan SDM K3RS, pengembangan pedoman,
petunjuk teknis dan standard operational procedure (SOP)
K3RS, pemantauan dan evaluasi kesehatan lingkungan tempat
kerja, pelayanan kesehatan kerja, pelayanan keselamatan
kerja, pengembangan program pemeliharaan pengelolaan
limbah padat, cair dan gas, pengelolaan jasa, bahan beracun
berbahaya dan barang berbahaya, pengembangan manajemen
tanggap darurat, pengumpulan, pengolahan, dokumentasi
data dan pelaporan kegiatan K3, dan review progam tahunan.
Keberhasilan program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
di rumah sakit tidak lepas dari sikap kepatuhan personal baik
daripihak perawat maupun pihak manajemen atas dalam
melaksanaan peraturan dan kebijakan peraturan K3 untuk
mendukung pencapaian zero accident di rumah sakit.
Keselamatan dan kesehatan kerja berkaitan dengan
melestarikan dan melindungi sumber daya manusia dan
fasilitas di tempat kerja. Praktisi di lapangan berusaha
-
11
mencegah kematian dan luka yang tidak perlu bagi pekerja. Ini
melibatkan lebih dari aktivitas pertolongan pertama dan
sangat luas dalam lingkup dan praktik. Keselamatan dan
kesehatan kerja melibatkan membantu orang-orang dengan
mencegah mereka terluka atau menjadi sakit karena bahaya di
tempat kerja mereka. Keselamatan dan kesehatan kerja juga
merupakan bidang dimana profesional berusaha mencegah
bencana. Ketika mereka melakukan preinspeksi, profesional
keselamatan dapat mencegah ledakan atau kebakaran yang
dapat menghancurkan seluruh bangunan. Keselamatan dan
kesehatan kerja juga merupakan fungsi manajemen dalam
sebuah organisasi yang berkaitan dengan peningkatan kualitas
dan efisiensi. K3 mencoba untuk menghilangkan kerusakan,
pemborosan, dan biaya properti dan fasilitas yang mengurangi
kemampuan organisasi untuk beroperasi secara
menguntungkan. Dalam prakteknya, keselamatan dan
kesehatan kerja mencakup masalah moral dan ekonomi. Ada
juga dorongan hukum bagi perusahaan untuk
mempromosikan keselamatan dan kesehatan kerja.
Pada tahun 1950, ILO / WHO Committee on
Occupational Health menyatakan bahwa "Kesehatan kerja
harus ditujukan pada promosi dan pemeliharaan tingkat
kesehatan fisik, mental dan sosial tertinggi pekerja di semua
pekerjaan; pencegahan di antara pekerja keberangkatan dari
kesehatan yang disebabkan oleh kondisi kerja mereka;
perlindungan pekerja dalam pekerjaan mereka dari risiko yang
disebabkan oleh faktor-faktor yang merugikan kesehatan;
penempatan dan pemeliharaan pekerja di lingkungan kerja
yang disesuaikan dengan kemampuan fisiologis dan
-
12
psikologisnya ". Singkatnya: "adaptasi kerja terhadap manusia,
dan masing-masing orang terhadap pekerjaannya.
II.2 Tujuan Program K3
Program K3 bertujuan untuk melindungi keselamatan
dan kesehatan serta meningkatkan produktifitas SDM Rumah
Sakit, melindungi pasien, pengunjung/ pengantar pasien dan
masyarakat serta lingkungan sekitar Rumah Sakit. Kinerja
setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan
resultante dari tiga komponen yaitu ka asitas kerja, beban
kerja, dan lingkungan kerja.
Pernyataan Kebijakan Kesehatan Kerja menetapkan
bahwa semua karyawan harus diberi lingkungan kerja yang
aman dan sehat. Penilaian kesehatan dan rekomendasi
kesehatan kerja diperlukan untuk tugas pekerjaan spesifik
berdasarkan jenis bahaya termasuk bahaya bio yang ada di
lingkungan kerja. Program Kesehatan Kerja bertujuan untuk
mencapai hal berikut:
a. Sesuai dengan standar kesehatan kerja yang ditetapkan
oleh badan pengatur dan badan pemberian dan akreditasi;
b. Meyakinkan bahwa karyawan secara fisik dapat melakukan
pekerjaan mereka;
c. Mencegah dan mendeteksi penyakit dan penyakit akibat
terpapar bahaya kesehatan yang mungkin terjadi di
lingkungan kerja;
d. Menetapkan panduan kesehatan kerja untuk vaksinasi,
pengawasan medis, dan respon paparan; dan
e. Menetapkan etapkan data kesehatan dasar untuk
perbandingan di masa mendatang.
-
13
Tujuan program keselamatan dan kesehatan kerja
termasuk membina lingkungan kerja yang aman dan sehat.
Tujuan mendasar dari program keselamatan yang efektif
adalah untuk menghilangkan atau mengurangi risiko
keselamatan sebelum pekerjaan dimulai. Untuk mencapai
tujuan ini, penting untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin
bahaya sebelum memulai pekerjaan. Bahaya yang tidak
dikenali mungkin berpotensi menimbulkan kecelakaan
bencana yang tak terduga. Pekerja yang tidak dapat
memahami bahaya keamanan tidak dapat merespons atau
bersikap aman karena mereka tidak menyadari akibat yang
mungkin timbul akibat tindakan mereka.
II.4 Program K3
Program K3 yang harus diterapkan yaitu:
1) Pengembangan kebijakan K3RS
a. Pembentukan atau revitalisasi organisasi K3RS;
b. Merencanakan program K3RS selama 3 tah un ke depan,
(setiap 3 tahun dapat direvisi kembali, sesuai dengan
kebutuhan)
2) Pembudayaan perilaku K3RS
a. Advokasi sosialisasi K3 pada seluruh jajaran Rumah
Sakit, baik bagi SDM Rumah Sakit, pasien maupun
pengantar pasien/ pengunjung Rumah Sakit;
b. Penyebaran media komunikasi dan informasi baik
melalui film, leaflet, poster, pamflet dll;
c. Promosi K3 pad a setiap pekerja yang bekerja disetiap
unit RS dan pada para pasien serta para pengantar
pasien/ pengunjung Rumah Sakit.
3) Pengembangan SDM K3RS
-
14
a. Pelatihan umum K3RS
b. Pelatihan intern Rumah Sakit, khususnya SDM Rumah
Sakit per unit Rumah Sakit; c.
c. Pengiriman SDM Rumah Sakit untuk pendidikan formal,
pelatihan lanjutan, seminar dan workshop yang
berkaitan dengan K3.
4) Pengembangan Pedoman, Petunjuk Teknis dan Standard
Operational Procedure (SOP) K3RS
a. Penyusunan pedoman praktis ergonomi di Rumah Sakit;
b. Penyusunan pedoman pelaksanaan pelayanan kesehatan
kerja;
c. Penyusunan pedoman pelaksanaan pelayanan
keselamatan kerja ;
d. Penyusunan pedoman pelaksanaan tanggap darurat di
RS;
e. Penyusunan pedoman pelaksanaan pencegahan dan
penanggulangan kebakaran;
f. Penyusunan pedoman pengelolaan penyehatan
lingkungan Rumah Sakit;
g. Penyusunan pedoman pengelolaan faktor risiko dan
pengelolaan limbah Rumah Sakit;
h. petunjuk teknis pencegahan kecelakaan dan
penanggulangan bencana;
i. Penyusunan kontrol terhadap penyakit infeksi;
j. Penyusunan SOP angkat angkut pasien di Rumah Sakit;
k. Penyusunan SOP terhadap Bahan Beracun dan
Berbahaya (B3);
l. Penyusunan SOP kerja dan peralatan di masing-masing
unit kerja Rumah Sakit
-
15
5) Pemantauan dan evaluasi kesehatan lingkungan tempat
kerja
a. Mapping lingkungan tempat kerja (area atau tempat
kerja yang dianggap berisiko dan berbahaya,
area/tempat kerja yang belum melaksanakan program
K3RS, area/tempat kerja yang sudah melaksanakan
program K3RS, area/tempat kerja yang sudah
melaksanakan dan mendokumentasikan pelaksanaan
program K3RS); .
b. Evaluasi lingkungan tempat kerja (walk through dan
observasi, wawancara SDM Rumah Sakit, survei dan
kuesioner, checklist dan eva luasi lingkungan tempat
kerja secara rinci).
6) Pelayanan kesehatan kerja
a. Melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja,
pemeriksaan kesehatan berkala, dan pemeriksaan
kesehatan khusus bagi SDM Rumah Sakit;
b. Memberikan pengobatan dan perawatan serta
rehabilitasi bagi SDM Rumah Sakit yang menderita
sakit;
c. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani)
dan kemampuan fisik SDM Rumah Sakit;
d. Perlindungan spesifik dengan pemberian imunisasi pada
SDM Rumah Sakit yang bekerja pada area/tempat kerja
yang berisiko dan berbahaya;
e. Melaksanakan kegiatan surveilans kesehatan kerja.
7) Pelayanan keselamatan kerja
a. Pembinaan dan pengawasan keselamatan/keamanan
sarana, prasarana dan peralatan kesehatan di Rumah
Sakit;
-
16
b. Pembinaan dan pengawasa n perlengkapan keselamatan
kerja di Rumah Sakit;
c. Pengelolaan, pemeliharaan dan sertifikasi sarana,
prasarana dan peralatan Rumah Sakit;
d. Pengadaan peralatan K3RS.
8) Pengembangan program pemeliharaan pengelolaan limbah
padat. cair dan gas
a. Penyediaan fasilitas untuk penanganan dan pengelolaan
limbah padat, cair dan gas;
b. Pengelolaan limbah medis dan nonmedis.
9) Pengelolaan jasa, bahan beracun berbahaya dan barang
berbahaya
a. Inventarisasi jasa, bahan beracun berbahaya dan barang
berbahaya (Permenkes No.472 tahun 1996);
b. Membuat kebijakan dan prosedur pengadaan,
penyimpanan dan penanggulangan bila terjadi
kontaminasi dengan acuan Lembar Data Keselamatan
Bahan (MSDS-Material Safety Data Sheet) atau Lembar
Data Pengaman (LOP);. lembar informasi dari pabrik
tentang sifat khusus (fisik/ kimia) dari bahan, cara
penyimpanan, risiko pajanan dan cara penanggulangan
bila terjadi kontaminasi.
10) Pengembangan manajemen tanggap darurat
a. Menyusun rencana tanggap darurat (survey bahaya,
membentuk tim tanggap darurat, menetapkan
prosedur pengendalian, pelatihan dll);
b. Pembentukan organisasi/tim kewaspadaan bencana;
c. Pelatihan dan uji coba terhadap kesiapan petugas
tanggap darurat;
-
17
d. Inventarisasi tempat-tempat yang berisiko dan
berbahaya serta membuat denahnya (Iaboratorium,
rontgen, farmasi, CSSO, kamar operasi, genset, kamar
isolasi penyakit menular dll);
e. Menyiapkan sarana dan prasarana tanggap darurat!
bencana;
f. kebijakan dan prosedur kewaspadaan, upaya
pencegahan dan pengendalian bencana pada
tempattempat yang berisiko tersebut;
g. Membuat rambu-rambu/tanda khusus jalan keluar
untuk evakuasi apabila terjadi bencana;
h. Memberikan Alat Pelindung Oiri (APO) pada petugas
di tempat-tempat yang berisiko (masker, apron, kaca
mata, sarung tangan dll);
i. Sosialisasi dan penyuluhan ke seluruh SOM Rumah
Sakit;
j. Pembentukan sistem komunikasi internal dan
eksternal tanggap darurat Rumah Sakit;
k. sistem tanggap darurat.
11) Pengumpulan, pengolahan, dokumentasi data dan
pelaporan kegiatan K3
a. prosedur pencatatan dan pelaporan serta penanggulangan
kecelakaan kerja, PAK, kebakaran dan bencana (termasuk
format pencatatan dan pelaporan yang sesuai dengan
kebutuhan);
b. sistem pelapor. n kejadian dan tindak lanjutnya (alur
pelaporan kejadian nyaris celaka dan celaka serta SOP
pelaporan, penanganan dan tindak lanjut kejadian nyaris
celaka (near miss) dan celaka);
c. Pendokumentasian data;
-
18
Data seluruh SDM Rumah Sakit;
Data SDM Rumah Sakit yang sakit yang dilayani;
Data pekerja luar Rumah Sakit yang sakit yang dilayani;
Data pemeriksaan kesehatan SDM Rumah Sakit :
- Sebelum bekerja (awal) (orang)
- Berkala (orang)
- Khusus (orang)
Cakupan MCU bagi SDM Rumah Sakit;
Angka absensi SDM Rumah Sakit;
Kasus penyakit umum pada SDM Rumah Sakit;
Kasus penyakit umum pada pekerja luar Rumah Sakit;
Jenis penyakit yang terbanyak di kalangan pekerja Rumah
Sakit;
Jenis penyakit yang terbanyak di kalangan pekerja Luar
Rumah Sakit;
Kasus penyakit akibat kerja (SDM Rumah Sakit);
Kasus penyakit akibat kerja (pekerja Luar Rumah Sakit);
Kasus diduga penyakit akibat kerja (SDM Rumah Sakit);
Kasus diduga penyakit akibat kerja (pekerja luar Rumah
Sakit);
Kasus kecelakaan akibat kerja (SDM Rumah Sakit);
Kasus kecelakaan akibat kerja (pekerja luar Rumah Sakit);
Kasus kebakaran/peledakan akibat bahan kimia;
Data kejadian nyaris celaka (near miss) dan celaka;
Data sarana, prasarana dan peralatan keselamatan kerja;
Data perizinan;
Data kegiatan pemantauan keselamatan kerja;
Data pelatihan dan sertifikasi;
-
19
Data pembinaan dan pengawasan terhadap kantin dan
pengelolaan makanan di Rumah Sakit (dapur);
Data promosi kesehatan dan keselamatan kerja bagi SDM
Rumah Sa kit, pasien dan pengunjung/pengantar pasien;
Data petugas kesehatan RS yang berpendidikan formal
kesehatan kerja, sudah dilatih Kesehatan dan
Keselamatan Kerja dan sudah dilatih tentang Diagnosis
PAK;
Data kegiatan pemantauan APD Uenis, jumlah, kondisi
dan penggunaannya);
Data kegiatan pemantauan kesehatan lingkungan kerja
dan pengendalian bahaya di tempat kerja (unit kerja
Rumah Sakit).
12) Review program tahunan
a. Melakukan internal audit K3 dengan menggunakan
instrumen self assessment akreditasi Rumah Sakit;
b. Umpan balik SDM Rumah Sakit melalui wawancara
langsung, observasi sing kat, survey tertulis dan
kuesioner, dan evaluasi ulang; c. Analisis biaya terhadap
SDM Rumah Sakit atas kejadian penyakit dan
kecelakaan akibat kerja;
c. Mengikuti akreditasi Rumah Sakit.
Komitmen manajemen memberikan kekuatan
pendorong dan sumber daya untuk mengatur dan
mengendalikan aktivitas dengan organisasi. Dalam sebuah
program yang efektif, manajemen menganggap keselamatan
dan kesehatan pekerja sebagai nilai fundamental organisasi
dan menerapkan komitmennya terhadap perlindungan
keselamatan dan kesehatan dengan semangat yang sama
seperti pada tujuan organisasi lainnya.
-
20
a. Bagian pertama dari program keselamatan dan kesehatan
menyeluruh harus menjadi kebijakan tertulis dari
manajemen puncak dan dukungan yang nyata untuk
menyelesaikan program keamanan dan kesehatan.
Kebijakan tertulis adalah landasan program. Tanggung
jawab ditugaskan dan dikomunikasikan untuk semua aspek
program dan manajer bertanggung jawab atas kinerja
keselamatan.
b. Keterlibatan karyawan menyediakan sarana untuk
mengembangkan dan / atau mengekspresikan komitmen
mereka terhadap perlindungan keselamatan dan kesehatan
kerja, untuk diri mereka sendiri dan rekan kerja mereka.
Mereka termasuk dalam tahap awal pengembangan dan
pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja dan
berbagi tanggung jawab untuk itu. Tanggung jawab mereka
diuraikan secara tertulis. Keterlibatan karyawan termasuk
masukan karyawan dalam penulisan program awal.
Karyawan memiliki gagasan dan saran tentang bagaimana
program dibentuk dan komponennya. Karena mereka lebih
dekat dengan pekerjaan dan bahaya pekerjaan daripada
manajemen, karena mereka dapat memberikan wawasan
yang mungkin tidak pernah terpenuhi pada seseorang yang
belum benar-benar melakukan pekerjaan itu. Dengan
memasukkan karyawan dalam prosesnya, manajemen
cenderung memiliki '' buy-in '' dan partisipasi aktif oleh
mereka.
c. Program juga harus mencakup bagian tentang analisis di
tempat kerja. Analisis tempat kerja melibatkan berbagai
pemeriksaan di tempat kerja, untuk mengidentifikasi tidak
hanya bahaya yang ada tetapi juga kondisi dan operasi di
-
21
mana perubahan mungkin terjadi untuk menciptakan
bahaya. Kurangnya kesadaran akan bahaya, yang berasal
dari kegagalan untuk memeriksa lokasi kerja, adalah
kebijakan keamanan dan kebijakan kesehatan dan / atau
tindakan pencegahan berkala. Manajemen yang efektif
secara aktif menganalisis pekerjaan dan tempat kerja,
untuk mengantisipasi dan mencegah terjadinya bahaya. Hal
ini memerlukan pemeriksaan berkala terhadap tempat
kerja melalui inspeksi, audit, dan penerapan alat
keselamatan lainnya seperti analisis keselamatan kerja.
d. Selanjutnya, pencegahan dan pengendalian bahaya dipicu
oleh penentuan bahaya atau potensi bahaya yang ada. Bila
memungkinkan, bahaya dicegah dengan desain tempat
kerja atau pekerjaan yang efektif. Bila tidak memungkinkan
untuk menghilangkannya, mereka dikendalikan untuk
mencegah pemaparan yang tidak aman dan tidak sehat.
Setelah bahaya atau bahaya potensial dikenali, eliminasi
atau kontrol dilakukan pada waktu yang tepat. Teknik
untuk mengidentifikasi dan mengendalikan bahaya harus
didiskusikan dalam program.
e. Terakhir, pelatihan menangani tanggung jawab
keselamatan dan kesehatan semua personil yang terkait
dengan situs ini, baik yang digaji atau per jam. Sertakan
pelatihan ini ke dalam sesi mengenai persyaratan kinerja
dan praktik kerja. Kerumitan pelatihan tergantung pada
ukuran dan kompleksitas tempat kerja dan sifat bahaya dan
potensi bahaya di lokasi.
Adanya program kesehatan yang baik akan
menguntungkan para pekerja secara material, karena mereka
akan lebih jarang absen bekerja dengan lingkungan yang
-
22
menyenangkan, sehingga secara keseluruhan akan mampu
bekerja lebih lama berartilebih produktif. Kesehatan kerja
dapat dilakukan dengan penciptaan lingkungan kerjayang
sehat.
Elemen-elemen yang patut dipertimbangkan dalam
mengembangkan dan mengimplementasikan program K3
adalah sebagai berikut:
1) Komitmen perusahaan untuk mengembangkan program
yang mudah dilaksanakan.
2) Kebijakan pimpinan tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3).
3) Ketentuan penciptaan lingkungan kerja yang menjamin
terciptanya K3 dalam bekerja.
4) Ketentuan pengawasan selama proyek berlangsung.
5) Pendelegasian wewenang yang cukup selama proyek
berlangsung.
6) Ketentuan penyelenggaraan pelatihan dan pendidikan.
7) Pemeriksaan pencegahan terjadinya kecelakaan kerja.
8) Melakukan penelusuran penyebab utama terjadinya
kecelakaan kerja.
9) Mengukur kinerja program keselamatan dan kesehatan
kerja.
10) Pendokumentasian yang memadai dan pencacatan
kecelakaan kerja secara kontinu.
Ada beberapa faktor penerapan program kesehatan dan
keselamatan, diantaranya adalah:
1) Keadaan Lingkungan Kerja
a. Persiapan dan penyimpanan barang-barang berbahaya
harus dipertimbangkan keamanannya.
-
23
b. Ruang kerja terlalu ramai dan padat dikondisikan.
2) Pengaturan Udara
a. Perubahan udara di ruang kerja pasti bagus.
b. Suhu udara harus dikondisikan
3) Pencahayaan
a. Pengaturan dan gunakan sumber cahaya yang tepat
b. Ruang kerja cukup terang
4) Penggunaan Peralatan Kerja
a. Peralatan keselamatan harus merupakan pekerjaan yang
baik dan layak.
b. Penggunaan mesin dan perangkat elektronik harus
dengan keamanan yang baik.
5) Kondisi Fisik dan Mental Karyawan
a. Alat indra dan stamina karyawan harus stabil.
b. Emosi karyawan harus stabil, motivasi kerja tinggi, sikap
dan kecerobohan karyawan tidak cukup pengetahuan
dalam penggunaan fasilitas kerja, terutama fasilitas kerja
yang membawa risiko bahaya.
II.5 Manfaat Program K3
Program keselamatan dan kesehatan kerja dapat
membantu membawa "budaya keselamatan" ke rumah sakit,
dengan potensi keuntungan bagi keselamatan pekerja dan
pasien. Dengan program keselamatan dan kesehatan kerja,
melindungi keselamatan dan kesehatan berawal dari aktivitas
terisolasi dan sporadis menjadi satu yang terintegrasi ke dalam
semua proses dan aktivitas bisnis dan operasional.
Keselamatan dan kesehatan tidak didelegasikan kepada hanya
sedikit orang - ini didistribusikan ke seluruh angkatan kerja
dan didukung oleh tanggung jawab, komitmen, dan perhatian
-
24
manajemen yang signifikan. Setiap orang mengambil alih
tujuan meningkatkan kinerja keselamatan dan kesehatan
organisasi. Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
membantu memastikan bahwa bahaya telah diidentifikasi
sebelumnya, pengendalian yang efektif diterapkan, orang-
orang dilatih dan diberdayakan dengan memadai, dan proses
kerja dirancang dan dilaksanakan dengan cara yang
memberikan kinerja keselamatan dan kesehatan yang lebih
konsisten.
Program keselamatan dan kesehatan kerja dapat membantu
rumah sakit menyadari berbagai manfaat:
a. Lebih sedikit luka, penyakit, dan infeksi.
b. Mengurangi biaya klaim kompensasi pekerja dan
menurunkan premi asuransi kesehatan.
c. Kurangnya absensi dan tingkat pengembalian bekerja yang
lebih tinggi setelah cedera atau penyakit.
d. Perbaikan praktik kerja, yang menyebabkan peningkatan
efisiensi dan keamanan dan kepuasan pasien yang lebih
besar.
e. Kepuasan kerja, moral, dan retensi karyawan yang lebih
tinggi.
f. Peningkatan reputasi.
Rumah sakit menemukan bahwa praktik yang diadopsi
di bawah sistem manajemen untuk memperbaiki keselamatan
pekerja membantu mereka mengadopsi dan memperkuat
praktik yang memperbaiki keselamatan pasien juga. Mereka
melihat biaya dari cedera dan penyakit pada pasien dan
karyawan menurun. Banyak studi kasus dan praktik terbaik
yang disorot dalam publikasi ini menggambarkan efek sinergis
semacam ini.
-
25
II.6 PENUTUP
Kesimpulan
Program K3 bertujuan untuk melindungi keselamatan
dan kesehatan serta meningkatkan produktifitas SDM Rumah
Sakit, melindungi pasien, pengunjung/ pengantar pasien dan
masyarakat serta lingkungan sekitar Rumah Sakit. Kinerja
setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan
resultante dari tiga komponen yaitu ka asitas kerja, beban
kerja, dan lingkungan kerja. Adanya program kesehatan yang
baik akan menguntungkan para pekerja secara material,
karena mereka akan lebih jarang absen bekerja dengan
lingkungan yang menyenangkan, sehingga secara keseluruhan
akan mampu bekerja lebih lama berartilebih produktif.
Kesehatan kerja dapat dilakukan dengan penciptaan
lingkungan kerjayang sehat.
3.1. Saran
Penulis berharap dengan adanya makalah ini tenaga
kesehatan khususnya mahasiswa kedokteran gigi dapat
mengetahui program K3 sehingga dapat menerapkannya di
kehidupan sehari-hari.
BAB III
-
26
DASAR – DASAR ENVIROMENTAL
HEALTH
Latar Belakang
esehatan lingkungan atau environmental health
merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial
kemasyarakatan, bahkan merupakan salah satu unsur
penentu atau determinan dalam kesejahteraan penduduk. Di
mana lingkungan yang sehat sangat dibutuhkan bukan hanya
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, tetapi juga
untuk kenyamanan hidup dan meningkatkan efisiensi kerja
dan belajar.
Pada masa yang datang pemerintah lebih fokus pada
pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan dan
pengembangan wilayah yang berkesadaran lingkungan,
sementara pihak pengguna infrastruktur dalam hal ini
masyarakat secara keseluruhan harus disiapkan dengan
kesadaran lingkungan yang lebih baik (tahu sesuatu atau tahu
bersikap yang semestinya). Masa datang kita dihadapkan
dengan penggunaan IPTEK yang lebih maju dan lebih
kompleks yang memerlukan profesionalisme yang lebih baik
dengan jenjang pendidikan yang memadai. Di samping itu
dalam proses pembangunan masa datang, diperlukan adanya
teknologi kesehatan lingkungan yang menitik beratkan
upayanya pada metodologi mengukur dampak kesehatan dari
pencemaran yang ditimbulkan oleh adanya pembangunan,
Indikator ini harus mudah, murah untuk diukur juga sensitif
menunjukkan adanya perubahan kualitas lingkungan.
K
-
27
III.1 Konsep dan batasan kesehatan lingkungan
(environmental health)
Pengertian kesehatan
Definisi kesehatan menurut World Health Organization
(WHO) saat ini, yang dirumuskan pada tahun 1948,
menggambarkan kesehatan sebagai " keadaan yang meliputi
kesehatan fisik, mental, dan sosial yang tidak hanya berarti
suatu keadaan yang bebas dari penyakit dan kecacatan”.1
Pengertian lingkungan
Lingkungan adalah semua faktor fisik, kimia dan biologi
yang berada di luar host manusia, serta faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku terkait, namun tidak termasuk
lingkungan alami yang tidak dapat dimodifikasi secara wajar.2
Pengertian kesehatan lingkungan (environmental
health)
World Health Organization (WHO) memberikan definisi
kesehatan lingkungan atau environmental health sebagai
berikut :
Kesehatan Lingkungan terdiri dari aspek-aspek
kesehatan manusia, termasuk kualitas hidup, yang ditentukan
oleh faktor fisik, kimia, biologi, sosial, dan psikososial di
lingkungan. Ini juga mengacu pada teori dan praktik untuk
menilai, memperbaiki, mengendalikan, dan mencegah faktor-
faktor di lingkungan yang berpotensi mempengaruhi
kesehatan generasi sekarang dan masa depan.3
III.2 Ruang lingkup kesehatan lingkungan
(environmental health)
-
28
Menurut WHO ada 17 ruang lingkup kesehatan
lingkungan, yaitu :4
a. Penyediaan air minum, berkeaitan dengan penyediaan air
bersih yang aman yang mudah diakses oleh pengguna, dan
perencanaan, perancangan, pengelolaan, dan pengawasan
sanitasi supra air masyarakat, dengan mempertimbangkan
penggunaan sumber daya air lain secara esensial.
b. Pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran,
meliputi pengumpulan, pengolahan dan pembuangan
kotoran rumah tangga dan limbah yang terbawa air lainnya,
dan kontrol kualitas air permukaan (termasuk laut) dan air
tanah.
c. Pembuangan sampah padat, termasuk penanganan dan
pembuangan sanitasi.
d. Pengendalian vektor, termasuk kontrol arthropoda,
moluska, tikus, dan penghambat penyakit alternatif lainnya.
e. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta
manusia dan oleh zat yang merugikan kehidupan manusia,
hewan, atau tumbuhan.
f. Higiene makanan, termasuk higiene susu.
g. Pengendalian pencemaran udara.
h. Pengendalian radiasi.
i. Kesehatan kerja, khususnya pengendalian bahaya fisik,
kimia, dan biologis.
j. Pengendalian kebisingan.
k. Perumahan dan lingkungan sekitar, terutama aspek
kesehatan masyarakat dari bangunan perumahan, umum,
dan kelembagaan.
l. Perencanaan kota dan daerah.
m. Perencanaan daerah dan perkotaan
-
29
n. Aspek kesehatan lingkungan transportasi udara, laut, atau
darat
o. Pencegahan kecelakaan.
p. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan
keadaan epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan
penduduk.
q. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin
lingkungan bebas dari resiko terhadap kesehatan.
III.3 Sasaran kesehatan lingkungan (environmental
health)
Sasaran kesehatan lingkungan menurut UU 23/1992 pasal 22
ayat (2) tentang kesehatan, yaitu :5
a. Tempat umum : hotel, terminal, pasar, pertokoan, dan
usaha-usaha yang sejenis.
b. Lingkungan pemukiman : rumah tinggal, asrama/yang
sejenis.
c. Lingkungan kerja : perkantoran, kawasan industri/yang
sejenis.
d. Angkutan umum : kendaraan darat, laut dan udara yang
digunakan untuk umum.
e. Lingkungan lainnya : misalnya yang bersifat khusus seperti
lingkungan yang berada dlm keadaan darurat, bencana
perpindahan penduduk secara besar2an, reaktor/tempat
yang bersifat khusus.
III. IV Konsep hubungan interaksi antara host-agent
environmental
Terdapat tiga komponen (faktor) yang berperan dalam
menimbulkan penyakit (model ekologi) yaitu sebagai berikut.6
-
30
a. Agen (agent) atau penyebab adalah penyebab penyakit pada
manusia.
b. Penjamu (host) atau tuan rumah/induk semang adalah
manusia yang terkena penyakit.
c. Lingkungan (environment) adalah segala sesuatu yang
berada di luar kehidupan organisme, contohnya lingkungan
fisik, kimia, dan biologi.
Hubungan interaksi antara agen, host, dan lingkungan
dapat dilihat dalam konsep “The disease triad” berikut ini.7
Host
Agent
Environmental
Gambar 2.1 The Disease Triad7
Adapun karakteristik dari ketiga komponen (faktor)
yang berperan dalam menimbulkan penyakit adalah sebagai
berikut.6
a. Karakteristik lingkungan
1. Fisik : Air, Udara, Tanah, Iklim, Geografis, Perumahan,
Pangan, Panas, radiasi.
2. Sosial : Status sosial, agama, adat istiadat, organisasi
sosial politik, dll.
3. Biologis : Mikroorganisme, serangga, binatang, tumbuh-
tumbuhan.
b. Karakteristik agent/penyebab penyakit
-
31
Agent penyakit dapat berupa agent hidup atau agent tidak
hidup. Agent penyakit dapat dikualifikasikan menjadi 5
kelompok, yaitu :6
1. Agent biologis. Beberapa penyakit beserta penyebab
spesifiknya.
Jenis
agent Spesies agent Nama penyakit
Metazoa Ascaris
lumbricoides Ascariasis
Protozoa Plasmodium vivax Malaria Quartana
Fungi Candida albicans Candidiasis
Bakteri Salmonella typhi Typhus
abdominalis
Rickettsia Rickettsia
tsutsugamushi Scrub typhus
Virus Virus influenza Influenza
2. Agent nutrien : protein, lemak, karbohidrat, vitamin,
mineral, dan air.
3. Agent fisik : suhu, kelembaban, kebisingan, radiasi,
tekanan, panas.
4. Agent kimia (chemis) : eksogen (contohnya alergen, gas,
debu) dan endogen (contohnya metabolit dan hormon).
5. Agent mekanis : gesekan, pukulan, tumbukan, yang dapat
menimbulkan kerusakan jaringan.
c. Karakteristik host/pejamu
Faktor manusia sangat kompleks dalam proses
terjadinya penyakit dan tergantung dari karakteristik yang
dimiliki oleh masing – masing individu, yakni :6
-
32
1. Umur : penyakit arterosklerosis pada usia lanjut,
penyakit kanker pada usia pertengahan.
2. Seks : resiko kehamilan pada wanita, kanker prostat
pada laki-laki.
3. Ras : sickle cell anemia pada ras negro.
4. Genetik : buta warna, hemofilia, diabetes, thalassemia.
5. Pekerjaan : asbestosis, bysinosis.
6. Nutrisi : gizi kurang menyebabkan TBC, obesitas,
diabetes.
7. Status kekebalan : kekebalan terhadap penyakit virus
yang tahan lama dan seumur hidup.
8. Adat istiadat : kebiasaan makan ikan mentah
menyebabkan cacing hati.
9. Gaya hidup : merokok, minum alkohol.
10. Psikis : stress menyebabkan hypertensi, ulkus peptikum,
insomnia.
III.5 Masalah-masalah kesehatan lingkungan di
Indonesia
Air bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan
sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan
dapat diminum apabila telah dimasak. Air minum adalah air
yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsung diminum.6,8
Ketidaktersediaan air bersih secara umum disebabkan
oleh dua faktor, yaitu faktor alam dan faktor manusia. Faktor
alam disebabkan secara alamiah bentukan (kondisi)
wilayahnya yang memang sulit untuk mendapatkan air
sehingga tidak tersedianya air. Faktor manusia yaitu
-
33
dikarenakan tercemarnya air bersih akibat aktiftas manusia.9
Air dapat dikatakan memiliki kualitas yang bersih
apabila telah memenuhi syarat-syarat berikut :6,8
a. Syarat fisik : tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna.
b. Syarat kimia : kadar besi maksimum yang diperbolehkan
0,3 mg/l, Kesadahan (maks 500 mg/l).
c. Syarat mikrobiologis : koliform tinja/total koliform (maks 0
per 100 ml air).
Pembuangan kotoran/tinja
Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan
jamban dengan syarat sebagai berikut :6
a. Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi.
b. Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang
mungkin memasuki mata air atau sumur.
c. Tidak boleh terkontaminasi air permukaan.
d. Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain.
e. Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar ; atau, bila
memang benar-benar diperlukan, harus dibatasi seminimal
mungkin.
f. Jamban harus babas dari bau atau kondisi yang tidak sedap
dipandang.
g. Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana
dan tidak mahal.
Kesehatan pemukiman
Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila
memenuhi kriteria sebagai berikut :10,11,12
a. Memenuhi kebutuhan fisiologis, yaitu : pencahayaan,
ventilasi dan pemanas yang memadai, penghawaan dan
-
34
ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang
mengganggu.
b. b. Memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu : privacy yang
cukup, komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan
penghuni rumah, penyediaan fasilitas yang memadai yang
memungkinkan kinerja tugas rumah tangga tanpa kelelahan
fisiologis dan mental yang tidak semestinya, penyediaan
fasilitas untuk kepuasan estetis di dalam rumah dan
sekitarnya.
c. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan
penyakit antarpenghuni rumah dengan penyediaan air
bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas
vektor penyakit, kepadatan hunian yang tidak berlebihan,
terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran,
penyediaan ruang yang cukup di kamar tidur untuk
meminimalkan bahaya infeksi kontak.
d. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya
kecelakaan baik yang timbul karena keadaan luar maupun
dalam rumah antara lain kemanan yang memadai,
konstruksi yang tidak mudah roboh untuk meminimalkan
bahaya kecelakan akibat jatuhnya bagian struktur, tidak
mudah terbakar, terhindar dari bahaya keracunan gas, tidak
cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir,
terhindar dari bahaya lalu lintas.
Semua hal tersebut diatas harus tersedia dengan biaya
terjangkau dan harus mempertimbangkan faktor budaya,
sosial, lingkungan, ekonomi, dan jenis kelamin atau usia
tertentu.12
Pembuangan sampah
-
35
Di dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008
Tentang Pengelolaan Sampah, disebutkan bahwa pengelolaan
sampah adalah kegiatan sistematis, menyeluruh, dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan
penanganan sampah.13
Pengelolaan persampahan mempunyai tujuan yang
sangat mendasar yang meliputi meningkatkan kesehatan
lingkungan dan masyarakat, melindungi sumber daya alam
(air), melindungi fasilitas sosial ekonomi dan menunjang
sektor strategis.14
Adapun teknik pengolahan sampah adalah sebagai
berikut :14
a. Pengomposan (composting)
Pengomposan (composting) adalah suatu cara pengolahan
sampah organik dengan memanfaatkan aktifitas bakteri untuk
mengubah sampah menjadi kompos (proses pematangan).
b. Pembakaran sampah
Pembakaran sampah dapat dilakukan pada suatu tempat,
misalnya lapangan yang jauh dari segala kegiatan agar tidak
mengganggu. Namun demikian pembakaran ini sulit
dikendalikan bila terdapat angin kencang, sampah, arang
sampah, abu, debu, dan asap akan terbawa ketempat- tempat
sekitarnya yang akhirnya akan menimbulkan gangguan.
Pembakaran yang paling baik dilakukan disuatu instalasi
pembakaran, yaitu dengan menggunakan insinerator, namun
pembakaran menggunakan insinerator memerlukan biaya
yang mahal.
c. Recycling
Recycling merupakan salah satu teknik pengolahan
sampah, dimana dilakukan pemisahan atas benda-benda
-
36
bernilai ekonomi seperti : kertas, plastik, karet, dan lain-lain
dari sampah yang kemudian diolah sedemikian rupa sehingga
dapat digunakan kembali baik dalam bentuk yang sama atau
berbeda dari bentuk semula.
d. Reuse
Reuse merupakan teknik pengolahan sampah yang hampir
sama dengan recycling, bedanya reuse langsung digunakan
tanpa ada pengolahan terlebih dahulu.
e. Reduce
Reduce adalah usaha untuk mengurangi potensi timbulan
sampah, misalnya tidak menggunakan bungkus kantong
plastik yang berlebihan.
Dengan mengetahui unsur-unsur pengelolaan sampah,
kita dapat mengetahui hubungan dan urgensinya masing-
masing unsur tersebut agar kita dapat memecahkan masalah-
masalah ini secara efisien.
Serangga dan binatang pengganggu
Serangga sebagai reservoir (habitat dan suvival) bibit
penyakit yang kemudian disebut sebagai vektor misalnya :
pinjal tikus untuk penyakit pes/sampar, Nyamuk Anopheles sp
untuk penyakit Malaria, Nyamuk Aedes sp untuk Demam
Berdarah Dengue (DBD), Nyamuk Culex sp untuk Penyakit
Kaki Gajah/Filariasis. Penanggulangan/ pencegahan dari
penyakit tersebut diantaranya dengan merancang
rumah/tempat pengelolaan makanan dengan rat proff (rapat
tikus), Kelambu yang dicelupkan dengan pestisida untuk
mencegah gigitan Nyamuk Anopheles sp, Gerakan 3 M
(menguras mengubur dan menutup) tempat penampungan air
untuk mencegah penyakit DBD, Penggunaan kasa pada lubang
-
37
angin di rumah atau dengan pestisida untuk mencegah
penyakit kaki gajah dan usaha-usaha sanitasi.6
Binatang pengganggu yang dapat menularkan penyakit
misalnya anjing dapat menularkan penyakit rabies/anjing gila.
Kecoa dan lalat dapat menjadi perantara perpindahan bibit
penyakit ke makanan sehingga menimbulakan diare. Tikus
dapat menyebabkan Leptospirosis dari kencing yang
dikeluarkannya yang telah terinfeksi bakteri penyebab.6
Makanan dan Minuman
Sasaran higene sanitasi makanan dan minuman adalah
restoran, rumah makan, jasa boga dan makanan jajanan
(diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau
disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi
umum selain yang disajikan jasa boga, rumah
makan/restoran, dan hotel).6
Persyaratan hygiene sanitasi makanan dan minuman
tempat pengelolaan makanan meliputi :6,15
a. Pemilihan bahan makanan yaitu bahan makanan yang
dipilih harus mempertimbangkan beberapa hal, seperti
batas kadaluarsa, terdaftar pada Kemenkes, dan bahan
tersebut diizinkan pemakaiannya untuk makanan.
b. Penyimpanan bahan makanan yaitu penyimpanan bahan
makanan untuk mencegah bahan makanan agar tidak cepat
rusak.
c. Pengolahan makanan yang makanan meliputi 3 hal, yaitu
peralatan, penjamah makanan,dan tempat pengolahan.
d. Penyimpanan makanan matang yang disimpan sebaiknya
pada suhu rendah, agar pertumbuhan mikroorganisme yang
dapat merusak makanan dapat ditahan
-
38
e. Pengangkutan makanan yaitu pengangkutan makanan yang
diinginkan adalah dengan wadah tertutup.
f. Penyajian makanan disajikan dengan segera, jika makanan
dihias maka bahan yang digunakan merupakan bahan yang
dapat dimakan.
Pencemaran lingkungan
Pencemaran lingkungan merupakan masalah yang luas
dan sangat mempengaruhi kesehatan manusia. Pencemaran
lingkungan diantaranya pencemaran air, pencemaran tanah,
pencemaran udara.
a. Pencemaran udara
Udara yang kita hirup merupakan unsur penting bagi
kesehatan dan hidup sehat kita. Sayangnya polusi udara
umum terjadi di seluruh dunia khususnya di negara maju.
Udara yang tercemar mengandung satu, atau lebih, zat
berbahaya, polutan, atau kontaminan yang menimbulkan
bahaya bagi kesehatan umum. Polutan utama yang ditemukan
di udara yang kita hirup meliputi, partikel, PAH, timbal, ozon
tingkat dasar, logam berat, sulfur dioksida, benzena, karbon
monoksida dan nitrogen dioksida. Polisi udara disebabkan
oleh peningkatan populasi dan lalu lintas, pengembangan
industry, pengembangan rekayasa mobil, pembangkitan
termal dan nuklir, dan pengembangan pertanian dll. Selain itu,
sumber alami termasuk insinerator dan pembuangan limbah,
kebakaran hutan dan pertanian dapat menyebabkan
pencemaran udara.16
Beberapa penyakit yang sering disebabkan oleh
pencemaran udara, yaitu penyakit pernafasan, iritasi mata dan
-
39
tenggorokan, kelumpuhan, dan keracunan lambat yang
menyebabkan kematian.17
b. Pencemaran air
Air yang kita minum merupakan bahan penting untuk
kesehatan dan hidup sehat kita. Sayangnya air dan udara yang
tercemar biasa terjadi di seluruh dunia. Air yang tercemar
terdiri dari limbah buangan industri, air limbah, polusi air
hujan dan tercemar oleh pertanian atau rumah tangga
menyebabkan kerusakan pada kesehatan manusia atau
lingkungan.15 Beberapa penyakit yang berhubungan dengan air
(waterborne deseases) telah dikenal sejak lama. Pencemaran
air minum oleh air limbah dan/atau oleh kotoran manusia
(tinja), yang mengandung organisme yang dapat menimbulkan
penyakit, virus, bakteria patogen dan sebagainya, bisa
menyebar dengan cepat ke seluruh sistem jaringan pelayanan
air minum tersebut, serta dapat menyebabkan wabah atau
peledakan jumlah penderita penyakit di suatu wilayah dalam
waktu singkat.18
Beberapa ciri khusus penyebaran penyakit-penyakit ini
antara lain-lain proses penularan umumnya melalui mulut,
terjadi di daerah pelayanan yang airnya tercemar, penyakit
umum terkonsentrasi pada suatu wilayah secara temporer,
penderitanya tidak terbatas pada suku, umur, atau jenis
kelamin tertentu, meskipun Sulit mendeteksi bakteri patogen
dalam air, bisa di perkirakan melalui
pemerikasaan/pendeteksian bakteri coli yang disebabkan oleh
pencemaran tinja dan waktu inkubasi biasanya sedikit lebih
panjang
dibandingkan apabila keracunan oleh makanan.
Beberapa penyakit yang paling sering berjangkit, yaitu
-
40
disentri, tipus dan paratifus, kholera, hepatitis A, poliomelistis
anterior akut. 18
c. Pencemaran tanah
Pencemaran tanah adalah salah satu bentuk utama
bencana lingkungan yang dihadapi dunia saat ini. Pencemaran
tanah dapat disebabkan oleh sebagian besar limbah industri
padat yang mengandung logam berat dibuang, tanpa
pretreatment, dalam pembuangan terbuka. Polusi terburuk
berasal dari tambang terbuka, pembangkit listrik berbasis
lignit, pabrik kimia, dan industri aluminium. Efek dari polusi
tanah kanker yaitu leukemia dan inibahaya bagi anak kecil
karena dapat menyebabkan kerusakan pada otak selanjutnya.
Merkuri di tanah meningkatkan risiko penyumbatan
neuromuskular, menyebabkan sakit kepala, gagal ginjal,
depresi sistem saraf pusat, iritasi mata dan ruam kulit, mual
dan kelelahan. Polusi tanah terkait erat dengan polusi udara
dan air, sehingga banyak efeknya keluar seperti yang serupa
dengan kontaminasi air dan udara. Pencemaran tanah dapat
mengubah metabolism-metabolisisme tanaman dan
mengurangi hasil panen dan proses yang sama dengan
mikroorganisme dan arthropoda dalam lingkungan tanah
tertentu; Ini mungkin melenyapkan beberapa lapisan rantai
makanan utama, dan karenanya memiliki efek negatif pada
hewan predator. Bentuk kehidupan kecil dapat mengkonsumsi
bahan kimia berbahaya yang kemudian dapat melewati rantai
makanan ke hewan yang lebih besar; Hal ini dapat
menyebabkan tingkat kematian meningkat dan bahkan
kepunahan hewan.16
-
41
III.6 Penyebab masalah kesehatan lingkungan di
Indonesia
Ada beberapa penyebab masalah kesehatan lingkungan
di Indonesia, antara lain sebagai berikut :19
a. Kelangkaan kebutuhan dasar seperti air da udara yang
bersih, tanah dan hutan yang sehat, tempat penampungan
yang aman dan nyaman, dan kondisi kerja yang aman.
b. Kelebihan barang berbahaya yang tidak kita butuhkan,
seperti sampah, bahan kimia beracun, polusi, dan junk
food.
III.5 Syarat-syarat Lingkungan Sehat Persyaratan kesehatan lingkungan meliputi parameter
sebagai berikut :20
a. Lokasi 1. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti
bantaran sungai, aliran lahar, tanah longsor, gelombang tsunami, daerah gempa, dan sebagainya.
2. Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA) sampah atau bekas tambang.
3. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti jalur pendaratan penerbangan.
b. Kualitas udara Kualitas udara ambien di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas beracun dan memenuhi syarat baku mutu lingkungan sebagai berikut :
1. Gas H2S dan NH
3 secara biologis tidak terdeteksi.
2. Debu dengan diameter kurang dari 10 µg maksimum 150 µg/m3
3. Gas SO2 maksimum 0,10 ppm.
4. Debu maksimum 350 mm3/m2 per hari.
c. Kebisingan dan getaran 1. Kebisingan dianjurkan 45 dB.A. 2. maksimum 55 dB.A.
-
42
3. Tingkat getaran maksimum 10 mm/detik .
d. Kualitas tanah 1. Kandungan Timah hitam (Pb) maksimum 300 mg/kg. 2. Kandungan Arsenik (As) total maksimum 100 mg/kg. 3. Kandungan Cadmium (Cd) maksimum 20 mg/kg. 4. Kandungan Benzo(a)pyrene maksimum 1 mg/kg.
e. Vektor penyakit 1. Indeks lalat harus memenuhi syarat. 2. Indeks jentik nyamuk dibawah 5%.
f. Penghijauan Pepohonan untuk penghijauan lingkungan merupakan
pelindung dan juga berfungsi untuk kesejukan, keindahan dan kelestarian alam.
-
43
BAB IV
INDIKATOR KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA
Latar Belakang
eselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu
faktor yang penting agar berlangsungnya roda
pendapatan yang diterima oleh organisasi itu berjalan
engan baik. Tetapi, masih banyak organisasi maupun
perusahaan yang masih melalaikan tingkat keamanan dan
kesehatan kerja dan hanya fokus dengan pendapatan yang
diterima oleh perusahaan tersebut. Kecelakaan bukan hanya
sebuah masalah alam industri yang “tidak aman” seperti
pertambangan dan konstruksi.
K
-
44
Selain itu juga, keamanan dan pencegahan kecelakaan
telah menjadi perhatian para manajer karena beberapa alasan,
salah satunya adalah jumlah kecelakaan yang berhubungan
dengan pekerjaan ternyata mengejutkan. Sebagai contoh,
5.500 pekerja AS diawal tahun 2000 meninggal kecelakaan
ditempat kerja, dan ada lebih dari 4,7 juta luka tidak fatal dan
sakit karena kecelakaan saat bekerja. Secara kasar 5,1 kasus
per 100 pekerja penuh waktu di Amerika Serikat per tahun.
Banyak pakar-pakar yakin bahwa angka demikian sebenarnya
lebih rendah dari angka sesungguhnya.
Sehingga pentingnya indikator keselamatan dan
kesehatan kerja agar menjadi petunjuk dalam mengavaluasi
keadaan agar karyawan terhindar dari hal-hal yang tidak
diinginkan.
IV.1 Konsep Indikator keselamatan dan kesehatan
kerja
Pengertian Indikator
Terdapat banyak literatur yang menyebutkan tentang
definisi indikator. Beberapa diantaranya yang cukup baik
adalah sebagai berikut:1
a. Indikator adalah variable yang membantu kita dalam
mengukur perubahan-perubahan yang terjadi baik secara
langsung maupun tidak langsung (WHO, 1981)
b. Indikator adalah suatu ukuran tidak langsung dari suatu
kejadian atau kondisi (Wilson & Sapanuchart, 1993)
c. Indikator adalah statistik dari hal normative yang menjadi
perhatian kita yang dapat membantu kita dalam membuat
penilaian ringkasan, komperhensif, dan berimbag
terhadap kondisi-kondisi atau aspek-aspek penting dari
-
45
suatu masyarakat (Departemen Kesehatan, Pendidikan
dan Kesejahteraan Amerika, 1969)
d. Indikator adalah variabel-variabel yang mengindikasi atau
memberi petunjuk kepada kita tentang suatu keadaan
tertentu, sehingga dapat digunakan untuk mengukur
perubahan (Green, 1992).
e. Indikator adalah sesuatu yang dapat memberikan petunjuk
atau keterangan (Kamus Besar Bahasa Indonesia).2
Dari definisi di atas jelas bahwa indikator adalah
variabel yang dapat digunakan untuk mengevaluasi keadaan
atau status dan memungkinkan dilakukannya pengukuran
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dari waktu ke
waktu. Suatu indikator tidak selalu menjelaskan keadaan
secara keseluruhan tetapi kerap kali hanya memberi petunjuk
(indikasi) tentang keadaan keseluruhan tersebut sebagai suatu
pendugaan (proxy).1
IV.2 Pengertian keselamatan dan kesehatan kerja
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) umumnya
didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan antisipasi, pengakuan,
evaluasi dan pengendalian bahaya yang timbul di atau dari
tempat kerja yang dapat mengganggu kesehatan dan
kesejahteraan pekerja, dengan mempertimbangkan dampak
yang mungkin terjadi pada masyarakat sekitar dan lingkungan
umum. Domain ini tentu luas, meliputi besar jumlah disiplin
dan banyak tempat kerja dan bahaya lingkungan. 6
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan
pendekatan holistik terhadap kesejahteraan karyawan di
tempat kerja. Menurut WHO (1995), kesehatan kerja
mencakup tindakan untuk kedokteran kerja, kebersihan kerja,
-
46
pekerjaan psikologi, keselamatan, fisioterapi, ergonomi,
rehabilitasi, dll. Keselamatan di sisi lain melibatkan
perlindungan orang-orang dari cedera fisik (Hughes et al,
2008). The International Occupational Hygiene Association
(IOHA) umumnya mendefinisikan kesehatan dan keselamatan
kerja (K3) sebagai ilmu antisipasi, pengakuan, evaluasi dan
mengendalikan bahaya yang timbul di atau dari tempat kerja
yang dapat mengganggu kesehatan dan kesejahteraan pekerja,
masuk ke dalam memperhitungkan dampak yang mungkin
terjadi pada masyarakat sekitar dan lingkungan umum (ILO,
2009).3
Keselamatan kerja menunjukkan pada kondisi yang
aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian
di tempat kerja menurut Anwar Prabu Mangkunegara
(2000:161). Sedangkan menurut Suma’mur (1993:1)
keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan
mesin, alat kerja, proses pengolahannya, landasan tempat
kerja dan lingkungan serta cara-cara melakukan pekerjaan.
Menurut Leon C. Megginson, (dalam Mangkunegara, 1993:83)
istilah keselamatan mencakup istilah resiko keselamatan dan
resiko kesehatan.4
Adapun menurut Mangkunegara (2007 : 163),
keselamatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah
maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia
pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju
masyarakat adil dan makmur.5
Dan yang terakhir, Suma’mur (2009 : 104) mengartikan
keselamatan kerjaadalah rangkaian usaha untuk menciptakan
-
47
suasana kerja yang aman dan tentrambagi para karyawan yang
bekerja di perusahaan yang bersangkutan.5
Berdasarkan pendapat para ahli di atas mengenai
keselamatan kerja, maka dapat disimpulkan bahwa
keselamatan kerja adalah upaya dari suatu perusahaan untuk
menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para
karyawan yang bekerja di perusahaan tersebut, serta upaya
untuk mencegah bahaya yang dapat mengancam keselamatan
karyawan saat bekerja.3,4,5
K3 mengarahkan multidisplin yang aktif:6
a. Proteksi dan promise dari kesehatan kerja dengan
mencegah dan mengontri bahaya kerja dan kecelakaan
b. promosi kesehatankerja dan keselamatan kerja,
lingkungan kerja, dan struktur kerja.
c. tingginya fisik, mental, dan sosial akan menyuport
perkembangan dan kapasitas pekerjaan, sebagai pekerjaan
yang professional.
Pengertian indikator pada keselamatan dan
kesehatan kerja
Indikator pada K3 ialah petunujk yang dapat digunakan
untuk mengevaluasi keadaan atau status dan memungkinkan
dilakukannya pengukuran terhadap keselamatan kerja serta
perubahan-perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu demi
menciptakan suasana kerja yang aman dan nyaman bagi para
pekerja serta upaya untuk mencegah bahaya yang dapat
ditimbulkan saat bekerja.1,3,4,5
IV.3 Indikator dalam keselamatan dan kesehatan
kerja
-
48
Pertama, mari kita definisikan apa yang dimaksud
dengan indikator awal dan indicator tertinggal. Indikator
tertinggal bisa dipikirkan sebagai metrik kerugian yang
didapat dan merekam hari ini merupakan sebuah Insiden,
tingkat kejadian yang dapat direkam, hilang-waktu
kecelakaan, dll. Dalam satu hal, indikator tertinggal mengukur
keamanan organisasi konsekuensi berupa kecelakaan yang lalu
statistik. Di sisi lain, indikator utama adalah prekursoryang
mungkin "memimpin" ke sebuah kecelakaan atau cedera.
Beberapa contoh tindikator termasuk frekuensi dari latihan,
penyelesaian perencanaan pra-tugas, dan nomor dari pada
kondisi dan perilaku berisiko.7
Indikator utama
Indikator utama berfokus pada kinerja dari kesehatan
dan keselamatan di masa depan dengan tujuan untuk terus
melakukan perbaikan. Ini adalah sinyal dan monitor tentang
apa yang sedang dilakukan secara terus menerus untuk
mencegah penyakit dan cedera pekerja. 7
Indikator utama diukur dengan menggunakan OPM-
MU, adalah versi revisi dari kinerja Organisasi Metrik yang
dikembangkan di Institute for Work & Health, Ontario Kanada
(IWH-OPM: IWH, 2011,2013). OPM-MU adalah skala 8-item
yang telah dilaporkan sebagai indikator indikator K3 yang
dapat diandalkan dan valid (Shea et al., 2016). Karyawan
diminta untuk melaporkan persepsi mereka tentang tempat
kerja tempat mereka bekerja paling sering, daripada
keseluruhan organisasi, menggunakan skala 5 poin (mulai dari
1 = sangat tidak9= setuju dengan 5= sangat setuju), sesuai
dengan sejauh mana mereka setuju atau tidak setuju dengan
-
49
delapan pernyataan (misalnya, audit OHS formal secara
berkala adalah bagian normal dari tempat kerja kita).
Pengukuran ini telah divalidasi dalam penelitian Shea et al.
(2016). Penelitian saat ini menggunakan kumpulan data yang
sama dan koefisien alfa Cronbach itu.9
Indikator akhir
Indikator akhir adalah mengukur hasil akhir dari
proses, kebijakan, dan kebijakan prosedur K3. Berupa catatan
tentang hal-hal yang telah terjadi. Mencatat beberapa hal
setelah kejadian tersebut, juga menginformasikan kesehatan
dan keselamatan yang reaktif.8
Indikator akhir dioperasionalkan sebagai keselamatan
dan kesehatan kerja yang dilaporkan karena insiden.
Responden diminta melaporkan jumlah insiden K3 yang telah
mereka hadapi secara pribadi selama 12 bulan terakhir.
Langkah-langkah pelaporan diri ini (bersumber dari Probst et
al., 2013) adalah: melaporkan kejadian K3, insiden K3 yang
tidak dilaporkan (insiden K3 yang tidak dilaporkan ke
manajemen) dan situasi yang dapat menyebabkan cedera /
penyakit, namun yang terjadi tidak. Dimasukkannya beberapa
tindakan insiden K3 konsisten dengan penelitian terbaru yang
berdasarkan penyelidikan mengenai suatu jangkauan.9
IV.4 Contoh indikator keselamatan dan kesehatan
kerja
Budiono et al (2003:221) mengemukakan indikator
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), meliputi: 10
a. Faktor manusia/ pribadi (personal factor) Faktor manusia
disini meliputi, antara lain kurangnya kemampuan fisik,
-
50
mental dan psikologi, kurangnya pengetahuan dan
keterampilan/ keahlian, dan stress serta motivasi yang
tidak cukup.
b. Faktor kerja/ lingkungan meliputi, tidak cukup
kepemimpinan dan pengawasan, rekayasa, pembelian/
pengadaan barang, perawatan, standar-standar kerja dan
penyalahgunaan.
Anoraga (2005:22) mengemukakan aspek-aspek
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) meliputi: 10
a. Lingkungan kerja Lingkungan kerja merupakan tempat
dimana seseorang atau karyawan dalam beraktifitas
bekerja. Lingkungan kerja dalam hal ini menyangkut
kondisi kerja, seperti ventilasi, suhu, penerangan dan
situasinya. b. Alat kerja dan bahan Alat kerja dan bahan
merupakan suatu hal yang pokok dibutuhkan oleh
perusahaan untuk memproduksi barang. Dalam
memproduksi barang, alat-alat kerja sangatlah vital yang
digunakan oleh para pekerja dalam melakukan kegiatan
proses produksi dan disamping itu adalah bahan-bahan
utama yang akan dijadikan barang.
b. Cara melakukan pekerjaan Setiap bagian-bagian produksi
memiliki cara-cara melakukan pekerjaan yang berbeda-
beda yang dimiliki oleh karyawan. Cara-cara yang biasanya
dilakukan oleh karyawan dalam melakukan semua aktifitas
pekerjaan, misalnya menggunakan peralatan yang sudah
tersedia dan pelindung diri secara tepat dan mematuhi
peraturan penggunaan peralatan tersebut dan memahami
cara mengoperasionalkan mesin
-
51
IV.5 Pentingnya indikator keselamatan dan kesehatan
kerja
Tolak ukur berfokus pada perilaku dan aktivitas terkait
proses keselamatan lebih cenderung memiliki pengaruh positif
terhadap keamanan di tempat kerja. Indikator utama ini
memberi tanggapan langsung kepada karyawan dan manajer
mengenai tindakan yang dapat mengakibatkan kondisi di
tempat kerja yang tidak aman atau menyebabkan insiden atau
cedera. Sama pentingnya, indikator utama menawarkan
pemeriksaan penting terhadap integritas sistem dan proses
yang dirancang untuk mendorong kondisi kerja yang aman.
Semua indikator utama yang efektif memiliki karakteristik
sebagai berikut:11
a. Mengukur perilaku dan aktivitas yang dapat mengarah
langsung ke perbaikan keamanan di tempat kerja.
b. Dipahami dan diterima oleh karyawan dan manajer
terkait langsung dengan keselamatan di tempat kerja.
c. Berfokus dan sangat erat selaras dengan tujuan strategis
dan sasaran organisasi.
d. Biaya yang hemat biaya, dan mudah untuk mengukur
dan menggunakan.
Tidak seperti indikator akhir yang mengukur dampak
insiden keselamatan di tempat kerja setelah kejadian tersebut,
indikator utama secara proaktif menarik perhatian pada
perilaku dan aktivitas tertentu. Fokus ini memungkinkan
karyawan dan manajer untuk mengubah perilaku sebelum
insiden atau kecelakaan terjadi. Dengan demikian, indikator
utama berfungsi sebagai mekanisme peringatan yang efektif,
memungkinkan karyawan dan manajer untuk melakukan
-
52
tindakan sebelum mengalami kerusakan, cedera atau bahaya
lainnya. Selain itu, indikator akhir biasanya gagal memberikan
informasi yang memadai mengenai penyebab sebenarnya dari
keselamatan di tempat kerja. Kelemahan ini memaksa
organisasi untuk melakukan penyelidikan dan analisis lebih
lanjut untuk mengetahui alasan sebenarnya di balik insiden
keselamatan. Karena fokus mereka pada perilaku dan
aktivitas, indikator utama memungkinkan karyawan dan
manajer untuk memantau keefektifan sistem dan proses
keselamatan, dan untuk segera mengidentifikasi akar
penyebab kegagalan keamanan di tempat kerja.11
-
53
-
54
BAB V
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA DI KLINIK GIGI
Latar Belakang
eselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada umumnya
didefinisikan sebagai ilmu antisipasi, pengakuan,
evaluasi dan pengendalian bahaya yang timbul di atau
dari tempat kerja yang dapat mengganggu kesehatan
dan kesejahteraan pekerja, dengan mempertimbangkan
kemungkinan dampaknya terhadap masyarakat sekitar dan
lingkungan umum. Domain ini sangat luas, mencakup
sejumlah besar disiplin ilmu dan banyak tempat kerja dan
bahaya lingkungan. Berbagai macam struktur, keterampilan,
pengetahuan dan kapasitas analitis diperlukan untuk
mengkoordinasikan dan melaksanakan semua "blok
bangunan" yang membentuk sistem K3 nasional sehingga
perlindungan diberikan kepada pekerja dan lingkungan.
Tujuan umum standar K3 adalah untuk menjaga kondisi
dan praktik yang melindungi dokter gigi dan personil gigi
tambahan dari bahaya di lingkungan perawatan pasien.
Standar K3 ditetapkan untuk mempromosikan keamanan di
K
-
55
tempat kerja dan diberlakukan melalui inspeksi, kutipan, dan
hukuman finansial. Manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja yang efektif memegang kendali penting dalam
melindungi tenaga kerja dan mengurangi risiko kecelakaan
langsung dan tidak langsung.
Bahaya kerja mengacu pada risiko atau bahaya sebagai
konsekuensi dari sifat atau kondisi kerja dari pekerjaan
tertentu Ahli bedah gigi terkena a jumlah bahaya kerja di
profesional mereka kerja. Tutup kontak dengan penderita air
liur dan darah menghadapkan dokter gigi ke bahaya
pekerjaan, terutama sifat menular.
Dalam pelaksanaan K3 terdapat faktor yang
mempengaruhi K3 harus diterapkan di klinik gigi.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis membahas tentang
faktor apa saja yang mendasari dan mempengaruhi K3 harus
diterapkan di klinik gigi.
V.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Klinik Gigi
Praktik kedokteran gigi yang sukses dimulai dengan
kesehatan dan keselamatan kerja. Pencegahan keselamatan
dan kecelakaan menyangkut manajemen karena beberapa
alasan, salah satunya adalah jumlah kecelakaan kerja yang
mengkhawatirkan. Pada tahun 2003, sekitar 5.500 pekerja
A.S. meninggal dalam kecelakaan di tempat kerja. Ada juga
lebih dari empat juta kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kecelakaan kerja, sekitar lima kasus per seratus pekerja per
tahun.
Namun bahkan angka-angka ini pun tidak menceritakan
keseluruhan ceritanya. Mereka tidak mencerminkan
penderitaan manusia yang dialami oleh pekerja yang terluka
-
56
dan keluarga mereka atau biaya ekonomi riil yang dikeluarkan
oleh pengusaha.
Keselamatan di tempat kerja selalu berhubungan dengan
komitmen tulus manajemen terhadapnya. Dalam manajemen
kedokteran gigi bisa menjadi dokter gigi dalam praktik gigi
tunggal; manajer dalam kelompok latihan; kepala eksekutif
rumah sakit atau direktur di sebuah institusi. Komitmen
terhadap keselamatan bukan hanya untuk tujuan kepatuhan
hukum atau humanitarianisme. Program keselamatan juga
mengurangi waktu dan tenaga kerja terbuang setelah
mengalami kecelakaan dan mengurangi biaya kompensasi
pekerja.
V.2 Faktor yang Mempengaruhi K3 di Klinik Gigi
Faktor Individu
1. Penggunaan miras dan alkohol dalam bekerja
2. Trauma insident hidup
3. Karateristik individu
4. Merokok
5. Responsibility ( Tanggung Jawab)
Semakin tinggi jabatan seorang karyawan dalam suatu
perusahan, semakin besar pula tanggung jawab yang
diembannya. Seorang CEO, sebagai pimpinan tertinggi dalam
perusahaan, mengemban tanggung jawab paling besar
terhadap kelangsugan usaha perusahan. Semakin tinggi
tanggung jawab yang diemban oleh seorang, semakin tinggi
pula proteksi yang diberikan oleh perusahaan.
6. Skill (Keahlian)
Untuk kelangsungan usaha perusahaan, perusahaan
membutuhkan karyawan yang memiliki keahlian khusus.
-
57
Misalnya, untuk bidang informasi, perusahaan membutuhkan
tenaga ahli dibidang informasi teknologi yang menguasai
teknologi komputer.
Keahlian mereka sangat spesifik, sehingga untuk
mempertahankan agar mereka tetap bekerja di perusahaan
tersebut, perusahaan menerapkan program proteksi yang
layak dan bahkan kadang – kadang diatas rata – rata yang
mampu diberikan pesaing. Program proteksi yang diterapkan
kepada pekerja yang memiliki keahlian khusus akan lebih
tinggi dibandingkan dengan pekerja yang tidak memerlukan
keahlian khusus, misalnya pekerja administrasi
7. Mental Effort (kerja Otak / Mental)
Karyawan yang lebih mengandalkan kemapuan kerja
otak atau mental, misalnya analis, programmer, marketer,
atau akuntan. Kelas pekerja seperti ini sering disebut dengan
“White Collar” kelas pekerja ini biasanya memeperoleh tingkat
proteksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas pekerja
yang lebih mengandalkan kekuatan fisik (Blue Collar).
8. Physical Effort (Kemampuan Fisik)
Karyawan yang lebih mengandalkan kekuatan fisik (Blue
Collar), misalnya satuan pengaman (Satpam), petugas
kebersihan atau pekerja bangunan. Biasanya proteksi yang
diberikan oleh perusahaan kepada mereka lebih difokuskan
dalam bentuk perlindungan atas keselamatan kerja.
9. Work Condition (Kondisi Kerja)
Kondisi kerja yang diharapkan oleh pekerja untuk satu
bidang industri sering kali berbeda. Sebagai contoh, kondisi
kerja bagi pekerja dibidang perminyakan, yang bekerja di lepas
pantai akan berbeda dengan kondisi kerja di darat. Semakin
-
58
berat kondisi kerja yang dihadapi oleh pekerja, semakin tinggi
program proteksi yang diterapkan.
Faktor Organisasi
1. Seleksi karyawan
2. Design peralatan
3. Absensi dan keselamatan
4. Komitmen managemen keselamatan
5. Pelatihan keselamatan
6. Government Rule (Peraturan Pemerintah)
Pemerintah sebagai regulator biasanya membuat
peraturan yang mengharuskan pengusaha atau perusahaan
untuk memberikan perlindungan yang memadai bagi pekerja.
Sebagai contoh, pemerintah mengaharuskan perusahaan
memberikan perlindungan bagi pekerja melalui jaminan
asuransi tenaga kerja atu yang dikenal dengan jamsostek.
Melalui jaminan asuransi tersebut, pekerja yang di PHK,
pekerja yang mengalami kecelakaan selama bekerja, atau yang
sakti akan memperoleh santunan yang layak dari pihak
asuransi. Selain itu, pemerintah juga mewajibkan perusahaan
untuk memberikan hak cuti bagi penyegaran fisik dan mental
pekerja.
V.3 Faktor yang Mempengaruhi Kecelakaan Kerja di
Klinik Gigi
Banyak bahaya di tempat kerja ditemukan pada praktik
kedokteran gigi. Secara historis, minat terpusat pada bahan
kimia berbahaya; Namun, dalam dekade terakhir,
pengendalian infeksi dan ergonomi telah mendapat perhatian
yang meningkat. Banyak staf gigi merasakan risiko tinggi
-
59
tertular penyakit serius dengan cara ini, mengakibatkan stres
kerja yang signifikan.
Pada dasarnya ada tiga penyebab kecelakaan di tempat
kerja: kejadian kebetulan, kondisi kerja yang tidak aman dan
praktik tidak aman karyawan. Yang pertama, kejadian
kebetulan (seperti berjalan melewati jendela seperti seseorang
memukul bola melewatinya) berada di luar kendali
manajemen.
Karena itu, yang perlu diperhatikan adalah kondisi kerja
yang tidak aman dan praktik tidak aman karyawan. Kondisi
kerja yang tidak aman adalah kondisi mekanik dan fisik yang
menyebabkan kecelakaan. Contohnya adalah ventilasi yang
tidak benar seperti aliran udara yang tidak memadai, sumber
udara tidak murni yang memungkinkan akumulasi uap
organik yang mudah menguap, aerosol menular dan debu
berbahaya; pencahayaan yang tidak semestinya seperti silau,
cahaya yang tidak memadai atau prosedur perawatan ringan
yang terlindungi dengan tidak benar; lingkungan yang bising;
penyimpanan yang tidak aman seperti pengepakan dan
kelebihan muatan yang tidak tepat; prosedur berbahaya di,
pada atau di sekitar mesin pemotong atau pembakar menyala,
peralatan yang tidak dijaga dan peralatan rusak yang tidak
benar.
Solusinya di sini adalah untuk mengidentifikasi dan
menghilangkan atau memperbaiki kondisi kerja yang tidak
aman ini. Zona bahaya harus diidentifikasi. Iklim dan
psikologi tempat kerja - meski tidak jelas, ini bisa menjadi
penyebab kecelakaan kerja yang paling penting. Contohnya
adalah tekanan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan cepat;
karyawan yang stres; permusuhan antara karyawan dan
-
60
kewaspadaan keamanan yang buruk seperti dokter gigi yang
tidak pernah menyebutkan keamanan. Ini bisa menjadi
kondisi psikologis penting yang menyebabkan kecelakaan.
Praktik yang tidak aman, orang yang berperilaku ceroboh,
adalah penyebab dasar kedua kecelakaan. Mereka bahkan bisa
melemahkan upaya terbaik untuk mengurangi yang tidak
aman kondisi kerja. Studi lain menunjukkan bahwa hak,
ketidaksabaran, agresivitas dan distractability dapat menjadi
karakter berisiko.
Studi terhadap literatur yang berkembang yang
berpendapat bahwa peningkatan risiko cedera kerja timbul
dari lebih dari sekadar kondisi kerja yang tidak aman atau
tindakan tidak aman yang melekat pada populasi pekerja
tertentu. Studi ini mendukung argumen bahwa adanya bahaya
bersama dengan upaya pencegahan dan pengendalian yang
tidak memadai pada tingkat pekerja dan organisasi
menempatkan pekerja pada peningkatan risiko cedera. Faktor-
faktor lain yang berkontribusi terhadap penyebab kecelakaan
dapat dikelompokkan menjadi lima kategori:
1. Faktor manusia: Tindakan-tindakan yang diambil atau
tidak diambil, untuk mengontrol cara kerja yang
dilakukan
2. Faktor material: Risiko ledakan, kebakaran dan trauma
paparan tak terduga untuk zat yang sangat beracun,
seperti asam
3. Faktor Peralatan: Peralatan, jika tidak terjaga dengan
baik, rentan terhadap kegagalan yang dapat
menyebabkan kecelakaan
4. Faktor lingkungan: lingkungan mengacu pada keadaan
tempat kerja. Suhu, kelembaban, kebisingan, udara dan
-
61
kualitas pencahayaan merupakan contoh faktor
lingkungan.
5. Faktor proses: Ini termasuk risiko yang timbul dari
proses produksi dan produk samping seperti panas,
kebisingan, debu, uap dan asap.
-
62
BAB VI
-
63
MENGIDENTIFIKASI, MENGUKUR DAN
MENGEVALUASI FAKTOR - FAKTOR
BAHAYA DI LINGKUNGAN KERJA
Latar Belakang
i setiap lingkungan kerja pasti ada bahaya-bahaya
yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja atau
penyakit akibat kerja. Banyak bahaya-bahaya yang
ada di lingkungan kerja termasuk di kedokteran gigi, yang
memiliki potensi untuk terjadi bahaya di lingkungan kerja.
Bahaya dilingkungan kerja meliputi bahaya biologi biasa
terjadi di kedokteran gigi berupa infeksi nasokomial antara
tenaga kerja-pasien-dokter gigi sehingga harus mencegah
dengan menggunakan alat pelindung diri. Musculoskeletal
disorder juga sangat sering terjadi di kedokteran gigi berupa
ada sakit disekitar bahu, punggung ataupun kepala . tapi
bukan itu saja, bahaya kimia, bahaya fisik, bahaya psikologis,
juga sering dijumpai terutama di kedokteran gigi.
VI. 1 Lingkungan Kerja
Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja, yang dimaksud tempat kerja adalah tiap
ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau
tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki
tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana
D
-
64
terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya (Depnakertrans
RI, 2007)
Konsep lingkungan kerja adalah satu hal yang
komprehensif termasuk aspek fisik, psikologis dan sosial yang
menandai kondisi kerja. Lingkungan kerja melakukan efek
positif dan negatif terhadap psikologis dan kesejahteraan
karyawan. Lingkungan kerja dapat digambarkan sebagai
lingkungan tempat orang bekerja.
Lingkungan kerja dapat dibagi menjadi tiga komponen
yang luas
1. Lingkungan Fisik:
a) Ventilasi & Suhu:
b) Kebisingan
c) Infrastruktur & Interior
top related