bab i pendahuluan a.latar belakang masalah - portal...
Post on 13-Mar-2019
227 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Pada era globalisasi saat ini, perkembangan teknologi dan informasi
sangatlah pesat. Banyak sarana dan media yang mendukung terjadinya proses
komunikasi dan pertukaran informasi. Akan tetapi, masih ada beberapa kendala
yang menghambat proses komunikasi, di antaranya adalah masalah perbedaan
bahasa. Perbedaan bahasa di antara pemberi dan penerima pesan merupakan salah
satu masalah yang mendasar dalam proses komunikasi. Oleh karena itu,
penerjemahan sangat diperlukan dalam hal ini. Penerjemahan secara umum
adalah proses yang mengalihkan ide atau gagasan dari Bsu (Bahasa sumber) ke
dalam bahasa Bsa (Bahasa Sasaran), dengan tujuan dapat memudahkan seseorang
untuk memahami pesan yang disampaikan dari suatu bahasa ke dalam bahasa lain
(Nadar, 2007:5).
Adapun di era yang serba menggunakan peralatan dan teknologi yang
canggih seperti saat ini, kegiatan penerjemahan dapat berfungsi pada berbagai
bidang. Salah satunya adalah bidang entertaiment atau hiburan. Banyak dari buku,
film, komik yang berasal dari suatu negara yang menggunakan bahasa tertentu
kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa lain dengan tujuan hasil karya tersebut
dapat disuguhkan kepada seluruh masyarakat di berbagai belahan dunia.
Salah satu hasil dari kemajuan zaman dan teknologi tersebut adalah film.
Pembuatan film dilakukan di berbagai belahan dunia. Di Indonesia contohnya,
1
2
dunia hiburan khususnya perfilman telah banyak didominasi oleh film-film asing
baik dari barat (Eropa dan Amerika) maupun Asia. Sebagian besar film tersebut
menggunakan bahasa yang digunakan oleh negara yang memproduksinya masing-
masing. Meskipun pada umumnya film yang di produksi di kawasan Eropa dan
Amerika berbahasa Inggris, akan tetapi film-film yang diproduksi di kawasan
Asia seperti Korea, Jepang dan Saudi Arabia, masih menggunakan bahasa negara
masing-masing. Oleh karena itu, agar para penonton dapat memahami amanat
yang terkandung dalam film tersebut dengan baik, Seorang penerjemah dalam hal
ini harus mampu melakukan kegiatan komunikasi baru melalui kegiatan
komunikasi lama (dalam bentuk teks) dengan tetap memperhatikan aspek-aspek
sosial yang terdapat antara dua bahasa yang akan diterjemahkan (Machalli, 2009:
26).
Apabila diamati penerapan penerjemahan yang terdapat dalam film, maka
akan didapati berbagai macam jenis teknik dan metode penerjemahan. Hal ini
dikarenakan di dalam film akan didapati percakapan langsung penutur bahasa
sumber dan di dalam tuturan-tuturan itu akan di temukan unsur unsur yang
mempengaruhi makna implisit (tersirat) yang terkandung dalam tuturan tersebut.
Seperti, intonasi, gaya tubuh (gestur), mimik wajah, dan sebagainya (Prima,
2011). Film berbeda dengan novel, cerpen, ataupun karya yang bersifat literatur
lainnya. Film merupakan sebuah representasi dari percakapan sehari-sehari dan
tidak didapati di dalamnya keterangan kondisi psikis, konteks situasi dan keadaan
penutur dalam bertutur kecuali dengan mengamati unsur-unsur tersebut. Oleh
karena itu, seorang penerjemah film harus jeli dalam mengamati unsur-unsur ini
agar hasil terjemahannya mampu menerjemahkan makna-makna tersirat maupun
3
tersurat yang terdapat dalam sebuah film, sehingga hasil terjemahannya mampu
memuat pesan amanat yang terkandung dan membuat para penonton
memahaminya dengan baik.
Dunia perfilman Indonesia sudah dibanjiri oleh film-film dari luar negeri
melalui banyak media, seperti dari bioskop, VCD/DVD, dan ada film yang dibeli
oleh salah satu stasiun tv untuk kemudian dijadikan program tayangannya. Satu
dari sekian banyak film yang masuk ke dunia perfilman Indonesia adalah
Shalahuddin Al-Ayyubi “Pembebasan Baitul Maqdis”. Film ini berbentuk serial
tv yang berasal dari Yordania (http://www.suara-islam.com). Serial tv ini
menggunakan bahasa Arab fuscha. Bahasa Arab fuscha adalah bahasa arab yang
digunakan pada penulisan buku-buku sastra, ketatabahasaan, ilmiah dan yang
digunakan untuk bahasa sehari-hari oleh orang jazirah arab (Hatim :49) Peneliti
tertarik untuk meneliti penerjemahan pada serial tv ini karena menggunakan
bahasa Arab fuscha, jenis bahasa yang sama dengan bahasa Arab yang banyak
dipelajari oleh masyarakat pembelajar bahasa arab khususnya di Indonesia. Selain
itu, dalam serial tv ini juga banyak ditemukan kalimat tanya yang berbentuk
kalimat pernyataan (deklaratif) namun dimaksudkan untuk bertanya kepada lawan
bicara. Hal ini tentu sangat menarik bagi khazanah keilmuan bahasa arab, selain
dapat mengembangkan ilmu tentang penerjemahan pada khususnya juga dapat
memperdalam ilmu linguistik pada umumnya. Oleh karena itu, penelitian ini
diharapkan menjadi model pengembangan pembelajaran bahasa arab khususnya
pada bidang terjemahan, sehingga dapat mem pperluas wawasan keilmuan bahasa
arab.
4
Pada serial tv ini juga banyak ditemukan variasi teknik dan metode
penerjemahan yang digunakan penerjemah dalam menerjemahkan ungkapan-
ungkapan yang terdapat di dalamnya. Adapun dari variasi-variasi ini peneliti
dapat mengembangkan teori teknik penerjemahan menurut Molina dan Albir dan
metode penerjemahan menurut Peter Newmark, untuk kemudian memunculkan
sebuah kesimpulan dari penggunaan teori-teori tersebut, sehingga penelitian ini
diharapkan dapat menambah pemahaman pembaca terhadap teori-teori yang
sudah ada.
Adapun variasi-variasi penerjemahan yang dimaksud dapat terlihat di
dalam hasil terjemahan yang berwujud subtitle pada serial tv tersebut. Subtitle
menurut kamus Oxford Dictionary (1995) adalah “words that translate what is
said in a film into a different language and appear on the screen at the bottom”
Kata-kata yang menerjemahkan percakapan atau perkataan yang terdapat pada
sebuah film ke dalam bahasa lain, biasanya terletak di bawah layar. Dalam
mengalihkan bahasa pada subtitle, seorang penerjemah dituntut agar bisa
menerjemahkan dengan baik, sehingga para penonton dapat memahami dan
menikmati apa yang disuguhkan pada serial tv tersebut. Oleh karena itu, seorang
penerjemah perlu dan wajib mengetahui teknik dan metode yang tepat dalam
menerjemahkan sebuah teks, yang dalam hal ini adalah teks subtitle sebuah serial
tv.
Teks subtitle mengandung konsep bahasa dan muatan yang berbeda dan
memerlukan pengetahuan serta analisis yang tajam (Rohmita, :2011). Sebagian
besar bentuk subtitle dalam serial tv bermodel dialog yaitu percakapan antara dua
orang atau lebih, yang tentunya akan terdapat banyak jenis-jenis kalimat yang
5
muncul seperti kalimat perintah, kalimat tanya, dan sebagainya. Adapun dalam
percakapan atau dialog tidak dapat lepas dari unsur bertanya dan menjawab.
Kalimat tanya pada umumnya mendapatkan penanda berupa tanda tanya
(?) dan kata tanya, seperti apakah, bagaimana, di mana dan lain lain. Begitu pula
di dalam bahasa arab penggunaan kalimat tanya menggunakan tanda tanya(؟) dan
(kata tanya) ستفهاماال (bagaimana) ,أين (di mana) ,متى (kapan) ,ماذا seperti (apa) أدوات
Tidak hanya itu, kalimat tanya juga ditandai oleh intonasi seseorang dalam .كيف
berbicara tanpa menggunakan kata tanya dan tanda tanya (Henry, 1985: 39). Hal
seperti ini banyak ditemukan dalam percakapan sehari-hari. Hal ini adalah salah
satu alasan peneliti mengambil model kalimat tanya sebagai objek penelitian
dengan melihat dari berbagai bentuk dan aspek yang melatar belakanginya.
Sebagai contoh bahwa dalam serial tv ini didapati kalimat tanya yang tidak
menggunakan tanda tanya, seperti contoh di bawah ini:
تعين سيفك الذي قتلت هذا الرجل فأثرت خفيفة حبروز علينا.
Ta‘ni> saifaka-a’ladzi qatalta hadza>}- ar-rajulu fa atsarta khafi>>>}fata bachruz
‘alaina>
Subtitle: Maksudmu kita akan melawannya dengan pedang, kemudian
membuat bahruz marah pada kita?
Kalimat di atas apabila dilihat dari segi bentuknya maka bisa
dikategorikan kalimat pernyataan (deklaratif) karena tidak didapati kata tanya.
Akan tetapi hasil terjemahannya berbentuk kalimat pertanyaan (interogatif). Hal
6
ini terjadi karena penerjemah melihat situasi dan intonasi dari si penutur yang
pada adegan itu menggunakan intonasi pertanyaan.
Adapun penelitian ini fokus penelitiannya pada teknik dan metode yang
digunakan dalam penerjemahan kalimat tanya pada subtitle serial tv Shalahuddin
Al-ayyubi yang tayang di MNCTV (Media Nusantara Citra Television). Serial tv
ini berbahasa arab dan bersubtitle bahasa Indonesia dan berjumlah 29 Episode
yang rata-rata durasi tayangnya berkisar kurang lebih 40 menit.
Serial tv ini disutradarai oleh Khatim Aliy salah satu sutradara yang sudah
terkenal dengan kepiawaiannya dalam menyutradarai film-film yang bertemakan
sejarah dan tokoh-tokoh Islam di Timur Tengah. Serial tv ini tayang setiap hari
pada bulan Juni sampai dengan Juli 2015 selama Bulan Ramadhan pada pukul
04.00 Wib.
Adapun beberapa fenomena teknik dan metode penerjemahan yang
digunakan untuk menerjemahkan kalimat tanya yang terdapat pada Subtitle di
serial tv ini, di antaranya adalah :
ولكن .إىل أين؟
Walakin, i’la> aina?
Subtitle : Akan tetapi, kemana?
Pada contoh pertama ditemukan metode penerjemahan kata demi kata
karena penerjemah mempertahankan struktur dan susunan kata sehingga kalimat
7
terjemahan pada Bsa sama persis dengan susunan kata dalam kalimat Bsu
(Newmark, 1988: 46 ).
؟ و ماذا تقرتح.
wa ma>dza> taqtarich?
Subtitle : Apa usulanmu?
Pada contoh kedua ditemukan salah satu contoh teknik penerjemahan
transposisi yaitu teknik penerjemahan pergeseran kelas kata seperti verba menjadi
nomina. Adapun dari contoh di atas adalah kata تقترح pada Bsu yang
berkedudukan sebagai verba yang bermakna “mengusulkan” mengalami
pergeseran kelas kata pada Bsa menjadi “usulan” yang menduduki kelas nomina
(Al-Farisi: 2011).
Apabila pada contoh kedua diterjemahkan menggunakan metode
penerjemahan kata demi kata maka menjadi seperti ini :
و ماذا تقترح ؟
wa ma>dza> taqtarich?
Dan apa yang kamu mengusulkan ?
Penerjemahan di atas bila dilihat dari segi keakuratannya maka bisa
dikatakan baik. Akan tetapi dari segi keterbacaan dan keberterimaan kurang tepat,
sehingga dapat menimbulkan ketidakpahaman pembaca. Oleh karena itu, dari
beberapa fenomena yang disebutkan di atas dapat menguatkan bahwa penelitian
ini harus dilakukan karena teknik dan metode penerjemahan sangat penting dikaji
karena merupakan wawasan dasar bagi seorang penerjemah untuk menerjemahan
8
sebuah teks, sehingga diharapkan akan menjadi gambaran awal mengenai
penerapan teknik dan metode penerjemahan. Tujuan penelitian ini agar dapat
menambah wawasan dan memperdalam pemahaman tentang teori teknik dan
metode penerjemahan dengan mempraktikan langsung pada objek kajian
penerjemahan. Dalam hal ini peneliti akan menitikberatkan penelitiannya pada
pembahasan teknik dan metode yang dipakai dalam penerjemahan pada tataran
satuan lingual kalimat. Lebih khusus lagi jenis kalimat tanya (Interogatif) pada
subtitle serial tv Shalahuddin Al Ayyubi.
Beberapa penelitian mengenai teknik dan metode penerjemahan pada
subtitle serial tv telah banyak dilakukan antara lain adalah sebuah tesis yang
berjudul Analisis Teknik, Metode dan Ideologi Penerjemahan dalam Subtitle
Serial tv Jane Eyre Versi Serial tv BBC (Prima Purbasari, 2011) dan Analisis
Teknik, Metode dan Ideologi Penerjemahan Subtitle Serial tv Beckham
Unwrapped dan Dampaknya pada Kualitas Terjemahan (Rohmita Khorunnisa’
2011). Kedua penelitian ini sama- sama mengkaji tentang teknik,metode dan
ideologi penerjemahan dengan objek material subtitle serial tv pada tataran satuan
lingual kata, frasa, klausa dan kalimat, kemudian hasilnya diprosentasekan untuk
ditentukan ideologi penerjemahan yang digunakan. Selanjutnya, hasil terjemahan
tersebut diberikan kepada koresponden untuk diberi penilaian agar memperoleh
hasil tentang kualitas terjemah dari teknik dan metode penerjemahan yang paling
sering digunakan, sehingga dapat memperoleh kesimpulan mengenai teknik dan
metode yang paling tepat untuk digunakan dalam menerjemahkan subtitle film.
Adapun penelitian tentang kalimat juga telah banyak dilakukan. Salah satunya
adalah skripsi yang berjudul Kalimat Tanya dalam Novel The Confession karya
9
John Grisham ( Debora S. Wangkai, 2013). Penelitian ini mengkaji tentang
jumlah kalimat tanya yang terdapat pada novel tersebut, untuk kemudian
diklasifikasikan berdasarkan teori tentang jenis-jenis kalimat tanya dalam bahasa
Inggris menurut aarts and aarts.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakukan di atas
adalah pada batasan analisis (objek formal) yang dalam hal ini hanya sampai pada
pembahasan metode dan teknik penerjemahan tanpa menghitung akurasi
terjemahan. Kedua, penelitian ini membahas tentang kalimat tanya sebatas pada
ciri-ciri yang terdapat pada kalimat tanya berdasarkan penanda, intonasi dan
jenisnya.
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini dibagi menjadi dua , yaitu
manfaat teoretis dan manfaat praktis. Secara teoretis diharapkan dapat
memunculkan gambaran yang jelas dan terperinci kepada pembaca mengenai
penerjemahan film atau subtitling serta memberikan contoh penggunaan teknik
dan metode penerjemahan, sehingga memudahkan pemahaman terhadap teori
teknik penerjemahan dan metode penerjemahan lebih khusus kepada teori teknik
penerjemahan Molina dan Albir dan teori metode penerjemahan Peter Newmark.
Secara praktis skripsi ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi atau acuan
dan bahan pertimbangan para peneliti lain terutama di bidang penerjemahan
mengenai subtitling.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana teknik penerjemahan kalimat tanya yang digunakan oleh
penerjemah pada subtitle serial tv Shalahuddin Al Ayyubi versi tayangan
MNCTV ?
10
2. Bagaimanakah metode penerjemahan kalimat tanya yang digunakan oleh
penerjemah pada subtitle serial tv Shalahuddin Al Ayyubi versi tayangan
MNCTV?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah :
1. Mendeskripsikan teknik-teknik penerjemahan kalimat tanya yang
digunakan oleh penerjemah yang terdapat pada subtitle serial tv
Shalahuddin Al Ayyubi versi tayangan MNCTV.
2. Mendeskripsikan metode penerjemahan kalimat tanya yang terdapat pada
subtitle serial tv Shalahuddin Al Ayyubi versi tayangan MNCTV.
D. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah ini bertujuan untuk membuat skripsi ini lebih terarah
dan fokus. Peneliti membatasi hanya mengkaji teknik dan metode penerjemahan
pada subtitle serial tv Shalahudin Al Ayyubi yang ditayangkan oleh MNCTV pada
bulan Juni-Juli 2015 selama bulan Ramadhan. Serial tv ini berbentuk mini seri
yang terdiri dari 29 episode yang masing-masing episode memiliki durasi tayang
rata-rata 40 menit. Serial tv ini bukan dalam bentuk film bioskop maupun DVD.
Peneliti memilih Episode pertama dan kedua sebagai objek material. Peneliti
memilih 2 episode awal karena merupakan gambaran awal mengenai tokoh
Shalahuddin Al Ayyubi.
11
Data yang dianalisis merupakan kalimat tanya yang terdapat pada subtitle
serial tv ini. Penelitian ini fokus pada penerjemahan bahasa Arab Fuscha (Resmi)
ke Bahasa Indonesia dan dialog yang berupa kalimat tanya dalam bentuk subtitle.
E. Kajian Teori
1. Pengertian Penerjemahan
Penerjemahan adalah usaha memindahkan teks dari bahasa sumber (Bsu)
dengan padanannya ke dalam bahasa sasaran (Bsa) (Burdah, 2004 : 9). Lebih dari
itu seorang penerjemah juga harus mampu mentransfer maksud dan pesan yang
terdapat dalam suatu teks. Hal ini merupakan suatu definisi yang lebih rinci
mengenai penerjemahan, seperti apa yang disampaikan oleh Nadar dalam
bukunya bahwa menerjemahkan merupakan suatu proses pengalihan ide ide atau
gagasan dari bahasa sumber ke bahasa sasaran (Nadar, 2007: 5).
Kegiatan menerjemahkan tidak hanya sering dikaitkan dengan keperluan
mendesak untuk menyampaikan ide atau gagasan dari satu bahasa ke bahasa lain
tetapi juga dalam konteks pengajaran dan pembelajaran bahasa terkait dengan
usaha untuk mempelajari sebuah bahasa asing tertentu (2007: 6). Maka dalam
proses menerjemahkan haruslah memperhatikan kaidah tata bahasa yang
diterjemahkan, hal ini sesuai dengan pandangan Mcguire (dalam Nadar, 2007: 7)
secara lebih rinci mendefiniskan penerjemahan (1) The rendering of a source
language (SL) text into the target language (TL) so as to ensure that (1) the
surface meaning of the two will be approximately similar and (2) the structures of
the SL be preserved as closely as possible but not so closely that the TL structures
will be disorted) adalah penyampaian teks bahasa sumber ke dalam bahasa
12
sasaran dengan memperhatikan bahwa makna lahir teks dalam kedua bahasa itu
akan sama atau hampir sama dan struktur bahasa sumber tetap terjaga secara ketat
walaupun tidak berarti harus mengorbankan struktur bahasa sasaran. Menurut
Newmark menerjemahkan adalah “rendering the meaning of a text to another
language in the way that the author intended the text.”secara bebas dapat
diartikan menyampaikan makna teks dari sebuah bahasa ke bahasa yang lain
sesuai dengan maksud penulis teks tersebut (Newmark, 1988:5).
Walaupun kata-kata yang digunakan oleh para ahli bermacam-macam dalam
mendefinisikan penerjemahan, akan tetapi pada hakikatnya ada satu garis besar
yang menjadi definisi pokok penerjemahan yaitu mengutarakan usaha pemindah
an atau pengalihan gagasan dari satu bahasa ke bahasa lain dengan
memperhatikan kaidah-kaidah kebahasaan di antara bahasa sumber dan bahasa
sasaran.
2. Teknik Penerjemahan
Istilah teknik di dalam Collin English Dictionary (dalam Machalli, 2009) “a
technique is a practical, method, skill, or art applied to a particullar task” (teknik
adalah suatu metode, keahlian, atau seni praktis yang diterapkan pada suatu tugas
tertentu). Dalam definisi ini terdapat dua hal penting: (1) Teknik bersifat praktis
(2) teknik dilakukan dalam tugas tertentu (dalam hal ini adalah penerjemahan).
Dalam dua butir penting ini dapat dipahami bahwa teknik berbeda dengan metode.
Metode adalah prosedur yang sifatnya kurang lebih normatif. Sesuai dengan
sifatnya yang praktis, “teknik” secara langsung berkaitan dengan permasalahan
13
praktis penerjemahan dan pemecahannya daripada dengan norma maupun
penerjemahan tertentu (Machalli, 2009: 107).
Molina dan Albir membagi teknik penerjemahan 18 teknik yaitu: (1)Teknik
Adaptasi, (2)Teknik Amplifikasi, (3)Teknik Peminjaman, (4)Teknik Kalke, (5)
Teknik Kompensasi, (6) Teknik Deskripsi, (7) Teknik Kreasi Diskursif, (8)Teknik
Kesepadanan Lazim, (9)Teknik Generalisasi, (10)Teknik Amplifikasi Linguistik,
(11) Teknik Kompresi Linguistik, (12) Teknik Penerjemahan Harfiah, (13) Teknik
Modulasi, (14) Teknik Partikulasi, (15) Teknik Reduksi, (16) Teknik Subtitusi,
(17)Teknik Transposisi, (18) Teknik Variasi.
2.1.Teknik Adaptasi (Adaptation).
Teknik ini dikenal dengan teknik adaptasi budaya. Teknik ini dilakukan
dengan mengganti unsur-unsur budaya yang ada BSu dengan unsur budaya yang
mirip dan ada pada BSa. Hal tersebut bisa dilakukan karena unsur budaya dalam
BSu tidak ditemukan dalam BSa, ataupun unsur budaya pada BSa tersebut lebih
akrab bagi pembaca sasaran. Teknik ini sama dengan teknik padanan budaya.
Contoh dari teknik ini adalah diterjemahkannya kata Cricket dalam bahasa inggris
british dengan Baseball dalam bahasa Inggris american (Molina dan Albir, 2002:
501).
2.2.Teknik Amplifikasi (Amplification).
Teknik yang digunakan untuk memberikan Informasi dan penjelasan dari
bahasa sumber ke bahasa sasaran, dijelaskan secara eksplisit dan berbentuk
14
parafrase, sebagaimana cara untuk menjelaskan makna syahru ramadhan dalam
bahasa Arab menjadi bulan puasa kaum muslimin.
2.3.Teknik Peminjaman (Borrowing).
Teknik penerjemahan yang dilakukan dengan meminjam kata atau
ungkapan dari BSu. Peminjaman itu bisa bersifat murni (pure borrowing) tanpa
penyesuaian atau peminjaman yang sudah dinaturalisasi (naturalized
borrowing) dengan penyesuaian pada ejaan ataupun pelafalan. Adapun contoh
dari penggunaan teknik ini adalah diterjemahkan kata Bulldozer dalam bahasa
Perancis menjadi Bulldozer dalam bahasa Inggris (pure borrowing) (Molina dan
Albir, 2002 : 501), sedangkan contoh Naturalized borrowing adalah
diterjemahkannnya kata dalam bahasa arab صاحبة menjadi sahabat dalam bahasa
indonesia.
2.4. Teknik Kalke (Calque).
Teknik penerjemahan yang dilakukan dengan menerjemahkan frasa atau kata
Bsu secara literal, teknik dapat digunakan untuk menerjemahkan makna leksikal
maupun struktural. Contoh : secretariat general diterjemahkan menjadi sekretaris
jendral, begitu juga dengan frasa formal education diterjemahkan menjadi
pendidikan formal.
2.5.Teknik Kompensasi (compensation).
Teknik penerjemahan yang dilakukan dengan menyampaikan pesan pada
bagian lain dari teks terjemahan. Teknik ini dipakai karena pengaruh stilistik
15
(gaya) pada BSu tidak bisa di terapkan pada BSa. Contoh : Diterjemahkannya
kalimat dalam bahasa arab معك ؟ ماذا menjadi ada apa ? dalam bahasa Indonesia.
2.6.Teknik Deskripsi (Description).
Teknik penerjemahan yang dilakukan dengan cara mengubah suatu kata
atau ungkapan dengan yang sesuai dengan bentuk dan fungsinya pada bahasa
sasaran.
2.7. Teknik Kreasi diskursif (discursive creation).
Teknik penerjemahan dengan penggunaan padanan yang keluar konteks. Hal
ini dilakukan untuk menarik perhatian calon pembaca. Contoh : Judul buku Si
Malinkundang diterjemahkan sebagai A betrayed son si Malinkundang
2.8.Teknik Kesepadanan Lazim (Established equivalent).
Teknik dengan penggunaan istilah atau ungkapan yang sudah lazim
(berdasarkan kamus atau penggunaan sehari-hari). Teknik ini mirip dengan
penerjemahan harfiah. Contoh : Kata dalam bahasa arab رسول diterjemahkan
menjadi utusan dalam bahasa indonesia.
2.9.Teknik Generalisasi (Generalization).
Teknik ini menggunakan istilah yang lebih umum pada BSa untuk BSu
yang lebih spesifik. Hal tersebut dilakukan karena BSa tidak memiliki padanan
yang spesifik. Contoh : kata becak dalam bahasa indonesia diterjemahkan menjadi
vehicle dalam bahasa inggris.
16
2.10. Teknik Amplifikasi linguistik (linguistic amplification).
Teknik penerjemahan yang dilakukan dengan menambahkan unsur-unsur
linguistik dalam BSa. Teknik ini lazim diterapkan pada pengalihbahasaan
konsekutif dan sulih suara. Contoh : Ungkapan I get it diterjemahkan menjadi
biar saya saja yang mengangkat teleponnya (Prima, 2011).
2.11. Teknik Kompresi Linguistik (Linguistic Compression).
Teknik yang dilakukan dengan mensintesa unsur-unsur linguistik pada
BSa. Teknik ini merupakan kebalikan dari teknik amplifikasi linguistik. Teknik
ini lazim digunakan pada pengalihbahasaan simultan dan penerjemahan teks serial
tv. Contoh : You must find out diterjemahkan menjadi carilah! ( Prima, 2011).
2.12. Teknik Harfiah (Literal Transltation).
Teknik yang dilakukan dengan cara menerjemahkan kata demi kata dan
dengan tidak memperhatikan konteks. Contoh : Kalimat أرئيتم؟ diterjemahkan
menjadi apakah kalian melihat ?.
2.13. Teknik Modulasi (Modulation)
Teknik penerjemahan yang diterapkan dengan mengubah sudut pandang,
fokus atau kategori kognitif dalam kaitannya dengan BSu. Perubahan sudut
pandang tersebut dapat bersifat leksikal atau struktural. Contoh : Encre de Chien
dalam bahasa prancis bermakna tinta anjing diterjemahkan ke dalam bahasa
Inggris menjadi Indian Ink ( Molina dan Albir, 2002: 501).
17
2.14. Teknik Partikularisasi (Particularizaton).
Teknik penerjemahan dimana penerjemah menggunakan istilah yang lebih
konkrit, presisi atau spesifik, dari superordinat ke subordinat atau bisa disebut dari
umum ke khusus. Contoh: air transportation diterjemahkan menjadi helikopter
(superordinat ke subordinat)
2.15. Teknik Reduksi (Reduction).
Teknik yang digunakan dengan penghilangan secara parsial (bagian),
karena penghilangan tersebut dianggap tidak menimbulkan distorsi makna.
Teknik ini digunakan untuk mengimplisitkan informasi yang eksplisit. Contoh:
the month of fasting diterjemahkan menjadi Ramadan. Penghilangan frasa the
month of fasting untuk penerjemahan kata benda Ramadhan ke dalam bahsa
Inggris karena kata tersebut ada dalam bahasa Arab dan sudah mengandung
makna the month of fasting atau bulan puasa, sehingga tidak perlu disebutkan
lagi.
2.16. Teknik Subsitusi (Subsitution).
Teknik ini dilakukan dengan mengubah unsur-unsur linguistik dan
paralinguistik (intonasi atau isyarat).Contoh: Bahasa isyarat dalam bahasa Arab,
yaitu dengan menaruh tangan di dada diterjemahkan menjadi Terima Kasih.
18
2.17. Teknik Transposisi (Transposition).
Teknik penerjemahan dimana penerjemah melakukan perubahan kategori
gramatikal. Seperti kata menjadi frasa. Contoh : kalimat تقرتح diterjemahkan
menjadi kata usulanmu.
2.18. Teknik Variasi (Variaton).
Teknik dengan mengganti elemen linguistik atau paralinguistik (intonasi,
isyarat, gaya bicara), yang berdampak pada variasi linguistik.Hal ini biasanya
terjadi pada penerjemahan suatu bahasa yang memiliki dialek berbeda, atau
penerjemahan untuk sebuah teater, buku cerita anak-anak dan masih banyak lagi.
3. Metode Penerjemahan
Istilah metode berasal dari kata method dalam bahasa inggris berarti cara
mendekati, mengamati, menganalisis dan menjelaskan suatu fenomena
(Kridalaksana, 2008:153), yang dalam Macquire Dictionary (1982) “a method is a
way of doing something, especially in accordance with a definite plan (metode
adalah cara melakukan sesuatu, terutama yang berkenaan dengan rencana tertentu)
Macquire Dictionary (dalam Machalli, 2011).
Adapun dari definisi di atas dapat ditarik dua hal penting bahwasanya metode
adalah pertama cara melakukan sesuatu yaitu cara melakukan penerjemahan dan
kedua metode berkenaan dengan rencana tertentu yaitu rencana dalam
pelaksanaan terjemahan (Machalli, 2011: 76). Secara umum metode
penerjemahan merupakan cara, teknik, atau prosedur yang dipilih oleh seorang
19
penerjemah ketika melakukan kegiatan penerjemahan. Seorang penerjemah sangat
mungkin menggunakan lebih dari satu metode penerjemahan. Meskipun ada
metode yang paling dominan digunakan oleh seorang penerjemah dalam kegiatan
penerjemahannya. Newmark (1988) membagi metode penerjemahan menjadi dua
kelompok, yaitu (1) metode yang memberikan penekanan kepada bahasa sumber,
(2) metode yang memberikan penekanan kepada bahasa sasaran (Newmark, 1988:
45 ).
Dua penekanan yang berbeda ini kemudian dikelompokan menjadi delapan
metode penerjemahan sebagaimana terdapat dalam tabel berikut :
Penekanan Pada Bahasa Sumber Penekanan Pada Bahasa Sasaran
Penerjemahan kata demi kata Adaptasi
Penerjemahan Literal Penerjemahan Bebas
Penerjemahan Setia Penerjemahan Idiomatis
Penerjemahan Semantis Penerjemahan Komunikatif
Tabel 5. Metode Penerjemahan Peter Newmark.
3.1.Metode yang Memberi Penekanan Pada Bahasa Sumber.
3.1.1. Metode penerjemahan Kata demi Kata.
Metode penerjemahan kata-demi-kata (word-for-word translation), biasanya
kata-kata Tsa langsung diletakkan di bawah versi Tsu atau disebut dengan
20
interlinear translation. Metode penerjemahan ini sangat terikat pada tataran kata,
sehingga susunan kata sangat dipertahankan. Dalam melakukan tugasnya,
penerjemah hanya mencari padanan kata Bsu dalam Bsa. Susunan kata dalam
kalimat terjemahan sama persis dengan susunan kata dalam kalimat Bsu. Setiap
kata diterjemahkan satu-satu berdasarkan makna umum atau di luar konteks,
sedangkan kata-kata yang berkaitan dengan budaya diterjemahkan secara harfiah.
Umumnya metode ini digunakan pada tahapan prapenerjemahan pada saat
penerjemah menerjemahkan teks yang sukar atau untuk memahami mekanisme
Bsu. Jadi metode ini digunakan pada tahap analisis atau tahap awal pengalihan.
Biasanya metode ini digunakan untuk penerjemahan tujuan khusus, namun tidak
lazim digunakan untuk penerjemahan yang umum. Kecuali jika struktur kalimat
bahasa Inggris sama dengan struktur kalimat bahasa Indonesia (Newmark, 1988:
46 ).
3.1.2. Penerjemahan Harfiah
Penerjemahan harfiah (literal translation) atau disebut juga penerjemahan
lurus (linear translation) berada di antara penerjemahan kata-demi-kata dan
penerjemahan bebas (free translation). Dalam proses penerjemahannya,
penerjemah mencari konstruksi gramatikal Bsu yang sepadan atau dekat dengan
Bsa. Penerjemahan harfiah ini terlepas dari konteks. Penerjemahan ini mula-mula
dilakukan seperti penerjemahan kata-demi-kata, tetapi penerjemah kemudian
menyesuaikan susunan kata-katanya sesuai dengan gramatikal Bsa (Newmark,
1988: 46 ).
21
3.1.3. Penerjemahan Setia
Dalam penerjemahan setia (faithful translation), penerjemah berupaya
mereproduksi makna kontekstual dari teks asli dengan tepat dalam batasan-
batasan struktur gramatikal teks sasaran. Di sini kata-kata yang bermuatan budaya
diterjemahkan, tetapi penyimpangan tata bahasa dan pilihan kata masih tetap ada
atau dibiarkan. Penerjemahan ini berpegang teguh pada maksud dan tujuan Tsu,
sehingga hasil terjemahan kadang-kadang masih terasa kaku dan seringkali asing
(Newmark, 1988: 46 ).
3.1.4. Penerjemahan Semantis
Penerjemahan semantis (semantic translation) lebih luwes daripada
penerjemahan setia. Penerjemahan setia lebih kaku dan tidak kompromi dengan
kaidah Bsa atau lebih terikat dengan Bsu, sedangkan penerjemahan semantis lebih
fleksibel dengan Bsa. Berbeda dengan penerjemahan setia, penerjemahan
semantis harus mempertimbangkan unsur estetika teks Bsu dengan cara
mengkompromikan makna selama masih dalam batas kewajaran (Newmark,
1988: 46 ).
3.2.Penerjemahan yang Memberi Penekanan pada Bahasa Sasaran
3.2.1. Penerjemahan Adaptasi (Saduran)
Adaptasi (adaptation) disebut dengan metode penerjemahan yang paling
bebas (the freest form of translation) dan paling dekat dengan Bsa. Istilah
”saduran” dapat diterima di sini, asalkan penyadurannya tidak mengorbankan
tema, karakter atau alur dalam Bsu. Memang penerjemahan adaptasi ini banyak
22
digunakan untuk menerjemahkan puisi dan drama. Di sini terjadi peralihan
budaya Bsa ke Bsu dan teks asli ditulis kembali serta diadaptasikan ke dalam Tsa.
Jika seorang penyair menyadur atau mengadaptasi sebuah naskah drama untuk
dimainkan, maka ia harus tetap mempertahankan semua karakter dalam naskah
asli dan alur cerita juga tetap dipertahankan, namun dialog Tsu sudah disadur dan
disesuaikan dengan budaya (Newmark, 1988: 46 ).
3.2.2. Penerjemahan Bebas
Penerjemahan bebas berupaya memproduksi materi tertentu tanpa
menggunakan cara tertentu. Dalam Hal ini penerjemah memproduksi isi semata
tanpa mengindahkan bentuk, Akibatnya metode ini menghasilkan teks target yang
tidak lagi memiliki gaya atau bentuk teks sumber. Dalam pratiknya penerjemah
bebas tidak terikat dengan pencarian padanan pada kata atau kalimat,Pencarian
padanan cenderung terfokus pada tataran sebagai satu kesatuan. Biasanya, metode
ini merupakan parafrase yang lebih panjang daripada bahasa aslinya (Newmark,
1988: 46 ).
Terdapat perbedaan antara metode adaptasi dan metode penerjemahan bebas,
yaitu penerjemahan bebas tetap mempertahankan pesan yang termaktub dalam
bahasa sumber (Al Farisi, 2009: 56).
3.2.3. Penerjemahan Idiomatis
Metode penerjemahan idiomatis berusaha memproduksi pesan bahasa
sumber, teteapi cenderung mendistorsi nuansa makna. Hal ini disebabkan
23
penerjemah lebih menyukai pemakaian aneka kolokial dan idiom-idiom yang
tidak terdapat dalam bahasa sumber (Newmark, 1988: 47 ).
3.2.4. Penerjemahan Komunikatif
Penerjemahan komunikatif (communicative translation) berupaya untuk
menerjemahkan makna kontekstual dalam teks Bsu, baik aspek kebahasaan
maupun aspek isinya, agar dapat diterima dan dimengerti oleh pembaca.
(Newmark, 1988: 47 ). Machali (2009: 83) menambahkan bahwa metode ini
memperhatikan prinsip-prinsip komunikasi, yaitu mimbar pembaca dan tujuan
pene rjemahan,
Hasil terjemahaan diupayakan mempunyai bentuk, makna dan fungsi yang
selaras dalam bahasa target. Sebab boleh jadi suatu kalimat sudah benar secara
sintaksis tetapi maknanya tidak logis, bentuk dan maknanya boleh jadi sudah
sesuai tetapi secara pragmatik penggunaannya tidak pas dan tidak alamiah (Al-
Farisi, 2011: 57).
4. Hubungan antara Teknik Penerjemahan dan Metode Penerjemahan
Istilah prosedur atau teknik, menurut Newmark (1988) merujuk pada proses
penerjemahan kalimat dan unit terjemah yang lebih kecil, sedangkan metode
mengacu pada proses penerjemahan secara keseluruhan (Newmark, 1988).
Dengan kata lain prosedur penerjemahan terkait dengan penanganan teks pada
tataran mikro. Objek metode penerjemahan adalah wacana sementara objek
prosedur penerjemahan berupa kalimat yang notabene merupakan unit paling kecil
dalam ranah sintaksis (Al-Farisi, 2011: 60).
24
Adapun batasan anatara teknik dan metode penerjemahan menurut Newmark
adalah : “[w]hile translation methods relate to whole texts, translation
procedures are used for sentences and the smaller units of language”. Metode
penerjemahan berhubungan dengan keseluruhan teks yang diterjemahkan secara
garis besarnya, sedangkan teknik penerjemahan digunakan ke dalam unit satuan
bahasa yang lebih kecil, seperti, morfem,kata dan kalimat (Newmark, 1988: 40).
5. Kalimat Tanya
Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai
pola intonasi final dan secara aktual maupun potensial terdiri dari klausa, klausa
yang dimaksud merupakan klausa bebas yang menjadi bagian kognitif. Kalimat
merupakan kontruksi gramatikal yang berdiri atas satu atau lebih klausa yang
ditata menurut pola tertentu dan dapat berdiri sendiri sebagai satu satuan
(Kridalaksana, 2008: 103). Cook dan Elson (dalam Henry, 1985) menyatakan
bahwa kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri yang
mempunyai pola intonasi akhir dan yang terdiri atas klausa.
Mulyana dalam bukunya Kajian wacana lebih luas lagi mengatakan tentang
bahwa kalimat selalu diandaikan sebagai susunan yang terdiri dari beberapa kata
yang bergabung menjadi satu pengertian dengan intonasi sempurna (final). Pada
kenyataannya kalimat mungkin saja terdiri atas satu kata.
Contoh :
1. O1 : Kuliah?
02: Enggak?
25
01: Ke mana?
02: Main
Contoh di atas merupakan sebuah dialog percakapan (tanya-jawab) yang
menunjukan aktifitas tanya jawab dengan menggunakan satu kata. Namun, kata-
kata yang diujarkan sudah dapat disebut sebagai kalimat, karena bentuk ungkapan
atau tuturannya memiliki esensi sebagai kalimat (Mulyana, 2008: 8).
Kalimat bila ditinjau dari konteks dan jawaban yang diberikan dibagi
menjadi 6 (Henry, 1985: 36). Salah satunya adalah kalimat pertanyaan, kalimat
tanya (interogatif) adalah kalimat yang mengandung intonasi interogatif dan pada
umumnya mengandung makna pertanyaan, dalam ragam tulis biasanya ditandai
oleh (?). Dalam bahasa Indonesia ditandai oleh –kah;apa;bagaimana, dan
sebagainya (Kridalaksana, 2008: 104). Kalimat pertanyaan atau question-sentence
adalah kalimat yang menimbulkan suatu jawaban linguistik selain dari pada
jawaban jawaban yang telah tetap bagi kalimat-kalimat salam, panggilan dan
seruan. Pertanyaan ditandai oleh prosodik serta pola susunan kata tertentu dan
oleh kata tugas yang disebut kata tanya atau interogatory (Henry, 1985: 39).
Contoh :
Siapa nama anak itu ? Ali
Di mana ia tinggal? Di Bandung
Ke mana dia pergi ? Ke sekolah
26
5.1.Kalimat tanya apabila dilihat dari reaksi jawaban yang diberikan
dibedakan (Chaer, 2008:191) adanya:
1. Kalimat interogatif yang meminta pengakuan jawaban “ya” atau “tidak”.
Atau “ya” atau “bukan”.
Contoh : Apakah pejabat itu ditahan KPK? Ya.
2. Kalimat interogatif yang meminta keterangan mengenai salah satu unsur
(fungsi) kalimat.
Contoh : Apa isi peti itu? Buku
3. Kalimat interogatif yang meminta alasan.
Contoh : Mengapa kamu sering telat? Karena rumah saya jauh.
4. Kalimat interogatif yang meminta pedapat atau buah pikiran orang lain.
Contoh : Bagaimana cara mengangkut batu besar ini ? Dengan bantuan
mesin katrol
5. Kalimat interogatif yang menyungguhkan. Biasanya diiringi dengan kata
“bukan”.
Contoh : Anda berasal dari Papua, bukan?
6. Tindak Tutur Langsung dan Tidak Langsung
Secara formal, berdasarkan modusnya kalimat dibedakan menjadi kalimat
berita (deklaratif), kalimat tanya (interogatif), dan kalimat perintah
(imperatif).Secara konvensional kalimat berita digunakan untuk memberitakan
27
sesuatu (informasi), kalimat tanya untuk menanyakan sesuatu, dan kalimat
perintah untuk menyatakan perintah, ajakan, permintaan, atau permohonan,
apabila kalimat berita difungsikan secara konvensional untuk memberitakan,
kalimat tanya untuk bertanya dan kalimat perintah untuk menyuruh, mengajak,
memohon, dsb.,tindak tutur yang terbentuk adalah tindak tutur langsung (direct
speech act) (Wijana, 1996:30).
Adapun untuk berbicara secara sopan perintah dapat diutarakan dengan
kalimat berita atau kalimat tanya agar orang yang diperintah tidak merasa dirinya
diperintah bila hal ini terjadi maka tuturan yang terbentuk adalah tindak tutur
tidak langsung (indirect speech act) (Wijana, 1996:30).
Contoh:
a. Ada makanan di lemari
b. Di mana sapunya?
Kalimat (a) bila diucapkan kepada seorang teman yang membutuhkan
makanan, dimaksudkan untuk memerintahkan lawan tuturnya untuk mengambil
makanan yang ada di almari, bukan sekedar menginformasikan bahwa di almari
ada makanan, sedangkan kalimat (b) bila diucapkan oleh seorang ibu kepada
anaknya, tidak hanya berfungsi untuk menanyakan di mana sapu, akan tetapi juga
secara tidak langsung memerintahkan untuk mengambil sapu itu.
7. Subtitle
Subtitle yaitu memberikan terjemahan pada dialog bahasa sumber ke
bahasa sasaran dalam bentuk disinkronkan keterengannya, biasanya dibagian
28
bawah layar. Subtitling sebagai bentuk foreignisasi merupakan pendekatan untuk
penerjemahan yang dapat digambarkan sebagai “mengirim pembaca ke luar
negeri” . Subtitle dapat membuat penonton terbawa ke dalam budaya, nuansa dan
citarasa kebudayaan negara lain tanpa harus pergi ke negara tersebut. Selain itu,
dalam dunia industri serial tv, pengalihan bahasa dalam bentuk subtitle lebih
menjadi pilihan karena secara finansial lebih ekonomis dan praktis (Amalia,
2010).
Prinsip subtitling adalah membantu penonton untuk memahami isi serial
tv, bukan sibuk membaca. Oleh karena itu bahasa subtitle haruslah singkat, padat
dan tepat sasaran. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia yang baik dan
benar. Di bawah ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan oleh penerjemah
metode subtitle serial tv, yaitu :
a) Nama sutradara, produser , crew dan aktor film yang muncul pada opening
dan ending serial tv tidak perlu diterjemahkan.
b) Lirik lagu hanya diterjemahkan ketika menjadi bagian dari isi film.
Apabila hanya bagian dari ilustrasi, maka tidak perlu diterjemahkan
c) Kalau ada repetisi kata, cukup satu kata yang diterjemahkan.
d) Kalau kalimatnya tidak jelas, cukup menerjemahkan kalimat yang jelas.
e) Tulisan di papan nama, surat, email, dan lain-lain. yang berkaitan dengan
isi film harus diterjemahkan.
29
f) Ungkapan peribahasa jangan diterjemahkan secara harfiah namun
sebaiknya diterjemahkan sesuai dengan padanannya pada bahasa
Indonesia.
g) Boleh menyederhanakan penerjemahan dan tidak perlu mendetail, akan
tetapi tetap harus memperhatikan pola Subjek-Predikat-Objek.
Sumber : (http://www.accurapid.com/journal/32serial tv/html ). diakses
pada tanggal 25 Oktober 2015.
F. Sumber Data
Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi
mengenai data. Berdasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi dua, yaitu data
primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang dibuat oleh peneliti
untuk maksud khusus menyelesaikan permasalahan yang sedang ditanganinya.
Data dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat
objek penelitian dilakukan. Data sekunder merupakan data yang telah
dikumpulkan untuk maksud menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Data
ini dapat ditemukan dengan cepat. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data
sekunder adalah literatur, artikel, jurnal serta situs di internet yang berkenaan
dengan penelitian yang dilakukan.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan kalimat tanya
(interogatif) yang terdapat pada subtitle berbahasa Arab. Sumber data primer
penelitian ini diambil dari serial tv Shalahuddin Al-Ayyubi, sebuah serial tv dari
negara Yordania yang distrudarai oleh Khatim Aliy kemudian dibeli oleh salah
satu stasiun tv swasta Indonesia yaitu MNCTV. Adapun sumber data sekunder
30
pada penelitian ini mengambil dari subtitle serial tv yang diterjemahkan oleh
pihak MNCTV. Serial tv ini berbentuk mini seri berjumlah 29 episode. Namun,
peneliti hanya mengambil episode 1 dan 2 untuk diteliti.
G. Metode dan Teknik Penelitian.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang menuturkan dan
menafsirkan data yang berkenaan dengan fakta, keadaan, variabel, dan fenomena
yang terkadi saat penelitian berlangsung, sehingga hasil dari penelitian deskriptif
disajikan dengan realita atau hasil yang ada (Subana dan Sudrajat, 2005:89).
Adapun penelitian ini akan mengkaji mengenai teknik dan metode penerjemahan
kalimat tanya yang terdapat pada subtitle serial tv ini.
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan sampling,
teknik sampling terbagi menjadi dua cara, yaitu cara acak dan cara bukan acak
(Subana dan Sudrajat, 2005:117). Penelitian ini menggunakan teknik sampling
random dengan ketentuan : (1) Data yang dipilih merupakan kalimat tanya yang
memiliki penanda kalimat tanya, seperti kata tanya, tanda tanya dan intonasi
pertanyaan. (2) Kalimat tanya (interogratif) dalam Bsa yang disampaikan dalam
bentuk kalimat pernyataan (imperatif) Bsu. (3) Data berupa kalimat tanya yang
dapat dipahami oleh peneliti dengan baik dan jelas.
Data yang diperoleh dari teknik ini akan diklasifikasikan sesuai dengan
bentuk struktur yang ada dalam bahasa sumber maupun bahasa sasaran. Setelah
data sudah diklasifikasikan maka data tersebut akan dianalisis sesuai dengan
teknik dan metode penerjemahan yang terdapat pada kajian teori. Data akan
diklasifikasikan sesuai dengan bentuk struktur yang ada dalam bahasa sasaran
31
maupun bahasa sumber. Setelah data diklasifikasikan sesuai dengan struktur
bentuk, maka data tersebut akan diuraikan dan didiskripsikan dengan teknik yang
tepat dalam penerjemahan data tersebut.
Analisis dalam penelitian ini menggunakan teori analisis data dari teori
yang dikemukan oleh Sutopo (2002: 91). Proses analisis dalam penelitian
kualitatif terdapat tiga komponen yang harus dikuasi oleh peneliti. Komponen
tersebut adalah (1) Reduksi Data, (2) Sajian Data, (3) Penarikan kesimpulan dan
verifikasinya.
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan langkah awal dalam analisis sebuah data yang
merupakan proses seleksi data, pengfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi dari
fieldnote (Sutopo, 2002: 91). Reduksi data ini berlangsung sejak peneliti
mengambil keputusan tentang kerangka kerja konseptual, memilih kasus dan
menyusun pertanyaan. Pada pengumpulan data berlangsung, reduksi data
dilakukan dengan membuat ringkasan dari catatan yang diperoleh dari data
tersebut. Data yang diperoleh dari sumber data akan diklasifikasikan sesuai
bentuknya, kemudian disederhanakan dan dibuat data inti penelitian.
2. Sajian data
Sajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam
bentuk narasi yang memungkinkan simpulan penelitian dapat dilakukan. Sajian
data ini merupakan penyusunan kalimat secara logis dan sistematis, sehingga bila
dibaca, akan mudah dipahami tentang berbagai hal yang terjadi dan
32
memungkinkan peneliti untuk berbuat sesuatu pada analisis (Sutopo, 2002: 92).
Sajian data ini harus sesuai dengan rumusan masalah yang telah dirumuskan di
dalam penelitian ini. Sajian data ini berbentuk narasi yang disusun dengan
pertimbangan permasalahannya dengan menggunakan logika penelitiannya.
Sajian data dalam penelitian tidak hanya berbentuk narasi kalimat, sajian
data bisa berupa jenis matriks, gambar atau skema, jaringan kerja kaitan kegiatan,
dan berupa tabel guna untuk memperkuat narasinya.
3. Penarikan Simpulan dan Verifikasi
Pada awal pengumpulan data, peneliti sudah harus memahami apa arti
dari berbagai hal yang ia temui dengan melakukan pencatatan peraturan-
peraturan, pola-pola, pernyataan-pernyataan, konfigurasi yang mungkin, arahan
sebab akibat dan berbagai proposisi.
Simpulan yang diperoleh perlu diverifikasi agar cukup mantap dan benar-
benar bisa dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan aktivitas
pengulangan untuk tujuan pemantapan, penelusuran data kembali dengan cepat.
(Sutopo, 2002: 93).
H. Sistematika Penyajian
Penelitian ini disusun dalam tiga bab. Bab pertama merupakan pendahuluan
yang memuat tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian
dan pembatasan masalah, kajian teori, metode dan teknik, dan sistematika
penyajian. Latar belakang membahas tentang suatu hal yang melatarbelakangi
peneliti memilih tema ini sebagai objek penelitian. Kajian pustaka adalah
33
merupakan pembahasan mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya tentang teknik dan metode penerjemahan subtitle serial tv.
Sedangkan kajian teori memuat tentang landasan teori yang dipakai dalam
penelitian ini, teori yang dipakai dalam penelitian ini berupa pengertian
penerjemahan, teknik-teknik penerjemahan, metode penerjemahan, teori kalimat
tanya dan subtitle.
Bab kedua merupakan pembahasan atau analisis rumusan masalah pertama
yang mengungkap tentang teknik penerjemahan kalimat tanya pada subtitle serial
tv Shalahuddin Al Ayyubi versi MNCTV, sedangkan rumusan masalah kedua
membahas tentang metode penerjemahan yang dipakai dalam menerjemahkan
kalimat tanya yang terdapat pada subtitle serial tv Shalahuddin Al Ayyubi versi
MNCTV.
Bab ketiga ditutup dengan kesimpulan dan saran. Bab ini merupakan
penutupan dari penelitian yang di dalamnya akan dihadirkan kesimpulan yang
dapat diperoleh dari pembahasan pada bab kedua dan ketiga. Adapun kesimpulan
harus mampu menjawab rumusan masalah yang dirumuskan oleh peneliti. Lalu,
pada bab ini juga terdapat saran yang berlandaskan pada pembatasan masalah
untuk para peneliti yang lain, sehingga peneliti lain bisa melanjutkan penelitian ini
dan mengembangkannya terkhusus pada penelitian subtitle serial tv.
top related