bab 2
Post on 17-Sep-2015
20 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Minyak Goreng
Pada umumnya komponen penyusun minyak kelapa sawit terdiri dari
trigliserida dan non-trigliserida. Asam-asam lemak penyusun trigliserida
terdiri dari asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Komponen
trigliserida pada minyak kelapa sawit dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Komponen Trigliserida Minyak Kelapa Sawit.
Trigliserida Jumlah (%)
Tripalmitin
Dipalmito Stearine
Dipalmito Stearine
Oleo Dipalmitin
Oleo- Palmitostearine
Palmito Diolein
Stearo Diolein
Linoleo Diolein
3 5
1 3
0 5
21 43
10 11
32 48
0 6
3 12
(Ketaren, 1986)
Komponen non-trigliserida ini merupakan komponen yang
menyebabkan rasa, aroma dan warna kurang baik. Senyawa-senyawa yang
termasuk non-trigliserida antara lain : motibgliserida, diglisrida, fosfatida,
karbohidrat, turunan karbohidrat, protein dan bahan-bahan berlendir atau
getah (gum) serta zat-zat berwarna. Kandungan senyawa minyak kelapa
sawit yang terdapat dalam jumlah sedikit ini, sering memegang peranan
penting dalam menentukan mutu minyak (Pasaribu, 2004).
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id5
Secara umum standar mutu minyak dipengaruhi dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain : kandungan air dan kotoran dalam minyak
kandungan Asam lemak bebas (ALB), warna dan bilangan peroksida.
Faktor lain yang mempengaruhi standar mutu adalah titik cair kandungan
gliserida, refining loss, plastisitas dan supreadability, kejernihan
kandungan logam berat dan bilangan penyabunan (Pasaribu, 2004).
2. Jelantah
Selama penggorengan, minyak goreng akan mengalami pemanasan
pada suhu tinggi 160-250 C dalam waktu yang cukup lama. Hal ini akan
menyebabkan terjadinya proses oksidasi, hidrolisis, dan polimerisasi yang
menghasilkan senyawa-senyawa hasil degradasi minyak seperti keton,
aldehid, dan polimer yang merugiakan bagi kesehatan manusia. Proses-
proses tersebut menyebabkan minyak mengalami kerusakan. Kerusakan
utama adalah timbulnya bau yang tengik, sedangkan kerusakan lain
meliputi peningkatan kadar asam lemak bebas, kenaikan bilangan iodine,
timbulnya kekeruhan minyak, terbentuknya busa, serta adanya kotoran-
kotoran dari bumbu yang digunakan dan bahan yang digoreng.
Kerusakan minyak akan mempengaruhi mutu dan nilai gizi bahan
pangan yang digoreng. Minyak yang rusak akibat proses oksidasi dan
polimerisasi akan menghasilkan bahan dengan bentuk yang kurang
menarik dan cita rasa yang tidak enak (getir), serta kerusakan sebagian
vitamin dan asam lemak esensial yang terdapat dalam minyak.
Pembentukan senyawa polimer selama proses menggoreng terjadi karena
reaksi polimerisasi dan adisi dari asam lemak tidak jenuh. Hal ini terbukti
dengan dengan terbentuknya bahan yang menyerupai gum yang
mengendap di dasar tempat penggorengan (Ketaren, 1986).
Sehubung dengan banyaknya jelantah dari sisa industri maupun
rumah tangga dan menyadari adanya bahaya konsumsi jelantah, maka
perlu dilakukan upaya-upaya untuk pemanfaatan jelantah ini dapat
dilakukan dengan pemurnian agar tidak terbuang dan mencemari
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id6
lingkungan. Pemanfaatan jelantah ini dapat dilakukan dengan pemurnian
agar dapat digunakan kembali sebagai media penggorengan atau
digunakan sebagai bahan baku produk berbasis minyak seperti sabun dan
pembersih lantai.
3. Gliserol
Gliserol adalah suatu trihidroksi alkohol yang terdiri atas 3 atom
karbon. Jadi setiap atom karbon mempunyai gugus OH. Satu molekul
gliserol dapat mengikat satu, dua, tiga molekul asam lemak dalam bentuk
ester, yang disebut monogliserida, digliserida dan trigliseridia. Gliserol
digunakan pada berbagai industri misalnya industri sabun, deterjen, dan
ester gliserol (Shofyan, 2010).
4. Pembersih Lantai
Pembersih lantai adalah cairan yang mengandung senyawa fenol
atau turunannya maupun senyawa lain yang bersifat antiseptik dengan atau
tanpa pewangi yang digunakan untuk membersihkan lantai (SNI, 1995).
Pada dasarnya pembersih lantai memiliki sifat yang sama dengan sabun
atau detergen. Pembersih lantai maupun sabun adalah bahan kimia yang
berasal dari alam, seperti minyak yang direaksikan dengan basa. Basa
yang biasa digunakan antara lain NaOH dan KOH.
Proses pembentukan sabun dikenal sebagai reaksi penyabunan atau
saponifikasi, yaitu reaksi antara lemak/trigliserida dengan basa. Hasil
reaksi berupa sabun dan glierol. Gliserol yang terbentuk dapat
dimanfaatkan sebagai pembersih lantai. Reaksi saponifikasi dapat dilihat
seperti pada gambar 2.1.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id7
(Alam, 2012)
Gambar 2.1 Reaksi Saponifikasi
Pembersih lantai bersifat polar dan nonpolar. Ujung pembersih
lantai yang bersifat polar akan mengikat air, sedangkan ujung yang
bersifat nonpolar akan mengikat minyak atau kotoran organik yang
bersifat nonpolar juga. Perbedan antara pembersih lantai dengan sabun
adalah pembersih lantai lebih keras daya membersihkannya dibanding
dengan sabun. (Dion, 2012).
5. Bahan Aktif
a. Arpus ( Gondorukem )
a.1. Pengertian Arpus
Arpus merupakan padatan yang diperoleh dengan cara
penyulingan getah pinus dan bewarna jernih kekuning-kuningan
sampai kuning kecoklatan. Menurut Kirk dan Othmer (2007) arpus
merupakan resin padat yang terjadi secara alami dari getah pohon
pinus. Arpus berdasarkan sumber bahan bakunya dibagi menjadi tiga
macam yaitu arpus getah (gum rosin) diperoleh dari residu
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id8
penyulingan getah hasil sadapan pohon pinus, arpus kayu (wood rosin)
yang diperoleh dari hasil ekstraksi batang kayu dengan bahan pelarut
organik kemudian larutan tersebut disuling dan arpus tall oil (tall oil
rosin) yang merupakan hasil sampingan industri pulp yang berbahan
baku kayu pinus.
a.2. Sifat Arpus
Arpus merupakan senyawa kompleks yang larut dalam pelarut
organik, yang terdiri dari 80% - 90% asam-asam resin dan sekitar 10%
komponen netral. Secara garis besar asam-asam resin dalam arpus
terbagi menjadi dua golongan, yaitu tipe abietat dan tipe pimarat. Jenis
asam resin yang termasuk dalam tipe abietat terdiri dari asam abietat,
levopimarat, neoabietat, palustrat, dehidroabietat dan asam tetraabietat.
Asam abietat ini mudah terisomer oleh panas dan mudah teroksidasi
oleh oksigen dari udara, sedangkan asam levopimarat yang jumlahnya
sedikit, sangat reaktif dan mudah terisomer menjadi asam lainnya oleh
pengaruh panas. Sedangkan jenis asam resin yang termasuk tipe
pimarat terdiri dari asam pimarat dan isopimarat. Tipe pimarat lebih
stabil dibandingkan dengan asam lainnya yang terdapat dalam arpus
kedua tipe asam tersebut mempunyai rumus empiris yang sama yaitu
C20H30O2 (Ari, 2011).
b. Texapon (Sodium Lauryl Sulfate)
Texapon nama merk dagang dengan nama kimia Sodium Lauril
Sulfat (SLS) adalah surfaktan anionic, dengan viskositas larutanya
dapat ditingkatkan dengan penambahan elektrolit. Pada suhu ruang
berbentuk pasta (gel) dan tidak berwarna denga rumus kimia Texapon
adalah C12H25SO3Na (Nuriyana, 2010). Texapon ini berfungsi sebagai
pengangkat kotoran dan noda minyak. Bahan pembersih yang bersifat
sangat kuat ini biasanya dicampurkan dalam produk pembersih karena
kemampuannya untuk menghasilkan busa (Prihianti, 2008).
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id9
6. Bahan Aditif
a. Asam sitrat
Asam sitrat merupakan asam organik lemah yang berbentuk
serbuk kristal berwarna putih. Serbuk Kristal tersebut berbentuk
anhydrous (bebas air), atau bentuk monohidrat yang mengandung satu
molekul air untuk setiap molekul asam sitrat. Bentuk anhydrous asam
sitrat mengkristal dalam air panas, sedangkan bentuk monohidrat
didapatkan dari kristalisasi asam sitrat dalam air dingin. Asam sitrat
merupakan bahan penurun pH yang baik, karena tidak menyebabkan
penurunan pH yang terlalu rendah, disamping itu juga asam sitrat
berperan sebagai antibiotic sehingga dapat menghambat
perkembangbiakan bakteri (Wiraatmaja dkk, 2007). Rumus kimia
asam sitrat adalah C6H8O7.
Kegunaan asam sitrat di industri :
Industri makanan : flavouring agent, ekstrak jus buah, perasa
permen, es krim.
Industri farmasi : pengawet dan perasa asam.
Industri kimia : antifoam agent, softener, campuran warna
tekstil, campuran deterjen.
b. HEC
HEC adalah bahan aditif berbentuk serbuk putih, pH 5,5-8, larut
dalam air panas (> 60 C ), aseton, etanol 95% dan toluene serta larut
dalam air dingin untuk membentuk larutan koloidal. Pemanasan tidak
menyebabkan menjadi gel dan berfungsi sebagai bahan pengental
karena sifat cellulose yang merangkap air (Andresty, 2011). Rumus
kimia HEC adalah C2H6O2.xCH4O.x.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id10
7. Uji Kualitas Pembersih Lantai
a. Uji pH
Mengukur konsentrasi ion H+ yang terdapat dalam pembersih lantai.
b. Uji Stabilitas Emulsi dalam Air Sadah
Mengukur stabilitas emulsi yang terbentuk dari pencampuran
pembersih lantai dengan air sadah. Cara uji dilakukan dengan
membuat larutan sadah dan masukan pembersih lantai dengan
perbandingan 100:1 kemudian diaduk, biarkan selama 6 jam, lihat
terjadi endapan (flok) atau terjadi dua lapisan.
c. Uji Alkali Bebas
Tujuan uji alkali bebas ini adalah untuk mengetahui alkali yang
terkandung dalam pembersih lantai supaya tidak menyebabkan iritasi
pada kulit.
d. Uji Viskositas
Tujuan uji viskositas ini adalah untuk mengetahui kekentalan dari
larutan pembersih lantai.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id11
B. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.4 Diagram Alir Proses Pembuatan Pembersih Lantai
Mengaduk campuran dengan motor pengaduk
Mendiamkan selama semalam(terbentuk dua lapisan)
Menurunkan pH
Pengentalan
Pengadukan
Minyak hasil penyaringan
Larutan NaOH dan Arpus
Lapisan atasLapisan bawah
Asam sitrat Air
HEC
Bahan aditif :TexaponPewangiPewarna
Produk
top related