bab 1 pendahuluan 1.1 latar belakang penelitianlibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab1/bab i...
Post on 02-Mar-2019
233 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Pertumbuhan industri jasa di Indonesia dalam kurun waktu belakang ini
menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Produk Nasional Indonesia dari
tahun ketahun yang terus meningkat ditandai kontribusi sektor jasa (Tjiptono dan
Anastasia, 2004). Perkembangan industri jasa kini didukung oleh kemunculan
ekonomi dan industri kreatif yang mampu menopang kehidupan masyarakat modern
dengan berlandaskan kemandirian, yang mengartikan bahwa tak sedikit orang yang
tidak lagi bergantung pada terbukanya lapangan kerja namun membuka lapangan
kerja baru dengan harapan memberikan pencerahan stabilitas ekonomi di Indonesia.
Salah satu dari sekian banyak sector ekonomi kreatif di Indonesia ialah bidang MICE
atau yang memiliki singkatan (Meeting, Incentive, Convention, dan Exhibition).
Indonesia sebagai destinasi yang mulai diperhitungkan oleh pasar wisata MICE
sebagai tujuan menarik. Sejumlah kegiatan besar dunia menjadi bukti kepercayaan
masyarakat dunia untuk melakukan aktivitas MICE. Pertumbuhan ekonomi, stabilitas
politik dan keamanan yang semakin membaik, menarik banyak investor lokal
maupun asing tertarik berinvestasi di Indonesia baik sebagai penyelenggara ataupun
sebagai peserta. MICE Meskipun beberapa negara di Eropa mengalami krisis
ekonomi, namun hal itu justru merupakan peluang bagi Industri MICE Indonesia
untuk menarik konsumen MICE khususnya dari negara Asia Timur dan Timur
Tengah.
Sektor MICE merupakan indikator kuat perkembangan ekonomi suatu
bangsa, penyelenggaraan sebuah event internasional membutuhkan perangkat keras
infrastruktur fisik, dan perangkat lunak SDM yang ahli dan menfasilitast pelayanan
kelas utama. Dukungan infrastruktur dengan kualitas yang bagus menjadi hal yang
sangat penting diantaranya akses udara, jalan atau rel kereta api, convention center
dengan kualitas bagus, hotel antara bintang tiga hingga bintang lima, destinasi yang
atraktif dan memiliki nilai tambah, pemasaran yang baik, dan Professional
Conference Organizer (PCO) lokal yang ahli di bidangnya. Disisi lain perlunya
agresifitas dari para penyedia jasa MICE di Indonesia untuk menarik pasar luar
negeri. Dalam industri jasa ini kita tidak cukup hanya dengan pro-aktif merebut pasar
MICE, tapi harus agresif dengan mengerahkan semua sumber daya untuk melakukan
2
lobi serta upaya memenangkan bidding internasional yang dilakukan pelaku bisnis
pariwisata/PCO bersama pemerintah. Industri MICE merupakan produk unggulan
karena kegiatan itu menghasilkan devisa negara yang besar.
MICE (Meeting, Incentive, Conference, and Exhibition) di Indonesia kian
maju seiring dengan perkembangan industri pameran dan pariwisata Nusantara yang
tidak hanya isapan jempol semata. Peluang besar bagi para Professional Conference
Organizer di tanah air menjadi kekuatan untuk menang di kancah bisnis MICE
berskala Asia Pasific hingga internasional. Hal ini tidak luput dari fasilitas serta
promosi besar-besaran atas nama republik Indonesia dimana banyak daerah
menawarkan diri sebagai tuan rumah untuk kunjungan wisata diikuti dengan fasilitas
konvensi yang representatif. Mengutip pernyataan Bidang Pengembangan Pemasaran
Pariwisata Nusantara, Pemerintah telah menempatkan MICE sebagai produk
unggulan pariwisata nasional sebagai daya tarik wisatawan mancanegara.
Pelaku bisnis pariwisata, asosiasi pariwisata (ASITA, PHRI, INCCA,
ASPERAPI), perguruan tinggi, JCC, ICE BSD, JIExpo, media, dan Pemerintah
diharapkan saling bergandengan untuk menuju MICE terdepaan sebagai bentuk
kontribusi pemerintah dalam memajukan “Value” dari kualitas SDA maupun SDM
dalam kancah MEA dan dinamika perekonomian internasional dengan
mengedepankan 9 pilar yaitu diantaranya pertama; penguatan kelembagaan MICE,
peningkatan aksesibilitas, peningkatan infrastruktur, pengembangan SDM dan
kualitas pelayanan, penggunaan teknologi dan pengembangan konsep sustainability
dalam penyelenggaraan kegiatan MICE.
MICE adalah singkatan dari Meeting, Incentive, Convention, Exhibition.
MICE adalah jenis kegiatan yang terdapat dalam industri pariwisata, kegiatan ini
telah di rencakanan secara matang oleh suatu kelompok atau kumpulan orang yang
memiliki kesamaan tujuan dalam penyelenggaran kegiatan tersebut. Dunia MICE
merupakan dunia bisnis yang sangat menjanjikan namun masih sangat baru dalam
masyarakat karena belum banyak memiliki peminat seperti bisnis lainnya.
Mengingat masih kurangnya pengetahuan tentang MICE di Indonesia.
Berikut dijelaskan pengertian MICE menurut para pakar:
- Menurut Pendit (1999:25), MICE diartikan sebagai wisata konvensi, dengan
batasan: usaha jasa konvensi, perjalanan insentif, dan pameran. Merupakan
usaha dengan kegiatan memberi jasa pelayanan bagi suatu pertemuan
3
sekelompok orang (negarawan, usahawan, cendikiawan dsb) untuk
membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan kepentingan bersama.
- Sedangkan menurut Kesrul (2004:3), MICE sebagai suatu kegiatan
kepariwisataan yang aktifitasnya merupakan perpaduan antara leisure dan
business, biasanya melibatkan sekelompok orang secara bersama-sama,
rangkaian kegiatannya dalam bentuk meetings, incentive travels, conventions,
congresses, conference dan exhibition.
Adapun kota-kota MICE di Indonesia yang dikutip dari pembicaraan Deputi
Bidang Pengembangan Pemasaran Wisata Nusantara Esthy Reko Astuti kepada
Indopos, yaitu:
Tabel 1.1 Kota-Kota MICE di Indonesia
Jakarta Medan
Bandung Manado
Solo Palembang
Bali Padang
Surabaya Balikpapan
Yogyakarta Bintan
Makassar Semarang
Batam Lombok
Sumber: http://nusa.indopos.co.id/read/2017/02/04/86018/Kemenpar-Tetapkan-16-
Destinasi-MICE-di-Indonesia
Adapun pengertian dan penjelasan dari bentuk-bentuk MICE, yaitu:
1. Meeting
Meeting adalah istilah bahasa inggris yang berarti rapat, pertemuan
atau persidangan. Meeting merupakan suatu kegiatan yang termasuk di dalam
MICE.
Menurut Kesrul (2004:8), Meeting adalah suatu pertemuan atau
persidangan yang diselenggarakan oleh kelompok orang yang tergabung
dalam asosiasi, perkumpulan atau perserikatan dengan tujuan
mengembangkan profesionalisme, peningkatan sumber daya manusia,
4
menggalang kerja sama anggota dan pengurus, menyebarluaskan informasi
terbaru, publikasi, hubungan kemasyarakatan.
Menurut Kesrul (2004:3), “Meeting adalah suatu kegiatan
kepariwisataan yang aktifitasnya merupakan perpaduan antara leisure dan
business, biasanya melibatkan orang secara bersama-sama”.
Rapat merupakan salah satu cara berkomunikasi dalam sebuah
organisasi. Di sebuah paerusahaan, rapat juga berfungsi untuk membantu
manajer dalam memantau kinerja operasional anak buahnya, atau dalam
melakukan koordinasi dengan bawahan atau tim yang lain, walaupun
demikian penting, rapat juga dapat menjadi kegiatan yang menyita energi dan
banyak waktu. Ini terjadi jika rapat tidak berjalan efektif. Efektifitas dan
keberhasilan sebuah rapat, secara langsung dipengaruhi oleh kecermatan
pemimpin rapat dan peserta rapatnya. Sering kali sebuah rapat tidak
menghasilkan keputusan atau kesimpulan apa-apa. Rapat yang tidak
menghasilkan keputusan, merupakan rapat yang tidak didukung dengan
perencanaan yang baik.
2. Incentive
Incentive atau Insentif adalah kegiatan yang diadakan oleh sebuah
perusahaan atau organsasi. Guna memberikan apresiasi untuk para karyawan
dan rekan kerja yang biasa diadakan diluar kantor atau berupa sebuah
perjalanan.
Undang-undang No.9 tahun 1990 yang dikutip oleh Pendit (1999:27),
Menjelaskan bahwa perjalanan insentif merupakan suatu kegiatan perjalanan
yang diselenggarakan oleh suatu perusahaan untuk para karyawan dan mitra
usaha sebagai imbalan penghargaan atas prestasi mereka dalam kaitan
penyelenggaraan konvensi yang membahas perkembangan kegiatan
perusahaan yang bersangkutan.
Menurut Kesrul (2004:18), bahwa insetif merupakan hadiah atau
penghargaan yang diberikan oleh suatu perusahaan kepada karyawan, klien,
atau konsumen. Bentuknya bisa berupa uang, paket wisata atau barang.
5
3. Conference
Conference atau konferensi merupakan kegiatan rapat atau pertemuan
untuk berunding atau bertukar pendapat mengenai suatu masalah yang
dihadapi bersama.
Menurut (Pendit,1999:29), Istilah conference diterjemahkan dengan
konferensi dalam bahasa Indonesia yang mengandung pengertian sama.
Dalam prakteknya, arti meeting sama saja dengan conference, maka secara
teknis akronim MICE sesungguhnya adalah istilah yang memudahkan orang
mengingatnya bahwa kegiatan-kegiatan yang dimaksud sebagai perencanaan,
pelaksanaan dan penyelenggaraan sebuah meeting, incentive, conference dan
exhibition hakekatnya merupakan sarana yang sekaligus adalah produk paket-
paket wisata yang siap dipasarkan. Kegiatan-kegiatan ini dalam industri
pariwisata dikelompokkan dalam satu kategori, yaitu MICE.
Menurut Kesrul, (2004:7), Conference atau konferensi adalah suatu
pertemuan yang diselenggarakan terutama mengenai bentuk-bentuk tata
karena, adat atau kebiasaan yang berdasarkan mufakat umum, dua perjanjian
antara negara-negara para penguasa pemerintahan atau perjanjian
internasional mengenai topik tawanan perang dan sebagainya.
4. Exhibition
Exhibition atau dengan kata lain pameran merupakan suatu kegiatan
yang diadakan guna menyebarluaskan informasi dan promosi yang
berhubungan dengan penyelenggaraan konvensi atau yang ada kaitannya
dengan pariwisata.
Exhibition berarti pameran, dalam kaitannya dengan industri
pariwisata, pameran termasuk dalam bisnis wisata konvensi. Hal ini diatur
dalam Surat Keputusan Menparpostel RI Nomor KM. 108 / HM. 703 /
MPPT-91, Bab I, Pasal 1c, yang dikutip oleh Pendit (1999:34) yang berbunyi
“ Pameran merupakan suatu kegiatan untuk menyebarluaskan informasi dan
promosi yang ada hubungannya dengan penyelenggaraan konvensi atau yang
ada kaitannya dengan pariwisata
Menurut Kesrul (2004:16), exhibition adalah ajang pertemuan yang
dihadiri secara bersama-sama yang diadakan di suatu ruang pertemuan atau
6
ruang pameran hotel, dimana sekelompok produsen atau pembeli lainnya
dalam suatu pameran dengan segmentasi pasar yang berbeda.
Prospek MICE Indonesia di tahun mendatang akan semakin membaik.
Trend meeting industri dunia tetap positif dengan kegiatan terbanyak
dilakukan oleh bidang medis (ICCA, International Congress and Convention
Association). Trend kegiatan MICE domestik juga menunjukkan
perkembangan yang menggembirakan, tidak saja dilakukan oleh para pelaku
bisnis, asosiasi dan dunia pendidikan, tapi juga dari pemerintah dan partai-
partai politik, baik skala nasional dan internasional. Hal ini juga bisa dilihat
semakin banyaknya permintaan dukungan dari berbagai pihak kepada
Pemerintah, mulai dari kegiatan bidding, promosi, delegate boosting, site visit
dan memperkaya program pada saat suatu event MICE diselenggarakan.
Berbagai langkah strategis dalam pembangunan MICE di Indonesia antara
lain dengan Pendekatan Co-Marketing dengan para pelaku industri.
Pendekatan Komunitas, yaitu mendukung penyelenggaraan kegiatan yang
dilakukan oleh berbagai komunitas. Memanfaatkan prominent persons/public
figures sebagai ‘Ambassador’ untuk mempromosikan MICE dan pariwisata
Indonesia.
Menurut ICCA (International Congress and Convention Associtiaon)
Amerika dan negara-negara Uni Eropa merupakan negara sebagai tempat
penyelenggaraan pertemuan paling banyak. Sedangkan Indonesia menduduki
peringkat ke 39. Dilihat dari trend pertumbuhan selama 10 tahun, Jumlah
pertemuan di Indonesia mengalami pertumbuhan cukup besar yaitu 10,57%.
Dibanding dengan negara-negara maju, negara emerging market seperti
China, Brazil dan UAE mengalami pertumbuhan yang signifikan.
Dari segi kota penyelenggaran pertemuan, Indonesia memiliki tiga
kota utama yaitu Bali, Jakarta dan Bandung. Tentunya hal ini membuktikan
bahwa Indonesia memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan industri
MICE bukannya hanya di Jakarta atau di Bali, akan tetapi di kota-kota
lainnya. Jumlah pertemuan pada tahun 2010 lebih dari 50% bertempat di
negara-negara Eropa. Sedangkan di Asia/ Timur Tengah mencapai 19% dari
total pertemuan yang diselenggarakan di dunia.
Pameran sendiri dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu pameran
konvensi yang dibagi lagi menjadi beberapa macam yaitu, show, exhibition,
7
expo, fair/pekan raya, bazaar/pasar murah, dan sebagainya. Serta pameran
dagang (Trade Show) yang dibagi lagi menjadi pameran dagang khusus
(Special Trade Show), pameran dagang umum (General Trade Show),
pameran konsumen (Consumer Show), pameran tunggal (Solo Exhibition),
pameran ilmiah (Scientific Exhibition) dan bazaar multi produk (Multi
Product Bazaar).
Jenis-jenis pameran tersebut kemudian dapat dibagi lagi menjadi
suatu lingkup yang lebih besar dan spesifik, yaitu pameran Business to
Business (B2B) dan pameran Business to Customer (B2C). Pameran B2B
merupakan pameran yang diadakan sebagai sarana untuk memperkenalkan
dan memperagakan produk-produk suatu perusahaan dan juga menjalin
hubungan dagang antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya.
Sedangkan pameran B2C diadakan untuk mempertemukan peserta pameran
(exhibitor) dengan pengunjung (visitors) dalam rangka untuk menjual atau
memperkenalkan produknya.
Dalam hal penyelenggaraan pameran, penyelenggara (organizer)
dapat membuat suatu pameran dengan dua cara yaitu bidding atau kreatifitas
organizer itu sendiri. Bidding dilakukan bila pameran tersebut merupakan
milik pemerintah, asosiasi, dan perusahaan. Selain organizer peran penting
dalam sebuah pameran berikutnya ialah stand contractor, supporting
industries, akomodasi, transportasi, dan lain sebagainya. Dalam dunia
pameran khususnya pameran yang baru hadir di pasaran dan belum banyak
masyarakat atau pelaku industri yang mengetahui diperlukan media promosi
yang memasarkan serta mengenalkan pameran tersebut ke masyarakat luas
dan mengenalkan ke perusahaan-perusahaan dengan industri terkait.
Di Indonesia sudah banyak pelaku industri MICE yang
menyelenggarakan pameran B2B dan B2C, salah satu pameran di Indonesia
yang berkonsep B2C yaitu Pameran Gaikindo Indonesia International Auto
Show (GIIAS). Pameran GIIAS merupakan hasil kerjasama Asosiasi
Gaikindo dan PT. Amara Pameran Indonesia yang menyediakan platform
untuk para pecinta otomotif dan menjadi wadah tempat bertemunya para
pecinta otomotif dengan produsen maupun perusahaan-perusahaan terkait.
Selain itu di pameran ini juga banyak perusahaan-perusahaan produsen
8
otomotif yang me-launching produk mereka sehingga membuat pameran
Gaikindo Indonesia International Show ini selalu dinanti setiap tahunnya.
Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Social Media Examineer
untuk Social Media Marketing Industry Report 2013, 97% marketer
menggunakan berbagai media khususnya social media sebagai alat untuk
mempromosikan bisnis mereka, angka ini menunjukan kenaikan dari tahun
lalu yaitu 94% sedangkan 86% marketer perpendapat bahwa social media
merupakan alat penting untuk bisnis mereka. Hingga tahun 2015, pengguna
Internet di Indonesia mencapai 72,7 juta pengguna menurut salah satu agensi
marketing sosial dan 72 juta diantaranya adalah pengguna media sosial aktif.
Data per 2015 menunjukkan bahwa dari total populasi di Indonesia
yang berjumlah 255.5 juta jiwa sebanyak 72.7 juta jiwa merupakan pengguna
aktif internet dan sebanyak 72 juta jiwa merupakan pengguna aktif sosial
media seperti yang terlihat dalam gambar 1.1.
Gambar 1.1 Riset Pengguna Aktif Sosial Media di Indonesia
Sumber: wearesocial.sg
Melihat fenomena ini, perusahaan dapat semakin mudah dalam melakukan
promosi dan sosialisasi kepada masyarakat yakni dengan memanfaatkan media
9
sosial. Dari data dibawah ini, dapat simpulkan bahwa banyak sekali waktu yang
dihabiskan oleh masyarakat dalam memainkan ataupun membuka media sosial
mereka. Media sosial dianggap lebih update dan cepat dalam memberikan informasi
mengenai ulasan suatu produk maupun menceritakan pengalaman mereka ketika
mengunjungi suatu tempat maupun pameran, walaupun aplikasi tersebut hakikatnya
bukanlah media berita. Media sosial juga membuka peluang bagi masyarakat untuk
bertukar informasi ke berbagai pelosok negeri bahkan penjuru dunia sekalipun,
karena sifatnya yang mudah di share berdasarkan tulisan dan omongan maka hal ini
juga merupakan salah satu nilai tambah untuk perusahaan dalam memasarkan
sesuatu.
1.2 Tentang Pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS)
Gaikindo Indonesia International Auto Show) GIIAS merupakan Event
tahunan yang diadakan oleh Gaikindo. GIIAS diadakan di lokasi yang sama dengan
tahun sebelumnya, yaitu di Indonesia Convention Exhibition (ICE), BSD, Tangerang
yaitu dengan tetap menggunakan 10 hall di ICE BSD. Dibuka dari jam 10 pagi
hingga 9 malam, GIIAS diselenggarakan mulai dari tanggal 10-20 Agustus 2017
dengan harga tiket masuk seharga Rp. 50.000 (weekdays) dan Rp 70.000 (weekend)
dan diselenggarakan selama 10 hari pameran ini berhasil mendapatkan jumlah visitor
sebanyak 461.195 orang dan berhasil melakukan penjualan dengan total 23.134 unit
kendaraan terjual pada saat pameran ini berlangsung. Pameran GIIAS juga
memfasilitasi free shuttle bus dari mal-mal di ibukota untuk menuju lokasi pameran.
Selain free shuttle bus, pameran ini pun memfasilitasi beberapa kebutuhan umum
seperti food & beverages area, smoking area, pray room, ambulance dan ruang
kesehatan, business centre, taman bermain dan stroller untuk para pengunjung yang
membawa anak mereka, nursery room, koneksi internet, dan ruangan agar para
pengunjung bisa mengisi baterai handphone maupun gadget mereka.
Selain itu pameran Gaikindo International Auto Show ini tidak hanya sekedar
pameran, GIIAS pun juga mempunyai beberapa supporting programs seperti CSR
pavillion (terletak di hall 5) yang ditujukan dengan melakukan inisiasi pemberian
yang terbaik kepada sekolah, siswa, anggota staf, dan masyarakat sekitar. Ini
menunjukkan bahwa GIIAS memiliki kepedulian yang tinggi terhadap bidang
pendidikan. Kemudian supporting programs selanjutnya yaitu donor darah (terletak
di hall 7 area indoor dan outdoor) acara donor darah ini GIIAS bekerja sama dengan
10
Palang Merah Indonesia (PMI), mengajak semua peserta pameran dan pengunjung
untuk berpartisipasi dalam acara sosial ini. Tujuan program ini adalah untuk
membantu menyelamatkan jiwa dengan menyumbangkan darah kepada mereka yang
membutuhkan. Selain itu pameran GIIAS pun melakukan promosi mereka dengan
gencar namun penulis menemukan adanya jumlah penurunan dalam hal media
partner dari pameran GIIAS 2016 ke pameran GIIAS 2017.
Gambar 1.2 Jumlah Perbandingan Media Partner pameran GIIAS 2016
dan GIIAS 2017
Sumber: Data Pribadi Manajemen PT. API (2017)
Berdasarkan gambar 1.2 diatas, penulis menemukan penurunan dalam jumlah
media partner yang bekerja sama pada pameran GIIAS 2017 ini. Pada tahun
sebelumnya yaitu GIIAS 2016 bekerjasama dengan 1.264 media, sedangkan pada
pameran GIIAS 2017 bekerjasama dengan 1.205 media. Dapat disimpulkan bahwa
manajemen dari PT. Amara Pameran Indonesia bekerjasama dengan lebih sedikit
media untuk GIIAS 2017 dibandingkan dengan GIIAS 2016, seperti yang kita
ketahui media sangat besar perannya dalam dunia pameran maupun bisnis karena
mampu untuk mengangkat dan menginformasikan suatu berita atau acara hingga ke
pelosok negeri. Dikarenakan adanya penurunan jumlah media partner maka penulis
ingin mengetahui apakah ewom atau pengalaman orang-orang yang mengunjungi
pameran ini dapat meningkatkan daya beli dan mempunyai pengaruh besar terhadap
pameran GIIAS 2017 mengingat adanya pengurangan kerjasama dengan media
partner pada tahun ini.
11
Berikut merupakan kegiatan E-WOM pada pameran GIIAS. Pengunjung
yang meng-upload foto atau menceritakan pengalaman mereka saat mengunjungi
pameran GIIAS dengan menggunakan hashtag-hashtag tertentu.
Gambar 1.3 Penyaringan Responden Berdasarkan Hashtag GIIAS
Sumber: Instagram.com & youtube.com
Berdasarkan uraian diatas, penulis ingin melakukan penelitian guna
mengetahui pengaruh E-Word of Mouth dan Brand Image terhadap Purchase
Intention (studi kasus: Pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show).
1.3 Identifikasi Masalah
Dalam jurnal penelitian Jalilvand & Samiei, (2012) menyatakan bahwa
EWOM memiliki pengaruh kuat terhadap penilaian produk. EWOM juga bisa
dipercaya lebih efektif mempengaruhi keputusan niat pembelian konsumen dan
memiliki pengaruh terhadap citra merek produk tersebut. Jika opini dari konsumen di
dalam review produk di internet bernada positif, maka hal tersebut akan menarik
konsumen lain untuk menggunakan produk tersebut juga dan menaikkan citra
produk. Hal ini menguntungkan perusahaan karena konsumen yang puas dan loyal
akan merekomendasikan kepada teman atau orang yang ada di sekitar mereka
sehingga akan berdampak dapat meningkatkan niat pembelian produk. Selain itu
komunikasi EWOM melalui media elektronik memberikan jalan bagi konsumen
untuk mendapatkan informasi mengenai suatu produk atau jasa yang tidak hanya
12
berasal dari sebagian orang yang mereka kenal namun informasi tersebut juga dapat
didapatkan dari orang-orang dari negara lain yang memiliki pengalaman dengan
produk atau jasa yang ditawarkan tersebut. Salah satu alasan mengapa kami
membahas dan meneliti tentang pameran Gaikindo Indonesia International Auto
Show ini yaitu karena pameran ini merupakan pameran pecahan dari pameran
Indonesia International Motor Show (IIMS) dan tergolong pameran baru yang
berlangsung di Indonesia, maka dari itu kami ingin meneliti apakah image dari
pameran sebelumnya masih menempel di pameran GIIAS dan ingin mengetahui citra
merek dari pameran GIIAS di masyarakat.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah
untuk penelitian ini yaitu:
1. Apakah terdapat pengaruh EWOM terhadap niat pembelian (Purchase
Intention)?
2. Apakah terdapat pengaruh Brand Image terhadap niat pembelian (Puchase
Intention)?
3. Apakah terdapat hubungan antara EWOM dengan indikator-indikatornya?
4. Apakah terdapat hubungan antara Brand Image dengan indikator-
indikatornya?
5. Apakah terdapat hubungan antara Purchase Intention dengan indikator-
indikatornya?
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujun dari dilakukan penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengaruh EWOM terhadap Purchase Intention.
2. Untuk mengetahui pengaruh Brand Image terhadap Purchase Intention.
3. Untuk mengetahui hubungan e-WOM dengan indikator-indikatornya
4. Untuk mengetahui hubungan Brand Image dengan indikator-indikatornya
5. Untuk mengetahui hubungan Purchase Intention dengan indikator-
indikatornya
1.5 Manfaat Penelitian
Penulis mengharapkan agar hasil penelitian ini dapat berguna bagi:
1. Bagi Perusahaan
13
Hasil penelitian yang penulis lakukan ini dapat digunakan oleh
perusahaan untuk bahan masukan dan pertimbangan serta mengetahui
pengaruh serta peran penting dari EWOM dan Brand Image dalam
meningkatkan Purchase Intention pada pameran Gaikindo Indonesia
International Auto Show.
2. Bagi Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan
pemahaman bagi semua pihak yang berminat terhadap bidang manajemen
pemasaran serta dapat menambah wawasan dan pengetahuan menyusun
dalam bidang pemasaran.
1.6 Sistematika Penulisan
Laporan proposal skripsi ini terdiri dari 5 bab, antara lain:
1. Bab 1 Pendahuluan
Menjelaskan mengenai latar belakang ruang lingkup, masalah, tujuan,
manfaat, metodologi penelitian dan sistematika pembahasan.
2. Bab 2 Landasan Teori
Menjelaskan mengenai teori relevan yang digunakan untuk menjelaskan
tentang E-Marketing khususnya EWOM, Brand Image, dan Purchase
Intention
3. Bab 3 Metodologi Penelitian
Termasuk didalamnya adalah: Desain Penelitian, Tipe Jenis Penelitian,
Metode Penelitian, Variabel Penelitian, Populasi dan Sampel, Teknik
Pengumpulan Data, Jenis, dan Sumber Data, Metode Pengumpulan Data,
Teknik Analisis Data, Analisis Regresi, Hipotesis, Operasionalisasi
Konsep.
4. Bab 4 Analisis dan Bahasan
Dalam bab ini memuat hasil pengolahan data dan gambar serta hasil
untuk menjawab tujuan penelitian.
5. Bab V Simpulan dan Saran
Dalam bab ini memuat kesimpulan dari hasil penelitian dan saran yang
diberikan untuk perusahaan dan penelitian selanjutnya.
14
1.7 State of Art
Berikut ini adalah hasil dari penelitian-penelitian terdahulu yang dianggap
relevan dengan penelitian yang akan dilakukan penulis:
Tabel 1.2 State of Art
1 STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN EVENT 1000 CUPS
FROM JOGJA DALAM MENARIK MINAT PENGUNJUNG
Nama Peneliti :HAFIZH, MUHAMMAD AKASAH (2016)
Perayaan hari kopi internasional yang diselenggarakan oleh komunitas
kopi BKVR di Jogjakarta menjadi latar belakang diambilnya penelitian
ini, oleh karena itu peneliti ingin mengetahui bagaimana cara mereka
menarik minat masyarakat untuk mengunjungi event tersebut dengan
tujuan penelitian untuk mengetahui bagaimana strategi komunikasi
pemasaran yang dilakukan oleh tim penyelenggara dan juga untuk
mengetahui faktor pendukung dan juga faktor penghambat stategi
komunikasi pemasaran tersebut. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Obyek penelitian
adalah event 1000 cups from Jogja yang diselenggarakan pada 1
Oktober 2015. Teknik pengumpulan data antara lain dengan
wawancara, observasi dan studi pustaka.
2 THE EFFECT OF ELECTRONIC WORD OF MOUTH ON BRAND
IMAGE AND PURCHASE INTENTION
Nama Peneliti : Mohammad Reza Jalilvand & Neda Samiei (2012)
In their research this time, Jalilvand and Samiei studied about the
influence of EWOM on brand image in implementing purchase
intention because ewom known to have impact and very big benefit in
doing marketing then they also research it to prove it by case study at
Iran Auto Show
3 HOW BRAND AWARENESS RELATES TO MARKET OUTCOME,
BRAND EQUITY, AND THE MARKETING MIX
Nama Peneliti: Rong Huang a, Emine Sarigöllü (2012)
15
This study investigates brand awareness from three perspectives. This
study examines the relationship between brand awareness and market
outcomes and explores the relationship between brand awareness and
brand equity as well as investigates the effects of marketing mix
elements on brand awareness.
4 THE COUNTRY OF ORIGIN AND BRAND IMAGE EFFECT ON
PURCHASE INTENTION OF SMARTPHONE IN SURABAYA –
INDONESIA
Nama Peneliti: Diyah Tulipa , Ninuk Muljani (2015)
At present, borderless among countries makes international companies
spread their business all over the world. Goods that produced in one
country are being sold in other countries. This phenomenon forces
global marketers to understand factors that influence consumers’
evaluation on a product. Consumer buying behavior on global brand
mostly based on extrinsic information. Evaluation on a product is
conducted by perception to brand (Brand Image) and country where
the product is manufactured (Country of Origin). This study examined
the effect of country of origin and brand image on consumers’
purchase intention of smartphone in Surabaya and employed 150
visitors of smartphone trade centre in Surabaya.
top related