asuhan kebidanan balita sakit pada anak i...
Post on 06-Feb-2018
224 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT PADA ANAK I
UMUR 3,5 TAHUN DENGAN DEMAM TIFOID
DI PUSKESMAS TANGEN SRAGEN
TAHUN 2014
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun oleh :
Dwi Maryani
NIM B11 014
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2014
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul ˝Asuhan Kebidanan pada
Balita Sakit Anak I umur 3,5 tahun dengan demam tifoid Di Puskesmas
Tangen Sragen Tahun 2014”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan
maksud ini untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan Program Studi D III
Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari
berbagai pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan
baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu dra. Agnes Sri Harti M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta.
2. Ibu Retno Wulandari SST, selaku Ketua Program Studi D III
Kebidanan Kusuma Husada Surakarta.
3. Ibu Retno Wulandari SST, selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan
kepada penulis.
4. Bapak Dr. Dedi Ari Saputro, selaku Kepala Puskesmas Tangen
Sragen.
5. Seluruh dosen dan staff Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma
Husada Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.
6. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan
dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
v
7. Keluarga dan orang tua Balita sakit An. I umur 3,5 tahun dengan
demam tifoid yang bersedia mengijinkan anaknya menjadi pasien
dan atas segala bantuan yang telah diberikan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan
penelitian selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak.
Surakarta, April 2014
Penulis
vi
MOTTO
Sesungguhnya setiap kesulitan itu pasti disertai dengan kemudahan
( QS. AL-insyiroh : 6)
Jadikanlah ilmu itu sebagai lentera dalam menempuh hidupmu, karena
dengan ilmu itu manusia dapat menghargai dan menghargai orang lain
, dan dengan ilmu itu pula manusia laksana seorang raja ( penulis )
Awali semuanya dengan doa dan senyum
Apa yang telah berlalu, sudah berlalu apa yang telah pergi tidak akan
kembali. Oleh karena itu jangan pikirkan apa yang telah berlalu,
karena sesungguhnya ia telah pergi dan tidak akan kembali
( Kahlil Gibran )
Beri satu kunci untuk mengenal hidup, jadikan setiap langkah kita
sebagai ibadah insyaallah akan tahu tujuan hidup yang sesungguhnya.
PERSEMBAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini penulis persembahkan :
1. Allah SWT, yang selalu melimpahkan rahmat dan
hidayahnya sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
terselesaikan.
2. Ayah dan bunda tercinta terima kasih atas doa dan
restunya dan cinta kasihnya selama ini yang selalu
menyayangi dan mengorbankan tetes keringatnya hanya
untuk bagaimana membuat anak-anaknya bahagia serta
kakak dan adikku tercinta.
3. Sahabat tercinta di STIKes Kusuma Husada Surakarta
Program DIII Kebidanan kelas 3A dan Almamater tercinta
4. Seseorang yang selalu mengajariku tentang arti
kedewasaan dan mengajari arti hidup (Puput Aditya S).
vii
CURICULUM VITAE
Nama : Dwi Maryani
Tempat/Tanggal lahir : Sragen/30 maret 1994
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Widodo,Dukuh,Tangen,Sragen
Riwayat Pendidikan
1. SD N Dukuh II Gupakwarak,Tangen,Sragen LULUS TAHUN 2005
2. SMP N 01 Katelan,Tangen,Sragen LULUS TAHUN 2008
3. SMK N 01 Sragen LULUS TAHUN 2011
4. Prodi D III Kebidanan STIKES Kusuma Husada Angkatan 2011
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iii
KATA PENGANTAR.................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN................................................................. vi
CURICULUM VITAE................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah.............................................................................. 3
C. Tujuan Studi Kasus .............................................................................. 4
D. Manfaat Studi Kasus ............................................................................ 5
E. Keaslian Studi Kasus............................................................................ 6
F. Sistematika Penelitian .......................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 10
1. Balita................................................................................................ 10
2. Demam Tifoid ................................................................................. 16
B. Teori Managemen Kebidanan ......................................................... 31
C. Landasan Hukum............................................................................. 52
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Studi ............................................................................................ 55
B. Lokasi Studi Kasus............................................................................... 55
C. Subyek Studi Kasus.............................................................................. 55
D. Waktu Studi Kasus ............................................................................... 56
E. Instrumen Studi Kasus ......................................................................... 56
ix
F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 56
G. Alat-alat Yang Dibutuhkan .................................................................. 60
BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A.Tinjauan kasus............................................................................... 61
B. Pembahasan................................................................................... 88
BAB V PENUTUP
A.Kesimpulan.................................................................................... 95
B. Saran.............................................................................................. 99
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Patofisiologi Pada Demam Tifoid.................................................... 22
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Studi Kasus
Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 3. Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 5. Surat Balasan Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 6. Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 7. Surat Persetujuan Responden (Informed Consen)
Lampiran 8. Lembar Pedoman Wawancara (Format ASKEB)
Lampiran 9. Lembar Observasi
Lampiran 10. Satuan Acara Penyuluhan
Lampiran 11. Leaflet
Lampiran 12. Lembar Konsultasi
xii
Prodi D III Kebidanan Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2014
Nama : Dwi Maryani
NIM : B11014
ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT PADA ANAK I
UMUR 3,5 TAHUN DENGAN DEMAM TIFOID
DI PUSKESMAS TANGEN SRAGEN
TAHUN 2014
xi + 99 halaman + 12 lampiran
INTISARI
Latar Belakang:Data World Health Organization (WHO) tahun 2009, memperkirakan
terdapat sekitar 17 juta kasus demam tifoid di seluruh dunia dengan insidensi 600.000
kasus kematian tiap tahun. Di Indonesia, diperkirakan antara 700 – 900.000 orang terkena
penyakit tifus atau demam tifoid sepanjang tahun. Berdasarkan Profil Kesehatan
Indonesia tahun 2010 demam tifoid juga menempati urutan ke-3 dari 10 penyakit
terbanyak pasien rawat inap di rumah sakit tahun 2010 yaitu sebanyak 41.081 kasus,
dengan jumlah orang yang meninggal sebesar 274 orang (Pramitasari, 2013). di
Puskesmas Tangen , jumlah balita yang sakit dari bulan Januari sampai bulan September
2013 yang diperoleh dari catatan rekam medic (RM) didapatkan 87 kasus balita sakit ,
yang dikategorikan balita sakit dengan Sakit demam tifoid 23 orang (26,4%), sakit
Febris sebanyak 21 orang (24,1 %), sakit influenza sebanyak 19 orang (21,8 %), sakit
diare 15 orang (17,2%) dan sakit radang tenggorokan sebanyak 9 orang (10,3%).
Tujuan: Melakukan pengkajian pada balita dengan Demam Tifoid dengan menerapkan
manajemen kebidanan menurut Varney, menganalisa kesenjangan antara teori dan kasus
di lapangan, memberikan alternatif pemecahan masalah.
Metodologi: Jenis studi yang digunakan adalah deskriptif, studi kasus dilakukan di
Puskesmas Tangen Sragen pada balita dengan Demam Tifoid dan dilaksanakan tanggal
17 – 21 Maret 2014. Subyek studi kasus ini dilakukan pada balita sakit Anak I umur 3,5
Tahun dengan demam tifoid.
Adapun teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, pemeriksaan fisik.
Hasil Studi Kasus: Asuhan kebidanan pada anak dengan Demam Tifoid dilakukan
secara berkesinambungan untuk memantau adanya tanda-tanda komplikasi. Asuhan
kebidanan yang dilakukan meliputi pemenuhan kebutuhan makan, istirahat, kebersihan
lingkungan dengan pemberian obat-obatan secara mandiri yaitu Kloramfenikol syrup 1
botol 125 ml 1 sendok makan diminumkan setiap 6 jam, Puyer paracetamol 500 mg 3
butir dijadikan 10 bungkus 3x1/hari, Ceftriaxone injeksi 75 mg setiap 6 jam. Dalam
memberikan asuhan kebidanan ini diperlukan dukungan dari keluarga khususnya ibu agar
bersedia melaksanakan anjuran petugas kesehatan. Setelah dilakukan perawatan selama 5
hari keadaan umum baik, mata tidak cekung, turgor kembali normal, mulut dan lidah
tidak kering dan tidak kotor, BAB normal 1 kali sehari dengan konsistensi lunak disertai
ampas.
Kesimpulan: Dari kasus ini masalah pada anak dengan Demam Tifoid dapat diatasi dan
komplikasi yang sering terjadi dapat dihindari setelah diberikan asuhan kebidanan dengan
menerapkan manajemen kebidanan menurut Varney. Pada pelaksanaan asuhan kebidanan
ini terjadi kesenjangan antara teori dan praktik, di lahan pada pengkajian data di
pemeriksaan penunjang yaitu menggunakan pemeriksaan feses karena keterbatasan
tempat dan alat.
Kata kunci : Asuhan Kebidanan, Balita, Demam TifoidKepustakaan : 38 Literatur (2004 s/d 2014)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Besarnya angka pasti kasus demam tifoid di Dunia, sangat sulit
ditentukan karena penyakit ini dikenal mempunyai gejala dengan
spectrum klinis yang sangat luas. Data World Health Organization
(WHO) tahun 2009, memperkirakan terdapat sekitar 17 juta kasus
demam tifoid di seluruh dunia dengan insidensi 600.000 kasus kematian
tiap tahun (WHO, 2009).
Di Indonesia, diperkirakan antara 700 – 900.000 orang terkena
penyakit tifus atau demam tifoid sepanjang tahun. Demam ini terutama
muncul di musim kemarau dan konon anak perempuan lebih sering
terserang, peningkatan kasus saat ini terjadi pada usia dibawah 6 tahun.
Anak usia sekolah yang sudah bisa jajan sendiri merupakan yang paling
rentan terinfeksi demam tifoid. Anak dibawah usia 6 tahun biasanya
yang memberikan makanan adalah ibunya, tentunya ibunya
memberikan yang bersih, tidak sembarangan beli (Algerina, 2009).
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2010 demam tifoid juga
menempati urutan ke-3 dari 10 penyakit terbanyak pasien rawat inap di
rumah sakit tahun 2010 yaitu sebanyak 41.081 kasus, dengan jumlah
orang yang meninggal sebesar 274 orang dan Case Fatality Rate
sebesar 0,67%(Pramitasari, 2013).
2
Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun
2007 Angka Kematian Balita (AKABA) di Provinsi Jawa Tengah pada
tahun 2009 sebesar 32 Per 1.000 kelahiran hidup. Kasus balita sakit
yang menderita demam tifoid sebanyak 350 kasus per 100.000
penduduk. Penyebab kematian balita disebabkan oleh diare, demam
berdarah dengue dan demam tifoid (Widodo, 2008). Demam tifoid
mengakibatkan sekitar 20%-30% kematian anak balita dan diperkirakan
10%-20% per tahun balita yang meninggal karena Perdarahan usus
yang merupakan komplikasi dari demam tifoid (Maryunani, 2010).
Dalam hal ini,seorang bidan berperan dalam melakukan
deteksi dini serta memberikanasuhan pada bayi dan balita sesuai
kebutuhan dengan melakukan kolaborasidengan dokter anak. Selain itu,
pentingnya seorang bidan untuk memahamiasuhan yang harus
diberikan kepada balita dengan demam tifoid.Dalam penegakan
diagnosa penyakit demam tifoid, dokter akan melakukan beberapa
pemeriksaan laboratorium diantaranya pemeriksaan darah tepi,
pemeriksaan widal dan biakan empedu. Sampel darah yang positif
dibuat untuk menegakkan diagnosa pasti. Sampel urine dan feses dua
kali berturut-turut digunakan untuk menentukan bahwa penderita telah
benar-benar sembuh dan bukan pembawa kuman (Carrier). Bila
terdapat demam lebih dari 5 hari. Dokter akan memikirkan
kemungkinan selain demam tifoid yaitu penyakit infeksi lain seperti
3
Paratifoid A, B dan C, demam berdarah (Dengue fever), influenza,
malaria, TBC (Tuberculosis), dan infeksi paru (Pneumonia)
(Algerina, 2009).
Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis lakukan di
Puskesmas Tangen , jumlah balita yang sakit dari bulan Januari sampai
bulan September 2013 yang diperoleh dari catatan rekam medik (RM)
didapatkan 87 kasus balita sakit, yang dikategorikan balita sakit
dengan Sakit demam tifoid 23 orang (26,4%), sakit Febris sebanyak
21 orang (24,1 %), sakit influenza sebanyak 19 orang (21,8 %), sakit
diare 15 orang (17,2%) dan sakit radang tenggorokan sebanyak 9 orang
(10,3%).
Berdasarkan data-data diatas diketahui bahwa kasus demam
tifoid masih tinggi dan banyak dijumpai di kalangan masyarakat
terutama pada balita sakit di Puskesmas Tangen Sragen. Maka penulis
tertarik untuk melaksanakan studi kasus yang berjudul “Asuhan
Kebidanan pada Balita Sakit Anak I umur 3,5 tahun dengan demam
tifoid di Puskesmas Tangen Sragen Tahun 2014”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah
yang dapat diambil adalah sebagai berikut : “Bagaimanakah Penerapan
Asuhan Kebidanan pada Balita Sakit Anak I dengan Demam Tifoid di
4
Puskesmas Tangen Sragen Tahun 2014 dengan menggunakan
pendekatan Asuhan Kebidanan menurut Hellen Varney?”.
C. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan umum
Diperolehnya pengalaman nyata dan menerapkan asuhan kebidanan
pada Anak I dengan sakit demam tifoid di Puskesmas Tangen Sragen
Tahun 2014 sesuai dengan manajemen 7 langkah Varney.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu :
1) Melakukan pengkajian pada kasus balita sakit Anak I dengan
sakit demam tifoid.
2) Menginterpretasikan yang meliputi diagnosa kebidanan,
masalah, dan kebutuhan pada kasus balita sakit Anak I dengan
demam tifoid.
3) Merumuskan diagnosa potensial pada balita sakit Anak I
dengan demam tifoid.
4) Mengantisipasi atau penanganan segera pada balita sakit Anak I
dengan demam tifoid.
5) Merencanakan asuhan kebidanan pada balita sakit Anak I
dengan demam tifoid.
6) Melaksanakan perencanaan secara efisien asuhan kebidanan
pada balita sakit Anak I dengan demam tifoid.
5
7) Mengevaluasi asuhan yang diberikan pada balita sakit Anak I
dengan demam tifoid.
b. Penulis mampu menganalisis kesenjangan antara teori dengan
kasus nyata di lapangan pada balita sakit dengan demam tifoid.
c. Penulis mampu memberikan alternatif pemecahan masalah pada
balita sakit dengan demam tifoid.
D. Manfaat Studi Kasus
1. Bagi Peneliti
a. Dapat menerapkan teori yang didapat dibangku kuliah dalam
praktek di lahan, serta memperoleh pengalaman secara langsung
dalam masalah memberikan asuhan kebidanan pada balita sakit
dengan demam tifoid.
b. Asuhan kebidanan ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam
penatalaksanaan kebidanan pada balita sakit dengan demam
tifoid.
2. Bagi Profesi
a. Dapat meningkatkan upaya dalam pelaksanaan asuhan kebidanan
pada balita sakit dengan demam tifoid.
b. Dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kebidanan pada balita sakit dengan demam
tifoid.
6
3. Bagi Instansi
1) Dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada
umumnya dan meningkatkan pelayanan pada balita sakit
dengan demam tifoid.
2) Asuhan kebidanan ini sebagai masukan untuk menerapkan
manajemen kebidanan.
4. Bagi Institusi
1) Digunakan untuk menambah sumber bacaan atau referensi
tentang penatalaksaan pada balita sakit dengan demam tifoid.
2) Asuhan kebidanan ini dapat dipakai sebagai bahan
kepustakaan.
E. Keaslian Studi Kasus
Karya Tulis Ilmiah tentang asuhan kebidanan pada balita sakit
dengan demam tifoid pernah dilakukan oleh :
1. Darita Panaringsih K. N (2004), dengan judul : ˝Asuhan Kebidanan
pada anak dengan sakit Demam Tifoid di Rumah Sakit Assalam
Gemolong Sragen”. Asuhan yang diberikan yaitu pemberian obat
penurun panas(Paracetamol) dan kloramfenikol selama 5 hari dan
kerja sama yang baik dengan orang tua, keluarganya dan tim
pelayanan kesehatan serta sarana dan prasarana yang ada. Setelah
diberikan asuhan selama 5 hari keadaan umum balita baik, panas
7
sudah turun, kelopak mata sudah tidak cekung, turgor kembali
normal, mulut dan lidah tidak kering dan BAB normal 1kali sehari.
2. Eni Sugiyanti (2005), dengan judul ˝ Asuhan Kebidanan pada Balita
Sakit dengan Demam Tifoid di Puskesmas Gajahan Pasar Kliwon
Surakarta”. Dengan menggunakan manajemen kebidanan dengan
tujuh langkah Varney (1997), pada Balita Ny.S Asuhan yang
diberikan yaitu dengan pemberian cairan rumah tangga yaitu seperti
(sup dan air bersih), nutrisi yang cukup dan pemberian gizi yang
sesering mungkin maka anak dapat kembali dalam keadaan baik.
Setelah diberikan asuhan selama 3 hari keadaan umum balita baik,
panas sudah turun, kesadaran composmentis, kelopak mata sudah
tidak cekung, turgor kembali normal, mulut dan lidah tidak kering
dan BAB normal 1kali sehari.
3. Rita Maharani (2012), dengan judul ˝Asuhan Kebidanan pada Balita
Sakit An. D dengan sakit Demam Tifoid Di BPS Kiran Klaten
Tengah “ Asuhan yang diberikan adalah pemberian terapi obat
penurun panas (paracetamol) secara teratur, setelah diberikan asuhan
selama 5 hari keadaan umum balita baik kelopak mata sudah tidak
cekung, turgor kembali normal, mulut dan lidah tidak kering dan
tidak ada nyeri tekan pada abdomen.
8
Persamaan studi kasus ini terletak pada terapi obat yang
diberikan, sedangkan perbedaan studi kasus ini terletak pada judul,
subyek, waktu, lokasi pengambilan kasus.
F. Sistematika Penelitian
Penulisan karya tulis ini terdiri dari 5 BAB, yaitu antara lain
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan studi kasus, manfaat studi kasus, keaslian studi
kasus dan sistematika penelitian.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang teori medis pada kasus yang diteliti, teori
manajemen kebidanan, landasan hukum.
BAB IIIMETODOLOGI
Bab ini berisi tentang jenis studi, lokasi studi kasus, subjek studi
kasus, waktu studi kasus, instrument studi kasus, teknik
pengumpulan data, alat-alat yang dibutuhkan, dan jadwal
penelitian.
BAB IVTINJAUAN TEORI DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini berisi tentang penyajian laporan kasus dengan
menggunakan manajemen kebidanan menurut Varney yang terdiri
dari 7 langkah yaitu mulai dari Pengkajian data, interpretasi data,
9
diagnosa potensial, antisipasi atau penanganan segera,
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan SOAP. Pembahasan berisi
tentang kesenjangan antara teori dan praktek yang penulis
temukan waktu pengambilan kasus dengan pendekatan asuhan
kebidanan menurut Varney.
BAB VPENUTUP
Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran. Kesimpulan
dirumuskan untuk menjawab tujuan penulis dan menerapkan inti
dari pembahasan penanganan balita sakit tifoid. Saran merupakan
alternatif pemecahan masalah dan anggapan kesimpulan yang
berupa kesenjangan, pemecahan masalah hendaknya bersifat
realistis, operasional yang artinya saran itu dapat dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Medis
1. Balita
a. Pengertian Balita
1) Menurut Muaris.H (2006 ), Anak balita adalah anak yang
telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih populer
dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun.
2) Menurut Sutomo B dan Anggraeni DY (2010), Balita adalah
istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak
prasekolah (3-5 tahun).
b. Tahap Perkembangan Balita
Tahap Perkembangan Balita Menurut Depkes RI (2005), meliputi:
1) Umur 12-18 bulan
a) Berdiri sendiri tanpa berpegangan
b) Membungkuk memungut mainan kemudian berdiri
kembali
c) Berjalan mundur 5 langkah
d) Memanggil ibu dengan kata mama, memanggil ayah
dengan kata papa
e) Menumpuk 2 kubus
11
f) Menunjukkan apa yang diinginkan tanpa menangis atau
merengek, anak bisa mengeluarkan suara yang
menyenangkan, menarik tangan ibu.
g) Memperlihatkan rasa cemburu atau bersaing.
2) Umur 18-24 bulan
a) Berdiri sendiri tanpa berpegangan 30 detik.
b) Berjalan tanpa berhuyung-huyung.
c) Bertepuk tangan dan melambai-lambai.
d) Menumpuk 4 buah kubus.
e) Memungut benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk.
f) Menyebut 3-6 kata yang mempunyai arti.
g) Membantu atau menirukan pekerjaan rumah tangga.
h) Menggelindingkan bola kearah sasaran.
i) Memegang cangkir sendiri, belajar makan dan minum
sendiri.
3) Umur 24-36 bulan
a) Jalan naik tangga sendiri.
b) Dapat bermain menendang bola kecil.
c) Mencoret-coret pensil pada kertas.
d) Bicara dengan baik menggunakan 2 kata.
e) Dapat menunjuk satu atau lebih bagian tubuhnya ketika
diminta.
12
f) Melihat gambar dan dapat menyebut dengan benar nama
dua benda atau lebih.
g) Membantu memungut mainannya sendiri atau membantu
mengangkat piring jika diminta.
h) Makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah.
i) Melepas pakeannya sendiri
4) Umur 36-48 bulan
a) Berdiri 1 kaki selama 2 detik.
b) Melompat kedua kaki diangkat.
c) Mengayuh sepeda roda tiga.
d) Menggambar garis lurus.
e) Menumpuk 8 kubus.
f) Mengenal 2-4 warna.
g) Menyebut nama, umur, tempat.
h) Mengerti arti kata diatas, di bawah, di depan.
i) Mendengarkan cerita.
j) Mencuci dan mengeringkan tangan sendiri.
k) Bermain bersama teman, mengikuti aturan permainan.
l) Mengenakan sepatu sendiri.
5) Umur 48-60 bulan.
a) Berdiri satu kaki selama 6 detik.
b) Melompat-lompat satu kaki.
13
c) Menari.
d) Menggambar tanda silang.
e) Menggambar lingkaran.
f) Menggambar orang dengan 3 bagian tubuh.
g) Mengancing baju atau pakaian boneka.
h) Menyebut nama tanpa dibantu.
i) Senang menyebut kata baru.
j) Senang bertanya tentang sesuatu.
k) Menjawab pertanyaan dengan kata-kata yang benar.
l) Bicaranya mudah dimengerti.
m) Bisa membandingkan atau membedakan sesuatu dari
ukuran dan bentuknya.
n) Menyebut angka, menghitung jari, nama-nama hari.
o) Bereaksi tenang dan tidak rewel ketika ditinggal pergi
ibunya.
c. Tahap Pertumbuhan Fisik Balita
1) Lingkar kepala
Pengukuran lingkar kepala dimaksudkan untuk menaksir
pertumbuhan otak. Berat otak waktu lahir adalah sekitar 350
gram, pada usia 1 tahun beratnya hampir mencapai 3 kali lipat
yaitu 925 gram 75%, dan mencapai 90% pada usia 6 tahun.
14
Pertumbuhan ukuran lingkar kepala umumnya mengikuti
pertumbuhan otak, sehingga bila ada hambatan/gangguan pada
pertumbuhan lingkar kepala, pertumbuhan otak biasanya juga
terhambat (Nursalam, 2005).
2) Panjang Badan
Pengukuran panjang badan digunakan untuk menilai status
perbaikan gizi. Selain itu, panjang badan merupakan indikator
yang baik untuk pertumbuhan fisik yang sudah lewat (stunting)
dan untuk perbandingan terhadap perubahan relatif, seperti nilai
berat badan dan lingkar lengan atas (Nursalam , 2005).
3) Berat badan
Pengukuran berat badan digunakan untuk menilai hasil
peningkatan atau penurunan semua jaringan yang ada pada
tubuh, misalnya tulang, otot, lemak, organ tubuh, dan cairan
tubuh sehingga dapat diketahui status keadaan gizi atau tumbuh
kembang anak (Hidayat, 2008).
15
d. Penyakit yang biasanya diderita oleh balita
Berikut penyakit infeksi yang sering dialami oleh balita
(Rahmah, 2010):
1) Infeksi saluran pernafasan
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan
paru-paru (alveoli) biasanya disebabkan oleh invasi kuman
bakteri, yang ditandai oleh gejala klinis batuk, disertai adanya
nafas cepat ataupun tarikan dinding dada bagian
bawah/kedalam (Lubis, 2008).
2) Diare
Diare diartikan sebagai penyakit yang ditandai dengan
bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari biasanya
(lebih dari tiga kali per hari) dan disertai dengan perubahan
konsistensi tinja (menjadi cair), baik disertai keluarnya darah
dan lender maupun tidak (Suraatmaja, 2007).
3) Demam Tifoid atau tifus abdominalis merupakan penyakit
infeksi yang terjadi pada usus halus yang disebabkan oleh
Salmonella typhi. Penyakit ini dapat ditularkan melalui
makanan, mulut atau minuman yang terkontaminasi oleh
kuman Salmonella typhi (Hidayat, 2007).
16
2. Demam Tifoid
a. Pengertian
1) Menurut Nursalam dkk (2008), Demam tifoid (enteric fever)
adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu
minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran.
2) Menurut Hidayat (2007), Demam Tifoid atau tifus
abdominalis merupakan penyakit infeksi yang terjadi pada
usus halus yang disebabkan oleh Salmonella typhi. Penyakit
ini dapat ditularkan melalui makanan, mulut, atau minuman
yang terkontaminasi oleh kuman Salmonella typhi.
b. Etiologi
Penyebab dari demam tifoid yaitu : bakteri Salmonella
typhi. Bakteri ini hanya menginfeksi manusia. Penyebaran demam
tifoid terjadi melalui makanan dan air yang telah tercemar oleh
tinja atau urin penderita demam tifoid dan mereka yang diketahui
sebagai carrier (pembawa) demam tifoid (Hadinegoro,2008).
Dinegara berkembang yang masih menjadi daerah endemic
demam tifoid, kasus yang umumnya terjadi disebabkan
pencemaran air minum dan sanitasi yang buruk. Infeksi terjadi
bila anda mengkonsumsi makanan yang disiapkan oleh penderita
demam tifoid yang tidak mencuci tangan dengan baik setelah ke
17
toilet. Infeksi juga dapat terjadi dengan meminum air yang telah
tercemar bakteri Salmonella (Hadinegoro, 2008)
Walaupun telah diobati dengan anti biotik, sejumlah kecil
penderita yang sembuh dari demam tifoid akan tetap menyimpan
bakteri Salmonella didalam usus dan kantung empedu, bahkan
selama bertahun-tahun. Orang ini disebut carrier kronis yang
membawa dan dapat menyebarkan bakteri yang melalui tinja
mereka dan dapat menginfeksi orang lain. Perlu diwaspadai
bahwa seorang carrier tidak memiliki gejala demam tifoid
(Hadinegoro, 2008).
c. Gambaran Klinis
Penyakit ini bisa menyerang saat bakteri tersebut masuk
melalui makanan atau minuman, sehingga terjadi infeksi saluran
pencernaann yaitu usus halus, kemudian mengikuti peredaran
darah, bakteri ini mencapai hati dan limfa sehingga berkembang
biak disana yang menyebabkan rasa nyeri saat diraba
(Khomsah, 2008).
Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya memberikan
gambaran klinis yang ringan bahkan dapat tanpa gejala
(asimtomatik). Secara garis besar, tanda dan gejala yang timbul
antara lain :
18
1) Demam lebih dari seminggu, siang hari biasanya terlihat segar
namun menjelang malamnya demam tinggi sekitar 38,8 ˚C –
40 ˚C.
2) Kepala : Pada balita sakit demam tifoid biasanya ubun-
ubunnya cekung.
3) Muka agak pucat karena dehidrasi/kekurangan cairan dan
kekurangan nutirsi.
4) Lidah kotor, bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya
merah. Biasanya anak akan merasa lidahnya pahit dan
cenderung ingin makan yang asam-asam atau pedas.
5) Kelopak mata cekung dikarenakan terjadi dehidrasi,
conjungtiva pucat.
6) Kulit tampak kering dan panas yang mungkin juga didapatkan
bercak Rose didaerah abdomen, dada atau punggung. Bercak
Rose merupakan ruam macular atau makulopapular dengan
garis tengah 1-6 mm yang akan menghilang dalam 2-3 hari.
7) Mual berat sampai muntah. Bakteri Salmonella typhi
berkembang biak dihabitat limfa, akibatnya terjadi
pembengkakan dan akhirnya menekan lambung sehingga
terjadi rasa mual. Dikarenakan mual yang berlebihan, akhirnya
makanan tak bisa secara sempurna dan biasanya keluar lagi
lewat mulut.
19
8) Diare atau mencret. Sifat bakteri yang yang menyerang saluran
cerna menyebabkan gangguan penyerapan cairan yang
akhirnya terjadi diare, namun dalam beberapa kasus justru
terjadi konstipasi (sulit buang air besar).
9) Lemas, pusing dan sakit perut. Demam yang tinggi
menimbulkan rasa lemas, pusing. Terjadi pembengkakan hati
dan limfa menimbulkan rasa sakit di perut.
10) Pingsan, tidak sadarkan diri. Penderita umumnya lebih
merasakan nyaman dengan berbaring tanpa banyak
pergerakan, namun dengan kondisi yang parah seringkali
terjadi gangguan kesadaran
(Khomsah, 2008).
d. Diagnosis
Menurut Kepmenkes No.364, (2006), dilakukan pemeriksaan
penunjang untuk mengetahui adanya tifoid, yaitu :
1) Pemeriksaan bakteriologis
Widal Adalah reaksi antara antigen (suspensi Salmonella
yang telah dimatikan) dengan aglutinin yang merupakan
antibodi spesifik terhadap komponen basil Salmonella
didalam darah manusia. Jumlah titer O sebanyak 1/320
sudah didiagnosis demam tifoid.
20
2) Gambaran Darah tepi
Pada pemeriksaan hitung leukosit total terdapat gambaran
leukopeni (±3000-8000 per mm³), limfositosis relatif,
monositosis dan trombositopenia ringan.
3) Biakan bekuan darah
Bekuan darah dibiakkan pada botol berisi 15 ml kaldu
empedu (mengandung 0, 5% garam-garam empedu).
e. Patofisiologi
Kuman masuk ke dalam mulut melalui makanan atau
minuman yang tercemar oleh Salmonella (biasanya >10.000 basil
kuman). Sebagian kuman dapat dimusnahkan oleh asam HCL
lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus. Jika respon
imunitas humoral mukosa (IgA) usus kurang baik, maka basil
Salmonella akan menembus sel-sel epitel (sel M) dan selanjutnya
menuju lamina propia dan berkembang biak di jaringan limfoid
plak peyeri di ileum distal dan kelejar getah bening mesenterika
(Hidayat, 2007).
Jaringan limfoid plak peyeri dan kelenjar getah bening
mesenterika mengalami hiperplasia. Basil tersebut masuk ke
aliran darah (bakterimia) melalui ductus thoracicus dan menyebar
ke seluruh organ retikuloendotalial tubuh, terutama hati, sumsum
tulang, dan limfa melalui sirkulasi portar dari usus
21
(Hidayat, 2007).
Hati membesar (hepatomegali) dengan infiltrasi limfosit, zat
plasma, dan sel mononuclear. Terdapat juga nekrosis fokal dan
pembesaran limfa (splenomegali). Di organ ini, kuman S. Typhi
berkembang biak dan masuk sirkulasi darah lagi, sehingga
mengakibatkan bakterimia kedua yang disertai tanda dan gejala
infeksi sistemik (demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit
perut, instabilitas vaskuler, dan gangguan mental (koagulasi)
(Hidayat, 2007).
Pendarahan saluran cerna terjadi akibat erosi pembuluh
darah di sekitar plak peyeri yang sedang mengalami nekrosis dan
hyperplasia. Proses patologis ini dapat berlangsung hingga ke
lapisan otot, serosa usus, dan mengakibatkan perforasi usus.
Endotoksin basil menempel di reseptor sel endotel kapiler dan
dapat mengakibatkan komplikasi, seperti gangguan
neuropsikiatrik kardiovaskuler, pernapasan, dan gangguan organ
lainnya. Pada minggu pertama timbulnya penyakit, terjadi
hiperplasia (pembesaran sel-sel) plak peyeri. Disusul kemudian,
terjadi nekrosis pada minggu kedua dan ulserasi plak peyeri pada
minggu ketiga. Selanjutnya, dalam minggu ke empat akan terjadi
proses penyembuhan ulkus dengan meninggalkan sikatriks
(jaringan parut)
22
Gambar 2.1
Patofisiologi pada demam tifoid.
Sumber : Hidayat (2007).
f. Komplikasi
Pada akhir minggu ke-2 sampai masuk minggu ke-3
merupakan masa yang berbahaya. Pada minggu ke-2 atau lebih,
sering timbul komplikasi demam tifoid mulai dari ringan sampai
berat. Dengan terapi yang tepat, banyak penderita yang sembuh
dari demam tifoid. Namun tanpa terapi yang tepat, beberapa
penderita mungkin tidak akan terhindar dari komplikasi demam
kelenjar limfoid
Usus Melalui pembuluhlimfe
Peredaran darah
Hati dan limpa Nyeri
Basil
Darah(bakteriema)
Salmonella Tifosa
Usus halus
Tukak Mukosa
Perforasiperdarahan
23
tifoid (Aden, 2010). Ada 2 jenis komplikasi pada demam tifoid
menurut Nursalam (2008), yakni komplikasi yang terjadi di luar
dan dalam usus :
1) Komplikasi di luar usus
Komplikasi yang dapat terjadi adalah pneumonia hipostatistik
karena pasien terlalu lama berbaring. Gejala yang dapat
dijumpai adalah suhu mendadak naik dan menetap setelah
sebelumnya turun, terdapat sesak nafas.
2) Komplikasi di dalam usus
Komplikasi yang sering terjadi adalah pada usus halus, namun
hal tersebut jarang terjadi. Apabila komplikasi ini dialami oleh
seorang anak, maka dapat berakibat fatal. Gangguan pada usus
halus ini dapat berupa :
a) Perdarahan usus
Dapat terjadi saat demam tinggi. Ditandai dengan pasien
terlihat pucat, kulit terasa lembab dan kesadarannya
menurun. Apabila sedikit, maka perdarahan tersebut hanya
ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja dengan
benzidin. Jika perdarahan banyak maka dapat terjadi
melena, dan bila berat dapat disertai perasaan nyeri perut
dan tanda-tanda renjatan.
24
b) Perforasi
Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelahnya terjadi
pada bagian distal illeum. Gejala perforasi adalah adanya
keluhan pasien akan sakit perut yang hebat dan akan terasa
lebih nyeri bila ditekan, perut terlihat tegang, muntah,
pasien terlihat pucat, dan nadinya kecil, atau bahkan pasien
dapat mengalami syok.
c) Peritonitis
Biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa
perforasi usus. Ditemukan gejala abdomen akut yaitu nyeri
perut yang hebat, dinding abdomen tegang (defense
musculair) dan nyeri apabila di tekan (Hassan dkk, 2007).
g. Penatalaksanaan
Apabila ditemukan data-data yang mengarah pada demam tifoid,
maka anak harus segera dirujuk. Untuk mengatasi
permasalahannya, perencanaan yang diperlukan adalah :
(Nursalam, 2005).
1) Kebutuhan nutrisi / cairan elektrolit Perawatan Umum
a) Berikan makanan yang mengandung cukup cairan, rendah
serat, tinggi protein dan tidak menimbulkan gas.
b) Jika kesadaran pasien baik, berikan makanan lunak dengan
lauk pauk yang dicincang (hati dan daging), dan sayuran
25
labu siam/wortel yang dimasak lunak sekali. Boleh juga
diberi tahu, telur setengah matang atau matang yang
direbus. Susu diberikan 2 x 1 gelas/lebih, jika makanan
tidak habis berikan susu ekstra.
c) Berikan makanan cair per sonde jika kesadarannya menurun
dan berikan kalori sesuai kebutuhannya. Pemberiannya
diatur setiap 3 jam termasuk makanan ekstra seperti sari
buah atau bubur kacang hijau yang dihaluskan. Jika
kesadaran membaik, makanan dialihkan secara bertahap
dari cair ke lunak.
d) Pasang infus dengan cairan glukosa dan NaCl jika kondisi
pasien payah (memburuk), seperti menderita delirium. Jika
keadaan sudah tenang berikan makanan per sonde, di
samping infus masih diteruskan. Makanan per sonde
biasanya merupakan setengah dari jumlah kalori, sementara
setengahnya lagi masih per infuse. Secara bertahap dengan
melihat kemajuan pasien, bentuk makanan beralih ke
makanan biasa.
e) Observasi intake / output.
2) Gangguan suhu tubuh
a) Kolaborasi dengan tim medis intuk pemberian obat secara
mencukupi.
26
b) Anjurkan klien untuk istirahat mutlak sampai suhu tubuh
turun dan diteruskan 2 minggu lagi.
c) Atur ruangan agar cukup ventilasi.
d) Berikan kompres dingin dengan air kran.
e) Anjurkan pasien untuk banyak minum (sirup, teh manis
atau apa yang disukai anak)
f) Berikan pakaian yang tipis.
g) Observasi suhu tubuh.
3) Gangguan rasa aman
a) Lakukan perawatan mulut 2 kali sehari, oleskan boraks
gliserin (krim) pada bibir bila kering, dan sering berikan
minum.
b) Jika pasien dipasangkan sonde, perawatan mulut tetap
dilakukan dan sekali-kali juga diberikan minum agar
selaput lender mulut dan tenggorokan tidak kering.
c) Selain itu, karena lama berbaring maka ketika pasien mulai
berjalan mula-mula akan terasa seperti kesemutan. Oleh
karena itu, sebelum mulai berjalan pasien harus mulai
dengan menggoyang-goyangkan kakinya dahulu sambil
tetap duduk di pinggir tempat tidur, kemudian berjalan di
sekitar tempat tidur sambiln berpegangan. Katakana bahwa
gangguan itu akan menghilang setelah 2-3 hari mobilisasi.
27
4) Resiko terjadi komplikasi
a) Pemberian terapi sesuai program dokter. Obat yang dapat
diberikan adalah Kloramfenikol dengan dosis 100 mg/kg
BB/hari yng diberikan 4 kali sehari. Agar berhasil dengan
baik, obat harus diberikan setiap 6 jam. Buatkan daftar
yang mudah diingat, misalnya pukul 6, 12, 18, 24 dan
berikan tanda bila obat telah diberikan. Selain
kloramfenikol, alternatif obat lain yang mungkin adalah :
(1). Amoksisilin 100 mg/kg BB/ hari secara oral 3x sehari
selama 14 hari.
(2). Kotrimoksasol 8-10 mg/kg BB/hari secara oral 2-
3x/hari selama 10-14 hari.
b) Istirahat
Pasien yang menderita tifus abdominalis perlu istirahat
mutlak selama demam, kemudian diteruskan 2 minggu lagi
setelah suhu turun menjadi normal. Setelah 1 minggu suhu
normal, 3 hari kemudian pasien dilatih duduk di pinggir
tempat tidur sambil kakinya digoyang-goyangkan. Pada
akhir minggu kedua jika tidak timbul demam, pasien boleh
mulai belajar jalan mengelilingi tempat tidur. Selama masa
istirahat, pengawasan tanda vital mutlak dilakukan 3 kali
sehari. Jika terdapat suhu tinggi yang melebihi suhu
28
biasanya, maka ukur suhu ekstra dan catat pada catatan
perawatan. Berikan kompres dingin intensif kemudian
periksa lagi 1 jam kemudian. Apabila panas tidak turun,
hubungi dokter.
h. Pencegahan
Pencegahan dibagi menjadi beberapa tingkatan sesuai
dengan perjalanan penyakit, yaitu pencegahan primer, pencegahan
sekunder, dan pencegahan tersier.
1) Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan upaya untuk mempertahankan
orang yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang
sehat menjadi sakit. Pencegahan primer dapat dilakukan dengan
cara imunisasi dengan vaksin yang dibuat dari strain
Salmonella typhi yang dilemahkan. Di Indonesia telah ada 3
jenis vaksin tifoid, yaitu:
a) Vaksin oral Vivotif Berna. Vaksin ini tersedia dalam kapsul
yang diminum selang sehari dalam 1 minggu satu jam
sebelum makan. Vaksin ini kontraindiksi pada wanita
hamil, ibu menyusui, demam, sedang mengkonsumsi
antibiotik. Lama proteksi 5 tahun.
b) Vaksin parenteral sel utuh : Typa Bio Farma. Dikenal 2
jenis vaksin yakni, K vaccine (Acetone in activated) dan L
29
vaccine (Heat in activated-Phenol preserved). Dosis untuk
dewasa 0,5 ml, anak 6 – 12 tahun 0,25 ml dan anak 1 – 5
tahun 0,1 ml yang diberikan 2 dosis dengan interval 4
minggu. Efek samping adalah demam, nyeri kepala, lesu,
bengkak dan nyeri pada tempat suntikan. Kontraindikasi
demam, hamil dan riwayat demam pada pemberian
pertama.
c) Vaksin polisakarida Typhim Vi Aventis Pasteur Merrieux.
Vaksin diberikan secara intramuscular dan booster setiap 3
tahun. Kontraindikasi pada hipersensitif, hamil, menyusui,
sedang demam dan anak umur 2 tahun.
Indikasi vaksinasi adalah bila hendak mengunjungi daerah
endemik, orang yang terpapar dengan penderita carrier
tifoid dan petugas laboratorium/mikrobiologi kesehatan.
2) Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan cara
mendiagnosa penyakit secara dini dan mengadakan pengobatan
yang cepat dan tepat. Untuk mendiagnosis demam tifoid perlu
dilakukan pemeriksaan laboratorium. Ada 3 metode untuk
mendiagnosis penyakit demam tifoid, yaitu :
a) Diagnosis klinik.
b) Diagnosis mikrobiologik/pembiakan kuman.
30
c) Diagnosis serologik.
Pencegahan sekunder dapat berupa :
(1). Penemuan penderita maupun carrier secara dini melalui
penigkatan usaha surveilans demam tifoid.
(2). Perawatan umum dan nutrisi yang cukup
(3). Pemberian anti mikroba (antibiotik) Anti mikroba
(antibiotik) segera diberikan bila diagnosa telah dibuat.
pada wanita hamil, terutama pada trimester III karena dapat
menyebabkan partus prematur, serta janin mati dalam
kandungan. Oleh karena itu obat yang paling aman
diberikan pada wanita hamil adalah ampisilin atau
amoksilin.
3) Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah upaya yang dilakukan untuk
mengurangi keparahan akibat komplikasi. Apabila telah
dinyatakan sembuh dari penyakit demam tifoid sebaiknya tetap
menerapkan pola hidup sehat, sehingga imunitas tubuh tetap
terjaga dan dapat terhindar dari infeksi ulang demam tifoid.
Pada penderita demam tifoid yang carrier perlu dilakukan
pemerikasaan laboratorium pasca penyembuhan untuk
mengetahui kuman masih ada atau tidak.
31
B. Teori Manajemen Kebidanan
1. Pengertian
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah
yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran
dan tindakan berdasarkan teori ilmiah. Penemuan-penemuan,
ketrampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk
mengambil suatu keputusan yang berfokus pada klien
(Varney, 2004)
2. Manajemen kebidanan menurut Hallen Varney terdiri dari 7 (tujuh)
langkah, yaitu :
Langkah I : Pengkajian
Pengkajian adalah pengumpulan data dasar untuk
mengevaluasi keadaan pasien. Data dasar ini termasuk riwayat
kesehatan dan pemeriksaan fisik. Data yang dikumpulkan meliputi
data subjektif dan data objektif serta data penunjang (Varney, 2004).
a. Biodata atau identitas
Identitas adalah data yang didapat dari pasien sebagai suatu
pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Menurut
Matondang (2007) Identitas terdiri dari:
1) Nama balita : Diperlukan untuk memastikan bahwa yang
diperiksa benar-benar anak yang dimaksud,
Nama harus jelas dan lengkap serta disertai
32
nama panggilan akrabnya (Matondang, 2007).
2) Umur : Dikaji untuk mengingat periode anak yang
mempunyai kekhasannya sendiri dalam morbiditas
dan mortalitas. Usia anak juga diperlukan untuk
menginterpretasikan apakah data pemeriksaan
klinis anak tersebut normal sesuai umurnya
(Matondang, 2007).
3) Jenis Kelamin : Dikaji untuk membedakan dengan balita lain
(Matondang, 2007).
4) Anak ke : Dikaji untuk mengetahui jumlah keluarga
pasien (Matondang, 2007).
5) Nama orang tua : Dikaji agar dituliskan dengan jelas agar
tidak banyak nama yang sama
(Matondang, 2007).
6) Umur orang tua : Dikaji untuk mengetahui umur orang tua
(Nursalam, 2005).
7) Agama : Berguna untuk memberikan mpotivasi
pasien sesuai dengan agama yang dianutnya
(Varney, 2004).
8) Pendidikan : Dikaji untuk mengetahui keakuratan data
yang diperolah serta dapat di tentukan pola
pendekatan dalam anamnesis. Tingkat
33
pendidikan orang tua juga berperan dalam
pemeriksaan penunjang dan penentuan
tatalaksana pasien selanjutnya
(Matondang, 2007).
9) Alamat : Untuk mengetahui dimana lingkungan
tempat tinggalnya (Varney, 2004). Pada
kasus yang terjadi pada demam tifoid dapat
dipastikan bahwa lingkungan, sumber air
dan sanitasi masih buruk dan belum
memenuhi standar higienitas
(Kamar, 2008).
b. Anamnesa (Data Subyektif)
Anamnesa adalah data yang didapatkan dari pasien
sebagai suatu pendapat terhadap situasi dan kejadian
(Nursalam, 2005).
1) Alasan datang atau keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan atau gejala yang
menyebabkan klien dibawa berobat (Matondang, 2007).
Pada pasien demam tifoid pasien mengeluh demam lebih
dari seminggu, diare atau mencret (Khomsah, 2008).
34
2) Riwayat kesehatan, meliputi :
a) Imunisasi
Status imunisasi klien dinyatakan khususnya yang
imunisasi BCG, DPT, Polio, Campak dan hepatitis B.
Hal-hal tersebut selain diperlukan untuk mengetahui
status perlindungan pediatrik yang diperoleh, juga
membantu diagnosis (Matondang, 2007).
b) Riwayat penyakit lalu
Dikaji untuk mengetahui riwayat penyakit yang pernah
diderita, apabila balita menderita suatu penyakit
(Varney, 2004). Walaupun telah diobati dengan anti
biotik, sejumlah kecil penderita yang sembuh dari demam
tifoid akan tetap menyimpan bakteri Salmonella didalam
usus dan kantung empedu, bahkan selama bertahun-tahun.
Orang ini disebut carrier kronis yang membawa dan
dapat menyebarkan bakteri yang melalui tinja mereka dan
dapat menginfeksi orang lain. Perlu diwaspadai bahwa
seorang carrier tidak memiliki gejala demam tifoid
(Hadinegoro, 2008).
c) Riwayat penyakit sekarang
Dikaji untuk mengetahui keadaan kesehatan pasien saat
ini. Pada pasien demam tifoid pasien mengeluh demam
35
lebih dari seminggu, diare atau mencret (Khomsah, 2008).
d) Riwayat penyakit keluarga
Dikaji untuk mengetahui apakah dalam keluarga terdapat
penyakit hipertensi, stroke, TBC, hepatitis, jantung dan
lain-lain (Bickley, 2008). Riwayat penyakit demam tifoid
karena bakteri Salmonella typhi ini hanya menginfeksi
manusia. Penyebaran demam tifoid terjadi melalui
makanan dan air yang telah tercemar oleh tinja atau urin
penderita demam tifoid dan mereka yang diketahui
sebagai carrier (pembawa) demam tifoid
(Hadinegoro, 2008).
3) Riwayat sosial
a) Siapa yang mengasuh balita
b) Hubungan pasien dengan anggota keluarga, yaitu dengan
ibu, ayah, serta anggota keluarga yang lain.
c) Hubungan dengan teman sebaya di lingkungan sekitar
rumah.
Perlu diupayakan untuk mengetahui terdapatnya masalah
dalam keluarga, tetapi harus diingat bahwa masalah ini
sering menyangkut hal-hal sensitive, hingga diperlukan
kebijakan dan kearifan tersendiri dalam pendekatannya
(Matondang, 2004).
36
4) Riwayat Kebiasaan Sehari-hari
Hal ini berkaitan dengan kebiasaan sehari-hari dalam segi
pola makan, personal higiene, pola istirahat dan aktifitas
(Varney, 2007).
a) Pola Nutrisi yang diberikan mengkaji pada makan balita
yang frekuensi, komposisi, kwantitas serta jenis dan
jumlah minuman (Morton, 2004). Pada penderita demam
tifoid merasakan mual muntah dan tidak ada nafsu
makan (Sodikin, 2012).
b) Pola istirahat atau tidur
Mengkaji pola istirahat dan pola tidur, berapa jam klien
tidur malam, sehari apakah ada gangguan
(Saifuddin, 2006). Pada balita sakit demam tifoid pola
tidurnya tidak teratur, keadaan bayi gelisah
(Nursalam, 2005).
c) Personal hygiene
Dikaji untuk mengetahui tingkat kebersihan pasien.
Kebersihan pada anak seperti mencuci tangan sebelum
makan dan setiap habis bermain, memakai alas kaki jika
bermain di tanah (Mufdlilah, 2009).
d) Eliminasi : Dikaji untuk mengetahui frekuensi BAK dan
BAB, Adakah kaitannya dengan konstipasi atau tidak
37
(Hellen, 2007). Biasanya balita sakit dengan demam
tifoid mengalami diare atau mencret. Sifat bakteri yang
yang menyerang saluran cerna menyebabkan gangguan
penyerapan cairan yang akhirnya terjadi diare, namun
dalam beberapa kasus justru terjadi konstipasi (sulit
buang air besar) (Khomsah, 2008).
c. Pemeriksaan fisik (Data objektif)
Data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan dilihat oleh
tenaga kesehatan (Nursalam, 2005).
1) Keadaan umum
Pemeriksaan keadaan umum dilakukan untuk menilai
kondisi pasien secara umum. Keadaan umum anak dengan
demam tifoid mengeluh tidak enak badan, lesu, kurang baik
(Saifuddin, 2012).
2) Kesadaran
Penilaian kesadaran yang dinyatakan sebagai
composmentis, apatis, somnolen (Matondang, 2004).
Compos Mentis : Kesadaran penuh.
Apatis :Kesadaran dimana pasien terlihat
mengantuk tetapi mudah dibangunkan
dan reaksi penglihatan, pendengaran
serta perabaan normal
38
Somnolen :Kesadaran dapat dibangunkan bila
dirangsang, dapat disuruh dan menjawab
pertanyaan. Bila rangsangan berhenti
pasien tidur lagi.
Pada balita yang sakit demam tifoid terjadi gangguan
kesadaran (Khomsah, 2008).
3) Tanda-tanda vital
Pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi tekanan darah,
suhu, nadi, dan respirasi (Varney, 2007).
a) Denyut nadi : Menilai kecepatan irama, suara jantung
jelas dan teratur. Denyut jantung normal adalah 70-110
kali per menit (Hellen, 2007). Pada balita yang sakit
demam tifoid denyut nadinya 78 x/menit dan tidak
menunjukkan adanya peningkatan (Saifuddin, 2006).
b) Pernafasan : Menilai sifat pernafasan dan bunyi
nafas dalam 1 menit. Respirasi minimal 30-40 kali
permenit (Hellen, 2007). Pada balita yang sakit demam
tifoid mengalami penurunan (Sudoyo, 2006).
c) Suhu : Untuk mengetahui temperature kulit,
temperature kulit normal adalah 36,5˚ C. Balita sakit
demam tifoid biasanya demam lebih dari seminggu,
siang hari biasanya terlihat segar namun menjelang
39
malamnya demam tinggi sekitar 38,8 ˚C – 40
˚C(Khomsah, 2008).
Pertanda vital (suhu, nafas dan respirasi) harus diukur
secara serial. Kurva suhu harus dibuat secara sempurna
pada lembaran rekam medik (Kepmenkes No.364, 2006).
4) Pemeriksaan Sistematis
Pemeriksaan sistematis pada anak biasanya terdapat perut
kembung pada abdomen, dan pada hati dan limpa terdapat
nyeri perabaan (Aden, 2010). Pemeriksaan sistematis
meliputi :
a) Kepala : Bagaimana kebersihan kulit kepala, rambut
serta bentuk kepala, apakah ada kelainan atau lesi pada
kepala. Pada balita sakit demam tifoid biasanya ubun-
ubunnya cekung (Khomsah, 2008).
(1). Muka : Bagaimana bentuk wajah, kulit wajah
pucat/tidak. Pada balita sakit demam tifoid agak
pucat karena dehidrasi/kekurangan cairan dan
kekurangan nutirsi (Khomsah, 2008).
(2). Mata : Simetris / tidak, conjungtiva pucat atau
tidak, warna sklera ikterus atau tidak. Periksa
bagian sklera dan conjungtiva apakah pucat atau
kuning (Matondang, 2004). Pada balita sakit
40
demam tifoid Kelopak mata cekung dikarenakan
terjadi dehidrasi, conjungtiva pucat
(Khomsah, 2008).
(3). Telinga : Dikaji untuk mengetahui adanya
kotoran atau cairan dan bagaimana keadaan tulang
rawannya (Priharjo, 2007).
(4). Hidung : Dikaji untuk mengetahui nafas, Cuping
hidung dan kotoran yang menyumbat jalan nafas
(Nursalam, 2005).
(5). Mulut : Dikaji untuk mengetahui dan menilai
ada tidaknya bibir sumbing, trismus (kesukaran
membuka mulut), serta kelainan pada gusi, lidah
dan gigi (Hidayat dan Uliyah, 2006). Pada balita
sakit demam tifoid Lidah kotor, bagian tengah
berwarna putih dan pinggirnya merah
(Khomsah, 2008).
b) Leher : Adakah pembesaran kelenjar tiroid
(Matondang, 2004).
c) Dada : Dikaji untuk mengetahui retraksi atau tidak,
simetris atau tidak (Priharjo, 2007). Pada kasus
ini ada retraksi (Donald Wong, 2004). Kulit
tampak kering dan panas yang mungkin juga
41
didapatkan bercak Rose didaerah abdomen, dada
atau punggung. Bercak Rose merupakan ruam
macular atau makulopapular dengan garis
tengah 1-6 mm yang akan menghilang dalam 2-
3 hari.
d) Perut : Dikaji untuk mengetahui kembung, turgor baik
sampai dengan buruk, cubitan kulit kembali
lambat (Matondang, 2007). Pada balita sakit
demam tifoid mengalami sakit perut. Terjadi
pembengkakan hati dan limfa menimbulkan rasa
sakit di perut (Khomsah, 2008).
e) Anogenital : Adakah varices pada alat genetalia.
Apakah anus ada haemoroid
(Saifuddin, 2006).
f) Ekstremitas : Adakah oedema tanda sianosis, akral
dingin, apakah kuku melebihi jari-jari
(Hellen, 2007).
5) Pemeriksaan Antropometri
Menurut Hellen, (2007), pemeriksaan antropometri
meliputi
a) Lingkar Kepala : untuk mengetahui pertumbuhan
otak (Normal 33-35 cm).
42
b) Lingkar Dada : untuk mengetahui keterlambatan
pertumbuhan (Normal 30,5-33 cm).
c) Panjang Badan : untuk mengetahui tinggi badan
(Normal 48-53).
6) Data penunjang
Menurut Kepmenkes No.364, (2006), dilakukan
pemeriksaan penunjang untuk mengetahui adanya tifoid,
yaitu :
a) Pemeriksaan bakteriologis
Widal Adalah reaksi antara antigen (suspensi
Salmonella yang telah dimatikan) dengan aglutinin
yang merupakan antibodi spesifik terhadap
komponen basil Salmonella didalam darah manusia.
Jumlah titer O sebanyak 1/320 sudah didiagnosis
demam tifoid.
b) Gambaran Darah tepi
Pada pemeriksaan hitung leukosit total terdapat
gambaran leukopeni (±3000-8000 per mm³),
limfositosis relatif, monositosis dan trombositopenia
ringan.
43
c) Biakan bekuan darah
Bekuan darah dibiakkan pada botol berisi 15 ml
kaldu empedu (mengandung 0, 5% garam-garam
empedu).
Langkah II : Interpretasi data dasar
Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan, sehingga dapat
merumuskan diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan yang spesifik.
Rumus dan diagnosa tujuannya digunakan karena masalah tidak dapat
didefinisikan seperti diagnosa, tetapi membutuhkan penanganan
(Varney, 2004).
a. Diagnosa kebidanan
Diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup praktek kebidanan
(Varney, 2004), meliputi:
Balita An. X umur….Tahun, dengan demam tifoid
Data dasar
Data Subyektif :
1) Ibu mengatakan umur balita……………tahun.
2) Ibu mengatakan balitanya berjenis kelamin…………
3) Ibu mengatakan demam lebih dari seminggu
4) Ibu mengatakan anaknya mual berat dan tidak ada nafsu makan
5) Ibu mengatakan anaknya diare atau mencret,
6) Ibu mengatakan anaknya lemas, pusing dan sakit perut
44
Data Objektif :
1) Keadaan umum : Keadaan umum kurang baik.
2) Kesadaran : Gangguan kesadaran
3) Tanda-tanda Vital
a) Denyut nadinya : Denyut nadinya 78 x/menit dan tidak
menunjukkan adanya peningkatan
b) Pernafasan : Mengalami penurunan
c) Suhu : Demam tinggi sekitar 38,8 ˚C – 40 ˚C
4) Kepala : Ubun-ubun cekung.
5) Muka : Pucat.
6) Mulut : Lidah kotor, bagian tengah berwarna putih dan
pinggirnya merah.
7) Mata : Kelopak mata cekung, conjungtiva pucat.
8) Kulit : Kering dan terdapat Bercak Rose didaerah abdomen.
9) Abdomen : Terjadi pembengkakan hati dan limfa.
10)Pemeriksaan penunjang
a) Widal : Jumlah titer O sebanyak 1/320 Titer
b) Darah tepi : Terdapat gambaran leukopeni (±3000-
8000 per mm³), limfositosis relatif, monositosis dan
trombositopenia ringan.
c) Biakan bekuan darah : Mengandung 0,5% garam-garam
empedu.
45
b. Masalah
Masalah-masalah yang berkaitan dengan pengalaman klien yang
ditemukan dari hasil pengkajian yang menyertai data objektif
(Varney, 2004).
Masalah yang sering terjadi pada anak dengan demam tifoid adalah
kebutuhan nutrisi atau cairan dan elektrolit, gangguan suhu tubuh,
gangguan rasa aman dan nyaman, dan kurangnya pengetahuan orang
tua tentang penyakit (Nursalam, 2008).
c. Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hal dibutuhkan oleh klien dan belum
teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan
melakukan analisa data. Kebutuhan muncul setelah dilakukan
pengkajian (Varney, 2007).
Pada kasus bayi sakit dengan demam tifoid kebutuhannya adalah
penggantian cairan tubuh, pencegahan kenaikan suhu, edukasi emosi
pada orang tua (Nursalam, 2008).
Langkah III : Diagnosa potensial
Mengidentifikasi dengan hati-hati gejala yang memerlukan tindakan
kebidanan untuk membantu pasien mengatasi dan mencegah masalah-
masalah yang spesifik (Varney, 2004).
Diagnosa potensial yang mungkin muncul pada kasus balita sakit
dengan demam tifoid adalah terjadinya komplikasi yang berupa :
46
1) Perdarahan usus
2) Perforasi
3) Peritonitis (Nursalam, 2008)
Langkah IV : Tindakan segera atau Antisipasi
Langkah ini ada bila langkah III ada. Langkah IV ini mengidentifikasikan
situasi yang gawat, agar diambil tindakan untuk kepentingan keselamatan
jiwa balita (Varney, 2004).
Berdasarkan diagnosa potensial yang mungkin terjadi pada kasus balita sulit
dengan demam tifoid maka antisipasi yang dapat dilakukan bidan adalah :
1) Berkolaborasi dengan dokter spesialis anak (Widagdo, 2012).
2) Berkolaborasi dengan tim laboratorium diperlukan dalam
menegakkan diagnosis yang tepat.
Langkah V : Rencana Tindakan
Langkah ini merupakan lanjutan dari masalah atau diagnose yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi dan juga merupakan pengembangan
perencanaan Asuhan menyeluruh yang ditentukan oleh langkah-langkah
sebelumnya setiap rencana haruslah mencerminkan rasional yang valid
berdasarkan pengetahuan (Varney, 2004).
Dalam kasus balita sakit dengan demam tifoid, rencana asuhan yang
diperlukan adalah :
1) Kebutuhan nutrisi / cairan elektrolit Perawatan Umum
a) Berikan makanan yang mengandung cukup cairan, rendah serat,
47
tinggi protein dan tidak menimbulkan gas.
b) Jika kesadaran pasien baik, berikan makanan lunak dengan lauk
pauk yang dicincang (hati dan daging), dan sayuran labu
siam/wortel yang dimasak lunak sekali. Boleh juga diberi tahu,
telur setengah matang atau matang yang direbus. Susu diberikan 2 x
1 gelas/lebih, jika makanan tidak habis berikan susu ekstra.
c) Berikan makanan cair per sonde jika kesadarannya menurun dan
berikan kalori sesuai kebutuhannya. Pemberiannya diatur setiap 3
jam termasuk makanan ekstra seperti sari buah atau bubur kacang
hijau yang dihaluskan. Jika kesadaran membaik, makanan dialihkan
secara bertahap dari cair ke lunak.
d) Pasang infus dengan cairan glukosa dan NaCl jika kondisi pasien
payah (memburuk), seperti menderita delirium. Jika keadaan sudah
tenang berikan makanan per sonde, di samping infus masih
diteruskan. Makanan per sonde biasanya merupakan setengah dari
jumlah kalori, sementara setengahnya lagi masih per infuse. Secara
bertahap dengan melihat kemajuan pasien, bentuk makanan beralih
ke makanan biasa.
e) Observasi intake / output.
48
2) Gangguan suhu tubuh
a) Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat secara
mencukupi.
b) Anjurkan klien untuk istirahat mutlak sampai suhu tubuh turun dan
diteruskan 2 minggu lagi.
c) Atur ruangan agar cukup ventilasi.
d) Berikan kompres dingin dengan air kran.
e) Anjurkan pasien untuk banyak minum (sirup, teh manis atau apa
yang disukai anak)
f) Berikan pakaian yang tipis.
g) Observasi suhu tubuh.
3) Gangguan rasa aman
a) Lakukan perawatan mulut 2 kali sehari, oleskan boraks gliserin
(krim) pada bibir bila kering, dan sering berikan minum.
b) Jika pasien dipasangkan sonde, perawatan mulut tetap dilakukan
dan sekali-kali juga diberikan minum agar selaput lender mulut dan
tenggorokan tidak kering.
c) Selain itu, karena lama berbaring maka ketika pasien mulai berjalan
mula-mula akan terasa seperti kesemutan. Oleh karena itu, sebelum
mulai berjalan pasien harus mulai dengan menggoyang-goyangkan
kakinya dahulu sambil tetap duduk di pinggir tempat tidur,
kemudian berjalan di sekitar tempat tidur sambiln berpegangan.
49
Katakana bahwa gangguan itu akan menghilang setelah 2-3 hari
mobilisasi.
4) Resiko terjadi komplikasi
a) Pemberian terapi sesuai program dokter. Obat yang dapat diberikan
adalah Kloramfenikol dengan dosis 100 mg/kg BB/hari yng
diberikan 4 kali sehari. Agar berhasil dengan baik, obat harus
diberikan setiap 6 jam. Buatkan daftar yang mudah diingat,
misalnya pukul 6, 12, 18, 24 dan berikan tanda bila obat telah
diberikan. Selain kloramfenikol, alternatif obat lain yang mungkin
adalah :
(1). Amoksisilin 100 mg/kg BB/ hari secara oral 3x sehari
selama 14 hari.
(2). Kotrimoksasol 8-10 mg/kg BB/hari secara oral 2-3x/hari
selama 10-14 hari.
b) Istirahat
Pasien yang menderita tifus abdominalis perlu istirahat mutlak selama
demam, kemudian diteruskan 2 minggu lagi setelah suhu turun
menjadi normal. Setelah 1 minggu suhu normal, 3 hari kemudian
pasien dilatih duduk di pinggir tempat tidur sambil kakinya
digoyang-goyangkan. Pada akhir minggu kedua jika tidak timbul
demam, pasien boleh mulai belajar jalan mengelilingi tempat tidur.
Selama masa istirahat, pengawasan tanda vital mutlak dilakukan 3
50
kali sehari. Jika terdapat suhu tinggi yang melebihi suhu biasanya,
maka ukur suhu ekstra dan catat pada catatan perawatan. Berikan
kompres dingin intensif kemudian periksa lagi 1 jam kemudian.
Apabila panas tidak turun, hubungi dokter (Nursalam, 2005).
Langkah VI : Pelaksanaan
Langkah ini merupakan pelaksanaan dari rencana Asuhan
menyeluruh seperti telah diuraikan pada langkah V secara efisien dan aman.
Pelaksanaan ini dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian bidan atau
anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukan sendiri, bidan
tetap memikul tanggung jawab dalam pelaksanaannya. Pada manajemen
Asuhan kebidanan bagi pasien yang mengalami komplikasi, bidan juga
bertanggung jawab terhadap terlaksananya Asuhan yang menyeluruh.
Pelaksanaan Asuhan pada balita sakit demam tifoid disesuaikan dengan
rencana tindakan (Varney, 2004).
Langkah VII : Evaluasi
Langkah ini merupakan evaluasi apakah rencana Asuhan tersebut benar-
benar terpenuhi sesuai dengan asuhan kebidanan dalam masalah dan
diagnosa (Varney, 2004). Menurut Ngastiyah (2005), umumnya prognosis
demam tifoid pada anak adalah baik, asal pasien cepat berobat. Mortalitas
demam tifoid yang dirawat adalah 6%. Prognosis menjadi baik apabila :
1) Demam menurun
2) Kesadaran pulih kembali
51
3) Tidak terdapat komplikasi yang berat, misalnya dehidrasi, asidosis dan
Perforasi
C. Data Perkembangan Kondisi Klien
Metode pendokumentasian yang digunakan dalam asuhan kebidanan
menurut Varney (2004), pada balita dengan demam tifoid adalah
SOAP, adalah sebagai berikut:
S: Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien
melalui anamnesis sebagai langkah 1 Varney. Untuk data subyektif
dikaji keluhan-keluhan yang dirasakan, biasanya anak mengeluh tidak
enak badan, lesu, kurang bersemangat, demam dan nafsu makan
berkurang (Saifuddin, 2012).
O: Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien,
hasil laboratorium, dan uji diagnostik lain yang dirumuskan dalam
data fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah 1 Varney
membantu menegakkan diagnosis demam tifoid dilakukan dengan
pemeriksaan laboratorium uji widal (Saifuddin, 2012).
A : Analisa
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi
data subjektif dan objektif pada an.x dalam suatu identifikasi dan
masalah kebidanan serta kebutuhan sebagai langkah 2 Varney.
52
P : Penatalaksanaan
Menggambarkan penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan
dan penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan
antisipasi, tindakan segera, tindakan secara komprehensif,
penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi atau follow up dari
rujukan, sebagai langkah 3, 4, 5, 6, dan 7 Varney (KepMenKes RI
No:938/Menkes/SKVII/2007).
D. Landasan hukum
Sebagai seorang bidan dalam memberikan asuhan harus berdasarkan
aturan atau hukum yang berlaku, sehingga tidak menyimpang dengan
hukum (mal praktek), dapat dihindarkan dalam memberikan asuhan
kebidanan pada balita sakit demam tifoid, landasan hukum yang
digunakan di antaranya :
1. UU Kesehatan RI No.23, 1992 pasal 15 yang berisi :
a. Bahwa dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk
menyelamatkan jiwa pasien, dapat dilakukan tindakan medis
tertentu.
b. Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat 1
hanya dapat dilakukan :
1) Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya
tindakan tersebut.
53
2) Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk dilakukan sesuai dengan tanggung jawab
profesi serta berdasarkan pertimbangan tim ahli.
3) Dengan peraturan keluarga yang bersangkutan
4) Pada sarana kesehatan tertentu.
Berdasarkan kasus ini maka sebagai seorang bidan harus
melakukan tindakan dengan cara merujuk dan berkolaborasi dengan
dokter untuk melakukan suatu tindakan pemberian dosis obat yang
dimaksudkan untuk mengurangi penderitaan pasien.
2. PERMENKES RI NOMOR 1464/MENKES /PER/X/2010
Pasal 9 (b) tentang pelayanan kesehatan anak.menurut pasal 11 ayat
(1) bidan mempunyai wewenang dalam memberikan asuhan pada
bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak pra sekolah. Dalam pasal
11 ayat (2) bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak
sebagai mana dimaksud pada ayat (1) berwenang untuk :
a. Melakukan asuhan kebidanan bayi baru lahir normal termasuk
resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini, injeksi
vitamin K 1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28
hari), dan perawatan tali pusat.
b. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk.
c. Penanganan kegawat-daruratan dilanjutkan dengan perujukan.
54
d. Pemberian imunisasi ruti sesuai program pemerintah.
e. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak pra
sekolah.
f. Pemberian konseling dan penyuluhan
g. Pemberian surat keteranagn kelahiran.
h. Pemberian surat keterangan kematian.
55
BAB III
METODOLOGI
A. Jenis Studi
Karya Tulis ilmiah ini merupakan jenis laporan studi kasus
dengan metode deskriptif yaitu suatu metode yang dilakukan untuk
mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang ada di
masyarakat (Notoatmodjo, 2010). Studi kasus ini menggambarkan
tentang asuhan kebidanan balita sakit pada Anak. I umur 3,5 tahun
dengan demam tifoid.
B. Lokasi Studi Kasus
Merupakan tempat atau lokasi yang digunakan untuk
mengambil laporan kasus (Notoatmodjo, 2010). Dalam kasus
penelitian ini, lokasi studi kasus dilakukan di Puskesmas Tangen,
Sragen.
C. Subyek Studi Kasus
Subjek studi kasus adalah suatu hal atau seseorang yang akan
dikenal kegiatan laporan kasus (Notoatmodjo, 2010). Subyek studi
kasus ini dilakukan pada balita sakit Anak I umur 3,5 Tahun dengan
demam tifoid.
56
D. Waktu Studi Kasus
Waktu studi kasus adalah rentang waktu yang digunakan
untuk pelaksanaan laporan kasus (Notoatmodjo, 2010), laporan
kasus ini dilaksanakan pada tanggal 17 – 21 Maret 2014.
E. Instrumen Studi Kasus
Merupakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan
hasilnya lebih baik, dalam arti kata lebih cermat, lengkap dan
sistematis sehingga lebih mudah di olah (Arikunto, 2006). Pada
studi kasus ini penulis menggunakan instrument format asuhan
kebidanan 7 langkah Varney pada bayi balita sakit untuk
pengumpulan data dan data perkembangan SOAP.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah :
1. Data Primer
Adalah data yang diambil secara langsung dari obyek-obyek
penelitian oleh peneliti perorangan maupun organisasi
(Riwidikdo, 2007).
57
Data primer diperoleh dengan cara :
a. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
Merupakan proses yang dilaksanakan secara sistematik. Inspeksi
dilakukan dengan menggunakan indera penglihatan, pendengaran dan
penciuman (Nursalam, 2007). Inspeksi ini dilakukan secara berurutan
mulai dari kepala sampai kaki (Notoatmodjo, 2010). Pada kasus balita
sakit An. I yang di Inspeksi adalah kepala, mata uka, mulut dada
genetalia ekstremitas,Pemeriksaan feses.
2) Palpasi
Palpasi adalah teknik pemeriksaan menggunakan indera peraba.
Tangan dari jari-jari adalah instrument yang sensitif (Nursalam, 2007).
Dalam hal ini palpasi digunakan untuk mengetahui temperature kulit,
kelembapan, vibrasi dan ukuran. Dalam hal ini palpasi dilakukan
untuk mengetahui temperature kulit, kelembapan kulit serta
memastikan perut jika dicubit kembalinya lambat atau cepat. Pada
kasus balita sakit An. I yang di Palpasi adalah temperature kulit,
kelembapan kulit serta memastikan perut jika dicubit kembalinya
lambat.
3) Perkusi
Merupakan teknik pemeriksaan dengan mengetuk-ngetukkan jari ke
bagian tubuh klien yang akan dikaji untuk membandingkan bagian
58
yang kiri dengan yang kanan, perkusi bertujuan untuk
mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk, dan konsisten jaringan
(Nursalam, 2007). Pada kasus ini perkusi dilakukan pemeriksaan perut
untuk mengetahui perut balita kembung atau tidak.
4) Auskultasi
Auskultasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop untuk
mendengarkan bunyi yang dihasilkan oleh tubuh (Nursalam, 2007).
Pemeriksaan ini dilakukan untuk memeriksa frekuensi jantung dan
untuk mengetahui bising usus.
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan
data dimana peneliti mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan
dari seseorang sasaran penelitian (respon) atau bercakap-cakap berhadapan
muka dengan orang tersebut (face to face) (Notoatmodjo, 2010).
Wawancara dilakukan pada tenaga medis dengan orang tua balita sakit
Anak I umur 3,5 Tahun dengan demam tifoid dan keluarga.
c. Observasi
Observasi adalah suatu teknik pengumpulan data yang berencana, antara
lain meliputi : melihat, mencatat jumlah dan taraf aktivitas tertentu yang
ada hubungannya dengan masalah yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2010).
Pada balita sakit dengan demam tifoid ini yang diobservasi adalah tanda
59
tanda vital, keadaan umum, suhu tubuh, intake, outake serta terapi tanda
dehidrasi meliputi mata dan turgor kulit.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh selain dari pemeriksaan fisik atau
terapi diperoleh dari keterangan keluarga sama lingkungannya.
Mempelajari status dan dokumentasi pasien, catatan dalam keadaan dan
studi (Notoatmodjo, 2012).
a. Studi kepustakaan
Studi kepustakaan adalah bahan-bahan pustaka yang sangat penting dan
menunjang latar belakang teoritis dari studi penelitian
(Notoatmodjo, 2012). Pada kasus ini mengambil studi kepustakaan dari
buku, laporan penelitian, majalah ilmiah, jurnal dan sumber terbaru
yang berhubungan dengan demam tifoid terbaru yaitu tahun 2004 –
2012.
b. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi yaitu semua bentuk sumber informasi yang
berhubungan dengan dokumen (Notoatmodjo, 2012). Dalam studi kasus
ini diperoleh didapatkan dari buku catatan rekam medik di Puskesmas
Tangen.
G. Alat-alat yang dibutuhkan
1. Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pengambilan data antara lain
a. Format pengkajian pada balita sakit
60
b. Buku tulis
c. Bolpoint
2. Alat dan bahan dalam melakukan pemeriksaan fisik daan observasi
a. Alat dan pengukur tinggi badan
b. Timbangan berat badan
c. Pita LILA
d. Stetoskop
e. Jam tangan
f. Metlin
g. Tough spatel
h. Thermometer
3. Alat untuk pendokumentasian yang berupa buku catatan Rekam
medik di puskesmas.
61
BAB IV
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A.Tinjauan Kasus
I. PENGKAJIAN
Tanggal : 17 Maret 2014 Pukul : 07.00 WIB
a. Identitas
1) Identitas Pasien
a) Nama : An. I
b) Umur : 3,5 Tahun
c) Jenis Kelamin : Perempuan
d) Anak Ke : 1(pertama)
2) Identitas Ibu Identitas Ayah
a) Nama : Ny. T Nama :Tn.A
b) Umur : 24 Tahun Umur : 27 Tahun
c) Suku Bangsa : Jawa Suku Bangsa : Jawa
d) Agama : Islam Agama : Islam
e) Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
f) Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
g) Alamat : Gupak Warak RT 01 RW 02 Tangen,Sragen
62
b. Anamnesa (Data Subyektif)
1) Alasan Data ke Puskesmas
Pada tanggal 17 Maret 2014 pukul 04.00 WIB klien di bawa ke IGD
Puskesmas Tangen Sragen dengan keluhan panas, pusing, mual, lemes
sejak 10 hari yang lalu dan buang air besar 4 kali sehari dengan
konsistensi encer sejak 6 hari yang lalu. Ibu mengatakan anaknya
sudah pernah periksa di Bidan tanggal 10 Maret 2014 tetapi belum
sembuh.Pasien dibawa ke bangsal Puskesmas sekitar jam 07.00 WIB.
2) Riwayat Kesehatan
a) Imunisasi
(1) BCG : Tanggal 16 September 2010
(2) DPT 1 : Tanggal 16 Oktober 2010
(3) DPT 2 : Tanggal 17 November 2010
(4) DPT 3 : Tanggal 17 Desember 2010
(5) Polio 1 : Tanggal 16 september 2010
(6) Polio 2 : Tanggal 16 Oktober 2010
(7) Polio 3 : Tanggal 17 November 2010
(8) Polio 4 : Tanggal 17 Desember 2010
(9) Campak : Tanggal 16 April 2011
63
b) Riwayat Penyakit lalu
Ibu mengatakan anaknya pernah menderita sakit panas, batuk, pilek
dan diperiksakan ke bidan dan sembuh.
c) Riwayat Penyakit sekarang
Ibu mengatakan saat ini badan anaknya panas, pusing, mual, lemes
sejak 10 hari yang lalu dan BAB 4 kali sehari konsistensi encer
sejak 6 hari yang lalu
d) Riwayat Penyakit keluarga/menurun
Ibu mengatakan keluarga nya baik dari pihak ibu maupun ayah
tidak ada yang mempunyai penyakit menurun seperti Hipertensi,
stroke, TBC, Hepatitis, Jantung dan tidak ada riwayat penyakit
demam tifoid
3) Riwayat Sosial
a) Yang mengasuh
Ibu mengatakan anaknya diasuh kedua orang tua kandungnya
b) Hubungan dengan anggota keluarga
Ibu mengatakan hubungan anaknya dengan anggota keluarga baik.
c) Hubungan dengan teman sebaya
Ibu mengatakan hubungan anaknya dengan teman sebaya baik dan
sering bermain.
64
d) Lingkungan rumah
Ibu mengatakan lingkungan rumah aman, kandang ternak berada
didalam rumah. jendela tidak pernah dibuka setiap hari.
4) Pola Kebiasaan sehari-hari
a) Nutrisi
(1) Makanan yang disuka
Ibu mengatakan makanan yang disukai adalah nasi dengan sop,
dan telur.
(2) Makanan yang tidak disuka
Ibu mengatakan anaknya tidak ada makanan yang tidak disukai
(3) Pola makan yang digunakan
(a) Sebelum Sakit
Ibu mengatakan anaknya makan sehari 3 kali, jenis Nasi,
Sayur, lauk, porsi banyak dan minum air putih 8 gelas per
hari dan susu 2 gelas per hari.
(b) Selama sakit
Ibu mengatakan anaknya makan dengan porsi sedikit sehari
3 kali, jenis nasi, sayur, lauk dan habis ¼ porsi, minum air
putih 4 gelas per hari dan susu 1 gelas perhari
b) Istirahat/Tidur
(a) Sebelum sakit
Pagi : Ibu mengatakan anaknya tidur siang pukul 13.00 WIB
lamanya 2 jam
65
Malam : Ibu mengatakan anaknya tidur malam pukul 20.00 WIB
lamanya 8 jam
(b) Selama sakit
Pagi : Ibu mengatakan anaknya tidur siang pukul 11.00 WIB
lamanya 1 jam dan rewel, sering terbangun, susah tidur
dan harus digendong ibu.
Malam : Ibu mengatakan anaknya tidur malam pukul 20.00 WIB
lamanya 6 jam, anaknya sering terbangun di tengah
malam karena rewel.
c) Personal Hygiene
(1) Sebelum sakit
Mandi pagi : Ibu mengatakan anaknya mandi pagi pukul 06.00 WIB.
Mandi sore : Ibu mengatakan anaknya mandi sore pukul 16.00 WIB.
(2) Selama sakit
Mandi pagi : Ibu mengatakan anaknya hanya disibin dengan air
hangat pukul 07.00 WIB
Mandi sore : Ibu mengatakan anaknya hanya disibin dengan air
hangat pukul 16.00 WIB
d) Aktivitas
(1) Sebelum sakit : Ibu mengatakan anaknya aktif dalam bermain.
(2) Selama sakit : Ibu mengatakan anaknya tampak lemah dan tidak
mau bermain, sering rewel dan gelisah.
66
e) Eliminasi
(1) Sebelum sakit
BAB : Ibu mengatakan anaknya BAB 1-2 kali sehari konsistensi
lembek.
BAK : Ibu mengatakan anaknya BAK 3 kali sehari, berwarna kuning
pekat, lancar.
(2) Selama Sakit
BAB : Ibu mengatakan anaknya BAB 4 kali sehari, konsistensi cair.
BAK : Ibu mengatakan anaknya BAK 4-5 kali sehari warna kuning
pekat, bau khas urine.
c. Pemeriksaan Fisik (Data Objektif)
1) Status Generalis
a) Keadaan umum : Sedang
b) Kesadaran : Composmentis
c) TTV : Suhu : 39,5˚C
Nadi : 100 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
2) Pemeriksaan Sistematis
a) Kepala
(1) Rambut : Hitam, bersih tidak rontok, Ubun-ubun
cekung, tidak ada kelainan
(2) Mata : Kelopak mata cekung
Conjungtiva : Pucat
sklera : Putih
67
b) Telinga : Bersih, tidak ada serumen
c) Hidung : Bersih, tidak ada cuping hidung
d) Mulut : Bibir warna pucat kering, agak pecah-pecah, lidah
kotor, warna lidah putih semua, tidak ada stomatitis.
e) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
f) Dada : Simetris tidak ada tarikan dinding dada ke dalam,
tidak ada bercak rose pada abdomen
g) Perut : Turgor pada perut jika dicubit kembalinya lambat (±
5 detik), sedikit kembung, bising usus normal 10 x/menit.
h) Genetalia : Lengkap, labia mayora menutupi labia Minora, tidak
ada varises dan anus tidak ada haemoroid.
i) Ekstremitas : Jari tangan dan kaki lengkap, tidak oedem, akral
hangat, terpasang Infus RL 12 tpm di tangan kanan.
3) Pemeriksaan Antropometri
BB / TB : 14 Kg / 85 cm
4) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang digunakan adalah pemeriksaan feses
dengan cara Inspeksi :
Warna : Coklat
Bau : Khas Feses
Konsistensi : Cair
Lendir : Negatif, Darah : Negatif
68
2. INTERPRETASI DATA
Tanggal : 17 Maret 2014 Pukul : 08.30 WIB
a. Diagnosa Kebidanan
Anak I umur 3,5 tahun jenis kelamin perempuan dengan sakit demam tifoid
Data Dasar
Data Subjektif
1. Ibu mengatakan anaknya umur 3,5 tahun.
2. Ibu mengatakan anaknya berjenis kelamin perempuan
3. Ibu mengatakan anaknya panas, pusing, mual, lemes sejak 10 hari
yang lalu dan buang air besar 4 x sehari konsistensi encer sejak 6
hari yang lalu
4. Ibu mengatakan anaknya makan dengan porsi sedikit sehari 3 kali,
jenis nasi, sayur, lauk dan habis ¼ porsi, minum air putih 4 gelas per
hari dan susu 1 gelas perhari
Data Objektif
1. Keadaan umum : Sedang
2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV : Suhu : 39,5˚C
Respirasi : 20 x/menit, Nadi : 100 x/menit
4. Kepala
a) Rambut : Hitam, bersih tidak rontok, Ubun-ubun cekung, tidak
ada kelainan
69
b) Mata : Kelopak mata Cekung, Conjungtiva : Pucat, sklera
Putih
5. Muka : Pucat
6. Mulut : Bibir warna pucat kering, agak pecah-pecah, lidah
kotor, warna lidah putih semua, tidak ada stomatitis.
7. Dada : Simetris tidak ada tarikan dinding dada ke dalam.
tidak ada bercak rose pada abdomen
8. Perut : Turgor pada perut jika dicubit kembalinya lambat (±5
detik), sedikit kembung, bising usus normal 10x/menit.
9. Genetalia : Lengkap, labia mayora menutupi labia minora, tidak
ada varises dan anus tidak ada haemoroid.
10. Ekstremitas : Jari tangan dan kaki lengkap, tidak oedema, akral
hangat, terpasang Infus RL 12 tpm di tangan kanan.
11. Pemeriksaan penunjang (Pemeriksaan feses) secara Inspeksi.
Warna : Coklat Darah : Negatif
Bau : Khas Feses Konsistensi : Cair
Lendir : Negatif
b. Masalah
Gelisah, nafsu makan dan aktivitas menurun, anaknya rewel dan hanya mau
digendong ibunya dan susah tidur apabila ibunya tidak disampingnya
c. Kebutuhan
70
1) Menganjurkan ibu untuk selalu mendampingi anaknya
2) Mencukupi nutrisi anak yang optimal
3. DIAGNOSA POTENSIAL
Potensial terjadi perdarahan usus
4. ANTISIPASI
Berkolaborasi dengan dokter umum di Puskesmas untuk pemberian terapi obat
5. PERENCANAAN
Tanggal : 17 Maret 2014 Pukul : 09.00 WIB
a. Beri penjelasan pada orang tua tentang penyakit anaknya
b. Kaji pola BAB
c. Atur ruangan agar cukup ventilasi.
d. Anjurkan ibu agar anaknya banyak minum air putih atau sirup, teh manis
atau apa yang disukai anak
e. Berikan nutrisi yang mengandung cukup energi dan protein rendah serat
f. Pemberian terapi sesuai program dokter.
6. PELAKSANAAN
Tanggal : 17 Maret 2014 pukul : 10.00 WIB
a. Pukul 10.00 Wib memberi penjelasan pada orang tua tentang penyakit
anaknya bahwa anaknya menderita penyakit tifus yaitu penyakit yang
71
disebabkan oleh masuknya bakteri ke tubuh anaknya yang berasal dari
makanan atau minuman yang sudah terkontaminasi bakteri tersebut dari
kotoran orang yang sebelumnya terkena tifus yang ditandai dengan
gejala panas/demam, mencret, mual, sakit perut dan perlu mendapatkan
penanganan yang intensif untuk mencegah terjadinya komplikasi yang
lebih berat. Karena penyakit ini bisa menular untuk itu bagi anaknya
kalau habis BAB harus mencuci tangan hingga bersih.
b. Pukul 11.00 Wib mengkaji pola BAB dengan cara memberitahu keorang
tua apabila anaknya BAB harus menghubungi perawat di ruangan agar
bisa dikaji BAB anaknya.
c. Pukul 12.00 Wib mengatur ruangan agar cukup ventilasi dengan cara
membuka jendela setiap pagi hari dan memberi kipas angin diruangan
anaknya agar anaknya merasa nyaman dan tidak kepanasan dan agar
udara diruangan segar.
d. Pukul 13.00 Wib menganjurkan ibu agar anaknya minum air putih atau
sirup, teh manis atau apa yang disukai anak sedikit-sedikit tapi sering
sampai habis dan diberikan menggunakan sendok atau sedotan dan harus
habis.
e. Pukul 14.00 Wib memberikan nutrisi yang mengandung cukup energi
dan protein rendah serat yaitu bubur, telur ayam kampung, sayur bayam
dan tempe.
f. Pukul 15.00 Wib Pemberian terapi sesuai program dokter. Obat yang
72
dapat diberikan adalah :
1) Kloramfenikol syrup 1 botol 125 ml 1 sendok makan diminumkan
setiap 6 jam
2) Puyer paracetamol 500 mg 3 butir dijadikan 10 bungkus 3x1/hari
3) Ceftriaxone injeksi 75 mg setiap 6 jam
7. EVALUASI
Tanggal : 17 Maret 2014 Pukul : 16.00 WIB
a. Orang tua sudah mengerti tentang penyakit anaknya
b. Pukul 07.00 Wib – pukul 16.00 Wib BAB 2 kali, konsistensi encer,
berwarna coklat
c. Ruangan sudah cukup ventilasi.
d. Pukul 07.00 Wib – pukul 16.00 Wib Anak sudah minum 3 gelas air putih
e. Pukul 07.00 Wib – pukul 16.00 Wib Anak sudah makan bubur setengah
mangkok kecil, 2 telur ayam kampung habis setengah dengan porsi sedang
dan anak tidak muntah
f. Terapi obat sudah diberikan
Kloramfenikol syrup 1 botol 125 ml 1 sendok makan sudah diminumkan,
Puyer paracetamol 1 bungkus sudah diminumkan, Ceftriaxone injeksi 75
mg sudah diinjeksi
73
DATA PERKEMBANGAN 1
Tanggal : 18 Maret 2014 Pukul : 06.00 WIB
S : Data Subjektif
1. Ibu mengatakan anaknya sudah buang air besar 2 kali pada pukul
24.00 – 06.00 WIB , konsistensi encer, berwarna coklat dan sedikit
berampas dan buang air kecil 2 kali warna kuning jernih
2. Ibu mengatakan anaknya semalam makan roti sebanyak 4 kali
suapan dan minum 1 gelas air putih
3. Ibu mengatakan anaknya semalam rewel, mudah terbangun dan tidak
bisa tidur
O : Data Objektif
1. Keadaan umum : Sedang
2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV : Suhu : 38,5 ˚C, Respirasi : 32 x/menit
4. Bising usus : 8 x/menit
5. Mata cekung, cubitan kulit perut kembalinya pelan-pelan, bibir dan
lidah kering dan kotor
6. Ekstremitas : Masih terpasang Infus RL 12 tpm di tangan kanan
A : Assasment
An. I umur 3,5 Tahun sakit demam tifoid perawatan hari kedua
74
P : Planning
1. Pukul 07.00 Wib mengkaji pola BAB
2. Pukul 07.10 Wib menjelaskan Keadaan umum dan vital sign
3. Pukul 08.10 Wib memberi kompres hangat pada daerah axila, lipat
paha dan temporal
4. Pukul 08.30 Wib menganjurkan ibu anak untuk memakai pakaian yg
dapat menyerap keringat pada anaknya
5. Pukul 09.00 Wib meneruskan terapi pengobatan yaitu Kloramfenikol
syrup 1 botol 125 ml 1 sendok makan diminumkan setiap 6 jam,
Puyer paracetamol 500 mg 3 butir dijadikan 10 bungkus 3x1/hari,
Ceftriaxone injeksi 75 mg setiap 6 jam
6. Pukul 11.00 Wib menganjurkan pada ibu untuk memberikan banyak
minum air putih pada anaknya agar tidak terjadi dehidrasi minum 5-
6 gelas/ 24 jam
7. Pukul 12.00 Wib memberi nutrisi yang mengandung energi dan
protein serta tinggi serat yaitu bubur ayam, sayur bayam, telur
kampung, tahu dan susu
Evaluasi
Tanggal : 18 Maret 2014 Pukul 13.00 Wib
1. Pukul 06.00 Wib - Pukul 13.00 Wib Pola BAB 2 kali, konsistensi
encer, warna coklat
75
2. Keadaan umum sedang, vital sign pasien, suhu 38,5 ˚C, Nadi : 78
x/menit, respirasi 32 x/menit.
3. Anak sudah diberikan kompres hangat pada daerah axila, lipat paha dan
temporal
4. Anak memakai pakaian yg dapat menyerap keringat yang berbahan
katun
5. Kloramfenikol syrup 1 botol 125 ml 1 sendok makan sudah
diminumkan, Puyer paracetamol 1 bungkus sudah diminumkan,
Ceftriaxone injeksi 75 mg sudah diinjeksi
6. Anak mau untuk banyak minum air putih sebanyak 5 gelas
8. Nutrisi yang mengandung energi dan protein serta tinggi serat sudah
diberikan, yaitu bubur ayam, sayur bayam, telur kampung, tahu dan
susu.
76
DATA PERKEMBANGAN II
Tanggal : 19 Maret 2014 Pukul : 06.00 WIB
S : Data Subjektif
1. Ibu mengatakan anaknya sudah buang air besar 2 kali pada pukul
24.00 – 06.00 WIB , konsistensi encer dan sedikit berampas dan
buang air kecil 2 kali warna kuning jernih
2. Ibu mengatakan anaknya semalam makan roti sebanyak 5 kali suapan
dan minum 2 gelas air putih
3. Ibu mengatakan anaknya semalam rewel, mudah terbangun dan tidak
bisa tidur
O : Data Objektif
1. Keadaan umum : Sedang
2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV : Suhu : 38˚C, N : 100 x/menit, Respirasi : 32 x/menit
4. Bising usus : 8 x/menit
5. Mata cekung, cubitan kulit perut kembalinya masih pelan-pelan,
bibir dan lidah kering dan kotor, kelopak mata terlihat cekung
6. Ekstremitas : Masih terpasang Infus RL 12 tpm di tangan kanan
A : Assasment
An. I umur 3,5 Tahun sakit demam tifoid perawatan hari ketiga
77
P : Planning
1. Pukul 06.00 Wib Mengkaji pola BAB
2. Pukul 07.00 Wib Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan
anaknya banyak minum 5-6 gelas/hari
3. Pukul 08.00 Wib Menganjurkan keluarga untuk tetap mengompres
hangat pada axilla dan temporal dan ibu klien tampak mengganti
kapas kompres sekali dalam 10 menit
4. Pukul 08.40 Wib Menganjurkan ibu untuk tetap memakaikan
pakaian pada anaknya yang bahannya dapat menyerap keringat
seperti katun dan kaos
5. Pukul 09.00 Wib Meneruskan terapi pengobatan Kloramfenikol
syrup 1 botol 125 ml 1 sendok makan diminumkan setiap 6 jam,
Puyer paracetamol 500 mg 3 butir dijadikan 10 bungkus 3x1/hari,
Ceftriaxone injeksi 75 mg setiap 6 jam
6. Pukul 12.20 Wib Memberi nutrisi yang mengandung energi dan
protein serta tinggi serat
Evaluasi
Tanggal : 18 Maret 2014 Pukul 13.00 Wib
1. Pukul 06.00 - Pukul 13.00 Wib Pola BAB 2 kali sehari,
konsistensi encer, warna coklat
2. Anak sudah banyak minum air putih 6 gelas dan tidak dehidrasi
lagi
78
3. Kompres hangat sudah diberikan
4. Anak sudah memakai baju berbahan katun
5. Obat sudah diberikan
Kloramfenikol syrup 1 botol 125 ml 1 sendok makan sudah
diminumkan, Puyer paracetamol 1 bungkus sudah diminumkan ,
Ceftriaxone injeksi 75 mg sudah diinjeksi
6. Anak sudah makan-makanan yang diberikan, yaitu nasi 1 piring, telur
ayam kampung, sayur bayam, tempe, ikan dan susu
79
DATA PERKEMBANGAN III
Tanggal : 20 Maret 2014 Pukul : 06.00 WIB
S : Data Subjektif
1. Ibu mengatakan anaknya sudah buang air besar 1 kali pada pukul
24.00 – 06.00 WIB , konsistensi lunak, berwarna coklat dan buang
air kecil 1 kali warna kuning jernih
2. Ibu mengatakan anaknya semalam makan roti sebanyak 6 kali
suapan dan minum 2 gelas air putih
3. Ibu mengatakan anaknya sudah tidak rewel, anaknya sudah bisa
tidur nyenyak
O : Objektif
1. Keadaan umum : Sedang
2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV : Suhu : 37,5˚C, Respirasi : 30 x/menit, Nadi : 95 x/menit
4. Bising usus : 8 x/menit
5. Turgor normal, bibir dan lidah normal, kelopak mata sudah tidak
cekung
6. Ekstremitas : Masih terpasang Infus RL 12 tpm di tangan kanan
A : Assasment
An. I umur 3,5 Tahun sakit demam tifoid perawatan hari keempat
80
P : Planning
1. Pukul 06.00 Wib Mengkaji pola BAB
2. Pukul 07.00 Wib Memantau intake dan output cairan dalam 24 jam
3. Pukul 08.00 Wib Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan minum
banyak 5-6 gelas / hari
4. Pukul 08.30 Wib Memberi penjelasan kepada keluarga/ klien tentang
pentingnya kebutuhan cairan untuk anaknya
5. Pukul 09.00 Wib Meneruskan terapi pengobatan, Kloramfenikol
syrup 1 botol 125 ml 1 sendok makan diminumkan setiap 6 jam,
Puyer paracetamol 500 mg 3 butir dijadikan 10 bungkus 3x1/hari,
Ceftriaxone injeksi 75 mg
6. Pukul 12.00 Wib Memberi nutrisi yang mengandung energi dan
protein serta tinggi serat yaitu nasi, telur ayam kampung, ikan, sayur
serta susu dan buah semangka
Evaluasi
Tanggal : 20 Maret 2014 Pukul 13.00 Wib
1. Pukul 06.00 - Pukul 13.00 Wib Wib Pola BAB 1 kali sehari,
konsistensi lunak, disertai ampas, warna coklat
2. Makan porsi banyak, Minum 6 gelas/ hari, BAK 3 kali/hari
3. Pasien mau untuk banyak minum air putih sebanyak 6 gelas
4. Kebutuhan cairan yang optimal akan membantu penyembuhan
anaknya
81
5. Terapi obat sudah diberikan yaitu
Kloramfenikol syrup 1 botol 125 ml 1 sendok makan sudah
diminumkan, Puyer paracetamol 1 bungkus sudah diminumkan,
Ceftriaxone injeksi 75 mg sudah diinjeksi.
6. Nutrisi yang mengandung energi dan protein serta tinggi serat sudah
diberikan, yaitu nasi, telur ayam kampung, ikan, sayur serta susu dan
buah semangka.
82
DATA PERKEMBANGAN IV
Tanggal : 21 Maret 2014 Pukul : 06.00 WIB
S : Data Subjektif
1. Ibu mengatakan anaknya sudah buang air besar 1 kali pada pukul
24.00 – 06.00 WIB , konsistensi lunak warna hitam kecoklatan dan
buang air kecil 1 kali warna kuning jernih
2. Ibu mengatakan anaknya semalam makan roti sebanyak 6 kali
suapan dan minum 2 gelas air putih
3. Ibu mengatakan anaknya sudah tidak rewel, sudah bisa tidur
nyenyak
O : Data Objektif
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV : Suhu : 36,5˚C, Respirasi : 24 x/menit, Nadi: 88 x/menit
4. Bising usus 9x/menit
5. Turgor normal, bibir dan lidah normal, kelopak mata sudah tidak
cekung
7. Ekstremitas : Masih terpasang Infus RL 12 tpm di tangan kanan
A : Assasment
83
An. I umur 3,5 Tahun sakit demam tifoid perawatan hari kelima post
demam tifoid
P : Planning
1. Pukul 06.00 Wib Menjelaskan pentingnya nutrisi bagi ibu anak
untuk mempercepat proses penyembuhan.
2. Pukul 07.00 Wib Melihat dan memperhatikan seberapa banyak
makanan yang dihabiskan dari porsi yang telah disediakan.
3. Pukul 08.00 Wib Menanyakan kepada ibu anak makanan apa yang
disukai dan yang tidak disukainya.
4. Pukul 09.00 WibMeneruskan terapi pengobatan Kloramfenikol syrup
1 botol 125 ml 1 sendok makan diminumkan setiap 6 jam, Puyer
paracetamol 500 mg 3 butir dijadikan 10 bungkus 3x1/hari,
Ceftriaxone injeksi 75 mg dan melepas infuse
5. Pukul 10.00 Wib Melibatkan keluarga dalam perencanaan makan
anak dengan membujuk klien supaya mau makan dan menyuapi
klien saat makan.
6. Pukul 11.00 Wib menganjurkan ibu untuk menyajikan makanan
dalam keadaan hangat agar anak mau menghabiskan makanan yang
disajikan.
7. Pukul 21.00 Wib Menganjurkan ibu anak agar anak makan dalam
porsi kecil tapi sering dan mudah dicerna sehingga anak tercukupi
kebutuhan nutrisinya
84
8. Pukul 12.20 Wib Menciptakan suasana yang menyenangkan,
lingkungan yg bebas dari bau sewaktu makan.
9. Pukul 13.00 WibMemberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit
demam tifoid serta perawatan dirumah agar balita dalam tumbuh
kembang tidak terhambat
10. Pukul 14.00 WibMemberikan pendidikan kebersihan dan lingkungan
11. Pukul 15.00 Wib memberi obat rawat jalan Kloramfenikol syrup 1
botol 125 ml 1 sendok makan diminumkan setiap 6 jam, Puyer
paracetamol 500 mg 3 butir dijadikan 10 bungkus 3x1/hari
Evaluasi
Tanggal : 21 Maret 2014 Pukul 15.00 Wib
1. Ibu sudah mengerti pentingnya nutrisi bagi ibu anak untuk
mempercepat proses penyembuhan.
2. Anak sudah banyak makan dan sudah menghabiskan makanan
sesuai porsi makan yang disediakan
3. Anak suka makan nasi sayur, bubur kacang ijo dan minum susu dan
tidak ada makanan yang tidak disukainya
4. Kloramfenikol syrup 1 botol 125 ml 1 sendok makan sudah
diminumkan, Puyer paracetamol 1 bungkus sudah diminumkan ,
Ceftriaxone injeksi 75 mg sudah diinjeksi dan infuse sudah dilepas
5. Ibu sudah menyuapi anak saat makan
85
6. Ibu bersedia menyajikan makanan yang hangat supaya anak mau
makan dan menghabiskan makanannya
7. Ibu bersedia memberikan anaknya makanan dalam porsi sedikit tapi
sering
8. Ibu dan keluarga bersedia menciptakan suasana yang menyenangkan,
lingkungan yg bebas dari bau sewaktu makan
9. Ibu sudah mengerti tentang pendidikan kesehatan tentang perawatan
penyakit demam tifoid dirumah
10. Ibu sudah mengerti tentang kebersihan lingkungan dirumah
11. Obat rawat jalan Kloramfenikol syrup 1 botol 125 ml 1 sendok makan
diminumkan setiap 6 jam, Puyer paracetamol 500 mg 3 butir dijadikan
10 bungkus 3x1/hari sudah diberikan dan Pasien sudah pulang
86
B. PEMBAHASAN KASUS
Pada langkah ini akan membahas teori dengan praktek yang penulis
ambil yaitu balita sakit pada An. I umur 3,5 Tahun dengan demam tifoid
menggunakan manajemen kebidanan menurut Varney yang terdiri dari
tujuh langkah yaitu Pengkajian, Interpretasi data, Diagnosa potensial,
Tindakan segera / Antisipasi, Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi.
Adapun penjelasannya sebagai berikut :
1. Pengkajian
Menurut khomsah (2008), tanda dan gejala tifoid antara lain :
demam lebih dari seminggu, lidah kotor, kelopak mata cekung, mual
berat, sampai muntah, diare atau mencret, lemas, pusing, dan sakit
perut. Menurut Kamar (2008), pada pasien sakit demam tifoid
dilakukan pemeriksaan penunjang antara lain pemeriksaan darah tepi,
pemeriksaan bakteriologis, dan pemeriksaan widal.
Pada kasus ini setelah dilakukan pengkajian berdasarkan data
subjektif Ibu mengatakan anaknya umur 3,5 tahun, panas, pusing, mual,
lemes sejak 10 hari yang lalu dan buang air besar 4 x sehari konsistensi
encer sejak 6 hari yang lalu, makan dengan porsi sedikit sehari 3 kali,
jenis nasi, sayur, lauk dan habis ¼ porsi, minum air putih 4 gelas per
87
hari dan susu 1 gelas perhari. Data objektif didapatkan Keadaan umum
Sedang, kesadaran composmentis, TTV: suhu : 39,5˚C, respirasi : 20
x/menit, Nadi : 100 x/menit, kelopak mata cekung, conjungtiva : pucat,
sklera putih, muka pucat, mulut : bibir warna pucat kering, agak pecah-
pecah, lidah kotor, warna lidah putih semua, tidak ada stomatitis, dada:
simetris tidak ada tarikan dinding dada ke dalam, tidak ada bercak rose
pada abdomen, perut : turgor pada perut jika dicubit kembalinya lambat
(±5 detik), sedikit kembung, bising usus normal :10x/menit, genetalia :
lengkap, labia mayora menutupi labia minora, tidak ada varises dan
anus tidak ada haemoroid, ekstremitas : jari tangan dan kaki lengkap,
tidak oedema, akral hangat, terpasang infus rl 12 tpm di tangan kanan.
pemeriksaan penunjang (pemeriksaan feses), warna : coklat, darah :
negatif, bau : khas feses, konsistensi : cair, lendir : negatif
Pada langkah ini terdapat kesenjangan antar teori dan praktek
yaitu pada teori Kamar (2008), dilakukan pemeriksaan penunjang
diantaranya pemeriksaan darah tepi, pemeriksaan bakteriologis, dan
pemeriksaan widal, sedangkan pada kasus ini hanya dilakukan
pemeriksaan feses dengan cara inspeksi
2. Interpretasi Data
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam
lingkup praktek kebidanan (Varney, 2004). Masalah yang sering terjadi
pada anak dengan demam tifoid adalah kebutuhan nutrisi atau cairan dan
88
elektrolit, gangguan suhu tubuh, gangguan rasa aman dan nyaman, dan
kurangnya pengetahuan orang tua tentang penyakit (Nursalam, 2008).
Pada kasus balita sakit dengan demam tifoid kebutuhannya adalah
penggantian cairan tubuh, pencegahan kenaikan suhu, edukasi emosi
pada orang tua (Nursalam, 2008).
Diagnosa kebidanan pada kasus ini adalah balita An. I umur 3,5
tahun dengan demam tifoid. Masalah yang muncul pada kasus ini adalah
balita gelisah dan rewel, nafsu makan dan aktivitas menurun. Kebutuhan
yang diperlukan adalah Menganjurkan ibu untuk selalu mendampingi
anaknya, Mencukupi nutrisi anak yang optimal
Pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antar teori dan praktek.
3. Diagnosa Potensial
Diagnosa potensial yang mungkin muncul pada kasus balita sakit
dengan demam tifoid adalah terjadinya komplikasi yang berupa :
Perdarahan usus, Perforasi, Peritonitis (Nursalam, 2008)
Pada kasus balita sakit An. I dengan demam tifoid diagnosa
potensial nya terjadi perdarahan usus.
Pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antar teori dan praktek.
4. Antisipasi
Berdasarkan diagnosa potensial yang mungkin terjadi pada kasus
balita sakit dengan demam tifoid maka antisipasi yang dapat dilakukan
bidan adalah :
89
3) Berkolaborasi dengan dokter spesialis anak (Widagdo, 2012).
4) Berkolaborasi dengan tim laboratorium diperlukan dalam
menegakkan diagnosis yang tepat.
Pada kasus ini antisipasi yang dilakukan pada balita sakit Anak. I
sakit demam tifoid yaitu berkolaborasi dengan dokter umum di
Puskesmas.
Pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan praktek
5. Perencanaan
Menurut Varney (2004) perencanaan pada balita sakit demam
tifoid meliputi kebutuhan nutrisi / cairan elektrolit perawatan umum
yaitu berikan makanan yang mengandung cukup cairan, rendah serat,
tinggi protein dan tidak menimbulkan gas, gangguan suhu tubuh dengan
kolaborasi dengan tim medis intuk pemberian obat secara mencukupi,
gangguan rasa aman, dengan lakukan perawatan mulut 2 kali sehari,
oleskan boraks gliserin (krim) pada bibir bila kering, dan sering berikan
minum, resiko terjadi komplikasi yaitu amoksisilin 100 mg/kg bb/ hari
secara oral 3x sehari selama 14 hari, kotrimoksasol 8-10 mg/kg bb/hari
secara oral 2-3x/hari selama 10-14 hari.
Perencanaan yang dilakukan pada kasus balita sakit Anak. I sakit
demam tifoid yaitu Beri penjelasan pada orang tua tentang penyakit
anaknya, Kaji pola BAB , Atur ruangan agar cukup ventilasi, beri
kompres hangat pada daerah axila, lipat paha dan temporal, anjurkan
90
ibu anak untuk memakai pakaian yg dapat menyerap keringat pada
anaknya, Anjurkan ibu agar anaknya banyak minum air putih atau
sirup, teh manis atau apa yang disukai anak, Berikan nutrisi yang
mengandung cukup energi dan protein rendah serat, Pemberian terapi
sesuai program dokter yaitu kloramfenikol syrup 1 botol 125 ml 1
sendok makan diminumkan setiap 6 jam, puyer paracetamol 500 mg 3
butir dijadikan 10 bungkus 3x1/hari, ceftriaxone injeksi 75 mg setiap 6
jam.
Pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek
6. Implementasi/ Pelaksanaan
Pada manajemen Asuhan kebidanan bagi pasien yang mengalami
komplikasi, bidan juga bertanggung jawab terhadap terlaksananya
Asuhan yang menyeluruh. Pelaksanaan Asuhan pada balita sakit
demam tifoid disesuaikan dengan rencana tindakan (Varney, 2004)
yaitu memberikan makanan yang mengandung cukup cairan, rendah
serat, tinggi protein dan tidak menimbulkan gas, berkolaborasi dengan
tim medis untuk pemberian obat secara mencukupi dan sering
memberikan minum, dan memberikan terapi obat amoksisilin 100
mg/kg bb/ hari secara oral 3x sehari selama 14 hari, kotrimoksasol 8-10
mg/kg bb/hari secara oral 2-3x/hari selama 10-14 hari.
Pelaksanaan yang dilakukan pada kasus balita sakit An. I Sakit
demam tifoid meliputi : Memberi penjelasan pada orang tua tentang
91
penyakit anaknya, Mengkaji pola BAB , Mengatur ruangan agar cukup
ventilasi, Menganjurkan ibu agar anaknya banyak minum air putih atau
sirup, teh manis atau apa yang disukai anak, Memberikan nutrisi yang
mengandung cukup energi dan protein rendah serat, Pemberian terapi
sesuai program dokter yaitu Kloramfenikol 1 sendok makan selama 10
hari dan Paracetamol 3x1 sehari selama 10 hari dan Ceftriaxone injeksi
75 mg setiap 6 jam, Menjelaskan pentingnya nutrisi bagi ibu anak untuk
mempercepat proses penyembuhan Melihat dan memperhatikan
seberapa banyak makanan yang dihabiskan dari porsi yang telah
disediakan, Menanyakan kepada ibu anak makanan apa yang disukai
dan yang tidak disukainya, Melibatkan keluarga dalam perencanaan
makan anak dengan membujuk klien supaya mau makan dan menyuapi
klien saat makan, menganjurkan ibu untuk menyajikan makanan dalam
keadaan hangat agar anak mau menghabiskan makanan yang disajikan,
Menganjurkan ibu anak agar anak makan dalam porsi kecil tapi sering
dan mudah dicerna sehingga anak tercukupi kebutuhan nutrisinya
Menciptakan suasana yang menyenangkan, lingkungan yg bebas dari
bau sewaktu makan, Memberikan pendidikan kesehatan tentang
penyakit demam tifoid serta perawatan dirumah agar balita dalam
tumbuh kembang tidak terhambat Memberikan pendidikan kebersihan
dan lingkungan memberi obat rawat jalan Kloramfenikol syrup 1 botol
92
125 ml 1 sendok makan diminumkan setiap 6 jam, Puyer paracetamol
500 mg 3 butir dijadikan 10 bungkus 3x1/hari dan pasien pulang
Pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan yaitu pada teori
7. Evaluasi
Menurut Ngastiyah (2005), umumnya prognosis demam tifoid
pada anak adalah baik, asal pasien cepat berobat. Mortalitas demam
tifoid yang dirawat adalah 6%. Prognosis menjadi baik apabila :
Demam menurun, Kesadaran pulih kembali, Tidak terdapat komplikasi
yang berat, misalnya dehidrasi, asidosis dan Perforasi
Pada kasus balita sakit Anak. I dengan sakit demam tifoid semua
tindakan dilakukan dengan baik dan berhasil dan pasien sembuh dalam
waktu 5 hari. Setelah dilakukan evaluasi didapatkan keadaan umum
baik, mata tidak cekung, turgor kembali normal, mulut dan lidah tidak
kering dan tidak kotor, BAB normal 1 kali sehari dengan konsistensi
lunak disertai ampas.
Pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan
praktek.
93
BAB V
PENUTUP
Setelah melaksanakan asuhan kebidanan pada balita sakit demam tifoid,
maka penulis dapat mengambil kesimpulan dan saran yang dapat
meningkatkan mutu pelayanan asuhan kebidanan khusunya pada balita sakit
demam tifoid.
A.Kesimpulan
1. Dari hasil pengkajian pengkajian berdasarkan data subjektif Ibu
mengatakan anaknya umur 3,5 tahun, panas, pusing, mual, lemes sejak
10 hari yang lalu dan buang air besar 4 x sehari konsistensi encer sejak 6
hari yang lalu, makan dengan porsi sedikit sehari 3 kali, jenis nasi, sayur,
lauk dan habis ¼ porsi, minum air putih 4 gelas per hari dan susu 1 gelas
perhari. Data objektif didapatkan Keadaan umum Sedang, kesadaran
composmentis, TTV: suhu : 39,5˚C, respirasi : 20 x/menit, Nadi : 100
x/menit, kelopak mata cekung, conjungtiva : pucat, sklera putih, muka
pucat, mulut : bibir warna pucat kering, agak pecah-pecah, lidah kotor,
warna lidah putih semua, tidak ada stomatitis, dada: tidak ada bercak
rose pada abdomen, pemeriksaan penunjang (pemeriksaan feses), warna :
coklat, darah : negatif, bau : khas feses, konsistensi : cair, lendir : negatif
2. Dari hasil interpretasi data Diagnosa kebidanan pada kasus ini adalah
balita An. I umur 3,5 tahun dengan demam tifoid. Masalah yang muncul
94
pada kasus ini adalah balita gelisah dan rewel, nafsu makan dan aktivitas
menurun. Kebutuhan yang diperlukan adalah Menganjurkan ibu untuk
selalu mendampingi anaknya, Mencukupi nutrisi anak yang optimal
3. Pada kasus An. I diagnosa potensialnya adalah Potensial terjadi
perdarahan usus tetapi pada kasus ini tidak terjadi perdarahan usus
dikarenakan kesigapan para tenaga medis dalam menangani kasus
demam tifoid.
4. Pada kasus ini antisipasi yang dilakukan pada balita sakit Anak. I sakit
demam tifoid yaitu berkolaborasi dengan dokter umum di Puskesmas.
5. Pada kasus An. I perencanaannya adalah Perencanaan yang dilakukan
pada kasus balita sakit Anak. I sakit demam tifoid yaitu Beri penjelasan
pada orang tua tentang penyakit anaknya, Kaji pola BAB , Atur ruangan
agar cukup ventilasi, beri kompres hangat pada daerah axila, lipat paha
dan temporal, anjurkan ibu anak untuk memakai pakaian yg dapat
menyerap keringat pada anaknya, Anjurkan ibu agar anaknya banyak
minum air putih atau sirup, teh manis atau apa yang disukai anak,
Berikan nutrisi yang mengandung cukup energi dan protein rendah serat,
Pemberian terapi sesuai program dokter yaitu kloramfenikol syrup 1
botol 125 ml 1 sendok makan diminumkan setiap 6 jam, puyer
paracetamol 500 mg 3 butir dijadikan 10 bungkus 3x1/hari, ceftriaxone
injeksi 75 mg setiap 6 jam.
6. Implementasinya pada Anak. I disesuaikan dengan rencana tindakan
95
Pelaksanaan yang dilakukan pada kasus balita sakit An. I Sakit demam
tifoid meliputi : Memberi penjelasan pada orang tua tentang penyakit
anaknya, Mengkaji pola BAB , Mengatur ruangan agar cukup ventilasi,
Menganjurkan ibu agar anaknya banyak minum air putih atau sirup, teh
manis atau apa yang disukai anak, Memberikan nutrisi yang
mengandung cukup energi dan protein rendah serat, Pemberian terapi
sesuai program dokter yaitu Kloramfenikol 1 sendok makan selama 10
hari dan Paracetamol 3x1 sehari selama 10 hari dan Ceftriaxone injeksi
75 mg setiap 6 jam, Menjelaskan pentingnya nutrisi bagi ibu anak untuk
mempercepat proses penyembuhan Melihat dan memperhatikan
seberapa banyak makanan yang dihabiskan dari porsi yang telah
disediakan, Menanyakan kepada ibu anak makanan apa yang disukai dan
yang tidak disukainya, Melibatkan keluarga dalam perencanaan makan
anak dengan membujuk klien supaya mau makan dan menyuapi klien
saat makan, menganjurkan ibu untuk menyajikan makanan dalam
keadaan hangat agar anak mau menghabiskan makanan yang disajikan,
Menganjurkan ibu anak agar anak makan dalam porsi kecil tapi sering
dan mudah dicerna sehingga anak tercukupi kebutuhan nutrisinya
Menciptakan suasana yang menyenangkan, lingkungan yg bebas dari bau
sewaktu makan, Memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit
demam tifoid serta perawatan dirumah agar balita dalam tumbuh
kembang tidak terhambat Memberikan pendidikan kebersihan dan
96
lingkungan memberi obat rawat jalan Kloramfenikol syrup 1 botol 125
ml 1 sendok makan diminumkan setiap 6 jam, Puyer paracetamol 500
mg 3 butir dijadikan 10 bungkus 3x1/hari dan pasien pulang
7. Evaluasi Pada kasus balita sakit Anak. I dengan sakit demam tifoid yaitu
semua tindakan dilakukan dengan baik dan berhasil dan pasien sembuh
dalam waktu 5 hari. Setelah dilakukan evaluasi didapatkan keadaan
umum baik, mata tidak cekung, turgor kembali normal, mulut dan lidah
tidak kering dan tidak kotor, BAB normal 1 kali sehari dengan
konsistensi lunak disertai ampas.
8. Dalam melaksanakan asuhan kebidanan ini terdapat kesenjangan antara
teori dan praktek, yaitu pada langkah :
Pengkajian : Pada langkah ini terdapat kesenjangan antar teori dan
praktek yaitu pada teori Kamar (2008), dilakukan pemeriksaan
penunjang diantaranya pemeriksaan darah tepi, pemeriksaan
bakteriologis, dan pemeriksaan widal, sedangkan pada kasus ini hanya
dilakukan pemeriksaan feses dengan cara inspeksi
9. Alternatif pemecahan masalah yaitu dilahan hanya menggunakan
pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan feses dan asuhan kebidanan
yang baik dan komprehensif dan dilakukan pemantauan pada pola BAB
sehingga pasien dapat sembuh.
97
B. Saran
1. Bagi Puskesmas
Puskesmas untuk lebih ditingkatkan mutunya dalam pelayanan
kesehatan khususnya pada kasus demam tifoid, dan ditambah fasilitas
laboratorium untuk menunjang diagnosa yang lebih akurat.
2. Pada ibu
Diharapkan ibu balita dapat mengetahui lebih awal tanda-tanda
demam tifoid dengan datang ke tenaga kesehatan sehingga dapat
dilakukan antisipasi untuk mencegah terjadinya komplikasi yang
berlanjut.
3. Bagi Institusi
Diharapkan dapat memperbanyak bahan pustaka tentang
pelaksanaan asuhan kebidanan pada balita sakit demam tifoid sesuai
dengan perkembangan teori-teori yang ada
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, Hidayat. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa
Data. Jakarta: Salemba Medika.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Asdi Mahasatya
Depkes RI. 2005. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi
Dini tumbuh Kembang AnakDi Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar.
Jakarta: Depkes RI.
2006. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
364/SK/V/2006. Jakarta: Depkes RI.
2010. Survey Demografi Kesehatan Indonesia 2010. Jakarta: Depkes RI.
2007. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor:938/SK/VII/2007. Jakarta: Depkes RI.
2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/
PER/X/2010. Jakarta: Depkes RI.
World Health Organization, 2009. Diagnosis of typhoid fever. Dalam :
Background document : The diagnosis, treatment and prevention of
typhoid fever.;7-18, 2009
Hadinegoro, S.R. 2008. Demam Tifoid pada Anak: Jakarta: Salemba
Medika.
Hasan dkk. 2007. Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
Heru, Aden. 2010. Pemeriksaan Pada Anak. Jakarta: EGC.
Hendri, Algerina. 2009. Diagnosis Demam Tifoid. Jakarta: Salemba
Medika.
Hidayat, Azis. A. 2008. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah.
Jakarta: Salemba Medika.
Kamar, K. 2008 Metode Diagnostik Tifoid pada Anak.. Jakarta: Salemba
Medika.
Khomsah, 2008. Penyakit Demam Tifoid.
http://www.infopenyakit.com/2008/08/penyakit-demam-tifoid.html.
Diakses tanggal 12 Maret 2012.
Lubis. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Mitra
Cendekia.
Matondang. 2007. Imunisasi Pada Anak. Jakarta: EGC.
Maryunani, A. 2010. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Yogyakarta:
Fitramaya.
Morton. 2004. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta:
Salemba Medika.
Muaris, H. 2006. Sarapan Sehat Untuk Anak Balita. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba
Medika.
2008. Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Pramitasari, Okky, P. 2013. Journal Faktor Resiko Kejadian Penyakit
Demam Tifoid pada Penderita yang Dirawat di RSUD Ungaran.
Semarang. Semarang.
Priharjo, Robert. 2007. Pengkajian Fisik Keperawatan. Buku kedokteran:
EGC.
Rahmah. 2008. Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.
Riwidikdo. 2007. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Bina Pustaka.
Saifuddin, A.B. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Buku
Panduan Praktis. Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Sodikin. 2012. Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Gastrointestinal &
Hepatobilier. Jakarta: Salemba Medika.
Sudoyo, A. 2006. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi IV. Jakarta: Pusat
Penerbitan IPD FKUI.
Suraatmaja. 2007. Asuhan Keperawatan pada Anak, Edisi 1. Jakarta:
Agung Seto
Sutomo B, Anggraini DY. 2010. Menu Sehat Alami untuk Balita dan Batita.
Jakarta: PT Agromedia Pustaka.
Varney, H. 2007. Varney’s Midwifery fourth Edition. New York, Jones and
Bartlet Publisghers.
Widagdo. 2012. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Yogyakarta:
Fitramaya.
Widodo, D. Demam Tifoid. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I (eds).
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 4th ed. Jakarta : Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI; 2006.p.1752-57.
Wong, Donna L. 2004. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 5. Jakarta:
EGC.
Rita Maharani, 2012. Auhan kebidanan balita sakit An. D. Stikes Kusuma
Husada. Thesis.
top related