aspekkesehatanmental padapenasun...

Post on 23-May-2019

215 Views

Category:

Documents

0 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

Pusat Penelitian

HIV/AIDS

Unika Atma Jaya

Aspek kesehatan mental

pada Penasun

dengan HIV

R. Hershow, I. Irwanto, O. Kamil, R. Tambunan, S. Lenggogeni, M.

Setiawan, J. Levy

diinterpretasi ulang dari data penelitian:

Faktor sosial dalam kepatuhan meminum ARV

pada Penasun

Latar Belakang

Aspek kesehatan mental – seperti, namun tidak

terbatas pada, penerimaan diri – melingkupi diri

Penasun dan mempengaruhi kepatuhan meminum

ARV

HIV/AIDS bukan masalah kesehatan

semata, namun juga beraspek dan

berdampak psikologis, sosial–

ekonomi dan kultural

Kondisi terinfeksi tidak hanya

memberikan efek fisiologis pada

ODHA, tetapi juga pada keluarga

dan lingkungan sosial yang lebih

besar

Penasun yang terinfeksi HIV dan mengikuti

terapi ARV, selain masih bergulat dengan

adiksinya, juga harus patuh dalam

mengonsumsi ARV

Metode Penelitian

Kualitatif: wawancara mendalam; analisis tema

PARTISIPANRESPONDEN PEREMPUAN RESPONDEN LAKI-LAKI

JAKARTA BALI JAKARTA BALI

PASIEN ARV - 1 9 7

BELUM ARV - - 3 3

KELUARGA/TEMAN 5 5 - -

DOKTER 2 2 2 1

ADMINISTRASI LAYANAN 1 2 1 -

PETUGAS OUTREACH - 2 5 2

MANAJER KASUS 3 1 3 2

TOTAL 11 13 23 15

JUMLAH

JAKARTA BALI

9 8

3 3

5 5

4 3

2 2

5 4

6 3

34 28

Kerangka presentasi

Shock & Denial Anger Bargaining Depression Acceptance

Se

be

lum

me

ng

eta

hu

ist

atu

s H

IV

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses penerimaan

Simtom / gangguan kesehatan mental dalam proses penerimaan

Pa

scap

en

erim

aa

nd

iri

Kubler-Ross, 1997

Sebelum mengetahui

status HIV

• Adiksi Napza [terlama:

1992]

• Berganti pasangan seksual

• Personal fabel: “tidak

mungkin saya tertular”

• Tidak merasa perlu tes HIV

selama belum sakit

“…dari sebelumnya juga

sebenarnya aku tuh udah tau

gitu kalau misalnya aku tuh

memang berisiko untuk

terinfeksi HIV/AIDS. Cuma

pada saat itu…ada rasa gak

peduli karena merasa diri

sendiri tuh sehat-sehat aja

sampai saat itu.” (Jandi, ARV,

Jakarta)

Pendorong tes HIV

Dirawat di

rumah sakitSakit-sakitan

Ikut program

pemulihan Napza

Memutuskan

sendiri

Ikut tes HIV

massal

T

e

s

H

I

V

Terpapar

informasi

melalui

LSM

Dinamika penerimaan status

•Relapse

•Alkohol

•Ingin

menularkan

ke orang lain

•Kaget

•Tidak

percaya

•Menyangkal

•Putus asa

•Ingin bunuh

diri

•Susah tidur

•VCT ulang

•Bisa

membuat

perencanaan

masa depan

•Melihat diri

lebih positif

•[Buka status]

•Kelengkapan dan keakuratan informasi

•Konseling pra dan pasca tes HIV

•[Buka status]

•Penerimaan dari anggota keluarga inti

•Dukungan dari orang terdekat, kebanyakan ibu

•Dukungan dari peer group

•Hadirnya “tokoh” panutan [role model]

Shock &

DenialAnger Bargaining Depression Acceptance

Respon awal mengetahui

status HIV+

• Kaget,

• tidak percaya,

• menyangkal,

• putus asa,

• takut.

“...waktu buka hasil itu, memang benar-benar seperti nggak

percaya ya. Kok penyakit yang namanya HIV kok bisa ada

gitu, dengan tertular dari jarum suntik, kok bisa saya yang

kena gitu. ya sempat...sempat hampir putus asa sih. ”

(Bujana, ARV, Bali)

“...100% lah pasti saya kena karena saya pikir..kan waktu

konseling kan saya dikasih tau apa itu IO, semua itu mirip

dengan apa yang saya alami. Makanya waktu lihat hasil

tes itu saya ga merasa heran atau terkejut ah memang

ini.. sebelum lihat hasil tes saya sudah yakin saya pasti

terinfeksi... Justru setelah tahu hasil saya positif, saya

punya kesempatan untuk berobat, itu prinsip saya”

(Bara, ARV, Bali)

• Tapi ada juga yang

tidak mengalami ini

semua

Dinamika penerimaan status

•Relapse

•Alkohol

•Ingin

menularkan

ke orang lain

•Kaget

•Tidak

percaya

•Menyangkal

•Putus asa

•Ingin bunuh

diri

•Susah tidur

•VCT ulang

•Bisa

membuat

perencanaan

masa depan

•Melihat diri

lebih positif

•[Buka status]

•Kelengkapan dan keakuratan informasi

•Konseling pra dan pasca tes HIV

•[Buka status]

•Penerimaan dari anggota keluarga inti

•Dukungan dari orang terdekat, kebanyakan ibu

•Dukungan dari peer group

•Hadirnya “tokoh” panutan [role model]

Shock &

DenialAnger Bargaining Depression Acceptance

Kondisi kesehatan mental pasca

mengetahui status HIV+

• Depresi

• Relapse; alkohol

“...untuk bulan-bulan pertama setelah saya divonis HIV, sempat saya..

ada sempat mau bunuh diri waktu itu.. .Ya saya sempat mau minum

pembersih toilet.. sudah sempat minum satu tutup gitu.. sempat... “

(Biyan, ARV, Bali)

“...kondisi drop, kembali ga...e...stress, minum lagi (alkohol), tambah

parah, trus saya kembali ke Denpasar, makek lagi. Akhirnya habis itu

makek tambah....tambah drop. Aduh kok kaya gini

kayanya....kayanya saya sendiri sekarang, ga ada yang ngedukung

saya gitu kan. Kayanya saya sendiri aja yang kena, kok bisa kaya

begini, ah...” (Bucek, ARV, Bali)

Dinamika penerimaan status

•Relapse

•Alkohol

•Ingin

menularkan

ke orang lain

•Kaget

•Tidak

percaya

•Menyangkal

•Putus asa

•Ingin bunuh

diri

•Susah tidur

•VCT ulang

•Bisa

membuat

perencanaan

masa depan

•Melihat diri

lebih positif

•[Buka status]

•Kelengkapan dan keakuratan informasi

•Konseling pra dan pasca tes HIV

•[Buka status]

•Penerimaan dari anggota keluarga inti

•Dukungan dari orang terdekat, kebanyakan ibu

•Dukungan dari peer group

•Hadirnya “tokoh” panutan [role model]

Shock &

DenialAnger Bargaining Depression Acceptance

Faktor yang mempengaruhi

proses penerimaan diri

• Peran konselor, dokter, PO dan MK:

• Kelengkapan dan keakuratan informasi

• Konseling pra dan pasca tes HIV

• [Buka status]

• Penerimaan dari anggota keluarga inti

• Dukungan dari orang terdekat, kebanyakan ibu

• Dukungan dari peer group

• Hadirnya “tokoh” panutan [role model]

• Peran konselor, dokter, PO dan MK:

• Kelengkapan dan keakuratan informasi

• Konseling pra dan pasca tes HIV

• [Buka status]

• Penerimaan dari anggota keluarga inti

• Dukungan dari orang terdekat, kebanyakan ibu

• Dukungan dari peer group

• Hadirnya “tokoh” panutan [role model]

Pasca penerimaan diri

• Hidup lebih stabil

• Kepatuhan ARV meningkat

Namun…

• Masih dirasakan adanya diskriminasi [di lingkungantempat tinggal dan tempat bekerja]

• Mengalami kecemasan karena ketidakpastian akanmasa depan:– Ketersediaan ARV

– Ekonomi dan Pekerjaan

– Kehidupan perkawinan

• Masih bergulat dengan adiksi: kemungkinan relapse dan penggunaan alkohol

Indikator kesehatan

mental

EQUALITY

SOCIAL INCLUSION

DISCRIMINATION

FINANCIAL SECURITY

PHYSICAL ENVIRONMENT

WORKING LIFE

VIOLENCE PARTICIPATION

SOCIAL NETWORK

SOCIAL SUPPORT

TRUST

SAFETY

LEARNING AND DEVELOPMENT

HEALTHY LIVING

GENERAL HEALTH

SPIRITUALITY

EMOTIONAL INTELLIGENCE

CONTEXTUAL CONSTRUCT:

STRUCTURAL

CONTEXTUAL CONSTRUCT:

COMMUNITY

CONTEXTUAL CONSTRUCT:

INDIVIDUAL

HIGH -LEVEL CONSTRUCTPOSITIVE MENTAL HEALTH

MENTAL HEALTH PROBLEMS

Sumber:

Parkinson, 2007

Penutup

• Sekian

• Terima kasih

top related