aset tetap
Post on 06-Aug-2015
65 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB 1. PENDAHULUAN
Ruang lingkup pembahasan asset meliputi penyusutan, akumulasi, amortisasi,
depresi dll. Beberapa istilah tersebut tidak dapat dipisahkan sampai kapanpun. Pembahasan
asset dalam makalah ini lebih fokus pada asset tetap perusahaan yang selalu berhubungan
dengan akumulasi penyusutan. Dimana penyusutan merupakan hal yang perlu
dipertimbangkan dalam menyusun laporan keuangan suatu perusahaan baik itu yang
diperuntukkan pihak manajemen maupun untuk eksternal dalam hal ini Direktorat Jendral
Pajak (fiskus) sehingga penilaian pada asset tetap penting untuk diperhatikan. Perpajakan
dalam menyajikan laporan keuangan juga memiliki standar khusus dalam menilai asset pada
laporan keuangan dengan perlakuan yang berbeda dengan pihak manajemen.
Dinamika dunia perpajakan terus memicu perubahan UU Perpajakan khususnya
dalam penilaian, pengklasifikasian, dan tarif pajak atas asset tetap suatu badan usaha
(entitas). UU Perpajakan tahun 2008 nampaknya belum relevan dengan kondisi yang dialami
dalam dunia perpajakan sehinggga diperbaharuilah dengan dirancangnya UU Perpajakan
pada tahun 2009 untuk mengikuti perkembangan dan penyesuaian dengan kondisi
kehidupan masyarakat sekarang. Disamping itu, PSAK No. 17 2009 turut mengiringi
perkembangan UU Perpajakan tentang asset tetap.
Selain itu diperlukan juga tinjauan dan standar dalam bentuk regulasi yang jelas guna
menentukan jenis asset yang dapat dilakukan ‘penyesuaian’ berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor 248/PMK.03/2008 tentang amortisasi atas
pengeluaran untuk memperoleh harta tak berwujud dan pengeluaran lainnya untuk bidang
usaha tertentu. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 96/PMK.03/2009
tentang jenis-jenis harta yang termasuk dalam kelompok harta berwujud bukan bangunan
untuk keperluan penyusutan.
Demikian juga dengan pemajakan atas penghasilan aktiva dan Capital Gain dalam
saham yang berbentuk deviden, termasuk pendapatan bunga dari obligasi merupakan
objek pajak yang sangat strategis mengingat turn over di dalam bentuk sekuritas tersebut
membawa volume/muatan yang besar bagi perolehan pajak di Indonesia manakala insentif
di dalam keduanya menjadi stimulant bagi dunia usaha.
1 | P a g e
BAB 2. PEMBAHASAN ASSET TETAP
Pengertian Asset Tetap
Dalam PSAK No. 16 terdapat pengertian bahwa yang dimaksudkan dengan asset
tetap adalah asset berwujud yang :
1. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa
untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif.
2. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
Dengan istilah lain, asset tetap merupakan asset berwujud yang dimiliki oleh
perusahaan atau suatu entitas dengan umur manfaat lebih dari satu tahun untuk aktivitas
operasi. Berwujud dalam artian dapat berupa benda yang tampak oleh mata dan dapat
diraba oleh penggunanya (user). Aktivitas operasi, bahwa perusahaan menggunakan asset
tersebut dalam memproduksi dll. Untuk satu 1 periode, asset yang dimiliki dan digunakan
oleh perusahaan memiliki umur ekonomis lebih dari satu tahun. Apabila semua hal diatas
belum terpenuhi, maka tidak dapat dikategorikan dengan asset tetap.
Pengakuan Asset
Pengakuan asset tetap menurut PSAK No. 16 2009, yaitu biaya perolehan pada asset
tetap diakui apabila asset :
1. Besar kemungkinan manfaat ekonomis dimasa depan berkenan dengan asset
tersebut akan mengalir ke entitas.
2. Biaya perolehan asset tetap dapat dihitung secara handal.
Dalam hal ini asset yang dimiliki oleh perusahaan diakui berdasarkan harga
perolehannya dengan tetap menilai umur ekonomis asset tersebut serta biaya-biaya yang
terkandung di dalamnya. Artinya semua biaya yang bersangkutan dengan perolehan asset,
maka harus dibebankan dalam kategori harga perolehan (cost).
2 | P a g e
Contoh Menghitung Asset
PT. Royal Erandi membeli sebuah bangunan di daerah Babakan Madang, Sentul Bogor
dengan harga Rp. 800.000.000,00; biaya balik nama Rp. 3.000.000,00; biaya administrasi dll
Rp. 5.000.000,00; dan PPN atas kepemilikan rumah Rp. 10.000.000,00;.
Rincian:
Harga Rumah Rp. 800.000.000,00
Biaya balik nama Rp. 3.000.000,00
Biaya Administrasi dll Rp. 5.000.000,00
PPN 10% Rp. 10.000.000,00
Harga Perolehan Bangunan Rp. 818.000.000,00
Dalam bahasa PSAK 16 mengatakan harga perolehan (cost) adalah jumlah kas atau
setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar dari imbalan lain diserahkan untuk memperoleh
suatu asset pada saat perolehan atau kontruksi atau, jika diterapkan, jumlah yang
didistribusikan ke asset pada saat pertama kali diakui sesuai dengan persyaratan tertentu
dalam PSAK lain. Dengan demikian pengakuan atas asset dalam perolehan dengan
menggunakan biaya perolehan atau yang dikenal dengan cost.
Perolehan Asset Tetap
Menurut Waluyo, Dalam bukunya Akuntansi Pajak Jilid 3, pengakuan dalam perolehan asset
tetap ada beberapa cara, yaitu:
1. Perolehan dengan penggabungan
Dalam memperoleh assetnya sebuah perusahaan melakukan transaksi dengan cara
memberi satu asset yang di dalamnya terdapat beberapa asset. Contoh: PT. Parama
Gaya membeli sebidang tanah dengan harga Rp. 900.000.000,00; yang di dalamnya
terdapat sebuah rumah berarsitektur Mediteranian.
3 | P a g e
Maka, cara mengakui perolehan untuk masing-masing asset tetap ditentukan dengan
mengalokasikan harga gabungan berdasarkan perbandingan nilai wajar masing-masing
asset yang bersangkutan.
2. Perolehan dengan angsuran
Dalam memperoleh assetnya sebuah perusahaan melakukan angsuran kepada pihak
yang memberikan angsuran (kreditor dll) sesuai dengan kontrak perjanjian. Biasanya
dalam cara perolehan ini terdapat beban bunga yang ditanggung oleh perusahaan.
Dimana semakin lama bunganya semakin kecil karena dipengaruhi terus berkurangnya
utang yang ditanggung.
3. Perolehan dengan cara menukar
Perolehan asset dengan cara suatu perusahaan menukarkan assetnya dengan asset
perusahaan lainnya sesuai dengan ketentuan yang disepakati kedua belah pihak.
Namun dalam menilai harga perolehan diukur berdasarkan nilai wajar asset yang
dipertukarkan atau diperoleh, yang paling andal, sebanding dengan nilai wajar asset
yang dipertukarkan setelah disesuaikan dengan jumlah setiap kas atau setara kas yang
ditransfer.
4. Perolehan dengan membangun sendiri
Penilaian dalam menentukan harga perolehan berdasarkan biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh atau membangun asset tersebut, sebagaimana
perolehan dengan cara membeli.
5. Perolehan secara hibah, bantuan dan sumbangan
Dalam menilai harga perolehan pada transaksi tersebut dengan dua cara:
1. Jika memenuhi persyaratan Pasal 4 (3) huruf a dan b, maka tidak dikecualikan dari
objek pajak (tidak termasuk objek pajak).
2. Jika tidak memenuhi, artinya sebagai objek pajak, maka penilaian dengan
menggunakan nilai pasar atau nilai wajar.
4 | P a g e
Penyusutan Asset Tetap
Berikut akan dipaparkan penyusutan menurut PSAK dan akuntansi perpajakan.
Menurut PSAK No. 17 penyusutan merupakan alokasi jumlah suatu asset yang dapat
disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi dengan persyaratan:
1. Harta yang yang disusutkan adalah asset berwujud
2. Diharapkan digunakan selama lebih dari 1 periode akuntansi
3. Memiliki suatu masa manfaat yang terbatas
4. Ditahan oleh sebuah perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau memasok
barang dan jasa untuk disewakan , atau untuk tujuan administrasi.
Sedangkan pengecualian penyusutan dalam akuntansi pajak adalah sebagai berikut;
1. Asset tetap perusahaan berupa kendaraan yang dikuasai dan dibawa pulang
pegawai, termasuk juga yang ada didaerah setempat
2. Asset tetap perusahaan berupa rumah yang terletak bukan didaerah terpencil yang
ditempati pegawai yang tidak diberi tunjangan oleh perusahaan.
Metode Penyusutan Asset Tetap
Metode penyusutan dapat digunakan sesuai pengelompokan menurut kriteria:
1. Dasar waktu
Metode garis lurus (straight line method)
Dalam metode ini, biaya penyusutan dialokasikan berdasar berjalannya waktu, dalam
jumlah-jumlah yang sama selama masa manfaat asset tetap berwujud tersebut.
Formula:
Biaya Penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Perhitungan
Cara penghitungan persentase penyusutan dapat dengan mudah dilakukan apabila
diketahui masa manfaat.
5 | P a g e
Metode pembebanan menurun
1) Metode jumlah angka tahun (sum of the year digit method)
Metode ini sering disebut metode jumlah angka tahun yang akan menghasilkan
jumlah penyusutan yang semakin menurun dari tahun ke tahun.
Formula:
Biaya Penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Penghitungan Penyusutan
Dasar Penghitungan Penyusutan = Harga Perolehan – Nilai Residu
2) Metode saldo menurun/saldo menurun ganda (declining/double declining
balance method).
Dalam metode ini, besarnya biaya penyusutan semakin lama menjadi lebih kecil
dari tahun ke tahun, dengan dasar pemikiran bahwa kapasitas asset tetap dalam
memberikan jasanya dari tahun ke tahun semakin menurun.
Formula:
Biaya Penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Penghitungan Penyusutan
Dasar Penghitungan Penyusutan = Harga Sisa Buku Awal Periode
2. Dasar penggunaan
Metode jam jasa (service hours method)
Metode ini besarnya penyusutan dihitung dengan mendasarkan teori bahwa
pembelian asset tetap ditunjukkan dari jumlah jam jasa langsung dan dalam metode
ini mengakui estimasi masa manfaat asset yang diukur dalam jam jasa.
Formula: Tarif penyusutan per jam = Harga perolehan – Nilai Residu
Estimated Service life
6 | P a g e
Metode unit produksi (productive output method)
Metode unit produksi taksiran manfaat dinyatakan dalam kapasitas produksi yang
dapat dihasilkan. Kapasitas produksi ini dapat pula dinyatakan dalam bentuk jam
pemakaian atau urut-urut kegiatan lainnya.
Formula:
Tarif Penyusutan = Kapasitas sebenarnya
Kapasitas produksi
Biaya Penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Penyusutan
Dasar Penyusutan = Harga Perolehan – Nilai Residu
3. Dasar kriteria lainya
Menggunakan dasar kriteria lainnya bahwa biaya penyusutan dapat dihitung dengan
dasar jenis dan kelompok. Pengelompokan ini dikenali dalam kelompok atau dalam
perpajakan dikenali dengan golongan 1, golongan 2, golongan 3, dan golongan
bangunan. Ketentuan Pasal 11 Undang-Undang Pajak Penghasilan
mengelompokkannya ke dalam “Bukan Bangunan” dan kelompok “Bangunan”.
Akuntansi komersial mengelompokkan aset berdasarkan masa manfaat.
Sedangkan metode penyusutan menurut Ketentuan Perundang-undangan Perpajakan
sebagaimana telah diatur dalam Pasal 11 Undang-Undang No. 17 Tahun 2000 tentang
Perubahan Ketiga atas Undang-undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan,
maka menggunakan dua metode, yaitu:
1. Metode garis lurus (straight line method), atau metode saldo menurun (declining
balance method) untuk aset tetap berwujud bukan bangunan.
2. Metode garis lurus untuk aset tetap berwujud berupa bangunan.
7 | P a g e
BAB 3. PENGELOMPOKAN DAN TARIF ASSET TETAP
Berdasarkan UU Perpajakan No. 36 tentang pajak penghasilan, maka dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
Kelompok Harta
BerwujudMasa Manfaat
Tarif Penyusutan
Metode Garis Lurus
Tarif penyusutan
Metode saldo menurun
1. I. Bukan
Bangunan
Kelompok 1 4 Tahun 25 % 50 %
Kelompok 2 8 Tahun 12,50 % 25 %
Kelompok 3 16 Tahun 6,25 % 12,5 %
Kelompok 4 20 Tahun 5 % 10 %
1. II. Bangunan
Permanen 20 Tahun 5 % -
Tidak Permanen 10 Tahun 10 % -
Kelompok I meliputi jenis-jenis asset berikut:
No. Jenis Usaha Jenis Harta
1. Semua Jenis Usaha 1. Mebel dan peralatan dari kayu atau rotan termasuk
meja, bangku, kursi, lemari, dan sejenisnya yang
bukan bagian dari bangungan.
2. Mesin kantor seperti mesin ketik, mesin hitung,
duplicator, mesin fotokopi, accounting machine,
dan sejenisnya
3. Perlengkapan lainnya seperti amplifier,
tape/cassette, video recorder, telivisi dan sejenisnya
4. Sepeda motor, sepeda dan becak
5. Alat perlengkapan khusus (tools) bagi industry/ jasa
yang bersangkutan
8 | P a g e
6. Alat dapur untuk memasak, makanan dan minuman
7. Dies, jigs dan mould
2.Pertanian, perkebunan,
kehutanan, dan perikanan
Alat yang digerakan bukan dengan mesin
3.
Industri makanan dan
Minuman
Mesin ringan yang dapat dipindah-pindahkan seperti
hulller, pemecah kulit, penyosoh, pengering, pallet dan
sejenisnya.
4.
Perhubungan,
Pergudangan, dan
komunikasi
Mobil taksi, bus, truk yang digunakan sebagai angkutan
umum
5.Industri semi konduktor Falsh memory tester, write machine, biporar test system,
elimination pose cheker
Kelompok II meliputi jenis-jenis asset berikut:
No. Jenis Usaha Jenis Harta
1. Semua Jenis Usaha 1. Mesin dan peralatan dari logam, termasuk meja,
bangku, kursi, dan sejenisnya yang bukan bagian
dari bangunan.
Alat pengatur udara seprti AC, kipas angin dan sejenisnya.
1. Komputer, printer, scanner, dan sejenisnya
2. Mobil, bus, truk, speed boat, dan sejenisnya
3. Kontainer dan sejenisnya
2. Pertanian, perkebunan,
kehutanan, dan perikanan
1. Mesin pertanian/perkebunan seperti traktor dan
mesin bajak, penggaruk, penanam, penanam benih,
dan sejenisnya
2. Mesin yang mengelolah atau menghasilkan atau
memproduksi bahan atau barang pertanian,
kehutanan, perkebunan dan perikanan
9 | P a g e
3. Industri makanan dan
Minuman
1. Mesin yang mengelolah bahan asal binatang,
unggas dan perikanan. Misalnya pabrik susu dan
pengalengan ikan
2. Mesin yang mengubah produk nabati, misalnya
mesin minyak kelapa, margarine, biji-bijian,
penggilingan kopi, kembang gula, mesin pengolah
biji-bijian.
3. Mesin yang mengelolah/menghasilkan minuman
dan bahan-bahan minuman segala jenis
4. Mesin yang menghasilkan/mengelolah makanan
makanan segala jenis
4. Industri Mesin Mesin yang menghasilkan/memproduksi mesin ringan,
misalnya mesin jahit, dan pompa air
5. Perkayuan Mesin dan peralatan penebang kayu
6. Kontruksi Peralatan yang digunakan seperti truk berat, truk drump,
crane bulldozer, dan sejenisnya
7. Perhubungan,
Pergudangan dan
Komunikasi
1. Truk kerja pengangkutan dan bongkar muat
2. Kapal penumpang, kapal barang, kapal khusus untuk
pengangkutan barang
3. Kapal yang dibuat khusus sebagai kapal suar dan
pemadam kebakaran
4. Perahu layar yang beratnya samapai 250 DWT
5. Kapal Balon
8. Telekomunikasi 1. Perangkat telepon
2. Pesawat telegrap, termasuk pesawat pengirim
9. Industri semi konduktor Auto frame leader, automatic logic handler dll.
Kelompok III meliputi jenis-jenis asset berikut:
10 | P a g e
No. Jenis Usaha Jenis Harta
1. Pertambangan selain
minyak
Mesin yang dipakai dalam bidang pertambangan, termasuk
mesin-mesin yang mengelolah produk perikanan
2. Pemintalan, pertenunan,
dan pencelupan
1. Mesin yang mengelola produk tekstil
2. Mesin untuk yarm preparation
3. Perkayuan 1. Mesin yang mengelolah produk-produk kayu
barang-barang dari jerami
2. Mesin dan peralatan pengrajin kayu
4. Industri Kimia 1. Mesin yang mengelola produk industri kimia dan
yang berhubungan dengan bahan kimia
2. Mesin yang mengelola produk kimia lainnya seperti
damar tiruan
5. Industri Mesin Mesin yang menghasilkan/memproduksi mesin berat dan
menengah
6. Perhubungan dan
Komunikasi
1. Kapal penumpang, kapal barang, kapal khusus untuk
pengangkutan barang
2. Kapal yang dibuat khusus untuk menghela atau
mendorong kapal
3. Dok terapung
4. Perahu layar pakai atau tanpa motor sampai 250
DWT
5. Pesawat terbang dan helikopter sejenisnya
7. Telekomunikasi Perangkat radio navigasi, radar dan kendali jarak jauh
Kelompok IV meliputi jenis-jenis asset berikut:
11 | P a g e
No. Jenis Usaha Jenis Harta
1. Kontruksi Mesin berat untuk kontruksi
2. Perhubungan dan
Telekomunikasi
1. Lokomotif uap atas rel
2. Lokomotif listrik atas rel
3. Lokomotif atas rel lainnya
4. Kereta, gerbong penumpang dan barang termasuk
kontainer
5. Kapal penumpang, kapal barang, kapal khusus
untuk pengangkutan barang
6. Kapal yang dibuat khusus untuk menghela atau
mendorong kapal
7. Dok-dok terapung
BAB 4. CAPITAL GAIN DALAM INVESTASI JANGKA PENDEK
12 | P a g e
Dana yang menganggur/idle ialah kelebihan kas yang tidak diperlukan dalam waktu
dekat yang biasanya dimanfaatkan untuk membeli atau menanamkannya dalam bentuk
surat berharga(saham, obligasi, sekuritas lainnya) yang dapat segera dijual. Semua sekuritas
itu merupakan instrument pasar uang yang dapat diperjual-belikan setiap saat. Selisih
antara nilai yang dibayar pada saat pembelian dan nilai yang diterima pada saat penjualan
atau pelunasan merupakan penghasilan bagi pemegang sekuritas dan biaya bagi penerbit
sekuritas. Sebagaimana terjadi dengan penghasilan yang dikenakan pajak pada pemegang
sekuritas, biaya dan kerugian dapat dikurangkan dari penghasilan oleh penerbit sekuritas.
Sekuritas saham dapat berbentuk saham biasa dan saham preferen.
Penghasilan dari saham dapat berupa deviden (tunai, saham). Apabila sekuritas
saham dimiliki oleh WP badan sesuai dengan pasal 4 ayat(3)g maka penghasilan deviden
tidak dikenai pajak. Dalam obligasi penghasilan yang diterima berupa bunga yang akan
diperhitungkan sebagai penghasilan(dikenakan PPh pasal 23/pajak dibayar dimuka).
Penghasilan dari obligasi selain bunga tetap berupa keuntungan pelepasan(Capital gain) dan
realisasi disagio(selisih antara nilai nominal dan nilai perolehan) pada saat pelunasan
obligasi. Hanya obligasi dan deviden dari saham yang diperdagangkan dibursa yang di terima
WP OP yang tidak melebihi jumlah PTKP setahun yang dibebaskan pajak.
Investasi jangka pendek(marketable securities) adalah aktiva yang tingkat
likuiditasnya sangat tinggi. Besarnya investasi jangka pendek menunjukan kemampuan
suatu perusahaan untuk membayar utang jangka pendek. Penyajian nilai investasi di neraca
menurut akuntansi komersial ada 2 cara :
1. Menurut Perpajakan Nilai perolehan diberi keterangan tambahan tentang
harga pasar. Untuk keperluan akuntansi perpajakan, penjelasan pasal 10 ayat 6
UU PPh yang menyatakan ketentuan tentang penilaian persediaan berlaku juga
untuk sekuritas. Untuk keperluan pajak juga, persediaan hanya diperbolehkan
untuk dinilai berdasarkan harga perolehan.
2. Menurut PAI Nilai terendah antara nilai perolehan dan harga pasar.
Penilaian ini mengakibatkan penurunan nilai aktiva dan selisih harga tersebut
diakui sebagai kerugian.
13 | P a g e
Dalam hal surat-surat efek yang dimiliki, untuk tujuan investasi jangka panjang jika
pembukuannya dilakukan dengan harga perolehan sehingga PPh atas Capital Gain
dikenakan pada saat realisasi. Dalam hal surat-surat efek yang dimiliki untuk tujuan
diperjual-belikan, jika oleh perusahaan dibukukan menurut harga pasar maka selisih
harga pasar dan harga perolehan merupakan penghasilan yang dikenakan pajak.
Pajak Penghasilan Atas Keuntungan Transaksi Saham
Pengertian Capital Gain adalah : keuntungan karena penjualan/pengalihan harta,
yaitu saham. Capital Gain adalah keuntungan yang dikenakan PPh. Pengenaan ini didasarkan
pada Pasal 4 ayat 1 “…yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan
kemampuan…dst…”. Pengenaan pajak atas capital gain dilakukan dengan cara
memasukannya sebagai penghasilan kedalam SPT oleh penjual saham itu sendiri.
Pengenaan pajak tidak dilakukan dengan memotong langsung hasil transaksi jual beli saham,
apabila dalam transaksi jual beli saham mengalami kerugian maka kerugian bisa dimasukan
didalam SPT asalkan ada buktinya.
Berdasarkan UU No. 10 th 1994 dan PP No. 41 th 1994 yaitu atas penghasilan dari
penjualan saham di bursa efek termasuk bursa parallel, yang diperoleh atau diterima
OP/badan dikenakan PPh yang bersifat final, hal ini dimaksudkan untuk memberikan
kepastian hokum, kesederhanaan dan kemudahan bagi WP.
Besarnya PPh atas Transaksi Penjualan Saham di Bursa
1. Untuk semua transaksi penjualan saham sebesar 0,1% dari jumlah bruto nilai transaksi
penjualan.
2. Untuk transaksi penjualan saham pendiri, kecuali saham pendiri perusahaan pasangan
usaha yang dimiliki oleh perusahaan modal ventura maka ditambah dengan 5% dari
jumlah bruto transaksi penjualan (pajak final), akibat pengenaan pajak final maka
semua pengeluaran dan biaya tidak dapat dikurangkan kepada penghasilan.
BAB 5. INVESTASI JANGKA PANJANG
14 | P a g e
Investasi jangka panjang adalah penanaman sebagian kekayaan suatu perusahaan
pada perusahaan lain dengan maksud untuk memperoleh pendapatan tetap dan atau untuk
menguasai atau mengendalikan perusahaan tersebut. Adapun investasi jangka panjang
dapat berupa :
1. Penyertaan dalam bentuk saham, obligasi dan surat berharga lainnya.
2. Dana untuk melunasi utang jangka panjang, atau dana khusus lainnya.
3. Aktiva lain, seperti pembelian tanah dengan rencana dimasa yang akan datang
Jika saham suatu perusahaan diperoleh melalui tukar menukar dengan jenis aktiva lain
(non cash) maka harga pasar saham yang berlaku pada saat transaksi dipakai sebagai dasar
nilai perolehannya. Apabila nilai aktiva diketahui sedangkan nilai saham tidak, maka nilai
aktiva tersebut yang dipakai sebagai nilai saham.
Investasi Dalam Saham
Investasi dalam bentuk saham merupakan pembelian/penyertaan/kepemilikan perusahaan
lain dengan tujuan untuk memperoleh pendapatan yang berupa deviden, keuntungan
lainnya bisa berupa kontrol manajemen, yaitu hak menentukan kebijakan atas perusahaan
yang dibeli. Kontrol manajemen diperoleh jika kepemilikan saham mencapai jumlah
mayoritas. Perusahaan yang melakukan investasi saham disebut Perusahaan Induk (Parent
Company), sedangkan perusahaan yang mengeluarkan saham disebut Perusahaan Anak
(Subsidiary Company), sedangkan hubungan keduanya biasa disebut Perusahaan yang
Berafiliasi (Parent-Subsidiary Affiliation). Perusahaan yang melakukan investasi dalam
bentuk saham mempunyai maksud :
1. Memperkokoh jaringan pasar
2. Memperkuat distribusi
3. Menjaga suplai bahan baku
4. Memperkuat manajemen
Investasi Dalam Obligasi
15 | P a g e
Pengertian Obligasi adalah surat utang jangka panjang dengan tingkat bunga tertentu,
sementara nilai obligasi dicatat sesuai dengan harga perolehannya. Harga Jual (beli) obligasi
tidak selalu sebesar nilai nominalnya. Adapun jenisnya adalah sebagai berikut :
1. Agio, yaitu bila harga jual obligasi lebih besar dari nilai nominalnya
2. Disagio, yaitu bila harga jual obligasi lebih kecil dari nilai nominalnya.
Perbedaan antara harga perolehan dengan nilai nominal obligasi diamortisasikan atau
diakumulasikan selama umur obligasi. Jika dalam penghasilan investasi saham adalah
deviden maka penghasilan dari obligasi adalah bunga.
Deviden Yang Bukan Objek Pajak
Deviden adalah bagian keuntungan yang diterima atau diperoleh PT sebagai WP DN,
yayasan atau organisasi sejenis, Koperasi, BUMN, BUMD. Deviden yang merupakan objek
PPh adalah jika penerima deviden selain PT, seperti perorangan, firma, perseroan
komanditer dsb dengan ketentuan sebagai berikut :
1. WP DN dipotong PPh Ps. 23 15% x Jumlah Bruto
2. WP LN dipotong PPh Ps. 26 20% x Jumlah Bruto
Berbeda dengan deviden, keuntungan pengalihan saham dikenakan pajak. Keuntungan
adalah kelebihan harga jual dengan harga perolehan (terdapat dalam, Penjelasan Pasal 4
ayat 1 bagian d UU PPh). Penjualan saham dipasar modal, maka penghasilan dari penjualan
dikenakan PPh sebesar 0,1% untuk bukan saham pendiri, atau 5,1% untuk saham
pendiri(final).
Apabila investasi saham untuk modal ventura, deviden dan penghasilan dari penjualan
saham pada perusahaan pasangan usaha tidak kena PPh. Rugi/Laba dari penjualan investasi
jangka panjang umumnya dipisahkan dengan penghasilan yang diterima dari kegiatan utama
(merupakan penghasilan lain-lain) dan merupakan objek pajak.
BAB 6. KESIMPULAN
16 | P a g e
Akuntansi asset tetap pada lingkup pajak merupakan suatu hal yang sangat penting
dalam sebuah perusahaan atau entitas, karena pengakuan asset tetap dalam laporan
keuangan komesial perusahaan berbeda dengan pengakuan dalam laporan keuangan fiskal,
yang diperlukan oleh pihak fiskus. Dengan demikian adanya perkembangan dan
perbaharuan UU Perpajakan semata-mata untuk mempermudah dan menyesuaikan kondisi
objek dan subjek pajak sehingga meminimalisir terjadinya diskriminasi masalah penetapan
tariff pajak.
Sementara pemajakan penghasilan aktiva dan capital gain, yang dalam konteks
saham berupa deviden dan dalam konteks obligasi berupa bunga adalah objek pajak yang
dapat dipungut dengan ketentuan tertentu.
Memperhatikan perkembangan sekuritas saat ini, perlu dilakukan terobosan baru
dalam UU Perpajakan dimana pajak atas sekuritas tidak hanya dipungut saat terjadi
transaksi atau peristiwa kena pajak, namun dapat dikembangkan sebagaimana layaknya
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang memiliki dasar yang sama dalam hal filosofi asset,
yaitu sama-sama memiliki nilai yang cenderung berkembang sehingga saat terjadi kenaikan
harga sekuritas maka dapat dipungut pajaknya atas kenaikan tersebut walaupun tidak
ditransaksikan.
17 | P a g e
top related