artikel evaluasi program diare
Post on 10-Feb-2018
242 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
7/22/2019 Artikel Evaluasi Program Diare
1/11
1
Evaluasi Program Pengendalian Penyakit Diare di UPTD Puskesmas Wanakerta
Periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012
Nelwan Filipus Tando
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Abstrak
Diare masih menjadi masalah utama di masyarakat yang sulit ditanggulangi, daritahun ke tahun diare tetap menjadi masalah salah satu penyakit yang menyebabkan mortalitas
dan malnutrisi pada anak. Diperkirakan kasus diare di Puskesmas rata-rata 150.000 kasus
setiap tahunnya. Dari hasil survei Subdit diare, angka kesakitan diare pada semua umur tahun
2010 adalah 411/1000 penduduk. Diare termasuk dalam 10 besar penyakit yang ditemukan di
balai pengobatan rawat jalan Puskesmas Wanakerta selama tahun 2008 sampai 2010. Evaluasi
program pemberantasan diare dilakukan di Puskesmas Wanakerta periode Januari 2012
sampai dengan Desmber 2012 dengan metode pendekatan sistem didapatkan hasil angka
kesakitan 45/1000, angka kematian 0/1000 penduduk. Hasil yang diperoleh dari evaluasi
menunjukkan adanya masalah pada cakupan distribusi oralit tiap penderita 33,3% dari tolak
ukur 100%, cakupan distribusi oralit tiap kader 50% dari tolak ukur 100%, cakupan
kebutuhan oralit 39,5% dari tolok ukur 100%, penyuluhan kelompok kepada masyarakat danibu-ibu di Posyandu mengenai PHBS dan diare 25% dari tolak ukur 100%, cakupan pelatihan
para kader Posyandu mengenai penanganan diare dan PHBS 0% dari tolak ukur 100%, ,pojok
oralit tidak aktif. Dari masalah keluaran yang diambil menjadi prioritas masalah adalah tidak
aktifnya pojok oralit dan kurangnya pelaksanaan penyuluhan kelompok kepada masyarakat
dan ibu-ibu di Posyandu mengenai PHBS. Oleh karena itu, Puskesmas perlu membentuk
struktur organisasi dan pembagian tugas secara jelas dan tertulis, lebih memperhatikan
pelaksanaan penyuluhan kepada masyarakat, serta dapat memanfaatkan ruangan sebagai
pojok oralit untuk penyelesaian masalah yang ada di program ini.
Kata Kunci : Diare, Program pengendalian penyakit diare, Puskesmas Wanakerta
-
7/22/2019 Artikel Evaluasi Program Diare
2/11
2
Evaluasi Program Pengendalian Penyakit Diare di UPTD Puskesmas Wanakerta
Periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012
A. Latar BelakangDiare masih menjadi masalah utama
di masyarakat yang sulit ditanggulangi, dari
tahun ke tahun diare tetap menjadi masalah
salah satu penyakit yang menyebabkan
mortalitas dan malnutrisi pada anak.
Menurut data World Health Organization
(WHO) pada tahun 2009, diare adalahpenyebab kematian kedua pada anak di
bawah 5 tahun. Di dunia, sebanyak 760.000
anak meninggal setiap tahun karena diare,
sebagian kematian tersebut terjadi di negara
berkembang. Secara global setiap tahunnya
ada sekitar 1,7 miliar kasus diare. Pada
negara berkembang, anak anak usia di
bawah 3 tahun rata rata mengalami 3
episode diare pe tahun (WHO, 2009).
Salah satu langkah dalam pencapaian
target Millenium Development Goals
(MDGs) (Goal ke-4) adalah menurunkan
kematian anak menjadi 2/3 bagian dari
tahun 1990 sampai pada 2015. 1,2
Di Indonesia, dilaporkan bahwa tiap
anak mengalami diare sebanyak 1,3 episode
per tahun (Depkes, 2003). Hasil survei
Subdit diare, angka kesakitan diare semua
umur pada tahun 2003 adalah 374 per 1000
penduduk, tahun 2006 adalah 423 per 1000
penduduk, dan pada tahun 2010 adalah 411
per 1000 penduduk.1,2
Pada tingkat provinsi Jawa Barat, diare
masih merupakan penyakit yang
berpotensial wabah. Diperkirakan kasus
diare di Puskesmas rata-rata 150.000 kasus
setiap tahunnya. Untuk mengatasinya
pemerintah telah mengembangkan program
pemberantasan penyakit diare dan
mewajibkan semua puskesmas menjalankanprogram tersebut.5,6 Program ini
mempunyai target agar angka kesakitan
akibat diare turun menjadi 50 per 1000
penduduk dan angka kematian akibat diare
menjadi 0% pada tahun 2006.5,6
Pada tingkat Kabupaten Karawang,
penemuan penderita diare pada tahun 2010
meningkat menjadi 79.522 orang
dibandingkan tahun 2009 yaitu 73.857
orang.7
Pada tingkat Kecamatan Teluk Jambe
Barat, diare masih termasuk dalam 10 besar
penyakit yang ditemukan di Balai
Pengobatan Umum Puskesmas Wanakerta,
Kecamatan Teluk Jambe Barat selama
tahun 2008 2010.8 Oleh karena masih
banyaknya penemuan kasus diare di
wilayah kerja Puskesmas Wanakerta, maka
diperlukan evaluasi terhadap Program
Pemberantasan Penyakit Diare di
Puskesmas Wanakerta periode Januari 2012
sampai dengan Desember 2012.
-
7/22/2019 Artikel Evaluasi Program Diare
3/11
3
B. MateriMateri yang dievaluasi dalam program
ini terdiri dari laporan bulanan puskesmas
mengenai Program Pemberantasan Diare di
wilayah kerja Puskesmas Wanakerta,
Kecamatan Teluk Jambe Barat, periode
Januari 2012 sampai dengan Desember
2012 yang terdiri dari:
1)Penemuan kasus penderita diaresecara pasif.
2)Penentuan diagnosis.3)Pengobatan diare.4)Surveilans diare5)Distribusi logistik.6)Penyuluhan perorangan dan
kelompok.
7)Pelatihan kader.8)Pojok URO (Upaya Rehidrasi Oral).9)Pencatatan dan pelaporan.
C. MetodeEvaluasi program ini dilakukan dengan
cara melakukan pengumpulan, pengolahan,
analisis, dan intepretasi data yang didapatkan di
Puskesmas Wanakerta, Kecamatan Teluk
Jambe Barat, periode Januari 2012 sampai
dengan Desember 2012 dengan menggunakan
pendekatan sistem dan membandingkan
cakupan Program Pemberantasan Diare tersebut
terhadap target yang ditetapkan dari Puskesmas
dan Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang
serta Buku Pedoman Pengendalian PenyakitDiare.
Bagan 1.0 Skematik pendekatan sistem
dengan eleman-elemen saling berhubungan
D. Sumber Data dan Jenis DataPengumpulan data diperoleh dari data
sekunder yang berasal dari:
1. Profil UPTD Puskesmas Wanakerta,Kecamatan Teluk Jambe Barat,
tahun 2012.
2. Laporan Tahunan UPTD PuskesmasWanakerta, Kecamatan Teluk Jambe
Barat, tahun 2012.
3. Laporan Bulanan PuskesmasWanakerta, Kecamatan Teluk Jambe
Barat, periode Januari 2012 sampai
dengan Desember 2012.
4. Data Monografi PuskesmasWanakerta, Kecamatan Teluk Jambe
Barat, tahun 2012.
MASUKAN
(1)
PROSES
(2)
KELUARAN
(3)
UMPAN BALIK
(5)
LINGKUNGAN
(4)
-
7/22/2019 Artikel Evaluasi Program Diare
4/11
4
Data Umum
Data Geografi
1. UPTD Puskesmas Wanakerta berjarak + 5km dari kantor kecamatan Telukajmbe
Barat dan + 15 km dengan Kantor Pemda
Kabupaten Karawang dengan waktu
tempuh + 30 menit menggunakan roda
empat.
2. UPTD Puskesmas Wanakerta terletak didesa Wanakerta Kecamatan Telukjambe
Barat, yang merupakan Puskesmas induk
dengan luas wilayah 6.107 Ha yang terdiri
dari tanah darat 4.064 Ha dan 2.043 Ha
adalah persawahan.
3. UPTD Puskesmas Wanakerta. mempunyaiwilayah kerja terdiri dari 10 desa, 20
Dusun, 40 RW dan 112 RT dengan jarak
desa terjauh 7,5 km dari Puskesmas
Wanakerta dengan waktu tempuh 45 menit
dengan roda empat dan 30 menit dengan
roda dua.
4. Secara Administrasif UPTD PuskesmasWanakerta Kec. Telukjambe Barat
berbatasan dengan :
Sebelah utara berbatasan denganwilayah kerja Puskesmas Wadas
Sebelah selatan berbatasan denganwilayah kerja Puskesmas
Kec.Pangkalan
Sebelah timur berbatasan denganwilayah kerja Puskesmas
Kec.Ciampel
Sebelah Barat berbatasan denganwilayah Kabupaten Bekasi
Data Demografi
1. Jumlah Penduduk wilayah kerja UPTDPuskesmas Wanakerta pada tahun 2012
berdasarkan data proyeksi kependudukan
kecamatan Teluk jambe Barat sebanyak
50.431 jiwa yang terdiri dari laki-laki
24.897 jiwa dan perempuan 25.534 jiwa,
dengan jumlah rumah tangga sebanyak
14.989 rumah.
2. Jumlah penduduk miskin di KecamatanTeluk Jambe Barat berjumlah 29.753
orang (58,9 %).
3. Tingkat pendidikan penduduk KecamatanTeluk Jambe Barat terbanyak adalah tamat
sekolah dasar, berjumlah 19.907 orang(36,8%).
4. Mata pencarian terbanyak di KecamatanTeluk Jambe Barat adalah serabutan
berjumlah 25.010 orang (46,2%)
Data fasilitas pelayanan kesehatan
Jenis fasilitas pelayanan kesehatan yang ada
pada wilayah kerja Puskesmas Wanakerta
Kecamatan Teluk Jambe Barat, Kabupaten
Karawang antara lain: 1 Pustu, 4 Polindes plus,
10 Poskesdes, 9 Puskesmas Keliling (Pusling),
10 Pos Bindu, 57 Posyandu, 2 Balai
Pengobatan 24 jam, 3 Klinik Bersalin, BP sore
(Dokter Umum: 2, Perawat: 8, Bidan: 19), 56
-
7/22/2019 Artikel Evaluasi Program Diare
5/11
5
Pengobatan Tradisional, 1 laboratorium, 2
Toko Obat dan 4 Apotek.
Data Khusus
1. Masukana) TenagaDokter umum : 2 orang
Bidan : 19 orang
Perawat : 8 orang
Petugas P2M Diare : 1 orangPetugas laboratorium : 1 orang
Petugas gizi : 1 orang
Kader : 5 orang/ posyandu
Farmasi : 1 orang
b) DanaAPBD : cukup
Dana retribusi : cukup
Sarana di Puskesmas
Sarana Medis
Stetoskop : 3 buah
Tensimeter : 3 buah
Termometer : 2 buah
Lampu senter : 1 buah
Timbangan berat badan bayi : 1 buah
Timbangan berat badan dewasa : 2 buah
Antibiotik
Kotrimoksasol : cukup Amoksisilin : cukup Kloramfenikol : cukup Tetracycline : cukup Ampisilin : cukup Erythromycin : cukupObat diare dan antispasmodik
Diaform : cukup Papaverin : cukup Oralit : tidak cukup Zinc : tidak cuku Cairan infus (NaCl, RL, D5%) : cukup
Sarana Non medis
Ruang pendaftaran : 1 ruangan Ruang tunggu : 1 ruangan Ruang periksa : 1 ruangan Ruang obat : 1 ruangan Pojok oralit : tidak ada Alat penyuluhan : lengkap SOP penatalaksanaan diare : ada Lemari obat : 1 buah Tempat tidur pemeriksaan: 1 buah Meja : 3 buah Kursi : cukup Kartu, status, alat tulis : cukup Tempat sampah medis: cukup Tempat sampah non medis : cukup Toilet, wastafel, sabun : cukup
-
7/22/2019 Artikel Evaluasi Program Diare
6/11
6
b) Metoda1) Penemuan kasus penderita diare secara
pasif oleh petugas kesehatan puskesmas
(dokter, paramedik terlatih) sewaktu penderita
diare datang berobat di BPU, Posyandu setiap
hari kerja.
2) Penetapan diagnosis dilakukanberdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik
oleh petugas kesehatan di BPU sesuai Standar
Operasional Prosedur (SOP). Berdasarkan SOP
seseorang dinyatakan diare apabila buang air
besar cair dengan frekuensi tiga kali atau lebih
dalam sehari dengan konsistensi tinja lembek
atau cair.
3) Pengobatan kasus diare dilaksanakandengan tepat sesuai SOP mengenai penanganan
diare (LINTAS diare):
1. Oralit osmolaritas rendah.
2. Zink selama 10 hari.
3. Teruskan pemberian ASI dan makan.
4. Antibiotik atas indikasi.
5. Edukasi dan nasihat
4) Surveilans diare dengan pengumpulandata epidemiologi diare secara terus menerus
dan dilakukan analisa secara langsung untuk
menemukan cara penyelesaian secara tepat dan
cepat. Data didapat dari laporan harian, di mana
pencatatan dilakukan setiap hari kerja terhadap
penderita diare yang datang di BPU puskesmas
dan posyandu kemudian dibuat laporan
mingguan.
Dilaporkan ke Dinas Kesehatan pada tanggal 5
tiap bulannya dalam bentuk laporan bulanan.
5) Distribusi logistikTerpenuhinya kebutuhan oralit tiap
penderita diare di Puskesmas 6 sachet.
Tersedianya oralit pada setiap kaderminimal 10 sachet.
Tersedia antibiotik, obat anti diare, tabletzink 20mg, cairan infus, dan antibiotik di
Puskesmas
6) Penyuluhan baik perorangan maupunkelompok mengenai PHBS Rumah Tangga dan
Diare.
Penyuluhan perorangan : Penyuluhanperorangan yang diberikan oleh petugas
kesehatan Puskesmas kepada setiap penderita
diare yang datang berobat di BPU Puskesmas
melalui pemberian informasi mengenai PHBS
Rumah Tangga dan Diare secara singkat.
Penyuluhan kelompok : Penyuluhankelompok yang diberikan oleh petugas
kesehatan Puskesmas kepada masyarakat dan
ibu-ibu di Posyandu setiap bulan dengan cara
ceramah dan diskusi mengenai PHBS Rumah
Tangga dan Diare.
7)Memberikan pelatihan kader dalampembuatan oralit dan larutan garam gula sertakemampuan menilai derajat dehidrasi pada
-
7/22/2019 Artikel Evaluasi Program Diare
7/11
7
penderita diare untuk menentukan penderita
masih bisa diobati di rumah atau harus rujukan
ke rumah sakit, melalui kegiatan penataran
Kader Posyandu sesuai dengan jadwal yang
telah ditetapkan.
8) Pojok OralitSuatu ruangan di Puskesmas (sudut ruang
tunggu pasien) dengan 1-2 meja kecil dan
seorang petugas puskesmas dapat
mempromosikan usaha rehidrasi oral (URO).
Bila seseorang memerlukan URO, maka
penderita tersebut dapat duduk di kursi
dibantu oleh ibu/keluarganya untuk
melarutkan dan meminum oralit selama
waktu observasi 3 jam. Dijalankan oleh
petugas kesehatan setiap hari kerja. Adanya
penjadwalan petugas kesehatan di pojok
URO.
9) Pencatatan dan pelaporanPencatatan : Hasil penemuan kasus diare
dicatat dalam formulir Sistem Pencatatan dan
Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) yang
dilakukan setiap hari kerja pada jam kerja
oleh petugas.
Pelaporan : Dilaporkan ke Dinas Kesehatanpada tanggal 5 tiap bulannya dalam bentuk
laporan bulanan.
2. Proses1. Perencanaan2. Pengorganisasian3. Pelaksanaan4. Pengawasan
3. Keluarana) Cakupan penemuan penderita
diare secara pasif 109,6%
b) Cakupan diagnosa penyakit yangsesuai SOP = 100 %
c) Cakupan pengobatan terhadappenyakit diare yang sesuai SOP
100%
d) Cakupan surveilans diare 100%e) Cakupan distribusi logistic tiap
penderita 33,3% dan tiap kader
50%
f) Cakupan penyuluhan peroranganmaupun kelompok
Perorangan : Dilakukan setiaphari kerja (100%)
Kelompok = dilakukanpenyuluhan 3x/ tahun = 25%
g) Cakupan pelatihan kader 0%h) Cakupan pojok oralit = Pojokoralit tidak aktif.
i) Cakupan pencatatan dan pelaporankasus diare 100%
4. Lingkungana) Lingkungan Fisik
Lokasi : strategis danmudah dijangkau
Transportasi : Tersediasarana transportasi umum
yang relatif murah
-
7/22/2019 Artikel Evaluasi Program Diare
8/11
8
Fasilitas kesehatan : terdapat fasilitaskesehatan yang lain dan bekerja sama
dengan baik.
Sumber air bersih : Jumlah keluargadengan menggunakan sumber air bersih
yaitu berjumlah 11.352 keluarga (83,2%)
Tempat pengumpulan sampah : Jumlahkeluarga yang memiliki tempat sampah
yang sehat adalah sebanyak 12.905
(86,09%)
Sistem Pembuangan Air Limbah (SPAL) :Jumlah keluarga yang memiliki sistem
pengelolaan air limbah yang sehat adalah
sebanyak 4.859 (32,1%)
Penyediaan jamban : Jumlah keluargayang memiliki jamban yang sehat
sebanyak 3.739 (24,94%)
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat : Jumlahkeluarga yang menerapkan perilaku hidup
bersih dan sehat yaitu sebanyak 5.111
keluarga (33,3%)
b) Lingkungan Non Fisik Tingkat pendidikan : pendidikan
mayoritas adalah tingkat pendidikan
rendah yaitu sebesar 46.953 orang
(86,7%)
Sosial ekonomi : sebagian besarpenduduk bekerja sebagai serabutan
yaitu sebesar 25.010 orang (46,2 %).
dan sebagian besar penduduk miskin
sebanyak 29.753 penduduk (62,5%)
Sosial budaya : tidakmenghambat keberhasilan program
5. Umpan Balika) Pertemuan bulanan antara Kepala
Puskesmas, Koordinator P2
Diare, dan pelaksanaan harian.
b) Rapat kerja bulanan Puskesmasyang membahas laporan dari
masyarakat atau instansi lain
yang dilakukan satu bulan sekali.
6. Dampaka) Langsung : Penurunan
angka kesakitan dan kematian serta
terhindarnya dari KLB
b) Tidak langsung :Peningkatanderajat kesehatan sesuai
paradigma sehat. Belum dapat
dinilai.
Masalah Masalah yang ditemukan
Masalah pada keluaran adalah cakupan
pelayanan penderita diare 109,6% dari tolok
ukur 75%, cakupan distribusi oralit tiap
penderita 33,3% dari tolok ukur 100%, cakupan
distribusi oralit tiap kader 50% dari tolok ukur
100%, cakupan penyuluhan kelompok tentang
PHBS dan diare 25% dari tolok ukur 100%,
cakupan pelatihan kader 0% dari tolok ukur
100%dan Pojok oralit tidak aktif
-
7/22/2019 Artikel Evaluasi Program Diare
9/11
9
Masalah pada masukan adalah kebutuhan oralit
tidak cukup, kebutuhan zinc : tidak cukup, dan
tidak ada pojok oralit
Masalah pada proses adalah pada
pengorganisasian tidak terdapatnya bagan
struktur organisasi program pengendalian
penyakit diare, pada perencanaan penyuluhan
kelompok tentang PHBS dan diare
direncanakan sebanyak 3 kali per tahun, pada
pelaksanaan : tiap penderita diberikan oralit
hanya 2 sachet, tiap kader diberikan oralit
hanya 5 sachet, penyuluhan kelompok
mengenai PHBS Rumah Tangga dan Diare
dilaksanakan 3 kali per tahun, tidak ada
pelatihan kader dan pojok oralit tidak aktif.
Masalah dari unsur lingkungan yaitu jumlah
keluarga yang memiliki jamban sehat adalah
sebanyak 3.739 (24.94%), jumlah keluarga
yang memiliki SPAL adalah sebanyak 6.093
(40,64%), jumlah keluarga yang menerapkan
PHBS sebanyak 5.111 (33,3%), secara
keseluruhan penduduk Kecamatan Teluk Jambe
Barat yang mempunyai pendidikan rendah
sebesar 86,7% dan sebagian besar penduduk
Kecamatan Teluk Jambe Barat memiliki sosial
ekonomi kurang, bermata pencaharian sebagai
serabutan sebesar 46,2% dan penduduk miskin
sebanyak 29.753 (62,5%)
Prioritas masalah yang didapatkan melalui
skoring metode sederhana adalah :
A. Pojok oralit tidak aktifB. Cakupan penyuluhan kelompok
tentang PHBS 25% dari tolok ukur
100%
Masalah pertama adalah pojok oralit tidak aktif
Penyebab Masalah yaitu tidak disediakan
ruangan untuk dibuat Pojok Oralit., tidak ada
struktur organisasi tertulis yang terinci dan jelasdalam pembagian tugas untuk melakukan
kegiatan Pojok Oralit, dan tidak
dilaksanakannya kegiatan Pojok Oralit.
Penyelesaian Masalah yaitu memanfaatkan
ruangan yang terdapat dalam Puskesmas
dengan baik dan efisien supaya dapat
digunakan untuk Pojok Oralit, menugaskan
petugas kesehatan yang berkompeten sebagai
petugas pojok oralit, menyusun struktur
organisasi P2 Diare, pembagian tugas yang
jelas dan tertulis mengenai petugas yang
bertanggungjawab dalam pelaksanaan pojok
oralit, rincian tugasnya masing-masing serta
membuat jadwal tugas di Pojok Oralit secara
teratur, dilakukan pemantauan terhadap
berjalannya kegiatan Pojok Oralit oleh Kepala
Puskesmas atau koordinator P2 Diare.
Masalah kedua adalah cakupan penyuluhan
kelompok tentang PHBS dan diare 25% dari
tolok ukur 100%
-
7/22/2019 Artikel Evaluasi Program Diare
10/11
10
Penyebab masalah adalah diadakannya
penyuluhan kelompok tentang diare dan PHBS
, tetapi hanya dilakukan sebanyak 3 kali per
tahun, hanya direncanakannya sebanyak 3 kali
per tahun dan tidak ada struktur organisasi
tertulis yang terinci dan jelas dalam pembagian
tugas dan pelaksanaan tugas untuk program
P2Diare sehingga tidak ada jadwal pembagian
tugas per petugas kesehatan untuk dilakukan
penyuluhan tiap bulan.
Penyelesaian masalah yaitu direncanakan
penyuluhan kelompok sebanyak minimal satu
kali per bulan sehingga target total 12 kali per
tahun dapat tercapai, menyusun struktur
organisasi P2 Diare, pembagian tugas yang
jelas, rinci, dan tertulis mengenai petugas yang
bertanggungjawab dalam memberikan
penyuluhan kelompok tentang PHBS dan diare,
serta membuat jadwal tugas untuk memberikan
penyuluhan secara teratur kepada masyarakat
minimal sebulan sekali, dilaksanakannya
penyuluhan kelompok tentang PHBS dan diare
sebagai upaya pencegahan dari penyakit diare
sebanyak minimal satu kali per bulan sehingga
target total 12 kali per tahun dapat tercapai,
dibuatnya pencatatan dan pelaporan bagi
petugas penyuluhan tentang berapa kali
penyuluhan tentang PHBS dan diare telah
dilakukan dan dilakukan pengawasan dan
pemantauan lebih ketat dari kepala puskesmas
mengenai pelaksanaan penyuluhan kelompok
dengan cara rapat bulanan atau denganpelaporan dari koordinator program P2M.
Kesimpulan
Dari hasil penilaian Program
Pengendalian Penyakit Diare yang
dilakukan dengan pendekatan sistem di
Puskesmas Wanakerta untuk periode
Januari 2012 sampai dengan Desember
2012, didapatkan bahwa Program
Pengendalian Penyakit Diare belum
berhasil karena beberapa variabel masih
didapatkan tidak sesuai dengan tolok
ukur yang ditentukan.
Dari cakupan kegiatan,
didapatkan kegiatan yang tidak berhasil
dilaksanakan dan dibuat menjadi 2
prioritas masalah yang harus
diselesaikan terlebih dahulu yaitu :
a)
Pojok oralit tidak aktifb) Cakupan penyuluhan kelompok
tentang PHBS 25% dari tolok ukur
100%
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka
saran yang ditujukan kepada Kepala
Puskesmas Puskesmas Wanakerta yaitu
sebagai berikut :
1. Memanfaatkan ruangan yang ada didalam Puskesmas untuk dijadikan Pojok
Oralit.
2. Menugaskan petugas kesehatan yangberkompeten sebagai petugas pojok
oralit
-
7/22/2019 Artikel Evaluasi Program Diare
11/11
11
3. Menyusun struktur organisasi P2 Diareserta pembagian tugas secara jelas dan
tertulis mengenai petugas yang
bertanggungjawab dalam pelaksanaan
pojok oralit dan penyuluhan kelompok,.
4. Mengajukan permintaan oralit dan zincsesuai dengan kebutuhan ke Dinas
Kesehatan sehingga sesuai dengan
prinsip pengobatan diare
5. Pengawasan dan pemantauan lebih ketatdari kepala puskesmas mengenai
pencatatan, pelaporan dan pelaksanaan
kegiatan pojok oralit serta penyuluhan
kelompok dengan cara rapat bulanan
atau dengan pelaporan dari koordinator
program P2M Diare.
Melalui saran-saran di atas diharapkan
dapat membantu dalam keberhasilan program
Pengendalian Penyakit Diare di Puskesmas
Wanakerta, sehingga permasalahan yang timbul
dapat teratasi.
Daftar Pustaka
1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakitdan Penyehatan Lingkungan. Buku pedoman pengendalian penyakit diare. Bakti Husada;
2011: hal.1-69.
2. Anonim. Pengendalian diare di Indonesia. Dalam: Situasi diare di Indonesia. SubditPengendalian Diare dan Infeksi Saluran Cerna Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta, 2011. Diunduh dari
http://www.depkes.go.id/downloads/Buletin%20Diare_Final(1).pdf, pada 21 September
2013.
3. Situasi Diare di Indonesia, Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan, Bakti Husada,Kementerian Kesehatan RI, Triwulan II; 2011, hal 1-2, 26-8, 33..
4. Marcellus SK, Daldiyono. Diare akut. Dalam: Gastroenterologi. Sudoyo AW, SetyohadiB, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I, Edisi 4.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI;2006.hlm.408-13.
5. Winlar W. Faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada anak kurang dua tahun dikelurahan Turangga. Fakultas kedokteran Kristen Maranatha. Diunduh dari
http://www.litbang.depkes.go.id/aktual/diare/faktor.pdf, pada 21 September 2013.
6. Anonim. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare, Kementerian Kesehatan RepublikIndonesia Direktorat Jenderal PP dan PL. Jakarta; 2011.
7. Data Kesehatan di Kabupaten Karawang tahun 2009 dan 2010, diunduh darihttp://www.karawangkab.go.id/informasi-umum/data-hasil-pembangunan/kesehatan.html,
diakses pada 22 September 2013.
8. Puskesmas Wanakerta Kecamatan Teluk Jambe Barat. 2012. Data Laporan TahunanProgram Pengendalian Penyakit Diare.
http://www.litbang.depkes.go.id/aktual/diare/faktor.pdfhttp://www.karawangkab.go.id/informasi-umum/data-hasil-pembangunan/kesehatan.htmlhttp://www.karawangkab.go.id/informasi-umum/data-hasil-pembangunan/kesehatan.htmlhttp://www.litbang.depkes.go.id/aktual/diare/faktor.pdf
top related