analisis usaha tani tebu rakyat dan loyalitas …eprints.undip.ac.id/60740/7/full_teks.pdf ·...
Post on 04-Apr-2019
232 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ANALISIS USAHA TANI TEBU RAKYAT DAN LOYALITAS PETANI
BERKAITAN DENGAN PERILAKU PETANI, PERAN PEMERINTAH
DAN PABRIK GULA
(STUDI KASUS DI KABUPATEN PASURUAN, JAWA TIMUR)
TESIS
Oleh:
ARIS LUKITO
PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2017
ANALISIS USAHA TANI TEBU RAKYAT DAN LOYALITAS PETANI
BERKAITAN DENGAN PERILAKU PETANI, PERAN PEMERINTAH
DAN PABRIK GULA
(STUDI KASUS DI KABUPATEN PASURUAN, JAWA TIMUR)
Oleh:
ARIS LUKITO
NIM : 23010313410013
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menempuh Gelar Magister Sain
pada Program Studi Magister Agribisnis, Program Pascasarjana Fakultas
Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro
Disetujui oleh :
PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2017
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Tesis : ANALISIS USAHA TANI TEBU RAKYAT
DAN LOYALITAS PETANI BERKAITAN
DENGAN PERILAKU PETANI, PERAN
PEMERINTAH DAN PABRIK GULA
(STUDI KASUS DI KABUPATEN
PASURUAN, JAWA TIMUR)
Nama Mahassiswa : ARIS LUKITO
Nomor Indum Mahasiswa : 23010313410013
Program Studi : MAGISTER AGRIBISNIS
Telah disidangkan di hadapan Tim Penguji
dan dinyatakan lulus pada tanggal …………………
Pembimbing Utama
Ir. Karno, M. Appl. Sc., Ph.D
Ketua Program Studi
Magister Agribisnis
Dr. Ir. Mukson, M.S.
Pembimbing Anggota
Agus Setiadi, SPt., M.Si., Ph.D
Ketua Departemen Pertanian
Ir. Didik Wisnu Widjajanto, M.Sc. Res., Ph.D
Dekan Fakultas Peternakan dan Pertanian
Prof. Dr. Ir. Mukh Arifin, M.Sc
PERNYATAAN
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang saya susun sebagai
syarat untuk menempuh gelar Magister dari Program S2 Agribisnis seluruhnya
merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan sebagai
pemenuhan persyaratan untuk memperoleh gelar S2 dari UNDIP maupun
universitas lain.
Apabila bagian-bagian tertentu dalam penulisan Tesis yang saya kutip dari hasil
karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma,
kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Dengan ini menyatakan sebagai berikut :
1. Tesis Berjudul : ANALISIS USAHA TANI TEBU RAKYAT DAN
LOYALITAS PETANI BERKAITAN DENGAN PERILAKU PETANI,
PERAN PEMERINTAH DAN PABRIK GULA (STUDI KASUS DI
KABUPATEN PASURUAN, JAWA TIMUR)
2. Saya juga mengakui bahwa karya akhir ini dapat dihasilkan berkat bimbingan
dan dukungan penuh dari pembimbing saya, yaitu :
Ir. Karno, M. Appl. Sc., Ph.D
Agus Setiadi, SPt., M.Si., Ph.D
Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil
karya saya sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, saya bersedia
menerima pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan sanksi-sanksi
lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Semarang, Desember 2017
Aris Lukito
NIM. 23010313410013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala
karuniaNya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul Analisis
Usaha Tani Tebu Rakyat dan Loyalitas Petani Berkaitan dengan Perilaku Petani,
Peran Pemerintah dan Pabrik Gula (Studi Kasus di Kabupaten Pasuruan, Jawa
Timur). Penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Mukh Arifin, M.Sc, selaku Dekan Fakultas Peternakan dan
Pertanian Universitas Diponegoro.
2. Ir. Didik Wisnu Widjajanto, M.Sc. Res., Ph.D, selaku Ketua Departemen
Pertanian Universitas Diponegoro.
3. Dr. Ir. Mukson, M.S, selaku Ketua Prgram Studi Magister Agribisnis
Universitas Diponegoro sekaligus sebagai Penguji tesis yang berkenan
memberikan masukan dan saran.
4. Ir. Karno, M. Appl.Sc., Ph.D dan Agus Setiadi, SPt., M.Si., Ph.D selaku
Pembimbing Utama dan Pembimbing Anggota yang berkenan meluangkan
waktu guna membimbing, mengarahkan dan memberikan saran yang
berharga dalam penulisan Tesis ini.
5. Dr. Ir. Titik Ekowati, M.Sc, selaku Penguji yang berkenan memberikan
masukan dan saran serta menguji materi Tesis ini.
6. Dr. Aris Toharisman, Ir. Triantarti, M.Sc, dan Dr. Aang Munawar, selaku
Direktur Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia Pasuruan yang telah
memberikan ijin studi dalam perjalanan karirnya.
7. Direksi PT Perkebunan Nusantara XI Surabaya serta Pabrik Gula
Kedawung Pasuruan atas ijin penelitian di wilayah kerjanya.
8. Orang tua penulis, Bapak H. Sabilan Rasyad (alm) dan Ibu Hj. Nur
Hidayati serta Bapak H. Tutut Pudjo Utomo dan Ibu Hj. Ani Astutiningsih
yang telah memberikan dukungan dan doanya.
9. Keluarga penulis, Tutwulan Okta Hapsari (istri), Kaysa Rafitasari (putri),
dan Hamizan Gavin Khalfani (putra) yang telah memberikan semangat
kepada penulis.
10. Segenap keluarga besar Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia atas
dukungan dan dorongan dalam penyelesaian Tesis.
11. Segenap keluarga besar Koperasi Karyawan “NIRA” P3GI atas
motivasinya.
12. Segenap keluarga besar Program Studi Magister Agribisnis IX (Bayu
Sasongko, Budhi Santosa, Fitrin Yunita, Hendro Prawiro, Hesti Reva
Helvi Ari Zahmi, Leonardo Budhi Ariwijanto, Lodovina Ohoirat, Mariana
Kusumaningrum, Pudji Lestari, Rudi Prasetyo Ardi, Suharso, Tri Septiono,
Yudhi Purnomo) terimakasih atas kebersamaan dan kekeluargaannya.
13. Staf pendukung di lingkup Program Studi Magister Agribisnis Universitas
Diponegoro (Meilani Ayu Cristanti, Rina Damayanti, Cornelius Budi
Setiawan) terimakasih atas dukungan administratifnya.
Penulis menghaturkan permohonan maaf atas kekurangan yang ada, dan
mengucapkan terimakasih kepada segenap pihak yang tidak dapat kami sebutkan
satu persatu. Semoga hasil Tesis ini bermanfaat bagi kita semua.
Semarang, Desember 2017
Aris Lukito
NIM. 23010313410013
i
RINGKASAN
ARIS LUKITO. 23010313410013. Analisis Usaha Tani Tebu Rakyat dan
Loyalitas Petani Berkaitan dengan Perilaku Petani, Peran Pemerintah dan Pabrik
Gula (Studi Kasus di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur). Pembimbing : KARNO
dan AGUS SETIADI.
Budidaya tebu telah berkembang sejak jaman penjajahan Belanda, dengan
bukti sejarah berupa berdirinya pabrik gula pada masa itu. Gula berperan strategis
dalam kebutuhan pokok nasional. Mayoritas penyedia tebu sebagai bahan baku
gula di Indonesia adalah petani. Loyalitas petani dalam membudidayakan tebu
menjadi menarik untuk ditelaah lebih lanjut khususnya di wilayah lumbung gula
nasional yaitu Jawa Timur, dimana Kabupaten Pasuruan merupakan salah satu
diantaranya.
Tujuan penelitian ini adalah : (1) untuk mengevaluasi kelayakan usaha tani
tebu rakyat di Kabupaten Pasuruan, (2) untuk menilai loyalitas petani dalam
budidaya tebu rakyat di Kabupaten Pasuruan, dan (3) menganalisis hubungan
kausalitas dari perilaku petani, peran pemerintah, pabrik gula dan loyalitas petani
tebu rakyat di Kabupaten Pasuruan.
Metode penelitian berupa penelitian deskriptif kuantitatif dengan
menggunakan metode pendekatan survei. Lokasi survei di Kecamatan Grati,
Winongan, Gondangwetan dan Nguling di Kabupaten Pasuruan. Responden
diambil secara purposive sampling. Analisis dilakukan untuk mengukur variabel
kelayakan usaha tani tebu rakyat, mengukur tingkat loyalitas petani dalam
mengusahakan budidaya tebu rakyat serta mengukur hubungan kausalitas dari
variabel loyalitas petani tebu rakyat, perilaku petani, peran pemerintah, dan peran
pabrik gula. Analisis usaha tani dilakukan dengan menghitung Revenue/ Cost
ratio (R/C) dan profitabilitas melalui Net Profit Margin (NPM); analisis tingkat
loyalitas dan berbagai peran pendukungnya dilakukan dengan scoring method ;
sedangkan hubungan kausalitas dilakukan dengan analisis jalur (Path Analysis).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa budidaya tebu rakyat dengan pola
sewa lahan layak diusahakan dengan nilai perbandingan penerimaan dibanding
biaya yang dikeluarkan (R/C) sebesar 1,17 dan NPM 0,14. Sedangkan pola tanpa
menggunakan sewa lahan menunjukkan R/C sebesar 1,74, dan NPM 0,42
Tingkat loyalitas petani tebu rakyat di Kabupaten Pasuruan termasuk
kategori Sangat Tinggi (82,26%), dengan dukungan peran perilaku petani Tinggi
(70,65%), peran Pabrik Gula Tinggi (64,13%) dan peran pemerintah Cukup
Tinggi (57,23%).
Loyalitas petani didukung oleh hubungan yang signifikan
mempengaruhinya yakni peran perilaku petani (P=0,039), sedangkan peran
pemerintah (P=0,192) dan peran pabrik gula (P=0,253) tidak signifikan
mempengaruhi secara langsung. Namun demikian peran perilaku petani
dipengaruhi signifikan oleh peran pabrik gula (P<0,05), meskipun tidak signifikan
dipengaruhi oleh peran pemerintah (P=0,299). Peran pabrik gula signifikan
dipengaruhi oleh peran pemerintah (P<0,05).
ii
SUMMARY
ARIS LUKITO. 23010313410013. THE ANALYSIS OF SUGARCANE
FARMING BUSINESS AND FARMERS’ LOYALTY IN RELATION TO
FARMERS’ BEHAVIOR AND ROLES OF GOVERNMENT AND SUGAR
FACTORY (CASE STUDY IN PASURUAN DISTRICT, EAST JAVA).
Advisors : KARNO and AGUS SETIADI.
Sugarcane cultivation has developed since Dutch colonialism era, with the
evidence of history evidences in the form of establishment of sugar factory in that
era. Sugar has strategic role to national main necessity. The majority of sugarcane
suppliers in Indonesia, as the sugarcane is the main material for sugar, are
farmers. Farmers’ loyalty in preserving sugarcane cultivation is interesting to be
analyzed more, especially national sugar center area that is East Java, in which
Pasuruan District is one of them.
This research aimed to : (1) evaluate the sugarcane farmers business
feasibility in Pasuruan District, (2) determine farmers’ loyalty in sugarcane
farmer’s cultivation in Pasuruan Region, and (3) analyze causality correlation of
farmers’ behavior, government’s role, sugar factory and the loyalty of sugarcane
farmers in Pasuruan District.
The method of this research was quantitative descriptive research with
survey approach method. The survey was conducted in Sub District of Grati,
Winongan, Gondangwetan and Nguling in Pasuruan. The respondents were taken
with purposive sampling technique. The analysis was done to measure sugarcane
farmer’s business feasibility variable, farmers’ loyalty level in the efforts of
sugarcane cultivation as well as in measuring causality correlation of the variable
of sugarcane farmers’ loyalty, farmers’ behaviors, government’s roles, and sugar
factory’s role. The farmers’ business analysis was done by calculating Revenue/
Cost ratio (R/C) and profitability was considered by using Net Profit Margin
(NPM); loyalty level analysis and its various supporting roles was measured by
scoring method; while causality correlation was analyzed by using Path Analysis.
The results of this research showed that sugarcane cultivation with land
rent pattern was feasible to be implemented with the score of R/C and NPM were
1.17 and 0.14 respectively. Meanwhile, the pattern without land rent showed R/C
of 1.74 and NPM of 0.42.
The loyalty level of the sugarcane farmers in Pasuruan District is very high
(82.26%), the behavioral role of the farmers is high as well (70.65%). Meanwhile,
the role of sugar factory also shows high percentage (64.13%) and the role of the
government is also fairly high (57.23%).
The loyalty of the farmers was supported by significant correlation, that
was farmers’ behavioral role (P=0.039), while the government’s role (P=0.192)
and the sugar factory’s role (P=0.253) did not have direct influence significantly.
However, the role of the farmers’ behavior was influenced significantly by the
role of the sugar factory (P<0.05), eventhough it was not influenced by the role of
the government (P<0.299). In addition, the role of the sugar factory was
influenced significantly by the role of the government (P=***).
iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
RINGKASAN................................................................................................... i
SUMMARY...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL............................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... viii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ............................................................... 4
1.3. Tujuan dan Manfaat ............................................................... 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perkebunan Tebu ................................................................... 5
2.2. Tebu Rakyat............................................................................ 8
2.3. Usaha Tani Tebu..................................................................... 9
2.4. Loyalitas Petani Tebu............................................................. 10
2.5. Perilaku Petani........................................................................ 12
2.6. Peran Pemerintah.................................................................... 14
2.7. Peran Pabrik Gula................................................................... 15
2.8. Analisis Profitabilitas............................................................. 16
2.9. Analisis Hubungan Jalur (Path Analysis)............................... 17
2.10. Penelitian Sebelumnya........................................................... 19
2.11. Hipotesis ................................................................................ 21
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1. Metode.................................................................................... 22
3.2. Pendekatan Penelitian............................................................. 22
3.3. Lokasi Penelitian.................................................................... 23
3.4. Jenis dan Sumber Data........................................................... 23
3.5. Teknik Pengambilan Sampel.................................................. 24
3.6. Variabel Penelitian................................................................. 27
3.7. Teknik Pengumpulan Data..................................................... 32
3.8. Pengolahan dan Analisis Data................................................ 32
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ................................. 37
4.2. Karakteristik Responden ...................................................... 39
4.3. Budidaya Tebu...................................................................... 40
4.4. Analisis Usaha Tani Tebu Rakyat......................................... 42
4.5. Analisis Loyalitas Petani Tebu Rakyat di Kabupaten
Pasuruan ...............................................................................
58
iv
4.6. Analisis Hubungan Antar Peran Pemerintah, Peran
Perilaku Petani dan Peran Pabrik Pula dalam Mendukung
Loyalitas Petani Tebu Rakyat...............................................
76
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan ................................................................................. 88
5.2. Saran ....................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA 89
LAMPIRAN 95
v
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
2.1. Kelas Kesesuaian Lahan Komoditas Tebu...........................
7
2.2. Komposisi Pengelolaan Tebu MT 2013-2014 di Indonesia.
9
3.1. Sebaran Area Tebu di Kabupaten Pasuruan Tahun 2013-
2014 .....................................................................................
23
3.2. Distribusi Luasan, Proporsi Luas, Jumlah Petani dan
Distribusi Petani Sampel di Wilayah Penelitian .................
26
3.3. Variabel dan Indikator Loyalitas Petani ..............................
29
3.4. Variabel dan Indikator Penelitian ........................................
31
4.1. Karakteristik Responden di Wilayah Penelitian ..................
39
4.2. Analisa Usaha Tani TR di Wilayah PG Kedawung MT
2013-2014……………………………………………............
44
4.3. Analisa Usaha Tani Tebu Rakyat berdasarkan Observasi
Lapang di Wilayah PG Kedawung ......................................
46
4.4. Komparasi Faktor Pendukung Untung Dan Rugi Budidaya
Tebu Rakyat..........................................................................
49
4.5. Persentase Komponen Struktur Biaya Budidaya Tebu
Rakyat …………………………………………………….....
52
4.6. Analisa Usaha Tani Tebu Rakyat berdasarkan Observasi
Lapang di Wilayah PG Kedawung Tanpa Memperhitung-
kan Biaya Sewa Lahan .........................................................
53
4.7. Komparasi Biaya Dan Pendapatan Antara Angka Dasar PG
Dengan Kondisi Lapang di Tingkat Petani di wilayah
PG Kedawung ........................................................................
55
4.8. Kategori Loyalitas Petani Tebu Rakyat ...............................
57
4.9. Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Loyalitas……...........
60
4.10. Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Peran Pemerintah..... 60
vi
4.11. Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Peran Pabrik Gula.... 61
4.12. Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Perilaku Petani …….
61
4.13. Hasil Uji Reliabilitas...............................................................
62
4.14. Kategori Loyalitas Petani Tebu Rakyat..................................
65
4.15. Distribusi Loyalitas Petani Tebu Rakyat di Wilayah PG
Kedawung................................................................................
65
4.16. Tabel Nilai Skor dan Kategori Peran Pemerintah Dalam
Mendukung Loyalitas Petani Berbudidaya Tebu
Rakyat......................................................................................
69
4.17. Distribusi Peran Pemerintah Dalam Mendukung Loyalitas
Petani Berbudidaya Tebu Rakyat ...........................................
69
4.18. Nilai Skor Dan Kategori Peran Pabrik Gula Dalam
Mendukung Loyalitas Petani Berbudidaya Tebu Rakyat ......
71
4.19. Distribusi Peran Pabrik Gula Dalam Mendukung Loyalitas
Petani Berbudidaya Tebu Rakyat ..........................................
72
4.20. Nilai Skor Dan Kategori Peran Perilaku Petani Dalam
Mendukung Loyalitas Petani Berbudidaya Tebu Rakyat.......
75
4.21. Distribusi Peran Perilaku Petani Dalam Mendukung
Loyalitas Petani Berbudidaya Tebu Rakyat ..........................
76
4.22. Hasil Uji Normalitas ............................................................
77
4.23. Hasil Uji Normalitas Setelah Outlier Dihilangkan ..............
78
4.24. Hasil Uji Multikolinearitas dan Singularitas antar Berbagai
Peran ………………………………………….......................
78
4.25. Hasil Uji Linearitas ..............................................................
79
4.26. Hasil Estimasi Analisis Jalur ...............................................
80
4.27. Koefisien Determinasi .........................................................
87
vii
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
3.1. Ilustrasi Analisa Usaha dan Hubungan Antara Perilaku
Petani Tebu Rakyat, Peran Pemerintah dan Pabrik Gula
Terhadap Loyalitas Petani Dalam Budidaya Tebu Rakyat ..
23
4.1. Perkembangan Luas Area Tebu di Kabupaten Pasuruan .....
37
4.2. Model Struktural ..................................................................
80
4.3. Hasil Estimasi Model Struktural ..........................................
84
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Peta Lokasi Penelitian ............................................................ 95
2. Kuisioner dalam Penelitian .................................................... 96
3. Penentuan Jumlah Responden ................................................ 106
4. Jumlah Responden pada Setiap Analisa ................................. 107
5. Karakteristik Responden ........................................................ 108
6. Biaya dan Pendapatan Usaha Tani Tebu TR Kategori PC
dan RC Pada Pengelolaan Lahan Milik Sendiri Maupun
Sewa .......................................................................................
109
7. Komposisi Komponen Biaya Usaha Tebu Rakyat PC dan
RC Pada Keseluruhan Lahan Milik Petani Dan Lahan Sewa
di Kabupaten Pasuruan ...........................................................
116
8. Analisa Usaha Tebu Rakyat PC pada Lahan Sewa di
Kabupaten Pasuruan ...............................................................
117
9. Komposisi Komponen Biaya Usaha Tebu Rakyat PC pada
Lahan Sewa di Kabupaten Pasuruan .....................................
119
10. Analisa Usaha Tebu Rakyat PC pada Lahan Milik Sendiri di
Kabupaten Pasuruan ............................................................
120
11. Komposisi Komponen Biaya Usaha Tebu Rakyat PC pada
Lahan Milik Sendiri di Kabupaten Pasuruan .........................
121
12. Analisa Usaha Tebu Rakyat RC pada Lahan Sewa di
Kabupaten Pasuruan ...............................................................
122
13. Komposisi Komponen Biaya Usaha Tebu Rakyat RC pada
Lahan Sewa di Kabupaten Pasuruan .....................................
126
14. Analisa Usaha Tebu Rakyat RC pada Lahan Milik Sendiri di
Kabupaten Pasuruan ...............................................................
127
15. Komposisi Komponen Biaya Usaha Tebu Rakyat RC pada
Lahan Milik Sendiri di Kabupaten Pasuruan .........................
128
ix
16. Rekapitulasi Komponen Biaya Dalam Analisis Usaha Tani
Tebu Rakyat di Kabupaten Pasuruan .....................................
129
17. Uji Beda Struktur Biaya dalam Analisa Usaha Tani .............. 130
18. Jawaban Responden Terhadap Kuisioner .............................. 140
19. Rekapitulasi Jawaban Responden dalam Penelitian .............. 146
20. Data Outlier ............................................................................ 147
21. Hasil analisis dengan menggunakan software AMOS............ 150
22. Hasil Validitas Parameter Penelitian ……………………….. 177
23.
Hasil Uji Reliabilitas Parameter Penelitian ……….................
182
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan beragam komoditas yang
berkembang, salah satunya adalah tebu. Tebu merupakan komoditas penting yang
dihasilkan Indonesia sejak abad 16. Menurut catatan sejarah, pada Tahun 1710
terdapat 130 pabrik gula milik 84 perusahaan swasta terdapat di Pulau Jawa.
Begitu pesatnya industri gula kala itu diperkuat dengan didirikannya “De
Nederlandsche Handel-Maatschappij” (NHM) pada 29 Maret 1824. NHM
merupakan perusahaan dagang Belanda yang didirikan untuk mempromosikan
dan mengembangkan perdagangan, pengiriman dan pertanian. Perdagangan yang
dilakukan oleh NHM Belanda ditujukan ke seluruh dunia, yang pada akhirnya
difokuskan ke Indonesia sebagai negara jajahannya.
Pada masa penjajahan Belanda, pola hubungan petani dengan pabrik gula
dilakukan dengan cara culturstellsel (tanam paksa), dimana petani tidak diberikan
alternatif pilihan dalam pengusahaan lahannya untuk pertanian. Perkembangan
pola selanjutnya adalah Tebu Rakyat Intensifikasi, dimana petani diberikan
kebebasan untuk mengoptimalkan pengusahaan tebu di lahan milik sendiri.
Pengembangan tebu pada jaman penjajahan Belanda hanya dilakukan di
Pulau Jawa dengan melibatkan petani sebagai tenaga kerja maupun pemilik lahan.
Teknologi budidaya tebu yang hingga saat ini masih mampu menghasilkan
produktifitas tebu tinggi adalah pola Reynoso di lahan sawah. Reynoso
merupakan salah satu pola budidaya yang dikembangkan oleh seorang peneliti
yang bernama Don Alvaro Reynoso. Tebu diolah menjadi gula di pabrik gula dan
hasilnya sebagian digunakan untuk memenuhi kebutuhan di wilayah Indonesia
dan sebagain besar di ekspor sebagai barang perdagangan.
Gula merupakan salah satu dari sembilan kebutuhan pokok nasional yang
pemenuhannya menjadi tanggung jawab pemerintah. Kebutuhan gula dalam
2
negeri digunakan untuk konsumsi langsung maupun tidak langsung (industri
makanan dan minuman). Kebutuhan gula nasional disuplai dari produksi dalam
negeri yang pemenuhannya baru mencapai sekitar 50%, sedangkan pemenuhan
kekurangannya dipenuhi melalui impor. Berdasarkan data USDA dalam Koo dan
Taylor (2011), konsumsi gula per kapita Indonesia diketahui sebesar 16
kg/kapita/tahun. Jumlah tersebut tergolong masih rendah dibandingkan negara
lain yang mencapai 21 kg per kapita per tahun. Kebutuhan gula akan terus
meningkat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk.
Perjalanan industri gula di Indonesia saat ini tidak dapat dilepaskan dari
peran serta stakeholder terkait yaitu Petani, Pabrik Gula (PG) dan Pemerintah.
Ketiga usnur tersebut menjalankan peran masing-masing, yaitu petani berperan
selaku penyedia bahan baku tebu, PG berperan sebagai perusahaan pengolah tebu
menjadi gula dan pemerintah berperan selaku pelindung pengusahaan gula.
Produksi gula nasional pada tahun 2014 mencapai 2,57 juta ton yang
dihasilkan dari 478.108 hektar luasan perkebunan tebu. Kepemilikan area tebu
terdiri dari 60,85% merupakan perkebunan rakyat, 16,21% milik perkebunan
negara dan 22,93% milik perkebunan besar swasta (Direktorat Jenderal
Perkebunan, 2015). Luas area tebu tersebar di Pulau Jawa 65,5% dan Luar Jawa
34,5%. Besar. Pola tebu rakyat di lahan petani mendominasi hingga 90%
dibandingkan dengan pengusahaan tebu di lahan HGU (10%) di Pulau Jawa. Pada
tahun yang sama, produksi tebu Propinsi Jawa Timur berkontribusi 47% dari
produksi tebu nasional, atau sebesar 72% dari produksi tebu di Pulau Jawa.
Petani berkontribusi tinggi dalam kegiatan pertebuan di Pulau Jawa, bahkan
dari aspek lahan nampaknya perkebunan tebu menggunakan 90% luasan lahan
milik rakyat. Kesadaran petani dalam berbudidaya tebu ataupun mendukung
perkembangan tebu merupakan hal penting untuk dikaji, mengingat tanpa adanya
hal tersebut tentunya perkembangan area pertebuan tidak akan bertahan atau
bahkan meningkat dalam perkembangannya. Kesadaran petani secara utuh dan
menimbulkan rasa memiliki bahkan mengajak kepada lingkungan untuk
mengikuti kegiatan pertebuan mendukung terwujudnya loyalitas petani. Loyalitas
3
petani tersebut yang kemudian menjadi penentu tumbuh dan berkembangnya
usaha pertebuan di suatu wilayah.
Pasuruan sebagai salah satu Kabupaten di Propinsi Jawa Timur memiliki
posisi strategis dalam pengusahaan tebu, mengingat kawasan ini di dukung oleh
keberadaan PG, petani tebu rakyat, pemerintah dan instansi riset gula nasional.
Meskipun demikian, perkembangan area tebu di wilayah Kabupaten Pasuruan
mengalami fluktuasi positif dan negatif. Luasan tebu di Kabupaten Pasuruan pada
Tahun 2014, apabila diperhitungkan hanya 74,5% dari luas area tebu Tahun 2008.
Faktor yang mempengaruhi penurunan luasan areal di wilayah Kabupaten
Pasuruan, diantaranya keuntungan usaha tani tebu yang rendah, pergeseran area
pertebuan dari lahan sesuai menuju lahan marginal, keterbatasan pemahaman
teknologi budidaya, keterbatasan dukungan saprodi, penilaian hasil yang kurang
representatif (rendemen belum representatif) hingga belum optimalnya perolehan
harga gula.
Pengelolaan usaha yang memberikan nilai keuntungan maksimal bagi petani
akan mendorong keberlangsungan usaha budidaya tebu. Berbagai program yang
dilakukan pemerintah, seperti pengembangan areal, pembongkaran ratoon serta
perawatan ratoon merupakan upaya untuk membantu industri gula dalam
memperbaiki sistem produksi dan meningkatkan kesejahteraan petani. Program
revitalisasi PG juga dilakukan guna meningkatkan efisiensi PG. Eksistensi petani
tebu rakyat sebagai penyuplai bahan baku giling PG menjadi hal yang harus
dijaga kesinambungannya. Stakeholder yang terkait antara lain petani, PG dan
pemerintah menjadi poros utama dalam menjaga dan meningkatkan produksi gula
nasional.
Seiring dengan perkembangan jaman, kebudayaan dan perekonomian dalam
masyarakat, tentunya berpotensi menggeser animo petani untuk berbudidaya tebu.
Pergeseran tersebut dapat dilihat dari fluktuasinya luasan area tebu di Kabupaten
Pasuruan. Oleh karena itu, peneliti melakukan kajian terhadap analisis usaha tani,
loyalitas petani serta hubungan kausalitas berbagai peran pendukung loyalitas di
Kabupaten Pasuruan pada Tahun 2015.
4
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada, maka berbagai permasalahan yang
hendak dijajaki dalam penelitian ini meliputi :
1. Apakah usaha tani tebu rakyat di Kabupaten Pasuruan layak untuk
dilaksanakan?
2. Apakah terdapat loyalitas petani untuk melakukan pembudidayaan tebu
rakyat?
3. Bagaimana pengaruh masing-masing variabel perilaku petani, peran
pemerintah, peran industri (Pabrik Gula) dan loyalitas dalam
pembudidayaan tebu rakyat?
1.3. Tujuan dan Manfaat
Memperhatikan rumusan masalah yang ada, maka penelitian ini bertujuan
untuk :
1. Mengevaluasi kelayakan usaha tani tebu rakyat di Kabupaten Pasuruan.
2. Menilai loyalitas petani dalam budidaya tebu rakyat di Kabupaten
Pasuruan
3. Menganalisis hubungan kausalitas dari perilaku petani, peran pemerintah
dan pabrik gula dalam mendukung loyalitas petani tebu rakyat untuk
berbudidaya tebu di Kabupaten Pasuruan.
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat yang berupa :
1. Sumber informasi analisa usaha tani tebu rakyat dan prospeknya di
Kabupaten Pasuruan.
2. Sumber informasi bagi pemangku kebijakan guna memantapkan
kebijakan pengembangan tebu rakyat.
3. Sumber informasi bagi stakeholder industri gula (Pemerintah, PG dan
Petani) dalam pengembangan tebu rakyat yang partisipatif dan
konstruktif.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perkebunan Tebu
Perkebunan merupakan salah satu subsektor strategis yang memainkan
peran penting dalam pembangunan nasional dari sisi ekonomis, ekologis dan
sosial budaya (Ditjenbun, 2010). Susila dan Goenadi (2004) menyatakan bahwa
dengan pertumbuhan yang cukup konsisten, subsektor perkebunan mempunyai
peran strategis baik dalam pembangunan ekonomi secara nasional maupun dalam
menjawab isu-isu global. Subsektor perkebunan berperan dalam penyediaan
lapangan kerja, pertumbuhan ekonomi, sumber devisa, pengentasan kemiskinan,
dan konservasi lingkungan. Salah satu komoditas unggulan perkebunan yang
memberikan kontribusi pada pencapaian fungsi subsektor perkebunan adalah tebu.
Pengusahaan tebu termasuk dalam konsep agribisnis, dimana menurut
Downey dan Erickson (1992) agribisnis dinyatakan sebagai kegiatan yang
berhubungan dengan penanganan komoditi pertanian dalam arti luas, yang
meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan
masukan dan keluaran produksi (agroindustri), pemasaran masukan-keluaran
pertanian dan kelembagaan penunjang kegiatan. Tebu memiliki sistematika
taksonomi tumbuhan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Graminales
Family : Gramineae
Genus : Saccharum
Spesies : Saccharum Officinarum
6
Tebu sebagai tanaman perkebunan semusim dengan karakteristik spesifik,
dimana zat gula terdapat di dalam batang tebu. Tebu banyak memerlukan air pada
masa vegetatifnya, sedangkan pada saat perkembangan generatifnya memerlukan
air dalam jumlah yang sedikit (Mubyarto dan Dayanti, 1991).
Sifat keunggulan varietas tebu secara inhern berinteraksi terhadap
lingkungan (Srivasta et al., 1999). Berdasarkan hal ini, varietas tebu
dikelompokan ke dalam varietas masak awal, masak tengah dan masak akhir
(Sugiyarta dkk., 2000). Berkaitan dengan sifat dari masing-masing kelompok
varietas tersebut, optimalisasi lingkungan dan budidaya yang mampu mendorong
pencapaian hasil produktivitas mendekati potensinya perlu dilakukan seperti:
kesesuaian varietas terhadap lingkungan, proporsi luas pengelolaan varietas tebu
unggul berdasarkan tingkat kemasakan, serta masa tanam optimal (Mirzawan,
1995).
Selain karakter varietas yang bersifat ekolokasi, juga penanaman varietas
yang sama secara terus menerus akan menyebabkan terjadinya kemunduran
genetik. Indikator dari varietas yang secara inhern mengalami penurunan kualitas
adalah peka terhadap penyakit, hama dan karakter agronomis mengalami
kemunduran produktivitas (Mirzawan, 1995). Oleh karena itu, pengelolaan
varietas bersifat dinamis.
Tebu sebagai penghasil gula menjadi strategic product, mengingat gula juga
merupakan bahan makanan pokok berdasarkan Keputusan Menteri Perindustrian
dan Perdagangan Nomor : 115/MPP/KEP/2/1998. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa gula merupakan bahan pangan esensial bagi masyarakat
Indonesia dan pemerintah berkewajiban menyediakan gula secara cukup, baik
dalam jumlah, mutu, keamanan maupun gizinya secara merata dan terjangkau,
serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat untuk
dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan sesuai dengan konsep
ketahanan pangan pada Undang Undang Nomor 18 Tahun 2012.
Tebu dibudidayakan pada lahan sawah dengan pola pembukaan lahan
Reynoso maupun lahan tegalan dengan pola bukaan lahan Mekanisasi. Prinsip
dasar dari Reynoso adalah pembuatan jejaring got untuk mengeluarkan kelebihan
7
air dari sistem drainase internal kebun, sedangkan pada pola mekanisasi
cenderung dilakukan olah tanah untuk menggemburkan tanah. Kedua pola
pembukaan lahan tersebut pada prinsipnya adalah memberikan kondisi optimum
bagi pertumbuhan perakaran tanaman tebu.
Pengembangan area perkebunan tebu perlu memperhatikan kondisi aktual
dari kelas kesesuaian lahan yang tepat bagi komoditas tersebut guna memperoleh
produktifitas lahan optimal sebagaimana diuraikan oleh Djaenudin dkk., (2003)
pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Kelas Kesesuaian Lahan Komoditas Tebu
S1 S2 S3
(t)
Rata- rata tahunan (oC) 24 - 30 > 30- 32;
22- < 24
> 32 - 34;
21- < 22
(w)
Bulan Kering (<75 mm) 3-4 2-3 > 4-5
Curah hujan/tahun (mm) 1500-2500 1300- < 1500 > 2500 - 3000
(r)
Drainase Tanah Baik Sedang Agak
terhambat, agak
cepat
Tekstur SL, L, SCL, SiL,
Si, Cl, SiCl
LS, SC, SiC, C Str C
Kedalam efektif (cm) > 75 55 - 75 40 - < 55
Gambut
Kematangan - Saprik Hemik
Ketebalan (cm) - < 100 100- 150
(f)
KTK tanah > tinggi sedang rendah
pH tanah 6,5 - 7,0 > 7,0 - 7,6; 5,5 -
< 6,5
> 8,0 - 8,5; 4,0 -
< 4
(c)
Sallinitas (mmhos/cm) < 3,5 3,5 - < 5,5 > 5,5 - 8
(x)
Kejenuhan Al (%) < 20 20- 40 > 40 -60
Kedalaman sulfidik (cm) > 100 75 - 100 60 - < 75
(n)
Total N > Sedang Rendah Sangat rendah
P2O5 > Tinggi Sedang Sangat rendah
K2O Tinggi Sedang Sangat rendah
(t)
Lereng (%) < 8 8 - 15 > 15 - 20
Batuan permukaan (%) < 3 3 - 15 > 15 - 40
Singkapan batuan (%) < 2 2 - 10 > 10 - 25
(e) SR R S
(b) F0 F1 F2Bahaya banjir
Tingkat bahaya erosi
Terrain
Hara tersedia
Toksisitas
Kegaraman
Retensi hara
Media perakaran
Ketersediaan air
Karakteristik LahanTebu
Temperatur
8
2.2. Tebu Rakyat
Pengusahaan tebu dapat dibedakan atas pertanaman kolektif dan pertanaman
individual sebelum deregulasi industri gula pada tahun 1998, (Rachmat, 1992).
Pertanaman kolektif merupakan usahatani tebu dalam satu hamparan yang
pengelolaannya di tangani oleh kelompok tani. Sedangkan pertanaman individual
pengelolaannya dilakukan oleh petani secara individu. Namun setelah deregulasi
industri gula, sebagian besar pertanaman tebu rakyat merupakan usahatani
individu. Pada saat ini, pengusahaan tebu di Jawa dapat dibedakan atas tebu
rakyat yang di tanam di lahan sawah dan lahan kering, serta tebu milik pabrik gula
(Malian dan Syam, 1998).
Pengelolaan tebu oleh rakyat diberlakukan sejak Instruksi Presiden No 9
Tahun 1975 dengan maksud agar petani yang biasanya menyewakan lahan
pertaniannya kepada pabrik gula untuk ditanami tebu, sedangkan mereka menjadi
buruh diatas tanahnya sendiri hendak ditingkatkan harkatnya dengan
mengusahakan tebu sendiri, sehingga tetap menjadi tuan diatas tanahnya sendiri
(Lelono, 2008). Berdasarkan tujuan penanamannya, tebu rakyat dapat
digolongkan (Gaol, 1992):
a. Tebu rakyat yang diusahakan untuk memenuhi kebutuhan sendiri,
sebagai bahan baku penggilingan tebu yang dimilikinya.
b. Tebu rakyat yang ditanam untuk dijual kepada pihak lain, baik dijual
kepada pemilik penggilingan tebu rakyat maupun dijual kepada pabrik
gula
Koordinasi, integrasi dan sinkronisasi pelaksanaan tebu rakyat tidak dapat
terlaksana dengan baik dalam pelaksanaannya sebagaimana yang diharapkan,
antara lain : pembimbingan dan pembinan tidak efektif, lokasi hamparan dalam
satu wilayah PG tidak merupakan kesatuan tanaman tebu giling dan
penyelenggaraan tanaman tebu oleh masing-masing petani tidak efisien (Lelono,
2008)
Berdasarkan data dari Dewan Gula Indonesia tahun 2014 (Tabel 2.2)
tampak bahwa pengelolaan tanaman tebu di Jawa melalui pengelolaan tebu oleh
9
petani (pola Tebu Rakyat) seluas 275.108 ha, atau setara dengan 88,6% area tebu
di Jawa, atau setara 57,8% area tebu nasional menjadi menarik untuk ditelaah
dalam menunjang keberlanjutan industri gula nasional. Pengembangan tebu rakyat
di Jawa Timur didukung oleh 31 Pabrik Gula dengan komposisi tebu sendiri (TS)
22.158 ha (10,3%) dan Tebu Rakyat (TR) 192.950 ha (89,7%).
Tabel 2.2. Komposisi Pengelolaan Tebu MT 2013-2014 di Indonesia
No Wilayah Instansi Jumlah
PG TS TR
1 Jawa Barat PT Rajawali Nusantara Indonesia
(Rajawali II)
5 11.482 12.023
2 Jawa Tengah PTPN IX 8 539 33.452
PG Pakis Baru 1 89 6.877
PT Kebon Agung (PG Trangkil) 1 925 13225
PT LPI (PG Pakis Baru) 1 89 6.877
PT Industri Gula Nusantara 1 0 2.368
Jumlah 17 13.125 74.821
Prosentase (14,9) (85,1)
3 DIY PT PG Madukismo 1 15 7.337
Jumlah 1 15 7.337
Prosentase (0,2) (99,8)
4 Jawa Timur PTPN X 11 2.994 74.350
PTPN XI 16 18.715 62.349
PT Rajawali Nusantara Indonesia
(Rajawali I)
2 61 29.547
PT PG Candi Baru 1 278 5.195
PT Kebon Agung (PG Kebon
Agung) 1 111 21509,73
Jumlah 31 22.158 192.950
Prosentase (10,3) (89,7)
Total Jawa Jumlah 49 35.298 275.108
Prosentase (11,4) (88,6)
Total Luar Jawa Jumlah 14 148.228 17.636
Prosentase (89,4) (10,6)
Total Nasional
(Jawa+Luar Jawa) Jumlah 63 183.526 292.744
Prosentase (38,5) (61,5)
Sumber : Dewan Gula Indonesia, 2014 (data diolah).
2.3. Usaha Tani Tebu
Usaha tani sebagai upaya manusia untuk memanfaatkan sumber daya yang
ada guna membudidayakan usaha pertanian untuk mendapatkan keuntungan
10
maksimal penting untuk didalami demi kesejahteraan pelau usaha tersebut. Dalam
pengelolaan budidaya tanaman, seorang petani dituntut untuk memperhitungkan
untung dan ruginya pemanfaatan lahan yang dipergunakannya. Analisa antar input
yang diberikan dengan output yang dihasilkan menjadi penting untuk ditinjau
untuk mencermati layak atau tidaknya usaha tani yang dilakukan.
Menurut Adiwilaga (1982), ilmu usaha tani adalah ilmu yang menyelidiki
segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan orang melakukan pertanian dan
permasalahan yang ditinjau secara khusus dari kedudukan pengusahanya sendiri
atau ilmu usahatani yaitu menyelidiki cara-cara seorang petani sebagai pengusaha
dalam menyusun, mengatur dan menjalankan perusahaan itu. Faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil usahatani selain mengoptimalkan lahan, yaitu : tenaga kerja,
modal, pupuk, pestisida, benih, dan teknologi (Soekartawi dkk., 1986).
Pemahaman akan usaha tani dilakukan untuk meninjau kondisi pemanfaatan
sumber daya yang ada secara efektif dan efisien guna memperoleh keuntungan
yang tinggi dalam waktu tertentu (Soekartawi, 1995). Efektifnya suatu usaha
terjadi apabila termanfaatkannya sumber daya alam sebaik- baiknya, sedangkan
efisiennya usaha apabila pemanfaatan sumber daya yang ada mampu
menghasilkan output yang melebihi input yang diberikan. Apabila hasil bersih
usaha tani besar maka ini mencerminkan rasio yang baik dari nilai hasil dan
biaya. Makin tinggi rasio ini berarti usaha tani semakin efisien (Mubyarto, 1989).
Tanah mempunyai kedudukan paling penting dalam factor produksi di
Indonesia. Hal ini terbukti dari besarnya balas jasa yang diterima oleh tanah
dibandingkan faktor produksi lainnya. Tanah sebagai salah satu faktor produksi
merupakan pabrik hasil pertanian yaitu tempat dimana produksi berjalan dan dari
mana hasil produksi ke luar (Mubyarto, 1989)
2.4. Loyalitas Petani Tebu
Hubungan antara pelaku usaha tani dengan intrumen lain yang konstruktif,
tentunya akan menimbulkan loyalitas petani. Loyalitas yang muncul sebagai
bentuk kesetiaan untuk melakukan usaha dengan penuh kesadaran sehingga bisa
11
berkelanjutan usahanya. Hubungan petani rakyat dengan pabrik gula dilakukan
secara kemitraan. Kemitraan merupakan salah satu ciri dari apa yang disebut pasar
terorgasiasi (organized market) (Ozaki, 1991).
Kemitraan usaha agribisnis yang berkembang di Indonesia sebagaimana
dirumuskan oleh direktorat teknis sebagai tujuh model kemitraan usaha (Saptana
dkk., 2005) : (1) Model inti plasma, dimana terjadi hubungan kemitraan antara
usaha kecil atau petani dengan usaha besar (perusahaan pertanian), dimana usaha
menengah atau usaha besar bertindak sebagai inti dan usaha kecil selaku plasma.
Perusahaan inti berkewajiban memberikan bimbingan teknis dan manajemen
usahatani agar diperoleh hasil tinggi dan terjadi peningkatan kualitas manajemen
kelompok plasma, (2) Model pertanian kontrak, dimana terjadi kerjasama antara
usaha kecil dengan usaha besar yang dituangkan dalam sebuah kontrak kerjasama
dalam durasi waktu tertentu, atau sering juga disebut sebagai kontrak pembelian,
(3) Model Sub kontrak, dimana usaha kecil memproduksi komponen dan atau jasa
yang merupakan bagian dari produksi usaha menengah atau usaha besar. Pola sub
kontrak ini biasanya bersifat pengembangan jaringan kerja (networking), (4)
Model Dagang Umum, yaitu dimana terjadinya kemitraan usaha antara kelompok
mitra dengan perusahaan mitra, dimana kelompok mitra memasok kebutuhan
perusahaan mitra sesuai dengan persyaratan yang ditentukan, (5) Model vendor,
dimana terjadi kemitraan antara usaha kecil (petani) dengan usaha menengah atau
usaha besar dengan penggunaan hasil produksi yang merupakan spesialisasi kerja
usaha kecil guna melengkapi produk yang dihasilkan oleh usaha menengah dan
usaha besar, (6) Model keagenan, dimana pada model ini kelompok mitra usaha
kecil (petani) diberikan hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa usaha
perusahaan mitra (usaha menengah atau usaha besar). Keunggulan dari hubungan
pola ini adalah adanya keuntungan dari hasil penjualan dan komisi yang diberikan
oleh perusahaan mitra, (7) Model kerjasama operasional agribisnis, yaitu model
kegiatan kemitraaan dengan penyediaan lahan, sarana produksi dan tenaga kerja
oleh usaha kecil / kelompok mitra (petani), sedangkan perusahaan mitra
menyediakan modal dan sarana untuk mengusahakan atau membudidayakan suatu
komoditas pertanian.
12
Tanaman tebu pada dasarnya tanaman kelompok yang memerlukan
penggarapan bersama dari para petani. Disiplin dan loyalitas para anggota
kelompok mutlak diperlukan demi suksesnya penanaman, pemeliharaan dan
penebangan, sehingga dapat dicapai produksi tebu yang tinggi (Mubyarto, 1983).
Sistem tataniaga dianggap efisien apabila memenuhi dua syarat : 1. mampu
menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada konsumen dengan biaya
semurah-murahnya, dan 2. mampu mengadakan pembagian yang adil (pemberian
balas jasa fungsi-fungsi pemasaran sesuai sumbangan masing-masing) dari
keseluruhan harga yang dibayar konsumen terakhir kepada semua pihak yang ikut
serta di dalam kegiatan produksi dan tataniaga barang itu (Mubyarto,1989).
Terdapat 9 (sembilan) faktor yang mempengaruhi lemahnya pembangunan
pertanian di Indonesia adalah sebagai berikut (Sukino, 2013) : yaitu (1) pasca
panen, (2) sarana dan prasara, (3) pemilikan lahan, (4) akses modal, (5) tingkat
pendidikan, (6) penguasaan teknologi, (7) tingkat ketrampilan, dan (8) sikap
mental petani.
Sikap petani mitra akan loyal terhadap perusahaan mitra (PG) apabila di
dalam perjalanan usaha tebu tersebut terjalin manfaat kemitraan yang saling
menguntungkan. Manfaat kemitraan yang dapat diperoleh menurut Hafsah (2003)
antara lain : (1) mampu meningkatkan produktifitas, (2) meningkatkan efisiensi
kerja, (3) adanya jaminan kualitas, kuantitas dan kontinuitas, (4) adanya
pembagian resiko (risk sharing), (5) mempersempit jurang kecemburuan sosial,
(6) meningkatkan ketahanan ekonomi nasional.
2.5. Perilaku Petani
Perilaku merupakan segala perbuatan yang dapat dilihat oleh orang lain
(Isbandi, 2005), dimana perilaku berupa segala tindakan yang secara umum
dipengaruhi oleh 3 hal, yaitu pengetahuan, sikap dan ketrampilan (Mardikanto,
1993). Proses perubahan perilaku akan menyangkut aspek pengetahuan,
ketrampilan, dan sikap mental, sehingga mereka tahu, mau dan mampu
melaksanakan perubahan-perubahan dalam usaha taninya demi tercapainya
13
peningkatan produksi, pendapatan dan perbaikan kesejahteraan keluarga yang
ingin dicapai melalui pembangunan pertanian (Setiana, 2005).
Perubahan perilaku petani dipengaruhi oleh keadaan status sosial, status
ekonomi, psikologi, tingkat pendidikan, pola usahatani, luas kepemilikan, letak
dan topografi desa (Samsudin, 1987), serta aksesibilitas penggunaan informasi,
ketersediaan sarana produksi, sosial budaya dan kelembagaan (Pasandaran dan
Adnyana, 1995).
Dalam menjalankan operasional budidaya tebu, para petani yang terlibat
memiliki karakteristik yang beragam dalam mengelola tenaga kerja yang terlibat
dalam proses produksi bahan baku tebu giling dilapang yang dilakukan dengan
beberapa pola sebagai berikut (P3GI, 2013) :
a) Petani yang mengelola sendiri usahatani tebu.
Petani ini mempunyai karakteristik memiliki lahan sendiri atau
menyewa lahan untuk ditanami tebu, mengerjakan sendiri atau
mengupah tenaga kerja mengerjakan sebagian pekerjaan budidaya
tebu di lahannya, merawat dan memanen hasil budidaya tebunya serta
melakukan kegiatan tebang angkut tebu sendiri atau dengan bantuan
PG.
b) Petani pedagang tebu.
Petani pedagang melakukan usahatani tebu dengan karakteristik
mempunyai lahan dan menyerahkan kepada orang lain untuk
melakukan pekerjaan budidaya tebu sampai menjelang panen dan atau
sebaliknya, menyewa lahan yang telah ditanami tebu pada umur 3-7
bulan bahkan menjelang panen, melakukan perawatan tanaman
dengan cara mengupah tenaga kerja dan melakukan panen hasil
dengan mengupah tenaga dan atau dengan bantuan PG.
c) Petani pemodal.
Petani pemodal mempunyai karakteristik tidak mempunyai lahan tebu
dan tidak melakukan pekerjaan budidaya dilahannya, hanya
memberikan pinjaman modal kepada petani tebu yang memerlukan
modal berusahatani tebu dilahannya sendiri, menerima penjualan hasil
14
panen milik petani tebu dan mengirimkan untuk digiling di PG yang
dipilihnya sendiri atau menyerahkan penjualan/penggilingan tebu
kepada petani yang menerima pinjaman modal.
d) Petani pemodal dan pedagang.
Petani pemodal sekaligus pedagang tebu adalah petani yang
memberikan pinjaman modal kepada petani, membeli tebu milik
petani dan menjual kepada pengepul tebu.
2.6. Peran Pemerintah
Secara empiris menunjukkan bahwa iklim dan kondisi ekonomi di Indonesia
belum mampu menciptakan insentif ke arah kemitraan yang semata- mata atas
prakarsa dunia usaha sendiri tanpa adanya dukungan pemerintah (Saptana dan
Daryanto, 2013). Bentuk dukungan pemerintah dalam membangun kemitraan
usaha agribisnis yang diharapkan antara lain melalui :
1. Pemerintah mampu menciptakan kondisi lingkungan yang
memungkinkan (enabling environment), untuk pengembangan usaha
agribisnis yang berdayasaing yang meliputi useful enablers (business
linkages, business development services, easy of doing business),
important enablers (financial services, research and development,
standard and regulation) dan essensial enablers (trade policy,
infrastructure, land tenure and property right).
2. Penerapan hukum dan peraturan yang tidak menghambat
pengembangan usaha agribisnis dalam membangun kemitraan usaha.
3. Mengembangkan dan memperbaiki infrastruktur pendukung
kemitraan usaha agribisnis, seperti alat dan mesin pertanian, alat dan
mesin pasca panen, alat pengolahan hasil, serta infrastruktur
pemasaran.
4. Memberikan perlindungan kepada petani dan peternak rakyat dari
ekploitasi dalam kegiatan kerjasama dengan pihak industri dengan
cara mengecek kelayakan finansial dan kapasitas menejerial industri
15
(perusahaan) sehingga akan mampu menghasilkan bisnis yang
menguntungkan bagi seluruh pihak.
5. Membantu dalam pengembangan sistem informasi yang terintegrasi
yang memadukan informasi di setiap bagian yang terlibat dalam rantai
pasok, sehingga penguasaan informasi antar pihak yang bermitra
relatif sempurna.
6. Pemerintah bersama-sama dengan pengusaha dan petani/ peternak
mengembangkan promosi bersama, seperti commodity check of
program atau the Levy System di beberapa negara maju (Amerika
Serikat, Australia, Belanda dan Colombia)
Pemerintah memiliki tiga fungsi sentral dalam perekonomian modern yaitu :
meningkatkan efisiensi, menciptakan pemerataan atau keadilan, serta memacu
pertumbuhan ekonomi secara makro dan menjaga stabilitasnya (Saptana dan
Daryanto, 2013).
Swasembada gula yang ditargetkan terwujud pada tahun 2014 sebagaimana
tertuang pada roadmap belum dapat terealisasi dengan berbagai kendala yang
dihadapi. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 33/Permentan/OT.140/7/2006
menyebutkan bahwa Program Revitalisasi Perkebunan adalah upaya percepatan
pengembangan perkebunan rakyat melalui perluasan, peremajaan dan rehabilitasi
tanaman perkebunan yang didukung kredit investasi perbankan dan subsidi bunga
oleh pemerintah dengan melibatkan perusahaan di bidang usaha perkebunan
sebagai mitra dalam pengembangan perkebunan, pengolahan dan pemasaran hasil
(Kementerian Pertanian, 2006).
2.7. Peran Pabrik Gula
Pabrik Gula sebagai unit pengolah tebu menjadi gula berperan sebagai
Pengusaha Besar dalam lingkaran usaha tebu. Pengusaha Besar melaksanakan
pembinaan dan pengembangan kepada pengusaha kecil/ koperasi dalam hal
(Hafsah, 2003) :
16
1) Memberikan bimbingan dalam meningkatkan kualitas SDM
pengusaha kecil/ koperasi, baik melalui pendidikan, pelatihan, dan
pemagangan dalam bidang kewirausahaan, manajemen dan
ketrampilan teknis produksi.
2) Menyusun rencana usaha dengan pengusaha kecil/ koperasi mitranya
untuk disepakati bersama.
3) Bertindak sebagai penyandang dana atau penjamin kredit untuk
permodalan pengusaha kecil/ koperasi mitranya.
4) Memberikan bimbingan teknologi kepada pengusaha kecil/ koperasi.
5) Memberikan pelayanan dan penyediaan sarana produksi untuk
keperluan usaha bersama yang disepakati.
6) Menjamin pembelian hasil produksi pengusaha kecil/ koperasi sesuai
dengan kesepakatan yang telah disepakati.
7) Promosi hasil produksi untuk mendapatkan hasil yang baik
8) Pengembangan teknologi yang mendukung pengembangan usaha dan
keberhasilan kemitraan.
2.8. Analisis Profitabilitas
Profitabilitas merupakan hubungan antara penerimaan dengan biaya yang
dihasilkan dari sebuah aktivitas usaha dengan penggunaan aset baik yang sedang
berlangsung maupun sudah berlangsung dalam suatu usaha yang produktif
(Gitman, 2003). Profitabilitas dapat diartikan pula sebagai kemampuan untuk
memperoleh keuntungan (laba) dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkannya
dalam kurun waktu tertentu. Rasio profitabilitas terdiri atas dua jenis, yaitu rasio
yang menunjukkan profitabilitas dalam kaitannya dengan penjualan dan rasio
yang menunjukkan profitabilitas dalam kaitannya dengan investasi (Horne dan
Wachowicz, 2005)
Rasio atau pembandingan berbagai faktor dalam profitabilitas, atau
dikatakan sebagai Rasio Profitabilitas merupakan perbandingan yang bertujuan
untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
dalam jangka waktu tertentu dan mampu memberikan gambaran efektifitas
17
pengusaha dalam melaksanakan kegiatan usaha. Rasio profitabilitas merupakan
rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba
melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas,
modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya (Syafri dan Sofyan,
2008).
Nilai Profitability dapat digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian
investasi yang telah dilakukan pada usaha dengan menggunakan seluruh aktiva
yang dimiliki. Semakin tinggi nilai profitabilitasnya, maka semakin tinggi
kemampuan usaha untuk menghasilkan keuntungan (Biji et al., 2007). Robert
(1997) mengungkapkan bahwa rasio profitabilitas atau rasio rentabilitas
menunjukan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang dapat
dilihat melalui Net Profit Margin (NPM). NPM berfungsi untuk mengukur tingkat
kembalian keuntungan bersih terhadap penjualan bersihnya yang dirumuskan
sebagai berikut :
NPM = Net Income After Tax
……………………(1) Net Sales
Nilai NPM berada diantara 0 dan satu. Nilai NPM semakin besar
mendekati satu, maka berarti semakin efisien biaya yang dikeluarkan dan juga
berarti semakin besar tingkat kembalian keuntungan bersih.
2.9. Analisis Hubungan Jalur (Path Analysis)
Kajian literatur dan pembahasan pengertian Path Analysis / analisis jalur
pertama kali dikembangkan oleh Sewell Wright pada tahun 1930-an. Teknik ini
digunakan untuk menguji hubungan kausal yang diduga masuk akal (plausibility)
antara satu variabel dengan variabel lain di dalam kondisi noneksperimental
(Muhidin dkk., 2009). Kerlinger (2003) mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan analisis jalur (path analysis) adalah suatu bentuk terapan dari analisis
multiregresi. Dalam hal ini digunakan diagram jalur yang kompleks. Dengan
18
menggunakannya dapat dihitung besarnya pengaruh langsung dari variabel-
variabel bebas terhadap suatu variabel terikat. Pengaruh-pengaruh itu tercermin
dalam apa yang disebut sebagai koefisien jalur (path coefisients) yang
sesungguhnya merupakan koefisien regresi yang telah dibakukan.
Menurut Pedhazur (1982), analisis jalur telah dikembangkan oleh Sewall
Wright sebagai suatu metode untuk mengkaji efek langsung atau efek tidak
langsung dari variabel-variabel yang dihipotesiskan sebagai penyebab efek-efek
variabel yang diperlukan dalam penelitian. Hal yang perlu dipahami adalah bahwa
sebenarnya analisis jalur bukanlah suatu metode yang digunakan untuk
menemukan penyebab-penyebab, akan tetapi digunakan untuk menemukan
penjelasan tentang pola-pola hubungan langsung dan tidak langsung dari suatu
model kausal yang disusun berdasarkan pertimbangan-pertimbangan teoritis dan
pengetahuan peneliti.
Tujuan utama path analysis adalah a method of measurement the direct
influence along each separate path in such a system and thus of finding the degree
to which variation of a given effect is determined by each particular cause. The of
method depend on the combination of knowledge of the degree of correlation
among the variables in a system with such knowledge as may possessed of the
causal relations (Maruyama, 1998).
Path analysis dapat dimanfaatkan untuk: 1. Penjelasan (explanation)
terhadap fenomena yang dipelajari atau masalah yang diteliti, 2. Prediksi nilai
variabel terikat (Y) berdasarkan nilai variabel bebas (X), dan prediksi dengan path
analysis ini bersifat kualitatif, 3. Faktor determinan yaitu penentuan variabel
bebas (X) mana yang berpengaruh dominan terhadap variabel terikat (Y), juga
dapat digunakan untuk menelusuri mekanisme (jalur-jalur) pengaruh variabel
bebas (X) terhadap variabel terikat (Y), 4. Pengujian model, menggunakan theory
trimming, baik untuk uji reliabilitas (uji keajegan) konsep yang sudah ada ataupun
uji pengembangan konsep baru (Riduwan, 2007).
Model analisis jalur hanya sesuai untuk data yang memenuhi asumsi-asumsi
yang berlaku bagi analisis regresi, antara lain (Abdurahman dkk., 2011): Pertama,
hubungan-hubungan antara variabel-variabel dalam model adalah linier, yaitu
19
asumsi bahwa semua hubungan antar variabel yang ada dalam model adalah
hubungan yang mengikuti garis lurus, bukan garis lengkung (curvilinear). Kedua,
residual-residual yang muncul tidak berkorelasi dengan variabel yang
mendahuluinya dalam model dan juga tidak berkorelasi di antara sesama variabel
itu sendiri. Implikasi dari asumsi ini adalah bahwa semua variabel-variabel yang
relevan harus dilibatkan dalam sistem itu. Variabel endogen disusun sebagai
kombinasi linier dari variabel-variabel eksogen atau endogen lain yang ada dalam
sistem, dibarengi sebuah residu. Variabel eksogen diperlukan sebagai “pemberi”.
Jika variabel-variabel eksogen dikorelasikan sesamanya, korelasi tersebut
diperlakukan sebagai “pemberi” dan sisanya tidak dianalisis. Ketiga, asumsi
normalitas sangat penting terutama untuk kepentingan penarikan kesimpulan.
Pada beberapa variabel hasil observasi cenderung memiliki frekuensi yang
posisinya berada di pusat atau ditengah distribusi. Distribusi normal merupakan
hal yang penting dalam statistik yang digunakan sebagai rujukan untuk
menentukan ukuran normalitas tidaknya suatu distribusi data sampel. Keempat,
asumsi homogenitas yang sering juga disebut homoscedastisitas yaitu apabila
skor-skor variabel endogen untuk setiap skor tertentu pada variabel eksogen selalu
sama atau hampir sama (Goldstein, 1985). Kelima, model analisis jalur cocok
untuk variabel yang mempunyai skala interval atau rasio dan kurang cocok untuk
variabel berskala nominal atau ordinal. Jika salah satu variabel dalam model yang
dispesifikasikan mempunyai skala ordinal atau nominal, maka koefisien korelasi
variabel tersebut harus dihitung dengan teknik statistik nonparametrik tertentu.
2.10. Penelitian Sebelumnya
Beberapa penelitian yang berkaitan dengan pengusahaan tebu rakyat antara
lain adalah sebagai berikut :
1. Secara umum, dapat dinyatakan bahwa SLT (Sekolah Lapang Tani) yang
disertai dengan praktek lapang terbukti mampu menjadi media untuk
memperoleh pengetahuan baru dan cara ini cukup berperan sebagai sarana
pemasyarakatan dan alih teknologi (Ismail dan Dianpratiwi, 2007).
20
2. Regrouping kelompok tani tebu dari yang berbasis individual menjadi berbasis
hamparan minimum 50 hektar dan mengelompokkan kembali kedalam satu
grup lebih kurang 10 kelompok ternyata mampu meningkatkan kinerja
kelompok dengan tolok ukur : peningkatan kesegaran tebu, peningkatan
kemasakan tebu, peningkatan rendemen tebu dan peningkatan Sisa Hasil Usaha
kelompok (Roesmanto dkk., 2008).
3. Penerapan kebijakan harga dasar melalui dana talangan telah meningkatkan
harga lelang (diatas harga dasar) sebesar 12% (Nahdodin, 2011).
4. Untuk meningkatkan produktivitas tebu/ gula dan melindungi petani tebu dapat
ditempuh tiga macam kebijakan, yaitu (1) Kebijakan penetapan harga dasar
gula yang berbasis biaya unit di tingkat petani. Hal ini akan berakibat pada
kenaikan harga gula dan penambahan areal tanam. (2) Kebijakan subsidi bibit
tebu, sehingga kontribusi tanaman pertama terhadap produksi gula akan
meningkat. Secara ekonomi, hal ini berarti akan meningkatkan produksi
sepanjang kurva produksi karena terjadi peningkatan produktivitas. (3)
Melaksanakan kegiatan bongkar ratoon secara konsisten yang diikuti dengan
pemanfaatan varietas unggul baru. Secara ekonomi hal ini berarti
meningkatkan produksi dengan cara menggeser kurva penawaran gula ke
kanan, karena adanya introduksi teknologi (Roesmanto dan Nahdodin, 2011).
5. Salah satu faktor penentu keberhasilan usahatani tebu rakyat adalah adanya
kemitraan dengan pabrik gula. Kemitraan yang baik akan mendorong loyalitas
petani kepada PG sehingga pasokan bahan baku tebu tetap terjamin. Dalam
kemitraan ini, PG bertindak sebagai pembimbing. Kemitraan antara PG dengan
petani memberikan kepastian usaha yang memiliki dua dimensi yaitu usahatani
tebu yang memang lebih menguntungkan dibanding komoditas lainnya dan
kepastian pelayanan di pihak Perusahaan yang sudah dapat diperhitungkan
(Widjajanto, 2013).
21
2.11. Hipotesis
Berdasarkan rumusan permasalahan, tujuan, telaah pustakan serta dukungan
penelitian sebelumnya, maka peneliti menarik hipotesis sebagai berikut :
1. Berbudidaya tebu rakyat layak dilakukan di Kabupaten Pasuruan.
2. Petani tebu rakyat loyal dalam berbudidaya tebu.
3. Perilaku petani tebu rakyat dipengaruhi oleh peran pemerintah.
4. Perilaku petani tebu rakyat dipengaruhi oleh peran pabrik gula.
5. Peranan pabrik gula dipengaruhi oleh peran pemerintah.
6. Loyalitas petani tebu rakyat dipengaruhi oleh peran pemerintah.
7. Loyalitas petani tebu rakyat dipengaruhi oleh perilaku petani tebu
rakyat.
8. Loyalitas petani tebu rakyat dipengaruhi oleh peran pabrik gula.
22
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Metode
Jenis penelitian deskriptif kuantitatif dilakukan dengan mendeskripsikan
data hasil penelitian dalam bentuk angka dengan menggunakan metode
pendekatan survei. Pendekatan survei dilakukan dengan mengumpulkan data atau
informasi yang terjadi di lapangan yang berupa kedudukan, fenomena, dan
menentukan persamanaan status dengan cara mengembangkan hasil yang
diperoleh dengan konsep/ teori yang telah ada dengan pengambilan sampel dari
suatu populasi dengan menggunakan alat pengumpul data pokok yang berupa
kuisioner.
3.2. Pendekatan Penelitian
Budidaya tebu dilakukan oleh petani maupun oleh PG, dimana dominasi
pengusahaan dilakukan oleh petani yang disebut sebagai petani tebu rakyat. Usaha
yang dilakukan oleh petani tentu mempertimbangkan pendapatan sehingga
berdampak pada tingkat kesejahteraan yang dirasakan. Ilustrasi awal dalam
analisa usaha yang dilakukan oleh petani tebu rakyat tersaji sebagaimana Gambar
3.1.
Berdasarkan skematis Gambar 3.1, tingkat kesadaran yang menumbuhkan
loyalitas petani guna mendukung konsistensinya dalam membudidayakan tebu
dipengaruhi oleh : 1) Perhitungan analisa biaya dan pendapatan yang pada
akhirnya perolehan laba yang didapatkan, 2) Ukuran tingkat loyalitas petani
dalam membudidayakan tebu di wilayah Pasuruan, 3) Hubungan antara faktor –
faktor yang berpengaruh, yaitu perilaku petani, peran pemerintah dan peran pabrik
gula.
23
Gambar 3.1. Ilustrasi Analisis Usaha dan Hubungan Antara Perilaku Petani Tebu
Rakyat, Peran Pemerintah dan Pabrik Gula Terhadap Loyalitas
Petani Dalam Budidaya Tebu Rakyat.
3.3. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada Kecamatan Gondang Wetan, Kecamatan
Winongan, Kecamatan Grati dan Kecamatan Nguling di wilayah Kabupaten
Pasuruan, Propinsi Jawa Timur pada Tahun 2015. Kabupaten Pasuruan digunakan
sebagai wilayah kajian dengan pertimbangan bahwa Kabupaten tersebut
merupakan salah satu Kabupaten di Wilayah Jawa Timur dengan kelengkapan
intrumen stakeholder yang ada, baik itu petani, pabrik gula, maupun pemerintah
serta adanya lembaga penelitian khusus gula sehingga diharapkan mampu
memberikan informasi yang komprehenshif.
3.4. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer
berdasarkan observasi lapang dan data sekunder dari berbagai sumber terkait.
Data primer berasal dari kuisioner terbuka dan tertutup hasil survei. Data sekunder
diperoleh dari Pabrik Gula Kedawung, Dinas Perkebunan, Badan Pusat Statistik
dan Kedinasan terkait lainnya serta sumber data on line yang relevan.
Peran Perilaku Petani Loyalitas Petani TR
Analisis Usaha
Biaya Pendapatan Peran Pabrik Gula
Peran Pemerintah
24
3.5. Teknik Pengambilan Sampel
Penelitian dilakukan di Kabupaten Pasuruan dengan pemilihan lokasi
berdasarkan pertimbangan sebaran area tebu (purposive). Purposive merupakan
teknik pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan – pertimbangan tertentu,
dalam hal ini pada sebaran area tebu. Populasi sebagai suatu kelompok yang
menyatakan jumlah keseluruhan, sedangkan sampel adalah bagian kecil dari
populasi yang mewakili secara keseluruhan (Sumarsono, 2004).
Tabel 3.1. Sebaran Area Tebu di Kabupaten Pasuruan Tahun 2013-2014.
No Kecamatan Jumlah
Desa
Masa Tanam 2013-2014
Luas area tebu (ha) Persentase Luas
(%)
1 Purwodadi 13 0,00 0,00
2 Tutur 12 0,00 0,00
3 Puspo 7 0,00 0,00
4 Tosari 8 0,00 0,00
5 Lumbang 12 0,00 0,00
6 Pasrepan 17 158,00 4,11
7 Kejayan 25 154,11 4,01
8 Wonorejo 15 0,00 0,00
9 Purwosari 15 72,90 1,90
10 Prigen 14 0,00 0,00
11 Sukorejo 19 114,06 2,97
12 Pandaan 18 11,00 0,29
13 Gempol 15 220,18 5,73
14 Beji 14 55,99 1,46
15 Bangil 15 0,00 0,00
16 Rembang 17 259,86 6,76
17 Kraton 25 11,74 0,31
18 Pohjentrek 9 22,24 0,58
19 Gondangwetan 20 273,42 7,12
20 Rejoso 16 190,63 4,96
21 Winongan 18 592,13 15,41
22 Grati 15 1.048,53 27,29
23 Lekok 11 46,88 1,22
24 Nguling 15 610,34 15,89
Jumlah 365 3.842,01 100,00
Sumber : BPS, 2014 (diolah).
25
Berdasarkan pengambilan sampel Kecamatan secara purposive sampling
(Tabel 3.1) dengan mempertimbangkan Kecamatan dengan luasan sebaran tebu,
maka diperoleh 4 Kecamatan utama sebagai penghasil tebu dengan luas mencapai
2.524 ha (65,71% dari luas total 3.842,1 ha). Pengambilan sampel responden
dilakukan kepada petani secara acak (random sampling) pada wilayah yang
berada pada sebaran area dominan dan berada dalam satu kawasan unit PG.
Berdasarkan Tabel 3.1, lokasi yang dijadikan sampel wilayah terdiri dari 4
kecamatan, yaitu Kecamatan Grati, Nguling, Winongan dan Gondangwetan.
Keempat kecamatan tersebut memiliki > 60% proporsi luas area tebu di
Kabupaten Pasuruan.
Pada setiap kecamatan sampel diidentifikasi jumlah petani yang
membudidayakan usaha tebu rakyat pada musim giling 2013/2014 berdasarkan
data dari pabrik gula Kedawung yang tercatat mengelola lahan tebu > 0,5 ha. Pada
setiap kecamatan dipilih sejumlah petani sampel dengan distribusi proporsional
berdasarkan jumlah total populasi petani pada empat kecamatan sampel. Jumlah
petani sample ditentukan dengan metode Slovin, dimana jumlah sampel
ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
n = N
……………………….…. (2) 1 + N e
2
Keterangan :
n = Jumlah sampel ; N = Populasi; e = Batas toleransi kesalahan
Implementasi rumus (1) diatas melalui data dukung sebagaimana Tabel 3.2
dengan jumlah populasi petani (N) 336 petani dan batas toleransi kesalahan yang
diharapkan 5%, maka dapat diperhitungkan sebagai berikut :
n = 336
= 183 1 + 336 (0,05)
2
26
Jumlah total petani pada empat Kecamatan sampel sejumlah 366 petani,
maka dengan batasan kepercayaan 95% maka diperlukan sekitar 183 sampel
responden. Keterbatasan waktu dan tenaga yang dihadapi di lapangan
menyebabkan pergeseran perolehan sampel responden sehingga diperoleh
sejumlah total 175 responden. Sejumlah 175 responden yang diperoleh, 33
responden diantaranya merupakan responden yang diambil sampel untuk analisis
usaha tani dengan distribusi proporsional per kecamatan.
Perhitungan analisis usahatani menggunakan petani sampel sejumlah 33
orang atau setara dengan tingkat kepercayaan 83,5%, sedangkan analisis
hubungan berbagai peran pendukung loyalitas mengambil sampel sejumlah 175
responden atau setara dengan tingkat kepercayaan 94,7%. Luas dan proporsi
luasan area di kecamatan sampel, jumlah petani tebu dan distribusi jumlah sampel
tersaji pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Distribusi Luasan, Proporsi Luas, Jumlah Petani dan Distribusi Petani
Sampel di Wilayah Penelitian
No Kecamatan
Luas 1)
Petani 2)
Distribusi
Responden (orang)
(Ha) (%) Orang (%)
Analisa
Usaha
Tani
Analisa
Hubungan
Peran
1 Gondangwetan 273 10,83 39 11,61 4 20
2 Grati 1.049 41,54 184 54,76 18 96
3 Nguling 610 24,18 48 14,29 5 25
4 Winongan 592 23,46 65 19,35 6 34
Jumlah 2.524 100,00 336 100,00 33 175
Keterangan : 1)
Sumber data BPS Kabupaten Pasuruan dalam angka 2014 (diolah), 2)
Sumber data Pabrik Gula Kedawung Musim Giling 2013-2014
(diolah).
Jumlah petani tebu pada 4 Kecamatan utama penghasil tebu di wilayah
penelitian sejumlah 336 orang yang terdistribusi berdasarkan prosentasenya pada
Kecamatan Gondangwetan 11,61%, Kecamatan Grati 54,76%, Kecamatan
Nguling 14,29%, serta Kecamatan Winongan 19,35%. Berdasarkan prosentase
tersebut, maka secara proporsional responden yang diambil secara acak
27
terdistribusi untuk responden dalam analisis usaha tani (sejumlah 33 responden
yang tersebar pada Kecamatan Gondangwetan 4 orang, Kecamatan Grati 18
orang, Kecamatan Nguling 5 orang, serta Kecamatan Winongan 6 orang), dan
analisis hubungan peran (sejumlah 175 responden yang tersebar pada Kecamatan
Gondangwetan 20 orang, Kecamatan Grati 96 orang, Kecamatan Nguling 25
orang, serta Kecamatan Winongan 34 orang) (Tabel 3.2).
3.6. Variabel Penelitian
Variabel yang diamati dalam penelitian ini merupakan objek, sifat, atribut,
nilai dari orang atau objek maupun beragam kegiatan yang bervariasi antara satu
dengan yang lain yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, dianalisa dan
ditarik kesimpulan (Nazir, 2005). Variabel yang diamati terdiri dari (1) variabel
kelayakan usaha tebu rakyat, (2) variabel perilaku petani tebu rakyat, (3) variabel
peran pemerintah, (4) variabel dukungan Pabrik Gula, dan (5) loyalitas petani tebu
rakyat
Variabel penelitian ditentukan dengan melakukan 3 kajian utama, yaitu :
(1) mengukur variabel kelayakan usaha tani tebu rakyat di wilayah Kabupaten
Pasuruan Propinsi Jawa Timur, (2) mengukur tingkat loyalitas petani dalam
mengusahakan budidaya tebu rakyat, (3) mengukur hubungan kausalitas dari
variabel loyalitas petani tebu rakyat, perilaku petani, peran pemerintah, dan peran
pabrik gula.
3.6.1. Analisis Kelayakan Usaha Tani Tebu Rakyat
Data berdasarkan observasi lapang merupakan jawaban responden yang
diukur dengan kuisioner terbuka pada 33 responden. Adapun analisis kelayakan
usahatani dikaji dengan perhitungan Revenue/ Cost ratio (R/C ratio) dan
Profitabilitas melalui Net Profit Margin (NPM).
Kelayakan pengusahaan tebu rakyat oleh petani dengan mempertimbangkan
berbagai pengeluaran (output/ biaya) dan penerimaan (input/ pendapatan).
28
Pengukuran kelayakan usahatani terdiri dari penggunaan biaya dan penerimaan
pendapatan yang berujung pada keuntungan secara keseluruhan. Beberapa
parameter yang diperhitungkan antara lain :
1. Revenue Cost Ratio (R/C)
Analisis R/C ratio merupakan perbandingan antara total penerimaan dan
total biaya (Rahim dan Hastuti, 2007). Hal tersebut dapat dirumuskan sebagai
berikut :
R/C Ratio = TR ………….......…………………. (3) TC
Keterangan :
TR = Total Revenue (total pendapatan)
TC = Total Cost (total biaya)
Apabila dijumpai nilai R/C > 1, maka penerimaan lebih besar dari biaya
yang dikeluarkan sehingga usaha tebu rakyat layak diusahakan, sedangkan apabila
R/C < 1 menunjukkan biaya lebih tinggi dibandingkan pendapatan yang
diterimanya sehingga usaha dinyatakan tidak layak. Revenue merupakan sejumlah
uang yang diterima oleh seseorang dari hasil penjualan produk secara
keseluruhan. Revenue dapat dikatakan juga sebagai pendapatan kotor (bruto).
2. Profitabilitas
Kemampuan menghasilkan laba dari usaha yang dilakukan secara efisien
dinilai berdasarkan rasio profitabilitas dengan Net Profit Margin (NPM), dimana
perhitungkan laba usaha setelah dibayarkan semua kewajibannya (laba bersih)
dibagi dengan penjualan (pendapatan usaha) yang diterima. Hal tersebut
dirumuskan sebagai berikut :
NPM = Net Income After Tax ……………………..(4)
Net Sales
29
Nilai NPM diantara 0 dan satu, dimana apabila mendekati satu, maka berarti
semakin efisien biaya yang dikeluarkan dan juga berarti semakin besar tingkat
kembalian keuntungan bersih. Income menunjukkan sejumlah uang yang diterima
dari hasil penjualan setelah dikurangi dengan berbagai biaya yang timbul. Income
dikatakan juga sebagai pendapatan bersih (netto).
3.6.2. Analisis Tingkat Loyalitas Petani Tebu Rakyat
Analisis loyalitas petani dilakukan dengan memotret kondisi kesesuaian
lahan petani tebu rakyat, analisis kepemilikan lahan, pola kemitran dengan pabrik
gula, umur budidaya tebu rakyat dan pendapatan budidaya tebu rakyat. Indikator
pengukuran diperhitungkan dengan scoring method (skala likert) melalui
kuisioner tertutup berupa pilihan jawaban a, b, c, d atau e. Pilihan jawaban a (skor
1), b (skor 2), c (skor 3), d (skor 4), dan e (skor 5) yang dipilih oleh responden
didiskripsikan secara kuantitatif. Kuisioner tertutup yang digunakan dalam
observasi lapang terhadap responden terlampir (Lampiran 2). Variabel, indikator
dan skor yang dijadikan dasar pertanyaan dan dikaji dari model teoritis disajikan
dalam Tabel 3.3.
Tabel 3.3. Variabel dan Indikator Loyalitas Petani
No Variabel Kode Indikator Skor
1 Loyalitas X 1 Kesesuaian lahan 1-5
Petani X 2 Kepemilikan lahan 1-5
(5 indikator) X 3 Pola kemitraan dengan PG 1-5
X 4 Umur pengelolaan budidaya TR 1-5
X 5 Pendapatan budidaya TR 1-5
Tingkat kesesuaian jawaban dengan pengukuran yang dilakukan dihitung
dengan cara membagi jumlah skor total dengan jumlah skor tertinggi kemudian di
prosentasekan dengan cara mengalikannya 100% (Widoyoko, 2012). Rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut :
30
Tki = Xi
x 100% ………………………………………… (5) Yi
Keterangan :
Tki = Tingkat loyalitas relatif responden; Xi = Skor penilaian loyalitas
responden; Yi = Skor total tertinggi penilaian loyalitas responden
3.6.3. Analisis Tingkat Peran Perilaku Petani, Peran Pemerintah dan Peran
Pabrik Gula
Variabel perilaku petani, peran pemerintah dan peran pabrik gula dalam
mengusahakan tebu rakyat dengan kesadaran diukur menggunakan scoring
method (skala likert) melalui kuisioner tertutup. Pertanyaan yang digunakan
merujuk pada indikator pendukung aspek variabel yang diteliti. Variabel peran
pemerintah dilihat melalui 10 (sepuluh) indikator, variabel peran peran pabrik
gula dilihat melalui 8 indikator, dan variabel peran perilaku petani dilihat melalui
12 indikator.
Pilihan jawaban dalam kuisioner berupa huruf a, b, c, d atau e dengan nilai
skor jawaban a (skor 1), b (skor 2), c (skor 3), d (skor 4), dan e (skor 5). Variabel
peran pemerintah mempunyai potensi skor maksimal 50, variabel peran pabrik
gula berpotensi memperoleh skor maksimal 40 dan variabel peran perilaku petani
berpotensi memiliki skor maksimal 60. Pilihan jawaban responden kemudian
didiskripsikan secara kuantitatif.
Variabel, indikator dan skor yang dijadikan dasar pertanyaan dan dikaji dari
model teoritis disajikan dalam Tabel 3.4. Pengukuran variabel – variabel
sebagaimana tersebut pada Tabel 3.3 dan Tabel 3.4 yang diperoleh melalui survei
dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan Analisis Jalur (Path Analysis).
31
Tabel 3.4. Variabel dan Indikator Penelitian
No Variabel Kode Indikator Skor
1 Peran
Pemerintah
(10 indikator)
X 6 Cipta kondisi pengembangan usaha
berdayasaing
1-5
X 7 Regulasi dan hukum yang mendukung 1-5
X 8 Perbaikan dan pengembangan
infrastruktur kemitraan
1-5
X 9 Perlindungan petani dari ekploitasi 1-5
X 10 Sistem informasi terintegrasi 1-5
X 11 Promosi bersama 1-5
X 12 Dukungan kredit investasi, subsidi bunga 1-5
X 13 Menjadi motivator 1-5
X 14 Menjadi stabilisator 1-5
X 15 Pemerata keadilan 1-5
2
Peran Pabrik
Gula
(8 indikator)
X 16 Memberikan bimbingan dan penyuluhan 1-5
X 17 Menyusun rancana usaha 1-5
X 18 Penjamin kredit permodalan 1-5
X 19 Bimbingan teknologi 1-5
X 20 Penyediaan saprodi 1-5
X 21 Jaminan pembelian hasil produksi tebu
rakyat
1-5
X 22 Promosi hasil produksi 1-5
X 23 Pengembangan teknologi (riset) 1-5
3
Perilaku
Petani
(12 indikator)
X 24 Pengetahuan kesesuaian lahan 1-5
X 25 Sikap terhadap kesesuaian jenis/ varietas 1-5
X 26 Penguasaan teknologi (varietas dan
budidaya)
1-5
X 27 Jaminan kualitas, kuantitas dan
kontinuitas
1-5
X 28 Pembagian resiko 1-5
X 29 Pemerataan kesejahteraan 1-5
X 30 Pengelolaan pasca panen 1-5
X 31 Sarana dan prasarana 1-5
X 32 Kepemilikan lahan 1-5
X 33 Akses permodalan 1-5
X 34 Tingkat pendidikan 1-5
X 35 Sikap mental petani 1-5
32
3.7. Teknik Pengumpulan Data
Data primer dikumpulkan dengan menggunakan metode survei
menggunakan kuisioner. Kuisioner merupakan alat bantu yang digunakan guna
menggali informasi secara terstruktur, dimana dalam kuisioner dibuat pertanyaan
yang sudah disajikan jawabannya untuk diisi oleh responden. Pengisisan kuisioner
dilakukan secara bebas sesuai keadaan dan pendapat responden. Kuisioner yang
diberikan berupa kuisioner terbuka maupun tertutup. Kuisioner tertutup
merupakan kuisioner yang sudah mencantumkan jawabannya, sehingga responden
tinggal memilih jawaban yang ditentukan. Data sekunder diperoleh melalui
berbagai sumber dan pustaka yang dapat menjadi literatur baik secara online
maupun offline.
Instrumen utama yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuisioner,
yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberi perangkat
pertanyaan ataupun pertanyaan tertulis kepada responden (Sugiyono, 1999).
Instrumen dalam kalayakan usaha tebu rakyat diwujudkan dalam bentuk
pertanyaan biaya dan pendapatan dalam pengusahaan tebu rakyat, sedangkan
hubungan antar variabel perilaku petani, peran pemerintah, peran pabrik gula dan
loyalitas petani dibuat dengan skala perhitungan tersendiri dalam setiap jawaban
yang diberikan.
3.8. Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data yang berasal dari hasil survei lapang dilakukan melalui
pengumpulan, pemilahan, pengolahan dan analisis data yang bersifat numerik
maupun non numerik. Teknik yang digunakan dalam analisa data dilakukan
melalui :
- Analisis deskriptif yang menyangkut biaya dan pendapatan pada analisa
kelayakan usaha tebu rakyat.
- Tingkat loyalitas (kesadaran petani tebu rakyat) digunakan data secara
bertingkat.
33
- Analisis hubungan menggunakan Analisis Jalur (Path Analysis) yang
dioperasikan dengan menggunakan software AMOS guna menganalisis
hubungan model kausalitas atau hubungan pengaruh antar variabel.
3.8.1. Analisis Deskriptif
3.8.1.1. Kelayakan usaha tebu rakyat
Analisis kelayakan usaha dilakukan untuk menentukan sampai seberapa
besar tebu rakyat dapat memberikan manfaat/ keuntungan yang lebih besar
dibandingkan dengan biaya operasional (investasi) yang dikeluarkan. Indikator
yang dinilai terdiri dari penyiapan lahan, budidaya, ketercukupan saprodi, proses
panen, dan pasca panen.
3.8.1.2. Kesadaran Pengusahaan Tebu Rakyat (Loyalitas)
Tingkat loyalitas pengusahaan tebu rakyat diidentifikasikan dengan tingkat
loyalitas petani di wilayah Kabupaten Pasuruan menggunakan scoring method
(skala likert). Tingkat loyalitas petani tebu rakyat dalam mengusahakan budidaya
tebu di Kabupaten Pasuruan dapat dihitung berdasarkan jumlah skor dari jawaban
atas kuisioner nomor 1 sampai dengan 5 tentang loyalitas (Lampiran 2). Pilihan
jawaban dalam kuisioner berupa huruf a, b, c, d atau e dengan nilai skor jawaban a
(skor 1), b (skor 2), c (skor 3), d (skor 4), dan e (skor 5). Semakin tinggi jumlah
skor yang diperoleh responden, maka kecenderungan responden semakin tinggi
loyalitasnya. Nilai skor maksimal setiap pertanyaan adalah 5 dan jumlah
pertanyaan sejumlah 5 butir, maka skor maksimal dapat diperoleh sebesar 5 x 5 =
25. Penggunaan kriteria kualitatif sangat rendah hingga sangat tinggi (5 kriteria
yang digunakan), maka nilai skor maksimal 25 yang diperoleh dari jawaban atas
kuisioner yang digunakan dibagi 5 kategori yang dimaksud, sehingga kategori
skor dapat dijabarkan sebagai berikut :
34
Skor 0 – 5 = Sangat Rendah
Skor 5,1 – 10 = Rendah
Skor 10,1 – 15 = Cukup Tinggi
Skor 15,1 – 20 = Tinggi
Skor 20,1 – 25 = Sangat Tinggi
3.8.1.3. Analisis Hubungan Antara Variabel Perilaku Petani, Peran Pemerintah,
Peran Pabrik Gula dan Loyalitas Petani Tebu Rakyat Dalam
Keberlanjutannya Mengusahakan Tebu Rakyat.
Variabel tingkat perilaku petani, peran pemerintah, peran PG dan loyalitas
petani tebu rakyat di Kabupaten Pasuruan dapat diketahui dengan menggunakan
data primer dan data sekunder yang dapat dikelompokkan, ditabulasi, dan
dianalisis dari pertanyaan yang diajukan kepada responden serta diolah dalam
bentuk angka dan pembahasannya dengan menggunakan Analisis Jalur (Path
Analysis) dengan software AMOS.
Penelitian ini memiliki empat variabel, yaitu variabel loyalitas, peran
pemerintah, peran perilaku petani dan peran PG. Analisis hubungan antar variabel
tersebut dilakukan dengan membentuk hubungan diagram jalur (path diagram)
hubungan kausalitas. Berdasarkan teori yang didapatkan dalam penelitian ini
dibuat diagram jalur hubungan kausalitas antar variabel dan indikatornya, secara
konseptual dapat dilihat dalam diagram alur sebagaimana Gambar 3.1.
Identifikasi variabel dalam analisis hubungan antara variabel perilaku
petani, peran pemerintah, peran pabrik gula dan loyalitas petani tebu rakyat dalam
keberlanjutannya mengusahakan tebu rakyat terdiri atas :
a. Veriabel bebas terdiri atas peran pemerintah, peran pabrik gula dan peran
perilaku petani.
Peran pemerintah merupakan segala bentuk intervensi pemerintah dalam
industri gula guna menjaga loyalitas petani tebu. Peranan pemerintah diukur
melalui observasi pendapat petani terhadap pemerintah tentang peranannya dalam
cipta kondisi pengembangan usaha berdayasaing; regulasi dan hukum yang
35
mendukung; perbaikan dan pengembangan infrastruktur kemitraan; perlindungan
petani dari ekploitasi; sistem informasi yang terintegrasi; promosi bersama
stakeholder; dukungan kredit investasi dan subsidi bunga; menjadi motivator;
menjadi stabilisator; serta pemerataan keadilan.
Peran Pabrik Gula merupakan segala aktivitas yang dilakukan oleh pabrik
gula dalam upaya menjaga loyalitas petani, baik secara langsung maupun melalui
mediasi perilaku petani dengan melihat indikator fungsi memberikan bimbingan
dan penyuluhan; menyusun rancana usaha; penjamin kredit permodalan;
bimbingan teknologi; penyediaan saprodi; jaminan pembelian hasil produksi tebu
rakyat; promosi hasil produksi, serta pengembangan teknologi (riset).
Peran Perilaku Petani merupakan berbagai aspek sikap dan aktifitas perilaku
petani yang dapat mendukung terwujudnya loyalitas berbudidaya tebu yang dapat
dilihat melalui pengetahuan kesesuaian lahan; sikap terhadap kesesuaian jenis/
varietas; penguasaan teknologi (varietas dan budidaya); jaminan kualitas,
kuantitas dan kontinuitas; pembagian resiko; pemerataan kesejahteraan;
pengelolaan pasca panen; sarana dan prasarana; kepemilikan lahan; akses
permodalan; tingkat pendidikan, serta sikap mental petani
b. Variabel terikat yaitu loyalitas petani.
Loyalitas petani merupakan bentuk kesetiaan untuk melakukan usaha
dengan penuh kesadaran sehingga bisa berkelanjutan usahanya. Indikator utama
dalam melihat loyalitas tersebut dengan observasi terhadap kesesuaian lahan;
kepemilikan lahan; pola kemitraan dengan PG; umur pengelolaan budidaya TR,
serta pendapatan budidaya TR
Data berdasarkan observasi lapang tersebut merupakan jawaban 175
responden yang diukur dengan skala Likert. Pilihan a dengan skor 1 merupakan
kontribusi peran yang sangat rendah hingga pilihan e dengan skor 5 merupakan
kontribusi sangat tinggi (maksimal). Telaah peran pemerintah, pabrik gula,
perilaku petani dan loyalitas petani menggunakan 35 pertanyaan. Uji validitas dan
Reliabilitas dilakukan setelah data primer terkumpul.
Pengujian validitas dan realibilitas dilakukan guna menelaah secara
keseluruhan instrumen penelitian yang digunakan adalah valid atau tepat
36
sekalipun digunakan di tempat lain pada waktu yang berbeda, reliabel atau
handal meskipun digunakan secara berulang-ulang.
Uji Reliabilitas.
Uji realibilitas merupakan syarat untuk pengujian validitas. Penelitian ini
mengukur reliabilitas data dengan reliabilitas konsistensi internal. Pengujian
realibilitas dengan konsistensi internal dilakukan dengan cara mencobakan
instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis butir-butir
pertanyaan dalam penelitian ini digunakan tehnik Cronbach’s Alfa (koefisien
alfa). Suatu item pengukuran dapat dikatakan reliabel apabila memiliki koefisien
alfa lebih besar dari 0,6 (Sugiyono, 2007)
Uji Validitas
Instrumen dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila instrumen
tersebut dapat digunakan untuk mengukur gejala sesuai dengan apa yang
didefinisikan. Metode ini dilakukan dengan menggunakan Tehnik uji korelasi
Pearson Product Moment. Validitas instrumen ditentukan dengan cara
mengkorelasikan antara score masing-masing item dengan total score masing-
masing item (Sugiyono, 2007). Selanjutnya koefisien masing-masing item
dibandingkan dengan angka kritis r pada tabel kritis r Pearson Product Moment
sesuai dengan derajat bebas dan signifikansinya.
37
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian
Kabupaten Pasuruan merupakan sebagai kabupaten terdekat dari Kota
Pasuruan merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Jawa Timur yang berada
pada bagian utara Pulau Jawa. Kabupaten ini berada pada titik strategis jalur
persimpangan antara Surabaya – Malang, dan Surabaya – Probolinggo. Kabupaten
Pasuruan memiliki luas wilayah 147.401,50 km2 yang terdistribusi pada 24
Kecamatan dengan jumlah penduduk 1.569.507 jiwa, terdiri dari 758.617 jiwa
laki-laki dan 772.408 jiwa perempuan (BPS, 2015).
Luas lahan tebu di Kabupaten Pasuruan sekitar 3.700 – 5.105 ha dalam 7
terakhir. Area tebu pada masa tanam 2013-2014 tercatat seluas 3.842 ha yang
menunjukkan penurunan luasan tebu sebesar 25% apabila dibandingkan dengan
luasan tebu terluas dalam 6 tahun terakhir, meskipun relatif lebih tinggi 3%
dibandingkan luasan tebu paling rendah dalam kurun waktu tersebut (Gambar
4.1).
Gambar 4.1. Perkembangan Luas Area Tebu di Kabupaten Pasuruan
(Sumber : BPS 2012, 2014, 2015, 2016)
38
Luas area tebu rata-rata dalam 7 tahun terakhir seluas 4,177 ha. Kondisi 3
tahun (2008,2009 dan 2011) perkembangan luasan berada diatas luas rata – rata,
akan tetapi pada periode 4 tahun (2010, 2012, 2013 dan 2014) mengalami kondisi
sebaliknya. Perkembangan luas area tebu menunjukkan dinamika minat petani
dalam penentuan komoditas yang dikembangkan pada suatu lahan, mengingat
dominasi petani tebu rakyat lebih dari 90 % di Pulau Jawa.
Kabupaten Pasuruan terdiri dari 24 Kecamatan, sedangkan area tebu
tersebar hanya pada 16 Kecamatan. Sebaran distribusi area tebu menyesuaikan
Kondisi alam dan bentang topografinya, mengingat Kabupaten Pasuruan memiliki
bentang alam berupa pantai hingga pegunungan. Sebaran area tebu mencapai
65,71% dari keseluruhan tebu di Kabupaten Pasuruan yang terdapat pada 4
Kecamatan yakni Kecamatan Grati (27,29%), Nguling (15,89%), Winongan
(15,41%) dan Gondang Wetan (7,12%).
Pertanaman tebu di Kabupaten Pasuruan dapat dialokasikan giling pada 2
Pabrik Gula terdekat, yaitu PG Kedawung dan PG Candi Baru. Secara
administratif PG Kedawung berada di Kabupaten Pasuruan, sedangkan PG Candi
Baru berada di Kabupaten Sidoarjo. Pabrik Gula Kedawung sebagai salah satu
anak perusahaan Badan Usaha Milik Negara PT Perkebunan Nusantara XI
berlokasi di Desa Kedawung Kulon, Kecamatan Grati, Kabupaten Pasuruan. PG
Kedawung memiliki kapasitas giling tebu 2.500 ton tebu per hari (PTPN 11,
2009).
Kabupaten Pasuruan memiliki peran startegis dalam perkembangan industry
gula mengingat di tengah wilayah administratifnya terdapat Kota Pasuruan yang
berkedudukan sebuah lembaga penelitian sejak jaman Hindia Belanda (1887)
dengan nama Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI). Pusat
Penelitian Perkebunan Gula Indonesia yang dahulu bernama Het Proefstation
voor de Java Suiker Industrie merupakan instansi penelitian yang secara spesifik
berkecimpung dengan permasalahan gula, khususnya komoditas tebu sebagai
bahan baku pokok gula. Institusi ini berperan dalam mendukung perkembangan
industri gula nasional dengan memberikan pelayanan kepada stakeholders,
penyandang dana dan para pengguna teknologi gula (P3GI, 2008). Lembaga
39
penelitian P3GI pernah menjadi penyelamat industri gula ketika terjadi wabah
penyakit sereh di dunia dengan menghasilkan varietas POJ 2878. Catatan sejarah
tersebut yang menjadikan Kota Pasuruan terkenal di industri pergulaan dunia.
4.2. Karakteristik Responden
Responden penelitian terdiri atas responden analisis usahatani tebu rakyat
sejumlah 33 responden, dan responden untuk mengetahui hubungan loyalitas,
perilaku petani, peran pabrik gula dan peran pemerintah sejumlah 175 reponden.
Responden terdistribusi di wilayah Kecamatan Grati, Nguling, Winongan dan
Gondang Wetan.
Karakteristik responden secara umum didominasi oleh laki laki (95,89%),
jumlah anggota keluarga rata-rata 4 orang, bermata pencaharian utama sebagai
petani (78,26%), berpendidikan tamat SMA (40,63%), luas lahan tebu yang
dikelola rata-rata mencapai 12,65 ha per petani dan mayoritas (54,39%)
mengelola tebu pada kepemilikan lahan campuran (lahan milik sendiri dan lahan
sewa) (Tabel 4.1.).
Tabel 4.1. Karakteristik Responden di Wilayah Penelitian
Parameter Satuan Nilai
Jenis Kelamin Laki-laki % 95,89
Perempuan % 4,11
Jumlah anggota keluarga orang 4
Mata pencaharian pokok Petani % 78,26
Non Petani % 21,74
Pendidikan SD % 32,81
SMP % 14,06
SMA % 40,63
D3 % 3,13
S1 % 9,38
Luas lahan yang dikelola setiap petani ha 12,65
Status lahan tebu Lahan Sendiri % 24,56
Lahan Sewa % 21,05
Lahan Sendiri dan Lahan Sewa % 54,39
40
Beberapa penelitian terkait tebu mengindikasikan karakteristik responden
petani yang sudah mengenal bangku sekolah. Tahap pendidikan SMA merupakan
pendidikan yang mendominan di antara petani responden yaitu sebesar 50 %.
Sedangkan 20 % lainnya terdiri dari Diploma, dan 30 % dari Sarjana / S1 (Ayyun
dan Rahayu, 2013). Petani tebu cenderung memahami berbagai perhitungan usaha
dan memiliki pola pikir rasional.
4.3. Budidaya Tebu
Budidaya tebu dilakukan dengan penanaman tanaman pertama (PC/Plant
Cane) hingga panen, kemudian diikuti dengan memotong batang tanaman lama
sehingga menjadi tanaman kedua/ keprasan 1. Tanaman tebu dibudidayakan
dengan pola keprasan hingga keprasan 3. Rekomendasi teknis budidaya tebu
berupa penanaman tebu hingga 4 kali panen yang terdiri dari 1 kali PC dan 3 kali
keprasan, kemudian tebu dibongkar untuk diganti dengan tanaman/ benih baru.
Degradasi klonal dan akumulasi penyait sistemik dikhawatirkan terjadi apabila
tebu keprasan 3 tidak dilakukan pembongkaran. Namun demikian, keprasan
hingga lebih dari 3 kali masih banyak dijumpai di lapangan.
Bertanam tebu dapat dilakukan pada lahan sawah (berpengairan cukup),
maupun lahan tegalan (berpengairan terbatas). Pengelolaan lahan sawah umumnya
dilakukan dengan pola Reynoso, sedangkan pada lahan tegalan dilakukan secara
semi mekanisasi. Pengelolaan lahan secara mekanisasi saat ini umum dilakukan
dengan pengolahan tanah menggunakan traktor dalam kondisi yang
memungkinkkan. Budidaya tebu dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
a. Penyiapan lahan
- Pola Reynoso
Prinsip pola Reynso adalah pembuatan jejaring drainase
melalui saluran/ got disekitar lahan agar dapat mengatur kelebihan air
disaat berlebih maupun memberikan air apabila terjadi kekurangan air
41
bagi tanaman. Pengolahan tanah dilakukan hanya pada daerah barisan
tanam. Pola Reynoso umumnya dilakukan di lahan sawah.
- Pola Semi Mekanisasi
Pola semi mekanisasi pada prinsipnya adalah penggunaan alat
mekanisasi (traktor) pada sebagian teknis budidaya tebu. Selektifitas
pekerjaan dengan menggunakan alat mekanis dilakukan dengan
penyesuaian kondisi fisik lapang, maupun ketersediaan tenaga kerja.
Pekerjaan pembajakan dan pembuatan barisan tanam sudah lazim
menggunakan alat traktor pada pola Semi Mekanisasi, sedangkan
kegiatan panen belum dapat dilakukan secara mekanis. Penerapan pola
semi mekanisasi umumnya dilakukan pada daerah tegalan.
b. Penanaman
Tebu ditanam dalam bentuk bagal mata dua atau lebih dalam
barisan tanam. Sebagian petani melakukan penanaman menggunakan pola
tanaman benih dalam polibag yang kemudian ditransplanting ke lapang.
c. Pemupukan
Pemupukan dilakukan dalam 2 periode, yaitu saat tanam dan umur
1,5 setelah tanam. Dosis pupuk berimbang yang mengandung unsur N,
P2O5 dan K20 sesuai hasil analisis tanah diberikan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi essensial bagi tebu.
d. Pemeliharaan
Pemeliharaan tebu dilakukan dengan kegiatan pengendalian
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), pemberian tanah (turun tanah I,
II dan III), pembumbunan serta klentek (pembuangan daun kering tebu).
e. Panen
Panen tebu dilakukan pada umur sekitar 12 bulan, atau berdasarkan
hasil analisis kemasakan yang dilakukan oleh pabrik gula. Panen
dilakukan dengan memotong batang tebu dan membersihkannya dari
pengikut lain, seperti daun muda, daun kering akar dan tanah yang
berpotensi terikut. Kriteria panen yang utama adalah tebu dalam kondisi
42
Manis, Bersih dan Segar (MBS). Tebu hasil panen harus segera digiling
agar tidak terjadi kerusakan sukrosa akibat fermentasi.
f. Tataniaga
Hubungan kemitraan antara petani dan PG menjembatani tataniaga
dalam penjualan gula petani yang dilakukan dengan cara lelang terbuka.
Hasil lelang gula (gula yang terbeli) menjadi pendapatan bagi pabrik gula
maupun petani. Pembagian hasil usaha budidaya tebu dilakukan oleh
petani dengan PG melalui sistem bagi hasil sejumlah 66% gula bagian
petani dan 34% gula bagian PG (pada rendemen kurang dari 7%) yang
harganya ditentukan melelui mekanisme lelang tersebut. Gula bagian
petani sebesar 90% yang diberikan dalam bentuk uang, sedangkan 10%
bagiannya diberikan dalam bentuk natura (gula). Selain gula, petani
memperoleh bagian tetes sejumlah 3 kg tetes per kuintal tebu yang digiling
yang dirupakan dalam bentuk uang senilai hasil lelang tetes yang berjalan.
4.4. Analisis Usaha Tani Tebu Rakyat
Penyedia bahan baku giling bagi pabrik gula di Pulau Jawa didominasi oleh
tebu milik rakyat yang biasa disebut sebagai tebu petani/ rakyat (Tebu Rakyat/
TR). Kegiatan ekonomi yang berbasis pada margin keuntungan yang baik akan
menjadi pilihan petani dalam berusaha dan berbudidaya tebu guna mendukung
kesejahteraan keluarga petani. Pemahaman terhadap analisis usaha tani yang
berlaku dalam pengusahaan tebu menjadi dasar dalam penentuan sikap usaha
petani. Pabrik gula sebagai penyedia jasa penggilingan tebu menetapkan sebuah
perhitungan dasar dalam pengelolaan tebu yang disebut sebagai Norma Dasar PG,
meskipun dalam implementasinya terdapat keragaman.
43
4.4.1. Analisis Usaha Tani Tebu Rakyat berdasarkan Norma Dasar PG
Kedawung
PG Kedawung memiliki norma dasar perhitungan analisis usaha tani berupa
perhitungan normatif budidaya tebu dan menjadi acuan dasar dalam operasional.
Norma dasar yang menjadi acuan tidak memperhitungkan nilai IPL (Imbalan
Penggunaan Lahan)/ sewa lahan dengan asumsi petani sebagai pemilik lahan.
Hasil analisis usaha tani tebu petani berdasarkan nilai dasar yang berlaku di PG
Kedawung tanpa memperhitungkan sewa lahan tersaji pada Tabel 4.2.
Hasil analisis kelayakan usaha tani tebu berdasarkan norma dasar PG
melalui perbandingan Revenue/ Cost (R/C) rasio diperoleh nilai lebih dari 1,
sehingga dikatakan pengusahaan tebu rakyat layak dan relatif untung. Secara
umum, tanaman keprasan memberikan kontribusi R/C rasio lebih tinggi dibanding
tanaman pertama (PC) karena pada tanaman keprasan ada beberapa komponen
biaya yang tidak perlu dikeluarkan seperti halnya ketika pengelolaan tanaman PC,
seperti pembukaan lahan, pengolahan tanah, pemenuhan saprodi berupa bahan
tanam. Pengelolaan tebu rakyat bersifat layak melalui perhitungan perbandingan
R/C berturut – turut dari nilai besar ke nilai kecil dengan urutan tanaman
keprasan di lahan sawah (2,24) > tanaman keprasan di lahan tegalan (2,16) >
tanaman pertama di lahan sawah (1,62) > tanaman pertama di lahan tegalan
(1,59).
44
Tabel 4.2. Analisis Usaha Tani TR di Wilayah PG Kedawung MT 2013-2014.
No Uraian Satuan TRS I K TRS II K TRT I K TRT II K
Satuan Jumlah Satuan Jumlah Satuan Jumlah Satuan Jumlah
Produksi
Luas Ha 1 1 1 1
Tebu Ku/ha 739 679 637 574
Hablur Ku/ha 47,15 42,44 39,30 34,67
Rendemen % 6,38 6,25 6,17 6,04
1 Pendapatan
Gula (Rp.10.256,- /kg) Rp 1.025.600 32.010.171 1.025.600 28.811.951 1.025.600 26.683.788 1.025.600 23.538.117
Tetes (3 kg/ ku Tebu) Rp 130.000 2.882.100 130.000 2.648.100 130.000 2.484.300 130.000 2.238.600
Jumlah Penerimaan 34.892.271 31.460.051 29.168.088 25.776.717
2 Biaya
Biaya Garap Rp 8.000.000 8.000.000 5.000.000 5.000.000 6.000.000 6.000.000 4.000.000 4.000.000
Bibit Rp 3.850.000 3.850.000 385.000 385.000 3.850.000 3.850.000 385.000 385.000
Pupuk Rp
ZA 5 ku/ha Rp 700.000 700.000 700.000 700.000 700.000 700.000 700.000 700.000
Phonska 4 ku/ha Rp 920.000 920.000 920.000 920.000 920.000 920.000 920.000 920.000
FTK Rp 15 11.085 15 10.185 15 9.555 15 8.610
Sub Jumlah Biaya 13.481.085 7.015.185 11.479.555 6.013.610
Bunga 7% Rp 943.676 491.063 803.569 420.953
Tebang angkut Rp 9.600 7.094.400 9.600 6.518.400 9.600 6.115.200 9.600 5.510.400
Jumlah Biaya 21.519.161 14.024.648 18.398.324 11.944.963
3 Income (Penghasilan)’ Rp 13.373.110 17.435.403 10.769.764 13.831.754
Analisis R/C Ratio 1,62 2,24 1,59 2,16
Analisis profitabilitas (Net Profit Margin) 0,38 0,55 0,37 0,54
Keterangan : TRS I K = Tebu Rakyat Sawah Plant Cane Kemitraan, TRS II K = Tebu Rakyat Sawah Ratoon Cane Kemitraan, TRT I K = Tebu Rakyat Tegalan
Plant Cane Kemitraan, TRT II K = Tebu Rakyat Tegalan Ratoon Cane Kemitraan, FTK = Forum Temu Kemitraan.
45
Budidaya tebu memberikan keuntungan berdasarkan indikasi nilai NPM
lebih dari 0 ketika dilaksanakan pada lahan sawah maupun tegalan. Hasil telaah
kondisi nilai dasar yang menjadi acuan pabrik gula berdasarkan urutan tingkat
profitabilitas melalui Net Profit Margin (NPM) pada berbagai pola pengelolaan
tebu rakyat secara berturut-turut sebagai berikut : pengelolaan tebu rakyat pada
lahan sawah pola keprasan (0,55), tebu rakyat lahan tegalan pola keprasan (0,54),
tebu rakyat lahan sawah pola tanaman pertama (PC)(0,38) dan tebu rakyat pada
lahan tegalan dengan pola tanaman pertama (PC) (0,37).
Penghasilan (income) seorang petani apabila sesuai dengan nilai norma
dasar PG terendah (kategori TRT I K) dalam satu tahun mencapai Rp.
10.769.764,- untuk setiap hektar lahan yang dikelolanya. Pengelolaan lahan seluas
12,65 ha (luas lahan rata – rata petani) dapat berpotensi menghasilkan income bagi
seorang petani senilai Rp. 136.237.514,- per tahun atau setara Rp. 11.353.126,-
per bulan. Norma dasar PG tidak memasukkan komponen Imbalan Penggunaan
Lahan (IPL)/ sewa lahan dengan asumsi bahwa petani selaku pemilik lahan sendiri
dan membudidayakan tebu sehingga tidak memerlukan biaya sewa lahan. Namun
demikian, tidak semua petani membudidayakan tebu pada lahan milik sendiri
sehingga harus melakukan pembiayaan atas sewa lahan dan dapat mengurangi
income yang diterima.
4.4.2. Analisis Usaha Tani Tebu Rakyat berdasarkan Observasi Lapang
Telaah usaha tani tebu rakyat dilakukan dengan observasi lapang melalui
wawancara pada petani responden. Responden pada umumnya menyampaikan
biaya secara keseluruhan dengan perolehan pendapatan yang diterimakan. Hasil
observasi menunjukkan secara keseluruhan rata-rata biaya menurut responden
dibandingkan dengan pendapatan yang diterima masih relatif untung dengan biaya
rata-rata Rp. 21.912.532, pendapatan rata- rata Rp. 25.562.580, dan perolehan
keuntungan rata-rata secara tertimbang sebesar Rp. 3.650.048 per hektar per
panen. Apabila ditelaah lebih mendalam, kodisi responden terbagi dalam 2
46
keadaan, yaitu mengalami keuntungaan sejumlah 18 responden (55%), dan
mengalami kerugian sejumlah 15 responden (45%) (Tabel 4.3).
Tabel 4.3. Analisis Usaha Tani Tebu Rakyat berdasarkan Observasi Lapang di
Wilayah PG Kedawung
No Hasil
Usaha
Jumlah
Responden
Rerata (Rp), per Ha
Biaya *)
Pendapatan Penghasilan
(Income)
1 Untung 18 21.313.392 32.009.174 10.695.782
2 Rugi 15 22.631.500 17.826.667 -4.804.833
Jumlah/ Rerata
tertimbang 33 21.912.532 25.562.580 3.650.048
R/C Ratio 1,17
Profitabilitas 0,14
Keterangan : *)
Nilai biaya sudah termasuk harga sewa lahan
Responden yang menyatakan untung, rata – rata memperoleh keuntungan
Rp. 10.695.782,- per hektar per tahun, sedangkan responden yang mengalami
kondisi rugi, rata- rata merugi hingga Rp. 4.804.833,- per hektar per tahun.
Namun demikian, apabila diperitungkan secara rata-rata secara tertimbang, setiap
hektar lahan petani mampu memberikan penghasilan Rp. 3.650.048 per tahun.
Hasil analisis R/C ratio menunjukkan nilai 1,17 termasuk usaha yang layak
dilakukan, dengan profitabilitas NPM 0,14 (nilai > 0 merupakan usaha yang
untung).
Apabila petani mampu memenuhi kondisi rata-rata secara tertimbang
sebagaimana Tabel 4.3, maka dengan pengelolaan lahan tebu 12,65 ha akan
diperoleh penghasilan (income) sebesar Rp. 46.173.107,- per tahun (setara Rp.
3.847.758,- per bulan). Penghasilan petani tebu masih lebih tinggi sekitar 17%
apabila dibandingkan dengan Upah Minimum Kabupaten Pasuruan Tahun 2017
(UMK Rp. 3.288.100). Nilai rata- rata tertimbang merupakan nilai rata-rata yang
dihitung dengan memperhitungkan timbangan/ bobot untuk setiap data yang ada.
Keragaman pembiayaan yang dikeluarkan oleh petani tebu selain
disesuaikan dengan kondisi fisik lingkungan lahan dapat juga dipengaruhi oleh
adanya keragaman pola budidaya yang tidak sesuai baku teknis. Penggunaan
47
bahan tanam yang berlebihan sebagai salah satu contoh keragaman implementasi
teknis baku budidaya dapat berdampak pada peningkatan biaya produksi yang
tidak diimbangi oleh perolehan hasil yang sepadan, sehingga cenderung
menurunkan penghasilan (income) sebagaimana tampak pada Tabel 4.4.
Secara khusus, petani yang mengalami untung dalam berbudidaya tebu
dapat memperoleh penghasilan (income) Rp. 10.695.782 per hektar per tahun.
Pengelolaan lahan tebu 12,65 ha akan memberikan penghasilan Rp. 128.349.384
per tahun (setara Rp. 12.695.782 per bulan). Penerimaan hasil usaha tebu pada
kondisi untung sebesar 386% diatas UMKab Pasuruan Tahun 2017. Petani yang
mengalami kondisi untung dalam budidaya tebu tercermin dari struktur komponen
biaya pengusahaan tebu yang relatif rendah. Efisiensi biaya guna meningkatkan
margin keuntungan dikelola dengan baik dan tepat sasaran. Selain itu, pendapatan
petani responden untung dinilai cukup representative dan seadan dengan biaya
operasional yang dilakukan. Responden untung ini cenderung lebih banyak
didominasi oleh pengelolaan tebu keprasan.
Petani yang mengalami rugi dalam berbudidaya tebu berpotensi menderita
kerugian sebesar Rp. 4.804.833 per hektar per tahun., sehingga pada pengelolaan
lahan seluas 12,65 ha dapat berdampak pada kerugian sebesar Rp. 60.781.137 per
tahun. Pembiayaan pada petani yang mengalami kerugian usaha cenderung
mengeluarkan biaya operasional yang lebih tinggi 6-23% dibanding biaya yang
dikeluarkan oleh para petani yang memperoleh keuntungan. Tingginya biaya
penyiapan lahan berkontribusi dalam menopang besarnya biaya, terutama melalui
pembersihan lahan, pembuangan dongkelan, pembakaran isolasi kebun,
pembabatan alang-alang maupun sewa lahan. Dalam hal penyewaan lahan, petani
cenderung memperoleh harga sewa tanah dengan nilai relatif mahal dan kadang
dijumpai kondisi lahan tidak sebanding antara potensi produksi dari lahan tersebut
dengan nilai sewanya. Lahan petani dalam kondisi kurang baik dapat ditengarai
melalui aktifitas pembabatan alang- alang dan pembakaran isolasi kebun. Selain
itu, nampak pula pembiayaan yang cenderung tinggi pada tanaman keprasan,
terutama aktivitas sulam, pemupukan, pemberian air, pemberian tanah dan
penyiangan juga tinggi. Hal tersebut diduga bahwa tebu keprasan tidak memiliki
48
keragaan yang optimum, sehingga kegiatan sulam cukup tinggi. Selain itu,
pemberian air dan aktifitas penyiangan gulma juga berperan dalam meningkatkan
biaya operasinal. Biaya pemberantasan gulma 54% lebih tinggi dibanding
pemberantasan gulma oleh petani yang mengalami keuntungan.
Pembiayaan operasional panen pada petani yang mengalami kerugian
berbudidaya tebu relatif lebih rendah 8-29% dibanding pengelola tebu yang
untung. Rendahnya biaya panen yang tediri atas biaya tebang, muat dan angkutan
sangat didukung oleh rendahnya produktifitas lahan. Bengkaknya biaya di luar
kebun memicu timbulnya kerugian didominasi oleh aspek penjagaan keamanan,
pengusahaan air dan transportasi tenaga kerja. Keamanan kebun perlu dilakukan
sebagai upaya pengamanan hasil kebun, dimana lahan yang berada pada
lingkungan kurang kondusif memerlukan dukungan keamanan lebih intensif.
Pembiayaan pemenuhan air relatif tinggi pada daerah yang sulit tersediakan air.
Air diperlukan tanaman untuk memenuhi kebutuhan sesuai fase pertumbuhannya,
Tingginya biaya transportasi tenaga kerja umumnya terjadi karena lokasi kebun
berada jauh dari lingkungan sumber tenaga kerja, sehingga pengelola tebu harus
mendatangkan tenaga kerja dengan konsekuensi memberikan subsidi/ imbalan
atas biaya transportasi, mengingat tenaga diperlukan untuk memenuhi operasional
pekerjaan teknis budidaya tebu.
49
Tabel 4.4. Komparasi Faktor Pendukung Untung dan Rugi Budidaya Tebu Rakyat
Komponen
Nilai Rupiah yang digunakan, pada kategori tanaman
untuk Responden Untung
Nilai Rupiah yang digunakan, pada kategori tanaman
untuk Responden Rugi
PC RC PC RC
Dengan
Biaya
Sewa Lahan
Tanpa
Sewa
Lahan
Dengan
Biaya Sewa
Lahan
Tanpa
Sewa
Lahan
Dengan
Biaya Sewa
Lahan
Tanpa
Sewa
Lahan *)
Dengan
Biaya Sewa
Lahan
Tanpa Sewa
Lahan
A. Biaya
Persiapan Lahan 9.965.000 2.900.000 8.195.833
10.131.250
8.348.750
Tanam & Pemeliharaan Tanaman 4.920.000 3.650.000 4.222.917 4.167.000 4.228.625
6.687.500 6.666.667
Panen (TMA) 6.475.000 6.000.000 5.859.375 6.516.667 4.625.000
5.075.000 6.000.000
Biaya diluar kebun 177.500 400.000 462.500
917.500
313.750 376.667
Biaya Bahan 3.256.100 4.875.000 1.286.333 1.600.000 6.381.250
1.769.375 2.081.667
Jumlah Biaya 24.793.600 17.825.000 20.026.958 12.283.667 26.283.625
22.194.375 15.125.000
B. Pendapatan
Jumlah Pendapatan 34.531.862 22.400.000 31.897.094 17.500.000 23.400.000
16.600.000 13.000.000
C. Income (penghasilan) 9.738.262 4.575.000 11.870.136 5.216.333 -2.883.625 -5.594.375 -2.125.000
Keterangan :
PC (Plant Cane/ Tanaman Pertama); RC (Ratoon Cane/ Tanaman Keprasan); *)
Tidak terdapat responden yang mengalami kerugian pada pengelolaan tebu PC tanpa sewa lahan.
51
Kontrol keuangan yang baik dan tidak berhura-hura dapat meminimalisir
potensi kerugian yang terjadi. Ketersediaan air dan lokasi tenaga kerja dapat
dijadikan bahan pertimbangan dalam pembangunan kebun tebu agar diperoleh
hasil maksimal dengan biaya efisien. Aspek sarana produksi yang tidak berimbang
tampak juga berperan dalam pengusahaan tebu menjadi kurang menguntungkan.
Aplikasi pemupukan yang dilakukan dengan biaya besar belum tentu sebanding
dengan hasil produksi yang didapatkan. Pemberian pupuk secara berimbang akan
mendukung optimalnya pertumbuhan tanaman. Aplikasi pupuk yang cukup tinggi
diduga kuat disebabkan oleh penampilan keragaan tanaman yang kurang baik,
sehingga petani berpikiran untuk memberikan pupuk secara berlebih. Pemberian
pupuk yang melebihi batas kebutuhannya menjadikan pemborosan usaha.
Berdasarkan pendapatan yang diperoleh oleh petani yang cenderung
mengalami kerugian menunjukkan bahwa pendapatan mereka 26-48% dibawah
petani yang mengalami keuntungan. Kondisi terebut menunjukkan hasil produksi
yang dicapai cenderung kurang maksimal. Apabila menggunakan asumsi
rendemen 6,5%, harga gula Rp. 10.000,- per kg, dan gula bagian petani 66%,
maka produktifitas lahan petani yang mengalami kerugian berkisar 300-545
kuintal tebu per hektar. Produksi tersebut tidak mampu mengembalikan modal
usaha yang digunakan, sehingga pengusahaan tebu rakyat cenderung rugi.
Ketepatan waktu aplikasi berbagai kegiatan budidaya pada fase – fase
pertumbuhan akan mampu mendukung tumbuh dan berkembangnya tanaman
secara optimal sehingga mampu memberikan hasil produksi tinggi. Struktur biaya
dalam pelaksanaan budidaya tebu rakyat dengan mengacu pada Tabel 4.3, apabila
dipersentasekan dalam tabulasi tampak pada Tabel 4.5.
Pengelolaan lahan melalui lahan sewa menunjukkan biaya penyiapan lahan
dan sewa lahan menjadi biaya yang mendominasi (>30%) (Tabel 4.5). Hal ini
dapat diperhatikan dengan cermat agar budidaya tebu dapat untung dan
berkelanjutan, sedangkan pengelolaaan tebu pada lahan sendiri (tanpa sewa),
biaya tebang angkut (biaya panen) menjadi biaya dominan.
52
Tabel 4.5. Persentase Komponen Struktur Biaya Budidaya Tebu Rakyat
Komponen Keuangan
Persentase komponen biaya (%), pada kategori
tanaman
PC RC
Dengan
Nilai Sewa
Lahan
Tanpa Nilai
Sewa Lahan
Dengan
Nilai Sewa
Lahan
Tanpa Nilai
Sewa Lahan
Distribusi Biaya
a. Persiapan lahan dan sewa 36,91 16,27 36,42 0,00
b. Budidaya 15,77 20,48 22,31 40,97
c. Sarana Produksi 22,52 27,35 9,88 14,92
d. Proses Panen (TMA) 17,29 33,66 25,98 41,56
e. Biaya diluar kebun 7,51 2,24 5,40 2,55
Total 100,00 100,00 100,00 100,00
Pengelolaan tebu di lahan sewa didukung keseriusan petani dalam
menggarap sehingga diperoleh penghasilan yang lebih baik dibandingkan pada
pengelolaan di lahan sendiri. Motivasi dan semangat bisnis dengan
memperhatikan untuk dan rugi usahanya menjadi perhatian mutlak bagi petani
penyewa lahan. Penghasilan (income) yang diperoleh petani pada pengelolaan
tebu tanaman PC menggunakan sewa lahan > tanaman RC dengan sewa >
tanaman PC tanpa sewa > tanaman RC tanpa sewa.
Kondisi aktual di lapang menunjukkan bahwa tanaman PC dapat lebih baik
dalam memberikan penghasilan bagi petani ketika dikelola dengan baik.
Pengerjaan teknis budidaya tebu dengan baik, sehingga memperoleh hasil
maksimal. Kondisi tanaman keprasan dapat berpeluang menyebabkan penghasilan
petani relatif lebih rendah ketika pembudidayaan keprasan tersebut tidak
memenuhi kaidah baku teknis budidaya, pemanfaatan keprasan berulang/ melebihi
rekomendassi teknis. Tidak sedikit dijumpai kondisi tebu keprasan petani yang
lebih dari 4 kali masa panen, sehingga pertumbuhan tebu cenderung kecil. Petani
cenderung tetap merawat tebu keprasan tersebut mengingat keterbatasan biaya
untuk pembongkaran tanaman tebu dan ketersediaan benih berkualitas di sekitar
wilayah tersebut.
Apabila analisis usaha tani tebu rakyat tidak memperhitungkan pengeluaran
biaya sewa lahan, maka penghasilan (income) rata- rata secara keseluruhan
53
responden sebesar Rp. 10.877.320,- sebagaimana tampak pada Tabel 4.6.
Distribusi sebaran responden yang mengalami keuntungan sejumlah 28 responden
(85%), dan 5 responden (15%) mengalami kerugian.
Responden yang mengalami keuntungan, memperoleh rata- rata laba usaha
sebesar Rp.13.178.449. Sedangkan responden yang mengalami kerugian, rata-rata
merugi hingga Rp. 2.009.000,- per ha per tahun. Analisis R/C ratio menunjukkan
nilai 1,74 (layak), sedangkan profitabilitas 0,42 (untung).
Tabel 4.6. Analisis Usaha Tani Tebu Rakyat berdasarkan Observasi Lapang di
Wilayah PG Kedawung Tanpa Memperhitungkan Biaya Sewa Lahan.
No Hasil
Usaha
Jumlah
Responden
Rerata (Rp), per Ha
Biaya *)
Pendapatan Income
(Penghasilan)
1 Untung 28 14.284.591 27.463.040 13.178.449
2 Rugi 5 16.929.000 14.920.000 -2.009.000
Jumlah/ Rerata
tertimbang 33 14.685.259 25.562.580 10.877.320
R/C Ratio 1,74
Profitabilitas 0,42
Keterangan : *)
Biaya tidak termasuk nilai sewa lahan
Seorang petani secara umum apabila memenuhi kondisi rata-rata secara
tertimbang (rata- rata memperhitungkan bobot untuk setiap data) sebagaimana
Tabel 4.6, budidaya tebu rakyat dengan pengelolaan lahan tebu 12,65 ha tanpa
memperhitungkan nilai sewa lahan dapat memperoleh penghasilan (income)
sebesar Rp. 137.598.098 per tahun (setara Rp. 11.466.508 per bulan). Apabila
dibandingkan dengan Upah Minimum Kabupaten Pasuruan Tahun 2017 yang
ditetapkan sebesar Rp. 3.288.100,-, maka penghasilan (income) petani lebih tinggi
sekitar 348%.
Secara khusus, petani yang mengalami untung dalam berbudidaya tebu
dapat memperoleh penghasilan (income) Rp. 13.178.449 per hektar per tahun.
Pengelolaan lahan tebu 12,65 ha akan memberikan penghasilan Rp. 166.707.379
per tahun (setara Rp. 13.892.281 per bulan). Penerimaan hasil usaha tebu pada
54
kondisi untung sebesar 422% diatas UMKab Pasuruan Tahun 2017. Petani yang
mengalami kondisi rugi dalam berbudidaya tebu dapat menderita kerugian sebesar
Rp. 2.009.000 per hektar per tahun. Pengelolaan lahan tebu 12,65 ha dapat
berdampak pada kerugian sebesar Rp. 25.413.850 per tahun.
Berdasarkan pengalaman petani yang berbudidaya tebu menunjukkan
adanya pengeluaran biaya yang lebih tinggi pada tanaman PC, sehingga pada
umumnya para petani akan mengkombinasikannya antara pengelolaan lahan PC
dan RC (keprasan) agar diperoleh penerimaan (income) positif. Hasil observasi
menunjukkan bahwa petani menggunakan sebagian lahan milik sendiri (tanpa
sewa) serta lahan sewa untuk tebu. Begitu besarnya pengaruh komponen nilai
sewa lahan tersebut menjadi salah satu penentu utama daya saing usaha tebu yang
kompetitif. Kombinasi pengelolaan tersebut dimaksudkan untuk keseimbangan
pembiayaan, pendapatan dan penerimaan dalam usaha.
4.4.3. Komparasi Analisis Usaha Tani Tebu Rakyat Norma Dasar Pabrik
Gula Dengan Kondisi Aktual di Lapang
Apabila diperbandingan dengan kondisi yang sama antara analisis dasar PG
dengan analisis hasil observasi lapang menunjukkan bahwa biaya yang digunakan
oleh petani sebesar 80% dari anggaran biaya dasar (norma dasar PG terendah,
TRIT K). Artinya para petani cenderung mereduksi biaya dalam pola
budidayanya. Keterbatasan dana oleh petani ini didukung oleh tidak adanya
bantuan kredit bagi petani tebu untuk musim giling 2014/2015. Dengan demikian,
petani cenderung mengelola tanamannya sesuai dengan kemampuan keuangannya
dan menyeleksi beberapa pekerjaan teknis budidaya yang tidak dilaksanakan
untuk menghemat biaya produksi.
Pendapatan petani berkisar 88% dari nilai perolehan standar norma PG
(Tabel 4.7). Belum maksimalnya pendapatan petani ini diduga terjadi karena
kurang optimalnya pengelolaan budidaya tebu serta faktor penilaian kualitas tebu
yang dirasa masih belum representatif dalam menilai kondisi aktual bahan baku.
55
Tabel 4.7. Komparasi Biaya dan Pendapatan antara Angka Dasar PG dengan
Kondisi Lapang di Tingkat Petani di Wilayah PG Kedawung.
Komponen
Hasil (Rp) % kondisi lapang
terhadap angka
dasar pabrik gula Analisis Dasar PG
*) Analisis Lapang
**)
Biaya 18.398.324 14.685.259 80
Pendapatan 29.168.088 25.562.580 88
Keterangan : *)
nilai analisis dasar minimum Pabrik Gula (Kategori TRT I K), **)
tidak termasuk sewa lahan)
Deviasi persentase biaya dan pendapatan dalam berbudidaya tebu
menunjukkan adanya optimasi/ penghematan biaya oleh petani untuk memperoleh
penghasilan (income) optimal. Pembiayaan yang dikeluarkan hanya 80% mampu
menghasilkan pendapatan hingga 88%, meskipun kondisi tipe pengelolaan lahan
di lapang tidak sepenuhnya berada pada kondisi lahan tegalan dengan pola
tanaman pertama (PC) sebagaimana contoh norma dasr PG yang dibandingkan.
4.4.4. Uji Beda Stuktur Analisis Usaha Tani Pada Berbagai Pengelolaan
Uji beda struktur biaya pada 8 kategori pengelolaan tebu dilakukan dengan
menggunakan uji ANOVA (jika asumsi normalitas dan homogenitas terpenuhi)
atau dengan menggunakan uji Kruskal Wallis (jika asumsi normalitas dan
homogenitas tidak terpenuhi). Hasil analisis uji beda pada berbagai komposen
struktur biaya diidentifikasikan sebagai berikut :
Biaya Garap. Biaya garap usaha tani tebu berkisar antara Rp. 4.167.000 – Rp.
20.842.000 dengan rata-rata sebesar Rp. 12.516.356 dan standar deviasi Rp.
4.633.176. Berdasarkan hasil uji ANOVA diperoleh nilai signifikan sebesar 0,000,
nilai ini < 0,05 yang berarti biaya garap pada tiap-tiap kriteria pengelolaan tebu
berbeda secara signifikan. Pemilihan kriteria pengelolaan tebu akan
mempengaruhi besar kecilnya biaya garap yang akan dikeluarkan pabrik dalam
usaha tani tebu yang dijalankannya. Berdasarkan distribusi biaya garap yang
dilakukan nampak bahwa rata-rata biaya garap usaha tani tebu terbesar dilakukan
56
pada tanaman PC dengan sistem sewa lahan (PCs) dengan rata-rata biaya garap
sebesar Rp. 15.973.062, sedangkan rata-rata biaya garap terendah dikeluarkan
pada pengelolaan oleh pabrik gula pada lahan tegalan dan tanaman keprasan (TRT
II K) dengan rata-rata biaya garap sebesar Rp. 4.429.562.
Saprodi. Biaya sarana produksi yang dikeluarkan pelau usaha berkisar antara 0 –
Rp. 7.640.000 dengan rata-rata biaya sarana produksi sebesar Rp.2.962.324 dan
standar deviasi sebesar Rp.2.288.669. Berdasarkan hasil uji Kruskal Wallis
diperoleh nilai signifikasi sebesar 0,002, nilai ini < 0,05 yang berarti biaya saprodi
pada tiap-tiap kriteria pengelolaan berbeda secara signifikan. Berdasarkan
distribusi biaya saprodi dapat dilihat rata-rata biaya sarana produksi terbesar
dikeluarkan oleh pengelola petani pada kondisi lahan PC di lawan sewa (PCs)
dengan nilai sebesar Rp. 6.543.125 dan rata-rata biaya saprodi terendah
dikeluarkan oleh petani dengan pengelolaan keprasan pada lahan sewa (RCs)
dengan rata-rata sebesar Rp. 1.479.550.
Panen. Besar biaya panen pelaku usaha tebu berkisar antara 0 – Rp. 9.562.500
dengan rata-rata panen sebesar Rp.5.653.177 dan standar deviasi sebesar Rp.
2.183.204. Berdasarkan hasil uji Kruskal Wallis diperoleh nilai signifikan adalah
sebesar 0,549, nilai ini > 0,05 yang berarti biaya panen pada tiap-tiap norma dasar
pabrik tidak berbeda secara signifikan.
Total Biaya. Total biaya yang dikeluarkan pelaku usaha tebu berkisar antara Rp.
11.944.963 – Rp. 32.660.000 dengan rata-rata sebesar Rp. 21.131.856 dan standar
deviasi sebesar 5.602.654. Berdasarkan hasil uji ANOVA diperoleh nilai
signifikan adalah sebesar 0,000, nilai ini < 0,05 yang berarti total biaya pada
berbagai kategori pengelolaan berbeda secara signifikan.
Total Pendapatan. Total pendapatan yang diperoleh pelaku usaha tebu berkisar
antara Rp. 12.000.000 – Rp. 47.010.000 dengan rata-rata sebesar Rp. 26.077.358
dan standar deviasi sebesar 9.216.565. Berdasarkan hasil uji Kruskal Wallis
diperoleh nilai signifikan sebesar 0,128, nilai ini > 0,05 yang berarti total
pendapatan yang diperoleh pengelola pada berbagai kriteria tidak berbeda secara
signifikan..
57
Penghailan (Income). Penghasilan petani (income) atau sering juga disebut
sebagai sisa hasil usaha yang diperoleh pelaku usaha tani berkisar antara Rp.
7.450.000 – Rp. 17.435.403 dengan rata-rata sebesar Rp. 4.945.499 dan standar
deviasi sebesar 8.514.253. Berdasarkan hasil uji Kruskal Wallis diperoleh nilai
signifikan sebesar 0,586, nilai ini > 0,05 yang berarti penghasilan (income) yang
diperoleh petani pada tiap-tiap pola pengelolaan tidak berbeda secara signifikan
Komponen struktur biaya maupun penerimaan dari usaha tani tebu yang
telah dianalisis keragamannya sebagaimana uraian diatas disajikan sebagaimana
Tabel 4.8. Total biaya produksi tebu rakyat menunjukkan perbedaan signifikan,
bahkan ada beberapa hal yang sangat ekstrim dilakukan oleh petani yakni dengan
tidak memberikan input sarana produksi mengingat keterbatasan dana dan
perhitungan potensi hasilnya, serta adanya penjualan tebu petani dalam bentuk
tebu tegakan (ijon) yang ditengarai dengan tidak munculnya biaya panen. Begitu
selektifnya pembiayaan dan upaya meminimalisir resiko dengan menjual secara
ijon dilakukan beberapa petani mengingat ketidakpastian pasar dan lama durasi
penerimaan hasil usaha.
Tabel 4.8. Hasil Uji Beda Pada parameter Penyusun Analisis Usaha Tani Tebu
No Parameter Uji Beda Nilai Signifikan Hasil Analisis
1 Biaya Garap 0,000 Beda Signifikan
2 Biaya Saprodi 0,002 Beda Signifikan
3 Biaya Panen 0,549 Tidak Beda Signifikan
4 Total Biaya 0,000 Beda Signifikan
5 Total Pendapatan 0,128 Tidak Beda Signifikan
6 Penghasilan (income) 0,586 Tidak Beda Signifikan
Komponen biaya panen, total pendapatan serta penghasilan (income) tidak
menunjukkan kondisi yang berbeda secara signifikan pada berbagai kategori
pengelolaan budidaya tebu rakyat mulai dari tebu lahan sawah baik yang
menggunakan lahan sendiri maupun sewa, serta pada lahan tegalan (Tabel 4.8).
Pengelola tebu sudah melakukan keragaman dalam operasional budidaya dalam
hal biaya garap, biaya saprodi hingga total biaya ternyata belum mampu
58
memberikan perbedaan sisa hasil usaha yang signifikan, hasil tersebut sejalan
dengan analisis usaha tani tebu rakyat berdasarkan hasil observasi lapang.
4.5. Analisis Loyalitas Petani Tebu Rakyat di Kabupaten Pasuruan
Berbudidaya tebu prospektif dilakukan di Kabupaten Pasuruan pada tahun
dilakukannya penelitian. Dinamika perkembangan ekonomi dan sosial masyarakat
tentunya dapat mengubah berbagai peluang yang ada. Keberlanjutan pengusahaan
tebu rakyat, selain dipengaruhi oleh perhitungan analisis usaha tani juga
dilandaskan atas loyalitas petani. Petani tebu akan cenderung melakukan budidaya
tebu dalam kondisi usaha yang untung, adanya kesadaran, pemahaman dan
pengetahuan lain tentang usaha tersebut yang bersifaat positif. Loyalitas petani
dalam mendukung keberlanjutan budidaya tebu dapat dilihat dari aspek loyalitas
itu sendiri, aspek peran perilaku petani, aspek peran pemerintah dan aspek peran
PG.
Kajian aspek loyalitas petani dikaji atas dasar 5 indikator (kesesuaian lahan
untuk tebu, kepemilikan lahan, pola kemitraan dengan PG, pengalaman
berbudidaya tebu rakyat serta penghasilan dari berbudidaya tebu rakyat), aspek
peran perilaku petani dikaji atas 12 indikator (pengetahuan kesesuaian lahan,
sikap terhadap kesesuaian jenis/ varietas, penguasaan teknologi, jaminan kualitas
serta kontinuitas giling, pembagian resiko, pemerataan kesejahteraan, pengelolaan
pasca panen, kecukupan sarana dan prasarana, kepemilikan lahan, akses
permodalan, tingkat pendidikan serta sikap mental petani), aspek peran
pemerintah dikaji atas 10 indikator (usaha cipta kondisi pengembangan usaha
berdayasaing, dukungan regulasi, upaya perbaikan dan pengembangan
infrastruktur kemitraan, perlindungan petani dari ekploitasi, dukungan ssistem
informasi terintegrasi, upaya promosi, dukungan kredit permodalan, berjalannya
peran sebagai motivator, berjalannya peran sebagai stabilisator serta pemerata
keadilan, dan aspek peran pabrik gula dikaji atas dasar 8 indikator (pemberian
bimbingan dan penyuluhan, penyusunan rancana usaha, penjaminan kredit
permodalan, bimbingan teknologi, penyediaan sarana produksi (saprodi),
59
penjaminan pembelian hasil produksi tebu, promosi hasil produksi serta
pengembangan teknologi.
4.5.1. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Berbagai Peran Pendukung
Loyalitas Petani Tebu Rakyat.
Observasi berbagai peran pendukung loyalitas petani dilakukan melalui
kuisioner tertutup dengan 35 pertanyaan. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan
guna melihat potret kuisioner yang relevan. Uji validitas dilakukan dengan
melihat nilai koefisien korelasi Pearson Product Moment, sedangkan uji
reliabilitas dilakukan dengan melihat nilai Cronbach’s Alpha masing-masing
instrumen.
A. Uji Validitas
Uji validitas menggunakan korelasi Pearson Product Moment, dimana
pertanyaan dalam angket kuesioner dinyatakan valid dalam mengukur variabel
penelitian jika pertanyaan tersebut memiliki nilai signifikan < 0,05 atau
pertanyaan tersebut memiliki nilai koefisien korelasi (R hitung) > nilai R tabel.
Jumlah sampel sebanyak 175 (n=175) dengan taraf signifikan 0,05, nilai R tabel
dalam Tabel R sebesar 0,1484 (R tabel dengan df = n – 2 = 175 – 2 = 173 dan
taraf signifikan sebesar 0,05). Dengan demikian, dalam tahap uji validitas ini,
pertanyaan- pertanyaan dikatakan valid dalam mengukur variabel penelitian jika
memiliki nilai signifikan < 0,05 atau R hitung > 0,1484, sedangkan pertanyaan
yang memiliki nilai R tabel < 0,1484 atau nilai signifikan hasil uji validitas > 0,05
dinyatakan sebagai pertanyaan yang tidak valid dan akan dihapus dari instrumen
penelitian.
A.1. Uji Validitas Instrumen Loyalitas
Variabel loyalitas diukur dengan 5 indikator yaitu pertanyaan bernomor 1 –
5 tertera dalam kuisioner (Lampiran 2). Hasil uji validitas 5 item pertanyaan
dalam variabel loyalitas tertera pada Tabel 4.9.
60
Tabel 4.9. Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Loyalitas
Indikator Signifikan R Hitung R Tabel Validitas
X1 0,000 0,555 0,1484 valid
X2 0,000 0,622 0,1484 valid
X3 0,000 0,550 0,1484 valid
X4 0,000 0,397 0,1484 valid
X5 0,000 0,780 0,1484 valid
Berdasarkan Tabel 4.9 dapat dilihat seluruh item pertanyaan memiliki
signifikan < 0,05 dan R hitung > R tabel yang menunjukkan bahwa seluruh item
pertanyaan valid dalam mengukur variabel loyalitas sehingga dapat digunakan
untuk mengukur variabel loyalitas.
A.2. Uji Validitas Instrumen Peran Pemerintah
Variabel peran pemerintah diukur dengan 10 indikator yaitu pertanyaan
bernomor 6 – 15 (Lampiran 2). Hasil uji validitas 10 item pertanyaan dalam
variabel peran pemerintah tertera pada Tabel 4.10. Seluruh pertanyaan memiliki
nilai signifikan < 0,05 dan R hitung > R tabel yang menunjukkan bahwa seluruh
item pertanyaan valid dalam mengukur variabel peran pemerintah.
Tabel 4.10. Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Peran Pemerintah
Indikator Signifikan R Hitung R Tabel Validitas
X6 0,000 0,666 0,1484 valid
X7 0,000 0,622 0,1484 valid
X8 0,000 0,748 0,1484 valid
X9 0,000 0,604 0,1484 valid
X10 0,000 0,632 0,1484 valid
X11 0,000 0,767 0,1484 valid
X12 0,000 0,570 0,1484 valid
X13 0,000 0,749 0,1484 valid
X14 0,000 0,463 0,1484 valid
X15 0,000 0,623 0,1484 valid
61
A.3. Uji Validitas Instrumen Peran Pabrik Gula
Variabel peran Pabrik Gula (PG) diukur dengan 8 indikator melelui
pertanyaan bernomor 16 – 23 (Lampiran 2). Hasil uji validitas pertanyaan dalam
variabel Peran Pabrik Gula tertera pada Tabel 4.11. Seluruh pertanyaan memiliki
nilai signifikan < 0,05 dan R hitung > R tabel yang menunjukkan bahwa seluruh
item pertanyaan valid dalam mengukur variabel peran pabrik gula.
Tabel 4.11. Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Peran Pabrik Gula
Indikator Signifikan R Hitung R Tabel Validitas
X16 0,000 0,730 0,1484 valid
X17 0,000 0,447 0,1484 valid
X18 0,000 0,714 0,1484 valid
X19 0,000 0,863 0,1484 valid
X20 0,000 0,569 0,1484 valid
X22 0,000 0,823 0,1484 valid
X23 0,000 0,781 0,1484 valid
A.4. Uji Validitas Instrumen Perilaku Petani
Variabel perilaku petani diukur dengan 12 indikator melalui pertanyaan
bernomor 24 – 35 (Lampiran 2). Hasil uji validitas 12 item pertanyaan dalam
variabel perilaku petani tercantum dalam Tabel 4.12..
Tabel 4.12. Hasil Uji Validitas Variabel Perilaku Petani
Indikator Signifikan R Hitung R Tabel Validitas
X24 0,000 0,653 0,1484 valid
X25 0,000 0,646 0,1484 valid
X26 0,000 0,342 0,1484 valid
X27 0,000 0,155 0,1484 valid
X28 0,000 0,579 0,1484 valid
X29 0,000 0,500 0,1484 valid
X30 0,000 0,539 0,1484 valid
X31 0,000 0,417 0,1484 valid
X32 0,000 0,408 0,1484 valid
X33 0,000 0,355 0,1484 valid
X34 0,000 0,385 0,1484 valid
X35 0,000 0,662 0,1484 valid
62
Seluruh pertanyaan memiliki nilai signifikan < 0,05 dan R hitung > R tabel
yang menunjukkan bahwa seluruh pertanyaan valid dalam mengukur variabel
Perilaku Petani
B. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan dengan memperhatikan nilai Cronbach’s Alpha,
dimana instrumen penelitian dinyatakan reliabel jika memiliki nilai Cronbach’s
Alpha > 0,6. Tabel 4.13 menunjukkan hasil uji reliabilitas keempat instrumen
penelitian.
Tabel 4.13. Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Cronbach’s Alpha Reliabilitas
Loyalitas 0,568 Reliabel
Peran Pemerintah 0,842 Reliabel
Peran Pabrik 0,846 Reliabel
Perilaku Petani 0,661 Reliabel
Berdasarkan Tabel 4.13 diperoleh nilai Cronbach’s Alpha untuk instrumen
loyalitas sebesar 0,568, hal ini menunjukkan bahwa instrumen variabel loyalitas
cukup reliabel dalam mengukur variabel loyalitas, mengingat Guilford dalam
Sugiyono (2007) menyatakan instrumen dengan nilai Cronbach’s Alpha antara
0,400 – 0,700 dapat dinyatakan cukup reliabel.
Instrumen variabel peran pemerintah, peran pabrik gula dan perilaku petani,
memiliki nilai Cronbach’s Alpha > 0,6 yang menunjukkan bahwa instrumen
tersebut reliabel (Cronbach’s Alpha 0,6). Nilai Cronbach’s Alpha > 0,6 bisa
diterima sebagai batas terendah tingkat reliabilitas instrument (Hair dkk., 2014).
4.5.2. Tingkat Loyalitas Petani Tebu Rakyat
Loyalitas petani tebu rakyat menjadi hal penting untuk ditinjau, mengingat
mayoritas bahan baku tebu berasal dari kontribusi petani tebu. Penilaian loyalitas
63
petani tebu rakyat dilakukan dengan memperhitungkan beberapa faktor, antara
lain : kesesuaian lahan, kepemilikan lahan, pola kemitraan dengan pabrik gula,
umur pengelolaan budidaya tebu rakyat dan pendapatan tebu rakyat. Observasi
dilakukan kepada petani di wilayah kajian sejumlah 175 respoden. Wawancara
dilakukan di dalam ruang maupun di lapang, dimana petani tersebut dijumpai.
Informasi yang diperoleh berdasarkan kuisioner secara umum diuraikan sebagai
berikut :
Menurut petani, lahan yang mereka gunakan untuk berbudidaya tebu relatif
sesuai dengan perolehan produktifitas > 550 -750 kuintal per hektar (47%) dan >
750 kuintal (47%). Secara teknis, kondisi kebutuhan lingkungan untuk tumbuh
tebu dapat diupayakan, akan tetapi dalam hal curah hujan nampaknya daerah
tersebut cenderung kering. Dengan demikian, faktor kritis utama yang dapat
menjadi penghambat teknis adalah ketersediaan air. Selama petani mampu
mengatasinya, baik dalam kondisi kekurangan maupun kelebihan maka tanaman
akan optimum.
Petani secara umum membudidayakan tebu pada lahan sewa dan berperan
sekaligus sebagai penggarapnya, dengan demikian petani lebih memperhitungkan
aspek bisnis yang dilakukan. Bahkan untuk menambah pendapatan (manfaat
usaha), para petani juga terlibat langsung pada kegiatan budidaya operasionalnya.
Apabila hal tersebut dilakukan, maka secara tidak langsung petani menerima
imbalan atas pekerjaan yang telah mereka lakukan sendiri.
Para petani sudah membentuk suatu wadah kelompok, bermitra dan
berbisnis dengan pabrik gula. Hubungan antara petani dengan pabrik gula
merupakan hubungan yang saling menguntungkan. Alasan Petani Tebu menjadi
mitra usaha pabrik gula yaitu bahwa petani tidak mempunyai alat untuk mengolah
bahan baku dan petani berperan sebagai penyedia stok bahan baku, sedangkan
pabrik gula berperan sebaliknya (Ayyun dan Rahayu, 2013).
Petani secara umum (82%) sudah melakukan budidaya tebu hingga > 4
tahun. Petani sudah cukup berpengalaman dan tetap berbudidaya tebu/ loyal
dalam kurun waktu minimal 4 tahun. Meskipun demikian, 4 % dari responden
merupakan petani baru (berbudidaya < 2 tahun). Indikasi tersebut menunjukkan
64
adanya penambahan minat petani dalam membudidayakan tebu dalam kurun 2
tahun terakhir sekitar 4%. Pergeseran minat petani tersebut diatas, belum tentu
berpeluang meningkatkan luasan produksi tebu apabila ada petani lain yang tidak
lagi mengusahakan tebu pada periode selanjutnya, karena beberapa hasil
penelitian menunjukkan pergeseran areal pertanaman tebu rakyat dari lahan sawah
ke lahan kering (Malian dan Syam, 1996). Periode pengelolaan tebu milik petani
cenderung dilakukan secara terus-menerus (keprasan berulang) mengingat upaya
pembongkaran tanaman tebu tidak dapat dilakukan karena memerlukan biaya
cukup tinggi dan adanya keterbatasan ketersediaan benih berkualitas guna
pembangunan tanaman PCnya.
Pendapatan petani tebu (36%) dirasakan masih untung dengan margin yang
relatif tipis (< 10% dari modal yang ditanamkan) dalam tempo pengusahaan 1
tahun. Meskipun demikian, nilai tersebut relatif lebih besar dibanding suku bunga
deposito yang mencapai 7 % per tahun. Pemanfaatan modal kerja untuk
mengusahakan tebu masih dapat lebih baik dalam memberikan keuntungan
dibandingkan dengan menyimpan uang dalam deposito bank.
Usaha tebu relatif menguntungkan dan lebih baik dibanding komoditas
lainnya disampaikan oleh sekitar 15% responden. Tingginya margin pendapatan
petani dibanding komoditas lainnya ini diduga oleh adanya persaingan komoditi
yang mampu tumbuh di area tebu yang ada, seperti contohnya di area yang
cenderung kering, maka tanaman tebu relatif lebih toleran dibanding tanaman
pangan lain.
Tingkat loyalitas responden yang diperhitungkan melalui scooring penilaian
didapatkan nilai loyalitas sebesar 82,68% (kategori sangat tinggi) dengan skor
penilaian responden rata-rata 20,56 (skor maksimal 25) sebagaimana tampak pada
Tabel 4.14. Nilai 82,68% diperoleh dari nilai skor hasil penghitungan kuisioner
(20,56) dibagi dengan skor maksimal pada kategori peran terkait (nilai 25)
dikalikan dengan 100%. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum petani masih
memiliki kecenderungan loyal (tetap akan membudidayakan tebu rakyat).
Meskipun demikian, 17,32 % responden dapat berpeluang menjadi tidak loyal
oleh adanya beberapa faktor diantara kelima faktor yang dikaji diatas.
65
Tabel 4.14. Kategori Loyalitas Petani Tebu Rakyat
Uraian Nilai
Jumlah Responden 175
Nilai Skor Target Total 25
Rata-rata 20,57
Kategori Sangat Tinggi
Persentase Nilai (%) 82,26
Tingkat loyalitas pengelolaan tebu rakyat yang dilakukan petani di sekitar
wilayah kajian juga menunjukkan distribusi loyalitas sangat rendah hingga sangat
tinggi. Sebaran frekuensi loyalitas petani pengusaha tebu rakyat tersaji
sebagaimana Tabel 4.15. Petani yang memiliki loyalitas cukup tinggi hingga
sangat tinggi sejumlah 98,86%, sedangkan 1,14% responden cenderung memiliki
loyalitas rendah hingga sangat rendah.
Tabel 4.15. Distribusi Loyalitas Petani Tebu Rakyat di Wilayah PG Kedawung
Frekuensi loyalitas Responden
orang %
Sangat Tinggi (20,1-25) 82 46,86
Tinggi (15,1-20) 86 49,14
Cukup Tinggi (10,1-15) 5 2,86
Rendah (5,1-10) 1 0,57
Sangat Rendah (0-5) 1 0,57
Jumlah 175 100,00
4.5.3. Tingkat Peran Pemerintah
Pemerintah berupaya menciptakan peluang pengembangan usaha tebu
sehingga mampu meningkatkan dayasaing dengan berbagai kegiatan sebanyak 1
hingga 2 kali dalam satu periode musim giling menurut mayoritas responden.
Cipta kondisi ini sangat diperlukan oleh petani guna memotivasi keberlanjutan
66
budidaya tebu. Semakin meningkat daya saing komoditas tentunya memberikan
nilai tambah komoditas dan berpotensi pada peningkatan kesejahteraan.
Peran pemerintah dalam mendukung budidaya tebu rakyat melalui regulasi
yang dikeluarkan setidaknya pernah dirasakan oleh petani. Dua kebijakan yang
ditujukan kepada petani tebu adalah penetapan pola glebagan yang menentukan
batasan areal tebu seluas 30 persen dari luas wilayah, serta penetapan wilayah
kerja pabrik gula. Kedua kebijaksanaan itu telah menghilangkan kesempatan
petani untuk memilih komoditas yang ingin diusahakan serta memperoleh
penerimaan usahatani yang lebih tinggi (Malian dan Syam, 1996). Kebijakan yang
pernah diimplementasikan tersebut mampu meminimalisir menurunnya area tebu
dan berpindahnya pengiriman bahan baku dari satu wilayah ke wilayah lain serta
mendukung penghitungan area tebu yang relatif terbarukan (update) dan terpantau
baik serta terjaga keberlanjutannya. Mobilisasi sarana transportasi tidak terlalu
tinggi mempengaruhi loyalitas, mengingat jarak kebun petani di wilayah kajian ke
pabrik masih dalam batas wajar. Kebijakan penetapan pola glebagan dan
penetapan wilayah kerja pabrik gula sudah tidak lagi diimplementasikan sehingga
dalam perkembangan area tebu dapat berfluktuatif sesuai selera petani dan tebu
hasil produksi suatu daerah pun dapat berpindah/ digiling ke daerah lain.
Pembinaan pemerintah kepada petani dilakukan melalui pertemuan secara
periodik 2 kali selama periode giling guna menjalin hubungan kemitraan yang
baik. Pembinaan pemerintah kepada petani dilakukan sebagai upaya
meningkatkan kerjasama antar petani, pihak pabrik gula serta pemerintah yang
merupakan salah satu strategi dalam mengembangkan sistem kemitraan (Ayyun
dan Rahayu, 2013).
Petani belum merasakan perlindungan usaha tebu rakyat dari pemerintah
dinyatakan oleh dominasi responden (36%). Meskipun pemerintah telah
menetapkan Harga Patokan Petani (HPP) yang naik setiap tahunnya, namun HPP
tersebut tidak sebanding dengan biaya produksi yang harus ditanggung oleh petani
yang cenderung semakin tinggi. Struktur pasar gula yang oligopolistik
menyebabkan ketidakpastian atau ketidakstabilan harga gula. Tingginya
67
permintaan dan berkurangnya pasokan gula di pasar tidak otomatis meningkatkan
pendapatan petani tebu (Susilo dkk., 2016).
Peranan pemerintah dalam memberikan informasi secara terintegrasi
diberikan 1 kali selama musim giling. Upaya pemberian penyuluhan ini
merupakan salah satu dari strategi dalam memupuk sistem kemitraan (Ayyun dan
Rahayu, 2013). Pemerintah berperan dalam melakukan promosi bersama tentang
industri gula secara periodik 2 kali dalam satu musim giling yang dapat dilihat
melalui kegiatan promosi dengan bentuk partisipasi pada pameran teknologi gula
berskala internasional di Surabaya seperti Sugartech Expo yang melibatkan dan
menghadirkan petani tebu untuk dapat saling bertukar informasi serta
mempromosikan keunggulan produk maupun teknologinya.
Petani menganggap peran pemerintah cenderung melemah ketika bantuan
kredit untuk petani tebu dihilangkan, atau diganti dengan pola lain dari KKPE
(Kredit Ketahanan Pangan dan Energi) menjadi KUR (Kredit Usaha Rakyat) yang
secara birokrasi dan prosesnya dirasakan rumit oleh petani. Salah satu kerumitan
sistem KUR yang dirasakan adalah lahan yang harus bersertifikat, mengingat
sebagian besar lahan kebun tebu petani belum bersertifikat. Petani berharap model
penyerahan seluruh hasil tebu sebagai jaminan sekaligus alat pembayaran kredit
setelah gulanya terjual tetap dilanjutkan sebagaimana pola pemberian Kredit
Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE) untuk petani tebu.
Upaya memotivasi petani agar tumbuh dan berkembang dalam bertani tebu
oleh pemerintah dirasakan petani kurang konsisten. Beberapa kebijakan menjadi
cenderung kontradiktif. Beberapa kebijakan yang sudah dikeluarkan antara lain
Kebijakan Menperindag Nomor 643/MPP/Kep/9/2002 tentang tata niaga impor
gula yang mengharuskan importir terdaftar yang dapat mengimpor gula dan
memberikan jaminan harga minimal gula petani, SK Presiden Nomor 57/2004
yang menetapkan gula sebagai barang yang diawasi pemerintah, dan SK
Menperindag Nomor 527/MPP/Kep/2004 menyangkut impor gula yang
mempermudah pengawasan terhadap gula impor ilegal, pembatasan importir gula
serta ketentuan jenis gula dan peruntukannya, sebenarnya merupakan bentuk
perlindungan pemerintah terhadap petani tebu. Berbagai kebijakan dapat
68
memberikan keuntungan bagi petani tebu apabila dilaksanakan dan diawasi secara
konsisten. Namun dalam praktek pelaksanaan regulasi tersebut belum diikuti
dengan pengawasan sehingga merugikan petani tebu (Susilo dkk., 2016).
Konsistensi kebijakan secara makro sudah semestinya dibuat dan dilaksanakan
dengan pengawasan yang ketat agar tujuan tercapai.
Peran stabilisator dari pemerintah kurang dapat dirasakan oleh petani,
dimana mereka berpendapat bahwa kesesuaian informasi yang diberikan dan
stabiitas harga hasil produksi hanya sebesar < 60%. Salah satu peran pemerintah
dalam stabilisasi harga dilakukan dengan menerbitkan SK Menteri Perdagangan
dan Koperasi No 122/KP/III/1981 perihal peran Bulog sebagai pembeli tunggal
seluruh produksi gula dalam negeri. Disamping itu, perdagangan gula
dikendalikan oleh pemerintah melelui monopoli Bulog (Wahyuni dkk., 2009).
Stabilisasi Bulog tersebut dilepaskan perannya dan diserahkan pada mekanisme
pasar saat ini, sehingga peranan stabilisasi cenderung menurun. Mekanisme pasar
bebas yang berjalan saat ini membuka peluang stabilisasi harga dikuasai oleh
pemodal kuat yang dapat mengatur harga di lapang.
Pemerintah dirasakan berperan dalam mewujudkan pemerataan keadilan
usaha tebu rakyat melalui adanya dukungan penerapan serta arahan industri gula
dalam Analisis Rendemen Individu (ARI) di wilayah kajian. Setiap individu
berpotensi mendapatkan hasil rendemen kualitas bahan baku sesuai tebu yang
dimilikinya. Salah satu peralatan yang berkembang akhir-akhir ini adalah
penggunaan alat deteksi kualitas tebu secara individu melalui perangkat Core
Sampler. Peralatan Core sampler saai ini belum diterapkan oleh PG Kedawung
dengan berbagai pertimbangan. PG Bungamayang di Propinsi Lampung sudah
mewujudkan dan mengimplementasikan teknolgi tersebut, dan saat ini mulai
diimplementasikan pada sebagaian PG di Jawa, seperti PG Ngadirejo Kediri, dan
PG Kebun Tebu Mas-Lamongan.
Hasil observasi pada responden menunjukkan peran pemerintah dalam
mendorong loyalitas petani berbudidaya tebu rakyat Cukup Tinggi (nilai skor
28,62, dari nilai maksimal 50). Peran pemerintah menempati 57,23% dari kisaran
kategori sebagaimana tertera pada Tabel 4.16. Nilai 57,23% diperoleh dari nilai
69
skor (28,62) dibagi dengan skor maksimal pada kategori peran terkait (nilai 50)
dikalikan dengan 100%.
Distribusi pilihan responden terhadap peran pemerintah menunjukkan
distribusi pilihan pada kategori secara berurutan dari tinggi ke rendah yaitu Cukup
Tinggi (55,43%), Tinggi (27,43%), Rendah (14,86%), Sangat Tinggi (1,71%),
dan Sangat Rendah (0,57%) sebagaimana tersaji pada Tabel 4.17. Dominasi
pilihan peran pemerintah dirasakan Cukup Tinggi oleh 55,43% responden
dengana nilai skor pada kisaran 20,1 -30,0. Hal tersebut identik dengan nilai skor
kategori total peran pemerintah yang Cukup Tinggi dengan skor 28,62.
Tabel 4.16. Nilai Skor dan Kategori Peran Pemerintah Dalam Mendukung
Loyalitas Petani Berbudidaya Tebu Rakyat.
Uraian Nilai
Jumlah Responden 175
Nilai Skor Target Total 50
Rata-rata 28,62
Kategori Cukup Tinggi
Persentase Nilai (%) 57,23
Tabel 4.17. Distribusi Peran Pemerintah Dalam Mendukung Loyalitas Petani
Berbudidaya Tebu Rakyat.
Peran Pemerintah Responden
orang %
Sangat Tinggi (40,1-50) 3 1,71
Tinggi (30,1-40) 48 27,43
Cukup Tinggi (20,1-30) 97 55,43
Rendah (10,1-20) 26 14,86
Sangat Rendah (0-10) 1 0,57
Jumlah 175 100,00
Opini petani terhadap peran pemerintah dalam mendukung keberlangsungan
usaha tani tebu rakyat dikategorikan dalam kondisi cukup tinggi, sehingga perlu
70
upaya pemerintah yang lebih tepat sasaran untuk mempertahankan konsistensi
peran tersebut dan sedapat mungkin untuk meningkatkan. Apabila tidaak
dilakukan upaya-upaya yang berperanan positif untuk mendukung
keberlangsungan usaha tani tebu rakyat, maka dimungkinkan terjadinya
pandangan peran pemerintah yang semakin rendah.
4.5.4. Tingkat Peran Pabrik Gula
Pabrik gula dirasakan intensif melakukan pertemuan dan penyuluhan
minimal 3 kali dalam satu periode giling. Bimbingan dan penyuluhan yang
dilakukan oleh pabrik dapat dilakukan didalam ruangan maupun luar ruangan
dalam bentuk kunjungan lapang (site visit).
Perencanaan periode giling oleh pabrik gula dilakukan dengan melibatkan
petani untuk menyusun rencana usaha. Pabrik gula berkepentingan terhadap
kuantitas dan kualitas bahan baku, sedangkan petani berkepentingan pada
kepastian pemasaran hasil tebu melalui penggilingan di pabrik gula. Pertemuan –
pertemuan untuk berbagai perencanaan tersebut dilakukan juga dalam wadah
Forum Temu Kemitraan (FTK).
Petani pernah merasakan adanya paket kredit yang dapat memenuhi modal
kerja usaha tebu, meskipun kebijakan tersebut bergeser dan cenderung sulit untuk
dipenuhi pada tahun terakhir ini. Petani sangat berharap adanya kemudahan
bantuan kredit usaha tebu, mengingat modal berbudidaya tebu cukup besar
meskipun dapat dilakukan pengembalian dalam periode panennya.
Bimbingan teknologi melalui keragaan tebu yang baik oleh pabrik gula
dirasakan keberadaannya oleh petani. Petani mendapatkan bimbingan teknologi
tersebut 2 kali selama periode giling di lapang (tanaman milik pabrik gula).
Mayoritas petani tebu rakyat pernah memanfaatkan fasilitas kredit KKPE
dengan penjamin kreditnya pabrik gula, bahkan 29% responden cenderung
memahami dan sering memanfaatkannya. Perubahan skema kredit dapat
berdampak pada melemahnya kekuatan modal petani yang menjadi peluang bagi
71
pemodal-pemodal kuat untuk membantu mencukupi dana usaha dengan
memperoleh margin keuntungan dan pada akhirnya mengurangi porsi penghasilan
(income) dari petani karena sebagian penghasilannya dibagikan kepada pemodal-
pemodal kuat sebagai jasanya.
Peran pabrik gula dalam melaksanakan promosi harga gula dilakukan dalam
lelang gula secara terbuka. Petani memahami optimasi pabrik gula dalam
mewujudkan harga gula maksimal melalui lelang umum dan terbuka, meskipun
para peserta lelang kadang sangat berpotensi berkoloni dalam memenangkan
lelang apabila tanpa intervensi pemerintah sehingga gula yang dilelang dapat
terjual dengan harga yang tidak relevan dengan harga di pasar.
Petani merasakan manfaat peranan riset dalam memajukan industri gula
dalam penyediaan benih sehat dan unggul melalui program pembibitan dari unit
litbang pabrik gula, meskipun sering terjadi kekurangan benih yang disiapkan oleh
pabrik gula bagi petani binaannya. Upaya pengembangan riset dilakukan secara
periodik dalam 2 kali selama periode giling dengan peragaan tebu tegakan
maupun diskusi problem solving.
Peranan pabrik gula dalam mendukung loyalitas petani dalam berbudidaya
tebu termasuk kategori tinggi, dengan nilai skor 25,65 (dari nilai maksimal 40).
Penilaian responden dengan memperhitungkan persentase peranan PG sebesar
64,13% sebagaimana dalam Tabel 4.18. Nilai 64,13% diperoleh dari nilai skor
(25,65) dibagi dengan skor maksimal pada kategori peran terkait (nilai 40)
dikalikan dengan 100%.
Tabel 4.18. Nilai Skor dan Kategori Peran Pabrik Gula Dalam Mendukung
Loyalitas Petani Berbudidaya Tebu Rakyat.
Uraian Nilai
Jumlah Responden 175
Nilai Skor Target Total 40
Rata-rata 25,65
Kategori Tinggi
Persentase Nilai (%) 64,13
72
Tingginya peran PG (pada kisaran skor 32,1-40,0) dalam pilihan responden
didukung oleh dominasi pilihan peran PG yang menempati 57% pilihan
responden. Sebaran distribusi peran pabrik gula didominasi oleh kategori Tinggi
(57%), Sangat Tinggi (18%), Cukup Tinggi (13%), Rendah (11%) hingga Sangat
Rendah (1%) sebagaimana tabulasi Tabel 4.19.
Tabel 4.19. Distribusi Peran Pabrik Gula dalam Mendukung Loyalitas Petani
Berbudidaya Tebu Rakyat.
Peran Pabrik Gula Responden
orang %
Sangat Tinggi (32,1-40) 31 17,71
Tinggi (24,1-32) 100 57,14
Cukup Tinggi (16,1-24) 23 13,14
Rendah (8,1-16) 19 10,86
Sangat Rendah (0-8) 2 1,14
Jumlah 175 100,00
4.5.5. Tingkat Peran Perilaku Petani Tebu Rakyat
Petani secara umum mengetahui kesesuaian lahan maupun budidaya untuk
tebu (>70%), sedangkan petani yang cenderung baru memulai bertani tebu
menyatakan tidak tahu sejumlah 2,2%. Keragaman pemahaman kesesuaian lahan
untuk tebu mendorong dilakukannya peningkatan pemahaman bagi yang belum
paham melalui peran partisipatif petani. Pola berbagi dan mengajak petani lain
yang belum paham untuk dapat memahami tersebut dapat memicu tumbuh dan
berkembangnya loyalitas petani.
Spesifikasi jenis tebu dipahami oleh sekitar 40% responden, sehingga
mereka dapat memilih varietas yang sesuai. Pemahaman ini didukung oleh
beragam aktivitas yang telah dilakukan oleh petani, antara lain telah mengikuti
pendidikan formal, berbagai bimbingan dan penyuluhan serta orientasi kondisi
aktual di lapang.
73
Moyoritas petani responden mengetahui tahapan budidaya tebu yang terdiri
atas persiapan lahan hingga panen, meskipun 8% diantaranya merasa belum tahu.
Penguasaan teknologi budidaya disosialisasikan secara partisipatif bertujuan lebih
memudahkan petani dalam implementasi pemahaman budidaya.
Petani merasakan belum adanya jaminan penghargaan atas produksi tabu
yang dihasilkannya. Jaminan digilingnya tebu juga sering mengalami kendala
mengingat distribusi Surat Perintah Tebang Angkut (SPTA) yang menurut
sebagian petani belum mengakomodir dengan optimal. Ketidaklancaran distribusi
SPTA dapat berdampak pada ketidakseragaman tanaman keprasan dalam satu
hamparan, sehingga berdampak pada kelancaran usaha yang berkelanjutan.
Sejumlah 45% responden merasakan bahwa sudah terjadi pembagian resiko
usaha yang berimbang, namun 31% responden masih meyakini belum ada/ tidak
ada pembagian resiko yang adil antara petani dengan pabrik. Keragaman opsi
yang cukup berimbang diduga adanya keragaman hasil usaha yang diperoleh
petani, yakni margin laba atau rugi. Mayoritas responden petani (59%) merasakan
pemerataan kesejahteraan diantara pelaku bisnis gula, meskipun 17% responden
lain beranggapan adanya kesejahteraan yang tidak sepadan antara petani dan
pabrik gula. Kesenjangan ini harus terus diupayakan pemahamannya untuk kedua
belah pihak, agar dapat terwujud keberlangsungan usaha.
Petani yang mampu mandiri dalam mengelola hasil panen mulai dari proses
panen, mengangkut ke pabrik dan mengikuti perolehan hasil gula melalui analisis
rendemen di laboratorium sejumlah 47%. Petani yang cenderung menyerahkan
operasional panen kepada pabrik sejumlah 22%. Bahkan petani yang cenderung
tidak terlalu mengambil resiko panen melakukan penjualan tebu dengan cara ijon
(tebu tegakan) mencapai 17%. Biaya panen tebu merupakan biaya yang cukup
mendominasi dalam struktur budidaya tebu, bahkan dapat mencapai 30% dari
modal. Biaya sejumlah itu harus dikeluarkan dalam tempo waktu yang singkat,
sehingga memacu para petani untuk cenderung menyerahkan proses tebang
kepada pabrik gula, atau bahkan menyerahkan tanaman tebu tegakan untuk
diproses lebih lanjut oleh pihak ketiga. Ketidakberdayaan petani dalam modal
maupun pemenuhan tenaga kerja ini dapat menjadi peluang hilangnya margin
74
keuntungan petani yang sangat dimungkinkan terbagi untuk pelaku proses panen
tersebut.
Tenaga kerja menjadi modal utama bagi petani tebu rakyat mengingat hanya
29% petani yang memiliki kecukupan modal, dukungan peralatan alat mesin
pertanian dan tenaga kerja sehingga peran unsur selain petani itu sendiri
diperlukan untuk menopang perilaku petani tetap berbudidaya tebu. Beragam
program telah dilakukan pemerintah maupun pabrik gula untuk membantu
pemenuhan saran dan prasarana tersebut, antara lain melalui program bantuan alat
dan mesin pertanian (alsintan) traktor kepada kelompok tani tebu, bantuan kredit
dengan bunga rendah melalui KKPE maupun KUR, serta beragam kemudahan
perolehan saprodi seperti benih maupun pupuk.
Mayoritas petani mengelola lahan > 1 ha yang terdapat pada lahan sendiri
maupun lahan sewa dengan harapan mampu memberikan pendapatan memadai.
Kondisi Upah Minimum Kabupaten (UMK) Pasuruan pada tahun 2017 sebesar
Rp. 3.288.100, dengan perolehan penghasilan (income) secara umum mencapai
Rp. 3.680.000 per hektar per musim panen, maka untuk memperoleh pendapatan
minimum sesuai UMK Pasuruan harus mengelola lahan tebu seluas 10,72 ha.
Berdasarkan karakteristik responden yang ada, pengelolaan lahan tebu petani
mencapai 12,65 ha yang bermakna penghasilan (income) petani tebu diatas UMK
Pasuruan.
Permodalan yang diperlukan oleh petani tebu secara dominan senilai
maksimal (>15 juta per hektar) (35% responden), sedangkan 28 % responden
memerlukan sekitar 5-7,5 juta per hektar, dan 22% responden memerlukan 7,6-10
juta per hektar. Keragaman peminatan modal sangat tergantung dari kekuatan
modal awal petani dan luas pengelolaan lahan. Semakin luas pengelolaan lahan
sebanding dengan modal yang diperlukan. Pinjaman permodalan tidak boleh
melebihi dari estimasi potensi hasil produksi tebu yang dapat berdampak pada
kemacetan pinjaman.
Petani tebu saat ini mayoritas merupakan petani yang terdidik dengan
jenjang pendidikan dari SD hingga > D3 / Sarjana. Petani yang cenderung tidak
75
sekolah sejumlah 5%, sehingga pola pikir dalam upaya pengembangan tebu
haruslah bersifat rasional dan terbuka agar keberlanjutan usaha tetap terjaga.
Sikap mental petani tebu cenderung terbuka dan adaptif terhadap suatu
teknologi selama hal tersebut menguntungkan dibandingkan kondisi eksisting.
Mayoritas petani menyatakan paham terhadap cara budidaya tebu dengan baik,
meskipun dalam implementasinya mereka hanya melaksanakan sebagian kaidah
budidaya tebu yang baik sebagaimana disampaikan oleh 66% responden.
Peran perilaku petani itu sendiri dalam mendukung usaha tebu rakyat dinilai
Tinggi, dengan nilai rata-rata 42,39 dari total nilai maksimal sebesar 60. Peran
perilaku petani menempati 70,65 % nilai maksimalnya sebagaimana tampak pada
Tabel 4.20. Nilai 70,65% diperoleh dari nilai skor (42,39) dibagi dengan skor
maksimal pada kategori peran terkait (nilai 60) dikalikan dengan 100%.
Tabel 4.20. Nilai Skor dan Kategori Peran Perilaku Petani dalam Mendukung
Loyalitas Petani Berbudidaya Tebu Rakyat.
Uraian Nilai
Jumlah Responden 175
Nilai Skor Target Total 60
Rata-rata 42,39
Kategori Tinggi
Persentase Nilai (%) 70,65
Dominasi peran perilaku petani dalam mendukung loyalitas didukung oleh
penilaian responden pada kategori Tinggi mencapai 77,14%. Menurut responden,
peran perilaku petani terhadap loyalitas berbudidaya tebu didominasi oleh
kategori Tinggi (77,14%), Sangat Tinggi (10,30%), Cukup Tinggi 9,71%), Sangat
Rendah (1,14%), dan rendah (1,71%) sebagimana tampak pada Tabel 4.21.
76
Tabel 4.21. Distribusi Peran Perilaku Petani dalam Mendukung Loyalitas Petani
Berbudidaya Tebu Rakyat.
Peran Perilaku Petani TR Responden
orang %
Sangat Tinggi (48,1-60) 18 10,30
Tinggi (36,1-48) 135 77,14
Cukup Tinggi (24,1-36) 17 9,71
Rendah (12,1-24) 2 1,14
Sangat Rendah (0-12) 3 1,71
Jumlah 175 100,00
Variabel peran pemerintah, peran pabrik gula dan peran perilaku petani
sebagai pendukung loyalitas petani dalam berbudidaya tebu diurutkan tingkatan
perannya, maka secara berurutan menunjukkan urutan sebagai berikut :
Perilaku Petani (70,65%)>Peran PG (64,13%)>Peran Pemerintah (57,23%).
4.6. Analisis Hubungan Antar Peran Pemerintah, Peran Perilaku Petani
dan Peran Pabrik Gula Dalam Mendukung Loyalitas Petani Tebu
Rakyat.
Keeratan hubungan berbagai peran pendukung loyalitas petani berbudidaya
tebu dianalisis menggunakan analisis jalur melalui program AMOS dengan
terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis jalur.
4.6.1. Uji Prasyarat Analisis Jalur
Menurut Olobatuyi (2006), the assumptions for path analysis include:
linearity, interval level of measurement, normality, and autocorrelation. Namun,
apabila varibel bebas hanya satu, maka uji multikolinearitas tersebut tidak perlu
digunakan. Menurut Allison (2012) multikolinearitas terjadi apabila “there are
strong linear dependencies among the explanatory variables”. Uji autokorelasi
juga bisa diabaikan apabila data anda berupa data cross section bukan time series.
Uji autokorelasi bisa diabaikan dalam penelitian yang menggunakan data cross-
77
section (Stokes, 1997; Doane et al.,, 2008; Verbeek, 2008; dan Abrams, 2010).
Dari uraian tersebut, maka uji asumsi yang dilakukan dalam analisis jalur ini
berupa uji normalitas, uji multikolinearitas dan singularitas, serta uji linearitas.
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui normal tidaknya
distribusi penelitian masing-masing variabel (Ghozali, 2011). Normalitas data
dapat dilihat dari nilai critical ratio (CR) pada skewness maupun kurtosis. Data
dikatakan normal secara multivariat jika nilai cr kurtosis multivariat < 3 pada
taraf signifikan 5%, sedangkan jika nilai c.r kurtosis melebihi 3 maka dikatakan
data tidak berdistribusi normal. Jika asumsi normalitas dipenuhi, maka metode
estimasi yang digunakan adalah metode estimasi Maximum Likelihood biasa,
sedangkan jika data tidak memenuhi asumsi normalitas, maka dapat dilakukan
analisis jalur dengan alternatif lain, yaitu (1) dengan mengeliminasi outlier; (2)
dengan metode GLS; (3) dengan koreksi nilai Khi Kuadrat dan (4) dengan
menggunakan metode bootstrapping. Pemilihan alternatif disesuaikan dengan
jumlah data, karena alternatif (1) dan (2) yaitu eliminasi outlier dan metode GLS
membutuhkan cukup banyak sampel. Hasil uji normalitas data pada model tampak
pada Tabel 4.22.
Tabel 4.22. Hasil Uji Normalitas
Variabel min max skew c.r. kurtosis c.r.
Peran_Pemerintah 10,000 48,000 -0,383 -2,067 -0,030 -0,081
Perilaku_Petani 12,000 53,000 -1,889 -10,200 5,582 15,073
Peran_Pabrik 8,000 39,000 -0,801 -4,327 0,027 0,073
Loyalitas 5,000 25,000 -1,193 -6,444 4,060 10,964
Multivariate
21,284 20,320
Terdapat beberapa variabel yang memiliki c.r. skewness value dan c.r.
kurtosis value > 3, begitu juga dengan nilai c.r multivariatnya (Tabel 4.22), hal
ini berarti data penelitian belum memenuhi asumsi normalitas baik secara
univariat maupun multivariat. Untuk mengatasi hal tersebut, peneliti memilih
jalan dengan cara menguji ada tidaknya outlier, oleh karena data outlier dapat
78
menyebabkan data penelitian berdistribusi tidak normal dan hasil estimasi menjadi
tidak tepat. Data outlier dapat dilihat dari jarak Mahalonobis pada tabel keluaran
AMOS jika memiliki nilai p2 < 0,05 (Lampiran 20). Beberapa outlier dikeluarkan
dalam data penelitian dan selanjutnya diperoleh hasil uji normalitas sebagaimana
pada Tabel 4.23, dimana nilai c.r seluruh variabel <3 yang berarti data penelitian
telah memenuhi asumsi normalitas sehingga analisis jalur dapat dilakukan.
Tabel 4.23. Hasil Uji Normalitas Setelah Outlier Dihilangkan
Variabel min max skew c.r. kurtosis c.r.
Peran_Pemerintah 12,000 41,000 -0,620 -2,895 1,094 2,555
Perilaku_Petani 32,000 53,000 -0,391 -1,828 -0,104 -0,244
Peran_Pabrik 12,000 37,000 -0,998 -4,665 1,404 3,280
Loyalitas 14,000 25,000 -0,274 -1,282 -0,023 -0,055
Multivariate
3,539 2,923
b. Uji Multikolinearitas dan Singularitas
Nilai determinan matriks kovarians yang sangat kecil memberikan indikasi
adanya problem multikolineritas atau singularitas. Treatment yang dilakukan
adalah dengan mengeluarkan variabel yang menyebabkan multikolineritas atau
singularitas tersebut. Nilai determinant matriks kovarian ketiga variabel yang
berpengaruh terhadap loyalitas cukup besar sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak ada multikolinearitas dan singularitas dalam model (Tabel 4.24).
Tabel 4.24. Hasil Uji Multikolinearitas dan Singularitas antar Berbagai Peran
Pemerintah Pabrik Gula Perilaku_Petani Loyalitas
Pemerintah 33,727
Pabrik Gula 26,941 24,689
Perilaku_Petani 12,064 11,659 17,700
Loyalitas 7,575 6,594 4,221 5,343
79
c. Uji Linearitas
Uji lienaritas dapat dilakukan dengan bantuan program SPSS. Apabila nilai
signifikan linearity < 0,05, maka dikatakan hubungan kedua variabel linear, begitu
pula sebaliknya. Berdasarkan Tabel 4.25, diperoleh nilai signifikan linearity peran
pemerintah, peran pabrik dan perilaku petani terhadap loyalitas < 0,05 yang
berarti hubungan variabel peran pemerintah, peran pabrik dan perilaku petani
terhadap Loyalitas adalah linear.
Tabel 4.25. Hasil Uji Linearitas
Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig
Loyalitas
*Peran_P
emerinta
h
Between Groups (Combined) 375.305 22 17.059 5.676 0,000
Linearity 222.846 1 222.846 74.151 0,000
Deviation
from Linearity
152.459 21 7.260 2.416 0,002
Within Groups 324.573 108 3.005
Total 699.878 130
Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig
Loyalitas
*Peran_P
abrik
Between Groups (Combined) 306.618 19 16.138 4.555 0,000
Linearity 230.682 1 230.682 65.112 0,000
Deviation
from Linearity
75.936 18 4.219 1.191 0,281
Within Groups 393.260 111 3.543
Total 699.878 130
Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig
Loyalitas
*Perilaku_
Petani
Between
Groups
(Combined) 282.618 19 14.886 3.962 0,000
Linearity 131.893 1 131.89
3
35.10
4
0,000
Deviation
from Linearity
150.936 18 8.385 2.232 0,006
Within Groups 417.049 111 3.757
Total 699.878 130
80
4.6.2. Analisis Jalur
a. Model Struktural
Model penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Gambar 4.2. Model Struktural
b. Hasil Estimasi Model Struktural
Data penelitian yang telah memenuhi seluruh uji prasyarat analisis dan
tidak memuat outlier dianalisis dengan bantuan program AMOS. Berdasarkan
analisis melalui program AMOS, diperoleh hasil analisis hubungan sebagaimana
Tabel 4.26.
Tabel 4.26. Hasil Estimasi Analisis Jalur
Estimate S.E. C.R. P Label
Peran_Pabrik <-- Peran_Pemerintah 0,799 0,027 29,711 *** par4
Perilaku_Petani <-- Peran_Pemerintah -0,152 0,147 -1,038 0,299 par5
Perilaku_Petani <-- Peran_Pabrik 0,638 0,171 3,726 *** par6
Loyalitas <-- Peran_Pemerintah 0,102 0,078 1,304 0,192 par1
Loyalitas <-- Perilaku_Petani 0,096 0,047 2,061 0,039 par2
Loyalitas <-- Peran_Pabrik 0,110 0,096 1,144 0,253 par3
81
Nilai signifikansi pengaruh variabel peran pemerintah terhadap peran pabrik
adalah *** (*** diasumsikan nilainya sangat kecil dan mendekati 0, sehingga
dapat diasumsikan < 0,05), dengan SE bertanda positif yang berarti variabel peran
pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap peran pabrik, semakin
baik peran pemerintah dalam usaha tani tebu maka semakin baik peran pabrik,
begitu sebaliknya (Tabel 4.26).
Keterlibatan pemerintah dalam industri gula, kaitannya dengan kinerja
pabrik gula salah satunya dilakukan dengan implementasi program revitalisasi
pabrik gula dilakukan dengan membantu perbaikan pabrik gula atau bahkan
mengganti dengan peralatan yang lebih modern diharapkan mampu meningkatkan
kinerja operasional pabrik sehingga efisiensi dalam prosesing pengolahan tebu
menjadi gula. Semakin tingginya efisiensi peralatan pabrik gula akan memberikan
hasil gula maksimal (minimum lossis) sehingga berdampak pada meningkatnya
perolehan bagi hasil gula. Investasi perbaikan peralatan pabrik gula yang sudah
ratusan tahun tersebut tentunya akan memberatkan industri apabila tidak dibantu
dengan program pemerintah.
Peran pemerintah terhadap perilaku petani mempunyai nilai signifikansi
sebesar 0,299 > 0,05 dan SE bertanda positif yang bermakna variabel peran
pemerintah berpengaruh positif meskipun tidak signifikan terhadap perilaku
petani. Tingginya peran pemerintah tidak menjamin semakin baiknya perilaku
petani dalam bertani tebu.
Nilai signifikansi pengaruh variabel Peran Pabrik terhadap Perilaku Petani
adalah *** (*** diasumsikan nilainya sangat kecil dan mendekati 0, sehingga
dapat diasumsikan < 0,05) dengan SE bertanda positif yang berarti variabel peran
pabrik berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku petani. Semakin baik
peran pabrik dalam mendorong usaha tani tebu maka semakin baik perilaku
petani, begitu sebaliknya.
Beragam program pemerintah dilakukan dalam upaya meningkatkan
produksi gula nasional, diantaranya melalui program pembangunan kebun benih,
perluasan/ pengembangan lahan maupun beragam edukasi melalui pelatihan.
Ragam kegiatan tersebut ada yang dilakukan secara langsung oleh pemerintah
82
melalui dinas terkait, ada pula kegiatan yang dilakukan bersama-sama dengan
pabrik gula kepada petani.
Program pembangunan kebun benih dan pengembangan area yang tidak
diselaraskan dengan program pabrik gula dimungkinkan berpotensi menjadi
kegiatan yang tidak sinkron padahal program digulirkan kepada petani dengan
harapan mampu memberikan nilai tambah dan perbaikan usaha bagi petani. Salah
satu contoh kasus ketika pabrik gula menjalankan giling memerlukan pasok bahan
baku bertipe kemasakan awal agar hasil giling di periode awal dapat maksimal,
semestinya program pemerintah juga mendorong untuk terwujudnya rencana
tersebut. Implementasi di lapang, dijumpai penyiapan benih ataupun pasokan
bahan baku giling didominasi oleh tebu dengan kemasakan lambat yang
mengakomodir keinginan sepihak dari petani yang cenderung memperhitungkan
kuantitas tebu dibanding kualitasnya. Dengan demikian, apabila program
dijalankan sepihak antara pemerintah dengan petani, maka akan memberikan
kontribusi pengembangan tebu, akan tetapi tidak merubah perilaku petani dalam
berbudidaya yang jauh lebih memberikan keuntungan.
Penghargaan terhadap kualitas tebu belum dirasakan adil oleh petani
terhadap pabrik gula menjadikan titik berat produksi tebu melalui kuantitas yang
berupa bobot tebu. Perkembangan lebih lanjut terhadap penilaian rendemen secara
individu yang dilakukan oleh pabrik gula akan sangat mempengaruhi perilaku
petani dalam menyiapkan suplai bahan baku giling.
Petani diharapkan dapat menyediakan bahan baku giling sesuai kebutuhan
dan menerima perolehan hasil yang sebanding dengan penerapan budidaya yang
sesuai standar baku teknis. Pabrik gula dan perilaku petani merupakan dua unsur
yang saling berhubungan positif, erat dan bersifat langsung, dimana semakin baik
penilaian tebu yang diperoleh dan dukungan tingginya efisiensi pabrik, maka
petani akan menerima hasil yang semakin baik pula.
Nilai signifikansi pengaruh variabel peran pemerintah terhadap loyalitas
adalah sebesar 0,192 > 0,05 dengan SE bertanda positif yang berarti variabel
peran pemerintah berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap loyalitas.
83
Tingginya peran pemerintah belum dapat secara langsung menjamin tingginya
loyalitas petani.
Nilai signifikan pengaruh variabel perilaku petani terhadap loyalitas adalah
sebesar 0,039 < 0,05 dengan SE bertanda positif yang berarti variabel perilaku
petani berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas, semakin baik
perilaku petani maka semakin tinggi loyalitasnya, begitu sebaliknya.
Nilai signifikan pengaruh variabel peran pabrik terhadap loyalitas petani
adalah sebesar 0,253 > 0,05 dengan SE bertanda positif yang berarti variabel
peran pabrik berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap loyalitas.
Peran pabrik belum dapat menjamin secara langsung tingginya loyalitas petani.
Peran pemerintah dalam upaya menjaga loyalitas petani secara langsung
dirasakan belum berpengaruh signifikan. Program –program pemerintah pada
umumnya bersifat sesaat, seperti contohnya pembangunan kebun benih.
Pembangunan Kebun Benih Datar (KBD) pada petani tebu cenderung berjalan
hanya sesaat dalam periode waktu tertentu. Padahal sebenarnya penyiapan kebun
benih seharusnya dilakukan secara kontinu dan berjenjang. Selain itu,
perencanaan program pemerintah dilakukan dalam periode tahun anggaran
berjalan, padahal untuk komoditas tebu diperlukan periode tanaman selama satu
tahun dan bersifat lintas tahun (sesuai periode panen tebu) yang berdampak pada
penganggaran yang bersifat multi years sehingga sering menghadapi kendala
keberlanjutan program/ ketuntasan program. Apabila program yang dijalankan
hanya sebagian langkah, dapat memicu kekecewaan petani yang berdampak pada
mengurangi tingkat loyalitas. Namun demikian, pada Tahun 2017 mulai diinisiasi
dan diterapkan program pertebuan yang bersifat lintas tahun untuk mengatasi
problematika tersebut dengan harapan berdampak positif bagi keberlanjutan usaha
tebu.
Loyalitas petani lebih dipengaruhi oleh sikap perilaku petani dalam
menerapkan seluruh aspek pendukung usaha, baik dari pemerintah maupun dari
pabrik gula. Hal tersebut senada dengan pernyataan Oliver (2005) bahwa loyalitas
merupakan komitmen untuk berlangganan kembali atau melakukan transaksi
ulang produk/ jasa terpilih dimasa yang akan datang, meskipun ada pengaruh
84
situasi dan usaha-usaha pemasaran mempunyai potensi untuk menyebabkan
perubahan perilaku.
c. Uji Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung
Hasil analisis jalur menunjukkan bahwa peran pabrik dan peran
pemerintah belum mampu berpengaruh secara langsung terhadap loyalitas petani.
Meskipun demikian, masih terdapat kemungkinan bahwa variabel tersebut
berpengaruh secara tidak langsung terhadap loyalitas petani. Kemungkinan
pengaruh tidak langsung tersebut dapat dilihat dari model struktural yang
dibangun yaitu sebagai berikut :
Gambar 4.3. Hasil Estimasi Model Struktural
Dari model tersebut dapat dilihat bahwa peran pabrik dapat berpengaruh
secara tidak langsung terhadap loyalitas melalui perilaku petani. Peran pemerintah
dapat berpengaruh secara langsung melalui peran pabrik kemudian melalui peran
perilaku petani hingga pada akhirnya mempengaruhi loyalitas. Dari uraian
85
tersebut dan hasil analisis jalur pada Tabel 4.26 diperoleh beberapa hasil sebagai
berikut :
a. Pengaruh Peran Pemerintah terhadap Loyalitas Petani.
Berdasarkan hasil analisis jalur, peran pemerintah berpengaruh positif
namun tidak signifikan terhadap Loyalitas. Hal ini berarti peran pemerintah tidak
dapat berpengaruh secara langsung terhadap loyalitas petani. Variabel tersebut
juga tidak berpengaruh secara langsung terhadap perilaku petani. Namun
demikian, variabel peran pemerintah berpengaruh signifikan terhadap peran
pabrik dan variabel peran pabrik berpengaruh signifikan terhadap perilaku petani.
Oleh karena perilaku petani berpengaruh signifikan terhadap loyalitas, maka dari
jalur tersebut diperoleh hasil bahwa variabel peran pemerintah sebenarnya mampu
berpengaruh terhadap loyalitas petani namun dengan mediasi variabel peran
pabrik dan perilaku petani. Tingginya peran pemerintah dalam usaha tani tebu
akan mendorong tingginya peran pabrik yang kemudian akan meningkatkan
perilaku petani yang selanjutnya akan meningkatkan loyalitas petani dalam bertani
tebu.
Peran pemerintah sudah seharusnya dilakukan secara intensif terhadap
pabrik gula yang berkaitan dengan perubahan perilaku petani. Meskipun
demikian, beberapa regulasi nampaknya belum sinergis dengan pola dukungan
pemerintah ke pabrik gula tersebut. Sebagai contoh adanya dukungan bantuan
benih maupun saprodi yang hanya bisa diperuntukkan kepada petani, tidak dapat
diberikan kepada pabrik gula karena pabrik gula dianggap sebagai entitas bisnis
(perusahaan). Mengatasi permasalahan tersbut, semestinya pemerintah bersinergi
bersama dengan pabrik gula untuk merancang program bersama agar saling
mendukung keberlanjutan usaha tebu, tidak berjalan parsial.
b. Pengaruh Perilaku Petani terhadap Loyalitas Petani.
Berdasarkan hasil analisis jalur, variabel perilaku petani berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Loyalitas, semakin baik perilaku petani dalam usaha tani
tebu maka semakin tinggi loyalitasnya dalam bertani tebu, begitu sebaliknya. Hal
86
ini berarti perilaku petani dapat berpengaruh secara langsung terhadap loyalitas
petani.
Perilaku positif dalam mendukung loyalitas petani didasari oleh
pengetahuan kondisi kesesuaian lahan, kemampuan menentukan implementasi
teknologi baik dalam hal varietas tebu maupun cara budidaya. Selain itu,
transparansi pengolahan (pasca panen) yang berdasarkan pemerataan
kesejahteraan mendorong tingginya perubahan sikap positif petani. Faktor
kepemilikan lahan ataupun kemudahan aksesibilitas lahan (untuk petani penyewa
lahan) juga berperan penting dalam keberlanjutan usaha tebu rakyat.
c. Pengaruh Peran Pabrik terhadap Loyalitas Petani.
Berdasarkan hasil analisis jalur, variabel peran pabrik berpengaruh positif
namun tidak signifikan terhadap Loyalitas. Peran pabrik belum dapat menjamin
secara langsung tingginya loyalitas petani. Namun demikian, peran pabrik
berpengaruh signifikan terhadap perilaku petani dan variabel perilaku petani
berpengaruh signifikan terhadap loyalitas petani. Hal ini berarti peran pabrik
sebenarnya mampu berpengaruh secara tidak langsung terhadap loyalitas petani
melalui variabel perilaku petani. Tingginya peran pabrik yang mampu
meningkatkan perilaku petani tebu yang selanjutnya dapat meningkatkan
loyalitas petani dalam bertani tebu.
Beberapa peran utama yang dapat dilakukan pabrik gula terhadap petani
yang dapat berperan meningkatkan loyalitas antara lain melalui bimbingan
kemitraaan maupun teknologi, pengembangan teknologi/ riset, dukungan
penyediaan saprodi serta permodalan dan optimasi harga penjualan gula.
d. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi menunjukkan besar pengaruh variabel eksogen
terhadap variabel endogen. Nilai koefisien determinasi dapat dilihat dari Tabel
4.27 dengan beberapa hasil sebagai berikut :
87
(1) Nilai koefisien determinasi variabel Peran pabrik adalah sebesar 0,872.
Model penelitian dibangun oleh peran pabrik yang dipengaruhi oleh
variabel peran pemerintah, hal ini berarti besar pengaruh variabel peran
pemerintah terhadap peran pabrik adalah sebesar 87,2%, sedangkan sisanya
sebanyak 12,8% dipengaruhi oleh faktor lain di luar variabel Peran
Pemerintah.
(2) Nilai koefisien determinasi variabel Perilaku Petani adalah sebesar 0,317.
Pengaruh variabel peran pabrik dan peran pemerintah terhadap perilaku
petani adalah sebesar 31,7%, sedangkan sisanya sebanyak 68,3% dipengaruhi
oleh faktor lain di luar variabel peran pabrik dan peran pemerintah.
(3) Nilai koefisien determinasi variabel Loyalitas adalah sebesar 0,357.
Model penelitian yang dibangun oleh loyalitas yang dipengaruhi oleh
variabel peran pemerintah, perilaku petani dan peran pabrik, hal ini berarti
besar pengaruh variabel peran pemerintah, perilaku petani dan peran pabrik
terhadap loyalitas adalah sebesar 35,7%, sedangkan sisanya sebanyak 64,3%
dipengaruhi oleh faktor lain di luar variabel peran pemerintah, perilaku petani
dan peran pabrik.
Tabel 4.27. Koefisien Determinasi
Estimate
Peran_Pabrik
0,872
Perilaku_Petani
0,317
Loyalitas
0,357
Peran pemerintah sangat besar dalam optimasi peran PG, mengingat pabrik
gula yang ada di Kabupaten Pasuruan merupakan perusahaan milik negara
(BUMN). PG sebagai pengolah gula juga dibatasi oleh beragam peraturan dan
kebijakan dalam berusaha, karena merupakan kebutuhan pokok secara nasional.
Dengan rendahnya faktor – faktor pendukung lain pada variabel perilaku dan
loyalitas petani berbudidaya tebu diduga terdapat faktor lain yang dapat
mempengaruhi peran variabel tersebut diantaranya adalah pasar gula (swasta).
88
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan berbagai analisa yang dilakukan dalam penelitian ini, maka
dapat disimpulkan bahwa :
1. Usaha tani tebu rakyat layak dilakukan dengan nilai R/C rasio 1,17 dan
profitabilitas 0,14 di Kabupaten Pasuruan.
2. Loyalitas petani tebu rakyat dalam membudidayakan tebu di Kabupaten
Pasuruan sangat tinggi.
3. Loyalitas petani berbudidaya tebu rakyat dipengaruhi oleh peran perilaku
petani, dan tidak dipengaruhi oleh peran pabrik gula maupun peran
pemerintah.
4. Peran perilaku petani dipengaruhi oleh peran pabrik gula, tidak dipengaruhi
oleh peran pemerintah, sedangkan peran pabrik gula dipengaruhi oleh peran
pemerintah.
5.2. Saran
1. Nilai keuntungan dalam berbudidaya tebu sangat minim untuk durasi waktu
usaha 12 bulan, sehingga perlu optimasi lahan melalui tumpangsari
(intercropping) maupun diversifikasi produk usaha tebu.
2. Loyalitas petani tebu perlu dijaga bahkan dapat ditingkatkan dengan
berbagai program/ upaya melalui sinergi yang tepat dari berbagai pihak
sehingga membawa dampak signifikan terhadap loyalitas petani.
89
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, M. S.A. Muhidin, dan A. Somantri. 2011. Dasar-Dasar Metode
Statistika untuk Penelitian, Bandung: Pustaka Setia.
Abrams, Jay B. 2010. Quantitative Business Valuation: A Mathematical Approach
for Today's Professional: Second Edition. John Wiley & Sons, Inc.
Adiwilaga, A. 1982. Ilmu Usahatani. Penerbit Alumni. Bandung.
Allison, Paul D. 2012. Logistic Regression Using SAS: Theory and Application,
Second Edition. Cary, NC, USA: SAS Institute Inc.
Arikunto, S. 2000. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta.
Ayyun, W dan E.S. Rahayu. 2013. Analisis Kemitraan Antara PG Toelangan
dengan Petani Tebu TRI (Tebu Rakyat Intensifikasi) di Kabupaten Sidoarjo
Jawa Timur. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Negeri Sebelas Maret.
Surakarta.
Biji, R., S. R. Kooistra and H. Hogeven. 2007. The Profitability of automatic
milking on dutch dairy farm. J. dairy Sci. Vol. 90, No 1: 239-248
BPS. 2012. Kabupaten Pasuruan Dalam Angka 2012. Badan Pusat Statistik.
http://pasuruankab.bps.go.id/index.php?hal=publikasi_detil&id=1, diakses
11 Februari 2015.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Pasuruan. 2013. Kabupaten Pasuruan Dalam
Angka Tahun 2013.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Pasuruan. 2014. Kabupaten Pasuruan Dalam
Angka Tahun 2014.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Pasuruan. 2015. Kabupaten Pasuruan Dalam
Angka Tahun 2015.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Pasuruan. 2016. Kabupaten Pasuruan Dalam
Angka Tahun 2016.
Dewan Gula Indonesia. 2014. Lampiran 5 Data Perkembangan Area Tebu Tahun
2014. Dewan Gula Indonesia. Tidak dipublikasikan.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2010. Rencana Strategis Pembangunan
Perkebunan 2010 – 2014. Jakarta.
90
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2015. Statistik Perkebunan Indonesia Komoditas
Tebu 2014-2016. Direktorat Jenderal Perkebunan. Jakarta.
Djaenudin, D.,H. Marwan, H. Subagyo dan A. Hidayat. 2003. Petunjuk Teknis
untuk Komoditas Pertanian. Edisi Pertama tahun 2003, ISBN 979-9474-25-
6. Balai Penelitian Tanah. Pusat Penelitian dan Pengembangan tanah dan
Agroklimat. Bogor.
Doane, David P.; Seward, Lori; Seward, L. Welte. 2008. Applied Statistics in
Business & Economics with Student CD. New York: McGraw-Hill.
Downey,W.D dan S.P. Erickson. 1992. Manajemen Agribisnis. Edisi ke
2.Terjemahan R . Ghanda.S, dan A.Sirait. Erlangga. Jakarta.
Gaol, H.L. 1992. Ekonomi Gula Tebu. Departemen Keuangan. Jakarta.
Ghozali, I. 2011. Model Persamaan Struktural : Konsep dan Aplikasi dengan
Program AMOS Ver. 19. Badan Penerbit Undip. Semarang.
Gitman, L.J. 2003. Principle of Managerial Finance, Ten edition, Pearson
education, inc.,United States.
Goldstein, D. F. 1985. Multivariat Statistics Methods, Tokyo: McGraw Hill
Kogakusha Ltd.
Hafsah, M. J. 2003. Kemitraan usaha : Konsepsi dan Strategi. Pustaka Sinar
Harapan. Jakarta.
Hair, J.F., W.C. Black, B.J. Babin, and R.E. Anderson. 2014. Multivariate Data
Analysis: A Global Perspective (7th
ed). Pearson Education. New Jersey.
Horne, V.J.C and M.J. Wachowicz. 2005. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan,
diterjemahkan oleh Aria Farahmita, Amanugrani, dan Taufik Hendrawan,
edisi kedua belas. PT.Salemba Empat, Buku Satu. Jakarta.
Isbandi. 2005. Penyuluhan Untuk Pembaharuan Perilaku. CV. Agung. Semarang.
Ismail, I. dan T. Dianpratiwi. 2007. Evaluasi metode sekolah lapang tani sebagai
salah satu media alih teknologi partisipatif. Majalah Penelitian Gula. Vol 43
No 1 Maret. Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia. Pasuruan.
Kadariah., K. Lien, dan G. Clive. 1978. Pengantar Evaluasi Proyek. Program
Perencanaan Nasional. Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
91
Kementerian Pertanian. 2006. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 33/
Permentan/ OT.140/ 7/ 2006. http://www.bphn.go.id/data/ documents/06Pm
tan033.pdf. Diakses 19 September 2017.
Kementerian Pertanian. 2015. Kebijakan Pergulaan Nasional. Disampaikan pada
Focus Group Discussion Kebijakan Pergulaan Nasional di P3GI Pasuruan
12 Februari 2015. Tidak dipublikasikan.
Kerlinger, F.N. 2003. Asas-Asas Penelitian Behavioral. Terj. Landung R
Simatupang, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Koo WW and R.D. Taylor. 2011. Outlook of The US and World Sugar Markets,
2010- 2020. US (ID): North Dakota State University.
Lelono,H. 2008. Gula: Manuskrip Ir Sarjadi Soelardi Hardjosoepoetro (1922-
1988). Wahana Semesta Intermedia. Jakarta.
Malian, A.H dan A. Syam. 1996. Daya Saing Usahatani Tebu di Jawa Timur.
Forum Penelitian Agro Ekonomi. Vol 14 No 1. Pusat Sosial Ekonomi dan
Kebijakan Pertanian Kementerian Pertanian. Jakarta.
Malian, A. H dan A. Syam. 1998. Dampak Deregulasi Gula Terhadap Penerimaan
Petani Tebu, hal. 30-38. Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 16, No. 2,
Desember 1998.
Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret
University Press, Surakarta.
Maruyama, G. M. 1998. Basic of Structural Equation Modeling, New Jersey: Sage
Publication, Inc.
Mirzawan, P.D.N. 1995. Eksploitasi Interaksi Genotipa Dengan Lingkungan (G x
E): Peningkatan Efisiensi Seleksi Dengan Memanfaatkan Data Percobaan
Multilokasi. Bulletin P3GI 142 : 1-15. Pasuruan.
Mubyarto. 1983. Masalah Industri Gula di Indonesia. Perhepi. Jakarta.
Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta.
Mubyarto dan Dayanti, 1991. Gula Kajian Sosial Ekonomi. Aditya Media.
Jogjakarta.
Muhidin, S. A dan M. Abdurahman. 2009. Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur
dalam Penelitian. Pustaka Setia. Bandung.
92
Nahdodin. 2011. Kajian terhadap kinerja kebijakan harga dasar gula melalui dana
talangan. Majalah Penelitian Gula. Vol 47 No 1 Juni. Pusat Penelitian
Perkebunan Gula Indonesia. Pasuruan.
Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Oliver, R. 1996. Satisfaction a Behaviour Prespective on The Customer. Mc Graw
Hill. New York.
Olobatuyi, M. E. 2006. A User’s Guide to Path Analysis. Lanham, Maryland:
University Press of America Inc.
Ozaki, R. 1991. Human Capitalism : The Japanese Enterprise System as World
Model. Middlesex, Harmondsworth : Penguin Book Ltd.
Pabrik Gula Kedawung. 2014. Data Taksasi Produksi Tebu Giling 2013/2014 PG
Kedawung. PG Kedawung. Tidak dipublikasikan.
Pasandaran, E. dan M.O. Adnyana. 1995. Peranan Balai Pengkajian Pertanian
dalam Meningkatkan Keterkaitan antara Peneliti dan Penyuluh. Prosiding
Lokakakrya Dinamika dan Perpektif Penyuluhan Pertanian dan
Pembangunann Pertanian Jangka Panjang. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Bogor.
Pasaribu, A.M. 2012. Perencanaan dan Evaluasi Proyek Agribisnis (Konsep dan
Aplikasi). Lily Publisher. Yogyakarta.
Pedhazur. J. Elazar, 1982. Multiple Regression in Behavioral Research. New
York: Hott.
PT Perkebunan Nusantara XI. 2009. PG Kedawoeng- Sekilas Tentang PG
Kedawoeng. http://www.ptpn-11.com/pg-kedawoeng.html, diakses pada
tanggal 11 Februari 2015.
Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI). 2008. Profil P3GI.
http://sugarresearch.org, diakses pada tanggal 17 Juli 2014.
Pusat Penelian Perkebunan Gula Indonesia. 2013. Laporan Pra Feasibility Study
Pembangunan Pabrik Gula Baru. Tidak dipublikasikan.
Rachmat, M. 1992. Profil Tebu Rakyat di Jawa Timur. Jurnal Agro Ekonomi.
Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.
Rahim, A dan D.R.W.Hastuti. 2007. Ekonomi Pertanian. Penebar Swadaya.
Jakarta.
93
Riduwan, K.E.A. 2007. Cara menggunakan dan Memaknai Analisis Jalur (Path
Analysis). Alfabeta. Bandung.
Rinehart and Winston. Riduwan, Kuncoro. E.A, 2007. Cara Menggunakan dan
Memaknai Analisis Jalur (Path Analysis). Alfabeta. Bandung.
Robert, A. 1997. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia. Mediasoft Indonesia.
Jakarta.
Roesmanto, J. dan Nahdodin. 2010. Biaya pokok produksi gula dan strukturnya
di tingkat petani. Majalah Penelitian Gula. Vol 46 No 1 Juni. Pusat
Penelitian Perkebunan Gula Indonesia. Pasuruan.
Roesmanto, J., Nahdodin dan T. Dianpratiwi. 2008. Rekayasa kelembagaan
kelompok tani tebu untuk meningkatkan pendapatan petani dan
produktivitas. Majalah Penelitian Gula. Vol 44 No 2 Juni. Pusat Penelitian
Perkebunan Gula Indonesia. Pasuruan.
Samsudin, U. 1987. Dasar-Dasar Penyuluh dan Modernisasi Pertanian. Binacipta.
Bandung.
Saptana, E.L., Hastuti, Ashari, K.S. Indraningsih, S. Friyanttno, Sunarsih dan V.
Darwis. 2005. Analisis Kelembagaan Kemitraan pada Komoditas
Hortikultura. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.
Bogor.
Saptana, A. dan Daryanto. 2013. Dinamika Kemitraan Usaha Agribisnis
Berdayasaing dan Berkelanjutan. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan
Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementrian
Pertanian. Bogor.
Sartono, R. A. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, Edisi Keempat.
BPFE. Yogyakarta.
Setiana, L. 2005. Tehnik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat. Ghalia
Indonesia. Bogor.
Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Soekartawi, A. S., J. L. Dillon dan J. B. Hardaker. 1986. Ilmu Usahatani dan
Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. Cetakan Ketiga. Penerbit
Universitas Indonesia Salemba. Jakarta.
Srivasta, H.M., H.G. Gauch Jr, N. Kulshreshtha and G.P. Misra. 1999. Genotype
x environment interaction-efficiency and use of AMMI Matmodel in
sugarcane. Proc. XXIII ISSCT Congress, India : 476-485.
94
Stokes, H. H. 1997. Specifying and Diagnostically Testing Econometric Models:
Second Edition. Greenwood Publishing Group, Inc.
Sugiyarta, E. , P.D.N. Mirzawan, S. Lamadji dan H. Budisantoso. 2000. Konsep
Penataan Varietas Unggul di Wilayah Pabrik Gula. Proseding Pertemuan
Teknis. Pasuruan.
Sugiyono. 1999. Metode Penelitian Bisnis. Penerbit IKAPI. Bandung.
Sukino, S. 2013. Membangun Pertanian dengan Pemberdayaan Masyarakat Tani,
Terobosan Menanggulangi Kemiskinan. Pustaka Baru Press. Yogyakarta.
Sumarsono, S. 2004. Metode Riset Sumber Daya Manusia. Graha Ilmu.
Yogyakarta.
Susila, W.R dan D.H. Goenadi. 2004. Peran Subsektor Perkebunan Dalam
Perekonomian Indonesia. Tersedia pada http://www.ipard.com/art_perkebun
/des14-04_wrs-I.asp, diakses 29 Oktober 2012.
Susilo. D, S.Yuniati dan F. Albayumi. 2016. Model Pengembangan Tata Niaga
Gula Berbasis Kesejahteraan Petani Tebu. Penelitian Hibah Bersaing.
Universitas Jember. Jember.
Syafri, H dan Sofyan, 2008. Analisa Kritis atas Laporan Keuangan. PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Verbeek. 2008. A Guide to Modern Econometrics: Third Edition. Chicester: John
Wiley & Sons, Ltd.
Wahyuni, Supriyati, dan Sinuraya, J.F. 2009. Industri dan perdagangan gula di
Indonesia : pembelajaran dari kebijakan zaman penjajahan – sekarang.
Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 27, No 2. Pusat Analisis Sosial
Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor.
Widjajanto, N.D.A. 2013. Keberhasilan Pengembangan Kemitraan Tebu Rakyat
Antara Pabrik Gula Dengan Petani Tebu. Penguatan Inovasi Teknologi
Mendukung Kemandirian Usahatani Perkebunan Rakyat. Pusat Penelitian
dan Pengambangan Perkebunan Kementerian Pertanian. Jakarta.
Widoyokko. 2012. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Penerbit Pustaka
Pelajar. Yogyakarta.
Biodata Penulis
Aris Lukito. Lahir di Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta pada tanggal 1 Mei 1983. Putra bungsu
dari pasangan Bapak Sabilan Rasyad dan Ibu Nur Hidayati.
Menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Cebongan I
Sleman Yogyakarta tahun 1995, pendidikan menengah di
MTS Pondok Pesantren Modern Islam Assalam (PPMIA)
Solo Jawa Tengah 1998, pendidikan menengah atas di
Sekolah Menengah
Umum (SMU) Negeri 1 Sleman Yogyakarta tahun 2011. Pada tahun 2015
menyelesaikan Program Sarjana (S1) di Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Mengawali pengalaman kerja pada perusahaan swasta yang bergerak di bidang
pertanian dengan komoditas Kelapa Sawit, PT Astra Agro Lestari, Tbk, kemudian
bergabung pada perusahaan produsen benih hibrida Pioneer dalam naungan PT Dupont
Indonesia yang berkonsentrasi pada komoditas jagung dan padi hibrida. Pada saat
penulis melanjutkan jenjang studi S2 di Program Magister Agribisnis Fakultas
Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, penulis bekerja pada Pusat
Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) di Pasuruan Jawa Timur.
96
Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian
97
Lampiran 2. Kuisioner dalam Penelitian
Analisis Usaha Tani Tebu Rakyat dan Loyalitas Petani
Berkaitan dengan Perilaku Petani, Peran Pemerintah dan Pabrik Gula
(Studi Kasus di Kabupaten Pasuruan Jawa Timur)
KUESIONER PENELITIAN
98
SUB KEGIATAN KELAYAKAN USAHA TEBU RAKYAT
DI KABUPATEN PASURUAN
No Sampel : ..........................
Tanggal : ..........................
DATA RESPONDEN
Petunjuk : Isilah data berikut sesuia dengan data pribadi Anda.
A. Responden
Nama :
Alamat :
dusun :
desa :
kecamatan :
No Telefon :
Jenis Kelamin : L / P
Jumlah anggota keluarga :
Mata pencaharian pokok :
Mata pencaharian lain :
Pendidikan :
Peran dalam kelompok tani : Ketua/ Pengurus/ Anggota
Kedudukan dalam masyarakat : Pamong/ Tokoh Masyarakat /
Masysrakat
B. Pemilikan lahan
Pola Tanam :
Luas lahan yang dikelola :
Status lahan :
Jenis varietas :
99
C. Analisa Usaha
No Uraian Kegiatan Volume Satuan Harga Sat
(Rp) Jumlah (Rp)
1. BIAYA YANG DIKELUARKAN
Persiapan Lahan
- Sewa lahan
- Juring
- Sigir
- Babat Alang
- Buang Dongkelan
- Pemeliharaan Got
- Bakar isolasi
Tanam & Pemeliharaan Tanaman
- Tanam/ kepras
- Sulam I, II
- Pupuk I, II dan colok
- Pemberian air
- Turun tanah I, II, III
- Penyiangan
- Panen (TMA)
Biaya diluar kebun
- Usaha air
- Keamanan kebun
- Transport pupuk, tenaga dll
- Takterduga
Biaya Pengamatan
- Seleksi campuran
- Hama dan penyakit
- Taksasi produksi
Biaya Bahan
- Bahan tanam
- Pupuk 1 .................................
- Pupuk 2 .................................
- Pupuk 3 .................................
- Herbisida ...........................
- Lain lain
2. HASIL YANG DIDAPATKAN
Tebu Giling
- Bagi hasil
- Gula
- Tetes
- Lain- lain
100
Sub Kajian : Loyalitas Petani (Skor Maksimal = 25) Kode Pertanyaan Skor
X1 Menurut Bapak/ Ibu, apakah area yang ditanami tebu sesuai untuk budidaya tebu ?
a. Ragu-ragu dengan pernyataan/ tidak tahu 1
b. Produktifitas lahan < 550 kuintal/ ha 2
c. Produktifitas lahan 550 kuintal/ ha 3
d. Produktifitas lahan > 550 - 750 kuintal/ ha 4
e. Produktifitas lahan > 750 kuintal/ ha 5
X2 Apakah Bapak/Ibu memiliki hak kepemilikan atas lahan yang digunakan untuk
berbudidaya tebu?
a. Tidak, saya hanya menggarap. 1
b. Tidak, saya hanya menyewa. 2
c. Tidak, saya menyewa dan menggarap. 3
d. Ya, saya tukar lahan dengan kerabat untuk pengelolaan tebu. 4
e. Ya, tanah yang digunakan untuk tebu milik saya sendiri. 5
X3 Menurut Bapak/ Ibu, hubungan antara petani tebu rakyat dengan pabrik gula
bagaimana saat ini ?
a. Tidak tahu 1
b. Belum bermitra dan tidak ingin bermitra (tebu bebas) 2
c. Belum berkelompok, ingin bermitra dan berbisnis bersama 3
d. Sudah berkelompok, ingin bermitra dan berbisnis bersama 4
e. Sudah berkelompok, bermitra dan berbisnis bersama 5
X4 Sudah berapa lama Bapak/Ibu membudidayakan tebu pada lahan yang sama (berapa
kali periode tanam/ kepras) sudah dilakukan ?
a. Baru memulai (< 1 tahun) 1
b. 1 tahun 2
c. 2 tahun 3
d. 3 tahun 4
e. > 4 tahun 5
X5 Menurut Bapak/ Ibu, apakah usaha tebu rakyat menguntungkan pada saat ini ?
a. Tidak tahu, mengikut tetangga saja 1
b. Pendapatan< biaya (include bunga pinjaman) 2
c. Pendapatan lebih besar (<10%) > biaya (include bunga pinjaman) 3
d. Pendapatan lebih tinggi dari bunga bank (> 10%) dibanding biaya (include
bunga bank)
4
e. Pendapatan lebih tinggi dari bunga bank (> 10%) dibanding biaya (include
bunga bank) dan bersaing/ lebih menguntungkan terhadap komoditas lain
5
101
Sub Kajian : Peran Pemerintah (kor Maksimal = 50) Kode Pertanyaan Skor
X6 Menurut Bapak/Ibu, apakah pemerintah mengarahkan pengusahaan tebu dengan
berbagai alternatif usahanya (beragam produk dari unsur tebu dapat
diperdagangkan) ?
a. Tidak pernah 1
b. 1 kali selama periode musim giling (1 tahun) 2
c. 2 kali selama periode musim giling (1 tahun) 3
d. 3 kali selama periode musim giling (1 tahun) 4
e. > 4 kali selama periode musim giling (1 tahun) 5
X7 Apakah pemerintah memberikan kebijakan dan hukum yang mendukung usahatani
tebu, seperti halnya peraturan daerah terkait rendemen minimal, tata ruang usaha dll
?
a. Tidak tahu 1
b. Tidak ada kebijakan dan hukum yang diberikan (0 kebijakan) 2
c. 1 kebijakan diberikan 3
d. 2 kebijakan diberikan 4
e. > 3 kebijakan diberikan 5
X8 Apakah pemerintah menjembatani pertemuan antara petani tebu rakyat dengan
pabrik gula dalam upayan memperbaiki dan mengembangkan kemitraan usaha?
a. Tidak pernah 1
b. 1 kali selama periode musim giling (1 tahun) 2
c. 2 kali selama periode musim giling (1 tahun) 3
d. 3 kali selama periode musim giling (1 tahun) 4
e. > 4 kali selama periode musim giling (1 tahun) 5
X9 Menurut Bapak/ Ibu, apakah pemerintah melindungi petani tebu rakyat dari dampak
kerugian (ekploitasi berlebih) oleh pabrik gula ?
a. Tidak tahu 1
b. Tidak ada bentuk perlindungan yang diberikan (0 perlindungan) 2
c. 1 bentuk perlindungan / mediasi selama 1 periode giling 3
d. 2 bentuk perlindungan / mediasi selama 1 periode giling 4
e. > 3 bentuk perlindungan / mediasi selama 1 periode giling 5
X10 Apakah Pemerintah memberikan informasi secara lengkap terkait usaha tebu,
mulai dari persiapan lahan, teknis budidaya dan pasca panennya melalui
penyuluhan?
a. Tidak pernah 1
b. Tidak selalu diberikan informasi (kadang ada, kadang tidak) dalam 1 musim
giling
2
c. Diberikan secara parsial (1 – 2 topik saja secara parsial) dalam 1 musim giling 3
d. Diberikan secara menyeluruh dalam 1 musim giling 4
e. Diberikan dengan lengkap dan menyeluruh secara berlebihan dalam 1 musim
giling lebih dari 1 kali (berulang)
5
X11 Apakah pemerintah melakukan sosialisasi berbudidaya tebu baik melalui
penyuluhan, pameran maupun sosialisasi lainnya ?
a. Tidak pernah 1
b. 1 kali selama periode musim giling (1 tahun) 2
c. 2 kali selama periode musim giling (1 tahun) 3
d. 3 kali selama periode musim giling (1 tahun) 4
e. > 4 kali selama periode musim giling (1 tahun) 5
102
X12 Seberapa besar Pemerintah memberikan kemudahan yang Bapak/ Ibu rasakan
dalam mendapatkan modal dari lembaga keuangan, khususnya untuk berusaha tebu
rakyat ?
a. Tidak tahu ada fasilitas kemudahan modal 1
b. Sangat tidak mudah prosesnya, persyaratan rumit, biirokrasi panjang 2
c. Birokrasi panjang (> 3 step lembaga) dan belum tentu pula dikabulkan 3
d. Melalui mekanisme paket kredit di PG 4
e. Kredit langsung di Bank mudah diakses 5
X13 Sebagai motivator, apakah peran pemerintah dalam mendampingi dan memberikan
dukungan dalam kegiatan tebu rakyat Bapak/ Ibu anggap sudah sesuai ?
a. Tidak paham kegiatan mana yang dilakukan oleh pemerintah 1
b. Dukungan kontradiktif/ tidak sesuai dengan kebutuhan petani 2
c. Dukungan kontradiktif 70%, sedangkan konstruktif/ sesuai keinginan petani
30%
3
d. Dukungan kontradiktif 30%, sedangkan konstruktif/ sesuai keinginan petani
70%
4
e. > 70% memotivasi dalam kegiatan pengembangan tebu rakyat 5
X14 Sebagai stabilisator, apakah peran pemerintah dalam memberikan informasi dan
kestabilan harga serta kepastian harga dalam usahatani tebu rakyat Bapak/ Ibu
anggap sudah sesuai ?
a. Tidak tahu (0%) 1
b. Sesuai antara informasi dan stabilitas harga terhadap hasil yang capai/output 1-
59%.
2
c. Sesuai antara informasi dan stabilitas harga terhadap hasil yang capai/output
60-79%
3
d. Sesuai antara informasi dan stabilitas harga terhadap hasil yang capai/output
80-99%
4
e. Sesuai antara informasi dan stabilitas harga terhadap hasil yang capai/output
>100%
5
X15 Apakah peran pemerintah dalam memeratakan keadilan dalam usaha tebu rakyat
melalui konsep bagi hasil tebu sudah sesuai/ penghargaan kualitas tebu sudah
Bapak/ibu anggap tepat?
a. Tidak tahu, tidak ada peran pemerintah sama sekali 1
b. Arahan rendemen ditentukan pabrik gula 2
c. Arahan rendemen ditentukan merata/ global 3
d. Arahan penggunaan alat deteksi kualitas tebu secara individu 4
e. Bagi hasil dianggap seseuai dengan proporsi biaya produksi pada semua hasil
petani tebu rakyat
5
103
Sub Kajian : Peran Pabrik Gula (Skor Maksimal = 40) Kode Pertanyaan Skor
X16 Apakah Bapak/ Ibu mendapatkan bimbingan dan penyuluhan mengenai tebu rakyat
dari Pabrik Gula?
a. Tidak pernah 1
b. 1 kali selama periode musim giling (1 tahun) 2
c. 2 kali selama periode musim giling (1 tahun) 3
d. 3 kali selama periode musim giling (1 tahun) 4
e. > 4 kali selama periode musim giling (1 tahun) 5
X17 Apakah Bapak/ Ibu dilibatkan dalam penyusunan rencana usaha (periode giling),
kaitannya dengan target areal yang harus ditanami tebu oleh PG ?
a. Tidak pernah 1
b. 1 kali selama periode musim giling (1 tahun) 2
c. 2 kali selama periode musim giling (1 tahun) 3
d. 3 kali selama periode musim giling (1 tahun) 4
e. > 4 kali selama periode musim giling (1 tahun) 5
X18 Apakan PG memberikan jaminan kredit permodalan dalam usaha tani tebu rakyat
yang Bapak/ Ibu laksanakan dan Bapak/ Ibu memanfaatkan secara optimal ?
a. Tidak ada, 0 yang dimanfaatkan 1
b. Ada paket kredit, memenuhi 60-79% kebutuhan modal 2
c. Ada paket kredit, memenuhi 80-89% kebutuhan modal 3
d. Ada paket kredit, memenuhi 90-99% kebutuhan modal 4
e. Ada paket kedit, memenuhi > 100% kebutuhan modal 5
X19 Menurut Bapak/ Ibu, apakah Pabrik Gula memberikan bimbingan teknologi,
melalui performance tanaman yang dikelola oleh PG terlihat baik di lapang?
a. Tidak pernah 1
b. 1 kali selama periode musim giling (1 tahun) 2
c. 2 kali selama periode musim giling (1 tahun) 3
d. 3 kali selama periode musim giling (1 tahun) 4
e. > 4 kali selama periode musim giling (1 tahun) 5
X20 Apakah Bapak/Ibu tahu ada fasilitas bantuan dan pernah mendapatkan saprodi dari
fasilitas Pabrik Gula sebagai penjaminnya (KKPE) ?
a. Tidak tahu dan tidak pernah dapat 1
b. Tidak dan tidak pernah dapat 2
c. Tidak tahu dan pernah mendapatkan 3
d. Tahu dan pernah mendapatkan 4
e. Tahu dan sering mendapatkan 5
X21 Apakah pabrik gula memberikan jaminan pembelian produksi tebu rakyat ?
a. 1 kali selama berbudidaya tebu 1
b. > 2 kali selama berbudidaya tebu , tetapi tidak selalu 2
c. Selalu dilakukan jaminan pembelian produksi tebu atas inisiasi pabrik dan
petani
3
d. Selalu dilakukan jaminan pembelian produksi tebu atas inisiasi pabrik 4
e. Mutlak diberikan jaminan 5
104
X22 Seberapa besar promosi dalam lelang gula hasil penggilingan Pabrik Gula, guna
memperoleh harga yang paling baik ?
a. Tidak tahu dan tidak mau tahu 1
b. Tidak tahu dan ingin tahu 2
c. Informasi diberikan terbatas hanya pada pedagang besar 3
d. Informasi diberikan secara terbuka lokal/ setempat PG dan pedagang besar
melalui direksi
4
e. Disampaikan secara terbuka, saat penyuluhan, melalui internet, maupun media
massa pada semua peminat
5
X23 Menurut Bapak/ ibu, apakah Pabrik Gula melakukan pengembangan penelitian
yang dapat bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan petani tebu rakyat?
a. Tidak pernah 1
b. 1 kali selama periode musim giling (1 tahun) 2
c. 2 kali selama periode musim giling (1 tahun) 3
d. 3 kali selama periode musim giling (1 tahun) 4
e. > 4 kali selama periode musim giling (1 tahun) 5
105
Sub Kajian : Peran Petani (Skor Maksimal = 60) Kode Pertanyaan Skor
X24 Apakah Bapak/ Ibu mengetahui bahwa penanaman tebu memerlukan kondisi
tertentu sesuai kesesuaian lahan?
a. Tidak tahu 1
b. Tahu, asalkan bisa tumbuh tebu berarti bisa ditanami 2
c. Tahu, tebu memerlukan air cukup tetapi tidak berlebihan 3
d. Tahu, dimana ada rumput dapat tumbuh maka tebu juga dapat tumbuh karena
se Family
4
e. Tahu, tebu memerlukan air cukup pada awal pertumbuhannya, dan
memerlukan kondisi kering pada saat fase kemasakannya, memerlukan paparan
sinar matahari yang cukup (tidak ternaungi).
5
X25 Apakah Bapak/ Ibu mengetahui ketepatan jenis varietas tebu pada tipologi lahan
tertentu?
a. Tidak tahu 1
b. Tidak tahu, pokoknya ada tanah ditanami oleh bibit yang ada/ tersedia 2
c. Tahu, tetapi sesuai bibit yang ada/ tersedia 3
d. Tahu, tebu produktifitas tinggi ditanam 4
e. Tahu, tebu jenis tertentu (spesifik) lokasi ditanam dengan jenis yang spesifik
juga
5
X26 Apakah Bapak/ Ibu mengetahui tahapan budidaya tebu di areal ?
a. Tidak tahu 1
b. Tahu, persiapan lahan 2
c. Tahu, persiapan lahan, penanaman benih 3
d. Tahu, persiapan lahan, penanaman benih, pemeliharaan 4
e. Tahu, persiapan lahan, penanaman benih, pemeliharaan, panen 5
X27 Apakah Bapak/ Ibu menerima jaminan penghargaan terhadap kualitas tebu dan
kontinuitas usaha dari berbudidaya tebu rakyat ?
a. Tidak ada 1
b. Menerima 1 kali dalam musim giling 2
c. Menerima 2 kali dalam musim giling 3
d. Menerima 3 kali dalam musim giling 4
e. Menerima > 4 kali dalam musim giling 5
X28 Apakah Bapak/Ibu menerima pembagian potensi resiko dari usaha tebu, sehingga
apabila usaha tidak berjalan dengan baik maka petani tebu rakyat tidak merasa
dirugikan sepihak ?, begitu pula sebaliknya
a. Tidak ada 1
b. Sebagian kecil, berupa potensi resiko biaya pengolahan dan pemasaran 2
c. Sebagian besar, berupa potensi resiko biaya produksi 3
d. Berimbang dalam pembagian potensi resiko, pada biaya produksi, pengolahan
dan pemasaran
4
e. Berlebihan, dimana sangat berbagi resiko pada produksi, pengolahan dan
pemasaran dengan posisi dominan (> 50%)
5
X29 Apakah menurut Bapak/ Ibu, usaha tebu rakyat sudah merasakan pemerataan
kesejahteraan secara merata (adil) antara pelaku usaha (petani) dengan stakholder
lain : PG, Pemerintah ?
a. Ragu ragu/ tidak tahu 1
b. Menguntungkan pihak pengusaha secara dominan 2
c. Belum sepadan/ seimbang antara pendapatan dan usaha yang dilakukan petani 3
106
d. Sepadan/ seimbang antara pendapatan dan usaha yang dilakukan petani 4
e. Representatif dengan usaha yang dilakukan petani dan sesuai dengan resiko
usahanya
5
X30 Bagaimana Bapak/ Ibu mengelola hasil panen tebu rakyat ?
a. Menjual tebu tegakan (ijon) 1
b. Menjual kepada tengkulak 2
c. Dipanen dan diangkut oleh PG 3
d. Memanen sendiri dan mengirim ke pabrik 4
e. Memanen sendiri, mengirim ke pabrik dan mengikuti perolehannya (hasil
analisa lab)
5
X31 Sarana dan Prasarana apa saja yang Bapak/ Ibu miliki guna mendukung usaha tebu
rakyat ?
a. Tenaga kerja 1
b. Alsintan 2
c. Tenaga kerja dan alsintan 3
d. Modal uang 4
e. Modal uang, alsintan dan tenaga kerja 5
X32 Berapa luas area tebu yang Bapak/ Ibu kelola ?
a. < 0,25 ha 1
b. 0,26 - 0,50 ha 2
c. 0,51 - 1,00 ha 3
d. 1,01 - 1,50 ha 4
e. > 1,60 ha 5
X33 Berapa modal yang disiapkan untuk usaha tebu rakyat per hektar per periode (diluar
sewa lahan) ?
a. < 5 juta 1
b. 5 - 7,5 juta 2
c. 7,6 - 10 juta 3
d. 11 - 15 juta 4
e. > 15 juta 5
X34 Apa pendidikan tertinggi yang pernah Bapak/ Ibu ikuti ?
a. Tidak sekolah 1
b. SD 2
c. SMP 3
d. SMA/K 4
e. > D3 5
X35 Apakah sikap Bapak/ Ibu dengan adanya budidaya tebu rakyat yang baik ?
a. Belum tahu 1
b. Akan mencoba mempraktekkan 2
c. Baru mulai mencoba mempraktekkan 3
d. Sudah pernah melaksanakan sebagian saja 4
e. Sudah pernah melaksanakan seluruhnya 5
107
Lampiran 3. Penentuan Jumlah Responden
Jumlah sampel mengacu pada rumus Slovin sebagai berikut :
n = N
1 + N e2
Dimana :
n = Jumlah sampel
N = Populasi
e = Batas toleransi kesalahan
Analisis Usaha Tani
- Jumlah responden 33 orang
- Jumlah populasi petani di 4 kecamatan utama sejumlah 336 petani
33 = 336
1 + 336 e2
e = 0,165
Tingkat kepercayaaan = (1 -0,165) x 100%
= 0,835 x 100%
= 83,5 %
= 84%
Analisis Hubungan Peran pemerintah, Perilaku Petani dan Pabrik Gula dalam
mendukung Loyalitas
- Jumlah responden 175 orang
- Jumlah populasi petani di 4 kecamatan utama sejumlah 336 petani
175 = 336
1 + 336 e2
e = 0,0523
Tingkat kepercayaaan = (1 -0,0523 x 100%
= 0,9477 x 100%
= 94,7 %
= 95 %
108
Lampiran 4. Jumlah Responden Pada Setiap Analisa
Sebaran distribusi responden dalam penelitian
No Kecamatan Luas
1) Petani
2) Distribusi Responden (orang)
(Ha) (%) Orang (%) Analisa
Usaha Tani
Analisa
Hubungan
1 Gondangwetan 273 10,83 39 11,61 4 20
2 Grati 1.049 41,54 184 54,76 18 96
3 Nguling 610 24,18 48 14,29 5 25
4 Winongan 592 23,46 65 19,35 6 34
Jumlah 2.524 100,00 336 100,00 33 175
Keterangan : 1)
Sumber data BPS Kabupaten dalam angka 2014 (diolah), 2)
Sumber data
Pabrik Gula Kedawung Musim Giling 2013-2014 (diolah).
109
Lampiran 5. Karakteristik Responden
Identifikasi Responden
Parameter Nilai Satuan
Jenis Kelamin Laki-laki 95,89 %
Perempuan 4,11 %
Jumlah anggota keluarga
4 orang
Mata pencaharian pokok Petani 78,26 %
Non Petani 21,74 %
Pendidikan SD 32,81 %
SMP 14,06 %
SMA 40,63 %
D3 3,13 %
S1 9,38 %
Peran dalam kelompok tani Ketua 16,67 %
Pengurus 3,03 %
Anggota 80,30 %
Peran dalam masyarakat Tokoh masyarakat 15,38 %
Anggota masyarakat 84,62 %
Luas lahan yang dikelola
12,65 ha
Status lahan tebu Lahan Sendiri 24,56 %
Lahan Sewa 21,05 %
Lahan Sendiri dan Lahan Sewa 54,39 %
110
Lampiran 6. Biaya dan Pendapatan Usaha Tani Tebu TR Kategori PC dan RC Pada
Pengelolaan Lahan Milik Sendiri Maupun Sewa
1 2 3 4 5
A. BIAYA
Persiapan Lahan
- Sewa lahan 12.000.000 12.000.000 8.000.000 6.500.000 5.000.000
- Juring 2.500.000
- Babat Alang 150.000
- Buang Dongkelan 250.000
- Pemeliharaan Got 175.000
- Bakar isolasi 150.000
Tanam & Pemeliharaan Tanaman
- Tanam/ kepras 800.000 700.000 3.300.000 700.000 600.000
- Sulam I, II 600.000 200.000 800.000 1.000.000
- Pupuk I, II dan colok 400.000 117.000 500.000 200.000 500.000
- Pemberian air 1.200.000 500.000 1.500.000
- Turun tanah I, II, III 1.000.000 500.000 1.600.000 600.000 700.000
- Penyiangan 600.000 500.000 600.000 600.000
- Panen (TMA) 9.562.500 500.000 6.500.000 6.300.000
Biaya diluar kebun
- Usaha air 150.000 500.000
- Keamanan kebun 200.000 500.000 150.000 1.500.000
- Transport pupuk, tenaga dll 100.000 500.000 300.000
- Takterduga 100.000 500.000
Biaya Pengamatan
- Seleksi campuran 100.000
- Hama dan penyakit 1.000.000 400.000
Biaya Bahan
- Bahan tanam 3.600.000
- Pupuk 1 920.000 200.000 200.000 995.000
- Pupuk 2 700.000 200.000 200.000 995.000
- Pupuk 3 200.000 200.000
- Herbisida 450.000 200.000 500.000 332.500
- Lain lain 1.000.000
JUMLAH BIAYA 28.782.500 26.742.000 23.900.000 14.750.000 12.622.500
B. PENDAPATAN
Tebu Giling
- Gula dan Tetes 42.265.175 25.000.000 31.206.000 31.394.333 27.263.167
JUMLAH PENDAPATAN 42.265.175 25.000.000 31.206.000 31.394.333 27.263.167
SHU 13.482.675 -1.742.000 7.306.000 16.644.333 14.640.667
Uraian PekerjaanResponden
111
6 7 8 9 10
A. BIAYA
Persiapan Lahan
- Sewa lahan 5.000.000 6.000.000 10.000.000 7.000.000
- Juring 2.500.000 600.000
- Babat Alang 300.000 150.000
- Buang Dongkelan 300.000 550.000
- Pemeliharaan Got 200.000 120.000
- Bakar isolasi 50.000 250.000 200.000 120.000
Tanam & Pemeliharaan Tanaman
- Tanam/ kepras 600.000 575.000 2.000.000 600.000 3.200.000
- Sulam I, II 1.000.000 175.000 400.000 1.000.000
- Pupuk I, II dan colok 500.000 200.000 200.000 440.000
- Pemberian air 700.000 550.000 1.250.000
- Turun tanah I, II, III 100.000 275.000 500.000 400.000 1.500.000
- Penyiangan 150.000 200.000 610.000
- Panen (TMA) 7.200.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000
Biaya diluar kebun
- Usaha air 500.000 150.000
- Keamanan kebun 1.500.000 100.000 150.000 150.000 200.000
- Transport pupuk, tenaga dll 250.000 150.000
- Takterduga
Biaya Pengamatan
- Seleksi campuran
- Hama dan penyakit 400.000
Biaya Bahan
- Bahan tanam 3.600.000 4.800.000
- Pupuk 1 945.000 720.000 560.000 700.000 800.000
- Pupuk 2 945.000 720.000 100.000 600.000 225.000
- Pupuk 3 540.000 240.000 480.000 960.000
- Herbisida 332.500 225.000 325.000
- Lain lain 150.000
JUMLAH BIAYA 12.022.500 17.805.000 17.825.000 25.080.000 24.450.000
B. PENDAPATAN
Tebu Giling
- Gula dan Tetes 27.263.167 33.554.667 22.400.000 39.000.000 17.000.000
JUMLAH PENDAPATAN 27.263.167 33.554.667 22.400.000 39.000.000 17.000.000
SHU 15.240.667 15.749.667 4.575.000 13.920.000 -7.450.000
Uraian PekerjaanResponden
112
11 12 13 14 15
A. BIAYA
Persiapan Lahan
- Sewa lahan 8.000.000 7.000.000 8.000.000
- Juring 900.000 900.000
- Babat Alang
- Buang Dongkelan 600.000 600.000
- Pemeliharaan Got
- Bakar isolasi 250.000 250.000
Tanam & Pemeliharaan Tanaman
- Tanam/ kepras 2.500.000 2.000.000 2.800.000 2.300.000 2.300.000
- Sulam I, II 800.000 240.000 800.000 800.000 800.000
- Pupuk I, II dan colok 337.500 240.000 325.000 325.000 325.000
- Pemberian air 720.000 720.000 925.000 925.000 925.000
- Turun tanah I, II, III 600.000 600.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000
- Penyiangan 320.000 320.000 450.000 450.000 450.000
- Panen (TMA) 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000
Biaya diluar kebun
- Usaha air
- Keamanan kebun 100.000 100.000 250.000 250.000 500.000
- Transport pupuk, tenaga dll 40.000 40.000 100.000 100.000 100.000
- Takterduga
Biaya Pengamatan
- Seleksi campuran
- Hama dan penyakit
Biaya Bahan
- Bahan tanam 4.800.000 4.000.000
- Pupuk 1 800.000 800.000 750.000 750.000 600.000
- Pupuk 2 960.000 960.000 960.000 960.000 960.000
- Pupuk 3 225.000 225.000 120.000 120.000 225.000
- Herbisida 200.000 200.000 400.000 400.000 450.000
- Lain lain 62.500 62.500
JUMLAH BIAYA 28.215.000 25.257.500 15.080.000 14.580.000 22.835.000
B. PENDAPATAN
Tebu Giling
- Gula dan Tetes 25.000.000 25.000.000 12.000.000 12.000.000 17.000.000
JUMLAH PENDAPATAN 25.000.000 25.000.000 12.000.000 12.000.000 17.000.000
SHU -3.215.000 -257.500 -3.080.000 -2.580.000 -5.835.000
Uraian PekerjaanResponden
113
16 17 18 19 20
A. BIAYA
Persiapan Lahan
- Sewa lahan 8.000.000 8.000.000 9.000.000 8.000.000
- Juring
- Babat Alang
- Buang Dongkelan
- Pemeliharaan Got
- Bakar isolasi
Tanam & Pemeliharaan Tanaman
- Tanam/ kepras 2.775.000 2.970.000 2.000.000 2.580.000 2.300.000
- Sulam I, II 950.000 1.000.000 650.000 920.000 800.000
- Pupuk I, II dan colok 380.000 400.000 270.000 350.000 325.000
- Pemberian air 1.100.000 1.200.000 770.000 1.000.000 925.000
- Turun tanah I, II, III 1.300.000 1.400.000 950.000 1.200.000 1.200.000
- Penyiangan 495.000 530.000 360.000 450.000 450.000
- Panen (TMA) 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000
Biaya diluar kebun
- Usaha air 100.000 350.000
- Keamanan kebun 500.000 350.000 200.000 200.000
- Transport pupuk, tenaga dll 100.000 80.000 20.000 90.000
- Takterduga
Biaya Pengamatan
- Seleksi campuran
- Hama dan penyakit
Biaya Bahan
- Bahan tanam
- Pupuk 1 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000
- Pupuk 2 960.000 960.000 240.000 960.000 960.000
- Pupuk 3 225.000 225.000 150.000 225.000
- Herbisida 450.000 160.000 250.000 470.000
- Lain lain
JUMLAH BIAYA 23.835.000 15.715.000 20.250.000 24.105.000 22.320.000
B. PENDAPATAN
Tebu Giling
- Gula dan Tetes 17.000.000 15.000.000 15.000.000 18.600.000 16.800.000
JUMLAH PENDAPATAN 17.000.000 15.000.000 15.000.000 18.600.000 16.800.000
SHU -6.835.000 -715.000 -5.250.000 -5.505.000 -5.520.000
Uraian PekerjaanResponden
114
21 22 23 24 25
A. BIAYA
Persiapan Lahan
- Sewa lahan 6.000.000 8.000.000 12.000.000 12.000.000 9.000.000
- Juring 800.000 600.000 600.000 650.000
- Babat Alang
- Buang Dongkelan
- Pemeliharaan Got
- Bakar isolasi
Tanam & Pemeliharaan Tanaman
- Tanam/ kepras 2.000.000 2.000.000 2.775.000 2.775.000 2.775.000
- Sulam I, II 650.000 650.000 950.000 950.000 950.000
- Pupuk I, II dan colok 270.000 270.000 380.000 380.000 380.000
- Pemberian air 770.000 770.000 1.100.000 1.100.000 1.100.000
- Turun tanah I, II, III 950.000 950.000 1.300.000 1.300.000 1.300.000
- Penyiangan 360.000 360.000 495.000 495.000 495.000
- Panen (TMA) 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 9.000.000
Biaya diluar kebun
- Usaha air 150.000 150.000
- Keamanan kebun 200.000
- Transport pupuk, tenaga dll 90.000 25.000 500.000 500.000
- Takterduga
Biaya Pengamatan
- Seleksi campuran
- Hama dan penyakit
Biaya Bahan
- Bahan tanam 4.800.000 5.200.000 4.200.000 4.200.000
- Pupuk 1 600.000 800.000 480.000 600.000 1.741.000
- Pupuk 2 960.000 960.000 960.000 960.000
- Pupuk 3 80.000
- Herbisida 470.000 600.000 600.000 600.000
- Lain lain
JUMLAH BIAYA 24.920.000 27.265.000 32.490.000 32.660.000 26.741.000
B. PENDAPATAN
Tebu Giling
- Gula dan Tetes 18.600.000 27.600.000 41.890.000 47.010.000 41.510.400
JUMLAH PENDAPATAN 18.600.000 27.600.000 41.890.000 47.010.000 41.510.400
SHU -6.320.000 335.000 9.400.000 14.350.000 14.769.400
Uraian PekerjaanResponden
115
26 27 28 29 30
A. BIAYA
Persiapan Lahan
- Sewa lahan 9.000.000 8.000.000 13.000.000 9.000.000
- Juring
- Babat Alang
- Buang Dongkelan
- Pemeliharaan Got
- Bakar isolasi
Tanam & Pemeliharaan Tanaman
- Tanam/ kepras 1.580.000 2.000.000 2.000.000 1.650.000 600.000
- Sulam I, II 550.000 650.000 650.000 550.000 2.200.000
- Pupuk I, II dan colok 240.000 270.000 270.000 225.000
- Pemberian air 600.000 770.000 780.000 662.000
- Turun tanah I, II, III 750.000 950.000 950.000 780.000
- Penyiangan 280.000 360.000 350.000 300.000
- Panen (TMA) 5.250.000 4.600.000 4.600.000 6.516.667 8.600.000
Biaya diluar kebun
- Usaha air 150.000
- Keamanan kebun
- Transport pupuk, tenaga dll
- Takterduga
Biaya Pengamatan
- Seleksi campuran
- Hama dan penyakit
Biaya Bahan
- Bahan tanam
- Pupuk 1 2.000.000 2.160.000 2.000.000 800.000
- Pupuk 2 800.000
- Pupuk 3
- Herbisida
- Lain lain
JUMLAH BIAYA 20.400.000 19.760.000 24.600.000 12.283.667 20.400.000
B. PENDAPATAN
Tebu Giling
- Gula dan Tetes 27.000.000 14.400.000 30.000.000 17.500.000 29.758.222
JUMLAH PENDAPATAN 27.000.000 14.400.000 30.000.000 17.500.000 29.758.222
SHU 6.600.000 -5.360.000 5.400.000 5.216.333 9.358.222
Uraian PekerjaanResponden
116
31 32 33
A. BIAYA
Persiapan Lahan
- Sewa lahan 8.000.000 10.000.000 7.000.000 8.517.857
- Juring 1.116.667
- Babat Alang 200.000
- Buang Dongkelan 460.000
- Pemeliharaan Got 165.000
- Bakar isolasi 181.429
Tanam & Pemeliharaan Tanaman
- Tanam/ kepras 2.000.000 4.000.000 2.000.000 1.992.576
- Sulam I, II 650.000 1.300.000 650.000 783.387
- Pupuk I, II dan colok 270.000 540.000 270.000 325.790
- Pemberian air 770.000 1.540.000 770.000 915.786
- Turun tanah I, II, III 950.000 1.900.000 950.000 970.469
- Penyiangan 360.000 720.000 360.000 430.000
- Panen (TMA) 6.300.000 7.000.000 6.130.972
Biaya diluar kebun
- Usaha air 244.444
- Keamanan kebun 373.684
- Transport pupuk, tenaga dll 171.389
- Takterduga 300.000
Biaya Pengamatan
- Seleksi campuran 100.000
- Hama dan penyakit 600.000
Biaya Bahan
- Bahan tanam 4.355.556
- Pupuk 1 854.321
- Pupuk 2 758.542
- Pupuk 3 277.500
- Herbisida 380.750
- Lain lain 318.750
JUMLAH BIAYA 19.300.000 20.000.000 19.000.000 21.696.717
B. PENDAPATAN
Tebu Giling
- Gula dan Tetes 31.300.000 17.000.000 30.250.000 25.562.580
JUMLAH PENDAPATAN 31.300.000 17.000.000 30.250.000 25.562.580
SHU 12.000.000 -3.000.000 11.250.000 3.865.863
Uraian PekerjaanResponden
Rata-rata (Rp)
117
Lampiran 7. Komposisi Komponen Biaya Usaha Tebu Rakyat PC dan RC Pada
Keseluruhan Lahan Milik Petani Dan Lahan Sewa di Kabupaten Pasuruan
Kegiatan Biaya rata-rata % Komponen Biaya
(Rp) (%)
A. BIAYA
Persiapan Lahan
- Sewa lahan 8.517.857 39,26
- Juring 1.116.667 5,15
- Babat Alang 200.000 0,92
- Buang Dongkelan 460.000 2,12
- Pemeliharaan Got 165.000 0,76
- Bakar isolasi 181.429 0,84
Tanam & Pemeliharaan Tanaman
0,00
- Tanam/ kepras 1.992.576 9,18
- Sulam I, II 783.387 3,61
- Pupuk I, II dan colok 325.790 1,50
- Pemberian air 915.786 4,22
- Turun tanah I, II, III 970.469 4,47
- Penyiangan 430.000 1,98
- Panen (TMA) 6.130.972 28,26
Biaya diluar kebun
0,00
- Usaha air 244.444 1,13
- Keamanan kebun 373.684 1,72
- Transport pupuk, tenaga dll 171.389 0,79
- Takterduga 300.000 1,38
Biaya Pengamatan
0,00
- Seleksi campuran 100.000 0,46
- Hama dan penyakit 600.000 2,77
Biaya Bahan
0,00
- Bahan tanam 4.355.556 20,07
- Pupuk 1 854.321 3,94
- Pupuk 2 758.542 3,50
- Pupuk 3 277.500 1,28
- Herbisida 380.750 1,75
- Lain lain 318.750 1,47
JUMLAH BIAYA 21.696.717 100
B. PENDAPATAN
Tebu Giling
- Gula dan tetes 25.562.580
JUMLAH PENDAPATAN 25.562.580
SHU 3.865.863
R/C Rasio 1,18
118
Lampiran 8. Analisa Usaha Tebu Rakyat PC pada Lahan Sewa di Kabupaten Pasuruan
1 2 3 4 5
A. BIAYA
Persiapan Lahan
- Sewa lahan 12.000.000 10.000.000 8.000.000 7.000.000 6.000.000
- Juring 2.500.000 600.000 900.000 900.000 800.000
- Babat Alang 150.000
- Buang Dongkelan 250.000 600.000 600.000
- Pemeliharaan Got 175.000
- Bakar isolasi 150.000 200.000 250.000 250.000
Tanam & Pemeliharaan Tanaman
- Tanam/ kepras 700.000 600.000 2.500.000 2.000.000 2.000.000
- Sulam I, II 200.000 800.000 240.000 650.000
- Pupuk I, II dan colok 117.000 200.000 337.500 240.000 270.000
- Pemberian air 500.000 720.000 720.000 770.000
- Turun tanah I, II, III 500.000 400.000 600.000 600.000 950.000
- Penyiangan 500.000 200.000 320.000 320.000 360.000
- Panen (TMA) 500.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000
Biaya diluar kebun
- Usaha air 500.000
- Keamanan kebun 500.000 150.000 100.000 100.000 200.000
- Transport pupuk, tenaga dll 500.000 150.000 40.000 40.000 90.000
- Takterduga 500.000
Biaya Pengamatan
- Seleksi campuran 100.000
- Hama dan penyakit 1.000.000
Biaya Bahan
- Bahan tanam 3.600.000 4.800.000 4.800.000 4.000.000 4.800.000
- Pupuk 1 200.000 700.000 800.000 800.000 600.000
- Pupuk 2 200.000 600.000 960.000 960.000 960.000
- Pupuk 3 200.000 480.000 225.000 225.000
- Herbisida 200.000 200.000 200.000 470.000
- Lain lain 1.000.000 62.500 62.500
JUMLAH BIAYA 26.742.000 25.080.000 28.215.000 25.257.500 24.920.000
B. PENDAPATAN
Tebu Giling
- Gula dan Tetes 25.000.000 39.000.000 25.000.000 25.000.000 18.600.000
JUMLAH PENDAPATAN 25.000.000 39.000.000 25.000.000 25.000.000 18.600.000
SHU -1.742.000 13.920.000 -3.215.000 -257.500 -6.320.000
RespondenUraian Pekerjaan
119
6 7 8
A. BIAYA
Persiapan Lahan
- Sewa lahan 8.000.000 12.000.000 12.000.000 9.375.000
- Juring 600.000 600.000 650.000 943.750
- Babat Alang 150.000
- Buang Dongkelan 483.333
- Pemeliharaan Got 175.000
- Bakar isolasi 212.500
Tanam & Pemeliharaan Tanaman
- Tanam/ kepras 2.000.000 2.775.000 2.775.000 1.918.750
- Sulam I, II 650.000 950.000 950.000 634.286
- Pupuk I, II dan colok 270.000 380.000 380.000 274.313
- Pemberian air 770.000 1.100.000 1.100.000 811.429
- Turun tanah I, II, III 950.000 1.300.000 1.300.000 825.000
- Penyiangan 360.000 495.000 495.000 381.250
- Panen (TMA) 6.000.000 6.000.000 6.000.000 5.312.500
Biaya diluar kebun
- Usaha air 150.000 150.000 266.667
- Keamanan kebun 210.000
- Transport pupuk, tenaga dll 25.000 500.000 500.000 230.625
- Takterduga 500.000
Biaya Pengamatan
- Seleksi campuran 100.000
- Hama dan penyakit 1.000.000
Biaya Bahan
- Bahan tanam 5.200.000 4.200.000 4.200.000 4.450.000
- Pupuk 1 800.000 480.000 600.000 622.500
- Pupuk 2 960.000 960.000 960.000 820.000
- Pupuk 3 80.000 242.000
- Herbisida 600.000 600.000 600.000 410.000
- Lain lain 375.000
JUMLAH BIAYA 27.265.000 32.490.000 32.660.000 27.828.688
B. PENDAPATAN
Tebu Giling
- Gula dan Tetes 27.600.000 41.890.000 47.010.000 31.137.500
JUMLAH PENDAPATAN 27.600.000 41.890.000 47.010.000 31.137.500
SHU 335.000 9.400.000 14.350.000 3.308.813
RespondenUraian Pekerjaan Rata-rata (Rp)
120
Lampiran 9. Komposisi Komponen Biaya Usaha Tebu Rakyat PC pada Lahan Sewa
di Kabupaten Pasuruan
Kegiatan Biaya rata-rata % Komponen Biaya
(Rp) (%)
A. BIAYA
Persiapan Lahan
- Sewa lahan 9.375.000 33,69
- Juring 943.750 3,39
- Babat Alang 150.000 0,54
- Buang Dongkelan 483.333 1,74
- Pemeliharaan Got 175.000 0,63
- Bakar isolasi 212.500 0,76
Tanam & Pemeliharaan Tanaman
0,00
- Tanam/ kepras 1.918.750 6,89
- Sulam I, II 634.286 2,28
- Pupuk I, II dan colok 274.313 0,99
- Pemberian air 811.429 2,92
- Turun tanah I, II, III 825.000 2,96
- Penyiangan 381.250 1,37
- Panen (TMA) 5.312.500 19,09
Biaya diluar kebun
0,00
- Usaha air 266.667 0,96
- Keamanan kebun 210.000 0,75
- Transport pupuk, tenaga dll 230.625 0,83
- Takterduga 500.000 1,80
Biaya Pengamatan
0,00
- Seleksi campuran 100.000 0,36
- Hama dan penyakit 1.000.000 3,59
Biaya Bahan
0,00
- Bahan tanam 4.450.000 15,99
- Pupuk 1 622.500 2,24
- Pupuk 2 820.000 2,95
- Pupuk 3 242.000 0,87
- Herbisida 410.000 1,47
- Lain lain 375.000 1,35
JUMLAH BIAYA 27.828.688 100
B. PENDAPATAN
Tebu Giling
- Gula dan Tetes 31.137.500
JUMLAH PENDAPATAN 31.137.500
SHU 3.308.813
R/C Rasio 1,12
121
Lampiran 10. Analisa Usaha Tebu Rakyat PC pada Lahan Milik Sendiri di Kabupaten
Pasuruan
1
A. BIAYA
Persiapan Lahan
- Sewa lahan
- Juring 2.500.000 2.500.000
- Babat Alang 150.000 150.000
- Buang Dongkelan
- Pemeliharaan Got
- Bakar isolasi 250.000 250.000
Tanam & Pemeliharaan Tanaman
- Tanam/ kepras 2.000.000 2.000.000
- Sulam I, II 400.000 400.000
- Pupuk I, II dan colok 200.000 200.000
- Pemberian air 550.000 550.000
- Turun tanah I, II, III 500.000 500.000
- Penyiangan
- Panen (TMA) 6.000.000 6.000.000
Biaya diluar kebun
- Usaha air
- Keamanan kebun 150.000 150.000
- Transport pupuk, tenaga dll 250.000 250.000
- Takterduga
Biaya Pengamatan
- Seleksi campuran
- Hama dan penyakit
Biaya Bahan
- Bahan tanam 3.600.000 3.600.000
- Pupuk 1 560.000 560.000
- Pupuk 2 100.000 100.000
- Pupuk 3 240.000 240.000
- Herbisida 225.000 225.000
- Lain lain 150.000 150.000
JUMLAH BIAYA 17.825.000 17.825.000
B. PENDAPATAN
Tebu Giling
- Gula dan Tetes 22.400.000 22.400.000
JUMLAH PENDAPATAN 22.400.000 22.400.000
SHU 4.575.000 4.575.000
Uraian PekerjaanResponden
Rata-rata (Rp)
122
Lampiran 11. Komposisi Komponen Biaya Usaha Tebu Rakyat PC pada Lahan Milik
Sendiri di Kabupaten Pasuruan
Kegiatan Biaya rata-rata % Komponen Biaya
(Rp) (%)
A. BIAYA
Persiapan Lahan
- Sewa lahan 0 0,00
- Juring 2.500.000 14,03
- Babat Alang 150.000 0,84
- Buang Dongkelan 0 0,00
- Pemeliharaan Got 0 0,00
- Bakar isolasi 250.000 1,40
Tanam & Pemeliharaan Tanaman
0,00
- Tanam/ kepras 2.000.000 11,22
- Sulam I, II 400.000 2,24
- Pupuk I, II dan colok 200.000 1,12
- Pemberian air 550.000 3,09
- Turun tanah I, II, III 500.000 2,81
- Penyiangan 0 0,00
- Panen (TMA) 6.000.000 33,66
Biaya diluar kebun
0,00
- Usaha air 0 0,00
- Keamanan kebun 150.000 0,84
- Transport pupuk, tenaga dll 250.000 1,40
- Takterduga 0 0,00
Biaya Pengamatan
0,00
- Seleksi campuran 0 0,00
- Hama dan penyakit 0 0,00
Biaya Bahan
0,00
- Bahan tanam 3.600.000 20,20
- Pupuk 1 560.000 3,14
- Pupuk 2 100.000 0,56
- Pupuk 3 240.000 1,35
- Herbisida 225.000 1,26
- Lain lain 150.000 0,84
JUMLAH BIAYA 17.825.000 100
B. PENDAPATAN
Tebu Giling
- Gula dan Tetes 22.400.000
JUMLAH PENDAPATAN 22.400.000
SHU 4.575.000
R/C Rasio 1,26
123
Lampiran 12. Analisa Usaha Tebu Rakyat RC pada Lahan Sewa di Kabupaten Pasuruan
1 2 3 4 5
A. BIAYA
Persiapan Lahan
- Sewa lahan 12.000.000 8.000.000 6.500.000 5.000.000 5.000.000
- Juring
- Babat Alang
- Buang Dongkelan
- Pemeliharaan Got
- Bakar isolasi
Tanam & Pemeliharaan Tanaman
- Tanam/ kepras 800.000 3.300.000 700.000 600.000 600.000
- Sulam I, II 600.000 800.000 1.000.000 1.000.000
- Pupuk I, II dan colok 400.000 500.000 200.000 500.000 500.000
- Pemberian air 1.200.000 1.500.000 700.000
- Turun tanah I, II, III 1.000.000 1.600.000 600.000 700.000 100.000
- Penyiangan 600.000 600.000 600.000
- Panen (TMA) 9.562.500 6.500.000 6.300.000
Biaya diluar kebun
- Usaha air 150.000
- Keamanan kebun 200.000 150.000 1.500.000 1.500.000
- Transport pupuk, tenaga dll 100.000 300.000
- Takterduga 100.000
Biaya Pengamatan
- Seleksi campuran
- Hama dan penyakit 400.000 400.000
Biaya Bahan
- Bahan tanam
- Pupuk 1 920.000 200.000 995.000 945.000
- Pupuk 2 700.000 200.000 995.000 945.000
- Pupuk 3 200.000
- Herbisida 450.000 500.000 332.500 332.500
- Lain lain
JUMLAH BIAYA 28.782.500 23.900.000 14.750.000 12.622.500 12.022.500
B. PENDAPATAN
Tebu Giling
- Gula dan Tetes 42.265.175 31.206.000 31.394.333 27.263.167 27.263.167
JUMLAH PENDAPATAN 42.265.175 31.206.000 31.394.333 27.263.167 27.263.167
SHU 13.482.675 7.306.000 16.644.333 14.640.667 15.240.667
Uraian PekerjaanResponden
124
6 7 8 9 10
A. BIAYA
Persiapan Lahan
- Sewa lahan 6.000.000 7.000.000 8.000.000 8.000.000 8.000.000
- Juring
- Babat Alang 300.000
- Buang Dongkelan 300.000 550.000
- Pemeliharaan Got 200.000 120.000
- Bakar isolasi 50.000 120.000
Tanam & Pemeliharaan Tanaman
- Tanam/ kepras 575.000 3.200.000 2.300.000 2.775.000 2.000.000
- Sulam I, II 175.000 1.000.000 800.000 950.000 650.000
- Pupuk I, II dan colok 440.000 325.000 380.000 270.000
- Pemberian air 1.250.000 925.000 1.100.000 770.000
- Turun tanah I, II, III 275.000 1.500.000 1.200.000 1.300.000 950.000
- Penyiangan 150.000 610.000 450.000 495.000 360.000
- Panen (TMA) 7.200.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000
Biaya diluar kebun
- Usaha air 500.000 150.000 100.000
- Keamanan kebun 100.000 200.000 500.000 500.000
- Transport pupuk, tenaga dll 100.000 100.000
- Takterduga
Biaya Pengamatan
- Seleksi campuran
- Hama dan penyakit
Biaya Bahan
- Bahan tanam
- Pupuk 1 720.000 800.000 600.000 600.000 600.000
- Pupuk 2 720.000 225.000 960.000 960.000 240.000
- Pupuk 3 540.000 960.000 225.000 225.000 150.000
- Herbisida 325.000 450.000 450.000 160.000
- Lain lain
JUMLAH BIAYA 17.805.000 24.450.000 22.835.000 23.835.000 20.250.000
B. PENDAPATAN
Tebu Giling
- Gula dan Tetes 33.554.667 17.000.000 17.000.000 17.000.000 15.000.000
JUMLAH PENDAPATAN 33.554.667 17.000.000 17.000.000 17.000.000 15.000.000
SHU 15.749.667 -7.450.000 -5.835.000 -6.835.000 -5.250.000
Uraian PekerjaanResponden
125
11 12 13 14 15
A. BIAYA
Persiapan Lahan
- Sewa lahan 9.000.000 8.000.000 9.000.000 9.000.000 8.000.000
- Juring
- Babat Alang
- Buang Dongkelan
- Pemeliharaan Got
- Bakar isolasi
Tanam & Pemeliharaan Tanaman
- Tanam/ kepras 2.580.000 2.300.000 2.775.000 1.580.000 2.000.000
- Sulam I, II 920.000 800.000 950.000 550.000 650.000
- Pupuk I, II dan colok 350.000 325.000 380.000 240.000 270.000
- Pemberian air 1.000.000 925.000 1.100.000 600.000 770.000
- Turun tanah I, II, III 1.200.000 1.200.000 1.300.000 750.000 950.000
- Penyiangan 450.000 450.000 495.000 280.000 360.000
- Panen (TMA) 6.000.000 6.000.000 9.000.000 5.250.000 4.600.000
Biaya diluar kebun
- Usaha air 350.000 150.000
- Keamanan kebun 200.000 200.000
- Transport pupuk, tenaga dll 20.000 90.000
- Takterduga
Biaya Pengamatan
- Seleksi campuran
- Hama dan penyakit
Biaya Bahan
- Bahan tanam
- Pupuk 1 600.000 600.000 1.741.000 2.000.000 2.160.000
- Pupuk 2 960.000 960.000
- Pupuk 3 225.000
- Herbisida 250.000 470.000
- Lain lain
JUMLAH BIAYA 24.105.000 22.320.000 26.741.000 20.400.000 19.760.000
B. PENDAPATAN
Tebu Giling
- Gula dan Tetes 18.600.000 16.800.000 41.510.400 27.000.000 14.400.000
JUMLAH PENDAPATAN 18.600.000 16.800.000 41.510.400 27.000.000 14.400.000
SHU -5.505.000 -5.520.000 14.769.400 6.600.000 -5.360.000
Uraian PekerjaanResponden
126
16 17 18 19 20
A. BIAYA
Persiapan Lahan
- Sewa lahan 13.000.000 9.000.000 8.000.000 10.000.000 7.000.000
- Juring
- Babat Alang
- Buang Dongkelan
- Pemeliharaan Got
- Bakar isolasi
Tanam & Pemeliharaan Tanaman
- Tanam/ kepras 2.000.000 600.000 2.000.000 4.000.000 2.000.000
- Sulam I, II 650.000 2.200.000 650.000 1.300.000 650.000
- Pupuk I, II dan colok 270.000 270.000 540.000 270.000
- Pemberian air 780.000 770.000 1.540.000 770.000
- Turun tanah I, II, III 950.000 950.000 1.900.000 950.000
- Penyiangan 350.000 360.000 720.000 360.000
- Panen (TMA) 4.600.000 8.600.000 6.300.000 7.000.000
Biaya diluar kebun
- Usaha air
- Keamanan kebun
- Transport pupuk, tenaga dll
- Takterduga
Biaya Pengamatan
- Seleksi campuran
- Hama dan penyakit
Biaya Bahan
- Bahan tanam
- Pupuk 1 2.000.000
- Pupuk 2
- Pupuk 3
- Herbisida
- Lain lain
JUMLAH BIAYA 24.600.000 20.400.000 19.300.000 20.000.000 19.000.000
B. PENDAPATAN
Tebu Giling
- Gula dan Tetes 30.000.000 29.758.222 31.300.000 17.000.000 30.250.000
JUMLAH PENDAPATAN 30.000.000 29.758.222 31.300.000 17.000.000 30.250.000
SHU 5.400.000 9.358.222 12.000.000 -3.000.000 11.250.000
Uraian PekerjaanResponden
127
Lampiran 13. Komposisi Komponen Biaya Usaha Tebu Rakyat RC pada Lahan Sewa
di Kabupaten Pasuruan
Kegiatan Biaya rata-rata % Komponen Biaya
(Rp) (%)
A. BIAYA
Persiapan Lahan
- Sewa lahan 8.175.000 39,13
- Juring 0 0,00
- Babat Alang 300.000 1,44
- Buang Dongkelan 425.000 2,03
- Pemeliharaan Got 160.000 0,77
- Bakar isolasi 85.000 0,41
Tanam & Pemeliharaan Tanaman
0,00
- Tanam/ kepras 1.934.250 9,26
- Sulam I, II 857.632 4,10
- Pupuk I, II dan colok 357.222 1,71
- Pemberian air 981.250 4,70
- Turun tanah I, II, III 1.019.737 4,88
- Penyiangan 452.353 2,16
- Panen (TMA) 6.524.265 31,23
Biaya diluar kebun
0,00
- Usaha air 233.333 1,12
- Keamanan kebun 505.000 2,42
- Transport pupuk, tenaga dll 118.333 0,57
- Takterduga 100.000 0,48
Biaya Pengamatan
0,00
- Seleksi campuran 0 0,00
- Hama dan penyakit 400.000 1,91
Biaya Bahan
0,00
- Bahan tanam 0 0,00
- Pupuk 1 1.032.067 4,94
- Pupuk 2 715.000 3,42
- Pupuk 3 360.714 1,73
- Herbisida 372.000 1,78
- Lain lain 0 0,00
JUMLAH BIAYA 20.893.925 100
B. PENDAPATAN
Tebu Giling
- Gula dan Tetes 25.778.257
JUMLAH PENDAPATAN 25.778.257
SHU 4.884.332
R/C Rasio 1,23
128
Lampiran 14. Analisa Usaha Tebu Rakyat RC pada Lahan Milik Sendiri di Kabupaten
Pasuruan
1 2 3 4
A. BIAYA
Persiapan Lahan
- Sewa lahan
- Juring
- Babat Alang
- Buang Dongkelan
- Pemeliharaan Got
- Bakar isolasi
Tanam & Pemeliharaan Tanaman
- Tanam/ kepras 2.800.000 2.300.000 2.970.000 1.650.000 2.430.000
- Sulam I, II 800.000 800.000 1.000.000 550.000 787.500
- Pupuk I, II dan colok 325.000 325.000 400.000 225.000 318.750
- Pemberian air 925.000 925.000 1.200.000 662.000 928.000
- Turun tanah I, II, III 1.200.000 1.200.000 1.400.000 780.000 1.145.000
- Penyiangan 450.000 450.000 530.000 300.000 432.500
- Panen (TMA) 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.516.667 6.129.167
Biaya diluar kebun
- Usaha air
- Keamanan kebun 250.000 250.000 350.000 283.333
- Transport pupuk, tenaga dll 100.000 100.000 80.000 93.333
- Takterduga
Biaya Pengamatan
- Seleksi campuran
- Hama dan penyakit
Biaya Bahan
- Bahan tanam
- Pupuk 1 750.000 750.000 600.000 800.000 725.000
- Pupuk 2 960.000 960.000 960.000 800.000 920.000
- Pupuk 3 120.000 120.000 225.000 155.000
- Herbisida 400.000 400.000 400.000
- Lain lain
JUMLAH BIAYA 15.080.000 14.580.000 15.715.000 12.283.667 14.414.667
B. PENDAPATAN
Tebu Giling
- Gula dan Tetes 12.000.000 12.000.000 15.000.000 17.500.000 14.125.000
JUMLAH PENDAPATAN 12.000.000 12.000.000 15.000.000 17.500.000 14.125.000
SHU -3.080.000 -2.580.000 -715.000 5.216.333 -289.667
Uraian Pekerjaan Rata-rata (Rp)Responden
129
Lampiran 15. Komposisi Komponen Biaya Usaha Tebu Rakyat RC pada Lahan Milik
Sendiri di Kabupaten Pasuruan
Kegiatan Biaya rata-rata % Komponen Biaya
(Rp) (%)
A. BIAYA
Persiapan Lahan
- Sewa lahan
- Juring 0 0,00
- Babat Alang 0 0,00
- Buang Dongkelan 0 0,00
- Pemeliharaan Got 0 0,00
- Bakar isolasi 0 0,00
Tanam & Pemeliharaan Tanaman
0,00
- Tanam/ kepras 2.430.000 16,86
- Sulam I, II 787.500 5,46
- Pupuk I, II dan colok 318.750 2,21
- Pemberian air 928.000 6,44
- Turun tanah I, II, III 1.145.000 7,94
- Penyiangan 432.500 3,00
- Panen (TMA) 6.129.167 42,52
Biaya diluar kebun
0,00
- Usaha air 0 0,00
- Keamanan kebun 283.333 1,97
- Transport pupuk, tenaga dll 93.333 0,65
- Takterduga 0 0,00
Biaya Pengamatan
0,00
- Seleksi campuran 0 0,00
- Hama dan penyakit 0 0,00
Biaya Bahan
0,00
- Bahan tanam 0 0,00
- Pupuk 1 725.000 5,03
- Pupuk 2 920.000 6,38
- Pupuk 3 155.000 1,08
- Herbisida 400.000 2,77
- Lain lain 0 0,00
JUMLAH BIAYA 14.414.667 100
B. PENDAPATAN
Tebu Giling
- Gula dan Tetes 14.125.000
JUMLAH PENDAPATAN 14.125.000
SHU -289.667
R/C Rasio 0,98
130
Lampiran 16. Rekapitulasi Komponen Biaya Dalam Analisis Usaha Tani Tebu Rakyat di
Kabupaten Pasuruan
No Komponen utama
agribisnis
Biaya (Rp)
PC RC
Dengan Sewa Tanpa Sewa Dengan Sewa Tanpa Sewa
A Biaya
Biaya Sewa Lahan 9.375.000
8.175.000
Biaya Garap 9.116.902 6.950.000 7.929.110 6.418.417
Biaya Saprodi 6.919.500 4.875.000 2.479.781 2.200.000
Biaya Panen 5.312.500 6.000.000 6.524.265 6.129.167
Jumlah Biaya 27.828.688 17.825.000 20.893.925 14.414.667
B Pendapatan 31.137.500 22.400.000 25.778.257 14.125.000
C Sisa Hasil Usaha 3.308.813 4.575.000 4.884.332 -289.667
D R/C 1,12 1,26 1,23 0,98
131
Lampiran 17. Uji Beda Struktur Biaya dalam Analisa Usaha Tani
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Biaya_Garap
N 37
Normal Parametersa,,b
Mean 12516356.63
Std. Deviation 4633176.643
Most Extreme Differences Absolute .087
Positive .076
Negative -.087
Kolmogorov-Smirnov Z .530
Asymp. Sig. (2-tailed) .941
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Oneway
Descriptives
Biaya_Garap
N Mean Std. Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound
PCs 8 15973062.50 3832260.434 1354908.670 12769212.60 19176912.40 12090000 20842000
PCts 1 6950000.00 . . . . 6950000 6950000
RCs 20 13868750.00 3129925.119 699872.533 12403899.95 15333600.05 8450000 20000000
RCts 4 6324250.00 1582112.169 791056.085 3806756.49 8841743.51 4167000 7930000
TRS I K 1 8954760.95 . . . . 8954761 8954761
TRS II K 1 5501247.95 . . . . 5501248 5501248
TRT I K 1 6813123.85 . . . . 6813124 6813124
TRT II K 1 4429562.70 . . . . 4429563 4429563
Total 37 12516356.63 4633176.643 761689.548 10971578.63 14061134.64 4167000 20842000
Test of Homogeneity of Variances
Biaya_Garap
Levene Statistic df1 df2 Sig.
2.846a 2 29 .074
a. Groups with only one case are ignored in computing the
test of homogeneity of variance for Biaya_Garap.
ANOVA
Biaya_Garap
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 4.763E14 7 6.805E13 6.657 .000
Within Groups 2.964E14 29 1.022E13
Total 7.728E14 36
132
1. Saprodi
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Saprodi 37 0 7640000 2962324.32 2288669.319
Valid N (listwise) 37
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Saprodi
N 37
Normal Parametersa,,b
Mean 2962324.32
Std. Deviation 2288669.319
Most Extreme Differences Absolute .313
Positive .313
Negative -.127
Kolmogorov-Smirnov Z 1.903
Asymp. Sig. (2-tailed) .001
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Oneway
Descriptives
Saprodi
N Mean Std. Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound
PCs 8 6543125.00 661247.131 233786.165 5990308.56 7095941.44 5400000 7640000
PCts 1 4875000.00 . . . . 4875000 4875000
RCs 20 1479550.00 934015.227 208852.154 1042417.42 1916682.58 0 2322500
RCts 4 1961250.00 319384.173 159692.087 1453038.51 2469461.49 1600000 2230000
TRS I K 1 5470000.00 . . . . 5470000 5470000
TRS II K 1 2005000.00 . . . . 2005000 2005000
TRT I K 1 5470000.00 . . . . 5470000 5470000
TRT II K 1 2005000.00 . . . . 2005000 2005000
Total 37 2962324.32 2288669.319 376254.918 2199243.98 3725404.67 0 7640000
Test of Homogeneity of Variances
Saprodi
Levene Statistic df1 df2 Sig.
4.117a 2 29 .027
a. Groups with only one case are ignored in computing the
test of homogeneity of variance for Saprodi.
133
ANOVA
Saprodi
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 1.686E14 7 2.409E13 35.031 .000
Within Groups 1.994E13 29 6.877E11
Total 1.886E14 36
NPar Tests
Kruskal-Wallis Test
Ranks
ID N Mean Rank
Saprodi PCs 8 33.25
PCts 1 27.00
RCs 20 13.05
RCts 4 15.25
TRS I K 1 29.50
TRS II K 1 14.50
TRT I K 1 29.50
TRT II K 1 14.50
Total 37
Test Statisticsa,b
Saprodi
Chi-Square 23.231
df 7
Asymp. Sig. .002
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: ID
Panen
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Panen
N 37
Normal Parametersa,,b
Mean 5653177.48
Std. Deviation 2183204.213
Most Extreme Differences Absolute .347
Positive .184
Negative -.347
Kolmogorov-Smirnov Z 2.110
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
134
Oneway
Descriptives
Panen
N Mean Std. Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound
PCs 8 5312500.00 1944543.648 687500.000 3686820.83 6938179.17 500000 6000000
PCts 1 6000000.00 . . . . 6000000 6000000
RCs 20 5545625.00 2711328.801 606271.551 4276684.06 6814565.94 0 9562500
RCts 4 6129166.67 258333.334 129166.667 5718100.69 6540232.65 6000000 6516667
TRS I K 1 7094400.00 . . . . 7094400 7094400
TRS II K 1 6518400.00 . . . . 6518400 6518400
TRT I K 1 6115200.00 . . . . 6115200 6115200
TRT II K 1 5510400.00 . . . . 5510400 5510400
Total 37 5653177.48 2183204.213 358916.562 4925260.95 6381094.00 0 9562500
Test of Homogeneity of Variances
Panen
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.810a 2 29 .182
a. Groups with only one case are ignored in computing
the test of homogeneity of variance for Panen.
ANOVA
Panen
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 5.246E12 7 7.494E11 .131 .995
Within Groups 1.663E14 29 5.736E12
Total 1.716E14 36
NPar Tests
Kruskal-Wallis Test
Ranks
ID N Mean Rank
Panen PCs 8 15.38
PCts 1 17.00
RCs 20 19.20
RCts 4 20.25
TRS I K 1 33.00
TRS II K 1 31.00
TRT I K 1 26.00
TRT II K 1 8.00
Total 37
135
Test Statisticsa,b
Panen
Chi-Square 5.921
df 7
Asymp. Sig. .549
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: ID
Total Biaya
Descriptives
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Total_Biaya
N 37
Normal Parametersa,,b
Mean 21131858.44
Std. Deviation 5602654.416
Most Extreme Differences Absolute .091
Positive .076
Negative -.091
Kolmogorov-Smirnov Z .552
Asymp. Sig. (2-tailed) .921
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Oneway
Descriptives
Total_Biaya
N Mean Std. Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound
PCs 8 27828687.50 3147426.079 1112783.162 25197373.45 30460001.55 24920000 32660000
PCts 1 17825000.00 . . . . 17825000 17825000
RCs 20 20893925.00 4353585.102 973491.223 18856384.45 22931465.55 12022500 28782500
RCts 4 14414666.67 1494660.644 747330.322 12036328.05 16793005.29 12283667 15715000
TRS I K 1 21519160.95 . . . . 21519161 21519161
TRS II K 1 14024647.95 . . . . 14024648 14024648
TRT I K 1 18398323.85 . . . . 18398324 18398324
TRT II K 1 11944962.70 . . . . 11944963 11944963
Total 37 21131858.44 5602654.416 921070.712 19263840.45 22999876.42 11944963 32660000
Test of Homogeneity of Variances
Total_Biaya
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.737a 2 29 .194
a. Groups with only one case are ignored in computing
the test of homogeneity of variance for Total_Biaya.
136
ANOVA
Total_Biaya
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 6.939E14 7 9.912E13 6.591 .000
Within Groups 4.362E14 29 1.504E13
Total 1.130E15 36
Total pendapatan
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Total_Pendapatan
N 37
Normal Parametersa,,b
Mean 26077358.33
Std. Deviation 9216565.186
Most Extreme Differences Absolute .143
Positive .143
Negative -.075
Kolmogorov-Smirnov Z .868
Asymp. Sig. (2-tailed) .438
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Oneway
Descriptives
Total_Pendapatan
N Mean Std. Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum
Lower Bound Upper Bound
PCs 8 31137500.00 1.009E7 3565912.401 22705457.06 39569542.94 18600000 47010000
PCts 1 22400000.00 . . . . 22400000 22400000
RCs 20 25778256.56 8635444.696 1930944.136 21736744.04 29819769.08 14400000 42265175
RCts 4 14125000.00 2657536.453 1328768.227 9896266.47 18353733.53 12000000 17500000
TRS I K 1 34892271.00 . . . . 34892271 34892271
TRS II K 1 31460051.00 . . . . 31460051 31460051
TRT I K 1 29168088.00 . . . . 29168088 29168088
TRT II K 1 25776717.00 . . . . 25776717 25776717
Total 37 26077358.33 9216565.186 1515193.983 23004402.50 29150314.16 12000000 47010000
Test of Homogeneity of Variances
Total_Pendapatan
Levene Statistic df1 df2 Sig.
3.741a 2 29 .036
a. Groups with only one case are ignored in computing the
test of homogeneity of variance for Total_Pendapatan.
137
ANOVA
Total_Pendapatan
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 9.079E14 7 1.297E14 1.749 .136
Within Groups 2.150E15 29 7.414E13
Total 3.058E15 36
NPar Tests
Kruskal-Wallis Test
Ranks
ID N Mean Rank
Total_Pendapatan PCs 8 23.44
PCts 1 14.00
RCs 20 19.00
RCts 4 4.63
TRS I K 1 32.00
TRS II K 1 30.00
TRT I K 1 23.00
TRT II K 1 18.00
Total 37
Test Statisticsa,b
Total_Pendapatan
Chi-Square 11.257
df 7
Asymp. Sig. .128
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: ID
SHU
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
SHU 37 -7450000 17435403 4945499.89 8514253.849
Valid N (listwise) 37
138
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
SHU
N 37
Normal Parametersa,,b
Mean 4945499.89
Std. Deviation 8514253.849
Most Extreme Differences Absolute .138
Positive .138
Negative -.136
Kolmogorov-Smirnov Z .842
Asymp. Sig. (2-tailed) .478
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Oneway
Descriptives
SHU
N Mean Std. Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum
Lower Bound Upper Bound
PCs 8 3308812.50 8052991.449 2847162.431 -3423656.83 10041281.83 -6320000 14350000
PCts 1 4575000.00 . . . . 4575000 4575000
RCs 20 4884331.56 9293652.707 2078123.921 534768.21 9233894.92 -7450000 16644333
RCts 4 -289666.67 3809135.131 1904567.565 -6350850.68 5771517.34 -3080000 5216333
TRS I K 1 13373110.05 . . . . 13373110 13373110
TRS II K 1 17435403.05 . . . . 17435403 17435403
TRT I K 1 10769764.15 . . . . 10769764 10769764
TRT II K 1 13831754.30 . . . . 13831754 13831754
Total 37 4945499.89 8514253.849 1399734.710 2106706.33 7784293.46 -7450000 17435403
Test of Homogeneity of Variances
SHU
Levene Statistic df1 df2 Sig.
4.890a 2 29 .015
a. Groups with only one case are ignored in computing
the test of homogeneity of variance for SHU.
ANOVA
SHU
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 4.712E14 7 6.731E13 .913 .511
Within Groups 2.139E15 29 7.374E13
Total 2.610E15 36
139
NPar Tests
Kruskal-Wallis Test
Ranks
ID N Mean Rank
SHU PCs 8 17.50
PCts 1 17.00
RCs 20 18.75
RCts 4 13.50
TRS I K 1 27.00
TRS II K 1 37.00
TRT I K 1 24.00
TRT II K 1 29.00
Total 37
Test Statisticsa,b
SHU
Chi-Square 5.610
df 7
Asymp. Sig. .586
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: ID
140
Lampiran 18. Jawaban Responden Terhadap Kuisioner
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 X21 X22 X23 X24 X25 X26 X27 X28 X29 X30 X31 X32 X33 X34 X35
1 4 5 5 5 3 3 4 3 2 2 3 2 4 2 4 3 3 3 3 4 2 4 3 5 5 5 1 4 4 5 1 4 5 1 4
2 4 5 5 5 3 3 4 3 2 2 3 2 4 2 4 3 3 3 3 4 2 4 3 5 5 5 1 4 4 5 1 4 5 3 4
3 4 5 5 5 3 3 4 3 2 2 3 2 4 2 4 3 3 3 3 4 2 4 3 5 5 5 1 4 4 5 1 4 5 3 4
4 4 5 5 5 3 3 4 3 2 2 3 2 4 2 4 3 3 3 3 4 2 4 3 5 5 5 1 4 4 5 1 5 5 3 4
5 4 5 5 5 3 3 4 3 2 2 3 2 4 2 4 3 3 3 3 4 2 4 3 5 5 5 1 4 4 5 1 5 5 3 4
6 4 5 5 5 3 3 4 3 2 2 3 2 4 2 4 3 3 3 3 4 2 4 3 5 3 5 1 4 4 5 1 4 5 3 4
7 4 5 5 5 3 3 4 3 2 2 3 2 4 2 4 3 3 3 3 4 2 4 3 5 5 5 1 4 4 5 1 4 5 3 4
8 4 5 5 5 3 3 4 3 2 2 3 2 4 2 4 3 3 3 3 4 2 4 3 5 5 5 1 4 4 5 1 4 5 4 4
9 4 5 5 5 3 3 4 3 2 2 3 2 4 2 4 3 3 3 3 4 2 4 3 5 5 5 1 4 4 5 1 4 5 3 4
10 4 5 5 5 3 3 4 3 2 2 3 2 4 2 4 3 3 3 3 4 2 4 3 5 5 5 1 4 4 5 1 4 5 3 4
11 4 5 5 5 3 3 4 3 2 2 3 2 4 2 4 3 3 3 3 4 2 4 3 5 5 5 1 4 4 5 1 4 5 3 4
12 4 3 5 5 5 3 4 4 4 4 3 4 4 2 4 3 3 5 3 5 2 4 4 5 5 5 1 3 4 5 3 5 2 4 4
13 5 3 5 5 4 3 4 4 4 4 4 5 4 2 4 4 1 5 3 5 4 4 4 5 5 5 1 3 4 5 3 5 2 3 4
14 5 3 5 5 5 3 4 5 4 4 3 5 4 2 4 4 1 5 4 5 3 4 4 5 5 5 1 1 4 5 3 5 3 2 5
15 5 5 5 5 4 3 4 4 4 4 4 5 4 2 4 4 2 5 4 5 4 5 4 5 5 5 1 2 4 5 3 5 3 4 5
16 4 3 5 5 5 3 4 4 4 4 4 5 4 2 4 4 3 5 4 5 3 5 4 5 5 5 1 1 4 5 3 4 2 2 4
17 5 3 5 5 5 3 4 4 4 4 4 5 4 2 4 4 3 5 4 5 4 5 4 5 5 5 1 1 4 5 3 5 3 4 4
18 4 3 5 5 4 3 4 4 4 4 4 5 4 2 4 4 3 5 4 5 4 5 4 5 5 5 1 1 4 5 3 5 2 3 4
19 5 5 5 5 4 3 4 4 4 4 4 5 4 2 4 4 3 5 4 5 4 5 4 5 5 5 1 1 4 5 3 5 2 3 4
20 4 5 5 5 5 3 4 4 4 4 4 5 4 2 4 4 3 5 4 5 4 4 4 5 5 5 1 1 4 5 3 5 2 2 4
21 5 3 5 5 4 3 3 3 3 3 3 5 4 2 4 3 1 5 4 5 4 5 3 5 5 5 1 1 4 5 3 4 2 2 4
22 5 5 4 5 3 2 3 2 3 3 3 5 4 2 2 3 1 5 3 4 3 4 3 5 5 5 1 1 4 5 3 4 2 2 4
23 4 5 5 5 5 2 1 2 1 1 2 5 4 2 2 1 1 5 1 5 1 2 1 5 3 4 1 1 4 3 1 3 1 2 3
24 5 3 5 5 5 3 4 4 4 4 4 5 4 2 4 4 3 5 4 5 4 5 4 5 5 5 1 1 4 5 3 5 2 2 4
25 4 3 5 5 4 3 4 5 4 4 4 5 4 2 4 4 3 5 4 5 4 5 4 5 5 5 1 1 4 5 3 5 2 3 4
26 4 3 5 5 3 2 4 3 2 2 3 2 4 2 4 4 3 1 3 4 3 4 3 5 3 5 1 4 5 1 1 3 5 3 4
27 4 3 5 5 3 2 4 3 2 2 3 2 4 2 4 4 3 1 3 4 3 4 3 5 3 5 1 4 5 1 1 4 5 2 4
28 4 3 5 5 3 2 4 3 2 2 3 2 4 2 4 4 3 1 3 4 3 4 3 5 3 5 1 4 5 1 1 4 5 3 4
29 4 3 5 5 3 2 4 3 2 2 3 2 4 2 4 4 3 1 3 4 3 4 3 5 3 5 1 4 5 1 1 4 5 3 4
30 4 3 5 5 3 2 4 3 2 2 3 2 4 2 4 4 3 1 3 4 3 4 3 5 3 5 1 4 5 1 1 3 5 3 4
Responden Loyalitas Petani (X1-X5) Peran Pemerintah (X6-X15) Peran Pabrik Gula (X16-X23) Peran Perilaku Petani (X24-X35)
Variabel Pertanyaan dan Jawaban Responden
141
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 X21 X22 X23 X24 X25 X26 X27 X28 X29 X30 X31 X32 X33 X34 X35
31 4 3 5 5 3 2 4 3 2 2 3 2 4 2 4 4 3 1 3 4 3 4 3 5 3 5 1 4 5 1 1 4 5 3 4
32 4 3 5 5 3 2 4 3 2 2 3 2 4 2 4 4 3 1 3 4 3 4 3 5 3 5 1 4 5 1 1 4 5 3 4
33 4 3 5 5 3 2 4 3 2 2 3 2 4 2 4 4 3 1 3 4 3 4 3 5 3 5 1 4 5 1 1 3 5 3 4
34 4 3 5 5 3 2 4 3 2 2 3 2 4 2 4 4 3 1 3 4 3 4 3 5 3 5 1 4 5 1 1 3 5 3 4
35 4 3 5 5 3 2 4 3 2 2 3 2 4 2 4 4 3 1 3 4 3 4 3 5 3 5 1 4 5 1 5 5 5 3 4
36 4 3 5 5 3 2 4 3 2 2 3 2 4 2 4 4 3 1 3 4 3 4 3 5 3 5 1 4 5 1 1 3 5 3 4
37 4 3 5 5 3 2 4 3 2 2 3 2 4 2 4 4 3 3 3 4 3 4 3 5 3 5 1 4 5 1 1 3 5 3 4
38 4 3 5 5 3 2 4 3 2 2 3 2 4 2 4 4 3 3 3 4 3 4 3 5 3 5 1 4 5 1 1 4 5 3 4
39 4 3 5 5 3 2 4 3 2 2 3 2 4 2 4 4 3 1 3 4 3 4 3 5 3 5 1 4 5 1 1 3 5 3 4
40 4 3 5 5 3 2 4 3 2 2 3 2 4 2 4 4 3 1 3 4 3 4 3 5 3 5 1 4 5 1 1 3 5 3 4
41 4 3 5 5 3 2 4 3 2 2 3 2 4 2 4 4 3 1 3 4 3 4 3 5 3 5 1 4 5 1 1 4 5 3 4
42 4 3 5 5 3 2 4 3 2 2 3 2 4 2 4 4 3 1 3 4 3 4 3 3 3 5 1 4 5 1 1 4 5 3 4
43 4 3 5 5 3 2 4 3 2 2 3 2 4 2 4 4 3 1 3 4 3 4 3 3 3 5 1 4 5 1 1 4 5 4 4
44 4 3 5 5 3 2 4 3 2 2 3 2 4 2 4 4 3 1 3 4 3 4 3 3 3 5 1 4 5 1 1 3 5 3 4
45 4 3 5 5 3 2 4 3 2 2 3 2 4 2 4 4 3 1 3 4 3 4 3 3 3 5 1 4 5 1 1 3 5 3 4
46 4 3 5 5 3 2 4 3 2 2 3 2 4 2 4 4 3 1 3 4 3 4 3 3 3 5 1 4 5 1 1 3 5 3 4
47 4 3 5 5 3 2 4 3 2 2 3 2 4 2 4 4 3 1 3 4 3 4 3 3 3 5 1 4 5 3 1 5 5 3 4
48 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 5 4 2 4 4 3 5 5 5 3 5 4 5 5 5 1 5 4 5 5 5 3 3 4
49 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 5 4 2 4 4 3 5 5 5 3 5 4 5 5 5 1 5 4 5 5 5 3 4 5
50 5 3 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 2 4 4 3 5 5 5 3 5 4 5 5 5 1 5 4 5 3 5 3 3 4
51 5 3 4 5 3 3 3 4 3 4 4 5 4 2 4 4 3 5 5 5 3 5 3 5 5 5 1 5 4 5 3 4 2 3 4
52 5 3 4 5 3 4 4 4 3 4 4 5 4 2 4 4 3 5 5 5 3 4 4 5 5 5 1 5 4 5 3 5 3 3 4
53 5 3 5 5 4 3 4 4 4 4 4 5 4 2 4 4 3 5 5 5 3 5 3 5 5 5 1 5 4 3 1 4 2 2 4
54 4 3 4 5 3 3 4 4 3 4 4 5 4 2 4 4 3 5 5 5 3 5 3 5 5 5 1 5 4 5 3 5 2 3 4
55 4 5 5 5 5 4 4 4 3 4 4 5 4 2 4 4 3 5 5 5 3 5 3 5 5 5 1 5 4 5 5 5 3 4 5
56 4 3 4 5 4 3 4 4 3 4 4 5 4 2 2 4 3 5 5 5 3 5 3 5 5 5 1 5 4 5 3 5 3 3 4
57 5 3 4 5 3 3 4 4 4 4 4 5 4 2 4 4 3 5 5 5 3 5 3 5 5 5 1 5 4 5 1 4 2 2 5
58 5 3 4 5 3 3 4 4 4 4 4 5 4 2 4 4 3 5 5 5 3 5 3 5 5 5 1 5 4 5 3 5 2 2 4
59 5 5 5 5 5 3 4 4 4 4 4 5 4 2 4 4 3 5 5 5 3 5 3 5 5 5 1 5 4 5 3 5 3 3 4
60 5 3 4 5 4 3 3 4 3 4 4 5 4 2 4 4 3 5 5 5 3 4 3 5 5 5 1 5 4 5 3 5 2 3 4
Responden Loyalitas Petani (X1-X5) Peran Pemerintah (X6-X15) Peran Pabrik Gula (X16-X23) Peran Perilaku Petani (X24-X35)
Variabel Pertanyaan dan Jawaban Responden
142
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 X21 X22 X23 X24 X25 X26 X27 X28 X29 X30 X31 X32 X33 X34 X35
61 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 2 4 4 3 5 5 5 3 4 3 5 5 5 1 5 4 5 5 5 3 3 4
62 5 3 4 5 3 3 3 4 3 4 4 5 4 2 4 4 3 5 5 5 3 5 3 5 5 5 1 5 4 5 3 5 3 3 4
63 5 3 4 4 3 3 3 4 3 4 4 5 4 2 4 4 3 5 5 5 3 5 3 5 5 5 1 5 4 5 3 4 2 3 4
64 5 3 5 5 4 3 4 4 4 4 4 5 4 2 4 4 3 5 5 5 4 5 3 5 5 5 1 5 4 5 5 5 3 3 5
65 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 5 4 2 2 4 1 5 4 4 3 2 5 5 2 5 1 1 3 3 1 3 1 3 4
66 5 3 5 4 3 2 3 5 4 4 3 5 4 3 2 4 1 5 4 5 3 3 5 5 3 5 1 3 3 5 3 4 2 4 4
67 4 3 5 5 3 2 4 3 2 4 3 2 4 2 4 3 3 3 3 4 3 4 3 5 5 5 1 4 4 5 5 5 5 3 4
68 4 3 5 5 3 2 4 5 2 4 3 2 4 2 4 3 3 3 3 4 3 4 3 5 5 5 1 4 4 5 1 5 5 3 4
69 4 3 5 5 3 2 4 3 2 4 3 2 4 2 4 3 3 3 3 4 3 4 3 5 5 5 1 4 4 5 5 5 5 2 4
70 4 3 5 5 3 2 1 3 2 4 3 2 4 2 4 3 3 3 3 4 3 4 3 5 1 5 1 4 4 5 5 5 5 3 4
71 5 5 5 3 4 3 4 3 2 2 3 2 4 2 4 4 2 4 3 4 3 4 4 5 4 1 4 4 4 5 5 4 5 4 4
72 5 5 5 3 4 3 4 3 2 2 3 2 4 2 4 4 2 4 3 4 3 4 4 5 4 1 4 4 5 4 1 4 5 4 4
73 5 5 5 3 4 3 4 3 2 2 3 2 4 2 4 4 2 4 3 4 3 4 4 5 4 1 4 4 4 5 5 4 5 4 4
74 5 5 5 3 4 3 4 3 2 2 1 3 4 2 4 4 2 4 3 4 3 4 4 5 4 1 4 4 4 5 5 4 5 4 4
75 5 5 5 3 4 3 4 3 2 2 3 2 4 2 4 4 2 4 3 4 3 4 4 5 4 1 4 4 4 5 5 4 5 4 4
76 5 5 5 3 4 3 4 3 2 2 3 2 4 2 4 4 2 4 3 4 3 4 4 5 4 1 1 4 4 5 5 4 5 4 4
77 5 5 5 3 4 3 4 3 2 2 3 2 4 2 4 4 2 4 3 4 3 4 4 5 4 1 1 4 4 5 5 4 5 4 4
78 4 3 5 5 3 2 4 3 2 2 3 2 4 2 4 4 2 4 3 4 3 4 4 5 4 5 1 4 4 5 3 4 5 4 4
79 4 3 5 5 2 2 4 4 3 2 3 2 4 2 4 4 2 4 3 4 3 4 4 5 4 5 1 4 4 5 3 4 5 3 4
80 4 3 5 5 2 2 4 4 3 2 3 2 4 2 4 4 2 4 3 4 3 4 4 5 4 5 1 4 4 5 3 2 5 3 4
81 4 3 5 5 2 2 4 4 3 2 3 2 4 2 4 4 2 4 3 4 3 4 4 5 4 5 1 4 4 5 3 2 5 3 4
82 4 3 5 5 2 2 4 4 3 2 3 2 4 2 4 4 2 4 3 4 3 4 4 5 4 5 1 4 4 5 3 2 5 3 4
83 4 3 5 5 2 2 4 4 3 2 3 2 4 2 4 4 2 4 3 4 3 4 4 5 4 5 1 4 4 5 3 2 5 3 4
84 4 2 5 5 2 2 4 4 3 2 3 2 4 2 4 4 2 4 3 4 3 4 4 5 4 5 1 4 4 5 3 2 5 3 4
85 4 2 5 5 2 2 4 4 3 2 3 2 4 2 4 4 2 4 3 4 3 4 4 5 4 5 1 4 4 5 3 2 5 3 4
86 4 2 5 4 2 2 4 4 3 2 3 2 4 2 4 4 2 4 3 4 3 4 4 5 4 5 1 4 4 5 3 2 5 3 4
87 4 2 5 4 2 2 4 4 3 2 3 2 4 2 4 4 2 4 3 4 4 4 4 5 4 5 1 4 4 5 3 2 5 3 4
88 5 5 5 5 4 5 3 3 3 2 2 2 4 2 4 5 3 3 3 4 3 4 3 5 5 5 1 4 4 5 5 2 5 4 5
89 5 5 1 5 4 5 3 3 3 2 2 2 4 2 4 5 3 3 3 4 3 4 3 5 5 5 1 4 4 5 5 2 2 3 4
90 5 5 5 1 4 5 3 3 3 2 2 2 4 2 4 5 3 3 3 4 3 4 3 5 5 5 1 4 4 1 3 3 2 4 5
Responden Loyalitas Petani (X1-X5) Peran Pemerintah (X6-X15) Peran Pabrik Gula (X16-X23) Peran Perilaku Petani (X24-X35)
Variabel Pertanyaan dan Jawaban Responden
143
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 X21 X22 X23 X24 X25 X26 X27 X28 X29 X30 X31 X32 X33 X34 X35
91 5 5 1 5 4 5 3 3 3 2 2 2 4 2 4 5 3 3 3 4 3 4 3 5 5 5 1 4 4 5 5 2 2 4 5
92 5 5 5 1 4 5 3 3 3 2 2 2 4 2 4 5 3 3 3 4 3 4 3 5 5 5 1 4 4 5 4 2 2 4 5
93 5 5 5 5 4 5 3 3 3 2 2 2 4 2 4 5 3 3 4 3 4 3 5 5 5 5 1 4 4 5 5 2 2 4 5
94 4 3 5 5 4 2 3 4 4 3 4 3 2 4 2 4 4 2 4 3 4 3 4 4 5 4 5 1 4 5 3 4 5 4 4
95 4 3 5 5 3 2 4 3 2 2 3 2 4 2 4 4 3 1 3 4 3 4 3 3 3 5 1 4 5 3 1 5 5 3 4
96 5 5 5 3 4 3 4 3 2 2 3 2 4 2 4 4 2 4 3 4 3 4 4 5 4 1 4 4 4 5 5 4 5 4 4
97 5 5 5 5 5 2 1 2 1 3 2 2 4 4 4 3 1 4 2 4 2 2 2 1 2 5 1 1 2 4 1 5 1 4 4
98 5 5 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 5 3 5 4 3 3 3 4 4 5 4 1 5 2 2 4
99 5 5 5 5 4 3 1 3 1 4 4 2 4 4 4 4 1 5 4 5 4 4 4 3 4 5 3 4 1 4 5 5 3 2 4
100 4 5 5 5 4 5 4 4 4 4 3 2 5 5 5 5 1 5 3 5 3 4 5 5 3 5 3 4 5 4 1 5 2 4 4
101 4 2 5 5 4 4 4 4 1 4 4 2 5 5 4 4 1 5 4 5 4 4 5 3 3 5 2 4 4 4 1 4 1 2 4
102 5 5 5 5 4 5 3 3 1 4 4 4 2 4 4 4 1 5 4 5 4 4 4 5 4 5 3 4 5 4 1 5 2 2 5
103 5 5 5 5 5 5 1 3 1 4 4 2 5 5 5 5 1 4 4 5 4 4 4 3 4 5 3 4 5 4 1 5 2 2 5
104 5 5 5 5 5 4 4 4 1 5 4 4 5 4 5 5 3 5 4 5 5 5 5 5 4 5 4 4 5 5 5 5 2 3 5
105 5 5 5 5 4 4 1 3 1 4 3 3 3 4 4 4 1 3 3 5 3 4 4 3 4 5 2 4 4 4 1 5 1 4 5
106 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 2 5 5 4 5 1 5 4 5 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 1 5 2 4 5
107 5 5 5 5 4 3 1 3 1 4 3 4 4 3 4 5 1 5 3 5 4 4 5 5 4 5 3 4 4 4 1 5 2 4 5
108 4 5 4 5 4 3 1 4 1 4 1 4 4 4 4 4 1 4 3 5 4 4 3 5 4 5 3 4 5 5 1 5 2 4 5
109 5 5 5 5 5 5 3 4 3 4 4 4 4 4 4 5 2 5 4 5 4 4 4 5 4 5 3 4 5 5 5 5 2 4 5
110 5 5 5 5 5 4 4 1 1 4 4 4 5 5 5 5 2 5 4 5 4 4 4 5 4 5 4 4 5 5 5 5 2 4 5
111 5 5 5 5 5 3 3 3 1 4 3 4 4 4 4 4 2 4 4 5 4 4 4 3 4 5 1 1 5 5 1 3 2 3 5
112 5 5 3 4 5 3 1 2 1 2 2 2 4 4 3 4 1 3 3 3 3 2 3 3 4 5 1 1 4 4 1 4 1 3 4
113 5 5 5 5 4 1 1 1 1 1 1 2 3 3 3 3 1 3 1 3 4 2 3 2 3 5 3 2 4 4 1 3 1 4 1
114 4 5 5 5 5 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 2 3 3 5 3 4 4 5 4 5 2 1 4 4 5 5 2 4 5
115 5 5 5 5 5 4 4 4 1 5 4 4 4 4 4 5 1 4 4 5 4 4 5 5 4 5 2 2 4 5 5 5 2 4 5
116 5 5 5 5 5 4 4 4 1 4 4 4 5 5 4 5 1 5 4 5 4 5 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
117 4 5 4 5 5 3 3 3 1 3 2 3 3 3 3 4 1 4 3 4 3 2 4 3 2 5 1 1 2 4 1 5 1 2 5
118 4 3 5 5 5 3 3 3 1 2 2 3 3 3 3 3 1 3 3 4 2 2 3 4 2 5 1 1 4 4 1 5 1 4 5
119 4 3 3 5 3 1 1 1 1 3 3 1 1 3 4 3 1 3 4 3 3 2 3 2 2 5 1 1 2 3 1 5 1 2 4
120 4 2 5 5 3 2 1 1 1 3 1 1 2 2 3 3 1 5 3 4 2 2 3 2 2 3 2 1 4 4 1 5 3 3 3
Responden Loyalitas Petani (X1-X5) Peran Pemerintah (X6-X15) Peran Pabrik Gula (X16-X23) Peran Perilaku Petani (X24-X35)
Variabel Pertanyaan dan Jawaban Responden
144
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 X21 X22 X23 X24 X25 X26 X27 X28 X29 X30 X31 X32 X33 X34 X35
121 5 5 5 5 5 3 1 4 1 3 2 2 2 3 5 4 1 4 4 4 3 4 3 5 3 5 1 4 2 4 5 5 1 4 5
122 5 5 5 5 4 1 2 1 2 3 1 3 1 1 3 5 1 5 5 4 2 4 2 5 5 5 1 1 4 3 4 3 3 2 4
123 5 5 5 5 4 1 5 3 1 4 2 2 4 1 1 4 1 4 2 4 4 3 2 5 5 5 1 1 4 3 1 5 3 4 4
124 5 2 5 5 4 1 1 2 1 3 2 2 2 2 1 5 1 1 5 4 1 3 5 2 4 5 2 1 3 3 4 5 3 4 4
125 5 5 5 5 2 1 5 5 1 3 2 3 5 3 1 5 2 5 5 4 2 4 2 5 5 5 2 1 4 3 5 5 3 2 4
126 5 5 5 5 4 1 5 5 1 3 2 3 4 3 1 5 2 5 5 4 2 4 2 5 5 5 2 1 4 3 5 5 3 4 4
127 5 5 5 5 3 1 3 4 1 4 1 2 5 2 5 1 2 5 5 1 1 2 1 5 5 5 2 5 3 3 4 5 3 4 4
128 5 5 5 5 1 1 3 4 1 4 1 2 5 2 5 1 2 1 1 1 1 2 3 5 5 5 2 5 3 3 4 5 3 4 4
129 4 2 5 5 1 1 1 1 2 4 4 2 5 4 5 5 1 5 5 1 1 2 5 5 5 5 1 5 4 3 4 5 3 3 4
130 4 2 5 5 2 1 1 1 2 4 4 2 5 1 5 5 1 5 5 1 1 4 5 5 5 5 1 5 4 3 4 5 3 3 4
131 4 2 5 5 2 1 1 4 1 4 1 2 3 1 5 1 1 5 1 1 1 2 1 5 5 5 1 5 3 3 4 5 3 4 1
132 4 5 5 5 2 1 1 1 2 1 3 2 1 1 5 5 1 5 5 1 1 2 5 5 5 5 1 5 4 3 4 5 3 2 5
133 5 5 5 5 2 1 1 1 1 4 3 2 2 1 5 5 1 5 5 1 5 4 5 5 5 5 1 5 4 3 5 5 3 2 5
134 3 2 5 5 1 1 1 5 1 4 5 2 2 1 5 5 3 5 5 1 5 4 5 5 5 5 1 5 4 3 5 5 3 2 5
135 5 5 5 5 1 1 1 5 1 4 5 2 2 1 5 5 1 5 5 1 5 4 5 5 5 5 1 5 4 3 5 5 3 2 4
136 5 2 5 5 1 1 1 4 4 4 4 2 5 1 5 1 1 5 5 4 1 5 3 5 5 5 1 5 4 4 5 5 3 4 4
137 5 3 5 4 1 1 1 4 4 4 2 2 5 2 5 5 1 5 5 1 5 4 5 5 5 5 1 5 3 3 2 5 3 5 4
138 5 2 5 5 2 1 1 2 2 4 3 2 5 1 5 5 1 5 5 1 5 4 5 5 5 5 1 5 3 3 5 5 3 2 4
139 5 5 5 5 4 2 3 5 2 4 2 4 5 5 4 5 2 2 5 4 5 5 5 5 4 5 1 1 4 5 5 5 5 5 5
140 4 3 5 2 3 2 1 3 1 3 3 4 5 1 1 5 1 1 1 1 4 1 1 5 5 1 1 1 4 4 4 2 5 5 2
141 1 3 4 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
142 3 4 1 1 1 4 1 4 3 2 3 1 1 3 2 4 3 3 4 1 1 4 5 5 3 4 3 2 1 1 1 1 1 1 1
143 3 3 3 4 1 2 4 2 3 3 2 1 2 3 5 2 4 2 1 4 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
144 4 3 4 4 3 1 3 5 1 4 5 4 5 3 2 4 1 3 3 4 3 2 1 3 4 4 1 1 1 4 5 5 2 4 4
145 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 1 5 1 4 5 4 5 5 1 4 5
146 4 3 5 4 3 2 1 2 2 3 2 4 1 2 1 2 1 2 2 5 3 2 1 5 3 5 1 1 2 3 3 5 2 3 3
147 4 3 5 4 3 2 1 2 2 3 2 4 2 2 1 2 1 2 2 5 3 2 1 2 3 4 5 1 2 3 3 5 5 3 4
148 4 3 4 4 5 1 1 2 1 2 2 5 4 2 2 3 2 1 3 1 2 4 1 5 3 5 1 1 1 4 1 5 3 4 4
149 4 2 4 5 3 2 1 1 1 1 1 5 1 1 2 2 1 1 1 1 1 4 2 3 1 1 2 1 1 3 4 3 2 2 1
150 4 3 4 5 2 3 1 4 1 4 4 2 1 1 3 2 1 1 2 2 2 2 1 5 4 5 1 1 1 3 3 5 1 2 2
Responden Loyalitas Petani (X1-X5) Peran Pemerintah (X6-X15) Peran Pabrik Gula (X16-X23) Peran Perilaku Petani (X24-X35)
Variabel Pertanyaan dan Jawaban Responden
145
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 X21 X22 X23 X24 X25 X26 X27 X28 X29 X30 X31 X32 X33 X34 X35
151 1 5 4 4 1 1 2 2 2 3 2 2 2 2 2 1 3 1 1 1 2 4 1 2 3 3 1 1 3 5 5 4 2 3 2
152 4 3 5 4 3 5 1 3 4 3 3 4 5 4 5 5 3 1 3 4 3 4 1 5 1 5 1 4 5 1 5 1 1 4 3
153 5 1 5 5 4 1 3 3 4 3 2 4 5 3 2 2 2 2 2 4 2 4 2 5 5 5 2 1 3 3 5 1 1 1 5
154 4 3 4 5 3 4 1 4 2 2 3 2 1 1 2 4 1 1 2 3 2 2 1 5 2 2 1 1 3 3 1 5 2 4 3
155 4 2 3 4 1 2 2 2 3 4 2 2 1 1 2 2 1 1 2 5 2 4 1 5 3 5 1 1 3 4 5 1 3 4 4
156 5 3 4 5 3 1 1 2 1 2 2 2 5 4 2 1 1 1 2 4 2 5 1 5 5 5 1 3 2 3 4 5 2 3 5
157 5 5 5 5 2 1 2 1 3 1 1 2 1 4 1 1 1 2 1 4 1 2 1 5 5 5 1 1 1 5 4 5 3 5 5
158 5 2 1 5 2 3 3 1 1 1 2 4 1 1 1 4 2 1 1 2 1 1 1 5 4 5 1 1 3 3 4 5 3 3 5
159 5 2 4 5 3 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 3 1 3 1 4 3 1 1 5 4 5 1 1 4 5 5 5 2 3 5
160 5 2 5 4 2 1 1 1 3 1 1 2 1 1 1 4 1 1 1 2 4 1 3 3 4 5 1 1 5 5 1 3 2 3 3
161 5 3 1 5 2 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 4 1 2 1 5 4 5 1 1 2 3 4 5 1 3 4
162 5 2 4 5 2 1 1 1 2 1 1 4 2 5 2 2 1 2 1 4 2 2 1 5 2 5 1 1 3 3 4 5 1 4 4
163 5 3 4 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 4 1 1 1 1 1 2 5 4 2 1
164 5 5 5 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 3 4 5 1 2 1 4 1 5 3 4 5
165 1 5 5 5 1 1 1 3 2 3 2 2 1 1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 5 2 4 1 2 3 3 5 4 2 5 4
166 4 5 5 3 2 1 2 1 1 5 1 4 5 2 5 2 2 2 2 4 2 3 2 5 5 5 1 2 1 5 5 1 4 4 2
167 5 3 1 5 2 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 4 1 2 1 5 4 5 1 1 2 3 4 5 1 3 4
168 5 5 5 5 2 1 1 1 1 4 3 2 2 1 5 5 1 5 5 1 5 4 5 5 5 5 1 5 4 3 5 5 3 2 5
169 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 2 3 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 5 5 5 1 1 3 1 5 1 4 1 1
170 5 2 4 5 3 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 3 1 3 1 4 3 1 1 5 4 5 1 1 4 5 5 5 2 3 5
171 1 5 5 5 1 1 1 3 2 3 2 2 1 1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 5 2 4 1 2 3 3 5 4 2 5 4
172 5 3 5 5 5 1 1 1 1 3 1 2 1 2 3 4 1 3 3 2 1 2 4 2 2 5 1 1 4 4 1 5 1 4 4
173 5 2 4 5 3 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 3 1 3 1 4 3 1 1 5 4 5 1 1 4 5 5 5 2 3 5
174 5 3 1 5 2 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 4 1 2 1 5 4 5 1 1 2 3 4 5 1 3 4
175 1 5 5 5 1 1 1 3 2 3 2 2 1 1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 5 2 4 1 2 3 3 5 4 2 5 4
Responden Loyalitas Petani (X1-X5) Peran Pemerintah (X6-X15) Peran Pabrik Gula (X16-X23) Peran Perilaku Petani (X24-X35)
Variabel Pertanyaan dan Jawaban Responden
146
Lampiran 19. Rekapitulasi Jawaban Responden dalam Penelitian
A B C D E Jumlah A B C D E Jumlah
X1 6 0 3 83 83 175 3,43 0,00 1,71 47,43 47,43 100,00
X2 2 21 76 1 75 175 1,14 12,00 43,43 0,57 42,86 100,00
X3 8 0 5 25 137 175 4,57 0,00 2,86 14,29 78,29 100,00
X4 5 2 10 15 143 175 2,86 1,14 5,71 8,57 81,71 100,00
X5 16 26 63 43 27 175 9,14 14,86 36,00 24,57 15,43 100,00
X6 42 51 54 15 13 175 24,00 29,14 30,86 8,57 7,43 100,00
X7 47 8 28 88 4 175 26,86 4,57 16,00 50,29 2,29 100,00
X8 24 16 69 55 11 175 13,71 9,14 39,43 31,43 6,29 100,00
X9 48 64 33 29 1 175 27,43 36,57 18,86 16,57 0,57 100,00
X10 17 64 25 65 4 175 9,71 36,57 14,29 37,14 2,29 100,00
X11 23 32 74 42 4 175 13,14 18,29 42,29 24,00 2,29 100,00
X12 7 102 9 23 34 175 4,00 58,29 5,14 13,14 19,43 100,00
X13 25 14 5 107 24 175 14,29 8,00 2,86 61,14 13,71 100,00
X14 31 105 13 17 9 175 17,71 60,00 7,43 9,71 5,14 100,00
X15 19 20 8 105 23 175 10,86 11,43 4,57 60,00 13,14 100,00
X16 14 13 27 88 33 175 8,00 7,43 15,43 50,29 18,86 100,00
X17 65 32 74 3 1 175 37,14 18,29 42,29 1,71 0,57 100,00
X18 44 9 35 28 59 175 25,14 5,14 20,00 16,00 33,71 100,00
X19 25 10 77 29 34 175 14,29 5,71 44,00 16,57 19,43 100,00
X20 21 7 6 89 52 175 12,00 4,00 3,43 50,86 29,71 100,00
X21 21 30 85 30 9 175 12,00 17,14 48,57 17,14 5,14 100,00
X22 13 26 6 101 29 175 7,43 14,86 3,43 57,71 16,57 100,00
X23 31 8 68 46 22 175 17,71 4,57 38,86 26,29 12,57 100,00
X24 4 7 20 2 142 175 2,29 4,00 11,43 1,14 81,14 100,00
X25 7 12 37 46 73 175 4,00 6,86 21,14 26,29 41,71 100,00
X26 14 1 3 8 149 175 8,00 0,57 1,71 4,57 85,14 100,00
X27 142 12 9 10 2 175 81,14 6,86 5,14 5,71 1,14 100,00
X28 54 9 4 78 30 175 30,86 5,14 2,29 44,57 17,14 100,00
X29 13 10 18 98 36 175 7,43 5,71 10,29 56,00 20,57 100,00
X30 29 0 38 26 82 175 16,57 0,00 21,71 14,86 46,86 100,00
X31 66 2 39 18 50 175 37,71 1,14 22,29 10,29 28,57 100,00
X32 9 14 19 43 90 175 5,14 8,00 10,86 24,57 51,43 100,00
X33 24 49 38 3 61 175 13,71 28,00 21,71 1,71 34,86 100,00
X34 7 30 78 53 7 175 4,00 17,14 44,57 30,29 4,00 100,00
X35 9 4 6 116 40 175 5,14 2,29 3,43 66,29 22,86 100,00
Prosentase Responden Pemilihnya (%)
Loyalitas Petani
(X1-X5)
Peran Pemerintah
(X6-X15)
Peran Pabrik Gula
(X16-X23)
Peran Perilaku Petani
(X24-X35)
Jumlah Responden Pemilihnya (Orang)Variabel Pertanyaan
147
Lampiran 20. Data Outlier
Observation number Mahalanobis d-squared p1 p2
116 40,764 ,000 ,000
169 31,502 ,000 ,000
143 25,649 ,000 ,000
142 25,392 ,000 ,000
141 20,781 ,000 ,000
128 19,504 ,001 ,000
122 13,316 ,010 ,002
134 12,966 ,011 ,001
133 11,139 ,025 ,033
168 11,139 ,025 ,013
97 10,339 ,035 ,046
113 10,067 ,039 ,045
23 9,835 ,043 ,042
157 8,962 ,062 ,199
127 8,918 ,063 ,143
163 8,744 ,068 ,139
172 8,730 ,068 ,090
149 8,217 ,084 ,217
124 8,153 ,086 ,176
131 7,970 ,093 ,194
159 7,851 ,097 ,184
170 7,851 ,097 ,128
173 7,851 ,097 ,085
145 7,796 ,099 ,066
65 7,563 ,109 ,097
152 7,540 ,110 ,070
120 7,408 ,116 ,075
150 7,260 ,123 ,086
132 7,240 ,124 ,062
98 6,944 ,139 ,129
164 6,841 ,145 ,132
119 6,734 ,151 ,140
165 6,206 ,184 ,472
171 6,206 ,184 ,396
175 6,206 ,184 ,324
158 6,170 ,187 ,288
144 5,954 ,203 ,416
138 5,707 ,222 ,592
160 5,444 ,245 ,774
155 5,213 ,266 ,888
161 5,155 ,272 ,886
167 5,155 ,272 ,849
174 5,155 ,272 ,804
148
Observation number Mahalanobis d-squared p1 p2
117 5,000 ,287 ,872
140 4,760 ,313 ,955
151 4,718 ,318 ,951
111 4,441 ,350 ,991
100 4,264 ,371 ,997
137 4,179 ,382 ,998
121 4,177 ,383 ,997
136 4,085 ,395 ,998
101 3,998 ,406 ,999
87 3,982 ,408 ,998
153 3,872 ,424 ,999
109 3,770 ,438 1,000
135 3,677 ,451 1,000
104 3,658 ,454 1,000
54 3,658 ,454 1,000
154 3,594 ,464 1,000
123 3,572 ,467 1,000
110 3,505 ,477 1,000
49 3,461 ,484 1,000
86 3,445 ,486 1,000
63 3,376 ,497 1,000
129 3,337 ,503 1,000
106 3,289 ,511 1,000
130 3,104 ,541 1,000
61 3,073 ,546 1,000
115 2,994 ,559 1,000
52 2,993 ,559 1,000
107 2,939 ,568 1,000
156 2,840 ,585 1,000
55 2,840 ,585 1,000
25 2,819 ,588 1,000
57 2,787 ,594 1,000
58 2,770 ,597 1,000
59 2,718 ,606 1,000
162 2,702 ,609 1,000
103 2,700 ,609 1,000
112 2,676 ,613 1,000
20 2,671 ,614 1,000
99 2,609 ,625 1,000
62 2,533 ,639 1,000
18 2,531 ,639 1,000
19 2,520 ,641 1,000
48 2,504 ,644 1,000
14 2,500 ,645 1,000
149
Observation number Mahalanobis d-squared p1 p2
56 2,497 ,645 1,000
64 2,479 ,648 1,000
126 2,478 ,649 1,000
88 2,449 ,654 1,000
67 2,433 ,657 1,000
24 2,418 ,659 1,000
16 2,403 ,662 1,000
53 2,403 ,662 1,000
166 2,386 ,665 ,999
148 2,342 ,673 1,000
118 2,314 ,678 1,000
51 2,313 ,678 ,999
13 2,249 ,690 1,000
150
Lampiran 21. Hasil analisis dengan menggunakan software AMOS
OUTPUT AMOS
Analysis Summary
Groups
Group number 1 (Group number 1)
Notes for Group (Group number 1)
The model is recursive.
Sample size = 131
Variable Summary (Group number 1)
Your model contains the following variables (Group number 1)
Observed, endogenous variables
Loyalitas
Perilaku_Petani
Peran_Pabrik
Observed, exogenous variables
Peran_Pemerintah
Unobserved, exogenous variables
Z1
Z2
Z3
Variable counts (Group number 1)
Number of variables in your model: 7
Number of observed variables: 4
Number of unobserved variables: 3
Number of exogenous variables: 4
Number of endogenous variables: 3
Parameter Summary (Group number 1)
Weights Covariances Variances Means Intercepts Total
Fixed 3 0 0 0 0 3
Labeled 0 0 0 0 0 0
Unlabeled 6 0 4 0 0 10
Total 9 0 4 0 0 13
151
Assessment of normality (Group number 1)
Variable min max skew c.r. kurtosis c.r.
Peran_Pemerintah 12,000 41,000 -,620 -2,895 1,094 2,555
Peran_Pabrik 12,000 37,000 -,998 -4,665 1,404 3,280
Perilaku_Petani 32,000 53,000 -,391 -1,828 -,104 -,244
Loyalitas 14,000 25,000 -,274 -1,282 -,023 -,055
Multivariate
3,539 2,923
Observations farthest from the centroid (Mahalanobis distance) (Group number 1)
Observation number Mahalanobis d-squared p1 p2
130 18,326 ,001 ,130
64 17,440 ,002 ,019
126 15,332 ,004 ,017
124 12,613 ,013 ,099
97 10,506 ,033 ,428
118 10,126 ,038 ,388
127 10,070 ,039 ,256
129 10,070 ,039 ,145
131 10,070 ,039 ,074
112 9,973 ,041 ,043
104 9,756 ,045 ,034
125 9,531 ,049 ,028
98 8,901 ,064 ,075
119 8,616 ,071 ,086
96 8,467 ,076 ,072
128 8,369 ,079 ,054
113 8,269 ,082 ,041
108 8,053 ,090 ,045
123 7,457 ,114 ,159
115 6,848 ,144 ,428
111 6,756 ,149 ,399
117 6,458 ,167 ,530
86 6,315 ,177 ,550
116 6,106 ,191 ,629
103 6,066 ,194 ,574
106 5,990 ,200 ,551
66 5,648 ,227 ,747
14 5,593 ,232 ,718
107 5,512 ,239 ,710
60 5,376 ,251 ,748
13 5,255 ,262 ,775
101 5,182 ,269 ,768
121 5,101 ,277 ,769
85 5,100 ,277 ,705
152
Observation number Mahalanobis d-squared p1 p2
48 4,903 ,297 ,802
53 4,858 ,302 ,780
92 4,834 ,305 ,739
62 4,599 ,331 ,862
20 4,511 ,341 ,874
87 4,439 ,350 ,878
100 4,435 ,350 ,838
68 4,400 ,355 ,816
16 4,341 ,362 ,813
52 4,341 ,362 ,759
54 4,279 ,370 ,760
23 4,258 ,372 ,720
110 4,250 ,373 ,665
24 4,144 ,387 ,714
19 4,104 ,392 ,694
51 3,957 ,412 ,785
109 3,908 ,419 ,778
67 3,861 ,425 ,770
73 3,837 ,429 ,739
56 3,836 ,429 ,679
18 3,808 ,433 ,648
122 3,807 ,433 ,582
102 3,633 ,458 ,730
55 3,597 ,463 ,712
57 3,555 ,470 ,701
12 3,534 ,473 ,664
77 3,454 ,485 ,701
58 3,368 ,498 ,744
61 3,245 ,518 ,824
63 3,241 ,518 ,779
114 3,058 ,548 ,900
83 3,037 ,552 ,883
84 3,037 ,552 ,845
47 3,022 ,554 ,815
50 2,966 ,563 ,826
70 2,662 ,616 ,977
72 2,662 ,616 ,965
74 2,662 ,616 ,950
95 2,662 ,616 ,928
120 2,600 ,627 ,939
36 2,599 ,627 ,916
49 2,423 ,659 ,975
43 2,388 ,665 ,973
44 2,388 ,665 ,960
153
Observation number Mahalanobis d-squared p1 p2
45 2,388 ,665 ,942
65 2,385 ,665 ,921
4 2,306 ,680 ,944
5 2,306 ,680 ,920
8 2,306 ,680 ,889
17 2,266 ,687 ,889
15 2,260 ,688 ,856
78 2,228 ,694 ,848
21 2,171 ,704 ,864
99 2,070 ,723 ,918
37 1,977 ,740 ,951
69 1,955 ,744 ,942
2 1,785 ,775 ,988
3 1,785 ,775 ,980
7 1,785 ,775 ,968
9 1,785 ,775 ,951
10 1,785 ,775 ,927
11 1,785 ,775 ,896
41 1,624 ,804 ,972
79 1,555 ,817 ,981
80 1,555 ,817 ,969
81 1,555 ,817 ,951
Sample Moments (Group number 1)
Sample Covariances (Group number 1)
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani Loyalitas
Peran_Pemerintah 33,727
Peran_Pabrik 26,941 24,689
Perilaku_Petani 12,064 11,659 17,700
Loyalitas 7,575 6,594 4,221 5,343
Condition number = 36,429
Eigenvalues
64,743 11,614 3,324 1,777
Determinant of sample covariance matrix = 4441,775
Sample Correlations (Group number 1)
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani Loyalitas
Peran_Pemerintah 1,000
Peran_Pabrik ,934 1,000
Perilaku_Petani ,494 ,558 1,000
Loyalitas ,564 ,574 ,434 1,000
Condition number = 44,430
Eigenvalues
2,808 ,593 ,536 ,063
154
Models
Default model (Default model)
Notes for Model (Default model)
Computation of degrees of freedom (Default model)
Number of distinct sample moments: 10
Number of distinct parameters to be estimated: 10
Degrees of freedom (10 - 10): 0
Result (Default model)
Minimum was achieved
Chi-square = ,000
Degrees of freedom = 0
Probability level cannot be computed
Group number 1 (Group number 1 - Default model)
Estimates (Group number 1 - Default model)
Scalar Estimates (Group number 1 - Default model)
Maximum Likelihood Estimates
Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label
Peran_Pabrik <--- Peran_Pemerintah ,799 ,027 29,711 *** par_4
Perilaku_Petani <--- Peran_Pemerintah -,152 ,147 -1,038 ,299 par_5
Perilaku_Petani <--- Peran_Pabrik ,638 ,171 3,726 *** par_6
Loyalitas <--- Peran_Pemerintah ,102 ,078 1,304 ,192 par_1
Loyalitas <--- Perilaku_Petani ,096 ,047 2,061 ,039 par_2
Loyalitas <--- Peran_Pabrik ,110 ,096 1,144 ,253 par_3
Standardized Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Estimate
Peran_Pabrik <--- Peran_Pemerintah ,934
Perilaku_Petani <--- Peran_Pemerintah -,210
Perilaku_Petani <--- Peran_Pabrik ,754
Loyalitas <--- Peran_Pemerintah ,257
Loyalitas <--- Perilaku_Petani ,175
Loyalitas <--- Peran_Pabrik ,236
155
Variances: (Group number 1 - Default model)
Estimate S.E. C.R. P Label
Peran_Pemerintah
33,727 4,183 8,062 *** par_7
Z2
3,169 ,393 8,062 *** par_8
Z1
12,094 1,500 8,062 *** par_9
Z3
3,436 ,426 8,062 *** par_10
Squared Multiple Correlations: (Group number 1 - Default model)
Estimate
Peran_Pabrik
,872
Perilaku_Petani
,317
Loyalitas
,357
Matrices (Group number 1 - Default model)
Implied (for all variables) Covariances (Group number 1 - Default model)
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani Loyalitas
Peran_Pemerintah 33,727
Peran_Pabrik 26,941 24,689
Perilaku_Petani 12,064 11,659 17,700
Loyalitas 7,575 6,594 4,221 5,343
Implied (for all variables) Correlations (Group number 1 - Default model)
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani Loyalitas
Peran_Pemerintah 1,000
Peran_Pabrik ,934 1,000
Perilaku_Petani ,494 ,558 1,000
Loyalitas ,564 ,574 ,434 1,000
Implied Covariances (Group number 1 - Default model)
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani Loyalitas
Peran_Pemerintah 33,727
Peran_Pabrik 26,941 24,689
Perilaku_Petani 12,064 11,659 17,700
Loyalitas 7,575 6,594 4,221 5,343
Implied Correlations (Group number 1 - Default model)
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani Loyalitas
Peran_Pemerintah 1,000
Peran_Pabrik ,934 1,000
Perilaku_Petani ,494 ,558 1,000
156
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani Loyalitas
Loyalitas ,564 ,574 ,434 1,000
Residual Covariances (Group number 1 - Default model)
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani Loyalitas
Peran_Pemerintah ,000
Peran_Pabrik ,000 ,000
Perilaku_Petani ,000 ,000 ,000
Loyalitas ,000 ,000 ,000 ,000
Standardized Residual Covariances (Group number 1 - Default model)
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani Loyalitas
Peran_Pemerintah ,000
Peran_Pabrik ,000 ,000
Perilaku_Petani ,000 ,000 ,000
Loyalitas ,000 ,000 ,000 ,000
Factor Score Weights (Group number 1 - Default model)
Total Effects (Group number 1 - Default model)
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani
Peran_Pabrik ,799 ,000 ,000
Perilaku_Petani ,358 ,638 ,000
Loyalitas ,225 ,171 ,096
Standardized Total Effects (Group number 1 - Default model)
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani
Peran_Pabrik ,934 ,000 ,000
Perilaku_Petani ,494 ,754 ,000
Loyalitas ,564 ,368 ,175
Direct Effects (Group number 1 - Default model)
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani
Peran_Pabrik ,799 ,000 ,000
Perilaku_Petani -,152 ,638 ,000
Loyalitas ,102 ,110 ,096
Standardized Direct Effects (Group number 1 - Default model)
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani
Peran_Pabrik ,934 ,000 ,000
157
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani
Perilaku_Petani -,210 ,754 ,000
Loyalitas ,257 ,236 ,175
Indirect Effects (Group number 1 - Default model)
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani
Peran_Pabrik ,000 ,000 ,000
Perilaku_Petani ,510 ,000 ,000
Loyalitas ,122 ,062 ,000
Standardized Indirect Effects (Group number 1 - Default model)
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani
Peran_Pabrik ,000 ,000 ,000
Perilaku_Petani ,704 ,000 ,000
Loyalitas ,307 ,132 ,000
Modification Indices (Group number 1 - Default model)
Covariances: (Group number 1 - Default model)
M.I. Par Change
Variances: (Group number 1 - Default model)
M.I. Par Change
Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
M.I. Par Change
Bootstrap (Group number 1 - Default model)
Bootstrap standard errors (Group number 1 - Default model)
Scalar Estimates (Group number 1 - Default model)
Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Parameter SE SE-SE Mean Bias SE-Bias
Peran_Pabrik <--- Peran_Pemerintah ,034 ,002 ,797 -,002 ,002
Perilaku_Petani <--- Peran_Pemerintah ,129 ,006 -,143 ,009 ,009
Perilaku_Petani <--- Peran_Pabrik ,156 ,008 ,632 -,006 ,011
Loyalitas <--- Peran_Pemerintah ,085 ,004 ,108 ,006 ,006
Loyalitas <--- Perilaku_Petani ,049 ,002 ,096 -,001 ,003
Loyalitas <--- Peran_Pabrik ,109 ,005 ,103 -,007 ,008
158
Standardized Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Parameter SE SE-SE Mean Bias SE-Bias
Peran_Pabrik <--- Peran_Pemerintah ,013 ,001 ,934 ,000 ,001
Perilaku_Petani <--- Peran_Pemerintah ,180 ,009 -,200 ,010 ,013
Perilaku_Petani <--- Peran_Pabrik ,179 ,009 ,746 -,008 ,013
Loyalitas <--- Peran_Pemerintah ,213 ,011 ,273 ,015 ,015
Loyalitas <--- Perilaku_Petani ,092 ,005 ,176 ,000 ,007
Loyalitas <--- Peran_Pabrik ,236 ,012 ,220 -,016 ,017
Variances: (Group number 1 - Default model)
Parameter SE SE-SE Mean Bias SE-Bias
Peran_Pemerintah
4,603 ,230 33,856 ,129 ,325
Z2
,443 ,022 3,087 -,083 ,031
Z1
1,689 ,084 11,836 -,258 ,119
Z3
,417 ,021 3,353 -,083 ,029
Squared Multiple Correlations: (Group number 1 - Default model)
Parameter SE SE-SE Mean Bias SE-Bias
Peran_Pabrik
,024 ,001 ,872 ,001 ,002
Perilaku_Petani
,069 ,003 ,325 ,009 ,005
Loyalitas
,069 ,003 ,370 ,013 ,005
Matrices (Group number 1 - Default model)
Implied (for all variables) Covariances - Standard Errors (Group number 1 - Default model)
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani Loyalitas
Peran_Pemerintah 4,603
Peran_Pabrik 3,871 3,528
Perilaku_Petani 2,111 1,995 2,158
Loyalitas 1,470 1,337 ,867 ,657
Implied (for all variables) Correlations - Standard Errors (Group number 1 - Default model)
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani Loyalitas
Peran_Pemerintah ,000
Peran_Pabrik ,013 ,000
Perilaku_Petani ,064 ,061 ,000
Loyalitas ,063 ,063 ,067 ,000
Implied Covariances - Standard Errors (Group number 1 - Default model)
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani Loyalitas
Peran_Pemerintah 4,603
159
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani Loyalitas
Peran_Pabrik 3,871 3,528
Perilaku_Petani 2,111 1,995 2,158
Loyalitas 1,470 1,337 ,867 ,657
Implied Correlations - Standard Errors (Group number 1 - Default model)
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani Loyalitas
Peran_Pemerintah ,000
Peran_Pabrik ,013 ,000
Perilaku_Petani ,064 ,061 ,000
Loyalitas ,063 ,063 ,067 ,000
Sample Covariances - Standard Errors (Group number 1 - Default model)
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani Loyalitas
Peran_Pemerintah 4,603
Peran_Pabrik 3,871 3,528
Perilaku_Petani 2,111 1,995 2,158
Loyalitas 1,470 1,337 ,867 ,657
Sample Correlations - Standard Errors (Group number 1 - Default model)
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani Loyalitas
Peran_Pemerintah ,000
Peran_Pabrik ,013 ,000
Perilaku_Petani ,064 ,061 ,000
Loyalitas ,063 ,063 ,067 ,000
Total Effects - Standard Errors (Group number 1 - Default model)
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani
Peran_Pabrik ,034 ,000 ,000
Perilaku_Petani ,059 ,156 ,000
Loyalitas ,027 ,098 ,049
Standardized Total Effects - Standard Errors (Group number 1 - Default model)
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani
Peran_Pabrik ,013 ,000 ,000
Perilaku_Petani ,064 ,179 ,000
Loyalitas ,063 ,209 ,092
Direct Effects - Standard Errors (Group number 1 - Default model)
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani
Peran_Pabrik ,034 ,000 ,000
160
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani
Perilaku_Petani ,129 ,156 ,000
Loyalitas ,085 ,109 ,049
Standardized Direct Effects - Standard Errors (Group number 1 - Default model)
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani
Peran_Pabrik ,013 ,000 ,000
Perilaku_Petani ,180 ,179 ,000
Loyalitas ,213 ,236 ,092
Indirect Effects - Standard Errors (Group number 1 - Default model)
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani
Peran_Pabrik ,000 ,000 ,000
Perilaku_Petani ,124 ,000 ,000
Loyalitas ,082 ,037 ,000
Standardized Indirect Effects - Standard Errors (Group number 1 - Default model)
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani
Peran_Pabrik ,000 ,000 ,000
Perilaku_Petani ,168 ,000 ,000
Loyalitas ,204 ,081 ,000
Bootstrap Confidence (Group number 1 - Default model)
Bias-corrected percentile method (Group number 1 - Default model)
90% confidence intervals (bias-corrected percentile method)
Scalar Estimates (Group number 1 - Default model)
Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Parameter Estimate Lower Upper P
Peran_Pabrik <--- Peran_Pemerintah ,799 ,750 ,864 ,005
Perilaku_Petani <--- Peran_Pemerintah -,152 -,381 ,061 ,183
Perilaku_Petani <--- Peran_Pabrik ,638 ,386 ,895 ,007
Loyalitas <--- Peran_Pemerintah ,102 -,022 ,242 ,200
Loyalitas <--- Perilaku_Petani ,096 ,019 ,182 ,060
Loyalitas <--- Peran_Pabrik ,110 -,062 ,290 ,273
161
Standardized Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Parameter Estimate Lower Upper P
Peran_Pabrik <--- Peran_Pemerintah ,934 ,905 ,951 ,021
Perilaku_Petani <--- Peran_Pemerintah -,210 -,522 ,094 ,200
Perilaku_Petani <--- Peran_Pabrik ,754 ,471 1,112 ,007
Loyalitas <--- Peran_Pemerintah ,257 -,055 ,610 ,200
Loyalitas <--- Perilaku_Petani ,175 ,035 ,332 ,067
Loyalitas <--- Peran_Pabrik ,236 -,180 ,608 ,295
Variances: (Group number 1 - Default model)
Parameter Estimate Lower Upper P
Peran_Pemerintah
33,727 26,806 41,944 ,010
Z2
3,169 2,559 4,249 ,002
Z1
12,094 9,654 15,329 ,004
Z3
3,436 2,799 4,107 ,004
Squared Multiple Correlations: (Group number 1 - Default model)
Parameter Estimate Lower Upper P
Peran_Pabrik
,872 ,819 ,904 ,021
Perilaku_Petani
,317 ,211 ,440 ,012
Loyalitas
,357 ,208 ,446 ,036
Matrices (Group number 1 - Default model)
Implied (for all variables) Covariances (Group number 1 - Default model)
Implied (for all variables) Covariances - Lower Bounds (BC) (Group number 1 - Default model)
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani Loyalitas
Peran_Pemerintah 26,806
Peran_Pabrik 20,416 19,329
Perilaku_Petani 9,096 8,982 13,834
Loyalitas 4,835 4,179 2,674 4,242
Implied (for all variables) Covariances - Upper Bounds (BC) (Group number 1 - Default model)
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani Loyalitas
Peran_Pemerintah 41,944
Peran_Pabrik 33,531 31,266
Perilaku_Petani 16,544 16,152 21,355
Loyalitas 9,737 8,725 5,566 6,405
Implied (for all variables) Covariances - Two Tailed Significance (BC) (Group number 1 - Default
model)
162
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani Loyalitas
Peran_Pemerintah ,010
Peran_Pabrik ,012 ,007
Perilaku_Petani ,006 ,005 ,011
Loyalitas ,016 ,012 ,012 ,012
Implied (for all variables) Correlations (Group number 1 - Default model)
Implied (for all variables) Correlations - Lower Bounds (BC) (Group number 1 - Default model)
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani Loyalitas
Peran_Pemerintah 1,000
Peran_Pabrik ,905 1,000
Perilaku_Petani ,386 ,453 1,000
Loyalitas ,430 ,446 ,303 1,000
Implied (for all variables) Correlations - Upper Bounds (BC) (Group number 1 - Default model)
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani Loyalitas
Peran_Pemerintah 1,000
Peran_Pabrik ,951 1,000
Perilaku_Petani ,596 ,660 1,000
Loyalitas ,643 ,661 ,542 1,000
Implied (for all variables) Correlations - Two Tailed Significance (BC) (Group number 1 - Default
model)
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani Loyalitas
Peran_Pemerintah ...
Peran_Pabrik ,021 ...
Perilaku_Petani ,018 ,014 ...
Loyalitas ,019 ,013 ,015 ...
Implied Covariances (Group number 1 - Default model)
Implied Covariances - Lower Bounds (BC) (Group number 1 - Default model)
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani Loyalitas
Peran_Pemerintah 26,806
Peran_Pabrik 20,416 19,329
Perilaku_Petani 9,096 8,982 13,834
Loyalitas 4,835 4,179 2,674 4,242
163
Implied Covariances - Upper Bounds (BC) (Group number 1 - Default model)
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani Loyalitas
Peran_Pemerintah 41,944
Peran_Pabrik 33,531 31,266
Perilaku_Petani 16,544 16,152 21,355
Loyalitas 9,737 8,725 5,566 6,405
Implied Covariances - Two Tailed Significance (BC) (Group number 1 - Default model)
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani Loyalitas
Peran_Pemerintah ,010
Peran_Pabrik ,012 ,007
Perilaku_Petani ,006 ,005 ,011
Loyalitas ,016 ,012 ,012 ,012
Implied Correlations (Group number 1 - Default model)
Implied Correlations - Lower Bounds (BC) (Group number 1 - Default model)
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani Loyalitas
Peran_Pemerintah 1,000
Peran_Pabrik ,905 1,000
Perilaku_Petani ,386 ,453 1,000
Loyalitas ,430 ,446 ,303 1,000
Implied Correlations - Upper Bounds (BC) (Group number 1 - Default model)
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani Loyalitas
Peran_Pemerintah 1,000
Peran_Pabrik ,951 1,000
Perilaku_Petani ,596 ,660 1,000
Loyalitas ,643 ,661 ,542 1,000
Implied Correlations - Two Tailed Significance (BC) (Group number 1 - Default model)
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani Loyalitas
Peran_Pemerintah ...
Peran_Pabrik ,021 ...
Perilaku_Petani ,018 ,014 ...
Loyalitas ,019 ,013 ,015 ...
Sample Covariances (Group number 1 - Default model)
164
Sample Covariances - Lower Bounds (BC) (Group number 1 - Default model)
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani Loyalitas
Peran_Pemerintah 26,806
Peran_Pabrik 20,416 19,329
Perilaku_Petani 9,096 8,948 13,834
Loyalitas 4,835 4,179 2,674 4,242
Sample Covariances - Upper Bounds (BC) (Group number 1 - Default model)
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani Loyalitas
Peran_Pemerintah 41,943
Peran_Pabrik 33,531 31,266
Perilaku_Petani 16,544 16,152 21,355
Loyalitas 9,737 8,725 5,566 6,405
Sample Covariances - Two Tailed Significance (BC) (Group number 1 - Default model)
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani Loyalitas
Peran_Pemerintah ,010
Peran_Pabrik ,012 ,007
Perilaku_Petani ,006 ,005 ,011
Loyalitas ,016 ,012 ,012 ,012
Sample Correlations (Group number 1 - Default model)
Sample Correlations - Lower Bounds (BC) (Group number 1 - Default model)
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani Loyalitas
Peran_Pemerintah 1,000
Peran_Pabrik ,905 1,000
Perilaku_Petani ,386 ,453 1,000
Loyalitas ,430 ,446 ,303 1,000
Sample Correlations - Upper Bounds (BC) (Group number 1 - Default model)
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani Loyalitas
Peran_Pemerintah 1,000
Peran_Pabrik ,951 1,000
Perilaku_Petani ,596 ,660 1,000
Loyalitas ,643 ,661 ,542 1,000
165
Sample Correlations - Two Tailed Significance (BC) (Group number 1 - Default model)
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani Loyalitas
Peran_Pemerintah ...
Peran_Pabrik ,021 ...
Perilaku_Petani ,018 ,014 ...
Loyalitas ,019 ,013 ,015 ...
Total Effects (Group number 1 - Default model)
Total Effects - Lower Bounds (BC) (Group number 1 - Default model)
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani
Peran_Pabrik ,750 ,000 ,000
Perilaku_Petani ,269 ,386 ,000
Loyalitas ,172 ,023 ,019
Total Effects - Upper Bounds (BC) (Group number 1 - Default model)
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani
Peran_Pabrik ,864 ,000 ,000
Perilaku_Petani ,469 ,895 ,000
Loyalitas ,267 ,327 ,182
Total Effects - Two Tailed Significance (BC) (Group number 1 - Default model)
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani
Peran_Pabrik ,005 ... ...
Perilaku_Petani ,009 ,007 ...
Loyalitas ,014 ,086 ,060
Standardized Total Effects (Group number 1 - Default model)
Standardized Total Effects - Lower Bounds (BC) (Group number 1 - Default model)
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani
Peran_Pabrik ,905 ,000 ,000
Perilaku_Petani ,386 ,471 ,000
Loyalitas ,430 ,028 ,035
Standardized Total Effects - Upper Bounds (BC) (Group number 1 - Default model)
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani
Peran_Pabrik ,951 ,000 ,000
Perilaku_Petani ,596 1,112 ,000
Loyalitas ,643 ,693 ,332
166
Standardized Total Effects - Two Tailed Significance (BC) (Group number 1 - Default model)
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani
Peran_Pabrik ,021 ... ...
Perilaku_Petani ,018 ,007 ...
Loyalitas ,019 ,091 ,067
Direct Effects (Group number 1 - Default model)
Direct Effects - Lower Bounds (BC) (Group number 1 - Default model)
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani
Peran_Pabrik ,750 ,000 ,000
Perilaku_Petani -,381 ,386 ,000
Loyalitas -,022 -,062 ,019
Direct Effects - Upper Bounds (BC) (Group number 1 - Default model)
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani
Peran_Pabrik ,864 ,000 ,000
Perilaku_Petani ,061 ,895 ,000
Loyalitas ,242 ,290 ,182
Direct Effects - Two Tailed Significance (BC) (Group number 1 - Default model)
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani
Peran_Pabrik ,005 ... ...
Perilaku_Petani ,183 ,007 ...
Loyalitas ,200 ,273 ,060
Standardized Direct Effects (Group number 1 - Default model)
Standardized Direct Effects - Lower Bounds (BC) (Group number 1 - Default model)
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani
Peran_Pabrik ,905 ,000 ,000
Perilaku_Petani -,522 ,471 ,000
Loyalitas -,055 -,180 ,035
Standardized Direct Effects - Upper Bounds (BC) (Group number 1 - Default model)
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani
Peran_Pabrik ,951 ,000 ,000
Perilaku_Petani ,094 1,112 ,000
Loyalitas ,610 ,608 ,332
167
Standardized Direct Effects - Two Tailed Significance (BC) (Group number 1 - Default model)
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani
Peran_Pabrik ,021 ... ...
Perilaku_Petani ,200 ,007 ...
Loyalitas ,200 ,295 ,067
Indirect Effects (Group number 1 - Default model)
Indirect Effects - Lower Bounds (BC) (Group number 1 - Default model)
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani
Peran_Pabrik ,000 ,000 ,000
Perilaku_Petani ,331 ,000 ,000
Loyalitas -,015 ,018 ,000
Indirect Effects - Upper Bounds (BC) (Group number 1 - Default model)
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani
Peran_Pabrik ,000 ,000 ,000
Perilaku_Petani ,760 ,000 ,000
Loyalitas ,252 ,149 ,000
Indirect Effects - Two Tailed Significance (BC) (Group number 1 - Default model)
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani
Peran_Pabrik ... ... ...
Perilaku_Petani ,005 ... ...
Loyalitas ,122 ,035 ...
Standardized Indirect Effects (Group number 1 - Default model)
Standardized Indirect Effects - Lower Bounds (BC) (Group number 1 - Default model)
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani
Peran_Pabrik ,000 ,000 ,000
Perilaku_Petani ,420 ,000 ,000
Loyalitas -,029 ,039 ,000
Standardized Indirect Effects - Upper Bounds (BC) (Group number 1 - Default model)
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani
Peran_Pabrik ,000 ,000 ,000
Perilaku_Petani 1,016 ,000 ,000
Loyalitas ,623 ,325 ,000
168
Standardized Indirect Effects - Two Tailed Significance (BC) (Group number 1 - Default model)
Peran_Pemerintah Peran_Pabrik Perilaku_Petani
Peran_Pabrik ... ... ...
Perilaku_Petani ,011 ... ...
Loyalitas ,116 ,031 ...
Minimization History (Default model)
Iteration
Negative
eigenvalues
Condition
#
Smallest
eigenvalue Diameter F NTries Ratio
0 e 1
-,238 9999,000 296,657 0 9999,000
1 e* 0 138,894
1,297 16,462 19 ,961
2 e 0 406,042
,425 1,181 2 ,000
3 e 0 316,429
,228 ,007 1 ,986
4 e 0 304,380
,008 ,000 1 1,007
5 e 0 303,539
,000 ,000 1 1,000
Pairwise Parameter Comparisons (Default model)
Variance-covariance Matrix of Estimates (Default model)
par_1 par_2 par_3 par_4 par_5 par_6 par_7 par_8 par_9 par_10
par_1 ,006
par_2 ,000 ,002
par_3 -,007 -,001 ,009
par_4 ,000 ,000 ,000 ,001
par_5 ,000 ,000 ,000 ,000 ,021
par_6 ,000 ,000 ,000 ,000 -,023 ,029
par_7 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 17,500
par_8 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,155
par_9 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 2,250
par_10 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,182
Correlations of Estimates (Default model)
par_1 par_2 par_3 par_4 par_5 par_6 par_7 par_8 par_9 par_10
par_1 1,000
par_2 ,091 1,000
par_3 -,912 -,311 1,000
par_4 ,000 ,000 ,000 1,000
par_5 ,000 ,000 ,000 ,000 1,000
par_6 ,000 ,000 ,000 ,000 -,934 1,000
par_7 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 1,000
par_8 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 1,000
par_9 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 1,000
par_10 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 1,000
169
Critical Ratios for Differences between Parameters (Default model)
par_1 par_2 par_3 par_4 par_5 par_6 par_7 par_8 par_9 par_10
par_1 ,000
par_2 -,068 ,000
par_3 ,044 ,113 ,000
par_4 8,397 13,025 6,905 ,000
par_5 -1,531 -1,615 -1,495 -6,381 ,000
par_6 2,844 3,052 2,690 -,926 2,528 ,000
par_7 8,036 8,039 8,034 7,871 8,094 7,903 ,000
par_8 7,651 7,762 7,560 6,016 7,917 5,902 -7,273 ,000
par_9 7,983 7,994 7,973 7,529 8,125 7,587 -4,868 5,755 ,000
par_10 7,693 7,789 7,613 6,176 7,962 6,091 -7,204 ,460 -5,552 ,000
Bootstrap (Default model)
Summary of Bootstrap Iterations (Default model)
(Default model)
Iterations Method 0 Method 1 Method 2
1 0 0 0
2 0 0 0
3 0 0 0
4 0 2 0
5 0 28 0
6 0 64 0
7 0 67 0
8 0 34 0
9 0 3 0
10 0 2 0
11 0 0 0
12 0 0 0
13 0 0 0
14 0 0 0
15 0 0 0
16 0 0 0
17 0 0 0
18 0 0 0
19 0 0 0
Total 0 200 0
0 bootstrap samples were unused because of a singular covariance matrix.
0 bootstrap samples were unused because a solution was not found.
200 usable bootstrap samples were obtained.
170
Bootstrap Distributions (Default model)
ML discrepancy (implied vs sample) (Default model)
|--------------------
,000 |********************
,000 |*
,000 |*
,000 |
,000 |
,000 |
,000 |
N = 200 ,000 |
Mean = ,000 ,000 |
S. e. = ,000 ,000 |
,000 |
,000 |
,000 |
,000 |
,000 |
|--------------------
ML discrepancy (implied vs pop) (Default model)
|--------------------
3,529 |***
7,454 |*********
11,379 |*****************
15,305 |**************
19,230 |********
23,155 |**********
27,081 |****
N = 200 31,006 |***
Mean = 16,564 34,931 |*
S. e. = ,560 38,857 |*
42,782 |
46,708 |
50,633 |
54,558 |
58,484 |*
|--------------------
171
K-L overoptimism (unstabilized) (Default model)
|--------------------
-91,123 |*
-71,360 |**
-51,596 |**
-31,833 |*****
-12,070 |*************
7,693 |*******************
27,456 |********************
N = 200 47,219 |************
Mean = 30,393 66,982 |****************
S. e. = 3,048 86,745 |********
106,508 |***
126,271 |**
146,034 |*
165,797 |
185,560 |*
|--------------------
K-L overoptimism (stabilized) (Default model)
|--------------------
11,120 |*
16,737 |*********
22,353 |************
27,970 |***************
33,586 |***********
39,203 |*********
44,819 |******
N = 200 50,436 |**
Mean = 31,636 56,052 |***
S. e. = ,846 61,669 |*
67,286 |
72,902 |*
78,519 |*
84,135 |
89,752 |*
|--------------------
172
ML discrepancy (implied vs pop) (Default model)
|--------------------
3,529 |***
7,454 |*********
11,379 |*****************
15,305 |**************
19,230 |********
23,155 |**********
27,081 |****
N = 200 31,006 |***
Mean = 16,564 34,931 |*
S. e. = ,560 38,857 |*
42,782 |
46,708 |
50,633 |
54,558 |
58,484 |*
|--------------------
Miscellaneous
Model Fit Summary
CMIN
Model NPAR CMIN DF P CMIN/DF
Default model 10 ,000 0
Saturated model 10 ,000 0
Independence model 4 373,766 6 ,000 62,294
RMR, GFI
Model RMR GFI AGFI PGFI
Default model ,000 1,000
Saturated model ,000 1,000
Independence model 10,611 ,469 ,115 ,281
Baseline Comparisons
Model NFI
Delta1
RFI
rho1
IFI
Delta2
TLI
rho2 CFI
Default model 1,000
1,000
1,000
Saturated model 1,000
1,000
1,000
Independence model ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
173
Parsimony-Adjusted Measures
Model PRATIO PNFI PCFI
Default model ,000 ,000 ,000
Saturated model ,000 ,000 ,000
Independence model 1,000 ,000 ,000
NCP
Model NCP LO 90 HI 90
Default model ,000 ,000 ,000
Saturated model ,000 ,000 ,000
Independence model 367,766 308,081 434,862
FMIN
Model FMIN F0 LO 90 HI 90
Default model ,000 ,000 ,000 ,000
Saturated model ,000 ,000 ,000 ,000
Independence model 2,875 2,829 2,370 3,345
RMSEA
Model RMSEA LO 90 HI 90 PCLOSE
Independence model ,687 ,628 ,747 ,000
AIC
Model AIC BCC BIC CAIC
Default model 20,000 20,800 48,752 58,752
Saturated model 20,000 20,800 48,752 58,752
Independence model 381,766 382,086 393,267 397,267
ECVI
Model ECVI LO 90 HI 90 MECVI
Default model ,154 ,154 ,154 ,160
Saturated model ,154 ,154 ,154 ,160
Independence model 2,937 2,478 3,453 2,939
HOELTER
Model HOELTER
.05
HOELTER
.01
Default model
Independence model 5 6
174
Execution time summary
Minimization: ,005
Miscellaneous: ,254
Bootstrap: ,163
Total: ,422
175
Lampiran 22. Hasil Validitas Parameter Penelitian
Hasil Uji Validitas Variabel Loyalitas
Correlations
Correlationsa
Loyalitas X1 X2 X3 X4 X5
Loyalitas Pearson Correlation 1 .555**
.622**
.550**
.397**
.780**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
X1 Pearson Correlation .555**
1 .157* .059 .045 .460
**
Sig. (2-tailed) .000 .038 .441 .554 .000
X2 Pearson Correlation .622**
.157* 1 .188
* -.068 .356
**
Sig. (2-tailed) .000 .038 .013 .371 .000
X3 Pearson Correlation .550**
.059 .188* 1 .184
* .232
**
Sig. (2-tailed) .000 .441 .013 .015 .002
X4 Pearson Correlation .397**
.045 -.068 .184* 1 .146
Sig. (2-tailed) .000 .554 .371 .015 .053
X5 Pearson Correlation .780**
.460**
.356**
.232**
.146 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .002 .053
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
a. Listwise N=175
176
Hasil Uji Validitas Variabel Peran Pemerintah
Correlationsa
Pemerintah X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15
Pemerintah Pearson Correlation 1 .666**
.622**
.748**
.604**
.632**
.767**
.570**
.749**
.463**
.623**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
X6 Pearson Correlation .666**
1 .357**
.391**
.382**
.250**
.435**
.326**
.361**
.425**
.376**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .001 .000 .000 .000 .000 .000
X7 Pearson Correlation .622**
.357**
1 .520**
.401**
.052 .421**
.175* .546
** .109 .319
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .491 .000 .021 .000 .151 .000
X8 Pearson Correlation .748**
.391**
.520**
1 .459**
.471**
.586**
.355**
.509**
.193* .350
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .010 .000
X9 Pearson Correlation .604**
.382**
.401**
.459**
1 .256**
.422**
.449**
.285**
.025 .233**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .001 .000 .000 .000 .743 .002
X10 Pearson Correlation .632**
.250**
.052 .471**
.256**
1 .539**
.521**
.362**
.287**
.400**
Sig. (2-tailed) .000 .001 .491 .000 .001 .000 .000 .000 .000 .000
X11 Pearson Correlation .767**
.435**
.421**
.586**
.422**
.539**
1 .391**
.469**
.216**
.519**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .004 .000
X12 Pearson Correlation .570**
.326**
.175* .355
** .449
** .521
** .391
** 1 .256
** .163
* .009
Sig. (2-tailed) .000 .000 .021 .000 .000 .000 .000 .001 .031 .909
X13 Pearson Correlation .749**
.361**
.546**
.509**
.285**
.362**
.469**
.256**
1 .404**
.580**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .001 .000 .000
X14 Pearson Correlation .463**
.425**
.109 .193* .025 .287
** .216
** .163
* .404
** 1 .233
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .151 .010 .743 .000 .004 .031 .000 .002
X15 Pearson Correlation .623**
.376**
.319**
.350**
.233**
.400**
.519**
.009 .580**
.233**
1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .002 .000 .000 .909 .000 .002
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
177
Hasil Uji Validitas Variabel Pabrik Gula
Correlations
orrelationsa
Pabrik X16 X17 X18 X19 X20 X22 X23
Pabrik Pearson Correlation 1 .730**
.447**
.714**
.863**
.569**
.823**
.781**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
X16 Pearson Correlation .730**
1 .235**
.386**
.641**
.224**
.467**
.700**
Sig. (2-tailed) .000 .002 .000 .000 .003 .000 .000
X17 Pearson Correlation .447**
.235**
1 -.057 .298**
.311**
.546**
.161*
Sig. (2-tailed) .000 .002 .451 .000 .000 .000 .033
X18 Pearson Correlation .714**
.386**
-.057 1 .662**
.314**
.411**
.553**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .451 .000 .000 .000 .000
X19 Pearson Correlation .863**
.641**
.298**
.662**
1 .274**
.676**
.670**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
X20 Pearson Correlation .569**
.224**
.311**
.314**
.274**
1 .510**
.190*
Sig. (2-tailed) .000 .003 .000 .000 .000 .000 .012
X22 Pearson Correlation .823**
.467**
.546**
.411**
.676**
.510**
1 .544**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
X23 Pearson Correlation .781**
.700**
.161* .553
** .670
** .190
* .544
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .033 .000 .000 .012 .000
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
a. Listwise N=175
178
Hasil Uji Validitas Variabel Perilaku Petani Correlationsa
Perilaku_Petani X24 X25 X26 X27 X28 X29
Perilaku_Petani Pearson Correlation 1 .653** .646** .342** .155* .579** .500**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .040 .000 .000
X24 Pearson Correlation .653** 1 .491** .270** -.110 .335** .297**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .148 .000 .000
X25 Pearson Correlation .646** .491** 1 .281** -.037 .273** .128
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .631 .000 .092
X26 Pearson Correlation .342** .270** .281** 1 -.367** .159* .250**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .035 .001
X27 Pearson Correlation .155* -.110 -.037 -.367** 1 .028 .064
Sig. (2-tailed) .040 .148 .631 .000 .715 .398
X28 Pearson Correlation .579** .335** .273** .159* .028 1 .467**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .035 .715 .000
X29 Pearson Correlation .500** .297** .128 .250** .064 .467** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .092 .001 .398 .000
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
a. Listwise N=175
179
Correlationsa
Perilaku_Petani X30 X31 X32 X33 X34 X35
Perilaku_Petani Pearson Correlation 1 .539** .417** .408** .355** .385** .662**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000
X30 Pearson Correlation .539** 1 .315** .246** -.087 .221** .320**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .001 .250 .003 .000
X31 Pearson Correlation .417** .315** 1 .092 -.128 .219** .160*
Sig. (2-tailed) .000 .000 .228 .091 .004 .035
X32 Pearson Correlation .408** .246** .092 1 -.158* .169* .396**
Sig. (2-tailed) .000 .001 .228 .037 .025 .000
X33 Pearson Correlation .355** -.087 -.128 -.158* 1 .097 .026
Sig. (2-tailed) .000 .250 .091 .037 .201 .731
X34 Pearson Correlation .385** .221** .219** .169* .097 1 .273**
Sig. (2-tailed) .000 .003 .004 .025 .201 .000
X35 Pearson Correlation .662** .320** .160* .396** .026 .273** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .035 .000 .731 .000
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
a. Listwise N=175
180
Lampiran 23. Hasil Uji Reliabilitas Parameter Penelitian
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 175 100.0
Excludeda 0 .0
Total 175 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.568 5
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 175 100.0
Excludeda 0 .0
Total 175 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.842 10
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 175 100.0
Excludeda 0 .0
Total 175 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
181
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.846 7
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 175 100.0
Excludeda 0 .0
Total 175 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.661 12
Biodata Penulis
Aris Lukito. Lahir di Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta pada tanggal 1 Mei 1983. Putra bungsu
dari pasangan Bapak Sabilan Rasyad dan Ibu Nur Hidayati.
Menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Cebongan I
Sleman Yogyakarta tahun 1995, pendidikan menengah di
MTS Pondok Pesantren Modern Islam Assalam (PPMIA)
Solo Jawa Tengah 1998, pendidikan menengah atas di
Sekolah Menengah
Umum (SMU) Negeri 1 Sleman Yogyakarta tahun 2011. Pada tahun 2015
menyelesaikan Program Sarjana (S1) di Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Mengawali pengalaman kerja pada perusahaan swasta yang bergerak di bidang
pertanian dengan komoditas Kelapa Sawit, PT Astra Agro Lestari, Tbk, kemudian
bergabung pada perusahaan produsen benih hibrida Pioneer dalam naungan PT Dupont
Indonesia yang berkonsentrasi pada komoditas jagung dan padi hibrida. Pada saat
penulis melanjutkan jenjang studi S2 di Program Magister Agribisnis Fakultas
Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, penulis bekerja pada Pusat
Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) di Pasuruan Jawa Timur.
top related