masterplan pengembangan kawasan perkebunan berbasis ... tebu... · masterplan pengembangan kawasan...

275
Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu merupakan salah satu dari tujuh komoditas pangan strategis. Tidak berlebihan apabila Pemerintahan Kabinet Kerja (2014-2019) berupaya sekuat tenaga agar swasembada tebu dan gula dapat dicapai secepatnya. Dalam hal ini posisi Jawa Tengah sangat strategis sebagai produsen tebu dan gula terbesar ketiga setelah Jawa Timur dan Lampung. Bagi Jawa Tengah, tebu dan gula juga sangat strategis secara ekonomi karena memberikan nilai tambah cukup tinggi, yaitu lebih dari 2,04% PDRB atau senilai 12.55 Triliun. Agar pembangunan komoditas tebu dan industri pergulaan Provinsi Jawa Tengah dapat lebih terarah pada masa mendatang dan memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat Jawa tengah dan Indonesia, Kementerian Pertanian mengalokasikan dana tugas pembantuan melalui Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah untuk menyusun Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu di Jawa Tengah”. Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah telah membentuk tim yang bertugas menyusun draf master plan termaksud. yang berasal dari yaitu dari Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSE KP), Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP), Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Tengah, Universitas Sebelas Maret (UNS), Badan Perencana Pembangunan Pertanian (Bappeda) Provinsi Jawa Tengah, dan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah. Data dan informasi yang digunakan untuk menyusun Master Plan Tebu tidak hanya berasal dari primer dan data sekunder. Data sekunder berasal dari dokumen-dokumen terkait dengan pembangunan komoditas tebu dan gula, sedangkan data primer diperoleh dari serangkaian hasil diskusi terfokus dan wawancara dengan para pelaku dan para pemangku kepentingan dari tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Pati, Rembang, dan Blora. Berdasarkan hasil analisis data dapat disampaikan beberapa hal penting berikut: Pembahasan tentang industri gula dan swasembada gula selama ini dikonotasikan dengan gula kristal putih (GKP) yang dihasilkan oleh pabrik gula (PG). Untuk konteks Provinsi Jawa Tengah, khususnya Kabupaten Pati, Rembang, dan Blora, industri gula perlu diperluas sehingga mencakup pula gula non Kristal (antara lain gula tumbu, gula awur, gula Kristal, dan gula semut) yang juga dibuat dari nira tebu oleh para pengrajin. Gula non Kristal ini banyak diserap oleh industri makanan dan olahan. Urgensi memasukkan gula non Kristal dalam industri gula adalah karena industri ini melibatkan sejumlah besar pengrajin gula yang merupakan pengusaha mikro dan kecil. Menurut data, pada tahun 2013 di jawa Tengah gula non Kristal melibatkan 10.206 rumah tangga perajin. Ditemukan tiga akar permasalahan pergulaan, yaitu: penyakit industrial (industrial sickness) yang kronis, kerentanan industri gula oleh adanya ancaman, dan peningkatan dan diferensiasi kebutuhan gula, Strategi pengembangan industri gula yang berkelanjutan perlu diarahkan kepada RINGKASAN EKSEKUTIF

Upload: dinhtruc

Post on 06-Mar-2019

571 views

Category:

Documents


73 download

TRANSCRIPT

Page 1: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i

Tebu merupakan salah satu dari tujuh komoditas pangan strategis.Tidak berlebihan apabila Pemerintahan Kabinet Kerja (2014-2019) berupayasekuat tenaga agar swasembada tebu dan gula dapat dicapai secepatnya.Dalam hal ini posisi Jawa Tengah sangat strategis sebagai produsen tebu dangula terbesar ketiga setelah Jawa Timur dan Lampung. Bagi Jawa Tengah,tebu dan gula juga sangat strategis secara ekonomi karena memberikan nilaitambah cukup tinggi, yaitu lebih dari 2,04% PDRB atau senilai 12.55 Triliun.

Agar pembangunan komoditas tebu dan industri pergulaan ProvinsiJawa Tengah dapat lebih terarah pada masa mendatang dan memberikanmanfaat yang lebih besar bagi masyarakat Jawa tengah dan Indonesia,Kementerian Pertanian mengalokasikan dana tugas pembantuan melalui DinasPerkebunan Provinsi Jawa Tengah untuk menyusun “MasterplanPengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu diJawa Tengah”.

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah telah membentuk tim yangbertugas menyusun draf master plan termaksud. yang berasal dari yaitu dariPusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSE KP), Balai Besar LitbangSumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP), Balai Pengkajian Teknologi Pertanian(BPTP) Jawa Tengah, Universitas Sebelas Maret (UNS), Badan PerencanaPembangunan Pertanian (Bappeda) Provinsi Jawa Tengah, dan DinasPerkebunan Provinsi Jawa Tengah.

Data dan informasi yang digunakan untuk menyusun Master Plan Tebutidak hanya berasal dari primer dan data sekunder. Data sekunder berasal daridokumen-dokumen terkait dengan pembangunan komoditas tebu dan gula,sedangkan data primer diperoleh dari serangkaian hasil diskusi terfokus danwawancara dengan para pelaku dan para pemangku kepentingan dari tigakabupaten, yaitu Kabupaten Pati, Rembang, dan Blora.

Berdasarkan hasil analisis data dapat disampaikan beberapa halpenting berikut:

Pembahasan tentang industri gula dan swasembada gula selama inidikonotasikan dengan gula kristal putih (GKP) yang dihasilkan oleh pabrik gula(PG). Untuk konteks Provinsi Jawa Tengah, khususnya Kabupaten Pati,Rembang, dan Blora, industri gula perlu diperluas sehingga mencakup pulagula non Kristal (antara lain gula tumbu, gula awur, gula Kristal, dan gulasemut) yang juga dibuat dari nira tebu oleh para pengrajin. Gula non Kristalini banyak diserap oleh industri makanan dan olahan.

Urgensi memasukkan gula non Kristal dalam industri gula adalahkarena industri ini melibatkan sejumlah besar pengrajin gula yang merupakanpengusaha mikro dan kecil. Menurut data, pada tahun 2013 di jawa Tengahgula non Kristal melibatkan 10.206 rumah tangga perajin.

Ditemukan tiga akar permasalahan pergulaan, yaitu: penyakit industrial(industrial sickness) yang kronis, kerentanan industri gula oleh adanyaancaman, dan peningkatan dan diferensiasi kebutuhan gula, Strategipengembangan industri gula yang berkelanjutan perlu diarahkan kepada

RINGKASAN EKSEKUTIF

Page 2: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengahii

penguatan dan perbaikan tiga pilar industri gula yang harus terintegrasisecara baik, yaitu; (i) usaha perkebunan tebu oleh PR/PBS/PBN sebagaipenyedia material industri, (ii) industri gula yang merubah tebu menjadi gula,dan (ii) inovasi teknologi budidaya dan teknologi industri. Untuk itu, kebijakanyang komprehensif sangat diperlukan untuk menjamin agar tiga pilar tersebutdapat operasional di lapangan.

Kebijakan jangka panjang agar terbangun industri pergulaan tangguhdan integrated sangat penting. Pembangunan industri perlu diarahkan agarkonsisten dengan perubahan pasar dan lingkungan strategis yang dirancangdalam peta jalan (road map) pembangunan industri gula jangka panjang.Setiap kebijakan juga harus selalu memperhatikan kepentingan petani,pengusaha PG, dan konsumen gula. Selain itu kemampuan keuangan negaraserta kesehatan perekonomian makro secara adil dan berimbang juga perludipertimbangkan.

Agar kebijakan tersebut dapat implementatif, maka perlu dirancangprogram-program yang selanjutnya dijabarkan dalam rencana aksi. Programtersebut menyangkut program revitalisasi usaha perkebunan tebu, programrestrukturisasi dan rehabilitasi pabrik gula, serta program regulasi yangpromotif.

Program-program tersebut dibagi menjadi sub-sub program agar dapatdilaksanakan sebagai dasar penyusunan rencana aksi. Rencana aksiseyogyanya dijalan secara terintegrasi berdasarkan sistem agribisnispergulaan yang terdiri atas Subsistem Hulu, Subsistem Budidaya, SubsistemHilir, dan Subsistem Pendukung.

Page 3: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah iii

Pemerintah telah menetapkan tujuh komoditas pangan strategis, yaitu padi,jagung, kedelai, cabe merah, bawang merah, daging sapi/kerbau, dan gula.Pemerintahan Kabinet Kerja (2014-2019) berupaya sekuat tenaga agar swasembadaketujuh komoditas pangan strategis tersebut dapat dicapai secepatnya.

Jawa Tengah tercatat sebagai produsen tebu dan gula terbesar tiga setelahJawa Timur dan Lampung. Berdasarkan analisis tabel input-output Jawa Tengahtahun 2013 nilai tambah brutto komoditas tebu dan industri gula memberikankontribusi sebesar 2,04% atau senilai 12,55 triliun terhadap PDRB Jawa Tengah. Halini mengindikasikan pentingnya nilai ekonomi komoditas tebu ini bagi masyarakatJawa Tengah. Nilai strategi sini mendorong Kementerian Pertanian untuk

mengalokasikan dana melalui Tugas Pembantuan bagi Provinsi Jawa Tengah untukmenyusun Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis KomoditasTebu.

Sebagai tindaklanjut untuk menyusun Masterplan Pengembangan Tebu, DinasPerkebunan Provinsi Jawa Tengah telah membentuk tim yang bertugas menyusunmasterplan dimaksud. Tim tersebut sangat berkompeten karena dipilih darilembaga-lembaga yang kredibel, yaitu dari Pusat Sosial Ekonomi dan KebijakanPertanian (PSE KP), Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP),Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Tengah, Universitas SebelasMaret (UNS), Badan Perencana Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi JawaTengah, dan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah.

Data dan informasi yang digunakan untuk menyusunan Masterplan Tebuberasal dari data sekunder, tetapi juga berasal dari data primer. Data sekunderbersumber dari hasil kajian berbagai instansi dan data statistik BPS. Data primerdikumpulkan dari serangkaian hasil diskusi terfokus dan wawancara dengan parapelaku dan para pemangku kepentingan ditingkat pusat, provinsi dan tigakabupaten, yaitu Kabupaten Pati, Rembang, dan Blora. Masterplan ini nantinya

KATA PENGANTAR

Page 4: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengahiv

diharapkan dapat menjadi dasar penyusunan program pengembangan komoditastebu dan upaya peningkatan kinerja industri gula di Jawa Tengah, khususnya diKabupaten Pati, Rembang, dan Blora.

Kami menyadari bahwa Masterplan ini masih memerlukan penyempurnaan.Untuk itu kami mengundang berbagai pihak terkait untuk mencermati Masterplan iniserta memberikan saran dan masukan guna penyempurnaannya.

Ungaran, 30 November 2015Kepala Dinas Perkebunan

Provinsi Jawa Tengah,

Ir.YUNI ASTUTI, MMAPembina Utama Madya

NIP. 196206211987092001

Page 5: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah v

Halaman

RINGKASAN EKSEKUTIF .......................................................................................... iKATA PENGANTAR ................................................................................................... iiiDAFTAR ISI ................................................................................................................ vDAFTAR TABEL ....................................................................................................... viiiDAFTAR GAMBAR................................................................................................... xiiiBAB I. PENDAHULUAN...................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .............................................................................11.2. Maksud dan Tujuan ......................................................................21.3. Output.........................................................................................21.4. Sasaran .......................................................................................31.5. Ruang Lingkup .............................................................................4

BAB II. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PENGEMBANGANKAWASAN PERKEBUNAN BERBASIS KOMODITAS TEBUPROVINSI JAWA TENGAH................................................................... 6

2.1. Cakupan Lokasi ............................................................................62.2. Visi dan Misi Pengembangan Kawasan Berbasis Komoditas Tebu.....62.3. Tujuan dan Sasaran Pengembangan Kawasan Berbasis

Komoditas Tebu ......................................................................... 18BAB III.TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR PENGEMBANGAN

KAWASAN PERKEBUNANBERBASIS KOMODITAS TEBU ........... 243.1. Tantangan dan Permasalahan Pengembangan Kawasan

Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu ......................................... 243.2. Landasan Teori Pengembangan Kawasan Berbasis Komoditas ....... 293.3. Tinjauan Pustaka Pengembangan Kawasan Berbasis

Komoditas Tebu ......................................................................... 363.4. Kerangka Pemikiran Penyusunan Masterplan, Road Map dan

Rencana Aksi Pengembangan Kawasan Perkebunan BerbasisKomoditas Tebu ......................................................................... 45

BAB IV. METODE PENELITIAN / KAJIAN ...................................................... 524.1. Jenis dan Sumber Data............................................................... 524.2. Metode Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis Data.................... 544.3. Metode Pendekatan dan Pelaksanaan Kajian ................................ 624.4. Metode Penyusunan Strategi dan Rencana Aksi Pengembangan

Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu ........................... 64

DAFTAR ISI

Page 6: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengahvi

Halaman

5.1. Kondisi Umum Wilayah Lokasi Pengembangan KawasanBerbasis Komoditas Tebu............................................................ 67

BAB V. POTENSI PENGEMBANGAN KAWASAN PERKEBUNAN BERBASISKOMODITAS TEBU PROVINSI JAWA TENGAH ............................. 67

5.2. Kondisi Agroekologis dan Lingkungan Wilayah LokasiPengembangan Kawasan Berbasis Komoditas Tebu ...................... 75

5.3. Kondisi Wilayah dari Sisi Gangguan Produksi yang DapatMenghambat Pengembangan Kawasan Berbasis Komoditas Tebu.. 94

5.4. Kondisi Kependudukan dan Sosial Budaya Wilayah LokasiPengembangan Kawasan Berbasis Komoditas Tebu .................... 100

5.5. Kondisi Kelembagaan Pendukung Pada Wilayah LokasiPengembangan Kawasan Berbasis Komoditas Tebu .................... 116

5.6. Kondisi Prasarana dan Sarana Wilayah Lokasi PengembanganKawasan Berbasis Komoditas Tebu............................................ 122

5.7. Kondisi Ekonomi dan Perekonomian Wilayah LokasiPengembangan Kawasan Berbasis Komoditas Tebu .................... 144

5.7.2. Kontribusi Komoditas Tebu dalam Perekonomian Wilayah Provinsidan Kabupaten Lokasi Pengembangan Kawasan BerbasisKomoditas Tebu di Provinsi Jawa Tengah................................... 149

5.8. Kondisi Konsumsi dan Perdagangan Komoditas Tebu WilayahLokasi Pengembangan Kawasan Berbasis Komoditas Tebu.......... 160

5.9. Kondisi Teknis dan Teknologis Pengembangan KawasanBerbasis Komoditas Tebu......................................................... 171

5.10. Kondisi Sumber Daya Manusia Pendukung PengembanganKawasan Berbasis Komoditas Tebu............................................ 174

5.11. Kondisi Dan Implementasi Kebijakan PendukungPengembangan Kawasan Berbasis Komoditas Tebu .................... 176

5.12. Gambaran Umum Perkembangan Perkebunan Komoditas TebuPada Wilayah Lokasi PengembanganKawasan BerbasisKomoditas Tebu ....................................................................... 182

6.1. Analisis Ketersediaan dan Kesesuaian Lahan serta Agroklimat untukPengembangan Kawasan dan Perluasan Areal............................ 195

BAB VI. POTENSI PENGEMBANGAN KAWASAN PERKEBUNAN BERBASISKOMODITAS TEBU ............................................................................ 195

6.2. Analisis Kependudukan, Ketenagakerjaan dan Sosial Budaya....... 1976.3. Analisis Struktur Organisasi dan Kelembagaan Pengembangan

Kawasan.................................................................................. 199

Page 7: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah vii

Halaman

6.4. Analisis Kebutuhan Prasarana dan Sarana PengembanganKawasan.................................................................................. 201

6.5. Analisis Konsumsi, Pengolahan dan Perdagangan HasilPengembangan Kawasan .......................................................... 204

6.6. Analisis Ekonomi dan Perekonomian Pengembangan Kawasan .... 2126.7. Analisis Kebutuhan Teknis dan Teknologi Pengembangan

Kawasan Pertanian ................................................................... 2176.8. Analisis Kebutuhan Sumber Daya Manusia Pendukung

Pengembangan Kawasan .......................................................... 2226.9. Analisis Kebijakan dan Kebutuhan Dukungan Peraturan

Pendukung Pengembangan Kawasan......................................... 2246.10. Analisis Manajemen Budidaya dan Pengembangan ..................... 2266.11. Analisis Pelaku dan Peran Pemangku Kepentingan...................... 2286.12. Analisis Model dan Detil Desain Rencana Pengembangan

Kawasan.................................................................................. 229BAB VII. ROAD MAP DAN RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KAWASAN

PERKEBUNAN KOMODITAS TEBU ................................................. 2347.1. Strategi Pengembangan............................................................ 2347.2. Program Pengembangan........................................................... 2417.3. Rencana Aksi Pengembangan.................................................... 249

BAB VIII. KESIMPULAN DAN SARAN PENGEMBANGAN KAWASANPERKEBUNAN KOMODITAS TEBU ................................................. 255

8.1. Kesimpulan .............................................................................. 2558.2. Saran ...................................................................................... 256

BAB IX. DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 258

Page 8: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengahviii

Halaman

Tabel 2.1. Cakupan Wilayah dan Lokasi Pengembangan Kawasan PerkebunanBerbasis Komoditas Tebu..................................................................6

Tabel 2.2. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Pengembangan KawasanPerkebunan Berbasis Komoditas Tebu Provinsi Jawa Tengah ............ 20

Tabel 3.1. Pelaksanaan Kegiatan Bongkar Ratoon di Pati dan Blora 2013-2014 .... 42Tabel 3.2. Pelaksanaan Kegiatan Rawat Ratoon di Rembang dan

Blora 2013-2014............................................................................. 43Tabel 3.3. Perkembangan Perbaikan Komponen Pendukung Produksi Tebu

di Kabupaten Pati, 2006-2014 ......................................................... 44Tabel 3.4. Perkembangan Perbaikan Komponen Pendukung Produksi Tebu

di Kabupaten Rembang, 2006-2014................................................. 44Tabel 3.5. Perkembangan Perbaikan Komponen Pendukung Produksi Tebu

di Kabupaten Blora, 2006-2014 ....................................................... 45Tabel 4.1. Jenis dan Sumber Data................................................................... 52Tabel 4.2. Metode Analisis Data dan Informasi................................................. 54Tabel 4.3. Jadwal Palang Pelaksanaan Kegiatan Penyusunan Masterplan

Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas TebuProvinsi Jawa Tengah ..................................................................... 63

Tabel 5.1. Batas Administrasi Wilayah Kabupaten Kawasan PerkebunanBerbasis Komoditas Tebu Provinsi Jawa Tengah. .............................. 68

Tabel 5.2. Pembagian Administrasi Wilayah Kabupaten Kawasan PerkebunanBerbasis Komoditas Tebu Provinsi Jawa Tengah. .............................. 70

Tabel 5.3. Jenis Tanah dan Penyebarannya di Kabupaten Pati, Rembangdan Blora....................................................................................... 72

Tabel 5.4. Sebaran Kemiringan Lahan di Kabupaten Pati, Rembang dan Blora .. 74Tabel 5.5. Luas Penggunaan Lahan Sawah dan Bukan Sawah di Lokasi

Kawasan Tebu Tahun 2010 (Ha) ..................................................... 75Tabel 5.6. Luas Penggunaan Lahan Bukan Sawah di Lokasi Kawasan Tebu

Tahun 2010 (Ha)............................................................................ 76Tabel 5.7. Suhu Udara Rata-rata Menurut Stasiun Pengamatan Suhu

di Jawa Tengah Tahun 2010-Juni 2014 (°C)..................................... 78

DAFTAR TABEL

Page 9: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah ix

Halaman

Tabel 5.8. Wilayah Hujan di kawasan perkebunan tebu ..................................... 79Tabel 5.9. Wilayah hujan di Kabupaten Pati, Rembang dan Blora ....................... 80Tabel 5.10. Hari Hujan di Kabupaten Pati Tahun 2011........................................ 82Tabel 5.11. Curah Hujan di Kabupaten Pati Tahun 2011 (mm)............................ 82Tabel 5-12. Banyaknya Curah Hujan Menurut Bulan di Kabupaten Rembang

Th 2013 (mm) ............................................................................... 83Tabel 5.13. Banyaknya Hari Hujan Menurut Bulan di Kabupaten Rembang

Th 2013......................................................................................... 83Tabel 5.14. Banyaknya Hari Hujan Menurut Bulan di Kabupaten Blora Th 2013.... 84Tabel 5.15. Banyaknya Curah Hujan Menurut Bulan di Kabupaten Blora,

Th 2013 (mm) ............................................................................... 84Tabel 5.16. Luas Areal Kawasan Tebu Kabupaten Pati ........................................ 89Tabel 5.17. Luas Areal Kawasan Tebu Kabupaten Rembang ............................... 91Tabel 5.18. Luas Areal Kawasan Tebu Kabupaten Blora ...................................... 93Tabel 5.19. Perkembangan Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja

Menurut Lapangan Pekerjaan Utama di Jawa Tengah dan WilayahKawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu 2008 - 2014 .......... 104

Tabel.5.20. Rata-Rata Luas Lahan yang Dikuasai Rumah Tangga UsahaPertanian Menurut Kabupaten/Kota dan Penggunaan Lahanpada Tahun 2013 (m2) ................................................................. 110

Tabel.5.21. Jumlah Usaha Perkebunan menurut Kabupaten/Kotadan Unit Usaha, 2013 ................................................................... 111

Tabel. 5.22.Jumlah Rumah Tangga Usaha Perkebunan MenurutKabupaten/Kota dan Jenis Tanaman, 2013 .................................... 111

Tabel.5.23. Jumlah Rumah Tangga Perkebunan yang BerusahataniBerdasar Jenis Tanaman yang Dikelola .......................................... 112

Tabel 5.24. Jumlah Kelembagaan Kelompok Tani ............................................. 116Tabel 5.25. Daftar rincian Koperasi Petani Tebu Rakyat (KPTR) dan APTRI

(Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia) Jawa Tengah Tahun 2015. 117Tabel 5.26. Jumlah Perusahaan Perkebunan, Industri dan Perdagangan

Komoditas Tebu 2014................................................................... 118Tabel 5.27. Hasil analisis penentuan harga pokok dan harga jual pada industri

benih tebu asal bud chips di Kabupaten Rembang 2014.................. 121Tabel 5.28. Kebutuhan Pasokan Air pada Wilayah Kecamatan yang Curah

Hujannya Rendah (<2000 mm/tahun) ........................................... 123

Page 10: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengahx

Halaman

Tabel 5.29. Luas Lahan Sawah yang Harus diamankan Untuk MendukungKetahanan Pangan dan Produksi Pangan di Kabupaten Pati ............ 128

Tabel 5.30. Luas Lahan Sawah yang Harus diamankan untuk MendukungKetahanan Pangan dan Produksi Pangan di Kabupaten Rembang .... 129

Tabel 5.31. Luas Lahan Sawah yang Harus diamankan untuk MendukungKetahanan Pangan Produksi Pangan di Kabupaten Blora ................. 129

Tabel 5.32. Potensi Pengembangan Industri Benih Tebu pertahun ................... 136Tabel 5.33. Rekapitulasi Alat dan Mesin Pertebuan (unit) di Kawasan Tebu

Tahun 2012-2014......................................................................... 138Tabel 5.34. Keragaan PG Pakis Baru. Pati ........................................................ 139Tabel 5.35. Keragaan PG Trangkil. Pati............................................................ 139Tabel 5.36. Keragaan PG Rendeng. Kudus....................................................... 140Tabel 5.37. Keragaan PG Gendis Multi Manis. Blora .......................................... 140Tabel 5.38. Perkembangan Jalan Menurut Kelas dan Keadaan .......................... 141Tabel 5.39. Peranan PDRB Provinsi Jawa Tengah Menurut Lapangan Usaha

(persen). 2010-2014..................................................................... 144Tabel 5.40. Laju Pertumbuhan Riil PDRB Provinsi Jawa Tengah Menurut

Lapangan Usaha (persen). 2011-2014 ........................................... 146Tabel 5.41. Peranan Lapangan Usaha terhadap PDRB Kategori Pertanian.

Kehutanan dan Perikanan (Persen). 2010-2014.............................. 147Tabel 5.42. Peranan Lapangan Usaha terhadap PDRB Kabupaten Blora.

Rembang dan Pati Kategori Pertanian, Kehutanan danPerikanan (%). 2003 dan 2013 ..................................................... 148

Tabel 5.43. Perkembangan Pinjaman Menurut Sektor Provinsi Jawa TengahTahun 2010 - 2014....................................................................... 151

Tabel 5.44. Perkembangan Pinjaman Menurut Sektor Kabupaten BloraTahun 2010 - 2014....................................................................... 153

Tabel 5.45. Perkembangan Pinjaman Menurut Sektor Kabupaten RembangTahun 2010 - 2014....................................................................... 154

Tabel 5.46. Perkembangan Pinjaman Menunurut Sektor Kabupaten Pati Tahun2010 - 2014 ................................................................................. 156

Tabel 5.47. PDRB Per Kapita Menurut Lapangan Usaha (Juta Rp).2010-2014 ................................................................................... 160

Tabel 5.48. Perkembangan Neraca Gula Tebu Jawa Tengah2010 – 2013 (Ton) ....................................................................... 161

Tabel 5.49. Alternatif Pemasaran Tebu Petani .................................................. 163

Page 11: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah xi

Halaman

Tabel 5.50.Tingkat Keuntungan Kompetitif Tebu vs Pola Tanam KompetitorBerdasarkan Pola Penjualan di Kabupaten Blora. 2010.................... 165

Tabel 5.51. Proyeksi Produksi dan Konsumsi Rumah Tangga Langsung GulaIndonesia Tahun 2014 - 2019 ....................................................... 168

Tabel 5.52. Analisis Harga Pokok dan Keuntungan Usaha Gula Merahdi Kab. Rembang 2014 (Satu Unit /Periode Produksi) ..................... 169

Tabel 5.53. Tingkat Penerapan Teknologi pada Usahatani Tebu (%) ................. 172Tabel 5.54. Faktor Penentu Adopsi Teknologi pada Usahatani Tebu .................. 172Tabel 5.55. Kebutuhan dan Peluang Inovasi. ................................................... 174Tabel 5.56. Jumlah Petugas yang Menangani Penyuluhan................................. 175Tabel 5.57. Indikator Kinerja Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah

yang Mengacu Tujuan dan Sasaran RPJMD.................................... 179Tabel 5.58. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Pelayanan Dinas Perkebunan

Provinsi Jawa Tengah ................................................................... 179Tabel 5.59. Luas Areal dan Produktivitas dan Produksi Tebu Menurut

Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2013 ................................ 184Tabel 5.60. Luas Areal dan Produktivitas dan Produksi Tebu Menurut

Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2014 ................................ 186Tabel 5.61. Luas Areal, Produktivitas dan Produksi Tebu Menurut Kecamatan

di Kabupaten Pati Tahun 2013 ...................................................... 187Tabel 5.62. Luas Areal, Produktivitas dan Produksi Tebu Menurut Kecamatan

di Kabupaten Pati Tahun 2014 ...................................................... 188Tabel 5.63 Luas Areal, Produktivitas dan Produksi Tebu Menurut Kecamatan

di Kabupaten Rembang Tahun 2013.............................................. 190Tabel 5.64 Luas Areal, Produktivitas dan Produksi Tebu Menurut Kecamatan

di Kabupaten Rembang Tahun 2014.............................................. 191Tabel 5.65. Luas Areal, Produktivitas dan Produksi Tebu Menurut Kecamatan

di Kabupaten Blora Tahun 2013 .................................................... 192Tabel 5.66. Luas Areal. Produktivitas dan Produksi Tebu Menurut Kecamatan

di Kabupaten Blora Tahun 2014 .................................................... 193Tabel 6.1. Perbedaan Penggunaan Bibit Asal Bud Chips VS Bagal

dalam Budidaya Tebu ................................................................... 203Tabel 6.2. Peringkat 10 sektor menurut Nilai Ekspor dan Impor Terbesar

di Jawa Tengah Berdasarkan Tabel Input OutputTahun 2013 (Triliun Rupiah) ......................................................... 213

Page 12: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengahxii

Halaman

Tabel 6.3. Koefisien Daya Penyebaran dan Derajat Kepekaan Sektor EkonomiTebu dan Industri Gula Berdasarkan Tabel I-OJawa Tengah Tahun 2013............................................................. 214

Tabel 6.4. Hasil Identifikasi Permasalahan Dan Kebutuhan InovasiPada Usahatani Tebu Kabupaten Rembang Tahun 2012 ................ 218

Tabel 6.5. Issue Penting, Inovasi Yang Diperlukan, Serta KegiatanUntuk Mengatasi Permasalahan Aktual Industri Tebu Dan Gula ....... 221

Tabel 6.6. Pelaku/lembaga dan perannya pada masing-masing subsistemagribisnis tebu dan gula................................................................ 228

Tabel 7.1. Hasil Analisis Sasaran Luas Tanaman Tebu di Kabupaten Pati,Rembang dan Blora tahun 2016-2020............................................ 242

Tabel 7.2. Hasil Analisis Sasaran Produksi Tebu di Kabupaten Pati,Rembang dan Blora tahun 2016-2020............................................ 242

Tabel 7.3. Hasil Analisis Hasil Analisis Kebutuhan Sarana Tebu diKabupaten Pati, Rembang dan Blora tahun 2016-2020 ................... 244

Tabel 7.4. Pentahapan Pelaksanaan Rencana Aksi PengembanganKawasan Tebu ............................................................................. 252

Page 13: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah xiii

Halaman

Gambar 3-1. Konsep Implementasi Pengembangan Kawasan Komoditas UnggulanPada Lingkup Satu Kabupaten/Kota (Setiyanto, et al., 2012)........... 31

Gambar 3-2. Konsep Implementasi Keterkaitan dan Kerjasama Lintas KawasanDalam Pengembangan Kawasan Komoditas Unggulan LingkupProvinsi dan Nasional (Setiyanto, et al., 2012) ............................... 34

Gambar 5-1. Lokasi Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Tebu............ 69Gambar 5-3. Peta Jenis Tanah Kabupaten Pati, Rembang dan Blora.................... 72Gambar 5-4. Peta Kemiringan Lereng Kabupaten Pati, Rembang dan Blora.......... 74Gambar 5-5. Peta Sebaran Lokasi Eksisting Lahan Perkebunan Tebu Kabupaten

Pati tahun 2014............................................................................ 76Gambar 5-6. Peta Sebaran Lokasi Eksisting Lahan Perkebunan Tebu Kabupaten

Rembang Tahun 2014 .................................................................. 77Gambar 5-7. Peta Sebaran Lokasi Eksisting Lahan Perkebunan Tebu Kabupaten

Blora Tahun 2014......................................................................... 77Gambar 5-9. Perkembangan curah hujan (kiri) dan hari hujan (kanan)

di Rembang, 1995-2013 ............................................................... 81Gambar 5-10. Perkembangan curah hujan (kiri) dan hari hujan (kanan)

di blora, 1995-2013 ...................................................................... 81Gambar 5-11. Peta Potensi Ekstensifikasi Pengembangan Perkebunan Tebu

Kabupaten Pati............................................................................. 90Gambar 5-12. Peta Potensi Ekstensifikasi Pengembangan Perkebunan Tebu

Kabupaten Rembang .................................................................... 92Gambar 5-13. Peta Potensi Ekstensifikasi Pengembangan Perkebunan Tebu

Kabupaten Blora........................................................................... 94Gambar 5-14. Perkembangan Jumlah Penduduk Jawa Tengah dan Wilayah

Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu 2008 – 2014........ 101Gambar 5-15. Perkembangan Tingkat Kepadatan Penduduk Jawa Tengah

dan Wilayah Kawasan Perkebunan Berbasis KomoditasTebu 2008 - 2014....................................................................... 102

Gambar 5-16. Perkembangan Jumlah Angkatan Kerja Jawa Tengah dan WilayahKawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu 2007 – 2013........ 102

Gambar 5-17. Perkembangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Jawa Tengahdan Wilayah Kawasan Perkebunan Berbasis KomoditasTebu 2007 – 2013...................................................................... 103

DAFTAR GAMBAR

Page 14: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengahxiv

Halaman

Gambar 5-18. Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka Jawa Tengah danWilayah Kawasan Perkebunan Berbasis KomoditasTebu 2007 – 2013...................................................................... 104

Gambar 5-19. Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin Jawa Tengah dan WilayahKawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu 2004 - 2013 ........ 105

Gambar5-20. Perkembangan Tingkat Kedalaman Kemiskinan Jawa Tengah danWilayah Kawasan Perkebunan Berbasis KomoditasTebu 2004 - 2013....................................................................... 106

Gambar 5-21. Perkembangan Tingkat Keparahan Kemiskinan Jawa Tengah danWilayah Kawasan Perkebunan Berbasis KomoditasTebu 2004 – 2013...................................................................... 107

Gambar 5-22. Perkembangan Indek Gini Jawa Tengah dan Wilayah KawasanPerkebunan Berbasis Komoditas Tebu 2004 - 2013 ...................... 108

Gambar 5-23. Perkembangan Indek Pembangunan Manusia Jawa Tengah danWilayah Kawasan Perkebunan Berbasis KomoditasTebu 2004 - 2013....................................................................... 109

Gambar 5-24. Curah hujan rata-rata tahunan kecamatan (dalam mm/tahun)di Kab. Pati. Rata-rata kabupaten 2.734 mm/tahun. Kebutuhanair irigasi untuk tanaman tebu diasumsikan dapat terpenuhibila curah hujan rata-rata tahunan ≥ 2000 mm/tahun. ................. 126

Gambar 5-25. Curah hujan rata-rata tahunan kecamatan (dalam mm/tahun)di Kab. Rembang. Rata-rata kabupaten 1.587 mm/tahun.Kebutuhan air irigasi untuk tanaman tebu diasumsikandapat terpenuhi bila curah hujan rata-rata tahunan≥ 2000 mm/tahun...................................................................... 127

Gambar 5-26.Curah hujan rata-rata tahunan kecamatan (dalam mm/tahun)di Kab. Blora. Rata-rata kabupaten 1.775 mm/tahun.KecamatanKradenan dan Banjarejo tidak tersedia data. Kebutuhan air irigasiuntuk tanaman tebu diasumsikan dapat terpenuhi bila curah hujanrata-rata tahunan ≥ 2000 mm/tahun........................................... 127

Gambar 5-27. Perkembangan harga gula di Jawa Tengah Periode Januari 2006hingga Oktober 2015.................................................................. 150

Gambar 5-28. Peta Produksi Tebu Kabupaten Pati, Rembang dan BloraTahun 2013 ............................................................................... 185

Gambar 5-29. Peta Produksi Tebu Kabupaten Pati, Rembang dan BloraTahun 2014 ............................................................................... 187

Gambar 5-30. Peta Produksi Tebu Kabupaten Pati Tahun 2013 ........................... 188Gambar 5-31. Peta Produksi Tebu Kabupaten Pati Tahun 2014 ........................... 189Gambar 5-32. Peta Produksi Tebu Kabupaten Rembang Tahun 2013 .................. 190

Page 15: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah xv

Halaman

Gambar 5-33. Peta Produksi Tebu Kabupaten Rembang Tahun 2014 .................. 191Gambar 5-34. Peta Produksi Tebu Kabupaten Blora Tahun 2013......................... 193Gambar 5-35. Peta Produksi Tebu Kabupaten Blora Tahun 2014......................... 194

Page 16: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengahxvi

Halaman sengaja dikosongkan

Page 17: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 1

1.1. Latar Belakang

Gula merupakan salah satu komoditas unggulan strategis nasional dantanaman perkebunan tebu sebagai penghasil gula merupakan salah satukomoditas unggulan Provinsi Jawa Tengah dan Nasional. Provinsi JawaTengah merupakan penghasil gula terbesar ketiga setelah Jawa Timur danLampung. Kementerian Pertanian RI telah menetapkan salah satu kebijakanoperasional pembangunan pertanian melalui pendekatan kawasan,sebagaimana dituangkan dalam Permentan 50/2012, tentang PedomanPengembangan Kawasan Pertanian, dan Kepmentan No. 46/2015,tentangPenetapan Lokasi Kawasan Perkebunan Nasional.

Berdasarkan Permentan No. 50/2012, secara garis besar implementasipengembangan kawasan pertanian dapat dibagi kedalam tahap: perencanaan,pelaksanaan dan pelaporan dengan urutan tahapan sebagai berikut: (1)pembentukan organisasi pelaksana, (2) penentuan komoditas, (3) penentuanlokasi kawasan kabupaten/kota, (4) penyusunan Masterplan pengembangankawasan, (5) penyusunan rencana aksi pengembangan kawasan, (6)sinkronisasi rencana pengembangan kawasan lingkup provinsi, (7) sinkronisasi

rencana pengembangan kawasan lingkup Eselon I Kementerian Pertanian RI,(8) pelaksanaan kegiatan pengembangan kawasan, (9) monev dan pelaporandan (10) penyusunan database pengembangan kawasan. BerdasarkanKepmentan No. 46/2015 setiap daerah yang ditetapkan sebagai lokasikawasan pertanian wajib menyusun Masterplan dan Rencana AksiPengembangan Kawasan Pertanian.

Berdasarkan uraian di atas, penyusunan Masterplan dan rencana aksiPengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu di ProvinsiJawa Tengah merupakan suatu kebutuhan penting dan mendesak untukdilakukan. Penyusunan dokumen Masterplan dan rencana aksi ini bernilaisangat strategis karena akan digunakan sebagai landasan operasional danmemandu dalam pentahapan pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan

BAB I. PENDAHULUAN

Page 18: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah2

pertanian dalam rangka mencapai keberhasilan pengembangan ekonomiwilayah dan nasional pada subsektor perkebunan khususnya komoditas tebu.

1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud Kegiatan ini adalah untuk menyusun dokumen perencanaanberupa Penyusunan Masterplan Pengembangan Kawasan PerkebunanBerbasis Komoditas Tebu di Provinsi Jawa Tengah. Adapun tujuan dari

kegiatan ini adalah untuk :1. Melakukan inventarisasi data dan informasi potensi sumberdaya dan

peluang pengembangan agribisnis dalam pengembangan kawasanperkebunan berbasis komoditas tebu di Provinsi Jawa Tengah;

2. Menganalisis potensi sumberdaya dan peluang pengembangan agribisnisdalam pengembangan kawasan perkebunan berbasis komoditas tebu diProvinsi Jawa Tengah;

3. Menyusun peta potensi sumberdaya, peluang dan wilayah pengembangankawasan kawasan perkebunan berbasis tebu di Provinsi Jawa Tengah;

4. Menyusun perencanaan pengembangan kawasan perkebunan berbasiskomoditas tebu di Provinsi Jawa Tengah;

5. Menyusun dokumen masterplan, roadmap dan rencana aksipengembangan kawasan perkebunan berbasis komoditas tebu di ProvinsiJawa Tengah.

1.3. Output

Output atau hasil yang diharapkan dari kegiatan kajian PenyusunanMasterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu diProvinsi Jawa Tengah adalah:1. Hasil inventarisasi data dan informasi potensi sumberdaya dan peluang

pengembangan agribisnis dalam pengembangan kawasan perkebunanberbasis komoditas tebu di Provinsi Jawa Tengah;

Page 19: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 3

2. Hasil analisis potensi sumberdaya dan peluang pengembangan agribisnisdalam pengembangan kawasan perkebunan berbasis komoditas tebu diProvinsi Jawa Tengah;

3. Peta potensi sumberdaya, peluang dan wilayah pengembangan kawasankawasan perkebunan berbasis tebu di Provinsi Jawa Tengah;

4. Rencana pengembangan kawasan perkebunan berbasis komoditas tebudi Provinsi Jawa Tengah;

5. Dokumen masterplan, roadmap dan rencana aksi pengembangankawasan perkebunan berbasis komoditas tebu di Provinsi Jawa Tengah.

1.4. Sasaran

Sasaran kegiatan terdiri dari:1. Tersedianya landasan operasional dan panduan dalam pentahapan

pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan dalam rangka mencapaikeberhasilan pengembangan ekonomi wilayah dan nasional umumnyapada subsektor perkebunan dan khususnya komoditas tebu di ProvinsiJawa Tengah;

2. Tersedianya dukungan perencanaan wilayah dalam penyelenggaraanprogram dan kegiatan pembangunan pertanian yang terkait denganpencapaian target dan perlindungan lahan berkelanjutan bagi komoditasstrategis nasional guna mewujudkan ketahanan pangan, peningkatan nilaitambah, daya saing dan ekspor serta peningkatan kesejahteraan petaniberbasis komoditas tebu khususnya di Provinsi Jawa Tengah;

3. Terumuskannya instrument untuk mendukung perencanaan wilayah bagiKepala Daerah dalam menetapkan kebijakan operasional,merencanakan

dan mengimplementasikan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi danKabupaten yang merupakan wilayah pengembangan komoditas tebu diProvinsi Jawa Tengah;

4. Terumuskannya bahan koordinasi lintas sektoral dan lintas jenjangpemerintahan dalam meningkatkan daya saing wilayah dan komoditasunggulan pertanian nasional;

Page 20: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah4

5. Ditetapkannya lokasi-lokasi pengembangan kawasan berbasis komoditastebu baik pada level nasional, provinsi maupun kabupaten di ProvinsiJawa Tengah;

6. Tercapainya MOU antara Pusat, Provinsi dan Kabupaten dalampengembangan kawasan perkebunan berbasis komoditas tebu di ProvinsiJawa Tengah.

1.5. Ruang Lingkup

Ruang lingkup kegiatan terdiri dari ruang lingkup kegiatan dan ruanglingkup atau cakupan obyek survey.

1.5.1. Ruang Lingkup KegiatanRuang lingkup kegiatan terdiri dari:

1. Survey pengumpulan dan pemetaan data dan informasi;2. Kegiatan wawancara pelaku usaha, stakeholder dan kelompok tani dan

Focus Group Discussion (FGD);3. Penetapan wilayah kawasan perkebunan berbasis komoditas tebu yang

dikembangkan;4. Pengolahan dan analisis data dan informasi: (a) potensi sumberdaya dan

peluang pengembangan agribisnis dalam pengembangan kawasanperkebunan berbasis komoditas tebu di Provinsi Jawa Tengah; (b)pemetaan dan sistem informasi geografis potensi sumberdaya, peluangdan wilayah pengembangan kawasan kawasan perkebunan berbasiskomoditas di Provinsi Jawa Tengah; dan (c) analisis perencanaanpengembangan kawasan kawasan perkebunan berbasis komoditas tebu diProvinsi Jawa Tengah; dan

5. Penyusunan dokumen masterplan, roadmap dan rencana aksipengembangan kawasan perkebunan berbasis komoditas tebu di ProvinsiJawa Tengah.

Page 21: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 5

1.5.2. Ruang Lingkup Obyek SurveyRuang lingkup obyek survey terdiridari :1. Obyek wilayah yaitu wilayah yang berpotensi dan berpeluang untuk

dikembangkan menjadi kawasan perkebunan berbasis komoditas tebuyang terdiri dari kabupaten Blora, Rembang dan Pati; dan

2. Obyek pelaku usaha dan stakeholder; diantaranya petani, kelompok tani,asosiasi, perusahaan BUMN, swasta dan instansi terkait.

Page 22: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah6

2.1. Cakupan Lokasi

Wilayah lokasi pengembangan tebu yang tercakup dalam kawasanberada ditiga kabupaten yaitu: Pati, Rembang dan Blora, disajikan pada Tabel2.1.

Tabel 2.1. Cakupan Wilayah dan Lokasi Pengembangan KawasanPerkebunan Berbasis Komoditas Tebu.

No CakupanWilayahKabupaten1

CakupanLokasiIntensifikasi WilayahKecamatan

Cakupan LokasiPengembangan WilayahKecamatan

1 Rembang Pamotan, Sulang, Bulu,Rembang, Sumber, Kaliori,Sedan

Kragan, Sarang, Sale, Gunem,

2 Pati Kayen, Gabus, Margoyoso,Tayu, Dukuhseti, Gembong,Gunungwungkal, Pati,Tambakromo

Pucak wangi, Jakenan, Jaken,Batangan, Trangkil,Tlogowungu, Margorejo,Wedarijaksa

3 Blora Kunduran, Todanan, Japah,Ngawen, Banjarejo,Tunjungan, Blora, Jepon

Kunduran, Todanan, Japah,Ngawen, Banjarejo,Tunjungan, Blora, Jepon

Keterangan : 1Berdasarkan Kepmentan No 46/2015 tentang Penetapan Kawasan PerkebunanNasional

2.2. Visi dan Misi Pengembangan Kawasan Berbasis Komoditas Tebu

Perkebunan berperan penting dan memiliki potensi besar dalampembangunan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkankemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara berkeadilan. Dalam Undang-Undang Nomor : 39 Tahun 2014, Penyelenggaraan Perkebunan bertujuanuntuk: a) meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat; b)

BAB II. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARANPENGEMBANGAN KAWASAN PERKEBUNAN BERBASIS

KOMODITAS TEBU PROVINSI JAWA TENGAH

Page 23: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 7

meningkatkan sumber devisa negara; c) menyediakan lapangan kerja dankesempatan usaha; d) meningkatkan produksi, produktivitas, kualitas, nilaitambah, daya saing dan pangsa pasar; e) meningkatkan dan memenuhikebutuhan konsumsi serta, bahan baku industri dalam negeri; f) memberikanperlindungan kepada pelaku usaha perkebunan dan masyarakat; g)mengelola dan mengembangkan sumberdaya perkebunan secara optimal,bertanggung jawab, dan lestari, serta; h) meningkatkan pemanfaatan jasaperkebunan. Pembangunan Perkebunan secara ekologi berfungsimeningkatkan konservasi tanah dan air, penyerap karbon, penyedia oksigen,penyangga kawasan lindung, menjaga kualitas ekosistem DAS di kawasannya,serta secara sosial budaya berfungsi sebagai perekat dan pemersatu bangsa.

Strategi pembangunan perkebunan tebu merupakan upaya untuk

meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman tebu baik melaluipenerapan teknologi budidaya yang baik (Good Agricultural Practices/GAP)maupun melalui upaya-upaya memprioritaskan pengembangan komoditasunggulan nasional diantaranya tanaman tebu serta mendorong PemerintahDaerah untuk memfasilitasi pengembangan komoditas spesifik lokasi danpotensial di wilayahnya.

Mengacu pada Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan tahun2014-2019, salah satu strategi khusus untuk mencapai sasaran pembangunanperkebunan adalah strategi Peningkatan Produksi dan ProduktivitasTanaman Perkebunan Berkelanjutan. Strategi ini merupakan upayauntuk meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan baikmelalui penerapan teknologi budidaya yang baik (Good AgriculturalPractices/GAP) maupun yang ditetapkan dari strategi pengembangankomoditas perkebunan melalui upaya-upaya memprioritaskan pengembangankomoditas unggulan nasional yang meliputi Kelapa Sawit, Tebu, KemiriSunan, Karet, Kelapa, Kopi, Kakao, Teh, Jambu Mete, Cengkeh, Lada,Tembakau, Kapas, Nilam dan Jarak Pagar, serta mendorong PemerintahDaerah untuk memfasilitasi pengembangan komoditas spesifik lokasi danpotensial di wilayahnya.

Page 24: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah8

Adapun karakterisitik perkebunan dapat ditinjau dari berbagai aspekantara lain dari jenis komoditas, hasil produksi dan bentuk pengusahaannya.Dari aspek komoditas pengembangan perkebunan terdiri atas 127 jenistanaman berupa tanaman tahunan dan tanaman semusim dengan arealsebaran mulai dataran rendah sampai dataran tinggi. Ditinjau dari aspekproduksi, hasil produksi perkebunan merupakan bahan baku industri, baikuntuk kebutuhan dalam negeri maupun ekspor. Apabila ditinjau dari bentukpengusahaannya, usaha perkebunan meliputi Perkebunan Besar Negara(PBN), Perkebunan Besar Swasta (PBS) dan Perkebunan Rakyat (PR).

Sebagai acuan perencanaan pembangunan perkebunan tanaman tebumaka disusunlah Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan BerbasisTanaman Tebu. Diharapkan dengan diterbitkan masterplan ini, Pemerintah

Daerah Provinsi dan Kabupaten dapat menyesuaikan pembangunanperkebunan tebu sesuai dengan masterplan secara harmonis denganmengakomodasi kepentingan lintas sektor dan sesuai dengan kriteriakesesuaian lahan, daya tampung dan daya dukung lingkungan hidup.

2.2.1. Visi dan Misi Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Jawa Tengah

Berdasarkan kondisi Provinsi Jawa Tengah saat ini, tantangan yang

dihadapi dalam dua puluh tahunan mendatang, juga denganmemperhitungkan modal dasar yang dimiliki oleh Jawa Tengah dalamkonstelasi Negara Kesatuan Republik Indonesia, maka dirumuskan visiPembangunan Daerah mulai tahun 2005 hingga tahun 2025:

“JAWA TENGAH YANG MANDIRI, MAJU, SEJAHTERA,DAN LESTARI”

Visi pembangunan daerah tahun 2005-2025 mengarah padapencapaian cita-cita dan harapan masyarakat Jawa Tengah. Visipembangunan daerah tersebut harus dapat diukur untuk dapat mengetahuitingkat kemandirian, kemajuan, kesejahteraan, dan kelestarian yang ingindicapai. Oleh karena itu, perlu kiranya diberikan penjelasan makna visi untuk

Page 25: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 9

mendapatkan kesamaan persepsi tentang muatan substansi filosofis yangterkandung, sehingga segenap pemangku kepentingan secara sinergis danoptimal dapat memberikan kontribusi dalam rangka pencapaiannya.

Jawa Tengah. Jawa Tengah diartikan sebagai suatu daerah otonom.Daerah otonom (selanjutnya disebut daerah) adalah kesatuan masyarakathukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur danmengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat menurutprakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem NegaraKesatuan Republik Indonesia. Daerah menunjukkan suatu kesatuanpemerintahan dan kemasyarakatan beserta semua potensi yang dimiliki.

Mandiri. Artinya bahwa pembangunan daerah sebagai usaha untukmengisi kemerdekaan merupakan upaya membangun kemandirian.

Kemandirian bukan berarti situasi dan kondisi dalam keterisolasian.Kemandirian mengenal adanya kondisi saling ketergantungan yang tidak biasdihindari dalam kehidupan masyarakat, baik dalam suatu negara maupunbangsa. Kemandirian merupakan konsep yang dinamis karena mengenalibahwa kehidupan dan kondisi saling ketergantungan senantiasa berubah,baikkonstelasinya, perimbangannya, maupun nilai-nilai yang mendasari danmemengaruhinya. Untuk membangun kemandirian mutlak harus dibangunkemajuan ekonomi melalui peningkatan daya saing yang menjadi kuncikemandirian. Selain itu, secara prinsip kemandirian mencerminkan suatu sikapuntuk mengenali potensi dan kemampuannya dalam mengelola sumberdayayang tersedia serta tantangan yang dihadapinya. Karena menyangkut sikap,kemandirian pada dasarnya adalah masalah budaya dalam arti seluas-luasnya.Sikap kemandirian harus dicerminkan dalam setiap aspek kehidupan,baikhukum, ekonomi, politik, maupun sosial budaya. Kemandirian yang demikianadalah paham yang proaktif dan bukan reaktif atau defensif yang tercerminantara lain pada ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas danmampu memenuhi tuntutan kebutuhan pembangunan daerahnya;kemandirian aparatur pemerintah dan aparatur penegak hukum dalam

Page 26: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah10

menjalankan tugasnya; kemampuan pembiayaan pembangunan daerah yangmakin kokoh; serta kemampuan memenuhi sendiri kebutuhan pokoknya.

Maju. Artinya bahwa pelaksanaan pembangunan daerah senantiasadilandasi dengan keinginan bersama untuk mewujudkan masa depan yanglebih baik secara fisik maupun non-fisik didukung oleh sumber daya manusiayang unggul dan berdaya saing tinggi, berperadaban tinggi, profesional sertaberwawasan ke depan yang luas. Maju juga diarahkan pada terbentuknyadaerah yang mampu mengelola segenap potensinya namun tetapmengedepankan pentingnya kerja sama dan sinergitas. Beberapa indikatoryang dapat digunakan sebagai ukuran tercapainya kondisi maju adalahtercapainya daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulansumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan

ilmu dan teknologi yang terus meningkat; terbangunnya jaringan sarana danprasarana pembangunan, pemerintahan dan pelayanan yang merata yangberdampak pada berkurangnya kesenjangan antar wilayah, pembangunanperdesaan dan daerah terpencil; optimalnya pengelolaan dan pemanfaatanaset-aset daerah dan sumber-sumber keuangan lainnya bagi kepentinganpembangunan; dan meningkatnya investasi dalam pembangunan yangdidukung kondusivitas daerah.

Sejahtera. Konsep sejahtera menunjukkan kondisi kemakmuran suatumasyarakat, yaitu masyarakat yang terpenuhi kebutuhan ekonomi (materiil)maupun sosial (spirituil). Dengan kata lain kebutuhan dasar masyarakat telahterpenuhi secara lahir batin secara adil dan merata. Beberapa indikator yangdapat digunakan sebagai ukuran tercapainya kondisi sejahtera adalahtercapainya pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkesinambungansehingga meningkatkan pendapatan per-kapita pada tingkat yangtinggi,menurunnya tingkat pengangguran terbuka, menurunnya jumlahpenduduk miskin; terbangunnya struktur perekonomian yang kokohberlandaskan keunggulan kompetitif; meningkatnya kualitas sumber dayamanusia yang ditandai oleh terpenuhinya hak sosial masyarakat yangmencakupi akses pada pelayanan dasar, sehingga mampu meningkatkan

Page 27: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 11

meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), meningkatkanperlindungan dan kesejateraan sosial, keluarga kecil berkualitas, pemuda danolah raga, serta meningkatkan kualitas kehidupan beragama; terwujudnyakesetaraan dan keadilan gender pada seluruh bidang pembangunan,kesejahteraan dan perlindungan anak; tersedianya infrastruktur yangmemadai; meningkatnya profesionalisme aparatur negara pusat dan daerahuntuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik, bersih, berwibawa, danbertanggung jawab yang mampu mendukung pembangunan daerah.

Lestari. Artinya tetap seperti keadaannya semula, tidakberubah,bertahan, kekal. Dalam konteks visi Jawa Tengah, kata lestari tidakdapat dipisahkan atau menjadi satu kesatuan kalimat mandiri, maju dansejahtera. Artinya, peningkatan kesejahteraan dan kemajuan yang telah

dicapai minimal selalu dipertahankan bahkan harus selalu ditingkatkan secaraberencana dan berkelanjutan. Lestari juga dimaksudkan untuk menciptakankondisi yang menjamin kontinuitas pengelolaan Sumber Daya Manusia danSumber Daya Alam secara bertanggung jawab. Beberapa indikator yang dapatdigunakan sebagai ukuran tercapainya kondisi lestari adalah terbangunnyasistem dan kelembagaan politik dan hukum yang mantap; terjaminnya hak-hak warga,keamanan, ketenteraman dalam kehidupan berbangsa danbernegara; membaiknya pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidupdalam mendukung kualitas kehidupan sosial dan ekonomi secara serasi,seimbang,dan lestari; terpeliharanya kekayaan keseragaman jenis dankekhasan sumberdaya alam untuk mewujudkan nilai tambah, daya saingdaerah, dan modal pembangunan daerah; meningkatnya kesadaran, sikapmental, dan perilaku masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam danpelestarian fungsi lingkungan hidup untuk menjaga kenyamanan dan kualitaskehidupan.

Dalam mewujudkan visi pembangunan daerah tersebut ditempuhmelalui 6 (enam) misi pembangunan daerah sebagai berikut:1. Mewujudkan sumber daya manusia dan masyarakat Jawa Tengah yang

berkualitas, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,cerdas,

Page 28: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah12

sehat, serta berbudaya yang ditandai dengan meningkatnya indekspembangunan manusia, meningkatnya pemerataan pendidikan dankesempatan memperoleh pendidikan yang layak, meningkatnyaakses,pemerataan, dan mutu pelayanan kesehatan, makin mantapnyakearifan budaya lokal; dan meningkatnya dan menguatnya sumber dayamanusia dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi di berbagaibidang tanpa diskriminasi, serta makin kuatnya karakter masyarakat yangberbudaya, tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, dan bermoralberdasarkan falsafah Pancasila yang dicirikan dengan watak dan perilakuyang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudiluhur, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang, dandinamis.

2. Mewujudkan perekonomian daerah yang berbasis pada potensi unggulandaerah dengan dukungan rekayasa teknologi dan berorientasi padaekonomi kerakyatan, yang ditandai dengan meningkatnya pertumbuhanekonomi sehingga pendapatan perkapita pada akhir periodepembangunan jangka panjang mencapai tingkat kesejahteraan setaradengan provinsi-provinsi yang maju di Pulau Jawa; membaiknya strukturperekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif sektorbasis ekonomi daerah sehingga mampu menghasilkan komoditiberkualitas, berdaya saing global, menjadi motor penggerakperekonomian; meningkatnya sumber-sumber pembiayaan pembangunandaerah; semakin meningkatnya kualitas pelayanan; semakin baiknyaketersediaan kebutuhan pokok yang didukung dengan swasembadapangan dan yang disertai dengan tersedianya instrumen jaminan panganpada tingkat masyarakat; dan semakin optimalnya pemanfaatan aset danproduk daerah yang berdaya saing tinggi sebagai sumber-sumberkekayaan daerah.

3. Mewujudkan kehidupan politik dan tata pemerintahan yang baik (goodgovernance), demokratis, dan bertanggung jawab, didukung olehkompetensi dan profesionalitas aparatur, bebas dari praktik korupsi,kolusi

Page 29: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 13

dan nepotisme (KKN), serta pengembangan jejaring, yang ditandaidengan semakin meningkatnya kinerja penyelenggaraan tatapemerintahan yang baik didukung dengan peningkatan profesionalismeaparatur daerah, peningkatan kualitas pelayanan publik sesuai denganstandar mutu pelayanan yang berorientasi pada terciptanya kepuasanmasyarakat, pengembangan sistem dan iklim demokrasi pada berbagaiaspek kehidupan politik, peningkatan kemampuan dan kemandiriandaerah dalam mendukung pembangunan daerah, penguatankelembagaan lokal yang mampu mengakomodasi tuntutan perubahan danberperan aktif dalam pembangunan daerah, dan peningkatan hubungankerja sama yang saling menguntungkan dengan berbagai pihak padatingkat lokal,nasional, dan internasional. Selain itu dapat mewujudkan

keberhasilan otonomi daerah yang seimbang yang didukung olehpemangku kepentingan dalam mempercepat kesejahteraan rakyat danpelayanan umum.

4. Mewujudkan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup yangoptimal dengan tetap menjaga kelestarian fungsinya dalam menopangkehidupan, yang ditandai dengan meningkatnya pengelolaan sumber dayaalam yang berorientasi pada pelestarian lingkungan hidup danmengurangi laju pemanasan global; meningkatnya kualitas danpengelolaan kekayaan keragaman jenis dan kekhasan sumber daya alamuntuk mewujudkan nilai tambah, daya saing, dan modal pembangunandaerah; meningkatnya kesadaran, sikap mental, dan perilaku masyarakatdalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan, serta mengurangirisiko bencana alam. Untuk mewujudkan nilai tambah, daya saing, danmodal pembangunan daerah; meningkatnya kesadaran, sikap mental, danperilaku masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam danlingkungan, serta mengurangi risiko bencana alam.

5. Mewujudkan kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana yangmenunjang pengembangan wilayah, penyediaan pelayanan dasar danpertumbuhan ekonomi daerah, yaitu menyusun dan memantapkan

Page 30: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah14

jaringan infrastruktur wilayah yang andal sehingga dapat meningkatkanaksesibilitas dan mobilitas faktor-faktor yang mendukung berkembangnyaaktivitas produksi dan mampu membuka isolasi daerah serta membentukkawasan-kawasan pertumbuhan baru. Terpenuhinya kebutuhanperumahan rakyat layak huni yang dilengkapi dengan berbagai fasilitaspendukungnya untuk mewujudkan daerah tanpa permukiman kumuh.Terpenuhi dan meratanya kebutuhan prasarana dan sarana pelayanandasar di seluruh wilayah perdesaan dan perkotaan dalam rangkapeningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat.

6. Mewujudkan kehidupan masyarakat yang sejahtera, aman, damai, danbersatu dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)didukung dengan kepastian hukum dan penegakan HAM serta kesetaraan

dan keadilan gender, yang ditandai dengan semakin berkurangnyakuantitas dan kualitas penyandang masalah kesejahteraansosial,tercapainya penduduk tumbuh seimbang, serta mewujudkan kesetaraandan keadilan gender, kesejahteraan dan perlindungan anak;meningkatnya keamanan dan ketertiban di lingkungan masyarakat JawaTengah, terpeliharanya persatuan, kesatuan serta kerukunan masyarakatJawa Tengah, meningkatnya perlindungan dan pengayoman terhadapmasyarakat dari segala tindak kejahatan, berkurangnya kasus kekerasandan diskriminasi; berkurangnya tingkat pengangguran terbuka dan jumlahpenduduk miskin; meningkatnya kesadaran dan kepatuhan masyarakatdalam melaksanakan peraturan dan perundang-undanganyang berlaku;dan mantapnya situasi dan kondisi perikehidupan bermasyarakat yangdidukung oleh kepastian hukum dan penegakan HAM serta kesetaraangender.

2.2.2. Visi dan Misi Pembangunan Pembangunan Pertanian danPengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas TebuProvinsi Jawa Tengah

Visi PembangunanKawasan Perkebunan Berbasis Komoditas TebuProvinsi Jawa Tengah adalah “Mewujudkan Kawasan Perkebunan yang

Page 31: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 15

Mandiri, Berdaya Saing Tinggi dan Berkelanjutan”. Visi ini diharapkanakan mewujudkan harapan dan amanat masyarakat Jawa Tengah dengantetap mengacu pada pencapaian tujuan nasional sebagaimana diamanatkandalam Pembukaan UUD 1945, khususnya bagi masyarakat Jawa Tengah,selaras dengan RPJM Nasional 2015-2019, dan RPJPD Provinsi Jawa Tengah2005-2025. Visi tersebut harus dapat diukur keberhasilannya dalam rangkamewujudkan Provinsi Jawa Tengah yang Sejahtera dan Berdikari. Makna yangterkandung dalam Visi tersebut dijabarkan sebagai berikut :

Mandiri. Mandiri adalah kondisi masyarakat yang mampu memenuhikebutuhan, mampu mengambil keputusan dan tindakan dalam penangananmasalah serta responsive dan berkontribusi terhadap upaya pembangunan,tantangan zaman secara otonom dengan mengandalkan potensi dan

sumberdaya yang dimiliki.Berdaya Saing. Berdaya saing adalah menciptakan produk

perkebunan berkualitas, menarik, aman dikonsumsi, harga sesuai dengankualitas produk, diminati dan sesuai dengan permintaan pasar, sehinggamampu berdaya saing di pasar domestik maupun internasional.

Berkelanjutan. Berkelanjutan adalah memotivasi minat petani untuktetap mengembangkan komoditas perkebunan sesuai dengan agroklimat danmenjaga kelestarian lingkungan, penataan waktu tanam sesuai musim tanam,untuk menjamin ketersediaan bahan perkebunan secara terus menerus, yangmampu mencukupi kebutuhan masyarakat dan permintaan pasar. Hal inisejalan dengan Program Aksi Paket Lingkungan, yaitu melestarikanlingkungan hidup dan mengembangkan energi ramah lingkungan berbasiskomunal.

Dalam upaya mewujudkan Visi tersebut ditempuh 4 (empat) MisiPembangunan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu JangkaMenengah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015-2019, sebagai berikut:1. Mewujudkan sumberdaya perkebunan yang berkualitas dan

mendukung ketersediaan bahan baku industri berbasis perkebunanuntuk memperkuat perekonomian daerah dan ekspor.

Page 32: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah16

Makna yang terkandung dari Misi ini adalah:a. Mengupayakan sumberdaya perkebunan lebih berkualitas,

meliputi: aparatur perkebunan, kelembagaan petani,permodalan, teknologi, sarana dan prasarana perkebunan.

b. Memotivasi petani untuk meningkatkan produktivitas dankontinuitas produk perkebunan, serta pengembangan usahaperkebunan dengan mempromosikan hasil produk perkebunanguna mencapai target pemasaran yang optimal, sehinggamampu memperkuat perekonomian daerah dan memenuhikebutuhan ekspor.

2. Mewujudkan sistem kelembagaan pekebun yang mandiri danberkelanjutan.

Makna yang terkandung dari Misi ini adalah:Mensinergikan semua faktor usaha tani secara efisien, efektif danmenghasilkan produk berkualitas yang berkelanjutan, meliputi:optimalisasi lahan, permodalan, penerapan teknologi, peningkatankapasitas kelembagaan dan keterampilan sumberdaya manusia, sertamenjalin kemitraan usaha.

3. Mengembangkan kawasan sentra komoditas perkebunan denganmemanfaatkan sarana produksi organik secara optimal gunameningkatkan penyerapan tenaga kerja di perdesaan sekaligusmengurangi kemiskinan dan pengangguran.Makna yang terkandung dari Misi ini adalah:Mengembangkan kawasan sentra komoditas perkebunan sesuaiagroklimat daerah, menerapkan pemupukan berimbang danpengendalian hama/penyakit secara terpadu dengan memanfaatkansarana produksi organik, sekaligus memberdayakan produk-produkpetani, guna meningkatkan penyerapan tenaga kerja di perdesaansebagai wujud nyata pengurangan kemiskinan dan pengangguran.

Page 33: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 17

4. Meningkatkanmutu hasil komoditas perkebunan yang berdaya saingtinggi guna meningkatkan nilai tambah dan pendapatan, sebagaiwujud nyata peningkatan kesejahteraan pekebun.Makna yang terkandung dari Misi ini adalah:Penanganan panen dan pasca panen yang baik dan benar, sehinggakualitas produk meningkat dan berdaya saing tinggi, serta diversifikasiproduk pengolahan, sehingga dapat meningkatkan nilai tambah danpendapatan petani.Visi Pembangunan Pembangunan Kehutanan dan Perkebunan

Kabupaten Pati adalah “Terwujudnya Kelestarian PengelolaanKehutanan dan Perkebunan sebagai Basis Unggulan PeningkatanKesejahteraan Masyarakat”. Untuk mewujudkan Visi tersebut maka perlu

dijabarkan dalam Misi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pati yaitu:1. Meningkatkan sarana dan prasarana pembangunan sumberdaya

kehutanan dan perkebunan yang berkelanjutan dengan menfasilitasikegiatan umum dinas, meningkatkan pelayanan dan kualitas sumberdaya aparatur, serta pengurusan anggaran dan keuangan yang efektifdan efisien;

2. Mewujudkan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan evaluasisecara optimal dalam rangka pengelolaan sumberdaya kehutanan danperkebunan yang berkelanjutan;

3. Meningkatkan pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan dankonservasi SDA, rehabilitasi hutan dan lahan serta pengamatan,peramalan dan pengendalian organisme penganggu tanaman hutan;

4. Mengoptimalkan fungsi lahan hutan dan ekosistem perairan yangmeliputi fungsi konservasi dan kawasan lindung untuk mencapaimanfaat lingkungan sosial, budaya dan ekonomi yang seimbang danlestari;

5. Meningkatkan pembinaan dan pengawasan produksi komoditas hutan,alat mesin dan bahan tanaman hutan serta pelayanan perizinan;

Page 34: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah18

6. Meningkatkan pembinaan dan penyuluhan, kemitraan usaha hutan danUKM sehingga mampu mendukung ekonomi kerakyatan yang berbasissumber daya kehutanan dan perkebunan yang berkelanjutan.

Visi Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Rembang adalah“Terwujudnya Pengelolaan Sumberdaya Pertanian dan Kehutanan SecaraOptimal Untuk Meningkatkan dan Memperkuat Perekonomian Rakyat”. Untukmewujudkan visi Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Rembang, telahdirumuskan misi-misi antara lain:1. Meningkatkan hasil produksi pertanian dan kehutanan dengan

menerapkan praktek budidaya yang tepat guna dan ramah lingkungan;2. Mendorong terciptanya kawasan sentra produksi unggulan daerah dan

sistem pertanian terintegrasi/terpadu;

3. Mengelola sumberdaya alam secara lestari serta menjamin fungsi danmanfaat secara ekonomi, ekologi dan sosial;

4. Memantapkan kelembagaan dan pengembangan SDM Pertanian danKehutanan.

Visi Dinas Pertanian Perkebunan, Peternakan dan Perikanan KabupatenBlora “Terwujudnya Pertanian yang Berbasis Sumberdaya Lokal UntukMeningkatkan Kemandirian Pangan, Bernilai Tambah, Berdaya Saing danMeningkatkan Kesejahteraaan Petani” Untuk mewujudkan Visi tersebut di atasmaka perlu dijabarkan dalam Misi yaitu Mewujudkan PeningkatanProduktivitas Pertanian Beserta Pemasaran Hasilnya Dalam RangkaMeningkatkan Kesejahteraan Petani.

2.3. Tujuan dan Sasaran Pengembangan Kawasan Berbasis KomoditasTebu

2.3.1. Tujuan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis KomoditasTebu

Tujuan pembangunan kawasan perkebunan berbasis komoditas tebuselama periode tahun 2015-2019 adalah :

Page 35: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 19

1. Meningkatkan produksi dan produktivitas komoditas unggulanperkebunan Jawa Tengah, utamanya tebu dalam mendukung pencapaianSwasembada Gula Nasional;

2. Meningkatkan kapasitas kelembagaan petani perkebunan, danpemberdayaan masyarakat di sekitar kebun;

3. Optimalisasi lahan kritis dengan meningkatkan penggunaan pupuk danpestisida organik serta agens hayati untuk menjaga serta meningkatkankesuburan tanah dan kelestarian lingkungan;

4. Meningkatkan luas lahan pengendalian hama penyakit serta menekanekplosi OPT dampak perubahan iklim;

5. Meningkatkan kualitas produk yang berdaya saing dan berkelanjutan.

2.3.2. Sasaran Pengembangan Kawasan Berbasis Komoditas TebuSasaran pembangunan perkebunan yang akan dicapai selama periode

tahun 2015-2019 adalah :1. Meningkatnya produksi dan produktivitas komoditas tebu yaitu

terpenuhinya kebutuhan 90% gula berbasis tebu di Jawa Tengah,untuk mendukung swasembada gula nasional dan berkelanjutan;

2. Meningkatnya peran dan fungsi kelembagaan petani perkebunan dan

berkurangnya konflik antara perkebunan besar dengan masyarakat;3. Meningkatnya produktivitas komoditas perkebunan di kawasan sentra

dan optimalisasi lahan kritis.4. Meningkatnya penggunaan pupuk organik, pestisida nabati dan agens

hayati untuk menjaga kesuburan tanah dan kelestarian lingkungan;5. Meningkatnya luas lahan pengendalian untuk mengurangi bencana

alam, dampak perubahan iklim dan ekplosi OPT;6. Meningkatnya kualitas produk yang berdaya saing dan berkelanjutan.

Page 36: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah20

Tabel 2.2. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Pengembangan KawasanPerkebunan Berbasis Komoditas Tebu Provinsi Jawa Tengah

TUJUAN SASARANIndikatorKinerja

TARGET KINERJA SASARAN PADA TAHUN

2015 2016 2017 2018 2019

1. Meningkatkanproduksi danproduktivitaskomoditasunggulanperkebunan JawaTengah, utamanyatebu dalammendukungpencapaianSwasembada GulaNasional.

Meningkatnyaproduksi danproduktivitaskomoditas tebu danterpenuhinyakebutuhan 90% gulaberbasis tebu di JawaTengah, untukmendukungswasembada gulanasional.

Produksi Tebu(Ton)

5.125.500 5.228.010 5.332.570 5.439.222 5.548.006

2. Meningkatkankapasitaskelembagaanpetaniperkebunan, danpemberdayaanpetani di sekitarperkebunan besar

Meningkatnya perandan fungsikelembagaan petaniperkebunandanberkurangnya konflikantara perkebunanbesar denganmasyarakat

Jumlahkelompok tanimeningkatpengetahuannya (Kelompok)

20 20 24 24 24

Jumlahmediasi konflikperkebunan(Lokasi)

5 5 5 5 5

3. Meningkatkanproduksi danproduktivitaskomoditasperkebunan dikawasan sentradan optimalisasilahan kritis

Meningkatnyaproduksi danproduktivitaskomoditasperkebunan dikawasan sentra danpeningkatanpenanganan lahankering

Jumlahkawasanberdasarkankomoditasyangdikembangan(jumlahkawasankomoditas)

7 7 7 7 7

4. Meningkatkanpenggunaanpupuk organik,pestisida nabati,agensia hayatiuntuk menjagakesuburan tanahdan kelestarianlingkungan

Meningkatnyapenggunaan pupukorganik, pestisidanabati dan agensiahayati untukmenjaga kesuburantanah dankelestarianlingkungan.

Jumlahproduksipupuk organik(Ton)

5.000 5.000 5.000 5.000 5.000

Jumlahpestisidanabati (liter)

500 500 500 500 500

Jumlah APH(Kg.)

7.500 7.500 7.500 7.500 7.500

5. Meningkatkanpengendalianhama penyakitdan ekplosi OPTdampakperubahan iklim

Meningkatnya luaslahan pengendalianhama penyakit danekplosi OPT dampakperubahan iklim.

Luaspengendalian(Ha)

260 286 315 347 382

6. Meningkatkankualitas produkyang berdayasaing danberkelanjutan,

Meningkatnyakualitas produk yangberdaya saing danberkelanjutan

Jumlah sampelkomoditasperkebunanyang diuji

70 75 75 75 75

JumlahPromosiprodukperkebunan(Kali)

8 8 8 8 8

Page 37: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 21

2.3.3. Strategi dan Kebijakan Pengembangan Kawasan PerkebunanBerbasis Komoditas Tebu

Strategi dan arah kebijakan pembangunan merupakan rumusanperencanaan komprehensif dalam mencapai tujuan dan sasaran RencanaStrategis Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015 – 2019 denganefektif dan efisien. Mendasarkan tujuan dan sasaran, ditetapkan strategi danarah kebijakan pembangunan kawasan perkebunan berbasis komoditas TebuTahun 2015 – 2019 sebagai berikut:

Strategi dan Arah Kebijakan untuk mewujudkan Misi Ke-1:Mewujudkan sumberdaya perkebunan yang berkualitas dan mendukungketersediaan bahan baku industri berbasis perkebunan untuk memperkuatperekonomian daerah dan ekspor.

Strategi:1. Meningkatkan intensifikasi.2. Meningkatkan pemakaian varietas unggul bersertifikat3. Meningkatkan penggunaan alat mesin pertanian modern4. Mengoptimalkan pemanfatan lahan5. Meningkatkan efisiensi proses pengolahan tebu di pabrik gula untuk

mendukung swasembada gula nasional.

Arah Kebijakan:1. Penerapan budidaya sesuai standar baku teknis.2. Peningkatan pemakaian varietas unggul bersertifikat.3. Modernisasi alat mesin pertanian.4. Peningkatan optimalisasi lahan.5. Revitalisasi pabrik gula untuk mendukung swasembada gula nasional.

Strategi dan Arah Kebijakan untuk mewujudkan Misi Ke-2:Mewujudkan sistem kelembagaan pekebun yang mandiri dan berkelanjutan.Strategi:1. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan budidaya dan manajemen

usahatani perkebunan.

Page 38: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah22

2. Membangun kemitraan masyarakat di sekitar Perkebunan Besar.Arah Kebijakan:1. Peningkatan pengetahuan, keterampilan budidaya dan manajemen usaha

tani.2. Peningkatan alih teknologi pertanian.3. Membangun komunikasi, koordinasi dengan pihak terkait.

Strategi dan Arah Kebijakan untuk mewujudkan Misi Ke-3:Mengembangkan kawasan sentra komoditas perkebunan denganmemanfaatkan sarana produksi organik secara optimal guna meningkatkanpenyerapan tenaga kerja di perdesaan sekaligus mengurangi kemiskinan danpengangguran.Strategi:1. Mengoptimalkan kawasan komoditas perkebunan di perdesaan.2. Meningkatkan luasan tanaman perkebunan pada kawasan lahan kritis

melalui pemberdayaan masyarakat.3. Mengembangkan sarana irigasi di lahan kering.4. Meningkatkan penggunaan pupuk organik, pestisida nabati dan agens

hayati yang ramah lingkungan.5. Meningkatkan pengendalian hama penyakit, dan penanganan eksplosi

OPTdampak perubahan iklim.Arah Kebijakan:1. Optimalisasi kawasan sentra komoditas perkebunan di perdesaan.2. Mengembangkan komoditas perkebunan di lahan kritis sesuai agroklimat

daerah.3. Pengembangan sarana irigasi di lahan kering.4. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat untuk

mengembangkan pupuk organik, pestisida nabati dan agens pengendalihayati yang ramah lingkungan.

5. Peningkatan antisipasi, mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim,pengendalian OPT dan Pengembangan Sekolah Lapang PengendalianHama Terpadu.

Page 39: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 23

6. Pemanfaatan secara optimal Regu-regu Pengendalian Hama/Penyakit(RPH) dan Brigade Proteksi Tanaman Perkebunan.

7. Peningkatan pelayanan sertifikasi Agens Hayati, Pertisida Nabati.8. Pengembangan Sub Laboratorium Hayati.

Strategi dan Arah Kebijakan untuk mewujudkan Misi Ke-4:Meningkatkan kualitas hasil perkebunan yang berdaya saing tinggi untukmeningkatkan pendapatan pekebun.Strategi:1. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petani dalam bidang

pengolahan hasil.2. Meningkatkan Pengujian sampel mutu hasil produk perkebunan.3. Meningkatkan penggunaan alat mesin pengolahan hasil perkebun.

4. Meningkatkan pemasaran melalui promosi produk perkebunan.Arah Kebijakan :1. Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan petani dalam bidang

pengolahan hasil.2. Peningkatan Pengujian sampel hasil produk perkebunan.3. Peningkatan penggunaan alat mesin pengolahan hasil perkebunan.4. Peningkatan pemasaran melalui promosi produk perkebunan.

Page 40: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah24

3.1. Tantangan dan Permasalahan Pengembangan KawasanPerkebunan Berbasis Komoditas Tebu

3.1.1. Tantangan dan Permasalahan

Pengembangan kawasan peruntukan pertanian meliputi kawasanpertanian lahan dan kawasan pertanian lahan kering yang diarahkan di semuaKabupaten/Kota se-Jawa Tengah. Lahan pertanian basah dan kering tersebutdikelola untuk mendukung program perlindungan Lahan Pertanian PanganBerkelanjutan (LP2B) di Provinsi Jawa Tengah dengan rencana seluas1.022.570 Ha. Pengembangan kawasan perkebunan di Provinsi Jawa Tengahmeliputi perkebunan rakyat seluas 845.668 Ha (96%), PTPN IX seluas 28.212Ha (3%), dan Perkebunan Besar Swasta/PBS seluas 11.464 Ha (1%).Pengembangan kawasan peruntukan peternakan meliputi kawasanpeternakan besar, kecil dan kawasan peternakan unggas diarahkan di semuaKabupaten/Kota se-Jawa Tengah.

Sesuai dengan tiga kebijakan strategis tentang pertumbuhan ekonomi,pengentasan kemiskinan dan mengurangi pengangguran maka sektorpertanian menjadi kunci dengan dominasi yang dimiliki sektor ini. Sektor

industri pengolahan dan sektor perdagangan walaupun secara strukturekonomi mendominasi di atas sektor pertanian namun jika dilihat pelakuekonomi yang menjalankannya, maka sektor pertanian yang memiliki pelakuusaha terbanyak dari masyarakat. Kebijakan pemerintah yang pro rakyatharuslah mengedepankan pembangunan sektor pertanian yang berbasisindustri (bio-industri).

Salah satu misi pembangunan Provinsi Jawa Tengah adalahmewujudkan kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan dengan sasaranterjaminnya kedaulatan pangan melalui ketersediaan (produksi dan cadangan

BAB III. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIRPENGEMBANGAN KAWASAN PERKEBUNAN

BERBASIS KOMODITAS TEBU

Page 41: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 25

pangan), keterjangkauan, konsumsi pangan dan gizi serta keamanan panganberbasis bahan baku, sumberdaya dan kearifan lokal. Peningkatan produksidan produktivitas pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan menjadistrategi utama.

Pemerintah melalui Kementerian Pertanian menyusun strategi programpertanian dalam bentuk Strategi Induk Pembangunan Pertanian (SIPP) 2013-2045. SIPP merupakan kesinambungan dari Rencana Pembangunan JangkaPanjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 dan Masterplan Percepatan danPerluasan Pembangunan Ekonomi Indonesi (MP3EI) 2011-2035 yangbertujuan untuk mengintegrasikan pembangunan pertanian dari pusat sampaikabupaten/kota. SIPP juga dimaksudkan memberikan arahan sekaligus acuansemua komponen dari pemerintah, masyarakat dan pelaku usaha dalam

mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional khususnya pembangunanpertanian.

Provinsi Jawa Tengah mendukung program Kementerian Pertanianyang menempatkan 7 komoditas yaitu beras, jagung, kedelai, daging sapi,gula, bawang merah dan cabai rawit merah sebagai komoditas utama untukmengatasi kebutuhan pangan. Jawa Tengah memiliki potensi terhadapketujuh komoditas tersebut. Peran pemerintah dan seluruh pihak terkaituntuk memaksimalkan potensi yang ada baik mulai dari perencanaan,bantuan modal, peningkatan produksi, pemasaran, pengolahan pasca panensampai dengan variasi produk olahan terhadap produk terkait.

Dalam mencapai kesuksesan pembangunan pertanian ke depanpendekatan yang dilakukan salah satunya adalah pendekatan kawasan.Dalam rangka pengembangan kawasan perkebunan berbasis komoditas tebu,kondisi sumberdaya manusia, dukungan anggaran, sarana dan prasaranaserta kelembagaan dan tata laksana penyelenggaraan tugas, mempunyaiperan besar terhadap kerberhasilan pelaksanaan tugas dan fungsi dalammenghadapi dinamika pembangunan dan perubahan lingkungan strategis diJawa Tengah. Sumberdaya yang ada dan tersedia tersebut harus dapatdimanfaatkan secara optimal guna terwujudnya pencapaian tujuan organisasi

Page 42: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah26

sesuai visi, misi, tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Beberapapermasalahan yang dihadapi perlu segera dicarikan solusi penyelesaiannyaagar potensi yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal. Permasalahaninternal yang masih dihadapai dalam pelaksanaan tugas dan fungsipelayanan, diantaranya adalah : 1). Masih terbatasnya jumlah sumberdayamanusia dibandingkan dengan beban tugas yang harus dilaksanakannya; 2).Belum optimalnya dukungan sarana dan prasarana sebagai penunjangpelaksanaan tugas dan fungsi pelayanan; 3). Belum meratanya kapasitas dankuaitas sumberdaya manusia sesuai kompetensinya; dan 4). Belumoptimalnya koordinasi internal antar unit kerja/bidang dalam melaksanakantugas sebagai tanggung jawabnya.

Disamping faktor internal diatas, beberapa faktor eksternal juga

berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi Dinas PerkebunanProvinsi Jawa Tengah, dalam pengembangan kawasan perkebunan berbasiskomoditas tebu diantaranya adalah : 1). Globalisasi, yang merupakan faktorlingkungan eksternal (Internasional) sangat berpengaruh terhadappelaksanaan pembangunan perkebunan termasuk didalamnya tugas danfungsi pelayanan, seperti semakin terbukanya persaingan bebas dalammemasuki pasar global, arus perdagangan luar negeri, serta kemajuan danperkembangan teknologi informasi; 2). Peraturan Perundang-undangan,berpengaruh dalam pelaksanaan manajemen pembangunan yang tidak dapatterlepas dari landasan dan acuan hukum yang berlaku, seperti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Keputusan Presiden,Peraturan Menteri, Keputusan Menteri Terkait, Peraturan Daerah, PeraturanKepala Daerah, dan peraturan-peraturan lainnya. Berbagai peraturan tersebut,belum sepenuhnya terintegrasi secara sinergis sehingga dapat menimbulkanhambatan dalam pencapaian tujuan pembangunan nasional dan daerah.

Beberapa permasalahan yang perlu untuk mendapatkan perhatiandalam pembangunan perkebunan selama periode 5 (lima) tahun dari tahun2015 sampai dengan 2019, adalah sebagai berikut:

Page 43: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 27

1. Keterbatasan sarana dan prasarana sebagai penunjang/pendukungdalam mewujudkan swasembada gula berkelanjutan di Jawa Tengah.

2. Terbatasnya dukungan sumberdaya manusia, dari segi kualitaskompetensinya dalam menyerap/mengadopsi serta menerapkankemajuan teknologi dan informasi guna memasuki era globalisasi danliberalisasi pasar.

3. Rendahnya minat generasi muda untuk mengembangkan dan terlibatdalam usaha bidang perkebunan.

4. Perubahan iklim global, berakibat terjadi perubahan musim, sehinggamuncul dan berkembangnya hama tanaman perkebunan yang sulitterkendali.

5. Belum optimalnya pemanfaatan, pengembangan dan pengelolaan lahan

kering dengan komoditas perkebunan untuk tujuan konservasi lahan.6. Terbatasnya permodalan petani perkebunan, berakibat pada masih

minimnya tingkat pemahaman dan penerapan dalam proses produksi,pengolahan dan pemasaran produk-produk perkebunan.

7. Lemahnya kapasitas kelembagaan petani perkebunan, mengakibatkanpara petani tidak memiliki nilai tawar produk, terhambatnya penyerapanteknologi tinggi dan kurang terkendalinya pola usaha tani komoditasperkebunan.

8. Meningkatnya kerusakan lingkungan akibat kesalahan pola tanammengakibatkan erosi/tanah longsor dan pemakaian pupuk kimia sertapestisida yang tidak seimbang mengakibatkan rusaknya kesuburan tanah.

9. Lemahnya status dan luas kepemilikan lahan, mengakibatkan petani tidakdapat mengembangkan areal produksi, sehingga kesulitan untukmeningkatkan produksi dan produktivitasnya, serta lahan sempitmengakibatkan unit cost untuk produksi juga mahal.

10.Belum optimalnya pemakaian benih/bibit unggul yang bersertifikat,mengakibatkan tanaman rentan terhadap hama penyakit berdampakproduktivitasnya rendah.

Page 44: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah28

11.Petani belum terbiasa dan kurang tertarik menggunakan pestisida nabatidan pengendali hama hayati yang ramah lingkungan, karena hasilnyatidak langsung nampak.

12.Terbatasnya ketersediaan infrastruktur, sarana prasarana, lahan dan air,berakibat pada kesulitan dalam peningkatan produksi, produktivitaskomoditas perkebunan.

13.Pemakaian alat mesin pekebunan masih sangat tradisional/sederhana,sehingga proses penyelesaian pekerjaan membutuhkan waktu lebih lama,kurang mampu menyelesaikan pekerjaan dalam skala besar, serta mutuyang dihasilkan masih rendah.

Isu-isu strategis didapatkan berdasarkan hasil analisis internal daneksternal permasalahan pembangunan perkebunan yang dihadapi selama ini,

yaitu kondisi yang menimbulkan peluang dan ancaman dalam kurun waktu 5(lima) tahun mendatang. Beberapa isu strategis dalam pembangunanperkebunan, yaitu:

1. Masih rendahnya produksi dan produktivitas komoditas perkebunanrakyat, utamanya tebu dalam mendukung pencapaian Swasembada GulaNasional.

2. Belum optimalnya pemanfaatan benih unggul bersertifikat, modernisasialat mesin dan pembangunan insfrastruktur perkebunan dalam upayapeningkatan produksi dan produktivitas komoditas perkebunan.

3. Masih lemahnya kapasitas kelembagaan petani dan kualitas sumberdayaperkebunan

4. Masih rendahnya penyerapan tenaga kerja di pedesaan dalam rangkamendukung pengurangan kemiskinan dan pengangguran

5. Belum optimalnya penerapan/aplikasi pemanfaatan sarana produksiorganik.

6. Masih lemahnya daya saing produk perkebunan memasuki pasar globaldan jejaring pemasaran baik dalam skala nasional maupun internasional.

Page 45: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 29

3.2. Landasan Teori Pengembangan Kawasan Berbasis Komoditas

Sesungguhnya pendekatan kawasan pembangunan pertanianbukanlah suatu pendekatan yang sama sekali baru. Pendekatan kawasandalam pembangunan pertanian telah dilakukan sejak masa pemerintahansebelum penjajahan, masa penjajahan kolonial Belanda, masa kemerdekaandan pemerintahan Orde Baru. Oleh karena itu pendekatan kawasan lebihmerupakan upaya re-orientasi manajemen pembangunan pertanian yangmerubah cara pandang pembangunan pertanian dari sudut pandang sentraproduksi yang segregatif menjadi cara pandang kawasan yang memiliki cirikerja sama jaringan kelembagaan antar wilayah dengan komoditas unggulansebagai perekat utamanya. Melalui pendekatan kawasan ini daya saingwilayah dan komoditas akan dapat dirancang secara optimal, karenadirumuskan sesuai dengan potensi dan prospek daya dukung sumberdayawilayah hingga mencapai titik optimumnya.

Kawasan komoditas unggulan yang dikembangkan pada masing-masing kabupaten/kota harus terintegrasi dengan kawasan-kawasan lain yangada didalamnya dan komoditas unggulan yang dikembangkan merupakankomoditas yang terpilih pada sektor unggulan masing-masing kabupaten/kota,khususnya untuk komoditas unggulan tanaman pangan, hortikultura,

perkebunan dan peternakan. Oleh karenanya terdapat prinsip-prinsip tertentudalam pengembangan kawasan pertanian yang mencakup diantaranya: (1)setiap kawasan harus memiliki spesialisasi dan kompetensi inti dalampengembangan komoditas unggulan masing-masing; (2) terdapat kegiatansubsektor hulu dan hilir yang dapat menjadi pendorong pengembangankomoditas unggulan yang memiliki kemampuan daya saing; (3) mempunyaiketerkaitan antara pengembangan subsistem usahatanikomoditas dengansubsistem agribisnis hulu dan hilir, serta penunjangnya; (4) memiliki fokuspengembangan kepada produk yang memiliki nilai tambah dan kontribusiyang tinggi dalam peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani danperekonomian daerah; (5) memiliki fokus pengembangan kepada produk yangberdaya saing dan berorientasi pada pasar regional, nasional dan ekspor

Page 46: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah30

dalam rangka swasembada, swasembada berkelanjutan maupun ekspor; (6)memiliki sinergitas antar program, antar kawasan dan antar wilayah; (7)perlunya peran pemerintah sebagai katalisator dan fasilitator; (8) perlunyadukungan penempatan kawasan komoditas unggulan dalam tata ruangwilayah nasional, provinsi dan kabupaten/kota.

Pengembangan kawasan komoditas unggulan yang memilikiketerkaitan erat dengan kawasan-kawasan yang telah dibentuk sebelumnya,mengarahkan sektor non pertanian khususnya sektor industri, perdagangandan pariwisata dapat ditempatkan sebagai faktor pendorong sekaligus penarikpengembangan kawasan pertanian dalam pengembangan komoditasunggulan. Keterkaitan ini akan mendorong terjadinya spesialisasi dankompetensi inti dari kawasan komoditas unggulan, dimana pengembangan

komoditas dapat diarahkan mulai dari hulu hingga hilir mengikuti pohonindustri dari masing-masing komoditas unggulan. Pengembangan produk darimasing-masing komoditas perlu diarahkan pada produksi yang paling tingginilai tambahnya.

Upaya untuk menciptakan suatu kawasan pengembangan komoditasunggulan tertentu sebagai kompetensi inti dari suatu wilayah memerlukanketerkaitan erat antar kawasan sebagai penyedia sarana produksi, penyediabahan baku utama agroindustri, pusat-pusat yang ditetapkan sebagai pusatpromosi dan pemasaran serta layanan bisnis sebagai kawasan inti atau pusatpengembangan dan wilayah-wilayah sumber bahan baku dan penolong dariproduk-produk hasil industri seperti benih/bibit, pupuk, kemasan, Bahan BakarMinyak (BBM) dan alat dan mesin pertanian dan pengolahan hasil pertanianserta layananusaha lainnya. Kerangka konsep pendekatan implementasipengembangan kawasan pertanian dalam pengembangan komoditasunggulan disajikan pada Gambar 3-1.

Page 47: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 31

Gambar 3-1. Konsep Implementasi Pengembangan Kawasan Komoditas UnggulanPada Lingkup Satu Kabupaten/Kota (Setiyanto, et al., 2012)

Berdasarkan Gambar 3-1, arah implementasi pengembangan kawasankomoditas unggulan adalah:

Pertama, mendorong konsep pengembangan satu kawasan satukomoditas unggulan utama (satu kawasan satu kompetensi inti/komoditasunggulan). Dalam hal ini bukan berarti hanya satu komoditas saja yang dapatdikembangkan namun demikian perlu ditetapkan satu komoditas utama tanpaharus meninggalkan komoditas lainnya.

Kawasan Pendukung danTerkait (produsen bahan bakuatau sentra produksipertanian)

Sentra Produksi KomoditasUnggulan

Pengolahan danPemasaran

Lembaga KeuanganPedesaan

Pusat Bimbingan Teknis,Manajemen, Organisasidan layanan lainnya

Pusat PerbibitanTernak/PerbenihanTanaman

Kawasan Inti (PusatPengembangan KomoditasStrategis)

Pusat Produksi Komoditas Pusat Agroindustri dan

Pemasaran Layanan Jasa (Pusat

Layanan Agribisnis(penelitian danpengembangan, pusatkonsultasi bisnis, balaidiklat komoditas,bimbingan danpenyuluhunan)

Lembaga Keuangan yangmelayani agribisnis danagroindustri pedesaan

Penyedia Sarana danPrasarana ProduksiPertanian danAgroindustri

UPT, Show room danworkshop agroindustri(promotion centre)termasuk dalamnyalayanan mutu, sertifikasiproduk, kemasan danmerk termasuk perijinanusaha jika diperlukan

Kawasan Pendukung (produsen bahan baku,bahan penolong atau penyedia sarana danprasarana produksi pertanian danpengolahan hasil pertanian)

Sentra Perbibitan Ternak/PerbenihyanTanaman

Sentra Produksi Komoditas Unggulan Sentra Pengolahan dan Pemasaran Lembaga Keuangan Pedesaan Pusat Bimbingan Teknis dan Layanan

bisnis lainnya. layanan khusus untuksarana dan prasarana produksi pertaniandan pengolahan hasil pertanian

Kawasan Pendukung dan Terkait(produsen bahan baku atau sentraproduksi pertanian)Sentra Produksi Komoditas Strategis Sentra Pengolahan dan Pemasaran Lembaga Keuangan Pedesaan Pusat Bimbingan Teknis dan

Layanan bisnis lainnya. layanankhusus untuk sarana dan prasaranaproduksi pertanian dan pengolahanhasil pertanian

Pusat Perbenihan/PembibitanTernak

Kawasan intimerupakan wilayahyang ditetapkansebagai pusatpengembagankawasan komoditasunggulan

Sentra/zona pendukungkawasan inti yangmerupakan bagian darikawasan komoditasunggulan yang tergabungdalam satu kawasan lingkupkabupaten.

Keterangan :Sentra/zonapendukung kawasanintidalam pengadaan bahan bakudan penolong yang merupakanproduk hasil industri sepertipupuk, bahan kemasan obat-obatan, BBM, alsintan, dll

Page 48: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah32

Kedua, penetapan pusat pengembangan kawasan yang dijadikan pusatlayanan pengembangan, selanjutnya sentra-sentra disekitarnya digabungkanmenjadi bagian sebuah satu kesatuan kawasan yang utuh sehingga mecakupwilayah yang lebih luas dan mencapai skala efisiensi kawasan.

Ketiga, mendorong keterkaitan usaha pengembangan komoditasunggulan pada setiap sentra dalam kawasan dengan pusat distribusi bahanbaku dan penolong serta kebutuhan sarana lainnya yang umumnya terletakpada kawasan lain yang telah terbentuk sebelumnya dan menggerakkanpusat-pusat tersebut mampu melayani hingga lokasi terdekat petani.

Keempat, mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan di setiapkawasan inti dalam pola klaster pengembangan yang akan diposisikan sebagaisimpul pengolahan dan pemasaran komoditas unggulan.

Kelima, meningkatkan aksesibilitas dan jaringan interaksi: informasi,transportasi, telekomunikasi dan jaringan kemitraan dan aliran produk antarapusat pengembangan kawasan degan sentra atau zona kawasan pendukung.

Keenam, disamping dilakukan upaya perbaikan infrastruktur jalan,jembatan, terminal, pusat promosi dan pasar serta infrsatruktur lainnyaseperti jaringan air dan listrik, diperlukan infrsatruktur lainnya yaitu PusatLayanan Agribisnis yang memberikan bantuan teknis budidaya, layanan mutu,sertifikasi produk, kemasan dan merk termasuk perijinan usaha jikadiperlukan.

Ketujuh, pengembangan infrastruktur dalam rangka pengembangankawasan harus dilakukan secara terpadu sehingga mampu mengurangidisparitas pertumbuhan antar kawasan inti perlu dilakukan upaya untukmendorong pola perkembangan yang lebih seimbang dan serasi antarsentra.Hal ini berarti bahwa dalam upaya peningkatan daya saing dan nilaitambah komoditas unggulan melalui pengembangan spesialiasi dankompetensi inti dapat dilakukan melalui sistem agribisnis terpadu denganpendorong utama atau lokomotif pengembangan adalah pengembanganagroindustri dan pemasaran hasil yang didudukung oleh subsistem hulu danpenunjangnya.

Page 49: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 33

Dalam rangka mendorong peningkatan nilai tambah dan pendapatanpetani, daya saing dan ekspor diperlukan suatu penataan secara nasionaltanpa meninggalkan semangat otonomi daerah, sehingga pusatpengembangan kawasan dilakukan dalam lingkup satu kabupaten ataubeberapa kecamatan dalam kabupaten. Sementara itu dalam menjagajaringan kerjasama antar wilayah kabupaten dan sesuai dengan penetapankawasan andalan penetapan kawasan, Peraturan Menteri Pertanian No 50Tahun 2012 dan informasi Pusat Penelitian Komoditas, Balai PenelitianKomoditas, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) atau UPT di bawahBadan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Badan PengembanganSumberdaya Manusia Pertanian dan Eselon I serta instansi lainnya makaketerkaitan antar kawasan sentra kabupaten satu dengan lainnya dengan

dalam satu kawasan andalan atau antara kawasan andalan dengan lainnyaperlu dibangun. Kerangka konsep implementasi pengembangannya sepertidilihat pada Gambar 3-2.

Berdasarkan Gambar 3-2, konsep implementasi pengembangankawasan komoditas unggulan, selain harus memperhatikan hubungan pusatdan daerah, upaya pengembangan kawasan komoditas unggulan perludilakukan dalam kerangka kerjasama antar pusat pengembangan kawasan(Kawasan Inti) dan antara kawasan andalan dalam upaya menjagakeseimbangan pembangunan antar wilayah dan upaya untukmengembangkan jaringan pasar, lokal, regional dan nasional hinggainternasional. Pengembangan kawasan unggulan tidak semata-matamencapai swasembada dan swasembada berkelanjutan tetapi seluruh empattarget sukses Kementan dengan menempatkan nilai tambah, daya saing danekspor menjadi urutan pertama, baru selanjutnya diikuti oleh target yanglainnya.

Page 50: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah34

Gambar 3-2. Konsep Implementasi Keterkaitan dan Kerjasama Lintas Kawasan DalamPengembangan Kawasan Komoditas Unggulan Lingkup Provinsi danNasional (Setiyanto, et al., 2012)

KawasanKomoditasStrategis A

KawasanKomoditasStrategis B

PusatPengembanganKomoditasStrategis danMarketing NoteKawasanAndalan B

KawasanKomoditasStrategis C

Menjalin“Synergic

Networking”denganNegara-NegaraTujuanEkspor

Menjamin efisiensi dari sudutpandang anggaran, skala

ekonomi dan skala wilayahdalam rangka kontinuitaskuantitas dan kontinuitas

produksi, pertumbuhan wilayahuntuk mengatasi keterbatasan

lahan dan variasi darijumlah/jenis komoditas straegisyang baik untuk pasar domestik

maupun ekspor. Menjalin“Synergic Networking” antarkawasan andalan dengan

wilayah sentra produksi lainnyaantar Provinsi, antar pulau, atau

antar kabupaten dan antarlembaga

KawasanKomoditasStrategis D

KawasanKomoditasStrategis A

KawasanKomoditasStrategis B

KawasanKomoditasStrategis C

KawasanKomoditasStrategis D

PusatPengembanganKomoditasStrategis danMarketing NoteKawasanAndalan A

Page 51: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 35

Secara umum implementasi pengembangan kawasan komoditasunggulan adalah sebagai berikut:

Pertama, pengembangan kegiatan ekonomi dan produk dari komoditasunggulan pada pada kawasan dilakukan dengan pendekatan pengembanganekonomi yang terkait dengan permintaan komoditas utama dalam rangkamemenuhi permintaan lokal, regional, nasional dan ekspor (market basedoriented).

Kedua, upaya peningkatan produksi, nilai tambah dan daya saing danpendapatan petani dilakukan dengan mendorong pengembangan kompetensiinti dan komoditas unggulan yang unik dan spesifik sebagai sumber kekuatandaya saing wilayah dalam konteks regional dan global/international.

Ketiga, upaya peningkatan produksi, nilai tambah, daya saing dan

pendapatan petani yang dikaitkan dengan kerjasama antar kawasan dalamupaya menjaga keseimbangan pembangunan antar wilayah dan upaya untukmengembangkan jaringan pasar hingga internasional memerlukan penetapansalah satu kawasan sebagai pusat yang diposisikan sebagai‘strategicmarketing mode’ atau “pusat pemasaran yang strategis” dalam upaya untukmenembus pasar luar daerah, domestik dan internasional.

Keempat, upaya peningkatan produksi, nilai tambah dan pendapatanpetani pada kawasan satu perlu didukung oleh upaya peningkatanaksesibilitas dan jaringan interaksi, pemasaran, distribusi, informasi,transportasi, telekomunikasi antara kawasan satu dengan kawasan lainnyadan satu kawasan dengan lokasi “pusat pemasaran yang strategis” dalam satukawasan. Konsekuensi logis dari hal ini adalah bahwa tidak setiap kabupatenkota harus memiliki pusat pengolahan dan pemasaran. Sebagai contohnyaadalah Kabupaten Blitar yang memiliki perkebunan tebu cukup luas tidakmemerlukan pendirian pabrik gula karena pabrik gula dan pusatpemasarannya ada di Malang.

Kelima, fasilitasi, mediasi dan advokasi dalam kaitannya denganteknologi, informasi, mutu produk, pasar dan permodalan serta sarana danprasarana produksi untuk mendorong kerjasama yang saling menguntungkan

Page 52: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah36

antar kawasan inti untuk mendorong terbentuknya “synergic networking”antara kawasan dengan wilayah lainnya terutama di tingkat kabupaten,Provinsi, antar pulau, nasional, maupun internasional serta antara pelakuusaha dengan jaringan eksportir dalam negeri dan importir luar negeri perludilakukan.

Keenam, berdasarkan kerangka implementasi ini dapat ditemukansuatu benang merah dimana disamping pentingnya kerjasama antar kawasan,kapasitas dan kemampuan lembaga yang berperan sebagai fasilitator,mediator dan advokasi serta bimbingan teknis dan teknologi secara kontinyu.Upaya memperkenalkan ciri khas produk dan citarasa yang spesifik dapatdilakukan melalui pengembangan produk (product development) dan promosiproduk (product promotion).

Ketujuh, dalam rangka meningkatkan kinerja pengembangan kawasankomoditas unggulan diusulkan agar pemerintah dapat membantu parapetani, pengusaha dan pelaku agribisnis didaerah untuk mempercepatkeberhasilan usaha komoditas unggulan. Usulan ini merupakan konsekuensilogis dari implementasi pengembangan usaha dalam format klaster agribisnis.Klaster agribisnis yang berpijak pada pengelompokan sejumlah usaha yangmempunyai misi dan tujuan yang sama ini saling bersinergi untuk mencapaikeberhasilan yang lebih tinggi. Untuk keperluan tersebut, suatu organisasiantar instansi perlu dibentuk dengan satu tujuan, yaitu mengawal berbagaiinstrumen kebijakan pengembangan komoditas unggulan. Dalam usahakomoditas unggulan terdapat sejumlah pihak yang berkaitan danberkepentingan (stakeholders) yang kontribusinya sangat penting dalampelaksanaan kebijakan pengembangan.

3.3. Tinjauan Pustaka Pengembangan Kawasan Berbasis KomoditasTebu

3.3.1. Sekilas Sejarah Kawasan Berbasis Komoditas Tebu

Pengembangan Kawasan pertanian telah ditetapkan menjadipendekatan pembangunan pertanian ke depan. Hal tersebut tertuang dalam

Page 53: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 37

Permentan No. 50 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengembangan KawasanPertanian. Seyogyanya perlu disadari bahwa pembangunan pertanian denganpendekatan kawasan bukanlah merupakan hal yang baru bagi Indonesia.Bukti menunjukkan bahwa pengembangan kawasan pertanian telah dilakukanjauh sebelum Republik Indonesia berdiri. Pengembangan kawasan pertaniantelah dilakukan jauh sebelum Republik Indonesia berdiri. Pada masapemerintahan Majapahit, pemerintahan Mataram Islam, dan masa penjajahanBelanda, kawasan pertanian merupakan salah satu ciri dalam pengembanganproduksi pertanian.

Pengembangan kawasan perkebunan tebu dan industri gula di ProvinsiJawa Tengah dimulai sejak Gubernur Jenderal Belanda van den Bosch padatahun 1830 diangkat dengan gagasannya mengenai Cultuur Stelsel atau

tanam Paksa. Pelaksanaan sistem tanam paksa sebagian besar dilaksanakandi Jawa. Jenis tanaman wajib yang diperintahkan untuk ditanami rakyat yaitukopi, dan tebu, selain itu ada lada, tembakau, teh, dan kayu manis.Pelaksanaan sistem tanam paksa menyebabkan tenaga kerja rakyat pedesaanmenjadi semakin terserap baik ikatan tradisional maupun ikatan kerja bebasdan komersial. Sistem tanam paksa juga telah membawa dampakdiperkenalkannya sistem ekonomi uang pada penduduk desa. Selain itu,akibat dari peningkatan produksi tanaman perdagangan banyak dilakukanperbaikan atau pembuatan irigasi, rel kereta api, jalan, dan jembatan.

Pada akhir abad ke-19, pertumbuhan ekonomi Belanda menginjakproses industrialisasi. Hal ini melatar belakangi munculnya liberalisme sebagaiideologi yang dominan di negeri Belanda. Sehingga berdampak padapenetapan kebijakan di negeri jajahan. Sehubungan dengan itu, tahun 1870merupakan tonggak baru sejarah yang menandai permulaan zaman barubercorak ekonomi liberal. Industrialisasi pertanian menuntut pembangunaninfrastruktur yang lebih memadai, antara lain jalan raya, kereta api, irigasi,pelabuhan, telekomunikasi, dan sebagainya. Prinsip ekonomi liberal secaraformal memberikan kebebasan kepada petani untuk menyewakan tanahnyadan dilain pihak menyediakan tenaganya bagi penyelenggaraan perusahaan

Page 54: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah38

perkebunan. Pada masa ini, insentif yang diterima oleh petani jauh lebihbesar ketimbang pada saat tanam paksa. Pada masa transisi terlihat jelasproses pergeseran dari usaha pemerintah ke swasta dengan penyusutanperkebunan milik pemerintah dan meluasnya perkebunan swasta. Komoditasyang memegang peranan penting adalah kopi, gula, teh, tembakau. Hal inidikarenakan banyaknya investor yang menanamkan modalnya di HindiaBelanda. Politik etis yang terkenal dengan triadenya, emigrasi, edukasi, danirigasi, mulai dijalankan oleh pemerintah Belanda pada tahun 1901 sebagaipolitik kehormatan yang ditujukan untuk meningkatakan kesejahteraan rakyatdengan peningkatan pembangunan infrastruktur. Perkembangan perkebunantebu pada masa ini memperlihatkan peningkatan terus, yang paling menonjoladalah peningkatan dari tahun 1905 hingga 1909.

Sejak akhir abad ke-19, Belanda sengaja melaksanakan politik “pintuterbuka” sebagai akibat dari internasionalisasi perdagangan seperti Amerikadan Jepang yang mulai meningkatkan perdagangannya dengan Indonesia.Menjelang krisis dunia pada tahun 1929, menunjukan angka peningkatanproduksi perkebunan yang sangat meningkat. Di masa itu, secara tidaklangsung merangsang kebutuhan masyarakat ke arah kehidupan mewah,sehingga konsumsi masyarakat meningkat. Hal ini diikuti oleh bertambahnyapendapatan pemerintah. Masa-masa sebelum krisis dianggap sebagai masakejayaan perusahan perkebunan. Berdasarkan data yang ada, sejak tahun1930 menunjukan semuanya menurun, jumlah pabrik, areal kebun tebu,volume produksi, dan nilai penghasilannya. Dalam hal ini, rakyat ikutmenderita kerugian akibat berkurangnya sewa tanah, upah buruh danpembayaran berbagai pelayanan.

Kedudukan Hindia Belanda sangat dipengaruhi oleh prosesindustrialisasi yang semakin meningkat di dunia barat, sehingga adaperubahan permintaan kebutuhan akan bahan dasar dan tidak lagi padabarang-barang mewah seperti rempah-rempah. Pihak Indonesia berusahamencari outlet baru karena pasaran dalam negeri belum mampu menyerapberbagai produksi perkebunan.

Page 55: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 39

Selama pendudukan Jepang segala lapangan kegiatan ditujukan untukmenopang usaha perang. Untuk memenuhi kebutuhan bahan pangananterutama beras, diadakan wajib setor. Namun, hal ini banyak sekalihambatannya, sehingga perkebunan banyak yang terlantar. Adapula yangdihentikan usahanya.

Dalam periode 1949-1950, di daerah RI hanya tinggal beberapa pabrikgula yang masih beroperasi. Sedangkan tembakau dan lainnya hanyamelayani konsumsi dalam negeri. Disamping itu banyak gangguan keamananoleh gerombolan liar. Hal inilah yang menjadi faktor mengapa penanammodal tidak tertarik menanamkan modalnya secara besar-besaran diIndonesia.

Sejak berdirinya, RI menghadapi keadaan ekonomi yang kurang

menguntungkan antara lain mewarisi keuangan federal dan RI Yogyakartadengan defisit besar, inflasi kuat, ketidakseimbangan antara ekspor danimpor. Indonesia telah kehilangan sebagian besar pasarannya sebelumperang ditambah dengan pemulihan perkebunan yang lambat menyebabkanperkebunan sangat jauh tertinggal. Pada tahun 1957-1960, kebijaksanaanEkonomi Terpimpin besar pengaruhnya terhadap perubahan kebijaksanaan disektor perekonomian. Antara lain Deklarasi Ekonomi memberikan pengaruhpenting terhadap langkah-langkah kebijaksanaan pemerintah dalam sektorperekonomian. Pengambilalihan perusahaan milik Belanda oleh pemerintahseperti perusahaan swasta perkebunan milik Belanda diambil alih olehPemerintah pada 10 Desember 1957. Perusahaan ini tidak digabungkandalam Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) yang sebelumnya ada,melainkan digabungkan dalam PNP Baru.

Pada tahun 1968 terjadi pengurangan jumlah PNP dari 88 menjadi 28buah, penghapusan BPU (PP. No.13, tanggal 27 Maret 1968), pembentukanPNP, selanjutnya diikuti dengan penetapan pembentukan Badan KhususUrusan Perusahaan Negara (BKU-PN) pada tahun 1969 yang menetapkanpemisahan antara Ditjen Perkebunan dengan BKU-PNP. Perkembangansesudah tahun 1980-an menunjukan bahwa sektor perkebunan masih tetap

Page 56: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah40

merupakan salah satu sumber perekonomian negara. Kebijaksanaanpemerintah untuk mengalihkan produksi ekspor migas ke non migas telahmengokohkan kembali keberadaan perkebunan di Indonesia. Upayapembinaan dan pelestarian melalui berbagai model dan pendekatan sepertiPerkebunan Inti Rakyat (PIR) dilaksanakan. Namun demikian sekalipun eksisperkebunan dan industri pengolahan tebu tidak memiliki lagi kinerja sepertikomoditas perkebunan lainnya.

Pendekatan kawasan dalam pembangunan pertanian, mulai memudarsejak 1985 – 1998, karena dukungan terhadap pembanguan pertanianberkurang. Krisis ekonomi 1997, menyadarkan banyak pihak bahwa sektorpertanian yang miskin dukungan akibat de-regulasi dan de-birokratisasidijalankan sejak tahun 1984, dan pengurangan subsidi dan dukungan

berbagai dukungan lainnya, ternyata justru menjadi penyelamat Indonesiaketika dilanda dalam krisis ekonomi 1997 dan finansial 2008. Belajarpengalaman dari krisis ekonomi 1997, pada periode 1998-2004 perhatianterhadap pembangunan pertanian mulai pulih dan orientasi pembangunanberubah dari produksi mengarah ke sistem agribisnis. Program RevitalisasiPembangunan Pertanian, Kehutanan dan Perikanan tahun 2004 menjadi titikawal dimulainya pertanian diharapkan memiliki peran yang sangat vital sepertipada masa Orde Baru. Pada tahun 2008, dunia dilanda krisis finansial, sektorpertanian yang merupakan andalan ekspor menjadi sumber surplus neracaperdagangan dan Indonesia tidak terpuruk seperti kondisi 1997. LahirnyaUndang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri Pertanian danKeputusan Menteri Pertanian pada periode 2004 hingga 2015, juga menjadititik tolak reorientasi pembangunan pertanian yang semula tidak berbasiskawasan kembali menjadi berbasis kawasan pertanian.

Hasil-hasil studi mengenai daya saing menunjukkan bahwa unit-unitusaha dan komoditas yang berada dalam suatu kesatuan wilayah ataukawasan memiliki tingkat pertumbuhan, efisiensi dan daya saing lebih tinggijika dibandingkan yang berada di luar kawasan dan terpencar-pencar (Blakely,2002; Bregman, 2003; JICA, 2003; Porter, 1998, 2000, 2003; Solvell, et. al.

Page 57: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 41

2003). Pemerintah menghadapi masalah keterbatasan anggaran dalampeningkatan produksi pertanian. Oleh karenanya, sangat diperlukan fokusdan meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam pembangunan pertanian.Setiyanto (2011a) menyatakan bahwa pembangunan pertanian ke depandiarahkan dan diupayakan untuk dilaksanakan dalam bentuk kawasan.Secara teoritis, suatu kawasansecara alamiah akan mengembangkankeunggulan kompetitif berdasarkan kemampuan inovasi dari para pelakuusaha yang ada di dalamnya dan vitalitas ekonomi suatu wilayah merupakanhasil langsung dari persaingan usaha yang ada di kawasan tersebut. Sekilassejarah pengembangan kawasan memberikan gambaran bahwa campurtangan pemerintah sebagai faktor yang juga berperan secara signifikan dalamperkembangan suatu kawasan. Suatu kawasan memiliki peran penting dalam

perekonomian suatu wilayah. Pada beberapa kasus, suatu kawasan hanyaterpusat di suatu wilayah kecil, seperti suatu desa atau kecamatan. Sementarayang lain meliputi beberapa kecamatan atau kabupaten/kota, dan mungkinlintas provinsi. Strategi pembangunan ekonomi wilayah harus dapatmengarahkan secara efektif dukungan kebijakan, pengembanganinfrastruktur, bahkan insentif investasi dan subsidi sektor pemerintah danswasta pada kawasan-kawasan komoditas unggulan.

3.3.2. Kegiatan Pengembangan Provinsi Jawa Tengah Tebu Periode2013-2014

Bebeberapa kegiatan terkait pengembangan tebu di Jawa Tengah telahdilakukan baik dari dana APBD maupun APBN. Kegiatan itu adalah: (i)Bongkar ratoon, (ii) rawat ratoon, dan (iii) pengembangan sarana prasarana.Pada Tahun 2013 kegiatan bongkar ratoon telah dilakukan di kabupaten Patidan Blora pada areal seluas 4.071,24 ha. Bongkar ratoon paling luasdilaksanakan di kabupaten Pati seluas 2.857 ha yang dilaksanakan di 5kecamatan. Sementara itu, bongkar ratoon di Kabupaten Blora lebih sedikitnamun menyebar lebih banyak yaitu di 14 kecamatan.

Kegiatan bongkar ratoon masih dilaksanakan di tahun 2014. Namun,luas areal yang memperoleh alokasi menurun. Di kabupaten Pati kegiatan

Page 58: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah42

bongkar ratoon hanya seluas 488 ha dan menyebar di 4 kecamatan,sementara di Kabupaten Blora jauh lebih sempit yaitu 144 ha yangdilaksanakan di 8 kecamatan.

Tabel 3.1. Pelaksanaan Kegiatan Bongkar Ratoon di Pati dan Blora 2013-2014

No Lokasi Luas Lahan (Ha)Kabupaten Kecamatan 2013 2014

1 2 3 4 5

1 PATI Dukuhseti 192Jakenan 189Pucakwangi 57Trangkil 375 50Tayu 160Kayen 309Wedarijaksa 1.006Jaken 1.007

Jumlah 2.857 4882 BLORA Randublatung 85 14,5

Jiken 82,50 8Banjarejo 13,50 2,5Tunjungan 195,08 18Ngawen 44,64 11Japah 91,20 31Kunduran 258,25 52Jepon 97,10 7Kradenan 35,10Bogorejo 57,70Jati 15,00Todanan 53,17Kedungtuban 40,00Blora 146,00

Jumlah 1.214,24 144

Kegiatan lainnya adalah rawat ratoon yang baru dilaksanakan padatahun 2014, di Kabupaten Rembang dan Blora. Rawat ratoon di KabupatenRembang meliputi areal 1.890 ha yang dilaksanakan di 10 kecamatan,sementara di Kabupaten Blora lebih sempit yaitu 525 ha yang dilaksanakan di15 kecamatan (Tabel 3.2).

Page 59: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 43

Tabel 3.2. Pelaksanaan Kegiatan Rawat Ratoon di Rembang dan Blora2013-2014

No Lokasi Luas Lahan (Ha)Kabupaten Kecamatan 2013 2014

1 2 3 4 5REMBANG Sumber 0 340

Kaliori 0 140Pamotan 0 485Kragan 0 40Sulang 0 605Bulu 0 130Rembang 0 10Sale 0 60Gunem 0 30Pancur 0 50

Jumlah 0 1.8902 BLORA Jati 0 19

Randublatung 0 9,5Kedungtuban 0 15Cepu 0 14,5Sambong 0 15,5Jiken 0 12Bogorejo 0 17Jepon 0 38Blora 0 31Banjarejo 0 32Tunjungan 0 60Ngawen 0 14Japah 0 95Kunduran 0 90,5Todanan 0 55

Jumlah 0 525

Selain kegiatan bongkar ratoon dan rawat ratoon, kegiatan berkaitandengan pengembangan tebu adalah perbaikan dukungan sarana danprasarana. Kegiatan ini meliputi: Optimasi lahan, UPPO, Rumah kompos,jalan, perluasan areal, perbaikan pengairan, pemberdayaan kelembagaan,pendampingan pupuk bersubsidi, dan sekolah lapang iklim. Volume setiapjenis kegiatan berbeda antara kabupaten dan berubah menuruttahun.Perkembangan perbaikan ini disajikan pada Tabel 3.3, Tabel 3.4, danTabel 3.5.

Page 60: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah44

Tabel 3.3. Perkembangan Perbaikan Komponen Pendukung ProduksiTebu di Kabupaten Pati, 2006-2014

No Kegiatan SatuanTahun Pelaksanaan

Jumlah2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

1 UPPO Unit 1 1

2 Rumah Kompos Unit 1 1

3 Jalan Produksi Km - - - 8 2 3 3 2 18

4 Jalan Usaha Tani Km - - - 6 2 3 11

5 Perluasan Areal Tebu Ha 266 266

6 Irigasi Tanah Dalam Unit - 1 1 3 4 1 10

7Irigasi TanahDangkal

Unit - 5 5 2 5 5 22

8PengembanganSumber Air

Unit 4 2 2 8

9 Irigasi Permukaan Unit - - - 1 2 2 5

10 Irigasi Sprinkler Unit - 1 1 - 2

11 Embung Unit 4 4

12PemberdayaanKelembagaan

Paket 1 1

13PendampinganPupuk Bersubsidi

pkt 1 1

Tabel 3.4. Perkembangan Perbaikan Komponen Pendukung ProduksiTebu di Kabupaten Rembang, 2006-2014

No Kegiatan SatuanTahun Pelaksanaan

Jumlah2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

1 UPPO Unit 2 22 Jalan Produksi Km - - 1 8 6 3 5 2 253 Jalan Usaha Tani Km - - - 6 64 Perluasan Areal Tebu Ha 200 2005 Irigasi Tanah Dalam Unit - 1 - - 1

6Irigasi TanahDangkal

Unit - - - 3 5 10 18

7Pengemb. SumberAir

Unit 2 2 1 5

8 Embung Unit - - - 4 5 9

9 Pemb. Kelembagaan Paket 1 1

Page 61: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 45

Tabel 3.5. Perkembangan Perbaikan Komponen Pendukung ProduksiTebu di Kabupaten Blora, 2006-2014

No Kegiatan SatuanTahun Pelaksanaan

Jumlah2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

1 Jalan Produksi Km 3 3 62 UPPO Unit 2 23 Irigasi Tanah Dalam Unit - 1 1 2

4Irigasi TanahDangkal

Unit 29 5 3 4 5 46

5 Pengem. Sumber Air Unit 2 2 2 66 Embung Unit 2 3 5

7 Perluasan Areal Tebu ha 115 115

3.4. Kerangka Pemikiran Penyusunan Masterplan, Road Map danRencana Aksi Pengembangan Kawasan Perkebunan BerbasisKomoditas Tebu

Masterplan pengembangan kawasan pertanian adalah rancang bangundan instrumen perencanaan untuk menjabarkan arah kebijakan, strategi,tujuan program dan sasaran kegiatan pengembangan komoditas unggulanpertanian nasional di tingkat provinsi. Penyusunan Masterplan pengembangankawasan pertanian berpedoman, mengacu dan memperhatikan:(1) dokumenperencanaan jangka menengah nasional di bidang pertanian (RencanaStrategis Kementerian Pertanian/Renstra K/L dan Rencana Strategis DirektoratJenderal/Badan lingkup Kementerian Pertanian); (2) dokumen perencanaanjangka menengah daerah di bidang pertanian (Rencana Strategis Satuan

Kerja Perangkat Daerah/Renstra-SKPD di bidang pertanian). Ruang lingkupkomponen isi dari Masterplan pengembangan kawasan pertanian adalah: (1)isu-isu strategis; (2) skenario arah kebijakan; (3) strategi pengembangan; dan(4) tujuan dan sasaran pengembangan jangka menengah (5 tahun).

Rencana Aksi (action plan) adalah rancang bangun dan instrumenperencanaan untuk menjabarkan secara lebih operasional Masterplan yangtelah disusun. Rencana Aksi merupakan rencana detail kawasan pertanian dikabupaten/kota yang disusun setiap tahun dan kemudian direkap untukjangka waktu 5 tahun. Rencana aksi disusun dalam bentuk matriks rencana

Page 62: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah46

program yang komponen isinya mencakup: (1) jenis kegiatan dan volume; (2)lokasi (kecamatan/desa); (3) jadwal pelaksanaan; (4) satuan kerja pelaksana;(5) proyeksi kebutuhan dan sumber pendanaan; (6) Indikator ouput danoutcome. Jenis kegiatan dalam matriks rencana aksi disusun menurutnomenklatur kegiatan yang ada di Kementerian Pertanian berdasarkan aspeksub-sistem agribisnis yang ada. Selanjutnya jadwal pelaksanaan dapatdiartikan suatu agenda tentatif mulai dari pengajuan proposal kegiatan dananggaran yang akan dibahas pada forum perencanaan, hingga ke tahapimplementasi kegiatan di lapangan.

Page 63: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 47

Kawasan Perkebunan yang mandiri, berdaya saingTinggi dan Berkelanjutansumberdaya perkebunan yang berkualitasdan mendukung ketersediaan bahan bakuindustri berbasis perkebunan untukmemperkuat perekonomian daerah danekspor sarana produksi organik yang optimal gunameningkatkan penyerapan tenaga kerja diperdesaan sekaligus mengurangikemiskinan dan pengangguran

sistem kelembagaanpekebun yang mandiri danberkelanjutanOptimalisasi Pemanfaatlahan kritis danmeningkatkanpenggunaan bahanorganik dan agensihayati

PerluasanPengendalian OPTdan PenangananEksplos DampakPerubahan IklimPeningkatan kapasitaskelembagaan petaniperkebunan, danpemberdayaanmasyarakat sekitarnya

Peningkatan produksidan produktifitas danmendukung pencapaianSwasembada GulaNasional

aksesibilitas terhadapsumber pembiayaan,pasar input dan output,teknologi dan informasi

pendapatanpelakuusaha

penyerapantenaga kerja dankesempatanberusaha

jaringanpemasarankomoditas

aktivitaspengolahandan nilaitambahproduk

aktivitaspasca panendan kualitasproduk

produksi,produktivitas,dan mutukomoditas

Tujuan dan Sasaran

Visi

Misi

Outcome

Tujuan danSasaran

mutu hasil komoditasperkebunan yangberdaya saing tinggi gunameningkatkan nilaitambah dan pendapatanserta kesejahteraanPeningkatan Mutu,Nilai Tambah danDaya Saing ProdukBerbasis Tebuberkelanjutan

Page 64: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah48

Kondisi Eksisting(Capaian Saat ini)

SumberdayaLahan danAgroklimat

SumberdayaSosial, TenagaKerja danKelembagaan

SumberdayaBudidayaPertanianEksisting

SumberdayaLayananPengembangan/SumberdayaManusia danKebijakan

SumberdayaTeknologi, Mutudan Penelitian danPengembangan

SumberdayaEkonomi danPerekonomian,Pengolahan, Pasardan Pemasaran SertaPerdagangan

SumberdayaPrasarana danSarana

Peluang Pemanfaatan Kebutuhan Penguatan

Gap Potensi Sumberdaya

Analisis Perencanaan

Analisis Potensi, Peluang danKebutuhan Penguatan Sumberdaya

Analisis Masterplan

Perencanaan

Roadmad dan Rencana Aksi

OutcomeTujuan dan Sasaran

Page 65: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 49

AnalisisKesesuaianLahan danAgroklimat

AnalisisKependudukan,Tenaga Kerjadan SosialBudaya

AnalisisOrganisasidanKelembagaan

Analisis EkonomiEkonomi danPerekonomian,Produksi, Pengolahan,Pasar dan PemasaranKonsumsi, SertaPerdagangan

AnalisisKebutuhan Teknisdan TeknologisPengembanganKawasan

AnalisisSumberdayaManusia Layanandan KebijakanPendukungPengembanganKebijakan

Analisis Pelakudan PeranPemangkuKepentingan

Ketersediaan untuk Memenuhi Kebutuhan :Rekomendasi Besaran Peluang, Program dan Kegiatan

Desain Model/Rancang Bangun Kawasan

AnalisisSumberdayaPrasarana danSarana

AnalisisManajemenBudidaya danPengembangan

Analisis Perencanaan

Page 66: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah50

Desain Model/Rancang Bangun Kawasan

Pilihan dan PenetapanModel/Rancang Bangun

Pilihan Komoditas danProduk Akhir

PengembanganSumberdayaPrasarana/Infrastruktur

Keterkaitan Antar Progam, Antardan Antar Kawasan Analisis

PengembanganPasar (Pengolahandan Pemasaran) danPerdagangan(Ekspor)

Pengembangan PenyediaanInput (Sarana Produksi),Bahan Baku dan BahanPenolong

PengembanganKelembagaan danSumberdaya Manusia(Termasuk StrukturOrganisasi Perencanaandan PengembanganKawasan Pertanian)

Pengembangan IlmuPengetahuan danTeknologi

Pengembangan Pembiayaan (PemerintahPusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, Swasta,Swadaya Petani dan Masyarakat)

Page 67: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 51

Roadmad dan Rencana Aksi

Rekomendasi Besaran Peluang,Program dan Kegiatan

Desain Model/Rancang Bangun

Strategi Operasional Pengembangan

Program OperasionalPengembangan

Rencana Kegiatan Operasional/Aksi Pengembangan

Visi MisiOutcomeKawasan

TujuandanSasaran

OutputKegiatan

KegiatanOperasional/ AksiPengembangan

Kesimpulan : Pelaksanaan Rencana Aksi akan menjawab mulai dariVisi hingga output dan outcome KawasanSaran : Semua pihak memiliki komitmen untuk berpartisipasi aktifGunakan Dokumen Masterplan dan Rencana Aksi

Untuk Mencapai Output dan Outcome Manajemendan Teknis Sesuai Permentan 50 Tahun 2012

Susun Dokumen RencanaAksi per Kabupaten

Page 68: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah52

4.1. Jenis dan Sumber Data

Data dan informasi penelitian terdiri dari data sekunder dan dataprimer. Data dan informasi primer dikumpulkan melalui survei dan wawancaraterhadap responden baik petani, kelompok tani, peneliti, penyuluh, pemandulapangan, pedagang, kelompok tani, perusahaan pengolahan tebu danasosiasi. Jenis data dan informasi yang digunakan dalam penelitian disajikanpada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Jenis dan Sumber Data

No Aspek Jenis Data dan Informasi Sumber Data

1 Kondisi Umum

Wilayah

Letak geografis, batas wilayah, cakupan

administrasi pemerintahan, luas wilayah

menurut jenis tanah, dan lain-lain

BPS Provinsi dan

Kabupaten, BBSDLP,

Hasil Survey

2 Agroekologis dan

Lingkungan

Potensi sumberdaya lahan (tata guna

lahan) dan agroklimat (suhu, iklim, angin,curah hujan, penyinaran, dan lain-lain) dan

wilayah-wilayah yang telah ditetapkan

sebagai kawasan peruntukkan pertanian

dalam RTRW (Buku RTRW Provinsi dan

Kabupaten /Kota)

BMG, BPS, BAPPEDA dan

Dinas PerkebunanProvinsi dan Kabupaten,

Hasil Pemetaan

3 Gangguan Produksi Gangguan produksi pertanian selama ini

seperti bencana alam, resiko serangan

OPT, banjir, kekeringan dan lain-lain,termasuk kerawan konflik, gangguan

kemanan, dan sengketa lahan

BPS, dan Dinas

Perkebunan Provinsi dan

Kabupaten, hasil survey,wawancara dan FGD

4 Kependudukan dan

Sosial Budaya

Perkembangan jumlah pendududuk,

jumlah penduduk menurut lapangan

pekerjaan, jumlah penduduk miskin, dan

rata-rata penguasaan lahan pertanian dan

lain-lain

BPS, dan Dinas

Perkebunan Provinsi dan

Kabupaten

Berlanjut.....

BAB IV. METODE PENELITIAN / KAJIAN

Page 69: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 53

No Aspek Jenis Data dan Informasi Sumber Data5 Kelembagaan Kelembagaan pertanian dari sisi

pemerintahan (SKPD terkait pertanian),Kelompok Tani, Gapoktan, Perusahaan,Koperasi, dan kemitraan usaha, jumlahpenangkar, jumlah lembaga distribusidan pengadaan input, pemasar,asosiasi komoditas dan lain-lain

BPS, dan DinasPerkebunan Provinsi danKabupaten, Hasil surveywawancara dan FGD

6 Sarana dan PrasaranaPenunjang

Jaringan irigasi, potensi pengairan,lahan, modal, benih, pupuk, jaringanjalan, transportasi, ketersedian alsin,kapasitas terpasang dan riil pengolahanhasil, dan sarana penunjang lainnyaseperti diklat perguruan tinggi, litbang,telekomunikasi dan informasi, pasarkomoditas, dan lain-lain

BPS, dan DinasPerkebunan Provinsi danKabupaten , Hasil survey,wawancara dan FGD

7 Ekonomi danPerekonomian

Kontribusi sektor pertanian, subsektorperkebunan dan komoditas unggulandalam perekonomian wilayah,perkembangan harga, perkembangankredit, suku bunga, pendapatan petani,analisis usahatani, satuan biaya dankebutuhan investasi dan lain-lain

BPS, dan DinasPerkebunan Provinsi danKabupaten, hasil surveydan wawancara dan FGD

8 Konsumsi danPerdagangan HasilPertanian

Perkembangan produksi danpenggunaanya untuk pemenuhandalam wilayah, pemasaran luar wilayahdan ekspor; bagaiman jalurperdagangan, siapa pelakunya, besarannilai tambah, sebaran industripengolahan dan industri pengolahanpotensial

BPS, Dinas Perkebunan,Badan Ketahanan Pangan,Dinas Perindustrian danPerdagangan Provinsi danKabupaten, Hasil Surveydan wawancara dan FGD

9 Teknis dan Teknologis Mutu, standarisasi, tingkat aplikasiteknologi saat ini dan potensinya kedepan, ketersediaan lembaga penyediateknologi, akses informasi dan lain-lain

BPS, BPTP, DinasPerkebunan, BadanKetahanan Pangan, DinasPerindustrian danPerdagangan Provinsi danKabupaten, Hasil Surveydan wawancara dan FGD

10 Sumber Daya Manusia Jumlah SDM yang MenanganiPelayanan Pertanian dan kuantitas dankualitasnya (Pegawai Pertanian,Penyuluh, Pendamping dan Lain-lain)dalam rangka pengembangan kawasan

BPS, BPTP, Bappeluh,Dinas PerkebunanProvinsi dan Kabupaten,hasil survey danwawancaradan FGD

11 Kebijakan Kebijakan dari pusat hinggakabupaten/kota terkait agribisnis(Keputusan Gubernur, Bupati,Peraturan Daerah TerkaitPengembangan Kawasan) dan lain-lain

BAPPEDA, SEKDA, DinasPerkebunan Provinsi danKabupaten dan hasilsurvey, wawancara danFGD

12 PerkembanganPertanian

Luas areal eksisting, Produksi danProdukvitas dan Potensipeningkatannya, serta posisi pertaniandiantara subsektor lainnya arahnyaapakah kawasan pertanian saja atauharus dikembangkan denganagrowisata, dan lainnya

BPS, dan DinasPerkebunan Provinsi danKabupaten, dan hasilsurvey, wawancara danFGD

Tabel 4.1. (Lanjutan)

Page 70: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah54

4.2. Metode Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis Data

4.2.1. Pengumpulan Data dan Informasi

Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan cara survey ataukunjungan instansi dan lapangan, wawancara, FGD daninternet browsing.

4.2.2. Pengolahan dan AnalisisData dan informasi diolah dan dianalisis dengan berbagai metode

analisis kuantitatif dan kualitatif dengan rincian pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Metode Analisis Data dan Informasi

No Cakupan Analisis Metoda Pengolahan dan Analisis data danInformasi

1 Kesesuaian Lahan dan Agroklimatdan Ketersediaan untukpengembangan Kawasan danPerluasan Areal

Analisis Kesesuaian Lahan dan Agroklimat danKetersediaan untuk pengembangan Kawasandan Perluasan Areal; Upaya Intensifikasi,Peremajaan, Rehabilitasi, dll; Pengendalian OPTdan Gangguan Produksi; Rekomendasi :Besaran Peluang Pengembangan; Program danKegiatan

2 Kependudukan, Ketenagakerjaandan Sosial Budaya

Analisis Kependudukan, Ketenagakerjaan danSosial Budaya untuk meningkatkan KualitasSDM dan menghitung Kebutuhan DukunganTeanaga Kerja dan Kontribusi Kawasan DalamMenyerap Tenaga Kerja (dari Potensi Yangtersedia berapa besaran yang diperlukan untukditingkatkan); Rekomendasi Program danKegiatan

3 Kelembagaan Aalisis penyusunan Format/Modelpengembangan kelembagaan usaha petani danpelaku agribisnis dan kebutuhanpengembangan dan pembinaannya;Rekomendasi Program dan Kegiatan

4 Sarana dan Prasarana Penunjang Analisis Ketersediaan dan Kebutuhanpengembangan serta dukungan sektor nonpertanian; Rekomendasi Program dan Kegiatan

5 Ekonomi dan Perekonomian Analisis potensi dan peluang kawasan dalammeningkatan produksi, nilai tambah, ekspor,pertumbuhan ekonomi kawasan dan wilayahdan Kebutuhan investasi alokasi sumberpembiayaan; Rekomendasi Program danKegiatan

Berlanjut.........

Page 71: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 55

No Cakupan Analisis Metoda Pengolahan dan Analisis data danInformasi

6 Konsumsi, Pengolahan, Pemasarandan Perdagangan Hasil Pertanian

Analisis peningkatan kapasitas pengolahan hasildan peningkatan pemasaran dan perdaganganantara wilayah dan ekspor; Rekomendasi Programdan Kegiatan

7 Teknis dan Teknologis Analisis evaluasi dan penyediaan kebutuhanteknologi, standarisasi, mutu, laborarium danpeningkatan kapasitas adopsi teknologi;Rekomendasi Program dan Kegiatan

8 Sumber Daya Manusia PendukungPengembangan

Analisis kebutuhan dan ketersediaan pendamping,penyuluh, pengembang dan sebagainya;Rekomendasi Program dan Kegiatan

9 Kebijakan dan kebutuhandukungan peraturan dan kebijakan

analisis Kebutuhan Dukungan Kebijakan,penciptaan iklim usaha yang kondusif, peraturanpusat dan daerah; Rekomendasi Program danKegiatan

10 Pengembangan Pertanian untukimplementasi sistem budidayacakupan wilayah pengembanganbaru atau lama

Analisis implementasi sistem budidaya cakupanwilayah pengembangan baru atau lama(Intensifikasi, Peremajaan, Rehabilitasi, dll);Pengendalian OPT dan Gangguan Produksi;Pengembangan Pasca Panen, Pemasaran, dan lain-lain; Rekomendasi Program dan Kegiatan

11 Peran Pelaku dan PemangkuKepentingan

Analisis kebutuhan dan Keterkaitan Antar Progam,Antar danAntar Kawasan Analisis Apakah Singleatau terpadu dan terintegrasi kawasan lainsehingga peran dari instansi lain harusberpartisipasi; Rekomendasi

12 Model dan Detil DesainPengembangan

Analisis penetapan detil desain dan tahappengembangan pengembangan Kawasan :1) Pilihan dan Penetapan Model2) Pilihan Komoditas dan Produk Akhir3) Pengembangan Sumberdaya Prasarana(Infrastruktur)4) Keterkaitan Antar Progam, Antar dan AntarKawasan Analisis5) Pengembangan Pasar (Pengolahan danPemasaran) dan Perdagangan (Ekspor)6) Pengembangan dan Penyediaan Input (SaranaProduksi), Bahan Baku dan Bahan Penolong7) Pengembangan Kelembagaan dan SumberdayaManusia (Termasuk Struktur OrganisasiPerencanaan dan Pengembangan KawasanPertanian)8) Pengembangan Ilmu Pengetahuan danTeknologi9) Pengembangan Pembiayaan (PemerintahPusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, Swasta, SwadayaPetani dan Masyarakat)

Tabel 4.2. (Lanjutan)

Page 72: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah56

Masterplan pengembangan kawasan komoditas tebu di KabupatenPati, Rembang dan Blora perlu dilengkapi informasi kawasan potensial untuktanaman tebu pada tingkat kabupaten dan dituangkan pada peta skala1:50.000. Masterplan budidaya tanaman tebu ini menjadi acuan/pedomanbagi pelaku usaha perkebunan dalam budidaya/pengembangan perkebunan.

Lingkungan dan lahan/tanah yang layak untuk mendukungpertumbuhan tanaman dan budidaya tanaman tebu secara berkelanjutanadalah aspek: iklim, topografi dan sumberdaya lahan/tanah. Karakteristiklingkungan dan lahan yang dikaji untuk mengetahui kelayakan/kesesuaiantanaman tebu agar dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik, antara lainadalah: 1. iklim: suhu udara, ketersediaan air, lama bulan kering; 2. topografi;bentuk wilayah, lereng, ketinggian tempat di atas permukaan laut; 3. sifat

tanah: kedalaman efektif tanah, drainase tanah dan sifat fisika dan kimiatanah.

Kondisi lingkungan terutama iklim/curah hujan dan sifat tanahmerupakan faktor utama dalam budidaya tanaman tebu, disamping faktorlainnya seperti topografi lahan dan sifat genetis tanaman yang merupakanfaktor pendukung pertumbuhan tanaman.

Tanaman tebu dapat ditanam pada lahan sawah (berpengairan) danlahan kering/tegalan.1. Tanaman Tebu di Lahan SawahIklim, tanah dan ketersediaan air merupakan faktor lingkungan yang dominanbagi keberhasilan usaha budidaya tebu. Oleh karena kondisi lingkungan yangideal sulit didapatkan, maka berbagai tindakan kultur teknis diterapkan untukmencapai kondisi lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman tebu.Penanaman tebu harus memperhatikan persyaratan iklim di wilayah lahanagar tanaman tebu dapat tumbuh dengan baik dan produksi optimal.Parameter iklim terbagi atas beberapa unsur antara lain suhu, curah hujan,sinar matahari (lamanya penyinaran), kelembaban dan angin. Selain dari ituinformasi tipe iklim dapat dipakai sebagai dasar untuk menilai potensi daerahbagi pengembangan budidaya tebu.

Page 73: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 57

a. SuhuPertumbuhan tebu yang optimal dapat tercapai apabila suhu berkisar antara24 0C – 30 0C. Pertumbuhan tebu akan berhenti apabila suhu di bawah 15 0C.Pada suhu 4 0C akan menyebabkan tebu rusak dan suhu beku di bawah 00 Cakan mematikan tanaman tebu.Rata-rata suhu udara di Indonesia berkisar antara 24 0C– 30 0C, sesuaidengan keadaan di dataran rendah. Pengaruh perbedaan suhu di Indonesiatidak begitu besar terhadap produksi tebu karena beda suhu musiman tidaklebih dari 6 0C serta beda suhu siang dan malam di dataran rendah tidak lebihdari 10 0C.Pembentukan sukrosa terjadi pada siang hari pada suhu optimal 30 0C.Penimbunan sukrosa yang efektif terjadi pada malam hari pada suhu optimal

15 0C.Tanaman tebu membutuhkan iklim kering selama 3 bulan dan pH tanah yangagak masam sampai netral (pH 5,5 – 7,5) merupakan persyaratan utama.Iklim yang basah tanpa adanya bulan kering yang nyata merupakan faktorpembatas yang akan berdampak pada rendemen gula yang rendah.b. Curah HujanBerdasarkan curah hujan wilayah sentra pengembangan tebu dapatdibedakan menjadi daerah basah, sedang dan kering.Kondisi yang ideal untuk tanaman tebu apabila curah hujan sekitar 200mm/bulan selama 5-6 bulan, yang selanjutnya diikuti dengan curah hujan 125mm/bulan selama 2 bulan dan pada bulan berikutnya curah hujan kurang dari75 mm selama 4 – 5 bulan.Tanaman tebu pada pertumbuhan vegetatif membutuhkan curah hujansekitar 200 mm selama 5-6 bulan, sedangkan untuk pertumbuhan generatifmembutuhkan curah hujan di bawah 100 mm selama 4-5 bulan.c. Sinar MatahariSinar matahari secara kuantitatif diukur menurut jumlah lama penyinaranmatahari. Tanaman tebu merupakan tanaman tropis yang mendapatkan lamapenyinaran matahari antara 12 – 14 jam setiap hari.

Page 74: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah58

Secara kualitatif penyinaran matahari diukur berdasarkan prosentasepenyinaran penuh. Radiasi sinar matahari dibutuhkan untuk membentukhormon tumbuh yang mengatur pertumbuhan anakan dan perpanjanganbatang tebu serta sebagai fotosintesis yang menghasilkan gula. Kebutuhanradiasi matahari sebesar 70 – 80 % akan memberikan produksi gula yangoptimal.d. Kelembaban UdaraKelembaban udara yang dibutuhkan untuk memproduksi tebu secara optimalsekitar 45 – 65 %. Kelembaban udara tinggi yang terjadi pada musim hujandapat meningkatkan serangan penyakit jamur.e. AnginAngin sangat berperan untuk kelancaran pertukaran udara di dalam kebun

tebu, keseimbangan kelembagaan udara dan mengatur kadar zat asam arang(CO2) di sekitar tajuk untuk proses fotosintesa. Angin dengan kecepatankurang dari 10 km/jam di siang hari akan berdampak positif bagipertumbuhan tebu. Sedangkan angin dengan kecepatan lebih dari 10 km/jamdan disertai hujan lebat akan menggangu pertumbuhan tanaman, yaitu tebuyang tinggi akan patah dan roboh sehingga mengganggu proses fotosintesadan menyulitkan proses penebangan.f. Kebutuhan AirTanaman tebu pada lahan sawah membutuhkan air sebanyak 1.200 – 1.300m3/ha/musim tanam. Kebutuhan air di lahan sawah dapat dipenuhi dari irigasiteknis, air permukaan dan air hujan.

2. Tanaman Tebu di Lahan Kering/TegalanKriteria kondisi fisik lingkungan pada lahan tegalan yang mempengaruhibudidaya tebu meliputi iklim, fisiografi, tanah dan air. Ketersediaan airmemegang peranan penting dan strategis dalam pengembangan tebu dilahan tegalan.a. SuhuPertumbuhan tebu yang optimal dapat tercapai apabila suhu berkisar antara24 – 30 0C. Pertumbuhan tebu akan berhenti apabila suhu di bawah 15 0C.

Page 75: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 59

Pada suhu 4 0C akan menyebabkan tebu rusak dan suhu beku di bawah 00Cakan mematikan tebu.Di Indonesia kisaran suhu 24– 30 0C, sesuai dengan keadaan di dataranrendah. Selanjutnya karena beda suhu musiman tidak lebih dari 6 0C, sertabeda suhu siang dan malam di dataran rendah tidak lebih dari 10 0C makapengaruh suhu di Indonesia tidak begitu besar terhadap pertumbuhantanaman tebu.Pembentukan sukrosa terjadi pada siang hari pada suhu optimal 30 0C.Penimbunan sukrosa yang efektif terjadi pada malam hari pada suhu optimal15 0C.Tanaman tebu membutuhkan persyaratan utama iklim kering selama 3 bulandan pH tanah yang agak masam sampai netral (pH 5,5 – 7,5). Iklim yang

basah tanpa adanya bulan kering yang nyata merupakan faktor pembatasuntuk budidaya tebu di lahan kering agar tanaman tidak mengalamikekeringan.

b. Curah HujanCurah hujan yang ideal untuk pertumbuhan vegetatif tanaman tebudibutuhkan curah hujan minimal 100 mm/bulan selama 6-7 bulan, setelah itumelewati fase vegetatif yang memerlukan 2-3 bulan kering (kurang dari 100mm/bulan)

c. Sinar MatahariSinar matahari yang cukup dibutuhkan untuk pertumbuhan tebu pada fasevegetatif maupun pemasakan. Cuaca berawan pada siang hari merugikantanaman tebu karena proses fotosintesa berkurang. Cuaca berawan padamalam hari akan menaikkan suhu yang akan menurunkan kadar gula(rendemen) pada batang tebu.

d. Kelembaban UdaraKelembaban udara yang dibutuhkan untuk memproduksi tebu secara optimalsekitar 45 – 65 %. Kelembaban udara yang rendah dapat mencegah penyakitjamur, sedangkan kelembaban udara yang tinggi terjadi pada musim hujandapat menyebabkan tingginya serangan penyakit jamur.

Page 76: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah60

e. AnginAngin berperan untuk kelancaran pertukaran udara di dalam kebun tebu,keseimbangan suhu udara dan mengatur kadar zat asam arang (C02) untukproses fotosintesa. Angin dengan kecepatan kurang dari 10 km/jam di sianghari akan berdampak positif bagi pertumbuhan tebu. Sedangkan angindengan kecepatan lebih dari 10 km/jam disertai hujan lebat akan menggangupertumbuhan tanaman tebu, yaitu tebu yang tinggi akan patah dan robohsehingga menggangu fotosintesa dan akan kesulitan dalam penebangan.

f. Kebutuhan AirTanaman tebu pada lahan tegalan membutuhkan air sebanyak 1.200 m3 –1.300 m3/ha/musim tanam. Kebutuhan air di lahan tegalan dapat dipenuhidari air hujan, embung dan sumur (air tanah dangkal – agak dalam), mata air,

sungai, dan parit buangan.Penanaman tanaman tebu di lahan tegalan memerlukan perhatian yang lebihseksama mengingat masalah yang dijumpai di lahan ini lebih banyakdibanding lahan sawah, sehingga dalam penentuan lokasi penanaman tebuharuslah memperhatikan beberapa faktor dalam kesesuaian lahan yangmeliputi ;1). Tinggi Tempat

Tanaman tebu dapat tumbuh baik dari pantai sampai dataran tinggiantara 0 – 1.400 m dpl, tetapi mulai ketinggian 700 m di atas permukaan lautpertumbuhan tanaman tebu relatif lambat. Ketinggian yang paling sesuaiuntuk pertanaman tebu adalah berkisar antara 0– 400 m dpl.2). Kemiringan Lahan

Topografi lahan sebaiknya datar bergelombang antara 0 – 8%. Lahanterbaik bagi tanaman tebu di lahan kering/tegalan adalah lahan dengankemiringan kurang dari 3%. Syarat lahan tebu adalah berlereng panjang, ratadan melandai sampai 3% apabila tanahnya ringan dan sampai 5% apabilatanahnya lebih berat. Lahan dengan kemiringan 2–3% dapat diusahakanuntuk budidaya tebu, namun untuk menjaga kelestarian tanah di lahantersebut perlu diterapkan sistem budidaya konservasi. Untuk lahan dengan

Page 77: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 61

kemiringan lebih dari 4% perlu pengelolaan khusus misalnya penggunaansistem teras.3). Fisik Tanah

Yang termasuk fisik tanah adalah tekstur, kedalaman efektif tanah(ruang jelajah akar), kelancaran drainase, pertukaran udara dan mudahtidaknya tanah diolah. Struktur tanah yang ideal adalah tanah remah sehinggaaerasi udara dan perakaran berkembang sempurna. Tekstur tanah adalahperbandingan partikel-partikel tanah berupa pasir, debu dan liat. Teksturtanah ringan sampai agak berat dengan berkemampuan menahan air cukupdan porositas 30% merupakan tekstur tanah yang ideal bagi pertumbuhantanaman tebu.

Kedalaman (solum) tanah untuk pertumbuhan tanaman tebu minimal

50 cm dengan tidak ada lapisan batuan kedap air, permukaan air 40 cm,bertekstur sedang sampai berat, struktur tanah baik dan mantap danmempunyai kapasitas air tersedia yang cukup.4). Drainase

Tanaman tebu akan tumbuh baik pada tanah dengan kedalaman yangcukup dengan drainase yang baik dan dalam, ±1 meter kedalamannya,memungkinkan akar tanaman menyerap air dan unsur hara pada lapisan yanglebih dalam. Sistem perakaran yang mencapai lapisan tanah yang dalam akanmemberi peluang bagi tanaman tebu untuk bertahan hidup selama musimkemarau tanpa mengganggu pertumbuhan. Pengolahan tanah dan sistemdrainase yang dalam, mendorong sistem perakaran berkembang secaravertikal sehingga dapat menyerap unsur hara lebih banyak dan tahankekeringan.5). Kimia Tanah

Kimia tanah meliputi kandungan unsur hara, pH tanah dan bahanracun dalam tanah. Kemampuan tanah menyediakan unsur hara untukpertumbuhan tanaman dapat dilihat dari kemampuan pada kapasitaspenukaran kation dan kejenuhan basa.

Page 78: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah62

Tanah dengan kapasitas penukaran kation yang tinggi dapatmemberikan hara yang baik. Untuk memberikan dosis pupuk yang tepat perludilakukan analisa tanah dan analisa daun.

Dari hasil analisa dapat diketahui kandungan unsur hara dalam tanahyang terbawah di daun, sehingga tambahan unsur hara yang diperlukantanaman sesuai kebutuhan. pH tanah untuk pertumbuhan tanaman tebu yangpaling optimal berkisar antara 6,0–7,5, namun masih toleran pada pH 4,5–8,5.Pada pH netral efisiensi pemupukan NPK lebih tinggi, sedangkan pada pHkurang dari 5,0 dapat menyebabkan terfiksasinya unsur P oleh Al dan Fe. Olehkarena itu pada tanah dengan pH di bawah 5 (tanah masam) perlu dilakukanpemberian kapur (CaCO3). Dengan bantuan kapur, fixasi dan keracunan olehunsur Fe dan Al dapat dikurangi.

Bahan racun dalam tanah utamanya adalah unsur Clor (Cl), Fe dan Al.Kadar Cl 0.06–0,1% telah besifat racun bagi akar tanaman. Tanah yangairnya buruk dapat menimbulkan keracunan Fe, Al dan Sulfat (SO4),sedangkan tanah di tepi pantai karena rembesan air laut, kadar Cl nya cukuptinggi sehingga bersifat racun.

4.3. Metode Pendekatan dan Pelaksanaan Kajian

Pelaksanaan kegiatan dilakukan melalui mekanisme swakelola. Jadwal

kegiatan atau jangka waktu pelaksanaan kegiatan sebagaimana tersaji padaTabel 4-3. Pembiayaan penyelenggaraan kegiatan ini dibebankan pada APBNTugas Pembantuan (TP) 05 Direktorat Jenderal Perkebunan KementerianPertanian RI Tahun 2015.

Page 79: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 63

Tabel 4.3. Jadwal Palang Pelaksanaan Kegiatan Penyusunan MasterplanKawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Provinsi JawaTengah

No Uraian

KegiatanJadwal Kegiatan

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des

1 Pesiapan

2 Sosialisasi Awal

3. PembentukanTim Pembina

dan Teknis

4. Pembentukan

Tim Ahli

5. Pengumpulan

Data

6. Pengambilandan pengujian

sampel tanah

7. Penyusunan

Draf

8. Ekpose Provinsi

9. Ekspose Pusat

10. Pelaporan

Page 80: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah64

4.4. Metode Penyusunan Strategi dan Rencana Aksi PengembanganKawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Pengembangan kawasan pertanian, memerlukan suatu upaya untukmenyusun perencanaan pembangunan wilayah sebagai kawasan pertanian.Perencanaan ini bernilai strategis karena dapat memberikan landasanoperasional dan memandu dalam pentahapan pencapaian tujuan dan sasaranpembangunan dalam rangka mencapai keberhasilan pengembangan ekonomi

wilayah. Tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dalam melakukan analisisperencanaan harus ditentukan terlebih dahulu dan kemudian diikuti dengananalisis situasi dan kondisi saat ini secara mendalam.

Metode analisis yang terbaik dalam situasi saat ini untuk sebuah tujuanatau sasaran yang ingin dicapai dalam perencanaan pembangunan harusterlebih dahulu diseleksi dari beberapa alternatif pilihan yang ada atautersedia. Kesalahan dalam mengkaji hal ini akan mengakibatkan kesalahandalam perencanaan pembangunan. Perencanaan pembangunan kawasanpertanian yang ditetapkan memerlukan pemahaman secara mendalammengenai metode-metode analisis yang sesuai untuk menganalisisperencanaan pembangunan wilayah secara umum dan kawasan pertaniansecara khusus. Kesalahan dalam perencanaan pembangunan akan berakibatpada tujuan dan sasaran pembangunan tidak berhasil dicapai danpemborosan waktu dan sumberdaya.

Dalam perumusan kebijakan, strategi dan kegiatan operasionalpengembangan komoditas unggulan dan kawasannya membutuhkan suatumetode analisis yang memadai agar tujuan yang ingin dicapai tersebutmemiliki kerangka atau rancang bangun yang mudah diterapkan. Perumusan

strategi yang mengarahkan rencana aksi dilakukan berdasarkan hasil analisisdata dan informasi dan dipertajam melalui proses wawancara,seminar/workshop/FGD dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingandaerah atau stakeholder. Salah satu metode analisis yang dapat dipakai dalammenyusun strategi kebijakan, program dan kegiatan, di mana selama inibelum banyak digunakan adalah metode Mean End Analysis.

Page 81: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 65

Mean End Analysis (MEA) atau analisis tujuan akhir memilikipengertian merupakan suatu metode analisis untuk mencapai tujuan akhirdari sasaran atau target-target yang telah ditetapkan. Metode analisis inimemiliki tujuan untuk mendapatkan status kondisi yang ingin dicapai padamasa depan dan selanjutnya ditarik mundur ke belakang sesuai kondisi situasipada saat ini (eksisting). Metode ini digunakan untuk menentukan strategikebijakan, program dan kegiatan dalam rangka memecahkan masalah-masalah yang dihadapi untuk mencapai target atau sasaran yang ingin dicapaipada masa yang akan datang sebagai tujuan akhir dari analisis.

Metode MEA juga merupakan strategi pemecahan masalah dengancara membagi masalah ke dalam bentuk yang lebih sederhana, atau darimasalah yang khusus ke masalah yang lebih umum. Pencapaian tujuan akhir

yang ingin dicapai MEA adalah menganalisis suatu masalah dengan bermacamcara, sehingga mendapatkan hasil sesuai tujuan akhir yang ingin dicapai.

Metode MEA adalah suatu teknik pemecahan masalah di manakeadaan sekarang dibandingkan dengan tujuan, dan perbedaan di antaranyadibagi ke dalam sub-sub tujuan untuk memperoleh tujuan denganmenggunakan berbagai metode dan cara yang sesuai. Metode analisis inimemuat dua langkah utama yaitu : (1) Mengidentifikasi perbedaan antarakondisi atau keadaan sekarang dan tujuan yang ditentukan; dan (2)Menggunakan suatu tindakan untuk mengurangi perbedaan antara tujuandengan keadaan sekarang. Berdasarkan dua langkah utama ini selanjutnyadirinci langkah-langkah dan tahapan yang harus dilakukan dalammenggunakan metode ini.

Langkah-langkah dalam menerapkan metode MEA adalah: (1)Menguraikan keadaan atau kondisi dan situasi tujuan akhir yang ingin dicapaisecara detail; (2) Menguraikan kondisi dan situasi sekarang secara detail; (3)Mengidentifikasi perbedaan dari berbagai sudut pandang secara detail danmenguraikannya secara sistematis; (4) menganalisis perbedaan itu dari sudutpandang permasalahan dan pencapaian tujuan dengan berbagai macammetoda dan cara yang paling tepat dan cepat untuk mengurangi perbedaan

Page 82: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah66

itu; dan (5) Memformulasikan hasil analisis sesuai kerangka formatperencanaan.

Page 83: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 67

5.1. Kondisi Umum Wilayah Lokasi Pengembangan Kawasan BerbasisKomoditas Tebu

5.1.1. Letak Geografis dan Batas Wilayah Lokasi PengembanganKawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu di Provinsi JawaTengah

Jawa Tengah sebagai salah satu provinsi di Jawa, letaknya diapit olehdua Provinsi besar, yaitu Jawa Barat dan Jawa Timur. Letaknya antara 5°40'dan 8°30' Lintang Selatan dan antara 108°30' dan 111°30' Bujur Timur

(termasuk Pulau Karimunjawa). Jarak terjauh dari Barat ke Timur adalah 263km dan dari Utara ke Selatan 226 km (tidak termasuk Pulau Karimunjawa).Kabupaten Pati merupakan satu dari 35 kabupaten/kota di Provinsi JawaTengah yang mempunyai letak cukup strategis karena dilewati oleh jalannasional yang menghubungkan kota-kota besar di pantai utara Pulau Jawaseperti Surabaya, Semarang dan Jakarta. Secara geografis Kabupaten Patiterletak pada posisi 110°,15’ - 111°,15’ BT dan 6°,25’ - 7°,00’ LS. KabupatenRembang terletak di sebelah utara bagian timur dari Provinsi Jawa Tengahdengan posisi lintang berada pada 111°,00’-111°,30’ BT dan 6°,30’-7°,00’ LS.Kabupaten Blora terletak antara 1110 16’ s/d 1110 338’ Bujur Timur dan 60

528’ s/d 70 248’ Lintang Selatan. Batas administrasi wilayah Kabupaten yangmenjadi lokasi kawasan perkebunan berbasis komoditas tebu disajikan padaTabel 5.1.

Tabel 5.1 menunjukkan batas administrasi wilayah kabupaten yangmenjadi lokasi kawasan perkebunan berbasis komoditas tebu Provinsi JawaTengah. Berdasarkan tabel tersebut bahwa Kabupaten Pati di sebelah Utaraberbatasan dengan wilayah Kabupaten Jepara dan Laut Jawa, di sebelahSelatan berbatasan dengan wilayah Kabupaten Grobogan dan Kabupaten

BAB V. POTENSI PENGEMBANGAN KAWASANPERKEBUNAN BERBASIS KOMODITAS TEBU

PROVINSI JAWA TENGAH

Page 84: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah68

Blora, di sebelah Barat berbatasan dengan wilayah Kabupaten Kudus danKabupaten Jepara, dan di sebelah Timur berbatasan dengan wilayahKabupaten Rembang dan Laut Jawa.

Tabel 5.1. Batas Administrasi Wilayah Kabupaten Kawasan PerkebunanBerbasis Komoditas Tebu Provinsi Jawa Tengah.

Batas Wilayah Pati Blora Rembang Jawa Tengah

Sebelah Utara WilayahKabupatenJepara danLaut Jawa

WilayahKabupatenRembang danPati

Laut Jawa Laut Jawa

SebelahSelatan

WilayahKabupatenGrobogan danKabupaten.Blora

WilayahProvinsiJawa Timur,KabupatenNgawi

WilayahKabupatenBlora

SamuderaHindia danWilayahProvinsiD.I.Yogyakarta

Sebelah Barat WilayahKabupatenKudus danKabupatenJepara

WilayahKabupatenGrobogan

WilayahKabupatenPati

WilayahProvinsi JawaBaratKabupatenCirebon, KotaCirebon,Kuningan,Ciamis, KotaBanjar

Sebelah Timur WilayahKabupatenRembang danLaut Jawa

WilayahProvinsi JawaTimurKabupatenBojonegoro

WilayahProvinsiJawa TimurKabupatenTuban

WilayahProvinsi JawaTimurKabupatenNgawi, Tuban,Bojonegoro,Pacitan,Magetan

Batas administrasi Kabupaten Blora di sebelah Utara berbatasandengan wilayah Kabupaten Rembang dan Pati, di sebelah Selatan berbatasandengan wilayah Provinsi Jawa Timur (Kabupaten Ngawi), di sebelah Barat

Page 85: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 69

berbatasan dengan wilayah Kabupaten Grobogan, dan di sebelah Timurberbatasan dengan wilayah Provinsi Jawa Timur Kabupaten Bojonegoro.

Batas administrasi Kabupaten Rembang di sebelah Utara berbatasandengan Laut Jawa, di sebelah selatan berbatasan dengan wilayah KabupatenBlora, di sebelah barat berbatasan dengan wilayah Kabupaten Pati, dan disebelah Timur berbatasan dengan wilayah Provinsi Jawa Timur (KabupatenTuban).

Batas administrasi Kabupaten Pati di sebelah Utara berbatasan denganLaut Jawa, di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Blora danGrobogan, di sebelah Barat berbatasan dengan wilayah Kabupaten Kudus disebelah Timur berbatasan dengan wilayah Rembang.

5.1.2. Pembagian Administrasi Pemerintahan Wilayah LokasiPengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu diProvinsi Jawa Tengah

Gambar 5-1. Lokasi Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Tebu

Page 86: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah70

Tabel 5.2. Pembagian Administrasi Wilayah Kabupaten KawasanPerkebunan Berbasis Komoditas Tebu Provinsi Jawa Tengah.

WilayahPemerintahan

Dalam/LuarKawasan Pati Rembang Blora Jawa

Tengah

Jumlah Kecamatan

Dalam Kawasan 20 16 12 48

Luar Kawasan 1 3 4 8

Total 21 19 16 56

Jumlah Desa/Kelurahan yang MenjadiPrioritas Kawasan Pengembangan 155 91 40 286

Tabel 5.2. menunjukkan bahwa jumlah kecamatan yang termasuk di

dalam kawasan perkebunan berbasis komoditas tebu di Kabupaten Patisebanyak 20 kecamatan, Kabupaten Rembang 16 kecamatan dan KabupatenBlora 12 kecamatan, jumlah keseluruhan 48 kecamatan. Sedangkan untukjumlah kecamatan yang berada di luar kawasan perkebunan berbasiskomoditas tebu di Kabupaten Pati ada 1 kecamatan, Kabupaten Rembang ada3 kecamatan, dan Kabupaten Blora ada 4 kecamatan, jumlah keseluruhan 8kecamatan. Jumlah desa/kelurahan yang menjadi prioritas kawasanpengembangan tebu di Kabupaten Pati sebanyak 155 desa/kelurahan,Kabupaten Rembang 91 desa/kelurahan dan Kabupaten Blora 40desa/kelurahan, jumlah keseluruhan 286 desa/kelurahan.

5.1.3. Luas Wilayah Lokasi Pengembangan Kawasan PerkebunanBerbasis Komoditas Tebu di Provinsi Jawa Tengah Menurut JenisTanah dan Topografi

Jenis tanahWilayah lokasi pengembangan perkebunan tebu di Jawa Tegah

terutama yang berada di Kabupaten Pati, Rembang dan Blora memilikisebaran jenis tanah yang cukup beragam (Gambar 5-2). Dari Gambar 5-2terlihat bahwa di Kabupaten Pati, Rembang dan Blora didominasi jenis tanahTypic Epiaquepts (Inceptisols) dengan luasan sekitar 136.278,26 ha atausekitar 30% dari luas wilayah 3 kabupaten. Jenis tanah ini memiliki karakter

Page 87: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 71

telah mengalami perkembangan lanjut, dengan tekstur tanah yang umumnyaberliat, dan drainase agak terhambat sampai terhambat, dengan keadaandalam beberapa bulan mengalami penggenangan secara periodik. Jenis tanahseperti ini umumnya merupakan areal yang memiliki pola tanam padi bergilirdengan palawija atau tanaman lahan kering lainnya. Jenis tanah TypicEpiaquepts tersebar merata di 3 Kabupaten dengan persentase luasanmasing-masing di Kabupaten Pati 45%, Rembang 21% dan Blora 22,5% dariluas wilayah kabupaten. Jenis tanah terluas ke-2 dan seterusnya terdiri dariTypic Hapludults (Ultisols)(22,5%), Typic Hapludalfs (Alfisols)(17,6%), TypicEutrudepts (Inceptisols)(13,7%) dan lainnya sekitar 16,2%. Jenis tanahHapludults (Ultisols) merupakan jenis tanah yang sudah mengalamiperkembangan lebih lanjut dibandingkan dengan tanah Inceptisol. Jenis

tanah Hapludults dicirikan dengan karakter tekstur berliat tinggi dankemasaman tanah yang tinggi (pH rendah <5.5). Jenis-jenis tanah yangmemiliki tekstur berliat memiliki keunggulan tingkat kesesuaian yang palingbaik untuk tanaman tebu, namun demikian kondisi drainase terhambat danpH yang rendah menjadi pembatas kesesuaian tanaman tebu. Oleh karenaitu, di tanah-tanah Inceptisol dan Ultisols, teknologi meningkatkan pH danmemperbaiki drainase tanah menjadi komponen teknologi yang harusdiprioritaskan. Jenis tanah Hapludults memiliki sebaran terluas di KabupatenBlora, yaitu sekitar 48,6% dari luas wilayah kabupaten. Sedangkan padatanah-tanah Alfisols, disamping juga memiliki karakter tekstur tanah berliat,juga memiliki kandungan unsur Al dan Fe yang cukup tinggi. Unsur Fe yangberlebihan memberikan dampak pertumbuhan tanaman yang tidak optimal,seperti tanaman lebih pendek, daun menyempit dan pertumbuhan lingkarbatang yang lebih kecil. Oleh karena itu untuk tanah-tanah seperti inidiperlukan teknologi meminimalisir pengaruh unsur Fe melalui pengapurandan pembuatan got (malang dan mujur) yang lebih dalam. Tanah-tanahdengan jenis Alfisols memiliki sebaran paling banyak di Kabupaten Rembangsekitar 56% dari luas wilayah. Sebaran jenis tanah di Kabupaten Pati,Rembang dan Blora disajikan pada Tabel 5.3 dan Gambar 5-3.

Page 88: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah72

Tabel 5.3. Jenis Tanah dan Penyebarannya di Kabupaten Pati, Rembangdan Blora

No. Jenis Tanah Pati Rembang Blora

1 Andic Dystrudepts 13.791,55 11,002.612 Aquic Dystrudepts 2.330,413 Typic Dystrudepts 28.715,044 Typic Endoaquepts 1.641,065 Typic Epiaquepts 70.921,03 21.727,24 43.629,986 Typic Eutrudepts 7.823,13 9.223,37 45.418,957 Typic Hapludalfs 13.899,04 57.884,74 8.392,678 Typic Hapludults 7.990,10 94.205,169 Typic Haplustepts 621,5210 Typic Hydraquents 12.127,05 3.523,95

Tabel 5.3. (Lanjutan)

Sumber: BBSDL, 2010

Gambar 5-3. Peta Jenis Tanah Kabupaten Pati, Rembang dan Blora

Page 89: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 73

TopografiBerdasarkan kondisi reliefnya daerah pengembangan tebu utama

Provinsi Jawa Tengah di Kabupaten Pati, Rembang dan Blora didominasidengan topografi datar sampai landai (0-3%) dengan luasan sekitar 158.053ha (34,2% dari luas 3 kabupaten). Dominasi lahan dengan topografi datarsampai landai ini merupakan kondisi yang paling ideal untuk syaratpertumbuhan tanaman tebu (BBSDL, 2014)“Petunjuk Teknis Evaluasi LahanUntuk Komoditas Pertanian”.

Kondisi topografi kedua dan seterusnya di wilayah utamapengembangan tebu ini didominasi oleh topografi bergelombang dan berbukit,masing-masing dengan proporsi luasan sekitar 23,9% dan 22,7% dari luastotal wilayah. Daerah dengan kelas kemiringan >8% (topografi

bergelombang) tersebar paling luas di Kabupaten Blora (29,7%), kemudianRembang (24,1%) dan Pati (16,3%). Sedangkan kondisi lahan dengantopografi berbukit tersebar paling luas di Kabupaten Blora, yaitu sekitar 30%dari luas wilayah. Daerah dengan topografi bergelombang maupun berbukitmerupakan wilayah yang memiliki potensi lebih rendah dibandingkan dengandaerah datar, terhadap keberhasilan pengembangan tanaman tebu secaraoptimal, disebabkan karena semakin besarnya potensi terhadap ancamanbahaya erosi. Oleh karena itu, yang harus diperhatikan untuk daerah-daerahyang memiliki tingkat kemiringan >8% adalah sistem pengaturan pertanamanyang mampu meminimalisir tingkat erosi yang mungkin terjadi. Salah satuteknologi alternatif yang bisa dilakukan adalah dengan memperbanyakpembuatan “got mujur” dan “got malang” yang dibuat dengan caramemotong lereng. Sebaran kemiringan lahan di Kabupaten Pati, Blora danRembang disajikan pada Tabel 5.4 dan Gambar 5-4.

Page 90: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah74

Tabel 5.4. Sebaran Kemiringan Lahan di Kabupaten Pati, Rembang danBlora

No. Kemiringan Lereng (%) Pati Rembang Blora

1 Datar-landai 0-3 44.409 85.378 28.265

2 Berombak 3-8 37.202 11.689 23.743

3 Bergelombang 8-15 60.206 25.630 24.375

4 Berbukit 15-25 60.882 29.933 13.803

5 Bergunung >25 4.959 11.003Sumber: BBSDLP, 2010

Gambar 5-4. Peta Kemiringan Lereng Kabupaten Pati, Rembang dan Blora

Page 91: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 75

5.2. Kondisi Agroekologis dan Lingkungan Wilayah LokasiPengembangan Kawasan Berbasis Komoditas Tebu

5.2.1. Potensi Sumberdaya Dan Tataguna Lahan Wilayah LokasiPengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu diProvinsi Jawa Tengah

Berdasarkan Tabel 5.5 lahan di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010seluas 3.25 juta ha, dimana 30 persennya berupa lahan sawah (992 ribu ha)dan sisanya berupa lahan bukan sawah. Lahan sawah itu menyebar hampir disemua kabupaten dan kota. Di lokasi pengembangan tebu sendiri total lahansawah sekitar 13,6 persen dari total lahan sawah Provinsi Jawa Tengah. Dikawasan itu, Kabupaten Pati mempunyai lahan sawah paling luas diikutiKabupaten Blora dan Kabupaten Rembang. Sementara itu, total luas lahanbukan sawah adalah 13 persen dari total lahan bukan sawah Provinsi. Lahan

bukan sawah terluas di Kabupaten Blora, disusul Kabupaten Pati danKabupaten Rembang.

Tabel 5.5. Luas Penggunaan Lahan Sawah dan Bukan Sawah di LokasiKawasan Tebu Tahun 2010 (Ha)

Jenis PenggunaanLahan Kab. Blora Kab. Rembang Kab. Pati Jawa Tengah

Lahan Sawah 46.570 29.172 59.329 991.524Bukan lahan sawah 132.870 72.238 89.791 2.262.888Jumlah 179.440 101.410 149.120 3.254.412

Sumber : Jawa Tengah Dalam Angka, 2014

Tabel 5.6 memberikan informasi lebih detil tentang jenis danluasan penggunaan lahan bukan sawah tahun 2010. Penggunaan lahanbukan sawah meliputi: (i) lahan yang sudah terbangun meliputi bangunan danpekarangan, (ii) hutan, (iii) ladang/huma, (iv) perkebunan negara, (v) padangrumput, (vi) tegal/kebun, dan (vi) lain-lain (jalan, sungai, dan lain-lain).

Page 92: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah76

Tabel 5.6. Luas Penggunaan Lahan Bukan Sawah di Lokasi Kawasan TebuTahun 2010 (Ha)

Lahan bukan sawah Kab. Blora Kab.Rembang Kab. Pati Prov. Jawa

TengahTegal/ Kebun 26.809 33.788 27.706 723.056Hutan Negara 85.486 23.013 16.766 567.449Hutan Rakyat 1.158 1.587 1.236 103.004Ladang/ Huma - - - 11.664Padang Rumput 3 28 - 1.745Bangunan/Pekarangan 13.769 8.044 26.584 537.288

Perkebunan Negara 124 597 2.371 71.337Sementara TidakDiusahakan - 5 - 1.429

Lain-lain 5.500 3.552 4.452 196.275Sumber : Jawa Tengah Dalam Angka, 2014

Lahan tebu eksisting (Gambar 5-5, 5-6 dan 5-7) berada pada lahansawah dan lahan bukan sawah. Pada lahan bukan sawah, tanaman tebudijumpai terutamanya di lahankering/tegalan, yang dijumpai paling luas diKabupaten Rembang, disusul Kabupaten Pati dan Kabupaten Blora. Lahan inimerupakan potensi untuk pengembangan tebu.

Gambar 5-5. Peta Sebaran Lokasi Eksisting Lahan Perkebunan Tebu Kabupaten Patitahun 2014

Page 93: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 77

Gambar 5-6. Peta Sebaran Lokasi Eksisting Lahan Perkebunan Tebu KabupatenRembang Tahun 2014

Gambar 5-7. Peta Sebaran Lokasi Eksisting Lahan Perkebunan Tebu Kabupaten Blora Tahun 2014

Page 94: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah78

5.2.2. Potensi Kesesuaian Lahan dan Agroklimat Wilayah LokasiPengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu diProvinsi Jawa Tengah

a. Kondisi Suhu udaraTabel 5-7 memberikan informasi tentang suhu udara rata-rata

tahunan. Kawasan perkebunan tebu berada di daerah dengan suhu udara 24hingga 27oC dimana suhu ini merupakan kondisi yang sesuai untukpertumbuhan tebu.

Tabel 5.7. Suhu Udara Rata-rata Menurut Stasiun Pengamatan Suhu diJawa Tengah Tahun 2010-Juni 2014 (°C)

Stasiun 2010 2011 2012 2013 Juni2014

Colo, Kudus - - 25,0 24,9 24,5Ngambak Kapung, Grobogan 24,7 - - - -Rendole, Pati 27,5 27,3 26,9 27,6 27,3

Sumber: Jawa Tengah Dalam Angka, 2014

b. Wilayah dan Perkembangan Curah HujanBerdasarkan peta sumberdaya iklim skala 1:1.000.000 dari

Balitklimat, Bogor. Daerah kawasan tebu terbagi atas 9 wilayah hujan (Tabel5-8). Setiap wilayah memberikan informasi kisaran curah hujan rata-ratatahunan, jumlah bulan dengan curah hujan <=100 mm, 100-150 mm, 151-200 mm, dan > 200 mm. Contohnya, wilayah hujan II A mempunyai curahhujan antara 1000-2000 mm per tahun, jumlah bulan yang mempunyai curahhujan < 100 mm sebanyak 5-8 bulan, jumlah bulan dengan curah hujan 100-150 mm adalah 3 bulan atau kurang, jumlah bulan dengan curah hujan 151-200 mm adalah 2 bulan atau kurang dan jumlah bulan dengan curah hujan>200 mm adalah 4 bulan atau kurang.

Page 95: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 79

Tabel 5.8. Wilayah Hujan di kawasan perkebunan tebu

Rata-rataHujan

Tahunan

WilayahIklim/

Tipe Hujan

CurahHujan

≤100 mm

CurahHujan

100-150 mm

CurahHujan

151-200 mm

CurahHujan

>200 mm

1000 - 2000IIA 5-8 ≤3 ≤2 ≤4IIB ≤4 ≤5 ≤5 ≤4IIC ≤5 ≤5 ≤6 ≤5

2001 - 3000IIIA ≤6 ≤4 ≤5 ≤6IIIB ≤4 ≤4 ≤5 5-6IIIC ≤4 ≤4 ≤5 6-8

3001 - 4000IVA ≤2 ≤3 ≤4 7-9IVBIVC

Sumber : Balitklimat 2015Catatan: yang cocok untuk pengembangan tanaman tebu adalah IIA, IIIA

Pola Keterangan

IIA Mempunyai curah hujan 1000-2000 mm/tahun dengan pola tunggal(simple wave, dengan curah hujan terendah bulan Juli-Agustus

IIB Mempunyai curah hujan 1000-2000 mm/tahun dengan polaberfluktuasi (mutiple wave)

IIC Mempunyai curah hujan 1000-2000 mm/tahun dengan pola ganda(double wave)

IIIA Mempunyai curah hujan 2.001-3.000 mm/tahun dengan pola tunggal(simple wave, dengan curah hujan terendah bulan Juli-Agustus

IIIB Mempunyai curah hujan 2.001-3.000 mm/tahun dengan polaberfluktuasi (mutiple wave)

IIIC Mempunyai curah hujan 2.001-3.000 mm/tahun dengan pola ganda(double wave)

IVA Mempunyai curah hujan 3.001-4.000 mm/tahun dengan pola tunggal(simple wave, dengan curah hujan terendah bulan Juli-Agustus

IVB Mempunyai curah hujan 3.001-4.000 mm/tahun dengan polaberfluktuasi (mutiple wave)

IVC Mempunyai curah hujan 3.001-4.000 mm/tahun dengan pola ganda(double wave)

Tabel 5.8 menyediakan informasi curah hujan dan wilayah hujan diKabupaten Pati, Rembang dan Blora, seperti yang teramati di beberapastatisiun iklim di wilayah tersebut. Di Kabupaten Pati, wilayah hujan yangdijumpai adalah IIA, IIC, IIIA, IIIC, dan IVA. Ini mengindikasikan bahwacurah hujan di daerah ini mempunyai pola ganda atau dua puncak hujan dan

Page 96: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah80

pola tunggal atau satu puncak hujan. Wilayah hujan di Jaling dan Juwanamempunyai dua puncak hujan, namun Juwana memiliki curah hujan lebihrendah dari pada Jaling.

Di Kabupaten Rembang, curah hujan mempunyai 3 pola yaitu polaganda, pola tunggal, dan pola fluktuasi. Pola tunggal atau satu puncak hujanpaling sering dijumpai disusul oleh pola ganda. Curah hujan paling dominanadalah termasuk golongan II, dengan curah hujan tahunan 1.000-2.000 mmper tahun. Sementara itu, di Kabupaten Blora, curah hujan termasuk golonganII dengan curah hujan 1.000-2.000 mm per tahun. Curah hujan dengan polaganda dengan dua puncak hujan nampak paling sering dijumpai. Hanya satudaerah dengan mempunyai pola tunggal.

Berkaitan dengan kesesuaian agroklimat, pengembangan tebu

lebih sesuai dikembangkan pada wilayah hujan IIA dan IIIA, yaitu daerah-daerah dengan satu kali puncak hujan.

Tabel 5.9. Wilayah hujan di Kabupaten Pati, Rembang dan Blora

Kode Stasiun Iklim Stasiun Iklim Curah hujan(mm/th) Tipe Iklim

Kabupaten Pati33-1734 Jalong 2.893 IIIC33-1755 Kalittelo 2.870 IIIA33-426 Juwana 1.453 IIC33-179 Jakenan 1.550 IIA33-3305 Winong 1.586 IIA33-1710 Gabus 2.467 IIIA33-2921 Keling 3.208 IVA

Kabupaten Rembang33-3308 Rembang 1.478 IIC33-1166 Kragan 1.505 IIB33-1911 Lasem 1.669 IIB33-15 Mudal 1.530 IIC

33-1877 Sedan 1.449 IIA33-2324 Pamotan 1.741 IIA33-1198 Sulang 1.597 IIC33-1173 Matingan 1.953 IIA33-4G Bulu 2.027 IIIA

Kabupaten Blora33-71 Randublatung 1.754 IIC33-25 Kedungtuban 1.821 IIC

33-439B Kedungtuban-2 1.691 IIC33-11225 Kandangan 1.958 IIA

33-5Sumber : Balitklimat dan Hidrologi, 2005

Page 97: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 81

Curah hujan tahunan cukup berfluktuatif. Gambar 5-9 dan Gambar 5-10 memberikan contoh variasi kejadian hujan di Rembang dan Blora.

Gambar 5-9. Perkembangan curah hujan (kiri) dan hari hujan (kanan) di Rembang,1995-2013

Sumber: Rembang dalam Angka 2014

Gambar 5-10. Perkembangan curah hujan (kiri) dan hari hujan (kanan) di blora, 1995-2013

Sumber: Blora dalam Angka 2014

Selanjutnya perkembangan curah hujan di setiap kecamatan dalam satutahun di ketiga kabupaten dan perkembangan jumlah hujan dapat dilihatpada tabel 5.10 sampai dengan Tabel 5.15.

Page 98: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah82

Tabel 5.10. Hari Hujan di Kabupaten Pati Tahun 2011

Kecamatan Jan Feb Mar Apr Mei Juni Jul Ags Sep Okt Nop Des JumlahSukolilo 17 10 12 6 10 3 6 6 12 12 11 21 126Kayen 24 16 12 6 14 7 7 7 11 11 10 12 137Tambakromo 0 11 18 12 11 9 9 8 11 17 16 24 146Winong 20 13 12 10 12 14 10 6 7 9 9 20 142Pucakwangi 24 9 12 7 11 9 10 6 11 10 12 19 140Jaken 20 12 14 9 11 11 8 7 8 7 10 17 134Batangan 17 9 15 10 6 8 9 8 9 11 7 18 127Juwana 18 9 12 10 10 8 18 8 9 5 6 16 129Jakenan 21 22 11 9 5 9 6 6 10 6 7 9 121Pati 21 11 11 16 9 11 7 4 7 7 11 17 132Gabus 21 14 10 5 6 7 7 11 10 8 7 18 124Margorejo 15 12 15 9 8 6 7 6 5 12 9 13 117Gembong 19 10 9 10 13 7 8 4 8 14 11 15 128Tlogowungu 22 10 4 9 9 8 5 8 2 12 10 12 111Wedarijaksa 24 8 14 11 8 12 4 9 5 13 10 21 139Trangkil 23 10 9 9 8 11 10 12 9 10 5 22 138Margoyoso 23 9 5 6 8 11 8 11 9 14 11 20 135Gunungwungkal 20 14 14 13 12 11 8 11 8 13 10 10 144Cluwak 22 16 13 10 10 12 6 5 7 13 10 20 144Tayu 22 11 16 10 11 8 11 9 9 14 8 16 145Dukuh Seti 23 11 5 10 11 2 5 9 11 11 8 17 123Rata-rata 20 12 12 9 9 8 8 8 9 11 9 17 132

Sumber : Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pati, 2012

Tabel 5.11. Curah Hujan di Kabupaten Pati Tahun 2011 (mm)

Kecamatan Jan Feb Mar Apr Mei Juni Jul Ags Sep Okt Nop Des JumlahSukolilo 516 412 463 146 192 43 156 126 859 366 248 405 3.932Kayen 491 488 463 155 342 101 60 33 212 309 113 102 2.869Tambakromo 0 190 256 218 129 75 75 43 87 400 369 960 2.802Winong 436 225 205 255 78 118 169 99 68 146 143 281 2.223Pucakwangi 457 233 206 227 140 156 181 117 190 192 153 340 2.592Jaken 455 137 319 135 100 148 145 93 193 137 116 227 2.205Batangan 374 110 145 142 49 153 89 107 168 129 93 291 1.850Juwana 637 137 345 275 184 124 655 149 203 167 235 230 3.341Jakenan 388 141 225 151 39 99 116 85 164 246 252 186 2.092Margorejo 383 211 208 154 119 80 68 73 79 266 298 289 2.228Gembong 594 300 264 187 287 98 216 105 162 261 205 106 2.785Tlogowungu 475 226 189 114 212 87 131 163 47 268 248 180 2.440Wedarijaksa 462 127 283 284 122 131 60 127 53 231 191 294 2.365Trangkil 295 120 148 361 170 244 78 147 60 184 100 317 2.224Margoyoso 642 138 214 350 125 254 102 119 169 348 176 243 2.880Gunung-wungkal

656 299 237 306 147 239 86 119 214 249 219 542 3.313

Cluwak 948 421 367 186 197 288 141 116 140 216 198 526 3.744Tayu 451 81 256 147 128 125 165 129 122 231 90 259 2.184Dukuh Seti 463 81 52 92 131 32 100 123 250 168 107 305 1.904Rata-rata 881 333 311 245 170 177 218 146 203 277 211 355 2.734

Sumber : Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pati, 2012

Page 99: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 83

Tabel 5-12. Banyaknya Curah Hujan Menurut Bulan di KabupatenRembang Th 2013 (mm)

Kecamatan

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Jumlah

Sumber 570 89 115 407 228 233 0 0 0 39 76 405 2.162Bulu 376 181 278 228 88 107 0 0 1 132 114 213 1.720Gunem 349 68 169 443 101 101 0 0 0 111 58 370 1.770Sale 249 65 94 205 213 49 0 0 0 0 276 277 1.428Sarang 300 48 355 209 204 105 0 0 0 3 78 337 1.639Sedan 433 39 76 210 106 58 0 0 0 5 53 291 1.271Pamotan 276 37 135 226 132 78 0 0 0 20 5 249 1.158Sulang 495 173 305 394 136 164 0 0 0 115 77 446 2.305Kaliori 220 62 70 209 203 117 0 0 0 30 66 267 1.244Rembang 358 113 253 210 104 97 0 0 23 0 55 449 1.662Pancur 210 149 140 279 186 60 0 0 0 53 9 360 1.446Kragan 290 96 132 295 95 76 0 0 0 65 24 252 1.325Sluke 309 95 234 242 256 86 0 2 0 25 43 238 1.530Lasem 193 170 156 283 250 57 0 0 0 91 5 348 1.553Rata-rata2013

331 99 179 274 164 99 0 0,14 1,86 49 67 322 1.586,64

Rata-rata2012

243 117 161 57 26 36 - - - 57 160 226 1.081,43

Rata-rata2011

118 147 147 146 117 35 37 - 12,0 28 196 197 1.176

Sumber : Rembang dalam Angka, 2014

Tabel 5.13. Banyaknya Hari Hujan Menurut Bulan di Kabupaten RembangTh 2013

Kecamatan

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Jumlah

Sumber 21 10 9 12 7 10 0 0 0 3 3 14 89Bulu 22 12 16 17 14 13 0 0 1 8 11 17 131Gunem 19 6 14 14 8 7 0 0 0 4 4 14 90Sale 19 10 10 12 9 5 0 0 0 0 9 14 23Sarang 17 10 11 12 10 5 0 0 0 1 7 15 88Sedan 14 7 12 9 5 5 0 0 0 2 5 15 74Pamotan 11 5 10 9 5 5 0 0 0 2 1 10 58Sulang 27 12 12 14 10 12 0 0 0 9 7 16 119Kaliori 14 2 8 9 8 5 0 0 0 3 3 10 62Rembang 23 10 12 11 9 8 0 0 1 0 4 15 93Pancur 12 10 8 9 9 4 0 0 0 5 2 13 72Kragan 15 7 10 9 5 7 0 0 0 2 3 13 71Sluke 13 3 17 16 10 8 0 1 0 5 6 16 95Lasem 13 11 9 10 13 4 0 0 0 7 1 12 80Rata-rata2013

17,14 8,21 11,29 11,64 8,71 7,00 0,00 0,07 0,14 3,64 4,71 13,86 81,79

Rata-rata2012

14,43 7,29 11,00 4,29 4,79 1,29 - - - 4,21 7,07 13,21 67,57

Rata-rata2011

26 9 10 10 7 2 2 - 2 3 11 11 76

Page 100: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah84

Tabel 5.14. Banyaknya Hari Hujan Menurut Bulan di Kabupaten Blora Th2013

No. Kecamatan Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des Jmlh1. Jati 18 12 10 8 5 12 4 0 0 6 6 5 862. Randublatung 25 19 17 15 13 12 9 0 1 9 17 20 1573. Kradenan *)4. Kedungtuban 10 10 8 8 10 6 5 1 2 0 1 10 715. Cepu 9 8 11 6 5 9 5 0 0 5 7 17 826. Sambong 22 14 11 12 12 16 0 0 1 7 15 19 1297. Jiken 11 8 6 7 3 7 4 1 0 5 13 3 688. Bogorejo 15 9 11 11 9 4 7 0 0 4 14 17 1019. Jepon 19 16 14 16 11 17 8 0 0 1 16 19 13710. Blora 22 18 15 11 10 14 7 3 2 7 11 17 13711. Banjarejo *)12. Tunjungan 14 15 13 15 11 14 7 0 2 4 9 22 12613. Japah 17 11 10 8 10 10 4 0 1 4 9 16 10014. Ngawen 11 15 12 13 10 9 7 0 0 9 12 14 11215. Kunduran 12 11 11 13 9 11 6 0 0 8 9 21 11116. Todanan 18 8 13 12 5 4 5 0 0 5 8 13 91

Jumlah 2013 16 12 12 11 9 10 6 0 1 5 11 15 1082012 17 13 11 6 5 2 0 0 1 6 12 14 862011 14 11 14 14 9 3 2 0 3 6 16 14 105

*): alat rusakSumber : Blora dalam Angka, 2014

Tabel 5.15. Banyaknya Curah Hujan Menurut Bulan di Kabupaten Blora, Th2013 (mm)

No. Kecamatan Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des Jumlah1. Jati 258 253 151 49 124 186 20 0 0 177 157 144 1.5192. Randublatung 335 327 149 122 117 169 118 0 10 106 150 456 2.0593. Kradenan *)4. Kedungtuban 140 240 150 203 109 96 45 7 0 0 7 440 1.4375. Cepu 170 110 162 255 108 206 46 0 0 52 130 428 1.6676. Sambong 287 138 141 431 110 141 0 0 18 46 139 519 1.9707. Jiken 84 146 95 172 14 148 12 10 0 28 238 370 1.3178. Bogorejo 151 82 141 149 172 63 75 0 0 22 222 290 1.3659. Jepon 67 177 126 212 39 119 36 0 0 3 141 153 1.07310. Blora 314 192 183 358 47 218 29 6 17 107 346 344 2.16111. Banjarejo *)12. Tunjungan 240 215 222 221 139 194 98 0 8 49 170 442 1.99813. Japah 289 216 205 204 202 139 92 0 1 67 203 425 2.07314. Ngawen 207 279 125 239 135 191 111 0 0 91 130 370 1.87815. Kunduran 200 202 181 287 160 132 85 0 0 98 199 476 2.08016. Todanan 375 234 360 153 128 136 56 0 0 137 354 322 2.255

Jumlah 2013 227 203 171 218 115 153 59 2 4 70 185 370 1.7752012 239 178 191 63 52 26 0 0 13 97 182 271 1.3112011 180 128 171 178 100 32 24 4 43 76 284 255 1.476

*): alat rusakSumber : Blora dalam Angka, 2014

Page 101: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 85

c. Potensi Irigasi dan Sumberdaya Air Kabupaten BloraKondisi hidrologi dan jaringan sumberdaya air wilayah dicerminkan

sistem wilayah sungai (DAS), sistem jaringan irigasi, sistem pengelolaan airbaku untuk air minum dan sistem pengendalian banjir. Secara umumkabupaten Blora termasuk dalam 3 sistem wilayah sungai atau daerah aliransungai (DAS), yaitu: DAS Bengawan Solo, DAS Lusi, dan DAS Pemali Juana.

Bagian selatan kabupaten Blora dialiri Sungai Bengawan Solo, dimanasungai mengalir kearah Timur dan di dekat Ngawi aliran Sungai Belik kearahUtara lewat bagian Timur Randublatung dan Cepu dan sungai terus mengalirke Pantai Utara Jawa. Banjir di daerah perkotaan Cepu, Blora dan KecamatanKedungtuban merupakan luapan banjir dari Sungai Bengawan Solo.

Sistem jaringan irigasi ada dua sistem jaringan, yakni:1) jaringan yang

dikelola dan dibawah kewenangan Provinsi Jawa Tengah, yaitu Daerah irigasiBendung Kedungwaru dengan luas daerah irigasi 658 ha, dan 2) sistemjaringan irigasi dibawah pengelolaan dan kewenangan Kabupaten Blora,meliputi 133 daerah irigasi dengan luas area irigasi persawahan 11.824 haterutama diarahkan untuk mendukung ketahanan pangan nasional danpengelolaan lahan pertanian pangan berkelanjutan.

Pendayagunaan potensi mata air dan air tanah di wilayah kesulitan airbaku untuk perkebunan dan hortikultura, yang mencakup kegiatanpembangunan, rehabilitasi serta operasi dan pemeliharaan sarana danprasarana pengelolaan air baku untuk air minum dan untuk keperluanpengairan hortikultura, dan perkebunan antara lain: a) pengelolaan air yangbersumber dari Waduk Greneng di Kecamatan Tunjungan; b) pengelolaan airyang bersumber dari Waduk Bentolo Kecamatan Todanan; c) pemanfaatan airSungai Bengawan Solo sebagai sumber air baku; d) pemanfaatan air bakusumur (air tanah dangkal sampai agak dalam) di Kecamatan Randublatungdan Kecamatan Jati dan e) pembangunan Waduk Randugunting KecamatanJapah dan Waduk Karangnongko Kecamatan Kradenan.

Sistem pengendali banjir, dilakukan kegiatan: a) penataan danpengelolaan daerah aliran sungai, b) pembangunan tanggul penahan banjir,

Page 102: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah86

c) pembangunan groundsill, pembangunan talud, pembangunan kolam danpengendali banjir, pembangunan waduk, embung dan checkdam. Telahdilakukan pengembangan sistem jaringan irigasi terpadu di kawasanperkotaan rawan banjir di perkotaan Cepu dan Blora.

d. Potensi Irigasi dan Sumberdaya Air Kabupaten PatiKabupaten Pati termasuk bagian dari pengelolaan sumberdaya air

wilayah Sungai Jragung, Tuntang, Serang, Lusi dan Juwana (Jratunseluna),sedangkan Kabupaten Pati dilewati oleh Sungai Lusi dan Juwana. Di

kawasan DAS Jratunseluna dilakukan kegiatan perlindungan terhadap DASguna menjamin aliran air dapat berfungsi normal serta kapasitas tampungyang dapat optimal, guna menghindari terjadinya luapan air terhadapgenangan dan banjir yang dapat terjadi, termasuk mencegah terjadinyapendangkalan terhadap saluran irigasi. Untuk itu prinsip penangananpengelolaan sumberdaya air secara terpadu berdasarkan prinsip satusungai-satu rencana-satu pengelolaan secara terpadu antara pemerintahdaerah dengan pemerintah provinsi.

Mata air yang terdapat di Kabupaten Pati terdapat: a) KecamatanPucakwangi, meliputi sumber air Widodaren, Sendangsuko, Bulu, Lunggohdan Lumbung Mas; b) Kecamatan Tambakromo, meliputi: sumberair Maetan,Dogo, dan Pakis; c) Kecamatan Kayen, meliputi sumber air Kluweh danBeketel; d) Kecamatan Sukolilo, meliputi: sumberair Lawang, SumurKaranganyar, Baleadi, Duwan, Lawang, Sentul, Grolok, Gemblung, Mbendo,Sidowayah, Cendi, Mbeji dan Kincir; e) Kecamatan Pati, meliputi: sumber airSubo dan Gilan; f) Kecamatan Margoyoso meliputi sumber air Sonean; g)Kecamatan Gunungwungkal meliputi sumber air Sentul.

Sumber air yang ada digunakan untuk melayani keperluan irigasi,

meningkatkan produktivitas pertanian dengan mempertahankan lahanpertanian pangan berkelanjutan, mendukung sumber air baku bagimasyarakat secara umum. Daerah sawah irigasi mencakup luas 79.155 ha.Mengendalikan pemanfaatan air tanah dengan mengutamakan pemanfaatanair permukaan terlebih dahulu baru pemanfaatan air tanah.

Page 103: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 87

Pembangunan reservoir di kawasan perkotaan Pati, Juwana, Tayu dansetiap ibukota kecamatan (dikelola oleh PDAM) dilakukan untuk melayanikebutuhan air minum, dilakukan pembangunan reservoir dan kelengkapannyaguna meningkatkan kualitas air bersih menjadi air minum. Wilayah yang tidakterlayani jaringan PDAM penyediaan air bersih melalui penggalian ataupengeboran air tanah dangkal dan air tanah dalam secara terbatas denganmempertimbangkan kelestarian lingkungan.

Pembuatan sumur resapan atau kolam penampung air dalam skalalingkungan, yang berfungsi untuk menampung air hujan di kawasanperkotaan Pati, Tayu, Juwana, Kayen, dan kawasan ibu kota Kecamatanlainnya.

Kawasan peresapan air diperuntukan bagi pemanfaatan tanah yang

dapat menjaga kelestarian ketersediaan air bagi kawasan di bawahnya.Kawasan peresapan air ini ditetapkan dilereng Gunung Muria pada kemiringanlereng 25-40 %, dan di Pegunungan Kendengyang mengandung batuan karst.Kawasan peresapan air di lereng Gunung Muria meliputi: a) KecamatanGembong seluas 342 ha; b) Kecamatan Tlogowungu seluas 236 ha; c)Kecamatan Gunungwungkal seluas 177 ha; dan d) Kecamatan Cluwak seluas137 ha. Kawasan batuan Karst di Pegunungan Kendeng meliputi: a)Kecamatan Sukolilo seluas 1.682 ha; b) Kecamatan Kayen seluas 569 ha danc) Kecamatan Tambakromo seluas 11 ha.

Kebijakan yang diperbolehkan dilaksanakan di kawasan peresapan airadalah pertanian tanaman semusim dan tahunan yang disertai dengantindakan konservasi. Kawasan ini dapat dimanfaatan untuk pengembanganagrowisata.

Lahan rawa Kabupaten Pati yang tidak ditanami seluas 10 ha, kolam/tebat seluas 313 ha, serta tambak seluas 10.353 ha (Jateng dalam angka,2014)

e. Potensi Irigasi dan Sumberdaya Air Kabupaten RembangPengelolaan sumberdaya air termasuk pengembangan prasarana

sumberdaya air yang meliputi: pengembangan sungai, waduk, embung,

Page 104: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah88

jaringan air bersih, dan jaringan irigasi. Beberapa sungai yang mengalir didaerah kabupaten Rembang umumnya merupakan anak-anak SungaiBengawan Solo yang mengalir di bagian Selatan kabupaten, antara lain;Sungai Kedung Gede, Kedung Cerik, Sadang, Gening, Boncang, WaluTengga, Menengan, Cringin dan Sogo.

Lahan rawa Kabupaten Rembang yang tidak ditanami seluas 88 ha,tambak seluas 1.529 ha dan kolam seluas 3 ha (BPS Jawa Tengah, 2014).

Pengembangan embung dimaksudkan untuk mendukung kebutuhanair baku, pertanian dan pengendalian banjir, pembuatan area resapan airmelalui program konversi lahan tidak produktif, dan konservasi embungeksisting. Disamping itu pembangunan bendungan di sungai-sungai yangpotensial sebagai upaya memperbanyak tampungan air bagi keperluan

cadangan air baku, dan meningkatkan suplai pada jaringan irigasi teknis.Kawasan lindung karst dan kawasan tangkapan air di daerah

Kabupaten Blora dimaksudkan konservasi sumberdaya air, antara lainmeliputi: cekungan Lasem, Pati-Rembang dan Watuputih.

5.2.3. Kawasan Peruntukan Budidaya Perkebunan TebuLuas tanaman tebu eksisting di kawasan peruntukan budidaya

perkebunan tebu Kabupaten Pati pada tahun 2014 seluas 18.260,99 ha yangterbagi menjadi lahan sawah 11.158,96 ha dan lahan kering/tegalan 7.102,03ha (Tabel 5.16). Luas area tersebut terbagi di beberapa kecamatan diKabupaten Pati yaitu Kecamatan Batangan (luas lahan sawah 875,25 ha; luaslahan kering/tegalan 83,47 ha, Dukuhseti (215,05 ha; 204,74 ha), Gabus(799,59 ha; 59,85 ha), Gembong (365,18 ha; 637,69 ha), Gunungwungkal

(257,87 ha; 208,50 ha), Jaken (1.009,56 ha; 910,06 ha), Jakenan (482,78 ha;342,40 ha), Juwana (264,83 ha; 134,79 ha), Kayen (951,10 ha; 274,24 ha),Margorejo (1.003,16 ha; 994,80 ha), Margoyoso (535,68 ha; 227,63 ha), Pati(1.063,86 ha; 67,10 ha), Pucakwangi (1.197,27 ha; 596,29 ha), Sukolilo(226,80 ha; 3,84 ha), Tambakromo (280,23ha; 40,55 ha), Tayu (253,17 ha;285,35 ha), Tlogowungu (364,06 ha; 1.058,47 ha), Trangkil (140,87 ha;

Page 105: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 89

563,60 ha), Wedarijaksa (498,97 ha; 289,59 ha) dan Winong (373,67 ha;119,05 ha).

Perhitungan estimasi di atas dengan rata-rata mengasumsikan lahansawah yang digunakan untuk tanaman tebu sebesar 30% dan lahankering/tegalan yang digunakan untuk tanaman tebu sebesar 70%.Pengecualian pada Kecamatan Batangan dan Gabus proporsi estimasi areatanaman tebu di lahan sawah 50% dan di lahan kering/tegalan 50%,sementara itu Kecamatan Pati proporsi estimasi area tanaman tebu lahansawah 70% dan lahan kering/tegalan 30%. Lahan kering/tegalan yangdiasumsikan merupakan lahan yang layak untuk ekstensifikasi di KabupatenPati adalah yang berada pada lahan kering/tegalan seluas 5.177,73 ha(Gambar 5-11).

Tabel 5.16. Luas Areal Kawasan Tebu Kabupaten Pati

No. KecamatanLuas

Wilayah(ha)

Luassawah(ha)

Luas lahanKering/tegalan

(ha)

Estimasi AreaEksisting

Tanaman Tebudi Lahan Sawah

(ha)

Estimasi AreaEksisting

Tanaman Tebudi LahanKering/

Tegalan (ha)1. Batangan 5.927,41 1.750,51 166,94 875,25 83,472. Dukuhseti 9.236,52 716,84 292,49 215,05 204,743. Gabus 5.299,10 1.599,18 119,70 799,59 59,85

4. Gembong 7.485,74 1.217,26 910,99 365,18 637,69

5. Gunungwungkal 7.048,68 859,56 297,86 257,87 208,50

6. Jaken 6.690,33 3.365,20 1.300,09 1.009,56 910,06

7. Jakenan 5.375,01 1.609,25 489,15 482,78 342,40

8. Juwana 6.143,79 882,75 192,56 264,83 134,79

9. Kayen 11.287,07 3.170,33 391,76 951,10 274,24

10. Margorejo 7.024,58 3.343,87 1.421,15 1.003,16 994,80

11. Margoyoso 6.429,38 1.785,60 325,18 535,68 227,63

12. Pati 4.527,79 1.519,80 223,67 1.063,86 67,10

13. Pucakwangi 12.309,97 3.990,91 851,84 1.197,27 596,29

14. Sukolilo 16.595,71 756,01 5,49 226,80 3,84

15. Tambakromo 7.311,33 934,11 57,93 280,23 40,55

16. Tayu 5.207,83 843,89 407,65 253,17 285,35

17. Tlogowungu 8.820,16 1.213,53 1.512,10 364,06 1.058,47

18. Trangkil 4.028,98 469,56 805,14 140,87 563,60

19. Wedarijaksa 4.299,38 1.663,24 413,70 498,97 289,59

20. Winong 9.657,32 1.245,58 170,07 373,67 119,05

Jumlah 150.706,08 32.937,00 10.355,46 11.158,96 7.102,03

Page 106: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah90

Gambar 5-11. Peta Potensi Ekstensifikasi Pengembangan Perkebunan Tebu KabupatenPati

Luas tanaman tebu eksisting di Kabupaten Rembang pada tahun 2014seluas 12.253,1 ha yang terbagi menjadi lahan sawah 5.235,66 ha dan lahankering/tegalan 7.017,44 ha (Tabel 5.17). Luas area tersebut terbagi dibeberapa kecamatan di Kabupaten Rembang yaitu Kecamatan Bulu (luaslahan sawah 399,68 ha; luas lahan kering/tegalan 247,86 ha, Gunem (135,54ha; 197,47 ha), Kaliori (301,04 ha; 3,55 ha), Kragan (60,23 ha; 139,26 ha),Pamotan (466,84 ha; 1.965,73 ha), Pancur (127,39 ha; 713,31 ha), Rembang(525,14 ha; 250,52 ha), Sale (53,95 ha; 49,03 ha), Sarang (188,89 ha;183,04 ha), Sedan (87,03 ha; 341,47 ha), Sulang (807,92 ha; 2.421,35 ha)dan Sumber (2.082,02 ha; 504,86 ha).

Perhitungan estimasi di atas dengan rata-rata mengasumsikan lahansawah yang digunakan untuk tanaman tebu sebesar 30% dan lahankering/tegalan yang digunakan untuk tanaman tebu sebesar 70%.

Page 107: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 91

Pengecualian pada Kecamatan Kaliori dan Sumber proporsi estimasi areatanaman tebu di lahan sawah 50% dan di lahan kering/tegalan 50%.

Lahan yang potensial untuk ekstensifikasi tanaman tebu di KabupatenRembang diarahkan di wilayah Kabupaten Rembang bagian timur seperti diKecamatan Kragan, Lasem, Sale, Sarang, Sedang dan Sluke. Potensi lahankering/tegalan untuk ekstensifikasi tanaman tebu di Kabupaten Rembangseluas 5.196,38 ha. Lahan tersebut tersebar di Kecamatan Kragan 992,98 ha,Lasem 567,97 ha, Sale 757,62 ha, Sarang 708,08 ha, Sedan 1.497,54 ha danSluke 672,18 ha (Gambar 5-12).

Tabel 5.17. Luas Areal Kawasan Tebu Kabupaten Rembang

No. KecamatanLuas

Wilayah(ha)

Luassawah(ha)

Luas lahankering/tegalan

(ha)

Estimasi AreaEksisting

Tanaman Tebudi LahanSawah

(ha)

Estimasi AreaEksisting

Tanaman Tebudi LahanKering/

Tegalan (ha)1. Bulu 10.246,73 1.332,25 354,08 399,68 247,86

2. Gunem 8.356,99 451,79 282,10 135,54 197,47

3. Kaliori 6.246,46 602,08 7,10 301,04 3,55

4. Kragan 6.810,94 200,76 198,94 60,23 139,26

5. Pamotan 8.442,15 1.556,13 2.808,18 466,84 1.965,73

6. Pancur 4.457,65 424,65 1.019,02 127,39 713,31

7. Rembang 5.846,07 1.750,46 357,89 525,14 250,52

8. Sale 11.146,52 179,85 70,04 53,95 49,03

9. Sarang 9.174,79 629,62 261,49 188,89 183,04

10. Sedan 8.387,82 290,09 487,81 87,03 341,47

11. Sulang 8.247,16 2.693,08 3.459,07 807,92 2.421,35

12. Sumber 7.778,64 4.164,03 1.009,72 2.082,02 504,86

Jumlah 95.141,92 14.274,79 10.315,43 5.235,66 7.017,44

Page 108: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah92

Gambar 5-12. Peta Potensi Ekstensifikasi Pengembangan Perkebunan Tebu KabupatenRembang

Luas tanaman tebu eksisting di Kabupaten Blora pada tahun 2014seluas 7.050,83 ha yang terbagi menjadi lahan sawah 4.605,74 ha dan lahankering/tegalan 2.445,09 ha (Tabel 5.18). Luas area tersebut terbagi dibeberapa kecamatan di Kabupaten Blora yaitu Kecamatan Banjarejo (luaslahan sawah 503,22 ha; luas lahan kering/tegalan 164,94 ha), Bogorejo(224,38 ha; 248,92 ha), Cepu (130,03 ha; 4,68 ha), Japah (246,92 ha; 192,05ha), Jati (126,90 ha; 57,52 ha), Jepoh (170,84 ha; 58,02 ha), Jiken (202,29ha; 10,86 ha), Kedungtuban (81,03 ha; 50,16 ha), Kunduran (856,90 ha;695,50 ha), Randublatung (552,44 ha; 249,69 ha), Sambong (306,27 ha;223,94 ha), Todanan (128,13 ha; 170,07 ha) dan Tunjungan (1.076,40 ha;318,75 ha).

Perhitungan estimasi Luas tanaman tebu eksisting di Kabupaten Bloratersebut dengan rata-rata mengasumsikan lahan sawah yang digunakanuntuk tanaman tebu sebesar 30% dan lahan kering/tegalan yang digunakan

Page 109: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 93

untuk tanaman tebu sebesar 70%. Lahan kering/tegalan yang diasumsikanmerupakan lahan yang layak untuk ekstensifikasi di Kabupaten Blora adalahyang berada pada lahan kering/tegalan seluas 3.492,98 ha (Gambar 5-13).

Tabel 5.18. Luas Areal Kawasan Tebu Kabupaten Blora

No. KecamatanLuas

Wilayah(ha)

LuasSawah

(ha)

Luas LahanKering/Tegalan

(ha)

EstimasiArea

EksistingTanaman

Tebudi LahanSawah

(ha)

Estimasi AreaEksisting

Tanaman Tebudi LahanKering/

Tegalan (ha)

1. Banjarharjo 11.019,31 1.677,38 235,63 503,22 164,94

2. Bogorejo 6.024,39 747,92 355,59 224,38 248,92

3. Cepu 4.754,36 433,43 6,68 130,03 4,68

4. Japah 12.978,40 823,08 274,36 246,92 192,05

5. Jati 21.516,17 422,99 82,18 126,90 57,52

6. Jepon 11.537,06 569,46 82,89 170,84 58,02

7. Jiken 16.001,68 674,31 15,52 202,29 10,86

8. Kedungtuban 10.834,62 270,10 71,65 81,03 50,16

9. Kunduran 12.547,16 2.856,34 993,57 856,90 695,50

10. Randublatung 23.584,17 1.841,47 356,70 552,44 249,69

11. Sambong 10.742,06 1.020,90 319,91 306,27 223,94

12. Todanan 14.895,80 427,09 242,95 128,13 170,07

13. Tunjungan 8.836,51 3.587,99 455,36 1.076,40 318,75

Jumlah 165.271,69 15.352,46 3.492,98 4.605,74 2.445,09

Page 110: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah94

Gambar 5-13. Peta Potensi Ekstensifikasi Pengembangan Perkebunan Tebu KabupatenBlora

5.3. Kondisi Wilayah dari Sisi Gangguan Produksi yang DapatMenghambat Pengembangan Kawasan Berbasis Komoditas Tebu

5.3.1. Perkembangan Luas dan Intensitas Serangan OPTUpaya untuk meningkatkan produktivitas tebu seringkali tidak tercapai

karena banyak hambatan yang dihadapi di lapang. Salah satu faktorpembatas adalah gangguan hama dan penyakit tanaman. Serangan hama danpenyakit dapat menyebabkan kehilangan hasil yang cukup nyata. Sebagaicontoh, tanaman tebu yang diserang penyakit pembuluh dapat menurunkanproduksi hingga 10-15%, bahkan dapat menyebabkan gagal panen,sedangkan kerugian akibat serangan hama dapat mengakibatkan gangguanpertumbuhan dan selanjutnya menurunkan produksi tanaman mencapai 13%.

Penyakit-penyakit utama pada tanaman tebu di Indonesia umumnyaadalah penyakit-penyakit sistemik yang ditularkan melalui bibit. Oleh karenaitu selain penggunaan varietas-varietas tahan, penyediaan bibit yang bebaspenyakit atau sehat menjadi sangat penting dalam strategi pengelolaan

Page 111: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 95

penyakit. Seleksi kesehatan bibit di kebun perlu mendapatkan perhatian yanglebih seksama, dengan memperhatikan kesehatan bibit tebu yang ditanamakan sangat berguna untuk mendukung kebijakan peningkatan produktivitastebu di Indonesia.

Salah satu penghambat potensi produktivitas tebu adalah adanyaserangan hama. Hama penting tebu di Indonesia adalah penggerek pucuk(Tryporiza nivella) dan penggerek batang berkilat (Chilo auricilius), penggerekbatang bergaris (Chilo sacchariphagus), tikus (Rattus srgentiventer dan R.exulans), dan uret. Serangan penggerek batang tebu tersebut mampumenurunkan kualitas maupun kuantitas nira yang dihasilkan, yang diikuti puladengan penurunan produksi gula. Intensitas serangan penggerek pucukberkisar antara 6 persen – 49 persen dan penggerek batang berkisar antara 9

– 18%. Hama Penggerek batang juga dapat menyebabkan penurunanrendemen hingga 30%.

Secara umum serangan organisme pengganggu tanaman yangmenyerang tebu di adalah hama penggerek pucuk, penggerek batang dantikus. Kabupaten Rembang selama kurun waktu 9 tahun (2005 – 2014),berdasarkan data statistik menunjukan adanya serangan hama, intensitasserangan hama meningkat secara signifikan pada periode 2013-2014,terutama serangan hama penggerek pucuk dan penggerek batang,sedangkan hama lainnya intensitas serangannya relatif rendah. Dilihat dariproporsi luas serangan hama penggerek pucuk pada tahun 2014 seluas 169ha dan hama penggerek batang seluas 173 ha dari luas total pertanamantebu 9.016 ha atau hanya sebesar 1,87 - 1,91% . Artinya serangan OPTbelum menjadi faktor pembatas produksi tebu di Kabupaten Rembang.

Kabupaten Blora merupakan daerah pengembangan baru tanamantebu yang diawali pada tahun 2010, hasil identifikasi menunjukkan bahwapotensi gangguan produksi akibat serangan organisme penggangudisebabkan serangan tikus, sedangkan hama penggerek pucuk hanya terjadipada tahun 2014. Hama tikus menjadi hama endemis karena sejak awalpertanaman tebu sudah menyerang meskipun proporsi serangannya relatif

Page 112: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah96

rendah yaitu seluas 105 ha pada tahun 2014 atau 2,74% dari luas areal tebu3.844 ha. Meskipun intensitas serangan hama tikus relatif rendah akan tetapiperlu di waspadai karena bisa menjadi daerah endemi.

Kabupaten Pati merupakan salah satu daerah penyangga produksi tebuJawa Tengah dengan luas areal tanam 17.000 ha. Potensi gangguanorganisme pengganggu tanaman terhadap produksi tebu utamanya akibatserangan hama penggerek pucuk, penggerak batang, uret, tikus, dan hamaulat api. Rata-rata pertumbuhan serangan selama 9 tahun (2005 – 2014)relatif rendah (0,01 - 0,03% per tahun), artinya intensitas luas serangan hamatiap tahun stabil. Namun demikian dari luasan lahan yang terserang hamapenggerak pucuk, penggerek batang, uret, tikus dan luka api masing-masingsebesar 2,74%, 1,83%, 0,91%, dan 2,74% dari total areal tanaman tebu.

Hama tikus menjadi OPT yang harus diwaspadai, pada tahun 2014 intensitasserangan meningkat 234% dari serangan tahun 2013.

Kehilangan hasil akibat serangan hama penggerek, jika diasumsikanmenyebabkan penurunan produksi sebesar 13% dengan produktivitas rata-rata sebesar 74 ton/ha, untuk 3 kawasan tebu (Pati, Rembang dan Blora)dengan total luasan serangan hama penggerek pada tahun 2014 seluas 1.200ha, maka kehilangan hasil mencapai 11.544 ton tebu.

5.3.2. Perkembangan Banjir dan KekeringanGangguan produksi yang dapat menghambat pengembangan kawasan

berbasis komoditas tebu akibat banjir di 3 kabupaten relatif kecil. Datagangguan akibat banjir hanya tercatat di Kabupaten Rembang dalam skalaluasan yang sangat sedikit, sedangkan di Kabupaten Pati dan Blora tidaktercatat. Gangguan kekeringan meskipun belum dilaporkan dapatmenyebabkan puso/gagal panen, namun perlu diwaspadai karena daerahkawasan pengembangan tebu di 3 kabupaten tersebut sebagian besar beradadi lahan sawah tadah hujan dan lahan kering dengan ketersediaan air menjadifaktor pembatas utama. Sampai dengan umur 3 bulan setelah tanam, tebumembutuhkan ketersediaan air yang cukup terutama pada pertanaman baru(plant cane). Ketersediaan air yang terbatas menyebabkan hambatan

Page 113: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 97

pertumbuhan dan perkembangan tanaman tebu yang pada akhirnya dapatmenurunkan produktivitas tebu dan rendemen gula. Faktor ketersediaan airdalam rangka usaha ekstensifikasi di lahan baru juga merupakan salah satufaktor kendala utama yang perlu diprioritaskan alternatif solusinya.

5.3.3. Perkembangan Sengketa Lahan dan Perkembangan BudidayaTebu

Pengembangan kawasan perkebunan dengan kawasan kehutanan dankawasan pertanian tanaman pangan berkaitan dengan konflik pemanfaatanlahan sejauh ini tidak terjadi. Kebijakan Perhutani untuk tidak mengijinkanpemanfaatan lahan hutan untuk pengembangan areal tebu menyebabkantidak terjadi konflik kepentingan. Sedangkan dengan kawasan tanamanpangan lebih mengarah kepada kompetisi lahan dan pilihan petani untukmengusahakan komoditas tertentu. Pada lahan-lahan yang tidak memberikanpeluang keuntungan untuk usahatani tanaman pangan, maka petani akanmengusahakan tanaman tebu serta jika harga tebu atau gula lebih tinggidibandingkan harga komoditas pangan maka petani akan memilih tanamantebu, dan akan berlaku sebaliknya. Fenomena tersebut dijumpai di 3kabupaten (Pati, Rembang, dan Blora).

5.3.4. Perkembangan Konversi LahanLuas lahan pertanian dalam perkembangannya semakin banyak yang

beralih fungsi menjadi lahan bukan pertanian. Perkembangan ini berdampaksemakin berkurangnya lahan pertanian yang dapat diusahakan untuk kegiatanpertanian, dan semakin berkurangnya penguasaan lahan pertanian olehpetani. Berkurangnya luas lahan pertanian yang diusahakan berpengaruhterhadap jumlah produksi dan pendapatan petani itu sendiri. Bahasan lainberkaitan dengan kondisi lahan pertanian adalah alih fungsi lahan yangsemakin hari tidak terkendali. Jika alih fungsi lahan pertanian tersebut masihdalam fungsi lahan yang sama, maka tidak akan berdampak pada produksisektor pertanian. Namun yang disayangkan jika alih fungsi lahan pertaniandengan alih fungsi lahan menjadi fungsi selain pertanian. Hal ini akan

Page 114: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah98

berdampak pada berkurangnya lahan pertanian dan produksi sertapengurangan penguasaan lahan untuk usaha pertanian. Alih fungsi lahanpertanian ke non pertanian dalam periode 10 tahun terakhir meningkat rata-rata sebesar 2%/tahun, akibatnya adalah berkurangnya total produksipertanian yang berakibat pada berkurangnya ketersediaan pangan.

Sektor pertanian masih menjadi lapangan pekerjaan utama pendudukProvinsi Jawa Tengah. Kehidupan rumah tangga petani sangat dipengaruhioleh akses terhadap tanah dan kemampuan mobilisasi anggota keluarganyauntuk bekerja di atas tanah pertanian. Petani dan golongan masyarakatmiskin di pedesaan menghadapi masalah ketimpangan struktur penguasaandan pemilikan lahan pertanian. Ketimpangan muncul salah satunya adalahakibat pembagian harta warisan dalam hal ini lahan yang dimiliki,

menyebabkan lahan yang sebelumnya dimiliki cukup luas harus dibagikankepada ahli waris menjadi lahan yang lebih kecil. Pembagian warisan lahantersebut berdampak diantaranya terhadap semakin bertambahnya rumahtangga yang memiliki lahan dengan luasan lahan yang lebih kecil. Keadaan inimenggambarkan bahwa selama 5 tahun terakhir (2008 – 2013) rumah tanggausaha pertanian (RTUP) telah banyak yang bertransformasi dari RTUP yangmemiliki luasan cukup besar berubah menjadi RTUP yang memiliki luasanlahan relatif kecil.

Berdasarkan hasil Sensus Pertanian 2013 (ST 2013) dan SurveiPendapatan Petani 2013 (SPP), mutasi lahan yang dimiliki RTUP dapat ditinjaudari jenis lahan. Jenis lahan dibagi menjadi lahan sawah, lahan pertanianbukan sawah dan lahan bukan pertanian. Selama kurun waktu lima tahun,persentase RTUP yang pernah menjual dan atau menghibahkan lahan sawahsebesar 40,81%, untuk lahan pertanian bukan sawah sebesar 38,71%, danyang pernah menjual dan atau menghibahkan lahan bukan pertanian sebesar20,48%.

Apabila dilihat menurut penggunaan utama lahan telihat bahwapersentase RTUP yang pernah menjual atau menghibahkan lahan untuktempat tinggal terbesar berasal dari lahan bukan pertanian sebesar 71,74%,

Page 115: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 99

lahan pertanian bukan sawah 19,86%, dan lahan sawah 8,41% digunakanuntuk tempat tinggal. Pada lahan yang digunakan untuk usaha pertanian,persentase RTUP yang pernah menjual atau menghibahkan lahan terbesarberasal dari lahan sawah sebesar 54,88%, diikuti lahan pertanian bukansawah 42,91%, dan 2,21% lahan bukan pertanian. Usaha pertanian inimeliputi lahan untuk pertanian tanaman pangan hortikultura, perkebunan,kandang untuk peternakan, kolam untuk perikanan dan juga untuk usahabudidaya tanaman kehutanan.

Hal yang mengkhawatirkan dari mutasi lahan adalah besarnyapersentase RTUP yang pernah menjual dan atau menghibahkan lahanpertaniannya baik lahan sawah maupun bukan sawah digunakan untuk usahadi luar sektor pertanian. Persentase RTUP yang pernah menjual dan atau

menghibahkan lahan pertanian bukan sawah yang dimiliknya untuk usahabukan pertanian sebesar 52,30% dan dari jenis lahan sawah 25,61%.Keadaan ini mengindikasikan bahwa lahan pertanian di Jawa Tengah yangtelah dijual dan atau dihibahkan oleh RTUP selama 5 tahun terakhir dandipergunakan untuk usaha di luar sektor pertanian sangat besar. Bisadikatakan konversi lahan yang digunakan untuk usaha pertanian menjadilahan yang digunakan untuk usaha bukan pertanian sangat besar.

Dilihat dari alasan utama RTUP menjual atau menghibahkan lahanyang dimilikinya di antaranya karena faktor kebutuhan ekonomi, dipergunakanuntuk proyek pemerintah, dan faktor RTUP tidak mampu untuk mengelolalahannya. Persentase RTUP yang pernah menjual dan menghibahkanlahannya karena alasan kebutuhan ekonomi mencapai 59,77%, sedangkanuntuk faktor ketidakmampuan untuk mengelola lahan 4,64%, karenadigunakan untuk program pembangunan pemerintah 2,92%, sisanya karenafaktor lainnya. Jika dilihat dari sumber pendapatan utama, persentase RTUPyang menjual lahan karena terdesak faktor ekonomi dijumpai RTUP yangpendapatan utamanya dari sektor pertanian lebih tinggi dari sektor nonpertanian yaitu 62,02% berbanding 52,86%. Hal ini menunjukkan bahwaRTUP yang sumber pendapatannya dari sektor pertanian lebih kesulitan untuk

Page 116: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah100

memenuhi kebutuhan hidupnya dibandingkan yang sumber pendapatanutamanya non pertanian.

Permasalahan yang ditimbulkan oleh pergeseran atau mutasi lahanpertanian ke bukan pertanian perlu dilihat bukan saja berdasarkan dampaknyakepada produksi pertanian saja, tetapi perspektif yang lebih luas. Dampakyang lebih luas yang mungkin terjadi adalah pengaruhnya kestabilan ekonomidan politik yang diakibatkan oleh kerawanan pangan, perubahan sosial yangmerugikan dan menurunnya kualitas lingkungan hidup. Dampak darikehilangan lahan pertanian produktif adalah kehilangan hasil pertanian secarapermanen, sehingga apabila kondisi ini tidak dikendalikan maka dipastikankelangsungan dan peningkatan produksi akan terganggu. Pada akhirnya halini akan mengancam kestabilan pangan. Upaya untuk mengurangi alih fungsi

lahan yang lebih luas, Pemerintah Jawa Tengah perlu melakukan strategi dankebijakan mengenai pengendalian konversi lahan sawah. Undang – UndangNomor 41 tahun 2009 tentang perlindungan lahan pertanian panganberkelanjutan perlu diterapkan dengan pendekatan holistik. Hal ini dipandangpenting karena permasalahan mutasi lahan sangat kompleks dan menyangkutberbagai kepentingan.

5.4. Kondisi Kependudukan dan Sosial Budaya Wilayah LokasiPengembangan Kawasan Berbasis Komoditas Tebu

5.4.1. Perkembangan Jumlah Penduduk Provinsi Jawa TengahJumlah penduduk Jawa Tengah pada tahun 2014 mencapai 33.52 juta

jiwa atau sekitar 14% dari jumlah penduduk Indonesia. Pada tahun yangsama jumlah penduduk Kabupaten Blora mencapai 848.000 jiwa, Rembang614.000 jiwa dan Pati 1.230.000 jiwa. Penduduk Jawa Tengah pada periode2008 – 2014 meningkat rata-rata 1.37%/tahun, Pati 3,29%/tahun, Rembang2,28%/tahun dan Blora 0,79%/tahun. Diantara tiga kabupaten yang beradadalam kawasan, Kabupaten Pati memiliki jumlah penduduk terbesar danKabupaten Blora memiliki pertumbuhan penduduk terbanyak. Tingkatkepadatan penduduk Jawa Tengah adalah 1.030 jiwa/km2, sedangkanKabupaten Blora, Rembang dan Pati memiliki tingkat kepadatan masing-

Page 117: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 101

masing 473, 606 dan 822 jiwa/km2. Tingkat kepadatan penduduk JawaTengah meningkat rata-rata 1,01 %/tahun, Pati 2,12 %/tahun, Rembang 3,05%/tahun dan Blora 0,61 %/tahun.

Gambar 5-14. Perkembangan Jumlah Penduduk Jawa Tengah dan Wilayah KawasanPerkebunan Berbasis Komoditas Tebu 2008 – 2014.

Jumlah angkatan kerja provinsi Jawa Tengah pada tahun 2014sebanyak 17.550.000 orang, sedangkan Kabupaten Blora, Rembang dan Patimasing-masing 446.000, 322.000 dan 649.000 orang. Pada periode 2009hingga 2014 mengalami peningkatan masing-masing 0,54, -1,84, 0,20 dan0,34 %/tahun. Angkatan kerja Kabupaten Rembang mengalami penurunan,sedangkan pada kabupaten lainnya mengalami peningkatan. Sekalipundemikian tingkat partisipasi angkatan kerja di Jawa Tengah dan tigakabupaten menunjukkan peningkatan masing-masing 0,08; 0,41; 0,98 dan0,21 %/tahun. Tingkat partisipasi angkatan kerja masing-masing mencapai70,03; 73;77; 72,09 dan 69,73%. Kabupaten Pati memiliki tingkat partisipasi

angkatan kerja di bawah rata-rata Jawa Tengah. Provinsi Jawa Tengahmemiliki tingkat pengangguran terbuka 6,01%. Kabupaten Rembang memilikitingkat pengangguran paling rendah di bawah rata-rata Provinsi Jawa Tengah,sedangkan Kabupaten Blora dan Pati memiliki tingkat pengangguran lebih

Page 118: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah102

tinggi, dan Kabupaten Pati memiliki tingkat pengangguran paling tinggi yaitu7.29%. Pada periode 2009 – 2014 rata-rata tingkat pengangguran JawaTengah, Blora, Rembang dan Pati masing-masing 6,75; 5,71; 5,78 dan8,87%/tahun.

Gambar 5-15. Perkembangan Tingkat Kepadatan Penduduk Jawa Tengah dan WilayahKawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu 2008 - 2014

Gambar 5-16. Perkembangan Jumlah Angkatan Kerja Jawa Tengah dan WilayahKawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu 2007 – 2013

Page 119: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 103

Gambar 5-17. Perkembangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Jawa Tengah danWilayah Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu 2007 – 2013

Page 120: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah104

Gambar 5-18. Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka Jawa Tengah danWilayah Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu 2007 – 2013

5.4.2. Perkembangan Jumlah Penduduk Menurut Lapangan PekerjaanUtama di Provinsi Jawa Tengah

Perkembangan jumlah penduduk menurut lapangan pekerjaan,menunjukkan bahwa sektor pertanian menyerap tenaga kerja paling tingiyaitu 5,17 juta orang dari total angkatan kerja 16,55 juta orang. Namundemikian pada periode 2008 – 2014 menunjukkan penurunan rata-rata 4,70%/tahun. Penurunan juga terjadi di Kabupaten Blora, Rembang dan Patimasing-masing 15,90; 1,31 dan 0,25 %/tahun. Di tiga kabupaten tersebutangkatan kerja yang bekerja pada sektor pertanian juga menunjukkan jumlahyang paling tinggi jika dibandingkan dengan sektor lainnya.

Tabel 5.19. Perkembangan Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yangBekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama di Jawa Tengahdan Wilayah Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu2008 - 2014

Pertanian Industri Perdagangan Lainnya dan Jasa TotalJawa Tengah2008 5697 2703 3255 3808 154642011 5376 3047 3388 3998 158092014 5174 3173 3715 4488 16551R (%/thn) -4.70 8.43 6.88 8.62 3.46Blora2008 261 16 69 86 4322011 207 16 67 151 4412014 184 21 101 122 427R (%/thn) -15.90 14.35 23.82 27.74 -0.55Rembang2008 156 29 42 54 2812011 140 29 46 89 3052014 150 23 54 78 305R (%/thn) -1.31 -10.71 13.53 25.77 4.33Pati2008 241 91 106 134 5722011 219 86 113 164 5822014 238 76 132 162 608R (%/thn) -0.25 -8.25 11.44 10.78 3.15

Page 121: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 105

5.4.3. Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin Provinsi Jawa Tengah

Perkembangan jumlah penduduk miskin, jumlah penduduk miskinpertanian dan indeks P1 dan P2, Gini ratio dan lain-lain.

Jumlah penduduk miskin Provinsi Jawa Tengah dan wilayah kawasanperkebunan berbasis komoditas tebu pada tahun 2013 yaitu 14%, sedangkanKabupaten Blora, Rembang dan Pati masing-masing 14,64, 20,97, dan

12,94%. Pada periode 2004 hingga 2013 mengalami penurunan masing-masing -3,83, -3,08, -2,21 dan -3,22 %/tahun. Perkembangan jumlahpenduduk miskin di Kabupaten Blora, Rembang, dan Pati mengalamipenurunan.

Gambar 5-19. Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin Jawa Tengah dan WilayahKawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu 2004 - 2013

Perkembangan tingkat kedalaman kemiskinan Provinsi Jawa Tengahdan wilayah kawasan perkebunan berbasis komoditas tebu pada tahun 2013yaitu 2,37%, sedangkan untuk Kabupaten Blora, Rembang, dan Pati masing-masing 2,39, 3,40 dan 1,83%. Pada periode 2006 hingga 2013 mengalamipenurunan masing-masing -5,19, 2,88, -2,76, dan 6,67 %/tahun.

Perkembangan tingkat kedalaman kemiskinan di Kabupaten Blora, Rembang,dan Pati mengalami penurunan. Kabupaten Rembang memiliki tingkatkedalaman kemiskinan paling tinggi di atas Provinsi Jawa Tengah yaitu 3,78persen sedangkan Kabupaten Blora dan Pati memiliki tingkat kedalamankemiskinan lebih rendah daripada Kabupaten Rembang. Pada periode 2006 –

Page 122: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah106

2013 rata-rata tingkat kedalaman kemiskinan Jawa Tengah, Blora, Rembangdan Pati masing-masing 2,99, 2,83, 3,78 dan 2,68 %/tahun.

Gambar5-20. Perkembangan Tingkat Kedalaman Kemiskinan Jawa Tengah danWilayah Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu 2004 - 2013

Perkembangan tingkat keparahan kemiskinan Provinsi Jawa Tengahdan wilayah kawasan perkebunan berbasis komoditas tebu pada tahun 2013yaitu 0,59%, sedangkan untuk Kabupaten Blora, Rembang, dan Pati masing-masing 0,59, 0,88 dan 0,41%. Pada periode 2006 hingga 2013 mengalamipeningkatan masing-masing -5,01, 14,01, 3,05 dan 27,34 %/tahun.Kabupaten Rembang memiliki tingkat keparahan kemiskinan paling tinggi diatas rata-rata Provinsi Jawa Tengah, sedangkan Kabupaten Blora dan Patimemiliki tingkat keparahan kemiskinan lebih rendah. Pada periode 2006 –2013 rata-rata tingkat keparahan kemiskinan Jawa Tengah, Blora, Rembang,dan Pati masing-masing 0,81, 0,71, 0,90 dan 0,72 %/tahun.

Page 123: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 107

Gambar 5-21. Perkembangan Tingkat Keparahan Kemiskinan Jawa Tengah danWilayah Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu 2004 – 2013

Perkembangan indek gini Jawa Tengah pada tahun 2013, sebesar0,39. Pada tahun yang sama perkembangan indek gini Kabupaten Blora 0,41,Rembang 0,32 dan Pati 0,30. Pada periode 2005 – 2013 perkembanganindek gini Jawa Tengah menurun rata-rata 0,32/tahun, Blora 0,30/tahun,Rembang dan Pati masing-masing 0,25/tahun. Di antara tiga kabupaten yangberada dalam kawasan, Kabupaten Rembang memiliki perkembangan indekgini terbesar dan Kabupaten Pati memiliki perkembangan indek gini paling

rendah.

Page 124: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah108

Gambar 5-22. Perkembangan Indek Gini Jawa Tengah dan Wilayah KawasanPerkebunan Berbasis Komoditas Tebu 2004 - 2013

Perkembangan indek pembangunan manusia Provinsi Jawa Tengahpada tahun 2013 yaitu 74,05 sedangkan untuk Kabupaten Blora, Rembang,dan Pati masing-masing 72,10, 73,53 dan 74,58. Pada periode 2004 hingga2013 mengalami peningkatan masing-masing 0,80, 0,90, 0,96 dan0,61/tahun. Pada periode 2004 – 2013 rata-rata perkembangan indekpembangunan manusia Jawa Tengah, Blora, Rembang dan Pati masing-masing 71,37, 69,45, 70,75 dan 72,27/tahun.

Page 125: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 109

Gambar 5-23. Perkembangan Indek Pembangunan Manusia Jawa Tengah danWilayah Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu 2004 - 2013

5.4.4. Perkembangan Penguasaan Lahan Pertanian di Provinsi ProvinsiJawa Tengah

Perkembangan rata-rata penguasaan lahan pertanian oleh rumahtangga petani di ketiga kawasan lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rataProvinsi Jawa Tengah. Rata-rata penguasaan lahan rumah tangga petani diKabupaten Pati tertinggi mencapai seluas 4.939,18 m2, disusul KabupatenRembang (4.898,82 m2) dan Kabupaten Blora (4.484,98 m2) lebih tinggi darirata-rata Jawa Tengah (3.729,23 m2). Pemanfaatan lahan yang dikuasaipetani peruntukannya tidak hanya untuk pengusahaan komoditas

perkebunan, tetapi juga untuk komoditas pangan, non pangan dan komoditaslainnya. Dengan penguasaan lahan rata-rata rumah tangga petani yangkurang dari 0,5 ha tentunya sangat terbatas apabila untuk mengusahakankomoditas tebu yang membutuhkan lahan seluas lebih dari 2 ha untukmemenuhi skala usaha per rumah tangga petani. Pendekatan hamparan

Page 126: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah110

dalam suatu wilayah dalam bentuk corporate farming atau kerjasama antarpetani menjadi pilihan dalam upaya pengembangan komoditas tebu.

Dari Tabel.5-19, menunjukan bahwa distribusi lahan di ketiga kawasantersebut proporsi lahan bukan sawah lebih tinggi dibandingkan lahan sawah,kecuali di Kabupaten Blora memberikan peluang yang lebih luas untukpengembangan tebu. Selanjutnya lahan sawah di 3 wilayah kabupatentersebut sebagian besar memiliki karakteristik cenderung kering dan lebihdikenal sebagai lahan sawah tadah hujan, sehingga potensi untukpengembangan tebu sangat terbuka.

Tabel.5.20. Rata-Rata Luas Lahan yang Dikuasai Rumah Tangga UsahaPertanian Menurut Kabupaten/Kota dan Penggunaan Lahanpada Tahun 2013 (m2)

Provinsi/Kabupaten/Kota

LahanJumlahSawah Bukan

SawahBukanLahanPertanian

Jawa Tengah 1.771,87 1.714,16 243,20 3.729,23

Pati 2.109,35 2.569,02 260.81 4.939.18Rembang 2.263,83 2.388,36 246,63 4.898,82Blora 2.710,83 1.464,63 309,52 4.484,98

Jumlah rumah tangga petani dan unit-unit usaha yang bergerak dibidang Perkebunan di 3 wilayah kabupaten relatif sedikit jika dibandingkan

dengan populasi usaha di Provinsi Jawa Tengah. Rumah tangga petani yangbergerak di sektor perkebunan sebesar 4,59%, demikian pula PerusahaanPerkebunan yang berbadan hukum tercatat hanya sebanyak 5 perusahaanatau 6,85% dari total perusahaan perkebunan di Jawa Tengah, danperusahaan tersebut terkonsentrasi di Kabupaten Pati (Tabel.5.21). Kondisitersebut memberikan konsekuensi terutama dalam mobilisasi, transportasihasil produksi, dan berdampak pada efisiensi dan biaya usahatani.

Rumah tangga tani yang berusaha di bidang perkebunan di KabupatenPati jauh lebih tinggi dibanding Kabupaten Rembang dan Blora. Terdapat

Page 127: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 111

relevansi antara unit-unit pengolah (pabrik/perusahaan) dengan petanisebagai penyedia bahan baku produksi, semakin banyak perusahaan/pabrikberdiri maka akan menyebabkan peningkatan jumlah rumah tangga yangbergerak di sektor tersebut.

Tabel.5.21. Jumlah Usaha Perkebunan menurut Kabupaten/Kota dan UnitUsaha, 2013

Kabupaten/KotaUnit PerkebunanRumahtangga

Perusahaan PerkebunanBerbadan Hukum

Lainnya

Jawa Tengah 1.619.683 73 53

Pati 36.015 5 2Rembang 25.141 - 1Blora 13.188 - -

Berdasarkan jumlah rumah tangga petani yang bergerak di sektorperkebunan, menunjukan dominasi pada usaha tanaman tahunan sedangkanyang bergerak pada usaha tanaman semusim relatif lebih sedikit, kecuali diKabupaten Blora. Di Kabupaten Pati jumlah rumah tangga yang berusahapada komoditas perkebunan tanaman semusim hanya sebesar 16,88% daritotal rumah tangga yang bergerak pada usaha perkebunan, di KabupatenRembang 39,21% dan sebaliknya di Kabupaten Blora rumah tangga yangbergerak pada komoditas perkebunan tanaman semusim lebih tinggi

dibandingkan tanaman tahunan yaitu sebesar 72,60% (Tabel.5.22).

Tabel. 5.22.Jumlah Rumah Tangga Usaha Perkebunan MenurutKabupaten/Kota dan Jenis Tanaman, 2013

Kabupaten Rumah TanggaUsahaPerkebunan

Rumah TanggaUsaha TanamanTahunan

Rumah TanggaUsaha TanamanSemusim

Jawa Tengah 1.619.683 1.391.356 290.302

Pati 36.015 30.257 6.079Rembang 25.141 16.039 9.858Blora 13.188 3.663 9.575

Page 128: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah112

Berdasarkan jenis tanaman yang diusahakan, komoditas tebu dantembakau merupakan komoditas yang banyak dikelola oleh rumah tanggapetani. Komoditas tebu menjadi andalan bagi sumber pendapatan rumahtangga petani di 3 wilayah kabupaten. Dari 42.381 rumah tangga yangmengelola usaha tani tebu di Jawa Tengah, sebanyak 34,65% (Tabel 5.23)berada di 3 wilayah Kabupaten (Pati, Rembang, Blora), sehinggamenempatkan komoditas tebu sebagai komoditas utama di wilayah tersebut,selain komoditas tembakau terutama di Kabupaten Rembang dan Blora.

Usaha perkebunan tebu memberikan kontribusi yang cukup besarsebagai sumber mata pencaharian dan pendapatan rumah tangga petani,bahkan menjadi komoditas tradisional yang selalu diusahakan oleh petanisetiap tahun. Keberadaan Pabrik Gula di Kabupaten Pati dan Kabupaten Blora

mungkin menjadi alasan lain bagi rumah tangga petani untuk mengusahakankomoditas tebu, selain berkembangnya usaha pembuatan gula merah/gulatumbu yang membutuhkan pasokan bahan baku tebu. Sehingga komoditastebu merupakan komoditas strategis bagi pembangunan pertanian di wilayahPati, Rembang dan Blora.

Tabel.5.23. Jumlah Rumah Tangga Perkebunan yang BerusahataniBerdasar Jenis Tanaman yang Dikelola

Kabupaten/KotaKomoditasSerehwangi

Tebu Tembakau Lainnya

Jawa Tengah 55 42.381 232.326 14.762

Pati - 5.905 48 123Rembang 1 6.616 3.963 9Blora 1 2.167 7.389 15

5.4.5. Sosial dan Budaya Pertanian Tebu di Provinsi Jawa TengahMayoritas penduduk yang hidup di Kabupaten Pati, Rembang dan

Blora adalah Suku Jawa. Jawa Tengah dikenal sebagai pusat budaya Jawa, dimana di Kota Surakarta dan Yogyakarta terdapat pusat istana kerajaan Jawayang masih berdiri hingga kini. Namun demikian pengaruh budaya keraton di

Page 129: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 113

ketiga kabupaten tidak terlalu kuat. Budaya Islam cenderung lebih kuat diKabupaten Pati, karena keberadaan Sunan Muria di Gunung Muria yangmakamnya setiap saat selalu ramai dikunjungi oleh para peziarah. Sementaraitu di Rembang selain budaya Islam karena didukung oleh adanya beberapapesantren besar, masyarakatnya juga dipengaruhi oleh budaya nelayan yangtidak kalah kuatnya mengakar di masyarakat. Hal ini disebabkan Rembanglokasinya terletak di dekat pantai utara Jawa.

Sementara itu Kabupaten Blora didominasi oleh kawasan hutan.Budaya masyarakat Blora, sedikit banyak dipengaruhi oleh budaya Saminyang dikembangkan oleh Samin Surosentiko. Masyarakat Blora dari sisi ke-kooperatif-an terhadap suatu program pemerintah lebih tertinggaldibandingkan dua kabupaten lainnya. Tingkat kesejahteraan masyarakat Blora

juga tertinggal dibandingkan dengan Kabupaten Pati dan Rembang.Dari tiga kabupaten, masyarakat di Kabupaten Pati relatif lebih maju

dalam hal penanganan budidaya tebu dan manajemennya. Tebu merupakankomoditas yang sudah sejak lama dibudidayakan petani. Hal ini tidak terlepasdari keberadaan dua PG di Kabupaten Pati, yaitu PG Pakis Baru dan Trangkil.Selain kedua PG tersebut, petani tebu di Kabupaten Pati juga terbantu olehPG Rendeng yang berlokasi di Kabupaten Kudus, karena jarak Kabupaten Patidengan Kudus tidak jauh hanya sekitar 24 km.

Yang membedakan budidaya tebu di tiga kabupaten adalah lahan dimana komoditas tersebut diusahakan. Di Kabupaten Pati, banyak tebu yangdiusahakan di lahan sawah, proporsi penanaman tebu di lahan sawah danlahan kering di Kabupaten Pati adalah sekitar 30:70. Menurut sejarahnya,tebu sebelumnya memang diusahakan di lahan sawah. Produktivitas tebuyang ditanam di lahan sawah memang lebih tinggi produktivitasnyadibandingkan tebu yang ditanam di lahan kering. Hal ini disebabkan pasokanair yang dibutuhkan oleh tanaman tebu pada waktu-waktu tertentu tercukupiapabila ditanam di lahan sawah. Perbandingan produktivitas tebu yangditanam di lahan sawah adalah > 90 ton/ha, sedangkan produktivitas tebuyang ditanam di lahan kering hanya mencapai < 60 ton/ha. Oleh karena itu,

Page 130: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah114

untuk menjamin pasokan tebu oleh masyarakat petani pada jaman dahuluditerapkan sistem glebagan, yaitu petani secara bergiliran diharuskan untukmenanam tebu di lahan sawah.

Pada awal tahun 1990 an, sistem glebagan tebu dihapuskan karenadianggap merugikan petani. Penghapusan sistem glebagan kemudian jugadidukung oleh pemberlakuan Undang-Undang No. 12 tahun 1992 tentangsistem budidaya tanaman. Kebijakan tersebut berdampak kepadamenurunnya pasokan tebu dari petani ke PG.

Arah pengembangan tebu selanjutnya adalah ke lahan kering. Tebulahan kering ini selanjutnya banyak berkembang di Kabupaten Rembang danBlora. Pengembangan tebu ke lahan kering, selanjutnya mendorongdigulirkannya program Tebu Rakyat Intensifikasi Lahan Kering (TRI LK). Di

Kabupaten Rembang tebu lahan kering mulai berkembang pada tahun2000an.

Pengembangan tebu lahan kering selanjutnya juga berkembang diKabupaten Blora yang wilayahnya didominasi oleh lahan hutan. Sebelumnya,produksi tebu yang ditanam oleh masyarakat Blora, dikirim ke beberapa PG diluar Blora antara lain PG yang berlokasi di Cepiring, Kendal dan Madiun, JawaTimur. Luas lahan kering yang ditanami dengan tanaman tebu juga terbatas.Sejak beroperasinya PG GMM (Gula Multi Manis) masyarakat semakintermotivasi untuk menanam tebu. Pada tahun 2012 (sebelum berdirinyaGMM), luas areal pertanaman tebu hanya 2.128 ha, setelah PG GMMberoperasi (tahun 2014) luas pertanaman tebu meningkat menjadi 3.850 ha.

Dengan adanya dominasi lahan hutan di Kabupaten Blora, perludilakukan pengkajian seksama untuk mengembangkan pertanaman tebu dilahan yang dikuasai oleh Perum Perhutani. Lahan tebu di kawasan hutanrakyat saat ini sudah mulai berkembang. Pengembangan lahan tebu dikawasan perhutani, yang saat ini dalam keadaan terbuka dan apabila tidakditangani dengan serius akan menjadi lahan kritis, akan berdampakpenutupan lahan menjadi lebih baik dibandingkan dengan penanamantanaman semusim dalam sistem sanggem yang selama ini dikembangkan

Page 131: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 115

Perum Perhutani dengan istem LMDH. Selain penutupan tebu lebih baik,penanaman tebu di kawasan hutan juga akan menurunkan secara signifikanfrekuensi masyarakat masuk ke hutan, yang berarti kerusakan tanamanutama yang disebabkan oleh kehadiran/aktivitas petani juga dapat diturunkan.Dengan asumsi dalam satu tahun petani menanam dua kali tanamansemusim, maka setidaknya petani akan masuk ke lahan hutan 14 tahapankegiatan budidaya tanaman dalam setahun (setiap musim tanam petanimasing-masing melakukan dua kali olah tanah, tanam benih, pemupukan,penyiangan, pengendalian OPT, dan panen). Apabila dibandingkan denganpenanaman tebu, dalam lima tahun petani hanya melakukan satu kali olahtanah dan penanaman, empat kali pedot oyot, pemupukan, dan lima kalipanen.

Yang diperlukan adalah penataan tanaman utama dan tebu agarmasing-masing tanaman dapat tumbuh baik. Perlu juga dipilih varietas tebumasak awal untuk ditanam di lahan kering hutan. Varietas masak awal dapatdikembangkan agar masa giling tebu PG dan juga gula tumbu yang dikelolamasyarakat dapat diperpanjang. Hal ini dimungkinkan karena dampakkerusakan jalan, yang selama ini dipermasalahkan oleh masyarakat pada tebumasak awal yang ditanam di lahan sawah, dapat dihindari karena jalan-jalandi lahan kering relatif lebih keras.

Masalah kecenderungan petani untuk membakar tebu karena akanmembahayakan tanaman kayu-kayuan sebagai tanaman utama Perhutaniperlu diantisipasi. Pembakaran tebu oleh masyarakat sebenarnya dilakukanoleh petani sebagai alat penekan bagi PG untuk segera menebang tebumereka, walaupun petani tahu bahwa pembakaran tebu akan menurunkanrendemen. Untuk itu perlu selain pengembangan tebu masak awal, notakesepahaman antara PG, Perum Perhutani, dan petani perlu disusun. Notakesepahaman juga menyangkut aturan agar PG lebih mengutamakan tebuyang ditanam di Perum Perhutani agar pembakaran tebu oleh petani dapatdihindari.

Page 132: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah116

5.5. Kondisi Kelembagaan Pendukung Pada Wilayah LokasiPengembangan Kawasan Berbasis Komoditas Tebu

5.5.1. Kelembagaan Pembina Pengembang Perkebunan

Kelembagaan pembina pengembangan perkebunan yang menanganitebu di Jawa Tengah meliputi Dinas Perkebunan. Balai Perbenihan yangmenangani sertifikasi benih tebu. Balai Alat Mesin menangani saranaprasarana pertebuan. Balai Proteksi yang menangani Orgnisme PenggangguTanaman Perkebunan. Badan Ketahanan Pangan. P3GI. Dinas Perindustriandan Perdagangan. Dinas Koperasi dan UMKM dan Bakorluh. Kelembagaantersebut mempunyai tugas masing-masing antara lain menjembatanipetaniselaku pelaku usaha dengan Perusahaan swasta yang menangani usaha tebu.Selain itu kelembagaan tersebut juga memberikan bantuan untuk kelompok

tani guna kegiatan usahatani dalam bentuk barang maupun modal usaha.Salah satu kelembagaan yang menangani kelembagaan kelompok tani adalahbakorluh. Dalam data base bakorluh penyuluh dibagi menjadi beberapa yaitupenyuluh pemerintah, penyuluh swasta,dan penyuluh Tenaga Harian/Kontrak.

5.5.2. Kelembagaan Ekonomi PetaniKelembagaan Ekonomi Petani meliputi Kelompok Tani.KPTR.dan

APTRI. Pada Tabel 5.24. Menunjukkanjumlah kelompok tani di Jawa Tengah

43.427 kelompok. Sedangkan Kabupaten Blora. Rembang dan pati masing-masing 1.616. 1.144 dan 1.864 kelompok. Jumlah kelompok tani tersebutterbagi dibeberapa kecamatan di Kabupaten Blora ada 16 Kecamatan denganjumlah Desa 295 desa.

Tabel 5.24. Jumlah Kelembagaan Kelompok Tani

Sumber Data: Setbakorluh Jateng 2014

No Kabupaten/Provinsi

JumlahKecamatan

JumlahDesa/Kelurahan

JumlahGapoktan

JumlahPoktan

1 Pati 21 406 400 18642 Rembang 14 294 276 11443 Blora 16 295 280 16164 Jateng 653 8578 8039 43427

Page 133: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 117

Berdasarkan Tabel 5.25. jumlah KPTR di Jawa Tengah 42 dan JumlahAPTRI 14. 3 KPTR berada di Kabupaten Blora dan Rembang. sedangkan 2KPTR di kabupaten Pati. Sedangkan lembaga APTRI di tiga kabupatenberjumlah 7 atau 50% dari keseluruhan APTRI di Jawa Tengah. hal tersebutmengindikasikan aktivitas kelembagaan petani tebu di Kabupaten Pati.Rembang dan Blora cukup intens.

Tabel 5.25. Daftar rincian Koperasi Petani Tebu Rakyat (KPTR) dan APTRI(Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia) Jawa Tengah Tahun2015

NO Kabupaten KPTR APTRI1 Blora 3 32 Rembang 3 23 Pati 2 24 Jawa Tengah 42 14

5.5.3. Perusahaan Perkebunan, Industri dan Perdagangan

Jumlah perusahaan dan industri gula di Jawa Tengah sebanyak 14Pabrik Gula yang mampu menyerap hasil produksi tebu sebanyak 4.622.511

ton dari luas areal pertanaman 63.088 ha pada tahun 2014. Kinerja PabrikGula tersebut mampu menghasilkan sebanyak 299.267 ton gula kristal putih(GKP) dan capaian rendemen rata-rata sebesar 6.41%. Pabrik Gula (PG) yangada di Jawa Tengah sebanyak 14 meliputi; 8 PG merupakan milik PTPN IX.1PG milik PT. IGN (PG. Cepiring). 1 PG milik PT. RNI II (PG Tersana Baru). 1PG milik PT. Madu Baru (PG. Madukismo). 1 PG milik PT Kebon Agung (PG.Trangkil).1 PG milik PT. Laju Perdana Indah (PG. Pakis Baru) dan yangterbaru PG Blora (milik PT. Gendis Multi Manis). 2 PG diantaranya berada diKabupaten Pati dan 1 PG berada di Kabupaten Blora (Tabel 5.26). Pabrik Gulayang ada di Kabupaten Pati dan Blora sebanyak 3 PG mampu menyerap1.619.958 ton tebu setara luasan 22.521 ha pertanaman tebu. PG Blora yangsampai dengan tahun 2014 baru pada taraf percobaan.bahkan diproyeksikanakan meningkatkan kapasitas produksinya pada tahun-tahun mendatang.

Page 134: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah118

Prospek pengembangan kawasan tebu di 3 kabupaten masih cukup terbukadengan tersedianya industri gula di wilayah tersebut.

Tabel 5.26. Jumlah Perusahaan Perkebunan, Industri dan PerdaganganKomoditas Tebu 2014

NO Uraian L. Areal(ha)

Prod.Tebu(ton)

ProdivTebu

(ton/ha)

Prod.Kristal(ton)

ProdivKristal

(ton/ha)Rend.

(%)

I. Pabrik Gula (PG)A PTPN IX1 Jati Barang 2.786.95 200.945.00 72.10 11.142.52 4.00 5.552 Pangka 3.208.08 228.637.60 71.27 13.636.19 4.25 5.963 Sumberharjo 2.836.78 199.065.80 70.17 12.048.20 4.25 6.054 Sragi 5.978.67 426.602.50 71.35 25.097.62 4.20 5.885 Rendeng 4.667.33 344.543.30 73.82 20.589.79 4.41 5.986 Mojo 5.326.00 387.446.00 72.75 23.621.00 4.44 6.107 Tasikmadu 6.731.81 473.175.00 70.29 29.450.44 4.37 6.228 Gondang Baru 2.155.62 156.841.60 72.76 9.704.06 4.50 6.19B PT. IGN9 Cepiring 1.500.74 135.117.63 90.03 7.853.76 5.23 5.81C PT. RNI II10 Tersana Baru 1.670.38 115.179.82 68.95 6.881.28 4.12 5.97D PT. Madu baru11 Madukismo 3.704.97 334.998.40 90.42 19.997.08 5.40 5.97E PT. Kebon Agung12 Trangkil 13.805.00 991.042.35 71.79 70.100.73 5.08 7.07F PT. Laju Perdana

Indah13 Pakis Baru 6.886.01 499.539.08 72.54 35.795.00 5.20 7.17

GPT. Gendis MultiManis

14 PG. Blora 1.830.00 129.377.00 70.70 10.350.00 5.66 8.00Total GKP PG 63.088.33 4.622.511.08 73.27 296.267.66 4.70 6.41

II. Gula Tumbu Konversi Gula Tumbu ke GKP (R=9.71%)1 Batang 58.38 4.685.17 80.25 454.93 7.79 9.712 Kendal 4.12 328.83 79.87 31.93 7.76 9.713 Kudus 2.525.30 205.782.24 81.49 19.981.46 7.91 9.714 Rembang 1.982.48 161.728.82 81.58 15.703.87 7.92 9.715 Jepara 340.40 27.331.20 80.29 2.653.86 7.80 9.716 Blora 635.00 51.535.54 81.16 5.004.10 7.88 9.717 Grobogan 206.90 16.234.54 78.47 1.576.37 7.62 9.718 Klaten 25.00 2.003.91 80.16 194.58 7.78 9.719 Banyumas 1.20 97.78 81.49 9.49 7.91 9.7110 Purbalingga 7.96 622.45 78.22 60.44 7.60 9.7111 Cilacap 8.77 713.13 81.31 69.24 7.90 9.71

Total Gula Tumbu 5.795.50 471.063.62 81.28 45.740.28 7.89 9.71

Berlanjut............

Page 135: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 119

NO Uraian L. Areal(ha)

Prod. Tebu(ton)

ProdivTebu

(ton/ha)

Prod.Kristal(ton)

ProdivKristal

(ton/ha)Rend.

(%)

III Tebu keluar Provinsi1 Grobogan 54.00 4.191.41 77.62 312.26 5.78 7.452 Rembang 336.03 27.263.91 81.14 2.031.16 6.04 7.453 Jepara 261.47 20.999.74 80.31 1.564.48 5.98 7.454 Pati 674.00 54.635.02 81.06 4.070.31 6.04 7.455 Blora 632.27 50.865.31 80.45 3.789.47 5.99 7.456 Sragen 2.110.63 171.812.35 81.40 12.800.02 6.06 7.457 Wonogiri 177.30 14.094.21 79.49 1.050.02 5.92 7.458 Klaten 212.69 17.171.67 80.74 1.279.29 6.01 7.45

Total GKP dari tebuKeluar Prov. Jateng 4.458.39 361.033.63 80.98 26.897.01 6.03 7.45

IV Tebu Beli Putus1 PG. Madukismo 397.90 33.558.35 84.34 1.510.13 3.80 4.502 PG. Sragi 691.50 55.809.12 80.71 2.511.41 3.63 4.503 PG. Cepiring 204.77 16.725.89 81.68 752.67 3.68 4.50

Total GKP Tebu BeliPutus 1.294.18 106.093.36 81.98 4.774.20 3.69 4.50

Rekapitulasi 74.636.40 5.560.701.69 74.50 373.679.15 5.01 6.72Taksasi 2014 75.123.72 5.329.418.07 70.94 398.857.48 5.31 7.48% Capaian 99.35% 104.34% 105.02% 93.69% 94.30% 89.79

Tabel. 5.25 (Lanjutan)

Selain gula kristal putih, industri kecil/usaha pembuatan gulatumbu/gula merah sudah berkembang dimasyarakat. yang tentunyamemberikan kontribusi nyata terhadap pencapaian swasembada gula utamauntuk memasok kebutuhan industri. Total produksi gula tumbu di JawaTengah pada tahun 2014 sebesar 471.063 ton.yang diproduksi di KabupatenRembang dan Blora sebanyak 213.263 ton atausetara 45,27%. Potensipengembangan gula merah cukup terbuka dan menjadi pilihan rumah tanggapetani untuk meningkatkan posisi tawar petani.

Meskipun sudah tersedia pabrik gula yang cukup banyak. ternyata arustebu yang keluar wilayah Jawa Tengah cukup tinggi. Tercatat 361.033 tontebu pada tahun 2014 keluar dari wilayah Jawa Tengah. Fenomena tersebutselalu terjadi setiap tahun. hal ini diduga berkaitan dengan harga tebu danmanajemen dari masing-masing pabrik yang dinilai kurang berpihak kepadapetani, sehingga petani memilih jual tebu keluar provinsi.

Page 136: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah120

Kemitraan antara pabrik gula dengan petani tebu sudah ada. utamanyapada program bongkar ratoon (Plant Cane) atau ekstensifikasi denganmemanfaatkan skim kredit melalui KKPE. Pabrik gula dalam kemitraan inisebagai voluntir dan pendamping on-farm.sementara itu petani sebagaipenyedia lahan. Terdapat kecenderungan pemanfaatan program melalui KKPEkurang diminati oleh petani. sehingga program bongkar ratoon danekstensifikasi tebu semakin berkurang.

5.5.4. Kelembagaan InputJumlah penangkar benih tebu di Kabupaten Pati terdapat 75 penangkar

benih. Kabupaten Blora 55 penangkar dan Kabupaten Rembang 33penangkar.Lembaga perbenihan komoditas tebu belum tertangani denganbaik. Lembaga yang ada belum mampu memenuhi kebutuhan bibit tebu.Sebagai gambaran suatu PG idealnya setiap tahun melakukan bongkar ratoonsejumlah 25 % dari luas areal yang dikelola. namunpada prakteknya kondisiideal tersebut tidak dapat terpenuhi. Di sisi lain lembaga perbenihan yangdikelola oleh swasta dan petani penangkar di Jawa Tengah belum dilengkapidengan ijin resmi penangkaran benih.

Kebun penangkaran yang dimiliki oleh penangkar benih harusteregistrasi dan berijin. Peraturan perbenihan mewajibkan suatu penangkaran

benih harus mendapatkan ijin dan diawasi oleh lembaga Pengawas BenihPerkebunan. Registrasi dikeluarkan oleh lembaga pengawas benihperkebunan. yang dilakukan oleh petugas pengawas benih yang kompetendan bersertifikat. Petugas yang mempunyai kompetensi sertifikasi di JawaTengah saat ini jumlahnya sangat terbatas (hanya 1 orang dan itupun sudahmenjelang masa pensiun). Peraturan perbenihan juga mensyaratkan kebunpenangkaran benih mempunyaijaminan sumber air. padahal selama ini tebudikembangkan di kabupaten/daerah lahan kering yang mengalamiketerbatasan sumber air (Pati,Rembang dan Blora).

Benih yang dihasilkan oleh KBI (Kebun Benih Induk) selanjutnyadikembangkan oleh penangkar KBD (Kebun Benih Datar) yang juga harusteregistrasi. Syarat dan ketentuan mendapatkan registrasi saat ini sulit

Page 137: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 121

didapatkan. Salah satunya adalah adanya ketentuan untuk secara kontinyumenghasilkan benih. Disisi lain. penangkar KBD hanya diperbolehkanmemproduksi benih 1 kali pada kebun yang sama selanjutnya dibongkar danatau memelihara ratoon untuk dijadikan KTG (Kebun Tebu Giling).

Keuntungan penangkar tebu yang tidak terlalu besar secara ekonomisjuga kurang memotivasi tumbuh-kembangnya penangkar tebu. Salah satuterobosan untuk meningkatkan insentif ekonomi penangkar benih adalahdengan mengembangkan teknologi produksi benih model bud chip. Denganteknologi ini produksi benih tidak harus sesuai dengan jadwalpenebangan/umur ideal tebu pada benih konvensional. Bud chip jugamerupakan solusi dari praktek penggunaan benih tebu dari pucuk yang secarateknis kurang baik karena berpotensi mengandung banyak penyakit sistemik.

Menurut informasi lebih dari 50% petani tebu menggunakan beniht tebu yangberadal dari pucuk. baik karena alasan praktis dan ekonomis (murah karenamerupakan limbah).

Tabel 5.27. Hasil analisis penentuan harga pokok dan harga jual padaindustri benih tebu asal bud chips di Kabupaten Rembang2014.

Komponen Biaya

Keterangan

VolumeFisik/Satuan Harga

Alternatif I(LimbahDibuang)

Alternatif II(LimbahDijual)

---------------------Rp----------------------Bahan PokokBahan baku (bagal) 6000 kg 500 3.000.000 *) 1.450.000Media semai 4 m3 112.500 450.000 450.000Pestisida dan ZPT 0.50 paket 500.000 250.000 250.000LPG 6 kg 20.000 40.000 40.000Pupuk Phonska 12.5 kg 2.400 30.000 30.000Air siraman 1 tangki 150.000 150.000 150.000Tenaga kerjaPerempuan 36 HOK 40.000 1.440.000 1.440.000Laki-laki 48 HOK 70.000 3.360.000 3.360.000OverheadPenyusutan. dll. 1 paket Per

periode1.275.000 1.275.000 1.275.000

Berlanjut....

Page 138: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah122

Komponen Biaya

Keterangan

VolumeFisik/Satuan Harga

Alternatif I(LimbahDibuang)

Alternatif II(LimbahDijual)

Jumlah Total HargaPokok 9.785.000 8.235.000

Harga Pokok per Unit 217 183Laba per unit yangdiharapkan (30 %) 65 55

Harga Jual per unitYang Diharapkan 383 238

Tabel 5.26 (Lanjutan)*) Setelah dikurangi penjualan limbah 5000 kg @ Rp 310 = Rp 1.550.000.

5.6. Kondisi Prasarana dan Sarana Wilayah Lokasi PengembanganKawasan Berbasis Komoditas Tebu

5.6.1. Kondisi Potensi Sumberdaya Pengairan dan IrigasiPola curah hujan, ketersediaan air irigasi mempengaruhi waktu tanam

tebu di suatu daerah.Pola tanam direncanakan berdasarkan rencangan polagiling pabrik gula. dengan ketentuan umur tebu giling sekitar 12 bulan(memperhatikan kemasakan). Pola tanam dibedakan menjadi dua pola. yaitu:Pola A dan Pola B.

Pola tanam A dilaksanakan di lahan berpengairan dan waktu tanamawal musim kemarau (bulan April/Mei) sampai dengan akhir Bulan Agustus.Varietas yang ditanam adalah varietas yang tergolong kategori masak awal.seperti: Kentung, Triton dan PS 881. Selain itu. varietas yang ditanam kategorimasak awal tengah dan tengah juga bisa ditanam pada pola A. seperti: PS JT941, PS 851 dan PSBM 9605.

Pola tanam B dilaksanakan di lahan yang mengandalkan air hujan danwaktu penanaman pada awal musim hujan (bulan September) sampai akhirbulan November. Varietas yang ditanam adalah varietas yang termasukkategori masak tengah seperti: PS JT 941, PS 851, PSBM 9605 dan varietasmasuk kategori masak tengah lambat dan masak akhir seperti: Bulu lawang(BL) BZ 148 dan PS 951.

Page 139: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 123

Menurut P3GI (2007), pertumbuhan tanaman tebu memerlukan airsekitar 60 mm/10 hari atau 2000 mm/tahun atau lebih,dengan sekurang-kurangnya 3 bulan kering (curah hujan kurang dari 100 mm per bulan).Curah hujan yang ideal untuk tanaman tebu, setiap bulan sekitar 200 mm (5-6 bulan), selanjutnya diikuti dengan curah hujan 125 mm (2 bulan) dan padabulan berikutnya curah hujan kurang dari 75 mm (4 – 5 bulan).

Pada pertumbuhan vegetatif tanaman tebu dibutuhkan curah hujansekitar 200 mm selama 5-6 bulan sedangkan untuk pertumbuhan generatifdibutuhkan curah hujan dibawah 100 mm selama 4-5 bulan. Tanaman tebumembutuhkan iklim kering sekurang-kurang selama 3 bulan. Iklim yangbasah tanpa adanya bulan kering yang nyata merupakan faktor pembatasyang akan berdampak pada rendemen gula yang rendah.

Kondisi curah hujan rata-rata tahunan di 3 kabupaten areapengembangan tebu dan dikaitkan dengan estimasi kebutuhan air irigasi.disajikan pada Tabel 5.28. Sebaran curah hujan rata-rata tahunan sebagaiindikator tingkat ketersediaan air untuk tanaman tebu disajikan pada Gambar5-22, Gambar 5-23 dan Gambar 5-24.

Tabel 5.28. Kebutuhan Pasokan Air pada Wilayah Kecamatan yang CurahHujannya Rendah (<2000 mm/tahun)

Kabupaten Kecamatan prioritaspengembangan

Kondisi sumberdaya air berdasarkaniklim/curah hujan

Pati 20 kecamatan 2 kecamatan (Batangan dan Dukuhseti) rata-rata curah hujan <2000 mm/tahun. perlutambahan suply irigasi pada saat musimkemarau. untuk lahan sawah bersumber dariair irigasi dan tegalanberasal dari embung atausumur air tanah dangkal (pompa)

Rembang 16 kecamatan Hanya 2 kecamatan (kecamatan Sumber danSulang) yang mempunyai rata-rata curah hujan>2000 mm/tahun. 14 kecamatan lainnya perlutambahan suplai pada saat musim kemaraudengan memanfaatkan embung atau sumur airdangkal (pompa)

Blora 12 kecamatan 7 kecamatan (kecamatan: Todanan. Kunduran.Tunjungan. Japah. Blora. Sambong danRandublatung) yang mempunyai rata-ratacurah hujan >2000 mm/tahun. 5 kecamatanlainnya perlu tambahan suplai pada saat musimkemarau dengan memanfaatkan embung atausumur air dangkal (pompa)

Page 140: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah124

Kabupaten PatiHampir semua wilayah kecamatan di Kabupaten Pati mempunyai curah

hujan >2000 mm per tahun. kecuali untuk kecamatan Batangan danDukuhseti. Kedua area ini hanya mempunyai curah hujan rata-rata tahunankurang dari 2000 mm/tahun. Namun kekurangan air pada musim kemaraupada kedua kecamatan untuk tanaman tebu yang dikembangkan di daerahpersawahan masih dapat dipenuhi dari sumber air irigasi. Sedangkankebutuhan air pada tanaman tebu di area lahan kering/tegalan dapatdipenuhi dengan pembuatan kolam penampung air (embung yang berfungsiuntuk menampung air hujan). atau membuat sumur air dangkal. Untuk itudiperlukan pompa air untuk pengairan yang sumbernya dari embung maupundari sumur air dangkal.

Mata air yang terdapat di Kabupaten Pati terdapat: a) kecamatanPuncakwangi. meliputi Sumber air Widodaren. Sendangsuko. Bulu. Lunggohdan Lumbung mas; b) kecamatan Tambakromo. meliputi: sumberair Maitan.Dogo. dan Pakis; c) kecamatan Kayen. meliputi sumber air Kluweh danBeketel; d) kecamatan Sukolilo. meliputi: sumberair Lawang. Karanganyar.Baleadi. Duwan. Lawang. Sentul. Grolok Gemblung. Mbendo. Sidowayah.Cendi. Mbeji dan Kincir; e) kecamatan Pati. meliputi: sumber air Subo danGilan; f) kecamatan Margoyoso. meliputi sumber air Sonean g) kecamatanGunungwungkal. meliputi sumber air Sentul. Sumber air yang ada digunakanuntuk melayani keperluan irigasi.Pemanfaatan air tanah denganmengutamakan pemanfaatan air permukaan terlebih dahulu barupemanfaatan air tanah.

Kabupaten RembangDari 16 kecamatan prioritas pengembangan tanaman tebu di

Kabupaten Rembang. hanya 2 wilayah kecamatan pengembangan (yaitukecamatan Sumber dan Sulang) yang kebutuhan airnya dapat dipenuhi daricurah hujan bulanan/ tahunan. Untuk 14 kecamatan pengembangan lainnyahampir semuanya merupakan area tegalan/ pertanian lahan kering.kebutuhan air irigasi harus dipenuhi dari simpanan air di Embung atau sumur

Page 141: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 125

air tanah dangkal (pompa). bila memungkinkan membuat bendung sungaiterdekat wilayah kecamatan pengembangan.selanjutnya disalurkan lewatsaluran irigasi atau dipompa ke kebun tebu.

Diperlukan pembuatan embung-embung baru dan konservasi embung-embung eksisting di daerah Kabupaten. untuk mendukung pemenuhankebutuhan air tanaman tebu. Disamping itu pembangunan bendungan disungai-sungai yang potensial sebagai upaya memperbanyak tampungan airbagi keperluan cadangan air baku. dan meningkatkan suplai pada jaringanirigasi teknis.Beberapa sungai yang mengalir di daerah kabupaten Rembangumumnya merupakan anak-anak Sungai Bengawan Solo yang mengalir dibagian selatan kabupaten. antara lain; Sungai Kedung gede. Kedung Cerik.Sadang. Gening. Boncang. Walu Tengga. Menengan. Cringin dan Sogo

dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan air tanaman tebu.

Kabupaten BloraDari 12 kecamatan prioritas pengembangan tanaman tebu di

Kabapaten Blora. 7 wilayah kecamatan pengembangan (yaitu kecamatanTondanan. Kunduran. Tunjungan.Japah. Blora. Sambong dan Randublatung)yang kebutuhan airnya dapat dipenuhi dari curah hujan bulanan/ tahunan.Untuk 5 kecamatan pengembangan lainnya yang hampir semuanyamerupakan area tegalan/ pertanian lahan kering. kebutuhan air irigasi harusdipenuhi dari simpanan air di Embung atau sumur air tanah dangkal (pompa).bila memungkinkan membuat bendung sungai terdekat wilayah kecamatanpengembangan. kemudian disalurkan lewat saluran irigasi atau dipompa kekebun tebu.

Sumber air yang ada antara lain berasal dari Bendung Kedungwarudengan luas oncoran irigasi 658 ha.dan 133 daerah irigasi tingkat desadengan luas area irigasi persawahan 11.824 ha terbatas diarahkan untukmendukung ketahanan pangan nasional dan pengelolaan lahan pertanianpangan berkelanjutan.

Page 142: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah126

Pendayagunaan potensi mata air dan air tanah di wilayah untukpengembangan tebu di kawasan tegalan antara lain dapat dilakukan dengan:a) pengelolaan air yang bersumber dari waduk Greneng di KecamatanTunjungan; b) pengelolaan air yang bersumber dari Waduk Bentolokecamatan Todanan; c) pemanfaatan air sungai Bengawan Solo sebagaisumber air baku; d) pemanfaatan air baku sumur (air tanah dangkal sampaiagak dalam) di kecamatan Randublatung dan kecamatan Jati dan e)pembangunan waduk Randugunting kecamatan Japah dan WadukKarangnongko kecamatan Kradenan.

Sumber: BPS Kabupaten Pati (2013).

Gambar 5-24. Curah hujan rata-rata tahunan kecamatan (dalam mm/tahun) di Kab.Pati. Rata-rata kabupaten 2.734 mm/tahun. Kebutuhan air irigasi untuktanaman tebu diasumsikan dapat terpenuhi bila curah hujan rata-ratatahunan ≥ 2000 mm/tahun.

Page 143: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 127

Sumber: BPS Kab.Rembang (2013).

Gambar 5-25. Curah hujan rata-rata tahunan kecamatan (dalam mm/tahun) di Kab.Rembang. Rata-rata kabupaten 1.587 mm/tahun. Kebutuhan air irigasiuntuk tanaman tebu diasumsikan dapat terpenuhi bila curah hujan rata-rata tahunan ≥ 2000 mm/tahun

Sumber: BPS Kabupaten Blora (2013).

Gambar 5-26.Curah hujan rata-rata tahunan kecamatan (dalam mm/tahun) di Kab.Blora. Rata-rata kabupaten 1.775 mm/tahun.Kecamatan Kradenan danBanjarejo tidak tersedia data. Kebutuhan air irigasi untuk tanaman tebudiasumsikan dapat terpenuhi bila curah hujan rata-rata tahunan ≥ 2000mm/tahun.

Page 144: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah128

5.6.2. Kondisi Potensi Sumberdaya Lahan Usaha Perkebunan danPenyediaan Untuk Kawasan Perdagangan dan Industri

Pengembangan kawasan tebu dilakukan: 1)pada areal eksisting yangsudah jadi areal tanaman tebu dengan cara meningkatkan produktivitasmelalui intensifikasi dan 2) perluasan areal tanaman tebu yang diarahkanpada lahan tegalan atau pertanian lahan. kering. Masterplan perluasan arealtanaman tebu. diharapkan tidak mengganggu area pertanian khususnya lahan

sawah yang digunakan untuk mendukung produksi padi dan kemantapanketahanan pangan nasional. Area lahan sawah yang diarahkan untukmendukung produksi padi dan ketahanan pangan nasional untuk KabupatenPati. Rembang dan Blora disajikan pada Tabel 5.29. Tabel 5.30 danTabel 5.31.

Tabel 5.29. Luas Lahan Sawah yang Harus diamankan Untuk MendukungKetahanan Pangan dan Produksi Pangan di Kabupaten Pati

No. Kecamatan Luas sawah (ha)1. Sukolilo 7.866.092. Kayen 5.271.513. Tambakromo 3.954.633. Tambakromo 3.954.634. Winong 5.104.545. Puncakwangi 6.235.476. Jaken 4.661.037. Batangan 2.434.728. Juwana 1.257.559. Jakenan 3.756.8010. Pati 2.598.1611. Gabus 3.428.6312. Margorejo 3.941.3113. Gembong 1.578.9714. Tlogowungu 2.691.0715. Wedarijaksa 2.195.4616. Trangkli 1.471.7417. Margoyoso 2.054.5118. Gunungwungkal 1.858.6619. Cluwak 1.839.6520. Tayu 2.269.9821. Dukuhseti 1.894.92

JUMLAH 68.365.40Sumber: Ditjen PSP (2012) dan BPN (2013)

Page 145: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 129

Tabel 5.30. Luas Lahan Sawah yang Harus diamankan untuk MendukungKetahanan Pangan dan Produksi Pangan di KabupatenRembang

No. Kecamatan Luas sawah (ha)1. Sumber 4.205.822. Bulu 2.960.523. Gunem 2.024.644. Sale 2.434.395. Sarang 4.575.946. Sedang 3.248.017. Pamotan 4.695.948. Sulang 2.971.039. Kaliori 3.593.6310. Rembang 3.176.9611. Pancur 1.379.9612. Kragan 2.550.2413. Sluke 831.6414. Lasem 1.170.97

JUMLAH 39.819.69Sumber: Ditjen PSP (2012) dan BPN (2013)

Tabel 5.31. Luas Lahan Sawah yang Harus diamankan untuk MendukungKetahanan Pangan Produksi Pangan di Kabupaten Blora

No. Kecamatan Luas sawah (ha)1. Jati 3.962.392. Randublatung 5.396.943. Kradenan 4.150.074. Kedungtuban 5.743.735. Cepu 2.718.656. Sambong 2.177.617. Jiken 3.476.518. Bogorejo 2.633.529. Jepon 3.939.7810. Blora 4.199.6011. Banjarejo 4.376.8512. Tunjungan 5.080.8713. Japah 4.055.3914. Ngawen 4.976.4615. Kunduran 6.659.8816. Todanan 6.866.56

JUMLAH 70.414.81Sumber: Ditjen PSP (2012) dan BPN (2013)

Page 146: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah130

5.6.3. Kondisi Potensi Sumberdaya Kredit dan PermodalanSelama periode 2012-2014 secara umum jumlah bank berfluktuasi.

menurun pada tahun 2013 dan naik kembali pada tahun 2014. Fluktuasi yangterjadi lebih dipengaruhi oleh fluktuasi bank konvensional terutama BankPerkreditan Rakyat (BPR). Sementara itu. bank syariah naik secara bertahapdari tahun ke tahun. Tahun 2012. bank syariah di Jawa Tengah berjumlah 31bank. naik menjadi 33 bank pada tahun 2013 dan mencapai 35 bank padatahun 2014. Fluktuasi yang terjadi pada jumlah bank yang ada tidakmempengaruhi posisi kredit pada bank umum dan BPR secara keseluruhan.Bahkan. dalam kurun waktu lima tahun terakhir. posisi kredit terus merambatnaikdari 110.62 trilyun pada tahun 2010 hingga mencapai 245.08 trilyun padatahun 2014. Namun demikian dukungan terhadap sektor pertanian masihrelatif rendah. Sejak berlakukan sejak berlakunya UU No. 23/1999 tentangBank Indonesia (sebagaimana diamandemen dengan UU No.3/2004). makakebijakan Bank Indonesia dalam mendukung peningkatan iklim usaha atausektor riil telah mengalami perubahan mendasar. Perubahan tersebut adalahbahwa Bank Indonesia tidak dapat lagi memberikan bantuan keuangan ataukredit likuiditas secara langsung seperti di masa lalu. namun bantuan yangdiberikan lebih bersifat tidak langsung. antara lain melalui regulasi dan

fasilitasi dalam peran-peran strategis. Dengan kata lain. Bank Indonesia tidaksecara khusus mendesain suatu kebijakan dalam bidang perkreditan secarasektoral. Kebijakan Bank Indonesia lebih diarahkan untuk mendukungpengembangan UMKM. terutama yang berbasis komoditas unggulan. agardapat dibiayai oleh perbankan. Kebijakan tersebut dituangkan dalam bentukpengaturan (ketentuan) dan pemberian bantuan teknis (khususnya melaluiperbankan) serta kerjasama dengan pemangku kepentingan (departemen.lembaga donor dan lembaga terkait pemberdayaan UMKM). Di dalamkebijakan yang bersifat lintas sektoral tersebut. terdapat kegiatan-kegiatanyang berupaya mendukung pengembangan sektor agribisnis.

Sumber pembiayaan pertanian dari kredit program yang tersedia saatini diantaranya adalah kredit usaha rakyat (KUR) dan kredit ketahanan pangan

Page 147: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 131

dan energi (KKPE). Namun demikian daya serap penyaluran kredit bersubsidiini di sektor pertanian masih cukup rendah. karena lebih dari 60 % KURdisalurkan bukan kepada petani atau sektor pertanian. tetapi kepadapedagang komoditas. penyedia jasa. pengecer dan sebagainya. Disisi yanglain Petani dan sektor pertanian memerlukan pembiayaan dari sektorperbankan dan lembaga keuangan tentu tidak terbantahkan.

Persoalan modal bagi petani menjadi masalah klasik yang tak kunjungusai.Akses permodalan dari lembaga keuangan formal merupakan persoalanmendasar yang dihadapi sektor pertanian.Adanya lembaga-lembagakeuangan non formal maupun rentenir yang mudah diakses merupakanpilihan utama bagi petani untuk memperoleh kredit. baik untuk memenuhikebutuhan konsumsi maupun menambah modal usaha. Selain mudah diakses,

sebagian besar lembaga keuangan non formal maupun rentenir tidakmemerlukan proses administrasi yang rumit dan pencairan kredit sangatcepat. Dilema yang kemudian dihadapi oleh petani adalah bunga kredit yangtinggi. Bagi sebagian petani, kondisi hutang dan terbelit bunga yang tinggimemaksa mereka harus meninggalkan sektor pertanian karena kehilanganlahan yang dijadikan agunan.

Akses terhadap permodalan sangat bermanfaat untuk memperbesarskala usaha dan meningkatkan produktivitas. Permodalan dari lembagakeuangan formal memiliki payung hukum yang jelas dan bunganya tidaksetinggi lembaga keuangan non formal maupun rentenir. namun padakenyataannya tidak semua RTUP dapat memanfaatkan ataupunmenjangkaunya. Lokasi yang terpencil dan tidak memiliki agunan adalahkendala dari sisi RTUP dalam pengajuan kredit ke lembaga formal. Kendalalain adalah adanya proses administrasi kredit yang cukup rumit yang tentunyamemakan waktu sehingga pencairan kredit tidak dapat diperoleh dengancepat. Kendala rumitnya proses administrasi merupakan kendala utama yangmenyebabkan RTUP yang pendapatan utamanya dari sektor pertanianmengalami kesulitan dalam pengajuan kredit. sementara yang terkendala

Page 148: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah132

dengan kepemilikan agunan hanya sekitar 16 % dan jauhnya lokasi RTUPsekitar 5 %.

Berdasarkan hasil kunjungan lapang. beberapa alternatif diperlukandalam merumuskan skema pembiayaan pertanian yang efektif ke depan.Pertama. perbaikan komunikasi sektor perbankan (dan lembaga keuanganlain) dengan sektor pertanian. Hal ini untuk menanggulangi miss-understanding atau kesaling-tidak pahaman di antara kedua sektor, karenaburuknya komunikasi dan informasi yang diperoleh masing-masing sektor.Dengan perbaikan komunikasi dan pengemasan informasi yang lebihbersahabat, maka diharapkan perbankan tidak lagimenganggap pertaniansebagai sektor kumuh, miskin, berisiko tinggi dan sebagainya. Demikian pula,pertanian tidak lagi menganggap perbankan sebagai sektor elit, tidak mau

tahu karakter petani, usaha tani dan sektor pertanian secara umum. Kedua.perbaikan produk perbankan yang lebih inovatif dalam membiayai sektorpertanian, sehingga tidak sepenuhnya mengandalkan kredit program yangsering bermasalah. Misalnya perbankan dapat mengembangan skemapembiayaan ke depan (forward financing), dengan tingkat bunga komersialbiasa. Ketiga. penyempurnaan skema perlindungan di sektor pertanian,termasuk pemberdayaan petani untuk menanggulangi hambatan permodalanyang dihadapi.

Usahatani dan pengolahan hasil tebu membutuhkan modal yang cukupbesar. Selama ini petani Tebu umumnya merupakan petani yang termasukmemiliki kemampuan modal cukup besar. Namun demikan penting untukdiperhatikan bahwa perluasan areal tanaman perkebunan tebu tidak bolehmeninggalkan petani kecil yang memiliki kemampuan terbatas. Selainpenguasaan lahan yang sempit, kemampuan petani kecil untuk membiayaiusaha taninya sangat terbatas sehingga produktivitas yang dicapai masih dibawah produktivitas potensial. Mengingat keterbatasan petani kecil dalampermodalan tersebut dan rendahnya aksesibilitas terhadap sumberpermodalan formal terutama bagi petani kecil atau petani miskin. Hasil SurvaiPendapatan Rumah Tangga Usaha Pertanian 2013 (ST2013-SPP).persentase

Page 149: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 133

petani di Jawa Tengah yang memperoleh bantuan kredit sebagian besar padapetani dengan kelompok pendapatan lebih 3 juta rupiah yang yaitu sebesar83.23%. sedangkanpetani dengan kelompok pendapatan kurang dari 3 jutarupiah yang memperoleh bantuan kredit hanya 16.77%. Hal ini terjadi padasemua sub sektor pertanian artinya masih adanya kesulitan akses kredit bagipetani yang berpendapatan rendah. Pihak pemberi kredit pada umumnyatidak mau ambil risiko.Oleh karena itu, petani belum menjadi pilihan yangtepat bagi mereka untuk menyalurkan kredit.

Hasil ST2013-SPP juga memperlihatkan kesulitan-kesulitan yangdihadapi petani dalam mengajukan kredit. Sebagian besar (49.38%) petanimengalami kesulitan dalam hal proses administrasi kredit yang rumit,sementara itu 36.66% karena tidak memiliki agunan. Sementara petani yang

mengalami kesulitan akibat lokasi terpencil sebesar 5,14 % dan lainnya (selainketiga kesulitan di atas) sebesar 8,82%. Pola kesulitan tersebut hampir terjadipada seluruh sumber pendapatan utama pada sub sektor pertanian. kecualipada petani perkebunan dan perikanan. Pada sub sektor perikanan. kesulitanyang paling besar adalah akibat tidak memiliki agunan. Perbandingan petanidi Jawa Tengah menurut sumber pendapatan yang mengalami kesulitandalam hal proses administrasi kredit yang rumit, dapat dilihat bahwa petanipada sub sektor kehutanan merupakan petani yang mengalami prosesadministrasi kredit paling rumit dengan persentase sebesar 68,10%.Sementara persentase paling rendah adalah petani pada sub sektor perikanan(37.89%) dilihat dari kesulitan pengajuan kredit dengan alasan tidak memilikiagunan maka persentase paling besar adalah petani pada sub sektorperikanan yaitu sebesar 45,34% dan yang paling kecil adalah petani pada subsektor kehutanan yaitu sebesar 13,55%. Sedangkan petani yang mengalamikesulitan pengajuan kredit akibat lokasi wilayahnya terpencil, persentasepaling besar adalah petani pada sub sektor kehutanan dan perkebunanmasing-masing sebesar 18,35% dan 17,87%. Petani diluar kedua subsektortersebut yang mengalami kesulitan pengajuan kredit dengan alasan lokasiterpencil relatif kecil, di bawah 5%.

Page 150: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah134

Adanya kesulitan dalam pengajuan kredit yang dirasakan oleh petanimemberikan arah agar dirancang suatu mekanisme pengajuan kredit secaramudah. Sistem penyaluran kredit ini dirancang sedemikian rupa agar dapatdiakses secara mudah oleh petani, misalnya tanpa agunan dan prosedur lebihdisederhanakan. Bila tidak ada pinjaman yang berupa kredit usaha tani ini.maka kebanyakan petani terutama petani kecil dan petani miskin seringmenjual harta bendanya. atau meminjam pada pihak lain untuk membiayaiusaha taninya. Sebagian lagi segala kebutuhan usaha tani diambil dulu daritoko dengan perjanjian pembayaran setelah panen. Kondisi seperti inilah yangmenyebabkan petani sering terjerat pada system pinjaman yang secaraekonomi merugikan petani.

Harapan sebagian besar petani, pemerintah semestinya lebih bisa

berperan aktif untuk menjamin petani dalam pengajuan kredit. Tanpa jaminanyang kuat, kecil kemungkinan pihak pemberi kredit bersedia memberikankredit kepada petani kecil atau petani miskin yang sebagian besar tidakmemiliki lahan. Selama ini untuk proses kredit petani dimintai jaminan berupasertifikat atau akta tanah. Dalam banyak kasus jaminan itu tidak bisadipenuhi petani lantaran banyak dari mereka yang tidak memiliki lahangarapan sendiri.

Hasil ST2013-SPP juga menunjukkan bahwa sumber bantuan yangdiberikan kepada petani di Jawa Tengah sebagian besar berasal daripemerintah yaitu sebesar 32,84% sedangkan yang berasal dari nonpemerintah masih relatif kecil yaitu 1,81%. Ini berarti aksesibilitas petaniterhadap sumber-sumber bantuan baik dari pemerintah maupun pihak swastamasih sangat terbatas. Kendala yang sering muncul mengapa petani terbatasmemperoleh bantuan adalah banyak petani yang belum memahami benartata cara mendapatkan dana bantuan baik dari pemerintah maupun nonpemerintah akibat kurangnya informasi yang didapat oleh petani. ST2013-SPP menunjukkan bahwa petani pada sub sektor perikanan dan hortikulturamerupakan petani yang paling kecil mendapatkan bantuan yang bersumberdari pemerintah yaitu masing-masing sebesar 12,15% dan 17,59%.

Page 151: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 135

Sementara petani pada sub sektor kehutanan dan petani tanaman padi danpalawija mendapat bantuan yang bersumber dari pemerintah relatif lebihbesar masing-masing sebesar 38,39% dan 37,62%.

5.6.4. Potensi Sumberdaya Pengadaan Benih BerkualitasBenih merupakan komponen penting dalam budidaya pertanian,

termasuk budidaya tebu. Penggunaan benih yang berkualitas akan menjaminproduktivitas yang dihasilkan mendekati potensi hasil suatu varietas, sehinggasasaran produksi yang ditetapkan tidak akan jauh meleset dari `target yangtelah ditetapkan. Masalahnya, tidak banyak petani tebu yang menggunakanbenih berkualitas dalam usahataninya. Petani lebih cenderung menggunakanbenih sembarang yang diambil dari pucuk tebu sisa hasil panen. Pucuk tebusebenarnya merupakan limbah yang tidak tepat digunakan sebagai benih.

Benih tebu yang berkualitas seharusnya diambil dari batang tebu yangmemang ditanam khusus untuk benih. Selain itu juga terdapat urut-urutanperbenihan yang dimulai dari kebun nenek yang berasal dari lembagapenghasil varietas, kebun benih induk (KBI), dan kebun benih datar (KBD).Dari KBD inilah seharusnya petani menanam benih tebu untuk tujuan produksitebu konsumsi.

Masalahnya, di Jawa Tengah saat ini lembaga penangkar benih tebu

belum berkembang secara baik. Walaupun beberapa petani memilikikemampuan untuk melakukan kegiatan penangkaran dan dapat menghasilkanbenih berkualitas, tetapi mereka tidak/belum mempunyai ijin formal, yaitudari lembaga sertifikasi penangkaran benih (Pengawas Benih Tanam/PBT)yang merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Perkebunan Provinsi.

Potensi kebutuhan benih tebu setiap tahun sebenarnya cukup tinggi.Hal ini disebabkan menurut ketentuan tanaman tebu hanya boleh dikeprasmaksimal 5 kali. Dengan kata lain kebutuhan benih secara kasar menurutketentuan setiap tahunnya mencapai 20% dari luas panen tebu. Selanjutnya.satu hektar lahan tebu yang menggunakan sistem benih konvensional (sistembagal) membutuhkan benih sekitar 10 ton sementara satu hektar lahan tebuhanya dapat memproduksi bibit sebanyak 40-50 ton. Kapasitas penyediaan

Page 152: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah136

benih per hektar sebenarnya dapat ditingkatkan dengan mengembangkanteknik perbanyakan benih “bud chip”. Dengan teknik ini produktivitasbenihnya lebih tinggi yaitu sekitar 7,5 kali dibandingkan sistem bagal (Basukiet al.. 2014). Gambaran potensi kebutuhan benih tebu berkualitas dapatdilihat pada Tabel 5.32.

Tabel 5.32. Potensi Pengembangan Industri Benih Tebu pertahun

Uraian KeteranganBlora Rembang Pati

Luas Areal Tebu (Ha) 3.850 5.566 8.283Luas Bongkar Ratoon (Ha) 770 1.113 1.657Apabila Menggunakan BagalKebutuhan Benih Masak Awal (Ton) 2.310 3.340 4.970Kebutuhan Benih Masak Tengah (Ton) 3.080 4.450 6.630Kebutuhan Benih Masak Akhir (Ton) 2.310 3.340 4.970Luas KBD (Ha) 96.3 139.2 207.1Luas KBI (Ha) 12.0 17.4 25.9Luas KBN (Ha) 1.5 2.2 3.2Potensi Ekonomi Usaha Perbibitan benih Tebumenggunakan Bagal (Rp/Tahun) 4.620.000.000 6.678.000.000 9.942.000.000Apabila Menggunakan Bud ChipsKebutuhan Benih Masak Awal (Bibit) 2.772.000 4.006.800 5.965.200Kebutuhan Benih Masak Tengah (Bibit) 3.696.000 5.342.400 7.953.600Kebutuhan Benih Masak Akhir (Bibit) 2.772.000 4.006.800 5.965.200Luas KBD (Ha) 18.5 26.7 39.8Luas KBI (Ha) 2.3 3.3 5.0Luas KBN (Ha) 0.3 0.4 0.6Potensi Ekonomi Usaha Perbibitan benih Tebumenggunakan Bud Chips (Rp/Tahun) 3.696.000.000 5.342.400.000 7.953.600.000Sumber : data primer diolah

Untuk meningkatkan penggunaan benih tebu berkualitas, perlu upaya

penyadaran terhadap para petani tebu akan pentingnya benih berkualitas.Deregulasi juga diperlukan untuk mendorong tumbuhnya lembagapenangkaran yang kuat. Apabila sistem perbenihan tebu dapat berjalansebagaimana mestinya maka akan terdapat potensi ekonomi dari industripembibitan tebu yang cukup besar.

5.6.5. Potensi Sumberdaya Pengadaan PupukSarana produksi dalam usaha tani sangat membantu dan

mempengaruhi keberhasilan usahatani. Sarana produksi di sini mencakupcara memperoleh saprodi, pendistribusian hasil pertanian kewilayah-wilayah

Page 153: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 137

tujuan pemasaran hasil tersebut. Tanpa adanya sarana produksi yangmemadai maka biaya produksi akan semakin mahal, pengangkutan dandistribusi akan mengalami kesulitan. Secara umum petani di Jawa Tengahtidak terlalu sulit untuk mengakses sarana produksi. Hal ini dapat dilihat darihasil ST2013-SPP bahwa petani Jawa Tengah yang mengalami kesulitandalam memperoleh sarana produksi sebesar 8,22% sedangkan petani yangmengalami kesulitan dalam hal menjual hasil pertanian hanya sebesar 4,88%.

Apabila dilihat petani menurut sub sektor maka petani padi danpalawija merupakan petaniyang mengalami kesulitan terkecil dalam halmemperoleh sarana produksi yaitu sebesar 7,53%. Sementara petanihortikultura merupakan petani yang paling banyak mengalami kesulitan dalamhal memperoleh sarana produksi mencapai 11,07%. Apabila dilihat

berdasarkan kesulitan dalam menjual hasil pertanian maka petani perkebunanyang paling merasa banyakmengalami kesulitan yaitu sebesar 9.15%.sedangkan yang terkecil mengalami kesulitandalam menjual hasil pertanianadalah petani pada sub sektor kehutanan hanya sebesar 2,70%. Dilihatberdasarkan kelompok pendapatan petani yang mengalami kesulitan dalammemperoleh sarana produksi, hasil ST2013-SPP memperlihatkan bahwapetani di Jawa Tengahyang berpendapatan kurang dari 1 juta rupiah yangmengalami kesulitan dalam memperoleh sarana produksi sebesar 8,55%.Petani berpendapatan 1 juta sampai 2 juta mengalami kesulitan memperolehsarana produksi sebesar 7,10%. Sedangkan petani yang berpendapatan 3juta rupiah lebih yang mengalami kesulitan dalam memperoleh saranaproduksi sebesar 6,97%.

Harga hasil produksi usaha tani berpengaruh terhadap keuntunganyang diperoleh. Semakin besar hasil produksi dan semakin tinggi harganyamaka keuntungan dari usaha tani pun semakin tinggi pula. Namun hargasaprodi juga mempengaruhi penerimaan hasil secara keseluruhan. Hargasaprodi merupakan komponen utama dalam berusaha tani. Sebagai contohprogram populis berupa subsidi pupuk kepada petani, faktanya pemerintahtidak mampu melakukan pengawasan terhadap sistem distribusinya sehingga

Page 154: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah138

jatuh ke tangan pihak-pihak yang tidak berhak. Bahkan, pupuk dengan hargamurah yang seharusnya dinikmati oleh petani justru dijadikan komoditas yangdiperdagangkan oleh para distributor nakal sehingga harga menjadi mahal.Akibatnya, para petani tetap menjerit akibat kelangkaan dan relatif mahalnyaharga pupuk.

Hal ini ditunjukkan dengan hasil ST2013-SPP bahwa petani di JawaTengah yang mengalami kesulitan dalam memperoleh sarana produksisebagian besar (49,73%) karena alasan harganya mahal,sedangkan akibattidak tersedianya sarana produksi sebesar 23,26% dan akibat lokasi yangterpencil relatif kecil hanya 12,15%. Harapan petani kepada pemerintahadalah agar pemerintah bisa memberikan sarana produksi seperti pupuk,pestisida dan bibit murah yang berkualitas. Selama ini petani mengalami

kesulitan dalam memenuhi sarana produksi karena harganya di pasar mahal.Sarana produksi murah namun berkualitas sangat diperlukan para petaniuntuk meningkatkan jumlah produksi serta menumbuhkan semangat dalampengembangan pertaniannya.

5.6.6. Potensi Sumberdaya Pengadaan AlsinPotensi sumberdaya pengadaan alat mesin cukup memadai.

Ketersediaan alsintan tebu di 3 kabupaten seperti disajikan pada Tabel 5.33.

Alsintan ini terdiri dari Traktor, Pompa air, Alat Tebang tebu, Pedot oyot.Angkat tebu dan Kultivator.

Tabel 5.33. Rekapitulasi Alat dan Mesin Pertebuan (unit) di Kawasan TebuTahun 2012-2014

Jenis Alsintan Blora Rembang PatiTraktor 11 6 13Pompa Air 16 14 15Alat tebang mesin tebu (ATMT)ATMT Tebang tebu 30 40 45ATMT Leaf remover 6 8 9ATMT Angkat tebu 6 8 9

Pedot Oyot 6 3 7Angkat Tebu 2 2 1Tebang Tebu 0 0 2Cultivator 2 4 3

Sumber Data: Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 2015. diolah

Page 155: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 139

5.6.7. Potensi Sumberdaya Pengolahan dan PemasaranDalam kawasan pengembangan, tanaman tebu dioleh menjadi gula

kristal oleh 4 pabrik gula yaitu: PG Pakis Baru di Kabupaten Pati, PG Trangkilmilik PT Kebon Agung berlokasi kabupaten Pati, PG Rendeng di KabupatenKudus dan PG Gendis Multi Manis di Kabupaten Blora. Keragaan masing-masing PG disajikan pada Tabel 5.34. Tabel 5.35. Tabel 5.36 dan Tabel 5.37.Dari segi sumberdaya pengolahan dan pemasararan gula, keberadaan 4 PG inisudah mencukupi.

Tabel 5.34. Keragaan PG Pakis Baru. Pati

NO UraianTahun

2010 2011 2012 2013 2014

1. Kapasitas Giling Terpasang/Ekslusif (TCD) 2.947.69 2.947.69

2. Kapasitas GilingTerpakai/Inklusif (TCD) 2.546.29 2.546.29

3. Areal (Ha) 5.271.02 6.036.84 6.375.27 6.965.92 6.886.01

4. Produksi Tebu (Ton) 397.442.52 332.026.19 417.636.47 447.458.39 499.539.08

5. Protas Tebu (Ton/Ha) 75.40 55 65.5 64.24 72.54

6. Rendemen (%) 6.74 7.06 7.35 6.57 7.17

7. Produksi Kristal (Ton) 25.632.02 23.424.64 30.702.62 29.398.02 35.795

8. Protas Kristal ( Ton) 4.69 3.88 4.82 4.22 5.20

Tabel 5.35. Keragaan PG Trangkil. Pati

NO UraianTahun

2010 2011 2012 2013 2014

1. Kapasitas Giling Terpasang/Ekslusif (TCD)

2. Kapasitas GilingTerpakai/Inklusif (TCD) 4.500 4.500 4.500 4.500 4.500

3. Areal (Ha) 13.343.28 12.853.93 13.205.44 14.150 13.805

4. Produksi Tebu (Ton) 966.339.10 677.169.90 910.101.50 1.153.189 991.042.355. Protas Tebu (Ton/Ha) 72.42 52.68 68.92 81.50 71.79

6. Rendemen (%) 5.67 7.12 7.31 6.62 7.07

7. Produksi Kristal (Ton) 54.825.70 48.200.40 66.551.9 76.306.66 70.100.738. Protas Kristal ( Ton) 4.11 7.75 5.04 5.39 5.08

Page 156: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah140

Tabel 5.36. Keragaan PG Rendeng. Kudus

NO UraianTahun

2010 2011 2012 2013 2014

1. Kapasitas GilingTerpasang /Ekslusif (TCD)

2. Kapasitas GilingTerpakai/Inklusif (TCD) 2.500 2.500 2.500 2.500 2.500

3. Areal (Ha) 3.764.47 3.663.03 4.282.28 4.689.86 4.667.33

4. Produksi Tebu (Ton) 251.482.90 191.335.40 272.445.60 312.075.40 344.543.305. Protas Tebu (Ton/Ha) 66.80 52.23 63.62 66.54 73.82

6. Rendemen (%) 5.87 6.08 7.16 6.12 5.98

7. Produksi Kristal (Ton) 14.759.70 11.634.50 19.495.10 19.091.34 20.589.798. Protas Kristal ( Ton) 3.92 3.18 4.55 4.07 4.41

Tabel 5.37. Keragaan PG Gendis Multi Manis. Blora

NO UraianTahun

2010 2011 2012 2013 2014

1. Kapasitas Giling Terpasang/Ekslusif

2. Kapasitas GilingTerpakai/Inklusif (TCD) 4.000

3. Areal (Ha) 1.830

4. Produksi Tebu (Ton) 129.3775. Protas Tebu (Ton/Ha) 70.70

6. Rendemen (%) 8

7. Produksi Kristal (Ton) 10.3508. Protas Kristal ( Ton) 5.66

Unit pengolahan hasil (UPH) gula tumbu terdapat kurang lebihsebanyak 121 unit di Kabupaten Rembang. Di kabupaten Pati dan KabupatenBlora juga disinyalir ada UPH tersebut namun belum tercatat. Kapasitasproduksi 121 UPH gula tumbu di kabupaten Rembang mencapai 1.815ton/bulan dan menyerap bahan baku tebu 18.390 ton/bulan. Diversifikasiproduk gula ini berpotensi menguntungkan petani tebu.

Page 157: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 141

5.6.8. Potensi Sumberdaya Tranportasi dan LogistikKondisi jalan di kawasan pengembangan berbasis tebu disajikan pada

Tabel 5.38. Pada periode 2009-2013 total panjang jalan provinsi jawa tengahmengalami penurunan dengan laju 0,90 % per tahun. Penurunan panjangjalan ini karena mengalami kerusakan dengan laju 10,52% per tahun danmengalami rusak berarti dengan laju 0,66% per tahun.

Memperhatikan panjang jalan yang berkategori baik, ruas jalan yangbaik semakin meningkat di Provinsi Jawa Tengah. di Kabupaten Pati,Rembang dan Blora. Laju tertinggi ditunjukkan dari kabupaten Blora(50,02%/tahun), Kabupaten Rembang sekitar 8,6%/tahun, sementarakabupaten Pati 7,52%/tahun. Hal ini menandakan bahwa perhatianpemerintahan Kabupaten Blora terhadap sarana jalan sangat tinggi.

Tabel 5.38. Perkembangan Jalan Menurut Kelas dan Keadaan

KondisiJalan Tahun Jawa Tengah Blora Rembang Pati

Baik 2009 1332.66 60.88 28.95 56.252010 1104.75 38.11 37.45 54.282011 1603.15 133.79 37.45 68.572012 1808.13 130.31 39.29 72.472013 1696.13 116.01 39.29 73.61R (%/Thn) 8.65 50.02 8.57 7.52

Sedang 2009 1083.38 63.11 17.35 48.072010 1102.58 79.19 11.00 43.562011 789.88 16.63 11.00 34.822012 786.85 20.11 16.96 33.122013 642.52 29.41 16.96 32.28R (%/Thn) -11.33 -3.41 4.40 -9.22

Rusak 2009 180.64 18.74 10.00 3.602010 167.02 25.44 4.00 9.352011 120.83 0.09 4.00 3.802012 70.13 0.00 1.20 1.602013 153.75 5.00 1.20 1.30R (%/Thn) 10.52 -54.63 -32.50 -5.93

Rusak Berat 2009 30.88 10.85 1.15 0.002010 35.90 10.85 5.00 0.002011 26.38 3.07 5.00 0.002012 12.67 3.16 0.00 0.002013 20.89 3.16 0.00 0.00

Berlanjut........

Page 158: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah142

KondisiJalan Tahun Jawa Tengah Blora Rembang Pati

R (%/Thn) 0.66 17.19 78.26 0.00Jumlah 2009 2627.56 153.58 57.45 107.92

2010 2410.25 153.59 57.45 107.192011 2540.24 153.58 57.45 107.192012 2677.78 153.58 57.45 107.192013 2513.29 153.58 57.45 107.19R (%/Thn) -0.90 0.00 0.00 -0.17

Tabel.5.37. (Lanjutan)

Ruas jalan pada kondisi sangat rusak tidak dijumpai di Kabupaten Pati.dan segera diperbaiki oleh dinas setempat untuk Kabupaten Blora. KabupatenRembang dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Sementara itu ruas jalanyang rusak di Kabupaten Blora sudah diperbaiki oleh pemerintahan setempat.Ini menandakan bahwa pemerintah cukup responsif terhadap jalan-jalan yangrusak untuk kelancaran transportasi di daerahnya.

5.6.9. Potensi Sumberdaya Pendidikan dan Pelatihan SumberdayaManusia

Pada dasarnya pembangunan merupakan usaha pendayagunaansumberdaya alam untuk menciptakan kesejahteraan rakyat dan meningkatkantaraf hidup penduduk agarmenjadi lebih layak. Salah satu usaha yangditempuh adalah dengan meningkatkan pendapatan penduduk terutama yangberusaha di bidangpertanian, karena sebagian besar penduduk Jawa Tengahbekerja disektor pertanian. Dalam pembangunan masyarakat pertaniankeberadaan penyuluh pertanian yangmempunyai peran sebagai konsultanpemandu, fasilitator dan mediator bagi petani sangat diperlukan. Dalamperspektif jangka panjang para penyuluh pertanian tidak lagi merupakanaparatur pemerintah akan tetapi menjadi milik petani dan lembaganya.Penyuluh memberikan jalan kepada petani untuk mendapatkan kebutuhaninformasi tentang cara bertani atau teknologi baru untuk meningkatkanproduksi, pendapatan dan kesejahteraannya. Selain itu, penyuluh jugamemberikan pendidikan dan bimbingan yang berkelanjutan kepada petani.Pentingnya interaksi sosial baik antara petani dan petani, petani dan

Page 159: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 143

kelembagaan, serta petani dan masyarakat, dapat meningkatkan kualitasSDM petani. Apabila akses kelembagaan dalam berusaha tani kurangmencukupi maka perkembangan usaha tani dan petani yang menjalankankurang maksimal karena ruang lingkup interaksi sosialnya sempit.

Badan Pengembangan SDM Pertanian, Badan Koordinasi Penyuluhan,Perguruan Tinggi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian dan Balai LatihanKerja Balai Balai Penelitian dan Pengembangan Industri dan Perdagangan.Balitbang, UPT Pusat, UPT Provinsi dan Kabupaten/Kota merupakan lembaga-lembaga yang berpotensi mendukung pelatihan, pengembangan sumberdayamanusia dan teknologi. Namun demikian permasalahan yang sering munculadalah secara keseluruhan potensi kelembagaan ini belum bersatu padumembina petani.

5.6.10. Potensi Sumberdaya Informasi dan TelekomunikasiKetersediaan sumberdaya informasi dan telekomunikasi merupakan

faktor penunjang yang sangat penting bagi pengembangan pertanian.Melalui jaringan telepon kabel maupun nir kabel komunikasi dalam rangkamelancarkan berbagai kegiatan pertanian dapat dilaksanakan. Jumlahpelanggan telepon selular terus mengalami peningkatan yang cukup signifikandari tahun ke tahun. Selama periode 2009 - 2013. jumlah pelanggan telepon

selular meningkat, hampir dua kali lipatnya dengan pertumbuhan 22,84% pertahun. Pelanggan telepon tetap nirkabel mengalami pertumbuhan yangfluktuatif dimana pada tahun 2010 dan 2012 mengalami peningkatan daritahun sebelumnya. sebaliknya pada tahun 2011 dan tahun 2013 mengalamipenurunan. Pertumbuhan pelanggan telepon nirkabel per tahun selamaperiode 2009 – 2013 mengalami penurunan sebesar 7,50%. Total pelangganjaringan telekomunikasi tanpa kabel selama periode tahun 2009 – 2013mengalami rata-rata peningkatan sebesar 18,63% per tahun. Pertumbuhanpelanggan jaringan telekomunikasi tanpa kabel ini jauh lebih tinggidibandingkan pertumbuhan pelanggan telekomunikasi dengan kabel yanghanya sebesar 4,93% per tahun. Fakta di atas mencerminkan terjadinyapergeseran budaya komunikasi telepon dalam satu dekade terakhir, dari

Page 160: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah144

penggunaan teknologi komunikasi telepon kabel menjadi teknologi komunikasitanpa kabel. Perkembangan media komunikasi dan telekomunikasi akanmemperlancar petani untuk diajak untuk menjadi peserta dan penerimadalam penyebaran informasi teknologi, pasar, harga, promosi, penjualan danlain dengan memenfaatkan jaringan informasi teknologi yang sangatdibutuhkan dalam pengembangan komoditas pertanian.

5.7. Kondisi Ekonomi dan Perekonomian Wilayah LokasiPengembangan Kawasan Berbasis Komoditas Tebu

5.7.1. Perkembangan Kontribusi Sektor Pertanian dan SubsektorPerkebunan Dalam Perekonomian Wilayah Provinsi danKabupaten Lokasi Pengembangan Kawasan Berbasis KomoditasTebu di Provinsi Jawa Tengah

Struktur lapangan usaha sebagian masyarakat Jawa Tengah telahbergeser dari lapangan usaha Pertanian. Kehutanan. dan Perikanan kelapangan usaha ekonomi lainnya yang terlihat dari penurunan peranan setiaptahunnya terhadap pembentukan PDRB Jawa Tengah. Sumbangan terbesarpada tahun 2014 dihasilkan oleh lapangan usaha Industri Pengolahan.kemudian lapangan usaha Pertanian. Kehutanan. dan Perikanan. lapanganusaha Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Motor. lapanganusaha Konstruksi. Sementara peranan lapangan usaha lainnya di bawah 5%(Tabel 5.39).

Tabel 5.39. Peranan PDRB Provinsi Jawa Tengah Menurut Lapangan Usaha(persen). 2010-2014

Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013* 2014**A Pertanian. Kehutanan. dan Perikanan 15.98 15.94 15.87 15.81 14.78B Pertambangan dan Penggalian 2.14 2.02 1.95 1.93 2.12C Industri Pengolahan 34.52 34.88 34.95 35.41 36.31D Pengadaan Listrik dan Gas 0.10 0.10 0.10 0.09 0.09E Pengadaan Air. Pengelolaan Sampah. Limbah

dan0.09 0.08 0.07 0.07 0.06

Daur UlangF Konstruksi 10.34 9.96 10.13 9.97 10.10G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil

dan14.71 14.88 14.22 13.91 13.44

Sepeda MotorBerlanjut.........

Page 161: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 145

Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013* 2014**H Transportasi dan Pergudangan 2.99 2.84 2.81 2.84 2.97I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 3.01 2.98 2.96 2.95 3.02J Informasi dan Komunikasi 3.34 3.29 3.24 3.10 3.07K Jasa Keuangan dan Asuransi 2.77 2.74 2.84 2.81 2.77L Real Estat 1.71 1.67 1.62 1.60 1.62M.N Jasa Perusahaan 0.29 0.30 0.30 0.32 0.33O Administrasi Pemerintahan. Pertahanan dan

Jaminan3.17 2.98 3.04 2.96 2.85

Sosial WajibP Jasa Pendidikan 2.62 3.17 3.75 4.02 4.18Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0.66 0.70 0.76 0.78 0.81R.S.T.U

Jasa lainnya 1.56 1.49 1.39 1.42 1.48

Produk Domestik Regional Bruto 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00Tabel. 5.38 (Lanjutan)* Angka sementara** Angka sangat sementara

Laju pertumbuhan PDRB Jawa Tengah tahun 2014 mencapai 5,42%.lebih cepat dibandingkan tahun 2013 dengan pertumbuhan 5,14%.Pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai oleh lapangan usaha informasi danKomunikasi sebesar 13.%. Laju pertumbuhan tertinggi kedua yaitu lapanganusaha Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 11,20%. diikuti lapanganusaha Jasa Pendidikan tumbuh sebesar 10,17%. Transportasi danPergudangan tumbuh sebesar 8,97%. Jasa lainnya tumbuh sebesar 8,50%.Jasa Perusahaan tumbuh sebesar 8,31%. Industri Pengolahan tumbuhsebesar 8,04%. Penyediaan Akomodasi dan Makan minum tumbuh sebesar7,63%. Real Estat tumbuh sebesar 7,19%. Pertambangan dan penggalianmengalami pertumbuhan sebesar 6,50%. diikuti lapangan usaha yang lainyang mengalami pertumbuhan dibawah 5%. Lapangan usahaPertanian.Kehutanan dan Pertanian merupakan satu-satunya lapangan usaha

yang mengalami kontraksi 2,95% (Tabel 5.40).

Page 162: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah146

Tabel 5.40. Laju Pertumbuhan Riil PDRB Provinsi Jawa Tengah MenurutLapangan Usaha (persen). 2011-2014

Lapangan Usaha 2011 2012 2013* 2014**

A P ertanian. Kehutanan. dan Perikanan 3.83 3.04 2.55 - 2.95B Pertambangan dan Penggalian -2.19 5.30 6.17 6.50C Industri Pengolahan 5.19 6.72 5.38 8.04D Pengadaan Listrik dan Gas 7.33 9.97 8.46 2.70E Pengadaan Air. Pengelolaan Sampah.

Limbah dan Daur Ulang2.27 -1.39 0.23 3.45

F Konstruksi 2.23 6.33 4.90 4.38G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor8.23 1.85 4.65 4.35

H Transportasi dan Pergudangan 4.71 6.64 9.33 8.97I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5.57 5.31 4.46 7.63J Informasi dan Komunikasi 8.03 9.74 7.99 13.00K Jasa Keuangan dan Asuransi 4.14 3.57 4.31 4.22L Real Estat 6.08 5.43 7.70 7.19M.N Jasa Perusahaan 9.33 7.08 12.12 8.31O Administrasi Pemerintahan. Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib2.57 0.50 2.65 0.78

P Jasa Pendidikan 18.41 17.55 9.53 10.17Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 9.74 10.33 7.12 11.20R.S.T.U

Jasa lainnya 2.69 0.70 9.24 8.50

Produk Domestik Regional Bruto 5.30 5.34 5.14 5.42* Angka sementara** Angka sangat sementara

Pada tahun 2014 lapangan usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikananmemberi kontribusi terhadap PDRB atas dasar harga berlaku sebesar 14,78%.Lapangan usaha Tanaman Pangan merupakan penyumbang terbesar

terhadap kategori Pertanian. Kehutanan dan Perikanan yaitu tercatat sebesar32,15%. Kurun waktu 5 tahun terakhir lapangan usaha Tanaman Panganmengalami 2 kali kontraksi (pertumbuhan negatif). Pada tahun 2011mengalami kontraksi sebesar 4,15%. dan pada tahun 2014 mengalamikontraksi sebesar 14,89%. Penurunan lapangan usaha Tanaman Pangan yangcukup tinggi ini dikarenakan musibah banjir di awal tahun di wilayah pantaiutara, kondisi iklim yang di pengaruhi El Nino mengakibatkan kemunduranmusim tanam serta serangan hama penyakit di beberapa daerah.

Page 163: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 147

Pertumbuhan ekonomi tahun 2014 pada kategori ini terbesar adalahpada lapangan usaha Peternakan sebesar 5,56% kemudian diikuti olehlapangan usaha Tanaman Perkebunan sebesar 5,48%. Selain lapangan usahatanaman pangan, masih ada satu lapangan Usaha yang mengalami kontraksipada tahun 2014 yaitu lapangan usaha Kehutanan, Lapangan usahaKehutanan mengalami kontraksi sebesar 0,50%. Kurun waktu 5 tahunterakhir selain di tahun 2014, pertumbuhan lapangan usaha Kehutanan jugamengalami kontraksi pada tahun 2012 sebesar 1,10% dan sedikit mengalamipertumbuhan sebesar 0,20% pada tahun 2013 (Tabel 5.41).

Tabel 5.41. Peranan Lapangan Usaha terhadap PDRB Kategori Pertanian.Kehutanan dan Perikanan (Persen). 2010-2014

Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013* 2014**(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Pertanian, Peternakan, Perburuan

dan Jasa Pertanian

89.74 89.62 89.78 89.65 89.01

a. Tanaman Pangan 39.24 36.75 39.78 38.66 32.15

b. Tanaman Hortikultura 24.40 26.34 23.15 23.64 27.40

c. Tanaman Perkebunan 8.78 9.56 9.43 9.16 10.44

d. Peternakan 15.60 15.15 15.39 16.08 16.95e. Jasa Pertanian dan Perburuan 1.72 1.82 2.04 2.12 2.08

2 Kehutanan dan Penebangan Kayu 4.01 4.04 3.76 3.75 3.99

3 Perikanan 6.25 6.35 6.46 6.60 7.00

Pertanian, Kehutanan danPerikanan

100 100 100 100 100

Berdasarkan harga konstan 2000. PDRB pertanian kabupaten Blorameningkat 4,44% per tahun dalam periode 2003 – 2013. PDRB pertanianpada tahun 2003 adalah Rp. 878.91 milyar dan meningkat menjadiRp.1.269.05 milyar pada tahun 2013. Sektor Pertanian memiliki kontribusi54,98% pada tahun 2003 dan menurun menjadi 51,33% pada tahun 2013.Kontribusi subsektor tanaman bahan makanan dan perikanan pada PDRBkabupaten Blora meningkat masing-masing 5,75% dan 0,04%. sedangkan

Page 164: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah148

perkebunan,peternakan dan kehutanan masing-masing menurun 0,72; 0,45dan 4,62%(Tabel 5.42).

Tabel 5.42. Peranan Lapangan Usaha terhadap PDRB Kabupaten Blora.Rembang dan Pati Kategori Pertanian, Kehutanan danPerikanan (%). 2003 dan 2013

No Kabupaten dan Subsektor 2003 2013Perubahan2003-2013

I Blora

1 Tanaman Bahan Makanan 55.73 61.48 5.752 Perkebunan 10.35 9.63 -0.723 Peternakan 5.45 5.00 -0.454 Kehutanan 28.27 23.65 -4.625 Perikanan 0.20 0.24 0.04

Total Pertanian 100.00 100.00II Rembang1 Tanaman Bahan Makanan 69.65 72.12 2.472 Perkebunan 5.07 6.14 1.073 Peternakan 6.63 7.24 0.614 Kehutanan 4.71 2.98 -1.735 Perikanan 13.94 11.52 -2.42

Total Pertanian 100.00 100.00III Pati1 Tanaman Bahan Makanan 58.87 64.70 5.832 Perkebunan 8.73 9.60 0.873 Peternakan 6.35 7.43 1.084 Kehutanan 1.39 1.46 0.075 Perikanan 24.66 16.81 -7.85

6Total Pertanian 100.00 100.00

Berdasarkan harga konstan 2000. PDRB pertanian kabupaten Rembangmeningkat rata 3,68% per tahun dalam periode 2003 – 2013. PDRB pertanianpada tahun 2003 adalah Rp. 839.93 milyar dan meningkat menjadiRp.1.149.10 milyar pada tahun 2013. Sektor Pertanian memiliki kontribusi49,81% pada tahun 2003 dan menurun menjadi 43,75% pada tahun 2013.Kontribusi subsektor tanaman bahan makanan. Perkebunan dan peternakanpada PDRB kabupaten Rembang meningkat masing-masing 2,4; 1,07 dan0.61%. sedangkan kehutanan dan perikanan masing-masing menurun 1,73%.

dan 2,42%.

Page 165: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 149

Berdasarkan harga konstan 2000. PDRB pertanian kabupaten Patimeningkat rata 4,28% per tahun dalam periode 2003 – 2013. PDRB pertanianpada tahun 2003 adalah Rp.1.173.48 milyar dan meningkat menjadiRp.1.675.86 milyar pada tahun 2013. Sektor Pertanian memiliki kontribusi35,22% pada tahun 2003 dan menurun menjadi 30,99% pada tahun 2013.Kontribusi subsektor tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakandan kehutanan pada PDRB pertanian Kabupaten Pati meningkat masing-masing 5,83; 0,87; 1,08; dan 0,07%. sedangkan perikanan menurun 7,85%.

5.7.2. Kontribusi Komoditas Tebu dalam Perekonomian Wilayah Provinsidan Kabupaten Lokasi Pengembangan Kawasan BerbasisKomoditas Tebu di Provinsi Jawa Tengah

Dalam pembentukan PDRB Provinsi Jawa Tengah berdasarkan hasilanalisis Tabel Input – Output Tahun 2013 atau Tabel I-O 2013. Perkebunan

Tebu menyumbang output senilai Rp. 0,28 trilyun atau 0,02% dan industrigula menyumbang Rp.39.12 trilyun atau 3,12% dari total outputperekonomian Jawa Tengah tahun 2013. Tebu yang dihasilkan petani danindustri gula oleh pabrik gula menyumbang 3,14% dari total outputperekonomian Jawa Tengah tahun 2013. Nilai Tambah Brutto (NTB) yangdihasilkan oleh komoditas tebu adalah senilai Rp. 0.22 trilyun atau 0,03% daritotal NTB Jawa Tengah Tahun 2013. Industri gula menyumbang Rp.12.33trilyun atau 2,01% dari total NTB Jawa Tengah tahun 2013. Komoditas tebudan gula menyumbang 2,04% dari total NTB atau PDRB Provinsi Jawa Tengahtahun 2013. Berdasarkan angka ini maka sumbangan tebu dan gula tebuterhadap perekonomi Jawa Tengah sangat besar.

Tabel I-O Jawa Tengah Tahun 2013 memberikan gambaran bahwa41,03% dari seluruh total permintaan digunakan oleh sektor lainnya untukproses produksi; 26,49% digunakan untuk konsumsi rumah tangga; 19,31%digunakan untuk ekspor; 8,10% digunakan untuk pembentukan modal tetapbruto dan 4,52% digunakan untuk konsumsi pemerintah. Berdasarkan TabelI-O Jawa Tengah 2013. Tebu merupakan sektor yang 99,98% outputnyadigunakan oleh sektor lainnya untuk proses produksi. Sementara itu industri

Page 166: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah150

gula merupakan sektor yang 64,61% outputnya dialokasikan untuk ekspor.Peningkatan produksi tebu baik melalui peningkatan produktivitas maupunperluasan areal akan meningkatkan pasokan bahan pabrik gula untukmendorong pertumbuhan output. PDRB, pemenuhan konsumsi dalam negeridan ekspor.

5.7.3. Perkembangan Harga Gula

Perkembangan harga gula di Jawa Tengah pada Bulan Oktober 2015Rp.10.174.06 per Kg dengan rata-rata harga pada bulan Januari – OktoberRp.10.406.05 per Kg. Dibandingkan rata-rata harga pada tahun 2014 (Januari-Desember), harga rata-rata Januari hingga Oktober 2015 meningkat 17,06%.Sedangkan rata-rata harga gula pada tahun 2014 menurun 2,83% jikadibandibandingkan harga rata-rata pada tahun 2013. Selama periode 2006 –

2010 rata-rata harga gula meningkat 14,16% per tahun. Sedangkan dalamperiode 2011 – 2015 ( Januari – Oktober) menunjukkan peningkatan rata-rata3,90% per tahun. Lonjakan harga tertinggi terjadi pada tahun 2008 dan 2009dibanding tahun sebelumnya dimana harga gula tahun 2008 meningkat30,12% dibanding tahun 2007 dan harga pada tahun 2009 meningkat19,52% dibanding tahun 2008. Peningkatan harga pada tahun tersebutadalah akibat dampak dari krisis finansial global. Perkembangan harga gula diJawa Tengah periode Januari 2006 hingga Oktober 2015 disajikan padaGambar 5-25.

Gambar 5-27. Perkembangan harga gula di Jawa Tengah Periode Januari 2006 hinggaOktober 2015

Page 167: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 151

5.7.4. Perkembangan Kredit PertanianTotal kredit pinjaman untuk investasi dan modal kerja Provinsi Jawa

Tengah periode 2010 – 2014 adalah Rp.177.88 trilyun dengan rata-ratapeningkatan 22,24% per tahun dan nilai kredit pinjaman pada tahun 2014mencapai Rp.245.08 trilyun. Sebagai sektor yang memiliki kontribusi terbesardalam PDRB dan penyerapan tenaga kerja, dukungan perbankan terhadapsektor pertanian (mencakup tanaman pangan, perkebunan, hortikultura,peternakan perikanan dan kehutanan) di Provinsi Jawa Tengah tergolongsangat rendah. Dalam periode 2010–2014, sektor ini rata-rata hanyamemperoleh nilai rata-rata pinjaman senilai Rp.4.9 trilyun dengan rata-ratapertumbuhan 40,42%. Dibandingkan dengan total pinjaman yang disalurkansektor pertanian hanya memiliki alokasi kredit pinjaman baik untuk investasidan modal kerja rata-rata 2,64% per tahun dengan peningkatan 14,45% pertahun(Tabel 5.43).

Tabel 5.43. Perkembangan Pinjaman Menurut Sektor Provinsi JawaTengah Tahun 2010 - 2014

No Sektor Ekonomi 2010 2011 2012 2013 2014 R1 (RpT/Thn)

R2(%/Thn)

A Nilai Pinjaman 110.62 148.17 181.54 203.95 245.08 177.88 22.24

1.Pinjaman BerdasarkanLapangan Usaha 70.27 96.48 119.57 138.07 168.80 118.64 24.74

aPertanian. Peternakan.Kehutanan & Perikanan 2.15 3.36 5.30 5.72 8.01 4.91 40.42

bPertambangan danPenggalian 0.09 0.49 0.64 0.77 0.93 0.58 122.38

c Industri Pengolahan 24.52 32.24 38.79 46.13 55.39 39.41 22.69d Listrik. Gas dan Air Bersih 2.08 2.08 1.90 1.79 1.55 1.88 -6.95e Konstruksi 1.65 2.67 3.95 4.49 5.72 3.69 37.70

fPerdagangan. Hotel danRestoran 30.06 36.97 50.55 61.18 76.61 51.07 26.49

gPengangkutan danKomunikasi 1.42 1.86 2.92 4.01 4.37 2.92 33.53

hKeuangan. Real Estatedan Jasa Perusahaan 3.52 3.18 5.02 5.86 7.55 5.03 23.45

i Lainnya 4.77 13.64 10.50 8.12 8.68 9.14 36.782. Pinjaman Kepada Bukan

Lapangan Usaha 40.35 51.69 61.97 65.88 76.28 59.24 17.52a Jasa Sosial Masyarakat 8.32 11.12 12.38 15.18 16.84 12.77 19.62

Berlanjut....

Page 168: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah152

No Sektor Ekonomi 2010 2011 2012 2013 2014 R1 (RpT/Thn)

R2(%/Thn)

b Rumah Tinggal 0.03 0.04 0.36 0.15 0.20 0.16 194.49

cRumah Toko (Ruko) danRumah Kantor (Rukan) - - - - - - -

d Kendaraan Bermotor - - - - - - -e Lainnya - - - - - - -B Pangsa Pinjaman 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

1.Pinjaman BerdasarkanLapangan Usaha 63.52 65.11 65.86 67.70 68.87 66.21 2.05

aPertanian. Peternakan.Kehutanan & Perikanan 1.95 2.26 2.92 2.80 3.27 2.64 14.45

bPertambangan danPenggalian 0.09 0.33 0.35 0.38 0.38 0.30 75.21

c Industri Pengolahan 22.17 21.76 21.37 22.62 22.60 22.10 0.53d Listrik. Gas dan Air Bersih 1.88 1.40 1.04 0.88 0.63 1.17 -23.70e Konstruksi 1.49 1.80 2.17 2.20 2.33 2.00 12.19

fPerdagangan. Hotel danRestoran 27.17 24.95 27.85 30.00 31.26 28.24 3.84

gPengangkutan danKomunikasi 1.28 1.26 1.61 1.97 1.78 1.58 9.68

hKeuangan. Real Estatedan Jasa Perusahaan 3.18 2.15 2.77 2.87 3.08 2.81 1.86

i Lainnya 4.31 9.20 5.79 3.98 3.54 5.36 8.52

2.Pinjaman Kepada BukanLapangan Usaha 36.48 34.89 34.14 32.30 31.13 33.79 -3.88

a Jasa Sosial Masyarakat 7.52 7.51 6.82 7.44 6.87 7.23 -1.99b Rumah Tinggal 0.03 0.03 0.20 0.08 0.08 0.08 139.24c Rumah Toko (Ruko) dan

Rumah Kantor (Rukan) - - - - - - -d Kendaraan Bermotor - - - - - - -e Lainnya - - - - - - -

Tabel 5.43. (Lanjutan)Total nilai pinjaman Kabupaten Blora tahun 2014 adalah Rp.4.90 trilyun

dan mencapai rata-rata Rp.2.91 trilyun pada periode 2010-2014 danmeningkat rata-rata 44% per tahun. Sekalipun menunjukkan peningkatanrata-rata 71,65% per tahun. rata-rata alokasi kredit pinjaman pertanian diKabupaten Blora hanya mencapai rata-rata Rp.0.25 trilyun per tahun denganpangsa rata-rata 8,36% per tahun dengan rata-rata peningkatan 15,36% pertahun. Pangsa kredit pertanian di kabupaten Blora mengalami penurunan

mulai tahun 2012 yang semula mencapai 10,79% menjadi 7,44% dan 7,89%pada tahun 2013 dan 2014 (Tabel 5.44).

Page 169: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 153

Tabel 5.44. Perkembangan Pinjaman Menurut Sektor Kabupaten BloraTahun 2010 - 2014

No Sektor Ekonomi 2010 2011 2012 2013 2014 R1 (RPT/Thn)

R2(%/Thn)

A Nilai Pinjaman 1.17 2.03 2.68 3.78 4.90 2.91 44.001 Pinjaman Berdasarkan

Lapangan Usaha0.54 1.19 1.52 2.57 3.52 1.87 63.18

a Pertanian. Peternakan.Kehutanan & Perikanan

0.07 0.20 0.29 0.28 0.39 0.25 71.65

b Pertambangan danPenggalian

0.00 0.11 0.20 0.45 0.56 0.26 84.21

c Industri Pengolahan 0.01 0.02 0.10 0.67 0.92 0.34 276.13d Listrik. Gas dan Air Bersih 0.01 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 -38.02e Konstruksi 0.01 0.02 0.05 0.07 0.06 0.04 65.14f Perdagangan. Hotel dan

Restoran0.39 0.55 0.69 0.98 1.31 0.78 35.97

g Pengangkutan danKomunikasi

0.01 0.01 0.01 0.01 0.04 0.01 70.91

h Keuangan. Real Estate danJasa Perusahaan

0.02 0.02 0.04 0.03 0.04 0.03 33.87

i Jasa-jasa 0.03 0.25 0.14 0.09 0.21 0.14 209.802 Pinjaman Kepada Bukan

Lapangan Usaha0.63 0.84 1.16 1.21 1.38 1.05 22.53

a Rumah Tinggal 0.02 0.06 0.06 0.14 0.15 0.09 78.40b Flat dan Apartemen 0.00 0.00 0.01 0.00 0.01 0.00 431.63c Rumah Toko (Ruko) dan

Rumah Kantor (Rukan)0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 35.03

d Kendaraan Bermotor 0.02 0.06 0.07 0.08 0.08 0.06 47.87e Lainnya 0.58 0.72 1.02 0.98 1.14 0.89 19.55B Pangsa Pinjaman 100 100 100 100 100 1001 Pinjaman Berdasarkan

Lapangan Usaha46.33 58.52 56.74 67.91 71.82 60.26 12.18

a Pertanian. Peternakan.Kehutanan & Perikanan

5.62 10.06 10.79 7.44 7.89 8.36 15.36

b Pertambangan danPenggalian

0.09 5.60 7.46 11.83 11.45 7.29 1621.35

c Industri Pengolahan 1.24 0.85 3.75 17.64 18.70 8.44 171.82d Listrik. Gas dan Air Bersih 0.60 0.29 0.16 0.07 0.02 0.23 -57.57e Konstruksi 1.18 0.79 1.98 1.75 1.19 1.38 18.64f Perdagangan. Hotel dan

Restoran32.94 27.12 25.67 25.78 26.76 27.65 -4.69

g Pengangkutan danKomunikasi

0.50 0.39 0.30 0.32 0.73 0.45 22.54

h Keuangan. Real Estate danJasa Perusahaan

1.70 0.85 1.56 0.78 0.82 1.14 -2.91

i Jasa-jasa 2.46 12.56 5.07 2.30 4.25 5.33 95.062 Pinjaman Kepada Bukan

Lapangan Usaha53.67 41.48 43.26 32.09 28.18 39.74 -14.10

a Rumah Tinggal 1.97 3.11 2.22 3.80 3.06 2.83 20.24b Flat dan Apartemen 0.05 0.03 0.36 0.10 0.14 0.13 298.16c Rumah Toko (Ruko) dan

Rumah Kantor (Rukan)0.09 0.01 0.01 0.02 0.01 0.03 -1.26

d Kendaraan Bermotor 2.03 2.99 2.52 2.17 1.73 2.29 -0.59e Lainnya 49.54 35.35 38.15 26.00 23.25 34.46 -15.79

Page 170: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah154

Peningkatan yang tinggi dengan nilai kredit pinjaman pertanian yangrendah juga terjadi di Kabupaten Rembang. Di Kabupaten ini rata-rata kreditpinjaman pertanian untuk modal kerja dan investasi hanya Rp.0.17 trilyundengan pertumbuhan rata-rata 77,01%. Pangsa kredit pertanian di KabupatenRembang dalam periode 2010-2014 rata-rata adalah 5,02% denganpeningkatan pangsa rata-rata 60,13%. Berbeda dengan Kabupaten Blorayang pangsanya cenderung menurun sejak 2012, pangsa kredit pertanianterhadap total cenderung meningkat sejak tahun 2011. Pada tahun 2010-2014 rata-rata kredit di Kabupaten Rembang adalah Rp.3.32 trilyun denganpeningkatan rata-rata 8,74% per tahun dan total pinjaman pada tahun 2014mencapai Rp.3.79 trilyun (Tabel 5.45).

Tabel 5.45. Perkembangan Pinjaman Menurut Sektor Kabupaten RembangTahun 2010 - 2014

No Sektor Ekonomi 2010 2011 2012 2013 2014 R1 (RPT/Thn)

R2(%/Thn)

A Nilai Pinjaman 2.72 3.11 3.45 3.51 3.79 3.32 8.74

1Pinjaman BerdasarkanLapangan Usaha 2.15 2.35 2.51 2.66 2.79 2.49 6.76

aPertanian. Peternakan.Kehutanan & Perikanan 0.04 0.13 0.22 0.19 0.28 0.17 77.01

bPertambangan danPenggalian 0.01 0.01 0.03 0.03 0.05 0.03 73.99

c Industri Pengolahan 0.03 0.05 0.08 0.14 0.05 0.07 33.38d Listrik. Gas dan Air Bersih 1.70 1.52 1.32 1.16 0.89 1.32 -14.78e Konstruksi 0.00 0.01 0.01 0.02 0.04 0.02 713.15

fPerdagangan. Hotel danRestoran 0.31 0.39 0.59 0.84 1.21 0.67 40.54

gPengangkutan danKomunikasi 0.01 0.01 0.04 0.13 0.14 0.06 159.50

hKeuangan. Real Estate danJasa Perusahaan 0.03 0.01 0.02 0.02 0.05 0.03 36.49

i Jasa-jasa 0.02 0.20 0.19 0.12 0.07 0.12 192.19

2Pinjaman Kepada BukanLapangan Usaha 0.58 0.77 0.94 0.85 1.00 0.83 16.17

a Rumah Tinggal 0.02 0.09 0.05 0.05 0.05 0.05 57.64b Flat dan Apartemen 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 -7.69

cRumah Toko (Ruko) danRumah Kantor (Rukan) 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 27.49

d Kendaraan Bermotor 0.02 0.08 0.11 0.08 0.09 0.08 81.73e Lainnya 0.53 0.60 0.78 0.71 0.86 0.70 13.91Berlanjut...

Page 171: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 155

No Sektor Ekonomi 2010 2011 2012 2013 2014 R1 (RPT/Thn)

R2(%/Thn)

B Pangsa Pinjaman 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

1Pinjaman BerdasarkanLapangan Usaha 78.87 75.33 72.68 75.84 73.50 75.24 -1.68

aPertanian. Peternakan.Kehutanan & Perikanan 1.58 4.28 6.46 5.45 7.32 5.02 60.13

bPertambangan danPenggalian 0.26 0.34 0.82 0.88 1.40 0.74 59.20

c Industri Pengolahan 1.17 1.74 2.36 4.07 1.44 2.16 22.90d Listrik. Gas dan Air Bersih 62.38 48.91 38.39 33.06 23.43 41.23 -21.53e Konstruksi 0.01 0.30 0.37 0.68 0.96 0.46 618.81

fPerdagangan. Hotel danRestoran 11.46 12.66 17.18 23.95 31.84 19.42 29.62

gPengangkutan danKomunikasi 0.18 0.31 1.17 3.57 3.79 1.80 139.75

hKeuangan. Real Estate danJasa Perusahaan 1.05 0.41 0.56 0.64 1.38 0.81 26.56

i Jasa-jasa 0.77 6.40 5.37 3.54 1.95 3.61 158.68

2Pinjaman Kepada BukanLapangan Usaha 21.13 24.67 27.32 24.16 26.50 24.76 6.40

a Rumah Tinggal 0.85 2.77 1.40 1.49 1.31 1.57 42.35b Flat dan Apartemen 0.00 0.00 0.12 0.11 0.07 0.06

cRumah Toko (Ruko) danRumah Kantor (Rukan) 0.08 0.05 0.03 0.07 0.07 0.06 20.83

d Kendaraan Bermotor 0.71 2.53 3.21 2.40 2.32 2.23 63.28e Lainnya 19.48 19.31 22.57 20.08 22.73 20.83 4.53Tabel 5.45 (Lanjutan)

Di Kabupaten Pati rata-rata total nilai pinjaman mencapai Rp.5.02Trilyun mengalamani peningkatan rata-rata 26,35% per tahun dan nilai totalpinjaman pada tahun 2014 adalah Rp.7.21 trilyun. Dibandingkan Blora danRembang nilai pinjaman perbankan di Kabupaten Pati lebih tinggi. Rata-ratanilai pinjaman kredit pertanian Kabupaten Pati periode 2010 – 2014 adalah

Rp.0.29 trilyun dengan pertumbuhan rata-rata 47,09%. Rata-rata pangsakredit untuk pertanian di Kabupaten Pati adalah 5,41% per tahun danmeningkat rata-rata 16,05% per tahun. dengan pangsa pada tahun 2014sebesar 7,25%. Baik nilai maupun pangsa kredit Kabupaten Pati menunjukkanpeningkatan secara kontinyu sekalipun pertumbuhannya tidak setinggiKabupaten Blora dan Rembang (Tabel 5.46).

Page 172: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah156

Tabel 5.46. Perkembangan Pinjaman Menunurut Sektor Kabupaten PatiTahun 2010 - 2014

No Sektor Ekonomi 2010 2011 2012 2013 2014R1 (RPT/Thn)

R2(%/Thn)

A Nilai Pinjaman 2.85 4.01 4.98 6.01 7.21 5.02 26.35

1Pinjaman BerdasarkanLapangan Usaha 1.68 2.59 3.33 4.32 5.22 3.43 33.38

aPertanian. Peternakan.Kehutanan & Perikanan 0.12 0.17 0.30 0.31 0.52 0.29 47.09

bPertambangan danPenggalian 0.00 0.00 0.00 0.01 0.01 0.01 69.03

c Industri Pengolahan 0.60 0.67 0.75 1.11 1.33 0.89 22.75d Listrik. Gas dan Air Bersih 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 49.73e Konstruksi 0.01 0.03 0.03 0.03 0.06 0.03 49.45

fPerdagangan. Hotel danRestoran 0.80 1.19 1.65 2.21 2.70 1.71 35.67

gPengangkutan danKomunikasi 0.02 0.03 0.10 0.32 0.22 0.14 126.75

hKeuangan. Real Estate danJasa Perusahaan 0.05 0.02 0.05 0.09 0.15 0.07 52.11

i Jasa-jasa 0.07 0.47 0.45 0.24 0.22 0.29 133.23

2Pinjaman Kepada BukanLapangan Usaha 1.18 1.42 1.65 1.69 1.99 1.59 14.32

a Rumah Tinggal 0.27 0.36 0.18 0.24 0.26 0.26 6.81b Flat dan Apartemen 0.00 0.00 0.01 0.00 0.00 0.00 -1.29

cRumah Toko (Ruko) danRumah Kantor (Rukan) 0.00 0.01 0.02 0.02 0.02 0.02 69.00

d Kendaraan Bermotor 0.20 0.20 0.18 0.22 0.26 0.21 7.22e Lainnya 0.71 0.85 1.26 1.20 1.46 1.10 21.25B Pangsa Pinjaman 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

1Pinjaman BerdasarkanLapangan Usaha 58.77 64.56 66.88 71.88 72.35 66.89 5.40

aPertanian. Peternakan.Kehutanan & Perikanan 4.27 4.22 6.10 5.21 7.25 5.41 16.95

bPertambangan danPenggalian 0.12 0.07 0.05 0.15 0.16 0.11 37.23

c Industri Pengolahan 21.15 16.77 15.06 18.38 18.50 17.97 -2.05d Listrik. Gas dan Air Bersih 0.03 0.02 0.04 0.02 0.03 0.03 19.15e Konstruksi 0.52 0.68 0.60 0.53 0.88 0.64 18.11

fPerdagangan. Hotel danRestoran 28.13 29.62 33.03 36.69 37.36 32.97 7.43

gPengangkutan danKomunikasi 0.55 0.77 2.03 5.26 3.04 2.33 80.23

hKeuangan. Real Estate danJasa Perusahaan 1.60 0.59 1.04 1.57 2.04 1.37 23.41

i Jasa-jasa 2.39 11.81 8.94 4.07 3.10 6.06 72.62

2Pinjaman Kepada BukanLapangan Usaha 41.23 35.44 33.12 28.12 27.65 33.11 -9.34

a Rumah Tinggal 9.30 9.08 3.61 4.04 3.56 5.92 -15.65b Flat dan Apartemen 0.01 0.00 0.20 0.02 0.03 0.05 1536.13

cRumah Toko (Ruko) danRumah Kantor (Rukan) 0.14 0.27 0.39 0.40 0.31 0.30 30.87

d Kendaraan Bermotor 6.94 5.00 3.64 3.65 3.54 4.55 -14.50e Lainnya 24.85 21.09 25.28 20.01 20.22 22.29 -3.76

Page 173: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 157

Usahatani dan pengolahan hasil tebu membutuhkan modal yang cukupbesar. Selama ini petani Tebu umumnya merupakan petani yang termasukmemiliki kemampuan modal cukup besar dibandingkan dengan komoditaslainnya. Namun demikan penting untuk diperhatikan bahwa perluasan arealtanaman perkebunan tebu tidak boleh meninggalkan petani kecil yangmemiliki kemampuan terbatas. Selain penguasaan lahan yang sempit,kemampuan petani kecil untuk membiayai usaha taninya sangat terbatassehingga produktivitas yang dicapai masih di bawah produktivitas potensial.Mengingat keterbatasan petani kecil dalam permodalan tersebut danrendahnya aksesibilitas terhadap sumber permodalan formal terutama bagipetani kecil atau petani miskin, hal ini dapat ditunjukkan dari hasil SurveiPendapatan Rumah Tangga Usaha Pertanian 2013 (ST2013-SPP), persentase

petani di Jawa Tengah yang memperoleh bantuan kredit sebagian besar padapetani dengan kelompok pendapatan lebih 3 juta rupiah yang yaitu sebesar83,23%. Petani dengan kelompok pendapatan kurang dari 3 juta rupiah yangmemperoleh bantuan kredit hanya 16,77%. Hal ini terjadi pada semua subsektor pertanian artinya masih adanya kesulitan akses kredit bagi petani yangberpendapatan rendah, pihak pemberi kredit pada umumnya tidak mau ambilrisiko. Oleh karena itu, petani belum menjadi pilihan yang tepat bagi merekauntuk menyalurkan kredit.

Hasil ST2013-SPP juga memperlihatkan kesulitan-kesulitan yangdihadapi petani dalam mengajukan kredit. Sebagian besar (49,38%) petanimengalami kesulitan dalam hal proses administrasi kredit yang rumit,sementara itu 36,66% karena tidak memiliki agunan. Sementara petani yangmengalami kesulitan akibat lokasi terpencil sebesar 5,14% dan lainnya (selainketiga kesulitan di atas) sebesar 8,82%. Pola kesulitan tersebut hampir terjadipada seluruh sumber pendapatan utama pada sub sektor pertanian. kecualipada petani perkebunan dan perikanan. Pada sub sektor perikanan, kesulitanyang paling besar adalah akibat tidak memiliki agunan. Perbandingan petanidi Jawa Tengah menurut sumber pendapatan yang mengalami kesulitandalam hal proses administrasi kredit yang rumit, dapat dilihat bahwa petani

Page 174: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah158

pada sub sektor kehutanan merupakan petani yang mengalami prosesadministrasi kredit paling rumit dengan persentase sebesar 68,10%.Sementara persentase paling rendah adalah petani pada sub sektor perikanan(37,89%) Dilihat dari kesulitan pengajuan kredit dengan alasan tidak memilikiagunan maka persentase paling besar adalah petani pada sub sektorperikanan yaitu sebesar 45,34% dan yang paling kecil adalah petani pada subsektor kehutanan yaitu sebesar 13,55%. Sedangkan petani yang mengalamikesulitan pengajuan kredit akibat lokasi wilayahnya terpencil, persentasepaling besar adalah petani pada sub sektor kehutanan dan perkebunanmasing-masing sebesar 18,35% dan 17,87%. Petani diluar kedua sub sektortersebut yang mengalami kesulitan pengajuan kredit dengan alasan lokasiterpencil relatif kecil di bawah 5%.

Adanya kesulitan dalam pengajuan kredit yang dirasakan oleh petanimemberikan arah agar dirancang suatu mekanisme pengajuan kredit secaramudah. Sistem penyaluran kredit ini dirancang sedemikian rupa agar dapatdiakses secara mudah oleh petani, misalnya tanpa agunan dan prosedur lebihdisederhanakan. Bila tidak ada pinjaman yang berupa kredit usaha tani ini,maka kebanyakan petani terutama petani kecil dan petani miskin seringmenjual harta bendanya atau meminjam pada pihak lain untuk membiayaiusaha taninya. Sebagian lagi segala kebutuhan usaha tani diambil dulu daritoko dengan perjanjian pembayaran setelah panen. Kondisi seperti inilahyang menyebabkan petani sering terjerat pada system pinjaman yang secaraekonomi merugikan petani.

Harapan sebagian besar petani, pemerintah semestinya lebih bisaberperan aktif untuk menjamin petani dalam pengajuan kredit. Tanpa jaminanyang kuat, kecil kemungkinan pihak pemberi kredit bersedia memberikankredit kepada petani kecil atau petani miskin yang sebagian besar tidakmemiliki lahan. Selama ini untuk proses kredit petani dimintai jaminan berupasertifikat atau akta tanah. Dalam banyak kasus jaminan itu tidak bisadipenuhi petani lantaran banyak dari mereka yang tidak memiliki lahangarapan sendiri.

Page 175: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 159

Hasil ST2013-SPP juga menunjukkan bahwa sumber bantuan yangdiberikan kepada petani di Jawa Tengah sebagian besar berasal daripemerintah yaitu sebesar 32,84% sedangkan yang berasal dari nonpemerintah masih relatif kecil yaitu 1,81%. Ini berarti aksesibilitas petaniterhadap sumber-sumber bantuan baik dari pemerintah maupun pihak swastamasih sangat terbatas. Kendala yang sering muncul mengapa petani terbatasmemperoleh bantuan adalah banyak petani yang belum memahami benartata cara mendapatkan dana bantuan baik dari pemerintah maupun nonpemerintah akibat kurangnya informasi yang didapat oleh petani.

5.7.5. Perkembangan Pendapatan PetaniPDRB suatu daerah dibagi dengan jumlah penduduk pada pertengahan

tahun yang tinggal di daerah itu. maka akan dihasilkan suatu PDRB per kapita.PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB per kepalaatau per satu orang penduduk. Pada tahun 2014. PDRB per kapita JawaTengah mencapai Rp.27.613.041 dengan pertumbuhan sebesar 10,27%.Pertumbuhan PDRB per kapita tahun 2011 meningkat 10,17%, pada tahun2012 meningkat sebesar 8.05% dan pertumbuhan tahun 2013 sebesar9.51%. Sektor Pertanian di Jawa Tengah merupakan salah satu sektorandalan, dengan kontribusi terbesar ketiga terhadap perekonomian Jawa

Tengah yaitu sebesar 18,30% pada tahun 2013. Kontribusi tersebutdidominasi hampir 70% dari tanaman pangan. Tanaman pangan menjadisebagian besar petani dengan memiliki persentase tertinggi sumberpendapatan utama rumah tangga usaha pertanian sebesar 38,22% (ST 2013-SPP). Harga jual yang relatif stabil dan mudahnya pemasaran, sertadigunakan sebagai konsumsi rumah tangga sehari-hari menjadi daya tarikpara petani untuk mengusahakan tanaman pangan. Sektor tanamanhortikultura menjadi sektor terbesar kedua setelah tanaman pangan denganmemiliki persentase sumber pendapatan utama rumah tangga usahapertanian sebesar 7,47%. Petani dengan lahan cukup luas cenderung untukmengusahakan tanaman perkebunan (Tabel 5.47).

Page 176: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah160

Tabel 5.47. PDRB Per Kapita Menurut Lapangan Usaha (Juta Rp).2010-2014

Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013* 2014**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

A Pertanian Kehutanan dan Perikanan 3.07 3.37 3.63 3.96 4.08B Pertambangan dan Penggalian 0.41 0.43 0.45 0.48 0.59C Industri Pengolahan 6.63 7.38 7.99 8.87 10.03D Pengadaan Listrik dan Gas 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02E Pengadaan Air. Pengelolaan Sampah.

Limbah dan Daur0.02 0.02 0.02 0.02 0.02

UlangF Konstruksi 1.99 2.11 2.32 2.50 2.79G Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan2.83 3.15 3.25 3.48 3.71

Sepeda MotorH Transportasi dan Pergudangan 0.57 0.60 0.64 0.71 0.82I Penyediaan Akomodasi dan Makan

Minum0.58 0.63 0.68 0.74 0.83

J Informasi dan Komunikasi 0.64 0.70 0.74 0.78 0.85K Jasa Keuangan dan Asuransi 0.53 0.58 0.65 0.70 0.77L Real Estat 0.33 0.35 0.37 0.40 0.45M.N Jasa Perusahaan 0.05 0.06 0.07 0.08 0.09O Administrasi Pemerintahan. Pertahanan

dan Jaminan0.61 0.63 0.69 0.74 0.79

Sosial WajibP Jasa Pendidikan 0.50 0.67 0.86 1.01 1.15Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0.13 0.15 0.17 0.20 0.22R.S.T.U

Jasa lainnya 0.30 0.31 0.32 0.36 0.41

5.8. Kondisi Konsumsi dan Perdagangan Komoditas Tebu WilayahLokasi Pengembangan Kawasan Berbasis Komoditas Tebu

5.8.1. Perkembangan Produksi, Konsumsi, Ekspor dan Impor Gula diProvinsi Jawa Tengah

Produksi gula di Jawa Tengah berasal dari perkebunan rakyat,perkebunan besar swasta dan perkebunan besar nasional. Dari ketigakontributor gula tersebut,yang terbesar adalah dari perkebunan besar swasta.disusul oleh perkebunan besar nasional dan perkebunan rakyat. Secarakonsisten ketiga kontributor gula tersebut menunjukkan kecenderungan yangmeningkat pada preriode 2006 hingga 2013 (Tabel 5.48).

Page 177: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 161

Tabel 5.48. Perkembangan Neraca Gula Tebu Jawa Tengah 2010 – 2013(Ton)

No Keterangan 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 R(%/Thn)

A Penawaran Gula1 Produksi PR

(PerkebunanRakyat)

40.54 35.53 36.79 48.96 38.62 42.97 43.93 44.89 2.692 Produksi PBS

(Perkebunan BesarSwasta)

60.81 53.30 55.18 73.45 57.93 64.45 65.89 67.33 2.693 Produksi PBN

(Perkebunan BesarNegara)

56.76 49.74 51.50 68.55 54.07 60.15 61.50 62.84 2.694 Masuk Dari Propinsi

Lain80.52 64.12 96.92 31.33 55.03 70.45 82.07 73.69 10.44

5 Impor Dari NegaraLain

165.47 206.28 215.96 229.99 258.10 268.41 263.83 304.71 9.41Jumlah 404.10 408.97 456.35 452.27 463.75 506.43 517.20 553.45 4.68

B Permintaan Gula1 Ke Propinsi Lain 104.70 107.42 101.98 112.85 152.32 126.05 156.12 186.19 9.862 Konsumsi Industri 124.73 116.84 142.11 119.24 127.55 138.79 136.16 138.43 2.113 Konsumsi Rumah

Tangga28.96 29.14 29.36 29.58 29.79 30.00 30.21 30.42 0.70

4 Ekspor 86.12 116.84 117.97 119.24 117.97 119.80 125.80 125.57 6.15Jumlah 344.51 370.24 391.43 380.90 427.62 414.63 448.29 480.61 5.01

C Neraca1 Penawaran 404.10 408.97 456.35 452.27 463.75 506.43 517.20 553.45 4.682 Permintaan 344.51 370.24 391.43 380.90 427.62 414.63 448.29 480.61 5.01

NERACA(Surplus/Defisit)

59.59 38.73 64.93 71.37 36.12 91.79 68.92 72.85 18.30

5.8.2. Rantai Pemasaran dan Marjin Tataniaga Tebu di ProvinsiJawa Tengah

Selama ini berkembang tiga pola usaha tebu. Yang pertama adalahtebu rakyat mandiri (TR M), tebu Rakyat Kemitraan (TR K), tebu kerjasamausaha (TR KSU), Pada TRM, petani mengusahakan seluruh kebutuhan saranaproduksi dan pemasarannya secara mandiri. Sementara itu pada TR K, petanimengikatkan diri pada suatu kontrak dengan PG. PG menjadi avalis bagipetani untuk mendapatkan kredit KKPE yang dapat dimanfaatkan oleh petaniuntuk membiayai usahataninya (pupuk, bibit,pestisida, biaya olah tanah, biayapemeliharaan).

Ketentuan bagi petani TR K adalah seluruh hasil panen harusdisetorkan/diolah di PG yang bersangkutan. Waktu dan biaya tebang. sertapengangkutan ditentukan dan dilakukan oleh PG. Ketentuan lainnya adalahbahwa tebu hasil panen harus digiling di PG pemberi avalis. Ketentuan

penggilingan pada PG adalah bagi hasil. yaitu 65:35 untuk petani dan PGapabila rendemen sama dengan atau di atas 7. apabila rendemen < 7 makasistem bagi hasilnya menjadi 70-30 untuk petani dan PG. Menurut ketentuan,

Page 178: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah162

sebenarnya petani menerima bagi hasil dalam bentuk gula tetapi kemudiangula tersebut dijual dengan sistem lelang. Bertindak sebagai penyelenggaralelang adalah APTRI dengan peserta lelang adalah umum/rekanan PG. Petaninantinya mendapat hasil penjualan gula setelah dipotong dengan seluruhbiaya kredit dan bunganya.

Menjelang lelang, ada masa tunggu, petani dikenakan biayapenyimpanan gula di gudang yang disebut dengan resi gudang.Tidak seluruhgula hasil olahan PG dilelang, petani berhak membawa gula secara naturauntuk digunakan atau dijual sendiri dalam jumlah terbatas (1%).

Selain gula, petani juga menerima bagi hasil tetes/molase sebesar 2%tetapi diterimakan dalam bentuk uang. Apabila petani menghendaki tetes.mereka harus membeli dari PG dengan harga jauh lebih tinggi dari harga

pembelian dari petani.Masalah yang ditemukan pada TR K adalah tidak transparannya

penentuan rendemen, rendemen ditentukan dalam bentuk sampling padasatu kawasan. Hal ini menyebabkan petani kurang termotivasi untukmeningkatkan mutu usahataninya /rendemen. Petani hanya menerima hasilrendemen tanpa dapat melakukan pengecekan silang karena keterbatasanpengetahuan terhadap proses penentuan/pengujian rendemen.

Tebu rakyat kerjasama usaha (TR KSU) merupakan kerjasama antaraPG dengan petani di mana PG memberikan seluruh sarana dan penanamantebu di lahan petani, sementara petani pada tahun pertama berkewajibanmenyerahkan seluruh hasil panen kepada PG dan menerima hasil setelahdikurangi dengan biaya yag dikeluarkan oleh PG dan pada tahun-tahunberikutnya petani secara mandiri mengelola dan menerima hasil panen yangdi olah di PG yang bersangkutan.

Sejalan dengan pola usahatani tebu, terdapat empat pola pemasarantebu yaitu: (1) pola tebasan; (2) dijual dan diolah di PG; (3) diolah menjadigula tumbu dan (4) dijual dengan secara tonase. Pola tebasan masih berjalansampai saat ini, dalam pola ini petani menerima pembayaran setelahdilakukan penimbangan tebu. Pola ini menggunakan pembayaran tunai.

Page 179: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 163

harga tebu dijual menurut kesepakatan berdasarkan tonase/berat tebu.misalnya pada MT 2010 di Blora harga tebasan rata-rata adalah Rp 20.000/ku.Proses tebang, transportasi dan bongkar muat menjadi tanggungan pembeli.

Pola kedua adalah penjualan tebu yang dijual untuk selanjutnya diolahmenjadi gula merah/tumbu oleh pengrajin. Sebagaimana halnya pada polatebasan, pengrajin menebang, menimbang, mengangkut dan melakukanbongkar muat sendiri. Harga ditetapkan berdasarkan kesepakatan bersamadan dilakukan berdasarkan berat tebu/tonase.

Pola ketiga adalah penjualan dengan cara diolah menjadi gula putih diPG. misalnya PG Trangkil di Kabupaten Pati dan PG Rendeng di KabupatenKudus. Pola ini diterapkan pada petani yang memperoleh fasilitasi modal danbimbingan teknis dari PG. Petani berkewajiban mengolahkan tebu produksinya

di PG pemberi fasilitas. Petani menanggung biaya tebang dan angkut sertaditambah biaya jasa pengolahan dengan sistem bagi hasil gula sesuairendemen yang diperoleh dan bagi hasil tetes/molases sebanyak 2% tebu.

Pola lainnya adalah PG membeli tebu petani berdasarkan tonase yangdihasilkan tanpa melihat berapa tingkat rendemennya. Pola ini misalnyapernah diterapkan oleh PG Cepiring dan PG Gendis Multi Manis Blora(Tabel 5.49).

Tabel 5.49. Alternatif Pemasaran Tebu Petani

Variabel Yang DiamatiAlternatif Pemasaran Tebu

Ditebaskan Diolah di PG DiolahSendiri

Dijual KiloanKe PG

Tanaman Awal (PC)Total Input (Rp/Ha/Th) 14.911.000 36.416.120 29.359.000 26.811.000Sewa lahan (Rp/Ha/Th) 3.500.000 3.500.000 3.500.000 3.500.000Pengolahan tanah (Rp/Ha/Th) 1.350.000 1.350.000 1.350.000 1.350.000Saprodi (Rp/Ha/Th) 5.036.000 5.036.000 5.036.000 5.036.000Tanam (Rp/Ha/Th) 1.950.000 1.950.000 1.950.000 1.950.000Pemeliharaan (Rp/Ha/Th) 3.075.000 3.075.000 3.075.000 3.075.000Tebang (Rp/Ha/Th) - 4.900.000 4.900.000 4.900.000Angkut (Rp/Ha/Th) - 5.600.000 2.100.000 7.000.000Biaya Pengolahan (Rp/Ha/Th) - 11.005.120 7.448.000 -Total Output 14.000.000 32.816.000 39.200.000 31.500.000Tebu 14.000.000 - - 31.500.000Gula - 32.368.000 39.200.000 -Tetes - 448.000 - -Keuntungan Bersih (911.000) (3.600.120) 9.841.000 4.689.000Keprasan (RC)Total Input (Rp) 7.361.000 28.866.120Berlanjut..................

Page 180: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah164

Variabel Yang DiamatiAlternatif Pemasaran Tebu

Ditebaskan Diolah di PG DiolahSendiri

Dijual KiloanKe PG

Sewa lahan (Rp/Ha/Th) 3.500.000 3.500.000 3.500.000 3.500.000Pengolahan tanah (Rp/Ha/Th) 400.000 400.000 400.000 400.000Saprodi (Rp/Ha/Th) 1.036.000 1.036.000 1.036.000 1.036.000Tanam (Rp/Ha/Th) - - - -Pemeliharaan (Rp/Ha/Th) 2.425.000 2.425.000 2.425.000 2.425.000Tebang (Rp/Ha/Th) - 4.900.000 4.900.000 4.900.000Angkut (Rp/Ha/Th) - 5.600.000 2.100.000 7.000.000Biaya Pengolahan (Rp/Ha/Th) - 11.005.120 7.448.000 -Total Output 14.000.000 32.816.000 39.200.000 31.500.000Tebu 14.000.000 - - 31.500.000Gula - 32.368.000 39.200.000 -Tetes - 448.000 - -Keuntungan Bersih (Rp/Ha/Th) 6.639.000 3.949.880 17.391.000 12.239.000Rata-rata Keuntungan (Rp/Ha/Th) 4.751.500 2.062.380 15.503.500 10.351.500KeteranganProduktivitas = 70 ton/Ha Harga GKP = Rp 6.800/Kg Harga Gula Merah = Rp 5.600/Kg

Tabel 5.49. (Lanjutan)Sumber : Basuki et al. 2010.

5.8.3. Nilai Tambah dan Pohon Industri Tebu di Provinsi Jawa TengahPerluasan lahan tanam tebu (ekstensifikasi) di lahan kering tegalan

dan atau lahan hutan menghadapi masalah adanya kompetisi denganpenggunaan lahan untuk tanaman lain, utamanya tanaman pangan. Padalahan tegalan terdapat 4 pola tanam eksisting yang dominan dan 3 polatanam eksisting pada lahan hutan. Analisis tingkat keuntungan kompetitifdihitung berdasarkan perbandingan rata-rata keuntungan bersih tebu (daribeberapa pola pemasaran tebu) dibandingkan rata-rata keuntungan bersihkomoditas kompetitor pada areal yang sama.

Sistem penjualan tebu dengan pola tebasan tebu tidak kompetitif

dibandingkan tanaman lainnya kecuali pada pola jagung-kedele-bero dimanadalam pola ini nilai keuntungannya masih lebih unggul tebu 20%. Sementaraitu tebu tidak menguntungkan secara kompetitif terhadap kompetitor lainnyapada pola kemitraan dengan PG yang mengolah tebu menjadi gula putihdimana keuntungan dari usahatani tebu hanya berkisar 18-52% darikomoditas kompetitor. Kondisi ini mencerminkan sulitnya PG menambah arealbaru, misalnya di Kabupaten Blora.

Secara finansial pengolahan tebu menjadi gula merah/gula tumbumemberikan tingkat keuntungan tertinggi dari pola lainnya. Hal ini tercermin

Page 181: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 165

dari tingkat nilai kompetitifnya usahatani terhadap komoditas kompetitornya.Tampak bahwa tingkat keuntungan bersih usahatani tebu dengan polapenjualan ini lebih tinggi 35-292% terhadap komoditas kompetitor tebu padaberbagai pola tanam. Hal ini menunjukkan bahwa industri pengolahan tebumenjadi gula merah lebih efisien dari pola lainnya. Pada wacana polapembelian seperti yang direncanakan oleh PG yang akan didirikan diKabupaten Blora secara umum usahatani tebu lebih kompetitif kecualiterhadap komoditas ubi kayu yang bersisipan dengan jagung dan ataujagung-kacang tunggak. Tingkat keuntungan kompetitif tebu terhadapkomoditas kompetitor selain ubikayu//jagung adalah lebih unggul sebesar9-162%. Tebu akan kalah bersaing terhadap ubi kayu yang tumpang saridengan jagung dan atau jagung-kacang tunggak dengan tingkat kompetitif

hanya 90-94% (Tabel 5.50).

Tabel 5.50.Tingkat Keuntungan Kompetitif Tebu vs Pola TanamKompetitor Berdasarkan Pola Penjualan di Kabupaten Blora.2010.

Pola Tanam SetahunPolaPemasaran Tebu

Tebasan Diolah diPG

DiolahSendiri

Tebu DijualKiloan

TegalanJagung-Kedele-Bero 1,20 0,52 3,92 2,62Padi Gogo-Jagung-Bero 0,62 0,27 2,03 1,36Ubikayu//Jagung-Kc. Tunggak 0,41 0,18 1,35 0,90Ubikayu//Kacang Tanah 0,61 0,27 2,00 1,34HutanJagung-Jagung-Bero 0,65 0,28 2,11 1,41Jagung//Ubikayu 0,43 0,19 1,41 0,94Padi Gogo-Jagung-Bero 0,50 0,22 1,63 1,09Keterangan :Nilai > 1. tebu menguntungkan.< 1. kompetitor menguntungkan

Sumber : Basuki et al. 2010.

5.8.4. Posisi Jawa Tengah Dalam Produksi dan Pemenuhan Konsumsi GulaNasional

Pengusahaan tebu di Indonesia sebagian besar diusahakan oleh Rakyatdengan kontribusi Perkebunan Rakyat dari tahun 1980 hingga 2013. rata-rata

mencapai 63,50%. Pada kurun waktu 1980-2013 tersebut, luas panen tebu

Page 182: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah166

Indonesia cenderung mengalami peningkatan. Jika pada tahun 1980 luas panentebu Indonesia hanya mencapai 316.063 ha, maka pada tahun 2013. luaspanen tebu Indonesia meningkat menjadi 466.119 ha atau meningkat sebesar47,48%. Meskipun demikian, laju pertumbuhan luas panen tebu di Indonesiadalam periode tahun 1980-2013 tidak terlalu tinggi. Secara rata-rata, lajupertumbuhan luas panen tebu Indonesia sejak 1980 hingga 2013 hanyamencapai 1,06% per-tahun atau 4.547 ha per-tahunnya.

Jawa Tengah merupakan produsen tebu terbesar ketiga setelah JawaTimur dan Lampung. Secara rinci, berdasarkan data rata-rata selama 5 tahunterakhir (2009-2013), seluas 65,21% luas panen perkebunan tebu rakyat beradadi Provinsi Jawa Timur. Pada periode tersebut, luas panen tebu perkebunanrakyat (PR) secara rata-rata di Provinsi Jawa Timur mencapai 173.360 ha.

Luasan ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan provinsi produsen tebu lainnyayang masuk dalam daftar sentra panen tebu rakyat di Indonesia. Sebagaigambaran, luas panen tebu untuk Provinsi Jawa Tengah pada periode 2009-2013, atau secara rata-rata hanya mampu memanen 58.469 ha tebu setiaptahunnya. Kontribusi luas panen tebu Jawa Tengah adalah 21,99% dari luaspanen tebu rakyat di Indonesia.

Sesuai dengan luas panen tebunya, produksi Perkebunan tebu rakyatJawa Timur juga dominan. Berdasarkan data produksi hablur yang mencapai1.007.521 ton gula hablur pertahun. Jawa Timur menyumbang rata-rata73,10%. Artinya persentase produksi hablur ini melebihi persentase luas panentebunya. Untuk tahun 2012 saja, gula hablur hasil produksi tebu rakyat dariprovinsi Jawa Timur mencapai 1.137.976 ton.

Jawa Tengah merupakan penghasil tebu terbesar ketiga setelah JawaTimur dan Lampung. Di Jawa Tengah, kabupaten dengan produksi tebuterbesar adalah Kabupaten Pati sebesar 67.284 ton gula hablur atau 23,91% daritotal produksi tebu di Provinsi Jawa Tengah, diikuti oleh Kabupaten Sragendengan produksi sebesar 41.243 ton (14,66%), Kabupaten Tegal sebesar 22.562ton (8,02%), Kabupaten Rembang sebesar 21.033 ton (7,47%), Kabupaten

Page 183: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 167

Brebes sebesar 16.447 ton (5,84%). Sementara itu sebanyak 40,01% produksitebu di Provinsi Jawa Tengah diperoleh dari kabupaten lainnya.

Pengembangan tebu di Jawa Tengah, selain akan menghadapi ProvinsiJawa Timur sebagai produsen utama juga akan menghadapi provinsi pesainglainnya. Provinsi Lampung merupakan produsen terbesar kedua secara nasionalpada tahun 2012. Produksi tebu rakyat di Lampung hanya berasal dari 4 (empat)kabupaten, yaitu Kabupaten Lampung Utara dengan produksi mencapai 64,96%dari total produksi tebu di provinsi ini atau sebesar 23.392 ton gula hablur,Kabupaten Lampung Tengah dengan produksi sebesar 6.221 ton (17,28%),Kabupaten Way Kanan dengan produksi 5.270 ton (14,63%), dan KabupatenTulang Bawang dengan produksi 1.127 ton (3,13%).

Di Provinsi Jawa Barat, sentra produksi tebu terdapat di Kabupaten

Cirebon dengan produksi mencapai 35.703 ton (73,40%) diikuti oleh KabupatenMajalengka sebesar 4.955 ton (10,19%), Kabupaten Kuningan sebesar 4.431 ton(9,11%), Kabupaten Indramayu sebesar 1.829 ton (3,76%), Kabupaten Subangsebesar 955 ton (1,96%), dan Kabupaten Sumedang sebesar 768 ton (1,58%).

Produksi gula dalam negeri digunakan untuk mencukupi kebutuhankonsumsi gula untuk rumah tangga dan industri makanan danolahan.Berdasarkan data Susenas BPS tahun 2002 sampai dengan 2013,konsumsi gula per kapita per tahun cenderung menurun. Bila pada tahun 2002.konsumsi gula per kapita per tahun adalah sebesar 9,02 kg, pada tahun 2013menurun menjadi hanya sebesar 6,65 kg/kapita/tahun. Selama periode tersebutkonsumsi gula Indonesia menurun rata-rata 2,78% pertahun dimana penurunankonsumsi gula tertinggi terjadi di tahun 2012. Pada tahun 2012 konsumsi gulaIndonesia tercatat 6,48 kg/kapita/tahun atau menurun 12,29% dari tahunsebelumnya dimana pada tahun 2011 konsumsi gula Indonesia mencapai 7,38kg/kapita/tahun. Penurunan konsumsi gula perkapita diduga berkaitan denganpeningkatan kesadaran masyarakat akan bahaya konsumsi berlebihan terhadapgula bagi kesehatan (penyakit diabetes).

Data menunjukkan walaupun konsumsi gula per kapita masyarakat terusmenurun dan produksi gula nasional meningkat ternyata impor gula Indonesia

Page 184: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah168

juga cenderung meningkat pertahunnya. Peningkatan impor sejalan denganmeningkatnya kebutuhan gula secara agregat karena terjadinya berkembangnyaindustri makanan dan olahan baik untuk memenuhi pasar domestik maupunekspor. Untuk diketahui, produksi gula dalam negeri sebenarnya sudahmencukupi apabila hanya digunakan untuk konsumsi rumah tangga (Tabel 5.51).

Tabel 5.51. Proyeksi Produksi dan Konsumsi Rumah Tangga LangsungGula Indonesia Tahun 2014 - 2019

Tahun Proyeksi (Ton) Surplus (Ton)Produksi Konsumsi RTLangsung2014 3.102.820 1.892.175 1.210.645

2015 2.614.843 1.898.665 716.1782016 2.644.623 1.904.289 740.3342017 2.674.403 1.911.023 763.3802018 2.704.183 1.918.920 763.3802019 2.733.963 1.925.274 763.380

Pada periode 1980- 2013, impor gula Indonesia meningkat rata-rata171,25% pertahun atau 36.533 ton per tahun. Impor gula Indonesia pada tahun

1981 sebesar 720.95 ribu ton dan meningkat hingga sebesar 1.606.517 ton padatahun 2013. Adapun volume impor tertinggi Indonesia terjadi ditahun 2007dengan volume impor mencapai 2.972.788 ton gula.Tahun 2008, pemerintahmemberlakukan kebijakan pembatasan impor gula. Hal ini mampu menekanvolume impor gula namun karena keterbatasan stok dalam negeri, pemerintahtidak dapat menghentikan secara total impor gula meskipun impor gula seringkalimenekan harga gula dalam negeri.

Industri tebu Indonesia, selain menghasilkan gula untuk konsumsisebenarnya juga menghasilkan molase sebagai produk samping dalam prosespengolahan tebu menjadi butiran gula. Molase ini digunakan sebagai bahan bakupakan ternak dan dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi terbarukan.Indonesia sejak tahun 1967 lebih banyak melakukan ekspor molase sebagaiakibat melemahnya kinerja industri gula Indonesia pada masa itu. Ekspormolases Indonesia tertinggi adalah pada tahun 2008 sebesar 0,95 juta tonmolases. Adapun perkembangan ekspor molasses sejak tahun 1981 hingga 2013

Page 185: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 169

memiliki rata-rata pertumbuhan 12,19% pertahun dan volume ekspor molaseIndonesia jauh lebih tinggi dari volume impornya.

5.8.5. Potensi dan Peluang Industri Pengolahan Tebu di Provinsi JawaTengah

Industri pengolahan tebu masih sangat terbuka. Selain diolah di PG, parapetani TRM dapat menjual atau mengolah sendiri hasil panen tebunya menjadigula tumbu. Intinya tebu digiling diambil niranya, kemudian dipanaskan sehingga

menjadi gula merah. Gula merah ini selama ini dicetak menggunakanbakul/wadah dari bambu (dalam bahasa jawa disebut tumbu, sehingga gulanyadisebut sebagai gula tumbu) dengan bobot sekitar 50 kg. Teknik lain yangdigunakan pengrajin adalah membuat gula awur, yaitu dengan menuangkancairan gula yang sudah mengental dalam wadah/nampan besar dari kayuberdiameter sekitar 2 meter. Cairan gula yang sedang dalam proses pengentalantersebut dihancurkan dengan satu bilah kayu sehingga menjadi bongkahan-bongkahan gula yang berbentuk tidak teratur dan berukuran kecil. Gulatumbu/gula awur biasanya dijual oleh pengrajin kepada pabrik olahankecap/dodol.

Tabel 5.52. Analisis Harga Pokok dan Keuntungan Usaha Gula Merah diKab. Rembang 2014 (Satu Unit /Periode Produksi)

BIAYA VOLUME SATUAN HARGA(RP/Sat) TOTAL (Rp)

BAHAN BAKU 207.000.000Tebu 900.000 Kg 230 207.000.000UPAH 85.500.000Tebang Angkut 900.000 Kg 40 36.000.000Fee Giling 90.000 Kg 550 49.500.000OVERHEAD 55.950.000

Penyusutan mesin.peralatan dan bangunan

10 % 75.000.000 7.500.000

Berlanjut.....

Page 186: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah170

BIAYA VOLUME SATUAN HARGA(RP/Sat)

TOTAL (Rp)

BBM 2.250 Liter 8.000 18.000.000Oli Mesin 10 Galon 90.000 900.000Oli Gilingan 1 Drum 800.000 800.000Konsumsi Pekerja 2.700 Bungkus 10.000 27.000.000Listrik 5 Bulan 150.000 750.000Lain-lain 1 Periode 1.000.000 1.000.000

348.450.000HASIL ANALISISJUMLAH HARGA POKOK(Rp) 348.450.000HARGA POKOK (Rp/Kg) 3.872HARGA PENJUALAN(Rp/Kg)

4.400

KEUNTUNGAN (Rp/Kg) 528PRODUKSI GULA MERAH(Kg/Periode) 90.000NILAI PENJUALAN(Rp/Periode/Pabrik) 396.000.000KEUNTUNGAN(Rp/Periode/Pabrik) 47.550.000PROSENTASEKEUNTUNGAN (%) 12,01PENDAPATAN BERSIH(Rp/Hari/Pabrik) 317.000

Tabel 5.51. (Lanjutan)

Berbeda dengan proses pembuatan gula putih/gula Kristal/gula pasir diPG, hampir tidak ada limbah yang dihasilkan selama proses pembuatan gulatumbu. Tidak ada pemisahan antara sakarosa (menjadi gula pasir pada PG) danfruktosa (menjadi molase pada PG). Serasah tebu yang diambil niranya akanmenjadi bahan bakar.

Pengrajin membeli tebu petani di lahan dengan cara menebang tebu danmenimbangnya. Pembayaran dilakukan oleh pengrajin terhadap petaniberdasarkan bobot tebu yang ditimbang di lahan. Dengan demikian transparansipada industri gula tumbu jauh lebih tinggi dibandingkan pada PG.

Pada industri gula tumbu, pemilik gulingan tebu membayar secara

borongan regu pengolah berdasarkan tonase gula. Pada tahun 2014, pemilik

Page 187: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 171

membayar Rp.550.000.- per ton gula tumbu. Uang tersebut adalah upah bagiregu penggiling, pemasakan, hingga pengemasan gula ke karung.

Dengan demikian pemilik penggilingan menanggung biaya investasi danoperasional peralatan penggilingan, biaya transportasi tebu, dan pembelian tebu.Karena tenaga kerja sebagian berasal dari luar daerah, maka pemilikpenggilingan juga menyediakan akomodasi (penginapan dan makan) bagi regupengrajin.

Masalah yang ditemukan pada gula tumbu adalah standar mutu dankualitas yang beragam antar pengrajin dan antar waktu karena tergantungkualitas tebu. Pasar sebenarnya mengapresiasi kualitas gula merah yangdihasilkan, pasar memberikan harga gula merah lebih tinggi apabla kualitasnyalebih tinggi, ditandai dengan warna yang lebih jernih dan terang. Menurut

informasi di Kudus gula tumbu yang kualitasnya lebih rendah diolah kembaliuntuk menghasilkan kualitas lebih baik, sehingga di pasaran tersedia beberapatingkatan/grade kualitas gula tumbu.

Masalah pada pelaku yang terkait dengan TRM adalah terbatasnya akseskepada sumber modal/perbankan.Pada gula tumbu petani merupakan TRM yangskala usahanya kecil (< 2 ha) sehingga tidak ada pelanggaran terhadapketentuan akses subsidi pemerintah. Oleh karena itu perlu dibangun sistem yangmemungkinkan industri pengolahan gula merah dapat mengakses KKPEsebagaimana halnya PG.

Masalah lain yang ditemui pada industri gula tumbu adalah pendeknyamasa giling tebu karena keterbatasan bahan baku. Secara terbatas, melaluipenataan varietas, pengaturan sistem tebang pilih, dan penggunaan bibit budchip, maka masa giling tebu tumbu dapat diperpanjang.

5.9. Kondisi Teknis dan Teknologis Pengembangan Kawasan BerbasisKomoditas Tebu

Berdasarkan hasil penelitian yang melibatkan aparat PG di lapangan(sinder dan mandor wilayah berasal dari PG Rendeng, Trangkil dan PakisBaru) dan petani pada tahun 2013, ditampilkan tingkat penerapan teknologiusahatani tebu. Beberapa teknologi yang perlu mendapat perhatian serius

Page 188: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah172

adalah adalah efektivitas pengendalian OPT, penggunaan bahan organik,penanganan pasca panen tebu, dan kesesuaian penggunaan varietas tebusesuai tipe kemasakan dan tipe lahan (Tabel 5.53).

Tabel 5.53. Tingkat Penerapan Teknologi pada Usahatani Tebu (%)

No Komponen Teknologi Pati Rembang Blora1 Kesesuaian penggunaan varietas tebu

sesuai tipe kemasakan dan tipe lahan58,89 45 30

2 Penggunaan benih berkualitas 67,41 50 253 Pengaturan populasi tanaman optimal 66,67 70 604 Pemupukan rasional 70,00 70 355 Penggunaan bahan organic 50,00 60 306 Penyiangan optimal 64,44 65 457 Pengelenthekan optimal 70,00 65 558 Frekwensi keprasan optimal 87,00 89 709 Efektivitas pengendalian OPT 37,99 45 5510 Pasca panen tebu 58,58 75 1511 Pengelolaan irigasi sesuai tipe lahan 67,78 60 4512 Pengelolaan tanah sesuai tipe lahan 61, 11 60 75Rata-Rata 63.52 62,80 45,00

Atas dasar pemetaan kebutuhan teknologi usahatani tebu, disusunteknologi yang perlu dikembangkan di lapangan. Namun demikian terdapatbeberapa faktor penghambat adopsi teknologi yang akan menghambat upayadiseminasi teknologi, sehingga diperlukan upaya tertentu (Tabel 5.54).

Tabel 5.54. Faktor Penentu Adopsi Teknologi pada Usahatani Tebu

No Teknologi Penghambat SerapanTeknologi

Pemacu SerapanTeknologi

1 Pewilayahan Varietas tebusesuai tipe kemasakanoptimal

Kebebasan berusahatanisesuai amanat UU BudidayaTanaman th 1992.

Jaminan peningkatanrendemen

2 Penggunaan varietas adaptifuntuk berbagai tipe lahan .

Keterbatasan Informasi VUB Sosialisasi melalui leafle.brosur dan demplot

2 Penggunaan varietas tebutahan kepras.

Keterbatasan Informasi VUB Sosialisasi melalui leaflet.brosur dan demplot

3 Penggunaan sistemmekanisasi panen

Harga mahal KKPE

4 Perbaikan sistem insentifkualitas tebu dan rendemen

Diterapkan secara rata-rata Diterapkan sesuaipencapaian individu

Berlanjut............

Page 189: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 173

No Teknologi Penghambat SerapanTeknologi

Pemacu SerapanTeknologi

5 Penggunaan bahan organic Status lahan sewa Insentif penggunaan bahan

organik.

6 Optimalisasi jarak tanam dan

populasi tebul.

Ketentuan baku PG terkait KSO

dan sistem mekanisasinya

Peningkatan keuntungan riil

dan modifikasi alsintannya.

7 Penggunaan sistem budidaya

tebu dengan pendekatan

mekanisasi.

Belum kompatibel dengan

sistem mekanisasi yang ada

Modifikasi alsintan

8 Penggunaan bibit berkualitas Keterbatasan sumber bibit Program aksi penyediaanbibit murah berkualitas

9 Penerapan SOP Pemupukan

Tebu

Kelangkaan tenaga kerja Mekanisasi pemupukan

10 Intensifikasi Pedhot oyot. Kelangkaan tenaga kerja Mekanisasi pedhot

11 Intensifikasi Klenthek. Kelangkaan tenaga kerja Varietas mudah diklenthek

12 PHT tebu. Keterbatasan pengetahuan

petani terkait PHT tebu

SL-PHT tebu

13 Perbaikan sistem perbenihantebu yang efisien.

Perencanaan tidak berjalan Integrasi perencanaandalam satu wilayah kerja

PG

14 Budidaya tebu dalam sistem

tumpangsari tebu + palawija

Keterbatasan informasi Denfarm

15 Pemrosesan pucuk tebu

dengan chopper modifikasi.

Keterbatasan informasi Denfarm

16 Perbaikan sistem insentif dan

prosedur kredit petani tebu.

Adanya kebijakan yang

kontradiktif

Jaminan kelayakan

finansial. sosial dankemudahan administrasi.

Tabel 5.54. (Lanjutan)

Teknologi untuk meningkatkan kapasitas produksi usahatani tebu danindustry gula dapat bersumber dari berbagai lembaga penelitian yang selamaini banyak menggeluti sistem usahatani tebu dan gula serta lembagapenelitian lain yang terkait (Tabel 5.55).

Page 190: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah174

Tabel 5.55. Kebutuhan dan Peluang Inovasi.

NO KebutuhanTeknologi

SumberTeknologi PELUANG INOVASI

1 Peningkatanrendemen

BPTP JatengBalittasP3GIBB Mektan

Pewilayahan Varietas tebu sesuai tipekemasakan optimalIntroduksi sistem mekanisasi panenPengembangan sistem insentif kualitastebu dan rendemen

2 PeningkatanProduktivitasTebu

BPTP JatengBalittasP3GIBB MektanPuslitbun

Introduksi varietas adaptif untuk berbagaitipe lahanIntroduksi penggunaan bahan organikIntroduksi jarak tanam dan populasioptimal.Introduksi varietas tebu tahan kepras.Introduksi sistem budidaya tebu denganpendekatan mekanisasi.Introduksi penggunaan bibit berkualitasIntroduksi SOP Pemupukan TebuIntroduksi Teknologi Pedhot oyot yangefisien.Introduksi Teknologi Klenthek yang efisien.Introduksi PHT tebu.Pembinaan penangkar bibit tebuIntroduksi sistem perbenihan tebu yangefisien.

3 PenunjangKeberhasilanUsahatani Tebu

BPTP Jateng Introduksi sistem tumpangsari tebu +palawijaIntroduksi mesin chopper modifikasi untukpemrosesan pucuk tebu sebagai pakan.

4 Antisipasi KondisiEksternal YangMerugikanUsahatani Tebu

KementanKemenperindagBMKGAPTRI/KPTR

Sinkronisasi kebijakan antar pemangkukepentingan terkait gula nasionalPengembangan sistem insentif danprosedur kredit petani tebu.

5.10. Kondisi Sumber Daya Manusia Pendukung PengembanganKawasan Berbasis Komoditas Tebu

Sumberdaya manusia merupakan faktor kunci dalam pencapaianproduksi tebu dan gula. Jumlah sumberdaya manusia pendukung merupakanperan lain yang mempengaruhi produksi secara tidak langsung. Merekaadalah para penyuluh yang memperkenalkan teknologi ke para petani. Tabel5.56, menyediakan informasi jumlah penyuluh di ketiga kabupaten dan di

Page 191: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 175

Jawa Tengah pada tahun 2014. Jumlah petugas yang menangani penyuluhanProvinsi Jawa Tengah pada tahun 2014 sejumlah 8.549 orang yang terdiri daripenyuluh petanian. perikanan dan kehutanan pemerintah maupun swasta.penyuluh THL-TB PP dan TKP/PLP TKP Tebu

Tabel 5.56. Jumlah Petugas yang Menangani Penyuluhan

Kabupaten Bidang Blora Rembang Pati JawaTengah

(.......................orang.............................)Penyuluh Pertanian 60 58 80 2.034

Perikanan 0 16 18 273Kehutanan 27 13 28 592

Penyuluh Swadaya Pertanian 127 52 80 2.034Perikanan 0 20 113 273Kehutanan 0 86 50 592

THL-TBPP 79 88 33 2.582TKP & PLP-TKP Tebu 7 11 8 269

Sumber data : Setbakorluh Prov. Jateng 2014 dan Dinbun Jateng 2014Catatan:TKP=tenaga kontrak pendampingPLP-TKP=petugas lapang pembantu-tenaga kontrak pendampingTHL-TBPP=tenaga harian lepas-tenaga bantu penyuluh pertanian.

Penyuluh THL-TB PP jumlahnya paling banyak yaitu 2.583 orang yangmenangani berbagai komoditas pertanian. Sementara itu,petugas TKP/PLP-TKP perkebunan yang hanya menangani komoditas tebu jumlahnya hanya169 orang. Hal tersebut tidak sebanding dengan jumlah patani dan lahan tebudi Jawa Tengah.

Kabupaten Blora memiliki penyuluh 300 orang dan jumlah desa diKabupaten Blora 295 desa. Hal ini berarti dalam 1 Desa rata-rata hanya ada 1penyuluh. Kabupaten Rembang memiliki 344 penyuluh dengan jumlah desa294 desa. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata 1 desa hanya terdapat 1orang penyuluh. Kabupaten Pati memiliki 410 penyuluh dengan jumlah desa406 hal ini menunjukkan bahwa rata-rata 1 desa hanya ada 1 penyuluh.

Analisis terhadap data eksisting tahun 2014 ini mengindikasikanbahwa masih diperlukan penambahan jumlah penyuluh khusus menanganitanaman tebu. Penyuluh perlu tersedia di setiap desa minimal satu, untuk itu

Page 192: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah176

perlu direncanakan pola dan cara perekrutan disesuaikan dengan kebijakanpendanaan yang ada.

Selain itu sumberdaya pendukung lainnya adalah penangkar benihtebu. Pengamatan di lapangan menunjukan bahwa ada beberpa petani yangberupaya melakukan penangkaran. Namun, jumlah personal yang berperanpenangkar belum terdata dengan baik. Penangkar ini penting karena berperandalam menyediakan benih tebu yang baik untuk kegiatan tanam baru. Benih-benih hasil penangkar ini perlu dilakukan sertifikasi sehingga memenuhikualitas standar yang diperlukan.

SDM lainnya adalah petugas pemantau rendemen yang berperandalam melakukan pengukuran rendemen. Para petugas ini dibentuk dalamsuatu tim yang mewakili unsur-unsur pemerintah/dinas,petani dan pabrik

gula. Data detil tentang sumberdaya manusia ini belum terdata dengan baikdan memerlukan pengembangan dan pengelolaan dimasayang akan datang.Tugasnya pun harus diperlebar menjadi monitoring rendeman untuk setiaptebu yang masuk ke pabrik gula.

5.11. Kondisi Dan Implementasi Kebijakan Pendukung PengembanganKawasan Berbasis Komoditas Tebu

Bahwa dalam rangka mendukung pengembangan kawasan berbasiskomoditas tebu di Jawa Tengah; Pemerintah (pusat/daerah) telahmenerbitkan kebijakan peraturan perundang-undangan antara lain sbb :1. Undang-Undang N0. 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman

(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 46. Tambahan Lembaran NegaraNomor 3478);

2. Undang-UndangNomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan (Lembaran Negara

Tahun 1996 Nomor 99. Tambahan Lembaran Negara Nomor 3656);3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125. Tambaha Lembaran NegaraNomor 4437);

Page 193: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 177

4. Undang-Undang nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang(Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 68. Tambahan Lembaran NegaraNomor 4725);

5. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan LahanPertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor149. Tambahan Lembaran Negara Nomor 5068);

6. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013. Perlindungan dan PemberdayaanPetani (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 131.Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 543);

7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemeruntah Daerah(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244. TambahanLembaran Negara Nomor 4488);

8. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 38. Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 5613);

9. Peraturan PemerintahNomor 6 Tahun 1995 tentang PerlindunganTanaman (Lembaran Negara republic Indonesia Tahun 1995. Nomor 12.Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3586);

10.Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995 tentang PerbenihanTanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995. Nomor 85.Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3616);

11.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2001 tentangAlat dan Mesin Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2001 Nomor 147);

12.Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatandan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011 – 2025sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan EkonomiIndonesia 2011 – 2025;

Page 194: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah178

13.Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2008 tentangOrganisasi Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Jawa Tengah (LembaranDaerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 Nomor 6 Seri D Nomor 2.Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 12);

14.Peraturan Gubernur Nomor 79 Tahun 2008. tentang Penjabaran TugasPokok. Fungsi dan Tata Kerja Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah(Berita Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 Nomor 79).sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Gubernur Jawa TengahNomor 85 Tahun 2011 tentang Penjabaran Tugas Pokok. Fungsi dan TataKerja Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah (Berita Daerah ProvinsiJawa Tengah 2011 Nomor 85);

15.Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor

46/Kpts/PD.300/I/2015. tangal 16 Januari 2015 tentang PenetapanKawasan PerkebunanNasional;

16.Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 525/65 Tahun 2015. tanggal 19Nopember 2015. tentang Pembentukan Tim Pembina dan Tim TeknisRencana Induk (Masterplan) Pengembangan Kawasan Komoditas Tebu diProvinsi Jawa Tengah Tahun 2015;

17.PeraturanMenteri Pertanian Republik Indonesia Nomor06/Permentan/SR.130/2/2011. tanggal 14 Pebruari 2011. tentangPetunjuk Pelaksanaan penyusunan Rencana Definitif Kebutuhan KelompokTani (RDKK) Pupuk Bersubsidi.

Pemerintah Provinsi JawaTengah sangat komitmen terhadappembangunan pengembangan komoditas tebu. Sebagai wujud kesungguhanPemerintah Provinsi Jawa Tengah, maka produksi tebu menjadi salah satuindikator kinerja Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang tertuang dalamRencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi JawaTengah Tahun 2013 – 2018. Dengan demikian perkembangan produksi tebudi Jawa Tengah merupakan salah satu tolok ukur kinerjakeberhasilan programpembangunan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah

Page 195: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 179

Implementasi komitmen Pemerintah Provinsi Jawa Tengah terhadappengembangan tebu telah ditetapkan target produksi tebu di Jawa Tengahsetiap tahun tertuang dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)Provinsi Jawa Tengan mulai tahun 2013 – 2018 dengan Tabel 5.57, sebagaiberikut:

Tabel 5.57. Indikator Kinerja Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengahyang Mengacu Tujuan dan Sasaran RPJMD

No IndikatorSasaran Satuan

Target Kinerja KondisiKinerjaPadaAkhir

RPJMD2014 2015 2016 2017 2018

(1) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)1 Jumlah

produksi tebuTon 5.125.500 5.228.010 5.332.570 5.439.222 5.548.006 5.548.006

Guna mewujudkan pencapaian produksi gula di Jawa Tengah, makatarget produksi tebu menjadi tujuan dan sasaran jangka menengah pelayananDinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah yang tertuang dalam Rencana

Strategis (Renstra) Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 -2018 sesuai Tabel 5.58, sebagai berikut:

Tabel 5.58. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Pelayanan DinasPerkebunan Provinsi Jawa Tengah

Tujuan Sasaran IndikatorTarget Kinerja Sasaran Pada Tahun

2014 2015 2016 2017 2018MeningkatkanProduksi DanProduktifitasKomoditasUnggulanPerkebunanJawa Tengah.UtamanyaTebu DalamMendukungPencapaianSwasembadaGula Nasional.

Meningkatnya ProduksiDanProduktivitasKomoditasTebu SertaTerpenuhinya Kebutuhan90% GulaBerbasisTebu Di JawaTengah.

ProduksiTebu (Ton)

5.125.500 5.228.010 5.332.570 5.439.222 5.548.006

Page 196: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah180

Dengan diterbitkannya Keputusan Menteri Pertanian RepublikIndonesia Nomor 46/Kpts/PD.300/I/2015, tangal 16 Januari 2015 tentangPenetapan Kawasan Perkebunan Nasional. Jawa Tengah ditetapkan sebagailokasi pengembangan kawasan perkebunan nasional untuk komoditas tebu diKabupaten Pati, Rembang dan Blora.Maka Pemerintah Provinsi Jawa Tengahmerespon positif dan antusias dalam pengembangan kawasan tebu di JawaTengah dan hal tersebut sangat didukung oleh Pemerintah Kabupaten Pati,Rembang dan Blora.

Selain itu Masterplan pengembangan kawasan komoditas tebu jugadidukung oleh stakeholder terkait, yakni : DPD APTRI Jawa Tengah, DPCAPTRI Kabupaten Pati, DPC APTRI Kabupaten Rembang dan DPC APTRIKabupaten Blora. Pabrik Gula yang berada di wilayah Kabupaten Pati.

Kabupaten Rembang dan Kabupaten Blora yaitu PG. Rendeng di Kudus, PG.Pakis Baru di Pati, PG. Trangkil di Pati dan PG Gendis Multi Manis di Blora.

Bentuk komitmen nyata keberpihakanBapak Gubernur terhadap parapetani tebu di Jawa Tengah. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dengan tegasmelarang bongkar impor gula rafinasi di pelabuhan Jawa Tengah danmelarang pabrik gula melakukan pengolahan gula rafinasi bersamaan denganjadwal musim giling tebu ( bulan Mei s/d Oktober), agar tebu petanisemuanya dapat tergiling di Pabrik Gula.

Terdapat beberapa kebijakan yang dapat menghambat pengembanganproduksi tebu dalam masyarakat sebagai berikut:

1. Terbitnya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 tentang

Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011.tentang Pedoman Pemberian Hibah dan BantuanSosial yang bersumberdari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pada: pasal 24 ayat 1 huruf c bahwa :pemberian bantuan sosial bersifat

sementara dan tidak terus menerus, kecuali dalam keadaan tertentudapat berkelanjutan;

pasal 24 ayat 4bahwa: kriteria bersifat sementara dan tidak terus

menerus sebagaimana dimakdud pada ayat 1 huruf c diartikan bahwa

Page 197: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 181

pemberian bantuan sosial tidak wajib dan tidak harus diberikan setiaptahun anggaran.

Berkenaan dengan pasal sebagaimana tersebut diatasdipersepsikan oleh petani bahwa kelompok tani yang telah menerimabantuan sosial tidak boleh menerima kembali bantuan pada tahunberikutnya. sehingga adanya bantuan bansos untuk bongkar ratoo, rawatratoon dan ekstensifikasi dari Kementerian Pertanian yang berupaya untukmeningkatkan produksi dan produktivitas tebu bagi masyarakat, berupabantuan bansos tersebut tidak berani diterima.

2. Undang-Undang Replublik Indonesia Nomor 23 tahun 2014. tentangPemerintah Daerahpasal 298 ayat 5 huruf d bawa: belanja hibah dapatdiberikan kepada badan, lembaga, dan organisasi kemasyarakatan yangberbadan hukun Indonesia.

Berdasarkan kondisi riil yang ada di lapangan saat ini, bahwakelompok tani penerima bantuan hibah adalah kelompok yang telahmengajukan proposal atau e-proposal akan tetapisebagian besarbelumberbadan hukum sebagaimana yang dipersyaratkan oleh Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014. Sehingga dengan diberlakukannyaUndang-Undang Nomor 23 tahun 2014 sebagaimana tersebut akanberdampak pada:a. Membebani Kelompok Tani berkenaan dengan biaya dan waktu, guna

mengajukan proses badan hukum melalui Notaris dan selanjutnyaharus terdaftar pada Kementerian Hukum dan HAM

b. Program pemerintah dalam upaya meningkatkan produksi danproduktivitas tebu tidak akan tercapai karena bantuan kepada yangterlanjur sudah dianggarkan tidak tersalurkan dan tidak terserap.

3. Pengambil-alihan wewenang pembinaan terhadap PT. Perkebunan

(Persero), dari Kementerian Pertanian ke Kementerian BUMN sangatmempengaruhi pengembangan tebu di masyarakat, utamanya pada PabrikGula yang langsung bermitra dengan para petani tebu di Jawa Tengah

Page 198: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah182

dimana terdapat permasalahan yang krusial yang sampai saat ini belumada titik penyelesaian, yakni penentuan rendemen tebu oleh Pabrik Gulaterhadap tebu petani yang diproses giling melalui Pabrik Gula.Hal hal lainyang menyebabkan masih rendahnya capaian rendemen di Pabrik Gulayaitu kondisi sarana peralatan Pabrik Gula di PTPN yang sudah cukup tuasehingga kondisi mesin/alat tidak mampu bekerja secara optimal.

Upaya tindak lanjut kebijakan yang perlu dilakukan olehPemerintah (Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota) dalam rangkameningkatkan produksi dan produktivitas tebu di masyarakat,antara lainsebagai berikut:1. Perlu ditinjau kembali utamanya pada pasal 24 pada ayat 1 huruf c

dan ayat 4, agar tidak menimbulkan multi tafsir yang berkibat

merugikan petani karena adanya celah multi tafsir ini banyak petaniyang takut berhadapan dengan aparat penegak hukum;

2. Dengan telah diberlakukannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun2014, maka Pemerintah secepatnya memfasilitasi dalam bentukkegiatan sosialisasi terhadap tentang hibah kepada masyarakat.proses pengajuan berbadan hukum oleh kelompok tani dan biayaproses pengajuan erbadan hokum

3. Mengembalikan pembinaan terhadap Pabrik Gula dibawahKementerian Pertanian agar proses revitalisasi benar benar menjadiprioritas dan dapat cepat direalisasikan.

5.12. Gambaran Umum Perkembangan Perkebunan Komoditas TebuPada Wilayah Lokasi PengembanganKawasan Berbasis KomoditasTebu

5.12.1. Perkembangan Luas Perkebunan Tebu di Provinsi Jawa TengahMenurut Pengusahaan dan Keadaan Tanaman

Luas area perkebunan tebu seluruh Provinsi Jawa Tengah pada tahun2013 yang tersebar di 29 kabupaten seluas 75.135.4 ha. Areal perkebunantebu per wilayah kabupaten bila diurutkan dari kabupaten terluas adalahsebagai berikut: 1. Kabupaten Pati (10.420 ha); 2. Kabupaten Sragen (10.420ha); 3. Kabupaten Rembang (8.641 ha); 4. Kabupaten Kudus (5.851 ha);

Page 199: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 183

5.Kabupaten Tegal (4.929 ha); 6. Kabupaten Blora (3.030 ha) dan 7. Brebes(2.868 ha). Dengan demikian Kabupaten Pati . Rembang dan Blora termasukdalam 6 besar wilayah terluas perkebunaan tebu di Jawa Tengah. Trendpekembangan tanaman tebu secara keseluruhan di wilayah Provinsi Jawamenunjukan adanya penurunan luasan. namun untuk ketiga wilayahkabupaten tersebut cenderung adanya peningkatan luas. Dalam Masterplanpengembangan tanaman tebu di 3 kabupaten dilakukan secara intensifikasidan ektensifikasi. Pengembangan secara ektensifikasi diarahkan pada arealtegalan (pertanian lahan kering) sekurang-kurangnya 30% diwilayah tegalan.

5.12.2. Perkembangan Produksi Perkebunan Tebu di Provinsi JawaTengah Menurut Pengusahaan

Produksi tebu di Propinsi Jawa tengah pda tahun 2013 sebsar5.576.735 ton yang berasal dari 29 kabupaten. Bila diurutkan dari Kabupatenyang produksinya paling tinggi adalah sebagai berikut: 1.Kabupaten Pati(1.353.752 ton); 2. Rembang (640.784 ton); 3. Sragen (767.630 ton);4.Kudus (426.835 ton); 5. Blora (219.780 ton). Trend produksi tebu secarakeseluruhan di wilayah propisni maupun per wilayah kabupaten cenderungmenunjukan aadnya penurunan produksi, karena luas area tanam semakinberkurang. Produksi tebu di Kabupaten Pati, Rembang dan Blora termasukdalam 6 besar produksi tebu di Jawa Tengah, inovasi teknologi danpengelolaan lahan yang baik produksi tebu di Jawa tengah khususnya di 3wilayah kabupaten tersebut dapat ditingkatkan.

5.12.3. Perkembangan Produktivitas Perkebunan Tebu di Provinsi JawaTengah Menurut Pengusahaan

Rata-rata produktivitas tanaman tebu di provinsi Jawa Tengah sekitar74.22 ton/ha. Produktivitas tanaman tertinggi berada di Kabupaten Purworejo(94.64 ton/ha) dan terendah berada di Kabupaten Brebes (69.09 ton/ha).Produktivitas tanaman tebu di Kabupaten Pati, Rembang dan Blora berturut-turut sebesar 76.46 ton/ha. 74.16 ton/ha dan 72.53 ton/ha.Secara umumtrend produktivitas tanaman tebu per kabupaten cukup bervariasi (adapeningkatan dan penurunan produksi per wilayah kabupaten), namun pada

Page 200: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah184

ketiga wilayah/kawasan kabupaten tersebut menunjukan adanya peningkatanproduktivitas tanaman. Diharapkan produktivitas tanaman tebu di kawasanpengembangan dapat dapat ditingkatkan sekurang-kurangnya 10% dariproduktivitas saat ini dengan cara peningkatan efisiensi pemupukan danpengelolaan lahan serta perbaikan sarana irigasi.

5.12.4. Potensi Keterkaitan Kawasan Perkebunan Berbasis KomoditasTebu Dengan Kawasan Lain

Kawasan perkebunan berbasis komoditas Tebu juga harus menjadimendukung untuk pengembangan kawasan pengembangan komoditaspertanian lainnya terutama yang berkaitan dengan pemantapan ketahananpangan. Dengan demikian area potensial untuk pengembangan tebu di suatuwilayah sebagian arealnya harus diarahkan untuk usaha pemantapanketahanan antara lain untuk area pengembangan tanaman padi, kedelai danjagung.Pengembangan komoditas tebu diarahkan pada lahan kering(tegalan), sedangkan pada areal sawah diarahkan untuk pengembangankomoditas pangan.

Tabel 5.59. Luas Areal dan Produktivitas dan Produksi Tebu MenurutKabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2013

No. Kabupaten Areal (Ha) Produktivitas(ton/ha) Produksi (ton)

1. Brebes 2.868.39 69.09 198.169.642. Tegal 4.929.30 72.84 359.0603. Pemalang 2.553.61 72.00 183.350.604. Pekalongan 2.113.16 74.29 156.990.885. Batang 1.500.96 71.59 107.453.876. Kendal 385.06 74.70 28.765.807. Kota Semarang 144.95 71.02 10.294.658. Kab. Semarang 365.00 72.67 26.523.879. Demak 42.10 72.61 3.056.9510. Grobogan 1.606.00 71.76 115.240.0011. Kudus 5.851.41 72.95 426.835.9212. Rembang 8.641.00 74.16 640.784.0613. Jepara 2.879.91 73.27 210.998.0114. Pati 17.704.91 76.46 1.353.752.25

Berlanjut.......

Page 201: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 185

No. Kabupaten Areal (Ha) Produktivitas(ton/ha) Produksi (ton)

15. Blora 3.030.19 72.53 219.780.1116. Sragen 10.420.63 73.66 767.630.6017. Karanganyar 2.241.02 71.98 161.298.5018. Boyolali 510.38 72.04 36.769.9719. Sukoharjo 1.126.37 71.54 80.575.3020. Wonogiri 1.182.00 72.40 85.572.1121. Klaten 1.316.86 70.46 92.782.4322. Magelang 689.18 91.12 62.799.8723. Temanggung 209.48 80.00 16.759.324. Purworejo 662.08 94.64 62.661.0025. Kebumen 158.28 79.07 12.515.3026. Banjarnegara 179.18 72.38 12.969.3527. Banyumas 155.00 72.99 11.312.7628. Purbalingga 1.620.00 78.93 127.871.5029. Cilacap 50.000 73.23 3.661.51Total 75.136.40 74.22 5.576.735.77

Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah. 2013

Gambar 5-28. Peta Produksi Tebu Kabupaten Pati, Rembang dan Blora Tahun 2013

Page 202: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah186

Tabel 5.60. Luas Areal dan Produktivitas dan Produksi Tebu MenurutKabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2014

No. Kabupaten Areal (Ha) Produktivitas(ton/ha) Produksi (ton)

1. Brebes 2.751.49 72.40 199.199.992. Tegal 5.458.66 72.85 397.628.203. Pemalang 2.390.24 71.78 171.562.364. Pekalongan 2.567.89 74.97 192.512.245. Batang 1.385.43 71.07 98.463.296. Kendal 529.84 72.77 38.554.077. Kota Semarang 173.54 72.27 12.541.748. Kab. Semarang 391.00 72.38 28.302.009. Demak 41.10 74.18 3.048.8510. Grobogan 1.606.00 72.59 116.579.5411. Kudus 5.957.96 73.24 436.345.7912. Rembang 9.016.00 74.07 667.778.9813. Jepara 2.755.69 89.95 247.866.6214. Pati 17.194.53 74.79 1.285.994.4015. Blora 3.844.52 73.89 284.058.8616. Sragen 9.024.53 74.28 670.336.8717. Karanganyar 2.206.09 73.65 162.474.7018. Boyolali 315.10 74.51 23.479.3019. Sukoharjo 1.052.08 73.11 76.914.1420. Wonogiri 1.200.00 74.09 88.902.0021. Klaten 1.051.54 73.36 77.135.9722. Magelang 782.67 74.71 58.469.5923. Temanggung 214.98 73.48 15.796.7324. Purworejo 687.36 76.81 52.794.9725. Kebumen 188.75 74.68 14.096.4026. Banjarnegara 269.77 72.45 19.544.3527. Banyumas 150.00 79.78 11.967.1428. Purbalingga 1.417.05 75.78 107.383.5029. Cilacap 12.60 72.63 915.11Total 74.636.40 74.50 5.560.701.69

Tabel 5.60 (Lanjutan)Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah. 2014

Page 203: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 187

Gambar 5-29. Peta Produksi Tebu Kabupaten Pati, Rembang dan Blora Tahun 2014

Tabel 5.61. Luas Areal, Produktivitas dan Produksi Tebu MenurutKecamatan di Kabupaten Pati Tahun 2013

No. Kecamatan Areal (Ha) Produktivitas(ton/ha)

Produksi Tebu(ton)

1. Margoyoso 951.20 76.74 72.994.502. Trangkil 1.971.37 76.51 150.828.723. Wedarijaksa 1.633.16 76.33 124.654.134. Tlogowungu 1.023.77 76.42 78.236.535. Gembong 816.81 77.16 63.026.796. Margorejo 1.639.24 75.95 124.498.697. Juwana 206.72 76.11 15.734.508. Pati 1.040.48 76.10 79.176.619. Gabus 688.93 76.04 52.388.4610. Tambakromo 590.12 76.40 45.084.4811. Kayen 706.69 76.24 53.875.4812. Pucakwangi 473.95 76.63 36.320.8713. Winong 252.15 75.56 19.051.7914. Sukolilo 240.52 75.84 18.241.1115. Tayu 584.77 76.67 44.835.0116. Jakenan 788.52 76.78 60.541.4017. Batangan 903.39 77.23 69.770.0518. Jaken 2.286.34 76.55 175.021.4919. Dukuhseti 553.73 77.05 42.663.4120. Gunung wungkal 244.52 75.83 18.542.5921. Cluwak 108.52 76.17 8.265.67Total 17.704.91 76.46 1.353.752.25

Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah. 2013

Page 204: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah188

Gambar 5-30. Peta Produksi Tebu Kabupaten Pati Tahun 2013

Tabel 5.62. Luas Areal, Produktivitas dan Produksi Tebu MenurutKecamatan di Kabupaten Pati Tahun 2014

No. Kecamatan Areal (Ha) Produktivitas(ton/ha)

Produksi Tebu(ton)

1. Margoyoso 951.20 74.49 70.851.692. Trangkil 1.971.37 74.79 147.434.173. Wedarijaksa 1.633.16 74.61 121.848.664. Tlogowungu 1.023.77 74.70 76.475.735. Gembong 816.81 75.43 61.608.316. Margorejo 1.639.24 74.24 121.696.727. Juwana 105.50 71.85 7.579.988. Pati 662.63 73.05 48.404.769. Gabus 688.93 74.33 51.209.4010. Tambakromo 590.12 74.68 44.069.8111. Kayen 706.69 74.52 52.662.9512. Pucakwangi 473.95 74.91 35.503.4313. Winong 252.15 73.86 18.623.0114. Sukolilo 240.52 74.13 17.830.5815. Tayu 584.77 74.95 43.825.9516. Jakenan 788.52 75.05 59.178.8617. Batangan 872.46 78.17 68.199.8118. Jaken 2.286.34 74.83 171.082.4519. Dukuhseti 553.73 75.31 41.703.2320. Gunung wungkal 244.54 74.12 18.125.2721. Cluwak 108.12 74.73 8.079.64Total 17.194.53 74.79 1.285.994.40

Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah. 2014

Page 205: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 189

Gambar 5-31. Peta Produksi Tebu Kabupaten Pati Tahun 2014

Tabel 5.60 dan 5.61 serta Gambar 5-30 dan 5-31 menunjukkan bahwaKecamatan Jaken, Trangkil, Wedarijaksa dan Margorejo pada tahun 2013 dan2014 merupakan kecamatan dengan produksi tebu di atas 100.000 ton, danmemberikan kontribusi nyata bagi produksi tebu di Kabupaten Pati.Kecamatan Pati, Tlogowungu. Magoyoso, Batangan, Gembong, Jakenan,Kayen dan Gabus adalah kecamatan berikutnya yang juga nyata berkontribusiterhadap produksi tebu di Kabupaten Pati.

Page 206: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah190

Tabel 5.63 Luas Areal, Produktivitas dan Produksi Tebu MenurutKecamatan di Kabupaten Rembang Tahun 2013

No. Kecamatan Areal (Ha) Produktivitas(ton/ha)

Produksi Tebu(ton)

1. Sumber 1.101 73.87 81.327.042. Bulu 710 74.78 53.093.003. Gunem 568 74.54 42.341.004. Sale 456 74.46 33.955.005. Sarang 552 74.63 41.216.006 Sedan 304 74.25 22.572.007. Pamotan 2.440 73.96 180.463.008. Sulang 912 74.01 67.500.009. Kaliori 271 74.35 20.150.0010. Rembang 438 74.00 32.413.0011. Pancur 642 73.94 47.467.0012. Kragan 247 74.04 18.287.0013. Sluke - - -14. Lasem - - -Total 8.641.30 74.15 640.784.06

Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah. 2013

Gambar 5-32. Peta Produksi Tebu Kabupaten Rembang Tahun 2013

Page 207: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 191

Tabel 5.64 Luas Areal, Produktivitas dan Produksi Tebu MenurutKecamatan di Kabupaten Rembang Tahun 2014

No. Kecamatan Areal (Ha) Produktivitas(ton/ha)

Produksi Tebu(ton)

1. Sumber 1.248.00 75.07 93.687.362. Bulu 361.00 73.91 26.681.513. Gunem 296.00 75.26 22.276.964. Sale 139.00 69.61 9.675.795. Sarang 146.00 70.65 10.314.906 Sedan 186.00 74.93 13.936.987. Pamotan 3.026.00 74.13 224.317.388. Sulang 2.094.00 73.91 154.767.549. Kaliori 217.00 72.89 15.817.1310. Rembang 484.00 75.82 36.696.8811. Pancur 632.00 73.06 46.173.9212. Kragan 114.00 74.78 8.524.9213. Sluke 6.00 69.45 416.7014. Lasem 67.00 67.03 4.491.01Total 9.016.00 74.07 667.778.98

Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah. 2014

Gambar 5-33. Peta Produksi Tebu Kabupaten Rembang Tahun 2014

Page 208: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah192

Tabel 5.63 dan 5.64 serta Gambar 5-32 dan 5-33 menunjukkan bahwaKecamatan Pamotan, Sumber dan Sulang pada tahun 2013 dan 2014merupakan kecamatan yang memberikan kontribusi nyata bagi produksi tebudi Kabupaten Rembang. Kecamatan Bulu, Pancur, Rembang dan Gunemadalah kecamatan urutan berikutnya yang juga nyata berkontribusi terhadapproduksi tebu di Kabupaten Rembang.

Tabel 5.65. Luas Areal, Produktivitas dan Produksi Tebu MenurutKecamatan di Kabupaten Blora Tahun 2013

No. Kecamatan Areal (Ha) Produktivitas(ton/ha)

Produksi Tebu(ton)

1. Jati 211.00 71.37 15.060.002. Randublatung 336.00 71.07 23.880.003. Cepu 113.87 70.60 8.039.434. Sambong 147.00 71.68 10.536.505. Jiken 93.57 71.70 6.709.436 Bogorejo 61.00 70.93 4.326.507. Jepon 158.50 70.63 11.195.568. Blora 38.00 70.89 2.694.009. Banjarejo 143.00 74.11 10.597.5010. Tunjungan 286.75 73.75 21.147.5511. Japah 162.00 72.04 11.670.2512. Ngawen 121.00 73.67 8.914.1013. Kunduran 614.00 73.79 45.308.0014. Todanan 109.00 73.55 8.016.5015. Kedungtuban 63.00 73.10 4.605.5116. Kradenan 372.50 72.70 27.079.29Total 3.030.19 72.53 219.780.11

Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah. 2013

Page 209: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 193

Gambar 5-34. Peta Produksi Tebu Kabupaten Blora Tahun 2013

Tabel 5.66. Luas Areal. Produktivitas dan Produksi Tebu MenurutKecamatan di Kabupaten Blora Tahun 2014

No. Kecamatan Areal (Ha) Produktivitas(ton/ha)

Produksi Tebu(ton)

1. Jati 311.00 68.69 21.362.592. Randublatung 409.50 76.09 31.158.863. Cepu 96.87 59.88 5.800.584. Sambong 147.00 61.47 9.036.095. Jiken 105.57 70.27 7.418.406. Bogorejo 119.00 54.42 6.475.987. Jepon 216.98 64.64 14.025.598. Blora 97.00 80.26 7.785.229. Banjarejo 208.00 82.17 17.091.3610. Tunjungan 355.60 66.93 23.800.3111. Japah 233.00 80.14 18.672.6212. Ngawen 136.50 67.63 9.231.5013. Kunduran 780.00 79.48 61.994.4014. Todanan 198.00 75.26 14.901.4815. Kedungtuban 62.00 78.54 4.869.4816. Kradenan 368.50 82.59 30.434.42Total 3.844.52 73.89 284.058.86

Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah. 2014

Page 210: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah194

Gambar 5-35. Peta Produksi Tebu Kabupaten Blora Tahun 2014

Kecamatan Kunduran, Randublatung dan Kradenan pada tahun 2013dan 2014 seperti ditunjukkan oleh Tabel 5.65 dan 5.66 serta Gambar 5-34dan 5-35 merupakan kecamatan yang memberikan kontribusi nyata bagiproduksi tebu di Kabupaten Blora. Kecamatan Tunjungan, Jati, Japah, Jepon,Banjarejo, Sambong dan Todanan adalah kecamatan urutan berikutnya yangjuga nyata berkontribusi terhadap produksi tebu di Kabupaten Blora.

Page 211: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 195

6.1. Analisis Ketersediaan dan Kesesuaian Lahan serta Agroklimatuntuk Pengembangan Kawasan dan Perluasan Areal

Usaha intensifikasi untuk pengembangan kawasan perkebunan tebu diKabupaten Pati, Rembang dan Blora masih dapat dilakukan. Faktor-faktorpendorong intensifikasi terdiri dari penguasaan teknis budidaya danmanajemen usaha tani serta ketersediaan sumber daya petugas dan petani,sarana produksi (bibit, pupuk, pestisida/obat-obatan), dukungan alat danmesin pertanian, infrastruktur penunjang terutama tanah/lahan dan air,ketersediaan teknologi pasca panen, jenis, volume dan nilai produk yangdipasarkan, serta dukungan kebijakan pemerintahan pusat dan daerah.

Di Kabupaten Pati intensifikasi tanaman tebu potensial dilakukan padalahan sawah dan lahan kering/tegalan yang saat ini sudah ditanami tebu dantermasuk dalam kawasan pengembangan tebu. Luas total lahan intensifikasitebu di Kabupaten Pati seluas 11.158,96 ha dan pada lahan kering/tegalanseluas 7.102,03 ha. Lahan intensifikasi tersebut tersebar di Kecamatan

Batangan (sawah 875,25 ha; lahan kering/tegalan 83,47 ha), Dukuhseti(215,05 ha; 204,74 ha), Gabus (799,59 ha; 59,85 ha), Gembong (365,18 ha;637,69 ha), Gunungwungkal (257,87 ha; 208,50 ha), Jaken (1.009,56 ha;910,06 ha), Jakenan (482,78 ha; 342,40 ha), Juwana (264,83 ha; 134,79 ha),Kayen (951,10 ha; 274,24 ha), Margorejo (1.003,16 ha; 994,80 ha),Margoyoso (535,68 ha; 227,63 ha), Pati (1.063,86 ha; 67,10 ha), Pucakwangi(1.197,27 ha; 596,29 ha), Sukolilo (226,80 ha; 3,84 ha), Tambakromo(280,23ha; 40,55 ha), Tayu (253,17 ha; 285,35 ha), Tlogowungu (364,06 ha;1.058,47 ha), Trangkil (140,87 ha; 563,60 ha), Wedarijaksa (498,97 ha;289,59 ha) dan Winong (373,67 ha; 119,05 ha).

Lahan intensifikasi tebu di Kabupaten Rembang adalah pada lahansawah dan lahan kering/tegalan yang sekarang ini sudah ditanami tebu dan

BAB VI. POTENSI PENGEMBANGAN KAWASANPERKEBUNAN BERBASIS KOMODITAS TEBU

Page 212: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah196

termasuk sebagai kawasan pengembangan tebu. Luas total lahan intensifikasitebu di Kabupaten Rembang seluas 5.235,66 ha dan pada lahankering/tegalan seluas 7.7017,44 ha. Lahan intensifikasi tersebut tersebar diKecamatan Bulu (sawah 399,68 ha; lahan kering/tegalan 247,86 ha), Gunem(135,54 ha; 197,47 ha), Kaliori (301,04 ha; 3,55 ha), Kragan (60,23 ha;139,26 ha), Pamotan (466,84 ha; 1.965,73 ha), Pancur (127,39 ha; 713,31ha), Rembang (525,14 ha; 250,52 ha), Sale (53,95 ha; 49,03 ha), Sarang(188,89 ha; 183,04 ha), Sedan (87,03 ha; 341,47 ha), Sulang (807,92 ha;2.421,35 ha) dan Sumber (2.082,02 ha; 504,86 ha).

Lahan intensifikasi tebu di Kabupaten Blora adalah pada lahan sawahdan lahan kering/tegalan yang sekarang ini sudah ditanami tebu dantermasuk sebagai kawasan pengembangan tebu. Luas total lahan intensifikasi

tebu di Kabupaten Blora seluas 4.605,74 ha dan pada lahan kering/tegalanseluas 2.445,09 ha. Lahan intensifikasi tersebut tersebar di KecamatanBanjarharjo (sawah 503,22 ha; lahan kering/tegalan 164,94 ha), Bogorejo(224,38 ha; 248,92 ha), Cepu (130,03 ha; 4,68 ha), Japah (246,92 ha; 192,05ha), Jati (126,90 ha; 57,52 ha), Jepoh (170,84 ha; 58,02 ha), Jiken (202,29ha; 10,86 ha), Kedungtuban (81,03 ha; 50,16 ha), Kunduran (856,90 ha;695,50 ha), Randublatung (552,44 ha; 249,69 ha), Sambong (306,27 ha;223,94 ha), Todanan (128,13 ha; 170,07 ha) dan Tunjungan (1.076,40 ha;318,75 ha).

Usaha ekstensifikasi untuk pengembangan kawasan perkebunan tebudi Kabupaten Pati, Rembang dan Blora dapat dilakukan denganmengoptimalkan pemanfaatan lahan kering/tegalan yang selama initidak/belum pernah ditanami tebu. Potensi lahan kering/tegalan untukekstensifikasi tanaman tebu di Kabupaten Pati seluas 5.177,73 ha. Lahantersebut tersebar di Kecamatan Batangan 83,47 ha, Dukuhseti 146,25 ha,Gabus 59,85 ha, Gembong 455,49 ha, Gunungwungkal 148,93 ha, Jaken650,04 ha, Jakenan 244,57 ha, Juwana 96,28 ha, Kayen 195,88 ha, Margorejo710,57 ha, Margoyoso 162,59 ha, Pati 111,83 ha, Pucakwangi 425,92 ha,

Page 213: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 197

Sukolilo 2,75 ha, Tambakromo 28,97 ha, Tayu 203,82 ha, Tlogowungu 756,05ha, Trangkil 402,57 ha, Wedarijaksa 206,85 ha, dan Winong 85,03 ha.

Lahan yang potensial untuk ekstensifikasi tanaman tebu di KabupatenRembang diarahkan di wilayah Kabupaten Rembang bagian timur seperti diKecamatan Kragan, Lasem, Sale, Sarang, Sedang dan Sluke. Potensi lahankering/tegalan untuk ekstensifikasi tanaman tebu di Kabupaten Rembangseluas 5.196,38 ha. Lahan tersebut tersebar di Kecamatan Kragan 992,98 ha,Lasem 567,97 ha, Sale 757,62 ha, Sarang 708,08 ha, Sedan 1.497,54 ha danSluke 672,18 ha. Sementara itu potensi lahan kering/tegalan untukekstensifikasi tanaman tebu di Kabupaten Blora seluas 3.492,98 ha. Lahantersebut tersebar di Kecamatan Banjarharjo 235,63 ha, Bogorejo 355,59 ha,Cepu 6,68 ha, Japah 274,36 ha, Jati 82,18 ha, Jepon 82,89 ha, Jiken 15,52

ha, Kedungtuban 71,65 ha, Kunduran 993,57 ha, Randublatung 356,70 ha,Sambong 319,91 ha, Todanan 242,95 ha, dan Tunjungan 455,36 ha.

6.2. Analisis Kependudukan, Ketenagakerjaan dan Sosial Budaya

Tebu merupakan komoditas penting bagi masyarakat Jawa Tengah,Menurut hasil analisis, di Jawa Tengah nilai ekonomi tebu dan pengolahangula memberikan kontribusi lebih dari 2% PDRB. Walaupun upayapengembangan mekanisasi dalam budidaya tebu sebagai antisipasi

kelangkaan tenaga kerja dan meningkakan efisiensi usaha terus dilaksanakan,saat ini industri tebu dan gula masih bersifat padat karya. Pada tahun 2007,jumlah petani Indonesia yang bergelut dengan komoditas tebu mencapai 900ribu rumah tangga yang melibatkan 1,3 juta orang tenaga kerja. Jumlahpenduduk dan tenaga kerja Indonesia yang terlibat dengan komoditas tebuakan bertambah apabila dimasukkan pula tenaga kerja yang terkait denganindustri gula dan produk turunannya. Di Provinsi Jawa Tengah, jumlah rumahtangga yang terkait dengan usahatani tebu adalah 91.683 dan 10.206masing-masing untuk rumah tangga yang menyalurkan produksi tebunya kepabrik gula dan ke industri gula tumbu.

Masalahnya, data deret waktu menunjukkan terjadinya penurunanproduktivitas per hektar tebu dan rendemen gula. Salah satu faktor pemicu

Page 214: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah198

penurunan produtivitas tersebut diduga terkait dengan stagnannya inovasiteknologi sementara kualitas sumberdaya alam terus mengalami degradasi.Untuk mempertahankan dan meningkatkan produktivitas, di tengah degradasisumberdaya alam yang terus berlangsung, diperlukan inovasi. Selama inidifusi inovasi teknologi komoditas tebu dan gula terkendala oleh relativerendahnya kualitas SDM petani tebu yang mayoritas hanya tamatan SMP danrigidnya sistem yang diterapkan oleh PG yang cenderung kurang fleksibelterhadap inovasi.

Kunci peningkatan produksi dan produktivitas usahatani tebu danindustri gula ke depan adalah dengan peningkatan akses inovasi teknologibaru pada seluruh pelaku yang terlibat dalam seluruh rantai agribisnis. Padasubsistem penyediaan input, misalnya para penangkar perlu dibina agar dapat

menghasilkan benih tebu berkualitas. Pada subsistem produksi/usahatanitebu, petani juga perlu diberikan pelatihan tentang pemilihan varietas yangadaptif dilingkungannya, perlunya penerapan teknik budidaya tebu yang baikserta perlunya pemberian pupuk yang disesuaikan dengan kebutuhan tebuakan hara. Penyadaran tentang pentingnya penerapan suplai chainmanagement juga perlu dilakukan terhadap industri olahan tebu (PG dangula tumbu). Koordinasi dan pembinaan juga perlu melibatkan lembaga-lembaga yang menangani subsitem pemasaran hasil. Suplai chainmanagement menjamin diterapkannya pemberian keuntungan yang adil danseimbang terhadap seluruh pelaku sehingga masing-masing subsistem akantermotivasi untuk mengembangkan usahanya sehingga industri tebu dan gulaakan berjalan secara berkesinambungan.

Selain pelaku utama, pelatihan dan pembinaan juga perlu dilakukanterhadap seluruh lembaga layanan dan para petugas teknis yang terkait. Jenispendidikan dan pelatihan untuk masing-masing lembaga dan subsistem,secara rinci perlu dituangkan menjadi rencana aksi. Sistem diseminasi terkaitupaya peningkatan SDM masyarakat pertebuan seyogyanya memperhatikankondisi sosial budaya masyarakat setempat. Peningkatan kesadaran akanpentingnya penerapan inovasi pada semua subsistem agribisnis tebu dan

Page 215: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 199

gula, akan mendorong lembaga yang terkait dengan penelitian danpengembangan untuk lebih giat mengembangkan inovasi dan segeramendiseminasikannya kepada pengguna.

6.3. Analisis Struktur Organisasi dan Kelembagaan PengembanganKawasan

Kelembagaan yang terkait dengan komoditas tebu dan gula adalah PGGula, APTRI (Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia), KPTR (Koperasi Petani

Tebu Rakyat Indonesia), kelompok tani, lembaga penyuluhan, perbankan,penangkar dan pedagang benih,lembaga pengawas benih serta lembagapengaturan dan layanan lainnya, serta lembaga penelitian dan pengkajian.

Pada prakteknya, sebagian petani tebu adalah bukan petani murnitetapi hanya dipinjam namanya, Manajer/pemilik usaha pertanian tebusesungguhnya adalah pemodal yang berada di luar kawasan. Hal iniberpotensi terjadinya pelanggaran peraturan khususnya dalam penyaluransubsidi pada program pengembangan komoditas tebu, misalnya penyaluranbantuan alsintan, kredit KKPE, pupuk bersubsidi, pupuk bersubsidi. Padakasus ini sejatinya penerima bantuan bukan petani tetapi pemilik usaha yangseriumgkali berada di luar ketentuan. Menurut ketentuan, penerima subsidipemertintah adalah petani kecil yang mempunyai luas maksimal 2 hasementara pengusaha tebu banyak yang menguasai lahan tebu di atas 50 ha.

Sesuai dengan realitas lapangan, pola usahatani tebu dapatdigolongkan menjadi empat, yaitu:(1) Pengusaha tebu skala luas. Pengusaha menyewa lahan petani untuk

jangka waktu tertentu. Pengusaha tebu skala besar ini memanfaatkanfasilitas modal dari KKPE dengan bantuan dari perbankan yang menjalin

kerjasama dengan PG. KKPE sebenarnya diperuntukkan bagi petani skalakecil. Pengusaha memperoleh pinjaman dengan mengatasnamakan petanipemilik.

(2) Pola KSU antara PG dengan petani tebu. PG memberikan seluruhsarana dan penanaman tebu di lahan petani, sementara petani pada tahunpertama berkewajiban menyerahkan seluruh hasil panen kepada PG dan

Page 216: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah200

menerima hasil setelah dikurangi dengan biaya yag dikeluarkan oleh PG.Pada tahun-tahun berikutnya petani secara mandiri mengelola danmenerima hasil panen yang di olah di PG yang bersangkutran.

(3) Petani tebu skala kecil. Petani tebu skala kecil ini pada dasarnyamengelola usahatani secara mandiri.

(4) Estate farming. PG mengusahakan tebu tanpa melibatkan petani samasekali. Fasilitasi dari pemerintah antara lain diperoleh dalam bentuk pupukbersubsidi dan pembinaan oleh penyuluh.

Untuk menghindari pelanggaran peraturan dan ketentuan yang berlakutentang fasilitasi petani kecil yang dimanfaatkan oleh pengusaha besar, makaada tiga alternative model yang dapat dikembangkan. Model pada dasarnyamelegalkan praktek dalam usahatani tebu yang berkembang di lapangan.Alasannya, komoditas tebu merupakan sudah ditetapkan sebagai panganstrategis sehingga para pelaku yang terlibat dalam produksi tebu domesticperlu didukung dan difasiitasi dengan berbagai insentif dari pemerintah. Modeltersebut, adalah:(1) Corporate farming, yaitu para pengusaha tebu skala besar yang

mengelola usahatani tebu dengan cara menyewa lahan petani.

Pengusaha melakukan konsolidasi usaha untuk mencapai skala ekonomi.Pemerintah tetap dapat memberikan berbagai fasilitas kepada pengusahabesar ini dengan argument tebu merupakan komoditas strategis.

(2) Model collective farming, model bagi petani yang menjalin KSO denganPG, dan

(3) Petani mandiri skala kecil yang usahanya < 2 ha. Skim model fasilitasipemerintah yang selama ini berjalan dapat terus dilanjutkan, misalnyaPMUK (Pemupukan Modal Usaha Kelompok) yang diisalurkan melaluiKPTR.

Pola pembinaan bagi model corporate farming dan collective farmingharus dibedakan. TKP (tenaga Kontrak Pendamping) dan PLP TKP (PetugasLapang Pembantu Tenaga Kontrak Pendamping) lebih tepat difokuskankepada corporate farming, sementara PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan)

Page 217: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 201

yang berada di bawah koordinasi Badan Pelaksana Penyuluhan Kabupatendifokuskan pada petani collective farming.

Lembaga APTRI sesuai dengan semangat awalnya adalah memberikanadvokasi kepada petani tebu, perlu direvitalisasi. Keberpihakan APTRIterhadap petani perlu ditingkatkan, sehingga dapat mengakses secara penuhproses penentuan rendemen tebu dan menginformasikannya kepada parapetani anggotanya.

Lembaga KPTR, yang selama ini telah berfungsi sebagaipenjamin/pemberi rekomendasi bagi petani yang membutuhkan kredit modaldari bank, perlu ditingkatkan kapabilitasnya.

6.4. Analisis Kebutuhan Prasarana dan Sarana PengembanganKawasan

Pengembangan kawasan tebu memerlukan dukungan sarana danprasarana yang memadai. Sarana dan prasarana yang dimaksud adalah:

(1) Jalan usaha tani sebagai pengungkit ekstensifikasi.Lahan potensial untuk ekstensifikasi tebu umumnya adalah lahan

kering, yang umumnya berada pada daerah-daerah yang belum didukungoleh sarana prasarana transportasi yang baik, yaitu jalan atau rel. Upayaekstensifikasi memerlukan penyediaan jalan terlebih dulu–minimal pembuatanjalan usahatani dengan lebar minimal 3 meter. Jalan yang menghubungkan kelahan diperlukan untuk mengangkut hasil panen tebu atau transportasi saranaprasarana input sehingga membuka peluang terjadinya ekstensifikasi tebu

Untuk menjangkau areal yang lebih luas dan menurunkan biayatransportasi, selain jalan masuk juga perlu dikembangkan model rel dan lori

portable. Sistem ini akan dapat menurunkan biaya angkuttebu pada lahanyang jauh dari jalan serta menurunkan risiko terjadinya konflik sosial akibatkerusakan jalan sebagai dampak dikembangkannya varietas tebu masak awal.

Page 218: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah202

(2) Ketersediaan air untuk mendukung penangkaran benih tebuSalah satu pembatas usahatani tebu adalah adanya keterbatasan air.

Ketersediaan air yang cukup sangat diperlukan khususnya untukmengembangkan lembaga penangkaran yang baik. Salah satu syarat perijinanlembaga penangkaran benih tebu adalah adanya jaminan ketersediaan air.Ketersediaan air memang lebih terjamin apabla penangkaran dikembangkandi lahan irigasi. Namun demikian pengembangan lembaga perbenihan dilahan irigasi akan berkompetisi dengan komoditas tanaman pangan,khususnya: padi, jagung, dan kedelai. Penangkaran benih tebu masih tetapdimungkinkan di lahan kering dengan membangun embung dan pompa air.

(3) Penumbuhan Lembaga Penangkar Benih TebuPengembangan lembaga perbenihan tebu memerlukan dukungan

deregulasi. Selama ini bibit tebu didatangkan dari luar kawasanpengembangan, sehingga bibit memerlukan adaptasi dan tidak efisien.Ketidak siapan lembaga penangkaran di sentra produksi juga menyebabkantidak dilaksanakannya peremajaan kebun tebu yang optimal. Indikasinyaterjadi keprasan berulang melebihi rekomendasi (4 kali) serta penggunaanbibit dari pucuk tebu untuk bibit yang sebenarnya tidak layak secara teknis.Pengembangan lembaga penangkaran di sentra produksi akan memungkinkanpeningkatan produktivitas dan jaminan mutu tebu. Analisis lebih detildiperlukan terhadap identifikasi kebutuhan bibit, mulai dari KBD, KBI, danKebun nenek.

Untuk mengembangkan lembaga penangkaran benih tebu, pemerintahperlu memberikan insentif kepada penangkar. Insentif dapat berupa fasilitasipengawas benih yang kompeten, peralatan budidaya, dan pengadaan benihdasar secara teratur. Subsidi harga benih juga akan menjamin pemasaranbenih yang dihasilkan serta mendorong petani tebu menggunakan benihberkualitas.

Penumbuhan penangkar di sentra produksi akan menjaminkontinyuitas peremajaan tebu serta menjamin keberlanjutan usaha

Page 219: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 203

penangkaran itu sendiri. Menurut ketentuan, laju peremajaan kebun tebuseharusnya dilakukan setiap tahun kelima sehingga kebutuhan benih setiaptahun seharusnya adalah 25% dari luas tanam di suatu kawasan.

Dengan teknik konvensional (bibit sistem bagal), satu hektar lahantebu (produksi bibit 40-50 ton) hanya dapat menyediakan benih seluas 4hektar (kebutuhan bibit per hektar rata-rata adalah 10 ton). Untuk itu perludikembangkan teknik perbenihan dengan sistem bud chip karenaproduktivitasnya benihnya lebih tinggi (7,5 kali dibandingkan sistem bagal,atau untuk satu hektar sumber benih tebu dapat memenuhi kebutuhan sekitar30 hektar (Basuki et al. 2014). Karena pada sistem bud chip tebu hanyadiambil mata tunasnya, maka penangkar masih dapat mengolah tebu menjadigula tumbu (Tabel 6.1).

Tabel 6.1. Perbedaan Penggunaan Bibit Asal Bud Chips VS Bagal dalamBudidaya Tebu

Variabel KeteranganBud Chips Bagal

Kebutuhan bibit/Ha 8.000-12.000 tunas 8-10 ton bagalPenyulaman < 2 % 20-30 %Umur Panen Pertama 8 bulan 12-13 bulanBiaya Pengadaan bibit(Rp/Ha)

3.600.000-5.400.000 4.000.000-5.000.000

Jumlah tenaga kerjatanam (HOK/Ha)

24 30

Jumlah tenaga kerja sulam(HOK/Ha)

2 40

Untuk mengembangkan kelembagaan penangkaran benih tebu,diperlukan penguatan kapasitas sumberdaya manusia, khususnya bagipengawas benih, penangkar, dan penumbuhan calon penangkar benih tebu.

(4) Ketersediaan tenaga kerja dan traktorKetersediaan tenaga kerja di sector pertanian secara umum terus

menurun, sementara budidaya tebu memerlukan tenaga kerja yang cukup.

Page 220: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah204

Untuk mengatasinya, diperlukan pengembangan mekanisasi/alat mesinpertanian. Pemerintah melalui Kementerian Pertanian telah membantu petanitebu dengan memfasilitasi berbagai alat mesin pertanian, salah satunyaberupa traktor roda-4 dan traktor mini. Jumlah traktor roda 4 tampaknyasudah mencukupi di lapangan.

Lahan pengembangan tebu di lahan kering dicirikan oleh lahan dengantopografi bergelombang hingga miring, sehingga traktor roda 4 padabeberapa kasus tidak cocok di lapangan. Traktor roda 4 juga hanya tepatuntuk bongkar ratun dan penanaman pertama. Yang perlu diperbanyakadalah traktor mini. Traktor mini ini dapat digunakan untuk mengolah tanah disegala medan di lahan kering serta dapat dimodifikasi sehingga bisadigunakan untuk pedot oyot (memutus akar).

(5) PupukPupuk subsidi untuk komoditas tebu selama ini tidak berbeda dengan

komoditas pangan lainnya. Kebijakan pemerintah yang lebih mengutamakankomoditas pangan menyebabkan ketersediaan pupuk untuk tebu seringkaliterganggu karena alokasi pupuk yang semula diperuntukkan untuk tebudialihkan untuk komoditas pangan tersebut. Selain itu pengembangan pupukmajemuk (misalnya Phonska) dalam beberapa hal menyulitkan petani tebukarena untuk mencukupi kebutuhan hara tebu pupuk majemuk tersebut perludiramu dengan pupuk tunggal lainnya. Untuk mengatasinya perludikembangkan formulasi pupuk slow release khusus tebu yangkandungannya disesuaikan dengan kebutuhan hara tabaman tebu. Pupukyang dirancang khusus untuk tebu ini menjamin ketersediaan pupuk dansubsidi pupuk untuk tebu dapat lebih tepat sasaran.

6.5. Analisis Konsumsi, Pengolahan dan Perdagangan HasilPengembangan Kawasan

Permintaan gula baik di Jawa Tengah maupun secara nasionaldiperkirakan akan terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlahpenduduk, pendapatan masyarakat, dan pertumbuhan industri pengolahan

Page 221: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 205

makanan dan minuman. Sebagai provinsi dengan jumlah penduduk besardengan pendapatan yang terus meningkat, maka Jawa Tengah amat potensialmenjadi salah satu konsumen gula terbesar di Indonesia. Dengan strukturpasar gula (white sugar maupun raw sugar) yang oligopolistik, terdapat risikoyang tinggi akan ketidakpastian dan ketidakstabilan harga. Ketidakstabilanharga akan menyebabkan ketidakstabilan pendapatan para petani tebu. Selainitu, ketergantungan yang besar pada gula impor dapat mengancamkemandirian Jawa Tengah bahkan Indonesia, disamping tentu saja mengurasdevisa yang diperlukan untuk pembangunan ekonomi serta pelunasan hutangluar negeri.

Hasil analisis potensi sumberdaya lahan menunjukkan bahwa lokasicalon kawasan perkebunan berbasis komoditas tebu memiliki keunggulan

sebagai produsen gula tebu. Pabrik gula juga telah tersedia dan siapmemproses tebu menjadi gula.

Tebu merupakan tanaman tropis yang secara alamiah tumbuh secarameluas di Jawa Tengah. Namun demikian, berbagai upaya tetap diperlukanuntuk memperluas areal tebu dan meningkatkan produktivitasnya untukmeningkatkan daya saing. Daya saing tebu yang tinggi hanya dapat diraihmanakala di tanam di areal yang secara fisik-agroklimat sesuai, sehingga tebudapat tumbuh dengan baik. Apabila komoditas ini dikelola secara tepat danefisien (baik di tingkat usahatani maupun di tingkat pabrik gula), akan dapatdiperoleh keuntungan yang memadai.

Sebagian besar bahan baku tebu yang diolah oleh pabrik gula di JawaTengah berasal dari tebu rakyat. Relasi dan padu-padan usahatani tebu danpabrik gula dengan demikian menjadi simpul kritis bagi vitalitas usaha pabrikgula maupun usahatani tebu. Inovasi dan reinovasi teknologi maupunmanajemen industri juga amat vital dan harus padu dengan usahatani danpabrik gula. Terpisahnya kepemilikan dan manajemen ketiga pilar industrimerupakan akar penyebab utama munculnya fenomena deindustrialisasiindustri gula tebu. Selanjutnya apabila dipelajari dengan lebih seksama, salahsatu penyebab kemunduran industri gula di Jawa Tengah dan juga di

Page 222: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah206

Indonesia adalah rusaknya relasi fungsional antar komponen sistem agribisnisgula. Sebagaimana diketahui, integrasi antara usaha perkebunan tebu danpabrik gula pengolah tebu tersebut merupakan faktor kunci efisiensi industrigula.

Sistem agribisnis gula telah mengalami fragmentasi structural. Pabrikgula seringkali mengalami kesulitan dalam memperoleh pasokan bahan baku.Industri gula yang menjadi semakin tidak efisien/mengalami inefisiensimenyebabkan harga tebu di tingkat petani rendah. Profitabilitas usahatanitebu yang menurun mendorong petani beralih dari usahatani tebu kepadausahatani lainnya, khususnya padi, yang selanjutnya semakin memperburukpermasalahan kelangkaan bahan baku dan inefisiensi pabrik gula.

Sejak akhir tahun 1980-an, tebu tidak lagi mampu bersaing dengan

tanaman alternatifnya, khususnya padi. Akibatnya tanaman tebu menjadisemakin tersingkir dari lahan sawah berpengairan teknis. Di Jawa Tengah saatini pertanaman tebu hampir seluruhnya berada di lahan sawah tadah hujandan lahan tegalan, walaupun bukan berarti tebu lahan kering atau sawahtadah hujan menjadi tidak produktif. Kondisi ini menyiratkan lokasipertanaman tebu menjadi semakin jauh dari lokasi pabrik gula yangmenggiling tebu. Konsekuensinya biaya transportasi menjadi semakinmeningkat.

Peningkatan biaya transportasi menyebabkan insentif ekonomi untukpetani menurun yang konsekuensinya lahan tanaman tebu menjadi semakinmenurun pula. Penurunan areal tanaman tebu di wilayah-wilayah kerja PG,tidak dapat dikompensasi oleh kenaikan produktivitas tebu. Ketersediaanbahan baku tebu dengan demikian menjadi semakin terbatas. Persainganmemperoleh bahan baku antar PG menguat karena keterbatasan arealtanaman. Kemitraan antara petani dengan PG menjadi sulit dipertahankankarena pemasok tebu akan mengejar PG yang menghargai produksinya ataumemberikan perhitungan nilai rendemen yang lebih tinggi.

Di Luar Jawa, seperti di Lampung misalnya, tebu seluruhnyadiusahakan di lahan tegalan. Namun bedanya lokasi lahan tebu tersebut

Page 223: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 207

terkonsolidasi dengan pabrik gula. Produktivitas gula di luar Jawa (juganasional) banyak dipengaruhi oleh PG-PG yang dikelola swasta dengan skalaproduksi cukup besar (>8.000 TCD) yang didukung oleh penguasaan lahanHGU dalam luasan yang memadai. PG-PG ini mampu meningkatkan efisiensidengan menerapkan pola pengelolaan budidaya dan penggilingan dalam satumanajemen yang sama, serta mampu pula menerapkan peralatan modern(bersifat capital intensive) pada pengolahan lahan, pada kegiatan-kegiatantebang-angkut tebu, serta pada penyediaan air.

Berdasarkan relasi usahatani dan PG, industri gula nasional dibedakanantara perusahaan gula pengelola HGU (luar Jawa) dan perusahaan gulatanpa HGU (umumnya di Jawa). Untuk perusahaan gula pengelola HGU,usahatani tebu dan PG terintegrasi dalam satu pengelolaan PG. Dalam kondisi

demikian, secara teknis perencanaan tanam, komposisi varietas, masa tanamdan masa tebang serta penerapan baku teknis budidaya dan pasca panensangat dimungkinkan untuk sesuai dengan tuntutan persyaratan teknis PGdan dengan biaya pengadaan bahan baku yang relatif murah. Ini merupakansalah satu penentu keunggulan PG-PG di luar Jawa, terutama di Lampung,bila dibandingkan dengan PG-PG di Jawa yang umumnya tidak mengelolaHGU.

Untuk PG-PG di Jawa umumnya, usahatani tebu dikelola petani,sedangkan PG dikelola oleh perusahaan gula. Keduanya bermitra, petanisebagai pemasok bahan baku tebu dan PG mengolah tebu menjadi guladalam suatu sistem bagi hasil. Dalam hubungan kemitraan itu, kegiatanproduksi gula sesungguhnya terbagi menjadi dua bagian, yaitu petanimenghasilkan gula dalam bentuk sukrosa yang tersimpan dalam batang tebu,dan PG mengambil sukrosa dalam batang tebu dan mewujudkannya dalambentuk kristal. Hubungan produksi yang demikian itu mengandung potensikonflik kepentingan, terutama pada saat pengaturan pembagian manfaat.

Pada masa program TRI hubungan kemitraan tersebut serba diaturdalam suatu ketetapan Ketua Badan Pengendali Bimas, termasuk batasan-batasan wilayah kerja PG. Setelah program TRI diakhiri, hubungan kemitraan

Page 224: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah208

itu secara bertahap berubah menjadi lebih longgar dan mengarah kehubungan bisnis biasa, sehingga makin tumbuh perdagangan tebu antarwilayah kerja PG dan derajat persaingan antar PG, terutama yang perusahaaninduknya berbeda, dalam hal memperoleh bahan baku semakin nyata.

Meskipun demikian, hingga tingkat tertentu sifat monopsoni hubunganantara PG dan petani tetap ada karena mobilisasi tebu antar wilayah secarateknis ekonomis dibatasi ruang dan waktu musim giling, dan kapasitas PG. Halini juga merupakan salah satu sumber konflik petani dengan PG, termasukmasalah perlindungan petani dari ketidakefisienan yang mungkin terjadi padaPG yang menjadi mitra mereka.

Upaya-upaya untuk mengatasi potensi konflik antara petani denganpabrik gula telah mendorong perkembangan kelembagaan dan pemberdayaan

petani yang cukup signifikan. Selama 22 tahun masa TRI, kelembagaan petaniyang dikembangkan hanya kelompok-kelompok tani hamparan yang lebihbanyak dibentuk untuk kepentingan teknis pengembangan TRI dan KUD yangberfungsi sebagai penyalur paket kredit dengan mendapat fee. Namun selamalima tahun pasca TRI, kelembagaan petani berkembang, bukan hanyakelompok usahatani yang makin mandiri, tetapi juga berkembang APTR(Assosiasi Petani Tebu Rakyat) yang berfungsi sebagai lembaga advokasipetani,dan KPTR (Koperasi Petani Tebu Rakyat) yang sangat berperan pentingdalam kegiatan ekonomi kelompok tani.

Di wilayah-wilayah dimana peran kelompok tani cukup kuat, makakerja sama petani dengan pabrik gula telah membuat keseimbangan kekuatandalam rangka memperjuangkan tujuan bersama, yaitu peningkatanpendapatan dari usahatani tebu dan pengolahan gula. Organisasi petani yangkuat (seperti APTRI) telah mampu mendorong terjadinya perubahankebijakan pemerintah untuk mengatasi sebagian salah urus dalam importasigula, memperjuangkan hak-hak mereka, baik melalui PG maupun pemerintah(pusat dan daerah), sehingga berdampak positif bagi pendapatan petani.

Stake holder pergulaan diantaranya terdiri atas: (a) petani tebu danasosiasi petani tebu rakyat; (2) pabrik gula (PG) milik BUMN dan swasta

Page 225: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 209

murni, serta industri gula rafinasi; (3) konsumen rumah tangga dan industripangan; (4) importir dan pedagang gula; (5) investor yang berminatmelakukan investasi dalam bidang industri gula dan industri berbasis tebu;dan (6) pemerintah sebagai regulator.

(1) Petani TebuProduktivitas dan rendemen tebu yang diterima petani dari PG

umumnya masih rendah. Hal ini sampai sekarang masih menjadi faktor utamabelum bersinerginya hubungan antara petani tebu dan PG. Faktor ini, selainpraktek relasi petani PG yang disinteratif terhadap peningkatan produktivitasjuga dipicu oleh penguasaan tebu oleh para pedagang (penebas) tebu, yangmenyebabkan pasokan tebu ke PG tidak tertib. Apabila masalah ini tidak dapat

diatasi, maka program bongkar ratoon yang bertujuan untuk mendapatkankondisi ideal pertanaman sampai kepras ke-2 tidak akan memberikanpengaruh yang besar terhadap peningkatan rendemen dan pendapatan petanitebu.

(2) Pabrik Gula TebuPG di Jawa Tengah sampai saat ini belum efisien, yang tercermin dari

kehilangan gula (pol) selama proses pengolahan yang mencapai 0,9 persen.Akibatnya, rendemen gula yang diterima petani menjadi rendah dan hargapokok gula hablur yang dihasilkan tidak memiliki daya saing. Sementara itu,PG swasta murni yang berada di Luar Jawa masih menghadapi tuntutan HGU,sehingga sulit untuk mencapai full capacity. Utilisasi yang rendah ini jugadialami oleh industri gula rafinasi, karena tidak adanya koordinasi antaraBKPM dengan departemen terkait.

(3) Relasi Petani Tebu dan Pabrik GulaRendemen tebu yang diterima petani di luar Jawa umumnya lebih

tinggi dibandingkan dengan petani di Jawa, meskipun petani tebu di Jawamenggunakan pupuk dan mengeluarkan biaya tenaga kerja yang lebih tinggi.

Page 226: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah210

Rendahnya rendemen ini terkait dengan ketergantungan PG terhadap bahanbaku dari pedagang (penebas) tebu, karena mereka menguasai tebu daripetani kecil / miskin yang jumlahnya diperkirakan mencapai 60 persen.Pencampuran dan penetapan waktu giling yang bersamaan antara petanitebu dan pedagang (penebas) tebu ini, telah menurunkan rendemen tebuyang diterima petani. Faktor ini menjadi penyebab kurang baiknya relasiantara petani dan PG, karena PG tidak bersedia menerapkan rendemenindividual.

(4) Industri Gula RafinasiTidak adanya koordinasi BKPM dengan kementerian terkait, telah

menyebabkan industri gula rafinasi bekerja di bawah kapasitas terpasang.

Rendahnya utilisasi kapasitas pabrik ini, telah meningkatkan biaya produksigula rafinasi.

(5) Konsumen Rumah Tangga dan Industri PanganPenerapan tarif impor sebesar Rp.550/kg untuk raw sugar dan

Rp.700/kg untuk gula putih, menyebabkan harga jual gula pada tingkatkonsumen lebih tinggi. Tingginya harga gula di pasar domestik ini telahmerugikan perekonomian secara keseluruhan, dan menjadi salah satu faktorpenyebab rendahnya daya saing industri makanan dan minuman berbahanbaku gula.

(6) Perdagangan Gula di Dalam NegeriPerdagangan gula di dalam negeri sebenarnya memiliki struktur pasar

yang bersifat oligopolistik. Dalam setiap lelang gula yang dilakukan oleh APTRIatau PTPN hanya beberapa pedagang yang terlibat, sehingga tingkatkompetisinya tidak mencerminkan kondisi permintaan dan penawaran gulayang sesungguhnya. Disamping itu, lemahnya penegakan hukum (lawenforcement) untuk memberantas penyelundupan dan manipulasi dokumen

Page 227: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 211

gula impor, telah mempengaruhi penawaran dan harga gula di pasardomestik.(7) Situasi Pasar Gula Dunia

Gula yang diperdagangkan di pasar dunia mencapai 35 juta ton/tahun,atau sekitar 28 persen dari total produksi gula dunia. Harga gula dunia saat initidak menggambarkan tingkat efisiensi, karena dijual di bawah ongkosproduksinya. Kebijakan domestic support dan export subsidy yang dilakukanoleh negara-negara produsen gula dunia, menyebabkan harga gula di pasarinternasional telah terdistorsi.

(8) Kegiatan Research and Development (R & D)Sebagian besar kegiatan R & D Gula selama ini dilakukan oleh Pusat

Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI), dengan sebagian besar danabersumber dari pemerintah dan iuran anggota Asosiasi Penelitian PerkebunanIndonesia (APPI). Keterbatasan dana R & D ini telah mempengaruhi kinerjaP3GI, khususnya dalam menghasilkan teknologi baru yang ditujukan untukmeningkatkan pendapatan petani tebu.

Banyak kalangan menilai bahwa kebijakan pemerintah akhir-akhir inidipandang pro petani, tetapi banyak pula yang melihatnya sebagai kebijakanparsial (tidak komprehensif) dan kurang jelas keterkaitannya antara satusektor dengan sektor yang lain dalam kerangka pengembangan industri gulayang efisien. Berbagai kebijakan itu tampaknya tambal sulam, dikeluarkanmanakala ada masalah (reaktif) dan cenderung bersifat ad-hoc. Memecahkanmasalah produktivitas dan inefisiensi industri gula nasional tidaklah cukuphanya dengan menerapkan hambatan perdagangan atau pembatasan impor,tetapi harus dikombinasikan dengan agenda restrukturisasi yang jelas danterencana, serta support lainnya dari pemerintah. Membangun industri gulayang efisien memerlukan suatu rancangan kebijakan yang menyeluruh,memiliki keterkaitan dan keselarasan yang jelas antara satu kebijakan denganyang lain, dan terintegrasi sehingga cukup efektif untuk mencapai tujuan yangsama.

Page 228: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah212

6.6. Analisis Ekonomi dan Perekonomian Pengembangan Kawasan

Belum optimalnya pemanfaatan potensi maupun adanya keterbatasansumberdaya lokal dalam memproduksi barang dan jasa serta adanya tuntutanuntuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang tak terbatas menyebabkantimbulnya aktifitas ekspor dan impor antar daerah. Aktivitas ini juga semakinberkembang dengan semakin pesatnya kemajuan di sektor-sektorpendukungnya. Tabel 6.2. menunjukkan bahwa berdasarkan Tabel I-O Tahun2013. Ekspor Jawa Tengah mencapai Rp 297,37 triliun atau meningkat 64,72persen dibandingkan Tahun 2008 yang hanya mencapai Rp 180,53 triliun.Sedangkan untuk impor mencapai Rp 284,51 triliun atau meningkat 76,23persen dibandingkan Tahun 2008. Dengan demikian pada Tahun 2013 JawaTengah mengalami surplus perdagangan sebesar Rp 12,86 triliun, mengalamipenurunan dibandingkan pada Tahun 2008 yang mengalami surplusperdagangan mencapai Rp 19,09 triliun. Nilai ekspor terbesar Jawa Tengahmasih didominasi oleh Sektor Industri Pengilangan Minyak (Kode 56) dengannilai ekspor sebesar Rp 56,83 triliun atau 19,11 persen dari total ekspor JawaTengah. Selain Industri Pengilangan Minyak, sektor lain yang menyumbangrelatif besar terhadap total ekspor Jawa Tengah adalah Sektor Industri Rokok(Kode 43) sebesar Rp 42,86 triliun atau 14,41 persen; Sektor Perdagangan

(Kode 71) sebesar Rp 35,43 triliun atau 11,91 persen dan Sektor IndustriTekstil (Kode 46) sebesar Rp 31,97 triliun atau 10,75 persen.

Page 229: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 213

Tabel 6.2. Peringkat 10 sektor menurut Nilai Ekspor dan Impor Terbesar diJawa Tengah Berdasarkan Tabel Input Output Tahun 2013(Triliun Rupiah)

Ekspor ImporKode Sektor Nilai % Thd

TotalEkspor

Kode Sektor Nilai % ThdTotalImpor56

437146413473514975

Ind. Pengilangan MinyakInd. RokokPerdaganganInd. TekstilInd. Gula Tebu & Gula KelapaInd. Penggilingan PadiJasa PerhotelanInd. Perabot Ruta dr KayuInd. Kulit & Alas KakiJasa Angkutan Jalan RayaSub JumlahSektor LainnyaTotal

56,8342,8635,4331,9725,2825,1215,1412,009,106,75

260,4736,90

297,37

19.1114,4111,9110,758,508,455,094,033,062,27

87,5912,41

100,00

30646555138232806376

Pertambangan LainnyaInd. Mesin & Perlkp ListrikInd. Alat Angkt & PerbaikanInd. Kimia & PupukTebuReal Estate & Js PershInd. Pengolahan & Pengawetan MakJasa BankInd. Logam Bkn Besi & Brg dr LogamAngkutan AirSub JumlahSektor LainnyaTotal

99,0434,2721,8812,3010,9110,457,907,266,265,82

216,0868,43

284,51

34,8112,047,694,323,843,672,782,552,202,04

75,9524,05

100,00

Sedangkan impor terbesar Jawa Tengah adalah pada SektorPertambangan Lainnya yang mencapai Rp 99,04 triliun. Komoditas dominanyang diimpor pada sektor ini adalah berupa minyak mentah yang merupakanbahan baku utama Industri Pengilangan Minyak di Cilacap. Impor terbesarselanjutnya adalah Sektor Industri Mesin dan Perlengkapan Listrik sebesar Rp34,27 triliun; Sektor Industri Alat Angkutan dan Perbaikannya Rp 34,27 triliundan Sektor Industri Kimia dan Pupuk Rp 12,30 triliun. Tebu merupakan sektor

ke 5 terbesar dalam hal impor dengan nilai Rp 10,91 Trilyun.Hasil analisis ini menunjukkan bahwa peningkatan produksi tebu di

Jawa Tengah akan memiliki pengaruh terhadap peningkatan produksi industrigula yang selanjutnya meningkatkan nilai dan kontribusi ekspor komoditas(baik ke pasar internasional maupun luar provinsi dalam rangka pemenuhankebutuhan konsumsi dan swasembada serta mengurangi impor) gulaterhadap perekonomian Jawa Tengah dan nasional dan pengembangan tebumelalui perluasan areal maupun intensifikasi akan mengurangiketergantungan impor bahan baku dari provinsi lain maupun bahan bakuindustri gula dari pasar internasional. Peningkatan kapasitas dan efisiensiindustri gula dan produksi tebu harus dijalankan secara bersamaan.

Page 230: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah214

Salah satu keunggulan analisis dengan model I-O adalah untukmengetahui seberapa jauh tingkat hubungan atau keterkaitan antar sektorproduksi. Keterkaitan ini dapat berupa keterkaitan ke depan (forward linkage)yang merupakan hubungan dengan penjualan barang jadi yang disebut jugaDaya Penyebaran (DP), dan keterkaitan ke belakang (backward linkage) yanghampir selalu merupakan hubungan dengan bahan mentah ataupun bahanbaku, dan biasa disebut dengan Derajat Kepekaan (DK). Suatu sektordikatakan mempunyai DP yang tinggi jika pertumbuhan sektor tersebutmempengaruhi sektor-sektor yang lainnya, sehingga dapat pula disebutbesarnya dampak total dari satu unit permintaan akhir domestik suatusektorterhadap pertumbuhan seluruh sektor ekonomi. DK merupakan suatuukuran yang menggambarkankan besarnya output yang harus disediakan oleh

suatu sektor untuk memenuhi 1 (satu) unit permintaan akhir pada suatuperekonomian. Dalam perekonomian, DK digunakan untuk melihat keterkaitanke depan (forward linkage).

Sektor yang mempunyai daya penyebaran tinggi memberikan indikasibahwa sektor tersebut mempunyai keterkaitan ke depan atau daya dorongyang cukup kuat dibandingkan sektor yang lainnya. Sebaliknya, sektor yangmempunyai derajat kepekaan tinggi berarti sektor tersebut mempunyaiketergantungan (kepekaan) yang tinggi terhadap sektor lain. Suatu sektordikatakan peka apabila mempunyai reaksi yang cepat terhadap totalpertumbuhan ekonomi. Apabila pertumbuhan ekonomi cepat meningkat,maka sektor tersebut juga akan tumbuh dengan cepat.

Tabel 6.3. Koefisien Daya Penyebaran dan Derajat Kepekaan SektorEkonomi Tebu dan Industri Gula Berdasarkan Tabel I-O JawaTengah Tahun 2013

SektorEkonomi

DayaPenyebaran

(DP)

DerajatKepekaan

(DK)

DP+DK KoefisienDP (α)

KoefisienDK (β)

α + β

Tebu 1.1962 1.0116 2.2078 0.8449 0.7145 1.5594Industri Gula 1.2891 1.5201 2.8092 0.9105 1.0737 1.9842Tebu+ IndustriGula

2.4853 2.5317 5.0170 1.7554 1.7882 3.5436

Page 231: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 215

Sektor ekonomi tebu memiliki nilai DP 1.1962 menunjukkan bahwasetiap kenaikan 1 (satu) unit permintaan akhir sektor tebu akan mendorongkenaikan output seluruh sektor sebesar 1.1962. Sedangkan industri gula

memiliki nilai DP 1.2891 menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1 (satu) unitpermintaan akhir sektor industri gula akan mendorong kenaikan outputseluruh sektor sebesar 1.1962 , jika keduanya dikembangkan sebagai satukesatuan maka setiap kenaikan satu satuan output sektor ini akan mendorongkenaikan output seluruh sektor sebesar 2.4853. Sektor ekonomi tebumemiliki nilai DK 1.0116 yang artinya jika terjadi kenaikan 1 (satu) unitpermintaan akhir dari seluruh sektor perekonomian, maka akan meningkatkanoutput sektor tebu sebesar 1.0116. Sedangkan industri gula memiliki nilai DK1.5201 menunjukkan bahwa kenaikan 1 (satu) unit permintaan akhir dariseluruh sektor perekonomian, maka akan meningkatkan output sektor industrigula sebesar 1.5201. Jika keduanya digabungkan maka setiap kenaikan 1(satu) unit permintaan akhir dari seluruh sektor perekonomian, maka akanmeningkatkan output sektor tebu dan industri gula sebesar 2.5317.

Suatu sektor mempunyai yang miliki koefisien DP (αj ) dan DK ( βI )tinggi dapat diartikan bahwa sektor tersebut merupakan sektor unggulan(leading sector), karena sektor tersebut mempunyai daya dorong yang lebihkuat daripada sektor lainnya dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi.Koefisien DP biasa juga disebut sebagai tingkat dampak keterkaitan kebelakang (backward linkages effect ratio), sedangkan Koefisien DK biasa

dikenal dengan tingkat dampak keterkaitan ke depan (forward linkages effectratio). Sektor ekonomi tebu dan gula secara terpisah memiliki nilai koefisienDP dan DK relatif kecil, namun demikian apabila keduanya dikelola bersamaanmaka akan memiliki nilai keterkaitan ke belakang dan ke depan yang relatifbesar. Hal ini memberikan makna bahwa pengembangan tebu harus puladitangani secara bersamaan dengan industri gula.

Pada umumnya, PG mengolah tebu untuk menghasilkan gula pasir,sebagai produk tunggal (single product industry). Padahal tebu juga dapatdigunakan untuk menghasilkan berbagai produk turunan, seperti pupuk,

Page 232: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah216

makanan ternak, jus, molasses dan bagasse. Turunan produk dari molassesmasih cukup banyak diperlukan, misalnya oleh distilling industry, fermentationindustries, dan lain-lain. Demikian pula dengan bagasse,yang dapat digunakanuntuk menghasilkan berbagai macam produk dan turunannya, seperti bahanbakar, fibrous product, dan lain-lain. Di banyak negara, produsen gula telahmelakukan diversifikasi produk gula guna menyiasati penurunan harga gula,menekan ongkos produksi, memperluas pasar, serta mengurangi resikokerugian PG.

Di sisi lain dalam rangka meningkatkan nilai tambah dan pendapatanpetani, keterbatasan ruang dan waktu giling mendorong tumbuhnya industrigula merah merupakan alternatif yang penting untuk dilakukan. Tebu yangtidak terjangkau dalam masa tebang dan giling dapat diproses sebagai gula

merah. Selain meningkatkan nilai tambah dan sebagai alternatif produk baruindustri ini berpotensi besar menjadi kekuatan baru dan penyeimbang antaraPG dengan petani.

Semakin jauhnya lokasi usahatani dari pabrik gula yang menggilingdengan konsekuensi biaya transporsatsi akan akan meningkat. Peningakatanbiaya akan menyebabkan insentif ekonomi untuk petani menurun danselanjutnya memberikan konsekuensi semakin menurunnya lahan tanamantebu. Di samping upaya peningkatan industri gula merah dalam peningkatannilai tambah bagi petani, upaya untuk mengembangan petani menjual nirakepada PG maupun industri gula merah dinilai akan menekan biayatransportasi, mengurangi resiko antrian pabrik dan limbah tebu di pabrik.Petani dapat dididik secara bertahap untuk melakukan pengolahan tebunyamenjadi nira dengan mesin press mini selanjutnya ditampung didalam alatyang mampu menjaga kualitas nira. Petani mengangkut tebunya darilahannya sudah dalam bentuk nira dan tidak lagi dalam bentuk tebu yangmemiliki ongkos angkut dari kebun ke pabrik sangat mahal. Selain menekanbiaya transportasi, juga meningkatkan pendapatan petani, mengembalikanlimbah tebu ke lahan yang dapat diproses sebagai pupuk. Limbah tebu jugadapat diproses srbagai pakan ternak sehingga pengembangan sistem integrasi

Page 233: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 217

tanaman ternak akan mendorong peningkatan nilai tambah dan pendapatanpetani.

6.7. Analisis Kebutuhan Teknis dan Teknologi PengembanganKawasan Pertanian

Pemerintah menargetkan produksi gula tebu mencapai 2,97 juta tonpada tahun 2015. Jumlah tersebut terus meningkat menjadi 3,27 juta tonpada tahun 2016 dan selanjutnya ditargetkan 3,82 juta ton pada tahun 2019.

Upaya untuk mempercepat capaian target tersebut dapat dilakukan melaluiupaya peningkatan efisiensi budidaya tebu rakyat. Saat ini, rata-rataproduktivitas perkebunan tebu rakyat adalah 72 ton/ha dengan rendemen7,69%. Untuk mencapai swasembada, produktivitas yang perlu dicapai adalahminimal 120 ton/ha dengan rendemen di atas 9%.

Rendahnya produktivitas per luas areal tanam di perkebunan teburakyat merupakan masalah utama saat ini. Hal ini disebabkan perkebunantebu rakyat masih menggunakan teknologi sederhana, berskala kecil, danmanajemen sederhana. Selain itu, perkebunan tebu rakyat masih didominasioleh tanaman non-klonal, tanaman telah menua dan rusak. Upaya untukmerehabilitasi dan meremajakan kebun petani dapat dilakukan namunterkendala oleh ketiadaan kredit dan keterbatasan bibit berkualitas.Permasalahan lain yang dihadapi adalah pengolahan hasil, dimana produkperkebunan masih didominasi oleh komoditas olahan primer, padahal nilaitambah yang tinggi berada pada produk olahan dalam bentuk produksetengah jadi dan produk jadi, baik barang untuk keperluan industri maupunrumah tangga.

Page 234: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah218

Tabel 6.4. Hasil Identifikasi Permasalahan Dan Kebutuhan Inovasi PadaUsahatani Tebu Kabupaten Rembang Tahun 2012

Kondisi AkarPermasalahan Akibat Inovasi Yang

DisarankanKontinuitas saatpanen optimal untukmemenuhi kapasitasPG selama musimgiling (150 hari)tidak terpenuhi

Saat panenoptimal hanyaterkonsentrasipadapertengahansampai akhirmusim giling

Untuk memenuhikapasitas pabrikgula (PG) tebuterpaksa dipanentanpapertimbangantingkat kemasakanoptimal meskipunrendemennyarendah

Penataan/pewilayahanvarietas sesuaitingkatkemasakan

Introduksivarietas masakawal .

Introduksiteknologibudidaya tebumasak awal.

Pendapatanusahatani tebumasak awal (lahankering) rendah.

Pada fasepertumbuhanaktif terkendalaketersediaan air.

Tebu masak awaljarang diminatipetani ataumelakukanpenanaman tebumasak awal tetapidipanen mundursehinggarendemennyaturun.

Pengembangantebu masak awalpada lahan irigasiteknis.

Introduksitumpang sisip tebudengan komoditasyangmenguntungkan.

Tebu ratoon (RC)kurang produktif

Ratoon berulangmelebihistandar teknisbudidaya ( > 5kali) dan tidakdirawatsebagaimanamestinya.

Terinfeksipenyakit –penyakitsistemik.

Ukuran fisiktebu kecil danpopulasipersatuan luasmenurun.

Ratoon maksimal4 kali.

Introduksipenggunaan bibittebu berkualitas.

Introduksiteknologi rawatratoon.

Sumber : Basuki, 2012

Faktor pengungkit peningkatan produktivitas tebu dan rendemen gula,dimulai dengan penggunaan benih unggul dan penyediaan logistik benihdalam jumlah cukup hingga penguatan teknologi budidaya, pemupukan tepat,dan penanganan pasca panen. Di samping itu faktor ekstensifikasi yaitu

Page 235: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 219

mengembangkan areal baru perkebunan tebu, dan pembangunan pabrik gulabaru juga menjadi bagian yang tidak terpisahkan.

Hilirisasi terhadap kebutuhan teknologi dapat diklasifikasikan padabidang masalah bahan tanaman, teknologi budidaya, dan teknologi olahan.Bidang masalah bahan tanaman dikaitkan dengan issue penting provitas danrendemen rendah, cekaman kekeringan dan gangguan organismepengganggu tanaman (OPT) terutama yang ditularkan virus. Bidang masalahbudidaya dihubungkan dengan beberapa issue penting, antara lain: efisiensiinput, serangan OPT, dan penggunaan biopestisida mendukung kelestariansumberdaya lingkungan. Bidang masalah produk olahan dikaitkan denganissue penting tentang pengolahan limbah, diversifkasi produk serta alsintanuntuk komoditas tebu.

Kebutuhan penyediaan dan rekomendasi paket teknologi tebumendukung pencapaian swasembada gula meliputi antar alain :

1. Perbaikan teknologi budidaya tebu berbasis pengelolaan lahan, iklim, dan

tanamana. Penetapan rekomendasi pemupukan NPK berbasis analisis tanah di

beberapa lokasi pengembangan tebub. Peta sebaran varietas tebu berdasarkan tingkat kemasakannya pada

berbagai tipologi lahan di wilayah pengembangan baruc. Validasi kesesuaian varietas berdasarkan tipologi lahan dan tingkat

kemasakan tebu di wilayah pengembangan barud. Pemberian biochar pada pertanaman tebu untuk berproduksi dan

berendemen optimal di lahan berpasire. Perbaikan budidaya tebu berbasis bahan tanam dan jarak PKPf. Perbaikan teknologi budidaya tebu RC pada berbagai tipologi lahan

untuk mendukung produksi dan rendemen optimalg. Peningkatan produksi dan rendemen tebu dengan pemupukan Nanoh. Teknik pembibitan tebu yang menghasilkan daya tumbuh bibit >90%

Page 236: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah220

2. Pengendalian hama dan penyakit penting pada tanaman tebu yang ramahlingkungana. Evaluasi pengendalian hama dan penyakit pada tanaman tebub. Pengendalian hama penggerek pucuk dan batang pada tanaman tebuc. Pengendalian hama uret pada tanaman tebud. Biopestisida berbahan aktif nematode Stenernema spp. Untuk

pengendalian hama uret pada tebue. Pemanfaatan bakteri endofit untuk mengendalikan hama dan penyakit

tebuf. Pengendalian penyakit penting pada tanaman tebu

3. Formulasi bioproduk pada tanaman tebu

a. Pengujian mikroba dalam memproduksi etanol dari limbah tebub. Identifikasi mikroba yang berpotensi sebagai agensia hayati penyakit

utama tebuc. Penentuan formula biofertilizer dan pupuk K slow release pada tebud. Identifikasi isolat jamur Metarhizium anisopliae dan nematoda

Steinernema spp terhadap uret pada tanaman tebu

Secara khusus, penataan varietas tebu (masak awal, tengah, danakhir) perlu dilakukan untuk meningkatkan waktu giling PG dan IHP gulatumbu. Masalahnya, tebu masak awal produksinya pada lahan kering sangatrendah karena kekurangan air pada fase pertumbuhan aktif. Biasanyatanaman mulai mendapat air hujan pada bulan Nopember dan tanamandipanen pada bulan Mei-Juni. Oleh karena itu tebu masak awal harus ditanampada lahan irigasi teknis. Namun demikian lahan ini kebanyakan sudahdigunakan untuk tanaman pangan yang secara finasial lebih kompetitif.

Varietas tebu masak awal seringkali juga memunculkan konflik karenadituduh merusak sarana prasarana jalan usahatani dan juga llahan yangdilewati. Hal ini disebabkan karena tebu masak awal dipanen pada akhirmusim hujan di mana jalan usahatani/lahan masih mengandung banyak air

Page 237: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 221

sehingga cenderung lembek yang akan rusak apabila dilewati trukpengangkut. Kadar air tebu masak awal cenderung tinggi sehingga tonasetruk pengangkut juga tinggi. Untuk itu direkomendasikan penanaman tebumasak awal pada daerah yang berada di pinggir jalan dan sarana jalannyasudah baik. Perlu penataan penggunaan lahan untuk seluruh komoditaskomoditas. Selain itu masalah ini juga dapat diatasi dengan menggunaan relportable/lori yang dapat menjangkau pertanaman tebu yang berada jauh darijalan dan berada di dalam kawasan pertanian.

Keengganan petani untuk menanam tebu masak awal dengan alasanrendemen tebu rendah, dapat diatasi dengan menerapkan ketentuanrendemen minimal, misalnya yang diterapkan oleh PG Trangkil denganpenentuan rendemen terendah 6,4 %. Penataan varietas tebu yang akan

memperlama masa giling tebu dari 100 hari (varietas masak tengah danakhir) menjadi 150 hari (varietas masak awal, tengah dan akhir) juga menjadialternative bagi PG untuk tidak mengolah gula rafinasi impor yang selama inimenyebabkan harga gula domestic tertekan. Solusi lainnya adalah menanamvarietas tebu masak awal di lahan kering tetapi menggunakan bibit bud chip.

Tabel 6.5. Issue Penting, Inovasi Yang Diperlukan, Serta Kegiatan UntukMengatasi Permasalahan Aktual Industri Tebu Dan Gula

Bidang Masalah Issue penting Inovasi yang akandihasilkan ke depan

Kegiatan

Bahan tanaman Provitas danrendemen rendah

Cekamankekeringan

Serangan SCSMV

VUB >120 t/ha ataurendemen >12%,tahan kering dan tahanSCSMV

Uji adaptasiklonharapan

Perakitan varietastransgenic thdpvirus SCSMV dankekeringan

Hibridisasi

Produk olahan Pengolahan limbah

Diversifikasi produk

Teknologi bioetanol

Mekanisasi panen

Teknologi produksibioetanol danberbagai produklainnya

Mekanisasi panen

Bioindustri berbasislimbah tebu

Peningkatanefisiensi prosespembuatan gula(ultra filtrasireverse osmosis)

Page 238: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah222

Berdasarkan beberapa hal di atas, rekomendasi program yangdiperlukan dalam rangka mendukung pencapaian swasembada gula adalah:1. Intensifikasi (Bongkar ratoon, Rawat ratoon, bibit unggul, pengembangan

alsintan)2. Ekstensifikasi pada lahan-lahan potensial3. Revitalisasi dan Pembangunan pabrik4. Perbaikan manajemen tebang angkut5. Pendampingan Upaya khusus (UPSUS) kawasan pengembangan tebu6. Pembangunan kebun benih dan perbaikan sistem perbenihan7. Penciptaan varietas unggul baru (provitas>120 ton; rendemen>10)8. Teknologi alsin (tanam, panen, pascapanen)9. Sistem informasi tebu terpadu (peta kesesuaian lahan tebu skala 1 :

50.000)

Selain itu, untuk meningkatkan produktivitas tebu per satuan luas,lahan perlu dipupuk dengan pupuk organik dalam jumlah yang cukup. Hal ini

disebabkan hampir seluruh biomasa tebu dikuras dan dianglut keluar lahan.Salah satu sumber pupuk kandang adalah ternak sapi. Untuk itu usahatanitebu perlu diintegrasikan dengan usaha ternak sapi. Upaya lain adalahmengembangkan sistem tumpangsari tebu dengan tanaman kacang-kacangan(kedelai, kacang hijau, dan kacang tanah)yang mempunyai kemampuanmengikat N dari udara. Integrasi usaha, selain meningkatkan kesuburan lahanjuga akan selain meningkatkan kesejahteraan petani tebu dan mengurangirisiko usaha.

6.8. Analisis Kebutuhan Sumber Daya Manusia PendukungPengembangan Kawasan

Temuan di lapamgan menunjukkan bahwa petani tebu tidak/kurangmendapat layanan pembinaan dan penyuluhan di bidang teknis dari lambagapenyuluhan. Lembaga penyuluhan selama ini lebih terfokus pada komoditas

tanaman pangan. Kementerian Pertanian melalui Direktorat JenderalPerkebunan, merekrut sarjana dan D III/SMK Pertanian sebagai TKP (tenaga

Page 239: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 223

Kontrak Pendamping) dan PLP TKP (Petugas Lapang Pembantu TenagaKontrak Pendamping) untuk mendampingi petani tebu.

Petani tebu sebenarnya memerlukan pendampingan untukmengembangkan usahataninya. Beberapa teknologi yang petani tebu yangdibutuhkan antara lain adalah teknik budidaya, pengendalian OPT,pemupukan spesifik lokasi, varietas dengan berbagai umur kemasakan, teknikpengolahan tebu dan produk turunanya sebagai alternative bagi pengolahangula di PG.

Beberapa permasalahan lapangan juga dapat diatasi denganmeningkatkan sumberdaya manusia yang terkait dengan industri tebu.Misalnya adalah sosialisasi pentingnya benih bermutu, karena selama ini benihbersertifikat tidak mendapat apresiasi yang cukup dibandingkan dengan benih

yang tidak bersertifikat. Yang lainnya adalah perlunya meningkatkan kualitasIPH gula tumbu. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan melakukanperbaikan budidaya tanaman (on farm) - GAP/GFP (Good Agriculture/FarmingPractices), prosedur tebang angkut - GHP (Good Handling Practices), hinggastandarisasi proses - GMP (Good Manufacturing Practices). Untuk menjaminagar industri tebu dan gula dapat bersaing, konsep SCM (supply chainmanagement) untuk menjamin keberlanjutan industri tebu dan gula melaluipembagian keuntungan yang berkadilan, juga perlu mulai diterapkan.

Masalahnya, dalam beberapa kasus terjadi ketidak sinkronan antaralembaga penyuluhan kabupaten (Badan Pelaksana Penyuluhan) denganlembaga penyuluh TKP (tenaga Kontrak Pendamping) dan PLP TKP (PetugasLapang Pembantu Tenaga Kontrak Pendamping). Ketegangan tersebutbertakar pada terjadinya ‘duplikasi’ pembinaan kelompok tani. Menurutlembaga penyuluhan kabupaten, petani sudah dibagi habis menurut WKPP(wilayah Kerja Penyuluhan Pertanian). Oleh karena itu pembinaan lebihintensif oleh lembaga pengampu komoditas, harus sejalan dengan WKPPtersebut dan tidak membuat sendiri/baru.

Untuk sinkronisasi upaya pemberdayaan petani tebu, operasionalisasiTKP (tenaga Kontrak Pendamping) dan PLP TKP (Petugas Lapang Pembantu

Page 240: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah224

Tenaga Kontrak Pendamping) yang pembiayaannya dilakukan oleh DirektoratPerkebunan dan operasionalisasinya ditangani oleh Dinas Teknis di Provinsidan Kabupaten/Kota, perlu diintegrasikan dengan kelembagaan penyuluhanyang sudah eksis di daerah (Badan Pelaksana Penyuluhan di Kabupaten/Kota). Ketidak sinkronan/tidak adanya integrasi antar dua lembagapenyuluhan menyebabkan terjadinya tabrakan kepentingan. Misalnya siapayang sebenarnya berwenang melegalisasi RDKK petani tebu.

Saluran Diseminasi Inovasi Teknologi. Selama ini TRK yang terkaitdengan PG bersifat tertutup terhadap inovasi yang berasal dari lembaga diluar saluran yang sudah ditetapkan. Hal ini terkait dengan rigid-nya aturanyang ditetapkan. Menurut informasi, teknologi yang prospektif (misalnyavarietas baru, takaran dan jenis pupuk, serta jarak tanam) tidak kompatibel

dengan kebijhakan yang diterapkan oleh PG karena mnyangkut satuan biayabaku yang ditetapkan. Perubahan hanya dimungkinkan pada level Direksi PG.Lembaga penelitian dan pengembangan di luar jalur TRK-PG hanya dapatmasuk pada area TRM.

Deregulasi saluran diseminasi teknologi perlu dilakukan karena TRK-PGjuga menikmati insentif yang diberikan oleh pemerintah antara lain KKPE,pupuk bersubsidi, subsidi biaya angkut tebu ke PG, dan sarana prasaranalainnya. Setidaknya petani diberikan keleluasaan untuk memilih teknologi yangdipandang paling tepat sesuai dengan UU no 12 tahun 1996 tentang UUbudidaya tanaman.

6.9. Analisis Kebijakan dan Kebutuhan Dukungan PeraturanPendukung Pengembangan Kawasan

(1) Kebijakan dan peraturan untuk gula tumbuIndustri gula tumbu perlu dimasukkan sebagai bagian dari pencapaian

swasembasda gula. Pola pikir ini penting karena secara riil gula tumbumemenuhi kebutuhan industri olahan akan gula. Pelaku industri pengolahanhasil (IPH) Gula tumbu juga bersifat padat karya (ditangani oleh UKM).Karena bahan baku Gula tumbu umumnya dari lahan petani yang mandiri,maka teknik budidaya perlu ditingkatkan antara lain penerapan teknik klethek

Page 241: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 225

selama fase pertumbuhan tebu. Teknik klethek selain meningkatkankesehatan tanaman (mengurngai OPT penggerek batang), rendemen tebuyang dihasilkan juga dapat meningkat. Selain itu klethek juga mengurangirisiko roboh dan bahaya kebakaran. Tebu yang bersih setelah di-klethek akanmemenuhi klasifikasi tebu manis, bersih, dan segar (MBS), sehingga kualitasgula tumbunya juga meningkat.

Perhatian pemerintah terhadap gula tumbu perlu ditingkatkan. Antaralain dengan membangun sistem yang memungkinkan pelaku industri kecil inidapat mengakses KKPE. Sebagai tahap awal perlu ditingkatkan kapasitaslembaga asosiasi pelaku gula tumbu, sehingga gula tumbu yang dihasilkandapat meningkat kualitasnya dan memenuhi standar yang dipersyaratkan.

(2) Kebijakan dan peraturan untuk transparansi penentuanrendemen

Informasi asimetris dalam penentuan rendemen gula diatasi denganmembentuk lermbaga independen yang dapat memberikan akreditasi.dansecara teratur melakukan peneraan/kalibrasi alat penentu rendemen.

Untuk mendorong perluasan lahan tebu, pada tahap awal sebelumlembaga independen penentu rendemen belum berjalan, khususnya di daerahpengembangan PG sebagai alternatif dapat menerapkan pola pembelian tebupetani berdasarkan tonase. Secara bertahap pembelian tebu dapat perludilakukan berdasarkan rendemen akan tetapi penentuan rendemennya tidakberdasarkan kelompok/kawasan akan tetapi berdasarkan kualitas tebuindividu petani.

Usahatani tebu bersifat spesifik dan sangat sensitive terhadapkebijakan impor. Importasi gula berdampak besar terhadap petani tebu. Olehkarena itu kebijakan pembukaan impor gula perlu dilakukan secara hati-hatidengan memperhatikan kepentingan petani dan daerah sentra produksi.

(3) Kebijakan dan peraturan untuk Ekstensifikasi lahan tebuKonfik peruntukan lahan, terkait dengan kebijakan lahan pertanian

berkelanjutan perlu dihindari. Hal ini misalnya diindikasikan dengan

Page 242: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah226

pengalihan jatah air irigasi untuk satu petaklahan yang ditanamii tebu kepadalahan lain yang ditanami komoditas lain. Oleh karena itu, perluasan arealpengembangan tebu diarahkan ke kawasan lahan kering.

Guna menjamin dan meningkatkan penghasilan petani tebu skala kecil,perlu dikembangkan pola integrasi tebu dengan cabang usahatani lainnyamisalnya dengan pola tumpang sisip tebu-jagung atau tebu – kedelai atauintegrasi dengan ternak sapi potong. pola tumpang sisip tebu-jagung atautebu – kedelai sangat potensial untu mengurangi konflik/kompetisispenggunaan lahan antar komoditas. Pola ini sudah diuji di KabupatenRembang dan Blora dan hasilnya cukup menggembirakan. Integrasi usahatebu dengan ternak sapi potong dimaksudkan untuk pendayagunaan limbahtanaman tebu dan tetes serta pengolahan limbah ternak menjadi pupuk

organik.

6.10. Analisis Manajemen Budidaya dan Pengembangan

Pada saat ini berdasarkan tipe tingkat kemasakannya, varietas tebudapat dibagi menjadi tiga, yaitu masak awal, masak tengah, dan masak akhir.Di lapangan, petani cenderung memilih untuk menanam tebu masak tengahdan akhir. Masalahnya, petani cenderung memanen tebu masak akhirbersamaan dengan tipe tebu masak tengah karena khawatir terhadap

terjadinya penumpukan tebu di PG yang berdampak pada turunnyarendemen.

Akibat dari penanaman tebu petani yang dapat dianggap hanyamewakili satu tipe tingkat kemasakan (masak tengah), maka masa gilingpabrik gula dan juga gula tumbu hanya mencapai < 150 hari. Selama masagiling itu, pabrik juga tidak bisa full capacity karena pada periode tersebut adamasa-masa lean season (pada awal masa giling) dan peak season panentebu. Untuk diketahui, rendemen tebu akan turun apabila dipanen lebih awal,dipanen melebihi masa optimalnya, atau tidak segera digiling/penggilingannyaditunda karena volume tebu kapasitas melebihi pabrik. Petani tebu, seringkalimembakar perkebunan tebu untuk “memaksa” PG segera menebang,

Page 243: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 227

memanen, dan menggiling tebu mereka karena khawatir akan terjadinyapenundaan.

Melalui penataan varietas, masa giling tebu di PG dan industri gulatumbu bisa diperpanjang hingga 180 hari dengan kondisi full capacity. PG danindustri gula tumbu dapat menggiling tebu sesuai dengan tipe kemasakannyasehingga penurunan rendemen, karena terlalu cepat dipanen atau terlambatdipanen, dapat dihindari.

Varietas masak awal dapat ditanam di lahan kering dengan sistem budchip, karena tanam pindah dilakukan pada saat bibit tebu sudah berumur 3bulan. Penanaman tebu masak awal di lahan kering akan menghindaripermasalahan yang memicu konflik apabila varietas ini ditanam di lahansawah karena rusaknya akses jalan usahatani pada saat pengangkutan hasil

panen. Sementara itu tebu masak tengah dan akhir tetap ditanam lahankering yang masih tersedia luas.

Pola penataan varietas dapat diawali pada daerah-daerah perluasanareal, misalnya ektensifikasi tebu di lahan kering di kawasan hutan. Untukmenjangkau daerah-daerah baru yang belum didukung dengan infrastrukturyang memadai, perlu mulai dikembangkan teknologi penggilingan tebu dilahan/tempat untuk menekan biaya transportasi. Dapat dilakukan rekayasaalat portable untuk menggiling tebu sehingga menghasilkan nira untukdiproses lebih lanjut di PG/lokasi pengolahan gula tumbu. Analogi danpembelajaran dapat diambil dari sistem yang berkembang di sapi perahdengan susu sapi dengan industri pengolahan susu (IPS)-nya serta mobile ricemill pada komoditas padi yang dikembangkan oleh masyarakat.

Selain pengaturan dan penataan varietas berdasarkan tingkatkemasakan, yang pada gilirannya akan menentukan pola panen dan polagiling tebu, perlu pula dilakukan perbaikan sistem pasokan air untukkomoditas tebu. Sistem tata air utamanya diperlukan pada daerah-daerahyang ditujukan untuk sentra penangkaran benih berkualitas.

Page 244: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah228

6.11. Analisis Pelaku dan Peran Pemangku Kepentingan

Peran masing-masing pemangku kepentingan yang terkait dalamsistem agribisnis tebu dan gula ditanpilkan dalam tabel berikut.

Tabel 6.6. Pelaku/lembaga dan perannya pada masing-masing subsistemagribisnis tebu dan gula

Sub sistem Pelaku/Lembaga PeranInput Petugas Pertanian Lapangan

(PPL) APTR/KPTR TKP PLP Distributor pupuk Penangkar benih Dinas Perkebunan

Legalisasi RDKK pupuk bersubsidi Advokasi petani Membantu CPCL penerima program,

pembinaan petani Distributor pupuk Penyedia benih Pengawas benih/fasilitator

Produksi KPTR Petani PPL/TKP PLP/ Penyuluh

swadaya Perbankan Pabrik Gula

Pengelola UPJA Proses produksi Pembinaan petani * Penyedia modal Avalis KKPE

Olahan Pabrik Gula IPH Gula Tumbu

Tebang angkut, prosesing tebumenjadi gula Kristal putih (GKP),penetapan rendemen, Gudang,lelalng,

Pengolahan gula tumbu

Pemasaran APTRI Distributor gula

Lelang gula Pemasaran

Lembagapenunjang

Balitbangtan: BPTP,Puslitbangbun, P3GI, Perg.Tinggi, Perusahaan Swasta

BPSDMP, Bakorluh, Bapeluh,P4S

Perbankan Dirjenbun, Dinbun

Sumber teknologi Penyuluhan/Advokasi/Pembinaan

petani Sumber modal Pengaturan layanan

* Belum berjalan

Page 245: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 229

6.12. Analisis Model dan Detil Desain Rencana Pengembangan Kawasan

6.12.1. Pilihan dan Penetapan ModelBerdasarkan kondisi aktual dan permasalahan yang dijumpai di

lapangan, upaya pencapaian swasembada gula melalui kegiatanpengembangan kawasan perlu pembagian petani tebu yang berada di luarkegiatan produksi tebu yang dilaksanakan oleh PG. Hasil kajian menyarankanagar petani tebu di daerah kawasan dibedakan atas 3 model, yaitu:(1) Model corporate farming atau pengusaha tebu skala besar,(2) Model collective farming yaitu model bagi petani yang menjalin KSO

dengan PG, dan(3) Petani mandiri skala kecil yang usahanya < 2 ha.

Setiap model itu disarankan tetap mendapat fasilitas, misalnya subsidi

pupuk, peralatan, dan bimbingan teknis dari pemerintah. Namun demikian,insneitf dan bimibingan tersebut skimnya khusus untuk setiap model.

6.12.2. Pilihan Komoditas dan Produk AkhirSelama ini gula pasir kristal sering dijadikan sebagai indikator konsumsi

gula dan indikator keberhasilan capaian swasembada. Dalam kaitannyadengan pengembangan kawasan, Indikator ini diperbanyak termasuk gulatumbu. Jadi, komoditas dan produk akhir dari pengembangan kawasan tebu

ini adalah gula pasir kristas dan gula tumbu.Pengamatan lapang menunjukan bahwa perkebunan tebu rakyat

diarahkan untuk menyiapkan bahan untuk industri gula tumbu. Industri kecilgula tumbu sebagian besar dikelola oleh Usaha Mikro (karyawan dibawah 5orang) dan Kecil (karyawan 5 -10 orang), dan Menengah (UMKM). Industri initelah menjadi usaha yang berkembang di masyarakat. Produk gula tumbumenjadi bahan baku industri makanan olahan, khususnya kecap dan dodolyang berkembang dengan sangat baik di Jawa Tengah. IKM gula tumbuselama ini juga berperan besar sebagai pasar alternative bagi petani teburakyat.

Page 246: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah230

6.12.3. Pengembangan Sumberdaya Prasarana (Infrastruktur)Selain peningkatan produktivitas, strategi yang perlu ditempuh untuk

mencapai swasembada tebu adalah melalui program ekstensifikasi. Lahanpotensial untuk usahatani tebu banyak tersebuar di kawasan lahan keringyang umumnya sarana prasarananya terbatas. Untuk itu pengembanganinfrastruktur sangat diperlukan. Menurut informasi, pembangunan 1 kmpanjang jalan pada kawasan lahan kering yang sebelumnya terisolir, telahmembuka lahan baru untuk usahatani tebu seluas 100 hektar. Faktorpembatas dalam pengangkutan hasil panen akan diselesaikan denganterbukanya akses jalan masuk.

6.12.4. Keterkaitan Antar Progam dan Antar KawasanDi Jawa Tengah, ekstensifikasi dan itensifikasi usahatani tebu

menghadapi kompetisi penggunaan lahan dengan komoditas lain, khususnyakomoditas pangan yang juga menjadi prioritas pemerintah. Untuk itukoordinasi antar program sangat diperlukan. Selain itu sinergisme antarkawasan pengembangan tebu juga diperlukan karena pada saat ini petanitebu yang berada di Kabupaten Pati, Rembang, dan Blora memasarkan hasilpanennya terutama di empat pabrik gula (PG Trangkil, PG Rendeng, PG Pakis,dan PG GMM). Petani juga memasarkan hasil panennya di IKM gula tumbu.Sinergisme antar kawasan diperlukan untuk menghindari terjadinyapersaingan yang tidak sehat antar pabrik gula.

6.12.5. Pengembangan Pasar (Pengolahan dan Pemasaran) danPerdagangan (Ekspor)

Pasar gula Kristal di Indonesia masih sangat terbuka. Selama ini PGmengatasi kekurangan produksi tebu domestic dengan melakukan importasigula rafinasi. PG perlu didorong untuk meningkatkan transparansi (khususnyadalam penentuan rendemen) dan memberikan insentif harga yang cukup agarpetani terdorong untuk mengembangkan usahanya.

Pengamatan lapang dan hasil analisis data menunjukkan bahwaproduktivitas, kualitas, dan kuantitas industri gula tumbu perlu ditingkatkan.Peningkatan kualitas gula tumbu sebenarnya diapresiasi oleh pasar dalam

Page 247: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 231

bentuk harga yang lebih tinggi. Melalui perbaikan kualitas gula tumbu, pasargula tumbu akan menjadi lebih terbuka, termasuk untuk gula tumbu ekspor.

6.12.6. Pengembangan dan Penyediaan Input (Sarana Produksi), BahanBaku dan Bahan Penolong

Penyediaan input untuk menunjang industri tebu perlu dikembangkan.Prioritas perbaikan penangkaran benih unggul tebu untuk berbagai tingkatkemasakan sangat diperlukan. Regulasi dan deregulasi penangkaran bibit

unggul tebu sangat diperlukan, sementara sosialisasi akan nilai lebih daripenggunaan bibit berkualitas dan bersertifikat kepada para petai tebu jugasangat diperlukan agar penggunaan bibit berkualitas di kalangan petani tebudapat ditingkatkan secara berarti.

Konflik penggunaan pupuk antara komoditas tebu dengan komoditaspangan laonnya juga perlu disikapi dengan serius. Penyediaan pupuk yangmemenuhi 6 tepat sangat penting, khususnya tepat jumlah, jenis, waktu, dankualitas, dengan harga yang wajar dan terjangkau petani. Untuk mengurangisalah alokasi dan kebocoran penyakuran subsidi yang diperuntukkan bagikomoditas tebu, perlu dikembangkan pupuk slow release dengan kemasan.Karakter produk yang berbeda dengan yang digunakan untuk komoditaspangan. Diversifikasi produk pupuk ini akan memudahkan pengawasan baikoleh petani tebu maupun oleh pemangku kepentingan lain yang ditugaskanuntuk melakukan pengawasan pupuk.

6.12.7. Pengembangan Kelembagaan dan Sumberdaya Manusia(Termasuk Struktur Organisasi Perencanaan dan PengembanganKawasan Pertanian)

Pola pembinaan untuk setiap model petani sebaiknya tidak sama. Bilamodel petani yang diusulkan di atas (pada butir 6.12.1) dapat diterima, maka

pembinaan pada model 1 (corporate farming - pengusaha besar) dapatdilakukan oleh penyuluh khusus yang ditunjuk dan direkrut oleh DitjenPerkebunan (TKP dan PLP). Sementara itu model 2 (collective farming) dan 3(petani mandiri) dapat dibina oleh lembaga penyuluhan yang selama ini

Page 248: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah232

berkembang (PPL di bawah Bapeluh). Skim kredit dan bantuan untuk masing-masing model petani juga perlu dibedakan.

6.12.8. Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Saat ini Kementerian Pertanian melalui Badan Penelitian danPengembangan Pertanian (Balitangtan) telah dan sedang melakukanpenelitian dan pengkajian intensif teknologi dan kelembangaan gunameningkatkan kinerja industri tebu dan gula. Penelitian serupa juga dilakukanantara lain oleh perguruan tinggi. Namun demikian, hasil inovasi teknologiBalitbangtan dan perguruan tinggi tentang tebu dan gula selama ini belumdapat didiseminasikan secara optimal kepada petani dan pelaku industri tebudan gula. Salah satunya diduga disebabkan PG- sebagai penerima hasil petanitebu terbesar, cenderung bersifat tertutup terhadap inovasi. Oleh karena itu,deregulasi terhadap sistem diseminasi inovasi kepada industri tebu dan gulaperlu dilakukan agar inovasi yang dihasilkan dapat optimal.

6.12.9. Pengembangan Pembiayaan

Data lapangan mengindikasikan bahwa selama ini, petani memperolehmodal usahatani tebu dari berbagai sumber, yaitu:(1) PG misalnya melalui kerjasama operasional (KSO),(2) Pemerintah (misalnya KKPE, PMUK), dan(3) Swadaya petani (pinjaman pada bank komersial/swasta).Sepanjang harga tebu dan gula stabil serta pasar hasil panen terbuka, petanitebu akan terdorong untuk mengusahakan tebu walaupun dengan modalswadaya.

Temuan di lapangan menunjukkan bahwa KPTR telah bertindak secarainformal sebagai ‘avalis’ bagi petani tebu anggotanya. Proses pengajuan kredit

komersial oleh petani kepada perbankan akan lebih mudah dan lebih cepatapabila mendapat ‘rekomendasi’/jaminan dari KPTR. Hal ini berkaitan denganmasalah kepercayaan.

Fasilitasi dari pemerintah diperlukan khususnya dalam pengadaanperalatan dan mesin pertanian yang memerlukan dana besar. Fasilitasi dalam

Page 249: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 233

bentuk pembinaan teknis, khususnya dalam bentuk inovasi teknologi, danderegulasi yang berpihak kepada petani tebu dan IKM gula, juga diperlukan.Deregulasi yang dimaksud misalnya adalah transparansi penentuanrendemen, ketentuan harga dan rendemen terendah, serta asuransi petani.

Page 250: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah234

7.1. Strategi Pengembangan

Sebelum diuraikan tentang strategi pengembangan,terlebih dahuludiuraikan secara ringkas permasalahan yang dihadapi oleh industri tebu dangula.

7.1.1. PermasalahanPemerintah menargetkan produksi gula tebu mencapai 2,97 juta ton

pada tahun 2015. Jumlah tersebut terus meningkat menjadi 3,27 juta tonpada tahun 2016 dan selanjutnya ditargetkan 3,82 juta ton pada tahun 2019.Upaya untuk mempercepat capaian target tersebut dapat dilakukan melaluiupaya peningkatan efisiensi budidaya tebu rakyat. Saat ini, rata-rataproduktivitas perkebunan tebu rakyat adalah 72 ton/ha dengan rendemen7,69%. Untuk mencapai swasembada, produktivitas yang perlu dicapai adalahminimal 120 ton/ha dengan rendemen di atas 9%.

Rendahnya produktivitas per luas areal tanam di perkebunan teburakyat merupakan masalah utama saat ini. Hal ini disebabkan perkebunan

tebu rakyat masih menggunakan: (i) teknologi sederhana, (ii) berskala kecil,dan (iii) manajemen sederhana. Selain itu, perkebunan tebu rakyat masihdidominasi oleh: (iv) tanaman non-klonal, (v) tanaman telah menua dan (vi)rusak. Upaya untuk merehabilitasi dan meremajakan kebun petani dapatdilakukan namun terkendala oleh ketiadaan kredit dan keterbatasan bibitberkualitas. Permasalahan lain yang dihadapi adalah pengolahan hasil, dimanaproduk perkebunan masih didominasi oleh komoditas olahan primer, padahalnilai tambah yang tinggi berada pada produk olahan dalam bentuk produksetengah jadi dan produk jadi, baik barang untuk keperluan industri maupunrumah tangga.

Sebagai negara dengan basis sumber daya agraris, Indonesia pernahmenjadi salah satu produsen dan eksportir gula pasir terbesar di dunia, yaitu

BAB VII. ROAD MAP DAN RENCANA AKSI PENGEMBANGANKAWASAN PERKEBUNAN KOMODITAS TEBU

Page 251: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 235

pada dekade 1930-40 an. Namun seiring dengan semakin menurunnyaproduktivitas gula nasional, predikat negara pengekspor gula yang disandangIndonesia berganti menjadi negara pengimpor gula yang cukup besar saat ini.

Perkembangan yang kurang menggembirakan tersebut menunjukkanbahwa industri gula nasional sedang menghadapi permasalahan yang sangatkompleks. Setidaknya ada tiga permasalahan utama yang dihadapi olehIndonesia berkaitan dengan agribisnis pergulaan. Pertama industri gulamengidap ”penyakit industrial” yang kronis, yang disebabkan oleh sindromadeindustrialisasi, regresi industri dan disintegrasi industri. Kedua industri gularentan terhadap ancaman. Ketiga kebutuhan gula domestik terus meningkatdan terdiferensiasi.

Masalah 1: Industri Gula Mengidap “Penyakit Industrial” KronisPenyakit industrial (industrial sickness) kronis yang telah lama

menggerogoti industri gula nasional kini sudah sampai pada fase akut. Apabilatidak dilakukan tindakan penyelamatan melalui kebijakan komprehensif,industri gula nasional dapat mengalami kematian yang tidak mungkindiselamatkan lagi. Penyakit industrial tersebut diindikasikan oleh sindromaberikut:

(1) DeindustrialisasiSindroma deindustrialisasi sudah berlangsung sejak akhir dekade 1920-

an, diindikasikan terjadinya penurunan produksi gula nasional dari 2,9 juta tonpada tahun 1930 menjadi 1,7 juta ton pada tahun 2003 dan 2,54 juta tonpada tahun 2013. Pabrik gula yang semula berjumlah 179 unit pada tahun1930 turun menjadi 61 unit pada tahun 2009 dan pada tahun 2014 menjadi63 unit. Deindustrialisasi sudah pada fase akut sebagaimana ditunjukkan olehfenomena bangkrutnya pabrik gula yang terjadi secara berkelanjutan. Di JawaTengah, fenomena bangkrutnya pabrik gula juga terjadi. Jumlah PG yangsemula 15 unit terus menurun menjadi 10 unit pada tahun 2014

Page 252: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah236

(2) Regresi industriSindroma regresi industri diindikasikan oleh kemunduran produktivitas

dan efisiensi industri yang pada akhirnya juga menyebabkan terjadinyakemunduran daya saing industri gula. Penerapan inovasi teknologi dankelembagaan, yang menjadi sumber utama pertumbuhan produksi dan basisdaya saing industri gula pada zaman kolonial, sejak zaman kemerdekaanmengalami kemunduran. Hal ini ditunjukkan oleh data penurunanproduktivitas tebu maupun rendemen gula tebu. Produktivitas tebu menurundari 137,84 ton pada tahun 1940 menjadi 77,9 ton pada tahun 2004 dan 75,6ton pada tahun 2013, dan rendemen gula tebu menurun dari 12,74 persenpada tahun 1940 menjadi 7,67 persen pada tahun 2004 dan 7,18 persen padatahun 2015. Penurunan produktivitas tebu dan rendemen menyebabkan

terjadinya penurunan produktivitas gula hablur dari 17,63 ton gula/ha padatahun 1940 menjadi 5,94 ton gula/ha pada tahun 2004 dan menjadi 5,4 tongula/per ha pada tahun 2013.

Sesungguhnya, dalam tren jangka panjang, luas tanam tebumengalami peningkatan dari 196.592 ha pada tahun 1930 menjadi 345.550ha pada tahun 2004 dan menjadi 469.227 ha pada tahun 2013. Dengandemikian, penurunan produksi gula terutama disebabkan oleh penurunanproduktivitas tebu maupun rendemen gula tebu. Penurunan produktivitas iniyang menjadi penyebab utama penurunan daya saing industri gula.Penurunan produktivitas ini merupakan perpaduan dari masalah internal padaketiga pilar industri gula, yaitu: penurunan produktivitas/efisiensi usahatani;penurunan produktivitas/ efisiensi pabrik gula; dan penurunanproduktivitas/inovasi lembaga penelitian dan pengembangan.

(3) Disintegrasi industriIndustri gula merupakan salah satu industri yang amat menbutuhkan

koherensi tiga pilar penopang, yaitu usahatani tebu, pabrik gula, dan lembagapenelitian. Pada zaman kolonial, ketiga pilar tersebut diintegrasikan secara“sempurna” berkat campur tangan pemerintah yang memiliki kekuasaan

Page 253: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 237

memaksa terhadap semua pelaku pada ketiga pilar industri tersebut. Namunsejak zaman kemerdekaan, khususnya setelah nasionalisasi pabrik gula padaakhir tahun 1950-an, penghapusan sistem glebagan, dan pengakhiran hakotonomi petani dalam mengelola usahatani, serta pemisahan Pusat Penelitiandan Pengembangan Gula Indonesia (P3GI) dari “konsorsium“ pabrik gula,telah menyebabkan ketiga pilar gula tidak lagi terintegrasi dengan kuat.Bahkan, sifat interrelasi antar ketiga pilar condong menjadi bersifat“antagonistik” atau “saling memperdayai” sehingga semakin memperburukkinerja masing-masing maupun kinerja industri secara agregat.

Masalah 2: Industri Gula Rentan Terhadap Ancaman PersainganSindroma penyakit industrial telah menyebabkan biaya pokok produksi

gula cenderung meningkat sementara profitabilitas usahatani tebu cenderungmenurun, yang berarti kemampuan bersaing industri gula mengalamipenurunan. Disisi lain, harga gula internasional cenderung menurun, antaralain karena semua negara produsen gula memberikan dukungan domestik

dan atau subsidi ekspor untuk melindungi dan mempromosikan industri gulamasing-masing. Tanpa proteksi, biaya pokok produksi gula di Jawa akanmenjadi lebih tinggi dari pada harga gula impor. Pada kondisi ini, sistemindustri gula di Jawa tidak akan mampu bertahan hidup tanpa perlindungandari pemerintah.

Selain tekanan persaingan dari gula impor, industri gula domestik jugarentan terhadap tekanan persaingan dari komoditas lain, utamanya padi,dalam hal penggunaan lahan usahatani. Berbeda dengan usahatani tebu,produktivitas usahatani padi meningkat tajam dalam 30 tahun terakhirsebagai hasil dari terobosan teknologi hasil penelitian, khususnya varietasunggul padi berumur pendek yang responsif terhadap pupuk, serta perbaikaninfrastruktur dan kelembagaan pendukung usahatani. Hasilnya, kemampuanbersaing usahatani padi lebih besar daripada usahatani tebu. Tidak hanya itu,pemerintah juga konsisten memberikan dukungan harga untuk gabah yang

Page 254: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah238

dijual petani padi. Akibatnya, usahatani tebu tidak memiliki keunggulankomparatif terhadap usahatani padi.

Inferioritas bersaing industri gula nasional saat ini tidak sepenuhnyamenggambarkan realita kondisi pasar “sempurna”. Harga gula dunia bersifatartifisial, jauh lebih rendah dari semestinya, karena negara-negara produsengula memberikan dukungan domestik dan subsidi ekspor yang amat besarkepada industri gula masing-masing. Penelitian yang dilakukan konsultaninternasional Booker Tate (1999) menunjukkan bahwa dengan menggunakanstandar internasional, biaya pokok produksi gula di Indonesia sebenarnyatidak tergolong tinggi, bahkan masih lebih rendah dari median seluruh negara-negara penghasil gula. Kondisi ini berbanding terbalik dengan kondisi padakomoditas padi. Harga gabah padi yang diterima petani padi bersifat artifisial

karena tingginya proteksi yang diberikan pemerintah Indonesia.

Masalah 3: Kebutuhan Gula Domestik Terus Meningkat danSemakin Terdiferensiasi

Perpaduan antara pertumbuhan penduduk, peningkatan pendapatanserta perkembangan industri makanan dan minuman telah mendorongakselerasi peningkatan permintaan gula domestik. Dalam tiga tahun terakhirkonsumsi gula tebu domestik meningkat dengan laju 3,3 persen per tahun.Perpaduan antara peningkatan konsumsi dan penurunan produksi gula tebutelah menyebabkan akselerasi defisit yang harus ditutupi melalui impor gularafinasi dalam jumlah yang semakin besar. Peningkatan ketergantunganterhadap impor gula dipandang sebagai ancaman terhadap ketahanan pangannasional dan ancaman hilangnya kesempatan pasar bagi industri guladomestik. Akselerasi peningkatan impor tidak dapat diterima, baik secarapolitik maupun secara ekonomi, sehingga harus diredam melalui peningkatanproduksi gula tebu domestik.

Disamping untuk kebutuhan konsumsi langsung, kebutuhan gularafinasi untuk bahan baku industri maupun makanan khusus (specialty food)juga mengalami peningkatan. Pada saat ini, gula rafinasi dipenuhi dari impor

Page 255: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 239

dan produksi gula rafinasi domestik yang baru berkembang dalam beberapatahun terakhir dengan menggunakan bahan baku gula mentah (raw sugar)impor. Dengan demikian, kebijakan komprehensif pergulaan nasional haruslahjuga mencakup kebijakan pengembangan gula rafinasi.

Tanpa perlindungan dan dukungan promosi menuju industri yangefisien dan progresif, industri gula nasional akan mengalami kebangkrutantotal. Jika hal itu terjadi, maka Indonesia akan kehilangan kesempatan pasardan peluang usaha. Hilangnya peluang usaha, selain mempunyai dampakekonomi tetapi juga akan menimbulkan masalah sosial yang signifikan.Dengan luas lahan tebu Indonesia sekitar 460.852 ha (rata-rata 2010-2014),dan dengan asumsi penyerapan tenaga kerja sekitar 600 HOK/ha/tahun,maka usaha tani tebu dapat menciptakan 276.511.200 HOK (hari orang

kerja) per tahun. Angka ini akan menjadi lebih besar apabila serapan tenagakerja di berbagai PG di pulau Jawa juga diperhitungkan. Apabila kesempatankerja ini hilang tanpa diikuti dengan penciptaan lapangan kerja untuk kegiatanusaha dan sektor lain (yang nampaknya akan sulit dikembangkan dalamwaktu singkat), maka akan muncul masalah-masalah sosial sebagai persoalanikutan yang dapat mengganggu stabilitas sosial dan politik.

Artinya, dilihat dari satu sisi saja yaitu kesempatan kerja, risiko ongkospolitik yang akan diemban oleh pemerintah cukup besar jika industri gulaIndonesia dibiarkan terpuruk. Risiko politik akan lebih besar lagi, apabiladilihat gula sebagai salah satu komoditas strategis ditinjau dari sistempertanian dan perekonomian nasional.

7.1.2. Arah kebijakanBanyak kalangan menilai bahwa kebijakan pemerintah akhir-akhir ini

pro petani, tetapi banyak pula yang melihatnya sebagai kebijakan parsial(tidak komprehensif) dan kurang jelas keterkaitannya antara satu sektordengan sektor yang lain dalam kerangka pengembangan industri gula yangefisien. Berbagai kebijakan yang ditetapkan bersifat tambal sulam; dikeluarkanmanakala ada masalah (reaktif) dan cenderung bersifat ad-hoc. Memecahkanmasalah produktivitas dan inefisiensi industri gula nasional tidakcukup hanya

Page 256: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah240

dengan menerapkan hambatan perdagangan atau pembatasan impor, tetapiharus dikombinasikan dengan agenda restrukturisasi yang jelas danterencana, serta support lainnya dari pemerintah.

Membangun industri gula yang efisien, memerlukan suatu rancangankebijakan yang menyeluruh, memiliki keterkaitan dan keselarasan yang jelasantara satu kebijakan dengan yang lain, dan terintegrasi agar efektif. Untukitu perlu dirumuskan arah, strategi dan peta jalan pengembangan industrigula nasional.

Industri gula tebu hanya dapat tumbuh berkembang berkelanjutan biladitopang oleh empat pilar yang kokoh, berimbang dan terintegrasi, yaitu :(1) Usaha perkebunan tebu oleh PR/PBS/PBN,(2) Industri gula oleh pabrik gula,

(3) Inovasi teknologi oleh lembaga penelitian dan pengembangan,Yang didukung dengan kebijakan yang komprehensif.

Saat ini sebagian besar pabrik gula BUMN (misalnya PG Rendeng) danswasta (misalnya PG Trangkil, PG Pakis, dan PG GMM) menggunakan bahanbaku yang berasal dari tebu rakyat untuk menghasilkan gula kristal putih(GKP). Hal ini menyiratkan bahwa relasi dan padu-padan yang baik antarausahatani tebu dan pabrik gula menjadi simpul kritis untuk vitalitas usahapabrik gula maupun usahatani tebu. Inovasi dan reinovasi teknologi maupunperbaikan manajemen untuk mengembangkan Usaha perkebunan tebuusahatani dan industri pabrik gula amat vital dan harus terpadu.

Selama ini manajemen dan kepemilikan tiga pilar industri yang terpisahmenjadi akar penyebab utama munculnya fenomena deindustrialisasi industrigula tebu.Oleh karena itu, ke depan untuk mengembangkan industri gula tebuyang kokoh, konsolidasi manajemen pada ketiga pilar diperlukan. Misalnya,seluruh pabrik gula dibawah manajemen BUMN perlu disatukan dalam satubadan usaha dan saham mayoritasnya dimiliki oleh para petani tebu.Lembaga penelitian yang merupakan bagian integral dari perusahaan, jugaakan menjamin peningkatan produktivitas usaha. Artinya konsolidasi usahaakan menjamin kelangsungan penyediaan bahan baku.

Page 257: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 241

Analogi juga dapat digunakan baik untuk GKP yang dihasilkan olehindustri gula swasta (non BUMN). Para pelaku industry gula swasta dapatdidorong dan bila perlu difasilitasi untuk mengembangkan jalinan kerjasamayang lebih baik dengan para petani serta bersama-sama mengembangkanlembaga penelitian yang dapat menghasilkan inovasi untuk meningkatkanproduktivitas dan efisiensi usaha.

Bila skenario ini dapat berjalan, pemerintah dapat memfokuskan diripada upaya untuk mengembangkan insdutri gula non GPK (misalnya gulatumbu, gula awur, gula semut, dan gula cair) yang dihasilkan oleh industrikecil dan menengah (IKM). Lembaga penelitian dan pengembangan yangdidanai oleh pemerintah juga dapat memfokuskan diri pada pengembanganinovasi teknologi yang melibatkan para pelaku IKM dan pengembangan tebu

di lahan sub optimal dan daerah yang infrastrukturnya belum berkembang.Misalnya teknologi yang memungkinkan pemerasan nira di lahan produksi,pengembangan sistem transportasi nira, dan pemrosesan nira di tempatpengolahan menjadi gula tumbu. Pemerintahan juga dapat memfasilitasiinovasi alat transportasi di daerah perbukitan dan minim jaringan transportasiuntuk mendukung pengembangan tebu di kawasan hutan yang umumnyaterisolir. Pada kawasan hutan produksi tersebut, inovasi lain yang diperlukanmisalnya adalah pola penataan tanaman hutan di lahan agar efek negatif darikompetisi antar tanaman dapat diminimalisir.

7.2. Program Pengembangan

7.2.1. Tujuan dan sasaran programPengembangan industri gula pada masa yang akan datang, perlu

disusun dalam Program Jangka Pendek (3 tahun), Program Jangka Menengah

(10 tahun) dan Jangka Panjang (20 tahun).Program Jangka Pendek ditujukan untuk melakukan rehabilitasi PG di

Jawa Tengah, sehingga mampu menghasilkan gula hablur dengan hargapokok yang dapat bersaing dengan harga gula di pasar internasional. Programrehabilitasi ini hendaknya tidak diarahkan untuk mendapatkan unified

Page 258: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah242

products dalam bentuk gula putih, tetapi dapat juga ditujukan untukmemproduksi refined white sugar dan produk lanjutan maupun produk ikutan.

Program Jangka Menengah ditujukan untuk pengembanganpemanfaatan lahan sub optimal, dengan memanfaatkan lahan kering yangkurang kompetitif bagi pengembangan tanaman pangan dan tumpangsari dilahan Perhutani. Untuk menarik investor, pemerintah perlu memberikanfasilitas insentif perpajakan berupa pajak penghasilan, bea masuk barangmodal dan bahan pembantu, pajak pertambahan nilai dan pajak-pajak yangdipungut oleh Pemerintah Daerah dalam jangka waktu tertentu. Dalamprogram ini investor dapat memilih produk-produk yang akan dihasilkan (gulaputih, raw sugar, refined white sugar, atau produk lainnya), sesuai dengankeunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif di setiap daerah.

Tabel 7.1. Hasil Analisis Sasaran Luas Tanaman Tebu di Kabupaten Pati,Rembang dan Blora tahun 2016-2020

KabupatenLuas Tanam (ha)

2016 2017 2018 2019 2020

Pati 15,282 16,979 17,256 17,502 17,986- Intensifikasi 11,575 12,767 12,875 12,952 13,197- Ekstensifikasi 3,707 4,213 4,381 4,550 4,790Rembang 11,721 13,073 14,426 15,778 17,449- Intensifikasi 8,205 9,151 10,098 11,045 12,214- Ekstensifikasi 3,516 3,922 4,328 4,733 5,235Blora 4,997 5,997 7,196 10,074 11,142- Intensifikasi 3,498 4,198 5,037 7,052 7,799- Ekstensifikasi 1,499 1,799 2,159 3,022 3,343

Tabel 7.2. Hasil Analisis Sasaran Produksi Tebu di Kabupaten Pati,Rembang dan Blora tahun 2016-2020

KabupatenProduksi Tebu (ton)

2016 2017 2018 2019 2020

Pati 1,200,090 1,396,852 1,548,682 1,636,197 1,816,021Rembang 911,568 1,065,165 1,282,205 1,460,846 1,693,106Blora 387,705 487,401 638,052 930,493 1,086,733

Page 259: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 243

Program Jangka Panjang ditujukan untuk pengalihan pemilikan PGBUMN kepada petani tebu, serta pengembangan industri berbasis tebu,seperti ethanol, alkohol untuk industri, bahan campuran bensin dansebagainya. Dalam pengalihan pemilikan PG ini diperlukan soft loan denganjaminan pemerintah, yang akan dibayar oleh asosiasi petani tebu. Sementaraitu, untuk pengembangan industri-industri lainnya, serta sejalan denganpeningkatan permintaan terhadap produk tersebut di pasar domestik danpasar internasional.

Revitalisasi kegiatan Research and Development (R & D) melaluipenyediaan dana penelitian dan pengembangan yang dapat dipungut,misalnya dari: (1) Setiap kenaikan produktivitas gula hablur/ha, PGmemberikan 2,4 persen dari gain yang diperoleh; (2) Untuk penjualan gula

yang dilakukan PG dan asosiasi petani tebu, pemerintah memungut 0,1persen untuk kegiatan R & D.

7.2.2. Rancangan Dasar Kebijakan KomprehensifTelah disebutkan bahwa industri gula tebu akan dapat tumbuh

berkembang berkelanjutan bila ditopang oleh tiga pilar yang kokoh,berimbang dan terintegrasi, yaitu :(1) Usaha perkebunan tebu,

(2) Industri gula,(3) Inovasi teknologi,

Dengan mengkaji permasalahan yang dihadapi pada setiap pilar danmemahami relasi antar pilar dapat dikembangkan kebijakan yangkomprehensif untuk meningkatkan kinerja industri gula.Kebijakan revitalisasiindustri gula nasional dengan demikian harusdipandang secara integratif,yang mencakup revitalisasi setiap pilar dan relasi antar pilar.

Sebagai bagian dari industri gula nasional, kebijakan industri gula yangkomprehensif (comprehensive industrial policy) di Kabupaten Pati, Rembangdan Blora bertujuan untuk membangun ketiga pilar secara kokoh, berimbang,dan terintegrasi merupakan inti kebijakan revitalisasi industri gula nasional.

Page 260: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah244

Kebijakan parsial yang hanya difokuskan pada salah satu pilar, sepertiProgram Peningkatan Produktivitas Gula melalui bongkar ratoon, yangdilakukan oleh Kementerian Pertanian (pilar usaha perkebunan tebu) danProgram Rehabilitasi atau Restrukturisasi Pabrik Gula yang dilakukan olehKementerian Badan Usaha Milik Negara (pilar industri gula) atau ProgramPerbaikan Distribusi dan Perdagangan Gula dari Kementerian Perdagangan(kebijakan pendukung) akan kurang efektif dan efisien bila tidak dilakukansecara terintegrasi dengan pilar lainnya.

Tabel 7.3. Hasil Analisis Hasil Analisis Kebutuhan Sarana Tebu diKabupaten Pati, Rembang dan Blora tahun 2016-2020

KabupatenTarget Luas Tanam (ha)

2016 2017 2018 2019 2020Pati

Traktor Tambahan 81 79 77 75 74

Benih (ton) 15,282 16,979 17,256 17,502 17,986

Pupuk

- NPK/Ponska (kg) 6,112,682 6,791,788 6,902,298 7,000,739 7,194,547

- ZA (kg) 9,169,022 10,187,682 10,353,446 10,501,109 10,791,821

- Organik (ton) 76,409 84,897 86,279 87,509 89,932

Herbisida (ltr) 45,845 50,938 51,767 52,506 53,959

Pestisida (ltr) 45,845 50,938 51,767 52,506 53,959

Rembang

Traktor Tambahan 80 80 80 80 29

Benih (ton) 11,721 13,073 14,426 15,778 17,449

Pupuk

- NPK/Ponska (kg) 4,688,400 5,229,200 5,770,400 6,311,200 6,979,600

- ZA (kg) 7,032,600 7,843,800 8,655,600 8,655,600 10,469,400

- Organik (ton) 58,605 65,365 72,130 72,130 87,245

Herbisida (ltr) 35,163 39,219 43,278 43,278 52,347

Pestisida (ltr) 35,163 39,219 43,278 43,278 52,347

Berlanjut..........

Page 261: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 245

KabupatenTarget Luas Tanam (ha)

2016 2017 2018 2019 2020BloraTraktor Tambahan 50 50 50 50 23Benih (ton) 4,997 5,997 7,196 10,074 11,142Pupuk- NPK/Ponska (kg) 1,998,800 2,398,800 2,878,400 4,029,600 4,456,800- ZA (kg) 2,998,200 3,598,200 4,317,600 6,044,400 6,685,200- Organik (ton) 24,985 29,985 35,980 50,370 55,710

Herbisida (ltr) 14,991 17,991 21,588 30,222 33,426Pestisida (ltr) 14,991 17,991 21,588 30,222 33,426Tabel 7-3 (Lanjutan)

Sudah barang tentu, upaya untuk merevitalisasi ketiga pilar industrigula secara kokoh, berimbang dan terpadu haruslah pula didukung olehberbagai kebijakan penunjang. Elemen-elemen utama kebijakan penunjang iniantara lain : kebijakan perdagangan, kebijakan fiskal, dan kebijakan moneter.Kebijakan penunjang ini haruslah pula dirancang dan dilaksanakan secarakonsisten, koheren dan koresponden, sehingga dapat efektif dan efisiendalam mewujudkan tujuan revitalisasi industri gula nasional.

Dengan demikian, kebijakan terpadu dan komprehensif revitalisasiindustri gula nasional bersifat imperatif. Dengan menyadari kewenanganuntuk membuat setiap komponen kebijakan berada pada masing-masingkementerian/lembaga teknis sesuai dengan tugas pokoknya, maka kebijakankomprehensif revitalisasi industri gula haruslah dirancang oleh suatu Tim atauLembaga dengan melibatkan pejabat kompeten dari departemen/lembagaterkait. Menyangkut tugas dan kewenangan antar Kementerian dan SKPD,maka garis-garis besar kebijakan komprehensif tersebut perlu dituangkandalam suatu Instruksi Presiden (Inpres) yang mencakup instruksi umumtentang arah dan target kebijakan maupun instruksi spesifik tentang tindakanyang harus dilaksanakan menteri dan kepala dinas tertentu.

Pemikiran tentang arah kebijakan jangka panjang yang disarankanadalah: Terbangunnya industri pergulaan tangguh dan integratif, ditopangoleh pilar usahatani tebu rakyat, pabrik gula dan lembaga penelitian yang

Page 262: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah246

padu-padan, dan dimiliki bersama oleh petani tebu, investor swasta danpemerintah. Untuk mengisi arah kebijakan jangka panjang tersebut,pembangunan industri diarahkan sedemikian rupa sehingga konsisten denganperubahan pasar dan lingkungan strategis jangka panjang, yang dirancangdalam peta jalan (road map) pembangunan industri gula jangka panjang, dansetiap kebijakan harus selalu memperhatikan kepentingan petani tebu,pengusaha pabrik gula tebu, pengusaha pabrik gula rafinasi, konsumen gulaindustri dan konsumen gula rumah tangga, kemampuan keuangan negara,serta kesehatan perekonomian makro secara adil dan berimbang.

7.2.3. Rencana programKebutuhan penyediaan dan rekomendasi paket teknologi tebu

mendukung pencapaian swasembada gula meliputi antara lain :1. Perbaikan teknologi budidaya tebu berbasis pengelolaan lahan, iklim, dan

tanamana. Penetapan rekomendasi pemupukan NPK berbasis analisis tanah di

beberapa lokasi pengembangan tebub. Peta sebaran varietas tebu berdasarkan tingkat kemasakannya pada

berbagai tipologi lahan di wilayah pengembangan baruc. Validasi kesesuaian varietas berdasarkan tipologi lahan dan tingkat

kemasakan tebu di wilayah pengembangan barud. Pemberian biochar pada pertanaman tebu untuk berproduksi dan

berendemen optimal di lahan berpasire. Perbaikan budidaya tebu berbasis bahan tanam dan jarak PKPf. Perbaikan teknologi budidaya tebu RC pada berbagai tipologi lahan

untuk mendukung produksi dan rendemen optimalg. Peningkatan produksi dan rendemen tebu dengan pemupukan Nanoh. Teknik pembibitan tebu yang menghasilkan daya tumbuh bibit >90%

2. Pengendalian hama dan penyakit penting pada tanaman tebu yang ramahlingkungana. Evaluasi pengendalian hama dan penyakit pada tanaman tebu

Page 263: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 247

b. Pengendalian hama penggerek pucuk dan batang pada tanaman tebuc. Pengendalian hama uret pada tanaman tebud. Biopestisida berbahan aktif nematode Stenernema spp. Untuk

pengendalian hama uret pada tebue. Pemanfaatan bakteri endofit untuk mengendalikan hama dan penyakit

tebuf. Pengendalian penyakit penting pada tanaman tebu

3. Formulasi bioproduk pada tanaman tebua. Pengujian mikroba dalam memproduksi etanol dari limbah tebu

b. Identifikasi mikroba yang berpotensi sebagai agensia hayati penyakitutama tebu

c. Penentuan formula biofertilizer dan pupuk K slow release pada tebud. Identifikasi isolat jamur Metarhizium anisopliae dan nematoda

Steinernema spp terhadap uret pada tanaman tebu

Program 1. Revitalisasi Usaha Perkebunan Tebu, meliputi subprogram:

a. Melanjutkan program peningkatan produktivitas dan rendemen tebupetani melalui program bongkar ratoon, dengan melibatkan petanipenangkar tebu dalam penyediaan bibit bermutu.

b. Memberdayakan petani untuk meningkatkan kualitas usahatanimelalui fasilitasi penyediaan sarana produksi (pupuk) dengan hargayang wajar, kredit usahatani, dan penyuluhan/pendampinganpenerapan inovasi teknologi dan kelembagaan.

c. Untuk GPK, petani perlu dilindungi dari praktek inefisiensi yangmungkin terjadi di PG. Untuk itu diperlukan jaminan rendemenminimum dalam bentuk peraturan khusus. Perlindungan terhadappetani tebu telah dilaksanakan oleh pemerintah India.

Page 264: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah248

Program 2. Restrukturisasi dan Rehabilitasi Pabrik Gulaa. Melakukan technology improvement terhadap PG BUMN di Jawa yang

ditempuh melalui 3 tahap, yaitu :(1) Melakukan audit teknologi untuk semua PG guna mengetahui

sumber inefisiensi dan cara penanganan/perbaikannya.(2) Melakukan perbaikan teknologi melalui rehabilitasi PG yang secara

finansial dan ekonomi masih layak dipertahankan. Dukungankebijakan investasi dari pemerintah mutlak diperlukan untukmelaksanakan langkah ini.

(3) Melakukan restrukturisasi PG dengan arah jangka panjang untukmerestrukturisasi kepemilikan saham dengan melibatkan petanitebu sebagai salah satu komponen pemilik utama.

b. Untuk menjamin kepastian berusaha PG-PG baru, perlu difasilitasi kerjasama antara PG dengan Pemerintah Daerah dan masyarakat setempat.Salah satu kebijakan yang dapat ditempuh adalah melibatkanmasyarakat di sekitar PG sebagai pemasok bahan baku tebu.

c. Untuk mengembangkan industri gula non GKP, para pelaku IKM gulaperlu dibina agar dapat meningkatkan efisiensi usaha dan kualitasproduknya. Asosiasi Produsen Gula Tumbu yang telah mulaiditumbuhkan perlu dibina agar menjadi kuat dan dapat memberikanmanfaat sebesar-besarnya bagi para anggotanya.

Program 3. Regulasi Promotifa. Memisahkan antara domain publik (pemerintah) dan domain privat

(swasta). Hal ini untuk mencegah adanya kesan pemerintah sebagai”interventionist” dalam usahanya mengatur industri gula dan industriberbasis tebu.

b. Melakukan harmonisasi tarif produk jadi yang mengandung gula dalamwaktu tertentu, sehingga produk ini dapat bersaing dengan produksejenis di pasar domestik.

c. Pemahaman bersama dari jajaran kabinet dan birokrasi pemerintahanbahwa masalah fundamental dari industri gula nasional adalah efisiensi

Page 265: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 249

dan produktivitas. Untuk itu diperlukan koordinasi antar kementerian danlembaga non departemen, Gubernur serta Bupati/Walikota, sehinggamenciptakan suatu harmoni pembangunan.

d. Untuk mengikat jajaran kabinet dan birokrasi pemerintahan dalampengembangan industri gula nasional, diperlukan suatu Instruksi Presiden(Inpres) yang mengatur secara terinci instrumen kebijakan yang akanditempuh dalam jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.

7.3. Rencana Aksi Pengembangan

7.3.1. Program Rencana AksiOperasionalisasi program rencana aksi untuk mewujudkan industri gula

tebu yang kokoh, berimbang dan terintegrasi dilakukan melalui pendekatansecara komprehensif dari subsistem hulu, subsistem budidaya, subsistem hilir,hingga subsistem pendukung.

7.3.2. Subsistem Hulua. Membangun dan menumbuh-kembangkan sistem produksi benih tebu

dengan mendorong munculnya penangkar benih tebu atau menginisiasijejaring perbenihan tebu di kawasan pengembangan tebu di Jawa Tengah;

b. Pemetaan rekomendasi pemupukan tebu spesifik lokasi pada kawasanpengembangan tebu;

c. Ketersediaan peta kesesuaian lahan tebu skala 1 : 50.000;

d. Penyediaan alat dan mesin komoditas perkebunan tebu (pengolahanlahan, pembuatan kairan, pedot oyot, penyiangan dll);

e. Fasilitasi sarana dan prasarana pengairan (bangunan waduk, embung,sumur, dam parit, saluran irigasi, pompa air);

f. Penyediaan varietas unggul tebu (VUB) berdaya hasil tinggi denganrendemen tinggi spesifik lahan sub optimal mendukung upaya penataanvarietas;

g. Membangun infrastruktur sarana prasarana (jalan usahatani dll)mendukung manajemen tebang angkut;

h. Membangun Sistem informasi tebu terpadu

Page 266: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah250

7.3.3. Subsistem Budidaya

a. Membangun sistem produksi benih tebu dengan mendorong munculnyapenangkar benih tebu, membangun Kebun Benih Datar (KBD),menginisiasi jejaring perbenihan tebu di kawasan pengembangan tebu diJawa Tengah untuk penyediaan benih tebu unggul (bud set, bud chip);

b. Penerapan teknologi budidaya melalui penerapan kaidah teknologipertanaman yang baik dan benar mulai dari persiapan lahan, penanamandan pemeliharaan tanaman serta penggunaan pupuk organik\ameliorasidalam budidaya tebu yang mengikuti kaidah masa tanam optimalmengacu Good Agricultural Practices (GAP), baik untuk program bongkarratoon/plant cane (PC) maupun rawat ratoon/Ratoon Cane (RC);

c. Optimasi pemanfaatan lahan melalui teknologi sistem tanam (juring

ganda/double-row, budidaya tumpangsari dengan palawija) pada programbongkar ratoon untuk meningkatkan efisiensi budidaya tebu danmeningkatkan pendapatan petani;

d. Penerapan teknologi pengendalian organisme pengganggu tanamanmelalui pendekatan Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) tebu;

e. Koordinasi dan konsolidasi realisasi luasan tanaman tebu kemitraan danmandiri;

f. Pendampingan dan pengawalan inovasi teknologi melalui upaya khusus(Upsus) pada kawasan pengembangan tebu

7.3.4. Subsistem Hilir

a. Penerapan Good Handling Practices (GHP) pada proses panen dan pascapanen;

b. Perbaikan manajemen tebang angkut untuk meningkatkan efisiensi;c. Revitalisasi melalui rehabilitasi dan restrukturisasi Pabrik Gula mengarah

perbaikan kinerja pabrik (peningkatan kapasitas giling dan rendemen);d. Pengembangan industri kecil dan menengah gula non kristal putih;e. Pengembangan manajemen mutu dan standardisasi

Page 267: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 251

7.3.5. Subsistem Pendukunga. Dukungan kebijakan pengaturan tata niaga (penetapan BPP/HPP, stabilisasi

harga);b. Dukungan penyediaan permodalan dan investasi usahatani (KKPE, KUR) yang

lebih luas dan mudah di akses petani;c. Kebijakan yang mendukung penyediaan ketersediaan pupuk bersubsidi untuk

usahatani tebu;d. Kebijakan penyediaan pupuk anorganik spesifik kandungan unsur untuk

tanaman tebue. Sinkronisasi dan harmonisasi pelaku industri tebu (petani, APTRI, KPTR, PG,

IKM Gula Non Kristal);f. Peningkatan kemampuan SDM petani dan petugas (bimbingan, magang,

studi banding, workshop, temu lapang, temu usaha);g. Pendampingan dan pengawalan dalam penerapan inovasi teknologi dan

kelembagaan;h. Dukungan kebijakan perlindungan petani dari praktek inefisiensi, misalnya

jaminan rendemen minimum;i. Pemberdayaan dan penguatan kelembagaan petani tebu;j. Rekruitmen tenaga pendamping, penyuluh perkebunan tebu, dan POPT

k. Pengembangan inovasi teknologi pemerasan nira insitu, sistem manajementransportasi dan penanganannya

Page 268: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah252

Pentahapan pelaksanaan rencana aksi pada masing-masing sub sistemdapat dilihat pada Tabel 7.1 berikut.

Tabel 7.4. Pentahapan Pelaksanaan Rencana Aksi PengembanganKawasan Tebu

No Uraian KegiatanTahun Penanggung

jawabSumberDana2016 2017 2018 2019 2020

A Subsistem Hulu1 Pengembangan Sistem

produksi dan penangkaranbenih berkualitas

V V V Disbun APBD

2 Penyusunan Petarekomendasi pemupukan

V Litbang/PT APBD

3 Penyusunan Petakesesuaian lahan skala1:50.000

V Litbang/PT APBD

4 Penyediaan alsintan V V Disbun APBD+APBN

5 Fasilitasi sarana danprasarana pengairan

V V Disbun/ PSP APBD+APBN

6 Penyediaan varietasunggul tebu (VUB) spesifiklokasi

V V Litbang/P3GI APBD+APBN

7 Pembangunan danPengembanganinfrastruktur, sarana danjalan usahatani

V V V Disbun/ PSP APBD+APBN

8 Pengembangan Sisteminformasi dan ManajemenKawasan dan TebuTerpadu

V V V Disbun/PT APBD

B Subsistem Tengah(Budidaya)

1 Membangun sistemproduksi benih tebu danpenangkarnya

V V V Disbun/P3GI/PG

APBD

2 Penerapan teknologibudidaya tebu sesuai GAP

V V V V V Litbang/Disbun/PG

APBD

3 Optimasi pemanfaatansumberdaya (peningkatanpopulasi dan integrasitanaman)

V V V V V Disbun APBD+APBN

4 Penerapan teknologipengendalian OPT secaraterpadu

V V V V V Disbun APBD+APBN

Berlanjut...........

Page 269: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 253

No Uraian KegiatanTahun Penanggung

jawabSumberDana2016 2017 2018 2019 2020

5 Koordinasi dankonsolidasi realisasi luasantanaman tebu kemitraandan mandiri

V V V V Disbun/PG APBD+PG

6 Pendampingan danpengawalan inovasiteknologi melalui UPSUStebu (intensifikasi danekstensifikasi)

V V V V V Bakorluh/PT APBD+APBN+PG

C Subsistem Hilir1 Penerapan GMP dan GHP V V V V V Libang/P3GI/PG

/PTAPBD+

APBN+PG2 Perbaikan manajemen

tebang angkutV V V V V Disbun/PG APBD+PG

3 Revitalisasi melaluirehabilitasi danrestrukturisasi Pabrik Gula

V V V PG/BUMN/Asosiasi

APBD+PG+APBN

4 Pengembangan industrikecil dan menengah gulanon kristal putih

V V V V V Asosiasi/Disperindag

APBD+APBN

5 Pengembanganmanajemen mutu danstandardisasi

V V V V V PG/P3GI/BUMN APBD+PG+BUMN

6 Fasilitasi Pemasaran V V V V V PG/P3GI/BUMN/Swasta

APBD+PG+BUMN

D Subsistem Pendukung1 Dukungan kebijakan

pengaturan tata niagaV V V V Pemprov/Disper

indagAPBD

2 Dukungan penyediaanpermodalan dan investasiusahatani

V V V V V Perbankan BI, BankLokal

3 Kebijakan yangmendukung penyediaanketersediaan pupukbersubsidi untukusahatani tebu

V V V V V Kementan/PSP APBD+APBN+BUMN+

Swasta

4 Kebijakan penyediaanpupuk anorganik spesifikkandungan unsur untuktanaman tebu

V V V Litbang/PT/P3GI

APBN

5 Sinkronisasi danharmonisasi pelakuindustri tebu

V V V V V Bappeda/Disbun/PG/Asosiasi

APBD

6 Peningkatan kemampuanSDM petani dan petugas

V V V V V Bakorluh/Disbun/PG/P3GI/Litb

ang/PT

APBD+APBN

Berlanjut........

Page 270: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah254

No Uraian KegiatanTahun Penanggung

jawabSumberDana2016 2017 2018 2019 2020

7 Pendampingan danpengawalan dalampenerapan inovasiteknologi dankelembagaan

V V V V V Bakorluh/PT APBD+APBN

8 Dukungan kebijakanperlindungan petani daripraktek inefisiensi

V V V V BUMN/Kementan/Kemenkeu

APBD+APBN

9 Pemberdayaan danpenguatan kelembagaanpetani tebu

V V V V V Bakorluh/Disbun/Pemkab

APBD

10 Rekruitmen tenagapendamping, penyuluhperkebunan tebu, danPOPT

V V V V Pemprov/Pemkab/Kementan

APBD+APBN

11 Pengembangan inovasiteknologi pemerasan nirainsitu, sistem manajementransportasi danpenanganannya

V V V V V Litbang/PT/P3GI

APBD+APBN

12 Kajian dan PerumusanDukungan Kebijakan

V V V V V Bappeda/Disbun/PG/Asosiasi

APBD+APBN

13 Implementasi UU 41 2009 V V V V Bappeda/Disbun

APBD

Tabel 7.4 (Lanjutan)

Page 271: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 255

8.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data sekunder dan data lapang yangdilengkapi dengan pembahasan, disimpulkan hal-hal penting berikut:1. Pembahasan tentang industri gula dan swasembada gula selama

dikonotasikan dengan gula kristal putih (GKP) yang dihasilkan oleh pabrikgula (PG). Untuk konteks Provinsi Jawa Tengah, khususnya KabupatenPati, Rembang, dan Blora, industri gula perlu diperluas sehinggamencakup pula gula merah (gula tumbu, gula awur, gula Kristal, dan gula

semut) yang juga dibuat dari nira tebu oleh para pengrajin. Gula nonKristal ini banyak diserap oleh industri makanan dan olahan.

2. Urgensi memasukkan gula non Kristal dalam industri gula adalah karenaindustri ini melibatkan sejumlah besar pengrajin gula yang merupakanpengusaha mikro dan kecil. Menurut data pada tahun 2013, di ProvinsiJawa Tengah industry gula non kristal melibatkan 10.206 rumah tanggapengrajin.

3. Industri pergulaan menghadapi tiga akar permasalahan, yaitu: penyakitindustrial (industrial sickness) yang kronis, kerentanan industri gula olehadanya ancaman, dan peningkatan dan diferensiasi kebutuhan gula, Untukitu strategi pengembangan industri gula yang berkelanjutan perludiarahkan pada penguatan dan perbaikan tiga pilar industri gula yangharus terintegrasi secara baik, yaitu; (i) usaha perkebunan tebu olehPR/PBS/PBN sebagai penyedia material industri, (ii) industri gula yangmerubah tebu menjadi gula, dan (iii) inovasi teknologi budidaya danteknologi industri. Saat ini, kebijakan yang komprehensif sangat diperlukanuntuk menjamin agar tiga pilar tersebut dapat operasional di lapangan.

4. Kebijakan jangka panjang agar terbangun industri pergulaan tangguh danintegratif, pembangunan industri perlu diarahkan agar konsisten dengan

BAB VIII. KESIMPULAN DAN SARAN PENGEMBANGANKAWASAN PERKEBUNAN KOMODITAS TEBU

Page 272: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah256

perubahan pasar dan lingkungan strategis yang dirancang dalam petajalan (road map) pembangunan industri gula jangka panjang. Setiapkebijakan juga harus selalu memperhatikan kepentingan petani,pengusaha PG, dan konsumen gula. Selain itu kemampuan keuangannegara serta kesehatan perekonomian makro secara adil dan berimbangjuga perlu dipertimbangkan.

5. Agar kebijakan tersebut dapat implementatif, maka perlu dirancangprogram-program yang selanjutnya dijabarkan dalam rencana aksi.Program tersebut menyangkut program revitalisasi usaha perkebunantebu, program restrukturisasi dan rehabilitasi pabrik gula, serta programregulasi yang promotif.

6. Program-program tersebut dibagi menjadi sub-sub program agar dapat

dilaksanakan sebagai dasar penyusunan rencana aksi. Rencana aksiseyogyanya dijalin secara terintegrasi berdasarkan sistem agribisnispergulaan yang terdiri atas Subsistem Hulu, Subsistem Budidaya,Subsistem Hilir, dan Subsistem Pendukung

8.2. Saran

Sebagai tindak lanjut dari penyusunan Masterplan “RencanaPengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Provinsi Jawa

Tengah”, disarankan beberapa hal berikut:1. Sesegera mungkin melakukan penajaman dan menyusun rencana aksi

kegiatan provinsi dan masing-masing kabupaten yang lebih detil agar lebihoperasional.

2. Merancang struktur organisasi pengembangan kawasan agar kawasandapat tumbuh menjadi kokoh dan berdaya saing, secaraberkesinambungan.

3. Melakukan sosialisasi dokumen Masterplan dan rencana aksi secarasistematis kepada seluruh pemangku kepentingan, baik di tingkat provinsimaupun kabupaten.

Page 273: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 257

4. Mempersiapkan dokumen yang diperlukan secara bertingkat sesuai sistemperencanaan yang berlaku, khususnya penuangan rencana aksi dalamdokumen musrenbang dan e-proposal.

Page 274: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah258

Badan Pusat Statistik.2013. Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035. Jakarta

Badan Pusat Statistik Kabupaten Rembang.2014. Rembang Dalam Angka 2013.Rembang.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Blora.2014. Blora Dalam Angka 2014. Rembang.

Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah dan Bappeda Provinsi JawaTengah.2014. Jawa Tengah Dalam Angka 2014. Semarang.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Pati.2015. Pati Dalam Angka 2013. Pati

Badan Pusat Statistik.2013.Laporan Hasil Sensus Pertani 2013 (PencacahanLengkap). Jakarta.

Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian, Balitbangtan.2011. Petunjuk TeknisEvaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian. BBSDLP, Balitbangtan. Bogor.

Bank Indonesia.2015.Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan I2015. Semarang.

Basuki.dkk.2012.Analisis Keuntungkan Kompetitif dan Permodalan UntukPemberdayaan Petani tebu dan Tingkat Keuntungan Kompetitif danAnalisis Permodalan Usaha Tani Tebu di Jawa Tengah. Balai PengkajianTeknologi Pertanian Jawa Tengah. Semarang.

Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia.2007. Pedoman Budidaya TanamanTebu. Pasuruan.

Dinas Kesehatan Kab. Pati .2012. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pati. Pati

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah.2015. Statistik Perkebunan Jawa Tengah2014. Ungaran.

Kementerian Pertanian.2015. Rencana Strategis Kementerian Pertanian 2015-2019.Jakarta.

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.2010. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi JawaTengah Tahun 2009-2029.

Pemerintah Kabupaten Blora.2011. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BloraTahun 2011-2031. Semarang.

BAB IX. DAFTAR PUSTAKA

Page 275: Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis ... Tebu... · Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah i Tebu

Masterplan Pengembangan Kawasan Perkebunan Berbasis Komoditas Tebu

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 259

Pemerintah Kabupaten Pati.2011. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pati2010-2030. Pati.

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.2013. Rencana Pembangunan Jangka MenengahDaerah (RPJMD) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2018. Semarang.

Susila, W.R. dan B.M. Sinaga, 2005. Analisis Kebijakan Industri Gula Indonesia.Jurnal Agro Ekonomi. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan KebijakanPertanian, Bogor.

Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluh Provinsi Jawa Tengah.2015. KatalogKelompok Tani, Gabungan Kelompok Tani dan Desa Usaha Tani ProvinsiJawa Tengah Tahun 2014. Ungaran.