analisis perbandingan pendapatan ... - repository.unp…repository.unp.ac.id/1719/1/jlp 2-2-2016...
Post on 22-Feb-2018
216 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ARTIKEL
ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN PADI ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI
WUJUD IMPLEMENTASI PERTANIAN YANG RAMAH LINGKUNGAN DI KABUPATEN OGAN
KOMERING ULU TIMUR SUMATERA SELATAN
ETIKA LINGKUNGAN DALAM REVITALISASI HUTAN KOTA (STUDI DI KOTA MALANG, JAWA
TIMUR)
PENGARUH PENGGUNAAN SAMPAH PLASTIK JENIS LDPE DAN ABU SEKAM PADI TERHADAP
KUAT GESER TANAH LEMPUNG LUNAK
KETENTUAN ETIKA DALAM PERJANJIAN INTERNASIONAL DIBIDANG PERLINDUNGAN FAUNA
PERENCANAAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK GREY WATER DI ASRAMA
RUSUNAWA UNIVERSITAS SRIWIJAYA, INDRALAYA, OGAN ILIR, SUMATERA SELATAN
POLIMORFISME GEN ALAD PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI JAKARTA TIMUR – INDONESIA
SOLUSI KONFLIK EKSPLOITASI HUTAN LINDUNG MELALUI PENDEKATAN MEDIASI
BERDASARKAN KONSEP VALUASI EKONOMI (STUDI KASUS TAMBANG BUKIT KARANG PUTIH
OLEH PT. SEMEN PADANG)
DISTRIBUSI VERTIKAL N, P DAN KLOROFIL-A SERTA TINGKAT EUTROFIKASI TERKAIT AKTIVITAS
KJA DI PERAIRAN WADUK CIRATA, JAWA BARAT
JURNAL
PUSAT STUDI LINGKUNGAN
PERGURUAN TINGGI SELURUH INDONESIA
ENVIRONMENT & DEVELOPMENT
ISSN 0216 - 2717 VOLUME 02, NOMOR 2; 2016
Lingkungan
& Pembangunan
JURNAL LINGKUNGAN DAN PEMBANGUNAN
JOURNAL OF ENVIRONMENT AND DEVELOPMENT
Penanggung Jawab Ketua Badan Kerjasama Pusat Studi Lingkungan (BKPSL)
Dewan Editor
Fisika dan Pendidikan Prof. Dr. Lambang Subagiyo, MSc. Kesehatan dan Lingkungan Prof. dr. Haryoto Kusnoputranto, SKM. Dr. PH Teknik Kimia Prof. Dr. Ir. Tjandra Setiadi, M.Eng. Arsitektur Prof. Ir. Agus Budi Purnomo, MS. PhD.
Biologi Prof. Dr. Ir. Agoes Soegianto, DEA Pertanian Prof. Dr. Ir. Laode Asrul, MP Sosial Ekonomi Prof. Dr. Fachrurrozie Sjarkowi, M.Sc.
Lingkungan Dr. Dwi P. Sasongko
Teknik Lingkungan Prof. Dr. Ir. Nasfryzal Carlo, MSc
Editor Pelaksana Dr. Ir. Hefni Effendi, MPhil. dan Dr. Melati Ferianita Fachrul, MS.
Asisten Editor
Sri Muslimah, S.Si. Andreas Pramudianto, SH., MHum.
Alamat Redaksi
Jurnal Lingkungan dan Pembangunan Sekreatariat Eksekutif Badan Kerjasama Pusat Studi Lingkungan (BKPSL)
Pusat Penelitian Sumberdaya Manusia dan Lingkungan Gedung C Lantai V, Jl. Salemba Raya No. 4, Jakarta 10430 Telp. 021-31930318, 021-31930309, Fax. 021-31930266
Homepage: www.bkpsl.org/jurnal / email: jurnal-bkpsl@bkpsl.org
Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH)
Kampus IPB, Dramaga 16680
Telp. 0251-8621262, 8622085, Fax. 0251-8622134
LINGKUNGAN DAN PEMBANGUNAN VOLUME 2, NOMOR 2, 2016
DAFTAR ISI
Daftar Isi iv
Dari Redaksi v
ARTIKEL
Analisis Perbandingan Pendapatan Padi Organik dan Anorganik sebagai
Wujud Implementasi Pertanian yang Ramah Lingkungan di Kabupaten
Ogan Komering Ulu Timur Sumatera Selatan
Muhammad Arbi
402
Etika Lingkungan dalam Revitalisasi Hutan Kota (Studi di Kota Malang,
Jawa Timur)
Mohamad Amin, Erik Setyo Santosa
417
Pengaruh Penggunaan Sampah Plastik Jenis LDPE dan Abu Sekam Padi
terhadap Kuat Geser Tanah Lempung Lunak
Hendrik Jimmyanto
426
Ketentuan Etika dalam Perjanjian Internasional dibidang Perlindungan
Fauna
Andreas Pramudianto
438
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik Grey Water di
Asrama Rusunawa Universitas Sriwijaya, Indralaya, Ogan Ilir, Sumatera
Selatan
Nyimas Septi Rika Putri, Sapar Linudin, Helmi Hakki
453
Polimorfisme Gen Alad pada Anak Sekolah Dasar di Jakarta Timur –
Indonesia
Rini Puspitaningrum, Gilang Ainan Drajat, Ria Amelia, Ristika Putri
Istanti, Gladis Mercya Gramienie
466
Solusi Konflik Eksploitasi Hutan Lindung melalui Pendekatan Mediasi
Berdasarkan Konsep Valuasi Ekonomi (Studi Kasus Tambang Bukit
Karang Putih oleh PT. Semen Padang)
Indang Dewata
475
Distribusi Vertikal N, P dan Klorofil-A serta Tingkat Eutrofikasi terkait
Aktivitas KJA di Perairan Waduk Cirata, Jawa Barat
Endang Sri Utami, Sigid Hariyadi, Hefni Effendi
486
DARI REDAKSI
Terbitan Jurnal Lingkungan dan Pembangunan Volume 2 No. 2 tahun 2016
ini memuat beberapa tulisan hasil penelitian dan tinjauan masalah
lingkungan dari berbagai wilayah di negara kita.
Jurnal ini terdiri dari delapan naskah. Naskah pertama berjudul analisis
perbandingan pendapatan padi organik dan anorganik sebagai wujud
implementasi pertanian yang ramah lingkungan di Kabupaten Ogan
Komering Ulu Timur Sumatera Selatan. Naskah kedua dan ketiga berjudul
etika lingkungan dalam revitalisasi hutan kota (studi di Kota Malang, Jawa
Timur) dan pengaruh penggunaan sampah plastik jenis LDPE dan abu sekam
padi terhadap kuat geser tanah lempung lunak. Naskah keempat dan kelima
berjudul ketentuan etika dalam perjanjian internasional dibidang
perlindungan fauna dan perencanaan instalasi pengolahan air limbah
domestik grey water di Asrama Rusunawa Universitas Sriwijaya, Indralaya,
Ogan Ilir, Sumatera Selatan. Naskah keenam berjudul polimorfisme gen alad
pada anak sekolah dasar di Jakarta Timur – Indonesia. Naskah ketujuh
berjudul solusi konflik eksploitasi hutan lindung melalui pendekatan
mediasi berdasarkan konsep valuasi ekonomi (studi kasus Tambang Bukit
Karang Putih oleh PT. Semen Padang). Naskah terakhir berjudul distribusi
vertikal N, P dan klorofil-A serta tingkat eutrofikasi terkait aktivitas KJA di
Perairan Waduk Cirata, Jawa Barat.
Harapan redaksi, terbitan kali ini dapat memberikan informasi dan
menambah wawasan yang berkaitan dengan perkembangan lingkungan
hidup. Akhirul kata, redaksi senantiasa menerima kritik, masukan, dan saran
yang membangun demi keberlanjutan penerbitan Jurnal Lingkungan dan
Pembangunan.
Tim Redaksi
Jurnal Lingkungan dan Pembangunan Volume 2, Nomor 2, 2016
475
Lingkungan dan Pembangunan
SOLUSI KONFLIK EKSPLOITASI HUTAN LINDUNG MELALUI PENDEKATAN MEDIASI BERDASARKAN
KONSEP VALUASI EKONOMI (STUDI KASUS TAMBANG BUKIT KARANG PUTIH OLEH PT. SEMEN PADANG)*
Indang Dewata
Pusat Studi Kependudukan dan Lingkungan Hidup Universitas Negeri Padang
Email: i_dewata@yahoo.com
Abstrak PT. Semen Padang (SP) melakukan perluasan areal penambangan seluas 412 Ha yang terdiri dari 245 Ha Hutan Lindung dan telah diberi izin pemanfaatan oleh Menteri Kehutanan RI. Konflik timbul diperkirakan karena penurunan kualitas lingkungan, persoalan sosial, ekonomi serta belum adanya kesepakatan kompensasinya. Total produksi PT. Semen Padang 8.500.000 ton/tahun, jika 1 zak semen diasumsikan Rp 50.000 maka nilai yang akan dihasilkan adalah Rp 8,5 triliyun/tahun. Jika keuntungan bersih per tahun hanya 10% dari total produksi, maka keuntungan adalah 850 milyar rupiah/tahun. Kontribusi langsung dari PT. Semen Padang kepada Kota Padang dalam bentuk pajak, antara lain pajak galian C sebesar 21 milyar (13,8% total PAD Kota Padang), PBB 5,5 milyar, pajak air permukaan 124 juta, pajak penerangan jalan 9,99 milyar serta sumbangan pihak ketiga sebesar 1,2 milyar. Jika ditotal jumlahnya 37,81 milyar (kurang dari 10 % dari total perkiraaan keuntungan sebesar 850 milyar). Hasil uji laboratorium kualitas air sungai Batang Arau PT. Semen Padang rata-rata diatas baku mutu yaitu di bagian hulu adalah BOD5 15,4 mg/l (BM 3 mg/L), TSS 52 mg/L (BM 50 mg/L) dan bagian tengah BOD5 7,4 mg/L (BM 3 mg/L), TSS 54 mg/l (BM 50 mg/L), bagian hilir BOD5 19,52 mg/L (BM 3 mg/L), TSS 56 mg/L (BM 50 mg/L). Valuasi ekonomi terhadap hilangnya hutan lindung sebagai areal tambang sebesar 26,8 milyar rupiah/tahun, pajak galian C dibayarkan PT. Semen Padang kepada Kota Padang sekitar 21 Milyar rupiah per tahun dengan kekurangan 5,8 Milyar/tahun sebagai nilai kerusakan lingkungan yang menjadi tanggungan PT. Semen Padang menjadi beban masyarakat di lokasi.
Indang Dewata/Solusi Koflik Ekploitasi Hutan Lindung melalui Pendekatan Mediasi Berdasarkan Konsep Valuasi Ekonomi (Studi Kasus Tambang Bukit Karang Putih oleh PT. Semen Padang)/2015
476
Kata kunci : solusi konflik, valuasi ekonomi lingkungan.
SOLUTION CONFLICT OF PROTECTED FOREST EXPLOITATION THROUGH MEDIATION APPROACH BASED
ON CONCEPT OF ECONOMIC VALUATION (Case Study Bukit Karang Putih Mine By PT. Semen
Padang)
Abstract
PT. Semen Padang undergoes expantion of the mining area of 412 Ha consisting of 245 Ha of Protected Forest that has been given permission by the Minister of Forestry. However it still becomes a problem because of presumed degradation of environmental quality, social and economic as well as the absence of an agreement of compensation. Total production is 8.5 million tons/year, if one sack of cement is assumed 50,000 rupiahs; the amount would be 8.5 trillion rupiah/year. If net profit per year is only 10% of total production, the profit is 850 billion rupiah/year. The direct contribution from PT. Semen Padang on Padang city in the form of taxes is less than 10% of total profit estimated 850 billion. On the other hand the results of laboratory tests of Batang Arau river water quality indicated above the water quality standard. Those are at the upper part of the river, BOD5 15.4 mg/l (quality standard/QS 3 mg/l), TSS 52 mg/l (QS 50 mg/l); the central part of the river BOD5 7.4 mg/l (QS 3 mg/l), TSS 54 mg/l (QS 50 mg/l), the downstream of the river BOD5 19.52 mg/l (QS 3 mg/l), TSS 56 mg/l (QS 50 mg/l). Economic valuation on mining area is 26.8 billion rupiah/year, excavation taxes class C paid by PT. Semen Padang is an average of 21 billion rupiah per year with a shortfall of 5.8 billion/year as the value of environmental damage that must be born by the society of Padang. Keywords: solution-conflict, environmental economic valuation.
1. PENDAHULUAN Keberadaan perusahaan PT. Semen Padang di Sumatera Barat tidak dapat lagi dipungkiri sebagai badan usaha yang betul-betul menopang perekonomian terutama bagi pemerintahan kota Padang. Disamping sebagai pertumbuhan ekonomi berpusat di sektor pertambangan tersebut juga dikenal sebagai usaha yang bersifat destruktif dan ekstraktif yang kegiatan mulai dari penambangan sampai pasca
*Disampaikan pada Seminar Nasional “Etika Lingkungan dalam Eksplorasi Sumberdaya Pangan dan Energi”, diselenggarakan oleh Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) Universitas Sriwijaya dan Badan Kerjasama Pusat Studi Lingkungan (BKPSL) Indonesia, tanggal 11-12 November 2015 di Hotel Novotel, Palembang.
Indang Dewata/Solusi Koflik Ekploitasi Hutan Lindung melalui Pendekatan Mediasi Berdasarkan Konsep Valuasi Ekonomi (Studi Kasus Tambang Bukit Karang Putih oleh PT. Semen Padang)/2015
477
tambang. Kekhawatiran manusia atas masalah lingkungan dapat diciptakan oleh suatu kondisi berupa kerusakan ekologi, longsor, erosi, hilanganya daya dukung lingkungan serta terganggunya berbagai fungsi kehidupan sosial dan ekonomi karena berkurangnya daya dukung tersebut (Wardhana, 2004). Namun dilain pihak, pemerintah kota berkewajiban melindungi seluruh warganya dan tetap berupaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan perekonomian yang salah satunya dipicu dengan peningkatan investasi daerah. Namun demikian keberadaan perluasan areal tambang semen padang menimbulkan konflik kepentingan antara masyarakat dan pihak perusahaan PT. Semen Padang. Kecamatan Lubuk Kilangan merupakan kecamatan yang beruntung dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lainnya di Kota Padang. Hal ini karena di kawasan ini terdapat bukit karang putih seluas 618,96 Ha yang mengandung batu kapur dan batu silica. Kedua bahan ini merupakan bahan baku dalam pembuatan semen. Keberadaan PT. Semen Padang sebagai salah satu industri semen terkemuka nasional merupakan kebanggaan masyarakat Sumatera Barat, secara administratif berada di wilayah Kota Padang dengan ikatan emosional, kultural dan ekonomi yang sangat kuat dengan masyarakat setempat. Kegiatan penambangan batu kapur dan batu silica yang dilakukan oleh PT Semen Padang selama ini masih berada pada kawasan Areal Penggunaan Lain (APL). Perencanaan ke depan PT. Semen Padang yang bernaung dibawah Semen Gersik Group (SG Group) akan melakukan perluasan areal penambangan seluas 412 yang sebagian besar yaitu sekitar 245 Ha merupakan hutan lindung. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI telah memberi izin pemanfaatan kawasan hutan ini untuk PT. Semen Padang sebagai lahan tambang bahan baku dengan status pinjam pakai kawasan hutan. Lokasi areal baru ini berada di dekat lahan tambang bahan baku utama Semen Padang yang ada saat ini. Keberadaan lahan penambangan baru tentunya akan membawa dampak positif bagi pengembangan usaha Semen Padang terutama dalam mendukung perencanaan pembangunan pabrik Indarung VI yang pada akhirnya juga akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi lokal dan nasional. Namun bagi masyarakat Kota Padang hal ini masih menjadi permasalahan yang mengganjal dihati mengingat dampak penurunan kualitas lingkungan, persoalan sosial,
Indang Dewata/Solusi Koflik Ekploitasi Hutan Lindung melalui Pendekatan Mediasi Berdasarkan Konsep Valuasi Ekonomi (Studi Kasus Tambang Bukit Karang Putih oleh PT. Semen Padang)/2015
478
ekonomi serta kompensasinya terhadap pembangunan masyarakat kota Padang belum tergambar dengan sempurna. Dilihat dari potensi bukit karang putih, menurut Fandri (2009) deposit bahan baku semen di areal 412 Ha, potensi batu kapur (CaO) adalah sekitar 601.137.000 ton. Jika harga per ton adalah Rp 427.500 maka nilai ekonominya adalah Rp 256.986.067.500 (256 triliyun rupiah), sedangkan kandungan batu silica pada kawasan 412 Ha ini adalah 313.164.000 ton dengan harga per ton adalah Rp 47.500 maka nilai ekonomi untuk batu silica (SiO2) adalah Rp 14.875.290.000.000 (14 triliyun rupiah). Jadi areal 412 Ha mempunyai potensi batu kapur dan batu silica sebesar Rp 271.861.357.500.000. Dengan asumsi full mining maka deposit ini akan habis dalam 56 tahun, atau diperkirakan potensi total sebesar Rp 4.854.667.098.214 (4,8 triliyun rupiah) per tahun. Jika menengok ke persoalan lingkungan, kawasan areal penambangan 412 Ha merupakan daerah tangkapan air (catchment area) yang seyogyanya dipelihara atau dilestarikan, namun untuk kepentingan pembangunan dan aspek perekonomian bangsa dan rakyat serta setelah melalui perdebatan panjang, pertimbangan dan kajian-kajian di tingkat nasional maka saat ini areal 412,03 Ha sudah dialih fungsikan. Walaupun pengalih fungsian lahan sudah memiliki kekuatan peraturan perundang-undangan, namun dampak yang ditimbulkan tidak serta merta dapat dikatakan tidak berpengaruh terhadap lingkungan. Masyarakat Kota Padang merupakan daerah penerima dampak langsung dari kegiatan industri ini, mulai dari persoalan pencemaran air dan sungai, pencemaran udara, kerusakan lahan pertanian dan penurunan produksi padi akibat erosi tanah serta berkurangnya hutan yang mengandung keanekaragaman hayati dan merupakan asimilator CO2, masalah jalan, pendangkalan pelabuhan dan masalah lingkungan lainnya maka sudah selayaknya menjadi pertimbangan khusus dan tersendiri dalam pengembangan pembangunan ke depan. Mengacu kepada Peraturan Menteri Kehutanan No. P18/Menhut-II/2011 tentang ”Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan” maka izin perluasan areal penambangan PT. Semen Padang seluas 412 Ha merupakan pinjam pakai kawasan hutan, dimana PT. Semen Padang mendapatkan izin membuka hutan lindung seluas 6 sampai 10 Ha per tahun dan wajib melakukan reboisasi pada lahan yang bersangkutan. Namun lahan seluas 412 Ha tersebut terdiri atas 98 Ha APL, 245 Ha hutan lindung dan 69 Ha hutan suaka alam wisata. Jadi terdapat seluas
Indang Dewata/Solusi Koflik Ekploitasi Hutan Lindung melalui Pendekatan Mediasi Berdasarkan Konsep Valuasi Ekonomi (Studi Kasus Tambang Bukit Karang Putih oleh PT. Semen Padang)/2015
479
314 Ha kawasan hutan yang merupakan hulu DAS Batang Arau serta Cagar Alam Barisan I yang didalamnya terdapat habitat dari 135 jenis flora dan 67 jenis fauna. Manfaat terindentifikasi dari keberadaan hutan sebagai kawasan konservasi tersebut antara lain adalah stok kayu (walaupun tidak ditebang), fungsi tata guna air (catchment area) baik untuk pertanian maupun sumber air bersih untuk rumah tangga serta pencegah sedimentasi sungai Batang Arau. Tujuan penelitian ini mencari penyelesaian konflik kepentingan antara dunia usaha dan masyarakat yang terkena dampak lingkungan akibat penambangan melalui pembukaan hutan lindung dan peran pemerintah melalui valuasi ekonomi. 2. METODOLOGI Penyelesaian konflik dari berbagai pihak ditempuh sebagai berikut :
1. Membentuk tim independen yang bekerja terdiri dari ahli lingkungan, kimia, biologi, dan ekonomi, kehutanan, dan sosial.
2. Mempresentasikan rencana penelitian ke pihak-pihak yang bersengketa yang dihadiri oleh Pemda setempat.
3. Membuat kesepakatan (MOU) antara dua pihak yang bersengketa menerima segala hasil penelitian oleh tim independen yang diketahui pemerintah setempat.
4. Melakukan penelitian mencakup kualitas lingkungan berupa variabel kimia dan fisika ( Alloway,1994)
5. Melakukan valuasi ekonomi lingkungan berupa skema berikut (Wisnu dan Subandar , 2003)
Gambar 1. Metode penilaian lingkungan untuk penentuan valuasi ekonomi lingkungan.
Indang Dewata/Solusi Koflik Ekploitasi Hutan Lindung melalui Pendekatan Mediasi Berdasarkan Konsep Valuasi Ekonomi (Studi Kasus Tambang Bukit Karang Putih oleh PT. Semen Padang)/2015
480
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi penelitian ditunjukkan pada Gambar 2
Gambar 2. Lokasi perluasan penambangan PT. Semen Padang pada
kawasan hutan lindung dan lokasi perkampungan penduduk.
Berikut merupakan hasil penelitian kualitas air Batang Arau (TSS) (Tabel 1).
Tabel 1. Hasil penelitian kualitas air Batang Arau (TSS).
No Lokasi Q(m3/detik)
TSS Baku Mutu
(mg/l)
Beban Pencemaran
(Ton/jam)
Baku Mutu (Ton/jam)
Bagian Hulu 1. Lubuk Paraku Kor 1,40 30,0 50,0 0,151 0,252 2. Jenjang Batu Rasak
Bunga 0,69 50,0 50,0 0,124 0,124
3. Jembatan Karang Putih 1,32 90,0 50,0 0,428 0,238 4. Jembatan Lubuk Sarik 2,61 160,0 50,0 1,503 0,470 5. Perum Depkes, Kamp.
Baru, Ulu Gadut 0,19 120,0 50,0 0,082 0,034
Bagian Tengah 6. Hilalang Padang Besi 0,80 60,0 50,0 0,173 0,144 7. Belakang Sumatex
Subur 4.30 80,0 50,0 1,238 0,774
8. Lubuk Begalung (±200 m di Hulu Jembatan)
3,64 90,0 50,0 1,179 0,655
9. Lubuk Begalung (±100 m di Hilir Jembatan)
4,92 50,0 50,0 0,886 0,886
10. Pulau Air (±100 m di Hulu Jembatan)
4,98 60,0 50,0 1,076 0,896
Indang Dewata/Solusi Koflik Ekploitasi Hutan Lindung melalui Pendekatan Mediasi Berdasarkan Konsep Valuasi Ekonomi (Studi Kasus Tambang Bukit Karang Putih oleh PT. Semen Padang)/2015
481
No Lokasi Q(m3/detik)
TSS Baku Mutu
(mg/l)
Beban Pencemaran
(Ton/jam)
Baku Mutu (Ton/jam)
Bagian Hilir 11. Pulau Air (±200 m di
Hilir Jembatan) 3,81 60,0 50,0 0,823 0,686
12. Ganting (sekitar Rumah Sakit Rekso)
3,88 70,0 50,0 0,978 0,698
13. Jembatan Seberang Padang (± 50 m di Hilir)
3,90 80,0 50,0 1,123 0,702
14. Palinggan Pulau Air 3,92 150,0 50,0 2,117 0,706 15. Dermaga sekitar
Jembatan Siti Nurbaya 9,95 120,0 50,0 4,298 1,791
Catatan : Baku mutu yang dipakai adalah baku mutu untuk air sungai kelas II Dalam PP nomor 82 tahun 2001 pasal 55 dinyatakan bahwa untuk sungai yang belum ditetapkan peruntukannya, maka dipakai kelas II sebagai standar/baku mutu dari sungai tersebut. Sumber: Labaoratorium Bapedalda KotaPadang.
Hasil analisa kualitas air sungai Batang Arau terutama untuk parameter TSS menujukkan diatas baku mutu peruntukkan. Hasil uji laboratorium kualitas air Sungai Batang Arau PT. Semen Padang rata-rata diatas baku mutu yaitu di bagian hulu adalah BOD5 15,4 mg/l (BM 3 mg/L), TSS 52 mg/L (BM 50 mg/L) dan bagian tengah BOD5 7,4 mg/L (BM 3 mg/L), TSS 54 mg/l (BM 50 mg/L), bagian hilir BOD5 19,52 mg/L (BM 3 mg/L), TSS 56 mg/L (BM 50 mg/L). Berikut ini merupakan foto-foto kondisi sungai Batang Arau (Gambar 3).
(a) (b) (c)
Gambar 3. Kondisi air sungai Batang Arau (a: sebelum penambangan, b: hulu tambang, c: hilir tambang).
Indang Dewata/Solusi Koflik Ekploitasi Hutan Lindung melalui Pendekatan Mediasi Berdasarkan Konsep Valuasi Ekonomi (Studi Kasus Tambang Bukit Karang Putih oleh PT. Semen Padang)/2015
482
3.1. Valuasi Ekonomi Kawasan Hutan Lindung 412 PT. Semen Padang
Berikut ini informasi dasar dan manfaat teridentifikasi (Tabel 2).
Tabel 2. Informasi dasar dan manfaat teridentifikasi. Informasi Dasar Manfaat Teridentifikasi Kawasan perluasan areal tambang PT. Semen Padang seluas 412,03 Ha, dengan rincian : 1. Areal Penggunaan Lain (APL) :
98,03 Ha 2. Hutan Lindung (HL) : 245
Ha 3. Hutan Suaka Alam Wisata (HSAW) :
69 Ha Bagian dari Cagar Alam Barisan I yang merupakan habitat dari 135 jenis flora dan 67 jenis fauna.Merupakan DAS Batang Arau, Luas DAS Hulu 172 km (bersumber dari Gunung Bolak).
A. Stok Kayu B. Fungsi Tata Guna Air (catchment
area) C. Untuk Pertanian D. Untuk Rumah Tangga E. Pencegah Erosi/Sedimentasi Sungai
Batang Arau F. Terjadinya erosi tanah G. Kehilangan unsur hara tanah H. Penurunan produktivitas pertanian I. Penyerap Karbon J. Keanekaragaman hayati K. Fungsi pendidikan L. Fungsi rekreasi
3.1.1. Nilai Teridentifikasi Berikut ini merupakan tabel yang menunjukkan poin-poin nilai teridentifikasi dan penjelasannya (Tabel 3).
Tabel 3. Nilai teridentifikasi.
Nilai Kayu Jumlah lahan adalah 412 ha x jika diasumsikan 50 % = 206 ha (asumsi adanya kemiringan /lembah pada areal 412 Ha sehingga lahan efektif adalah 206 Ha).
Jika volume komersial adalah 50 m3/ha dan harga kayu bersih di lokasi sebesar Rp 3.000.000/m3, maka nilai kayu pada areal ini maka 206 ha x 50 m3/ha x Rp 3.000.000 /m3= Rp 30.900.000.000. atau sekitar 30,9 Milyar rupiah.
Nilai Tata Guna Air untuk Persawahan
Dari data sekunder diketahui :
Luas sawah pada DAS Hulu Batang Arau adalah 581 Ha, dalam 1 tahun dilakukan 2 kali musim tanam dengan kebutuhan air sawah 125.000 m3/ha/musim.
Biaya pengadaan air (diasumsikan) Rp 5/m.
Maka Nilai Tata Guna Air untuk persawahan adalah:
Indang Dewata/Solusi Koflik Ekploitasi Hutan Lindung melalui Pendekatan Mediasi Berdasarkan Konsep Valuasi Ekonomi (Studi Kasus Tambang Bukit Karang Putih oleh PT. Semen Padang)/2015
483
581 ha x 2 musim/tahun x 125.000 m3/ha/musim x Rp 5/ m3 = Rp 726.250.000/tahun.
Nilai Tata Guna Air untuk Rumah Tangga
Jumlah Rumah Tangga di DAS hulu adalah : 20.000 KK/rumah tangga. Kebutuhan air per rumah tangga adalah 3/tahun/Rumah Tangga harga air menurut PDAM Kota Padang : Rp 1.500/m3.
Maka nilai air untuk rumah tangga := 20.000 KK x 200 m3/tahun/KK x Rp.1.500/ m3= Rp 6.000.000.000/tahun
Erosi Tanah Asumsi : 0,20 m x 10.000 m2 = 2.000 m3/Ha/tahun.412 Ha x 2.000 m3/Ha/tahun = 824.000 m3/tahun.
Jadi, diperkirakan tanah yang tererosi = 824.000 m3/tahun
Dengan pendekatan replacement cost/ biaya yang diperlukan armada angkutan truk, tenaga, dan waktu untuk mengangkut tanah galian dari daerah hilir ke hulu :
Jika 1 truk diasumsikan mampu mengangkut 10 m3 tanah per hari, maka diperlukan 82.400 truk.
Kalau masing-masing truk disewa selama 1 (satu) tahun atau 300 hari kerja, maka diperlukan 275 truk/tahun.
Dengan perkiraan nilai sewa 1 truk Rp 200.000/truk, maka biaya yang diperlukan untuk mengembalikan tanah ter erosi dari hilir ke hulu adalah : = 275 truk/tahun x Rp. 200.000/truk = Rp 55.000.000/tahun
Hilangnya Unsur Hara Tanah
Tanah yang tererosi = 412 Ha x 2.000 m3/Ha/= 824.000 m3, maka biaya kehilangan nutrisi dihitung dengan :
(Asumsi menggunakan pupuk NPK)
Luas Lahan Top Soil yang hilang N : 70 % x 824.000 m3 = 576.800 m3 P : 20 % x 824.000 m3 = 164.800 m3 K : 10 % x 824.000 m3 = 82.400 m3 Asumsi Top Soil per 1 m3 = 6 karung (50 kg/karung) N : 576.800 m3 x 300 kg/m3 x Rp 1.100/Kg= 190,35 M P : 164.800 m3 x 300 kg/m3 x Rp. 1.300/Kg = 64,27 M K : 82.400 m3 x 300 kg /m3 x Rp. 1.300/Kg = 32,1 M
Nilai hilangnya unsur hara tanah = 286,72 M
Penurunan Produksi Pertanian
Erosi tanah akan menyebabkan terjadinya penimbunan lahan pertanian di bagian hilir.
Di bagian hilir dari DAS Batang Arau terdapat sekitar 250 Ha sawah dan ladang. Menurut Suparmoko (2000), dengan adanya penimbunan tanah sawah dan lahan, maka akan terjadi penurunan produktifitas lahan pertanian . Diasumsikan turunnya produksi padi = 3 ton/ha x 2 musim tanam = 6 ton/ha. Harga 1 kg Padi = Rp 2.000
Penurunan produksi padi/Ha : Rp 2.000/Kg x 1.000 kg/ton x 6 ton/ha = Rp 12.000.000/Ha/Tahun. Nilai Kerugian adalah
Indang Dewata/Solusi Koflik Ekploitasi Hutan Lindung melalui Pendekatan Mediasi Berdasarkan Konsep Valuasi Ekonomi (Studi Kasus Tambang Bukit Karang Putih oleh PT. Semen Padang)/2015
484
: 250 Ha x Rp 12.000.000/Ha/Tahun = Rp 3.000.000.000/Ha/Tahun
Berdasarkan hasil survey lapangan Suparmoko (2000), untuk revegetasi 1 hektar dibutuhkan 1150 pohon mahoni dan biaya per pohon sebesar Rp 5.000 Jadi revegetasi hutan per hektar adalah: 1150 pohon/ha x Rp 5.000/pohon = Rp 5,75 juta/ha. 412 ha x Rp 5.750.000/ha = Rp 2.369.000.000 (2,3 milyar rupiah), Total nilai biaya langsung jika hutan lindung 412 ha, dikoversi menjadi Rp 327.401.250.000 Milyar/ tahun serta nilai pilihan Rp 16.956.000/ tahun menjadi Rp 327.418.206.000 / tahun. 4. KESIMPULAN 1. Penambahan areal tambang PT. Semen Padang seluas 412 Ha akan
memberikan dampak kepada sungai Batang Arau dan lingkungan. 2. Nilai ekonomi yang harus dikeluarkan untuk konversi areal 412 Ha
(APL, Hutan Lindung dan HSAW) menjadi areal penambangan adalah Rp 327.418.206.000 (Tiga Ratus Dua Puluh Tujuh Milyar Rupiah
3. Biaya Revegetasi Pasca Tambang lahan seluas 412 Ha adalah Rp
2.360.000.000 (Dua Koma Tiga Milyar Rupiah). 4. Biaya pemilihan ini ditanggung oleh perusahaan agar terhindar
konflik kepentingan dan kerugian masyarakat tidak dirasakan.
5. DAFTAR PUSTAKA
Alloway, B.J. and Ayres, D.C. 1994. Chemicall principles of environmental
pollution. 3rd ed. Chapman & Hall Alden Press. United Kingdom. Fandri, W. 2009. Economic valuation of planned expansion of mining
area: a case of padang cement factory West Sumatera. Tesis. Pascasarjana Unand. Padang.
Indang Dewata/Solusi Koflik Ekploitasi Hutan Lindung melalui Pendekatan Mediasi Berdasarkan Konsep Valuasi Ekonomi (Studi Kasus Tambang Bukit Karang Putih oleh PT. Semen Padang)/2015
485
Suparmoko. 2000. Ekonomi lingkungan. BPFE, Yogyakarta. Wardhana, W.A. 2004. Dampak pencemaran lingkungan. Edisi ke 3. Andi
Offset. Yogyakarta. Wisnu, R dan Subandar. 2003. Metoda valuasi eknomi untuk penilaian
kerusakan ekosistem di Pantura. Edisi pertama. BPFE. Yogyakarta.
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air.
PETUNJUK BAGI PENULIS
1. NASKAH
a. Naskah yang diterima adalah naskah yang berisi makalah yang
ada hubungannya dengan lingkungan, dan belum pernah
dipublikasikan dalam jurnal lain.
b. Format naskah dapat diunduh di www.bkpsl.org.
c. Naskah yang sudah pernah dipresentasikan, agar diberi
keterangan pada catatan kaki di halaman pertama (pada forum
apa, dimana, dan tanggal berapa).
d. Naskah yang ditulis dalam bahasa Indonesia diusahakan
menggunakan bahasa yang mengikuti kaidah-kaidah bahasa
Indonesia yang benar. Penggunaan istilah yang belum lazim,
harap disertai penjelasan pada kalimat di dalam naskah dimana
istilah itu dipakai untuk pertama kalinya.
e. Naskah dilengkapi dengan abstrak dalam bahasa Indonesia dan
Inggris.
f. Nama instansi tempat penulis bekerja ditulis lengkap sesuai
dengan tempat kerja penulis tersebut.
g. Redaksi berhak memperbaiki kerangka penulisan dan susunan
bahasa yang digunakan.
2. TABEL/ILUSTRASI
Tabel/skema/grafik/ilustrasi/gambar yang melengkapi naskah
harus disertai :
a. Keterangan yang jelas, dan jika ada tabel/ilustrasi dari sumber
lain harus dicantumkan keterangan sumber.
b. Diberi nomor sesuai urutan dengan naskah.
c. Selengkapnya dapat diunduh petunjuk penulisan bagi penulis di
website BKPSL yaitu www.bkpsl.org.
3. PENULISAN DAFTAR PUSTAKA
Ketentuan font daftar acuan adalah font Cambria, 12 pt, spasi tunggal, justify. Penulisan daftar acuan adalah :
a. Sumber acuan yang dicantumkan dalam naskah hendaknya dicantumkan pula seluruhnya dalam daftar acuan.
b. Penulisan pustaka mengikuti pola kalimat biasa diawali dengan huruf capital diakhiri dengan titik seperti: Biomonitoring of environmental change using plants distribution patterns.
c. Daftar acuan disusun menurut abjad dengan pedoman sebagai berikut:
i. Untuk buku: Nama pengarang. Tahun terbit. Judul buku. Edisi. Nama penerbit. Kota penerbit. Contoh: Manning, W.J. and Feder, W.A. 1980. Biomonitoring air pollutions
with plants. Applied Science Publisher. London.
ii. Untuk artikel dalam buku: Nama pengarang. Tahun. Judul artikel. Nama editor. Judul buku. Nama penerbit. Kota penerbit. Halaman. Contoh: Weinert, E. 1991. Biomonitoring of environmental change using
plants distribution patterns. Dalam: Jeffrey, D.W. and Madden, B. (eds). Bioindicator and Environmental Management. Academic Press. London. 179-190 p.
iii. Untuk buku hasil terjemahan: Nama pengarang. Tahun. Judul
buku hasil terjemahan. Judul buku asli. Nama penerjemah. Nama penerbit. Kota penerbit. Contoh: Fitter, A.H. and Hay, R.K.M. 1991. Fisiologi lingkungan tanaman.
Diterjemahkan dari Environmental Physiology of Plants, oleh Andani, S. dan Purbayanti, E.D. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
iv. Untuk artikel dalam majalah atau jurnal: Nama pengarang.
Tahun. Judul artikel. Nama majalah/jurnal volume ke-(nomor): halaman artikel. Contoh: Rahardjo, S. 1993. Pengendalian lokasi industri di DKI Jakarta.
Jurnal Lingkungan dan Pembangunan 13(1):24-31.
Bansal, A.K. Mitra, A. Arora, R.P. Gupta, T. and Singhvi, B.S.M. 2007. Biological treatment of domestic wastewater for aquaculture. Journal of Agricultural and Biological Science 2(1):6-12.
v. Untuk makalah dalam seminar: Nama pengarang. Tahun. Judul
makalah. Nama seminar. Tebal makalah. Contoh: Haeruman, H. 1993. Pembangunan menuju tahun 2018.
Perencanaan untuk keberlanjutan: masalah, pendekatan dan pengarahan untuk masa depan. Makalah disampaikan pada seminar Natural Resources Management Project (BAPPENAS-Ministry of Forestry-USAID). Jakarta. 8 p.
vi. Untuk laporan penelitian yang telah dipublikasi: Nama
peneliti. Tahun. Judul laporan penelitian. Laporan penelitian. Nomor laporan penelitian. Penerbit. Kota penerbit. Contoh: Muslimah, S. 2012. Hubungan antara panjang hari dan
produktivitas tanaman padi di Indonesia. Laporan penelitian 12. Departemen Geofisika dan Meteorologi FMIPA IPB. Bogor.
vii. Untuk penulisan daftar pustaka sumber internet: Nama
penulis. Tahun. Judul. Diakses dari: alamat URL (tanggal akses). Contoh: Pramusetia, I. 2015. Keragaman iklim Indonesia. Diakses dari:
www.iklimindo.com/keragamaniklimindonesia/ (18 Maret 2015).
4. PENGUTIPAN ACUAN DALAM NASKAH
Dalam naskah, pengutipan sumber informasi dapat merupakan
bagian kalimat dengan pencantuman nama belakang pengarang
diikuti dengan tahun terbitan dalam kurang, atau keduanya di dalam
tanda kurung yang dipisahkan dengan koma.
Contoh: Effendi (2010).... atau (Effendi, 2010) Bastmeijer dan Koivurova (2008)
Apabila nama penulis dua orang maka dapat ditulis sebagai berikut: Sari dan Muslimah (2010) atau (Sari dan Muslimah, 2010) Apabila nama penulis lebih dari tiga maka dapat ditulis sebagai berikut: Sari et al. (2008) atau (Sari et al., 2008) Apabila suatu kalimat dikutip dari banyak sumber, maka acuan dalam naskah dapat ditulis sebagai berikut: (Lapping, 1975; Canter, 1996).... atau Lapping (1975) dan Canter (1996)....
top related