analisis pengaruh investasi, belanja pemerintah dan
Post on 24-Oct-2021
5 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ANALISIS PENGARUH INVESTASI, BELANJA PEMERINTAH DAN
PENYERAPAN TENAGA KERJA TERHADAP PERTUMBUHAN
EKONOMI PERIODE 2015-2019
DI SULAWESI SELATAN
SKRIPSI
Oleh MUSDALIFAH
NIM 105711114416
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
ii
ANALISIS PENGARUH INVESTASI, BELANJA PEMERINTAH DAN
PENYERAPAN TENAGA KERJA TERHADAP PERTUMBUHAN
EKONOMI PERIODE 2015-2019
DI SULAWESI SELATAN
SKRIPSI
Oleh
MUSDALIFAH
NIM 105711114416
Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir penyelesaian studi Mahasiswa pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020
iii
PERSEMBAHAN
Karya Imiah ini kupersembahkan teruntuk kedua orang tuaku tercinta
Terima Kasih Atas Bantuan, Doa dan Motivasi yang telah
Kalian Berikan. . . . .
MOTTO
Semua urusan butuh proses, akhir dari perjuangan tidak akan mengecewakan
jika diselingi dengan usaha dan doa
Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar
(QS Al Baqoroh: 153)
iv
v
vi
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur persembahkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan segala rahmat, taufik, hidayah, nikmat dan karunia-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penelitian ini yang berjudul “Analisis Pengaruh
Investasi, Belanja Pemerintah dan Penyerapan Tenaga Kerja Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Periode 2015-2019 Di Sulawesi Selatan” dengan
baik. Salawat beserta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW. Beserta keluarganya, para sahabatnya, dan para
pengikutnya. Penelitian ini dilakukan guna memenuhi persyaratan kelulusan
untuk memperoleh gelar Sarjana Program Studi Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
Dalam penulisan penelitian ini, penulis menyadari sepenuhnya masih
kekurangan dan keterbatasan ilmu pengetahuan yang penulis miliki. Namun
berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya penelitian ini dapat
terselesaikan. Oleh karena itu, sudah sepantasnya penulis mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyusun penelitian ini.
Ucapan terima kasi tersebut penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Prof Dr. H. Ambo Asse, M.Ag., selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar
2. Bapak Ismail Rasulong, SE, MM., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Makassar
3. Ibu Hj Naidah, SE., M.Si., selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pemabngunan
Universitas Muhammadiyah Makassar
4. Bapak Asdar SE., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan
Universitas Muhammadiyah Makassar
viii
5. Bapak Moh. Aris Pasigai, SE., MM., selaku Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
6. Bapak A. Nur Achsanuddin UA, SE., M.Si., selaku pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
7. Bapak/Ibu asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah banyak menuangkan
ilmunya kepada penulis selama ngikuti kulaih
8. Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar
9. Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan serta Dinas
Ketenagakerjaan dan Transmigrasi yang telah memberikan izin melakukan
penelitian dan mengambil data yang bersangkutan mengenai penelitian ini.
10. Kepada orang tua tercinta terima kasih atas segala doa, motivasi dan kasih
sayang baik secara materi dan non materi kepada penulis sehingga penulis
bisa menyelesaikan Skripsi ini.
11. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Ekonomi
Studi Pembangunan Angkatan 2016 yang tidak sedikit bantuan dan
dorongan dalam aktivitas studi penulis.
12. Terima kasih buat Mujibiarti Rosyida yang membantu dalam penyusunan
Skripsi ini dan memberikan semangat untuk tetap menyelesaikan Skripsi ini.
13. Terima kasih kepada Irmawati yang menjadi teman seperjuangan saya,
hingga semangat saya tidak permah luntur untuk mneyelesaikan karya tulis
ini.
ix
14. Terima kasih teruntuk semua kerabat yang tidak bisa saya tulis satu persatu
yang telah memberikan semangat, kesabaran, motivasi dan dukungnnya
sehinngga penulis dapat merampungkan penulisan skripsi ini.
Akhirnya, sungguhpenulis sangat menyadari bahwa Skripsi ini masih
sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya
para pembaca budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan
kritikannya demi kesempurnaan Skripsi ini.
Mudah-mudahan Skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak utamanya kepada Almamater Kampus Biru Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Billahi Fii Sabilil Haq, Fatabiqul Khairat, Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Makassar 2020
Penulis
x
ABSTRAK
Musdalifah, 2020. Analisis Pengaruh Investasi, Belanja Pemerintah dan Penyerapan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Provinsi Sulawesi Selatan Periode 2015-2019. Skripsi Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Pembimbing I Moh. Aris Pasigai dan Pembing II A. Nur Achsanuddin UA. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penngaruh investasi, belanja pemerintah dan penyerapan tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan periode 2015-2019. Jenis penelitian ini yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan populasi adalah seluruh data dari investasi, belanja pemerintah dan penyerapan tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan. Sedangkan pengambilan sampel berdasarkan variabel-variabel yang digunakan yaitu investasi, belanja pemerintah dan penyerapan tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan periode 2015-2019. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel investasi. Berdasarkan hasil penelitian ini dengan analisis regresi berganda diperoleh bahwa investasi berpengaruh secara positif namun tidak signifikan terhadap variabel pertumbuhan ekonomi, belanja pemerintah berpengaruh signifikan terhadao variabel pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga kerja berpengaruh secara positif namun tidak signifikan terhadap variabel pertumbuhan ekonomi Kata Kunci : Pertumbuhan Ekonomi, Investasi, Belanja Pemerintah dan Penyerapan Tenaga Kerja
xi
ABSTRACT
Musdalifah, 2020. Analysis of the Effect of Investment, Government Expenditures and Labor Absorption on Economic Growth in South Sulawesi Province for the Period of 2015-2019. Thesis Development Economics Study Program, Faculty of Economics and Business. Muhammadiyah University of Makassar. Supervised by Advisor I Moh. Aris Pasigai and Pembing II A. Nur Achsanuddin UA.
This study aims to analyze the effects of investment, government spending and employment on economic growth in South Sulawesi Province for the period 2015-2019. This type of research used in this research is descriptive quantitative. This study uses secondary data where the population is all data from investment, government spending and employment on economic growth in South Sulawesi Province. While sampling is based on the variables used, namely investment, government spending and employment of economic growth in South Sulawesi Province for the period 2015-2019. The results of this study indicate that the investment variable.
Based on the results of this study with multiple regression analysis, it is
found that investment has a positive but insignificant effect on the economic growth variable, government spending has a significant effect on the economic growth variable, employment has a positive but insignificant effect on the economic growth variable. Keywords : Economic Growth, Investment, Government Expenditures and Labor Absorption
xii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL ............................................................................................ i
HALAMAN JUDUL ............................................................................. ii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................. iv
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. v
SURAT PERNYATAAN...................................................................... vi
KATA PENGANTAR .......................................................................... vii
ABSTRAK .......................................................................................... x
ABSTRACK ....................................................................................... xi
DAFTAR ISI ....................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xvi
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ............................................................... 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 7
A. Investasi............................................................................... 7
1. Pengertian Investasi ....................................................... 7
2. Tujuan Investasi .............................................................. 7
xiii
3. Tipe-tipe Investasi ........................................................... 8
B. Teori Pengeluaran Pemerintah ............................................ 9
C. Belanja Pemerintah ............................................................. 10
D. Penyerapan Tenaga Kerja ................................................... 12
E. Pertumbuhan Ekonomi......................................................... 13
1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi ................................ 13
2. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik ............................... 14
3. Teori Schumputer .......................................................... 15
4. Teori Harrod Domar ....................................................... 15
5. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik ....................... 16
6. Teori Pertumbuhan Endogen ......................................... 17
F. Ringkasan Penelitian Terdahulu ........................................ 18
G. Kerangka Pikir ................................................................... 24
H. Hipotesis ............................................................................ 26
BAB III. METODE PENELITIAN ......................................................... 27
A. Jenis Penelitian ................................................................ 27
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................ 27
C. Jenis dan Sumber Data.................................................... 27
D. Variabel dan Desain Penelitian ........................................ 28
E. Populasi dan Samapel ..................................................... 29
F. Definis Operasional dan Pengukuran Variabel ................. 30
G. Teknik Pengumpulan Data ............................................... 31
H. Teknik Analisis Data ........................................................ 31
I. Uji Hipotesis ..................................................................... 32
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................ 36
xiv
A. Gambaran Umum Provinsi Sulawesi Selatan ................... 36
1. Keadaan Geografis Provinsi Sulawesi Selatan ............. 36
2. Keadaan Demografis ................................................... 37
B. Keadaan Jumlah Penduduk Provinsi Sulawesi Selatan ... 38
C. Penyajian Data ................................................................ 40
1. Pertumbuhan Ekonomi ................................................. 40
2. Investasi ....................................................................... 42
3. Belanja Pemerintah ...................................................... 44
4. Penyerapan Tenaga Kerja ........................................... 45
5. Regresi Linear Berganda ............................................. 46
D. Analisis dan Interpretasi ................................................... 52
1. Pengaruh Investasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi . 52
2. Pengaruh Belanja Pemerintah Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi ..................................................................... 53
3. Pengaruh Penyerapan Tenaga Kerja Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi ............................................... 54
BAB V. PENUTUP ............................................................................. 55
A. Kesimpulan .............................................................................. 55
B. Saran....... ................................................................................ 56
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 56
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 PDRB Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha
(Milyar Rp) Sulawesi Selatan tahun 2009-2013 ............................. 4
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu .................................................... 18
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut
Kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan....................................... 39
Tabel 4.2 Produk Domestik Regional Bruto 2019 Menurut Pengeluaran dan
Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sulawesi Selatan ................ 41
Tabel 4.3 Nilai Investasi PMDN dan PMA di Provinsi Sulawesi Selatan
Periode 2015-2019 ......................................................................... 43
Tabel 4.4 Pertumbuhan Invsetasi di Provinsi Sulawesi Selatan Periode
2015-2019 ....................................................................................... 43
Tabel 4.5 Belanja Pemerintah di Provinsi Sulawesi Selatan Periode
2015-2019 ....................................................................................... 44
Tabel 4.6 Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Sulawesi Selatan
Periode 2015-2019 ......................................................................... 46
Tabel 4.7 Hasil Analisis Regresi Coefficients .................................................. 47
Tabel 4.8 Uji Asumsi Klasik ............................................................................ 48
Tabel 4.9 Uji Multikolinearitas .......................................................................... 49
Tabel 4.10 Analisis Koefisisen Determinasi (R²) ............................................ 49
xiii
Tabel 4.11 Uji Statistik F (Uji F) ...................................................................... 50
Tabel 4.12 Uji Statistik T (Uji T) ...................................................................... 51
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Skema Kerangka Konsep .......................................................... 25
Gambar 3.1 Skema Desain Penelitian ........................................................... 29
Gambar 4.1 Peta Provinsi Sulawesi Selatan .................................................. 36
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi dalam jangka
panjang. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan faktor
yang penting bagi kelangsungan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi
juga menerangkan prestasi perkembangan ekonomi suatu negara/daerah dari
periode ke periode berikut. Menurut Sukirno (2011), dalam kegiatan
perekonomian yang sebenarnya pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan
produksi barang dan jasa di suatu negara seperti pertambahan jumlah produksi
barang dan jasa di suatu negara seperti pertambahan jumlah produksi barang
industri, perkembangan infrastruktur, pertambahan jumlah sekolah, pertambahan
produksi sektor jasa dan pertambahan produksi barang modal. Dalam analisis
makro, tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu negara diukur dari
perkembangan pendapatan nasional riil yang dicapai suatu negara.
Investasi sangat berpengaruh terhadap kemajuan pertumbuhan ekonomi
suatu Negara maupun suatu daerah. Dalam pengertian ekonomi investasi
memiliki arti sebagai pengeluaran yang dilakukan untuk meningkatkan stok
barang modal (capital stock) dalam periode tertentu. Investasi sendiri dipengaruhi
investasi asing dan domestik. Investasi yang terjadi di daerah terdiri dari investasi
pemerintah dan investasi swasta. Investasi dari sektor swasta dapat berasal dari
dalam negeri maupun luar negeri (asing) investasi pemerintah dilakukan guna
menyediakan barang publiknya. Besarnya investasi pemerintah dapat dihitung
2
dari selisih antara total anggaran pemerintah dengan belanja rutinnya (Rustiono,
2008)
Di provinsi Sulawesi Selatan misalnya, investasi terdiri dari investasi
pemerintah dan investasi swasta. Investasi dari sektor pemerintah dilakukan
guna menyediakan barang publik, sedangkan investasi dari sektor investasi
swasta dapat berasal dari dalam negeri maupun luar negeri (asing). Tujuan dari
investasi adalah mengharapkan keuntungan di masa depan dan mengantisipasi
tekanan inflasi. Menurut Jhigan (2013), pembentukan modal juga berarti
pembentukan keahlian yang kerap kali berkembang sebagai akibat pembentukan
modal. Dengan demikian, investasi apabila didukung dengan kemampuan
tenaga kerja dan tingkat Pendidikan yang dimiliki oleh tenaga kerja, maka
pertumbuhan ekonomi yang diharapkan dapat memajukan perekonomian.
Selain investasi, sebagai tolok ukur pertumbuhan suatu ekonomi regional
juga tidak bisa lepas dari peran pengeluaran pemerintah di sektor layanan publik.
Pengeluaran pemerintah daerah diukur dari total belanja rutin dan belanja
pembangunan yang dialokasikan dalam anggaran daerah. Semakin besar
pengeluaran pemerintah daerah yang produktif maka semakin memperbesar
tingkat perekonomian suatu daerah.
Pada umumnya pengeluaran pemeintah membawa dampak positif bagi
pertumbuhan ekonomi (Rustiono, 2008)
Belanja pemerintah versi Keynes, pengeluaran pemerintah merupakan
salah satu unsur permintaan agregat, konsep perhitungan pendapatan nasional
dengan pendekatan pengeluaran bahwa Y = C + I + X – M. Formula ini dikenal
sebagai identitas pendapatan nasioanl. Variabel Y melambangkan pendapatan
3
nasional sekaligus mencerminkan penawaran agregat. Sedangkan variabel
diruas kanan disebut permintaan agregat. Variabel G melambangkan
pengeluaran pemerintah. Dengan membandingkan nilai G terhadap Y serta
mengamati dari waktu ke waktu dapat diketahui sebesar besar konstribusi
pengeluaran pemerintah dalam pembentukan pendapatan nasional.
Tenaga kerja dalam pembangunan nasional merupakan faktor yang
menentukan laju pertumbuhan perekonomian baik dalam kedudukannya sebagai
tenaga kerja produktif maupun konsumen. Ketidakseimbangan dalam
penyebaran tenaga penduduk antar daerah maupun kota mengakibatkan tidak
proporsionalnya pengunaan tenaga kerja secara regional dan maupun daerah.
tenaga kerja merupakan faktor penting dalam proses produksi dari pada sarana
produksi lain (bahan mentah, tanah, airdan sebagainya) dikarenakan manusialah
yang menggerakkan atau mengoperasikan seluruh sumber-sumber tersebut
untuk menghasilkan suatu barang yang bernilai yang nantinya akan berpengaruh
terhadap terhadap besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di suatu
daerah.
Menurut Lewis dalam Todaro (2006:132), pengaruh pertumbuhan
ekonomi terhadap penyerapan tenaga kerja dimulai dari investasi di sektor
industri, dan akumulasi modal secara keseluruhan di sektor modern akan
menimbulkan perluasan output pada sektor modern tersebut.
Pengalihan tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor modern (industri)
selanjutnya akan meningkatkan pertumbuhan output dan peningkatan
penyerapan tenaga kerja di sektor modern. Menurut Kuncoro (2013:137),
pertumbuhan ekonomi juga tergantung dari besaran nilai investasi yang mampu
menggerakkan perekonomian.
4
Tabel1.1 : PDRB atas dasar harga konstan menurut lapangan usaha (Milyar Rp) Sulawesi Selatan tahun 2009-2013
Tahun PDRB
(Milyar)
Pertumbuhan
Ekonomi (%)
Investasi Belanja
Pemerintah
(MilyarRp)
AK
PMA (US$) PMDN
(MilyarRp)
2009 47,326.08 6.23 109.172.533 4.506.427,727 13.527.997.909 3.222.256
2010 51,199.90 8.19 25.251,000 3.878.822,321 13.991.292.077 3.272.365
2011 55,093.74 7.61 89.559,254 3.986.302,703 17.265.168.996 3.357.498
2012 59,718.50 8.39 582.579,410 2.318.863,400 18.513.978.056 3.351.908
2013 64,284.43 7.65 462.776 921.017 20.173.625.636 3.291.280
Sumber :Dari BPS Sulawesi Selatan (2020)
Berdasarkan pada table 1.1 terlihat bahwa PDRB Provinsi Sulawesi
Selatan di tahun 2010 dan 2012 laju pertumbuhan ekonomi mengalami
peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Tetapi pada tahun 2011
pertumbuhan ekonomi mengalami perlambatan sebesar 7.61% dibandingkan
tahun sebelumnya peningkatan sebesar 8.19%. Hal ini dapat disebabkan oleh
menurunnya tingkat investasi maupun belanja pemerintah Provinsi Sula wesi
Selatan.
Ditinjau dari sumber daya yang dimiliki, Sulawesi Selatan mempunyai
kemungkinan yang saangat besar aktivitas penanaman modal asing (PMA)
Karena banyaknya tersedia berbagai bahan mentah dari berbagai sektor seperti
sektor pertanian, perkebunan, dan juga potensi daerah yang dijadikan objek
wisaata sehingga potensi-potensi daerah ini berdayakan maka saangat besar
manfaatnya daalam menghasilkan devisa Negara dan juga menunjang
5
terciptanya kegiatan ekonomi di sekitar daerah tersebut yang dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat setempat.
Berkaitan hal-hal tersebut diatas maka salah satu upaya yang dilakukan
untuk meningkatkan kemajuan ekonomi serta mempercepat laju pertumbuhan
ekonomi di Sulawesi Selatan adalah dengan memacu sektor-sektor yang
mempunyai pertumbuhan yang tinggi dan mengupayakan pergeseran sektor
sekunder ke sektor tersier. Strategi perencanaan pembangunan yang
berorientasi pada pertumbuhan ekonomi dan pergeseran struktur yang
dimaksudkan adalah dengan memberikan penekanan pada sektor-sektor yang
dianggap penting untuk mendorong perkembangan di sektor lainnya.
Pertumbuhan ekonomi dapat dicapai dengan berbagai faktor pendukung seperti
sumber daya alam yang tersedia, stabilitas nasional, belanja pemerintah yang
tercantum pada APBD dan sumber daya manusia yang berkualitas. Dengan
demikian dalam meningkatkan pembangunan ekonomi di Sulawesi Selatan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan sebelumnya, maka di
rumuskan masalah pokok yaitu:
1. Apakah Investasi mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi?
2. Apakah Belanja Pemerintah mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi?
3. Apakah Penyerapan Tenaga Kerja mempunyai pengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi?
6
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah diajukan, penelitian ini bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui Investasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Sulawesi
Selatan
2. Untuk mengetahui Belanja Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi
di Sulawesi Selatan
3. Untuk mengetahui Penyerapan Tenaga Kerja terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Sulawesi Selatan
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian adalah:
1. Manfaat Akademik
a. Bagi dunia pendidikan, penelitian ini di harapkan dapat menjadi
sumbangan data empiris bagi pengembangan ilmu pengetahuan
terutama ilmu ekonomi dan manfaatnya bagi lembaga akademik.
b. Sebagai informasi bagi rekan-rekan mahasiswa dalam mengadakan
penelitian lebih lanjut mengenai Investasi, Belanja Pemerintah dan
Penyerapan Tenaga Kerja terhadap Pertumbuhan Ekonomi.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini di harapkan dapat berguna sebagai bahan masukan
bagi:
a. Investor dalam mempertimbangkan pengambilan keputusan investasi,
belanja pemerintah dan penyerapan tenaga kerja terhadap
pertumbuhan ekonomi yang terdapat di Sulawesi Selatan.
b. Penelitian berikutnya dijadikan sebagai bacaan ilmiah dan referensi.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Investasi
1. Pengertian Investasi
Menurut Herlianto (2013:1) Investasi merupakan penempatan sejumlah
dana pada saat ini dengan tujuan untuk memperoleh sejumlah keuntungan
dimasa yang akan datang. Dalam aktivitasnya investasi pada umumnya dikenal
ada dua bentuk, yaitu:
1. Real investment (investasi nyata) secara umum melibatkan asset
berwujud seperti tanah, mesin-mesin, atau pabrik.
2. Financial investment (investasi keuangan) melibatkan kontrak
tertulis, seperti saham biasa, obligasi, dan lain-lain.
Perekonomian primitive hampir semua investasi lebih ke investasi nyata,
sedangkan pada perekonomian modern, lebih banyak dilakukan investasi
keuangan.
Di mana Lembaga-lembaga untuk investasi yang berkembang pesat
memberi fasilitas untuk berinvestasi nyata.
2. Tujuan Investasi
Herlianto (2013:2) “Tujuan orang melakukan investasi pada dasarnya
adalah untuk mengembangkan dana yang dimiliki atau mengharapkan
keuntungan di masa depan”.
Secara umum tujuan investasi memang mencari untung, tetapi bagi perusahaan
tertentu kemumgkinan ada tujuan utama yang lain selain untuk mencari untung.
8
Pada umumnya tujuan investasi adalah sebagai berikut :
1. Untuk memperoleh pendapatan yang tetap dalam setiap periode, antara
lain seperti bunga, royalty, deviden, atau uang sewa dan lain-lainnya.
2. Untuk membentuk suatu dana khusus, misalnya dana untuk kepentingan
ekspansi, kepentingan sosial.
3. Untuk mengontrol atau mengendalikan perusahaan lain, melalui
kepemilikan sebagian ekuitas perusaan tersebut.
4. Untuk menjamin tersedianya bahan baku dan mendapatkan pasar untuk
produk yang di hasilkan.
5. Untuk mengurangi persaingan di antara perusahaan-perusahaan yang
sejenis.
6. Untuk menjaga hubungan antar perusahaan.
3. Tipe-Tipe Investasi
a. Direct Investment (investasi langsung)
Investasi langsung adalah mereka yang memiliki dana dapat langsung
berinvestasi dengan membeli secara langsung atau aktiva keuangan dari suatu
perusahaan yang dapat dilakukan baik melalui para perantara atau berbagai cara
lainnya. Ada dua macam investasi yaitu investai langsung yang tidak dapat
diperjualbelikan seperti tabungan dan deposito, dan investasi langsung yang
dapat diperjualbeli di pasar uang seperti T-bill deposito yang dapat dinegosiasi
dan investasi langsung yang dapat diperjualbelikan di pasar modal seperti T-
bond, future, contrac, saham, waran, opsi put dan lain-lain.
9
b. Indirect Investment (investasi tidak langsung)
Investasi tidak langsung adalah mereka yang memiliki kelebihan dana dapat
melakukan keputusan investasi dengan tidak terlibat secara langsung atau
pembelian aktiva keuangan cukup hanya dengan memegang dalam bentuk
saham atau obligasi saja dan sejenisnya. Mereka yang melakukan
indirectinvestment umumnya cenderung tidak terlibat dalam pengambilan
keputusan penting pada suatu perusahaan.
B. Teori Pengeluaran Pemerintah
Pada tahap awal perkembangan ekonomi, presentase investasi
pemerintah terhadap total investasi besar, karena pada tahap ini pemerintah
harus menyediakan prasarana seperti Pendidikan, kesehatan, prasarana
transportasi. Pada tahap menengah pembangunan ekonomi, investasi
pemerintah tetap diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi agar
dapat tinggal landas, namun pada tahap ini peranan investasi swasta sudah
semakin besar. Peranan pemerintah tetap besar pada tahap menengah, oleh
karena peranan swasta semakin besar akan menimbulkan banyak kegagalan
pasar dan juga menyebabkan pemerintah harus menyediakan barang dan jasa
publik dalam jumlah yang lebih banyak. Selain itu pada tahap ini perkembangan
ekonomi menyebabkan terjadinya hubungan antarsektor yang makin komplek.
Misalnya pertumbuhan ekonomi yang ditimbulkan oleh perkembangan sektor
industri akan menimbulkan semakin tingginya pencemaran atau polusi.
Pemerintah harus turun tangan mengatur dan mengurangi dampak negatif dari
polusi.
10
Investasi swasta dalam presentase terhadap PDB semakin besar dan
presentase investasi pemerintah terhadap PDB akan semakin kecil. Pada tingkat
ekonomi lebih lanjut, Rostow mengatakan bahwa aktivitas pemerintah dalam
pembangunan ekonomi beralih dari penyediaan prasarana ke pengeluaran-
pengeluaran untuk aktivitas sosial seperti program kesejahteraan hari tua dan
pelayanan kesehatan masyarakat.
C. Belanja Pemerintah
Pendapatan daerah yang diperoleh baik dari pendapatan asli daerah
maupun dana perimbangan tentunya digunakan oleh pemerintah daerah untuk
membiayai belanja daerah. Menurut UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintah
daerah, belanja daerah adalah semua kewajiban daerah yang diakui sebagai
pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan. Berdasarkan struktur anggaran daerah, elemen-elemen yang
termasuk dalam dalam belanja daerah terdiri dari :
a. Belanja aparatur daerah
b. Belanja pelayanan publik
c. Belanja bagi hasil dan bantuan keuangan
d. Belanja tidak tersangka.
Belanja daerah dipergunakan dalam rangka pelaksanaan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota yang
terdiri dari urusan wajib dan pilihan yang ditetapkan berdasarkan pada
Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang pengelolaan Keuangan daerah
dikelompokkan kedalam belanja langsung dan belanja tidak langsung.
11
1. Belanja Langsung
Kelompok belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait
secara langsung debgan pelaksanaan program dan kegiatan yaitu belanja
pegawai, belanja barang dan jasa, belanja modal.
2. Belanja Tidak Langsung
Kelompok belanja tidak langsung, merupakan belanja yang dianggarkan tidak
terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan, yaitu
belanja pegawai, belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja
bantuan sosial, belanja bagi hasil, belanja bantuan keuangan, dan belanja
tidak terduga.
Fenomena yang muncul dalam era otonomi, bahwa transfer pemerintah
khususnya DAU begitu dominan dalam membiayai belanja daerah, dan kurang
berdampak pada PAD daerah diindikasikan sebagai ilusi fiscal (fiscal illusion).
Menurut UU No. 23 tahun 2014 tentang pemerintah daerah, belanja
daerah adalah semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang
kekayaan bersih dalam periode anggaran yang bersangkutan. Belanja daerah
sebagaimana dimaksud dalam peraturan menteri dalam negeri Nomor 52 tahun
2018 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah, menyebutkan bahwa
belanja daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan
pemerintah yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota yang terdiri
dari urusan wajib, urusan pilihan, dan urusan yang penangannya dala bagian
atau bidang tertentu yang dapat dilaksankan bersama antara pemerintah dan
pemerintah daerah yang ditetapkan berdasarkan perundang-undangan.
12
D. Penyerapan Tenaga Kerja
Penyerapan tenaga kerja merupakan jumlah tertentu dari tenaga kerja
yang yang digunakan dalam suatu unit. Penyerapan tenaga kerja merupakan
jumlah Angkatan kerja yang bekerja yang tersedia di suatu daerah.
Penyerapan tenaga kerja berkaitan dengan jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan oleh perusahaan atau instansi tertentu. Permintaan tenaga kerja ini
dipengaruhi oleh perubahan tingkat upah dan perubahan faktor-faktor lain yang
mempengaruhi tingkat permintaan hasil produksi. Antara lain naik turunnya
permintaan pasar akan hasil produksi dari perusahaan yang bersangkutan.
Tercermin melalui besarnya volume produksi, dan harga-harga barang modal
yaitu nilai mesin atau alat yang digunakan dalam dalam proses produksi. Dengan
demikian apabila mengacu pada pada uraian diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa permintaan tenaga kerja adalah keseluruhan hubungan antara berbagai
tingkat upah dan jumlah tenaga kerja yang diminta untuk di pekerjakan. Jadi
yang dimaksud dengan penyerapan tenaga kerja dalam penelitian ini adalah
jumlah atau banyaknya orang yang bekerja diberbagai sektor dalam hal ini sektor
industri selain itu penyerapan tenaga kerja merupakan jumlah tertentu dari
tenaga kerja yang digunakan dalam suatu unit usaha tertentu atau dengan kata
lain penyerapan tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang bekerja dalam
suatu unit usaha.
Indonesia merupakan negara keempat teratas penduduknya. Hal ini
tentu menunjukkan bahwa jumlah Angkatan kerja di Indonesia cukup besar.
Namun harus disadari bahwa jumlah tenaga kerja yang banyak ini justru menjadi
fenomena yang cukup memprihatinkan bagi negara yang besar ini.
13
Tenaga kerja yang besar menjadi masalah yang besar karena jumlah Angkatan
kerja yang tidak berimbang dengan jumlah pengangkatan kerja atau kebutuhan
industri akan tenaga kerja. Selain itu karena kebanyakan tenaga kerja Indonesia
yang belum memiliki skill yang memadai untuk kegiatan industri.
E. Pertumbuhan Ekonomi
1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Secara ekonomi, ada beberapa cara untuk memperhitungkan pertumbuhan
ekonomi, baik dilihat dari sisi permintaan maupun jika dilihat dari sisi penawaran.
Apabila dari sisi permintaan (demand) yaitu dengan memperhitungkan komponen-
komponen makro ekonomi berupa konsumsi, investasi, ekspor dan impor
sedangkan dari sisi penawaran (supply) dengan memperhitungkan nilai tambah
setiap sektor dalam produksi nasional. Laju pertumbuhan ekonomi akan diukur
melalui indikator perkembangan PDB atau PNB dari tahun ke tahun. Adapun cara
menghitung laju pertumbuhan dilakukan dengan tiga metode yaitu, cara tahunan,
cara rata-rata setiap tahun, dan cara compounding faktor.
Menurut Mankiw (2012:4), PDB mengkur dua hal sekaligus, yaitu
pendapatan sub total semua orang dala perekonomian dan jumlah untuk membeli
barang dan jasa dari hasil perekonomian. Alasan PDB dapat mengukur
pendapatan total dan pengeluaran secara bersama adalah kedua hal ini pada
dasarnya sama saja. Untuk suatu perekonomian secara keseluruhan, pendapatan
total harus sama dengan pengeluaran total.
14
Pertumbuhan biasanya dihitung dalam nilai riil dengan tujuan untuk
menghilangkan adanya inflasi dalam harga dan jasa yang diproduksi sehingga
PDB riil mencerminkan perubahan kuantitas produksi. Untuk mengetahui
pertumbuhan ekonomi regional, digunakanlah data Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) dimana PDRB dapat didefinisikan sebagai nilai barang dan jasa
akhir yang dihasilkan oleh sistem perekonomian di suatu wilayah atau daerah
dalam kurun waktu tertentu. Sehingga PDRB merupakan suatu ukuran untuk
melihat aktivitas perekonomian suatu daerah.
2. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik
Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik ada 4 faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu: jumlah penduduk, jumlah stok
barang-barang modal, luas tanah dan kekayaan alam, serta tingkat teknologi
yang digunakan. Dalam uraian mengenai pertumbuhan klasik telah dapat dilihat
bahwa apabila terdapat kekurangan penduduk produk marginal adalah lebih
tinggi pendapatan perkapita. Akan tetapi apabila penduduk sudah semakin
banyak, hokum hasil tambahan semakin berkurang akan mempengaruhi fungsi
produksi, yaitu produksi marginal akan mengalami penurunan. Oleh karenanya
pendapatan nasional dan pendapatan perkapita menjadi semakin lambat
pertumbuhannya. (Sukirno,2011:432)
Persamaannya adalah :
∆Y = f (∆K, ∆L, ∆T)
∆Y = tingkat pertumbuhan ekonomi
∆K = tingkat pertambahan barang modal
∆L = tingkat pertambahan tenaga kerja
15
∆T = tingkat pertambahan tekhnologi
3. Teori Schumpeter
Teori Schumpeter menekankan tentang pentingnya peranan pengusaha
dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Dalam teori Schumpeter ditunjukkan
bahwa para pengusaha merupakan golongan yang akan terus menerus membuat
pembaharuan atau inovasi dalam kegiatan ekonomi. Inovasi tersebut meliputi
memperkenalkan barang baru, mempertinggi efisiensi cara memproduksi dalam
menghasilkan suatu barang, memperluas pasar suatu barang ke pasaran-
pasaran yang baru, mengembangkan sumber bahan mentah yang baru dan
mengadakan perubahan-perubahan dalam organisasi dengan tujuan
mempertinggi efisiensi kegiatan perusahaan. Berbagai kegiatan ini akan
memerlukan investasi baru.
4. Teori Harrod Domar
Dalam menganalisis tentang pertumbuhan ekonomi, teori Harrod Domar
bertujuan untuk menerangkan syarat yang harus dipenuhi supaya suatu
perekonomian dapat mencapai pertumbuhan yang teguh atau steady state dalam
jangka Panjang. Analisis Harrod dan Domar menggunakaan asumsi sebagai
berikut.
a. Barang modal telah mencapai kapasitas penuh (full employment).
b. Tabungan adalah proporsional terhadap pendapatan.
c. Rasio antara modal dan produksi (capital output ratio) adalah tetap.
16
Perekonomian adalah terdiri dari dua sektor. Analisis yang dilakukan oleh Harrod
dan Domar merupakan pelengkap dari analisis yang dilakukan oleh Keynesian.
Dalam analisis yang dilakukan Keynesian adalah persoalan ekonomi jangka
pendek, sedangkan dalam analisis Harrod Domar merupakan analisis ekonomi
jangka Panjang. Dalam analisis Harrod Domar dapat dilihat bahwa:
1). Dalam jangka Panjang pertambahan pengeluaran aggregate yang
berkepanjangan perlu di capai untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi.
2). Pertumbuhan ekonomi yang teguh hanya mungkin di capai apabila I + G (X-
M) terus menerus bertambah dengan tingkat yang tinggi.
5. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik
Sebagai suatu perluasan dari teori Keynes, teori Harrod dan Domar
melihat persoalan pertumbuhan dari segi permintaan. Pertumbuhan ekonomi
hanya berlaku apabila pengeluaran agregat melalui kenaikan investasi
bertambah terus menerus pada tingkat pertumbuhan yang ditentukan. Teori
pertumbuhan neoklasik melihat dari sudut pandang yang berbeda, yaitu dari segi
penawaran. Menurut teori ini yang dikembangkan oleh Abramovits Solow
pertumbuhan ekonomi tergantung pada perkembangan faktor-faktor produksi.
Dalam model pertumbuhan ekonomi Neo Klasik Solow (Solow Neo Classical
Growth Model) maka fungsi produksi agregat standar adalah sama seperti yang
digunakan dalam persamaan sektor modern Lewis yakni :
Y =Aeµt.K.α.L1 .................................................... (1)
Y = Produk Domestik Bruto
K = stok modal fisik dan modal manusia
L = tenaga kerja non terampil
17
A= konstanta yang mereflesikan tingkat teknologi dasar
eµt = melambangkan tingkat kemajuan teknologi
α=melambangkan elastisitas output terhadap model, yakni presentase
kenaikan PDB yang bersumber dari 1% penambahan modal fisik dan
modal manusia.
Menurut teori pertumbuhan Neo Klasik Tradisional, pertumbuhan output selalu
bersumber dari satu atau lebih dari 3 (tiga) faktor yakni kenaikan kualitas dan
kuantitas tenaga kerja, penambahan modal (tabungan dan investasi) dan
penyempurnaan teknologi (Todaro, 2000)
Sumbangan terpenting dari pertumbuhan ekonomi Neo Klasik bukanlah
menunjukkan pada faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi,
tetapi dalam sumbangannya untuk menggunakan teori tersebut. Untuk
mengadakan penyelidikan empiris dalam menentukan peranan sebenarnya dari
berbagi faktor produksi dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Dalam
penelitian Abramovis dan Solow menunjukkan pertumbuhan ekonomi di Amerika
Serikat terutama disebabkan oleh perkembangan teknologi. Antara 80 sampai
dengan 90 persen dari pertumbuhan ekonomi di Amerika disebabkan oleh
perkembangan teknologi.
6.Teori Pertumbuhan Endogen
Teori pertumbuhan Endogen merupakan awal kebangkitan dari
pemahaman baru mengenai faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan
ekonomi dalam jangka Panjang. Hal ini seiring dengan perkembangan teknologi
modern yang digunakan dalam proses produksi. Sehingga permasalahan dalam
pertumbuhan ekonomi tidak bisa dijelaskan secara baik oleh teori Neoklasik,
seperti penjelasaan mengenai descreasing return to capital, persaingan
18
sempurna dan eksogenitas teknologi dalam model pertumbuhan ekonomi. Teori
Pertumbuhan endogen merupakan suatu teori pertumbuhan yang menjelaskan
bahwa pertumbuhan dalam jangka Panjang ditentukan dari dalam model dari
pada oleh beberapa variabel pertumbuhan yang dianggap eksogen.
Teori pertumbuhan endogen muncul sebagai kritik terhadap teori
pertumbuhan Neoklasik mengenai diminishing marginal productivity of capital
dan konvergenitas pendapatan di berbagai negara. mengembangkan model
pertumbuhan endogen sebagai akibat dari adanya knowledge extrenality. Suatu
perusahaan tersebut mempunyai rata-rata stock knowledge yang lebih tinggi
daripada perusahaan lainnya.
Berdasarkan model tersebut dapat dijelaskan bahwa tingkat output
perusahaan akan sangat dipengaruhi oleh faktor knowledge capital. Faktor
produksi ini dalam implementasinya dapat berkembang menjadi faktor produksi
perusahaan lain melalui mekanisme learning by doing atau spillovers.
F. Ringkasan Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti Judul
Penelitian
Tahun variabel Hasil Penelitian
1. Deddy
Rustiono
Analisis
Pengaruh
Investasi,
Tenaga Kerja,
dan
2008 X1 : investasi
X2: tenaga
kerja
X3:
pengeluaran
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pertumbuhan
ekonomi Provinsi
19
Pengeluaran
Pemerintah
Terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi Di
Provinsi Jawa
Tengah
pemerintah
Y :
pertumbuhan
ekonomi
Jawa Tengah
selama tahun
pengamatan
1985-2006
adalah realisasi
nilai Penanaman
Modal Asing
(PMA) realisasi
Penanaman
Modal Dalam
Negeri (PMDM),
Angkatan Kerja
(AK), dan
Pengeluaran
Pemerintah
Daerah (EXPD).
Hasil analisis
mengenai
pengaruh PMA,
PMDM,
Angkatan Kerja
dan Pengeluaran
Pemerintah
daerah terhadap
Pertumbuhan
20
ekonomi Provinsi
Jawa Tengah
menunjukkan
hubungan yang
positif signifikan.
2. Heidy
Menajang
Pengaruh
Investasi dan
Tenaga Kerja
Terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi Kota
Manado
2009 X1 : Investasi
X2 : Tenaga
Kerja
Y :
pertumbuhan
ekonomi
Pengaruh
investasi
terhadap
pertumbuhan
ekonomi kota
manado adalah
signifikan,
pengaruh tenaga
kerja terhadap
pertumbuhan
ekonomi kota
manado adalah
signifikan,
hubungan antara
investasi dengan
pertumbuhan
ekonomi adalah
sangat erat,
hubungan antara
21
tenaga kerja
dengan
pertumbuhan
ekonomi adalah
sangat erat,
secara simultan
pengaruh
investasi dan
tenaga kerja
terhadap
pertumbuhan
ekonomi kota
manado adalah
signifikan,
besarnya
konstribusi
perkembangan
variabel investasi
dengan variabel
tenaga kerja
terhadap variasi
naik-turunnya
pertumbuhan
ekonomi adalah
sebesar 96,2%
22
sedangkan
sisanya
sebesaar 3,8%
3. Junaedi Analisis
Pengaruh
Investasi,
Belanja
Pemerintah,
Penyerapan
Tenaga Kerja
Terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi di
Sulawesi
Selatan.
2016 X1 : investasi
X2 : belanja
pemerintah
X3 :
penyerapan
tenaga kerja
Y :
pertumbuhan
ekonomi
Penanaman
modal dalam
negeri (PMDM)
Belanja
Pemerintah dan
Penyerapan
Tenaga Kerja
secara Bersama-
sama
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
pertumbuhan
Ekonomi di
Sulawesi
Selatan.
Sedangkan
Penanaman
Modal Asing
berpengaruh
23
tidak signifikan
terhadap
pertumbuhan
Ekonomi di
Sulawesi Selatan
priode 2003-
2013.
4. Chairul Nizar Pengaruh
Investasi dan
Tenaga Kerja
Terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi Serta
Hubungannya
Terhadap
Tingkat
Kemiskinan di
Indonesia
2013 X1 : investasi
X2 : tenaga
kerja
Y1 :
pertumbuhan
ekonomi
Y2 : tingkat
kemiskinan
Pengaruh
pertumbuhan
ekonomi (PDB)
terhadap tingkat
kemiskinan
secara langsung
sangat kecil
namun
hubungannya
negative dan
signifikan. FDI,
investasi
pemerintah dan
tenaga kerja
berpengaruh
positif dan
signifikan
24
terhadap
pertumbuhan
ekonomi.
5. Mohammad.
Rizal
Mubaroq
Pengaruh
Investasi
Pemerintah,
Tenaga Kerja
dan
Desentralisasi
Fisikal
Terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi
Kabupaten di
Indonesia
Tahun 2007-
2010
2013 X1 : investasi
pemerintah
X2 : tenaga
kerja
X3 :
desentralisasi
fisikal
Y :
pertumbuhan
ekonomi
Investasi
pemerintah,
tenaga kerja dan
desentralisasi
fiskal sama-
sama
berpengaruh
positif terhadap
pertumbuhan
ekonomi dengan
tingkat
kepercayaan
90%
G. Kerangka Pikir
Pembangunan daerah dengan sistem ekonomi daerah ditunjukkan demi
terwujudnya pertumbuhan ekonomi (PDRB) dan kesejahteraan masyarakat.
Dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang dicerminkan dengan
peningkatan nilai PDRB, dibutuhkan sumber dana maupun sumber daya
manusia untuk mencapai hal itu, Provinsi Sulawesi Selatan menggali dana dari
25
investasi yang ada dan menggali potensi daerahnya. Untuk melihat pengaruh
tingkat Investasi, Belanja Pemerintah dan Tenaga Kerja Terhadap Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) maka digunakan analisis regresi berganda.
Investasi pada hakekatnya merupakan awal kegiatan pembangunan ekonomi,
investasi dapat dilakukan oleh swasta, pemerintah atau kerjasama antara
pemerintah dan swasta.
Belanja pemerintah merupakan sumber dana yang diperoleh pemerintah
daerah dari pemanfaatan dan pengelolahan sumber-sumber daya yang dimiliki
oleh daerah tersebut yang dapat digunakan untuk membiayai pembangunan
daerah. Tenaga kerja merupakan sumber daya potensial sebagai pengerak,
penggagas dan pelaksana daripada pembangunan didaerah tersebut, sehingga
dapat memajukan daerah tersebut. Ketiga aspek tersebut diharapkan menjadi
pendorong untuk tumbuh dan berkembangnya suatu perekonomian di daerah
tersebut. Dengan demikian tingkat investasi, belanja pemerintah dan tenaga
kerja dapat dijadikan indikator dalam peningkatan produk domestic regional
Bruto.
Gambar 2.1 : Skema Kerangka Konsep
Investasi (X1)
Belanja Pemerintah (X2)
Penyerapan Tenaga Kerja (X3)
Pertumbuhan Ekonomi (Y)
26
H. Hipotesis
Untuk dapat mengarahkan hasil penelitian, disampaikan suatu hipotesis
penelitian. Hipotesis ini akan diuji kebenarannya dan hasil ujian ini akan dapat
dipakai sebagai masukan dalam menetukan kebijakan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi. Hipotesis adalah suatu pernyataan yang dikemukakan
dan masih lemah kebenarannya. Hipotesis juga dipandang sebagai konklusi
yang sifatnya sementara. Sesuai dengan masalah diatas dapat diambil hipotesis,
diduga bahwa investasi, belanja pemerintah dan tingkat partisipasi Angkatan
kerja berpengaruh terhdap Pertumbuhan Ekonomi.
Berikut ini Hipotesis dari pembahasan diatas, yaitu:
a. H1: Diduga bahwa investasi berpengaruh positif signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi.
b. H2: Diduga bahwa belanja pemerintah berpengaruh positif signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi.
c. H3:Diduga bahwa penyerapan tenaga kerja berpengaruh positif signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi.
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian
deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Karena dalam teknik analisisnya
menggunakan angka-angka, mulai dari mengumpulkan data, penafsiran
terhadap data, serta penampilan dari hasil data pengola data tersebut. Penelitian
ini bertujuan untuk memaparkan gambaran mengenai nilai saham, pengeluaran
daerah dan tenaga kerja. Dimana penilaian dilakukan melalui data-data dokumen
tahunan Badan Pusat Statistik (BPS) dengan menggunakan analisis pengaruh
investasi, belanja pemerintah dan penyerapan tenaga kerja terhadap
pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Daerah Penelitian adalah Provinsi Sulawesi Selatan dan waktu penelitian
dilakukan selama 2 (dua) bulan.
C. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan jenis data time series
yang diambil dari periode 2015 sampai dengan tahun 2019 untuk data PMDM,
PMA, Belanja Pemerintah dan Angkatan Kerja di Sulawesi Selatan. Data tersebut
diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Dinas Ketenagakerjaan dan
Transmigrasi Provinsi Sulawesi Selatan (DISNAKERS) serta instansi terkait
lainnya yang berhubungan dengan penelitian
28
b. Sumber Data
Berdasarkan sumbernya, data yang digunakan dalam penelitian ini adaalah
data sekunder. Dimana data sekunder itu sendiri merupakan data yang diperoleh
peneliti secara tidak langsung, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk sudah
jadi, telah dikumpulkan dan diolah pihak lain.Data sekunder dalam penelitian ini
berupa dokumen tahunan setiap data. Data tersebut diperoleh dari Badan Pusat
Statistik (BPS) dan Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi
Selatan serta instansi terkait lainnya yang berhubungan dengan penelitian.
D. Variabel dan Desain Penelitian
1. Variabel Penelitian
Variabel merupakan indikator penting yang menentukan berhasil atau
tidaknya penelitian. Variabel adalah objek penelitian atau hal-hal yang menjadi
pusat perhatian pada suatu penelitian. Berdasarkan judul yang diajukan maka
yang menjadi variabel dalam ini adalah Investasi (X1), Belanja Pemerintah (X2),
dan Tenaga Kerja (X3) terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y) di Sulawesi Selatan.
2. Desain Penelitian
Desain Penelitian adalah kerangka kerja yang digunakan untuk melaksanakan
penelitian. Di dalam desain penelitian dapat memberikan gambaran tentang
prosedur untuk mendapatkan informasi atau data yang diperlukan menjawab
pertanyaan penelitian.
Pada saat penelitian berlangsung,maka hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
cara pengumpulan data dan informasi yang diperoleh betul-betul objektif dan
29
akurat. Untuk memperoleh data yang objektif dan akurat, diperlukan
pengumpulan data yang baik.
Gambar 3.1 : Skema Desain Penelitian
E. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah data Investasi, Belanja Pemerintah dan
Penyerapan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Sulawesi Selatan
yang diambil dari instansi pemerintah BPS Sulawesi Selatan dan Dinas
Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Selatan.
Penelitian
Tinjauan Pustaka
1. Investasi
2. Belanja Pemerintah
3. Penyerapan Tenaga Kerja
4. Pertumbuhan Ekonomi
5. Ringkasan Penelitian Terdahulu
6. Kerangka Konsep
7. Hipotesis
Lapangan
Dokumentasi
Analisis Data
Hasil penelitian
30
2. Sampel Penelitian
Penentuan sampel dengan mempertimbangkan investasi, belanja pemerintah
dan penyerapan tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi periode 2015-
2019 di Sulawesi Selatan, dan Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Provinsi
Sulawesi Selatan.
F. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Untuk memperoleh data gambaran yang jelas mengenai variabel-variabel
yang akan diteliti dalam penelitian ini, maka secara operasional di berikan
Batasan sebagai berikut:
1. Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) (Y)
Pertumbuhan Ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian
suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama
periode 2015-2019 di Provinsi Sulawesi Selatan.
2. Investasi (X1)
Investasi adalah kegiatan menanam modal untuk melaukan usaha di negara
Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan
menggunakan modal dalam negeri selama periode 2015-2019 yang diukur dalam
satuan rupiah.
3. Belanja Pemerintah (X2)
Belanja Pemerintah adalah salah satu aspek penggunaan sumber daya
ekonomi yang secara langsung dikuasai oleh pemerintah dan secara tidak
langsung dimiliki oleh masyarakat melalui pembayaran pajak selama periode
2015-2019 yang diukur dalam satuan rupiah.
31
4. Penyerapan Tenaga Kerja (X3)
Angkatan Kerja adalah penduduk yang sudah memasuki usia kerja, baik
yang sudah bekerja maupun belum kerja atau sedang mencari pekerjaan selama
periode 2015-2019 yang diukur dalam satuan jiwa.
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yakni dokumentasi dan
lapangan, dimana penelitian mencari, memperoleh, mengumpulkan,
mempelajari, dan menggunakan data berupa catatan, dan dokumen yang terkait
dengan topik penelitian untuk di analisis.
H. Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui besarnya pengaruh Investasi, Belanja Pemerintah, dan
Penyerapan Tenaga Kerja PDRB di Provinsi Sulawesi Selatan. Digunakan rumus
persamaan Regresi Linear Berganda adalah sebagai berikut:
Y=ꞵ0+X1 ᵝ¹+X2β2+X3
β3+μe…………………………………….(1)
Untuk memodelkan perhitungan dari persamaan tersebut maka di gunakan
analisi tersebut:
Ln Y=Ln ꞵ0 + ꞵ1Ln X1 + ꞵ2Ln X2 + ꞵ3Ln X3 + μe…(2)
Dimana:
Y = Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) (Rupiah)
X1 = Investasi (Rupiah)
X2 = Belanja Pemerintah (Rupiah)
X3 = Penyerapan Tenaga Kerja (Jiwa)
32
ꞵ0 =Konstanta ꞵ1-
ꞵ4 =Parameter
μ=error term
I. Uji Hipotesis
Agar hasil yang diperoleh dapat menjelaskan hubungan antara variabel
bebas dan variabel terikat, maka hasil regresi persamaan diatas menggunakan
uji statistic berikut ini:
1. Uji Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan regresi, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik
untuk melihat apakah data terbebas dari masalah multikolinearitas, dan
autokorelasi. Uji asumsi klasik penting dilakukan ntuk menghasilkan estimator
yang linear tidak bias dengan varian yang minimum (Best linier Unbiased
Estimator=BLUE) yang berarti model regresi tidak mengandung masalah.
2. Uji Multikolinearitas
Pengujian Multikolinearitas digunakan pada tujuan penelitian pertama dan
kedua (Rahim, 2013) mengemukakan bahwa multikolinearitas (multicollinearity)
atau kolinearitas ganda merupakan kejadian yang menginformasikan terjadinya
hubungan antara variabel bebas yang terdapat dalam model. Penyimpangan
asumsi klasik dapat dideteksi dengan berbagai cara melihat hasil koefisien
korelasi antara variabel. Penelitian ini menggunakan VIF yang terdapat pada
program Statistical program for service solution (SPSS) statistic 17.
R²j diperoleh dari regresi auxiliary antara variabel independent (Rahim, 2013)
atau koefisien determinasi antara variabel bebas ke-j dengan variabel bebas
33
lainnya. Selanjutnya jika nilai VIF lebih dari 10 maka tidak terdapat
multikolinearitas.
Tindakan perbaikan multikolinearitas dapat dilakujan dengan berbagai cara, yaitu
mengeluarkan salah satu variabel yang berkolerasi tetapi perlu memperhitungkan
bias spesifikasi dalam model, cara lain menambah variabel dummy.
3. Analisis Koefisien Determinasi (R²)
R² menjelaskan seberapa besar peranan variabel independent terhadap
variabel dependen, semakin besar R² semakin besar peranan variabel dalam
menjelaskan variabel dependen. Nilai R² berkisar antara 0 sampai 1.
4. Uji Statistik f (Uji F)
Untuk pengujian hipotesis, uji ini digunakan untuk mengetahui apakah
seluruh variabel bebasnya secara Bersama-sama mempunyai pengaruh yang
bermakna terhadap variabel tergantungnya. Kemudian dilakukan dengan
membandingkan F hitung F tabel pada derajat kesalahan 0,05. Apabila nilai F
hitung˃ dari nilai F tabel maka berarti variabel bebasnya secara serempak
memberikan pengaruh yang bermakna terhadap variabel tergantung, atau
hipotesis diterima.
5. Uji Statistik t (Uji t)
Uji ini adalah untuk mengetahui apakah pengaruh masing-masing variabel
bebas terhadap variabel tergantungnya bermakna atau tidak. Pengujian
deilakukan dengan membandingkan antara nilai t hitung masing-masing variabel
bebas dengan nilai t tabel dengan derajat kesalahn 0,05. Apabila nilai t hitung ˃ t
tabel, variabel bebasnya memberikan pengaruh yang bermakna terhadap
variabel tergantungnya.
34
Berdasarkan nilai-nilai tersebut, maka dapat diketahui variabel bebas mana yang
mempunyai pengaruh yang paling bermakna atau dominan mempengaruhi
variabel tergantung.
36
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Provinsi Sulawesi Selatan
1. Keadaan Geografis Provinsi Sulawesi Selatan
Penelitian ini di laksanakan di Provinsi Sulawesi Selatan, Secara astronomis,
Sulawesi Selatan terletak antara 0˚ 12̍ Lintang Selatan dan 8˚ Lintang Selatan
dan antara 116˚ 48̍ - 122˚ 36̍ Bujur Timur dan dilalui oleh garis ekuator atau garis
khatulistiwa yang terletak pada garis lintang 00`
Berdasarkan posisi geografisnya, provinsi Sulawesi Selatan memiliki batas-
batas: Utara - Provinsi Sulawesi Barat dan Sulawesi Tengah; Selatan - Laut
Flores; Barat – Selat Makassar; Timur – Teluk Bone dan Provinsi Sulawesi
Tenggara.
Berdasarkan letak geografisnya, Sulawesi Selatan mempunyai dua
kabupaten kepulauan, yaitu Kepulauan Selayar dan Pangkajene dan Kepulauan
(Pangkep).
Gambar 4.1 : Peta Provinsi Sulawesi Selatan
37
Sulawesi Selatan terdiri dari 24 kabupaten/kota yang terdiri dari 21
kabupaten dan 3 kota, yaitu: Kepulauan Selayar, Bulukumba, Bantaeng,
Jeneponto, Takalar, Gowa, Sinjai, Maros, Pangkep, Barru, Bone, Soppeng,
Wajo, Sidrap, Pinrang, Enrekang, Luwu, Tana Toraja, Luwu Utara, Luwu Timur,
Toraja Utara, Kota Makassar, Kota Pare-pare dan Kota Palopo.
Desa/kelurahan Tepi Laut adalah desa/kelurahan yang sebagian atau seluruh
wilayahnya bersinggungan langsung dengan laut, baik berupa pantai maupun
tebing karang.
Desa/kelurahan bukan tepi laut adalah desa/kelurahan yang wilayahnya
tidak bersinggungan langsung dengan laut.
Luas wilayah Provinsi Sulawesi Selatan tercatat 46.717,48 km persegi yang
meliputi 21 Kabupaten dan 3 kota. Kabupaten Luwu Utara kabupaten terluas
dengan luas 7.502,58 km persegi atau luas kabupaten tersebut merupakan 16,06
persen dari seluruh wilayah Sulawesi Selatan. Sementara itu Kota Pare-pare
merupakan kabupaten dengan luas wilayah terkecil dengan luas 99,33 km
persegi atau 0,21 persen dari wilayah Sulawesi Selatan.
Berdasarkan pengamatan selama tahun 2019 rata-rata suhu udara 27,10 ˚C
di Kota Makassar dan sekitarnya tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.
Suhu udara maksimum di kota Makassar 32,20 ˚C. Kelembaban udara di kota
Makassar rata-rata 80 persen dan minimum 71 persen.
2. Keadaan Demografis
Penduduk Provinsi Sulawesi Selatan berdasarkan Badan Pusat Statistik
(BPS) Provinsi Sulawesi Selatan pada Tahun 2019 berjumlah 8.851.240 jiwa
yang tersebar 24 kabupaten/kota yang terdiri dari 21 kabupaten dan 3 kota.
Secara keseluruhan, jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan lebih
38
banyak dari penduduk yang berjenis kelamin laki-laki. Jumlah penduduk
perempuan sebanyak 4.524.831 jiwa sedangkan jumlah penduduk laki-laki
sebanyak 4.326.509 jiwa.
Pertumbuhan penduduk yang relatif besar terjadi di daerah perkotaan
beserta Kabupaten yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan. Hal ini sudah wajar
karena ekonomi masyarakat berpusat di daerah perkotaan. Daerah yang
mengalami pertumbuhan cukup pesat dapat disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain, faktor kesempatan kerja yang lebih luas, melanjutkan pendidikan
yang lebih tinggi, sejumlah fasilitas di kota lebih memadai.
B. Keadan Jumlah Penduduk Provinsi Sulawesi Selatan
Sesuai dengan data yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan, jumlah
penduduk sampai dengan akhir tahun 2019 tercatat sebanyak 8 851,2 dengan
laju pertumbuha penduduk sebesar 0,94% dari tahun sebelumnya. Penduduk
tersebut tersebar dalam wilayah Provinsi Sulawesi Selatan. Untuk lebih jelasnya
tentang jumlah penduduk menurut kabupaten dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut
ini:
39
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Dan Laju Pertumbuha Penduduk Menurut Kabupaten
Di Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2019
No Nama Kabupaten Jumlah Penduduk (Ribu)
Laju Pertumbuhan Penduduk
Tahun (%)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.
Kepulauan Selayar Bulukumba Bantaeng Jeneponto Takalar Gowa Sinjai Maros Pangkep Barru Bone Soppeng Wajo Sidrap Pinrang Enrekang Luwu Tana Toraja Luwu Utara Luwu Timur Toraja Utara Kota Makassar Kota Pare-pare Kota Palopo
135,6 420,6 187,6 363,8 298,7 772,7 244,1 353,1 335,1 174,3 758,6 227,0 397,8 302,0 377,1 206,4 362,0 234,0 312,9 299,7 231,2 1526,7 145,2 184,6
1,15 0,68 0,63 0,63 1,11 1,85 0,68 1,10 1,00 0,51 0,58 0,12 0,33 1,13 0,76 0,87 0,92 0,60 0,91 2,32 0,68 1,44 1,26 2,46
Jumlah 8 851,2 1,05
Sumber : Sulawesi Selatan Dalam Angka 2020, BPS Provinsi Sulawesi Selatan
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 21 Kabupaten dan 3 Kota yang ada di
Provinsi Sulawesi Selatan yang padat penduduknya adalah Kota Makassar
dengan kepadatan penduduk 1526,7 jiwa dan yang paling sedikit penduduknya
adalah Kota Palopo yaitu sebanyak 184,6 jiwa.
Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk di Kota Makassar bukan hanya
disebabkan tingginya tingkat kelahiran, tapi juga karena semakin banyaknya
pendatang luar atau besarnya urbanisasi, dimana Provinsi Sulawesi Selatan
40
merupakan Provinsi sasaran urbanisasi penduduk baik yang berasal dari Provinsi
Sulawesi Selatan sendiri maupun yang berasal dari luar Provinsi Sulawesi
Selatan.
C. Penyajian Data
Penelitian ini secara keseluruhan menggunakan data sekunder, data
sekunder tersebut diperoleh dari publikasi Badan Pusat Statistik Provinsi
Sulawesi Selatan (BPS) dan Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Provinsi
Sulawesi Selatan. Data time series dalam penelitian ini meliputi data selama 5
tahun yaitu dari tahun 2015-2019. Variabel terikat pada penelitian ini adalah
pertumbuhan ekonomi sedangkan variabel bebas pada penelitian ini adalah
Investasi, Belanja Pemerintah dan Penyerapan Tenaga Kerja. Di bawah ini akan
disajikan deskripsi data dari tiap variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
1. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator makro untuk melihat
kinerja perekonomian secara riil di suatu wilayah . pertumbuhan ekonomi dapat
di pandang sebagai pertambahan jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh
semua sektor kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah selama kurun waktu
setahun.
41
Tabel 4.2 Produk Domestik Regional Bruto 2019 Menurut Pengeluaran dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sulawesi Selatan Periode 2015-2019
No Tahun PDRB (Miliar) Laju Pertumbuhan (%)
1. 2015 233.988,05 7,19
2. 2016 250.802,99 7,42
3. 2017 269.401,31 7,21
4. 2018 288.814,17 7,06
5. 2019 309.243,63 6,92
Sumber : Sulawesi Selatan Dalam Angka 2020, BPS Provinsi Sulawesi Selatan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), di pandang sebagai suatu yang
sangat penting karena memiliki banyak manfaat yang menggambarkan kemajuan
dan perkembangan ekonomi, keunggulan, dan kelemahan diberbagai sektor
dalam struktur perekonomian dan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi
dapat dilihat dari besarnya nilai PDRB (atas dasar konstan) yang berhasil
diciptakan pada tahun tertentu dibandingkan dengan nilai tahun sebelumnya,
penggunaan atas dasar harga konsta ini dimaksudkan untuk mengihndari
pengaruh perubahan harga, sehingga perubahan yang diukur merupakan
perubahan riil ekonomi. Mulai tahun 2015, pertumbuhan riil ekonomi baik
nasional maupun regional dihitung dengn menggunakan harga konstan tahun
2019 sebagai tahun dasar.
Berdasarkan pada tabel 4.2 diatas tahun 2015 sampai tahun 2016 relatif
stabil dengan pertumbuhan 7,42% pertahun. Namun dari tahun ke tahun tampak
terjadi penurunan yang cukup signifikan hal ini ditunjukkan dengan pertumbuhan
ekonomi sulawesi selatan yang semkain memburuk yakni pada tahun 2017. Dari
tahun 2017 sampai 2019. Dengan nilai PDRB di tahun 2019 yaitu 309.243,63
Miliar dengan perkembang 6,92% dari tahun sebelumnya.
42
Perkembangan perekonomian Sulawesi Selatan akan berdampak pada
peningkatan PDRB perkapita. Namun angka tersebut belum menggambarkan
penerimaan penduduk secara nyata dan merata, karena angka itu merupakan
angka rata-rata tingkat kesejahteraan penduduk suatu daerah.
2. Investasi
Investasi adalah suatu aktiva yang digunakan oleh perusahaan untuk
pertumbuhan kekayaannya melalui distribusi hasil investasi (seperti pendapatan,
bunga, royalty, deviden, pendapatan sewa dan lain-lain) untuk apresiasi nilai
investasi, atau untuk manfaat lain bagi perusahaan yang berinvestasi, seperti
manfaat yang diperoleh melalui hubungan dagang. Dengan demikian investasi
dibedakan sumber modallnya, yaitu PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri)
dan PMA (Penanaman Modal Asing) investasi ditujukan untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi suatu daerah baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) adalah kegiatan menanaman
modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang
dilakukan oleh penanaman modal dalam negeri dengan menggunakan moda
dalam negeri, sedangkan Penanaman Modal Asing (PMA) adalah kegiatan
menanaman modal untuk melakukan usaha usaha di wilayah Negara Republik
Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing dengan menggunakan
modal asing (luar negeri).
43
Tabel 4.3 Nilai Investasi PMDN dan PMA di Provinsi Sulawesi Selatan Periode 2015-2019
Tahun Investasi
Proyek PMDN (Miliar) Proyek PMA (Miliar)
2015 58 4.101,91 48 4.949,50
2016 165 3.407,55 244 9.215,33
2017 309 5.439,52 365 3.334,60
2018 196 10.408,84 242 1.969,40
2019 191 9.012,67 318 3.275,88
Sumber : Sulawesi Selatan Dalam Angka 2020, BPS Provinsi Sulawesi Selatan
Berdasarkan tabel 4.2 dilihat bahwa Proyek PMDN dan PMA terbesar
terjadi 2017 dengan total proyek PMDN sebanyak 365 dan total proyek PMA
sebesar 309. Jika dilihat dari sisi besaran nilai investasi, dapat dilihat bahwa
ditahun 2016 investasi mencapai Rp.9.215,33 Miliar pada PMDN dan ditahun
2018 PMA mencatat Rp. 10.408,84
Berdasarkan hasil data investasi PMDN dan PMA Provinsi Sulawesi
Selatan periode 2015-2019 diatas, maka diperoleh perkembangan investasi di
Provinsi Sulawesi Selatan sebagai berikut:
Tabel 4.4 Pertumbuhan Investasi di Provinsi Sulawesi Selatan Periode 2015-2019
Tahun Total Investasi (Miliar) Pertumbuhan (persen)
2015 9.051,41 0,3414
2016 12.622,88 0,3946
2017 8.774,12 -1,129
2018 12.378,24 0,6626
2019 12.288,55 -0,009
Sumber : Data diolah 2020
44
Berdasarkan pada tabel diatas menunjukkan peningkatan investasi di
Provinsi Sulawesi Selatan tidak stabil di setiap tahunnya. Dari tahun 2015-2019,
presentase perkembangan investasi yang tercatat adalah 0,34%, 0,39%,
(1,129)%, 0,66, (0,009). Jumlah peningkatan investasi yang paling tinggi terjadi
pada tahun 2018 yaitu sebesar 0,66% dengan nominal investasi mencapai 12
Triliyun (12.378,24 Miliar). Sedangkan investasi di Provinsi Sulawesi Selatan
pernah mencatatkan penurunan signifikan terjadi pada tahun 2017 yaitu sebesar
(-1.129) % dari yang sebelumya mencapai 12 Triliyun turun menjadi 8,7 Triliyun.
3. Belanja Pemerintah
Belanja Pemerintah merupakan salah satu ukuran yang mempengaruhi
perekonomian dan bentuk stimulus yang dilakukan pemerintah pada tahap awal
perkembangan. Hal ini terikat bahwa belanja pemerintah mempunyai peranan
sebagai instrumen fiskal melalui fungsi alokasi, distribusi dan stabilisasi
Pertumbuha suatu perekonomian tidak bisa lepas dari peran pemerintah, belanja
pemerintah sangatlah berperan penting dalam peningkatan pertumbuhan
ekonomi. Sehinngga sejalan dengan perkembangan Provinsi Sulawesi Selatan
akan memperlihatkan pengeluaran pemerintah yang kemudian akan menopang
system perekonomian daerah.
Tabel 4.5 Belanja Pemerintah di Provinsi Sulawesi Selatan Periode 2015-2019
Tahun Belanja Pemerintah (Miliar) Pertumbuhan (persen)
2015 36.396,62 4.518
2016 37.399,17 1.002
2017 39.393,17 1.994
2018 44.827,51 5.434
2019 49.429,29 -44,778
Sumber : Data diolah 2020
45
Berdasarkan pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa pada sisi Penerimaan
Provinsi Sulawesi Selatan sebagian besar mengalami peningkatan tiap
tahunnya, dimana pertumbuhan positif mencapai 36.396,62 pada tahun 2015
dengan perkembangan 4.518% engan tahun sebelumnya. Pada tahun tahun
berikutnya belanja pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan terus mengalami
peningkatan secara perlahan hingga pada tahun 2019 belanja pemeintah ada di
kisaran 49.429,29 Miliar.
4. Penyerapan Tenaga Kerja
Penyerapan tenaga kerja merupakan modal bagi geraknya roda bagi
geraknya roda pembangunan, jumlah dan komposisi penyerapan tenaga kerja
akan mengalami perubahan seiring dengan berlanngsungnya proses demografi.
Apabila kemampuan suatu daerah dalam proses memproduksi barang dan jasa
terjadi peningkatan maka kebutuhan input pemyerapan tenaga kerja juga
meningkat, sehingga akan memperluas kesempatan kerja.
Pertumbuhan penduduk tiap tahun akan berpengaruh terhadap
pertumbuhan penyerapan tenaga kerja, dimana dengan semakin bertambahnya
jumlah penduduk akan memperbanyak jumlah penyerapan tenaga kerja yang
tersedia. Jumlah penyerapan tenaga kerja di suatu daerha merupakan factor
yang positif dalam merangsang pertumbuhan ekonomi daerah. Dengan semakin
banyak jumlah penyerapan tenaga kerja tersebut semakin produktif yang pada
akhirnya bisa meningkatkan output daerah. Berdasarkan hasil dari Dinas
Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Selatan (DISNAKERS)
periode 2015-2019.
46
Tabel 4.6 Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Suslawesi Selatan periode 2015-2019
Tahun Penyerapan Tenaga Kerja (jiwa) Pertumbuhan (persen)
2015 127,677 127
2016 120,034 -7,64
2017 109,235 -10,7
2018 894,60 785
2019 376,06 -518
Sumber : Data diolah 2020
Berdasarkan pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa pada sisi penyerapan
tenaga kerja Provinsi Sulawesi Selatan mengalami penaikan dan penurunan
pada tiap tahunnya. Pada tahun 2015 tercatat ada 127,677 jiwa dengan
perkembangan 127% dengan tahun sebelumnya tetapi di tahun 2016 sampai
2019 mengalami penurunan yang sangat jauh seperti di tahun 2017 berjumlah
109,235 jiwa dengan perkembangan -10,7% tetapi di 2019 mengalami
penurunan yng sangat jauh yaitu 376,06 jiwa.
5.Regresi Linear Berganda
Untuk mengetahui besarnya pengaruh Investasi, Belanja Pemerintah dan
Penyerapan Tenaga Kerja PDRB di Provinsi Sulawesi Selatan. Digunakan
persamaan Regresi Linear Berganda adalah sebagai berikut:
47
Tabel 4.7 Hasil Analisis Regresi Coeffisients
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 9903816.371 752427.367 13.162 .048
Investasi -2.217 .497 -.144 -4.461 .140
Belanja Pemerintah 4.819 .168 .889 28.762 .022
Penyerapan Tenaga
Kerja
-1.596E-5 .000 -.305 -9.606 .066
a. Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)
Untuk memodelkan perhitungan dari persamaan tersebut maka di gunakan
analisi tersebut:
Ln Y=Ln ꞵ0 + ꞵ1Ln X1 + ꞵ2Ln X2 + ꞵ3Ln X3 + μe…(2)
Y = 9903816,371 – 2,217 X1 + 4.819 X2 – 1.596 X3 + μe
Dimana:
Y = Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) (Rupiah)
X1 = Investasi (Rupiah)
X2 = Belanja Pemerintah (Rupiah)
X3 = Penyerapan Tenaga Kerja (Jiwa)
ꞵ0 =Konstanta ꞵ1-
ꞵ4 =Parameter
μ=error term
48
1. Nilai Konstanta sebesar 9903816,371, jika variabel investasi (X1), belanja
pemerintah (X2), dan Penyerapan Tenaga Kerja (X3), konstan atau X = 0,
maka pertumbuhan ekonomi sebesar 9903816,371
2. Nilai Koefisien investasi sebesar -2,217, artinya terjadi hubungan negatif
antara investasi dan pertumbuhan ekonomi karena semakin naik investasi
maka pertumbuhan ekonomi semakin menurun.
3. Nilai Koefisien belanja pemerintah sebesar 4.819, artinya terjadi hubungan
positif antara belanja pemerintah dan pertumbuhan ekonomi karena semakin
naik belanja pemerintah maka pertumbuhan ekonomi semakin meningkat.
4. Nilai Koefisien penyerapan tenaga kerja sebesar -1.596, artinya terjadi
hubungan negatif antara penyerapan tenaga kerja dan pertumbuhan
ekonomi karena semakin naik penyerapan tenaga kerja maka pertumbuhan
ekonomi semakin menurun.
Tabel 4.8
Uji Asumsi Klasik
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 1.000a .999 .998 148344.200
a. Predictors: (Constant), Penyerapan Tenaga Kerja (X3), Investasi (X1),
Belanja Pemerintah (X2)
b. Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) (Y)
Sumber : Olahan data SPSS, 2020
Koefisien korelasi (R) = 1.000 menunjukkan bahwa korelasi variabel
Independen dengan variabel dependen erat kaitannya dengan variabel X1, X2
dan X3 serta bernilai positif dan bernilai 1.
Koefisien determinasi (R2) = 1.000 yang menunjukkan bahwa variasi dari
dari variabel Y dapat dijelaskan oleh variabel X1, X2 dan X3 sebesar 100%.
49
Tabel 4.9 Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardiz
ed
Coefficient
s
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta
Toleran
ce VIF
1 (Constant) 9903816.3
71
752427.3
67
13.162 .048
Investasi -2.217 .497 -.144 -4.461 .140 .596 1.677
Belanja Pemerintah 4.819 .168 .889 28.762 .022 .647 1.547
Penyerapan Tenaga
Kerja
-1.596E-5 .000 -.305 -9.606 .066 .612 1.634
a. Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)
Sumber : Olahan data SPSS, 2020
Tabel di atas dapat diketahui nilai variance inflation factor (VIF). VIF
Variabel X1 lebih kecil dari 5 dan VIF variabel X2 dan X3 adalah lebih besar dari
5, sehingga dapat disimpulkan bahwa antara variabel independen tidak terjadi
personal anmultikolinearitas.
Tabel 4.10
Analisis Koefisien Determinasi (R²)
Hubungan Variabel X1,X2,X3 dengan Y
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 1.000a .999 .998 148344.200
a. Predictors: (Constant), Penyerapan Tenaga Kerja, Belanja
Pemerintah, Investasi
Sumber : Olahan data SPSS, 2020
50
Koefisien korelasi (R) = 1.000 menunjukkan bahwa korelasi variabel
Independen dengan variabel dependen erat kaitannya dengan variabel X1, X2
dan X3 serta bernilai positif dan bernilai 1.
Koefisien determinasi (R2) = 1.000 yang menunjukkan bahwa variasi dari
dari variabel Y dapat dijelaskan oleh variabel X1, X2 dan X3 sebesar 100%.
Tabel 4.11
Uji Statistik F (Uji F)
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 3556566419000
0.000
3 1185522140000
0.000
538.727 .032b
Residual 22006001710.0
00
1 22006001710.0
00
Total 3558767019000
0.000
4
a. Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)
b. Predictors: (Constant), Penyerapan Tenaga Kerja, Belanja Pemerintah, Investasi
Sumber : Olahan data SPSS, 2020
Berdasarkan hasil uji F test terlihat bahwa nilai F hitung sebesar 538.727
dengan nilai signifikansi sebesar 0,032, karena probabilitas atau nilai sig
menunjukkan 0,032 < 0,05 maka model regresi dapat digunakan untuk
memprediksi investasi, belanja pemerintah, dan penyerapan tenaga kerja
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.
51
Tabel 4.12
Uji Statistik t (Uji t)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 9903816.371 752427.367
13.162 .048
Investasi -2.217 .497 -.144 -4.461 .140
Belanja Pemerintah 4.819 .168 .889 28.762 .022
Penyerapan Tenaga Kerja -1.596E-5 .000 -.305 -9.606 .066
a. Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)
Sumber : Olahan data SPSS, 2020
a. Nilai t-hitung variabel X1 yaitu -4.461 yang berarti bahwa variabel X1 tidak
berpengaruh terhadap variabel Y karena nilai t-hitung negatif dengan
tingkat probabilitas signifikan 0,053 > 0,05.
b. Nilai t-hitung variabel X2 yaitu 28.762 yang berarti bahwa variabel X2
berpengaruh terhadap variabel Y karena nilai t-hitung positif dengan
tingkat probabilitas signifikan 0,042 < 0,05.
c. Nilai t-hitung variabel X3 yaitu yang -9.606 berarti bahwa variabel X3
tidak berpengaruh terhadap variabel Y karena nilai t-hitung positif dengan
tingkat probabilitas signifikan 0,132 > 0,05.
52
D. Analisis dan Interpretasi
Hasil analisis yang telah dilakukan melalui analisis regresi linear
berganda, menunjukkan terhadap variabel independent atau Investasi, Belanja
Pemerintah dan Penyerapan Tenaga Kerja terhadap variabel dependen atau
pertumbuhan ekonomi. Bisa ditunjukkan dengan melihat pada Uji T.
1. Pengaruh Investasi Terhadap Pertumbuhan ekonomi
Hasil pengujian yang dilakukan menunjukkan bahwa hipotesis pertama
yakni variabel Investasi ditolak. Hal ini berdasarkan hasil uji regresi linear
berganda variabel investasi adalah 0,140 > 0,05 hasil Uji T menunjukkan adanya
pengaruh variabel investasi secara positif namun tidak signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi. Pengaruh positif mengartikan bahwa investasi searah
dengan pertumbuhan ekonomi yang dimana apabila investasi meningkat maka
pertumbuhan ekonomi meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa investasi memiliki
peranan dalam pertumbuhan ekonomi, meskipun dalam jumlah terbatas. Adanya
investasi yang dicapai oleh Provinsi Sulawesi Selatan maka akan berpengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan walaupun
pengaruhnya hanya sedikit.
Sebagaimana terlihat pada PDRB dari tahun ke tahunnya terus meningkat dari
periode 2015-2019 dan Investasi di Provinsi Sulawesi Selatan mengalami grafik
yang fluktuatif.
Sejalan dengan penelitian Yesika Resianna Barimbing dan Ni Luh Karmini (2015)
dengan judul “Pengaruh PAD, Tenaga Kerja dan Investasi terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Bali” dimana dikatakan bahwa antara investasi
dengan pertumbuhan ekonomi adalah positif, dimana jika investaasi tinggi maka
53
pertumbuhan ekonomi cenderung meningkat. Penyebab investasi tidak
berpengaruh signifikan adalah karena investasi yang ditanamkan di Provinsi
Sulawesi Selatan lebih mengarah kepada proyek pembangunan infrastruktur
jalan dan pengadaan sarana transportasi dan untuk saat ini belum memberikan
konstribusi secara langsung terhadap pertumbuhan ekonomi karena
pembangunan dilakukan dalam jangka panjang.
2. Pengaruh Belanja Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi.
Hasil pengujian yang dilakukan menunjukkan bahwa hipotesis kedua
dditerima yaitu Variabel Belanja Pemerintah memiliki pengaruh yang positif dan
signifikan hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien Belanja Pemerintah adalah
sebesar 28.762 artinya setiap kenaikan 1 persen maka akan meningkat
pertumbuhan ekonomi sebesar 28.762 atau setiap kai Kenaikan Belanja
Pemerintah sebesar 1 Miliar, maka pertumbuhan ekonomi akan meningkat
dengan signifikansi sebesar 0,022<0,05 Bahwa Variabel Belanja Pemerintah
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi
Sulawesi Selatan. Penelitian yang sama juga yang pernah dilakukan Rustiono
(2008) dimana Pengeluaran Pemerintah daerah terhadap pertumbuhan ekonomi
Provinsi Jawa Tengah menunjukkan hubungan yang positif signifikan. Hal ini
sesaui teori yang dikemukakan oleh Wagner bahwa dalam suatu perekonomian
apabila pendapatan perkapita meeningkat secara relatif pengeluaran pemerintah
pun akan meningkat terutama disebabkan karena pemerinath harus mengatur
hubungan yang timbl dala masyarakat, hukum, pendidikan kebudayaan dan lain
sebagainya.
54
3. Pengaruh Penyerapan Tenaga Kerja terhadap Pertumbuhan
Ekonomi
Variabel penyerapan tenaga kerja adalah setiap penduduk yang berusia
15 tahun keatas yang memiliki keampuan untuk mengahsilkan suatu barang
untuk memperoleh keuntungan sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Penyerapan tenaga kerja merupakan banyaknya orang yang dapat terserap
untuk bekerja pada suatu perusahaan atau instansi. Penyerapan tenaga kerja ini
akan menampung semua tenaga kerja yang tersedia apabila lapangan pekerjaan
yang tersedia mencukupi atau seimbang dengan banyaknya tenaga kerja yang
tersedia. Pertumbuhan penduduk yang besar memiliki kecenderungan membawa
pertumbuhan ekonomi lambat apabila tidak dapat menagtasi angkatan kerja
yang tidak dapat teserap kedalam lapangan pekerjaan.
Hasil pengujian yang dilakukan menunjukkan bahwa hipotesis ketiga
yakni variabel Penyerapan Tenaga Kerja di tolak hal ini berdasarkan hasil dari
penelitian diperoleh didapat nilai tidak signifikansi yaitu -9.606 yang berarti
bahwa variabel Penyerapan Tenaga Kerja tidak berpengaruh terhadap variabel
pertumbuhan ekonomi karena T hitung positif dengan tingkat probabilitas
signifikan 0,066>0,05 maka H0 ditolak sehingga variabel Penyerapan Tenaga
Kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal
ini sejalan dengan penelitian Devi Rusalia (2017) Pengaruh Penyerapan Tenaga
Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dalam Persektif Islam (Studi di
Kabupaten Lampung Tengah Periode tahun 2015-2017) menunjukkan bahwa
tidak signifikan Pernyerapan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi.
Jumlah tenaga kerja yang lebih besar akan menambah tingkat produksi,
55
sedangka pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti ukuran Produk
Domestik Regional Bruto lebih besar.
55
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan Pembahasan dan analisis data penelitian pengaruh Investasi,
Belanja Pemerintah dan Penyerapan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Periode 2015-2019 di Provinsi Sulawesi Selatan.
1. Hasil pengujian yang dilakukan menunjukkan bahwa hipotesis pertama
yakni variabel Investasi ditolak. Hal ini berdasarkan hasil uji regresi linear
berganda variabel investasi adalah 0.140 > 0,05 hasil Uji T menunjukkan adanya
pengaruh variabel investasi secara positif namun tidak signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi. Pengaruh positif mengartikan bahwa investasi searah
dengan pertumbuhan ekonomi yang dimana apabila investasi meningkat maka
pertumbuhan ekonomi meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa investasi memiliki
peranan dalam pertumbuhan ekonomi, meskipun dalam jumlah terbatas. Adanya
investasi yang dicapai oleh Provinsi Sulawesi Selatan maka akan berpengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan walaupun
pengaruhnya hanya sedikit.
2. Hasil pengujian yang dilakukan menunjukkan bahwa hipotesis kedua
diterima yaitu Variabel Belanja Pemerintah memiliki pengaruh yang positif dan
signifikan hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien Belanja Pemerintah adalah
sebesar 28.762 artinya setiap kenaikan 1 persen maka akan meningkat
pertumbuhan ekonomi sebesar 28.762 atau setiap kai Kenaikan Belanja
Pemerintah sebesar 1 Miliar, maka pertumbuhan ekonomi akan meningkat
56
dengan signifikansi sebesar 0,022<0,05 Bahwa Variabel Belanja Pemerintah
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi
Sulawesi Selatan.
3. Hasil pengujian yang dilakukan menunjukkan bahwa hipotesis ketiga
yakni variabel Penyerapan Tenaga Kerja di tolak hal ini berdasarkan hasil dari
penelitian diperoleh didapat nilai tidak signifikansi yaitu -9.606 yang berarti
bahwa variabel Penyerapan Tenaga Kerja tidak berpengaruh terhadap variabel
pertumbuhan ekonomi karena T hitung positif dengan tingkat probabilitas
signifikan 0,066>0,05 maka H0 ditolak sehingga variabel Penyerapan Tenaga
Kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi
B. Saran
1. Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan diharapkan mengalokasikan
Belanja Daerah proporsional sehingga mampu memberikan efek positif
terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan.
2. Pemerintah daerah diharapkan dapat meningkatkan produktivitas Penyerapan
Tenaga Kerja guna mempertinggi kualitas tenaga kerja. Memberikan latihan
keterampilan bagi penyerapan tenaga kerja serta memperluas kesempatan
kerja sehingga mampu memberikan efek positif terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan.
3. Dianggap perlu mengkaji kembali penelitian ini atas (masalah yang sama)
dengan menggunakan metode pendekatan, serta konsep peninjauan yang
berbeda agar dapat mendukung temuan-temuan baru.
56
DAFTAR PUSTAKA
Ab. Rahim, R, dkk. 2013. Efficiency Perfomance of Malaysian Islamic Banks.
Journal MPRA Paper No. 46238 Posted 18, April 2013 03. 46.
Barimbing, Yesika R., Karmini, Ni Luh. 2015. Pengaruh PAD, Tenaga Kerja dan
Investasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Bali. E-Jurnal
Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana Vol 4(5) Hal 434-450.
ISSN:2303-0178
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Selatan, data Investasi, Belanja
Pemerintah dan Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)
Chairul Nizar. 2013. Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Serta Hubungannya Terhadap Tingkat
Kemiskinan di Indonesia. Fakultas Ekonomi. Universitas Syiah Kuala
Banda Aceh
Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi (DISNAKERS) Provinsi Sulwesi
Selatan, data Penyerapan Tenaga Kerja
Devi Rusalia. 2017. Pengaruh Penyerapan Tenaga Kerja Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Dalam Persektif Islam (Studi di Kabupaten
Lampung Tengah Periode 2015-107). Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam.
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung
Herlianto, Didit, (2013). Manajemen Investasi Plus Jurusan Mendeteksi Investasi
Bodong. Yogyakarta: Gosyen Publishing
57
Heidy Menajang. 2009. Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Kota Manado. Fakultas Ekonomi. Universitas Sam
Ratulangi
Jhigan, M.L. 2013 Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta Rajawali
Pers
Junaedi. 2016. Analisis Pengaruh Investasi, Belanja Pemerintah dan Penyerapan
Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Sulawesi Selatan.
Universitas Negeri Makassar
Mankiw N,Gregory, dkk. 2012. Pengantar Ekonomi Makro . Jakarta: Salemba
Empat
Mudrajat Kuncoro, (2013). Metode Riset untuk Bisnis Ekonomi edisi 4. Jakarta:
Erlangga
Mohammad Rizal Mubaroq. 2013. Pengaruh Investasi Pemerintah, Tenaga Kerja
dan Desentralisasi Fiskal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten di
Indonesia Tahun 2007-2010. Fakultas Ilmu Ekonomi. Universitas
Padjajaran. Bandung
Permendagri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
Dikelompokkan Dalam Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung
Rustiono, Deddy. 2008. Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja dan
Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi
Jawa Tengah. Fakultas Ekonomi. Universitas Diponegoro. Semarang
Sukirno, Sadono. 2011. Makro Ekonomi Teori Pengantar edisi Ketiga. Rajawali
Pers. Jakarta
58
Todaro, Michael P. dan Stephen C. Smith. 2006 Pembangunan Ekonomi (edisi
kesembilan. Jilid I). Jakarta: Erlangga
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah
59
L
A
M
P
I
R
A
N
60
Hasil Analisis Regresi Coeffisients
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 9903816.371 752427.367 13.162 .048
Investasi -2.217 .497 -.144 -4.461 .140
Belanja Pemerintah 4.819 .168 .889 28.762 .022
Penyerapan Tenaga
Kerja
-1.596E-5 .000 -.305 -9.606 .066
a. Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 5
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 74172.1000600
0
Most Extreme Differences Absolute .300
Positive .300
Negative -.159
Test Statistic .300
Asymp. Sig. (2-tailed) .162c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
61
Uji Autokorelasi
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea -1252.09102
Cases < Test Value 2
Cases >= Test Value 3
Total Cases 5
Number of Runs 4
Z .109
Asymp. Sig. (2-tailed) .913
a. Median
Uji Asumsi Klasik
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 1.000a .999 .998 148344.200
a. Predictors: (Constant), Penyerapan Tenaga Kerja, Belanja
Pemerintah, Investasi
62
Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardi
zed
Coefficie
nts
t Sig.
Collinearity
Statistics
B
Std.
Error Beta
Tolera
nce VIF
1 (Constant) 9903816.
371
752427.
367
13.16
2
.048
Investasi -2.217 .497 -.144 -
4.461
.140 .596 1.677
Belanja
Pemerintah
4.819 .168 .889 28.76
2
.022 .647 1.547
Penyerapan
Tenaga Kerja
-1.596E-
5
.000 -.305 -
9.606
.066 .612 1.634
a. Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)
Hubungan Variabel X1,X2,X3 dengan Y
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 1.000a .999 .998 148344.200
a. Predictors: (Constant), Penyerapan Tenaga Kerja, Belanja
Pemerintah, Investasi
63
Uji F
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 3556566419000
0.000
3 1185522140000
0.000
538.727 .032b
Residual 22006001710.0
00
1 22006001710.0
00
Total 3558767019000
0.000
4
a. Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)
b. Predictors: (Constant), Penyerapan Tenaga Kerja, Belanja Pemerintah, Investasi
Uji T
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 9903816.371 752427.367 13.162 .048
Investasi -2.217 .497 -.144 -4.461 .140
Belanja Pemerintah 4.819 .168 .889 28.762 .022
Penyerapan Tenaga
Kerja
-1.596E-5 .000 -.305 -9.606 .066
a. Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)
64
BIOGRAFI PENULIS
Musdalifah dilhahirkan di Sungguminasa pada tanggal
30 maret 1998, dari pasangan Ayahanda Dado dan
Ibunda Fatima.Penulis merupakan anak ketiga dari tiga
bersaudara. Penulis mulai masuk jenjang pendidikan
SD Negeri Biring Kaloro pada tahun 2004 dan tamat
pada tahun 2010, pada tahun yang sama penulis
melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Pallangga dan
tamat pada tahun 2013. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan jenjang
pendidikan di SMA Negeri 1 Pallangga dan tamat pada tahun 2016. Kemudian
penulis melanjutkan pendidikannya pada tahun 2016 dan terdaftar sebagai
mahasiswa di Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Program Strata 1 (S1) di Universitas Muhammadiyah Makassar.
Berkat Rahmat Tuhan yang Maha Kuasa dan iringan doa restu dari orang
tua dan saudara, kerabat serta teman-teman seperjuangan di bangku kuliah,
terutama dosen Ekonomi Pembangunan. Perjuangan panjang penulis dalam
mengikuti perguruan tinggi dapat berhasil dengan tersusunnya Skripsi yang
berjudul “Analisis Pengaruh Investasi, Belanja Pemerintah dan Penyerapan
Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Periode 2015-2019”.
top related