proposal model otimasi anggaran investasi dan belanja pengelolaan 2

Upload: saunine

Post on 10-Jul-2015

122 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan UU No. 32 tahun 2004 dan UU No. 18 tahun 2008, layanan kebersihan merupakan tanggung jawab dari Pemerintah Kabupaten/Kota. Oleh karenanya, khususnya bagi pemerintah Kabupaten/Kota dengan jumlah penduduk yang tinggi, sampah merupakan salah satu masalah krusial yang harus ditangani secara seksama. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu Provinsi berpenduduk padat, dengan jumlah 26 Kota dan Kabupaten memiliki jumlah penduduk sebesar 39.140.812 jiwa yang berpotensi menghasilkan sampah yang besar. (National Urban Development Strategy, 2003). Penanganan sampah di Jawa Barat, masih lemah. Berdasar pemantauan fisik Adipura 2005/2006 yang dilaksanakan Kementerian Negara Lingkungan Hidup, Kota Bandung yang merupakan ibukota Provinsi Jawa Barat berada pada urutan ke-5 sebagai kota metropolitan terkotor dari 13 kota metropolitan di Indonesia. Seluruh Kabupaten/Kota perlu menangani permasalahan sampah dengan terencana, sistematis dan strategik. Setiap tahun pemerintah Kabupaten/Kota mengucurkan dana APBD dalam jumlah yang tidak sedikit untuk membiayai aktivitas Dinas atau PD. Kebersihan. Penggunaan dana tersebut haruslah dilakukan secara cermat dengan menggunakan pendekatan Value for Money yang mengedepankan nilai-nilai: efektif, efisien dan ekonomis. Dari tahun ke tahun jumlah dana yang dikucurkan untuk menangani permasalahan kebersihan di suatu daerah semakin meningkat. Namun melihat hasilnya, maka efektifitasnya masih layak untuk dipertanyakan. Salah satu penyebabnya adalah, sebagian besar dana pengelolaan kebersihan terserap untuk kebutuhan operasional, sedangkan porsi untuk kebutuhan belanja barang modal (investasi) relatif terbatas. Akibatnya sarana atau peralatan yang dimiliki Dinas atau PD. Kebersihan jauh dari memadai untuk dapat mengelola dan memproses sampah yang dihasilkan masyarakat. Oleh karenanya, pengelolaan sampah di Kabupaten/Kota membutuhkan pengelolaan (manajemen) persampahan yang terencana dan terstruktur. Aktivitas ini membutuhkan keterlibatan seluruh komponen masyarakat dan pemerintah sebagai penyedia layanan publik secara bertanggungjawab. Dana yang dikucurkan pemerintah terkait dengan kebersihan, diharapkan dapat dioptimalkan oleh instansi pemerintah yang mengelola dan memproses sampah yang dihasilkan. Selain itu diharapkan masyarakat lingkungan sekitar dapat turut berpartisipasi dalam menjaga kebersihan lingkungan. 1

1.2 Tujuan Khusus Penelitian ini bertujuan untuk Membuat Model Optimasi Anggaran Belanja Investasi, Belanja Pengelolaan Persampahan dan Model Pendapatan dari hasil pengelolaan sampah. Tujuan ini dapat dicapai melalui rangkaian tiga tahap penelitian yang masing-masing berlangsung selama satu tahun. Tujuan Khusus Penelitian Tahap I a. Mendeskripsikan permasalahan Penyusunan Anggaran yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah. Kaitanya dengan penelitian ini adalah bahwa penyusunan anggaran perlu diteliti terlebih dahulu sebagai dasar pengembangan Model Optimasi Anggaran Belanja Investasi dan Belanja Pengelolaan Persampahan b. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menentukan besarnya anggaran belanja pengelolaan persampahan Tujuan Khusus Penelitian Tahap II a. Merancang model optimasi anggaran belanja investasi yang akan mengoptimalkan pengelolaan persampahan yang ramah lingkungan dan mendatangkan manfaat ekonomi b. Merancang model optimasi anggaran belanja pengelolaan persampahan berbasis value for money. Tujuan Khusus Penelitian Tahap III a. Menganalisis potensi pendapatan dari pengelolaan dan pemrosesan sampah di Tempat Pengelolaan dan Pemrosesan Sampah Akhir b. Menyempurnakan model optimasi anggaran belanja investasi pengelolaan persampahan yang dibuat. 1.3. Keutamaan Penelitian dan belanja

2

Kegagalan dalam pengelolaan sampah akan menurunkan citra pemerintah daerah, baik di mata masyarakatnya maupun dari sudut pandang tingkatan pemerintahan yang lebih tinggi. Selama ini banyak daerah-daerah perkotaan khususnya yang dihantui oleh masalah persampahan. Hal ini disebabkan oleh tiga hal, Pertama: volume sampah yang dihasilkan masyarakat perkotaan sangat besar, jauh melebihi dari daya tampung tempat pengelolaan dan pemrosesan sampah akhir (TPPSA) (merujuk Undang-Undang nomor 18 tahun 2008) yang dimiliki oleh Kabupaten/Kota tersebut. Kedua: teknologi pengelolaan sampah yang digunakan tidak atau belum dapat dikatakan optimal. Ketiga: manajemen persampahan yang tidak efektif. Kondisi ini diperparah dengan masih rendahnya kesadaran sebagian masyarakat dalam mengelola sampah rumah tangganya. Bagi kebanyakan masyarakat, satu-satuya cara mengelola sampahnya adalah dengan membuangnya. Seringkali aktivitas membuang sampah ini tidak dilakukan dengan benar/sembarangan. Mereka menyakini, bahwa akan ada petugas kebersihan yang membersihkan sampah tersebut, atau alam yang akan menyelesaikan persoalan tersebut untuk mereka. Kalaupun membuang ke tempat sampah, seringkali tidak dipertimbangkan lebih dahulu, apakah barang yang dibuang/sampah tersebut masih memiliki kegunaan. Yang penting rumah atau tempat tinggalnya bersih dari barang-barang tidak berguna yang dipandang sebagai sampah. Padahal beban lingkungan dari sampah akan jauh berkurang, jika saja masyarakat mau menggunakan konsep reuse,reduce,recycle dalam mengelola sampahnya. Jelaslah, Ketiga hal tersebut perlu ditangani secara efektif, efisien dan ekonomis agar Kota/Kabupaten yang memiliki penduduk padat tersebut tidak tenggelam dalam timbunan sampah dengan segala dampak negatif yang ditimbulkannya. Untuk itu, perlu menangani permasalahan sampah dengan terencana, sistematis dan strategik. Instansi teknis yang secara langsung dibebani tugas untuk mengelola persampahan di Kabupaten/Kota adalah Dinas Kebersihan atau Perusahaan Daerah (PD) Kebersihan. Instansi tersebut diharuskan untuk membuat anggaran yang optimal, sehingga anggaran yang ada tidak hanya digunakan untuk belanja operasional persampahan, akan tetapi belanja barang modal (investasi) agar sarana atau peralatan yang dimiliki Dinas atau PD. Kebersihan jauh dari memadai untuk dapat mengelola dan memproses sampah yang dihasilkan masyarakat, sebagaimana diamanatkan oleh UU. No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Sampai dengan saat ini, yang dilakukan oleh Dinas atau PD. Kebersihan pada kebanyakan Kabupaten/Kota hanya membuang sampah yang telah dikumpulkannya dari Tempat Penampungan Sementara (TPS) ke TPPSA (Tempat Pengelolaan dan Pemrosesan 3

Sampah Akhir). Berdasarkan hal tersebut maka perlu dibuat suatu model optimasi anggaran belanja investasi, belanja operasional pengelolaan persampahan dan model pendapatan. BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Definisi Sampah Salah satu penyebab kerusakan alam dan lingkungan hidup di wilayah perkotaan yang menimbulkan dampak negatif pada masyarakat adalah masalah sampah. Sampah sering dianggap sebagai benda yang tidak berguna, secara ekonomis merupakan komoditas yang bernilai negatif karena untuk menanganinya diperlukan biaya yang relatif besar. Undang-undang Pengelolaan Sampah No. 18 Tahun 2008 Pasal 1 mendefinisikan bahwa sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau volumenya memerlukan pengelolaan khusus. Sumber sampah adalah asal timbulan sampah. Sedangkan Penghasil sampah adalah setiap orang dan/atau akibat proses alam yang menghasilkan timbulan sampah. Sedangan Tempat Pengelolaan dan Pemrosesan Sampah Akhir (TPPSA) adalah suatu tempat yang telah ditentukan untuk proses pembuangan sampah akhir. Volume sampah yang semakin besar akibat aktifikat kehidupan masyarakat baik masyarakat pemukiman, perdagangan (pasar) dan perkantoran, apabila tidak dikelola secara benar, maka akan berpotensi menimbulkan masalah. Pemahaman yang dianggap benar oleh masyarakat bahwa permasalahan sampah adalah tanggung jawab pemerintah saja haruslah diubah menjadi tanggung jawab kita bersama. Undang-undang Pengelolaan Sampah No. 18 Tahun 2008 ini menegaskan pengelolaan sampah harus dilakukan secara komprehensif sejak hulu sampai hilir. Pada tingkat perumahan atau kelurahan, dilakukan kegiatan pengurangan sampah melalui program 3R. mulai dari sampah organik, plastik, kaleng, botol, besi dan seng. UUP menghendaki semua pihak bergerak untuk mengolah sampah, sehingga nantinya sampah bukan hal yang menakutkan, tapi memiliki sisi ekonomi dan manfaat. Permasalahan sampah di Indonesia bagai siklus berkepanjangan yang hingga kini belum terlihat pereduksian masalahnya secara signifikan. Sampai saat ini paradigma pengelolaan sampah hanya berkutat dalam masalah pengangkutan dan penumpukan, sehingga terkesan hanya memindahkan sampah dari lingkungan masyarakat ke TPPSAS (Tempat Pengelolaan dan Pemrosesan Sampah Akhir), sedangkan pada sisi masyarakat dan kalangan pengusaha, kurang mengindahkan permasalahan sampah. 4

Menurut Rachmat Witoelar (2003) sebagai revolusi, muncul paradigma baru dalam memandang sampah, yaitu sebagai sumber daya bernilai ekonomis, antara lain untuk energi, kompos, pupuk, atau bahan baku. Itu sebuah pandangan yang sebenarnya sudah dimiliki para pemulung dan pengusaha. Dalam sebuah Lokakarya Pengelolaan Sampah Perkotaan Berbasis Masyarakat tanggal 25 Juli 2006, di Institut Pertanian Bogor (IPB), Soeryo Adiwibowo, menjelaskan setidaknya ada lima hal yang perlu diubah dalam paradigma pengelolaan sampah, diantaranya: 1) 2) 3) 4) Sampah yang biasanya tersentralisasi di TPPSA, sudah saatnya kini didelegasikan (devolusi) di komunitas, misalnya saja lingkungan masyarakat, Sampah yang identik dengan urusan pemerintah, sudah saatnya sekarang menjadi urusan semua pihak, Sampah yang dianggap sampah alias tidak terpakai lagi, kini saatnya menjadi sebuah komoditi (bernilai ekonomis), Sampah yang senantiasa menjadi beban biaya dan beban sosial, mulai saat ini menjadi paradigma bahwa sampah merupakan suatu benefit (manfaat) ekonomi dan sosial, 5) Sampah yang ditangani secara parsial, kini saatnya ditangani secara sistemik, misalnya saja memasukkan unsur sosial dan budaya dalam pengelolaannya Tujuan sistem pengelolaan sampah dengan paradigma baru adalah sebagai berikut : o o o Menerapkan manajemen pengelolaan dan pemanfaatan sampah padat secara Mengelola sampah mulai dari sumber dengan pemilahan, pewadahan, Menekan NIMBY (Not in My Back Yard) syndrome di lingkungan efektif dan efisien untuk meminimalkan biaya operasional pengumpulan, pemrosesan, pengepakan dan penjualan. masyarakat serendah mungkin dengan melakukan usaha sosialisasi selalu peduli pada sampah yang dihasilkan. o Memberi solusi dan usulan sistem yang baru sebagai penghasil sampah agar meningkatkan kepedulian dan kesadaran terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan dengan melakukan usaha dan upaya untuk mengelolaan sampah yang ramah lingkungan dengan penerapan Zero Waste. 2.2 Dampak Sosial Ekonomi TPPSA 5

Pembangunan suatu TPPSA sejak dalam perencanaan bertujuan untuk meningkatkan kesehatan lingkungan di sekitar rumah tangga di perkotaan yang memiliki kesulitan membuang sampah. Kenyataan yang kita jumpai tidaklah selalu demikian. Masyarakat perkotaan yang membuang sampah mendapatkan banyak dampak positif tetapi masyarakat di sekitar TPPSA atau masyarakat yang dilalui angkutan sampah terkena dampak negatifnya. Masyarakat di sekitar TPPSA bahkan akan menerima dampak negatif secara tidak langsung dari dampat negatif fisik-kimia, biologi dan budaya. Maka secara keseluruhan dampak sosial ekonomi sering menjadi negatif. Itulah sebabnya dalam pengendalian dampak suatu TPPSA dampak negatif pada fisik-kimia, biologi dan sosial budaya dihindari atau dikurangi dan dampak sosial ekonomi harus diusahakan mencari cara untuk menurunkannya bahkan harus diusahakan berpengaruh positif yang besar. Beberapa komponen-komponen untuk diketahui, diantaranya adalah : 1. Pola perkembangan penduduk (jumlah, umur, perbandingan jenis kelamin dan lain sebagainya); pola perkembangan penduduk pada masa-masa yang lalu sampai sekarang perlu diketahui. 2. Pola perpindahan : pola perpindahan ini juga erat hubungannya dengan perkembangan penduduk; pola perpindahan yang perlu diketahui ialah pola perpindahan musiman dan tetap. 3. Pola perkembangan ekonomi : pola perkembangan ekonomi masyarakat ini erat hubungannya pula dengan pola perkembangan penduduk, perpindahan, keadaan sumberdaya alam yang tersedia dan sumber pekerjaan yang tersedia. Komponen-komponen sosial-ekonomi lain yang akan ditetapkan sebagai indikator sosial-ekonomi masyarakat tidak akan lepas dari jaringan pola-pola perkembangan tersebut. Dalam memilih komponen-komponen lainnya perlu diprioritaskan komponen-komponen yang merupakan komponen kritis atau sangat penting dan menentukan kehidupan masyarakat sekitar TPPSA. Misalnya yang selalu dianggap kritis ialah : 1. Penyerapan tenaga kerja : masalah pengangguran ini merupakan masalah umum. Adanya TPPSA yang akan dibangun dapat menyerap tenaga kerja setempat akan makin besar dampat positifnya, sekalipun harus mengadakan pendidikan khusus. Dampak penyerapan tenaga kerja tidak selalu berupa dampak langsung, tetapi juga dampak yang tidak langsung, artinya timbulnya sumber-sumber pekerjaan baru dan ini merupakan komponen berikutnya yang penting. sosial ekonomi yang selama ini dianggap penting

6

2. Berkembangnya struktur ekonomi : struktur ekonomi di sini dimaksudkan dengan timbulnya aktivitas perekonomian lain akibat adanya kegiatan TPPSA tersebut sehingga merupakan sumber-sumber pekerjaan baru yang sering dapat menyerap tenaga kerja lebih besar. 3. Peningkatan pendapatan masyarakat : keadaan umum untuk masyarakat di sekitar TPPSA adalah rendahnya pendapatan masyarakat. Peningkatan pendapatan baik secara langsung atau tidak langsung dari TPPSA akan memberikan dampak yang berarti. 4. Perubahan lapangan pekerjaan : dengan timbulnya lapangan pekerjaan baru baik yang langsung maupun tidak langsung karena perkembangan struktur ekonomi perlu diperhatikan karena tidak selalu perubahan itu menguntungkan bagi masyarakat secara umum. 5. Kesehatan Masyarakat : kesehatan masyarakat selain erat hubungannya dengan pendapatan masyarakat juga erat kaitannya dengan kebiasaan dalam kehidupannya, misalnya kebiasaan mandi, cuci dan keperluan sehari-hari untuk makan dan minum yang masing menggunakan air sungai. Maka pencemaran air dari TPPSA akan langsung mengenai kesehatan masyarakat, begitu pula halnya pencematan udara kebisingan. Bentuk komponen kritis lain yaitu sumberdaya apa ang sangat langka dan sangat dibutuhkan masyarakat : misalnya, di suatu tempat di mana air sangat sedikit sekali sehingga masyarakat sangat menggantungkan hidupnya pada air tersebut. Gangguan pada air tersebut akan merupakan dampak yang besar bagi masyarakat 2.3 Anggaran Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota setiap tahunnya mengalokasikan anggaran untuk pengelolaan kebersihan melalui instansi yang ditunjuk. Penyusunan anggaran merupakan aktivitas yang penting, karena pelaksanaan pengelolaan kebersihan pada satu tahun anggaran akan sangat dipengaruhi dari anggaran yang direncanakan. Kenis (1979) mengemukakan anggaran merupakan pernyataan mengenai apa yang diharap dan direncanakan dalam periode tertentu di masa yang akan datang. Pemerintah Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 dan 33 Tahun 2004. Serta Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara telah menetapkan penggunaan pendekatan penganggaran berbasis prestasi kerja atau kinerja dalam proses peyusunan anggaran. Penganggaran berbasis kinerja (PBK) merupakan suatu pendekatan dalam penyusunan anggaran yang didasarkan pada kinerja atau prestasi kerja yang ingin dicapai. Terdapat beberapa karakteristik penyusunan anggaran yang didasarkan pada 7

kinerja.

Hatry

(1999)

menjelaskan

beberapa

karakteristik

kunci

dalam

PBK

diantaranya : 1. Pengeluaran anggaran didasarkan pada outcome yang ingin dicapai 2. Adanya hubungan anatara masukan (input) dengan keluaran (output) dan outcome yang didinginkan 3. Adanya peranan indikator efisiensi dalam proses penyusunan anggaran dan 4. Adanya penyusunan target kinerja dalam anggaran Smith (1999) mengemukakan manfaat yang dapat dihasilkan dalam model penyusunan anggaran yang didasarkan pada kinerja diantaranya : 1. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas dengan memfokuskan sumber daya menuju outcome yang kritis dan penting 2. Meningkatkan pengambilan keputusan mengenai cara yang paling efektif untuk menggunakan sumber daya public yang terbatas 3. Meningkatkan Operasi dengan menghubungkan anggaran dengan kinerja program sepanjang waktu 4. Meningkatkan pemahaman dan komunikasi tentang isu dan prioritas kritis pada sumber daya 5. Membuat manajer lebih akuntabel untuk keputusan program yang mempengaruhi outcome 6. Mendukung manajemen dengan menghubungkan hasil anggaran dan pengukuran kinerja anggaran dengan pengukuran kinerja program dalam prose pengawasan, pengevaluasian dan pelaporan hasil 2.3.1 Anggaran Operasional Anggaran operasional digunakan untuk merencanakan kebutuhan sehari-hari dalam menjalankan pemerintahan. Pengeluaran pemerintah yang dapat dikategorikan dalam anggaran operasional adalah belanja pegawai, belanja barang, belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja social dan belanja bantuan keuangan. Belanja operasional adalah pengeluaran yang manfaatnya hanya untuk satu tahun anggaran dan tidak dapat menambah aset atau kekayaan bagi pemerintah (SE 900/316/BAKD Tahun 2007) 2.3.2 Anggaran Modal/Investasi Anggaran modal menunjukan rencana jangka panjang dan pembelanjaan atas aktiva tetap seperti gedung, peralatan, kendaraan, perabot, dan sebagainya. Pengeluaran modal yang besar biasanya dilakukan dengan menggunakan pinjaman. Belanja investasi / modal adalah pengeluaran yang manfaatnya cenderung melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan pemerintah, dan selanjutnya akan menambah anggaran operasional untuk biaya pemeliharaan.

8

BAB III METODE PENELITIAN Terkait dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka penelitian ini direncanakan akan dilakukan dalam 3 (tiga) periode penelitian. Proposal ini akan menguraikan metode yang akan digunakan pada tiap periode penelitian. Penyusunan anggaran belanja yang didasarkan pada kinerja secara ringkas dapat dinyatakan sebagai pengeluaran anggaran yang didasarkan pada outcome yang ingin dicapai, dengan memperhatikan input dan output secara efisien dan efektif untuk mencapai target yang telah ditentukan. Maka dalam rangka pembangunan model yang sesuai dengan konteks penelitian ini, terlebih dahulu sangat penting untuk dilakukan identifikasi terhadap faktorfaktor yang tepat dari fungsi tujuan yang ingin dicapai dan fungsi kendala yang diperkirakan akan menghalangi pencapaiannya. Metode survei digunakan dalam penelitian ini, yaitu suatu metode pengumpulan data primer dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada responden individu (Jogiyanto, 2004: 115). Berdasarkan dimensi waktu, penelitian ini dikategorikan kedalam penelitian cross sectional artinya hanya mengambil data penelitian pada satu kurun waktu tertentu, mungkin selama periode harian mingguan atau bulanan dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian (Sekaran, 2003:135). Survei akan dilakukan di daerah yang dijadikan subyek penelitian, dan selanjutnya dari kuisioner yang disebarkan akan diperoleh sekumpulan data yang akan diolah dengan metode yang sesuai dengan karkater data tersebut dan tujuan dari penelitian itu sendiri. Pemilihan metode untuk pengolahan data harus memperhatikan tujuan penelitian yang diinginkan. Untuk mencari elemen penting yang dominan dari sekumpulan perubah, maka analisis faktor dapat digunakan. Analisis faktor memungkinkan peneliti untuk 1) menguji ketepatan model (goodness of fit test) faktor yang terbentuk dari item-item alat ukur 2) menguji kesetaraan unit pengukuran antar item, 3) menguji reliabilitas item-item pada tiap faktor yang diukur, 4) menguji adanya invarian item pada populasi. (Sumber : Handout Mata Kuliah Psikometri, Wahyu Widhiarso, Fakultas Psikologi UGM). Model dasar dari Analisis Faktor adalah : 9

Dimana :

X f e

= a vector of order p of observed scores = a vector of order q < p of latent common factor scores = a vector of order p of unique scores

Penggunaan analisis faktor dapat dibedakan berdasarkan konteks analisis data, dan penelitian ini menggunakan Confirmatory Factor Analysis yaitu dimana analis data telah mempunyai informasi teoritis awal tentang struktur datanya dan bermaksud untuk mengkonfirmasi kesesuaiannya dengan konteks penelitian yang dilakukan. Model Confirmatory Factor Analysis secara aljabar dinyatakan sebagai berikut :

(sumber : Dillon&Goldstein, 1984, p.60)

Maka, dalam Confirmatory Factor Analysis Approach analis data akan menyusun :3= 4= 5= 6=0 = 7= 8= 12=0 = 13= 14= 15= 16= 17=0 (sumber : Dillon&Goldstein, 1984, p.60)

Selanjutnya akan dilakukan pengujian apakah data yang diteliti sesuai dengan struktur hipotesis yang ada dalam teori. Terkait dengan tujuan khusus tahap 1 dan tahap 2, diperlukan metode penelitian eksperimen untuk selanjutnya digunakan dalam membangun model yang optimal. Model optimasi dapat dibangun dengan pendekatan Analisis Kuantitatif, dimana langkah-langkahnya adalah : Menetapkan masalah, Memilih model yang cocok, Mendapatkan data yang sesuai, Mengembangkan solusi optimal, Menguji solusi optimal, Menganalisis hasil dari model optimal, Mengimplementasikan model optimal (sumber : Barry Render, 2006). Maka berdasarkan uraian di atas, telah ditetapkan masalah yang akan dicarikan solusinya pada penelitian ini, dan selanjutnya dilakukan pemilihan model yang cocok dengan masalah tersebut. Model adalah representasi (biasanya secara matematis) dari kondisi yang sebenarnya. Model Programasi Linier merupakan salah satu teknik dalam Analisis Kuantitatif yang membantu pengambilan keputusan dalam alokasi sumber daya dengan optimal. Dengan 10

mengidentifikasi tujuan dan kendala, serta mendefinisikan variabel keputusan, dikembangkan fungsi matematika dari fungsi tujuan dan kendalanya. Metode ini digunakan karena cukup sederhana dan merupakan salah satu teknik yang digunakan luas dan memberikan hasil yang cukup baik. Terkait dengan masalah yang dihadapi, akan dikembangkan tiga model optimasi yaitu: 1. Model investasi, dimana akan dikembangkan model dengan fungsi tujuan meminimalkan biaya investasi (terkait dengan pembelian alat/cara pengolahan sampah yang sesuai dengan karakteristik dari sampah tersebut) dan fungsi kendala yaitu kapasitas/kemampuan serta efektifitas dari masing-masing alat/cara yang akan digunakan 2. Model Operasional,dimana akan dikembangkan model dengan fungsi tujuan meminimalkan biaya belanja (operasional rutin) dan fungsi kendala yaitu memaksimalkan jumlah sampah yang dapat dikelola (yang terkait dengan jumlah penduduk), terbatasnya kapasitas daya tampung Tempat Pengelolaan dan Pembuangan sampah Akhir TPPSA), serta keterbatasan sumber daya lainnya. 3. Model potensi pendapatan dari pengelolaan dan pemrosesan sampah, dimana akan dikembangkan model dengan fungsi tujuan memaksimalkan pendapatan dan fungsi kendala yaitu volume sampah (input) yang dapat diproses dan biaya pengelolaan dan pemrosesan sampah yang akan dijadikan barang bernilai guna (barang ekonomis). Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan beberapa data baik berupa data sekunder maupun yang didapatkan langsung dari narasumber. Diantaranya data-data mengenai jumlah sampah yang dihasilkan, daya tampung dari TPPSA, biaya dari alat-alat atau cara-cara yang digunakan dalam pengolahan sampah, kapasitas/kemampuan dari alat/cara tersebut, biaya dari teknik-teknik pemanfaatan sampah menjadi barang ekonomis, dan lain-lain. Adapun bentuk dasar dari Model Programa Linier adalah : Fungsi Tujuan : Z = CiXi Dengan memperhatikan fungsi kendala : Xi.Xn (, =, ) b Dimana arti dari notasi-notasi tersebut jika dikaitkan dengan model yang akan dibangun, adalah sebagai berikut: Z : biaya investasi C : biaya yang dikeluarkan dari alat/cara pengolahan X : kapasitas/kemampuan/efektivitas dari tiap alat/cara pengolahan 11 dengan : i = 1,2,3,n

b : batas dari kendala Tahapan Studi Pendahuluan Studi Pustaka Survey Lapangan Proses Hasil

Studi DokumenMengidentifikasi Faktor-Faktor Yang Menentukan Belanja Investasi dan Operasional Pengelolaan Persampahan Studi PustakaUji Coba Lebih luas

Pengembangan

Model Optimasi Belanja Investasi dan Belanja Operasional Persampahan

Pengajuan Model Analisis Potensi Pendapatan Pengelolaan dan Pemrosesan Persampahan Seminar dan FGD

Model Optimasi Anggaran Belanja Investasi, Belanja Operasional Persampahan Berbasis Value For Money dan Model optimasi Pendapatan

12

BAB IV PEMBIAYAAN No 1 2 3 4 5 6 7 JENIS PENGELUARAN Pelaksanaan (Gaji dan Upah) Peralatan Bahan Habis Pakai (material) Perjalanan Uji Publik FGD/ Seminar Lain-lain Total Angaran Total Angaran RINCIAN ANGARAN YANG DIUSULKAN TAHUN I TAHUN II TAHUN III 14.250.000.00 14.250.000.00 14.250.000.00 3000.000.00 6.500.000.00 12.000.000.00 5.000.000.00 9.250.000.00 50.000.000.00 150.000.000.0 0 3000.000.00 6.500.000.00 3000.000.00 6.500.000.00

10.000.000.00 12.000.000.00 7.000.000.00 5.000.000.00 9.250.000.00 9.250.000.00 50.000.000.00 50.000.000.00 150.000.000.0 150.000.000.00 0

13

LAMPIRAN I.Pertimbangan Alokasi Biaya Anggaran yang diajukan dimaksudkan untuk mencapai tujuan penelitian yang secara umum adalah untuk membuat model optimasi anggaran belanja investasi dan belanja operasional pengelolaan persampahan pada kabupaten atau kota di Jawa Barat. Tahun PertamaUraian 1. Honorarium Tim a. Ketua b. Anggota 2. Peralatan Tape Recorder Handycam 3. Bahan Habis Pakai a. Bahan Habis Pakai : Flashdisk 4 MB Tinta Printer Laser 1200 HP CD RW Kertas HVS A4 ATK (Spidol, ballpoint, dll,) b. Pembelian buku literatur 4 3 10 0 25 1 5 buah buah keping Rim Set buah 100,000 710,000 6,000 34,000 770,000 350,000 400,000 2,130,000 600,000 850,000 770,000 1,750,000 6.500.000 4. Biaya Perjalanan a. Transportasi Ke 26 Kabupaten Kota 12 di Jawa Barat 5. Uji Publik FGD/Seminar a. FGD 1 6.Biaya Lain-Lain a. Administrasi b. Penelusuran pustaka c. Pemeliharaan d. Publikasi Ilmiah 1 1 1 Set Set Set 1.450,000 2,300,000 1,000,000 1,500,000 1.450,000 2,300,000 1,000,000 4,500,000 9.250,000 50.000.000 org hari 1.000,000 12.000.000 12.000.000 5 8 3 1 org bln org bln Bh bln Bh bln 1,250,000 1,000,000 500.000 1.500.000 6.250.000 8,000,000 1.500.000 1.500.000 3.000.000 14,250,000 Volume Harga Satuan (Rp) Besarnya (Rp) Jumlah (Rp)

Keg

5.000,000

5.000.000

5.000.000

3 Keg. JUMLAH

14

Tahun KeduaUraian 1. Honorarium Tim a. Ketua b. Anggota 2. Peralatan Tape Recorder Handycam 3. Bahan Habis Pakai a. Bahan Habis Pakai : Flashdisk 4 MB Tinta Printer Laser 1200 HP CD RW Kertas HVS A4 ATK (Spidol, ballpoint, dll,) b. Pembelian buku literatur 4 3 10 0 25 1 5 buah buah keping Rim Set buah 100,000 710,000 6,000 34,000 770,000 350,000 400,000 2,130,000 600,000 850,000 770,000 1,750,000 6.500.000 4. Biaya Perjalanan a. Transportasi Ke 26 Kabupaten Kota 10 di Jawa Barat 5. Uji Publik FGD/Seminar a. FGD 1 6.Biaya Lain-Lain a. Administrasi b. Penelusuran pustaka c. Pemeliharaan d. Publikasi Ilmiah 1 1 1 Set Set Set 1.450,000 2,300,000 1,000,000 1,500,000 1.450,000 2,300,000 1,000,000 4,500,000 9.250,000 50.000.000 org hari 1.000,000 10.000.000 10.000.000 5 8 3 1 org bln org bln Bh bln Bh bln 1,250,000 1,000,000 500.000 1.500.000 6.250.000 8,000,000 1.500.000 1.500.000 3.000.000 14,250,000 Volume Harga Satuan (Rp) Besarnya (Rp) Jumlah (Rp)

Keg

7.000,000

7.000.000

7.000.000

3 Keg. JUMLAH

15

Tahun KetigaUraian 1. Honorarium Tim a. Ketua b. Anggota 2. Peralatan Tape Recorder Handycam 3. Bahan Habis Pakai a. Bahan Habis Pakai : Flashdisk 4 MB Tinta Printer Laser 1200 HP CD RW Kertas HVS A4 ATK (Spidol, ballpoint, dll,) b. Pembelian buku literatur 4 3 10 0 25 1 5 buah buah keping Rim Set buah 100,000 710,000 6,000 34,000 770,000 350,000 400,000 2,130,000 600,000 850,000 770,000 1,750,000 6.500.000 4. Biaya Perjalanan a. Transportasi Ke 26 Kabupaten Kota 12 di Jawa Barat 5. Uji Publik FGD/Seminar a. FGD 1 6.Biaya Lain-Lain a. Administrasi b. Penelusuran pustaka c. Pemeliharaan d. Publikasi Ilmiah 1 1 1 Set Set Set 1.450,000 2,300,000 1,000,000 1,500,000 1.450,000 2,300,000 1,000,000 4,500,000 9.250,000 50.000.000 org hari 1.000,000 12.000.000 12.000.000 5 8 3 1 org bln org bln Bh bln Bh bln 1,250,000 1,000,000 500.000 1.500.000 6.250.000 8,000,000 1.500.000 1.500.000 3.000.000 14,250,000 Volume Harga Satuan (Rp) Besarnya (Rp) Jumlah (Rp)

Keg

5.000,000

5.000.000

5.000.000

3 Keg. JUMLAH

16

II.Dukungan Dalam Pelaksanaan Penelitian Tidak terdapat dukungan dana dalam pelaksanaan penelitian ini, selain yang diajukan dalam proposal ini. III.Sarana No Sarana Pendukung 1 Laboratorium Akuntansi 2 Pendidikan Indonesia Peralatan -Komputer PC 1 Buah -Printer HP 1 Buah IV.Biodata Peneliti 1.Ketua Peneliti Nama NIP Pangkat Golongan/Jabatan Alamat Kantor Budi Supriatono Purnomo,SE.,MM.,M.Si 19690108 200604 1 001 Penata Muda Tingkat I/ III-c/Lektor Prog. Studi Akuntansi. Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis. Universitas Pendidikan Indonesia. Gdg. GARNADI Jl. Dr. Setiabudhi No. 229. BANDUNG Alamat Rumah Jl. Vijaya Kusuma III No. 34. Komp. Cijambe Indah. BANDUNG 40619. Telp Faks HP Email Riwayat Pendidikan Strata Tahun lulus 022 780 66 22; 421 83 74 022 421 83 74 085 724 099 079 [email protected] 8jam/hari 4jam/hari Kapasitas Manual 20 Orang % Penunjang 15%

Universitas 15%

Perguruan Tinggi

Bidang Spesialisasi 17

S-1 S-2 S-3

1994 2004

STIE Tri Dharma Bandung Prog. Pascasarjana UNPAD Prog. Pascasarjana UNPAD

Akuntansi Akuntansi Manajemen (Tahap Akhir)

Nama Mata Kuliah yang Diasuh No Nama Mata Kuliah 1 Perencanaan Keuangan Daerah 2 Manajemen Keuangan Daerah 3 Akuntansi Keuangan Dasar I 4 Akuntansi Keuangan Dasar II 5 Manajemen Keuangan 6 Manajemen Keuangan Jumlah Mahasiswa yang Pernah Diluluskan Strata Jumlah S-1 + 55 S-2 + 19 S-3 -

Strata S1 S1 S1 S1 S1 S2

Pengalaman penelitian 5 tahun terakhir Tahun Topik/Judul Penelitian Sumber Dana 2005 Analisis Kesehatan Keuangan Proyek Peningkatan Penelitian Perusahaan Asuransi Dengan Metode Pendidikan Tinggi Dirjen Dikti Early Warning System Dan Batas Dep. Diknas Rp 8.500.000,Tingkat Solvabilitas1 2006 Pengaruh Kompensasi, Kompetensi, Dan Komitmen Terhadap Kinerja Pemelihara Cagar Budaya Di Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Propinsi Jawa Barat Proyek pengkajian dan penelitian ilmu pengetahuan terapan. Direktorat pembinaan penelitian dan pengabdian pada masyarakat. Direktorat jenderal pendidikan tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Rp 9.750.000,-

2007

Pemberdayaan Puskesmas dalam Proyek Peningkatan Penelitian Memberikan Pelayanan Kesehatan Pendidikan Tinggi Dirjen Dikti Kepada Masyarakat Prasejahtera Dep. Diknas. Rp 10.000.000,Reaksi Pasar Modal Terhadap ExDividen Date Yang Termotivasi Pembagian Dividen di Bursa Efek Jakarta Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Dirjen. Pendidikan Tinggi. Dep. Pendidikan Nasional

2009

18

Pengalaman publikasi di berkala ilmiah 5 tahun terakhir Nama Tahun Judul artikel Nama penulis terbit berkala Budi S. Purnomo & Pringgo Dwiyantoro Budi S. Purnomo 2004 Analisis Kesehatan Keuangan Majalah Perusahaan Asuransi Ilmiah Universitas Winaya Mukti Pengaruh Rasio-Rasio Early Prosiding Warning System Dan Risk Kopertis Based Capital Terhadap Wilayah IV Profitabilitas (Suatu Studi Empiris Pada Perusahaan Asuransi Kerugian Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta) Obligasi Daerah Sebagai Prosiding Alternatif Pembiayaan Kopertis Pembangunan Daerah Di Wilayah IV Indonesia Kebijakan Perpajakan Yang Prosiding Berpihak Kepada Usaha Kopertis Kecil Dan Menengah Wilayah IV Indonesia Perusahaan Perusahaan Daerah Efek Sebagai Jurnal Pembiayaan Ekonomi dan Bisnis Terapan. Prog. D-III FE UNPAD Bagaimana Pelaku Pasar Jurnal Memilah dan Memanfaatkan Ekonomi Informasi Untuk dan Bisnis Pengambilan Keputusan di Terapan. Tengah Banjir Informasi Prog. D-III FE UNPAD Pengaruh Earning Power Jurnal Terhadap Praktek Manajemen Media Laba (Suatu Kasus Pada Ekonomi. Perusahaan Go Publik Sektor STIE MUSI Manufaktur) RAWAS. LUBUK LINGGAU. SUMSEL Krisis Finansial Global, Jurnal

Volume dan halaman 15 No. 2. Hal. 7-10

Status akreditasi Tidak Terakreditasi

2006

Volume 2 No. 1. Hal.: 218 - 226

Tidak Terakreditasi

Budi S. Purnomo

2006

Volume 2 No. 1. Hal.: 199 - 207 Volume 2 No. 1. Hal.: 227 - 228 Vol. 2. No. 2 Hal.: 15 -27 Vol. 5. No. 1 Hal.: 84 105 Vo. 14. No. 1. Hal.: 55 61

Tidak Terakreditasi

Budi S. Purnomo

2006

Tidak Terakreditasi

Budi S. Purnomo

2006

Tidak Terakreditasi

Budi S. Purnomo

Feb. 2009

Tidak Terakreditasi

Budi S. Purnomo & Puji Pratiwi

April 2009

Tidak Terakreditasi

Budi S.

Sep.

Vol. 5.

Tidak 19

Purnomo

2009

Implementasi Regulasi di Bidang Penanaman Modal serta Implikasinya di Jawa Barat

Ekonomi dan Bisnis Terapan. Prog. D-III FE UNPAD

No. 2 Hal.: 61 -76

Terakreditasi

Pengalaman penerbitan buku 10 tahun terakhir Nama Judul Buku Budi S. Purnomo OBLIGASI DAERAH Alternatif Investasi bagi Masyarakat dan Sumber Pendanaan bagi Pemerintah Daerah

Tahun Penerbit 2009 Alfabeta

ISBN 978-6028361-54-5

Kegiatan pengabdian kepada Masyarakat yang sedang/pernah dilakukan dalam 5 tahun terakhir. Harap disebutkan sumber dana dan besarnya biaya. No. Judul Kegiatan Pengabdian kepada Sumber Dana dan Masyarakat Jumlahnya 1. Narasumber kegiatan Peningkatan Kemampuan Pengelolaan Keuangan Gabungan Kelompok Tani di Kecamatan Cilawu Kab. Garut, Juli 2009 Narasumber Kegiatan Pelatihan Aplikasi Software Akuntansi Narasumber Pelatihan Manajerial dan Kewirausahaan di Bidang Akuntansi Bagi Juru Buku dan Bendahara KUD Mina se Jawa Barat Narasumber kegiatan Semiloka Penyusunan Rancangan Pergub tentang Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis UU Penanaman Modal Pendampingan Penyusunan Anggaran PT. Dadali Citra Mandiri Pendampingan Manajemen Keuangan HIKMAH Farm Pendampingan Akuntansi Keuangan Prodi Akuntansi FPEB UPI Rp. 10.000.000,-

2.

Balai Latihan Koperasi Jawa Barat. Rp 1.000.000,Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Barat. Rp. 1.000.000,Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat. Rp. 1.500.000,PT. Dadali Mandiri. 1.500.000,Citra Rp

3.

4.

5.

6. 7.

HIKMAH Farm. Rp 2.300.000,Pondok Parahyangan 20

Pondok Parahyangan Cotage 8. 9. Penyusunan Proposal Kelayakan Kredit bagi Pondok Parahyangan Cotage Pendampingan Akuntansi Keuangan dan Laporan Pajak PT. Optima Andalan Indonesia

Cotage Pondok Parahyangan Cotage PT. Optima Andalan Indonesia

10.

Narasumber pada pelatihan SISTEM MANAJEMEN KEUANGAN, UNIVERSITAS WINAYA MUKTI Januari 2007. Instruktur pada pelatihan PENDALAMAN PENTINGNYA INOVASI PACKAGING DAN PRICING DALAM MENEMBUS PASAR DOMESTIK DAN GLOBAL. Bandung 26-28 Desember 2006.

DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN TINGGI PT. JAMSOSTEK (Persero) Kantor Wilayah IV Jawa Barat-Banten. BIM Training Specialist.

11.

12.

Instruktur pada pelatihan APLIKASI SOFTWARE AKUNTANSI. 19-21 Desember 2006.

Pusat Inkubator Bisnis ITB BIM Training Specialist.

13.

Penyaji Pada Pelatihan Implementasi Balance Scorecard, 31 Agustus 2006.

Pusdiklat. PT. INDONESIA POWER, Saguling Jawa Barat Biro Sarana Perekonomian Sekretariat Daerah Jawa Barat

14.

Pembicara pada Lokakarya Perusahaan Efek Sebagai Lembaga Pembiayaan Pembangunan Propinsi Jawa Barat, Bandung, 15 Juni 2006.

15.

Penyaji pada Rapat Kerja Persiapan Pembentukan Lembaga Pembiayaan Daerah, 28 Nopember 2005.

Biro Sarana Perekonomian Sekretariat Daerah Jawa Barat

21

16.

Penyaji Pada Pelatihan Bimbingan Teknis Kelayakan Usaha Dalam Mengakses Permodalan, Bandung, Juni 2004.

Dinas Koperasi & UKM Propinsi Jawa Barat dengan P3UKM Bank Indonesia BUDBINSWISSCONTACT

17.

Penyaji Pada Pelatihan Pendirian BUSINESS DEVELOPMENT CENTRE, Bandung, Maret 2004.

18.

Penyaji Pada Pelatihan KEWIRAUSAHAAN, Bandung, Maret 2004.

BIM Konsultama Fisip Unpad.

19.

Penyaji Pada Pelatihan FINANCIAL PLANNING FOR SME, Bandung, 10 September 2003

BIM Konsultama Fisip Unpad.

20

Penyaji Pelatihan Singkat: PERENCANAAN KEUANGAN BAGI USAHA KECIL, pada SMESCO FESTIVAL 2003, 2-6 Juli 2003, Balai Sidang Jakarta Convention Center.

BUDBINSWISSCONTACT

Bandung, 31 Maret 2010

Budi S. Purnomo, S.E., M.M., M.Si.

22