analisis anggaran pendapatan dan belanja …
TRANSCRIPT
i
ANALISIS ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJABERBASIS KINERJA
(STUDI KASUS PADA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANANTERPADU SATU PINTU PROVINSI BALI)
PENULIS:
LUH GEDE KRISNA DEWI, SE, M.SI, AK198109052015042001
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
Juli 2018
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa bahwa Laporan Penelitianini akhirnya berhasil diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan Penelitian merupakan salahsatu kewajiban peneliti dalam menjalankan Tridarma Perguruan Tinggi.
Peneliti mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Dinas Penanaman Modaldan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Bali dan pihak-pihak yang telah banyakmembantu dalam proses penelitian ini. Laporan Penelitian ini bukanlah tanpa kelemahan, untukitu kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat diharapkan.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantupenyelesaian laporan ini, dan semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Jimbaran, Juli 2018
Penulis
Luh Gede Krisna Dewi, S.E, M.Si, Ak
NIP. 198109052015042001
iii
DAFTAR ISI
JUDUL .................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL...................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
1.2 Tujuan dan Kegunaan Penelitian.................................................................. 3
1.2.1 Tujuan Penelitian................................................................................. 3
1.2.2 Kegunaan Penelitian ............................................................................ 3
1.3 Metode Penelitian ......................................................................................... 4
1.3.1 Lokasi Dan Objek Penelitian.............................................. ………… 4
1.3.2 Jenis Dan Sumber Data........................................................................ 4
1.3.3 Metode Pengumpulan Data ................................................................. 4
1.3.4 Metode Analisis Data .......................................................................... 5
1.4 Sistematika Penyajian................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) ........................................... 7
2.2 Laporan Realisasi Anggaran......................................................................... 9
2.3 Pendapatan Asli Daerah ............................................................................. 11
2.4 Value for Money ......................................................................................... 9
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Gambaran Umum Tempat KPM................................................................. 16
3.1.1 Latar Belakang Pendirian Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Provinsi Bali ........................................................................ 16
3.1.2 Visi Misi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu Provinsi Bali............................................................................. 22
iv
3.1.3 Struktur Organisasi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Provinsi Bali..................................................................... 23
3.1.4 Uraian Tugas Struktur Organisasi ..................................................... 24
3.2 Analisis Sesuai dengan Tujuan Penelitian.................................................. 38
BAB IV PENUTUP
4.1 Simpulan..................................................................................................... 43
4.2 Saran ........................................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 45
LAMPIRAN......................................................................................................... 47
v
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Struktur LRA Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu Provinsi Bali Tahun Anggaran 2016 ……………………...………………41
Tabel 3.2 Uraian Pendapatan Retribusi Daerah Dinas Penanaman modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Bali Tahun Anggaran 2016…...………42
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Provinsi Bali………………………………………...………………41
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pemerintah adalah suatu organisasi yang diberi kekuasaan untuk mengatur
kepentingan Bangsa dan Negara. Lembaga pemerintah dibentuk umumnya untuk
menjalankan aktivitas layanan terhadap masyarakat luas dan sebagai organisasi
nirlaba yang mempunyai tujuan bukan untuk mencari keuntungan tetapi untuk
menyediakan layanan dan kemampuan meningkatkan layanan tersebut di masa
yang akan dating. (Makka, et.al., 2015). Anggaran merupakan salah satu
komponen dalam melaksanakan suatu program ataupun kegiatan. Sebelum
melaksanakan kegiatan, harus ada perencanaan yang matang untuk mencapai
tujuan kegiatan tersebut.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah suatu rencana
keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh
pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah
(Permendagri No. 22 Tahun 2011). APBD disusun dengan pendekatan kinerja.
Halim dan Iqbal (2012:173) mengartikan anggaran berbasis kinerja merupakan
metode penganggaran bagi manajemen untuk mengaitkan setiap pendanaan yang
dituangkan dalam kegiatan-kegiatan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan
termasuk efisiensi dalam pencapain hasil dari keluaran tersebut. Dalam menyusun
anggaran berbasis kinerja perlu memperhatikan prinsip-prinsip anggaran berbasis
2
kinerja. Halim dan Iqbal (2012:174) prinsip-prinsip anggaran berbasis kinerja
salah satunya yaitu transparansi dan akuntabilitas anggaran.
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan dan Undang-undang
No.1 tentang Perbendaharaan menegaskan atas pelaksanaan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD), kepada daerah menyampaikan rancangan peraturan
daerah tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa
laporan keuangan yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca,
Laporan Arus Kas, dan Catatan Atas Laporan Keuangan. (Makka, et.al., 2015).
Sebagai instansi pemerintah yang memberikan pelayanan bagi masyarakat,
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Bali Dinas
harus dapat mengatur pengelolaan keuangannya dan menggunakan hasil dari
pengelolaan tersebut untuk memaksimalkan potensi yang ada untuk meningkatkan
pembangunan daerah. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu Provinsi Bali (DPMPTSP) dipilih sebagai objek karena merupakan unsur
pendukung tugas Gubernur yang mempunyai tugas menyelenggarakan segala
usaha dan kegiatan yang berhubungan dengan penanaman modal dan perizinan,
serta berdasarkan misi DPMPTSP Provinsi Bali yang bertujuan untuk
mewujudkan pelayanan publik cepat, efektif, efesien, transparan dan akuntabel.
Berdasarkan misi DPMPTSP Provinsi Bali dan latar belakang tersebut peneliti
tertarik ingin meneliti bagaimana “Analisis Anggaran Pendapatan dan Belanja
Berbasis Kinerja (Studi Kasus pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Provinsi Bali)”
3
1.2 Tujuan dan Kegunaan
1.2.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi
tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana realisasi anggaran
pendapatan dan belanja berbasis kinerja pada Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Bali.
1.2.2 Kegunaan Penelitian
1) Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang lebih luas
kepada akademisi mengenai analisis realisasi anggaran pendapatan dan
belanja berbasis kinerja pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Provinsi Bali.
2) Bagi Instansi
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi yang berharga
bagi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi
Bali terkait bagaimana analisis realisasi anggaran pendapatan dan belanja
berbasis kinerja.
4
1.3 Metode Penelitian
1.3.1 Lokasi Penelitian
Adapun lokasi penelitian ini dilakukan di Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Bali yang berlokasi di Jalan Raya
Puputan-Niti Mandala Renon Denpasar.
1.3.2 Obyek Penelitian
Obyek dalam penelitian ini adalah realisasi anggaran pendapatan dan belanja
berbasis kinerja pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(DPMPTSP) Provinsi Bali. Batasan penelitian ini meliputi pendapatan dan belanja
berbasis kinerja digunakan, karena realisasi anggaran pendapatan dan belanja ini
lah yang digunakan di dinas terkait sebagai tolok ukur untuk mengetahui apakah
realisasi anggaran tersebut sudah berjalan secara efektif dan efisien atau belum.
1.3.3 Jenis dan Sumber Data
1) Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
(1) Data kuantitatif merupakan data berupa angka atau data yang dapat
dihitung dengan satuan tertentu (Sugiyono, 2008:13). Data
kuantitatif dalam penelitian ini adalah data Laporan Realisasi
Anggaran (LRA) pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Provinsi Bali.
(2) Data kualitatif yaitu adalah data yang berbentuk kata, skema, gambar
atau data yang berupa keterangan-keterangan dan tidak berbentuk
angka-angka (Sugiyono, 2008:13). Data kualitatif dalam penelitian
ini adalah sejarah berdirinya perusahaan, struktur organisasi, dan
5
uraian pekerjaan pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Provinsi Bali.
2) Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
(1) Menurut Sugiyono (2008:225) Data sekunder merupakan sumberyang tidak memberikan informasi secara langsung kepada
pengumpul data. Sumber sekunder ini dapat berupa hasil pengolahan
lebih lanjut dari data primer yang disajikan dalam bentuk lain atau
dari orang lain. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah laporan keuangan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Provinsi Bali.
(2) Menurut Sugiyono (2008:225) Data primer adalah sumber yang
secara langsung memberikan data kepada pengumpul data.
1.3.4 Metode Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
metode observasi. Observasi yang dilakukan adalah observasi non participant.
Metode ini digunakan karena peneliti tidak terlibat langsung dalam aktivitas yang
ada di perusahaan tersebut melainkan hanya sebagai pengamat.
1.3.5 Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis
deskriptif. Metode analisis deskriptif yang peneliti lakukan adalah suatu metode
penelitian yang menguraikan hasil analisis dari realisasi anggaran pendapatan dan
belanja yang berbasis kinerja pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Provinsi Bali.
6
1.4 Sistematika Penyajian
Sistematika penyajian disusun untuk mempermudah penulisan dan
pembahasan dalam laporan ini. Laporan ini bagi ke dalam 4 bab, yaitu :
BAB I Pendahuluan
Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan
dan manfaat laporan, metode penelitian, serta sistematika penyajian
laporan.
BAB II Tinjauan Teoritis
Dalam bab ini diuraikan mengenai landasan teori yang relevan
dengan laporan yang disajikan.
BAB III Pembahasan
Pada bab ini diuraikan tentang gambaran umum tempat penelitian
serta pembahasan mengenai analisis anggaran pendapatan dan
belanja berbasis kinerja di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Provinsi Bali.
BAB IV Simpulan dan Saran
Dalam bab ini diuraikan mengenai simpulan dari hasil pembahasan
serta saran-saran yang dipandang perlu untuk diajukan berdasarkan
simpulan tersebut.
7
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan Republik Indonesia menyelenggarakan
pemerintahan Negara dan pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat
adil,makmur, dan merata berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003
Pasal 1 ayat 8 tentang Keuangan Negara, APBD adalah rencana keuangan tahunan
pemerintah daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD). Namun dalam Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Pasal 1 ayat 7
tentang Dana Perimbangan. APBD adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah
dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah. Pengertian APBD juga
terdapat dalam PP No. 58.
Mardiasmo (2004:122) APBD mempunyai beberapa fungsi utama, yaitu:
1. Sebagai Alat Perencanaan
APBD dibuat oleh Pemda untuk merencanakan tindakan apa yang akan
dilakukan, biaya yang dibutuhkan , serta hasil yang diperoleh dari belanja
yang dilakukan pemerintah. Hal ini berarti dalam APBD, setidak-tidaknya
tergambar tiga komponen utama yaitu:
1) Tindakan atau kegiatan yang akan dilakukan,
8
2) Biaya yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan tersebut,
3) Hasil yang akan diperoleh dari suatu kegiatan tersebut.
2. Sebagai Alat Pengendalian
APBD dapat memberikan detail atas pendapatan yang diperoleh Pemda
serta pengeluaran (belanja) yang dilakukan Pemda. Dengan demikian,
maka APBD dapat dipertanggung jawabkan kepada publik. Dengan
demikian setiap kegiatan atau program dalam APBD (Anggaran
Pendaparan dan Belanja Daerah) , hanya jelas sumber pembiayaannya,
misal berapa dana bersumber dari PAD (Pendapatan Asli Daerah), dan
berapa besar dari DAU (Dana Alokasi Umum) , atau mana kegiatan yang
dilakukan dengan biaya dari PAD murni dan mana dari DAU murni.
3. Sebagai Alat Kebijakan Fiskal
Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal digunakan untuk menstabilkan dan
mendorong pertumbuhan ekonomi. Dengan mempergunakan APBD.
Pemda dapat melakukan prediksi-prediksi serta estimasi ekonomi.
Kegiatan-kegiatan atau program dalam APBD harus juga dipertimbangkan
sebagai suatu estimasi.
4. Sebagai Alat Politik
APBD adalah political tool yang berfungsi sebagai bentuk komitmen
eksekutif dan kesepakatan legislatif atas penggunaan dana publik untuk
kepentingan tertentu.
9
5. Sebagai Alat Koordinasi dan Komunikasi
APBD merupakan alat koordinasi antar bagian dalam sistem
kerjapemerintah. APBD yang disusun dengan baik akan mampu
mendeteksi terjadinya inskonsistensi suatu unit kerja dalam pencapaian
tujuan organisasi. Di samping itu anggaran publik juga berfungsi sebagai
alat komunikasi antar unit kerja dalam lingkaran eksekutif. Dalam hal ini
APBD berfungsi sebagai alat publik dalam bentuk penerapan dan
aktualisasi komitmen eksekutif dan legislatif sebagaimana diikrarkan
dalam bentuk visi dan misinya pada saat kampanye.
6. Sebagai Alat Penilaian Kinerja
APBD merupakan komitmen dari budget holder (eksekutif) kepada
pemberi wewenang (legislatif). Kinerja eksekutif akan dinilai berdasarkan
pencapaian target anggaran dan efisiensi pelaksannaan anggaran.
7. Sebagai Alat Motivasi
APBD dapat digunakan sebagai alat memotivasi manajer dan stafnya agar
bekerja secara ekonomis, efektif, dan efisien, dalam mencapai target dan
tujuan organisasi yang lebih ditetapkan.
2.2 Laporan Realisasi Anggaran
Nordiawan (2010:122) Laporan realisasi anggaran adalah Laporan yang
menyajikan ikhitsar sumber, alokasi dan pemakain sumber daya ekonomi yang
dikelola oleh pemerintah (pusat atau daerah), dalam satu periode pelaporan.
10
Rudianto (2009:19) Laporan realisasi anggaran adalah Rencana kegiatan
keuangan yang berisi perkiraan belanja yang diusulkan dalam satu periode dan
sumber pendapatan yang diusulkan untuk membiayai belanja tersebut.
Berdasarkan definisi diatas penulis menyimpulkan bahwa laporan realisasi
anggaran adalah merupakan suatu serangkaian aktivitas dalam menggunakan
sumber daya ekonomi yang dikelola dalam satu periode pelaporan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.71 tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintah yang disajikan berdasarkan PSAP No.02 Laporan realisasi
anggaran menyajikan informasi yang masing-masing diperbandingkan dengan
anggarannya dalam satu periode. Dalam laporan realisasi anggaran harus
diidentifikasikan secara jelas. Struktur Laporan Realisasi Anggaran menyajikan
informasi realisasi antara lain :
1. Pendapatan
a. Pendapatan (basis kas) adalah penerimaan oleh bendahara umum negara
atau bendahara umum daerah atau oleh entitas pemerintah lainnya yang
menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan yang menjadi hak, pemerintah dan tidak perlu dibayar
kembali oleh pemerintah.
b. Pendapatan (basis akrual) adalah hak pemerintah yang diakui sebagai
penambah nilai kekayaan bersih.
2. Belanja
a. Belanja (basis kas) adalah semua pengeluaran oleh bendahara umum
negara atau bendahara umum daerah yang mengurangi ekuitas dana
11
lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan
diperoleh pembayaran kembali oleh pemerintah.
b. Belanja (basis akrual) adalah kewajiban pemerintah yang diakui sebagai
pengurang nilai kekayaan bersih.
3. Transfer
Transfer adalah penerimaan atau pengeluaran uang dari suatu entitas
pelaporan kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan
dana bagi hasil.
4. Surplus atau Defisit
Surplus atau defisit adalah selisih lebih atau kurang antara pendapatan
dan belanja selama satu periode pelaporan.
5. Pembiayaan (Financing)
Pembiayaan (Financing) adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar
kembali atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun
anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang
dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup
defisit atau memanfaatkan surplus anggaran.
2.3 Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan yang diperoleh
daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungutberdasarkan
peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku
(Halim, 2004:96). Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Pasal 3, PAD
12
bertujuan memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mendanai
pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai perwujudan
desentralisasi. Adapun sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD)
sebagaimana diatur dalam Undnag-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Pasal 157,
yaitu :
1. Hasil Pajak Daerah
Pajak merupakan sumber keuangan pokok bagi daerah-daerah disamping
retribusi daerah.
2. Hasil Retribusi Daerah
Sumber pendapatan daerah yang penting lainnya adalah retribusi daerah.
Pengertian retribusi daerah dapat ditelusuri dari pendapat-pendapat para
ahli, Kaho (2005:171) retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran pemakaian atau karena memperoleh jasa pekerjaan, usaha
atau milik daerah untuk kepentingan umum, atau karena jasa yang
diberikan oleh daerah baik langsung maupun tidak langsung. Dari
pendapat tersebut, dapat disimpulkan ciri-ciri pokok retribusi daerah,
yaitu:
1) Retribusi dipungut oleh daerah;
2) Dalam pungutan retribusi terdapat prestasi yang diberikan daerah
yang langsung dapat ditunjuk;
3) Retribusi dikenkaan kepada siapa saja yang memanfaatkan atau
menikmati jasa yang disediakan daerah.
3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan
13
Kekayaan daerah yang dipisahkan berarti kekayaan daerah yang
dilepaskan dan penguasaan umum yang dipertanggungjawabkan
melalui anggaran belanja daerah dan dimaksudkan untuk dikuasai dan
dipertanggungjawabkan sendiri.
4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf d, meliputi:
1) Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan
2) Pendapatan bunga
3) Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing,
dan komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari
penjualan dan pengadaan barang dan jasa oleh daerah.
2.4 Value for Money
Mahmudi (2013:83) mengemukakan bahwa pengukuran kinerja value for
money adalah pengukuran kinerja untuk mengukur ekonomi, efisiensi, dan
efektivitas suatu kegiatan, program, dan organisasi. Pengukuran kinerja value for
money memberikan informasi yang dapat membentuk fungsi-fungsi pengendalian
serta mendorong tanggungjawab manajer dalam melaksanakan fungsi
akuntabilitas. Oleh karena itu, value for money dapat membantu pihak manajemen
dalam melakukan pengambilan keputusan yang lebih baik. Indikator kinerja harus
dapat memberikan manfaat kepada pihak internal yaitu berperan untuk
menunjukkan, memberikan indikasi atau memfokuskan perhatian pada bidang
yang relevan dilakukan tindakan perbaikan maupun kepada pihak eksternal yaitu
14
mengontrol dan sekaligus memberikan informasi dalam rangka mengukur tingkat
akuntabilitas publik. Sedangkan Mardiasmo (2009:4) value for money merupakan
konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan pada 3 (tiga)
elemen utama yaitu: ekonomi, efisiensi, dan efektivitas.
1. Ekonomi
Perbandingan input dengan input value yang dinyatakan dalam satuan moneter.
Ekonomi menggambarkan hubungan antara harga pasar dan masukan atau dengan
kata lain ekonomi merupakan pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas
tertentu pada harga yang terendah. Input dalam hal ini merupakan sumber daya
yang digunakan untuk pelaksanaan suatu kebijakan, program, dan aktivitas.
Mahsun (2006:179) rasio ekonomi adalah mengukur tingkat kehematan dari
pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan organisasi sektor publik, dimana
pengukuran tersebut memerlukan data anggaran dan realisasinya. Ekonomi
merupakan ukuran relatif, berbagai pertanyaan yang perlu diperhatikan dalam
pengukuran ekonomi, antara lain ;
1) Apakah biaya organisasi lebih besar dari yang telah dianggarkan oleh
organisasi;
2) Apakah biaya organisasi lebih besar daripada biaya organisasi sejenis yang
dapat diperbandingkan; dan
3) Apakah organisasi telah menggunakan sumber daya finansial secara
maksimal
15
Tiga pertanyaan ini dapat dikatakan sebagai pertanyaan mendasar, dan selanjutnya
masih dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan informasi yang dibutuhkan
dalam rangka mengetahui tingkat ekonomisnya.
2. Efisiensi
Efisiensi merupakan perbandingan output/input. Pencapaian output yang
maksimum dengan input tertentu atau penggunaan input terendah untuk mencapai
output tertentu. Dimana output dalam hal ini merupakan hasil yang dicapai dari
suatu program, aktivitas, dan kebijakan. Pengukuran kinerja value for money,
efisiensi dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:
1) Efisiensi alokasi yaitu terkait dengan kemampuan untuk mendayagunakan
sumber daya input pada tingkat kapasitas optimal.
2) Efisiensi teknis atau manajerial yaitu terkait dengan kemampuan
mendayagunakan sumber daya input pada tingkat output tertentu.
Halim (2008:164) rasio efisien adalah menggambarkan perbandingan besarnya
biaya yang dikeluarkan untuk memungut pendapatan dengan realisasi pendapatan
yang diterima.
3. Efektivitas
Efektivitas merupakan ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai
tujuannya. Bisa dikatakan bahwa efektivitas merupakan perbandingan antara
outcome dengan output. Outcome dalam hal ini adalah dampak yang ditimbulkan
dari suatu aktivitas tertentu. Halim (2008:234) rasio efektivitas adalah
menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan PAD yang
direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan.
16
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Gambaran Umum
3.1.1 Latar belakang Pendirian Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Provinsi Bali
Masyarakat umum dan kalangan dunia usaha sering mengeluhkan proses
pelayanan perijinan oleh pemerintah yang berbelit-belit, tidak transparan, dan
perlu biaya ekstra. Mereka sering bolak-balik dari satu kantor ke kantor lain hanya
untuk mengurus suatu layanan perijinan. Tentu saja hal ini membuat masyarakat
menjadi merasa dipermainkan oleh aparat pemerintah, sehingga kinerja pelayanan
publik secara keseluruhan menjadi buruk. Bagi kalangan dunia usaha masalah
yang sering dikeluhkan adalah ketidakjelasan prosedur, biaya dan waktu
pemrosesan ijin yang tidak pasti selesainya, sehingga biaya yang dikeluarkan pada
akhirnya tinggi. Bagi masyarakat, kondisi ini menyebabkan kepercayaan kepada
pemerintah menurun. Merespon permasalahan tersebut, Pemerintah Provinsi Bali
berdasarkan Perda Provinsi Bali Nomor 2 Tahun 2008, tentang Susunan
Organisasi dan Perangkat Daerah Provinsi Bali. Membentuk Kantor Pelayanan
Perizinan Terpadu Provinsi Bali sebagai salah satu upaya Pemerintah Provinsi
Bali untuk meningkatkan Pelayanan Publik.
Badan Penanaman Modal dan Perizinan Provinsi Bali (BPMP) adalah salah
satu SKPD di Provinsi Bali yang mempunyai tugas pokok membantu Gubernur
dalam bidang Penanaman Modal dan Perizinan. Pada sejarah kelahirannya di
17
Provinsi Bali pada tahun 1973 pernah dibentuk Badan Koordinasi Penanaman
Modal Daerah (BKPMD) dengan Surat Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali
Nomor 35/Skep/46/EK-1/I/1973 tanggal 25 Oktober 1973.
Perkembangan selanjutnya BKPMD Propinsi Daerah Tingkat I Bali yang
dibentuk tahun 1973 ini dalam tahun 1974 dirubah menjadi Team Pembantu
Gubernur Urusan Penanaman Modal melalui Surat Keputusan Gubernur Kepala
Daerah Tingkat I Bali No.35/Skep/32/EK-I/1974 tanggal 30-4-1974. Dengan
demikian secara resmi keberadaan BKPMD Propinsi Bali sejak tanggal 30 April
1974 telah diubah menjadi sebuah Team Pembantu Gubernur yang menangani
urusan penanaman modal.
Perkembangan selanjutnya dalam tahun 1980 keluarlah Keputusan Presiden
RI No.20 tahun 1980 tanggal 29 Maret 1980 tentang Pembentukan BKPMD, dan
ditindak lanjuti dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri No.167 tahun 1980
tanggal 2 Agustus 1980 tentang Organisasi dan Tata Kerja BKPMD, serta
Instruksi Menteri Dalam Negeri No.3 tahun 1981 tanggal 10 Pebruari 1981
tentang Pelaksanaan Keputusan Menteri Dalam Negeri No.167 tahun 1980
tentang Organisasi dan Tata Kerja BKPMD.
Keputusan Presiden No.20 tahun 1980 dan Keputusan Menteri Dalam Negeri
No.167 tahun 1980 yang mendasari terbitnya Keputusan Menteri Dalam Negeri
No.177 tahun 1981 tanggal 30 Juli 1981 tentang Pembentukan Badan Koordinasi
Penanaman Modal Propinsi Daerah Tingkat I Riau, Bali, Sulawesi Tenggara dan
Maluku. Pasal 3 disebutkan bahwa dengan berlakunya Keputusan ini maka
satuan-satuan organisasi yang mempunyai tugas-tugas dibidang urusan
18
penanaman modal dan ketentuan-ketentuan lain yang bertentangan dengan
Keputusan ini dinyatakan tidak berlaku lagi.
Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 177 tahun 1981 ini akhirnya ditindak
lanjuti dengan keluarnya Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali
No.68/HOT/IC/1981 tanggal 9 Desember 1981 tentang Pelaksanaan Keputusan
Menteri Dalam Negeri No.177 tahun 1981 tentang Pembentukan BKPMD
Propinsi Daerah Tingkat I Riau, Bali, Sulawesi Tenggara dan Maluku. Diktum
kelima Keputusan Gubernur ini disebutkan bahwa sejak berlakunya Keputusan
ini maka Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali tanggal 30 April
1974 No.35/Skep/32/I/1974 tentang Perubahan BKPMD menjadi Team Pembantu
Gubernur urusan Penanaman Modal dinyatakan tidak berlaku lagi.
Perkembangan selanjutnya terjadi pergeseran paradigma pemerintahan daerah
mengenai penyelenggaraan otonomi daerah yaitu dengan keluarnya Undang-
undang No.22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Oleh karena itu terjadi
perubahan kelembagaan. Selanjutnya keluarlah Perda Provinsi Bali No.2 tahun
2001 tanggal 21 Maret 2001 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Perangkat Daerah. Nomenklatur juga dirubah menjadi Badan Koordinasi
Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Provinsi Bali.
Selanjutnya dalam perkembangannya UU 22 tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah direvisi lagi menjadi Undang-Undang No.32 tahun 2004.
Dengan dirubahnya Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah tersebut
konsekuensinya terjadi lagi perubahan kelembagaan. Selanjutnya keluarlah
Perda No.2 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah.
19
Nomenklatur BKPMD dirubah menjadi BPM (Badan Penanaman Modal) Provinsi
Bali. Uraian tugas sesuai dengan Peraturan Gubernur No. 58 tahun 2008. Perda 2
tahun 2008, pada akhir tahun 2011 oleh Biro Organisasi telah dievaluasi dan
sudah ada Perda Perubahannya yaitu Perda 4 tahun 2011, namun belum berjalan
karena personilnya belum dilantik.
Badan Penanaman Modal dan Perizinan (BPMP) Provinsi Bali adalah salah
satu SKPD di Provinsi Bali yang kelembagaannya dibentuk berdasarkan Perda
No.4 Tahun 2011. Lembaga ini beroperasi sejak awal 2012 yang merupakan
penggabungan dari dua lembaga yaitu Badan Penanaman Modal (BPM) dengan
Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Provinsi Bali yang berlokasi di
Jalan Raya Puputan-Niti Mandala Renon Denpasar.
Berdasarkan Peraturan Gubernur Bali Nomor 86 Tahun 2016 tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, Serta Tata Kerja Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Bali, Peraturan
Gubernur Bali Nomor 71 Tahun 2015 tentang Rincian Tugas Pokok Badan
Penanaman Modal dan Perizinan Provinsi Bali (Berita Daerah Provinsi Bali
Tahun 2015 Nomor 71), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Jadi Badan
Penanaman Modal dan Perizinan Provinsi Bali kini menjadi Dinas Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Bali yang beralamat di Jalan
Raya Puputan-Niti Mandala Renon Denpasar.
Tugas Pokok Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Provinsi Bali yaitu membantu Gubernur melaksanakan urusan pemerintahan
bidang penanaman modal dan pelayanan terpadu satu pintu yang menjadi
20
kewenangan daerah, serta melaksanakan tugas dekonsentrasi sampai dengan
dibentuk Sekretariat Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat dan melaksanakan
tugas pembantuan sesuai bidang tugasnya. Dalam menyelenggarakan tugas pokok
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Bali
mempunyai fungsi :
1) Perumusan kebijakan teknis di bidang penanaman modal dan pelayanan
terpadu satu pintu yang menjadi kewenangan Provinsi;
2) Pelaksanaan kebijakan di bidang penanaman modal dan pelayanan terpadu
satu pintu yang menjadi kewenangan Provinsi;
3) Penyelenggaraan administrasi Dinas bidang penanaman modal dan
pelayanan terpadu satu pintu;
4) Penyelenggaraan evaluasi dan pelaporan Dinas; dan
5) Penyelenggaraan fungsi lain yang diberikan oleh Gubernur terkait dengan
tugas dan fungsinya.
Perizinan yang ditangani, meliputi: Izin Pemasukan/Pengeluaran
Ternak/Hewan, Izin Pemasukan/Pengeluaran Sapi Potong, Izin Pemasukan/
Pengeluaran Ternak Potong selain Sapi Potong, Izin Pemasukan Pengeluaran
DOC (Day Old Chicken), Izin Pemasukan/Pengeluaran Hewan Kesayangan/
Satwa, Izin Pemasukan/Pengeluaran Produk Hewan Pangan, Izin Pemasukan/
Pengeluaran Produk Hewan Non Pangan, Izin Distributor Obat Hewan,
Rekomendasi ekspor hewan/ternak, produk hewan pangan dan non pangan,
Rekomendasi ekspor hewan/ternak, produk hewan pangan dan non pangan, Izin
Pertunjukan Kesenian untuk Pariwisata, Izin Lokasi Shooting Film/Rekaman
21
Video di Daerah Bali, Izin Edar Film di Daerah Bali, Rekomendasi pertunjukan
ke luar negeri (bebas fiskal), Rekomendasi untuk kegiatan seni budaya di dalam
daerah/luar daerah, Izin Usaha Sarana Wisata Tirta, Izin mengenai Usaha Biro
Perjalanan Wisata (BPW), Izin Usaha Cabang Biro Perjalanan Wisata (BPW),
Izin Usaha Agen Perjalanan Wisata, Izin Usaha Biro Perjalanan Wisata Lanjut
Usia (BPW Lansia), Izin Usaha MICE (Meeting, Incentive, Convention,
Exhibition), Izin Usaha Jasa Pariwisata dan Izin Usaha dan rekomendasi
klasifikasi hotel berbintang, IMTA.
Penghargaan-penghargaan yang sudah berhasil didapatkan dari awal
pembentukan BKPMD, BPMP, hingga DPMPTSP saat ini, yaitu:
1) Predikat Kepatuhan Standar Pelayanan Publik Undang-undang 25 Tahun
2009 tentang Pelayanan Publik dari Ombudsman RI. Tanggal 18 Juli 2014
dengan nilai 960.
2) Certificate Of Registration ISO 9001:2008.
3) Investment Award Nominasi PTSP Bidang Penanaman Modal Terbaik
Tahun 2010 dari BKPM RI.
4) Piagam Citra Pelayanan Prima Peringkat I dalam Lomba Citra Pelayanan
Prima Tingkat Provinsi Bali Tahun 2012 dari Gubernur Bali.
5) Piagam Citra Pelayanan Prima atas Partisipasinya dalam Peningkatan
Kualitas Pelayanan Publik Tahun 2010 dari Gubernur Bali.
Adapun nama-nama yang pernah menjabat sebagai pimpinan dari awal
pembentukan BKPMD, BPMP, hingga DPMPTSP saat ini sebagai berikut :
1) Drs.H Mulyono (Tahun 1982 s/d 1 April 1984).
22
2) Drs. Dewa Made Beratha (1 April 1984 s/d 7 Nopember 1989).
3) Drs. I Gede Wardana (7 Nopember 1989 s/d 31 Desember 1997).
4) Ir. A A Gde Harmoni (Tahun 1998 s/d Tahun 2001).
5) Drs. IB Yudara Pidada (Tahun 2002 s/d Desember 2003).
6) Dra. I Gusti Ayu Djanawati ( Januari 2004 s/d Tahun 2005 ).
7) Drs. I Made Kandiyuana P.HD (Tahun 2006 s/d Pebruari 2008).
8) Dewa Komang Adi, SH, MT (Pebruari 2008 s/d Juli 2008).
9) Drs. I Gusti Made Sudjana, M.Si (Juli 2008 s/d Pebruari 2009).
10) Ir.I Nyoman Suwirya Patra, MM (Pebruari 2009 s/d Mei 2011).
11) Ida Bagus Made Parwata, SE, M.Si (Juni 2011 s/d sekarang).
3.1.2 Visi Misi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu Provinsi Bali
1. Visi : Terwujudnya peningkatan penanaman modal yang berkelanjutan
dan pelayanan perizinan yang berkualitas menuju Bali yang maju, aman,
damai dan sejahtera berlandaskan Tri Hita Karana.
2. Misi :
(1) Mendorong minat dan peluang penanaman modal secara merata antar
wilayah dan antar sektor.
(2) Membangun iklim penanaman modal yang berdaya saing.
(3) Mewujudkan pelayanan publik cepat, efektif, efesien, transparan dan
akuntabel.
23
3.1.3 Struktur Organisasi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Provinsi Bali
Struktur organisasi merupakan kerangka dasar yang bersifat menyeluruh dari
kegiatan dan fungsi dalam suatu organisasi, termasuk menetapkan hubungan
mengenai kedudukan, wewenang dan tanggung jawab diantara anggota dalam
melaksanakan fungsinya masing-masing. Dengan struktur organisasi yang baik,
akan terlihat susunan dan pembagian tugas pada masing-masing unit yang ada
dalam organisasi. Dengan telah ditetapkannya kedudukan dan peranannya melalui
struktur yang baku, maka akan semakin jelas jenjang hirarki diantara pejabat atau
pegawai yang terlibat di dalamnya sesuai dengan tugas dan fungsinya. Dari
struktur itu pula dapat diketahui dengan jelas mengenai wewenang dan tanggung
jawab yang diemban dan rentang kendali yang harus dilakukan serta arah
komando sehingga pelaksanaan tugas-tugas yang merupakan misi organisasi
tersebut dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan prinsip dan tujuan organisasi.
Dilihat dari segi hubungan wewenang dan tanggung jawab pada Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Bali dapat
dikatakan bahwa struktur organisasinya memakai bentuk organisasi garis yaitu
dimana perintah datang dari atasan kepada bawahan yang berjalan satu arah,
demikian juga bawahannya bertanggung jawab kepada atasan yang
membawahinya, kemudian kepada pimpinan. Adapun Struktur Organisasi Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Bali dapat dilihat
pada Gambar 3.1
24
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan TerpaduSatu Pintu Provinsi Bali
Sumber : Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu ProvinsiBali Tahun 2018.
3.1.4 Uraian Tugas Struktur Organisasi
1) Kepala Dinas mempunyai tugas :
(1) Menyelenggarakan perumusan dan penetapan program kerja Dinas;
(2) Membimbing dan memberi petunjuk kepada bawahan sesuai dengan
pedoman dan ketentuan yang berlaku;
(3) Menilai prestasi kerja bawahan;
(4) Menyelenggarakan perumusan kebijakan teknis di bidang penanaman
modal dan pelayanan terpadu satu pintu;
(5) Menyelenggarakan urusan pemerintahan provinsi di bidang
penanaman modal dan pelayanan terpadu satu pintu, meliputi
25
perencanaan, pengembangan iklim penanaman modal, promosi
penanaman modal, pengendalian pelaksanaan penanaman modal,
penyelenggaraan pelayanan perizinan dan non perizinan,dan
pengaduan, kebijakan dan pelaporan layanan;
(6) Menyelenggarakan koordinasi pelaksanaan urusan pemerintahan
provinsi dibidang penanaman modal dan pelayanan terpadu satu pintu;
(7) Menyelenggarakan pembinaan dan pengendalian teknis serta
pelaksanaan urusan pemerintahan provinsi dibidang penanaman modal
dan pelayanan terpadu satu pintu;
(8) Menyelenggarakan pengembangan di bidang penanaman modal dan
pelayanan terpadu satu pintu;
(9) Menyelenggarkan koordinasi dan kerjasama dengan instansi
pemerintah, swasta dan lembaga terkait lainnya, dalam dan luar negeri
di bidang penanaman modal dan pelayanan terpadu satu pintu;
(10) Menyelenggarakan monitoring pelaksanaan urusan pemerintahan
provinsi di bidang penanaman modal dan pelayanan terpadu satu pintu;
(11) Menyelenggarakan pembinaan administrasi dan pengadministrasian
Dinas;
(12) Menyelenggarakan perumusan bahan penyusunan Indikator Kinerja
Utama (IKU), Rencana Strategis (RENSTRA), Rencana Kerja
(RENJA), Rencana Kinerja Tahunan (RKT), Rencana Kerja Anggaran
(RKA), Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA), Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dan Perjanjian Kinerja, serta Laporan
26
Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP), Laporan Keterangan Pertanggung
Jawaban (LKPJ), dan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
(LPPD) lingkup Dinas;
(13) Menyelenggarakan Tindak Lanjut Laporan Hasil Pemeriksaan
lingkup Dinas;
(14) Menyelenggarakan verifikasi, menyampaikan rekomendasi dan
pemantauan terhadap permohonan dan realisasi bantuan keuangan dan
hibah/bantuan sosial di bidang penanaman modal dan pelayanan
terpadu satu pintu;
(15) Menyelenggarakan penyampaian saran pertimbangan mengenai
bidang penanaman modal dan pelayanan terpadu satu pintu sebagai
bahan penetapan kebijakan Pemerintah Daerah;
(16) Menyelenggarakan evaluasi dan pelaporan Dinas;
(17) Melaksanakan sistem pengendalian intern pemerintah;
(18) Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan
sesuai dengan pedoman dan ketentuan yang berlaku; dan
(19) Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Gubernur melalui
Sekretaris Daerah.
2) Sekretaris mempunyai tugas :
(1) Menyelenggarakan pengkajian program kerja Sekretariat dan Dinas;
(2) Memimpin seluruh kegiatan Sekretariat;
(3) Membimbing dan memberi petunjuk kepada bawahan sesuai dengan
pedoman dan ketentuan yang berlaku;
27
(4) Menilai prestasi kerja bawahan;
(5) Menyelenggarakan koordinasi dan menghimpun bahan kebijakan
teknis di bidang penanaman modal dan pelayanan terpadu satu pintu,
yang dilaksanakan oleh Bidang-Bidang;
(6) Menyelenggarakan perencanaan dan pelaporan;
(7) Menyelenggarakan pelayanan administrasi keuangan meliputi
penganggaran, penatausahaan, serta pengelolaan sistem akuntansi dan
pelaporan keuangan Dinas;
(8) Menyelenggarakan pelayanan administrasi kepegawaian meliputi
pengusulan formasi, mutasi, pengembangan karir dan kompetensi,
pembinaan disiplin, kesejahteraan pegawai serta pensiun pegawai
Dinas;
(9) Mengkoordinasikan kajian dan pelaksanaan analisis jabatan dan
pengukuran beban kerja;
(10) Menyelenggarakan pelayanan administrasi umum meliputi
ketatausahaan, kerumahtanggaan, pengelolaan barang/aset,
kehumasan, pengelolaan dan pelayanan sistem informasi, keprotokolan
serta pengelolaan perpustakaan dan kearsipan Dinas;
(11) Menyelenggarakan pengkajian bahan penataan kelembagaan dan
ketatalaksanaan Dinas;
(12) Menyelenggarakan koordinasi penyusunan bahan rancangan dan
pendokumentasian peraturan perundang-undangan lingkup Dinas;
28
(13) Menyelenggarakan pengumpulan dan pengolahan bahan Indikator
Kinerja Utama (IKU), Rencana Strategis (RENSTRA), Rencana Kerja
(RENJA), Rencana Kinerja Tahunan (RKT), Rencana Kerja Anggaran
(RKA), Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA), Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dan Perjanjian Kinerja, serta Laporan
Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP), Laporan Keterangan Pertanggung
Jawaban (LKPJ), dan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
(LPPD) lingkup Dinas;
(14) Menyelenggarakan koordinasi dan mengolah bahan Tindak Lanjut
Laporan Hasil Pemeriksaan lingkup Dinas;
(15) Menyelenggarakan koordinasi dan pengkajian bahan verifikasi, bahan
rekomendasi dan pemantauan terhadap permohonan dan realisasi
bantuan keuangan dan hibah/bantuan sosial di bidang penanaman
modal dan pelayanan terpadu satu pintu;
(16) Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan
pengambilan kebijakan;
(17) Menyelenggarakan evaluasi dan pelaporan Sekretariat dan Dinas;
(18) Melaksanakan sistem pengendalian intern pemerintah;
(19) Melaksanakan tugas kedinasan lainya yang ditugaskan oleh atasan
sesuai dengan pedoman dan ketentuan yang berlaku; dan
(20) Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Dinas.
3) Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas :
(1) Menyusun rencana dan program kerja Sub Bagian;
29
(2) Membimbing dan memberi petunjuk kepada bawahan sesuai dengan
pedoman dan ketentuan yang berlaku;
(3) Menilai prestasi kerja bawahan;
(4) Melakukan penyusunan anggaran/pembiayaan kegiatan di Sub Bagian
untuk disampaikan kepada Sekretaris;
(5) Melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan hasil pelaksana
kegiatan di Sub Bagian setiap : bulan, triwulan, semester dan tahunan
untuk disampaikan kepada Sekretaris;
(6) Melaksanakan penerimaan, pendistribusian dan pengiriman surat;
(7) Melaksanakan urusan rumah tangga;
(8) Melaksanakan administrasi Pegawai ASN;
(9) Penatausahaan barang milik daerah;
(10) Menyiapkan bahan telaahan, kajian dan analisis pelaksanaan struktur
organisasi, ketatalaksanaan, analisis jabatan dan pengukuran beban
kerja;
(11) Menyiapkan dan meneliti bahan penyusunan produk hukum daerah,
kehumasan dan keprotokolan;
(12) Melaksanakan sistem pengendalian intern pemerintah;
(13) Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan
sesuai dengan pedoman dan ketentuan yang berlaku; dan
(14) Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Sekretaris.
4) Kepala Sub Bagian Penyusunan Program, Keuangan, Evaluasi, dan
Pelaporan mempunyai tugas :
30
(1) Menyusun rencana dan program kerja Sub Bagian;
(2) Membimbing dan memberi petunjuk kepada bawahan sesuai dengan
pedoman dan ketentuan yang berlaku;
(3) Menilai prestasi kerja bawahan;
(4) Melakukan penyusunan anggaran/pembiayaan kegiatan di Sub Bagian
untuk disampaikan kepada Sekretaris;
(5) Menghimpun penyusunan anggaran/pembiayaan kegiatan pada
sekretariat dan masing-masing bidang untuk disampaikan kepada
Sekretaris;
(6) Menghimpun dan memverifikasi hasil monitoring, evaluasi dan
pelaporan pelaksanaan kegiatan pada sekretariat dan masing-masing
bidang setiap; bulan, triwulan, semester dan tahunan untuk
disampaikan kepada Sekretaris;
(7) Menghimpun bahan kebijakan dan menyusun Indikator Kinerja Utama
(IKU), Rencana Strategis (RENSTRA), Rencana Kerja (RENJA),
Rencana Kinerja Tahunan (RKT), Rencana Kerja Anggaran (RKA),
Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA), Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran (DIPA) dan Perjanjian Kinerja, serta Laporan Kinerja
Instansi Pemerintah (LKIP), Laporan Keterangan Pertanggung
Jawaban (LKPJ), dan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
(LPPD) lingkup Dinas;
(8) Melaksanakan pengurusan gaji pegawai dan tunjangan lainnya;
(9) Melaksanakan penata usahaan keuangan;
31
(10) Melaksanakan pengawasan keuangan;
(11) Menyusun dan menyampaikan laporan pertanggungjawaban
keuangan;
(12) Melaksanakan sistem pengendalian intern pemerintah;
(13) Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan
sesuai dengan pedoman dan ketentuan yang berlaku; dan
(14) Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Sekretaris.
5) Kepala Bidang Perencanaan dan Pengembangan Iklim Penanaman Modal,
mempunyai tugas :
(1) Menyusun rencana dan program kerja Bidang;
(2) Mengkoordinasikan program kerja masing-masing Seksi;
(3) Mengkoordinasikan para Kepala Seksi;
(4) Membimbing dan memberi petunjuk kepada Kepala Seksi dan
bawahan sesuai dengan pedoman dan ketentuan yang berlaku;
(5) Menilai prestasi kerja bawahan;
(6) Mengkoordinasikan penyusunan anggaran/pembiayaan kegiatan pada
Bidang untuk disampaikan kepada Kepala Dinas melalui Sekretaris;
(7) Mengkoordinasikan hasil monitoring, evaluasi dan pelaporan hasil
pelaksanaan kegiatan di Bidang setiap : bulan, triwulan, semester dan
tahunan untuk disampaikan kepada Kepala Dinas melalui Sekretaris;
(8) Mengkaji, menyusun dan pengusulan deregulasi/kebijakan penanaman
modal lingkup daerah;
32
(9) Mengembangkan potensi dan peluang penanaman modal lingkup
daerah dengan memberdayakan badan usaha melalui penanaman
modal, antara lain meningkatkan kemitraan dan daya saing penanaman
modal lingkup daerah;
(10) Melaksanakan verifikasi/validasi, pengolahan, analisa dan evaluasi
data perizinan dan non perizinan Penanaman Modal;
(11) Membangun dan mengembangkan serta pengelolaan system informasi
penanaman modal;
(12) Melaksanakan sistem pengendalian intern pemerintah;
(13) Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan
sesuai dengan pedoman dan ketentuan yang berlaku; dan
(14) Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Dinas melalui
Sekretaris.
6) Kepala Bidang Promosi Penanaman Modal, mempunyai tugas :
(1) Menyusun rencana dan program kerja Bidang;
(2) Mengkoordinasikan program kerja masing-masing Seksi;
(3) Mengkoordinasikan para Kepala Seksi;
(4) Membimbing dan memberi petunjuk kepada Kepala Seksi dan
bawahan sesuai dengan pedoman dan ketentuan yang berlaku;
(5) Menilai prestasi kerja bawahan;
(6) Mengkoordinasikan penyusunan anggaran/pembiayaan kegiatan pada
Bidang untuk disampaikan kepada Kepala Dinas melalui Sekretaris;
33
(7) Mengkoordinasikan hasil monitoring, evaluasi dan pelaporan hasil
pelaksanaan kegiatan di Bidang setiap : bulan, triwulan, semester dan
tahunan untuk disampaikan kepada Kepala Dinas melalui Sekretaris;
(8) Menyusun dan mengembangkan kebijakan/strategi promosi
penanaman modal lingkup daerah;
(9) Merencanakan kegiatan promosi penanaman modal di dalam dan luar
negeri;
(10) Menyusun bahan, sarana dan prasarana promosi penanaman modal;
(11) Melaksanakan sistem pengendalian intern pemerintah;
(12) Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan
sesuai dengan pedoman dan ketentuan yang berlaku; dan
(13) Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Dinas melalui
sekretaris.
7) Kepala Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal, mempunyai
tugas :
(1) Menyusun rencana dan program kerja Bidang;
(2) Mengkoordinasikan program kerja masing-masing Seksi;
(3) Mengkoordinasikan para Kepala Seksi;
(4) Membimbing dan memberi petunjuk kepada Kepala Seksi dan
bawahan sesuai dengan pedoman dan ketentuan yang berlaku;
(5) Menilai prestasi kerja bawahan;
(6) Mengkoordinasikan penyusunan anggaran/pembiayaan kegiatan pada
Bidang untuk disampaikan kepada Kepala Dinas melalui Sekretaris;
34
(7) Mengkoordinasikan hasil monitoring, evaluasi dan pelaporan hasil
pelaksanaan kegiatan di Bidang setiap: bulan, triwulan, semester dan
tahunan untuk disampaikan kepada Kepala Dinas melalui Sekretaris;
(8) Melaksanakan pemantauan realisasi penanaman modal;
(9) Melaksanakan pembinaan dan fasilitasi penyelesaian permasalahan
penanaman modal;
(10) Melaksanakan pengawasan kepatuhan dan kewajiban penanaman
modal sesuai ketentuan kegiatan usaha dan peraturan perundang-
undangan;
(11) Melaksanakan sistem pengendalian intern pemerintah;
(12) Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan
sesuai dengan pedoman dan ketentuan yang berlaku; dan
(13) Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Dinas melalui
Sekretaris.
8) Kepala Bidang Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan
A, mempunyai tugas :
(1) Menyusun rencana dan program kerja Bidang;
(2) Mengkoordinasikan program kerja masing-masing Seksi;
(3) Mengkoordinasikan para Kepala Seksi;
(4) Membimbing dan memberi petunjuk kepada Kepala Seksi dan
bawahan sesuai dengan pedoman dan ketentuan yang berlaku;
(5) Menilai prestasi kerja bawahan;
35
(6) Mengkoordinasikan penyusunan anggaran/pembiayaan kegiatan pada
Bidang untuk disampaikan kepada Kepala Dinas melalui Sekretaris;
(7) Mengkoordinasikan hasil monitoring, evaluasi dan pelaporan hasil
pelaksanaan kegiatan di Bidang setiap : bulan, triwulan, semester dan
tahunan untuk disampaikan kepada Kepala Dinas melalui Sekretaris;
(8) Mengkoordinir perencanaan penyelenggaraan pelayanan perizinan dan
nonperizinan yang meliputi Bidang Kesehatan, PU/ESDM,
Perhubungan dan Infokom, Lingkungan Hidup, Kehutanan,
Perkebunan, Peternakan, dan Kelautan dan Perikanan;
(9) Memimpin penyelenggaraan pelayanan perizinan dan nonperizinan
yang meliputi Bidang Kesehatan, PU/ESDM, Perhubungan dan
Infokom, Lingkungan Hidup, Kehutanan, Perkebunan, Peternakan; dan
Kelautan dan Perikanan;
(10) Mengkoordinir penyusunan laporan pelayanan perizinan dan
nonperizinan yang meliputi Bidang Kesehatan, PU/ESDM,
Perhubungan dan Infokom, Lingkungan Hidup, Kehutanan,
Perkebunan, Peternakan; dan Kelautan dan Perikanan;
(11) Melaksanakan sistem pengendalian intern pemerintah;
(12) Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan
sesuai dengan pedoman dan ketentuan yang berlaku; dan
(13) Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Dinas melalui
Sekretaris.
36
9) Kepala Bidang Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan
B, mempunyai tugas :
(1) Menyusun rencana dan program kerja Bidang;
(2) Mengkoordinasikan program kerja masing-masing Seksi;
(3) Mengkoordinasikan para Kepala Seksi;
(4) Membimbing dan memberi petunjuk kepada Kepala Seksi dan
bawahan sesuai dengan pedoman dan ketentuan yang berlaku;
(5) Menilai prestasi kerja bawahan;
(6) Mengkoordinasikan penyusunan anggaran/pembiayaan kegiatan pada
Bidang untuk disampaikan kepada Kepala Dinas melalui Sekretaris;
(7) Mengkoordinasikan hasil monitoring, evaluasi dan pelaporan hasil
pelaksanaan kegiatan di Bidang setiap : bulan, triwulan, semester dan
tahunan untuk disampaikan kepada Kepala Dinas melalui Sekretaris;
(8) Mengkoordinir perencanaan penyelenggaraan pelayanan perizinan dan
non perizinan yang meliputi Bidang Kesatuan Bangsa dan Politik,
Sosial, Koperasi, Pariwisata, Kebudayaan, Penanaman Modal,
Perindustrian, Perdagangan, dan Ketenagakerjaan;
(9) Memimpin penyelenggaraan pelayanan perizinan dan nonperizinan
yang meliputi Bidang Kesatuan Bangsa dan Politik, Sosial, Koperasi,
Pariwisata, Kebudayaan, Penanaman Modal, Perindustrian,
Perdagangan, dan Ketenagakerjaan;
(10) Mengkoordinir penyusunan laporan pelayanan perizinan dan
nonperizinan yang meliputi Bidang Kesatuan Bangsa dan Politik,
37
Sosial, Koperasi, Pariwisata, Kebudayaan, Penanaman Modal,
Perindustrian, Perdagangan, dan Ketenagakerjaan;
(11) Melaksanakan sistem pengendalian intern pemerintah;
(12) Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan
sesuai dengan pedoman dan ketentuan yang berlaku; dan
(13) Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Dinas melalui
Sekretaris.
10) Kepala Bidang Pengaduan, Kebijakan, dan Pelaporan Layaan, mempunyai
tugas :
(1) Menyusun rencana dan program kerja Bidang;
(2) Mengkoordinasikan program kerja masing-masing Seksi;
(3) Mengkoordinasikan para Kepala Seksi;
(4) Membimbing dan memberi petunjuk kepada Kepala Seksi dan
bawahan sesuai dengan pedoman dan ketentuan yang berlaku;
(5) Menilai prestasi kerja bawahan;
(6) Mengkoordinasikan penyusunan anggaran/pembiayaan kegiatan pada
Bidang untuk disampaikan kepada Kepala Dinas melalui Sekretaris;
(7) Mengkoordinasikan hasil monitoring, evaluasi dan pelaporan hasil
pelaksanaan kegiatan di Bidang setiap : bulan, triwulan, semester dan
tahunan untuk disampaikan kepada Kepala Dinas melalui Sekretaris;
(8) Mengkoordinir perencanaan penyelenggaraan pelayanan informasi,
penangananan pengaduan, pengendalian, pelayanan secara elektronik
38
(PSE), peningkatan mutu layanan dan pelaporan pelayanan perizinan
dan nonperizinan;
(9) Memimpin penyelenggaraan pelayanan informasi, penangananan
pengaduan, pengendalian, pelayanan secara elektronik (PSE),
peningkatan mutu layanan dan pelaporan pelayanan perizinan dan
nonperizinan;
(10) Mengkoordinir penyusunan laporan pelayanan informasi,
penangananan pengaduan, pengendalian, pelayanan secara elektronik
(PSE), peningkatan mutu dan pelayanan perizinan dan nonperizinan;
(11) Melaksanakan sistem pengendalian intern pemerintah;
(12) Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang ditugaskan oleh atasan
sesuai dengan pedoman dan ketentuan yang berlaku; dan
(13) Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Dinas melalui
Sekretaris.
3.2 Analisis Sesuai dengan Tujuan Penelitian
Pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi
Bali, penulis melakukan penelitian mengenai bagaimana analisis realisasi
anggaran pendapatan dan belanja berbasis kinerja. Pendapatan dan belanja dalam
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) yang digunakan sebagai perbandingan tingkat
efisiensi. Laporan Realisasi Anggaran (LRA) pada Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Bali yang terdiri dari Pendapatan Asli
Daerah (PAD) seperti Pendapatan Retribusi Daerah, dan Belanja Operasi seperti
39
Belanja Pegawai dan Belanja Barang dan Jasa yang digambarkan dengan tabel
sebagai berikut :
Tabel 3.1 Struktur LRA Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu SatuPintu Provinsi Bali Tahun Anggaran 2016.
NO URAIAN ANGGARAN REFFCALK
TAHUN 2016
1 2 3 4 5
1 PENDAPATAN 725,310,000.005.1.1.
699,600,000.00
2PENDAPATAN ASLIDAERAH 725,310,000.00
5.1.1.1699,600,000.00
3 Pendapatan Retribusi Daerah 725,310,000.005.1.1.1.1
699,600,000.00
4 BELANJA 11,142,591,534.00 5.1.2. 10,370,024,631.00
5 BELANJA OPERASI 10,976,841,534.005.1.2.1.
10,216,992,131.00
6 Belanja Operasi 8,888,383,014.005.1.2.1.1.
8,252,813,473.00
7 Belanja Barang dan Jasa 2,088,458,520.005.1.2.1.2.
1,964,178,658.00
8 BELANJA MODAL 165,750,000.005.1.2.2.
153,032,500.00
9 Belanja Peralatan dan Mesin 144,300,000.005.1.2.2.1.
131,892,500.00
10Belanja Jalan, Irigasi danJaringan 21,450,000.00
5.1.2.2.2.21,140,000.00
11 SURPLUS/(DEFISIT) (10,417,281,534.00) (9,670,424,631.00)Sumber : Catatan Atas Laporan Keuangan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Bali 2016.
Berikut penjelasan Laporan Realisasi Anggaran selama tahun 2016 :
Pendapatan tahun anggaran 2016 secara keseluruhan ialah sebesar Rp.
699.600.000,00 dari target anggaran yang sebelumnya diharapkan sebesar Rp.
725.310.000,00. Yang termasuk ke dalam pendapatan daerah salah satunya
40
pendapatan asli daerah. Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan yang
bersumber dari pemanfaatan potensi sumber daya daerah yang dimiliki oleh
pemerintah daerah maupun yang terdapat di wilayah daerah bersangkutan, yang
mana pemungutannya merupakan tanggung jawab pemerintah daerah. Adapun
komponen pendapatan retribusi daerah dapat dilihat dari tabel berikut :
Tabel 3.2 Uraian Pendapatan Retribusi Daerah Dinas Penanaman Modal danPelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Bali Tahun Anggaran 2016.
NO URAIANANGGARAN
SETELAHPERUBAHAN
REALISASI
(Rp) %
1RetribusiPemakaianKekayaan Daerah 3,600,000.00 3,600,000.00 100.00
2 Retribusi IzinPerikanan 721,710,000.00 696,000,000.00 96.44
Jumlah 725,310,000.00 699,600,000.00 96.46Sumber : Catatan Atas Laporan Keuangan DPMPTSP Provinsi Bali.
Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah dengan target anggaran setelah
perubahan sebesar Rp3.600.000,00 terealisasi sebesar Rp3.600.000,00 atau
100% dan Retribusi Izin Perikanan dengan target anggaran setelah perubahan
sebesar Rp721.710.000,00 terealisasi sebesar 696.000.000,00 atau 96,44%.
Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat adanya selisih antara target anggaran
dengan realisasinya, dimana realisasinya lebih kecil daripada target anggarannya.
Hal ini dikarenakan adanya penundaan penerbitan perizinan perikanan yang
hubungannya dengan penerapan mekanisme basis data kapal perikanan secara
online lingkup nasional yaitu SIMKADA (Sistem Informasi Izin Kapal Daerah)
yang dibuat oleh Kementrian Kelautan dan Perikanan RI.
41
Sedangkan Belanja pada tahun 2016 yang terdiri dari Belanja operasi dan
Belanja modal. Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa termasuk dalam pos
belanja operasi, kemudian Belanja Peralatan dan Mesin; Belanja Jalan, Irigasi,
dan Jaringan termasuk dalam pos Belanja Modal. Anggaran belanja tahun 2016
terealisasi sebesar Rp 10.370.024.631,00 dari target anggaran yang sebelumnya
diharapkan sebesar Rp 11.142.591.534,00. Berikut penjelasan pos belanja
operasi:
1. Belanja Pegawai, merupakan dana yang dikeluarkan untuk gaji dan
tunjangan pegawai tetap, tambahan penghasilan PNS, dan insentif
pemungutan retribusi daerah. Belanja pegawai yang ditargetkan dengan
anggaran sebesar Rp 8.888.383.014,00 kemudian terealisasi sebesar Rp
8.252.813.473,00 sehingga diperoleh selisih anggaran mencapai sebesar
Rp 635.569.514,00. Realisasi belanja pegawai yang lebih kecil daripada
target anggaran disebabkan karena belum adanya perubahan jumlah
pegawai tetap dan tidak adanya penambahan biaya tunjangan-tunjangan
dari tahun sebelumnya.
2. Belanja Barang dan Jasa, ialah pengeluaran dana untuk belanja alat tulis
kantor, jasa perawatan alat, sewa perlengkapan dan peralatan kantor, dan
sebagainya. Sebelumnya ditargetkan dengan anggaran sebesar Rp
2.088.458.520,00 kemudian terealisasi sebesar Rp 1.964.178.658,00
sehingga diperoleh selisih anggaran sebesar Rp 124.279.862,00.
Berikut penjelasan pos belanja modal:
42
1. Belanja Peralatan dan Mesin, merupakan pengeluaran untuk pengadaan
peralatan dan mesin yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan antara
lain biaya pembelian, biaya pengangkutan, biaya instalasi, serta biaya
langsung lainnya untuk memperoleh dan mempersiapkan sampai
peralatan dan mesin tersebut siap digunakan. Sebelumnya ditargetkan
dengan anggaran sebesar Rp 131.892.500,00 kemudian terealisasi sebesar
Rp 144.300.000,00 sehingga diperoleh selisih anggaran sebesar Rp
12.407.500,00.
2. Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan, Pengeluaran untuk memperoleh jalan
dan jembatan, irigasi dan jaringan sampai siap pakai meliputi biaya
perolehan atau biaya kontruksi dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan
sampai jalan dan jembatan, irigasi dan jaringan tersebut siap pakai.
Belanja jalan, irigasi dan jaringan yang ditargetkan dengan anggaran
sebesar Rp 21.450.000,00 kemudian terealisasi sebesar Rp 21.140.000,00
sehingga diperoleh selisih anggaran mencapai sebesar Rp 310.000,00.
Berdasarkan konsep value for money yang sudah di jelaskan pada
tinjauan teoritis. Penulis dapat menganalisis bahwa pengukuran kinerja value for
money pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan terpadu Satu Pintu
(DPMPTSP) sudah berjalan dengan efisien. Berdasarkan Laporan Realisasi
Anggaran Tahun 2016 ini ditunjukkan adanya penggunaan input terendah untuk
mencapai output tertentu, yang dapat dilihat dari belanja operasi maupun belanja
modal.
43
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
Seluruh uraian dan pembahasan yang dikemukakan pada Bab III
berdasarkan tinjauan yang di lakukan penulis berkaitan dengan Analisis Realisasi
Anggaran Pendapatan dan Belanja Berbasis Kinerja Pada Dinas Penanaman
Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Bali, maka penulis dapat
menarik kesimpulan bahwa Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah tahun 2016 ini telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun
2010. Bisa ditarik kesimpulan bahwa secara umum anggaran yang terealisasi pada
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi (DPMPTSP)
sudah diterapkan secara efisien namun belum efektif, bisa dilihat pada tabel pos
belanja yaitu realisasinya lebih kecil daripada target anggaran. Sedangkan pada
tabel pos pendapatan yaitu realisasinya lebih kecil daripada target anggarannya
dikarenakan adanya penundaan penerbitan perizinan perikanan yang
hubungannya dengan penerapan mekanisme basis data kapal perikanan secara
online lingkup nasional yaitu SIMKADA (Sistem Informasi Izin Kapal Daerah)
yang dibuat oleh Kementrian Kelautan dan Perikanan RI.
4.1 Saran
Saran yang di berikan sebagai rekomendasi kepada Dinas Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Bali adalah :
44
1. Tetap menerapkannya sistem laporan keuangan SKPD sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tanggal 22 Oktober 2010
tentang Standar Akuntansi Pemerintaham (SAP).
2. Meningkatkan transparansi publik agar bisa lebih dijabarkan lagi apa
saja potensi-potensi yang ditimbulkan dalam masing-masing pos
pendapatan dan belanja sehingga di dapat angka yang wajar seperti yang
tertera pada realisasi dan target dengan kenyataan yang ada di daerah
agar program kerja dapat dicapai dan di realisasikan sesuai dengan apa
yang diharapkan.
3. Peningkatan SIMKADA (Sistem Informasi Izin Kapal Daerah) agar
meminimalisir terjadinya penundaan penerbitan perizinan yang akan
mempengaruhi pendapatan retribusi daerah.
Saran untuk peneliti berikutnya :
1. Peneliti berikutnya diharapkan dapat menemukan faktor lain yang dapat
mempengaruhi efisiensi dan efektivitas kinerja pada DPMPTSP Provinsi
Bali.
2. Peneliti berikutnya diharapkan dapat menemukan solusi untuk
peningkatan sistem pada DPMPTSP Provinsi Bali.
45
DAFTAR PUSTAKA
Halim, Abdul. 2004. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah.Jakarta. Salemba Empat.
Halim, Abdul. 2008. Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta. Salemba Empat.
Halim, Abdul, Muhammad Iqbal., 2012. Pengelolaan Keuangan Daerah.Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.
Kaho, Josef Riwu. 2005. Prospek Otonomi Daerah di Negara RepublikIndonesia:Identifikasi Faktor-Faktor yang mempengaruhi PenyelenggaraanOtonomi Daerah. Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada.
Mahmudi. 2013. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Edisi Kedua. Yogyakarta.Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.
Mahsun, M. 2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Edisi Pertama. Yogyakarta.BPFE.
Mardiasmo. 2004. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta :Andi Offset
Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik.Yogyakarta. Andi Offset
Makka Al Harry et all. 2015. Analisis Kinerja Belanja Daerah Dalam LaporanRealisasi Anggaran Pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan DanAset Daerah Di Kota Kotamobagu. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume15 No. 04 Tahun 2015
Nordiawan Dedi. 2010. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta : Salemba Empat.
Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Pasal 1 ayat 7 tentang DanaPerimbangan.
Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 2 Tahun 2008, tentang Susunan Organisasidan Perangkat Daerah Provinsi Bali.
Peraturan Pemerintah No.71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahyang disajikan berdasarkan PSAP No.02.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2011 Tentang AnggaranPendapatan dan Belanja Daerah.
46
Rudianto. (2009). Akuntansi Manajemen. Yogyakarta: Grasindo.
Sugiyono, (2008). Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. BandungAlfabeta.
Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 8 tentang Keuangan Negara.
Undang-Undang No.1 Tahun 2003 tentang Perbendaharaan menegaskan ataspelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang PerimbanganKeuangan Republik Indonesia.
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Pasal 157 tentang sumber-sumberPendapatan Asli Daerah.
47
LAMPIRAN
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu SatuPintu Provinsi Bali
Tabel 3.1 Struktur LRA Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu SatuPintu Provinsi Bali Tahun Anggaran 2016.
REFFCALK
1 2 3 4 5
1 PENDAPATAN 725,310,000.00 5.1.1. 699,600,000.002 PENDAPATAN ASLI DAERAH 725,310,000.00 5.1.1.1. 699,600,000.003 Pendapatan Retribusi Daerah 725,310,000.00 5.1.1.1.1. 699,600,000.00
4 BELANJA 11,142,591,534.00 5.1.2. 10,370,024,631.005 BELANJA OPERASI 10,976,841,534.00 5.1.2.1. 10,216,992,131.006 Belanja Pegawai 8,888,383,014.00 5.1.2.1.1. 8,252,813,473.007 Belanja Barang dan Jasa 2,088,458,520.00 5.1.2.1.2. 1,964,178,658.008 BELANJA MODAL 165,750,000.00 5.1.2.2. 153,032,500.009 Belanja Peralatan dan Mesin 144,300,000.00 5.1.2.2.1. 131,892,500.00
10 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 21,450,000.00 5.1.2.2.2. 21,140,000.00
11 SURPLUS / (DEFISIT) (10,417,281,534.00) (9,670,424,631.00)Catatan atas Laporan Keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam laporan keuangan ini.
TAHUN 2016NO URAIAN ANGGARAN
48
Tabel 3.2 Uraian Pendapatan Retribusi Daerah Dinas Penanaman Modal dan PelayananTerpadu Satu Pintu Provinsi Bali Tahun Anggaran 2016.
Rp %
1Retribusi PemakaianKekayaan Daerah 3,600,000.00 3,600,000.00 100.00
2 Retribusi IzinPerikanan
721,710,000.00 696,000,000.00 96.44
725,310,000.00 699,600,000.00 96.46
No. URAIANAnggaran setelah
Perubahan
Realisasi
Jumlah