analisis pengambilan keputusan pesanan khusus …
Post on 16-Oct-2021
15 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN
KHUSUS DENGAN MENGGUNAKAN VARIABLE
COSTING PADA CV. CITA NASIONAL
Oleh :
SRI YATUN
NIM : 232011137
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Guna Memenuhi Sebagian dari
Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI
FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
ii
iii
iv
v
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Setiap perusahaan baik perusahaan jasa, dagang dan manufaktur selalu
berusaha agar tetap hidup dan berkembang. Untuk tetap hidup dan berkembang,
perusahaan harus ditunjang dengan laba yang diperoleh dari usahanya.
Perkembangan usaha perusahaan seringkali didorong oleh keinginan untuk
memperluas pasar, baik perluasan dari sudut konsumen yang baru dilayani,
perluasan daerah pemasaran yang harus dijangkau perusahaan, serta para pesaing
yang memberikan tantangan tersendiri untuk dihadapi, tidak terkecuali pada
perusahaan manufaktur. Hal ini menjadi salah satu penyebab terjadinya
persaingan yang semakin ketat dalam dunia bisnis, terutama bagi perusahaan-
perusahaan yang menghasilkan dan dengan adanya persaingan maka perusahaan harus
mengatur dan mengelola sumber keuangan secara cermat dan tepat agar perusahaan
dapat mempertahankan eksistensi usahanya memproduksi produk yang sejenis.
Harga pokok produksi adalah bagaimana memperhitungkan biaya kepada
suatu produk atau pesanan, yang dapat dilakukan dengan cara memasukkan seluruh
biaya produksi atau hanya memasukkan unsur biaya produksi variabel saja.
Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis menfokuskan pada penentuan harga
pokok produksi dengan menggunakan variable costing yang digunakan sebagai alat
untuk pengambilan keputusan manajemen. Metode variable costing adalah
merupakan metode alternatif untuk menghitung harga pokok produksi, yang
memisahkan informasi biaya menurut perilaku dalam hubungannya dengan
perubahan volume kegiatan. Metode variable costing ini mampu menghasilkan
informasi yang bermanfaat bagi manajemen dalam perencanaan laba jangka,
pengendalian biaya tetap yang lebih baik dan pengambilan keputusan jangka pendek.
Manajemen dalam mengambil suatu keputusan haruslah memiliki perencanaan
yang matang. Dengan perencanaan tersebut manajemen dihadapkan pada
pengambilan keputusan yang menyangkut pemilihan berbagai macam alternatif.
2
Berhasil atau tidaknya dalam mencapai tujuan perusahaan ditandai dengan
kemampuan manajemen dalam melihat kemungkinan dan kesempatan di masa yang
akan datang baik itu jangka pendek maupun jangka panjang. Pengambilan keputusan
adalah memilih salah satu diantara beberapa alternatif tindakan yang ada.
Pengambilan keputusan menggambarkan proses serangkaian kegiatan yang dipilih
sebagai penyelesaian masalah tertentu. Menurut Sunarto (2010) pengambilan
keputusan menurut waktu kegunaannya terbagi dalam kelompok jangka pendek dan
jangka panjang. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan
harus mempertimbangkan semua faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan
antara lain: faktor biaya, faktor modal, kapasitas produksi yang tersedia, harga bahan
mentah, dan tenaga kerja.
Berkaitan dengan uraian tersebut di atas, maka penulis melakukan penelitian
pada perusahaan CV. Cita Nasional yang merupakan sebuah perusahaan yang
bergerak di bidang produksi susu yakni memproduksi susu dan yoghurt, untuk
perhitungan biaya produksinya menggunakan metode full costing. Dengan metode ini
perusahaan sering mengalami kesulitan dalam melakukan pengambilan keputusan
jangka pendek khususnya untuk penawaran pesanan khusus. Oleh karena itu dalam
melakukan kegiatan produksi, seharusnya perusahaan menggunakan penentuan harga
pokok produksi dengan menggunakan metode variable costing khususnya dalam
pengambilan keputusan menerima atau menolak pesanan khusus. Dengan
menggunakan variable costing dalam menghitung biaya produksi, maka perusahaan
dapat mengelompokkan biaya berdasarkan perilaku biaya, dimana biaya-biaya
dipisahkan menurut kategori biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead
pabrik, dan dipisahkan menurut fungsi-fungsi produksi, administrasi atau penjualan.
Apabila perusahaan menginginkan untuk menerima pesanan khusus maka perlu
dipertimbangkan bagi perusahaan karena hanya membebankan unsur biaya variabel
saja dalam menghitung harga pokok produksi.
CV. Cita Nasional melakukan perencanaan produksi berdasarkan hasil
penjualan periode sebelumnya, sehingga mungkin menyebabkan terjadinya waktu
3
produksi yang tidak optimal. Waktu produksi yang tidak optimal bisa juga terjadi
karena jam tenaga kerja yang tidak dimanfaatkan dengan sebaik mungkin seperti
karyawan jarang masuk, sehingga terdapat waktu yang terbuang yang mengakibatkan
target kapasitas produksinya tidak terpenuhi atau dapat dikatakan terdapat kapasitas
yang menganggur. Pemanfaatan kapasitas menganggur dengan memenuhi pesanan
khusus mengakibatkan peningkatan biaya variabel, sementara biaya tetap tidak ikut
terpengaruh atau tidak berubah oleh keputusan menerima atau menolak keputusan
tersebut.
Berdasarkan data yang diperoleh dari perusahaan pada tahun 2014 bahwa
dalam memproduksi susu, perusahaan tidak mampu mencapai target produksi, dan
terjadi penjualan produk yang lebih rendah dibandingkan dengan unit yang
diproduksi. Sehingga terjadi kapasitas menganggur yang bisa digunakan manajemen
untuk mempertimbangkan kembali apakah suatu pesanan khusus dapat diterima atau
ditolak dengan memanfaatkan kapasitas yang menganggur tersebut. Dan perlu
dilakukan analisis differensial dalam menerima pesanan khusus diterima atau ditolak.
Tahun 2014 perusahaan mendapatkan penawaran pesanan khusus untuk jenis
susu segar nasional ukuran cup, yaitu dengan harga dibawah harga normal. Adanya
pesanan khusus tersebut selama ini perusahaan menolak pesanan dan cenderung tidak
mempunyai perhitungan khusus ketika memutuskan untuk menerima suatu pesanan di
luar produk masa yang biasa dibuat, namun disisi lain perusahaan mengharapkan
tingkat pengembalian dari penerimaan pesanan bisa melampaui biaya-biaya yang
harus dikeluarkan dalam memproduksi produk dengan harga jual yang lebih murah
dari harga jual normal.
Informasi akuntansi yang dimiliki perusahaan tidak dapat menentukan apakah
penjualan yang meningkat karena adanya pesanan khusus tersebut berdampak positif
terhadap laba perusahaan atau tidak. Perusahaan hanya melihat dari sisi harga yang
ditawarkan konsumen, jika harga tersebut jauh lebih besar dari semua biaya-biaya
yang dikeluarkan perusahaan maka pesanan khusus tersebut diterima oleh perusahaan.
4
Akan tetapi pesanan khusus yang ditawarkan yaitu harganya jauh lebih rendah
dibandingkan dengan harga jual normal biasa. Hal inilah yang menjadi permasalahan
bagi perusahaan yaitu untuk mempertimbangkan apakah menerima atau menolak
pesanan yang di luar harga jual normal.
Rumusan Masalah
Sebagaimana yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah diatas,
maka masalah pokok yang penulis angkat adalah : “Apakah metode biaya variabel
(variable costing) dapat dijadikan sebagai alat pengambilan keputusan menerima atau
menolak pesanan khusus pada CV. Cita Nasional”.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui unsur-unsur biaya yang diperhitungkan dalam komponen
biaya variabel pada CV. Cita Nasional khususnya dalam pesanan khusus susu
segar nasional ukuran cup.
b. Untuk menerapkan metode analisis biaya menurut metode variable costing
dalam pengambilan keputusan jangka pendek menerima atau menolak pesanan
khusus.
c. Untuk mengetahui apakah dengan penerapan perhitungan harga pokok
variabel dapat berpengaruh terhadap peningkatan laba.
Manfaat Penelitian
Sedangkan manfaat penelitian skripsi ini adalah :
a. Dengan adanya penelitian ini dapat memberikan alternatif dan sumbangan
pikiran bagi manajemen dalam menerapkan metode variable costing untuk
pengambilan keputusan menerima atau menolak pesanan khusus.
b. Untuk memperdalam pengetahuan penulis, di dalam menggunakan analisis
variable costing untuk pengambilan keputusan jangka pendek.
5
c. Sebagai bahan referensi bagi rekan-rekan mahasiswa khususnya pada jurusan
akuntansi yang ingin meneliti pada bidang yang sama demi pengembangan
ilmu pengetahuan.
KERANGKA TEORETIS
Pengertian biaya
Biaya dapat dipandang sebagai suatu nilai tukar yang dikeluarkan atau suatu
pengorbanan sumber daya yang dilakukan untuk mendapatkan manfaat di masa
datang. Pengorbanan tersebut dapat berupa uang atau materi lainya yang setara
nilainya kalau diukur dengan uang. Pengorbanan tersebut yang dikemukakan diatas
dapat berupa uang atau materi lainnya yang setara nilainya kalau diukur dengan uang.
Dalam pengertian yang lebih jauh lagi, biaya (cost) dapat dipisahkan menjadi aktiva
atau assets (unexpired cost) dan biaya atau expenses (expired cost).
Biaya merupakan kas atau nilai setara dengan kas yang dikorbankan untuk
barang dan jasa yang diharapkan dapat memberikan manfaat pada saat ini atau masa
mendatang bagi organisasi, disebut setara dengan kas karena sumber daya non kas
dapat ditukarkan dengan barang atau jasa yang dikehendaki. Biaya dianggap sebagai
“assets” apabila biaya tersebut belum digunakan untuk menghasilkan produk atau jasa
atau belum habis digunakan, sedangkan biaya dianggap sebagai “expenses” jika biaya
tersebut habis digunakan untuk operasional yang menghasilkan pendapatan dalam
suatu periode akuntansi. Biaya sebagai assets dicantumkan dalam neraca, sedangkan
biaya sebagai expenses dicantumkan dalam laporan laba-rugi.
Mursyidi (2008:14) menyatakan bahwa: “Biaya diartikan sebagai suatu
pengorbanan yang dapat mengurangi kas atau harta lainnya untuk mencapai tujuan,
baik yang dapat dibebankan pada saat ini maupun pada saat yang akan datang”.
Berdasarkan definisi yang dikemukakan diatas, terdapat empat unsur pokok yaitu:
6
a. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi
b. Diukur dalam satuan uang
c. Yang telah terjadi atau secara potensial akan terjadi
d. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu
Pengertian harga pokok produksi
Istilah harga pokok produksi dalam manajemen biaya atau akuntansi biaya
disebut pula sebagai biaya pokok produksi atas pembuatan suatu produk. Biaya pokok
ini terdiri dari bermacam-macam unsur biaya. Widilestariningtyas dkk (2012:15)
menjelaskan bahwa metode penentuan harga pokok produksi adalah cara
memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi. Dalam
penentuan tersebut dapat digunakan dua cara yaitu: metode full costing dan metode
variable costing.
Harga pokok produksi merupakan elemen penting untuk menilai keberhasilan
dari perusahaan dagang dan manufaktur. Harga pokok produk mempunyai kaitan erat
dengan indikator-indikator tentang sukses perusahaan, seperti misalnya laba kotor
penjualan dan laba bersih. Tergantung pada rasio antara harga jual dan harga
produknya. Perubahan harga pokok produk yang relatif kecil bisa jadi berdampak
signifikan pada indikator keberhasilannya.
Informasi harga pokok produksi yang dihitung untuk jangka waktu tertentu
bermanfaat bagi manajemen untuk menentukan harga jual produk, memantau realisasi
biaya produksi, menghitung laba atau rugi periodik, menentukan harga pokok
persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan dalam neraca. Jadi
dapat disimpulkan bahwa tujuan dan manfaat dalam penentuan harga pokok produksi
yaitu sebagai berikut:
1. Sebagai dasar dalam penetapan harga jual.
2. Sebagai alat untuk menilai efisiensi proses produksi.
3. Sebagai alat untuk memantau realisasi biaya produk.
7
4. Untuk menentukan laba atau rugi periodik.
5. Menilai dan menentukan harga pokok persediaan.
6. Sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan bisnis.
Mulyadi (2012:16) menjelaskan bahwa dalam pembuatan produk terdapat
dua kelompok biaya: biaya produksi dan biaya non produksi. Biaya produksi
merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku menjadi
produk, sedangkan biaya non produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan
untuk kegiatan non produksi, seperti kegiatan pemasaran dan kegiatan administrasi
dan umum. Biaya produksi membentuk kos produksi, yang digunakan untuk
menghitung kos produk jadi dan kos produk yang pada akhir periode akuntansi
masih dalam proses. Biaya non produksi ditambahkan pada kos produksi untuk
menghitung total kos produk.
Dengan demikian, maka harga pokok produksi adalah seluruh biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan di dalam membuat suatu produk tertentu. Salah satu
unsur yang sangat penting adalah masalah pengendalian biaya produksi sebab seperti
diketahui bahwa sering kali perusahaan di dalam memproduksi suatu bahan baku
menjadi produk jadi guna dipasarkan kepada konsumen dengan sasaran laba yang
semaksimal mungkin, sehingga untuk mengatasi masalah tersebut di atas, maka
diperlukan suatu metode penentuan harga pokok produksi yang dapat digunakan oleh
perusahaan yang bersangkutan di dalam menghitung berapakah besarnya harga pokok
produksi jika perusahaan memproduksi produk jadi dan berapa besarnya laba.
Pengertian Biaya produksi
Biaya produksi adalah biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan
baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Biaya produksi membentuk
harga pokok produksi yang digunakan untuk menghitung harga produk jadi dan harga
produk pada akhir periode akutansi masih dalam proses. Biaya produksi
biasanya terdiri dari tiga unsur yaitu bahan baku, tenaga kerja langsung dan overhead
pabrik. Biaya produksi adalah pembebanan biaya yang memenuhi tujuan manajerial
8
yang telah ditetapkan. Dengan demikian biaya produksi bergantung pada tujuan
manajerial yang hendak dicapai. Artinya biaya yang berbeda untuk tujuan yang
berbeda. Biaya produksi selanjutnya diklasifikasikan menjadi tiga elemen yakni biaya
bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead. Tiga elemen
biaya tersebut yang dapat dibebankan pada produk untuk kepentingan laporan
keuangan eksternal.
a. Biaya Bahan Baku Langsung
Biaya bahan baku langsung adalah biaya bahan baku yang dapat ditelusuri
pada barang dan jasa yang dihasilkan. Biaya dari bahan-bahan kategori ini
dapat secara langsung dikenakan pada produk karena pengamatan secara
fisik dapat digunakan untuk mengukur jumlah yang dikonsumsi oleh tiap
produk.
b. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya tenaga kerja yang dapat
ditelusuri pada barang atau penyediaan jasa yang dihasilkan. Pengamatan
fisik dapat digunakan untuk mengukur jumlah tenaga kerja yang
digunakan untuk memproduksi barang berwujud atau penyediaan jasa.
c. Biaya Overhead.
Biaya overhead adalah semua biaya produksi selain bahan baku langsung
dan tenaga kerja langsung. Banyak masukan yang diperlukan untuk
memproduksi barang atau penyediaan jasa selain bahan baku langsung dan
tenaga kerja langsung, misalnya depresiasi gedung pabrik, depresiasi
mesin pengolah, listrik, keamanan pabrik, dan lain-lain perlengkapan.
Full costing atau sering pula disebut absorption atau conventional costing
adalah metode penentuan harga pokok produksi, yang membebankan seluruh
biaya produksi, baik yang berperilaku tetap maupun variabel kepada produk. Harga
pokok produksi menurut metode full costing terdiri dari: biaya bahan baku, biaya
9
tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik tetap, biaya overhead pabrik variabel
(Lambajang, 2013).
Variable costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi
yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke
dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik variabel. Harga produk yang dihitung dengan
pendekatan variable costing terdiri dari unsur harga pokok produksi variabel
(biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel)
ditambah dengan biaya nonproduksi variabel (biaya pemasaran variabel dan
biaya administrasi dan umum variabel) dan biaya tetap (biaya overhead pabrik tetap,
biaya pemasaran tetap, biaya administrasi dan umum tetap) (Bokong et al.,2014).
Pengertian Variable Costing
Metode variable costing banyak diterapkan bagi keperluan pelaporan internal,
karena metode ini dianggap konsisten dengan asumsi perilaku biaya yang kerap
digunakan dalam pengambilan keputusan manajemen (Witjaksono 2006:102).
Berikut ini merupakan manfaat-manfaat dari variable costing:
a. Variable costing sebagai alat perencanaan laba
Perencanaan laba atau perencanaan operasi adalah rencana dari
manajemen yang meliputi seluruh tahap dari operasi dimasa yang
akan datang untuk mencapai tujuan perusahaan yang dibagi dalam
dua jenis rencana, yaitu rencana jangka pendek dan jangka
panjang. Variable costing bermanfaat dalam pembuatan rencana
jangka pendek dengan memisahkan biaya variabel dan tetap dalam
laporan rugi laba, sehingga akan diketahui contribution margin.
b. Variable costing sebagai petunjuk penentuan harga jual
Informasi contribution margin dari variable costing sangat membantu
dalam menentukan harga jual yang kompetitif, karena contribution
margin menunjukkan berapa kelebihan hasil penjualan dari biaya
10
variabel, bisa diperhitungkan dengan mengalihkan contribution
margin/unit dengan jumlah penjualan, sedangkan biaya tetap akan
tetap jumlahnya. Oleh karena itu tertutup atau tidaknya tergantung
jumlah contribution margin yang didapat. Selisih antara contribution
margin dengan biaya tetap merupakan laba.
c. Variable costing untuk pengambilan keputusan manajemen
Manajemen sering dihadapkan pada masalah pemilihan alternatif
dimana alternatif-alternatif tersebut mempunyai pengaruh terhadap
besar kecilnya laba perusahaan, seperti masalah memasuki pasar-
pasar baru, perluasan usaha, memenuhi atau tidak pesanan khusus,
membuat sendiri atau memesan bahan pembantu atau suku cadang
tertentu. Masalah ini dapat dipecahkan dengan pertolongan analisis
contribution margin.
Variable costing adalah metode akuntansi manajemen yang dipakai untuk
menghitung biaya produk. Laporan laba rugi yang dihasilkan oleh sistem variable
costing memperlihatkan margin kontribusi barang-barang yang dihasilkan,
informasi yang sangat bermanfaat dalam pengambilan keputusan. Dalam metode
variable costing untuk penentuan harga pokok produksi hanya biaya-biaya produksi
variabel saja yang dimasukkan dalam persediaan dan biaya pokok penjualan (Samsul,
2013).
Merupakan suatu metode penentuan harga pokok produksi yang hanya
memperhitungkan biaya produksi variabel saja. Dikenal juga dengan istilah: direct
costing.
Perhitungan menggunakan metode variable costing:
Harga Pokok Produksi:
Biaya bahan baku Rp. xxx.xxx
Biaya tenaga kerja langsung Rp. xxx.xxx
Biaya overhead pabrik variabel Rp. xxx.xxx
Harga pokok produksi Rp. xxx.xxx
11
Dengan metode variable costing, biaya overhead pabrik tetap diperlakukan
sebagai period costs dan bukan sebagai unsur harga pokok produk, sehingga biaya
overhead pabrik tetap dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya (Mulyadi,
2009:18).
Dengan menggunakan variable costing, hanya biaya produksi yang berubah-
ubah dengan output yang diperlakukan sebagai harga pokok. Pada umumnya terdiri
dari bahan langsung, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik. Metode ini sering
juga disebut direct costing atau marginal costing.
Dalam arus biaya variable costing, elemen biaya periodik terdiri dari biaya
overhead tetap ditambah biaya administrasi dan penjualan. Elemen harga pokok
produknya hanya terdiri dari komponen biaya overhead variabel serta biaya bahan
baku dan tenaga kerja langsung, tidak termasuk biaya overhead tetap.
Perhitungan biaya per unit:
Tabel 1 Perbedaan Full Costing dan Variable Costing
Full Costing Variable Costing
Biaya Produksi Bahan Langsung
Tenaga Kerja Langsung
Overhead pabrik variabel
Overhead pabrik tetap
Bahan langsung
Tenaga kerja langsung
Overhead pabrik variabel
Biaya Periodik Beban penjualan dan administrasi
Overhead pabrik tetap
Beban penjualan dan administrasi
Sumber: Samryn (2004:66)
12
Pengertian Biaya Relevan
Pengertian biaya relevan adalah seluruh biaya yang perlu dipertimbangkan
untuk suatu pengambilan keputusan. Suatu biaya dikatakan tidak relevan apabila
suatu biaya tersebut jumlahnya sama pada pilihan yang berbeda (Sunarto, 2004:4).
Manfaat biaya relevan dapat digunakan dalam melakukan pengambilan keputusan
salah satunya mengenai menolak atau menerima pesanan khusus. Proses pengambilan
keputusan tersebut dapat dilakukan dengan cara kenali dan definisikan masalah,
eliminasi berbagai alternatif yang tidak layak, klasifikasi biaya dan manfaat biaya
sebagai biaya relevan atau biaya tidak relevan serta eliminasi biaya dan manfaat biaya
yang tidak relevan dari pertimbangan, kemudian pilihlan alternatif yang memberikan
manfaat paling besar secara keseluruhan.
Biaya dan manfaat suatu alternatif harus saling dibandingkan dengan biaya
atau manfaat alternatif yang terbaik bagi manajemen. Faktor manfaat atau pendapatan
bukannya tidak penting, akan tetapi faktor biaya seharusnya didahulukan dan relatif
lebih mungkin disiasati oleh manajemen daripada faktor pendapatan. Jika perusahaan
dapat menghasilkan produk atau jasa dengan waktu yang tepat, biaya yang murah dan
kualitas yang bersaing, masalah pendapatan tentu akan datang dengan sendirinya.
Mengambil keputusan yang bersifat taktis dapat diartikan sebagai upaya untuk
memilih alternatif yang terbaik dari berbagai alternatif yang ada dengan tujuan yang
bersifat jangka pendek atau sasaran yang bersifat antara (bukan sasaran tembak yang
sebenarnya). Menerima pesanan khusus dengan harga di bawah normal untuk
memanfaatkan kapasitas menganggur agar laba perusahaan meningkat untuk tahun ini
merupakan salah satu contoh keputusan yang bersifat taktis.
Berikut ini akan disajikan beberapa manfaat yang diperoleh dari biaya relevan
terutama dalam pengambilan keputusan jangka pendek sebagaimana yang
dikemukakan oleh Mulyadi (2005:126), yaitu sebagai berikut:
1. Membeli atau membuat sendiri
2. Menjual atau memproses lebih lanjut suatu produk
13
3. Menghentikan atau melanjutkan produksi produk tertentu atau kegiatan
usaha suatu bagian perusahaan
4. Menerima atau menolak pesanan khusus
Penjelasan dari definisi tersebut di atas, akan diuraikan satu persatu berikut
ini:
1. Membeli atau membuat sendiri
Keputusan membeli atau membuat sendiri dihadapi oleh manajemen
terutama dalam perusahaan yang produknya terdiri dari berbagai
komponen dan yang memproduksi berbagai jenis produk. Berbagai
alternatif yang kemungkinan dihadapi oleh manajemen dalam
pengambilan keputusan membeli atau membuat sendiri yaitu :
a. Keputusan membeli atau membuat sendiri yang dihadapi oleh
perusahaan yang sebelumnya memproduksi sendiri produk,
kemudian mempertimbangkan akan membeli produk tersebut dari
pemasok luar.
b. Keputusan membeli atau membuat sendiri yang dihadapi oleh
perusahaan yang sebelumnya membeli produk-produk tertentu dari
pemasok luar, kemudian mempertimbangkan akan memproduksi
sendiri produk tersebut.
Keputusan membeli atau membuat sendiri tipe pertama umumnya
merupakan keputusan manajemen jangka pendek, yang menyangkut investasi
jangka panjang. Ada dua kemungkinan yang dihadapi oleh manajemen dalam
pengambilan keputusan ini :
a. Fasilitas yang digunakan untuk memproduksi tidak dapat
dimanfaatkan jika produk dihentikan produksinya karena
manajemen memilih alternatif membeli dari luar. Untuk
pengambilan keputusan, manajemen perlu mempertimbangkan
pengorbanan dan manfaat dari pemilihan alternatif membeli atau
14
membuat sendiri, jika perusahaan sebelumnya membuat sendiri
kemudian mempertimbangkan akan membeli dari luar, manfaat
dari pemilihan alternatif membeli dari luar adalah besarnya biaya
diferensial yang berupa biaya yang terhindarkan jika kegiatan
membuat sendiri dihentikan. Pengorbanan dari pemilihan alternatif
memberi dari luar adalah sebesar biaya relevan yang berupa biaya
yang dikeluarkan untuk membeli produk dari pemasok luar. Jika
manfaat lebih besar dari pengorbanan, alternatif membeli dari luar
lebih menguntungkan jika dipilih, sebaliknya jika manfaat lebih
kecil dari pengorbanan, alternatif membeli dari luar sebaiknya
tidak dipilih.
b. Fasilitas yang digunakan untuk memproduksi dapat dimanfaatkan
untuk usaha lain yang mendatangkan laba, jika produk dihentikan
produksinya karena manajemen memilih alternatif membeli dari
luar. Pengambilan keputusan ini di samping manajemen
mempertimbangkan biaya relevan, perlu pula
mempertimbangkan pendapatan relevan sebagai hasil pemanfaatan
fasilitas yang dihentikan pemakaiannya dalam bisnis lain. Jika
perusahaan sebelumnya membuat sendiri kemudian mempertim-
bangkan akan membeli dari luar, manfaat dari pemilihan
alternatif membeli dari luar adalah besarnya biaya relevan
yang berupa biaya yang terhindarkan (avoidable cost) jika
kegiatan membuat sendiri dihentikan dan pendapatan relevan
dari pemanfaatan fasilitas dalam usaha bisnis lain. Pengorbanan
dari pemilihan alternatif membeli dari luar adalah sebesar biaya
relevan yang berupa biaya yang dikeluarkan untuk membeli produk
dari pemasok luar. Jika manfaat lebih besar dari pengorbanan,
alternatif membeli dari luar lebih menguntungkan jika dipilih,
sebaliknya jika manfaat lebih kecil dari pengorbanan, alternatif
membeli dari luar sebaiknya tidak dipilih.
15
2. Menjual atau memproses lebih lanjut suatu produk
Adakalanya manajemen puncak dihadapkan pada pilihan menjual
produk tertentu pada kondisinya sekarang atau memprosesnya lebih
lanjut menjadi produk lain yang lebih tinggi harga jualnya. Informasi
akuntansi relevan yang diperlukan oleh manajemen dalam
pengambilan keputusan macam ini adalah pendapatan relevan dengan
biaya relevan jika alternatif memproses lebih lanjut dipilih.
Berbagai alternatif yang mungkin dihadapi oleh manajemen dalam
pengambilan keputusan menjual atau memproses lebih lanjut suatu
produk adalah sebagai berikut :
a. Tidak diperlukan tambahan fasilitas produksi
b. Diperlukan tambahan fasilitas produksi
3. Menghentikan atau melanjutkan produksi produk tertentu atau kegiatan
usaha suatu bagian perusahaan.
Perusahaan yang menghasilkan lebih dari satu macam produk (produk
line) atau yang memiliki beberapa departemen penghasil laba,
adakalanya manajemen puncak menghadapi salah satu produknya
atau salah satu departemennya mengalami kerugian usaha yang
diperkirakan akan berlangsung terus. Menghadapi kondisi ini,
manajemen perlu mempertimbangkan keputusan menghentikan atau
tetap melanjutkan produksi atau kegiatan usaha departemen yang
mengalami kerugian tersebut. Dua kemungkinan yang dihadapi
oleh manajemen dalam pengambilan keputusan menghentikan atau
melanjutkan produksi atau kegiatan, yaitu :
a. Fasilitas produksi yang lama dihentikan pemakaiannya
b. Fasilitas produksi lama dapat dimanfaatkan dalam kegiatan
bisnis yang lain.
Informasi yang relevan untuk dipertimbangkan dalam
pengambilan keputusan ini adalah biaya relevan dan pendapatan
16
relevan, dengan dihentikannya produksi produk tertentu atau
kegiatan departemen tertentu, perusahaan akan kehilangan
kesempatan memperoleh pendapatan dari produk dari departemen
tersebut. Pendapatan yang hilang ini merupakan informasi
pendapatan relevan dan merupakan pengorbanan yang ditanggung
karena pemilihan alternatif menghentikan produksi produk atau
departemen tertentu akibat dihentikannya produksi atau kegiatan
usaha departemen tertentu, perusahaan akan menikmati manfaat
berupa biaya terhindarkan yang merupakan informasi biaya relevan.
Biaya terhindarkan jika lebih besar dari pendapatan yang hilang
akibat dihentikannya produksi produk atau kegiatan usaha
departemen tertentu, maka alternatif penghentian tersebut sebaiknya
dipilih, namun sebaliknya jika biaya terhindarkan lebih kecil dari
pendapatan yang hilang akibat dihentikannya produksi produk atau
kegiatan usaha departemen tertentu, maka alternatif penghentian
produk tersebut sebaiknya tidak dipilih.
4. Menerima atau menolak pesanan khusus
Umumnya perusahaan membangun pabriknya dengan kapasitas
yang mampu memenuhi permintaan pasar tertinggi untuk beberapa
tahun yang akan datang. Jika perusahaan membangun pabriknya
dengan kapasitas yang hanya mampu memenuhi permintaan pasar
sekarang, hal ini akan berakibat dilakukannya ekspansi pabrik
secara terus menerus dengan demikian, umumnya perusahaan
memiliki kapasitas yang menganggur, yang seringkali mendorong
manajemen puncak untuk mempertimbangkan penetapan harga jual
di bawah harga jual normal. Tentu saja penetapan harga jual yang
demikian hanya diterapkan pada pesanan khusus yang tidak
berdampak terhadap penjualan yang reguler.
17
Istilah biaya relevan seringkali disamakan dengan biaya diferensial. Hal ini
tidak benar. Istilah relevan mempunyai pengertian berhubungan dengan sesuatu.
Suatu biaya disebut biaya relevan jika biaya tersebut berhubungan dengan tujuan
perekayasaan biaya tersebut. Jika manajemen bermaksud mengetahui kos produk
yang diproduksi dalam bulan tertentu, maka ia mengumpulkan biaya produksi
sesungguhnya yang telah dikeluarkan untuk produksi dalam bulan yang bersangkutan.
Biaya produksi sesungguhnya tersebut merupakan biaya relevan karena sesuai dengan
tujuan yang hendak dicapai oleh pengumpulan informasi tersebut. Menurut
definisinya, biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang dinilai dalam
satuan uang, yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi, untuk
mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian tidak ada satupun biaya yang tidak
relevan, karena setiap biaya memang direkayasa untuk memenuhi tujuan tertentu.
Seluruh keputusan berhubungan dengan masa yang akan datang, oleh karena
itu, hanya biaya masa mendatang saja yang relevan bagi sebuah keputusan. Untuk
dapat disebut relevan, sebuah biaya tidak hanya berhubungan dengan masa yang akan
datang, namun juga biaya tersebut harus berbeda dari satu alternatif lain. Jika biaya
masa mendatang jumlahnya sama besar pada berbagai alternatif, maka biaya tersebut
tidak memiliki akibat pada keputusan. Biaya jenis ini dikenal dengan istilah biaya
tidak relevan (irrelevant cost).
Manfaat Biaya Relevan
Dalam setiap pengambilan keputusan yang bersifat taktis, faktor biaya dan
manfaat seringkali menjadi faktor penentu untuk memutuskan apakah suatu alternatif
akan dijalakan atau tidak. Biaya dan manfaat suatu alternatif harus saling
dibandingkan dengan biaya atau manfaat alternatif lain. Dalam hubungan ini, akan
lebih difokuskan pada biaya yang relevan perlu dipertimbangkan dalam memutuskan
alternatif yang terbaik bagi manajemen. Faktor manfaat atau pendapatan bukanya
tidak penting, akan tetapi faktor biaya seharusnya didahulukan dan relatif lebih
mungkin disiasati oleh manajemen daripada faktor pendapatan. Jika perusahaan dapat
18
menghasilkan produk atau jasa dengan waktu yang tepat, biaya yang murah dan
kualitas yang bersaing, masalah pendapatan tentu akan datang dengan sendirinya.
Mengambil keputusan yang bersifat taktis dapat diartikan sebagai suatu upaya
untuk memilih alternatif yang terbaik dari berbagai alternatif yang ada dengan tujuan
yang bersifat jangka pendek atau sasaran yang bersifat antara (bukan sasaran tembak
yang sebenarnya). Menerima pesanan khusus dengan harga di bawah normal untuk
memanfaatkan kapasitas menganggur agar laba perusahaan meningkat tahun ini
merupakan salah satu contoh keputusan yang bersifat taktis. Keputusan yang bersifat
taktis walaupun bersifat jangka pendek, tetapi harus disadari bahwa keputusan
tersebut mempunyai konsekuensi yang bersifat jangka panjang.
Kriteria Variable Costing Dalam Menerima atau Menolak Pesanan Khusus
Sebelum menentukan apakah suatu pesanan khusus akan diterima atau
ditolak, tentunya perlu dijelaskan dahulu pengertian pesanan khusus. Pesanan khusus
adalah pesanan yang diterima perusahaan di luar pesanan reguler. Biasanya
konsumen yang melakukan pesanan khusus ini meminta harga di bawah harga jual
normal, karena biasanya pesanan khusus tersebut mencakup jumlah yang besar.
Dalam keadaan seperti ini perlu dipertimbangkan oleh manajer penentu harga
jual adalah :
1. Pesanan reguler adalah pesanan yang harus menutupi seluruh biaya tetap
yang terjadi tahun anggaran. Dengan demikian, jika manajer penentu
harga yakni seluruh biaya tetap dalam tahun anggaran dapat tercukupi
oleh pesanan reguler, maka pesanan kapasitas produksi belum seluruhnya
dipakai dan mesin-mesin namun untuk melayani pesanan khusus, manajer
penentu harga jual dapat menerima harga jual dibawah harga jual normal
asalkan harga jual yang berada di atas biaya variabel untuk memproduksi
dan memasarkan produk masih mampu untuk menghasilkan laba kontribusi
ini disebabkan karena seluruh biaya tetap telah ditutupi oleh pesanan reguler,
19
maka setiap tambahan laba kontribusi dari pesanan khusus akan
mengakibatkan tambahan laba bersih perusahaan.
2. Jika misalnya pesanan khusus perusahaan memperkirakan tidak hanya
mengeluarkan biaya variabel sama, namun mengeluarkan biaya tetap karena
harus beroperasi di atas kapasitas yang tersedia berarti harga jual pesanan
khusus harus di atas biaya variabel ditambah dengan kenaikan biaya tetap.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kriteria untuk menerima atau
menolak pesanan khusus menurut variable costing tentunya dengan melihat
kapasitas produksi, apakah masih terdapat kapasitas yang menganggur dan yang
lebih penting lagi adalah sedapat mungkin menghasilkan laba kontribusi
(contribution margin).
Metode Pemisahan Biaya Semi Variabel
Dalam metode variable costing sangat dibutuhkan penggolongan biaya dalam
hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, karena itu semua biaya yang
dianggap semi variabel harus dipisahkan lagi menjadi biaya tetap dan biaya variabel.
Hal ini berguna dalam penentuan harga pokok dan penyajian margin contribusi.
Dalam pemisahan biaya semi variabel ini, kedalam biaya tetap dan biaya variabel
ada beberapa metode yang dapat digunakan yaitu metode titik tertinggi dan terendah,
metode biaya cadangan dan metode kuadrat terkecil.
1. Metode titik tertinggi dan terendah
Cara menentukan pola perilaku biaya dan metode ini adalah menganalisa
biaya lalu pada volume kegiatan yang tertinggi dan volume biaya terendah.
Sebagai ilustrasi diberikan contoh misalkan volume produksi tertinggi bulan
maret 20X1 adalah 300 unit dengan biaya reparasi sebesar Rp.250.000,
sedangkan volume kegiatan terendah bulan Juni yaitu 100 unit dengan
biaya repasrasi dan pemeliharaan sebesar Rp.150.000. Maka
perhitungannya dapat dilihat sebagai berikut :
20
Tabel 2 Metode Titik Tertinggi dan Terendah
Uraian Tertinggi Terendah Selisih Volume produksi, 300 100 200 biaya dan reparasi dan pemeliharaan 250.000 150.000 100.000
Selisih tersebut merupakan unsur biaya variabel dari biaya yang
bersangkutan. Selisih perusahaan unit yakni dengan membagi selisih biaya
dengan selisih volume merupakan biaya variabel perusahaan unit. Dari
contoh di atas variabel perusahaan unit adalah :
100.000 = 500
200
Untuk menghitung biaya tetap dilakukan dengan cara menghitung
selisih antara biaya dengan variabel, sebagai contoh untuk biaya pada bulan
Maret 20XI.
Total biaya (Y) = Rp. 250.000
Total biaya variabel Rp. 500 x 300 = Rp 150.000
Total biaya tetap = Rp. 100.000
Dengan demikian fungsi biaya pemeliharaan dapat dinyatakan :
Y – 100.000 + 500 x
2. Metode biaya cadangan
Pemisahan biaya semi variabel sama dengan menggunakan metode
ini adalah dengan terlebih dahulu menentukan unsur biaya tetap dari
biaya yang bersangkutan. Penentuan unsur biaya tetap dilakukan dengan
cara menghentikan kegiatan perusahaan untuk sementara waktu. Dengan cara
21
ini diketahui besarnya biaya yang terjadi jika perusahaan dihentikan disebut
cadangan yang merupakan unsur biaya tetap dari biaya yang dianalisis. Selisih
antara biaya cadangan dengan biaya yang terjadi selama kegiatan perusahaan
berjalan merupakan unsur biaya variabel.
3. Metode kuadrat terkecil
Metode ini menganggap bahwa hubungan antara biaya dengan
volume kegiatan berbentuk garis lurus dengan persamaan garis regresi y
= a + b x, dimana y merupakan variabel tidak bebas yaitu variabel yang
perubahannya ditentukan oleh perubahan variabel x yang merupakan
variabel bebas. Variabel y menunjukkan jumlah biaya, sedangkan variabel x
menunjukkan volume kegiatan. Dalam persamaan tersebut a menunjukkan
unsur biaya tetap dan y menunjukkan biaya variabel. Sedangkan untuk
mengetahui besarnya variabel a dan b digunakan persamaan yang
dikemukakan oleh Riduwan dan Akdon (2007:133) sebagai berikut:
b = n∑XY – (∑X) (∑Y)
n∑X² - (∑X)²
a = ∑Y – b (∑X)
n
Keterangan :
Y = Jumlah total biaya semi variabel
X = Jumlah total volume penjualan
a = Besarnya biaya tetap dari semi variabel yang dihitung
b = Besarnya biaya tarif variabel per unit
n = Tahun pengamatan
22
Kerangka pikir
Untuk lebih jelasnya akan dikemukakan kerangka pikir dapat digambarkan
pada skema berikut ini:
Skema 1. Kerangka Pikir
METODE PENELITIAN
Daerah dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada CV. Cita Nasional yang terletak di JL. Raya
Salatiga-Kopeng KM. 5, Getasan Semarang. Sedangkan waktu yang digunakan
selama melakukan penelitian kurang lebih 3 bulan.
23
Metode Pengumpulan Data
Dalam upaya menghasilkan hasil yang sebenarnya sesuai dengan apa yang
akan dilaporkan oleh penulis, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data
melalui :
a. Penelitian Pustaka (Library Research)
Yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan mempelajari buku-buku
pedoman beberapa literatur yang ada hubungannya dengan penulisan ini.
b. Penelitian Lapangan (Field Research)
Yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan cara :
1. Wawancara dengan pihak yang berwenang untuk memperoleh gambaran
yang lebih akurat dan lengkap.
2. Interview yaitu mencari dan mengumpulkan data-data pendukung lainnya
yang relevan dengan masalah dalam penulisan ini.
3. Dokumentasi yaitu penelitian yang dilakukan dengan jalan mengumpulkan
dokumen-dokumen perusahaan serta arsip perusahaan yang ada kaitannya
dengan masalah yang akan diteliti.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data
a. Data kuantitatif, berupa data yang berhubungan dengan penetapan harga
pokok produksi dengan variable costing.
b. Data kualitatif, berupa sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi,
proses produksi dan informasi lainnya yang relevan dengan penulisan ini.
Sumber Data
a. Data primer, penulis meneliti secara langsung pada objek penelitian
dengan cara mengadakan wawancara langsung pada bagian keuangan dan
akuntansi serta bagian produksi.
24
b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari perusahaan baik berupa
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik serta
informasi tertulis dari pihak lain dalam kaitannya dengan pembahasan
skripsi.
Teknik Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Analisis deskriptif yakni suatu analisis menguraikan atau
menggambarkan penerapan penentuan harga pokok produksi dengan
menggunakan metode variable costing pada CV. Cita Nasional.
2. Analisis biaya relevan adalah suatu analisis pemilihan alternatif biaya
relevan dengan pesanan khusus dan tanpa pesanan khusus, dengan
asumsi :
Harga jual > biaya variabel = pesanan khusus diterima
Harga jual < biaya variabel = pesanan khusus ditolak
Sistematika Pembahasan
Pembahasan skripsi ini diuraikan dalam 5 (lima) bab yang dapat diperincikan
satu persatu di bawah ini :
Bab pertama merupakan bab pendahuluan yang menguraikan latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian.
Bab kedua merupakan kerangka teoretis yang terdiri dari pengertian biaya,
pengertian harga pokok produksi, metode penentuan harga pokok produksi,
pengertian variable costing dalam menerima atau menolak pesanan khusus, metode
pemisahan semi variabel.
25
Bab ketiga metode penelitian yang menguraikan daerah dan waktu penelitian,
metode pengumpulan data, jenis dan sumber data, metode analisis, sistematika
pembahasan.
Bab keempat merupakan gambaran umum perusahaan yang menguraikan
riwayat singkat CV. Cita Nasional, struktur organisasi CV. Cita Nasional, job
description, proses produksi susu segar nasional CV. Cita Nasional. Serta hasil
analisis dan pembahasan yang membahas analisis perkembangan produksi, analisis
penentuan harga pokok produksi dengan metode variable costing serta analisis biaya
relevan dalam pengambilan keputusan menerima atau menolak pesanan khusus.
Bab kelima merupakan bab penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Sejarah Singkat CV. CITA NASIONAL
Pendirian CV. Cita Nasional oleh Bapak H. Rudi Kurnia Danu Wijaya pada
tanggal 10 November 2000, serta diresmikan oleh Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih,
MSc selaku Menteri Pertanian dan Perkebunan Republik Indonesia. Pada awal
berdirinya, perusahaan tersebut berkomitmen untuk menghasilkan produk susu yang
bermutu yang diwujudkan dengan mesin teknologi modern dari Eropa dan Amerika
Serikat dan didukung oleh tenaga profesional. Selain itu dilakukan pengawasan mutu
yang ketat dengan sistem Quality Control.
Pada awal berdirinya, perusahaan tersebut produksi pertama dari CV. Cita
Nasional adalah pada tanggal 10 November 2000 dengan jumlah susu murni yang
diproduksi sekitar 5000 liter dan menghasilkan produk susu pasteurisasi dan
homogenisasi dalam kemasan sebanyak ± 20.000 cup. Kota Surabaya merupakan
daerah pemasaran pertama kali dengan produk “Susu Segar Nasional”. Produk yang
dipasarkan meliputi produk “Susu Segar Nasional” dalam kemasan cup rasa coklat
dan rasa strawberry dengan volume 180 ml/cup, serta plain (purepack) dengan
26
volume 500 ml/pack. Seiring dengan berjalannya waktu, produk CV. Cita Nasional
dengan merek dagang “Susu Segar Nasional” ini mulai dikenal oleh masyarakat yang
ada di kota Yogyakarta, Solo, Semarang, dan Jakarta sehingga jumlah susu yang
diproduksi pun semakin meningkat hingga sekarang. Jumlah produk dan pilihan rasa
yang dihasilkan juga semakin meningkat hingga saat ini dan mengalami diversifikasi
produk yaitu berbagai macam rasa susu pasteurisasi dan homogenisasi, serta
pengolahan yoghurt.
Lokasi Perusahaan
CV. Cita Nasional terletak di jalan Raya Kopeng km 5, Desa Sumogawe,
Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Lokasi pabrik berada pada
wilayah dengan topografi yang berbukit dengan ketinggian 400-500 di atas
permukaan laut. Dengan kondisi wilayah tersebut, lokasi perusahaan bersuhu udara
±25°C dengan kelembapan antara 80%-90%. Pada sebelah timur perusahaan
berbatasan dengan pemukiman penduduk, pada sebelah selatan perusahaan berbatasan
dengan perkebunan, pada sebelah barat perusahaaan berbatasan dengan perkebunan,
serta pada sebelah utara perusahaan berbatasan dengan KUD Getasan. Sehingga, total
luas area perusahaan ini adalah 4000 m2, dengan 700 m
2 wilayah digunakan untuk
bangunan pabrik dan kantor. Kantor ini merupakan pusat administrasi pabrik serta
mengatur pengiriman produk ke agen-agen pemasaran.
Penentuan lokasi suatu pabrik didasarkan pada beberapa faktor, antara lain
ketersediaan bahan baku, air, tenaga kerja, sarana transportasi, serta fasilitas listrik
dan komunikasi. Perusahaan ini terletak di daerah yang strategis karena sarana
transportasi yang mudah dijangkau serta ketersediaan fasilitas listrik dan komunikasi
yang dipasok dari kota Salatiga. Kondisi pabrik yang terletak di wilayah perbukitan
juga memberikan keuntungan tersendiri, yaitu kemudahan memperoleh air. Selain itu,
suhu lingkungan pabrik yang relatif sejuk dapat secara efektif menciptakan kondisi
lingkungan produksi yang aseptis. Hal ini terkait dengan karakteristik produk susu
yang mudah rusak pada penyimpanan suhu ruang.
Pada bangunan pabrik terdapat beberapa bagian yaitu laboratorium, produksi,
pengemasan, dan pengepakan. Pada bagian laboratorium terdapat tiga ruangan, yaitu
27
ruang pengujian mutu, ruang pengujian mikrobiologi, serta ruang pengembangan
produk. Ruang pengujian mutu terletak di bagian tepi pabrik, sehingga pengambilan
sampel bahan baku dapat dilakukan secara efisien. Ruang pengujian mikrobiologi
yang terletak di sebelah dalam bagian laboratorium ini, dijaga keaseptisannya dengan
senantiasa ditutup rapat dan sebagai pembatasnya dengan ruangan lain diberi sekat
kaca. Sementara ruang pengembangan produk merupakan tempat pembuatan formula
produk secara komputerisasi, pengembangan dan penelitian produk baru, serta
penyimpanan senyawa-senyawa flavour yang digunakan.
Pada bagian produksi terdapat ruang administrasi produksi, penyimpanan
bahan baku, serta daerah produksi basah. Bagian pengemasan terdapat tiga ruangan,
yaitu ruang pengemasan susu pasteurisasi dalam kemasan cup, ruang pengemasan
susu pasteurisasi dalam kemasan minipack dan purepack, serta ruang pengemasan
yoghurt drink dalam kemasan cup. Sedangkan bagian pengepakan terdapat dua
ruangan, yaitu ruang pengepakan produk berkemasan cup dan ruang pengepakan
produk berkemasan minipack dan purepack.
Visi dan Misi Perusahaan
CV. Cita Nasional memiliki visi yaitu menjadi pelopor perusahaan susu
pasteurisasi dan homogenisasi yang berskala nasional untuk memenuhi kebutuhan
susu dengan harga yang terjangkau dan mudah didapatkan. Sedangkan misi dari CV.
Cita Nasional adalah mensukseskan program pemerintah dalam meningkatkan gizi
rakyat Indonesia agar generasi penerus menjadi bangsa yang sehat, kuat dan cerdas.
Susunan Personalia
CV. Cita Nasional merupakan badan usaha yang berbentuk CV dengan surat
ijin perusahaan No. 155/KWDPP.11/3.1/XI/2000 berdasarkan surat keputusan Dinas
Perindustrian dan perdagangan No. 160/11.16/PK/VII/2000 berdasarkan Surat Ijin
Usaha Perusahaan (SIUP). Susunan Personalia yang ditetapkan CV. Cita Nasional
adalah dipimpin langsung oleh seorang Direktur Utama dan Direktur Pelaksanaan
serta Plant Manager dimana dalam pelaksanaan kegiatan dibantu oleh beberapa
supervisor dari setiap bagiannya, artinya dalam organisasi ini setiap bagian dipimpin
28
oleh seorang supervisor dan bertanggung jawab langsung terhadap Plant Manager.
Beberapa manager tersebut bertanggungjawab dan memiliki wewenang atas seluruh
kegiatan di departemennya masing-masing. Susunan Personalia dapat dilihat di
Lampiran 1.
Ketenagakerjaan
Pelaksanaan kegiatan sehari-hari yang meliputi proses maupun administrasi
CV. Cita Nasional didukung oleh tenaga kerja sejumlah 90 orang yang terdiri 86
karyawan dan 4 karyawati. Terperinci tenaga kerja dapat dilihat pada tabel 2. Pihak
manajemen meliputi pimpinan maupun staf di CV. Cita Nasional, sedangkan pekerja
adalah orang yang terkait dengan hubungan kerja dengan pihak manajemen dan
menerima upah (gaji) dari perusahaan. Selain itu adanya sistem pembagian gaji
karyawan dengan standar minimal yang sudah ditetapkan oleh Departemen Tenaga
Kerja yang ada di wilayah Jawa Tengah dan upah lembur karyawan diberikan bagi
karyawan yang mempunyai waktu lebih. Di samping itu, setiap karyawan CV. Cita
Nasional dilindungi keselamatan kerja dan kesejahteraan dengan didaftarkan menjadi
peserta Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK). Jabatan dan jumlah karyawan
CV. Cita Nasional dapat dilihat pada Lampiran 2.
Sistem pembagian kerja yang digunakan di CV. Cita Nasional adalah sistem 2
“shift” dengan 2 kelompok kerja, dimana masing – masing shift bekerja 15 hari kerja
sebulan dengan waktu istirahat ± 60 menit dari jam 12.00 -13.00 WIB sehingga
dengan begitu setiap shift sehari kerja sehari tidak. Waktu kerja staf kantor yaitu hari
senin sampai hari jumat pukul 08.00 – 16.00 WIB. Namun untuk kepentingan
pengecekan sebelum produksi dimulai, karyawan bagian produksi yang hari tersebut
bertugas, umumnya datang lebih awal yaitu pukul 06.00 WIB. Selain itu untuk
memenuhi pemesanan, proses produksi dapat berlangsung hingga pukul 19.00 WIB.
Macam Persediaan yang dibutuhkan
Dalam memenuhi kebutuhan bahan baku susu murni, CV. Cita Nasional
bekerja sama dengan beberapa Koperasi Unit Desa (KUD) diantaranya KUD “Andini
29
Luhur” dengan kapasitas produksi susu murni sekitar 5.600 liter/hari, KUD “Cepogo”
sekitar 4.000 liter/hari, KUD “Sumber Karya” sekitar 3.000 liter/hari, dan KUD
“GAPOKTAN Banyu Aji” sekitar 3.000 liter/hari. Jadi kapasitas susu murni tersebut
dapat mencukupi kebutuhan untuk produksi. Keperluan susu murni untuk produksi
CV. Cita Nasional saat ini sekitar 45.000 liter/hari. Secara tidak langsung keberadaan
pabrik memberikan peluang pemasaran susu murni bagi masyarakat sekitar yang
berprofesi sebagai peternak sapi.
Pengolahan susu segar menjadi olahan susu dan yoghurt nasional diperlukan
beberapa bahan tambahan dan bahan penolong. Bahan tambahan tersebut diantaranya
: Gula, Flavour, Pewarna, Starter Yoghurt, Citrid Acid, Lactid Acid, Sweet Whey,
Skim Milk, Coklat Powder dan bahan penolong diantaranya : CMC dan Pektin. Bahan
tambahan dan bahan penolong tersebut yang akan diolah dan diproduksi menjadi susu
murni kemasan dan yoghurt. Pemasok atau suplier yang mengirimkan bahan
terkadang tidak sesuai dengan jumlah pesanan, dikarenakan persediaan yang ada
dalam pemasok terbatas.
Pemasaran
Dalam hal memasarkan produk “Susu Segar Nasional”, CV. Cita Nasional
bekerja sama dengan pihak pemasaran yang bernama CV. Cita Karsa Bersama
sebagai pihak pemasaran yang berkantor pusat di Jakarta. Wilayah pemasaran
meliputi kota-kota seperti Surabaya, Yogyakarta, Solo, Jakarta dan Semarang.
Perkembangan wilayah pemasaran terbagi menjadi beberapa tahap antara lain:
a. November 2000 : Mulai memasarkan produk di wilayah Surabaya
b. Desember 2000 : Pemasaran produk di wilayah Yogyakarta/Solo
c. Februari 2001 : Pemasaran produk di wilayah Jakarta
d. April 2001 : Pemasaran produk di wilayah Semarang
Spesifikasi Bahan Dan Produk Spesifikasi Bahan
30
Pembuatan susu pasteurisasi dan homogenisasi CV. Cita Nasional dari bahan-
bahan sebagai berikut:
a. Susu Sapi Segar
Susu sapi segar merupakan bahan baku utama yang diperoleh dari beberapa
KUD yang dapat memenuhi standar dari perusahaan untuk memproduksi susu
pasteurisasi dan homogenisasi. Susu segar tersebut akan digunakan untuk
proses produksi terlebih dahulu diuji mutunya di laboratorium.
b. Flavor Agent
Flavor agent yang digunakan adalah flavoring agent berbentuk cair dengan
merk “QUEST” dari Quest International Indonesia dan dari PT. Cipta Karya
Aroma di Semarang.
c. Stabilizer (Carboxy Methyl Cellulose)
Jenis stabilizer yang dipilih oleh CV. Cita Nasional adalah Carboxy Methyl
Cellulose (CMC) yang berupa serbuk putih kekuningan yang larut dalam air
pada suhu 60ºC dengan merk Akzo Nobel Cellulose Gum dengan kode AF
2785. CMC ini didatangkan dari Belanda yang produknya telah dilengkapi
dengan sertifikat halal dan terdapat spesifikasi produknya.
d. Pemanis (Gula)
Pemanis yang digunakan di CV. Cita Nasional adalah gula pasir. Pemeriksaan
yang dilakukan pada gula pasir sebagai pemanis dalam proses pembuatan susu
pasteurisasi dan homogenisasi adalah uji organoleptik dan uji pH dengan alat
pH meter. Umumnya gula yang ditambahkan pada susu segar 100 liter
membutuhkan gula pasir sebanyak 7 kg.
e. Pewarna
Pewarna merupakan cat atau zat warna yang dibuat secara sintetis atau
diperoleh dari ekstraksi suatu cat atau pigmen alami dari tanaman atau
sumber-sumber lainnya. Pewarna yang dipakai dalam proses pembuatan susu
pasteurisasi dan homogenisasi adalah “Ponceau 4R” merk “Idacol” dari PT.
Roha Lautan Pewarna di Semarang.
31
Spesifikasi Produk
CV. Cita Nasional merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pangan
khususnya dalam produk susu. Beberapa produk susu yang dihasilkan dari CV. Cita
Nasional antara lain susu pasteurisasi dan homogenisasi dan yoghurt.
a. Susu Pasteurisasi dan Homogenisasi
Produk susu di CV. Cita Nasional adalah produk hasil olahan susu sapi
segar yang telah diberi bahan tambahan makanan serta perlakuan
pasteurisasi dan homogenisasi. Susu pasteurisasi dan homogenisasi ini
dikemas dalam tiga bentuk yaitu kemasan cup 150 ml, purepack 450 ml
dan minipack 90 ml. Pada kemasan cup, susu pasteurisasi dan
homogenisasi tersedia dengan rasa coklat, stroberi, moka, dan original
(tanpa rasa). Pada kemasan purepack, susu pasteurisasi tersedia dengan
rasa coklat dan stroberi, sedangkan yang dipasarkan di industri dikemasi
dalam kemasan cup 150 ml dengan varian rasa coklat, stroberi, moka, dan
original. Susu pasteurisasi dan homogenisasi dalam kemasan cup 150 ml
dan dalam kemasan purepack dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.
b. Yoghurt
Yoghurt merupakan hasil olahan susu sapi segar yang telah diberi
perlakuan pengasaman dan pengumpalan, serta proses fermentasi
terkontrol oleh bakteri asam laktat. Produk ini merupakan jenis stirred
yoghurt dan dipasarkan ke konsumen dalam bentuk tiga kemasan, yaitu
kemasan cup 150 ml dan botol 250 ml. Dalam kemasan cup, yoghurt
diproduksi dalam bentuk yoghurt drink dengan varian rasa mangga dan
stroberi. Selain itu, yoghurt juga dikemas dalam botol yang memiliki
viskositas lebih tinggi dan dipasarkan di wilayah Jakarta dengan varian
rasa anggur, leci, jeruk dan stroberi. Yoghurt dalam kemasan cup 150 ml
dan kemasan botol 250 ml dapat dilihat pada Gambar 3.
32
Proses Produksi Susu Pasteurisasi dan Homogenisasi
Proses produksi adalah serangkaian aktivitas berurutan yang dilakukan secara
kontinyu sebagai usaha untuk mengolah bahan baku mentah menjadi produk jadi yang
bermutu dan memiliki nilai jual. Adanya serangkaian aktivitas tersebut akan
menentukan kelayakan produk untuk dikonsumsi dan biaya yang harus ditanggung
perusahaan dan harga jual produk. Oleh karena itu, aktivitas proses produksi harus
dilakukan secara efektif dan efisien. Prinsip yang diterapkan oleh perusahaan adalah
higienitas. CV. Cita Nasional telah mendapatkan sertifikasi Hazard Analysis Critical
Control Point (HACCP) dan International Standard Organization 9001 (ISO)
tentang manajemen mutu.
Rangkaian proses produksi yang dilakukan perusahaan dari penerimaan bahan
baku sampai dengan produk jadi terdiri atas beberapa tahapan. Tahapan proses
produksi susu pasteurisasi dan homogenisasi meliputi persiapan bahan baku, proses
pengolahan (pencampuran, homogenisasi dan pasteurisasi), pengisian dan
pengemasan disertai analisa laboratorium.
Persiapan Bahan Baku
Bahan baku susu sapi segar yang dibawa dari KUD dengan truk tangki susu,
diambil sampelnya terlebih dahulu untuk diuji di laboratorium analisa. Hal ini
dilakukan untuk menentukan kelayakan bahan baku untuk digunakan pada proses
produksi. Apabila bahan baku memenuhi kriteria-kriteria yang disyaratkan oleh
perusahaan, maka susu dari tangki dialirkan melalui pipa dan disaring melalui filter
untuk mengurangi cemaran-cemaran pada bahan baku. Susu segar tersebut dialirkan
melewati Plate Heat Exchanger (PHE) untuk memperoleh proses pendinginan.
Setelah itu, bahan baku dialirkan menuju tangki penampungan bahan baku (T.301)
bersuhu 4- 6C yang di dalamnya terdapat agitator yang berfungsi sebagai pengaduk
sekaligus untuk menghomogenkan suhu cairan.
33
Proses Pengolahan
Proses pengolahan meliputi tahapan-tahapan proses sebagai berikut:
1. Pencampuran
Proses pencampuran dilakukan dengan terlebih dahulu melarutkan gula
pasir, stabilizer, dan bubuk kakao dengan air panas. Kemudian campuran
tersebut bersamaan dengan susu segar yang telah mengalami proses
pemanasan dengan PHE (50-60C), dialirkan masuk kembali ke tangki
pencampuran (T.201). Pada tangki penampungan tersebut, dilakukan proses
pengadukan dengan agitator selama 15 detik dengan suhu 15C. Setelah
itu, campuran dialirkan menuju tangki antara melalui PHE untuk
memperoleh proses pendinginan kembali. Pada tangki antara (T.202),
dilakukan pencampuran dengan senyawa flavour dengan suhu rendah.
2. Homogenisasi
Setelah proses pencampuran bahan selesai, campuran dialirkan melalui PHE
untuk memperoleh proses pemanasan, menuju ke homogenizer. Proses
homogenisasi dilakukan dengan kecepatan homogenisasi 125 bar atau
sekitar 1300-1400 Psi. Proses ini dilakukan untuk memperoleh partikel susu
yang homogen setelah proses pencampuran, serta untuk mempertahankan
agar emulsi susu lebih terjaga.
3. Pasteurisasi
Setelah proses homogenisasi, produk setengah jadi dialirkan melalui pipa
berkelok-kelok untuk memperoleh proses pasteurisasi. Proses ini
berlangsung pada suhu 85C selama 15 detik. Kemudian, produk jadi yang
telah dipasteurisasi tersebut dialirkan melalui PHE kembali untuk
memperoleh proses pendinginan. Lalu, produk susu pasteurisasi dialirkan
menuju balance tank dan ditampung pada tangki penampungan akhir
(T.401) yang bersuhu 4C.
34
Pengisian dan Pengemasan
Produk susu pasteurisasi dialirkan dari tangki penampungan akhir melalui
pipa-pipa, menuju bagian pengemasan dengan tetap menjaga suhu yang rendah.
Pengemasan dilakukan dengan cara aseptis dan para pekerja diwajibkan mengenakan
jas putih dan masker. Proses pengemasan terdapat di dua ruang yang terpisah yaitu,
pengemasan dalam cup dan pengemasan dalam minipack. Bahan pengemas itu sendiri
terbuat dari plastik polyprophylene yang kuat dan ringan. Pengemasan dalam kemasan
cup dilakukan dengan alat fillomatic automatic in-line cup filler and sealer. Produk
susu pasteurisasi dikemas dalam wadah melalui kran yang telah diatur volume
pengeluarannya yaitu 150 ml untuk kemasan dalam cup dan 90 ml untuk kemasan
minipack.
Untuk mengetahui suhu produk yang telah masuk dalam kemasan, diberikan
sensor suhu menggunakan sinar ultraviolet. Secara umum, suhu produk setelah
dikemas tidak lebih dari 8C. Setelah itu, kemasan produk di-seal menggunakan suhu
tinggi. Produk susu pasteurisasi dalam kemasan tersebut dialirkan dengan conveyor
menuju bagian pengepakan dan ditata dalam krat-krat. Setelah proses pengepakan,
produk dikirimkan ke kota-kota tujuan menggunakan truk box dengan suhu refrigerasi
sesuai dengan jumlah order. Sedangkan, produk yang masih tersisa disimpan dalam
kontainer besar bersuhu refrigerasi yang juga digunakan sebagai penyimpanan
produk. Penyimpanan produk sisa dilakukan dengan tujuan untuk menanggulangi
adanya penambahan jumlah order dan juga order yang datang tiba-tiba.
Analisis Kalkulasi Biaya Produksi Tahun 2014
Salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh setiap perusahaan manufaktur adalah
peningkatan produksi guna memperoleh laba yang optimal, dengan adanya
peningkatan produksi maka akan mempengaruhi kontinuitas perusahaan. Oleh karena
itu salah satu faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas produksi adalah biaya
produksi.
35
Biaya produksi adalah sejumlah biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan
dalam melakukan proses produksi. Demikian halnya dengan CV. Cita Nasional yang
bergerak dibidang industri pengolahan susu, perusahaan memproduksi berbagai
macam jenis susu seperti susu pasteurisasi dan homogenisasi serta yoghurt. Oleh
karena itu maka diperlukan suatu kalkulasi biaya produksi.
Karena adanya pesanan yang diterima perusahaan ini sering berubah-ubah,
maka penggolongan biaya atas dasar perilaku-perilaku biaya yang ada didalam
perusahaan selayaknya harus digunakan. Sebelum disajikan kalkulasi biaya produksi,
maka terlebih dahulu akan disajikan data produksi dan penjualan susu tahun 2014
yang dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini :
Tabel 3 Volume Produksi dan Penjualan Susu
Bulan Januari S/D Bulan Desember 2014
Bulan Volume Produksi (unit) Volume penjualan
(unit)
Januari 230.000 198.750
Februari 89.500 82.500
Maret 145.000 139.600
April 95.800 94.270
Mei 102.000 98.740
Juni 85.700 82.600
Juli 78.500 76.890
Agustus 169.000 158.900
September 98.600 97.210
Oktober 89.400 87.290
November 120.000 92.200
Desember 95.500 92.300
Total 1.399.000 1.301.250 Sumber : CV. Cita Nasional
Dari tabel 3 yaitu volume produksi susu, maka jumlah produksi susu untuk
tahun 2014 sebesar 1.399.000 unit, sedangkan jumlah volume penjualan susu sebesar
36
1.301.250 unit. Selanjutnya akan disajikan kalkulasi biaya produksi susu yang
diperoleh dari CV. Cita Nasional yaitu sebagai berikut :
1. Biaya Produksi
a. Biaya Bahan Langsung
Biaya bahan langsung untuk memproduksi susu segar nasional tidak
begitu banyak macam. Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi
susu di CV. Cita Nasional adalah susu segar yang diperoleh dari beberapa
KUD. Sedangkan bahan baku pembantu adalah gula, skim, citric acid,
lactic acid, starter culture, pewarna, sweet whey, coklat powder, flavour,
CMC dan pektin. Proses pengolahan dimulai dari penerimaaan bahan
baku susu, proses pendinginan awal, mixing (pencampuran gula dan
pektin), proses homogenisasi dan pasteurisasi, proses inkubasi, proses
pengadukan dan pengemasan.
Besarnya biaya bahan baku dan pembantu yang dikeluarkan oleh
perusahaan tahun 2014 menurut data CV. Cita Nasional adalah susu segar
sebesar Rp. 1.523.760.000 untuk bahan baku langsung dan bahan
pembantu sebesar Rp. 107.748.000.
b. Biaya Tenaga Kerja
Menurut CV. Cita Nasional, upah langsung adalah jumlah keseluruhan
upah yang dibayarkan kepada karyawan yang bekerja di bagian produksi
yaitu mulai dari pengolahan bahan baku sampai menjadi barang jadi.
Besarnya tarif upah ditentukan menurut kebijakan perusahaan dengan
standar minimal yang sudah ditetapkan oleh Departemen Tenaga Kerja
yang ada di wilayah Jawa Tengah.
Dan perusahaan mengambil kebijakan untuk memberikan upah pada
karyawan Rp. 45.000/hari. Jumlah tenaga kerja: 90 orang. Pada CV. Cita
Nasional terdapat 90 tenaga kerja, 55 orang diantaranya merupakan tenaga
37
kerja langsung. Upah untuk tenaga kerja langsung dihitung tiap harinya,
dan upah perhari tenaga kerja langsung sebesar Rp. 45.000 perorang.
Untuk biaya tenaga kerja perbulan adalah: upah perhari x jumlah hari kerja
dalam sebulan. Biaya tenaga kerja langsung yang dikeluarkan perusahaan
(menurut data) tahun 2014 sebesar Rp. 468.720.000.
c. Biaya Overhead Pabrik
Besarnya biaya overhead pabrik selama tahun 2014 (menurut data
perusahaan) dapat diperincikan sebagai berikut :
1. Biaya penyimpanan Rp. 25.000.000
2. Perlengkapan Rp. 30.000.000
3. Listrik Rp. 77.966.000
4. Penyusutan aktiva tetap Rp. 47.260.000
5. Biaya reparasi&pemeliharaan Rp. 23.482.000
6. Asuransi kecelakaan karyawan Rp. 24.650.000
Jumlah biaya overhead pabrik Rp. 228.358.000
2. Biaya non produksi
Besarnya biaya non produksi menurut data perusahaan dapat
ditentukan sebesar Rp. 663.787.000, hal ini dapat dirinci bahwa biaya
administrasi dan umum sebesar Rp. 634.807.000 dan biaya pemasaran sebesar
Rp. 28.980.000.
Berdasarkan data biaya produksi dan biaya non produksi maka dapat
disajikan melalui tabel 4 berikut ini :
38
Tabel 4 Besarnya Biaya Produksi Sebelum
Pemisahan Biaya Semi Variabel Tahun 2014
Jenis Biaya Nilai Biaya (Rp) Keterangan
A. Biaya Produksi 1. Biaya Bahan Baku dan Pembantu - Biaya Bahan Baku 1.523.760.000 Variabel - Biaya Bahan Pembantu 107.748.000 Variabel 2. Biaya Tenaga Kerja Langsung - Biaya Tenaga Kerja Langsung 468.270.000 Variabel 3. Biaya Overhead Pabrik - Biaya Penyimpanan 25.000.000 Tetap - Perlengkapan 30.000.000 Variabel - Listrik 77.966.000 Semi Variabel - Penyusutan aktiva tetap 47.260.000 Tetap - Biaya reparasi dan pemeliharaan pabrik 23.482.000 Semi Variabel - Asuransi Kecelakaan Karyawan 24.650.000 Tetap
Jumlah biaya overhead pabrik 228.358.000
Total Biaya produksi (1+2+3) 2.328.136.000
B. Biaya Non Produksi 1. Biaya Penjualan - Biaya Promosi Penjualan 28.980.000 Tetap 2. Biaya Adm/umum - Biaya gaji/tunjangan karyawan 512.540.000 Tetap - Biaya Penyusutan 29.782.000 Tetap - Biaya Listrik 46.490.000 Tetap - Biaya alat tulis kantor 6.480.000 Tetap - Biaya Telepon 10.360.000 Tetap - Pajak 16.625.000 Tetap - Biaya asuransi 12.530.000 Tetap
Biaya administrasi umum 634.807.000
Jumlah biaya non produksi (1+2) 663.787.000
Total Biaya (A+B) 2.991.923.000 Sumber : Hasil olahan data
Dari data tersebut di atas, selanjutnya akan disajikan rincian biaya semi
variabel dari bulan Januari s/d Desember tahun 2014 yang dapat disajikan
melalui tabel berikut ini :
39
Tabel 5 Data Biaya Semi Variabel Pada CV. Cita Nasional
Tahun 2014
Bulan Jenis Biaya Semi Variabel
Biaya reprasi&pmeliharaan Biaya Listrik
Januari 2.457.000 7.412.000
Februari 1.870.000 6.060.000
Maret 2.400.000 6.886.000
April 1.230.000 5.655.000
Mei 2.213.000 6.512.000
Juni 1.769.000 6.210.000
Juli 1.543.000 5.918.000
Agustus 2.154.000 6.682.000
September 1.985.000 6.123.000
Oktober 1.321.000 5.864.000
November 1.560.000 6.890.000
Desember 2.980.000 7.754.000
Total 23.482.000 77.966.000 Sumber : Hasil olahan data
Berdasarkan tabel 5 yakni data biaya pemisahan semi variabel,
khususnya pada CV. Cita Nasional, maka perlu dilakukan pemisahan biaya
semi variabel dengan menggunakan least square method (OLS) dalam
melakukan pemisahan biaya semi variabel yang dapat dilihat melalui
lampiran.
Dari hasil pemisahan biaya semi variabel (Lampiran) maka selanjutnya
akan disajikan kalkulasi biaya setelah dilakukan pemisahan biaya semi
variabel yang dapat dilihat melalui tabel 6 berikut ini :
40
Sumber : Hasil olahan data
Berdasarkan tabel 6 yakni data biaya (biaya produksi dan biaya non
produksi) setelah dilakukan pemisahan biaya semi variabel, didapatkan hasil
untuk biaya produksi variabel sebesar Rp. 2.148.594.388 sehingga untuk total
Tabel 6 Klasifikasi Biaya Setelah Dilakukan Pemisahan Biaya Semi Variabel
Tahun 2014
Jenis Biaya Jumlah Biaya
Total Biaya (Rp) Biaya Tetap
Biaya Variabel
A. Biaya Produksi 1. Biaya Bahan Baku dan Pembantu - Biaya Bahan Baku - 1.523.760.000 1.523.760.000 - Biaya Bahan Pembantu - 107.748.000 107.748.000 2. Biaya Tenaga Kerja Langsung - Biaya Tenaga Kerja Langsung - 468.270.000 468.270.000 3. Biaya Overhead Pabrik - Biaya Penyimpanan 25.000.000 - 25.000.000 - Perlengkapan - 30.000.000 30.000.000 - Listrik 66.157.030 11.808.970 77.966.000 - Penyusutan aktiva tetap 47.260.000 - 47.260.000 - Biaya reparasi dan pemeliharaan pabrik 16.474.582 7.007.418 23.482.000 - Asuransi Kecelakaan Karyawan 24.650.000 - 24.650.000 Jumlah biaya produksi 179.541.612 2.148.594.388 2.328.136.000 B. Biaya Non Produksi 1. Biaya Penjualan - Biaya Promosi Penjualan 28.980.000 - 28.980.000 2. Biaya Adm/umum - Biaya gaji/tunjangan karyawan 512.540.000 - 512.540.000 - Biaya Penyusutan 29.782.000 29.782.000 - Biaya Listrik 46.490.000 - 46.490.000 - Biaya alat tulis kantor 6.480.000 - 6.480.000 - Biaya Telepon 10.360.000 - 10.360.000 - Pajak 16.625.000 - 16.625.000 - Biaya asuransi 12.530.000 - 12.530.000 B. Biaya Non Produksi 663.787.000 - 663.787.000 Total Biaya (A+B) 818.328.612 2.148.594.388 2.991.923.000 Biaya Variabel perunit 818.328.612 1.600
41
biaya produksi per lemari sebesar Rp. 1.600. Selanjutnya akan disajikan data
kapasitas produksi yang diperoleh dari CV. Cita Nasional yang dapat disajikan
pada tabel 7 yaitu sebagai berikut :
Tabel 7
Kapasitas Produksi Normal dan Kapasitas Sesungguhnya Susu Segar Nasional (cup)
Tahun 2014
Jenis
Kapasitas Produksi Kapasitas
sesungguhnya Kapasitas
Menganggur
1 2 1-2 = 3 Susu segar nasional 1.500.000 1.399.000 101.000
Sumber : Data diolah dari CV. Cita Nasional
Berdasarkan tabel 7 yakni data kapasitas produksi normal dan kapasitas
sesungguhnya susu segar nasional ukuran cup yang menunjukkan bahwa menurut data
CV. Cita Nasional sebesar 1.500.000, sedangkan kapasitas produksi sesungguhnya
sebesar 1.399.000, sehingga terjadi kapasitas menganggur sebesar 101.000 unit.
Analisis Biaya Menurut Variable Costing
Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap produksi adalah berkaitan dengan
biaya, karena tanpa biaya yang dikeluarkan oleh setiap perusahaan manufaktur maka
kegiatan produksi tidak akan terlaksana sesuai dengan yang diharapkan oleh setiap
perusahaan. Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa biaya berperan penting
dalam kegiatan produksi.
CV. Cita Nasional adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri
pengolahan susu, sehingga dalam menjalankan kegiatan produksi perusahaan perlu
menggunakan metode penentuan harga pokok produksi yang benar, karena kesalahan
dalam penentuan harga pokok produksi akan mengkibatkan laba yang diperoleh
perusahaan kurang optimal, sehingga salah satu metode penentuan harga pokok
produksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah variable costing.
42
Penerapan variable costing adalah suatu metode penentuan harga pokok
produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel
kedalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung dan biaya overhead pabrik variabel. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa
penerapan variable costing bagi manajemen lebih baik digunakan sebagai alat
perencanaan dan pengambilan keputusan jangka pendek yang tidak mengharuskan
pertumbuhan tentang biaya non produksi.
Perhitungan biaya produksi dengan menggunakan metode variable costing,
dalam menentukan biaya produksi yang ada pada CV. Cita Nasional hanya
membebankan unsur-unsur biaya produksi yang bersifat variabel saja. Pembebanan
biaya produksi tersebut dilakukan berdasarkan biaya historis atau biaya yang
sesungguhnya terjadi. Dengan menggunakan tarif biaya overhead yang telah ada,
maka dapat disusun standar dan anggaran biaya untuk keperluan pengawasan
dan efisiensi kerja. Dari hasil analisa yang telah dilakukan, maka berikut ini
penulis akan menghitung harga pokok produksi dengan menggunakan variable
costing.
Sebelum dilakukan penerapan variable costing sebagai alat pengambilan
keputusan menerima atau menolak pesanan khusus, khususnya pada CV. Cita
Nasional maka terlebih dahulu akan disajikan data penjualan susu segar nasional
ukuran cup yang dapat disajikan pada tabel 8 berikut ini :
Tabel 8 CV. Cita Nasional
Volume Penjualan Susu Segar Nasional Tahun 2014
Jenis Produk
Volume Penjualan (unit) Harga Jual (Rp)
Nilai Penjualan (Rp)
Susu Segar Nasional 1.301.250 2.500 3.253.125.000 Sumber : Data diolah dari CV. Cita Nasional
43
Berdasarkan tabel 8 yakni data penjualan susu segar nasional, yang
menunjukan bahwa data penjualan susu segar nasional sebesar 1.301.250 unit atau
sebesar Rp. 3.253.125.000. Dengan demikian akan disajikan perhitungan laba rugi
berdasarkan pendekatan variable costing yang dapat disajikan pada tabel 10 yaitu
sebagai berikut :
Tabel 9 Laporan Laba Rugi Pendekatan Variable Costing
Susu Segar Nasional Tahun 2014
Keterangan Total
Penjualan 3.253.125.000
Biaya Variabel : Biaya Bahan Baku dan Bahan Pembantu 1.631.508.000 Biaya Tenaga Kerja Langsung 468.270.000 Biaya Overhead Pabrik 48.816.388
Jumlah Biaya Variabel 2.148.594.388
Kontribusi Margin 1.104.530.612
Biaya Tetap Biaya Overhead Tetap 179.541.612 Biaya Penjualan 28.980.000 Biaya Adm/Umum 634.807.000
Jumlah Biaya Tetap 843.328.612
Laba Bersih Sebelum Pajak 261.202.000 Sumber : Hasil Olahan Data
Berdasarkan tabel 9 yakni hasil perhitungan laba (rugi) dalam penjualan susu
segar nasional dengan menggunakan pendekatan biaya variable costing maka
besarnya laba bersih sebelum pajak pada tahun 2014 sebesar Rp. 261.202.000.
Analisis Keputusan Jangka Pendek Menerima atau Menolak Pesanan Khusus
Berdasarkan hasil analisis biaya dengan pendekatan variable costing dan
kaitannya dengan laporan laba rugi maka upaya yang dilakukan adalah mengambil
keputusan jangka pendek antara menerima atau menolak pesanan khusus. Oleh karena
itulah dalam menganalisis keputusan jangka pendek menerima atau menolak pesanan
khusus maka digunakan analisis diferrensial sebagai alat pengambilan keputusan
44
menerima atau menolak pesanan khusus. Dimana menerima atau menolak pesanan
khusus adalah dua alternatif keputusan yang diharapkan oleh manajer perusahaan.
Pesanan khusus adalah pesanan di luar daripada pesanan normal.
Dalam menganalisis pesanan khusus, maka yang dijadikan tolak ukur dalam
penelitian ini adalah susu segar nasional ukuran cup, alasannya karena jenis susu
segar nasional ukuran cup memiliki pesanan khusus yang paling besar. Penerimaan
pesanan khusus biasanya dilakukan oleh perusahaan yang memiliki kapasitas
menganggur yang mendorong manajemen untuk mempertimbangkan penetapan harga
jual di bawah harga jual normal. Perusahaan memproduksi secara rutin produk seperti
susu segar nasional dan yoghurt tiap bulannya. Perusahaan juga menerima pesanan
dari konsumennya seperti Toko Andi Baru yang memesan yoghurt sebanyak 50.000
unit. Selain itu beberapa pesanan yang sudah diterima perusahaan selama tahun 2014
adalah susu segar nasional ukuran cup.
Dengan adanya pesanan khusus tersebut selama ini perusahaan tidak
mempunyai perhitungan khusus ketika memutuskan untuk menerima suatu pesanan di
luar produk masa yang biasa dibuat, namun disisi lain perusahaan mengharapkan
tingkat pengembalian dari penerimaan pesanan bisa melampaui biaya-biaya yang
harus dikeluarkan dalam memproduksi produk dengan harga jual yang lebih murah
dari harga jual normal. Informasi akuntansi yang dimiliki perusahaan tidak dapat
menentukan apakah penjualan yang meningkat karena adanya pesanan khusus
tersebut berdampak positif terhadap laba perusahaan atau tidak. Perusahaan hanya
melihat dari sisi harga yang ditawarkan konsumen jika harga tersebut jauh lebih besar
dari semua biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan maka pesanan khusus tersebut
diterima oleh perusahaan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari perusahaan pada tahun 2014 bahwa
dalam memproduksi susu perusahaan mampu memproduksi sebanyak 1.399.000 unit
dan dapat terjual sebanyak 1.301.250 unit dengan harga jual per unit sebesar Rp.
2.500. Disini terdapat kapasitas yang menganggur sebanyak 97.750 unit susu, yang
45
dapat digunakan manajemen untuk mempertimbangkan apakah suatu pesanan khusus
dapat diterima atau ditolak dengan memanfaatkan kapasitas yang masih ada. Pada
akhir bulan Desember 2014 perusahaan mendapatkan penawaran pesanan khusus dari
CV. Pangudi Luhur untuk susu segar nasional ukuran cup sebesar 97.500 unit dengan
harga jual per unit sebesar Rp. 2.100. Jika biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan
dalam hal pembuatan susu per unit adalah Rp. 1.700 dengan harga jual sebesar Rp.
2.500, maka perusahaan memperoleh pendapatan sebesar Rp. 800 per unit. Apakah
perusahaan akan menerima atau menolak pesanan khusus dari CV. Pangudi Luhur
dengan harga susu yang ditawarkan sebesar Rp. 2.100 per unit jika biaya yang
dikeluarkan Rp. 1.700 per unit.
Pemimpin perusahaan harus benar-benar memperhatikan keputusan mana
yang harus diambil, untuk melakukan pengambilan keputusan menerima pesanan
khusus ataukah pengambilan keputusan menolak pesanan khusus maka perusahaan
harus mengambil keputusan dengan dilakukan analisis biaya differensial. Sebelum
dilakukan analisis pesanan khusus, diperoleh data tambahan dari perusahaan
mengenai penambahan pesanan khusus. CV. Pangudi Luhur mengajukan penawaran
pembelian produk susu segar nasional ukuran cup sebanyak 97.500 unit dengan harga
Rp. 2.100 per unit.
Berdasarkan informasi di atas selanjutnya akan dilakukan pemisahan antara
biaya relevan dan biaya tidak relevan dari masing-masing biaya yang terjadi untuk
memenuhi pesanan khusus tersebut yaitu sebagai berikut:
46
Sumber : Data di olah
Berdasarkan tabel 10 dapat diketahui bahwa pengaruh pesanan khusus
terhadap jumlah biaya produksi yang bisa berubah adalah biaya bahan baku dan bahan
pembantu, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel akan
berubah sesuai dengan jumlah yang diproduksi, karena berbanding lurus dengan jenis
kegiatan produksinya. Jika jumlah yang diproduksi meningkat, maka untuk jumlah
biaya produksinya juga akan meningkat, dan jika jumlah yang diproduksi sedikit
maka jumlah biaya produksinya juga akan sedikit sesuai dengan jumlah yang
diproduksi. Sedangkan untuk biaya overhead pabrik tetap dan biaya non produksi
tidak terpengaruh atau tidak terjadi perubahan terhadap setiap kegiatan produksi,
karena biaya tetap ini tidak ada perubahan jika suatu produksi meningkat dan tidak
relevan dalam pengambilan keputusan jangka pendek khususnya untuk menerima atau
menolak pesanan khusus.
Dengan adanya penawaran pesanan khusus sebesar 97.500 unit dengan harga
per unit Rp. 2.100 sehingga akan mendapatkan total pendapatan sebesar Rp.
Tabel 10 Alokasi Pengaruh Pesanan Khusus Terhadap Biaya Produksi
Tahun 2014
Jenis Biaya Berubah jika terjadi perubahan
pada Sudah/akan dikeluarkan
Volume Menerima/menolak pesanan Kusus
Bahan Baku dan Bahan Pembantu Ya Ya Disesuaikan Biaya Tenaga kerja langsung Ya Ya Disesuaikan Biaya Overhead Pabrik Variabel Ya Ya Disesuaikan Biaya Overhead Pabrik tetap Tidak Tidak Sudah dikeluarkan Biaya Non Produksi Tidak Tidak Sudah dikeluarkan
47
204.750.000. Selanjutnya akan disajikan tabel tentang perubahan biaya setelah
menerima pesanan khusus sebagai berikut :
Sumber : Data di olah
Berdasarkan tabel 11, dapat diketahui bahwa total biaya produksi setelah
menerima pesanan khusus adalah sebesar Rp. 3.145.786.503. Dapat diperoleh karena
adanya tambahan biaya produksi untuk pesanan khusus, yang meliputi biaya bahan
baku langsung dan bahan pembantu, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead
pabrik variabel yaitu listrik dan perlengkapan. Karena semua jenis biaya ini akan
bertambah sesuai dengan perubahan volume kegiatan produksi. Selanjutnya akan
Jenis Biaya Nilai Biaya (Rp) Penambahan karena pesanan Khusus saldo
A. Biaya Produksi
1. Biaya Bahan Baku dan Pembantu
- Biaya Bahan Baku (Rp 1.089/cup) 1.523.760.000 106.194.853 1.629.954.853
- Biaya Bahan Pembantu(Rp 77/cup) 107.748.000 7.509.242 115.257.242
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung -
- Biaya Tenaga Kerja Langsung (Rp 335/cup) 468.270.000 32.634.971 500.904.971
3. Biaya Overhead Pabrik -
- Biaya Penyimpanan 25.000.000 - 25.000.000
- Perlengkapan (Rp. 21/cup) 30.000.000 2.090.779 32.090.779
- Listrik (Rp. 56/cup) 77.966.000 5.433.656 83.399.656
- Penyusutan aktiva tetap 47.260.000 - 47.260.000
- Biaya reparasi dan pemeliharaan pabrik 23.482.000 - 23.482.000 - Asuransi Kecelakaan Karyawan 24.650.000 - 24.650.000
Jumlah biaya overhead pabrik 228.358.000 7.524.435 235.882.435 Total Biaya produksi (1+2+3) 2.328.136.000 153.863.503 2.481.999.503
B. Biaya Non Produksi
1. Biaya Penjualan
- Biaya Promosi Penjualan 28.980.000 - 28.980.000
2. Biaya Adm/umum -
- Biaya gaji/tunjangan karyawan 512.540.000 - 512.540.000
- Biaya Penyusutan 29.782.000 - 29.782.000
- Biaya Listrik 46.490.000 - 46.490.000
- Biaya alat tulis kantor 6.480.000 - 6.480.000
- Biaya Telepon 10.360.000 - 10.360.000
- Pajak 16.625.000 - 16.625.000
- Biaya asuransi 12.530.000 - 12.530.000
Biaya administrasi umum 634.807.000 Jumlah biaya non produksi (1+2) 663.787.000 - 663.787.000
Total Biaya (A+B) 2.991.923.000 153.863.503 3.145.786.503
Perubahan Biaya Operasional Setelah Menerima Pesanan Khusus
Tahun 2014
Tabel 11
48
disajikan analisis biaya differensial dengan dan tanpa pesanan khusus susu segar
nasional yang dapat disajikan pada tabel 12 yaitu sebagai berikut :
Tabel 12 Analisis Biaya Differensial Dengan Dan Tanpa Pesanan Khusus
Susu Segar Nasional Tahun 2014
Keterangan Tanpa Pesanan Khusus (Rp)
Pesanan Khusus (Rp)
Pendapatan
3.253.125.000
3.253.125.000
Pesanan Khusus -
204.750.000
Total Penjualan
3.253.125.000
3.457.875.000 Biaya Relevan Biaya Produksi (Tanpa pesanan khusus)
2.328.136.000
2.328.136.000
Biaya Produksi (Pesanan khusus) * -
153.863.503
Total biaya relevan
2.328.136.000
2.481.999.503 Biaya Non Relevan Biaya Non Produksi (tanpa pesanan khusus)
663.787.000
663.787.000
Biaya Non Produksi (pesanan khusus)
-
-
Total Biaya Non Relevan
663.787.000
663.787.000
Total Biaya Operasional
2.991.923.000
3.145.786.503
Laba Bersih Sebelum Pajak
261.202.000
312.088.497 Sumber : Data di olah
Berdasarkan tabel 12 yakni analisis biaya differensial dalam menerima atau
menolak pesanan khusus maka laba bersih sebelum pajak tanpa pesanan khusus
sebesar Rp. 261.202.000, sedangkan laba bersih setelah pesanan khusus adalah
sebesar Rp. 312.088.497, sehingga terdapat laba differensial sebesar Rp. 50.886.497.
Berdasarkan perhitungan diatas, menerima pesanan khusus menghasilkan lebih
49
banyak keuntungan daripada menolak pesanan khusus tersebut. perusahaan sebaiknya
menerima penawaran pesanan khusus, karena tambahan pendapatannya sebesar Rp.
312.088.497 lebih besar daripada tambahan biayanya Rp. 153.863.503.
Tabel 13 Analisis Pengambilan Keputusan Menerima/ Menolak Pesanan Khusus
CV. Cita Nasional
Keterangan Reguler Pesanan Khusus
Produksi 100% 7%
Pendapatan 100% 6%
Biaya Operasional 100% 5%
Laba Bersih sebelum pajak 100% 19% Sumber : Data di olah
Pada tabel 13 dapat diketahui bahwa dengan menerima pesanan khusus dan
dengan tidak menerima pesanan khusus terjadi tambahan volume produk yang
diproduksi sebesar 7%, pendapatan sebesar 6%, dan biaya operasional sebesar 5%,
maka didapatkan hasil untuk laba bersih sebelum pajak yang diterima oleh perusahaan
adalah sebesar 19%. Karena dengan biaya operasional lebih kecil dibandingkan
dengan pendapatanya maka pesanan khusus dari CV. Pangudi Luhur dapat diterima
karena bisa menambah laba yang diperoleh perusahaan.
Pembahasan
Pada bulan Desember 2014 CV. Cita Nasional menerima tawaran pesanan
khusus (di luar pesanan reguler) sebanyak 97.500 unit susu dari CV. Pangudi Luhur.
Harga yang diminta oleh perusahaan tersebut adalah Rp. 2.100 per unit. Dalam
mempertimbangkan pesanan, pimpinan CV. Cita Nasional menghadapi masalah yaitu
pesanan tersebut bukan berasal dari pelanggan reguler perusahaan, atau jika pimpinan
CV. Cita Nasional dapat memberlakukan pesanan tersebut sebagai pesanan reguler,
atas dasar anggapan bahwa biaya tetap perusahaan akan dapat diserap oleh produk
yang diproduksi dan dijual dalam tahun 2014, belum termasuk pesanan sebanyak
97.500 unit yang dipertimbangkan.
50
CV. Cita Nasional belum menerapkan informasi akuntansi differensial dan
variable costing dalam pengambilan keputusan untuk mengevaluasi perbedaan-
perbedaan dalam pendapatan dan biaya dan/aktiva yang berkaitan dengan berbagai
alternatif tindakan yang dapat dilakukan. Dalam mempertimbangkan permintaan
penawaran harga dari CV. Pangudi Luhur, pimpinan CV. Cita Nasional harus
memberlakukan pesanan tersebut sebagai pesanan khusus (special order). Oleh
karena itu, pesanan tersebut tidak dibebani tanggung jawab untuk menutup biaya
tetap, karena biaya tetap akan ditutup dari pesanan reguler.
Hasil penelitian menjelaskan bahwa jumlah yang diproduksi dan penjualan
pada tahun 2014 tidak mencapai target yang sudah ditetapkan oleh perusahaan. Untuk
jumlah yang diproduksi tidak memenuhi target dikarenakan tenaga kerja tidak bekerja
secara maksimal, banyak yang bermalas-malasan dan sering bolos kerja, jadi output
yang dihasilkan tidak memenuhi target. Sehingga terdapat kapasitas menganggur
dengan presentase cukup besar yang akan berpengaruh terhadap laba perusahaan.
Namun, kapasitas menganggur ini dapat dijadikan sebagai peluang untuk menerima
pesanan khusus dengan menggunakan analisis biaya differensial.
Perhitungan harga pokok per unit dengan menggunakan metode full costing
tentu saja akan membuat perusahaan tidak akan menerima pesanan khusus, karena
harga pokok per unit melebihi biaya produksi. Namun, jika dianalisis dengan metode
variable costing yang tentunya akan menghilangkan beberapa akun-akun biaya seperti
biaya tenaga kerja tak langsung dan biaya overhead pabrik serta biaya non produksi
yang telah ditetapkan untuk periode satu tahun, maka hal ini tentunya membuat
manajemen perusahaan dapat menerima pesanan khusus yang sangat membantu
perusahaan untuk mencapai laba maksimal.
Berdasarkan hasil olahan data pada tabel 6 diketahui bahwa total biaya
produksi per unit dengan menggunakan metode variable costing dalam pembuatan
susu segar nasional sebesar Rp. 1.600, yang akan menentukan harga jual per unit susu
pada perusahaan sebesar Rp. 2.500. Kemudian, dari hasil perhitungan laba rugi
51
dengan variable costing pada tabel 9 bahwa laba bersih yang diperoleh selama tahun
2014 sebesar Rp. 261.202.000. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan
oleh Mulyadi (2005:233) yang menyatakan “Metode variable costing adalah
pemisahan antara biaya tetap dengan biaya variabel sehingga dapat menyajikan
informasi sehubungan dengan pengambilan keputusan jangka pendek dalam
menentukan harga jual yang kompetitif dan kualitas produk yang optimal”.
Berdasarkan tabel 10 dapat di analisis biaya relevan untuk penambahan biaya
dalam pesanan khusus, analisis biaya relevan ini digunakan untuk memilih biaya-
biaya yang relevan dalam penentuan harga jual produk pesanan khusus. Tidak semua
biaya variabel merupakan biaya yang relevan terhadap pengambilan keputusan. Biaya
relevan meliputi semua biaya yang terpengaruh oleh pengambilan suatu keputusan
termasuk keputusan manajemen dalam menentukan harga jual produk pesanan
khusus, seperti: biaya variabel, biaya tetap (apabila biaya tetap tersebut berubah
jumlahnya yang perubahannya bukan disebabkan oleh adanya perningkatan aktivitas
produksi), selain itu biaya semi variabel juga patut untuk dipertimbangkan karena di
dalam biaya tersebut juga terdapat unsur variabel dimana jika terjadi peningkatan
aktivitas produksi, biaya tersebut juga akan berubah. Selain itu untuk biaya semi
variabel juga harus dilakukan pemisahan antara unsur tetap dan variabelnya. Dalam
hal ini digunakan least square method untuk pemisahan unsur dalam biaya semi
variabel.
Hasil perhitungan dalam menerima pesanan khusus, diperoleh hasil untuk
pendapatan yang diterima perusahaan yaitu sebesar Rp. 204.750.000 jauh lebih besar
daripada biaya relevan yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp. 153.863.503, hal ini
menunjukan bahwa pesanan khusus dari CV. Pangudi Luhur dalam pemesanan susu
segar nasional ukuran cup sebanyak 97.500 unit dapat diterima karena sesuai dengan
kriteria pengambilan keputusan pesanan khusus yang dikemukakan Supriyono
(2005:264) yaitu jika pendapatan relevan per unit lebih besar dari biaya relevan
pesanan khusus maka pesanan khusus per unit akan diterima sedangkan jika
52
pendapatan relevan per unit lebih kecil dari biaya relevan pesanan khusus maka
pesanan khusus per unit akan ditolak.
Pesanan khusus yang diterima perusahaan memperoleh laba relevan sebesar
Rp. 50.886.497. Dalam hal ini berdasarkan hasil yang diperoleh sejalan dengan teori
yang melandasi, sama halnya dengan penelitian terdahulu (Denis Kusumawati, 2014)
dimana perusahaan tersebut memilih untuk menerima pesanan khusus. Hal ini juga
yang dihadapi CV. Cita Nasional dalam pengambilan keputusan pesanan khusus
produk susu segar nasional dari CV. Pangudi Luhur.
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari analisis dan pembahasan mengenai penggunaan
variable costing dalam melakukan pengambilan keputusan dalam menerima atau
menolak pesanan khusus pada perusahaan CV. Cita Nasional, dapat disimpulkan
bahwa pesanan khusus pada bulan Desember 2014 yang dilakukan oleh CV. Pangudi
Luhur untuk susu segar nasional ukuran cup dapat diterima. Karena dapat diperoleh
laba sebesar Rp. 50.886.497 dengan total pendapatan sebesar Rp. 204.750.000 dan
biaya relevan sebesar Rp.153.863.500, karena biaya yang dikeluarkan lebih kecil
dibandingkan dengan pendapatan yang diperoleh, sehingga pesanan khusus tersebut
dapat diterima oleh perusahaan.
Implikasi
CV. Cita Nasional dalam menerima pesanan khusus harus mempunyai
perhitungan khusus untuk menganalisis bagaimana suatu pesanan khusus dapat
diterima atau ditolak. Manejemen dituntut untuk dapat menganalisis dan mengambil
keputusan yang tepat. Selain adanya kapasitas mengangur, perusahaan juga dapat
menambah laba perusahaan dengan menerima pesanan khusus.
53
Selama ini perusahaan tidak mempunyai perhitungan khusus ketika
memutuskan untuk menerima atau menolak pesanan khusus, maka dalam mengatasi
masalah tersebut, diperlukan suatu analisis yaitu dengan variable costing yang hanya
membebankan biaya yang bersifat variabel saja dan tidak mengharuskan pertumbuhan
biaya non produksi.
Hal-hal yang harus diperhatikan perusahaan untuk menerima pesanan khusus
adalah:
1. Kapasitas poduksi
Kapasitas produksi tersedia atau tidak, jika kapasitas produksi mencapai
maksimal maka pesanan khusus ditolak karena bisa menambah biaya tetap
perusahaan. Akan tetapi jika kapasitas produksi belum maksimal, yaitu dengan
memanfaatkan kapasitas menganggur yang bisa digunakan untuk menerima
pesanan khusus.
2. Laba yang diperoleh
Apakah dengan menerima pesanan khusus dapat menambah laba perusahaan
atau tidak. Jika biaya yang dikeluarkan lebih sedikit dibandingkan dengan
pendapatan yang diperoleh pesanan khusus diterima. Akan tetapi jika biaya
yang dikeluarkan lebih besar dibandingkan dengan pendapatan yang diterima,
maka pesanan khusus ditolak.
Penelitian ini telah menunjukkan bahwa metode variable costing dapat
digunakan sebagai alat untuk menerima pesanan khusus CV. Cita Nasional, dimana
dengan memanfaatkan kapasitas menganggur untuk memenuhi pesanan khusus
memberikan laba kontribusi. Karena biaya yang dikeluarkan lebih kecil dibandingkan
dengan pendapatan yang diperoleh, pesanan khusus CV. Pangudi Luhur diterima.
Berdasarkan hasil penelitian di atas bahwa metode variable costing dapat digunakan
sebagai alat mengambil keputusan jangka pendek pada pesanan khusus.
54
Saran
Adapun saran-saran yang dapat peneliti berikan kepada perusahaan
sehubungan dengan hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan yaitu sebagai
berikut :
1. Perusahaan agar menerapkan metode variable costing dalam pengambilan
keputusan jangka pendek, khususnya dalam menerima atau menolak pesanan
khusus yang berkaitan dengan banyaknya kapasitas menganggur, dan juga
disebabkan karena tenaga kerja yang sering bolos kerja ataupun datang
terlambat yang mengakibatkan output yang dihasilkan tidak sesuai dengan
target.
2. Dalam pemilihan alternatif menerima atau menolak pesanan khusus,
perusahaan agar mampu menerapkan analisis biaya differensial, hal ini
dimaksudkan untuk mengetahui biaya produksi yang ditentukan perusahaan
tidak lebih besar daripada harga jual yang ditawarkan dan untuk mengetahui
seberapa besar margin laba yang dicapai oleh perusahaan.
55
DAFTAR PUSTAKA
Bokong, C.E., P.S. Sifrid, dan P. Winston. 2014. Analisis Perhitungan Biaya Produksi
Menggunakan Pendekatan Biaya Variable Costing Pada Perusahaan Roti Lidya.
Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi. Vol. 14. No. 1. Universitas Sam Ratulangi.
Manado.
Kusumawati, Denis. 2014. Analisis Biaya Deferensial Dalam Rangka Menerima Atau
Menolak Pesanan Khusus (Studi Pada Suksesabiz Store Konveksi Dan Sablon,
Sidoarjo. Skripsi. Fakultas Ilmu Administrasi. Universitas Brawijaya Malang.
Lambajang, A.A. 2013. Analisis Perhitungan Biaya Produksi Menggunakan Metode
Variable Costing PT. TROPICA COCOPRIMA. Jurnal EMBA. Vol. 1. No. 3.
Universitas Sam Ratulangi. Manado.
Mulyadi. 2005. Akuntasi Biaya. Edisi Kelima. Cetakan Ketujuh. Penerbit: UPP-AMP
YKPN. Yogyakarta.
Mulyadi. 2009. Akuntansi Biaya. Salemba. Jakarta
Mulyadi. 2012. Akuntansi Biaya. Edisi Kelima. Yogyakata: Unit Penerbit dan
Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.
Mursyidi. 2008. Akuntansi Biaya. Cetakan Pertama. Penerbit: Refika Aditama.
Bandung.
Oentoe, Christy. 2013. Analisis Perhitungan Biaya Produksi Menggunakan Metode
Variable Costing. Jurnal EMBA. Vol. 1. No. 3. USR. Manado.
Riduwan dan Akdom. 2007. Rumus Data Dalam Analisis Statistik. Cetakan kedua.
Penerbit : Alfabeta. Bandung.
Samsul, N.H. 2013. Perbandingan Harga Pokok Produksi Full Costing Dan Variable
Costing Untuk Harga Jual CV. Pyramid. Jurnal ISSN 2303-1174. Vol. 1. No. 3.
UPN. Jawa Timur.
56
Sunarto. 2006. Akuntansi Biaya. Edisi Revisi. Yogyakarta: Amus.
Sunarto. 2010. Akuntansi Biaya. Edisi Revisi. Yogyakarta: Amus.
Supriyono, R. A. 2002. Akuntansi Biaya : Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga
Pokok. Edisi kedua. Yogyakarta: BPFE.
Syamrin, LM. 2004. Akuntansi Manajerial Suatu Pengantar. Edisi pertama.
Cetakan keempat. Penerbit: Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Widilestariningtyas, O., A.D. Sri, dan F.W. Sonny. 2012. Akuntansi Biaya. Graha
Ilmu. Yogyakarta.
Witjaksono, A. 2006. Harga pokok produksi. Jakarta.
57
LAMPIRAN Lampiran 1. Susunan Personalia CV. Cita Nasional
Jabatan Nama Direktur Utama Rudi Kurnia Danuwijaya Plan Manager Iskandar Muhklas Asisten Manager Enang Komara Kepala Quality Control dan R&D Moh. Nur Ali Muslim Kepala Engineering Ade Herman Kepala Gudang Atang S. Ass. Supervisor Proses Nur Haryanto Ass. Supervisor QC dan R&D Agung Tri Kuncoro Ass. Supervisor Filling & Sealing Santosa Administrasi Supriyati Sumber : Data perusahaan tahun 2010
Lampiran 2. Jabatan dan Jumlah Karyawan CV. Cita Nasional Jenis Pekerjaan Jumlah 1. Manager Personalia 1 a. Staf Personalia 1 b. Satuan Pengaman 6 c. Supir Kantor 1 d. Kebersihan 4 2. Manager Produksi - a. Ass. Supervisor Proses 1 Operator 9 b. Supervisor QC 1 Operator 3 c. Ass. Supervisor Filling& Sealing 1 Operator 39 Pencuci Krat 4 3. Manager Engineering 1 a. Supervisor Elektrik 1 Operator 4 b. Supervisor Mekanik 1 Operator 5 4. Manager Keuangan dan Adm. Gudang 1 a. Staf Administrasi 3 b. Operator Gudang 4 Jumlah 90 orang
58
Lampiran 3. Pemisahan Biaya Semi Variabel
a) Biaya Listrik
Sumber : Data di olah
Berdasarkan data tersebut diatas, maka dapat ditentukan biaya variabel (b)
yang dapat ditentukan dengan menggunakan rumus :
b = n∑XY – (∑X) (∑Y)
n∑X² - (∑X)²
a = ∑Y – b (∑X)
n
b = 111.274.408.800.000 – 109.074.434.000.000
2.217.830.400.000 – 1.957.201.000.000
b = 2.199.974.800.000
260.629.400.000
b = 8,44
Kemudian biaya tetap perbulan dapat dihitung sebagai berikut :
a = 77.966.000 – 11.808.970
12
Bulan Jumlah Produksi (X) Biaya Listrik (Y) X2 XY
Januari 230.000 7.412.000 52.900.000.000 1.704.760.000.000
Februari 89.500 6.060.000 8.010.250.000 542.370.000.000
Maret 145.000 6.886.000 21.025.000.000 998.470.000.000
April 95.800 5.655.000 9.177.640.000 541.749.000.000
Mei 102.000 6.512.000 10.404.000.000 664.224.000.000
Juni 85.700 6.210.000 7.344.490.000 532.197.000.000
Juli 78.500 5.918.000 6.162.250.000 464.563.000.000
Agustus 169.000 6.682.000 28.561.000.000 1.129.258.000.000
September 98.600 6.123.000 9.721.960.000 603.727.800.000
Oktober 89.400 5.864.000 7.992.360.000 524.241.600.000
November 120.000 6.890.000 14.400.000.000 826.800.000.000
Desember 95.500 7.754.000 9.120.250.000 740.507.000.000
1.399.000 77.966.000 184.819.200.000 9.272.867.400.000
59
a = 66.157.030
12
a = 5.513.086
Sehingga pemisahan biaya semi variabel dapat dihitung sebagai berikut :
Total biaya (Y) = 77.966.000
Biaya variabel (b) =11.808.970
Biaya tetap (a) = 66.157.030
b) Biaya pemeliharaan bangunan dan peralatan pabrik
Sumber : Data di olah
Berdasarkan data tersebut diatas, maka dapat ditentukan biaya variabel
(b) yang dapat ditentukan dengan menggunakan rumus :
b = n∑XY – (∑X) (∑Y)
n∑X² - (∑X)²
a = ∑Y – b (∑X)
n
b = 34.156.778.400.000 – 32.851.318.000.000
2.217.830.400.000 – 1.957.201.000.000
Bulan Jumlah Produksi (X) Biaya reprasi&pemlihraan (Y) X2 XY
Januari 230.000 2.457.000 52.900.000.000 565.110.000.000
Februari 89.500 1.870.000 8.010.250.000 167.365.000.000
Maret 145.000 2.400.000 21.025.000.000 348.000.000.000
April 95.800 1.230.000 9.177.640.000 117.834.000.000
Mei 102.000 2.213.000 10.404.000.000 225.726.000.000
Juni 85.700 1.769.000 7.344.490.000 151.603.300.000
Juli 78.500 1.543.000 6.162.250.000 121.125.500.000
Agustus 169.000 2.154.000 28.561.000.000 364.026.000.000
September 98.600 1.985.000 9.721.960.000 195.721.000.000
Oktober 89.400 1.321.000 7.992.360.000 118.097.400.000
November 120.000 1.560.000 14.400.000.000 187.200.000.000
Desember 95.500 2.980.000 9.120.250.000 284.590.000.000
1.399.000 23.482.000 184.819.200.000 2.846.398.200.000
60
b = 1.305.460.400.000
260.629.400.000
b = 5,01
Kemudian biaya tetap perbulan dapat dihitung sebagai berikut :
a = 23.482.000 – 7.007.418
12
a = 16.474.582
12
a = 1.372.882
Sehingga pemisahan biaya semi variabel dapat dihitung sebagai berikut :
Total biaya (Y) = 23.482.000
Biaya variabel (b) = 7.007.418
Biaya tetap (a) = 16.474.582
61
Lampiran 4. Gambar Spesifikasi produk
A b C d
Gambar 1. Susu Pasteurisasi dan Homogenisasi “SUSU SEGAR NASIONAL” dalam kemasan cup 150 ml: (a) rasa coklat; (b) rasa strobery; (c) rasa moka; (d) rasa jeruk
A b
Gambar 2. Susu Pasteurisasi dan Homogenisasi “SUSU SEGAR NASIONAL”
dalam kemasan purepack; (a) original dalam kemasan purepack 450 ml; (b) rasa
stroberi dan coklat dalam kemasan purepack 90 ml
A B
Gambar 3. Yoghurt “NASIONAL”: (a) yoghurt drink dalam kemasan cup 150 ml; (b) stirred yoghurt dalam kemasan botol 250 ml
62
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Sri Yatun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Tanggal Lahir : Kab. Semarang, 14 Mei 1992
Telepon : 08562653360
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Menikah
Warga Negara : Indonesia
PENDIDIKAN FORMAL
Tahun 1998 - 2004 : SD Negeri 2 Truko, Kab. Semarang
Tahun 2004 - 2007 : SMP Negeri 2 Pabelan, Kab. Semarang
Tahun 2007 - 2010 : SMK Negeri 1 Salatiga, Salatiga
Tahun 2011 - 2015 : Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga
top related