analisis pengambilan keputusan pesanan khusus …

67
i ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS DENGAN MENGGUNAKAN VARIABLE COSTING PADA CV. CITA NASIONAL Oleh : SRI YATUN NIM : 232011137 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi PROGRAM STUDI : AKUNTANSI FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

i

ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN

KHUSUS DENGAN MENGGUNAKAN VARIABLE

COSTING PADA CV. CITA NASIONAL

Oleh :

SRI YATUN

NIM : 232011137

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Guna Memenuhi Sebagian dari

Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai

Gelar Sarjana Ekonomi

PROGRAM STUDI : AKUNTANSI

FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

Page 2: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

ii

Page 3: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

iii

Page 4: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

iv

Page 5: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

v

Page 6: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Setiap perusahaan baik perusahaan jasa, dagang dan manufaktur selalu

berusaha agar tetap hidup dan berkembang. Untuk tetap hidup dan berkembang,

perusahaan harus ditunjang dengan laba yang diperoleh dari usahanya.

Perkembangan usaha perusahaan seringkali didorong oleh keinginan untuk

memperluas pasar, baik perluasan dari sudut konsumen yang baru dilayani,

perluasan daerah pemasaran yang harus dijangkau perusahaan, serta para pesaing

yang memberikan tantangan tersendiri untuk dihadapi, tidak terkecuali pada

perusahaan manufaktur. Hal ini menjadi salah satu penyebab terjadinya

persaingan yang semakin ketat dalam dunia bisnis, terutama bagi perusahaan-

perusahaan yang menghasilkan dan dengan adanya persaingan maka perusahaan harus

mengatur dan mengelola sumber keuangan secara cermat dan tepat agar perusahaan

dapat mempertahankan eksistensi usahanya memproduksi produk yang sejenis.

Harga pokok produksi adalah bagaimana memperhitungkan biaya kepada

suatu produk atau pesanan, yang dapat dilakukan dengan cara memasukkan seluruh

biaya produksi atau hanya memasukkan unsur biaya produksi variabel saja.

Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis menfokuskan pada penentuan harga

pokok produksi dengan menggunakan variable costing yang digunakan sebagai alat

untuk pengambilan keputusan manajemen. Metode variable costing adalah

merupakan metode alternatif untuk menghitung harga pokok produksi, yang

memisahkan informasi biaya menurut perilaku dalam hubungannya dengan

perubahan volume kegiatan. Metode variable costing ini mampu menghasilkan

informasi yang bermanfaat bagi manajemen dalam perencanaan laba jangka,

pengendalian biaya tetap yang lebih baik dan pengambilan keputusan jangka pendek.

Manajemen dalam mengambil suatu keputusan haruslah memiliki perencanaan

yang matang. Dengan perencanaan tersebut manajemen dihadapkan pada

pengambilan keputusan yang menyangkut pemilihan berbagai macam alternatif.

Page 7: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

2

Berhasil atau tidaknya dalam mencapai tujuan perusahaan ditandai dengan

kemampuan manajemen dalam melihat kemungkinan dan kesempatan di masa yang

akan datang baik itu jangka pendek maupun jangka panjang. Pengambilan keputusan

adalah memilih salah satu diantara beberapa alternatif tindakan yang ada.

Pengambilan keputusan menggambarkan proses serangkaian kegiatan yang dipilih

sebagai penyelesaian masalah tertentu. Menurut Sunarto (2010) pengambilan

keputusan menurut waktu kegunaannya terbagi dalam kelompok jangka pendek dan

jangka panjang. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan

harus mempertimbangkan semua faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan

antara lain: faktor biaya, faktor modal, kapasitas produksi yang tersedia, harga bahan

mentah, dan tenaga kerja.

Berkaitan dengan uraian tersebut di atas, maka penulis melakukan penelitian

pada perusahaan CV. Cita Nasional yang merupakan sebuah perusahaan yang

bergerak di bidang produksi susu yakni memproduksi susu dan yoghurt, untuk

perhitungan biaya produksinya menggunakan metode full costing. Dengan metode ini

perusahaan sering mengalami kesulitan dalam melakukan pengambilan keputusan

jangka pendek khususnya untuk penawaran pesanan khusus. Oleh karena itu dalam

melakukan kegiatan produksi, seharusnya perusahaan menggunakan penentuan harga

pokok produksi dengan menggunakan metode variable costing khususnya dalam

pengambilan keputusan menerima atau menolak pesanan khusus. Dengan

menggunakan variable costing dalam menghitung biaya produksi, maka perusahaan

dapat mengelompokkan biaya berdasarkan perilaku biaya, dimana biaya-biaya

dipisahkan menurut kategori biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead

pabrik, dan dipisahkan menurut fungsi-fungsi produksi, administrasi atau penjualan.

Apabila perusahaan menginginkan untuk menerima pesanan khusus maka perlu

dipertimbangkan bagi perusahaan karena hanya membebankan unsur biaya variabel

saja dalam menghitung harga pokok produksi.

CV. Cita Nasional melakukan perencanaan produksi berdasarkan hasil

penjualan periode sebelumnya, sehingga mungkin menyebabkan terjadinya waktu

Page 8: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

3

produksi yang tidak optimal. Waktu produksi yang tidak optimal bisa juga terjadi

karena jam tenaga kerja yang tidak dimanfaatkan dengan sebaik mungkin seperti

karyawan jarang masuk, sehingga terdapat waktu yang terbuang yang mengakibatkan

target kapasitas produksinya tidak terpenuhi atau dapat dikatakan terdapat kapasitas

yang menganggur. Pemanfaatan kapasitas menganggur dengan memenuhi pesanan

khusus mengakibatkan peningkatan biaya variabel, sementara biaya tetap tidak ikut

terpengaruh atau tidak berubah oleh keputusan menerima atau menolak keputusan

tersebut.

Berdasarkan data yang diperoleh dari perusahaan pada tahun 2014 bahwa

dalam memproduksi susu, perusahaan tidak mampu mencapai target produksi, dan

terjadi penjualan produk yang lebih rendah dibandingkan dengan unit yang

diproduksi. Sehingga terjadi kapasitas menganggur yang bisa digunakan manajemen

untuk mempertimbangkan kembali apakah suatu pesanan khusus dapat diterima atau

ditolak dengan memanfaatkan kapasitas yang menganggur tersebut. Dan perlu

dilakukan analisis differensial dalam menerima pesanan khusus diterima atau ditolak.

Tahun 2014 perusahaan mendapatkan penawaran pesanan khusus untuk jenis

susu segar nasional ukuran cup, yaitu dengan harga dibawah harga normal. Adanya

pesanan khusus tersebut selama ini perusahaan menolak pesanan dan cenderung tidak

mempunyai perhitungan khusus ketika memutuskan untuk menerima suatu pesanan di

luar produk masa yang biasa dibuat, namun disisi lain perusahaan mengharapkan

tingkat pengembalian dari penerimaan pesanan bisa melampaui biaya-biaya yang

harus dikeluarkan dalam memproduksi produk dengan harga jual yang lebih murah

dari harga jual normal.

Informasi akuntansi yang dimiliki perusahaan tidak dapat menentukan apakah

penjualan yang meningkat karena adanya pesanan khusus tersebut berdampak positif

terhadap laba perusahaan atau tidak. Perusahaan hanya melihat dari sisi harga yang

ditawarkan konsumen, jika harga tersebut jauh lebih besar dari semua biaya-biaya

yang dikeluarkan perusahaan maka pesanan khusus tersebut diterima oleh perusahaan.

Page 9: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

4

Akan tetapi pesanan khusus yang ditawarkan yaitu harganya jauh lebih rendah

dibandingkan dengan harga jual normal biasa. Hal inilah yang menjadi permasalahan

bagi perusahaan yaitu untuk mempertimbangkan apakah menerima atau menolak

pesanan yang di luar harga jual normal.

Rumusan Masalah

Sebagaimana yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah diatas,

maka masalah pokok yang penulis angkat adalah : “Apakah metode biaya variabel

(variable costing) dapat dijadikan sebagai alat pengambilan keputusan menerima atau

menolak pesanan khusus pada CV. Cita Nasional”.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui unsur-unsur biaya yang diperhitungkan dalam komponen

biaya variabel pada CV. Cita Nasional khususnya dalam pesanan khusus susu

segar nasional ukuran cup.

b. Untuk menerapkan metode analisis biaya menurut metode variable costing

dalam pengambilan keputusan jangka pendek menerima atau menolak pesanan

khusus.

c. Untuk mengetahui apakah dengan penerapan perhitungan harga pokok

variabel dapat berpengaruh terhadap peningkatan laba.

Manfaat Penelitian

Sedangkan manfaat penelitian skripsi ini adalah :

a. Dengan adanya penelitian ini dapat memberikan alternatif dan sumbangan

pikiran bagi manajemen dalam menerapkan metode variable costing untuk

pengambilan keputusan menerima atau menolak pesanan khusus.

b. Untuk memperdalam pengetahuan penulis, di dalam menggunakan analisis

variable costing untuk pengambilan keputusan jangka pendek.

Page 10: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

5

c. Sebagai bahan referensi bagi rekan-rekan mahasiswa khususnya pada jurusan

akuntansi yang ingin meneliti pada bidang yang sama demi pengembangan

ilmu pengetahuan.

KERANGKA TEORETIS

Pengertian biaya

Biaya dapat dipandang sebagai suatu nilai tukar yang dikeluarkan atau suatu

pengorbanan sumber daya yang dilakukan untuk mendapatkan manfaat di masa

datang. Pengorbanan tersebut dapat berupa uang atau materi lainya yang setara

nilainya kalau diukur dengan uang. Pengorbanan tersebut yang dikemukakan diatas

dapat berupa uang atau materi lainnya yang setara nilainya kalau diukur dengan uang.

Dalam pengertian yang lebih jauh lagi, biaya (cost) dapat dipisahkan menjadi aktiva

atau assets (unexpired cost) dan biaya atau expenses (expired cost).

Biaya merupakan kas atau nilai setara dengan kas yang dikorbankan untuk

barang dan jasa yang diharapkan dapat memberikan manfaat pada saat ini atau masa

mendatang bagi organisasi, disebut setara dengan kas karena sumber daya non kas

dapat ditukarkan dengan barang atau jasa yang dikehendaki. Biaya dianggap sebagai

“assets” apabila biaya tersebut belum digunakan untuk menghasilkan produk atau jasa

atau belum habis digunakan, sedangkan biaya dianggap sebagai “expenses” jika biaya

tersebut habis digunakan untuk operasional yang menghasilkan pendapatan dalam

suatu periode akuntansi. Biaya sebagai assets dicantumkan dalam neraca, sedangkan

biaya sebagai expenses dicantumkan dalam laporan laba-rugi.

Mursyidi (2008:14) menyatakan bahwa: “Biaya diartikan sebagai suatu

pengorbanan yang dapat mengurangi kas atau harta lainnya untuk mencapai tujuan,

baik yang dapat dibebankan pada saat ini maupun pada saat yang akan datang”.

Berdasarkan definisi yang dikemukakan diatas, terdapat empat unsur pokok yaitu:

Page 11: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

6

a. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi

b. Diukur dalam satuan uang

c. Yang telah terjadi atau secara potensial akan terjadi

d. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu

Pengertian harga pokok produksi

Istilah harga pokok produksi dalam manajemen biaya atau akuntansi biaya

disebut pula sebagai biaya pokok produksi atas pembuatan suatu produk. Biaya pokok

ini terdiri dari bermacam-macam unsur biaya. Widilestariningtyas dkk (2012:15)

menjelaskan bahwa metode penentuan harga pokok produksi adalah cara

memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi. Dalam

penentuan tersebut dapat digunakan dua cara yaitu: metode full costing dan metode

variable costing.

Harga pokok produksi merupakan elemen penting untuk menilai keberhasilan

dari perusahaan dagang dan manufaktur. Harga pokok produk mempunyai kaitan erat

dengan indikator-indikator tentang sukses perusahaan, seperti misalnya laba kotor

penjualan dan laba bersih. Tergantung pada rasio antara harga jual dan harga

produknya. Perubahan harga pokok produk yang relatif kecil bisa jadi berdampak

signifikan pada indikator keberhasilannya.

Informasi harga pokok produksi yang dihitung untuk jangka waktu tertentu

bermanfaat bagi manajemen untuk menentukan harga jual produk, memantau realisasi

biaya produksi, menghitung laba atau rugi periodik, menentukan harga pokok

persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan dalam neraca. Jadi

dapat disimpulkan bahwa tujuan dan manfaat dalam penentuan harga pokok produksi

yaitu sebagai berikut:

1. Sebagai dasar dalam penetapan harga jual.

2. Sebagai alat untuk menilai efisiensi proses produksi.

3. Sebagai alat untuk memantau realisasi biaya produk.

Page 12: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

7

4. Untuk menentukan laba atau rugi periodik.

5. Menilai dan menentukan harga pokok persediaan.

6. Sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan bisnis.

Mulyadi (2012:16) menjelaskan bahwa dalam pembuatan produk terdapat

dua kelompok biaya: biaya produksi dan biaya non produksi. Biaya produksi

merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku menjadi

produk, sedangkan biaya non produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan

untuk kegiatan non produksi, seperti kegiatan pemasaran dan kegiatan administrasi

dan umum. Biaya produksi membentuk kos produksi, yang digunakan untuk

menghitung kos produk jadi dan kos produk yang pada akhir periode akuntansi

masih dalam proses. Biaya non produksi ditambahkan pada kos produksi untuk

menghitung total kos produk.

Dengan demikian, maka harga pokok produksi adalah seluruh biaya yang

dikeluarkan oleh perusahaan di dalam membuat suatu produk tertentu. Salah satu

unsur yang sangat penting adalah masalah pengendalian biaya produksi sebab seperti

diketahui bahwa sering kali perusahaan di dalam memproduksi suatu bahan baku

menjadi produk jadi guna dipasarkan kepada konsumen dengan sasaran laba yang

semaksimal mungkin, sehingga untuk mengatasi masalah tersebut di atas, maka

diperlukan suatu metode penentuan harga pokok produksi yang dapat digunakan oleh

perusahaan yang bersangkutan di dalam menghitung berapakah besarnya harga pokok

produksi jika perusahaan memproduksi produk jadi dan berapa besarnya laba.

Pengertian Biaya produksi

Biaya produksi adalah biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan

baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Biaya produksi membentuk

harga pokok produksi yang digunakan untuk menghitung harga produk jadi dan harga

produk pada akhir periode akutansi masih dalam proses. Biaya produksi

biasanya terdiri dari tiga unsur yaitu bahan baku, tenaga kerja langsung dan overhead

pabrik. Biaya produksi adalah pembebanan biaya yang memenuhi tujuan manajerial

Page 13: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

8

yang telah ditetapkan. Dengan demikian biaya produksi bergantung pada tujuan

manajerial yang hendak dicapai. Artinya biaya yang berbeda untuk tujuan yang

berbeda. Biaya produksi selanjutnya diklasifikasikan menjadi tiga elemen yakni biaya

bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead. Tiga elemen

biaya tersebut yang dapat dibebankan pada produk untuk kepentingan laporan

keuangan eksternal.

a. Biaya Bahan Baku Langsung

Biaya bahan baku langsung adalah biaya bahan baku yang dapat ditelusuri

pada barang dan jasa yang dihasilkan. Biaya dari bahan-bahan kategori ini

dapat secara langsung dikenakan pada produk karena pengamatan secara

fisik dapat digunakan untuk mengukur jumlah yang dikonsumsi oleh tiap

produk.

b. Biaya Tenaga Kerja Langsung

Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya tenaga kerja yang dapat

ditelusuri pada barang atau penyediaan jasa yang dihasilkan. Pengamatan

fisik dapat digunakan untuk mengukur jumlah tenaga kerja yang

digunakan untuk memproduksi barang berwujud atau penyediaan jasa.

c. Biaya Overhead.

Biaya overhead adalah semua biaya produksi selain bahan baku langsung

dan tenaga kerja langsung. Banyak masukan yang diperlukan untuk

memproduksi barang atau penyediaan jasa selain bahan baku langsung dan

tenaga kerja langsung, misalnya depresiasi gedung pabrik, depresiasi

mesin pengolah, listrik, keamanan pabrik, dan lain-lain perlengkapan.

Full costing atau sering pula disebut absorption atau conventional costing

adalah metode penentuan harga pokok produksi, yang membebankan seluruh

biaya produksi, baik yang berperilaku tetap maupun variabel kepada produk. Harga

pokok produksi menurut metode full costing terdiri dari: biaya bahan baku, biaya

Page 14: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

9

tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik tetap, biaya overhead pabrik variabel

(Lambajang, 2013).

Variable costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi

yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke

dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja

langsung, dan biaya overhead pabrik variabel. Harga produk yang dihitung dengan

pendekatan variable costing terdiri dari unsur harga pokok produksi variabel

(biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel)

ditambah dengan biaya nonproduksi variabel (biaya pemasaran variabel dan

biaya administrasi dan umum variabel) dan biaya tetap (biaya overhead pabrik tetap,

biaya pemasaran tetap, biaya administrasi dan umum tetap) (Bokong et al.,2014).

Pengertian Variable Costing

Metode variable costing banyak diterapkan bagi keperluan pelaporan internal,

karena metode ini dianggap konsisten dengan asumsi perilaku biaya yang kerap

digunakan dalam pengambilan keputusan manajemen (Witjaksono 2006:102).

Berikut ini merupakan manfaat-manfaat dari variable costing:

a. Variable costing sebagai alat perencanaan laba

Perencanaan laba atau perencanaan operasi adalah rencana dari

manajemen yang meliputi seluruh tahap dari operasi dimasa yang

akan datang untuk mencapai tujuan perusahaan yang dibagi dalam

dua jenis rencana, yaitu rencana jangka pendek dan jangka

panjang. Variable costing bermanfaat dalam pembuatan rencana

jangka pendek dengan memisahkan biaya variabel dan tetap dalam

laporan rugi laba, sehingga akan diketahui contribution margin.

b. Variable costing sebagai petunjuk penentuan harga jual

Informasi contribution margin dari variable costing sangat membantu

dalam menentukan harga jual yang kompetitif, karena contribution

margin menunjukkan berapa kelebihan hasil penjualan dari biaya

Page 15: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

10

variabel, bisa diperhitungkan dengan mengalihkan contribution

margin/unit dengan jumlah penjualan, sedangkan biaya tetap akan

tetap jumlahnya. Oleh karena itu tertutup atau tidaknya tergantung

jumlah contribution margin yang didapat. Selisih antara contribution

margin dengan biaya tetap merupakan laba.

c. Variable costing untuk pengambilan keputusan manajemen

Manajemen sering dihadapkan pada masalah pemilihan alternatif

dimana alternatif-alternatif tersebut mempunyai pengaruh terhadap

besar kecilnya laba perusahaan, seperti masalah memasuki pasar-

pasar baru, perluasan usaha, memenuhi atau tidak pesanan khusus,

membuat sendiri atau memesan bahan pembantu atau suku cadang

tertentu. Masalah ini dapat dipecahkan dengan pertolongan analisis

contribution margin.

Variable costing adalah metode akuntansi manajemen yang dipakai untuk

menghitung biaya produk. Laporan laba rugi yang dihasilkan oleh sistem variable

costing memperlihatkan margin kontribusi barang-barang yang dihasilkan,

informasi yang sangat bermanfaat dalam pengambilan keputusan. Dalam metode

variable costing untuk penentuan harga pokok produksi hanya biaya-biaya produksi

variabel saja yang dimasukkan dalam persediaan dan biaya pokok penjualan (Samsul,

2013).

Merupakan suatu metode penentuan harga pokok produksi yang hanya

memperhitungkan biaya produksi variabel saja. Dikenal juga dengan istilah: direct

costing.

Perhitungan menggunakan metode variable costing:

Harga Pokok Produksi:

Biaya bahan baku Rp. xxx.xxx

Biaya tenaga kerja langsung Rp. xxx.xxx

Biaya overhead pabrik variabel Rp. xxx.xxx

Harga pokok produksi Rp. xxx.xxx

Page 16: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

11

Dengan metode variable costing, biaya overhead pabrik tetap diperlakukan

sebagai period costs dan bukan sebagai unsur harga pokok produk, sehingga biaya

overhead pabrik tetap dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya (Mulyadi,

2009:18).

Dengan menggunakan variable costing, hanya biaya produksi yang berubah-

ubah dengan output yang diperlakukan sebagai harga pokok. Pada umumnya terdiri

dari bahan langsung, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik. Metode ini sering

juga disebut direct costing atau marginal costing.

Dalam arus biaya variable costing, elemen biaya periodik terdiri dari biaya

overhead tetap ditambah biaya administrasi dan penjualan. Elemen harga pokok

produknya hanya terdiri dari komponen biaya overhead variabel serta biaya bahan

baku dan tenaga kerja langsung, tidak termasuk biaya overhead tetap.

Perhitungan biaya per unit:

Tabel 1 Perbedaan Full Costing dan Variable Costing

Full Costing Variable Costing

Biaya Produksi Bahan Langsung

Tenaga Kerja Langsung

Overhead pabrik variabel

Overhead pabrik tetap

Bahan langsung

Tenaga kerja langsung

Overhead pabrik variabel

Biaya Periodik Beban penjualan dan administrasi

Overhead pabrik tetap

Beban penjualan dan administrasi

Sumber: Samryn (2004:66)

Page 17: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

12

Pengertian Biaya Relevan

Pengertian biaya relevan adalah seluruh biaya yang perlu dipertimbangkan

untuk suatu pengambilan keputusan. Suatu biaya dikatakan tidak relevan apabila

suatu biaya tersebut jumlahnya sama pada pilihan yang berbeda (Sunarto, 2004:4).

Manfaat biaya relevan dapat digunakan dalam melakukan pengambilan keputusan

salah satunya mengenai menolak atau menerima pesanan khusus. Proses pengambilan

keputusan tersebut dapat dilakukan dengan cara kenali dan definisikan masalah,

eliminasi berbagai alternatif yang tidak layak, klasifikasi biaya dan manfaat biaya

sebagai biaya relevan atau biaya tidak relevan serta eliminasi biaya dan manfaat biaya

yang tidak relevan dari pertimbangan, kemudian pilihlan alternatif yang memberikan

manfaat paling besar secara keseluruhan.

Biaya dan manfaat suatu alternatif harus saling dibandingkan dengan biaya

atau manfaat alternatif yang terbaik bagi manajemen. Faktor manfaat atau pendapatan

bukannya tidak penting, akan tetapi faktor biaya seharusnya didahulukan dan relatif

lebih mungkin disiasati oleh manajemen daripada faktor pendapatan. Jika perusahaan

dapat menghasilkan produk atau jasa dengan waktu yang tepat, biaya yang murah dan

kualitas yang bersaing, masalah pendapatan tentu akan datang dengan sendirinya.

Mengambil keputusan yang bersifat taktis dapat diartikan sebagai upaya untuk

memilih alternatif yang terbaik dari berbagai alternatif yang ada dengan tujuan yang

bersifat jangka pendek atau sasaran yang bersifat antara (bukan sasaran tembak yang

sebenarnya). Menerima pesanan khusus dengan harga di bawah normal untuk

memanfaatkan kapasitas menganggur agar laba perusahaan meningkat untuk tahun ini

merupakan salah satu contoh keputusan yang bersifat taktis.

Berikut ini akan disajikan beberapa manfaat yang diperoleh dari biaya relevan

terutama dalam pengambilan keputusan jangka pendek sebagaimana yang

dikemukakan oleh Mulyadi (2005:126), yaitu sebagai berikut:

1. Membeli atau membuat sendiri

2. Menjual atau memproses lebih lanjut suatu produk

Page 18: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

13

3. Menghentikan atau melanjutkan produksi produk tertentu atau kegiatan

usaha suatu bagian perusahaan

4. Menerima atau menolak pesanan khusus

Penjelasan dari definisi tersebut di atas, akan diuraikan satu persatu berikut

ini:

1. Membeli atau membuat sendiri

Keputusan membeli atau membuat sendiri dihadapi oleh manajemen

terutama dalam perusahaan yang produknya terdiri dari berbagai

komponen dan yang memproduksi berbagai jenis produk. Berbagai

alternatif yang kemungkinan dihadapi oleh manajemen dalam

pengambilan keputusan membeli atau membuat sendiri yaitu :

a. Keputusan membeli atau membuat sendiri yang dihadapi oleh

perusahaan yang sebelumnya memproduksi sendiri produk,

kemudian mempertimbangkan akan membeli produk tersebut dari

pemasok luar.

b. Keputusan membeli atau membuat sendiri yang dihadapi oleh

perusahaan yang sebelumnya membeli produk-produk tertentu dari

pemasok luar, kemudian mempertimbangkan akan memproduksi

sendiri produk tersebut.

Keputusan membeli atau membuat sendiri tipe pertama umumnya

merupakan keputusan manajemen jangka pendek, yang menyangkut investasi

jangka panjang. Ada dua kemungkinan yang dihadapi oleh manajemen dalam

pengambilan keputusan ini :

a. Fasilitas yang digunakan untuk memproduksi tidak dapat

dimanfaatkan jika produk dihentikan produksinya karena

manajemen memilih alternatif membeli dari luar. Untuk

pengambilan keputusan, manajemen perlu mempertimbangkan

pengorbanan dan manfaat dari pemilihan alternatif membeli atau

Page 19: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

14

membuat sendiri, jika perusahaan sebelumnya membuat sendiri

kemudian mempertimbangkan akan membeli dari luar, manfaat

dari pemilihan alternatif membeli dari luar adalah besarnya biaya

diferensial yang berupa biaya yang terhindarkan jika kegiatan

membuat sendiri dihentikan. Pengorbanan dari pemilihan alternatif

memberi dari luar adalah sebesar biaya relevan yang berupa biaya

yang dikeluarkan untuk membeli produk dari pemasok luar. Jika

manfaat lebih besar dari pengorbanan, alternatif membeli dari luar

lebih menguntungkan jika dipilih, sebaliknya jika manfaat lebih

kecil dari pengorbanan, alternatif membeli dari luar sebaiknya

tidak dipilih.

b. Fasilitas yang digunakan untuk memproduksi dapat dimanfaatkan

untuk usaha lain yang mendatangkan laba, jika produk dihentikan

produksinya karena manajemen memilih alternatif membeli dari

luar. Pengambilan keputusan ini di samping manajemen

mempertimbangkan biaya relevan, perlu pula

mempertimbangkan pendapatan relevan sebagai hasil pemanfaatan

fasilitas yang dihentikan pemakaiannya dalam bisnis lain. Jika

perusahaan sebelumnya membuat sendiri kemudian mempertim-

bangkan akan membeli dari luar, manfaat dari pemilihan

alternatif membeli dari luar adalah besarnya biaya relevan

yang berupa biaya yang terhindarkan (avoidable cost) jika

kegiatan membuat sendiri dihentikan dan pendapatan relevan

dari pemanfaatan fasilitas dalam usaha bisnis lain. Pengorbanan

dari pemilihan alternatif membeli dari luar adalah sebesar biaya

relevan yang berupa biaya yang dikeluarkan untuk membeli produk

dari pemasok luar. Jika manfaat lebih besar dari pengorbanan,

alternatif membeli dari luar lebih menguntungkan jika dipilih,

sebaliknya jika manfaat lebih kecil dari pengorbanan, alternatif

membeli dari luar sebaiknya tidak dipilih.

Page 20: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

15

2. Menjual atau memproses lebih lanjut suatu produk

Adakalanya manajemen puncak dihadapkan pada pilihan menjual

produk tertentu pada kondisinya sekarang atau memprosesnya lebih

lanjut menjadi produk lain yang lebih tinggi harga jualnya. Informasi

akuntansi relevan yang diperlukan oleh manajemen dalam

pengambilan keputusan macam ini adalah pendapatan relevan dengan

biaya relevan jika alternatif memproses lebih lanjut dipilih.

Berbagai alternatif yang mungkin dihadapi oleh manajemen dalam

pengambilan keputusan menjual atau memproses lebih lanjut suatu

produk adalah sebagai berikut :

a. Tidak diperlukan tambahan fasilitas produksi

b. Diperlukan tambahan fasilitas produksi

3. Menghentikan atau melanjutkan produksi produk tertentu atau kegiatan

usaha suatu bagian perusahaan.

Perusahaan yang menghasilkan lebih dari satu macam produk (produk

line) atau yang memiliki beberapa departemen penghasil laba,

adakalanya manajemen puncak menghadapi salah satu produknya

atau salah satu departemennya mengalami kerugian usaha yang

diperkirakan akan berlangsung terus. Menghadapi kondisi ini,

manajemen perlu mempertimbangkan keputusan menghentikan atau

tetap melanjutkan produksi atau kegiatan usaha departemen yang

mengalami kerugian tersebut. Dua kemungkinan yang dihadapi

oleh manajemen dalam pengambilan keputusan menghentikan atau

melanjutkan produksi atau kegiatan, yaitu :

a. Fasilitas produksi yang lama dihentikan pemakaiannya

b. Fasilitas produksi lama dapat dimanfaatkan dalam kegiatan

bisnis yang lain.

Informasi yang relevan untuk dipertimbangkan dalam

pengambilan keputusan ini adalah biaya relevan dan pendapatan

Page 21: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

16

relevan, dengan dihentikannya produksi produk tertentu atau

kegiatan departemen tertentu, perusahaan akan kehilangan

kesempatan memperoleh pendapatan dari produk dari departemen

tersebut. Pendapatan yang hilang ini merupakan informasi

pendapatan relevan dan merupakan pengorbanan yang ditanggung

karena pemilihan alternatif menghentikan produksi produk atau

departemen tertentu akibat dihentikannya produksi atau kegiatan

usaha departemen tertentu, perusahaan akan menikmati manfaat

berupa biaya terhindarkan yang merupakan informasi biaya relevan.

Biaya terhindarkan jika lebih besar dari pendapatan yang hilang

akibat dihentikannya produksi produk atau kegiatan usaha

departemen tertentu, maka alternatif penghentian tersebut sebaiknya

dipilih, namun sebaliknya jika biaya terhindarkan lebih kecil dari

pendapatan yang hilang akibat dihentikannya produksi produk atau

kegiatan usaha departemen tertentu, maka alternatif penghentian

produk tersebut sebaiknya tidak dipilih.

4. Menerima atau menolak pesanan khusus

Umumnya perusahaan membangun pabriknya dengan kapasitas

yang mampu memenuhi permintaan pasar tertinggi untuk beberapa

tahun yang akan datang. Jika perusahaan membangun pabriknya

dengan kapasitas yang hanya mampu memenuhi permintaan pasar

sekarang, hal ini akan berakibat dilakukannya ekspansi pabrik

secara terus menerus dengan demikian, umumnya perusahaan

memiliki kapasitas yang menganggur, yang seringkali mendorong

manajemen puncak untuk mempertimbangkan penetapan harga jual

di bawah harga jual normal. Tentu saja penetapan harga jual yang

demikian hanya diterapkan pada pesanan khusus yang tidak

berdampak terhadap penjualan yang reguler.

Page 22: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

17

Istilah biaya relevan seringkali disamakan dengan biaya diferensial. Hal ini

tidak benar. Istilah relevan mempunyai pengertian berhubungan dengan sesuatu.

Suatu biaya disebut biaya relevan jika biaya tersebut berhubungan dengan tujuan

perekayasaan biaya tersebut. Jika manajemen bermaksud mengetahui kos produk

yang diproduksi dalam bulan tertentu, maka ia mengumpulkan biaya produksi

sesungguhnya yang telah dikeluarkan untuk produksi dalam bulan yang bersangkutan.

Biaya produksi sesungguhnya tersebut merupakan biaya relevan karena sesuai dengan

tujuan yang hendak dicapai oleh pengumpulan informasi tersebut. Menurut

definisinya, biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang dinilai dalam

satuan uang, yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi, untuk

mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian tidak ada satupun biaya yang tidak

relevan, karena setiap biaya memang direkayasa untuk memenuhi tujuan tertentu.

Seluruh keputusan berhubungan dengan masa yang akan datang, oleh karena

itu, hanya biaya masa mendatang saja yang relevan bagi sebuah keputusan. Untuk

dapat disebut relevan, sebuah biaya tidak hanya berhubungan dengan masa yang akan

datang, namun juga biaya tersebut harus berbeda dari satu alternatif lain. Jika biaya

masa mendatang jumlahnya sama besar pada berbagai alternatif, maka biaya tersebut

tidak memiliki akibat pada keputusan. Biaya jenis ini dikenal dengan istilah biaya

tidak relevan (irrelevant cost).

Manfaat Biaya Relevan

Dalam setiap pengambilan keputusan yang bersifat taktis, faktor biaya dan

manfaat seringkali menjadi faktor penentu untuk memutuskan apakah suatu alternatif

akan dijalakan atau tidak. Biaya dan manfaat suatu alternatif harus saling

dibandingkan dengan biaya atau manfaat alternatif lain. Dalam hubungan ini, akan

lebih difokuskan pada biaya yang relevan perlu dipertimbangkan dalam memutuskan

alternatif yang terbaik bagi manajemen. Faktor manfaat atau pendapatan bukanya

tidak penting, akan tetapi faktor biaya seharusnya didahulukan dan relatif lebih

mungkin disiasati oleh manajemen daripada faktor pendapatan. Jika perusahaan dapat

Page 23: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

18

menghasilkan produk atau jasa dengan waktu yang tepat, biaya yang murah dan

kualitas yang bersaing, masalah pendapatan tentu akan datang dengan sendirinya.

Mengambil keputusan yang bersifat taktis dapat diartikan sebagai suatu upaya

untuk memilih alternatif yang terbaik dari berbagai alternatif yang ada dengan tujuan

yang bersifat jangka pendek atau sasaran yang bersifat antara (bukan sasaran tembak

yang sebenarnya). Menerima pesanan khusus dengan harga di bawah normal untuk

memanfaatkan kapasitas menganggur agar laba perusahaan meningkat tahun ini

merupakan salah satu contoh keputusan yang bersifat taktis. Keputusan yang bersifat

taktis walaupun bersifat jangka pendek, tetapi harus disadari bahwa keputusan

tersebut mempunyai konsekuensi yang bersifat jangka panjang.

Kriteria Variable Costing Dalam Menerima atau Menolak Pesanan Khusus

Sebelum menentukan apakah suatu pesanan khusus akan diterima atau

ditolak, tentunya perlu dijelaskan dahulu pengertian pesanan khusus. Pesanan khusus

adalah pesanan yang diterima perusahaan di luar pesanan reguler. Biasanya

konsumen yang melakukan pesanan khusus ini meminta harga di bawah harga jual

normal, karena biasanya pesanan khusus tersebut mencakup jumlah yang besar.

Dalam keadaan seperti ini perlu dipertimbangkan oleh manajer penentu harga

jual adalah :

1. Pesanan reguler adalah pesanan yang harus menutupi seluruh biaya tetap

yang terjadi tahun anggaran. Dengan demikian, jika manajer penentu

harga yakni seluruh biaya tetap dalam tahun anggaran dapat tercukupi

oleh pesanan reguler, maka pesanan kapasitas produksi belum seluruhnya

dipakai dan mesin-mesin namun untuk melayani pesanan khusus, manajer

penentu harga jual dapat menerima harga jual dibawah harga jual normal

asalkan harga jual yang berada di atas biaya variabel untuk memproduksi

dan memasarkan produk masih mampu untuk menghasilkan laba kontribusi

ini disebabkan karena seluruh biaya tetap telah ditutupi oleh pesanan reguler,

Page 24: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

19

maka setiap tambahan laba kontribusi dari pesanan khusus akan

mengakibatkan tambahan laba bersih perusahaan.

2. Jika misalnya pesanan khusus perusahaan memperkirakan tidak hanya

mengeluarkan biaya variabel sama, namun mengeluarkan biaya tetap karena

harus beroperasi di atas kapasitas yang tersedia berarti harga jual pesanan

khusus harus di atas biaya variabel ditambah dengan kenaikan biaya tetap.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kriteria untuk menerima atau

menolak pesanan khusus menurut variable costing tentunya dengan melihat

kapasitas produksi, apakah masih terdapat kapasitas yang menganggur dan yang

lebih penting lagi adalah sedapat mungkin menghasilkan laba kontribusi

(contribution margin).

Metode Pemisahan Biaya Semi Variabel

Dalam metode variable costing sangat dibutuhkan penggolongan biaya dalam

hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, karena itu semua biaya yang

dianggap semi variabel harus dipisahkan lagi menjadi biaya tetap dan biaya variabel.

Hal ini berguna dalam penentuan harga pokok dan penyajian margin contribusi.

Dalam pemisahan biaya semi variabel ini, kedalam biaya tetap dan biaya variabel

ada beberapa metode yang dapat digunakan yaitu metode titik tertinggi dan terendah,

metode biaya cadangan dan metode kuadrat terkecil.

1. Metode titik tertinggi dan terendah

Cara menentukan pola perilaku biaya dan metode ini adalah menganalisa

biaya lalu pada volume kegiatan yang tertinggi dan volume biaya terendah.

Sebagai ilustrasi diberikan contoh misalkan volume produksi tertinggi bulan

maret 20X1 adalah 300 unit dengan biaya reparasi sebesar Rp.250.000,

sedangkan volume kegiatan terendah bulan Juni yaitu 100 unit dengan

biaya repasrasi dan pemeliharaan sebesar Rp.150.000. Maka

perhitungannya dapat dilihat sebagai berikut :

Page 25: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

20

Tabel 2 Metode Titik Tertinggi dan Terendah

Uraian Tertinggi Terendah Selisih Volume produksi, 300 100 200 biaya dan reparasi dan pemeliharaan 250.000 150.000 100.000

Selisih tersebut merupakan unsur biaya variabel dari biaya yang

bersangkutan. Selisih perusahaan unit yakni dengan membagi selisih biaya

dengan selisih volume merupakan biaya variabel perusahaan unit. Dari

contoh di atas variabel perusahaan unit adalah :

100.000 = 500

200

Untuk menghitung biaya tetap dilakukan dengan cara menghitung

selisih antara biaya dengan variabel, sebagai contoh untuk biaya pada bulan

Maret 20XI.

Total biaya (Y) = Rp. 250.000

Total biaya variabel Rp. 500 x 300 = Rp 150.000

Total biaya tetap = Rp. 100.000

Dengan demikian fungsi biaya pemeliharaan dapat dinyatakan :

Y – 100.000 + 500 x

2. Metode biaya cadangan

Pemisahan biaya semi variabel sama dengan menggunakan metode

ini adalah dengan terlebih dahulu menentukan unsur biaya tetap dari

biaya yang bersangkutan. Penentuan unsur biaya tetap dilakukan dengan

cara menghentikan kegiatan perusahaan untuk sementara waktu. Dengan cara

Page 26: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

21

ini diketahui besarnya biaya yang terjadi jika perusahaan dihentikan disebut

cadangan yang merupakan unsur biaya tetap dari biaya yang dianalisis. Selisih

antara biaya cadangan dengan biaya yang terjadi selama kegiatan perusahaan

berjalan merupakan unsur biaya variabel.

3. Metode kuadrat terkecil

Metode ini menganggap bahwa hubungan antara biaya dengan

volume kegiatan berbentuk garis lurus dengan persamaan garis regresi y

= a + b x, dimana y merupakan variabel tidak bebas yaitu variabel yang

perubahannya ditentukan oleh perubahan variabel x yang merupakan

variabel bebas. Variabel y menunjukkan jumlah biaya, sedangkan variabel x

menunjukkan volume kegiatan. Dalam persamaan tersebut a menunjukkan

unsur biaya tetap dan y menunjukkan biaya variabel. Sedangkan untuk

mengetahui besarnya variabel a dan b digunakan persamaan yang

dikemukakan oleh Riduwan dan Akdon (2007:133) sebagai berikut:

b = n∑XY – (∑X) (∑Y)

n∑X² - (∑X)²

a = ∑Y – b (∑X)

n

Keterangan :

Y = Jumlah total biaya semi variabel

X = Jumlah total volume penjualan

a = Besarnya biaya tetap dari semi variabel yang dihitung

b = Besarnya biaya tarif variabel per unit

n = Tahun pengamatan

Page 27: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

22

Kerangka pikir

Untuk lebih jelasnya akan dikemukakan kerangka pikir dapat digambarkan

pada skema berikut ini:

Skema 1. Kerangka Pikir

METODE PENELITIAN

Daerah dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada CV. Cita Nasional yang terletak di JL. Raya

Salatiga-Kopeng KM. 5, Getasan Semarang. Sedangkan waktu yang digunakan

selama melakukan penelitian kurang lebih 3 bulan.

Page 28: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

23

Metode Pengumpulan Data

Dalam upaya menghasilkan hasil yang sebenarnya sesuai dengan apa yang

akan dilaporkan oleh penulis, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data

melalui :

a. Penelitian Pustaka (Library Research)

Yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan mempelajari buku-buku

pedoman beberapa literatur yang ada hubungannya dengan penulisan ini.

b. Penelitian Lapangan (Field Research)

Yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan cara :

1. Wawancara dengan pihak yang berwenang untuk memperoleh gambaran

yang lebih akurat dan lengkap.

2. Interview yaitu mencari dan mengumpulkan data-data pendukung lainnya

yang relevan dengan masalah dalam penulisan ini.

3. Dokumentasi yaitu penelitian yang dilakukan dengan jalan mengumpulkan

dokumen-dokumen perusahaan serta arsip perusahaan yang ada kaitannya

dengan masalah yang akan diteliti.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data

a. Data kuantitatif, berupa data yang berhubungan dengan penetapan harga

pokok produksi dengan variable costing.

b. Data kualitatif, berupa sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi,

proses produksi dan informasi lainnya yang relevan dengan penulisan ini.

Sumber Data

a. Data primer, penulis meneliti secara langsung pada objek penelitian

dengan cara mengadakan wawancara langsung pada bagian keuangan dan

akuntansi serta bagian produksi.

Page 29: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

24

b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari perusahaan baik berupa

biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik serta

informasi tertulis dari pihak lain dalam kaitannya dengan pembahasan

skripsi.

Teknik Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Analisis deskriptif yakni suatu analisis menguraikan atau

menggambarkan penerapan penentuan harga pokok produksi dengan

menggunakan metode variable costing pada CV. Cita Nasional.

2. Analisis biaya relevan adalah suatu analisis pemilihan alternatif biaya

relevan dengan pesanan khusus dan tanpa pesanan khusus, dengan

asumsi :

Harga jual > biaya variabel = pesanan khusus diterima

Harga jual < biaya variabel = pesanan khusus ditolak

Sistematika Pembahasan

Pembahasan skripsi ini diuraikan dalam 5 (lima) bab yang dapat diperincikan

satu persatu di bawah ini :

Bab pertama merupakan bab pendahuluan yang menguraikan latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian.

Bab kedua merupakan kerangka teoretis yang terdiri dari pengertian biaya,

pengertian harga pokok produksi, metode penentuan harga pokok produksi,

pengertian variable costing dalam menerima atau menolak pesanan khusus, metode

pemisahan semi variabel.

Page 30: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

25

Bab ketiga metode penelitian yang menguraikan daerah dan waktu penelitian,

metode pengumpulan data, jenis dan sumber data, metode analisis, sistematika

pembahasan.

Bab keempat merupakan gambaran umum perusahaan yang menguraikan

riwayat singkat CV. Cita Nasional, struktur organisasi CV. Cita Nasional, job

description, proses produksi susu segar nasional CV. Cita Nasional. Serta hasil

analisis dan pembahasan yang membahas analisis perkembangan produksi, analisis

penentuan harga pokok produksi dengan metode variable costing serta analisis biaya

relevan dalam pengambilan keputusan menerima atau menolak pesanan khusus.

Bab kelima merupakan bab penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Sejarah Singkat CV. CITA NASIONAL

Pendirian CV. Cita Nasional oleh Bapak H. Rudi Kurnia Danu Wijaya pada

tanggal 10 November 2000, serta diresmikan oleh Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih,

MSc selaku Menteri Pertanian dan Perkebunan Republik Indonesia. Pada awal

berdirinya, perusahaan tersebut berkomitmen untuk menghasilkan produk susu yang

bermutu yang diwujudkan dengan mesin teknologi modern dari Eropa dan Amerika

Serikat dan didukung oleh tenaga profesional. Selain itu dilakukan pengawasan mutu

yang ketat dengan sistem Quality Control.

Pada awal berdirinya, perusahaan tersebut produksi pertama dari CV. Cita

Nasional adalah pada tanggal 10 November 2000 dengan jumlah susu murni yang

diproduksi sekitar 5000 liter dan menghasilkan produk susu pasteurisasi dan

homogenisasi dalam kemasan sebanyak ± 20.000 cup. Kota Surabaya merupakan

daerah pemasaran pertama kali dengan produk “Susu Segar Nasional”. Produk yang

dipasarkan meliputi produk “Susu Segar Nasional” dalam kemasan cup rasa coklat

dan rasa strawberry dengan volume 180 ml/cup, serta plain (purepack) dengan

Page 31: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

26

volume 500 ml/pack. Seiring dengan berjalannya waktu, produk CV. Cita Nasional

dengan merek dagang “Susu Segar Nasional” ini mulai dikenal oleh masyarakat yang

ada di kota Yogyakarta, Solo, Semarang, dan Jakarta sehingga jumlah susu yang

diproduksi pun semakin meningkat hingga sekarang. Jumlah produk dan pilihan rasa

yang dihasilkan juga semakin meningkat hingga saat ini dan mengalami diversifikasi

produk yaitu berbagai macam rasa susu pasteurisasi dan homogenisasi, serta

pengolahan yoghurt.

Lokasi Perusahaan

CV. Cita Nasional terletak di jalan Raya Kopeng km 5, Desa Sumogawe,

Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Lokasi pabrik berada pada

wilayah dengan topografi yang berbukit dengan ketinggian 400-500 di atas

permukaan laut. Dengan kondisi wilayah tersebut, lokasi perusahaan bersuhu udara

±25°C dengan kelembapan antara 80%-90%. Pada sebelah timur perusahaan

berbatasan dengan pemukiman penduduk, pada sebelah selatan perusahaan berbatasan

dengan perkebunan, pada sebelah barat perusahaaan berbatasan dengan perkebunan,

serta pada sebelah utara perusahaan berbatasan dengan KUD Getasan. Sehingga, total

luas area perusahaan ini adalah 4000 m2, dengan 700 m

2 wilayah digunakan untuk

bangunan pabrik dan kantor. Kantor ini merupakan pusat administrasi pabrik serta

mengatur pengiriman produk ke agen-agen pemasaran.

Penentuan lokasi suatu pabrik didasarkan pada beberapa faktor, antara lain

ketersediaan bahan baku, air, tenaga kerja, sarana transportasi, serta fasilitas listrik

dan komunikasi. Perusahaan ini terletak di daerah yang strategis karena sarana

transportasi yang mudah dijangkau serta ketersediaan fasilitas listrik dan komunikasi

yang dipasok dari kota Salatiga. Kondisi pabrik yang terletak di wilayah perbukitan

juga memberikan keuntungan tersendiri, yaitu kemudahan memperoleh air. Selain itu,

suhu lingkungan pabrik yang relatif sejuk dapat secara efektif menciptakan kondisi

lingkungan produksi yang aseptis. Hal ini terkait dengan karakteristik produk susu

yang mudah rusak pada penyimpanan suhu ruang.

Pada bangunan pabrik terdapat beberapa bagian yaitu laboratorium, produksi,

pengemasan, dan pengepakan. Pada bagian laboratorium terdapat tiga ruangan, yaitu

Page 32: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

27

ruang pengujian mutu, ruang pengujian mikrobiologi, serta ruang pengembangan

produk. Ruang pengujian mutu terletak di bagian tepi pabrik, sehingga pengambilan

sampel bahan baku dapat dilakukan secara efisien. Ruang pengujian mikrobiologi

yang terletak di sebelah dalam bagian laboratorium ini, dijaga keaseptisannya dengan

senantiasa ditutup rapat dan sebagai pembatasnya dengan ruangan lain diberi sekat

kaca. Sementara ruang pengembangan produk merupakan tempat pembuatan formula

produk secara komputerisasi, pengembangan dan penelitian produk baru, serta

penyimpanan senyawa-senyawa flavour yang digunakan.

Pada bagian produksi terdapat ruang administrasi produksi, penyimpanan

bahan baku, serta daerah produksi basah. Bagian pengemasan terdapat tiga ruangan,

yaitu ruang pengemasan susu pasteurisasi dalam kemasan cup, ruang pengemasan

susu pasteurisasi dalam kemasan minipack dan purepack, serta ruang pengemasan

yoghurt drink dalam kemasan cup. Sedangkan bagian pengepakan terdapat dua

ruangan, yaitu ruang pengepakan produk berkemasan cup dan ruang pengepakan

produk berkemasan minipack dan purepack.

Visi dan Misi Perusahaan

CV. Cita Nasional memiliki visi yaitu menjadi pelopor perusahaan susu

pasteurisasi dan homogenisasi yang berskala nasional untuk memenuhi kebutuhan

susu dengan harga yang terjangkau dan mudah didapatkan. Sedangkan misi dari CV.

Cita Nasional adalah mensukseskan program pemerintah dalam meningkatkan gizi

rakyat Indonesia agar generasi penerus menjadi bangsa yang sehat, kuat dan cerdas.

Susunan Personalia

CV. Cita Nasional merupakan badan usaha yang berbentuk CV dengan surat

ijin perusahaan No. 155/KWDPP.11/3.1/XI/2000 berdasarkan surat keputusan Dinas

Perindustrian dan perdagangan No. 160/11.16/PK/VII/2000 berdasarkan Surat Ijin

Usaha Perusahaan (SIUP). Susunan Personalia yang ditetapkan CV. Cita Nasional

adalah dipimpin langsung oleh seorang Direktur Utama dan Direktur Pelaksanaan

serta Plant Manager dimana dalam pelaksanaan kegiatan dibantu oleh beberapa

supervisor dari setiap bagiannya, artinya dalam organisasi ini setiap bagian dipimpin

Page 33: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

28

oleh seorang supervisor dan bertanggung jawab langsung terhadap Plant Manager.

Beberapa manager tersebut bertanggungjawab dan memiliki wewenang atas seluruh

kegiatan di departemennya masing-masing. Susunan Personalia dapat dilihat di

Lampiran 1.

Ketenagakerjaan

Pelaksanaan kegiatan sehari-hari yang meliputi proses maupun administrasi

CV. Cita Nasional didukung oleh tenaga kerja sejumlah 90 orang yang terdiri 86

karyawan dan 4 karyawati. Terperinci tenaga kerja dapat dilihat pada tabel 2. Pihak

manajemen meliputi pimpinan maupun staf di CV. Cita Nasional, sedangkan pekerja

adalah orang yang terkait dengan hubungan kerja dengan pihak manajemen dan

menerima upah (gaji) dari perusahaan. Selain itu adanya sistem pembagian gaji

karyawan dengan standar minimal yang sudah ditetapkan oleh Departemen Tenaga

Kerja yang ada di wilayah Jawa Tengah dan upah lembur karyawan diberikan bagi

karyawan yang mempunyai waktu lebih. Di samping itu, setiap karyawan CV. Cita

Nasional dilindungi keselamatan kerja dan kesejahteraan dengan didaftarkan menjadi

peserta Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK). Jabatan dan jumlah karyawan

CV. Cita Nasional dapat dilihat pada Lampiran 2.

Sistem pembagian kerja yang digunakan di CV. Cita Nasional adalah sistem 2

“shift” dengan 2 kelompok kerja, dimana masing – masing shift bekerja 15 hari kerja

sebulan dengan waktu istirahat ± 60 menit dari jam 12.00 -13.00 WIB sehingga

dengan begitu setiap shift sehari kerja sehari tidak. Waktu kerja staf kantor yaitu hari

senin sampai hari jumat pukul 08.00 – 16.00 WIB. Namun untuk kepentingan

pengecekan sebelum produksi dimulai, karyawan bagian produksi yang hari tersebut

bertugas, umumnya datang lebih awal yaitu pukul 06.00 WIB. Selain itu untuk

memenuhi pemesanan, proses produksi dapat berlangsung hingga pukul 19.00 WIB.

Macam Persediaan yang dibutuhkan

Dalam memenuhi kebutuhan bahan baku susu murni, CV. Cita Nasional

bekerja sama dengan beberapa Koperasi Unit Desa (KUD) diantaranya KUD “Andini

Page 34: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

29

Luhur” dengan kapasitas produksi susu murni sekitar 5.600 liter/hari, KUD “Cepogo”

sekitar 4.000 liter/hari, KUD “Sumber Karya” sekitar 3.000 liter/hari, dan KUD

“GAPOKTAN Banyu Aji” sekitar 3.000 liter/hari. Jadi kapasitas susu murni tersebut

dapat mencukupi kebutuhan untuk produksi. Keperluan susu murni untuk produksi

CV. Cita Nasional saat ini sekitar 45.000 liter/hari. Secara tidak langsung keberadaan

pabrik memberikan peluang pemasaran susu murni bagi masyarakat sekitar yang

berprofesi sebagai peternak sapi.

Pengolahan susu segar menjadi olahan susu dan yoghurt nasional diperlukan

beberapa bahan tambahan dan bahan penolong. Bahan tambahan tersebut diantaranya

: Gula, Flavour, Pewarna, Starter Yoghurt, Citrid Acid, Lactid Acid, Sweet Whey,

Skim Milk, Coklat Powder dan bahan penolong diantaranya : CMC dan Pektin. Bahan

tambahan dan bahan penolong tersebut yang akan diolah dan diproduksi menjadi susu

murni kemasan dan yoghurt. Pemasok atau suplier yang mengirimkan bahan

terkadang tidak sesuai dengan jumlah pesanan, dikarenakan persediaan yang ada

dalam pemasok terbatas.

Pemasaran

Dalam hal memasarkan produk “Susu Segar Nasional”, CV. Cita Nasional

bekerja sama dengan pihak pemasaran yang bernama CV. Cita Karsa Bersama

sebagai pihak pemasaran yang berkantor pusat di Jakarta. Wilayah pemasaran

meliputi kota-kota seperti Surabaya, Yogyakarta, Solo, Jakarta dan Semarang.

Perkembangan wilayah pemasaran terbagi menjadi beberapa tahap antara lain:

a. November 2000 : Mulai memasarkan produk di wilayah Surabaya

b. Desember 2000 : Pemasaran produk di wilayah Yogyakarta/Solo

c. Februari 2001 : Pemasaran produk di wilayah Jakarta

d. April 2001 : Pemasaran produk di wilayah Semarang

Spesifikasi Bahan Dan Produk Spesifikasi Bahan

Page 35: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

30

Pembuatan susu pasteurisasi dan homogenisasi CV. Cita Nasional dari bahan-

bahan sebagai berikut:

a. Susu Sapi Segar

Susu sapi segar merupakan bahan baku utama yang diperoleh dari beberapa

KUD yang dapat memenuhi standar dari perusahaan untuk memproduksi susu

pasteurisasi dan homogenisasi. Susu segar tersebut akan digunakan untuk

proses produksi terlebih dahulu diuji mutunya di laboratorium.

b. Flavor Agent

Flavor agent yang digunakan adalah flavoring agent berbentuk cair dengan

merk “QUEST” dari Quest International Indonesia dan dari PT. Cipta Karya

Aroma di Semarang.

c. Stabilizer (Carboxy Methyl Cellulose)

Jenis stabilizer yang dipilih oleh CV. Cita Nasional adalah Carboxy Methyl

Cellulose (CMC) yang berupa serbuk putih kekuningan yang larut dalam air

pada suhu 60ºC dengan merk Akzo Nobel Cellulose Gum dengan kode AF

2785. CMC ini didatangkan dari Belanda yang produknya telah dilengkapi

dengan sertifikat halal dan terdapat spesifikasi produknya.

d. Pemanis (Gula)

Pemanis yang digunakan di CV. Cita Nasional adalah gula pasir. Pemeriksaan

yang dilakukan pada gula pasir sebagai pemanis dalam proses pembuatan susu

pasteurisasi dan homogenisasi adalah uji organoleptik dan uji pH dengan alat

pH meter. Umumnya gula yang ditambahkan pada susu segar 100 liter

membutuhkan gula pasir sebanyak 7 kg.

e. Pewarna

Pewarna merupakan cat atau zat warna yang dibuat secara sintetis atau

diperoleh dari ekstraksi suatu cat atau pigmen alami dari tanaman atau

sumber-sumber lainnya. Pewarna yang dipakai dalam proses pembuatan susu

pasteurisasi dan homogenisasi adalah “Ponceau 4R” merk “Idacol” dari PT.

Roha Lautan Pewarna di Semarang.

Page 36: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

31

Spesifikasi Produk

CV. Cita Nasional merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pangan

khususnya dalam produk susu. Beberapa produk susu yang dihasilkan dari CV. Cita

Nasional antara lain susu pasteurisasi dan homogenisasi dan yoghurt.

a. Susu Pasteurisasi dan Homogenisasi

Produk susu di CV. Cita Nasional adalah produk hasil olahan susu sapi

segar yang telah diberi bahan tambahan makanan serta perlakuan

pasteurisasi dan homogenisasi. Susu pasteurisasi dan homogenisasi ini

dikemas dalam tiga bentuk yaitu kemasan cup 150 ml, purepack 450 ml

dan minipack 90 ml. Pada kemasan cup, susu pasteurisasi dan

homogenisasi tersedia dengan rasa coklat, stroberi, moka, dan original

(tanpa rasa). Pada kemasan purepack, susu pasteurisasi tersedia dengan

rasa coklat dan stroberi, sedangkan yang dipasarkan di industri dikemasi

dalam kemasan cup 150 ml dengan varian rasa coklat, stroberi, moka, dan

original. Susu pasteurisasi dan homogenisasi dalam kemasan cup 150 ml

dan dalam kemasan purepack dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.

b. Yoghurt

Yoghurt merupakan hasil olahan susu sapi segar yang telah diberi

perlakuan pengasaman dan pengumpalan, serta proses fermentasi

terkontrol oleh bakteri asam laktat. Produk ini merupakan jenis stirred

yoghurt dan dipasarkan ke konsumen dalam bentuk tiga kemasan, yaitu

kemasan cup 150 ml dan botol 250 ml. Dalam kemasan cup, yoghurt

diproduksi dalam bentuk yoghurt drink dengan varian rasa mangga dan

stroberi. Selain itu, yoghurt juga dikemas dalam botol yang memiliki

viskositas lebih tinggi dan dipasarkan di wilayah Jakarta dengan varian

rasa anggur, leci, jeruk dan stroberi. Yoghurt dalam kemasan cup 150 ml

dan kemasan botol 250 ml dapat dilihat pada Gambar 3.

Page 37: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

32

Proses Produksi Susu Pasteurisasi dan Homogenisasi

Proses produksi adalah serangkaian aktivitas berurutan yang dilakukan secara

kontinyu sebagai usaha untuk mengolah bahan baku mentah menjadi produk jadi yang

bermutu dan memiliki nilai jual. Adanya serangkaian aktivitas tersebut akan

menentukan kelayakan produk untuk dikonsumsi dan biaya yang harus ditanggung

perusahaan dan harga jual produk. Oleh karena itu, aktivitas proses produksi harus

dilakukan secara efektif dan efisien. Prinsip yang diterapkan oleh perusahaan adalah

higienitas. CV. Cita Nasional telah mendapatkan sertifikasi Hazard Analysis Critical

Control Point (HACCP) dan International Standard Organization 9001 (ISO)

tentang manajemen mutu.

Rangkaian proses produksi yang dilakukan perusahaan dari penerimaan bahan

baku sampai dengan produk jadi terdiri atas beberapa tahapan. Tahapan proses

produksi susu pasteurisasi dan homogenisasi meliputi persiapan bahan baku, proses

pengolahan (pencampuran, homogenisasi dan pasteurisasi), pengisian dan

pengemasan disertai analisa laboratorium.

Persiapan Bahan Baku

Bahan baku susu sapi segar yang dibawa dari KUD dengan truk tangki susu,

diambil sampelnya terlebih dahulu untuk diuji di laboratorium analisa. Hal ini

dilakukan untuk menentukan kelayakan bahan baku untuk digunakan pada proses

produksi. Apabila bahan baku memenuhi kriteria-kriteria yang disyaratkan oleh

perusahaan, maka susu dari tangki dialirkan melalui pipa dan disaring melalui filter

untuk mengurangi cemaran-cemaran pada bahan baku. Susu segar tersebut dialirkan

melewati Plate Heat Exchanger (PHE) untuk memperoleh proses pendinginan.

Setelah itu, bahan baku dialirkan menuju tangki penampungan bahan baku (T.301)

bersuhu 4- 6C yang di dalamnya terdapat agitator yang berfungsi sebagai pengaduk

sekaligus untuk menghomogenkan suhu cairan.

Page 38: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

33

Proses Pengolahan

Proses pengolahan meliputi tahapan-tahapan proses sebagai berikut:

1. Pencampuran

Proses pencampuran dilakukan dengan terlebih dahulu melarutkan gula

pasir, stabilizer, dan bubuk kakao dengan air panas. Kemudian campuran

tersebut bersamaan dengan susu segar yang telah mengalami proses

pemanasan dengan PHE (50-60C), dialirkan masuk kembali ke tangki

pencampuran (T.201). Pada tangki penampungan tersebut, dilakukan proses

pengadukan dengan agitator selama 15 detik dengan suhu 15C. Setelah

itu, campuran dialirkan menuju tangki antara melalui PHE untuk

memperoleh proses pendinginan kembali. Pada tangki antara (T.202),

dilakukan pencampuran dengan senyawa flavour dengan suhu rendah.

2. Homogenisasi

Setelah proses pencampuran bahan selesai, campuran dialirkan melalui PHE

untuk memperoleh proses pemanasan, menuju ke homogenizer. Proses

homogenisasi dilakukan dengan kecepatan homogenisasi 125 bar atau

sekitar 1300-1400 Psi. Proses ini dilakukan untuk memperoleh partikel susu

yang homogen setelah proses pencampuran, serta untuk mempertahankan

agar emulsi susu lebih terjaga.

3. Pasteurisasi

Setelah proses homogenisasi, produk setengah jadi dialirkan melalui pipa

berkelok-kelok untuk memperoleh proses pasteurisasi. Proses ini

berlangsung pada suhu 85C selama 15 detik. Kemudian, produk jadi yang

telah dipasteurisasi tersebut dialirkan melalui PHE kembali untuk

memperoleh proses pendinginan. Lalu, produk susu pasteurisasi dialirkan

menuju balance tank dan ditampung pada tangki penampungan akhir

(T.401) yang bersuhu 4C.

Page 39: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

34

Pengisian dan Pengemasan

Produk susu pasteurisasi dialirkan dari tangki penampungan akhir melalui

pipa-pipa, menuju bagian pengemasan dengan tetap menjaga suhu yang rendah.

Pengemasan dilakukan dengan cara aseptis dan para pekerja diwajibkan mengenakan

jas putih dan masker. Proses pengemasan terdapat di dua ruang yang terpisah yaitu,

pengemasan dalam cup dan pengemasan dalam minipack. Bahan pengemas itu sendiri

terbuat dari plastik polyprophylene yang kuat dan ringan. Pengemasan dalam kemasan

cup dilakukan dengan alat fillomatic automatic in-line cup filler and sealer. Produk

susu pasteurisasi dikemas dalam wadah melalui kran yang telah diatur volume

pengeluarannya yaitu 150 ml untuk kemasan dalam cup dan 90 ml untuk kemasan

minipack.

Untuk mengetahui suhu produk yang telah masuk dalam kemasan, diberikan

sensor suhu menggunakan sinar ultraviolet. Secara umum, suhu produk setelah

dikemas tidak lebih dari 8C. Setelah itu, kemasan produk di-seal menggunakan suhu

tinggi. Produk susu pasteurisasi dalam kemasan tersebut dialirkan dengan conveyor

menuju bagian pengepakan dan ditata dalam krat-krat. Setelah proses pengepakan,

produk dikirimkan ke kota-kota tujuan menggunakan truk box dengan suhu refrigerasi

sesuai dengan jumlah order. Sedangkan, produk yang masih tersisa disimpan dalam

kontainer besar bersuhu refrigerasi yang juga digunakan sebagai penyimpanan

produk. Penyimpanan produk sisa dilakukan dengan tujuan untuk menanggulangi

adanya penambahan jumlah order dan juga order yang datang tiba-tiba.

Analisis Kalkulasi Biaya Produksi Tahun 2014

Salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh setiap perusahaan manufaktur adalah

peningkatan produksi guna memperoleh laba yang optimal, dengan adanya

peningkatan produksi maka akan mempengaruhi kontinuitas perusahaan. Oleh karena

itu salah satu faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas produksi adalah biaya

produksi.

Page 40: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

35

Biaya produksi adalah sejumlah biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan

dalam melakukan proses produksi. Demikian halnya dengan CV. Cita Nasional yang

bergerak dibidang industri pengolahan susu, perusahaan memproduksi berbagai

macam jenis susu seperti susu pasteurisasi dan homogenisasi serta yoghurt. Oleh

karena itu maka diperlukan suatu kalkulasi biaya produksi.

Karena adanya pesanan yang diterima perusahaan ini sering berubah-ubah,

maka penggolongan biaya atas dasar perilaku-perilaku biaya yang ada didalam

perusahaan selayaknya harus digunakan. Sebelum disajikan kalkulasi biaya produksi,

maka terlebih dahulu akan disajikan data produksi dan penjualan susu tahun 2014

yang dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini :

Tabel 3 Volume Produksi dan Penjualan Susu

Bulan Januari S/D Bulan Desember 2014

Bulan Volume Produksi (unit) Volume penjualan

(unit)

Januari 230.000 198.750

Februari 89.500 82.500

Maret 145.000 139.600

April 95.800 94.270

Mei 102.000 98.740

Juni 85.700 82.600

Juli 78.500 76.890

Agustus 169.000 158.900

September 98.600 97.210

Oktober 89.400 87.290

November 120.000 92.200

Desember 95.500 92.300

Total 1.399.000 1.301.250 Sumber : CV. Cita Nasional

Dari tabel 3 yaitu volume produksi susu, maka jumlah produksi susu untuk

tahun 2014 sebesar 1.399.000 unit, sedangkan jumlah volume penjualan susu sebesar

Page 41: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

36

1.301.250 unit. Selanjutnya akan disajikan kalkulasi biaya produksi susu yang

diperoleh dari CV. Cita Nasional yaitu sebagai berikut :

1. Biaya Produksi

a. Biaya Bahan Langsung

Biaya bahan langsung untuk memproduksi susu segar nasional tidak

begitu banyak macam. Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi

susu di CV. Cita Nasional adalah susu segar yang diperoleh dari beberapa

KUD. Sedangkan bahan baku pembantu adalah gula, skim, citric acid,

lactic acid, starter culture, pewarna, sweet whey, coklat powder, flavour,

CMC dan pektin. Proses pengolahan dimulai dari penerimaaan bahan

baku susu, proses pendinginan awal, mixing (pencampuran gula dan

pektin), proses homogenisasi dan pasteurisasi, proses inkubasi, proses

pengadukan dan pengemasan.

Besarnya biaya bahan baku dan pembantu yang dikeluarkan oleh

perusahaan tahun 2014 menurut data CV. Cita Nasional adalah susu segar

sebesar Rp. 1.523.760.000 untuk bahan baku langsung dan bahan

pembantu sebesar Rp. 107.748.000.

b. Biaya Tenaga Kerja

Menurut CV. Cita Nasional, upah langsung adalah jumlah keseluruhan

upah yang dibayarkan kepada karyawan yang bekerja di bagian produksi

yaitu mulai dari pengolahan bahan baku sampai menjadi barang jadi.

Besarnya tarif upah ditentukan menurut kebijakan perusahaan dengan

standar minimal yang sudah ditetapkan oleh Departemen Tenaga Kerja

yang ada di wilayah Jawa Tengah.

Dan perusahaan mengambil kebijakan untuk memberikan upah pada

karyawan Rp. 45.000/hari. Jumlah tenaga kerja: 90 orang. Pada CV. Cita

Nasional terdapat 90 tenaga kerja, 55 orang diantaranya merupakan tenaga

Page 42: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

37

kerja langsung. Upah untuk tenaga kerja langsung dihitung tiap harinya,

dan upah perhari tenaga kerja langsung sebesar Rp. 45.000 perorang.

Untuk biaya tenaga kerja perbulan adalah: upah perhari x jumlah hari kerja

dalam sebulan. Biaya tenaga kerja langsung yang dikeluarkan perusahaan

(menurut data) tahun 2014 sebesar Rp. 468.720.000.

c. Biaya Overhead Pabrik

Besarnya biaya overhead pabrik selama tahun 2014 (menurut data

perusahaan) dapat diperincikan sebagai berikut :

1. Biaya penyimpanan Rp. 25.000.000

2. Perlengkapan Rp. 30.000.000

3. Listrik Rp. 77.966.000

4. Penyusutan aktiva tetap Rp. 47.260.000

5. Biaya reparasi&pemeliharaan Rp. 23.482.000

6. Asuransi kecelakaan karyawan Rp. 24.650.000

Jumlah biaya overhead pabrik Rp. 228.358.000

2. Biaya non produksi

Besarnya biaya non produksi menurut data perusahaan dapat

ditentukan sebesar Rp. 663.787.000, hal ini dapat dirinci bahwa biaya

administrasi dan umum sebesar Rp. 634.807.000 dan biaya pemasaran sebesar

Rp. 28.980.000.

Berdasarkan data biaya produksi dan biaya non produksi maka dapat

disajikan melalui tabel 4 berikut ini :

Page 43: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

38

Tabel 4 Besarnya Biaya Produksi Sebelum

Pemisahan Biaya Semi Variabel Tahun 2014

Jenis Biaya Nilai Biaya (Rp) Keterangan

A. Biaya Produksi 1. Biaya Bahan Baku dan Pembantu - Biaya Bahan Baku 1.523.760.000 Variabel - Biaya Bahan Pembantu 107.748.000 Variabel 2. Biaya Tenaga Kerja Langsung - Biaya Tenaga Kerja Langsung 468.270.000 Variabel 3. Biaya Overhead Pabrik - Biaya Penyimpanan 25.000.000 Tetap - Perlengkapan 30.000.000 Variabel - Listrik 77.966.000 Semi Variabel - Penyusutan aktiva tetap 47.260.000 Tetap - Biaya reparasi dan pemeliharaan pabrik 23.482.000 Semi Variabel - Asuransi Kecelakaan Karyawan 24.650.000 Tetap

Jumlah biaya overhead pabrik 228.358.000

Total Biaya produksi (1+2+3) 2.328.136.000

B. Biaya Non Produksi 1. Biaya Penjualan - Biaya Promosi Penjualan 28.980.000 Tetap 2. Biaya Adm/umum - Biaya gaji/tunjangan karyawan 512.540.000 Tetap - Biaya Penyusutan 29.782.000 Tetap - Biaya Listrik 46.490.000 Tetap - Biaya alat tulis kantor 6.480.000 Tetap - Biaya Telepon 10.360.000 Tetap - Pajak 16.625.000 Tetap - Biaya asuransi 12.530.000 Tetap

Biaya administrasi umum 634.807.000

Jumlah biaya non produksi (1+2) 663.787.000

Total Biaya (A+B) 2.991.923.000 Sumber : Hasil olahan data

Dari data tersebut di atas, selanjutnya akan disajikan rincian biaya semi

variabel dari bulan Januari s/d Desember tahun 2014 yang dapat disajikan

melalui tabel berikut ini :

Page 44: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

39

Tabel 5 Data Biaya Semi Variabel Pada CV. Cita Nasional

Tahun 2014

Bulan Jenis Biaya Semi Variabel

Biaya reprasi&pmeliharaan Biaya Listrik

Januari 2.457.000 7.412.000

Februari 1.870.000 6.060.000

Maret 2.400.000 6.886.000

April 1.230.000 5.655.000

Mei 2.213.000 6.512.000

Juni 1.769.000 6.210.000

Juli 1.543.000 5.918.000

Agustus 2.154.000 6.682.000

September 1.985.000 6.123.000

Oktober 1.321.000 5.864.000

November 1.560.000 6.890.000

Desember 2.980.000 7.754.000

Total 23.482.000 77.966.000 Sumber : Hasil olahan data

Berdasarkan tabel 5 yakni data biaya pemisahan semi variabel,

khususnya pada CV. Cita Nasional, maka perlu dilakukan pemisahan biaya

semi variabel dengan menggunakan least square method (OLS) dalam

melakukan pemisahan biaya semi variabel yang dapat dilihat melalui

lampiran.

Dari hasil pemisahan biaya semi variabel (Lampiran) maka selanjutnya

akan disajikan kalkulasi biaya setelah dilakukan pemisahan biaya semi

variabel yang dapat dilihat melalui tabel 6 berikut ini :

Page 45: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

40

Sumber : Hasil olahan data

Berdasarkan tabel 6 yakni data biaya (biaya produksi dan biaya non

produksi) setelah dilakukan pemisahan biaya semi variabel, didapatkan hasil

untuk biaya produksi variabel sebesar Rp. 2.148.594.388 sehingga untuk total

Tabel 6 Klasifikasi Biaya Setelah Dilakukan Pemisahan Biaya Semi Variabel

Tahun 2014

Jenis Biaya Jumlah Biaya

Total Biaya (Rp) Biaya Tetap

Biaya Variabel

A. Biaya Produksi 1. Biaya Bahan Baku dan Pembantu - Biaya Bahan Baku - 1.523.760.000 1.523.760.000 - Biaya Bahan Pembantu - 107.748.000 107.748.000 2. Biaya Tenaga Kerja Langsung - Biaya Tenaga Kerja Langsung - 468.270.000 468.270.000 3. Biaya Overhead Pabrik - Biaya Penyimpanan 25.000.000 - 25.000.000 - Perlengkapan - 30.000.000 30.000.000 - Listrik 66.157.030 11.808.970 77.966.000 - Penyusutan aktiva tetap 47.260.000 - 47.260.000 - Biaya reparasi dan pemeliharaan pabrik 16.474.582 7.007.418 23.482.000 - Asuransi Kecelakaan Karyawan 24.650.000 - 24.650.000 Jumlah biaya produksi 179.541.612 2.148.594.388 2.328.136.000 B. Biaya Non Produksi 1. Biaya Penjualan - Biaya Promosi Penjualan 28.980.000 - 28.980.000 2. Biaya Adm/umum - Biaya gaji/tunjangan karyawan 512.540.000 - 512.540.000 - Biaya Penyusutan 29.782.000 29.782.000 - Biaya Listrik 46.490.000 - 46.490.000 - Biaya alat tulis kantor 6.480.000 - 6.480.000 - Biaya Telepon 10.360.000 - 10.360.000 - Pajak 16.625.000 - 16.625.000 - Biaya asuransi 12.530.000 - 12.530.000 B. Biaya Non Produksi 663.787.000 - 663.787.000 Total Biaya (A+B) 818.328.612 2.148.594.388 2.991.923.000 Biaya Variabel perunit 818.328.612 1.600

Page 46: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

41

biaya produksi per lemari sebesar Rp. 1.600. Selanjutnya akan disajikan data

kapasitas produksi yang diperoleh dari CV. Cita Nasional yang dapat disajikan

pada tabel 7 yaitu sebagai berikut :

Tabel 7

Kapasitas Produksi Normal dan Kapasitas Sesungguhnya Susu Segar Nasional (cup)

Tahun 2014

Jenis

Kapasitas Produksi Kapasitas

sesungguhnya Kapasitas

Menganggur

1 2 1-2 = 3 Susu segar nasional 1.500.000 1.399.000 101.000

Sumber : Data diolah dari CV. Cita Nasional

Berdasarkan tabel 7 yakni data kapasitas produksi normal dan kapasitas

sesungguhnya susu segar nasional ukuran cup yang menunjukkan bahwa menurut data

CV. Cita Nasional sebesar 1.500.000, sedangkan kapasitas produksi sesungguhnya

sebesar 1.399.000, sehingga terjadi kapasitas menganggur sebesar 101.000 unit.

Analisis Biaya Menurut Variable Costing

Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap produksi adalah berkaitan dengan

biaya, karena tanpa biaya yang dikeluarkan oleh setiap perusahaan manufaktur maka

kegiatan produksi tidak akan terlaksana sesuai dengan yang diharapkan oleh setiap

perusahaan. Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa biaya berperan penting

dalam kegiatan produksi.

CV. Cita Nasional adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri

pengolahan susu, sehingga dalam menjalankan kegiatan produksi perusahaan perlu

menggunakan metode penentuan harga pokok produksi yang benar, karena kesalahan

dalam penentuan harga pokok produksi akan mengkibatkan laba yang diperoleh

perusahaan kurang optimal, sehingga salah satu metode penentuan harga pokok

produksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah variable costing.

Page 47: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

42

Penerapan variable costing adalah suatu metode penentuan harga pokok

produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel

kedalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja

langsung dan biaya overhead pabrik variabel. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa

penerapan variable costing bagi manajemen lebih baik digunakan sebagai alat

perencanaan dan pengambilan keputusan jangka pendek yang tidak mengharuskan

pertumbuhan tentang biaya non produksi.

Perhitungan biaya produksi dengan menggunakan metode variable costing,

dalam menentukan biaya produksi yang ada pada CV. Cita Nasional hanya

membebankan unsur-unsur biaya produksi yang bersifat variabel saja. Pembebanan

biaya produksi tersebut dilakukan berdasarkan biaya historis atau biaya yang

sesungguhnya terjadi. Dengan menggunakan tarif biaya overhead yang telah ada,

maka dapat disusun standar dan anggaran biaya untuk keperluan pengawasan

dan efisiensi kerja. Dari hasil analisa yang telah dilakukan, maka berikut ini

penulis akan menghitung harga pokok produksi dengan menggunakan variable

costing.

Sebelum dilakukan penerapan variable costing sebagai alat pengambilan

keputusan menerima atau menolak pesanan khusus, khususnya pada CV. Cita

Nasional maka terlebih dahulu akan disajikan data penjualan susu segar nasional

ukuran cup yang dapat disajikan pada tabel 8 berikut ini :

Tabel 8 CV. Cita Nasional

Volume Penjualan Susu Segar Nasional Tahun 2014

Jenis Produk

Volume Penjualan (unit) Harga Jual (Rp)

Nilai Penjualan (Rp)

Susu Segar Nasional 1.301.250 2.500 3.253.125.000 Sumber : Data diolah dari CV. Cita Nasional

Page 48: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

43

Berdasarkan tabel 8 yakni data penjualan susu segar nasional, yang

menunjukan bahwa data penjualan susu segar nasional sebesar 1.301.250 unit atau

sebesar Rp. 3.253.125.000. Dengan demikian akan disajikan perhitungan laba rugi

berdasarkan pendekatan variable costing yang dapat disajikan pada tabel 10 yaitu

sebagai berikut :

Tabel 9 Laporan Laba Rugi Pendekatan Variable Costing

Susu Segar Nasional Tahun 2014

Keterangan Total

Penjualan 3.253.125.000

Biaya Variabel : Biaya Bahan Baku dan Bahan Pembantu 1.631.508.000 Biaya Tenaga Kerja Langsung 468.270.000 Biaya Overhead Pabrik 48.816.388

Jumlah Biaya Variabel 2.148.594.388

Kontribusi Margin 1.104.530.612

Biaya Tetap Biaya Overhead Tetap 179.541.612 Biaya Penjualan 28.980.000 Biaya Adm/Umum 634.807.000

Jumlah Biaya Tetap 843.328.612

Laba Bersih Sebelum Pajak 261.202.000 Sumber : Hasil Olahan Data

Berdasarkan tabel 9 yakni hasil perhitungan laba (rugi) dalam penjualan susu

segar nasional dengan menggunakan pendekatan biaya variable costing maka

besarnya laba bersih sebelum pajak pada tahun 2014 sebesar Rp. 261.202.000.

Analisis Keputusan Jangka Pendek Menerima atau Menolak Pesanan Khusus

Berdasarkan hasil analisis biaya dengan pendekatan variable costing dan

kaitannya dengan laporan laba rugi maka upaya yang dilakukan adalah mengambil

keputusan jangka pendek antara menerima atau menolak pesanan khusus. Oleh karena

itulah dalam menganalisis keputusan jangka pendek menerima atau menolak pesanan

khusus maka digunakan analisis diferrensial sebagai alat pengambilan keputusan

Page 49: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

44

menerima atau menolak pesanan khusus. Dimana menerima atau menolak pesanan

khusus adalah dua alternatif keputusan yang diharapkan oleh manajer perusahaan.

Pesanan khusus adalah pesanan di luar daripada pesanan normal.

Dalam menganalisis pesanan khusus, maka yang dijadikan tolak ukur dalam

penelitian ini adalah susu segar nasional ukuran cup, alasannya karena jenis susu

segar nasional ukuran cup memiliki pesanan khusus yang paling besar. Penerimaan

pesanan khusus biasanya dilakukan oleh perusahaan yang memiliki kapasitas

menganggur yang mendorong manajemen untuk mempertimbangkan penetapan harga

jual di bawah harga jual normal. Perusahaan memproduksi secara rutin produk seperti

susu segar nasional dan yoghurt tiap bulannya. Perusahaan juga menerima pesanan

dari konsumennya seperti Toko Andi Baru yang memesan yoghurt sebanyak 50.000

unit. Selain itu beberapa pesanan yang sudah diterima perusahaan selama tahun 2014

adalah susu segar nasional ukuran cup.

Dengan adanya pesanan khusus tersebut selama ini perusahaan tidak

mempunyai perhitungan khusus ketika memutuskan untuk menerima suatu pesanan di

luar produk masa yang biasa dibuat, namun disisi lain perusahaan mengharapkan

tingkat pengembalian dari penerimaan pesanan bisa melampaui biaya-biaya yang

harus dikeluarkan dalam memproduksi produk dengan harga jual yang lebih murah

dari harga jual normal. Informasi akuntansi yang dimiliki perusahaan tidak dapat

menentukan apakah penjualan yang meningkat karena adanya pesanan khusus

tersebut berdampak positif terhadap laba perusahaan atau tidak. Perusahaan hanya

melihat dari sisi harga yang ditawarkan konsumen jika harga tersebut jauh lebih besar

dari semua biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan maka pesanan khusus tersebut

diterima oleh perusahaan.

Berdasarkan data yang diperoleh dari perusahaan pada tahun 2014 bahwa

dalam memproduksi susu perusahaan mampu memproduksi sebanyak 1.399.000 unit

dan dapat terjual sebanyak 1.301.250 unit dengan harga jual per unit sebesar Rp.

2.500. Disini terdapat kapasitas yang menganggur sebanyak 97.750 unit susu, yang

Page 50: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

45

dapat digunakan manajemen untuk mempertimbangkan apakah suatu pesanan khusus

dapat diterima atau ditolak dengan memanfaatkan kapasitas yang masih ada. Pada

akhir bulan Desember 2014 perusahaan mendapatkan penawaran pesanan khusus dari

CV. Pangudi Luhur untuk susu segar nasional ukuran cup sebesar 97.500 unit dengan

harga jual per unit sebesar Rp. 2.100. Jika biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan

dalam hal pembuatan susu per unit adalah Rp. 1.700 dengan harga jual sebesar Rp.

2.500, maka perusahaan memperoleh pendapatan sebesar Rp. 800 per unit. Apakah

perusahaan akan menerima atau menolak pesanan khusus dari CV. Pangudi Luhur

dengan harga susu yang ditawarkan sebesar Rp. 2.100 per unit jika biaya yang

dikeluarkan Rp. 1.700 per unit.

Pemimpin perusahaan harus benar-benar memperhatikan keputusan mana

yang harus diambil, untuk melakukan pengambilan keputusan menerima pesanan

khusus ataukah pengambilan keputusan menolak pesanan khusus maka perusahaan

harus mengambil keputusan dengan dilakukan analisis biaya differensial. Sebelum

dilakukan analisis pesanan khusus, diperoleh data tambahan dari perusahaan

mengenai penambahan pesanan khusus. CV. Pangudi Luhur mengajukan penawaran

pembelian produk susu segar nasional ukuran cup sebanyak 97.500 unit dengan harga

Rp. 2.100 per unit.

Berdasarkan informasi di atas selanjutnya akan dilakukan pemisahan antara

biaya relevan dan biaya tidak relevan dari masing-masing biaya yang terjadi untuk

memenuhi pesanan khusus tersebut yaitu sebagai berikut:

Page 51: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

46

Sumber : Data di olah

Berdasarkan tabel 10 dapat diketahui bahwa pengaruh pesanan khusus

terhadap jumlah biaya produksi yang bisa berubah adalah biaya bahan baku dan bahan

pembantu, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel akan

berubah sesuai dengan jumlah yang diproduksi, karena berbanding lurus dengan jenis

kegiatan produksinya. Jika jumlah yang diproduksi meningkat, maka untuk jumlah

biaya produksinya juga akan meningkat, dan jika jumlah yang diproduksi sedikit

maka jumlah biaya produksinya juga akan sedikit sesuai dengan jumlah yang

diproduksi. Sedangkan untuk biaya overhead pabrik tetap dan biaya non produksi

tidak terpengaruh atau tidak terjadi perubahan terhadap setiap kegiatan produksi,

karena biaya tetap ini tidak ada perubahan jika suatu produksi meningkat dan tidak

relevan dalam pengambilan keputusan jangka pendek khususnya untuk menerima atau

menolak pesanan khusus.

Dengan adanya penawaran pesanan khusus sebesar 97.500 unit dengan harga

per unit Rp. 2.100 sehingga akan mendapatkan total pendapatan sebesar Rp.

Tabel 10 Alokasi Pengaruh Pesanan Khusus Terhadap Biaya Produksi

Tahun 2014

Jenis Biaya Berubah jika terjadi perubahan

pada Sudah/akan dikeluarkan

Volume Menerima/menolak pesanan Kusus

Bahan Baku dan Bahan Pembantu Ya Ya Disesuaikan Biaya Tenaga kerja langsung Ya Ya Disesuaikan Biaya Overhead Pabrik Variabel Ya Ya Disesuaikan Biaya Overhead Pabrik tetap Tidak Tidak Sudah dikeluarkan Biaya Non Produksi Tidak Tidak Sudah dikeluarkan

Page 52: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

47

204.750.000. Selanjutnya akan disajikan tabel tentang perubahan biaya setelah

menerima pesanan khusus sebagai berikut :

Sumber : Data di olah

Berdasarkan tabel 11, dapat diketahui bahwa total biaya produksi setelah

menerima pesanan khusus adalah sebesar Rp. 3.145.786.503. Dapat diperoleh karena

adanya tambahan biaya produksi untuk pesanan khusus, yang meliputi biaya bahan

baku langsung dan bahan pembantu, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead

pabrik variabel yaitu listrik dan perlengkapan. Karena semua jenis biaya ini akan

bertambah sesuai dengan perubahan volume kegiatan produksi. Selanjutnya akan

Jenis Biaya Nilai Biaya (Rp) Penambahan karena pesanan Khusus saldo

A. Biaya Produksi

1. Biaya Bahan Baku dan Pembantu

- Biaya Bahan Baku (Rp 1.089/cup) 1.523.760.000 106.194.853 1.629.954.853

- Biaya Bahan Pembantu(Rp 77/cup) 107.748.000 7.509.242 115.257.242

2. Biaya Tenaga Kerja Langsung -

- Biaya Tenaga Kerja Langsung (Rp 335/cup) 468.270.000 32.634.971 500.904.971

3. Biaya Overhead Pabrik -

- Biaya Penyimpanan 25.000.000 - 25.000.000

- Perlengkapan (Rp. 21/cup) 30.000.000 2.090.779 32.090.779

- Listrik (Rp. 56/cup) 77.966.000 5.433.656 83.399.656

- Penyusutan aktiva tetap 47.260.000 - 47.260.000

- Biaya reparasi dan pemeliharaan pabrik 23.482.000 - 23.482.000 - Asuransi Kecelakaan Karyawan 24.650.000 - 24.650.000

Jumlah biaya overhead pabrik 228.358.000 7.524.435 235.882.435 Total Biaya produksi (1+2+3) 2.328.136.000 153.863.503 2.481.999.503

B. Biaya Non Produksi

1. Biaya Penjualan

- Biaya Promosi Penjualan 28.980.000 - 28.980.000

2. Biaya Adm/umum -

- Biaya gaji/tunjangan karyawan 512.540.000 - 512.540.000

- Biaya Penyusutan 29.782.000 - 29.782.000

- Biaya Listrik 46.490.000 - 46.490.000

- Biaya alat tulis kantor 6.480.000 - 6.480.000

- Biaya Telepon 10.360.000 - 10.360.000

- Pajak 16.625.000 - 16.625.000

- Biaya asuransi 12.530.000 - 12.530.000

Biaya administrasi umum 634.807.000 Jumlah biaya non produksi (1+2) 663.787.000 - 663.787.000

Total Biaya (A+B) 2.991.923.000 153.863.503 3.145.786.503

Perubahan Biaya Operasional Setelah Menerima Pesanan Khusus

Tahun 2014

Tabel 11

Page 53: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

48

disajikan analisis biaya differensial dengan dan tanpa pesanan khusus susu segar

nasional yang dapat disajikan pada tabel 12 yaitu sebagai berikut :

Tabel 12 Analisis Biaya Differensial Dengan Dan Tanpa Pesanan Khusus

Susu Segar Nasional Tahun 2014

Keterangan Tanpa Pesanan Khusus (Rp)

Pesanan Khusus (Rp)

Pendapatan

3.253.125.000

3.253.125.000

Pesanan Khusus -

204.750.000

Total Penjualan

3.253.125.000

3.457.875.000 Biaya Relevan Biaya Produksi (Tanpa pesanan khusus)

2.328.136.000

2.328.136.000

Biaya Produksi (Pesanan khusus) * -

153.863.503

Total biaya relevan

2.328.136.000

2.481.999.503 Biaya Non Relevan Biaya Non Produksi (tanpa pesanan khusus)

663.787.000

663.787.000

Biaya Non Produksi (pesanan khusus)

-

-

Total Biaya Non Relevan

663.787.000

663.787.000

Total Biaya Operasional

2.991.923.000

3.145.786.503

Laba Bersih Sebelum Pajak

261.202.000

312.088.497 Sumber : Data di olah

Berdasarkan tabel 12 yakni analisis biaya differensial dalam menerima atau

menolak pesanan khusus maka laba bersih sebelum pajak tanpa pesanan khusus

sebesar Rp. 261.202.000, sedangkan laba bersih setelah pesanan khusus adalah

sebesar Rp. 312.088.497, sehingga terdapat laba differensial sebesar Rp. 50.886.497.

Berdasarkan perhitungan diatas, menerima pesanan khusus menghasilkan lebih

Page 54: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

49

banyak keuntungan daripada menolak pesanan khusus tersebut. perusahaan sebaiknya

menerima penawaran pesanan khusus, karena tambahan pendapatannya sebesar Rp.

312.088.497 lebih besar daripada tambahan biayanya Rp. 153.863.503.

Tabel 13 Analisis Pengambilan Keputusan Menerima/ Menolak Pesanan Khusus

CV. Cita Nasional

Keterangan Reguler Pesanan Khusus

Produksi 100% 7%

Pendapatan 100% 6%

Biaya Operasional 100% 5%

Laba Bersih sebelum pajak 100% 19% Sumber : Data di olah

Pada tabel 13 dapat diketahui bahwa dengan menerima pesanan khusus dan

dengan tidak menerima pesanan khusus terjadi tambahan volume produk yang

diproduksi sebesar 7%, pendapatan sebesar 6%, dan biaya operasional sebesar 5%,

maka didapatkan hasil untuk laba bersih sebelum pajak yang diterima oleh perusahaan

adalah sebesar 19%. Karena dengan biaya operasional lebih kecil dibandingkan

dengan pendapatanya maka pesanan khusus dari CV. Pangudi Luhur dapat diterima

karena bisa menambah laba yang diperoleh perusahaan.

Pembahasan

Pada bulan Desember 2014 CV. Cita Nasional menerima tawaran pesanan

khusus (di luar pesanan reguler) sebanyak 97.500 unit susu dari CV. Pangudi Luhur.

Harga yang diminta oleh perusahaan tersebut adalah Rp. 2.100 per unit. Dalam

mempertimbangkan pesanan, pimpinan CV. Cita Nasional menghadapi masalah yaitu

pesanan tersebut bukan berasal dari pelanggan reguler perusahaan, atau jika pimpinan

CV. Cita Nasional dapat memberlakukan pesanan tersebut sebagai pesanan reguler,

atas dasar anggapan bahwa biaya tetap perusahaan akan dapat diserap oleh produk

yang diproduksi dan dijual dalam tahun 2014, belum termasuk pesanan sebanyak

97.500 unit yang dipertimbangkan.

Page 55: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

50

CV. Cita Nasional belum menerapkan informasi akuntansi differensial dan

variable costing dalam pengambilan keputusan untuk mengevaluasi perbedaan-

perbedaan dalam pendapatan dan biaya dan/aktiva yang berkaitan dengan berbagai

alternatif tindakan yang dapat dilakukan. Dalam mempertimbangkan permintaan

penawaran harga dari CV. Pangudi Luhur, pimpinan CV. Cita Nasional harus

memberlakukan pesanan tersebut sebagai pesanan khusus (special order). Oleh

karena itu, pesanan tersebut tidak dibebani tanggung jawab untuk menutup biaya

tetap, karena biaya tetap akan ditutup dari pesanan reguler.

Hasil penelitian menjelaskan bahwa jumlah yang diproduksi dan penjualan

pada tahun 2014 tidak mencapai target yang sudah ditetapkan oleh perusahaan. Untuk

jumlah yang diproduksi tidak memenuhi target dikarenakan tenaga kerja tidak bekerja

secara maksimal, banyak yang bermalas-malasan dan sering bolos kerja, jadi output

yang dihasilkan tidak memenuhi target. Sehingga terdapat kapasitas menganggur

dengan presentase cukup besar yang akan berpengaruh terhadap laba perusahaan.

Namun, kapasitas menganggur ini dapat dijadikan sebagai peluang untuk menerima

pesanan khusus dengan menggunakan analisis biaya differensial.

Perhitungan harga pokok per unit dengan menggunakan metode full costing

tentu saja akan membuat perusahaan tidak akan menerima pesanan khusus, karena

harga pokok per unit melebihi biaya produksi. Namun, jika dianalisis dengan metode

variable costing yang tentunya akan menghilangkan beberapa akun-akun biaya seperti

biaya tenaga kerja tak langsung dan biaya overhead pabrik serta biaya non produksi

yang telah ditetapkan untuk periode satu tahun, maka hal ini tentunya membuat

manajemen perusahaan dapat menerima pesanan khusus yang sangat membantu

perusahaan untuk mencapai laba maksimal.

Berdasarkan hasil olahan data pada tabel 6 diketahui bahwa total biaya

produksi per unit dengan menggunakan metode variable costing dalam pembuatan

susu segar nasional sebesar Rp. 1.600, yang akan menentukan harga jual per unit susu

pada perusahaan sebesar Rp. 2.500. Kemudian, dari hasil perhitungan laba rugi

Page 56: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

51

dengan variable costing pada tabel 9 bahwa laba bersih yang diperoleh selama tahun

2014 sebesar Rp. 261.202.000. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan

oleh Mulyadi (2005:233) yang menyatakan “Metode variable costing adalah

pemisahan antara biaya tetap dengan biaya variabel sehingga dapat menyajikan

informasi sehubungan dengan pengambilan keputusan jangka pendek dalam

menentukan harga jual yang kompetitif dan kualitas produk yang optimal”.

Berdasarkan tabel 10 dapat di analisis biaya relevan untuk penambahan biaya

dalam pesanan khusus, analisis biaya relevan ini digunakan untuk memilih biaya-

biaya yang relevan dalam penentuan harga jual produk pesanan khusus. Tidak semua

biaya variabel merupakan biaya yang relevan terhadap pengambilan keputusan. Biaya

relevan meliputi semua biaya yang terpengaruh oleh pengambilan suatu keputusan

termasuk keputusan manajemen dalam menentukan harga jual produk pesanan

khusus, seperti: biaya variabel, biaya tetap (apabila biaya tetap tersebut berubah

jumlahnya yang perubahannya bukan disebabkan oleh adanya perningkatan aktivitas

produksi), selain itu biaya semi variabel juga patut untuk dipertimbangkan karena di

dalam biaya tersebut juga terdapat unsur variabel dimana jika terjadi peningkatan

aktivitas produksi, biaya tersebut juga akan berubah. Selain itu untuk biaya semi

variabel juga harus dilakukan pemisahan antara unsur tetap dan variabelnya. Dalam

hal ini digunakan least square method untuk pemisahan unsur dalam biaya semi

variabel.

Hasil perhitungan dalam menerima pesanan khusus, diperoleh hasil untuk

pendapatan yang diterima perusahaan yaitu sebesar Rp. 204.750.000 jauh lebih besar

daripada biaya relevan yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp. 153.863.503, hal ini

menunjukan bahwa pesanan khusus dari CV. Pangudi Luhur dalam pemesanan susu

segar nasional ukuran cup sebanyak 97.500 unit dapat diterima karena sesuai dengan

kriteria pengambilan keputusan pesanan khusus yang dikemukakan Supriyono

(2005:264) yaitu jika pendapatan relevan per unit lebih besar dari biaya relevan

pesanan khusus maka pesanan khusus per unit akan diterima sedangkan jika

Page 57: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

52

pendapatan relevan per unit lebih kecil dari biaya relevan pesanan khusus maka

pesanan khusus per unit akan ditolak.

Pesanan khusus yang diterima perusahaan memperoleh laba relevan sebesar

Rp. 50.886.497. Dalam hal ini berdasarkan hasil yang diperoleh sejalan dengan teori

yang melandasi, sama halnya dengan penelitian terdahulu (Denis Kusumawati, 2014)

dimana perusahaan tersebut memilih untuk menerima pesanan khusus. Hal ini juga

yang dihadapi CV. Cita Nasional dalam pengambilan keputusan pesanan khusus

produk susu segar nasional dari CV. Pangudi Luhur.

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari analisis dan pembahasan mengenai penggunaan

variable costing dalam melakukan pengambilan keputusan dalam menerima atau

menolak pesanan khusus pada perusahaan CV. Cita Nasional, dapat disimpulkan

bahwa pesanan khusus pada bulan Desember 2014 yang dilakukan oleh CV. Pangudi

Luhur untuk susu segar nasional ukuran cup dapat diterima. Karena dapat diperoleh

laba sebesar Rp. 50.886.497 dengan total pendapatan sebesar Rp. 204.750.000 dan

biaya relevan sebesar Rp.153.863.500, karena biaya yang dikeluarkan lebih kecil

dibandingkan dengan pendapatan yang diperoleh, sehingga pesanan khusus tersebut

dapat diterima oleh perusahaan.

Implikasi

CV. Cita Nasional dalam menerima pesanan khusus harus mempunyai

perhitungan khusus untuk menganalisis bagaimana suatu pesanan khusus dapat

diterima atau ditolak. Manejemen dituntut untuk dapat menganalisis dan mengambil

keputusan yang tepat. Selain adanya kapasitas mengangur, perusahaan juga dapat

menambah laba perusahaan dengan menerima pesanan khusus.

Page 58: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

53

Selama ini perusahaan tidak mempunyai perhitungan khusus ketika

memutuskan untuk menerima atau menolak pesanan khusus, maka dalam mengatasi

masalah tersebut, diperlukan suatu analisis yaitu dengan variable costing yang hanya

membebankan biaya yang bersifat variabel saja dan tidak mengharuskan pertumbuhan

biaya non produksi.

Hal-hal yang harus diperhatikan perusahaan untuk menerima pesanan khusus

adalah:

1. Kapasitas poduksi

Kapasitas produksi tersedia atau tidak, jika kapasitas produksi mencapai

maksimal maka pesanan khusus ditolak karena bisa menambah biaya tetap

perusahaan. Akan tetapi jika kapasitas produksi belum maksimal, yaitu dengan

memanfaatkan kapasitas menganggur yang bisa digunakan untuk menerima

pesanan khusus.

2. Laba yang diperoleh

Apakah dengan menerima pesanan khusus dapat menambah laba perusahaan

atau tidak. Jika biaya yang dikeluarkan lebih sedikit dibandingkan dengan

pendapatan yang diperoleh pesanan khusus diterima. Akan tetapi jika biaya

yang dikeluarkan lebih besar dibandingkan dengan pendapatan yang diterima,

maka pesanan khusus ditolak.

Penelitian ini telah menunjukkan bahwa metode variable costing dapat

digunakan sebagai alat untuk menerima pesanan khusus CV. Cita Nasional, dimana

dengan memanfaatkan kapasitas menganggur untuk memenuhi pesanan khusus

memberikan laba kontribusi. Karena biaya yang dikeluarkan lebih kecil dibandingkan

dengan pendapatan yang diperoleh, pesanan khusus CV. Pangudi Luhur diterima.

Berdasarkan hasil penelitian di atas bahwa metode variable costing dapat digunakan

sebagai alat mengambil keputusan jangka pendek pada pesanan khusus.

Page 59: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

54

Saran

Adapun saran-saran yang dapat peneliti berikan kepada perusahaan

sehubungan dengan hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan yaitu sebagai

berikut :

1. Perusahaan agar menerapkan metode variable costing dalam pengambilan

keputusan jangka pendek, khususnya dalam menerima atau menolak pesanan

khusus yang berkaitan dengan banyaknya kapasitas menganggur, dan juga

disebabkan karena tenaga kerja yang sering bolos kerja ataupun datang

terlambat yang mengakibatkan output yang dihasilkan tidak sesuai dengan

target.

2. Dalam pemilihan alternatif menerima atau menolak pesanan khusus,

perusahaan agar mampu menerapkan analisis biaya differensial, hal ini

dimaksudkan untuk mengetahui biaya produksi yang ditentukan perusahaan

tidak lebih besar daripada harga jual yang ditawarkan dan untuk mengetahui

seberapa besar margin laba yang dicapai oleh perusahaan.

Page 60: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

55

DAFTAR PUSTAKA

Bokong, C.E., P.S. Sifrid, dan P. Winston. 2014. Analisis Perhitungan Biaya Produksi

Menggunakan Pendekatan Biaya Variable Costing Pada Perusahaan Roti Lidya.

Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi. Vol. 14. No. 1. Universitas Sam Ratulangi.

Manado.

Kusumawati, Denis. 2014. Analisis Biaya Deferensial Dalam Rangka Menerima Atau

Menolak Pesanan Khusus (Studi Pada Suksesabiz Store Konveksi Dan Sablon,

Sidoarjo. Skripsi. Fakultas Ilmu Administrasi. Universitas Brawijaya Malang.

Lambajang, A.A. 2013. Analisis Perhitungan Biaya Produksi Menggunakan Metode

Variable Costing PT. TROPICA COCOPRIMA. Jurnal EMBA. Vol. 1. No. 3.

Universitas Sam Ratulangi. Manado.

Mulyadi. 2005. Akuntasi Biaya. Edisi Kelima. Cetakan Ketujuh. Penerbit: UPP-AMP

YKPN. Yogyakarta.

Mulyadi. 2009. Akuntansi Biaya. Salemba. Jakarta

Mulyadi. 2012. Akuntansi Biaya. Edisi Kelima. Yogyakata: Unit Penerbit dan

Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.

Mursyidi. 2008. Akuntansi Biaya. Cetakan Pertama. Penerbit: Refika Aditama.

Bandung.

Oentoe, Christy. 2013. Analisis Perhitungan Biaya Produksi Menggunakan Metode

Variable Costing. Jurnal EMBA. Vol. 1. No. 3. USR. Manado.

Riduwan dan Akdom. 2007. Rumus Data Dalam Analisis Statistik. Cetakan kedua.

Penerbit : Alfabeta. Bandung.

Samsul, N.H. 2013. Perbandingan Harga Pokok Produksi Full Costing Dan Variable

Costing Untuk Harga Jual CV. Pyramid. Jurnal ISSN 2303-1174. Vol. 1. No. 3.

UPN. Jawa Timur.

Page 61: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

56

Sunarto. 2006. Akuntansi Biaya. Edisi Revisi. Yogyakarta: Amus.

Sunarto. 2010. Akuntansi Biaya. Edisi Revisi. Yogyakarta: Amus.

Supriyono, R. A. 2002. Akuntansi Biaya : Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga

Pokok. Edisi kedua. Yogyakarta: BPFE.

Syamrin, LM. 2004. Akuntansi Manajerial Suatu Pengantar. Edisi pertama.

Cetakan keempat. Penerbit: Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Widilestariningtyas, O., A.D. Sri, dan F.W. Sonny. 2012. Akuntansi Biaya. Graha

Ilmu. Yogyakarta.

Witjaksono, A. 2006. Harga pokok produksi. Jakarta.

Page 62: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

57

LAMPIRAN Lampiran 1. Susunan Personalia CV. Cita Nasional

Jabatan Nama Direktur Utama Rudi Kurnia Danuwijaya Plan Manager Iskandar Muhklas Asisten Manager Enang Komara Kepala Quality Control dan R&D Moh. Nur Ali Muslim Kepala Engineering Ade Herman Kepala Gudang Atang S. Ass. Supervisor Proses Nur Haryanto Ass. Supervisor QC dan R&D Agung Tri Kuncoro Ass. Supervisor Filling & Sealing Santosa Administrasi Supriyati Sumber : Data perusahaan tahun 2010

Lampiran 2. Jabatan dan Jumlah Karyawan CV. Cita Nasional Jenis Pekerjaan Jumlah 1. Manager Personalia 1 a. Staf Personalia 1 b. Satuan Pengaman 6 c. Supir Kantor 1 d. Kebersihan 4 2. Manager Produksi - a. Ass. Supervisor Proses 1 Operator 9 b. Supervisor QC 1 Operator 3 c. Ass. Supervisor Filling& Sealing 1 Operator 39 Pencuci Krat 4 3. Manager Engineering 1 a. Supervisor Elektrik 1 Operator 4 b. Supervisor Mekanik 1 Operator 5 4. Manager Keuangan dan Adm. Gudang 1 a. Staf Administrasi 3 b. Operator Gudang 4 Jumlah 90 orang

Page 63: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

58

Lampiran 3. Pemisahan Biaya Semi Variabel

a) Biaya Listrik

Sumber : Data di olah

Berdasarkan data tersebut diatas, maka dapat ditentukan biaya variabel (b)

yang dapat ditentukan dengan menggunakan rumus :

b = n∑XY – (∑X) (∑Y)

n∑X² - (∑X)²

a = ∑Y – b (∑X)

n

b = 111.274.408.800.000 – 109.074.434.000.000

2.217.830.400.000 – 1.957.201.000.000

b = 2.199.974.800.000

260.629.400.000

b = 8,44

Kemudian biaya tetap perbulan dapat dihitung sebagai berikut :

a = 77.966.000 – 11.808.970

12

Bulan Jumlah Produksi (X) Biaya Listrik (Y) X2 XY

Januari 230.000 7.412.000 52.900.000.000 1.704.760.000.000

Februari 89.500 6.060.000 8.010.250.000 542.370.000.000

Maret 145.000 6.886.000 21.025.000.000 998.470.000.000

April 95.800 5.655.000 9.177.640.000 541.749.000.000

Mei 102.000 6.512.000 10.404.000.000 664.224.000.000

Juni 85.700 6.210.000 7.344.490.000 532.197.000.000

Juli 78.500 5.918.000 6.162.250.000 464.563.000.000

Agustus 169.000 6.682.000 28.561.000.000 1.129.258.000.000

September 98.600 6.123.000 9.721.960.000 603.727.800.000

Oktober 89.400 5.864.000 7.992.360.000 524.241.600.000

November 120.000 6.890.000 14.400.000.000 826.800.000.000

Desember 95.500 7.754.000 9.120.250.000 740.507.000.000

1.399.000 77.966.000 184.819.200.000 9.272.867.400.000

Page 64: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

59

a = 66.157.030

12

a = 5.513.086

Sehingga pemisahan biaya semi variabel dapat dihitung sebagai berikut :

Total biaya (Y) = 77.966.000

Biaya variabel (b) =11.808.970

Biaya tetap (a) = 66.157.030

b) Biaya pemeliharaan bangunan dan peralatan pabrik

Sumber : Data di olah

Berdasarkan data tersebut diatas, maka dapat ditentukan biaya variabel

(b) yang dapat ditentukan dengan menggunakan rumus :

b = n∑XY – (∑X) (∑Y)

n∑X² - (∑X)²

a = ∑Y – b (∑X)

n

b = 34.156.778.400.000 – 32.851.318.000.000

2.217.830.400.000 – 1.957.201.000.000

Bulan Jumlah Produksi (X) Biaya reprasi&pemlihraan (Y) X2 XY

Januari 230.000 2.457.000 52.900.000.000 565.110.000.000

Februari 89.500 1.870.000 8.010.250.000 167.365.000.000

Maret 145.000 2.400.000 21.025.000.000 348.000.000.000

April 95.800 1.230.000 9.177.640.000 117.834.000.000

Mei 102.000 2.213.000 10.404.000.000 225.726.000.000

Juni 85.700 1.769.000 7.344.490.000 151.603.300.000

Juli 78.500 1.543.000 6.162.250.000 121.125.500.000

Agustus 169.000 2.154.000 28.561.000.000 364.026.000.000

September 98.600 1.985.000 9.721.960.000 195.721.000.000

Oktober 89.400 1.321.000 7.992.360.000 118.097.400.000

November 120.000 1.560.000 14.400.000.000 187.200.000.000

Desember 95.500 2.980.000 9.120.250.000 284.590.000.000

1.399.000 23.482.000 184.819.200.000 2.846.398.200.000

Page 65: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

60

b = 1.305.460.400.000

260.629.400.000

b = 5,01

Kemudian biaya tetap perbulan dapat dihitung sebagai berikut :

a = 23.482.000 – 7.007.418

12

a = 16.474.582

12

a = 1.372.882

Sehingga pemisahan biaya semi variabel dapat dihitung sebagai berikut :

Total biaya (Y) = 23.482.000

Biaya variabel (b) = 7.007.418

Biaya tetap (a) = 16.474.582

Page 66: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

61

Lampiran 4. Gambar Spesifikasi produk

A b C d

Gambar 1. Susu Pasteurisasi dan Homogenisasi “SUSU SEGAR NASIONAL” dalam kemasan cup 150 ml: (a) rasa coklat; (b) rasa strobery; (c) rasa moka; (d) rasa jeruk

A b

Gambar 2. Susu Pasteurisasi dan Homogenisasi “SUSU SEGAR NASIONAL”

dalam kemasan purepack; (a) original dalam kemasan purepack 450 ml; (b) rasa

stroberi dan coklat dalam kemasan purepack 90 ml

A B

Gambar 3. Yoghurt “NASIONAL”: (a) yoghurt drink dalam kemasan cup 150 ml; (b) stirred yoghurt dalam kemasan botol 250 ml

Page 67: ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN PESANAN KHUSUS …

62

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Sri Yatun

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat Tanggal Lahir : Kab. Semarang, 14 Mei 1992

Telepon : 08562653360

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Warga Negara : Indonesia

PENDIDIKAN FORMAL

Tahun 1998 - 2004 : SD Negeri 2 Truko, Kab. Semarang

Tahun 2004 - 2007 : SMP Negeri 2 Pabelan, Kab. Semarang

Tahun 2007 - 2010 : SMK Negeri 1 Salatiga, Salatiga

Tahun 2011 - 2015 : Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga