analisis kepuasan konsumen dan strategi pemasaran ...digilib.unila.ac.id/56488/3/skripsi tanpa bab...
Post on 26-Jan-2020
56 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN DAN STRATEGI PEMASARAN
AGROINDUSTRI KOPI BUBUK CAP JEMPOL
DI KOTA BANDAR LAMPUNG
(Skripsi)
Oleh
VITA DWIPUTRI UTAMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRAK
ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN DAN STRATEGI PEMASARAN
AGROINDUSTRI KOPI BUBUK CAP JEMPOL DI KOTA BANDAR
LAMPUNG
Oleh
Vita Dwiputri Utami
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kepuasan konsumen kopi
bubuk dan strategi pemasaran agroindustri kopi bubuk di Kota Bandar Lampung.
Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus pada agroindustri kopi
bubuk Cap Jempol. Responden penelitian ini dari peserta diskusi FGD yang
terdiri dari 3 orang diantaranya pemilik, Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kota Bandar Lampung dan pakar ahli Universitas Lampung, sedangkan konsumen
kopi bubuk yang ditentukan secara accidental sampling. Penelitian dilakukan
pada Februari-April 2018. Metode analisis data adalah analisis Customer
Satisfaction Index (CSI), analisis SWOT, dan analisis Quantitative Strategic
Planing Matrix (QSPM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) konsumen
bubuk kopi Cap Jempol di Kota Bandar Lampung berada pada kriteria puas, (2)
kekuatan utama agroindustri adalah bahan baku dan produk yang berkualitas,
sedangkan kelemahan utama agroindustri adalah tidak adanya kegiatan promosi
yang sesuai, (3) peluang utama agroindustri adalah bahwa kebutuhan dan minat
konsumen terhadap produk semakin tinggi, sedangkan ancaman utama
agroindustri adalah jumlah bahan baku belum memenuhi permintaan (4) strategi
pemasaran untuk pemasaran kopi bubuk adalah: (a) kualitas produk ditingkatkan
untuk konsumen dan pedagang besar agar dapat memperluas pemasaran, (b)
diversifikasi produk ditingkatkan untuk daya saing produk sehingga minat
konsumen terpenuhi, (c) peningkatan kerja sama dengan para pemasok untuk
mempertahankan produk yang dimiliki agroindustri, (d) menerapkan manajemen
dan pencatatan keuangan yang baik sehingga dapat memenuhi permintaan.
Kata kunci : agroindustri, kepuasan konsumen, kopi bubuk, strategi pemasaran
ABSTRACT
ANALYSIS CUSTOMER SATISFACTION AND MARKETING
STRATEGY OF AGROINDUSTRY COFFEE POWDER CAP JEMPOL IN
BANDAR LAMPUNG CITY
By
Vita Dwiputri Utami
This study aims to analyze the level of consumer satisfaction of coffee powder
and the marketing strategy of coffee powder agroindustry in Bandar Lampung
City. The research method use a case study in agroindustry coffee powder Cap
Jempol. Respondents of this study from the FGD discussion participants consist
of 3 people including the owner, industry and trade ministry in Bandar Lampung
City and experts of University of Lampung, while consumers of coffee powder
who are determined by accidental sampling. The study was conducted in
February-April 2018. The method of data analysis is the analysis of the Customer
Satisfaction Index (CSI), SWOT analysis and Quantitative Strategic Planing
Matrix analysis (QSPM). The results show that: (1) consumers of Cap Jempol
coffee powder in Bandar Lampung City are in the criteria of satisfaction, (2) the
main strengths of agroindustry are raw materials and quality products, while the
main disadvantages of agroindustry are the absence of appropriate promotional
activities, (3) the main opportunity of agroindustry is that consumers' needs and
interests towards products are getting higher, while the main threat of
agroindustry is the amount of raw materials has not yet fulfilled demand (4)
marketing strategies for coffee powder marketing are: (a) product quality is
increased for consumers and wholesalers to expand marketing, (b) product
diversification is increased for product competitiveness so that consumers are
fulfilled, (c) increased cooperation with suppliers to maintain products owned by
agroindustry, (d) implement good management and financial records so that it can
meet demand.
Keywords : agroindustry, consumer satisfaction, coffee powder, marketing
strategy
ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN DAN STRATEGI PEMASARAN
AGROINDUSTRI KOPI BUBUK CAP JEMPOL
DI KOTA BANDAR LAMPUNG
Oleh
VITA DWIPUTRI UTAMI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada
Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
Judul Skripsi : ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN DAN
STRATEGI PEMASARAN PADA
AGROINDUSTRI KOPI BUBUK CAP JEMPOL
DI KOTA BANDAR LAMPUNG
Nama Mahasiswa : Vita Dwiputri Utami
Nomor Pokok Mahasiswa : 1414131198
Program Studi : Agribisnis
Fakultas : Pertanian
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Muhammad Irfan Affandi, M.Si. Dr. Ir. Dewangga Nikmatullah, M.S.
NIP 19640724 198902 1002 NIP 19581111 198603 1004
2. Ketua Jurusan Agribisnis
Dr. Teguh Endaryanto, S.P., M.Si.
NIP 19691003 199403 1004
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dr. Ir. Muhammad Irfan Affandi, M. Si. ___________
Sekretaris : Dr. Ir. Dewangga Nikmatullah, M. S. ___________
Penguji
Bukan Pembimbing : Ir. Suriaty Situmorang, M. Si. ___________
2. Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si.
NIP 19611020 198603 1002
Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 04 Maret 2019
RIWAYAT HIDUP
Segala puji hanya milik Allah SWT, Penulis dilahirkan di
Bandar Lampung pada tanggal 12 September 1996. Penulis
merupakan anak kedua dari empat bersaudara pasangan
Bapak Widiya Kusuma dan Ibu Indri Astuti. Penulis
menyelesaikan tingkat pendidikan Taman Kanak-kanak
(TK) di TK Bakti Atomita Batan Indah Kota Tangerang
Selatan pada tahun 2002, Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri Batan Indah,
Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan pada tahun 2008. Kemudian penulis
melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 1
Serpong, Kecamatan Serpong, Kota Tangerang Selatan pada tahun 2011.
Pendidikan dilanjutkan pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA
Negeri 7 Tangerang Selatan, Kecamatan Serpong Utara, Kota Tangerang Selatan,
dan selesai pada tahun 2014. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Universitas
Lampung, Fakultas Pertanian, Jurusan Agribisnis pada tahun 2014 melalui jalur
Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Selama masa kuliah, penulis mengikuti kegiatan praktik pembelajaran luar
kampus berupa kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Bina Karya Jaya,
Kecamatan Putra Rumbia, Kabupaten Lampung Tengah selama 40 hari pada
bulan Januari hingga Februari 2017 dan kegiatan Praktik Umum (PU) di PT. Siger
Jaya Abadi (SJA), Kecamatan Tanjung Bintang, Kabupaten Lampung Selatan
selama 30 hari kerja. Penulis juga aktif sebagai anggota organisasi
kemahasiswaan bidang III (Bidang Pengembangan Minat, Bakat, dan Kreatifitas)
pada organisasi HIMASEPERTA pada periode tahun 2014 hingga tahun 2016.
Pada tahun 2016, penulis mengikuti pelatihan penulisan E-Journal JIIA.
SANWACANA
Bismillahirrohmanirrohim,
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan berkat, rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Kepuasan Konsumen Dan
Strategi Pemasaran Pada Agroindustri Kopi Bubuk Cap Jempol Di Kota
Bandar Lampung” dengan baik. Sholawat serta salam senantiasa tercurah
kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW, yang menjadi suri tauladan seluruh
umat manusia.
Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini, banyak pihak yang
memberikan sumbangsih, seperti saran, nasihat, dan dukungan, baik material
maupun immaterial. Oleh karena itu, dengan segenap ketulusan hati, penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., sebagai Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung atas kelancaran administrasi yang diberikan.
2. Dr. Teguh Endaryanto, S.P., M.Si., selaku Ketua Jurusan Agribisnis atas
bantuan yang diberikan.
3. Dr. Ir. Muhammad Irfan Affandi, M. Si., selaku Dosen Pembimbing Pertama,
yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, saran, kritik,
dan nasehat, serta motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
4. Dr. Ir. Dewangga Nikmatullah, M. S., selaku Dosen Pembimbing Kedua,
yang telah memberikan bimbingan, saran, nasehat, dan pengarahan selama
penulis menyelesaikan skripsi ini.
5. Ir. Suriaty Situmorang, M, Si., selaku Dosen Penguji, atas semua masukan
dan arahan yang telah diberikan dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Ir. Achdiansyah Soelaiman, M, P., selaku Dosen Pembimbing Akademik, atas
bimbingan, arahan dan motivasi yang diberikan.
7. Seluruh dosen Jurusan Agribisnis yang telah memberikan ilmu dan
pengetahuan kepada penulis selama menjadi mahasiswi Agribisnis di
Universitas Lampung.
8. Seluruh karyawan di Jurusan Agribisnis, Mba Ayi, Mba Tunjung, Mba Iin,
Mas Bukhori, Mas Boim, dan Mas Kardi, atas bantuan dan kerjasamanya
selama ini.
9. Keluargaku tercinta, Ayahanda tercinta Widiya Kusuma, Ibunda tercinta Indri
Astuti, serta Kakak dan Adikku tersayang Bayu Budiman, S. E, Ardian Rizki
Ramadhan, dan Rafif Ihsan Kamil, yang telah memberikan kasih sayang,
dukungan, dan doa kepada penulis hingga tercapainya gelar Sarjana Pertanian
ini.
10. Deni Yuda Pratama, S. P., yang telah memberikan semangat, motivasi, saran,
serta menemani dalam proses penyelesaian skripsi ini.
11. Sahabat-sahabatku Sapi Qurban: Syendita Dwi Cahyahati, S.P., Yohana
Julina Sinaga, S. P., Yudi Pranata, S. P., Vidya Putri Kemala, S.P., Yolanda
Agustina, Shelma Anantapuri, dan Rahmat Rizky Maulana yang telah
memberikan bantuan, masukan, semangat dan dukungan, serta doa yang luar
biasa hingga terselesaikan skripsi ini.
12. Sahabat-sahabatku di masa kuliah: Iis Rosdiana, S. P., Martsillia
Ammartasari, Karina Ayesha. S.P., yang telah memberikan masukan, doa,
serta semangat yang luar biasa kepada penulis.
13. Teman-teman seperjuangan Agribisnis 2014: Rizkia, Yani, Measi, Gesti,
Siska, Rosita, Septi, Wayan, Eka, Ica, Elisa, Synthia, Kidal, Rosi T, Inggit,
Chindy Y, Hafia, Vero, Suci, Oci, Uuk, Tegar, Satria, Shofyan, Iyus, Roy,
Dete, Fajar dan teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per
satu atas dukungan dan kebersamaan selama ini.
14. Teman-teman KKN selama 40 hari: Dheka, Revita, Fara, Anggit, Gerry, dan
Kak Binto.
15. Atu dan kiyai Agribisnis 2011, 2012, 2013 serta adik-adik Agribisnis 2015,
atas dukungan dan bantuan kepada penulis.
16. Almamater tercinta dan semua pihak yang telah memberikan dukungan dan
bantuan dalam penyelesaian skripsi ini.
Semoga Allah SWT memberikan pahala dan balasan yang terbaik kepada semua
pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Penulis meminta maaf apabila
terdapat kesalahan dan kepada Allah SWT, penulis memohon ampun.
Bandar Lampung, 04 Maret 2019,
Penulis,
Vita Dwiputri
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vi
I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ................................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 9
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ..................... 10
A. Tinjauan Pustaka ...................................................................................... 10
1. Konsep Agribisnis dan Agroindustri ................................................ 10
2. Agroindustri Berbasis Kopi .............................................................. 12
3. Pohon Agroindustri Kopi .................................................................. 14
4. Perilaku Konsumen ........................................................................... 16
5. Kepuasan Konsumen ........................................................................ 19
6. Uji Validitas dan Uji Realibitas Kuisioner ....................................... 23
7. Strategi Pemasaran ............................................................................ 25
8. Unsur Pokok Strategi Pemasaran ...................................................... 27
9. Konsep Bauran Pemasaran ............................................................... 28
10. Analisis SWOT ................................................................................. 37
11. Matriks QSPM .................................................................................. 40
B. Kajian Penelitian Terdahulu .................................................................... 41
C. Kerangka Pemikiran................................................................................. 48
III. METODE PENELITIAN ............................................................................. 52
A. Metodologi Penelitian .............................................................................. 52
B. Konsep Dasar dan Batasan Operasional .................................................. 52
C. Lokasi, Waktu Penelitian dan Responden ............................................... 58
D. Metode Pengumpulan Data ...................................................................... 59
E. Metode Analisis Data ............................................................................... 60
1. Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................................ 60
2. Metode CSI (Customer Satisfaction Index) ...................................... 61
3. Strategi Pemasaran ............................................................................ 63
ii
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ........................................ 71
A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung .................................................. 71
1. Letak Geografis ................................................................................. 71
2. Keadaan Demografi .......................................................................... 73
3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ....................................... 74
B. Gambaran Umum Kecamatan Way Halim .............................................. 76
C. Gambaran Umum Agroindustri Kopi Bubuk Cap Jempol ....................... 77
1. Sejarah Agroindustri Kopi Bubuk Cap Jempol ................................ 77
2. Struktur Organisasi Agroindustri Kopi Bubuk Cap Jempol ............. 78
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................... 80
A. Karakteristik Konsumen .......................................................................... 80
1. Jenis kelamin dan umur konsumen ................................................... 81
2. Tingkat pendidikan dan pendapatan konsumen kopi bubuk
Cap Jempol ....................................................................................... 82
3. Status tempat tinggal dan pekerjaan konsumen kopi bubuk
Cap Jempol ....................................................................................... 84
4. Sumber pendapatan dan alasan pembelian konsumen kopi
bubuk Cap Jempol ............................................................................ 85
5. Harga total pembelian, frekuensi pembelian bulan terakhir,
dan waktu pembelian konsumen kopi bubuk Cap Jempol ................ 86
6. Merek kopi yang dikonsumsi dan perubahan harga ......................... 88
7. Keputusan dalam pembelian konsumen kopi bubuk Cap
Jempol ............................................................................................... 89
B. Uji Validitas dan Reliabilitas ................................................................... 90
C. Analisis Tingkat Kepuasan Konsumen Produk Kopi Bubuk Cap
Jempol ...................................................................................................... 92
1. Evaluasi Tingkat Kepentingan Atribut pada Agroindustri
Kopi Bubuk Cap Jempol ................................................................... 93
2. Evaluasi Tingkat Kinerja Atribut pada Agoindustri Kopi
Bubuk Cap Jempol ............................................................................ 94
3. Customer Satisfaction Index (CSI) ................................................... 95
D. Karakeristik Responden Agroindustri...................................................... 98
E. Strategi Pemasaran ................................................................................... 98
1. Faktor Internal ................................................................................. 100
2. Faktor Eksternal .............................................................................. 110
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 129
A. Kesimpulan ............................................................................................ 129
B. Saran ...................................................................................................... 130
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 131
LAMPIRAN .............................................................. .........................................136
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Konsumsi kopi dunia, tahun 2013-2017 ........................................................... 2
2. Konsumsi kopi Indonesia tahun 2012-2016 ...................................................... 3
3. Produksi perkebunan utama menurut jenis tanaman di Provinsi Lampung
tahun 2016 ......................................................................................................... 4
4. Sebaran agroindustri kopi bubuk di Kota Bandar Lampung tahun 2016 .......... 5
5. Unsur-unsur pokok dalam strategi pemasaran ................................................ 28
6. Hasil penelitian terdahulu ............................................................................... 42
7. Rentang skala dan kategori analisis CSI keseluruhan ..................................... 62
8. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) ....................................................... 64
9. Matriks EFE (External Factor Evaluation) ..................................................... 65
10. Matriks SWOT ................................................................................................ 68
11. Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (QSPM) ......................................... 70
12. Jumlah penduduk, luas wilayah dan kepadatan penduduk Kota Bandar
Lampung ......................................................................................................... 73
13. Jumlah Penduduk Kota Bandar Lampung menurut jenis kelamin, dan
sex ratio tahun 2012-2016 ............................................................................... 74
14. Produk domestik regional bruto ADHK 2016 menurut lapangan usaha
di Kota Bandar Lampung tahun 2012 – 2016 ................................................. 75
15. Sebaran konsumen berdasarkan pembelian kopi bubuk Cap Jempol
dalam tiga bulan terakhir dan konsumsi terakhir kopi bubuk Cap
Jempol Way Halim .......................................................................................... 81
16. Sebaran konsumen berdasarkan jenis kelamin dan umur ............................... 82
iv
17. Sebaran konsumen berdasarkan tingkat pendidikan kopi bubuk Cap
Jempol Way Halim Bandar Lampung, tahun 2018 ......................................... 83
18. Sebaran konsumen berdasarkan pendapatan kopi bubuk Cap Jempol
Way Halim Bandar Lampung, tahun 2018 ..................................................... 84
19. Sebaran konsumen berdasarkan tempat tinggal kopi bubuk Cap Jempol
Way Halim Bandar Lampung, tahun 2018 ..................................................... 84
20. Sebaran konsumen berdasarkan pekerjaan kopi bubuk Cap Jempol
Way Halim Bandar Lampung, tahun 2018 ..................................................... 85
21. Sebaran konsumen berdasarkan sumber pendapatan konsumen kopi
bubuk Cap Jempol Way Halim Bandar Lampung, tahun 2018 ...................... 86
22. Sebaran konsumen kopi bubuk Cap Jempol berdasarkan alasan
pembelian Way Halim Bandar Lampung, tahun 2018 .................................... 86
23. Sebaran konsumen berdasarkan harga total pembelian kopi bubuk
Cap jempol Way Halim Bandar Lampung, tahun 2018 .................................. 87
24. Sebaran konsumen berdasarkan frekuensi pembelian kopi bubuk
Cap Jempol Way Halim Bandar Lampung, tahun 2018 ................................. 87
25. Sebaran konsumen berdasarkan waktu pembelian kopi bubuk Cap
Jempol Way Halim Bandar Lampung, tahun 2018 ......................................... 88
26. Sebaran konsumen berdasarkan merek kopi yang dikonsumsi konsumen
kopi bubuk Cap Jempol Way Halim Bandar Lampung, tahun 2018 .............. 89
27. Sebaran konsumen berdasarkan perubahan harga kopi bubuk Cap
Jempol Way Halim Bandar Lampung, tahun 2018 ......................................... 89
28. Hasil uji validitas dan reliabilitas tingkat kepentingan (ei) konsumen
agroindustri kopi bubuk Cap Jempol Way Halim Bandar Lampung,
tahun 2018 ....................................................................................................... 91
29. Hasil uji validitas dan reliabilitas tingkat kinerja (bi) konsumen
agroindustri kopi bubuk Cap Jempol Way Halim Bandar Lampung,
tahun 2018 ....................................................................................................... 92
30. Skor evaluasi kepentingan agroindustri kopi bubuk Cap Jempol
Way Halim Bandar Lampung, tahun 2018 ..................................................... 93
31. Skor evaluasi kinerja agroindustri kopi bubuk Cap Jempol Way Halim
Bandar Lampung, tahun 2018 ......................................................................... 94
32. Perhitungan Customer Statisfaction Index (CSI) agroindustry kopi
bubuk Cap Jempol Way Halim Bandar Lampung, tahun 2018 ...................... 96
v
33. Matriks IFE agroindustri kopi bubuk Cap Jempol Way Halim Bandar
Lampung, tahun 2018.................................................................................... 108
34. Matriks EFE agroindustri kopi bubuk Cap Jempol Way Halim Bandar
Lampung, tahun 2018.................................................................................... 116
35. Alternatif strategi agorindustri kopi bubuk Cap Jempol Bandar
Lampung ....................................................................................................... 123
36. Hasil alternatif strategi agorindustri kopi bubuk Cap Jempol Bandar
Lampung ....................................................................................................... 124
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Subsistem agribisnis ........................................................................................ 11
2. Pohon Agroindustri Kopi ................................................................................ 15
3. Kerangka pemikiran analisis kepuasan konsumen dan strategi pemasaran
pada agroindustri kopi bubuk Cap Jempol di Kota Bandar Lampung ............ 51
4. Metode Analisis Bauran Pemasaran (Marketing Mix) .................................... 63
5. Matriks IE (Internal-Eksternal) ....................................................................... 67
6. Struktur organisasi agroindustri kopi bubuk Cap Jempol ............................... 78
7. Matriks IE agroindustri kopi bubuk Cap Jempol .......................................... 118
8. Matriks SWOT agroindustri kopi bubuk Cap Jempol Bandar Lampung ...... 121
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan nasional
mempunyai peranan strategis dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Peranan
strategis tersebut adalah dalam penyediaan pangan, penyediaan bahan baku
industri, peningkatan eksport dan devisa negara, penyediaan kesempatan kerja
dan kesempatan berusaha, serta peningkatan kesejahteraan petani dan
masyarakat. Sektor pertanian merupakan sektor yang menopang kehidupan
sebagian besar masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, sektor pertanian di
Indonesia perlu terus dikembangkan seiring dengan pertambahan jumlah
penduduk dan perkembangan teknologi guna meningkatkan produksi hasil
pertanian. Produksi hasil pertanian berperan penting dalam pembangunan,
terutama untuk memenuhi konsumsi masyarakat.
Agroindustri merupakan industri yang mengolah produk primer sektor
pertanian menjadi barang setengah jadi atau barang konsumsi. Kegiatan
agroindustri juga dipengaruhi oleh lembaga dan infrastruktur pendukung, baik
lembaga perbankan, penyuluhan, penelitian, dan pengembangan, lingkungan
bisnis, dan kebijkan pemerintah. Oleh karena itu, untuk menggerakkan dan
2
mengembangkan agroindustri harus mengacu kepada keseluruhan sistem
(Saragih, 2010).
Menurut Saragih (2002), untuk sektor perkebunan saja, tidak kurang dari 145
komoditi yang tercatat sebagai komoditi binaan, sementara yang memiliki
nilai ekonomis dapat diandalkan baru sekitar 10%, antara lain kelapa sawit,
karet, kopi, dan jambu mete. Salah satu sumberdaya alam yang memiliki nilai
ekonomis adalah komoditi kopi. Kopi merupakan salah satu tanaman
perkebunan yang sangat penting bagi sumber devisa negara, Indonesia
menyumbang sekitar 6 persen dari produksi total kopi dunia, dan merupakan
pengekspor kopi terbesar keempat dunia dengan pangsa pasar sekitar 11
persen di dunia (Raharjo, 2012). Sebagai pengekspor kopi dunia, Indonesia
memiliki peluang yang cukup tinggi untuk lebih meningkatkan volume ekspor
kopi. Hal ini dilihat dari segi konsumsi kopi dunia yang terus meningkat dari
tahun ke tahun. Data konsumsi kopi dunia mulai dari tahun 2013-2017
disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Konsumsi kopi dunia, tahun 2013-2017
Tahun Konsumsi (Kg)
2013 149.022
2014 151.758
2015 155.469
2016 155.061
2017 157.597
Rata-Rata 153.781
Sumber : Internasional Coffe Organization, 2017
Pada Tabel 1 terlihat bahwa nilai persentase perkembangan kopi di dunia
mengalami kenaikan di tahun 2013 sampai tahun 2017. Konsumsi yang
3
paling tinggi terjadi pada tahun 2017 yaitu sebesar 157.597 kilogram.
Perkembangan tersebut akan menjadi peluang bagi produsen kopi, karena
tingkat konsumsi kopi di dunia tetap meningkat setiap tahunnya. Peningkatan
konsumsi kopi di dunia beriringan dengan meningkatnya konsumsi kopi
domestik di Indonesia. Hal tersebut disebabkan oleh jumlah penduduk yang
meningkat dan ditunjang oleh harga yang terjangkau. Selain itu, kenaikan
konsumsi disebabkan oleh pendapatan yang terus meningkat (Susila, 2013).
Data mengenai konsumsi kopi di Indonesia mulai dari tahun 2012-2016
disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Konsumsi kopi Indonesia tahun 2012-2016
No Tahun Jumlah penduduk
(Jiwa)
Kebutuhan Kopi
(Kg)
Konsumsi kopi
(Kg/kapita/tahun)
1. 2012 241.000.000 210.000.000 0.87
2. 2013 245.000.000 230.000.000 0.94
3. 2014 249.000.000 250.000.000 1.00
4. 2015 253.000.000 260.000.000 1.02
5. 2016 257.000.000 280.000.000 1.08
Sumber : Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI), 2016
Tabel 2 menyatakan bahwa meningkatnya jumlah penduduk dan kebutuhan
kopi setiap tahun, akan meningkatkan kebutuhan konsumsi per kapita per
tahunnya. Namun, angka peningkatan kebutuhan kopi dan konsumsi kopi di
Indonesia masih sangat jauh dibandingkan konsumsi masyarakat di negara-
negara lain. Perkembangan produksi tanaman kopi banyak dilakukan di
semua daerah hampir di seluruh pelosok Indonesia. Salah satu daerah
penghasil kopi yang terdapat di Indonesia yaitu Provinsi Lampung. Provinsi
Lampung merupakan provinsi yang berpotensi untuk memajukan
pembangunan ekonomi dengan meningkatkan produktivitas kopi dan memiliki
4
berbagai jenis atau merek kopi. Jenis tanaman kopi pada Provinsi Lampung
adalah kopi robusta dan arabika. Berdasarkan data yang ada pada masyarakat,
Indonesia lebih banyak yang memilih kopi robusta dibandingkan kopi arabika.
Produksi perkebunan utama di Provinsi Lampung menurut jenis tanaman
tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Produksi perkebunan utama menurut jenis tanaman di Provinsi
Lampung tahun 2016
Jenis Tanaman
Komposisi luas areal (Ha)
Jumlah
Produksi
TBM TM TR (ton)
Kopi Robusta 17.489 152.874 9.477 179.840 151.721
Kopi Arabika 121 38 21 180 20
Lada 9.285 47.625 4.570 61.480 24.450
Cengkeh
Karet
3.247
96.975
4.117
62.589
1.228
1.635
8.482
168.999
957
53.150
Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Lampung, 2016
Keterangan :
1. TBM : Tanaman Belum Menghasilkan
2. TM : Tanaman Menghasilkan
3. TR : Tanaman Rusak
Pada Tabel 3 terlihat bahwa kopi robusta memiliki produksi tertinggi yaitu
151.721 ton, sehingga kopi robusta mempunyai prospek yang baik untuk ke
depan dalam membantu perekonomian Provinsi Lampung. Potensi yang
dimiliki kopi robusta di Provinsi Lampung menjadikan industri-industri
pengelolahan kopi, baik skala kecil maupun skala besar, mulai muncul untuk
memanfaatkan peluang ini, antara lain mengolah biji kopi tersebut menjadi
kopi bubuk yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Industri kopi bubuk
mulai diminati oleh para pengusaha di Provinsi Lampung sehingga terjadi
banyak persaingan dalam merebut pangsa pasar kopi bubuk. Persaingan
5
industri kopi bubuk di Provinsi Lampung berpusat di Kota Bandar Lampung,
karena Bandar Lampung merupakan ibukota Provinsi Lampung, sehingga
sektor perekonomian berpusat di Kota Bandar Lampung. Daftar agroindustri
kopi bubuk di Kota Bandar Lampung Tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Sebaran agroindustri kopi bubuk di Kota Bandar Lampung tahun
2016
No Nama agroindustri Alamat perusahaan
1 Kopi Bubuk Cap Bola Teluk Betung
2 Kopi Bubuk Sinar Baru Teluk Betung Selatan
3 Kopi Bubuk 49 Kedaton
4 Kopi Bubuk Dunia Bara Sukarame
5 Kopi Bubuk Cap Krakatau Enggal, Tanjung Karang Pusat
6 Kopi Bubuk Cap Jempol Urip Sumoharjo, Way Halim
7 Kopi Bubuk Kapal Lampung Langkapura
8 Kopi Bubuk Sinar Bumi Way Halim Permai
9 Kopi Bubuk Sinar Satelit Teluk Betung
10 Kopi Bubuk Dunia Merpati Sukajawa, Tanjung Karang Barat
Sumber : Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Lampung,
2016
Tabel 4 menunjukkan banyaknya agroindustri kopi bubuk yang berdiri di Kota
Bandar Lampung. Dengan banyaknya agroindustri di Kota Bandar Lampung
para produsen kopi bubuk harus mengalami persaingan. Ketatnya persaingan
yang ada memaksa para produsen kopi bubuk untuk terus meningkatkan
kualiatas produk demi menarik minat konsumen. Kunci keberhasilan dalam
persaingan yang mulai berkembang dan perubahan lingkungan yang tinggi
terletak pada sejauh mana produsen mengetahui bagaimana kepuasan
konsumen terhadap produk yang dipasarkan. Strategi pemasaran adalah faktor
penting yang dapat mempengaruhi keputusan konsumen dalam melakukan
pembelian. Salah satu faktor utama yang mempengaruhi keberlangsungan dan
6
posisi usaha dalam persaingan adalah konsumen. Setiap konsumen memiliki
preferensi dan persepsi yang berbeda terhadap atribut kualitas produk kopi
bubuk. Oleh sebab itu, penting bagi perusahaan untuk mengetahui apa yang
diinginkan oleh konsumen. Untuk mengetahui keinginan konsumen, maka
perusahaan perlu mengetahui karakteristik dan perilaku konsumen kopi bubuk
Cap Jempol sehingga perusahaan dapat mengetahui segmen pasar dan strategi
pemasaran yang dapat dilakukan untuk dapat meningkatkan kepuasan
konsumen secara umum.
Agroindustri kopi bubuk Cap Jempol merupakan salah satu agroindustri yang
melakukan persaingan bisnis dan memiliki kecenderungan untuk bersaing
dengan agroindustri lain yang bergerak dalam usaha sejenis. Kopi bubuk Cap
Jempol adalah kopi bubuk yang bahan bakunya adalah murni dari kopi jenis
robusta dengan tambahan mentega. Kopi jenis ini jumlahnya sangat
melimpah di daerah Lampung, akibatnya banyak bermunculan pesaing-
pesaing bisnis seperti kopi merek Cap Jempol Sakti, Cap Anak Jempol, Super
Jempol, Cap Jempol Unggul dan lain sebagainya untuk menciptakan atau
membuat kopi terbaik yang bertujuan merebut pangsa pasar.
Untuk mendapatkan hasil kopi bubuk dengan rasa dan aroma yang terbaik,
banyak pesaing menggunakan campuran pada kopinya seperti beras, jagung,
bahkan bahan-bahan kimia. Banyak konsumen yang tidak menyadari bahwa
kopi yang diminum adalah hasil campuran dari bahan-bahan bukan kopi.
Bahan kimia merupakan salah satu campuran yang sangat berbahaya.
Biasanya warna putih yang terdapat pada minuman kopi merupakan bahan
7
kimia yang dicampurkan ke dalam kopi hitam. Hal ini akan berdampak tidak
baik pada kesehatan tubuh konsumen. Selain itu, harga kopi campuran lebih
murah dibandingkan dengan harga kopi bubuk seperti kopi bubuk Cap
Jempol, sehingga banyak konsumen yang beralih ke kopi tersebut. Kualitas
atau mutu yang baik dari suatu produk yang meliputi barang dan jasa adalah
salah satu cara untuk mengukur tingkat kepuasan konsumen. Apabila kualitas
produk yang ditawarkan lebih besar dari harapan konsumen, maka kepuasan
akan terbentuk. Salah satu strategi yang dapat dipilih adalah strategi
pemasaran produk dan kepuasan konsumen. Strategi pemasaran produk dapat
menjadi suatu masalah yang menghambat pertumbuhan dan kemajuan
agroindustri untuk melihat tingkat kepuasan konsumen.
Hal tersebut membuktikan bahwa diperlukan suatu analisis untuk
membuktikan apakah strategi tersebut dapat diterapkan pada agroindustri yang
bersangkutan sehingga agroindustri tersebut tidak mengalami kemunduran.
Uraian yang telah dikemukakan secara langsung menyatakan bahwa
diperlukan suatu analisis penilaian terhadap kinerja suatu usaha untuk
meningkatkan kinerja agroindustri kopi bubuk Cap Jempol. Selain itu,
diperlukan anslisis situasi lingkungan internal dan eksternal agroindustri kopi
bubuk Cap Jempol yang pada akhirnya akan dapat menghasilkan strategi-
strategi yang berguna bagi perkembangan dan kemajuan agroindustri itu
sendiri dan mampu bersaing merebut pangsa pasar.
8
B. Perumusan Masalah
Agroindustri kopi bubuk Cap Jempol merupakan agroindustri kopi bubuk
yang telah lama melakukan persaingan bisnis di Kota Bandar Lampung,
namun hal itu tidak membuat kopi bubuk Cap Jempol dikenal secara luas oleh
masyarakat lampung khususnya Kota Bandar Lampung sebagai pusat Ibukota
dan pangsa pasar utamanya. Berdasarkan prasurvey yang telah dilakukan
pada agroindustri kopi bubuk Cap Jempol, permasalahan yang ada adalah
kurang kuatnya positioning merk kopi bubuk Cap Jempol di benak konsumen.
Banyaknya kompetitor yang menyerupai produk kopi bubuk Cap Jempol, baik
dalam penggunaan nama, logo dan kemasan produk, membuat kesalahan pada
produk kopi bubuk Cap Jempol yang dibeli konsumen.
Strategi pemasaran sangat diperlukan karena agroindustri dapat mengatasi
segala kekurangannya dan mampu memanfaatkan sumberdaya secara optimal
dan agroindustri dapat melakukan bauran pemasaran yang terdiri dari produk,
harga, promosi, dan tempat sehingga konsumen dapat mengetahui produk kopi
bubuk Cap Jempol. Bila konsumen merasa menarik pada produk kopi bubuk
Cap Jempol, konsumen hanya dapat mengkonsumsi produk tersebut tanpa
dapat memberikan tanggapan yang dirasakannya dari produk itu sendiri.
Berdasarkan hal tersebut, maka dirumuskan beberapa permasalahan terkait
dengan penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana tingkat kepuasan konsumen terhadap kopi bubuk Cap Jempol ?
2. Faktor eksternal dan internal apa saja yang mempengaruhi pemasaran kopi
bubuk Cap Jempol ?
3. Bagaimana prioritas strategi pemasaran kopi bubuk Cap Jempol ?
9
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah:
1. Menganalisis tingkat kepuasan konsumen kopi bubuk Cap Jempol.
2. Mengidentifikasi faktor-faktor eksternal dan internal lingkungan
pemasaran kopi bubuk Cap Jempol.
3. Menyusun strategi pemasaran kopi bubuk Cap Jempol.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Manfaat bagi Agroindustri
Penelitian ini dapat menjadi bahan referensi atau masukan dalam
menerapkan strategi pemasaran produk dan kepuasan konsumen pada kopi
bubuk Cap Jempol.
2. Manfaat bagi pemerintah
Penelitian ini dapat membantu dan dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan terkait yang
sesuai bagi agroindustri kopi bubuk Cap Jempol.
3. Manfaat bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber referensi serta
masukan bagi penelitian sejenis selanjutnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A. Tinjauan Pustaka
1. Konsep Agribisnis dan Agroindustri
Agribisnis merupakan suatu kegiatan yang utuh dan tidak dapat terpisah
antara satu kegiatan dan kegiatan lainnya, mulai dari proses produksi,
pengolahan hasil, pemasaran dan aktifitas lain yang berkaitan dengan
kegiatan pertanian (Soekartawi, 2001). Agribisnis adalah suatu kesatuan
sistem yang terdiri dari beberapa subsistem yang saling terkait erat, yaitu
subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi (subsistem agribisnis
hulu), subsistem usahatani atau pertanian primer, subsistem pengolahan,
subsistem pemasaran, serta subsistem jasa dan penunjang (Badan
Agribisnis, 1995). Dalam arti luas agribisnis adalah kegiatan usaha yang
menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh
kegiatan pertanian.
Subsistem agribisnis hulu (upstream agribusiness) yang merupakan
kegiatan ekonomi yang menyediakan sarana produksi bagi pertanian,
seperti industri dan perdagangan agrokimia (pupuk, pestisida, dll), industri
agrootomotif (mesin dan peralatan), dan industri benih/bibit. Subsistem
usahatani (on-farm agribusiness) yang merupakan kegiatan ekonomi yang
11
menggunakan sarana produksi yang dihasilkan oleh subsistem agribisnis
hulu untuk menghasilkan 10 produk pertanian primer. Termasuk ke dalam
subsistem usahatani ini adalah usaha tanaman pangan, usaha tanaman
hortikultura, usaha tanaman obat-obatan, usaha perkebunan, usaha
perikanan, usaha peternakan, dan kehutanan.
Gambar 1. Subsistem agribisnis
Sumber: Sutawi, 2002
Agroindustri merupakan suatu kegiatan atau usaha yang mengolah bahan
baku yang berasal dari tanaman dan atau hewan melalui proses tranformasi
dengan menggunakan perlakuan fisik dan kimia, penyimpanan,
pengemasan, dan distribusi. Ciri penting dari agroindustri adalah
kegiatannya tidak tergantung musim, membutuhkan manajemen usaha
yang modern, pencapaian skala usaha yang optimal dan efisien, serta
mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi (Hasyim dan Zakaria,
1995). Hal ini berarti agroindustri merupakan mesin 11 pertumbuhan
Subsistem
Input dan
Sarana
Produksi
Subsistem
Usahatani
Subsitem
Pengolahan
Subsistem
Pemasaran
Subsistem Layanan Pendukung
12
dalam sistem agribisnis yang pada akhirnya akan menyumbang secara
positif pada pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional.
Agroindustri merupakan suatu usaha yang mengolah bahan – bahan yang
berasal dari tanaman dan hewan. Pengolahannya mencakup transformasi
dan preservasi melalui perubahan secara fisik dan kimiawi, penyimpanan,
pengemasan dan distribusi. Karakteristik pengolahan dan derajat
transformasi dapat sangat beragam, mulai dari pembersihan, grading dan
pengemasan, pemasakan, pencampuran dan perubahan kimiawi yang
menciptakan olahan produk yang berserat (Austin, 1992).
2. Agroindustri Berbasis Kopi
Tanaman kopi pada umumnya berasal dari benua Afrika. Pohon kopi
termasuk famili Rubiceae, nama lainnya adalah Perpugenus coffea. Genus
Coffea merupakan salah satu genus penting dengan beberapa spesies, yang
mempunyai nilai ekonomi, dan dikembangkan secara komersial. Kopi
bukan produk homogen, ada banyak varietas dan cara pengolahannya,
namun yang umum diperdagangkan jenis kopi arabika dan robusta. Buah
kopi terdiri dari daging, buah, dan biji. Pada daging buahnya terdiri dari
tiga lapisan, yaitu lapisan kulit luar (eksokrap), lapisan daging buah
(mesokrap), dan lapisan kulit tanduk (endokrap) yang lebih tipis tetapi
keras. Biji kopi terdiri dari kulit biji dan lembaga. Lembaga (endosperm)
merupakan bagian yang dimanfaatkan hingga akhirnya menjadi biji kopi
yang dapat dikonsumsi. Seperti halnya tanaman lain, pertumbuhan dan
perkembangan tanaman kopi sangat dipengaruhi oleh lingkungan.
13
Tanaman kopi mempunyai sifat yang sangat khusus, karena masing-
masing jenis kopi menghendaki lingkungan yang agak berbeda. Faktor-
faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap tanaman kopi yaitu:
(1) ketinggian tempat, dimana pada ketinggian tempat sebenarnya tidak
berpengaruh langsung terhadap tanaman kopi tetapi berpengaruh terhadap
tinggi dan rendahnya suhu, (2) faktor suhu inilah yang berpengaruh
langsung terhadap pertumbuhan tanaman kopi. Setiap jenis kopi
menghendaki suhu atau ketinggian tempat yang berbeda-beda. Misalnya
kopi robusta tumbuh optimum pada ketinggian 400-700 m dpl, tetapi
beberapa diantaranya juga masih tumbuh baik dan ekonomis pada
ketinggian 0–1.000 m dpl. Kopi arabika menghendaki ketinggian 500-
1.700 m dpl.
Kopi merupakan salah satu komoditi yang banyak dibudidayakan di
kawasan tropik di benua Afrika, Amerika Tengah dan Selatan, serta di
Asia Pasifik (Syaiful, 2011). Selama abad ke 19, kopi menjadi komoditi
penting dalam perdagangan internasional. Bagi sebagian besar negara-
negara berkembang, komoditi kopi memegang peranan penting dalam
menunjang perekonomiannya, baik sebagai penghasil devisa maupun
sebagai mata pencaharian rakyat. Seiring dengan kemajuan teknologi dan
gaya hidup yang berkembang di masyarakat, kopi tidak hanya
diperdagangkan dalam bentuk biji kopi tetapi diolah menjadi kopi bubuk
yang lebih bernilai ekonomis.
14
3. Pohon Agroindustri Kopi
Industri pengolahan kopi pada umumnya menggunakan bahan baku biji
kopi Arabika dan Robusta dengan komposisi perbandingan tertentu. Kopi
Arabika digunakan sebagai sumber cita rasa, sedangkan kopi Robusta
digunakan sebagai campuran untuk memperkuat daya tahan. Kopi
Arabika memiliki citra rasa yang lebih baik, tetapi memiliki daya
tahanyang lebih lemah dibandingkan kopi Robusta. Selain biji kopi,
industri pengolahan kopi juga membutuhkan bahan tambahan seperti gula,
jagung, dan lain-lain, serta bahan penolong seperti bahan kemasan
(packing), pallet, krat, dan lain-lain (Direktorat Jenderal Industri Agro dan
Kimia Departemen Perindustrian Jakarta, 2009).
Pohon industri pengolahan kopi seperti ditunjukkan pada Gambar 2. Jenis
diversifikasi produk kopi meliputi kopi bubuk, kopi instan, kopi biji
matang (roasted coffee), kopi tiruan, kopi rendah kafein (decaffeinated
coffee), kopi mix, kopi celup, ekstrak kopi, minuman kopi dalam botol,
dan produk turunan lainnya.
15
Gambar 2. Pohon Agroindustri Kopi
Sumber: Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia Kementrian Perindustrian
Jakarta, 2009
Cuka Makan
Makan
Buah Kopi
(100 %)
Kopi Biji (Coffe Beans)
- Arabika (16-18%)
- Robusta (28-30%)
Kulit Tanduk dan
Kulit Ari
(5-10%)
Kulit dan Daging Buah
(66-77%)
Kopi Bubuk
Kopi Instan
Kopi Sangrai
Kopi Tiruan
Decaffeinated Coffe
Kopi Mix
Kopi Celup
Kopi Ekstrak
Kafein
Ulin
Arang
Asam Asetat
Enzim Pektat
Protein Sel Tunggal
Pektin
Etanol
Anggur
Silase
16
4. Perilaku Konsumen
Schiffman dan Kanuk (2010) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai,
“the term consumer behavior refers to the behavior that consumers
display in searching for, puschasing, using, elaluating, and disposing of
products and services that they expect will satisfy their needs”. Definisi
tersebut dapat diartikan bahwa perilaku konsumen adalah perilaku yang
diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan,
mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan
akan memuaskan kebutuhan mereka. Engel (1994) mendefinisikan
perilaku konsumen sebagai, “we define consumer behavior as those
activities directly involved in obtaining, consuming, and disposing of
products and services, including the decision processes that precede and
follow these action”. Definisi tersebut diartikan bahwa perilaku konsumen
sebagai tindakan langsung yang teribat dalam mendapatkan,
mengonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses
keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini.
Perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tindakan, serta proses
psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli,
ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa, setelah
melakukan kegiatan evaluasi. Secara sederhana studi perilaku konsumen
meliputi (1) apa yang dibeli konsumen, (2) mengapa konsumen
membelinya, (3) kapan mereka membelinya, (4) dimana meremembelinya,
(5) seberapa sering mereka membelinya, dan (6) seberapa sering mereka
menggunakannya (Sumarwan, 2006).
17
Menurut Kotler (2005) ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
perilaku konsumen, yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
Faktor budaya, meliputi kebudayaan, sub-budaya, dan kelas sosial,
a. Faktor sosial, meliputi keluarga, kelompok acuan, peran dan status.
b. Faktor pribadi, meliputi usia dan tahap siklus hidup, keadaan ekonomi,
gaya kehidupan, pekerjaan dan kepribadian, dan
c. Faktor psikologis, meliputi motivasi, persepsi, proses belajar,
kepercayaan dan sikap pendirian.
Rangkuti (2002), membedakan perilaku konsumen berdasarkan tiga jenis,
sebagai berikut:
a. Perilaku konsumen adalah dinamis, menemukan bahwa sekelompok
konsumen serta masyarakat luas selalu berubah dan bergerak sepanjang
waktu. Dalam hal pengembangan strategi pemasaran, sifat dinamis
pelaku konsumen menyatakan bahwa seseorang tidak boleh berharap
pada satu strategi pemasaran yang sama, karena dapat memberikan hasil
yang sama pula sepanjang waktu, dan di pasar serta industri yang sama.
b. Perilaku konsumen melibatkan interaksi, menekankan bahwa untuk
mengembangkan strategi pemasaran yang tepat, kita harus memahami
apa yang dipikirkan (kognitif), dirasakan (pengaruh), dan dilakukan
(perilaku) oleh konsumen.
c. Perilaku konsumen melibatkan pertukaran, menekankan bahwa
konsumen tetap konsisten dengan definisi pemasaran yang berkaitan
dengan pertukaran.
18
Secara sederhana perilaku konsumen dapat dilihat dari proses
pertimbangan dan keputusan pembelian produk yang dilakukan oleh
konsumen. Menurut Kotler (2001) bahwa sebelum melakukan pembelian,
konsumen akan menjalani tahaptahap yang terdiri dari pengenalan
masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian,
dan perilaku pasca pembelian. Berikut penjelasan mengenai tahap-tahap
proses pengambilan keputusan konsumen adalah sebagai berikut:
a. pengenalan kebutuhan sebagai tahap awal pengambilan keputusan dapat
berasal dari dalam diri konsumen atau dari hasil interaksi antara
konsumen atau hasil antara konsumen dengan lingkungan serta
konsumen lain.
b. pencarian informasi konsumen akan mencari informasi jika konsumen
memandang bahwa kebutuhan tersebut dapat terpenuhi dengan membeli
dan mengonsumsi suatu produk. Tahap pencarian informasi ini,
konsumen akan mencari berbagai informasi mengenai produk yang
akan dibelinya dengan mempelajari merek beserta ciri-ciri dari produk
tersebut.
c. evaluasi alternatif adalah proses mengevaluasi pilihan produk dan
merek, dan memilihnya sesuai dengan yang diinginkan konsumen.
Pada proses evaluasi aternatif, konsumen membandingkan berbagai
macam pilihan yang dapat memecahkan masalah yang dihadapinya.
d. keputusan pembelian konsumen akan menentukan kapan membeli,
dimana membeli produknya, dan bagaimana membayarnya.
e. pasca pembelian konsumen akan mengevaluasi pembelian yang
dilakukan (puas atau tidak puas) setelah konsumen tersebut melakukan
pembelian.
19
5. Kepuasan Konsumen
Kepuasan konsumen adalah evaluasi pasca konsumsi, di mana alternatif
yang dipilih sekurang-kurangnya sama atau melampaui harapan
konsumen, sedangkan ketidakpuasan konsumen muncul apabila hasil tidak
memenuhi harapan (Engel, 1994). Apabila kinerja berada di bawah
harapan maka konsumen tidak merasa puas. Ketidakpuasan ini akan
menyebabkan konsumen merasa kecewa dan berhenti membeli dari
konsumsi produk tersebut. Sebaliknya, jika kinerja memenuhi harapan
maka konsumen akan merasa puas. Kepuasan ini akan mendorong
konsumen untuk membeli dan mengonsumsi ulang produk tersebut.
Menurut Kotler (2005), kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa dari
seseorang yang muncul setelah membandingkan antara kinerja (hasil)
produk yang dipikirkan terhadap kinerja yang diharapkan. Apabila kinerja
berada dibawah harapan, maka konsumen tidak puas, sedangkan jika
kinerja memenuhi harapan, maka konsumen puas. Jika kinerja melebihi
harapan, maka konsumen amat puas atau amat senang.
Menurut Kotler (2005), terdapat empat metode untuk mengukur kepuasan
konsumen. Empat metode tersebut adalah sistem keluhan dan saran,
survei kepuasan pelanggan, belanja siluman, dan analisis pelanggan yang
hilang. Empat metode tersebut dijelaskan sebagai berikut :
a. Sistem keluhan dan saran
Perusahaan yang berfokus kepada pelanggannya akan memberikan
kemudahan untuk pelanggannya dalam memberikan keluhan dan saran.
20
Sarana yang diberikan oleh perusahaan dalam menampung keluhan dan
saran dari konsumen yaitu memberikan kotak saran.Selain itu, ada
perusahaan yang memanfaatkan formulir tertulis, web pages, e-mail,
customer care, dan lain sebagainya sebagai sarana komunikasi dua arah.
Informasi yang didapat dari konsumen akan menjadi gagasan yang
penting bagi perusahaan dalam menyelesaikan dan memperbaiki
kualitas produk dan pelayanannya.
b. Survei kepuasan pelanggan
Suatu perusahaan akan melakukan survei kepada pelanggan dengan
mengirimkan daftar pertanyaan atau menelpon pelanggan-pelanggan
terakhirnya sebagai sampel acak dan menanyakan kepada konsumen
apakah mereka merasa sangat puas, puas, biasa saja, kurang puas, atau
sangat tidak puas terhadap kinerja perusahaan. Selain itu, kegiatan
survei ini dilakukan untuk meminta pendapat pelanggan mengenai
kinerja para pesaing mereka, mengukur keinginan pelanggan agar
melakukan pembelian ulang, dan mengukur kesediaan pelanggan untuk
merekomendasikan perusahaan dan merek ke pihak atau perusahaan
lainnya.
c. Belanja siluman
Perusahaan-perusahaan membayar orang untuk bertindak sebagai
pembeli yang akan melaporkan hasil temuannya tentang kekuatan dan
kelemahan saat membeli produk di perusahaan dan produk pesaing.
21
d. Analisis pelanggan yang hilang
Apabila ada pelanggan yang diketahui berhenti melakukan pembelian,
maka perusahaan harus mencari atau menghubungi pelanggan yang
berhenti membeli atau berganti pemasok tersebut untuk mempelajari
penyebabnya. Kegiatan wawancara sangat penting dilakukan untuk
pelanggan yang berhenti membeli, namun perusahaan juga harus
memperhatikan tingkat kehilangan pelanggannya. Jika tingkat
kehilangan pelanggan semakin banyak, hal ini menunjukkan bahwa
perusahaan gagal memuaskan pelanggannya.
Konsumen akan memiliki perasaan puas atau tidak puas terhadap produk
atau jasa yang dikonsumsinya, setelah konsumen mengonsumsi suatu
produk atau jasa. Pengukuran tingkat kepuasan pelanggan dapat diukur
dengan beberapa cara, yaitu:
a. Skala likert
Skala likert adalah skala yang memperlihatkan tanggapan konsumen
terhadap karakteristik suatu produk (sangat setuju, setuju, bimbang,
tidak setuju, dan sangat tidak setuju). Informasi yang diperoleh dengan
skala likert berupa skala pengukuran ordinal. Oleh karena itu, hasilnya
dapat dibuat ranking tanpa diketahui berapa besarnya selisih antara satu
tanggapan dengan tanggapan yang lain). Skala likert dirancang untuk
memungkinkan pelanggan menjawab dalam berbagai tingkatan pada
setiap butir yang menguraikan jasa atau produk. Konsumen diminta
untuk memberikan penilaian dari masing-masing indikator produk atau
jasa yang mereka nikmati, yaitu dengan cara memberikan rating 1
22
(sangat tidak puas), sampai 5 (sangat puas). Selanjutnya konsumen
diminta untuk memberikan penilaian atas produk atau jasa secara
keseluruhan. Skala likert merupakan salah satu varian pendekatan
semantic differentialdan bentuknya lebih langsung. Dalam hal ini,
responden diminta memilih jawaban “sangat tidak setuju” (1) sampai
“sangat setuju” (5). Tipe likert tercermin dalam keragaman skor
(variability of scorer) sebagai akibat penggunaan skala 1 sampai
dengan 5. Kelebihan dari penggunaan skala likert adalah menggunakan
item-item yang jelas, mudah membuatnya dan menghasilkan keterangan
yang nyata (Sitinjak, 2004).
b. Analisis secara deskriptif
Analisis deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status
kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran,
ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuannya adalah
untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis,
faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan
antar fenomena yang diteliti (Nazir, 1999).
c. Customer Satisfaction Index (CSI)
Customer Satisfaction Index (CSI) atau indeks kepuasan konsumen
merupakan suatu ukuran keterkaitan konsumen kepada suatu merek.
Ukuran ini memberikan gambaran tentang kemungkinan seorang
pelanggan beralih ke merek produk lain, terutama jika merek tersebut
didapati adanya perubahan, baik mengenai harga maupun atribut
lainnya.
23
Metode ini digunakan untuk mengukur indeks kepuasan konsumen
secara keseluruhan (Index satisfaction) dari tingkat kepentingan
(importance) dan tingkat kinerja (performance) yang berguna untuk
pengembangan program pemasaran yang mempengaruhi kepuasan
pelanggan. Adapun tahapan-tahapan dalam pengukuran CSI yaitu:
(1) Weighting Factor (WF), yaitu mengubah nilai rata-rata kepentingan
menjadi angka persentase dari total rata-rata tingkat kepentingan
seluruh atribut yang diuji, sehingga didapatkan total WF sebesar
100 persen.
(2) Weighted Score (WS), yaitu menilai perkalian antara nilai rata-rata
tingkat kinerja masing-masing atribut dengan WF masing-masing
atribut.
(3) Weighted Total (WT), yaitu menjumlahkan WS dari semua atribut.
(4) Satisfaction Index, yaitu WT dibagi skala maksimum yang
digunakan (penelitian ini menggunakan skala maksimal 5),
kemudian dikalikan 100% (Supranto, 2006).
6. Uji Validitas dan Uji Realibitas Kuisioner
a. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk menyatakan sejauh mana data yang
terdapat dalam kuesioner dapat mengukur apa yang dibutuhkan dalam
analisis penelitian yang dilakukan. Pada penelitian ini validitas
digunakan untuk mengetahui apakah instrumen yang dipersiapkan
untuk mengumpulkan data sudah valid, dalam hal ini adalah kuesioner.
24
Menurut Nunnally (1979), untuk menghitung validitas biasanya peneliti
menggunakan rumus teknik korelasi.Semakin tinggi korelasi antar
variabel maka semakin baik validitasnya. Korelasi antara skor masing-
masing pernyataan dengan skor total menggunakan Korelasi Product
Moment dari pearson, yang rumusnya sebagai berikut:
( ) ( ) ( )
√* ( ) + ( ) ( ) ……………………..….. )
Keterangan :
r = koefisien korelasi (validitas)
X = skor pada subyek item n
Y = skor total subyek
XY = skor pada subyek item n dikalikan skor total
N = banyaknya subjek
Secara statistik, angka korelasi yang diperoleh harus dibandingkan
dengan angka kritik Tabel korelasi nilai –r. Cara melihat angka kritik
yaitu dengan melihat baris N. Pernyataan yang dinyatakan signifikan
adalah pernyataan yang memiliki angka korelasi melebihi angka kritis
taraf 5 persen, maka pernyataan tersebut dinyatakan valid. Bila angka
korelasi yang diperoleh adalah dibawah angka kritis maka pernyataan
tersebut tidak signifikan dan berarti pernyataan tersebut tidak valid.
Apabila dalam perhitungan ditemukan pernyataan yang tidak valid
(tidak signifikan pada tingkat 5persen), kemungkinan pernyataan dari
susunan kata-kata atau kalimatnya kurang baik dan bisa juga
disebabkan pertanyaan tersebut tidak dianggap penting oleh responden.
25
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas atau keandalan adalah seberapa jauh pengukuran bebas dari
varian kesalahan acak (free from random variance). Hasil dari uji
reliabilitas merupakan suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu
alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama sehingga dapat
dipercaya dan akan menghasilkan data yang dapat dipercaya. Arikunto
(2002), untuk mengukur reliabilitas, digunakan rumus yaitu :
[
] [
] )
Keterangan :
r II = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan
∑ σ b2
= jumlah varians butir
= varians total
Nilai reliabilitas yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan nilai
dari tabel r product moment. Kriteria pengujian yaitu instrumen
penelitian dikatatakan reliable jika rII> r pada taraf kepercayaan 95
persen, serta derajat kebebasan N. Jika rII> r product moment maka
dapat disimpulkan bahwa instrumen yang digunakan telah dapat
diandalkan (reliable) dan penelitian dapat dilakukan.
7. Strategi Pemasaran
Pemasaran menurut Kotler (2009) ”Marketing is societal process by which
individual and group obtain that they need and want through creating,
offering, and freely exchanging product and services of value and other ”.
26
Pemasaran dalam suatu perusahaan menghasilkan kepuasan pelanggan
serta kesejahteraan konsumen dalam jangka panjang sebagai kunci untuk
memperoleh profit. Pemasaran memberi perhatian pada hubungan timbal
balik yang dinamis antara produk dan jasa perusahaan, keinginan dan
kebutuhan pelanggan serta kegiatan-kegiatan pesaing.
Strategi pemasaran merupakan langkah-langkah yang dilakukan sebuah
perusahaan baik perusahaan manufaktur maupun perusahaan jasa dalam
upaya memenangkan persaingan dalam situasi yang kompetitif seperti
sekarang ini. Strategi pemasaran merupakan pernyataan baik secara
implisit maupun eksplisit mengenai bagaimana suatu merek atau lini
produk mencapai tujuannya. Menurut Tjiptono (2008) Strategi pemasaran
merupakan alat fundamental yang direncanakan untuk mencapai tujuan
perusahaan dengan mengembangkan keunggulan bersaing yang
berkesinambungan melalui pasar yang dimasuki dan program pemasaran
yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut.
Pengertian strategi pemasaran menurut Assauri (1996) strategi pemasaran
pada dasarnya adalah rencana yang menyeluruh, terpadu dan menyatu
dibidang pemasaran, yang memberikan panduan tentang kegiatan yang
akan dijalankan untuk dapat tercapainya tujuan pemasaran suatu
perusahaan. Dengan kata lain strategi pemasaran adalah serangkaian
tujuan dan sasaran, kebijakan dan aturan yang memberi arah pada usaha-
usaha pemasaran perusahaan dari waktu kewaktu pada masing-masing
tingkatan dan acuan serta alokasinya, terutama sebagai tanggapan
27
perusahaan dalam menghadapi lingkungan dan persaingan yang selalu
berubah.
8. Unsur Pokok Strategi Pemasaran
Program pemasaran meliputi tindakan-tindakan pemasaran yang bisa
mempengaruhi permintaan terhadap produk, diantaranya mengubah harga,
memodifikasi kampanye iklan, merancang promosi khusus, menentukan
pilihan saluran distribusi, dan sebagainya. Dalam penerapannya,
seringkali berbagai program pemasaran dipadukan atau dilaksanakan
secara bersama- sama. Namun, kadangkala ada juga situasi dimana
manajer pemasaran harus memilih program pemasaran yang „terbaik‟
dikarenakan keterbatasan anggaran Dalam melakukan menentukan pilihan
program pemasaran terbaik tersebut, manajer pemasran harus terlebih
dahulu menyusun dan mengkomunikasikan strategi pemasaran yang jelas.
Strategi pemasaran merupakan rencana yang menjabarkan ekspektasi
perusahaan akan dampak dari berbagai aktivitas atau program pemasaran
terhadap permintaan produk atau lini produknya di pasar sasaran tertentu.
Perusahaan bisa menggunakan dua atau lebih program pemasaran secara
bersamaan, karena setiap jenis program (seperti periklanan, promosi
penjualan, personal selling, layanan pelanggan, atau pengembangan
produk) memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap permintaan. Oleh
sebab itu, dibutuhkan mekanisme yang dapat mengkoordinasikan
program-program pemasaran agar program-program itu sejalan dan
terintegrasi dengan dinergistik (Tjiptono dan Chandra, 2012). Mekanisme
28
ini disebut strategi pemasaran, umumnya peluang pemasaran terbaik
diperoleh dari upaya memperluas permintaan primer, sedangkan peluang
pertumbuhan terbaik berasal dari upaya memperluas permintaan selektif.
Unsur-unsur pokok dalam strategi pemasaran tersaji dalam tabel 5.
Tabel 5. Unsur-unsur pokok dalam strategi pemasaran
Unsur Alternatif
Pemilihan pasar sasaran Semua pembeli di pasar relevan
Pembeli di beberapa segmen
Pembeli di satu segmen ceruk pasar
Tipe permintaan yang ingin
distimulasi
Permintaan primer, meliputi :
a. Di antara para pemakai baru
b. Di antara para pemakai saat ini
Permintaan selektif
c. Dalam served market yang baru
d. Di antara pelanggan pesaing
e. Dalam basis pelanggan saat ini
Sumber: Tjiptono dan Chandra, 2012.
Perlu dipahami bahwa strategi pemasaran merupakan jembatan antara
strategi korporat dan analisis situasi disatu pihak dengan program
pemasaran yang sifatnya action-oriented di lain pihak. Oleh karena itu,
program pemasaran harus konsisten dan didasarkan pada strategi
pemasaran.
9. Konsep Bauran Pemasaran
Menurut Rangkuti (2006), strategi pemasaran merupakan sekumpulan
tindakan pemasaran yang terintegrasi dalam rangka memberikan nilai
kepada konsumen dan menciptakan keunggulan bagi perusahaan. Strategi
pemasaran harus bersifat disdinctive (bersifat unik, tidak mudah ditiru oleh
pesaing, dan spesifik) dan didukung oleh semua potensi yang dimiliki oleh
29
perusahaan secara oprimal. Strategi pemasaran juga merupakan pola pikir
pemasaran yang akan digunakan oleh unit bisnis untuk mencapai tujuan
pemasarannya. Untuk menganalisis keefektifan strategi pemasaran dapat
menggunakan STP (segmentasi, targeting, dan positioning) bauran
pemasaran (marketing mix) dan analisis SWOT untuk merekomendasikan
strategi pemasaran yang tepat.
a. Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
Kotler (2005) mengklasifikasikan empat unsur dari alat–alat bauran
pemasaran yang terdiri atas 4P dalam pemasaran barang, diantaranya
adalah: produk (product), harga (price), tempat (place), promosi
(promotion). Adapun pengertian dari masing-masing variabel bauran
pemasaran tersebut akan dijelaskan dibawah ini:
(1) Strategi Produk
Produk adalah semua yang ditawarkan kepada pasar untuk
diperhatikan, dimiliki, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat
memuaskan keinginan atau kebutuhan pemakainya. Produk tidak
hanya terdiri dari barang yang berwujud, tetapi definisi produk
yang lebih luas meliputi objek fisik, jasa, kegiatan, orang, tempat,
organisasi, ide, atau campuran dari hal-hal tersebut (Kotler dan
Armstrong, 2003).
Lebih lanjut Kotler dan Armstrong (2003) menjelaskan
perencanaan produk harus memikirkan produk pada tiga tingkatan,
yaitu :
30
(a) Produk inti, terdiri dari jasa untuk menyelesaikan masalah atau
manfaat ini yang dicari konsumen ketika mereka membeli
suatu produk.
(b) Produk aktual, bagian dari produk, tingkat mutu, sifat,
rancangan, nama, merek, pengemasan, dan sifat lain yang
digabungkan untuk memberikan manfaat produk inti.
(c) Produk tambahan, tambahan jasa dan manfaat bagi konsumen
yang diberikan di sekitar produk inti dan aktual.
(2) Strategi harga
Harga menurut adalah jumlah yang ditagihkan atas suatu produk
dan jasa. Harga adalah semua nilai yang diberikan oleh pelanggan
untuk mendapatkan keuntungan dari memiliki atau menggunakan
suatu produk dan jasa. Penetapan harga barang dan jasa
merupakan suatu strategi kunci bagi perusahaan, karena harga
mempengaruhi kinerja keuangan serta persepsi pembeli dan
penentuan posisi merek. Harga menjadi suatu ukuran mengenai
mutu produk bila pembeli mengalami kesulitan dalam
mengevaluasi produk-produk yang kompleks (Purnama, 2001).
Menurut Dharmmesta (2002) pada umumnya penjual mempunyai
beberapa tujuan dalam penetapan harga produknya. Tujuan
tersebut terdiri dari:
31
(a) Mendapatkan laba maksimum
Dalam praktek, terjadinya harga memang ditentukan oleh
penjual dan pembeli. Makin besar daya beli konsumen,
semakin besar pula kemungkinan bagi penjual untuk
menetapkan tingkat harga yang lebih tinggi. Dengan demikian,
penjual mempunyai harapan untuk mendapatkan keuntungan
maksimum sesuai dengan kondisi yang ada.
(b) Mendapatkan pengembalian investasi
Investasi yang ditargetkan atau pengembalian pada penjualan
bersih. Harga yang dapat dicapai dalam penjualan
dimaksudkan pula untuk menutup investasi secara berangsur-
angsur. Dana yang dihasilkan untuk mengembalikan investasi
hanya bisa didapatkan dari laba perusahaan.
(c) Mencegah atau mengurangi persaingan
Tujuan mencegah atau mengurangi persaingan dapat dilakukan
melalui kebijaksanaan harga. Hal ini dapat diketahui bahwa
para penjual menawarkan barang dengan harga yang sama.
Oleh karena itu, persaingan hanya mungkin dilakukan tanpa
melalui kebijakan harga, tetapi dengan servis lain. Persaingan
seperti itu disebut persaingan bukan harga (non-price
competition).
(d) Mempertahankan atau memperbaiki market share
Memperbaiki market share hanya mungkin dilaksanakan bila
kemampuan dan kapasitas produksi perusahaan masih cukup
32
longgar, disamping itu juga kemampuan di bidang lain seperti
bidang pemasaran, keuangan, dan sebagainya. Dalam hal ini,
harga merupakan faktor yang penting. Bagi perusahaan kecil
yang mempunyai kemampuan sangat terbatas, biasanya
penentuan harga ditujukan untuk sekedar mempertahankan
market share. Perbaikan market share kurang diutamakan,
lebih-lebih apabila persaingan sangat ketat.
(3) Strategi Promosi
Promosi adalah salah satu kegiatan pemasaran yang bertujuan
untuk meningkatkan volume penjualan dengan cara mempengaruhi
konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung. Strategi
promosi adalah tindakan perencanaan, implementasi, dan
pengendalian komunikasi dari organisasi kepada pelanggan dan
audiens sasaran lainnya. Tujuan promosi adalah agar suatu produk
dapat diketahui oleh pihak luar, serta untuk meningkatkan
penjualan, mengenalkan perusahaan, dan menunjukkan kelebihan
perusahaan atau produk dibandingkan dengan pesaing (Mursid,
2006). Menurut Assauri (1996) kegiatan promosi yang dilakukan
suatu perusahaan menggunakan bauran promosi yang terdiri dari :
(a) Advertensi merupakan suatu bentuk penyajian dan promosi
dari gagasan, barang atau jasa yang dibiayai oleh suatu sponsor
tertentu yang bersifat non-personal. Media yang sering
digunakan dalam advertensi ini adalah radio, televisi, majalah,
surat kabar, dan bilboard.
33
(b) Personal selling merupakan penyajian secara lisan dalam suatu
pembicaraan dengan seseorang atau lebih calon pembeli
dengan tujuan agar dapat terealisirnya penjualan.
(c) Promosi penjualan merupakan segala kegiatan pemasaran
selain personal selling, advertensi dan publisitas yang
merangsang pembelian oleh konsumen dan keefektifan agen
seperti pameran, pertunjukan, demonstrasi dan segala usaha
penjualan yang tidak dilakukan secara teratur.
(d) Publisitas merupakan usaha untuk merangsang permintaan dari
suatu produk secara non-personal baik yang berupa berita yang
bersifat komersial.
(4) Strategi Tempat
Tempat adalah faktor yang sangat penting dalam bauran pemasaran
(marketing mix). Pemilihan lokasi yang tepat akan membuat
sebuah gerai lebih sukses dibandingkan dengan gerai lainnya yang
berlokasi kurang strategis, meskipun menjual produk yang sama,
jumlah pramuniaga dan keterampilannya sama. Letak tempat yang
strategis akan menentukan volume penjualan. Tempat yang
strategis adalah tempat yang banyak dilalui atau dikunjungi banyak
orang dan alat transportasi. Lokasi penjualan merupakan saluran
distribusi untuk mendapatkan konsumen. Lokasi penjualan sangat
menentukan karena merupakan domisili pedagang untuk
memasarkan produknya (Mursid, 2006).
34
Tempat atau saluran distribusi meliputi kegiatan perusahaan yang
membuat produk tersedia bagi pelanggan sasaran. Saluran
distribusi, disebut juga saluran pemasaran, yaitu sekelompok
organisasi yang saling bergantung dan terlibat dalam proses
pembuatan produk dan jasa yang disediakan untuk digunakan atau
dikonsumsi (Kotler dan Armstrong, 2008).
b. Segmentasi
Menurut Kotler dan Armstrong (2008), segmentasi pasar adalah
membagi sebuah pasar ke dalam kelompok-kelompok pembeli yang
khas berdasarkan kebutuhan, karakteristik, atau perilaku yang mungkin
membutuhkan produk atau bauran pemasaran yang terpisah. Pasar
terdiri dari para pembeli. Setiap pembeli berbeda dalam satu atau
banyak hal, dapat berupa keinginan, sumber daya, lokasi, perilaku,
maupun praktek-praktek membelinya. Variabel tersebut dapat
dipergunakan untuk memisahkan pasar atau segmentasi pasar.
Segmentasi pasar dapat dilakukan dalam beberapa tingkatan yang
berbeda-beda. Menurut Kotler dan Armstrong (2003), tingkatan
segmentasi pasar adalah sebagai berikut :
(1) Segmentasi geografis, segmentasi pasar ini dilakukan dengan cara
membagi pasar ke dalam unit-unit geografis seperti Negara,
provinsi, kabupaten, kota, desa, dan lain sebagainya. Dalam hal ini
perusahaan akan beroperasi pada semua segmen, akan tetapi
35
perusahaan harus memperhatikan perbedaan kebutuhan dan selera
yang ada dimasing-masing daerah.
(2) Segmentasi demografis, segmentasi pasar ini dapat dilakukan
dengan cara memisahkan pasar ke dalam kelompok-kelompok yang
didasarkan pada variabel-variabel demografis, seperti umur, jenis
kelamin, besarnya keluarga, pendapatan, agama, pendidikan,
pekerjaan, dan lain-lain.
(3) Segmentasi psikografis, segmentasi pasar ini dilakukan dengan cara
membagi-bagi konsumen ke dalam kelompok-kelompok yang
berlainan menurut kelas sosial, gaya hidup. Berbagai cirri
kepribadian, motif pembelian, dan lain-lain.
c. Targeting
Kasali (2001), menyatakan targeting atau menetapkan target pasar
adalah persoalan bagaimana memilih, menyeleksi, dan menjangkau
pasar. Produk dari targeting adalah target market (pasar sasaran), yaitu
satu atau beberapa segmen pasar yang akan menjadi fokus kegiatan-
kegiatan pemasaran. Terdapat empat kriteria yang harus dipenuhi
untuk mendapatkan pasar sasaran yang optimal, yaitu:
(1) Responsif, pasar sasaran harus responsif terhadap produk dan
program-program pemasaran yang dikembangkan. Apabila pasar
tidak merespon, tentunya perlu dicari tahu mengapa hak tersebut
terjadi.
(2) Potensial penjualan, potensi penjaulan harus cukup luas. Semakin
besar pasar sasaran, semakin besar nilainya. Besarnya tidak hanya
36
ditentukan oleh jumlah populasi, tetapi juga daya beli dan keinginan
pasar untuk memiliki produk tersebut.
(3) Pertumbuhan memadai, pasar tidak dapat dengan segera bereaksi.
Pasar tumbuh perlahan-lahan sampai akhirnya berkembang pesat
dan mencapai titik pendewasaannya.
(4) Jangkauan media, pasar sasaran dapat dicapai dengan optimal jika
pemasar tepat memilih media untuk mempromosikan dan
memperkenalkan pasarnya.
d. Positioning
Menurut Kotler dan Armstrong (2003), positioning adalah tindakan
merancang tawaran dan citra perusahaan, sehingga menempati posisi
yang khas (dibandingkan para pesaing) di dalam benak pelanggan
sasarannya. Hasil akhir dari positioning adalah terciptanya proporsi
nilai yang pas, yang menjadi alasan bagi pelanggan untuk membeli.
Tjiptono (2002), menyatakan ada tujuh pendekatan yang dapat
digunakan untuk melakukan positioning, yaitu:
(1) Positioning berdasarkan atribut, ciri-ciri atau manfaat bagi
pelanggan, yaitu dengan jalan mengasosiasikan suatu produk
dengan manfaat bagi pelanggan.
(2) Positioning berdasarkan harga dan kualitas, yaitu positioning yang
berusaha menciptakan kesan/citra berkualitas tinggi atau sebaliknya
menekankan harga murah sebagai indikator nilai.
(3) Positioning yang dilandasi dengan aspek penggunaan atau aplikasi.
37
(4) Positioning berdasarkan pemakai produk, yaitu mengaitkan produk
dengan kepribadian atau tipe pemakai.
(5) Positioning berdasarkan kelas produk tertentu.
(6) Positioning berkenaan dengan pesaing, yaitu dikaitkan dengan
posisi persaingan.
(7) Positioning berdasarkan manfaat.
10. Analisis SWOT
Menurut Rangkuti (2006), analisis SWOT adalah salah satu cara untuk
mengindentifikasi berbagai faktor secara sistematis dalam rangka
merumuskan strategi perusahaan. Analisi ini didasarkan pada logika dapat
memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunity), namun
secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan
ancaman (threats). Analisis SWOT merupakan analisis yang penting bagi
seluruh perusahaaan, sebab mampu mempertimbangkan posisi perusahaan
berdasarkan lingkungan tempat perusahaan beroperasi. Perusahaan dapat
mengamati lingkungan eksternal dan internal organisasi dan dapat
mengidentifikasi berbagai faktor strategis yang mungkin mensyaratkan
dilakukannya perubahan. Keadaan-keadaan internal maupun eksternal
dapat mengindikasikan adanya kebutuhan dari misi dan tujuan sehingga
dapat diformulasikan strategi yang cocok bagi perusahaan.
38
a. Lingkungan internal dan lingkungan eksternal
(1) Analisis lingkungan internal
(a) Analisis kekuatan (Strength)
Setiap perusahaan perlu menilai kekuatan dan kelemahannya
dibandingkan para pesaingnya. Penilaian tersebut dapat
didasarkan pada faktor-faktor seperti teknologi, sumber daya
finansial, kemampuan kemanufakturan, kekuatan pemasaran dan
basis pelanggan yang dimiliki. Strength adalah keahlian atau
kelebihan yang dimilki oleh perusahaan pesaing.
(b) Analisis kelemahan (Weakness)
Merupakan keadaan perusahaan dalam menghadapi pesaing
mempunyai keterbatasan dan kekurangan serta kemampuan
menguasai pasar, sumber daya serta keahlian. Keterbatasan dan
kekurangan dalam hal sumber, keterampilan dan kemampuan
menjadi penghalang serius bagi kinerja organisasi yang
memuaskan. Keterbatasan dan kekurangan kemampuan bias
terlihat pada sarana dan prasarana yang dimiliki atau tidak
dimiliki, kemampuan manajerial yang rendah, keterampilan
pemasaran yang tidak sesuai dengan tuntutan pasar, produk yang
tidak atau kurang diminta oleh para pengguna atau calon
pengguna dan tingkat perolehan keuntungan yang kurang
memadai.
39
(2) Analisis eksternal
(a) Analisis peluang (Opportunity)
Setiap perusahaan memiliki sumber daya yang membedakan
dirinya dengan perusahaan lain. Peluang dan terobosan atau
keunggulan bersaing tertentu dan beberapa peluang
membutuhkan sejumlah besar modal untuk dapat dimanfaatkan.
Di lain pihak, perusahaan-perusahaan baru bermunculan.
Peluang pemasaran adalah suatu tempat dimana perusahaan
dapat beroperasi secara menguntungkan.
(b) Analisis ancaman (Threat)
Ancaman adalah tantangan yang diperlihatkan atau suatu
perkembangan yang tidak menguntungkan dalam lingkungan
yang menyebabkan kemunduran kedudukan perusahaan.
Pengertian ancaman merupakan kebalikan pengertian peluang.
Ancaman adalah faktor-faktor lingkungan yang tidak
menguntungkan suatu bisnis.
Ancaman akan menjadi suatu ganjalan bagi satuan bisnis yang
bersangkutan baik untuk masa sekarang maupun masa depan, oleh karena
itu perusahaan melakukan analisis SWOT. Pada analisis SWOT, masalah
kekuatan dan kelemahan adalah masalah internal, sementara masalah
kesempatan dan ancaman adalah masalah eksternal. Masalah eksternal
pada umumnya sulit dikuasai dan masuk kedalam katagori variabel yang
tidak terkontrol (Soekartawi, 2000).
40
Fredi Rangkuti (2004) menjelaskan bahwa Analisis SWOT adalah
identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi
perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunity), namun
secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan
ancaman (threats). Matriks SWOT merupakan alat yang penting untuk
membantu mengembangkan empat tipe strategi yaitu:
a. Strategi SO (Strength-Opportunity), strategi menggunakan kekuatan
internal perusahaan untuk meraih peluang-peluang yang ada di luar
perusahaan.
b. Strategi WO (Weakness-Opportunity), strategi ini bertujuan untuk
memperkecil kelemahan-kelemahan internal perusahan dengan
memanfaatkan peluang-peluang perusahaan.
c. Strategi ST (Strength-Threat), melalui strategi ini perusahaan berusaha
untuk menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman-ancaman
eksternal.
d. Strategi WT (Weakness-Threat), strategi ini merupakan teknik untuk
bertahan dengan cara mengurangi kelemahan internal serta
menghindari ancaman.
11. Matriks QSPM
QSPM (Quantitative Strategic Planning Matriks) adalah alat yang
direkomendasikan bagi para ahli strategi untuk melakukan evaluasi pilihan
strategi alternatif secara objektif, berdasarkan key success faktor internal
41
dan eksternal yang telah diidentifikasi sebelumnya. Tujuan QSPM adalah
untuk menentukan alternatif strategi pemasaran yang paling baik atau yang
menjadi prioritas untuk dijalankan perusahaan, seperti alat analisis lainnya
(Umar 2008).
B. Kajian Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang dicantumkan yaitu penelitian terdahulu yang
menggunakan alat analisis sejenis dengan penelitian yang akan dilaksanakan
dan sebagai dasar penentuan kerangka penelitian “Analisis Kepuasan
Konsumen dan Strategi Pemasaran Pada Agroindustri Kopi Bubuk Cap
Jempol di Kota Bandar Lampung”.
42
Tabel 6. Hasil penelitian terdahulu
No. Peneliti/Tahun/Judul Tujuan Penelitian Metode Analisis Hasil penelitian
1. Indriastuti, (2015)
Strategi Pemasaran
Berdasarkan Perilaku
Pembelian Keripik Pisang
Di Kota Metro.
1. Tujuan penelitian adalah
menganalisis faktor-
faktor dominan dalam
keputusan pembelian
keripik pisang di Kota
Metro dan merumuskan
strategi pemasaran
berdasarkan perilaku
pembelian keripik
pisang di Kota Metro
Analisis faktor
Principal
ComponentAnalysis
(PCA), Analisis
SWOT, QSPM
1. Faktor dominan dalam keputusan pembelian
konsumen keripik pisang di Kota Metro adalah
faktor ekonomis, faktor bentuk dan faktor rasa.
2. Formulasi strategi pemasaran berdasarkan
perilaku pembelian keripik pisang menunjukkan
bahwa industri keripik pisang perlu menjaga
harga jual pada kisaran harga yang relatif
terjangkau, indusri perlu meningkatkan skill dan
penguasaan teknologi untuk meningkatkan citra
produk, industri perlu memperluas wilayah
pemasaran produk ke wilayah pesaing dan
memanfaatkan produk sebagai makanan khas
daerah untuk mendapatkan peluang pasar yang
besar. Selain itu, industri wajib meningkatkan
kemampuan permodalan dengan memanfaatkan
dukungan dari pemerintah.
2. Fahmi, M, (2013)
Analisis Strategi Pemasaran
Kopi Arabika „Bergendaal
Koffie‟ Di Kabupaten
Bener Meriah.
1. Mengetahui strategi
yang dapat ditempuh
untuk pengembangan
pemasaran dengan
menganalisis lingkungan
pemasaran Kopi Arabika
„Bergendaal Koffie‟ Di
Kabupaten Bener
Meriah
Analisis SWOT 1. Faktor-faktor internal pemasaran yang
mempengaruhi di industri Bergendaal Koffie
adalah : kualitas, promosi, harga, karyawan,
pangsa pasar, tempat lokasi, teknologi dan
sumber daya manusia. Dengan kekuatan utama
adalah kualitas sedangkan faktor tempat lokasi,
teknologi dan sumber daya manusia menjadi
faktor kelemahan yang dimiliki oleh industri
Bergendaal Koffie. Faktor-faktor ekternal
pemasaran yang mempengaruhi di industri
Bergendaal Koffie yaitu faktor peluang dengan
sub faktor kemudahan memperoleh bahan baku,
43
permintaan terhadap kopi meningkat, adanya
mitra kerja baru, meningkatnya pemasaran
produk kopi olahan, dan model pemasaran yang
semakin dinamis, sedangkan faktor yang menjadi
ancaman adalah peraturan pemerintah, stabilitas
ekonomi, banyaknya produk palsu di pasaran,
dan banyaknya pesaing.
3. Kadek Maryana, (2015)
Strategi Pemasaran Kopi
Bubuk Lumbung Mas
Kelurahan Beng Kecamatan
Gianyar Kabupaten
Gianyar.
1. Mengidentifikasi faktor-
faktor internal dan
eksternal yang dihadapi
perusahaan dalam
kegiatan pemasaran
kopi bubuk Lumbung
Mas.
2. Merumuskan alternatif
strategi yang dapat
dipilih oleh UD.
Lumbung Mas
berdasarkan hasil
analisis.
Analisis SWOT 1. Faktor-faktor lingkungan internal yang
mempengaruhi strategi pemasaran UD. Lumbung
Mas adalah kualitas kopi bubuk yang baik, harga
produk yang lebih murah dibandingkan produk
pesaing, posisi usaha yang masih melakukan
kegiatan secara mandiri dengan peralatan
sederhana, dan juga dikarenakan jumlah modal
perusahaan yang terbatas. Faktor-faktor
lingkungan eksternal yang mempengaruhi adalah
ketersediaan bahan baku yang cukup, kebutuhan
masyarakat akan konsumsi minuman berupa
kopi, persaingan dengan perusahan yang sejenis.
2. Hasil analisis SWOT menghasilkan delapan
alternatif strategi yang perlu dilakukan oleh UD.
Lumbung Mas, yaitu mengembangkan jaringan
pemasaran, meningkatkan kualitas layanan
kepada para pelanggan, memperkuat kerjasama
dengan instansi pemerintahan, meningkatkan
kualitas SDM dengan pelatihan meningkatkan
kegiatan promosi dan periklanan, menetapkan
harga untuk menghadapi persaingan,
meningkatkan penggunaan teknologi, serta
menekan segala kemungkinan adanya kebocoran
biaya operasional.
44
4. Sianturi,dkk, (2007)
Analisis Strategi Pemasaran
Kacang Mete Matang
(Studi Kasus di UD. Maraja
Mandiri, Sunter, Jakarta)
1. Mengidentifikasi faktor
internal dan eksternal
yang mempengaruhi
pemasaran produk
kacang mete matang
pada UD.Maraja
Mandiri.
2. Merumuskan alternatif
strategi untuk pemasaran
produk kacang mete
matang pada UD.
Maraja Mandiri.
Analisis SWOT 1. Berdasarkan matriks EFE diketahui bahwa
peluang yang dimiliki oleh UD. Maraja
Mandiri, antara lain (1) Produk sudah memiliki
penyalur tetap, (2) Jalur distribusi masih terbuka
luas, (3) Ketersediaan bahan baku cukup, (4)
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
cenderung meningkat 2,01% per tahun, (5)
Sedangkan dari matriks IFE diketahui kekuatan
yang dimiliki oleh UD. Maraja Mandiri adalah
(1) Keuletan manajer dalam mengelola usaha,
(2) Pemilihan segmen pasar yang tepat, (3)
Hubungan baik dengan penyalur, (4) Hubungan
baik dengan pemasok bahan baku, (5)
2. Berdasarkan Matriks IE diperoleh hasil bahwa
UD. Maraja Mandiri berada pada kotak kuadran
V, yang digambarkan sebagai daerah
pertahankan dan pelihara dengan strategi
penetrasi pasar dan pengembangan produk.
Sedangkan dari analisis SWOT dihasilkan 4
jenis alternatif strategi (S-O, W-O, S-T, dan W-
T) yang dapat dilaksanakan oleh UD. Maraja
Mandiri, yaitu disesuaikan dengan posisi
perusahaan saat ini (posisi eksternal sedang).
5. Dewi,dkk, (2017)
Strategi Pemasaran Cabai
Merah Pada Sub Terminal
Agribisnis Manik Mekar
Nadi.
1. Mengetahui faktor
internal (kekuatan dan
kelemahan) STA Manik
Mekar Nadi, faktor
eksternal (peluang dan
ancaman) STA Manik
Mekar Nadi.
2. mengetahui strategi
Analisis SWOT
1. Faktor internal STA Manik Mekar Nadi,
meliputi: kekuatan (strengths) dari STA. Manik
Mekar Nadi yaitu lokasi STA yang strategis,
fasilitas yang dimiliki lengkap, memiliki
pelanggan tetap, dan kualitas cabai merah
terjamin. Sedangkan Faktor eksternal STA
Manik Mekar Nadi, meliputi: peluang
(opportunities) STA. Manik Mekar Nadi dalam
45
yang tepat yang harus
dilakukan oleh STA
Manik Mekar Nadi
dalam memasarkan
cabai merah.
memasarkan cabai merah yaitu permintaan
pasar dalam negeri meningkat, meningkatnya
daya beli konsumen, dukungan dari pemerintah,
dan perkembangan teknologi yang mendukung.
2. Strategi yang tepat diterapkan oleh STA. Manik
Mekar Nadi dalam memasarkan cabai merah
yaitu Strategi SO menjaga kualitas cabai merah,
memperluas jaringan pemasaran dan distribusi
produk, dan meningkatkan produksi cabai
merah. Strategi WO melakukan pinjaman
modal, melakukan promosi dengan teknologi
yang ada, dan standarisasi produk. Strategi ST
standarisasi harga dan memperluas jaringan
usaha. Strategi WT meningkatkan fasilitas
operasional, menjaga stabilitas harga ditingkat
konsumen, dan meningkatkan stok cabai merah.
6. Adiguna Gadung, (2015)
Analisis Kepuasan Dan
Loyalitas Konsumen Kopi
Bubuk Sinar Baru Cap Bola
Dunia (Sb-Cbd) Di Kota
Bandar Lampung.
1. Mntuk mengetahui
atribut tertinggi dari
produk kopi bubuk SB-
CBD.
2. Menganalisis tingkat
kepuasan konsumen
kopi bubuk SB-CBD,
menganalisis tingkat
loyalitas konsumen kopi
bubuk SB-CBD.
3. Mengetahui hubungan
antara kepuasan dan
loyalitas konsumen kopi
bubuk SB-CBD.
Analisis
Importance
Performance
Analysis (IPA),
analisis Customer
Satisfaction Index
(CSI), Piramida
Loyalitas
1. Bahwa atribut-atribut kopi bubuk SB-CBD yang
memiliki kepuasan tertinggi yaitu label halal,
harga, aroma yang khas, tanggal kadaluarsa, dan
rasa.
2. Tingkat kepuasan konsumen kopi bubuk SBCBD
berada pada kriteria puas dengan nilai73,34
persen. Tingkat loyalitas konsumen kopi bubuk
SB-CBD berada pada kategori loyal pada
tingkatan liking the brand sebesar 91,7 persen.
3. Terdapat hubungan yang kuat dan searah antara
kepuasan dan loyalitas konsumen kopi bubuk
SB-CB.
46
7. Sarianti, T, (2009)
Analisis Kepuasan dan
Loyalitas Konsumen
Midori Japanese Restaurant
Cabang K.H Wahid Hasyim
Jakarta Pusat.
1. Menganalisis tingkat
kepuasan dan loyalitas
konsumen Midori
Japanese Restaurant
Cabang K.H Wahid
Hasyim Jakarta Pusat
Analisis
Importance
Performance
Analysis (IPA),
analisis Customer
Satisfaction Index
(CSI), analisis
tingkat loyalitas
1. Nilai Customer Satisfaction Index (CSI) pada
Midori Japanese Restaurant Cabang K.H Wahid
Hasyim Jakarta Pusat sebesar 74,38% yang
termasuk dalam kategori puas. Untuk hasil
perhitungan Importance Performance Analysis
(IPA), atribut yang kinerjanya perlu diperbaiki
adalah harga makanan dan minuman serta
ketersediaan area parkir. Tingkat loyalitas
sebagian konsumen loyal terhadap restoran ini.
8. Elvistiarso, F, (2007)
Analisis Tingkat Kepuasan
Pelanggan Terhadap
Produk Camilan Kacang
Merek Mr. P.
1. Menganalisis tingkat
kepuasan dan loyalitas
konsumen Terhadap
Produk Camilan Kacang
Merek Mr. P
Importance
Performance
Analysis (IPA),
Customer
Satisfaction Index
(CSI) dan Piramida
Loyalitas
1. Analisis metode IPApada kuadran A (prioritas
utama) terdapat sepuluh atribut yaitu aroma,
kerenyahan, kandungan, volume, desain
kemasan, ketersediaan, banyak dimakan sebagai
camilan, dapat dimakan di saat santai, aroma
yang diterima dibanding harga, dan rasa yang
diterima dibanding harga. Untuk kuadaran B
adalah rasa. Untuk kuadaran C adalah aribut
kemasan bergaya anak muda dan kepraktisan
kemasan dibanding harga. Sedangkan di kuadran
D tidak terdapat satupun atribut.
9. Anggraini, V, (2013)
Analisis Tingkat Kepuasan
dan Loyalitas Konsumen
Gulaku di Kota Bandar
Lampung.
1. Menganalisis tingkat
kepuasan dan loyalitas
konsumen Gulaku di
Kota Bandar Lampung
Importance
Performance
Analysis (IPA),
Customer
Satisfaction Index
(CSI) dan Piramida
Loyalitas
1. Kepuasan konsumen Gulaku di Kota Bandar
Lampung berada pada level sangat puas dengan
nilai indeks kepuasan (CSI) sebesar 81,68 persen,
dan termasuk konsumen yang loyal. Bauran
pemasaran tidak berpengaruh secara nyata
terhadap tingkat kepuasan dan loyalitas
konsumen Gulaku di Kota Bandar Lampung.
47
10. Djamaludin, (2009)
Analisis Kepuasan dan
Loyalitas Konsumen Jamu
Gendong di Kota
Sukabumi.
1. Menganalisis tingkat
kepuasan dan loyalitas
Jamu Gendong di Kota
Sukabumi
Skala Likert dan
Piramida Loyalita
1. Umumnya konsumen sudah merasa puas
terhadap atribut produk jamu gendong seperti
khasiat, warna, aroma, rasa, keragaman,
kemudahan memperoleh, harga, kebersihan
(gelas, bakul, botol, lap, dan air), dan kandungan
jamu gendong. Persentase terkecil tingkat
kepuasan konsumen yaitu pada kebersihan gelas
dan penampulan penjual jamu gendong. Untuk
loyalitas, sebagian besar konsumen sudah loyal
terhadap jamu gendong namun tidak sampai pada
tahap mempromosikan kepada orang lain.
Hampir separuh konsumen mempunyai indeks
loyalitas 24-47 dengan indeks rata-rata 23,3
(kategori loyal).
48
C. Kerangka Pemikiran
Agroindustri merupakan suatu kegiatan memanfaatkan hasil pertanian, dalam
kegiatannya kemudian dirancang dan diolah sedemikian rupa, yang dalam
pengerjaannya juga menyediakan alat dan jasa untuk kegiatan pengolahan
tersebut. Agroindustri dalam hal ini melakukan proses produksi dengan
menggunakan berbagai input produksi antara lain: modal/investasi, tenaga
kerja, bahan baku, teknologi dan faktor pendukung lainnya.
Bandar Lampung merupakan salah satu daerah yang memiliki berbagai
macam merek kopi bubuk. Beberapa merek kopi bubuk sudah terkenal di
kalangan masyarakat, salah satunya kopi bubuk Cap Jempol. Kopi Bubuk
Cap Jempol merupakan kopi bubuk yang mengalami persaingan di Kota
Bandar Lampung yang telah berdiri sejak tahun 2005. Kopi bubuk tersebut
sudah banyak diminati masyarakat, sehingga tidak asing lagi di kalangan
masyarakat khususnya Kota Bandar Lampung. Kopi bubuk Cap Jempol
merupakan salah satu kopi yang sudah dikenal di Lampung terutama pecinta
kopi Lampung. Seiring berjalannya waktu, munculah berbagai macam merek
kopi bubuk baru dan membuat agroindustri harus mengalami persaingan
dengan ketat dalam memperebutkan konsumen.
Persaingan yang ketat tersebut menjadikan konsumen dalam membeli suatu
produk tidak hanya untuk memenuhi kebutuhannya saja, tetapi juga ada faktor
lain yang mendorong konsumen untuk membeli yang berupa pada pilihan
konsumen terhadap jenis produk, jumlah pembelian, dan frekuensi pembelian.
49
Kepuasan adalah faktor penting yang akan mempengaruhi keputusan
konsumen dalam membeli produknya. Atribut produk adalah karakteristik
dari suatu produk. Konsumen biasanya memiliki kepercayaan terhadap atribut
suatu produk. Kepercayaan konsumen adalah pengetahuan konsumen
mengenai suatu objek, atribut, dan manfaatnya (Sumarwan, 2011). Atribut
dari suatu produk merupakan salah satu faktor yang dijadikan bahan
pertimbangan oleh konsumen untuk membeli suatu barang atau jasa. Pada
penelitian ini terdapat atribut produk yang terdiri dari harga, rasa, kemasan,
tekstur, warna, tanggal kadaluarsa, kemudahan memperoleh produk,
komposisi, dan aroma yang khas.
Apabila atribut-atribut sudah diketahui, maka akan dilakukan pengukuran
tingkat kinerja dan tingkat kepentingan dengan menggunakan alat analisis
yaitu Customer Satisfaction Index (CSI). Strategi pemasaran yang fokus pada
bauran pemasaran akan mampu mengoptimalkan kegiatan pemasaran yang
telah dilakukan sebelumnya. Bauran pemasaran merupakan salah satu bagian
dari pemasaran terpadu yang digunakan oleh agroindustri untuk meningkatkan
tujuan pemasarannya.
Suatu strategi pemasaran yang baik dan tepat harus mencakup semua unsur
bauran pemasaran dan terlebih dahulu disesuaikan dengan karakteristik dan
tujuan agroindustri. Menurut Singh (2012) bauran pemasaran menawarkan
kombinasi yang optimal untuk mencapai tujuan agroindustri. Penelitian ini
fokus pada pemasaran produk (kopi), sehingga bauran pemasaran yang dipilih
adalah 4P. Konsep bauran pemasaran 4P terdiri dari product, price, place, dan
50
promotion. Agroindustri kopi bubuk Cap Jempol mempunyai lingkungan
internal dan lingkungan eksternal. Analisis lingkungan eksternal meliputi
pesaing, teknologi, pemasok, dan konsumen, sedangkan analisis lingkungan
internal meliputi produk, harga, promosi, dan tempat. Berdasarkan
lingkungan internal akan diperoleh kelemahan dan kekuatan, sedangkan dari
lingkungan eksternal akan diperoleh peluang dan ancaman.
Berdasarkan lingkungan internal tersebut akan diketahui kelemahan dan
kekuatan, sedangkan pada lingkungan eksternal akan diketahui peluang dan
ancaman. Variabel internal dan eksternal tersebut akan dijelaskan dalam
matriks Internal Strategic Factor Analysis Summary (IFAS) matriks ini
digunakan untuk mengidentifikasi faktor internal dan matriks Eksternal
Strategic Factor Analysis Summary (EFAS) digunakan untuk mengidentifikasi
faktor eksternal, kemudian dari hasil kedua matriks tersebut akan dimasukkan
ke dalam diagram SWOT untuk menyusun alternatif strategi berdasarkan
peluang, ancaman, kekuatan, dan kelemahan yang telah diidentifikasi pada
tahap sebelumnya. Selanjutnya pengambilan prioritas alternatif strategi
pemasaran bagi agroindustri yang dilakukan dengan menggunakan matriks
QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix). Adapun kerangka pemikiran
operasional dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.
51
Gambar 3. Kerangka pemikiran analisis kepuasan konsumen dan strategi pemasaran pada agroindustri kopi bubuk Cap Jempol di Kota
Bandar Lampung
Agroindustri Kopi Bubuk Cap Jempol
Agroindustri Kopi Bubuk
Strategi pemasaran
Lingkungan Eksternal :
1. pesaing
2. konsumen
3. pemasok
3. teknologi
Lingkungan Internal :
1. produk
2. harga
3. promosi
4. tempat
Identifikasi Peluang dan Ancaman
(Matriks EFE)
Identifikasi Kekuatan dan
Kelemahan (Matriks IFE)
Alternatif Strategi Pemasaran
(Matriks SWOT dan QSPM)
Kepuasan konsumen
Atribut :
1. Harga
2. Rasa
3. Kemasan
4. Tekstur
5. Warna
6. Tanggal kadaluarsa
7. Kemudahan
memperoleh produk
8. Komposisi
9. Aroma yang khas
Metode CSI
Lingkungan
Agroindustri
III. METODE PENELITIAN
A. Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi
kasus pada agroindustri kopi bubuk Cap Jempol. Hal ini dikarenakan
agroindustri kopi bubuk Cap Jempol merupakan salah satu dari banyaknya
agroindustri yang diminati banyak masyarakat Bandar Lampung.
Metode studi kasus merupakan salah satu metode penelitian yang dilakukan
secara intensif, terperinci dan mendalam terhadap suatu organisme (individu),
lembaga atau gejala tertentu dengan daerah atau subjek yang sempit selama
kurun waktu tertentu (Arikunto, 2002). Metode studi kasus digunakan untuk
memperoleh data secara lengkap dan rinci pada usaha kopi bubuk tentang
kepuasan konsumen dan strategi pemasaran terhadap agroindustri kopi bubuk
Cap Jempol.
B. Konsep Dasar dan Batasan Operasional
Konsep dasar dan batasan operasional yaitu cakupan semua pengertian dan
petunjuk variabel-variabel penelitian yang kemudian ditentukan indikator
yang diperlukan untuk mengukur dan mengidentifikasi variabel-variabel
tersebut.
53
Agroindustri adalah subsistem dari sistem agribisnis yang memanfaatkan dan
memiliki kaitan langsung dengan produk-produk pertanian yang akan
ditransformasikan menjadi produk yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
Kopi bubuk adalah hasil olahan dari kopi mentah berupa kopi bubuk Cap
Jempol yang telah mengalami proses penyaringan dan penggilingan.
Konsumen adalah seseorang yang membeli dan mengonsumsi produk kopi
bubuk Cap Jempol.
Perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologi
yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika
membeli, menggunakan, dan menghabiskan produk dan jasa setelah
melakukan kegiatan evaluasi.
Kepuasan konsumen adalah dampak dari perbandingan antara harapan
konsumen sebelum pembelian dengan yang sesungguhnya diperoleh oleh
konsumen dari produk yang dibeli tersebut. Analisis kepuasan konsumen
dapat diukur dengan menggunakan metode Customer Satisfaction Index (CSI).
Atribut produk adalah kelengkapan, baik fisik maupun non fisik, yang
melekat pada suatu produk, berfungsi sebagai kriteria evaluatif selama
pengambilan keputusan. Atribut produk yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah harga, rasa, kemasan, tekstur, warna, tanggal kadaluarsa, kemudahan
memperoleh produk, komposisi, aroma.
54
Harga adalah jumlah uang yang harus dikeluarkan konsumen untuk membeli
Kopi Bubuk Cap Jempol. Pengukurannya menggunakan skala likert, yaitu :
sangat murah (5), murah (4), cukup (3), mahal (2), dan sangat mahal (1).
Rasa adalah sensasi yang diterima oleh indra pengecap dalam mengonsumsi
Kopi Bubuk Cap Jempol. Pengukurannya menggunakan skala likert, yaitu:
sangat enak (5), enak (4), cukup (3), tidak enak (2), sangat tidak tidak enak
(1).
Kemasan saat dikonsumsi adalah keadaan kopi bubuk yang ditawarkan oleh
kopi bubuk Cap Jempol pada saat pembelian dan akan dikonsumsi oleh
konsumen dari sangat baik sampai tidak baik. Pengukurannya menggunakan
skala likert yaitu : sangat baik (5), baik (4), cukup (3), kurang baik (2), dan
tidak baik (1).
Tekstur adalah salah satu sifat bahan atau produk kopi bubuk Cap Jempol
yang dapat dirasakan melalui sentuhan kulit ataupun pencicipan.
Pengukurannya menggunakan skala likert, yaitu : sangat kasar (5), kasar (4),
cukup kasar (3), mendekati halus (2), halus (1).
Warna adalah tanggapan indera penglihatan konsumen terhadap tingkat
kepekatan yang dihasilkan dari produk kopi bubuk bila diseduh. Warna kopi
bubuk yang gelap mencerminkan tingginya kualitas kopi bubuk tersebut.
Pengukurannya menggunakan skala likert, yaitu : sangat pekat (5), pekat (4),
cukup pekat (3), tidak pekat (2), dan sangat tidak pekat (1).
55
Tanggal kadaluarsa adalah tersedianya pemberitahuan tanggal kadaluarsa
dari kopi bubuk Cap Jempol mulai dari sangat jelas sampai tidak jelas.
Pengukurannya menggunakan skala likert yaitu : sangat jelas (5), jelas (4),
cukup (3), kurang jelas (2), dan tidak jelas (1).
Kemudahan memperoleh produk adalah akses untuk mendapatkan kopi
bubuk Cap Jempol mulai dari sangat mudah sampai tidak mudah.
Pengukurannya menggunakan skala likert yaitu : sangat mudah (5), mudah
(4), cukup (3), sulit (2), dan sangat sulit (1).
Komposisi adalah susunan bahan-bahan yang tertera dalam kemasan kopi
bubuk yang digunakan untuk membuat kopi bubuk Cap Jempol.
Pengukurannya menggunakan skala likert yaitu : sangat jelas (5), jelas (4),
cukup (3), kurang jelas (2), dan tidak jelas (1).
Aroma yang khas adalah tanggapan indra penciuman terhadap kopi bubuk
Cap Jempol yang sangat khas sampai tidak khas. Pengukurannya
menggunakan skala likert yaitu : sangat khas (5), khas (4), cukup (3), kurang
khas (2), dan tidak khas (1).
Produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan ke pasar untuk memuaskan
kebutuhan dan keinginan yang nantinya ditawarkan kepada pasar untuk
diperhatikan, dimiliki, digunakan, atau dikonsumsi.
Harga adalah sejumlah uang yang diberikan oleh pelanggan untuk
mendapatkan keuntungan dari memiliki atau menggunakan suatu produk dan
jasa.
56
Tempat adalah area perusahaan menyalurkan produk atau jasa yang tersedia
bagi konsumen.
Promosi adalah kegiatan pemasaran yang bertujuan untuk meningkatkan
volume penjualan dengan cara mempengaruhi konsumen baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Pemasaran adalah proses pertukaran yang mencakup serangkaian kegiatan
untuk memindahkan barang atau jasa dari produsen ke konsumen dengan
tujuan memperoleh keuntungan di satu pihak dan kepuasan dipihak lain.
Strategi pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran taktis yang dapat
dikendalikan berupa strategi produk, strategi harga, strategi promosi dan
strategi tempat.
Analisis SWOT adalah sebuah analisis situasi dan kondisi bersifat deskriptif.
Analisis ini menempatkan situasi dan kondisi sebagai faktor masukan dan
kemudian dikelompokan menurut kontibusinya masing-masing.
Faktor lingkungan eksternal agroindustri adalah suatu analisis untuk
mencari faktor-faktor strategis dari luar agroindustri yang mempengaruhi
keberhasilan misi, tujuan dan kebijakan agroindustri baik faktor yang
menguntungkan (peluang/opportunities) maupun faktor yang merugikan
(ancaman/threats) dalam suatu agroindustri.
Faktor lingkungan internal agroindustri adalah suatu untuk
mengidentifikasi faktor-faktor strategis dari dalam agroindustri yang
mempengaruhi keberhasilan misi, tujuan, dan kebijakan agroindustri baik
57
faktor-faktor yang menguntungkan (kekuatan/strength) maupun faktor yang
merugikan (kelemahan/weakness) dalam suatu agroindustri.
Kekuatan adalah sumberdaya, keterampilan, atau keunggulan-keunggulan
lain relatif terhadap pesaing dan kebutuhan pasar yang dilayani atau yang
ingin dilayani oleh agroindustri.
Kelemahan adalah keterbatasan dalam sumberdaya, keterampilan dan
kapabilitas yang secara serius menghambat kinerja efektif agroindustri.
Peluang adalah situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan
perusahaan. Kecenderungan-kecenderungan penting merupakan salah satu
sumber peluang. Identifikasi segmen pasar yang tadinya terabaikan,
perubahan pada situasi persaingan atau peraturan, perubahan teknologi, serta
membaiknya hubungan dengan pembeli atau pemasok dapat memberikan
peluang bagi perusahaan.
Ancaman adalah situasi penting yang tidak menguntungkan dalam
lingkungan perusahaan. Masuknya pesaing baru, lambatnya pertumbuhan
pasar, meningkatnya kekuatan tawar-menawar pembeli atau pemasok penting,
perubahan teknologi, serta peraturan baru atau yang direvisi dapat menjadi
ancaman bagi keberhasilan perusahaan.
Matriks IFAS (Internal strategic factors analysis summary) adalah matriks
yang terdiri dari faktor-faktor strategis internal usaha pengolahan kopi bubuk
yang berupa kekuatan dan kelemahan usaha.
58
Matriks EFAS (Eksternal strategic factors analysis summary) merupakan
matriks yang terdiri dari fakor-faktor strategis eksternal usaha pengolahan
kopi bubuk yang berupa peluang dan ancaman usaha.
C. Lokasi, Waktu Penelitian dan Responden
Penelitian ini dilaksanakan pada agroindustri kopi bubuk Cap Jempol di Kota
Bandar Lampung. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive),
dengan pertimbangan bahwa agroindustri kopi bubuk Cap Jempol merupakan
agroindustri kopi bubuk yang sudah cukup banyak dikonsumsi masyarakat di
Kota Bandar Lampung dan memiliki potensi untuk dikembangkan.
Responden dalam penelitian ini adalah konsumen kopi bubuk Cap Jempol,
pemilik agroindustri, Dinas Perindustrian, dan Perdagangan Kota Bandar
Lampung, serta Pakar Ahli Universitas Lampung. Pengumpulan data
penelitian yaitu dengan menggunakan kuesioner dan wawancara langsung
dengan tujuan agar mendapatkan data sesuai dengan fakta yang sebenarnya
serta pertanyaan yang diajukan lebih terstruktur dan mencakup berbagai hal
yang dapat menunjang penelitian.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan untuk menentukan agroindustri
adalah purposive yaitu secara sengaja memilih agroindustri kopi bubuk Cap
Jempol sebagai sampel penelitian. Berbeda dengan pengambilan sampel
agroindustri pada kepuasan konsumen dilakukan dengan menggunakan
metode accidental sampling. Menurut Sugiyono (2004), accidental sampling
adalah mengambil responden sebagai sampel berdasarkan kebetulan, yaitu
59
konsumen produk kopi bubuk yang ditemui secara kebetulan di lokasi
penelitian yang sedang membeli kopi bubuk Cap Jempol.
Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode non probability sampling karena populasi yang diteliti jumlah dan
identitasnya tidak diketahui. Untuk mengetahui jumlah konsumen yang tidak
dapat diketahui secara pasti maka, mencari jumlah responden konsumen yang
tepat menurut Supranto (2006) bahwa sampel penelitian yang lebih besar dari
30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk kebanyakan penelitian.
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti mengambil sampel konsumen
sebanyak 60 responden konsumen. Pengumpulan data dilakukan pada bulan
Februari 2018 sampai dengan bulan April 2018.
D. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data yang
dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh dari wawancara, pengamatan dan pencatatan langsung
tentang keadaan di lapangan mengenai agroindustri kopi bubuk Cap Jempol
yang digunakan dalam penelitian. Data sekunder diperoleh dari studi literatur,
laporan-laporan, publikasi, dan pustaka lainnya yang berhubungan dengan
penelitian ini, serta lembaga/instansi yang terkait dalam penelitian ini, seperti
BPS, Dinas Pertanian Provinsi Lampung, dan lain-lain.dan literatur lainnya
yang berhubungan dengan penelitian.
60
E. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua cara
yaitu dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
Berikut adalah yang digunakan untuk menjawab tujuan pertama ini adalah uji
validitas dan uji reliabilitas kuisioner dan analisis kuantitatif .
1. Uji Validitas dan Reliabilitas
Untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan untuk mengukur
tingkat kepuasan yang dilakukan pada penelitian benar-benar tepat dan
dapat mengukur yang ingin diukur dalam penelitian, maka dilakukan uji
validitas dan reliabilitas. Penelitian dapat dikatakan benar-benar
menggambarkan fenomena yang ingin diukur apabila memiliki validitas
dan reliabilitas yang tinggi. Uji validitas dan reliabilitas perlu dilakukan
dalam penelitian agar hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah. Pada alat analisis uji validitas dan reliabilitas menggunakan 30
orang responden.
Menurut Sufren dan Natanael (2013) uji validitas menggambarkan tentang
keabsahan dari alat ukur apakah pertanyaan-pertanyaan sudah tepat untuk
mengukur apa yang ingin diukur. Nilai validitas dapat diketahui dengan
mencari r hitung dan dibandingkan dengan r tabel. Pertanyaan-pertanyaan
dikatakan valid apabila r hitung > r tabel. Mencari r hitung dapat
menggunakan rumus sebagai berikut:
r hitung = n (ΣX1Y1) – (ΣX1) X (ΣY1) …………….... (1)
√ {n ΣX1² - (ΣX1)²} x {n ΣY1² - (ΣY1)²}
61
Keterangan:
r = koefisien korelasi (validitas)
X = skor pada atribut item n
Y = skor total atribut
XY = skor pada atribut item n dikalikan skor total
N = banyaknya atribut
Nilai validitas dapat dikatakan baik jika nilai corrected item dari total
correlation bernilai di atas 0,2. Apabila nilai korelasi butir corrected item
dari butir total correlation sudah di atas 0,2 maka butir-butir tersebut
dikatakan valid. Reliabilitas merupakan alat untuk mengukur suatu
kuesioner yang merupakan indikator dari variabel. Suatu kuesioner
dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan tersebut
konsisten dari waktu ke waktu. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan rumus Cronbach Alpha. Suatu instrumen
dikatakan reliabel jika nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,6 (Ghozali,
2002).
2. Metode CSI (Customer Satisfaction Index)
Customer Satisfaction Index (CSI) adalah ukuran keterkaitan konsumen
terhadap suatu produk. Ukuran ini menggambarkan kemungkinan seorang
pelanggan beralih ke merek produk lain jika pada merek tersebut didapati
adanya perubahan, baik mengenai harga maupun atribut lainnya. Metode
ini digunakan untuk mengukur indeks kepuasan konsumen (indeks
satisfaction) dari tingkat kepentingan (importance) dan tingkat kinerja
62
(performance) yang bertujuan untuk pengembangan program pemasaran
yang mempengaruhi kepuasan pelanggan (Supranto, 2006).
Tahapan-tahapan dalam pengukuran CSI adalah :
a. Weighting Factor (WF), yaitu mengubah nilai rata-rata kepentingan
menjadi angka persentase dari total rata-rata tingkat kepentingan
seluruh atribut yang diuji, sehingga didapatkan total WF sebesar 100
persen.
b. Weighted Score (WS), yaitu menilai perkalian antara nilai rata- rata
tingkat kinerja masing-masing atribut dengan WF masing-masing
atribut.
c. Weighted Total (WT), yaitu menjumlahkan WS dari semua atribut.
d. Satisfaction Index, yaitu WT dibagi skala maksimum yang digunakan
(penelitian ini menggunakan skala maksimal 5), kemudian dikalikan
100 persen.
Tingkat kepuasan responden secara keseluruhan dapat dilihat dari kriteria
tingkat kepuasan pelanggan pada Tabel 7.
Tabel 7. Rentang skala dan kategori analisis CSI keseluruhan
Rentang Skala Kategori
0,00-0,20 Sangat tidak puas
0,21-0,40 Tidak puas
0,41-0,60 Cukup puas
0,61-0,80 Puas
0,81-1,00 Sangat puas
63
3. Strategi Pemasaran
Metode analisis deskriptif kualitatif digunakan kembali untuk menjawab
tujuan kedua dan terakhir, yaitu penetapan strategi pemasaran dengan
menganalisis lingkungan internal dan eksternal agroindustri.
a. Analisis Faktor Internal
Analisis Faktor Internal untuk menyusun strategi pemasaran kopi bubuk
Cap Jempol menggunakan unsur bauran pemasaran 4p (product, price,
place, promotion). Bauran pemasaran 4p akan dianalisis dengan unsur-
unsur seperti gambar dibawah ini.
Gambar 4. Metode Analisis Bauran Pemasaran (Marketing Mix) Sumber : Kotler dan Keller, 2012
Bauran
Pemasaran
Produk
Keanekaragaman
Produk
Kualitas
Desain
Bentuk
Nama Merek
Kemasan
Ukuran
Pelayanan
Garansi
Imbalan
Harga
Daftar Harga
Diskon
Potongan Harga Khusus
Syarat Kredit
Periode Pembayaran
Tempat
Saluran Pemasaran
Cakupan
Pemasaran
Pengelompokan
produk/konsumen
Persediaan
Transportasi
Promosi
Promosi Penjualan
Periklanan
Tenaga Penjualan
Kehumasan
Pemasaran Langsung
64
Setelah ditetapkan unsur-unsur dari faktor internal tersebut, diberikan
bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0
(paling penting) sampai 0,0 (tidak penting) berdasarkan pengaruh
faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis usaha kopi bubuk Cap
Jempol. Semua bobot tidak boleh melebihi skor total 1,0. Pemberian
nilai bobot dilakukan dengan cara mengajukan identifikasi faktor
internal kepada responden yang bersangkutan dengan menggunakan
skala 0, 1 dan 2. Skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah:
0 = Apabila indikator horizontal kurang penting daripada indikator
vertikal
1 = Apabila indikator horizontal sama pentingnya dengan indikator
vertikal
2 = Apabila indikator horizontal lebih penting dari indikator vertikal
Rumus penentuan bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan
nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel,
kemudian dijumlahkan skor pembobotan tersebut. Skor pembobotan
dimasukkan kedalam Matriks IFE yang dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation)
Faktor-faktor Strategi Bobot Rating Skor
Internal
A. Kekuatan
1. ..........
2. ..........
3. ..........
B. Kelemahan
1. ..........
2. ..........
3. ..........
Total (A + B) 1,00
Sumber : Rangkuti, 2006
65
b. Analisis Faktor Eksternal
Analisis eksternal digunakan untuk mengetahui pengaruh faktor
peluang dan ancaman yang dihadapi para produsen kopi bubuk Cap
Jempol di Kota Bandar Lampung. Penilaian bobot dilakukan dengan
cara mengidentifikasi faktor eksternal kepada responden ahli dengan
menentukan bobot setiap variabel digunakan skala 0, 1 dan 2. Skala
yang digunakan untuk pengisian kolom adalah :
0 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal
1 = Jika indikator horizontal sama pentingnya dengan indikator vertikal
2 = Jika indikator horizontal lebih penting dari indikator vertikal
Rumus penentuan bobot setiap variabel diperoleh dengan
menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan
variabel, kemudian dijumlahkan skor pembobotan tersebut.
Matriks EFE dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Matriks EFE (External Factor Evaluation)
Faktor-faktor Strategi Bobot Rating Skor
Eksternal
A. Peluang
1. .........
2. .........
B. Ancaman
1. .........
2. .........
Total (A + B) 1,00
Sumber : Rangkuti, 2006
66
c. Matriks Internal Eksternal (IE)
Setelah melakukan analisis situasional menggunakan Strength,
Weakness, Opporunities, Treaths (SWOT) maka selanjutnya melakukan
pemetaan posisi untuk menentukan alternatif pemasaran agroindustri
kopi bubuk Cap Jempol. Matriks IE (Internal-Ekternal) memposisikan
berbagai divisi suatu organisasi dalam tampilan sembilan sel (David,
2007). Tujuan penggunaan model ini adalah untuk memperoleh strategi
bisnis ditingkat korporat yang lebih detail (Rangkuti, 2016). Matriks IE
didasarkan pada dua dimensi kunci yaitu skor bobot Internal Factors
Evaluation (IFE) total pada sumbu x dan skor bobot Eksternal Factors
Evaluation (EFE) total pada sumbu y. Setiap divisi dalam suatu
organisasi harus membuat matriks IFE dan matriks EFE dalam
kaitannya dengan organisasi. Pada sumbu x dari Matriks IE, skor bobot
IFE total 1,0 sampai 1,99 menunjukkan posisi internal lemah, skor 2,0
sampai 2,99 dianggap sedang dan skor 3,0 sampai 4,0 adalah tinggi.
Matriks IE berdasarkan skor total bobot internal dan total eksternal.
Matriks Internal Eksternal (IE) dapat dilihat pada Gambar 5.
67
4,0 3,0 2,0 1,0
Tinggi
3,0
Sedang
2,0
Rendah
1,0
Gambar 5. Matriks IE (Internal-Eksternal) Sumber : Rangkuti, 2006
d. Matriks SWOT
Faktor-faktor internal dan eksternal yang didapatkan dari identifikasi
yaitu faktor kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang kemudian
dimasukkan ke dalam maktriks SWOT. Matriks SWOT
menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal
dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang terdapat pada
pemasaran kopi bubuk Cap Jempol di Kota Bandar Lampung.
Matriks SWOT dapat menghasilkan empat sel kemungkinan alternatif
strategi, yaitu strategi kekuatan-peluang (S-O), strategi kelemahan-
peluang (W-O), strategi kelemahan-ancaman (W-T), dan strategi
kekuatan-ancaman (S-T). Berdasarkan hasil tersebut maka akan terpilih
strategi yang sesuai dengan kuadran I, II, III dan IV pada diagram
analisis SWOT. Matriks SWOT dapat dilihat pada Tabel 10.
I II III
IV V VI
VII VIII IX
68
Tabel 10. Matriks SWOT
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Strengths (S)
Daftar Kekuatan
(tentukan 5-10 faktor
peluang internal)
Weakness (W)
Daftar Kelemahan
(tentukan 5-10 faktor
peluang internal)
Opportunities (O)
Daftar Peluang (tentukan
5-10 faktor peluang
eksternal)
Strategi S-O
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan
peluang
Strategi W-O
Ciptakan strategi yang
meminimalkan
kelemahan untuk
memanfaatkan peluang
Threats (T)
Daftar Ancaman
(tentukan 5-10 faktor
peluang eksternal)
Staregi S-T
Ciptakan startegi yang
menggunakan kekuatan
untuk mengatasi
ancaman
Strategi W-T
Ciptakan strategi yang
meminimalkan
kelemahan untuk
menghindari ancaman
Sumber : David, 2002
e. Tahap Keputusan
Tahap selanjutnya yang digunakan dalam proses analisis penetapan
keputusan adalah QSPM. Adapun unsur-unsur yang terdapat di dalam
QSPM adalah : strategi-strategi alternatif, faktor-faktor kunci, bobot,
AS = nilai daya tarik, TAS = total nilai daya tarik, dan jumlah total nilai
daya tarik. Langkah-langkah penggunaan QSPM di dalam proses
penetapan keputusan adalah:
1) Membuat daftar peluang, ancaman, kekuatan, dan kelemahan
perusahaan di kolom sebelah kiri QSPM. Informasi ini diambil dari
Matriks EFE dan Matriks IFE. Maksimal sepuluh external critical
success factors dan sepuluh internal critical success factors
dimasukkan ke dalam QSPM.
69
2) Memberikan bobot pada masing-masing faktor sukses eksternal dan
internal. Bobot ini sama dengan yang ada di Matriks EFE dan
Matriks IFE.
3) Meneliti matriks-matriks pada langkah 2 dan identifikasikan strategi
alternatif yang pelaksanaannya harus dipertimbangkan perusahaan.
Mencatat strategistrategi ini di bagian atas baris QSPM. Setelah itu,
mengelompokkan strategi-strategi tersebut ke dalam kesatuan yang
mutually exclusive jika memungkinkan.
4) Menentukan Attractiveness Score (AS) atau nilai daya tarik. AS
ditetapkan dengan cara meneliti masing-masing faktor sukses
eksternal dan internal. Tentukan bagaimana peran dari tiap faktor
dalam proses pemilihan strategi yang sedang dibuat. Jika peran dari
faktor tersebut adalah besar, maka strategi-strateginya harus
dibandingkan relatif pada faktor utama itu. Secara terinci, nilai AS
harus ada pada masing-masing strategi untuk menunjukkan
kemenarikan relatif dari satu strategi terhadap strategi lainnya.
Batasan nilai AS adalah 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 =
cukup menarik, dan 4 = sangat menarik.
5) Menghitung jumlah AS. Jumlah AS didapat dari perkalian bobot
(langkah 2) dengan AS (langkah 4) pada masing-masing baris.
Jumlah AS menunjukkan daya tarik relatif dari masing-masing
alternatif strategi.
70
6) Menghitung Sum Total Attractiveness Score (TAS) atau total nilai
daya tarik. Menjumlahkan semua TAS pada masing-masing kolom
QSPM. Dari beberapa nilai TAS yang didapat, nilai TAS dari
alternatif strategi yang tertinggi yang menunjukkan bahwa alternatif
strategi itu yang menjadi pilihan utama. Nilai TAS terkecil
menunjukkan bahwa alternatif strategi ini menjadi pilihan terakhir.
Matriks QSPM dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (QSPM)
Faktor-faktor
kunci Bobot
Alternatif strategi
Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3
AS TAS AS TAS AS TAS
Faktor kunci
internal
Faktor kunci
eksternal
Jumlah
Sumber: David, 2002
Penentuan AS dilakukan dengan metode FGD (Focus Group
Discussion) atau diskusi kelompok yang dibatasi oleh subyektivitas
peneliti. Penentuan dilakukan dengan melihat dan menyesuaikan
kebutuhan dan kondisi lingkungan agroindustri kopi bubuk Cap
Jempol di Kota Bandar Lampung. Peserta diskusi FGD terdiri dari
3 orang diantaranya Pemilik, Dinas Perindustrian dan Perdagangan
dan Pakar Ahli Universitas.
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung
1. Letak Geografis
Kota Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang
merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial, politik, pendidikan dan
kebudayaan. Kota Bandar Lampung terletak di wilayah yang strategis
karena merupakan daerah transit kegiatan perekonomian antara Pulau
Sumatera dan Pulau Jawa, sehingga menguntungkan bagi pertumbuhan
dan pengembangan kota sebagai pusat perdagangan, industri dan
pariwisata. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada 5°20′
sampai dengan 5°30′ Lintang Selatan dan 105°28′ sampai dengan 105°37′
Bujur Timur, dengan luas wilayah kota 197,22 km² dan jumlah penduduk
sebanyak 960.695 jiwa. Kota Bandar Lampung memiliki keuntungan
sebagai Ibukota Provinsi, karena setiap kegiatan baik pemerintahan,
politik, pendidikan, kebudayaan dan perekonomian lebih cepat tumbuh
jika dibandingkan dengan kabupaten lainnya di Provinsi Lampung (BPS
Kota Bandar Lampung, 2016).
Kota Bandar Lampung terletak pada ketinggian 0 sampai 700 m di atas
permukaan laut dengan topografi yang terdiri dari:
72
1. Daerah pantai yaitu sekitar Teluk Betung bagian Selatan dan Panjang.
2. Daerah perbukitan yaitu sekitar Teluk Betung bagian Utara.
3. Daerah dataran tinggi serta sedikit bergelombang terdapat di sekitar
Tanjung Karang bagian Barat yang dipengaruhi oleh Gunung Balau
serta perbukitan Batu Serampok di bagian Timur Selatan.
4. Teluk Lampung dan pulau-pulau kecil bagian Selatan.
Kota Bandar Lampung merupakan sebuah kota, sekaligus Ibu Kota
Provinsi Lampung yang menjadi pintu gerbang utama Pulau Sumatera dan
memiliki andil penting dalam jalur transportasi darat dan aktivitas
pendistribusian logistik dari Jawa menuju Sumatera maupun sebaliknya.
Berdasarkan peraturan daerah Kota Bandar Lampung Nomor 4 tahun 2012
tentang penataan dan pembentukan Kecamatan dan Kelurahan, Kota
Bandar Lampung terdiri 20 kecamatan dan 126 kelurahan. Secara
administratif Kota Bandar Lampung dibatasi oleh:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Natar Kabupaten
Lampung Selatan.
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Lampung.
3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Gedung Tataan dan
Padang Cermin Kabupaten Pesawaran.
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Bintang
Kabupaten Lampung Selatan.
Sebagian wilayah Kota Bandar Lampung merupakan daerah perbukitan,
seperti Gunung Kunyit, Gunung Kelutum, Gunung Banten, Gunung
Kucing, dan Gunung Kapuk. Luas wilayah yang datar hingga landai
73
meliputi 60% total wilayah, landai hingga miring meliputi 35% total
wilayah, dan sangat miring hingga curam meliputi 4% total wilayah.
2. Keadaan Demografi
Secara demografis, Kota Bandar Lampung terdiri dari banyak etnis,
sehingga penduduk Kota Bandar Lampung bersifat heterogen. Jumlah
penduduk yang berada di setiap kecamatan di Bandar Lampung juga
beraneka ragam sesuai dengan besarnya luas wilayah setiap kecamatan dan
pertumbuhan yang secara alami terjadi baik kelahiran maupun kematian
serta perpindahan penduduk. Jumlah penduduk, luas wilayah dan
kepadatan penduduk Kota Bandar Lampung dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Jumlah penduduk, luas wilayah dan kepadatan penduduk Kota
Bandar Lampung
No. Kecamatan Jumlah
Penduduk (jiwa)
Luas Wilayah
(km²)
Kepadatan
Penduduk
(jiwa/km²)
1. Teluk Betung Barat 27.799 11,02 2.704
2. Teluk Betung Timur 41.645 14,83 2.808
3. Teluk Betung Selatan 39.353 3,79 10.383
4. Bumi Waras 56.742 3,75 15.131
5. Panjang 74.506 15,75 4.731
6. Tanjung Karang Timur 37.108 2,03 18.280
7. Kedamaian 52.592 8,21 6.406
8. Teluk Betung Utara 50.593 4,33 11.684
9. Tanjung Karang Pusat 51.126 4,05 12.624
10. Enggal 28.084 3,49 8.047
11. Tanjung Karang Barat 54.710 14,99 3.650
12. Kemiling 65.637 24,24 2.708
13. Langkapura 33.944 6,12 5.546
14. Kedaton 49.055 4,79 10.241
15. Rajabasa 48.027 13,53 3.550
16. Tanjung Senang 45.775 10,86 4.306
17. Labuhan Ratu 44.483 7,97 5.626
18. Sukarame 56.921 14,75 3.859
19. Sukabumi 57.334 23,60 2.429
20. Way Halim 61.493 5,35 11.494
Kota Bandar Lampung 979.287 197,22 4.965
Sumber : BPS Kota Bandar Lampung, 2016
74
Pada Tabel 12 terlihat bahwa Kota Bandar Lampung memiliki kepadatan
penduduk sebesar 4.965 jiwa/km², sedangkan untuk Kecamatan Way
Halim sendiri memiliki kepadatan penduduk sebesar 11.494 jiwa/km².
Jumlah penduduk di Kota Bandar Lampung tiap tahunnya selalu
meningkat. Pada tahun 2016 jumlah penduduk mencapai 979.287 jiwa
dengan jumlah laki-laki sebesar 493.411 jiwa dan perempun sebesar
485.876 jiwa. Adapun rincian mengenai jumlah penduduk di Kota Bandar
Lampung menurut kecamatan, jenis kelamin dan sex ratio dapat dilihat
pada tabel 13.
Tabel 13. Jumlah Penduduk Kota Bandar Lampung menurut jenis
kelamin, dan sex ratio tahun 2012-2016
No. Tahun Laki-Laki Perempuan Jumlah Sex Ratio
1. 2012 420.685 412.832 833.517 102
2. 2013 445.959 435.842 881.801 102
3. 2014 450.802 440.572 891.374 102
4. 2015 456.620 446.262 902.885 102
5. 2016 493.411 485.876 979.287 102
Sumber : BPS Kota Bandar Lampung, 2016
3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) didefinisikan sebagai jumlah
nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah
atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh
seluruh sektor ekonomi dikurangi dengan biaya antara yang dikeluarkan
untuk menghasilkan barang atau jasa tersebut. Produk Domestik Regional
Bruto sebagai salah satu indikator ekonomi memuat berbagai instrumen
ekonomi yang di dalamnya terlihat dengan jelas keadaan makro ekonomi
suatu daerah dengan pertumbuhan ekonominya, pendapatan per kapita dan
75
berbagai instrumen lainnya. Peningkatan jumlah pendapatan di Kota
Bandar Lampung mengakibatkan peningkatan permintaan industri
pengolahan. Selanjutnya, peningkatan permintaan pangan olahan
mendukung munculnya usaha yang membuka lapangan pekerjaan dalam
industri maupun jasa. Tumbuhnya lapangan pekerjaan tentu saja akan
mengakibatkan kesempatan kerja, baik kepada pria maupun wanita.
Berdasarkan peluang tersebut, banyak bermunculan industri pengolahan di
Kota Bandar Lampung. Berikut ini merupakan PDRB Atas Dasar Harga
Konstan (ADHK) 2012 - 2016 pada tabel 15.
Tabel 14. Produk domestik regional bruto ADHK 2016 menurut lapangan
usaha di Kota Bandar Lampung tahun 2012 – 2016
Lapangan Usaha 2012 2013 2014 2015 2016
Pertanian, Kehutanan,
dan Perikanan 1.255.281 1.280.914 1.311.963 1.346.693 1.405.626
Pertambangan dan
Penggalian 527.243 582.040 650.264 715.433 757.621
Industri Pengolahan 4.729.354 4.948.826 5.173.885 5.488.200 5.661.084
Pengadaan Listrik dan
Gas 26.580 29.742 33.271 37.476 40.147
Pengadaan Air,
pengelolaan Sampah,
Limbah, dan Daur Ulang
76.377 80.401 83.054 83.134 87.971
Kontruksi 2.505.106 2.607.757 2.733.129 2.884.417 3.082.337
Perdagangan Besar dan
Eceran, Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor
3.981.008
4.234.066
4.475.435
4.708.442
4.975.247
Transportasi dan
Pergudangan 2.596.187 2.795.296 3.049.364 3.269.078 3.589.449
Penyediaan Akomodasi
dan Makan Minum 502.187 540.812 583.900 630.807 679.300
Informasi dan
Komunikasi 1.253.517 1.381.032 1.538.398 1.689.951 1.838.085
Jasa Keuangan dan
Asuransi 916.671 1.052.105 1.207.236 1.359.743 1.482.411
Real Estat 1.271.093 1.367.543 1.490.533 1.636.817 1.767.366
Jasa Perusahaan 66.215 74.451 84.110 95.366 107.230
Administrasi,
Pemerintahan,
Pertahanan, dan Jaminan
Sosial Wajib
1.308.522
1.346.843
1.383.653
1.450.137
1.535.488
Jasa Pendidikan 603.076 656.687 714.025 779.345 853.623
Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial 390.580 418.148 450.792 488.618 531.914
Jasa Lainnya 400.129 422.021 441.042 460.961 486.611
Produk Domestik
Regional Bruto 22.409.557 23.818.685 25.403.655 27.123.818 29.011.529
Sumber: BPS Kota Bandar Lampung, 2016
76
Berdasarkan Tabel 15 dapat dilihat bahwa industri pengolahan terhadap
PDRB ADHK 2016 di Kota Bandar Lampung memberikan kontribusi
yang sangat besar. Hal ini membuktikan bahwa potensi yang
dikembangkan dari sektor industri pengolahan cukup baik. Berdasarkan
data yang terjadi lapangan usaha dari tahun 2012 sampai dengan tahun
2016 selalu mengalami peningkatan sehingga penguatan dari sektor
industri pengolahan diperlukan untuk meningkatkan perekonomian di Kota
Bandar Lampung.
B. Gambaran Umum Kecamatan Way Halim
Kecamatan Way Halim merupakan salah satu Kecamatan di Kota Bandar
Lampung yang terbentuk sebagai pemekaran Kecamatan Sukarame. Hal ini
terdapat peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012
Tentang Penataan dan Pembentukan Kelurahan dan Kecamatan. Kecamatan
Way Halim memiliki jumlah penduduk sebanyak 30.612 jiwa laki-laki dan
penduduk perempuan sebanyak 30.881 jiwa. Luas wilayah Kecamatan Way
Halim adalah 5,95 km².
Secara Administratif Kecamatan Way Halim berbatasan dengan:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Senang.
2. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kedaton dan Kecamatan
Tanjung Karang Pusat.
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sukarame.
4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Karang Timur dan
Kecamatan Sukabumi.
77
C. Gambaran Umum Agroindustri Kopi Bubuk Cap Jempol
1. Sejarah Agroindustri Kopi Bubuk Cap Jempol
Agroindustri kopi bubuk Cap Jempol merupakan salah satu agroindustri
atau produsen kopi bubuk di Kota Bandar Lampung yang terkenal di
kalangan masyarakat lampung dan paling banyak diminati dikalangan
muda. Agroindustri kopi bubuk Cap Jempol telah berdiri sejak Tahun
2005. Pemilik agroindustri ini adalah Bapak Ferry. Kopi bubuk Cap
Jempol merupakan produk 100% kopi robusta Lampung. Pusat pabrik
tempat produksi kopi bubuk Cap Jempol berada di jalan Urip Sumoharjo
No 15 Kecamatan Way Halim, Kota Bandar Lampung. Industri ini
memiliki jumlah tenaga kerja sebanyak 9 orang. Bahan baku kopi bubuk
Cap Jempol adalah murni kopi robusta yang didapat dari dua daerah yaitu
Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Tanggamus.
Terdapat tiga kegiatan dalam memproduksi kopi bubuk Cap Jempol yaitu
penggorengan, penggilingan, dan pengemasan kopi baik secara manual
yang menggunakan bahan plastik yang dikerjakan secara mekanik dengan
tenaga mesin. Pada bagian penggorengan agroindustri kopi bubuk Cap
Jempol menggunakan campuran mentega dan sudah mulai beralih ke
mesin modern, sebelumnnya perusahaan menggunakan mesin semi
modern. Penggunaan mesin modern dilakukan agar perusahaan dapat
menggoreng kopi dengan mudah, serta menghemat waktu dan biaya
pengeluaran. Pusat penjualan kopi bubuk Cap Jempol berada di jalan Urip
Sumoharjo No 15 Kecamatan Way Halim, Kota Bandar Lampung. Tidak
78
hanya satu tempat penjualan saja, melainkan sudah banyak toko-toko
swalayan dan warung-warung yang menjual kopi bubuk Cap Jempol
seperti Chamart, Chandra, dan pasar-pasar tradisional.
Pendirian agroindustri kopi bubuk Cap Jempol oleh Bapak Ferry
menggunakan modal sendiri dan cukup besar dalam membangun usaha
kopi bubuk ini, yaitu sebesar Rp 50.000.000 dan juga keuntungan yang
didapatkan cukup dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Usaha kopi
bubuk Cap Jempol ini merupakan salah satu agroindustri yang berada
dalam subsistem pengolahan dalam sistem agribisnis. Produksi kopi
bubuk Cap Jempol mampu memproduksi 100 kg per satu kali produksi
dalam per hari. Produksi tertinggi kopi bubuk Cap Jempol dapat mencapai
100 kg dan produksi terendah mencapai 10 kg per sekali produksinya
dalam per hari.
2. Struktur Organisasi Agroindustri Kopi Bubuk Cap Jempol
Struktur organisasi pada agroindustri kopi bubuk Cap Jempol dapat dilihat
pada Gambar 6.
Gambar 6. Struktur organisasi agroindustri kopi bubuk Cap Jempol Sumber : Agorindustri kopi bubuk Cap Jempol
Bagian Pengolahan
Produk
TKDK TKLK
Pemilik
Bapak Ferry
79
Agroindustri kopi bubuk Cap Jempol memiliki 2 macam tenaga kerja yaitu
tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) dan tenaga kerja luar keluarga
(TKLK). TKDK yg digunakan dalam agroindustri ini terdiri dari istri dan
anak, sedangkan TKLK yang digunakan dalam agroindustri ini terdiri dari
masyarakat sekitar agroindustri dan berjumlah sebanyak 9 orang tenaga
kerja. Kegiatan usaha agroindustri kopi bubuk Cap Jempol terutama
dalam kegiatan produksi dilakukan secara mandiri sehingga agroindustri
ini tidak memiliki struktur organisasi yang formal dalam menjelaskan
tugas dan wewenang di dalam usaha pengolahan agroindustri kopi bubuk
Cap Jempol. Pemilik memiliki tugas merangkap dan menyeluruh dalam
mengatur, mengelola pengeluaran dalam memproduksi kopi bubuk.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disusun
kesimpulan penelitian sebagai :
1. Berdasarkan hasil analisis Customer Satisfaction Index (CSI), maka
secara keseluruhan tingkat kepuasan konsumen kopi bubuk Cap Jempol
telah merasa puas.
2. Faktor internal agroindustri kopi bubuk Cap Jempol adalah (a) produk
(product), (b) harga (price), (c) tempat (place), dan (d) promosi
(promotion), sedangkan faktor lingkungan eksternal adalah (a) pesaing,
(b) konsumen, (c) teknologi, dan (d) pemasok.
3. Strategi pemasaran agroindustri kopi bubuk Cap Jempol adalah (a)
kualitas produk ditingkatkan untuk kebutuhan konsumen dan pedagang
besar agar dapat memperluas pemasaran, (b) diversifikasi produk
ditingkatakan untuk daya saing produk sehingga minta konsumen
terpenuhi, (c) peningkatan kerjasama dengan para pemasok untuk
mempertahankan produk yang dimiliki agroindustri, dan (d) manajemen
keuangan agroindustri ditingkatkan dengan baik agar produksi sesuai
dengan kualitas produk.
130
B. Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah :
1. Bagi pelaku agroindustri kopi bubuk Cap Jempol diharapkan tetap
mempertahankan rasa, harga, tekstur, dan aroma yang khas, karena
atribut-atribut tersebut sudah sesuai dengan keinginan dan harapan
konsumen. Strategi pemasaran kopi bubuk Cap Jempol lebih ditingkatkan
sehingga kualitas produk yang dihasilkan tidak terpengaruh oleh pesaing
sejenis dan tetap mempertahankan strategi pemasaran yang sudah
dilakukan.
2. Pihak Pemerintah Daerah, khususnya melalui Dinas Koperasi, UMKM,
Perindustrian dan Perdagangan Kota Bandar Lampung, diharapakan dapat
berperan aktif seperti memberi penyuluhan dan pembinaan terhadap
usaha-usaha mikro seperti agroindustri kopi bubuk Cap Jempol.
3. Penelitian lanjutan dianjurkan tentang pendapatan dan kelayakan finansial
pada agroindustri kopi bubuk Cap Jempol di Kota Bandar Lampung.
DAFTAR PUSTAKA
Anastasi, A. 1976. Psychological Testing, Fourth Edition. New York. Macmilan
Publishing Co., Inc.
Anggraini, V, Prasmatiwi, F.E dan Santoso, H. 2013. Tingkat Kepuasan dan
Loyalitas Konsumen Gulaku di Kota Bandar Lampung. JIIA Vol 1 (2): 149-
155. http://jurnal.fp.unila.ac.id/ index.php/JIA/article/view/241/240. Diakses
pada tanggal 20 Desember 2017
Ariesta, W. 2016. Strategi Pengembangan Usaha Agroindustri Beras Siger ( Studi
kasus pada Agroindustri Tunas Baru di Kelurahan Pinang Jaya Kemiling
Kota Bandar Lampung. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung.
Arikunto. 2002. Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. PT. Rineka
Cipta. Jakarta.
Assauri, S. 1996. Manajemen Pemasaran: Dasar, Konsep, dan Strategi. PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta
Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia. 2016. Mutu Biji Kopi Indonesia.
http://www.aeki-aice.org/. Diakses 20 November 2017 pukul 20:00 WIB.
Austin, J. E. 1992. Agroindustrial Project Analysis Critical Design Factors EDI
Series in Economic Development.Washington, D.C. USA.
Badan Agribisnis. 1995. Sistem Strategi dan Program Pengembangan Agribisnis.
Badan Agribisnis Departemen Pertanian. Jakarta
Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung. 2016. Jumlah Penduduk, Kepadatan
Penduduk Serta Luas Wilayah Kecamatan di Kota Bandar Lampung Tahun
2016. BPS Kota Bandar Lampung. Bandar Lampung.
Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung. 2016. Jumlah Penduduk Kota
Bandar Lampung menurut jenis kelamin, dan sex ratio tahun 2012-2016.
Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung. Bandar Lampung.
Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung. 2016. Produk Domestik Regional
Bruto ADHK 2016 Menurut Lapangan Usaha di Kota Bandar Lampung
Tahun 2012-2016. BPS Kota Bandar Lampung. Bandar Lampung.
132
David, F.R. 2002. Manajemen Strategi. Salemba Empat. Jakarta.
Dewi, N, Ustriyana, G dan Djelantik, A. 2017. Strategi Pemasaran Cabai Merah
Pada Sub Terminal Agribisnis Manik Mekar Nadi. Jurnal Agribisnis dan
Agrowisata. Vol 6 (2). Universitas Udayana. Denpasar.
http://simdos.unud.ac.id. Diakses pada tanggal 2 Desember 2017.
Dharmmesta, B.S. 2002. Azas-Azas Marketing Edisi Ketiga. Liberty. Yogyakarta.
Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan. 2016. Daftar
Agroindustri Kopi Bubuk di Kota Bandar Lampung Tahun 2016. Bandar
Lampung.
Dinas Perkebunan Provinsi Lampung. 2016. Produksi Perkebunan Utama di
Provinsi Lampung Menurut Jenis Tanaman Tahun 2016. Bandar Lampung.
Direktorat Jenderal Industri Agro. 2009. Pohon Agroindustri Kopi.
http://agro.kemenperin.go.id/. Diakses 25 November 2017 pukul 23:05.
Djamaludin, D.M. 2009. Analisis Kepuasan dan Loyalitas Konsumen Jamu
Gendong di Kota Sukabumi. Jurnal Ilmiah Keluarga dan Konsumen, Vol 2
(2): 174-184. Institut Pertanian Bogor. Bogor. http://journal.ipb.ac.id.
Diakses pada tanggal 13 Desember 2017
Elvistiarso, F. 2007. Analisis Tingkat Kepuasan Pelanggan Terhadap Produk
Camilan Kacang Merek Mr. P (Studi Kasus di PT Mitrasatrya Perkasa
utama, Jakarta). Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Engel, J.F. 1994. Perilaku Konsumen Edisi Keenam Jilid 1. Binarupa Aksara.
Jakarta.
Fahmi, M, Baihaqi, A dan Kadir, I.A. 2013. Analisis Strategi Pemasaran Kopi
Arabika „Bergendaal Koffie‟ Di Kabupaten Bener Meriah. Vol 14 (1).
Universitas Syiah kuala. Banda Aceh. http://jurnal.unsyiah.ac.id. Diakses
pada tanggal 4 Desember 2017.
Gadung, A, Zakaria,W, A dan Murniati, K. 2015. Analisis Kepuasan Dan
Loyalitas Konsumen Kopi Bubuk Sinar Baru Cap Bola Dunia Di Kota
Bandar Lampung JIIA, Vol 3 (4): 370-376. http://jurnal.fp.unila.ac.id/
index.php/JIA/article/view/241/240. Diakses pada tanggal 2 Desember
2017.
Hasyim, H dan Zakaria, W.A. 1995. Pengembangan Agribisnis di Provinsi
Lampung dalam Era Pasca GATT. Jurnal Sosial Ekonomika Vol. 1 No. 1
Juni 1995. Bandar Lampung. Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
Diakses pada tanggal 4 Januari 2018.
133
Hurriyati, R. 2008. Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen, Alfabeta.
Bandung
Indriastuti, I, Affandi, M.I dan Indriani, Y. 2015. Strategi Pemasaran Berdasarkan
Perilaku Pembelian Keripik Pisang Di Kota Metro. JIIA, Vol 3 (4).
http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIIA/article/view/1029/934. Diakses
pada tanggal 1 Desember 2017
International Coffe Organization. 2017. Trade Statistic. http//www. ico.org/
prices/po.htm. Diakses pada tanggal 10 Desember 2017.
Kadek, M, Ustriyana, I.N dan Parining, N. 2015. Strategi Pemasaran Kopi Bubuk
Lumbung Mas Kelurahan Beng Kecamatan Gianyar Kabupaten Gianyar.
Volume 4 No. 3. Universitas Udayana. Denpasar. http://simdos.unud.ac.id.
Diakses pada tanggal 4 Desember 2017.
Kasali, R. 2001. Membidik Pasar Indonesia Segmenting, Targeting, dan
Positioning. Gramedia. Jakarta.
Khairunnisa, T, Affandi, M.I dan Suryani, A. 2017. Analisis Efesiensi Dan
Strategi Pemasaran Emping Melinjo Di Provinsi Lampung JIIA, Vol 5 (2).
http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIIA/article/view/245/250. Diakses
pada tanggal 15 Juni 2018.
Kinnear, T.C. dan Taylor, J.R. 1991. Riset Pemasaran. Terjemahan. Jilid 1.
Erlangga, Jakarta.
Kotler, P. 2001. Manajemen Pemasaran di Indonesia. Analisis, Perencanaan,
Implementasi dan Pengendalian. Salemba Empat. Jakarta.
Kotler, P. 2005. Manajemen Pemasaran. Ed ke-7. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Kotler, P. 2009. Manajemen Pemasaran Jilid 1 dan 2. Jakarta. PT.Indeks
Kelompok Gramedia.
Kotler dan Amstrong. 2001. Prinsip-prinsip pemasaran. Edisi keduabelas, Jilid 1.
Jakarta. Erlangga.
Kotler dan Amstrong. 2003.Prinsip-Prinsip Marketing. Edisi Ketujuh, Penerbit
Salemba Empat. Jakarta.
Kotler dan Amstrong. 2008. Manajemen Pemasaran Edisi Milenium Jilid 1.
Jakarta. PT Prenhalindo.
Kotler, P dan Keller, K.L. 2012. Manajemen Pemasaran. Edisi Bahasa Indonesia.
Pearson Education Asia Pte. Ltd. dan PT Prenhallindo. Jakarta.
134
Mulyadi, S. 2012. Ekonomi Sumber Daya Manusia dalam Perspektif
Pembangunan. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta.
Mursid, M. 2006. Manajemen Pemasaran Edisi Keempat. PT Bumi Aksara.
Jakarta.
Nazir, M. 1999. Metodologi Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Neuman, W. Lawrence. Social Research Methods. Qualitative and Quantitative
Approaches. AllynandBacon. Boston. 2003.
Nunnally, J.C. 1979. Psychometric Theory, 2nd
Edition. New York. McGraw Hill
Book Company.
Peter, P.J dan Olson, C.J. 1999. Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran.
Cetakan Keempat. Jilid-1. Erlangga. Jakarta.
Purnama, L. 2001. Srategic Marketing Plan. PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta.
Rahardjo, P. 2012. Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan
Robusta. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rangkuti, F. 2001. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT.Gramedia
Pustaka Utama. Jakart
Rangkuti, F. 2002. Measuring Customer Satisfaction. PT Gramedia Pustaka
Utama Jakarta.
Rangkuti, F. 2004. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT Gramedia.
Jakarta
Rangkuti, F. 2006. Measuring Customer Satisfaction. Jakarta
Saragih, B. 2002. Membangun Pertanian Perspektif Agribisnis dalam Pertanian
Mandiri. Penebar Swadaya. Jakarta.
Saragih, B. 2010. Pertanian Organik. Depok, Indonesia: Penebar Swadaya.
Sarianti, T dan Putriana, E. 2011. Analisis Kepuasan dan Loyalitas Konsumen
Midori Japanese Restaurant Cabang K.H Wahid Hasyim Jakarta Pusat.
Jurnal Sains Terapan, 12 (01): 1-17. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
http://journal.ipb.ac.id. Diakses pada tanggal 12 Desember 2017.
Schiffman, L.G dan Kanuk, L.L. 2010. Consumer Behaviour 9th
Ed. New Jersey.
Pearson Prentice Hall.
135
Sianturi, H, Syarief, R dan Sarma, M. 2007. Analisis Strategi Pemasaran Kacang
Mete Matang (Studi Kasus di UD. Maraja Mandiri, Sunter, Jakarta). Jurnal
MPI. Vol 2 No 1. Institut Pertanian Bogor. Bogor. http://journal.ipb.ac.id.
Diakses pada tanggal 12 Desember 2017.
Sitinjak, T. 2004. Pengaruh Citra Merek dan Sikap Merek Terhadap Ekuitas
Merek. PT Gramedia Pustaka.
Soekartawi. 2000. Pengantar Agroindustri. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Soekartawi. 2001, Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Sufren dan Natael, Y. 2013. Mahir Menggunakan SPSS Secara Otodidak. Elex
Media Komputindo. Jakarta.
Sumarwan, U. 2006. Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya dalam
Pemasaran. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Supranto, J. 2006. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan untuk Menaikkan
Pangsa Pasar. PT Rineka Cipta. Jakarta.
Susila, A. D. 2005. Panduan Budidaya Tanaman . Departement Agronomi dan
Hortikultura. Institut Pertanian Bogor. Diakses tanggal 29 November 2017.
Sutawi, M. P. 2002. Manajemen Agribisnis. Bayu media. UMM Perss.
Syaiful, B. D. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta. Rineka Cipta.
Tambunan, T. 2002. Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia. Salemba Empat.
Jakarta.
Tarigan, H. G. 2010. Psikolinguistik. Bandung. Angkasa.
Tjiptono, F dan Chandra, G. 2012. Pemasaran Strategik. Yogyakarta.
Tjiptono, F dan Sunyoto, D. 2012. Dasar – Dasar Manajemen Pemasaran.
Cetakan Pertama. Yogyakarta. CAPS.
Tjiptono, F. 2002. Strategi Pemasaran Edisi Dua. Andi. Yogyakarta.
Tjiptono, F. 2008. Strategi Pemasaran Edisi Tiga. Andi. Yogyakarta.
Umar, H. 2008. Strategic Management In Action. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
top related