analisis jurnal komunitas fix
Post on 03-Jul-2015
745 Views
Preview:
TRANSCRIPT
RESIKO PENGGUNAAN
PIL KONTRASEPSI KOMBINASI
TERHADAP KEJADIAN KANKER PAYUDARA
PADA RESEPTOR KB
DI PERJAN RS DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
1 LAPORAN ANALISIS JURNAL | PSIK FK UNUD SEMESTER IV SGD 8
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menurut survei, Indonesia merupakan Negara terbesar keempat di dunia dalam hal
jumlah penduduk. Dan permasalahan yang sangat menonjol adalah jumlah penduduk yang
semakin meningkat, penyebaran penduduk yang tidak merata dan kualitas penduduk yang
masih rendah. Salah satu cara untuk menekan pertumbuhan penduduk adalah dengan jalan
mengurangi jumlah kelahiran. Upaya pemerintah mengendalikan kelahiran tersebut adalah
melalui Program Gerakan Keluarga Berancana Nasional. Keluarga Berencana (KB) adalah
upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia
perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga dan peningkatan
kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
Langkah kebijakan pembangunan Keluarga Berencana diarahkan untuk
mengendalikan pertumbuhan penduduk dan meningkatkan keluarga kecil berkualitas, dengan
mengendalikan tingkat kelahiran penduduk melalui upaya memaksimalkan akses dan kualitas
pelayanan KB, terutama bagi keluarga miskin dan rentan serta daerah terpencil,
meningkatkan komunikasi, informasi, dan edukasi bagi pasangan usia subur tentang
kesehatan reproduksi, serta melindungi peserta keluarga berencana dari dampak negatif
pengguna alat dan obat kontrasepsi, misalnya resiko terjadinya kanker payudara.
Saat ini belum ditemukan data yang pasti yang menjadi faktor penyebab utama
penyakit kanker payudara. Akan tetapi, sampai saat ini terjadinya kanker payudara diduga
akibat interaksi yang rumit dari banyak faktor seperti faktor genetika, lingkungan dan
hormonal yaitu kadar hormon estrogen dalam tubuh yang berlebihan. Pertumbuhan jaringan
payudara sangat sensitif terhadap estrogen maka wanita yang terpapar estrogen dalam waktu
yang panjang akan memiliki risiko yang besar terhadap kanker payudara.
Di Indonesia penggunaan hormon sebagai alat kontrasepsi sudah populer dalam
masyarakat. Pemakai kontrasepsi hormonal terbanyak adalah jenis suntikan dan pil. Menurut
survey, kontrasepsi oral (pil) yang paling banyak digunakan yaitu kombinasi estrogen dan
progestin.
2 LAPORAN ANALISIS JURNAL | PSIK FK UNUD SEMESTER IV SGD 8
Sehingga kontrasepsi oral (pil) sebagai faktor yang meningkatkan risiko terjadinya
kanker payudara menjadi perhatian dan kontroversi dunia kesehatan saat ini. Jumlah
pengguna kontrasepsi oral dan penderita kanker payudara terus meningkat tiap tahunnya di
seluruh dunia, sehingga penelitian tentang risiko kanker payudara dalam penggunaan
kontrasepsi oral menjadi sangat penting untuk dilakukan.
3 LAPORAN ANALISIS JURNAL | PSIK FK UNUD SEMESTER IV SGD 8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pil KB
1.1 Definisi
Pil KB adalah sekelompok pil yang mengandung progesteron dan kerap digabung
dengan estrogen. Pil ini dikonsumsi oleh wanita untuk mencegah kehamilan.
Kontrasepsi dengan menggunakan pil KB seringkali menjadi pilihan bagi ibu-ibu
rumah tangga. Dibandingkan dengan kontrasepsi kondom ataupun IUD, pil KB relatif
lebih mudah digunakan dan nyaman.
1.2 Jenis
Terdapat dua jenis pil KB, yaitu yang diminum tiap hari secara teratur, dan jenis
yang digunakan sesudah berhubungan seksual. Dari jenis pil KB tersebut, yang paling
efektif adalah pil KB yang diminum teratur tiap hari. Hormon yang umumnya
terkandung dalam pil KB adalah hormon estrogen dan progestin. Fungsi utama dari
hormon progestin adalah sebagai pengental cairan / lendir yang berada pada mulut
rahim. Dengan mengentalnya lendir tersebut maka sperma akan susah memasuki
rahim dan menghambat terjadinya pembuahan. Sedangkan hormon estrogen
mempunyai fungsi utama menghambat pemasakan sel telur dan menghambat
terjadinya ovulasi. Biasanya pil KB yang beredar bisa terdiri dari hormon estrogen
atau progestein saja, bisa pula terdiri dari kombinasi keduanya.
Adapun jenis – jenis pil KB, yaitu :
Pil KB kombinasi (Combined Oral Contraceptives = COC) Mengandung 2 jenis
hormon wanita yaitu estrogen dan progesteron. Salah satu jenis pil KB kombinasi
ialah pil KB yang mengandung Levonorgestrel (suatu hormon progestan) dan Etinil
Estradiol (suatu estrogen). Keduanya bekerja secara sinergis dalam mencegah
kehamilan. Sesuai dengan aksinya masing-masing kedua kombinasi hormon ini jika
digunakan secara tepat dan teratur dapat mencegah kehamilan hampir 100%.
4 LAPORAN ANALISIS JURNAL | PSIK FK UNUD SEMESTER IV SGD 8
Jenis pil kombinasi atau combination oral contraceptive pill antara lain:
1. Monofasik.
Monofasik adalah pil kombinasi yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif estrogen dan progesteron dalam dosis yang sama,
dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
2. Bifasik.
Bifasik adalah pil kombinasi yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif estrogen dan progesteron dengan dua dosis yang
berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
3. Trifasik.
Trifasik adalah pil kombinasi yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif estrogen dan progesteron dengan tiga dosis yang
berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
Pil KB progesteron (Mini pill = Progesterone Only Pill = POP) hanya berisi
progesteron, bekerja dengan mengentalkan cairan leher rahim dan membuat kondisi
rahim tidak menguntungkan bagi hasil pembuahan.
Jenis-Jenis Pil Menurut Kandungan Hormon Estrogennya Adalah :
1. Pil dosis tinggi ( High Dose ) : Berisi 50 mcg
Adalah yang mengandung estrogen 50 – 150 mcg dan progesteron 1 – 10 Mg.
Yang termasuk jenis ini adalah :
- Pil KB Noriday ( dari Population Council )
- Pil KB Kimia Farma
- Pil KB Ovostat ( PT Organon )
2. Pil Dosis rendah ( Low Dose ) : Berisi 30 mcg.
Adalah pil yang mengadung 30 – 50 mcg estrogen dan kuran gdari 1 mg
progesteron.
Yang termasuk jenis ini adalah :
- Pil KB Microgynon 30 ( PT Schering )
- Pil KB Marvelon (PT Organon ).
5 LAPORAN ANALISIS JURNAL | PSIK FK UNUD SEMESTER IV SGD 8
3. Pil Mini :
Adalah pil yang mengandung hormon progesteron sebesar kurang dari 1 mg.
Yang termasuk jenis ini adalah Pil KB exluton.
1.3 Mekanisme
Mekanisme kerja obat ini adalah dengan cara menghambat ovulasi melalui
penurunan frekuensi sinyal hormon GnRH (gonadotropin-releasing hormone) oleh
hipotalamus. Hal ini akan mengakibatkan menurunnya pelepasan hormon FSH
(follicle-stimulating hormone) dan LH (luteinizing hormone). Efek ini terutama
disebabkan oleh progestogen. Sedangkan estrogen berperan dalam menstabilkan
endometrium dengan harapan mengurangi pendarahan, serta membantu menghambat
ovulasi. Mekanisme kerja sekunder dari semua golongan obat yang mengandung
progestagen adalah penghambatan penetrasi sperma dari leher (serviks) rahim menuju
ke saluran kelamin yang lebih atas (uterus dan tuba falopi) dengan cara meningkatkan
viskositas (kekentalan) lendir di serviks.
1.4 Indikasi dan Kontra Indikasi
Indikasi :
Pada prinsipnya hampir semua wanita yang ingin menggunakan pil kombinasi
diperbolehkan, seperti :
- Wanita dalam usia reproduksi.
- Wanita yang telah atau belum memiki anak.
- Wanita yang gemuk atau kurus.
- Wanita setelah melahirkan dan tidak menyusui.
- Wanita yang menginginkan metode kontrasepsi dengan efektifitas tinggi.
- Wanita pasca keguguran/abortus.
- Wanita dengan perdarahan haid berlebihan sehingga menyebabkan anemia.
- Wanita dengan siklus haid tidak teratur.
- Wanita dengan nyeri haid hebat, riwayat kehamilan ektopik, kelainan payudara
jinak.
6 LAPORAN ANALISIS JURNAL | PSIK FK UNUD SEMESTER IV SGD 8
- Wanita dengan diabetus melitus tanpa komplikasi pada ginjal, pembuluh darah,
mata dan saraf.
- Wanita dengan penyakit tiroid, penyakit radang panggul, endometriosis atau
tumor jinak ovarium.
- Wanita yang menderita tuberkulosis pasif.
- Wanita dengan varises vena.
Kontraindikasi
Kriteria yang tidak dapat menggunakan pil kombinasi terbagi dalam :
1. Kontra indikasi absolut.
Yang termasuk dalam kontra indikasi absolut antara lain: tromboplebitis
atau tromboemboli, riwayat tromboplebitis atau tromboemboli, kelainan
serebrovaskuler atau penyakit jantung koroner, diketahui atau diduga
karsinoma mammae, diketahui atau diduga karsinoma endometrium, diketahui
atau diduga neoplasma yang tergantung estrogen, perdarahan abnormal
genetalia yang tidak diketahui penyebabnya, adenoma hepar, karsinoma atau
tumor-tumor jinak hepar, diketahui atau diduga hamil, gangguan fungsi hati,
tumor hati yang ada sebelum pemakaian pil kontrasepsi atau produk lain yang
mengandung estrogen.
2. Kontra indikasi relatif.
Yang termasuk dalam kontra indikasi relatif antara lain: sakit kepala
(migrain), disfungsi jantung atau ginjal, diabetes gestasional atau pre diabetes,
hipertensi, depresi, varises, umur lebih 35 tahun, perokok berat, fase akut
mononukleosis, penyakit sickle cell, asma, kolestasis selama kehamilan,
hepatitis atau mononukleosis tahun lalu, riwayat keluarga (orang tua, saudara)
yang terkena penyakit reumatik yang fatal atau tidak fatal atau menderita DM
sebelum usia 50 tahun, kolitis ulseratif.
Selain itu, kriteria lain yang tidak dapat menggunakan pil kombinasi
adalah:
1. Wanita yang tidak dapat disiplin minum pil setiap hari.
2. Wanita yang dicurigai hamil atau hamil.
7 LAPORAN ANALISIS JURNAL | PSIK FK UNUD SEMESTER IV SGD 8
3. Wanita yang menyusui secara eksklusif.
1.5 Keunggulan dan Kelemahan
Keunggulan penggunaan pil KB adalah bahwa kewajaran hubungan seks tidak
terganggu selain memang mencegah kehamilan. Rupanya pil yang berisi estrogen
melindungi rahim, indung telur terhadap serangan kanker, demikian pula mencegah
timbulnya kista indung telur dan endometriosis,serta anemia karena kekurangan zat
besi. Selain itu datang bulan menjadi lebih teratur,lebih ringan dan bebas dari rasa
sakit.
Kelemahan utama adalah tidak semua wanita cocok menggunakan pil KB dan
kadang kadang pil KB menimbulkan akibat sampingan yang tidak menyenangkan.
Misalnya pusing-pusing,mual dan muntah muntah ,penurunan berat badan, payudara
membengkak, menurunnya gairah seks, bertambahnya nafsu makan, kejang pada kaki
dan perut. Selain itu sering timbul komplikasi yang lebih berat seperti meningkatnya
kemungkinan mengalami trombosis yang dapoat mengakibatkan stroke, embolisme,
atau serangan jantung. Estrogen yang terkandung dalam pil KB dapat memperberat
penyakit jantung yang telah ada,atau menimbulkan tekanan darah tinggi,batu empedu,
sakit kuning dan kanker hati. PIl KB terutama yang mini dapat menimbulkan
pendarahan di waktu haid.Kerugian penggunaan pil mini yang lain adalah datang
bulan menjadi tidak cocok, kehamilan ektopik, dan kista indung telur. Ibu-ibu yang
menderita migrain, sakit telinga, trombosis (penggumpalan darah yang tak wajar ),
kencing manis,sakit jantung , kadar kolestrol dalam darahnya tinggi, dan kegemukan
tidak boleh menggunakan pil KB. Karena pil gabungan akan mengganggu produksi
air susu ibu, maka kedua pil ini tidak boleh digunakan selama masa menyusui.
1.6 Hal yang harus diperhatikan dalam pemberian pil KB
Hal utama yang perlu diperhatikan dalam penggunaan pil KB adalah aturan
minum dari pil KB tersebut. Kemasan pil KB yang beredar di pasaran biasanya
adalah kemasan 28 hari (28 tablet) atau 21 hari (21 tablet). Untuk kemasan 28 hari,
8 LAPORAN ANALISIS JURNAL | PSIK FK UNUD SEMESTER IV SGD 8
21 tablet mengandung hormon sedangkan 7 tablet lainnya tidak mengandung hormon.
Untuk memulai meminum pil KB ini pastikan terlebih dahulu bahwa anda tidak
dalam keadaan hamil. Untuk itulah beberapa produk biasanya menyertakan pil atau
tablet yang tidak mengandung hormon yang diminum selama 14 hari untuk
memastikan pengguna tidak hamil. Minumlah pil KB ini dimulai saat hari pertama
haid. Pada kemasan biasanya tertera nama hari seperti “Sen” untuk senin dan
seterusnya, minumlah sesuai hari yang tertera pada kemasan, selanjutnya minum
tablet secara berurutan.
Pil KB harus diminum secara teratur selama pengguna tidak menginginkan
terjadinya kehamilan. Bila ada tablet yang terlupa diminum pada hari tertentu, maka
selambat-lambatnya dalam waktu 12 jam pada hari tersebut tablet masih dapat
diminum. Namun jika sudah lebih dari 12 jam maka tablet pada hari yang terlupa
jangan diminum dan tetap meminum tablet pada hari berikutnya. Resiko dari
kealpaan meminum tablet dapat mengurangi keefektifan dalam mencegah kehamilan.
Oleh karena itu salah satu faktor keberhasilan dalam penggunaan pil KB ini adalah
kedisiplinan untuk meminum pil KB. Sebaiknya pil KB diminum menjelang tidur
setiap hari sehingga resiko lupa dapat diperkecil.
Penggunaan pil KB dapat dihentikan bila menghendaki kehamilan. Fungsi dari
alat-alat reproduksi akan segera pulih dan dapat segera hamil. Hal yang biasanya
terjadi setelah penghentian penggunaan pil KB adalah siklus pertama bisa 1 minggu
lebih panjang dari biasanya. Bila dalam 2-3 minggu pertama siklus normal tidak
terjadi hubungi dokter.
2. Kanker Payudara
2.1 Definisi
Kanker payudara adalah suatu penyakit dimana sel-sel ganas terbentuk pada
jaringan payudara. Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam
jaringan payudara. Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu,
jaringan lemak maupun jaringan ikat pada payudara.
2.2 Stadium
9 LAPORAN ANALISIS JURNAL | PSIK FK UNUD SEMESTER IV SGD 8
- Stadium 1 : pada stadium ini, benjolan kanker tak lebih dari 2 cm dan tidak dapat
terdeteksi dari luar. Perawatan yang sangat sistematis akan diberikan pada kanker
stadium ini, tujuannya adalah agar sel kanker tidak dapat menyebar dan tidak
berlanjut pada stadium selanjutnya. Pada stadium ini, kemungkinan sembuh total
pada pasien adalah 70%.
- Stadium 2 : pada stadium ini, kemungkinan sembuh penderita adalah 30 - 40 %
tergantung dari luasnya penyebaran sel kanker. Biasanya besarnya benjolan
kanker sudah lebih dari 2 bahkan bisa sampai 5 cm dan tingkat penyebarannya
pun sudah sampai daerah ketiak. Atau bisa juga ukuran kanker sudah mencapai 5
cm tapi belum menyebar kemana-mana. Biasanya dilakukan operasi untuk
mengangkat sel-sel kanker yang ada pada seluruh bagian penyebaran, dan setelah
operasi dilakukan penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker yang
tertinggal.
- Stadium 3A : menurut data dari Depkes, 87% kanker payudara ditemukan pada
stadium ini. Benjolan kanker sudah berukuran lebih dari 5 cm dan sudah
menyebar ke kelenjar limfa.
- Stadium 3B : kanker sudah menyebar ke seluruh bagian payudara, bahkan
mencapai kulit, dinding dada, tulang rusuk dan otot dada. Selain itu juga
penyebarannya juga sudah menyerang secara tuntas kalenjar limfa. Jika sudah
demikian tidak ada alternatif lain selain pengangkatan payudara.
- Stadium 4 : sel-sel kanker sudah merembet menyerang bagian tubuh lainnya,
biasanya tulang, paru-paru, hati atau otak. Atau bisa juga menyerang kulit,
kelenjar limfa yang ada di dalam batang leher. Sama seperti stadium 3, tindakan
yang harus dilakukan adalah pengangkatan payudara.
2.3 Penyebab
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi ada beberapa faktor risiko yang menyebabkan
seorang wanita menjadi lebih mungkin menderita kanker payudara.
Beberapa faktor risiko yang berpengaruh adalah :
1. Usia.
10 LAPORAN ANALISIS JURNAL | PSIK FK UNUD SEMESTER IV SGD 8
Sekitar 60% kanker payudara terjadi pada usia diatas 60 tahun. Risiko terbesar
ditemukan pada wanita berusia diatas 75 tahun.
2. Pernah menderita kanker payudara.
Setelah payudara yang terkena diangkat, maka risiko terjadinya kanker pada
payudara yang sehat meningkat sebesar 0,5-1%/tahun.
3. Riwayat keluarga yang menderita kanker payudara.
Wanita yang ibu, saudara perempuan atau anaknya menderita kanker,
memiliki risiko 3 kali lebih besar untuk menderita kanker payudara.
4. Faktor genetik dan hormonal.
Penggunaan hormon estrogen (misalnya pada pengguna terapi estrogen
replacement)
5. Pernah menderita penyakit payudara non-kanker.
6. Menarke (menstruasi pertama) sebelum usia 12 tahun, menopause setelah usia 55
tahun, kehamilan pertama setelah usia 30 tahun atau belum pernah hamil.
7. Pemakaian pil kb
8. Obesitas pasca menopause.
9. Pemakaian alkohol.
Pemakaian alkohol lebih dari 1-2 gelas/hari bisa meningkatkan risiko terjadinya
kanker payudara.
10. Bahan kimia.
Beberapa penelitian telah menyebutkan pemaparan bahan kimia yang menyerupai
estrogen (yang terdapat di dalam pestisida dan produk industri lainnya) mungkin
meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara.
11. DES (dietilstilbestrol).
Wanita yang mengkonsumsi DES untuk mencegah keguguran memiliki risiko
tinggi menderita kanker payudara.
12. Penyinaran
Radiasi ionisasi selama atau sesudah pubertas, tergantung dosis dan umur saat
terkena paparan radiasi
13. Perubahan sifat pertumbuhan sel payudara menjadi ganas
11 LAPORAN ANALISIS JURNAL | PSIK FK UNUD SEMESTER IV SGD 8
14. Tubuh gagal membangun sistem pertahanan tubuh
15. Faktor gizi yang buruk pada makanan yang dimakan
16. Payudara yang sering diremas / dipencet
17. Obesitas pada wanita setelah menopause: diet berpengaruh terhadap keganasan
sel kanker
18. Konsumsi lemak dan serat
Terdapat begitu banyak kemungkinan penyebab kanker payudara, dan mungkin
perkembangan sel kanker tersebut dipicu oleh kombinasi beberapa faktor di atas.
2.4 Gejala dan Tanda
Gejala awal berupa sebuah benjolan yang biasanya dirasakan berbeda dari
jaringan payudara di sekitarnya, tidak menimbulkan nyeri dan biasanya memiliki
pinggiran yang tidak teratur.
Pada stadium awal, jika didorong oleh jari tangan, benjolan bisa digerakkan
dengan mudah di bawah kulit. Pada stadium lanjut, benjolan biasanya melekat pada
dinding dada atau kulit di sekitarnya. Pada kanker stadium lanjut, bisa terbentuk
benjolan yang membengkak atau borok di kulit payudara. Kadang kulit diatas
benjolan mengkerut dan tampak seperti kulit jeruk.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan adalah benjolan atau massa di ketiak,
perubahan ukuran atau bentuk payudara, keluar cairan yang abnormal dari puting
susu (biasanya berdarah atau berwarna kuning sampai hijau, mungkin juga bernanah),
perubahan pada warna atau tekstur kulit pada payudara, puting susu maupun areola
(daerah berwana coklat tua di sekeliling puting susu), payudara tampak kemerahan,
kulit di sekitar puting susu bersisik, puting susu tertarik ke dalam atau terasa gatal,
nyeri payudara atau pembengkakan salah satu payudara. Pada stadium lanjut bisa
timbul nyeri tulang, penurunan berat badan, pembengkakan lengan atau ulserasi kulit.
2.5 Pencegahan
Banyak faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan. Beberapa ahli diet dan ahli
kanker percaya bahwa perubahan diet dan gaya hidup secara umum bisa mengurangi
angka kejadian kanker. Diusahakan untuk melakukan diagnosis dini karena kanker
12 LAPORAN ANALISIS JURNAL | PSIK FK UNUD SEMESTER IV SGD 8
payudara lebih mudah diobati dan bisa disembuhan jika masih pada stadium dini.
Sadari (Periksa Payudara Sendiri), pemeriksan payudara secara klinis dan
mammografi sebagai prosedur penyaringan merupakan 3 alat untuk mendeteksi
kanker secara dini.
2.6 Penatalaksanaan
Biasanya pengobatan dimulai setelah dilakukan penilaian secara menyeluruh
terhadap kondisi penderita, yaitu sekitar 1 minggu atau lebih setelah biopsi.
Pengobatannya terdiri dari pembedahan, terapi penyinaran, kemoterapi dan obat
penghambat hormon.
o Pembedahan meliputi :
Lumpectomy
Merupakan pengangkatan benjolan atau tumor. Biasanya
pengangkatan ini disertai sedikit (sangat minimal) jaringan yang sehat.
Dengan cara ini, diharapkan jaringan yang tersisa dan masih sehat akan
dapat membentuk kembali payudara secara alami.
Mastectomy Radikal
Pengangkatan payudara sebagian atau seluruhnya termasuk otot
dada di bawah payudara untuk mencegah penyebaran kanker yang lebih
luas.
o Terapi penyinaran
Pengobatan ini biasanya diberikan bersamaan dengan lumpectomy
atau masectomy, fungsi terapi ini adalah untuk menghancurkan sel-sel
kanker agar tidak merembet ke bagian tubuh yang lainnya. Digunakan
untuk membunuh sel-sel kanker di tempat pengangkatan tumor dan daerah
sekitarnya, termasuk kelenjar getah bening.
o Kemoterapi
Merupakan kombinasi obat-obatan untuk membunuh sel-sel yang
berkembangbiak dengan cepat atau menekan perkembangbiakannya.
Terapi ini bisa diberikan lewat mulut atau berupa suntikan pada pembuluh
13 LAPORAN ANALISIS JURNAL | PSIK FK UNUD SEMESTER IV SGD 8
darah. Pengobatan ini harus diberikan secara berulang-ulang dengan siklus
yang berlangsung antara 3 sampai 6 bulan.
o Terapi hormon
Metode pemberian hormon yang berfungsi sebagai penghambat
laju perkembangan sel kanker dan obat-obat penghambat hormon (obat
yang mempengaruhi kerja hormon yang menyokong pertumbuhan sel
kanker) digunakan untuk menekan pertumbuhan sel kanker di seluruh
tubuh.
14 LAPORAN ANALISIS JURNAL | PSIK FK UNUD SEMESTER IV SGD 8
BAB III
PEMBAHASAN
A. RINGKASAN JURNAL
1. Tujuan Penelitian
Tujuan umum :
Untuk mengetahui gambaran tentang kejadian kanker payudara di Perjan RS Dr.
Cipto Mangunkusumo.
Tujuan Khusus :
Untuk mengetahui risiko penggunaan pil kontrasepsi kombinasi terhadap kejadian
kanker payudara di Perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo
2. Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan metode survai yang bersifat observasional
berdimensi retrospektif dengan desain kasus-kontrol secara hospital based dengan
pemilihan kelompok kontrol tanpa melakukan pencocokan (unmatching). Kelompok
kasus adalah kelompok pasien wanita pasangan usia subur (15-49 tahun) yang
menderita kanker payudara stadium I sampai dengan IV yang berada di poli bedah
tumor Perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo periode September sampai dengan
Desember 2004. Sedangkan Kelompok kontrol adalah kelompok wanita pasangan
usia subur (15-49 tahun) bukan penderita kanker payudara yang berada di poli Obgyn
Perjan RS. Dr. Cipto Mangunkusumo periode September sampai dengan Desember
2004. Data dikumpulkan melalui angket terhadap kelompok kasus dan kontrol di
Perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo periode bulan September-Desember 2004.
15 LAPORAN ANALISIS JURNAL | PSIK FK UNUD SEMESTER IV SGD 8
Untuk melihat besar risiko penggunaan pil kontrasepsi kombinasi dengan risiko
terjadinya kanker payudara digunakan perhitungan Odds Ratio kemudian dilakukan
uji Cochran’s & Mantel-Haenszel Statistics.
3. Hasil Penelitian
3.1 Karakteristik Responden
Data diambil dari hasil pengisian angket yang diberikan kepada 57pasien
wanita pasangan usia subur yang menderita kanker payudara stadium I sampai
dengan IV yang berada di poli bedah tumor sebagai kelompok kasus dan 57 orang
wanita pasangan usia subur bukan penderita kanker payudara yang berada di poli
Obgyn Perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo periode bulan September sampai
dengan Desember 2004.
3.1.1 Jenis Kelamin
Seluruh responden kelompok kasus maupun control berjenis kelamin
wanita sebanyak 57 orang untuk kelompok kasus dan 57 orang untuk kelompok
kontrol.
3.1.2 Usia
Kelompok kasus
Usia responden kelompok kasus berkisar 28 tahun sampai dengan 49
tahun. Berdasarkan distribusi usia kelompok kasus yaitu kelompok 25-29
tahun sebanyak 3 orang (5,17%), kelompok 30-34 tahun sebanyak 7 orang
(12,07%), kelompok 35-39 tahun sebanyak 8 orang (13,80%), kelompok 40-
44 tahun sebanyak 29 orang (46,55%), kelompok 45-49 tahun sebanyakn 10
orang (22,41%).
Kelompok kontrol
Usia responden kelompok kontrol berkisar 25 tahun sampai dengan 49
tahun. Berdasarkan distribusi usia kelompok control yaitu kelompok 25-29
tahun sebanyak 5 orang (8,77%), kelompok 30-34 tahun sebanyak 12 orang
(19,30%), kelompok 35- 39 tahun sebanyak 16 orang (24,56%), kelompok 40-
16 LAPORAN ANALISIS JURNAL | PSIK FK UNUD SEMESTER IV SGD 8
44 tahun sebanyak 14 orang (24,56%), kelompok 45-49 tahun sebanyak 13
orang (22,81%).
3.2. Faktor-faktor risiko kanker payudara
2.1. Riwayat keluarga terhadap kanker payudara
Kelompok kasus
Responden kelompok kasus yang memiliki riwayat keluarga
menderita kanker payudara sebanyak 9 orang (15,79%), riwayat keluarga
tidak menderita kanker payudara sebanyak 43 orang (75,44%) dan responden
yang menyatakan lupa ataupun tidak tahu sebanyak 5 orang (8,77%).
Kelompok kontrol
Responden kelompok control yang memiliki riwayat keluarga
menderita kanker payudara sebanyak 1 orang (1,75%) dan riwayat keluarga
tidak menderita kanker payudara sebanyak 56 orang (98,25%).
2.2. Usia Menarche
Kelompok kasus
Responden kelompok kasus yang memiliki usia menarche diatas 12
tahun sebanyak 47 orang (82,46%) dan usia menarche dibawah 12 tahun
sebanyak 5 orang (8,77%). Sedangkan responden yang menyatakan lupa
sebanyak 5 orang (8,77%).
Kelompok kontrol
Responden kelompok control yang memiliki usia menarche diatas 12
tahun sebanyak 47 orang (82,46%) dan usia menarche dibawah 12 tahun
sebanyak 8 orang (14,03%). Sedangkan responden yang menyatakan lupa
sebanyak 2 orang (3,51%)
2.3. Melahirkan anak pertama
Kelompok kasus
17 LAPORAN ANALISIS JURNAL | PSIK FK UNUD SEMESTER IV SGD 8
Responden kelompok kasus yang melahirkan anak pertama pada usia
30 tahun keatas sebanyak 2 orang (3,50%) dan usia dibawah 30 tahun
sebanyak 47orang (82,46%). Responden yang tidak/belum melahirkan anak
(nullipara) sebanyak 4 orang (7,02%), sedangkan responden yang
menyatakan lupa sebanyak 4 orang (7,02%).
Kelompok kontrol
Responden kelompok control yang melahirkan anak pertama pada
usia 30 tahun keatas sebanyak 6 orang (10,52%) dan usia dibawah 30 tahun
sebanyak 46 orang (80,70%). Responden yang tidak/belum melahirkan anak
(nullipara) sebanyak 5 orang (8,78%).
2.4. Pernah mengikuti program KB
Kelompok kasus
Responden kelompok kasusn yang pernah mengikuti program KB
sebanyak 40 orang (70,18%) dan yang tidak pernah mengikuti program KB
sebanyak 17 orang (29,82%).
Kelompok kontrol
Responden kelompok control yang pernah mengikuti program KB
sebanyak 43 orang (75,44%) dan yang tidak pernah mengikuti program KB
sebanyak 14 orang (24,56%).
2.5. Menggunakan pil kontrasepsi kombinasi
Kelompok kasus
Responden kelompok kasus yang pernah menggunakan pil
kontrasepsi kombinasi sebanyak 24 orang (42,11%) dan yang tidak pernah
menggunakan pil kontrasepsi kombinasi sebanyak 33 orang (57,89%).
Kelompok kontrol
Responden kelompok control yang pernah menggunakan pil
kontrasepsi kombinasi sebanyak 16 orang (28,07%) dan yang tidak pernah
menggunakan pil kontrasepsi kombinasi sebanyak 41 orang (71,93%).
2.6. Usia pertama kali menggunakan pil kontrasepsi kombinasi
Kelompok kasus
18 LAPORAN ANALISIS JURNAL | PSIK FK UNUD SEMESTER IV SGD 8
Usia responden pertama kali menggunakan pil kontrasepsi dengan
kelompok usia 15-19 tahun sebanyak 2 orang (8,33%), usia 20-24 tahun
sebanyak 9 orang (37,5%), usia 25-29 tahun sebanyak 6 orang (25%), usia
30-34 tahun sebanyak 2 orang (8,33%) dan usia 35-39 tahun sebanyak 1
orang (4,17%). Sedangkan responden yang menyatakan lupa sebanyak 4
orang (16,67%).
Kelompok kontrol
Usia responden pertama kali menggunakan pil kontrasepsidengan
kelompok usia 15-19 tahun sebanyak 2 orang (12,5%), usia 20-24 tahun
sebanyak 7 orang (43,75%), usia 25-29 tahun sebanyak 6 orang (37,5%), usia
30-34 tahun dan usia 35-39 tahun tidak ada. Sedangkan responden yang
menyatakan lupa sebanyak1 orang (6,25%).
2.7. Lama penggunaan pil kontrasepsi kombinasi
Kelompok kasus
Lama penggunaan pil kontrasepsi kombinasi responden dengan
kelompok lama penggunaan kurang dari 2 tahun sebanyak 5 orang (20,83%),
2 tahun sampai 4 tahun sebanyak 5 orang (20,83%), 5 tahun sampai 9 tahun
sebanyak 8 orang (33,33%), 10 tahun sampai 14 tahun sebanyak 4 orang
(16,67%), 15 tahun sampai 19 tahun sebanyak 1 orang (4,17%) dan 20 tahun
keatas tidak ada. Sedangkan responden yang menyatakan lupa sebanyak 1
orang (4,17%) .
Kelompok kontrol
Lama penggunaan pil kontrasepsi kombinasi responden dengan
kelompok lama penggunaan kurang dari 2 tahun sebanyak 2 orang (12,5%), 2
sampai 4 tahun sebanyak 7 orang (43,75%), 5 sampai 9 tahun sebanyak 6
orang (37,5%), 10 sampai 14 tahun dan 15 sampai 19 tahun tidak ada. Untuk
penggunaan 20 tahun keatas sebanyak 1 orang (6,25%).
19 LAPORAN ANALISIS JURNAL | PSIK FK UNUD SEMESTER IV SGD 8
RISIKO PENGGUNAAN PIL KONTRASEPSI KOMBINASI TERHADAP
KEJADIAN KANKER PAYUDARA
Sebagian kelompok kasus menggunakan pil kontrasepsi kombinasi dan sebagian
lagi tidak menggunakan, demikian pula dengan kelompok kontrol. Perbedaan
pengalaman penggunaan pil kontrasepsi kombinasi pada kedua kelompok tersebut
dibandingkan untuk mengetahui tingkat risiko penggunaan pil kontrasepsi kombinasi
terhadap risiko kanker payudara. Untuk mengetahui risiko penggunaan pil kontrasepsi
kombinasi terhadap risiko kanker payudara digunakan penentuan nilai odds ratio.
Berdasarkan perhitungan Odds Ratio (OR) ternyata pengguna pil kontrasepsi
kombinasi memiliki risiko 1,864 kali lebih tinggi untuk terkena kanker payudara
dibandingkan dengan bukan pengguna pil kontrasepsi kombinasi. Pengujian homogenitas
nilai odds ratio melalui uji Cochran’s diperoleh nilai p = 0,116 untuk 2-sided (two tail)
dan uji Mantel-Haenszel diperoleh nilai p = 0,171 untuk 2-sided (two tail). Untuk
mengetahui signifikansi risiko penggunaan pil kontrasepsi kombinasi terhadap kejadian
kanker payudara dengan besar risiko 1,864 dilakukan uji Cochran’s & Mantel-Haenszel
Statistics dengan menggunakan program SPSS 10.0, diperoleh nilai signifikansi sebesar
0,118 untuk 2- sided (two tail).
4. Kesimpulan
1. Kejadian kanker payudara terbesardi Perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo terdapat
pada wanita kelompok usia 40-44 tahun.
2. Proporsi yang pernah mengikuti program KB lebih tinggi dibandingkan yang tidak
pernah mengikuti program KB baik pada kelompok kasus maupun pada kelompok
kontrol.
3. Proporsi yang pernah menggunakan pil kontrasepsi kombinasi lebih rendah
dibandingkan yang tidak pernah menggunakan pil kontrasepsi kombinasi baik pada
kelompok kasus maupun pada kelompok kontrol.
20 LAPORAN ANALISIS JURNAL | PSIK FK UNUD SEMESTER IV SGD 8
4. Kelompok usia terbanyak dalam menggunakan pil kontrasepsi kombinasi pertama
kali pada kelompok kasus maupun kontrol yaitu pada kelompok usia 20-24 tahun.
5. Pada kelompok kasus, lama penggunaan pil kontrasepsi kombinasi yang terbesar
yaitu pada kelompok 5-9 tahun. Sedangkan pada kelompok kontrol yang terbesar
yaitu pada kelompok 2-4 tahun.
6. Pengguna pil kontrasepsi kombinasi memiliki risiko 1,864 kali lebih tinggi untuk
terkena kanker payudara dibandingkan dengan bukan pengguna pil kontrasepsi
kombinasi. Namun demikian risiko tersebut tidak signifikan sebagai faktor risiko
utama terjadinya kanker payudara. Pil kontrasepsi kombinasi hanya sebagai peningkat
risiko yang ringan terhadap kejadian kanker payudara di Perjan RS Dr. Cipto
Mangunkusumo.
B. ANALISIS JURNAL
Dari data pemeriksaan patologi di Indonesia menyatakan bahwa urutan lima besar
kanker adalah kanker leher rahim, kanker payudara, kelenjar getah bening, kulit dan
kanker nasofaring. Saat ini belum ditemukan data yang pasti yang menjadi faktor
penyebab utama penyakit kanker payudara. Namun sampai saat ini terjadinya kanker
payudara karena disebabkan oleh beberapa faktor yang salah satunya adalah hormone
estrogen. Pertumbuhan jaringan payudara bisa di sebabkan karena terpaparnya hormone
estrogen. Terjadinya pemaparan estrogen dapat disebabkan oleh penggunaan kontrasepsi
hormonal yang mengandung kombinasi hormon yaitu estrogen dan progesterone.
Di Indonesia penggunaan hormon sebagai alat kontrasepsi sudah populer dalam
masyarakat. Pemakai kontrasepsi hormonal terbanyak adalah jenis suntikan dan pil.
Penggunaan alat kontrasespsi seperti misalnya pil kontrasepsi cenderung dipilih oleh
masyarakat karena dinilai mudah dalam pemakaiannya, memiliki banyak keuntungan
lainnya serta praktis. Namun dewasa ini telah beredar isu di masayarakat bahwa pil
kontrasepsi dapat memicu kanker payudara. Hal ini sering digunjingkan oleh masyarakat
di samping itu banyak pihak yang setuju dengan permasalahan ini dan tidak sedikit juga
yang menyangkal bahwa penggunaan pil KB ini bukan memicu terjadinya kanker tetapi
21 LAPORAN ANALISIS JURNAL | PSIK FK UNUD SEMESTER IV SGD 8
lebih cenderung menurunkan resiko kanker. Sehingga permasalahan apakah pil KB ini
dapat memicu kanker atau tidak masih menimbulkan pro dan kontra di masyarakat.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan untuk melihat besar risiko penggunaan pil
kontrasepsi kombinasi dengan risiko terjadinya kanker payudara pada wanita di perjan
rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo pada tahun 2005 telah diperoleh hasil bahwa
penggunaan pil KB yang dikombinasikan ternyata dapat memicu terjadinya kanker
payudara. Dalam penelitian ini data diambil dari hasil pengisian angket yang diberikan
kepada 57 pasien wanita pasangan usia subur yang menderita kanker payudara stadium I
sampai dengan IV yang berada di poli bedah tumor sebagai kelompok kasus dan 57 orang
wanita pasangan usia subur bukan penderita kanker payudara yang berada di poli Obgyn
Perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo periode bulan September sampai dengan Desember
2004. Penelitian ini menggunakan perhitungan Odds Ratio kemudian dilakukan uji
Cochran’s & Mantel-Haenszel Statistics. Sebagian kelompok kasus menggunakan pil
kontrasepsi kombinasi dan sebagian lagi tidak menggunakan, demikian pula dengan
kelompok control.
Dari hasil penelitian ini juga dikatakan bahwa riwayat keluarga pengguna
terhadap kanker payudara, usia menarche, melahirkan anak pertama di atas usia 30 tahun
ditambah dengan penggunaan pil kontrasepsi kombinasi serta lamanya penggunaan pil
kontrasepsi kombinasi dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.
Meskipun hal ini bukan merupakan penyebab utama timbulnya kanker payudara,
namun penggunaan pil KB yang dikombinasikan ini ternyata memiliki risiko 1,864 kali
lebih tinggi untuk terkena kanker payudara dibandingkan dengan bukan pengguna pil
kontrasepsi kombinasi. Pil kontrasepsi kombinasi merupakan peningkat risiko terhadap
kejadian kanker payudara bukan sebagai penyebab utama timbulnya kanker payudara.
Seperti yang telah dijabarkan sebelumnya pil kontrasepsi ini mengandung
esterogen. Jika level estrogen sangat tinggi tentunya akan menyebabkan peningkatan
pembelahan sel payudara. Kondisi ini meningkatkan risiko kelainan sel yang dapat
berkembang menjadi sel kanker. Oleh sebab itu masyarakat seharunya berhati – hati
terhadap penggunaan alat kontrasepsi dalam hal ini alat kontrasepsi hormonal misalnya
pil KB. Sebelum memutuskan menggunakan alat kontrasepsi, masyarakat dianjurkan
22 LAPORAN ANALISIS JURNAL | PSIK FK UNUD SEMESTER IV SGD 8
untuk berkonsultasi kepada tenaga medis seperti dokter, perawat atau bidan untuk
konsultasi mengenai penggunaan alat kontrasepsi yang aman. Sehingga resiko
peningkatan jumlah penderita kanker di Indonesia dapat diminimalisir.
C. IMPLIKASI KEPERAWATAN
Hasil penelitian dalam jurnal ini dapat membantu perawat dalam memberikan informasi
kepada kepada masyarakat tentang penggunaan pil KB kombinasi sehingga dapat
mencegah resiko terjadinya kanker payudara. Karena seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya pengguna pil kontrasepsi kombinasi memiliki risiko 1,864 kali lebih tinggi
untuk terkena kanker payudara dibandingkan dengan bukan pengguna pil kontrasepsi
kombinasi. Namun demikian risiko tersebut tidak signifikan sebagai faktor risiko utama
terjadinya kanker payudara. Pil kontrasepsi kombinasi hanya sebagai peningkat risiko
yang ringan terhadap kejadian kanker payudara. Akan tetapi hal ini merupakan tugas
perawat sebagai salah satu upaya untuk mencegah terjadinya peningkatan jumlah
penderita kanker payudara di Indonesia. Adapun peranan perawat dalam kasus ini, yaitu :
1. Pemberi perawatan ( care giver)
Pada peran ini perawat diharapkan mampu untuk :
Memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat sesuai diagnosis masalah yang terjadi, mulai dari masalah yang
bersifat sederhana, samapi masalah yang kompleks.
Memerhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan klien. Perawat harus
memperhatikan klien berdasarkan kebutuhan signifikannya.
Menggunakan proses keperawatan dalam mengidentifikasi diagnosis
keperawatan, mulai dari masalah fisik hingga psikologis
Dalam kasus ini didapatkan fungsi perawat sebagai pemberi perawatan adalah
memberi perawatan serta pelayanan kepada masyarakat khususnya masyarakat yang
menggunakan pil KB kombinasi untuk mencegah peningkatan jumlah penderita
kanker payudara meskipun penggunaan pil KB kombinasi bukan merupakan
penyebab yang signifikan dalam peningkatan jumlah penderita kanker payudara
23 LAPORAN ANALISIS JURNAL | PSIK FK UNUD SEMESTER IV SGD 8
dengan cara memperhatikan kebutuhan apa saja yang harus dipenuhi bagi pasien serta
pola – pola hidup sehat yang harus diterapkan dalam kehidupan oleh masyarakat.
Sehingga dengan pola hidup yang sehat dapat membantu meminimalisir tejadinya
resiko kanker payudara.
2. Advokat
Peran ini dilakukan perawat untuk membantu masyarakat dalam
mengiterpretasikan informasi dari pemberi pelayanan atau pelayanan kesehatan
mengenai informasi yang diberikan terkait dengan penggunaan alat kontrasepsiyang baik
dan aman bagi masyarakat dan membantu masyarakat dalam pengambilan keputusan.
Selain itu perawat juga dapat membantu masyarakat dalam mempertahankan dan
melindungi hak klien mengenai pemberian informasi tentang penyakitnya, hak privasi,
hak untuk menentukan keputusan sendiri, hak untuk menerima ganti rugi akibat
kelalaian tindakan yang dilakukan. Di samping itu perawat juga dapat membantu klien
atau masyarakat dalam pengambilan keputusan untuk memilih alat kontrasepsi yang
cocok agar terhindar dari resiko kanker.
3. Edukator
Peran perawat sebagai edukator yaitu sebagai pendidik dalam meningkatkan
pengetahuan masyarakat. Maka perawat sebagai edukator harus mampu dalam
memberikan promosi kesehatan seperti penyuluhan atau memberikan informasi kepada
masyarakat mengenai alat kontrasepsi dalam hal ini tentang pengertian pil KB, jenis –
jenis pil KB, kegunaan pil KB, efek samping dari penggunaannya itu sendiri. Agar
masyarakat khususnya ibu – ibu dapat mengerti dampak dari penggunaan pil KB itu
sendiri dan dapat mendapatkan solusi atau alternative lain dalam mengggunakan
kontrasepsi.
4. Koordinator
Peran perawat sebagai koordinator adalah mengkoordinir rekan-rekan sejawat
untuk mempromosikan serta mengenalkan alat kontrasepsi yang baik dan aman dalam
24 LAPORAN ANALISIS JURNAL | PSIK FK UNUD SEMESTER IV SGD 8
penggunaannya di masyarakat terutama kepada para ibu yang mengonsumsi pil KB
kombinasi sebagai alat kontrasepsi.
5. Kolaborator
Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara bekerjasama
dengan tim kesehatan yang lain baik perawat dengan dokter, perawat dengan ahli gizi,
perawat dengan ahli radiologi, dan lain lain dalam kaitannya membantu memberikan
penanganan kepada masyarakat baik untuk mencegah ataupun mempercepat proses
penyembuhan klien yang telah mengalami kanker payudara, misalnya dalam hal
pemberian nutrisi yang tepat serta pemeriksaan rutin.
Di samping itu peran perawat sebagai kolaborator salah satunya adalah
berkolaborasi dengan bidan ataupun dokter untuk menyarankan kepada pasien agar
memilih alat kontrasepsi yang baik supaya terhindar dari penyakit – penyakit lainnya
bukan hanya penyakit kanker saja.
6. Konsultan
Peran perawat sebagai konsultan adalah perawat mampu menjadi media
konsultasi para wanita yang ingin memakai alat kontrasepsi. Perawat hendaknya juga
menjelaskan macam alat kontrasepsi serta efek samping yang ditimbulkannya sehingga
tidak merugikan masyarakat.
7. Pembawa perubahan
Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang berinisiatif untuk
mengubah atau yang membantu orang lain membuat perubahan pada dirinya atau sistem.
Pembawa perubahan dapat dideskripsikan sebagai seseorang yang mengindentifikasikan
masalah, mengkaji motifasi dan kemampuan klien untuk berubah , menuju alternative,
menggali kemungkinan hasil dari alternative, mengkaji sumber daya, menunjukan peran
pembantu, membina dan mempertahankan hubungan membantu, membantu dari fase
proses perubahan, serta membimbing klien melalui fase-fase ini. Peningkatan dan
perubahan adalah komponen inti dari keperawatan dengan melaksanakan dan menjaga
25 LAPORAN ANALISIS JURNAL | PSIK FK UNUD SEMESTER IV SGD 8
perubahan seperti pengetahuan, keterampilan, perasaan dan perilaku yang dapat
meningkatkan kesehatan klien tersebut. Peranan perawat dalam hal ini dapat berupa
pemberi masukan atau memberikan pilihan lain dalam pemilihan alat kontrasepsi yang
baik dan aman, yang tidak menimbulkan resiko terkena kanker payudara. Alternatif lain
alat kontrasepsi yang aman misalnya penggunaan KB implant, Kondom, KB diafragma
dan lain - lain.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Pengguna pil kontrasepsi kombinasi memiliki risiko 1,864 kali lebih tinggi untuk terkena
kanker payudara dibandingkan dengan bukan pengguna pil kontrasepsi kombinasi.
Namun demikian risiko tersebut tidak signifikan sebagai faktor risiko utama terjadinya
kanker payudara. Pil kontrasepsi kombinasi hanya sebagai peningkat risiko yang ringan
terhadap kejadian kanker payudara.
2. Penggunaan hormon sebagai alat kontrasepsi sudah populer dalam masyarakat. Pemakai
kontrasepsi hormonal terbanyak adalah jenis suntikan dan pil. Terdapat perbedaan antara
hasil penelitian dengan literature yang menyatakan bahwa penyebab terjadinya kanker
payudara tidak ada yang spesifik dapat disebabkan karena adanya factor genetic,
hormonal, dan kemungkinan kejadian lingkungan dapat menunjang terjadinya kanker
payudara.
26 LAPORAN ANALISIS JURNAL | PSIK FK UNUD SEMESTER IV SGD 8
3. Faktor -faktor risiko kanker payudara antara lain: riwayat keluarga terhadap kanker
payudara, usia menarche, melahirkan anak pertama, penggunaan pil kontrasepsi
kombinasi, usia pertama kali menggunakan pil kontrasepsi kombinasi, lama penggunaaan
pil kontrasepsi kombinasi, usia pertama kali menggunakan pil kontrasepsi dan lama
penggunaannya.
4. Perawat sangat memegang peranan penting dalam upaya penanggulangan penggunaan pil
KB dalam mencegah terjadinya kanker payudara yaitu sebagai Pemberi perawatan ( care
giver), advokat, educator, koordinator, kolaborator, konsultan, dan pembawa perubahan.
B. SARAN
Adapun saran yang dapat kami rekomendasikan adalah :
1. Agar tenaga medis dapat menjelaskan kepada masyarakat mengenai pentingnya
pemilihan KB yang baik.
2. Tenaga medis dapat memberikan pengetahuan tentang risiko penggunaan pil kontrasepsi
kombinasi terhadap risiko terhadap kanker payudara.
3. Agar perawat dapat membantu klien atau masyarakat dalam pengambilan keputusan
untuk memilih alat kontrasepsi yang cocok agar dapat terhindar dari resiko kanker.
4. Perawat dan tenaga medis yang lain dapat mempromosikan dan mengenalkan kepada
masyarakat umum terutama untuk para ibu-ibu mengenai pemilihan alat kontrasepsi yang
baik untuk digunakan.
5. Pemerintah diharapkan juga untuk ikut berpartisipasi dalam pencegahan kanker payudara
terutama pada ibu-ibu yang mengunakan pil KB kombinasi, misalnya ikut mendukung
sosialisasi penggunaan alat kontrasepsi yang baik dan aman sehingga dapat mencegah
resiko kanker payudara. Sehingga diharapkan dapat menurunkan jumlah penderita kanker
payudara di Indonesia dan meningkatkan taraf kesehatan masyarakat.
27 LAPORAN ANALISIS JURNAL | PSIK FK UNUD SEMESTER IV SGD 8
DAFTAR PUSTAKA
Harianto, dkk. 2005. Risiko Penggunaan Pil Kontrasepsi Kombinasi Terhadap Kejadian Kanker
Payudara pada Reseptor KB di Perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21342/5/Chapter%20I.pdf (diakses : 9 Mei
2011)
Mubarak, Wahit Iqbal. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas : Pengantar dan Teori buku
1.Jakarta: Salemba Medika
Bunner & Sudarth.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta: Buku Kedokteran
EGC
28 LAPORAN ANALISIS JURNAL | PSIK FK UNUD SEMESTER IV SGD 8
Piogama. 2007. Kenali Pil KB Anda. http://piogama.ugm.ac.id/index.php/2009/02/kenali-pil-kb-
anda/ (diakses : 10 Mei 2011)
Anonym. 2007. Pil KB dan Cara Kerjanya. http://medicastore.com/oc/pilkbplus.htm (diakses :
10 Mei 2011)
Sukarto. 2011. Pil KB Keunggulannya dan Kelemahannya. http://id.shvoong.com/medicine-and-
health/epidemiology-public-health/2122532-pil-kb-keunggulannya-dan-kelemahannya/
#ixzz1LwtJ8TSF (diakses : 10 Mei 2011)
Iusa. 2010. Pil Kombinasi (Combination Oral Contraceptive Pill). http://www.lusa.web.id/pil-
kombinasi-combination-oral-contraceptive-pill/ (diakses : 10 Mei 2011)
Anonym. 2007. Pil. http://www.bkkbn-jatim.go.id/bkkbn-jatim/html/pil.htm (diakses : 10 Mei
2011)
29 LAPORAN ANALISIS JURNAL | PSIK FK UNUD SEMESTER IV SGD 8
top related