analisis apek terkait kasus wildan sang hacker situs kenegaraan presiden sby

Post on 23-Feb-2016

111 Views

Category:

Documents

3 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

Analisis Apek Terkait Kasus Wildan Sang Hacker Situs Kenegaraan Presiden SBY. Disusun oleh: Nama : Novia Amalia Sholeha NRP: 1412100059 Kelas : 10. Latar Belakang. Tujuan. Manfaat. Judul Artikel Terkait. Review Kasus (1). - PowerPoint PPT Presentation

TRANSCRIPT

Analisis Apek Terkait Kasus Wildan Sang Hacker Situs Kenegaraan Presiden SBY

Disusun oleh:Nama : Novia Amalia SholehaNRP : 1412100059Kelas : 10

Latar Belakang

Terjadi kasus peretasan situs pemerintahan (oleh Wildan)

Penggunaan teknologi informasi yang menyimpang

Teknologi informasi sebagai salah satu sarana

Metode kritik individu terhadap pemerintah

Permasalahan pada pemerintah

Mempelajari regulasi terkait kasus Wildan Mengetahui permasalahan secara regulasi dan etika dari kasus Wildan

Mengetahui dampak yang ditimbulkan dari kasus Wildan

Tujuan

User IT• Menekankan pentingnya regulasi dan

etika dalam menggunakan teknologi informasiPemerintah

• Mendorong pengetatan pengawasan dan penegakan terhadap regulasi penggunaan ITMasyarakat

• Sosialisasi hal regulasi dan etika IT

Manfaat

Judul Artikel Terkait

Identitas Pelaku: Wildan Yani Ashari. Usianya 20 tahun. Nama warga Dusun Krajan, Desa Balung Lor, Kecamatan Balung, Kabupaten Jember, Jawa Timur.

Wildan bukan pakar teknologi informatika. Dia lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Balung 2011 jurusan teknik bangunan

Situs kepresidenan RI www.presidensby.info dibajak pada 9 Januari 2013

Situs itu mengalami perubahan perwajahan atau deface, dengan gambar labu mirip pocong. Di sana tertulis jemberhacker.web.id, dan "Hacked by MJL 007. This is a PayBack From Jember Hacker Team".

Review Kasus (1)

Cara meretas situs SBY:1. menggunakan nickname MJL007 mulai mengutak-atik

laman www.jatirejanetwork.com dengan IP address 210.247.249.58

2. melakukan SQL Injection3. backdoor berupa tools (software) berbasiskan bahasa

pemrograman PHP yang bernama wso.php (web sell by orb) sehingga dapat melakukan comprimise (bypass)

4. Hasil Administrarif Domain seperti: Sahi7879.earth.orderbox-dns.com,Sahi7876.mars.orderbox-dns.com, Sahi7879.venus.orderbox-dns.com,dan Sahi7876.mercuri.orderbox-dns.com menjadi d1.jatirejanetwork.com dan id2.jatirejanetwork.com

5. pemilik user internet tidak dapat mengakses laman www.presidensby.info yang sebenarnya, akan tetapi yang terakses adalah tampilan file HTML Jember Hacker Team

Review Kasus (2)

Wildan mengaku hanya iseng semata dalam membajak situs presiden

Wildan dikenai sanksi penjara selama enam tahun karena melanggar Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi, dan UU No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

Kasus WiTdan ini membuat komunitas solidaritas hacker bertindak. Tak kurang dari tujuh sub-domain situs pemerintah beberapa sub-domain di situs KPPU, BPS, KBRI Tashkent, Kemenhuk dan HAM, Kemensos, dan Kemenparekraf, bahkan Indonesia.go.id telah diserang dan sebagian di-deface alias ganti tampilan berisi pesan peringatan.

Review Kasus (3)

Analisis Aspek Terkait

• Kekayaan intelektualitas (Pasal 25)• Perbuatan yang dilarang (Pasal 30

dan 31)UU ITE

• Tata cara yang salah• Ketidaknyamanan pemerintahEtika dan Privasi

• Kebiasaan sosial yang menyimpang• Pribadi WildanMoralitas

• Ekspresi berpendapat• Adanya masalah terhadap

pemerintah

Faktor Penyampaian

Pendapat

Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang disusun menjadi karya intelektual, situs internet, dan karya intelektual yang ada di dalamnya dilindungi sebagai Hak Kekayaan Intelektual berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

UU ITE Pasal 25

1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik milik Orang lain dengan cara apa pun.

2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apa pun dengan tujuan untuk memperoleh Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik.

3) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apa pun dengan melanggar, menerobos, melampaui, atau menjebol sistem pengamanan.

UU ITE Pasal 30

Pasal 461) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).

2) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp700.000.000,00 (tujuh ratus juta rupiah).

3) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan/atau denda paling banyak Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).

Ketentuan Pidana Pasal 30

1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan intersepsi atau penyadapan atas Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dalam suatu Komputer dan/atau Sistem Elektronik tertentu milik Orang lain.

2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan intersepsi atas transmisi Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang tidak bersifat publik dari, ke, dan di dalam suatu Komputer dan/atau Sistem Elektronik tertentu milik Orang lain, baik yang tidak menyebabkan perubahan apa pun maupun yang menyebabkan adanya perubahan, penghilangan, dan/atau penghentian Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang sedang ditransmisikan.

3) Kecuali intersepsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), intersepsi yang dilakukan dalam rangka penegakan hukum atas permintaan kepolisian, kejaksaan, dan/atau institusi penegak hukum lainnya yang ditetapkan berdasarkan undang-undang.

4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara intersepsi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

UU ITE Pasal 31

Pasal 481) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan/atau denda paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).

2) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 9 (sembilan) tahun dan/atau denda paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).

3) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Ketentuan Pidana Pasal 31

Setiap orang dilarang melakukan perbuatan tanpa hak, tidak sah, atau memanipulasi : a. akses ke jaringan telekomunikasi; dan atau b. akses ke jasa telekomunikasi; dan atau c. akses ke jaringan telekomunikasi khusus.

Pasal 22 UU No. 36

Pasal 50 Barang siapa yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan atau denda paling banyak Rp 600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).

Ketentuan Pidana

Tata Cara yang Salah dalam UU IT, disebutkan bahwa Informasi

ataupun dokumen yang disusun menjadi karya intelektual.

terkadang perilaku hacking bisa menjadi liar karena keingintahuan yang terus bertambah

atas hal di atas, akhirnya muncul kejahatan yang terus saja diterobos demi mengisi keingintahuan walaupun dengan cara yang salah

ketidaktahuan etika IT jelas menimbulkan masalah besar

Etika dan Privasi

Ketidaknyamanan Pemerintah UU IT telah mengatur tentang

perbuatan yang dilarang demi perlindungan atas karya intelektual dan perlindungan hak pribadi

Etika dan Privasi

Kebiasaan Sosial Lingkungan yang Menyimpang1. Kebanyakan hacking dilakukan bukan hanya oleh

penjahat profesional, namun bahkan anak-anak pun juga mampu

2. Tindakan ini dapat disebabkan pekerjaan iseng di siang bolong yang akhirnya tumbuh menjadi hobi

3. Hacking akan menjadi keterlaluan apabila menyentuh privasi dan urusan orang lain, apalagi kenegaraan

4. INTINYA, KEBIASAAN BURUK TANPA PENGAWASAN DAN KONTROL AKAN BERAKIBAT FATAL

Moralitas

Faktor Pribadi Wildan• secara psikologis dan fisis (menginjak remaja),

boleh jadi Wildan sudah dalam tahap kritis seperti masyarakat lain yang kecewa akan pemerintah

• namun, pengakuan dari Wildan adalah sebatas iseng

• INTINYA, TIDAK DAPAT DITARIK KESIMPULAN MUTLAK TERKAIT MOTIF HACKING OLEH WILDAN

Moralitas

Ekspresi Berpendapat • kebiasaan dalam lingkungan sekitar mempengaruhi bentuk

ekspresi berpendapat• terdapat berbagai macam fasilitas untuk sarana berpendapat• IT menyediakan banyak sarana berpendapat, seperti media

sosial, blog, dsb.• ahli IT dapat berbuat lebih jauh, seperti hacking yang

memerlukan keahlian khusus • INTINYA, SANGAT MUNGKIN TEKNOLOGI MENYEDIAKAN

FASILITAS YANG DAPAT DIGUNAKAN SECARA SALAH OLEH MANUSIA

Faktor Penyampaian Pendapat

Adanya Masalah terhadap Pemerintahan• seringkali keluhan/kritik rakyat terabaikan• kekesalan sangat berpotensi muncul karena

pemerintah acuh tak acuh• kejengkelan yang melebihi rasionalitas

menyebabkan tindakan yang salah• apa pun dilakukan agar pendapat/kritik didengar

dan ditindaklanjuti pemerintah• INTINYA, PEMERINTAH LEMAH DALAM MENDENGAR

Faktor Penyampaian Pendapat

Reduksi Kejahatan IT

Intelegensi

Sekuritas Jaringan

Yudikasi UU IT

Pendekatan & Diskusi

Masyarakat

Solusi

Berpendapat memanglah hak asasi manusia karena ide tak terbatas, namun penggunaannya harus bebas bertanggung jawab

Adanya UU ITE yang merupakan cyberlaw di Indonesia untuk memberikan aturan penggunaan transaksi elektronika dan informasi elektronik, memberikan perlindungan hukum hak cipta elektronik dan memberikan perlindungan dari berbagai macam cybercrime

Kesimpulan

Beberapa negara maju justru menjadikan penjahat intelektual (hacker, eavesdropper, cracker) sebagai aparat pemerintahan guna menambah SDM yang berkualitas tinggi.Banyak pula tuntutan agar tidak menyia-nyiakan SDM Indonesia yang berkualitas.Dimungkinan agar terdapat tindakan bijak mengenai sanksi dan pemberdayaannya. Serta perlu ada pendekatan persuasif agar peretas berbakat tak menyalahgunakan kemampuannya, apalagi untuk aktivitas yang melanggar hukum.

Saran

top related