analisis aktivitas operasi sektor agribisnis
Post on 10-Jul-2016
24 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
SEMINAR ANALISIS INFORMASI KEUANGAN
“ANALISIS AKTIVITAS OPERASI
PT SAMPOERNA AGRO Tbk, PT SINAR MAS AGRO RESOURCES AND
TECHNOLOGY Tbk, dan PT TUNAS BARU LAMPUNG Tbk
TAHUN 2011-2014”
OLEH
ANITA DIANA SARI
1310531001
DOSEN PEMBIMBING
DR. YURNIWATI,SE.,M.S.i.,Ak
JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS ANDALAS
2015
PT SAMPOERNA AGRO Tbk
PT Sampoerna Agro Tbk merupakan Perseroan yang bergerak pada sector agribisnis
yaitu bisnis perkebunan kelapa sawit. PT Sampoerna Agro mengembangkan bisnis
perkebunan kelapa sawit sejak penanaman perdananya pada tahun 1989 yang kemudian
berkembang menjadi agribisnis terdiversifikasi dan terpadu. PT Sampoerna Agro Tbk
(SGRO) dan entitas anak adalah perusahaan perkebunan yang memiliki visi untuk menjadi
perusahaan perkebunan yang terdiversifikasi dan terintegrasi dalam jangka panjang. Bersama
31 entitas anaknya, Perseroan bergerak di bidang perkebunan, dan bisnis utamanya adalah
kelapa sawit. Jajaran produk Perseroan terdiri dari produk lini kelapa sawit (CPO dan PK),
lini produk inti sawit (Minyak Inti Sawit (PKO) dan Palm Kernel Expeller (PKE)), kecambah
sawit dan lini produk non-kelapa sawit (Sagu dan Karet). Di antara produk inti Perseroan,
minyak sawit dan inti sawit merupakan kontributor terbesar atau mencapai 95% dari total
pendapatan Perseroan.
Dahulu bernama PT Selapan Jaya, Sampoerna Agro didirikan pada 1993 untuk
mengelola kebun kelapa sawit di Sumatera Selatan. Perseroan kemudian tercatat sebagai
perusahaan terbuka di Bursa Efek Indonesia pada 2007. Saat ini area operasional Perseroan
berlokasi di Sumatera Selatan, Riau, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Hingga akhir
2014, usaha perkebunan kelapa sawit Sampoerna Agro telah berkembang lebih dari dua kali
lipat dengan total area perkebunan inti melebihi 75.000 hektar. Pada periode yang sama, luas
seluruh lahan Perseroan saat ini telah tumbuh lebih dari lima kali lipat menjadi sekitar
420.000 hektar. Oleh karena itu, untuk mengoptimalkan peluang pertumbuhan dan kesuksesan
Perseroan di masa depan, sekaligus mengurangi risiko ketergantungan pada satu jenis
komoditas pertanian, Perseroan telah mendiversifikasikan portofolio tanaman pada usaha
perkebunan sagu dan karet.
2014 2013 2012 2011PENJUALAN 3,242,381,541 2,560,705,943 2,986,236,974 3,142,378,850BEBAN POKOK PENJUALAN (2,373,804,791) (2,062,598,256) (2,193,271,486) (2,081,566,055)LABA BRUTO 868,576,750 498,107,687 792,965,488 1,060,812,795Beban penjualan dan pemasaran (91,842,089) (91,658,373) (104,587,218) (146,298,074)Beban umum dan administrasi (234,494,900) (205,702,282) (216,031,453) (199,512,972)Pendapatan lainnya 49,048,977 51,355,674 39,916,119 46,455,457Beban Lainnya (18,517,839) (15,818,567) (25,665,212) (12,705,276)LABA OPERASI 572,770,899 236,284,139 486,597,724 748,751,930Biaya keuangan (64,956,978) (64,507,168) (36,730,765) (26,073,858)Pendapatan keuangan 2,547,034 2,038,503 7,376,164 19,797,371LABA SEBELUM BEBAN PAJAK PENGHASILAN 510,360,955 173,815,474 457,243,123 742,475,443Beban pajak penghasilan (160,258,888) (53,434,994) (120,954,151) (192,952,836)LABA TAHUN BERJALAN 350,102,067 120,380,480 336,288,972 549,522,607Pendapatan komprehensif lain - - - - TOTAL LABA KOMPREHENSIF 350,102,067 120,380,480 336,288,972 549,522,607
LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF KONSOLIDASIANPT SAMPOERNA AGRO Tbk DAN ENTITAS ANAKNYA
ANALISIS AKTIVITAS OPERASI
PENGUKURAN LABA
Laba merupakan salah satu pengukuran aktivitas operasi. Laba akuntansi (yang
dilaporkan) diukur berdasarkan akuntansi akrual, serta dihitung dengan mengakui pendapatan
dan mengaitkan biaya dengan pendapatan yang diakui. Pada laporan laba rugi PT Sampoerna
Agro Tbk terdapat dua komponen utama laba akuntansi yaitu pendapatan dan beban. Dan
dalam penyusunan laporan keuangan ini Perseroan telah mematuhi ketentuan dan persyaratan
dalam standar Akuntansi.
Laba Operasi
Pendapatan
Pendapatan Perseroan berasal dari penjualan minyak sawit mentah dan inti sawit serta
kecambah, pendapatan lainnya atas penjualan bibit kelapa sawit, dan juga berasal dari
pendapatan keuangan terdiri pendapatan bunga atas penempatan rekening koran dan deposito.
Ketiga pendapatan tersebut merupakan pendapatan rutin yang diterima oleh Perseroan setiap
tahunnya.
Pada laporan laba rugi komprehensif
terlihat bahwa pendapatan yang berasal dari
penjualan mengalami penurunan selama 3
tahun berturut-turut yaitu turun dari tahun 2011
ke tahun 2012, semakin turun di 2013. Dan
akhirnya perusahaan dapat mingkatkan
penjualan pada tahun 2014. Penjualan produk utama Perseroan yaitu CPO (minyak sait
mentah) dan PK (inti sawit). Kedua produk tersebut merupakan penyumbang terbesar
terhadap penjualan Perseroan yakni 96%.
Penurunan penjualan di tahun 2012 yang hanya sebesar Rp2,986,236,974 atau turun
sebesar 5% dari tahun 2011 disebabkan penurunan rata-rata penjualan produk utama
Perseroan CPO dan PK. Selama periode 2012, pendapatan CPO turun dari Rp2,63 triliun
menjadi Rp Rp2,60 triliun, padahal volume produksi CPO tersebut mengalami peningkatan
2% dari produksi tahun 2011. Tetapi penurunan penjualan CPO ini disebabkan karena harga
jual rata-rata turun sebesar 5% dari Rp7.865/kg di tahun 2011 menjadi Rp7.433/kg di tahun
2012. Begitu juga dengan pendapatan dari produk PK juga turun sebesar 29% dari Rp375,69
milyar di 2011 menjadi Rp267,89 milyar di 2012 terutama disebabkan oleh penurunan harga
jual rata-rata sebesar 26% dari Rp4.735/kg di 2011 menjadi Rp3.480/kg di 2012, serta
penurunan PK ini juga disebabkan karena tingkat volume produk PK menurun 1% dari tahun
2011 yang hanya mampu memproduksi 86,36 ribu ton PK.
Dikarenakan penurunan pendapatan penjualan di tahun 2012, maka ditahun 2013
Perseroan terus melancarkan strategi pemasaran yang agresif. Namun demikian, sungguh di
sayangkan sekalipun mengupayakan pemasaran yang lebih agresif, penjualan kembali
menurun sebesar 14% yakni hanya sebesar Rp2.561 miliar di tahun 2013. Penurunan ini
terutama disebabkan oleh menurunnya volume penjualan sebesar 15% dan penurunan harga
jual rata-rata minyak sawit 3% yang mana harga jual rata-rata minyak sawit menurun dari
Rp7.433/kg pada 2012 menjadi Rp7.220/kg pada 2013. Sebaliknya, harga jual rata-rata PK
naik sebesar 2% dari Rp3.480/kg pada 2012 menjadi Rp3,563/kg pada 2013, namun hal ini
tidak dapat menghindari penurunan pendapatan di tahun 2013.
Selanjutnya pada tahun 2014, Perseroan mengalami peningkatan pendapatan penjualan
yang signifikan dari 3 tahun sebelumnya. Perseroan mencatat penjualan sebesar Rp3.242.382
juta atau meningkat 26,6% dibandingkan dengan tahun 2013 yang hanya sebesar Rp2.560.706
juta. Peningkatan ini disebabkan oleh harga penjualan rata-rata yang lebih tinggi sepanjang
tahun. Produksi CPO mencapai 321.416 ton pada 2014, lebih tinggi sebesar 19% dari 271.206
ton pada 2013. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh profil umur tanaman dan luas
area produksi (perkebunan) yang lebih besar dan juga peningkatan ini merupakan hasil dari
serangkaian langkah intensifikasi yang dilakukan pada beberapa tahun sebelumnya. Begitu
juga dengan produksi PK mencapai 77.432 ton pada 2014, meningkat sebesar 9% dari 70.848
ton pada 2013. Seperti halnya dengan CPO, peningkatan produksi PK disebabkan oleh profil
umur tanaman dan luas area produksi (perkebunan) yang lebih besar. Tingkat ekstraksi inti
sawit adalah sebesar 5,2% dibandingkan dengan 5,4% pada 2013. Penurunan ini terutama
disebabkan oleh meningkatnya produksi dari pohon kelapa sawit yang lebih muda, yang
memiliki ukuran benih yang lebih kecil, sehingga menyebabkan sedikitnya hasil ekstraksi
minyak inti. Namun dikarenakan produksi dan harga penjualan rata-rata CPO yang tinggi hal
inilah yang menyebabkan pendapatan penjualan meningkat di tahun 2014.
Beban
Komponen beban Perseroan yaitu berupa beban pokok penjualan dan pemasaran,
beban umum dan administrasi, beban lainnya seperti beban untuk pemberian sumbangan
kepada Yayasan Putera Sampoerna dan beban klaim mutu, serta beban keuangan yang terdiri
dari beban bunga dan provisi fasilitas pinjaman bank.
1. Beban pokok penjualan
Beban pokok penjualan merupakan
beban yang dikeluarkan untuk
menghasilkan produk Perseroan yang
diakui ketika produk telah dijual. Produk
kelapa sawit merupakan proporsi beban
terbesar sekitar 97% dari total beban
pokok penjualan.
Sangat disayangkan beban pokok
penjualan di tahun 2012 mengalami peningkatan 5% dari Rp Rp2.08 triliun menjadi
Rp2,18 triliun. Peningkatan beban pokok penjualan tahun 2012 disebabkan oleh kenaikan
beban pokok produksi antara lain; beban panen, beban tidak langsung, beban penyusutan
dan amortisasi. Pada tahun 2013, beban pokok penjualan turun 6% dari Rp2.193 miliar
pada tahun 2012 menjadi Rp2.063 miliar pada tahun 2013. Penurunan beban pokok
penjualan tahun 2013 terutama disebabkan oleh lebih rendahnya volume produksi CPO
dan PK selama tahun tersebut, yang mengakibatkan penurunan dalam hal beban pokok
yang terkait dengan produksi. Besarnya beban pokok penjualan Perseroan pada 2014
tercatat sebesar Rp2.373.805 juta, meningkat sebesar 15,1% dibandingkan 2013 sebesar
Rp2.062.598 juta. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh tingkat pembelian TBS oleh
pihak eksternal yang lebih tinggi.
2. Beban Penjualan dan Pemasaran
Biaya penjualan dan pemasaran sebagian besar terdiri dari beban pajak ekspor Perseroan
yang berkaitan dengan kegiatan penjualan ekspor Perseroan.
Beban penjualan dan pemasaran menurun 28% dikarenakan penurunan tarif pajak ekspor
sebagai dampak dari penurunan harga referensi CPO selama tahun 2012 dibandingkan
dengan tahun sebelumnya, serta adanya penurunan aktifitas ekspor Perseroan dibandingkan
tahun sebelumnya.Beban penjualan dan pemasaran menurun 12% dari Rp57 miliar pada
tahun 2012 menjadi Rp22 miliar pada tahun 2013 sebagai dampak dari penurunan beban
pajak ekspor, sekalipun terjadi kenaikan pada beban penjualan dan pemasaran lainnya dari
Rp48 miliar menjadi Rp70 miliar pada kurun waktu yang sama.Pada 2014, beban
penjualan dan pemasaran meningkat sebesar 0,2% dari Rp91.658 juta pada 2013 menjadi
Rp91.842 juta pada 2014 akibat biaya logistik yang lebih tinggi
3. Beban Umum dan Administrasi
Beban umum dan administrasi terdiri dari beban gaji & upah meningkat 8% pada
tahun 2012. Peningkatan ini sebagian besar disebabkan oleh kenaikan gaji, upah dan
kompensasi karyawan, sewa, asuransi, penelitian dan pengembangan.
Pada tahun 2012 Gaji, upah dan kompensasi karyawan meningkat 12% dari Rp130,64
miliar pada tahun 2011 menjadi Rp145,68 miliar pada tahun 2012. Peningkatan ini
disebabkan oleh penambahan pegawai permanen dari 7.077 karyawan pada tahun 2011
menjadi 9.026 karyawan pada tahun 2012. Proporsi beban ini adalah sebesar 67% dari total
beban umum dan administrasi pada tahun 2012. Beban umum dan administrasi turun
sebesar 5% dari Rp216 miliar pada tahun 2012 menjadi Rp206 miliar pada tahun 2013.
Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh turunnya gaji, upah dan kompensasi
karyawan sebesar 9% menjadi Rp133 miliar, jasa tenaga ahli sebesar 20% menjadi Rp13
miliar dan beban perjalanan dinas sebesar 14% menjadi Rp12 miliar pada tahun 2013.
Namun, pada tahun 2014 terjadi kenaikan beban umum dan administrasi sebesar 14% dari
tahun 2013.
Pada beban umum dan administrasi ini Perseroan memasukan beban sewa kedalam
beban operasi padahal pembayaran beban sewa tersebut mengandung unsur bunga
sehingga menyebabkan peningkatan beban dan berdampak pada rendahnya laba operasi
Perseroan. Pembayaran sewa yang diakui pada beban operasi ini dikarenakan sewa tidak
mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan
kepemilikan aset. Dengan demikian, pembayaran sewa diakui pada laba atau rugi
dengan dasar garis lurus selama sewa. Beban sewa perusahaan karena Perusahaan Sungai
Rangit dan National Sago Prima, entitas anak, masing-masing mengadakan perjanjian
sewa dengan PT Sampoerna Land dengan periode sewa dimulai pada tanggal 1April
2010 sampai 31Desember 2013 dan pada tahun 2013 di perpanjang sampai tahun 2017.
Laba Operasi
Laba operasi tahun 2012 adalah sebesar Rp486,60 miliar, atau menurun sebesar 35%
dibandingkan tahun 2011 yang disebabkan oleh penurunan penjualan dan peningkatan beban
pokok penjualan. laba operasi tahun 2013 adalah sebesar Rp236 miliar, atau menurun sebesar
51% dari Rp487 miliar pada tahun 2012. Penurunan ini disebabkan terutama oleh penurunan
penjualan pada tahun 2013. Pada 2014, Perseroan memiliki kinerja operasi yang baik karena
Perseroan dapat mencapai laba operasi sebesar Rp572.771 juta, meningkat sebesar 142,4%
dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu Rp236.284 juta. Peningkatan pada laba operasi
melebihi pertumbuhan pada pendapatan karena harga penjualan rata-rata yang lebih tinggi
atas produk-produk utama serta meningkatnya tingkat efisiensi operasi Perseroan.
PT SAMPOERNA AGRO TbkASET TAK BERWUJUD 2014 2013 2012 2011Perangkat lunak Harga perolehan 15,742,089 11,533,922 7,730,258 - Penambahan 1,876,559 4,208,167 3,803,664 7,730,258
17,618,648 15,742,089 11,533,922 7,730,258 Akumulasi amortisasi (12,792,507) (9,160,705) (5,159,623) (2,369,892) Nilai buku 4,826,141 6,581,384 6,374,299 5,360,366 Izin Usaha Pemanfaatan Hasil HutanKayu (IUPHHK) Harga perolehan 89,179,788 89,179,788 89,179,788 - Akumulasi amortisasi (2,300,757) (1,358,975) (417,193) - Nilai buku 86,879,031 87,820,813 88,762,595 -
Pendapatan Komprehensif
Pendapatan komprehensif Perseroan selama 4 tahun sama dengan laba tahun berjalan
pada tahun tersebut dikarenakan Perseroan tidak memiliki pendapatan komprehensif tahun
berjalan.
PENGAKUAN PENDAPATAN
PT Sampoerna Agro Tbk menerima uang muka penjualan yang diterima dari
pelanggan sehubungan dengan penjualan minyak kelapa sawit, inti sawit dan kecambah.
Saldo uang muka penjualan pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011 masing masing
sebesar Rp52.330.310 danRp80.206.777. Namun, uang muka ini belum bisa diakui oleh
perseroan sampai Perseroan mengirimkan produk ke pelanggan karena pendapatan dari
penjualan yang timbul dari pengiriman fisik produk-produk Perseroan baru diakui bila risiko
dan manfaat yang signifikan telan dipindahkan kepada pembeli.
BEBAN YANG DITANGGUHKAN
Beban yang ditangguhkan merupakan biaya yang telah terjadi dan ditangguhkan
karena diharapkan manfaatnya dapat dirasakan pada periode mendatang. Beban yang
ditangguhakan yang terdapat di Perseroan yaitu beban tangguhan terhadap aset tak berwujud.
1. Beban Perangkat Lunak
Perseroan telah memiliki aturan untuk biaya-biaya yang timbul sehubungan dengan
biaya perolehan sistem perangkat lunak yang mempunyai masa manfaat lebih dari
satu (1) tahun, ditangguhkan dan diamortisasi dengan metode garis lurus selama
masa manfaatnya, yaitu 4 tahun.
Terlihat pada tahun 2011 Perseroan memperoleh system perangkat lunak namun
Perseroan masih menangguhkan beban tersebut dengan mengkategorikannya ke akun
penambahan perangkat lunak pada saat perangkat lunak itu diperoleh. Kemudian setiap
tahunnya Perseroan membebankannya ke akumulasi amortisasi.
2. Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
Biaya dan iuran yang terjadi untuk memperoleh Izin Usaha Pemanfaatan Hasil
Hutan Kayu (IUPHHK), seperti iuran IUPHHK, ditangguhkan dan diamortisasi
selama sisa masa manfaat masing-masing IUPHHK tersebut dengan menggunakan
metode garis lurus selama jangka waktu IUPHHK.
Perseroan baru memiliki izin usaha pemanfatan hutan kayu pada tahun 2012 dengan
nilai perolehan Rp89,179,788,000 yang menjadi beban tangguhan Perseroan. Aset ini
kemudian setiap tahunnya di amortisasi yang diakui menjadi beban berdasarkan amortisasi
tersebut..
Kedua beban yang ditangguhkan diatas, Perseroan memasukannya ke dalam beban
penyusutan dan amortisasi yang diungkapkan dalam beban pokok penjualan. Perseroan
menyajikan akumulasi amortisasi perangkat lunak ke dalam beban penyusutan dan amortisasi
dalam beban pokok penjualan merupakan suatu hal yang tidak benar karena perangkat lunak
tidak secara langsung berhubungan dengan kegiatan operasinal Perseroan.
KOMPENSASI TAMBAHAN UNTUK KARYAWAN
PT Sampoerna Agro Tbk sampai tahun 2014 belum memiliki program kompensasi
tambahan untuk karyawan maupun manajemen baik itu Program ke Pemilikan Saham oleh
karyawan/manajemen (eSoP/mSoP).
BIAYA BUNGA
Perseroan mencatat biaya bunga dengan menggunakan metode suku bunga efektif
(“SBE”), yaitu suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi pembayaran atau
penerimaan kas di masa yang akan datang selama perkiraan umur.
Risiko tingkat suku bunga Perseroan terutama timbul dari pinjaman untuk tujuan modal
kerja dan investasi. Pinjaman pada berbagai tingkat suku bunga variabel menunjukkan
Perseroan kepada nilai wajar risiko tingkat suku bunga.
PAJAK PENGHASILAN
2014 2013 2012 2011Labasebelum beban pajak penghasilan menurut laporan laba rugi komprehensif 510,360,955 173,815,474 457,243,123 742,475,443 Beban pajak penghasilan dihitung berdasarkantarif pajak yang berlaku 127,708,773 43,972,944 114,310,781 185,618,861 Pengaruh pajak atas beda tetap: Pendapatan yangtelah dikenakan Pajak penghasilan yang bersifat final (572,188) (421,969) (1,493,859) (4,896,571) Beban yang tidak dapat dikurangkan 24,876,218 14,418,570 5,811,751 11,910,520 Beda tetap lain-lain (3,493,266) (1,740,824) (1,740,824) (1,740,824) Perubahan penyisihan penilaian 3,600,616 (4,541,630) 3,268,641 2,060,850
Beban pajak penyesuaian periode lalu 8,373,037 2,079,831 - - Penyesuaian atas pajaktangguhan tahun lalu (234,302) (331,928) 797,661 - Beban pajak penghasilan 160,258,888 53,434,994 120,954,151 192,952,836
Cadangan(Beban) untuk Pajak Penghasilan
2014 2013 2012 2011Aset(liabilitas) pajak tagguhan Rugi fiskal 91,442,897 64,268,123 31,047,549 9,600,015 Liabilitas imbalan kerja 23,440,457 15,879,231 12,382,549 7,523,962 bibitan 2,985,722 3,604,747 6,168,663 4,694,608 aset tetap 1,749,973 2,959,126 3,642,595 2,811,318 tanaman perkebunan (21,497,953) (11,515,456) (9,810,990) (5,961,354)Aset pajak tangguhan 98,121,096 75,195,771 43,430,366 18,668,549Aset(liabilitas) pajak tagguhan Rugi fiskal - 1,320,222 1,478,445 - Liabilitas imbalan kerja 6,961,926 6,727,812 4,289,933 2,924,806 aset tetap (5,675,552) (6,575,789) (6,870,661) (7,009,732) Tanaman perkebunan (9,912,825) (11,716,664) (11,252,437) (9,044,144) aset tak berwujud- IUPHHK (21,614,333) (21,848,635) (22,923,083) - liabilitas pajak tangguhan (30,240,784) (32,093,054) (35,277,803) (13,129,070)
ASET(LIABILITAS) PAJAK TANGGUHAN
Pada tahun 2012, PT Sampoerna Agro Tbk melaporkan beban pajak sebesar
Rp120,954,151. Dari jumlah tersebut Rp120,156,490 mencerminkan total pembayaran pajak
untuk tahun fiskal 2012. Sementara itu, kewajiban pajak tangguhan Perseroan pada tahun
2012 sebesar Rp35,277,803 terutama berasal dari aset tak berwujud, tanaman perkebunan dan
aset tetap. Dan aset pajak tangguhan sebesar Rp43,430,366 timbul akibat liabilitas imbalan
kerja, bibitan, aset tetap, dan rugi fiskal. Tetapi Perseroan tidak mengakui aset pajak
tangguhan atas saldo rugi fiskal sebesar Rp63.396.472 karena Perseroan memiliki
pertimbangan ketidakpastian rugi fiskal tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengurangi
laba fiskal pada masa yang akan datang.
Selanjutnya pada tahun 2013, PT Sampoerna Agro Tbk melaporkan beban pajak
sebesar Rp53,434,994. Dari jumlah tersebut Rp53,434,994 mencerminkan total pembayaran
pajak untuk tahun fiskal 2013. Sementara itu kewajiban pajak tangguhan Perseroan pada
tahun 2013 sebesar Rp 32,093,054 tidak jauh beda dengan kewajiban pajak tangguhan tahun
2012. Tetapi aset pajak tangguhan di tahun 2013 jauh lebih besar dari tahun 2012 yakni
sebesar Rp75,195,771 dan kebijakan manajemen perusahaan sama dengan tahun sebelumnya
bahwa perusahaan tidak mengakui aset pajak tangguhan atas saldo rugi fiskal sebesar
Rp45.020.164 dengan pertimbangan ketidakpastian rugi fiskal tersebut dapat dimanfaatkan
untuk mengurangi laba fiskal pada masa yang akan datang.
Dan ditahun 2014, Perseroan memiliki beban pajak yang sangat tinggi sebesar
Rp160,258,888 dibandingkan tahun 2013 yang hanya sebesar Rp53,434,994. Hal ini
disebabkan karena Perseroan memperoleh laba sebelum pajak yang sangat tinggi yakni
sebesar Rp510,360,955 sehingga menyebabkan beban pajak juga naik. Walaupun, beban
pajak Perseroan tinggi namun kewajiban pajak tangguhan Perseroan mengalami penurunan
dari tahun sebelumnya yang pada tahun 2014 hanya mencapai Rp30,240784 dan juga aset
pajak tangguhan Perseroan mengalai kenaikan yakni sebesar Rp98,121,096 yang disebabkan
liabilitas imbalan pajak yang tinggi yakni menjadi Rp23,440,457. Dan pada tahun 2014
manajemen berpendapat bahwa aset pajak tangguhan diperkirakan dapat dipulihkan pada
periode mendatang. Sehingga Perseroan tidak mengakui aset pajak tangguhan atas saldo
rugi fiskal sebesar Rp49.639.628 dengan pertimbangan ketidakpastian rugi fiskal tersebut
dapat dimanfaatkan untuk mengurangi laba fiskal pada masa yang akan datang.
LABA PER LEMBAR SAHAM
Perseroan telah menerapkan PSAK No 56 yang mengatur dampak dilutive pada opsi,
aran, dan ekuivalen. Laba tahun berjalan per saham dasar dihitung dengan membagi laba
tahun berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk dengan rata-rata
tertimbang jumlah saham yang beredar selama tahun yang bersangkutan. Rata-rata
tertimbang saham yang beredar pada tahun 2012 sebesar 1.890.000.000 saham (jumlah
penuh). Perseroan tidak mempunyai saham biasa yang bersifat dilutif pada tanggal 31
Desember2012.
= Rp177.84
Maka laba per lembar saham dasar =laba bersih -deviden saham preferen
rata-rata tertimbang saham biasa
=336,288,972,000 - 165,000,000
1,890,000,000
1,890,000,000350,102,067,000 - 28,350,000
Maka laba per lembar saham dasar =
= Rp185.22
120,380,480,000 - 85,050,0001,890,000,000
= Rp63.65
Maka laba per lembar saham dasar =
Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan tanggal 18 Juni 2012,
dividen kas yang dibagikan dari saldo laba per 31 Desember 2011 adalah Rp87,30 (jumlah
penuh) per saham sehingga total dividen kas adalah Rp165 juta, yang telah dibayar pada
tanggal 20 Juli 2012.
Pada tahun 2013, rata-rata tertimbang saham beredar sama dengan tahun sebelumnya.
Dividen tunai yang dibagikan dari saldo laba per 31 Desember 2012 adalah Rp45
(angka penuh) per saham sehingga total dividen tunai adalah Rp85.050.000, yang telah
dibayar pada tanggal 24 Juli 2013.
Di tahun 2014, dividen tunai dari saldo laba per 31 Desember 2013 yang
dibagikan adalah Rp15 (angka penuh) per saham sehingga total dividen tunai yang
dibagikan adalah Rp28.350.000, yang telah dibayar pada tanggal 24 Juli 2014.
Dari ketiga tahun tersebut terlihat bahwa bahwa laba per lembar saham paling tinggi terjadi di
tahun 2014 dikarenakan Perseroan mencapai laba yang tinggi di tahun tersebut dan perseroan
membagikan dividen dalam jumlah yang rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
PT SINAR MAS AGRO RESOURCES AND TECHNOLOGY Tbk
PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk didirikan tahun 1962 dan terdaftar
di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 1992, PT Sinar Mas Agro Resources and Technology
Tbk (“SMART” atau “Perseroan”) adalah salah satu perusahaan publik produk konsumen
berbasis kelapa sawit yang terintegrasi dan terkemuka di Indonesia, dengan nilai penjualan
bersih sebesar Rp 32,3 triliun dan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk
sebesar Rp 1,5 triliun pada tahun 2014. Aktivitas utama Perseroan dimulai dari penanaman
dan pemanenan pohon kelapa sawit, pengolahan tandan buah segar (“TBS”) menjadi
minyak sawit (“CPO”) dan inti sawit (“PK”), serta pemrosesan CPO menjadi produk industri
dan konsumen seperti minyak goreng, margarin dan shortening.
Perseroan menanam kebun kelapa sawit di Indonesia seluas sekitar 139.100 hektar,
termasuk plasma. 15 pabrik memproses TBS menjadi CPO dan PK, dengan total kapasitas
sebesar 4,1 juta ton per tahun. CPO diproses lebih lanjut menjadi produk bernilai tambah, baik
curah, industri maupun bermerek dengan kapasitas 2,6 juta ton per tahun. PK juga diproses
lebih lanjut di pabrik pengolahan inti sawit dengan kapasitas 480 ribu ton per tahun,
menghasilkan minyak inti sawit dan bungkil inti sawit yang memiliki nilai lebih tinggi.
SMART juga memasarkan dan mengekspor produk konsumen berbasis kelapa sawit. Selain
minyak curah dan minyak industri, produk turunan SMART juga dipasarkan dengan berbagai
merek, seperti Filma dan Kunci Mas.
PT SMART Tbk menunjukkan ketahanannya di tahun 2014 dengan pencapaian
kinerja yang lebih baik meskipun harga minyak sawit (“CPO”) mengalami tren
penurunan selama tahun berjalan. Selama tahun berjalan, laba sebelum bunga, pajak,
depresiasi dan amortisasi (“EBITDA”) SMART meningkat sebesar 18% menjadi Rp 2,82
triliun, dan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tumbuh 65% menjadi
Rp 1,47 triliun. Kinerja yang kuat ini didukung oleh harga jual rata-rata yang lebih tinggi
selama tahun berjalan, serta peningkatan kuantitas penjualan sejalan dengan penambahan
kapasitas bisnis hilir. Posisi keuangan perseroan tetap sehat, dengan jumlah aset yang
meningkat menjadi Rp 21,29 triliun.
2014 2013 2012 2011PENJUALAN BERSIH 32,340,665 23,935,214 27,526,306 31,676,219BEBAN POKOK PENJUALAN (27,648,684) (19,813,935) (21,001,275) (24,154,526)LABA KOTOR 4,691,981 4,121,279 6,525,031 7,521,693BEBAN USAHA Penjualan (1,463,641) (1,195,853) (2,462,115) (4,712,642)Umum dan Administrasi (1,097,010) (977,511) (801,261) (545,630)Jumlah Beban Usaha (2,560,651) (2,173,364) (3,263,376) (5,258,272)LABA USAHA 2,131,330 1,947,915 3,261,655 2,263,421PENGHASILAN(BEBAN) LAIN-LAINPendapatan Bungan 21,067 11,343 14,907 28,855Ekuitas pada laba (rugi) bersih entitas asosiasi-bersih
2,997 (1,527) (1,327) 1,099
Rugi selisih kurs-bersih (36,070) (483,568) (80,716) 37,849Beban bunga dan keuangan lainnya (311,773) (265,313) (267,569) (293,647)Lain-lain-bersih 154,525 (4,654) (44,116) 349,258Beban lain-lain-Bersih (169,254) (743,719) (378,821) 123,414LABA SEBELUM PAJAK 1,962,076 1,204,196 2,882,834 2,386,835BEBAN PAJAKKini (460,255) (287,673) (668,865) (564,549)Tangguhan (27,166) (23,751) (61,660) (36,549)Jumlah Beban Pajak (487,421) (311,424) (730,525) (601,098)LABA BERSIH TAHUN BERJALAN 1,474,655 892,772 2,152,309 1,785,737PENDAPATAN KOMPREHENSIF LAINSelisih kurs atas penjabaran laporan keuangan
1,057 100,207 26,396 4,998
JUMLAH LABA KOMPREHENSIF 1,475,712 992,979 2,178,705 1,790,735
PT SINAR MAS AGRO RESOURCES AND TECHNOLOGY Tbk DAN ENTITAS ANAKLaporan Laba Rugi Komprehensif Konsolidasi
(Disajikan dalam Jutaan Rupiah, Kecuali Dinyatakan Lain)
PENGUKURAN LABA
Pengukuran laba PT SMART Tbk terdiri dari dua komponen laba operasi yaitu
pendapatan dan beban. Kedua komponen tersebut berasal dari aktivitas perusahaan yang
masih berlangsung selama perusahaan berdiri.
Pendapatan
Pendapatan utama PT SMART Tbk berasal dari pendapatan penjualan bersih
Perseroan baik berasal dari penjualan domestic maupun penjualan ekspor. Kontribusi
penjualan ekspor Perseroan lebih besar dari pada penjualan domestic. Yang mana dengan
banyaknya penjualan ekspor Perseroan mempengaruhi pendapatan Perseroan sehingga jika
harga internasional melemah/menguat terhadap CPO mengakibatkan penjualan turun/naik dan
berdampak yang signifikan kepada pendapatan Perseroan. Terlihat ditahun 2012, penjualan
bersih Perseroan turun drastis sebesar 13% menjadi Rp27,53 triliun, yang hanya mencapai
2014 2013 2012 2011Penjualan DomestikPihak berelasi Produk kelapa sawit 9,072,759 4,896,583 5,011,693 1,036,545 Usaha Lainnya 37,853 30,498 41,526 43,633 Jumlah 9,110,612 4,927,081 5,053,219 1,080,178 Pihak ketiga Produk kelapa sawit 5,806,482 5,052,798 4,516,584 4,106,963 Usaha Lainnya 282,368 216,921 266,191 140,760 Jumlah 6,088,850 5,269,719 4,782,775 4,247,723 Jumlah Penjualan Domestik 15,199,462 10,196,800 9,835,994 5,327,901 Penjualan EkporPihak berelasi Produk kelapa sawit 13,421,471 11,545,015 15,849,750 24,729,075 Pihak ketiga Produk kelapa sawit 2,919,381 1,683,197 1,251,146 809,519 Usaha Lainnya 800,351 510,202 589,416 809,724 Jumlah 3,719,732 2,193,399 1,840,562 1,619,243 Jumlah Penjualan Ekspor 17,141,203 13,738,414 17,690,312 26,348,318 Jumlah Penjualan Bersih 32,340,665 23,935,214 27,526,306 31,676,219
81% dari target 2012. Hal ini dipengaruhi oleh melemahnya harga internasional CPO sebesar
11% selama tahun 2012.
Dan di tahun 2013 penjualan bersih menurun kembali sebesar 13% menjadi Rp 23,94
triliun, mencapai 81% dari target tahun 2013, terutama disebabkan oleh melemahnya harga
pasar internasional CPO sebesar 17% selama tahun berjalan.
Pada tahun 2014, Perseroan dapat mencapai kinerja yang baik karena Perseroan dapat
meningkatkan penjualan bersih sebesar 35% menjadi Rp32,24 triliun, melebihi target tahun
2014 sebesar 23%, sebagian besar didukung oleh peningkatan kuantitas penjualan, dan lebih
tingginya harga jual rata-rata yang dipengaruhi oleh pelemahan mata uang Rupiah terhadap
Dolar AS selama tahun berjalan. Peningkatan kuantitas penjualan merupakan hasil dari
bertumbuhnya produksi kebun dan ekspansi kapasitas rafinasi Perseroan.
Beban
PT SMART Tbk memiliki komponen beban yang terdiri dari beban pokok penjualan
dan beban usaha.
1. Beban Pokok Penjualan
Beban pokok penjualan PT
SMART Tbk terdiri dari bahan
baku yang digunakan, beban
pengelolaan kebun, beban
produksi dan beban tidak
langsung lainnya. Selama 3 tahun terakhir beban pokok penjualan mengalami penurunan.
Beban pokok penjualan pada tahun 2012 menurun sebesar 13% menjadi Rp 21,00
triliun, sejalan dengan penurunan penjualan bersih. Penurunan ini terutama
disebabkan oleh berkurangnya volume dan harga pembelian bahan baku.
Beban pokok penjualan pada tahun 2013 juga mengalami penurun sebesar 6% menjadi Rp
19,81 triliun yang sejalan dengan penurunan penjualan bersih di mana sebagian diimbangi
oleh kenaikan biaya tenaga kerja. Penurunan pada tahun 2013 terutama disebabkan oleh
berkurangnya kuantitas bahan baku yang dibeli.
Namun, beban pokok penjualan pada tahun 2014 meningkat sebesar 40% menjadi Rp
27,65 triliun, terutama disebabkan oleh peningkatan bahan baku yang digunakan, sejalan
dengan peningkatan penjualan bersih yang diperoleh Perseroan pada tahun tersebut.
2. Beban Usaha
Beban usaha PT SMART Tbk terdiri dari beban penjualan serta beban umum dan
administrasi. Beban penjualan terutama terdiri dari pungutan ekspor, beban transportasi
dan pengiriman, iklan dan promosi serta gaji, upah dan kesejahteraan karyawan.
Beban umum dan administrasi terutama terdiri dari beban gaji, upah dan
kesejahteraan karyawan, jasa profesional, perjalanan, pemeliharaan dan perbaikan,
sewa, pajak dan perijinan, penyusutan serta alokasi ke jasa pengelolaan dan komisi.
Alokasi ke jasa pengelolaan dan komisi ini adalah beban yang terkait dengan
penyediaan jasa bagi Perseroan afiliasi seperti jasa penyediaan sumber daya manusia,
akuntansi dan pajak, teknologi informasi (perangkat keras dan lunak), penjualan dan
pembelian serta jasa-jasa terkait lainnya.
Terlihat dari grafik selama
empat tahun beban usaha Perseroan
mengalami penurunan yang
signifikan dari tahun 2011 ke tahun
2012 dan turun lagi dari tahun 2012
ke tahun 2013.
Pada tahun 2012, beban usaha
turun signifikan sebesar 38%
menjadi Rp3,26 triliun dari tahun sebelumnya yang sangat tinggi yaitu sebesar Rp5,26
triliun di tahun 2011. Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan beban penjualan
yang berkurang secara signifikan menjadi Rp2,46 triliun dari Rp4,71 triliun. Penurunan
beban penjualan terutama akibat dari turunnya beban bea keluar sebagai dampak dari tarif
bea keluar yang lebih rendah seiring dengan melemahnya harga pasar internasional CPO
selama tahun berjalan serta menurunnya volume ekspor CPO, di mana tarif bea keluar
CPO lebih tinggi daripada tarif untuk produk olahan. Beban umum dan administrasi
meningkat menjadi Rp 801 milyar pada tahun 2012 dari Rp 546 milyar tahun lalu,
terutama disebabkan oleh meningkatnya beban gaji, upah dan kesejahteraan karyawan,
jasa profesional, perjalanan, pemeliharaan dan perbaikan, sewa, pajak dan ijin serta
penyusutan.
Selanjutnya pada tahun 2013, beban usaha Perseroan kembali turun secara signifikan
sebesar 33% menjadi Rp2,17 triliun dari Rp3,26 triliun pada tahun 2012. Penyebabnya
sama dengan tahun sebelumnya yaitu disebabkan oleh beban penjualan yang berkurang
menjadi Rp 1,20 triliun dari Rp 2,46 triliun akibat menurunnya beban bea keluaran sebagai
dampak dari lebih rendahnya tarif bea keluaran yang berlaku seiring dengan melemahnya
harga pasar internasional CPO selama tahun berjalan serta menurunnya kuantitas ekspor
CPO, di mana tarif bea keluar CPO lebih tinggi daripada tarif untuk produk olahan. Beban
umum dan administrasi meningkat menjadi Rp 978 milyar pada tahun 2013 dari Rp 801
milyar tahun lalu.
Beban penjualan di tahun 2014 berjumlah Rp 1,46 triliun, meningkat dari Rp
1,20 triliun di tahun 2013. Peningkatan beban penjualan terutama disebabkan oleh
naiknya ongkos angkut dan pengiriman, beban iklan dan promosi, serta bea keluar.
Beban umum dan administrasi meningkat menjadi Rp 1,10 triliun pada tahun 2014
dari Rp 978 miliar pada tahun lalu.
Laba Usaha
Pada tahun 2012, direksi
telah memiliki strategi yang
berfokus pada penjualan produk
olahan dengan nilai tambah
dilaksakan pada saat yang tepat,
dengan memanfaatkan
pertumbuhan pasar internasional
untuk produk olahan dan
kebijakan pemerintah Indonesia
yang mendorong ekspor produk olahan. Selain itu, implementasi yang konsisten atas praktek
2014 2013 2012 2011Penjualan Aset tetapHarga jual 24,387 20,624 92,426 12,351Nilai tercatat 18,632 15,141 93,874 7,380Laba (rugi) penjualan aset tetap 5,755 5,483 (1,448) 4,971Penghapusan Aset TetapHarga perolehan 15,508 26,493 24,080 11,944Akumulasi penyusutan 11,878 18,356 16,555 9,520Rugi penghapusan aset tetap 3,630 8,137 7,525 2,424
manajemen perkebunan terbaik, ketekunan, serta pengambilan keputusan yang profesional
dan tepat waktu, telah membawa SMART pada pertumbuhan laba usaha Perseroan meskipun
harga minyak sawit melemah sepanjang tahun berjalan yakni sebesar 44% menjadi Rp3,26
triliun ada tahun 2012, dan meskipun laba kotor menurun menjadi Rp6,53 triliun dari Rp7,52
triliun tahun 2011.
Pada tahun 2013, Laba usaha Perseroan menurun menjadi Rp 1,95 triliun dari
sebelumnya sebesar Rp 3,26 triliun pada tahun 2012, disebabkan oleh menurunnya laba kotor
yang diimbangi dengan penurunan beban pajak ekspor yang signifikan.
Selanjutnya pada tahun 2014, Laba usaha Perseroan meningkat menjadi Rp 2,13
triliun dari sebelumnya sebesar Rp 1,95 triliun pada tahun 2013, seiring dengan
meningkatnya laba kotor, yang diimbangi dengan peningkatan beban usaha. Dengan
asumsi harga CPO rata-rata stabil, peningkatan produksi didukung oleh cuaca yang baik
dan juga tingkat inflasi di Indonesia maupun nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS yang
stabil.
Laba Non-Operasi
Laba non operasi merupakan laba yang dipisahkan dari kegiatan yang tidak
berhubungan dengan aktivitas operasi Perseroan seperti penjualan dan penghapusan aset tetap
yang mana laba/rugi penjualan dan rugi penghapusan aset tetap disajikan sebagai bagian dari
penghasilan(beban) lain-lain pada laporan laba rugi konsolidasi Perseroan.
Terlihat di table penjualan aset tetap selama empat tahun umumnya mengalami laba
penjualan kecuali di tahun 2012 mengalami kerugian sebesar Rp1,448 juta yang dikarenakan
harga jual aset yang rendah. Laba dari penjualan aset tetap ini di catat dalam pendapatan lain-
lain Perseroan. Sebaliknya, penghapusan aset tetap setiap tahunnya mengalami kerugian yang
mana kerugian penghapusan aset tetap terjadi di tahun 2013 yang mencapai kerugian sebesar
Rp8,137 juta yang dicatat dalam beban lain-lain Perseroan.
Pendapatan Komprehensif
Pendapatan komprehensif lain Perseroan hanya terdiri dari satu komponen yaitu
selisih kurs atas penjabaran laporan keuangan. Komponen selisih kurs atas penjabaran laporan
keuangan harus dimasukan ketika Perseroan melakukan pengukuran laba ekonomi.
Komponen ini relevan untuk penilaian ekuitas karena komponen ini terus terjadi setiap
tahunnya walaupun nilainya setiap tahunnya memiliki perbedaan yang signifikan. Yang mana
di tahun 2012 selisih kurs atas penjabaran laporan keuangan naik menjadi sebesar Rp26
miliyar dari Rp5 milyar di tahun 2011. Kemudian selisih kurs ini kembali meningkat menjadi
sebesar Rp100 milyar pada tahun 2013 dari tahun 2012. Namun pada tahun 2014, selisih kurs
atas penjabaran laporan keuangan ini menurun tajam menjadi Rp1 milyar dari tahun 2013.
PENGAKUAN PENDAPATAN
PT SMART Tbk mengakui pendapatan pada saat :
- Pendapatan penjualan lokal diakui pada saat penyerahan barang kepada pelanggan
- Pendapatan penjualan ekspor diakui pada saat barang dikapalkan di pelabuhan
pemuatan.
- Pendapatan jasa olah diakui pada saat pemberian jasa.
Pada tanggal 31 Desember 2012, Perseroan telah menerima uang muka pembelian dari pihak
ketiga untuk kontrak penjualan RBDO, minyak goreng, margarine, fat andshortening (MFS)
dan penjualan lainnya sebesar Rp 28.738 dan Rp 41.931di tahun 2011. Kemudian, Pada
tanggal 31 Desember 2013, perseroan telah menerima uang muka dari pihak ketiga sebesar
Rp 35.562. dan di tahun 2014 perseroan telah menerima Rp 93.864 dari pihak ketiga. Tapi
penjualan ini belum bisa diakui oleh perseroan sebelum perseroan menyerahkan produk
tersebut kepada pelanggan.
BEBAN YANG DITANGGUHKAN
1. Beban Peranti Lunak
Perseroan telah melakukan perjanjian jasa system komunikasi satelit dengan PT Global
Media Telekomindo. Perjanjian jasa sistem komunikasi meliputi pemberian fasilitas untuk
menggunakan peralatan HUB dan pemakaian transponder serta jasa pemeliharaan remote
VSAT. Sebagai imbalan, Perseroan wajib membayar jasa komunikasi seperti yang diatur
dalam perjanjian jasa sistem komunikasi tersebut. Perseroan juga mengadakan perjanjian
sistem komunikasi dengan PT Smart Telecom dan PURIMAS.
Utang Bank Jangka PendekDolar Amerika Serikat 2,014 2013 2012 2011PT Bank Pan Indonesia Tbk 1,679,400 2,437,800 967,000 1,033,752 Indonesia Eximbank - 487,560 145,050 362,720
PT Bank Danamon Indonesia Tbk 620,756 243,780 145,050 - PT Bank CIMB Niaga Tbk 995,200 365,670 96,700 - PT Bank Internasional Indonesia Tbk 435,400 580,196 48,350 - PT Bank Negara Indonesia 497,600 487,560 - 362,720 PT Bank Central Asia Tbk 348,320 - - 291,990 Rabobank International, Cabang Hong Kong 1,244,000 - - - PT Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ, Ltd 610,845 - - - Jumlah 6,431,521 4,602,566 1,402,150 2,051,182 Suku bunga per tahun dolar Amerika Serikat
1.84%-3.60% 1.0%-3.8% 2.8%-5% 3.5%-4.5%
Sehingga dari perjanjian jasa system komunikasi tersebut, menimbulkan beban jasa
komunikasi sebesar Rp3.753 dan Rp3792 pada tahun 2011 dan tahun 2014. Namun pada
tahun 2013 beban ini menigkat sebesar Rp8.640 dan di tahun 2014 beban jasa sebesar
Rp9.251. dalam penyajiannya Perseroan menyajikan beban jasa komunikasi ini sebagai
bagian dari beban dalam laporan laba rugi komprehensif.
2. Penelitian dan Pengembangan
Pada tanggal 20 Desember 2012, Perseroan dan TAPIAN, entitas anak,
menandatangani perjanjian atas konsultasi bisnis untuk perdagangan dan analisa pasar
serta strategi kelestarian perusahaan dengan GAI, dengan biaya jasa masing masing
sebesar US$ 250.000 danUS$ 150.000 per kuartal.
Pada tahun 2013, akibat dari perjanjian tersebut, beban jasa profesional sebesar Rp
16.381 dan Rp 19.073 pada tahun 2014 yang disajikan sebagai bagian dari beban umum
dan administrasi dalam laporan laba rugi komprehensif.
BIAYA BUNGA
Biaya bunga Perseroan muncul dari kontrak transaksi swap mata uang dan suku bunga
serta kontrak fasilitas transaksi valuta berjangka dengan beberapa bank. Pertukaran bunga
dalam kontrak swap dilakukan setiap triwulan dimulai pada tanggal 3 Oktober 2012 dan akan
berakhir pada tanggal 3 Juli 2017. akan berakhir pada tanggal 3 Juli 2017. Nilai bersih
swap suku bunga merupakan pendapatan bunga dari jumlah nosional Rupiah pada suku
bunga 9% per tahun dikurangkan dengan beban bunga dari jumlah nosional Dolar
2014 2013 2012 2011Aset pajak tangguhanEntitas anakAset tetap 544 47 - - Liabilitas pajak tangguhan - bersihPerusahaanTanaman perkebunan dan aset tetap 172,847 153,406 139,592 125,005Merek dagang - 191 102 253Cadangan kerugian penurunan nilai aset lain-lain - - - (34,045)Bersih 172,847 153,597 139,694 91,213
Entitas anakTanaman perkebunan dan aset tetap 254,997 246,570 235,913 222,401Jumlah 427,844 400,167 375,607 313,614
2014 2013 2012 2011Laba sebelum pajak Perusahaan 223,855 103,452 935,361 1,664,208 Beban pajak dengan tarif yang berlaku 55,964 25,863 233,841 121,565 Pengaruh pajak atas perbedaan tetap: Beban yang tidak dapat dikurangkan 7,050 5,116 9 6,789 Pendapatan yang pajak penghasilannya bersifat final (3,586) (1,597) (2,319) (2,948) Penyesuaian atas liabilitas pajak tangguhan (47) (51) - 14 Jumlah beban pajak 487,421 311,424 730,525 601,098
Amerika Serikat dengan suku bunga berkisar 4,75% sampai dengan 4,9% per tahun. Beban
bunga dari kontrak swap suku bunga pada tahun 2012 sebesar Rp8.215, kemudian pada tahun
2013 sebesar Rp 13.859, dan pada tahun 2014 sebesar Rp11.716.
PAJAK PENGHASILAN
Terlihat pada table pengaruh perbedaan temporer pengakuan pajak yang signifikan
antara pelaporan komersial dan fiskal. Perseroan menanggung kewajiban pajak tangguhan
pada tahun 2012 sebesar Rp375,507 dan tidak ada aset pajak tangguhan pada tahun tersebut.
Di tahun 2013 terlihat perusahaan memiliki kewajiban pajak tangguhan sebesar Rp400,167
dan aset pajak tangguhan sebesar Rp47 yang mana aset pajak tangguhan ini dimanfaatkan
dalam pengurangan beban pajak di tahun 2014 sebagai penyesuaian liabilitas pajak
tangguhan.
Laba per saham dasar2014 2013 2012 2011
Laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk 1,474,527 892,505 2,151,528 1,784,724
jumlah rata-rata tertimbang saham biasa selama tahun berjalan 2,872,193,366 2,872,193,366 2,872,193,366 2,872,193,366 laba per saham dasar 513 311 749 621
LABA PER LEMBAR SAHAM
Perseroan tidak menerbitkan saham baru selama tahun 2011 sampai 2014 sehingga
jumlah rata-rata tertimbang saham biasa dalam empat tahun tersebut tidak mengalami
perubahan. Dari table di atas terlihat bahwa laba per lembar saham terbesar terjadi di tahun
2012 yang dikarenakan laba bersih yang tinggi dan pada tahun tersebut deviden dibagikan
sebesar Rp574,439. Pada tahun 2013 laba per lembar saham mengalami nilai paling rendah
dari keempat tahun tersebut yang dikarenakan laba bersih yang rendah dan pembagian dividen
yang tinggi pada tahun 2013 yaitu dividen dibagikan sebesar Rp3,446,630 atau Rp1200 per
saham. Pada tahun 2014 dikarenakan laba per lembar saham yang rendah ditahun 2013
Perseroan memiliki kebijakan pada tahun 2014 dividen dibagikan sebesar Rp14,361 atau Rp5
per saham. Sehingga, menyebabkan laba per lembar saham pada tahun ini kembali naik
menjadi 513 per saham.
Seharusnya Perseroan harus memiliki kebijakan yang konsisten terhadap pembagian
dividen ini, karena jika hanya keputusan pembagian dividen didasarkan kepada laba
pendapatan tahun lalu tanpa mempertimbangkan factor lain seperti terlihat pada kebijakan
pembagian deviden tahun 2013 sebesar Rp1.200 per saham yang dikarenakan laba tahun 2012
yang tinggi. Sehingga, kebijakan ini berakibat kepada laba rendahnya laba per saham di tahun
2013.
PT TUNAS BARU LAMPUNG Tbk
PT Tunas Lampung Tbk didirikan pada tahun 1973 yang merupakan salah satu
anggota kelompok usaha Sungai Budi yang dibentuk tahun 1974 dan menjadi salah satu
perintis industry pertanian di Indonesia. Perseroan memiliki visi Menjadi produsen Minyak
Goreng nabati dan turunannya yang terintegrasi penuh dengan biaya produksi yang rendah
dan ramah lingkungan.
Sejak PT Tunas Baru Lampung mulai beroperasi di Lampung pada awal 1970,
Perseroan telah berkembang menjadi salah satu produsen minyak goreng terbesar dan
termurah. Perseroan juga memasuki pasar yang baru tahun 1996 di Jawa Timur dengan
mengakuisisi sebuah pabrik penyulingan minyak goreng. Perseroan melihatnya sebagai pintu
gerbang memasuki pasar Indonesia Timur lainnya seperti Kalimantan, Bali, Lombok, Maluku
dan Papua. Sejak akuisisi ini, Perseroan telah meningkatkan efisiensi pabrik penyulingan
Jawa Timur dan memperluas kapasitas produksi di tahun 1999. Perseroan juga telah
meningkatkan kapasitas pabrik penyulingan dan membangun pabrik CPO kedua di Lampung.
Dan mengakusisi PT Agro Bumi Mas di tahun 2004 , yang menjadikan Perseroan memiliki
pabrik pengolahan CPO yang ketiga. Pada saat ini Perseroan sedang membangun pabrik CPO
di daerah Bengkulu, Lampung Timur dan Riau.
Sebagai tambahan untuk minyak goreng nabati, Perseroan juga memproduksi,
stearine, minyak sawit, minyak inti sawit dan produk lain seperti sabun cream dan sabun cuci
dengan memanfaatkan asam lemak, sebagai produk sampingan hasil pengolahan CPO.
Sumber minyak goreng Perseroan berasal dari perkebunan sendiri dan saat ini Perseroan
menguasai lebih dari 45.000 Ha lahan di Lampung dan 15.000 Ha di Palembang serta
15.000Ha di Pontianak yang dipergunakan terutama untuk perkebunan kelapa sawit.
PT Tunas Baru Lampung pertama kali terdaftar dalam Bursa Efek Jakarta tanggal 14
Februari 2000 dengan saham beredar sebanyak 200.000.000 lembar saham. Pada tahun 2001
Perseroan melakukan stock split. Di tahun 2006 perseroan mengeluarkan 2.508.818.846
saham pada harga Rp 125 Dan di tahun 2010 perseroan melakukan pengeluaran saham tanpa
hak memesan terlebih dahulu. Dan sampai akhir tahun 2014 jumlah saham beredar
5.342.098.939 lembar saham.
2014 2013 2012 2011PENDAPATAN USAHA 6,337,561 3,705,288 3,805,931 3,731,749BEBAN POKOK PENJUALAN (5,044,887) (2,755,644) (2,778,192) (2,488,848)LABA KOTOR 1,292,674 949,644 1,027,739 1,242,901Beban penjualan (295,487) (289,018) (390,645) (511,361)Beban umum dan administrasi (201,979) (167,130) (139,000) (117,414)Kerugian selisih kurs mata uang asing-bersih
(104,542) (249,926) (91,421) (16,837)
Pendapatan bunga 5,537 18,194 2,701 3,609Keuntungan (kerugian) penjualan aset tetap
(715) 131 15 13
Beban bunga dan beban keuangan lainnya
(206,586) (188,716) (123,138) (91,630)
Lain-lain bersih 73,517 45,892 24,866 30,655LABA SEBELUM PAJAK 562,419 119,071 311,117 539,936BEBAN(PENGHASILAN) PAJAKKini 93,014 39,290 71,872 100,365Tangguhan 32,902 (6,768) (4,522) 18,444Jumlah Beban Pajak 125,916 32,522 67,350 118,809LABA BERSIH 436,503 86,549 243,767 421,127PENDAPATAN KOMPREHENSIF LAINRugi yang belum direalisasi atas perubahan nilai wajar investasi tersedia untuk dijual (550) (710) 470 557JUMLAH LABA KOMPREHENSIF 435,953 85,839 244,237 421,684
PT TUNAS BARU LAMPUNG Tbk DAN ENTITAS ANAKLaporan Laba Rugi Komprehensif Konsolidasi
(Angka-angka dalam Jutaan Rupiah, kecuali Dinyatakan Lain)
PENGUKURAN LABA
Laba PT Tunas Baru Lampung Tbk terdiri dari laba operasi dan laba non-operasi.
Komponen laba operasi terdiri dari pendapatan usaha dan beban poko penjualan. Sedangkan
komponen laba non-operasi Perseroan terdiri dari kerugian selisih kurs mata uang asing dan
keuntungan (kerugian) penjualan aset tetap.
Laba Operasi
Laba operasi Perseroan terdiri dari 2 komponen yaitu komponen pendapatan yang
berasal dari penjualan produk. Komponen yang kedua merupakan komponen beban yang
berasal dari beban pokok penjualan, beban penjualan, dan beban umum dan administrasi.
Pendapatan
Pendapatan Perseroan berasal dari penjualan CPO baik domestic maupun ekspor.
Terlihat pada grafik pendapatan usaha dari tahun 2011 sampai 2013 mengalami kenaikan dan
penurunan yang tidak signifikan tetapi kenaikan pendapatan usaha Perseroan yang signifikan
terjadi di tahun 2014 yang menunjukan kinerja operasi Perseroan yang memuaskan. Perseroan
telah menerapkan kebijakan akuntansi sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku yang
mana penjualan local diakui oleh Perseroan pada saat pengiriman barang kepada pelanggan,
sedangkan penjualan ekspor diakui sesuai persyaratan penjualan.
Pada tahun 2012 pendapatan
usaha Perseroan adalah Rp3,8 triliun
berasal dari penjualan yang mengalami
kenaikan sebesar 2% bila dibandingkan
tahun 2011 sebesar Rp3,7 triliun.
Kontribusi penjualan Perseroan pada
tahun 2012 adalah 55% untuk penjualan
ekspor dan 45% untuk penjualan lokal.
Kontribusi penjualan terbesar pada tahun 2012 berasal dari CPO sebesar Rp 1,2 triliun
atau 31% dari total penjualan dan mengalami penurunan sebesar 9% dari tahun 2011 hal ini
terutama disebabkan oleh penurunan harga jual rata-rata sebesar 7%. Minyak goreng sawit
memberikan kontribusi sebesar 29% dari total penjualan. Sedangkan minyak inti sawit,
stearine dan vetsil sawit masing-masing memberikan kontribusi sebesar 17%, 10% dan
2%. Disamping itu, produk bungkil yang dihasilkan dari produk sampingan Perseroan
memberikan kontribusi sebesar 4% dari total penjualan Perseroan.
Pada tahun 2013, pendapatan Perseroan mengalami penurunan sebesar 2% yaitu Rp3,7
triliun dibandingkan tahun 2012. Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan harga
jual rata-rata sebesar 2% dan volume penjualan sebesar 1% terutama penjualan minyak
goreng. Namun ditahun 2013, kontribusi penjualan Perseroan lebih baik karena Perseroan
dapat meningkatkan persentase penjualan domestic menjadi 48% dan pesentase penjualan
ekspor 52%. Kontribusi penjualan terbesar pada tahun 2013 berasal dari CPO sebesar Rp1,2
triliun atau 33% dari total penjualan dan mengalami peningkatan sebesar 4% dari tahun 2012
hal ini terutama disebabkan oleh peningkatan volume penjualan sebesar 12%. Minyak goreng
sawit memberikan kontribusi sebesar 25% dari total penjualan. Sedangkan minyak inti sawit,
sterine dan vetsil sawit masing-masing memberikan kontribusi sebesar 17%, 10%, dan 3%.
Disamping itu, produk bungkil yang dihasilkan dari produk sampingan Perseroan
memberikan kontribusi sebesar 5% dari total penjualan Perseroan.
Selanjutnya di tahun 2014, Perseroan mengalami peningkatan yang sangat pesat
dikarenakan perseroan dapat meningkatkan kenaikan penjualan yang signifikan sebesar 71%
yakni sebesar Rp6,3 triliun jika dibandingkan dengan tahun 2013 yang hanya sebesar Rp3,7
triliun. Kenaikan penjualan ini terutama disebabkan oleh peningkatan harga jual rata-rata
sebesar 31% dan volume penjualan sebesar 30% terutama volume penjualan gula dan minyak
goring. Kontribusi penjualan Perseroan pada tahun 2014 adalah 35% untuk penjualan ekspor
dan 65% untuk penjualan lokal. Kontribusi penjualan terbesar pada tahun 2014 berasal dari
CPO sebesar Rp 1,8 triliun atau 30 % dari total penjualan dan mengalami peningkatan sebesar
50% dari tahun 2013 ,hal ini terutama disebabkan oleh peningkatan volume penjualan sebesar
35%. Minyak goreng sawit memberikan kontribusi sebesar 22% dari total penjualan.
Sedangkan minyak inti sawit, gula, stearine dan vetsil sawit masing - masing memberikan
kontribusi sebesar 16%,13, 10 % dan 2%. Disamping itu, produk bungkil yang dihasilkan dari
produk sampingan Perseroan memberikan kontribusi sebesar 4% dari total penjualan
Perseroan.
Beban
Beban Perseroan terdiri dari kompenen beban pokok penjualan, beban penjualan, dan
beban administrasi.
1. Beban Pokok Penjualan
Beban poko penjualan Perseroan
terdiri dari beban kelapa sawit, buah
nanas, dan tanaman tebu. Beban
pokok penjualan merupakan beban
yang dikeluarkan untuk menghasilkan
produk Perseroan yang diakui ketika
produk di jual.
Pada tahun 2012 beban pokok
penjualan mengalami kenaikan menjadi Rp2,778,192 juta yang dikarenakan adanya
penambahan unit bisnis Perseroan yaitu tanaman buah nanas. Kenudian di tahun 2013
beban pokok penjualan mengalami penurunan sebesar 0,8% dari sbesar Rp2.77 triliun
menjadi Rp2.75 triliun. Dan pada tahun 2014, beban pokok penjualan mengalami
peningkatan sebesar 83% dari sebesar Rp2.77 triliun menjadi Rp5.04 triliun. Kenaikan
beban pokok penjualan ini seiring dengan kenaikan yang signifikan dari beban pokok
penjualan volume gula sementara di tahun 2013 volume penjualan gula belum terlalu
besar. Dan juga kenaikan beban pokok penjualan di tahun 2014 ini karena peningkatan
pembelian bahan baku dan barang jadi dari pihak ketiga terhadap kelapa sawit dan
turunannya yang merupakan proporsi terbesar yaitu 84% dari total beban pokok penjualan.
2. Beban Penjualan
Biaya penjualan dan pemasaran sebagian besar terdiri dari beban pajak ekspor
Perseroan yang berkaitan dengan kegiatan penjualan ekspor Perseroan. Sehingga kenaikan
maupun penurunan beban penjualan dipengaruhi oleh kenaikan dan penurunan tarif pajak
ekspor terhadap harga CPO.
Pada tahun 2012, beban penjualan Rp391 miliar lebih rendah dari tahun sebelumnya
Rp511 miliar. Dan beban penjualan tahun 2013 sebesar Rp101 miliar lebih rendah dari
tahun 2012 yang penurunan nilai beban kedua tahun tersebut dipengaruhi oleh turunnya
tarif pajak ekspor. Namun di tahun 2014, terjadi peningkatan beban penjualan yang tidak
terlalu dipengaruhi oleh tarif pajak tapi kenaikan ini dipengaruhi oleh beban pengangkutan
yang lebih tinggi dari tahun 2013.
3. Beban Umum dan Administrasi
Beban umum dan administrasi Perseroan umumnya dipengaruhi oleh kenaikan gaji
dan upah akibat dari kenaikan UMP dan UMR dimasing-masing wilayah kebun dan pabrik
milik Perseroan.
Pada tahun 2012 kenaikan beban umum dan administrasi Perseroan dipengaruhi oleh
beban pembayaran kepada pihak berelasi sebesar 6,43% dan 4,99% dari beban umum dan
administrasi tahun 2012 dan 2011. Di tahun 2013 beban umum dan administrasi Perseroan
mengalami peningkatan sebesar 19% yang sebagian besar diakibatkan oleh kenaikan gaji
dan upah dimasing-masing wilayah kebun dan pabrik milik Perseroan sebesar 25% dan
juga adanya peningkatan beban sewa sebesar 36% yang disebabkan oleh kenaikan harga
sewa ruangan kantor dan juga adanya penambahan luasan ruangan yang di sewa.
Laba Non-Operasi
Laba non-operasi Perseroan di laporan laba rugi komprehensif terlihat adanya 2
komponen laba non-operasi yaitu kerugian selisih kurs mata uang asing dan
keuntungan(kerugian) penjualan aset tetap.
1. Kerugian Selisih Kurs Mata Uang Asing
Kerugian kurs mata uang asing terjadi karena adanya transaksi dalam mata uang asing
yang dijabarkan ke dalam mata uang fungsional menggunakan kurs pada tanggal transaksi
2014 2013 2012 2011Harga jual 83 291 50 39Nilai tercatat 798 160 35 26Keuntungan(kerugian) penjualan aset tetap (715) 131 15 13
sehingga menghasilkan keuntungan atau kerugian selisih kurs yang timbul dari
penyelesaian transaksi.
Pada tahun 2012 dan 2011 kurs konversi dolar Amerika serikat dan Euro yang
menghasilkan rugi selisih kurs sebesar Rp91,421 dan Rp16,837. Di tahun 2013 kurs
konversi Dolar Amerika Serikat, Euro, dan Ringgit Malaysia yang menghasilkan rugi
selisih kurs sebesar Rp249,926. Dan juga di tahun 2014 Perseroan masih mengalami
kerugian dari selisih kurs mata uang asing sebesar Rp104,542.
2. Keuntungan(Kerugian) Penjualan Aset Tetap
Laba non-operasi Perseroan
lainnya dipengaruhi oleh keuntungan
atau kerugian penjualan aset tetap.
Selama tiga tahun dari 2011 sampai
2013 Perseroan selalu mengalami
keuntungan dalam penjualan aset tetap. Tetapi tidak pada tahun 2014, Perseroan
mengalami kerugian dalam penjualan aset tetap yang mana aset tetap terjual sebesar Rp83
juta sementara nilai tercatat aset sebesar Rp798 juta sehingga menyebabkan kerugian
penjualan aset tetap sebesar Rp715.
PENGAKUAN PENDAPATAN
Pendapatan Kontrak
Perseroan dan pembeli menandatangani kontrak sewa tangki, dimana Perseroan
menyewakan kepada Pembeli sebanyak 2 tangki milik Perseroan yang berlokasi di Lampung
dengan kapasitas masing-masing 5.000 metrik ton. Perjanjian ini jatuh tempo tanggal 3 Juli
2014. Dan Perseroan telah menerima pembayaran sebesar Rp5.400 juta (atau Rp450 per
bulan). Perseroan memiliki kebijakan akuntansi bahwa penerimaan uang muka atas tangki
diakui sebagai pendapatan melalui amortisasi dengan metode garis lurus selama masa sewa.
BIAYA BUNGAUtang Bank Jangka Pendek
2,014 2013 2012 2011RupiahPT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 208,704 62,636 56,199 67,015 PT Bank UOB Indonesia 151,070 129,523 - 150,000 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 31,453 30,830 27,359 34,497 PT Bank Internasional Indonesia Tbk 23,338 38,824 39,969 - Jumlah 414,565 261,813 123,527 251,512 Dolar Amerika Serikat PT Bank CIMB Niaga Tbk 373,200 329,103 - 244,836 PT Bank UOB Indonesia 137,162 - - - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 119,086 128,448 88,090 99,787 PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 89,245 - - - PT Bank Internasional Indonesia Tbk 81,560 294,061 236,874 154,156 Jumlah 800,253 751,612 324,964 498,779 Jumlah 1,214,818 1,013,425 448,491 750,291 Utang Bank Jangka PanjangRupiahPT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 318,350 396,036 266,901 201,292 PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 254,101 - - PT Bank National Nobu 1,982 7,771 14,696 13,147 PT Bank Pan Indonesia Tbk - 236 1,231 2,121 PT Bank Jasa Jakarta 259 435 33 219 Jumlah 574,692 404,478 282,861 216,779 Dolar Amerika SerikatPT Bank Internasional Indonesia Tbk 293,895 374,812 361,416 394,458 PT Bank Mizuho Indonesia - 262,063 - - PT Bank CIMB Niaga Tbk - 5,925 10,143 14,616 Jumlah 293,895 642,800 371,559 409,074 Jumlah 868,587 1,047,278 654,420 625,853 RupiahSuku bunga mengambang 10.75%-12.00% 990%-11.5% 9.50%-10.50%suku bunga tetap 4.33%-5.80% 4.33%-5.80% 4.33%-5.80%Dolar Amerika SerikatSuku bunga mengambang 3.90%-6.50% 2.92%-6.50% 4.50%-6.00%
Biaya bunga perseroan yang dibayarkan untuk pendanaan umumnya berasal dari
pinjaman bank jangka pendek dan jangka panjang baik pinjaman bank dalam negeri maupun
luar negeri. Terlihat Perseroan dalam mendanai kegiatan operasinya lebih besar menggunakan
pembiayaan jangka pendek. Dan perbedaan perubahan tingkat suku bunga tiap tahunnya
mempengaruhi beban biaya bunga yang harus dibayar Perseroan setiap tahunnya.
Biaya bunga Perseroan juga berasal dari utang obligasi yang dikeluarkan Perseroan
dengan pembayaran pertama sejak kuartal ke empat di tahun 2012.
2014 2013 2012 2011Aset pajak tangguhan: Entitas anak 9,024 13,360 13,618 5,918Jumlah 9,024 13,360 13,618 5,918Liabilitas pajak tangguhan: Perusahaan 88,805 69,366 78,735 76,950 Entitas anak 31,095 21,968 19,625 18,233Jumlah 119,900 91,334 98,360 95,183
2014 2013 2012 2011Aset pajak tangguhan:Cadangan kerugian penurunan nilai persediaan 691 691 691 691Imbalan kerja jangka panjang 19,889 16,257 13,823 11,533Cadangan kerugian penurunan nilai piutang 1,312 1,015 1,012 1,012Rugi fiskal 10,085 28,859 14,061 5,995Sewa pembiayaan 7,437 6,053 4,404 988Jumlah 39,414 52,875 33,991 20,219Liabilitas pajak tangguhan:Akumulasi penyusutan aset tetap (150,290) (130,849) (118,733) (109,483)Liabilitas pajak tangguhan (110,876) (77,974) (84,742) (89,264)
PAJAK PENGHASILAN
Perseroan memiliki aset pajak tangguhan yang diakui untuk semua perbedaan antara
nilai tercatat aset dan liabilitas pada laporan keuangan dengan dasar pengenaan pajak jika
besar kemungkinan bahwa jumlah laba fiskal akan memadai untuk pemanfaatan perbedaan
temporer yang diakui.
Pada tahun 2011, Perseroan memiliki saldo aset pajak tangguhan sebanyak Rp5,918
yang dan aset pajak yyang diakui dari rugi fiskal sebesar Rp14,061. Selanjut pada tahun 2012,
Perseroan memiliki saldo aset pajak tangguhan sebanyak Rp 13.618 dan aset pajak yang
diakui dari rugi fiskal sebesar Rp Rp 5.995. Pada tahun 2013 memiliki saldo aset pajak
tangguhan yang tidak beda jauh dari tahun 2012 yakni sebanyak Rp13,360 dan aset pajak
tangguhan yang diakui dari rugi fiskal sebesar Rp28,859. Dan pada tahun 2014 saldo aset
pajak tangguhan mengalami penurunan menjadi Rp9,024 dan aset pajak tangguhan yang
diakui dari rugi fiskal sebesar Rp10,085.
LABA PER LEMBAR SAHAMLaba per saham dasar 2014 2013 2012 2011Laba yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham Perusahaan untuk perhitungan laba per saham dasar dilusian 433,463 84,390 241,631 419,107 jumlah rata-rata tertimbang saham untuk perhitungan laba per saham dasar 4,968,016,747 4,942,098,939 4,942,098,939 5,717,937,961 laba per saham dasar 87.25 17.08 45.19 88.83
Laba per lembar saham Perseroan merupakan perhitungan berdasarkan struktur modal
yang kompleks karena setiap tahunnya adanya perubahan modal saham Perseroan seperti
Pada tahun 2011 telah terjadi penerbitan treasury dengan total penarikan 10% terhadap jumlah
saham yang beredar pada tahun tersebut. Dan adanya konversi obligasi. Serta pada tahun 2011
pembagian dividen tunai kuartal ke dua Rp7.7 per saham yang menyebabkan laba per saham
pada tahun 2011 sebesarRp88.83 per saham dasar.
Pada tahun 2012, dikarenakan adanya treasury stock jumlah rata-rata tertimbang
saham menjadi sebanyak 4,942,098,939 dan pada tahun ini dividen dibagikan dengan nilai
Rp6.5. selanjutnya pada tahun 2013, pembagian dividen dengan nilai RP3 per saham.
Pada tahun 2014, Saham beredar perseroan berkurang dikarenakan Perseroan mengeluarkan
saham treasury pada akhir 2013 sebanyak 0.12% dari saham beredar menyebabkan ratarata
saham beredar tahun 2014 sebanyak 4.968.016.747 dan Dividen dibagikan sebesar Rp 12 per
saham.
KESIMPULAN
Setelah melakukan analisis aktivitas operasi terhadap PT Sampoerna Agro Tbk, PT
Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk, dan PT Tunas Baru Lampung Tbk dari
tahun 2011-2014 dapat disimpulkan bahwa ketiga Perseroan tersebut mengalami penurunan
atau kenaikan pendapatan dikarenakan pengaruh dari harga penjualan rata-rata minyak sawit
yang menjadi sumber utama pendapatan ketiga Perseroan. Dan kenaikan penurunan beban
Perseroan dikarenakan perubahan tingkat pajak ekspor CPO yang mana penjualan keluar
negeri dari ketiga Perseroan tersebut.
Dari ketiga Perseroan tersebut telihat PT Sinar Mas Agro Resources and Technology
Tbk lah yang memiliki aktivitas operasi yang baik karena Perseroan ini dapat mengahasilkan
laba per lembar saham antara Rp300 sampai Rp700 per lembar saham. Dan PT Tunas Baru
Lampung Tbk hanya sebesar Rp17 samapai Rp88 per lembar saham.
Sehingga, untuk kedepannya dari ketiga perseroan tersebut yang memiliki prospek
usaha yang menjanjikan adalah PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk
dikarenakan kinerja operasi dari manajemen yang baik.
Secara keseluruhan, sector agribisnis di Indonesia sangat menjanjikan karena
banyaknya ketersediaan sumber daya dan lahan untuk perkembangan bisnis ini. Dan juga
komoditas minyak sawit merupakan penyumbang terbesar ekspor bagi Negara Indonesia.
Industri ini juga dianggap sebagai elemen strategis dalam perekonomian Indonesia yang saat
ini merupakan produsen dan Negara pengekspor minyak sawit terbesar di Dunia. Oleh karena
itu, sektor Perkebunan kelapa sawit akan tetap menarik bagi Indonesia karena memiliki
banyak manfaat bagi Negara. Namun, jika pengelolaan aktivitas operasi yang tidak baik dan
kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada keberlangsungan usaha maka bisnis di
sector ini tidak akan bisa berkembang.
top related