agenda pelaksanaan musrenbang tahun 2011 dan penyusunan isu strategis percepatan pembangunan kti
Post on 17-Mar-2016
80 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL DAN OTONOMI DAERAHKEMENTERIAN PPN/BAPPENAS
Jakarta, 11 Maret 2011
AGENDA PELAKSANAAN MUSRENBANG TAHUN 2011 AGENDA PELAKSANAAN MUSRENBANG TAHUN 2011 DAN PENYUSUNAN ISU STRATEGIS PERCEPATAN DAN PENYUSUNAN ISU STRATEGIS PERCEPATAN
PEMBANGUNAN KTIPEMBANGUNAN KTI
REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BAPPENAS
1. AGENDA PELAKSANAAN MUSRENBANG TAHUN 20112. PENTINGNYA ISU STRATEGIS DALAM PENYUSUNAN
RKP3. ISU STRATEGIS PULAU (RPJMN 2010 – 2014 BUKU III)4. KINERJA PEMBANGUNAN PROVINSI5. PENENTUAN ISU STRATEGIS PROVINSI6. ISU STRATEGIS PER PROVINSI:
• KUALITAS PERTUMBUHAN DAN APBD• SEKTOR UNGGULAN
7. CONTOH ISU STRATEGIS PROVINSI: NTT8. HARAPAN DALAM DISKUSI
OUTLINEOUTLINE
2
IAGENDA PELAKSANAAN MUSRENBANG TAHUN 2011
3
PENDAHULUAN1. Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2012 ditujukan untuk
memastikan tujuan dan sasaran pembangunan nasional dapat dicapai dengan langkah mengoptimalkan seluruh sumber daya yang ada;
2. Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia didorong melalui 3 Klaster Program Pro-Rakyat dengan Klaster Ke-4 dan 6 Program Baru. Selain itu, juga memasukkan new iniciatives, direktif presiden serta rencana pengembangan koridor ekonomi untuk meningkatkan keterkaitan domestik.
3. Rencana Kerja Pemerintah 2012 akan disusun melalui format pelaksanaan musrenbang yang baru dengan memperhatikan isu strategis daerah serta harapan akan peran aktif Gubernur (Pemerintah Provinsi) sebagai wakil Pemerintah Pusat.
4
FORMAT BUKU I, II, dan III RKP 2012Buku I Buku II Buku III
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
LAMPIRAN
PENDAHULUAN
TEMA DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
KERANGKA EKONOMI MAKRO & PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
KAIDAH PELAKSANAAN
Matriks Kegiatan Prioritas Nasional
KONDISI UMUM
PERMASALAHAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN
STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
*) Khusus untuk bab 1, pada bagian pengarusutamaan mencantumkan matriks implementasi pengarustamaan dalam program dan kegiatan K/L. Sedangkan bagian lintas bidang mengikuti format sebagaimana bab lainnya.
BAB I ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN WILAYAH TAHUN 2010-2014
Untuk Bab II – VIII dalam Buku III RKP, terdiri atas :1.Kondisi untuk masing-masing Wilayah saat ini2.Arah kebijakan pengembangan wilayah pulau3.Tujuan dan sasaran4.Strategi pengembangan wilayah pulau5.Matriks program dan kegiatan wilayah pulau
Penyusunan Ranc Awal RKP
2012
Raker Bappenas Tema RKP
2012
Rakorbangpus RKP 2012
Trilateral Meeting
Sidkab dan Finalisasi Ranc RKP 2012
Telaah Buku I, II III RPJMN 2012-2014 dalam tahun
2012
27 Des 2010 – 1 Jan 2011
2-28 Feb
30 Mar-11 Apr
PenetapanRKP 2012
16-25 Mar
Sidkab Rancangan
Akhir RKP 2012
6 Mei
Pra Rakernis/ Ratek K/L
30 Mar-11 Apr
Menghasilkan Ranc Awal Pagu Indikatif
per K/L
1-23 Januari
Musrenbang Provinsi
Musrenbang Nasional RKP 2012
28 Mar
Ratek/Rakernis K/LPenyusunan Ranc
Final Renja K/L 2012
PenyusunanRanc Final
UP-PD 2012
5 Mei
30 Mar-11 Apr
30 Mar-11 Apr
30 Mar-11 Apr
27-28 Apr
Penyusunan Awal UPPD
Persandingan UPPD – Renja K/L
13-15 Apr
Pra Musrenbangnas
18-26 AprPasca
Musrenbang Nasional
3 Mei
Temu Konsultasi Triwulanan i-
2011
10 Mar
ForumKonsultasi
Publik15 Mar
PROSES DAN JADWAL PENYUSUNAN RKP 2012
IIPENTINGNYA ISU STRATEGIS DALAM PENYUSUNAN RKP
7
• PENCAPAIAN TARGET PEMBANGUNAN NASIONAL ADALAH PENTING MENCERMINKAN KINERJA NASIONAL
• LOKASI DAN DAMPAK LANGSUNG PEMBANGUNAN ADALAH DI DAERAH
• MAKA PERBAIKAN KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH AKAN BERDAMPAK PULA PADA PERBAIKAN KINERJA PEMBANGUNAN NASIONAL
• PERLU IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS DI DAERAH DALAM PENCAPAIAN TARGET PEMBANGUNAN NASIONAL
ISU STRATEGIS PROVINSI DAN ISU STRATEGIS PROVINSI DAN PENYUSUNAN RKP 2012PENYUSUNAN RKP 2012
8
ISU STRATEGIS PROVINSI DAN ISU STRATEGIS PROVINSI DAN PENYUSUNAN RKP 2012PENYUSUNAN RKP 2012
9
Teridentifikasi permasalahan Teridentifikasi Intervensi Teridentifikasi kegiatan, penanggungjawab, lokasi
ISU STRATEGIS PROVINSI DAN ISU STRATEGIS PROVINSI DAN PENYUSUNAN RKP 2012PENYUSUNAN RKP 2012
10
RKP 2012
ISU STRATEGIS 4
PROVINSI A
ISU STRATEGIS 3
ISU STRATEGIS 2
ISU STRATEGIS 1
3 PRIORITAS LAINNYA
PRO
GRAM
DAN
KEG
IATA
N
ISU STRATEGI
S PER PULAU RPJMN 2010 – 2014
BUKU III
ISU STRATEGIS PROVINSI DAN ISU STRATEGIS PROVINSI DAN PENYUSUNAN RKP 2012PENYUSUNAN RKP 2012
11
RKP
2012
TERCAPAINYA TUJUAN DAN
SASARAN PEMBANGUNAN NASIONAL DAN
DAERAH
PROGRAM DAN
KEGIATAN YANG TEPAT
SASARAN (SESUAI ISU STRATEGIS DAERAH)
RKPD
201
2RENCANA
PEMBANGUNAN JANGKA
MENENGAH (NASIONAL DAN
DAERAH)
IIIISU STRATEGIS PULAU (RPJMN 2010 – 2014 BUKU III)
12
Isu Strategis Umum Semua Pulau:Buku III RPJMN 2010-2014
1. Optimalisasi dan Pengembangan Sektor Unggulan Wilayah.2. Kualitas Sumber Daya Manusia dan Tingkat Kemiskinan Wilayah.3. Kualitas Birokrasi dan Tata Kelola termasuk didalamnya Permasalahan Tindak Pidana
Korupsi dan Pelaksanaan Tata Kelola dalam Wilayah Otonomi Khusus.4. Kualitas dan Jaringan Infrastruktur Wilayah dalam Mendukung Intra Regional Connectivity.5. Degradasi Lingkungan Hidup termasuk keragaman hayati dan Mitigasi Bencana
1.Keterbatasan sumber daya energi listrik dalam mendukung pengembangan ekonomi lokal
2.Integrasi jaringan transportasi intermoda wilayah
3.Pengembangan kawasan perbatasan, pulau-pulau terdepan dan terpencil
ISU STRATEGIS WILAYAH:BUKU III RPJMN 2010-2014
1. Ketimpangan pembangunan intra-regional wilayah Jawa-Bali
2. Menjaga momentum pertumbuhan di Jawa-Bali 3. Belum optimalnya potensi peningkatan nilai tambah dari
aktivitas perdagangan internasional 4. Semakin meningkatnya peran sektor sekunder dan tersier
dalam perekonomian 5. Terancamnya fungsi wilayah Jawa-Bali sebagai salah
satu lumbung pangan nasional 6. Tingginya kepadatan dan konsentrasi penduduk di
wilayah metropolitan Jabodetabek dan sekitarnya 7. Tingginya tingkat pengangguran di pusat-pusat
pertumbuhan ekonomi 8. Tingginya ancaman terorisme terhadap obyek vital
1. Pembangunan wilayah perbatasan dan kerja sama dengan negara-negara yang berbatasan dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia
2. Potensi konflik antar golongan yang didukung oleh organisasi massa.
1. Pembangunan wilayah perbatasan, tertinggal dan pulau terpencil, dan kawasan bencana.
2. Tingginya dampak konflik Maluku terhadap keamanan lingkungan, kehidupan sosial dan ekonomi, serta lingkungan.
3. Ketergantungan pasokan pangan dari luar wilayah sebagai konsekuensi menurunnya luas areal dan produksi tanaman pangan.
1. Pengamanan dan peningkatan kesejahteraan di wilayah perbatasan, tertinggal dan bencana
2. Tingginya prevalensi kesakitan HIV/AIDS
3. Tingginya potensi pelanggaran hak asasi manusia berbasis ikatan adat dan komunal
4. Meningkatnya kebutuhan ketahanan pangan
1. Kuantitas dan kualitas jaringan infrastruktur wilayah
2. Kesenjangan intrawilayah Kalimantan
3. Pembangunan kawasan perbatasan
1. Interkonektivitas domestik intrawilayah.
2. Kapasitas energi listrik. 3. Revitalisasi modal sosial. 4. Pembangunan kawasan
perbatasan dan pulau-pulau terpencil.
IVKINERJA PEMBANGUNAN PROVINSI
15
9.008.007.006.005.004.00
Rata-rata Pertumbuhan PDRB Non Migas 200502009
1.50
1.00
0.50
0.00
-0.50
Rata-
rata
Peng
uran
gan K
emisk
inan 2
005-2
010 (
%)
Papua
Papua Barat
Malut
Maluku
SulbarGorontalo
Sultra
SulselSulteng
Sulut
NTT
NTB
KUALITAS PERTUMBUHAN: Dampak Pertumbuhan Ekonomi terhadap Penurunan Tingkat Kemiskinan
Bisa disebabkan karena penggerak pertumbuhan bukan dari sektor yang menyerap banyak tenaga kerja.
16
1.Kuadran I: Pertumbuhan Tinggi , Pro-Poor
2.Kuadran II: Pertumbuhan Rendah, Pro-Poor
3.Kuadran III: Pertumbuhan Rendah , Kurang Pro-Poor
4.Kuadran IV: Pertumbuhan Tinggi, Kurang Pro-Poor
III
III IV
9.008.007.006.005.004.00
Rata-rata Pertumbuhan PDRB Non Migas 2005-2010 (%)
1.40
1.20
1.00
0.80
0.60
0.40
0.20
0.00Rata-
rata p
engu
ranga
n Ting
kat P
enga
nggu
ran T
erbu
ka 20
05-10
10 (%
)
Papua
Papua Barat
Malut
Maluku
Sulbar
Gorontalo
Sultra
Sulsel
SultengSulut
NTT
NTB
KUALITAS PERTUMBUHAN : Dampak Pertumbuhan Ekonomi terhadap Penurunan Tingkat Pengangguran
1. Bisa disebabkan karena banyak suplai tenaga kerja dari luar.
2. Bisa disebabkan sektor utama penggerak utama pertumbuhan bukan sektor yang menyerap banyak tenaga kerja.
3. Bisa disebabkan sektor penggerak pertumbuhan kualifikasi tenaga kerja yang diserap tidak sesuai dengan kualifikasi tenaga kerja yang tersedia.
17
1. Kuadran I: Pertumbuhan Tinggi , Pro-Job
2. Kuadran II: Pertumbuhan Rendah, Pro-Job
3. Kuadran III: Pertumbuhan Rendah , Kurang Pro-Job
4. Kuadran IV: Pertumbuhan Tinggi, Kurang Pro-Job
III
III IV
9.008.007.006.005.004.00
Rata-rata Pertumbuhan PDRB Non Migas 2005-2009 (%)
1.00
0.90
0.80
0.70
0.60
0.50
0.40
0.30
Rata-
rata
Penin
gkata
n IPM
2005
-2009
Papua
Papua Barat
Malut
Maluku
Sulbar
Gorontalo
Sultra
Sulsel
Sulteng
Sulut
NTTNTB
KUALITAS PERTUMBUHAN : Dampak Pertumbuhan Ekonomi terhadap Peningkatan IPM
Bisa disebabkan karena sektor penggerak pertumbuhan mendorong konsumsi dan bukan investasi sosial dasar
18
1. Kuadran I: Pertumbuhan Tinggi , Pro- Human Dev
2. Kuadran II: Pertumbuhan Rendah, Pro- Human Dev
3. Kuadran III: Pertumbuhan Rendah , Kurang Pro- Human Dev
4. Kuadran IV: Pertumbuhan Tinggi, Kurang Pro- Human Dev
III
III IV
60.0050.0040.0030.0020.0010.000.00
Rata-rata Pertumbuhan Pendapatan daerah (APBD) 2005-2010 (%)
1.50
1.00
0.50
0.00
-0.50
Rata-
rata
Peng
uran
gan P
erse
ntase
pend
uduk
misk
in 20
05-20
10
Papua
Papua Barat
Malut
Maluku
Sulbar
Gorontalo
Sultra
Sulsel
Sulteng
Sulut
NTT
NTB
KUALITAS APBD: Dampak Pertumbuhan APBD terhadap Penurunan Tingkat Kemiskinan
Mungkin disebabkan karena belanja yang tidak tepat sasaran kepada rakyat miskin.
19
1.Kuadran I: Pendapatan Daerah Tinggi , Pro-Poor
2.Kuadran II: Pendapatan Daerah Rendah, Pro-Poor
3.Kuadran III: Pendapatan Daerah Rendah, Kurang Pro-Poor
4.Kuadran IV: Pendapatan Daerah Tinggi , Kurang Pro-Poor
III
III IV
60.0050.0040.0030.0020.0010.000.00
Rata-rata Pertumbuhan Pendapatan daerah (APBD) 2005-2010 (%)
1.40
1.20
1.00
0.80
0.60
0.40
0.20
0.00
Rata-
rata
Peng
uran
gan T
ingka
t Pen
gang
guran
Terb
uka 2
005-2
010
Papua
Papua Barat
Malut
Maluku
Sulbar
Gorontalo
Sultra
Sulsel
Sulteng
Sulut
NTT
NTB
KUALITAS APBD: Dampak Pertumbuhan APBD terhadap Penurunan Tingkat Pengangguran
Hal ini mungkin disebabkan karena belanja yang tidak tepat sasaran pada program yang secara langsung dapat mengurangi pengangguran (meningkatkan lapangan kerja formal).
20
III
III IV
1.Kuadran I: Pendapatan Daerah Tinggi , Pro-Job
2.Kuadran II: Pendapatan Daerah Rendah, Pro-Job
3.Kuadran III: Pendapatan Daerah Rendah, Kurang Pro-Job
4.Kuadran IV: Pendapatan Daerah Tinggi , Kurang Pro-Job
60.0050.0040.0030.0020.0010.000.00
Rata-rata Pertumbuhan Pendapatan Daerah (APBD) 2005-2009 (%)
1.00
0.90
0.80
0.70
0.60
0.50
0.40
0.30
Rata-
rata
Penin
gkata
n IPM
2005
-2009
Papua
Papua Barat
MalutMaluku
Sulbar
Gorontalo
Sultra
Sulsel
Sulteng
Sulut
NTT
NTB
KUALITAS APBD: Dampak Pertumbuhan APBD terhadap Peningkatan IPM
Hal ini mungkin disebabkan karena belanja yang tidak tepat sasaran kepada pelayanan sosial dasar.
21
III
III IV
1.Kuadran I: Pendapatan Daerah Tinggi , Pro-Human Dev
2.Kuadran II: Pendapatan Daerah Rendah , Pro-Human Dev
3.Kuadran III: Pendapatan Daerah Rendah, Kurang Pro-Human Dev
4.Kuadran IV: Pendapatan Daerah Tinggi , Kurang Pro-Human Dev
• Sebagian besar provinsi di KTI memiliki tingkat kemiskinan di atas rata-rata nasional
Wilayah Papua dan Prov. Maluku memiliki tingkat kemiskinan tertinggi
Persentase Penduduk Miskin Menurut Provinsi, Tahun 2010
• Sebagian besar provinsi di KTI memiliki IPM di bawah IPM nasional
IPM terendah berada di Provinsi Papua dan NTB
IPM Menurut Provinsi, Tahun 2008
• Sebagian besar Umur Harapan Hidup provinsi-provinsi di KTI masih berada di bawah UHH nasional.
UHH terendah berada di Provinsi NTB dan Kalimantan Selatan.
Umur Harapan Hidup (UHH) Menurut Provinsi, Tahun 2008
Indeks Pendidikan Menurut Provinsi, Tahun 2008
• Sebagian besar Indeks Pendidikan provinsi-provinsi di KTI masih berada di bawah Indeks Pendidikan nasional.
Indeks Pendidikan terendah berada di Provinsi Papua dan NTB
Keterangan: Indeks pendidikan = 2/3 (indeks melek huruf) +1/3 (indeks RLS); (Standar UNDP, NHDR)
Indeks Daya Beli Menurut Provinsi, Tahun 2008
• Sebagian besar Indeks Daya Beli provinsi-provinsi di KTI berada di bawah rata-rata nasional
Wilayah Papua Barat dan Maluku Utara memiliki tingkat daya beli terendah
•Wilayah KTI secara umum memiliki PDRB perkapita yang rendah
Wilayah Kalimantan Timur memiliki PDRB Perkapita Migas Tertinggi
PDRB perkapita Wilayah Maluku, Prov NTT, dan Gorontalo terendah di KTI, maupun Nasional
PDRB PERKAPITA (ADHB) MENURUT PROVINSITAHUN 2008
PERSENTASE DAERAH TERTINGGAL DI SETIAP PROVINSI
• Sebagian besar persentase daerah tertinggal berada di provinsi-provinsi di wilayah KTI.
• Persentase tertinggi terdapat di Sulawesi Barat (100%), NTT (95%), Papua (93%)
VPENENTUAN ISU STRATEGIS PROVINSI
29
PENENTUAN ISU STRATEGIS: Memperbaiki Kualitas Pertumbuhan
30
PENENTUAN ISU STRATEGIS: Memperbaiki Kualitas Belanja Daerah
31
PENENTUAN ISU STRATEGIS:Pencapaian Target RPJMN 2010 – 2014 (Kemiskinan, Pengangguran,
dan IPM)
32
VIISU STRATEGIS PROVINSI : KUALITAS PERTUMBUHAN DAN
KUALITAS APBD (DAMPAK TERHADAP KEMISKINAN, PENGANGGURAN DAN IPM)
33
ISU STRATEGIS PROVINSI: NUSTRA, MALUKU DAN PAPUAKUALITAS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN APBD
34
NO. PROVINSI
KUALITAS PERTUMBUHAN EKONOMI KUALITAS PERTUMBUHAN APBD
TERHADAP KEMISKINAN
TERHADAP PENGANGGURAN
TERHADAP IPM TERHADAP KEMISKINAN
TERHADAP PENGANGGURAN
TERHADAP IPM
1 NTB Pertumbuhan Rendah, Pro-Poor
Pertumbuhan Rendah , Kurang Pro-Job
Pertumbuhan Rendah, Pro- Human Dev
Pendapatan Daerah Rendah, Pro-Poor
Pendapatan Daerah Rendah, Kurang Pro-Job
Pendapatan Daerah Rendah , Pro-Human Dev
2 NTT Pertumbuhan Rendah, Pro-Poor
Pertumbuhan Rendah , Kurang Pro-Job
Pertumbuhan Rendah, Pro- Human Dev
Pendapatan Daerah Rendah, Pro-Poor
Pendapatan Daerah Rendah, Kurang Pro-Job
Pendapatan Daerah Rendah , Pro-Human Dev
3 Maluku Pertumbuhan Rendah, Pro-Poor
Pertumbuhan Rendah , Kurang Pro-Job
Pertumbuhan Rendah , Kurang Pro- Human Dev
Pendapatan Daerah Tinggi , Pro-Poor
Pendapatan Daerah Tinggi , Kurang Pro-Job
Pendapatan Daerah Tinggi , Kurang Pro-Human Dev
4 Malut Pertumbuhan Rendah, Pro-Poor
Pertumbuhan Rendah , Kurang Pro-Job
Pertumbuhan Rendah , Kurang Pro- Human Dev
Pendapatan Daerah Tinggi , Pro-Poor
Pendapatan Daerah Tinggi , Kurang Pro-Job
Pendapatan Daerah Tinggi , Kurang Pro-Human Dev
5 Papua Barat Pertumbuhan Tinggi, Kurang Pro-Poor
Pertumbuhan Tinggi , Pro-Job
Pertumbuhan Tinggi , Pro- Human Dev
Pendapatan Daerah Tinggi , Kurang Pro-Poor
Pendapatan Daerah Tinggi , Pro-Job
Pendapatan Daerah Tinggi , Pro-Human Dev
6 Papua Pertumbuhan Tinggi , Pro-Poor
Pertumbuhan Tinggi , Pro-Job
Pertumbuhan Tinggi , Pro- Human Dev
Pendapatan Daerah Tinggi , Pro-Poor
Pendapatan Daerah Tinggi , Pro-Job
Pendapatan Daerah Tinggi , Pro-Human Dev
ISU STRATEGIS PROVINSI: SULAWESIKUALITAS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN APBD
35
NO. PROVINSI
KUALITAS PERTUMBUHAN EKONOMI KUALITAS PERTUMBUHAN APBD
TERHADAP KEMISKINAN
TERHADAP PENGANGGURAN
TERHADAP IPM TERHADAP KEMISKINAN
TERHADAP PENGANGGURAN
TERHADAP IPM
7 Sulut Pertumbuhan Tinggi, Kurang Pro-Poor
Pertumbuhan Tinggi, Kurang Pro-Job
Pertumbuhan Tinggi, Kurang Pro- Human Dev
Pendapatan Daerah Tinggi , Kurang Pro-Poor
Pendapatan Daerah Tinggi , Kurang Pro-Job
Pendapatan Daerah Tinggi , Kurang Pro-Human Dev
8 Sulteng Pertumbuhan Tinggi , Pro-Poor
Pertumbuhan Tinggi, Kurang Pro-Job
Pertumbuhan Tinggi , Pro- Human Dev
Pendapatan Daerah Tinggi , Pro-Poor
Pendapatan Daerah Tinggi , Kurang Pro-Job
Pendapatan Daerah Tinggi , Pro-Human Dev
9 Sulsel Pertumbuhan Tinggi, Kurang Pro-Poor
Pertumbuhan Tinggi , Pro-Job
Pertumbuhan Tinggi , Pro- Human Dev
Pendapatan Daerah Rendah, Kurang Pro-Poor
Pendapatan Daerah Rendah, Pro-Job
Pendapatan Daerah Rendah , Pro-Human Dev
10 Sultra Pertumbuhan Tinggi , Pro-Poor
Pertumbuhan Tinggi , Pro-Job
Pertumbuhan Tinggi, Kurang Pro- Human Dev
Pendapatan Daerah Tinggi , Pro-Poor
Pendapatan Daerah Tinggi , Pro-Job
Pendapatan Daerah Tinggi , Kurang Pro-Human Dev
11 Gorontalo Pertumbuhan Tinggi , Pro-Poor
Pertumbuhan Tinggi , Pro-Job
Pertumbuhan Tinggi , Pro- Human Dev
Pendapatan Daerah Rendah, Pro-Poor
Pendapatan Daerah Rendah, Pro-Job
Pendapatan Daerah Rendah , Pro-Human Dev
12 Sulbar Pertumbuhan Tinggi , Pro-Poor
Pertumbuhan Tinggi, Kurang Pro-Job
Pertumbuhan Tinggi , Pro- Human Dev
Pendapatan Daerah Tinggi , Pro-Poor
Pendapatan Daerah Tinggi , Kurang Pro-Job
Pendapatan Daerah Tinggi , Pro-Human Dev
ISU STRATEGIS PROVINSI : SEKTOR UNGGULAN*
36
Sektor Utama Menurut Nilai Tambah : Sektor dengan kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB (2008)
Sektor Basis : Sektor spesialisasi daerah yang ditunjukkan oleh nilai Location Quotient lebih besar dari satu (pada sektor tradable)
Sektor Pendorong Pertumbuhan : Sektor dengan sumbangan terbesar dalam pertumbuhan PDRB provinsi (rata-rata 2004-2008)
Sektor Utama Menurut Penyerapan Tenaga Kerja : Sektor dengan penyerapan tenaga kerja terbesar (rata-rata 2005-2009)
*
WILAYAH NUSTRA, MALUKU DAN PAPUA
PROVINSISEKTOR UTAMA MENURUT NILAI
TAMBAH
SEKTOR BASIS (SPESIALISASI)
SEKTOR UTAMA PENDORONG
PERTUMBUHAN
SEKTOR UTAMA MENURUT
PENYERAPAN TENAGA KERJA
Nusa Tenggara Barat
Pertambangan Bukan Migas, Tanaman Bahan Makanan, Perdagangan
Pertambangan Bukan Migas, Penggalian, Tanaman Bahan Makanan
Perdagangan, Pengangkutan, Tanaman Bahan Makanan
Pertanian, Perdagangan Hotel & Restoran, Jasa-jasa
Nusa Tenggara Timur
Tanaman Bahan Makanan, Pemerintahan Umum, Perdagangan
Peternakan, Tanaman Bahan Makanan, Perikanan
Pemerintahan Umum, Perdagangan, Tanaman Bahan Makanan
Pertanian, Jasa-jasa, Industri
Maluku Perdagangan, Perikanan, Pemerintahan Umum
Perikanan, Perkebunan, Kehutanan
Perdagangan, Pengangkutan, Pemerintahan Umum
Pertanian, Jasa-jasa, Perdagangan Hotel & Restoran
Maluku Utara Perdagangan, Perkebunan, Industri Bukan Migas
Perkebunan, Perikanan, Kehutanan
Perdagangan, Perkebunan, Tanaman Bahan Makanan
Pertanian, Perdagangan Hotel & Restoran, Jasa-jasa
Papua Barat Industri Migas, Pertambangan Migas, Perdagangan
Kehutanan, Perikanan, Industri Migas
Konstruksi, Pemerintahan Umum, Perdagangan
Pertanian, Jasa-jasa, Perdagangan Hotel & Restoran
Papua Pertambangan Bukan Migas, Konstruksi, Tanaman Bahan Makanan
Pertambangan Bukan Migas, Kehutanan, Perikanan
Pertambangan Bukan Migas, Kehutanan, Air Bersih
Pertanian, Jasa-jasa, Perdagangan Hotel & Restoran
WILAYAH SULAWESIPROVINSI
SEKTOR UTAMA MENURUT NILAI
TAMBAH
SEKTOR BASIS (SPESIALISASI)
SEKTOR UTAMA PENDORONG
PERTUMBUHAN
SEKTOR UTAMA MENURUT
PENYERAPAN TENAGA KERJA
Sulawesi Utara Konstruksi, Perdagangan, Pemerintahan Umum
Penggalian, Perikanan, Perkebunan
Konstruksi, Perdagangan, Pengangkutan
Pertanian, Perdagangan Hotel & Restoran, Jasa-jasa
Sulawesi Tengah
Perkebunan, Tanaman Bahan Makanan, Perdagangan
Perkebunan, Kehutanan, Perikanan
Perkebunan, Perdagangan, Pemerintahan Umum
Pertanian, Perdagangan Hotel & Restoran, Jasa-jasa
Sulawesi Selatan
Perdagangan, Tanaman Bahan Makanan, Industri Bukan Migas
Perikanan, Pertambangan Bukan Migas, Tanaman Bahan Makanan
Perdagangan, Perkebunan, Pemerintahan Umum
Pertanian, Perdagangan Hotel & Restoran, Jasa-jasa
Sulawesi Tenggara
Perdagangan, Pemerintahan Umum, Perikanan
Perikanan, Peternakan, Perkebunan
Perdagangan, Perikanan, Industri Bukan Migas
Pertanian, Perdagangan Hotel & Restoran, Jasa-jasa
Gorontalo Pemerintahan Umum, Tanaman Bahan Makanan, Perdagangan
Perikanan, Tanaman Bahan Makanan, Peternakan
Pemerintahan Umum, Tanaman Bahan Makanan, Pengangkutan
Pertanian, Jasa-jasa, Perdagangan Hotel & Restoran
Sulawesi Barat Perkebunan, Tanaman Bahan Makanan, Pemerintahan Umum
Perkebunan, Perikanan, Tanaman Bahan Makanan
Pemerintahan Umum, Tanaman Bahan Makanan, Perikanan
Pertanian, Perdagangan Hotel & Restoran, Jasa-jasa
VIICONTOH ISU STRATEGIS PROVINSI:
Nusa Tenggara Timur
39
ANALISIS KUALITAS PERTUMBUHAN NTT
Kuadran I: Pertumbuhan Tinggi , Pro-Poor SUMBA TIMURTIMOR TENGAH SELATANTIMOR TENGAH UTARAALORLEMBATAFLORES TIMURSIKKAMANGGARAI BARAT
Kuadran II: Pertumbuhan Rendah, Pro-Poor SUMBA BARATKUPANGMANGGARAI
Kuadran III: Pertumbuhan Rendah , Kurang Pro-Poor NGADA
Kuadran IV: Pertumbuhan Tinggi, Kurang Pro-Poor ROTE NDAOKOTA KUPANG 40
10.005.000.00-5.00-10.00
Rata-rata Pertumbuhan PDRB Non Migas 2005-2008 (%)
4.00
2.00
0.00
-2.00
-4.00
Rata-
rata P
engu
ranga
n Pes
entas
e Pen
dudu
k Misk
in 20
05-20
08 (%
)
KOTA KUPANG
MANGGARAI BARAT
ROTE NDAO
MANGGARAI
NGADA
ENDE
SIKKA
FLORES TIMUR
LEMBATA
ALOR
BELU
TIMOR TENGAH SELATAN
KUPANG
SUMBA TIMUR
SUMBA BARAT
III
III IV
ANALISIS KUALITAS KEUANGAN DAERAH NTT
Kuadran I: Pertumbuhan Tinggi , Pro- Human Dev TIMOR TENGAH UTARABELUALORFLORES TIMURROTE NDAO
Kuadran II: Pertumbuhan Rendah, Pro- Human Dev SUMBA BARATKUPANGNGADA
Kuadran III: Pertumbuhan Rendah , Kurang Pro- Human DevMANGGARAI
Kuadran IV: Pertumbuhan Tinggi, Kurang Pro- Human DevSUMBA TIMURTIMOR TENGAH SELATANLEMBATASIKKAENDEMANGGARAI BARATKOTA KUPANG
4110.005.000.00-5.00-10.00
Rata-rata Pertumbuhan PDRB Non Migas 2005-2008 (%)
1.20
1.00
0.80
0.60
0.40
Rata-
rata
Penin
gkata
n IPM
2005
-2008
KOTA KUPANG
MANGGARAI BARAT
ROTE NDAO
MANGGARAI
NGADA
ENDE
SIKKA
FLORES TIMUR
LEMBATA
ALOR
BELU
TIMOR TENGAH UTARA
TIMOR TENGAH SELATAN
KUPANG
SUMBA TIMUR
SUMBA BARAT
III
III IV
Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur Memiliki Trend Positif
1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur selama tahun 2005-2008 cenderung fluktuatif, Namun memiliki trend potensi ekonomi yang tumbuh positif dengan pertumbuhan ekonomi pada kisaran 3,5 – 5,2 persen.
2. Namun, potensi ini masih berada dibawah kisaran target pertumbuhan ekonomi Prov. Nusa Tenggara Timur yang tertuang dalam RPJMN 2010-2014.
3. Perlu pengembangan sektor pengerak utama pertumbuhan ekonomi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi sesuai dengan target pertumbuhan ekonomi dalam RPJMN 2010-2014
42
5,40 5,505,60 5,70
5,80
5,906,03
6,156,28
6,40
3,46
5,08
5,15
4,81
4,24
5,65 5,765,88 5,99
6,105.49 %, Data YoY Q 3-2010
3,00
3,50
4,00
4,50
5,00
5,50
6,00
6,50
7,00
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Batas Bawah Pertumbuhan Ekonomi
Batas Atas Pertumbuhan Ekonomi
Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi
Linear (Data Historis 2005-2009)
%/Tahun
Penurunan Tingkat Kemiskinan Provinsi Nusa Tenggara Timur Menunjukkan Kinerja Yang Cukup Baik
1. Perkembangan tingkat kemiskinan selama periode 2005-2009 cenderung menurun.
2. Berdasarkan data Maret 2010, tingkat kemiskinan Provinsi Nusa Tenggara Timur berada pada posisi 23,03 persen.
3. Tren penurunan kemiskinan sampai dengan tahun 2014 (yang dihitung berdasarkan data 2005-2009) masih berada di atas kisaran target kemiskinan dalam RPJMN 2010-2014.
4. Untuk itu, perlu dilakukan Kebijakan yang pro poor, khususnya di daerah yang menjadi kantong-kantong kemiskinan.
43
22,64
21,22
19,80
18,37
16,95
22,12
20,81
19,50
18,1816,87
22,38
21,01
19,65
18,28
16,91
23.03 %Data Maret 2010
28,19
27,9927,51
25,65
23,31
16,50
18,50
20,50
22,50
24,50
26,50
28,50
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Batas Bawah Kemiskinan
Batas Atas Kemiskinan
Rata-Rata Kemiskinan
Linear (Data Historis 2005-2009)
%/Tahun
Perkembangan Tingkat PengangguranProvinsi Nusa Tenggara Timur Berada
Diatas Kisaran Target RPJMN 2010-20141. Perkembangan tingkat
pengangguran selama periode 2005-2010 cenderung menurun.
2. Berdasarkan data Februari 2010, tingkat pengangguran Provinsi Nusa Tenggara berada di level 3,49 persen meningkat dari tahun sebelumnya.
3. Tren penurunan pengangguran sampai dengan tahun 2014 (yang dihitung berdasarkan data 2006-2009) berada di bawah kisaran target pengangguran dalam RPJMN 2010-2014.
4. Namun demikian, tetap perlu dilakukan kebijakan yang pro job, khususnya di Kab/Kota yang memiliki tingkat pengangguran yang tinggi.
44
1,901,78 1,65
1,53 1,40
1,70 1,58 1,45 1,33 1,20
1,801,68
1,55 1,43 1,30
3.49 %Data Februari 2010
5,46
4,98
3,98 3,70
2,78
3,49
0,50
1,50
2,50
3,50
4,50
5,50
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Batas Bawah PengangguranBatas Atas PengangguranRata-Rata PengangguranTrend Linier Data Historis 2005-2010
%/Tahun
ISU STRATEGIS 1: PERCEPATAN PERTUMBUHAN EKONOMI YANG BERKUALITAS
45
• Dalam tiga tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi disertai dengan penurunan tingkat kemiskinan dan pengangguran, menunjukkan tren perbaikan kualitas pertumbuhan.
• Namun laju pertumbuhan masih lebih rendah dari nasional. Rata-rata laju pertumbuhan pertahun selama 2004-2009 4,8%, sementara nasional 5,5%. Akselerasi pertumbuhan diperlukan untuk mengurangi kesenjangan, serta menurunkan tingkat kemiskinan dan pengangguran lebih cepat lagi.
• Pendorong utama pertumbuhan daerah adalah konsumsi, sedangkan sumbangan investasi (PMTB) masih rendah.
• Selalu mengalami defisit perdagangan antardaerah dalam periode 2004-2008
ISU STRATEGIS 2: KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA
46
• Indeks Pembangunan Manusia (IPM) termasuk tertinggal secara nasional, khususnya pada aspek rata-rata lama sekolah dan pengeluaran perkapita.
• Tingkat pengangguran jauh lebih rendah dari tingkat nasional, namun tingkat kemiskinan jauh di atas tingkat nasional. Demikian juga pangsa pekerja informal. Hal ini menunjukkan rendahnya kesempatan pekerjaan yang berkualitas.
• 69,4% angkatan kerja (penduduk usia 15 tahun ke atas) tidak memiliki ijasah SMP.
KOMPONEN IPM NTT NASIONALRANKING DARI 33
PROVINSI
Usia Harapan Hidup (th) 67 69 25
Angka Melek Huruf (%) 87.66 92.19 27
Rata-Rata Lama Sekolah (th) 6.55 7.52 32
Pengeluaran Perkapita Disesuaikan (Rp Ribu) 599.93 628.33 30
IPM 66.15 71.17 31
PENGANGGURAN TERBUKA 2009 (%)
PEKERJA INFORMAL
2009 (%)
KEMISKINAN 2009 (%)
NTT 2.8 83.3 23.3
NASIONAL 8.1 62.1 14.2
ISU STRATEGIS 3: KINERJA BIROKRASI DAN PELAYANAN PUBLIK
47
PERINGKAT KABUPATEN/KOTA NTT MENURUT SKOR KELEMBAGAAN (KPPOD 2009)
KABUPATEN/KOTA RANKING
Kupang 3 dari 59 kota
Lembata 16 dari 169 kab
Ende 41 dari 169 kab
Manggarai 55 dari 169 kab
Timor Tengah Selatan 59 dari 169 kab
Sumba Barat 87 dari 169 kab
Ngada 90 dari 169 kab
Timur Tengah Utara 93 dari 169 kab
Sika 109 dari 169 kab
• Faktor kualitas kelembagaan sangat penting untuk meningkatkan daya saing dan daya tarik investasi daerah, khususnya daerah-daerah yang tidak memiliki sumber daya alam melimpah.
• Kerjasama antardaerah dan sinergi pusat-daerah sangat strategis dalam mengurangi hambatan distribusi barang antarwilayah dan mengurangi duplikasi perpajakan yang memicu ekonomi biaya tinggi.
PERINGKAT DAYA SAING KABUPATEN/KOTA NTT MENURUT SKOR KESELURUHAN (KPPOD 2009)
KABUPATEN/KOTA RANKING
Kupang 45 dari 59 kota
Ende 114 dari 169 kab
Lembata 126 dari 169 kab
Timor Tengah Sel. 133 dari 169 kab
Sika 150 dari 169 kab
Ngada 151 dari 169 kab
Timor Tengah Utara 152 dari 169 kab
Manggarai 157 dari 169 kab
Sumba Barat 168 dari 169 kab
• Sektor unggulan masih sektor primer
• Peran sektor unggulan dalam mendorong pertumbuhan wilayah masih rendah. Secara keseluruhan kontribusi sektor unggulan dalam pertumbuhan wilayah baru 28%.
• Intensitas perdagangan yang signifikan baru terjadi dengan wilayah Jawa-Bali, sedangkan dengan pulau-pulau lain relatif kecil.
ISU STRATEGIS 4: PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN DAERAH
SEKTOR (tradable)SKOR LQ
2005 2006 2007 2008
Tanaman Bahan Makanan 3.04 3.20 3.00 3.21
Tanaman Perkebunan 1.32 1.25 1.24 1.28
Peternakan 5.86 5.65 5.90 5.93
Kehutanan 0.23 0.25 0.23 0.23
Perikanan 2.07 2.12 2.31 2.22
Pertambangan Minyak & Gas Bumi 0.00 0.00 0.00 0.00
Pertamabangan Bukan Migas 0.00 0.00 0.00 0.00
Penggalian 2.07 1.67 1.84 1.80
Industri Migas 0.00 0.00 0.00 0.00
Industri Bukan Migas 0.08 0.08 0.08 0.08
ISU STRATEGIS 5: RENDAHNYA INTERKONEKTIVITAS DOMESTIK INTRA & ANTARPULAU
• Termasuk salah satu dari delapan provinsi kepulauan, terdiri dari 1192 pulau (711 belum bernama)• Prasarana dan sarana perhubungan antarpulau masih minim. Pangsa angkutan laut dalam PDRB hanya
0,8%, ASDP (penyeberangan) hanya 0,1%.• Sangat bergantung pada pelabuhan di Jawa Timur dan Bali untuk pengiriman komoditas ekspor.
KONDISI JALAN NASIONAL di NTT
(Des 2008)PANJANG (Km) PANJANG (%)
Baik 568.0 44.6
Sedang 465.7 36.6
Rusak 239.3 18.8
Total 1,273.0 100.0
PRASARANA TRANSPORTASI (Podes 2005) TINGKAT KETERSEDIAAN (Persen)
Darat 94.5
Air 0.8
Darat dan air 4.8
Dapat dilalui kendaraan roda empat sepanjang tahun 81.9
TAHUN
JALAN NEGARA JALAN PROVINSI JALAN KABUPATEN
RASIO PANJANG JALAN
NON-ASPAL(%)
RASIO PANJANG JALAN RUSAK
(%)
RASIO PANJANG JALAN
NON-ASPAL(%)
RASIO PANJANG JALAN RUSAK
(%)
RASIO PANJANG JALAN
NON-ASPAL(%)
RASIO PANJANG JALAN RUSAK
(%)
2003 19.6 26.7 11.1 19.9 62.4 45.2
2004 9.4 9.4 81.1 9.4 62.4 45.2
2005 9.4 24.7 81.1 75.0 79.9 13.2
2006 9.4 24.7 81.1 75.0 62.4 45.2
Sumber: Statistik Perhubungan
KONDISI PRASARANA JALAN NTT
TAHUN
JALAN NEGARA JALAN PROVINSI JALAN KABUPATENRASIO
PANJANG JALAN
NON-ASPAL(%)
RASIO PANJANG
JALAN RUSAK
(%)
RASIO PANJANG
JALAN NON-ASPAL
(%)
RASIO PANJANG
JALAN RUSAK
(%)
RASIO PANJANG
JALAN NON-ASPAL
(%)
RASIO PANJANG
JALAN RUSAK
(%)
2003 19.6 26.7 11.1 19.9 62.4 45.2
2004 9.4 9.4 81.1 9.4 62.4 45.2
2005 9.4 24.7 81.1 75.0 79.9 13.2
2006 9.4 24.7 81.1 75.0 62.4 45.2Sumber: Statistik Perhubungan
ISU STRATEGIS 6: PEMBANGUNAN KAWASAN PERBATASAN
51
• Kawasan perbatasan di NTT yang diprioritaskan dalam RPJMN 2010-2014 meliputi kawasan perbatasan di Kabupaten Kupang, Timor Tengah Utara, Belu, Alor, dan Rote Ndao.
• Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) yang diprioritaskan adalah Kefamenanu (Timor Tengah Utara) dan Atambua (Belu).
ISU STRATEGIS 7: DEGRADASI LINGKUNGAN HIDUP
53
• Kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup sangat penting bagi wilayah kepulauan yang perekonomiannya sangat bergantung pada produksi komoditas primer.
• Dampak perubahan iklim akan dirasakan paling besar di wilayah kepulauan, khususnya pulau-pulau kecil. Rehabilitasi lingkungan lahan kritis akan meningkatkan daya tahan lingkungan.
• Perlu pengembangan ekonomi perdesaan untuk merangsang tumbuhnya kegiatan alternatif pertanian dan penggalian tradisional.
NTT LUAS (Km2)
Lahan kritis 4.390.370
Total wilayah 4.613.787
Persentase lahan kritis 95%
Tingkat kesesuaian penggunaan lahan dengan Rencana Tata Ruang Pulau
52,7%*
Sumber: Statistik Lingkungan Hidup, 2006/2007 Badan Pertanahan Nasional 2007
HARAPAN DALAM DISKUSI:
54
SEKIAN DAN TERIMA KASIH
55
top related