adat perkawinan melayu
Post on 02-Feb-2016
1.006 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
MAKALAH
ADAT PERKAWINAN MELAYU
Oleh:
1. Irfandi 14051212522. Novilia 14051202633. Nurfitria Sari 1405122035
Dosen Pengampu:
Prof. Drs. H. Isjoni, M.Si, Ph.D
FAKULTAS KEGURUAN dan ILMU PENNDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini dalam bentuk maupun
isinya yang sangat sederhana. Makalah ini membahas mengenai konsep
perkawinan dalam adat Melayu, juga menjelaskan tentang proses persiapan
menjelang hari perkawinan, proses perkawinan, dan proses pasca perkawinan
menurut masyarakat Melayu.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya sebagai
salah satu persyaratann untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Budaya Melayu.
Selain itu, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karna itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Penulis juga berharap semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih
luas dan menambah pengetahuan bagi pembaca.
Pekanbaru, 15 April 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………….2
Daftar Isi…………………………………………………………………………..3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………….5B. Rumusan Masalah…………………………………………………………6C. Tujuan…………………………………………………………………......6
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Perkawinan Melayu………………..……………………………..7B. Persiapan Menuju Hari Perkawinan……………………………………….8
B.1. Merisik dan Meninjau………………………………………………...9B.2. Merasi……………………………………………………………….10B.3. Melamar, Meminang dan Bertunangan…………………………..…11B.4. Berjanji Waktu……………………………………………………....13B.5. Mengantar Belanja…………………………………………………..14B.6. Ajak-Mengajak……………………………………………………...15B.7. Gotong-Royong……………………………………………………..15B.8. Pembacaan Barzanzi dan Persediaan Jamuan………………………16B.9. Menggantung-gantung……………………………………………...16B.10. Berinai……………………………………………………………..17B.11. Berandam………………………………………………………….18B.12. Khatam Al-Qur’an………………………………………………...20
C. Upacara Perkawinan Melayu…………………………………………….20C.1. Hari Akad…………………………………………………………...21
C.1.a. Antar Belanja atau Seserahan………………………………...21C.1.b. Akad Nikah…………………………………………………..22C.1.c. Menyembah…………………………………………………..23C.1.d. Tepuk Tepung Tawar…………………………………………23C.1.e. Nasehat Perkawinan…………………………………………..24C.1.f. Jamuan Santap Bersama………………………………………25
C.2. Hari Langsung………………………………………………..……..25C.2.a. Mengarak Pengantin Lelaki…………………………………..25C.2.b. Menyambut Arak-arakan Pengantin Lelaki…………………..26C.2.c. Bersanding……………………………………………………28C.2.d. Resepsi Perkawinan…………………………………………..29C.2.e. Ucapan Alu-aluan dan Tahniah………………………………29C.2.f. Pembacaan Doa……………………………………………….30
C.2.g. Santap Nasi Hadap-hadapan…………………………………30C.2.h. Tahniah……………………………………………………….30
D. Pasca Upacara Perkawinan Melayu……………………………………...31D.1. Malam Keluarga………………………………………………….…31D.2. Mandi Damai………………………………………………………..31D.3. Suruk-surukan…………………………………………………….…32D.4. Jamuan Makan Bersama……………………………………….……33
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ...……………………..……………………………………..34B. Saran.......………………………………………………………………....34
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………......35
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkawinan merupakan hak setiap individu untuk melanjutkan keturunan
yang sah. Hal ini juga sudah ditetapkan dalam UUD 1945 pasal 28 B ayat (1)
yang berbunyi “Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan
keturunan melalui perkawinan yang sah.” Walaupun sudah memiliki Undang-
Undang tentang perkawinan, namun pada pelaksanaan perkawinan itu sendiri
tidak terlepas dari pengaruh adat istiadat setempat sebagai hukum yang masih
hidup dan tidak tertulis dalam perundang-undangan.
Indonesia adalah negara dengan berbagai macam suku dan bangsa yang
menghasilkan adat istiadat yang bermacam-macam pula. Masyarakat Indonesia
pada umumnya mengetahui adat yang dibawanya sejak lahir pada lingkungan
masyarakat dimana ia tinggal. Misalnya orang Melayu harus tahu harus tahu adat
istiadat orang Melayu. Namun dalam perkembangannya, adat di masa kini hanya
diketahui orang-orang tertentu saja. Orang-orang tertentu disini maksudnya yaitu
seperti orang-orang yang memang berada dalam organisasi adat atau orang-orang
tua yang masih mengingat adat dari generasi sebelumnya, khususnya tentang adat
perkawinan.
Kebanyakan orang-orang pada masa sekarang ini tidak mengetahui tentang
adat perkawinan dalam masyarakatnya sendiri. Padahal banyak makna dan nilai-
nilai baik yang dapat diperoleh melalui adat perkawinan itu, khususnya bagi
masyarakat Melayu. Oleh karena itu, penulis menyusun makalah ini untuk
memberikan sedikit informasi tentang adat perkawinan terutama dalam
masyarakat melayu.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang masalah di atas, rumusan masalah yang akan dibahas
pada karya ilmiah ini mencakup beberapa hal. Rumusan masalah tersebut seperti
yang dipaparkan berikut ini.
1. Apakah konsep utama dari adat perkawinan Melayu?
2. Bagaimanakah persiapan menuju hari perkawinan dalam adat Melayu?
3. Bagaimanakah proses atau upacara perkawinan dalam adat Melayu?
4. Bagaimanakah proses pasca upacara perkawinan Melayu?
C. TUJUAN
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dipaparkan di
atas, ada beberapa tujuan yang diharapkan dapat tercapai dalam pembuatan
makalah ini. Tujuan tersebut seperti yang dicantumkan berikut ini.
1. Menjelaskan konsep utama dari adat perkawinan Melayu.
2. Menjelaskan bagaimana persiapan menuju hari perkawinan dalam adat
Melayu.
3. Menjelaskan bagaimana proses atau upacara perkawinan dalam adat Melayu.
4. Menjelaskan bagaimana proses pasca upacara perkawinan Melayu.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Perkawinan Melayu
Perkawinan merupakan fase kehidupan manusia yang bernilai sakral dan
amat penting. Dibandingkan dengan fase kehidupan lainnya, fase perkawinan
boleh dibilang terasa sangat spesial. Perhatian pihak-pihak yang berkepentingan
dengan acara tersebut tentu akan banyak tertuju kepadanya, mulai dari
memikirkan proses akan menikah, persiapannya, upacara pada hari perkawinan,
hingga setelah upacara usai digelar.
Adat perkawinan dalam budaya Melayu terkesan rumit karena banyak
tahapan yang harus dilalui. Kerumitan tersebut muncul karena perkawinan dalam
pandangan Melayu harus mendapat restu dari kedua orang tua serta harus
mendapat pengakuan yang resmi dari tentangga maupun masyarakat. Dalam adat
perkawinan Melayu, rangkaian upacara perkawinan dilakukan secara rinci dan
tersusun rapi, yang keseluruhannya wajib dilaksanakan oleh pasangan calon
pengantin beserta keluarganya. Hanya saja, memang ada sejumlah tradisi atau
upacara yang dipraktekkan secara berbeda-beda di sejumlah daerah dalam wilayah
geo-budaya Melayu.
Sebenarnya jika mengikuti ajaran Islam yang murni, tahapan upacara
perkawinan cukup dilakukan secara ringkas dan mudah. Ajaran Islam perlu
diterapkan di berbagai daerah dengan menyertakan adat-istiadat yang telah
menjadi pegangan hidup masyarakat tempatan. Dalam pandangan Melayu secara
umum, prinsip (syariat) Islam perlu “dikawinkan” dengan adat budaya
masyarakat. Sehingga, integrasi ini sering diistilahkan sebagai “Adat bersendi
syarak, Syarak bersendi Kitabullah”, atau “Syarak mengata, adat memakai” (apa
yang ditetapkan oleh syarak itulah yang harus digunakan dalam adat).
Dalam pandangan budaya Melayu, kehadiran keluarga, saudara-mara,
tetangga, dan masyarakat kepada majelis perkawinan tujuannya tiada lain adalah
untuk mempererat hubungan kemasyarakatan dan memberikan kesaksian dan doa
restu atas perkawinan yang dilangsungkan. Untuk itulah, perkawinan perlu
dilakukan menurut adat yang berlaku dalam masyarakat, sehingga perkawinan
tersebut mendapat pengakuan dan restu dari seluruh pihak dan masyarakat.
B. Persiapan Menuju Hari Perkawinan
Hari perkawinan merupakan hari yang ditunggu-tunggu oleh semua
anggota masyarakat yang berkenaan dengan perhelatan acara ini. Pada hari itu
semua keluarga, saudara, termasuk tetangga berkumpul dalam satu majelis. Dalam
adat melayu, banyak cara atau upacara yang biasa dilakukan sebelum akad nikah
dilangsungkan. Hal ini dilakukan agar lebih mengetahui dan mengenal calon
pengantinnya. Walaupun tidak selalu dilaksanakan, namun secara umum upacara
yang biasa dilakukan untuk mempersiapkan perkawinan itu sendiri adalah seperti
yang dijabarkan berikut ini.
B.1. Merisik dan Meninjau
Merisik adalah kegiatan memilih jodoh yang dilakukan orang tua untuk
mencarikan calon istri bagi anak laki-lakinya. Para orang tua biasanya mulai
berpikir jika anak laki-lakinya dipandang sudah siap untuk berkeluarga mereka
akan mencari dan memperhatikan beberapa gadis yang dikenalinya. Kegiatan
merisik biasanya dilakukan apabila seorang laki-laki yang hendak menikah
dengan seorang gadis tetapi belum mengenali jati diri gadis tersebut atau jika
sudah kenal namun baru sebatas kenal sekilas saja.
Tujuan dari kegiatan merisik adalah untuk memastikan apakah gadis
tersebut sudah memiliki pasangan atau belum. Tentunya, jika gadis tersebut telah
memiliki tunangan maka laki-laki tersebut tidak bisa lagi berniat untuk
menikahinya. Sebab, dalam hukum Islam seseorang itu dilarang untuk meminang
tunangan orang lain. Kegiatan merisik juga dimaksudkan untuk mengetahui latar
belakang calon menantu perempuan, kesuciannya, dan juga kepribadiannya.
Kegiatan merisik juga mencakup hal-hal yang berkaitan dengan keterampilan
rumah tangga, adab sopan-santun, tingkah laku, bagaimana paras wajahnya, dan
juga pengetahuan gadis tersebut tentang agamanya.
Adat merisik biasanya dilakukan oleh pihak laki-laki, sedangkan adat
meninjau dilakukan oleh kedua pihak. Setelah kegiatan merisik dapat menentukan
bahwa gadis tersebut belum memiliki pasangan, selanjutnya dilakukan tahapan
meninjau. Kegiatan ini kadang dilakukan sekaligus dengan kegiatan merisik.
Kegiatan meninjau dimaksudkan untuk mengetahui tempat asal calon yang akan
dinikahi. Kegiatan meninjau dilakukan oleh seorang wakil yang dipercaya dapat
melakukannya. Kegiatan meninjau akan dirasa mudah jika wakil tersebut sudah
mengenal gadis tersebut. Jika belum mengenalnya maka diperlukan waktu untuk
melakukan tahapan peninjauan.
Kegiatan meninjau juga dapat dilakukan oleh pihak perempuan. Bapak dan
ibu pihak perempuan misalnya bisa meninjau keadaan sesungguhnya seputar diri
dan keluarga calon suami dari anak gadisnya. Kegiatan peninjauan ini biasanya
dimaksudkan untuk memastikan status bujang laki-laki tersebut dan bagaimana
latar belakanng ekonominya. Orang tua pihak perempuan biasanya perlu
memastikan bahwa calon suami dari anaknya mampu membiayai hidup rumah
tangga yang kelak dibangun.
B.2. Merasi
Tujuan merasi adalah untuk memastikan apakah pasangan yang hendak
dijodohkan itu sebenarnya cocok atau tidak. Artinya, merasi adalah kegiatan
meramal atau menilik keserasian antara pasangan yang hendak dijodohkan.
Kegiatan ini biasanya dilakukan melalui perantaraan seorang ahli yang sudah
terbiasa bertugas mencari jodoh kepada orang yang hendak menikah. Pencari
jodoh tersebut akan memberikan pendapatnya bahwa pasangan tersebut dinilai
cocok (sesuai) atau tidak.
Pada masa lalu, masyarakat adat mempercayai bahwa kegiatan ini dirasa
penting karena kerukunan rumah tangga ditentukan oleh adanya keserasian antara
pasangan suami-istri. Jika hasil keputusan merasi adalah bahwa pasangan tersebut
tidak cocok, maka biasanya orang tua dari masing-masing pasangan akan
membatalkan rencana perkawinan anak-anak mereka. Alasannya, jika mereka
tetap dijodohkan maka konsekuensinya akan berdampak pada ketidakharmonisan,
ketidakrukunan, dan keutuhan rumah tangga mereka akan hancur.
B.3. Melamar, Meminang dan Bertunangan
Setelah dirasa bahwa pasangan yang akan menikah sudah cocok, langkah
kemudian adalah tahapan melamar dan meminang. Sebelum meminang, keluarga
pihak laki-laki melamar terlebih dahulu gadis yang akan dinikahi. Maksud dari
kegiatan melamar adalah menanyakan persetujuan dari pihak calon pengantin
perempuan sebelum dilangsungkannya acara meminang. Jika masih dalam tahap
melamar, maka rencana perkawinan belum dapat dipastikan.
Lamaran dilakukan oleh pihak calon pengantin laki-laki, yaitu dengan cara
mengantarkan beberapa wakil yang terdiri dari beberapa orang yang dipercaya
dapat memikul tanggung jawab tersebut. Dalam pertemuan tersebut terjadi
pembicaraan untuk mendapatkan jawaban yang pasti dari pasangan yang akan
dijodohkan. Biasanya pihak perempuan akan memberikan jawaban dalam tempo
beberapa hari. Adanya tenggat waktu adalah agar perempuan tersebut tidak
dianggap “menjual murah” yang begitu mudah langsung menerima lamaran dan
juga difungsikan untuk berunding dengan keluarga dan saudara pihak perempuan.
Setelah calon laki-laki disetujui oleh keluarga pihak perempuan, mereka
kemudian menemui wakil pihak laki-laki untuk memberitahukan keputusan
tersebut. Dalam adat Melayu, biasanya pihak laki-laki sendiri yang akan datang ke
rumah pihak perempuan untuk menanyakan keputusan tersebut. Setelah kedua
pihak berbincang dan bersepakat, utusan dari wakil pihak laki-laki akan datang
lagi untuk menetapkan kapan hari pertunangan. Dalam pertemuan ini juga
diperbincangkan seputar jumlah barang antaran dan jumlah rombongan pihak
laki-laki yang akan datang secara bersama. Hal itu dimaksudkan agar pihak
perempuan mudah membuat persiapan dalam menerima kedatangan mereka.
Istilah “meminang” digunakan karena buah pinang merupakan bahan
utama yang dibawa saat acara meminang beserta daun sirih dan bahan lainnya.
Buah pinang adalah lambang untuk laki-laki karenanya bentuknya yang keras.
Sirih adalah lambang untuk perempuan. Buah pinang dan sirih adalah lambang
laki-laki dan perempuan yang bersatu dan tidak dapat dipisahkan. Artinya bahwa
seseorang itu tidak mungkin makan sirih tanpa pinang.
Pada saat acara meminang, rombongan pihak laki-laki beserta antarannya
akan disambut oleh keluarga pihak perempuan. Antaran diletakkan di tengah
majelis yang disaksikan di depan para keluaarga. Sebelum memulai adat
meminang, biasanya wakil pihak perempuan duduk berhadapan dengan ketua
wakil pihak laki-laki. Sirih junjung diletakkan di hadapan mereka berdua.
Bukan uang dibilang, bukan emas-berlian dipandang,
Namun ketulusan hati membalut barang antaran sebagai wujud kasih sayang.
Mereka kemudian memulai acara meminang dengan saling berkenalan
terlebih dahulu. Setelah berkenalan wakil pihak perempuan memulai adat ini
dengan bertanya kepada wakil pihak laki-laki tentang siapa yang memiliki sirih
tersebut. Wakil pihak laki-laki akan menjawab dengan menyebutkan nama laki-
laki diwakilinya dan juga nama perempuan yang hendak dipinang. Mereka juga
menyatakan maksud kedatangan mereka. Setelah itu tepak sirih yang diterima
oleh wakil pihak perempuan kemudian dikembalikan kepada wakil pihak laki-laki
sambil mengatakan bahwa pinangan mereka diterima atau ditolak. Wakil pihak
laki-laki kemudian mendatangi calon pengantin perempuan untuk mengenakan
cincin di jari manisnya. Perempuan tersebut biasanya berada di balik bilik yang
telah berpakaian indah. Dengan demikian, calon pengantin perempuan tersebut
telah resmi bertunangan dengan calon pengantin laki-laki.
B.4. Berjanji waktu
Setelah pinangan diterima maka kedua belah pihak berunding untuk
menentukan hari pelaksanaan pernikahan yang tepat (hari baik, bulan baik).
Waktu yang lazim digunakan untuk melaksanakan pernikahan tersebut adalah
pada bulan Rabi’ul Awal, Rabi’ul Akhir, Jumadil Awal, Jumadi Akhir, Sa’ban,
dan Zulhijah. Bulan yang jarang diambil untuk pelaksanaan pernikahan adalah
bulan Syafar dan Zulkaedah atau disebut juga dengan nama bulan Apit, pada
umumnya ada kepercayaan dalam masyarakat, pada bulan apit ini banyak
mendatangkan mudaharat. Dalam memilih hari, yang dianggap hari baik adalah
hari senin, kamis, jum’at, sabtu, dan minggu. Sedangkan hari selasa dan rabu
dianggap juga mendatangkan mudharat.
Maksud dan tujuan diadakan berjanji waktu ini adalah untuk mencari hari
baik dan bulan baik agar pasangan yang menikah nanti mendapatkan hal yang
baik-baik dan terhindar dari kemudharatan.
B.5. Mengantar belanja
Mengantar tanda bermaksud menunjukkan rasa tanggung jawab dari pihak
laki-laki untuk mempersunting gadis idamannya. Pada hakekatnya mengantar
belanja mencerminkan rasa senasib sepenanggungan, se-aib se-malu, yang berat
sama dipikul, yang ringan sama dijinjing. Dalam ungkapan Melayu disebutkan :
Adat orang mengantar belanja
Tanda beban sama dipikul
Tanda hutang sama dibayar
Tanda adat sama diisi
Tanda lembaga sama dituang
Antar belanja bukan bersifat jual beli atau menghitung untung rugi, tetapi
sepenuhnya mengacu pada nilai kekeluargaan dan kekerabatan, seperti dalam
ungkapan sebagai berikut ;
Yang lebih tambah menambah
Yang kurang isi mengisi
Yang berat sama dipikul
Yang ringan sama dijinjing
Yang pahit sama dirasa
Yang manis sama dicecah
Adat Melayu melarang serta memantangkan tawar menawar dalam
menentukan besar kecilnya hantaran. Dalam memberikan hantaran terbagi atas
dua cara, yaitu hantaran tidak sama naik dan hantaran sama naik. Hantaran tidak
sama naik maksudnya, uang hantaran (uang hangus) dihantarkan jauh-jauh hari
sebelum acara pernikahan dilaksanakan. Sedangkan uang hantaran sama naik
bermaksud, uang hantaran diberikan pihak laki-laki sewaktu pelaksanaan
pernikahan. Jumlah uang hantaran tidak menjadi konsumsi umum, yang
mengetahui besaran uang hantaran yang diberikan hanya keluarga dan kerabat
dekat pengantin saja.
B.6. Ajak mengajak
Prosesi ini dilakukan untuk meminta pertolongan kerabat, sekaligus
memberi kabar baik pada sanak saudara, kaum kerabat, dan tetangga terdekat
yang secara khusus diminta datang untuk menolong mempersiapkan acara. Prosesi
ini dilakukan sekurang-kurangnya tiga hari sebelum acara gantung-gantung.
Maksud dan tujuan mengajak adalah untuk membantu bergotong royong membuat
bangsal, tempat berkhatam – berzanzi, mencari kayu api, dan segala hal yang
perlu disiapkan.
B.7. Gotong Royong
Sebelum datangnya hari perkawinan perlu dilakukan acara gotong-royong
atau rewang (jw). Pihak tuan rumah perlu menyediakan berbagai macam kue
Melayu untuk mereka yang bergotong-royong. Kegiatan gotong-royong biasanya
dilakukan hingga larut malam sambil menikmati kue-kue yang dihidangkan.
Kegiatan gotong-royong ini dimulai dengan membagi aktivitas yang perlu
dilakukan antara laki-laki dan perempuan. Pada pagi harinya, pihak perempuan
biasanya sibuk menyediakan berbagai keperluan dalam rumah, sedangkan pihak
laki-lakinya mengeluarkan semua alat yang diperlukan, seperti piring, tempat
penyajian makanan, gelas, dan sebagainya yang tersusun secara rapi. Pada petang
harinya, dilakukan penyembelihan ayam, kambing, atau lembu yang kemudian
dimasak bersama-sama untuk persiapan upacara perkawinan.
B.8. Pembacaan Barzanzi dan Persediaan Jamuan
Kegiatan (majelis) membaca barzanzi dilakukan selepas shalat isya.
Majelis ini biasanya diikuti oleh mereka yang telah melakukan kegiatan gotong-
royong selama sehari-semalam, juga diikuti oleh keluarga dan saudara dari tuan
rumah, termasuk para jemputan yang diundang secara khusus pada majelis ini.
Dalam kegiatan pembacaan barzanzi juga dihidangkan jamuan. Persediaan jamuan
biasanya ditentukan secara berbeda-beda, tergantung pada bagaimana keinginan
keluarga dari tuan rumah.
B.9. Menggantung-Gantung
Upacara ini dilakukan dalam tenggang waktu yang cukup panjang,
biasanya 3 hari sebelum hari perkawinan. Bentuk kegiatan dalam upacara ini
biasanya disesuaikan dengan adat di masing-masing daerah yang berkisar pada
kegiatan menghiasi rumah atau tempat akan dilangsungkannya upacara
pernikahan, memasang alat kelengkapan upacara, dan sebagainya. Yang termasuk
dalam kegiatan ini adalah: membuat tenda dan dekorasi, menggantung
perlengkapan pentas, menghiasi kamar tidur pengantin, serta menghiasi tempat
bersanding kedua calon mempelai. Upacara ini menadakan bahwa budaya gotong-
royong masih sangat kuat dalam tradisi Melayu.
Upacara ini harus dilakukan secara teliti dan perlu disimak oleh orang-
orang yang dituakan agar tidak terjadi salah pasang, salah letak, salah pakai, dan
sebagainya. Ungkapan adat mengajarkan hal ini sebagai berikut:
Pengantin ibarat raja dan ratu sehari, maka untuk keduanya
disiapkan pelaminan yang megah bak singgasana.
B.10. Berinai
Adat atau upacara berinai merupakan pengaruh dari ajaran Hindu. Makna
dan tujuan dari perhelatan upacara ini adalah untuk menjauhkan diri dari bencana,
membersihkan diri dari hal-hal yang kotor, dan menjaga diri segala hal yang tidak
baik. Di samping itu tujuannya juga untuk memperindah calon pengantin agar
terlihat lebih tampak bercahaya, menarik, dan cerah. Upacara ini merupakan
lambang kesiapan pasangan calon pengantin untuk meninggalkan hidup
menyendiri dan kemudian menuju kehidupan rumah tangga. Dalam ungkapan adat
disebutkan:
Malam berinai disebut orang
Membuang sial muka belakang
Memagar diri dari jembalang
Supaya hajat tidak terhalang
Supaya niat tidak tergalang
Supaya sejuk mata memandang
Muka bagai bulan mengambang
Serinya naik tuah pun datang
Upacara berinai bagi pasangan calon pengantin dilakukan dalam waktu
yang bersama-sama. Hanya saja, secara teknis tempat kegiatan ini dilakukan
secara terpisah, bagi pengantin perempuan dilakukan di rumahnya sendiri dan
bagi pengantin laki-laki dilakukan di rumahnya sendiri atau tempat yang
disinggahinya. Namun, dalam adat perkawinan Melayu biasanya pengantin lak-
laki lebih didahulukan.
B.11. Berandam
Upacara berandam dilakukan pada sore hari ba‘da Ashar yang dipimpin
oleh Mak Andam didampingi oleh orang tua atau keluarga terdekat dari pengantin
perempuan. Awalnya dilakukan di kediaman calon pengantin perempuan terlebih
dahulu yang diringi dengan musik rebana. Setelah itu baru kemudian dilakukan
kegatan berandam di tempat calon pengantin laki-laki. Sebelum berandam kedua
calon pengantin harus mandi berlimau dan berganggang terlebih dahulu.
Makna dari upacara berandam adalah membersihkan fisik (lahiriah)
pengantin dengan harapan agar batinnya juga bersih. Makna simbolisnya adalah
sebagai lambang kebersihan diri untuk menghadapi dan menempuh hidup baru.
Sebagaimana disebutkan dalam ungkapan adat:
Adat Berandam disebut orang
Membuang segala yang kotor
Membuang segala yang buruk
Membuang segala sial
Berandam yang paling utama adalah mencukur rambut karena bagian
tubuh ini merupakan letak kecantikan mahkota perempuan. Di samping itu,
berandam juga mencakup kegiatan: mencukur dan membersihkan rambut-rambut
tipis sekitar wajah, leher, dan tengkuk; memperindah kening; menaikkan seri
muka dengan menggunakan sirih pinang dan jampi serapah.
Setelah berandam kemudian dilakukan kegiatan “mandi tolak bala”, yaitu
memandikan pengantin dengan menggunakan air bunga dengan 5, 7, atau 9 jenis
bunga agar terlihat segar dan berseri. Kegiatan ini harus dilakukan sebelum waktu
shalat ashar. Mandi tolak bala kadang disebut juga dengan istilah “mandi bunga”.
Tujuan mandi ini adalah menyempurnakan kesucian, menaikkan seri wajah, dan
menjauhkan dari segala bencana.
B.12. Khatam Al-Qur’an
Pelaksanaan upacara khatam Qur‘an biasanya dilakukan setelah upacara
berandam dan mandi tolak bala sebagai bentuk penyempurnaan diri, baik secara
lahir maupun batin. Upacara khatam Qur‘an sebenarnya bermaksud menunjukkan
bahwa pengantin perempuan sudah diajarkan oleh kedua orang tuanya tentang
bagaimana mempelajari agama Islam dengan baik. Sebagaimana ungkapan adat:
Pendidikan boleh tiada tamat, ijazah boleh tiada dapat, tetapi
khatam Al Qur‘an tiada boleh terlewat.
Upacara ini dipimpin oleh guru mengajinya atau orang tua yang ditunjuk
oleh keluarga dari pihak pengantin. Upacara ini khusus dilakukan oleh calon
pengantin perempuan yang biasanya perlu didampingi oleh kedua orang tua, atau
teman sebaya, atau guru yang mengajarinya mengaji. Mereka duduk di atas tilam
di depan pelaminan. Khatam dimulai dengan membaca surat Adh-Dhuha sampai
dengan surat al-Fatihah dan beberapa ayat al-Qur‘an lainnya yang diakhiri dengan
doa khatam al-Qur‘an.
C. Upacara Perkawinan Melayu
Upacara perkawinan Melayu ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu hari
akad dan hari langsung (hari bersanding). Hari langsung biasanya dilaksanakan
sehari setelah hari akad. Namun, ada juga sebagian orang yang hanya
melaksanakan hari akad saja, sedangkan hari langsung menyusul di kemudian
hari. Hal ini tergantung pada kesepakatan kedua belah pihak saja. Secara umum,
hari akad dan hari langsung akan dijelaskan sebagai berikut.
C.1. Hari Akad
Hari akad adalah hari paling penting dari perkawinan ini, karena
merupakan hari dimana berlangsungnya akad nikah itu. Hari akad ini diawali
dengan datangnya mempelai pria beserta keluarganya ke kediaman mempelai
wanita dengan membawa beberapa seserahan dan sebagainya. Proses-proses yang
biasanya dilakukan pada hari akad ini antara lain seperti yang dijabarkan berikut
ini.
C.1.a. Antar Belanja atau Seserahan
Antar belanja atau yang biasanya dikenal dengan seserahan dapat
dilakukan beberapa hari sebelum upacara akad atau sekaligus menjadi satu
rangkaian dalam upacara akad nikah. Jika antar belanja diserahkan pada saat
berlangsungnya acara perkawinan, maka antar belanja diserahkan sebelum
upacara akad nikah.
Makna dalam upacara antar belanja ini adalah rasa kekeluargaan yang
terbangun antara keluarga pengantin laki-laki dan pengantin perempuan. Oleh
karena makna dan tujuannnya adalah membangun rasa kekeluargaan, maka tidak
dibenarkan jumlah seserahan yang diantarkan menimbulkan masalah yang
menyakiti perasaan di antara mereka. Ungkapan adat mengajarkan:
Adat Melayu sejak dahulu
Antar belanja menebus malu
Tanda senasib seaib semalu
Berat dan ringan bantu-membantu.
C.1.b. Akad Nikah
Ketika rombongan calon pengantin laki-laki Upacara akad nikah
merupakan inti dari seluruh rangkaian upacara perkawinan. Sebagaimana
lazimnya dalam adat perkawinan menurut ajaran Islam, upacara akad nikah harus
mengandung pengertian ijab dan qabul. Dalam ungkapan adat disebutkan bahwa:
Seutama-utama upacara pernikahan
Ialah ijab kabulnya
Di situlah ijab disampaikan
Si situlah kabul dilahirkan
Di situlah syarak ditegakkan
Di situlah adat didirikan
Di situlah janji dibuhul
Di situlah simpai diikat
Di situlah simpul dimatikan
Pemimpin upacara ini biasanya adalah kadi atau pejabat lain yang
berwenang. Setelah penyataan ijab dan qabul telah dianggap sah oleh para saksi,
kemudian dibacakan doa walimatul urusy yang dipimpin oleh kadi atau orang
yang telah ditunjuk. Setelah itu, baru kemudian pengantin laki-laki mengucapkan
taklik (janji nikah) yang dilanjutkan dengan penandatanganan Surat Janji Nikah.
Penyerahan mahar oleh pengantin laki-laki baru dilakukan sesudahnya.
C.1.c. Menyembah
Setelah upacara akad nikah selesai dilakukan seluruhnya, kedua pengantin
kemudian melakukan upacara menyembah kepada ibu, bapak, dan seluruh sanak
keluarga terdekat. Makna dari upacara ini tidak terlepas dari harapan agar berkah
yang didapat pengantin nantinya berlipat ganda. Acara ini dipimpin oleh orang
yang dituakan bersama Mak Andam. Sebagaimana ungkapan adat:
Sembah sujud kepada orang tua tiada boleh lupa, agar tuah
dan berkah turun berlipat ganda.
C.1.d. Tepuk Tepung Tawar
Setelah upacara menyembah selesai, kemudian dilanjutkan dengan upacara
tepuk tepung tawar. Makna dari upacara adalah pemberian doa dan restu bagi
kesejahteraan kedua pengantin dan seluruh keluarganya, di samping itu juga
bermakna sebagai simbol penolakan terhadap segala bala dan gangguan yang
mungkin diterimanya kelak. Upacara ini dilakukan oleh unsur keluarga terdekat,
unsur pemimpin atau tokoh masyarakat, dan unsur ulama. Yang melakukan
tepung tawar terakhir juga bertindak sebagai pembaca doa.
Tepuk Tepung Tawar hakikatnya adalah pertanda, bahwa
para tetua melimpahkan restu dan doa, bahwa marwah
pengantin kekal terjaga.
Kegiatan ini dilakukan dengan rincian: menaburkan tepung tawar ke
telapak tangan kedua pengantin, mengoleskan inai ke telapak tangan mereka, dan
menaburkan beras kunyit dalam bunga rampai kepada kedua pengantin. Setelah
upacara ini selesai berarti telah selesai upacara inti perkawinan. Setelah itu tinggal
melakukan upacara-upacara pendukung lainnya, seperti upacara nasehat
perkawinan dan jamuan makan bersama.
C.1.e. Nasehat Perkawinan
Seperti halnya adat upacara lainnya, setelah upacara akad nikah diadakan
upacara nasehat perkawinan. Maksud dari perhelatan upacara ini adalah
penyampaian petuah, pesan, dan nasehat bagi kedua pengantin agar mereka
mampu membangun rumah tangga yang sejahtera (lahir sekaligus batin), rukun,
dan damai. Yang menyampaikan nasehat perkawinan sudah seharusnya adalah
seseorang yang benar-benar telah mempraktekkan bagaimana caranya
membangun keluarga yang sakinah sehingga dapat dijadikan teladan bagi yang
lain. Setelah nasehat perkawinan selesai disampaikan, maka kemudian upacara
perkawinan ditutup.
C.1.f. Jamuan Santap Bersama
Setelah upacara perkawinan selesai ditutup, maka acara selanjutnya adalah
upacara jamuan santap bersama sebagai akhir dari prosesi upacara akad nikah
secara keseluruhan. Upacara ini boleh dikata adalah sama di berbagai adat
perkawinan manapun. Tuan rumah memberikan jamuan makan bersama terhadap
seluruh pengunjung yang hadir pada acara perkawinan tersebut.
C.2. Hari Langsung
Setelah upacara perkawinan dan akad nikah selesai, prosesi selanjutnya
adalah melakukan upacara hari langsung. Yang dimaksud dengan upacara hari
langsung ini adalah kegiatan yang berkaitan dengan bagaimana mengarak
pengantin laki-laki, upacara menyambut arak-arakan pengantin laki-laki, upacara
bersanding, upacara resepsi, upacara ucapan alu-aluan dan tahniah, upacara
pembacaan doa, upacara santap nasi hadap-hadapan, hingga memberikan ucapan
tahniah atau terima kasih kepada para pengunjung yang telah datang.
C.2.a. Mengarak Pengantin Lelaki
Upacara ini bentuknya adalah mengarak pengantin laki-laki ke rumah
orang tua pengantin perempuan. Tujuan dari upacara ini sebagai media
pemberitahuan kepada seluruh masyarakat sekitar tempat dilangsungkannya
perkawinan bahwa salah seorang dari warganya telah sah menjadi pasangan
suami-istri. Di samping itu, tujuanya adalah memberitahukan kepada semua
lapisan masyarakat agar turut meramaikan acara perkawinan tersebut, termasuk
ikut memberikan doa kepada kedua pengantin. Upacara ini beragam bentuknya,
tergantung adat yang berlaku di masing-masing daerah Melayu.
Bernaung payung iram, diiringi rentak rebana dan gendang,
pengantin laki-laki datang kepada dewi pujaan.
Dalam upacara arak-arakan ini, yang dibawa adalah beragam alat
kelengkapan. Namun, yang paling utama dibawa adalah jambar. Isi dalam jambar
terdiri dari tiga unsur, yaitu: unsur kain baju atau pakaian dengan kelengkapan
perias, unsur makanan, dan unsur peralatan dapur. Ketiga unsur tersebut
mengandung makna tentang kehidupan manusia sehari-hari. Jumlah jambar
ditentukan berdasarkan adat setempat, asalkan maknanya sesuai dengan nilai
Islam.
C.2.b. Menyambut Arak-arakan Pengantin Lelaki
Sesampainya rombongan arak-arakan pengantin laki-laki di kediaman
keluarga pengantin perempuan, kemudian dilanjutkan dengan upacara
penyambutan sebagai bentuk ketulushatian dalam menerima kedatangan mereka.
Upacara penyambutan arak-arakan pengantin laki-laki biasanya bentuknya
tiga macam, yaitu permainan pencak silat, bertukar tepak induk, dan berbalas
pantun pembuka pintu. Dalam kegiatan permainan pencak silat, makna yang
terkandung di dalamnya adalah bahwa pengantin laki-laki sebagai calon kepala
rumah tangga perlu ditantang kejantanan dan kepiawainnya. Setelah permainan
silat, rombongan pengantin melanjutkan perjalanannya, biasanya diteruskan
dengan kegiatan “perang beras kunyit” antara pihak pengantin laki-laki dan pihak
yang menyambutnya.
Perang Beras Kunyit antar kedua pihak pengantin, bukan mengo-
barkan permusuhan, melainkan menyuburkan persaudaraan.
Setelah permainan silat dan perang beras kunyit selesai, kemudian
dilanjutkan dengan kegiatan bertukar tepak induk. Kenapa tepak perlu ditukar?
Sebab, simbol tepak melambangkan rasa tulus hati dalam menyambut tamu dan
juga sebagai lambang persaudaraan. Isi dalam tepak berupa daun sirih, kapur,
gambir, pinang, dan tembakau. Kegiatan ini dilakukan setelah rombongan
pengantin laki-laki masuk ke halaman rumah pengantin perempuan. Kegiatan ini
dapat dilakukan di dalam atau di luar rumah.
Kegiatan terakhir dalam upacara langsung adalah berbalas pantun
pembuka pintu yang dilakukan di ambang pintu rumah pengantin perempuan.
Kegiatan ini bentuknya adalah saling bersahutan pantun antara pemantun pihak
pengantin laki-laki dengan pemantun pihak pengantin perempuan yang disaksikan
oleh Mak Adam. Fungsi dari kegiatan ini biasanya dipahami sebagai bentuk izin
untuk memasuki rumah pengantin perempuan.
C.2.c. Bersanding
Acara bersanding merupakan puncak dari seluruh upacara perkawinan.
Wakil pihak pengantin perempuan menemui wakil pihak pengantin laki-laki
dengan membawa sebuah bunga yang telah dihias dengan begitu indah. Bunga
yang diberikan ini menandakan bahwa pengantin perempuan telah siap menanti
kedatangan pengantin laki-laki ke tempat persandingan. Pengantin laki-laki
kemudian dijemput untuk disandingkan dengan pasangannya.
Acara bersanding adalah menyandingkan penganting laki-laki dengan
pengantin perempuan yang disaksikan oleh seluruh keluarga, sahabat, dan
jemputan. Inti dari kegiatan ini adalah mengumumkan kepada khalayak umum
bahwa pasangan pengantin sudah sah sebagai pasangan suami-istri.
C.2.d. Resepsi Perkawinan
Upacara ini merupakan lanjutan dari upacara bersanding yang disaksikan
oleh masyarakat umum secara lebih luas. Upacara ini dimulai dengan proses
kedatangan iring-iringan rombongan pengantin memasuki pintu gerbang tempat
dilangsungkannya resepsi perkawinan. Rombongan pengantin akan disambut
dengan bunyi-bunyian kopang dan diarak sampai pengantin duduk di pelaminan.
Upacara ini biasanya dimulai dengan pembacaan ayat-ayat suci al-Qur‘an.
C.2.e. Ucapan Alu-aluan dan Tahniah
Upacara ini merupakan penyampaian rasa syukur kepada Allah SWT dan
rasa terima kasih yang dilakukan pihak keluarga pengantin perempuan kepada
seluruh pihak yang terlibat dalam perhelatan acara perkawinan. Dalam ungkapan
adat disebutkan:
Tanda orang memegang agama
Tahu mensyukuri nikmat Allah
Tahu membalas budi manusia
Sambutan penyampaian salam tahniah dari wakil jemputan kepada kedua
pengantin juga kepada seluruh keluarganya, yang tentunya diiringi dengan doa
dan harapan baik terhadap masa depan perkawinan mereka.
Rentang antara ucapan alu-aluan dan ucapan tahniah biasanya diselingi dengan
adanya penyampaian nasehat perkawinan oleh seseorang yang telah ditunjuk.
C.2.f. Pembacaan Doa
Upacara pembacaan doa sudah umum dilakukan di berbagai adat
perkawinan, termasuk dalam adat Melayu. Dengan dibacakannya doa diharapkan
bahwa semua yang dihadir dalam majelis perkawinan, termasuk kedua
pengantinnya, agar diberikan rahmat, karunia, dan keselamatan dalam mengarungi
bahtera hidup ini.
C.2.g. Santap Nasi Hadap-hadapan
Upacara ini bentuknya adalah makan bersama antara kedua pengantin
dengan para tetua keluarga yang dilakukan di depan pelaminan. Pesan yang ingin
disampaikan dalam kegiatan ini adalah kerukunan yang terbina antara pasangan
pengantin dengan seluruh keluarga, saudara, dan sahabatnya.
Makan Nasi Hadap-hadapan mencerminkan kerukunan pasangan
suami istri dengan sanak keluarga, sahabat handai, serta saudara mara
C.2.h. Tahniah
Sebagai penutup dalam upacara hari langsung biasanya ditandai dengan
ucapan tahniah (penyampaian ucapan selamat) dari seluruh yang hadir kepada
kedua pasangan pengantin. Bedanya dengan ucapan tahniah sebelumnya, dalam
kegiatan ini yang disampaikan adalah ucapan selamat yang langsung tertuju pada
pasangan pengantin dengan cara bersalam-salaman.
D. Pasca Upacara Perkawinan Melayu
D.1. Malam Keluarga
Setelah melakukan upacara hari langsung, kedua pengantin kemudian
berkunjung ke rumah orang tua pengantin laki-laki untuk “menyembah”
(menghormati) mereka termasuk bertemu dengan seluruh keluarganya. Sebelum
melakukan upacara menyembah, perlu dilakukan perkenalan keluarga pengantin
laki-laki kepada keluarga pengantin perempuan jika hal itu dirasa perlu oleh
karena letak kedua keluarga yang jauh. Dalam upacara menyembah, yang
“disembah” bukan hanya kedua orang tua pengantin laki-laki tetapi juga bagian
dari keluarga tersebut yang termasuk dihormati. Acara ini bisa dilakukan setelah
selesainya seluruh rangkaian upacara pekawinan. Sebuah ungkapan adat
menyebutkan:
Mertua sama jua orang tua,
maka sembah sujud pun diunjukkan pula
D.2. Mandi Damai
Kegiatan yang pertama kali dilakukan dalam upacara ini adalah mandi
damai atau mandi hias. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menunjukkan kepada
masyarakat bahwa kedua pengantin telah bersatu menjadi pasangan suami-istri
yang sah. Untuk itulah, pihak keluarga menyampaikan rasa syukur dan terima
kasih kepada seluruh sahabat dan handai taulan yang telah menyukseskan
terselenggaranya upacara pernikahan mereka. Dalam sebuah ungkapan adat
disebutkan:
Bila pengantin dah mandi damai
Habislah bimbang ragu pun usai
Niat terkabul pinta pun sampai
Dunia akhirat rukun dan damai
Pasangan pengantin dimandikan dengan air bunga dan tolak bala yang
maknanya adalah sebagai perlambang terhadap pensucian niat mereka dalam
menghadapi bahtera hidup berumah tangga dan agar mereka dapat terhindar dari
segala malapetaka, hasrat dengki, dan sebagainya. Menjejakkan kaki di atas padi
dan beras maknanya adalah sebagai perlambang harapan agar mereka dapat hidup
makmur, aman, dan dikaruniai keturunan yang baik. Sedangkan berjalan meniti
gelang cincin adalah sebagai perlambang agar mereka dapat sabar dalam
menghadapi segala bahaya dan tantangan dalam hidup.
D.3. Suruk-surukan
Setelah melakukan kegiatan mandi damai, kemudian dilakukan kegiatan
suruk-surukan. Dalam kegiatan ini, pengantin perempuan “disurukkan” di antara
kumpulan ibu-ibu dan nenek-nenek secara terselubung. Pengantin laki-laki
kemudian diminta untuk mencari mana istrinya di antara kumpulan-kumpulan
tersebut.
D.4. Jamuan Makan Bersama
Upacara ini ditutup dengan jamuan santap siang bersama sebagai tanda
syukur kepada Allah SWT atas terselengaranya upacara perkawinan dengan
sukses. Di samping itu, upacara ini juga sebagai bentuk pernyataan rasa terima
kasih terhadap seluruh keluarga dan masyarakat yang ikut menyukseskan acara
ini. Kegiatan ini menandai berakhirnya seluruh rangkaian upacara perkawinan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa ada banyak
tahapan-tahapan yang dilakukan masyarakat Melayu dalam melaksanakan
perkawinan yang bersifat adat istiadat. Semua tahap-tahap ini dilakukan
berdasarkan kenyataan yang diyakini oleh masyarakat Melayu sebagai pedoman
untuk memulai kehidupan yang baru yang lebih baik dan masing-masing kegiatan
dalam pelaksanaan perkawinan tersebut memiliki makna-makna tersendiri.
Walaupun ada beberapa perbedaan, namun secara umum adat perkawinan Melayu
itu adalah seperti yang telah dijelaskan di atas. Adat perkawinan ini sudah
dilakukan sejak zaman dahulu dan diteruskan sampai sekarang dengan tujuan
untuk melestarikan budaya yang sudah dilaksanakan sejak dulu.
B. SARAN
Setelah membaca makalah ini, penulis mengharapkan kritikan yang
membangun dari pembaca agar makalah ini bisa diperbaiki dan bisa menjadi lebih
baik lagi. Sehingga makalah ini dapat berguna bagi orang banyak dan diterima
dengan baik bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Dwirizki, Andini. 2013. Makalah Perkawinan. Diambil dari: http://andinidr.blogspot.com/2013/04/makalah-perkawinan.html?m=1. (diakses pada 3 April 2013).
Susanto, Happy. Adat Perkawinan Melayu. http://melayuonline.com/ind/culture/dig/1545.
Effendi, Nasrun. 2004. Rangkaian Acara Perhelatan Pernikahan. Yogyakarta: Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu.
Effendy, Tenas. 2004. Pemakaian Ungkapan dalam Upacara Perkawinan Orang Melayu. Yogyakarta: Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu.
Effendy, Tenas. 2006. Tunjuk Ajar Melayu. Yogyakarta: Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu.
Kasimin, Arman. 2002. Perkahwinan Melayu. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.
top related