repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3892 › isi.pdf?sequence=1 bab i...
Post on 27-Feb-2020
5 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aktivitas ekonomi masyarakat modern suatu negara tidak akan lepas
dari tindakan-tindakan politis yang dilakukan negara tersebut. Hal ini disadari
sejak setelah Perang Dunia Kedua, dimana terjadinya fenomena politik baru
dalam politik global berupa kerjasama dan integrasi negara dalam suatu
kawasan. Kerjasama-kerjasama yang terbangun antar negara tersebut
disebabkan oleh banyak faktor, namun faktor yang paling mendukung
dibeberapa tahun terakhir ini adalah bagaimana peluang dan ancaman
diciptakan oleh globalisasi ekonomi.
Globalisasi telah membuat dunia menjadi tanpa batas. Perekonomian
nasional pada awalnya merupakan hal yang dapat dipenuhi sendiri, dan
negara-negara terisolasi dengan batasan-batasan perdagangan lintas batas,
perbedaan jarak, zona waktu, bahasa, dan segala perbedaan yang disebabkan
oleh adanya dua atau lebih pemerintahan yang berbeda. Globalisasi
memberikan negara cara baru untuk saling berhubungan. Perkembangan ini
membuat jaringan yang didukung oleh perkembangan pesat teknologi, dan
dapat terlihat jelas dalam arus modal dan barang antar negara, bahkan tenaga
kerja. Globalisasi telah menumbuhkan iklim interdependensi yang kental
dalam hubungan internasional.
Globalisasi juga telah membawa perubahan tentang bentuk
peperangan, atau cara suatu negara dalam upaya menguasai negara atau
bangsa lainnya. Cara berperang dengan menggunakan kekuatan senjata atau
2
hard power dianggap tidak lagi efisien, sehingga muncul cara baru yang lebih
efisien dengan menggunakan soft power. Soft power merupakan instrumen
yang sangat menjanjikan dalam arus globalisasi saat ini karena metode -
metode secara fisik ataupun kekerasan sudah tidak efisien untuk dilakukan.
Saat ini, propaganda melalui pemikiran kepada masyarakat pada umumnya
lebih mudah dan lebih cepat dilakukan. Tujuan dari propagandanis adalah
untuk mempengaruhi pendapat dan mendorong munculnya suatu aksi diantara
para sasarannya. Perusahaan Multinasional (MNCs) dan LSM (NGO) adalah
tentara baru bagi negara kuat untuk menaklukkan negara lain yang lemah dan
tertinggal. Kini tujuan perang telah bergeser dari peguasaan teritori menjadi
penguasaan sumber daya atau dengan kata lain bertujuan ekonomi.
Sebagai agen globalisasi, aktivitas MNCs tidak dapat dipisahkan dari
kepentingan nasional negara asal (home country) MNCs tersebut. Robert
Gilpin menyebutkan bahwa MNCs dapat berkembang sedemikian pesat
dikarenakan mereka tergantung sekaligus menjalankan kepentingan nasional
negara asal.1 Perusahaan multinasional telah banyak digunakan sebagai soft
power home country ke negara-negara tujuan MNCs tersebut. Salah satu
contoh perusahaan multinasional yang mengekspansi pasar ke Indonesia
adalah perusahaan ritel LotteMart yang kini banyak dibangun dibeberapa kota
besar di Indonesia.
Indonesia dengan jumlah penduduk keempat terbanyak di dunia
setelah Cina dan India memiliki potensi yang sangat besar bagi pasar ritel.
Sejalan dengan perkembangan waktu dan perubahan gaya hidup masyarakat 1 Yulius P. Hermawan. 2007. Transformasi dalam Studi Hubungan Internasional : Aktor, Isu dan
Metodologi. Yogyakarta : Graha Ilmu. Hal. 219.
3
yang berpengaruh pada pola belanja, kegiatan bisnis ritel atau bisnis eceran
modern di Indonesia menunjukan perkembangan pesat. Pada awal tahun
1980-an perkembangan pasar ritel ditunjukan dengan munculnya gerai
perdagangan eceran modern di kota-kota besar dan pada awal 1990-an sampai
dengan sekarang gerai perdagangan eceran modern merambah kota-kota
kecil. Catatan tahun 2008, pasar ritel barang konsumen di Indonesia
berkembang baik. Bahkan, pertumbuhan ritel di Indonesia pada tahun 2008
sebesar 21 persen dan menempati urutan ke dua di Asia-Pasifik setelah China.
Adanya krisis global bukan berarti industri ritel tidak bisa berekspansi,
meskipun terjadi perlambatan namun ritel modern dapat tumbuh sekitar 20
persen. 2
Pusat ritel atau perbelanjaan makin menjamur seiring pertumbuhan
ekonomi dan bertambahnya masyarakat kelas menengah di Indonesia,
termasuk di Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel). Tren pertumbuhan ritel di
Makassar juga dapat dilihat dengan kian ramainya tempat-tempat
perbelanjaan ritel, baik skala kecil yang dimainkan pengusaha lokal maupun
pemain besar oleh investor asing. Bahkan, sejumlah peritel besar Asia
diperkirakan akan masuk ke Makassar. Wakil Ketua Kamar Dagang dan
Industri (Kadin) Sulsel Ilham Alim Bachrie mengatakan, peluang pasar ritel
di Makassar memang terbuka lebar. Setelah Lotte Co.Ltd, perusahaan ritel
2 Sigit. 2010. Berita Pasar Modal (Laba Bersih Hero Supermarket Naik 78%). [Online].
http://www.businessreview.co.id/berita-pasar-modal-
232.html?page=rubrik_read&id=232&add=kom. Diakses pada tanggal 3 Oktober
2012 pukul 22.15 Wita
4
asal Korea Selatan membuka Lotte Mart di Makassar, banyak peritel lainnya
melirik potensi Makassar.3
Lotte Mart pertama kali memasuki pasar Indonesia pada September
2008 dengan mengakuisisi 19 brand perusahaan ritel Belanda, Makro. Toko
ritel di Grandaria City di Jakarta adalah cabang ke-20 mereka sejak mereka
mempromosikan nama brand “Lotte Mart” pada tahun 2010. Cabang
Grandaria City di Jakarta dibuka hanya pada bulan Agustus tetapi penjualan
telah mencapai 3 – 5 juta US Dollar. Padahal sektor wholesale di Indonesia
sangatlah kompetitif dengan perusahaan-perusahaan Eropa dan Amerika yang
beroperasi sejak awal 1990-an. Namun pada 2011, hanya dalam waktu tiga
tahun setelah pendirian perusahaan, omset Lotte Mart mampu mencapai 1
milliar US Dollar dari omset tahunan, 25 persen melompat dari tahun
sebelumnya.4
Setelah sukses mengembangkan Lotte Whole Sale di Makassar yang
merupakan hasil akuisisi perusahaan ritel asal Korea Selatan itu dengan PT
Makro Indonesia, PT LotteMart Indonesia kembali membidik Makassar
dengan menanamkan investasi Rp50 miliar untuk Lotte Mart di Mal
Panakkukang. Di Makassar Lotte akan berkompetisi dengan hypermarket lain
menyusul kondusifnya perekonomian kota ini. Tahun lalu, pasar Lotte Mart di
3 Seputar Indonesia. Pasar Ritel Kian Menjamur Di Makssar. [Online]. http://www.seputar-
indonesia.com/edisicetak/content/view/534690/ Diakses pada tanggal 27 Oktober
2012 pukul 23.15 Wita.
4 TEMPO. Korean Wave. [Online]
http://www.asiaviews.org/index.php?option=com_content&view=article&id=34609:
the-korean-wave . Diakses pada tanggal 11 September 2012 pukul 19.47 Wita
5
Makassar tumbuh 10 persen dan tahun ini, ditargetkan tumbuh lebih pesat.5
Dari fakta tersebut diketahui bahwa ternyata Lotte Mart berkembang pesat di
Makassar karena setelah dirasa sukses memasarkan produknya di Makassar,
Lotte Mart kembali membuka cabang barunya.
Dibandingkan dengan peritel lain, Lotte Mart mengalami peningkatan
yang cukup signifikan. PT Lotte Shopping Indonesia, pengelola gerai ritel dan
grosir Lotte Mart, mencatatkan penjualan Rp 5,31 triliun sepanjang kuartal I
2011, naik 9% dibanding kuartal I 2010 yang sebesar Rp 4,87 triliun. Direksi
perusahaan menilai faktor yang mendorong peningkatan tersebut adalah kerja
sama kartu kredit yang dibuat Januari 2011 antara Lotte dengan salah satu
bank milik pemerintah. Setiap hari penjualan grosir di 19 gerai mencapai Rp 3
miliar, sementara penjualan ritel mencapai Rp 700 juta yang dilayani oleh tiga
unit gerai yang dikelola perseroan. 6
Ternyata selain sebagai peningkatan mobilitas kapital global dalam
bentuk investasi oleh MNCs, juga digunakan untuk membangun citra home
country MNCs tersebut. Bentuk soft power melalui brand image yang
terbangun dari produk-produk yang ditawarkan oleh swalayan tersebut inilah
yang digunakan oleh MNCs tersebut untuk membangun citra home country.
Melalui brand image yang didukung oleh fasilitas yang serba digital
membantu suatu negara memperkenalkan bentuk-bentuk produk yang
mengandung nilai budaya negara asal perusahaan korporasi. Bentuk ini adalah
5 LotteMart Investasi Rp.50 Miliar di Panakkukang. [Online] http://www.fajar.co.id/read-
20110626093827-lotte-mart-investasi-rp50-miliar-di-panakkukang Diakses 19
Januari 2013 pukul 20.07 Wita. 6 Penjualan LotteMart naik 9%. [Online].
http://old.indonesiafinancetoday.com/read/7930/Penjualan-Lotte-Mart-Naik-9
Diakses 20 Januari 2013 pukul 21.35 Wita
6
unsur yang tidak melupakan nilai - nilai tradisional di tengah pesatnya
perkembangan teknologi dan modernisme yang merajalela dimasyarakat.
Modernisasi tidak akan menghapus nilai - nilai tradisional suatu negara bila
negara tersebut mampu melestarikan budayanya bila diharmoniskan dengan
modernisme.
Salah satu alat untuk mempropaganda masyarakat adalah dengan
memperkenalkan budaya suatu negara melalui produk-produk yang
dihasilkan oleh negara yang terkait. Tanpa sadar produk-produk impor yang
kita konsumsi mengandung nilai-nilai suatu negara yang dengan mudah
didapatkan melalui pasar-pasar swalayan sekitar kita mengingat pesatnya
perkembangan globalisasi membuat semua hampir tak berbatas. Pasar-pasar
swalayan ini merupakan perusahaan-perusahaan ritel yang bekerja sama
dengan Indonesia untuk memasarkan produknya. Selain meraup keuntungan
besar, mereka juga memasarkan produk-produk khas negara asal perusahaan
ritel tersebut sebagai bentuk propaganda budaya mereka yang telah dibentuk
oleh media. Dalam bidang share budaya, MNC mempunyai hegemoni yang
signifikan dalam penyeragaman budaya yang kemudian dikenal dengan
budaya pop. Dalam bidang politik, MNC telah mendobrak gaya diplomasi
konvensional, yang tidak hanya melibatkan antarperusahaan, tetapi juga
antarnegara. Saat ini penyebaran identitas budaya negara yang
menghegemoni negara lain sedang marak dilakukan oleh negara-negara
secara konvensional.
Lotte tumbuh menjadi perusahaan yang mewakili Korea di berbagai
bidang seperti distribusi makanan dan rekreasi. Saat ini, perusahaan ini
7
sedang berkembang menjadi perusahaan global yang memperkaya kehidupan
orang-orang di seluruh dunia. Didorong oleh normalisasi hubungan
diplomatik antara Korea dan Jepang pada tahun 1965, Pemilik Lotte, Shin
Kyuk-ho, seorang pengusaha Korea, yang unit usahanya kebanyakan
beroperasi di Jepang, membuat investasi berani dengan mendirikan Grup
afiliasi bisnis pertama, Lotte Confectionery di Korea. Pada saat itu, Korea
adalah negara yang sedang berkembang karena sisa-sisa Perang Korea.
Investasi Mr. Shin adalah sebuah langkah pertama menuju modernisasi besar-
besaran industri makanan.7
Kebanyakan orang memandang globalisasi hanya sebagai pengaruh
atau daya “yang bergerak meninggalkan” bangsa dan komunitas lokal
memasuki arena global. Dan memang inilah salah satu konsekuensinya.
Bangsa – bangsa memang kehilangan sebagian kekuatan ekonominya. Namun
demikian, globalisasi juga mempunyai dampak sebaliknya. Globalisasi tidak
hanya menarik ke atas, melainkan juga mendorong ke bawah, menciptakan
tekanan-tekanan baru bagi otonom lokal. Globalisasi menjadi alasan bagi
kebangkitan kembali identitas budaya lokal diberbagai belahan dunia.
Nasionalisme lokal merebak sebagai respon terhadap globalisasi, seiring
dengan melemahnya negara – bangsa lama.8
Seperti yang kita lihat bahwa sebagai respon atas terhadap
globalisasi, Korean Wave sebagai identitas lokal Korea yang disebar melalui
perusahaan korporasi seperti Lotte Mart yang ingin penulis teliti. Mengingat
7 LOTTE MART. [Online]. http://www.lottemart.co.id/lotte/index.php?link=about&type=about-
lotte-group diakses pada tanggal 10 November 2013 pukul 23.40 Wita 8 Anthony Giddens. 2001. Runaway World. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hal: 8.
8
LotteMart merupakan perusahaan yang sangat pesat perkembangannya saat
ini.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Keuntungan Lotte Mart berinvestasi di Makassar dengan membuka
gerai baru ritel pertama di luar Pulau Jawa tidak hanya pada statusnya sebagai
ibukota Sulsel. Makassar telah menjadi hub utama ke daerah kawasan timur
Indonesia lainnya, sehingga bisnis ritel dapat tumbuh cepat. Pertumbuhan
ekonomi Makassar yang mencapai sembilan persen menandakan struktur
ekonomi masyarakat sangat bagus.9 Kota Makassar merupakan pintu gerbang
Kawasan Timur Indonesia yang memiliki prospek bisnis cukup menjanjikan.
Perkembangan ritel besar ini didukung oleh infrastruktur yang memudahkan
masyarakat sekitar mengakses pusat Kota Makassar sebagai ibukota dari
Sulawesi Selatan. Perkembangan Lotte Mart sebagai perusahaan ritel yang
menjamah Makassar cukup pesat. Hal ini bisa dilihat dari menjamurnya gerai-
gerai Lotte Mart. Perkembangan ini tentu memberi pengaruh pada hubungan
Indonesia dengan negara-negara asal perusahaan korporasi tersebut, maka
pengaruh dari brand image home country yang ditawarkan melalui
perusahaan korporasi tersebut menjadi batasan penelitian dalam tulisan ini.
Berdasarkan penjelasan latar belakang serta batasan masalah yang
telah diuraikan, penulis mengangkat rumusan masalah sebagai berikut:
9Lotte Perkuat Jaringan Ritel di Makassar. [Online]. http://www.fajar.co.id/read-20110623020134-
lotte-perkuat-jaringan-ritel-di-makassar diakses pada tanggal 10 November 2012
pukul 23.55 Wita
9
1. Apa yang menjadi faktor pendorong hadirnya Lotte Mart di Makassar
sebagai salah satu perusahaan ritel?
2. Apa strategi Lotte Mart dalam membangun brand image home country
terhadap masyarakat di Makassar?
3. Bagaimana pengaruh brand image home country yang dilakukan oleh
Lotte Mart di Makassar terhadap masyarakat di Makassar?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
a. Mengetahui dan menjelaskan yang menjadi faktor pendorong hadirnya
Lotte Mart di Makassar sebagai salah satu perusahaan ritel
b. Mengetahui dan menjelaskan strategi Lotte Mart dalam membangun
brand image home country terhadap masyarakat di Makassar.
c. Mengetahui dan menjelaskan apa pengaruh dari brand image home
country yang dilakukan Lotte Mart bagi masyarakat Makassar.
2. Kegunaan Penelitian
Apabila tujuan tersebut dapat tercapai , maka penelitian diharapkan :
a. Dapat menjadi salah satu bahan referensi bagi pelajar studi ilmu
hubungan internasional dalam hal kajian mengenai MNCs dan
pembangunan citra suatu bangsa melalui brand image.
10
b. Dapat menjadi sumbangsih informasi dan bahan kajian bagi para
stakeholder ataupun pengambil kebijakan dalam meningkatkan brand
image negara melalui MNCs.
D. Kerangka Konseptual
Pada dasarnya setiap negara akan saling membutuhkan satu sama lain.
Hal itu merupakan suatu keniscayaan untuk tetap bertahan menghadapi
segala ancaman-ancaman yang mungkin terjadi apalagi untuk menghadapi
arus globalisasi yang kuat. Karena kebutuhan tersebut maka masing-masing
negara melakukan berbagai bentuk kerjasama dengan negara lain sesuai
kebutuhan masing-masing. Interaksi internasional sebagai bentuk hubungan
antar bangsa yang berlangsung dalam masyarakat yang heterogen, dimana
hubungan tersebut dari waktu ke waktu selalu mengalami perubahan.
Hubungan yang terjadi pada dasarnya dilatar belakangi oleh kebutuhan tiap-
tiap negara berbeda, sehingga kebutuhannya tidak dapat dipenuhi sendiri.
Maka pemecahan permasalahan tersebut adalah dengan cara bekerjasama
dengan negara lain, tentunya yang diharapkan adalah berlangsungnya pola-
pola kerjasama yang berlangsung secara adil dan saling menguntungkan.
Secara umum ekonomi politik internasional merupakan studi yang
mempelajari saling keterhubungan antara ekonomi internasional dengan
politik internasional, yang muncul akibat berkembangnya masalah-masalah
dalam sistem internasional. Pengkajian ekonomi-politik internasional
membutuhkan integrasi teori-teori dari disiplin ekonomi dan politik, misalnya
masalah-masalah dalm isu perdagangan internasional, moneter dan
11
pembangunan ekonomi. Dapat pula dinyatakan bahwa ekonomi-politik
internasional adalah sebuah studi tentang masalah internasional yang terfokus
pada elemen-elemen interdependensi kompleks yang sering terjadi pada
kehidupan kita sehari-hari. Ekonomi-politik internasional dapat diartikan juga
sebagai interaksi global antara politik dan ekonomi. Robert Gilpin
mendefinisikan konsep ekonomi politik sebagai dinamika pengejaran
kekuasaan (politik) dan pengejaran kekayaan (ekonomi). Dalam definisi ini
terdapat hubungan timbal balik antara politik dan ekonomi. Negara dan pasar
saling berinteraksi untuk mempengaruhi pembagian kekuasaan dan kekayaan
dalam hubungan internasional.10
Walaupun sebagian besar sistem pasar dikendalikan oleh dinamika
internalnya, langkah maupun arah untuk gerakan selanjutnya sebagian besar
dipengaruhi oleh faktor eksternal. Diantara variabel-variabel dari luar yang
mempengaruhi jalannya pasar, antara lain adalah struktur masyarakat dan
perkembangan teori keilmuan serta teknologi dari negara yang ada.
Sedangkan Spero mengajukan suatu konstruksi berpikir yang berawal dari
pengertian politik internasional dan ekonomi internasional guna memahami
makna ekonomi - politik internasional. Politik internasional adalah interaksi
diantara negara-negara dalam upaya mencapai tujuan masing-masing dan
penentuan “who gets what, when and how?”. Ekonomi internasional
merupakan perilaku negara untuk memenuhi kepentingan nasionalnyadlam
kondisi keterbatasan sumber daya. Maka, sebenarnya interaksi ekonomi
adalah interaksi politik dalam arena internasional. Pada akhirnya dapat 10
Anak Agung Banyu Perwita. 2005. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung; PT
Remaja Rosdakarya. Hal. 76
12
dikatakan bahwa hubungan internasional mengandung interaksi yang bersifat
ekonomi politik internasional.11
Berdasarkan penjelasan mengenai ekonomi politik dan ekonomi politik
internasional, dapat disimpulkan bahwa politik ekonomi memiliki fokus
kajian pada pasar dan aktor-aktor yang sangat kuat. Selain itu, isu-isu yang
dibahas dalam ekonomi politik memiliki kecenderungan lebih spesifik, seperti
tujuan kesejahteraan sosial, memaksimalkan kekuatan nasional, dan
sebagainya. Sedangkan politik ekonomi internasional merupakan interseksi
antara politik dan ekonomi, sehingga isu-isu yang terdapat di dalam politik
ekonomi internasional akan lebih holistik. Aktor-aktor yang di dalamnya pun
berusaha mempengaruhi dan mendorong satu sama lain supaya terjadi
interaksi yang berkesinambungan.
Meningkatnya arus perdagangan bebas sebagai efek dari globalisasi,
membuat praktik ekonomi-politik internasional semakin tampil dalam
berbagai rupa. Multinational Corporations (MNCs) adalah salah satu jenis
perdagangan internasional yang meraih prestasi gemilang mulai abad ke-20.
Keberadaan MNCs ini bukanlah suatu hal yang benar-benar baru, karena
jauh sebelum abad ke-20 pun, praktik MNC telah ada dan mencapai
kejayaannya melalui perdagangan. Multinational Corporations (MNCs)
adalah suatu perusahaan yang mempunyai pusat operasi di lebih dari suatu
negara. Banyak pendapat yang pro dan kontra mengenai keberadaan MNCs
ini. MNCs dalam pendapat yang pro dikatakan bahwa memberikan
kesempatan di dalam pertumbuhan ekonomi dunia, khususnya di dalam dunia
11
Ibid.
13
pekerjaan. Selain itu, MNCs juga meningkatkan mutu yang lebih efisien dan
rasional untuk memaksimalkan kuantitas dan memperkecil harga dari
produksi internasional. Banyak pihak yang tidak setuju dengan munculnya
MNCs ini. Dampak luar biasa yang ditimbulkan oleh kapasitas produksi
MNCs bagi perekonomian dunia mengkukuhkan bahwa mereka memang
memegang peranan penting dalam hubungan internasional. Pentingnya
keberadaan MNCs bukan hanya karena besarnya ukuran mereka, namun lebih
karena keberadaan mereka.
MNCs dapat dilihat dari tiga teori yang diutarakan oleh Spero dan Hart
untuk melihat pertumbuhan yang sedemikian pesat dari aktivitas MNCs.
Ketiga teori tersebut adalah internasionalisasi (internalization theory), teori
daur hidup produk (product cycle theory), dan obsolescing bargain theory.
Teori internasionalisasi menjelaskan bahwa MNCs melakukan ekspansi bisnis
keluar dikarenakan keinginan untuk menginternasionalisasikan aktivitasnya
dalam rangka mengisi ketidaksempurnaan pasar - situasi dimana mekanisme
pasar tidak mampu menyediakan barang-barang sesuai dengan kebutuhan
konsumen dengan harga yang masuk akal dalam artian para konsumen tidak
mendapatkan barang atau jasa dengan tingkat harga, kualitas, dan ketepatan
waktu penyediaan seperti yang diinginkan. Teori daur hidup produk
menjelaskan bagaimana MNCs harus bisa bertahan ditengah semakin
ketatanya persaingan bisnis diantara MNCs. Obsolecing bargain theory
diawali dengan adanya tawar menawar konsesi kerjasama antara MNCs dan
14
negara tujuan dikarenakan adanya keuntungan yang akan diperoleh kedua
belah pihak.12
Tentu saja untuk mengikuti arus globalisasi yang pesat, perusahaan-
perusahaan tersebut harus mampu bersaing dengan perusahaan lainnya. Maka
dari itu, salah satu kiat untuk mengunggulkan perusahaan adalah memperkuat
brand image perusahaan tersebut. Merek (brand) telah menjadi elemen
krusial yang berkontribusi terhadap kesuksesan sebuah organisasi pemasaran,
baik perusahaan bisnis maupun nirlaba, pemanufakturan maupun penyedia
jasa dan organisasi lokal maupun global. Merek dibuat agar konsumen dapat
membedakan manakah produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang satu
dengan perusahaan yang lain. Selain dalam hal persaingan, brand image
inilah yang kemudian akan membantu untuk memperkenalkan nilai-nilai yang
ingin diperkenalkan oleh negara asal perusahaan untuk memberi dampak
intervensi dalam hal budaya. Brand image ini merupakan daya tarik
konsumen untuk membeli produk-produk asal perusahaan korporasi sebagai
bentuk kekaguman terhadap nilai-nilai negara asal perusahaan.
Pengertian brand image menurut Keller:
1. Anggapan tentang merek yang direfleksikan konsumen yang
berpegang pada ingatan konsumen.
2. Cara orang berpikir tentang sebuah merek secara abstrak dalam
pemikiran mereka, sekalipun pada saat mereka memikirkannya,
mereka tidak berhadapan langsung dengan produk. Membangun
brand image yang positif dapat dicapai dengan program marketing
yang kuat terhadap produk tersebut, yang unik dan memiliki
kelebihan yang ditonjolkan, yang membedakannya dengan produk
lain. Kombinasi yang baik dari elemen–elemen yang mendukung
12
Yulius P. Hermawan. 2007. Transformasi dalam Studi Internasional: Aktor, Isu dan
Metodologi. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal. 217.
15
(seperti yang telah dijelaskan sebelumnya) dapat menciptakan brand
image yang kuat bagi konsumen.13
Negara sebagai sebuah entitas politik, tentu tak dapat dipisahkan dari
kehidupan politik dan ekonomi di dalamnya. Meskipun keduanya dipelajari
dalam lingkup yang terpisah, namun seringkali memiliki keterkaitan yang erat
satu dengan lain. Hubungan negara dengan ekonomi internasional selalu
mempunyai masalah karena menurut Teori Realis, sistem internasional adalah
anarki. Dan anarki sangat sulit untuk diatur walalupun dengan rezim yang
efektif sekalipun. Apabila ekonomi internasional sangat penting terhadap
kesejahteraan suatu negara maka otomatis menjadi suatu isu-isu politikal
yang signifikan. Secara keseluruhan dari ekonomi nasional menjadi struktur
internasional akan membuat beberapa isu ekonomi politik, dimana resolusi
akan menjadi berbeda menurut keadaan yang spesifik dari industri akan
sektor-sektor nasional ekonomi lainnya. 14
Seperti melindungi industri domestik melalui ketentuan perdagangan,
proteksi, tarif prinsip dan quota telah menjadi cara yang konvensional untuk
meyakinkan produksi domestik bukanlah tumpahan oleh import yang murah
saja. Tapi apabila suatu industri sukses diperdagangan internasional maka
perhatian industri tersebut kemungkinan tidak harus dilindungi, karena harus
memikirkan biaya dari komponen-komponen yang esensial dan kekhawatian
13
Bahan Kuliah Manajemen Pemasaran. [Online] http://jurnal-
sdm.blogspot.com/2009/05/membangun-brand-image-produk.html. Diakses pada
tanggal 2 Oktober 2012 pukul 14.56 Wita 14
Drs. T. May Rudy. 2003. Hubungan Internasional Kontemporer dan Masalah-Masalah Global.
Bandung: PT Refika Aditama. Hal 11.
16
dari ancaman-ancaman pesaingnya. Maka sangat wajar apabila sebagian
sektor industri/ ekonomi menginginkan dukungan dan perlindungan.15
Apabila kita tinggal didunia dengan model ekonomi internasional yang
secara akurasinya dideskripsikan sebagai cara hubungan ekonomi antarnegara
distrukturasikan, maka pendekatan kita untuk mengerti dan menjelaskan
permasalahan yang telah dibuat akan mengarahkan kita untuk mencari
kompetensi dan otoritas dari pemerintahan nasional dan organisasi
pemerintahan nasional dan organisasi pemerintahan internasional, konstruksi
dan pengoperasian rezim inetrnasional untuk menjalankan aktivitas ekonomi
internasional. Maka pemecahannya akan menimbulkan keutamaan secara
berkesinambungan dari perubahan-perubahan dan kita akan bekerja didalam
dunia dengan esensi yang belum berubah sejak formalisasi dari sistem negara
modern 200 tahun yang lalu.
E. Metode Penelitian
1. Tipe Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif
kualitatif dengan mengumpulkan informasi secara aktual dan terperinci
mengenai perkembangan Lotte Mart di Indonesia, Makassar pada
khususnya dan kemudian mengidentifikasi masalah seperti mengapa
konsumen Lotte Mart banyak, apakah ada pengaruhnya dengan hegemoni
budaya yang saat ini sedang marak dilakukan oleh negara-negara sebagai
cara yang konvensional. Kemudian membuat perbandingan dan evaluasi
15
Ibid.
17
mengenai masalah-masalah dan fakta-fakta yang terjadi saat ini mengenai
Lotte Mart. Serta menyimpulkan apa yang dilakukan untuk menghadapi
masalah-masalah yang telah diidentifikasi.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik
telaah pustaka yaitu dengan cara mengumpulkan data dari literatur yang
berhubungan dengan Lotte Mart seta data-data mengenai multinational
coroporation dan brand image yang mendukung dalam menganalisis
masalah yang telah disebutkan sebelumnya. Data-data tersebut berupa
buku-buku, dokumen, jurnal dan surat kabar atau majalah yang menunjang
penelitian yang dilakukan oleh penulis. Selain itu, observasi lapangan
secara langsung juga menjadi salah satu teknik pengumpulan data yang
dilakukan oleh penulis. Adapun, langkah-langkah observasi yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Mengamati langsung pelaksanaan branding image Korea melalui Lotte
Mart dalam membangun citranya di Indonesia.
b. Mengamati perkembangan branding image Korea di Indonesia
Dalam penelitian ini juga dilakukan teknik pengumpulan data
melalui metode wawancara terhadap orang-orang yang dianggap dapat
memberikan informasi yang dibutuhkan berkenaan dengan judul yang
diangkat untuk diteliti dan dapat dipercaya kebenarannya. Wawancara
dimaksudkan untuk mendapat informasi tentang perkembangan lottemart
serta strategi apa saja yang dilakukan LotteMart untuk memberikan
pengaruh terhadap masyarakat Makassar. Selain itu, wawancara juga
18
dimaksudkan untuk memperoleh data tentang tanggapan konsumen Lotte
Mart. Orang –orang yang diwawancara adalah pegawai Lotte Mart yaitu
Yulianti, Supevisor Lotte Mart Cabang Mall Panakukang dan konsumen
yaitu Ayu Riska Wahyudiya, salah seorang pelanggan setia Lotte Mart.
Wawacara yang dilakukan adalah wawacara terbuka. Wawancara terbuka
adalah bagian dari wawancara tak terstruktur dimana model wawacara
luwes, susunan pertanyaannya dan susunan kata-katanya dalam setiap
pertanyaan dapat diubah saat wawancara. Dimana tujuan utamanya adalah
untuk mendapatkan informasi yang dianggap bagian dari keseluruhan, agar
datanya bersifat kualitatif dan representatif.
Adapun tempat-tempat yang telah dikunjungi selama pengumpulan
data, antara lain:
1. Perpustakaan Pusat Universitas Hasanuddin di Makassar
2. Perpustakaan FISIP Universitas Hasanuddin di Makassar
3. Swalayan Lotte Mart di Makassar
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan
data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh melalui wawancara
dari informan secara mendalam guna mendapatkan informasi yang
obyektif.16
Sedangkan data sekunder diperoleh dari teknik pengumpulan
data melalui telaah pustaka, yaitu penelusuran literatur data kepustakaan
16
Husain Umar. 2002. Metode Riset Komunikasi Organisasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Hal. 131.
19
dari berbagai terbitan resmi yang terdiri dari buku, dokumen, jurnal,
majalah dan surat kabar.17
3. Teknis Analisis Data
Data yang diperoleh, baik data primer maupun data sekunder
dianalisis kemudian disajikan secara deskriptif kualitatif, yaitu
menjelaskan, menguraikan, dan menggambarkan sesuai dengan
permasalahan permasalahan digambarkan berdasarkan fakta-fakta
mengenai hadirnya Lotte Mart yang berkembang pesat kemudian
mengkorelasikannya dengan persepsi masyarakat Makassar untuk
kemudian ditarik sebuah kesimpulan mengenai pengaruh yang dilakukan
Lotte Mart bagi masyarakat Makassar. Analisis deskriptif secara kualitatif
dalam arti bahwa penarikan makna yang telah diperoleh, sebelumnya
dilakukan dengan menghubungkan pernyataan-pernyataan dari berbagai
bahan keterangan atau informasi yang telah peroleh dan relevan.
Berpedoman pada penelitian kualitatif, pengolahan data, dan analisis
data dilakukan bersamaan dengan proses penelitian. Proses awal analisis
data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai
sumber yaitu wawancara dengan para informan dan pengamatan yang
sebelumnya sudah dijelaskan pada teknik pengumpulan data baik berupa
dokumen maupun dokumentasi yang diperoleh oleh penulis selama
mengadakan penelitian. Setelah memahami data, maka penulis membuat
abstraksi data (rangkuman inti). Setelah rangkuman inti didapatkan, arah
penelitian ini akan semakin jelas maka selanjutnya akan mengkategorikan 17
Murti Sumarni dan Salamah Wahyuni. 2006. Metode Penelitian Bisnis. Yogyakarta: Andi
Yogyakarta. Hal. 85
20
data berdasarkan tema yang disesuaikan dengan penelitian ini. Penyajian
data yang diperoleh dalam penelitian kualitatif ini akan disajikan dalam
bentuk uraian, kata-kata yang tentunya akan mengarah pada pokok
permasalahan yang telah dirumuskan dalam penelitian ini.
21
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ekonomi Politik Internasional
Dalam studi Hubungan Internasional, ilmu mengenai ekonomi
politik internasional menjadi sebuah kajian yang tergolong utama karena
menjadi basis untuk menganalisa dan menanggapi isu-isu yang terjadi di
dunia. Ekonomi politik internasional memiliki kaitan yang erat dalam
Hubungan Internasional, karena merupakan studi yang tidak hanya
membahas permasalahan nasional, namun juga hubungannya dengan
negara-negara lain. Studi ekonomi politik internasional memiliki cakupan
yang sangat luas dan berkembang dari masa ke masa.
Ekonomi politik internasional mulai menjadi kajian dalam studi
hubungan internasional sejak tahun 1970-an. Pada saat itu negara-negara
di dunia sedang mengalami krisis minyak yang disebabkan oleh
pemboikotan pasokan minyak bumi oleh negara-negara Arab. Hal tersebut
menggoyahkan stabilitas politik dan ekonomi negara-negara didunia,
sehingga krisis ini menjadi awal timbulnya kesadaran para pemegang
otoritas pemetintahan bahwa faktor ekonomi menjadi sangat penting dan
menentukan proses politik, dan sebaliknya. Pemahaman bahwa terdapat
jalinan yang saling tergantung dan tidak dapat dipisahkan antara faktor
ekonomi dan politik, serta antara negara dengan pasar semakin diakui.18
18
Anak Agung Banyu Perwita. 2005. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung; PT
Remaja Rosdakarya. Hal.75.
22
Ekonomi politik internasional selalu mengalami dinamika
perubahan dari masa ke masa. Dinamika perubahan tersebut membentuk
ulang segala tatanan yang terdapat di dalam ekonomi politik internasional,
dimana sistem pasar dan negara tetap menjadi aktor utama. Penstudi
Hubungan Internasional memiliki pertanyaan fundamental yang menjadi
titik tolak dalam menjabarkan tatanan kontemporer ekonomi politik
internasional, yakni bagaimana cara menyelaraskan hubungan antara
sistem pasar dan pemerintah supaya stabilitas tetap terjaga
Ekonomi politik Internasional menurut Gilpin secara umum adalah
Studi yang mempelajari saling keterhubungan antara ekonomi
internasional dengan politik internasional yang muncul akibat
berkembangnya masalah-masalah yang terjadi dalam sistem
internasional.19
Menurut Robert Gilpin, ketiadaan negara, mekanisme dan kekuatan
pasar akan menentukan kegiatan ekonomi. Hal ini akan menjadi fenomena
ekonomi murni. Sebaliknya tiadanya pasar, negara sendiri akan
mengalokasikan sumber-sumber ekonomi. Inilah dunia ilmuwan politik.
Meskipun tak ada dunia muncul dalam bentuk murni, pengaruh relatif
negara atau pasar memberikan perubahan sepanjang waktu dan dalam
lingkungan yang berbeda. Menurut Gilpin, istilah ekonomi politik
memiliki ambiguitas. Adam Smith dan ekonom klasik menggunakannya
untuk mengartikan apa yang sekarang disebut ilmu ekonomi. Baru-baru
ini, sejumlah pakar seperti Garu Becker, Anthony Downs dan Bruno Frey
mendefinisikan ekonomi politik sebagai aplikasi metodologi formal
19
Robert Gilpin. 1987. The political Economy of Internasional Relations. NJ: Princeton University
Press. Hal. 3
23
ekonomi yang disebut model aktor rasional, untuk semua tipe perilaku
manusia. Pakar lain menggunakan istilah ekonomi politik ini dengan
pengertian penggunaan teori ekonomi khusus untuk menjelaskan perilaku
sosial, permainan, tindakan kolektif dan teori Marxist. Sedangkan pakar
lainnya memakai istilah ekonomi politik untuk merujuk pada masalah
yang dihasilkan oleh interaksi kegiatan ekonomi dan politik. Gilpin
mengistilahkan ekonomi politik untuk mengindikasikan serangkaian
masalah yang dikaji dengan campuran yang lengkap metode analitik dan
perspektif teoritis. Sedangkan fokus interaksi itu adalah aktivitas manusia
antara negara dan pasar.
Pengkajian ekonomi politik internasional membutuhkan integrasi
teori-teori dari disiplin ekonomi dan politik, misalnya dalam masalah isu
perdagangan internasional, moneter dan pembangunan ekonomi. Sehingga
dapat pula dinyatakan bahwa ekonomi politik internasional sebagai
berikut:
Ekonomi politik internasional adalah sebuah studi tentang maslah
internasional yang tefokus pada elemen-elemen interdependensi
komples yang sering terjadi pada kehidupan sehari-hari. Ekonomi
internasional merupakan perilaku negara untuk memenuhi
kepentingan nasionalnya dalam kondisi keterbatasan sumber daya,
maka sebenarnya interaksi ekonomi adalah interaksi politik dalam
arena internasional, pada akhirnya dapat dikatakan bahwa
hubungan internasional mengandung interaksi yang bersifat
ekonomi politik internasional.20
Lebih lanjut Spero mengemukakan bahwa ada empat cara faktor
politik mempengaruhi ekonomi, yaitu:
20
Joan Edelman Spero. 1985. The Politics of International Economic Relations. NJ: Princeton
University PressHal. 10
24
1) Struktur dan operasi sistem ekonomi internasional dipengaruhi
oleh struktur dan operasi politik internasional.
2) Kepedulian-kepedulian politik selalumempengaruhi kebijakan
ekonomi.
3) Kebijakan-kebijakan ekonomi dituntun oleh kepentingan
politik.
4) Hubungan dalam ekonomi internasional adalah proses
hubungan interaksi ekonomi internasional, dan hubungan
politik dimana negara-negara dan aktor non-negara mengatur
konflik dan kerjasama untuk mencapai suatu tujuan.
Menurut Rudi,
Ekonomi politik internasional memberikan dan menyediakan
kerangka konseptual dalam menganalisis dan menampung
kenyataan-kenyataan yang kompleks dan saling berkaitan
mengenai berbagai masalah hubungan internasional kontemporer.21
Berdasarkan teori diatas bahwa ekonomi politik internasional dapat
menjadi sebuah konsep atau pemikiran dalam terjadinya hubungan
internasional saat ini karena ekonomi politik internasional telah
memberikan dan menyediakan kerangka-kerangka konseptual dalam
menganalisis kenyataan hubungan internasional saat ini.
Menurut David N Balam,
Ekonomi politik internasional adalah hubungan kerjasama antara
negara-negara dalam kerangka produksi, distribusi kekayaan dan
kekuasaan, intervensi, dan lain-lain. Dalam tinjauan EPI bahwa
21
T. May Rudi. 1992. Teori Etika dan Kebijakan Hubungan Internasional. Bandung: Angkasa
Grup. Hal. 52-53
25
perlu adanya pendekatan level analisis terhadap individu, negara
dan sistem internasional.22
Menurut Balaam, ekonomi politik internasional adalah
menyangkut ekonomi yang berarti sesuatu yang berkaitan dengan cara
bagaimana sumber-sumber langka dialokasikan untuk kegunaan yang
berbeda-beda dan didistribusikan diantara individu melalui proses pasar
yang desentralisasi. Analisa ekonomi dan analisa politik sering melihat
kepada masalah yang sama namun analisa ekonomi berfokus pada tidak
banyak soal kekuasaan dan kepentingan nasional. Tetapi kepada masalah
pendapatan dan kekayaan serta kepentingan individual. Oleh sebab itu
ekonomi politik, merupakan kombinasi dua cara memandang secara utuh
terhadap dunia dalam rangka mengetahui karakter fundamental
masyarakat.
Studi ekonomi politik internasional merupakan ilmu sosial yang
didasarkan pada satu kerangka masalah, isu dan kejadian dimana unsur
ekononomi, politik dan internasional terkait dan tumpang tindih sehingga
menciptakan pola interaksi yang kaya. Dunia merupakan sebuah tempat
yang kompleks yang dihubungkan dengan berbagai unsur yang saling
berpengaruh. Mulai dari tingkat individu, elit politik-ekonomi sampai
tingkat nasional bahkan tingkat kawasan melahirkan interaksi yang tidak
sederhana. Kontak antar perbatasan dan antar nilai yang berbeda bahkan
antar kepentingan yang beraneka ragam menimbulkan berbagai masalah.
Ilmu sosial berusaha untuk memahami pola dan karakter kondisi manusia
22
David N. Balaam. 1996. Introduction to International Political Economy. Jersey; Prentice Hall.
Hal. 3
26
di muka bumi dengan menganalisa penyebab dan sumber konflik serta
bagaimana mereka menyelesaikannya. Studi ekonomi politik internasional
ikut memberi andil dalam memahami ketegangan yang melibatkan
kepentingan ekonomi dan politik antar bangsa.
Berdasarkan konsep pemikiran diatas, ekonomi politik
internasional secara sederhana menjelaskan sebagai interaksi global antara
politik dan ekonomi, yang didefinisikan sebagai dinamika interaksi antara
pengejaran kekuasaan dan kekayaan. Basis dalam ekonomi politik
internasional, dihiasi beberapa ideologi utama yang pula menjadi ideologi
terkemuka dalam studi Hubungan Internasional. Ketiga ideologi tersebut
adalah merkantilisme (nasionalisme), liberalisme, dan marxisme. Ketiga
ideologi ini akan memberikan penafsiran yang sangat kontras satu dengan
lain dalam melihat posisi ekonomi dan politik. Dalam hal ini, aktor dari
ekonomi, yakni pasar, dan negara sebagai aktor utama dalam politik, akan
disorot lebih banyak karena memang terdapat perbedaan yang cukup
signifikan.
Dalam studi ekonomi politik, MNC merupakan topik bahasan yang
cukup sentral karena ia merupakan subjek khusus sebagai pelaku maupun
sekaligus sebagai objek sasaran pelaku atau kajian pokok. Selain itu juga,
isu mengenai MNC, melibatkan sejumlah perbincangan di negara-negara
maju dan negara-negara berkembang satu sama lain telah merebak menjadi
isu internasional, baik yang pro maupun yang kontra khasnya dalam
interaksi menyangkut hubungan masing-masing Utara-Selatan. Dalam
27
konteks studi ekonomi politik, MNC dapat dikategorikan sebagai subjek
aktor bukan negara (non state actors) yang memiliki peran yang sangat
luas dalam pola hubungan antar negara saat ini.
B. MNCs
Salah satu wadah yang digunakan suatu negara untuk melancarkan
soft power-nya terhadap negara lain adalah dengan menggunakan
perusahaan korporasi. Pesatnya arus globalisasi mebuat aktor-aktor non
negara seperti perusahaan korporasi (MNCs) bertumbuh kembang secara
signifikan. Kemunculan MNCs sendiri menimbulkan beberapa perspektif
mengenai definisi MNCs tersebut.
MNCs sesungguhnya belum memiliki pengertian yang baku oleh
karena belum adanya kesatuan pendapat dari para pakar dibidang tersebut.
Akan tetapi ada berbagai istilah yang dianggap memiliki pengertian
sepadan dengan Multinational Corporations dan seringkali digunakan.
Istilah-istilah itu antara lain: transnational corporations (TNCs), direct
investment international business, the international firm, the multinational
family group, world wide enterprise, multinational enterprise (MNE),
multinational company, multidomesticc company, global company, la
grande enterprise plurinationale, la gan unite plurinationale, serta sebuah
istilah satir yaitu the US corporate monster.
John Dunning mendefinisikan MNCs secara sederhana sebagai
“enterprise that engages in FDI (Foreign Direct Investmet) and organizes
28
the production of goods or services in more than one country”.23
Sama
seperti pemahaman PBB yang dimaknai oleh Stephen Gilland dan Daivd
Law dimana MNCs memiliki pengertian “all enterprise that control-
factories, mines, sales offices and the like- in two or more countries.”24
(Semua perusahaan yang mengontrol-indsutri, tambang, kantor-kantor
penjualan, dan sebagainya-di dua atau banyak negara). Definisi ini
memiliki keunggulan bahwa tidak ada aspek fenomena yang penting
(misalnya keuangan atau jasa) atau masalah lain (misalnya pertanyaan
yang terkait dengan perusahaan besar ataupun perusahaan kecil orientasi
nasional) yang ditiadakan sewenang-wenang.
Perusahaaan multinasional juga seringkali didefinisikan sebagai
sejenis induk perusahaan (holding company) dengan sejumlah operasi luar
negeri, masing-masing diberi wewenang untuk menyesuaikan produk-
produk dan strategi pasarnya dengan apa yang dianggap oleh para manajer
lokal sebagai aspek-aspek unik dari pasar-pasar individual mereka.25
Induk
perusahaan diartikan oleh United Nations Conference on Trade and
Development (UNCTAD) sebagai perusahaan yang mengendalikan aset-
aset entitas atau entitas-entitas lainnya di negara atau negara-negara lain di
luar negara asalnya, biasanya dengan kepemilikan modal yang paling
23
Malcolm Waters. 1995. Globalization. London: Routledge. Hal: 76. 24
Yanuar Ikbar. 2002. Ekonomi Politik Internasional: Studi Pengenalan Umum. Jatinangor: PT
Universitas Padjadjaran. Hal: 320. 25
Donald A. Ball, et. al. 2004. Bisnis Internasional: Tantangan Persaingann Global, terjemahan
Syahrizal Noor. Jakarta: PT Salemba Emban Patria. Hal: 5
29
sedikit 10 persen sebagai syarat awal untuk pengendalian aset-aset dalam
konteks ini.26
Meskipun MNCs dan TNCs dianggap memiliki pengertian yang
sama, ada pula pakar yang berusaha membedakannya. MNCs diartikan
sebagai “suatu perusahaan yang bergerak atau beroperasi di luar negerinya
sendiri dengan saham yang terdiri dari beberapa negara ( lebih dari satu
negara).” Sedangkan TNCs dianggap memiliki pengertian yang lebih luas
daripada hanya sekedar suatu perusahaan sebagaimana MNCs. TNCs
dilihat dari aktivitas, besarnya operasi modal diluar negeri yang mencakup
negara dan memiliki manajemen yang bersifat komprehensif atau
menjangkau skala perdagangan dan industri global.27
Sumantoro dalam tulisannya memandang MNCs sebagai FDI dari
berbagai aspek yaitu: hukum, politik dan ekonomi.
Dari segi politik fokus sentral kepada FDI sebagai subjek dalam
hubungan internasional, terkalit dengan kekuatan politiknya di
tingkat nasional dan internasional, serta pola manajemennya yang
terpusat sehingga membawa pengaruh pada penguasaaan informasi
sebagai kekuatan politik, pun kekuatan ekonomi bagi perusahaan
tersebut terhadap pihak yang dihadapinya. Dari segi hukum, fokus
sentralnya terletaak pada FDI sebagai badan hukum yang dapat
merupakan cabang, usaha patungan atau perusahaan yang dimiliki
umum ( public company)... Sedangkan dari segi ekonomi, fokus
sentralnya pada aspek-aspek faktor produksi, modal keahlian
manajemen dan keahlian teknologi, serta praktek-praktek usaha
yang terkait dengan persaingan, besarnya pasar, monopoli, dan
sebagainya.28
Sama seperti belum adanya definisi baku MNCs, hingga saat ini
pun belum ada kesatuan pendapat kapan terbentuknya MNCs yang
26
Donald A. Ball. Ibid. Hal: 7 27
Sumantoro. 1987. Kegiatan Perusahaan Multinasional: Problema Politik, Hukum, dan Ekonomi
dalam Pembangunan Nasional. Jakarta: PT. Gramedia Press. 28
Sumantoro. Ibid.
30
pertama kali. Tak ada yang tahu pasti akan hal itu. Oleh karena tidak
adanya bukti-bukti yang pasti, perselisihan kapan, apa, dan dimana
sebenarnya MNCs yang paling pertama terbentuk di seluruh dunia
tampaknya masih akan terus bergulir. Meskipun disiplin ilmu menyangkut
bisnis dan perdagangan internasional relatif baru, sebagai praktik ini
bukanlah hal yang baru. Para sejarawan menunjukkan bahwa beberapa tipe
MNCs dan penanaman modal langsung telah ada sejak abad terakhir dan
bahkan lebih awal. Menurut sejarawan Perancis Fernand Braudel,
ekonomi dunia lahir bersamaan dengan kapitalisme, selama abad 16,
sebelum terbentuknya negara-bangsa.
Historian are eager to point out some types of MNCs and foreign
direct investment (FDI) existed already during the last century and
even earlier. For French historian Fernand Braudel, the world
economy emerged, along with capitalism, during the sixteenth
century, before the formation of nation-state.29
Dutch East India Company disepakati oleh beberapa pakar sebagai
perusahaan multinasional yang paling pertama. Ini merupakan gabungan
dari sejumlah perusahaan Belanda yang dibentuk tahun 1950 untuk
membuka rute-rute perjalanan ke timur serta membuka kantor-kantor
cabang di Asia. Pada saat yang hampir sama, yakni tahun 1600, British
East India Company, sebuah perusahaan dagang dibentuk dan mendirikan
cabang-cabang luar negeri di seluruh Asia.30
Namun betapapun pendukung
Ducth East India Company berargumen, banyak yang mengkalim Knights
Templar yang didirikan pada tahun 1118 oleh Hugues de Payens sebagai
29
Charles-Albert Michalet. 1994. Transnasional Corporations ( Transnational corporationand the
changing international economic system). United Nations: Volume 3, number 1.
Hal: 10 30
Donald A. Ball. Op Cit. Hal: 9
31
MNCs yang pertama. Knights Templar mejadi sebuah perusahaa
multinasional ketika istitusi itu bertarung ke dalam dunia perbankan pada
tahun 1135. Meski demikian, sejak masa sebelum Masehi - jika ini dapat
disamakan sebagai sebuah perusahaan - pedagang-pedagang Venesia dan
Yunani sesungguhnya telah melakukan model-model dasar bisnis MNCs.
Mereka megirimkan wakil-wakilnya ke luar negeri untuk berdagang dan
mejual barang-barang.
MNCs yang ada dulu dengan yang sekarang dimana diiringi
dengan arus deras globalisasi, tentunya saja memiliki perbedaan-
perbedaan. Perbedaan tersebut terletak pada kegiatan produksi yang
dahulunya berbasis pada raw material dan agrikultural, sedangkan di era
sekarang manufaktur, jasa, dan ritel merupakan kegiatan utama perusahaan
mutinasional akibat dari adanya inovasi teknologi, transportasi, dan
komunikasi. Gilpin didalam ‘The State and the Multinationls’
mendefinisikan MNCs sebagai “a firm of a particular nationality with
partially or wholly owned subsidiaries within at least one other national
economy”. Melalui Foreign Direct Investment (FDI), perusahaan-
perusahaan MNCs memperluas market nya hingga luar negeri, yang mana
bertujuan untuk menguasai pasar, produk, fasilitas dalam ekonomi, baik
secara parsial maupun sepenuhnya. Hal tersebut identik dengan teori
lokasi dan comparative advantage, yang mana produksi akan dilokasikan
dimana terdapat efisiensi yang besar.
Ada beberapa perdebatan mengenai “whether MNCs has broken
free from its home country and has become a powerful independent force
32
determining both international economy and political affair? Or MNCs
remains a creature of its home economy?”. Perdebatan tersebut kemudian
dijawab oleh mainstream economists, yang mana percaya bahwasanya
perilaku perusahaan itu sepenuhnya ditentukan oleh sinyal pasar. Oleh
karena itu nationalitas dari perusahaan dan apakah perusahaan itu
beroperasi dalam ranah domestik maupun internasional tidak menjadi
persoalan penting. Akan tetapi kemudian pendapat lain yang berporos
pasar state-centric berpendapat bahwasanya didunia yang modern,
keksuksesan MNCs ditentukan oleh international political environment.
Selain itu mereka pun percaya bahwasanya “each MNCs is distinctive
product of its home base and reflects its social, economic, and political
values”.31
MNCs memiliki peranan penting di dalam ekonomi politik
internasional, hal tersebut dapat dilihat bagaimana kemudian keputusan
MNCs baik untuk mengekspor produk dari home market- nya atau untuk
di ivestasikan di luar untuk memberikan pelayanan pada foreign market,
secara kuat dapat mempengaruhi aktivitas ekonomi setempat dan tingkat
pertumbuhan ekonomi di dunia. Selain itu, kemajuan di dalam organisasi
industri dan strategic trade theory, yang ditandai dengan kemajuan inovasi
teknologi untuk comprative advantage, semakin menjadikan para ekonom
semakin sadar akan penting nya MNCs. Hal tersebut dikarenakan MNCs
disadari sebagai alat untuk mengurangi biaya transaksi, yang mana dirasa
31
Gilpin, Robert. 2001. “The State and The Multinationals”, dalam Global Political Economy:
Understanding The International Economic Order. Princeton: Princeton University Press,
hal. 278-279
33
lebih murah dengan mengorgansasikan semuanya melalui FDI
dibandingkan transaksi pasar.
Penting nya peranan dari MNCs, secara meningkat telah merubah
struktur dan fungsi daripada ekonomi global. Seperti yang diungkapkan
oleh para pakar seperti Raymod Vernon, John Dunning, dan Micheal
Porter, terdapat beberapa faktor yang kemudian meningkatkan peran
MNCs, yakni Vernon mengungkapan kan pentingnya FDI dalam
memperluas MNCs, Dunning pun menambahkan peran teknologi dalam
perkembangan MNCs, dan Porter menekankan pada masuknya MNCs
kedalam era strategic management, yang mana strategi perusahaan
kemudian mempengaruhi ekonomi global. Seperti yang di tulis oleh Gilpin
bahwasanya,
These giant firms and their global strategies have become major
determinants of trade flows and of the location of industries and
other economis activities. Most FDI is in capital and technology-
intensive sectors. These firms have become central in the expansion
of technology flows to both industrialized and industrializing
economies and therefore are important in determining the economic,
political, social welfare of many nations. Controlling much of the
world’s investment capital, technology, and access to global
markets, such firms have become major players not only in
international economic but in international political affairs as well,
and this has triggered a backlash in many countries.32
C. Brand Image
Brand Image (Citra merek) merupakan keseluruhan persepsi
terhadap suatu merek yang dibentuk dengan memproses informasi dari
berbagai sumber setiap waktu. Citra merek adalah sekumpulan asosiasi
32
Ibid. Hal. 290
34
merek yang terbentuk pada benak konsumen.33
Menurut Setiadi, brand
image dibangun berdasarkan kesan, pemikiran ataupun pengalaman yang
dialami seseorang terhadap suatu merek yang pada akhirnya akan
membentuk sikap terhadap merek yang bersangkutan. Menurut Rangkuti,
brand image adalah sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk dan
melekat dibenak konsumen. Berdasarkan pengertian diatas, dapat
disimpulkan bahwa brand image adalah sekumpulan asosiasi yang
dipersepsikan oleh konsumen terhadap merek tertentu dan dapat
disampaikan melalui sarana komunikasi yang tersedia. Merek terbaik akan
memberikan jaminan kualitas. Menurut Rangkuti pemberian nama pada
sebuah produk hendaknya bukan hanya sebuah simbol, karena merek
memiliki enam tingkat pengertian yang akan membentuk Brand Image,
yaitu34
:
1. Atribut
Semua merek memiliki atribut. Artibut diciptakan agar pelanggan
dapat mengetahui dengan pasti atribut-atribut yang terkandung dalam
sebuah merek. Atribut merupakan kategori dengan fitur-fitur mengenai
karakteristik produk dan jasa yang ada saat proses pembelian dan
konsumsi. Atribut ini dapat digolongkan atas 2 bagian:
33
John C. Mowen. 1995. Consumer Behaviour 4th ed. Jersey: Prentice Hall. Hal: 82 34
Azka Nabila Islami. 2011. Pengaruh Citra Merek (Brand Image) Terhadap Keputusan
Pembelian Produk Sophie Martin Pada Mahasiswa Lembaga Pendidikan Politeknik
MBP Medan.
[Online].http://www.academia.edu/1147849/Pengaruh_Citra_Merek_Brand_Image_
Terhadap_Keputusan_Pembelian_Produk_Sophie_Martin_Pada_Mahasiswa_Lemba
ga_Pendidikan_Politeknik_MBP_Medan. Diakses pada tanggal 6 November 2012
pukul 13.55 Wita.
35
a. Atribut Produk Asosiasi, produk terbentuk secara langsung
mengenai karakteristik dari produk dan jasa yang bersangkutan.
Asosiasi ini merupakan strategi yang paling sering digunakan.
Mengembangkan asosiasi ini sangat efektif karena atribut
tersebutsangat bermakna dan dapat diterjemahkan dalam
pembelian suatu merek.
b. Atribut non Produk Atribut, non produk dapat langsung
memperoleh proses pembelian dan konsumsitetapi tidak
langsung mempengaruhi kinerja produk yang bersangkutan.
Atribut non produk merupakan atribut yang tidak berhubungan
langsung dengan kinerja produk dan terbentuk dari aktifitas
bauran pemasaran. Berikut beberapa contoh atribut non-
produk :
• Negara, perusahaan atau orang yang memproduksi
• Warna dominan produk yang biasanya terlihat pada kemasan
produk.
• Kegiatan-kegiatan yang disponsori oleh merek.
• Mengaitkan dengan orang terkenal (Endorser)
2. Manfaat
Merek memberi banyak manfaat bagi konsumen antara lain
membantukonsumen dalam mengidentifikasi manfaat yang ditawarkan
dan kualitas produk. Konsumen tidak membeli merek, tetapi konsumen
membeli manfaat. Produsen harus mampu menerjemahkan atribut
menjadi manfaat, baik manfaat fungsional maupun manfaat emosional.
36
Manfaat fungsional mengacu pada kemampuan fungsi produk yang
ditawarkan, sedangkan manfaat emosional adalah kemampuan merek
untuk membuat penggunanya merasakan sesuatu selama proses
pembelian atau sesudahnya. Ketika konsumen menggunakan merek
tertentu, maka merek tersebut akan terhubung dengan merek tersebut
artinya konsumen akan membawa serta citra dari pengguna sekaligus
karakteristik merek itu sendiri, dan manfaat yang diinginkan oleh
konsumen akan mempengaruhi pilihannya terhadap berbagai merek.
3. Nilai
Merek menyatakan sesuatu tentang nilai bagi konsumen. Nilai
sering diartikan sebagai penilaian konsumen yang menyeluruh
terhadap utilitas produk didasarkan atas persepsinya atas apa yang
diterima dan dikorbankan. Berdasarkan defenisi ini, maka tidak
mengherankan jika konsumen seringkali melakukan analisa biaya-
manfaat sebelum melakukan pembelian untuk menentukan besarnya
nilai yang akan diterimanya. Merek yang memiliki nilai yang tinggi
akan dihargai oleh konsumen sebagi merek yang memiliki kelas,
sehingga dapat mencerminkan siapa pengguna merek tersebut.
Pelanggan menggunakan istilah nilai untuk empat pengertian yang
berbeda,yaitu :
1. Nilai adalah harga yang murah. Beberapa pelanggan harga
yang paling murah adalah nilai yang terbaik.
37
2. Nilai adalah mendapatkan apa yang diinginkan dari suatu
produk atau jasa. Pelanggan ini mendefenisikan nilai dalam
artian manfaat yang mereka terima dan bukannya harga yang
mereka terima bukannya harga yang harus mereka bayar.
3. Nilai adalah kualitas yang didapatkan atas harga yang dibayar.
Pelanggan menganggap nilai sebagai pertukaran antara harga
yang mereka bayarkan dan kualitas yang mereka dapatkan.\
4. Nilai adalah semua yang didapatkan atas semua pengorbanan
yang telahdiberikan.
4. Kepribadian
Merek memiliki kepribadian, yaitu kepribadian bagi penggunanya.
Jadi diharapkan dengan menggunakan merek, kepribadian sipengguna
akan tercermin dari merek yang digunakannya. Ikatan hubungan
psikografis antara merek dan konsumen akan menjadi kuat dan
memberi warna emosional ketika terdapat kecocokan antara merek dan
kepribadian konsumen. Konsumen sering merasa kesulitan ketika
harus mengekspresikan identitasnya karena itu biasanya mereka
menggunakan merek yang mengandung simbol dan arti yang dapat
menggambarkan dirinya. Oleh karena itu konsumen memiliki
kecenderungan untuk membeli merek yang memilki kepribadian yang
serupa dengan konsep dirinya. Dalam hal ini pemilihan merek
merupakan salah satu cara individu mengekspresikan dirinya. Hal ini
tentunya akan mendorong pemilik merek untuk menyelaraskan gaya
38
hidup konsumennya dengan nilai emosional merek. Jika terdapat
kecocokan antara brand personality dan kepribadian konsumen, maka
menurut Ferrinadewi, hal ini akan menyebabkan salah satu hubungan
dari 3 bentuk berikut:
1. Hubungan yang sangat kuat akan mengembangkan kesetiaan
konsumen.
2. Hubungan yang relatif sedang akan menimbulkan ancaman
tindakan berpindah ke merek lain.
3. Hubungan yang lemah akan menimbulkan kecenderungan
hubungan yangmemilki ciri-ciri tertentu.
5. Budaya
Merek juga mewakili budaya tertentu. Misalnya Mercedez mewakili
budaya Jerman yang terorganisasi dengan baik, memiliki cara kerja
yang efisien dan selalu menghasilkan produk yang berkualitas tinggi.
6. Pemakai
Merek juga menunjukkan jenis konsumen pemakai merek tersebut.
Itulah sebabnya para pemasar selalu menggunakan anaogi orang-orang
terkenal untuk penggunaan mereknya.
Dengan demikian, brand adalah identifikasi yang berupa nama atau
simbol, yang mempengaruhi proses pemilihan suatu produk atau jasa yang
membedakannya dari produk pesaing serta mempunyai nilai bagi pembeli
39
dan penjualnya. Menurut Durianto, merek menjadi sangat penting saat ini,
dikarenakan beberapa faktor, yang antara lain35
:
a) Emosi konsumen terkadang turun naik. Merek mampu
membuat janji emosi menjadi konsisten dan stabil.
b) Merek mampu menembus setiap pagar budaya dan pasar. Bisa
dilihat bahwa suatu merek yang kuat mampu diterima di
seluruh dunia dan budaya.
Brand image paling sering dibangun melalui promosi, menurut
Kotler, promosi adalah bagian dari komunikasi yang terdiri atas pesan-
pesan perusahaan yang didesain untuk menstimulasi terjadinya kesadaran
(awareness), ketertarikan (interest), dan berakhir dengan tindakan
pembelian (purchase) yang dilakukan oleh pelanggan terhadap produk dan
jasa perusahaan.36
Dari teori-teori di atas, maka kita dapat menarik inti dari brand
image ada pada konsumen, pandangan atau gambaran terhadap sebuah
merek yang dibuat konsumen yang didasarkan atas apa yang mereka lihat
(Iklan, kemasan, dan produknya) dengan pengalaman-pengalaman yang
didapatkan konsumen dengan merek tersebut. Citra merek meliputi
pengetahuan dan kepercayaan akan atribut merek (aspek kognitif),
konsekuensi dari penggunaaan merek tersebut, dan situasi penggunaaan
35
http://thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-2-00358-MN%20Bab%202.pdf Diakses pada tanggal 6
November 2012 pukul 14.05 Wita. 36
Philip Kotler. 2002. Manajemen Perusahaan Edisi Milenium. Jakarta: PT. Prenhallindo. Hal: 22.
40
yang sesuai, begitu juga dengan evaluasi, perasaan dan emosi yang
diasosiasikan dengan merek tersebut (aspek afektif).
Menurut Timmerman, citra merek sering terkonseptualisasi sebagai
sebuah koleksi dari semua asosiasi yang berhubungan dengan sebuah
merek. Citra merek terdiri:
a. Faktor fisik : karakteristik dari merek tersebut, seperti desain
kemasan, logo, nama merek, fungsi dan kegunaan produk dari
merek itu;
b. Faktor psikologis : dibentuk oleh emosi, kepercayaan, nilai,
kepribadian yang dianggap oleh konsumen menggambarkan
produk dari merek tersebut. Citra merek sangat erat kaitannya
dengan apa yang orang pikirkan, rasakan terhadap suatu merek
tertentu sehingga dalam citra merek faktor psikologis lebih
banyak berperan dibandingkan faktor fisik dari merek
tersebut.37
Keller menyebutkan bahwa citra merek yang dibangun dari
asosiasi merek ini biasanya berhubungan dengan informasi yang ada
dalam ingatan dengan sesuatu yang berhubungan dengan jasa atau produk
tersebut. Faktor-faktor pendukung terbentuknya brand image dalam
keterkaitannya dengan asosiasi merek:38
37
Noble. 1999. Development in Marketing Science. Vol. 22, Corall Gables. Florida: Academy of
Marketing Science. Hal. 1-5. 38
Keller. 2003. Strategic Brand Management: intl ed. Building, Measuring and Managing Brand
Equity 2nd ed. New Jersey: Pearson Education. Hal. 2
41
1. Favorability of brand association / Keunggulan asosiasi merek.
2. Strength of brand association/familiarity of brand association /
Kekuatan asosiasi merek.
3. Uniqueness of brand association / Keunikan asosiasi merek.
Kotler dan Armstrong mengatakan bahwa konsumen akan
mengembangkan suatu kepercayaan akan merek. Kepercayaan konsumen
akan merek tertentu dinamakan citra merek. Kepercayaan konsumen ini
akan bervariasi sesuai dengan citra yang sebenarnya sampai konsumen
suatu saat tiba pada sikap preferensi ke arah alternatif merek melalui
prosedur evaluasi tertentu. Salah satu prosedur yang mempengaruhi
evaluasi itu adalah kepercayaan merek atau citra merek.39
Pengetahuan akan suatu merek didalam memori/ingatan penting
terhadap pembuatan sebuah keputusan dan telah didokumentasikan dengan
baik dalam ingatan, sehingga pengetahuan merek (brand knowledge)
sangat penting dalam mempengaruhi apa yang dipikirkan seseorang
tentang suatu merek. Brand knowledge terdiri dari dua komponen yaitu
kesadaran merek (brand awareness) dan citra merek (brand image).
Kesadaran merek berhubungan dengan dengan pengenalan dan
pengingatan kembali tentang kinerja suatu merek oleh konsumen.
Sedangkan, citra merek mengacu pada serangkaian asosiasi yang
berhubungan dengan merek yang tertanam didalam benak konsumen.40
39
Philip Kotler. Op. Cit 40
Keller. Op.Cit. Hal: 2
42
Keller mengemukakan dimensi dari citra perusahaan (corporate
image) yang secara efektif dapat mempengaruhi brand equity yaitu terdiri
dari :
a. Atribut produk, manfaat dan perilaku secara umum, terkait
kualitas dan inovasi.
b. Orang dan relationship, terkait orientasi pada pelanggan
(customer orientation).
c. Nilai dan program, terkait keperdulian lingkungan dan
tanggung jawab sosial.
d. Kredibilitas perusahaan (corporate kredibility), terkait
keahlian, kepercayaan dan menyenangkan.
Beberapa keuntungan dengan terciptanya brand image yang kuat
adalah:
1. Peluang bagi produk/merek untuk terus mengembangkan diri
dan memiliki prospek bisnis yang bagus.
2. Memimpin produk untuk semakin memiliki sistem keuangan
yang bagus.
3. Menciptakan loyalitas konsumen.
4. Membantu dalam efisiensi marketing karena merek telah
berhasil dikenal dan diingat oleh konsumen.
5. Membantu dalam menciptakan perbedaan dengan pesaing.
Semakin merek dikenal oleh masyarakat, maka
43
perbedaan/keunikan baru yang diciptakan perusahaan akan
mudah dikenali konsumen.
6. Mempermudah dalam perekrutan tenaga kerja bagi perusahaan.
7. Meminimumkan kehancuran atau kepailitan perusahaan.
8. Mempermudah mendapatkan investor baru guna
mengembangkan produk.
Menurut Hogan, citra merek merupakan asosiasi dari semua
informasi yang tersedia mengenai produk, jasa dan perusahaan dari merek
yang dimaksud. Informasi ini didapat dari dua cara; yang pertama melalui
pengalaman konsumen secara langsung, yang terdiri dari kepuasan
fungsional dan kepuasan emosional.41
Merek tersebut tidak cuma dapat
bekerja maksimal dan memberikan performansi yang dijanjikan tapi juga
harus dapat memahami kebutuhan konsumen, mengusung nilai-nilai yang
diinginkan oleh konsumen dan juga memenuhi kebutuhan individual
konsume - yang akan mengkontribusi atas hubungan dengan merek
tersebut melalui berbagai macam bentuk komunikasi, seperti iklan,
promosi, hubungan masyarakat (public relations), logo, fasilitasretail,
sikap karyawan dalam melayani penjualan, dan performa pelayanan. Bagi
banyak merek, media dan lingkungan dimana merek tersebut dijual dapat
mengkomunikasikan atribut-atribut yang berbeda.
Budaya adalah seperangkat nilai dan bentuk praktik dalam
menciptakan makna terhadap suatu masyarakat yang mana bentuk budaya
41
Hogan. 2005 Employees and Image: Bringing Brand Image To Life. The 2nd Annual Strategic
Public Relation Conference. Chicago: Lippincot Mercer
44
itu sendiri dapat berupa seni artistik, pendidikan, bahasa kesusastraan,
hingga budaya pop yang fokus ke bentuk hiburan untuk masyarakat umum
(musik, tarian, film). Jika dalam kebudayaan suatu bangsa mengandung
nilai-nilai yang universal dan kebijakan mempromosikan nilai-nilainya dan
memiliki daya tarik bagi pihak lain maka hal tersebut dapat meningkatkan
popularitas suatu negara karena daya tarik yang dibentuk melalui budaya
tersebut.42
D. Negara
Negara merupakan realisasi dari tindakan dan keputusan kolektif.
Negara sering diartikan lembaga-lembaga politik negara bangsa modern,
kawasan geografis dengan hubungan yang relatif koheren sistem
pemerintah. Negara bangsa itu sendiri merupakan sebuah lembaga legal
dengan ruang lingkup jelas teritorial dan penduduk serta pemernitah yang
mampu memikul kedaulatan. Misalnya wilayah Indonesia, rakyat
Indonesia dan pemerintah Indonesia. Namun demikian kita juga perlu
mempertimbangkan secara lebih luas pengertian negara dengan sesuatu
yang kolektif dan perilaku politik yang terjadi pada banyak tingkat.
Negara adalah suatu badan/organisasi yang dikendalikan oleh
pemerintah dan di dalamnya dihuni penduduk.43
Negara adalah suatu alat
untuk mensejahterakan penduduk. Tiga unsur yang menentukan eksistensi
suatu negara: Lembaga, batas dan kemampuan membuat aturan.44
Ketiadaan tiga unsur tersebut mengakibatkan sulitnya negara berhubungan
42
Ibid. Hal. 11 43
Goldstein, Joshua S. 2005. International Relations. Pearson/Longman. Hal. 10 44
Minix, Dean dan Hawley, Sandra M. 1998. Global Politics. West/Wadsworth: West Publishing,
chap. 3.Hal. 77
45
dengan negara lain. Lembaga yang dimaksud disini adalah pemerintahan
yang sah, kemudian batas adalah wilayah dan kemampuan membuat
aturan dalam batas tertentu. Tetapi, agar bisa disebut negara, negara harus
memenuhi berbagai syarat, diantaranya memiliki wilayah, memiliki
rakyat, pemerintahan yang berdaulat,dan yang paling penting pengakuan
dari negara lain.
Aktor negara mencakup pemimpin individual maupun organisasi
birokrasi (seperti kementerian luar negeri) yang bertindak atas nama
negara.45
Peranan negara dalam hubungan internasional adalah
menetapkan kebijakan luar negeri. Kebijakan luar negeri sendiri
merupakan perpanjangan dari kebijakan dalam negeri. Kebijakan luar
negeri inilah yang dijadikan pedoman negara untuk melakukan hubungan
dengan negara lain. Biasanya, kebijakan luar negeri tergantung kepada
kepentingan dan kekuatan suatu negara dalam dunia internasional. Sebagai
tambahan, partisipasi suatu negara dalam urusan internasional sebagai
perwakilan dan penjamin rakyat. 46
Berbagai paradigma yang ada menjelaskan aktor-aktor yang
berperan dalam dunia internasional. Paradigma realis misalnya
menyatakan bahwa negara adalah aktor utama dalam hubungan
internasional yang bersifat rasional dan monolith, jadi bisa
memperhitungkan cost and benefit dari setiap tindakannya demi
45
Op. Cit. Goldstein. Hal. 10 46
Opcit. Minix dan Hawley
46
kepentingan keamanan nasional.47
Berbeda dengan realis, paradigma
liberalis menyatakan bahwa negara bukan satu-satunya aktor dalam
hubungan internasional.48
Terdapat banyak aktor non-negara yang
mempunyai pengaruh dan legitimasi yang independen dari negara. Negara
boleh jadi aktor yang paling penting dalam hubungan internasional, tetapi
mereka sangat tergantung, terbatasi dan dipengaruhi oleh aktor bukan
negara.49
Menurut F.Isjwara secara etoimologis kata status dalam bahasa
latin klasik adalah suatu istilah yang menunjukkan keadaan yang tegak dan
tetap.50
Sejak Cicero (104 SM-43 M) kata “status” atau “statum” itu lazim
diartikan sebagai “standing” atau “station” dan dihubungkan dnegan
kedudukan persekutuan hidup manusia sebagaimana diartikan dalam
istilah “Status Civitatis” atau “Status Republicae”51
. Dan baru pada abad
ke-16 dipertalikan dengan kata negara.52
Lanjut menurut F.Isjwara bahwa negara diartikan sebagai kata
yang menunjukkan organisasi politik territorial dari bangsa-bangsa. Sejak
pengertian ini diberikan sejak itu pula kata negara lazim ditafsirkan dalam
berbagai arti. Negara lazim diidentifikasikan dengan pemerintah,
umpamanya apabila kata itu dipergunakan dalam pengertian kekuasaan
negara, kemauan negara dan sebagainya. Kata negara lazim pula
47
Anak A.B. Perwita dan Yanyan M. Yani. 2005. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Hal. 27 48
Ibid 49
Op. Cit. Goldstein. Hal. 12 50
F. Isjwara. 1999. Pengantar Ilmu Politik. Bandung: Bina Cipta. Hal. 90 51
J.W. Garner. Political Science and Government. Calcutta: World Press. Hal. 47 52
Ernest Barker. Principles of Social and Political Theory. Oxford: Clarendon Press. hal. 90-91
47
dipersamakan dengan bangsa, dan negara dipergunakan sebagai istilah
yang menunjukkan baik keseluruhan maupun bagian-bagian negara
federal.53
53
F.Isjwara. Ibid. Hal.92
48
BAB III
PERKEMBANGAN MNCs DAN KOREAN WAVE DI INDONESIA
A. Multinational Corporation (MNCs)
Sejarah lahirnya perusahaan multinasional dimulai sekitar 300
tahun yang lalu, yang ditandai dengan beroperasinya perusahaan-
perusahaan dagang (trading companies) dari Belanda dan Inggris yang
kemudian berkembang menjadi perusahaan-perusahaan Eropa yang
melakukan overseas investment, terutama di sektor pertambangan
ekstraktif.54
Meskipun jumlahnya tidak merata, namun pada kenyataannya
MNCs merambah diberbagai sektor vital. Ada sektor yang tampaknya
memang menjadi favorit oleh karena keuntungan yang berlimpah disektor
tersebut daripada sektor lainnya yang hanya digeluti lebih sedikit MNCs.
Kondisi tersebut nantinya menimbulkan efek-efek yang tidak sama
disetiap sektor meskipun efek-efek itu saling terkait dan saling melengkapi
serta terkadang sulit untuk dipilah-pilah. Sektor industri khususnya
pertambangan merupakan salah satu industri favorit oleh karena
prospeknya yang menjanjikan.
Salah satu variabel yang biasanya digunakan untuk mengukur
kapabilitas MNCs adalah dengan melihat peningkatan total investasi
langsung diseluruh dunia telah meningkat empat kali secepat produksi
dunia dan tiga kali lebih cepat dari perdagangan dunia. Di tahun 1995,
MNCs menginvestasi US $325 miliar diluar negeri. Menurut Perserikatan
54
http://www.ut.ac.id/html/suplemen/espa4216/41.htm. Diakses 17 November pukul 07.33 Wita
49
Bangsa-Bangsa (PBB), ada hampir 40.000 MNCs atau hampir tiga kali
angka dua puluh lima tahun yang lalu. Secara bersamaan perusahaan-
perusahaan ini mengasilkan kira-kira sepertiga aset sektor swasta dan
gabungan GDP (gross domestic product) mereka ditahun 1993 sebesar US
$ 5,5 triliun, yang hampir sama banyak dengan GDP Amerika Serikat.55
Menurut World Investment Report 1993 yang diterbitkan PBB, ada
37.000 perusahaan multinasional yang memiliki 170.000 anak perusahaan
di luar negeri. Sebagian besar (90 persen) dari perusahaan-perusahaan
multinasional itu berkantor pusat di negara-negara maju. Pada tahun 1992,
total modal investasi langsung luar negeri seluruh dunia sebanyak 2 triliun
dollar AS. Perusahaan-perusahaan multinasional yang mengontrol modal
bertanggungjawab atas penjualan sebesar 5,5 triliun dollar AS diseluruh
dunia dan 100 perusahaan multinasional terbesar di dunia menguasai
sepertiga dari modal ini.56
Pada tahun 2000, total aset perusahaan afiliasi
multinasional diluar negeri tumbuh 19,8 persen hingga mencapai $21,10
triliun.
Setahun sebelumnya, UNCTAD melaporkan ada sekitar 60.000
induk perusahaan yang memiliki setegah juta afiliasi di luar negeri, yang
menyumbangkan sekitar 25 persen hasil produksi global. Perusahaan-
perusahaan ini bertanggungjawab atas duapertiga perdagangan di dunia.
Tahun 2001, seperti disebutkan Tony Clarke - seorang akademisi dan
aktivis asal Canada - 52 dari pemegang kekayaan atau ekonomi dunia
55
John Micklewaith dan Andra Wooldridge.1998. The Witch Doctors, terjemahan Soesanto B.,
Jakarta: Elex Media Komputindo, hal. 103 56
Kompas. Privatisasi Pelayanan Publik. A. Prasetyantoko, 24 September 2003.
50
adalah MNCs dan sebanyak 70 persen dari perdagangan global dikontrol
oleh hanya sekitar 500 perusahaan. Lalu setengah dari seluruh FDI di
dunia, sahamnya dimiliki oleh hanya satu persen MNCs.57
Kenyataan membuktikan bahwa MNCs memiliki kemampuan
perekonomian yang cukup sebanding dengan negara-negara maju.
UNCTAD melaporkan bahwa “seratus perusahaan multinasional terbesar,
diukur dari aset mereka diluar negeri, memegang posisi dominan dalam
sistem produksi internasional yang baru.”58
Dalam Tabel 1 yang
merupakan perbandingan antara kekuatan perekonomian negara-negara
dengan kekuatan perekonomian perusahaan-perusahaan multinasional
sekitar 29 tahun yang lalu terindikasi secara nyata bahwa MNCs
menempati proporsi yang besar dan kuat dalam perekonomian dunia.
Daftar urutan 21 negara yang GNP-nya melebihi korporasi Exxon, sebuah
perusahaan multinasional asal Amerika Serikat yang bergerak disektor
industri kilang minyak (petroleum refining), merupakan negara terkaya
didunia. Tingkat perekonomian Exxon jauh melebihi Belgia, Swedia, dan
ratusan negara lainnya. Setelah Exxon, masih terdapat beberapa
perusahaan multinasional minyak asal Belanda Royal Dutch Shell
57
Susan George. Republik Pasar Bebas : Menjual Kekuasaan Negara, Demokrasi danCivil
Society kepada Kapitalisme Global, terjemahan Esti Sumarah. Jakarta: INFID. Hal.
xv. 58
Donald A. Ball, et. al., Bisnis Internasional: Tantangan Persaingan Global, terjemahan
Syahrizal Noor. 2004. Jakarta: PT. Salemba Emban Patria. Hal: 14.
51
Tabel 1. Perbandingan Perekonomian Nasional dengan Perusahaan – Perusahaan
Industri Terbesar Di Dunia Tahun 1983.59
59 Theodore Colombus dan James H. Wolfe . “The World’s Largest Industrial Corporations”,
Fortune 110 ( 20 Agustus 1984); dan United States, Central Intelligence Agency, The World
Fact Book: 1984 (April 1984). Pengantar Hubungan Internasional: Keadilan dan Power.
Hal 377.
Ranking
(1983)
Unit Analisis Milliar
Dollar
Ranking
(1983)
Unit Analisis Milliar
Dollar
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
Amerika Serikat
Uni Soviet
Jepang
Jerman Barat
Perancis
Inggris
Italia
China
Brazil
Kanada
Polandia
Spanyol
Meksiko
Jerman Timur
Australia
Chekoslowakia
Rumania
Belanda
Argentina
Saudi Arabia
Swiss
EXXON Belgia
Swedia
Royal Dutch & Shell
Afrika Selatan
General Motors
Nigeria
Korea Selatan
India dan Indonesia
Venezuela
Austria
Hongaria
Norwegia
Mobil Oil
Turki & Yugoslavia
Taiwan
3.363
1.715
1.016
648
542
483
347
313
295
289
187
180
168
166
153
147
138
137
130
120
96
88
85
81
80
77
75
74
71
70
69
67
65
56
55
54
50
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
Finlandia & British
Petroleum Ford
Aljir
Columbia, IBM &
Texaco
Yunani & Filipina
Thailand
Bulgaria & Du Post
Irak
Kuwait
Libya, Pakistan, Gulf
Oil dan Standard
Oil
Malaysia, Alantic
Richfield, ENI (
Roma) & IRI (Roma)
Chili
Portugal
Israel
Shell Oil, Toyota dan Unilever
Occidental
Petroleum
Selandia Baru,
Francaise de
Petroles dan Elf-
Aquitaine (French)
Matsushita Electric dan US Steel
Hitachi, Nissan
Motors, PEMEX (
Mexico City),
PETROBRAS ( Rio
de Jenairo), Philips
Elctric,dan
Volkswagen
49
44
43
40
39
38
35
30
28
27
25
24
23
22
20
19
18
17
16
52
(petroleum refining) diposisi 25 dan General Motors (motor vehicle and
parts) asal Amerika Serikat di posisi 27.
Hal serupa terjadi pada tahun 2000, meski dengan pola ukur yag
berbeda yakni Gross Domestic Product (GDP). Saat itu hanya 20 negara
yang memiliki produk domestik bruto lebih besar dari penjualan total
tahunan Wal-Mart (general merchandiser), perusahaan asal AS dengan
penjualan terbesar didunia. Pada tahun 2000 itu juga, jumlah uang yang
dibelanjakan di Wal-Mart di seluruh dunia lebih besar daripada jumlah
produk domestik bruto beberapa negara seperti Republik Ceko, Aljazair,
Peru, dan Pakistan.60
MNCs terbesar didunia hingga saat ini masih
dikuasai oleh negara-negara industri yang tergolong negara maju.
Berdasarkan data Fortune, 100 MNCs pada tahun 2007 berasal dari
Amerika Serikat (34%), Meksiko, Eropa (Belanda, Jerman, Perancis,
Britania Swiss, Italia, Belgia, Rusia) dan dari Asia ( Jepang, China, Korea
Selatan). Lima dari sepuluh MNCs terbesar didunia berasal dari Amerika
Serikat lalu disusul oleh Belanda, Britania, Jepang, Jerman, Perancis yang
masing-masing memiliki satu.
Meski seringkali menjadi perdebatan, MNCs yang bersifat padat
modal dan teknologi, membuka lapangan kerja yang tidak sedikit
diseluruh dunia. Ada yang berargumen bahwa yang dirugikan dengan
penanaman modal langsung di negara berkembang adalah tenaga kerja
home country, oleh karena mereka kehilangan pekerjaan beroperasinya
perusahaan asal negara mereka dinegara lain. Namun, argumen bahwa
60
Ibid. Hal: 15
53
tenaga kerja lokal di host country tidak terlalu diuntungkan oleh karena
terbatasnya keterampilan yang mereka miliki akan teknologi yang
digunakan MNCs, tidak kalah kuat dan pentingnya. Meski demikian, dapat
dilihat bahwa MNCs cukup berperan besar dalam penciptaan lahan kerja
diseluruh dunia.
1. Karakteristik, Jenis, Serta Tujuan MNC
Banyak buku dan penulis memberikan definisi singkat dari
MNCs yakni suatu perusahaan yang mengontrol dan mengatur
pembentukan proses produksi di minimal dua negara. Hanya saja ada
beberapa karakteristik yang ditunjukkan oleh MNCs. Michael J.
Carbaugh menyebutkan sedikitnya ada empat karakteristik dari MNCs.
Pertama, MNCs disebutkan sebagai suatu perusahaan bisnis yang
beroperasi didua atau lebih negara tujuan (host country) dimana
perusahaan induk MNCs tadi berada di negara asal MNCs menjalankan
keseluruhan bentuk strategi dunia yang terkoordinasi.
Kedua, MNCs seringkali melakukan kegiatan research and
development (penelitian dan pengembangan) di negara tujuan. Kegiatan
ini biasanya dilakukan untuk menunjang aktivitas MNCs terutama
dalam sektor manufaktur, pertambangan, ekplorasi minyak bumi dan
aktivitas bisnis jasa lainnya. Ketiga, sifat kegiatan operasional
perusahaan tadi adalah lintas batas negara. Keempat, adanya
pemindahan modal yang ditandai dengan arus investasi asing langsung
(foreign direct investment / FDI) dari daerah-daerah yang sedikit
54
memberikan keuntungan kepada MNCs ke daerah-daerah yang
dianggap mampu memberikan kontributsi positif atas keberadaan
MNCs. Robert Gilpin megatakan bahwa yag dimaksudkan FDI adalah
pendirian anak atau cabang perusahaan asing atau pengambilalihan
sebuah perusahaan asing.61
Pendapat yang sama diutarakan oleh Thomas Oatley, dimana
Oatley menambahkan bahwa karakteristik dari MNCs adalah adanya
sifat MNCs tadi untuk mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang
disesuaikan dengan kondisi ekonomi negara tujuan atau negara tempat
beroperasinya MNCs. Spero dan Hart malah menambahkan
karakteristik MNCs dengan menyebutkan bahwa MNCs biasanya
memberikan share kepemilikan fasilitas produksinya (di negara lain)
selain kepemilikan tunggal juga apa yang dikenal sebagai joint venture
dengan perusahaan swasta maupun publik.62
Meskipun MNCs bersifat padat modal dengan teknologi
modern, pada dasarnya MNCs tetap menyadari pentingnya peran
sumberdaya manusia dalam pertumbuhan ekonomi, baik kuantitas
terlebih kualitas. Secara umum, MNCs memiliki beberapa karakter,
karakter yang tampak antara lain:
a. Pusat-pusat MNCs umumnya terkonsentrasi di negara-negara
industri sebagai negara induk (centre state) yang sebelumnya
terpusat di daerah-daerah koloni atau tempat-tempat produk
61
Yulius P. Hermawan. 2007. Transformasi dalam Studi Internasional: Aktor, Isu dan
Metodologi. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal. 212 62
Ibid. Hal. 213
55
primer. Daerah lain yang menjadi lokasi cabang usaha/
investasi justru dapat disebut sebagai daerah pinggiran
(periphery).
b. Umumnya MNCs mengkonsentrasikan diri pada industri
manufaktur (pengolahan), khususnya yang berhubungan
dengan volume produksi dan teknologi tinggi yang juga
semakin beragam bentuknya, dimana teknologi tinggi yang
juga semakin beragam bentuknya, dimana sebelumnya adalah
pada produk pertambangan dan perkebunan.
c. Volume investasi sangat besar daripada nilai sebelumnya yang
pernah terjadi sebab adanya keyakinan bahwa stabilitas politik
di negara-negara sasaran memberi peluang membesarnya
konsentrasi modal yang nantinya akan membuahkan imbal
balik yang sangat menguntungkan.
d. Adanya kecenderungan untuk mengatur jaringan cabang di luar
negeri sebagai bagian integral dari perusahaan induk (integrasi
vertikal) yang terjadi disebabkan berkurangnya kendala
perdagangan internasional oleh karena banyak pemerintah
negara-negara (negara berkembang) mendukung masuknya
unsur MNCs dalam pembangunan negara.63
63
Yanuar Ikbar. Op Cit. Hal: 323
56
MNCs dapat dibedakan ke dalam berbagai jenis atau tipe,
tergantung pada objek analisanya. Dunning membedakan bentuk-
bentuk MNCs ke dalam empat kriteria, yaitu:
a. Multinational producing enterprise (MPE), yakni perusahaan
yang memiliki dan mengontrol berbagai fasilitas produksi lebih
dari satu negara.
b. Multinational trade enterprise (MTE), yaitu perusahaan yang
semata-mata bergerak dalam bidang perdagangan dengan
menjual barang yang diproduksi didalam negeri, langsung
kepada badan usaha atau orang di negeri lain.
c. Multinational internationally owned enterprise (MOE), dan
d. Multinational (Financial) controlled enterprise (MCE),
sebagaimana MOE, MCE diawasi oleh lebih dari satu negara.64
Sebagaimana setiap orang maupun organisasi yang memiliki
target atau tujuan dalam menjalankan berbagai daya upayanya, MNCs
pun demikian adanya. Sebagai lembaga ekonomi, MNCs takkan bisa
lepas dari sifat yang mengarah pada motif ekonomi. Lalu, karena
ekonomi dan politik selalu berjala beriringan, maka kekayaan dan
kekuasaan pun akan senantiasa melekat padanya. Barnet dan Muller
mengemukakan bahwa pada prinsipnya MNCs memiliki sifat serta
tujuan-tujuan:
64
John Dunning. 1974. The Multinational Enterprises. George Allen & Unwin, ltd. New Jersey:
Routledge. Hal: 420 - 426
57
a. Mencari keuntungan sebesar-besarnya, baik keunggulan
monopolis maupun keuntungan komparatif dalam rangka
mengantisipasi saingan-saingan bisnis mereka diseluruh dunia.
b. Memperluas pasar produksinya di seluruh dunia dengan jalan
menempatkan pabrik-pabriknya dilokasi pasar terdekat untuk
menekan biaya transportasi hasil produk.
c. Memperoleh bahan-bahan primer sumber alam dan energi,
tenaga kerja secara murah untuk menekan biaya produksi dan
kebutuhan industrinya secara teratur dan berkesinambungan.65
Bila tujuan-tujuan berdirinya MNCs dikaitkan dengan ketiga
pola hubungan MNCs dengan negara tuan rumah, maka cukup logis
bila bentuk hubungan kedua yakni hubungan penolakan, pertentangan,
dan konflik kerap terjadi. Hal itu dapat dijelaskan sebagai berikut.
Pertama, MNCs adalah lembaga ekonomi swasta dengan motif mencari
keuntungan sebesar-besarnya, sedangkan negara dan masyarakat tuan
rumah meluangkan jalan bagi berdirinya MNCs dengan harapan MNCs
dapat mebantu pencapaian tujuan pembangunan. Kedua, MNCs
bertujuan memperoleh bahan-bahan primer dengan tenaga kerja murah,
sedangkan negara dan masyarakat tuan rumah tentunya menginginkan
upah yang lebih tinggi, yang setimpal dengan apa yang diperoleh oleh
pihak perusahaan.
65
Yanuar Ikbar. Op.cit. Hal: 324
58
2. Pertumbuhan MNC
Adapun alasan - alasan pertumbuhan MNCs sebagai berikut:66
a. Ketersediaan Bahan Baku
Banyak perusahaan industri, khususnya perusahaan
perdagangan, memiliki sedikit pilihan selain berlokasi didekat
sumber bahan baku. Tetapi perusahaan pribumi tidak
menghasilkan penanaman modal asing. Jadi, untuk mejelaskan
tentang PMA, kita harus menjelaskan tentang mengapa organisasi
perusahaan multinasional dapat melakukan sesuatu lebih baik dan
lebih murah daripada perusahaan lokal.
b. Mengintegrasikan Kegiatan Operasi
Ketika terdapat keunggulan untuk integrasi vertikal antara
tahap produksi tertentu dengan tahap produksi lainnya yang dapat
lebih baik dilakukan dilokasi yang berbeda, terdapat alasan bagus
untuk berinvestasi diluar negeri.
c. Pengetahuan yang Tidak Dapat Ditransfer
Adalah mungkin bagi perusahaan untuk menjual pengetahuan
mereka dalam bentuk hak paten dan memberikan lisensi pada
produsen asing. Ini meringankan sebuah perusahaan dari
kebutuhan untuk melakukan penanaman modal asing. Namun,
kadangkala sebuah perusahaan yang memiliki proses produksi
atau paten produk dapat menghasilkan laba yang lebih besar
denga melakukan produksi asing sendiri. Hal ini karena terdapat
66
Maurice D. Levi. 2001. Keuangan Internasional. Yogyakarta: ANDI. Hal: 518
59
beberapa jenis pengetahuan yang tidak dapat dijual dan yang
merupakan hasil dari pengalaman bertahun-tahun.
d. Menjaga Reputasi
Produk yang menghasilkan nama baik atau buruk, dan ini
terbawa melintasi batas internasional. Bahkan masyarakat di
Rusia,sebagai contoh, mengetahui nama merek jean tertentu.
Begitu pula, adalah penting bagi jaringan restoran dan hotel
multinasional untuk menjaga kualitas yang sama untuk
melindungi reputasi mereka. Kita menemukan bahwa terdapat
alasan sah untuk investasi langsung daripada memberikan lisensi
dalam bentuk transfer keahlian dalam menjamin terjaganya nama
baik.
e. Mengeksploitasi Reputasi
Penanaman modal asing mungkin terjadi untuk
mengeksploitasi daripada melindungi reputasi. Dorongan ini
mungkin merupakan kepentingan khusus dalam penanaman
modal asing oleh bank, dan PMA ini mengambil bentuk
pembukaan cabang dan pendirian atau pembelian anak
perusahaan. Salah satu alasan mengapa perbankan menjadi
sebuah industri dengan multinasional hebat adalah bahwa sebuah
reputasi internasionalnya dapat menarik deposito, bangsa asing
menghubungkan ukuran sebuah bank dengan keamanan. Reputasi
juga penting dalam akuntasi, ini sebabnya banyak banyak negara
industri besar seperti Amerika Serikat dan Inggris terdorong
60
dalam negosiasi perdagangan global untuk liberalisasi
pembatasan terhadap jasa, termasuk akuntansi dan perbankan. Ini
juga alasan mengapa sebagian besar negara kurang berkembang
menolak liberalisasi ini.
f. Perlindungan Kerahasiaan
Investasi langsung mungkin lebih suka mendapatkan lisensi
dari perusahaan asing untuk menghasilkan produk jika
kerahasiaan penting. Point dikembangkan oleh Erick Spitaler,
yang berpendapat bahwa sebuah perusahaan dapat terdorong
untuk memilih investasi langsung pada lisensi dengan merasakan
bahwa, ketika penerima lisensi akan berjaga-jaga untuk
melindungi hak paten, dia mungkin kurang berhati-hati
dibandingkan pemilik paten asli.
g. Hipotesis Siklus Hidup Periodik
Telah dikemukakan bahwa kesempatan untuk mendapatkan
keuntungan didalam negeri akhirnya akan berkurang. Untuk
mempertahankan pertumbuhan laba, perusahaan harus
memperluas diri keluar negeri yang pasarnya belum dipenetrasi
dengan baik dan dimana mungkin terdapat persaingan yang
kurang tajam. Ini membuat investasi langsung sebagai
konsekuensi alami untuk berada dalam bisnis dalam waktu yang
cukup lama dan melakukannya secara baik dalam negeri.
61
h. Ketersediaan Modal
Robert Aliber menyatakan bahwa akses kepasar modal dapat
menjadi alasan mengapa perusahaan itu sendiri berpindah keluar
negeri. Sebuah negeri kecil penerima lisensi tidak memiliki akses
yang sama untuk mendapatkan dana yang lebih murah seperti
halnya perusahaan besar, dan perusahaan besar juga dapat
beroperasi di pasar luar negeri dengan tingkat bunga diskonto
yang lebih rendah. Namun, Edward Graham dan Paul Krugman
mempertanyakan argumen ini dengan dua dasar. Pertama,
meskipun perusahaan multinasional besar memiliki biaya modal
(cost of capital) yang lebih rendah daripada perusahaan kecil,
perusahaan-perusahaan asli, bentuk investasi luar negeri tidak
berbentuk investasi langsung. Sebaiknya investasi ini berbentuk
portofolio. Kedua, sebagian besar penanaman modal asing
langsung memiliki dua arah. Pola ini bukanlah sebuah implikasi
dari argumen biaya modal yang berbeda.
i. PMA Strategis
Perusahaan masuk kepasar luar negeri untuk mempertahankan
pangsa pasar ketika terancam oleh pemasok potensial dalam
negeri atau multinasional dari luar negeri. Dorongan strategis
untuk melakukan PMA selalu ada, tetapi ini mungkin
memberikan kontribusi kepada multinasionalisasi usaha sebagai
hasil peningkatan akses ke pasar modal. Dalam hal peningkatan
PMA strategis, globalisasi pasar keuangan yang mengurangi
62
halangan masuk mengacu pada biaya tetap yang besar. Akses ke
modal yang dibutuhkan berarti perluasan perusahaan dengan
kemampuan untuk berkembang ke pasar tertentu. Ini
meningkatkan insentif untuk berpindah dan menikmati keutungan
pemindah pertama potensial (potential first-move advantage).
j. Faktor Organisasional
Pandangan teori organisasi tentang investasi langsung
menekankan pada tujuan manajemen secara luas melalui usaha
manajemen untuk memindahkan risiko dengan beroperasi
dibanyak pasar, mencapai pertumbuhan dalam penjualan dan
seterusnya, sebagai penentang terhadap tujuan maksimalisasi laba
dalam tujuan ilmu ekonomi tradisional.
k. Pengelakan Tarif dan Kuota
Alasan lain untuk berproduksi di luar negeri daripada
berproduksi didalam negeri dihubungkan dengan tarif impor yang
harus dibayar. Apabila kewajiban impor diberlakukan didalam
negeri, perusahaan akan berproduksi di pasar luar negeri untuk
menghindari kewajiban tersebut.
l. Menghindari Regulasi
Investasi langsung dilakukan oleh bank untuk menghindari
regulasi. Ini juga menjadi dorongan bagi investasi asing oleh
perusahaan manufaktur.
63
m. Fleksibilitas Produksi
Manifestasi penyimpangan PPP adalah terdapatnya periode
ketika biaya produksi di suatu negara rendah karena depriasi riil
mata uangnya. Perusahaan multinasional mungkin dapat
menetapkan lagi produksi untuk memanfaatkan kesempatan yang
ditawarkan depresiasi riil. Ini tentu saja membutuhkan teknologi
yang ditransfer dengan mudah antar negara dan serikat dagang
atau pemerintah yang tidak menyebabkan perubahan produksi
terlalu sulit.
n. Hubungan Simbiosis
Beberapa perusahaan mengikuti klien yang melakukan
penanaman modal asing. Sebagai contoh, perusahaan besar
akuntan AS yang memilki pengetahuan tentang praktek dan
kebutuhan khusus perusahaan induk membuka kantor di negara-
negara dimana klien mereka membuka cabang.
o. Diversifikasi Tidak Langsung
Salah satu faktor yang juga memberi sumbangan kepada
pertumbuhan MNC adalah kemungkinan bagi MNC untuk secara
tidak langsung menyediakan diversifikasi portofolio bagi
pemegang saham. Jasa ini akan, tentunya, bernilai hanya jika
pemegang saham tidak dapat melakukan diversifikasi sendiri. Ini
mengisyaratkan keberadaan pasar modal tersegmentasi yang
hanya MNC yang dapat menguasainya.
64
3. Motif MNC
Ada beberapa alasan (motif) mengapa MNCs melakukan ekspansi
melintasi batas-batas negara dan juga melakukan investasi ke daerah-
daerah baru. Secara sederhana, motif MNCs dapat dibagi menjadi dua
faktor. Pertama adalah faktor permintaan dan kedua adalah faktor biaya.
Faktor permintaan biasanya didasarkan dengan adanya tekanan kepada
MNCs untuk mendapatkan keuntungan. Tekanan untuk mendapatkan
keuntungan membuat MNCs harus mencari daerah-daerah baru yang
dianggap mampu memberikan sumber-sumber produksi baru. Hal lain
yang terkait faktor permintaan adalah keuntungan akan adanya lokasi
yang tepat. Dengan membuka fasilitas produksi diluar negeri, MNCs
dapat mengakses informasi yang lebih detil mengenai selera konsumen
yang dituju dan juga dapat merespons perubahan pasar tadi.
Faktor kedua adalah faktor biaya. Faktor biaya berbicara mengenai
bagaimana MNCs tadi menurunkan (menekan) biaya produksi dengan
tujuan memaksimalkan profit dan juga menjaga daya saing
internasional atas produk yang dihasilkan. Dibukanya fasilitas produksi
diluar negeri jelas akan mengurangi biaya produksi suatu produk. Mulai
dari tersedianya bahan baku mentah untuk produksi sampai dengan
tersedianya tenaga kerja dengan upah buruh yang cukup rendah.
Dengan dikurangi biaya operasional tadi maka harga jual produk MNCs
tadi akan bisa bersaing dipasar domestik atau global.
65
B. Perusahaan Ritel
Salah satu sektor industri yang cukup menarik untuk diperhatikan
adalah perkembangan industri berbasis retail. Beberapa tahun terakhir,
bisnis ritel di Indonesia telah menjadi fenomena di Asia terutama di
negara-negara berkembang. Saat ini di Indonesia terdapat berbagai macam
perusahaan yang tengah bersaing ketat dalam usaha ritel. Dalam konteks
global,usaha ritel merupakan usasha yang menjanjikan dalam pasar
industri Indonesia.
Dalam laporan berjudul Global Retail Development Index (GRDI)
2011 menilai, kondisi industri ritel di 30 negara berkembang di dunia dan
memeringkatkan mereka berdasarkan sejumlah faktor di antaranya risiko
usaha, populasi penduduk, serta kekayaan yang dikaitkan dengan kondisi
industri ritel terkini. GRDI menilai pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia
akan tetap cerah dengan pertumbuhan permintaan domestik dan ekspor
yang tinggi, penjualan ritel yang stabil dan membaiknya kepercayaan
konsumen. GRDI memperkirakan bahan pangan merupakan sektor bisnis
yang sangat penting bagi kawasan ini, bahkan bias mencapai dua pertiga
dari penjualan ritel.
Dalam laporan tersebut, pertumbuhan ritel Indonesia tercepat
ketiga setelah Cina dan India. Negeri ini, disebut pertumbuhan dengan
underlying yang kuat. Indonesia harus bersyukur dengan underlying
ekonominya yang sangat kuat berupa populasi penduduk yang mencapai
235,5 juta jiwa. Pendapatan per kapita penduduk Indonesia juga terus naik
dengan pertumbuhan infrasruktur industri ritel yang terus meningkat akan
66
menunjang penjualan ritel bahan pangan. Sektor ritel lain yang bakal
tumbuh adalah elektronikan yang dipimpin oleh produk komputer, dan
diperkirakan tumbuh 13 persen dalam lima tahun mendatang.67
Peluang pertumbuhan itu makin menjanjikan bila dilihat dari rasio
ritel dan populasi penduduk. Hingga kini rasio populasi ritel di Indonesia
dibandingkan dengan jumlah penduduk termasuk yang paling rendah di
Asia Pasifik. Di Indonesia satu juta penduduk baru dilayani oleh 50 peritel
termasuk supermarket, hypermarket dan minimarket. Bandingkan dengan
Taiwan, di mana setiap penduduk dilayani oleh 400 ritel modern. Jika
dilihat secara total nasional rata-rata populasi ritel modern di Jawa masih
yang terpadat dibandingkan wilayah lain. Ini semua merupakan peluang
yang harus terus digarap, sehingga rasio ritel dan populasi akan
menemukan titik keseimbangannya.
Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 230 juta merupakan
pasar potensial bagi bisnis ritel modern. Dalam sepuluh tahun terakhir
bisnis ritel modern dengan format hypermarket, supermarket dan
minimarket menjamur, menyusul maraknya pembangunan mall atau pusat
perbelanjaan di kota-kota besar. Peritel besar seperti hypermarket dan
department store menjadi tempat yang dapat menarik minat pengunjung.
Bahkan kini bisnis ritel mulai merambah ke kota-kota kabupaten terutama
jenis supermarket dan minimarket. Saat ini bisnis ritel tumbuh pesat di
pinggiran kota, mengingat lokasi permukiman banyak di daerah tersebut.
67
Global Retail Expansion. [Online]. http://www.atkearney.com/consumer-products-retail/global-
retail-development-index. Diakses pada tanggal 13 November 2012 pukul 23.35.
67
Dengan dibukanya pintu masuk bagi para peritel asing sebagaimana
Keputusan Presiden No. 118/2000 yang telah mengeluarkan bisnis ritel
dari negative list bagi Penanaman Modal Asing (PMA), maka sejak itu
ritel asing mulai marak masuk ke Indonesia.68
Masuknya ritel asing dalam
bisnis ini, menunjukkan bisnis ini sangat menguntungkan.
Globalisasi juga merupakan faktor utama terciptanya permintaan
atau meningkatnya permintaan barang dan jasa ritel. Karena itu, banyak
peritel besar mengamati perkembangan globalisasi khususnya
perkembangan yang berpengaruh pada kehidupan masyarakat.
Infrastruktur yang berkembang akan memperbesar kesempatan tumbuhnya
pasar ritel. Bidang hukum dan peraturan juga mempengaruhi pertumbuhan
pasar ritel, baik dalam arti mendorong maupun dalam arti menghambat.
Dalam arti mendorong, misalnya peraturan tentang pembuatan atau
pembangunan usaha baru yang semakin mudah. Dalam arti menghambat,
misalnya peraturan besarnya pajak yang semakin meningkat.
Perkembangan dan peluang usaha di bisnis ritel yang sangat besar
membuat banyak investor yang tertarik untuk mengembangkan usaha ritel
dan hal ini mengakibatkan pesaingan antar ritel yang terjadi di semua
tingkat, mulai dari tingkat perusahaan ritel besar bersaing dengan
perusahaan ritel besar lainnya, peritel skala menegah bersaing dengan
peritel yang sekelas dengannya, hingga pada tingkat mikro antara sebuah
68
INDONESIAN COMMERCIAL NEWSLETTER Juni 2011. [Online]
http://www.datacon.co.id/Ritel-2011ProfilIndustri.html Diakses pada tanggal 10
November 2012 pukul 14.25 Wita
68
warung dan warung lainnya. Bukan hanya itu saja, peritel dari suatu kelas
tidak hanya bersaing dengan peritel sesama kelasnya tapi juga dengan
peritel dari kelas yang berbeda, misalnya suatu supermarket tidak cuma
bersaing terhadap supermarket yang lain, tetapi juga terhadap hypermarket
atau minimarket yang kebetulan lokasinya tidak berjauhan.
Kota makassar tak jauh beda dengan kota-kota besar lainnya di
Indonesia, yakni dilihat sebagai wilayah potensial untuk ekspansi bisnis
ritel. Di kota Makassar telah dibangun beberapa pusat perbelanjaan besar
dan modern seperti Mal Ratu Indah, Panakkukang Mal, Makassar Town
Square, Graha Tata Cemerlang, Makassar Trade Center, Panakkukang
Trade Center, Trans Mal, dan pusat-pusat perdagangan yang terdapat di
kawasan jalan Sulawesi, Sombaopu, Panakkukang, Bulu Saraung, Irian,
Latimojong, dan lain-lain.
Kota Makassar merupakan pintu gerbang Kawasan Timur
Indonesia yang memiliki prospek bisnis cukup menjanjikan. Peluang
bisnis itu semakin terbuka lebar sejak diberlakukannya otonomi daerah,
dimana sikap pemerintah daerahnya yang sangat akomodatif terhadap para
investor. Berbagai kemudahan dalam berinvestasi, seperti penyederhanaan
birokrasi perijinan di berikan untuk menggaet lebih banyak investor masuk
ke Makassar.
Pusat ritel atau perbelanjaan makin menjamur seiring pertumbuhan
ekonomi dan bertambahnya masyarakat kelas menengah di Indonesia,
termasuk di Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel). Tren pertumbuhan ritel
69
di Makassar juga dapat dilihat dengan kian ramainya tempat-tempat
perbelanjaan ritel, baik skala kecil yang dimainkan pengusaha lokal
maupun pemain besar oleh investor asing. Bahkan, sejumlah peritel besar
Asia diperkirakan akan masuk ke Makassar.69
C. Lotte Mart
Pada 2009 satu lagi ritel asing yaitu Grup Lotte dari Korea Selatan
masuk ke Indonesia, dengan mengakuisisi Makro yang sebelumnya
dimiliki oleh SHV Holding dari Belanda senilai US$ 223 juta. Setelah
diakuisisi kini Makro berubah menjadi LotteMart. Grup Lotte manjalankan
bisnis ritel sejak 1979, mengoperasikan lebih dari 90 gerai di berbagai
negara diantaranya Cina, Rusia, Vietnam, dan India.70
Lotte Co. Ltd merupakan raksasa makanan terbesar dan grosir
terlengkap di Korea Selatan dan Jepang. Lotte didirikan di Tokyo pada
bulan Juni 1948, oleh seorang pengusaha Korea, Shin Kyuk-Ho, yang juga
dikenal sebagai Takeo Shigemitsu (Shigemitsu Takeo). Pasca perang
Korea (1965), normalisasi relasi antar Jepang dan Korea memberi angin
segar bagi peluang perluasan Lotte ke Korea, yang ditandai dengan
dibentuknya Lotte penganan di Seoul-Korea Selatan, 3 April 1967. Lotte
Mart merupakan divisi Lotte Co. Ltd. Dengan aneka penganan yang lazim
dijumpai, divisi Lotte Co. Ltd berkembang menjadi layanan belanja yang
tak asing lagi di Korea Selatan dan Jepang bahkan hingga merambah ke
69
Pasar Ritel Kian Menjamur Di Makassar. [Online]. http://www.seputar-
indonesia.com/edisicetak/content/view/534690/ Diakses 24 Desember pukul 14.22
Wita 70
Ibid.
70
beberapa negara Asia lainnya. Berawal dari sebuah bisnis kecil, Lotte
Group kini terdiri atas lebih dari 60 unit usaha yang mempekerjakan
sekitar 60.000 pegawai dalam berbagai industri. Dari industri manufaktur
yang bergerak di bidang penganan (industri permen, fast food hingga
minuman), kini Lotte telah diakui baik dalam industri manufaktur dibidang
perhotelan, ritel, jasa keuangan, bahan kimia berat, elektronik, IT,
konstruksi, penerbitan bahkan industri hiburan.71
Sebagai salah satu usaha milik "Lotte", sang konglomerat dari
Korea, cabang pertama Lotte Mart dibuka di Guui-Dong, GangByeon,
Seoul, Korea Selatan, 1 April 1998 silam. Selanjutnya, di tahun 2006,
Lotte Mart kemudian melebarkan sayapnya pertama kali dan membuka
cabang diluar negeri. Sejak saat itu, Lotte Mart semakin menunjukkan
eksistensinya hingga berhasil dikenal luas bahkan hingga di Indonesia.
Rekapitulasi data sejak tahun 2006 hingga 8 Agustus 2011 mencatat,
perusahaan ini telah memiliki 199 cabang, yang meliputi: 92 cabang di
Korea, 82 cabang di Cina, 23 cabang di Indonesia serta 2 cabang lainnya
ada di Vietnam. Belajar dari pengalaman, Lotte bukan hanya
memperdagangkan produknya namun juga tak hentinya berinovasi dengan
produk-produk yang lazim ditemukan dimana saja. Lotte bukan hanya
menjual namun juga menciptakan. Beberapa merek Lotte yang beredar di
pasaran meliputi: Herbon, Wiselect, Withone, Basicicon, Tasse Tasse juga
Gerard Darel.
71
LOTTE MART Salah Satu Bisnis Retail Yang Terus Berkembang. [Online].
http://cybersulut.com/8943915 Diakses pada tanggal 29 November pukul 00.31 Wita
71
Dalam pengoperasiannya, Lotte Group diawasi oleh keluarga Shin
Kyuk-Ho di Korea Selatan dan Jepang, yang dibarengi operasi bisnis
tambahan di Cina, Thailand, Indonesia, Vietnam, India, Amerika Serikat,
Rusia, Filipina, Pakistan dan Polandia. Pada Juni 2010, Lotte membeli
‘Wedel’, perusahaan permen terbesar di Polandia dari Kraft Food.
Sekarang, Lotte telah menjadi produsen permen karet terbesar, di Korea
Selatan dan Jepang, dan telah diperhitungkan sebagai salah satu
konglomerat terbesar di Korea Selatan.
Lotte Mart masuk ke Indonesia dengan dua konsep toko. Pertama,
berbentuk hypermarket (di dalam mal) di bawah PT Lotte Mart Indonesia.
Kedua, tipe wholesale, merupakan gerai independen di luar mal yang
dikelola PT Lotte Shopping Indonesia. Sejauh ini, sudah terdapat delapan
hipermarket Lotte Mart yang tersebar di Jabodetabek dan 22 Lotte Mart
wholesale di seluruh Indonesia.72
D. Korean Culture
Korean wave adalah sebuah istilah yang merujuk pada popularitas
budaya pop Korea di luar negeri. Genre Korean wave berkisar dari film,
drama televisi, dan musik pop (K-pop). Perkembangan yang sangat pesat
dialami oleh industri budaya Korea melalui produk tayangan drama
televisi, film, dan musik menjadikannya suatu fenomena yang menarik
untuk diimplementasikan sebagai sebuah bagian dalam pelaksanaan soft
diplomacy yang mampu membangun citra Korea Selatan dan mendukung 72
http://properti.kompas.com/read/2012/08/13/11313080/Lotte.Mart.Makin.Getol.Buka.Gerai.Baru
Diakses pada tanggal 29 November 15.33 Wita
72
peningkatan posisi Korea Selatan di forum internasional secara umum dan
Indonesia secara khusus.73
Dewasa ini, Korea Selatan telah berkembang menjadi salah satu
negara paling makmur di Asia yang ditandai dengan perekonomian Korea
Selatan kini terbesar ketiga di Asia dan ke-13 di dunia.74
Hal penunjang
kebangkitan ekonomi Korea Selatan tidak lain karena sektor industri
teknologi transportasi dan teknologi komunikasi yang juga didukung oleh
sektor kebudayaannya melalui Korean wave. Pada tahun 2004, ekspor film
dan program televisi bersama dengan pariwisata dan produk K-Pop
menghasilkan pendapatan total hampir US$ 2 miliar.75
Selain itu, menurut
statistik Bank Of Korea dari bidang ekspor budaya dan jasa hiburan,
industri musik K-pop telah menghasilkan US$ 794 juta tahun 2011 dan
mengalami peningkatan 25% dari US$ 637 juta di tahun 2010 seiring K-
pop semakin diminati oleh masyarakat internasional.76
Pada dasarnya, globalisasi budaya Korea tersebut tak bisa
dilepaskan dari peran media. Media membawa nilai-nilai budaya Korea ke
luar negeri dan menjadi salah satu penunjang utama berhasilnya gerakan
hallyu atau globalisasi budaya Korea di dunia internasional. Media yang
banyak berperan dalam persebaran nilai-nilai budaya Korea pada mulanya
73
KOCIS. Korean wave. [Online]. http://www.korea.net/Government/Current-Affairs/Korean-
Wave?affairId=209. Diakses pada tanggal 19 Desember 2011 pukul 14.15 Wita. 74
BBC News. South Korea Profile. [Online]. http://www.bbc.co.uk/news/world-asia-pacific-
15289563. Diakses pada tanggal 25 Desember 2011 pukul 21.14 Wita. 75
VOA News. 2006. Asia Goes Crazy Over K-Pop. [Online].
http://english.chosun.com/site/data/html_dir/2006/01/07/2006010761003.html.
Diakses pada tanggal 20 Februari 2012 pukul 20.04 Wita. 76
Chosun Ilbo. 2012. K-Pop Leads Record Earnings from Cultural Exports. [Online].
http://english.chosun.com/site/data/html_dir/2012/02/07/2012020700892.html.
diakses pada tanggal 20 Februari 2012 pukul 17.45 Wita.
73
adalah televisi, yang menayangkan drama-drama Korea. Kesuksesan
televisi memediasi masuknya budaya Korea ke Indonesia ini tak
dipungkiri menimbulkan efek domino ke musik danfilm. Jenis media yang
mengantarkan produk-produk budaya Korea ke tangan khalayak Indonesia
itu punsemakin beragam, yaitu VCD, DVD, dan yang paling fenomenal,
tentu saja, internet. Internet bahkan bisadisebut sebagai media yang paling
berpengaruh dalam globalisasi budaya Korea karena tak banyak film
danmusik Korea mendapatkan tempat di media mainstream internasional.
Hal ini pun berlaku di Indonesia. Meskipun salah satu stasiun televisi
Indonesia masih konsisten menayangkan drama-drama Korea yang
booming, televisi Indonesia jarang menampilkan musik, film, atau
program TV produksi Korea. Tentu saja halini terkait dengan kendala
regulasi media nasional mengenai porsi konten asing di televisi dalam
negeri. Oleh karena itu, saluran persebaran lain yang paling efektif adalah
melalui internet, di mana kontennya dapat dengan bebas dan mudah
diakses oleh semua orang di seluruh dunia.
Dahsyatnya kekuatan internet dalam penyebaran “Korean Wave”
ini terlihat dari ramainya arus informasi mengenai budaya Korea di
internet. Situs jejaring sosial Twitter mencatat bahwa sepanjang 2010,
Super Junior, grup boyband ternama asal Korea, menempati posisi
trending topic kedua dalam hal musik. Super Junior hanya dikalahkan oleh
Justin Bieber, penyanyi remaja Amerika yang disebut sebagai raja twitter
(Twitter.com, Desember 2010). Di situs YouTube, setiap kali penyanyi
Korea merilis teaser dan music video (MV) di YouTube, dalam beberapa
74
hari saja dapat ditonton oleh lebih dari 1 juta orang dan bahkan seringkali
menjadi video top favorite, most popular, atau most discussed
(YouTube.com, 2010). Sedangkan drama-drama Korea menjadi drama
yang paling banyak dibajak dan dijual dalam bentuk kepingan DVD.
Belum lagi program-program TV seperti reality show Korea pun banyak
digemari oleh masyarakat dunia dan memiliki banyak international fans.
Padahal acara-acara tersebut tidak ditayangkan di stasiun televisi
terrestrial, kecuali TV kabel dan satelit.
Di internet, terdapat kelompok-kelompok yang sukarela men-
translate acara-acara TV Korea ke dalam bahasa Inggris dan mengunduh
video tersebut agar dapat diunggah oleh para penggemar acara TV Korea
di seluruh dunia (Soompi.com). Hal tersebut menunjukkan bukti
bagaimana kuatnya peran internet dalam penyebaran budaya Korea. Di
Indonesia sendiri, gegap gempita “Korean Wave” juga lebih bergaung di
media internet dibandingkan media tradisional seperti televisi, radio, dan
majalah.
Arus informasi utama mengenai musik, film, ataupundrama-drama
Korea berasal dari internet. Hal yang menarik di Indonesia berkaitan
dengan media dan Korean Wave ini adalah banyaknya situs-situs berbasis
blog di Indonesia yang menjadi sumber informasiberita tentang budaya
popular Korea. Tercatat ada sekitar puluhan situs dan blog di Indonesia
yang rutin memuat informasi dan berita mengenai dunia hiburan Korea. Di
antara situs-situs tersebut, yang paling aktif meng-update berita dan
memiliki pengunjung paling banyak adalah situs Asian Fans Club
75
(asianfansclub.wordpress.com) dan yang lebih menarik, situs tersebut
kebanyakan bersifat non-komersial dan independen karena aktivitas
menulis author di dalamnya bersifat voluntary.
Budaya korea melalui korean wave ini kemudian dimanfaatkan
oleh ratusan perusahaan berbagai macam bisnis. Demam korea telah
merajalela diseluruh dunia termasuk didalamnya adalah Indonesia, hal ini
kemudian merupakan peluang besar untuk melakukan bisnis yang
berkaitan dengan budaya korea. Salah satunya adalah perusahaan ritel
seperti Lotte Mart. Saat ini Lotte Mart merupakan perusahaan ritel Korea
pertama yang masuk di Indonesia.
Di tahun 2011, KOTRA (Korean Trade - Investment Promotion
Agency) memilih Lotte sebagai contoh perusahaan ritel yang sukses
beroperasi di Indonesia. Laporan itu berjudul “Business Hallyu (the
Korean wave Ed.) Status and Strategy in Southeast Asia” menyataka
bahwa sejak gelombang demam budaya Korea di Indonesia menyebar,
konsumen lokal sangat tertarik untuk dengan gaya hidup Korea bahkan
kebiasaan berbelanja pun termasuk. Berdasarkan hal ini, Lotte Mart
mampu meraih citra merek terfavorit dan sukses beroperasi di pasar
Indonesia.77
77
TEMPO. Korean Wave. [Online]
http://www.asiaviews.org/index.php?option=com_content&view=article&id=34609:
the-korean-wave. Diakses pada tanggal 11 September 2012 pukul 19.47 Wita
76
BAB IV
PENGARUH BRAND IMAGE HOME COUNTRY LOTTE MART TENTANG
KOREAN PRODUCT TERHADAP MASYARAKAT MAKASSAR
A. Faktor Pendorong Hadirnya Lotte Mart di Makassar.
Kebutuhan manusia begitu beragam. Kebutuhan primer, sekunder
dan tersier membuat kita mencari tempat yang menyediakan kebutuhan
kita tersebut. Dimulai dengan tempat bertransaksi secara angsung atau
menggunakan media elektronik. Untuk memenuhi kebutuhan populasi
lebih dari 200 juta penduduk, retail industri dihadiri oleh berbagai macam
toko atau pasar. Secara tradisional, masyarakat Indonesia memulai
bertransaksi dengan melakukan barter antara masyarakat, hal ini dilakukan
pada pasar tradisional. Kemudian Indonesia menggunakan uang dalam
bertransaksi. Pasar tradsional merupakan objek tujuan untuk mencari
kebutuhan rumah tangga. Perkembangan bisnis ritel untuk pasar modern
pun mengalami perkembangan setiap tahunnya. Baik dari usaha yang
dimulai dengan dana sendiri (standalone), hingga menggunakan waralaba
(franchise). Hal ini terjadi karena potensi dari bisnis pasar modern ini pun
sangat menguntungkan. Hingga pada akhirnya keberadaan pasar modern
merubah budaya belanja masyarakat.
Di era globalisasi MNCs memainkan peran penting dalam
perekonomian. Dalam menjalankan operasinya, MNCs bertindak dengan
menghindari setiap kemungkinan resiko yang ada. Dalam kacamata
MNCs, resiko dilihat dari berbagai perubahan yang mungkin terjadi di
77
negara penerima yang dapat mempengaruhi operasi, tujuan, dan profit
perusahaan. Dengan memperhitungkan berbagai resiko yang mungkin
terjadi, sebuah perusahaan kemudian memutuskan apakah yang
bersangkutan bersedia menanamkan investasi dalam suatu negara.
Beberapa jenis resiko yang menjadi pertimbangan utama MNCs adalah
kondisi politik domestik suatu negara, kondisi infrastruktur di negara
penerima, kondisi birokrasi suatu negara, dan banyak tidaknya kebijakan
yang menghambat munculnya kewirausahaan di negara penerima. Untuk
meningkatkan masuknya investasi, suatu negara haruslah memiliki
kebijakan atau memenuhi kondisi-kondisi yang dapat meminimalkan
resiko-resiko tersebut karena MNCs hanya akan masuk ke dalam suatu
negara bila situasi dan kondisi negara itu menunjang untuk pengembangan
usaha.
Setelah mengalami pertumbuhan yang lamban sebesar 5% pada
tahun 2009 lalu, Economist Intelligent Unit (EIU) mengukur bahwa tahun
2010 sektor ritel tumbuh sebesar 10% dan sampai dengan 2015 diprediksi
sektor ritel akan tumbuh sebesar 12 – 15%.78
Konsumen yang selama ini
terbiasa dengan adanya pasar tradisional sebagai pusat kegiatan akan
segera beralih dengan adanya pusat perbelanjaan dan hypermarket yang
menawarkan kenyamanan dan juga hiburan. Sejak tahun 1998, perusahaan
penanaman modal asing (PMA) telah diizinkan untuk membuka kegiatan
78
http://www.datacon.co.id/Ritel-2011ProfilIndustri.html Diakses pada tanggal 27 Desember 2013
pukul 22.45 Wita.
78
usahanya di sektor ritel dimana terlihat pada saat itu PMA Perancis yaitu
Carrefour masuk ke Indonesia kemudian diikuti oleh LotteMart
Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 230 juta merupakan
pasar potensial bagi bisnis ritel modern. Dalam sepuluh tahun terakhir
bisnis ritel modern dengan format hypermarket, supermarket dan
minimarket menjamur, menyusul maraknya pembangunan mall atau pusat
perbelanjaan di kota-kota besar. Peritel besar seperti hypermarket dan
department store menjadi tempat yang dapat menarik minat pengunjung.
Bahkan kini bisnis ritel mulai merambah ke kota-kota kabupaten terutama
jenis supermarket dan minimarket. Saat ini bisnis ritel tumbuh pesat di
pinggiran kota, mengingat lokasi permukiman banyak di daerah tersebut.
Dengan dibukanya pintu masuk bagi para peritel asing sebagaimana
Keputusan Presiden No. 118/2000 yang telah mengeluarkan bisnis ritel
dari negative list bagi Penanaman Modal Asing (PMA), maka sejak itu
ritel asing mulai marak masuk ke Indonesia. Masuknya ritel asing dalam
bisnis ini, menunjukkan bisnis ini sangat menguntungkan.79
Saat ini
Carrefour telah memiliki 64 outlet hypermarket. Peritel asing lainnya yang
kemudian bergabung adalah Lotte Mart dari Korea Selatan, dan Sogo dari
Jepang yang bergerak di format Department Store. Keberadaan peritel
asing ini kemudian berdampingan dengan peritel lokal yang sudah berdiri
seperti Matahari yang merupakan peritel terbesar dilihat dari market value-
nya, Indomarco Prismatama dan Hero Supermarket. Format hypermarket
menjadi semakin populer sejak diperkenalkan pada tahun 2003. Saat ini
79
Ibid
79
format hypermarket telah membukukan 40% dari penjualan sektor ritel di
Indonesia. Dalam format ini, Carrefour memperoleh pangsa pasar tertinggi
pada tahun 2010 yaitu sebesar 40%. Perubahan gaya hidup masyarakat dan
juga kombinasi kenyamanan dan murahnya harga produk yang dijual
menyebabkan format ini cocok bagi konsumen Indonesia. 80
Meskipun pertumbuhan ritel modern cukup pesat, namun
masyarakat Indonesia masih membutuhkan keberadaan pasar tradisional.
Tercatat 60% dari total pengeluaran untuk sektor ritel mengalir ke pasar
tradisional karena fasilitas ritel modern masih terkonsentrasi di pulau
Jawa. Namun demikian dalam beberapa periode ke depan seiring dengan
rencana ekspansi pengembang dan peritel modern ke luar Jawa, peran
pasar tradisional diperkirakan akan menurun. Lotte Mart yang masuk ke
Indonesia dengan mengakuisisi Makro Indonesia pada tahun 2008
merencanakan untuk membukan 30 hypermarket sampai dengan tahun
2015. Mini market dan convenience store juga tidak ketinggalan dengan
memiliki rencana yang cukup ambisius untuk berkontribusi pada
perkembangan ritel modern.81
Pada tahun 2015 diperkirakan penjualan di sektor ritel akan
meningkat sampai dengan US$ 513 miliar. Peningkatan ini didorong oleh
kemajuan di sektor perbankan. Untuk menyikapi persaingan yang
semakin ketat, peritel bekerjasama dengan bank menawarkan program
loyalitas pelanggan dalam bentuk kartu keanggotaan sekaligus kartu
80
Membangun Bisnis Ritel. [Online].
http://www.manadopost.co.id/index.php?mib=berita.detail&id=84883 Diakses pada
tanggal 2 Desember 2012 pukul 21.53 Wita 81
Ibid
80
kredit. Sebagai contoh, Carrefour melakukan kerjasama dengan Bank
Mega sementara Hypermart melakukan kerjasama dengan Bank Mandiri,
sedangkan Lotte Mart bekerja sama dengan BNI. Para pemegang kartu
kredit ditawarkan berbagai program diantaranya mulai dari diskon reguler
sampai dengan program pembiayaan untuk pembelian dalam nilai besar
seperti elektronik dan perkakas. Program ini mendorong tumbuhnya
kredit konsumsi yang selaras dengan pertumbuhan penetrasi kartu kredit
sebesar 4,5% (Bank Indonesia). Kenyamanan penggunaan kartu kredit
tersebut akan mendorong pertumbuhan konsumsi masyarakat di ritel
modern.82
Bisnis ritel telah menjadi bisnis global dan Indonesia tidak
terhindarkan dari serbuan ritel asing. Dengan kekuatan yang besar dari
segi keuangan, manajemen, maupun jaringannya ritel modern raksasa
masuk ke Indonesia. Maka terjadi perubahan peta bisnis yang cukup
signifikan dalam lima terakhir akibat jatuh bangunnya bisnis ritel.
Serbuan ritel modern di Indonesia bukan kali ini terjadi, setiap dekade
muncul format baru ritel modern yang menggeser ritel tradisional.
Penyebaran supermarket yang gencar di awal tahun 1990-an mulai
mempersempit ruang gerak pasar dan ritel tradisionil. Pada waktu itu
diberbagai kawasan pemukiman di Jabotabek dan kota besar lainnya di P.
Jawa supermarket mulai menjamur. Memasuki pertengahan tahun
1990’an supermarket mulai mendapat saingan dari hypermarket dengan
munculnya Makro (sekarang bernama Lotte Mart). Format pasar modern 82
http://bangka.tribunnews.com/2011/01/27/bni-dan-lotte-mart-kerjasama-terbitkan-kartu-kredit/
Diakses pada tanggal 5 Desember 20 57 Wita
81
yang ditawarkan oleh Lotte Mart berbeda dengan supermarket terutama
dari luas dan produk yang ditawarkan,sedangkan dari segi pelayanan
format hypermarket sangat berbeda dengan supermarket karena pada
Lotte Mart pelayanan dibuat seminim mungkin untuk mengejar harga
yang murah.
Lotte Mart menargetkan membuka 100 toko di Indonesia hingga
2018. Saat ini, jumlah toko Lotte Mart di Indonesia baru 24 unit. Rencana
tersebut merupakan bagian dari tujuan utama peretail asal Korea Selatan
yang akan meningkatkan jumlah tokonya sebanyak 1.000 unit pada tujuh
tahun mendatang. Jadi, selain di Indonesia, pada 2018, Lotte Mart
berharap bisa mencapai 300 toko di Korea Selatan. Sementara itu, mereka
juga berharap jumlah toko di Cina mencapai 500 unit, 30 toko di
Vietnam, dan 70 toko di India. Peretail asal Korea Selatan itu berharap
penjualan di luar Korea mencapai US$ 25 miliar pada tahun tersebut.
Sementara penjualan untuk seluruh Lotte Mart pada 2018 diharapkan US$
50 miliar dengan keuntungan operasional US$ 3,1 miliar. Sampai akhir
tahun ini, Lotte Mart menargetkan akan membuka 223 toko di Korea,
Cina, Indonesia, Vietnam, dan India. Terdiri dari 99 toko di Korea dan
124 toko di luar Korea. Penghasilan yang diperoleh dari toko di Korea
saja mencapai US$ 7 miliar pada 2011. Kontribusi pendapatan dari toko
di luar Korea diperkirakan mencapai US$ 3 miliar. Dari Indonesia saja,
penjualan ditargetkan mencapai US$ 14 juta.83
83
Lotte Mart Targetkan Buka 100 Toko di Indonesia. [Online]. http://www.tempo.com/lottemart-
targetkan-buka-100-toko-di-indonesia Diakses 9 Januari 2013 pukul 21.15 Wita.
82
Lotte selama beroperasi mulai tahun 2008 telah mengalami
penambahan jumlah barang yang dijual menjadi 16 ribu jenis. Padahal
waktu pertama kali hanya ada 11 ribu jenis barang. Pengunjung pusat
grosir ini juga tercatat naik dari 1.200 orang per hari menjadi 1.300 orang
per hari. Di tahun ini, perseroan menargetkan akan membangun 4 gerai
lagi. Tiga di antaranya berlokasi di Jakarta. Sementara sisanya akan
dibangun di salah satu kota besar di Indonesia.84
Bagi Lotte Mart,
Indonesia merupakan salah satu dari empat negara yang akan menjadi
fokus bisnisnya. Tiga negara lainnya adalah China, Vietnam, dan India.
Sampai saat ini memang penjualan masih kurang, tapi Lotte Mart akan
meningkatkan penjualan produk Indonesia.85
PT Lotte Shopping Indonesia, pengelola gerai ritel dan grosir Lotte
Mart, mencatatkan penjualan Rp 5,31 triliun sepanjang kuartal I 2011,
naik 9% dibanding kuartal I 2010 yang sebesar Rp 4,87 triliun. Direksi
perusahaan menilai faktor yang mendorong peningkatan tersebut adalah
kerja sama kartu kredit yang dibuat Januari 2011 antara Lotte dengan
salah satu bank milik pemerintah. Setiap hari penjualan grosir di 19 gerai
mencapai Rp 3 miliar, sementara penjualan ritel mencapai Rp 700 juta
yang dilayani oleh tiga unit gerai yang dikelola perseroan.86
84
LOTTE Mart Bidik Omset US$ 660 Juta. [Online]. http://www.tempo.com/view/1041799/lotte-
mart-bidik-omset-us-660-juta Diakses pada tanggal 10 Januari pukul 00.04 Wita 85
Lotte Mart Akan Buka 100 Toko di Indonesia. [Online].
http://properti.kompas.com/index.php/read/2012/08/13/11313080/lotte-mart-akan-
buka-100-toko-di-Indonesia Diakses pada tanggal 9 Januari pukul 21.35 Wita. 86 http://www.antaranews.com/berita/1316765130/lotte-mart-korea. Diakses pada tanggal 10
Januari 2013 pukul 12.56 Wita
83
Pada tahun 1990-an, Lotte siap untuk melompat ke depan sebagai
sebuah super grup yang terbaik dari abad ke-21, berdasarkan kompetensi
di inti daerah strategis. Hal ini mempertahankan posisi Nomor 1 di
distribusi, pariwisata, dan sektor makanan dan membangun landasan bagi
korporasi global dengan manajemen dan investasi yang agresif. Mata
rantai Lotte Hotel dan Lotte Shopping diperluas secara nasional dan
bisnis-bisnis baru diluncurkan. Mereka memperluas pasar ke Jepang,
China, negara-negara Asia Timur lain, dan Amerika Serikat,
meningkatkan pemasaran global yang efektif untuk makanan dan
minuman, perdagangan, dan bisnis pariwisata. Lotte Data Communication
dan Lotte.Com didirikan untuk menciptakan model bisnis bertekhnologi
tinggi. Korea Seven, Lotte Logistics, dan Lotte Fresh Delica didirikan
untuk menciptakan sistem logistik makanan yang baru dan aman. Bahkan
setelah awal dari krisis keuangan Asia tahun 1997, Lotte tidak berhenti
berkembang didasarkan pada daya saing dalam inti bisnis strategis dan
struktur keuangan yang kokoh. Hal ini dapat dicapai dengan memilih
bisnis di mana dapat lebih unggul dan memusatkan semua upaya
kompetitif perusahaan sektor tersebut.87
Sewaktu Korea masih dalam masa pemulihan dari Perang Korea,
Lotte, pada 1960-an, mulai membangun dirinya sebagai pelopor bisnis.
Sejak tahun-tahun awal tersebut, Lotte Group telah tumbuh menjadi
entitas bisnis kelas satu yang kompetitif, tangguh dalam sektor makanan,
87
LotteMart. [Online]. http://www.lottemart.co.id/lotte/index.php?link=about&type=greeting-
from-ceo. Diakses pada tanggl 12 Desember 2012 pukul 23.20 Wita.
84
ritel, pariwisata, konstruksi dan kimia berat. Tak satupun yang puas begitu
saja, Lotte telah mulai menerapkan rencana untuk industri tekhnologi
tinggi, berbasis di struktur keuangan yang solid, sistem manajemen yang
inovatif, dan investasi yang kuat. Pada saat yang sama, Lotte juga tumbuh
sebagai bisnis kelas dunia dengan kehadirannya sekarang di China dan
Rusia. Tetapi pada intinya, Lotte menyadari pentingnya menempatkan
prioritas pada nilai-nilai pemegang saham, dengan berusaha untuk
memaksimalkan laba melalui manajemen yang bertanggung jawab,
kegiatan operasional yang menguntungkan, dan respon kreatif terhadap
perubahan dalam lingkungan bisnis.88
Kota makassar tak jauh beda dengan kota-kota besar lainnya di
Indonesia, yakni dilihat sebagai wilayah potensial untuk ekspansi bisnis
ritel. Di kota Makassar telah dibangun beberapa pusat perbelanjaan besar
dan modern seperti Mal Ratu Indah, Panakkukang Mal, Makassar Town
Square, Graha Tata Cemerlang, Makassar Trade Center, Panakkukang
Trade Center, Trans Mal, dan pusat-pusat perdagangan yang terdapat di
kawasan jalan Sulawesi, Sombaopu, Panakkukang, Bulu Saraung, Irian,
dan Latimojong. Kota Makassar merupakan pintu gerbang Kawasan Timur
Indonesia yang memiliki prospek bisnis cukup menjanjikan. Peluang
bisnis itu semakin terbuka lebar sejak diberlakukannya otonomi daerah,
dimana sikap pemerintah daerahnya yang sangat akomodatif terhadap para
investor. Berbagai kemudahan dalam berinvestasi, seperti penyederhanaan
88
Ibid
85
birokrasi perijinan di berikan untuk menggaet lebih banyak investor masuk
ke Makassar.
Dari data mengenai penaikan omset dari Lotte Mart dan
pertumbuhan perusahaan ritel yang cukup menjanjikan di Makassar maka
Lotte Mart tentu saja tidak akan membuang kesempatan untuk mulai
mengekspansi perusahaannya ke Makassar. Apalagi Lotte Mart memang
telah menargetkan untuk membuka usaha ritelnya di berbagai daerah di
Indonesia dan salah satu kota besar di Indonesia adalah Makassar.
“Makassar telah berkembang menjadi kota besar dan memilki banyak
potensi untuk dibangunnya pusat-pusat perbelanjaan seperti LotteMart”,
kata salah satu supervisor LotteMart ketika diwawancarai.89
Ada tiga faktor yang mendorong usaha ritel Lotte Mart di
Makassar berhasil, antara lain sebagai berikut.
1. Lokasi Usaha
Lokasi usaha ritel Lotte Mart di Makassar adalah di Jalan
Boulevard tepat di dalam Mall Panakukang, salah satu Mall
besar di Makassar.
a. Terlihat
Lokasi yang dipilih oleh Lotte Mart merupakan lokasi
yang strategis karena mudah didapatkan dan sangat
terlihat ketika melewati daerah tersebut. Salah satu
pelanggan berkomentar bahwa LotteMart didalam Mall
Panakukang sangat menguntungkan karena MP (Mall
89
Yulianti (Supervisor LotteMart). Wawancara, tanggal 22 Februari 2013).
86
Panakukang) ini adalah pusat perbelanjaan yang paling
ramai di Makassar karena lokasinya yang strategis dan
mudah diakses oleh masyarakat setempat.90
b. Lalu lintas yang padat
Lokasi Jalan Boulevard merupakan lokasi dengan lalu
lintas padat bahkan tak jarang terjadi kemacetan sekitar
area tersebut. Lalu lintas yang padat ini cukup dikeluhkan
oleh beberapa pengunjung LotteMart.91
c. Fasilitas umum
Lokasi Lotte Mart dekat dengan fasilitas umum seperti
terminal angkutan umum, pasar, atau stasiun kereta.
Fasilitas umum tersebut bisa menjadi pendorong bagi
sumber lalu lalang calon pembeli/pelanggan untuk
kemudian berbelanja di toko ritel. “Saya biasa ke Mall
Panakukang naik pete-pete (angkutan kota) dan lebih
dekat dari rumah saya dibanding mall-mall lainnya” kata
Indah yang sering berkunjung ke LotteMart Panakukang.92
d. Akses
Akses merupakan jalan masuk dan keluar menuju lokasi.
Akses yang baik haruslah memudahkan calon
pembeli/pelanggan untuk sampai ke suatu usaha ritel.
Jenis-jenis hambatan akses bisa berupa perubahan arus
90
Silvia Paramita, wawancara tanggal 20 Februari 2013. 91
Endah Trisna Ayu, wawancara, tanggal 2 Maret 2013 92
Indah Lestari, wawancara, tanggal 21 Februari 2013
87
lalu lintas atau halangan langsung ke lokasi toko, seperti
pembatas jalan. Lokasi di Jalan Boulevard ini cukup
mudah untuk diakses angkutan umum, salah satunya
angkutan kota berkode E. Biasanya para pengunjung Mall
Panakukang yang tidak memiliki kendaraan menggunakan
angkutan kota tersebut.93
e. Infrastruktur
Infrastruktur yang dapat menunjang keberadaan suatu
usaha ritel, antara lain lahan parkir yang memadai, toilet,
dan lampu penerangan. Hal tersebut dapat menunjang
kenyamanan pelanggan dalam mengunjungi suatu toko
ritel. Pengunjung Mall Panakukang sangat banyak apalagi
dihari-hari libur, hal itu disebabkan oleh infrastruktur Mall
Panakukang yang cukup nyaman untuk dinikmati para
pengunjungnya.94
f. Potensi pasar yang tersedia
Pelanggan biasanya akan memilih lokasi belanja yang
dekat dengan kediamannya. Menetapkan lokasi usaha ritel
yang dekat dengan pelanggan akan meringankan usaha
peritel dalam mencari pelanggan. Lokasi Jalan Boulevard
ini dekat dengan beberapa kompleks perumahan, jadi
seringkali banyak konsumen yang merasa mudah untuk
mengakses Lotte Mart. Beberapa mahasiswa yang tinggal 93
Op.Cit. Endah Trisna Ayu. 94
Ibid
88
di sekitar Jalan Pettarani memilih berbelanja di LotteMart
yang berada di dalam Mall Panakukang karena tempat
tersebut dekat dengan tempat tinggal mereka.95
Kesalahan dalam menentukan lokasi usaha ritel dapat
memiliki dampak jangka panjang. Peritel harus
mempertimbangkan biaya yang sudah dikeluarkan ketika
menjalankan usaha ritel seperti pemasangan listrik, jaringan
sistem komputer, dan dekorasi bangunan. Memindahkan bisnis
ke lokasi yang baru yang dinilai akan lebih menguntungkan juga
bukan hal yang mudah karena harus mempertimbangkan
barbagai hal, seperti luas ruangan yang dibutuhkan, dekorasi
ruangan, perizinan, dan lain sebagainya.
2. Harga yang tepat
Usaha ritel biasanya menjual produk-produk yang biasa
dibeli/dikonsumsi pelanggan sehari-hari. Oleh karena itu,
pelanggan bisa mengontrol harga dengan baik. Jika suatu toko
menjual produk dengan harga yang tinggi, maka pelanggan akan
pindah ke toko lain yang menawarkan harga yang lebih rendah,
sehingga toko menjadi sepi pelangaan. Sebaliknya, penetapan
harga yang terlalu murah mengakibatkan minimnya keuntungan
yang akan diperoleh, sehingga peritel belum tentu mampu menutup
biaya-biaya yang timbul dalam menjalankan usahanya.
95
Febi, wawancara 2 Maret 2013
89
Lotte Mart merupakan hypermarket yang menjual hampir
semua kebutuhan sehari-hari kita. Semua yang anda butuhkan bisa
anda dapatkan hanya dengan mengunjungi satu tempat itu. Selain
itu, Lotte Mart sering melakukan promosi-promosi harga murah
yang menarik banyak konsumen untuk berbelanja. Kata pelanggan
mereka sering melihat promosi-promosi harga murah di LotteMart
dan tentu saja sebagai konsumen hal itu akan sangat menarik.96
Gambar 1. Produk Made in Korea
Sumber : Koleksi Pribadi
Gambar diatas menunjukkan harga makanan ringan asal Korea yang
dijual dengan harga yang lumayan terjangkau bagi pengunjung LotteMart.
96
Ibid
90
Gambar 2. Promosi Produk
Sumber: Koleksi Pribadi
Gambar diatas menunjukkan pamflet promosi harga barang-barang di
LotteMart sebagai salah satu strategi LotteMart menarik pelanggan.
3. Suasana toko
Suasana toko yang sesuai bisa mendorong pelanggan untuk
datang dan berlama-lama di dalam toko, seperti memasang alunan
musik ataupun mengatur tata cahaya toko. Ada dua hal yang perlu
di perhatikan untuk menciptakan suasana toko yang
menyenangkan, yaitu eksterior toko dan interior toko.
a. Eksterior toko, meliputi keseluruhan bangunan fisik
yang bisa dilihat dari bentuk bangunan, pintu masuk,
tangga, dinding, jendela dan sebagainya. Eksterior toko
berperan dalam mengounikasikan informasi tentang apa
yang ada didalam gedung, serta dapat membentuk citra
terhadap keseluruhan tampilan toko. Ketika melihat
91
Lotte Mart dari sejak pintu masuk maka kesan pertama
yang timbul adalah toko ini merupakan toko yang besar
dan luas serta sangat menarik perhatian. Melihat dari
luar saja membuat rasa penasaran muncul untuk masuk
dan berbelanja didalam. “Saya sering menemani pacar
saya berbelanja dan ketika LotteMart pertama kali buka
di Mall Panakukang, saya menyarankan pacar saya
untuk berbelanja disana karena sejak melihat dari depan
saja, LotteMart membuat penasaran ingin melihat apa
yang ada didalamnya,” kata salah seorang pelanggan
setia LotteMart.97
b. Interior toko, meliputi estetika toko, desain ruangan,
dan tata letak toko, seperti penempatan barang, kasir,
serta perlengkapan lainnya. Lotte Mart identik dengan
warna merah menyala di setiap sudutnya. Penempatan
barang dan desain toko menimbulkan kesan mewah.
Serta akses ke kasir yang banyak cukup membuat
nyaman para pelanggan sehingga tidak perlu mengantri
terlalu lama. “Saya senang berlama-lama seperti
berekreasi didalam LotteMart karena suasananya yang
menyenangkan dan selain belanja bisa sekalian cuci
97
Brahma Kasim, wawancara 22 Februari 2013
92
mata melihat barang-barang yang unik di LotteMart,”
kata salah seorang pengunjung LotteMart.98
Pelanggan menangkap eksterior toko dengan baik, maka ia
akan termotivasi untuk memasuki toko. Ketika pelanggan sudah
memasuki toko, ia akan memperhatikan interior toko dengan
cermat. Apabila pelanggan memiliki persepsi / anggapan yang baik
tentang suatu toko, maka ia akan senang dan betah berlama-lama
didalam toko. Petugas LotteMart sendiri mengakui bahwa pihak
LotteMart sengaja membuat suasana LotteMart senyaman mungkin
agar konsumen bisa sekalian rekreasi atau cuci mata didalamnya,
siapa tahu mereka jadi tertarik untuk membeli barang – barang
yang ditawarkan.99
Gambar 3. Interior Lotte Mart
Sumber: Koleksi Pribadi
Gambar diatas menunjukkan interior LotteMart yang rapi dan
menarik.
98
Ibid 99
Op. Cit. Yulianti
93
Selain eksterior dan interior toko, faktor penting lainnya
yang memengaruhi keberhasilan Lotte Mart adalah pramuniaga.
Pramuniaga menentukan puas tidaknya pelanggan setelah
berkunjung sehingga terjadi transaksi jual beli ditoko tersebut.
Pramuniaga yang berkualitas sangat menunjang kemajuan toko.
Pramuniaga Lotte Mart mampu menarik simpati pelanggan dengan
segala keramahannya, tegur sapanya, informasi yang diberikan,
cara bicara, dan suasana yang bersahabat. Pihak LotteMart
memang telah mewanti-wanti semua petugasnya agar bersikap
ramah dan melayani semua kebutuhan pelanggan. Petugas-petugas
LotteMart dituntut untuk selalu tersenyum pada pelanggan. 100
B. Strategi Lotte Mart Dalam Membangun Brand Image Home Country
Terhadap Masyarakat di Makassar.
Menurut Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO), bisnis
ritel atau usaha eceran di Indonesia mulai berkembang pada kisaran tahun
1980-an seiring dengan mulai dikembangkannya perekonomian Indonesia.
101 Hal ini timbul sebagai akibat dari pertumbuhan yang terjadi pada
masyarakat kelas menengah, yang menyebabkan timbulnya permintaan
terhadap supermarket dan departement store di wilayah perkotaan. Tren
inilah yang diperkirakan akan berlanjut dimasa-masa yang akan datang.
Hal lain mendorong perkembangan ritel di Indonesia adalah perubahan
100
Ibid 101
http://swa.co.id/tag/asosiasi-pengusaha-ritel-indonesia-aprindo Diakses pada tanggal 15 Januari
2013 pukul 21.24 Wita.
94
gaya hidup masyarakat kelas menengah ke atas, terutama di kawasan
perkotaan yang cenderung memilih berbelanja di pusat perbelanjaan
modern. Perubahan pola belanja yang terjadi pada masyarakat tidak hanya
untuk memenuhi kebutuhan belanja saja namun juga sekedar jalan-jalan
dan mencari hiburan.
Lotte tumbuh menjadi perusahaan yang mewakili Korea diberbagai
bidang seperti distribusi makanan dan rekreasi. Saat ini perusahaan ini
sedang berkembang menjadi perusahaan global yang memperkaya
kehidupan orang-orang diseluruh dunia. Dengan brand image LotteMart
tentu menimbulkan persepsi yang berbeda-beda dari konsumen tentang
brand image Lotte Mart karena Lotte Mart merupakan hypermart asal
korea yang tergolong baru bagi masyarakat. Dengan brand Lotte Mart,
Lotte Mart wholesaler harus menciptakan lingkungan yang dapat
mempengaruhi minat konsumen dalam berbelanja. Seperti memberikan
layanan yang lebih tinggi bagi kenyamanan pelanggan. Konsumen juga
memiliki bemacam-macam motivasi atau alasan untuk berbelanja, itu
dikarenakan konsumen melakukannya sebagai suatu hal yang
menyenangkan seperti, membelanjakan uang, menikmati suasana toko,
mengamati penawaran-penawaran toko serta mendapatkan informasi dari
pramuniaga mengenai sebuah produk. Konsep Lotte Mart menggunakan
harga rendah, biaya rendah, melayani diri sendiri, belanja secara tunai.
Menjual berbagai macam variasi produk makanan dan non makanan.
Terbuka untuk konsumen dan institusi yang telah terdaftar, lapangan parkir
yang luas.
95
Hal tersebutlah yang kemudian dimanfaatkan oleh Lotte Mart untuk
mengembangkan brand image home country-nya. Lotte Mart menciptakan
budaya konsumsi yang mewah untuk dinikmati masyarakat Indonesia,
khususnya Makassar seperti budaya konsumsi di Korea asal Lotte Mart.
Strategi Lotte Mart dalam membangun brand image home country adalah
salah satunya dengan memasang iklan. Mulai dari promosi, fasilitas yang
memberikan kenyamanan kepada konsumen, distribution center sendiri,
sampai pemberian diskon besar besaran terhadap suatu barang. Bahkan,
masyarakat banyak menilai pergi ke Lotte Mart bukan hanya bertujuan
untuk melakukan transaksi jual beli melainkan sebagai ajang rekreasi
keluarga. Sehingga realitas ini memunculkan pola yang baru kepada
masyarakat dalam hal berbelanja. Namun pihak Lotte Mart Makassar tidak
terlalu mengkhususkan promosi produk Korea. Mereka hanya memasang
bagian produk internasional, dibagian itulah akan terlihat stan - stan
produk Korea khususnya makanan yang banyak menarik pelanggan.
Gambar 4. Stan Produk Korea
Sumber: Koleksi Pribadi
Gambar diatas menunjukkan stan khusus produk Korea didalam
LotteMart.
96
Tidak tepat jika periklanan hanya ditujukan untuk mempengaruhi
penjualan, sebab banyak variabel yang mempengaruhi penjualan, termasuk
iklan itu sendiri. Pendekatan yang lebih tepat adalah apabila tujuan
periklanan diarahkan pada tahap-tahap kesiapan pembeli untuk membeli
produk, yaitu mengubah pelanggan dari tidak tahu menjadi memahami,
mengambil sikap, lalu membeli. Oleh karena itu, pemasar harus
menentukan tahap mana yang perlu digarap lewat iklan. Tujuan periklanan
adalah untuk membujuk konsumen melakukan sesuatu (mempersuasi,
membujuk pelanggan mencoba produk atau jasa yang dijalankan).
Usaha Lotte Mart untuk menarik pelanggan melalui lima cara,
antara lain102
:
a. Memberikan suplai / pasokan barang dan jasa pada saat dan
ketika dibutuhkan konsumen/pelanggan dengan sedikit atau
tanpa penundaan. Lotte Mart berlokasi didekat kompleks-
kompleks perumahan, sehingga pelanggan bisa dengan
segera mendapatkan suatu produk tanpa perlu menunggu
lama.
b. Memudahkan konsumen / pelanggan dalam memilih atau
membandingkan bentuk, kualitas, dan barang serta jasa
yang ditawarkan. Pelanggan mungkin hanya ingin lebih dari
sekedar mendapatkan barang yang diinginkan pada tempat
yang nyaman. Mereka hampir ingin selalu belanja di mana
bisa mendapatkan kemudahan memilih, membandingkan
102
Yulianti (LotteMart Supervisor). Wawancara, tanggal 23 Desember 2012
97
kualitas, bentuk, dan harga dari produk yang diinginkan.
Dalam menarik dan memuaskan pelanggan, para peritel
biasanya akan berusaha menciptakan suasana belanja yang
nyaman. Meskipun banyak masyarakat awam yang tidak
tahu bahwa Lotte Mart berasal dari Korea, namun para
pecinta K-Pop tentu merasa senang berbelanja di Lotte Mart
yang cukup berbau Korea dan mereka bisa menemukan
produk-produk Korea dengan harga yang cukup terjangkau.
“Meskipun harganya sedikit mahal tapi nyaman karena
semua kebutuhan ada disana, lalu yg unik di dalam ada
foodcourt pastry-nya juga enak,” kata pengunjung
LotteMart.103
d. Membantu meningkatkan standar hidup masyarakat. Produk
yang dijual dalam usaha ritel, tergantung pada apa yang
dibeli dan dikonsumsi oleh masyarakat. Upaya promosi
yang dilakukan, tidak hanya memberikan informasi kepada
masyarakat mengenai beragam produk barang dan jasa,
tetapi juga dapat meningkatkan keinginan pelanggan untuk
membeli. Hasil akhirnya adalah peningkatan standar hidup
dan penjualan produk. Promosi produk-produk Korea pun
cukup banyak ditemukan di Lotte Mart. Berdasarkan
wawancara dari salah satu supervisor LotteMart, LotteMart
103
Nori Palayukan, wawancara 18 Februari 2013.
98
memang menjual hampir seluruh barang-barang kebutuhan
sehari-hari masyarakat pada umumnya.104
Melihat dari logo Lotte Mart bisa dikenali bahwa logo Lotte Mart
berwarna yang sama dengan bendera Korea Selatan. Selain itu, ketika memasuki
Lotte Mart kita juga disuguhi oleh jingle Lotte Mart yang berbahasa Korea. Selain
Jingle LotteMart, kadang-kadang terputar lagu-lagu berbahsa korea yang sedang
booming di pasaran. “Sudah beberapa kali saya masuk ke LotteMart dan sedang
terputar lagu-lagu Korea yang laku dipasaran. Saya juga pernah mendengar lagu
tema LotteMart berbahasa Korea. Saya bisa langsung tahu itu lagu tema
LotteMart karena saya mendengan kata-kata LotteMart di refrain lagu tersebut,
saya sangat penasaran sampai mencarinya di Google, sayang saya tidak bisa
menemukan link untuk mendownload lagu tersebut,” kata mahasiswi salah satu
pelanggan setia LotteMart dan juga penggemar K-Pop.105
Gambar 5. Logo Lotte Mart
Sumber: Koleksi Pribadi
Gambar diatas menunjukkan logo LotteMart sebagai bentuk promosi brand
LotteMart.
104
Yulianti (LotteMart Supervisor), (Wawancara, tanggal 23 Desember 2012) 105
Diani, (wawancara, tanggal 22 Februari 2013)
99
C. Pengaruh Lotte Mart Terhadap Brand Image Home Country di
Makassar
Diabad 21 ini fenomena MNCs sudah banyak kita bisa jumpai
dimana-mana, bahkan sebenarnya kehadiran MNCs ini sudah ada beratus-
ratus tahun yang lalu, semisal di Indonesia adanya VOC, suatu perusahana
multinasional yang berasal dari Belanda sudah beroperasi ratusan tahun di
Indonesia dan sejumlah Negara lainnya. Ketika melihat performa sebuah
MNCs dalam suatu negara penerima, sering terlihat bahwa dalam
praktiknya MNC seringkali memiliki ikatan yang kuat pada
negara/pemerintah asalnya (home country). Ikatan yang kuat ini lantas
membuat MNC seringkali, dalam tindakannya, cenderung mewujudkan
kepentingan nasional negara asalnya, sekaligus berperan sebagai alat
diplomasi negara asalnya.
MNCs merupakan unit yang tersentralisasi, MNCs jugalah
didominasi oleh perusahaan induk yang berlokasi di negara penerima.
Kebijakan yang dikeluarkan perusahaan juga seringkali disesuaikan
dengan kebijakan ekonomi dan kebijakan luar negeri asal negara MNCs
tersebut. Adanya ikatan yang kuat antara MNCs dengan negara asalnya
inilah yang membuat berbagai kebijakan MNCs seringkali menguntungkan
negara asalnya. MNCs seringkali memproduksi produk-produk tertentu -
dimana pembeli utama dari produk tersebut adalah negara asalnya -
dengan harga relatif rendah.106
106
Muhittin Ataman, The Impact of Non-State Actors to World Politic: A Challenge to Nation-
States. http://www.alternativejournals.net/volume2/number1/ataman2.htm.
100
Kecenderungan MNCs membuat perusahaan yang berhasil dan
memiliki bermacam-macam keunggulan kompetitif, jadi mereka
membawa hal-hal positif didasarkan kepada apa yang dibawanya kenegara
tujuan (host country) seperti membawa teknologi, produk yang
dihasilkannya, capital financial, dan teknik management canggih yang
tidak dimiliki oleh negara-negara host country. MNC ini bisa mendorong
pertumbuhan perusahaan atau UKM (Usaha Kecil Menengah) yang lebih
kecil di host country semisal ketika ada MNCs yang bergerak dibidang
produksi mobil maka secara langsung perusahaan tersebut membutuhkan
pasokan baja, karet untuk memproduksi ban mobilnya, dengan begitu
mereka akan membeli kebutuhan tersebut ke negara host country,
perdagangan semakin bergairah, artinya dilain sisi MNCs ini
menghidupkan perusahaan atau UKM dengan dibelinya produk yang
dihasilkan oleh mereka, manfaat lainnya adalah perekrutan buruh yang
dilakukan secara massal oleh MNCs dan juga perusahaan kecil yang
menjual produk terhadap MNCs itu turut serta mengurangi pengangguran
di host country.
Manfaat-manfaat tersebut terkadang mepunyai permasalahan yang
cukup kompleks apabila kurangnya pemantaunya dai berbagai hal semisal,
pemantauan pembayaran pajak dan minimnya upah yang diberi, sangat
diupayakan juga peran pemerintah biar tidak terjadi zero zum, dimana
hanya satu pihak yang diuntungkan, assistensi pemerintah dalam hal ini
sangat diperlukan dan terbukti adanya MNCs ini sangat dibutuhkan
sebagai motor penggerak perekonomian house country, terbukti dari upaya
101
tiap negara untuk merangsang agar MNCs ini menginvestasikan atau
membangun pabrik di negaranya.
Dilihat dari aspek persaingan semata maka kita akan memperoleh
fakta bahwa kehadiran ritel modern sangat sesuai dengan prinsip-prinsip
universal persaingan usaha yang sehat, dimana kehadiran mereka telah
menyebabkan terciptanya beberapa nilai positif yakni hadirnya alternatif
tempat belanja yang sesuai dengan tuntutan konsumen (nyaman dan
mudah), harga yang cenderung bergerak turun (sebagian dihasilkan oleh
efisiensi distribusi), kualitas barang semakin beragam dan sebagainya.
Kehadiran pasar modern dengan market power yang sangat besar,
berbasiskan kapital, mampu menggerus setiap lawan termasuk pasar
tradisional. Kita bisa melihat dari posisi Carefour saat ini. Berbagai
strategi bisnis yang dikembangkannya untuk menopang brand image
sebagai ritel penyedia barang dengan harga termurah di Indonesa, selalu
menjadi trend dalam pengelolaannya di Indonesia. Dalam berbagai hal
harus diakui bahwa Carrefour telah berkembang menjadi trend setter
bisnis ritel Indonesia termasuk Lotte Mart yang mulai merambah
Indonesia.
Keseriusan Lotte terlihat dengan menyewa seluruh area mal di
Ciputra World Jakarta seluas 130.000 m2 selama 20 tahun dan investasi
sebesar US$ 27 juta untuk tahun pertama. Meningkatnya pertumbuhan ritel
di Indonesia merupakan salah satu faktor yang mendorong dibukanya
Lotte Department Store. Sebelumnya, Lotte Department Store telah dibuka
di Moskow (Rusia), Beijing, Tianjin (China), dan Ho Chi Minh (Vietnam).
102
Ekspansi bisnis di luar Korea merupakan salah satu upaya Lotte
Department Store untuk masuk dalam jajaran 5 department store terbesar
di dunia pada tahun 2018. Lotte Department Store merupakan retailer
terbesar di Korea yang berada dibawah manajemen Lotte Group, grup
konglomerat kelima terbesar di Korea. Pada tahun 2010, Lotte Group
membukukan penjualan sebesar US$ 55,3 miliar dan Lotte Department
Store memberikan kontribusi sebesar US$ 10 miliar. 107
Lotte Department Store juga dinobatkan sebagai perusahaan ritel
nomor satu di Asia pada tahun 2010 dan masuk dalam jajaran 6
department store terbesar dunia tahun 2011 versi Forbes 2000.108
Sedangkan di Makassar sendiri, Lotte Mart mulai diresmikan tanggal 26
Juni 2011. Sebenarnya masyarakat telah mengenal Lotte Wholesale setelah
mengganti nama pusat grosir Makro di Jalan Sultan Hasanuddin. Inti
bisnisnya tetap pada usaha grosir seperti yang dilakukan Makro sebelum
akhirnya diakuisisi Lotte dua tahun lalu109
. Masuknya Lotte Mart
hypermarket ke Makassar tentu saja merupakan hal yang menggembirakan
bagi para penggemar K-Pop.
Pengaruh Korea melalui Lotte Mart memang tidak bisa dipisahkan
dari Korean Wave yang belakangan ini sangat menggemparkan Asia
termasuk Indonesia. Pihak Lotte Mart di Makassar sendiri merasa bahwa
promosi yang mereka lakukan itu pun sudah cukup karena masyarakat
107
Asing Di Tanah Retail Indonesia. [Online].
http://www.lintas.me/article/wartaekonomi.co.id/asing-di-tanah-retail-indonesia/1
Diakses tanggal 5 Desember 2012 pukul 20.06 Wita 108
Ibid 109
Yulianti (LotteMart Supervisor), (Wawancara, tanggal 23 Desember 2012)
103
disekitar secara otomatis akan berbelanja di Lotte Mart tanpa perlu adanya
promosi besar-besaran mengenai produk Korea yang mereka tawarkan.110
Para penggemar K-Pop khususnya di Makassar (Komunitas
Makassar Korean Lovers) mengakui sendiri bahwa sejak ada Lotte Mart
mereka lebih memilih berbelanja di Lotte Mart. Barang-barang Korea yang
ada di LotteMart sekitar 18% dari keseluruhan barang di LotteMart.111
Salah satu anggota komunitas penggemar Korea Makassar berkata bahwa
dia mengetahui kalau Korea berasal dari Korea berdasarkan iklan, film dan
barang-barang yang dijual di Lottemart.112
Produk yang paling banyak di
beli oleh para penggemar Korea tersebut adalah produk makanan. Memang
di beberapa drama Korea sering menunjukkan berbagai macam kuliner
khas Korea dan mereka tentu saja senang bisa mendapatkan kuliner Korea
tanpa perlu langsung terbang ke Korea. “Saya senang membeli ramyeon
di Lottemart, saya sangat penasaran dengan makanan-makanan Korea
yang biasa disajikan di drama-drama Korea. Maka dari itu, ketika melihat
ramyeon dijual di LotteMart saya sangat senang dan akhirnya sering
membelinya,” kata pelanggan LotteMart.113
Secara otomatis Lotte Mart tentu memberikan dampak bagi
masyarakat Makassar untuk merasakan hidup ala masyarakat Korea,
meskipun hal itu tidak lepas dari faktor K-Pop lainnya. Bahkan salah satu
konsumen berkomentar “Lotte Mart tidak hanya menjual produk Indonesia
tapi juga memiliki corner international brands dan pada umumnya
110
ibid 111
Ibid 112
Nori Palayukan, M. Ridha Anugrah L.,Nur Awaliah, (wawancara, tanggal 18 Februari 2013 113
Harni Nur Auliah Sari, (wawancara, tanggal 21 Februari 2013)
104
mayoritas korean brand. Makanan brand korea hanya bisa didapatkan di
Lotte Mart. Ramyeon, Choco Pie, Peppero, minuman soda (Cider-Sprite
ala Korea), adalah makanan atau cemilan korean brand yang bisa
didapatkan di Lotte Mart. tidak terdapat di Carrefour, Hypermart, dan
Hero.”114
Selain konsumen tersebut, dari hasil wawancara dengan
beberapa anggota Makassar Korean Lover, diketahui bahwa para
penggemar Korea memang senang berbelanja di stan-stan Korea yang ada
di LotteMart. Mereka berkata bahwa “terlihat dari produk-produk yang
dijual di LotteMart seperti bahan-bahan masakan Korea. Selain itu juga
ada foodcourt pastry di LotteMart tempat dijualnya ramyeon yang
langsung bisa disantap ditempat.” 115
“Saya melihat ada stan khusus
makanan Korea di tempat khusus stan internasional di dalam LotteMart,
cukup menarik perhatian,” kata salah seorang pengunjung LotteMart.116
Gambar 6. Produk Made in Korea
Sumber: Koleksi Pribadi
Gambar diatas menunjukkan barang-barang atau makanan (ramyeun) yang
berasal dari Korea.
114
Ayu Riska Wahyudiya, (Wawancara, 3 Januari 2013) 115
http://facebook/groups/makassarkoreanlover 116
Quddus Rahman Fattah, wawancara 21 Februari 2013.
105
Pada tahun 2011 Korean Trade-Investment Promotion Agency
(KOTRA) memilih Lotte sebagai contoh pasar ritel yang sukses di
Indonesia. Laporan yang berjudul "Bisnis Hallyu (The Korean Wave)
Status and Strategy in South East Asia" menyatakan bahwa, "Karena
gelombang budaya pop Korea baru-baru ini di Indonesia, konsumen lokal
yang tertarik dengan gaya hidup Korea dan kebiasaan belanja.117
Berdasarkan hal ini, Lotte Mart mampu untuk mendapatkan citra merek
yang menguntungkan dan mendarat sukses di pasar Indonesia. Faktor
kunci keberhasilan adalah bersih dan mewah belanja mereka interior
seperti di Korea. Pemasaran perlu memahami kecemasan dan keinginan
pelanggan, bukan hanya apa yang mereka butuhkan dan inginkan. K-Pop
adalah keinginan generasi muda Indonesia saat ini Korea cerdas dalam
mengendarai gelombang K-Pop.
117
The Korean Wave. [Online]. http://asiaviews.org/business/8-on-business/34609-the-korean-
wave?tmpl=component&print=1&page= Diakses pada tanggal 20 November 2012
pukul 23.44 Wita
106
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Faktor Pendorong Hadirnya Lotte Mart di Makassar
Bagi Lotte Mart, Indonesia merupakan salah satu dari empat
negara yang akan menjadi fokus bisnisnya. Kota makassar tak jauh beda
dengan kota-kota besar lainnya di Indonesia, yakni dilihat sebagai wilayah
potensial untuk ekspansi bisnis ritel. Di kota Makassar telah dibangun
beberapa pusat perbelanjaan besar dan modern seperti Mal Ratu Indah,
Panakkukang Mal, Makassar Town Square, Graha Tata Cemerlang,
Makassar Trade Center, Panakkukang Trade Center, Trans Mal, dan pusat-
pusat perdagangan yang terdapat di kawasan jalan Sulawesi, Sombaopu,
Panakkukang, Bulu Saraung, Irian, Latimojong, dan lain-lain. Kota
Makassar merupakan pintu gerbang Kawasan Timur Indonesia yang
memiliki prospek bisnis cukup menjanjikan. Peluang bisnis itu semakin
terbuka lebar sejak diberlakukannya otonomi daerah, dimana sikap
pemerintah daerahnya yang sangat akomodatif terhadap para investor.
Berbagai kemudahan dalam berinvestasi, seperti penyederhanaan birokrasi
perijinan di berikan untuk menggaet lebih banyak investor masuk ke
Makassar.
Lotte Mart saat ini sangat berkembang pesat, bisa dilihat dari
banyaknya pengunjung Lotte Mart setiap harinya. Tentu saja banyak faktor
107
yang mendukung perkembangan tersebut, seperti format hypermarket yang
kini digandrungi masyarakat karena menjual hampir semua barang
kebutuhan sehari-hari dalam satu tempat, kemudian peraturan-peraturan
pemerintah juga tidak banyak memberatkan perusahaan-perusahaan ritel
yang masuk di Makasar. Selain itu, tentu Lotte Mart juga memiliki usaha-
usaha tersendiri untuk menarik konsumennya sebagai salah satu tolak ukur
perkembangan Lotte Mart, seperti misalnya menentukan lokasi yang tepat,
harga yang terjangkau serta interior toko yang sangat menarik pelanggan.
2. Strategi Lotte Mart Dalam Membangun Brand Image Home Country
Terhadap Masyarakat di Makassar
Tentu saja tujuan yang paling penting dari promosi Lotte Mart
adalah bagaimana ritel tersebut mencirikan negara asal perusahaan ritel
tersebut. Hal ini bisa dillihat dari logo Lotte Mart ataupun barang-barang
yang ditawarkan Lotte Mart. Lotte Mart menawarkan barang-barang dari
Korea yang tidak bisa didapatkan di swalayan lain, selain itu harganya
yang murah menarik pelanggan yang sangat ingin merasakan Korean
Lifestyle mengingat saat ini K-Pop sangat diminati oleh masyarakat
Indonesia, khususnya Makassar. Tembakan konsumen Lotte Mart memang
juga menarik pelanggan dari kalangan bawah dan mudah diakses.
108
3. Pengaruh Brand Image Home Country yang Dilakukan Oleh Lotte Mart di
Makassar
Lotte Mart mampu untuk mendapatkan citra merek yang
menguntungkan dan mendarat sukses di pasar Indonesia. Faktor kunci
keberhasilan adalah bersih dan mewah belanja mereka interior seperti di
Korea. Pemasaran perlu memahami kecemasan dan keinginan pelanggan,
bukan hanya apa yang mereka butuhkan dan inginkan. K-Pop adalah
keinginan generasi muda Indonesia saat ini Korea cerdas dalam
mengendarai gelombang K-Pop dan salah satu kendaraannya adalah Lotte
Mart. Secara otomatis Lotte Mart tentu memberikan dampak bagi
masyarakat Makassar untuk merasakan hidup ala masyarakat Korea,
,meskipun hal itu tidak lepas dari faktor K-Pop lainnya. Meskipun dampak
tersebut tidak terlalu siginifikan karena LotteMart hanya sebagai salah satu
faktor pendukung penyebaran budaya K-Pop di Indonesia.
B. Saran
Dalam meningkatkan citra home country, Lotte Mart sebaiknya
mempunyai cara yang unik dan menarik untuk memberikan pesona pada
pelanggannya. Saat ini di Lotte Mart hanya punya corner International
Brand, sebaiknya Lotte Mart memulai untuk mengkhususkan Korean Corner
sebagai bentuk pencitraan Korea. Hal ini tentu akan lebih menarik pelanggan
yang tertarik untuk mengenal Korea. Pemerintah Korea tentu seharusnya bisa
mengambil kesempatan seperti ini untuk lebih banyak bekerja sama dengan
perusahaan-perusahaan MNC asal negaranya untuk mengenalkan budaya
109
khasnya disamping strategi-strategi lain yang telah dilakukan oleh pemerintah
Korea seperti yang telah banyak kita lihat dan rasakan saat ini. Tentu saja
selain memperkenalkan budaya, keuntungan dalam hal materi juga akan
meningkat bila bisa dilakukan secara intensif.
Melihat keberhasilan Korea yang sangat pesat tentu saja Indonesia bisa
menerapkan hal yang sama dalam memperkenalkan identitas Indonesia
sendiri. Indonesia bisa memulai memperkenalkan produk-produk lokal
Indonesia di luar Indonesia agar Indonesia bisa dikenal secara luas mengingat
bahwa banyak pula turis asing yang penasaran dengan budaya lokal
Indonesia. Indonesia sebaiknya juga pintar-pintar dalam mengambil
kesempatan seperti yang dilakukan oleh Korea.
110
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Azwar,Saefuddin. 2001. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Balaam, David N. 1996. Introduction to International Political Economy. Jersey;
Prentice Hall.
Ball, Donald A., et. al. 2004. Bisnis Internasional: Tantangan Persaingann
Global, terjemahan Syahrizal Noor. Jakarta: PT Salemba Emban
Patria.
Baudrillard, Jean P. 2004. Masyarakat Konsumsi. Yogyakarta: Kreasi Wacana
Yogyakarta.
Coplin, William D. dan Marsedes Marbun. 1992. Pengantar Politik Internasional;
Suatu Telaah Teoritis. Bandung: CV. Sinar Baru.
Djelantik, Sukawarsini. 2008. Diplomasi antara Teori dan Praktik. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Edelman Spero, Joan. 1985. The Politics of International Economic Relations. NJ:
Princeton University Press.
Dunning, John. 1974. The Multinational Enterprises. George Allen & Unwin, ltd. New Jersey: Routledge.
George, Susan. Republik Pasar Bebas : Menjual Kekuasaan Negara, Demokrasi
danCivil Society kepada Kapitalisme Global, terjemahan Esti
Sumarah. Jakarta: INFID.
Giddens, Anthony. 2001. Runaway World. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Gilpin, Robert. 1987. The Political Economy of Internasional Relations. NJ:
Princeton University Press.
Hayati, Sri dan Ahmad Yani. 2007. Geografi Politik. Bandung: PT.Refika
Aditama.
Hermawan, Yulius P. 2007. Transformasi dalam Studi Internasional: Aktor, Isu
dan Metodologi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Hogan. 2005 Employees and Image: Bringing Brand Image To Life. The 2nd
Annual Strategic Public Relation Conference. Chicago: Lippincot
Mercer
Ikbar, Yanuar. 2002. Ekonomi Politik Internasional: Studi Pengenalan Umum.
Jatinangor: PT Universitas Padjadjaran.
111
Jackson, Robert dan Georg Sorensen. 2009. Pengantar Studi Hubungan
Internasional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jemadu, Aleksius. 2008. Politik Global dalam Teori dan Praktik. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Kartajaya, Hermawan. 2004. Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen.
Bandung : CV. Alfabeta.
Keller, K.L. 2003. Strategic Brand Management: intl ed. Building, Measuring and
Managing Brand Equity 2nd ed. New Jersey: Pearson Education.
Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran. Edisi Milenium. Jakarta: PT.
Prenhallindo.
Kusumohamidjo, Budiono. 1987. Hubungan Internasional: Kerangka Studi
Analisis. Jakarta: Bina Cipta.
Levi, Maurice D. 2001. Keuangan Internasional. Yogyakarta: ANDI.
Mas’oed, Mohtar. 1994. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi.
Jakarta: LP3ES.
May Rudy, T. 2003. Hubungan Internasional Kontemporer dan Masalah-
Masalah Global. Bandung: PT Refika Aditama.
May Rudi, T. 1992. Teori Etika dan Kebijakan Hubungan Internasional.
Bandung: Angkasa Grup.
Micklewaith, John & Andra Wooldridge.1998. The Witch Doctors, terjemahan
Soesanto B., Jakarta: Elex Media Komputindo.
Miller, Lynn H. 2006. Agenda Politik Internasional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mowen, John C. 1995. Consumer Behaviour 4th ed. Jersey: Prentice Hall.
Nimmo, Dan. 2005. Komunikasi Politik. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Noble. 1999. Development in Marketing Science. Vol. 22, 1 -5, Corall Gables.
Florida: Academy of Marketing Science.
Nye, Joseph S. 2004. Soft power: The Means to Succes In World Politics. New
York: Public Affairs.
Perwita, Anak Agung Banyu dan Yanyan M.Yani. 2005. Pengantar Ilmu
Hubungan Internasional. Bandung: Rosdakarya.
112
Priyono, B. Herry. 2003. Anthony Giddens : Suatu Pengantar. Jakarta: KPG (
Kepustakaan Populer Gramedia).
Sepu, P. Anthonius. 2011. Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Steans, Jill dan Lloyd Pettiford. Hubungan Internasional: Perspektif dan Tema.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sumami, Murti dan Salamah Wahyuni. 2006. Metode Penelitian Bisnis.
Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Sumantoro. 1987. Kegiatan Perusahaan Multinasional: Problema Politik,
Hukum, dan Ekonomi dalam Pembangunan Nasional. Jakarta: PT.
Gramedia Press.
Umar, Husain. 2002. Metode Riset Komunikasi Organisasi. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Waters, Malcolm. 1995. Globalization. London: Routledge.
Winaro, Budi. 2011. Isu-Isu Global Kontemporer. Yogyakarta: CAPS.
JURNAL
Charles & Albert Michalet. 1994. Transnasional Corporations ( Transnational
corporationand the changing international economic system). United
Nations: Volume 3, number 1.
C.P.F Luhulima. Peranan Diplomasi Multi-track dalam Penyelesaian Sengketa
Laut Cina Selatan; Upaya dan Tantangan. Jurnal Ilmiah Hubungan
Internasional, 5(2).
Keller, Kevin Lane (1993), Conceptualizing, Measuring, and Managing Costumer
– Based Brand Equity, Journal of Marketing, Vol. 57, No. 1, pp. 1 –
22
Morgan, R.P. (2000). ‘A Consumer-Oriented Framework of Brand Equity’,
International Journal of Market Research, 42, 65 – 78.
Muhittin Ataman, The Impact of Non-State Actors to World Politic: A Challenge
toNation-States.
http://www.alternativejournals.net/volume2/number1/ataman2.htm .
ARTIKEL
Prasetyantoko, A. Privatisasi Pelayanan Publik. Kompas, 24 September 2003.
113
KORESPONDENSI DAN KOMUNIKASI PERSONAL
Ayu Riska Wahyudia, ( Wawancara, tanggal 3 Januari 2013)
Yulianti (LotteMart Supervisor), (Wawancara, tanggal 23 Desember 2012 dan 23
Februari 2013)
Harni Nur Auliah Sari, (Wawancara, 21 Februari 2013)
Quddus Rahman Fattah, (Wawancara, tanggal 21 Februari 2013)
Nori Palayukan, (Wawancara tanggal 18 Februari 2013)
M. Ridha Anugrah L., (Wawancara tanggal 18 Februari 2013)
Nur Awaliah, (Wawancara tanggal 18 Februari 2013)
Diani, (Wawancara tanggal 22 Februari 201)
Brahma Kasim, (Wawancara 22 Februari 2013)
Silvia Paramita, (Wawancara tanggal 20 Februari 2013)
Indah Lestari, (Wawancara, tanggal 21 Februari 2013)
Rifai Anwar, (Wawancara, tanggal 18 22 Februari 2013)
Arwinda Andiani Asmal, (Wawancara, tanggal 22 Februari 2013)
Endah Trisna Ayu, (Wawancara, tanggal 2 Maret 2013)
Febi, (Wawancara, tanggal 2 Maret 2013)
SITUS
Bahan Kuliah Manajemen Pemasaran. [Online] http://jurnal-
sdm.blogspot.com/2009/05/membangun-brand-image-produk.html.
Diakses pada tanggal 2 Oktober 2012 pukul 14.56 Wita
Sigit. 2010. Berita Pasar Modal (Laba Bersih Hero Supermarket Naik 78%). [Online].
http://www.businessreview.co.id/berita-pasar-modal
232.html?page=rubrik_read&id=232&add=kom. Diakses pada tanggal 3
Oktober 2012 pukul 22.15 Wita
114
Susanto Pudjomartono. 2011. Soft diplomacy. [Online]. http://www.suarakarya-
online.com/news.html?id=293039. Diakses pada tanggal 11
September pukul 22.13 Wita.
TEMPO. Korean Wave. [Online]
http://www.asiaviews.org/index.php?option=com_content&view=artic
le&id=34609:the-korean-wave . Diakses pada tanggal 11 September
2012 pukul 19.47 Wita
Seputar Indonesia. Pasar Ritel Kian Menjamur Di Makssar. [Online].
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/534690/
Diakses pada tanggal 27 Oktober 2012 pukul 23.15 Wita.
Azka Nabila Islami. 2011. Pengaruh Citra Merek (Brand Image) Terhadap
Keputusan Pembelian Produk Sophie Martin Pada Mahasiswa
Lembaga Pendidikan Politeknik MBP Medan. [Online].
http://www.academia.edu/1147849/Pengaruh_Citra_Merek_Brand_Im
age_Terhadap_Keputusan_Pembelian_Produk_Sophie_Martin_Pada_
Mahasiswa_Lembaga_Pendidikan_Politeknik_MBP_Medan . Diakses
pada tanggal 6 November 2012 pukul 13.55 Wita.
Global Retail Expansion. [Online]. http://www.atkearney.com/consumer-
products-retail/global-retail-development-index. Diakses pada tanggal
13 November 2012 pukul 23.35.
INDONESIAN COMMERCIAL NEWSLETTER Juni 2011. [Online]
http://www.datacon.co.id/Ritel-2011ProfilIndustri.html.Diakses pada
tanggal 10 November 2012 pukul 14.25 Wita
Pasar Ritel Kian Menjamur Di Makassar. [Online]. http://www.seputar-
indonesia.com/edisicetak/content/view/534690/ . Diakses 24
Desember pukul 14.22 Wita.
LOTTE MART Salah Satu Bisnis Retail Yang Terus Berkembang. [Online].
http://cybersulut.com/8943915 Diakses pada tanggal 29 November
pukul 00.31 Wita
LotteMart Makin Getol Buka Gerai Baru. [Online].
http://properti.kompas.com/read/2012/08/13/11313080/Lotte.Mart.Ma
kin.Getol.Buka.Gerai.Baru. Diakses pada tanggal 29 November 15.33
Wita
KOCIS. Korean wave. [Online]. http://www.korea.net/Government/Current-
Affairs/Korean-Wave?affairId=209 . Diakses pada tanggal 19
Desember 2011 pukul 14.15 Wita.
115
BBC News. South Korea Profile. [Online]. http://www.bbc.co.uk/news/world-
asia-pacific-15289563 . Diakses pada tanggal 25 Desember 2011
pukul 21.14 Wita.
VOA News. 2006. Asia Goes Crazy Over K-Pop. [Online].
http://english.chosun.com/site/data/html_dir/2006/01/07/20060107610
03.html . Diakses pada tanggal 20 Februari 2012 pukul 20.04 Wita.
Chosun Ilbo. 2012. K-Pop Leads Record Earnings from Cultural Exports.
[Online].
http://english.chosun.com/site/data/html_dir/2012/02/07/20120207008
92.html . diakses pada tanggal 20 Februari 2012 pukul 17.45 Wita.
Membangun Bisnis Ritel. [Online].
http://www.manadopost.co.id/index.php?mib=berita.detail&id=84883
Diakses pada tanggal 2 Desember 2012 pukul 21.53 Wita
Asing Di Tanah Retail Indonesia. [Online].
http://www.lintas.me/article/wartaekonomi.co.id/asing-di-tanah-retail-
indonesia/1 Diakses tanggal 5 Desember 2012 pukul 20.06 Wita
LOTTE MART. [Online].
http://www.lottemart.co.id/lotte/index.php?link=about&type=about-
lotte-group diakses pada tanggal 10 November 2013 pukul 23.40
Wita
Lotte Perkuat Jaringan Ritel di Makassar. [Online]. http://www.fajar.co.id/read-
20110623020134-lotte-perkuat-jaringan-ritel-di-makassar diakses
pada tanggal 10 November 2012 pukul 23.55 Wita
http://bangka.tribunnews.com/2011/01/27/bni-dan-lotte-mart-kerjasama-terbitkan-
kartu-kredit/ Diakses pada tanggal 5 Desember 20 57 Wita
http://www.carrefour.co.id/. Diakses pada tanggal 11 september 2012 pukul 21.35
Wita
http://thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2009-2-00358-MN%20Bab%202.pdf. Diakses
pada tanggal 6 November 2012 pukul 14.05 Wita
http://www.ut.ac.id/html/suplemen/espa4216/41.htm. Diakses 17 November pukul
07.33 Wita
top related