92330033 laporan faal indra 2
Post on 10-Aug-2015
219 Views
Preview:
TRANSCRIPT
MO
DU
L IN
DR
A
KELO
MP
OK
5
LA
PO
RA
N P
RA
KTIK
UM
FIS
IOLO
GI
Bil Awal Ramadhan A . Deby Ariandini . Disa Almira . Disca Ariella Rucita . Ira Rahmanita . Muwawi Siregar . Namira Azzahra . Ning Widya .Novianti Supriyatna . Santiko Restuadhi . Washobirin
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
2010
Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang
telah melimpahkan taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan Laporan Praktikum Fisiologi ini. Sholawat serta
salam senantiasa penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad S.A.W beserta
keluarga dan para sahabatnya
Pada kesepatan ini penulis menyadari sepenuhnya akan berbagai
keterbatasan dan kekurangan yang penulis miliki sehingga penyusunan
Laporan Praktikum Fisiologi masih jauh dari sempurna, maka sudah
selayaknya penulis sadar bahwa Laporan Praktikum Fisiologi ini tidak akan
selesai tepat pada waktunya tanpa bantuan, dorongan, serta bimbingan dari
berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa
terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat
:
1. dr. Erfira SpM ,, selaku Penanggung Jawab Modul Indra
2. Ratna Pellawati , M.Biomed, selaku Penanggung Jawab Praktikum
Fisiologi
3. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
Atas bantuan dan segala amal baiknya, semoga Allah S.W.T membalas
dengan berkah yang setimpal. Besar harapan penulis Laporan Praktikum
Fisiologi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.
Kelompok 5
Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra
Akhir kata semoga kita semua diberikan rahmat, hidayah serta karunia-
Nya dari Allah S.W.T dan apa yang telah penulis peroleh selama pendidikan
dapat diamalkan dengan baik.
Jakarta, 16 Maret 2011
Penyusun
PEMBAHASAN
1. PENGECAPAN
LANDASAN TEORI
Lidah merupakan massa jaringan pengikat dsan otot lurik yang diliputi
oleh membranmukosa. Membran mukosa melekat erat pada otot karena
jaringan penyambung laminapropia menembus ke dalam ruang-ruang antar
berkas-berkas otot. Pada bagian bawahlidah membran mukosanya halus.
Lidah juga merupakan suatu rawan (cartilago) yang akarnya tertanam pada
bagian posterior rongga mulut (cavum oris) dekat dengan katupepiglotis yang
menuju ke laryng. Lidah merupakan bagian tubuh penting untuk
indrapengecap yang terdapat kemoreseptor (bagian yang berfungsi untuk
menangkaprangsangan kimia yang larut pada air) untuk merasakan respon
rasa asin, asam, pahit danrasa manis. Tiap rasa pada zat yang masuk ke
dalam rongga mulut akan direspon olehlidah di tempat yang berbeda-beda.
Pada mamalia dan vertebrata yang lain, pada lidahnya terdapat reseptor
untuk rasa.Reseptor ini peka terhadap stimulus dari zat-zat kimia, sehingga
disebut kemoreseptor.Reseptor tersebut adalah kuncup-kuncup pengecap.
Kuncup tersebut berbentuk seperti bawang kecil atau piala dan terletak
Kelompok 5
Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra
dipermukaan epitelium pada permukaan atas lidah.Kadang juga dijumpai pada
langit-langit rongga mulut, faring dan laring, walaupunsedikit sekali.
Kuncup-kuncup pengecap ini ada yang tersebar dan ada pula
yangberkelompok dalam tonjolan-tonjolan epitel yang disebut papilla.
Terdapat empat jenispapilla:
1.Filiformis
Terdapat di bagian posterior berbentuk penonjolan konis, sangat
banyak diseluruh permukaan lidah epitel tidak mengandung putting
pengecap epitel berambut
2. Fungiformis
Di bagian anterior dan diantara filiformis menyerupai jamur
karena menpunyai tangkai sempit dan permukaan yang halus,bagian
atas melebar mengandung putting kecap, tersebar di permukaan atas
epitel berlapis pipih tak menanduk
3. Foliatel
Pada pangkal lidah bagian lateral, terdapat beberapa tonjolan-
tonjolan padat bentuk: sirkumvalata banyak putting kecap
Kelompok 5
Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra
4. Circumfalate
Papillae yang sangat besar dengan permukaannya yang pipih
meluas di ataspapillae lain, susunan seperti parit tersebar di daerah “V”
bagian posterior lidah banyak kelenjar mukosa dan serosin banyak
putting kecap yang terdapat di sepanjang sisi papillaSetiap kuncup
pengecap terdiri dari dua macam sel, yaitu sel pengecap dan
selpenunjang, pada sel pengecap terdapat silia (rambut gustatori) yang
memanjang ke lubangpengecap. Zat-zat kimia dari makanan yang kita
makan, mencapai kuncup pengecap melalui lubang-lubang pengecap
(taste pores).
Secara fisiologis ada empat kesan pengecapan primer yaitu asam,
manis, asin, dan pahit. Daerah-daerah di lidah mempunyai sensitivitas
yang berbeda untuk 4 submodalitas (Figure 10-1). Pada bagian ujung
lidah paling sensitive terhadap sensasi manis. Untuk sensasi asin
terletak pada bagian lateral anterior lidah. Sedangkan sensasi asam
terletak pada bagian lateral posterior lidah. Pada bagian belakang lidah
paling sensitive untuk sensasi pahit.
Seseorang dapat menerima beratus – ratus rasa karena gabungan dari
empat rasa primer tersebut seperti semua warna pada spektrum yang
merupakan gabungan warna primer.
Kelompok 5
Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra
rasa asam disebabkan oleh asam dan intensitas rasa yang sebanding dengan
logaritma konsentrasi ion hydrogen yaitu makin asam suatu rasa rasanya
makin kuat.Rasa asin disebabkan oleh garam yang terionisasi. Kualitas rasa
berbeda dari satu garam dengan garam yang lainnya. rasa manis disebabkan
oleh satu golongan zat kimia. Beberapa zat kimia yang dapat menyebabkan
rasa manis adalah gula, glokiol, alkohol, aldehid, keton, amida, ester, asam
amino, asam sulfonat, asam halogen, dan garam anorganik dari timah hitam
dan berilium. Khususnya perhatian bahwa hampir semua zat yang
menyebabkan rasa manis merupakan zat kimia organik; satu – satunya zat
anorganik yang menimbulkan rasa manis merupakan garam – garam tertentu
dari timah hitam dan berilium. Rasa pahit seperti pada rasa manis, rasa pahit
juga tidak disebabkan oleh satu jenis agen kimia, tetapi rata – rata disebabkan
oleh zat organik. Ada dua kelas zat yang sering menyebabkan rasa pahit yaitu
zat organik rantai panjang, dan alkaloid. Alkaloid terdiri dari banyak obat yang
digunakan dalam kedokteran seperti aspirin, kuinin, kafein, striknin, dan
nikotin.
Kelompok 5
Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra
Serabut saraf sensorik dari taste buds di dua pertigaan anterior lidah
berjalan di dalam cabang chorda tymphani facialis nerve (N.VII) dan serabut
dari dua pertiga posterior lidah mencapai batang otak melalui
glossopharyngeal nerve (N.IX). Serabut dari daerah lain selai lidah mencapai
batang otak melalui vagus nerve (N.X). Disetiap sisi, serabut pengecap yang
mengandung myelin tetapi mengantarkan impuls relative lambat di ketiga
saraf tersebut menyatu di bagian gustatorik nucleus traktus solitarius di
medulla oblongata. Dari sini, akson dari neuron tingkat kedua naik di
lemniscus medialis ipsilateral dan pada primate berjalan langsung ke nucleus
postero medial ventral thalamus. Dari thalamus, akson dari neuron tingkat
ketiga berjalan dalam radiasi thalamus ke face area korteks somato sensorik
di gyrus post centralis ipsilaterral. Akson–akson tersebut juga berjalan ke
bagian anterior insula yang terkait terletak di sebelah anterior dari face area
gyrus post centralis dan mungkin merupakan area yang memperantarai
persepsi sadar pengecapan dan pembagian pengecapan.
PRAKTIKUM FAAL : PENGECAPAN
TUJUAN
Tujuan Instruksional Umum
Memahami dasar-dasar faal sensorik melalui faal pengecapan
Tujuan Perilaku Khusus
1. Mendemonstrasikan hukum Johannes Müller pada faal pengecapan.
2. Mendemonstrasikan perbedaan ambang pengecapan untuk 4 modalitas
pengecapan.
3. Mendemonstrasikan kemampuan intensitas kecap untuk 1 modalitas
pengecapan.
Kelompok 5
Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra
ALAT YANG DIPERLUKAN
1. Larutan berbagai rasa :
a. Manis : gula 2 sdt + air 240 ml
b. Asam : cuka 10 ml + air 10 ml
c. Asin : garam 2 sdt + air 240 ml
d. Pahit : aspirin 2 butir + air 240 ml
2. Tabung ukur
3. Lidi kapas
4. Air
TATA KERJA
I.PEMERIKSAAN INDERA PENGECAPAN
Lakukan percobaan ini pada 2 orang percobaan (OP).
1. OP tidak boleh mengetahui larutan apa yang akan diletakkan pada
lidahnya.
2. Buatlah kesepakatan dengan OP mengenai bahasa isyarat yang akan
digunakan bila OP dapat mengecap rasa pada lidi kapas (misalnya
mengangkat tangan bila dapat mengecap rasa), dan rasa apa yang ia
kecap (misalnya mengangkat 1 jari untuk rasa manis, 2 jari untuk rasa
asam, 3 jari untuk rasa asin, 4 jari untuk rasa pahit). Selama percobaan
berlangsung, OP tidak diperkenankan berbicara atau menyentuhkan
lidahnya ke langit-langit mulut.
Kelompok 5
Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra
3. Celupkan sebuah lidi kapas ke larutan manis dan peras kelebihan
larutan pada pinggir gelas.
4. Suruh OP untuk menjulurkan lidahnya dan letakkan lidi kapas tersebut
pada semua area pengecapan di lidah.
5. Setelah setiap peletakkan, tanyakan pada OP apakah ia dapat
mengecap rasa dari larutan tersebut, dan apa rasa yang ia kecap.
6. Catatlah hasilnya di diagram lidah pada form hasil yang telah
disediakan.
7. Suruhlah OP berkumur dengan air.
8. Buang lidi kapas yang telah digunakan.
9. Ulangi langkah nomor 3-8 untuk larutan asam.
10. Ulangi langkah nomor 3-8 untuk larutan asin.
11. Ulangi langkah nomor 3-8 untuk larutan pahit.
Hasil
Setelah percobaan dilakukan sesuai dengan tata kerja di atas, hasil
yang didapat sebagai berikut:
Bagian Lidah Manis Asin Asam PahitAnterior kiri v v v v
Lateral anterior kiri v v v vLateral posterior kiri v v v v
Posterior kiri v v v vAnterior kanan v v v v
Lateral anterior kanan v v V vLateral posterior kanan v v V v
Posterior kanan v v V vYang paling terasa Anterior Lateral Lateral Posterior
Kelompok 5
Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra
anterior posterior
Interpretasi :
• Rasa manis ditemukan lebih terasa pada bagian anterior lidah atau
bagian ujung lidah
• Rasa asin ditemukan lebih terasa pada bagian lateral anterior lidah
• Rasa asam lebih terasa pada bagian lateral posterior lidah
• Rasa pahit lebih terasa pada bagian posterior pangkal lidah
kesimpulan :
Pada percobaan ini indra pengecapan dapat membedakan 4 rasa. Dan
dapat dilihat bahwa setiap bagian lidah dapat mempunyai indra yang spesifik
terhadap satu rasa.
Pertanyaan :
Apakah lidah OP berespon terhadap ke-empat sensasi rasa pada lebih dari 1
area?Jelaskan. Pada manusia telah ditentukan 4 pengecapan (rasa) dasar :
manis, asam, pahit, dan asin. Meskipun terdapat tumpang tindih yang cukup
luas, zat yang pahit terutama dikecap di belakang lidah, yang asam di
sepanjang tepi lidah, yang manis di ujung lidah, dan yang asin di
dorsum anterior lidah. Zat yang asam dan pahit juga terasa di palatum
yang juga agak peka untuk manis dan asin.
II. PEMERIKSAAN AMBANG PENGECAPAN
Lakukan percobaan ini pada orang percobaan (OP) yang sama dengan orang
percobaan pertama.
Kelompok 5
Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra
1. Berlawanan dengan percobaan pertama, OP harus mengetahui larutan
apa yang akan diletakkan pada lidahnya.
2. Buatlah kesepakatan dengan OP mengenai bahasa isyarat yang akan
digunakan bila OP dapat mengecap rasa pada lidi kapas (misalnya
mengangkat tangan bila dapat mengecap rasa). Selama percobaan
berlangsung, OP tidak diperkenankan berbicara aatau menyentuhkan
lidahnya ke langit-langit mulut.
3. Celupkan sebuah lidi kapas ke larutan manis dan peras kelebihan
larutan pada pinggri gelas.
4. Suruh OP untuk menjulurkan lidahnya dan letakkan lidi kapas tersebut
pada area di lidah yang mengecap rasa manis.
5. Tanyakan pada OP apakah ia dapat mengecap rasa dari larutan
tersebut. Bila OP dapat mengecap rasa tersebut, berilah tanda positif(+)
di tabel ambang pengecapan pada form hasil yang telah disediakan
6. Suruhlah OP berkumur dengan air
7. Buang lidi kapas yang telah digunakan
8. Encerkan larutan manis tersebut dengan cara menuangkan 10 ml dari
larutan ke gelas bersih dan tambahkan air sebanyak 10 ml.
9. Ulangi langkah no 3-7 dengan larutan yang sudah diencerkan
10. Ulangi langkah nomor 8 dengan larutan yang sudah diencerkan
11. Ulangi kembali langkah no 3-7
12. Ulangi terus prosedur ini dengan larutan yang terus diencerkan
(10 ml larutan baru + 10 ml air) hingga OP tidak dapat mengecap rasa
yang diletakkan dilidahnya. Berilah tanda negatif (-) di tabel hingga OP
tidak dapat mengecap rasa tersebut.
Kelompok 5
Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra
Catatan: larutan awal dianggap berkekuatan 100%. Setiap pengenceran
akan menghasilkann larutan berkekuatan setengah dari pengenceran
sebelumnya. Maka, pengenceran pertama akan menghasilkan larutan
berkekuatan 50% pengenceran kedua 25%, dst.
13. Ulangi seluruh tahap percobaan ini dengan tiga larutan rasa yang
lain.
Hasil
Manis Asin Asam PahitTanpa
pengencera
n
+++++ +++++ +++++ +++++
Pengencera
n 1
++++ ++++ ++++ ++++
Pengencera
n 2
- ++ + +
Pengencera
n 3
- - - -
Intepretasi:
• terdapat perbedaan ambang kecap pada setiap rasa.
• Ambang kecap paling rendah terdapat pada rasa manis. Dimana pada
pengenceran ke 2, OP masih dapat merasakan rasa asin dengan jelas.
• Sedangkan ambang kecap paling tinggi di terdapat pada manis. Rasa
manis masih terasa pada pengenceran pertama dan tidak lagi terasa
pada pengenceran pengenceran selanjutnya.
• Sedangkan rasa asam dan pahit kira kia memiliki ambang batas yg
sama.
Kesimpulan:
Kelompok 5
Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra
Setiap rasa memiliki ambang kecapnya masing masing untuk dapat
merangsang reseptor rasa (test buds) sehingga tercetuslah lidah untuk
mersakan rasa tersebut. Semakin dominan jumlah rasa tersebut makan rasa
itu lah yg akan paling dirasa oleh lidah.
Kelompok 5
Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra
2. PENDENGARAN
PERCOBAAN RINE
Percobaan : Indera pendengaran dan keseimbangan
Nama Percobaan : Percobaan Rine
Nama Subjek Percobaan : Disa Almira
Tempat percobaan : Laboratorium Faal
Tujuan Percobaan
Untuk membuktikan bahwa transmisi melalui udara lebih baik daripada tulang
Dasar Teori
Ada 2 macam tes rinne , yaitu :
a. Garputal 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan
tangkainya tegak lurus pada planum mastoid pasien (belakang meatus
akustikus eksternus). Setelah pasien tidak mendengar bunyinya, segera garpu
tala kita pindahkan didepan meatus akustikus eksternus pasien. Tes Rinne
positif jika pasien masih dapat mendengarnya. Sebaliknya tes rinne negatif
jika pasien tidak dapat mendengarnya
b. Garpu tala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan
tangkainya secara tegak lurus pada planum mastoid pasien. Segera pindahkan
garputala didepan meatus akustikus eksternus. Kita menanyakan kepada
pasien apakah bunyi garputala didepan meatus akustikus eksternus lebih
keras dari pada dibelakang meatus skustikus eksternus (planum mastoid). Tes
Kelompok 5
Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra
rinne positif jika pasien mendengar didepan maetus akustikus eksternus lebih
keras. Sebaliknya tes rinne negatif jika pasien mendengar didepan meatus
akustikus eksternus lebih lemah atau lebih keras dibelakang.
Ada 3 interpretasi dari hasil tes rinne :
1) Normal : tes rinne positif
2) Tuli konduksi: tes rine negatif (getaran dapat didengar melalui tulang
lebih lama)
3) Tuli persepsi, terdapat 3 kemungkinan :
a) Bila pada posisi II penderita masih mendengar bunyi getaran garpu tala.
b) Jika posisi II penderita ragu-ragu mendengar atau tidak (tes rinne: +/-)
c) Pseudo negatif: terjadi pada penderita telinga kanan tuli persepsi pada
posisi I yang mendengar justru telinga kiri yang normal sehingga mula-mula
timbul.
Kesalahan pemeriksaan pada tes rinne dapat terjadi baik berasal dari
pemeriksa maupun pasien. Kesalah dari pemeriksa misalnya meletakkan
garputala tidak tegak lurus, tangkai garputala mengenai rambut pasien dan
kaki garputala mengenai aurikulum pasien. Juga bisa karena jaringan lemak
planum mastoid pasien tebal.
Kesalahan dari pasien misalnya pasien lambat memberikan isyarat bahwa
ia sudah tidak mendengar bunyi garputala saat kita menempatkan garputala
di planum mastoid pasien. Akibatnya getaran kedua kaki garputala sudah
berhenti saat kita memindahkan garputala kedepan meatus akustukus
eksternus.
Alat Yang Digunakan
Kelompok 5
Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra
Garputala
Jalannya Percobaan
a. - Garputala dipukul ke besi
- Setelah itu taruh garputala di atas kepala
- Setelah suara garputala berhenti, dekatkan garputala ke telinga
b. - Garputala dipukul ke besi
- Setelah itu taruh garputala ke belakang telinga
- Setelah suara dari garputala hilang, dekatkan garputala ke telinga
e. Hasil Percobaan :.Garputala yang awalnya ditaruh di atas
kepala hingga suaranya hilang, kini setelah suaranya hilang dan ketika
diletakkan ke telinga, garputala masih berbunyi tetapi berupa dengungan saja.
Garputala yang awalnya diletakkan di belakang telinga hingga suaranya tidak
terdengar lagi, kini masih berdengung tetapi suara dengungnya tidak sekeras
seperti garputala yang awalnya ditaruh di atas kepala.
Semakin besar garputala, makin berat suaranya
Garputala dan telinga yang sejajar menghasilkan hantaran suara yang
bagus
Pada orang tua, elastisitas Membrane Thympani kuran sehingga terkadang
indera pendengarannya kurang berfungsi dengan baik
Kelompok 5
Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra
Membrane Thympani menggeparkan Maleus Incus Stapes sehingga
terdengar suara
Kesimpulan
Ada 3 interpretasi dari hasil tes rinne :
1) Normal : tes rinne positif
2) Tuli konduksi: tes rine negatif (getaran dapat didengar melalui tulang
lebih lama)
3) Tuli persepsi, terdapat 3 kemungkinan :
a) Bila pada posisi II penderita masih mendengar bunyi getaran garpu tala.
b) Jika posisi II penderita ragu-ragu mendengar atau tidak (tes rinne: +/-)
c) Pseudo negatif: terjadi pada penderita telinga kanan tuli persepsi pada
posisi I yang mendengar justru telinga kiri yang normal sehingga mula-mula
timbul
PERCOBAAN WEBER
Percobaan : Indera pendengaran dan keseimbangan
Nama Percobaan : Tempat Sumber Bunyi (Weber)
Nama Subjek Percobaan : Disa Almira
Tempat Percobaan : Laboratorium Faal
Kelompok 5
Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra
Tujuan Percobaan
Untuk menentukan sumber bunyi
Dasar teori
Tujuan kita melakukan tes weber adalah untuk membandingkan
hantaran tulang antara kedua telinga pasien. Cara kita melakukan tes weber
yaitu: membunyikan garputala 512 Hz lalu tangkainya kita letakkan tegak
lurus pada garis horizontal. Menurut pasien, telinga mana yang mendengar
atau mendengar lebih keras. Jika telinga pasien mendengar atau mendengar
lebih keras 1 telinga maka terjadi lateralisasi ke sisi telinga tersebut. Jika
kedua pasien sama-sama tidak mendengar atau sam-sama mendengaar maka
berarti tidak ada lateralisasi.
Getaran melalui tulang akan dialirkan ke segala arah oleh tengkorak,
sehingga akan terdengar diseluruh bagian kepala. Pada keadaan ptologis pada
MAE atau cavum timpani missal:otitis media purulenta pada telinga kanan.
Juga adanya cairan atau pus di dalam cavum timpani ini akan bergetar, biala
ada bunyi segala getaran akan didengarkan di sebelah kanan.
Interpretasi:
a. Bila pendengar mendengar lebih keras pada sisi di sebelah kanan
disebut lateralisai ke kanan, disebut normal bila antara sisi kanan dan
kiri sama kerasnya.
b. Pada lateralisai ke kanan terdapat kemungkinannya:
1) Tuli konduksi sebelah kanan, missal adanya ototis media
disebelah kanan.
2) Tuli konduksi pada kedua telinga, tetapi gangguannya pada
telinga kanan ebih hebat.
Kelompok 5
Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra
3)Tuli persepsi sebelah kiri sebab hantaran ke sebelah kiri
terganggu, maka di dengar sebelah kanan.
4)Tuli persepsi pada kedua teling, tetapi sebelah kiri lebih
hebaaaat dari pada sebelah kanan.
5) Tuli persepsi telinga dan tuli konduksi sebelah kana jarang
terdapat.
Alat Yang Digunakan
Pipa karet
Jalannya Percobaan
- Pipa berupa karet diletakkan di kedua telinga
- Lalu pipa karet ditekan di salah satu titik, yaitu kanan, kiri atau tengah
Hasil Percobaan
Subjek atau praktikan bisa membedakan dimana titik itu di tekan/
dimana letak adanya sumber bunyi. Hal itu berarti pendengaran subjek atau
praktikan masih normal tetapi percobaan itu bukan merupakan salah satu
patokan untuk menentukan apakah pendengaran seseoran masih normal atau
tidak.
Kesimpulan
Bila pendengar mendengar lebih keras pada sisi di sebelah kanan
disebut lateralisai ke kanan, disebut normal bila antara sisi kanan dan kiri
sama kerasnya.
PERCOBAAN SCHAWABACH
Kelompok 5
Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra
Tujuan
Membandingkan hantaran tulang orang yang diperiksa dengan
pemeriksa yang pendengarannya dianggap normal.
Cara Kerja
1. Getarkan penal berfrekuensi 512 Hz seperti cara di atas.
2. Tekankan ujung tangkai penala pada prosesus mastoideus slah
satu telinga OP.
3. Suruh OP mengacungkan jarinya pada saat dengungn bunyi
menghilang.
4. Pada saat itu, dengan segera pemeriksa memindahkan penal
dari prosesus mastoideus OP ke prosesus mastoideus sendiri. Bila
dengungan penala masih dapat didengar oleh si pemeriksa, maka
hasil pemeriksaan ialah SCHWABACH MEMENDEK.
Catatan: pada pemeriksaan menurut Schwabach, telinga pemeriksa
dianggap normal.
2. Apabila dengungan penala yang te;ah dinyatakan berhenti oleh OP,
juga tidak terdengar oleh pemeriksa, maka hasil pemeriksaan
mungkin SCHWABACH NORMAL ATAU SCHWABACH MEMANJANG.
Untuk memastikan, dilakukan pemeriksaan sebagai berikut:
• Penala digetarkan, ujung tangkai penala mula-mula ditekankan ke
prosesus mastoideus pemeriksa sampai tidak terdengar lagi
dengungan.
• Kemudian, ujung tangkai penala segera ditekankan ke prosesus
mastoideus OP.
• Bila dengungan masih dapat didengar oleh OP, hasil pemeriksaan
ialah SCHWABACH MEMANJANG.
Kelompok 5
Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra
• Bila dengungan setelh dinyatakan berhenti oleh pemeriksa, juga
tidak dapat didengar oleh OP maka hasil pemeriksaan ialah
SCHWABACH NORMAL.
Hasil Dan Pembahasan
Telinga kiri: tidak terdapat perbedaan
Telinga kanan : terdapat perbedaan
Pada tes Schwabach tidak didapatkan kesamaan antara pemeriksa
dengan OP. Hal ini munujukan terdapat perpanjangan bunyi pada telinga
kanan. Maka, OP dapat dinyatakan terdapat schwabach memanjang dan
terdapat gangguan pendengaran pada telinga kanan.
PEMERIKSAAN AUDIOMETRI
Persiapan Pasien
1. Pemeriksaan telinga.Inspeksi visual daun telinga dan liang telinga harus dilakukan untuk menyingkirkan adanya infeksi aktif atau kemungkinan kolaps liang telinga pada akibat pemasangan earphone. Pengukuran harus dimulai pada telinga yang lebih baik terlebih dahulu bila teridektifikasi. Apabila pasien menggunakan alat Bantu, pasien diminta untuk melepas alat Bantu dengar setelah instruksi dijelaskan.
2. Pasien sebaiknya didudukan untuk mendapatkan hasil tes yang valid dan nyaman.
• Menghindari pasien mendapatkan petunjuk visual terhadap pemeriksaan yang sedang dilakukan.
• Memudahkan observasi respon pasien terhadap stimulus bunyi.• Memungkinkan untuk mengawasi dan memberikan tanggapan
terhadap respon pasien.3. Instruksi, meliputi:
• Tujuan tes mengidentifikasi dan merespon suarta terlemah yang bisa didengar.
• Duduk diam, tidak berbicara, selama pemeriksaan.
Kelompok 5
Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra
• Tiap telinga akan diperiksa dengan berbagai frekuensi dan kekerasan bunyi.
• Pasien diminta untuk mengangkat jari sesuai sisi telinga yang mendengar, apabila merasa mendengar suara walaupun kecil dan menurunkannya apabila sudah tidak terdengar.
4. Interpretasi respons.Parameter utama yang digunakan audiologis untuk menentukan ambang dengar:
• Mengidentifikasi respon ’on’ dan ’off’ pada tiap respon pasien harus dapat membedakan awal (on) dan akhir (off) stimulus bunyi.
• Latensi respon menyatakan mendengar bervariasi sesuai stimulus yang diberikan.
• Jumlah respon yang salah respon salah dapat terjadi pada 2 kejadian: a. Kesalahan positif, apabila pasien memberi respon saat tidak ada stimulus dan b. Kesalahan negatif, apabila pasien tidak memberi respon pada saat audiologis memberikan stu=imulus yang diperkirakan dapat didengar pasien.
5. Memberikan tanda pada grafik audiometri.Lambang ambang hantaran udara kanan adalah O, warna merah
Lambang ambang hantaran udara kiri adalah X, warna biru
Lambang ambang hantaran udara kanan setelah masking adalah <, warna merah
Lambang ambang hantaran udara kiri setelah masking adalah >, warna biru
Pemeriksaan Ambang dengan Hantaran Udara
1. Headphone diletakan sesuai sisi telinga. Kanan merah, kiri biru.2. Dilakukan pengenalan stimulus suara pada pasien dengan memberi
stimulus frekuensi 1000 Hz 30dB. Didapatkan respon pemeriksaan dilanjutkan. Tidak didapatkan respon amplitudo diperbesar sampai didapatkan stimulus.
3. Stimulus diberikan selama 1-2 detik.4. Jeda antara stimulus diberikan bervariasi.5. Apabila pasien memberikan respon terhadap stimulus, amplitudo
diturunkan 10 dB. Apabila pasien tidak memberikan respon terhadap stimulus, amplitudo dinaikan 5 dB.
6. Stimulus diberikan berturut – turut pada frekuensi 1000 Hz, 2000 Hz, 3000Hz, 4000 Hz, 6000 Hz, dan 8000 Hz. Selanjutnya dilakukan tes
Kelompok 5
Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra
ulang pada frekuensi 100 Hz, dilanjutkan dengant es pada 500 Hz dan 250 Hz.
Hasil Pemeriksaan
Kanan
• 1000 Hz30 dB +, 20 dB -, 25 dB +, 15 dB-
• 2000 Hz30 dB +, 20 dB -, 25 dB +, 15 dB-
• 3000 Hz30 dB +, 20 dB -, 25 dB +, 15 dB-
• 4000 Hz30 dB +, 20 dB +, 10 dB -, 15 dB+, 5 dB-
• 6000 Hz30 dB -, 35 dB -, 40 dB +
• 500 Hz30 dB +, 20 dB -, 25 dB +, 15 dB –
Kiri
• 1000 Hz30 dB +, 20 dB -, 25 dB -
• 2000 Hz30 dB +, 20 dB -, 25 dB +, 15 dB-
• 3000 Hz30 dB -, 35 dB +, 25 dB -
• 4000 Hz30 dB +, 20 dB -, 25 dB -
• 6000 Hz30 dB -, 35 dB -, 40 dB -, 45 dB -, 50 dB -, 55 dB -, 60 dB -, 65 dB -, 70 dB +
• 500 Hz
Kelompok 5
Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra
30 dB -, 35 dB -, 40 dB -, 45 dB +
3. SIKAP DAN KESEIMBANGAN
Kelompok 5
Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra
Tujuan
• Tujuan Instruksional Umum
1. Memahami peran mata dalam pengaturan sikap dan keseimbangan
tubuh
2. Memahami peran alat vestibuler dalam pengaturan sikap dan
keseimbangan tubuh
• Tujuan Perilaku Khusus
1. Menjelaskan peran mata dan kedudukan kepala dalam
mempertahankan sikap dan keseimbangan tubuh
2. Mendemontrasikan peran mata dan kedudukan kepala dalam
mempertahankan sikap dan keseimbangan tubuh
3. Menjelaskan pengaruh percepatan sudut pada sikap dan
keseimbangan tubuh
4. Mendemontrasikan pengaruh aliran endolimf pada Krista ampularis
dengan menggunakan model kanalis semisirkularis
5. Mendemontrasikan pengaruh percepatan sudut pada sikap dan
keseimbangan tubuh dengan menggunakan kursi Barrany
Alat yang digunakan
1. Model-model kanalis semirirkularis
2. Tongkat atau statif yang panjang
3. Kursi Barany
SIKAP DAN KESEIMBANGAN
DASAR TEORI
Kelompok 5
Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra
Kanalis Semisirkularis Terdapat 3 buah kanalis semisirkularis : superior,
posterior dan horizontal yang membentuk sudut 90° satu sama lain. Masing-
masing kanal membentuk 2/3 lingkaran, berdiameter antara 0,8 – 1,0 mm dan
membesar hampir dua kali lipat pada bagian ampula. Pada vestibulum
terdapat 5 muara kanalis semisirkularis dimana kanalis superior dan posterior
bersatu membentuk krus kommune sebelum memasuki vestibulum.
Observasi berdiri dan melangkah sangat membantu dalam membedakan
antara serebelar, vestibular dan ataksia sensorius. Pada beberapa pasien
ataksia, berdiri dan melangkah dengan dasar melebar dan tidak stabil, sering
dihubungkan dengan pergerakan terhuyung-huyung atau tiba-tiba.
Berdiri. Pasien ataksia yang diminta berdiri dengan kedua kaki bersamaan
dapat memperlihatkan keengganan atau ketidak mampuan untuk
melakukannya. Dengan desakan persisten, pasien secara berangsur-angsur
bergerak dengan kaki saling medekat tapi akan meninggalkan ruang antar
keduanya. Pasien dengan ataksia sensorik dan beberapa dengan ataksia
vesetibular, meskipun pada akhirnya mampu untuk berdiri dengan kedua
kakinya, kompensasi terhadap kehilangan satu sumber input sensorius
(proprioceptif atau labyrintin) dengan yang mekanisme lain (yaitu visual).
Kompensasi ini diperlihatkan pada saat pasien menutup mata, mengeliminasi
isyarat visual. Dengan gangguan sensorius atau vestibular, keadaan tidak
stabil meningkat dan dapat mengakibatkan pasien jatuh (tanda Romberg).
Dengan lesi vestibular, kecenderungan untuk jatuh kesisi lesi. Pasien dengan
ataksi serebelar tidak mampu mengadakan kompensasi terhadap defisit
dengan menggunakan input visual dan ketidak mampuan pada tungkai
mereka apakah pada saat mata tertutup ataupun terbuka.
Melangkah. Langkah terlihat dalam ataksia serebelar dengan dasar-luas,
sering dengan keadaan terhuyung-huyung dan dapat diduga sedang mabuk.
Osilasi kepala dan trunkus (titubasi) dapat juga ada. Jika lesi hemisfer
serebelar unilateral yang bertanggung jawab, maka kecenderungan yang
terjadi adalah deviasi kearah sisi lesi saat pasien mencoba untuk berjalan
Kelompok 5
Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra
pada garis lurus atau lingkaran atau berbaris pada tempat dengan mata
tertutup. Langkah tandem (tumit ke jari kaki).
Pada ataksia sensorius langkah juga dengan dasar-lebar dan langkah
tandem rendah. Sebagai tambahan, saat berjalan khas dikarakteristik oleh
mengangkat kaki tinggi dari tanah dan membanting kebawah dengan kuat
(steppage gait) karena kerusakan proprioceptif. Stabilitas dapat diperbaiki
secara dramatikal dengan membiarkan pasien menggunakan tongkat atau
sedikit mengistirahatkan tangan pada lengan pemeriksa untuk sokongan. Jika
pasien dapat berjalan dalam gelap atau dengan mata tertutup, gait lebih
banyak lagi dipengaruhi.
Gait ataksia dapat juga menjadi manifestasi dari gangguan konversi
(gangguan konversi dengan gejala motorik atau difisit) atau malinggering.
Membedakannya sangat sulit, isolasi gait ataksia tanpa ataksia dari tungkai
pasien dapat dihasilkan oleh penyakit yang mempengaruhi vermis serebelar
superior. Observasi yang sangat membantu dalam mengidentifikasi fakta gait
ataksia yang dapat menyebabkan ketidak stabilan pada pasien dengan
langkah terhuyung-huyung, dapat mengalami perbaikan dalam kemampuan
mereka tanpa jatuh. Perbaikan keseimbangan dari posisi yang tidak stabil,
membutuhkan fungsi keseimbangan yang sempurna.
ALAT YANG DIGUNAKAN
1. Model-model kanalis semisirkularis
2. Tongkat atau statif yang panjang
3. Kursi barany
TATA KERJA
I. Model Kanalis Semisirkularis
a. Pengaruh berbagai kedudukan kepala terhadap posisi setiap kanalis
semisirkularis
Kelompok 5
Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra
b. Pengaruh pemutara terhadap aliran endolimfe dan perubahan posisi
krista ampularis
II. Percobaan Sederhana Untuk Kanalis Semisirkularis
1. Suruhlah OP, dengan mata tertutup dan kepala ditundukan 30,
berputar sambil berpegangan pada tongkat atau statif, menurut
arah jarum jam sebanyak 10 kali dalam 30 detik
2. Suruhlah OP berhenti, kemudian membuka matanya dan berjalan
lurus ke depan.
3. Perhatikan apa yang terjadi.
4. Ulangi percobaan nomor 1-3 dengan berputar menurut arah yang
berlawanan dengan jarum jam.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perlakuan HasilBerputar searah jarum jam Terjadi devisiasi kearah kanan
Berputar berlawanan arah jarum jam Terjadi devisiasi kearah kiri
P-SK.1. Apa maksud tindakan penundukan kepala OP 300 ke depan?
Jawab: Kanalis semisirkularis punya posisi anatomis terangkat 30, kalau
seseorang menunduk dengan sudut 30 maka posisi kanalis
semisirkuaris lateral dibidang horizontal.
P-SK.2. a. Apa yang saudara harapkan terjadi pada OP ketika berjalan
lurus ke depan setelah berputar 10 kali searah dengan jarum jam?
Jawab: OP berjalan tidak lurus ke depan tetapi mengarah ke kanan jika
berputar kearah jarum jam dan ke kiri jika berputar berlawanan
arah jarum jam.
Kelompok 5
Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra
b. Bagaimana keterangannya?
Jawab: Karena endolimf bergerak lebih lambat namun bersifat
menyusul jadi ketika terdapat penghentian putaran, endolimf
masih cenderung mengikuti perputaran tersebut.
KESIMPULAN
Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan orientasi
tubuh dan bagian- bagiannya dalam hubungannyag dengan ruang internal.
Keseimbangan tergantung pada continous visual, labirintin, dan input
somatosensorius (proprioceptif) dan integrasinya dalam batang otak dan
serebelum. Kesulitan berjalan lurus biasa dialami, hal ini dikarenakan cairan
endolimph dan perilimph terganggu atau bergejolak. Dan pada saat percobaan
kedua tidak terlalu kesulitan berjalan, karena cairan endolimph dan perilimph-
nya normal kembali. Jika di putar kedua lebih pusing, maka cairan endolimp
dan perilimph baru bekerja.
DASAR TEORI
FISIOLOGI KESEIMBANGAN
Telinga sebagai organ pengatur keseimbangan
Telinga terdiri dari tiga bagian: telinga luar, telinga tengah, dan telinga
dalam.Bagian luar dan tengah telinga menyalurkan gelombang suara dari
udara ketelinga dalam yang berisi cairan, untuk memperkuat energi suara
dalam proses tersebut.Telinga dalam berisi dua sistem sensorik yang berbeda:
koklea, yang mengandung reseptor – reseptor untuk mengubah gelombang
suara menjadi impuls – impuls saraf, sehingga kita dapat mendengar; dan
aparatus vestibularis, yang penting untuk sensasi keseimbangan.
Kelompok 5
Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra
Telinga Dalam
Selain perannya dalam pendengaran yang bergantung pada koklea,
telinga dalam memiliki komponen khusus lain, yaitu aparatus
vestibularis,yang memberikan informasi yang penting untuk sensasi
keseimbangan dan untuk koordinasi gerakan – gerakan kepala dengan
gerakan – gerakan mata dan postur tubuh. Aparatus vestibularis terdiri dari
dua set struktur yang terletak di dalam tulang temporalis di dekat koklea-
kanalis semisirkularis dan organ otolit, yaitu utrikulus dan sarkulus.
Apartus vestibularis mendeteksi perubahan posisi dan gerakan
kepala.seperti di koklea, semua komponen aparatus vestibularis mengandung
endolimfe dan dikelilingi oleh perilimfe. Juga, serupa dengan organ korti,
komponen vestibuler masing – masing mengandung sel rambut yang
berespon terhadap perubahan bentuk mekanis yang dicetuskan oleh gerakan
– gerakan spesifik endolimfe. Seperti sel – sel rambut auditorius,reseptor
vestibularis juga dapat mengalami depolarisasi atau hiperpolarisasi,
tergantung pada arah gerakan cairan. Namun tidak seperti sistem
pendengaran sebagian besar informasi yang dihasilkan oleh sistem
vestibularis tidak mencapai tingakat kesadaran.
Kanalis semisirkularis mendeteksi akselerasi atau deselerasi anguler
atau rotasional kepala, misalnya ketika memulai atau berhenti berputar,
Kelompok 5
Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra
berjungkir balik, atau memutar kepala. Tiap – tiap telinga memiliki 3 kanalis
semisirkularis yang secara tiga dimensi tersusun dalam bidang –bidang yang
tegak lurus satu sama lain. Sel- sel rambut reseptif di setiap kanalis
semisirkularis terletak diatas suatu bubungan ( ridge ) yang terletak di
ampula, suatu pembesaran dipangkal kanalis. Rambut – rambut terbenam
dalam suatu lapisan gelatinosa seperti topi diatasnya yaitu kupula yang
menonjol kedalam endolimfe di dalam ampula. Kupula bergoyang sesuai arah
gerakan cairan seperti gangang laut yang mengikuti arah gelombang air.
Akselerasi ( percepatan ) atau deselerasi ( perlambatan) selama rotasi
kepala ke segala arah menyebabkan pergerakan endolimfe, paling tidak
disalah satu kanalis semisirkularis karena susanan tiga dimensi kanalis
Kelompok 5
Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra
tersebut. Ketika kepala mulai bergerak saluran tulang dan bubungan sel
rambut yang terbenam dalam kupula bergerak mengikuti gerakan
kepala.namun cairan didalam kanalis yang tidak melekat ke tengkorak mula –
mula tidak ikut bergerak sesuai arah rotasi, tetapi tertinggal di belakang
karena adanya inersia ( kelembaman ). ( karena inersia, benda yang diam
akan tetap diam, dan benda yang bergerak akan tetap bergerak,kecuali jika
ada suatu gaya luar yang bekerja padanya dan menyebabkan perubahan.)
ketika endolimfe tertinggal saat kepala mulai berputar, endolimfe yang
terletak sebidang dengan gerakan kepala pada dasarnya bergeser dengan
arah yang berlawanan dengan arah gerakan kepala ( serupa dengan tubuh
anda yang miring ke kanan sewaktu mobil yang anda tumpangi berbelok ke
kiri ). Gerakan cairan ini menyebabkan kupula condong kearah yang
berlawanan dengan arah gerakan kepala, membengkokan rambut – rambut
sensorik yang terbenam di bawahnya. Apabila gerakan kepala berlanjut dalam
arah dan gerakan yang sama, endolimfe akan menyusul dan bergerak
bersama kepala, sehingga rambut – rambut kembali ke posisi tegak mereka.
Ketika kepala melambat dan berhenti, keadaan yang sebaliknya terjadi.
Endolimfe secara singkat melanjutkan diri bergerak searah dengan rotasi
kepala, sementara kepala melambat untuk berhenti. Akibatnya kupula dan
rambut- rambutnya secara sementara membengkok sesuai dengan arah rotasi
semula, yaitu berlawana dengan arah mereka membengkok ketika akselerasi.
Pada saat endolimfe secara bertahap berhenti, rambut – rambut kembali
tegak. Dengan demikian, kanalis semisirkularis mendeteksi perubahan
kecepatan gerakan rotasi kepala. Kanalis tidak berespon jika kepala tidak
bergerak atau ketika bergerak secara sirkuler dengan kecepatan tetap.
Rambut – rambut pada sel rambut vestibularis terdiri dari 20 -50
stereosilia yaitu mikrofilus yang diperkuat oleh aktin dan satu silium,
kinosilium. Setiap sel rambut berorientasi sedemikian rupa, sehingga sel
tersebut mengalami depolarisasi ketika stereosilianya membengkok kearah
kinosilium; pembengkokan kearah yang berlawanan menyebabkan
Kelompok 5
Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra
hiperpolarisasi sel.sel – sel rambut membentuk sinaps zat perantara kimiawi
dengan ujung – ujung terminal neuron aferen yang akson – aksonnya menyatu
dengan akson struktur vestibularis lain untuk membentuk saraf
vestibularis.saraf ini bersatu dengan saraf auditorius dari koklea untuk
membentuk saraf vestibulo koklearis. Depolarisasi sel rambut meningkatkan
kecepatan pembentukan potensial aksi diserat – serat aferen; sebaliknya,
ketika sel – sel rambut mengalami hiperpolarisasi, frekuensi potensial aksi
diserat aferen menurun.
Sementar kanalis semisirkularis memberikan informasi mengenai
perubahan rotasional gerakan kepala kepada ssp, organ otolit memberikan
informasi mengenai posisi kepala relatif terhadap gravitasi dan mendeteksi
perubahan dalam kecepatan gerakan liniear ( bergerak dalam garis lurus
tanpa memandang arah ). Utrikulus dan sarkulus adalah struktur seperti
kantung yang terletak di dalam rongga tulang yang terdapat diantara kanalis
semisirkularis dan koklea. Rambut – rambut pada sel – sel rambut reseptif di
organ – organ ini juga menonjol kedalam suatu lembar gelatinosa diatasnya,
yang gerakannya menyebabkan perubahan posisi rambut serta menimbulkan
perubahan potensial di sel rambut. Terdapat banyak kristal halus kalsium
karbonat – otolit ( batu telinga ) – yang terbenam dalam lapisan gelatinosa,
sehingga lapisan tersebut lebih berat dan lebih lembam ( inert ) daripada
cairan di sekitarnya. Ketika seseorang berada dalam posisi tegak, rambut-
rambut di dalam utikulus berorientasi secara vertikal dan rambut- rambut
sarkulus berjajar secara horizontal.
Marilah kita lihat utrikulus sebagai suatu contoh. Masa gelatinosa yang
mengandung otolit berubah posisi dan membengkokan rambut – rambut
dalam dua cara :
1. Ketika kepala digerakkan ke segala arah selain vertikal (yaitu selain tegak
dan menunduk ), rambut –rambut membengkok sesuai dengan arah
gerakan kepala karena gaya gravitasi yang mendesak bagian atas lapisan
Kelompok 5
Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra
gelatinosa yang berat. Di dalam utrikulus tiap – tiap telinga, sebagian
berkas sel rambut diorientasikan untuk mengalami depolarisasi dan
sebagian lagi mengalami hiperpolarisasi ketika kepala berada dalam segala
posisi selain tegak lurus. Dengan demikian ssp menerima pola – pola
aktivitas saraf yang berlainan tergantung pada posisi kepala dalam
kaitannya dengan gravitasi )
2. Rambut – rambut utrikulus juga berubah posisi akibat setiap perubahan
dalam gerakan linier horizontal ( misalnya bergerak lurus kedepan,
kebelakang, atau kesamping ). Ketika seseorang mulai berjalan kedepan,
bagian atas membran otolit yang berat mula – mula tertinggal di belakang
endolimfe dan sel – sel rambut karena inersianya yang lebih besar. Dengan
demikian rambut – rambut menekuk kebelakang, dalam arah yang
berlawanan dengan arah gerakan kepala yang kedepan. Jika kecepatan
berjalan di pertahankan lapisan gelatinosa segera “menyusul” dan
bergerak dengan kecepatan yang sama dengan kepala sehingga rambut –
rambut tidak lagi menekuk. Ketika orang tersebut berhenti berjalan, lapisan
otolit secara singkat terus bergerak kedepan ketika kepala melambat dan
berhenti, membengkokan rambut –rambut kearah depan. Denga demikian
sel – sel rambut utrikulus mendeteksi akselerasi atau deselerasi linier
horizontal, tetapi tidak memberikan informasi mengenai gerakan lurus
yang berjalan konstan.
Sarkulus mempunyai fungsi serupa denga utrikulus, kecuali bahwa ia
berespon secara selektif terhadap kemiringan kepala menjauhi posisi
horizontal ( misalnya bangun dari tempat tidur ) dan terhadap akselerasi atau
deselerasi liner vertikal ( misalnya meloncat – loncat atau berada dalam
elevator ).
Sinyal – sinyal yang berasal dari berbagai komponen apartus vestibularis
dibawa melalui saraf vestibulokoklearis ke nukleus vestibularis, satu kelompok
badan sel saraf di batang otak, dan ke sereberum.di sini informasi vestibuler
Kelompok 5
Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra
diintegrasikan dengan masukan dari permukaan kulit, mata, sendi, dan otot,
untuk : ( 1 ) mempertahankan keseimbangan dan postur yang diinginkan; (2)
mengontrol otot mata eksternal, sehingga mata tetap terfikasasi ke titik yang
sama walaupun kepala bergerak; dan ( 3 ) mempersepsikan gerakan dan
orientasi.
Beberapa individu, karena alasan yang tidak di ketahui sangat pekak
terhadap gerakan – gerakan tertentu yang mengaktifkan aparatus vestibularis
dan menyebabkan gejala pusing ( dizziness ) dan mual; kepekaan ini disebut
mabuk perjalan ( motion sickness ). Kadang – kadang ketidak seimbangan
cairan di telinga dalam menyebabkan penyakit menier. Tidaklah
mengherankan,karena baik aparatus vestibularis maupun koklea mengandug
cairan telinga dalam yang sama, timbul gejala keseimbangan dan
pendengaran. Penderita mengalami serangan sementara vertigo ( pusing 7
keliling ) yang hebat disertai suara berdenging di telinga dan gangguan
pendengaran. Selama serangan itu, penderita tidak dapat berdiri tegak dan
melaporkan perasaan bahawa dirinya atau benda – benda di sekelilingnya
terasa berputar.
Serebellum,yang melekat kebelakang bagian atas batang otak,terletak di
bawah lobus oksipitalis korteks. Serebelum terdiri dari tiga bagian yang scara
fungsional berbeda. Bagian bagian ini memiliki rangkaian masukan dan
keluaran dan, dengan demikian memiliki fungsi yang berbeda beda :
1. Vestibuloserebellum penting untuk untunk
mempertahankankeseimbangan dan mengontrol gerak mata.
2. Spinoserebelum mengatur tonus oto dan gerakan volunter yang
terampil dan terkoordinasi.
3. Serebroserebelum berperan dalam perencanaan dan inisiasi aktifitas
volunter dengan memberikan masukan ke daerah daerah motorik
Kelompok 5
Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra
korteks. Bagian ini juga merupakan daerah serebelum yang terlibat
dalam ingatan prosedural.
Berbagai gejala yang menandai penyakit serebelum semuanya dapat
dikaitkan dengan hilangnya fungsi fungsi tersebut, antara lain adalah
gangguan keseimbangan, nistagmus, penurunan tonus otot tetapi tanpa
paralisis.
Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dan
kestabilan postur oleh aktivitas motorik tidak dapat dipisahkan dari faktor
lingkungan dan sistem regulasi yang berperan dalam pembentukan
keseimbangan. Tujuan dari tubuh mempertahankan keseimbangan adalah :
menyanggah tubuh melawan gravitasi dan faktor eksternal lain, untuk
mempertahankan pusat massa tubuh agar seimbang dengan bidang tumpu,
serta menstabilisasi bagian tubuh ketika bagian tubuh lain bergerak.
Komponen-komponen pengontrol keseimbangan adalah :
Sistem informasi sensoris
Sistem informasi sensoris meliputi visual, vestibular, dan somatosensoris.
a. Visual
Visual memegang peran penting dalam sistem sensoris. Cratty & Martin
(1969) menyatakan bahwa keseimbangan akan terus berkembang sesuai
umur, mata akan membantu agar tetap fokus pada titik utama untuk
mempertahankan keseimbangan, dan sebagai monitor tubuh selama
melakukan gerak statik atau dinamik. Penglihatan juga merupakan sumber
utama informasi tentang lingkungan dan tempat kita berada, penglihatan
memegang peran penting untuk mengidentifikasi dan mengatur jarak
Kelompok 5
Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra
gerak sesuai lingkungan tempat kita berada. Penglihatan muncul ketika
mata menerima sinar yang berasal dari obyek sesuai jarak pandang.
Dengan informasi visual, maka tubuh dapat menyesuaikan atau
bereaksi terhadap perubahan bidang pada lingkungan aktivitas sehingga
memberikan kerja otot yang sinergis untuk mempertahankan
keseimbangan tubuh.
b. Sistem vestibular
Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang berfungsi penting
dalam keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak bola mata. Reseptor
sensoris vestibular berada di dalam telinga. Reseptor pada sistem
vestibular meliputi kanalis semisirkularis, utrikulus, serta sakulus. Reseptor
dari sistem sensoris ini disebut dengan sistem labyrinthine. Sistem
labyrinthine mendeteksi perubahan posisi kepala dan percepatan
perubahan sudut. Melalui refleks vestibulo-occular, mereka mengontrol
gerak mata, terutama ketika melihat obyek yang bergerak. Mereka
meneruskan pesan melalui saraf kranialis VIII ke nukleus vestibular yang
berlokasi di batang otak. Beberapa stimulus tidak menuju nukleus
vestibular tetapi ke serebelum, formatio retikularis, thalamus dan korteks
serebri.
Nukleus vestibular menerima masukan (input) dari reseptor labyrinth,
retikular formasi, dan serebelum. Keluaran (output) dari nukleus vestibular
menuju ke motor neuron melalui medula spinalis, terutama ke motor
neuron yang menginervasi otot-otot proksimal, kumparan otot pada leher
dan otot-otot punggung (otot-otot postural). Sistem vestibular bereaksi
sangat cepat sehingga membantu mempertahankan keseimbangan tubuh
dengan mengontrol otot-otot postural.
c. Somatosensoris
Kelompok 5
Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra
Sistem somatosensoris terdiri dari taktil atau proprioseptif serta
persepsi-kognitif. Informasi propriosepsi disalurkan ke otak melalui
kolumna dorsalis medula spinalis. Sebagian besar masukan (input)
proprioseptif menuju serebelum, tetapi ada pula yang menuju ke korteks
serebri melalui lemniskus medialis dan talamus.
Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam ruang sebagian
bergantung pada impuls yang datang dari alat indra dalam dan sekitar
sendi. Alat indra tersebut adalah ujung-ujung saraf yang beradaptasi
lambat di sinovia dan ligamentum. Impuls dari alat indra ini dari reseptor
raba di kulit dan jaringan lain , serta otot di proses di korteks menjadi
kesadaran akan posisi tubuh dalam ruang.
Pada posisi berdiri seimbang, susunan saraf pusat berfungsi untuk
menjaga pusat massa tubuh (center of body mass) dalam keadaan stabil
dengan batas bidang tumpu tidak berubah kecuali tubuh membentuk batas
bidang tumpu lain (misalnya : melangkah). Pengontrol keseimbangan pada
tubuh manusia terdiri dari tiga komponen penting, yaitu sistem informasi
sensorik (visual, vestibular dan somatosensoris), central processing dan
efektor.
Pada sistem informasi, visual berperan dalam contras sensitifity
(membedakan pola dan bayangan) dan membedakan jarak. Selain itu
masukan (input) visual berfungsi sebagai kontrol keseimbangan, pemberi
informasi, serta memprediksi datangnya gangguan. Bagian vestibular
berfungsi sebagai pemberi informasi gerakan dan posisi kepala ke susunan
saraf pusat untuk respon sikap dan memberi keputusan tentang perbedaan
gambaran visual dan gerak yang sebenarnya. Masukan (input) proprioseptor
pada sendi, tendon dan otot dari kulit di telapak kaki juga merupakan hal
penting untuk mengatur keseimbangan saat berdiri static maupun dinamik.
Kelompok 5
Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra
Central processing berfungsi untuk memetakan lokasi titik gravitasi,
menata respon sikap, serta mengorganisasikan respon dengan sensorimotor.
Selain itu, efektor berfungsi sebagai perangkat biomekanik untuk
merealisasikan renspon yang telah terprogram si pusat, yang terdiri dari unsur
lingkup gerak sendi, kekuatan otot, alignment sikap, serta stamina.
Postur adalah posisi atau sikap tubuh. Tubuh dapat membentuk banyak
postur yang memungkinkan tubuh dalam posisi yang nyaman selama
mungkin. Pada saat berdiri tegak, hanya terdapat gerakan kecil yang muncul
dari tubuh, yang biasa di sebut dengan ayunan tubuh. Luas dan arah ayunan
diukur dari permukaan tumpuan dengan menghitung gerakan yang menekan
di bawah telapak kaki, yang di sebut pusat tekanan (center of pressure-COP).
Jumlah ayunan tubuh ketika berdiri tegak di pengaruhi oleh faktor posisi kaki
dan lebar dari bidang tumpu.
TATA KERJA
III. Pengaruh kedudukan kepala dan mata yang normal terhadap
keseimbangan badan
1. Suruhlah orang percobaan (OP) berjalan mengikuti suatu garis lurus di
lantai dengan mata terbuka dan kepala serta badan dalam sikap yang
biasa. Perhatikan jalannya dan tanyakan apakah ia mengalami kesulitan
dalam mengikuti garis lurus tersebut.
2. Ulangi percobaan nomor 1 dengan mata tertutup
3. Ulangi percobaan nomor 1 dan 2 dengan:
a. Kepala dimiringkan dengan kuat ke kiri
b. Kepala dimiringkan dengan kuat ke kanan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perlakuan Hasil
Kelompok 5
Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra
Jalan lurus ke depan Tidak terjadi deviasiJalan lurus ke depan dengan mata tertutup Tidak terjadi deviasi
Jalan lurus ke depan dengan kepala
dimiringkan dengan kuat ke kiri
Terjadi sedikit deviasi ke kiri
Jalan lurus ke depan dengan kepala
dimiringkan dengan kuat ke kiri serta mata
tertutup
Terjadi deviasi ke kiri
Jalan lurus ke depan dengan kepala
dimiringkan dengan kuat ke kanan
Terjadi sedikit deviasi ke
kananJalan lurus ke depan dengan kepala
dimiringkan dengan kuat ke kanan serta
mata tertutup
Terjadi deviasi ke kanan
P-SK.1. Bagaimana pengaruh sikap kepala dan mata terhadap keseimbangan
badan?
Jawab: ketika mata terbuka masukan informasi keseimbangan berasal
dari mata dan posisi kepala
KESIMPULAN
Informasi keseimbangan berasal dari visual, vestibular, dan
somatosensori. Dimana 50% yang paling berpengaruh pada keseimbangan
adalah vestibular. Kompensasi ketika terjadi pengeliminasian dari isyarat
visual (OP memejamkan mata) dan kepala dimiringkan dengan kuat ke satu
bagian (kanan/kiri) dalam mempertahankan keseimbangan adalah terjadinya
kecenderungan adanya deviasi kearah sisi dimana OP memiringkan
kepalanya.
Pada saat O.P. dengan mata terbuka berjalan lurus kemudian mata
ditutup, arah berjalan akan sama, yaitu lurus. Pada saat kepala dimiringkan
dan berjalan pada keadaan mata terbuka, O.P. masih dapat berjalan lurus.
Namun, pada saat kepala dimiringkan dan O.P. berjalan pada mata dengan
keadaan tertutup, O.P. akan berjalan miring yang sama dengan arah miring
kepala.
Kelompok 5
Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra
Hal tersebut dikarenakan proses keseimbangan dalam berjalan juga
dipengaruhi oleh visualisasi atau pengelihatan. Mata akan membantu agar
tetap fokus pada titik utama untuk mempertahankan keseimbangan, dan
sebagai monitor tubuh selama melakukan gerak statik atau dinamik.
PERCOBAAN DENGAN KURSI BARANY
I. NISTAGMUS
A.NISTAGMUS
1.perintahkan pasien duduk tegak dikursi barany dengan kedua tangannya
memegang erat lengan kursi
2.perintah OP memejamkan kedua matanya dan menundukkan kepala 30
derajat ke depan
3.putar kursi kekanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur tanpa sentakan
4.hentikan pemutaran kursi secara tiba-tiba
5.perhatikan OP untuk membuka mata dan melihat jauh ke depan
6.perhatikan adanya nistagmus. Tetapkan arah komponen lambat dan
komponen cepat nistagmus tersebut!
P-SK 4. Apa yang dimaksud nistagmus pemutaran dan nistagmus pasca
pemutaran?
B.TES PENYIMPANGAN PENUNJUKAN (PAST POINTING TEST OF
BARANY)
1.perhatikan OP duduk tegak dikursi barany dan memejamkan kedua
matanya
2.pemeriksa berdiri tepat didepan kursi barany sambil mengulurkan tangan
kirinya kearah OP
Kelompok 5
Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra
3.perintahkan OP meluruskan lengan kanannya kedepan sehingga dapat
menyentuh jari tangan pemeriksa yang telah diulurkan sebelumnya
4.perintahkan OP mengangkat lengan kanannya keatas dan kemudian
dengan cepat menurunkannya kembali sehingga menyentuh jari
pemeriksa lagi
Tindakan #1 s/d #4 merupakan persiapan untuk test yang sesungguhnya,
sebagai berikut:
5.perintah OP dengan kedua tangannya memgang erat lengan kursi. OP
menuundukkan kepala 30 derajat kedepan.
6.putar kursi kekanan 10 dalam 20 detik secara teratur tanpa sentakan
7.segera setelah pemutaran, kursi dihetnikan secara tiba-tiba, dan suruh OP
menegakkan kepalanya dan melakukan tes penyimpangan penunjukan
seperti telah disebutkan diatas (langkah #1 sampai #4)
8.perhatikan apakah terjadi penyimpangan penunjukan oleh OP. bila terjadi
penyimpangan, tetapkanlah arah penyimpangannya. Teruskan tes
tersebut samapi OP tidak lagi salah menyentuh jari tangan pemeriksa
P-SK.5. Bagaiman keterangan terjadinya penyimpangan penunjukan?
C.TES JATUH
1.perintahkan OP duduk dikursi Barany dengan kedua tangannya memegan
erat lengan kursi
Kelompok 5
Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra
Tutuplah kedua matanya dengan saputangan dan tundukkan kepala dan
bungkukkan bandannya kedepan sehingga membentuk sudut 120 derajat .
P.SK.6. apakah maksud penundukan kepala OP 120 derajat dari posisi
tegak?
2.putar kursi kekanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur dan tanpa
sentakan
3.segera setelah pemutaran kursi dihentikan dengan tiba-tiba. Suruh OP
menegakkan kembali kepala dan badannya.
4.perhatikan kemana ia akan terjatuh dan tanyakan kepada OP itu kemana
rasanya ia akan jatuh
5.ulangi tes jatuh ini, tiap kali pada OP lain dengan:
a.meringankan kepala kearah bahu kanan sehingga kepala miring 90
derajat terhadap posisi normal
b.menengadahkan kepala kebelakang sehingga mebuat sudut 60 derajat
terhadap posisi normal
P-SK.7. apakah maksud tindakan seperti tersebut pada langkah #5a dan
#5b? terangka!
6.hubungkan arah jatuh pada setiap percobaan dengan arah aliran
endolimfe pada kanalis semisirkularis yang terangsang.
D. KESAN (SENSASI)
Kelompok 5
Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra
1.guanakan OP yang lain
Perintahkan OP duduk dikursi Barany dan tutuplah kedua matanya dengan
saputangan
2.putar kursi tersebut kekanan dengan kecepatan yang berangsur-angsur
bertamah dan kemudian kurangi kecepatan putaranya secara berangsur-
angsur samapai berhenti.
3.tanyakan kepaeda OP arah perasaan berputar:
a. sewaktu kecepatan putar masih bertambah
b.sewaktu kecepatan putar menetap
c.sewaktu kecepatan putar dikurangi
d.segera setelah kursi dihentikan
4.berikan keternagan tentang mekanisme terjadinya arah perasaan
berputar yang dirasakan oleh OP
PEMBAHASAN
A.NISTAGMUS
Dasar Teori
A. Nistagmus
Nistagmus adalah gerak bola mata kian kemari yang terdiri dari dua
fase, yaitu fase lambat dan fase cepat. Fase lambat merupakan reaksi system
vestibuler terhadap rangsangan, sedangkan fase cepat reaksi kompensasinya.
Nistagmus merupakan parameter yang akurat untuk menentukan
aktivitas system vestibuler. Nistagmus dan vertigo adalah gejala yang berasal
dari satu sumber, meskipun nistagmus dan vertigo tidak selalu timbul
Kelompok 5
Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra
bersama. Dalam keadaan terlatih baik, vertigo bisa tidak dirasakan, meskipun
nistagmus ada. Pada kelainan vestibuler perifer, gejala vertigo dapat
dihiangkan dengan latihan yang baik.
Nistagmus juga diberi nama sesuai dengan arah komponen cepatnya,
sehingga ada yang dinamakan nistagmus horizontal, nistagmus vertical, dan
nistagmus rotatoar.
Nistagmus merupakan parameter penting dalam tes kalori. Ia dapat
menetukan normal tidaknya system vestibuler, dan dapat juga menduga
adanya kelainan vestibuler sentral. Nistagmus yang juga penting sebagai
pegangan dalam menentukan diagnosisi adalan dengan tes nistagmus posisi.
Gerakan nistagmus sebenarnya suatu refleks yang mempertahankan
fiksasi penglihatan di titik-titik yang diam sementara tubuh berputar,
walaupun gerakan ini tidak ditimbulkan oleh impuls penglihatan dan terjadi
pula pada orang buta. Gerakan bola mata involuntar ini dapat dianggap
sebagai gerakan kompensatorik bola mata terhadap impuls-impuls abnormal
dari pusat-pusat yang ikut mengatur gerakan konjugat melalui nuklei
vestibulares yakni retina, otot-otot okular, otot-otot leher dan alat-alat
keseimbangan berikut serebelum. Sewaktu rotasi dimulai, mata bergerak
lambat dalam arah berlawanan dengan arah rotasi, untuk mempertahankan
fiksasi penglihatan (refleks vestibulo-okular,VOR). Bila batas gerakan ini
tercapai, mata dengan cepat berputar kembali ke titik fiksasi baru lalu kembali
bergerak lambat ke arah lain. Komponen lambat dicetuskan oleh impuls dari
labirin; komponen cepat dicetuskan oleh pusat di batang otak.
Nistagmus sering bersifat horisontal ( yaitu mata bergerak dalam bidang
horisontal), tetapi nistagmus juga dapat vertikal, bila kepala dimiringkan ke
arah bahu selama rotasi, atau dapat berputar yaitu bila kepala menunduk.
Berdasarkan perjanjian, arah gerakan mata dalam nistagmus dinyatakan
sesuai dengan arah komponen cepat. Arah komponen cepat selama rotasi
sama dengan arah rotasi, tetapi nistagmus postrotatori yang terjadi akibat
Kelompok 5
Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra
pergerakan kupula sewaktu rotasi dihentikan memiliki arah berlawanan, ini
merupakan rangsangan adekuat yang fisiologis bagi nistagmus.
Fase kompensasi VOR disebut sebagai fase lambat nistagmus, dan fase
antikompensatori disebut fase cepat. Arah fase cepat digunakan sebagai label
arah nistagmus karena arah gerakan cepat mata lebih mudah dideteksi secara
klinik.
Ketika seseorang dengan mata tertutup dilakukan rotasi angular
(contoh: dengan kursi Barani), maka ia dapat menentukan secara akurat arah
rotasi pada saat awal pergerakan. Namun setelah periode rotasi mencapai
kecepatan konstan, maka ia akan berkata bahwa ia berhenti berputar, ini
merupakan adaptasi cepat reseptor di kanalis semisirkularis pada kecepatan
konstan. Selama periode percepatan di permulaan rotasi, orang tersebut
mengalami nistagmus searah rotasi, bola mata rupanya berusaha memfiksasi
pada beberapa target. Ketika sensasi rotasi memudar pada kecepatan
konstan, nistagmus juga menghilang.
Jika kursi secara tiba-tiba dihentikan, maka orang tersebut akan
merasakan sensasi rotasi berlawanan arah dengan yang dialami sebelumnya
dan akan memudar seiring waktu. Juga terjadi nistagmus postrotatori yang
berlawanan arah dengan rotasi sebelumnya. Secara klinis, nistagmus pada
saat istirahat dijumpai pada pasien dengan lesi di batang otak.
Nistagmus mencakup:
1. Nistagmusfisiologik (yang dijumpaipadaorangsehat) danterdiridari :
• Nistagmusvoluntar horizontal
ritmikataupendulardapatdibangkitkandengansengajaolehorang-
orang yang tidakmempunyaikelainanapapun. Sifat non-
patologiknyadicirikanolehsingkatnyanistagmus yang
berlangsunghanya 1-2 detiksaja.
1. Nistagmusoptokinetik:
timbulbilasederetanobyekmelintasilapanganpenglihatan
Kelompok 5
Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra
(ketikaberjalandidalamkereta/mobil).
Komponenlambatnyamengikutiarahgerakansedangkankomponence
patnyabergerakkearahdarimanaobyekitudatang.
2. Nistagmus vestibular,dapatdibangkitkanpadasetiaporang yang
mempunyaisusunansarafutuh.
3. Nistagmus terminal:
tampakpadaposisilirikanmaksimaldimanakeduamataditetapkanpada
obyek yang beradadiluarbataspenglihatanbinokular.
2. Nistagmuspatologik yang dapatditimbulkanpadaorang-
orangdengankelainansusunansaraf
3. Nistagmus yang timbulspontanpadaorang-orang yang
mempunyaikelainandisusunansaraf, gangguanmekanismefiksasi visual
dangangguandibagianperifersusunan vestibular.
Hasil Dan Pembahasan
Pada praktikum ini dengan OP setelah dilakukan pemutaran kursi
Barany dengan mata tertutup dan kepala OP menunduk 300 ke depan (untuk
mendapatkan efek pemutaran maksimal terhadap kanalis semisirkularis
horizontal) dan diputar ke kanan sebanyak 10 kali kemudian kursi dihentikan,
nistagmus postrotatori yang terjadi akibat pergerakan kupula sewaktu rotasi
dihentikan memiliki arah berlawanan dengan arah rotasi, yaitu terjadi
nistagmus dengan komponen cepat ke arah kiri, dan komponen lambat ke
arah kanan. Hal tersebut disebabkan, Terjadi nistagmus ke arah kiri setelah
dilakukan pemutaran ke arah kanan (terjadi nistagmus ke sisi yang
berlawanan dari arah putaran) yang disebabkan gerakan cairan endolimfe
(bergerak ke arah kiri) dan mengakibatkan refleks mata ke arah kanan.
Kesimpulan
Pada OP nistagmus fisiologis dapat terjadi dengan pemutaran/rotasi
angular ke kanan yang menunjukkan nistagmus fase cepat ke kiri.
Kelompok 5
Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra
KURSI BARANY
Dasar Teori
Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan
kesetimbangan tubuh ketika di
tempatkan di berbagai posisi.
Definisi menurut O’Sullivan, keseimbangan adalah kemampuan untuk
mempertahankan pusat gravitasi pada bidang tumpu terutama ketika
saat posisi tegak. Selain itu menurut Ann Thomson, keseimbangan
adalah kemampuan untuk mempertahankan tubuh dalam posisi
kesetimbangan maupun dalam keadaan statik atau dinamik, serta
menggunakan aktivitas otot yang minimal.
Keseimbangan juga bisa diartikan sebagai kemampuan relatif untuk
mengontrol pusat massa tubuh (center of mass) atau pusat gravitasi
(center of gravity) terhadap bidang tumpu (base of support).
Keseimbangan melibatkan berbagai gerakan di setiap segmen tubuh
dengan di dukung oleh sistem muskuloskleletal dan bidang tumpu.
Kemampuan untuk menyeimbangkan massa tubuh dengan bidang tumpu
akan membuat manusia mampu untuk beraktivitas secara efektif dan
efisien.
Keseimbangan terbagi atas dua kelompok, yaitu keseimbangan statis :
kemampuan tubuh untuk menjaga kesetimbangan pada posisi tetap
(sewaktu berdiri dengan satu kaki, berdiri diatas papan keseimbangan);
keseimbangan dinamis adalah kemampuan untuk mempertahankan
kesetimbangan ketika bergerak.
Keseimbangan merupakan interaksi yang kompleks dari
integrasi/interaksi sistem sensorik (vestibular, visual, dan
Kelompok 5
Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra
somatosensorik termasuk proprioceptor) dan muskuloskeletal (otot,
sendi, dan jar lunak lain) yang dimodifikasi/diatur dalam otak (kontrol
motorik, sensorik, basal ganglia, cerebellum, area asosiasi) sebagai
respon terhadap perubahan kondisi internal dan eksternal. Dipengaruhi
juga oleh faktor lain seperti, usia, motivasi, kognisi, lingkungan,
kelelahan, pengaruh obat dan pengalaman terdahulu.
Fisiologi Keseimbangan
Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dan
kestabilan postur oleh aktivitas motorik tidak dapat dipisahkan dari
faktor lingkungan dan sistem regulasi yang berperan dalam
pembentukan keseimbangan. Tujuan dari tubuh mempertahankan
keseimbangan adalah : menyanggah tubuh melawan gravitasi dan faktor
eksternal lain, untuk mempertahankan pusat massa tubuh agar
seimbang dengan bidang tumpu, serta menstabilisasi bagian tubuh
ketika bagian tubuh lain bergerak.
Komponen-komponen pengontrol keseimbangan adalah :
Sistem informasi sensoris
Sistem informasi sensoris meliputi visual, vestibular, dan
somatosensoris.
a. Visual
Visual memegang peran penting dalam sistem sensoris. Cratty & Martin
(1969) menyatakan bahwa keseimbangan akan terus berkembang sesuai
umur, mata akan membantu agar tetap fokus pada titik utama untuk
mempertahankan keseimbangan, dan sebagai monitor tubuh selama
melakukan gerak statik atau dinamik. Penglihatan juga merupakan
sumber utama informasi tentang lingkungan dan tempat kita berada,
penglihatan memegang peran penting untuk mengidentifikasi dan
mengatur jarak gerak sesuai lingkungan tempat kita berada. Penglihatan
Kelompok 5
Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra
muncul ketika mata menerima sinar yang berasal dari obyek sesuai
jarak pandang.
Dengan informasi visual, maka tubuh dapat menyesuaikan atau bereaksi
terhadap perubahan bidang pada lingkungan aktivitas sehingga
memberikan kerja otot yang sinergis untuk mempertahankan
keseimbangan tubuh.
b. Sistem vestibular
Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang berfungsi penting
dalam keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak bola mata. Reseptor
sensoris vestibular berada di dalam telinga. Reseptor pada sistem
vestibular meliputi kanalis semisirkularis, utrikulus, serta sakulus.
Reseptor dari sistem sensoris ini disebut dengan sistem labyrinthine.
Sistem labyrinthine mendeteksi perubahan posisi kepala dan percepatan
perubahan sudut. Melalui refleks vestibulo-occular, mereka mengontrol
gerak mata, terutama ketika melihat obyek yang bergerak. Mereka
meneruskan pesan melalui saraf kranialis VIII ke nukleus vestibular yang
berlokasi di batang otak. Beberapa stimulus tidak menuju nukleus
vestibular tetapi ke serebelum, formatio retikularis, thalamus dan
korteks serebri.
Nukleus vestibular menerima masukan (input) dari reseptor labyrinth,
retikular formasi, dan serebelum. Keluaran (output) dari nukleus
vestibular menuju ke motor neuron melalui medula spinalis, terutama ke
motor neuron yang menginervasi otot-otot proksimal, kumparan otot
pada leher dan otot-otot punggung (otot-otot postural). Sistem
vestibular bereaksi sangat cepat sehingga membantu mempertahankan
keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-otot postural.
c. Somatosensoris
Kelompok 5
Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra
Sistem somatosensoris terdiri dari taktil atau proprioseptif serta
persepsi-kognitif. Informasi propriosepsi disalurkan ke otak melalui
kolumna dorsalis medula spinalis. Sebagian besar masukan (input)
proprioseptif menuju serebelum, tetapi ada pula yang menuju ke korteks
serebri melalui lemniskus medialis dan talamus.
Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam ruang sebagian
bergantung pada impuls yang datang dari alat indra dalam dan sekitar
sendi. Alat indra tersebut adalah ujung-ujung saraf yang beradaptasi
lambat di sinovia dan ligamentum. Impuls dari alat indra ini dari
reseptor raba di kulit dan jaringan lain , serta otot di proses di korteks
menjadi kesadaran akan posisi tubuh dalam ruang.
Respon otot-otot postural yang sinergis (Postural muscles response
synergies)
Respon otot-otot postural yang sinergis mengarah pada waktu dan jarak
dari aktivitas kelompok otot yang diperlukan untuk mempertahankan
keseimbangan dan kontrol postur. Beberapa kelompok otot baik pada
ekstremitas atas maupun bawah berfungsi mempertahankan postur saat
berdiri tegak serta mengatur keseimbangan tubuh dalam berbagai
gerakan. Keseimbangan pada tubuh dalam berbagai posisi hanya akan
dimungkinkan jika respon dari otot-otot postural bekerja secara sinergi
sebagai reaksi dari perubahan posisi, titik tumpu, gaya gravitasi, dan
aligment tubuh.
Kerja otot yang sinergi berarti bahwa adanya respon yang tepat
(kecepatan dan kekuatan) suatu otot terhadap otot yang lainnya dalam
melakukan fungsi gerak tertentu.
Kekuatan otot (Muscle Strength)
Kelompok 5
Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra
Kekuatan otot umumnya diperlukan dalam melakukan aktivitas. Semua
gerakan yang dihasilkan merupakan hasil dari adanya peningkatan
tegangan otot sebagai respon motorik.
Kekuatan otot dapat digambarkan sebagai kemampuan otot menahan
beban baik berupa beban eksternal (eksternal force) maupun beban
internal (internal force). Kekuatan otot sangat berhubungan dengan
sistem neuromuskuler yaitu seberapa besar kemampuan sistem saraf
mengaktifasi otot untuk melakukan kontraksi. Sehingga semakin banyak
serabut otot yang teraktifasi, maka semakin besar pula kekuatan yang
dihasilkan otot tersebut.
Kekuatan otot dari kaki, lutut serta pinggul harus adekuat untuk
mempertahankan.
B. Tes Penyimpangan Penunjukan
Saatkursibarany di berhentikan secara tiba-tiba, OP tidak mampu
mencapai tangan pemeriksa dengan tepat karena lengan OP lebih ke
arah kanan sehingga tidak menyentuh tangan kiri pemeriksa. Hal ini
terjadi karena sebelum OP diputar kearah kanan dengan kursi barany,
kepala OP ditundukan 300 kearah depan, sehingga duktus semisirkularis
yang paling berperan karena kedudukannya paling horizontal ialah
dukrus semisirkularis lateral (horizontal). Saat awal diputar kearah
kanan, cairan endolimfe bergerak kearah sebaliknya sehingga reseptor
kupula berbelok sesuai arah endolimfe yaitu ke kiri. Setelah keadaan
seimbang, cairan endolimfe bergerak sesuai denga gerakan putaran
yaitu kearah kanan. Saat diberhentikan secara tiba-tiba dan OP
langsung menegakkan kepala lalu membuka mata, cairan endolimfe
masih dalam keadaan berputar kearah kanan hingga kupula membelok
kearah kanan pula hal ini menyebabkan dunia seakan-akan bergerak
Kelompok 5
Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra
dari arah kiri-kekanan dan tubuh seakan-akan jatuh kesebelah kiri
sehingga OP mengadakan kompensasi jatuh kearah kanan agar tubuh
tidak jatuh kearah kiri. Hal ini terlihat saat OP menjulurkan tangan
kanannya kearah pemeriksa, tangan OP jatuh lebih kearah kanannya
sehingga OP tidak menyentuh tangan pemeriksa.
Kesimpulan
Pada OP terjadipenyimpanganpenunjukankearah kanan
sesuaidenganarahputarankursi
(samadengangerakendolimfeyangbergeraksesuaidenganarahputarankursi)
C. Tes Jatuh
P-SK 6. Apamaksudpenundukankepala OP 120 dariposisitegak?
Jawab :penundukankepalapadaOP
dengansudut120odariposisitegak agar
KanalisSemisirkularissejajardenganposisi horizontal
Ulangitesjatuhini, tiap kali pada OP lain dengan
a. Memiringkankepalakearahbahukanansehinga miring 90
terhadapposisi normal
KanalisSemisirkularis anterior sejajardenganbidang horizontal, OP
merasakansepertijatuhkebelakang
b. Memiringkankepalakearahbelakangsehingamembuatsudut 60
terhadapposisi normal
KanalisSemisirkularisposteriorsejajardenganbidang horizontal, OP
merasakansepertijatuhkesamping
D.Kesan (sensasi)
Tanyakankepada OP arahperasaanberputar
Kelompok 5
Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra
a. Sewaktukecepatanputarmasihbertambah OP
merasakandiputarkekiri
b. SewaktukecepatanputarmenetapOP merasadiputarkekiri
c. Sewaktukecepatanputardikurangimerasadiputarkekanan
d. Segerasetelahkursidihentikanmerasakandiputarkekanan
e.
Arahputarandipengaruhipergerakanendolimfedankupula
Kesimpulan:
Aparatus vestibularis terdiri dari kanalis semisirkularis dan organ
otolit (utrikulus dan
sakulus). Aparatus vestibularis mendeteksi perubahan posisi dan
gerakan kepala.
Kanalis semisirkularis mendeteksi akselarasi atau deselarasi
anguler atau rotasional kepala. Akselarasi atau deselarasi selama rotasi
kepala ke segala arah menyebabkan pergerakan endolimfe yang
awalnya tidak ikut bergerak sesuai arah rotasi kepala karena inersia.
Apabila gerakan kepala berlanjut dalam arah dan kecepatan yang sama,
endolimfe akan menyusul dan bergerak bersama dengan kepala
sehingga rambut-rambut kembali ke posisi tegak. Ketika kepala
berhenti, keadaan sebaliknya terjadi. Endolimfe secara singkat
melanjutkan diri bergerak searah dengan rotasi kepala sementara
kepala melambat unutk berhenti.
Ketika seseorang berada dalam posisi tegak, rambut-rambut pada
utrikulus berorientasi
secara vertikal dan rambut-rambut sakulus berjajar secara horizontal.
Kelompok 5
Laporan Praktikum Fisiologi Modul Indra
DAFTAR PUSTAKA
• Vander. Human Physiology:The Mechanism of Body Function. New York:
McGraw-Hill company, 2001.
• Ganong, William F. Review of Medical physiology. Ed22. The McGraw-Hill
Companies. 2005
• Anonymous. Gustatory Sense. Available from : www.medical-
look.com/human_anatomy . Accesed on May 25th 2009.
• Guyton AC and Hall JE .2006. Textbook of medical physiology. 11th ed.
Philadehelpia : Elsevier Saunders. pp. 841-842.
• Tortora, G. J. 1990. Principles of anatomy and physiology. 6th ed. New
York, Harper and Row Publisher. P.432
• Jacob,Tim. Taste (Gustation). Available from : www.cf.ac.uk . Accesed on
May 26th 2009.
• Neeya_koizora. 2009. Pemeriksaan Audiometri, Rinne, Weber test dan
Scwabach test.
• Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi II. Jakarta : EGC,
2001
Kelompok 5
top related