790_doc_2

Post on 25-Nov-2015

7 Views

Category:

Documents

1 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

lkkj

TRANSCRIPT

  • 1

    KODE JUDUL : X.47

    LAPORAN AKHIR

    INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA

    SISTEM PERTANIAN TERPADU TEBU-TERNAK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA DAN DAGING

    KEMENTERIAN PERTANIAN

    BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

    Peneliti/Perekayasa

    Ir. Moch. Romli Ir. Teger Basuki, MP

    Ir. Joko Hartono Dr. Ir. Sudjindro, MS

    Dr. Nurindah

    INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI

    2012

  • 2

    BAB I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Gula merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat dan akan

    terus meningkat kebutuhannya seiring dengan pertambahan penduduk dan

    perkembangan industri makanan dan minuman. Pada tahun 2014

    diperkirakan konsumsi gula mencapai 5,7 juta ton/tahun, sehingga

    dicanangkan gerakan intensifikasi dalam rangka swasembada gula dan

    daging. Begitu juga kebutuhan akan daging bertambah tahun juga meningkat.

    Limbah tebu yang berupa pucuk daun dan daun rogesan sangat digemari

    oleh ternak sapi. Salah satu strategi untuk memotivasi petani menanam tebu

    dikembangkan program integrasi tebu ternak. Limbah tanaman tebu pada

    on farm, yaitu daun pucuk dan daun rogesan belum dimanfaatkan secara

    optimal, terutama dalam sistem integrasi tebu-ternak. Penelitian ini bertujuan

    untuk mengidentifikasi peranan tebu sebagai sumber pakan alternatif dan

    peranan limbah ternak dalam sistem usahatani tebu, serta untuk

    memformulasi pakan ternak dengan bahan dasar daun rogesan.

    Pengembangan tebu rakyat diprioritaskan untuk mendukung

    swasembada gula 2014. Luas total areal tebu pada 2012 450.297 ha yang

    terdiri atas tebu rakyat 252.166 ha dan areal tebu swasta 198.131 ha

    (Muhammad, 2012). Rata-rata produktivitas tebu di Indonesia adalah 76,7

    ton/ha (Licht, 2009), dan limbah tanaman berupa pucuk tebu sebesar 30,8

    ton/ha. Limbah pucuk tebu tersebut berpotensi sebagai pakan ternak

    ruminansia. Dengan luas areal pengembangan saat ini, maka akan terdapat

    13.869.147,6 ton pucuk tebu yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan

    alternatif atau substitusi hijauan untuk ternak sapi. Adanya potensi pakan

    ternak yang cukup melimpah dan bermutu ini membuka peluang

    dikembangkannya ternak sapi di lingkungan perkebunan tebu. Dengan

    demikian, dapat dikembangkan konsep integrasi tebu-ternak yang dapat

  • 3

    memberikan keuntungan sinergis, yaitu yang diperoleh ternak dari

    pemanfaatan hasil samping tebu untuk pakan dan yang diperoleh tanaman

    dari limbah ternak berupa pupuk kandang. Tujuan dari penelitian ini adalah

    untuk mengidentifikasi peluang integrasi tebu-ternak pada beberapa kondisi

    agroekosistem di Jawa Timur untuk dapat dikembangkan sebagai model

    integrasi tebu dan ternak pada perkebunan tebu rakyat.

    Integrasi tanaman dan ternak berperan untuk dijadikan tenaga kerja

    untuk pengolahan tanah, memanfaatkan limbah kotoran untuk menjaga

    kesuburan lahan, sebagai tabungan dan menambah pendapatan, dan

    menjadikan lapangan pekerjaan pada saat petani menunggu panen. Seiring

    program akselerasi, kelayakan usahatani tebu masih harus terus dikaji guna

    meyakinkan petani bahwa usahatani tebu-ternak masih dapat diharapkan

    sebagai sumber pendapatan keluarga.

    Populasi ternak sapi dan kerbau di Indonesia mencapai 13,5 juta ekor

    (Departemen Pertanian, 2007) yang tersebar di Jawa, Bali, Nusa Tenggara,

    Sulawesi, sebagian Sumatera dan Kalimantan. Untuk daerah Nusa Tenggara,

    Sulawesi, Kalimantan dan Sumatera.

    Produksi daging dalam negeri pada tahun 2011 sebesar 2.468.220

    ton,sebagian besar berasal dari ternak unggas (66,56%) dan selebihnya

    berasal dari herbifora yang didominasi ternak rominansia (Direktorat Jenderal

    Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2011). Umumnya peternak

    memanfaatkan padang pangonan atau kawasan lain untuk mengembalakan

    ternak, dan hampir tidak ada inovasi untuk meningkatkan ketersediaan dan

    kualitas pakan, sehingga pada musim kemarau banyak ternak yang kurus

    bahkan mati karena kekurangan pakan. Pada musim kemarau terutama di

    daerah pengembangan tebu limbah daun tebu cukup melimpah, pada hal

    tanaman tebu menghasilkan daun pucuk yang jumlahnya melimpah terutama

    pada musim tebang, namun belum banyak dimanfaatkan oleh petani sebagai

    sumber pakan ternak. Kualitas hijaun/pakan ternak asal limbah pertanian nilai

    biologisnya sangat rendah, hal ini disebabkan karena tanaman pertanian

    umumnya dipanen pada saat hasil utamanya telah mencapai tingkat

    kematangan yang diinginkan.

    Di Jawa pemanfaatan daun pucuk tebu untuk pakan ternak sudah

    sangat umum, namun hanya pada musim tebang banyak limbah daun pucuk

  • 4

    tebu yang belum dimanfaatkan secara maksimal, sehingga pada waktu

    selesai panen di beberapa daerah kesulitan untuk mendapatkan pakan

    ternak, sehingga dengan merubah limbah tebu menjadi silase diharapkan

    dapat memecahkan masalah tersebut.

    Menurut Sarwar et al., (2006) menyatakan penambahan urea 4 % dan

    molase 4% pada proses fermentasi limbah gandum sampai umur 40 hari tidak

    mempengaruhi keasaman, berat kering dan menaikkan amonim nitrogen,

    sehingga kalau diberikan pada kerbau dapat menaikkan pertumbuhannya.

    Gradiz et al., (2007) Hasil penelitian di Jepang integrasi tebu dan ternak dapat

    menekan biaya pembelian pakan ternak dan biaya pemupukan.

    Menurut Kementerian Pertanian (2010) Kandungan bahan kering

    pucuk tebu umumnya kualitas nutrisi hasil ikutan industri gula tebu cukup

    rendah, oleh karena itu perlu mendapat perlakuan tertentu sebelum diberikan

    kepada ternak. Perlakuan dimaksud bertujuan untuk memperpanjang waktu

    simpan juga untuk meningkatkan kandungan nutrisi. Kandungan dari nutrisi

    daun pucuk daun pucuk tebu umumnya lebih rendah dari pada jerami padi

    maupun jagung, namun kandungan nutrisi lainnya seperti protein kasar lebih

    tinggi dan jumlah daun pucuk tebu setiap ha bisa mencapai 3,8 ton bahan

    kering.

    B. Pokok Permasalahan

    Integrasi tebu-ternak telah banyak dilakukan dalam sistem usahatani

    tebu seperti direkomendasikan oleh pemerintah. Walaupun demikian, pada

    kenyataannya pemanfaatan limbah tebu seperti pucuk tebu dan daun roges

    (daduk) untuk ternak maupun pemanfaatan limbah ternak untuk tanaman tebu

    masih belum dilakukan secara optimal. Hal ini diindikasikan dengan masih

    banyaknya limbah tebu yang hanya dibiarkan di lahan sebagai biomassa,

    terutama pada pertanaman tebu di Jawa Timur. Oleh karena itu diperlukan

    identifikasi pemanfaatan limbah tebu dan ternak dalam sistem integrasi tebu-

    ternak.

    Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa sistem pertanian terpadu petani

    tebu-ternak guna mendukung swasembada gula dan daging diperlukan

    keterpaduan antara pengembangan ternak dan usahatani tebu serta industri

    olahannya dengan mengoptimalkan pemanfaatan produk samping yang

  • 5

    dihasilkan. Daun pucuk tebu yang dihasilkan cukup banyak pada waktu panen

    yang relative singkat, untuk itu perlu teknologi pengawetan agar dapat

    bertahan dan ternak perlu pakan yang cukup untuk menanggulangi

    kekurangan pakan pada musim kemarau dapat diatasi, sehingga diharapkan

    mempunyai prospek yang sangat baik, karena ternak dapat diusahakan

    dengan biaya pakan yang sangat murah, tersedianya kotoran ternak untuk

    pupuk organik untuk menyuburkan lahan, dan tersedianya pakan ternak

    sepanjang tahun. Sebelum dilakukan pengujian akan timbul pertanyaan

    apakah sistem pertanian terpadu tebu-ternak mempunyai prospek yang

    sangat baik. Kandungan bahan kering pucuk tebu lebih rendah dari jerami

    padi namun nutrisi protein kasar lebih tinggi dari pada jerami padi maupun

    jagung. Peranan limbah daun tebu yang melimpah kalau dijadikan pakan

    ternak apakah mutunya akan lebih baik dan tersedianya pakan ternak

    sepanjang tahun dan mutu pakan ternak tidak menurun. Pertanyaan

    selanjutnya untuk mendapatkan pakan ternak yang bermutu tinggi berapa

    tekanan yang ideal pada proses pembuatan pakan ternak.

    Keterpaduan antara pengembangan ternak dan usahatani tebu serta

    industry olahannya dengan mengoptimalkan pemanfaatan produk samping

    yang dihasilkan. Daun pucuk tebu yang dihasilkan cukup banyak pada waktu

    panen yang relative singkat, untuk itu perlu teknologi pengawetan agar dapat

    bertahan dan ternak perlu pakan yang cukup untuk menanggulangi

    kekurangan pakan pada musim kemarau dapat diatasi, sehingga diharapkan

    mempunyai prospek yang sangat baik, karena ternak dapat diusahakan

    dengan biaya pakan yang sangat murah, tersedianya kotoran ternak untuk

    pupuk organik untuk menyuburkan lahan, dan tersedianya pakan ternak

    sepanjang tahun.

    Kandungan bahan kering pucuk tebu lebih rendah dari jerami padi

    namun nutrisi protein kasar lebih tinggi dari pada jerami padi maupun jagung.

    Peranan limbah daun tebu yang melimpah kalau dijadikan pakan ternak

    apakah mutunya akan lebih baik dan tersedianya pakan ternak sepanjang

    tahun dan mutu pakan ternak tidak menurun. Pertanyaan selanjutnya untuk

    mendapatkan pakan ternak yang bermutu tinggi berapa tekanan yang ideal

    pada proses pembuatan pakan ternak.

  • 6

    C. Maksud dan Tujuan Kegiatan

    Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengindentifikasi peranan tebu

    sebagai sumber pakan alternatif, dan untuk mengkarakterisasi dan

    mengindentifikasi peranan limbah ternak dalam sistem usahatani, dan (2)

    untuk mendapatkan teknik proses pembuatan silase yang menghasilkan

    pakan ternak bermutu.

    D.Metodologi Pelaksanaan

    1. Lokus Kegiatan

    Kegiatan penelitian integrasi tebu-ternak dilaksanakan di lima

    kabupaten di Jawa Timur, yaitu Kabupaten Situbondo, Probolinggo,

    Lumajang, Pasuruan dan Malang.

    2. Fokus: Pertanian Pangan

    Karakterisasi dan identifikasi peran tebu sebagai sumber pakan ternak,

    karakterisasi dan identifikasi peranan limbah ternak dalam sistem usahatani

    tebu-ternak dan merakit Teknik pembuatan silase untuk pakan ternak

    bermutu.

    3. Ruang Lingkup

    Kegiatan direncanakan akan dilakukan pada tahun 2012, yaitu (1)

    survey pemanfaatan limbah tebu dan ternak dalam sistem integrasi tebu-

    ternak, dan (2) pemanfaatan limbah daun tebu untuk pakan ternak.

    4. Bentuk Kegiatan

    Sistem pertanian terpadu tebu ternak mendukung swasembada gula

    dan daging terdiri 2 kegiatan, yaitu :

    1. Survei pemanfaatan limbah tebu dan ternak dalam sistem integrasi tebu

    Ternak

    2. Pemanfaatan limbah daun tebu untuk pakan ternak

  • 7

    BAB II. PPERKEMBANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN

    A. Tahapan pelaksanaan Kegiatan

    1. Perkembangan Kegiatan

    Koordinasi dengan Dinas Peternakan dan Dinas Perkebunan Provinsi

    Jawa Timur untuk mendapatkan informasi tentang progran integrasi tebu

    ternak serta kemungkinan akses dalam implementasi program integrasi tebu

    ternak dengan instansi terkait di lokasi tertentu.

    Koordinasi dengan Dinas Peternakan dan Dinas Perkebunan Di kab. Lumajang

    dan Kabupaten Situbondo untuk mendapatkan data lokasi, luas lahan

    pertanaman tebu, dan jumlah ternak di masing-masing kabupaten.

    Wawancara dengan pengelola koperasi unit desa yang pernah

    melaksanakan program integrasi tebu-sapi pada tahun 2010, yaitu KUD

    Ngajum, Kabupaten Malang, untuk mendapatkan informasi model integrasi

    yang telah diterapkan.

    Survei pendahuluan di Kabupaten Situbondo, Probolinggo, Pasuruan

    dan Lumajang untuk mendapatkan informasi tentang potensi pemanfaatan

    limbah tanaman tebu dan populasi sapi.

    Pelaksanaan survey usahatani tebu dan dan usahatani non tebu serta

    usaha peternakan, Pengembangan model integrasi tebu-sapi sesuai dengan

    pola pengusahaan tebu/sapi. penelitian teknik pembuatan silase dari limbah

    tanaman tebu (daun rogesan, pucuk dan anakan) untuk pakan ternak yang

    bernutrisi.

    2. Kendala dan Hambatan Pelaksanaan kegiatan

    Sulitnya mencari responden sebagai petani tebu sekaligus sebagai

    peternak.

  • 8

    B. Pengelolaan Administrasi Manajerial

    1.Perencanaan Anggaran

    No URAIAN JUMLAH (Rp)

    1. Gaji dan upah 149.695,000,-

    2. Bahan Habis Pakai 8.745.000,-

    3. Perjalanan 75.600,000,-

    4. Lain-lain 15,960,000,-

    Jumlah Biaya 250.000.000,-

    2.Mekanisme Pengelolaan Anggaran

    NO URAIAN JUMLAH

    1. Gaji dan upah Rp 119.314.000,-

    2 Bahan Rp 8.608.820,- 3 Perjalanan Rp 60.243.200,- 4 Belanja operasional lainnya Rp 10.942.800,-

    5. T o t a l Rp 199.108.820,-

    3.Rancangan dan Perkembangan Pengelolaan Aset

    Tidak ada

    4.Kendala dan Hambatan Pengelolaan Administrasi Manajerial

    Tidak ada.

  • 9

    BAB III. METODE PENCAPAIAN TARGET KINERJA

    A. Metode Pencapaian Target Kinerja

    1. Kerangka Rancangan metode penelitian

    A.1.1. Survei pemanfaatan limbah tebu dan ternak dalam sistem integrasi tebu Ternak

    Survei pemanfaatan limbah daun tebu untuk pakan ternak

    dilaksanakan di lima kabupaten di Jawa Timur, yaitu Kabupaten Situbondo,

    Probolinggo, Lumajang, Pasuruan dan Malang. Berdasarkan data areal tebu

    dan keberadaan pabrik gula serta populasi ternak ditentukan 5 kabupaten

    (Malang, Pasuruan, Probolinggo, Lumajang dan Situbondo) untuk lokasi

    penelitian. Kelima kabupaten tersebut merupakan daerah pengembangan

    tebu yang memasok ke pabrik gula yang berlokasi di lima kabupaten tersebut

    maupun pabrik gula yang berlokasi di kabupaten lainnya. Pada lima

    kabupaten tersebut usaha ternak sapi potong sangat berkembang dan

    integrasi tebu ternak sapi potong pada umumnya terjadi di lima kabupaten

    tersebut.

    Data yang diperoleh meliputi data primer dan data sekunder. Data

    primer meliputi data usaha tani tebu dan ternak sapi potong baik di tahun

    2011 maupun 2012. Pengambilan data primer tahap pertama meliputi data

    usaha tani tebu maupun ternak sapi potong pada tahun 2011 dan sebagian

    data primer pada tahun 2012 (kegiatan pengolahan tanah s.d. tanam dan

    pemupukan pertama). Pengambilan data primer tahap ke II meliputi kegiatan

    penyiangan pertama s.d. kegiatan perogesan ke II dan pengambilan data

    primer tahap ke III meliputi perogesan tahap III sampai dengan kegiatan

    pasca panen. Pengambilan data primer usaha ternak dilaksanakan dua tahap

    yaitu tahap pertama meliputi kegiatan pembuatan kandang, pembelian ternak

    dan 6 bulan pertama pemeliharaan ternak. Sedangkan tahap ke II meliputi

    pemeliharaan 6 bulan ke II sampai dengan penjualan sapi serta pemanfaatan

    limbah ternak. Pengambilan data sekunder tahap pertama pada saat awal

    kegiatan dan tahap ke II pada saat akhir kegiatan.

    Secara purpossive di setiap kabupaten tersebut di atas dipilih satu

    kecamatan berdasarkan areal tebu dan banyaknya peternak sapi potong dan

    di setiap kecamatan ditentukan dua desa sebagai lokasi penelitian. Pada

  • 10

    setiap desa ditentukan/ dipilih petani tebu yang memiliki ternak sapi potong,

    kemudian secara acak sederhana di setiap desa diambil 20 petani tebu yang

    memiliki ternak sapi potong.

    A.1.2. Pemanfaatan limbah daun tebu untuk pakan ternak

    Kegiatan pemanfaatan limbah daun tebu untuk pakan ternak dilakukan

    pada tahun 2012 di laboratorium Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan

    Serat serta laboratorium Universitas `Brawidjaja Malang. Penelitian dilakukan

    selama 8 (delapan) bulan dimulai pada Februari sampai Oktober 2012.

    Bahan yang digunakan meliputi daun rogesan tebu, molase, urea,

    bahan kimia pendukung, dan bahan pembantu lainnya. Alat yang digunakan

    antara lain timbangan, hidrolis, pompa vacuum, alat penyemprot, skop, dan

    alat tulis kantor.

    Formulasi yang digunakan terdiri dari kombinasi : 1). Campuran daun

    roges tebu kering dan pucuk daun tebu dengan perbandingan 30:70 (b/b), 2).

    Molase sebanyak 2% dan 4% dan 3). Urea sebanyak 0%, 2% dan 4%.

    Proses pembuatan silase dilakukan dengan mencampurkan bahan-bahan

    tersebut dengan mempertahankan kelembaban 50%. Setelah tercampur

    sempurna, maka masing-masing campuran sesuai perlakuan dimasukkan

    dalam wadah plastic untuk proses fermentasi pada suhu 40oC. Waktu

    fermentasi selama 20, 30 dan 40 hari. Setelah masing-masing waktu

    fermentasi tercapai, selanjutnya campuran dikeringkan pada suhu 70oC untuk

    dianalisa kimianya.

    Pengamatan dilakukan terhadap bahan pakan kering untuk mengukur

    kualitas pakan sebagai pakan ternak ruminansia. Parameter pengamatan

    meliputi: % Gula, % Pati, % Serat kasar, % Nitrogen, % kadar abu, dan C/N

    ratio. Analisis data dilakukan menggunakan sidik ragam, dengan

    pembandingan uji Beda Nyata terkecil (BNT) taraf 5%.

    A.2. Indikator Keberhasilan Pencapaian

    1. Terbangunnya model integrasi tebu-ternak sapi di wilayah

    pengembangan tebu.

    2. Terkarakterisasinya silase pakan sapi berbasis limbah daun tebu.

  • 11

    A.3. Perkembangan dan hasil Pelaksanaan Penelitian

    Koordinasi dengan tim peneliti untuk pelaksanaan survei untuk

    penelitian perakitan pembuatan pakan ternak dari limbah daun tebu, dan

    koordinasi dengan Dinas Peternakan Propinsi Jawa Timur dan pabrik gula.

    Koordinasi untuk mendapatkan informasi tentang progran integrasi tebu

    ternak dengan Dinas Peternakan serta kemungkinan akses dalam

    implementasi program integrasi tebu ternak dengan Dinas di lokasi tertentu.

    Kunjungan ke Dinas Peternakan Propinsi dan kabupaten. diskusi dengan

    pelaksana implementasi program integrasi tebu ternak di Jawa Timur (Kab.

    Malang, Pasuruan, Probolinggo, Lumajang, dan Situbondo), kunjungan ke

    Loka penelitian sapi potong, kunjungan ke pabrik gula, dan diskusi dengan

    ketua asosiasi petani tebu.

    Populasi ternak dan luas pertanaman tebu di lima Kabupate yang disurvei

    tersaji pada Tabel 1. Populasi ternak untuk sapi potong tertinggi di

    Kabupaten Probolinggo dan terendah di Kabupaten Lumajang, sedang

    populasi sapi perah tertinggi di Kabupaten Malang dan terendah di Kabupaten

    Situbondo. Luas pertanaman tebu terluas terdapat di Kabupaten Malang, dan

    tersempit di Kabupaten Probolinggo. Hasil survei menunjukkan bahwa

    usahatani tebu di lahan sawah lebih menguntungkan dibandingkan dengan

    lahan tegal (Tabel 2). Pada pertengahan tahun 2012 Kabupaten Lumajang

    mendapatkan hadiah dan bantuan dari gubernur Jawa Timur karena berhasil

    meningkatkan populasi ternak. Hadiah yang diberikan berupa insentif sebesar

    Rp 500.000,- apabila mempunyai ternak yang bunting lima bulan dan

    maksimal 5 ekor per kepala keluarga (KK), sedang pada keluarga rumah

    tangga sangat miskin di beri bantuan berupa 4 ekor kambing/domba atau 35

    ekor ayam/itik setiap KK. Ketersediaan pucuk daun tebu untuk pakan ternak

    sapi potong selama 7 bulan dan kotoran ternak sebagian besar dimanfaatkan

    petani untuk kesuburan lahan tebu dan non tebu.

  • 12

    Tabel 1. Populasi Ternak Besar dan Luas Areal tanaman Tebu Tahun 2010/2011 di kabupaten

    Kabupaten Jenis ternak (ekor) Luas areal

    tebu (ha) Sapi

    potong

    Sapi

    perah

    Kerbau Kuda

    Malang 225.895 89.431 2.421 692 36.999,000

    Pasuruan 95.728 81.356 253 1.161 3.189,716

    Probolinggo 291.792 8.722 88 762 2.084,825

    Lumajang 32.518 620 228 22 11.969,800

    Situbondo 204.925 67 327 413 8.224,000

    Sumber : BPS kabupaten Malang, Pasuruan, Probolinggo,Lumajang dan Situbondo 2011.

    Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ketersediaan limbah tebu

    dan pemanfaatannya untuk pakan ternak adalah kondisi agroekologi, jenis

    pengelolaan usahatani tebu, populasi ternak, dan sosial budaya. Waktu

    ketersediaan limbah tanaman tebu berupa daun rogesan 2-3 bulan sebelum

    waktu giling pucuk daun tebu dan anakan yang tidak diharapkan selama

    musim giling. Jumlah anakan selama waktu giling yang dimulai pada bulan

    Juni hingga Desember sebesar 30% dari total produksi tebu per hektar. Pada

    daerah yang beriklim basah, dimana hijauan untuk pakan ternak tersedia

    sepanjang tahun, limbah tebu per hektar dengan produktivitas tebu 150 ton/ha

    dapat memsubstitusi hijauan sebagai pakan 5 ekor sapi selama 220 hari.

    Untuk daerah kering dengan produktivitas tebu rata-rata 70 ton/ha, limbah

    tebu per hektar dapat memsubstitusi hijauan untuk 3 ekor ternak selama 180

    hari.

    Nilai limbah tebu untuk substitusi hijauan tersebut adalah Rp

    1.100.000,- per ekor untuk daerah beriklim basah dan Rp 900.000,- per ekor

    untuk daerah beriklim kering. Pengelolaan limbah tanaman tebu dari lahan

    petani dilakukan oleh tenaga penebang dan petani/peternak, sedangkan di

    lahan hak guna usaha (HGU) dilakukan sepenuhnya oleh tenaga penebang.

    Potensi limbah tebu dan pemanfaatannya dapat dilihat pada Tabel 4. Limbah

    tanaman tebu yang berlebih pada daerah dengan populasi ternak rendah

    akan diperdagangkan oleh tenaga penebang dengan nilai Rp 280.000,- per

    hektar. Limbah ternak berupa pupuk kandang digunakan untuk usaha tani

  • 13

    tebu dan non-tebu. Pupuk kandang yang dihasilkan 3 ekor sapi dewasa per

    tahun dapat menghemat aplikasi pupuk anorganik sebesar 50%.

    Tabel 2. Biaya usahatani tebu, penerimaan dan pendapatan petani di lima

    kabupaten di Jawa Timur

    Kabupaten Biaya (Rp) Penerimaan (Rp)

    Pendapatan (Rp)

    Malang

    Sawah 49.634.000 69.176.250 19.542.250

    Tegal 44.021.750 57.528.000 13.506.250

    Pasuruan

    Tegal 15.690.300 19.820.000 4.129.700

    Probolinggo

    Tegal 18.540.000 28.912.200 10.372.200

    Lumajang

    Sawah 31.610.000,- 61.610.000 30.000.000,-

    Tegal 19.436.000 21.817.000 2.381.000

    Situbondo

    Sawah 32.518.000 61.381.600 28.863.600

    Tegal 27.579.500 45.568.250 17.988.750

    Keterangan : Data hasil wawancara dengan petani di lima kabupaten

    Ternak sapi potong dipelihara di lima kabupaten dan sebagian besar

    memanfaatkan pucuk daun tebu maupun daun rogesan untuk dimanfaatkan

    sebagai pakan ternak. Hasil survei menunjukkan bahwa usahatani ternak di

    lima kabupaten dapat dilihat pada Tabel 3. Usaha ternak sapi potong/perah

    yang pakannya memanfaatkan limbah tanaman tebu berupa pucuk tebu

    tercukupi dari daun pucuk tebu selama 180 s.d. 220 hari per tahun. Usaha

    ternak sapi potong/perah ini mendapatkan keuntungan sebanyak Rp

    4.500.000,- ekor/tahun (kabupaten Malang) Rp 3.378.127,- per ekor/tahun

    (kabupaten Pasuruan), Rp 2.812.500,-ekor/tahun (kabupaten Probolinggo),

    Rp 2.545.000,- ekor/tahun (kabupaten Lumajang) dan keuntungan usahatani

    ternak di kabupaten Situbondo sebesar Rp 1.56.167,-ekor/tahun (kabupaten

    Situbondo) karena pakan tinggal mengambil di lahan. Ketersediaan pakan

    dan hijauan lain dapat dilihat pada Tabel 4.

  • 14

    Tabel 3. Biaya usahatani ternak, penerimaan dan pendapatan petani di Lima kabupaten di Jawa Timur

    Kabupaten Harga beli ternak (Rp)

    Biaya (Rp) Penerimaan (Rp)

    Pendapatan (Rp)

    Malang 7.000.000,- 2.500.000,- 14.000.000,- 4.500.000,-

    Pasuruan 3.000.000,- 1.604.000,- 7.982.127,- 3.378.127,-

    Probolinggo 4.000.000,- 997.000,- 7.809.500,- 2.812.500,-

    Lumajang 4.000.000,- 1.335.000,- 7.880.000,- 2.545.000,-

    Situbondo 4.750.000,- 1.247.000,- 7.561.107 1.56.167,-

    Keterangan : Data hasil wawancara dengan petani di lima kabupaten (mencari rumput/pucuk tebu tidak dihitung) Tabel 4. Ketersediaan pakan dan waktu ketersediaan limbah tebu dan hijauan lain

    Kabupaten Ketersediaan hijauan lain

    Waktu ketersediaan limbah

    Anakan Pucuk Daun rogesan

    Malang

    Sawah Bulan 1-8 Bulan 2-5 Bulan 5-11 Bulan 2-5

    Tegal Bulan 1-6 Bulan 3-5 Bulan 5-11 Bulan 2-6

    Pasuruan

    Tegal Bulan 1-6 Bulan 3-5 Bulan 5-10 Bulan 2-6

    Probolinggo

    Tegal Bulan 1-6 Bulan 3-5 Bulan 6-11 Bulan 2-6

    Lumajang

    Sawah Bulan 1-8 Bulan 2-5 Bulan 6-10 Bulan 2-6

    Tegal Bulan 1-6 Bulan 3-5 Bulan 6-10 Bulan 3-6

    Situbondo

    Sawah Bulan 1-9 Bulan 2-5 Bulan 6-11 Bulan 2-6

    Tegal Bulan 1-7 Bulan 3-5 Bulan 6-11 Bulan 3-6

    Keterangan : Data hasil wawancara di lima kabupaten

    Hasil penelitian pembuatan silase berbasis daun tebu menunjukkan

    bahwa tidak terdapat perbedaan kandungan gula, pati, serat, dan abu

    diantara perlakuan, kecuali kandungan nitrogen dan C/N rationya.

    Kandungan nitrogen berturut-turut mulai yang terendah adalah Urea 0%, Urea

  • 15

    2%, dan Urea 4%, sedang C/N ratio pada perlakuan urea 4% (21,005%) dan

    tertinggi perlakuan kontrol (61,040%) (Tabel 6).

    Tabel 5. Potensi limbah tebu dan pemanfaatannya

    Kabupaten Ketersediaan limbah (kg/ha) Pemanfaatan

    Anakan Pucuk Daun rogesan

    Anakan Pucuk Daun rogesan

    Malang

    Sawah 3-5% 20-25% tidak terukur Pakan Pakan Mulsa

    Tegal 2-3% 20-25% tidak terukur Pakan Pakan Mulsa

    Pasuruan

    Tegal 2-3% 15-25% tidak terukur Pakan Pakan Mulsa

    Probolinggo

    Tegal 2-3% 15-25% tidak terukur Pakan Pakan Mulsa

    Lumajang

    Sawah 3-5% 20-25% tidak terukur Pakan Pakan Mulsa

    Tegal 2-3% 15-25% tidak terukur Pakan Pakan Mulsa

    Situbondo

    Sawah 3-5% 20-25% tidak terukur Pakan Pakan Bahan bakar

    Tegal 2-3% 15-25% tidak terukur Pakan Pakan Mulsa

    Keterangan :% dari bobot tebu

    Semakin tinggi pupuk urea diberikan maka semakin tinggi kandungan

    nitrogen pada silase, hal ini karena semakin tinggi pupuk urea maka semakin

    banyak kandungan nitrogennya, Meskipun pupuk urea mengalami

    perombakan selama proses pembuatan silase tetapi yang tersisa masih

    memberikan gambaran kandungan nitrogen awal dengan perbandingan yang

    sama.

    Tabel 6. Hasil analisa kimia silase pada masing-masing perlakuan Perlakuan Gula Pati Serat Nitrogen Abu C/N

    U0%M2% 0,3150 a 77,3699 40,1250 0,8216 a 11,4050 40,045 cd

    U0%M4% 0,3700 a 75,8799 44,0250 1,1608 ab 11,0550 45,425 d

    U2%M2% 0,3700 a 73,4300 43,9599 1,4512 b 10,7350 29,480 ab

    U2%M4% 0,4000 a 71,3549 45,3450 1,5512 bc 12,9799 36,830 bcd

    U4%M2% 0,3650 a 72,0549 45,2500 1,7040 c 10,9899 31,845 bc

    U4%M4% 0,3600 a 71,8349 44,0100 1,7976 c 10,4250 21,005 a

    Kontrol 0,5100 b 76,8000 47,9200 1,0016a 11,3600 61,040 e

    BNT 0,05 0,1043 Tidak nyata Tidak nyata 0,4337 Tidak nyata 10,793

    KK (%) 11,22 2,68 8,48 12,53 13,11 13,31

    Keterangan : U = pupuk urea, M = molase

  • 16

    B. Potensi Pengembangan ke Depan

    1. Kerangka Pengembangan ke depan

    Penelitian survei pemanfaatan limbah tebu dan ternak dalam sistem

    integrasi tebu-ternak dan pemanfaatan limbah daun tebu untuk pakan ternak

    dapat dipergunakan sebagai model pengembangan tebu dan ternak guna

    meningkatkan produksi dan kualitas tebu dan ternak dengan memperhatikan

    faktor agroekologi, pengelolaan usahatani tebu dan ternak, serta sosial

    budaya.

    2. Strategi Pengembangan ke Depan

    Implementasi model integrasi tebu ternak spesifik lokasi sesuai dengan

    kondisi agroekologi, pengelolaan usahatani tebu, sosial budaya masyarakat

    dan populasi ternak. Model integrasi ini diterapkan pada bulan Juni sampai

    Desember. Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai model

    pengembangan tebu dan ternak yang dapat meningkatkan produksi dan

    kualitas tebu dan ternak dengan memperhatikan faktor agroekologi,

    pengelolaan usahatani tebu dan ternak, serta sosial budaya.

  • 17

    BAB IV. SINERGI PELAKSANAAN KEGIATAN

    A. Sinergi koordinasi Kelembagaan Program

    1. Kerangka Sinergi koordinasi

    Koordinasi dengan pemerintah daerah di masing-masing lokasi

    penelitian yaitu Dinas Perkebunan, Dinas Peternakan, Dinas koperasi

    (Koperasi Unit Desa dan Koperasi Petani tebu Rakyat, Asosiasi petani Tebu

    Rakyat (APTR).

    2. Indikator Keberhasilan Sinergi Koordinasi

    Survei untuk mengidentifikasi peran limbah tanaman tebu untuk pakan

    ternak dan limbah ternak untuk tanaman tebu dapat terlaksana dengan baik di

    5 kabupaten sesuai rencana.

    3. Perkembangan Sinergi Koordinasi

    Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai model pengembangan

    tebu dan ternak yang dapat meningkatkan produksi dan kualitas tebu dan

    ternak dengan memperhatikan faktor agroekologi, pengelolaan usahatani tebu

    dan ternak, serta sosial budaya.

    B. Kerangka Pemanfaatan hasil Litbangyasa

    1. Kerangka dan Strategi Pemanfaatan

    Model integrasi tebu-ternak sapi yang dikembangkan dapat diimple-

    mentasikan di lokasi survei berdasarkan kondisi agroekosistem, pengelolaan

    usahatani tebu dan ternak, serta sosial budaya di lokasi tersebut.

    3. Perkembangan Pemanfaatan

    Hasil penelitian dapat digunakan sebagai acuan bagi pemegang

    kebijakan untuk mengembangkan komoditas tebu dan ternak, khususnya di

    kabupaten Malang, Pasuruan, probolinggo, Lumajang, dan Situbondo, dan

    Jawa Timur pada umumnya.

  • 18

    2. Indikator keberhasilan pemanfaatan

    Terjadinya keterpaduan yang menguntungkan secara ekonomis, sosial

    dan ekologis antara usahatani tebu dan ternak sapi pada suatu wilayah

    pengembangan tebu.

    BAB V. PENUTUP 1. Kesimpulan

    a. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan dan Anggaran

    Koordinasi dengan instansi terkait untuk mendapatkan informasi

    tentang model integrasi tebu-sapi, potensi limbah tebu yang dapat

    dimanfaatkan untuk ternak sapi dan limbah sapi untuk usahatani tebu. Data

    kuantitatif belum banyak didapatkan. Pelaksanaan survey usahatani tebu dan

    dan usahatani non tebu serta usaha peternakan, Pengembangan model

    integrasi tebu-sapi sesuai dengan pola pengusahaan tebu/sapi, Penelitian

    teknik pembuatan silase dari limbah tanaman tebu (daun rogesan, pucuk dan

    anakan) untuk pakan ternak yang bernutrisi. Berdasarkan hasil survei

    tersebut, maka model integrasi tebu-ternak yang dikembangkan harus

    memperhatikan agroekologi, jenis pengelolaan usaha tani tebu, dan sosisal

    budaya masyarakat.

    Anggaran yang diperlukan kegiatan survei pemanfaatan limbah tebu

    dan ternak dalam sistem integrasi tebu ternak dan Pemanfaatan limbah daun

    tebu untuk pakan ternak sebesar Rp 250.000.000,- meliputi gaji dan upah

    sebesar Rp 149.695,000,-, bahan habis pakai Rp 8.745.000,-, Perjalanan Rp

    75.600,000,- dan Belanja operasional lain sebesar Rp15,960,000,-

    b. Metode Pencapaian Target Kinerja

    Kunjungan dan diskusi ke Dinas Peternakan Propinsi dan Kabupaten,

    Diskusi dengan pelaksana implementasi program integrasi tebu ternak dan

    Diskusi dengan ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat (APTR) serta Koperasi

    Petani Tebu Rakyat (KPTR)

  • 19

    c. Potensi pengembangan ke Depan

    Data yang diperoleh dapat dijadikan acuan di daerah pengembangan

    baru dalam rangka untuk mendukung swasembada gula dan daging. Dan

    diperoleh model integrasi tebu ternak yang dapat diterapkan di daerah

    pengembangan baru dengan memperhatikan faktor seperti kondisi

    agroekosistem, jenis pengelolaan usahatani tebu, populasi ternak dan sosial

    budaya.

    d. Sinergi Koordinasi kelembagaan Program

    Koordinasi dengan pemerintah daerah di masing-masing lokasi

    penelitian yaitu Dinas Perkebunan, Dinas Peternakan, Dinas koperasi

    (Koperasi Unit Desa dan Koperasi Petani tebu Rakyat, Asosiasi petani Tebu

    Rakyat (APTR)

    e. Kerangka Pemanfaatan hasil Litbangyasa

    Model integrasi tebu-ternak sapi yang dikembangkan dapat diimple-

    mentasikan di lokasi survei berdasarkan kondisi agroekosistem, pengelolaan

    usahatani tebu dan ternak, serta sosial budaya di lokasi tersebut.

    2. Saran

    a. Keberlanjutan Pemanfaatan Hasil Kegiatan

    Perlu penelitian lanjutan di daerah pengembangan baru seperti

    penelitian yang sudah dilaksanakan untuk mendukung swasembada gula dan

    daging.

    b. Keberlanjutan Dukungan Program Ristek

    Perlu dana penelitian untuk daerah pengembangan baru dan dana

    pendampingan serta pemberian insentif untuk menunjang pengembangan

    tebu dan ternak dalam menunjang swasembada gula dan daging.

  • 20

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim, 2009, Road Map Swasembada Gula Nasional 2010-2014. Kementerian Pertanian Jakarta.

    Badan Pusat Statistik Kabupaten Malang 2011. Kabupaten Malang dalam Angka,. Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Malang, Malang

    ......................... Kabupaten Pasuruan 2011. Kabupaten Pasuruan dalam Angka,. Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Pasuruan, Pasuruan

    .........................Kabupaten Probolinggo 2011. Kabupaten Probolinggo dalam Angka,. Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Probolinggo, Probolinggo

    .........................Kabupaten Lumajang 2011. Kabupaten Lumajang dalam Angka,. Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Lumajang, Lumajang

    .........................Kabupaten Situbondo 2011. Kabupaten Situbondo dalam Angka. Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Situbondo, Situbondo.

    Departemen Pertanian. 2007. Prospek dan arah pengembangan agribisnis sapi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta..

    Direktorat Jenderal Perkebunan. 2011.Kebutuhan gula nasional mencapai 5,700 juta ton tahun 2014 pada Temu Koordinasi Kehumasan Direktorat Jenderal Perkebunan yang diselenggarakan tanggal 23-25 Maret 2011 di Semarang, Jawa Tengah.Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian, Jakarta

    Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan,2011. Production livestok in Indonesia. Direktorat Jenderal peternakan dan Kesehatan Hewan. Jakarta

    Gradiz L., A. Sugimoto, K, Ujihara, S. Fakuharam A.K. Kahi, and H. Hirooka, 2007. Beef cow0calf production system integrated with sugarcane production: Simulation model development and Aplication in Jepang.www.

    Hasnudi dan Eniza Saleh, 2004. Rencana pemanfaatan lahan kering untuk pengembangan usaha peternakan ruminansia dan usahatani terpadu di Indonesia. Jurusan Peternakan, Fakultas Peternakan, USU, Medan.

  • 21

    Kementerian Pertanian. 2010. Pedoman teknis pengembangan usaha integrasi ternak sapi dan tanaman. Kementerian Pertanian, Direktorat Jenderal Peternakan, Direktorat Budidaya Ternak Ruminansia, Jakarta.

    Licht ,F.O. 2009. World Sugar Statistics 2010. Kent, UK: Agra Informa Limited. Muhammad, D. 2012. Manisnya Pembangunan Pabrik Gula Hingga 'Disemuti' 20 Pengusaha. Republika On Line, Jumat, 27 Juli 2012, 20:23 WIB. (http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/ 07/27/m7tmiz- manisnya-pembangunan-pabrik-gula-hingga-disemuti-20-pengusaha) (diakses pada 12 September 2012).

    Rahmat, M. 1999. Profil Tebu Rakyat di Jawa Timur. JAE Vol. II/ No. 2/ Okt 1992. Hal. 39 57.

    Sarwar,.M, M. Nisa, Z. Hasan,and M.A.Shahzat, 2006. Influence of urea molasses treated wheat straw fermented with cattle onchemical composition and feeding value for growing buffalo calfes. www

  • 22

    Lampiran: Kegiatan survei pemanfaatan limbah tebu dan ternak dalam sistem integrasi tebu ternak dapat dilihat pada Gambar 2 sampai dengan 11

    Gambar 2. Proses wawancara dengan petani tebu

    Gambar 3. Tanaman tebu

    Gambar 4.Ternakyang dikandangkan Gambar 5. Tumpukan pupuk kandang

    Gambar 6. Tanaman tebu yang diberi pupuk kandang

    Gambar 7. Kegiatan Panen Tebu

  • 23

    Gambar 8. Peternak mencari pucuk Tebu

    Gambar 9. Pucuk tebu ada yang dijual

    Gambar 9. Pucuk tebu diolah menjadi Silase

    Gambar 10. Silase siap disimpan

    Gambar 10. Tebu siap dikirim ke Pabrik Gula

    Gambar 11. Pucuk tebu diangkut dengan gerobag

top related