75750798 makalah aves
Post on 13-Aug-2015
173 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Cara Mengidentifikasi Burung (Aves)
Kelas Aves adalah kelas hewan vertebrata yang berdarah panas dengan memiliki bulu dan
sayap. Tulang dada tumbuh membesar dan memipih, anggota gerak belakang beradaptasi untuk
berjalan, berenang dan bertengger. Mulut sudah termodifikasi menjadi paruh, punya kantong hawa,
jantung terdiri dari empat ruang, rahang bawah tidak mempunyai gigi karena gigi-giginya telah
menghilang yang digantikan oleh paruh ringan dari zat tanduk dan berkembang biak dengan bertelur.
Kelas ini dimanfaatkan oleh manusia sebagai. Aves adalah hewan paling dikenal orang karena dapat
dilihat dimana-mana, aktif pada siang hari, dan unik dalam hal memiliki bulu sebagai penutup tubuh.
Dengan bulu itu tubuh dapat mengatur suhunya dan berfungsi juga untuk terbang. Dengan
kemampuan terbang itu aves mendiami semua tempat. Warna dan suara dari beberapa aves
merupakan daya tarik dan mempunyai nilai ekonomi. Beberapa jenis aves merupakan bahan
makanan sebagai sumber protein. Ilmu yang mempelajari burung disebut Ornithologi. (Jasin, 1992).
Burung atau aves adalah salah satu kelompok yang paling banyak dan paling terkenal di
dunia. Mereka berdarah panas seperti mamalia tetapi lebih dekat kekerabatannya dengan reptil,
mereka berkembang sejak 135 juta tahun yang lalu. Semua burung lebih dulu bernenek moyang dari
fosil burung pertama, yaitu Archaeopteryx. (Mac Kinnon, 1991).
Aves adalah vertebrata yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut : adanya bulu yang menutupi
tubhnya, anggota gerak depan sudah termodifikasi menjadi sayap, anggota gerak belakang
teradaptasi untuk berjalan, berenan dan bertengger, pada tungkai terdapat sisik, rahang bawah tidak
mempunyai gigi, mulut termodifikasi menjadi paruh, jantung terdiri dari empat ruang, mempunyai
kantong udara atau kantong hawa (air sac) yang berperan dalam membantu sistem pernapasan
terutama pada saat terbang, berkembang biak dengan bertelur (oviparous) (Novarino, 2009).
Begitu banyak ciri-ciri dari kelas aves ini. Dasar penting untuk mengidentifikasi di lapangan
ada beberapa cara yaitu : (1) Menentukan ukuran dapat dilakukan dengan membandingkan ukuran
burung yang telah dikenal umumya, (2) Bentuk burung tersebut gemuk, langsing, mempunyai ekor,
dan leher pendek atau panjang, sayap pendek dan membulat atau panjang dan meruncing, (3)
Susunan warna ada perbedaan yang nyata pada susunan warna atau tidak, punya garis mata atau
tidak, punya garis pada sayap atau tidak, dan ada atau tidaknya bintik pada badan, (4) Berbentuk
kerucut paruhnya, langsing, bulat, pendek, panjang, lurus atau melengkung, (5) Kaki pendek, sedang,
atau panjang, berselaput atau tidak, berlobus atau tidak, (6) Cara yang tidak kalah pentingnya dalam
mengidentifikasi burung adalah dengan mengenali suaranya. (Priyono, 1991).
Suara sebagian besar burung adalah seistimewa penampilannya. Apalagi pada beberapa
spesies, seperti burung yang suka mengoceh, suara mungkin menjadi satu- satunya karakter diagnosa
lapangan. Seorang pengamat burung, berjalan melintasi hutan biasanya akan mendengar jauh lebih
banyak suara burung atau dari pada melihatnya. Ornithologiist yang hebat mengabaikan informasi
yang benar-benar penting jika tidak mendengar untuk mengenal suara burung-burung yang berbeda
(Mac Kinnon, 1991).
Aves hidup di darat. Kelompok ini dibedakan menjadi dua berdasarkan kemampuan
terbangnya, yaitu karinata dan ratita. Burung yang tergolong karinata memiliki taju dada (carina).
Taju dada berfungsi menyokong otot dadanya yang besar.Otot dada memberikan kekuatan terbang.
Pada pinguin contohnya pinguin gentoo (Pygoscelis papua), yang merupakan karinata yang tidak
terbang, otot dadanya digunakan untuk berenang di laut mencari makanan (Mac Kinnon, 1991).
Hampir 60% spesies burung karinata tercakup dalam ordo passeriformes atau burung
bertengger. Burung bertengger memiliki jari kaki yang dapat mencengkeram dahan pohon, contoh
burung ini adalah burung merpati (Columbia livia), burung pipit (Anthus sp.) dan berbagai burung
pengicau lainnya. Ayam (gallus gallus domesticus) juga tergolong karinata. Burung yang tergolong
ratita otot dada Aves hidup di darat. Kelompok ini dibedakan menjadi dua berdasarkan kemampuan
terbangnya, yaitu karinata dan ratita. Burung yang tergolong karinata memiliki taju dada (carina).
Taju dada berfungsi menyokong otot dadanya yang besar.Otot dada memberikan kekuatan terbang.
Pada pinguin contohnya pinguin gentoo (Pygoscelis papua), yang merupakan karinata yang tidak
terbang, otot dadanya digunakan untuk berenang di laut mencari makanan (Novarino, 2009)
2.2 Penampakan Terbang
Seringkali suatu jenis burung (Aves) akan lebih dikenali pada saat terbang karena adanya
tanda tertentu yang khas pada bagian ekor, tungging dan sayap (Howes, 1989).
2.2.1 Bentuk dan penampakan ekor dan tungging
Berbentuk huruf ‘V’ warna putih serta ekor lurik, misalnya Trinil kaki-hijau Tringa nebularia,
Trinil kaki-merah Tringa totanus, Gajahan pengala Numenius phaeopus, Gajahan besar Numenius
arquata (Howes, 2003).
Tungging putih dan ekor lurik, misalnya Trinil semak Tringa glareola, Cerek besar Pluvialis
squatarola (Mac Kinnon, 1991).
Tungging putih dan ekor bertotol seragam, seperti Kedidi besar Calidris tenuirostris (Mac
Kinnon, 1991).
Warna putih pada bagian tepi tungging dan gelap di tengahnya, seperti Cerek-kalung kecil
Charadrius dubius (Mac Kinnon, 1991).
Tungging, ekor dan bagian belakang tubuh seluruhnya pucat abu-abu, seperti Trinil ekor-
kelabu Tringa brevipes (Mac Kinnon, 1991).
2.2.2 Bentuk dan penampakan bagian atas sayap
Warna putih pada ujung bawah sayap, seperti Trinil kaki-merah Tringa totanus (Mac Kinnon, 1991).
Warna putih tipis pada ujung bawah sayap, seperti pada Berkik ekor-kipas Gallinago
gallinago (Mac Kinnon, 1991).
Garis-garis putih yang jelas di bagian tengah sayap, misalnya Biru-laut ekor-hitam Limosa
limosa (Mac Kinnon, 1991).
Warna putih yang besar pada sayap, misalnya pada Avoset Recurvirostra avocetta (Mac
Kinnon, 1991).
Bentuk sayap yang sama pada hampir seluruh bagian, misalnya pada Cerek-kalung kecil
Charadrius dubiusi (Mac Kinnon, 1991).
Bentuk sayap yang rumit, seperti pada Pembalik batu Arenaria interpres (Mac Kinnon, 1991).
2.2.3 Bentuk dan penampakan bagian bawah sayap
Selain bagian atas sayapnya, kadang-kadang kita juga bisa mengenali jenisjenis tertentu dari
bagian bawah sayapnya, karena mereka memiliki pola yang khas, seperti :
Trinil hijau Tringa ochropus dan Trinil semak Tringa glareola (Mac Kinnon, 1991).
Cerek besar Pluvialis squatrola dan Cerek Pluvialis sp (MacKinnon,1991).
Gajahan besar Numenius arquata dan Gajahan timur Numenius madagascariensis (Mac
Kinnon, 1991).
Berkik ekor-lidi Gallinago stenura dan Berkik ekor-kipas Gallinago gallinago (Mac Kinnon, 1991).
2.3 Pola Tubuh
2.3.1 Tanda dan Warna Bulu
Identifikasi jenis burung-burung pantai dapat juga dilakukan dengan memperhatikan pola
tertentu yang terdapat dalam tubuh mereka. Beberapa jenis dapat dikenali karena adanya pita yang
melintang di bagian tubuh tertentu, sementara yang lainnya dapat dikenali dari adanya garis, bercak,
titik-titik atau guratan tertentu di bagian tubuh tertentu (Mac Kinnon, 1991).
(Howes, 2003).
2.3.2 Pola Bulu Kepala
(Howes, 2003).
2.4 Pola Warna
Selain pola bulu kepala, sayap atas dan sayap bawah, hal lain yang juga dapat digunakan
untuk melakukan identifikasi terhadap burung adalah pola warna. Beberapa jenis bahkan diberi
nama Inggris
berdasarkan warna dari salah satu bagian tubuh mereka, misalnya Trinil kaki-hijau Tringa nebularia
yang berarti bagian kaki berwarna hijau, atau Trinil kaki-merah Tringa totanus yang berarti bagian
kaki berwarna merah (Howes, 2003).
(Tringa nebularia) (Tringa totanus)
Untuk identifikasi jenis, bagian tubuh yang kerap kali digunakan sesuai dengan warnanya
adalah warna kaki dan warna paruh. Meskipun sangat membantu dalam melakukan identifikasi, kita
tidak bisa hanya mengandalkan kepada metoda ini saja, karena penggunaan pola warna memiliki
beberapa jelas, baik karena bagian tubuh tersebut tertutup oleh lumpur, terendam air, karena
pantulan cahaya yang bisa mengaburkan warna yang sebenarnya, jarak antara obyek dengan
pengamat, atau karena persepsi yang berbeda terhadap warna antara satu pengamat dengan
pengamat lainnya. Oleh karena itu, sangat disarankan agar identifikasi dengan pengenalan warna ini
digabungkan dengan metoda yang lainnya (Howes, 2003).
a. Warna kaki
Beberapa jenis burung memiliki pola warna kaki yang cerah, Seperti :
Merah muda – merah, misalnya: Kedidir (Haematopus spp.), gagang-bayem belang (Himantopus
himantopu)s, dan Cerek-kalung kecil (Charadrius dubius).
Merah menyala – merah, misalnya: Trinil kaki-merah (Tringa Tetanus), Trinil bedaran (Tringa
cinereus), Cerek-kalung (Charadrius sp.).
Kuning, seperti pada Trulek gelambir-merah (Vanellus indicus).
Biru pucat – abu - abu, pada Avocet (Recurvirostra avocetta).
(Howes, 2003).
(Haematopus spp.) (Vanellus indicus) (Recurvirostra avocetta)
b. Warna Paruh
Seluruhnya berwarna merah, pada Kedidir (Haematopus spp.) merah di bagian pangkal, pada
Terik Asia (Glareola maldivarum), Trinil kaki-merah (Tringa totanus), merah muda dibagian pangkal,
seperti pada Biru-laut ekor-hitam (Limosa limosa) dan Biru-laut ekor-blorok (Limosa lapponica)
(Howes, 2003).
(Tringa totanus) (Glareola maldivarum)
(Limosa lapponica) (Limosa limosa)
2.5 Perilaku Terbang
Beberapa jenis burung pantai terbang bergerombol dengan kelompokan yang padat. Mereka
kemudian dapat terbang berbelok arah dengan tiba-tiba. Perilaku seperti ini biasanya dilakukan oleh
jenis-jenis burung yang berukuran kecil, seperti Trinil atau Cerek. Sementara itu, jenis-jenis burung
lainnya, seperti Gajahan, Biru-laut atau Cerek yang berukuran lebih besar, biasanya terbang dengan
kelompokan yang lebih renggang atau membentuk garis panjang (Brotowidjoyo,1989).
2.6 Habitat
Diperkirakan burung berkembang dari sejenis reptil di masa lalu, yang memendek cakar
depannya dan tumbuh bulu-bulu yang khusus di badannya. Pada awalnya, sayap primitif yang
merupakan perkembangan dari cakar depan itu belum dapat digunakan untuk sungguh-sungguh
terbang, dan hanya membantunya untuk bisa melayang dari suatu ketinggian ke tempat yang lebih
rendah.Burung masa kini telah berkembang sedemikian rupa sehingga terspesialisasi untuk terbang
jauh, dengan perkecualian pada beberapa jenis yang primitif. Bulu-bulunya, terutama di sayap, telah
tumbuh semakin lebar, ringan, kuat dan bersusun rapat. Bulu-bulu ini juga bersusun demikian rupa
sehingga mampu menolak air, dan memelihara tubuh burung tetap hangat di tengah udara dingin.
Tulang belulangnya menjadi semakin ringan karena adanya rongga-rongga udara di dalamnya,
namun tetap kuat menopang tubuh. Tulang dadanya tumbuh membesar dan memipih, sebagai
tempat perlekatan otot-otot terbang yang kuat. Gigi-giginya menghilang, digantikan oleh paruh
ringan dari zat tanduk (Brotowidjoyo,1989).
Kesemuanya itu menjadikan burung menjadi lebih mudah dan lebih pandai terbang, dan
mampu mengunjungi berbagai macam habitat di muka bumi. Ratusan jenis burung dapat ditemukan
di hutan-hutan tropis, mereka menghuni hutan-hutan ini dari tepi pantai hingga ke puncak-puncak
pegunungan. Burung juga ditemukan di rawa-rawa, padang rumput, pesisir pantai, tengah lautan,
gua-gua batu, perkotaan, dan wilayah kutub. Masing-masing jenis beradaptasi dengan lingkungan
hidup dan makanan utamanya (Brotowidjoyo,1989).
Maka dikenal berbagai jenis burung yang berbeda-beda warna dan bentuknya. Ada yang
warnanya cerah cemerlang atau hitam legam, yang hijau daun, coklat gelap atau burik untuk
menyamar, dan lain-lain. Ada yang memiliki paruh kuat untuk menyobek daging, mengerkah biji buah
yang keras, runcing untuk menombak ikan, pipih untuk menyaring lumpur, lebar untuk menangkap
serangga terbang, atau kecil panjang untuk mengisap nektar. Ada yang memiliki cakar tajam untuk
mencengkeram mangsa, cakar pemanjat pohon, cakar penggali tanah dan serasah, cakar berselaput
untuk berenang, cakar kuat untuk berlari dan merobek perut musuhnya (Brotowidjoyo,1989).
Habitat Aves berpengaruh pada ciri morfologinya. Misalnya bentuk paruh dan kaki/cakar:
1. Bentuk kaki/cakar
Kaki pencekram dengan cakar bentuk yang kuat, tajam dan pendek pada Elang, Rajawali, burung Hantu untuk mencengkram mangsanya. Kaki perenang dengan selaput renang pada Itik, Bebek, Angsa , Pelikan untuk mendayung saat berenang di air.Kaki yang kuat pada Kasuari untuk berlari atau berjalan.Kaki pemanjat dengan dua jari kearah depan dan dua jari kearah belakang pada Pelatuk untuk memanjat pohon.Kaki burung petengger dengan jari yang panjang dan semua jari terletak pada satu bidang datar. Dijumpai pada Kutilang, Kenari, Poksai, Finch, Wambi untuk hinggap diranting-ranting pohon (Brotowidjoyo,1989).
2. Bentuk paruhParuh bentuk sisir, bagian atas agak melengkung pada Pelican, Flamingo untuk menyaring makanan yang berupa algae, udang kecil dan rumput laut. Paruh bentuk kecil, runcing dan panjang pada Kolibri untuk menghisap madu.Paruh bentuk pendek dan kuat pada Nuri, Pipit, Kakatua, Gelatik untuk memakan biji-bijian. Paruh bentuk pendek, besar, kuku dan kuat pada Elang, Rajawali untuk mengoyak mangsanya. Paruh bentuk pipih pada Itik, Bebek untuk mengambil makanan yang diperairan (ikan atau udang kecil, algae).Paruh bentuk pahat pada Pelatuk untuk memahat batang pohon yang telah lapuk (Brotowidjoyo,1989).
Kelas aves terbagi dalam begitu banyak ordo yang memiliki karakteristik dan habitat yang berbeda. Berikut ini beberapa ordo dan karakteristik yang menentukan habitatnya:
Ordo Gaviiiformes. Burung lun. Kaki pendek pada ujung tubuh, jari-jari penuh denhan membran kulit. Terbabg cepat, menukik. Di belahan bumi utara.
Ordo Podicipitiformes. Burung grebe. Ekor berbulu kapas, kaki jau di belakang tubuh. Dapat menyelam dengan cepat. Habitat di air tawar atau pantai laut.
Ordo Procellariiformes. Burung albatros. Paruh berlapis beberapa papan. Di dalam hidung ada kelenjar. Jari kaki vestiginal. Habitat di lautan.
Ordo Pelecaniformes. Burung pelikan. Lubang hidung vestiginal. Paruh besar untuk menyerok ikan laut. Banyak terdapat di daerah tropis.
Ordo Ciconiiformes. Paruh bengkok di tengah-tengah,tidak ada membran kulit sela jari. Hidup di sawah.
Ordo Anseriformes. Angsa,bebek, mentok. Paruh lebar tertutup lapisan yang banyak mengandung organ sensori. Kaki pendek,jari dengan membran kulit, ekor pendek. Tersebar di seluruh dunia.
Ordo Gruiformes. Hidup di rawa-rawa. Ekor dan kaki panjang, bulu berwarna abu-abu. Ordo Diatrymiformes. Besar, tidak dapat terbang, sayap atropi,paruh sangat besar. Terdapat
di Amerika Serikat. Ordo Columbiformes. Merpati. Paruh pendek ramping, dengan sera pangkal paruhnya lunak.
Tersebar di seluruh dunis. Ordo Charadriiformes. Burung camar,plover. Kaki panjang, sayap kuat. Banyak terdapat di
pantai atau masuk ke darat jauh dari pantai. Ordo Psittaciformes. Kakak tua,betet. Paruh pendek kuat,pinggiran tajam berkait pada
ujungnya. Suara keras. Habitat di hutan. Ordo Strigiformes. Burung hantu. Kepala besar,mata besar. Paruh pendek. Hidup di daerah
dingin. Ordo Micropodiformes. Burung kolibri. Tubuh kecil, kaki dan jari kecil. Paruh kecil,lembek
atau panjang dengan lidah bentuk tabung. Sarang terbuat dari sekret ludah,terdapat di dalam gua.
Ordo Coraciiformes. Burung raja pencari ikan. Paruh kuat. Jari ke-3 dan ke-4 bersatu pada dasarnya. Banyak terdapat di daerah tropis.
Ordo Piciformes. Burung pelatuk. Bulu ekor kaku. Paruh kuat, lidah kasar. Hidup di hutan.
Ordo Passeriformes. Burung gagak. Banyak yang pandai bernyanyi karena memiliki pita suara. Sebagian besar hidup di darat dalam semua macam habitat, ada yang membuat sarang di dalam pohon
(Brotowidjoyo,1989).
2.7 Persebaran
Aves/burung dapat ditemukan hampir di berbagai belahan bumi. Mereka dapat ditemukan di
hutan-hutan tropis, mereka menghuni hutan-hutan ini dari tepi pantai hingga ke puncak-puncak
pegunungan. Burung juga ditemukan di rawa-rawa, padang rumput, pesisir pantai, tengah lautan,
gua-gua batu, perkotaan, dan wilayah kutub. Masing-masing jenis beradaptasi dengan lingkungan
hidup dan makanan utamanya. Seperti misalnya burung Hering ( Sarcoramphus papa ) yang hidup di
hutan tropis dataran rendah di Meksiko selatan sampai Argentina utara. Hering Raja menghuni
wilayah yang diperkirakan seluas 14 juta kilometer persegi antara Meksiko selatan dan Argentina
utara. Di Amerika Selatan, hering ini tidak dijumpai di sebelah barat pegunungan Andes, kecuali di
Ekuador barat, Kolombia barat laut dan di ujung barat laut Venezuela. Burung ini terutama mendiami
hutan tropis dataran rendah yang tak terganggu dan juga sabana dan padang rumput yang
berdekatan dengan hutan semacam itu. Hering Raja sering terlihat di dekat rawa-rawa di hutan.
Burung bangkai ini adalah yang paling banyak atau satu-satunya yang menyebar di hutan-hutan
dataran rendah primer, tetapi di hutan hujan Amazon, hering ini jumlahnya kalah banyak dengan
hering berkepala kuning besar, sementara hering ini juga kalah banyak dengan hering berkepala
kuning kecil, Hering Kalkun, dan Hering Hitam Amerika di habitat yang lebih terbuka. Burung bangkai
ini umumnya tidak ditemui di atas ketinggian 1200 meter. Mereka menghuni tingkat tajuk teratas di
hutan, atau di atas lapisan kanopi hutan (Brotowidjoyo,1989).
Bagi para pengamat burung, Sulawesi merupakan tempat yang menarik terutama tingkat
endemisitasnya. Sulawesi dan pulau-pulau sekitarnya memiliki sekitar 380 jenis, dengan 96 jenis
diantaranya adalah endemik (25 %). Sebanyak 115 jenis burung di Indonesia ditemukan di Sulawesi
(Holmes and Phillipps, 1999). Dua jenis burung paling terkenal di Sulawesi, yaitu rangkong dan maleo.
Rangkong Sulawesi–knobbed Hornbill-(Rhyticeros cassidix) adalah burung hutan dengan warna
menarik ini termasuk yang terbesar diantara 54 jenis rangkong yang lain di daerah tropis Asia dan
Afrika. Burung ini memiliki bobot tubuh sekitar 2.5 kg dengan rentang sayap mencapai 1 m. Tubuh
dan sayapnya berwarna hitam, ekor putih, memiliki sebuah tanduk yang besar diatas paruh, warna
merah pada jantan dan kuning pada betina. Paruh berwarna kuning, memiliki kantung biru pada
tenggorokkan dengan sebuah garis gelap melintanginya. Burung jantan memiliki topi berwarna
kadru, leher dan dada bagian atas putih, sering bernoda kuning. Burung ini terbang di sekeliling dan
di atas tajuk pohon dalam kelompok kecil tetapi sesekali berkumpul sampai lima puluh ekor atau
lebih dengan suara bernada ringkikan yang keras. Ketika terbang bunyi sayapnya dapat terdengar
sampai 300 meter. Beberapa burung mempunyai hiasan seperti tanda pangkat militer pada pangkal
(Brotowidjoyo,1989).
(Howes, 2003).
2.8 Suara
Sebagian besar burung pantai memiliki suara yang khas, yang umumnya akan dapat kita
dengar dengan mudah di lokasi yang terbuka dan datar. Kekhasan suara tersebut dapat digunakan
sebagai salah satu hal yang memandu kita untuk identifikasi. Dalam beberaha kondisi, pengenalan
suara akan lebih bermanfaat karena dapat mengidentifikasi jenis tanpa harus melihat individunya.
Meskipun demikian, untuk mengenal suara masing-masing jenis tentu saja bukan hal yang mudah,
karena diperlukan waktu dan pengalaman yang panjang. Oleh karena itu, para pemula hendaknya
bisa membiasakan diri untuk mengenali suara tersebut, dimulai dari jenis yang paling umum
terdengar (Brotowidjoyo,1989).
BAB III
KESIMPULAN
Untuk mengidentifikasi aves, kita dapat melihat dari ciri morfologi, yaitu dari segi ukuran
badan, menentukan ukuran dapat dilakukan dengan membandingkan ukuran burung yang telah
dikenal umumya; bentuk burung tersebut gemuk, langsing, mempunyai ekor, dan leher pendek atau
panjang, sayap pendek dan membulat atau panjang dan meruncing; susunan warna ada perbedaan
yang nyata pada susunan warna atau tidak, punya garis mata atau tidak, punya garis pada sayap atau
tidak, dan ada atau tidaknya bintik pada badan; bentuk paruhnya, langsing, bulat, pendek, panjang,
lurus atau melengkung; bentuk kaki pendek, sedang, atau panjang, berselaput atau tidak, berlobus
atau tidak; dan identifikasi suara.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Burung mempunyai daya tarik khusus bagi manusia karena berbagai alasan diantaranya
adalah burung lebih mudah dilihat daripada hewan lain. Beberapa burung memiliki ukuran besar,
sebagian diurnal dan sebagai anggota kelas;maka burung banyak hidup berdampingan dalam
lingkungan manusia. Burung memiliki keindahan bentuk dan warna serta cara perkawinan yang
menarik. Beberapa aspek pada burung seperti pola terbang,makanan dan kegiatan kawin tidak
terlalu sulit untuk diamati.Aspek lain yang menarik adalah tingkahlaku burung,suara,siulan dan
nyanyian yang indah yang sangat spesifik bagi tiap-tiap burung. Burung berkembang dari reptilia.
Nenek moyang burung adalah Archeopteriyx yang merupakan kombinasi sifat reptilia dan burung
dan merupakan mata rantai perkembangan evolusi reptil dan burung yang tergambar melalui
temuan fosil zaman Jurasic di daerah bavaria. Beberapa akhli menilai archeopteryx adalah burung
purba dan ada pula yang berpendapat sebagai Dinosaurus yang berbuli,di mana bulu tersebut
merupakan thermoinsulator yang diperlkan pada wkatu terbang.
Meskipun ada sejumlah kecil burung yang tidak dapat terbang,namun semua struktur
aves merupakan bentuk adaptasi untuk terbang. Hal ini jelas tampak pada burung yang tak dapat
terbang seperti burung unta dan penguin yang menunjukan bahwa mereka berasal dari nenek
moyang yang dapat terbang,adaptasi ini tampak dalam bentuk tubuh yang aerodinamik yang
memungkinkan mereka untuk terbang. Berarti lepas dari ukuran tubuh,warna,bentuk paruh dan
kaki,terdapat derajat keaneka ragaman struktur yang sangat tinggi untuk kelas aves jika dibandingkan
dengan kelas lainnya sperti mammalia. Keaneka ragaman struktur ini menyebabkan sistem
klassifikasi yang meliputi perbedaan morfologi sulit untuk dibuat.
Jumlah species burung sangat banyak,bahkan yang terbanyak dibandingkan dengan
kelas lainnya kecuali kelas pisces. Perbedaan antar species seringkali sangat kecil,mungkin hanya
pada perbedaan plumage pada masa kawin, tingkah laku,suara yang hanya mugkin teramati
oleh seorang yang benar-benar akhli. Kadang-kadang spesies yang hampir mirip bentuk dan
warnanya,ternyata berbeda suaranya,sehingga spesiesnya terpisah. Masalah dalam semua
sistematika burung,adalah pengenalan konvergensi. Burung yang berbeda ternyata dapat
menunjukan hubungan kekerabatan yang dekat,atau dinyatakan berkerabat dekat karena
konvergensi dari bentuk yang berbeda yang disebabkan oleh adapatasi terhadap kehidupan.
Klassifikasi berdasarkan prinsip filogenetik sangat penting,tetapi sulit untuk dilakukan untuk memilah
persamaan dan perbedaan pada burung.
1.2 Permasalahan
Permasalahan yang dibahas dalam bab ini adalah cara untuk mempermudah kita mengenali
suatu burung yang kita temui disekitar kita dengan cara mengetahui cara mengklasifikasikan aves
sehingga kita dapat dengan mudah untuk mengenali jenis aves tersebut.
1.3 Tujuan
Tujuan yang diperoleh dalam mempelajari bab ini adalah agar kita dapat mengetahui cara
klasifikasi pada kelas aves sehingga kita dapat dengan mudah nuntuk mengenali jenis aves tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Brotowidjoyo. 1989. Zoologi Dasar. Erlangga. Jakarta
Howes, John. 2003. Panduan Studi Burung Pantai. AWB Publication. Kuala Lumpur
Jasin, M. 1992. Zoologi Vertebrata Untuk Perguruan Tinggi. Sinar Wijaya. Surabaya
Mac Kinnon, J. 1991. Field Guide to The Birds of Jawa and Bali. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta
Novarino, W, Jarulis. 2009. Penuntun Praktikum Taksonomi Hewan Vertebrata. Universitas Andalas .
Padang
Priyono, S. 1991. Identification of live Mammals Live abirds and Reptiles. In proceduring The Cities
Plants and Animals Seminar for the Asia and Ocean Region . Jakarta
Makalah Taksonomi Hewan
Aves
“Cara Identifikasi”
Disusun Oleh:
Nur Janatul Faidah 1509100013
Basilius FM 1509100028
Ratna Juwita 1509100032
Dinda Zahidah 1509100037
Siti Nurhalimah 1509100048
Talitha Rahma 1509100051
Ni Kadek Marina D C 1509100067
M. Ainul M 1509100703
Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
2010
top related