5. analisis banjir rencana psda jatim
Post on 15-Sep-2015
63 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Materi Standar
Modul Pelatihan Analisis Banjir Rencana PSDA JATIM
II. ANALISIS BANJIR RENCANAI. Tujuan, Persyaratan dan Permasalahan Tujuan Instruksional
Tujuan instruksional umum pada modul analisis banjir rencana ini adalah memberikan pembekalan bagaimana melakukan analisis banjir rencana untuk mendukung analisis hidrologi pada khususnya dan perencanaan sumber daya air pada umumnya.
Tujuan Instruksional Khusus pada modul analisis banjir rencana ini adalah memberikan pembelajaran dan bekal pengetahuan kepada peserta pelatihan untuk melakukan analisis banjir rencana untuk berbagai kondisi ketersediaan data (data memadai, data kurang, dan tidak adanya data) dengan berbagai metoda dan pendekatan yang telah diaplikasikan di Dunia maupun di Indonesia.
Setelah selesainya pelatihan ini peserta akan mampu untuk melakukan setiap analisis banjir rencana yang diperlukan untuk analisis hidrologi dan perencanaan dan pengembangan Sumber Daya Air.1.2Persyaratan Peserta
Untuk dapat mengikuti pelatihan analisis banjir rencana ini, peserta pelatihan perlu mempunyai / memiliki hal-hal sebagai berikut: Pengalaman Bekerja dalam bidang pengelolaan hidrologi
Berpendidikan minimal D3
Pengalaman dalam pengolahan data debit Pernah mengikuti pelatihan operasional hidrologi
Mempunyai komputer dan memahami program office dan fortran Memiliki komputer, scanner, printer dan peralatan pengolahan data Waktu yang diperlukan untuk pelatihan analisis curah hujan adalah 5 hari.1.3Permasalahan yang sering dihadapi.
Ketersediaan data debit banjir yang sangat terbatas
Pengujian kualitas debit banjir Distribusi curah hujan Manfaat data debit banjir rencana dalam sumber daya air.
1.4Acuan Normatif
SNI 03-2415-1991:Metode Perhitungan Debit Banjir
SNI 03-2414-1991 : Metode pengukuran debit sungai dan saluran terbuka.
SNI 03-2819-1992 :
Metode pengukuran debit sungai dan saluran terbuka dengan alat ukur arus tipe baling-baling.
SNI 03-2820-1992 :
Metode pengukuran debit sungai dan saluran terbuka dengan pelampung permukaan.
SNI 03-2822-1992:Metode pembuatan lengkung debit dan tabel sungai/saluran terbuka dengan analisa grafis.
SNI 03-3413-1994 :
Metode pengukuran debit puncak sungai dengan cara tidak langsung.
IIData dan persyaratan untuk Analisis Banjir Rencana2.1.Data Yang Diperlukan untuk perhitungan Banjir Rncana Data karakteristik DAS Data hujan
Data debit sungai
Data hidrograf banjir
Data Morfologi sungai
2.2Persyaratan yang diperlukan dalam perhitungan banjir rencana Ketersediaan Data untuk analisisPersyaratan data dalam perhitungan banjir rencana meliputi ketersediaan dan kualitas datanya, Untuk analisis frekuensi debit banjir agar diperiksa periode pencatatan data sebaiknya lebih dari 20 tahun pengamatan dan dipelajari karakteristik dari fungsi distribusi datanya.
Penentuan metode perhitunganBerdasarkan data yang tersedia maka perhitungan debit banjir rencana dapat diklasifikasikan berdasarkan pada pendekatan dari :
a) Data pengamatan debit sesaat maksimum untuk periode waktu > 20 tahun, metoda yang dapat digunakan adalah :
Metode analisis probabilitas frekuensi debit banjir, apabila data aliran sungai yang tersedia cukup panjang ( > 20 tahun), sehingga analisisnya dapat langsung menggunakan metode gumbel, log pearson, atau log normal, baik dengan cara grafis maupun analitis;
b) Data pengamatan debit sesaat maksimum untuk periode waktu < 20 tahun, metoda yang dapat digunakan adalah
1) Metode analisis regional, apabila data debit kurang dari 20 tahun dan lebih besar dari 10 tahun, maka dapat digunakan analisis regional yang merupakan gabungan data dari berbagai DAS yang ada;
2) Metode puncak banjir diatas ambang, apabila data debit yang tersedia diantara 3-10 tahun, metode ini berdasarkan pengambilan puncak banjir dalam selang satu tahun di atas ambang tertentu dan hanya cocok untuk data yang didapat dari pos duga air otomatik (PDAO);
c) Data curah hujan, bilamana data debit sesaat sangat minimum atau tidak tersedia:
Metode empiris yang dapat digunakan apabila perkiraan besarnya banjir didasarkan pada parameter hujan dan karakteristik DAS antara lain :
1) Metode Rasional;
2) Der Weduwen, Melchior dan Haspers;
3) Metode hidrograf satuan;
a. Metode unit hidrograh aktual
b. Metode unit hidrograf sinthetis
4) Metode US-Soil Conservation Service
d) Data debit dikorelasikan dengan data curah hujan dan data karakteristik DAS dengan membuat analisis regresi
Persamaan-persamaan regresi dihasilkan oleh Institute of Hydrology, (IOH) dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Pengairan untuk dapat mengkorelasikan data hujan dan karakteristik DAS dengan kala ulang tertentu dengan menggunakan lengkung analisis regional;
e) Data debit banjir sintetis yang didapat dari hasil simulasi hujan untuk periode waktu > 20 tahun sebagai input ke analisis frekuensi.
Model matematik hubungan antara hujan dan debit melalui tahapan kalibrasi, diupayakan mendapatkan parameter model yang dapat merepresentasikan perioda pengamatan yang ada. Parameter tersebut digunakan untuk mendapatkan banjir pada waktu terjadi hujan yang paling lebat dari setiap tahunnya. Setelah didapat puncak-puncak banjir dari simulasi tersebut selanjutnya debit banjir rencana dihitung dengan menggunakan salah satu fungsi distribusi yang tepat seperti gumbel, pearson, log pearson, gamma, log gamma, normal, dan log normal.
Kalibrasi
Untuk kondisi dimana debit banjir dihitung dari data curah hujan, maka perlu dilakukan kalibrasi dari model parameter hingga diperoleh hubungan yang baik antara hidrograf hasil perhitungan dengan hidrograf hasil pengamatan.
III Perhitungan debit banjir
3.1Tahapan Perhitungan untuk Data pengamatan debit sesaat maksimum untuk periode waktu > 20 tahun
Untuk kondisi dimana tersedia data debit pengamatan sesaat hasil observasi / hasil simulasi akan dilakukan analisis dengan tahapan sebagai berikut :3.1.1 Analisis probabilitas frekuensi debit banjir
Analisis hubungan kala ulang (T) dan perhitungan probabilitas (p) dinyatakan dengan p = 1/T. Untuk perhitungan analisa frekuensi dapat dilakukan dengan analitis atau grafis. Untuk perhitungan besarnya banjir rencana dari data debit yang periode pengamatannya > 20 tahun dapat dilihat pada diagram/flowchart Gambar 3.1 di bawah ini.
Gambar 3.1 Prosedur perhitungan banjir rencana dengan analisa frekuensi
3.1.2 Pemilihan fungsi distribusi
Data debit banjir sesaat hasil pengamatan > 20 tahun dibuat histogramnya dan coba untuk didekati dengan salah satu fungsi distribusi seperti Distribusi Normal, Log Normal, Gama, Pearson, Log Pearson, Gumbel dan lain-lain.
3.1.3 Pendekatan grafis untuk menghitung besarnya banjir rencana
Data debit banjir sesaat hasil pengamatan > 20 tahun diurut dari besar ke kecil lalu dihitung besarnya frekuensi distribusi dengan rumus :
(periode ulang)(3.1)
dengan pengertian :
nadalah jumlah data
i adalah urutan data
adalah sangat tergantung pada karakteristik distribusinya :
( adalah 3/8 (Bloon Formula, Normal Distribusi)
( adalah 0,44 (Gringorten Formula, Gumbel Distribusi)
( adalah 0 (Weibull Formula, uniform distribusi )
( adalah (Hazen Formula)
( adalah 2/5 (Cunnane Formula)
Prosedur dalam menentukan besarnya banjir rencana dengan metode grafis :
Tentukan puncak-puncak banjir setiap tahunnya (>20 th)
Urutkan puncak banjir tersebut dari besar ke kecil,
Hitung besarnya frekuensi dari fungsi distribusi yang dipilih
Tentukan periode ulang banjir dengan menghitung
Plot hubungan antara besarnya periode ulang dengan debit yang telah diurut.
3.1.4 Cara analisis
Perhitungan debit banjir dapat dilakukan dengan pendekatan analisis dengan prosedur sebagai berikut:
1) Bilamana data mengikuti Fungsi Distribusi Gumbel
Persamaan Gumbel untuk kala ulang (Tr)
(2)
(3)
(4)
Y = -ln (-ln ())(5)
dengan pengertian:
adalah rata-rata tahunan dari seri data debit pengamatan banjir sesaat
Sxadalah simpangan baku
Yadalah perubahan reduksi
Nadalah jumlah data
XTr adalah besarnya debit banjir rencanauntuk kala ulang Tr
Tr adalah periode ulang
Prosedur perhitungan debit banjir dengan metoda Gumbel:
1) Kumpulkan data debit banjir sesaat maximum > 20 tahun
2) Hitung parameter statistik dari data debit banjir sesaat
= rata-rata
= standar deviasi
= kemiringan (skewness)
= Koefisien kurtosis
3) Periksa apakah ( ( 1.14 dan kurtosis 5,4 jika ya maka dapat menggunakan formula Gumbel, jika tidak pilih distribusi lainnya
4) Jika ( ( 1.14, hitung besarnya Y dan XTr dari persamaan-persamaan tersebut di atas.
2)Bilamana data mengikuti Fungsi Distribusi selain Gumbel (Normal, Log Normal, Gamma dan Pearson).
Fungsi distribusi lain yang dapat digunakan untuk analisis frekuensi adalah seperti terlihat pada tabel 1 kolom 1, Untuk pemecahan fungsi distribusi tersebut, persamaan fungsi distribusi perlu ditrasformasikan ke standar gamma atau standar normal distribusi.
Distribusi Gamma, Log gamma, Pearson, Log Pearson ditransformasikan ke distribusi standar gamma yang tersedia tabelnya (tabel 2, adalah tabel standar gamma) sedangkan Distribusi Normal dan Log Normal ditransformasikan ke distribusi standar normal yang juga tersedia tabelnya (tabel 3 adalah tabel standar normal).
Dengan melakukan perhitungan besarnya rata-rata dari data pengamatan puncak-puncak debit hasil pengamatan ( atau (x), standar deviasi ((x) dan skewness/ kemiringan ((x) dapat dihitung parameter dari suatu fungsi distribusi dengan prosedur sebagai berikut :
1) Hitung besarnya ((x) , (x, dan (x dari data puncak-puncak banjir dengan periode > 20 tahun
2) Hitung besarnya parameter distribusinya, sebagai contoh untuk perhitungan distribusi Pearson (parameter distribusinya a,b dan c)
b diketahui
a diketahui
(x = ab + c c diketahui
Dengan menggunakan formula seperti terlihat pada tabel 1 kolom 5 dapat ditentukan besarnya debit banjir rencana dengan prosedur sebagai berikut :
1) Tentukan besarnya periode ulang banjir
2) Hitung besarnya probabilitas kemungkinan terjadinya (p) = dan
Kemungkinan tidak terjadi (np) = 1 - (tabel 2 dan 3) untuk dapat y atau w
3) Dari parameter model dan nilai (y atau w), hitung besarnya debit banjir rencananya
Berikut disajikan secara umum beberapa sifat khas masing-masing distribusi.
Distribusi Normal
Memiliki sifat khas yaitu nilai asimetrisnya (skewness) hampir atau sama dengan nol (Cs ( 0) dengan kurtosis = 3
Distribusi Log Normal
Memiliki sifat khas yaitu nilai asimetrisnya (Skewness) Cs hampir sama dengan 3 dan bertanda positif. Atau dengan nilai Cs kira-kira sama dengan tiga kali nilai koefisien variassi Cv.
Distribusi Gumbel Tipe I
Memiliki sifat khas yaitu nilai asimetrisnya (skewness) Cs ( 1,1396. Sedangkan nilai kurtosis Ck ( 5,4002
Distribusi Log Pearson Tipe III
Tidak mempunyai sifat khas yang dapat dipergunakan utuk memperkirakan jenis distribusi ini.
Prosedur didalam menghitung besarnya banjir rencana dengan menggunakan normal distribusi
1) Pilih puncak-puncak banjir setiap tahunnya (< 20 tahun)
2) Hitung parameter statistik yang terdiri dari rata-rata, standar deviasi dan kemiringan data debit banjir
3) Tentukan besarnya perioda ulang banjir yang akan dihitung
4) Hitung probabilitas kemungkinan terjadi (p) = 1/T dan kemungkinan tidak terjadi (np) = 1 1/T
5) Lihat tabel stadard normal, tentukan nilai Y dari (np) yang dihitung
6) Hitung besarnya banjir rencana dengan formula
XTR= + (Y(6)
dengan pengertian:
XTR adalah debit banjir rencana untuk suatu periode ulang Tr
X adalah rata-rata puncak debit banjir
( adalah standar deviasi dari data puncak debit banjir
Y adalah nilai yang didapatkan dari tabel standar normal dan tergantung pada perioda ulangnya
Prosedur didalam menghitung besarnya banjir rencana dengan menggunakan log Normal distribusi ada 2 pendekatan :
a) melogaritmakan data puncak debit banjir
b) Menghitung parameter fungsi distribusi log normal 3 parameter (a, c, k)
Prosedur a :
1) Pilih puncak-puncak banjir setiap tahunnya (> 20 tahun)
2) Data puncak banjir dilogkan (log x1, log x2, log x3..... dst)
3) Misalkan Z1 = log xx1, Z2 = logx2 dst
Hitung parameter statistik dari data Z (, ,)
4) Tentukan besarnya periode ulang (T tahun) banjir yang akan dihitung
5) Hitung (P) = 1/T dan (np) = 1 - 1/T
6) Lihat tabel standar normal, tentukan nilai y dari (np) yang dihitung
7) Hitung besarnya ZTR = + (z . Y
8) Hitung besarnya debit banjir rencana dengan formula
XTr = 10
(7)
Prosedur b:
Prosedur perhitungan debit banjir dengan fungsi distribusi log normal 3 parameter (a, c, dan k) :
1) Pilih puncak-puncak banjir setiap tahun pengamatan (> 20 tahun)
2) Hitung parameter statistik () dari data debit tersebut
3) Hitung parameter fungsi distribusi
(8)
(9)
(10)
(11)
4) Hitung (p) = 1/T dan (np) = 1 - 1/T
5) Dari tabel standard normal distribusi dan nilai kemungkinan tidak terjadi (np) tentukan nilai y
6) Hitung besarnya banjir rencana
XTR= a + c exp (Ky) (12)
Prosedur perhitungan debit banjir dengan fungsi distribusi gamma
1) Pilih puncak-puncak banjir setiap tahun pengamatan (> 20 tahun)
2) Hitung parameter statistik (, (, () dari data debit tersebut
3) Hitung parameter fungsi distribusi
4) Hitung (p) = 1/T dan (np) = 1 1/T
5) Dari tabel standard gamma distribusi, nilai b dan kemungkinan tidak terjadi (np) yang telah dihitung tentukan, diperoleh nilai w
6) Hitung besarnya debit banjir rencana
XTr = a . w(13)
Prosedur perhitungan debit banjir dengan distribusi log gamma
1) Pilih puncak-puncak banjir setiap tahun selama > 20 tahun
2) Ambil harga log dari puncak-puncak banjir tersebut
(z1 = log X1, z2 = log X2 ................. dst)
3) Hitung parameter statistik dari seri data zi(, ,)
4) Hitung parameter fungsi distribusi
5) Hitung (p) = 1/T dan (np) = 1 1/T
6) Dari tabel standard gamma distribusi, nilai b dan kemungkinan tidak terjadi (np) yang telah dihitung, tentukan nilai w
7) Hitung ZTr = a.w
8) Hitung besarnya debit banjir rencana XTR = 10
Prosedur perhitungan debit banjir rencana dengan menggunakan distribusi pearson
1) Pilih puncak-puncak banjir setiap tahun selama > 20 tahun
2) Hitung parameter statistik dari data banjir tersebut (, (, ()
3) Hitung parameter distribusi pearson
4) Hitung P = 1/T dan up = 1 1/T
5) Dari tabel standard gamma distribusi dan nilai b, up yang telah dihitung, tentukan nilai w
6) Hitung besarnya hujan rencana XTR= c + aw
Prosedur perhitungan debit banjir dengan distribusi Log Pearson
9) Pilih puncak-puncak banjir setiap tahun selama > 20 tahun
10) Ambil harga log dari puncak-puncak banjir tersebut
(z1 = log X1, z2 = log X2 ................. dst)
11) Hitung parameter statistik dari seri data zi(, ,)
12) Hitung parameter fungsi distribusi
= c +ab c didapat13) Hitung (p) = 1/T dan (np) = 1 1/T
14) Dari tabel standard gamma distribusi, nilai b dan kemungkinan tidak terjadi (np) yang telah dihitung, tentukan nilai w
15) Hitung ZTr = c + a.w16) Hitung besarnya debit banjir rencana XTR = 10
Tabel 3.1 Hubungan antara fungsi distribusi, parameter dan besarnya
debit banjir rencana
Tabel 3.2 Standar Gamma
Tabel 3.3 Luas Dibawah Kurva Standar Normal Distribusi
3.2 Metode Puncak Banjir di Atas Ambang
Metode ini digunakan untuk memperkirakan debit banjir rata-rata tahunan (Q) pada suatu pos dugaair dengan data pencatatan yang pendek 3 sampai 10 tahun. Dalam penentuan batas ambang (Ho) harus memperhatikan syarat puncak banjir dalam satu tahun 2 5 kali kejadian. Pengambilan puncak banjir yang berdekatan harus memperhatikan ikhwal : (1) Ts > 3 Tr dan (2) qt < 2/3 q1 (lihat Gambar 3.2)
Gambar 3.2 Penentuan batas ambang pada hidrograf aliran
Jika air banjir melampaui ambang Ho atau qo, puncak banjir dapat digunakan sebagai data untuk menghitung banjir rata-rata tahunan (), dengan menggunakan rumus :
= qo + ((0,5772 + ln L) m3/det
(3.14)
dengan pengertian :
(3.15)
L = M/N(3.16)
dengan pengertian :
M adalah kejadian banjir di atas ambang
N adalah jumlah tahun pencatatan data
qo adalah debit batas ambang (m3/det)
3.3 Analisis Regional
Data debit yang kurang dari 20 tahun tidak boleh langsung digunakan untuk analisis frekuensi. Lengkung frekuensi banjir dibentuk oleh hubungan besarnya berbagai banjir tahunan dengan kala ulangnya. Apabila lengkung frekuensi banjir tersebut dibagi dengan besarnya banjir rata-rata tahunan, maka dapat menghasilkan lengkung frekuensi banjir tanpa dimensi. Dengan menggabungkan seluruh data dan stasiun duga air dalam satu regional yang telah dibagi oleh indeks banjir rata-rata tahunan () tadi, maka didapat lengkung frekuensi banjir regional baru. Untuk mendapatkan besaran probabilitas yang dilampui puncak banjir yang terjadi setiap tahunnya, Q/ dari N tahun data harus disusun dari harga terendah (Q1) sampai tertinggi (Qn), kemudian m ditentukan dari urutan Q1 dan harga terbesar adalah Qn.
Posisi penggambaran (p) yang berdasarkan urutan m dirumuskan oleh Gringorten sebagai berikut :
(3.17)
Apabila kertas Gumbel tidak tersedia, sehingga harga Q/ tidak langsung tergambarkan, maka harus dihitung dulu factor reduksi Y dari harga p.
Ym = -ln[(-ln(p)] (3.18)
Sedangkan harga factor reduksi Y, dihitung dari factor kala ulang :
(3.19)
dengan pengertian :
T adalah kala ulang (thn)
Dengan menggunakan proses persamaan di atas didapat persamaan untuk Pulau Sumatera dan Jawa didapat persamaan lengkung frekuensi banjir sebagai berikut:
(3.20)
Dengan pengertian:
u adalah 0,848
a adalah 0,219
k adalah -0,2148
Y adalah faktor reduksi
QT adalah debit banjir untuk kala ulang T tahun
adalah debit banjir rata-rata tahunan
Untuk mempermudah pemakaiannya disajikan dalam bentuk grafik lengkung gabungan frekuensi banjir, yang dikumpulkan dari 92 pos duga air Jawa dan Sumatera dari kala ulang 2 tahun hingga untuk kala ulang hingga 1000 tahun. Grafik tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.2
3.4Kondisi dimana tidak tersedia / sangat kurangnya data debit banjir sesaat
Dalam kondisi yang demikian maka dapat dilakukan perhitungan besarnya banjir rencana dari besarnya hujan, untuk itu beberapa analisis curah hujan perlu dilakukan (Lihat Analisis Hujan). Beberapa metoda seperti rasional dan empiris dapat digunakan untuk menghitung besarnya debit banjir rencana, namun hasil perhitungan banjir rencana dengan menggunakan data curah hujan mengasumsikan bahwa debit banjir rencana T tahun diasumsikan sama besarnya dengan debit banjir rencana dari analisis hujan rencana T tahun.3.5 Metode Rasional
3.5.1 Metode rasional praktis
Metode ini dapat menggambarkan hubungan antara debit limpasan dengan besar curah hujan secara praktis berlaku untuk luas DAS hingga 5.000 hektar. Dua komponen utama ialah waktu konsentrasi (tc) dan intensitas curah hujan (itc).
Persamaan yang digunakan:
Qp = 0,00278 C.I.A(3.21)
dengan pengertian :
Qpadalah debit puncak banjir (m3/det)
Cadalah koefisien limpasan
Iadalah intensitas hujan selama waktu konsentrasi (mm/jam)
Aadalah luas daerah aliran (ha)
Keterangan:
1) salah satu cara menghitung tc, Kirpich (1940)
tc = 0,00195 l0,77 S-0,385(3.22)
dengan pengertian :
tcadalahwaktu dalam menit
ladalahpanjang lereng dalam m
Sadalahkemiringan lereng m/m
2) koefisien limpasan C, diperkirakan dengan meninjau tata guna lahan (lihat Tabel 3.5).
Tabel 3.5 Nilai koefisien limpasan
Karakteristik tanahTata guna lahanKoefisien Limpasan (C)
Campuran pasir dan/ atau campuran kerikil
Geluh dan sejenisnya
Lempung dan sejenisnyaPertanian
Padang rumput
Hutan
Pertanian
Padang rumput
Hutan
Pertanian
Padang rumput
Hutan0,20
0,15
0,10
0,40
0,35
0,30
0,50
0,45
0,40
3.5.2 Metode Melchior, der Weduwen, dan Haspers
Metode rasional pada umumnya berlaku untuk DAS yang luasnya sampai dengan 5.000 hektar, khusus untuk wilayah Jakarta, anggapan-anggapan yang digunakan dalam penerapan metode rasional pada DAS yang luasnya lebih dari 5.000 hektar, adalah : intensitas hujan yang merata di seluruh DAS untuk waktu curah hujan tertentu, waktu hujan sama dengan waktu konsentrasi dari DAS, puncak banjir dan intensitas hujan mempunyai kala ulang yang sama; digunakan rumus :
Qmax = (. (..f q(3.23)
dengan pengertian:
Qmaxadalah debit maksimum (m3/det)
(adalah koefisien aliran
(adalah koefisien reduksi
fadalah luas daerah aliran (km2)
qadalah hujan maksimum (m3/km2/det)
dengan penjelasan sebagai berikut :
1) metode Melchior, dengan ketentuan sebagai berikut :
(1) koefisien aliran berkisar antara 0,42 0,62 dan disarankan memakai 0,52
(2) koefisien reduksi digunakan rumus :
(3.24)
(3) waktu konsentrasi ditentukan terlebih dahulu untuk mempercepat curah hujan maksimum dengan rumus :
(3.25)
dengan pengertian :
tk adalah waktu konsentrasi (jam)
L adalah panjang sungai (km)
V adalah kecepatan air rata-rata (m/det)
keterangan :
V = 1,31
(3.26)
i =
(3.27)
dengan pengertian :
H adalah beda tinggi antara dasar sungai di mulut DAS dengan dasar sungai di titik 0,9L ke arah hilir.
maka :
T = 0,186L.Q.i
(3.28)
(4) hujan maksimum (q) dihitung dari grafik hubungan persentase curah hujan dengan t terhadap curah hujan harian dengan luas DAS dan waktu (lihat Gambar 2.4)
Gambar 3.4 Distribusi hujan dalam 24 jam (menurut Melchior)2) Metode der weduwen, dengan ketentuan :
(1) koefisien aliran (a) dihitung dengan rumus :
(3.28)
(2) koefisien reduksi () dihitung dengan rumus :
(3.29)
(3) waktu kosentrasi () dihitung dengan rumus :
(3.30)
(4)hujan maksimum (q) dihitung dengan rumus :
q =
(3.31)
dengan pengertian :
t adalah 1/6 sampai dengan 12 jam
f adalah < 50 km
3) Metode Haspers, dengan ketentuan :
(1) koefisien aliran () dihitung dengan rumus :
(3.32)
(2) koefisien reduksi () dihitung dengan rumus :
(3.33)
(3) waktu konsentrasi dihitung dengan rumus :
(3.34)
(4) hujan maksimum menurut Haspers dihitung dengan rumus :
(3.35)
Rt =
(3.36)
dengan pengertian :
t adalah waktu curah hujan (jam)
q adalah hujan maksimum (m/km/detik)
adalah curah hujan maksimum rata-rata (mm)
adalah simpangan baku
Y adalah variabel simpangan untuk kala ulang T tahun
adalah curah hujan dengan kala ulang T tahun (mm)
berdasarkan Haspers ditentukan:
untuk t-< 2 jam,
(3.37)
dengan pengertian :
t adalah waktu curah hujan (jam)
adalah curah hujan dalam 24 jam (mm)
adalah curah hujan dengan waktu t jam (mm)
untuk 2 jam < t < 19 jam,
(3.38)
untuk 19 jam < t < 30 hari,
(3.39)
dengan pengertian :
t adalah waktu curah hujan (hari)
adalah curah hujan dalam 24 jam (mm)
adalah curah hujan dalam t jam (mm)
3.5.3 Metode Jepang
(3.40)
(3.41)
(3.42)
(3.43) Dimana :
i = slope, L = Panjang Sungai (km)
V = Kecepatan aliran (m/sec)
t = waktu (jam)
= Curah Hujan (jam)
R1oo = Hujan Rencana dgn perioda ulang 100 thn
f = Luas DAS (Km2)
3.6 Metode empiris
Debit banjir dapat dihitung dengan metode empiris apabila data debit observasi tidak tersedia dalam kuantitas yang memadai. Parameter yang didapat bukan secara analitis, tetapi berdasarkan korelasi antara hujan dan karakteristik DAS terhadap banjir, dalam hal ini metode empiris yang dipakai adalah metoda hidrograf satuan.
3.6.1 Metode hidrograf satuan
Yang perlu diperhatikan dalam metode hidrograf satuan adalah hujan efektif, aliran dasar dan hidrograf limpasan. Dalam menentukan besarnya banjir dengan hidrograf satuan diperlukan data hujan jam-jaman. Metode ini mencari hubungan antara limpasan permukaan dan hujan sebagai penyebabnya (walaupun sudah jelas terlihat bahwa kuantitas dan intensitas hujan mempunyai pengaruh langsung terhadap hidrograf), maka dengan hidrograf satuan dapat dijelaskan bagaimana hubungannya, berapa besar pengaruh hujan efektif terhadap limpasan permukaan.
Beberapa hal yang diperlukan dalam membuat unit hidrograf satuan :
1) Tentukan besarnya hujan efektif dapat dihitung dengan menggunakan metode indeks atau metode Horton :
(a) metode indeks, mengasumsikan bahwa besarnya kehilangan hujan dari jam ke jam adalah sama, sehingga kelebihan dari curah hujan akan sama dengan volume dari hidrograf aliran seperti (lihat Gambar 3.5)
Gambar 3.5 Metode indeks
(b) sedangkan metode Horton mengasumsikan bahwa kehilangan debit aliran akan berupa lengkung eksponensial, sehingga makin besar jumlah hujan yang meresap akan mengakibatkan tanah menjadi cepat jenuh akibatnya besar resapan akan berkurang dan akan mengikuti rumus Horton sebagai berikut :
(3.44)
dengan pengertian :
adalah kapasitas infiltrasi pada waktu t (mm)
adalah harga akhir dari infiltrasi
adalah kapasitas infiltrasi permulaan yang tergantung dari hujan sebelumnya, dapat diperkirakan 50%-80% dari curah hujan total
k adalah konstanta yang tergantung dari tekstur tanah
t adalah waktu sejak hujan mulai
Contoh metode Horton dapat di lihat pada Gambar 3.6 dibawah ini.
Gambar 3.6 Metode Horton
2) Pilih Hidrograf limpasan, terdiri dari dua komponen pokok yaitu : debit aliran permukaan dan aliran dasar dan pisahkan aliran permukaan dan aliran dasarnya.
Cara praktis, untuk mendapatkan besarnya aliran permukaan adalah sebagai berikut:
(a) debit aliran dasar merata dari permulaan hujan sampai akhir dari hidrograf aliran (lihat Gambar 3.7);
(b) debit aliran dasar ditarik dari titik permulaan hujan sampai titik belok di akhir hidrograf aliran (lihat Gambar 3.8);
(c) debit aliran dasar terbagi menjadi dua bagian, yaitu bagian pertama mengikuti pendekatan cara ke-1 sampai titik belok bagian atas (awal dari aliran antara), bagian ke-2 mengikuti pendekatan cara ke-2, (lihat Gambar 3.9);
Gambar 3.7 Debit aliran dasar merata
dari permulaan hujan sampai akhir dari hidrograf aliran
Gambar 3.9 Debit aliran dasar terbagi menjadi dua bagian
3) Tentukan besarnya unit hidrograf dengan membagi ordinat limpasan permukaan dengan hujan efektif.
4) Untuk menghitung besarnya hidrograf banjir dihitung dengan mengalikan besarnya hujan efektif untuk kejadian banjir dengan kala ulang tertentu dengan hidrograf satuan yang didapat, selanjutnya ditambah aliran dasar.
Asumsi dan pendekatan dalam pembentukan hidrograf satuan :
1. Hujan efektif terdistribusi dengan intensitas sama (uniform) selama periode yang ditentukan.
2. Hujan efektif didistribusi merata pada seluruh Daerah Aliran Sungai (DAS).
3. Hujan efektif yang terjadi dengan durasi yang sama, akan menghasilkan aliran dengan durasi waktu (time base) yang sama pula. Tetapi jumlah limpasan/run off yang terjadi tergantung dari intensitas hujannya.
Gambar 3.10 Hidrograf aliran
4. Dengan kenaikan intensitas hujan effektif/netto secara proposional i' = n.i dengan durasi yang sama, dihitung hidrograf limpasan dengan ordinat Q' = n.Q pula (kenaikan Q sebanding dengan kenaikan i)
Gambar 3.11 Hidrograf aliran
5. Diberlakukannya prinsip super posisi
Gambar 3.12 Super posisi hidrograf aliran
Penguasaan teknik unit hidrograf digunakan sebagai salah satu dasar yang penting dari sutu metoda untuk memperkirakan hidrograf banjir (flood hydrograph) dari suatu hujan rencana (design rainfall).Unit hidrograf merupakan fungsi response yang bersifat linear dari suatu input hujan effektif menjadi limpasan langsung sebagai output.
Gambar 3.13 Unit hidrograf
Untuk suatu daerah aliran tertentu dapat ditentukan bahwa 1 satuan hujan efektif (mm atau cm atau inch) yang berlangsung selama 1 jam akan menghasilkan suatu karakteristik hidrograf limpasan langsung yang disebut t jam unit hidrograf. Sehingga dapat didefinisikan bahwa :
t jam unit hidrograf adalah hidrograf limpasan langsung yang dihasilkan oleh 1 satuan hujan effektif (mm, cm, atau inch) yang jatuh merata di daerah aliran sungai selama t jam.
Volume dari unit hidrograf sama dengan volume dari 1 satuan tebal air yang tersebar merata di seluruh luas daerah aliran.
Pembentukan hidrograf dengan unit hidrograf :
Gambar 3.14 Proses perhitungan hidrograf aliran
Ordinat hidrograf limpasan langsung total :
(aliran rata-rata pada waktu t) =
(aliran rata-rata pada waktu 2t)
=
(aliran rata-rata pada waktu 3t)
=
(aliran rata-rata pada waktu 4t)
=
(aliran rata-rata pada waktu 5t)
=
(aliran rata-rata pada waktu 6t)
=
=
(aliran rata-rata pada waktu 7t)
=
=
(aliran rata-rata pada waktu 8t)
=
3.6.2 Prosedur pembuatan hidrograf satuan pengamatan (Actual Unit Hydrograph)
Dalam metode ini dikemukakan bahwa hidrograf satuan hasil pengolahan data pengamatan merupakan salah satu alat untuk memperkirakan hidrograf banjir jika diketahui data curah hujan dan karakteristik fisik daerah aliran yang tidak banyak mengalami perubahan. Metode ini dipergunakan bila data debit yang tersedia sangat terbatas dan berlaku untuk luas daerah aliran yang tidak terlalu besar. Prosedur pengerjaan hidrograf satuan pengamatan (Actual Unit Hudrograph) adalah sebagai berikut:
1) Dari pencatatan hujan lebat, yang turun merata di suatu daerah, pilih beberapa intensitas dengan durasi tertentu disesuaikan dengan waktu kejadian banjir yang dipilih.
2) Dari pencatatan data debit banjir, dipersiapkan hidrograf banjir (flood hydrograph) selama beberapa hari sebelum dan sesudah perioda hujan pada butir 1.
3) Pisahkan aliran dasar (Base Flow): terhadap aliran permukaan dengan berbagai metode yang ada.
4) Dari hasil pemisahan ini, akan didapat/dihitung ordinat aliran dasar dan ordinat limpasan langsung.
5) Hitung tinggi aliran (heff) dengan persamaan:
(3.45)
= (cm) (3.46)
dengan pengertian :
A adalah luas daerah aliran (m2)
adalah ordinat debit limpasan langsung adalah
adalah debit limpasan
adalah debit limpasan dasar
t adalah batas interval
heff adalah tinggi aliran dalam m atau mm
6) Hitung ordinat-ordinat hidrograf satuan dengan rumus.
Ordinat-ordinat hidrograf satuan = ordinat-ordinat limpasan langsung / heff
WaktuDebit TotalAliran Dasarordinat limpasan langsungordinat hidrograf satuan
Tgl.Jam(m3/det)(m3/det)(m3/det)(m3/det/cm)
(1)(2)(3)(4)=(2)-(3)(5)=(4)/heff
(3.47)
Penyelesaian :
Langkah-langkah perhitungan
a) Pemisahan aliran dasar (base flow) terhadap aliran permukaan
Debit total = limpasan langsung + aliran dasar
Atau
Ordinat limpasan langsung = debit total - aliran dasar
(4) = (2) - (3)
b) Menghitung jumlah debit limpasan langsung dari seluruh interval waktu
(3.48)
c) Menghitung volume limpasan langsung dengan persamaan
(3.49)
(3.50)d) Menghitung ordinat-ordinat hydrograf satuan dengan rumus :
Ordinat-ordinat hydrograf satuan =
(3.51)
atau
Kol (5) =
(3.52)
3.6.3 Metode Sinthetic Unit Hydrograph Soil Conservation Service (SCS) USA
Hidrograf satuan tak berdimensi SCS adalah hidrograf sintetis yang diekspresikan dalam bentuk perbandingan antara debit q dengan debit puncak qp dan waktu t dengan waktu naik (time of rise) Tp seperti gambar 20 dan tabel 7 memperhatikan koordinat dari hidrograf ini.
Nilai qp dan Tp dapat diperkirakan dengan menggunakan penyederhanaan model hidrograf satuan segitiga seperti gambar 20 b, dengan satuan waktu jam dan debit dalam m3/det.
Dalam kajian terhadap banyak hidrograf satuan, waktu turun (time of recession) dapat diperkirakan sebesar 1,67 Tp dan basis hidrograf tp = 2,67 Tp. Untuk limpasan langsung (direct runoff) sebesar 1 cm diperoleh debit puncak.
(3.53)
dimana :
qp= puncak hidrograf satuan (m3/dt)
C= konstanta = 2,08
A = luas DPS (km2)
Tp = waktu naik atau waktu yang diperlukan antara permulaan hujan hingga mencapai puncak hidrograf (jam)
Lama waktu kelambatan (lag time)
Tp = 0,6 Tc (3.54 )
dimana :
tp = waktu kelambatan yaitu waktu antara titik berat curah hujan hingga puncak hidrograf (jam)
Tc= waktu konsentrasi yang dapat dihitung dengan rumus KIRPICH (1940)
Tc= 0.01947 L077 S-0,385 (3.55)
dimana :
Tc= waktu konsentrasi (menit)
L= panjang maksimum lintasan air (m)
S= kemiringan (slope) DPS = (H/L
(H= perbedaan ketinggian antara titik terjauh di DPS dengan tempat pelepasan (outlet)
Waktu naik (time of rise)
.(3.56)
Tp= waktu naik (jam)
Tr= lama terjadinya hujan efektif (jam)
Tp= waktu kelambatan (jam)
Langkah perhitungan :
1. Ambil durasi hujan tc dari data hujan yang tersedia
2. Hitung waktu konsentrasi tc3. Hitung lama waktu kelambatan tp4. Hitung waktu naik Tp5. Hitung puncak hidrograf satuan qp6. Hidrograf tak berdimensi seperti gambar 20 dapat diperoleh dengan mengalikan sumbu horizontal dengan Tp dan sumbu vertikal dengan qp serta basis hidrograf tp = 2,67 Tp
Tabel 3.6 Koordinat hidrograf satuan tak berdimensi SCS
t/tpq/qpt/tpq/qpt/tpq/qp
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
1,00
0,015
0,075
0,16
0,28
0,43
0,60
0,77
0,89
0,97
1,001,1
1,2
1,3
1,4
1,5
1,6
1,8
2,0
2,2
2,4
2,60,98
0,92
0,84
0,75
0,66
0,56
0,42
0,32
0,24
0,18
0,132,8
3,0
3,5
4,0
4,5
5,00,098
0,075
0,036
0,018
0,009
0,004
Pengujian hasil perhitungan debit banjir desain :
Untuk mempertinggi tingkat ketelitian hasil hitungan dari metode yang dipilih, disamping perlu dilakukan kalibrasi terhadap metode yang dipakai juga dapat diuji dengan cara sebagai berikut :
a. Hasil perhitungan dibandingkan dengan hasil-hasil pengukuran debit yang pernah dilakukan di DPS lain didekatnya yang kondisinya hampir bersamaan.
b. Dibandingkan dengan metode-metode unit hidrograf yang lain.
3.7Metode statistik
3.7.1Metode Institute of hydrology Wallingford (IOH)
Metode ini merupakan salah satu persamaan statsitik yang telah dikembangkan oleh IOH dan Pusat litbang Air berdasarkan data hujan dan karakteristik fisik DAS di Jawa dan Sumatera. Karakteristik fisik DAS yang digunakan ialah :
1) luas DAS (A) merupakan karakteristik yang penting dalam menentukkan besar puncak banjir dan diukur dalam kilometer persegi, pengukuran luas DAS berdasarkan peta topografi yang umumnya berskala 1 : 50.000 atau 1.100.000;
2) indeks kemiringan sungai (m/km) merupakan perbedaan tinggi titik yang ditinjau dengan titik yang tertinggi di hulu sungai dari DAS, dan dibagi oleh panjang sungai utama, dinyatakan dalam meter per kilometer;
3) indeks danau (Lu) yaitu tampungan dari suatu danau atau resevoir dapat secara nyata mengurangi tinggi puncak banjir, besarnya pengurangan banjir tergantung dari letak danau terhadap DAS, indeks danau dihitung dengan rumus :
(3.57)
harga indeks danau yang digunakan dalam persamaan regresi tidak boleh melebihi 0,25, apabila luas permukaan danau lebih kecil daripada 1 %, maka indeks danau dapat diabaikan;
4) rata-rata curah hujan terbesar selama 24 jam dalam setahun (P), yaitu harga rata-rata curah hujan terbesar selama 24 jam dalam setahun didapat dari peta isohietnya (lihat lampiran untuk Pulau Jawa dan Sumatera) dan dikalikan dengan faktor pengurang (ARF), selanjutnya faktor pengali (ARF) didapat dari luas DAS, yaitu :
Tabel 3.7 Luas DAS dengan ARF
Luas DAS : A (km2)ARF
1 10
10 30
30 30.0000.99
0.97
1.152 0.1233 Log A
Dari keempat karakteristik DAS dengan cara regresi didapat rumus :
= 8.0 x 10-6 x AV x P2.445 x S0.117 x (1 + L)-0.85 (m3/det) (3.58)
pangkat dari luas A, ialah v merupakan fungsi luas DAS dan dihitung dengan rumus :
v = 1,02 - 0,0275 log A
Tabel 3.8 harga V untuk berbagai Luas DAS
LUAS (km2)v
1
5
10
50
100
500
1000
5000
100001.020
1.001
0.993
0.973
0.965
0.946
0.938
0.918
0.910
3.7.2 Metoda Sinthetik Unit Hidrograp dari Snyder
Perhitungan Hidrograp satuan dari Snyder :
L adalah Panjang sungai (km)
LC adalah Panjang sungai dari titik berat basin ke outlet (km)
adalah Waktu dari titik berat curah hujan efektif ke puncak banjir
C1, n adalah Koefisien-koefisien yang tergantung dari karakteristik daerah pengalirannya
qp adalah Debit maksimum unit hidrograp (liter/det/km2)
cp adalah Koefisien tergantung dari karakteristik daerah pengalirannya
adalah Lamanya curah hujan efektif
Jika >
Sehingga didapat waktu untuk mencapai debit maksimum
Jika 20 tahun), sedangkan metoda stokastik dan optimasi tidak lazim untuk digunakan dalam menentukan debit banjir.
Dari metode/model deterministik, banyak pendekatan yang telah dikembangkan sehingga model dapat diklasifikasikan ke dalam sistem nya (black box/konseptual), sistim persamaannya (linear, non linear), parameternya (hurup/distributed) dan lain-lain. Model mana yang layak untuk digunakan sangat tergantung pada ketersediaan data resiko kegagalan serta tahapan dari studi yang dilakukan.
Prosedur pemanfaatan model matematik untuk penentuan debit banjir rencana :
1. Pilih model matematik untuk mensimulasikan hidrograf banjir yang terjadi.
2. Pilih hidrograf banjir dan hujan yang mengakibatkan terjadinya banjir tersebut.
3. Lakukan kalibrasi untuk mendapatkan nilai parameter dari model yang dipilih.
4. Lakukan verifikasi dengan mengambil hidrograf banjir dan hujan yang mengakibatkannya dengan menggunakan parameter yang telah didapat dari hasil kalibrasi. Jika hasilnya rekonstitusi hidrografnya baik lanjut ke tahap selanjutnya (5) jika kurang baik kembali ke tahap (3).
5. Pilih hujan paling maksimum untuk setiap tahunnya dengan menggunakan parameter model yang diperoleh dapat ditentukan besarnya hidrograf banjir akibat hujan terbesar tersebut. Lakukan proses ini untuk sepanjang tahun pengamatan hujan yang tersedia.
6. Tentukan dari hidrograf-hidrograf banjir tersebut puncak-puncaknya untuk setiap tahunnya.
7. Lakukan perhitungan besarnya banjir rencana untuk berbagai periode ulang seperti pada kondisi dimana data debit puncak banjir tersedia.3.9 Resume bagan alir perhitungan debit banjir
Dalam pemilihan metode penentuan debit banjir rencana yang didasarkan pada ketersediaan data, tergantung kepada keputusan para pendesain. Secara garis besar perhitungan banjir rencana dituangkan pada bagan alir (lihat Gambar 3.19).
Gambar 3.19 Bagan alir perhitungan debit banjir rencana
Bibliografi
1. SNI 03-2415-1991, Metode perhitungan debit banjir.
2. Bell.F.C. Generalized Rainfall Distribution Frequency Relationships, J. Hydraul. Div. ASCE, vol 95, pp 311-327.
3. Burges, S.J., Latenmaier, D.P. and Bates, C.L, 1975. Properties of the Three Parameter Lognormal Probability Distribution, Water Resour. Res., 11(2) : 229-235
4. Chow, V.T. A General Formula for Hydrologic Frequency Analysis, Trans. Am. Geophys. Union, Vol. 32, pp. 231-237, April 1951.
5. Dalrymple, T. Regional Flood Frequency, High Res. Board Res. Rep. 11-B, pp. 4-20, 1950.
6. Jackson, D.R., 1981. WRC Standard Flood Frequency Guideline, Journal of the Water Resources Management and Planning Division, American Society of Civil Engineering 107(WR1), 211-224
7. Johnson, W.L. and S. Kotz., 1970. Distribution in Statistics : Continuous Univariate Distribution 1, Houghton Mifflin Co., Boston
8. Loebis, J., 1984. Banjir Rencana untuk Bangunan Air, Direktorat Penyelidikan masalah Air, Dept. Pekerjaan Umum.
9. Gumbel, E.J. Statistics of Extremes, Columbia University Press, New York, 1958.
10. Gringorten I.,1962. Fitting Meteorological Extrems by Various Distribution, J. R. Meteorol. Soc., vol 88, pp 170-176.
11. Gringorten I.,1963. Plotting Rule foe Extrems Probability Paper, J. Geophy. Res., vol 68, pp 813-814
12. OConnell, P.E.(1981), An Evaluation of Flood Forecasting Procedures for River Basin, Indonesia, Institute of Hydrology, Wallingford, Oxon, U.K.
13. Paulhus,J.L.H., and J.F. Miller. Flood Frequency Derive from Rainfall Data. J. Hydraul. Div. ASCE. Vol 83, pp 1451, December 1957.
14. Slade, J.J., Jr., 1936. An asymmetric probability function, Trans. Of Am. Soc. Civil Eng. 101 : 35-61
15. Stedinger, J.R., 1980. Fitting lognormal distributions to hydrologic data, Water Resour. Res. 16(3) : 481-490
16. World Meteorological Organization, 1969. Estimation of Maximum Floods, WMO no. 233, Tech . Note. 81, 1996, Geneva, Switzerland17. World Meteorological Organization, 1983. WMO-No-168, Guide to Hydrological Practices, Volume II Analysis, Forecasting and Other Application, Secretariat of WMO, Geneva, Switzerland18. World Meteorological Organization, 1976. WMO-No-168, Guide to Hydrolological Practices, Volume I, Data, Secretariat of WMO, Geneva, Switzerland
Selesai
Mulai
tidak
Baik
Tabel 4 Faktor kurva (T, Luas)
Tabel 3.4 FAKTOR T DAN LUAS DPS ( T, LUAS )
Gambar 3.3 Lengkung frekuensi banjir regional
Hitung Besaran Debit Banjir Rencana sesuai dengan periodenya
Kehilangan
Hujan Efektif
Tes kelayakan
Waktu (Jam)
Hidrograf
Limpasan
Gambar 3.8 Debit aliran dasar ditarik
dari titik permulaan hujan sampai
titik belok di akhir hidrograf aliran
Q
TR
TB
t
Qp
Q (m3/det)
RUA = AU/A
X ~ A = 0.25 L
X ~ B = 0.75 L
WF = WU/WL
WL
WU
Gambar 3.15 Hidrograf satuan sintetik SCS
Hidrograf tak berdimensi
Hidrograf satuan segitiga
EMBED MSPhotoEd.3
Waktu (t)
Tinggi Curah Hujan (mm)
Hidrograf Satuan
Hujan Efektif
Ambang qo
Kehilangan
Q
Hitung Parameter Distribusi yang dipilih
Pilih suatu distribusi yang diperkirakan sesuai (cocok) dengan histrogram sampel
Buat Histrogram dari sampel
Pengumpulan Debit Sesaat > 20
Y
X
Z
Total Hidrograp
Limpasan Langsung
Peff (mm)
Peff (mm)
Waktu
Output
t
t
Input
P eff
TB
Waktu (jam)
Hidrograf Satuan
Titik Belok
t t
Waktu
Hidrograf
Limpasan
Q (m3/det)
t
t
Hidrograf
Limpasan
qi
t
tp
Q
Qp
EMBED Equation.3
PAGE II-2ABI
_1153736090.unknown
_1156067467.unknown
_1156329970.unknown
_1160213108.unknown
_1161663826.unknown
_1162067961.unknown
_1430197880.unknown
_1430493904.unknown
_1431581956.unknown
_1431581991.unknown
_1431580773.unknown
_1430200742.unknown
_1164357531.unknown
_1164357591.unknown
_1164357614.unknown
_1164357553.unknown
_1162068955.unknown
_1162067171.unknown
_1162067920.unknown
_1162067334.unknown
_1161663930.unknown
_1162066955.unknown
_1161663861.unknown
_1161523345.unknown
_1161585433.unknown
_1161600648.unknown
_1161600665.unknown
_1161600672.unknown
_1161600683.unknown
_1161600656.unknown
_1161590626.unknown
_1161524520.unknown
_1161546630.bin
_1161547089.xlsSheet1
GAMBAR 4.2.2
FLOW CHART PERHITUNGAN BANJIR RENCANA
DataHidrologi
Debit Max Sungai
StorageDanau
CurahHujan
Empiris
Modelling
Rational
SistemKonfigurasi
ActualUnit Hidrograf
SintheticUnit Hidrograf
- Intensitas Hujan- Parameter Reduksi
KalibrasiParameter Basin
- Analisa Hidrograp Banjir - Losses - Base Flow Separation
KarakteristikBasin
Unit Hidrograf
Design Rainfall(Analisa Frequensi)
Analisa Frekuensi
Banjir Rencana
HujanMaksimum
Generating Data
Individual
Hidrograf
> 20 th
< 20 th
> 20 th
HujanHarianMaksimum
Analisa Frekuensi
> 20 th
Peak OverThreshold
AnalisisRegional
Debit3 - 10 th
Debit >10 th
Sheet2
Sheet3
_1161524676.unknown
_1161523556.unknown
_1161458599.unknown
_1161458790.unknown
_1161462392.unknown
_1160381364.unknown
_1159959235.unknown
_1159960641.unknown
_1159960712.unknown
_1159960783.unknown
_1159960828.unknown
_1159960765.unknown
_1159960689.unknown
_1159960109.unknown
_1159960134.unknown
_1159959872.unknown
_1159959046.unknown
_1159959177.unknown
_1156665896.unknown
_1159959002.unknown
_1156665925.unknown
_1156665883.unknown
_1156070866.unknown
_1156147186.unknown
_1156147848.unknown
_1156148082.unknown
_1156148477.unknown
_1156150396.unknown
_1156148410.unknown
_1156148000.unknown
_1156147805.unknown
_1156071234.unknown
_1156072441.unknown
_1156072021.unknown
_1156072344.unknown
_1156071605.unknown
_1156071073.unknown
_1156069935.unknown
_1156070459.unknown
_1156068826.unknown
_1153739511.unknown
_1153739901.unknown
_1153740976.unknown
_1153743403.unknown
_1155974438.unknown
_1156056550.unknown
_1153997077.unknown
_1154430950.unknown
_1153743442.unknown
_1153741145.unknown
_1153743312.unknown
_1153741029.unknown
_1153740007.unknown
_1153740035.unknown
_1153739968.unknown
_1153739652.unknown
_1153739722.unknown
_1153739824.unknown
_1153739672.unknown
_1153739594.unknown
_1153739631.unknown
_1153739568.unknown
_1153739213.unknown
_1153739412.unknown
_1153739432.unknown
_1153739345.unknown
_1153739043.unknown
_1153739095.unknown
_1153736135.unknown
_1153733062.unknown
_1153734497.unknown
_1153734846.unknown
_1153735826.unknown
_1153736036.unknown
_1153734879.unknown
_1153734609.unknown
_1153734824.unknown
_1153734547.unknown
_1153734006.unknown
_1153734242.unknown
_1153734342.unknown
_1153734200.unknown
_1153733244.unknown
_1153733522.unknown
_1153733106.unknown
_1153727990.unknown
_1153732357.unknown
_1153732777.unknown
_1153732953.unknown
_1153732384.unknown
_1153730309.unknown
_1153732210.unknown
_1153728842.unknown
_1153656590.unknown
_1153656773.unknown
_1153656862.unknown
_1153656605.unknown
_1153647161.unknown
_1153656161.unknown
_1153647105.unknown
top related