2_kebijakan umum daerah dan konstelasi wilayah
Post on 13-Aug-2015
295 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Laporan Studio Perencanaan 1 Kabupaten Wonosobo
2.1 Kebijakan Pembangunan Wilayah Provinsi Jawa Tengah
Perwilayahan Pembangunan di Propinsi Jawa Tengah dibagi menjadi 10 WP (Wilayah
Pembangunan). Pembagian Wilayah Pembangunan di Propinsi Jawa Tengah adalah sebagai berikut :
1. Wilayah Pembangunan I, dengan pusat di Kota Semarang.
2. Wilayah Pembangunan II
3. Wilayah Pembangunan III
4. Wilayah Pembangunan IV, dengan pusat di Kota Cilacap.
5. Wilayah Pembangunan V, dengan pusat di Kota Kebumen.
6. Wilayah Pembangunan VI, dengan pusat di Kota Banjarnegara.
7. Wilyah Pembangunan VII, dengan Pusat di Kota Magelang
8. Wilayah Pembangunan VIII, dengan pusat di Kota Surakarta.
9. Wilayah Pembangunan IX, dengan pusat di Kota Blora
10. Wilayah Pembangunan X, dengan pusat di Kota Kudus.
Dari kebijakan Wilayah Pembangunan Jawa Tengah tersebut dapat dilihat bahwa Kabupaten
Wonosobo termasuk dalam Wilayah Pembangunan VII bersama dengan Kabupaten Purworejo, kabupaten
Magelang, Kabupaten Temanggung dan sebagai pusat pertumbuhan adalah di Kota Magelang.
Dari wilayah – wilayah diatas Kota Magelang termasuk salah satu kawasan strategis untuk prioritas
Pengembangan Daerah Jawa Tengah selain Kota Tegal, Klaten dan Kudus. Sedangkan prioritas
Pengembangan Nasional adalah Kota Semarang, Surakarta dan Cilacap. Sebagai pusat dari Wilayah
Pembangunan VII Kabupaten Wonosobo harus dapat menjadi pusat daya tarik bagi kota-kota disekitarnya
(WP VII).
Magister Perencanaan Kota dan Daerah II - 1Universitas Gadjah Mada
KEBIJAKAN UMUM DAERAH DAN KONSTELASI WILAYAHBAB II
Laporan Studio Perencanaan 1 Kabupaten Wonosobo
Sistem pelayanan perkotaan (sistem kota-kota) di Propinsi Jawa Tengah adalah sebagai berikut:
PKN : Kota Cilacap, Kota Purwokerto, Kota Surakarta, Kota Kudus, dan Kota Semarang
PKW : Kota Kroya, Kota Kebumen, Kota Kutoarjo-Purworejo, Kota Wonosobo, Kota Magelang, Kota
Kartasura, Kota Klaten, Kota Wonogiri, Kota Cepu, Kota Jepara, Kota Juwana-Pati, Kota
Salatiga, dan Kota Ungaran-Bawen-Ambarawa, dan Kota Tegal
PKL : Majenang, Wangon, Ajibarang, Sokaraja, Banyumas, Purbalingga, Bobotsari, Purworejo
Klampok, Banjarnegara, Gombong, Karanganyar, Kebumen, Secang, Muntilan, Mungkid,
Borobudur, Mertoyudan, Boyolali, Prambanan, Delanggu, Sukoharjo, Purwantoro,
Tawangmangu, Jaten, Karanganyar, Sragen, Purwodadi, Gubug, Godong, Wirosari, Blora,
Lasem, Rembang, Tayu, Pecangaan, Demak, Temanggung, Parakan, Kaliwungu, Kendal,
Sukorejo, Boja, Weleri, Batang, Kajen, Wiradesa, Kedungwuni, Comal, Pemalang,
Randudongkal, Slawi-Adiwema, Bumiayu, Ketanggungan-Kersana, dan Brebes.
Berdasarkan pembagian tersebut terlihat bahwa Kota Wonosobo sebagai ibu kota Kabupaten
Wonosobo merupakan Pusat Kegiatan Wilayah yang harus mampu melayani beberapa kabupaten disekitar
seperti Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Banjarnegara.
Berdasarkan kawasan strategis yang ada di Propinsi Jawa Tengah, Kabupaten Wonosobo termasuk
dalam kawasan prioritas sebagai berikut:
1. Kawasan kerjasama antardaerah Kabupaten/Kota
Dalam kawasan kerjasama antar kabupaten, Kabupaten Wonosobo termasuk dalam Kawasan
Purwomanggung (Purworejo, Wonosobo, Temanggung), kawasan ini sebagai simpul yang
memadukan keterkaitan antar kawasan tengah dan kawasan selatan melalui kerjasama regional.
Dengan posisi yang strategis kawasan ini arahan pengembangan dilakukan dengan pola grid, pada
aspek produk pasar. Pola grid menciptakan keterkaitan antar pusat-pusat pertumbuhan dengan
sentra produksi atas dasar karakteristik potensi sumber daya yang dimiliki. Sumber daya unggulan
kawasan ini adalah pada holtikultura, tanaman pangan, kelautan, pertambangan, perdagangan dan
jasa.
2. Kawasan Dataran Tinggi Dieng (kawasan Prioritas Konservasi dan Perlindungan Terhadap
Bencana Alam)
Kawasan Dataran Tinggi Dieng secara administrasi sebagain merupakan bagian dari wilayah
Kabupaten Wonosobo. Kawasan ini cenderung mengalami degradasi lingkungan sebagai akibat
eskploitasi ekonomi namun mempunyai potensi yang sangat besar.
Magister Perencanaan Kota dan Daerah II - 2Universitas Gadjah Mada
Laporan Studio Perencanaan 1 Kabupaten Wonosobo
2.2 Kebijakan Pembangunan Wilayah Kabupaten Wonosobo
Visi Pembangunan Kabupaten Wonosobo sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Kabupaten Wonosobo tahun 2005–2025 ditetapkan sebagai berikut:
“WONOSOBO ASRI DAN BERMARTABAT”
Secara harfiah visi tersebut, mengandung pengertian bahwa Kabupaten Wonosobo adalah wilayah
yang ASRI (Aman, Sehat, Rapi dan Indah) di sisi lain masyarakatnya BERMARTABAT (bersama rakyat, maju,
adil, rahayu, tentram, agamis, berbudaya, amal dan terpuji).
ASRI, merupakan akronim ungkapan aman, sehat, rapi dan indah. AMAN, berarti dalam setiap
warga masyarakat dapat terhindar maupun menghindari aspek kriminalitas, dan terjaminnya ketertiban
dalam kehidupam masyarakat maupun kepemerintahan. Hal ini memiliki arti penting karena akan menjadi
pendukung perkembangan sosial ekonomi dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. SEHAT,
berarti membangun masyarakat yang sehat jasmani dan rohani, untuk mewujudkan masyarakat yang
profesional, produktif dan berpikiran positif. RAPI, berarti segala sesuatu berlangsung secara teratur tertata
dengan baik, sesuai peraturan perundang-undangan maupun norma-norma yang ada. INDAH, berarti
membangun lingkungan yang ada agar mempesona, serasi dan seimbang.
BERMARTABAT, merupakan akronim dari ungkapan bersama rakyat, maju, adil, rahayu, tentram,
agamis, berbudaya, amal dan terpuji. BERSAMA RAKYAT, berarti, mengupayakan terselenggaranya
pemerintahan yang partisipatif dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. MAJU, berarti
masyarakat Kabupaten Wonosobo selalu menginginkan peningkatan, perkembangan dan pertumbuhan,
ada dorongan mencari hal baru yang lebih baik dan terbuka terhadap hal-hal baru serta nilai-nilai baru.
ADIL berarti, masyarakat dan pemerintah mampu menjalankan kewajibannya masing-masing serta
memperoleh hak sesuai dengan peraturan perundang-undangan. RAHAYU, berarti apa yang direncanakan
dan dilaksanakan oleh masyarakat dan pemerintah dapat terhindar dari musibah dan berhasil sesuai
dengan tujuan. TENTRAM, berarti terjaganya stabilitas baik ekonomi, sosial dan politik. AGAMIS, berarti
masyarakat mampu menjalankan perintah agama dan menghindari larangannya, serta mampu membangun
toleransi antara satu agama dengan agama lainnya. BERBUDAYA, berarti mampu menyatukan cita, rasa
dan karsa dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat. AMAL, berarti suka memberi sebagian apa yang
dimiliki untuk kepentingan orang atau kelompok lain. TERPUJI, berarti apa yang dilakukan masyarakat
bertujuan baik dan berhasil dengan baik.
Magister Perencanaan Kota dan Daerah II - 3Universitas Gadjah Mada
Laporan Studio Perencanaan 1 Kabupaten Wonosobo
Dalam mewujudkan Visi Pembangunan sebagaimana tersebut di atas, maka dirumuskan Misi
Pembangunan Kabupaten Wonosobo Tahun 2005–2025 sebagai berikut:
1. Mewujudkan sumberdaya manusia Kabupaten Wonosobo yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan yang Maha Esa, sehat lahir batin, berpendidikan, berbudaya, kreatif dan inovatif.
2. Mewujudkan perekonomian daerah Kabupaten Wonosobo yang tangguh dan berbasis pada potensi
unggulan daerah dengan memanfaatkan teknologi inovatif yang ramah lingkungan disertai
penguatan kelembagaan usaha mikro dan kecil serta penguatan lembaga koperasi dalam rangka
pemberdayaan ekonomi rakyat.
3. Mewujudkan kehidupan politik dan tata pemerintahan yang demokratis, bersih, bertanggung jawab
yang didukung oleh aparatur pemerintahan yang profesional, dan terbebas dari Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme (KKN) disertai partisipasi rakyat secara penuh.
4. Mewujudkan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup Kabupaten Wonosobo yang
optimal dengan tetap menjaga keseimbangan dan pelestarian fungsi dan keberadaannya dalam
upaya menopang kehidupan dan penghidupan di masa yang akan datang.
5. Mewujudkan tersedianya prasarana dan sarana publik baik secara kuantitatif maupun kualitatif
dengan perawatan yang memadai.
6. Mewujudkan kehidupan masyarakat Kabupaten Wonosobo yang sejahtera lahir dan batin, mandiri
dan bermartabat, dengan menghormati hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) serta keadilan dan
kesetaraan gender.
Berdasarkan hal-hal tersebut maka dapat dirumuskan bahwa tujuan penataan ruang di Kabupaten
Wonosobo adalah:
“Penataan ruang Kabupaten bertujuan mewujudkan kabupaten berbasis agroindustri dan pariwisata
yang didukung oleh pertanian berkelanjutan”
Perwujudan tujuan ini merupakan upaya mewujudkan wilayah pembangunan yang berkembang dengan
mempertimbangkan potensi daerah dan memperhatikan kelestarian alam. Terdapat 4 (empat) kata kunci
dalam tujuan di atas, yaitu :
1. Pengembangan agroindustri; sektor industri merupakan faktor potensial investasi pembangunan di
Kabupaten Wonosobo dalam rangka mempercepat pertumbuhan ekonomi, menyerap tenaga kerja
dan menumbuhkembangkan wirasausaha di wilayah Kabupaten. Industri yang dikembangkan
ditujukan yang mengolah hasil pertanian (agroindsutri) lokal.
Magister Perencanaan Kota dan Daerah II - 4Universitas Gadjah Mada
Laporan Studio Perencanaan 1 Kabupaten Wonosobo
2. Pengembangan pariwisata; potensi pariwisata di Kabupaten Wonosobo sangat beragam dan
potensial dikembangkan sebagai ikon daerah.
3. Pertanian; sektor pertanian merupakan sektor yang paling besar menunjang perekonomian wilaya
Kabupaten Wonosobo, sektor pertanian masih merupakan sektor dominan Kabupaten dan
pengembangan sektor ini harus dioptimalkan agar dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk.
4. Berkelanjutan; percepatan pembangunan tetap dilaksanakan dengan mempertimbangkan prinsip-
prinsip keberlanjutan pembangunan dan kelestarian lingkungan hidup.
Wilayah pengembangan dan kawasan pengembangan dalam struktur tata ruang Kabupaten
Wonosobo ditentukan berdasarkan efisiensi jangkauan pelayanan dan kawasan-kawasan strategis.
Pengembangan tersebut secara efektif tidak termasuk pada kawasan-kawasan yang dilindungi (kawasan
lindung).
Dalam rencana sistem pusat pelayanan terdiri dari PKN, PKW dan PKL yang berada pada wilayah
kabupaten serta pusat-pusat lain di dalam wilayah kabupaten yang terdiri dari PPK (Pusat Pelayanan
Kawasan) yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa serta PPL (Pusat
Pelayanan Lingkungan) yang berfungsi melayani kegiatan skala antar desa. Selain itu Pusat Pelayanan
Kawasan (PPK) merupakan pusat kegiatan yang di kemudian hari dapat dipromosikan segagai PKL (dengan
notasi PKLp).
Berdasarkan kondisi tersebut pembagian sistem pusat pelayanan di Kabupaten Wonosobo adalah
sebagai berikut:
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yang mencakup wilayah Kecamatan Wonosobo
Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) yang mencakup wilayah Kecamatan Kertek dan
Selomerto
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) yang mencakup wilayah Kecamatan Mojotengah, Kejajar, dan
Sapuran
Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) yang mencakup wilayah Kecamatan Kepil, Kaliwiro,
Wadaslintang, Leksono, Kalikajar, Garung, Watumalang, Sukoharjo, dan Kalibawang
Selain itu, di Kabupaten Wonosobo sistem perdesaan yang dikembangkan sebagai kawasan
agropolitan terdapat di Kawasan Agropolitan Rojonoto yang meliputi Kecamatan Kaliwiro, Sukoharjo,
Leksono, dan Selomerto. Kegiatan ekonomi yang dikembangkan pada Kawasan Agropolitan terutama
adalah agribisnis. Pada Kawasan Agropolitan Rojonoto terdapat kota tani utama yaitu Kota Tani Sawangan
Magister Perencanaan Kota dan Daerah II - 5Universitas Gadjah Mada
Laporan Studio Perencanaan 1 Kabupaten Wonosobo
serta 4 (empat) Kota Tani lainnya yaitu Kota Tani Sukoharjo, Kota Tani Tlogo, Kota Tani Selomerto dan Kota
Tani Kaliwiro.
2.3 Konstelasi Wilayah Kabupaten Wonosobo dengan Kabupaten Sekitarnya
Kebijasanaan ruang wilayah secara hirarkis seharusnya merupakan satu kesatuan wilayah
pengembangan, sehingga secara nasional, regional dan lokal wilayah perencanaan dapat terpadu
terintegrasi dalam sistem rencana tata ruang wilayah. Hal ini dasarkan pada permasalahan-permasalahan
penanganan kawasan, terutama yang mencakup kawasan perbatasan, kawasan bersifat nasional, regional
dan lokal wilayah. Disamping itu sebagai rencana, tata wilayah merupakan strategi pengembangan wilayah
yang saling terkait antar wilayah dan sektor baik dalam perencanaan wiiayah nasional, propinsi maupun
kabupaten, sehingga dibutuhkan saling pengertian antar wilayah dengan melihat azas manfaat dan saling
menguntungkan sebagai salah satu idiom dalam pengembangan wilayah.
Berdasarkan RTRW Propinsi Jawa Tengah, perkembangan Kabupaten Wonosobo diarahkan sebagai
kawasan cepat tumbuh. Kawasan ini biasanya berada pada jalur ekonomi wilayah yang pertumbuhan
produknya cukup pesat namun belum mampu memperoleh pangsa pasar. Selain itu perkembangan
Kabupaten Wonosobo juga sangat terkait dengan kerjasama antar daerah Kabupaten Kota dalam Lingkup
Kawasan Kerjasama Purwomanggung (Purworejo, Wonosobo dan Temanggung). Kerjasama ini merupakan
kerjasama antara Kabupaten Purworejo, Wonosobo dan Kabupaten Wonosobo. Pengembangan kawasan
ini diarahkan sebagai simpul yang memadukan keterkaitan antar kawasan tengah dan kawasan selatan
melalui kerjasama regional. Dengan posisi yang strategis pengembangan kawasan ini diarahkan dengan
pengembangan pola grid, pada aspek produk pasar. Pola grid menciptakan keterkaitan antar pusat-pusat
pertumbuhan dengan sentra produksi atas dasar karakteristik potensi sumber daya yang dimiliki. Sumber
daya unggulan kawasan ini adalah pada holtikultura, tanaman pangan, kelautan, pertambangan,
perdagangan dan jasa. Hal ini tentu saja menjadi potensi tersendiri dalam perkembangan Kabupaten
Wonosobo. Untuk mendukung arah pengembangan tersebut, maka perlu adanya pengembangan potensi-
potensi yang ada di Kabupaten Wonosobo. Selain itu pengembangan dapat pula dilakukan dengan
pengefektifan kerjasama dengan kabupaten tetangga baik dalam pengembangan jalur regional maupun
kerjasama alam pengembangan kawasan strategis bersama dalam hal ini seperti Kawasan Dieng maupun
Kawasan Sindoro Sumbing.
Dalam lingkup Propinsi Jawa Tengah sendiri Kabupaten Wonosobo dalam hal ini Kota Wonosobo
sebagai ibu kota Kabupaten Wonosobo merupakan Pusat Kegiatan Wilayah yang harus mampu melayani
beberapa kabupaten disekitar seperti Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Banjarnegara. Fungsi
Magister Perencanaan Kota dan Daerah II - 6Universitas Gadjah Mada
Laporan Studio Perencanaan 1 Kabupaten Wonosobo
tersebut mengakibatkan perkembangan Kota Wonosobo menjadi sangat pesat. Kota Wonosobo ini dalam
pengembangannya nanti tidak hanya berfungsi melayani daerahnya saja tetapi juga melayani kebutuhan
lokal dan wilayah hinterlandnya serta mendukung fungsi keterkaitan antara Kabupaten Wonosobo dengan
Kabupaten dan kota lain tersebut. Oleh karena itu perkembangan yang diharapkan tidak hanya
menghidupkan akses eksternal Kabupaten Wonosobo tetapi juga mendorong perkembangan internal
Kabupaten Wonosobo. Namun yang perlu diperhatikan disini yaitu perlu dipertimbangkan adanya
pengembangan pusat-pusat baru untuk memaksimalkan pelayanan. Selain itu pusat pengembangan baru
ini diharapkan juga untuk pemerataan kegiatan pembangunan.
Kabupaten Wonosobo terletak di tengah-tengah Wilayah Propinsi Jawa Tengah, pada jalur utama
yang menghubungkan Cilacap-Banjarnegara-Temanggung Semarang. Karena letaknya pada jalur tersebut,
fungsi Kabupaten Wonosobo sangat strategis dalam konteks jalur ekonomi dan jalur pariwisata di Jawa
Tengah-Daerah Istimewa Yogyakarta.
Keterkaitan antara Kabupaten Wonosobo dengan Kabupaten lain terkait juga dengan
pengembangan kawasan perbatasan. Sebagian besar wilayah Kabupaten Wonosobo yang berbatasan
dengan wilayah kabupaten lain dipagari oleh batas alam berupa pegunungan atau hutan (perhutani) dan
sebagian kecil areal budidaya. Dari 15 kecamatan di Kabupaten Wonosobo 12 kecamatan di antaranya
merupakan wilayah yang berbatasan dengan kabupaten lain. Tampak juga bahwa tidak ada pola yang
seragam kondisi di daerah perbatasan. Ada beberapa deskripsi/tipologi yang berkaitan erat dengan kondisi
geografis dan letak. Sebagai ilustrasi, kondisi perbatasan di wilayah dataran tinggi, seperti kawasan Dieng
dan igir gunung tentu saja berbeda dengan perbatasan di dataran yang agak rendah, seperti daerah
Kalibawang, Kaliwiro, Wadaslintang dan Sukoharjo. Perbedaan itu, juga dipengaruhi oleh kondisi sosial
ekonomi masyarakat di daerah perbatasan dan juga dengan masyarakat dari kabupaten tetangga yang
berbatasan.
Magister Perencanaan Kota dan Daerah II - 7Universitas Gadjah Mada
top related