ripkd bab 4 profil umum wilayah

31
Kolam Situs Citaman, Pandeglang BAB PROFIL UMUM WILAYAH 4 Sumber : Disbudpar Prov. Banten

Upload: ahmad-pati-mukhsan

Post on 05-Dec-2014

65 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: RIPKD Bab 4 Profil Umum Wilayah

Kolam Situs Citaman, Pandeglang

BAB PROFIL UMUM WILAYAH

4

Sumber : Disbudpar Prov. Banten

Page 2: RIPKD Bab 4 Profil Umum Wilayah

Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Daerah [RIPDA] Provinsi Banten 2013-2027

Profil Umum Wilayah 36

PROFIL UMUM WILAYAH

BAB

4A. Sejarah Singkat dan Gambaran Umum Provinsi Banten

Provinsi Banten merupakan provinsi ke-30 yang berlokasi di ujung paling barat

pulau Jawa. Sebagai provinsi yang memiliki letak strategis dan berfungsi sebagai “bridging

province” antara provinsi-provinsi di Jawa dan Sumatera, wilayah ini jelas memiliki kontribusi

yang sangat signifikan dalam proses pembangunan di Indonesia. Posisi strategis yang dimiliki

oleh Banten tentu juga merupakan salah satu modal yang berharga dalam mewujudkan

kemasyhuran, kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat Banten seperti yang pernah dialami 1pada abad ke-16 dan ke-17.

Tidak dapat dipungkiri bahwa cikal-bakal kebesaran Banten adalah Islam dan dunia

perdagangan. Sejarah panjang kesultanan ini bermula ketika Sunan Gunung Jati (Syarif

Hidayatullah), setelah belajar ilmu agama di Pasai, mendarat di Banten untuk melanjutkan tugas 2menyebarkan agama Islam yang sebelumnya telah dilakukan oleh Sunan Ampel. Pada tahun

1475 M, Syarif Hidayatullah menikahi adik Bupati Banten yang bernama Nhay Kawunganten

yang beberapa tahun kemudian melahirkan dua anak yaitu Ratu Winahon dan Pangeran 3Hasanuddin. Setelah Pangeran Hasanuddin menginjak dewasa, Syarif Hidayatullah pergi ke

4Cirebon untuk bertugas sebagai Tumenggung di sana.

Sementara itu, untuk melanjutkan tugas penyebaran Islam di Banten, Sunan Gunung

Jati mengutus puteranya, Hasanuddin, untuk menjadi penguasa Banten pertama yang

sebenarnya tidak hanya bertugas untuk menyebarkan Islam kepada penduduk lokal namun juga 5mendirikan kekuasan politik di Banten pada tahun 1525-1526. Sunan Gunung Jati kemudian

memerintahkan puteranya untuk memindahkan pusat pemerintahan yang semula berada di

Banten Girang ke Banten Lor (Surosowan).

1 Halwani Michrob dan Mudjahid Chudari, Catatan Masa Lalu Banten, Serang: Dinas Budaya dan

Pariwisata, 2011, h. 99.2

Lihat laporan Tim Penelitian Fakultas Adab IAIN Syarif Hidayatullah, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Banten, Jakarta: 1986, h. 17.

3 Ibid

4 Ibid

5 Ibid

Page 3: RIPKD Bab 4 Profil Umum Wilayah

Keputusan Sunan Gunung Jati ini kemungkinan didasarkan pada dua hal. Pertama,

dilihat dari sisi ekonomi, pemindahan pusat pemerintahan ini merupakan langkah strategis untuk 6mempermudah hubungan ekonomi antara pesisir utara Jawa dengan pesisir Sumatra. Hal ini

tentu mendukung perkembangan ekonomi Kesultanan Banten yang akan dengan mudah dapat

berhubungan dengan kawasan-kawasan perekonomian lain di Nusantara. Kedua, situasi politik

ketika itu di mana Portugis dan armada perangnya berhasil menguasai Malaka yang saat itu

merupakan pusat perdagangan di Asia Tenggara sekaligus pusat pertemuan pedagang-pedagang

muslim dari Timur Tengah dan Asia Tenggara. Dengan dikuasainya Malaka, pusat perdagangan

muslim kemudian menyebar di beberapa lokasi strategis seperti Aceh, Banten dan Ternate.

Pada itulah Kesultanan Banten mendapatkan momentum. Para pedagang muslim

Nusantara yang tidak mau berdagang dengan Portugis kemudian mencari alternatif lokasi yang

baru di mana satu di antara yang terpenting adalah pelabuhan Banten. Pada akhir abad ke-16,

Kesultanan Banten telah menjadi lokasi pilihan bagi pedagang-pedagang asing. Dengan

hadirnya para pedagang yang berasal dari mancanegara seperti Inggris, Belanda, Denmark,

Jepang dan Cina serta kerajaan-kerajaan di Nusantara seperti Gowa dan Mataram di pelabuhan

Banten, maka peran Banten menjadi semakin strategis dalam belantika politik dan ekonomi.

Puncak kejayaan Banten kemudian terjadi pada masa kekuasaan Sultan Ageng

Tirtayasa yang memerintah sejak tahun 1651-1683. Pada masanya, Kesultanan Banten menjadi

magnet yang mampu menyedot antusiasme pedagang untuk membuka perwakilannya di

pelabuhan Banten. Tercatat dalam sejarah beberapa perwakilan dagang yang memiliki

hubungan dengan Kesultanan Banten seperti Inggris, Perancis, Denmark, Cina dan negeri-

negeri dari Timur Tengah. Era kemajuan itu juga memungkinkan Banten menjadi pusat ilmu

pengetahuan di Nusantara, terutama yang berkaitan dengan ilmu-ilmu keislaman yang dikuasai

oleh para ulama dan penasehat istana. Hal ini semakin dimungkinkan setelah Sultan Ageng

Tirtayasa menikahkan putrinya dengan seorang ulama besar dan kharismatik di Nusantara pada

abad ke-17 yaitu Syekh Yusuf al-Makassari. Dengan kelihaian inisiatifnya itu, Sultan Ageng

Tirtayasa menempatkan menantunya pada posisi yang cukup prestisius yaitu sebagai Qadi atau

hakim yang menangani masalah-masalah keagamaan dan hukum yang dihadapi oleh rakyat

Banten dalam kehidupan keseharian.

Seperti hukum alam yang selalu berputar, kejayaan Kesultanan Banten tidak

berlangsung terlalu lama. Ketika nafsu berkuasa menjadikan tujuan akhir, segala macam intrik

dan cara dimainkan untuk merebut kekuasaan. Pusat Kesultanan Banten yang berdiri megah di

pesisir utara Banten menjadi saksi bisu konspirasi putera Sultan Ageng Tirtayasa yang bernama

Sultan Haji (Pangeran Gusti atau Pangeran Anom) dengan VOC yang berusaha mengambil alih

37

Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Daerah [RIPDA] Provinsi Banten 2013-2027

Profil Umum Wilayah

6 Ibid

Page 4: RIPKD Bab 4 Profil Umum Wilayah

kepemimpinan sang ayah. Melalui politik devide et impera (politik pecah belah) dan traktat lada

antara Sultan Haji dan VOC pada tahun 1684, VOC berhasil membelah dan bahkan mencabik-7cabik Kesultanan Banten dengan intervensi politik dan ekonominya.

Kesultanan Banten kemudian, secara tidak langsung, lambat laun menjadi

kepanjangan tangan VOC. Menyaksikan agresivitas intervensi VOC dalam pemerintahan

Banten, rakyat Banten mulai menunjukkan ketidaksenangannya. Pada pertengahan abad ke-18

dimulailah pemberontakan-pemberontakan rakyat, seperti perlawanan yang dipimpin oleh 8Tubagus Buang dan Ki Tapa.

Pada abad ke-19, intensitas gerakan perlawanan rakyat Banten semakin meningkat.

Seperti yang disebutkan oleh Sartono Kartodirdjo, selama abad ke-19 telah terjadi kurang lebih

20 pemberontakan di mana beberapa faktor utamanya adalah karena kesewenang-wenangan

pemerintah kolonial dan dihapuskannya Kesultanan Banten sehingga hanya menjadi sebuah

residensi di bawah kekuasaan Belanda di Batavia. Pada tahun 1832 sultan terakhir Banten,

Sultan Muhammad Rafi'uddin, dibuang oleh pemerintah kolonial karena dituduh berkomplot 9dengan bajak laut. Walaupun Kesultanan Banten telah dihapuskan dan dilupakan oleh sejarah

10namun beberapa gejolak masih muncul di wilayah ini seperti yang terjadi pada tahun 1888 dan 111926.

Pasca revolusi fisik yang terjadi di Republik Indonesia pada tahun 1945-1950an,

rakyat Banten berjuang untuk dapat berperan lebih besar dalam pembangunan dengan berusaha

mendirikan provinsi yang berdiri sendiri. Namun, karena beberapa alasan politis, cita-cita

tersebut belum terlaksana walaupun orde demi orde pemerintahan telah silih berganti. Keinginan

untuk berdiri sendiri sebagai sebuah provinsi baru terlaksana pada tahun 2000 dengan

disahkannya RUU Pembentukan Provinsi Banten menjadi UU No. 23 tahun 2000 tentang

Pembentukan Provinsi Banten .

B. Gambaran Umum Provinsi Banten

Wilayah Banten secara geografis berada pada batas astronomi 5º 7' 50” - 7º 1' 11”

Lintang Selatan dan 105º 1' 11” - 106º 7' 12” Bujur Timur. Sebelum menjadi provinsi, Banten

termasuk wilayah Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan UU RI Nomor 23 tahun 2000, luas wilayah

38

Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Daerah [RIPDA] Provinsi Banten 2013-2027

Profil Umum Wilayah

7 Ibid, h. 69.

8 Lihat misalnya Atsusi Ota, Changes of Regime and Social Dynamics in West Java: Society, State and the

Outer World of Banten 1750-1830, Leiden and Boston: Brill, 2006.9 Op. cit., Halwany, h. 186.

10 Sartono Kartodirdjo, The Peasants` Revolt of Banten in 1888, Its Conditions, Course, and Sequel: A Case Study of

Social Movements in Indonesia, 's-Gravenhage: Martinus Nijhoff, 1966.11

Michael Williams, Communism, Religion and Revolt in Banten, Athens: Ohio University Center for International Studies, 1990.

Page 5: RIPKD Bab 4 Profil Umum Wilayah

2 Banten adalah 9662,92 Km atau sekitar 0,51% dari luas wilayah Negara Kesatuan Republik 12Indonesia. Ketika menjadi provinsi, wilayah ini hanya terdiri dari empat kabupaten yaitu

Kabupaten Serang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Tangerang dan dua

kota yaitu Kota Tangerang dan Kota Serang. Sementara saat ini, wilayah pemerintahan Provinsi

Banten sudah terdiri dari empat kota yaitu Kota Serang, Kota Cilegon, Kota Tangerang dan Kota

Tangerang Selatan serta empat kabupaten yaitu Kabupaten Serang, Kabupaten Lebak,

Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Tangerang. Provinsi ini terus berkembang karena telah

menjadi salah satu tujuan investasi di Indonesia. Sementara itu jumlah penduduk di Banten 13menurut data BPS tahun 2011 berjumlah 10.632.166 orang.

Provinsi Banten mempunyai batas wilayah:

- Sebelah Utara : Laut Jawa

- Sebelah Timur : Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat

- Sebelah Selatan : Samudra Hindia

- Sebelah Barat : Selat Sunda

Wilayah perairan Banten merupakan salah satu jalur laut yang cukup padat. Selat

Sunda merupakan salah satu jalur yang biasa dilalui kapal-kapal besar yang menghubungkan

Eropa, Asia Selatan, Australia dan Selandia Baru dengan kawasan Asia Tenggara seperti

Thailand, Malaysia dan Singapura. Di samping itu, laut Banten merupakan jalur utama

perlintasan/penghubung dua pulau besar di Indonesia.

Selain itu, bila dikaitkan dengan posisi geografis dan pemerintahan maka wilayah

Banten terutama Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang merupakan wilayah penyangga

(buffer) bagi Ibukota Negara yang memiliki peran penting dalam arus mobilitas ekonomi

nasional. Pada wilayah-wilayah penyangga ini, mobilitas ekonomi terjadi yang kemudian

berdampak pada pembangunan dan peningkatan taraf perekonomian masyarakat di kawasan

tersebut.

Topografi.

Topografi wilayah Provinsi Banten berkisar pada ketinggian 0 - 1.000 mdpl. Secara

umum kondisi topografi wilayah Provinsi Banten merupakan dataran rendah yang berkisar

antara 0 - 200 mdpl yang terletak di daerah Kota Cilegon, Kota Tangerang, Kabupaten

39

Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Daerah [RIPDA] Provinsi Banten 2013-2027

Profil Umum Wilayah

12 Badan Pusat Statistik Provinsi Banten, Banten dalam Angka 2011, Serang: BPS

Provinsi Banten, h.5.13

Ibid, h. 71.

Page 6: RIPKD Bab 4 Profil Umum Wilayah

Pandeglang, dan sebagian besar Kabupaten Serang. Adapun daerah Lebak Tengah dan sebagian

kecil Kabupaten Pandeglang memiliki ketinggian berkisar 201 - 2.000 mdpl dan daerah Lebak

Timur memiliki ketinggian 501 - 2.000 mdpl yang terdapat di Puncak Gunung Sanggabuana dan

Gunung Halimun.

Kondisi topografi suatu wilayah berkaitan dengan bentuk raut permukaan wilayah

atau morfologi. Morfologi wilayah Banten secara umum terbagi menjadi tiga kelompok yaitu

morfologi dataran, perbukitan landai-sedang (bergelombang rendah-sedang) dan perbukitan

terjal. Morfologi dataran rendah umumnya terdapat di daerah bagian utara dan sebagian elatan.

Wilayah dataran merupakan wilayah yang mempunyai ketinggian kurang dari 50 mdpl sampai

wilayah pantai yang mempunyai ketinggian 0 - 1 mdpl.

Morfologi perbukitan landai-sedang (bergelombang rendah-sedang) terletak pada

wilayah yang mempunyai ketinggian minimum 50 mdpl. Di bagian utara Kota Cilegon terdapat

wilayah puncak Gunung Gede yang memiliki ketingian maksimum 553 mdpl, sedangkan

perbukitan di Kabupaten Serang terdapat wilayah Selatan Kecamatan Mancak dan Waringin

Kurung dan di Kabupaten Pandeglang wilayah perbukitan berada di selatan. Di Kabupaten

Lebak terdapat perbukitan di timur berbatasan dengan Bogor dan Sukabumi dengan karakteristik

litologi ditempati oleh satuan litologi sedimen tua yang terintrusi oleh batuan beku dalam seperti

batuan beku granit, granodiorit, diorit dan andesit. Biasanya pada daerah sekitar terobosaan

batuan beku tersebut terjadi suatu proses remineralisasi yang mengandung nilai sangat ekonomis 14seperti cebakan biji timah dan tembaga.

Hidrologi

Potensi sumber daya air wilayah Provinsi Banten banyak ditemui di Kabupaten

Lebak, sebab sebagian besar wilayahnya merupakan kawasan hutan lindung dan hutan produksi

terbatas. Berdasarkan pembagian Daerah Aliran Sungai (DAS), Provinsi Banten dibagi menjadi

enam DAS, yaitu :

?DAS Ujung Kulon, meliputi wilayah bagian barat Kabupaten Pandeglang (Taman

Nasional Ujung Kulon dan sekitarnya);

?DAS Cibaliung-Cibareno, meliputi bagian selatan wilayah Kabupaten Pandeglang

dan bagian selatan wilayah Kabupaten Lebak;

?DAS Ciujung-Cidurian, meliputi bagian barat wilayah Kabupaten Pandeglang;

?DAS Rawadano, meliputi sebagian besar wilayah Kabupaten Serang dan Kabupaten

Pandeglang;

40

Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Daerah [RIPDA] Provinsi Banten 2013-2027

Profil Umum Wilayah

14 Lihat http://www.depdagri.go.id/pages/profildaerah/kabupaten/id/36/name/banten/detail/3603/ .

Diakses pada tanggal 5 November 2012.

Page 7: RIPKD Bab 4 Profil Umum Wilayah

?DAS Teluklada, meliputi bagian barat wilayah Kabupaten Serang dan Kota Cilegon;

?DAS Cisadane-Ciliwung, meliputi bagian timur wilayah Kabupaten Tangerang dan

Kota Tangerang.

Tata air permukaan untuk wilayah Provinsi Banten sangat tergantung pada sumber

daya air khususnya sumber daya air bawah tanah. Terdapat 5 satuan Cekungan Air Bawah Tanah

(CABT) yang telah diidentifikasi, yang bersifat lintas kabupaten maupun kota, antara lain CABT

Labuan, CABT Rawadano dan CABT Malingping dan lintas propinsi, meliputi CABT Serang, 15Tangerang dan CABT Jakarta.

Kemiringan

Kondisi kemiringan lahan di Provinsi Banten terbagi menjadi tiga kondisi yang

ekstrim yaitu:

1. Dataran yang sebagian besar terdapat di daerah utara Provinsi Banten yang memiliki

tingkat kemiringan lahan antara 0 - 15%, sehingga menjadi lahan yang sangat

potensial untuk pengembangan seluruh jenis fungsi kegiatan. Dengan nilai

kemiringan ini tidak diperlukan banyak perlakuan khusus terhadap lahan yang akan

dibangun untuk proses prakonstruksi. Lahan dengan kemiringan ini biasanya

tersebar di sepanjang pesisir utara Laut Jawa, sebagian wilayah Serang, sebagian

Kabupaten Tangerang bagian utara serta wilayah selatan yaitu di sebagaian pesisir

selatan dari Pandeglang hingga Kabupaten Lebak;

2. Perbukitan landai-sedang (kemiringan < 15% dengan tekstur bergelombang rendah-

sedang) yang sebagian besar dataran landai terdapat di bagian utara meliputi

Kabupaten Serang, Kota Cilegon, Kabupaten Tangerang, dan Kota Tangerang, serta

bagian utara Kabupaten Pandeglang;

3. Daerah perbukitan terjal (kemiringan < 25%) terdapat di Kabupaten Lebak, sebagian

kecil Kabupaten Pandeglang bagian selatan dan Kabupaten Serang.

Perbedaan kondisi alamiah ini turut berpengaruh terhadap timbulnya ketimpangan

pembangunan yang semakin tajam, yaitu wilayah sebelah utara memiliki peluang berkembang

relatif lebih besar daripada wilayah sebelah selatan.

41

Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Daerah [RIPDA] Provinsi Banten 2013-2027

Profil Umum Wilayah

15 Op. cit., h. 6-7.

Page 8: RIPKD Bab 4 Profil Umum Wilayah

Jenis Tanah

Sumber daya tanah wilayah Provinsi Banten secara geografis terbagi dua tipe tanah

yaitu: (a) kelompok tipe tanah sisa atau residu dan (b) kelompok tipe tanah hasil angkutan. Secara

umum distribusi dari masing-masing tipe tanah ini di wilayah Provinsi Banten, terdapat di

Kabupaten Serang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Tangerang, Kota

Tangerang dan Kota Cilegon. Masing-masing tipe tanah yang terdapat di wilayah tersebut antara

lain: 1. aluvial pantai dan sungai; 2. latosol; 3.podsolik merah kuning; 4. regosol; 5. andosol; 6.

Brown forest; 7. glei.

Geologi

Struktur geologi daerah Banten terdiri dari formasi batuan dengan tingkat ketebalan

dari tiap-tiap formasi berkisar antara 200 - 800 meter dan tebal keseluruhan diperkirakan

melebihi 3.500 meter. Formasi Bojongmanik merupakan satuan tertua, berusia Miosen akhir.

Batuannya terdiri dari perselingan antara batu pasir dan lempung pasiran, batu gamping, batu

pasir tufaan, konglomerat dan breksi andesit, umurnya diduga Pliosen awal. Berikutnya adalah

Formasi Cipacar yang terdiri dari tuf batu apung berselingan dengan lempung tufaan,

konglomerat dan napal glaukonitan, umurnya diiperkirakan Pliosen akhir. Di atas formasi ini

adalah Formasi Bojong yang terdiri dari napal pasiran, lempung pasiran, batu gamping kokina

dan tuf. Banten bagian selatan terdiri atas batuan sedimen, batuan gunung api, batuan terobosan

dan alluvium yang berumur mulai Miosen awal hingga Resen, satuan tertua daerah ini adalah

Formasi Bayah yang berumur Eosen.

Formasi Bayah terdiri dari tiga anggota yaitu anggota Konglomerat, Batu Lempung

dan Batu Gamping. Selanjutnya adalah Formasi Cicaruruep, Formasi Cijengkol, Formasi

Citarate, Formasi Cimapang, Formasi Sareweh, Formasi Badui, Formasi Cimancuri dan

Formasi Cikotok.

Batuan Gunung Api dapat dikelompokkan ke dalam batuan gunung api tua dan muda

yang berumur Plistosen Tua hingga Holosen. Batuan terobosan yang dijumpai bersusunan

andesiot sampai basal. Tuf Cikasungka berumur Plistosen, Lava Halimun dan batuan gunung api

Kuarter. Pada peta lembar Leuwidamar disajikan pula singkapan batuan metamorf yang diduga

berumur Ologo Miosen terdiri dari Sekis, Genes dan Amfibolit yang tersingkap di bagian Utara

tubuh Granodiorit Cihara. Dorit Kuarsa berumur Miosen tengah hingga akhir, Dasit dan Andesit

berumur Miosen akhir serta Basal berumur kuarter.

42

Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Daerah [RIPDA] Provinsi Banten 2013-2027

Profil Umum Wilayah

Page 9: RIPKD Bab 4 Profil Umum Wilayah

Batuan endapan termuda adalah aluium dan endapan pantai yang berupa Kerikil,

pasir, lempung, rombakan batu gamping, koral bercampur pecahan moluska atau kerang 16kerangan, gosong pantai dan gamping terumbu.

Pertanian dan Peternakan

Sebagai daerah yang termasuk beriklim tropis, lingkungan flora di Provinsi Banten

banyak ditumbuhi oleh pepohonan dan tanaman yang memiliki ketinggian rata-rata 20 meter

diatas permukaan tanah. Keadaan flora di Banten juga terdapat berbagai tanaman keras baik

tanaman liar maupun budidaya. Jenis tanaman budidaya yang dikembangkan oleh penduduk

Banten antara lain jenis sayuran, tanaman dan buah-buahan semusim, jenis tanaman dan buah-17buahan tahunan, jenis tanaman biofarmaka dan jenis tanaman hias. Untuk memenuhi

kebutuhan pangan, masyarakat Banten juga terus berusaha menggenjot peningkatan kuantitas

tanaman pangan baik dalam jenis padi (padi sawah, padi ladang dan padi sawah-ladang) maupun 18tanaman palawija seperti jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar.

Untuk memenuhi kebutuhan protein hewani, masyarakat Banten melakukan

aktivitas ekonomi seperti membuka usaha peternakan peternakan ayam, sapi dan kambing.

Usaha lain untuk pemenuhan kebutuhan protein hewani dapat ditemukan di sektor perikanan

baik perikanan darat maupun perikanan laut.

C. Gambaran Umum Kabupaten dan Kota di Provinsi Banten

Saat ini, Provinsi Banten memiliki empat buah kabupaten yaitu Kabupaten Serang,

Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Tangerang dan empat buah kota yaitu

Kota Cilegon, Kota Tangerang, Kota Serang dan Kota Tangerang Selatan. Sub bab ini akan

membahas gambaran umum kabupaten dan kota di Banten yang akan dimulai dari Kabupaten

Serang.

a. Kabupaten Serang

Sejarah Singkat

Sejarah setiap kabupaten dan kota yang ada di Banten tentu tidak dapat dilepaskan

dari sejarah Banten pada umumnya. Kabupaten Serang misalnya merupakan bagian dari wilayah

43

Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Daerah [RIPDA] Provinsi Banten 2013-2027

Profil Umum Wilayah

16 http://www.banten/pages/profil-daerah/kabupaten/id/36/name/banten/detail/3603/tangerang diakses

pada tanggal 9 November 2012.17

Badan Pusat Statistik Provinsi Banten, Banten dalam Angka 2011, Serang: BPS Provinsi Banten, h.198-200.

18 Ibid

Page 10: RIPKD Bab 4 Profil Umum Wilayah

Kesultanan Banten yang berdiri pada abad ke-16 dengan pusat pemerintahannya terletak di

Serang (sekarang menjadi bagian wilayah Kota Serang). Sebelum berdirinya Provinsi Banten,

Kabupaten Serang selalu dianggap sebagai representasi dari keberadaan sejarah Kesultanan

Banten. Bahkan awal kehidupan masyarakat dengan peradaban dan budaya yang hidup di

wilayah Banten ditengarai dimulai dari beberapa wilayah yang letaknya di Kabupaten Serang.

Situs Anyer misalnya memperlihatkan memperlihatkan berbagai aspek teknologi dan tradisi 19kubur ketika wilayah tersebut memasuki masa proto-sejarah. Sementara itu situs Odel yang

terletak di Kasemen menunjukkan bukti-bukti saling tumpang tindih antara anasir-anasir

teknologi neolitis berupa alat bantu dan gerabah, perundagian berupa benda-benda logam dan 20 tradisi teknologis seperti keramik Cina dan bata-bata merah.

Sementara itu dari situs Banten Girang pada masa pengaruh tradisi besar India,

terdapat bukti-bukti eksistensi situs multi komponen yang dapat dilihat dari data bangunan

berundak, gua untuk pertapaan/persajian abad-abad X-XI M, perbentangan berkurun Pakuan-21Pajajaran dan data habitasi masa kesultanan pada awal abda ke-XVII M.

Saat ini, Kabupaten Serang terdiri atas 28 kecamatan, yaitu Anyar, Kecamatan

Bandung, Baros, Binuang, Bojonegara, Carenang, Cikande, Cikeusal, Cinangka, Ciomas,

Ciruas, Gunungsari, Jawilan, Kibin, Kopo, Kragilan, Kramatwatu, Mancak, Pabuaran,

Padarincang, Pamarayan, Petir, Pontang, Pulo Ampel, Tanara, Tirtayasa, Tunjung Teja dan

Waringin Kurung, yang dibagi lagi atas sejumlah desa. Rencananya Pusat pemerintahan berada

di Kecamatan Ciruas. Untuk mengakselerasi kesejahteraan, pada tanggal 17 Juli 2007

Kabupaten Serang dimekarkan menjadi Kota Serang dan Kabupaten Serang.

Gambaran Umum

Kabupaten Serang merupakan salah satu dari enam kabupaten/kota di Provinsi

Banten, terletak di ujung barat bagian utara Pulau Jawa dan merupakan pintu gerbang utama

yang menghubungkan Pulau Sumatera dengan Pulau Jawa dengan jarak 70 km dari Kota Jakarta,

Ibu Kota Negara Indonesia. Secara geografis, wilayah Kabupaten Serang terletak pada koordinat

5º 50'– 6º 2' Lintang Selatan dan 105º 7'– 106º 22' Bujur Timur. Jarak terpan jang menurut garis

lurus dari Utara ke Selatan adalah sekitar 60 km dan jarak terpanjang dari Barat ke Timur adalah

sekitar 90 km, sedangkan kedudukan secara administratif berbatasan dengan:

44

Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Daerah [RIPDA] Provinsi Banten 2013-2027

Profil Umum Wilayah

19 Hasan Muarif Ambary et. al, Kabupaten Serang Menyongsong Masa Depan, Pemda Tingkat II Kabupaten Serang: 1994, h. 13.

20 Ibid

21 Ibid

Page 11: RIPKD Bab 4 Profil Umum Wilayah

- Sebelah Utara dibatasi oleh Laut Jawa

- Sebelah Timur dibatasi oleh Kabupaten Tangerang

- Sebelah Selatan dibatasi oleh Kota Cilegon dan Selat Sunda

- Sebelah Barat dibatasi oleh Kabupaten Lebak dan Pandeglang

Luas wilayah Kabupaten Serang secara administratif tercatat 1.734,09 km dan terdiri

dari 34 wilayah kecamatan, 353 desa dan 20 kelurahan. Dari jumlah wilayah sebanyak 34

kecamatan tersebut, terdapat pulau-pulau di antaranya Pulau Sangiang, Pulau Panjang, Pulau

Tunda dan Pulau Tarakan. Namun pada tahun 2008 terjadi pemekaran wilayah Provinsi Banten

dengan pemisahan Kabupaten Serang menjadi dua wilayah yaitu Kabupaten Serang dan Kota

Serang. Sehingga Kabupaten Serang pada tahun 2008 hanya memiliki 28 wilayah kecamatan

dengan pengurangan enam wilayah kecamatan yaitu Cipocok Jaya, Curug, Kasemen, Serang, 22Taktakan dan Walantaka.

Iklim

Temperatur udara rata-rata di Kabupaten Serang adalah 26,3ºC dengan kisaran rata-

rata 23,1ºC – 31,3ºC. Kadar kelembaban udara sangat tinggi yaitu sekitar 78%, sedangkan angin

barat bertiup pada bulan Desember hingga April dan angin timur bertiup pada bulan Mei hingga

Oktober serta angin peralihan pada bulan April hingga September. Berdasarkan kondisi tersebut

di atas maka Kabupaten Serang termasuk pada iklim D atau iklim sedang.

Topografi

Wilayah Kabupaten Serang berada dalam kisaran ketinggian antara 0-1.778 m dari

permukaan laut (dpl) dan pada umumnya tergolong pada kelas topografi lahan dataran dan

bergelombang. Ketinggian 0 m dari permukaan laut (dpl) membentang dari Kecamatan

Tirtayasa sampai Kecamatan Cinangka di pantai barat Selat Sunda. Ketinggian 1.778 m dari

permukaan laut (dpl) terdapat di Puncak Gunung Karang yang terletak di sebelah selatan

perbatasan dengan Kabupaten Pandeglang. Pada umumnya (≥ 97,5%) wilayah Kabupaten

Serang berada pada ketinggian kurang dari 500 mdpl.

45

Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Daerah [RIPDA] Provinsi Banten 2013-2027

Profil Umum Wilayah

22 Profil Kesehatan Kabupaten Serang 2007. Lihat, http://bpbdserang01.page4.me/47.html diakses pada tanggal 10 November 2012. Lihat juga Badan Pusat Statistik Provinsi Banten, Banten dalam Angka 2011, Serang: BPS Provinsi Banten, h. 9.

Page 12: RIPKD Bab 4 Profil Umum Wilayah

Geomorfologi dan Geologi

Kabupaten Serang secara morfologi terbagi menjadi dua bagian yaitu:

1. Dataran rendah

Dataran rendah dimulai dari Teluk Banten membujur ke sebelah timur (termasuk

zona Batavia) dan seluruhnya merupakan tanah endapan (sedimen kuarter) meliputi

Kecamatan Pontang, Tirtayasa, Kasemen, dan Cikande.

2. Dataran tinggi

Dataran tinggi di Kabupaten Serang terdiri dari kumpulan pegunungan tua dan

muda termasuk komplek vulkanis Banten yang terdiri dari Kecamatan Ciomas,

Pabuaran, Cinangka, Anyer, Mancak, Bojonegara, Taktakan, Baros, dan Waringin

Kurung.

Tata Guna Lahan

Sebagian besar penggunaan lahan di Kabupaten Serang terdiri dari persawahan yaitu

seluas 54.145,40 Ha, sawah irigasi seluas 23.066,40 Ha, disusul oleh tegalan seluas 39.912,35

Ha. Kebun campuran seluas 39.159,10 Ha, perkampungan seluas 20.121,97 Ha, peruma han

seluas 8.680 Ha dan wilayah untuk jasa seluas 3.305,26 Ha sehingga luas lahan keseluruhan

adalah sejumlah 165.423 Ha.

Keadaan Demografi

Berdasarkan data BPS provinsi Banten, diketahui bahwa jumlah penduduk

Kabupaten Serang adalah 1.402.818 yang berarti terjadi peningkatan 2 kali lipat dalam 30 tahun 23terakhir, di mana jumlah penduduk pada tahun 1971 tercatat sebanyak 766.410 jiwa.

Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin adalah 713.694 laki-laki dan 689.124

perempuan. Sedangkan laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Serang sekitar 1,44% dalam 24kurun waktu sepuluh tahun terakhir.

Suhu

Suhu tertinggi di Kabupaten Serang pada tahun 2007 tercatat pada suhu 27,2°C di

bulan Oktober. Pada bulan yang sama, menurut data variasi iklim stasiun klimatologi Serang,

tercatat suhu tertinggi pada tahun 2008 yakni 27,3°C. Sementara suhu terendah pada tahun 2007

tercatat pada bulan Juli dengan suhu 26,4°C. Hal tersebut berbeda dengan pencatatan variasi

iklim pada tahun 2008, di mana suhu terendah terjadi pada bulan Februari dengan suhu 25,9°C.

46

Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Daerah [RIPDA] Provinsi Banten 2013-2027

Profil Umum Wilayah

23 Badan Pusat Statistik Provinsi Banten, Banten dalam Angka 2011, Serang: BPS Provinsi Banten, h. 70.24

Ibid, h. 75.

Page 13: RIPKD Bab 4 Profil Umum Wilayah

Curah Hujan

Curah hujan tertinggi di Kabupaten Serang pada tahun 2007 terjadi pada bulan

Februari dengan angka curah hujan sebesar 301 mm. Curah hujan tertinggi pada tahun 2008 juga

terjadi pada bulan Februari dengan angka curah hujan sebesar 349 mm. Sementara curah hujan

terendah terjadi pada bulan Agustus dengan angka curah hujan sebesar 2 mm . Berbeda dengan

curah hujan yang terjadi pada tahun 2008, curah hujan terendah tahun 2007 sebesar 0,2 mm

terjadi di bulan Juli.

Lama Penyinaran Matahari

Lama penyinaran matahari terendah di Kabupaten Serang pada periode tahun 2007

terjadi pada bulan Desember dengan lama penyinaran sebesar 50%. Sementara pada tahun 2008

terjadi pada bulan Februari dengan lama penyinaran sebesar 24%. Sedangkan untuk lama

penyinaran matahari tertinggi pada tahun 2007 tercatat pada bulan Agustus dengan lama 25 penyinaran sebesar 82%, dan pada tahun 2008 sebesar 88% di bulan Juli.

Kelembaban

Faktor iklim kelembaban tertinggi terjadi pada bulan Februari dan Oktober dengan

kelembaban sebesar 87% pada tahun 2007. Kelembaban tertinggi pada tahun 2008 terjadi pada

bulan Juni dengan nilai sebesar 97%. Sementara kelembaban terendah terjadi pada bulan

September pada tahun 2007 dengan kelembaban sebesar 82% dan pada bulan Oktober pada

tahun 2008 dengan kelembaban sebesar 80%.

b. Kabupaten Lebak

Sejarah Singkat

Kabupaten Lebak merupakan salah satu wilayah di Provinsi Banten dengan aspek

kesejarahan yang tidak kalah pentingnya dengan Kabupaten Serang dan Kabupaten Pandeglang.

Kabupaten ini terbentuk melalui proses yang cukup panjang yang dimulai sejak masa

Kesultanan Banten. Ketika itu pada tanggal 19 Maret 1813, Keresidenan Banten dibagi dalam

empat wilayah yaitu Wilayah Banten Lor, Wilayah Banten Kulon, Wilayah Banten Tengah dan

Wilayah Banten Kidul. Ibukota Wilayah Banten Kidul terletak di Cilangkahan.

Pada tahun 1928, pemerintah kolonial yang berkedudukan di Batavia membagi

kembali wilayah Banten ke dalam tiga kabupaten Berdasarkan Surat Keputusan Komisaris

47

Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Daerah [RIPDA] Provinsi Banten 2013-2027

Profil Umum Wilayah

25 Profil Kesehatan Kabupaten Serang 2007. Lihat, http://bpbdserang01.page4.me/47.html diakses pada tanggal 10 November 2012.

Page 14: RIPKD Bab 4 Profil Umum Wilayah

Jenderal Nomor 1, Staatsblad Nomor 81 tahun 1828. Wilayah Keresidenan Banten ketika itu

meliputi Kabupaten Serang, Kabupaten Caringin dan Kabupaten Lebak. Pada saat itu, Wilayah

Kabupaten Lebak, berdasarkan pembagian diatas memiliki batas-batas yang meliputi District

dan Onderdistrict yaitu :

1. District Sajira, yang terdiri dari Onderdistrict Ciangsa, Somang dan Onderdistrict

Sajira,

2. District Lebak Parahiang, yang terdiri dari Onderdistrict Koncang dan Lebak

Parahiang.

3. District Parungkujang, yang terdiri dari Onderdistrict Parungkujang dan Kosek,

4. District Madhoor (Madur) yang terdiri dari Onderdisrict Binuangeun, Sawarna dan

Onderdistrict Madhoor (Madur).

Tanggal 2 Desember 1828, berdasarkan Staatsblad Nomor 81 tahun 1828 menjadi

titik awal pembentukan 3 (tiga) Kabupaten di wilayah bekas Kesultanan Banten dan nama Lebak

mulai diabadikan menjadi nama kabupaten dengan batas-batas wilayah yang lebih jelas

sebagaimana tercantum dalam pembagian wilayah ke dalam District dan Onderdistrict

(Kewedanaan dan Kecamatan). Walaupun terdapat perubahan nama dan penataan kembali

wilayah District dan Onderdistrict tersebut, wilayah Kabupaten Lebak dalam perkembangan

selanjutnya sebagaimana tertuang dalam Staatsblad nomor 226 tahun 1828, Staatsblad nomor

381 tahun 1925 dan Undang-undang nomor 14 tahun 1950, merupakan wilayah Kabupaten 26Lebak sebagaimana adanya saat ini.

Gambaran Umum

Kabupaten dengan wilayah terluas di antara delapan daerah di Provinsi Banten

adalah Kabupaten Lebak di mana dalam dokumen “Swara Persada Lebak” yang diterbitkan

bagian Humas dan Komunikasi Setda Lebak bahwa luas daerah kabupaten ini kurang lebih

3.426,56 km persegi ( kurang lebih 35, 46 % dari seluruh luas Provinsi Banten), dengan posisi

astronomisnya terletak pada rentang koordinat 105 derajat 25 menit sampai dengan 106 derajat 2730 menit Bujur Timur dan 6 derajat 18 menit sampai dengan 7 derajat 00 menit Lintang Selatan.

Secara geografis batas wilayah administratif Kabupaten Lebak adalah:

?Sebelah Utara kabupaten Lebak adalah Kabupaten Serang dan Kabupaten Tanggerang

?Sebelah Timur dengan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi

48

Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Daerah [RIPDA] Provinsi Banten 2013-2027

Profil Umum Wilayah

26 Dikutip dari

http://www.depdagri.go.id/pages/profil-daerah/kabupaten/id/36/name/banten/detail/3603/lebak diakses pada tanggal 9 November 2012.

27 Op. cit., BPS, h. 9.

Page 15: RIPKD Bab 4 Profil Umum Wilayah

?Sebelah Barat dengan Kabupaten Pandeglang

?Sebelah Selatan dengan Samudra Indonesia

Apabila ditinjau dari kondisi topografisnya, Kabupaten Lebak secara umum berada

pada ketinggian 0-200 mdpl terutama Lebak bagian selatan dan utara, sedangkan untuk Lebak

bagian tengah berada pada ketinggian 201-500 mdpl serta wilayah Lebak bagian timur berada

pada ketinggian 501-1000 mdpl dengan puncak tertinggi di Kawasan Gunung Sanggabuana dan

Kawasan Gunung Halimun. Kondisi klimatologis Kabupaten Lebak ditunjukkan dengan curah

hujan rata-rata pertahun yang cukup tinggi yaitu berkisar pada 2000-4000 mililiter pertahun.

Orbit Kota Rangkasbitung sebagai ibukota kabupaten Lebak dengan Kota Serang sebagai

sebagai pusat pemerintahan Provinsi Banten berjarak 35-40 km dengan waktu tempuh sekitar 40

menit. Sedangkan orbitasi dengan ibukota Negara di Jakarta hanya berkisar 90 km dengan waktu 28tempuh sekitar 2 (dua) jam.

Berdasarkan data demografi yang dikeluarkan oleh BPS, penduduk Kabupaten

Lebak berjumlah 1.204.095 jiwa pada tahun 2010, dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 291,58 % dengan tingkat kepadatan penduduk rata-rata 388 jiwa/km persegi. Wilayah Kabupaten

Lebak saat ini terbagi ke dalam 28 (dua puluh delapan) kecamatan, yang terbagi ke dalam 340

desa dan 5 kelurahan. Adapun nama-nama kecamatan di Kabupaten Lebak adalah sebagai

berikut: 1) Kecamatan Rangkasbitung, 2) Kecamatan Kalanganyar, 3) Kecamatan Curugbitung,

4) Kecamatan Maja, 5) Kecamatan Cibadak, 6) Kecamatan Warunggunung, 7) Kecamatan

Cikulur, 8) Kecamatan Cimarga, 9) Kecamatan Sajira, 10) Kecamatan Lebakgedong, 11)

Kecamatan Cipanas, 12) Kecamatan Sobang, 13) Kecamatan Muncang, 14) Kecamatan

Lewidamar, 15) Kecamatan Cirinten, 16) Kecamatan Bojongmanik, 17) Kecamatan

Gunungkencana, 18) Kecamatan Cileles, 19) Kecamatan Banjarsari, 20) Kecamatan

Cigemblong, 21) Kecamatan Cijaku, 22) Kecamatan Cibeber, 23) Kecamatan Cilograng, 24)

Kecamatan Bayah, 25) Kecamatan Cihara, 26) Kecamatan Panggarangan, 27) Kecamatan 30Wanasalam, 28) Kecamatan Malingping.

49

Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Daerah [RIPDA] Provinsi Banten 2013-2027

Profil Umum Wilayah

28 http://www.depdagri.go.id/pages/profil-daerah/kabupaten/id/36/name/banten/detail/3603/lebak

diakses pada tanggal 9 November 2012.29

Op. cit., BPS, h. 75.30

BAPPEDA, Kabupaten Lebak, Rangkasbitung: BAPPEDA, 2008.

Page 16: RIPKD Bab 4 Profil Umum Wilayah

c. Kabupaten Pandeglang

Sejarah singkat

Sebagaimana disebutkan di atas, dalam Staatsblad Nederlands Indie No. 81 tahun

1828, Keresidenan Banten dibagi menjadi tiga kabupaten: Kabupaten Utara yaitu Serang,

Kabupaten Selatan yaitu Lebak dan Kabupaten Barat yaitu Caringin.

Kabupaten Serang dibagi lagi menjadi 11 (sebelas) kewedanaan. Kesebelas

kewedanaan tersebut yaitu: Kewedanaan Serang (Kecamatan Kalodian dan Cibening),

Kewedanaan Banten (Kecamatan Banten, Serang dan Nejawang), Kewedanaan Ciruas

(Kecamatan Cilegon dan Bojonegara), Kewedanaan Cilegon (Kecamatan Terate, Cilegon dan

Bojonegara), Kewedanaan Tanara (Kecamatan Tanara dan Pontang), Kewedanaan Baros

(Kecamatan Regas, Ander dan Cicandi), Kewedanaan Kolelet (Kecamatan Pandeglang dan

Cadasari) Kewedanaan Ciomas (Kecamatan Ciomas Barat dan Ciomas Utara) dan Kewedanaan

Anyer (tidak dibagi kecamatan).

Pada tahun 1689 Banten terpaksa harus menyerahkan Lampung kepada VOC

(Batavia). Saat itu Banten dipimpin oleh Sultan Muhamad menyusun strategi untuk melawan

kekuasaan VOC. Sultan Muhamad menjadikan Pandeglang sebagai wilayah untuk menyusun

kekuatan. Kekuatan kesultanan dipencar ke pelosok Pandeglang seperti di kaki Gunung Karang.

Berdasarkan Staatsblad 1874 No. 73 Ordonansi tanggal 1 Maret 1874 mulai berlaku

1 April 1874 menyebutkan pembagian daerah, di antaranya Kabupaten Pandeglang yang dibagi

ke dalam sembilan distrik atau kewedanaan. Pembagian ini menjadi Kewedanaan Pandeglang,

Baros, Ciomas, Kolelet, Cimanuk, Caringin, Panimbang, Menes dan Cibaliung.

Menurut data tersebut di atas, sejak tanggal 1 April 1874 telah ada pemerintahan

yang menjalankan tugasnya di Pandeglang. Dalam ordonansi 1877 No. 224 tentang batas-batas

keresidenan Banten, terdapat juga rincian batas-batas Kabupten Pandeglang. Hal ini diperrinci

tahun 1925 melalui keluarnya keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda tanggal 14 Agustus

1925 nomor XI. Maka sejak saat itulah Kabupaten Pandeglang telah berdiri sendiri tidak di

bawah penguaasaan Keresidenan Banten.

Dari fakta-fakta tersebut di atas dapat diambil beberapa kesimpulan di antaranya,

yaitu pada tahun 1828 Pandeglang sudah merupakan pusat pemerintahan distrik, pada tahun

1874 Pandeglang merupakan kabupaten, pada tahun 1882 Pandeglang merupakan kabupaten

dan distrik kewedanaan, dan pada tahun 1925 kabupaten Pandeglang telah berdiri sendiri. Atas

dasar kesimpulan-kesimpulan tersebut di atas, maka disepakati bersama bahwa tanggal 1 April 311874 ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Pandeglang.

50

Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Daerah [RIPDA] Provinsi Banten 2013-2027

Profil Umum Wilayah

31 Lihat http://pandeglangkab.go.id/profil.php?prof=MQ== diakses pada tanggal 9 November 2012.

Page 17: RIPKD Bab 4 Profil Umum Wilayah

Gambaran Umum

Kabupaten di Banten yang juga memiliki wilayah yang cukup luas dengan areal

pegunungan yang cukup tinggi adalah Kabupaten Pandeglang. Wilayah Kabupaten Pandeglang o oberada pada bagian barat daya Provinsi Banten dan secara Geografis terletak antara 6 21' – 7 10'

o oLintang Selatan (LS) dan 104 8' – 106 11' Bujur Timur ( BT ), dengan batas administrasinya

adalah :

?Sebelah Utara : Kabupaten Serang

?Sebelah Timur : Kabupaten Lebak

?Sebelah Selatan : Samudera Indonesia

?Sebelah Barat : Selat Sunda

2Luas wilayah Kabupaten Pandeglang adalah 274.689,91 Ha atau 2.747 Km (28,43%

dari luas wilayah provinsi Banten) dan secara administratif kabupaten ini terbagi atas 35 32kecamatan, 322 desa dan 13 kelurahan.

Dataran di Kabupaten Pandeglang sebagian besar merupakan dataran rendah yakni

di daerah bagian tengah dan selatan, dengan variasi ketinggian antara 0 – 1.778 mdpl dengan luas

sekitar 85,07% dari luas wilayah Kabupaten. Secara umum perbedaan ketinggian di Kabupaten

Pandeglang cukup tajam, dengan titik tertinggi 1.778 mdpl yang terdapat di Puncak Gunung

Karang pada daerah bagian utara dan titik terendah terletak didaerah pantai dengan ketinggian 0 33mdpl.

Daerah pegunungan pada umumnya mempunyai ketinggian ± 400 mdpl, dataran

rendah bukan pantai pada umumnya memiliki ketinggian rata-rata 30 mdpl dan daerah dataran

rendah pantai pada umumnya mempunyai ketinggian rata-rata 3 mdpl. Kemiringan tanah di

Kabupaten Pandeglang bervariasi antara 0 – 45 %; dengan alokasi 0- 15 % areal pedataran sekitar

Pantai Selatan dan pantai Selat Sunda; alokasi 15 – 25 % areal berbukit lokasi tersebar; dan

alokasi 25 – 45 % areal bergunung pada bagian tengah dan utara.

Di Pandeglang terdapat 6 gunung yaitu : Gunung Karang (1.778 mdpl), Gunung

Pulosari (1.346 mdpl), Gunug Aseupan (1.174 mdpl), Gunug Payung (480 mdpl), Gunung Honje

(620 mdpl) dan Gunung Tilu (562 mdpl).

Curah hujan di atas 3.000 mm/tahun terjadi di sekitar Stasion Penakar Hujan yang

berada di sekitar Kecamatan Menes, Labuan, Cibaliung, Mandalawangi dan Kecamatan Jiput.

Puncak hari hujan berada pada bulan November-Februari. Sedangkan bulan kering berada pada

bulan Mei-September.

51

Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Daerah [RIPDA] Provinsi Banten 2013-2027

Profil Umum Wilayah

32 Op. cit., BPS, h. 35.33

http://pandeglangkab.go.id/profil.php?prof=MQ== diakses pada tanggal 9 November 2012.

Page 18: RIPKD Bab 4 Profil Umum Wilayah

Berdasarkan rata-rata curah hujan per tahun, menurut klasifikasi Koppen-Kabupaten

Pandeglang termasuk ke dalam iklim Af (Iklim Hujan Tropis) sedangkan apabila dilihat 34berdasarkan Zone Agroklimat Oldeman termasuk dalam Zone A1.

Kabupaten Pandeglang ditinjau dari segi geologi memiliki beberapa jenis batuan

yang meliputi Alluvium, Undieferentiated (bahan erupsi gunung berapi), Diocena, Piocena

Sedimen, Miocena Lemistone dan Mineral Deposit. Sedangkan beberapa jenis tanah yang ada di

Kabupaten Pandeglang yaitu Aluvial, Grumosol, Mediteran, dan Latosol.

Keadaan geomorfologi, topografi dan bentuk wilayah secara bersama-sama akan

membentuk pola-pola aliran sungi yang ada. Pola aliran sungai di wilayah Kabupaten

Pandeglang pada umumnya berbentuk dendritik. Arah aliran sungai-sungai di wilayah ini

dibedakan menjadi dua, sehingga membentuk dua daerah aliran sungai yaitu daerah aliran dari

arah timur yang bermuara di Selat Sunda dan daerah aliran dari arah utara yang bermuara di 35Samudera Indonesia.

Wilayah Kabupaten Pandeglang mengalir 14 sungai yang berukuran sedang sampai

besar. Sungai -sungai tersebut adalah Sungai Cidano, Sungai Cibungur, Sungai Cisanggona,

Sungai Ciliman, Sungai Cihonje, Sungai Cipunagara, Sungi Cisumur, Sungai Ciseureuhan,

Sungai Cijaralang, Sungai Cikadongdong, Sungai Ciseukeut, Sungai Cimara, Sungai Cibaliung,

dan Sungai Cicanta. Dari ke-14 sungai tersebut terbagi dalam 6 (enam) Daerah Aliran Sungai

(DAS) antara lain :

?Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciujung

?Daerah Aliran Sungai (DAS) Cidano

?Daerah Aliran Sungai (DAS) Cibungur

?Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliman

?Daerah Aliran Sungai (DAS) Cimandiri36?Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikeruh

Kependudukan

Pada tahun 2010 jumlah penduduk Kabupaten Pandeglang berdasarkan Sensus

Penduduk pada bulan Mei 2010 adalah 1.149.610 orang dengan komposisi penduduk laki-laki

sebanyak 589.056 orang dan perempuan sebanyak 560.554 orang. Berdasarkan data di atas, rasio 37jenis kelamin pada tahun 2010 sebesar 105,08.

52

Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Daerah [RIPDA] Provinsi Banten 2013-2027

Profil Umum Wilayah

34 http://www.depdagri.go.id/pages/profil-daerah/kabupaten/id/36/name/banten/detail/3603/pandeglang.

diakses pada tanggal 9 November 2012.35

Ibid36

http://pandeglangkab.go.id/profil.php?prof=MQ== diakses pada tanggal 9 November 2012.37

Op. cit., BPS, h. 70.

Page 19: RIPKD Bab 4 Profil Umum Wilayah

Sebaran penduduk per kecamatan relatif tidak merata. Kecamatan dengan penduduk

terjarang yaitu Kecamatan Sumur dengan rata-rata sebanyak 88 jiwa/Km2, sementara wilayah

yang terpadat adalah Kecamatan Labuan, yaitu sebanyak 3.439 jiwa/Km2. Sedangkan rata-rata

kepadatan penduduk Kabupaten Pandeglang adalah 419 jiwa/Km2.

Laju pertumbuhan penduduk (LPP) Kabupaten Pandeglang berdasarkan data hasil

Sensus Penduduk periode 1961 – 1971 sebesar 2,71 persen, periode 1971 – 1980 sebesar 2,15

persen, periode 1980 – 1990 sebesar 2,14 persen, periode 1990 – 2000 sebesar 1,64 persen dan

2000 – 2010 sebesar 1,30 persen. Menurunnya angka laju pertumbuhan penduduk merupakan

salah satu wujud keberhasilan pembangunan bidang kependudukan yang salah satunya antara 38lain adalah program Keluarga Berencana (KB).

Berdasarkan data BPS Kabupaten Pandeglang, jumlah penduduk 15 tahun ke atas

yang bekerja berjumlah 384.657 jiwa. Lapangan pekerjaan utama penduduk berupa pertanian,

perkebunan, kehutanan, perburuan dan perikanan; industri; perdagangan, rumah makan dan jasa

akomodasi; dan jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan.

Secara umum, pekerja di Kabupaten Pandeglang bekerja di sektor informal

(83,67%) dan sisanya bekerja di bidang formal (16,33%) dari jumlah pekerja di atas 15 tahun

berjumlah 434.746 jiwa (Indikator Kesejahteraan Rakyat, 2009). Dari jumlah pekerja 434.746

jiwa, pekerja dengan status pekerjaan berusaha sendiri memiliki proporsi yang terbesar yaitu

23,67%, sedangkan pekerja dengan status pekerjaan berusaha dibantu buruh tidak tetap/ tidak 39dibayar memiliki proporsi terkecil (2,32%).

d. Kabupaten Tangerang

Sejarah Singkat

Kabupaten Tangerang merupakan wilayah penyangga ibukota yang pertumbuhan

ekonomi dan penduduknya terus meningkat dari tahun ke tahun. Kabupaten ini memiliki kultur

budaya campuran antara Betawi, Banten, Priangan dan Cina.

Kabupaten Tangerang sejak ratusan tahun lalu sudah menjadi daerah perlintasan

perniagaan, perhubungan sosial dan interaksi antardaerah lain. Hal ini, disebabkan letak daerah

ini yang berada di dua poros pusat perniagaan Jakarta - Banten. Berdasarkan catatan sejarah,

daerah ini sarat dengan konflik kepentingan perniagaan dan kekuasaan wilayah antara

Kesultanan Banten dengan Penjajah Belanda. Secara tutur-tinular, masa pemerintahan pertama

53

Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Daerah [RIPDA] Provinsi Banten 2013-2027

Profil Umum Wilayah

38 http://pandeglangkab.go.id/profil.php?prof=MQ== diakses pada tanggal 9 November 2012. Bandingkan

dengan Badan Pusat Statistik Provinsi Banten, Banten dalam Angka 2011, Serang: BPS Provinsi Banten, h. 70.39

Ibid

Page 20: RIPKD Bab 4 Profil Umum Wilayah

secara sistematis yang bisa diungkapkan di daerah dataran ini, adalah saat Kesultanan Banten

yang terus terdesak agresi penjajah Belanda lalu mengutus tiga maulananya yang berpangkat

Aria untuk membuat perkampungan pertahanan di Tangerang.

Ketiga maulana itu adalah Maulana Yudanegara, Wangsakerta dan Santika. Konon,

basis pertahanan merka berada di garis pertahanan ideal yang kini disebut kawasan Tigaraksa

dan membentuk suatu pemerintahan. Sebab itu, di legenda rakyat cikal-bakal Kabupaten

Tangerang adalah Tigaraksasa [sebutan Tigaraksasa, diambil dari sebutan kehormatan kepada

tiga maulana sebagai tiga pimpinan.

Pemerintahan ketiga maulana ini, pada akhirnya dapat ditumbangkan dan seluruh

wilayah pemerintahannya dikuasai Belanda, berdasar catatan sejarah terjadi tahun 1684.

Berdasar catatan pada masa ini pun, lahir sebutan Kota Tangerang. Sebutan Tangerang lahir

ketika Pangeran Soegri, salah seorang putra Sultan Ageng Tirtayasa dari Kesultanan Banten

membangun tugu prasasti di bagian Barat Sungai Cisadane.

Tugu itu disebut masyarakat waktu itu dengan Tangerang [bahasa Sunda=tanda]

memuat prasasti dalam bahasa Arab Gundul Jawa Kuno,

Bismillah peget Ingkang Gusti

Diningsun juput parenah kala Sabtu

Ping Gasal Sapar Tahun Wau

Rengsena Perang nelek Nangeran

Bungas wetan Cipamugas kilen Cidurian

Sakebeh Angraksa Sitingsung Parahyang-Titi

Terjemahan dalam bahasa Indonesia :

Dengan nama Allah tetap Maha Kuasa

Dari kami mengambil kesempatan pada hari Sabtu

Tanggal 5 Sapar Tahun Wau

Sesudah perang kita memancangkan Tugu

Untuk mempertahankan batas Timur Cipamugas

(Cisadane) dan Barat yaitu Cidurian

Semua menjaga tanah kaum Parahyang

Desakan pasukan VOC yang semakin menjadi-jadi di Banten telah memaksa

dibuatnya perjanjian antar kedua belah pihak pada 17 April 1684 yang menjadikan daerah

Tangerang seluruhnya masuk kekuasaan Penjajah Belanda. Sebagai wujud kekuasaannya,

54

Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Daerah [RIPDA] Provinsi Banten 2013-2027

Profil Umum Wilayah

Page 21: RIPKD Bab 4 Profil Umum Wilayah

Belanda pun membentuk pemerintahan kabupaten yang lepas dari Banten dengan dibawah

pimpinan seorang bupati.

Para bupati yang sempat memimpin Kabupaten Tangerang periode tahun 1682 -

1809 adalah Kyai Aria Soetadilaga. Setelah keturunan Aria Soetadilaga dinilai tak mampu lagi

memerintah Kabupaten Tangerang dengan baik, akhirnya penjajah Belanda menghapus

pemerintahan di daerah ini dan memindahkan pusat pemerintahan ke Jakarta.

Lalu, dibuat kebijakan sebagian tanah di daerah itu dijual kepada orang-orang kaya di Jakarta,

sebagian besarnya adalah orang-orang Cina kaya sehingga lahir masa tuan tanah di Tangerang.

Pada 8 Maret 1942, Pemerintahan Penjajah Belanda berakhir digantikan

Pemerintahan Penjajah Jepang. Namun terjadi serangan sekutu yang mendesak Jepang di

berbagai tempat, sebab itu Pemerintahan Militer Jepang mulai memikirkan pengerahan pemuda-

pemuda Indonesia guna membantu usaha pertahanan mereka sejak kekalahan armadanya di

dekat Mid-way dan Kepulauan Solomon.

Kemudian pada tanggal 29 April 1943 dibentuklah beberapa organisasi militer,

diantaranya yang terpenting ialah Keibodan [barisan bantu polisi] dan Seinendan [barisan

pemuda]. Disusul pemindahan kedudukan Pemerintahan Jakarta Ken ke Tangerang dipimpin

oleh Kentyo M Atik Soeardi dengan pangkat Tihoo Nito Gyoosieken atas perintah Gubernur

Djawa Madoera. Adapun Tangerang pada waktu itu masih berstatus Gun atau kewedanan

berstatus ken (kabupaten).

Berdasar Kan Po No. 34/2604 yang menyangkut pemindahan Jakarta Ken Yaskusyo

ke Tangerang, maka Panitia Hari Jadi Kabupaten Tangerang menetapkan terbentuknya

pemerintahan di Kabupaten Tangerang. Sebab itu, kelahiran pemerintahan daerah ini adalah

pada tanggal 27 Desember 1943. Selanjutnya penetapan ini dikukuhkan dengan Peraturan

Daerah Tingkat II Kabupaten Tangerang Nomor 18 Tahun 1984 tertanggal 25 Oktober 1984.

Dalam masa-masa proklamasi, telah terjadi beberpa peristiwa besar yang melibatkan tentara dan

rakyat Kabupaten Tangerang dengan pasukan Jepang dan Belanda, yaitu Pertempuran

Lengkong dan Pertempuran Serpong.

Pertumbuhan perekonomian Kabupaten Tangerang sebagai daerah lintasan dan

berdekatan dengan Ibukota Negara Jakarta melesat pesat. Apalagi setelah diterbitkannya Inpres

No.13 Tahun 1976 tentang pengembangan Jabotabek, di mana kabupaten Tangerang menjadi

daerah penyanggah DKI Jakarta.

Tanggal 28 Pebruari 1993 terbit UU No. 2 Tahun 1993 tentang Pembentukan Kota

Tangerang. Berdasarkan UU ini wilayah Kota Administratif Tangerang dibentuk menjadi

daerah otonomi Kota Tangerang, yang lepas dari Kabupaten Tangerang. Berkaitan itu terbit pula

55

Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Daerah [RIPDA] Provinsi Banten 2013-2027

Profil Umum Wilayah

Page 22: RIPKD Bab 4 Profil Umum Wilayah

Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 1995 tentang pemindahan Ibukota Kabupaten Dati II 40Tangerang dari Wilayah Kotamadya Dati II Tangerang ke Kecamatan Tigaraksa.

Gambaran Umum

Kabupaten Tangerang yang memiliki luas wilayah 1011, 86 kilometer (10,47% dari

luas provinsi Banten) dan memiliki jumlah penduduk sebanyak 2.834.376 jiwa dengan 41komposisi jumlah penduduk laki-laki sebesar 1.454.956 jiwa sedangkan perempuan 1.379.420.

42Angka pertumbuhan penduduk kabupaten ini cukup tinggi yaitu sekitar 3,40%.

Kabupaten Tangerang di sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa, wilayah

Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor, wilayah Barat berbatasan dengan Kabupaten

Lebak dan Kabupaten Serang dan di wilayah Timur berbatasan dengan Kota Tangerang.

Kabupaten Tangerang memiliki 29 Kecamatan, 28 Kelurahan dan 246 Desa. Sebagai daerah

sentra industri, keterlibatan penduduk dalam sektor ekonomi di Kabupaten Tangerang sebagian

besar bekerja pada sektor industri. Dalam kenyataannya sektor industri lebih banyak menyerap

lapangan pekerjaan dibanding sektor-sektor lainnya.

Pada tahun 2006, Persentase angkatan kerja juga masih didominasi kalangan laki-

laki sebesar 66,4% sedangkan perempuan hanya 33,6%. Dari angka ini laki-laki yang bekerja

mencapai 80,1% dan perempuan hanya 23,9%. Namun untuk persentase yang menganggur atau

mencari pekerjaan dari kalangan laki-laki juga lebih besar dibanding perempuan, yaitu 51%

berbanding 49%. Sebaliknya persentase bukan angkatan kerja didominasi perempuan, dimana

mayoritas sebagai pengurus rumah tangga yaitu sebesar 47,6% dibanding 0,6% namun yang

sekolah sedikit lebih besar laki-laki yaitu 23,6% dan perempuan sebesar 19,6%. Selain itu,

penduduk Kabupaten Tangerang juga bermatapencaharian sebagai petani, khususnya di wilayah 43Utara.

Sosial Budaya

Salah satu hal yang menarik dari kondisi masyarakat kabupaten Tangerang adalah

masyarakatnya yang memiliki kultur budaya campuran Betawi dan Priangan. Masyarakat

Kabupaten Tangerang berbahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa Sunda sebagai

56

Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Daerah [RIPDA] Provinsi Banten 2013-2027

Profil Umum Wilayah

40 Lihat,

http://www.depdagri.go.id/pages/profil-daerah/kabupaten/id/36/name/banten/detail/3603/tangerang diakses pada tanggal 9 November 2012.

41 Badan Pusat Statistik Provinsi Banten, Banten dalam Angka 2011, Serang:

BPS Provinsi Banten, h.70.42

Ibid43

http://www.depdagri.go.id/pages/profil-daerah/kabupaten/id/36/name/banten/detail/3603/tangerang diakses pada tanggal 9 November 2012.

Page 23: RIPKD Bab 4 Profil Umum Wilayah

bahasa daerah. Ada juga bahasa Jawa yang merupakan bahasa pendatang dari luar Kabupaten

Tangerang yang umumnya para pekerja di kawasan industri Kabupaten Tangerang.

Sampai dengan tahun 2002, dari 651.254 KK yang ada di Kabupaten Tangerang,

mereka yang dikategorikan sebagai penduduk pra sejahtera sebanyak 105.245 KK, sejahtera I

sebanyak 156.953 KK, sejahtera II sebanyak 206.040 KK, sejahtera III sebanyak 130.356 KK

dan sejahtera III Plus sebanyak 52.660 KK.

Masyarakat Kabupaten Tangerang termasuk masyarakat yang dinamis dan gemar

akan kesenian. Karakter kesenian yang ada di Kabupaten Tangerang adalah perpaduan antara

seni budaya Betawi dan Priangan. Beberapa kesenian yang berkembang sampai saat ini adalah

Seni Musik Gambang Keromong dan Tari Cokek yang merupakan tarian pergaulan yang banyak 44berkembang di kawasan Teluknaga dan Kosambi.

e. Kota Tangerang

Sejarah Singkat

Kota Tangerang yang terbentuk pada tanggal 28 Februari 1993 berdasarkan Undang-

undang No.2 Tahun 1993 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Tangerang,

merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Tangerang. Secara geografis Kota Tangerang

terletak pada 106'36 – 106'42 Bujur Timur (BT) dan 6'6 – 6 Lintang Selatan (LS).

Kota Tangerang memiliki letak strategis karena berada di antara Provinsi DKI

Jakarta, Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang. Posisi strategis tersebut menjadikan

perkembangan Kota Tangerang berjalan pesat. Pada satu sisi,Kota Tangerang menjadi daerah

limpahan dari berbagai kegiatan dari DKI Jakarta, di sisi lain menjadi daerah kolektor

pengembangan wilayah Kabupaten Tangerang yang merupakan daerah dengan sumber daya

alam yang produktif.

Pesatnya perkembangan Kota Tangerang didukung pula dari tersedianya sistem

jaringan transportasi terpadu dengan wilayah Jabodetabek, serta aksesibilitas dan konektivitas

berskala nasional dan internasional yang baik, yang tercermin dari keberadaan Bandara

Internasional Soekarno-Hatta, Pelabuhan Internasional Tanjung Priok, serta Pelabuhan

Bojonegara sebagai gerbang maupun outlet nasional. Kedudukan geostrategis Kota Tangerang

tersebut telah mendorong bertumbuhkembangnya aktivitas industri, perdagangan dan jasa yang 45merupakan basis perekonomian Kota Tangerang.

57

Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Daerah [RIPDA] Provinsi Banten 2013-2027

Profil Umum Wilayah

44 http:// tangerangkab.go.id/ diakses pada tanggal 8 November 2012.45 http://www.depdagri.go.id/pages/profil-daerah/kota/id/36/name/banten/detail/3603/tangerang diakses

pada tanggal 7 November 2012.

www.

Page 24: RIPKD Bab 4 Profil Umum Wilayah

Gambaran Umumo o oLetak astronomis Kota Tangerang antara 6 6' - 6 13' Lintang Selatan dan 106 36' -

o106 42' Bujur Timur. Secara administratif berbatasan dengan Kabupaten Tangerang di sebelah

Utara dan Barat, Provinsi DKI Jakarta di sebelah Timur, dan Kota Tangerang Selatan di sebelah 2Selatan. Luas wilayah Kota Tangerang tercatat sebesar 153,93 km atau sekitar 1,59% dari luas

46Provinsi Banten dan merupakan wilayah yang terkecil kedua setelah Kota Tangerang Selatan.

Jarak antara Kota Tangerang dengan Kota Serang sebagai ibukota Provinsi Banten tercatat

sekitar 65 km.

Kondisi topografi di Kota Tangerang merupakan dataran rendah dengan ketinggian

antara 10-18 meter di atas permukaan laut. Selama tahun 2010, hampir seluruh wilayah

kecamatan di Kota Tangerang mengalami banjir kecuali Kecamatan Tangerang, Neglasari, dan

Batuceper. Luas genangan banjir tercatat sebesar 35,30 Ha dengan ketinggian antara 30-50 cm.

Iklim wilayah Kota Tangerang, seperti pada umumnya wilayah lain di Indonesia

bagian Barat, dipengaruhi oleh Angin Muson dan gelombang La Nina. Cuaca didominasi oleh

Angin Barat dari Samudra Hindia dan Angin Asia di musim penghujan serta Angin Timur pada 0musim kemarau. Selama tahun 2010, suhu udara di Kota Tangerang berkisar antara 23,6 C -

034,2 C, dengan kelembaban udara bervariasi antara 76-84 persen. Hujan turun setiap bulannya,

dengan jumlah hari dan curah hujan dalam setahun masing-masing sebanyak 176 hari dan

1.858,2 mm. Berarti, rata-rata hujan turun tiap dua hari sekali dengan tingkat intensitas kurang

dari 6 mm atau hujan yang turun di Kota Tangerang termasuk berkategori ringan.

Kepadatan penduduk Kota Tangerang cenderung mengalami peningkatan selama

periode tahun 2000 hingga 2007. Pada tahun 2010, total jumlah penduduk mencapai 1.798.601

jiwa, dengan komposisi 921.043 jiwa (50,18%) penduduk laki-laki dan 877.558 jiwa (49,82%) 47perempuan. Selama kurun waktu 2000-2010, rata-rata laju pertumbuhan penduduk mencapai

2,62% per tahun. Capaian rata-rata laju pertumbuhan penduduk tersebut lebih tinggi bila

dibandingkan dengan capaian Provinsi Banten 2,20%, DKI Jakarta 1,20%, maupun Nasional

1,30% pada periode yang sama. Pertambahan jumlah penduduk ini disebabkan beberapa hal

seperti natalitas (kelahiran) dan migrasi (perpindahan) dari luar wilayah Kota Tangerang ke

dalam wilayah Kota Tangerang.

Tantangan yang dihadapi Kota Tangerang terkait masalah kependudukan adalah

pengendalian pertumbuhan penduduk dan database. Salah satu upaya pengendalian

pertumbuhan penduduk, terutama diarahkan pada pengendalian jumlah mighrasi masuk melalui

58

Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Daerah [RIPDA] Provinsi Banten 2013-2027

Profil Umum Wilayah

46 Op. cit., BPS, h. 8.

47 Op. cit., BPS, h. 70.

Page 25: RIPKD Bab 4 Profil Umum Wilayah

penataan sisteam administrasi kependudukan dan penguatan pengawasan kependudukan.

Sementara untuk menekan angka pertumbuhan penduduk yang disebabkan oleh angka

kelahiran, dilakukan peningkatan penyelenggaraan program Keuarga Berencana (KB).

Permasalahan dan tantangan database kependudukan terletak pada belum akurat dan

sempurnanya data kependudukan. Hal tersebut dipengaruhi oleh belum adanya sistem

pengarsipan data kependudukan, sehingga seringkali terdapat perbedaan data kondisi penduduk.

Salah satu indikator yang menjadi titik krusial dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat

dalam suatu daerah adalah jumlah keluarga dan penduduk miskin.

Pada wilayah Kota Tangerang jumlah penduduk miskin cenderung meningkat pada

periode 2003-2005, dengan jumlah masyarakat miskin terbanyak pada tahun 2005 yang

mencapai 137.366 jiwa. Angka ini kemudian mengalami penurunan pada tahun 2006 menjadi

112.577 jiwa, namun pada tahun 2007 meningkat lagi menjadi 134.436 jiwa. Peningkatan

jumlah masyarakat miskin tersebut diperkirakan akibat meningkatnya laju inflasi yang 48berdampak pada kondisi kesejahteraan masyarakat Kota Tangerang.

f. Kota Cilegon

Sejarah Singkat

Cilegon merupakan wilayah bekas Kewadenaan (Wilayah kerja pembantu Bupati

KDH Serang Wilayah Cilegon), yang meliputi 3 (tiga) Kecamatan yaitu Cilegon, Bojonegara

dan Pulomerak. Berdasarkan Pasal 27 Ayat (4) UU No 5 tahun 1974 tentang Pokok Pokok

Pemerintahan di Daerah, Cilegon kiranya sudah memenuhi persyaratan untuk dibentuk menjadi

Kota Administratif. Melalui surat Bupati KDH Serang No. 86/Sek/Bapp/VII/84 tentang usulan

pembentukan administratif Cilegon dan atas pertimbangan yang obyektif maka dikeluarkan

Peraturan Pemerintah No. 40 tahun 1986, tentang pembentukan Kota Administratif Cilegon

dengan luas wilayah 17.550 Ha yang meliputi 3 (tiga) wilayah Kecamatan meliputi Pulomerak,

Ciwandan, Cilegon dan 1 Perwakilan kecamatan Cilegon di Cibeber ,sedangkan kecamatan 49Bojonegara masuk Wilayah kerja pembantu Bupati KDH Serang Wilayah Kramatwatu.

Berdasarkan PP No. 3 Tahun 1992 tertanggal 7 Februari 1992 tentang Penetapan

Perwakilan Kecamatan Cibeber, Kota Administratif Cilegon bertambah menjadi 4 (empat)

Kecamatan yaitu Pulomerak, Ciwandan, Cilegon dan Cibeber.

59

Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Daerah [RIPDA] Provinsi Banten 2013-2027

Profil Umum Wilayah

48 http://www.depdagri.go.id/pages/profil-daerah/kota/id/36/name/banten/detail/3603/tangerang diakses

pada tanggal 9 November 2012.49

http://www.depdagri.go.id/pages/profil-daerah/kota/id/36/name/banten/detail/3603/cilegon diakses pada tanggal 6 November 2012.

Page 26: RIPKD Bab 4 Profil Umum Wilayah

Dalam perkembangannya Kota Administratif Cilegon telah memperlihatkan

kemajuan yang pesat di berbagai bidang baik bidang Fisik, Sosial maupun Ekonomi. Hal ini

tidak saja memberikan dampak berupa kebutuhan peningkatan pelayanan di bidang

pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan, tetapi juga memberikan gambaran mengenai

perlunya dukungan kemampuan dan potensi wilayah untuk menyelenggarakan otonomi daerah.

Dengan ditetapkannya dan disahkannya UU No. 15 tahun 1999 tanggal 27 April 1999 tentang

pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok dan Kotamadya Daerah Tingkat II Cilegon, 50status Kota Administratif Cilegon berubah menjadi Kotamadya Cilegon.

Gambaran Umum

Kota Cilegon berada di ujung Barat laut , di tepi Selat Sunda. Kota ini dulunya

merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Serang, kemudian ditingkatkan statusnya menjadi

kota administratif, dan sejak tanggal 27 April 1999 ditetapkan sebagai kotamadya (sebutan

kotamadya diganti dengan kota sejak tahun 2001). Cilegon dikenal sebagai kota industri, dan

menjadi pusat industri di kawasan Banten bagian Barat. Kota Cilegon dilintasi jalan negara lintas

Jakarta-Merak, dan dilalui jalur kereta api Jakarta-Merak. Kota Cilegon terdiri atas 8 kecamatan 51yang dibagi lagi atas sejumlah kelurahan yang saat ini berjumlah 43 buah.

Berdasarkan letak geografisnya, Kota Cilegon berada dibagian paling ujung sebelah

Barat Pulau Jawa dan terletak pada posisi : 5°52'24" - 6°04'07" Lintang Selatan (LS), 105°54'05"

- 106°05'11" Bujur Timur (BT). Secara administratif wilayah berdasarkan UU No.15 Tahun

1999 tentang terbentuknya Kotamadya Daerah Tingkat II Depok dan Kotamadya Daerah

Tingkat II Cilegon pada tanggal 27 April 1999, Kota Cilegon mempunyai batas-batas wilayah

sebagai berikut:

?Sebelah Utara: berbatasan dengan Kecamatan Bojonegara (Kabupaten Serang)

?Sebelah Barat: berbatasan dengan Selat Sunda

?Sebelah Selatan: berbatasan dengan Kecamatan Anyer dan Kecamatan Mancak

(Kabupaten Serang)

?Sebelah Timur: berbatasan antara Pondok Cilegon Indah & Jalan Lingkar Selatan

(Kota Cilegon) dengan Kecamatan Kramatwatu tepat di wilayah Serdang (Kabupaten

Serang)

Kota ini merupakan bandar dagang, pusat industri baja dan kimia di pulau Jawa. Oleh

karenanya, di kota ini kita akan banyak menemukan pelabuhan-pelabuhan kecil yang digunakan

60

Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Daerah [RIPDA] Provinsi Banten 2013-2027

Profil Umum Wilayah

50 Ibid

51 Op. cit., BPS, h. 70.

Page 27: RIPKD Bab 4 Profil Umum Wilayah

oleh kelompok industri kimia dan industri baja untuk memenuhi kebutuhan bahan baku dan

bahan bakar.

Kota Cilegon mempunyai iklim tropis dengan suhu rata-rata 22 °C-33 °C, curah

hujan maksimum terjadi pada bulan Desember-Februari dan minimum pada bulan Juli-52September.

Berdasarkan administrasi pemerintahan, Kota Cilegon memiliki luas wilayah 53±17.550 Ha (1,82% dari luas provinsi Banten). terbagi atas 8 (delapan) kecamatan berdasarkan

Peraturan Daerah (Perda) No.15 Tahun 2002 Tentang Pembentukan 4 (empat) Kecamatan baru,

wilayah Kota Cilegon yang semula terdiri dari 4 (empat) kecamatan berubah menjadi 8 (delapan)

Kecamatan, yaitu :

?Kecamatan Cilegon

?Kecamatan Ciwandan

?Kecamatan Pulomerak

?Kecamatan Cibeber

?Kecamatan Grogol

?Kecamatan Purwakarta

?Kecamatan Citangkil

?Kecamatan Jombang

g. Kota Serang

Sejarah Singkat

Kota Serang adalah wilayah baru hasil pemekaran dari Kabupaten Serang. Kota ini

diresmikan pada tanggal 2 November 2007 berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2007 tentang

Pembentukan Kota Serang, setelah sebelumnya RUU Kota Serang disahkan pada 17 Juli 2007

kemudian dimasukkan dalam lembaran Negara Nomor 98 Tahun 2007 dan tambahan lembaran

Negara Nomor 4748, tertanggal 10 Agustus 2007. Sebagai ibukota provinsi, keberadaannya

adalah sebuah konsekuensi logis dari lahirnya Provinsi Banten. Terdiri dari 6 (enam) kecamatan

yaitu; Kecamatan Serang, Kecamatan Kasemen, Kecamatan Walantaka, Kecamatan Curug,

Kecamatan Cipocokjaya dan Kecamatan Taktakan, Kota Serang memiliki luas wilayah 266,77

km' dengan jumlah penduduk sekitar 577.785 jiwa dengan jumlah laki-laki sebesar 297.187 dan 54perempuan berjumlah 280.598.

61

Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Daerah [RIPDA] Provinsi Banten 2013-2027

Profil Umum Wilayah

52 Ibid., h. 27.

53 Op. cit., BPS, h. 9.

54 Ibid., h. 70.

Page 28: RIPKD Bab 4 Profil Umum Wilayah

Sejak masa kolonial, wilayah ini memang didesain untuk menjadi kota

pemerintahan. Oleh sebab itu, di kota ini kita dapat menemukan beberapa Benda Cagar Budaya

yang merupakan hasil peninggalan pemerintah kolonial seperti gubernuran yang terletak di

sebelah Utara alun-alun Serang, bangunan STOVIA yang sekarang digunakan sebagai kantor

POLRES Serang, Stasiun Kereta Api dan bangunan-bangunan bersejarah lain. Di kota ini juga

kita akan dapati puing-puing peninggalan kebesaran kesultanan Banten dan makam-makam

sultan Banten.

Gambaran Umum

Kota Serang terletak di sebelah utara provinsi Banten. Secara geografis wilayah Kota

Serang terletak diantara 5°50' - 6°21' Lintang Selatan dan 105°7' 106°22' Bujur Timur.Kota ini

terkenal sebagai pusa sejarah kesultanan Banten yang pernah berjaya pada abad ke-XVII. Batas-

batas geografis kota ini adalah sebagai berikut

Sebelah Utara yaitu Teluk Banten yang dahulu merupakan salah satu jalur lalu lintas

perairan yang sangat sibuk.

- Sebelah Timur yaitu Kec. Pontang, Kec. Ciruas dan Kec. Kragilan Kab. Serang

- Sebelah Selatan yaitu Kec. Cikeusal, Kec. Petir dan Kec. Baros Kab. Serang

- Sebelah Barat yaitu Kec. Pabuaran, Kec. Waringin Kurung dan Kec. Kramatwatu Kab.

Serang.

Luas Wilayah Kota Serang Secara Administratif tercatat 26.439 ha yang terdiri dari 6 55( Enam ) Kecamatan, 20 ( Dua Puluh ) Kelurahan dan 46 ( Empat Puluh Enam ) Desa. Sementara

dari segi klimatologis, geologis dan topografis, kota Serang memiliki kemiripan dengan

kabupaten Serang.

h. Kota Tangerang Selatan

Kota Tangerang Selatan merupakan wilayah administratif termuda di provinsi

Banten dengan luas wilayah 147 km persegi yang terdiri dari 5 desa dan 49 kelurahan. Wilayah

ini resmi diresmikan pada tanggal 29 Oktober 2008 dengan diberlakukannya UU No. 51 tahun 562008.

62

Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Daerah [RIPDA] Provinsi Banten 2013-2027

Profil Umum Wilayah

55 http://bpbdserang01.page4.me/47.html diakses pada tanggal 10 November 2012. Lihat juga, Badan Pusat

Statistik Provinsi Banten, Banten dalam Angka 2011, Serang: BPS Provinsi Banten, h.35.56

Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan, Kota Tangerang Selatan dalam Angka 2012, Tangerang Selatan, 2012.

Page 29: RIPKD Bab 4 Profil Umum Wilayah

Sejarah Singkat

Pada masa penjajahan Belanda, wilayah ini masuk ke dalam Karesidenan Batavia

dan mempertahankan karakteristik tiga etnis, yaitu Suku Sunda, Suku Betawi, dan Suku

Tionghoa. Wacana pembentukan kota otonom Tangerang Selatan ( dahulu Cipasera ) muncul

sejak 1999. Namun belum adanya kata sepakat antara DPRD dan Pemerintah Kabupaten

Tangerang tentang jumlah kecamatan yang akan tergabung dalam kota otonom ini, menghambat

proses pembentukannya. Sebagian besar warga masyarakat yang tinggal di Kecamatan Ciputat,

Pamulang, Serpong, Cisauk, dan Pondok Aren menginginkan lepas dari Kabupaten Tangerang.

Untuk mewujudkan keinginan itu, pada 19 November 2000, dibentuk Komite Persiapan

Pembentukan Daerah Otonom (KPPDO) Kota Cipasera. Para aktivis KPPDO, pada 2002,

kemudian melakukan kajian awal untuk mendata kelayakan wilayah Cipasera menjadi sebuah 57kota otonom setingkat kotamadya.

Wilayah Cipasera yang memiliki luas 239.850 km persegi, kini telah menjadi daerah

perkotaan yang ramai. Pada tahun 2000, jumlah penduduk yang tinggal di lima kecamatan itu

hampir mencapai 942.194 ( Pagedangan diikutkan ) atau setara dengan 34,5 persen penduduk

Kabupaten Tangerang. Sayangnya, wilayah yang telah berkembang menjadi kota itu tidak

dibarengi dengan penataan kota yang baik. Pertimbangan lainnya adalah aspek pelayanan

masyarakat. Saat ini, dengan letak pusat pemerintahan Kabupaten Tangerang di Tigaraksa —

sekitar 50 km dari Tangerang Selatan — sangat tidak efektif. Dengan luas daerah dan jumlah

penduduk yang tinggi, Tangerang Selatan membutuhkan konsentrasi pengelolaan yang lebih

tinggi dibanding kecamatan di luar Tangerang Selatan. Dan Pendapatan Asli Daerah ( PAD )

enam kecamatan itu sangat besar, yaitu 309 Miliar pertahunnya atau 60% dari PAD seluruh

daerah Kabupaten Tangerang. Berbagai kajian awal tentang peningkatan status wilayah

Tangerang Selatan menjadi daerah otonom telah dilakukan.

KPPDO Kota Cipasera ( Tangerang Selatan ) telah mengkajinya dari aspek hukum,

sosial-ekonomi, sosial-budaya, sosial-politik dan aspek pertahanan-keamanan. Potensi

pendapatan daerah, ekonomi, sumber daya alam, lapangan kerja, lapangan usaha, pusat

pendidikan dan teknologi juga telah dikaji. Namun pembentukan Kota Tangerang Selatan,

rupanya masih panjang untuk sampai final. Ini dikarenakan Pemerintah Kabupaten Tangerang

menyatakan bahwa kota tersebut hanya akan terdiri atas tujuh kecamatan. Padahal DPRD

Tangerang telah sepakat dan menyetujui kota otonom itu terdiri atas delapan kecamatan. Bupati

Tangerang Ismet Iskandar tidak memasukkan Cisauk dalam draf wilayah Tangerang Selatan.

Padahal penetapan delapan kecamatan yang terdiri dari Setu Ciputat, Cisauk, Ciputat Timur,

63

Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Daerah [RIPDA] Provinsi Banten 2013-2027

Profil Umum Wilayah

57 http://www.depdagri.go.id/pages/profildaerah/kabupaten/id/36/name/banten/detail

/3603/tangerangselatan diakses pada tanggal 9 November 2012.

Page 30: RIPKD Bab 4 Profil Umum Wilayah

Serpong, Serpong Utara, Pondok Aren dan Pamulang, telah ada dasar kajian ilmiahnya.

Akhirnya tanggal 29 Septemper 2008 keluar Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008 tentang

Pembentukan Kota Tangerang Selatan melalui Sidang Paripurna DPR-RI, dengan cakupan

wilayah Kec. Setu, Serpong, Serpong Utara, Pondok Aren, Pamulang, Ciputat, dan Ciputat 58Timur bergabung dalam sebuah kota yang otonom bernama Kota Tangerang Selatan.

Gambaran Umum

Kota Tangerang Selatan merupakan salah satu kota dari 8 kabupaten/kota di Provinsi

Banten, Kota Tangerang Selatan merupakan pemekaran dari Kabupaten Tangerang, diresmikan

sebagai daerah otonom pada tanggal 28 Oktober 2008 dengan diberlakukannya Undang-undang

Nomor 51 tahun 2008. Kota Tangerang Selatan merupakan daerah strategis karena berbatasan

langsung dengan DKI Jakarta, berjarak ±20 kilometer ke ibukota negara dan ±20 menit dari

Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Batas-batas wilayah administrasi Kota Tangerang

Selatan menurut Undang-undang 51 Tahun 2008 adalah sebagai berikut :

• Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Pinang, Kecamatan Larangan,

Kecamatan Ciledug Kota Tangerang;

• Sebelah Timur berbatasan dengan Kota Jakarta Selatan Provinsi DKI Jakarta;

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Depok dan Kabupaten Bogor Provinsi Jawa

Barat dan;

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Cisauk, Kecamatan Pagedangan,

Kecamatan Kelapa Dua Kabupaten Tangerang.

Secara administratif Kota Tangerang Selatan terdiri dari 7 (tujuh) kecamatan yakni :

Pamulang, Ciputat, Ciputat Timur, Pondok Aren, Setu, Serpong dan Serpong Utara. Kota 59Tangerang Selatan memiliki luas wilayah 147,19 Km2 (1,52% dari luas provinsi Banten).

Secara umum Kota Tangerang Selatan merupakan dataran rendah dengan letak ketinggian dari

permukaan laut ±44 m.

Kota Tangerang Selatan merupakan daerah beriklim tropis, temperatur rata-rata O Oberkisar antara 23,5 – 32,6 C dan temperature minimum terendah yaitu 22,8 C. Rata-rata

kelembaban udara dan intensitas matahari sekitar 78,3% dan 59,3 %. Keadaan curah hujan

tertinggi terjadi pada bulan Februari yaitu 486 mm, sedangkan rata-rata curah hujan dalam

setahun adalah 177,3 mm. Rata-rata kecepatan angin dalam setahun adalah 3,8 m/detik dan

kecepatan maksimum 12,6 m/detik.

64

Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Daerah [RIPDA] Provinsi Banten 2013-2027

Profil Umum Wilayah

58 Ibid

59 Op. cit., BPS, h. 9.

Page 31: RIPKD Bab 4 Profil Umum Wilayah

Penggunaan lahan Kota Tangerang Selatan sebagian besar adalah untuk perumahan

dan permukiman yaitu seluas 9.941,41 Ha atau 67,54% dari 14.719 Ha. Sawah ladang dan kebun

menempati posisi kedua terluas dengan 2.794,41 Ha atau 18,99%. Penggunaan lahan paling

kecil adalah untuk pasir dan galian yaitu seluas 15,27 Ha atau 0,1%. Jenis komoditas pertanian

yang diproduksi antara lain adalah padi sawah, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang

panjang, cabe rawit, bayam, terung, kangkung, petsai/sawi, dan cabe besar. Komoditas dengan

luas panen terbesar, yaitu 121 Ha dengan produksi 725 Ton GKP, sedangkan komoditas dengan 60luas panen terkecil adalah cabe rawit yaitu 4 Ha dengan produksi 17 ton.

65

Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Daerah [RIPDA] Provinsi Banten 2013-2027

Profil Umum Wilayah

60 Lihat, http://pemdatangerangSelatan.blogspot.com/ diakses pada tanggal 8 November 2012.