document1
Post on 11-Apr-2016
219 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Makalah Pendidikan Kewarganegaraan
Materi Otonomi Daerah
Kebudayan Daerah Trenggalek
Oleh:
Kelompok 5
Nama Anggota
PROGRAM STUDI TEKNIK ENERGI TERBARUKAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2014
1. Agus Susanto ( B42120701 )
2. Qisti Ahmad Nabawi ( B42120834 )
3. Ibnu Atho’ Illah ( B42120845 )
4. Ma’rifah ( B42120132 )
5. Siti Rohmani ( B42120126 )
6. Shofiudin ( B42120449 )
1.1 Kabupaten Trenggalek
1.1.1 Geografis Trenggalek
Kabupaten Trenggalek merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang
terletak di bagian selatan dari wilayah Provinsi Jawa Timur. Kabupaten ini terletak pada
koordinat 1110 24’ hingga 1120 11’ Bujur Timur dan 70 53’ hingga 80 34’ Lintang Selatan.
Dengan luas wilayah 126.140 Ha. Kabupaten Trenggalek sebagian besar merupakan dataran
tinggi atau perbukitan, dimana luasnya meliputi 2/3 bagian luas wilayah. Sedangkan 1/3
bagian merupakan dataran rendah. Ketinggian tanah diantara 0 hingga 690 meter diatas
permukaan laut.
Kabupaten Trenggalek terbagi menjadi 14 Kecamatan, terdiri dari 152 desa dan 5
kelurahan. 4 Kecamatan mayoritas desanya merupakan dataran rendah, yaitu : Kecamatan
Trenggalek, Kecamatan Pogalan, Kecamatan Tugu dan Kecamatan Durenan. Sedangkan 10
kecamatan lainnya mayoritas desanya merupakan daerah perbukitan. Menurut luas
wilayahnya, hanya ada satu kecamatan yang luas wilayahnya kurang dari 50,00 Km², yaitu
Kecamatan Pogalan. Sedangkan 8 Kecamatan yang luasnya antara 50,00 Km² – 100,00 Km²
adalah Kecamatan Kampak, Karangan, Suruh, Gandusari, Durenan, Trenggalek, Tugu dan
Bendungan. Untuk lima Kecamatan lainnya mempunyai luas diatas 100 Km².
Batas wilayah Kabupaten Trenggalek meliputi :
Bagian Utara : Kabupaten Ponorogo dan Tulungagung
Bagian Timur : Kabupaten Tulungagung
Bagian Selatan : Samudera Indonesia
Bagian Barat : Kabupaten Ponorogo dan Pacitan
Gambar 1. Peta Wilayah Trenggalek
1.1.2 Makna lambang
Gambar 2. Lambang Kabupaten Trenggalek
1. Sudut Lima Persai
Mengingatkan kita pada kelima unsur-unsur yang tercantum pada Pancasila,
maksudnya rakyat Trenggalek menerima Pancasila sebagai Dasar Negara. Warna Dasar Hijau
berarti ketentraman, maksudnya rakyat Trenggalek seperti yang dilambangkan ialah berada
dalam ketentraman.
2. Selendang Warna Merah, Bertuliskan Putih
Mengingatkan kita kepada Sang Dwiwarna ialah keberanian yang berdasarkan kepada
kesucian untuk mencapai apa yang termaksud dalam semboyan lambang Jwalita Praja Karana
(ialah cemerlang karena rakyat)
3. Padi dan Kapas
Yang berarti lambang kemakmuran sandang dan pangan maksudnya rakyat
Trenggalek bercita-cita untuk tidak kurang sandang pangan.
4. Lingkaran Arti Kebulatan
Warna merah artinya berani, Rantai artinya persatuan, Warna Putih artinya Suci,
Rantai dan Lingkaran maksudnya rakyat Trenggalek cinta kepada persatuan yang bulat/utuh.
Warna Merah dan Putih menunjukkan sifat rakyat Trenggalek yang berani karena benar.
5. Kantil Tegak
Warna Hitam artinya kokoh/kuat, Warna Putih artinya cinta, Tonjolan tiga adalah
trilogi artinya rakyat Trenggalek tetap berpegang teguh kepada : 1. Pancasila 2. Undang-
Undang Dasar 1945 3. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
6. Bintang
Ialah lambang Ketuhanan Yang Maha Esa, maksudnya rakyat Trenggalek mempunyai
kepercayaan kuat kepada Agama yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, berwarna
kuning emas, berati Kebesaran/Keagungan Tuhan.
7. Padi 17 Butir, Kapas 8 Buah Rantai 45 Buah
Mengingatkan kepada hari lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia 17 Agustus
1945.
1.1.3 Macam-macam Kebudayaan Khas Trenggalek
a. Tarian Turonggo Yakso
Tari kebudayaan Jaranan Turonggo Yakso adalah salah satu kebudayaan lainnya yang
dimiliki oleh Trenggalek. Kebudayaan ini mula-mula dilakukan oleh masyarakat kecamatan
Dongko, yang biasa disebut Baritan. Dinamakan Baritan, karena kesenian ini dilakukan
"bubar ngarit tanduran" atau seusai bekerja di ladang.
Lalu, sejak tahun 1980an, oleh kepala desa Dongkos sendiri, kebudayaan diangkat
menjadi kebudayaan khas kota Trenggalek, dengan nama Turonggo Yakso. Tari Jaranan
Turonggo Yakso ini menceritakan tentang kemenangan warga desa dalam mengusir
marabahaya atau keangkaramurkaan yang menyerang desanya. Tarian ini selalu dibawakan
setiap bulan Suro, dalam penanggalan Jawa, dan sudah ditentukan oleh seorang pawang atau
sesepuh.
Waktu upacara ini dilakukan pada siang hari pukul 11.00, dimana proses pertama
dimulai dengan berkumpulnya para petani sambil membawa perlengkapan sesaji, seperti
ambeng dan longkong, serta tali yang dibuat dari bambu, yang biasa disebut Dadung
Gambar 3. Tarian Turonggo Yakso
b. Tiban
Tari Tiban atau lebih tepatnya ritual Tiban merupakan tari atau ritual rakyat yang
turun temurun menjadi bagian kebudayaan masyarakat Trenggalek. Tari Tiban selalu
dipertujukkan saat musim kemarau yang berkepanjangan dengan tujuan sebagai permohonan
diturunkannya hujan.
Tari Tiban terbagi menjadi 2 kelompok, masing-masing dipimpin 1 orang wasit atau
biasa disebut Landang atau Plandang. Dalam ritual ini selalu diiringi dengan alunan musik
layaknya gamelan lengkap yang terdiri dari kendang, kentongan, dan gambang laras. Ritual
ini cenderung ritual layaknya ajang mengadu ilmu ketrampilan atau kesaktian sambil menari-
nari dan saling mencambuk dengan hitungan yang ditentukan oleh Landang. Cambuk yang
digunakan dalam tari ini terbuat dari lidi pohon aren yang biasa di sebut ujung.
Permainan ini akan berlanjut sampai sore hari, dan bagi yang mereka yang merasa tidak
sanggup melanjutkan akan digantikan oleh anggota kelompok berikutnya.
Tarian tiban adalah sebuah permintaan permohonan kepada yang maha kuasa
berharap untuk diturunkanya hujan.Ada makna dalam dibalik ritual tarian tiban yaitu sebuah
harapan sebuah pesan yang luhur demi lestarinya alam. Bukanlah kekerasan yang ditonjolkan
melainkan nilai-nilai luhur atau sebuah pesan untuk menjaga keseimbangan alam.
Gambar 4. Tradisi Tiban
c. Bersih Dam Mbagong
Dikisahkan pada abad pertangahan 26, terdapat tokoh bernama Menak Sopal yang
khawatir akan hasil panen warga setempat yang selalu kering dan cenderung gagal panen.
Oleh karena itu, beliau meminta warga desa untuk membangun sebuah dam atau bendungan
bernama Dam Bagong untuk meningkatkan volume air untuk irigasi sawah. Dalam
pembangunannya, sempat beberapa kali dam mengalami kehancuran karena selalu ambruk.
Menak Sopal mendapat petunjuk, bahwa untuk menghindari kehancuran dam yang terus
menerus ambruk haruslah dikorbankan seekor gajah putih.
Untuk mengganti gajah putih, digunakanlah kerbau yang dikorbankan dengan cara di
penggal kepalanya dan dilempar kedalam dam. Lalu, warga setempat mengumpulkan kembali
daging kerbau yang di buang ke dam sebagai bentuk berkah untuk warga. Dari ritual itulah
berkembang tradisi Bersih Dam Bagong yang selalu diselenggarakan pada hari Jumat
Kliwon. Cerita tentang awal mula ritual bersih dam inipun masuk dalam cerita wayang
klasik.
d. Tayub
Tayub adalah kumpulan sekelompok musisi jawa yang bernyanyi dan menari, dan
populer karena gerakan-gerakan yang erotis layaknya jaipong atau tango. Para penari tayub
selalu melibatkan para penonton dengan cara menarik mereka untuk ikut menari ke
panggung, dan hal ini juga yang mengundang para penonton, yang kebanyakan laki-laki,
akan memberikan saweran ke penari yang mengajak mereka (Semacam tips dalam bentuk
uang).
Tayub adalah sebuah kesenian persahabatan, yang masih terus dikembangkan oleh
masyarakat Trenggalek. Dalam setiap acara seperti perkawinan, acara khitanan, pesta ulang
tahun atau acara kemerdekaan pasti akan selalu digelar Tayub sebagai hiburan utamanya.
e. Tarian Pegon Dan Brung
Kesenian ini merupakan kesenian yang menyerupai kesenian Jaranan atau Kuda
Lumping, tetapi dengan gaya dan tradisi yang lain dari seni jaranan pada umumnya. Kesenian
ini melibatkan gerakan dan irama gending jawa yang merupakan musik tradisional jawa.
Setiap gerakan dan irama selalu dinamis dan mengandung unsur-unsur magis
f. Tradisi Ketupat
Lebaran ketupat, merupakan bagian dari Hari Raya Idul Fitri yang dirayakan umat
Muslim setiap tahunnya. Pada dasarnya, Idul Fitri memang identik dengan ketupat yang
langsung disantap saat itu juga pada jamuan makan untuktamu, tetapi pada beberapa daerah,
khususnya Jawa Timur, Lebaran Ketupat jatuh pada satu minggu setelah hari raya Idul Fitri.
Layaknya lebaran ketupat, pasti pemeran utamanya adalah adanya ketupat yang di setiap
rumah sebagai menu utama, bersama dengan lauk pauk yang kaya akan bumbu seperti opor
dan rendang. Ketupat itupun biasanya di bagikan sebagai hantaran ke kerabat atau tetangga
terdekat. Lalu apa yang istimewa dengan tradisi lebaran ketupan di Trenggalek?
Tepatnya berpusat di desa Durenan, kecamatan Durenanm Trenggalek, hari raya ketupat yang
jatuh pada tanggal 8 Syawal tahun Hijriah selalu meriah. Setiap warga membuka lebar pintu
mereka dan akan terdengar alunan musik dari masing-masing stereo pemiliki rumah sebagai
isyarat kepada para pengguna jalan untuk masuk ke rumah mereka.
Tidak akan ada basa-basi lagi, kecuali kalimat, "silakan menikmati hidangan ketupat,"
yang keluar dari mulut sang tuan rumah. Mau berbincang-bincang atau pamit ke rumah
sebelah untuk menikmati ketupat sayur lainnyapun, tuan rumah tidak merasa tersinggung.
Kenal atau tidak dengan tuan rumah, setiap orang bebas masuk untuk menikmati hidangan
ketupat di setiap rumah, dilengkapi sayur nangka muda, kacang panjang, opor ayam, telur
puyuh goreng, dan kerupuk atau "rempeyek"
1.1.4 Perhatian Pemerintah Daerah Terhadap Nilai Kebudayaan
Perhatihan pemerintah daerah trenggalek terhadap seni kebudayaan sangat besar, hal
ini terbukti hapir setiap tahun pemerintah daerah melalui mengadakan pagelaran kebudayaan
di tiap-tiap daerah, serta adanya acara-acara yang bertujuan untuk memperkenalkan kebudaya
dan potesi wisatanya lainnya yang ada di Trenggalek seperti acar “Kakang Mbakyu”. Selain
itu juga adanya peraturan bupati trenggalak No 23 Tahun 2012, yang berbunyi sebagai
berikut:
“Besaran dan pertanggungjawaban hibah untuk kegiatan kesenian, kepemudaan,
keolahragaan, dan kebudayaan serta kegiatan keagamaan”.
top related