1. paparan program mbs

Post on 10-Jun-2015

1.679 Views

Category:

Documents

0 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

Secara garis besar MBS adalah upaya … organisasi, manajemen dan tata kelola

(governance) sekolah; memberdayakan orang yang paling dekat

dengan siswa di kelas, yaitu guru, orangtua dan kepala sekolah;

menciptakan peran dan tanggung jawab baru bagi seluruh orang yang terlibat dalam MBS;

mentransformasikan proses belajar-mengajar yang terjadi di sekolah

Menurut Brian J Caldwell

Manajemen berbasis sekolah adalah desentralisasi yang sistematis pada otoritas dan tanggung jawab tingkat sekolah untuk membuat keputusan atas masalah signifikan terkait penyelenggaraan sekolah dalam kerangka kerja yang ditetapkan oleh pusat terkait tujuan, kebijakan, kurikulum, standar, dan akuntabilitas.

PERUBAHAN POLA MANAJEMENPADA M B S

SUB ORDINASI

KEPUTUSAN TERPUSAT

PENDEKATAN BIROKRATIK

ORGANISASI HIRARKHIS

SELALU DIATUR

MENGONTROL

MENGARAHKAN

HABISKAN ANGGARAN

INFORMASI TERPUSAT

INDIVIDU CERDAS

OTONOMI

KEPUTUSAN PARTISIPATIF

PENDEKATAN PROFESIONAL

ORGANISASI DATAR

MOTIVASI DIRI

MEMPENGARUHI

MEMFASILITASI

EFISIENKAN ANGGARAN

INFORMASI TERSEBAR RATA

TIM CERDAS

kepala sekolah melaporkan kepuasan kerja yang lebih tinggi, fleksibilitas, kecepatan pembuatan keputusan, rendahnya kadar birokrasi, dan lebih banyak keterlibatan orangtua dan komite sekolah

para guru merasa lebih diberdayakan, meningkatnya kepuasan kerja, kesungguhan (committment), dan rasa hubungan kerja sesama rekan (collegiality) Guru yang diberdayakan yakin bahwa mereka memiliki daya untuk "mengidentifikasi masalah, merumusan dan menerapkan upaya perubahan, dan ...bertanggung jawab terhadap hasil dari organisasi”

1. manajemen sekolah,2. proses pembelajaran (PAKEM)3. peranserta masyarakat.

“Tapi yang menjadi inti sebenarnya adalah revolusi pembelajaran yang terjadi dalam ruang kelas. Jadi kuncinya ada pada guru untuk mengajar secara benarbenar.Karena tidak ada jalan lain untuk meningkatkan pendidikan, kecuali dimulai dari kelas.” (JC. T TARUNO)

Desentralisasi manajemen sumber-sumber daya ke tingkat sekolah: pengetahuan, teknologi, kewenangan (power), bahan, orang, waktu, dan keuangan.

Desentralisasi ini bersifat administratif: keputusan yang dibuat di tingkat sekolah harus dalam kerangka kebijakan nasional

Dengan demikian, sekolah masih harus akuntabel kepada Pemerintah atau pemerintah daerah, tidak hanya kepada masyarakat dan pememangku kepentingan lainnya dalam pendidikan

PERUBAHAN PRINSIP: PERINTAH MENJADI LAYANAN

YG ATAS MEMERINTAH YG BAWAH

KEP SEK

DINAS

G U R U

S I S W A

S I S W A

G U R U

KEP SEK

DINAS

YG ATAS MELAYANI YANG BAWAH

APA SAJA YANG DIDESENTRALISASIKAN

KE SEKOLAH ?

PENGELOLAAN KURIKULUM: PENJABARAN KURNAS MENJADI SILABI, JADWAL PELAJARAN DSB.

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN (SILABUS, RPP, SUMBER, MEDIA DAN ALAT PERAGA, PELAKSANAAN, EVALUASI Dll)

PENGELOLAAN TENAGA: PEMBAGIAN TUGAS, PELATIHAN, PENGHARGAAN-HUKUMAN DSB.

PENGELOLAAN LINGKUNGAN/IKLIM SEKOLAH DSB. PENGELOLAAN SARANA: PEMANFAATAN SARANA DSB. PENGELOLAAN KEUANGAN: PEMANFAATAN

ANGGARAN DSB. HUBUNGAN DG MASYARAKAT.

MENGAPA M B S ?

PROSESPENDIDIKAN

SISWA

(BERAGAM)

LULUSAN

(BERMUTU)

GURU(BERAGAM)

KURIKULUM INTI(SERAGAM)

LINGKUNGAN(BERAGAM)

SARANA(BERAGAM)

JIKA KONDISINYA BERBEDA, APA PROSESNYA HARUS SERAGAM?

JIKA TIDAK, SIAPAYG PALING TAHU CARA YG TERBAIK?

Porter (97): Kelemahan manajemen, menganggap satu

cara berlaku untuk semua keadaan….

• KARENA INPUTNYA BERAGAM, MANAJEMEN TDK DAPAT SERAGAM

• SIAPA YG PALING TAHU KONDISI SEKOLAH? YA SEKOLAH SENDIRI.

JADI MANAJEMEN HARUS DIDASARKAN ATAS

KONDISI SEKOLAH(MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH)

Program MBS mulai dirintis Tahun 1999 oleh Depdiknas – UNICEF – Unesco dengan nama program Creating Learning Communities for Children (CLCC)/ Menciptakan Masyarakat peduli pendidikan anak melalui MBS

Jumlah Kab./Kota Rintisan MBS Unicef

7

42

Tahun 1999 Tahun 2006

1. suitable—program cocok dengan sistem dan kultur di Indonesia;

2. workable—dapat dilaksanakan, program lebih bersifat praktis dan “membumi”;

3. affordable—terjangkau, program dapat dilaksanakan oleh sekolah dengan inisiatif sendiri secara mandiri, bila perlu tanpa harus ada bantuan dari luar;

4. replicable—program dapat direplikasi kepada sekolah lain; dan

5. sustainable—program dapat terus dilaksanakan dan dikembangkan karena didesain sesuai dengan dan diimplementasikan ke dalam sistem dan struktur yang ada.

Tujuan Program1. Mengembangkan model pemantapan SD/MI melalui

manajemen berbasis sekolah, pembelajaran PAKEM, dan peningkatan peran serta masyarakat.

2. Mengembangkan kemampuan kepala sekolah, guru, anggota komite sekolah dan tokoh masyarakat dalam aspek manajemen berbasis sekolah untuk peningkatan mutu sekolah.

3. Mengembangkan kemampuan kepala sekolah, guru, anggota komite sekolah dan tokoh masyarakat dalam melaksanakan pembelajaran PAKEM terutama di lingkungan sekolah serta di masyarakat.

4. Mengembangkan peran serta masyarakat dengan lebih aktif dalam masalah umum persekolahan dari para anggota komite sekolah, orang tua murid, serta tokoh masyarakat dalam membantu peningkatan mutu sekolah.

Hasil yang diharapkan:

Jangka Pendek : Adanya peningkatan kinerja sekolah yang diwujudkan dalam

a. penerapan MBS yang Partisipatif, akuntabel, transparan, dan otonomi,

b. Pembelajaran PAKEM danc. Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam

pendidikan.

Jangka Panjang :a. Model Peningkatan Mutu Pendidikan Dasar pada

SD/MI Rintisan awal dapat dilaksanakan pada SD/MI yang lainnya.

b. Peningkatan Mutu Pendidikan Dasar pada sekolah-sekolah rintisan yang ditandai dengan adanya peningkatan prestasi hasil belajar, lingkungan yang menarik untuk belajar dan tenaga pendidik dan kependidikan yang semakin profesional.

Strategi Kegiatan Rintisan1. Menggunakan mekanisme yang dilaksanakan pemerintah

(sistem gugus sekolah dan jajaran kependidikan yang berlaku)

2. Membentuk Pokja Kabupaten dan Kecamatan untuk membantu koordinasi dan masuk dalam siklus kegiatan pemerintah dalam bidang pendidikan.

3. Memberdayakan tenaga kependidikan baik tenaga pengajar seperti kepala sekolah dan guru maupun staff kantor (pejabat tingkat kecamatan, anggota komite sekolah dan tokoh masyarakat) dalam aspek MBS, PAKEM dan PSM.

4. Mengadakan pelatihan rutin bagi para kepala sekolah, guru, dan anggota komite sekolah serta pendampingan pada pelaksanaan KBM di tingkat gugus dan sekolah.

5. Monitoring dan supervisi rutin pada pelaksanaan kegiatan di sekolah untuk mengetahui kendala dan masalah yang dihadapiu serta menemukan pemecahan yang diperlukan.

6. Pemberian bantuan keuangan melalui dana blockgrant bagi setiap sekolah untuk peningkatan mutu KBM serta untuk melatih kepala sekolah dan guru dalam perencanaan kegiatan dan pengelolaan keuangan sekolah

Pertumbuhan Jumlah SD/MI Rintisan MBS

Pertumbuhan Jumlah SD/MI Rintisan Unicef

19

57

Tahun 2002 Tahun 2006

Pertumbuhan SD/MI MBS Rintisan APBD Kabupaten

14

23

38

Tahun 2003 Tahun 2006 Tahun 2007

Pertumbuhan Jumlah SD/MI Rintisan MBS di Kab. Banjarnegara

865

19 3280 95

Tahun 2002 Tahun 2003 Tahun 2006 Tahun 2007 Estimasi 2009

Pertumbuhan Jumlah SD/MI Rintisan MBS di Kab. Banjarnegara (dalam %)

100,0%

2,2% 3,7% 9,2%11,0%

Tahun 2002 Tahun 2003 Tahun 2006 Tahun 2007 Estimasi 2009

JENIS KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN

1. Pelatihan MBS Modul Awal.2. Pelatihan PAKEM3. Studi Banding4. Magang5. Petihan untuk Pelatih di Tingkat Kabupaten

untuk Fasilitator dan POKJA MBS6. Sosialisasi MBS di tingkat Sekolah7. Blockgrant untuk SD/MI rintisan MBS8. Monitoring dan Supervisi oleh POKJA MBS9. Implementasi Kelompok Kerja Guru (KKG) dan

Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS)10. Melaksanakan Review Tahunan Program MBS.11. Bimbingan teknis dan pendampingan

Pengembangan Kegiatan1. Kegiatan Pameran MBS, baik sebagai wakil tingkat

kabupaten dalam pameran tingkat provinsi maupun pameran MBS tingkat Lokal (Gugus Sekolah/Kabupaten).

2. Lomba MBS Tingkat Kabupaten Banjarnegara.3. Pemberdayaan fasilitator Kabupaten Banjarnegara

dalam kegiatan MBS (di dalam dan di luar kabupaten). 4. Monitoring Silang untuk menemukan “hardcore” dalam

pelaksanaan MBS.5. Public hearing menghadirkan audience yang terdiri dari

anggota Komisi D DPRD Kabupaten Banjarnegara, perwakilan BAPEDA kabupaten, Dewan Pendidikan, Pokja MBS Kabupaten dan undangan lainnya.

6. Merencanakan pelaksanaan Inservice training for red school, onservive training lanjutan.

7. Mengintensifkan fungsi dan peran pengawas TK/SD dalam fasilitasi dan pendampingan Pakem/MBS, dengan memberi pelatihan pendampingan Pakem/MBS.

8. Pengembangan Program MBS dengan Dukungan APBS pada semua SD/MI dengan payung hukum Peraturan Bupati Banjarnegara (Peraturan Bupati dalam proses)

Bagi SD/MI Rintisan MBS Kerjasama Pemkab Banjarnegara dengan Unicef

Jumlah penerima 38 SD/MI yang tersebar pada 4 Kecamatan yaitu Susukan, Pagedongan, Banjarmangu dan sigaluh

Mekanisme penyaluran diawali dengan seleksi Proprosal dan APBS.

Proses penilaian Lomba SD/MI Rintisan MBS Tk. Kabupaten Banjarnegara dengan hasil:

1. Skor Terbaik I : SDN 2 Kecepit Kec. Punggelan.2. Skor Terbaik II : SDN 2 Merden, Kec.

Purwanegara.3. Skor Terbaik III : SDN Plumbungan Kec.

Pagentan.

Untuk 37 SD/MI Rintisan MBS APBD Kabupaten Banjarnegara

Dimulai dari Tingkat Kecamatan dan Hari Senin, 22 Desember 2008 dilaksanakan tingkat Kabupaten Banjarnegara.

Pengiriman Fasilitator MBS mengikuti Rapat Tingkat Provinsi.

Pengiriman Fasilitator untuk Memfasilitasi kegiatan di kabupaten lain antara lain : Monitoring Silang di Kab Magelang, Pelatihan MBS Modul Awal Kabupaten Klaten, Pelatihan Pakem Kabupaten Blora, Pelatihan MBS Modul Awal Kabupaten Bantul.

Menyusun Draft PERBUP Tentang Sekolah Murah Berkualitas melalui Program MBS bagi SD/MI Kabupaten Banjarnegara.

Mengikuti Workshop Program PPL Program Studi PGSD Universitas Muhammadiyah Purwokerto dan Penandatanganan MoU kegiatan PPL di Kab. Banjarnegara.

Menjadi pembicara pada Forum Dewan Pendidikan di Seluruh Eks Kawedanan se Kabupaten Banjarnegara, dengan materi MBS.

Mengirim Fasilitator untuk mengikuti kegiatan TOT Nasional dan Refresh Fasilitator.

Pak Yadi@ymail.com

top related