ndhacupido.files.wordpress.com · web viewprogram studi pendidikan bahasa, sastra indonesia, dan...
Post on 19-Mar-2019
227 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA KELAS X.2 SMA TARUNA Dra. ZULAEHA PROBOLINGGO
DALAM MENULIS KARANGAN EKSPOSISI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA TEKS BERITA
SKRIPSI
OLEH DEVI EKA NURJAWATI
NIM 104211472064
UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS SASTRA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH AGUSTUS 2008
PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA KELAS X.2SMA TARUNA Dra. ZULAEHA PROBOLINGGO
DALAM MENULIS KARANGAN EKSPOSISI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA TEKS BERITA
SKRIPSI Diajukan kepada
Universitas Negeri Malang untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan program Sarjana Pendidikan Oleh
Devi Eka Nurjawati NIM 104211472064
UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS SASTRA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH
Agustus 2008
ABSTRAK
Nurjawati, Devi Eka. 2008. Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas X.2 SMA Taruna Dra. Zulaeha Probolinggo dalam Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan Media Teks Berita. Skripsi, Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. Pembimbing: Dra. Martutik, M.Pd.
Kata kunci: kemampuan menulis, eksposisi, media teks berita Masalah mendasar pada pembelajaran menulis karangan eksposisi di kelas X.2 SMA
Taruna Dra. Zulaeha (TDZ) Probolinggo adalah (1) masih kurangnya kemampuan siswa dalam menulis karangan eksposisi dan (2) tidak menggunakan media pembelajaran dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi. Penelitian ini dilaksanakan untuk memecahkan masalah dalam pembelajaran eksposisi di kelas X.2 SMA Taruna Dra. Zulaeha Probolinggo, khususnya yang berkaitan dengan hasil belajar sehingga hasil belajar siswa dalam menulis karangan eksposisi dapat meningkat.
Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita pada siswa. Hal ini nantinya untuk mendeskripsikan bagaimana peningkatan kemampuan hasil belajar siswa kelas X.2 SMA Taruna Dra. Zulaeha dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi.
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu rancangan penelitian tindakan kelas (PTK). Data penelitian ini terdiri dari data proses pembelajaran menulis karangan eksposisi dan data hasil kemampuan siswa dalam menulis karangan eksposisi dari aspek (1) judul, (2) pengembangan paragraf, dan (3) penggunan ejaan dan tanda baca. Sumber data penelitian ini adalah guru Bahasa Indonesia dan siswa kelas X.2 SMA Taruna Dra. Zulaeha Probolinggo. Instrumen penelitian ini terdiri dari instrumen utama dan instrumen penunjang. Instrumen utama dalam penelitian ini yaitu peneliti, sedangkan instrumen penunjang dalam penelitian ini adalah lembar observasi dan pedoman penilaian hasil belajar siswa.
Hasil penelitian pada pretes diketahui bahwa kemampuan siswa dalam menulis karangan eksposisi masih tergolong kurang. Hal ini ditandai dengan rata-rata kelas dalam menulis karangan eksposisi belum mencapai standar minimal (70%) yaitu hanya 66,06% dengan tingkat keberhasilan 41,17%. Untuk itu perlu adanya tindakan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan eksposisi. Untuk itu, tindakan yang diberikan supaya kemampuan siswa dalam menulis karangan eksposisi dapat meningkat dengan menggunakan media pembelajaran yang berupa teks berita dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi.
Hasil penelitian pada tindakan siklus I diketahui bahwa kemampuan siswa dalam menulis karangan eksposisi yaitu 78,56% dengan tingkat keberhasilan 79,41. Diketahui dari hasil refleksi, ternyata masih ada siswa yang kesulitan
i dalam hal: (1) membuat judul, (2) memaparkan informasi, (3) menciptakan
kesatupaduan karangan, (4) menggunakan piranti kohesi, (5) membuat ketegasan dalam karangan, dan (6) menggunakan ejaan dan tanda baca yang disesuaikan. Hal ini karena siswa belum memahami betul apa saja aspek yang perlu diperhatikan dalam menulis sebuah karangan eksposisi.Dari hasil refleksi dan identifikasi masalah, perlu adanya upaya perbaikan pada penyampaian materi, khususnya mengenai teknik penulisan karangan eksposisi.
Setelah dilakukan perbaikan dalam proses pembelajaran menulis karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita, maka dilakukan tindakan siklus II. Hasil postes siklus II ini ada peningkatan. Rata-rata kelas mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 4,65% menjadi 83,21% dengan tingkat keberhasilan sebesar 100%. Berikut ini merupakan peningkatan kemampuan siswa untuk setiap komponen penilaian.(1) Kemampuan siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita pada aspek perumusan judul mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 1,47% dengan tingkat keberhasilan 88,34% pada postes siklus II. (2) Peningkatan hasil belajar siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita pada aspek pengembangan paragraf yaitu (a) kemampuan siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis karangan eksposisi pada subaspek pemaparan informasi menurun 5,15% tetapi dengan tingkat keberhasilan 88,24% pada postes siklus II, (b) kemampuan siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis karangan eksposisi pada subaspek kasatupaduan mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 5,88% dengan tingkat keberhasilan 100% pada postes siklus II, (c) kemampuan siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis karangan eksposisi pada subaspek keterpautan mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 8,83% dengan tingkat keberhasilan 97,06% pada postes siklus II, (d) kemampuan siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis karangan eksposisi pada subaspek ketegasan mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 1,47% dengan tingkat keberhasilan 100% pada postes siklus II. (3) Kemampuan siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita pada aspek penulisan ejaan dan tanda baca mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 9,56% dengan tingkat keberhasilan 100% pada postes siklus II
Adapun beberapa saran yang bisa disampaikan sehubungan dengan pembelajaran menulis karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita yang dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk perbaikan proses pembelajaran adalah sebagai berikut. (1) Hendaknya guru menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan minat siswa dan kemampuan guru/sekolah dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran menulis karangan eksposisi. (2) Alokasi waktu untuk pembelajaran menulis perlu dipertimbangkan mengingat pembelajaran menulis karangan eksposisi merupakan materi yang membutuhkan proses. (3) Sebaiknya siswa juga diajak untuk melakukan penilaian terhadap tugas yang telah dikerjakan sehingga siswa mengetahui dan lebih memperhatikan aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam menulis.
KATA PENGANTAR
Puji syukur tidak terhingga penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
terselesaikannya skripsi dengan judul Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas X.2 SMA
Taruna Dra. Zulaeha Probolinggo dalam Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan
Media Teks Berita. Ucapan terima kasih kepada beberapa pihak atas bimbingan dan bantuan
yang telah diberikan. Adapun pihak-pihak tersebut adalah sebagai berikut.
1. Dr. H. Dawud, M.Pd selaku Dekan Fakultas Sastra UM dan
Dr. Maryaeni, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Sastra Indonesia UM yang telah memberikan
ijin dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Dra. Martutik, M.Pd, dosen pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan masukan dan
pengarahan dengan sabar kepada peneliti.
3. Dr. Anang Santoso, M.Pd dan Dr. Widodo Hs, M.Pd selaku dewan penguji yang telah
memberikan masukan dan saran yang membangun demi perbaikan dan kesempurnaan
skipsi ini.
4. Drs Sugeng Haryono, Kepala SMA TDZ, yang telah memberikan izin dan tempat serta
meminjamkan peralatan demi kelancaran penelitian ini.
5. Wiwik Ariyani, S.Pd dan Untung Nandra, S.Pd selaku guru Bahasa Indonesia di SMA
TDZ yang telah mendampingi dan memberikan masukan demi kelancaran dan kesuksesan
penelitian ini, serta siswa kelas X.2 SMA TDZ Tahun Pelajaran 2007/2008 atas
kesediaannya menjadi subjek penelitian
6. Ayah Effendy, Ibu Sri dan Adik Ayun atas doa dan dukungannya kepada penulis sehingga
semangat penulis selalu ada demi sebuah bakti.
iii 7. Guru-guru dari: TPQ Al-Falah dan At-Taufik, TK Bina Putra-Putri Probolinggo, SDN
Jati V Probolinggo, SMP 5 Probolinggo, dan SMA TDZ, serta semua dosen yang pernah
membimbing penulis selama menempuh pendidikan SI Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas
Sastra, Universitas Negeri Malang.
8. Keluargra besarku: Keluarga Soedjowo, Keluarga Alm. Bapak Soeparlan Karto
Sudarmo, Keluarga Kampung Merpati, Keluarga di Leces, dan Keluarga di Wongsorejo
atas doa restunya.
9. My Trusie yang selalu menorehkan harapan untuk masa depan dengan segala ketulusan
kasih sayang dan cintanya.
10. Sahabat-sahabatku (Ria Unyil, Yanee Imoed, Eri Chantique, Afief Ayu, Nophee
Caem, Tante Neneng, dan Iya’ Pus) serta warga Teram 14, terima kasih atas ide-idenya
dan telah menjadi sahabat dalam perjuangan ini.
11. Teman-teman Sasindo UM 2004 atas cerita segala rasanya, sahabat-sahabat PMII
Sunan Kalijaga yang telah menjadi warna dalam perjuangan pergerakan Islam, keluarga
besar KAMABA UM, teman-teman KKN Wajar Dikdas Wongsorejo 2007, serta teman-
teman PPL SMP Negeri I Malang
Penulis telah berusaha menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Namun,
dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum bisa
dikatakan sempurna. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca khususnya mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan
Daerah. Amin.
Malang, 28 Juli 2008
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................................i
KATA PENGANTAR ..............................................................................................iii
DAFTAR ISI .............................................................................................................v
DAFTAR TABEL .....................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ......................................................................................1
1.2 Masalah ................................................................................................5
1.2.1 Ruang Lingkup Masalah ...................................................................5
1.2.2 Batasan Masalah ...............................................................................6
1.2.3 Rumusan Masalah .............................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................7
1.4 Manfaat Penelitian ...............................................................................7
1.5 Asumsi Penelitian ................................................................................8
1.6 Definisi Operasional ............................................................................9
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kemampuan Menulis ...........................................................................10
2.1.1 Pengertian Menulis ...........................................................................10
2.1.2 Konsep Pengembangan Keterampilan Menulis ................................12
2.1.3 Asas Menulis Efektif .........................................................................14
2.2 Pembelajaran Menulis ..........................................................................17
2.2.1 Hakikat Pembelajaran Menulis .........................................................17
2.2.2 Tujuan Pembelajaran Menulis ...........................................................18
2.2.3 Evaluasi Pembelajaran Menulis ........................................................19
2.2.3.1 Pengertian Pengukuran, Asesmen, dan Evaluasi dalam Pembelajaran
Menulis ....................................................................................................................19
2.2.3.2 Fungsi dan Tujuan Evaluasi Pembelajaran Menulis ......................22
2.3 Pembelajaran Menulis Karangan Eksposisi pada Siswa Kelas X dengan Menggunakan
Media Teks Berita ..................................................................................................23
2.3.1 Karangan Eksposisi ...........................................................................23
2.3.1.1 Pengertian Karangan Eksposisi ......................................................23
2.3.1.2 Bentuk-bentuk Khusus Karangan Eksposisi ..................................24
2.3.1.3 Persyaratan dan Teknik Penulisan Karangan Eksposisi .................27
2.3.2 Penggunaan Media Teks Berita dalam Pembelajaran Menulis Karangan
Eksposisi .....................................................................................................................29
2.3.2.1 Pengertian Media Pembelajaran .....................................................29
2.3.2.2 Fungsi Media Pembelajaran ...........................................................30
Halaman
v
2.3.2.3 Media Teks Berita ..........................................................................30
2.3.3 Pelaksanaan Pembelajaran Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan Media
Teks Berita ..........................................................................................................31
2.3.4 Evaluasi Pembelajaran Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan Media Teks
Berita ..........................................................................................................34
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian ...........................................................................37
3.1.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian .......................................................37
3.1.2 Konteks Penelitian ............................................................................40
3.1.2.1 Lokasi Penelitian ............................................................................40
3.1.2.2 Kelas penelitian dan Subjek Penelitian ..........................................40
3.1.2.3 Mitra Peneliti ..................................................................................41
3.1.2.4 Waktu Penelitian ............................................................................42
3.2 Tahap-tahap Penelitian .........................................................................42
3.2.1 Studi Pendahuluan .............................................................................42
3.2.2 Perencanaan Tindakan ......................................................................43
3.2.3 Pelaksanaan Tindakan .......................................................................44
3.2.4 Pengamatan .......................................................................................45
3.2.5 Refleksi .............................................................................................45
3.3 Instrumen Penelitian ............................................................................46
3.4 Data dan Sumber Data .........................................................................49
3.5 Teksnik Pengumpulan Data .................................................................50
3.6 Teknik Analisis Data ............................................................................51
3.7 Kriteria Keberhasilan ...........................................................................52
3.8 Pengecekan Keabsahan Data ................................................................53
BAB IV PAPARAN DATA
4.1 Studi Pendahuluan dan Pretes ..............................................................54
4.1.1 Proses Pelaksanaan Studi Pendahuluan ............................................54
4.1.2 Analisis Hasil Kemampuan Awal Siswa dalam Menulis Karangan
Eksposisi ....................................................................................................................56
4.2 Siklus I .................................................................................................65
4.2.1 Proses Tindakan Siklus I ...................................................................65
4.2.1.1 Rencana Tindakan Siklus I ............................................................65
4.2.1.2 Tindakan dan Observasi Siklus I ....................................................66
4.2.2 Analisis Hasil Belajar Tindakan Siklus I ..........................................73
4.2.3 Refleksi Siklus I ................................................................................80
4.2.4 Identifikasi Masalah Siklus I .............................................................81
4.3 Siklus II ................................................................................................82
4.3.1 Proses Tindakan Siklus II .................................................................82
4.3.1.1 Rencana Tindakan Siklus II............................................................82
4.3.1.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus II .....................................................83
4.3.2 Analisis Hasil Belajar Tindakan Siklus II .........................................88
4.4 Peningkatan Hasil Belajar Siswa dalam Menulis Karangan Eksposisi dengan
Menggunakan Media Teks Berita ...........................................94
4.4.1 Peningkatan Setiap Aspek/Subaspek pada Siklus I ..........................95
4.4.2 Peningkatan Setiap Aspek/Subaspek pada Siklus I ..........................96
vi
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Eksposisi pada
Aspek Judul .......................................................................................99
5.2 Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Eksposisi pada
Aspek Pengembangan Paragraf .........................................................100
5.3 Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Eksposisi pada
Aspek Judul .......................................................................................105
BAB VI PENUTUP
6.1 Simpulan .....................................................................................................107
6.2 Saran ...........................................................................................................108
DAFTAR RUJUKAN ......................................................................................110
LAMPIRAN-LAMPIRAN ..............................................................................113
vii DAFTAR TABEL
Tabel
3.2 Lembar Observasi .........................................................................................46
3.4 Pedoman Penilaian Hasil Menulis Paragraf Eksposisi .................................47
3.5 Pedoman Tingkat Keberhasilan Pembelajaran Menulis Karangan
Eksposisi dengan Menggunakan Media Teks Berita untuk Meningkatkan Kemampuan
Menulis Karangan Eksposisi ..................................................................52
4.1 Hasil Penilaian Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Eksposisi
pada Pretes .............................................................................................57
4.2 Tingkat Keberhasilan Siswa dalam Menulis Karangan Eksposisi pada
Pretes ................................................................................................................58
4.3 Hasil Penilaian Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Eksposisi
Berdasarkan Aspek Penilaian pada Pretes .............................................58
4.4 Tingkat Keberhasilan Setiap Aspek Penilaian pada Pretes untuk Pembelajaran Menulis
Kaeangan Eksposisi ..............................................................................59
4.5 Hasil Penilaian Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Eksposisi dengan
Menggunakan Media Teks Berita pada Siklus I ...................................74
4.6 Tingkat Keberhasilan Siswa dalam Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan
Media Teks Berita pada Siklus I .......................................................................75
4.7 Hasil Penilaian Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Eksposisi dengan
Menggunakan Media Teks Berita Berdasarkan Aspek Penilaian pada Siklus
I ...............................................................................................................76
4.8 Tingkat Keberhasilan Setiap Aspek Penilaian pada Siklus I untuk Pembelajaran Menulis
Karangan Eksposisi dengan Menggunakan
Media Teks Berita ................................................................................76
4.9 Tabel Revisi dan Penyuntingan Draf Awal Karangan Eksposisi
Siklus II .................................................................................................87
4.10 Hasil Penilaian Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Eksposisi dengan
Menggunakan Media Teks Berita pada Siklus II ..................................89
viii 4.11 Tingkat Keberhasilan Siswa dalam Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan
Media Teks Berita pada Siklus II ...............................................................90
4.12 Hasil Penilaian Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Eksposisi dengan
Menggunakan Media Teks Berita Berdasarkan Aspek Penilaian pada Siklus
II .....................................................................................................................91
4.13 Tingkat Keberhasilan Setiap Aspek Penilaian untuk Pembelajaran Menulis Karangan
Eksposisi dengan Menggunakan Media Teks Berita pada Siklus
II .....................................................................................................................91
4.14 Perbandingan Kemampuan Menulis Karangan Eksposisi Siswa
Sebelum dan Setelah Diberi Tindakan Siklus I dan Siklus II .....................95
4.15 Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Eksposisi Siswa dari
Pretes ke Siklus I .........................................................................................95
4.16 Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Eksposisi Siswa dari
Siklus I ke Siklus II .....................................................................................96
ix DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Proses Pembelajaran Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan Media Teks Berita ....................................................................................................................................33
3.1 Tahap-tahap Penelitian Tindakan Kelas ..............................................................38
Halaman
x DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Jadwal Pelaksanaan dalam Pembelajaran Menulis Eksposisi
pada Siswa Kelas X SMA TDZ ……………………………………………...112
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Siklus I) ………………………...…..113
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Siklus II) ……………………………117
4. Rubrik Penyekoran Hasil Belajar Menulis Karangan Eksposisi …………..121
5. Pedoman Wawancara ……………………………………………………...123
6. Lembar Observasi ………………………………………………………….124
7. Tugas Siswa (Siklus I) ……………………………………………………..125
8. Tugas Siswa (Siklus II) …………………………………………………….126
9. Materi Pembelajaran Menulis Eksposisi …………………………………..128
10. Kode Nama Siswa Kelas X.2 SMA TDZ ………………………………….131
11. Foto Kegiatan Penelitian …………………………………………………..132
12. Hasil Tulisan Eksposisi Siswa (Pretes, Siklus I, dan Siklus II) ……………135
Xi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang semakin maju dengan
pesat membawa pengaruh yang besar terhadap semua aspek kehidupan bermasyarakat.
Perkembangan ini menuntut adanya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Salah
satu cara untuk meningkatkan kualitas SDM adalah dengan meningkatkan mutu pendidikan.
Salah satu cara untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia adalah dengan
menyempurnakan kurikulum pendidikan. Penyempurnaan kurikulum yang berkelanjutan
merupakan keharusan agar sistem pendidikan nasional selalu relevan dan kompetitif.
Penyempurnaan kurikulum yang berkelanjutan sejalan dengan Undang-Undang Nomor
20/2003 tentang Sisdiknas pasal 35 dan 36 yang menekankan perlunya peningkatan standar
nasional pendidikan sebagai acuan kurikulum secara berencana dan berkala dalam rangka
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP Pasal 1, ayat 15) dikemukakan bahwa
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun
dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilaksanakan
oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta
kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
KTSP merupakan revisi atau penyempurnaan dari Kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK). Mulyasa (2006:9) juga mengatakan bahwa KTSP
1
2
merupakan upaya untuk menyempurnakan kurikulum agar lebih familiar dengan guru
karena mereka banyak dilibatkan sehingga diharapkan memiliki tanggung jawab yang
memadai. Dengan demikian, guru adalah pemilik proses dan pengendali proses pendidikan
bersama-sama dengan para siswanya. Unsur-unsur di luar itu merupakan support (dukungan),
bukan assurance (penjamin) karena mereka tidak terlibat langsung dalam proses
pembelajaran.
Keterampilan menyampaikan ide, pikiran, gagasan, dan perasaan secara tertulis
merupakan salah satu keterampilan yang harus dikuasai siswa dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia sejak jenjang Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) hingga jenjang
Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA). Siswa SD/MI hingga SMA/MA
diharapkan dapat memiliki keterampilan menulis dalam berbagai bentuk, termasuk dalam
bentuk karangan eksposisi. Pembelajaran menulis karangan eksposisi khususnya pada siswa
kelas X semester I tertuang dalam kurikulum bidang studi Bahasa Indonesia untuk SMA/MA
kelas X semester I dengan kompetensi dasar yang berbunyi Menulis gagasan secara logis
dan sistematis dalam bentuk paragraf eksposisi (BSNP, 2006:262). Pembelajaran menulis
karangan eksposisi juga dilaksanakan di SMA Taruna Dra. Zulaeha, Leces-Probolinggo
(SMA TDZ)
Meski telah dilaksanakan di sekolah, pembelajaran menulis karangan eksposisi belum
dilaksanakan secara maksimal. Hal ini berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan
melalui wawancara dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas X.2 SMA TDZ. Hasil
dari studi pendahuluan yaitu: (1) pembelajaran menulis karangan eksposisi masih
dilaksanakan secara tradisional, (2) guru tidak menggunakan media selama pembelajaran
berlangsung, dan (3)
3
guru tidak memberikan rubrik penilaian pada KD menulis karangan eksposisi. Dalam
hal ini guru hanya mengajarkan pengertian karangan eksposisi tanpa memberikan panduan
kepada siswa bagaimana cara menulis karangan eksposisi yang baik. Hal inilah yang antara
lain menyebabkan kemampuan siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis karangan eksposisi
masih kurang.
Dengan tidak maksimalnya pembelajaran menulis karangan eksposisi, maka akan
berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran menulis karangan eksposisi. Maksudnya
adalah interaksi antara guru, siswa, dan materi menulis karangan eksposisi tidak dapat
berlangsung secara positif. Indikasi bahwa tidak terciptanya interaksi positif antara guru dan
siswa yaitu setelah guru menyajikan materi, siswa tidak memberikan respon positif. Contoh
tidak terciptanya interaksi positif misalnya siswa hanya diam dan terkesan malas serta bosan
dengan materi yang diberikan. Tidak adanya interaksi yang positif antara guru dan siswa
seperti siswa hanya diam dan terkesan malas akan berdampak terhadap kemampuan siswa
dalam menulis karangan eksposisi. Maka dari itu, langkah awal yang harus segera dicarikan
pemecahannya yaitu bagaimana dan apa yang perlu dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi sehingga hasil belajar
siswa dapat ditingkatkan.
Suyitno (1997:23) mengatakan bahwa secara umum media pembelajaran bermanfaat
untuk memperlancar proses interaksi antara pengajar dan pebelajar (siswa). Untuk itu,
sebagai upaya mempelancar proses interaksi antara guru dan siswa dalam pembelajaran
menulis karangan eksposisi, guru dapat juga menggunakan media pembelajaran yang salah
satunya berupa media massa. Salah satu contoh media massa yaitu teks berita.
4
Berbagai penelitian tentang penggunaan media massa pernah dilaksanakan. Salah
satunya yaitu penelitian yang pernah dilaksanakan oleh Ratna Restapaty. Judul penelitian
yang pernah dilaksanakan oleh Ratna Restapaty yaitu Pemanfaatan Media Massa sebagai
Media Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Siswa Kelas VII.8 di SMP Negeri 6 Malang
Tahun Ajaran 2006/2007. Melalui penelitiannya, Restapaty menyimpulkan bahwa media
massa dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran Bahasa Indonesia dan dapat
mempermudah siswa dalam memahami materi karena siswa mendapat pengalaman nyata
dengan mempraktikan teori-teori yang disampaikan oleh guru sehingga kompetensi dasar
dapat tercapai tepat dalam tiga keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, dan
menulis.
Berdasarkan hasil tinjauan terhadap penelitian terdahulu, ditemukan persamaan dan
perbedaan antara penelitian terdahulu dan penelitian yang dilaksanakan ini. Persamaan
keduanya yaitu tentang penggunaan media massa untuk meningkatkan kemampuan siswa
dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia khususnya dalam pembelajaran menulis.
Perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilaksanakan yaitu sebagai
berikut. (1) Penelitian yang dilaksanakan oleh Restapaty berupa penelitian deskriptif
kualitatif yang bertujuan mengetahui sejauh mana pemanfaatan media massa dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia, sedangkan penelitian yang dilaksanakan ini berupa
penelitian tindakan kelas (PTK) yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan hasil
belajar siswa dalam menulis karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita. (2)
Media pembelajaran dalam penelitian yang dilaksanakan oleh Restapaty menggunakan media
massa dari koran, radio, dan
5
televisi sebagai media pembelajaran, sedangkan penelitian yang dilaksanakan ini lebih
memfokuskan ke penggunaan media massa yang berupa teks berita dari koran dan internet
sebagai media pembelajaran. (3) Fokus pembelajaran dalam penelitian yang telah dilakukan
oleh Restapaty adalah semua aspek pembelajaran Bahasa Indonesia, sedangkan fokus
penelitian yang dilaksanakan ini adalah aspek menulis karangan eksposisi. (4) Penelitian
yang dilaksanakan oleh Restapaty pada jenjang SMP, sedangkan penelitian yang
dilaksanakan ini pada jenjang SMA.
Penggunaan media teks berita sebagai media pembelajaran lebih sederhana dan efisien.
Oleh karena itu, sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan eksposisi
pada siswa kelas X SMA TDZ, maka dilaksanakan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan
judul Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas X.2 SMA Taruna Dra. Zulaeha Probolinggo
dalam Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan Media Teks Berita.
1.2 Masalah
1.2.1 Ruang Lingkup Masalah
Pembelajaran menulis karangan pada siswa kelas X sesuai BNSP terdiri dari
pembelajaran menulis karangan deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi. Ruang
lingkup masalah dalam penelitian ini yaitu pembelajaran menulis karangan eksposisi pada
siswa kelas X. Kompetensi dasar menulis karangan eksposisi berbunyi Menulis gagasan
secara logis dan sistematis dalam bentuk paragraf eksposisi. Kompetensi dasar ini
merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai dalam pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia oleh siswa kelas X SMA TDZ.
6
1.2.2 Batasan Masalah
Tidak semua hal yang berkaitan dengan pembelajaran menulis karangan eksposisi akan
dibahas dalam penelitian ini. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil
belajar menulis karangan eksposisi pada siswa kelas X.2 SMA TDZ dengan menggunakan
media teks berita. Hasil belajar dapat diketahui dari rubrik penilaian yang telah disusun.
1.2.3 Rumusan Masalah
Secara umum, rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimanakah
peningkatan kemampuan menulis eksposisi pada siswa kelas X.2 SMA TDZ dengan
menggunakan media teks berita?”. Adapun secara khusus rumusan masalah dalam penelitian
ini antara lain sebagai berikut.
(1) Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis
karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita pada aspek perumusan judul?
(2) Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis
karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita pada aspek pengembangan
paragraf yang terdiri dari (a) subaspek pemaparan informasi, (b) kasatupaduan paragraf,
(c) keterpautan paragraf, dan (d) ketegasan paragraf.
(3) Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis
karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita pada aspek penulisan ejaan
dan tanda baca?
7
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, maka penelitian ini juga memiliki tujuan umum dan
tujuan khusus. Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk Meningkatkan kemampuan
menulis karangan eksposisi siswa kelas X.2 SMA TDZ dengan menggunakan media teks
berita. Sedangkan secara khusus, penelitian ini bertujuan antara lain sebagai berikut.
(1) Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis
karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita pada aspek perumusan judul.
(2) Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis
karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita pada aspek pengembangan
paragraf yang terdiri dari (a) subaspek pemaparan informasi, (b) kasatupaduan paragraf,
(c) keterpautan paragraf, dan (d) ketegasan paragraf.
(3) Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis
karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita pada aspek penulisan ejaan
dan tanda baca.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat, baik secara teoretis maupun secara praktis. Manfaat
penelitian ini secara teoretis adalah hasil dari penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk
pengembangan teori pembelajaran menulis karangan eksposisi agar karangan eksposisi yang
dihasilkan oleh siswa mempunyai gagasan yang logis dan sistematis. Manfaat secara praktis
dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
(1) Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai variasi dalam kegiatan
pembelajaran di kelas oleh guru.
(2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendorong guru untuk meningkatkan kinerja
guru dalam merencanakan, melaksananakan, dan mengevaluasi pembelajaran menulis
karangan eksposisi.
(3) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada siswa dalam
mengembangkan keterampilan menulis karangan eksposisi.
(4) Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengalaman, dan untuk
mengembangkan kemampuan peneliti dalam menulis karangan eksposisi
1.5 Asumsi Penelitian
Asumsi yang mendasari penelitian ini adalah sebagai berikut.
(1) Kurikulum 2006, Standar Isi Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), khusus mata
pelajaran Bahasa Indonesia SMA/MA kelas X semester 1 memuat pembelajaran menulis
karangan eksposisi.
(2) Menulis karangan eksposisi pernah diajarkan di kelas X.2 SMA TDZ.
(3) Penggunaan media teks berita merupakan salah satu alternatif dalam pembelajaran
menulis karangan eksposisi yang jika dimanfaatkan dengan tepat dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam menulis karangan eksposisi.
(4) Guru mampu memilah dan memilih media teks berita yang dapat digunakan dalam
pembelajaran menulis karangan eksposisi.
(5) Siswa kelas X.2 SMA TDZ dianggap mampu untuk mengikuti pembelajaran
menulis karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita dalam mengembangkan
konsep dan gagasan.
1.6 Definisi Operasional
Ada beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini yang perlu disampaikan agar
diperoleh pemahaman yang relatif sama. Istilah-istilah tersebut yaitu sebagai berikut.
(1) Peningkatan kemampuan siswa dalam menulis karangan eksposisi adalah suatu proses
atau cara yang bertujuan untuk mengubah kemampuan siswa dalam menulis karangan
eksposisi menjadi lebih baik dari sebelumnya dengan melakukan tindakan yang
disengaja.
(2) Karangan eksposisi yaitu suatu tulisan yang memaparkan suatu objek yang
peninjauannya tertuju pada satu unsur saja secara jelas, memadai, dan netral.
(3) Penggunaan media teks berita adalah pemanfaatan media berita, baik dari media cetak
maupun dari internet sebagai media dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kemampuan Menulis
2.1.1 Pengertian Menulis
Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa. Hampir semua orang
mengetahui apa itu menulis, bahkan dapat dikatakan bahwa menulis merupakan salah satu
kegiatan yang bisa dikerjakan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak ahli bahasa telah
mendeskripsikan pengertian menulis. Akan tetapi batasan pengertian menulis tidak lebih dari
semacam peta konsep yang masih bersifat kasar.
Menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat)
dengan tulisan (KBBI, 1990:968). Bloom (dalam Ahmadi, 1988:22) menyatakan bahwa
tulisan atau karangan (komposisi tulis) termasuk dalam kategori “sintesis” yaitu sebagai suatu
“produksi komunikasi yang unik” di mana penulis mencoba dan berupaya untuk
menyampaikan gagasan, ide, dan atau perasaan kepada orang lain (pembaca). Menulis adalah
usaha untuk menuangkan ide, pikiran, perasaan, dan kemauan dengan wahana bahasa tulis
(Nurchasanah&Widodo, 1993:1). Menulis atau mengarang adalah segenap rangkaian
kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis
kepada masyarakat pembaca untuk dipahami (Gie, 2002:3). Dengan demikian, menulis
adalah produksi komunikasi yang unik dalam mengungkapkan gagasan, ide, dan atau
perasaan kepada pembaca untuk dipahami dengan menggunakan wahana bahasa tulis.
10
11
Menulis merupakan suatu tindakan berkomunikasi. Hal tersebut sejalan dengan
pendapat Morsey (dalam Nurchasanah&Widodo, 1993:5) bahwa berkomunikasi pada
dasarnya merupakan kegiatan menyampaikan pesan-pesan kepada orang lain dengan
menggunakan bahasa, begitu juga dengan menulis. Seorang penulis juga melakukan proses
komunikasi dengan orang lain (pembaca, red) melalui tulisan yang dibuatnya. Proses
komunikasi berlangsung dengan melibatkan penulis sebagai pembawa pesan yang
diwujudkan dalam bentuk tulisan. Menurut Sukristanto (2002:550), kemampuan menulis
memungkinkan seseorang untuk mengkomunikasikan gagasan, penghayatan, dan
pengalamannya ke berbagai pihak terlepas dari ikatan waktu dan tempat. Dalam kehidupan
sekarang ini, kemampuan menulis sangat dibutuhkan. Dengan kemampuan menulis,
seseorang dapat mencatat, meyakinkan, melaporkan, dan mempengaruhi pembaca. Semua
tujuan tersebut dapat dicapai oleh penulis dengan menyusun ide, pikiran, gagasan, dan
perasaannya, kemudian mengutarakannya dengan jelas. Kejelasan tersebut dalam komunikasi
tulis bergantung pada pikiran, pengorganisasian kata-kata, dan struktur kalimatnya
Pada dasarnya, tulisan seseorang itu bisa menunjukkan cara berpikir orang tersebut.
Hal ini dapat dilihat dari bagaimana ia menghasilkan tulisan. Sehubungan dengan hal
tersebut, setiap orang yang akan menulis selalu memerlukan kondisi lingkungan yang
kondusif. Kondisi demikian tentu saja akan menimbulkan proses menulis yang logis dan
sistematis. Berpikir logis artinya kemampuan berpikir dengan mengoptimalkan kemampuan
otak untuk menghasilkan pemikiran yang sehat dan dapat diterima oleh orang lain. Berpikir
sistematis adalah adanya keteraturan dalam berpikir dengan langkah-langkah yang
12
sistematis. Dengan tahapan tersebut tentu saja akan menghasilkan sebuah tulisan yang
lebih menarik.
2.1.2 Konsep Pengembangan Keterampilan Menulis
Frekuensi latihan menulis akan menjadikan seseorang terampil dalam bidang tulis-
menulis (Kurniawan, 2007). Tidak ada waktu yang tidak tepat untuk memulai menulis.
Artinya, kapan pun, di mana pun, dan dalam situasi yang bagaimana pun seorang dapat
melakukannya. Ketakutan akan kegagalan bukanlah penyebab yang harus dipertahankan.
Itulah salah satu kiat, teknik, dan strategi yang ditawarkan oleh Nunan (dalam Kurniawan,
2007). Nunan (dalam Kurniawan,2007) menawarkan suatu konsep pengembangan
keterampilan menulis yang meliputi: (1) perbedaan antara bahasa lisan dan bahasa tulisan, (2)
menulis sebagai suatu proses dan menulis sebagai suatu produk, (3) struktur generik wacana
tulis, (4) perbedaan antara penulis terampil dan penulis yang tidak terampil, dan (5)
penerapan keterampilan menulis dalam proses pembelajaran.
Pertama, perbedaan antara bahasa lisan dan bahasa tulisan tampak pada fungsi dan
karakteristik yang dimiliki oleh keduanya. Namun demikian, yang patut diperhatikan adalah
keduanya harus memiliki fungsi komunikasi. Dari sudut pandang inilah dapat diketahui
sejauh mana hubungan antara bahasa lisan dan bahasa tulis, sehingga dapat diaplikasikan
dalam kegiatan komunikasi. Dalam berkomunikasi sehari-hari, salah satu alat yang paling
sering digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Begitu dekatnya kita
dengan bahasa tadi, terutama bahasa Indonesia, sehingga tidak dirasa perlu untuk mendalami
dan mempelajari bahasa Indonesia secara lebih jauh dan lebih mendalam. Akibatnya, sebagai
pemakai bahasa, orang Indonesia kadang-kadang tidak terampil menggunakan bahasanya
sendiri dibandingkan dengan orang asing yang belajar bahasa Indonesia. Hal ini merupakan
suatu kelemahan yang tidak kita sadari.
Kedua, pandangan bahwa keterampilan menulis sebagai suatu proses dan menulis
sebagai suatu produk. Pendekatan yang berorientasi pada proses lebih memfokuskan pada
aktivitas belajar (proses menulis), sedangkan pendekatan yang berorientasi pada produk lebih
memfokuskan pada hasil belajar menulis yaitu wujud tulisan.
Ketiga, struktur generik wacana dari masing-masing jenis karangan (tulisan) tidak
menunjukkan perbedaan yang mencolok. Hanya saja pada jenis karangan narasi
menunjukkan struktur yang lengkap, yang meliputi orientasi, komplikasi, dan resolusi. Hal
ini menjadi ciri khas jenis karangan/tulisan ini.
Keempat, untuk menambah wawasan tentang keterampilan menulis, setiap penulis
perlu mengetahui penulis yang terampil dan penulis yang tidak terampil. Tujuannya adalah
agar dapat mengikuti jalan pikiran (penalaran) dari keduanya. Kita dapat mengetahui
kesulitan yang dialami penulis yang tidak terampil (baca: pemula, awal). Salah satu kesulitan
yang dihadapinya adalah ia kurang mampu mengantisipasi masalah yang ada pada pembaca.
Adapun penulis terampil, ia mampu mengatakan masalah tersebut atau masalah lainnya, yaitu
masalah yang berkenaan dengan proses menulis itu sendiri.
Kelima, sekurang-kurangnya ada tiga proses menulis yang ditawarkan oleh David
Nunan, yakni: (1) tahap prapenulisan, (2) tahap penulisan, dan (3) tahap perbaikan. Untuk
menerapkan ketiga tahap menulis tersebut diperlukan keterampilan memadukan antara proses
dan produk menulis.
14
Menulis pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif.
Dalam kegiatan menulis ini seorang penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur
bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis digunakan untuk mencatat, merekam,
meyakinkan, melaporkan, menginformasikan, dan mempengaruhi pembaca. Maksud dan
tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh para pembelajar yang dapat
menyusun dan merangkai jalan pikiran dan mengemuka-kannya secara tertulis dengan jelas,
lancar, dan komunikatif. McCrimmon (dalam Kurniawan, 2007) mengatakan bahwa
kejelasan ini bergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian dan pemilihan kata, dan struktur
kalimat.
2.1.3 Asas Menulis Efektif
Gie (2002:33) menuturkan bahwa ada tiga asas utama yang perlu diperhatikan dalam
menulis karangan yang efektif. Dalam bahasa Inggris, ketiga asas utama tersebut dikenal
dengan singkatan 3C yaitu clarity (kejelasan), conciseness (keringkasan), dan correctness
(ketepatan). Ketiga asas tersebut yaitu sebagai berikut.
(1) Kejelasan
Asas mengarang yang pertama dan utama dalam kegiatan menulis ialah kejelasan. Hasil
perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa tulis harus dapat dibaca dan dimengerti oleh
pembaca. Tanpa asas kejelasan, sesuatu karangan sulit dibaca dan sulit dimengerti oleh
para pembacanya. Asas kejelasan tidaklah semata-mata berarti mudah dipahami, tetapi
juga karangan itu tidak mungkin disalahtafsirkan oleh pembaca. Kejelasan berarti tidak
samar-samar, tidak kabur sehingga setiap butir ide yang diungkapkan seakan-akan
tampak nyata oleh pembaca.
15
(2) Keringkasan
Asas keringkasan tidaklah berarti bahwa setiap karangan harus pendek. Keringkasan
berarti bahwa suatu karangan tidak menghamburkan kata-kata secara semena-mena, tidak
mengulang-ulang butir ide yang dikemukakan, dan tidak berputar-putar dalam
menyampaikan suatu gagasan dengan berbagai kalimat yang berkepanjangan. Menurut
Harry Shaw (dalam Gie, 2002:36), penulisan yang baik diperoleh dari ide-ide yang kaya
dan kata-kata yang hemat, bukan kebalikannya ide yang miskin dan kata yang boros. Jadi,
sesuatu karangan adalah ringkas bilamana karangan itu mengungkapkan banyak buah
pikiran dalam kata-kata yang sedikit.
(3) Ketepatan
Asas ketepatan mengandung ketentuan bahwa sesuatu penulisan harus dapat
menyampaikan butir-butir gagasan kepada pembaca dengan kecocokan sepenuhnya
seperti yang dimaksud oleh penulisnya. Oleh karena itu, agar karangannya tepat, setiap
penulis harus menaati sepenuhnya berbagai aturan dan ketentuan tata bahasa, ejaan, tanda
baca, dan kelaziman pemakaian bahasa tulis yang ada.
Tiga asas yang telah disebutkan di atas merupakan asas-asas utama yang harus
diperhatikan dan dilaksanakan dalam kegiatan menulis, sehingga dapat menghasilkan suatu
tulisan yang baik dan dapat dibaca dan dimengerti oleh pembaca. Selain ketiga asas utama
tersebut, menurut Gie (2002:36–37), masih terdapat tiga asas menulis lainnya yang perlu
diperhatikan oleh penulis agar dapat menghasilkan tulisan yang baik. Ketiga asas itu antara
lain
16
(1) unity (kesatupaduan), (2) coherence (pertautan), dan (3) emphasis (penegasan). Ketiga
asas tersebut yaitu sebagai berikut.
(1) Kesatupaduan
Asas ini berarti bahwa segala hal yang disajikan dalam suatu karangan perlu berkisar
pada satu gagasan pokok atau tema utama yang telah ditentukan. Untuk keseluruhan
karangan yang tersusun dari alinea-alinea, tidak ada uraian yang menyimpang dan tidak
ada ide yang lepas dari jalur gagasan pokok itu. Selanjutnya dalam setiap alinea hanya
dimuat satu butir informasi yang berkaitan dengan gagasan pokok yang didukung dengan
berbagai penjelasan yang bertalian dan bersifat padu.
(2) Pertautan
Asas ini menetapkan bahwa dalam sesuatu karangan bagian-bagiannya perlu ”melekat”
secara berurutan satu sama lain. Dalam sebuah karangan antara alinea yang satu dengan
alinea yang lainnya perlu ada saling kait sehingga ada aliran yang logis dari ide yang satu
menuju ide yang lain. Demikian pula antara kalimat yang satu dengan kalimat berikutnya
dalam suatu alinea perlu ada kesinambungan yang tertib. Jadi, pada asas pertautan semua
alinea dan kalimat perlu berurutan dan berkesinambungan sehingga seakan-akan terdapat
aliran yang lancar dalam penyampaian gagasan pokok sejak awal sampai akhir karangan.
(3) Penegasan
Asas penegasan dalam mengarang menetapkan bahwa dalam sesuatu tulisan butir-butir
informasi yang penting disampaikan dengan penekanan atau penonjolan tertentu sehingga
mengesan kuat pada pikiran pembaca.
17
2.2 Pembelajaran Menulis
2.2.1 Hakikat Pembelajaran Menulis
Berhasil atau tidaknya pengajaran menulis, salah satunya disebabkan oleh cara yang
ditempuh guru dalam mengajarkan menulis. Menurut Nurhasanah&Widodo (1993:70–72),
ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam mengajarkan kemampuan menulis adalah
sebagai berikut.
(1) Prinsip
Menulis adalah ketrampilan berbahasa. Ketrampilan akan dapat dicapai kalau banyak
berlatih. Oleh karena itu, untuk mencapai ketrampilan itu, siswa harus diberi banyak
latihan atau tugas-tugas. Sebelum guru memberikan tugas-tugas kepada siswa, guru harus
menjelaskan tugas-tugas apa yang diberikan kepada siswa dan apa yang harus dilakukan
dan diperhatikan siswa.
(2) Pembimbingan
Bimbingan perlu diberikan secara intensif sejak siswa mulai belajar menulis sampai
menghasilkan tulisan. Setelah siswa menghasilkan karangan, pengoreksian terhadap
karangan perlu dilakukan dan hasilnya perlu diinformasikan kepada siswa. Guru bersama-
sama siswa bisa mendiskusikan bagaimana pembetulan karangan itu karena yang
diperlukan dalam karangan ini adalah siswa mengetahui bagaimana seharusnya mereka
mengarang.
(3) Sifat pengajaran
Pengajaran menulis bisa dilakukan dengan dasar berikut ini.
(a) Pengajaran menulis bisa dimulai dari latihan aspek-peraspek kemampuan menulis,
kemudian dilanjutkan dengan latihan menulis karangan secara utuh.
18
(b) Pengajaran menulis bisa dimulai dari teori tentang menulis, kemudian dilanjutkan
ke praktek menulis, atau sebaliknya.
(c) Hal-hal yang ditulis dimulai dengan hal-hal yang dikenal siswa atau berada di
lingkungan siswa ke hal-hal yang belum dikenal siswa.
(4) Media
Media pengajaran menulis bisa diambil dari contoh-contoh karangan yang sudah ada, bisa
diambil dari surat kabar atau majalah.
2.2.2 Tujuan Pembelajaran Menulis
Menurut Nurchasanah&Widodo (1993:62–66), tujuan pembelajaran menulis dapat
ditentukan berdasarkan aspek yang diinginkan dicapai oleh siswa. Tujuan tersebut antara lain
sebagai berikut.
(1) Tujuan yang bersifat teoretis dan praktis, biasanya diwujudkan dalam pengajaran menulis
secara serentak, maksudnya dalam pertemuan pengajaran tertentu siswa diharapkan dapat
mencapai tujuan yang bersifat teoretis sekaligus dapat mencapai tujuan yang bersifat
praktis. Tujuan yang bersifat teoretis menitikberatkan pembelajaran pada aspek teori
menulis sedangkan tujuan yang bersifat praktis menitikberatkan pada aspek praktek
menulis.
(2) Tujuan berdasarkan wujud tulisan/karangan, maksudnya tujuan pengajaran menulis
dapat didasarkan atas wujud tulisan yang diharapkan dikuasai oleh siswa. Wujud
karangan yang dimaksud misalnya siswa diharapkan mampu menulis karangan ilmiah,
karangan nonilmiah, karangan yang bersifat pengetahuan, karangan yang bersifat
kesusastraan, dll.
(3) Tujuan berdasarkan tingkat kognisi yang dicapai, yaitu tujuan yang bersifat ingatan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesia, dan evaluasi. Dalam
19
praktek di kelas, diharapkan tujuan tersebut dapat tercapai dalam pembelajar di kelas.
Siswa (kelas tinggi) sebaiknya mampu hingga tahap evaluasi karena jika seseorang
pandai menilai sesuatu itu artinya dia telah memahami apa yang dia nilai.
(4) Tujuan langsung dan tidak langsung, di mana tujuan langsungnya adalah agar siswa
dapat menulis secara langsung tanpa melalui tahapan kegiatan prasyarat, sedangkan
tujuan tidak langsungnya adalah siswa dapat menulis dengan melalui tahapan-tahapan
kegiatan prasyarat.
(5) Tujuan yang bersifat diskrit dan pragmatik, yakni pengajaran menulis yang bersifat
diskrit bertujuan ingin melihat aspek-aspek kemampuan menulis secara terpisah-pisah,
sedangkan pengajaran menulis yang bersifat pragmatik bertujuan ingin melihat
kemampuan menulis secara utuh, bukan melihat aspek-peraspek.
2.2.3 Evaluasi Pembelajaran Menulis
2.2.3.1 Pengertian Pengukuran, Asesmen, dan Evaluasi dalam Pembelajaran Menulis
Evaluasi merupakan salah satu kegiatan utama yang harus dilakukan oleh seorang guru
dalam kegiatan pembelajaran. Dengan penilaian, guru akan mengetahui perkembangan hasil
belajar, intelegensi, bakat khusus, minat, hubungan sosial, sikap dan kepribadian siswa atau
peserta didik. Sesungguhnya, dalam konteks penilaian ada beberapa istilah yang digunakan,
yakni pengukuran, assessment dan evaluasi.
Pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan untuk
menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numeric (Wordpress, 2008).
20
Winkel (1996:477) juga mengatakan bahwa pengukuran merupakan deskripsi kuantitatif
tentang keadaan suatu hal sebagaimana adanya atau tentang perilaku yang nampak pada
seseorang, atau tentang prestasi. Untuk itu, pengukuran lebih bersifat kuantitatif, bahkan
merupakan instrumen untuk melakukan penilaian. Nurhasanah&Widodo, (1993:72)
mengatakan bahwa pengukuran kemampuan menulis adalah proses atau tindakan untuk
menentukan kualitas kemampuan menulis. Nurhasanah & Widodo (1993:72–74)
memaparkan ada empat jenis pengukuran untuk mengukur kemampuan menulis yaitu sebagai
berikut.
(1) Pengukuran subjektif, adalah pengukuran yang dilakukan dengan cara memeriksa
langsung karangan berdasarkan impresi pemeriksa.
(2) Pengukuran objektif, adalah pengukuran yang dilakukan dengan cara mencocokkan
pekerjaan dengan kunci yang ada
(3) Pengukuran global, adalah pengukuran yang dilakukan secara global tanpa melihat aspek-
aspek kemampuan menulis yang mendukungnya agar melihat kemampuan menulis secara
utuh.
(4) Pengukuran aspek-peraspek, adalah pengukuran kemampuan menulis yang bertujuan
untuk melihat kemampuan aspek-peraspek yang mendukung kemampuan menulis secara
utuh.
Sementara, pengertian asesmen (assessment) adalah kegiatan mengukur dan
mengadakan estimasi terhadap hasil pengukuran atau membanding-bandingkan dan tidak
sampai ke taraf pengambilan keputusan (Wordpress, 2008). Sedangkan evaluasi secara
etimologi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang bertarti value, yang secara secara
harfiah dapat diartikan sebagai penilaian (Echols&Shadily, 1996:220). Namun, dari sisi
terminologis ada beberapa definisi
21
yang dapat dikemukakan. Dalam Wordpress (2008), ketiga definisi evaluasi dari sisi
terminologis yaitu:
(1) suatu proses sistematik untuk mengetahui tingkat keberhasilan sesuatu.
(2) kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik dan terarah berdasarkan atas
tujuan yang jelas.
(3) proses penentuan nilai berdasarkan data kuantitatif hasil pengukuran untuk keperluan
pengambilan keputusan.
Berdasarkan pada berbagai batasan 3 jenis penilaian di atas, maka dapat diketahui
bahwa perbedaan antara evaluasi dengan pengukuran adalah dalam hal jawaban terhadap
pertanyaan “what value” untuk evaluasi dan “how much” untuk pengukuran (Wordpres,
2008). Sedangkan asesmen berada di antara kegiatan pengukuran dan evaluasi. Akan tetapi,
sekalipun makna dari ketiga istilah (measurement, assessment, evaluation) secara teoretik
definisinya berbeda, tetapi dalam kegiatan pembelajaran terkadang sulit untuk membedakan
dan memisahkan batasan antara ketiganya dan evaluasi pada umumnya diawali dengan
kegiatan pengukuran (measurement) serta pembandingan (assessment).
Winkel (1996:475) mengatakan bahwa evaluasi adalah penentuan sampai berapa jauh
sesuatu berharga, bermutu, atau bernilai. Evaluasi terhadap hasil belajar yang dicapai oleh
siswa dan tehadap proses belajar mengajar mengandung penilaian terhadap hasil belajar atau
proses belajar itu. Salah satu kegiatan evaluasi pembelajaran dapat dilakukan dengan
pengukuran. Adapun langkah-langkah pokok dalam penilaian secara umum terdiri dari: (1)
perencanaan, (2) pengumpulan data, (3) verifikasi data, (4) analisis data, dan (5) interpretasi
data.
22
2.2.3.2 Fungsi dan Tujuan Evaluasi Pembelajaran Menulis
Evaluasi hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang
dicapai siswa dengan kriteria-kritria tertentu. Penilaian proses belajar adalah upaya memberi
nilai terhadap kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan oleh siswa dan atau guru dalam
mencapai tujuan-tujuan pengajaran. Sudjana (2005:3) mengatakan ada tiga fungsi evaluasi
yaitu sebagai berikut.
(1) Alat untuk mengetahui tercapai-tidaknya tujuan intruksional.
(2) Umpan balik bagi perbaikan proses pembelajaran.
(3) Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada orang tuanya.
Sudjana (2005:4) mengatakan bahwa dalam konteks pelaksanaan pendidikan, evaluasi
memiliki tujuan antara lain sebagai berikut.
(1) Mendeskripsikan kecakapan belajar siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan
kekurangannnya dalam berbagai bidang studi setelah mengikuti kegiatan pembelajaran
dalam jangka waktu tertentu.
(2) Mengetahui efektivitas metode pembelajaran yang digunakan dalam upaya untuk
membentuk siswa yang berkualitas dalam aspek intelektual, sosial, emosional, maral, dan
keterampilan
(3) Untuk menentukan tindak lanjut hasil penilaian yaitu dengan melakukan perbaikan
dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta strategi
pelaksanaannya.
(4) Untuk memberikan pertanggungjawaban (accountability) dari pihak sekolah ke pihak-
pihak yang berkepentingan seperti pemerintah, masyarakat dan orang tua.
23
2.3 Pembelajaran Menulis Karangan Eksposisi pada Siswa Kelas X dengan
Menggunakan Media Teks Berita
2.3.1 Karangan Eksposisi
2.3.1.1 Pengertian Karangan Eksposisi
Kata ekposisi yang diambil dari kata bahasa Inggris ekxposition sebenarnya berasal
dari kata bahasa Latin yang berarti “membuka” atau “memulai” (to set fourth) (Ahmadi dkk,
1981:7). Eksposisi atau ekspositori juga bisa disebut paparan yaitu suatu paragraf yang
menampilkan suatu objek yang peninjauannya tertuju pada satu unsur saja dengan cara
penyampaiaan yang menggunakan perkembangan analisis kronologis atau keruangan
(Arifin&Tansai, 2002:129). Seorang penulis tulisan eksposisi akan mengatakan, “Saya
menceritakan kepada kalian semua kejadian dan peristiwa ini dan menjelaskan agar saudara-
saudara dapat memahaminya.” (Parera, 1993:5). Dengan demikian Parera berpendapat bahwa
tulisan eksposisi merupakan tulisan atau paragraf yang menampilkan suatu objek yang
peninjauannya tertuju pada satu unsur saja dengan cara penyampaiaan yang menggunakan
perkembangan analisis kronologis atau keruangan agar pembaca memahaminya. Fulton
(dalam Gie,2002:62) mengatakan bahwa tulisan paparan adalah bentuk tulisan yang
dengannya orangn melakukan pembeberan yang jelas, memadai dan netral tentang suatu hal
yang termasuk dalam bidang pengetahuan manusia. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa tulisan eksposisi merupakan tulisan yang menampilkan suatu objek yang
peninjauannya tertuju pada satu unsur saja secara jelas, memadai, dan netral sehingga
pembaca dapat memahaminya.
24
Sesuai dengan pengertian eksposisi di atas, tujuan dari penulisan eksposisi adalah
untuk memberitahu, mengupas, mengurai, atau menerangkan sesuatu. Dalam tulisan
eksposisi, masalah yang dikomunikasikan adalah pemberitahuan dan informasi. Hal tersebut
sejalan dengan Ahmadi dkk (1981:7) bahwa tujuan utama penulisan paragraf eksposisi itu
hanya semata-mata untuk membagikan informasi dan tidak sama sekali untuk mendesakkan
atau memaksakan orang lain untuk menerima pandangan atau pendirian tertentu sebagai
sesuatu yang sahih. Untuk itu biasanya tulisan eksposisi dapat disebut sebagai wacana
informative.
Menurut Ahmadi dkk (1981:7), hal atau sesuatu yang diinformasikan dalam tulisan
eksposisi itu bisa berupa hal-hal sebagai berikut.
(1) Data faktual, misalnya tentang suatu kondisi yang benar-benar terjadi atau bersifat
historis, tentang bagaimana sesuatu bekerja, tentang bagaimana suatu operasi
diperkenalkan, dan sebagainya.
(2) Suatu analisis atau suatu penafsiran yang objektif terhadap seperangkat fakta.
(3) Atau berupa fakta tentang seseorang yang berpegang teguh pada suatu pendirian yang
khusus asalkan tujuan utamanya adalah untuk memberikan informasi.
2.3.1.2 Bentuk-bentuk Khusus Karangan Eksposisi
Menurut Ahmadi dkk (1981:18–36), ada enam bentuk tulisan eksposisi . Keenam
bentuk tersebut adalah: (1) definisi luas, (2) analisis, (3) proses, (4) ringkasan, (5)
pertimbangan, (6) laporan. Berikut penjelasan mengenai keenam bentuk paragraf eksposisi
tersebut.
25
(1) Definisi Luas
Secara umum, definisi itu adalah eksposisi terhadap arti kata-kata. Para pemakai bahasa
biasanya selalu membatasi ragam arti kata-kata dalam bahasanya. Semakin jelas
pembatasan arti, baik bagi penulis maupun bagi pembacanya, maka semakin jelas pula
komunikasi gagasan atau ide dalam pikiran si penulis kepada pembacanya. Macam
definisi ini ada dua yaitu definisi sekalimat dan definisi luas. Untuk bentuk karangan yang
dimaksud dalam penelitian ini nantinya akan menggunakan definisi luas. Pengembangan
paragraf dengan definisi luas (extended definition) ini bisa dilakukan secara deduktif
mapun induktif.
(2) Analisis
Analisis ini merupakan cara memecahkan suatu pokok masalah dengan memecah bagian-
bagiannya yang logis. Adapun tipe asar dari analisis tersebut yaitu:
(a) klasifikasi pokok masalah yang majemuk (diuraikan-digolongkan atas dasar
penggolongan yang berlaku sama)
(b) klasifikasi pokok masalah yang tunggal (membagi suatu pokok masalah yang
tunggal menjadi bagian-bagian berdasarkan aspek yang berbeda)
(c) klasifikasi suatu proses.
(3) Proses
Eksposisi proses merupakan suatu uraian atau penjelasan mengenai bagaimana suatu hal
bekerja, terjadi, atau bagaimana mengerjakan sesuatu. Eksposisi proses ini biasanya juga
menggunakan definisi untuk menjelaskan istilah-istilah yang belum dipahami oleh
pembacanya.
26
(4) Ringkasan
Suatu ringkasan merupakan ekspresi yang ketat dari isi utama suatu karangan. Tujuan
utama dari suatu ringkasan adalah untuk memberitahu pembaca isi orisinil yang
diringkaskan terutama mengenai suatu pikiran utama dalam karangan aslinya. Ada
beberapa sinonim dari suatu ringkasan yaitu sebagai berikut.
(a) Ikhtisar, merupakan pemadatan suatu karangan sehingga hanya memaparkan
langsung pikiran utamanya .
(b) Sinopsis, biasanya digunakan untuk meringkas sebuah cerita dengan tetap
memperhatikan alur atau plot ceritanya.
(c) Abstrak, adalah ringkasan padat mengenai unsure penting dari suatu eksposisi
formal ataupun suatu argummentasi.
(d) Parafrase, biasanya berhubungan dengan pusi yaitu mengungkapkan makna asli
puisi dalam bahasa yang lebih harfiah (literal).
(5) Pertimbangan
Review dalam arti khusus adalah suatu uraian informatif tentang isi dan kualitas suatu
buku atau karangan. Dalam arti luas, review merupakan suatu kegiatan intelektual yang
pada dasarnya mencakup: pemahaman terhadap suatu masalah, mengambil intisari dan
memberikan suatu pertimbangan, serta memberikan perkiraan kritis terhadap maslah
tersebut.
(6) Laporan
Laporan merupakan suatu uraian faktual secara tepat dan dapat diperiksa kebenarannya
(verifiable) berdasarkan studi yang diteliti terhadap seluk beluk atau penyelidikan
langsung terhadap sutu masalah. Suatu laporan harus
27
disajikan dalam bentuk bahasa yang sistematis, tertulis secara jelas, dan tidak emosional.
Penulis sebuah laporan harus selektif dalam melaporkan sesuatu. Beberapa ciri laporan
yang baik yaitu mencakup ketepatan dan ketelitian (accuragcy), kejelasan (clarity),
ringkas (conciseness), lengkap dan lengket (adherence) terhadap suatu sudut pandang
yang telah mapan dan teguh
2.3.1.3 Persyaratan dan Teknik Penulisan Karangan Eksposisi
Enno Klamer (dalam Gie, 2002:62) menyatakan bahwa dalam semua tulisan paparan yang
efektif hendaknya seseorang memakai rincian detail yang jelas, tajam, dan tertentu serta
menyusun setiap alinea berdasarkan satu ide pokok. Dalam kepustakaan karang-mengarang,
pada umumnya terdapat tiga serangkai asas tatanan untuk menyusun karangan pemaparan
yang baik, yaitu kesatupaduan, pertautan, dan penegasan.
(1) Asas kesatupaduan (kekoherensian)
Asas kesatupaduan pada tulisan eksposisi menetapkan bahwa setiap karangan eksposisi
harus merupakan satu keseluruhan yang utuh dan bukannya suatu percampuran. Segenap
unsur karangan itu harus mempunyai pertalian dengan gagasan pokok atau tema utama
karangan yang bersangkutan. Cleanth Brooks dan Robert Penn Warren (dalam Gie,
2002:62) mengatakan bahwa kesatupaduan dapat dicapai melalui:
(a) menetapkan gagasan pokok sebagai topik utama karangan
(b) membedakan apa yang bertalian dengan topik utama itu dari apa yang tidak
bertalian
(c) mengusahakan topik-topik bawahan tunduk pada topik utama dan tidak
memaparkan secara berlebihan.
28
(2) Asas pertautan (kekohesifan)
Asas pertautan pada tulisan eksposisi menetapkan bahwa unsur-unsur sebuah karangan
harus melekat satu sama lain dan tidak berdiri sendiri. Ide-ide yang serumpun harus
mengalir secara lancar dari satu alinea ke alinea lain, dari kalimat satu ke kalimat yang
lainsehingga merupakan suatu kesinambungan. Cara-cara untuk mencapai pertautan
menurut Joseph D. Gallo dan Henry W. Rink (dalam Gie, 2002:62) ialah dengan:
(a) kata dan frasa peralihan yang menunjukkan tambahan, contoh, perlawanan, atau
kesimpulan.
(b) pengulangan kata
(c) pengubahan dengan menambahkan detail-detail dalam kalimat
(d) urutan logis yang dikaitkan pada suatu susunan tertentu seperti waktu, ruang, atau
sebab-akibat.
(3) Asas penegasan
Asas penegasan pada tulisan eksposisi menetapkan bahwa masing-masing unsur suatu
tulisan eksposisi harus memperoleh penekanan yang sesuai dengan kedudukan atau
pentingnya. Jadi harus ada unsur yang ditonjolkan. Menurut Cleanth Brooks dan Robert
Penn Warren (dalam Gie, 2002:63), penegasan terhadap suatu unsur dalap dilakukan
dengan cara:
(a) pernyataan tegas mengenai pentingnya hal yang bersangkutan
(b) penegasan dengan menepatkan pada letak awal atau letak akhir
(c) penegasan dengan memberikan pembahasan yang lebih mendalam atau lebih luas
dibandingkan dengan bagian-bagian selebihnya yang kurang penting
(d) penegasan dengan mengulang ide yang bersangkutan
(e) penyusunan sebuah alinea pendek diantara alinea-alinea yang jauh lebih panjang.
2.3.2 Penggunaan Media Berita dalam Pembelajaran Menulis Karangan Eksposisi
2.3.2.1 Pengertian Media Pembelajaran
Penggunaan suatu metode dalam pembelajaran akan mempengaruhi jenis media
pengajaran meskipun sebenarnya masih ada berbagai aspek lain yang perlu diperhatikan
dalam memilih media. Tujuan penggunaan media dalam proses pembelajaran agar kegiatan
pembelajaran dapat berlangsung secara efisien dan efektif sehingga tujuan pembelajaran yang
telah ditentukan dapat tercapai.
Kata media berasal dari bahasa Latin yaitu medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’,
‘perantara’, atau ‘perantara’. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar
pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(1990:569), media (alat) adalah sarana komunikasi seperti koran, radio televisi, film, poster,
dan spanduk. Seperti halnya pandangan E.De Corte (dalam Winkel, 1996:285), media
pengajaran diartikan sebagai sarana nonpersonal (bukan manusia) yang digunakan atau
disediakan oleh tenaga pengajar, yang memegang peranan dalam proses belajar mengajar,
untuk mencapai tujuan intruksional. Media pengajaran juga diartikan sebagai segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau isi pelajaran, merangsang pikiran,
perasaan, perhatian, dan kemampuan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar
mengajar (Ibrahim&Nana, 2003:112).
2.3.2.2 Fungsi Media Pembelajaran
Menurut Hamalik (dalam Arsyad, 2002:15), pemakaian media pengajaran dalam
proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru,
membangkitkan motivasi dan rangsang kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-
pengaruh psikologis tehadap siswa. Selanjutnya, Arsyad (2002:26–27) menyimpulkan
beberapa manfaat praktis dari penggunaan media pengajaran dalam proses belajar mengajar
yaitu: (1) media pengajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat
memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar, (2) media pengajaran dapat
meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi
belajar, (3) media pengajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu, dan (4)
media pengajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-
peristiwa di lingkungan siswa, serta memugkinkan terjadinya interaksi langsung, antara siswa
guru, masyarakat, dan lingkungan.
2.3.2.3 Media Teks Berita
Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang perlu
dikuasai oleh siswa sebagaimana halnya dengan ketiga keterampilan lainnya seperti
keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, dan keterampilan membaca. Cleary (dalam
Rahaor, 2006:34) mengemukakan bahwa temuan yang paling mengejutkan dari penelitian
mutakhir tentang tulisan adalah adanya korelasi antara membaca luas yang baik dengan
menulis yang baik. Untuk itu, agar siswa mampu menulis eksposisi dengan baik maka siswa
perlu membaca sebuah informasi yang dalam hal ini yaitu informasi dari koran, majalah, atau
bahkan dari internet yang berkaitan dengan topik.
Pengertian berita dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991:108) adalah laporan
mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat. Mariani&Kuncoro memberikan (2001:32)
batasan mengenai berita yaitu ada tiga unsur penting yang harus diperhatikan mengenai
definisi berita. Ketiga unsur penting itu yaitu: (1) laporan, (2) kejadian/ peristiwa/pendapat
yang menarik dan penting, serta (3) disajikan secepat mungkin (terikat oleh waktu).
Pemilihan berita sebagai media pembelajaran menulis eksposisi yaitu agar siswa mempunyai
topik untuk dikembangkan menjadi sebuah tulisan eksposisi.
2.3.3 Pelaksanaan Pembelajaran Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan
Media Teks Berita
Berdasarkan hasil penelitian yang diadakan terhadap tulisan mahasiswa, Flower dan
Hayes (lewat Tompkins, dalam Kurniawan, 2007), proses menulis meliputi tiga kegiatan,
yaitu: (1) merencanakan (menentukan tujuan untuk mengarahkan tulisan), (2) mewujudkan
(menulis sesuai dengan rencana yang sudah dibuat), dan (3) merevisi (mengevaluasi dan
merevisi tulisan). Zuchdi (dalam Kurniawan, 2007) mengatakan bahwa ketiga kegiatan
tersebut bukan merupakan tahap-tahap yang linear (bergerak lurus). Hal tersebut karena
penulis terus-menerus memantau tulisannya dan bergerak maju mundur. Peninjauan kembali
tulisan yang telah dihasilkan ini dapat dianggap sebagai komponen keempat dalam proses
menulis. Hal inilah yang membantu penulis dapat mengungkapkan gagasan secara logis dan
sistematis, tidak mengandung bagian-bagian yang kontradiktif. Dengan kata lain, konsistensi
(keajegan) isi gagasan dapat terjaga.
Berkaitan dengan tahap-tahap proses menulis, Tompkins (dalam Kurniawan, 2007)
menyajikan lima tahap menulis, yaitu: (1) pramenulis, (2) pembuatan draft, (3) merevisi, (4)
menyunting, dan (5) berbagi (sharing). Tompkins juga menekankan bahwa tahap-tahap
menulis ini tidak merupakan kegiatan yang linear. Proses menulis bersifat nonlinier, artinya
merupakan putaran berulang. Misalnya, setelah selesai menyunting tulisannya, penulis
mungkin ingin meninjau kembali kesesuaiannya dengan kerangka tulisan atau draft awalnya.
Proses menulis dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi dengan menggunakan
media berita terdiri dari fase pramenulis, fase menulis, dan fase pascamenulis. Dalam fase
menulis terdapat kegiatan membuat draf, merevisi, dan menyunting. Dalam fase
pascamenulis terdapat kegiatan berbagi dengan mempublikasikan hasil tulisan eksposisi.
Dengan demikian, tergambar secara menyeluruh proses menulis, mulai awal sampai akhir
menulis seperti berikut.
1) Fase Pramenulis
a) Siswa membaca teks berita
b) Siswa mendata topik yang bisa dikembangkan dari teks berita
c) Siswa membuat kerangka karangan eksposisi yang memiliki gagasan secara logis dan
sistematis (pembatasan topik).
d) Siswa mencari bahan tulisan
2) Fase Menulis
a) Siswa mengembangkan kerangka karangan eksposisi dengan ketentuan minimal
tiga paragraf.
b) Siswa bertanya jawab dan berkonsultasi dengan teman sebangku maupun guru untuk
mengemukakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam membuat karangan eksposisi.
c) Siswa merevisi dan menyunting kembali karangan eksposisi dengan teman sebangku
d) Siswa mengumpulkan draf akhir (hasil tulisan) karangan eksposisi.
3) Fase Pascamenulis
a) Siswa mempublikasikan karangan eksposisinya
Di bawah ini merupakan bagan atau alur pelaksanaan pembelajaran menulis karangan
eksposisi
Gambar 2.1 Proses Pembelajaran Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan
Media Teks Berita
Langkah-langkah Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan Media Teks Berita
Fase Pramenulis
1. Membaca teks berita
2. Mendata topik berdasarkan teks berita
3. Membuat kerangkan karangan eksposisi
4. Mencari bahan tulisan
Fase Menulis
5. Mengembangkan kerangka karangan menjadi tulisan eksposisi dengan memperhatikan asas
menulis efektif (teknik dan persyaratan penulisan karangan eksposisi)
6. Merevisi dan menyunting karangan eksposisi yang dibuat
7. Membuat draf akhir
Fase Pascamenulis
8. Mempublikasikan karangan eksposisi yang telah dibuat
2.3.4 Evaluasi Pembelajaran Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan Media Teks
Berita
Evaluasi pembelajaran menulis karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita
dilakukan dengan penilaian hasil belajar siswa. Penilaian hasil belajar dilakukan untuk mengetahui
tingkat keberhasilan siswa dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi pada setiap siklus. Salah
satu keberhasilan proses belajar-mengajar dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Menurut
Sudjana (2005:62), aspek yang dilihat dalam hasil belajar siswa antara lain sebagai berikut.
(1) Perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya.
(2) Kualitas dan kuantitas penguasaan tujuan instruksional oleh para siswa.
(3) Jumlah siswa yang dapat mencapai tujuan instruksional minimal 75 dari jumlah instruksional yang
harus dicapai.
(4) Hasil belajar tahan lama diingat dan dapat digunakan sebagai dasar dalam mempelajari bahan
berikutnya.
Hasil belajar yang dinilai dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa yang berupa
karangan eksposisi setelah mengikuti tahapan pembelajaran menulis karangan eksposisi dengan
menggunakan media teks berita. Hasil belajar yang dicapai siswa mengacu pada indikator sesuai
dengan rubrik penilaian hasil belajar menulis karangan eksposisi siswa
Evaluasi dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi dengan menggunakan media teks
berita dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mengembangkan karangan eksposisi
dengan menggunakan media berita.
Siswa diharapkan mampu mengembangkan gagasan menjadi paragraf yang utuh, lengkap,
logis, dan sistematis. Hal ini sesuai dengan tujuan pembelajaran menulis karangan eksposisi pada
siswa kelas X yaitu Siswa mampu menulis gagasan secara logis dan sistematis dalam bentuk
karangan eksposisi. Menurut Harsiati (2001:23–24), indikator bahwa siswa mampu menulis karangan
yang utuh, lengkap, logis dan sistematis yaitu: (1) kemampuan membuat kalimat topik, (2)
kemampuan mengembangkan kalimat topik, (3) kemampuan memulai sebuah tulisan dengan isi dan
gaya sesuai dengan konteks penulisan, (4) kemampuan mengembangkan inti penulisan dengan
mengorganisasikan gagasan menjadi sejumlah paragraf / bagian wacana yang memiliki kesatuan,
kepaduan, dan kelengkapan, (5) kemampuan menyusun paragraf secara utuh (memiliki kesatuan),
lengkap, dan kohesif, dan (6) kemampuan mengakhiri/menutup tulisan dengan isi dan gaya sesuai
konteks, (7) kemampuan menggunakan aspek kebahasaan dan nonkebahasaan (ejaan, penomoran, tata
letak) sesuai dengan konteks penulisan.
Aspek kesatuan paragraf yaitu kesatuan isi yang dikandung dalam paragraf, artinya kesatuan
isi terlihat dari kesesuaian isi kalimat-kalimat dalam paragraf dengan tujuan penulisan/ ide pokok
paragraf (Harsiati, 2001:24). Paragraf dikatakan lengkap jika semua informasi yang harusnya
dikemukakan telah dilengkapi, maksudnya paragraf tersebut dikembangkan dengan topik-topik
bawahan/ ide penjelas yang cukup lengkap sehingga ide pokok yang dikemukakan menjadi lebih
dipahami dan sesuai dengan tujuan penulisan ide/ide pengontrol yang ada dalam kalimat topik
(Harsiati, 2001:24). Sedangkan yang dimaksud dengan kepaduan paragraf adalah hubungan timbal
balik yang logis dan teratur, baik antarparagraf maupun antarkalimat yang digunakan untuk
menyususn suatu paragraf.
Harsiati (2001:24) juga mengatakan bahwa ada tiga indikator bahwa seseorang itu mampu
membentuk kesatuan, kepaduan, dan kelengkapan dalam menyusun paragraf. Kemampuan
membentuk kesatuan, kepaduan, dan kelengkapan dalam menulis sebuah paragraf ditandai dengan (1)
kemampuan menggunakan tanda kohesi, baik gramatikal maupun leksikal dalam memadukan kalimat
dalam paragraf, (2) kemampuan menggunakan tanda kohesi, baik gramatikal maupun leksikal dalam
memadukan antarparagraf, (3) kemampuan menggunakan tanda kohesi, baik gramatikal maupun
leksikal dalam memadukan antarbagian wacana.
Kemampuan menggunakan bahasa dalam karangan mencakup kemampuan menggunakan
diksi, menggunakan kalimat yang efektif, dan penggunaan ejaan serta tanda baca yang sesuai dengan
konteks (Harsiati, 2001:25). Sedangkan kemampuan menggunakan sistematika adalah kemampuan
menandai judul, peringkat subjudul, atau bagian wacana lain sesuai dengan konteks (Harsiati,
2001:25).
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan sitematika konsep mengenai langkah-langkah yang akan
ditempuh untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan
dengan penyelidikan secara sistematis, kritis, dan ilmiah. Pemilihan metode yang akan
digunakan dalam sebuah penelitian bergantung pada tujuan penelitian yang dilaksanakan,
sifat masalah dan data yang akan diolah, serta berbagai macam kegiatan yang akan
dilaksanakan. Pada Bab III ini dibahas mengenai (1) rancangan penelitian, (2) tahap-tahap
penelitian, (3) data dan sumber data, (4) teknik pengumpulan data, (5) teknik analisis data, (6)
instrumen penelitian, (7), kriteria keberhasilan dan (8) pengecekan keabsahan data
3.1 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini menguraikan beberapa hal mengenai (1) pendekatan dan jenis
penelitian serta (2) konteks penelitian yang meliputi lokasi penelitian, kelas penelitian, subjek
penelitian, mitra peneliti, dan waktu penelitian
3.1.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian yang berjudul Peningkatkan Kemampuan Siswa Kelas X.2 SMA Taruna
Dra. Zulaeha dalam Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan Media Teks Berita
ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK).
Ancangan penelitian yang akan dilaksanakan ini menggunakan penelitian tindakan
kelas karena memiliki beberapa karakteristik yaitu sebagai berikut. Pertama, adanya
permasalahan praktis yang ditemui oleh guru pengajar pelajaran Bahasa Indonesia yaitu
masalah menulis karangan eksposisi. Kedua, penelitian ini dilakukan secara kolaboratif
antara guru dan peneliti dalam kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan
penilaian pembelajaran. Ketiga, dapat digunakan sebagai refleksi oleh publik.
Secara garis besar, PTK dibagi ke dalam empat tahap yang meliputi tahap: (1)
perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Secara sederhana, Arikunto
(2007:16) menggambarkan tahap-tahap tersebut ke dalam bagan berikut.
Gambar 3.1 Tahap-tahap Penelitian Tindakan Kelas
(Sumber: Arikunto, 2007:16)
Arikunto (2007:6–12) menyebutkan lima prinsip penelitian tindakan yaitu sebagai
berikut.
(1) Kegiatan nyata dalam situasi rutin, yaitu penelitian tindakan tidak perlu mengadakan
waktu khusus, tidak mengubah jadwal yang sudah ada. Dengan
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS II
Pengamatan
Pelaksanaan
Refleksi
?
demikian, apabila guru akan melakukan beberapa kali penelitian tindakan tidak
menimbulkan kerepotan bagi kepala sekolah dalam mengelola sekolahnya.
(2) Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja, yaitu penelitian tindakan
didasarkan pada sebuah filosofi bahwa setiap manusia tidak suka atas hal-hal yang statis,
tetapi selalu menginginkan sesuatu yang lebih baik. Penelitian tindakan bersifat dinamis
yaitu mengharapkan adanya perubahan. Materi penelitian tindakan biasanya berkaitan
dengan penyajian topik pokok bahasan yang bersangkutan, yaitu strategi, pendekatan,
metode, metode, atau cara untuk memperoleh hasil melalui sebuah kegiatan uji coba atau
eksperimen.
(3) SWOT sebagai dasar berpijak, yaitu penelitian tindakan dimulai dengan melakukan
analisis SWOT yang terdiri atas unsur S-Strength (kekuatan), W-Weakness (kelemahan),
O-Opportunity (kesempatan), T-Threat (ancaman). Dengan berpijak terhadap empat hal
tersebut, penelitian tindakan dapat dilaksanakan hanya apabila ada kesejalanan antara
kondisi yang ada pada guru dan juga pada siswa.
(4) Upaya empiris dan sistematik, yaitu merupakan penerapan dari prinsip SWOT.
Dengan dilakukannya analisis SWOT, berarti apabila guru melakukan penelitian tindakan
maka ia sudah mengikuti prinsip empiris (terkait dengan pengalaman) dan prisip sistemik
(berpijak pada unsur-unsur yang terkait dengan keseluruhan sistem dengan objek yang
diteliti).
(5) Ikuti prinsip SMART dalam perencanaan, yaitu penelitian tindakan dalam
membuat perencanaan mengikuti prinsip S-Spesifik (khusus), M-Managable (dapat dikelola
atau dilaksanakan), A-Acceptable (dapat diterima), R-Realistic (dapat dijangkau), dan T-
Time-bound (diikat oleh waktu/ terencana).
3.1.2 Konteks Penelitian
Konteks penelitian ini memuat memuat empat hal yaitu (1) lokasi penelitian, (2) kelas
penelitian dan subyek penelitian, (3) mitra peneliti, dan (4) waktu penelitian. Berikut uraian
mengenai kelima hal tersebut.
3.1.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Taruna Dra. Zulaeha Leces
Probolinggo (SMA TDZ) yang beralamat di Jalan Raya Leces A3, Leces-Probolinggo.
Sekolah ini merupakan sekolah swasta di Kecamatan Leces, Kabupaten Probolinggo. Akan
tetapi dari segi kualitas, SMA TDZ dapat disejajarkan dengan SMA negeri yang ada di
Probolinggo. Kepala SMA TDZ adalah Drs. Sugeng Haryono, sedangkan guru bidang studi
Bahasa dan Sastra Indonesia yaitu Wiwik Ariyani, S.Pd dan Untung Nandra S,Pd.
Pemilihan SMA TDZ sebagai sekolah yang diteliti didasari oleh tiga alasan. Alasan
pertama karena siswa belum memahami langkah-langkah menulis karangan eksposisi. Alasan
kedua karena guru belum menggunakan rubrik penilaian untuk pembelajaran menulis
karangan eksposisi sehingga tulisan yang dibuat oleh siswa belum dinilai secara otentik.
Alasan ketiga karena selama ini di sekolah tersebut belum pernah dilakukan penelitian
tentang peningkatan kemampuan menulis eksposisi dengan menggunakan media teks berita.
3.1.2.2 Kelas Penelitian dan Subjek Penelitian
Kelas penelitian ini adalah kelas X karena (1) pembelajaran menulis karangan eksposisi
terdapat di kelas X dan (2) Kelas X merupakan kelas awal di tingkat SMA sehingga
diharapkan pembinaan pascapenelitian dapat terus dikembangkan pada kelas selanjutnya.
Penelitian ini dipusatkan pada siswa kelas X.2. Ditetapkannya kelas X.2 sebagai
subjek penelitian karena atas dasar pertimbangan (1) kemampuan menulis karangan eksposisi
di kelas X.2 masih dapat ditingkatkan dan (2) siswa kelas X.2 tergolong siswa yang aktif.
Jumlah siswa kelas X.2 yaitu 40 siswa. Akan tetapi yang menjadi sumber data (subjek)
adalah siswa yang mengikuti semua jadwal pembelajaran menulis karangan eksposisi dengan
menggunakan media teks berita. Untuk itu, jumlah siswa X.2 SMA TDZ yang menjadi subjek
penelitian pada penelitian ini yaitu 34 siswa.
3.1.2.3 Mitra Peneliti
Mitra peneliti dalam penelitian ini yaitu guru bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia yang
bernama Wiwik Ariyani, S.Pd dan teman sejawat yang bernama Dwi Yani Lestari. Ada lima
alasan peneliti memilih Wiwik Ariyani, S.Pd sebagai mitra peneliti karena (1) beliau
merupakan guru pengajar bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA TDZ, (2) beliau
bersikap terbuka untuk menerima pembaharuan dalam pembelajaran demi perbaikan
pembelajaran, dan (3) beliau bersedia berkolaborasi dengan peneliti untuk mengamati proses
dan hasil pembelajaran dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Alasan mengapa dipilih Dwi Yani Lestari karena (1) dia merupakan mahasiswa jurusan
Bahasa Indonesia Universitas Negeri Malang yang seangkatan dengan peneliti, (2) dia
berkompeten untuk dijadikan sebagai teman sejawat peneliti dalam penelitian ini karena juga
akan melakukan penelitian dalam bidang yang sama dengan peneliti sehingga dia juga
mempunyai wawasan yang cukup, dan (3) dia mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap
lingkungan serta kritis dalam menanggapi sesuatu.
3.1.2.4 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret 2008 hingga Mei 2008. Pratindakan
dilaksanakan pada 25 Maret 2008 dan 8 April 2008. Siklus I dilaksanakan pada minggu II
dan III. Siklus II dilaksanakan pada Mei minggu II dan III (Lampiran I)
3.2 Tahap-tahap Penelitian
Tahap-tahap penelitian ini dibagi menjadi lima tahap yaitu (1) studi pendahuluan, (2)
perencanaan tindakan, (3) pelaksanaan tindakan, (4) pengamatan, dan (5) refleksi.
3.2.1 Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan dilaksanakan dengan mengidentifikasi masalah yang sedang dihadapi
dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi di kelas X. Pada 26 November 2007, peneliti
melakukan studi pendahulan dengan mewawancarai guru bidang studi Bahasa Indonesia
SMA TDZ, yaitu Ibu Wiwik. Dari wawancara, diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran
menulis karangan eksposisi di kelas X SMA TDZ belum maksimal. Hasil dari studi
pendahuluan yaitu: (1) pembelajaran menulis karangan eksposisi masih dilaksanakan secara
tradisional, (2) guru tidak menggunakan media selama pembelajaran berlangsung, dan (3)
guru tidak memberikan rubrik penilaian dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi.
Dalam hal ini guru hanya mengajarkan pengertian karangan eksposisi tanpa memberikan
panduan bagaimana cara menulis karangan eksposisi yang baik. Dengan demikian, perlu
diadakan perbaikan dalam segi strategi pembelajaran.
Berpijak dari problematika tersebut, kemudian peneliti bersama guru bidang studi
Bahasa Indonesia merumuskan strategi baru dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi
pada siswa kelas X SMA TDZ yang diwujudkan dalam penelitian tindakan kelas dengan guru
sebagai kolaborator.
3.2.2 Perencanaan Tindakan
Pada tahap ini, peneliti bersama guru secara kolaboratif berdiskusi untuk merancang,
menetapkan, dan menyusun rancangan perbaikan terhadap pembelajaran menulis karangan
eksposisi dengan menggunakan media teks berita. Sesuai dengan bagan PTK bahwa dalam
setiap siklus tindakan terdiri dari empat tahap, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3)
pengamatan, dan (4) refleksi.
Kegiatan perencanaan tindakan dilakukan bersama guru bidang studi Bahasa Indonesia
yang dilakukan dengan memanfaatkan waktu luang ketika tidak ada jam mengajar dan di luar
jam sekolah dengan memanfaatkan media komunikasi lewat telepon dan sms. Sebelum
pelaksanaan tindakan, peneliti memberikan simulasi bayangan atau tanpa siswa di depan
guru. Setelah itu, peneliti memaparkan rancangan tindakan yang telah disusun, kemudian
meminta guru (kolabolator) untuk memberikan masukan dan perbaikan. Kemudian bersama-
sama memutuskan rancangan tindakan yang akan dilaksanakan.
Penelitian ini direncanakan dalam dua siklus. Jika pada siklus I pembelajaran menulis
karangan eksposisi dinilai sudah berhasil maka pada siklus II hanya berupa refleksi dan
pemantapan. Jika pembelajaran menulis karangan eksposisi pada siklus I belum sepenuhnya
berhasil maka tindakan pada siklus II akan diarahkan untuk memperbaiki kelemahan tindakan
pada siklus I.
Dalam perencanaan ini, peneliti juga menyiapkan rambu-rambu alat perekam data
berupa yang pedoman wawancara, pedoman observasi, dan rubrik penilaian. Alat perekam
data tersebut sebagai dokumen dalam melakukan pengamatan dan sumber analisis pada tahap
refleksi.
3.2.3 Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan mengacu pada perencanaan yang telah disusun sebelumnya.
Tindakan dilaksanakan dengan berpedoman pada rambu-rambu yang telah ditetapkan pada
tahap perencanaan yaitu setiap siklus terdiri dari tiga fase yang harus ditempuh oleh siswa
yaitu meliputi fase: (1) prapenulis, (2) menulis, dan (3) pascamenulis. Proses pelaksanaan
tindakan akan diuraikan sebagai berikut.
1) Fase Pramenulis
a) Siswa membaca teks berita
b) Siswa mendata topik yang bisa dikembangkan dari teks berita
c) Siswa membuat kerangka karangan eksposisi yang memiliki gagasan secara logis dan
sistematis (pembatasan topik).
2) Fase Menulis
a) Siswa mengembangkan kerangka karangan eksposisi dengan ketentuan minimal tiga
paragraf pada lembar kerja yang telah disediakan.
b) Siswa bertanya jawab dan berkonsultasi dengan siswa sebangku maupun guru untuk
mengemukakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam membuat karangan eksposisi.
c) Siswa merevisi dan menyunting kembali karangan eksposisi dengan teman sebangku
d) Siswa mengumpulkan draf akhir (hasil tulisan) karangan eksposisi.
3) Fase Pascamenulis
a) Siswa mempublikasikan karangan eksposisinya.
3.2.4 Pengamatan
Pengamatan (observasi) dilaksanakan pada saat pelaksanaan pembelajaran dengan
tujuan agar diperoleh informasi yang lebih mendalam tentang data aktivitas siswa dan data
hasil belajar siswa. Dalam hal ini, peneliti dan kolaborator berusaha mengenal, merekam, dan
mendokumentasikan semua hal indikator keberhasilan dari proses dan hasil pembelajaran
yang terjadi, baik yang disebabkan oleh tindakan terencana maupun dampak intervensi dalam
pembelajaran menulis karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita. Keutuhan
hasil pengamatan direkam dalam bentuk lembar observasi atau catatan lapangan. Hasil
pengamatan pada tahap pelaksanaan tindakan sangat menentukan ada tidaknya tindakan pada
siklus berikutnya.
3.2.5 Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan
(Arikunto, 2007:19). Untuk itu, refleksi yang dilakukan oleh guru dan peneliti untuk
intropeksi dan evaluasi secara total tentang tindakan yang telah dilakukan untuk menjawab
pertanyaan, apakah tindakan yang telah dilakukan sudah berhasil apa masih membutuhkan
perbaikan.
3.3 Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis instrumen, yaitu instrumen utama
dan instrumen penunjang. Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti, sedangkan
instrumen penunjangnya berupa hasil pengamatan dengan lembar observasi, wawancara, dan
dokumentasi hasil karangan siswa.
1) Lembar Observasi
Lembar observasi ini akan digunakan untuk mengetahui keaktifan siswa selama
pembelajaran berlangsung.
Tabel 3.2 Lembar Observasi Deskriptor
Keaktifan Siswa Keterangan Hari/ Tgl
Kegiatan Pendahuluan 1. Aktif mengungkapkan pengetahuannya mengenai
pengertian karangan eksposisi, karakteristik karangan eksposisi, dan jenis-jenis karangan eksposisi.
2. Aktif mengamati contoh karangan eksposisi.
Fase Pramenulis 3. Aktif membaca teks berita.
4. Aktif mendata topik berdasarkan teks berita
5. Aktif membuat kerangka karangan eksposisi yang memiliki gagasan secara logis dan sistematis (pembatasan topik).
Fase Menulis 6. Aktif mengembangkan kerangka karangan
eksposisi dengan ketentuan minimal tiga paragraf .
7. Aktif bertanya jawab dan berkonsultasi dengan siswa sebangku maupun guru untuk mengemukakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam membuat karangan eksposisi.
8. Aktif merevisi (mengoreksi) dan mengoreksi karangan eksposisi dengan teman sebangkunya baik isi maupun tata bahasa serta tata tulisan yang benar.
9. Aktif membuat draf akhir.
Fase Pascamenulis 10. Aktif mempublikasikan karangan eksposisinya.
Kegiatan Penutup 11. Aktif mengungkapkan pengalaman dan
kesulitannya dalam membuat karangan eksposisi.
12. Aktif menyimpulkan materi hasil pembelajaran.
13. Aktif mengemukakan pendapat tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan.
2) Pedoman Penilaian Hasil Belajar Siswa
Pedoman penilaian hasil belajar siswa yang berasal dari rubrik penilaian digunakan
untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa. Ada tiga aspek yang dinilai dalam karangan
eksposisi yaitu (1) kemampuan menyusun judul, (2) kemampuan mengembangkan paragraf,
dan (3) kemampuan dalam menggunakan ejaan dan tanda baca.
Tabel 3.4 Pedoman Penilaian Hasil Menulis Karangan Eksposisi Aspek Subaspek Indikator Deskriptor Skor
Judul Kesesuaian judul dengan isi dan tujuan penulisan
Perumusan judul tepat dan dan sesuai dengan tujuan penulisan dan adanya kespesifikan judul
Bagaimana kesesuaian judul dengan isi dan tujuan penulisan (ketepatan perumusan dan spesifik)?
a. Sangat sesuai (rumusan tepat dan spesifik)
b. Sesuai (rumusan tepat tetapi kurang spesifik)
c. Cukup sesuai dengan isi (rumusan kurang tepat, tetapi spesifik)
d. Tidak sesuai isi (rumusan tidak tepat, tidak spesifik)
4 3 2 1
Pengembangan Paragraf (isi)
Pemaparan Informasi
Pemaparan karangan sesuai fakta, jelas, memadai, dan netral
Bagaimanakah pemaparan informasi karangan yang telah dibuat?
a. Sesuai fakta, sangat jelas, sangat memadai, dan netral
b. Sesuai fakta jelas, netral, dan cukup memadai
4 3 2 1
c. Cukup jelas, cukup memadai, dan cukup netral
d. Kurang jelas, kurang memadai, kurang netral
Kesatupaduan (kekoherensian)
Segenap unsur pada karangan eksposisi harus mempunyai pertalian dengan gagasan pokok ysng bersangkutan.
Bagaimanakah pengembangan gagasan-gagasan pada setiap unsur (kalimat dan paragraf)?
a. Sangat koheren (semua unsur mempunyai pertalian dengan gagasan pokok)
b. Koheren (ada 1-5 kalimat yang kurang koheren dengan gagasan pokok)
c. Cukup Koheren (ada lebih dari 5 kalimat yang kurang koheren dengan gagasan pokok, tetapi masih terbaca)
d. Kurang koheren (ada lebih dari 5 kalimat yang kurang koheren dengan gagasan pokok sehingga tidak terbaca maksudnya)
4 3 2 1
Keterpautan (kekohesifan)
Adanya kesinambungan antarunsur/ide dalam karangan (Ketepatan penggunaan piranti kohesi)
Bagaimana kekohesifan antarparagraf dan antarkalimat dalam karangan?
a. Sangat kohesif (semua ide saling berkesinambungan)
b. Kohesif (ada sedikit kesalahan dalam penggunaan piranti kohesif)
c. Cukup kohesif (ada 2-5 lima piranti kohesi yang salah)
d. Kurang kohesif (banyak terjadi kesalahan dalam penggunaan piranti kohesif sehingga menimbulkan kesalahan pemahaman)
4 3 2 1
Ketegasan Kerincian dengan ada hal yang ditonjolkan dan ada penjelasan yang memadai
Bagaimanakah ketegasan setiap gagasan dalam setiap paragraf? (Ada yang ditonjolkan dengan penjelasan yang sangat rinci)
a. Sangat tegas (ada yang ditonjolkan dengan penjelasan yang sangat rinci)
b. Tegas (ada yang ditonjolkan dengan penjelasan yang banyak tetapi kurang rinci)
c. Cukup tegas (ada hal yang ditonjolkan dengan rincian yang sedikit dan kurang)
4 3 2 1
d. Kurang tegas (tidak ada yang ditonjolkan)
Ejaan dan tanda baca
Penggunaan EYD dan tanda baca
Kesesuaian dengan EYD dan ketepatan penggunaan tanda baca
Bagaimanakah penggunaan EYD dan tanda baca dalam karangan eksposisi yang telah dibuat?
a. Terbebas dari kesalahan ejaan dan tanda baca
4
b. Kadang-kadang terjadi kesalahan ejaan, dan tanda baca tetapi tidak mengganggu pemahaman makna
c. Banyak terjadi kesalahan ejaan dan tanda baca sehingga mengganggu pemahaman
d. Banyak dijumpai kesalahan ejaan dan tanda baca sehingga paragraf sulit dibaca dan dipahami
3 2 1
Jumlah Skor
Keterangan: Penyekoran = skor yang diperoleh 20
3.4 Data dan Sumber Data
Data penelitian ini terdiri dari data awal (pratindakan) atau data pretes, data
pelaksanaan tindakan, dan data hasil tindakan (postes). Data awal yaitu data yang digunakan
peneliti untuk mengidentifikasi dan merumuskan masalah sebagai dasar untuk menyusun
rencana tindakan. Data pelaksanaan tindakan merupakan data rekaman aktivitas guru dan
siswa dalam proses pembelajaran menulis karangan eksposisi dengan menggunakan media
teks berita pada siswa kelas X.2 SMA TDZ, baik pada tindakan siklus I maupun siklus II.
Data hasil pembelajaran menulis karangan eksposisi adalah hasil tulisan siswa dalam menulis
karangan eksposisi dengan penggunaan media teks berita setelah dilaksanakannya tindakan
siklus I dan siklus II.
X 100 %
4 = sangat baik = berhasil
3 = baik = berhasil
2 = cukup = tidak berhasil
1 = kurang = tidak berhasil
85% -100% = sangat baik = berhasil
70% - 84% = baik = berhasil
50% - 69% = cukup = tidak berhasil
0% - 49% = kurang = tidak berhasil
50
Sumber data dalam penelitian ini adalah guru bidang studi Bahasa Indonesia dan 34 siswa
kelas X.2 SMA TDZ. Pencatatan data dilakukan melalui (1) wawancara, (2) observasi, dan (3) studi
dokumentasi
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Seperti yang telah dijelaskan di atas, instrumen dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis
instrumen, yaitu instrumen utama dan instrumen penunjang. Instrumen utama dalam penelitian ini
yaitu peneliti, sedangkan instrumen penunjangnya berupa hasil pengamatan dengan lembar observasi,
wawancara, dan dokumentasi hasil karangan siswa. Kegiatan observasi, wawancara, dan dokumentasi
dilaksanakan pada saat pengumpulan data yaitu ketika pelaksanaan penelitian kelas, khususnya ketika
sebelum, saat, dan sesudah proses pembelajaran berlangsung.
Catatan lapangan menurut Bogdan dan Biklen adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar,
dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam
penelitian (Moleong, 2005:209). Catatan lapangan dalam penelitian ini berupa lembar observasi.
Untuk itu, catatan lapangan dalam penelitian ini digunakan selama penelitian berlangsung atau selama
observasi berlangsung. Hal itu karena peneliti, guru, dan teman sejawat.akan memberikan penilaian
terhadap keadaan selama proses pembelajaran menulis paragraf eksposisi berlangsung. Catatan
lapangan digunakan untuk memperoleh data yang tidak terekam dalam lembar observasi selama
pemberian tindakan. Sedangkan studi dokumentasi diperoleh dari hasil karangan siswa dan rubrik
penyekoran. Rubrik penyekoran merupakan instrumen yang digunakan untuk menilai hasil
kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran menulis karangan eksposisi dengan menggunakan
media teks berita pada setiap siklus penelitian.
3.6 Teknik Analisis Data
Tahapan sesudah pengumpulan data yaitu analisis data. Analisis data menurut Bogdan dan Biklen
(dalam Moleong, 2005:248) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistesiskannya,
mencari, dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan. Analisis menurut Arikunto (2007:132) merupakan usaha
untuk memilih, memilah, membuang, menggolongkan, serta menyusun ke dalam kategorisasi,
mengklasifikasi data untuk menjawab pertanyaan pokok: (1) tema apa yang dapat ditemakan dan (2)
seberapa jauh data dapat mendukung tema/arah/ tujuan penelitian. Analisis data menurut Bogdan dan
Biklen (dalam Santoso, 2004:3) adalah proses memeriksa dan menyusun transkrip wawancara, catatan
lapangan, dan bahan lain secara sistematis yang sudah dikumpulkan untuk meningkatkan
pemahamanan peneliti terhadap data-data tersebut yang memungkinkan peneliti dapat
mengkomunikasikan temuannya itu kepada orang lain. Analisis data dalam penelitian ini
menggunakan analisis data secara induktif.
Setelah ditemukan skor masing-masing subaspek yang diperoleh siswa berdasarkan tabel 3.4
kemudian dihitung persentasenya dengan rumus sebagai berikut.
N = %100xmaksimalSkordiperolehyangSkor
3.7 Kriteria Keberhasilan
Penilaian dan pengukuran tingkat keberhasilan dilaksanakan untuk mengetahui ada tidaknya
peningkatan hasil belajar siswa dalam menulis eksposisi setelah diberikan tindakan. Peningkatan hasil
belajar dapat dilihat dari perbandingan hasil pretes (karangan eksposisi sebelum tindakan), hasil siklus
I, dan siklus II dengan kriteria tertentu. Jika berdasarkan kriteria yang ditetapkan menunjukkan bahwa
hasil siklus II lebih baik dari dari hasil siklus I, dan hasil siklus I lebih baik dari hasil pretes pada
kegiatan studi pendahuluan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar meningkat.
Berdasarkan analisis data kemampuan menulis karangan eksposisi, kemudian ditentukan
tingkat keberhasilannya dengan berpedoman pada Tabel 3.5 berikut ini.
Tabel 3.5 Pedoman Tingkat Keberhasilan Pembelajaran Menulis Karangan Eksposisi dengan
Menggunakan Media Teks Berita untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis
Eksposisi
Pencapaian Kualifikasi Tingkat Keberhasilan
Simbol Huruf
85 - 100 A Sangat baik Berhasil
70 - 84 B Baik Berhasil
50 - 69 C Cukup Tidak berhasil
0 - 49 D Kurang Tidak berhasil
Dengan didasarkan pada kriteria di atas, maka peningkatan kemampuan menulis
karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita pada siswa kelas X.2 SMA TDZ
dikatakan berhasil apabila tingkat penguasaan siswa mencapai 70 – 84 dengan kategori baik
atau 85-100 dengan kategori sangat baik. Akan tetapi jika siswa memperoleh tingkat
penguasaan di bawah 70, maka siswa belum dikatakan berhasil.
3.8 Pengecekan Keabsahan Data
Data yang sudah diperoleh peneliti dalam penelitian ini harus diperiksa keabsahannya.
Tenik pengecekan ulang ini biasa disebut dengan triangulasi data. Pengecekan keabsahan
data ini bertujuan untuk memperoleh data yang sahih dan absah yang diperoleh dari hasil
wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.
Pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan dua cara yaitu
ketekunan pengamatan dan pemeriksaan mitra peneliti (kolaborator). Ketekunan pengamatan
maksudnya adalah pengecekan keabsahan data dengan cara menyesuaikan antara tahapan
yang harus ditempuh dengan tindakan yang dilakukan dalam proses pembelajaran.
Pengecekan keabsahan data dengan mitra peneliti maksudnya yaitu berdiskusi dengan mitra
peneliti karena ketika pelaksanakan penelitian, peneliti dibantu oleh mitra untuk memperoleh
data sebanyak mungkin saat proses pembelajaran berlangsung.
BAB IV
PAPARAN DATA
Pada Bab IV ini berisi tentang proses tindakan dan hasil pada (1) studi pendahuluan,
(2) tindakan siklus I, dan (2) tindakan siklus II
4.1 Studi Pendahuluan dan Pretes
4.1.1 Proses Pelaksanaan Studi Pendahuluan dan Pretes
Studi pendahuluan dilaksanakan dengan mengidentifikasi masalah yang sedang
dihadapi dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi di kelas X. Pada 26 November
2007, peneliti melakukan studi pendahulan dengan mewawancarai guru bidang studi Bahasa
Indonesia SMA TDZ, yaitu Ibu Wiwik. Berikut kutipan Wawancara dengan guru bidang
studi Bahasa Indonesia.
Peneliti : “Apakah Ibu selalu menyiapkan RPP sebelum pembelajaran?”
Guru : “Iya.”
Peneliti : “Apa saja kesulitan yang Ibu temui saat membuat RPP?”
Guru : “Perangkat pembelajaran seperti silabus dan RPP sudah dibuat pada awal pembelajaran. Kesulitan yang
timbul ketika membuat RPP yaitu biasanya terletak pada ketika saya menentukan metode
pembelajaran yang pas. Terkadang setelah RPP dibuat, materi atau media yang dibutuhkan itu tidak
ada. Apalagi ini pelajaran Bahasa Indonesia, biasanya saya ambil dari buku.”
Peneliti : “Lalu, untuk pembelajaran menulis, khususnya untuk pembelajaran menulis eksposisi dengan KD
yang berbunyi “Menulis Gagasan Secara Logis dan Sistematis Dalam Bentuk Paragraf Eksposisi”,
bagaimana Ibu mengajarkannya kepada siswa?”
Guru : “Untuk pembelajaran menulis eksposisi, saya menggabungnya dengan materi pembelajaran menulis
lainnya, seperti pembelajaran menulis paragraf deskriptif, narasi, argumentasi, dan persuasif.”
Peneliti : “Maksud dari ‘menggabungkan’ materi itu apa, Bu?”
Guru : “Maksudnya, jika di dalam kurikulum untuk materi paragraf argumentasi dan persuasi ada di semester II,
maka kelima materi mengenai jenis paragraf, termasuk paragraf eksposisi, saya gabung dan saya
ajarkan pada semester I ini. Hal ini supaya siswa bisa mengerti perbedaan dari kelima bentuk
paragraf.”
Peneliti : “Jadi untuk pembelajaran menulis paragraf eksposisi sudah diajarkan ya, Bu?”
Guru : “Oh iya sudah.”
Peneliti : “Bagaimana dengan RPP-nya, Bu? Apa jadi satu?”
Guru : “Untuk RPP-nya, sendiri-sendiri.”
Peneliti : “Boleh saya melihat RPP untuk KD menulis eksposisi, Bu?
Guru : “Sebentar, saya carikan dulu.”
Peneliti : “Selanjutnya, boleh saya mengetahui hasil atau karangan siswa untuk tulisan eksposisi?”
Guru : “Untuk tugas menulis eksposisi, saya tidak menugaskan kepada siswa. Saya hanya menugaskan kepada
siswa untuk menulis narasi dan deskriptif karena anak-anak banyak memilih untuk menulis deskripsi dan
narasi.”
Peneliti : “Lalu bagaimana dengan penilaian untuk menulis eksposisi, argumentasi, dan persuasi?”
Guru : “Untuk penilaian argumentasi dan persuasi mungkin saya berikan nanti ketika semester II.”
Peneliti : “Lalu, bagaimana dengan uji kompetensi atau penilaian untuk kemampuan menulis eksposisi? ”
Guru : “Mungkin saya akan memberikan tugas pada lain kesempatan. Takut anak-anak jenuh menulis. Ya ini
yang merupakan kesulitan buat saya dalam menyusun RPP dan ketika mengaplikasikannya di
lapangan.”
Setelah RPP untuk KD menulis eksposisi sudah ditemukan, maka peneliti membaca RPP tersebut.
Peneliti : “Jadi, untuk penugasan menulis eksposisi tidak diberikan ya, Bu?”
Guru : “Iya. Mungkin kapan-kapan jika ada materi lain yang pas.”
Peneliti : “Dalam sebuah rencana pembelajaran atau RPP, salah satu komponennya yaitu penilaian,
bagaimanakah penilaian yang Ibu buat jika seandainya suatu saat Ibu memberikan tugas menulis
paragraf atau wacana eksposisi kepada siswa?”
Guru : “Ya, gimana ya. Mungkin ada masukan?
Peneliti : “Kalau mungkin ada ijin dari Ibu dan pihak sekolah, saya akan melakukan penelitian di sini tentang
menulis paragraf atau wacana eksposisi. Bagaimana, Bu?”
Guru : “Selama sesuai prosedur, saya setuju.”
Dari wawancara tersebut diperoleh simpulan bahwa pembelajaran menulis karangan
eksposisi di kelas X SMA TDZ belum maksimal. Hasil dari studi pendahuluan yaitu: (1)
pembelajaran menulis karangan eksposisi masih dilaksanakan secara tradisional, hanya
materinya saja yang diajarkan, sedangkan uji kompetensi belum diberikan, (2) guru tidak
menggunakan media selama pembelajaran berlangsung, dan (3) guru tidak memberikan
rubrik penilaian karangan eksposisi. Dalam hal ini guru hanya mengajarkan pengertian
karangan eksposisi tanpa memberikan panduan bagaimana cara menulis karangan eksposisi
yang baik. Dengan demikian, perlu diadakan perbaikan dalam segi strategi pembelajaran.
Berpijak dari problematika tersebut, kemudian peneliti bersama guru bidang studi Bahasa
Indonesia merumuskan strategi baru dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi pada
siswa kelas X.2 SMA TDZ yang diwujudkan dalam penelitian tindakan kelas dengan guru
sebagai kolaborator.
56
Setelah melaksanakan studi pendahuluan, kemudian dilaksanakan pretes. Pretes
dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa SMA TDZ kelas X.2 dalam menulis
karangan eksposisi. Pretes dilaksanakan pada 25 Maret 2008. Pretes ini dipandu langsung
oleh guru Bahasa Indonesia. Jadi, proses belajar-mengajar diatur oleh Ibu Wiwik, sedangkan
peneliti hanya sebagai pengamat saja. Pelaksanaan pretes berlangsung selama 2 x 30 menit
karena di SMA TDZ sedang diadakan try out untuk anak kelas XII sehingga jam pelajaran
pun berkurang.
Dalam pretes ini, guru mengulang kembali materi menulis karangan eksposisi.
Sebagian besar siswa sudah bisa mendefiniskan pengertian karangan eksposisi. Selanjutnya,
guru juga bertanya mengenai macam-macam karangan eksposisi. Sebagian besar siswa
menjawab dengan baik. Jawaban dari siswa mengenai macam-macam karangan eksposisi
yaitu eksposisi (1) proses, (2) klasifikasi, (3) ilustrasi, dan (4) definisi. Selanjutnya guru
menugasi siswa untuk menulis sebuah karangan eksposisi dengan tema bebas. Waktu yang
digunakan siswa untuk membuat karangan eksposisi yaitu 45 menit karena 15 menit
sebelumnya telah digunakan untuk mengulang materi menulis karangan eksposisi.
4.1.2 Analisis Hasil Kemampuan Awal Siswa dalam Menulis Karangan Eksposisi
Analisis kemampuan awal siswa dilakukan dengan menilai karangan siswa yang
ditugaskan pada pretes berdasarkan rubrik penilaian menulis karangan eksposisi yang telah
dibuat. Ada enam hal yang dinilai dalam sebuah karangan eksposisi, yaitu (1) judul, (2)
pemaparan informasi, (3) kesatupaduan, (4) keterpautan, (5) ketegasan, serta (6) ejaan dan
tanda baca.
Setelah dilakukan penilaian terhadap karangan eksposisi tahap pretes ternyata
diperoleh hasil bahwa kemampuan siswa dalam menulis karangan eksposisi menunjukkan
hanya 14 siswa atau 41,18 % yang mampu (berhasil) menulis karangan eksposisi dengan nilai
A dan B. Sedangkan siswa yang belum berhasil mencapai kriteria ketuntasan belajar (KKM)
sebanyak 20 siswa atau 58,82%. Rata-rata skor kelas yaitu 66,06 % dengan nilai C (cukup).
Hal ini menunjukkan bahwa taraf kemampuan siswa dalam menulis karangan eksposisi masih
di bawah KKM. Tabel 4.1 merupakan kemampuan siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis
eksposisi pada kegiatan pretes.
Tabel 4.1 Hasil Penilaian Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Eksposisi pada Pretes
No Nama 1 2 3 4 5 6 7 Nilai (%)
Kuali-fikasi
Taraf Keberhasilan
1. S1 4 2 2 2 2 2 1
4 58,3 C Tidak Berhasil
2. S2 4 2 3 3 2 3 1
7 70,8 B Berhasil
3. S3 3 2 2 3 2 3 1
5 62,5 C Tidak Berhasil
S4
4.
5. S5 0 1 2 2 1 3 9 37,5 D Tidak Berhasil
6. S6 4 4 4 3 3 3 2
1 87,5 A Berhasil
7. S7 2 2 3 3 2 3 1
5 62,5 C Tidak Berhasil
8. S8 0 2 3 3 2 3 1
3 54,2 C Tidak Berhasil
9. S9
10.
S10 0 3 4 4 3 4 18
75 B Berhasil
11.
S11 2 2 3 3 2 4 16
66,7 C Tidak Berhasil
12.
S12 3 2 3 3 2 3 16
66,7 C Tidak Berhasil
13.
S13 0 3 4 4 3 4 15
62,5 C Tidak Berhasil
14.
S14 3 3 3 3 4 3 19
79,2 B Berhasil
15.
S15 0 2 2 3 2 3 12
50 C Tidak Berhasil
16.
S16 0 2 3 2 3 3 13
54,2 C Tidak Berhasil
17. S17
S18 3 2 2 3 2 3 1 62,5 C Tidak Berhasil
18.
5
19.
S19 0 3 3 3 4 3 16
66,7 C Tidak Berhasil
20.
S20 0 2 2 3 2 3 12
50 C Tidak Berhasil
21.
S21 4 3 3 3 4 4 21
87,5 A Berhasil
22. S22
23.
S23 4 3 4 3 3 3 20
83,3 B Berhasil
24.
S24 0 3 3 3 3 3 15
62,5 C Tidak Berhasil
25.
S25 4 2 3 4 3 3 19
79,2 B Berhasil
26.
S26 3 3 3 3 3 4 19 79,2
B Berhasil
27.
S27 0 2 3 3 2 3 13 54,2
C Tidak Berhasil
28.
S28 3 2 3 3 3 3 17 70,8
B Berhasil
29.
S29 3 3 3 3 3 4 19 79,2
B Berhasil
30S30 4 3 3 2 3 3 18 75 B Berhasil
.
31.
S30 0 2 3 3 2 4 14 58,3
C Tidak Berhasil
32. S32
33.
S33 0 2 4 3 3 4 16 66,7
C Tidak Berhasil
34. S34
35.
S35 2 2 3 3 2 3 15 62,5
C Tidak Berhasil
36.
S36 4 3 3 3 3 3 19 79,2
B Berhasil
37.
S37 1 1 2 3 2 3 9 37,5
D Tidak Berhasil
38.
S38 0 3 3 3 3 3 15 62,5
C Tidak Berhasil
39.
S39 0 4 3 3 4 3 17 70,8
B Berhasil
40.
S40 3 3 2 3 3 3 17 70,8
B Berhasil
Jum-lah 77 73 99 10
1
90 109 2246
Rata-rata 66,06
Dari tabel 4.1 di atas dapat diketahui tingkat keberhasilan siswa dalam menulis karangan
eksposisi pada pretes. Tingkat keberhasilan siswa dalam menulis karangan eksposisi pada pretes
dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.2 Tingkat Keberhasilan Siswa dalam Menulis Karangan Eksposisi pada Pretes
N
o
Tingkat Keberhasilan Jumlah
Siswa
Persentase
1 A (sangat baik) 2 5,88%
2 B (baik) 12 35,29%
3 C (cukup) 18 52,94%
4 D (kurang) 2 5,88%
Dari tabel 4.1 di atas juga dapat diketahui kemampuan siswa untuk setiap aspek penilaian pada
pretes. Beikut tabel kemampuan siswa untuk setiap aspek penilaian pada pretes.
Tabel 4.3 Hasil Penilaian Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Eksposisi Berdasarkan Aspek
Penilaian pada Pretes
No Aspek Penilaian Jumlah Siswa
A (Sangat
Baik)
B
(Baik)
C
(Cukup)
D
(Kurang)
1
.
Perumusan judul 8 8 3 15
2
Pemaparan 2 13 17 2
.
3
.
Kesatupaduan 5 21 8 -
4
.
Keterpautan 3 27 4 -
5
.
Ketegasan 4 15 14 1
6
.
Ejaan dan tanda
baca
8 25 1 -
Selanjutnya, dari tabel 4.3 dapat diketahui tingkat keberhasilan setiap aspek penilaian pada pretes
yang terdiri dari jumlah dan persentase siswa yang berhasil dan yang tidak berhasil untuk setiap
aspek penilaian.
Tabel 4.4 Tingkat Keberhasilan Setiap Aspek Penilaian pada Pretes untuk Pembelajaran Menulis Karangan
Eksposisi
No Aspek Penilaian Berhasil Tidak
Berhasil
Jumlah
Siswa
(%) Jumlah
Siswa
(%)
1.
Perumusan judul 16 47,06 18 52,94
2.
Pemaparan
informasi
15 44,12 19 55,88
3.
Kesatupaduan 26 76,47 8 23,53
4.
Keterpautan 30 88,24 4 11,76
5.
Ketegasan 19 55,88 15 44,12
6.
Ejaan dan tanda
baca
33 97,06 1 2,94
Dari tabel 4.3 dan tabel 4.4, dapat diketahui kemampuan siswa dalam menulis karangan
eksposisi pada pretes untuk setiap aspek penilaian. Dari tabel 4.4 di atas, ada dua hal yang belum
dikuasai oleh sebagian besar siswa yaitu perumusan judul dan pemaparan informasi pada
karangan eksposisi. Ada 18 siswa (52,94%) masih belum berhasil dalam merumuskan judul dan
19 siswa (55,88%) belum berhasil dalam memaparkan informasi. Untuk lebih jelasnya, berikut
paparan data mengenai hasil penilaian pembelajaran menulis karangan eksposisi pada tahap
pretes.
(1) Aspek Perumusan Judul
Pada aspek perumusan judul, ada 8 siswa yang memperoleh kualifikasi A, 8 siswa yang
memperoleh kualifikasi B, 3 siswa memperoleh kualifikasi C, dan 15 siswa memperoleh
kulifikasi D. Dengan demikian ada 16 siswa (47,06%) yang mampu merumuskan judul dengan
tepat dan sesuai dengan isi serta tujuan penulisan. Ada 18 siswa (52,94%) yang belum mampu
merumuskan judul karangan eksposisi. Bahkan ada 14 siswa yang tidak merumuskan judul pada
karangan eksposisinya. Berikut merupakan contoh kutipan judul dari setiap kualifikasi A, B, C,
dan D.
Kutipan 1 (judul kualifikasi A)
Jurus Jitu Menghilangkan Ketombe (judul S30)
Cara Mengajar Guru SMATAR (judul S36)
Kutipan 2 (judul kualifikasi B)
Toga (judul S3)
Kecap (judul S18)
Kutipan 3 (judul kualifikasi C)
Persipro vs Arema (judul S12)
Internet?? Wah.. Gue Banget!! (judul S35)
Kutipan 4 (judul kualifikasi D)
Mancing di Rawa (judul S37)
Judul yang dirumuskan oleh S37 tidak sesuai dengan tujuan penulisan karangan eksposisi. Judul
yang dirumuskan oleh S37 tersebut merupakan judul untuk sebuah karangan narasi. Judul sebuah
karangan eksposisi seharusnya provokaktif (dapat menimbulkan keingintahuan) dan
menggunakan judul yang sedekat mungkin mengungkapkan maksud penulisan dan isi. Hal ini
sejalan dengan pendapat dari Keraf (1997:128) bahwa judul sebuah tulisan ekspositori biasanya
menggunakan judul yang sedekat mungkin mengungkapkan maksud pengarang.
(2) Aspek Pengembangan Paragraf
(a) Subaspek Pemaparan Informasi
Pada subaspek pemaparan informasi ini, kemampuan siswa dikatakan masih kurang
karena ada 19 siswa (55,88%) belum mampu memaparkan informasi sesuai fakta secara jelas,
memadai, dan netral. Sedangkan siswa yang
mampu menuangkan informasi dalam karangan eksposisinya sejumlah 15 siswa (44,12%).
Kutipan 5
Pada saat itu awan sangat mendung, kemungkinan akan terjadi hujan. Tapi semua itu tidak
mengurungkan minat Andi untuk memancing di Rawa. Andi langsung mengambil dan menyiapkan
peralatannya untuk memancing. Dia tidak sendirian, tetapi mengajak kedua temannya. Mulai dari
memasang tali, menyiapkan cacing sebagai umpan, dan juga pelampung kecil juga telah siap untuk
dipakai. Akhirnya, mereka pun pergi melewati pematang sawah menuju ke Rawa kecil.
....... (tulisan S37)
Kutipan 5 di atas merupakan contoh pemaparan informasi yang kurang tepat. Kutipan 5
merupakan paragraf narasi. Fakta dari kutipan 5 belum dapat dipercaya. Bisa jadi informasi yang
diberikan merupakan informasi rekaan. Pada kutipan 6 di bawah ini merupakan contoh
pemaparan informasi yang tepat. Hal ini sesuai pendapat Fulton (dalam Gie, 2002:62) mengenai
syarat pemaparan yang baik bahwa salah satu persyaratan bagi pemaparan yang baik yaitu
adanya pengetahuan yang jelas dan memadai mengenai pokok-soal yanng bersangkutan.
Kutipan 6
Ketombe memang sangat menjengkelkan. Jika kulit kepala Anda dihinggapi ketombe, cobalah
membasminya dengan buah menggkudu (pace). Caranya mudah. Sediakan dua/tiga buah
mengkudu, lalu tambahkan air setengah gelas dan peras. Setelah lumat, saring untuk mendapatkan
airnya. Pakailah air perasan buah ini untuk keramas. Biarkan selama lima menit. Setelah itu, cucilah
rambut Anda seperti biasa dengan sampo untuk menghilangkan baunya yang kurang sedap. (tulisan
S6)
Kutipan 6 tersebut merupakan contoh pemaparan informasi yang baik karena sesuai fakta,
jelas, memadai, dan juga netral. Ada fakta bahwa buah mengkudu berkhasiat untuk
menghilangkan ketombe. Penjelasan mengenai cara pamanfaatan buah mengkudu sebagai
penghilang ketombe juga memadai dan jelas. Penulis juga bersifat netral karena penulis
hanya menganjurkan, bukan memaksa pembaca untuk mencoba apa yang telah dijelaskan
oleh penulis.
(b) Subaspek Kesatupaduan
Dari hasil pretes, sebagian besar siswa yaitu 26 siswa (76,47%) sudah mampu
menulis karangan eksposisi dengan kekoherensian. Ada 5 siswa dengan kualifikasi A dan 21
siswa dengan kualifikasi B. Sedangkan siswa yang belum mampu menulis karangan
eksposisi dengan koherensi yang bagus ada 8 siswa (23,53%) yang semuanya mendapat
kualifikasi C. Karangan yang dibuat S6 merupakan contoh karangan eksposisi yang
mempunyai koherensi bagus. Kalimat-kalimatnya mengarah ke satu gagasan utama yaitu
cara mengatasi ketombe dengan menggunakan mengkudu. Sedangkan contoh karangan
eksposisi yang tidak mempunyai koherensi yang baik yaitu karangan yang dibuat oleh S1,
S3, S5, S15, S18, S20, S37, dan S40.
Kutipan 7
Sekolah taruna adalah sekolah yg dipandang sebagai sekolah yg paling disiplin dari sekolah”
yang lain. Ini dipandang oleh sekolah lain karena di Taruna terdapat aturan” yg disertai dgn sangsi.
Padahal tidak, sekolah Taruna tidak sesuai dengan julukannya yg dikenal sebagai sekolah yg
disiplin. Ini dapat dilihat dari cara berbaris, cara penampilan, pergaulan. (tulisan S5)
(c) Subaspek Keterpautan
Untuk subaspek keterpautan, ada 30 siswa (88,24%) sudah mampu menulis karangan
eksposisi dengan piranti kohesi yang tepat. Ada 4 siswa (11,76%) yang belum mampu
menulis karangan eksposisi dengan piranti kohesi yang tepat. Contoh karangan eksposisi
yang mempunyai keterpautan yang kurang yaitu karangan S1, S5, S16, dan S30. Kesalahan
penggunaan piranti kohesi ini karena salah atau tidak memberi piranti kohesi sehingga dapat
membingungkan pembaca. Berikut kutipan dari contoh karangan yang mempunyai
keterpautan yang kurang.
Kutipan 8
Untuk menjadi orang yang kreatif sangat sulit untuk kita lakukan, kita harus memiliki potensi
yang besar, kita harus ulet dalam menghasilkkan suatu karya yangn kita inginkan.Banyak sekali
manfaat menjadi orang yang kreatif, hasil karya yang kita buat dapat dijual dengan harga yang
mahal apabila karya tersebut menarik, selain itu kita dapat menggunakan barang-barang bekas
untuk kita ubah menjadi barang baru, namun tidak mudah untuk membuatnya, karena kita harus
benar-benar bisa membuat barang bekas tadi menjadi barang yang bermanfaat bagi masyarakat,
misalnya kita dapat memproduksi hiasan dinding, lemari ataupun mainan anak-anak. Oleh karena
itu menjadi orang yang kreatif sangat dibutuhkan, karena kita dapat membuka lapangan pekerjaan
untuk membantu pengangguran. (Tulilsan S1)
Kutipan 8 di atas mempunyai keterpautan yang kurang. Hal ini ditandai dengan
adanya kesalahan dalam penggunaan piranti kohesi. Pada kutipan 8 tampak bahwa S1
menulis apa yang ingin ditulis tanpa memperhatikan penggunaan piranti kohesinya.
(d) Subaspek Ketegasan
Subaspek ketegasan dalam sebuah karangan eksposisi ini berkaitan dengan kerincian
suatu pokok masalah dijelaskan. Ketegasan bisa ditunjukkan dengan memberikan penjelasan
yang mendalam, pengulangan, maupun simpulan. Pada pretes, ada 19 siswa (55,88%) yang
sudah menunjukkan ketegasannya dalam karangan eksposisinya. Ada 4 siswa dengan
kualifikasi A dan 15 siswa dengan kualifikasi B. Kemudian ada 15 siswa (44,12%) yang
belum mampu memberikan penegasan pada karangan eksposisinya yang terdiri dari 14 siswa
dengan kualifikasi C dan 1 siswa dengan kualifikasi D. Siswa yang memperoleh kualifikasi C
yaitu S5.
Kutipan 9
Sekolah taruna adalah sekolah yg dipandang sebagai sekolah yg paling disiplin dari sekolah”
yang lain. Ini dipandang oleh sekolah lain karena di Taruna
64
terdapat aturan” yg disertai dgn sangsi. Padahal tidak, sekolah Taruna tidak sesuai dengan
julukannya yg dikenal sebagai sekolah yg disiplin. Ini dapat dilihat dari cara berbaris, cara
penampilan, pergaulan. (Tulisan S5)
Dari kutipan 9 di atas juga dapat dilihat adanya kesalahan dalam penggunaan ejaan
dan tanda baca. Kesalahan dalam hal ejaan misalnya adanya penyingkatan kata dan
kesalahan dalam penggunaan huruf kapital pada kata ”taruna”. Sedangkan kesalahan dalam
penggunaan tanda baca yaitu penggunaan tanda kutip dua (”).
(3) Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca
Kemampuan siswa dalam menggunakan ejaan dan tanda baca sudah bisa dikatakan baik.
Hal ini ditandai dengan adanya 33 siswa (97,06%) mampu menggunaan ejaan dan tanda baca
dengan tepat maupun ada sedikit kesalahan tetapi tidak mengganggu pemahaman. Dari 33 siswa
tersebut, 8 siswa terbebas dari kesalahan dengan kualifikasi A dan 25 siswa mendapat kualifikasi
B. Sedangkan siswa yang belum bisa dikatakan mampu dalam menggunakan ejaan dan tanda
baca dengan tepat ada 1 siswa yaitu S1. Kesalahan dalam penggunaan ejaan dan tanda baca
biasanya ketika menulis titik (.) maupun koma (,) atau penulisan singkatan-singkatan. Kutipan 10
merupakan karangan S1.
Kutipan 10
Untuk menjadi orang yanng kratif sangat sulit untuk kita lakukan, kita harus memiliki potensi
yang besar, kita harus ulet dalam menghasilkkan suatu karya yangn kita inginkan.Banyak sekali
manfaat menjadi orang yang kreatif, hasil karya yang kita buat dapat dijual dengan harga yang
mahal apabila karya tersebut menarik, selain itu kita dapat menggunakan barang-barang bekas
untuk kita ubah menjadi barang baru, namun tidak mudah untuk membuatnya, karena kita harus
benar-benar bisa membuat barang bekas tadi menjadi barang yang bermanfaat bagi masyarakat,
misalnya kita dapat memproduksi hiasan dinding, lemari ataupun mainan anak-anak. Oleh karena
itu menjadi orang yang kreatif sangat dibutuhkan, karena kita dapat membuka lapangan pekerjaan
untuk membantu pengangguran. (Tulilsan S1)
4.2 Siklus I
4.2.1 Proses Tindakan Siklus I
4.2.1.1 Rencana Tindakan Siklus I
Kegiatan penelitian siklus I dimulai dengan merencanakan tindakan yang dilakukan oleh peneliti
dibantu oleh guru bidang studi Bahasa Indonesia. Peneliti merencanakan materi yang akan diajarkan pada
pembelajaran menulis karangan eksposisi secara logis dan sistematis dengan menggunakan media teks
berita. Media teks berita yang dimaksud pada siklus I adalah teks berita dari sebuah koran. Pemilihan
media teks berita ini bertujuan supaya siswa lebih bisa mengembangkan lagi ide-ide dari sebuah topik
berdasarkan ide utama maupun ide penjelas dari berita yang diangkat, bahkan mampu membuat topik
baru yang masih berkaitan dengan teks berita yang dibaca.
Dari hasil studi pendahuluan, guru belum melakukan uji kompetensi menulis karangan eksposisi
pada siswa. Kemudian dilakukan pretes. Hasil pretes siswa yang dilakukan pada 25 Maret 2008
menunjukkan bahwa siswa masih belum memahami unsur-unsur dalam sebuah karangan eksposisi dan
siswa cenderung bingung mau menulis apa. Hal ini terbukti dari kemampuan siswa dalam membuat judul
dan memaparkan informasi yang tergolong kurang. Bahkan ada tulisan yang berupa narasi. Untuk
pengembangan paragraf (isi), juga masih kurang. Hal ini terbukti dari hasil tulisan siswa yang hanya satu
paragraf. Padahal sebuah karangan eksposisi menuntut adanya kejelasan sehingga paling tidak terdapat
tiga paragraf yaitu paragraf pembuka, paragraf penjelas, dan paragraf penutup. Maka dari itu, dipilihlah
media teks berita sebagai rangsangan munculnya ide-ide yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran
menulis karangan eksposisi secara logis dan sistematis di SMA TDZ.
Selain didasarkan pada hasil studi pendahuluan dan hasil pretes siswa dalam menulis karangan
eksposisi, hal ini juga sesuai dengan pendapat Cleary dan Linn. Menurut Cleary dan Linn (dalam Rahor,
2006:34) bahwa membaca dan menulis sangat penting bagi pembelajaran yang terjadi di semua disiplin
akademik. Cleary dan Linn (dalam Rahor, 2006:34) juga mengatakan bahwa temuan yang paling
mengejutkan dari penelitian mutakhir tentang tulisan adalah adanya korelasi antara membaca luas dan
baik dengan menulis yang baik.
Untuk itu, teks berita yang dipilih adalah teks berita yang berjudul ”Sehari Keringkan 6 Ribu
Tokek”. Guru dan peneliti memilih bacaan ini karena (1) tokek merupakan salah satu primadona di Leces
(di daerah sekitar SMA TDZ ada pengusaha tokek), dan (2) guru juga akan memberikan tugas kepada
siswa untuk melakukan wawancara dengan pengusaha tokek sehingga diharapkan pembelajaran menulis
karangan eksposisi dengan media teks berita ini akan berlangsung dengan baik terkait dengan
pemerolehan bahan. Siklus I ini memerlukan waktu 5 x 45 menit (tiga kali pertemuan) untuk
pembelajaran menulis karangan eksposisi dengan menggunakan media berita. Kelas dibagi dalam 10
kelompok di mana setiap kelompok terdiri dari 4 anak.
4.2.1.2 Tindakan dan Observasi Siklus I
Pelaksanaan tindakan mengacu pada perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Tindakan
dilaksanakan dengan berpedoman pada rambu-rambu yang telah ditetapkan pada tahap perencanaan yaitu
setiap siklus terdiri dari tiga fase yang harus ditempuh oleh siswa yaitu meliputi fase: (1) pramenulis, (2)
menulis, dan (3) pascamenulis. Proses pelaksanaan tindakan akan diuraikan sebagai berikut.
a. Pertemuan I (Fase Pramenulis)
Pertemuan I pada siklus I berlangsung pada 12 April 2008 dengan alokasi waktu 2 x 45 menit.
Pada pertemuan I ini siswa diajak untuk mengingat kembali materi menulis karangan eksposisi yang
pernah dipelajari pada semester gasal. Selanjutnya siswa ditugaskan untuk menemukan ide pokok dan ide
penjelas dari teks berita “Sehari Keringkan 6 Ribu Tokek”, serta mendata topik yang bisa dikembangkan
dari teks berita tersebut.
Sebelum guru memulai pembelajaran, guru mempresensi siswa. Semua siswa hadir. Selanjutnya,
guru memulai pelajaran dengan memberikan materi menulis karangan eksposisi secara logis dan
sistematis dengan menggunakan media teks berita. Berikut penjelasan mengenai jalannya pembelajaran
pada pertemuan I siklus I tahap Pendahuluan.
(G = Guru, GP = Guru Peneliti, S = Siswa)
GP : ”Apakah yang dimaksud dengan tulisan eksposisi?
S : ”Tulisan yang memaparkan sesuatu” (serentak)
GP : ”Baik. Selanjutnya apa yang dimaksud dengan paparan itu sendiri?”
S : ”Menjelaskan, menerangkan, memberitahu.”
GP : ”Iya. Tulisan eksposisi itu adalah tulisan untuk menjelaskan sesuatu yang bertujuan untuk memberitahu atau
memberi informasi.
”Lalu, apa saja bentuk-bentuk tulisan eksposisi yang pernah diterangkan?”
S : ”Proses, analisis, definisi, ilustrasi, dan lain-lain”. (Bersama)
GP : ”Sebenarnya masih ada beberapa bentuk lagi tulisan eksposisi. Namun sebelum ibu jelaskan lebih lanjut
mengenai bentuk-bentuknya, apa ada yang ditanyakan?”
S31 : ”Ibu, saya masih bingung dengan perbedaan antara eksposisi dan deskripsi karena keduanya juga sama-sama
menjelaskan atau ada unsur mengilustrasikan sesuatu.”
GP : ”Sebelum Ibu menjawab pertanyaan dari kalian, apa ada yang ingin membantu menjawab?”
S37 : ”Saya, Bu. Salah tidak apa-apa ya Bu.
GP : ”Tidak ada noda ya tidak belajar. Silahkan!”
S37 : ”Eksposisi itu memaparkan suatu fakta misalnya proses pembuatan sesuatu, sedangkan deskripsi adalah
bentuk tulisan atau karangan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu objek berdasarkan
penglihatan, lebih tepatnya indra (nyata gitu lho, Bu)”
GP : ”Tidak salah. Apa ada yang ingin berpendapat lagi?” (Tidak ada yang berpendapat lagi.)
S : ”Sama, Bu.
GP : ”Tolong perhatikan transparansi berikut ini!” (Kemudian guru menjelaskan pengertian eksposisi)
Tulisan eksposisi adalah salah satu jenis tulisan yang bertujuan untuk mengupas, mengurai, atau menerangkan
sebuah data faktual misalnya tentang bagaimana sesuatu bekerja, tentang bagaimana suatu operasi diperkenalkan,
tentang suatu analisis, atau tentang fakta seseorang berpegang teguh pada suatu pendirian yang khusus asalkan
tujuan utamanya adalah hanya untuk memberikan informasi. (Transparansi)
Tulisan deskripsi yaitu salah satu jenis tulisan yang bertujuan untuk menggambarkan sebuah objek dengan
sedemikian rupa misalnya tentang aspek seseorang, suatu tempat, suatu pemandangan, atau yang serupa
dengan itu berdasarkan pengalaman pancaindra sehingga dapat menggugah atau menbangkitkan kesan hidup
dalam imaji pembaca seolah-olah pembaca dapat merasakan sendiri objek tersebut dengan pancaindranya.
(Ditulis di papan tulis)
”Jadi, jika tulisan eksposisi itu hanya bertujuan hanya untuk memberikan informasi mengenai data faktual,
sedangkan tulisan deskripsi yaitu tulisan yang bertujuan untuk membangkitkan imaji pembaca sehingga
pembaca seolah-olah dapat merasakan sendiri objek yang di gambarkan dengan pancaindranya. Apa sudah
paham?”
S : ”Paham, Bu.”
GP : ”Baik selanjutnya, perhatikan transparansi berikut mengenai bentuk-bentuk tulisan eksposisi!” (Guru
menjelaskan mengenai bentuk-bentuk tulisan eksposisi menurut Ahmadi dkk, 1981:18-36)
Setelah guru menjelaskan pengertian karangan eksposisi dan bentuk-bentuk karangan
eksposisi, selanjutnya guru menjelaskan langkah-langkah menulis karangan eksposisi secara
logis dan sistematis dengan menggunakan media teks berita. Seperti yang telah dijelaskan di atas
bahwa dalam siklus I ini menggunakan teks berita ”Sehari Keringkan 6 Ribu Tokek”. Guru
peneliti menjelaskan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilalui oleh siswa sesuai dengan
bagan di bawah ini.
Langkah-langkah Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan Media Teks Berita
Fase Pramenulis
1. Membaca teks berita
2. Mendata topik berdasarkan teks berita
3. Membuat kerangka karangan eksposisi
4. Mencari bahan tulisan
Fase Menulis
5. Mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan eksposisi dengan memperhatikan asas menulis yang efektif
6. Merevisi dan menyunting karangan eksposisi
7. Membuat draf akhir
Fase Pascamenulis
8. Mempublikasikan karangan eksposisi yang telah dibuat
Setelah kegiatan pendahuluan, kegiatan selanjutnya yaitu kegiatan inti. Kegiatan inti ini merupakan fase pramenulis.
Pada fase pramenulis ini, siswa membaca teks berita “Sehari Keringkan 6 Ribu Tokek”, kemudian siswa bersama guru peneliti
mendata topik-topik yang terdapat pada bacaan yang dapat dikembangkan lagi menjadi karangan eksposisi, serta membuat topik
lain yang masih berhubungan dengan teks berita. Berikut topik yang telah ditemukan siswa berdasarkan teks berita.
1) Makna bunyi tokek
2) Manfaat tokek (budidaya tokek)
3) Pendistribusian tokek yang telah dikeringkan
4) Cara memburu tokek
Berikut merupakan topik lain yang masih berhubungan dengan teks berita yang dapat
dikembangkan menjadi tulisan eksposisi.
1) Kehidupan tokek
2) Ciri-ciri tokek
3) Jenis-jenis tokek
4) Laba atau omzet dari budidaya tokek.
Kegiatan selanjutnya setelah siswa mendata topik yang berkaitan dengan teks berita, maka
siswa menyusun kerangka karangan eksposisi dengan topik “Tokek”. Dalam menyusun kerangka
karangan, siswa dibantu oleh guru dan peneliti. Guru dan peneliti berkeliling ke setiap kelompok
untuk memberikan masukan.
Setelah semua siswa selesai merumuskan kerangka karangan, guru mulai menutup
kegiatan pembelajaran dengan melakukan refleksi kegiatan dan penugasan untuk pertemuan
selanjutnya. Kegiatan penutup ini dipandu langsung oleh guru bidang studi bahasa Bahasa
Indonesia. Hal ini bertujuan supaya siswa melaksanakan tugas dengan baik. Berikut dialog dalam
kelas antara guru dan siswa ketika kegiatan penutup.
70
G : “Anak-anak, bagaimana penjelasan yang diberikan oleh Bu Devi?”
S : “Lumayan jelas, Bu!”
G : “Untuk di rumah, tolong kalian cari bahan supaya kalian bisa mengembangkan kerangka karangan kalian.”
S : “Di mana, Bu?”
G : “Kalian masih ingat tugas untuk melakukan wawancara?”
S : “Lupa, Bu! (kelas menjadi gaduh karena siswa pura-pura lupa)
G : “Lupa apa lupa? Begini, bahan atau informasi mengenai tokek bisa kalian peroleh dari wawancara. Jadi sekalian
Ibu menugaskan kalian untuk mewawancarai salah satu pengusaha tokek di Leces, bisa Pak Didik. Jika
informasi dari pengusaha tokek tersebut tidak lengkap, kallian harus mencarinya di buku atau di internet.
Sudah paham?”
S10 : “lalu untuk tugasnya bagaimana, Bu?”
G : “Untuk tugasnya ya ada dua. Satu menulis laporan wawancara, satu lagi menulis karangan eksposisi. Untuk
tugas dari Bu Devi, kalian hanya mencari informasi yang sebanyak-banyaknya mngnenai topik yng akan
kalian kembangkan dari kerangka karangan. Begitu ya, Bu?”
GP : “Iya benar. Untuk menulisnya, akan dilakukan pada pertemuan yang akan datang.”
G : “Sudah paham?”
S : “Iya!” (kelas menjadi gaduh)
Untuk pertemuan selanjutnya, siswa disuruh mencari dan membawa bahan yang
berhubungan dengan kerangka karangan yang dibuat. Pemerolehan bahan bisa dilakukan secara
berkelompok maupun individu dan bisa diperoleh dari wawancara, buku, maupun internet.
b. Pertemuan II (Fase Menulis)
Pertemuan kedua dilaksanakan pada 15 April 2008 dengan alokasi waktu selama 2 x 45
menit. Seperti biasa, sebelum memulai pembelajaran guru selalui mempresensi kehadiran siswa.
Ada dua siswa yang tidak mengikuti pembelajaran. Kedua siswa tersebut yaitu S4 dan S22.
Kemudian siswa menyimak penjelasan guru peneliti mengenai pembelajaran selanjutnya. Pada
pertemuan II ini merupakan tahap menulis karangan eksposisi yaitu siswa mengembangkan
kerangaka karangan. Namun, sebelum siswa mengembangkan kerangka karangannya menjadi
karangan eksposisi, guru peneliti menjelaskan asas menulis yang baik dengan memberi contoh
sebuah karangan eksposisi yang telah disiapkan oleh peneliti. Karangan eksposisi yang
digunakan sebagai model tersebut berjudul “Variasi Makanan Havermut”
GP : “Coba perhatikan tulisan di transparansi berikut ini! Ada bentuk eksposisi apa saja?”
S : “Maksudnya?”
GP : “Paragraf ke-1 dan ke-2 merupakan bentuk eksposisi...?”
S : “Oh, eksposisi definisi.”
GP : “Sedangkan untuk penjelasan mengnenai variasi kue dari havermut termasuk?”
S : “Eksposisi proses.”
GP : “Tepat sekali!”
Selanjutnya, siswa menyimak penjelasan guru peneliti mengenai asas menulis efektif.
Guru peneliti menjelaskan tiga asas utama menulis efektif dan tiga asas menulis lainnya sesuai
pendapat Gie. Selain menjelaskan asas menulis efektif, guru peneliti juga menjelaskan ciri
karangan yang baik dan bagaimana mengembangkan kerangka karangan agar menjadi karangan
eksposisi yang baik. Sebuah karangan eksposisi yang baik akan menjelaskan topik (bisa
berdasarkan judul) secara jelas minimal dengan tiga paragraf sebagai paragraf pembuka, paragraf
isi, dan paragraf penutup. Syarat paragraf yang baik yaitu terdiri dari satu gagasan utama yang di
dalamnya terdapat kalimat utama dan paragraf penjelas.
Setelah menjelaskan asas menulis efektif, maka siswa ditugasi untuk mengembangkan
kerangka tulisan yang sudah dibuat. Guru dan peneliti memantau pekerjaan siswa dalam
mengembangkan kerangka karangan eksposisi. Berikut perintah untuk pertemuan II.
a. Setelah merumuskan kerangka karangan, kembangkanlah kerangka karanganmu menjadi
karangan eksposisi yang logis dan sistematis dengan memperhatikan keenam asas menulis
yang efektif (kejelasan, keringkasan, ketepatan, kohesi dan koherensi, serta penegasan!
b. Rumuskanlah judul yang sesuai dengan isi tulisanmu!
c. Kembangkanlah judul karangan eksposisi berdasarkan kerangka karangan yang telah kamu
buat ke dalam minimal tiga paragraf (setiap paragraf mengandung satu gagasan utama dan
minimal ada tiga kalimat penjelas).
d. Buatlah paragraf: pendahuluan, isi dan penutup dalam tulisanmu.
e. Bekerjasamalah dengan teman sebangkumu untuk merevisi dan menyunting kembali
karangan eksposisi dengan teman sebangku!
f. Perhatikan juga EYD dalam karanganmu!
g. Pajanglah hasil tulisanmu di mading kelas dan berikan komentarmu pada tulisan
temanmu! (Pertemuan III)
Pada pertemuan kedua ini, alokasi waktu selama 2 x 45 menit dapat dimanfaatkan dengan baik oleh
guru dan siswa. Siswa mulai menulis karangan eksposisi setelah menit ke-30. Sebagian besar siswa sudah
ada yang langsung menulis karangan eksposisi berdasarkan kerangka karangan yang telah dibuat, tetapi
masih ada yang kebingungan dalam mengembangkan kerangka karangannya. Untuk itu, peneliti
membantu siswa untuk merumuskan kerangka karangan. Siswa yang masih bingung untuk merumuskan
kerangka karangan antara lain yaitu S5, S18, S25, dan S35. Setelah semua siswa menyelesaikan
karangannya, kemudian kerangka karangan beserta karangan eksposisinya dikumpulkan.
c. Pertemuan III (Fase Pascamenulis)
Pertemuan III dilaksanakan pada 19 April 2008 dengan alokasi waktu selama 1 x 45 menit.
Awalnya alokasi yang direncanakan yaitu 2 x 45 menit. Namun guru bidang studi meminta supaya
dipadatkan jadwal pembelajarannya. Pertemuan III ini merupakan fase pascamenulis yaitu tahap publikasi
karya dan pemberian komentar oleh siswa, guru dan peneliti. Hasil karangan eksposisi dipasang di
mading kelas (dinding). Selanjutnya, semua siswa beserta guru dan peneliti berkeliling membaca hasil
karangan siswa. Setiap siswa berhak memberikan komentar. Untuk itu, setiap siswa ditugasi untuk
mencatat kekurangan dan kelebihan karangan temannya secara umum. Setelah 15 menit untuk membaca,
maka siswa diberi waktu untuk mengomentari karangan teman-temannya. Berikut komentar-komentar
dari beberapa siswa.
S21: “Sebaiknya teman-teman itu memperhatikan penulisan EYD dalam menulis. Ini kan tulisan
ilmiah.”
S5 : “Tulisannya yang bagus donk biar terbaca!”
S31: “karangan saya juga masih bulet, makanya kalau membuat karangan itu jangan sampai mbulet
seperti saya. Satu paragraf harus ada satu gagasan pokoknya.
S21: “Masukan lagi, alat kohesinya perlu diperhatikan lagi oleh teman-teman”
GP : “Apa yang dikomentari oleh teman-teman kalian memang ada benarnya. Kemarin saya juga
sudah membaca tulisan kalian. Ada yang sudah bagus, ada juga yang masih terdapat
kekurangan pada karangan kalian. Penggunaan EYD misalnya. Banyak dari kalian yang kurang
memperatikannya. Hal kecil memang, tetapi coba kalian lihat karangan milik SI dan S37. Tidak
apa-apa ya saya mengomentari tulisannya?
S1&S37: “Tidak apa-apa!” (dibarengi dengan jawaban teman-temannya!)
GP: “Pada karangan kedua teman kalian, banyak terjadi kesalahan dalam menempatan tanda koma (,)
maupun tanda titik (.). Jika kalian baca lagi karangan SI, SI ‘pelit’ dalam menggunakan tanda
koma (,). (GP menunjukkan kesalahan pada karangan SI kepada SI dan siswa yang duduk di
bangku barisan depan).
Selanjutnya untuk karangan S37, S37 lumayan ‘boros’ dalam menggunakan tanda koma (,).
Alangkah lebih tepatnya jika tanda koma (,) pada paragraf kedua dikurangi. (GP menunjukkan
kesalahan S37)
S : (menyimak penjelasan dari GP).
GP: “Selanjut, untuk karangan yang mbulet menurut S31, itu memang sebaiknya jangan mbulet.
Apalagi untuk sebuah tulisan eksposisi. Pemaparannya harus jelas dan memadai. Untuk itu
penggunaan piranti kohesi yang katanya S21 dan EYD juga perlu diperhatikan. Selain itu
kesatupaduan atau koherensinya juga jelas. Koherensi ini berkaitan dengan pengembangan
gagasan pokok. Maka dari itu, di awal saya sudah menekankan bahwa tulisan kalian paling
tidak ada tiga paragraf, setiap paragraf terdapat satu ide pokok dengan penjelasan minimal ada
tiga atau ada empat kalimat penjelas. Apa sudah memahami kekurangan masing-masing?
S : “Iya!”
GP: “Apa ada masukan untuk pembelajaran ini?”
S1 : “Tolong lebih dijelaskan lagi mengenai koheren atau kohesi tadi.
GP: “Baik, pada kesempatan yang akan datang saya akan memberikan kalian materi mengenai kohesi
dan koherensi. Lalu, kalian ingin menulis karangan eksposisi tentang apa?
S : “teknologi, sains, lingkungan, motor.” (siswa menyebutkan keinginan mereka secara serentak
sehingga hanya beberepa yang dapat ditangkap oleh peneliti)
Setelah selesai memberi komentar, akhirnya peneliti mengakhiri pertemuan III pada siklus I ini.
Semua siswa mengambil tulisannya di mading kelas, kemudian mengumpulkannya kepada
peneliti.
4.2.2 Analisis Hasil Belajar Tindakan Siklus I
Kriteria ketuntasan minimum (KKM) untuk kompetensi dasar menulis karangan eksposisi di
SMA TDZ yaitu 70%. Ada tiga aspek yang dinilai dalam pembelajaran menulis karangan
eksposisi ini yaitu aspek judul, pengembangan paragraf, serta penggunaan ejaan dan tanda baca.
Untuk aspek judul, terdiri dari satu subaspek yaitu kesesuaian antara judul dengan isi karangan
dan tujuan penulisan. Untuk aspek pengembangan paragraf eksposisi terdapat empat subaspek
yaitu: (1) pemaparan informsi, (2) kepaduan atau kekoherensian setiap unsur karangan dengan
gagasan utama, (3) keterpautan atau ketepatan penggunaan piranti kohesi, dan (4) ketegasan isi
karangan.
Sedangkan untuk aspek ejaaan dan tanda baca hanya terdiri satu subaspek yaitu kesesuaian
penggunaan EYD dan tanda baca pada karangan eksposisi.
Setelah dilakukan penilaian terhadap karangan siswa pada siklus I ternyata kemampuan
siswa dalam menulis karangan eksposisi menunjukkan 27 siswa (79,41%) telah berhasil menulis
karangan eksposisi dengan nilai di atas 70, sedangkan 7 siswa lainnya masih memperoleh nilai di
bawah 70. Rata-rata nilai kelas yaitu 78,56% dengan kualifikasi B (baik). Hal tersebut dapat
dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5 Hasil Penilaian Kemampuan Siswa dalam Menulis KaranganEksposisi dengan Menggunakan
Media Teks Berita pada Siklus I
No Nama 1 2 3 4 5 6 7 Nilai
(%)
Kuali-
fikasi
Taraf
Keberhasilan
1.
S1 4 3 2 2 3 2 1
6
66,7 C Tidak Berhasil
S2 4 4 3 3 3 3 2
0
83,3 B Berhasil
2.
3.
S3 2 3 2 3 3 3 1
6
66,7 C Tidak Berhasil
4.
S4
5.
S5 2 3 3 3 3 3 1
7
70,8 B Berhasil
6.
S6 4 4 3 3 3 3 2
0
83,3 B Berhasil
7.
S7 4 3 4 3 3 3 2
0
83,3 B Berhasil
8.
S8 3 3 2 3 4 3 1
6
66,7 C Tidak Berhasil
9.
S9
10
.
S10 4 4 4 4 4 3 2
3
95,8 A Berhasil
11
.
S11 3 3 4 4 3 3 2
0
83,3 B Berhasil
12
.
S12 3 3 2 3 3 3 1
7
70,8 B Berhasil
13
.
S13 3 3 3 2 3 3 1
7
70,8 B Berhasil
14
.
S14 3 2 2 3 3 3 1
6
66,7 C Tidak Berhasil
15
.
S15 4 3 2 3 3 3 1
8
75 B Berhasil
16
.
S16 3 3 3 3 3 3 1
8
75 B Berhasil
17.
S17
18
.
S18 4 3 3 3 3 3 1
9
79,2 B Berhasil
19.
S19 2 3 2 3 3 3 16 66,7 C Tidak Berhasil
20.
S20 4 4 4 3 4 3 22 91,7 A Berhasil
21.
S21 4 4 3 4 4 4 23 95,8 A Berhasil
S22
22.
23.
S23 4 3 4 3 4 3 21 87,5 A Berhasil
24.
S24 4 3 3 3 3 3 19 79,2 B Berhasil
25.
S25 4 3 3 2 3 3 18 75 B Berhasil
26.
S26 4 4 3 3 3 3 20 83,3 B Berhasil
27.
S27 3 4 3 3 3 3 19 79,2 B Berhasil
28.
S28 3 4 3 3 4 3 20 83,3 B Berhasil
29.
S29 3 3 4 3 3 3 19 79,2 B Berhasil
30.
S30 4 4 4 3 3 3 21 87,5 A Berhasil
31.
S30 3 3 2 2 3 3 16 66,7 C Tidak Berhasil
32.
S32
33.
S33 4 3 3 3 3 3 19 79,2 B Berhasil
34.
S34
35.
S35 0 4 2 3 3 3 15 62,5 C Tidak Berhasil
36.
S36 3 3 4 3 3 3 19 79,2 B Berhasil
37.
S37 4 4 3 3 3 2 19 79,2 B Berhasil
38.
S38 4 3 3 2 3 3 18 75 B Berhasil
39.
S39 4 3 4 4 4 3 22 91,7 A Berhasil
40.
S40 4 4 4 3 3 3 22 91,7 A Berhasil
Jum-lah 116 11
3
103 10
1
109 109 2671
Rata-rata 78,56
Dari tabel 4.5 di atas dapat diketahui tingkat keberhasilan siswa dalam menulis karangan
eksposisi pada siklus I. Tingkat keberhasilan siswa dalam menulis eksposisi pada siklus I dapat
dilihat pada tabel 4.6 berikut ini.
Tabel 4.6 Tingkat Keberhasilan Siswa dalam Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan Media Teks
Berita pada Siklus I
N
o
Tingkat Keberhasilan Jumlah
Siswa
Persentase
1 A (sangat baik) 7 20,59%
2 B (baik) 20 58,82%
3 C (cukup) 7 20,59%
4 D (kurang) - -
Dari tabel 4.6 di atas juga dapat diketahui kemampuan siswa untuk setiap aspek penilaian
pada siklus I. Kemampuan siswa untuk setiap aspek penilaian pada siklus I dapat dilihat pada
tabel 4.7 berikut ini.
76
Tabel 4.7 Hasil Penilaian Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan
Media Teks Berita Berdasarkan Aspek Penilaian pada Siklus I
No Aspek Penilaian Jumlah Siswa
A
(Sangat
Baik)
B
(Baik)
C
(Cukup)
D
(Kurang)
1
.
Perumusan judul 19 11 3 1
2
.
Pemaparan
Informasi
12 21 1 -
3
.
Kesatupaduan 10 15 9 -
4
.
Keterpautan 4 25 5 -
5
.
Ketegasan 7 27 - -
6
.
Ejaan dan tanda baca 1 31 2 -
Selanjutnya, dari tabel 4.7 di atas dapat diketahui tingkat keberhasilan setiap aspek
penilaian pada siklus I yang terdiri dari jumlah dan persentase siswa yang berhasil maupun yang
tidak berhasil untuk setiap aspek penilaian. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.8 di bawah ini.
Tabel 4.8 Tingkat Keberhasilan Setiap Aspek Penilaian pada Siklus I untuk Pembelajaran Menulis
Karangan Eksposisi dengan Menggunakan Media Teks Berita
No Aspek Penilaian Berhasil Tidak
Berhasil
Jumlah
Siswa
(%) Jumlah
Siswa
(%)
1
Perumusan judul 30 88,24 4 11,76
.
2
.
Pemaparan
Informasi
33 97,06 1 2,94
3
.
Kesatupaduan 25 73,53 9 26,47
4
.
Keterpautan 29 85,29 5 14,71
5
.
Ketegasan 34 100 - 0
6
.
Ejaan dan tanda
baca
32 94,12 2 5,88
Pada tabel 4.5 di atas, hanya ada 7 siswa (20,59%) yang memperoleh nilai di bawah 70 yaitu .
Jika dibandingkan dengan sebelum diberikan tindakan, berarti ada peningkatan hasil. Akan
tetapi, untuk setiap hal, khususnya pada perumusan judul, pemaparan informasi, kesatupaduan,
keterpautan, dan ejaan masih terdapat siswa yang memperoleh nilai C. Berikut penjelasan untuk
kelima hal yang dimaksud.
77
(1) Aspek Perumusan Judul
Pada aspek perumusan judul, ada 19 siswa yang memperoleh kualifikasi A, 11 siswa yang
memperoleh kualifikasi B, 3 siswa memperoleh kualifikasi C, dan 1 siswa memperoleh kulifikasi
D. Siswa yang memperoleh kualifikasi D yaitu S35 karena S35 tidak merumuskan judul dalam
karangannya. Dengan demikian ada 30 siswa (88,24%) yang mampu merumuskan judul dengan
tepat, sesuai dengan isi dan tujuan penulisan. Sedangkan yang belum mampu merumuskan judul
karangan eksposisi yang telah dibuat yaitu ada 4 siswa (11,76%).
Kutipan 11 (judul kualifikasi A)
Budidaya Tokek Rumah (judul S7)
Rahasia di Balik Tubuh Tokek (judul S21)
Mengolah Tokek untuk Obat Gatal-gatal (judul S23)
Kutipan 12 (judul kualifikasi B)
Tokek (judul S29)
Kehidupan Tokek Gitu Lho! (judul S18)
Kutipan 13(judul kualifikasi C)
Rumah Tokek (judul S5)
Judul karangan eksposisi yang dirumuskan oleh S5 tersebut merupakan contoh judul karangan
eksposisi dengan kualifikasi C karena rumusan kurang sesuai dengan isi. Jika dilihat dari isi
karangan yang dibuat oleh S5, maka judul lain yang bisa dirumuskan yaitu ”Perbedaan Tokek di
Alam dan di Penangkaran” karena isi karangan tentang perbedaan antara tokek yang hidup di
alam dan tokek yang hidup di penangkaran, bukan tentang informasi rumah tokek.
(2) Aspek Pengembangan Paragraf
(a) Subaspek Pemaparan Informasi
Pada subaspek pemaparan informasi ini ada 33 (97,06%) siswa berhasil memaparkan informasi
dengan jelas dan netral. Namun, ada 1 siswa yang memperoleh kualifikasi C. Siswa yang
memperoleh kualifikasi C tersebut adalah S14. Pemaparan informasi S14 kurang memadai
dengan simpulan yang tegesa-gesa. S14 berani mengungkapkan pernyataan dengan
mengatasnamakan ”kebanyakan orang”.
Kutipan 14
....
Bagi banyak orang tokek digunakan sebagai obat-obatan. Memang, banyak orang yang tidak
mengetahui akan hal itu. Tapi sudah banyak terbukti bahwa tokek dapat menyembuhkan penyakit.
Salah satunya penyakit gatal-gatal. Seperti halnya oang-orang golongan perekonomian menengah
ke bawah, sudah pasti dalam mengobati penyakit mencari alternatif yang terjangkau. Tokek dengan
harga yang relatif murah, sudah pasti dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Sehingga
sekarang tokek banyak diminati, terutama untuk mengobati penyakit.
....... (tulisan S14)
(b) Subaspek Kesatupaduan
Pada siklus I ini, ada 9 siswa (26,47%) mendapat kualifikasi C untuk subaspek
kesatupaduan. Siswa yang memperoleh kualifikasi C untuk subaspek kesatupaduan pada
siklus I ini adalah S1, S3,S 8, S12, S14, S15, S19, S31, dan S35. Kesatupaduan yang baik
jika mengarah ke satu gagasan, baik hubungan antarkalimat maupun antarparagraf. Contoh
untuk subaspek kesatupaduan yang baik dapat dilihat pada kutipan 15 di bawah ini.
Kutipan 15
Tokek Rumah
Tokek rumah adalah sejenis reptil yang termasuk golongan cecak besar. Tokek ini termasuk
dalam suku Gekkonidae. Nama ilmiah tokek rumah adalah Gekko gecko. Atau dalam bahasa lain
hewan ini juga disebut sbg teko atau tekek (Bahasa Jawa), Tokek (Bahasa Sunda), Tokai gecko
atau tuctoo (Bahasa Inggris).
Tokek rumah merupakan cecak yang berukuran besar, berkepala besar, panjang total
mencapai 340 mm. Sisi punggungnya kasar, dan dipenuhi dengan bintil besar** , berwarna abu**
sampai kecoklatan dengan bintik-bintik berwarna merah bata sampai jingga. Perutnya bewarna
abu** biru keputihan atau kekuningan. Ekor membulat dengan enam baris bintil, belang**. Jari**
kaki depan & belakang dilengkapi dengan bantalan penghisap yang disebut scansor yg gunanya
u/ melekat pada permukaan yg licin.
Tokek ini kerap ditemui di rumah**, terutama di pedesaan dan tepi hutan. Tokek rumah
memangsa aneka serangga seperti cecak lainnya yang lebih kecil.
79
Tokek melekatkan telurnya biasanya di celah-celah-celah lubang pohon, retakan batu, dll.
Hewan ini tersebar luas mulai dari India Timur, Nepal, Bangladesh, Myanmar, Cina Selatan &
Timur, Thailand, Semenanjung Malaysia & pulau** disekitarnya, serta Indonesia. (Karangan
S20)
Karangan S20 sudah memiliki kekoherensian atau kesatupaduan yang bagus. Hal ini
ditandai dengan adanya pertalian antara kalimat-kalimat dengan ide pokok paragraf atau
antara setiap paragraf dengan gagasan utama karangan yang bersangkutan.
(c) Aspek Keterpautan
Untuk subaspek keterpautan, 29 siswa (85,29%) sudah mampu menulis karangan
eksposisi dengan menggunakan piranti kohesi yang tepat. Ada 5 siswa (14,71%) yang belum
mampu menulis karangan eksposisi dengan piranti kohesi yang tepat. Kelima siswa tersebut
memperoleh kualifikasi C untuk subaspek keterpautan pada siklus I ini. Kelima siswa yang
memperoleh kualifikasi C untuk subaspek keterpautan pada siklus I ini yaitu S1, S13, S25,
S31, dan S38.
(d) Subaspek Ketegasan
Subaspek ketegasan ini berkaitan dengan kerincian suatu pokok masalah yang dijelaskan.
Ketegasan bisa ditunjukkan dengan memberikan penjelasan yang mendalam, pengulangan,
maupun simpulan. Untuk siklus I, tidak ada siswa yang memperoleh nilai dengan kualifikasi C
pada subaspek ketegasan. Ada 7 siswa yang memperoleh kualifikasi A dan 27 siswa memperoleh
kualifikasi B. Ketegasan dalam karangan siswa pada siklus I ini ditunjukkan dengan adanya (1)
perincian suatu hal misalnya perbedaan maupun persamaan dari jenis tokek, (2) penjelasan
mengenai suatu proses misalnya proses pembuatan obat dengan bahan tokek atau cara
menangkap tokek.
(3) Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca
Kemampuan siswa dalam menggunakan ejaan dan tanda baca sudah bisa dikatakan baik. Hal ini
ditandai dengan ada 32 siswa (94,12%) mampu menggunakan ejaan dan tanda baca yang tepat
dalam karangannya. Ada 1 siswa yang mampu memperoleh kualifikasi A karena ia mampu
menulis karangan eksposisi tanpa ada kesalahan dalam penggunaan ejaan dan tanda baca.
Selanjutnya, ada 31 siswa yang memperoleh kualifikasi B. Ada 2 siswa yang memperoleh
kualifikasi C karena dalam karangannya masih terdapat banyak kesalahan sehingga terkadang
mengganggu pemahaman. Siswa yang memperoleh kualifikasi A untuk aspek penggunaan ejaan
dan tanda baca pada siklus I ini yaitu S21. Sedangkan 2 siswa yang memperoleh kualifikasi C
yaitu S1 dan S37.
4.2.3 Refleksi Siklus I
Selama pembelajaran berlangsung, siswa sudah dinilai aktif dalam mengikuti pembelajaran
menulis karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita. Hal ini sesuai dengan
pernyataan dari Ibu Wiwik, selaku guru Bahasa Indonesia yang mengatakan bahwa siswa telah
berani ikut serta dalam pembelajaran dengan bertanya maupun merespon pertanyaan, apalagi
ketika membahas mengenai isi teks berita dan asas menulis efektif. Akan tetapi, untuk guru
peneliti belum menjelaskan secara mendalam mengenai aspek keterpautan, kepaduan, dan
ketegasan yang ketiganya merupakan syarat dari teknik menulis pemaparan yang baik (Gie,
2002:62-63). Untuk itu, perlu adanya penjelasan mengenai ketiga asas tersebut terutama
mengenai piranti kohesi dalam
81
pembelajaran siklus II nanti. Penjelasan mengenai ketiga asas tersebut dilakukan pada fase
pramenulis dan fase menulis sebelum draf akhir.
4.2.4 Identifikasi Masalah Siklus I
Setelah siklus I berakhir, peneliti dan guru bahasa Indonesia kelas X.2 SMA TDZ
menganalisis proses dan hasil tindakan yang diperoleh. Jika dilihat dari pencapaian skor pada
siklus I ini, maka pembelajaran pada siklus I sudah bisa dikatakan berhasil karena 27 siswa
(79,41%) telah berhasil mencapai nilai di atas nilai standar minimal. Akan tetapi, ada 7 siswa
yang memperoleh nilai di bawah 70. Dengan demikian, perlu adanya upaya perbaikan supaya
semua siswa kelas X.2 mampu memperoleh nilai di atas 70. Kegiatan analisis dilakukan untuk
menemukan masalah yang dihadapi pada siklus I.
Permasalahan-permasalahan yang ada dijadikan acuan bagi guru dan peneliti untuk
merencanakan pembelajaran menulis karangan eksposisi pada siklus II. Rencana pembelajaran
siklus II merupakan perbaikan dari permasalahan yang ada pada siklus I. Berikut hasil analisis
dari perolehan nilai hasil belajar.
(1) Pada siklus I, ada siswa masih belum memperhatikan perumusan judul untuk karangan
sehingga ada judul yang menggunakan bahasa tidak baku.
(2) Pada siklus I, siswa belum memperhatikan subaspek kesatupaduan dan keterpautan.
(3) Pada siklus I, masih ada paragraf yang terdiri dari satu kalimat.
(4) Pada siklus I ada beberapa siswa masih mengulang kata, kalimat, atau gagasan yang pernah
ditulis.
(5) Pada siklus I ada beberapa siswa masih salah dalam menggunakan tanda baca dan ejaan.
4.3 Siklus II
4.3.1 Proses Tindakan Siklus II
4.3.1.1 Rencana Tindakan Siklus II
Kegiatan penelitian siklus II dimulai dengan merencanakan tindakan yang dilakukan oleh
peneliti dengan dibantu oleh guru bidang studi Bahasa Indonesia. Peneliti menyusun RPP
menulis karangan eksposisi secara logis dan sistematis dengan menggunakan media teks berita
untuk siklus II berdasarkan refleksi dan identifikasi masalah hasil tindakan pada siklus I.
Dari hasil refleksi dan hasil belajar siswa, kesulitan siswa dalam menulis karangan
eksposisi yaitu ketika mengembangkan tulisan dalam kalimat-kalimat. Ada siswa yang belum
mampu menciptakan kekoherensian dan kekohesifan dalam karangan eksposisinya. Untuk itu,
pada siklus II ini akan lebih ditekankan pada bagaimana menyusun kalimat-kalimat dalam
karangan dan bagaimana penggunaan piranti kohesi yang tepat. Untuk itu, pada pembelajaran
siklus II ini siswa akan membuat draf awal untuk disunting dan direvisi.
Sesuai dengan judul penelitian, pada siklus II ini juga menggunakan media teks berita
dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi. Untuk itu, teks berita yang dipilih adalah teks
berita yang berjudul ”Cegah Global Warming, Marisa Tolak Pakai Hairspray”. Guru dan peneliti
memilih bacaan ini karena (1) topik global warming masih relevan untuk dibahas, dan (2) sesuai
masukan dari siswa bahwa teks berita yang dijadikan media adalah teks berita tentang global
warming.
Pada siklus II ini, alokasi waktu pembelajaran menulis karangan eksposisi dengan menggunakan
media berita (lihat RPP siklus II) yaitu 5 x 45 menit (tiga kali pertemuan). Berbeda dengan siklus
I, pada siklus II ini tidak dibentuk kelompok. Hal ini supaya siswa mempunyai usaha sendiri
dalam mencari sumber bahan sehingga informasi yang diperoleh akan bervariasi. Kerjasama
antarsiswa dilakukan ketika proses revisi dan penyuntingan pada draf awal.
4.3.1.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus II
a. Pertemuan I (Fase Pramenulis)
Pertemuan I pada siklus II ini dilaksanakan pada Sabtu, 17 Mei 2008. Alokasi waktu
untuk pertemuan I ini yaitu 2 x 45 menit. Pada kegiatan pendahuluan, siswa diajak untuk
mengingat kembali mengenai materi menulis karangan eksposisi. Berikut penjelasan jalannya
pembelajaran menulis karangan eksposisi pada pertemuan I siklus II.
GP : “Anak-anak, apa yang dimaksud dengan tulisan eksposisi?
S : “Tulisan eksposisi merupakan tulisan paparan”
GP : “Ada yang lain?”
S : “Tulisan eksposisi adalah tulisan yang memaparkan sesuatu dengan tujuan untuk memberikan
informasi”
GP : “Ada yang lain”
S : “Tulisan eksposisi itu tulisan yang dibuat supaya pembaca mengetahui informasi yang dipaparkan
tanpa maksud untuk mempengaruhi, hanya memaparkan saja.”
GP : “Lalu bagaimana dengan informasi yang dipaparkan dalam sebuah tulisan eksposisi?
S : “Tulisan eksposisi itu memaparkan informasi dengan jelas, memadai, dan netral.
GP : “Bagus, sepertinya penjelasan dari saya kemarin ‘tidak hanya lewat saja’ tetapi juga dipahami oleh
kalian. Jadi, bagaimana kesimpulannya mengenai pengertian tulisan/karangan ekspposisi? Ayo
siapa yang bisa? Coba kalian rumuskan pengertian dari pendapat keempat teman kalian!
S : “Tulisan eksposisi itu merupakan tulisan yang memaparkan sesuatu untuk memberikan informasi
kepada pembaca secara jelas, memadai dan netral.
G : “Memang benar, tulisan eksposisi itu yaitu tulisan yang dibuat untuk menjelaskan, memaparkan
sesuatu objek secara jelas, memadai, dan netral kepada pembaca supaya pembaca memperoleh
informasi.
Selanjutnya, guru peneliti bertanya kembali kepada siswa mengenai asas menulis karangan
eksposisi dan tekniknya. Untuk pertanyaan kali ini, ada empat siswa yang mempunyai kemauan
untuk menjawab. Akhirnya, dipilihlah satu siswa untuk menjawab. Siswa yang ditunjuk lalu
menjawab dengan menyebutkan keenam asas menulis efektif. Setelah itu guru peneliti
menjelaskan persyaratan dan teknik penulisan karangan eksposisi dengan menggunakan
transparansi. Sedangkan untuk materi koherensi dan kohesi, guru peneliti mempersilahkan siswa
untuk membaca materi yang telah diberikan guru peneliti kepada siswa sehari sebelumnya
karena sebagian besar siswa belum membaca materi yang telah diberikan oleh guru peneliti.
Waktu yang diberikan kepada siswa untuk membaca materi kohesi dan koherensi yaitu 10 menit.
Setelah 10 menit telah berlalu, selanjutnya guru peneliti menyajikan materi persyaratan dan
teknik penulisan karangan eksposisi. Berikut materi “Persyaratan dan Teknik Penulisan
Karangan Eksposisi”.
Enno Klamer (dalam Gie, 2002:62) menyatakan bahwa dalam semua tulisan paparan yang efektif
hendaknya seseorang memakai rincian detail yang jelas, tajam, dan tertentu serta menyusun setiap alinea
berdasarkan satu ide pokok. Dalam kepustakaan karang-mengarang, pada umumnya, terdapat tiga serangkai
asas tatanan untuk menyusun karangan pemaparan yang baik, yaitu kesatupaduan, pertautan, dan penegasan.
Asas kesatupaduan (kekoherensian) menetapkan bahwa setiap karangan eksposisi harus merupakan
satu keseluruhan yang utuh dan bukannya suatu percampuran. Segenap unsur karangan itu harus mempunyai
pertalian dengan gagasan pokok atau tema utama karangan yang bersangkutan. Cleanth Brooks dan Robert
Penn Warren (dalam Gie, 2002:62) mengatakan bahwa kesatupaduan dapat dicapai melalui:
1. menetapkan gagasan pokok sebagai topik utama karangan
2. membedakan apa yang bertalian dengan topik utama itu dari apa yang tidak bertalian
3. mengusahakan topik-topik bawahan tunduk pada topik utama dan tidak memaparkan secara
berlebihan.
Asas pertautan (kekohesifan) menetapkan bahwa unsur-unsur sebuah karangan harus melekat satu
sama lain dan tidak berdiri sendiri. Ide-ide yang serumpun harus mengalir secara lancar dari satu alinea ke
alinea lain, dari kalimat satu ke kalimat yang lain sehingga merupakan suatu kesinambungan. Cara-cara untuk
mencapai pertautan menurut Joseph D. Gallo dan Henry W. Rink (dalam Gie, 2002:62) ialah dengan:
1. kata dan frasa peralihan yang menunjukkan tambahan, contoh, perlawanan, atau kesimpulan.
2. pengulangan kata
3. pengubahan dengan menambahkan detail-detail dalam kalimat
4. urutan logis yang dikaitkan pada suatu susunan tertentu seperti waktu, ruang, atau sebab-akibat.
Asas penegasan menetapkan bahwa masing-masing unsur suatu tulisan eksposisi harus memperoleh
penekanan yang sesuai dengan kedudukan atau pentingnya. Jadi harus ada unsur yang ditonjolkan. Menurut
Cleanth Brooks dan Robert Penn Warren (dalam Gie, 2002:63), penegasan terhadap suatu unsur dalap
dilakukan dengan cara:
1. pernyataan tegas mengenai pentingnya hal yang bersangkutan
2. penegasan dengan menepatkan pada letak awal atau letak akhir
3. penegasan dengan memberikan pembahasan yang lebih mendalam atau lebih luas dibandingkan dengan
bagian-bagian selebihnya yang kurang penting
4. penegasan dengan mengulang ide yang bersangkutan
5. penyusunan sebuah alinea pendek diantara alinea-alinea yang jauh lebih panjang.
Setelah guru peneliti menjelaskan persyaratan dan teknik penulisan karangan eksposisi, kemudian guru
peneliti mengingatkan kembali kekurangan-kekurangan pada karangan yang dibuat oleh siswa. Hal ini bertujuan
supaya siswa tidak melakukan banyak kesalahan atau bahkan tidak mengulangi lagi kesalahan yang telah dibuat
pada karangannya ketika siklus I. Setelah siswa memahami persyaratan dan teknik penulisan karangan eksposisi,
serta koherensi dan kohesi sebuah tulisan, selanjutnya adalah kegiatan inti. Kegiatan inti ini merupakan fase
pramenulis. Setiap siswa diberi lembar tugas. Dalam lembar tugas tersebut terdapat teks berita dan langkah-langkah
mengerjakan. Berikut lembar tugas pada siklus II ini.
1. Bacalah teks berita “Cegah Global Warming, Marisa Tolak Pakai Hairspray”di bawah ini
dengan seksama!
2. Apa topik utama dari bacaan di atas?
3. Hal apa saja yang diangkat dalam bacaan di atas yang berkaitan dengan topik utama?
4. Datalah topik-topik yang dapat dikembangkan menjadi karangan eksposisi!
5. Buatlah kerangka tulisan berdasarkan topik yang kamu pilih!
6. Carilah bahan atau informasi untuk mengembangkan kerangka karanganmu kamu!
7. Kembangkan kerangka karanganmu dengan bahan yang telah kamu peroleh sehingga menjadi
wacana eksposisi dengan memperhatikan persyaratan dan teknik menulis eksposisi ke dalam
minimal tiga paragraf. (Draf awal)
8. Bekerjasamalah dengan teman sebangkumu untuk merevisi dan menyunting kembali karangan
eksposisi dengan teman sebangku! Jangan lupa, berikan judul pada tulisanmu!
9. Kumpulkan karangan kalian! (Draf akhir)
Setelah membaca lembar tugas, guru mengajak siswa untuk mendata topik-topik yang
berkaitan dengan topik utama yaitu “Global Warming dan Pencegahannya” yang dapat
dikembangkan menjadi karangan eksposisi. Topik-topik yang dikemukakan oleh siswa yaitu
sebagai berikut.
1) Penyebab Global Warming
2) Kerugian akibat Global warming
3) Bahan Perusak Ozon
4) Cara Mencegah Global Warming
5) Proses Mendaur Ulang Bahan dari Plastik, Kaleng, dan Sterofom.
Topik-topik yang telah dikemukakan oleh siswa tersebut dijabarkan lagi ke dalam gagasan-
gagasan. Hal ini bertujuan (1) sebagai langkah awal untuk menyusun kerangka tulisan dan (2)
sebagai upaya perbaikan dari siklus I supaya siswa mampu menulis karangan eksposisi yang baik
dengan kekoherensian dan kekohesian. Untuk itu, kerangka karangan yang dibuat siswa berupa
gagasan utama pada setiap paragraf atau dengan membuat pertanyan untuk setiap paragraf. Guru
juga menekankan kepada siswa bahwa karangan eksposisi yang dibuat minimal tiga paragraf.
b. Pertemuan II (Fase Menulis)
Pertemuan II pada siklus II ini dilaksanakan pada Sabtu, 24 Mei 2008. Alokasi waktu
untuk pertemuan I ini yaitu 2 x 45 menit. Pada pertemuan II siklus II ini merupakan fase
menulis. Fase menulis diawali dengan mengembangkan kerangka karangan yang telah dibuat
menjadi karangan eksposisi yang logis dan sistematis. Pada fase menulis ini juga terdapat
kegiatan menyunting dan merevisi draf awal karangan eksposisi yang telah dibuat. Untuk itu,
pada pertemuan II siklus II ini guru juga memberikan penjelasan mengenai rubrik penilaian
karangan eksposisi.
Waktu yang diberikan kepada siswa untuk mengembangkan kerangka karangan yang
telah dibuat yaitu 45 menit, tetapi karena banyak siswa yang belum selesai, maka waktu menulis
ditambah selama 15 menit. Jadi, total waktu yang dibutuhkan untuk menulis kurang lebih selama
60 menit. Selama proses menulis, peneliti berkeliling untuk membantu siswa yang masih
mengalami kesulitan. Pada siklus II ini, masalah siswa dalam menulis karangan eskposisi
misalnya masalah ejaan dan tanda baca.
Setelah siswa menyelesaikan tulisannya, guru peneliti meminta kepada siswa untuk
saling menukarkan karangannya kepada teman sebangku. Selanjutnya guru peneliti menjelaskan
rubrik penilaian karangan eksposisi. Hal ini dilakukan supaya siswa lebih memahami dan
memperhatikan lagi hal-hal penting dalam menulis eksposisi sehingga siswa mampu merevisi
dan menyunting karangannya sehingga siswa menghasilkan karangan (draf akhir) yang lebih
bagus, baik dilihat dari aspek pembuatan judul, pengembangan paragraf, maupun dalam
penggunaan ejaan dan tanda baca. Berikut tabel revisi dan penyuntingan antarteman.
Tabel 4.9 Tabel Revisi dan Penyuntingan Draf Awal Karangan Eksposisi Siklus II
Bacalah karangan eksposisi teman kalian, lalu tuliskan komentarmu (sangat baik, baik, cukup, dan
kurang) di lembar yang telah disediakan sesuai dengan rubrik di bawah ini! Berikan masukan dan alasan
yang logis! menulis karangan eksposisi. Penjelasan mengenai tabel 4.9 memerlukan waktu 10 menit.
Setelah guru peneliti menjelaskan rubrik penilaian dan siswa memahami bagaimana cara
merevisi dan menyunting, maka guru menugasi siswa untuk merevisi dan menyunting karangan
eksposisi antarteman dan memberi komentar pada tabel yang telah disediakan. Waktu yang
diperlukan siswa untuk merevisi dan menyunting, serta memberi komentar kepada karangan
temannya yaitu selama kurang lebih 20 menit (sisa waktu yang ada). Setelah itu, karangan
dikumpulkan kepada peneliti.
c. Pertemuan III (Fase Menulis dan Fase Pascamenulis)
Pertemuan III dilakukan pada 27 Mei 2008 selama 1 x 45 menit. Selanjutnya pada
pertemuan III siklus II ini, siswa membuat draf akhir untuk karangan eksposisi berdasarkan
masukan-masukan dari teman sebangku. Waktu yang dibutuhkan siswa untuk menyelesaikan
karangan eksposisinya yaitu kurang lebih 30 menit.
Setelah itu, masuk ke fase pascamenulis. Fase pascamenulis ini merupakan fase akhir dari
siklus II. Jika dalam siklus I, kegiatan dalam fase pascamenulis yaitu dengan membuat mading
kelas yang berisi karangan eksposisi, maka fase pascamenulis pada siklus II ini akan dibuat
portofolio.
4.3.2 Analisis Hasil Belajar Tindakan Siklus II
Setelah dilakukan penilaian terhadap karangan siswa pada siklus II ternyata diketahui ada 34
siswa (100%) telah berhasil menulis karangan eksposisi dengan logis dan sistematis. Hal ini
ditandai dengan nilai yang diperoleh siswa dalam menulis karangan eksposisi. Semua siswa (34
siswa) memperoleh nilai di atas 70. Rata-rata kelas pun mengalami peningkatan pada siklus II
ini. Rata-rata kelas dalam menulis karangan eksposisi pada siklus II yaitu 83,21%. Hal ini
menunjukkan bahwa kemampuan kelas dalam menulis karangan eksposisi termasuk kualifikasi B
(baik). Tabel 4.10 ini merupakan tabel hasil penilaian kemampuan siswa dalam menulis
karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita pada siklus II. Aspek yang dinilai
pun sama seperti pada siklus I.
Tabel 4.10 Hasil Penilaian Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan
Media Teks Berita pada Siklus II
No Nama 1 2 3 4 5 6 7 Nilai
(%)
Kuali-
fikasi
Taraf
Keberhasilan
1.
S1 4 4 3 4 3 3 2
1
87,5 A Berhasil
2.
S2 4 3 3 4 3 4 2
1
87,5 A Berhasil
3.
S3 3 2 4 4 3 3 1
9
79,2 B Berhasil
4.
S4
5.
S5 4 3 3 3 3 3 1
9
79,2 B Berhasil
6.
S6 4 3 3 4 4 3 2
1
87,5 A Berhasil
7.
S7 3 3 4 3 4 3 2
1
87,5 A Berhasil
8.
S8 3 2 3 3 3 3 1
7
70,8 B Berhasil
9.
S9
10
.
S10 4 4 4 3 4 4 2
3
95,8 A Berhasil
11
.
S11 4 3 3 4 3 4 2
1
87,5 A Berhasil
12
S12 3 3 3 4 3 4 2
0
83,3 B Berhasil
.
13
.
S13 3 3 3 3 3 4 1
9
79,2 B Berhasil
14
.
S14 4 2 3 3 3 4 1
9
79,2 B Berhasil
15
.
S15 2 3 3 3 3 4 1
8
75 B Berhasil
16
.
S16 4 2 3 3 3 4 1
9
79,2 B Berhasil
17.
S17
18
S18 4 3 3 2 3 3 1
8
75 B Berhasil
.
19
.
S19 2 3 3 4 3 3 1
8
75 B Berhasil
20
.
S20 4 3 4 3 3 4 2
1
87,5 A Berhasil
21
.
S21 4 4 4 4 4 4 2
4
100 A Berhasil
22.
S22
23
.
S23 4 3 4 4 4 4 2
3
95,8 A Berhasil
24
S24 2 3 3 4 3 3 1
8
75 B Berhasil
.
25
.
S25 4 3 3 4 3 3 2
0
83,3 B Berhasil
26
.
S26 4 4 3 3 4 3 2
1
87,5 A Berhasil
27
.
S27 3 3 4 3 3 4 2
1
87,5 A Berhasil
28
.
S28 4 3 3 3 4 3 2
0
83,3 B Berhasil
29
.
S29 4 4 3 3 4 3 2
1
87,5 A Berhasil
S30 3 3 4 3 3 4 2 83,3 B Berhasil
30
.
0
31.
S31 3 3 4 3 3 4 2
0
83,3 B Berhasil
32.
S32
33.
S33 4 3 3 3 3 4 2
0
83,3 B Berhasil
34.
S34
35.
S35 3 3 3 3 3 4 1
9
79,2 B Berhasil
36.
S36 4 3 3 3 3 3 1
9
79,2 B Berhasil
S37 4 4 3 3 3 3 2 83,3 B Berhasil
37. 0
38.
S38 3 4 3 3 4 3 2
0
83,3 B Berhasil
39.
S39 4 4 3 4 3 3 2
1
87,5 A Berhasil
40.
S40 2 3 3 3 3 3 1
7
70,8 B Berhasil
Jum-lah 118 106 111 113 90 114 2829
Rata-rata 83,21
Selanjutnya dari tabel 4.10 di atas, dapat diketahui tingkat keberhasilan kemampuan
siswa dalam menulis karangan eksposisi pada siklus II. Tingkat keberhasilan siswa dalam
menulis karangan eksposisi pada siklus II dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut ini.
Tabel 4.11 Tingkat Keberhasilan Siswa dalam Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan
Media Teks Berita pada Siklus II
N
o
Tingkat Keberhasilan Jumlah
Siswa
Persentase
1 A (sangat baik) 13 38,24
2 B (baik) 21 61,76
3 C (cukup) - -
4 D (kurang) - -
Dari tabel 4.11 di atas dapat ditarik simpulan bahwa hasil belajar siswa dalam pembelajaran
menulis karangan eksposisi setelah menggunakan media teks berita mengalami peningkatan yang
ditandai dengan 34 siswa telah berhasil memperoleh skor di atas 70%. Ada 13 siswa (38,24%)
memperoleh kualifikasi A dan ada 21 siswa (61,76%) memperoleh kualifikasi B.
Dari tabel 4.11 di atas juga dapat diketahui kemampuan siswa untuk setiap hal
berdasarkan rubrik penilaian pada siklus II. Tabel 4.12 di bawah ini merupakan tabel
kemampuan siswa untuk setiap aspek penilaian pada siklus II.
91
Tabel 4.12 Hasil Penilaian Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Eksposisi dengan
Menggunakan Media Teks Berita Berdasarkan Aspek Penilaian pada Siklus II
No Aspek Penilaian Jumlah Siswa
A
(Sangat
Baik)
B
(Baik)
C
(Cukup
)
D
(Kurang)
1
.
Perumusan judul 20 10 4 -
2
Pemaparan 8 22 4 -
. Informasi
3
.
Kesatupaduan 9 25 - -
4
.
Keterpautan 12 21 1 -
5
.
Ketegasan 9 25 - -
6
.
Ejaan dan tanda
baca
15 18 - -
Dari tabel 4.12 di atas dapat diketahui tingkat keberhasilan setiap aspek penilaian untuk
pembelajaran menulis karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita pada siklus I.
Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.13 di bawah ini.
Tabel 4.13 Tingkat Keberhasilan Setiap Aspek Penilaian untuk Pembelajaran Menulis Karangan
Eksposisi dengan Menggunakan Media Teks Berita pada Siklus II
No Aspek Penilaian Berhasil Tidak
Berhasil
Jumlah
Siswa
(%) Jumlah
Siswa
(%)
1
.
Perumusan judul 30 88,24 4 11,76
2
.
Pemaparan
Informasi
30 88,24 4 11,76
3
.
Kesatupaduan 34 100 - -
4
.
Keterpautan 33 97,06 1 2,94
5
.
Ketegasan 34 100 - -
6
.
Ejaan dan tanda
baca
34 100 - -
Dari tabel 4.12 dan tabel 4.13, ada tiga hal di mana ada siswa yang masih memperoleh
kualifikasi C. Ketiga hal tersebut yaitu (1) aspek perumusan judul, (2) subaspek pemaparan
informasi, dan (3) subaspek keterpautan. Taraf penguasaan siswa untuk setiap aspek dalam
menulis karangan eksposisi pada siklus II diuraikan sebagai berikut.
(1) Aspek Perumusan Judul
Untuk aspek perumusan judul, ada 30 siswa (88,24%) telah mampu merumuskan judul
dengan tepat. Ada 20 siswa memperoleh kualifikasi A dan 10 siswa memperoleh kualifikasi B.
Sedangkan 4 siswa lainnya (11,76%) belum mampu merumuskan judul dengan tepat. Keempat
siswa tersebut memperoleh kualifikasi C. Keempat siswa yang memperoleh kualifikasi C pada
aspek perumusan judul yaitu S15, S19, S24, dan S40. Kutipan 16 di bawah ini merupakan contoh
judul yang tepat.
Kutipan 16
Apa Penyebab Global Warming? (judul S5)
Sumber-sumber Penyebab Pemanasan Global (judul S11)
Efek Umpan Balik pada Pemanasan Global (judul S37)
(2) Aspek Pengembangan Paragraf
(a) Subaspek Pemaparan Informasi
Untuk subaspek pemaparan informasi, ada 30 siswa (88,24%) telah mampu memaparkan
informasi secara jelas, memadai, dan netral. Ada 8 siswa memperoleh kualifikasi A dan 22 siswa
memperoleh kualifikasi B. Ada 4 siswa (11,76%) belum mampu memaparkan informasi secara
jelas, memadai, dan netral. Keempat siswa tersebut memperoleh kualifikasi C. Keempat siswa
yang memperoleh kualifikasi C pada subaspek informasi yaitu S3, S8, S14, dan S16.
(b) Subaspek Kesatupaduan
Untuk subaspek kesatupaduan, semua siswa telah mampu menulis karangan eksposisi dengan
kesatupaduan yang sudah bagus. Hal ini ditandai dengan tidak ada siswa yang memperoleh
kualifikasi C maupun D untuk subaspek kesatupaduan. Untuk subaspek kesatupaduan ini ada 9
siswa yang memperoleh kualifikasi A dan 25 siswa yang memperoleh kualifikasi B.
(c) Subaspek Keterpautan
Untuk subaspek keterpautan, ada 33 siswa (97,06%) yang mampu menulis karangan
eksposisi dengan keterpautan yang bagus. Ada 1 siswa masih belum mampu pada subaspek
keterpautan. Seorang siswa tersebut yaitu S18. S18 memperoleh kualifikasi C.
(d) Subaspek Ketegasan
Untuk subaspek ketegasan, semua siswa telah mampu menulis karangan eksposisi dengan
ketegasan. Hal ini ditandai dengan tidak ada siswa yang memperoleh kualifikasi C maupun D
untuk subaspek ketegasan. Untuk subaspek ketegasan ini ada 9 siswa yang memperoleh
kualifikasi A dan 25 siswa yang memperoleh kualifikasi B.
(3) Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca
Untuk aspek penggunaan ejaan dan tanda baca, tidak ada siswa yang memperoleh
kualifikasi C maupun D pada siklus II ini. Pada siklus II ini untuk aspek penggunaan ejaan dan
tanda baca ada 15 siswa yang memperoleh kualifikasi A dan 18 siswa yang memperoleh
kualifikasi B.
Kutipan 17 ini merupakan karangan siswa yang sempurna. Karangan pada kutipan 17 ini
merupkan karangan milik S21. S21 memperoleh nilai 100 dengan kualifikasi A pada siklus II ini.
Kutipan 17
Di Balik Global Warming
Perilaku dan pola hidup manusia saat ini banyak mengakibatkan terjadinya efek rumah
kaca (green house effect), yaitu proses diterimanya energi panas matahari oleh permukaan bumi
lebih banyak dibandingkan dengan energi dari permukaan bumi yang dilepaskan ke angkasa.
Fenomena
94
tersebut menyebabkan suhu di permukaan bumi selalu meningkat. Efek rumah kaca
terjadi karena adanya pencemaran udara di atmosfer, antara lain oleh gas karbondioksida (CO2)
dan clorofluorcarbon (CFC).
Karbondioksida merupakan gas rumah kaca yang paling penting karena kelimpahannya
di atmosfer paling banyak. Gas ini berasal dari pembakaran berbagai jenis bahan bakar fosil
dan pembakaran hutan di berbagai tempat dalam skala besar. Semakin banyak intesitasnya,
peningkatan konsentrasi CO2 di atmosfer tak terelakkan.
Pemakaian CFC terutama CFC -11 dan CFC-12 telah memberikan kontribusi besar dalam
pemanasan global karena dapat merusak lapisan ozon. Gas Klorin merupakan gas yang tidak
reaktif sehingga saat gas ini mencapai atmosfer di bagian paling atas dan berinteraksi dengan
radiasi UV dan membentuk atom. Klorin. Contoh penggunaan CFC antara lain dalam
hairspray, AC, dan freon pada kulkas yang marak digunakan.
Efek rumah kaca sebenarnya berfungsi untuk menjaga suhu permukaan bumi yang rata-
rata sekitar 15° C. Tanpa CO2 dan uap air di atmosfer, suhu rata-rata permukaan bumi
diperkiraan menjadi sekitar -25° C. Jadi, nyata sekali bahwa efek rumah kaca sangat penting
dalam menentukan kehidupan di bumi. Akan tetapi, peningkatan kadar dari gas-gas rumah kaca
yang sangat besar dapat menyebabkan suhu permukaan bumi menjadi terlalu tinggi sehingga
dapat mengakibatkan berbagai macam kerugian. Peningkatan inilah yang disebut pemanasan
global. (tulisan S21)
Judul sudah sesuai dengan isi dan tujuan menulis karangan eksposisi. Informasi yang dipaparkan
oleh S21 sudah memadai dan netral. Koherensi dan kohesi juga sudah bagus karena gagasan-
gagasannya sesuai dengan gagasan utama. Sedangkan untuk ketegasan, S21 pun telah
memberikan rincian mengenai efek rumah kaca dan gas-gas yang menyebabkan pemanasan
global.
4.4 Peningkatan Hasil Belajar Siswa dalam Menulis Karangan Eksposisi dengan
Menggunakan Media Berita
Seperti rumusan masalah penelitian dan tujuan penelitian ini, maka perlu adanya
penjelasan mengenai peningkatan hasil belajar siswa dalam menulis karangan eksposisi dengan
menggunakan media teks berita. Untuk mengetahui ada peningkatan atau tidak ada peningkatan,
maka perlu dilihat hasil belajar dari pretes, siklus I, hingga siklus II. Tabel 4.14 di bawah ini
merupakan tabel hasil belajar siswa dalam menulis karangan eksposisi.
Tabel 4.14 Perbandingan Kemampuan Menulis Karangan Eksposisi Siswa Sebelum dan Setelah
Diberi Tindakan Siklus I dan Siklus II
Hasil Evaluasi Persentase (%)
Pretes Siklus
I
Siklus
II
Rata-rata Kemampuan Siswa dalam Satu Kelas 66,06 78,56 83,21
Pencapaian Tingkat Keberhasilan Siswa dalam Satu
Kelas
41,18% 79,41% 100%
Tabel 4.15 Peningkatan Kemampuan Menulis Eksposisi Siswa dari Pretes ke Siklus I
No. Aspek/Subaspek
Penilaian
Pretes
(%)
Postes
Siklus I
(%)
Peningkatan
(%)
1.
Perumusan judul 56,62 85,29 Naik 28,67
2.
Pemaparan Informasi 53,68 83,09 Naik 29,41
3.
Kesatupaduan 72,79 75,74 Naik 2,95
4.
Keterpautan 74,26 74,26 Tetap
5.
Ketegasan 66,18 80,15 Naik 13,97
6.
Ejaan dan tanda baca 80,15 74,26 Turun 5,89
X 100%
96
Dari tabel 4.15 di atas dapat diketahui seberapa besar peningkatan untuk tiap aspek maupun
subaspek penilaian dari pretes ke postes siklus I. Untuk aspek perumusan judul, subaspek
pemaparan informasi, dan subaspek ketegasan mengalami peningkatan. Sedangkan untuk
subaspek keterpautan tetap, Kemudian untuk aspek ejaan dan tanda baca mengalami penurunan
sebesar 5,89%.
4.4.2. Peningkatan Tiap Aspek/Subaspek pada Siklus II
Peningkatan untuk setiap aspek maupun subaspek dari postes siklus I ke postes siklus II
dapat dilihat pada tabel 4.16 di bawah ini.
Tabel 4.16 Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Eksposisi Siswa pada Postes Siklus I ke
Postes Siklus II
No. Aspek/Subaspek
Penilaian
Postes
Siklus I
(%)
Postes
Siklus II
(%)
Peningkatan
(%)
1
.
Perumusan judul 85,29 86,76 Naik 1,47
2
.
Pemaparan Informasi 83,09 77,94 Turun 5,15
3
.
Kesatupaduan 75,74 81,62 Naik 5,88
4
.
Keterpautan 74,26 83,09 Naik 8,83
5
.
Ketegasan 80,15 81,62 Naik 1,47
6
.
Ejaan dan tanda baca 74,26 83,82 Naik 9,56
Dari tabel 4.16 di atas dapat diketahui peningkatan untuk tiap aspek maupun subaspek
penilaian dari siklus I ke siklus II. Pada siklus II ini, hanya subaspek pemaparan informasi saja
yang mengalami penurunan sebesar 5,15, tetapi masih dengan kualifikasi B (baik).
BAB V
PEMBAHASAN
Pada Bab V ini akan disajikan pembahasan hasil penelitian peningkatan kemampuan
siswa dalam menulis karangan eksposisi dengan penggunaan media teks berita. Hasil penelitian
yang disajikan berupa temuan hasil penelitian tentang hasil belajar siswa.
Dalam penelitian ini telah dilaksanakan proses menulis karangan eksposisi dari fase
pramenulis hingga fase pascamenulis. Pada fase pramenulis, siswa diarahkan untuk
mengungkapkan pengetahuan mereka mengenai karangan eksposisi. Selanjutnya, siswa
ditugaskan untuk membaca teks berita. Hal ini bertujuan supaya siswa memperoleh informasi
tambahan yang nantinya dapat digunakan sebagai media untuk memperoleh ide. Hal ini sejalan
dengan pendapat Cleary dan Linn (dalam Rahaor, 2006:34) bahwa temuan yang paling
mengejutkan dari penelitian mutakhir tentang tulisan adalah adanya korelasi antara membaca
luas yang baik dengan menulis yang baik. Untuk itu, agar siswa mampu menulis karangan
eksposisi dengan baik maka siswa perlu membaca sebuah informasi. Salah satu sumber
informasi yaitu dari koran, bahkan dari internet.
Pelaksanaan penelitian dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi ini berdasarkan
urutan yang telah direncanakan di awal pada setiap siklus. Pada masing-masing siklus, yaitu
siklus I dan siklus II terdapat beberapa tahapan, mulai dari perencanaan hingga refleksi. Hal ini
sesuai dengan pendapat.
Arikunto(2007:16) bahwa secara garis besar, PTK dibagi ke dalam empat tahap yang
meliputi tahap: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi.
Kemampuan menulis karangan eksposisi pada fase penulisan merupakan kegiatan
lanjutan yang berkaitan erat dengan kegiatan prapenulisan. Pada fase menulis ini, siswa
mengembangkan kerangka karangan yang telah dibuat pada fase pramenulis. Kegiatan menulis
karangan eksposisi terdiri atas aspek pembuatan judul, pengembangan paragraf dan aspek tata
bahasa. Untuk aspek pengembangan paragraf ini, terdapat subaspek yang terdiri dari pemaparan
informasi, kesatupaduan, keterpautan, dan ketegasan (Gie, 2002:62-63).
Bahasan hasil temuan penelitian ini tentang (1) hasil belajar sebelum tindakan (pretes),
(2) hasil belajar tindakan siklus I, dan (3) hasil belajar tindakan siklus II. Kemampuan siswa
dalam menulis karangan eksposisi sebelum tindakan hasilnya dinilai rendah. Hal ini terbukti
dengan nilai rata-rata yang hanya 66,06% (kualifikasi C) yang terdiri dari 2 siswa memperoleh
kualifikasi A, 12 siswa memperoleh kualifikasi B, 18 siswa memperoleh kualifikasi C, dan 2
siswa memperoleh kualifikasi D. Sedangkan pada siklus I, kemampuan kelas mengalami
peningkatan dalam menulis eksposisi. Hal ini terbukti dengan naiknya nilai rata-rata menjadi
78,56% yang terdiri dari 7 siswa memperoleh kualifikasi A, 20 siswa memperoleh kualifikasi B,
dan 7 siswa memperoleh kualifikasi C. Kemudian untuk siklus II, rata-rata menjadi 83,21% yang
terdiri dari 13 siswa memperoleh kualifikasi A dan 21 siswa memperoleh kualifikasi B. Dengan
demikian, pencapaian tingkat keberhasilan siswa dalam satu kelas yaitu 100% berhasil. Berikut
ini merupakan pembahasan mengenai peningkatan setiap aspek penilaian.
5.1 Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Eksposisi pada Aspek Judul
Judul merupakan unsur yang penting dalam sebuah karangan. Tidak semua siswa mampu
merumuskan judul dengan tepat dan sesuai dengan isi. Pada pretes, hanya ada 8 siswa
memperoleh kualifikasi A, 8 siswa memperoleh kualifikasi B, 3 siswa memperoleh kualifikasi C,
dan 15 siswa memperoleh kualifikasi D. Setelah diberikan tindakan dengan penggunaan media
teks berita dalam menulis karangan eksposisi, maka pada siklus I terdapat peningkatan
kemampuan siswa dalam merumuskan judul. Hal ini terbukti dengan adanya 19 siswa yang
memperoleh kualifikasi A, 11 siswa yang memperoleh kualifikasi B, 3 siswa memperoleh
kualifikasi C, dan hanya ada 1 siswa yang memperoleh kualifikasi D. Jika dilihat dari jumlah
siswa yang berhasil dalam merumuskan judul (siswa yang mendapat kualifikasi A dan B), maka
ada peningkatan jumlah siswa yang mampu merumuskan judul pada karangan eksposisi. Jika
pada pretes hanya ada 16 siswa yang mampu merumuskan judul, maka pada siklus I jumlah
siswa yang mampu merumuskan judul ada 30 siswa.
Untuk aspek merumuskan judul pada siklus II yaitu ada 20 siswa yang memperoleh
kualifikasi A, 10 siswa memperoleh kualifikasi B, dan 4 siswa memperoleh kualifikasi C. Jika
dibandingkan dengan siklus I, jumlah siswa yang mampu merumuskan judul pada siklus II ini
tetap. Namun terdapat peningkatan jka dibandingkan siklus I. Jika pada siklus I masih ada siswa
yang memperoleh kualifikasi D, sedangkan pada siklus II sudah tidak ada siswa yang
memperoleh kualifikasi D.
Kemampuan siswa dalam merumuskan judul untuk satu kelas ketika pretes yaitu 56,62%
dengan kualifikasi C. Kemampuan siswa dalam satu kelas untuk aspek perumusan judul pada
siklus I yaitu 85,29% dengan kualifikasi A. Kemampuan siswa dalam satu kelas untuk aspek
perumusan judul pada siklus II yaitu 86,76% dengan kualifikasi A. Dengan demikian ada
peningkatan sebesar 28,67% pada siklus I untuk aspek perumusan judul dan peningkatan sebesar
1,47% pada siklus II untuk aspek perumusan judul.
5.2 Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Eksposisi pada Aspek Pengembangan
Paragraf
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa untuk aspek pengembangan paragraf ini
terdapat empat subaspek yang dinilai. Keempat subaspek yang dinilai tersebut yaitu (1)
pemaparan, (2) kesatupaduan, (3) keterpautan, dan (4) ketegasan. Keempat hal tersebut sesuai
dengan pengertian dan teknik penulisan karangan paparan. Berikut penjelasan dari setiap
subaspek pengembangan paragraf.
(1) Subaspek Pemaparan Informasi
Maurice Garland Fulton (dalam Gie,2002:62) mengatakan bahwa tulisan paparan adalah
bentuk tulisan yang dengannya orang melakukan pembeberan yang jelas, memadai dan netral
tentang suatu hal yang termasuk dalam bidang pengetahuan manusia. Hal ini menunjukkan
bahwa sebuah karangan eksposisi itu menjelaskan sesuatu berdasarkan fakta.
Ketika pretes, tidak semua siswa mampu memaparkan informasi atau paparan yang sesuai fakta
sehingga informasi yang ada tidak jelas, tidak memadai, dan tidak netral. Pada pretes, ada 15
siswa (44,12%) yang mampu memaparkan informasi sesuai dengan syarat dan teknik penulisan
pemaparan dan ada 19 siswa (55,88%) belum mampu memaparkan informasi sesuai dengan
syarat dan teknik penulisan pemaparan. Kemampuan siswa ketika memaparkan informasi dalam
satu kelas pada pretes yaitu 53,68% dengan kualifikasi C.
Untuk postes siklus I (setelah menggunakan media teks berita), tidak ada siswa yang
memperoleh kualifikasi D. Pada siklus I, ada 33 siswa (97,06%) yang mampu memaparkan
informasi sesuai dengan syarat dan teknik penulisan pemaparan dan ada 1 siswa (2,94%) belum
mampu memaparkan informasi sesuai dengan syarat dan teknik penulisan pemaparan.
Kemampuan siswa ketika memaparkan informasi dalam satu kelas pada pretes yaitu 83,09%
dengan kualifikasi B. Dengan demikian ada peningkatan sebesar 29,41% dari pretes untuk sub
aspek pemaparan informasi.
Selanjutnya, tingkat keberhasilan untuk subaspek pemaparan informasi pada siklus II ini
yaitu 30 siswa (88,24%) mampu memaparkan informasi sesuai dengan syarat dan teknik
penulisan pemaparan dan 4 siswa (11,76%) belum mampu memaparkan informasi sesuai dengan
syarat dan teknik penulisan pemaparan. Kemampuan siswa dalam satu kelas untuk subaspek
pemaparan informasi pada siklus II yaitu 77,94% dengan kualifikasi B. Dengan demikian ada
penurunan sebesar 5,15% dari siklus I. Namun demikian, untuk kualifikasi penilaian tidak ada
perubahan karena tetap pada kualifikasi B.
(2) Subaspek Kesatupaduan
Kesatupaduan pada karangan eksposisi menetapkan bahwa setiap karangan eksposisi harus
merupakan satu keseluruhan yang utuh dan bukannya suatu percampuran. Segenap unsur
karangan itu harus mempunyai pertalian dengan gagasan pokok atau tema utama karangan yang
bersangkutan. Cleanth Brooks dan Robert Penn Warren (dalam Gie, 2002:62) mengatakan
bahwa kesatupaduan dapat dicapai melalui:
(a) menetapkan gagasan pokok sebagai topik utama karangan
(b) membedakan apa yang bertalian dengan topik utama itu dari apa yang tidak bertalian
(c) mengusahakan topik-topik bawahan tunduk pada topik utama dan tidak memaparkan secara
berlebihan.
Kemampuan siswa dalam subaspek kesatupaduan karangan pun pada pretes (sebelum
tindakan) juga dinilai masih kurang. Ada 5 siswa yang memperoleh kualifikasi A, 21 siswa
memperoleh kualifikasi B, dan 8 siswa memperoleh kualifikasi C. Sedangkan pada siklus I,
kemampuan siswa untuk subaspek kesatupaduan yaitu 10 siswa memperoleh kualifikasi A, 15
siswa memperoleh kualifikasi B, dan 9 siswa memperoleh kualifikasi C. Kemampuan siswa
dalam satu kelas untuk subaspek kesatupaduan pada pretes yaitu 72,79% dengan kualifikasi B.
Kemampuan siswa dalam satu kelas untuk subaspek kesatupaduan pada siklus I yaitu 75,74%
dengan kualifikasi B. Dengan demikian ada peningkatan sebesar 2,95% untuk subaspek
kesatupaduan pada siklus I.
Tingkat keberhasilan untuk subaspek kesatupaduan pada siklus I yaitu 73,53%, sedangkan
tingkat keberhasilan untuk subaspek kesatupaduan pada siklus II yaitu 100% berhasil. Pada
siklus ini, ada 9 orang memperoleh kualifikasi A, dan 25 orang memperoleh kualifikasi B.
Dengan hasil yang demikian maka ada peningkatan hasil kemampuan untuk subaspek
kesatupaduan pada II. Peningkatan pada subaspek kesatupaduan pada siklus II juga bisa dilihat
dari kemampuan siswa dalam satu kelas untuk subaspek kesatupaduan. Jika pada siklus I
kemampuan siswa dalam satu kelas untuk subaspek kesatupaduan sebesar 75,74%, maka
kemampuan siswa dalam satu kelas untuk subaspek kesatupaduan pada siklus II mengalami
peningkatan sebesar 5,88% menjadi 81,62%.
(3) Subaspek Keterpautan
Asas pertautan pada karangan eksposisi menetapkan bahwa unsur-unsur sebuah karangan
harus melekat satu sama lain dan tidak berdiri sendiri. Ide-ide yang serumpun harus mengalir
secara lancar dari satu alinea ke alinea lain, dari kalimat satu ke kalimat yang lain sehingga
merupakan suatu kesinambungan. Cara-cara untuk mencapai pertautan menurut Joseph D. Gallo
dan Henry W. Rink (dalam Gie, 2002:62) ialah dengan:
(a) kata dan frasa peralihan yang menunjukkan tambahan, contoh, perlawanan, atau kesimpulan.
(b) pengulangan kata
(c) pengubahan dengan menambahkan detail-detail dalam kalimat
(d) urutan logis yang dikaitkan pada suatu susunan tertentu seperti waktu, ruang, atau sebab-
akibat.
Tingkat keberhasilan siswa dalam menggunakan piranti kohesi pada pretes adalah
88,24%dengan 3 siswa memperoleh kualifikasi A dan 21 siswa memperoleh kualifikasi B. Pada
postes siklus I, tingkat keberhasilan siswa dalam menggunakan piranti kohesif adalah 85,28%
dengan 4 siswa memperoleh kualifikasi A, 25 siswa memperoleh kualifikasi B. Pada postes
siklus II, tingkat keberhasilan siswa dalam menggunakan piranti kohesif adalah 97,06% dengan
12 siswa memperoleh kualifikasi A dan 21 siswa memperoleh kualifikasi B.
Kemampuan siswa dalam satu kelas untuk subaspek keterpautan pada pretes adalah
74,26% dengan kualifikasi B. Kemampuan siswa dalam satu kelas untuk subaspek keterpautan
pada siklus I adalah 74,26% dengan kualifikasi B. Kemampuan siswa dalam satu kelas untuk
subaspek keterpautan pada siklus II adalah 83,09%. Dengan demikian ada peningkatan untuk
subaspek keterpautan setelah tindakan pada siklus II sebesar 8,83%.
(4) Subaspek Ketegasan
Ketegasan dalam karangan eksposisi menetapkan bahwa masing-masing unsur suatu
tulisan eksposisi harus memperoleh penekanan yang sesuai dengan kedudukan atau pentingnya.
Jadi harus ada unsur yang ditonjolkan. Cleanth Brooks dan Robert Penn Warren (dalam Gie,
2002:63) mengatakan bahwa penegasan terhadap suatu unsur dapat dilakukan dengan cara:
(a) pernyataan tegas mengenai pentingnya hal yang bersangkutan
(b) penegasan dengan menepatkan pada letak awal atau letak akhir
(c) penegasan dengan memberikan pembahasan yang lebih mendalam atau lebih luas
dibandingkan dengan bagian-bagian selebihnya yang kurang penting
(d) penegasan dengan mengulang ide yang bersangkutan
(e) penyusunan sebuah alinea pendek diantara alinea-alinea yang jauh lebih panjang.
Kemampuan siswa untuk subaspek ketegasan pada pretes termasuk rendah. Hal ini
ditandai dengan hasil kemampuan siswa yang masih kurang. Pada pretes, tingkat keberhasilan
siswa untuk subaspek ketegasan adalah 55,88% dengan 4 siswa yang memperoleh kualifikasi A
dan 15 siswa memperoleh kualifikasi B. Tingkat keberhasilan siswa untuk subaspek ketegasan
pada postes siklus I adalah 100% dengan 7 siswa memperoleh kualifikasi A dan 27 siswa
memperoleh kualifikasi B. Tingkat keberhasilan siswa untuk sub aspek ketegasan pada postes
siklus II adalah 100% dengan 9 siswa memperoleh kualifikasi A dan 25 siswa memperoleh
kualifikasi B.
Kemampuan siswa dalam satu kelas untuk subaspek ketegasan pada pretes yaitu 66,18%
dengan kualifikasi C. Kemampuan siswa dalam satu kelas untuk subaspek ketegasan pada siklus
I adalah 80,15% dengan kualifikasi B. Kemampuan siswa dalam satu kelas untuk subaspek
ketegasan pada siklus II adalah 81,62%. Dengan demikian ada peningkatan sebesar 13,97% pada
siklusI dan peningkatan sebesar 1,47% pada siklus II.
5.3 Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Eksposisi pada Aspek Penggunaan Ejaan
dan Tanda Baca
Bahasa tulis merupakan salah satu unsur mengarang yang merupakan kendaraan angkut
untuk menyampaikan gagasan seseorang kepada pembaca (Gie, 2002:5). Bahasa tulis mencakup
sejumlah unsur-unsur bahasa yaitu macam huruf (huruf kecil, huruf besar, sampai huruf miring
dalam cetakan), berbagai kata, dan aneka tanda baca (Gie, 2002:39). Segenap unsur bahasa
tersebut harus ditulis secara tepat menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku agar gagasan yang
disampaikan dapat dimengerti secara jelas oleh pembaca. Kaidah penggunaan ejaan bahasa
Indonesia yang benar terdapat dalam buku Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD).
BAB VI
PENUTUP
6.1 Simpulan
Berdasarkan paparan data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menulis
karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita dapat meningkatkan kemampuan
hasil belajar siswa. Hal ini dapat terlihat dari peningkatan yang signifikan pada hasil belajar
siswa dalam menulis karangan eksposisi. Peningkatan kemampuan menulis karangan eksposisi
dapat dilihat dari kemampuan rata-rata dan kemampuan tiap aspek. Kemampuan rata-rata siswa
dalam menulis karangan eksposisi meningkat dari 66,06% menjadi 78,56% pada siklus I dan
meningkat sebesar 4,65% menjadi 83,21% pada siklus II. Pencapaian tingkat keberhasilan pun
mengalami peningkatan yang signifikan. Tingkat keberhasilan siswa dalam menulis karangan
eksposisi pada siklus I meningkat dari 41,18% menjadi 79,41% dan meningkat sebesar 20,59%
menjadi 100% pada siklus II. Di bawah ini merupakan peningkatan kemampuan menulis
karangan eksposisi pada setiap aspek penilaian.
(1) Kemampuan siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis karangan eksposisi dengan
menggunakan media teks berita pada aspek perumusan judul mengalami peningkatan yang
signifikan sebesar 1,47% dengan tingkat keberhasilan 88,34% pada postes siklus II.
(2) Peningkatan hasil belajar siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis karangan eksposisi
dengan menggunakan media teks berita pada aspek pengembangan paragraf yaitu sebagai
berikut.
107
(a) Kemampuan siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis karangan eksposisi pada
subaspek pemaparan informasi menurun 5,15% tetapi dengan tingkat keberhasilan
88,24% pada postes siklus II.
(b) Kemampuan siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis karangan eksposisi pada
subaspek kasatupaduan mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 5,88% dengan
tingkat keberhasilan 100% pada postes siklus II.
(c) Kemampuan siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis karangan eksposisi pada
subaspek keterpautan mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 8,83% dengan
tingkat keberhasilan 97,06% pada postes siklus II.
(d) Kemampuan siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis karangan eksposisi pada
subaspek ketegasan mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 1,47% dengan
tingkat keberhasilan 100% pada postes siklus II
(3) Kemampuan siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis karangan eksposisi dengan
menggunakan media teks berita pada aspek penulisan ejaan dan tanda baca mengalami
peningkatan yang signifikan sebesar 9,56% dengan tingkat keberhasilan 100% pada postes
siklus II
6.2 Saran
Adapun beberapa saran yang bisa peneliti sampaikan sehubungan dengan pembelajaran
menulis eksposisi dengan menggunakan media teks berita yang
109
dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk perbaikan proses pembelajaran adalah sebagai
berikut.
(1) Hendaknya guru menggunakan media teks berita dengan topik yang sesuai dengan minat
siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran menulis karangan
eksposisi.
(2) Alokasi waktu untuk pembelajaran menulis perlu dipertimbangkan mengingat pembelajaran
menulis karangan eksposisi merupakan kompetensi dasar yang membutuhkan proses.
(3) Sebaiknya siswa juga diajak untuk melakukan penilaian terhadap tugas yang telah dikerjakan
sehingga siswa mengetahui dan lebih memperhatikan aspek-aspek yang perlu diperhatikan
dalam menulis.
Tingkat keberhasilan siswa untuk aspek penggunaan ejaan dan tanda baca pada pretes
adalah 97,06% dengan 8 siswa memperoleh kualifikasi A dan 25 siswa memperoleh kualifikasi
B. Tingkat keberhasilan siswa untuk aspek penggunaan ejaan dan tanda baca pada postes siklus I
adalah 94,12% dengan 1 siswa yang memperoleh kualifikasi A dan 31 siswa memperoleh
kualifikasi B. Tingkat keberhasilan siswa untuk aspek penggunaan ejaan dan tanda baca pada
postes siklus II adalah100% dengan 15 siswa memperoleh kualifikasi A dan 18 siswa
memperoleh kualifikasi B.
Kemampuan siswa dalam satu kelas untuk aspek penggunaan ejaan dan tanda baca pada
pretes adalah 80,15% dengan kualifikasi B. Kemampuan siswa dalam satu kelas untuk aspek
penggunaan ejaan dan tanda baca pada postes siklus I adalah 74,26 dengan kualifikasi B.
Kemampuan siswa dalam satu kelas untuk aspek penggunaan ejaan dan tanda baca pada postes
siklus II adalah 83,82% dengan kualifikasi B. Dengan demikian ada peningkatan kemampuan
sebesar 9,56% untuk aspek penggunaan ejaan dan tanda baca
DAFTAR RUJUKAN
Ahmadi, dkk. 1981. Komposisi Bahasa Indonesia Buku I. Malang: Proyek P3T IKIP Malang.
Ahmadi, Mukhsin. 1998. Materi Dasar Pengajaran Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta:
Dirjen P2LPTK.
Arifin, Zaenal & Tasai, Amran. 2002. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akademika
Pressindo.
Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. Suhardjono & Supardi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi
Aksara.
Arsyad, Azhar. 2002. Media Pengajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
BSNP. 2006. Standar Isi: Keputusan Menteri No. 22, 23, 24 Tahun 2006.
Echols, John & Shadily. 1996. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Gie, The Liang. 2002. Terampil Mengarang. Yogyakarta: Andi.
Harsiati, Titik. 2001. Evaluasi Hasil Belajar Bahasa Indonesia Berdasarkan Pendekatan
Komunikatif. Malang: Sastra Indonesia-FS UM.
Ibrahim, R & Nana, S.S. 2003. Rencana Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Kurniawan, Kahaerudin. -----. Model Pengajaran Menulis Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing
Tingkat Lanjut. (Online), FBS Universitas Negeri Yogyakarta,
(http://www.ialf.edu/%20kipbipa/papers/KaherudinKurniawan.doc, diakses tanggal 27
Desember 2007)
Mariani, I.R & Kuncoro, J. 2001. Teknik Mencari dan Menulis Berita. Malang: Pusat Penerbitan
UT
Moleong. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
110
111
Nurchasanah & Widodo. 1993. Keterampilan Menulis dan Pengajarannya. Malang: FS UM.
Parera. 1993. Menulis Tertib dan Sistematik. Jakarta: Erlangga.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Rahor, Petrus P. 2006. Upaya Peningkatan Kemampuan Menulis Eksposisi melalu STAD dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SDN Sumbersari II Malang. Tesis tidak
diterbitkan. Malang: Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang.
Restapaty, Ratna. 2007. Pemanfaatan Media Massa sebagai Media Pembelajaran Bahasa
Indonesia pada Siswa Kelas VII.8 di SMP Negeri 6 Malang Tahun Ajaran 2006/2007.
Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Program S1 Universitas Negeri Malang.
Santoso, Anang. 2004. Teknik Analisis Data Penelitian Kualitatif. Makalah disajikan dalam
lokakarya Metodelogi Penelitian Kualitatif, Departemen Pendidikan Nasional Lembaga
Penelitian Universitas Negeri Malang, Malang, 27 – 29 September 2004.
Sudjana, Nana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sukristanto. 2002. Menulis sebagai Sarana Berpikir Kritis Para Siswa. Dalam Sujarwanto(Ed),
Bahasa dan Sastra Indonesia Menuju Peran Transformasi Sosial Budaya Abad XXI
(halaman 549-558). Yogyakarta: Gama Media.
Suyitno, Imam. 1997. Pemanfaatan Media dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur
Asing (BIPA). Sumber Belajar, 4(-): 23.
Winkel, W.S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo.
Wordpress. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Pembelajaran, (Online), Diterbitkan 17 Januari 2008,
(http//gurupkn.wordperss.com/2008/01/17/evaluasi pembelajaran, diakses 1 Maret 2008)
top related