kwnb04fpikub.files.wordpress.com file · web viewfakultas perikanan dan ilmu ... (kekuasaan...
Post on 23-Mar-2019
234 Views
Preview:
TRANSCRIPT
MAKALAH
MENGAPLIKASIKAN PRINSIP-PRINSIP DEMOKRASI DALAM
KEHIDUPAN BERBANGSA DAB BERNEGARA
(Tugas Terstruktur Matakuliah Pendidikan Kewarganegaraan)
Dosen Pengampu : Ir. M. Rasyid Fadholi, MS
Disusun oleh :
Zulvy Salma Hanifah (135080501111047)
Esa Prakoso (115080200111003)
Abdurrachman Faizal (135080501111102)
Kadek Bella Dwi L. (135080500111096)
Cep Surya Medari (115080400111030)
Kelas B01
BUDIDAYA PERIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
terselesainya penulisan makalah yang berjudul Mengaplikasikan Prinsip-Prinsip
Demokrasi Dalam Kehidupan Berbangsa Dab Bernegara. Penulisan makalah ini
bertujuan untuk melengkapi tugas terstruktur dari Matakuliah Pendidikan
Kewarganegaraan pada semester IV.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih belum
sempurna. Oleh karena itu untuk memperbaiki makalah ini penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun. Di samping itu, penulis menyarankan agar
mahasiswa membaca referensi-referensi atau pustaka-pustaka lain guna untuk
melengkapi kekurangan yang ada.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua dosen matakuliah
Pendidikan Kewarganegaraan Ir. M. Rasyid Fadholi, MS yang telah membimbing
dalam peulisan makalah ini. Terima kasih penulis ucapkan kepada teman-teman
kelompok 8 dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah
ini.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga makalah ini memberikan banyak
manfaat, khususnya bagi mahasiswa.
Malang, 22 April 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu Negara
sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas
negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut.Salah satu pilar
demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi ketiga kekuasaan politik
negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif).
Berawal dari kemenangan Negara-negara Sekutu terhadap Negara-negara
Jerman, Italia & Jepang pada Perang Dunia II (1945), dan disusul kemudian
dengan keruntuhan Uni Soviet yang berlandasan paham Komunisme di akhir
Abad XX , maka paham Demokrasi paham yang mendominasi tata kehidupan
umat manusia di dunia dewasa ini.
Penanaman demokrasi penddidikan merupakan satu hal yang sangat
penting ditanamkan bagi para siswa di Indonesia. Mengingat lingkungan sekolah
maupun intansi pendidikan lain merupakan sarana yang sangat efisien dalam
membentuk karakter suatu bangsa. Selain itu penanaman pendidikan demokrasi
dapat juga dilakukan di rumah dan lingkungan sekitar tempat tinggal demi
terciptanya masyarakat yang memiliki sifat demokrasi atau masyarakat madani.
Masyarakat madani (civil society) sering disebut masyarakat warga,
masyarakat kewargaan, masyarakat sipil, beradab, atau masyarakat berbudaya.
Istilah civil societyberasal dari bahasa latin, yaitu civitas dei artinya kota Ilahi.
Asal kata civil adalahcivilization yang artinya peradaban. Civil society secara
sederhana dapat diartikan sebagai masyarakat beradab.
Konsep masyarakat madani merupakan penerjemahan dari civil
society yang pertama kali digulirkan oleh Dato Seri Anwar Ibrahim dalam
ceramahnya pada acara Festifal Istiqlal, 26 September 1995 di Jakarta. Konsep
yang diajukannya hendak menunjukkan bahwa masyarakat yang ideal adalah
kelompok masyarakat yang memiliki peradaban maju.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana prinsip dan pengertian dari demokrasi?
2. Bagaimana penerapan Demokrasi pendidikan di Indonesia?
3. Apakah yang dimaksud dengan masyarakat madani serta ciri-ciri dari
masyarakat madani?
4. Bagaimana prinsip demokrasi dalam masyarakat madani?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan
kepada pembaca mengenai demokrasi pendidikan dan prinsip dari demokrasi
pendidikan di Indonesia. selain itu juga dijelaskan mengenai masyarakat madani
serta ciri-ciri dan pentingnya demokrasi pada masyarakat madani.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendidikan dan Pelaksanaan Demokrasi Di Indonesia
1. Pengertian dan Prinsip Budaya demokrasi
Demokrasi berasal dari bahasa yunani, yaitu demos yang artinya rakyat
dan kratos atau kratein yang dapat diartikan sebagai pemerintahan berada di
tangan rakyat. Secara harfiah, demokrasi berarti pemerintahan dari, oleh, dan
untuk rakyat. Menurut kamus, demokrasi adalah pemerintahan oleh rakyat dengan
kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat dan dijalankan langsung oleh wakil-
wakilnya yang dipilih melalui pemilihan umum yang bebas. Demokrasi dapat
disebut juga sebagai pelembagaan dari suatu kebebasan (institutionalization of
freedom).
Berbicara tentang pengertian demokrasi, ada beberapa pendapat yang
dapat kita jadikan acuan agar kita mudah memahaminya. Pendapat-pendapat
tersebut antara lainnya dikemukakan oleh para tokoh seperti berikut.
A. Kranenburg berpendapat bahwa demokrasi terbentuk dari dua
pokok kata yang berasal dari bahasa yunani yaitu demos (rakyat) dan
kratein (memerintah) yang maknanya adalah “ cara memerintah oleh
rakyat”.
B. Prof. Mr. Koentjoro poerbobranoto. Berpendapat demokrasi adalah
suatu negara yang pemerintahannya dipegang oleh rakyat. Maksudnya,
suatu sistem dimana suatu negara diikutsertakan dalampemerintahan
negara.
C. Abraham lincoln. Berpendapat bahwa demokrasi adalah
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat (democracy is
government of the people, by the people, and for the people).
Berdasarkan pendapat dari tokoh-tokoh diatas, maka dapat diambil satu
kesimpulan tentang pengertian demokrasi seperti berikut. Demokrasi adalah suatu
paham yang menegaskan bahwa pemerintahan suatu negara di pegang oleh rakyat,
karena pemerintahan tersebut pada hakikatnya berasal dari rakyat, oleh rakyat,
dan untuk rakyat. Sistem pemerintahan demokrasi adalah demokrasi langsung.
Pelaksanaan demokrasi itu disebut demokrasi langsung (direct democracy).
2. Perkembangan dan Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia
Perkembangan demokrasi di Indonesia dapat dilihat dari Pelaksanaan
Demokrasi yang pernah ada di Indonesia. Pelaksanaan demokrasi di indonesia
dapat dibagi menjadi beberapa periodesasi antara lain :
1. Pelaksanaan demokrasi pada masa revolusi ( 1945 – 1950 ).
Tahun 1945 – 1950, Indonesia masih berjuang menghadapi Belanda yang ingin
kembali ke Indonesia. Pada saat itu pelaksanaan demokrasi belum berjalan dengan
baik. Hal itu disebabkan oleh masih adanya revolusi fisik. Pada awal kemerdekaan
masih terdapat sentralisasi kekuasaan hal itu terlihat Pasal 4 Aturan Peralihan
UUD 1945 yang berbnyi sebelum MPR, DPR dan DPA dibentuk menurut UUD
ini segala kekuasaan dijalankan oleh Presiden denan dibantu oleh KNIP. Untuk
menghindari kesan bahwa negara Indonesia adalah negara yang absolut
pemerintah mengeluarkan :
Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945, KNIP berubah
menjadi lembaga legislatif.
Maklumat Pemerintah tanggal 3 Nopember 1945 tentang Pembentukan
Partai Politik.
Maklumat Pemerintah tanggal 14 Nopember 1945 tentang perubahan
sistem pemerintahn presidensil menjadi parlementer
2. Pelaksanaan demokrasi pada masa Orde Lama
a. Masa Demokrasi Liberal (1950 – 1959)
Masa demokrasi liberal yang parlementer presiden sebagai lambang atau
berkedudukan sebagai Kepala Negara bukan sebagai kepala eksekutif. Masa
demokrasi ini peranan parlemen, akuntabilitas politik sangat tinggi dan
berkembangnya partai-partai politik.
Namun demikian praktek demokrasi pada masa ini dinilai gagal disebabkan :
Dominannya partai politik
Landasan sosial ekonomi yang masih lemah
Tidak mampunya konstituante bersidang untuk mengganti UUDS 1950
Atas dasar kegagalan itu maka Presiden mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959
:
Bubarkan konstituante
Kembali ke UUD 1945 tidak berlaku UUD S 1950
Pembentukan MPRS dan DPAS
b. Masa Demokrasi Terpimpin (1959 – 1966)
Pengertian demokrasi terpimpin menurut Tap MPRS No. VII/MPRS/1965 adalah
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan yang berintikan musyawarah untuk mufakat secara gotong royong
diantara semua kekuatan nasional yang progresif revolusioner dengan
berporoskan nasakom dengan ciri:
1. Dominasi Presiden
2. Terbatasnya peran partai politik
3. Berkembangnya pengaruh PKI
Penyimpangan masa demokrasi terpimpin antara lain:
1. Mengaburnya sistem kepartaian, pemimpin partai banyak yang
dipenjarakan
2. Peranan Parlemen lembah bahkan akhirnya dibubarkan oleh presiden
dan presiden membentuk DPRGR
3. Jaminan HAM lemah
4. Terjadi sentralisasi kekuasaan
5. Terbatasnya peranan pers
6. Kebijakan politik luar negeri sudah memihak ke RRC (Blok Timur)
Akhirnya terjadi peristiwa pemberontakan G 30 September 1965 oleh PKI yang
menjadi tanda akhir dari pemerintahan Orde Lama.
c. Pelaksanaan demokrasi Orde Baru (1966 – 1998)
Dinamakan juga demokrasi pancasila. Pelaksanaan demokrasi orde baru
ditandai dengan keluarnya Surat Perintah 11 Maret 1966, Orde Baru bertekad
akan melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekwen. Awal
Orde baru memberi harapan baru pada rakyat pembangunan disegala bidang
melalui Pelita I, II, III, IV, V dan pada masa orde baru berhasil menyelenggarakan
Pemilihan Umum tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997.
Namun demikian perjalanan demokrasi pada masa orde baru ini dianggap gagal
sebab:
1. Rotasi kekuasaan eksekutif hampir dikatakan tidak ada
2. Rekrutmen politik yang tertutup
3. Pemilu yang jauh dari semangat demokratis
4. Pengakuan HAM yang terbatas
5. Tumbuhnya KKN yang merajalela
Sebab jatuhnya Orde Baru:
1. Hancurnya ekonomi nasional ( krisis ekonomi )
2. Terjadinya krisis politik
3. TNI juga tidak bersedia menjadi alat kekuasaan orba
4. Gelombang demonstrasi yang menghebat menuntut Presiden Soeharto
untuk turun jadi Presiden.
d. Pelaksanaan Demokrasi Reformasi (1998 – Sekarang).
Berakhirnya masa orde baru ditandai dengan penyerahan kekuasaan dari Presiden
Soeharto ke Wakil Presiden BJ Habibie pada tanggal 21 Mei 1998.
Masa reformasi berusaha membangun kembali kehidupan yang demokratis antara
lain:
1. Keluarnya Ketetapan MPR RI No. X/MPR/1998 tentang pokok-pokok
reformasi
2. Ketetapan No. VII/MPR/1998 tentang pencabutan tap MPR tentang
Referandum
3. Tap MPR RI No. XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan Negara yang
bebas dari KKN
4. Tap MPR RI No. XIII/MPR/1998 tentang pembatasan Masa Jabatan
Presiden dan Wakil Presiden RI
5. Amandemen UUD 1945 sudah sampai amandemen I, II, III, IV
Pada Masa Reformasi berhasil menyelenggarakan pemiluhan umum sudah dua
kali yaitu tahun 1999 dan tahun 2004.
3. Pemilihan Umum Sebagai Pelaksanaan Demokrasi
a. Pengertian Pemilihan Umum
Salah satu ciri Negara demokratis debawa rule of law adalah
terselenggaranya kegiatan pemilihan umum yang bebas. Pemilihan umum
merupakan sarana politik untuk mewujudkan kehendak rakyat dalam hal memilih
wakil-wakil mereka di lembaga legislatif serta memilih pemegang kekuasaan
eksekutif baik itu presiden/wakil presiden maupun kepala daerah.
Pemilihan umumbagi suatu Negara demokrasi berkedudukan sebagai sarana untuk
menyalurkan hak asasi politik rakyat. Prmilihan umum memiliki arti penting
sebagai berikut:
1. Untuk mendukung atau mengubah personel dalam lembaga legislatif.
2. Membentuk dukungan yang mayoritas rakyat dalam menentukan
pemegang kekuasaan eksekutif untuk jangka tertentu.
3. Rakyat melalui perwakilannya secara berkala dapat mengoreksi atau
mengawasi kekuatan eksekutif.
b. Tujuan Pemilihan Umum
Pada pemerintahan yang demokratis, pemilihan umum merupakan pesta
demokrasi. Secara umum tujuan pemilihan umum antara lain :
1. Melaksanakan kedaulatan rakyat
2. Sebagai perwujudan hak asas politik rakyat
3. Untuk memilih wakil-wakil rakyat yang duduk di lembaga legislatif
serta memilih Presiden dan wakil Presiden.
4. Melaksanakan pergantian personel pemerintahan secara aman, damai,
dan tertib
5. Menjamin kesinambungan pembangunan nasional
Pemilu 1955 merupakan pemilu yang pertama dalam sejarah bangsa
Indonesia. Waktu itu Republik Indonesia berusia 10 tahun. Dapat dikatakan
pemilu merupakan syarat minimal bagi adanya demokrasi.
Secara lebih jelas Juan J. Linz dan Alfred Stepan merumuskan bahwa suatu
transisi demokrasi berhasil dilakukan suatu negara jika
(a) tercapai kesepakatan mengenai prosedur-prosedur politik untuk menghasilkan
pemerintahan yang dipilih
(b) jika suatu pemerintah memegang kekuasaannya atas dasar hasil pemilu yang
bebas
(c) jika pemerintah hasil pemilu tersebut secara de facto memiliki otoritas untuk
menghasilkan kebijakan-kebijakan baru dan
(d) kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif yang dihasilkan melalui
demokrasi yang baru itu secara de jure tidak berbagi kekuasaan dengan lembaga-
lembaga lain.
Sementara itu dalam perspektif Larry Diamond, konsolidasi demokrasi mencakup
pencapaian tiga agenda besar, yakni :
(a) kinerja atau performance ekonomi dan politik dari rezim demokratis
(b) institusionalisasi politik (penguatan birokrasi, partai politik, parlemen, pemilu,
akuntabilitas horizontal, dan penegakan hukum)
(c) restrukturisasi hubungan sipil-militer yang menjamin adanya kontrol otoritas
sipil atas militer di satu pihak dan terbentuknya civil society yang otonom di lain
pihak.
4. Pengertian Demokrasi Pendidikan
Pendidikan yang demokratik adalah pendidikan yang memberikan
kesempatan yang sama kepada setiap anak untuk mendapatkan pendidikan di
sekolah sesuai dengan kemampuannya. Pengertian demokratik di sini mencakup
arti baik secara horizontal maupun vertikal.
Maksud demokrasi secara horizontal adalah bahwa setiap anak, tidak ada
kecualinya, mendapatkan kesempatan yang sama untuk menikmati pendidikan
sekolah. Hal ini tercermin pada UUD 1945 pasal 31 ayat 1 yaitu : “Tiap-tiap
warga negara berhak mendapat pengajaran”. Sementara itu, demokrasi secara
vertikal ialah bahwa setiap anak mendapat kesempatan yang sama untuk mencapai
tingkat pendidikan sekolah yang setinggi-tingginya sesuai dengan
kemampuannya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, demokrasi diartikan sebagai
gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban
serta perlakuan yang sama bagi semua warga negara. Dalam pendidikan,
demokrasi ditunjukkan dengan pemusatan perhatian serta usaha pada si anak didik
dalam keadaan sewajarnya (intelegensi, kesehatan, keadaan sosial, dan
sebagainya). Di kalangan Taman Siswa dianut sikap tutwuri handayani, suatu
sikap demokratis yang mengakui hak si anak untuk tumbuh dan berkembang
menurut kodratnya.
Dengan demikian, tampaknya demokrasi pendidikan merupakan
pandangan hidup yang mengutarakan persamaan hak dan kewajiban serta
perlakuan yang sama di dalam berlangsungnya proses pendidikan antara pendidik
dan anak didik, serta juga dengan pengelola pendidikan. Sedangkan demokrasi
pendidikan dalam pengertian yang luas mengandung tiga hal yaitu :
1. Rasa hormat terhadap harkat sesama manusia. Demokrasi pada prinsip ini
dianggap sebagai pilar pertama untuk menjamin persaudaraan hak manusia
dengan tidak memandang jenis kelamin, umur, warna kulit, agama dan bangsa.
Dalam pendidikan, nilai-nilai inilah yang ditanamkan dengan memandang
perbedaan antara satu dengan yang lainnya baik hubungan antara sesama peserta
didik atau hubungan dengan gurunya yang saling menghargai dan menghormati.
2. Setiap manusia memiliki perubahan ke arah pikiran yang sehat
Dari prinsip inilah timbul pandangan bahwa manusia itu harus dididik, karena
dengan pendidikan itu manusia akan berubah dan berkembang ke arah yang
lebih sehat, baik dan sempurna. Oleh karena itu, sekolah sebagai lembaga
pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kemampuan anak didik untuk
berpikir dan memecahkan persoalan-persoalannya sendiri secara teratur,
sistematis dan komprehensif serta kritis sehingga anak didik memiliki wawasan,
kemampuan dan kesempatan yang luas.
3. Rela berbakti untuk kepentingan dan kesejahteraan bersama
Dalam konteks ini, pengertian demokrasi tidaklah dibatasi oleh kepentingan
individu-individu lain. Dengan kata lain, seseorang menjadi bebas karena orang
lain menghormati kepentingannya. Oleh sebab itu, tidak ada seseorang yang
karena kebebasannya berbuat sesuka hatinya sehingga merusak kebebasan orang
lain atau kebebasannya sendiri. Kesejahteraan dan kebahagiaan hanya tercapai
bila setiap warga negara atau anggota masyarakat dapat mengembangkan tenaga
atau pikirannya untuk memanjukan kepentingan bersama karena kebersamaan
dan kerjasama inilah pilar penyangga demokrasi. Berkenaan dengan itulah maka
bagi setiap warga negara diperlukan hal-hal sebagai berikut :
a. pengetahuan yang cukup tentang masalah-masalah kewarganegaraan
(civic), ketatanegaraan, kemasyarakatan, soal-soal pemerintahan yang
penting;
b. suatu keinsyafan dan kesanggupan semangat menjalankan tugasnya
dengan mendahulukan kepentingan negara atau masyarakat daripada
kepentingan sendiri;
c. suatu keinsyafan dan kesanggupan memberantas kecurangan-kecurangan
dan perbuatan-perbuatan yang menghalangi kemajuan dan kemakmuran
masyarakat dan pemerintah.
5. Prinsip-Prinsip Demokrasi Dalam Pendidikan
Dalam setiap pelaksanaan pendidikan selalu terkait dengan masalah-masalah
antara lain :
1. Hak asasi setiap warga negara untuk memperoleh pendidikan
2. Kesempatan yang sama bagi warga negara untuk memperoleh pendidikan
3. Hak dan kesempatan atas dasar kemampuan mereka
Dari prinsip-prinsip di atas dapat dipahami bahwa ide dan nilai demokrasi
pendidikan itu sangat banyak dipengaruhi oleh alam pikiran, sifat dan jenis
masyarakat dimana mereka berada, karena dalam realitasnya bahwa
pengembangan demokrasi pendidikan itu akan banyak dipengaruhi oleh latar
belakang kehidupan dan penghidupan masyarakat. Misalnya masyarakat agraris
akan berbeda dengan masyarakat metropolitan dan modern, dan sebagainya.
Apabila yang dikemukakan tersebut dikaitkan dengan prinsip-prinsip demokrasi
pendidikan yang telah diungkapkan, tampaknya ada beberapa butir penting yang
harus diketahui dan diperhatikan, diantaranya :
1. Keadilan dalam pemerataan kesempatan belajar bagi semua warga negara
dengan cara adanya pembuktian kesetiaan dan konsisten pada sistem politik
yang ada;
2. Dalam upaya pembentukan karakter bangsa sebagai bangsa yang baik;
3. Memiliki suatu ikatan yang erat dengan cita-cita nasional.
Sedangkan pengembangan demokrasi pendidikan yang berorientasi pada
cita-cita dan nilai demokrasi, akan selalu memperhatikan prinsip-prinsip berikut
ini :
1. Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sesuai dengan nilai-nilai
luhurnya
2. Wajib menghormati dan melindungi hak asasi manusia yang bermartabat dan
berbudi pekerti luhur
3. Mengusahakan suatu pemenuhan hak setiap warga negara untuk memperoleh
pendidikan dan pengajaran nasional dengan memanfaatkan kemampuan
pribadinya, dalam rangka mengembangkan kreasinya ke arah perkembangan dan
kemajuan iptek tanpa merugikan pihak lain.
6. Demokrasi Pendidikan di Indonesia
Demokrasi pendidikan merupakan proses untuk memberikan jaminan dan
kepastian adanya persamaan kesempatan buat mendapatkan pendidikan di dalam
masyarakat tertentu. Pelaksanaan demokrasi pendidikan di Indonesia pada
dasarnya telah dikembangkan sedemikian rupa dengan menganut dan
mengembangkan asas demokrasi dalam pendidikannya, terutama setelah
diproklamirkannya kemerdekaan, hingga sekarang. Pelaksanaan tersebut telah
diatur dalam perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, seperti berikut ini:
1. Pasal 31 UUD 1945;
a. Ayat (1): Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran.
b. Ayat (2): pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pengajaran nasional, yang diatur dengan undang-undang. Dengan demikian
di negara Indonesia, semua warga negara diberikan kesempatan yang sama
untuk menikmati pendidikan, yang penyelenggaraan pendidikannya diatur
oleh satu undang-undang sistem pendidikan nasional, dalam hal ini tentu
saja UU nomor 2 tahun 1989.
2. UU Nomor 2 tahun 1989 tentang sistem Pendidikan Nasional.
Menurut UU ini, cukup banyak dibicarakan tentang demokrasi pendidikan,
terutama yang berkaitan dengan hak setiap warga negara untuk memperoleh
pendidikan, misalnya:
a. Pasal 5; Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk
memperoleh pendidikan.
b. Pasal 6; Setiap warga negara berhak atas kesempatan yang seluas-luasnya
untuk mengikuti pendidikan agar memperoleh pengetahuan, kemampuan
dan keterampilan yang sekurang-kurangnya setara dengan pengetahuan,
kemampuan dan keterampilan tamatan pendidikan dasar.
c. Pasal 7; Penerimaan seseorang sebagai peserta didik dalam suatu satuan
pendidikan diselenggarakan dengan tidak membedakan jenis kelamin,
agama, suku, ras, kedudukan sosial dan tingkat kemampuan ekonomi, dan
dengan tetap mengindahkan kekhususan satuan pendidikan yang
bersangkutan.
d. Pasal 8;
1. Warga negara yang memiliki kelainan fisik dan atau mental berhak
memperoleh pendidikan luar biasa.
2. Warga negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa
berhak memperoleh perhatian khusus.
3. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dan (2)
ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
B. Demokrasi dalam Masyarakat Madani
1. Definisi Masyarakat Madani (civil society)
Istilah masyarakat madani dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah
civil society pertama kali dikemukan oleh Cicero dalam filsafat politiknya dengan
istilah societies civilis yang identik dengan negara. Dalam perkembangannya
istilah civil society dipahami sebagai organisasi-organisasi masyarakat yang
terutama bercirikan kesukarelaan dan kemandirian yang tinggi berhadapan dengan
negara serta keterikatan dengan nilai-nilai atau norma hukum yang dipatuhi
masyarakat.
Konsep masyarakat madani merupakan penerjemahan dari civil
society yang pertama kali digulirkan oleh Dato Seri Anwar Ibrahim dalam
ceramahnya pada acara Festifal Istiqlal, 26 September 1995 di Jakarta. Konsep
yang diajukannya hendak menunjukkan bahwa masyarakat yang ideal adalah
kelompok masyarakat yang memiliki peradaban maju.
Masyarakat madani (civil society) sering disebut masyarakat warga,
masyarakat kewargaan, masyarakat sipil, beradab, atau masyarakat berbudaya.
Istilah civil society berasal dari bahasa latin, yaitu civitas dei artinya kota Ilahi.
Asal kata civil adalah civilization yang artinya peradaban. Civil society secara
sederhana dapat diartikan sebagai masyarakat beradab. Masyarakat madani
didefinisikan sebagai wilayah-wilayah kehidupan sosial yang terorganisasi dan
bercirikan antara lain kesukarelaan (voluntary), keswasembadaan (self
generating), dan keswadayaan (self supporting). Kemandirian tinggi terjadi jika
berhadapan dengan negara dan keterikatan dengan norma-norma atau nilai-nilai
hukum yang diikuti oleh warganya.
Menurut Anwar Ibrahim masyarakat madani adalah sistem sosial yang
subur berasaskan kepada prinsip moral yang menjamin keseimbangan antara
kebebasan perorangan dan kestabilan masyarakat. Masyarakat madani secara
etimologis memiliki dua arti.
Pertama, masyarakat kota karena madani adalah turunan dari kata dalam
bahasa Arab, madinah yang berarti kota.
Kedua, masyarakat peradaban yang dalam bahasa Inggris dikenal
sebagai civility atau civilization. Istilah masyarakat madani yang
merupakan terjemahan dari civil society,apabila ditelusuri berasal dari
proses sejarah masyarakat barat. Akar perkembangannya dapat dirunut
mulai Cicero. Cicero adalah seseorang yang mulai menggunakan istilah
societes civilis dalam filsafat politiknya.
Bangsa Indonesia berusaha untuk mencari bentuk masyarakat madani yang
pada dasarnya adalah masyarakat sipil yang demokrasi dan agamis/religius.
Dalam kaitannya pembentukan masyarakat madani di Indonesia, maka warga
negara Indonesia perlu dikembangkan untuk menjadi warga negara yang cerdas,
demokratis, dan religius dengan bercirikan imtak, kritis argumentatif, dan kreatif,
berfikir dan berperasaan secara jernih sesuai dengan aturan, menerima semangat
Bhineka Tunggal Ika, berorganisasi secara sadar dan bertanggung jawab, memilih
calon pemimpin secara jujur-adil, menyikapi mass media secara kritis dan
objektif, berani tampil dan kemasyarakatan secara profesionalis,berani dan
mampu menjadi saksi, memiliki pengertian kesejagatan, mampu dan mau silih
asah-asih-asuh antara sejawat, memahami daerah Indonesia saat ini, mengenal
cita-cita Indonesia di masa mendatang dan sebagainya.
2. Ciri-ciri Masyarakat Madani
Karakteristik masyarakat madani adalah sebagai berikut :
1. Free public sphere (ruang publik yang bebas), yaitu masyarakat memiliki
akses penuh terhadap setiap kegiatan publik, mereka berhak melakukan
kegiatan secara merdeka dalam menyampaikan pendapat, berserikat,
berkumpul, serta mempublikasikan informasikan kepada publik.
2. Demokratisasi, yaitu proses untuk menerapkan prinsip-prinsip demokrasi
sehingga muwujudkan masyarakat yang demokratis. Untuk menumbuhkan
demokratisasi dibutuhkan kesiapan anggota masyarakat berupa kesadaran
pribadi, kesetaraan, dan kemandirian serta kemampuan untuk berperilaku
demokratis kepada orang lain dan menerima perlakuan demokratis dari
orang lain. Demokratisasi dapat terwujud melalui penegakkan pilar-pilar
demokrasi yang meliputi :
(1) Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
(2) Pers yang bebas
(3) Supremasi hukum
(4) Perguruan Tinggi
(5) Partai politik
3. Toleransi, yaitu kesediaan individu untuk menerima pandangan-
pandangan politik dan sikap sosial yang berbeda dalam masyarakat, sikap
saling menghargai dan menghormati pendapat serta aktivitas yang
dilakukan oleh orang/kelompok lain.
4. Pluralisme, yaitu sikap mengakui dan menerima kenyataan mayarakat
yang majemuk disertai dengan sikap tulus, bahwa kemajemukan sebagai
nilai positif dan merupakan rahmat dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
5. Keadilan sosial (social justice), yaitu keseimbangan dan pembagian yang
proporsiaonal antara hak dan kewajiban, serta tanggung jawab individu
terhadap lingkungannya.
6. Partisipasi sosial, yaitu partisipasi masyarakat yang benar-benar bersih
dari rekayasa, intimidasi, ataupun intervensi penguasa/pihak lain, sehingga
masyarakat memiliki kedewasaan dan kemandirian berpolitik yang
bertanggungjawab.
7. Supremasi hukum, yaitu upaya untuk memberikan jaminan terciptanya
keadilan. Keadilan harus diposisikan secara netral, artinya setiap orang
memiliki kedudukan dan perlakuan hukum yang sama tanpa kecuali.
Adapun yang masih menjadi kendala dalam mewujudkan masyarakat
madani di Indonesia diantaranya :
1. Kualitas SDM yang belum memadai karena pendidikan yang belum
merata
2. Masih rendahnya pendidikan politik masyarakat
3. Kondisi ekonomi nasional yang belum stabil pasca krisis moneter
4. Tingginya angkatan kerja yang belum terserap karena lapangan kerja
yang terbatas
5. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sepihak dalam jumlah yang besar
6. Kondisi sosial politik yang belum pulih pasca reformasi
Adapun Nurcholis Madjid memberikan beberapa karekteristik bagi
masyarakat berperadaban, masyarakat madani, atau civil society sebagai berikut.
Adanya semangat egalitarianisme.
Penghargaan kepada orang berdasarkan prestasi, bukan keturunan,
kesukuan, atau ras.
Keterbukaan
Partisipasi seluruh anggota masyarakat.
Penentuan kepemimpinan melalui pemilihan, bukan berdasarkan
keturunan.
Sedangkan Muhammad A.S. Hikam menyebutkan bahwa masyarakat
madani memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
Kesukarelaan (voluntary)
Keswasembadaan (self generating)
Keswadayaan (self supporting)
Kemandirian tinggi berhadapan dengan negara
Keterkaitan dengan norma-norma atau nilai-nilai hukum yang diikuti oleh
warganya.
Civil society adalah suatu wilayah yang menjamin berlangsungnya
perilaku, tindakan dan refleksi mandiri, tidak terkungkung oleh kondisi kehidupan
material, dan tidak terserap di dalam jaringan-jaringan kelembagaan politik resmi
yang di dalamnya tersirat pentingnya suatu ruang publik yang bebas (the free
public). Sebagai tempat di mana transaksi komunikasi yang bebas bisa dilakukan
oleh warga masyarakat.
Menurut Hidayat Syarief apabila diaktualisasikan dalam masyarakat
Indonesia yang berbhinneka tunggal ika, masyarakat madani mempunyai
karakteristik sebagai berikut.
Masyarakat yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
Pancasilais, dan memiliki cita-cita serta harapan masa depan.
Masyarakat yang demokratis dan beradab yang menghargai perbedaan
pendapat.
Masyarakat yang menghargai Hak Azasi Manusia (HAM)
Masyarakat yang tertib dan sadar hukum dan direfleksikan dari adanya
budaya malu apabila melanggar hukum.
Masyarakat yang memiki kepercayaan diri dan kemandirian.
Masyarakat yang memiliki pengetahuan dan kompetitif dalam suasana
kooperatif dan penuh persaudaraan dengan bangsa-bangsa lain dengan
semangat kemanusiaan universal (pluralis).
Dari beberapa ciri yang dikemukakan oleh para tokoh tersebut, nampak
bahwa bangunan masyarakat madani adalah masyarakat yang ideal. Artinya
sebuah masyarakat yang memiliki keberdayaan secara intelektual, sosial dan
spiritual, serta mempunyai kemampuan dan kemauan untuk maju dan mandiri
tanpa intervensi dari negara dengan senantiasa memegang teguh hukum (aturan)..
3. Pemberdayaan Masyarakat Madani
Secara esensi dibutuhkan pemberdayaan dan penguatan masyarakat secara
komprehensif agar memiliki wawasan dan kesadaran demokrasi yang baik serta
mampu menjunjung tinggi nilai-nilai hak asasi manusia. Untuk itu, maka
diperlukan pengembangan masyarakat madani dengan menerapkan strategi
pemberdayaan untuk mencapai hasil secara optimal. Dalam hal ini Dawam
Rahardjo mengemukakan tiga strategi yang salah satunya dapat digunakan sebagai
strategi pemberdayaan masyarakat madani Indonesia.
1. Strategi yang lebih mementingkan integrasi nasional dan politik
Strategi ini berpandangan bahwa sistem demokrasi tidak mungkin
berlangsung dalam masyarakat yang belum memiliki kesadaran berbangsa dan
bernegara yang kuat. Bagi penganut paham ini, pelaksanaan demokrasi liberal
hanya akan menimbulkan konflik sehingga menjadi sumber instabilitas politik.
Saat ini yang diperlukan adalah stabilitas politik sebagai landasan pembangunan,
karena pembangunan membutuhkan resiko politik yang minim. Dengan demikian,
persatuan dan kesatuan bangsa lebih diutamakan daripada demokrasi.
2. Strategi yang lebih mengutamakan reformasi sistem politik demokrasi.
Strategi ini berpandangan bahwa pembangunan demokrasi tidak perlu
menunggu rampungnya tahap pembangunan ekonomi. Sejak awal dan secara
bersama-sama diperlukan proses demokratisasi yang pada esensinya adalah
memperkuat partisipasi politik. Jika kerangka kelembagaan ini diciptakan, akan
dengan sendirinya timbul civil society yang mampu mengontrol terhadap negara.
3. Strategi yang memilih pembangunan masyarakat madani sebagai basis yang
kuat ke arah demokratisasi.
Strategi ini muncul akibat kekecewaan terhadap realisasi dan strategi
pertama dan kedua. Dengan begitu, strategi ini lebih mengutamakan pendidikan
dan penyadaran politik, terutama pada golongan menengah yang makin luas.
Ketiga model strategi pemberdayaan civil society (masyarakat madani)
tersebut dipertegas oleh Hikam bahwa pada era transisi lebih mementingkan
prioritas pemberdayaan dengan cara memahami target yang paling strategis serta
penciptaan pendekatan yang tepat di dalam proses tersebut. Untuk keperluan itu,
keterlibatan kaum cendekiawan, LSM, ormas sosial dan keagamaan, serta
mahasiswa adalah mutlak adanya karena mereka mempunyai kemampuan dan
sekaligus tokoh utama pemberdayaan tersebut.
Sedangkan menurut Ryas Rasyid, sebuah masyarakat madani (civil
society) haruslah mandiri, tidak begitu terntung pada peran pemerintah atau
negara. Barangkali, diantara organisasi sosial dan politik yang patut dicatat dan
meiliki kemandirian cukup tinggi adalah organisasi yang termasuk dalam
kelompok lembaga swadaya masyarakat (LSM) atauNon-Governmental
Organization (NGO) yang di Indoneisa jumlahnya mencapai ratusan.
Perubahan paradigma yang berorientasi kepada perwujudan masyarakat
madani perlu dilakukan sebagai koreksi terhadap kekeliruan yang secara umum
berpangkal pada kurangnya konsistensi dalam memelihara dan menegakkan
prinsip serta semangat yang telah disepakati bersama. Dengan demikian, dapat
melahirkan ketidakseimbangan antara posisi serta peran pemerintah dan
masyarakat dalam penyelenggaraan negara juga pembangunan.
Ketidakseimbangan posisi serta peran pemerintah dan masyarakat disebabkan
oleh beberapa hal berikut ini.
Sistem politik, budaya, dan perilaku politik yang tenggelam dalam
kehidupan demokrasi semu.
Ditandai dengan matinya oposisi
Sikap tabu terhadap perbedaan pendapat
Tidak terdapat kontrol sosial
Pelaksanaan fungsi legislatif yang tidak bermakna
Penegakan hukum yang lemah
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu Negara
sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas
negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut.Salah satu pilar
demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi ketiga kekuasaan politik
negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif).
2. Demokrasi pendidikan merupakan pandangan hidup yang mengutarakan
persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama di dalam
berlangsungnya proses pendidikan antara pendidik dan anak didik, serta juga
dengan pengelola pendidikan.
3. Masyarakat madani didefinisikan sebagai wilayah-wilayah kehidupan sosial
yang terorganisasi dan bercirikan antara lain kesukarelaan (voluntary),
keswasembadaan (self generating), dan keswadayaan (self supporting).
4. masyarakat madani (civil society) haruslah mandiri, tidak begitu terntung pada
peran pemerintah atau negara.
DAFTAR PUSTAKA
Hasbullah. 2009. Dasar-Dasat Ilmu Pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada:
Jakarta.
Ihsan, Fuad. 2008. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Prasetya, Tri. 2000. Filsafat Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.
Wens, Tanlain. 2002. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. PT. Gramedia Pustaka
Utama: Jakarta.
Prayogo, C. 2007. Aplikasi Demokrasi Pancasila untuk Pemberdayaan
Masyarakat Madani di Lingkungan Masyarakat Pedesaan. Jurnal Ilmu Sosial .
2(6): 25-31.
Soebijanto, W. Teori Perencanaan Pendidikan. Liberty: Yogyakarta.
top related