amobilisasi crosslinking 2
TRANSCRIPT
Tugas ENZIMOLOGI
Metode Amobilisasi Enzim
“AMOBILISASI CROSSLINKING”
O L E H
KELOMPOK VIII
SITTI NUR ASNIN (F1C1 07 050)
SUNARTO (F1C1 07 049)
ASMAWATI AZIZ (F1C1 07 0 )
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2010
BAB I
P E N D A H U L U A N
A. Latar Belakang
Enzim merupakan biokatalisator yang dapat mengkatalisis semua
reaksi metabolisme, jika tidak ada enzim atau aktivitas enzim terganggu maka
reaksi metabolisme sel akan terhambat hingga pertumbuhan sel juga terganggu.
Didalam mikroorganisme reaksi-reaksi enzimatik dibutuhkan agar bakteri dapat
memperoleh makanan/ nutrient dalam keadaan terlarut yang dapat diserap ke
dalam sel, memperoleh energi kimia yang digunakan untuk biosintesis,
perkembangbiakan, pergerakan, dan lain-lain (Martoharsono, 1998).
Selain pada reaksi metabolism, penggunaan enzim sudah berkembang
dalam bidang industry. Maka kemajuan bidang bioteknologi dan industri,
memungkinkan dilakukannya berbagai upaya untuk memanfaatkan proses-
proses enzimatis. Enzim mempunyai sifat yang potensial untuk dimanfaatkan,
antara lain daya katalitiknya yang besar dan spesifitasnya terhadap substrat
dari reaksi yang dikatalisisnya (Lehninger, 1999).
Pada proses dan analisa yang melibatkan enzim, umumnya
menggunakan cara bath yaitu mereaksikan substrat dengan enzim yang sudah
dilarutkan dalam air, sehingga enzim bercampur dengan substrat (Sarah, 2001;
Agustini, 2001). Cara ini memiliki kelemahan karena enzim hanya digunakan
sekali pakai. Secara teknis sangat sulit untuk memisahkan enzim dan produk
dan mendapatkan kembali enzim yang aktif diakhir reaksi. Umumnya setelah
reaksi selesai, enzim diinaktifkan dengan pemanasan, pengubahan pH, atau cara
lain yang dapat menyebabkan enzim terdenaturasi (Chibata,1978). Melihat
kelemahan dalam penggunaan enzim, maka salah satu alternatif yang dapat
dilakukan untuk mengatasi hal tersebut melalui tehnik amobilisasi enzim.
Amobilisasi enzim terdiri dari berbagai jenis tehnik amobilisasi yaitu tehnik
amobilisasi cross linking, entrapping, binding dan lain-lain. Namun pada
makalah ini, hanya akan dikaji lebih lanjut mengenai teknik amobilisasi cross
linking.
B. Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini yaitu untuk mengetahui tehnik
amobilisasi cross linking.
C. Rumusan Masalah
Masalah yang selanjutnya akan dibahas pada makah ini yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan tehnik amobilisasi enzim ?
2. Bagaimana cara kerja tehnik amobilisasi enzim secara cross linking ?
BAB II
P E M B A H A S A N
A. Enzim
Enzim merupakan polimer biologik yang mengatalisis lebih dari satu
proses dinamik yang memungkinkan kehidupan seperti yang kita kenal
sekarang. Enzim murni berfungsi sangat penting bagi pemahaman struktur,
fungsi, mekanisme reaksi, dan pengaturan enzim. Sebagai determinan yang
menentukan kecepatan berlangsungnya berbagai peristiwa fisiologik, enzim
memainkan peranan sentral dalam masalah kesehatan dan penyakit. Pemecahan
makanan untuk memasok energi serta unsur-unsur kimia pembangunan tubuh
(building blocks); perakitan building blocks tersebut menjadi protein, membran
sel, serta DNA yang mengkodekan informasi genetik; dan akhirnya penggunaan
energi untuk menghasilkan gerakan sel, semua ini dimungkinkan dengan adanya
kerja enzim-enzim yang terkoordinasi secara cermat. Melihat peranna enzim
yang sangat besar dalam kehidupan, maka enzim telah dikembangkan di dunia
industry karena salah satu kemampuan enzim yang dibutuhkan agar bakteri
dapat memperoleh makanan/ nutrient dalam keadaan terlarut yang dapat
diserap ke dalam sel, sehingga memperoleh energi kimia yang digunakan untuk
biosintesis, perkembangbiakan, pergerakan, dan lain-lain.
Dalam bekerja enzim sangat spesifik, efisien (katalisis yang jauh
melebihi katalis biasa, dan mampu meningkatkan kecepatan reaksi sampai 108-
1012 kali reaksi biasa) serta enzim beberapa macam control pengaturan yang
meliputi suhu, pH, aktivator dan inhibitor, konsentrasi enzim dan konsentrasi
substrat.
1. pH
Setiap enzim mempunyai pH optimum untuk bekerja yang berarti kerja
enzim dengan keaktifan yang maksimal pada daerah pH tertentu. Contohnya
enzim amylase yang berkerja secara optimum pada pH 7. Berikut ini
merupakan kurva pengeruh pH pada kerja enzim :
Enzim sangat sensistif terhadap pH karena gugus katalisis pada enzim tidak
lain adalah asam amino. Diketahui asam amino terbagi beberapa golongan
berdasarkan gugus R-nya, dimana tiap asam amino mempunyai gugus R
tertentu yang memiliki karakterisasi pH tertentu dan pH juga berpengaruh
terhadap perubahan konformasi polipeptida.
2. Temperatur
Seperti halnya pengaruh pH, temperature juga mempengaruhi kerja enzim. Laju
kecepatan reaksi yang dikatalisis oleh enzim meningkat secara eksponensial
dengan meningkatnya suhu, namun karena enzim adalah protein, ada faktor
lain yang berperan yaitu denaturasi, yang mana kerja enzim akan maksimal
pada temperatur optimum. Berikut kurva yang menggambarkan pengaruh
remperatur terhadap enzim :
3. Aktivator dan Inhibator
4. Konsentrasi Enzim
Pengaruh peningkatan konsentrasi ensim. Pada kondisi substrat berlebih,
penambahan enzim akan meningkatkan laju reaksi secara linier
5. Konsentrasi Substrat
Pengaruh peningkatan konsentrasi substrat. Sampai batas tertentu peningkatan konsentrasi substrat akan meningkatkan laju reaksi.
B. Amobilisasi Crosslinking
Adanya perkembangan rekayasa enzim akan dapat mengatasi
kekurangan dari reaksi enzimtais biasa. Cara ini dikenal sebagai amobilisasi
enzim. Amobilisasi enzim adalah suatu metode untuk menjaga molekul enzim
terlokalisasi pada suatu padatan pendukung (carrier) yang tidak larut tanpa
kehilangan aktivitas katalitiknya (Zubriene et al., 2003). Proses ini dapat
dilakukan dengan cara mengikatkan molekul enzim tersebut pada suatu bahan
pendukung (matriks) tertentu melalui pengikatan kimia atau menahan secara
fisik dalam suatu rongga bahan pendukung. Hal ini dimungkinkan karena
molekul enzim yang struktur globular (tertier maupun kuartener) mempunyai
gugus hidrofilik yang mengarah keluar dari permukaan melokul enzim. Gugus
fungsi inilah yang berikatan dengan gugus fungsi bahan pedukung untuk
membentuk ikatan kovalen atau non kovalen (Sebayan, 2005).
Enzim amobil memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan
enzim bebasnya, antara lain enzim dapat digunakan secara berulang kali serta
merupakan suatu cara yang efektif untuk meningkatkan kestabilan enzim
(Varavinit et al., 2002). Amobilisasi menghasilkan suatu sistem heterogen yang
memungkinkan pemisahan enzim dari media reaksi menjadi lebih mudah.
Metode amobilisasi enzim harus dilakukan dengan baik, agar tidak
menyebabkan inaktivasi enzim, dan mampu mengikatkan sebanyak mungkin
enzim pada carrier. Morfologi carrier berperan penting dalam bioproses
berkelanjutan menggunakan biokatalis teramobilisasi. Tingkat penurunan
aktivitas dan pembatasan difusional yang diakibatkan oleh amobilisasi terutama
bergantungpada sifat-sifat carrier dan kondisi amobilisasi (Milosavic et al.,
2005).
Keuntungan lain yang diperoleh dengan imobilisasi enzim yaitu
enzim dapat digunakan berulang, penghentian proses cepat (diambil dengan
filtrasi, laju alir), kestabilan lebih baik dengan adanya ikatan pada imobilisasi,
hasil tidak terkontaminasi enzim untuk pangan dan farmasi, dapat digunakan
untuk tujuan analisis misalnya menentukan umur tengah enzim dan perkiraan
penurunan aktivitas, dapat digunakan untuk proses kontinyu, dan pengontrolan
lebih baik.
Enzim dapat diamobilisasi dengan berbagai metode, antara lain
carrier binding (adsorpsi fisik, ikatan ionik, dan ikatan kovalen) , entrapment
dan crosslinking . Prosedur yang digunakan dalam metode adsorpsi fisik sangat
sederhana dan mudah, sehingga sangat sering digunakan untuk amobilisasi
enzim (Reshmi et al., 2006), meskipun terlepasnya enzim dari carrier dapat
terjadi karena ikatan yang tidak kuat. Sebaliknya, metode ikatan kovalen dapat
mengikat enzim lebih kuat (Milosavic et al., 2005), namun teknik ini dapat
menyebabkan denaturasi enzim akibat terjadinya modifikasi kimia pada
struktur enzim (Dey et al., 2003).
Imobilisasi enzim crosslinking merupakan imobilisasi dimana terjadi
ikatan kimia, tetapi tidak digunakan carrier yang tidak larut air dan
pembentukan ikatan melintang inter molekuler antara molekul enzim dengan
pereaksi bifungsional atau multifungsional seperti glutaraldehid,
diazobenzidine, etil khloroformat, ataupun N-N-hexamethilene bisidoasetat.
Untuk meningkatan stabilitas dalam amobilisasi ini yaitu dengan memadukan
proses crosslinking dan adsorbsi. Berikut ini sistem dalam amobilisasi
crosslinking :
Pada imobilisasi enzim crosslinking oleh uap glutaraldehid. Senyawa
ini akan membentuk suatu lapisan atau matriks tertentu dimana di dalamnya
molekul enzim yang dioleskan pada permukaan padatan pendukung akan
terjebak dalam struktur ikatan silang yang terjadi. Proses ini dilakukan dengan
menempatkan padatan pendukung yang telah dilapisi enzim diatas uap
glutaraldehid selama 15 menit hingga permukaan working electrode menjadi
kering.
BAB III
K E S I M P U L A N
1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada makalah ini, maka dapat
disimpulkan beberapa hal yaitu :
Amobilisasi enzim merupakan suatu metode untuk menjaga molekul
enzim terlokalisasi pada suatu padatan pendukung (carrier) yang tidak
larut tanpa kehilangan aktivitas katalitiknya.
Cara kerja amobilisasi cross linking yaitu dengan mengikatkan molekul
enzim secara cross linking pada padatan pendukung yang tidak larut air.
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Agustini, 2003. Karakteristik ImobilisasiKarakterisasi Imobilisasi ProteaseMikroorganisme Thermofilik Isolat CG-10Yang Hidup Di Air Panas Cangar Jawa TimurDengan Matriks Pendukung BentonitDisertasi, UNAIR.
Chibata,I. 1978. Immobilixe Enzymes Researchand Development. Kodansha LTD, Tokyo,Johan and Wiley and Sons, New York.
Dey, G., Singh, B., dan Banerjee, R., 2003, Immobilization of α-Amylase Produced by Bacillus circulans GRS 313, Brazilian Archives of Biology and Technology, 46(2), 167-176.
Lehninger AL. 1990. Dasar-dasar Biokimia ,terjemahan Maggy Thenawidjaya. Jaharta,Penerbit Erlangga..
Martoharsono, S., 1998, Biokimia, Gadjah Mada Universiti Press, Yogyakarta.
Milosavic, N., Prodanovic, R., Jovanovis, S., Novakovic, I., dan Vujcic, Z., 2005, Preparation and Characterization of Two Types of Covalently Immobilized Amyloglucosidase, J. Serb. Shem. Soc., 70(5), 713-719.
Reshmi, R., Sanjay, G., dan Sugunan, S., 2006, Enhanced Activity and Stability of -Amylaseα Immobilized on Alumina, Catalysis Communications, 7, 460-465.
Sarah, A., 2001. Immobilization and Stabilizationof Papain on Chelating Sepharose, ElectronicJ. Biotechology. Catolica de VelparaaisoChile.
Sebayan, F., 2005, Amobilisasi Enzim Penisilin Asilase dari E. Coli B1O4 dengan Poliakrilamida, Jurnal Komunikasi Penelitian.
Varavinit, S., Chaokasem, N., dan Shobsngob, S., 2002, Immobilization of a Thermostable Alpha-Amylase, ScienceAsia, 28, 247-251.
Zubriene, A., Budriene, S., Gorochovceva, N., Romaskevic, T., Matulionis, E., dan Dienys, G., 2003, Immobilization of Hydrolases onto Chitosan Microparticles, Chemija(Vilnius), 14(4), 226-230.