amm dan khas.docx
TRANSCRIPT
PENJELASAN MIND MAP
AL 'AM DAN AL KHÂSH
A. AL 'AM
1. Definisi Al 'Amm
a. Bahasa
Menurut Al-’Am secara bahasa adalah : مل .artinya yang mencakup الشا
(Al-’Utsaimin, 2007)
b. Istilah
Secara Istilah Al-’Amm adalah :
Artinya :
Lafadz yang mencakup untuk semua anggotanya tanpa ada pembatasan. (Al-Utsaimin, 2007:48)
Al- Amm adalah lafaz yang menghabiskan atau mencakup segala
apa yang pantas baginya tanpa ada pembatasan. (Al-Qattan :312).
Sedangkan menurut Syafe'i (2010:193) Lafazh ‘amm ialah suatu lafazh
yang menunjukkan satu makna yang mencakup seluruh satuan yang tidak
terbatas dalam jumlah tertentu. Selain itu menurut Anonim (2010),
Al-‘Am ialah lafaz yang datang dalam bentuk umum yang merangkumi
semua afrad yang terdapat di dalam sesuatu lafaz.
Adapun menurut Salih (dalam Anonim, 2010) Al-‘Am adalah lafaz
yang diperuntukkan sebanyak sekali, dan hanya dengan sekali peruntukan
menunjukkan kepada beberapa perkara yang banyak dan tidak ada batasan
secara meliputi kesemua maknanya yang sesuai baginya.
Lafazh yang umum ('am) ialah yang menunjukan pada jumlah yang
banyak dan satuan yang termasuk dalam pengertiannya dalam satu makna
yang berlaku.(Zahra dalam Oktoda, 2012)
Lafaz 'am ialah yang sengaja diciptakan oleh bahasa untuk
menunjukkan satu makna yang dapat mencakup seluruh satuan-satuan
yang tidak terbatas dalam jumlah tertentu. (Rosidin,t.t.)
2. Lafaz-Lafaz 'Am (Shigat yang Menunjukkan Makna Umum)
Menurut Karim (2001:147) lafal umum dalam bahasa Arab ada
beberapa bentuk, yaitu :
a. lafal ل�� : seperti hadits yang berbunyi جم�ع� atau ك
Artinya :
“Setiap pemimpin bertanggung jawab atas yang dipimpinnya.”
(HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar)
Dan dalam firman Allah :
Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu.(QS. Al-Baqarah [2]: 9)
b. Mufrad muarraf bi-al ta’rif jinsi seperti lafal : ان�ى ر�ق� dan الز! ا yangالس!
dapat diartikan seriap penzina dan pencuri.
c. Jamaul muaraf bi-al ta’rif jinsi dan jama’ muarraf biidhafah seperti lafal
�م) �ك ت !قا )م�طل ل �م) dan lafal ا �ك ت �م!ها ا
d. Isim Isyarat seperti lafal ل قت من)
e. Isim Maushullah seperti ت �و)ال ا ئ� وال!ال )ن !ذ�ي وال
f. Nakirah fi siaqin nafi seperti : ر ال ضر ار وال ض�ر
3. Lafaz-Lafaz yang bukan 'Am
4. Macam-Macam Lafaz 'Am
Menurut Karim (2001:151), Lafadz ‘Am dibagi menjadi tiga macam,
yaitu :
a. Lafal umum yang tidak mungkin ditakhsiskan seperti dalam firman Allah :
……
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya…..” (QS. Al-Hud [11]:6)
Dan Firman Allah :
عن) �و)ل� ئ مس) Kاع ر Mل� وك
�ه� !ت ي ع� ر
.……
“Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup.” (QS. Al-Anbiya [21]:30)
Kedua Ayat diatas menerangkan sunatullah yang berlaku
bagi setiap mahluk karena itu dilalahnya qath’I yang tidak
menerima takhsis.
b. Lafal umum yang dimaksudkan khusus karena adanya bukti tentang
kekhususannya, seperti dalam firman Allah :
.…
“….Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap
Allah…..”
(QS. Ali Imran [3]:97)
Lafal manusia dalam ayat adalah lafal umum yang
dimaksudkan adalah manusia yang mukallaf saja karena
dengan perantara akal dapat dikeluarkan dari keumuman lafal
seperti anak kecil dan orang gila.
c. Lafal umum yang khusus seperti lafal umum yang tidak
ditemui tanda yang menunjukkan ditakhsis seperti dalam
firman Allah :
……
“Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri
(menunggu) tiga kali quru'” (QS. Al-Baqarah [2]:228)
Dalam uraian yang dikemukakan di atas bahwa Al-Qur’an
dapat ditakhsiskan dengan Al-Qur’an seperti dalam firman
Allah :
“Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik[1029] (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, Maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera……” (QS. An-Nur:24)
Ayat ini bersifat umum yakni siapa saja yang menuduh
orang yang berbuat zina apakah istri atau bukan istrinya
dihukum delapan puluh kali dera. Namun ditemui dalil lain
yang menjadi takhsisnya ialah yang mengecualikan kalau
yang dituduh itu isterinya sendiri dalam ayat yang berbunyi :
“Dan orang-orang yang menuduh isterinya (berzina), Padahal mereka tidak ada mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, Maka persaksian orang itu ialah empat kali bersumpah dengan nama Allah, Sesungguhnya Dia adalah Termasuk orang-orang yang benar.” (QS. An-Nur [24]:6)
Sedangkan menurut Rosidin (tt:7) dalam modul Ushul Fiqih
menyebutkan stidaknya ada tiga macam ‘amm, yaitu :
a. 'Âm yurâdu bihi al-'âm. Yaitu 'am yang tidak disertai qarinah yang menghilangkan kemungkinan untuk dikhususkannya.
b. 'Âm yurâdu bihi al-khusus. Yaitu 'am yang disertai qarinah yang menghilangkan arti umumnya dan menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan 'am itu adalah sebagian dari satunya.
c. 'Âm makhshush. Yaitu 'am mutlak. Am yang tidak disertai qarinah yang menghilangkan kemungkinan dikhususkan dan menghilangkan keumumannya. Pada kebanyakan nash- nash yang didatangkan dengan shigat umum tidak disertai qarinah, sekalipun qarinah lafzhiyah (tertulis), 'aqliyah (dalam pemikiran) atau 'urfiyah (adat kebiasaan) yang menyatakan keumumannya atau kekhususannya. Lafaz-lafaz 'am semacam ini adalah jelas menunjukkan keumumannya selama tidak ada dalil yang mengkhususkannya.
5. Pembagian 'Am
a. Umum Syumuliy
Menurut Karim (2001:157) Umum syumuliy adalah semua lafal yang
dipergunakan dan dihukumkan serta berlaku bagi seluruh pribadi, seperti :
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri” (QS. An-Nisa [4]:1)
Dalam ayat di atas seluruh umat manusia dituntut untuk
bertaqwa (memelihara diri dari azab Allah) tanpa kecuali,
maka lafal yang seperti ini dinamakan Umum Syumuliy.
.
b. Umum Badaliy
Umum Badaliy adalah yang dipergunakan dan dihukumkan serta berlaku
untuk sebagian afrad (pribadi), seperti :
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,” (QS. Al-Baqarah [2]:183)
Dalam ayat ini terdapat kalimat umum, tetapi umum di sini
tidak dipergunakan untuk seluruh manusia, melainkan hanya
orang- orang yang percaya kepada Allah (beriman) saja.
(Karim, 2001:158)
6. Dilâlah lafaz 'âm
Secara umumnya, dalalah ‘am boleh dibagi kepada tiga bagian yaitu umum secara qat’i, khusus secara qat’i dan mutlak. ‘Am yang bermaksud umum
secara iaitu قطعي al-‘am yang terdapat qarinah (petunjuk) yang menafikan pengkhususannya (takhsis). (Hassan dalam Anonim, 2010)
B. AL KHÂSH
1. Definisi Al Khâsh
a. Bahasa
Dari segi bahasa al-khas membawa maksud yang tertentu. (Anonim,
2010). Selain itu Al-Khas juga secara bahasa adalah ( اMامض�دع( artinya lawan ( ل
dari umum. (Al-‘Utsaimin, 2007:57)
Menurut Dahlan (dalam Oktoda, 2012 ), Khas adalah “Isim Fail” yang
berasal dari kata kerja :
nص q, خا �خص�يصا �خ)صnص�, ي , ي حصصArtinya :
“yang mengkususkan atau menentukan”
b. Istilah
Menurut Karim (2001:166) lafal khas ialah lafal yang dilalahnya berlaku
bagi seseorang yang namanya disebutkan seperti Muhammad atau seseorang
yang disebutkan jenisnya umpamanya seorang lelaki atau beberapa orang
tertentu seperti tiga orang, sepuluh orang, seratus orang, sekelompok orang.
Jadi berarti lafal khas tidak mencakup semua namun hanya berlaku untuk
sebagian tertentu. Al-Khas ialah lafaz khusus yang diperuntukkan untuk
makna-makna tertentu yang khusus. (Anonim:2010)
Rosidin (t.t.:8) menyebutkan bahwa Al-Khash adalah :
lafaz yang diciptakan untuk memberi pengertian satu satuan yang tertentu. Baik menunjuk pribadi seseorang, seperti lafaz Muhammad, atau menunjuk macam sesuatu, seperti lafaz insan (manusia) dan rajulun (orang laki-laki), atau menunjuk jenis sesuatu, seperti lafaz hayawan (hewan), atau menunjuk benda konkrit atau abstrak, seperti lafaz 'ilm (ilmu) dan jahl (kebodohan), atau penunjukkan arti kepada satu satuan itu secara hakiki atau i'tibari (anggapan) seperti lafaz-lafaz yang diciptakan untuk memberi peringatan banyak yang terbatas, seperti lafaz tsalasah (tiga), mi'atun (seratus), jam'un (seluruhnya) dan fariq (kelompok).
Secara istilah Al-Khas adalah :
“Suatu Lafadz yang menunjukkan atas sesuatu yang terbatas dengan yang tertentu atau bilangan tertentu, seperti nama- nama, isyarat dan jumlah.”
(Al-‘Utsaimin, 2007:57)
Dalam istilah ushul fiqh, yang dimaksud dengan khas adalah :
Kصر� خ( q م�ن) غي عدا )ن� فصا ي )ئ ي ول� دف)عةq س نا ت ي ماال
Artinya :
"sesuatu yang tidak mencapai sekaligus dua/lebih tanpa batas.
Contoh
ج�ل .1 Artinya seorang laki- laki, dalam hal ini terbatas pada seorang ر
saja.
ن .2 ج�ال Artinya dua orang laki- laki dalam hal ini terbatas pada dua ر�
orang saja.
3. Dan seterusnya
(Oktoda, 2012)
Lafal khas terkadang berbentuk mutlak yakni tidak dikaitkan dengan
sesuatu, tetapi terkadang dikaitkan dengan sesuatu yang dinamakan muqayyad,
dan terkadang dalam bentuk amar (perintah) dan terkadang dalam bentuk
nahyi (larangan). Jadi lafal khas ada empat bentuk, mutlak, muqayyad, amar
dan nahyi. (Karim, 2001:166)
2. Metode Mengetahui Lafaz Khâsh
3. Dilâlah lafaz Khâsh
Dalalah khas menunjuk kepada dalalah qath’iyyah terhadap makna khusus
yang dimaksud dan hukum yang ditunjukkannya adalah qath’iy, bukan dzanniy,
selama tidak ada dalil yang memalingkannya kepada makna yang lain. Misalnya,
firman Allah:
nجح( ال ف�ي K !ام ي أ ة� ث ال ث ام� فص�ي ج�د) ي م) ل فمن)
Tetapi jika ia tidak menemukan binatang korban atau tidak mampu), maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji”..(Al-Baqaarah :196)
Lafaz tsalatsah (tiga) dalam ayat di atas adalah khas, yang tidak mungkin
diartikan kurang atau lebih dari makna yang dikehendaki oleh lafadh itu. Oleh
karena itu dalalah maknanya adalah qath’iy dan dalalah hukumnya pun qath’iy.
Akan tetapi, apabila ada qarinah, maka lafadh khas harus ditakwilkan
kepada maksud makna yang lain. Sebagai contoh hadits Nabi yang berbunyi:
اة� ش qاة ش )ن ع�ي ب ر) أ nل� ك ف�ي)
“pada setiap empat puluh kambing, wajib zakatnya seekor kambing”.
Menurut jumhur ulama, arti kata empat puluh ekor kambing dan seekor
kambing, keduanya adalah lafaz khas. Karena kedua lafadh tersebut tidak
mungkin diartikan lebih atau kurang dari makna yang ditunjuk oleh lafadh itu
sendiri. Dengan demikian, dalalah lafadh tersebut adalah qath’iy. Tetapi menurut
Ulama Hanafiyah, dalam hadits tersebut terdapat qarinah yang mengalihkan
kepada arti yang lain. Yaitu bahwa fungsi zakat adalah untuk menolong fakir
miskin. Pertolongan itu dapat dilakukan bukan hanya dengan memberikan seekor
kambing, tetapi juga dapat dengan menyerahkan harga seekor kambing yang
dizakatkan. (Zulkarnaen, 2011)
4. Takhshîsh 'âm
a. Definisi Takhshish
Takhsis menurut Al-Qattan (2012:319) adalah mengeluarkan sebagian apa
yang dicakup oleh lafaz ’Amm.
Takhsis maksudnya adalah mengkhususkan. Ini menunjukkan bahwa
takhsis ialah mengeluarkan sebagian daripada lafaz-lafaz am berdasarkan
dalil .Oleh karena itu, lafaz am yang telah ditakhsis akan membawa maksud
yang khusus. (Hanafie dan Al-Shiraziyy dalam Anonim, 2010)
Takhsis dalam istilah ushul fiqh adalah :
� )ر� عدم ق)د�ي � على ت )ع�م�و)م ح)ت ال q ت خ�ال ن دا ع)ض� كا ج� ب �ح)را إ
. الم�خص!ص�
Artinya :
“mengeluarkan sebagian apa-apa yang termasuk dalam yang umum itu menurut ukuran ketika tidak terdapat mukhasis” (Dahlan dalam Oktoda, 2012 )
b. Definisi Mukhashshish
c. Macam-Macam Mukhashshish
d. Macam-Macam Takhshish
DAFTAR PUSTAKA
Al-’Utsaimin, A.-S. a.-’. (2007). Al-Ushul min ’Ilmil Ushul. (A. S. Shilah, Trans.)
Al-Qattan, M. K. (2012). Studi Ilmu-ilmu Qur'an. Bogor: Litera Antar Nusa.
Anonim. (2010). Al-Am dan Al-Khas. [online]
Tersedia : http://usulfiqh20102011.blogspot.com/2010/11/al-am-dan-alkh-
as.html [24 Maret 2013]
Karim, A. (2001). Fiqih Ushul Fiqih. Bandung: Pustaka Setia.
Oktoda, Ali (2012). Makalah Am dan Khas. [online]
Tersedia : http://simba-corp.blogspot.com/2012/03/makalah-am-dan-khas.html
[24 Maret 2013]
Rosidin, Dedeng ( t.t.). Modul Ushul Fiqih. [online]
Tersedia : http://file.upi.edu/direktori/fpbs/jur._pend._bahasa_arab/1955100-
71990011-dedeng_rosidin/modul_ushul_fiqih.pdf [24 Maret 2013]
Syafe'i, R. (2010). Ilmu Ushul Fiqih untuk UIN, STAIN, PTAIS. Bandung: CV Pustaka
Setia .
Zulkarnaen (2011). Lafadz Am dan Lafadz Khas. [online]
Tersedia : http://rpcellular.blogspot.com/2011/04/lafadz-am-dan-lafadz-khas-
ushul-fiqh.html [24 Maret 2013]