amdal-bab-2(1)

28
RUANG LINGKUP STUDI 2.1 Deskipsi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Akan Dikaji Deskripsi rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dikaji, yaitu pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Pakistaji. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu nantinya akan difungsikan sebagai tempat pengolahan sampah yang masih bisa dimanfaatkan kembali sehingga volume sampah yang dibuang ke TPA akan berkurang. TPST Pakisstaji direncanakan berdiri di atas lahan seluas 6 ha yang terdiri dari lahan untuk proses pengolahan sampah dan fasilitas penunjang seperti kantor, lahan parkir dan kamar mandi. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Pakistaji yang direncanakan berlokasi di Jalan Salak, Kelurahan Pakistaji, Kecamatan Wonoasih, Kabupaten Probolinggo. TPST dibangun dengan luas lahan sekitar ± 6 ha. 2.1.1 Status Studi AMDAL Status studi AMDAL pada proyek pembangunan TPST Pakistaji dilaksanakan setelah studi kelayakan teknis dan ekonomis. Status studi AMDAL yang dimaksud disini adalah waktu pelaksanaannya terhadap studi kelayakan. Studi AMDAL ini dilakukan setelah studi kelayakan karena dibutuhkan DED ( Detai Engineering Design) sebagai dasar untuk memperkirakan dampak dari pembangunan proyek yang dilakukan. 2.1.2 Kesesuaian Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah

Upload: ayu-prasetyawati

Post on 10-Feb-2016

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: amdal-bab-2(1)

RUANG LINGKUP STUDI

2.1 Deskipsi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Akan Dikaji

Deskripsi rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dikaji, yaitu pembangunan

Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Pakistaji. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu

nantinya akan difungsikan sebagai tempat pengolahan sampah yang masih bisa dimanfaatkan

kembali sehingga volume sampah yang dibuang ke TPA akan berkurang. TPST Pakisstaji

direncanakan berdiri di atas lahan seluas 6 ha yang terdiri dari lahan untuk proses pengolahan

sampah dan fasilitas penunjang seperti kantor, lahan parkir dan kamar mandi.

Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Pakistaji yang direncanakan berlokasi

di Jalan Salak, Kelurahan Pakistaji, Kecamatan Wonoasih, Kabupaten Probolinggo. TPST

dibangun dengan luas lahan sekitar ± 6 ha.

2.1.1 Status Studi AMDAL

Status studi AMDAL pada proyek pembangunan TPST Pakistaji dilaksanakan setelah

studi kelayakan teknis dan ekonomis. Status studi AMDAL yang dimaksud disini adalah

waktu pelaksanaannya terhadap studi kelayakan. Studi AMDAL ini dilakukan setelah studi

kelayakan karena dibutuhkan DED (Detai Engineering Design) sebagai dasar untuk

memperkirakan dampak dari pembangunan proyek yang dilakukan.

2.1.2 Kesesuaian Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan dengan Rencana Tata Ruang

Wilayah

Berdasarkan RTRW Kota Probolinggo Tahun 2009, kawasan sekitar jalan salak

merupakan lahan kosong yang rencananya digunakan sebagai lahan untuk fasilitas umum.

Lahan kosong tersebut diperkirakan cukup untuk digunakan sebagai lahan TPST.

Pembangunan TPST ini harus dilakukan di lokasi yang sesuai dengan

peruntukkannya. Berdasarkan peta Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kota

Probolinggo, salah satu wilayah yang berfungsi sebagai fasilitas umum dan dapat

dikembangkan menjadi bangunan yang cukup besar adalah wilayah di Kelurahan Pakistaji,

Kecamatan Wonoasih. Lokasi ini selain direncanakan sebagai fasilitas umum juga tidak

cukup padat penduduk sehingga dampak lingkungan yang ditimbulkan dapat diminimalisasi.

Secara geografis lokasi proyek pembangunan TPST Salak ini berbatasan langsung dengan :

Batas Utara : berbatasan dengan area persawahan

Page 2: amdal-bab-2(1)

Batas Timur : berbatasan dengan pemukiman

Batas Barat : berbatasan dengan area persawahan

Batas Selatan : berbatasan dengan area persawahan

Secara astronomis, koordinat TPST Pakistaji sebagai berikut :

Batas Utara : 7 ͦ47’34.39’’ LS dan 113 ͦ13’9.77’’ BT

Batas Timur : 7 ͦ47’43.39’’ LS dan 113 ͦ13’07.77’’ BT

Batas Barat : 7 ͦ47’47.07’’ LS dan 113 ͦ13’6.66’’ BT

Batas Selatan : 7 ͦ47’48.81’’ LS dan 113 ͦ13’12.95’’ BT

Berikut lokasi proyek yang ditampilkan dengan Google Earth pada Gambar 2.1

2.1.3 Deskripsi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan

Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Prasaja Mulya yang direncanakan berlokasi di

Jalan Salak, Kelurahan Pakistaji, Kecamatan Wonoasih dengan luas lahan 8 ha, luas

bangunan 6 ha dan luas dasar 6 ha. Luas bangunan sama dengan luas dasar karena bangunan

ini direncanakan satu lantai. Rincian luas bangunan TPST Pakistaji dapat dilihat di Tabel 2.1

Page 3: amdal-bab-2(1)

Tabel 2.1 Rincian Luas Bangunan TPST Pakistaji

Unit Jumlah Luas Lahan per Unit (m2) Luas Total (m2)Lahan penerimaan 1 2885 2885

Lahan sortir 1 13286,4 13286,4Lahan penyimpanan 1 7940,2 7940,2

Gudang peralatan 1 100 100Kantor 1 16 16

Lahan penampungan 1 849,7 849,7Lahan pencacahan 1 72 72

Lahan pengomposan 1 33264 33264Lahan pengayakan 1 48 48

Gudang penyimpanan kompos 1 1698,4 1698,4Bak lindi I 1 302,09 302,09

Bak Lindi II 1 140,97 140,97Lahan penyimpanan kompos 1 2000 2000

TOTAL 62602,76

Rencana Pemakaian Air Bersih

Tahap Konstruksi

Air bersih untuk para pekerja dialirkan menggunakan saluran PDAM Kota

Probolinggo, dimana air bersih digunakan untuk pemadatan tanah, mandi,

mencuci, dan penyiraman peralatan proyek. Perhitungan kebutuhan air pada tahap

konstruksi berdasarkan SNI 03-7065-2005 tentang Tata Cara Perencanaan Sistem

Plambing :

Estimasi Jumlah Pekerja = 100 pegawai

Kebutuhan Air per Orang = 50 liter/pegawai/hari

Kebutuhan Air = 100 pegawai x 50 liter/pegawai/hari

= 5000 liter/hari

= 5 m3/hari

Estimasi kebutuhan air untuk kebutuhan konstruksi = 2 m3/hari

Total Kebutuhan Air = 5 m3/hari + 2 m3/hari

= 7 m3/hari

Tahap Operasi

Estimasi Jumlah Pekerja = 120 pegawai

Kebutuhan Air per Orang = 50 liter/pegawai/hari

Kebutuhan Air = 120 pegawai x 50 liter/pegawai/hari

= 6000 liter/hari

= 6 m3/hari

Page 4: amdal-bab-2(1)

Rencana Pemakaian Listrik

Kebutuhan listrik untuk menunjang kegiatan operasional TPST Pakistaji dipenuhi

oleh PLN Distribusi Jawa Timur dan tersedia gen set yang digunakan sebagai

cadangan energi.

Kebutuhan listrik yang digunakan di TPST dapat dilihat di Tabel 2.2

Tabel 2.2 Kebutuhan Listrik TPST Pakistaji

Peralatan ListrikJumlah (unit) Kebutuhan (watt) Total (watt)

Lampu 2 200 400Lampu 8 200 1600Conveyor 20 6000 120000Lampu 15 200 3000Lampu 5 200 1000Lampu 2 200 400AC 1 1000 1000Komputer 1 750 750Lampu 5 200 1000Lampu 2 200 400Exshaus 2 500 1000Pengering tangan 1 500 500Lampu 5 200 1000Alarm kebakaran 5 100 500Pompa Hydrant 3 1000 3000Pompa air 3 1000 3000

TOTAL 138550

Sistem Pemadam Kebakaran

Antisipasi kebakaran yang disiapkan di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu

Salak yaitu akan direncanakan menggunakan sistem pemadam kebakaran Foam

AFF (Aqueos Film Foaming Form) yang diletakkan di area sekitar TPST.

Sistem Drainase Air Hujan

Pembangunan saluran drainase ini direncanakan antara lain :

o Saluran drainase direncanakan berada di area sekeliling TPST

o Saluran drainase terpisah dari saluran penampung lindi yang menuju

Instalasi Pengolahan Air Limbah

o Saluran drainase dialirkan secara gravitasi yang kemudian dibuang menuju

saluran drainse di jalan

o Saluran drainase direncanakan menggunakan sistem terbuka sehingga

dapat menampung air hujan

Page 5: amdal-bab-2(1)

Septic Tank

Limbah yang dihasilkan dari penggunan toilet yang berada di area TPST

merupakan limbah domestik. Limbah yang dihasilkan ini dibagi menjadi dua jenis

yaitu Greywater dan Blackwater. Limbah yang dihasilkan mengandung 70%

greywater dan 30% blackwater. Limbah ini diolah menggunakan septic tank.

Sistem Pengolahan Air Limbah

Pembangunan sistem pengolahan air limbah ini direncanakan antara lain :

o Sistem pengolahan air limbah digunakan untuk mengolah air limbah yang

dihasilkan akibat pematangan kompos dan juga pencucian sampah plastik.

o Saluran penyalur air limbah yang dihasilkan menggunakan sistem tertutup

agar tidak tercemar air hujan

o Air limbah yang dihasilkan kemudian diolah menggunakan ABF

(Anaerobik Bio Filter)

Sistem Pengelolaan Sampah

Sampah yang dihsilkan dari aktivitas pegawai TPST akan ditampung di tempat

sampah yang berada di area TPST. Sampah yang dihasilkan langsung dikelola di

dalam TPST.

Koefisien Dasar Bangunan

Menurut Peraturan Daerah Kota Probolinggo no.4 Tahun 2008, KDB (Koefisien

Dasar Bangunan) adalah angka presentase perbandingan antara luas seluruh lantai

dasar bangunan gedung dan luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang

dikuasai sesuai rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan,

sehingga KDB TPST Salak, dihitung dengan perhitungan sebagai berikut :

KDB = (Luas Lantai Dasar/Luas Lahan Tersedia) x 100%

KDB = (6,2 ha / 8,1 ha) x 100%

KDB = 76,5 %

Hasil perhitungan KDB TPST Pakistaji sebesar 76,5% yang artinya memenuhi

syarat zoning terlampir yaitu maksimal 100% dari luas lahan.

Koefisien Lantai Bangunan

Menurut Peraturan Daerah Kota Probolinggo no.4 Tahun 2008, KLB (Koefisien

Lantai Bangunan) adalah angka presentase perbandingan antara luas seluruh lantai

bangunan gedung dan luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai

Page 6: amdal-bab-2(1)

sesuai rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan, sehingga

KDB TPST Salak, dihitung dengan perhitungan sebagai berikut :

KLB = (Luas total bangunan/Luas tanah tersedia) x 100%

KLB = (6,2 ha / 8,1 ha) x 100%

KLB = 76,5%

Hasil perhitungan KLB TPST Pakistaji sebesar 76,5% yang artinya memenuhi

syarat zoning terlampir yaitu maksimal 100% dari luas lahan.

2.1.4 Tahap Pelaksanaan Usaha dan/atau Kegiatan

Berikut tahapan pelaksanaan kegiatan pembangunan Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu

Paistaji, Kelurahan Pakistaji, Kecamatan Wonoasih, Kota Probolinggo :

1. Tahap Pra Konstruksi

Tahapan pra konstruksi pada pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu

dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Survey awal lokasi

Kegiatan survey dilakukan pada tahap pra konstruksi dengan tujuan untuk

mengetahui rona lingkungan awal pada lokasi proyek pembangunan Tempat

Pengolahan Sampah Terpadu (TPST). Kegiatan berlangsung mulai tanggal 1 Juli

2015 hingga 12 Juli 2015. Data rona lingkungan awal didapatkan dari survey yang

dilakukan pada tahap pra konstruksi, kemudian data rona lingkungan awal

dibandingkan dengan rona lingkungan setelah proyek pembangunan Tempat

Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) sehingga didapatkan dampak yang diterima

lingkungan akibat pembangunan proyek Tempat Pengolahan Sampah Terpadu.

b. Perijinan

Kegiatan perijinan dilakukan pada tahap pra konstruksi dengan tujuan untuk

memperoleh legalisasi dari pihak terkait (Pemerintah Kabupaten Tangerang,

Direktur Jendral Perhubungan, dan Badan Pertanahan Nasional) sehingga

pelaksanaan proyek pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu dapat

berjalan dengan lancar. Kegiatan diperkirakan berlangsung selama 1 bulan mulai

13 Juli 2015 hingga 16 Agustus 2015.

c. Sosialisasi

Kegiatan sosialisasi dilakukan pada tahap pra konstruksi dengan tujuan untuk

mengetahui tanggapan yang berbentuk kritik atau saran yang berasal dari

Page 7: amdal-bab-2(1)

masyarakat sekitar proyek pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu.

Tim studi AMDAL ( Moro Seneng Group Consultant), bersama pemrakarsa (PT

Panca Warna), BLH Kota Probolinggo, DKP Kota Probolinggo dan pihak lain

yang terkait dan berwenang melakukan sosialisai mengenai pembangunan Tempat

Pengelolaan Sampah Terpadu yang berbentuk dialog yang berlangsung dua arah

yang akan dilakukan pada tanggal 8 Agustus 2015. Sebelum dilakukan sosialisasi,

dilakukan pendekatan terhadap pemangku wilayah dan tokoh masyarakat pada

tanggal 1 Agustus – 7 Agustus 2015 guna menjelaskan manfaat pembangunan

TPST, menanyakan budaya serta adat istiadat yang dianut di daerah setempat,

serta meminta bantuan untuk mengajak warga sekitar hadir pada sosialisasi. Selain

pendekataan terhadap tokoh dan pemangku wilayah, dilakukan penyebaran

undangan di setiap rumah sekitar pembangunan proyek TPST. Kemudian,

memublikasikan di media cetak “Jawa Pos Radar Bromo” mulai tanggal 10

Agustus 2015 – 16 Agustus 2015 mengenai pembangunan TPST Prasaja Mulya di

Kelurahan Kareng Lor, Kecamatan Kadepokan.

d. Pengukuran Lokasi, Pemasangan Patok dan Pemagaran area

Kegiatan pengukuran lokasi proyek dan pemasangan patok dilakukan pada tahap

pra konstruksi dengan tujuan sebagai tanda batas proyek agar terlihat jelas.

Pengukuran dilakukan menggunakan meteran sehingga dapat diketahu luasan

lokasi proyek. Pemasangan patok dilakukan pada batas lokasi proyek, patok yang

digunakan berbahan dasar kayu. Pemagaran area proyek menggunakan bahan seng

sebagai pembatas. Jumlah pekerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan

pengukuran, pemasangan serta pemagaran selama 1 minggu adalah 10 orang.

Pemagaran area proyek bertujuan untuk membatasi wilayah proyek dengan

lingkungan luar proyek, menghindari gangguan dari orang yang tidak memiliki

kepentingan pada kegiatan proyek, mengurangi dampak gangguan dari adanya

kegiatan proyek terhadap lingkungan sosial di sekitar proyek seperti debu.

2. Tahap Kontruksi

Tahap kontruksi merupakan satuan kegiatan yang terdiri dari beberapa pekerjaan

dengan tujuan membangun sarana maupun prasarana. Tahap kontruksi pada

pembangunan TPST (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu) kota Probolinggo adalah

sebagai berikut:

Page 8: amdal-bab-2(1)

a. Mobilisasi Tenaga Proyek

Mobilisasi tenaga proyek adalah segala aktivitas pekerja yang dilakukan selama

proyek berlangsung di dalam area proyek. Mobilisasi tenaga meliputi lalu lalang

pekerja di area proyek. Mobilisasi tenaga proyek bertujuan untuk mengatur jalan

lalu-lalang pekerja sehingga tidak terjadi gangguan.

b. Mobilisasi Peralatan dan Material

Mobilisasi peralatan dan material bertujuan untuk mengatur jalan lalu lintas

peralatan dan pengangkutan material di dalam area proyek. Pengangkutan material

proyek menggunakan dump truck. Beberapa peralatan yang rencananya akan

digunakan dalam kegiatan proyek :

- Buldozer 4 buah

- Loader 2 buah

- Dump Truck 4 buah

- Tandem Roller 4 buah

- Concrete Mixer Truck 4 buah

c. Pembangunan Tempat Tinggal Sementara Pekerja (basecamp)

Tempat tinggal sementara adalah bangunan untuk para pekerja sebagai tempat

tinggal dan istirahat pekerja selama pembanguan proyek berlangsung. Tempat

tinggal sementara dibuat menyerupai rumah, dengan bahan dinding triplex.

d. Pembangunan Gudang Peralatan dan Material

Gudang peralatan dan material dibangun dengan tujuan sebagai tempat

menyimpan peralatan dan bahan – bahan proyek yang akan digunakan dalam

proses pembangunan. Gudang berbentuk bangunan disertai atap.

e. Pembersihan Area Lahan

Pembersihan area proyek bertujuan untuk membersihkan area proyek dari material

yang dapat mengganggu mobilitas kegiatan proyek. Seperti rumput, alang- alang,

pohon, tanaman liar, batu besar, bangunan yang tidak dibutuhkan dan material

pengganggu lainnya.

f. Penyidikan Tanah

Penyidikan tanah bertujuan untuk mengetahui daya tahan, daya tekan serta tanah

terhadap beban diatasnya. Peralatan yang digunakan untuk menyidik tanah adalah

sondir dan boring. Penyidikan tanah dilakukan karena di TPST akan ada lalu

Page 9: amdal-bab-2(1)

lintas kendaraan berisi sampah yang berat, conveyor, container dan fasilitas

pemilahan. Tes penyidikan ini dilakukan juga bertujuan untuk menentukan

kedalaman pondasi bangunan yang akan dibangun.

g. Pekerjaan Struktur Bangunan

Pekerjaan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) meliputi pekerjaan

pondasi, bangunan dinding, atap dan lantai. Pekerjaan pondasi bertujuan sebagai

dasar yang memperkokoh struktur bangunan. Pondasi terbuat dari bahan beton

( semen + pasir + air + kerikil). Bangunan dinding dana tap menggunakan bahan

galvalum. Lantai yang digunakan di TPST ada 2 jenis, untuk kantor digunakan

bahan keramik dan untuk fasilitas pengelola sampah digunakan bahan cor ( semen

+ pasir + kerikil + air). Fasilitas yang dibangun adalah kantor, dan fasilitas

pendukung untuk pengelolaan sampah.

h. Pekerjaan Roof Tank, Septic Tank, IPAL

Pekerjaan Roof Tank menggunakan bahan fiberglass bervolume 2000 L. Roof

Tank berfungsi sebagai bak penampung air bersih. Septic Tank berfungsi sebagai

tempat air limbah yang dihasilkan oleh jamban. IPAL berfungsi sebagai

penampung dan pengolah air limbah dari kegiatan operasional TPST seperti

limbah pencucian dan lindi.

i. Pekerjaan Fasilitas Pengolahan Sampah

Pekerjaan fasilitas pengolahan sampah meliputi pemasangan compactor,

conveyor, pencacah, composter.

j. Pekerjaan Perpipaan dan saluran penyaluran air

Pipa yang dipasang adalah pipa penyalur air bersih, pipa pembuangan air limbah,

pipa penyaluran lindi dan air sisa pencucian. Saluran penyaluran air digunakan

untuk menyalurkan air hujan.

k. Pekerjaan mechanical dan electrical

Pekerjaan mechanical dan electrical bertujuan untuk mengatur suplai listrik untuk

operasional TPST dan sistem penerangan.

l. Pekerjaan Finishing

Pekerjaan finishing meliputi pemasangan pintu, jendela, pengecatan serta

mobilisasi peralatan pengolahan sampah (conveyor, keranjang, dll)

m. Pembangunan Jaringan Jalan dan Taman

Page 10: amdal-bab-2(1)

Pekerjaan pembangunan jaringan jalan juga meliputi area parker. Jaringan jalan

mengatur arus kendaraan keluar masuk TPST. Taman dibangun berfungsi sebagai

penyangga TPST.

n. Demobilisasi peralatan kerja

Demobilisasi peralatan kerja adalah pengembalian peralatan yang telah

digunakan. Peralatan yang digunakan antara lain Buldozer, Loader, Dump Truck,

Tandem Roller, dan Concrete Mixer Truck. Peralatan yang telah digunakan pada

tahap pra konstruksi dan konstruksi dikembalikan.

o. Demobilisasi tenaga kerja

Demobilisasi tenaga kerja adalah pengembalian tenaga kerja yang terlihat selama

proses pra konstruksi dan konstruksi kepada kontraktor pelaksana sesuai dengan

kontrak yang telah disepakati.

3. Tahap Operasi dan Perawatan

Tahap operasi merupakan satuan kegiatan yang dilakukan pada saat hingga setelah

fasilitas terbangun. Tahap operasional pada pembangunan TPST (Tempat Pengolahan

Sampah Terpadu) Kota Probolinggo adalah sebagai berikut:

1. Mobilisasi Tenaga Kerja

Mobilisasi tenaga kerja merupakan proses pemasukan tenaga kerja yang berkaitan

dengan kegiatan operasi TPST.

2. Kegiatan Pengolahan Sampah Terpadu

Kegiatan pengolahan sampah terpadu meliputi penerimaan, pemilahan/pemisahan,

pencucian, pengomposan, pemadatan, dan penyimpanan hasil daur ulang sampah.

3. Kegiatan Pengolahan Air Limbah dan Saluran Drainase

Kegiatan pengolahan air limbah menggunakan IPAL untuk mengolah air limbah

sisa pencucian sampah dan lindi yang dihasilkan. IPAL yang digunakan adalah

jenis Anaerobic Bio Filter. Pengolahan air limbah (black water) menggunakan

septic tank. Saluran drainase digunakan untuk mengalirkan air hujan, digunakan

saat hujan terjadi.

4. Kegiatan Perawatan Fasilitas Pengolahan Sampah

Pemeliharaan dan perawatan di TPST meliputi perawatan taman, dan perawatan

fasilitas pengolahan secara rutin dan berkala.

Page 11: amdal-bab-2(1)

2.1.5 Alternatif yang Dikaji dalam AMDAL

Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012, Kajian

amdal merupakan studi kelayakan dari aspek lingkungan hidup sehingga ada kemungkinan

komponen rencana usaha dan/atau kegiatan memiliki beberapa alternatif, antara lain alternatif

lokasi, penggunaan alat-alat produksi, kapasitas, spesifikasi teknik, sarana usaha dan/atau

kegiatan, tata letak bangunan, waktu, durasi operasi, dan/atau bentuk alternatif lainnya.

Alternatif-alternatif yang dikaji dalam Amdal dapat merupakan alternatif-alternatif yang telah

direncanakan sejak semula atau yang dihasilkan selama proses kajian Amdal berlangsung.

Fungsi dan manfaat kajian alternatif dalam Amdal adalah:

1) Memastikan bahwa pertimbangan lingkungan telah terintegrasi dalam proses pemilihan

alternatif selain faktor ekonomis dan teknis.

2) Memastikan bahwa pemrakarsa dan pengambil keputusan telah mempertimbangkan dan

menerapkan prinsip-prinsip pencegahan pencemaran (pollution prevention) dan/atau

kerusakan lingkungan hidup dalam rangka pengelolaan lingkungan.

3) Memberi peluang kepada pemangku kepentingan yang tidak terlibat secara penuh dalam

proses pengambilan keputusan, untuk mengevaluasi berbagai aspek rencana usaha dan/atau

kegiatan dan bagaimana proses suatu keputusan yang akhirnya disetujui.

4) Memberikan kerangka kerja untuk pengambilan keputusan yang transparan dan

berdasarkan kepada pertimbanga npertimbangan ilmiah.

Namun pada dokumen Kerangka Acuan ANDAL proyek pembangunan Tempat

Pengolahan Sampah Terpadu Sumber Taman tidak direncanakan alternatif-alternatif. Hal ini

disebabkan karena proses penyusunan dokumen KA ANDAL dilakukan setelah Studi

Kelayakan dan pembuatan DED sehingga tidak dimungkinkan adanya alternatif lokasi

maupun alternatif design.

2.2 Rona Lingkungan Awal

Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia nomor 16

Tahun 2012, deskripsi umum rona lingkungan hidup awal berisi uraian mengenai rona

lingkungan hidup (environmental setting) secara umum di lokasi rencana usaha dan/atau

kegiatan umum di lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan. Deskripsi rona lingkungan hidup

harus menguraikan data dan informasi yang terkait atau relevan dengan dampak yang

mungkin terjadi. Deskripsi ini didasarkan data dan informasi primer dan/atau sekunder yang

bersifat aktual dan mengunakan sumber data-informasi yang valid untuk data sekunder yang

Page 12: amdal-bab-2(1)

resmi dan/atau kredibel untuk menjamin validitas data-informasi serta didukung oleh hasil

bservasi lapangan.

2.2.1 Tata Guna Lahan

Kota Probolinggo adalah salah satu kota yang terletak di Propinsi Jawa Timur

diantara 38 Kabupaten/Kota lainnya. Letak Kota Probolinggo berada pada 7o43’41’’ -

7o49’04’’ Lintang Selatan dan 113o10’ - 113o15’ Bujur Timur, dengan rata-rata ketinggian 10

meter di atas permukaan laut. Batas wilayah Kota Probolinggo dapat diuraikan sebagai

berikut :

Sebelah utara berbatasan dengan Selat Madura

Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Dringu wilayah Kabupaten

Probolinggo

Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Leces, Kecamatan Wonomerto,

Kecamatan Bantaran dan Kecamatan Sumberasih, yang ketiga-tiganya masuk

wilayah Kabupaten Probolinggo

Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Sumberasih wilayah Kabupaten

Probolinggo.

Luas Wilayah Kota Probolinggo 56,667 Km2, terbagi menjadi 5 kecamatan dan 29

kelurahan.

Menurut data dari Dinas Pertanian, luas wilayah Kota Probolinggo tercatat 5.666,70 Ha, pada

tahun 2013 terdiri dari Lahan Sawah sebesar 1.832,00 Ha (32,33%), dan Lahan Bukan Sawah

untuk pertanian 928,33 Ha (16,38%) serta Lahan Bukan Pertanian 2.906,72 Ha (51,29%).

Wilayah Kota Probolinggo dialiri oleh 6 (enam) sungai, yaitu Sungai Kedunggaleng, Umbul,

Banger, Legundi, Kasbah dan Pancur. Dengan rata-rata panjang aliran 3,80 Km, yang

terpanjang adalah Sungai Legundi dengan panjang aliran 5,439 Km dan yang terpendek

adalah Sungai Kasbah dengan panjang aliran hanya 2,037 Km. Sungai-sungai tersebut

mengalir sepanjang tahun, mengalir dari arah selatan ke utara sesuai dengan kelerengan

wilayah.

Penggunaan lahan di Kota Probolinggo untuk pembangunan TPST Pakistaji ini,

menggunakan lahan dengan luas sekitar 6 ha yang terletak di Kelurahan Pakistaji, Kecamatan

Wonoasih, Kota Probolinggo. Lahan yang akan digunakan berupa tanah lapang yang luasnya

mencapai sekitar 8 ha.

2.2.2 Komponen Geo, Fisik, Kimia, dan Biologis

Page 13: amdal-bab-2(1)

Di dalam sub bab rona lingkungan awal perlu dideskripsikan mengenai komponen

fisik dan kimia di lokasi proyek yakni Kota Probolinggo. Hal-hal yang terkait komponen

fisik-kimia adalah sebagai berikut :

1. Kebisingan

Pada proyek pembangunan ini sumber kebisingan berasal dari kegiatan lalu lintas

kendaraan proyek di sekitar jalan menuju lokasi proyek. Lokasi titik sampling

untuk tingkat kebisingan berada pada dua titik sampling berada pada gambar

dengan koordinat .. dan ... Berdasarkan Baku Mutu Kepmen LH No.48 Tahun

1996, untuk baku mutu kebisingan 70 dB sedangkan sumber hasil kajian

Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (DLLAJ) Kota Probolinggo

menunjukkan bahwa kebisingan akibat lalu lintas kendaraan masih dalam keadaan

normal. Berikut data kebisingan Kota Probolinggo berdasarkan DLLAJ Kota

Probolinggo 2011 :

Titik 1 Terukur : 20 dB Baku mutu : 70 dB

Titik 2 Terukur : 25 dB Baku mutu : 70 dB

2. Kualitas Udara

Pencemaran udara akibat pembangunan proyek ini disebabkan oleh aktivitas

kendaraan di sekitar lokasi proyeksi sehingga mempengaruhi kualitas udara.

Untuk itu dilakukan pengambilan kualitas udara seperti debu diambil dua titik

sampling yang berada di sekitar lokasi proyek pada peta lokasi.

Pemilihan lokasi 1 disebabkan karena :

1. Jalan utama yang dilalui kendaraan poyek menuju ke TPST

2. Terdapat pemukiman di dekat lokasi

Pemilihan lokasi 2 disebabkan karena :

Lokasi dekat dengan sekolah sehingga diperlukan kontrol kualitas udara agar tidak

mengganggu proses belajar mengajar di sekolah Berdasarkan data Badan

Lingkungan Hidup Kota Probolinggi tahun 2011 untuk mengetahui besar

pencemaran di sekitar proyek pada peta dengan koordinat ... dan ... dapat dilihat di

Tabel 2.3

Tabel 2.3 Kulaitas Udara (Rona Lingkungan Awal) di Sekitar Proyek

Parameter Satuan Titik 1 Titik 2 BML PERGUB JATIM 10/2010Sulfur dioksida Ppm 0,023 0,001 0,1

Karbon Ppm < 0,2 < 0,2 20

Page 14: amdal-bab-2(1)

monoksidaOksida nitrogen Ppm 0,0022 0,0025 0,05

Oksidan Ppm 0,0028 0,0023 0,1Debu mg/m3 0,045 0,056 0,26

Timah hitam mg/m3 < 0,0003 < 0,0003 0,06Ammonia Ppm 0,00015 0,0002 0,03

Sumber : BLH Kota Probolinggo tahun 2011

3. Bau

Pada pembangunan proyek ini menimbulkan dampak lain berupa bau yang timbul

akibat sampah yang akan dipilah di TPST. Hal ini disebabkan sampah yang

dikelola di TPST telah mengeluarkan lindi yang mengandung H2S. Kemudian

dilakukan pengambilan sampel H2S dengan cara absorbsi gas. Berdasarkan

Permen LH No.50 Tahun 1996 mengenai bau, baku mutu bau yaitu 0,02 ppm.

Berikut merupakan data pengukuran H2S di titik dan

Titik 1 Terukur : 0,001 ppm Baku mutu : 0,02 ppm

Titik 2 Terukur : 0,003 ppm Baku mutu : 0,02 ppm

4. Tipe Iklim

Iklim di Indonesia secara umum berilklim tropis, berdasarkan Kecamatan

Wonoasih Dalam Angka Tahun 2013 Kecamatan Wonoasih mengalami perubahan

iklim 2 jenis setiap tahun yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Musim

penghujan pada tahun 2012 hampir terjadi pada setiap bulan, kecuali bulan Mei,

Juli, Agustus, September dan Oktober yang tidak ada curah hujan atau tidak

pernah turun hujan.

5. Kelembaban Udara dan Temperatur

Berdasarkan Badan Meteorologi dan Geofisika Provinsi Jawa Timur pada tahun

2015 menunjukkan bahwa kelembaban maksimal rata-rata 84% sedangkan

kelembaban minimum rata-rata 55%, sedangkan temperatur suhu berkisar antara

17 – 32 ͦC.

6. Curah Hujan

Letak geografis suatu daerah dapat mempengaruhi pola curah hujan di daerah

tersebut, data curah hujan di Kota Blitar dapat diamati dari stasiun pemangat yang

diletakkan di setiap kecamatan di Kota Probolinggo. Menurut BPS Kota

Probolinggo 2014, curah hujan rata-rata sekitar 1352 mm, sementara di

Page 15: amdal-bab-2(1)

Keluarahan Pakistaji curah hujan rata-rata sekitar 1499 mm. Berikut merupakan

data curah hujan Kota Probolinggo pada Tabel 2.4

Tabel 2.4 Curah Hujan Kota Probolinggo

Curah Hujan Hari Hujan Curah Hujan Hari Hujan Curah Hujan Hari Hujan Curah Hujan Hari Hujan1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Januari 158 14 190 12 353 20 256 122 Februari 356 16 457 15 217 10 327 123 Maret 392 13 261 11 470 16 352 134 April 116 6 144 6 181 8 110 55 Mei 125 5 119 7 154 8 130 66 Juni 243 15 245 16 138 11 235 167 Juli 49 5 35 4 71 6 63 58 Agustus - - - - - - - -9 September - - - - - - - -10 Oktober - - - - - - 3 111 Nopember 175 8 181 11 185 10 166 912 Desember 202 13 198 14 288 19 123 8

Jumlah 1614 95 1830 96 2057 108 1765 872012 1034 91 1062 81 1080 66 875 532011 1313 84 1176 59 1414 93 1292 482010 1725 109 1622 97 1790 125 1581 822009 790 77 683 60 1158 71 1187 47

BulanNama Stasiun Hujan

Triwung Kidul Kademanagan Pakistaji Probolinggo

Sumber : Kota Probolinggo Dalam Angka Tahun 2014

7. Arah dan Kecepatan Angin

Berdasarkan Badan Meteorologi dan Geofisika Provinsi Jawa Timur pada tahun

2015 menunjukkan bahwa kecepatan angin di Kota Probolinggo rata-rata sekitar

30 km/jam dan arah angin di Kota Probolinggo mengarah ke Timur.

8. Jenis Tanah dan Batuan

Berdasarkan BPS Kota Probolinggo, jenis tanah di wilayah tersebut terdiri dari

Alluvial, Mediteran dan Regosol. Jenis tanah alluvial regososl terdapat pada

bagianpaling utara yaitu pantai. Alluvial kelabu tua pada bagian tengah ke utara.

Jenis tanah yang terluas di Kota Probolinggo adalah alluvial coklat keabuan, yaitu

dari bagian tengah ke selatan kota. Jenis tanah regosol coklat terdapat pada

sebagian kecil di bagian timur, sedangkan kompleks grumosol hitam dan litosol

berada pada barat daya kota. Jenis tanah di Kecamatan Wonoasih merupakan

tanah alluvial coklat keabuan. Jenis tanah ini mempunyai daya tahan yang kuat

karena merupakan endapan tanah liat yang bercampur dengan pasir halus. Jenis

Page 16: amdal-bab-2(1)

tanah alluvial di Kota Probolinggo 63,98%, tanah grumosol 4,82% dan tanah

mediteran 31,2%.

9. Ketinggian dan Kelerengan Tanah

Wilayah Kota Probolinggo terletak pada ketinggian 0 sampai kuramg dari 50

meter di atas permukaan laut. Ketinggian tersebut dikelompokkan menjadi,

ketinggian 0 hingga 10 meter, ketinggian 10 hingga 25 meter dan ketinggian 25

hingga 50 meter. Semakin ke wilayah Selatan, ketinggian dari permukaan laut

relatif besar. Namun secara keseluruhan, wilayah Kota Probolinggo relatif

berlereng datar (0,25%).

10. Vegetasi

Jenis vegetasi yang ada di lokasi proyek ada tidak termasuk dalam satwa yang

dilindungi di dalam PP No.7 Tahun 1999. Daftar satwa liar yang ditemukan di

lokasi proyek

Tabel 2.5 Vegetasi pada Lokasi Sampling

Jenis Vegetasi Jumlah

Rumput Liar 24Krokot 18

Putri malu 13Boroco 7

Wedelia 11Sumber : Pengamatan Langsung

11. Satwa Liar

Kondisi lahan yang berupa tanh lapang dan semak belukar kurang menopang

keberadaan satwa liar yang ada. Jenis satwa liar yang ada tidak termasuk dalam

satwa yang dilindungi di dalam PP No.7 Tahun 1999. Daftar satwa liar yang

ditemukan di lokasi proyek pada Tabel 2.6

Tabel 2.6 Satwa pada Lokasi Sampling

Jenis Fauna Jumlah (ekor)Siput 18Katak 7

Belalang 24Jangkrik 21

Burung Pipit 12Sumber : Pengamatan Langsung

2.2.3 Komponen Sosial, Ekonomi, Budaya dan Masyarakat

1. Ekonomi

Page 17: amdal-bab-2(1)

2. Sosial dan Budaya

2.2.4 Komponen Kesehatan Masyarakat

Ketersediaan fasilitas kesehatan di Kecamatan Wonoasih masih kurang, terutama untuk

fasilitas berupa rumah sakit. Tidak adanya rumah sakit baik swasta maupun pemerintah di

Kecamatan Wonoasih, hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.5

Tabel 2.5 Fasilitas Kesehatan Kecamatan WonoasihJumlah

21 Rumah Sakit Umum Pemerintah -2 Rumah Sakit Umum Swasta -3 Rumah Sakit Jiwa -4 Rumah Sakit Bersalin -5 Puskesmas 16 Puskesmas Pembantu 37 Balai Pengobatan Swasta -8 BKIA -9 Pos Kesehatan -

4

Jenis Pelayanan Kesehatan1

Jumlah

Sumber : Kecamatan Wonoasih Dalam Angka Tahun 2013

Berdasarkan data dari BPS Kota Probolinggo terdapat berbagai macam penyakit yang

diderita oleh masyarakat selama kurun waktu satu tahun. Data penyakit yang diderita

masyarakat Kota Probolinggo dapat dilihat di Tabel 2.6

Tabel 2.6 Jumlah dan Jenis Penyakit Kota Probolinggo Tahun 2013

Page 18: amdal-bab-2(1)

HIV/AIDS IMS DBD Diare TB Malaria2 3 4 5 6 7

1 Kademangan 8 57 10 989 23 02 Kedopok 7 57 6 1046 23 03 Wonoasih 8 57 5 1836 20 04 Kanigaran 10 57 17 1904 46 05 Mayangan 4 112 38 2713 28 0

4 377 142 7733 148 14 377 142 7733 148 1

KasusKecamatan

1

20122011

Sumber : Kota Probolinggo Dalam Angka Tahun 2014

2.3 Hasil Pelibatan Masyarkat

Informasi ini berisi tentang keadaan di lingkungan sekitar proyek seperti adanya

pemukiman. Letak TPST ini berada di Kelurahan Pakistaji, Kecamatan Wonoasih,

Kota Probolinggo. Dari hasil pelibatan masyarakat yang dilakukan melalui

pengumuman dan konsultasi publik didapatkan saran yang disampaikan berupa

pemukiman yang berdekatan dengan lokasi proyek pembangunan TPST tidak

terganggu akibat mobilisasi kendaraan baik saat tahap konstruksi maupun tahap

operasi.

Masyarakat sekitar pembangunan TPST menghimbau sampah yang ada di TPST tidak

boleh ditimbun terlalu lama agar tidak menimbulkan bau. Residu sisa pemilahan yang

ada di TPST sebaiknya segera diangkut saat jam operasi TPST telah usai. Dengan

adanya durasi penempatan sampah di area penerimaan diharapkan pembangunan

TPST tidak mencemari sumur yang ada di area sekitar . Sumur yang ada di

lingkungan masih dikonsumsi sebagai air baku sehingga dijadikan sebagai nilai lokal

yang harus dijaga.

Kebiasaan adat merupakan nilai-nilai kebudayaan, norma, kebiasaan dan hukum adat

yang lazim dilakukan di suatu daerah yang apabila tidak dilakukan akan mendapat

sanksi tertulis dari masyarakat setempat terhadap pelaku yang dianggap menyimpang.

Di sekitar lokasi proyek, interaksi sosial antar warga masyarkat tidak menunjukkan

adanya kebiasaan adat tertentu yang dilakukan. Oleh karena itu, tidak terdapat SPT

(Saran Pendapat Tanggapan) masyarakat sekitar terkait kebiasaan adat.

Proses keterlibatan masyarakat ini diwujudkan dengan adanya aspirasi masyarakat

terkait pembangunan TPST. Aspirasi yang disampaikan yaitu perawatan jalan akses

menuju proyek, penjelasan tentang lapangan pekerjaan, proses ganti rugi, tidak

Page 19: amdal-bab-2(1)

mengganggu kesehatan dan kenyamanan masyarakat seperti perubahan kualitas udara

karena banyaknya partikel debu akibat aktivitas kendaraan proyek baik tahap

konstruksi maupun operasi yang dapat meluas hingga pemukiman sekitar, dan 70%

pekerja merupakan warga sekitar. Selain itu aktivitas kendaraan proyek dapat

menyebabkan kerusakan jalan. Masyarakat juga berharap adanya perbaikan

lingkungan apabila terjadi perubahan lingkungan sehingga masyarakat tetap merasa

nyaman pada saat rencana pembangunan TPST dimulai dari tahap konstruksi hingga

operasi.