amalgam

19
AMALGAM KEDOKTERAN GIGI MAKALAH diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah ilmu teknologi material kedokteran gigi (itmkg) Oleh Michael Bing 160110110083 Husna Nuridia Utami 160110110084 Muhammad Faisyal A’lauddin M 160110110085 Gina Drismayasari 160110110086 Detin Nitami 160110110087 Carolina Saputra 160110110088 Nona Viona 160110110089 Dhio Adhinugera Marendra 160110110090 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PADJADJARAN SUMEDANG 2012

Upload: reza-nur-alfansyah

Post on 09-Dec-2014

94 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

amalgam

TRANSCRIPT

Page 1: Amalgam

AMALGAM KEDOKTERAN GIGI

MAKALAH

diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah

ilmu teknologi material kedokteran gigi (itmkg)

Oleh

Michael Bing 160110110083

Husna Nuridia Utami 160110110084

Muhammad Faisyal A’lauddin M 160110110085

Gina Drismayasari 160110110086

Detin Nitami 160110110087

Carolina Saputra 160110110088

Nona Viona 160110110089

Dhio Adhinugera Marendra 160110110090

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

SUMEDANG

2012

Page 2: Amalgam

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini.

Makalah yang berjudul Amalgam Kedokteran Gigi ini diajukan untuk memenuhi

tugas mata kuliah ilmu teknologi material kedokteran gigi

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah ilmu mengenai teknologi

material dalam bidang kedokteran gigi.

Jatinangor, Maret 2012

Penulis

Page 3: Amalgam

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………. i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………… 1

1.1 Syarat Umum Bahan Cetak

1.1.1 Definisi dan Indikasi

1.1.2 Komposisi dan Fungsi Masing-masing Komponen

1.2 Alloy Amalgam…………………………….. 1

1.2.1 Definisi

1.2.2 Prosedur Pembuatan

1.3 Klasifikasi …………………………………………… 3

1.4 Reaksi Kimia Amalgam………………………………………………. 5

1.5 Tahapan Manipulasi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi

1.6 Macam Hg dan Higiene Hg

1.7 Macam-macam Kegagalan Amalgam

1.8 Sifat Fisis, Mekanis, dan Klinis yang Penting

1.8.1 Perubahan Dimensi

1.8.2 Termal Ekspansi dan Termal Kontraksi

1.8.3 Strength

1.8.4 Creep

1.8.5 Brittleness

1.8.6 Hardness

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………… 22

Page 4: Amalgam

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 AMALGAM KEDOKTERAN GIGI (DENTAL AMALGAM)

1.1.1 Definisi dan Indikasi

Amalgam kedokteran gigi (dental amalgam) dibuat dengan cara

mencampurkan merkuri cair dengan zat-zat padat yang merupakan perpaduan dari

perak, timah, tembaha, dan kadang seng, paladium, indium, dan selenium. Kombinasi

dari logam padat tersebut disebut dengan amalgam alloy. Sangat oenting untuk dapat

membedakan antara amalgam kedokteran gigi dan amalgam alloy (Restorative Dental

Materials).

Amalgam kedokteran gigi merupakan alloy yang terdiri dari merkuri, perak,

tembaga, dan timah,dan mungkin juga bisa mengandung palladium, zinc, dan elemen-

elemen lain untuk meningkatkan karakteristik dan kinerja klinis amalgam itu sendiri.

(Phillips’ Science of Dental Materials)

Indikasi utama bahan restorasi amalgam adalah sebagai bahan tambal

posterior. Restorasi dental amalgam ini sangat baik karena secara teknik tidak sensitif,

dapat mempertahankan bentuk anatomi dari gigi, tidak mudah fraktur, dan tahan lama.

Bahan tambal amalgam dipergunakan sejak awal abad 19 dibuat dari

campuran koin perak spanyol/meksiko degan air raksa. Standardisasi amalgam

merupakan standardisasi pertama yang dibuat American Dental Association (ADA)

tahun 1919, sehingga disebut ADA Spefications No.1.

1.1.2 Komposisi dan Fungsi Masing-Masing Komponen

Perak (Ag) 67-74%

a. Elemen utama dalam reaksi

b. Menaikkan setting expansion

c. Menaikkan tarnish resistance dalam memproduksi amalgam

d. Memperputih alloy

e. Menaikkan strength

Page 5: Amalgam

f. menurunkan creep

Timah (Sn) 25-28%

a. Mengontrol reaksi antara silver&mercury

b. Mengurangi strength & hardness

c. Mengurangi resistance terhadap tarnish & korosi

Tembaga (Cu) 0-6%

a. Menaikkan hardness & strength

b. Menaikkan setting expansion

Seng (Zn) 0-2%

a. Dalam jumlah kecil, tidak memengaruhi setting reaction & sifat

amalgam

b. Zinc menyebabkan tertundanya ekspansi jika campuran amalgam

terkontaminasi oleh uap lembab selama manipulasi

c. Mencegah masuknya O2 ketika terjadi fusi logam paduan

Air raksa (Hg) 0-3%

Kadang-kadang ditambahkan untuk menciptakan kondisi pre-

amalgamisasi pada logam paduan.

1.2 Alloy Amalgam

Definisi Amalgam

Amalgam adalah materi yang mengandung merkuri didalamnya. Karena merkuri berbentuk

cair pada suhu ruangan, merkuri dapat dicampur dengan bahan metal padat. Amalgamasi

adalah suatu proses pencampuran merkuri ( Hg ) dengan bahan bubuk campuran khusus

dengan suatu alat yang disebut amalgamator. Proses ini berlanjut dengan penekanan segmen

segmen campuran tersebut ke dinding gigi yang telah dipreparasi, dan pita matriks apabila

diperlukan. Reaksi pengerasan akan berlanjut sampai beberapa hari namun amalgam akan

cukup keras menahan dampak dari kegiatan mengunyah atau gigitan dalam satu jam.

Page 6: Amalgam

Cara Pembuatan

Untuk membuat bubuk campuran “lathe cut” batangan bahan campuran dimasukan ke dalam

mesin penggilingan. Potongan hasil dari proses penggilingan tersebut berbentuk seperti

jarum. Beberapa perusahaan produsen bubuk campuran ini memperkecil bubuk potongan

dengan “ball milling”.

a. Homogenizing anneal

Karena proses pendinginan yang cepat dari fase “as-cast” batang timah-perak

mengandung butir yang nonhomogenik dengan komposisi yang bervariasi.

Proses pemanasan dilakukan untuk membangun kembali hubungan fase

equilibrium. Batang ditempatkan kedalam oven dan dipanaskan untuk

memungkinkan terjadinya difusi atom dan fase untuk mencapai equilibrium.

Waktu pemanasan bervariasi bergantung pada temperature oven yang digunakan

dan besarnya batangan. Pada akhir dari proses pemanasan batangan didinginkan

pada temperature suhu ruang. Cara batangan didinginkan mempengaruhi proporsi

fase yang timbul setelah didinginkan.

b. Perlakuan terhadap partikel

Setelah batangan digilign menjadi butiran butiran beberapa produsen melakukan

memproses permukaan dari partikel dengan merendamnya didalam asam. Proses

ini tidak secara penuh dimengerti tujuannya, diduga proses ini brtujuan untuk

meleburkan komponen tertentu dari bubuk campuran. Amalgam yang terbuat dari

bubuk yang telah direndam asam akan bersifat lebih reaktif dibandingkan dengan

amalgam yang tidak direndam dengan asam.

c. Bubuk yang di Atomisasi.

Bubuk yang diatomisasi dibuat dengan mencairkan bahan bahan yang didinginkan

bersama-sama. Logam cair ini dapat diatomisasi menjadi potongan potongan

yang berbentuk “spherical” atau seperti mata tombak. Butiran butiran ini

dipanaskan untuk mengasarkan permukaannya dan memperlambat reaksinya

dengan merkuri. Bubuk ini juga direndam menggunakan asam.

d. Ukuran Maximum Partikel

Ukuran maksimum dari partikel ditentukan oleh produsen. Ukuran rata rata yang

digunakan pada amalgam modern adalah 15-35 mikrometer. Hal yang paling

penting berkaitan dengan bear partikel adalal distribusi ukuran yang merata antara

butiran yang besar dan kecil. Karena ukuran ukuran partikel tersebut mempunyai

Page 7: Amalgam

fungsi yang mempengaruhi kualitas amalgam. Ukuran partikel yang umumnya

digunakan pada kedokteran gigi saat ini adalah partikel berukuran kecil-sedang.

Ukuran partikel seperti ini cenderung menghasilkan amalgam yang cepat

mengeras dengan kekuatan yang lebih baik pada masa pengerasan awal.

e. Perbandingan bubuk yang diproduksi dengan cara penggilingan dan atomisasi

Amalgam yang dibentuk dari bubuk yang diproduksi dengan cara penggilingan

dan amlgam yang dibentuk dari campuran bubuk tersebut dengan bbuk yang

diproduksi dengan cara atomisasi cenderung lebih baik menahan kondensasi

dibandingkan dengan amalgam yang seluruhnya dibuat dari bubuk yang di

atomisasi. Namun bubuk yang dibuat denan car atomisasi memerlukan lebih

sedikit merkuri karena ia memiliki luas permukaan yang lebih sedikit disbanding

bubuk yang dibuat dengan cara digiling. Amalgam yang dibuat dengan sedikit

merkuri bniasanya memilikiproperti yang lebih baik.

1.3 Klasifikasi Alloy Amalgam

Berdasarkan kandungan komponen alloy, amalgam dibedakan menjadi tiga, yaitu

Biner, Terner, dan Kuarterner. Biner menggunakan alloy dengan dua logam, terner

menggunakan tiga logam, dan kuarterner menggunakan alloy dengan empat logam.

Berdasarkan bentuk partikel alloy, amlgam dibedakan menjadi dua, yaitu Lathe cut

dan Spherical. Lathe cut memiliki bentuk partikel alloy tidak teratur. Batangan logam perak-

timah yang keras diletakkan di mesin giling. Hasilnya adalah serpihan-serpihan logam yang

bentuknya seperti jarum tidak teratur. Sedangkan spherical memiliki bentuk partikel alloy

bulat-bulat seperti bola. Dibentuk berdasarkan proses anatomisasi. Alloy cair dipercikkan

pada temperatur ruangan dengan gas inert. Jika droplet mengeras sebelum mengenai

permukaan, maka bentuk partikel spherical pun terbentuk.

1.4 Reaksi Kimia Amalgam

Reaksi amalgamasi (reaksi permukaan):

Hg + Ag3Sn Ag3Sn + Ag2Hg3 + Sn7 .8Hg

γ γ γ’ γ2

tidak bereaksi BCC Heksagonal

Page 8: Amalgam

Ketika bubuk dibasahi oleh Hg maka terjadi absorbsi, difusi Hg dalam partikal alloy

terbentuk fase γ’ dan γ2

yang terjadi pada daerah permukaan. Kristalisasi fase γ’ dan γ

2

maka pertumbuhannya bertambah dan amalgam mengeras.

Peranan unsur amalgam terhadap reaksi pengerasan dan struktur amalgam:

1. Alloy konvensional

Ag dan Sn Ag3Sn (fase ikatan intermetalik)

Mengandung : Ag 73 %, 15 % Sn sisanya

Ag : Ketahanan terhadap tranish, mempermudah amalgam

Sn : Mempermudah amalgamasi bila berlebihan kontraksi amalgam,

menurunkan kekuatan dan kekerasan

Cu : Kekuatan dan kekerasan dalam jumlah sedikit menggantikan Ag

Zn : Oxygen pemkan O2

2. Mekanisme pengerasan

Selama dan sesudah pengadukan, fase γ larut dalam Hg.

Struktur massa mengeras terdiri dari:

- inti γ yang tidak bereasi

- matrik terdiri dari γ2

dan γ’

Proses tersebut membentuk jaringan yang kontinu setelah mengras, rekasi

selanjutnya adalah terjadinya dengan proses difusi.

3. High cooper Alloy

Telah mengeras dan benar” bebas dari komponen γ2

Kombinasi alloy reaksi campuran Ag3Sn (lathe cut) dan AgCu (buat) dengan

Hg terjadi 2 tahap:

- Seperti reaksi pada alloy konvesional. AgCu tidak ambil bagian Zn

- Reaksi antara γ2

& AgCu (buat) pembentukan gabungan CuSn dan γ’

besar

Page 9: Amalgam

Sn7.8Hg (γ2

) + AgCu Cu6Sn5 + Ag2Hg3 (γ’)

Cu6Sn5 berada mengelilingi partikel AgCu

Pada pengerasan akhir:

Ag3Sn & AgCu (inti) dikelilingi Cu6Sn5 & γ’ (matrik)

Pada alloy dengan komposisi tunggal Cu6Sn5 berada dalam γ’ (tidak

mengelilingi)

10% Au menggantikan sedikit Ag pada Alloy amalgam amalgam bebas fase

γ2

Jika fase γ2

tidak ada maka, maka:

- Tidak ada korosi

- Kekuatan meningkat

- Sifat alir / creep menurun

- Kekuatan pinggiran amalgam pada restorasi bertambah

1.4.1 Setting Reaction (Reaksi Pengerasan)\

a. Pada logam berkandungan tembaga rendah, amalgamasi terjasi ketika

raksa berkontak dengan permukaan logam paduan

b. Triturasi menyebabkan perak dan timah di bagian luar logam paduan

larut dalam raksa

c. Raksa berdifusi ke dalam paduan logam

d. Raksa memiliki daya larut terbatas untuk perak dan timah, bila batas

daya larut terlampaui, kristal” dari 2 senyawa logam biner akan

berpresipitasi dalam raksa

e. Kedua senyawa itu (Ag2Hg3 fase γ’ dan Sn7 .8Hg heksagonal

fase γ2

) tersusun rapat

f. Karena kelarutan perak dalam raksa lebih rendah daripada timah, maka

fase γ1

akan berpresipitasi terlebih dahulu daripada γ2

g. Kristal γ2

dan γ’ akan bertumbuhan sehingga amalgam menjadi keras

h. Kontraksi selanjutnya diabsorbsi Hg oleh sisa partikel amalgam

i. Tidak ada Hg yang bebas saat final setting pada amalgam

Page 10: Amalgam

Perubahan dimensi amalgam selama pengerasan:

- Total perubahan dimensi setelah 24 jam hasilnya berkurang 20 mm (± 0.20 %)

- Klinis loss anatomi, postoperative pain (karena ekspansi), microleakage

(karena kontraksi)

- Proses pengerasan: kombinasi dari larutan dan kristalisasi (presipitasi)

- Iritasi kontraksi dari absorb hg (difusi) oleh partikel alloy amalgam

- Ekspansi berhubungan dengan pembentukan dan pertumbuhan γ1,

γ

2 dan fase

cusn (matrik)

- Kontraksi selanjutnya dari absorbsi hg oleh sisa pertikel alloy amalgam

- Hg organometalik yang mengeras mengakibatkan bahaya dari uapnya

1.4.2 Delayed Expantion

Ekspansi tertunda terkait dengan seng dalam amalgam. Efeknya disebabkan

oleh reaksi seng dengan air dan yang tidak ada dalam amalgam nonzinc. Hal ini sudah

jelas didemonstrasikan bahwa zat pencemar adalah air. Hidrogen diproduksi oleh aksi

elektrolitik yang melibatkan seng dan air. Hidrogen tidak bergabung

dengan amalgam, melainkan berkumpul dalam restorasi, meningkatkan tekanan

internal ke tingkat yang cukup tinggi untuk menyebabkan amalgam creep, sehingga

menghasilkan perluasan yang sedang diamati. Kontaminasi amalgam dapat terjadi

pada hampir setiap saat selama manipulasi dan dimasukkan ke dalam rongga. Jika

daerah operasi tidak kering, amalgam dapat menjadi terkontaminasi oleh uap air dari

jarum suntik udara-air, dari kontak langsung dengan tangan, atau dengan air liur

selama kondensasi. Singkatnya, setiap kontaminasi dari seng yang mengandung

amalgam dengan kelembaban, apa pun sumbernya, menyebabkan ekspansi

tertunda. Perlu dicatat bahwa kontaminasi pasti terjadi selama triturasi atau

kondensasi. Setelah amalgam mengental, permukaan eksternal mungkin berkontak

dengan air liur tanpa terjadinya ekspansi tertunda.

1.4.3 Korosi

Korosi adalah penurunan kualitas permukaan / subsurface restorasi karena

reaksi kimia/elektrokimia. Fase 2 mudah mengalami korosi. Restorasi amalgam jika

Page 11: Amalgam

kontak dengan restorasi emas akan menyebabkan amalgam korosi dan Hg akan masuk

kedalam restorasi emas. Daya tahan terhadap korosi akan meningkat bila amalgam

dipoles benar-benar mengkilap, hindari kontak dengan tambalan emas,karena akan

terjadi korosi akibat akumulasi air raksa pada restorasi emas.

Bila 2 mengalami korosi, akan terbentuk 2 produk :

1. Terbentuk ion Sn2+

dengan adanya saliva didapat produk korosi

SnO2 & Sn(OH)2Cl

2. Terbentuk Hg dapat bereaksi dengan sisa Ag yang sebelumnya tidak

bereaksi.

Korosi pada amalgam High Copper

- Tidak terdapat fase 2

- Yang paling rentan terhadap korosi adalah Cu6Sn5

- Volume korosi lebih kecil dari amalgam konvensional

- Tidak terbentuk Hg sebagai hasil korosi

Korosi aktif dari bahan tambal amalgam yang baru diaplikasikan biasanya

terjadi pada bagian tambalan yang bersinggungan dengan gigi. Produk korosi yang

paling umum ditemukan adalah oksida dan klorid dari timah. Korosi dapat pula

disebabkan oleh perbedaan sifat elektromagnetik antara 2 logam yang dijadikan

tambalan, misalnya pada tambalan amalgam yang bersinggungan dengan tambalan

emas. Ini disebabkan karena terbentuknya listrik galvanis.

1.5 Tahapan Manipulasi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi

1.5.1 Tahapan Manipulasi

1. Tirturasi

Proses pembuatan bahan tambal amalgam dimulai dengan tirturasi,

yaitu mencampur logam paduan dan air raksa yang dilakukan oleh dokter gigi

atau perawat gigi. Setelah dicampur akan didapat massa plastis yang mirip

dengan kondisi logam antara temperatur cair dan padat. Pencampuran logam

paduan dan air raksa dapat dilakukan secara manual menggunakan lumping

alu atau dengan mesin yang disebut amalgator. Lumpang alu terbuat dari

Page 12: Amalgam

gelas, bagian dalam lumping dan ujung alu dibuat kasar dengan cara

menggosoknya menggunakan pasta karborundum. Cara ini jarang digunakan

lagi sejak adanya amalgator yang bekerja dengan cara menggetarkan logam

paduan dengan air raksa di dalam suatu kapsul yang berisi logam atau plastik

yang berbentuk silinder.

Sbeleum tirturasi, terlebih dahulu dilakukan pengukuran terhadap kedua bahan

yang akan dicampur tersebut. Pengukuran logam paduan dilakukan dengan

penimbangan, sementara untuk pengukuran air raksa selain dengan

penimbangan juga dilakukan dengan menggunakan takaran volume yang

merupakan mulut dari dispenser/botol penyimpanan air raksa.

2. Kondensasi

Kondensasi adalah proses memasukkan amalgam ke dalam kavitas gigi

yang telah dipreparasi menggunakan stopper amalgam atau pistol

amalgamsehingga tercapai kepadatan maksimal dari amalgam. Pada saat

kondensasi dilakukan penekanan untuk memadatkan amalgam, besarnya

tekanan yang ideal adalah 66,7 N tetapi penelitian menunjukkan rata-rata

besarnya tekanan yang dibuat oleh tangan operator rata-rata 13,3-17,8 N.

3. Pengukiran

Setelah kavitas terisi penuh, dilakukan pembentukan dan pengukiran

dengan burnisher sampai mendekati bentuk anatomi gigi ideal

4. Reaksi Pengerasan

Pada amalagam berkandungan tembaga rendah, amalagamisasi terjadi

ketika air raksa berkontak dengan permukaan logam paduan. Proses tirturasi

menyebabkan perak dan timah di bagian luar logam paduan larut dalam air

raksa, dan pada saat yang bersamaan air raksa berdifusi ke dalam paduan

logam.

5. Pemolesan

Pemolesan dilakukan setelah 24 jam, untuk amalgam dengan Cu tinggi

diperlukan waktu lebih singkat lagi. Tujuan pemolesan adalah:

a) Mencegah menyangkutnya sisa makan

Page 13: Amalgam

b) Mencegah infeksi gusi dan lidah

c) Untuk estetika

d) Mencegah tarnish dan korosi

Pemolesan dilakukan dengan menggunakan batu poles dan karet poles yang

umumnya terdiri dari dua macam yaitu yang berwarna merah dan hijau. Batu

digunakan untuk memoles bagian yang kasar, karet merah untuk memoles

bagian yang halus, dan karet hijau untuk mengkilapkan.

1.5.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi

1. Toksisitas

Bagian berbahaya dari amalgam adalah air raksanya. Unsur ini akan

mengalami proses pelepasan atau penguapan pada saat tirturasi, kondensasi,

dan pemolesan. Air raksa dalam bentuk uap ini yang memiliki sifat yang

sangat toksik.

2. Kekuatan

Kekuatan merupakan salah satu karakteristik penting yang harus

dimiliki bahan tambal, termasuk amalgam. Apabila bahan tambal kurang kuat

akan mudah sekali utuk patah, terutama di daerah tepi. Patahan ini akan

mempercepat terjadinya korosi, karies sekunder, serta kegagalan klinis yang

lebih berat.

3. Daya alir atau creep

Menurut ADAS no.1 untuk bahan tambal amalgam dipersyaratkan

mempunyai daya alir dibawah 3%. Tingkatan daya alir menurut penelitian

terbukti berhubungan dengan kerusakan tepi amalgam, yaitu makin tinggi

daya alir makin besar tingkat kerusakan tepinya.

4. Perubahan Dimensi

Idealnya amalgam tidak mengalami perubahan dimensi sama sekali,

namun sayangnya hal ini terjadi pada amalgam baik yang terlihat secara visual

maupun yang berlangsug secara mikroskopis. Secara visual perubahan

Page 14: Amalgam

dimensi dapat menyebabkan gagalnya tambalan amalgam karena karies

ekunder, patahnya tepi tambalan, atau pecahnya tambalan. Di tingkat

mikroskopis, perubahan dimensi menyebabkan korosi, tarnish, perubahan

serta tekanan yang berkaitan dengan daya kunyah.

5. Perambatan panas

Sebagai bahan logam, amalgam memiliki sifat yang baik sebagai

penghantar panas. Pada kondisi ekstrim sifat ini dapat mengganggu pulpa pada

gigi bertambalan amalgam. Penggunaan semen dasar adalah salah satu cara

agar ada isolator yang mencegah perambatan panas dari tambalan amalgam

sampai ke pulpa

1.6 Macam Hg dan Higiene Hg (Biokompabilitas Hg)

Biokompatibilitas menjadi salah satu factor pertimbangan dalam pemilihan material

bahan kedokteran gigi karena bahan-bahan tersebut tidak hanya berpengaruh terhadap pasien

tetapi juga berpengaruh terhadap dokter gigi itu sendiri. Air raksa atau merkuri dipakai

sebagai bahan campuran tumpatan gigi geligi terutama gigi posterior yaitu amalgam.

Amalgam masih banyak dipergunakan, baik di dalam maupun diluar negri karena

kelebihannya jika dibandingkan dengan bahan tumpatan lain seperti : kekuatan menahan daya

kunyah, ekonomis, masa kadaluarsa yang panjang, dan teknik manipulasi yang mudah.

Namun, ada juga anggapan yang mengatakan bahwa amalgam berbahaya bagi

kesehatan tubuh pasien yang dibuktikan dengan berbagai kasus keracunan di Minamata.

Merkuri dalam keadaan bebas sangat berbahaya bagi kesehatan karena dapat meracuni tubuh

oleh karena itu merkuri di dalam amalgam di anggap berbahaya. Bahaya merkuri tidak hanya

mengancam kesehatan pasien tetapi juga dokter gigi itu sendiri, uap merkuri yang terhirup

pada saat mengaduk amalgam dapat menimbulkan efek toksik kumulatif. Tentu

saja, amalgampada saat mengaduk amalgam dapat menimbulkan efek toksik kumulatif.

Tentu saja, amalgam sebagai material yang mengandung merkuri tidak lepas dari

kemungkinan untuk menimbulkan efek – efek negatif pada pasien maupun dokter gigi.

1.7 Macam-macam Kegagalan Amalgam

Page 15: Amalgam

Bentuk kegagalan tambalan amalgam diantaranya adalah karies sekunder, pecahnya

tepi tambalan, tarnish, serta kebocoran tepi. Kebocoran tepi adalah kegagalan yang paling

sering terjadi.

1. Kebocoran Tepi

Kebocoran tepi pada tambalan amalgam dapat terdeteksi dengan adanya parit

diantara tambalan dengan dinding kavitas yang dapat berlanjut dengan pembentukan

karies sekunder. Pembentukan karies sekunder akan semakin cepat bila kebersihan

mulut pasien tidak baik.

Penyebab pertama kebocoran tepi adalah karena bentuk preparasi yang kurang baik,

ada email yang dibiarkan menggantung tanpa tanpa dukungan di daerah tepi kavitas.

Penyebab kedua adalah kelebihan air raksa, sedangkan penyebab terakhir adaah

keroposnya tambalan amalgam.

Kebocoran awal pada bagian marginal atau tepi suatu restorasi berbanding

terbalik dengan waktu; hal ini disebabkan karena terjadinya penyumbatan

mikrofissure oleh hancuran bahan korosi

2. Tarnish dan Korosi

Terbetuknya tarnish dan korosi, oleh sebagian peneliti dianggap sebagai

pengaruh lingkungan rongga mulut. Amalgam konvensional yang telah mengeras

susunan heterogennya mengundang korosi. Korosi pada amalgam konvensional

menurunkan sifat mekanik 30%. Korosi aktif dari bahan tambal amalgam yang baru

diaplikasikan biasanya terjadi pada bagian tambalan yang bersinggungan dengan gigi.

Produk korosi yang paling umum ditemukan pada amalgam adalah oksida dan klorid

dari timah, pada amalgam yang banyak mengandung tembaga produk korosinya

dalam bentuk tembaga.

Korosi dapat pula disebabkan oleh perbedaan sifat eektromagnetik antara 2

logam yang dijadikan tambalan, misalnya pada tambalan amalgam yang

bersinggungan dengan tambalan emas. Ini disebabkan karena terbantuknya listrik

galvanis.

Daya tahan terhadap korosi akan meningkat bila amalgam dipoles benar-benar

mengkilap hindari kontak degan tambalan emas, terjadi korosi akibat air raksa pada

restorasi emas.

Page 16: Amalgam

Korosi pada amalgam konvensional : bahan yang telah set adalah heterogen

sehingga dapat mengundang terjadinya korosi. Dari ketiga fase yang ada, fase γ2

adalah yang paling aktif secara elektrokimia dan bertindak sebagai anodik terhadap

fase γ dan γ1. Begitu γ2 mengalami korosi, terbentuk dua produk sebagai berikut :

1. Terbentuk ion Sn 2+ : dengan adanya saliva ditemui produk korosi seperti SnO2

dan Sn(OH)5Cl

2. Terbentuh Hg yang dapat bereaksi dengan sisa fase γ yang sebelumnya bereaksi.

Daya tahan terhadap korosi meningkat apabila amalgam dipoles. Pemolesan

menghilangkan lubang-lubang kecil dan menghaluskan permukaan yang kasar yang

membantu konsentrasi sel korosi. Bila amalgam berkontak dengan suatu restorasi

yang terbuat dari emas, dapat terbentuk suatu sel elektrolit yang cenderung

mendorong terjadinya korosi bahan amalgam dan penumpukan mercury pada restorasi

emas. Korosi yang terjadi pada amalgam konvensional dalam jangka lama dapat

berpengaruh terhadap sifat-sifat mekanisnya.

1.8 Sifat Fisis, Mekanis, dn Klinis yang Penting

1.8.1 Perubahan Dimensi

Amalgam dapat berkembang atau menyusut tergantung pada cara

manipulasinya. Idealnya, perubahan dimensi pada amalgam seharusnya kecil sekali

atau tidak sama sekali. Perubahan dimensi amalgam tergantung pada seberapa banyak

amalgam yang tertekan selama pengerasan dan waktu pengukuran dimulai.

ANSI/ADA Specification no. 1 menyebutkan bahwa amalgam tidak akan

berkontraksi dan berekspansi melebihi 20m/cm, diukur pada suhu 37oC, antara 5

menit sampai 24 jam setelah dimulainya triturasi, dengan alat-alat yang akurat sampai

0.5m.

Secara visual, perubahan dimensi menyebabkan gagalnya tambalan amalgam

karena karies sekunder, patahnya tepi tambalan, atau pecahnya tambalan. Di tingkat

struktur mikro, perubahan dimensi yang terjadi adalah korosi, tarnish, perubahan γ1

menjadi β1 serta tekanan yang berhubungan dengan daya kunyah.

Page 17: Amalgam

1.8.2 Termal Ekspansi dan Termal Kontraksi

Salah satu bentuk perubahan dimensi yang sering terjadi adalah ekspansi. Ada

beberapa penyebab terjadinya ekspansi berlebih pada amalgam, yaitu rasio alloy / Hg

yang tinggi, partikel alloy yang besar, waktu tirturasi yang kurang / singkat, tekanan

kondensasi yang dilakukan tidak memadai, serta terkontaminasinya amalgam yang

mengandung seng oleh kelembaban selama proses tirturasi dan kondensasi.

Kontaminasi H2O pada amalgam yang mengandung Zn (sebelum mengeras) akan

menyebabkan reaksi elektrolitik.

Ekspansi terjadi setelah hari ke-4 atau ke-5 setelah penambalan, bila sebelum

hari itu pasien mengeluh sakit pada gigi yang ditambalnya bisa dipastikan bukan

akibat ekspansi. Pada saat ekspansi terjadi, tambalan akan menekan dinding kavitas

yang menjalar ke kamar pulpa sehingga menimbulkan rasa sakit pada pasien. Bila

dibiarkan, tambalan akan tampak menonjol keluar dari kavitas, yang akan

menyebabkan gigi sensitif setelah penumpatan.

Kontraksi akan menyebabkan terjadinya celah antara tumpatan dengan dinding

kavitas. Hal ini dapat menyebabkan kebocoran mikro dan karies sekunder.

1.8.3 Strength

Sangat dibutuhkan nilai strength yang tinggi bagi amalgam karena sering

dipakai untuk merestorasi gigi posterior Strength merupakan salah satu keraktersitik

penting yang harus dimiliki bahan tambal, termasuk amalgam. Bila bahan tambal

kurang kuat akan mudah sekali untuk patah terutama di daerah tepi dan mempercepat

terjadinya korosi, karies sekunder, serta kegagalan klinis yang lebih berat.

Tembaga merupakan salah satu unsur yang dapat memperkuat amalgam,

amalgam dengan kandungan tembaga yang tinggi akan lebih kuat dibandingkan

dengan yang kandungan tembaganya kecil.

1.8.4 Creep

Page 18: Amalgam

Menurut ADAS No.1 untuk bahan amalgam dipersyaratkan mempunyai daya

alir dibawah 3%. Tingkatan daya alir menurut penelitian terbukti berhubungan dengan

kerusakan tepi amalgam, yaitu makin tinggi daya alir makin besar derajat kerusakan

tepi.

Meskipun demikian untuk amalgam berkandungan tembaga tinggi, daya alir

tidak bisa dijadikan patokan dalam menentukan perkiraan terjadinya kerusakan tepi

karena kebanyakan amalgam jenis ini memiliki daya alir dibawah 0.4% atau lebih

rendah. Sementara amalgam dengan kandungan tembaga rendah daya alirnya berkisar

antara 0.8-8%.

1.8.5 Brittleness

Dikarenakan amalgam sering digunakan untuk merestorasi bagian posterior

maka dipastikan bahwa amalgam ini akan sering mendapatan tekanan. Oleh karena itu

amalgam yang baik adalah amalgam yang mempunnyai tingkat brittleness yang

rendah, atau tidak rapuh.

1.8.6 Hardness

Hardness dapat pula didefinisikan sbagai banyaknya energi deformasi elastik

atau plastis yang diperlukan untuk memeatahkan suatu bahan dan merupakan ukuran

dari ketahanan terhadap fraktur atau kepatahan. Oleh karena itu diperlukan hardness

yang tinggi bagi amalgam agar tidak mudah patah jika diberikan tekanan.

DAFTAR PUSTAKA

McCabe, John F. & Angus W.G. Walls. 2008. Applied Dental Materials. 9th

edition. Oxford

UK:

Blackwell Publishing Ltd.

O’Brian, William J. 2008. Dental Materials and Their Selection. 5th

edition. Chicago:

Quintessence Publishing.

Craig, R. G., & Powers, J. M. (Eds.). (2002). Restorative Dental Material (7th ed.). Missouri:

Mosby.

Anusavice, Keneth J. 2004. Phillips Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Jakarta : EGC.

Page 19: Amalgam