am dan li
TRANSCRIPT
RETNO SUSILOWATI
04101001096
III. Analisis Masalah
2. Apa indikasi dilakukan persalinan sectio caesarean ? 4, 5, 6
Jawab:
Indikasi SC dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Faktor Ibu:
panggul sempit absolut
tumor-tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi
stenosis serviks/vagina
plasenta previa
disproporsi sefalopelvik
ruptura uteri
2. Faktor Janin:
kelainan letak
gawat janin
6. Bagaimana cara menilai APGAR score ? 5, 6, 7
Jawab:
TANDA 0 1 2
Appearance (warna
kulit)
Seluruh tubuh
biru/pucat
Tubuh kemerahan,
ekstremitas biru
Seluruh tubuh
kemerahan
Pulse (laju jantung) Tidak teraba < 100 ≥100
Grimace (reflex) Tidak bereaksi Gerakan sedikit Reaksi melawan
Activity (Tonus
otot)
Lemas/lumpuh Ekstremitas fleksi
sedikit
Gerakan aktif
Respiratory (Usaha
bernafas)
Tidak ada Lambat Menangis kuat
Nilai APGAR diukur untuk melihat keadaan bayi pada usia 1 dan 5 menit.
Berdasarkan nilai APGAR 1 menit :
8-10 : tidak asfiksia
5-7 : ringan
3-4 : sedang
0-2 : berat
Nilai APGAR 5 menit digunakan untuk menentukan prognosis dan
keberhasilan resusitasi.
12. Bagaimana cara menentukan usia bayi berdasarkan keadaan fisik yang ada ? 1, 2, 3
Jawab:
Usia bayi baru lahir (BBL) atau usia kehamilan dilakukan dengan beberapa metode
berdasarkan status perkembangan saraf bayi baru lahir. Tiga teknik pasca persalinan
yang paling sering digunakan adalah:
1. Penilaian ciri fisik luar
2. Evaluasi neurologis
3. Sistem nilai yang menggabungan antara penilaian ciri fisik luar dan evaluasi
neurologis
Yang sering dipakai adalah pemeriksaan menurut Dubowitz yang menilai 11 kriteria
klinis dan 10 kriteria neurologis. Pemeriksaan lain bisa dilakukan dengan menggunakan
metode Ballard dengan hanya menilai 6 kriteria klinis dan 6 kriteria neurologis.
Pemeriksaan lainnya dapat dilakukan berdasarkan pemeriksaan vaskularisasi anterior
kapsul lensa.
1. penilaian ukuran antropometri
a.BB lahir
b. “crown heel length”, lingkar kepala, diameter oksipito-frontal,
diameter biparietal dan panjang badan
rumus :
Y : masa gestasi
X : lingkar kepala
2. Pemeriksaan radiologis : dengan meneliti pusat epifisis
3. “motor conduction velocity” : dengan mengukur “motor conduction velocity”
dari nervus ulnaris
4. Pemeriksaan elektroensefalogram (EEG)
5. Penilaian karakteristik fisik.
Y = 11,03 + 7,75X
Kriteria eksternal : bentuk puting susu, ukuran mammae, ‘plantar tulang kepala,
transparansi kulit, membran pupil, genitalia eksterna, kuku tulang rawan
telinga.
6. Penilaian kriteria neurologis
Menurut Finnstrom (1972) cara yang paling mendekati kebenaran kombinasi dua dari
tiga cara yaitu karakteristik eksternal, kriteria neurologis, dan lingkar kepal
7. Penialian menurut Dubowitz
Penilaian menurut Dubowitz adalah dengan menggabungkan hasil penilaian fisik
eksternal dan neurologis.
8. Penilaian masa gestasi berdasarkan 10 kriteria fisik dan neurologis yang diteliti
di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RS.Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta (Monintja,
dkk 1980)
9. Lubchenco chart: untuk menilai ukuran sesuai usia gestasi
Kurva 1. Persentile BB, PB, dan lingkar kepala
10. Ballard’s score : untuk menentukan Maturitas neuromuscular dan fisik
13. Apa DD kasus ini ? 4, 5, 6
Jawab:
Respiratory
Distress
syndrome
Tension
Takipnea
Newborn
PDA
Grunting + + -
Cyanosis + - +
Breathing
problem
+ + +
Premature
baby
+ -/+ +
17. Bagaimana epidemiologi kasus ini ? 5, 6, 7
Jawab:
- 30% kematian neonatus diakibatkan oleh RDS atau komplikasinya.
- RDS terutama terjadi pada bayi premature, 60-80 % pada usia kehamilan
<28 minggu, 15-30 % pada usia kehamilan antara 32-36 minggu, 5% pada
usia kehamilan > 37 minggu.
- Jarang terjadi pada bayi aterm
- Frekuensinya meningkat pada ibu yang DM, persalinan cepat, persalinan
sebelum umur kehamilan 37 minggu, kehamilan multijanin, persalinan
seksio sesaria, asfiksia, stress dingin
22. Apa komplikasi kasus ini ? 1, 2, 3
Jawab:
a. Displasia bronkopulmonalis atau BPD (bronchopulmonary dysplasia)
Suatu penyakit pernafasan kronis yang ditandai pembentukan jaringan parut
di alveolus, inflamasi alveolus dan kapiler dan hipertensi paru.
b. Tanda tanda dispnea dan hipoksia dapat berlanjut menyebabkan kelelahan,
gagal nafas, bahkan kamatian pada bayi.
c. Intubasi trakea
Asfiksia karena obstruksi pipa, henti jantung selama intubasi atau
pengisapan.
d. Perdarahan intrakranial
Disebabkan oleh belum berkembangnya sistem saraf pusat terutama sistem
vaskularisasinya, adanya hipoksia dan hipotensi yang kadang-kadang disertai
renjatan. Faktor tersebut dapat membuka nekrosis iskemik, terutama pada
pembuluh darah kapiler di daerah periventrikular dan dapat juga di ganglia
basalis dan jaringan otak.
e. Gejala neurologik
Kesadaran yang menurun, apneu, gerakan bola mata yang aneh, kekakuan
extremitas dan bentuk kejang neonatus lainnya.
f. Komplikasi pneumotoraks atau pneuma mediastinum
Mungkin timbul pada bayi yang mendapatkan bantuan ventilasi mekanis.
Pemberian O2 dengan tekanan yang tidak terkontrol baik, mungkin
menyebabkan pecahnya alveolus sehingga udara pernafasan yang memasuki
rongga-ronga toraks atau rongga mediastinum.
g. Paten ductus arteriolus
Pada penderita PMH sering menimbulkan keadaan payah jantung yang sulit
untuk ditanggulangi.
Komplikasi RDS
Komplikasi paling serius intubasi trakea, perdarahan dari trauma selama
intubasi, pseudodivertikula faring posterior, ekstubasi sukar sehingga
memerlukan trakeostomi, ulserasi lubang hidung akibat tekanan pipa,
penyempitan permanen pada lubang hidung karena cedera jaringan dan parut
akibat iritasi atau infeksi sekitar pipa, erosi palatum, penarikan plika vokalis,
ulkus laring, papiloma plika vokalis, dan serak persisten, stridor atau edema
laring.
23. Bagaimana preventif kasus ini ? 4, 5, 6
Jawab:
Perhatian langsung harus diberikan untuk mengantisipasi dan mengurangi
komplikasi dan juga harus diupayakan strategi pencegahan persalinan kurang
bulan semaksimal mungkin
Pemberian terapi steroid antenatal harus diberikan kepada ibu yang terancam
persalinan kurang bulan
Melakukan resusitasi dengan baik dan benar
Diagnosis dini dan pengelolaan yang tepat terutama pemberian surfaktan bila
diperlukan
IV. Hipotesis
Bayi laki-laki dilahirkan secara sectio caesarean dengan APGAR score 1/3/7 dan
BBLSR mengalami respiratory distress.
Learning Issue
1. Respiratory Distress (1, 2, 3, 5, 6 )
2. Asfiksia Neonatorum (4, 5, 6, 7 )
ASFIKSIA
Definisi
Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir (Hutchinson, 1967). Asfiksia neonatorum
ditandai dengan keadaan PaO2 di dalam darah rendah (hipoksemia), hiperkarbia (Pa CO2
meningkat) dan asidosis. Keadaan ini disertai dengan hipoksia, hiperkapnia dan berakhir
dengan asidosis. Hipoksia yang terdapat pada penderita asfiksia ini merupakan faktor
terpenting yang dapat menghambat adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan
ekstrauterine (Grabiel Duc, 1971). Asidosis, gangguan kardiovaskular serta
komplikasinya sebagai akibat langsung dari hipoksia merupakan penyebab utama
kegagalan adaptasi bayi baru lahir (James, 1958). Kegagalan ini akan sering berlanjut
menjadi sindrom gangguan pernafasan pada hari pertama setelah lahir.
Etiologi
Pengembangan paru bayi baru lahir terjadi pada menit-menit pertama kelahiran
dan kemudian disusul dengan pernafasan teratur. Bila terdapat gangguan pertukaran gas
atau pengangkutan oksigen dari ibu ke janin, akan terjadi asfiksia janin atau neonatus.
Gangguan ini dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir.
Hampir sebagian besar asfiksia bayi baru lahir ini merupakan kelanjutan asfiksia janin,
karena itu penting penilaian janin semasa kehamilan, persalinan memegang peranan
yang penting untuk keselamatan bayi.
Beberapa penggolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi :
1. Faktor ibu
Cacat bawaan
Hipoventilasi selama anastesi
Penyakit jantung sianosis
Gagal bernafas
Keracunan CO
Tekanan darah rendah
Gangguan kontraksi uterus
Usia ibu kurang dari 16 tahun atau lebih dari 35 tahun
Sosial ekonomi rendah
Hipertensi pada penyakit eklampsia
2. Faktor janin / neonatorum
Kompresi umbilicus
Tali pusat menumbung, lilitan tali pusat
Kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir
Prematur
Gemeli
Kelainan congential
Pemakaian obat anestesi
Trauma yang terjadi akibat persalinan
3. Faktor plasenta
Plasenta tipis
Plasenta kecil
Plasenta tidak menempel
Solusio plasenta
4. Faktor persalinan
Partus lama
Partus tindakan
Klasifikasi
Atas dasar pengalaman klinis, asfiksia neonatorum dibagi dalam :
1. Vigorous baby : skor APGAR 7-10. dalam hal ini bayi dianggap sehat dan tidak
memerlukan tindakan istimewa.
2. ‘Mild moderate asfixia’ (asfiksia sedang). Skor APGAR 4-6. Pada pemeriksaan
fisis akan terlihat frekuensi jantung lebih dari 100x/menit, tonus otot kurang
baik atau baik, sianosis, refleks iritabilitas tidak ada.
3. a) Asfiksia berat, skor APGAR 0-3. Pada pemeriksaan fisis ditemukan frekuensi
jantung kurang dari 100/menit, tonus otot buruk, sianosis berat dan kadang-
kadang pucat, refleks iritabilitas tidak ada.
b) Asfiksia berat dengan henti jantung. Dimaksudkan dengan henti jantung
adalah keadaan : 1. bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit
sebelum lahir lengkap, 2. bunyi jantung bayi menghilang post partum. Dalam
hal ini pemeriksaan fisis lainnya sesuai dengan yang ditemukan dengan
asfiksia berat.
Patofisiologi
Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama
kehamilan / persalinan asfiksia mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak
teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan ini dapat reversible atau
tidak tergantung dari berat badan dan lamanya asfiksia.
Asfiksia ringan yang terjadi dimulai dengan suatu periode appnoe, disertai
penurunan frekuensi jantung selanjutnya bayi akan menunjukan usaha nafas, yang
kemudian diikuti pernafasan teratur. Pada asfiksia sedang dan berat usaha nafas tidak
tampak sehingga bayi berada dalam periode apnoe yang kedua, dan ditemukan pula
bradikardi dan penurunan tekanan darah. Disamping perubahan klinis juga terjadi
gangguan metabolisme dan keseimbangan asam dan basa pada neonatus.
Pada tingkat awal menimbulkan asidosis respiratorik berlanjut terjadi
metabolisme anaerob berupa glikolisis glikogen tubuh pada hati dan jantung.
Hilangnya glikogen yang terjadi pada kardiovaskuler menyebabkan gangguan fungsi
jantung.
Pada paru terjadi pengisian udara alveoli yang tidak adekuat sehingga
menyebabkan resistensi pembuluh darah paru. Sedangkan di otak terjadi kerusakan sel
otak yang dapat menimbulkan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi
selanjutnya.
Gejala Klinik
Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap, denyut jantung kurang dari 100
x/menit, kulit sianosis, pucat, tonus otot menurun, tidak ada respon terhadap refleks
rangsangan.