all in one
DESCRIPTION
rangkuman TATRANSCRIPT
Rumah dengan KWH meter Buram
Pada line D terdapat 2 rumah yang KWH meternya buram sehingga pengukurannya tidak
dapat terbaca, dengan data sebagai berikut :
1. No tiang : D1C1D1C13
Tarif : R1 / 450
Fasa : T
Faktor pemakaian WBP = 0,55
Faktor pemakaian LWBP = 0,12
Sehingga :
Pemakaian WBP = 0,55 x 450
= 247,5 VA
Pemakaian LWBP = 0,12 x 450
= 54 VA
Pemakaian selama 6 hari = [(247,5 x 4jam) + (54 x 20jam)] x 6 hari
= 5940 KWH + 6480 KWH
= 12420 WH
= 12,42 KWH
2. No tiang : D1C1D7A1D3
Tarif : R1 / 450
Fasa : R
Faktor pemakaian WBP = 0,39
Faktor pemakaian LWBP = 0,11
Sehingga :
Pemakaian WBP = 0,39 x 450
= 175,5 VA
Pemakaian LWBP = 0,11 x 450
= 49,5 VA
Pemakaian selama 6 hari = [(175,5 x 4jam) + (49,5 x 20jam)] x 6 hari
= 4212 + 5940
= 10152 WH
= 10,152 KWH
Pemakaian selama 6 hari = 12,42 KWH + 10,152 KWH
= 22,572 KWH
Metode Analisa Losses
Untuk mengetahui besarnya losses yang terjadi pada jaringan ada dua metode yang dapat
dilakukan, yaitu dengan cara pengukuran di GTT dan metode perhitungan.
Metode Pengukuran Di GTT
Metode ini adalah metode yang paling sederhana yang digunakan untuk mengetahui
losses total yang terjadi pada jaringan (losses teknis dan losses non teknis). Untuk menegetahui
losses total pada jaringan dengan membandingkan energy kirim dari GTT dan energy pemakaian
pelanggan (energy terima). Energy kirim bisa diketahui dengan memasang KWH meter tiga fasa
pada GTT pada masing-masing line dengan metode pemasangan TM-TR-TR yaitu sisi input
adalah sisi tegangan menengah, pengukuran di sisi tegangan rendah dengan beban tegangan
rendah. Pada GTT 54 Dander APJ Bojonegoro terdapat dua line yaitu line B dan line D.
pembacaan energy kirim pada GTT dengan KWH meter adalah :
Energi kirim = (Stand akhir – Stand awal) x Ratio CT
Sedangkan untuk mengetahui energi pemakaian pelanggan dengan membaca KWH meter
sebanyak 580 pelanggan yang terpasang pada GTT 54 Dander Bojonegoro saat pemadaman I
untuk mengetahui stand awal dan pemadaman II untuk mengetahui stand akhir. Besarnya energy
terima pada setiap pelanggan adalah :
KWH terima = (Stand akhir – Stand awal)
Dari hasil pengukuran diketahui :
Pengukuran dengan KWH meter pada GTT :
Line B :
Stand awal = 7172,7
Stand akhir = 7241,8
Ratio CT yang digunakan = 200/5 = 40
KWH Kirim = (72141,8-7172,7)x40
= 2764KWH
Line D :
Stand Awal : 2,1
Stand Akhir : 84,4
Ratio CT yang digunakan : 200/5 = 40
KWH Kirim = (84,4-2,1)x 40
=3292 Kwh
Energi Kirim Total = Energi kirim line B +Energi kirim line D
= 2764kWH + 3292 kWH
= 6056 kWH
Baca meter pelanggan :
Dari hasil baca meter pelanggan pada line B dan line D sebanyak 58 pelanggan diketahui
energy terima total adalah 4911 kWH. Sehingga dari pengukurandiketahui besarnya losses total
yaitu :
Losses total = Energi kirim – Hasil catet pelanggan
= 6056 KWH – 4911 KWH
= 1145 KWH
%Losses Total = Losses total
Energi Kirim x 100%
= 11456056
x 100%
= 19,4 %
Losses jaringan :
= KWH Pembanding – (catet pelanggan+PJU liar + rumah dengan KWH meter buram)
= 6056-(4911+102,744+22,572)
= 1019,668KWH
%Losses jaringan = Losses jaringan
kWh pembanding x 100%
= 1019,68
6056 x 100%
= 16,8 %
Metode Penghitungan
Cara perhitungan digunakan untuk mengetahui besarnya losses teknis yang terjadi pada
jaringan. Langkah-langkah dalam perhitungan teknis adalah :
a. Perhitungan daya kirim
Untuk mengetahui besarnya daya kirim dari GTT diperlukan data arus , tegangan dan cos phi
pada GTT. Data ini diperoleh dari hasil power logger baik pada saat WBP dan LWBP.
Pada saat WBP :
Waktu saat beban puncak line B pukul 19.12 sedangkan pada line D terjadi pada pukul 19.28.
Data arus, tegangan dan cos phi dari hasil power logger pada tabel di bawah ini :
Tabel 8. Data arus , cos phi, dan tegangan pada GTT pada saat WBP
Line B Line D
R S T N R S T N
Cos phi 0,85 0,85 0,85 0,85 0,85 0,85
Teganga
n216 220 217 216 220 217
Arus 89 115 87 23 102 105 115 26
P kirim
(kW)16,340 21,505 16,05 18,7 19,6 21,2
∑P kirim
(kW)53,89 59,5
Contoh perhitungan daya kirim fasa R pada line B adalah :
P kirim = V x I x Cos phi
= 216 x 89 x 0.85
=16,3 kW
Dengan cara yang sama diketahui juga daya kirim pada fasa S,T dan daya kirim pada line D pada
masing-masing fasanya, sehingga diketahui daya kirim total pada GTT adalah :
∑P kirim = ∑P kirim line B + ∑P kirim line D
= 53,892 kW + 59,6 kW
= 113,5 kW
Pada saat LWBP :
Sedangkan waktu sesuai hasil power logger saat Luar waktu beban puncak (LWBP)
diambil pada saat beban terendah. Pada line B beban terendah terjadi pada pukul 08.12 WIB
sedangkan pada line D terjadi pada pukul 10.58 WIB.
Tabel 9. Data Arus, Cos φ, dan Tegangan pada GTT pada saat LWBP
Line B Line D
Fasa R Fasa S Fasa T Fasa R Fasa S Fasa T
cos ϕ 0,85 0,85 0,85 0,85 0,85 0,85
Tegangan (V) 221 224 222 220 226 222
Arus (A) 19 21 28 29 30 26
P kirim (kW) 3,659 3,998 3,396 5,423 5,763 4,906
Σ P kirim (kW) 10.96415 16,092
Daya kirim totalpada GTT saat LWBP adalah :
Σ P kirim = Σ P kirim line B + Σ P kirim line D
= 10.96415 kW + 16,092 kW
= 27,056 kW
Energi kirim total WBP dan saat LWBP selama 6 hari adalah :
Σ P kirim = (10.96415 kW x 4 jam) + (16,092 kW x 20 jam) x 6 hari
= 2723,16 kWh + 3246,73 kWh
= 5969,89 kWh
b. Perhitungan Drop Tegangan
Untuk menentukan besarnya susut penghantar dapat dianalisa dengan tegangan jatuh pada tiap
tiang menggunakan pesamaan di bawah ini :
ΔV = I . (R . cos ϕ + X . sin ϕ) x l
Keterangan :
ΔV = Drop tegangan (V)
I = Arus penghantar (A)
R = Tahanan penghantar (Ω/km)
X = Reaktansi penghantar (Ω/km)
l = panjang penghantar
Pada distribusi jaringan tegangan rendah reaktansi (X) diabaikan karena sangat kecil.
Perhitungan drop tegangan ini dilakukan pada masing-masing tiang sehingga nantnya
diketahui total drop tegangan sepanjang jaringan dan diketahui tegangan dari tiang ujung.
Dimana tegangan dari tiang ujung adalah tegangan pada GTT dikurangi drop tegangan total
sepanjang jaringan.
Contoh perhitungan drop tegangan pada tiang B2A2B2 pada fasa R adalah :
Diketahui :
I (Arus Penghantar) = 73,85 A
R (Tahanan Penghantar) = 1,5234 Ω/km
l (Panjang Saluran) = 0,03 km
cos ϕ = 0,85
Maka : ΔV = I . (R . cos ϕ + X . sin ϕ) x l
= 73,85 x ((1,5234 x 0,85) + 0) x 0,03
= 2,86 V
Adanya drop tegangan pada penghantar mengakibatkan tegangan pada tiang ujung
juga drop. Berdasarkan pengukuran dan perhitungan besarnya tegangan pada tiang ujung pada
saat Waktu Beban Puncak (WBP) dan Luar Waktu Beban Puncak (LWBP) adalah sebagai
berikut :
Tabel 10. Data Tegangan Tiang Ujung
NO TIANG FASA
LINE
B
LINE
DWAKTU
TARIKA
N
(Volt) (Volt) Tanggal Jam 1 2
54B2A2B3A2B17 S 200 25-2-200619.1
5
54D01C09 S 190 25-2-200620.0
5√
54D1C1D7A1D4A2
D7R 180 25-2-2006 20.2 √
Dari data pengukuran dan perhitungan diatas terdapat selisih, itu disebabkan adanya drop
tegangan akibat tahanan pada konektor penghantar yang tidak bisa diketahui baik secara
pengukuran maupun secara perhitungan.
c. Perhitungan Arus Beban Per Tiang
Arus beban pada masing-masing tiang dapat diketahui berdasarkan DIL (Data Induk
Pelanggan) yang terpasang pada tiang tersebut. Sebagai contoh perhitungan arus beban pada
tiang B2A2B3A2 sebagai berikut :
Fasa R :
Daya kontrak : 450 VA, jumlah pelanggan = 4
1300 VA, jumlah pelanggan = 1
Total daya kontrak fasa R = 3100 VA
Fasa T :
Daya kontrak : 450 VA, jumlah pelanggan = 4
Total daya kontrak fasa T = 1800 VA
Karena tegangan standar line to netral adalah 220 volt, maka arus beban pada tiang ini adalah
Fasa R : I = 3100220
= 14,09 A
Fasa T : I = 1800220
= 8,18 A
Karena waktu pemakaian energi listrik oleh pelanggan tidak konstan,
menyebabkan arus beban berubah setiap saat dari beban minimum sampai beban maksimum.
Maka dalam perhitungan arus beban ini harus dikalikan dengan factor beban. Faktor beban
diketahui dengan membandingkan arus terukur dengan arus terpasang.
Faktor beban = Arus terukur
Arus terpasang
Arus terukur = Arus pengukuran pada GTT
Arus terpasang = Arus beban yang terpasang pada GTT
Perhitungan factor beban pada fasa R line B Waktu Beban Puncak :
Total daya terpasang = 44350 VA
Arus Terpasang = 44350 VA
220 V
= 201,5909 A
Arus Terukur = 89 A
Faktor Beban = 89 A
201,5909 A
= 0,44
Perhitungan factor beban pada fasa T line B Waktu Beban Puncak :
Total daya terpasang = 49750 VA
Arus Terpasang = 49750 VA
220 V
= 226,14 A
Arus Terukur = 87 A
Faktor Beban = 87 A
226,14 A = 0,38
Jadi arus tiang pad tiang B2A2B3A2 saat WBP setelah dikalikan factor beban adalah :
Fasa R : 6,22 A
Fasa T : 5,22 A
d. Perhitungan Arus Penghantar Per Tiang
Arus pada penghantar masing – masing tiang perlu diketahui untuk menentukan drop
tegangan dan losses yang terjadi pada masing – masing penghantar per tiang.
Untuk menentukan arus per penghantar pada tiang pertama dari GTT adalah :
Ipenghantar = IGTT - IBEBAN
Untuk arus penghantar pada tiang selanjutnya adalah :
Ipenghantar tiang n = Ipenghantar n-1 – Ibeban tiang n
Contoh perhitungan arus penghantar dari tiang B2A3B3 ke tiang B2A3B3A2. Pada tiang ini
beban terpasang pada beban R yaitu sebesar 2200 VA. Arus beban yang terpasang pada tiang
ini adalah 0,90 A. Sedangkan arus penghantar pada tiang sebelumnya yaitu tiang B2A2B2
fasa R adalah 73,85 A, maka :
Ipenghantar tiang B2A2B2 = 73,85 A – 0,9 A = 72,95 A
e. Perhitungan losses
Untuk mengetahui losses yang terjadi pada jaringan perlu diketahui losses yang terjadi per
tiang. Besarnya losses dapat dirumuskan sebagai berikut :
Plosses = Ipenghantar2 x R cos φ
Contoh perhitungan losses pada tiang B2A2B2 fasa R :
I (Arus Penghantar) = 73,85 A
R (Tahanan Penghantar) = 1,5234 Ω/Km
L (Panjang Saluran) = 42 m = 0,042 Km
cos∅ = 0,85
Plosses = 73,852 x ( 1,5234 x 0,042 ) x 0,85
= 296,6 Watt
Berdasarkan perhitungan, losses teknis yang terjadi pada jaringan listrik baik saat WBP
walaupun LWBP adalah :
Tabel Losses Daya pada Jaringan Saat WBP
FasaLosses Daya ( watt ) Losses Daya Total ( Kw )
Line B Line D Line B Line D
R 3.634,51 3241,90
13,330 12,0S 5.626,62 4044,83
T 4069,73 4713,54
Tabel 12 Losses Daya pada jaringan saat LWBP
FASALosses Daya(Watt) Losses daya total (kW)
Line B Line D Line B Line D
R 165,54 262,06
0,529 0,833S 190,13 330,19
T 173,41 240,93
Berdasarkan tabel di atas losses jaringan total adalah :
Losses saat WBP = losses line B + losses line D
= 13,33 kW + 12 kW
= 25,33 kW
Losses saat LWBP = losses line B + losses line D
= 0,592 kW + 0,833 kW
= 1,362 kW
Losses jaringan yang terjadi dalam waktu 6 hari adalah :
Losses 6 hari = (25,33 kW x 4 jam )+ (1,362 kW x 20 jam ) x 6 hari
= 607,92 kWH + 163,44 kWH
= 771,36 kWH
Untuk mengetahui berapa persen losses yang terjadi pada jaringan maka besarnya losses total
selama 6 hari dibandingkan dengan energy kirim selama 6 hari dengan rumus sebagai berikut :
%Losses jaringan = Losses6 harienergi kirim
x 100%
Energi kirim 6 hari = 5969,89 kWH
Losses jaringan 6 hari = 771,36 kWH
Jadi % losses jaringan = 771,365969,89
x 100%
= 12,92%
Losses total 6 hari = 771,36 kWH + 22,572 kWH + 102,744 kWH
= 896,67 kWH
Jadi, % losses total = 896,67
5969,89 x 100%
= 15,01 %
Losses jaringan berdasarkan perhitungan dan pengukuran terjadi perbedaan. Pada pengukuran
losses total 16,8% sedangkan berdasarkan perhitungan losses total 15,1 %. Selisih yang terjadi
sebesar 1,79% ini disebabkan adanya losses akibat konektor pada penghantar yang kurang baik.