alkohol lemak kelompok 4
DESCRIPTION
alkoholTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Alkohol lemak (RCH2OH) merupakan alkohol tingkat tinggi (kelas alifatik
monohidrat) yang mengandung lebih dari 6 atom C. Alkohol lemak dapat berupa
jenuh atau mempunyai satu atau lebih ikatan rangkap dan karakteristiknya, baik
primer maupun sekunder, berantai lurus maupun bercabang, jenuh atau tidak
jenuh, dan sangat dipengaruhi oleh proses pembuatannya dan bahan baku yang
digunakan dalam proses.
Alkohol lemak merupakan bahan dasar oleokimia dalam pembuatan
surfaktan. Hal ini mempunyai nilai-nilai ekonomi dan dapat dijadikan lapangan
pekerjaan bagi masyarakat. Permintaan pasar dunia terhadap Alkohol lemak
diperkirakan meningkat sebesar 4% tiap tahunnya, jadi industri pembuatan
Alkohol lemak mempunyai prospek yang sangat cerah.
Alkohol lemak dapat diproduksi dari minyak alami atau sintesis
petrokimia. Di dunia, ratio pembuatan Alkohol lemak dari minyak alami dan
sintesis berbeda di tiap wilayah. Amerika Selatan rationya 30:70, Eropa Barat
52,5:47,5, Jepang 31:69, dan Asia 86:14. Dengan begitu pesatnya perkembangan
Alkohol lemak ini berdampak naiknya supply dan stabilitas harga minyak lauric.
Sumber utama dari minyak lauric adalah Asia Tenggara.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui dan
mempelajari beberapa hal-hal yang berkaitan dengan Alkohol Lemak, tahap-tahap
prosesnya, kondisi operasinya, dan lain- lain. Selain itu, makalah ini disusun
untuk melengkapi tugas mata kuliah Proses Industri Petrokimia dan Oleokimia.
1
BAB II
TINNJAUAN PUSTAKA
2.1 Alkohol Lemak
Fatty alkohol (lemak alkohol) adalah alkohol alifatis yang merupakan
turunan dari lemak alam ataupun minyak alam. Fatty alkohol merupakan bagian
dari asam lemak dan fatty aldehid. Fatty alkohol biasanya mempunyai atom
karbon dalam jumlah genap. Molekul yang kecil digunakan dalam dunia
kosmetik, makanan dan pelarut dalam industri. Molekul yang lebih besar penting
sebagai bahan bakar. Karena sifat amphiphatic mereka, fatty alkohol berkelakuan
seperti nonionic surfaktan. Fatty alkohol dapat digunakan sebagai emulsifier,
emollients, dan thickeners dalam industri kosmetik dan makanan.
Contoh fatty alkohol :
1. Capryl alkohol (1-octanol) -- 8 carbon atoms
2. Pelargonic alkohol (1-nonanol) -- 9 carbon atoms
3. Capric alkohol (1-decanol, decyl alkohol) -- 10 carbon atoms
4. 1-dodecanol (lauryl alkohol) -- 12 carbon atoms
5. Myristyl alkohol (1-tetradecanol) -- 14 carbon atoms
6. Cetyl alkohol (1-hexadecanol) -- 16 carbon atoms
7. Palmitoleyl alkohol (cis-9-hexadecan-1-ol) -- 16 carbon atoms, unsaturated,
CH3(CH2)5CH=CH(CH2)8OH
8. Stearyl alkohol (1-octadecanol) -- 18 carbon atoms
9. Isostearyl alkohol (16-methylheptadecan-1-ol) -- 18 carbon atoms,
branched,
(CH3)2CH-(CH2)15OH
10. Elaidyl alkohol (9E-octadecen-1-ol) -- 18 carbon atoms, unsaturated,
CH3(CH2)7CH=CH(CH2)8OH
11. Oleyl alkohol (cis-9-octadecen-1-ol) -- 18 carbon atoms, unsaturated
12. Linoleyl alkohol (9Z, 12Z-octadecadien-1-ol) -- 18 carbon atoms,
polyunsaturated
13. Elaidolinoleyl alkohol (9E, 12E-octadecadien-1-ol) -- 18 carbon atoms,
2
polyunsaturated
14. Linolenyl alkohol (9Z, 12Z, 15Z-octadecatrien-1-ol) -- 18 carbon atoms,
polyunsaturated
15. Elaidolinolenyl alkohol (9E, 12E, 15-E-octadecatrien-1-ol) -- 18 carbon
atoms, polyunsaturated
16. Ricinoleyl alkohol (12-hydroxy-9-octadecen-1-ol) -- 18 carbon atoms,
unsaturated, diol, CH3(CH2)5CH(OH)CH2CH=CH(CH2)8OH99
17. Arachidyl alkohol (1-eicosanol) -- 20 carbon atoms
18. Behenyl alkohol (1-docosanol) -- 22 carbon atoms
19. Erucyl alkohol (cis-13-docosen-1-ol) -- 22 carbon atoms, unsaturated,
CH3(CH2)7CH=CH(CH2)12OH
20. Lignoceryl alkohol (1-tetracosanol) -- 24 carbon atoms
21. Ceryl alkohol (1-hexacosanol) -- 26 carbon atoms
22. Montanyl alkohol, cluytyl alkohol (1-octacosanol) -- 28 carbon atoms
23. Myricyl alkohol, melissyl alkohol (1-triacontanol) -- 30 carbon atoms
24. Geddyl alkohol (1-tetratriacontanol) -- 34 carbon atoms
Tabel 2.1 Karakteristik Fatty alcohol
Tabel 2.2 Komposisi Asam Lemak dari Minyak Kelapa (CO) dan Minyak Inti
Sawit (PKO)
2.2 Sumber-Sumber dari Alkohol Lemak.
3
Berdasarkan bahan baku yang digunakan, alkohol lemak dapat
digolongkan menjadi dua bagian, yaitu :
1. Alkohol lemak alami (Natural Fatty alcohol)
Alkohol lemak alami berasal dari bahan baku yang dapat diperbaharui
yang terdapat di alam. Alkohol jenis ini selalu berada dalam bentuk gabungan dari
pada rantai bebas (senyawa murni). Alkohol gabungan yang penting adalah
gliserol TAG (triasilgliserol) yang mengandung asam lemak yang memiliki
panjang rantai karbon C12-C18 yang dipertukarkan ( ester metal menjadi alcohol
lemak). Contoh : lemak, minyak dan lilin, dari tumbuhan dan hewan seril sesoat
dalam lilin erna dan mirisi palmitat dalam lilin lebah.
2. Alkohol lemak sintesis (Synthetic Fatty alcohol)
Alkohol lemak ini diperoleh dari industri petrokimia, hidrolisis ester
organik dan penurunan ester. Contohnya antara lain olefin dan parafin.
Untuk mendapatkan alkohol lemak ini, ada beberapa metoda pembuatan
yang dapat dilakukan yakni :
1. Hidrolisa ester (lillin) atau wax ester dari lemak hewan
2. Reduksi sodium dari lemak dan minyak
3. Proses Ziegler dengan mengunakan etilen
4. Proses oxo mengunakan olefin
5. Hidrogenasi katalitik dari asam lemak dan metil ester
6. Hidrogenasi minyak dan lemak
7. Hidrogenasi pada Tekanan Tinggi
2.3 Kegunaan Alkohol Lemak
Alkohol lemak digunakan secara luas pada industri :
1. Plasticizer (C6-C10)
2. Deterjen (C11 keatas)
3. Pengemulsi
4. Pelumas
5. Softener
6. Kosmetik
7. Makanan sebagai anti oksidan
8. Surfaktan
4
9. Bahan anti basa
10. Produk intermediate
11. Parfum
12. Farmasi
2.4 Proses Pembuatan Alkohol Lemak
Ada beberapa metode pembuatan alkohol lemak, antara lain sebagai
berikut :
1. Hydrolysis lilin ester mengunakan lemak hewan
2. Sodium pengurangan proses (yang) mengunakan gemuk dan minya
3. Ziegler proses yang mengunakan Ethylen
4. Proses oxo mengunakan olefin
5. Hidrogenasi katalik dari asam lemak dan metil ester
6. Hidrogenasi langsung dari lemak dan minyak
7. Hidrogenasi pada Tekanan Tinggi
2.4.1 Hidrolisis Wax Ester dari Lemak Hewan
Alkohol lemak diperoleh pertama kali dari hidrolisis wax ester dari lemak
hewan., terutama spermaceti dari sperma ikan paus.
Wax spermaceti dipisahkan melalui pemanasan dengan mengunakan
sodium hidroksida murni di atas suhu 300oC, kemudian alkohol didistilasi dari
sabun sodium. Destilatnya mengandung alkohol tak jenuh C16-C20. Untuk
mencegah terjadinya auto-oksidasi, distilasi ini dikeraskan dengan hidrogenasi
katalistik. Alkohol yang diperoleh jika minyak sperma hanya 70% wax ester,
mencapai yield 38%. Hasilnya kemudian dipisahkan dengan distilasi vakum dari
sabun dan air yang terbentuk, sehingga menghasilkan produk alkohol cetyl, ocecyl
dan arachidyl.
Mengingat perburuan ikan paus semakin meningkat dan dunia melarang
perburuan ikan paus karena tidak tersedia dalam jumlah banyak, maka proses ini
sudah sangat jarang dilakukan dan sangat terbatas.
2.4.2 Reduksi Sodium dari Lemak dan Minyak
Proses ini pertama kali dikemukan oleh Beauvault dan blanc pada tahun
1909, sedangkan pengunaan skala besar dilakukan pada thun 1930.
5
Larutan sodium didispersikan dalam pelarut inert ditambah ester kering
dan alkohol dengan hati-hati. Saat reaksinya komplit alkoksida dipecah dengan
pengadukan dalam air kemudian alkoholnya dicuci dan didistilasi.
Penambahan alkohol R1 (sebaiknya alkohol sekunder), bertindak sebagai
donor hydrogen. Karena adanya reaksi samping, pemakaian sodium bisa jadi di
atas 20% dari kebutuhan stokiometri. Reduksi berjalan selektif tanpa pembuatan
hidrokarbon dan isomerisasi atau hidrogenasi ikatan rangkap.
Proses ini digunakan sampai tahun 1950-an yang menghasilkan alkohol
lemak tak jenuh, terutama alkohol oleyl dari minyak sperma. Alkohol jenis ini
sekarang bisa diproduksi dengan proses hidrogenasi katalitik yang mengunakan
bahan baku murah.
2.4.3 Proses Ziegler Mengunakan Etilen
Alkohol lemak dari proses ini mempunyai struktur yang sama dengan
alkohol lemak natural. Proses ini dibagi dalam dua proses yaitu proses alfol dan
proses epal.
1. Proses Alfol
Hidrokarbon digunakan sebagai pelarut. Proses ini melalui lima tahap
yaitu hidrogenasi, etilasi, reaksi perkembangan (growth reaction), oksidasi dan
hidrolisa.
1) Hidrogenasi
2 Al(CH2CH3)3 + Al + 3/2 H2 → 3 HAl (CH2CH3)
2) Etilasi
3 HAl(CH2CH3)3 + 3 CH2=CH2 → 3 AlCH2CH3)3
2/3 dari hasil proses ini direcycle lagi ke proses hidrogenasi dan sisanya
langsung masuk ke reaksi perkembangan.
3) Reaksi perkembangan
4) Oksidasi
5) Hidrolisa
2. Proses Epal
Proses ini mempunyai langkah – langkah yang hampir sama dengan proses
alfol. Fleksibiilitas proses ini lebih besar dibandingkan dengan proses alfol.
Alkohol dan α – olefin yang terbentuk bisa dipasarkan. Namun modal dan biaya
6
yang dibutuhkan juga lebih besar, karena membutuhkan proses kontrol yang lebih
kompleks dan penambahan olefin dan alkohol rantai bercabang.
2.4.4 Proses Oxo Menggunakan Olefin
Proses oxo ( hidroformilasi ) terdiri dari reaksi antara olefin dengan
campuran gas H2 – CO dengan katalis yang cocok. Reaksi ini ditemukan oleh
O.Roelen pada tahun 1938.
CH3
2 R -CH=CH2 + 2 CO + 2 H2 → R- CH2 CH2-CHO + R-CH-CHO
Yield α – olefin diperkirakan sama dengan jumlah aldehid rantai lurus dan
bercabang. Proses oxo dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu :
1. Proses klasik dengan mengunakan katalis HCo (CO)4
Langkah-langkah dalam proses klasik yaitu reaksi oxo, pemisahan katalis
dan regenerasi, hidrogenasi aldehid dan distilasi alkohol.
2. Proses Shell berdasarkan kompleks kobalt korbonil-phosphine.
Pada proses shell, alkohol diperoleh lagsung karena bagusnya aktifitas
katalis sehingga tahap hidrogenasi aldehid tidak diperlukan lagi. Kelemahan
proses ini adalah adanya olefin yang hilang dari proses
3. Proses mengunakan katalis rodium.
Pada proses yang menggunakan katalis rhodium dapat dilakukan pada P
dan T yang rendah, karena tingginya aktivitas katalis. Kelemahannya adalah
memerlukan biaya yang lebih tinggi karena mahalnya harga rhodium.
Proses antara ketiga proses tersebut dapat di lihat pada tabel berikut:
Perbandingan Proses oxoKlasik Shell Unio karbid
Katalis Cobalt carbonil Cobalt carbonilPhosphine complex
Rhodium carbonilPhosphine complex
Konsentrasi katalis 0.1 – 1.0 0.5 0.001 – 0.1PerbandinganCO2 : H2
1.1 – 1.2 1.2 – 2.5 Excess Hidrogen
Temperature ( 0C ) 150 -180 170 - 210 100 – 120Tekanan (Mpa) 20 – 30 5 - 10 2 – 4LHSV 0.5 – 1.0 0.1 – 1.2 0.1 – 0.25Produk primer Aldehid Alkohol AldehidLinearitas (%) 40 - 50 80 - 85 90 ( 0 – Butanol)
7
2.4.5 Hidrogenasi Katalistik dari Asam Lemak dan Metil Ester
Proses ini biasanya digunakan untuk memproduksi alkohol lemak tak
jenuh pada skala besar. Katalis yang digunakan adalah kompleks dari Cu+2 dan
Cu+3. Adapun reaksinya adalah sebagai berikut :
RCOOCH3 + 2 H2 RCH2OH + CH3OH ( dengan katalis CuCr )
Metil ester Alkohol lemak
RCOOH + 2 H2 RCH2OH + H2O ( dengan katalis CuCr )
Asam lemak Alkohol lemak
2.4.6 Hidrogenasi Langsung dari Minyak dan Lemak
Proses ini telah dikembangkan dan dipatenkan oleh Henkel KgaA. Proses
ini melalui dua tahap reaksi yaitu:
1. Esterifikasi asam lemak dan alkohol lemak menghasilkan ester dan air.
RCH2OH + RCOOH → RCH2COOR + H2O
2. Hidrogenasi ester menghasilkan dua mol alkohol lemak
RCH2OH + H2O → 2RCH2OH
Kedua reaksi ini berlangsung simultan pada reaktor yang sama. Reaktor
yang digunakan adalah reaktor bertekanan tinggi yang berguna sebagai pemanas
awal bagi material – umpan asam lemak dan katalis slurry; dan gas hidrogen yang
diumpankan secara terus menerus. Proses ini berlangsung pada kondisi P =30.000
KPa dan T = 2800C.
Gambar 2.1 Hidrogenasi Langsung dari Minyak dan Lemak
8
Proses hidrogenasi langsung mempunyai beberapa kekurangan, diantaranya :
1. Menghasilkan produk samping bernilai tinggi gliserin yang justru
mengalami proses hidrogenasi lanjut menghasilkan propilen glikol yang
bernilai rendah.
2. Komsumsi gas hidrogen yang cukup tinggi Penggunaan katalis dalam
jumlah besar
2.4.7 Proses Hidrogenasi pada Tekanan Tinggi
Metil ester dapat diubah jadi alkohol lemak dengan cara hidrogenasi
tekanan tinggi dengan bantuan suatu katalisator. Pada Umumnya, katalisator
khromit tembaga yang digunakan. Katalisator khromit tembaga juga
mengkonversi manapun unsaturated dengan ikatan ganda, sehingga hanya alkohol
lemak saja yang terbentuk. Jika alkohol lemak tak terbungkus diinginkan. Suatu
katalisator zinc bearing khusus dipekerjakan.
Proses hidrogenaasi dilaksanakan pada tekanan 25.000-30.000 KPa dan
temperatur 250-300 0C didalam suatu kolom berbentuk pipa. Proses hidrogenasi
dengan tekanan tinggi ini terbagi 2 metode yaitu suspension process dan fixed bed
process
1. Suspension Process
Pada suspension process, katalis yang digunakan adalah slurry dari
sejumlah metil ester dan diumpankan bersama dengan sisa ester ke dalam reaktor.
Kondisi operasi proses ini dalah pada tekanan 25.000-30.000 KPa dan temperatur
250-300 0C serta reaksinya merupakan reaksi eksotermis, sehingga pada proses ini
diperlukan kontrol temperatur sehingga mencegah terjadinya pembentukan
hidrokarbon yang tidak diinginkan. Di kolom, campuran didinginkan , gas
hidrogen dipisahkan dari alkohol (metanol). Gas hidrogen di recycle dan metanol
di alirkan ke unit metanol stripping dengan tekanan rendah lalu metanol di recycle
ke proses esterifikasi atau transferikasi. alkohol lemak kasar disaring dan
dipisahkan dari katalis.
9
Gambar 2.2 Suspension Process
2. Fixed Bed Process
Pada metode fixed bed process, hal yang membedakannya dengan
suspension process adalah katalisnya disesuaikan dengan reaktor yang digunakan.
Reaksi ini dilakukan pada fase uap dimana sebagian umpan organik diuapkan
dengan gas hidrogen ( 20 – 25 mol ) melalui suatu alat peak heater sebelum
dialirkan ke fixed katalis bed. Proses hidrogenasi dengan metode ini dilakukan
pada kondisi 20.000-30.000 Kpa dan temperatur 200-250 0C. Lalu campuran
didinginkan dan dipisahkan menjadi fasa gas dan fasa cair. Pada fasa gas sebagian
besar merupakan gas hidrogen dan di recycle. Fasa cairan diekspansi pada flash
tank untuk menghilangkan metanol dari alkohol lemak.
Gambar 2.3 Fixed Bed Process
10
Perbandingan Alkohol Lemak hasil Proses Fixed bed dan Proses Suspensi
Proses fixed bad memerlukan sesuatu untuk menaikkan nilai karena itu
dibutuhkan bejana reaksi yang besar, pompa gas sirkulasi, dan pipa yang tepat
untuk volume yang tinggi dari penggunaan gas hydrogen. Proses suspensi dilain
sisi memerlukan penambahan peralatan untuk pelepasan katalis, distilasi alcohol
lemak mentah dan mengolah lagi metil ester.
Dalam penggunaan bahan mentah, proses fixed bad memiliki hasil yang
banyak dan penggunaan katalis hanya setengahnya. Alkohol lemak yang
dihasilkan dari proses fixed bad memiliki kualitas yang tinggi. Meskipun begitu,
kualitas dari alkohol lemak yang dihasilkan oleh prosess suspensi bisa juga
ditingkatkan ke tingkat yang sama dengan distilasi selanjutnya.
2.5 Metode Hidrogenasi Asam Lemak Lurgi
Metode lurgi, merupakan salah satu proses suspensi yang memungkinkan
terjadinya hidrogenasi langsung dari asam lemak menjadi alkohol lemak dan
mengatasi efek yang merusak dari asam lemak. Pada analisa cooper-Bearing, hal
ini dicapai dengan melaui dua tahap reaksi. Yang pertama adalah esterifikasi asam
lemak dengan alkohol menghasilkan ester dan air. Langkah kedua yaitu
hidrogenasi pembentukan ester untuk menghasilkan 2 mol alkohol. Kedua reaksi
terjadi secara simultan pada reaktor yang sama. Volume yang besar pada alkohol
lemak diedarkan kembali lebih dari 250 kali umpan asam lemak. Secara efektif
mengurangi/mencairkan umpan, asalkan untuk kondisi yang optimum untuk
esterifikasi sempurna dan cepat.
Hidrogenasi terjadi pada / di dalam reaktor suhu tinggi di mana bahan
dipanaskan terlebih dahulu. Umpan asam lemak, peredaran alkohol lemak dengan
katalis sheried dan gas hidrogen adalah umpan tetap. Reaksi ini menghasilkan
kira-kira 30.000 KPa dan 2800C. Panas dari sisa campuran produk reaktor
diperoleh dengan resikulasi gas hidrogen pada alat perubah panas setelah satu
produk dipisahkan dengan dua tingkat pendinginan ekspansi.
Pada fase gas (yang mengandung gas hidrogen, uap alkohol dalam jumlah
kecil dan reaksi air) dipisahkan dari alkohol cair pada hot separator ( pemisah
panas). Campuran didinginkan lebih lanjut di separator pendingin, dimana uap
11
alkohol dan reaksi air dikondensi dan dipisahkan. Kelebihan gas hidrogen
direcycle pada sistem.
Alkohol cair yang berasal dari separator panas dipompakan ke flashdrum
dimana hidrogen dilarutkan direcycle dengan meningkatkan gas hidrogen. Katalis
dipisahkan dari alkohol lemak kasar dengan menggunakan pemisah aktivitas dan
resikulasi dengan asam alkohol. Ukuran fase clear dari pemisah sentrifugal adalah
“passed through” yaitu penyaring halus untuk memindahkan semua sisa suspensi
padat hasil dari alkohol kasar destilasi lebih lanjut untuk menghilangkan
hidrokarbon dan dapat mengalami fraksinasi jika diinginkan.
Gambar 2.4 Metode Hidrogenasi Asam Lemak Lurgi
2.6 Aplikasi Alkohol lemak
Fatty alkohol merupakan produk hasil hidrogenasi asam lemak atau ester
asam lemak. Fatty alkohol dapat difraksinasi untuk memisahkan fraksi C8-C10
yang dikenal sebagai plasticizer range alkohol, dan C8-C12 sebagai detergen
range alkohol. Plasticizer range alkohol berbentuk cair dan memiliki daya pelarut
yang tinggi dapat digunakan dalam industri tinta printer dan cat. Esterfikasi
dengan polycarboxylic acid seperti phthalic anhydride menghasilkan plasticizer
khususnya untuk industri PVC. C12 – C14 alkohol banyak digunakan sebagai
12
additif pelumas dan dalam pembuatan minyak rem dan minyak hidrolik. C16-C18
fatty alkohol banyak digunakan sebagai campuran dalam pembuatan cream,
lipstik, pasta, semir dan produk lainnya.
Plasticizer adalah senyawa adiktif yang ditambahkan kepada polimer
untuk menambah fleksibilitas dan workability-nya. Plasticizer diaplikasikan
terutama pada vinil resin seperti Polovinil Klorida (PVC). Di antara 300 jenis
plasticizer yang telah dikembangkan adalah DOP (Dioctyl Phthalate) yang
paling banyak digunakan. Konsumsi DOP pada industri PVC mencapai 50 - 70 %
dari toal produksi plasticizer. Namun demikian, pemakaian DOP sebagai
plasticizer PVC, terutama yang diaplikasina pada food-drug packaging atau
mainan anak - anak mulai dipermasalahkan. Ini dikarenakan adanya migrasi
senyawa aromatik tersebut dari PVC dalam jumlah yang besar dan dapat
menyebabkan timbulnya sel kanker. Bahan plasticizer pengganti DOP dari
turunan minyak sawit yang ramah lingkungan.
Plasticizer adalah material yang ditambahkan untuk meningkatkan
beberapa sifat/ properties dari polymer, misalnya kemampuan kerja, ketahanan
terhadap panas (heat resistance), ketahanan terhadap temperatur rendah (low-
temperature resistance), ketahanan terhadap cuaca (weathering resistance), sifat
insulasi (insulation properties), ketahanan terhadap minyak (oil resistance), etc.
Berbagai plasticizer digunakan untuk tujuan-tujuan tersebut.
Terutama phtalic ester yang digunakan oleh banyak produk sebagai plasticizer
multifungsi. Proses pembuatan plasticizer dilakukan dengan proses Esterifikasi
Fisher pada kondisi tertentu dengan menggunakan bahan baku antara
lain :komponen minyak sawit, katalis dan senyawa alkohol. Hasil yang diperoleh
kemudian dicuci dan dipisahkan antara produk dan sisa asam dan katalis yang
terbentuk selama proses hingga pH normal. (Eko Cahyono, 2010)
Solusinya adalah membuat plasticiser dari bahan nabati khususnya dari
minyak sawit. Proses diawali dengan reaksi esterifikasi antara asam karboksilat
turunan minyak sawit dengan alkohol linier untuk menghasilkan senyawa
diester atau monoester. Senyawa monoester atau diester yang telah dibuat,
diformulasikan sabagai plasticizer primer dan sekunder. Plasticiser selanjutnya
dicampur dengan PVC untuk menghasilkan plastik.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Alkohol lemak adalah alkohol alifatis yang merupakan turunan dari lemak
yang dapat diperoleh secara alami maupun sintesis. Secara alami dapat
diproduksi dengan hidrogenasi langsung minyak dan lemak, hidrogenasi
metil ester atau asam lemak, hidrogenasi pada tekanan tinggi. Secara
sintesis alkohol lemak dihasilkan dengan metode : Hidrolisa ester (lillin)
atau wax ester dari lemak hewan ,Reduksi sodium dari lemak dan minyak,
Proses Ziegler dengan mengunakan etilen, Proses oxo mengunakan olefin.
2. Bahan baku pembuatan alkohol lemak yaitu metil ester atau asam lemak.
Pembuatan alkohol lemak biasanya menggunakan bahan baku metil ester
karena alkohol lemak yang dihasilkan lebih banyak.
3. Salah satu aplikasi alkohol lemak yaitu untuk plasticizer.
14
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, Eko. 2010. Plasticizer.
http://www.dokterkimia.com/2010/05/ plasticizer .html . Diakses 18 September
2015.
Yusriati, Sari. 2008. Plasticizer http://sariyusriati.wordpress.com/2008/10/20/ plasticizer / 2008.
Diakses 18 September 2015.
Hui, Y. H. Bailey’s Industrial Oil and Fat Products, fifth edition. 1996. New York: John
Willey & Sons Inc.
15