alcohol intoxication
DESCRIPTION
Alcohol IntoxicationTRANSCRIPT
ALCOHOL INTOXICATION
by: Kamisah Sualman
Bag.Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
Fakultas Kedokteran Universitas Riau Pekanbaru
Sumber Alkohol
Alkohol banyak terdapat dalam berbagai minuman dan sering menimbulkan
keracunan. Keracunan alkohol menyebabkan penurunaan daya reaksi atau kecepatan,
kamampuan untuk menduga jarak dan keterampilan mengemudi sehingga cendrung
menimbulkan kecelakaan lalu lintas di jalan, pabrik, dan sebagainya. Penurunan
kemampuan untuk mengontrol diri dan hilangnya kapasitas untuk berpikir kritis
mungkin menimbulkan tindakan yang melanggar hukum seperti perkosaan,
penganiayaan, kejahatan lain ataupun tindakan bunuh diri.1
Alkohol terdapat dalam berbagai minuman seperti: whisky, brandy, rum, rodka, gin
(mengandung 40% alkohol); wines (10-20%); beer dan ale (48%). Alkohol (etanol)
sintetik seperti air tape, tuak dan brem, dihasilkan dari peragian secara kimia dan
fisiologik. Bau alkohol murni tercium di udara bila mencapai 4,5-10 ppm.1
Farmakokinetik
a. Absorpsi/distribusi
Alkohol diabsorpsi dalam jumlah yang sedikit melalui mukosa mulut dan lambung.
Sebagaian besar (80%) diabsorpsi di usus halus dan sisanya diabsorpsi di kolon.
Kecepatan absorpsi tergantung pada takaran dan konsentrasi alkohol dalam minuman
yang diminum serta vaskularisasi dan motalitas dan pengisisan lambung dan usus.
Bila konsentrasi optimal alkohol diminum dan dimasukkan kedalam lambung kosong,
kadar puncak dalam darah 30-90 menit sesudahnya. Alkohol mudah berdifusi dan
distribusinya dalam jaringan sesuai dengan kadar air jaringan tersebut. Semakin
hidrofil jaringan semakin tinggi kadarnya. Biasanya dalam 12 jam telah tercapai
kesimbangan kadar alkohol dalam darah, usus, dan jaringan lunak. Konsentrasi dalam
otak, sedikit lebih besar dari pada dalam darah.1
b. Metabolisme
Alkohol yang dikonsumsi 90% akan dimetabolisme oleh tubuh terutama dalam hati
oleh enzim alkoholdehidrogenase (ADH) dan koenzim nikotinamid-adenin-
dinukleotida (NAD) menjadi asetaldehid dan kemudian oleh enzim aldehida
dehidrogenase (ALDH) diubah menjadi asam asetat. Asam asetat dioksidasi menjadi
CO2 dan H2O. Piruvat, levulosa (fruktosa), gliseraldehida (metabolit dari
levulosa)dan alanina akan mempercepat metabolism alkohol.1
Sebenarnya didalam tubuh ditemukan juga mekanisme pemecahan alkohol yang lain,
yaitu hydrogen peroksida katalase dan sistem oksidasi etanol mikrosomal, namun
kurang berperan. Kadar alkohol darah kemudian akan menurun dengan kecepatan
yang sangat bervariasi (12-20 mg% per jam), biasanya penurunan kadar tersebut
dianggap rata-rata 15 mg% (Knight, 1987) atau 14 mg% (Freudenberg, 1966) setiap
jam. Pada alkohol kronik, yang telah dipercepat metabolismenya, eliminasi alkohol
dapat mencapai 40 mg% per jam.1
Hepatosit memiliki tiga jalur metabolisme alkohol, yang masing-masing terletak pada
bagian yang berlainan. Jalur yang pertama adalah jalur alkohol dehidrogenase (ADH)
yang terletak pada sitosol atau bagian cair dari sel. Dalam keadaan fisiologik, ADH
memetabolisir alkohol yang berasal dari fermentasi dalam saluran cerna dan juga
untuk proses dehidrogenase steroid dan omega oksidasi asam lemak. ADH memecah
alkohol menjadi hidrogen dan asetaldehida, yang selanjutnya akan diuraikan menjadi
asetat. Asetat akan terurai lebih lanjut menjadi H2O dan CO2.1
Jalur kedua ialah melalui Microsomal Ethanol Oxydizing System (MEOS) yang
terletak dalam retikulum endoplasma. Dengan pertolongan tiga komponen mikrosom
yaitu sitokrom P-450, reduktase, dan lesitin, alkohol diuraikan menjadi asetaldehida.1
Jalur ketiga melalui enzim katalase yang terdapat dalam peroksisom (peroxysome).
Hidrogen yang dihasilkan dari metabolisme alkohol dapat mengubah keadaan redoks,
yang pada pemakaian alkohol yang lama dapat mengecil. Perubahan ini dapat
menimbulkan perubahan metabolisme lemak dan karbohidrat, mungkin menyebabkan
bertambahnya jaringan kolagen dan dalam keadaan tertentu dapat menghambat
sintesa protein. 1
Perubahan redoks menimbulkan perubahan dari piruvat ke laktat yang menyebabkan
terjadinya hiperlaktasidemia. Bila sebelumnya sudah terdapat kadar laktat yang tinggi
karena sebab lain, bisa terjadi hiperurikemia. Serangan kejang pada delirium tremens
juga meningkatkan kadar asam urat dalam darah. Pada pasien gout, alkohol dapat
meningkatkan produksi asam urat sehingga kadarnya dalam darah makin meningkat.1
Meningkatnya rasio NADH/NAD akan meningkatkan pula konsentrasi alfa
gliserofosfat yang akan meningkatkan akumulasi trigliserida dengan menangkap asam
lemak dalam hepar. (NAD= Nicotinamide Adenine Dinucleotide; NADH = reduced
NAD.) lemak dalam hepar berasal dari tiga sumber: dari makanan, dari jaringan
lemak yang diangkut ke hepar sebagai Free Fatty Acid (FFA), dan dari hasil sintesis
oleh hepar sendiri. Oksidasi alkohol dalam hepar menyebabkan berkurangnya
oksidasi lemak dan meningkatnya lipogenesis dalam hepar.1
Pemakaian alkohol yang lama juga akan menimbulkan perubahan pada mitokondria,
yang menyebabkan berkurangnya kapasitas untuk oksidasi lemak. Semua yang
tersebut di atas menyebabkan terjadinya perlemakan hati (fatty lever). Perubahan pada
MEOS yang disebabkan pemakaian alkohol yang berlangsung lama dapat
menginduksi dan meningkatkan metabolisme obat-obatan, meningkatkan lipoprotein
dan menyebabkan hiperlipidemia, berkurangnya penimbunan vitamin A dalam hepar,
meningkatkan aktivasi senyawa hepatotoksik, termasuk obat-obatan dan zat
karsinogen. Walaupun jarang, alkohol juga dapat menyebabkan terjadinya
hipoglikemia (karena menghambat glukoneogenesis) dan ketoasidosis. 1
Alkohol juga menghambat sintesis protein. Asetaldehida mempengaruhi mikrotubulus
sehingga hapatosit menggembung. Sebaliknya, sintesis kolagen bertambah sehingga
menambah jaringan fibrotik. Itulah sebabnya 8-20% peminum alkohol yang kronik
dalam jumlah banyak mengalami sirosis hepatis.1
c. Ekskresi
Alkohol yang dikonsumsi 10% akan dikeluarkan dalam bentuk utuh melalui urin,
keringat dan udara napas. Dari jumlah ini sebagian besar dikeluarkan melalui urin
(90%).1
Farmakodinamik
Alkohol menyebabkan presipitasi dan dehidrasi sitoplasma sel sehingga bersifat
sebagai astringen. Makin tinggi kadar alkohol makin besar efek tersebut. Pada kulit
alkohol menyebabkan penurunan temperatur akibat penguapan, sedangkan pada
mukosa, alkohol akan menyebabkan iritasi dan inflamasi.1
a. Susunan saraf pusat
Alkohol sangat berpengaruh pada SSP dibandingkan pada sistem-sistem lain. Efek
stimulasi alkohol terhadap SSP masih diperdebatkan mungkin stimulasi tersebut
timbul akibat aktivitas berbagai bagian otak yang tidak terkendalikan karena bebas
dari hambatan seagai akibat penekanan mekanisme control penghambat. Alkohol
bersifat anastetik (menekan SSP), sehingga kemmpuan berkonsentrasi, daya ingat,
dan kemampuan mendiskriminasi terganggu adan akhirnya hilang.1
Penggunaan alcohol pada seseorang yang tidak ketergantungan alkohol, tidak minum
obat dan dalam kondisi jasmani yang sehat, alkohol mengurangi risiko untuk
menderita penyakit jantung koroner. Bila alkohol diminum dalam jumlah yang layak,
perubahan-perubahan patologik yang mungkin terjadi masih bersifat revensibel.
Sebaliknya, bila alkohol disalahgunakan, dapat menimbulkan berbagai gangguan
kesehatan fisik seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, termasuk gangguan pada
susunan saraf pusat, serta menimbulkan ketergantungan fisik dengan segala
akibatnya. pada pemakaian alkohol yang lama, teratur, dan dalam jumlah banyak,
dapat timbul ketergantungan, baik fisik maupun psikis.1,3
Toleransi yang terjadi disebabkan meningkatkannya aktivitas MEOS (toleransi
farmakodinamik) dan toleransi behavioral. Pada pemakaian alkohol yang berlebihan
dapat terjadi intoksifikasi alkohol dengan gejala muka merah, gangguan koordinasi
motorik, jalannya tak stabil, bicara cadel, pelo), nistagmus, perubahan pada alam
perasaan, mudah tersinggung, banyak bicara, dan gangguan dalam memusatkan
perhatian. Pada beberapa orang dapat dijumpai intoksikasi idiosinkratik alkohol, yaitu
timbul gejala intoksikasi walaupun ia hanya minum alkohol dalam jumlah yang pada
kebanyakan orang tidak akan menimbulkan intoksikasi.1,3
b. Sistem kardiovaskuler
Alkohol hanya sedikit berpengaruh pada sistem kardiovaskuler. Depresi
kardiovaskuler terjadi pada keracunan akut alkohol yang berat, terutama akibat factor
vasomotor sentral dan depresi pernapasan. Alkohol dalam takaran sedang
menyebabkan vasodilatasi terutama pembuluh darah kulit, sehingga menimbulkan
rasa hangat pada kulit.1
c. Ginjal
Minum alkohol secara akut meningkatkan ekskresi amonium melalui ginjal. Alkohol
sendiri tidak menimbulkan perubahan pada keseimbangan asam dan basa. Pasien yang
mengalami gangguan dalam asidifikasi ginjal akan cenderung mengalami koma
hepatikum. Ini disebabkan karena meningkatnya pembentukan amonia dalam ginjal
dan meningkatnya amonia ke dalam pembuluh darah balik. Asidosis tubulus renalis
terjadi karena kekurangan fosfat, zat putih telur atau karena sirosis hepatis. Alkohol
menyebabkan terjadinya hiperventilasi sehingga bisa terjadi alkalosis respiratorik.
Emesis pada putus alkohol dapat menyebabkan terjadinya alkalosis metabolik dan
hipokalemia.1
Alkohol dapat menyebabkan terjadinya diuresis. Pengaruh alkohol pada manusia
antara lain mengubah respon hipotalamus terhadap perubahan osmolalitas plasma.
Dalam keadaan normal, bila osmolalitas plasma meningkat maka hormon antidiuretik
dalam plasma meningkat pula sehingga mengurangi produksi urine. Kadar alkohol
yang meningkat secara akut akan memperbanyak urine, sedangkan pada waktu putus
alkohol akan bekerja pengaruh antidiuretik. Pada penyalahgunaan alkohol yang kronis
di mana terjadi kerusakan pada hepar dapat terjadi retensi air karena tingginya ADH
(Anti Diuretik Hormon) sehingga terjadi keracunan air.1
d. Pankreas
Penyalahgunaan alkohol baik secara akut maupun kronis dapat menimbulkan
perubahan-perubahan pada struktur dan fungsi pankreas, yaitu perubahan pada
membran sel, meningkatkan fluiditasnya dan mengubah permeabilitasnya terhadap
ion, asam amino, dan senyawa lain yang penting untuk metabolisme sel. Melalui
mekanisme neurohumoral, alkohol mengubah sekresi kelenjar eksokrin pankreas.
Alkohol dapat menyebabkan nekrosis akut, edema akut, pankreatitis akut, kronik
maupun asimtomatik, mungkin melaui aktivasi zimogen yang tidak memadai.1,2
e. Saluran Cerna
Alkohol secara akut mempengaruhi motilitas esofagus, memperruk refluks esofagus
sehingga dapat terjadi pneumonia karena aspirasi. Alkohol merupakan predisposisi
terjadinya sindroma Barrett dan kanker esofagus. Sejauh ini tidak ada bukti bahwa
alkohol mempengaruhi sekresi asam lambung, tetapi alkohol jelas merusak selaput
lendir lambung sehingga dapat menimbulkan gastritis dan pendarahan lambung. Tidak
ada bukti bahwa alkohol menyebabkan ulkus peptikum. Alkohol secara akut maupun
kronis mengubah morfologi dan stuktur intraseluler makanan dengan akibat terjadinya
kondisi kurang gizi. Perubahan intraseluler itu juga dapat menyebabkan diare.
Alkohol mempunyai kaitan dengan insidensi kanker sepanjang saluran pencernaan.1
f. Otot
Miopatia alkoholika akut adalah suatu sindroma nekrosis otot secara tiba-tiba pada
seorang yang secara terus-menerus minum alkohol (binges drinking). Ditandai dengan
adanya rasa nyeri pada otot, mioglobinuria, dan meningkatnya serum kreatin kinase.
Miopatia alkoholika kronis ditandai dengan adanya kelemahan otot-otot proksimal
dan atrofi otot-otot. Miopatia alkoholika ini mungkin disebabkan gangguan
keseimbangan elektrolit, yaitu turunya kadar kalium, turunnya kadar fosfat dalam
darah, serta adanya defisiensi magnesium.3
g. Darah
Alkohol secara langsung merusak sumsum tulang, terutama prekursor eritrosit dan
prekursor leukosit, sehingga menimbulkan anemia dan leukopenia. Pada pemakaian
alkohol yang kronis, anemia disebabkan kurang gizi dan anemia hemolitika yang
terjadi karena kerusakan pada hepar. Alkohol juga secara langsung menghambat
pembentukan trombosit serta mempengaruhi fungsinya sehingga memperpanjang
waktu pendarahan. Hal ini diperhebat apabila ada defisiensi asam folat dan
splenomegalia. Pada pemakaian alkohol yang kronis, defisiensi vitamin K dan faktor
koagulasi terjadi sebagai akibat sirosis hepatis, bukan semata-mata karena alkohol itu
sendiri.1
h. Kelenjar Endokrin
Efek alkohol terhadap kelenjar endokrin yang paling jelas ialah terjadinya
hipogonadisme pada pria. Alkohol melalui pengaruhnya pada testes dan hipotalamus
mengurangi produksi testeron. Feminisasi pada pemakai alkohol kronis disebabkan
hipogonadisme tersebut di atas dan juga karena terganggunya fungsi hepar akibat
alkohol, yaitu terganggunya kemampuan untuk memecah hormon estrogen. Pada
beberapa peminum alkohol kronis dapat dijumpai gejala mirip sindroma Cushing. Hal
tersebut kemungkinan disebabkan efek stimulasi alkohol terhadap sekresi cortisol
pada waktu intoksikasi maupun waktu putus alkohol, yang bekerja melaui ACTH atau
langsung pada kelenjar adrenalis. Aksis hipofisis paling kurang mendapat pengaruh
dari alkohol. Tetapi, pada penyakit hepar karena alkohol, konversi T4 ke T3 menurun,
sedangkan konversi T3 ke T4 meningkat. Thyroid binding protein juga berkurang.
Kedua hal tersebut di atas menyebabkan perubahan pada pemeriksaan darah tetapi
secara klinis tidak sampai menimbulkan hipotiroidisme. Hormon pertumbuhan dan
prolaktin rupanya juga dipengaruhi oleh alkohol tetapi data mengenai hal ini belum
banyak.1
i. Sistem Imunitas
Kemungkinan menderita penyakit infeksi pada peminum alkohol bertambah besar
karena beberapa faktor, antara lain1:
1. Terhalangnya daya tahan mekanik terutama pada sistem pernafasan. Menurunnya
kesadaran, terganggunya penutupan glotis, dan berkurangnya gerakan pernafasan
karena sirosis hepatitis pada peminum alkohol yang kronis merupakan faktor
predisposisi terjadinya pneumonia.
2. Menurunnya daya tahan tubuh karena faktor makanan.
3. Daya tahan tubuh, terganggunya produksi imunoglobulin, dan berkurangnya sintesa
komplemen C. di samping menurunkan imunitas humoral, pemakaian alkohol dalam
jumlah banyak dan lama juga menurunkan imunitas seluler karena terjadinya
leukopenia, menimbulkan cacat pada kemotaksis, menghambat mobilitas daya ikat
leukosit polimorfonuklear, menghambat mitogenesis sel T, menghambat kerja
makrofag alveoler sehingga pulmonary clearance terganggu.
j. Alkohol dan Berbagai Dampak negatif lainnya
Penyakit Machiavava-Bignami
Penyakit Machiavava-Bignami sangat jarang terjadi yaitu adanya demielinisasi pada
korpus kalosum. Pada keadaan ini, dijumpai keterlibatan kedua lobus frontalis dan
disfusi kedua hemisferium serebri. Secara klinis, pasien memperlihatkan gejala
disartria, afasia, gangguan langkah kaki dan gerakan halus, tonus otot meningkat,
perseverasi, inkontinensia urine, timbulnya kembali refleks primitif (menggenggam,
menyedot), kesadaran berkabut, gangguan orientasi, agitasi, halusinasi, dan kadang-
kadang kejang umum. Oleh karena gejala tersebut mirip dengan gejala keracunan
sianida, diperkirakan ada hubungannya dengan intoksikasi endogen karena sianida
yang berasal dari vitamin B12. hal tersebut mungkin disebabkan oleh pengaruh
langsung alkohol, di samping karena faktor makanan.3
Ambliopia Tembakau Alkohol
Ambliopia tembakau-alkohol sering juga disebut sebagai ambliopia nutrisional, dan
merupakan gangguan pada penglihatan yang paling sering dijumpai pada peminum
alkohol. Ditandai dengan adanya penglihatan yang kabur dan redup secara berangsur
dan adanya skotoma sentralis bilateral dan simetris terutama untuk warna merah dan
hijau. Fundi biasanya normal.3
Demensia Alkoholika
Berkurangnya kemampuan kognitif yang difus disebabkan oleh atrofi korteks serebri
akibat penggunaan alkohol yang kronis dan banyak. Pada beberapa peminum alkohol
muda usia, kelainan ini bersifat reversibel bila pemakaian alkohol dihentikan. Pada
suatu penelitian, ditemukan bahwa setiap pasien dengan demensia alkoholika
dijumpai adanya riwayat ensefalopatia Wernick subakut maupun kronis yang tidak
berkembang penuh. Diduga demensia alkoholika disebabkan oleh ensefalopatia
Wernick, akibat toksik alkohol itu sendiri, dan neuron yang kekurangan zat gizi.2
Stroke dan Alkohol
Minum alkohol secara berlebihan dapat meningkatkan risiko mendapat serangan
stroke (3 kali lebih besar) terutama pada anak muda. Beberapa faktor yang perlu
dipertimbangkan sebagai penyebab ialah rebound thrombocytosis, perubahan
otoregulasi aliran darah ke otak, aritmia kordis, hipertensi, dan hiperlipidemia.1
Hipotermia pada Peminum Alkohol
Penyalahgunaan alkohol merupakan penyebab yang paling umum dari accidental
hypothermia. Suhu badan peminum turun bersamaan dengan turunnya kesadaran. Di
samping itu, pupil mengalami miosis dan reaksinya melambat, refleks tendo
berkurang, sedangkan tonus otot meningkat. Mortalitas accidental hypothermia
sebesar 30-80% disebabkan efek vasodilatasi dan depresi pernafasan.1
Status Epileptikus
Putus alkohol, trauma kapitis, dan gangguan metabolisme adalah faktor-faktor utama
yang bertanggung jawab terhadap terjadinya status epileptikus pada pasien
onepileptik.1
Fetal Alcohol Syndrome (FAS)
Minum alkohol dalam jumlah banyak pada waktu hamil dapat menimbulkan kelainan
pada janin. Pengaruh tadi beraneka ragam bergantung pada banyaknya dan waktu
minuman beralkohol itu dikonsumsi. Diperkirakan efek tersebut pada muka berupa
fisura palpebra yang pendek, bibir atas yang hipoplastik dengan vermilion yang tipis,
filtrum yang berkurang atau menghilang, gagguan pertumbuhan, defek pada jantung
dan tulang.1
Pengaruh Alkohol terhadap Peri Laku Seksual
Dalam jumlah sedikit alkohol dapat meningkatkan secara tidak langsung kemampuan
seksual seseorang karena efek alkohol yang menekan pusat inhibsi (pengendalian
diri). Walaupun demikian, harus diingat bahwa efek alkohol terhadap perilaku seksual
tidak hanya ditentukan oleh jumlah alkohol yang dikonsumsi tetapi juga oleh kondisi
mental dan emosional si pemakai, kondisi fisik, serta suasana dan harapan si pemakai
alkohol. Dalam jumlah banyak, alkohol justru menghambat perilaku seksual. Pada
peminum alkohol kronis dalam jumlah berlebihan dapat terjadi efek merugikan fungsi
seksual dirinya sendiri, mitra perkawinannya, maupun keturunannya. Alkohol sering
disalahgunakan dalam kejahatan nonseksual maupun kejahatan seksual seperti
perkosaan dan insest.1
Alkohol dan Kriminalitas
Menurut penelitian di Amerika Serikat terhadap para narapidana, 80% daripadanya
melakukan kejahatan di bawah pengaruh alkohol. Ini disebabkan alkohol mempunyai
sifat menekan pusat pengendalian diri yang terdapat pada korteks serebri. Dengan
demikian, yang bersangkutan menjadi lebih berani dan agresif. Walaupun demikian,
jahat tidaknya seseorang tidak hanya ditemukan oleh konsumsi alkohol tetapi juga
faktor kepribadian dan lingkungan.1
Alkohol dan Keselamatan Lalu Lintas
Mengendarai kendaraan bermotor atau menjalankan mesin setelah minum alkohol
dapat membahayakan diri sendiri maupun orang lain, karena kecermatan penglihatan
seseorang berkurang apabila ia minum alkohol. Juga kemampuan membedakan warna
terganggu, misalnya membedakan warna lampu lalu lintas merah atau hijau yang
sedang menyala. Koordinasi motorik juga terganggu oleh alkohol sehingga
keterampilan memegang kemudi, menginjak rem, kopling, dan menggerakkan
perseneling terganggu. Karena hambatan pada pusat inhibisi oleh alkkohol, orang
menjadi lebih berani dan nekat.akhirnya perlu disebutkan di sini bahwa alkohol
memperlambat waktu reaksi terhadap rangsang cahaya maupun suara.1
Oleh karena bahaya-bahaya tersebut di atas, maka ada ketentuan bagi pengendara
kendaraan bermotor agar pada waktu mengemudi kadar alkohol dalam darah tidak
lebih tinggi daripada batas maksimal yang diperbolehkan. Batas kadar alkohol
tertinggi dalam darah yang masih diperbolehkan tidak sama untuk setiap negara,
tetapi umumnya berkisar antara 0,05 – 0,08% Minuman keras memiliki kadar alkohol
yang berbeda-beda. Untuk meminumnyapun biasanya dipakai gelas model tertentu.
Begitu pula bentuk dan besar botol kemasnya berbeda-beda. 1 standar Unit minuman
beralkohol adalah ekivalen dengan 1 cc (= 10 gram alkohol absolut). Itu kira-kira
sama dengan 1/2 pint bir = 1 tot spiris = 1 gelas sherry = 1 gelas anggur. 1 botol
anggur kurang lebih sama banyak dengan 7 gelas anggur. 1 botol sherry kira-kira
sama banyak dengan 12 gelas sherry dan 1 botol spiris sama dengan 28 tot spiris.
Minum alkohol sampai batas 30 gram alkohol sehari akan melindungi terhadap infark
jantung. Royal College of Psychiatriss menentukan batas 60-80 gram alkohol sehari
tidak membahayakan kesehatan.1
Keracunan Alkohol
a. Definisi
Seseorang dikatakan mengalami keracunan alcohol apabila jumlah alcohol yang
dikonsumsi melebihi toleransi individu dan menimbulkan gangguan fisik dan mental.
Takaran alkohol untuk menimbulkan gejala keracunan bervariasi begantung dari
kebiasaan minum dan sensitifitas genetic perorangan. Umumnya 35 gram alkohol
menyebabkan penurunan kemapuan untuk menduga jarak dan kecepatan serta
menimbulkan euphoria.4 Alkohol sebanyak 75-80 gram akan menimbulkan gejala
keracunan akut dan 250-500 gram alkohol dapat merupakan takaran fatal. Sebagai
gambaran dapat dikemukan di sini kadar alkohol darah dari konsumsi 35 gram
alkohol dengan menggunakan rumus sebagai berikut1:
a = c x p x r
a = jumlah alkohol yang diminum
c = kadar alkohol darah (mg%)
p = berat badan (kg)
r = konstanta (0,007)
b. Tanda dan gejala keracunan
Pada kadar yang rendah (10-20 mg%) sudah menimbulkan gangguan berupa
penurunan keterampilan tangan dan perubahan tulisan tangan. Pada kadar 30-40 mg%
telah timbul penyempitan lapangan pandang, dan penurunan ketajaman penglihatan.
Sedangkan pada kadar ± 80 mg% telah terjadi gangguan penglihatan tiga demensi dan
gangguan pendengaran, selain itu tampak pula gangguan pada kehidupan psikis, yaitu
penurunan kemampuan memusatkan perhatian, konsentrasi, asosiasi dan analisa.1,3
Ketermpilan mengemudi mulai menurun pada kadar alkohol darah 30-50 mg% dan
lebih jelas lagi pada kadar 150 mg%. alkohol dengan kadar dalam darah 200 mg%
menimbulkan gejala banyak bicara, refleks menurun. Inkoordinasi otot-otot kecil,
kadang-kadang nistagmus dan sering terdapat pelebaran pembuluh darah kulit. Dalam
kadar 250-300 mg% menimbulkan gejala penglihatan kabur, tidak dapat mengenali
warna, konjungtiva merah, dilatasi pupil (jarang konstriksi, diplopia, sukar
memusatkan pandangan/penglihatan dan nistagmus. Bila kadar dalam darah dan otak
semakin meningkat akan timbul pembicaraan kacau, tremor tangan dan bibir,
keterampilan menurun, inkoordinasi otot dan tonus otot muka menghilang. Dalam
kadar 400-500 mg% aktifitas motorik hilang sama sekali., timbul stupor atau koma,
pernapasan perlahan dan dangkal, suhu tubuh menurun.3
Tabel 1. Efek Depresesan Alkohol pada sistem saraf pusat3
Tingkat Keracunan Konsentrasi Alkohol (mg/100ml) Gejala klinis
Sobriety 10-50 Umumnya tidak menimbulkan efek, mungkin menimbulkan efek
relaks
Euphoria 30-120 • Eupforia ringan disertai banyak bicara
• Meningkatnya kepercayaan diri
• Kegagalan melakukan aktivitas motorik terampil.
Excitement 90-200 • Instabilitas emosi
• Hilangnya persepsi sensai
• Kegagalan mengingat secara komprehensif
• Inkoordinasi dan kehilangan keseimbangan
Drunkness 150-300 • Disorientasi, bingung
• Gangguan penglihatan, seperti diplopia
• Berkurangnya sensai nyeri
• Sempoyongan
• Bicara kacau
Stupor 250-400 • Paralisis umum
• Berkurangnya respon terhadap stimulus
• Tidak mampu berdiri tegak
• Muntah, inkontinensia urin dan alvi
Coma 350-500 • Coma dan anestesi
• Reflex terhambat/(-)
• Depresi system kardiovaskuler dan respirasi
• Mungkin dapat terjadi kematian
Death >450 • Kematian akibat depresi system pernapasan
Kriteria diagnosis keracunan alkohol menurut DSM-IV2,3:
• Perubahan perilaku atau psikologis yang tidak semestinya dan signifikan karena
mencerna alkohol
• Terdapat satu atau lebih dari tanda tanda, cara bicara yang seperti tertelan,
koordinasi yang terganggu, cara berjalan yang sempoyongan, nystagmus, hambatan
dalam perhatian dan ingatan, stupor atau koma.
2.5 Keracunan Kronik Alkohol
a. Saluran pernapasan
Alkohol takaran tinggi dalam waktu lama akan menimbulkan kelainan pada selaput
lendir mulut, kerongkongan dan lambung berupa gastritis kronis dengan aklohidria,
gastritis erosive hemoragik akut serta pengkreatitis hemoragik dan dapat pula terjadi
malabsorpsi. Timbulnya tumor ganas di mulut dan kerongkongan dihubungkan
dengan iritasi kronik pada pencandu alkohol.1,3
b. Hati
Terjadi penimbunan lemak dalam sel hati, kadar SGOT, trigliserida, dan asam urat
meningkat. Hepatitis pada alkoholisme dapat menyebabkan hepatitis alkoholik yang
kemudian dapat berkembang menjadi sirosis dan hepatoma.1
c. Jantung
Dapat terjadi kardiomiopati alkoholik dengan payah jantung kiri atau kanan dengan
distensi pembuluh balik leher nadi lemah dan edema perifer. Bila korban meninggal
pada jantung mungkin dijumpai hipertrofi kedua ventrikel, fibrosis endokard, dengan
tanda trombi mural pada otot jantung. Pada pemeriksaan histologi akan dijumpai
fibrosis interstitial, hipertropi, vakuolisasi, dan edema serat-serat otot jantung.1
d. Sistem musculoskeletal
Dapat ditemukan miopati alkoholik. Pada pemeriksaan histopatologi dijumpai atropi
serat dan perlemakan jaringan otot.1
e. Sistem saraf
Dapat terjadi polyneuritis atau neuropati perifer akibat degenerasi serabut saraf dan
myelin. Selain itu mungkin pula tejadi sindroma Marchiavafa Bignami dengan
kerusakan terutama pada korpus kalosum, komisura anterior, traktus optikus, masa
putih subkortikal dan pedunkulus serebeli. Pada alkoholisme akroik sering terjadi
gangguan nutrisi akibat kebiasaan makanan yang kurang baik, sehingga timbul
kelainan dengan gejala-gejala seperti defisiensi vitamin B1 (beri-beri), asam nikotinat,
riboflavin, vitamin B
Sebab dan Mekanisme Kematian
Mekanisme kematian pada alkoholisme kronik terutama akibat gagal hati dan rupture
varises esophagus akibat hipertensi portal. Selain itu dapat disebabkan secara
sekunder oleh pneumonia dan tuberkulosa. Peminum alkohol sering terjatuh dalam
keadaan mabuk dan meninggal pada autopsi dapat ditemukan memar korteks serebri,
hematoma subdural akut atau kronik. Depresi pusat pernapasan terjadi pada kadar
alkohol dalam darah 450 mg%. pada kadar 500-600 mg% dalam darah penderita
biasanya meninggal dalam 1-4 jam, setelah koma selama 10-16 jam.1,3
Pemeriksaan Kedokteran Forensik
Pada orang hidup bau alkohol yang keluar dari udara pernapasan merupakan petunjuk
awal. Petunjuk ini harus dibuktikan dengan pemeriksaan kadar alkohol darah, baik
melalui pemeriksaan udara pernapasan atau urin , maupun langsung dari darah vena.
Kelainan yang ditemukan pada korban mati tidak khas, mungkin ditemukan gejala-
gejala yang sesuai dengan asfiksia. Seluruh organ menunjukkan tanda pembendungan,
darah lebih encer, dan berwarna merah gelap. Mukosa lambung menunjukkan tanda
pembendungan, kemerahan, dan tanda inflamasi, tetapi tidak ditemukan kelainan.1
Organ-organ termasuk otak dan darah berbau alkohol. Pada pemeriksaan
histopatologik dapat dijumpai edema dan pelebaran pembuluh darah otak dan selaput
otak, degenerasi hidropik, pada bagian parenkim organ dan inflamasi mukosa saluran
cerna.1
Laboratorium
Bau alkohol bukan merupakan diagnosis pasti keracunan. Diagnosis pasti hanya dapat
ditegakkan dengan pemeriksaan kuntitatif kadar alkohol darah. Kadar alkohol udara
ekspirasi dan urin dapat dipaki sebagai pilihan kedua. Untuk korban meninggal,
sebagai pilihan kedua dapat diperiksa kadar alkohol dalam otak, hati, atau organ lain
atau cairan tubuh lain seperti cairan serebrospinal.1
Salah satu cara penentuan semikuantitatif kadar alkohol dalam darah atau urin yang
cukup sederhana adalah Teknik Modifikasi Mikrodifusi (Conway).1