alas purwo

Upload: adi-hardianto

Post on 18-Jul-2015

231 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

A. Latar Belakang Hutan Konservasi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan alam dan satwa liar serta ekosistemnya, disamping menghasilkan jasa lingkungan dan obyek wista alam. Taman Nasional Alas Purwo merupakan suatu kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. Taman Nsional Alas Purwo merupakan salah satu contoh Taman Nasional Model di Indonesia. Taman Nasional Model itu sendiri dimaksudkan sebagai suatu kawasan konservasi yang dikelola secara idel sesuai potensi yang dimilikinya, sehingga kawasan ini mampu berfungsi secara optimal sebagai sistem penyangga kehidupan. Taman Nasional Alas Purwo yang akrab dikenal sebagai Semenanjung Blambangan, merupakan salah satu kawasan pelestarian alam di Indonesia. Penunjukan Alas Purwo sebagai Taman Nasional berdasarkan surat keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 283/Kpts-II/1992 tanggal 26 Pebruari 1992 seluas 43.420 ha. Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutann No.P.03/Menhut-II/2007 tanggal 01 Pebruari 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional, Balai Taman Nasional Alas Purwo terdiri dari 2 (dua) Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah yaitu Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I Tegaldlimo dan Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Muncar. Sebagai Upaya penyebarluasan data, Informasi potensi dan Upaya peningkatan pelaksanaan tugas pokok dan Fungsi Balai Taman Nasional alas Purwo dalam bidang pelayanan informasi pada masyarakat, maka disusunlah suatu penyajian data statistik yang akurat dari tahun ke tahun

B. Keadaan Umum TN Alas Purwo Secara Administratif Pemerintahan Taman Nasional (TN) Alas Purwo terletak di Kecamatan Tegaldlimo dan Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi. Secara geografis terletak di ujung Timur Pulau Jawa wilayah pantai Selatan antara 8 26' 45 - 8 47' 00 LS dan 114 20 16 - 114 36 00 BT. Alas Purwo ditunjuk sebagai Taman Nasional berdasarkan Keputusan

Menteri Kehutanan No. 283/Kpts-II/1992 tanggal 26 Pebruari 1992 dengan luas 43.420 Ha yang terdiri dari beberapa zonasi, yaitu : 1. Zona Inti (Sanctuary zone) seluas 17.200 Ha. 2. Zona Rimba (Wilderness zone) seluas 24.767 Ha. 3. Zona Pemanfaatan (Intensive use zone) seluas 250 Ha. 4. Zona Penyangga (Buffer zone) seluas 1.203 Ha Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Nomor : 26/Kpts/IV-KK/2007 tanggal 19 Pebruari 2007 tentang Revisi Zonasi Taman Nasional Alas Purwo, terbagi atas : 1. Zona Inti, seluas 2. Zona Rimba, seluas 3. Zona Rehabilitasi, seluas 4. Zona Pemanfaatan, seluas : 5. Zona Tradisional, seluas : : : : 17.150 ha, 24.207 ha, 620 ha, 660 ha. 783 ha.

(http://www.dephut.go.id/INFORMASI/TN%20INDO-ENGLISH/tn_alaspurwo.htm di unduh pada tanggal 14-03-2012 puku18:19:02 WIB) Kawasan Taman Nasional Alas Purwo dibatasi oleh Selat Bali dan Samudera Indonesia di sebelah timur, Teluk Grajagan, Kawasan Hutan Produksi Perhutani KPH Banyuwangi Selatan, sungai Bango, dan Sungai Wergul di sebelah Barat. Di sebelah utara berturut-turut dibatasi oleh Teluk Pang-pang dan Selat Bali serta berbatasan langsung dengan desa Sumberberas, Kedungrejo, Kedungasri, Purwoasri, Purwoharjo, Grajagan, dan Seneporejo, sedangkan bagian selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia. Geografi kawasan Taman Nasional Alas Purwo terdiri dari daerah pantai (perairan, daratan dan rawa), daerah daratan hingga daerah perbukitan dan pegunungan, dengan ketinggian mulai dari 0 322 m dpl. Dengan puncak tertinggi Gunung Lingga Manis (322 mdpl). Daerah pantai di Taman Nasional Alas Purwo melingkar mulai dari Segara Anak (Grajagan) sampai daerah

Muncar dengan panjang garis pantai sekitar 105 Km. Kelerengan kawasan mulai daerah datar (08%) seluas 10.554 ha, landai (8-15%) seluas 19.474 ha, agak curam (15-25%) seluas 11.091 ha, serta curam (25-40%) seluas 2.301 ha. Formasi geologi pembentuk kawasan Taman Nasional Alas Purwo berumur Meosen atas, terdiri dari batuan berkapur dan batuan berasam. Pada batuan berkapur terjadi proses karstifikasi yang tidak sempurna, karena faktor iklim yang kurang mendukung (relatif kering), serta batuan kapur yang diperkirakan terintrusi oleh batuan lain. Di kawasan Taman Nasional Alas Purwo terdapat banyak gua, dan menurut hasil inventarisasi, di Taman Nasional Alas Purwo terdapat 44 buah gua. Diantara gua-gua tersebut yang selama ini banyak dikunjungi adalah Gua Istana, Gua Padepokan dan Gua Basori. Jenis tanah di kawasan Taman Nasional Alas Purwo terdiri atas 4 (empat) kelompok, yaitu (1) tanah komplek Mediteran Merah-Litosol seluas 2.106 ha, (2) tanah Regosol Kelabu seluas 6.238 ha, (3) tanah Grumosol Kelabu seluas 379 ha, dan (4) tanah Aluvial Hidromorf seluas 34.697 ha. Kisaran penyinaran matahari bulanan di Banyuwangi dan sekitarnya adalah 52% (bulan Januari) hingga 89% (bulan September), dengan rata-rata sebesar 75%. Suhu udara maksimum bulanan di Banyuwangi antara 31,2oC 34,5oC dan suhu udara minimumnya antara 20,7oC 22,5oC, sedangkan suhu udara rata-rata bulanan berkisar antara 25,9oC 28,2oC. Fluktuasi kelembaban udara juga tergolong kecil, yaitu berkisar antara 75% - 81%. Arah angin terbanyak yang bertiup di daerah Banyuwangi adalah arah Selatan dengan kecepatan antara 2,3 4,2 knot.

(http://tnalaspurwo.org/index.php/webpage/detail/0/62 di unduh pada tanggal 14-03-2012 puku17:06:13 WIB) Tumbuhan khas dan endemik pada taman nasional ini yaitu sawo kecik (Manilkara kauki) dan bambu manggong (Gigantochloa manggong). Tumbuhan lainnya adalah ketapang (Terminalia cattapa), nyamplung (Calophyllum inophyllum), kepuh (Sterculia foetida), keben (Barringtonia asiatica), dan 13 jenis bambu. Taman Nasional Alas Purwo merupakan habitat dari beberapa satwa liar seperti lutung budeng (Trachypithecus auratus auratus), banteng (Bos javanicus javanicus), ajag (Cuon alpinus javanicus), burung merak (Pavo muticus), ayam hutan (Gallus gallus), rusa (Cervus timorensis russa), macan tutul (Panthera pardus melas), dan kucing bakau (Prionailurus bengalensis javanensis). Satwa langka dan dilindungi seperti penyu lekang (Lepidochelys olivacea), penyu belimbing (Dermochelys coriacea), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), dan penyu hijau

(Chelonia mydas) biasanya sering mendarat di pantai Selatan taman nasional ini pada bulan Januari s/d September. Pada periode bulan Oktober-Desember di Segoro Anakan dapat dilihat sekitar 16 jenis burung migran dari Australia diantaranya cekakak suci (Halcyon chloris/ Todirhampus sanctus), burung kirik-kirik laut (Merops philippinus), trinil pantai (Actitis hypoleucos), dan trinil semak (Tringa glareola). Plengkung yang berada di sebelah Selatan Taman Nasional Alas Purwo telah dikenal oleh para perselancar tingkat dunia dengan sebutan G-Land. Sebutan G-land dapat diartikan, karena letak olahraga selancar air tersebut berada di Teluk Grajagan yang menyerupai huruf G. Ataupun letak Plengkung berada tidak jauh dari hamparan hutan hujan tropis yang terlihat selalu hijau (green-land). Plengkung termasuk empat lokasi terbaik di dunia untuk kegiatan berselancar dan dapat disejajarkan dengan lokasi surfing di Hawai, Australia, dan Afrika Selatan. Menyelusuri pantai pasir putih dari Trianggulasi ke Plengkung akan menemukan daerah pasir gotri. Pasir tersebut bewarna kuning, berbentuk bulat dan berdiameter sekitar 2,5 mm. Masyarakat sekitar taman nasional sarat dan kental dengan warna budaya Blambangan. Mereka sangat percaya bahwa Taman Nasional Alas Purwo merupakan tempat pemberhentian terakhir rakyat Majapahit yang menghindar dari serbuan kerajaan Mataram, dan meyakini bahwa di hutan taman nasional masih tersimpan Keris Pusaka Sumelang Gandring. (http://www.dephut.go.id/INFORMASI/TN%20INDO-ENGLISH/tn_alaspurwo.htm di unduh pada tanggal 14-03-2012 puku17:10:09 WIB). Serangga (disebut pula Insecta, dibaca "insekta") adalah kelompok utama dari hewan beruas (Arthropoda) yang bertungkai enam (tiga pasang); karena itulah mereka disebut pula Hexapoda (dari bahasa Yunani yang berarti "berkaki enam"). Kajian mengenai peri kehidupan serangga disebut entomologi. Serangga termasuk dalam kelas insekta (subfilum Uniramia) yang dibagi lagi menjadi 29 ordo, antara lain Diptera (misalnya lalat), Coleoptera (misalnya kumbang), Hymenoptera (misalnya semut, lebah, dan tabuhan), dan Lepidoptera (misalnya kupukupu dan ngengat. Kelompok Apterigota terdiri dari 4 ordo karena semua serangga dewasanya tidak memiliki sayap, dan 25 ordo lainnya termasuk dalam kelompok Pterigota karena memiliki

sayap. Serangga merupakan hewan beruas dengan tingkat adaptasi yang sangat tinggi. Ukuran serangga relatif kecil dan pertama kali sukses berkolonisasi di bumi. Kumbang adalah salah satu binatang yang memiliki penampilan seperti kebanyakan spesies serangga. Ordo Coleoptera, yang berarti "sayap berlapis", dan berisi spesies yang sering dilukiskan di dalamnya dibanding dalam beberapa ordo lain dalam kerajaan binatang. Empat puluh persen dari seluruh spesies serangga adalah kumbang (sekitar 350,000 spesies), dan spesies baru masih sering ditemukan. Perkiraan memperkirkan total jumlah spesies, yang diuraikan dan tidak diuraikan, antara 5 dan 8 juta. Kumbang dapat ditemukan hampir di semua habitat, namun tidak diketahui terjadi di lautan atau di daerah kutub. Interaksi mereka dengan ekosistem mereka dilakukan dengan berbagai cara. Mereka sering makan pada tumbuhan dan jamur, merusak pertahanan binatang dan tumbuhan, dan memangsan invertebrata lain. Beberapa spesies dimangsa berbagai binatang seperti burung dan mamalia. Jenis tertentu merupakan hama agrikultur, seperti Kumbang kentang Colorado Leptinotarsa decemlineata, Kumbang tanaman kapas Anthonomus grandis, kumbang tepung merah Tribolium castaneum, dan kumbang mungbean atau cowpea Callosobruchus maculatus, spesies kumbang lainnya adalah kotrol penting hama agrikultur. Seperti contoh, coccinellidae (ladybirds atau "kumbang tutul") yang mengonsumsi aphid, hama pohon, thrips, dan serangga penghisap tanaman lainnya yang menyebabkan kerusakan panen tanaman. (http://id.wikipedia.org/wiki/Kumbang di unduh pada tanggal 14-03-2012

puku17:16:34 WIB)