akuntansi lks

58
1 DASAR-DASAR GAGASAN AKUNTANSI ISLAM Sejak awal, Islam telah menanamkan ajaran accountable, transparency, dan responsible bagi setiap pelaku bisnis, baik dalam bentuk perorangan maupun lembaga. Dasar utamanya QS. Al-Baqarah: 282. DSN (Dewan Syariah Nasional) berada di bawah naungan MUI sejak 1999, mulai bergema secara nasional dan mewadahi seluruh kebutuhan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) terhadap bimbingan fatwa. Tugas DSN-MUI: - Mempublikasikan penerapan ekonomi Islam kepada masyarakat melalui fatwa-fatwanya sebagai pedoman pelaksanaan bagi para pelaku ekonomi Islam, serta - Mengawasi produk-produk LKS agar sesuai dengan syariah Islam. Untuk keperluan pengawasan tersebut, DSN membuat garis panduan syariah yang bersumber dari hukum-hukum Islam yang menjadi dasar dalam pengawasan dan pengembangan produk-produk yang akan dikeluarkan oleh DSN. DSN-MUI bekerjasama dengan BI (Bank Indonesia) dan Departemen Keuangan sebagai lembaga yang memiliki otoritas dalam hal yang terkait dengan kebijakan keuangan di Indonesia. Hal utama yang mendasari kehadiran sistem ekonomi syariah di Indonesia menjadi salah satu solusi pembangunan bangsa dan negara karena tuntutan atas kesadaran umat Islam terhadap ajaran agamanya, yang notabene menjadi bangsa muslim terbesar dengan jumlah penduduknya mayoritas beragama Islam, sehingga tuntutan penerapan sistem ekonomi Islam tidak bisa terelakkan lagi. Secara etimologi (lughawi), kata “akuntansi” berasal dari bahasa Inggris accounting, dalam bahasa Arabnya disebut “muhasabah”, yang berasal dari kata hasaba, hasibah, muhasabah, atau hasaba, hisban, hisabah menimbang, memperhitungkan, mengkalkulasi, mendata, atau menghisab. Yakni menghitung dengan seksama atau teliti yang harus dicatat dalam pembukuan tertentu. Kata “hisab” banyak ditemukan dalam Al-Qur’an dengan pengertian yang hampir sama, yaitu berujung pada jumlah atau angka, seperti firman Allah: 1. QS. Al-Isra’: 12. “…bilangan tahun-tahun dan perhitungan…” 2. QS. Al-Thalaq:8. “…maka Kami hisab penduduk negeri itu dengan hisab yang keras…” 3. QS. Al-Insyiqaq:8. “Maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah.” Kata hisab dalam ayat-ayat tersebut menunjukkan pada bilangan atau perhitungan yang ketat, teliti, akurat, dan accountable. Oleh karena itu, akuntansi adalah mengetahui sesuatu dalam keadaan cukup, tidak kurang, dan tidak pula lebih. Pengertian akuntansi secara terminology (ishtilaahii): a. Menurut buku A Statement of Basic Accounting Theories

Upload: ilhamlahajji

Post on 22-Oct-2015

112 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

understanding of accounting within free details of work and information inside

TRANSCRIPT

Page 1: Akuntansi Lks

1

DASAR-DASAR GAGASAN AKUNTANSI ISLAM

Sejak awal, Islam telah menanamkan ajaran accountable, transparency, dan responsible bagi setiap

pelaku bisnis, baik dalam bentuk perorangan maupun lembaga. Dasar utamanya QS. Al-Baqarah: 282.

DSN (Dewan Syariah Nasional) berada di bawah naungan MUI sejak 1999, mulai bergema secara nasional

dan mewadahi seluruh kebutuhan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) terhadap bimbingan fatwa.

Tugas DSN-MUI:

- Mempublikasikan penerapan ekonomi Islam kepada masyarakat melalui fatwa-fatwanya sebagai

pedoman pelaksanaan bagi para pelaku ekonomi Islam, serta

- Mengawasi produk-produk LKS agar sesuai dengan syariah Islam.

Untuk keperluan pengawasan tersebut, DSN membuat garis panduan syariah yang bersumber dari

hukum-hukum Islam yang menjadi dasar dalam pengawasan dan pengembangan produk-produk yang akan

dikeluarkan oleh DSN.

DSN-MUI bekerjasama dengan BI (Bank Indonesia) dan Departemen Keuangan sebagai lembaga yang

memiliki otoritas dalam hal yang terkait dengan kebijakan keuangan di Indonesia.

Hal utama yang mendasari kehadiran sistem ekonomi syariah di Indonesia menjadi salah satu solusi

pembangunan bangsa dan negara karena tuntutan atas kesadaran umat Islam terhadap ajaran agamanya, yang

notabene menjadi bangsa muslim terbesar dengan jumlah penduduknya mayoritas beragama Islam, sehingga

tuntutan penerapan sistem ekonomi Islam tidak bisa terelakkan lagi.

Secara etimologi (lughawi), kata “akuntansi” berasal dari bahasa Inggris accounting, dalam bahasa

Arabnya disebut “muhasabah”, yang berasal dari kata hasaba, hasibah, muhasabah, atau hasaba, hisban, hisabah

� menimbang, memperhitungkan, mengkalkulasi, mendata, atau menghisab.

Yakni menghitung dengan seksama atau teliti yang harus dicatat dalam pembukuan tertentu.

Kata “hisab” banyak ditemukan dalam Al-Qur’an dengan pengertian yang hampir sama, yaitu berujung

pada jumlah atau angka, seperti firman Allah:

1. QS. Al-Isra’: 12. “…bilangan tahun-tahun dan perhitungan…”

2. QS. Al-Thalaq:8. “…maka Kami hisab penduduk negeri itu dengan hisab yang keras…”

3. QS. Al-Insyiqaq:8. “Maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah.”

Kata hisab dalam ayat-ayat tersebut menunjukkan pada bilangan atau perhitungan yang ketat, teliti,

akurat, dan accountable.

Oleh karena itu, akuntansi adalah mengetahui sesuatu dalam keadaan cukup, tidak kurang, dan tidak pula

lebih.

Pengertian akuntansi secara terminology (ishtilaahii):

a. Menurut buku A Statement of Basic Accounting Theories

Page 2: Akuntansi Lks

2

Akuntansi adalah proses mengidentifikasi, mengukur, dan menyampaikan informasi ekonomi sebagai

bahan informasi dalam hal pertimbangan dalam mengambil kesimpulan oleh para pemakainya.

b. American Institute of Certified Public Accountant (AICPA)

Akuntansi sebagai seni pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisaran dengan cara tertentu dan dalam

ukuran moneter, transaksi, dan kejadian-kejadian yang umumnya bersifat keuangan dan termasuk

menafsirkan hasil-hasilnya.

c. Accounting Principles Board (APB)

Akuntansi adalah suatu kegiatan jasa yang fungsinya memberikan informasi kuantitatif, umumnya dalam

ukuran uang, mengenai suatu badan ekonomi yang dimaksudkan untuk digunakan dalam memilih

diantara beberapa alternatif.

Dapat disimpulkan bahwa Akuntansi Syariah � suatu kegiatan identifikasi, klarifikasi, pendataan, dan

pelaporan melalui proses perhitungan yang terkait dengan transaksi keuangan sebagai bahan informasi dalam

mengambil keputusan ekonomi berdasarkan prinsip akad-akad syariah, yaitu tidak mengandung zhulum

(kezaliman), riba, maysir (judi), gharar (penipuan), barang yang diharamkan dan membahayakan.

Dengan demikian, keberadaan akuntansi dalam setiap lembaga, khususnya lembaga keuangan sangatlah

penting, karena melalui jasa akuntansi kita:

- Dapat menentukan hak dan kewajiban pihak-pihak terkait

- Dapat menyediakan informasi keuangan yang akurat dan bermanfaat dalam mengambil keputusan, serta

dapat

- Meningkatkan kepatutan dalam semua transaksi dan kegiatan usaha lainnya.

Dalam kaitannya dengan syariah, maka seorang akuntan harus memiliki sekurang-kurangnya empat (4)

dasar dalam melakukan perhitungan-perhitungan, yakni kejujuran, keadilan, kebijakan, dan kepatuhan terhadap

nilai-nilai syariah yang berimplikasi pada sebuah tanggung jawab, bukan hanya pada atasan dan masyarakat yang

terkait tetapi ganjaran Allah SWT, yang mengandung konsekuensi pertanggungjawaban dunia dan akhirat.

Oleh karena itu, prinsip-prinsip yang dibangun dalam akuntansi syariah adalah:

1) Amanah, dalam melakukan perhitungan dan neraca keuangan, serta informasi dan keterangan yang

diungkapkannya.

2) Mishdaqiah, yaitu sesuai dengan realitas. Dalam memberikan informasi neraca keuangan haruslah valid,

benar, dan sesuai dengan realita yang ada.

3) Diqqah, yaitu cermat dan sempurna.

4) Tauqit, yaitu penjadwalan yang tepat. Yaitu bekerja secara efektif dan efisien sesuai dengan batas waktu

yang telah ditetapkan.

5) Adil dan netral, yaitu dalam menyiapkan laporan keuangan haruslah bersikap adil tanpa tertekan karena

atas prinsip kebenaran, kejujuran, dan kemaslahatan.

6) Tibyan, yaitu transparansi dalam penyajian data-data yang jelas dan akurat.

Hal inilah yang membedakan penerapan sistem ekonomi syariah dengan sistem yang dibangun oleh ekonomi

konvensional.

Page 3: Akuntansi Lks

3

Tujuan terpenting akuntansi menurut Islam:

a) Hifzul Amwal (memelihara uang)

Menjelaskan peranan akuntansi (pencatatan), yang tidak hanya memelihara harta, tetapi juga meneliti

dan merinci pendapatan, serta meredam konflik dan kezaliman.

b) Eksistensi al-Kitabah (pencatatan) ketika ada perselisihan

Kesaksian yang ada berupa kertas catatan atau pembukuan kontrak akan lebih kuat dan dipercaya.

c) Dapat membantu dalam mengambil keputusan

d) Menentukan hasil-hasil usaha yang akan dizakatkan

Dapat mengukur standard dan jumlah zakat hartanya. Sebaiknya alokasikan laba untuk membayar hutang

dahulu, barulah menzakati sisanya.

e) Menentukan dan menghitung hak-hak kawan yang berserikat

Hak-hak mitra bisnis, harta/uang, keuntungan-keuntungan, dalam keadaan bergabung ataupun terpisah.

f) Menentukan imbalan, balasan, atau sanksi

PSAK 59 � PAPSI 2003 � PSAK 100-106

Page 4: Akuntansi Lks

4

SEJARAH DAN PEMIKIRAN AKUNTANSI SYARIAH

Sejarah dan pemikiran akuntansi syariah tidak dapat dilepaskan dari perkembangan perekonomian Islam

termasuk nilai-nilai yang sesuai dengan Islam. Sedangkan di sisi lain akuntansi syariah sebagai cabang dari ilmu

akuntansi yang merupakan ilmu pengetahuan tentu harus melampaui proses dan tahapan tertentu. Akuntansi

syariah pada dasarnya merupakan bentuk aplikasi dari nilai-nilai Islam sebagai suatu agama yang tidak hanya

mengatur masalah keimanan tetapi juga mengatur masalah kehidupan sehari-hari.

Perkembangan Awal Akuntansi

Pada awalnya akuntansi merupakan bagian dari ilmu pasti, yaitu bagian dari ilmu pengetahuan yang

berhubungan dengan masalah hukum alam dan perhitungan yang bersifat memiliki kebenaran absolute. Sebagai

bagian dari ilmu pasti yang perkembangannya bersifat akumulatif, maka setiap penemuan metode baru dalam

akuntansi akan menambah dan memperkaya ilmu akuntansi tersebut. Bahkan pemikir akuntansi pada awal

perkembangannya merupakan seorang ahli matematika seperti Luca Paciolli dan Al-Khawarizmy.

Penemuan metode baru dalam akuntansi senantiasa mengalami penyesuaian dengan kondisi setempat,

sehingga dalam perkembangan selanjutnya, ilmu akuntansi lebih cenderung menjadi bagian dari ilmu sosial

(social science), yaitu bagian dari ilmu pengetahuan yang mempelajari fenomena keadaan masyarakat dengan

lingkungan yang bersifat lebih relatif.

Akuntansi dalam Islam merupakan alat (tool) untuk melaksanakan perintah Allah SWT (dalam QS. 2:282)

untuk melakukan pencatatan dalam melaksanakan transaksi usaha. Implikasi lebih jauh, adalah keperluan

terhadap suatu sistem pencatatan tentang hak dan kewajiban, pelaporan yang terpadu dan komprehensif.

Akuntansi yang kita kenal sekarang diklaim berkembang dari peradaban Barat (sejak Paciolli) padahal

apabila dilihat secara mendalam dari proses lahir dan perkembangannya, terlihat jelas pengaruh keadaan

masyarakat atau peradaban sebelumnya baik Yunani maupun Arab Islam.

Perkembangan akuntansi, dengan domain “arithmetic quality” nya, sangat ditopang oleh ilmu lain

khususnya arithmetic, algebra, mathematics, alghoritm pada abad ke-9 M. Ilmu ini lebih dahulu berkembang

sebelum perkembangan bahasa. Ilmu penting ini ternyata dikembangkan oleh filosof Islam yang terkenal yaitu

Abu Yusuf Ya’kub bin Ishaq Al Kindi yang lahir tahun 801 M. Juga Al Karki (1020), dan Al Khawarizmy yang

merupakan asal kata dari alGorithm, algebra juga berasal dari kata Arab yaitu “al Jabr”. Demikian juga sistem

nomor, decimal, dan angka “0” yang kita pakai sekarang yang disebut angka arab sudah dikenal sejak 874 M, yang

sudah diakui merupakan sumbangan Arab Islam terhadap Akuntansi.

Sejarah Akuntansi

Akuntansi merupakan salah satu bentuk profesi tertua. Dari sejak zaman prasejarah, keluarga memiliki

perhitungan tersendiri untuk mencatat makanan dan pakaian yang harus mereka persiapkan dan mereka gunakan

pada saat musim dingin. Ketika masyarakat mulai mengenal adanya “perdagangan”, maka pada saat yang sama

mereka telah mengenal konsep nilai (value) dan mulai mengenal sistem moneter (monetary sistem). Bukti

tentang pencatatan (bookkeeping) tersebut dapat ditemukan dari mulai kerajaan Babilonia (4500 SM), Firaun

Page 5: Akuntansi Lks

5

Mesir dan Kode-kode Hammurabi (2250 SM), sebagaimana ditemukan adanya kepingan pencatatan akuntansi di

Ebla, Syria Utara.

Walaupun akuntansi telah dimulai dari zaman prasejarah, saat ini kita hanya mengenal Luca Paciolli

sebagai Bapak Akuntansi Modern. Paciolli, seorang ilmuwan dan pengajar di beberapa universitas yang lahir di

Tuscany-Italia pada tahun 1445, merupakan orang yang dianggap menemukan persamaan akuntansi untuk

pertama kali pada tahun 1494 dengan bukunya Summa de Arithmetica Geometria et Proportionalita (A Review of

Arithmetic, Geometry, and Proportions). Dalam buku tersebut, beliau menerangkan mengenai double entry book

keeping sebagai dasar perhitungan akuntansi modern, bahkan juga hampir seluruh kegiatan rutin akuntansi yang

kita kenal saat ini seperti penggunaan jurnal, buku besar (ledger) dan memorandum. Pada penjelasan mengenai

buku besar sudah termasuk mengenai asset, utang, modal, pendapatan, dan beban. Ia juga telah menjelaskan

mengenai ayat jurnal penutup (closing entries) dan menggunakan neraca saldo (trial balance) untuk mengetahu

saldo buku besar (ledger). Penjelasan ini memberikan dasar yang memadai untuk akuntansi, etika, dan juga

akuntansi biaya.

Sebenarnya Luca Paciolli bukanlah orang yang menemukan double entry book keeping sistem, mengingat

sistem tersebut telah dilakukan sejak adanya perdagangan antara Venice dan Genoa pada awal abad ke-13 M

setelah terbukanya jalur perdagangan antara Timur Tengah dan Kawasan Mediterania. Hal ini pun diakui oleh

Luca Paciolli bahwa apa yang dituliskannya berdasarkan apa yang telah terjadi di Venice 1 abad sebelumnya.

Menurut Vernon Kam, ilmu akuntansi diperkenalkan pada zaman Feodalisme Barat. Namun, setelah

dilakukan penelitian sejarah dan arkeologi ternyata banyak data yang membuktikan bahwa jauh sebelum

penulisan ini sudah dikenal akuntansi. Perlu diingat bahwa matematika dan sistem angka sudah dikenal Islam

sejak abad ke-9 M. Ini berarti bahwa ilmu matematika yang ditulis Luca Paciolli pada tahun 1491 bukan hal yang

baru lagi karena sudah dikenal Islam 600 tahun sebelumnya.

Hendriksen, dalam buku “Accounting Theory” menulis:

“…the introduction of Arabic Numerical greatly facilitated the growth of accounting.” (penemuan

angka Arab sangat membantu perkembangan akuntansi).

Kutipan ini menandai anggapan bahwa sumbangan Arab terhadap perkembangan disiplin akuntansi

sangat besar. Dapat kita catat bahwa penggunaan angka Arab mempunyai andil besar dalam perkembangan ilmu

akuntansi. Artinya besar kemungkinan bahwa dalam peradaban Arab sudah ada metode pencatatan akuntansi.

Bahkan mungkin mereka yang memulainya. Bangsa Arab pada masa itu sudah memiliki administrasi yang cukup

maju, praktik pembukuan telah menggunakan buku besar umum, jurnal umum, buku kas, laporan periodic, dan

penutupan buku.

Selain dari bangsa Eropa yang belajar ke Timur Tengah, pedagang-pedagang Muslim pun tak kalah

andilnya di dalam mensyiarkan (transformasi) ilmu pengetahuan. Ini dimungkinkan, mengingat kekuasaan Islam

saat itu telah menyebar hampir separuh daratan Eropa dan Afrika, dan daerah-daerah Asia Timur sampai

perbatasan Cina.

Apa yang dilakukan oleh Luca Paciolli memiliki kemiripan dengan apa yang telah disusun oleh pemikir

muslim pada abad ke 8-10 M. Kemiripan tersebut antara lain:

Page 6: Akuntansi Lks

6

Tahun Luca Paciolli Islam

622 M

750 M

750 M

Abad 8 M

In the Name of God

Client

Cheque

Closing Book

Journal

General Journal

Journal Voucher

Collectible Debt

Auditing

Chart of Account

Bismillah (Dengan Nama Allah)

Mawla

Sakk

Yutbak

Jaridah

Daftar Al Yawmiah

Ash Shahad

Arra’ej Menal Mal

Hisab

Sabh Al Asha

Akuntansi sebagai bagian dari ilmu social memungkinkan terjadinya pengulangan (repetitive) diberbagai

masyarakat, sehingga keterlibatan akuntansi syariah dalam perkembangan akuntansi konvensional ataupun

sebaliknya masih diperdebatkan hingga kini.

Sekilas Prosedur dan Istilah yang Digunakan

Pelaksanaan akuntansi pada negara Islam terjadi terutama adanya dorongan kewajiban zakat, yang harus

dikelola dengan baik melalui Baitul Maal. Dokumentasi yang pertama kali dilakukan oleh Al-Mazenderany (1363

M) mengenai praktik akuntansi pemerintahan yang dilakukan selama Dinasti Khan II pada buku Risalah Falakiyah

Kitabus Syirkat. Namun dokumentasi yang baik mengenai sistem akuntansi negara Islam tersebut pertama kali

dilakukan oleh Al-Khawarizmy pada tahun 976 M.

Kontribusi besar yang diberikan oleh Al-Khawarizmy adalah membuat sistem akuntansi dan pencatatan

dalam negara Islam, dan membaginya dalam beberapa jenis daftar. Beliau juga menjelaskan tentang sistem

akuntansi termasuk tujuan serta praktik yang terjadi.

Tujuan sistem akuntansi adalah untuk memastikan akuntabilitas, mendukung proses pengambilan

keputusan serta mempermudah proses evaluasi atas program yang telah selesai. Tujuan ini tidak hanya berlaku di

pemerintahan tetapi juga pada perusahaan. Orientasi sistem akuntansi ini adalah melaporkan kegiatan yang

menghasilkan laba/rugi atau surplus/deficit, dan menyelesaikan seluruh kebutuhan dari negara, namun

perhitungan dari sistem akuntansi ini masih memasukkan transaksi yang bersifat moneter dan nonmoneter. Ada

tujuh hal khusus dalam sistem akuntansi yang dijalankan oleh negara Islam sebagaimana dijelaskan oleh Al-

Khawarizmy dan Al-Mazenderany, yaitu:

1. Sistem akuntansi untuk kebutuhan hidup, sistem ini di bawah koordinasi seorang manajer. Sistem ini

untuk memenuhi kebutuhan hidup perorangan dan negara, namun tidak menutup kemungkinan

digunakan pada sector private terutama yang terkait dalam perhitungan pembayaran zakat.

2. Sistem akuntansi untuk konstruksi merupakan sistem akuntansi untuk proyek pembangunan yang

dilakukan oleh pemerintah. Pada sistem ini mengatur pencatatan (baik dalam bentuk material maupun

pengeluaran kepada pihak lain), pengendalian dan akuntabilitas untuk masing-masing proyek serta

berdasarkan anggaran (budget). Sistem ini di bawah tanggung jawab seorang koordinator proyek.

Page 7: Akuntansi Lks

7

3. Sistem akuntansi untuk pertanian merupakan sistem yang berbasis non-moneter. Sistem ini lebih

memfokuskan diri untuk mencatat dan mengelola persediaan pertanian dalam bentuk fisik, hal ini

didorong oleh kewajiban dalam zakat pertanian. Sistem ini tidak memisahkan antara fungsi pencatatan

dan pemegang persediaan.

4. Sistem akuntansi gudang merupakan sistem untuk mencatat pembelian barang negara. Sistem ini bukan

hanya mencatat barang masuk dan keluar saja tetapi juga dalam nilai uang, sehingga akan ada pemisahan

tugas antara orang yang memegang barang dan yang mencatat sehingga hal ini menunjukkan sistem

pengendalian internal (internal control) telah ada.

5. Sistem akuntansi mata uang, sistem ini telah dilakukan oleh negara Islam sebelum abad ke-14 M. Sistem

ini memberikan hak kepada pengelolanya untuk mengubah emas dan perak yang diterima pengelola

menjadi koin sekaligus mendistribusikannya. Dengan fungsi tersebut, maka dapat dikatakan sistem

perbendaharaan negara telah berjalan. Sistem akuntansi ini dijalankan dengan tiga jurnal khusus, yaitu:

untuk mencatat persediaan (inventory), pendapatan (revenue), dan beban (expense).

6. Sistem akuntansi peternakan merupakan sistem untuk mencatat seluruh binatang ternak. Pencatatan ini

dilakukan dalam sebuah buku khusus dengan mencatat keluar dan masuknya ternak berdasarkan

pengelompokan binatang serta nilai uang. Namun penjelasan yang dilakukan oleh Al-Mazenderany dan

Al-Khawarizmy kurang detail.

7. Sistem akuntansi perbendaharaan merupakan sistem untuk mencatat penerimaan dan pengeluaran

harian negara baik dalam nilai uang atau barang. Untuk pencatatan ini digunakan sistem Arab di mana

barang dan uang masuk dicatat di sisi kanan dan uang keluar di sisi kiri.

Pencatatan dalam negara Islam telah memiliki prosedur yang wajib diikuti, serta pihak yang bertanggung

jawab untuk melakukan pengawasan atas aktifitas dan menemukan surplus dan deficit atas pencatatan yang tidak

seimbang. Jika ditemukan kesalahan maka orang yang bertanggung jawab harus menggantinya. Hal ini

merupakan salah satu bentuk pengendalian internal (internal control), penerapan prosedur audit (audit

procedure) serta akuntansi berbasis pertanggungjawaban (responsibility accounting). Bahkan pengendalian intern

yang paling penting adalah pengendalian diri sendiri (self control) di mana Allah mengetahui seluruh pikiran dan

perbuatan semua makhluk-Nya.

Prosedur yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Transaksi harus dicatat setelah terjadi.

2) Transaksi harus dikelompokkan berdasarkan jenisnya (nature). Semua transaksi yang sejenis dan sama

harus dikelompokkan dalam pengelompokan yang sama.

Butir 1 dan 2 diatas menjelaskan adanya pencatatan dan penggolongan serta adanya periodisasi (khususnya

Zakat-dikenal dengan Az-houl) dan pengelompokan piutang.

3) Penerimaan akan dicatat di sisi sebelah kanan dan pengeluaran dicatat di sebelah kiri. Sumber-sumber

penerimaan harus dicatat dan dijelaskan.

4) Pembayaran harus dicatat dan diberikan penjelasan yang memadai di sisi kiri halaman.

Page 8: Akuntansi Lks

8

Butir 3 dan 4 diatas memberikan penjelasan awal dari debit dan kredit, karena catatan dari Yunani dan Persia

melakukannya dengan pengelompokan penerimaan dan pengeluaran, bukan istilah kanan dan kiri.

5) Pencatatan transaksi harus dilakukan dan dijelaskan secara hati-hati.

6) Tidak diberikan jarak penulisan di sisi sebelah kiri, dan harus diberi garis penutup. Garis ini disebut

sebagai Attarkeen.

7) Koreksi atas transaksi yang telah dicatat tidak boleh dengan cara menghapus atau menulis ulang. Jika Al-

Kateb melakukan kesalahan maka harus mengganti.

8) Jika akun telah ditutup, maka akan diberi tanda tentang hal tersebut.

9) Seluruh transaksi yang dicatat di buku jurnal (Al Jaridah) akan dipindahkan pada buku khusus berdasarkan

pengelompokan transaksi.

10) Orang yang melakukan pencatatan untuk pengelompokan berbeda dengan orang yang melakukan

pencatatan harian.

Butir 5-10 lebih menjelaskan pengendalian internal (internal control) serta bentuk penerapan cut off, buku

besar pembantu (subsidiary ledger) dan periodisasi akuntansi (accounting period).

11) Saldo (disebut Al Haseel) diperoleh dari selisih.

12) Laporan harus disusun setiap bulan dan setiap tahun. Laporan harus cukup detail dan memuat informasi

yang penting.

13) Pada setiap akhir tahun, laporan yang disampaikan oleh Al Kateb harus menjelaskan seluruh informasi

secara detail barang dan dana yang berada di bawah wewenangnya.

14) Laporan tahunan yang disusun Al Kateb akan diperiksa dan dibandingkan dengan tahun sebelumnya dan

akan disimpan di Diwan Pusat.

Dihubungkan dengan prosedur tersebut, terdapat beberapa istilah sebagai berikut:

a. Al Jaridah merupakan buku untuk mencatat transaksi yang dalam bahasa Arab berarti Koran atau jurnal.

b. Daftar Al Yaumiah (Buku Harian/ dalam bahasa Persia dikenal dengan nama: Ruznamah). Daftar sendiri

didefinisikan sebagai “a stitched or bound booklet, or register, more especially an account or letter-book

used in administrative offices”.

c. Beberapa jenis laporan keuangan diantaranya:

- Al Khitmah: Merupakan laporan yang dibuat setiap akhir bulan yang menunjukkan total penerimaan

dan pengeluaran. Al Khitmah dalam bahasa Arab berarti: lengkap atau akhir, dan dapat juga

disiapkan untuk akhir tahun.

- Al Khitmah Al Jameeah: Merupakan laporan yang disiapkan oleh Al Khateb tahunan dan diberikan

kepada atasannya (biasa disebut Al Mawafaka-Penerima) berisi: pendapatan, beban, dan

surplus/deficit setiap akhir tahun. Al Khitmah Al Jameeah dalam bahasa Arab berarti laporan akhir

yang lengkap.

Page 9: Akuntansi Lks

9

- Bentuk perhitungan dan laporan zakat pada laporan keuangan akan dikelompokkan kedalam 3

kelompok, yaitu:

• Ar-Raj Minal Mal (yang dapat tertagih)

• Ar-Munkasir Minal Mal (piutang tidak dapat tertagih) dan

• Al Muta’adhir Wal Mutahayyer wal Muta’akkid (piutang yang sulit dan piutang bermasalah

sehingga tidak tertagih)

Perkembangan akuntansi tidak berhenti pada zaman Khalifah, tetapi dikembangkan oleh filsuf Islam

antara lain: Imam Syafi’i (768 M-820 M) dengan menjelaskan fungsi akuntansi sebagai Review Book atau Auditing.

Menurut Imam Syafi’i, seorang auditor harus memiliki kualifikasi tertentu yaitu orang yang hafal Qur’an (sebagai

value judgement), intelektual, dapat dipercaya, bijaksana, dan kualitas manusia yang baik lainnya.

Itulah sejarah perkembangan praktik akuntansi dengan teknik tata buku berpasangan yang sebenarnya, di

mana akuntansi sudah dikenal pada masa kejayaan Islam. Artinya, peradaban Islam tidak mungkin tidak memiliki

akuntansi. Permasalahannya adalah pemalsuan sejarah yang dilakukan beberapa oknum di Barat dan

ketidakmampuan umat Islam untuk menggali khazanah kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologinya sendiri.

Kesimpulan, akuntansi sudah ada sebelum Paciolli dan bahkan sebelum peradaban Islam, dan akuntansi sudah

ada sejak masa kejayaan Islam dari 610 M-1250 M.

Page 10: Akuntansi Lks

10

SISTEM KEUANGAN SYARIAH

Konsep Kepemilikan

Harta yang baik harus memenuhi dua criteria, yaitu diperoleh dengan cara yang sah dan benar (legal and fair),

serta dipergunakan dengan dan untuk hal-hal yang baik di jalan Allah SWT.

Allah SWT adalah pemilik mutlak segala sesuatu yang ada di dunia ini (QS. 57: 2), sedangkan manusia adalah wakil

(khalifah) Allah di muka bumi ini yang diberi kekuasaan untuk mengelolanya.

Jadi, menurut Islam, kepemilikan harta kekayaan pada manusia terbatas pada kepemilikan kemanfaatannya

selama masih hidup di dunia, dan bukan kepemilikan secara mutlak. Saat dia meninggal, kepemilikan tersebut

berakhir dan harus didistribusikan kepada ahli warisnya, sesuai ketentuan syariah.

Penggunaan dan Pendistribusian Harta

Dalam penggunaan harta, manusia tidak boleh mengabaikan kebutuhannya di dunia, namun di sisi lain juga harus

cerdas dalam menggunakan hartanya untuk mencari pahala akhirat. Ketentuan syariah berkaitan dengan

penggunaan harta, antara lain:

1. Tidak boros dan tidak kikir

2. Memberi infak dan shadaqah

3. Membayar zakat sesuai ketentuan

4. Memberi pinjaman tanpa bunga (Qardhul Hasan)

5. Meringankan kesulitan orang yang berutang

Memperoleh Harta

Memperoleh harta adalah bagian dari aktivitas ekonomi yang merupakan salah satu aspek dari muamalah

(mengatur hubungan manusia dengan manusia). Kaidah fiqh dari muamalah adalah semua halal dan boleh

dilakukan kecuali yang diharamkan/dilarang dalam Al-Qur’an dan As-Sunah.

Hukum dasar muamalah adalah boleh, karena Allah tidak mungkin menciptakan segala sesuatu dan

menundukkannya bagi manusia kalau akhirnya semua itu diharamkan atau dilarang. Harta dikatakan baik atau

halal, apabila niatnya benar, tujuannya benar dan cara atau sarana untuk memperolehnya juga benar, sesuai

dengan rambu-rambu yang telah ditetapkan dalam Al-Qur’an dan As-Sunah.

Akad/Kontrak/Transaksi

Akad dalam bahasa Arab ‘al-‘aqd, jamaknya al-‘uqud, berarti ikatan atau mengikat (al-rabath). Menurut

terminology hukum Islam, akad adalah pertalian antara penyerahan (ijab) dan penerimaan (qabul) yang

dibenarkan oleh syariah, yang menimbulkan akibat hukum terhadap objeknya. Akad yang sudah terjadi

(disepakati) harus dipenuhi dan tidak boleh diingkari. “Wahai orang-orang beriman penuhilah janji (akad) mu…”

(QS. 5: 1)

Page 11: Akuntansi Lks

11

Jenis Akad

Adiwarman Karim mengelompokkan akad menjadi dua, yaitu sebagai berikut:

1. Akad tabarru’ (gratuitous contract) � segala macam perjanjian yang menyangkut transaksi nirlaba (not

for profit transaction). Transaksi ini pada hakikatnya bukan transaksi bisnis untuk mencari keuntungan

komersial. Akad tabarru’ dilakukan dengan tujuan tolong-menolong dalam rangka berbuat kebaikan.

Tabarru’ berasal dari kata birr dalam bahasa Arab, yang berarti kebaikan.

Contoh akad tabarru’ adalah qard, rahn, hiwalah, kafalah, wadiah, hibah, waqaf, shadaqah, hadiah, dan

lain-lain. Dengan demikian, kita mempunyai tiga bentuk umum akad tabarru’: meminjamkan uang

(lending money), meminjamkan jasa kita (lending yourself), dan memberikan sesuatu (giving something).

2. Akad tijarah/muawadah (compensational contract) � segala macam perjanjian yang menyangkut

transaksi untuk laba (for profit transaction). Akad ini dilakukan dengan tujuan mencari keuntungan,

karena itu bersifat komersial. Contoh akad tijarah adalah akad-akad investasi, jual-beli, sewa-menyewa,

dan lain-lain.

Berdasarkan tingkat kepastian dari hasil yang diperoleh, akad tijarah dapat dibagi menjadi dua kelompok

besar, yaitu:

a. Natural uncertainty contract � suatu jenis kontrak transaksi yang secara alamiah mengandung

ketidakpastian dalam perolehan keuntungan. Contoh: musyarakah, mudharabah, muzara’ah,

musaqah, dan mukhabarah, bentuknya adalah akad kerjasama untuk melakukan bisnis. Untuk akad

jenis ini dilarang meminta hasil yang besarnya tetap dan ditentukan terlebih dahulu, karena hal ini

sama dengan riba.

b. Natural certainty contract � suatu jenis kontrak transaksi dalam bisnis yang memiliki kepastian

keuntungan dan pendapatannya, baik dari segi jumlah dan waktu penyerahannya. Contoh:

murabahah, salam, istishna’, dan ijarah; bentuknya adalah akad pertukaran (jual-beli, sewa-menyewa,

upah mengupah). Dalam akad jenis ini keuntungan dan pendapatan sudah pasti sehingga secara

syariah tidak boleh dibuat menjadi tidak pasti, karena hal ini akan menimbulkan gharar atau

ketidakpastian.

Rukun dan Syarat Akad

Rukun dan syarat sahnya suatu akad ada (3) tiga, yaitu:

1) Pelaku, yaitu para pihak yang melakukan akad (penjual dan pembeli, penyewa dan yang

menyewakan, karyawan dan majikan, shahibul mal dan mudharib, mitra dengan mitra dalam

musyarakah, dan lain sebagainya). Untuk pihak yang melakukan akad harus memenuhi syarat yaitu

orang yang merdeka, mukalaf, dan orang yang sehat akalnya.

2) Objek akad merupakan sebuah konsekuensi yang harus ada dengan dilakukannya suatu transaksi

tertentu. Objek jual beli adalah barang dagangan, objek mudharabah dan musyarakah adalah modal

dan kerja. Objek sewa menyewa adalah manfaat atas barang yang disewakan dan seterusnya.

3) Ijab Kabul merupakan suatu kesepakatan dari para pelaku dan menunjukkan mereka saling ridha.

Page 12: Akuntansi Lks

12

Transaksi yang Dilarang

- Semua aktivitas investasi dan perdagangan atau semua transaksi yang melibatkan barang dan jasa yang

diharamkan Allah

- Riba

Riba berasal dari bahasa Arab yang berarti tambahan (Al-Ziyadah), berkembang (An-Nuwuw), meningkat

(Al-Irtifa’), dan membesar (Al-‘Uluw). Setiap penambahan yang diambil tanpa adanya suatu penyeimbang

atau pengganti (‘iwad) yang dibenarkan syariah adalah riba. Hal yang dimaksud transaksi penyeimbang

atau pengganti yaitu transaksi bisnis atau komersil yang melegitimasi adanya penambahan secara adil,

seperti jual beli, sewa menyewa, atau bagi hasil proyek, dimana dalam transaksi tersebut ada faktor

penyeimbangnya berupa ikhtiar/usaha, risiko, dan biaya.

Dalam ayat-ayat Al-Qur’an, riba dan shadaqah dipertentangkan. Kecaman, ancaman keras dan

pengharaman riba dipertentangkan dengan seruan shadaqah sebagai tindakan terpuji. Praktik riba yang

dapat memberikan keuntungan secara berlipat ganda dipertentangkan dengan pahala shadaqah yang

spektakuler. Riba karena pinjaman kepada manusia dipertentangkan dengan shadaqah yang dinyatakan

sebagai pinjaman kepada Allah yang pasti akan diganti secara berlipat ganda.

Jenis Riba

1. Riba Nasi’ah � riba yang muncul karena utang-piutang, riba nasi’ah dapat terjadi dalam segala jenis

transaksi kredit atau utang piutang di mana satu pihak harus membayar lebih besar dari pokok

pinjamannya. Kelebihan dari pokok pinjamannya dengan nama apapun (bunga/interest/bagi hasil),

dihitung dengan cara apapun (fixed rate atau floating rate), besar atau kecil semuanya tergolong riba,

sesuai QS. 2: 278-280.

2. Riba Fadhl � riba yang muncul karena transaksi pertukaran atau barter. Riba fadhl dapat terjadi

apabila ada kelebihan/penambahan pada salah satu dari barang ribawi/barang sejenis yang

dipertukarkan baik pertukaran dilakukan dari tangan ke tangan (tunai) atau kredit. Yang dimaksud

dengan barang ribawi/barang sejenis adalah barang yang secara kasat mata tidak dapat dibedakan

satu dan lainnya. Para ahli fiqh sepakat ada tujuh macam barang ribawi, yaitu: emas, perak, jenis

gandum, kurma, zabib/tepung, anggur kering, dan garam.

Pengaruh Riba pada Kehidupan Manusia

a. Riba merupakan transaksi yang tidak adil dan mengakibatkan peminjam jatuh miskin karena

dieksploitasi, karena riba mengambil harta orang lain tanpa imbalan.

b. Riba akan menghalangi orang untuk melakukan usaha karena pemilik dapat menambah hartanya

dengan transaksi riba baik secara tunai maupun berjangka.

c. Riba akan menyebabkan terputusnya hubungan baik antar masyarakat dalam bidang pinjam

meminjam.

d. Pada umumnya orang yang memberikan pinjaman adalah orang kaya, sedang yang meminjam adalah

orang miskin. Riba memberikan jalan bagi orang kaya untuk memperoleh tambahan hasil dari orang

miskin yang lemah.

- Penipuan

Page 13: Akuntansi Lks

13

Penipuan terjadi apabila salah satu pihak tidak mengetahui informasi yang diketahui pihak lain (incomplete

information) dan dapat terjadi dalam empat hal, yakni dalam kuantitas, kualitas, harga, dan waktu

penyerahan.

- Perjudian

Berjudi atau maisir dalam bahasa Arab arti harfiahnya adalah memperoleh sesuatu atau mendapat

keuntungan dengan sangat mudah tanpa kerja keras.

- Transaksi yang mengandung ketidakpastian/gharar

Gharar terjadi ketika terdapat incomplete information, sehingga ada ketidakpastian antara dua belah pihak

yang bertransaksi. Ketidakjelasan ini dapat menimbulkan pertikaian antara para pihak dan ada pihak yang

dirugikan. Ketidakjelasan dapat terjadi dalam lima hal, yakni dalam kuantitas, kualitas, harga, waktu

penyerahan, dan akad.

- Penimbunan barang/ihtikar

- Monopoli

- Rekayasa permintaan (bai’ an najsy)

- Suap

- Penjual bersyarat/ta’alluq

Ta’alluq terjadi apabila ada dua akad saling dikaitkan di mana berlakunya akad pertama tergantung pada

akad kedua; sehingga dapat mengakibatkan tidak terpenuhinya rukun, yaitu objek akad.

- Pembelian kembali oleh penjual dari pihak pembeli

- Jual beli dengan cara talaqqi al-rukban

Jual beli dengan cara mencegat atau menjumpai pihak penghasil atau pembawa barang perniagaan dan

membelinya, di mana pihak penjual tidak mengetahui harga pasar atas barang dagangan yang dibawanya

sementara pihak pembeli mengharapkan keuntungan yang berlipat dengan memanfaatkan ketidaktahuan

mereka.

Prinsip Sistem Keuangan Syariah

1. Pelarangan riba.

2. Pembagian risiko.

3. Tidak menganggap uang sebagai modal potensial.

4. Larangan melakukan kegiatan spekulatif.

5. Kesucian kontrak.

6. Aktivitas usaha harus sesuai syariah.

Jadi, prinsip keuangan syariah merupakan ikhtisar transaksi bisnis yang dibolehkan syariah, yang mengacu pada

prinsip rela sama rela (antariddin minkum), tidak ada pihak yang menzalimi dan dizalimi (la tazhlimuna wa la

Page 14: Akuntansi Lks

14

tuzhlamun), hasil usaha muncul bersama biaya (al kharaj bi al dhaman), dan untung muncul bersama risiko (al

ghunmu bi al ghurmi).

Instrumen Keuangan Syariah

Instrument keuangan syariah dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Akad investasi di mana akad ini merupakan jenis akad tijarah dengan bentuk uncertainty contract. Kelompok

akad ini adalah sebagai berikut:

� Mudharabah, yaitu bentuk kerjasama antara dua pihak atau lebih, di mana pemilik modal (shahibul mal)

mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha dengan

nisbah bagi hasil atas keuntungan yang diperoleh menurut kesepakatan di muka, sedangkan apabila

terjadi kerugian hanya ditanggung pemilik dana sepanjang tidak ada unsur kesengajaan atau kelalaian

oleh mudharib. Bentuk ini menegaskan kerjasama dalam kontribusi 100% modal dari pemilik modal dan

keahlian dari pengelola.

� Musyarakah adalah akad kerjasama yang terjadi antara pemilik modal (mitra musyarakah) untuk

menggabungkan modal dan melakukan usaha secara bersama dalam suatu kemitraan, dengan nisbah bagi

hasil sesuai dengan kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung secara proporsional sesuai dengan

kontribusi modal. Bentuk kontribusi dari pihak yang bekerjasama dapat berupa dana, barang dagangan

(trading asset), kewiraswastaan (entrepreneurship), kepandaian (skill), kepemilikan (property), peralatan

(equipment) atau hak paten/goodwill (intangible asset), kepercayaan atau reputasi (credit-worthiness),

dan lainnya.

� Sukuk (obligasi syariah), merupakan surat utang yang sesuai dengan prinsip syariah.

� Saham Syariah produknya harus sesuai syariah. Syarat lainnya: 1) perusahaan tersebut memiliki piutang

dagang yang relative kecil dibandingkan total asetnya, 2) perusahaan tersebut memiliki utang yang kecil

dibandingkan nilai kapitalisasi pasar, 3) perusahaan memiliki pendapatan bunga kecil.

2. Akad jual beli/sewa menyewa di mana akad ini merupakan jenis akad tijarah dengan bentuk certainty

contract. Kelompok akad ini adalah sebagai berikut:

� Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan biaya perolehan dan keuntungan

(margin) yang disepakati antara penjual dan pembeli. Harga disepakati antara pembeli dan penjual pada

saat transaksi dan tidak boleh berubah.

� Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang diperjualbelikan belum ada. Barang diserahkan

secara tangguh, sedangkan pembayarannya dilakukan secara tunai. Sekilas transaksi ini mirip ijon, namun

dalam transaksi ini kuantitas, kualitas, harga, dan waktu penyerahan barang harus ditentukan secara

pasti.

� Istishna’ memiliki sistem yang mirip dengan salam, namun dalam istishna’ pembayaran dapat dilakukan di

muka, cicilan dalam beberapa kali (termin) atau ditangguhkan selama jangka waktu tertentu. Biasanya

istishna’ diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi dengan kontrak pembelian barang

melalui pesanan (order khusus). Pembeli menugasi produsen (al sani’) untuk menyediakan barang

Page 15: Akuntansi Lks

15

pesanan (al mashnu), sesuai spesifikasi yang disyaratkan pembeli (al mustasni’) dan menjualnya dengan

harga yang disepakati.

� Ijarah adalah akad sewa menyewa antara pemilik objek sewa dan penyewa untuk mendapatkan manfaat

atas objek sewa yang disewakan.

3. Akad lainnya. Kelompok akad ini adalah:

� Sharf adalah perjanjian jual beli suatu valuta dengan valuta lainnya. Transaksi jual beli mata uang asing

(valuta asing), dapat dilakukan baik dengan sesame mata uang yang sejenis maupun yang tidak sejenis.

� Wadiah adalah akad penitipan dari pihak yang mempunyai uang/barang kepada pihak yang menerima

titipan dengan catatan kapanpun titipan diambil, pihak penerima titipan wajib menyerahkan kembali

uang/barang titipan tersebut. Wadiah terbagi dua: (1) Wadiah Amanah, di mana uang/barang yang

dititipkan hanya boleh disimpan dan tidak boleh didayagunakan, (2) Wadiah Yadhomanah, di mana

uang/barang yang dititipkan boleh didayagunakan dan hasil pendayagunaan tidak terdapat kewajiban

untuk dibagihasilkan pada pemberi titipan.

� Qardhul Hasan adalah pinjaman yang tidak mempersyaratkan adanya imbalan, waktu pengembalian

pinjaman ditetapkan bersama antara pemberi dan penerima pinjaman. Biaya administrasi, dalam jumlah

yang terbatas, diperkenankan untuk dibebankan kepada peminjam.

� Al-Wakalah adalah jasa pemberian kuasa dari satu pihak ke pihak lain. Untuk jasanya itu, yang dititipkan

dapat memperoleh fee sebagai imbalan.

� Kafalah adalah perjanjian pemberian jaminan atau penanggungan atas pembayaran utang satu pihak

pada pihak lain.

� Hiwalah adalah pengalihan utang atau piutang dari pihak pertama (al-muhil) kepada pihak lain (al-muhal

‘alaihi) atas dasar saling mempercayai.

� Rahn merupakan sebuah perjanjian pinjaman dengan jaminan aktiva. Berupa penahanan harta milik si

peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya.

Page 16: Akuntansi Lks

16

KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN

LAPORAN KEUANGAN SYARIAH

TUJUAN KERANGKA DASAR MENURUT PSAK

Kerangka dasar ini menyajikan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan bagi para

penggunanya. Kerangka ini berlaku untuk semua jenis transaksi syariah yang dilaporkan oleh entitas syariah

maupun entitas konvensional baik sector public maupun sector swasta. Tujuan kerangka dasar ini adalah untuk

digunakan sebagai acuan bagi:

(a) Penyusun standar akuntansi keuangan syariah dalam pelaksanaan tugasnya

(b) Penyusun laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah akuntansi syariah yang belum diatur dalam

standar akuntansi keuangan syariah

(c) Auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun sesuai dengan prinsip

akuntansi syariah yang berlaku umum, dan

(d) Para pemakai laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan

yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan syariah

Pemakai dan Kebutuhan Informasi

- Investor sekarang dan investor potensial

- Pemilik dana qardh

- Pemilik dana syirkah temporer

- Pemilik dana titipan

- Pembayar dan penerima zakat, infak, sedekah, dan wakaf

- Pengawas syariah

- Karyawan

- Pemasok dan mitra usaha lainnya

- Pelanggan

- Pemerintah serta lembaga-lembaganya

- Masyarakat

Paradigma Transaksi Syariah

Transaksi syariah didasarkan pada paradigma dasar bahwa alam semesta diciptakan oleh Tuhan selaku amanah

(kepercayaan Ilahi) dan sarana kebahagiaan hidup bagi seluruh umat manusia untuk mencapai kesejahteraan

hakiki secara material dan spiritual (al-falah). Substansinya adalah bahwa setiap aktivitas umat manusia memiliki

akuntabilitas dan nilai ilahiah yang menempatkan perangkat syariah dan akhlak sebagai parameter baik dan

buruk, benar dan salahnya aktivitas usaha. Dengan cara ini, akan terbentuk integritas yang akhirnya akan

membentuk karakter tata kelola yang baik (good governance) dan disiplin pasar (market discipline) yang baik.

Asas Transaksi Syariah

a. Persaudaraan (ukhuwah)

Page 17: Akuntansi Lks

17

b. Keadilan (‘adalah)

c. Kemaslahatan (maslahah)

d. Keseimbangan (tawazun)

e. Universalisme (syumuliyah)

Karakteristik Transaksi Syariah

� Transaksi hanya dilakukan berdasarkan prinsip saling paham dan saling ridha

� Prinsip kebebasan bertransaksi diakui sepanjang objeknya halal dan baik (thayib)

� Uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan pengukur nilai, bukan sebagai komoditas

� Tidak mengandung unsur riba

� Tidak mengandung unsur kezaliman

� Tidak mengandung unsur maysir

� Tidak mengandung unsur gharar

� Tidak mengandung unsur haram

� Tidak menganut prinsip nilai waktu dari uang (time value of money) karena keuntungan yang didapat

dalam kegiatan usaha terkait dengan risiko yang melekat pada kegiatan usaha tersebut sesuai dengan

prinsip al-ghunmu bil ghurmi (no gain without accompanying risk)

� Transaksi dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelas dan benar serta untuk keuntungan semua

pihak tanpa merugikan pihak lain

� Tidak ada distorsi harga melalui rekayasa permintaan (najasy), maupun rekayasa penawaran (ihtikar)

� Tidak mengandung unsur kolusi dengan suap menyuap (risywah)

Bentuk Laporan Keuangan Entitas Syariah

1. Posisi Keuangan Entitas Syariah, disajikan sebagai neraca.

2. Informasi Kinerja Entitas Syariah, disajikan dalam laporan laba rugi.

3. Informasi Perubahan Posisi Keuangan Entitas Syariah, yang dapat disusun berdasarkan definisi dana

seperti seluruh sumber daya keuangan, modal kerja, asset likuid atau kas.

4. Informasi Lain, seperti Laporan Penjelasan tentang Pemenuhan Fungsi Sosial Entitas Syariah.

5. Catatan dan Skedul Tambahan, merupakan penampung dari informasi tambahan yang relevan termasuk

pengungkapan tentang risiko dan ketidakpastian yang mempengaruhi entitas.

Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan

- Dapat dipahami

- Relevan

- Keandalan

- Dapat dibandingkan

Unsur-unsur Laporan Keuangan

1. Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan komersial yang terdiri atas laporan posisi

keuangan, laporan laba rugi, laporan arus kas, serta laporan perubahan ekuitas.

Page 18: Akuntansi Lks

18

Posisi keuangan berkaitan secara langsung dengan asset, kewajiban, dana syirkah temporer, dan ekuitas.

Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran penghasilan bersih (laba) adalah penghasilan

dan beban. Penghasilan (income) meliputi pendapatan (revenue) maupun keuntungan (gain).

2. Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan social, meliputi laporan sumber dan

penggunaan dana zakat serta laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan.

3. Komponen laporan keuangan lainnya yang mencerminkan kegiatan dan tanggung jawab khusus entitas

syariah tersebut.

Pengukuran Unsur Laporan Keuangan

a. Biaya historis (historical cost)

Asset dicatat sebesar pengeluaran kas (atau setara kas) yang dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan

(consideration) yang diberikan untuk memperoleh asset tersebut pada saat perolehan.

b. Biaya kini (current cost)

Asset dinilai dalam jumlah kas (atau setara kas) yang seharusnya dibayar bila asset yang sama atau setara

asset diperoleh sekarang.

c. Nilai realisasi (realizable/settlement value)

Asset dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang dapat diperoleh sekarang dengan menjual asset

dalam pelepasan normal (orderly disposal).

KONSEP DASAR AKUNTANSI MENURUT AAOIFI (ACCOUNTING AND AUDITING ORGANIZATION FOR ISLAMIC

FINANCIAL INSTITUTIONS) DAN PEMIKIR ISLAM

Akuntansi syariah memberikan penekanan kepada dua hal, yaitu akuntabilitas dan pelaporan. Akuntabilitas

tercermin melalui tauhid bahwa segala sesuatu di dalam dunia ini harus berjalan sesuai dengan aturan Allah SWT,

dan melalui fungsi manusia sebagai Khalifah Allah di bumi. Pada saat yang sama, akuntansi merupakan bentuk

pertanggungjawaban manusia kepada Allah di mana seluruh aturan dalam melakukan kegiatan bisnis dan

personal harus sesuai dengan aturan Allah SWT.

Pemakai laporan keuangan menurut AAOIFI antara lain sebagai berikut:

a. Pemegang saham

b. Pemegang investasi

c. Pemilik dana (bagi deposan bank)

d. Pemilik dana tabungan

e. Pihak yang melakukan transaksi bisnis

f. Pengelola zakat

g. Pihak yang mengatur

Prinsip dasar dalam ekonomi Islam menurut Ibnu Al-A’rabi adalah sebagai berikut:

1. Tidak boleh adanya bunga dan perdagangan tersebut adalah halal.

Page 19: Akuntansi Lks

19

2. Tidak boleh dilakukan secara tidak adil.

3. Tidak boleh memasukkan hal-hal yang belum pasti atau keadaan yang tidak jelas.

4. Harus mempertimbangkan Al Maqasid dan Al Masalih. Di mana Al-Maqasid adalah tujuan harus selalu

disesuaikan dengan tuntunan Islam, sedangkan Al-Masalih adalah kesejahteraan/ perbaikan di muka

bumi.

Laporan keuangan (perbankan syariah) yang diminta oleh AAOIFI antara lain sebagai berikut:

1) Laporan Perubahan Posisi Keuangan

2) Laporan Laba Rugi

3) Laporan Perubahan Ekuitas atau Laporan Perubahan Saldo Laba

4) Laporan Arus Kas

5) Laporan Perubahan Investasi yang Dibatasi dan Ekuivalennya

6) Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat serta Dana Sumbangan

7) Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Qard Hasan

Syarat kualitatif laporan keuangan menurut AAOIFI

- Relevan

- Dapat diandalkan

- Dapat dibandingkan

- Konsisten

- Dapat dimengerti

Perdebatan para pemikir akuntansi mengenai kerangka akuntansi

a. Entitas Unit Akuntansi (Entity Concept)

Konsep ini diartikan bahwa setiap perusahaan adalah suatu unit akuntansi yang terpisah dan harus

dibedakan dengan pemiliknya atau dengan perusahaan lain. Beberapa teori tentang kepemilikan yaitu:

• Proprietary Theory, di mana kepemilikan terhadap perusahaan tercermin pada akun ekuitas sehingga

persamaannya Aset – Kewajiban = Ekuitas

• Entity Theory, di mana pemilik hanya memiliki hak atas sebagian dari kepemilikan perusahaan, karena

pemilik adalah hanya salah satu yang berhak atas perusahaan, sehingga persamaannya adalah Aset =

Kewajiban + Ekuitas

b. Kegiatan Usaha yang Berkelanjutan (Going Concern)

Konsep berkelanjutan ini dijelaskan “mengasumsikan bahwa perusahaan akan terus berlanjut di masa

yang akan datang”. Konsep ini memegang peranan yang besar dalam standar akuntansi serta penyusunan

laporan keuangan, karena konsep ini akan berhubungan dengan konsep harga perolehan dan penilaian

asset tetap.

c. Periodisasi

Menurut konsep ini, adanya perubahan atas kekayaan perusahaan pada laporan keuangan harus

dijelaskan secara periodic. Konsep ini berhubungan dengan konsep kegiatan usaha yang berkelanjutan.

Konsep ini diterima oleh AAOIFI dan para pemikir akuntansi Islam.

Page 20: Akuntansi Lks

20

d. Satuan Mata Uang (Monetary Unit)

Proses perhitungan dan komunikasi aktivitas dalam perusahaan hanya mencatat yang dapat dihitung

dengan satuan mata uang, dan secara implicit mengasumsikan bahwa daya beli mata uang tersebut

adalah stabil.

Konsep ini memiliki dua konsekuensi. Pertama, akuntan akan hanya memperhitungkan segala sesuatu

yang hanya dapat dinyatakan dalam mata uang serta mengabaikan informasi yang tidak dapat disajikan

dalam satuan mata uang. Kedua, mengabaikan kenyataan bahwa daya beli mata uang tidak selamanya

sama karena adanya inflasi. Perubahan harga akan menimbulkan dua masalah dalam akuntansi yaitu

masalah penilaian dan masalah pengukuran.

e. Konservatif (Conservatism)

Merupakan konsep yang digunakan oleh akuntan untuk melaporkan nilai yang rendah untuk asset dan

pendapatan serta nilai yang tinggi untuk kewajiban dan beban. Hal ini memiliki dampak bahwa untuk

transaksi yang berpengaruh terhadap kewajiban dan beban akan diakui dengan cepat sedangkan untuk

asset dan pendapatan sebaliknya.

f. Harga Perolehan

Merupakan konsep di mana asset dicatat sejumlah kas atau setara kas yang dibayarkan pada saat

memperoleh sesuatu, sedangkan kewajiban dicatat pada jumlah uang yang akan diterima dari pertukaran

atas kewajiban.

g. Penandingan antara Pendapatan dan Beban (Matching Against Revenue and Expense Concept)

Merupakan konsep di mana pendapatan diakui pada suatu periode tertentu sesuai prinsip pengakuan

pendapatan secara bersamaan dengan pengakuan beban. Implikasi dari konsep ini adalah beban harus

diakui pada periode di mana pendapatan diakui.

h. Dasar Akrual (Accrual Basis)

Konsep ini mengatakan bahwa pengakuan pendapatan dilakukan saat suatu manfaat itu diperoleh, bukan

pada saat kas diterima. Hal yang sama terjadi untuk beban, yaitu beban diakui pada saat manfaat

diterima dan bukan pada saat kas dibayarkan. Metode ini berhubungan dengan konsep penandingan

beban dengan manfaat.

i. Pengungkapan Penuh (Full Disclousure)

Konsep ini mengharuskan pengungkapan informasi sesuai dengan kebutuhan informasi dari mayoritas

pembaca laporan keuangan. Seluruh stakeholders perusahaan memiliki hak untuk menerima informasi

perusahaan. Namun demikian, tidak berarti bahwa seluruh informasi harus diungkapkan sehingga bisa

membingungkan. Hal yang perlu diingat adalah kewajaran (fairness), kemadaian (adequacy) serta

keterbukaan (transparency) informasi, serta kepada siapa informasi tersebut harus disajikan.

Page 21: Akuntansi Lks

21

j. Subtansi Mengungguli Bentuk (Substance over Form)

Konsep ini diadopsi oleh akuntansi bahwa hakikat dari suatu transaksi lebih penting dari bentuk hukum

transaksi itu sendiri. Penerapan substansi mengungguli bentuk pada akuntansi konvensional adalah

capital leasing.

Ketentuan syariah tidak mengenal konsep ini mengingat seluruh transaksi didasarkan atas akad dan akad

tersebut akan selalu sama antara bunyi akad (dalam bentuk hukum) dengan substansi dari akad itu

sendiri, karena Islam melarang transaksi yang kurang jelas.

Page 22: Akuntansi Lks

22

AKAD MUDHARABAH (PSAK NO. 105)

Ciri khas: Saling percaya yang tinggi antara dua belah pihak, yaitu antara pemilik dana (shahibul mal) dan

pengelola dana (mudharib).

Ini adalah akad investasi yang berisiko tinggi karena dapat menimbulkan asymmetric information dan moral

hazard.

Mudharabah berasal dari kata adhdhorby fil ardhi � bepergian untuk urusan dagang atau qiradh � al qardhu �

potongan.

Secara teknis, Mudharabah � akad kerjasama usaha antara pemilik dana dan pengelola dana untuk melakukan

kegiatan usaha, laba dibagi atas dasar nisbah bagi hasil menurut kesepakatan kedua belah pihak, sedangkan bila

terjadi kerugian akan ditanggung oleh si pemilik dana kecuali disebabkan oleh misconduct, negligence atau

violation (kesengajaan, kelalaian atau pelanggaran akad) oleh pengelola dana.

Karena kepercayaan merupakan unsure terpenting maka mudharabah dalam istilah bahasa Inggris disebut trust

financing.

Investor � beneficial ownership/sleeping partner

Pengelola dana � managing trustee/labour partner

Pemilik dana tidak boleh ikut campur dalam manajemen perusahaan/ proyek yang dibiayai, sebatas memberikan

saran-saran dan melakukan pengawasan pada pengelola dana.

Pengelola dana: Risiko nonfinansial � waktu, pikiran dan jerih payah, serta kesempatan atas pembagian

keuntungan.

Pemilik dana: Risiko finansial.

Pemilik dana tidak boleh mensyaratkan sejumlah tertentu untuk bagiannya (riba) tanpa ada faktor penyeimbang

(iwad) yang diperbolehkan syariah. Pembagian keuntungan harus dalam bentuk persentase atau nisbah. Tidak

boleh menggunakan nilai proyeksi (predictive value), harus nilai realisasi keuntungan.

Pada prinsipnya dalam mudharabah tidak boleh ada jaminan atas modal, tapi dibolehkan supaya tidak ada

penyimpangan. Mudharabah memiliki risiko tinggi, sehingga akadnya harus tertulis, ada saksi, aspek yang tertulis:

tujuan mudharabah, nisbah pembagian keuntungan, periode pembagian keuntungan, biaya-biaya yang boleh

dikurangkan dari pendapatan, ketentuan pengembalian modal, hal-hal yang dianggap sebagai kelalaian pengelola

dana, dan sebagainya.

Page 23: Akuntansi Lks

23

SKEMA MUDHARABAH

Jenis Akad Mudharabah (dalam PSAK 105)

1. Mudharabah Muthlaqah � pemilik dana memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelolaan

investasinya � investasi tidak terikat. Tidak ditentukan masa berlakunya, daerah tempat usaha, line of trade,

line of industry, atau line of service. Tetapi modal tetap tidak boleh ditanamkan untuk proyek/ investasi yang

dilarang Islam.

2. Mudharabah Muqayyadah � pemilik dana memberikan batasan kepada pengelola dana mengenai lokasi,

cara dan atau objek investasi atau sektor usaha � investasi terikat.

3. Mudharabah Musytarakah � pengelola dananya turut menyertakan modal atau dananya dalam kerjasam

investasi. Ini adalah perpaduan antara akad mudharabah dan musyarakah. Ketentuan bagi hasil akad ini

dengan dua pendekatan (PSAK 105 par 34), yaitu:

a. Hasil dibagi sesuai nisbah, setelah dikurangi untuk pengelola dana kemudian dibagi antara pengelola dana

(sebagai musytarik) dengan pemilik modal sesuai porsi modalnya.

b. Hasil dibagi sesuai porsi modal, setelah dikurangi untuk pengelola dana kemudian dibagi sesuai dengan

nisbah. Jika terjadi rugi, dibagi sesuai porsi modal para musytarik.

Apabila terjadi kerugian ditanggung oleh pemilik dana, cara menyelesaikannya adalah sebagai berikut:

a. Diambil terlebih dahulu dari keuntungan karena keuntungan merupakan pelindung modal

b. Bila kerugian melebihi keuntungan, maka baru diambil dari pokok modal

Dasar Syariah

Sumber hukum akad mudharabah menurut Ijma’ Ulama adalah jaiz (boleh). Contoh: Rasulullah mudharabah

dengan Siti Khadijah (sebelum jadi Rasul) ke negeri Syam.

Rukun Akad Mudharabah

- Pelaku

- Objek Mudharabah: modal dan kerja

- Ijab Kabul/ serah terima

- Nisbah keuntungan

Pemilik dana

Porsi laba

Keuntungan/

Kerugian

Akad mudharabah Pengelola dana

Modal dan porsi

laba serta rugi

Apabila untung akan dibagi sesuai nisbah,

Apabila rugi ditanggung oleh pemilik dana

Proyek usaha

Page 24: Akuntansi Lks

24

Berakhirnya Akad Mudharabah

1. Bila dibatasi waktunya, mudharabah berakhir pada waktu yang telah ditentukan.

2. Salah satu pihak memutuskan mengundurkan diri.

3. Salah satu pihak meninggal dunia atau hilang akal.

4. Pengelola dana tidak menjalankan amanahnya.

5. Modal sudah tidak ada.

Prinsip Pembagian Hasil Usaha (PSAK 105 par 11)

Profit and Loss Sharing tidak tepat, karena yang dibagi hanya profitnya saja � Prinsip Bagi Hasil.

Contoh perhitungan bagi hasil (Bank sebagai pemilik dana)

Penjualan 1.000.000

HPP (650.000)

Laba kotor 350.000

Biaya-biaya (250.000)

Laba (Rugi) bersih 100.000

a. Metode Profit Sharing dengan nisbah 30 : 70

Bank : 30% x 100.000 = 30.000

Pengelola : 70% x 100.000 = 70.000

b. Metode Revenue Sharing dengan nisbah 10 : 90

Bank : 10% x 350.000 = 35.000

Pengelola : 90% x 350.000 = 315.000

Perlakuan Akuntansi Akad Mudharabah

Aset non kas tidak dihitung secara historical cost, tapi nilai wajar/ nilai pasar.

Akuntansi untuk Pemilik Dana (Shahibul Mal)

- Saat penyerahan kas

Investasi mudharabah xxx

Kas xxx

- Investasi dalam bentuk asset non kas

Investasi mudharabah xxx

Keuntungan tangguhan xxx

Aset non kas xxx

(Bila nilai wajar > nilai tercatat)

Amortisasi keuntungan tangguhan:

Keuntungan tangguhan xxx

Keuntungan xxx

Page 25: Akuntansi Lks

25

Atau

Investasi mudharabah xxx

Kerugian penurunan nilai xxx

Aset non kas xxx

(Bila nilai wajar < nilai tercatat)

- Penurunan nilai jika investasi mudharabah dalam bentuk asset non kas

Penurunan nilai sebelum usaha dimulai

Kerugian investasi mudharabah xxx

Investasi mudharabah xxx

- Hasil usaha

• Bagian hasil usaha belum dibayar

Piutang pendapatan bagi hasil xxx

Pendapatan bagi hasil mudharabah xxx

• Saat pengelola dana membayar bagi hasil

Kas xxx

Piutang pendapatan bagi hasil xxx

- Akad mudharabah berakhir

Kas/ Piutang/ Asset non kas xxx

Investasi mudharabah xxx

Keuntungan xxx

Atau

Kas/ Piutang/ Asset non kas xxx

Kerugian xxx

Investasi mudharabah xxx

Page 26: Akuntansi Lks

2

6

a.

Pe

ny

era

ha

n d

an

a i

nv

est

asi

da

lam

be

ntu

k k

as

Tra

nsa

ksi

(d

ala

m r

ibu

an

ru

pia

h)

Pe

mil

ik D

an

a (

Sh

ah

ibu

l M

aa

l)

Pe

ng

elo

la D

an

a (

Mu

dh

ari

b)

1-1

-20

10

Se

tela

h m

ela

ku

ka

n a

ka

d,

ma

ka

pe

mili

k d

an

a m

en

ye

rah

ka

n d

an

a s

eb

esa

r

10

0.0

00

. P

eri

od

e a

ka

d 2

ta

hu

n.

Nis

ba

h b

ag

i ha

sil P

en

ge

lola

: P

em

ilik =

3 :

1

Inve

sta

si m

ud

ha

rab

ah

K

as

10

0.0

00

10

0.0

00

Ka

s -

Mu

dh

ara

ba

h

D

an

a S

yir

ka

h T

em

po

rer

10

0.0

00

10

0.0

00

31

-12

-20

10

Jika

ha

sil p

en

go

lah

an

da

na

se

lam

a p

eri

od

e t

ert

en

tu a

da

lah

:

- M

em

pe

role

h p

en

da

pa

tan

10

.00

0

- M

en

an

gg

un

g b

eb

an

8.0

00

M

ud

ha

rib

aka

n m

en

cata

t se

pe

rti b

iasa

, ke

mu

dia

n d

i akh

ir p

eri

od

e a

ka

n d

ibu

at

jurn

al p

en

utu

p:

Pe

nd

ap

ata

n

B

eb

an

P

en

da

pa

tan

ya

ng

be

lum

dib

ag

ika

n

10

.00

0

8.0

00

2.0

00

Me

mb

ag

i la

ba

se

sua

i nis

ba

h

Mu

dh

ari

b

: ¾

x 2

.00

0 =

1.5

00

Sh

ah

ibu

l ma

al

:

¼ x

2.0

00

= 5

00

Pe

mb

aya

ran

ke

pa

da

Sh

ah

ibu

l ma

al

Pe

mb

aya

ran

ke

pa

da

Mu

dh

ari

b

Ka

s

P

en

da

pa

tan

ba

gi h

asi

l

Jika

tid

ak d

iba

gi l

an

gsu

ng

:

Piu

tan

g m

ud

ha

rab

ah

P

en

da

pa

tan

ba

gi h

asi

l

Sa

at

ua

ng

dit

eri

ma

:

Ka

s

P

iuta

ng

mu

dh

ara

ba

h

50

0

50

0

50

0

50

0

50

0

50

0

Be

ba

n b

ag

i ha

sil

K

as

– M

ud

ha

rab

ah

Jika

tid

ak d

iba

gi l

an

gsu

ng

:

Be

ba

n b

ag

i ha

sil

U

tan

g b

ag

i ha

sil M

ud

ha

rab

ah

Sa

at

dib

aya

rka

n:

Uta

ng

ba

gi h

asi

l Mu

dh

ara

ba

h

K

as

– M

ud

ha

rab

ah

Sa

at

dib

aya

rkn

ke

pa

da

Mu

dh

ari

b:

Be

ba

n b

ag

i ha

sil

K

as

– M

ud

ha

rab

ah

Da

ri p

em

bu

ku

an

Mu

dh

ari

b u

ntu

k k

ep

en

tin

ga

n s

en

dir

i:

Ka

s

P

en

da

pa

tan

ba

gi h

asi

l

50

0

50

0

50

0

1.5

00

1.5

00

50

0

50

0

50

0

1.5

00

1.5

00

31

-12

-20

10

Me

laku

ka

n a

ya

t ju

rna

l pe

nu

tup

un

tuk

ba

gi h

asi

l te

rse

bu

t

P

en

da

pa

tan

ya

ng

be

lum

dib

ag

ika

n

B

eb

an

ba

gi h

asi

l

2.0

00

2.0

00

31

-12

-20

11

Jika

ha

sil p

en

go

lah

an

da

na

se

lam

a p

eri

od

e t

ert

en

tu a

da

lah

:

- M

em

pe

role

h p

en

da

pa

tan

8.0

00

- M

en

an

gg

un

g b

eb

an

10

.00

0

Ke

rug

ian

mu

dh

ara

ba

h

P

en

yis

iha

n k

eru

gia

n m

ud

ha

rab

ah

2.0

00

2.0

00

Mu

dh

ari

b a

ka

n m

en

cata

t se

pe

rti b

iasa

, ke

mu

dia

n a

ka

n d

itu

tup

:

Pe

nd

ap

ata

n

Pe

nyis

iha

n k

eru

gia

n

B

eb

an

8.0

00

2.0

00

10

.00

0

1-1

-20

12

Pe

ng

em

ba

lian

inve

sta

si m

ud

ha

rab

ah

pa

da

akh

ir a

ka

d

Ka

s

Pe

nyis

iha

n k

eru

gia

n m

ud

ha

rab

ah

I

nve

sta

si m

ud

ha

rab

ah

98

.00

0

2.0

00

10

0.0

00

Da

na

syir

ka

h t

em

po

rer

K

as

P

en

yis

iha

n k

eru

gia

n

10

0.0

00

98

.00

0

2.0

00

b.

Pe

ny

era

ha

n d

an

a i

nv

est

asi

da

lam

be

ntu

k a

sse

t n

on

ka

s

Tra

nsa

ksi

(d

ala

m r

ibu

an

ru

pia

h)

Pe

mil

ik D

an

a (

Sh

ah

ibu

l M

aa

l)

Pe

ng

elo

la D

an

a (

Mu

dh

ari

b)

1-1

-20

10

Se

tela

h m

ela

ku

ka

n a

ka

d,

ma

ka

pe

mili

k d

an

a m

en

ye

rah

ka

n a

sse

t n

on

ka

s d

en

ga

n:

Inve

sta

si m

ud

ha

rab

ah

A

set

no

n k

as

10

0.0

00

80

.00

0

Ase

t n

on

ka

s

D

an

a S

yir

ka

h T

em

po

rer

10

0.0

00

10

0.0

00

Page 27: Akuntansi Lks

2

7

Nila

i bu

ku

8

0.0

00

Nila

i pa

sar

1

00

.00

0

Pe

rio

de

aka

d 2

ta

hu

n,

na

mu

n m

en

gin

ga

t a

da

ke

bu

tuh

an

ba

ha

n b

aku

,

op

era

sio

na

l usa

ha

aka

n d

imu

lai 1

Ma

ret

20

10

.

Nis

ba

h b

ag

i ha

sil P

en

ge

lola

: P

em

ilik =

2 :

2

K

eu

ntu

ng

an

ta

ng

gu

ha

n

20

.00

0

28

-2-2

01

0

Te

rja

di p

en

uru

na

n n

ilai s

eb

elu

m u

sah

a d

imu

lai

Ke

rug

ian

inve

sta

si

I

nve

sta

si m

ud

ha

rab

ah

5.0

00

5.0

00

Da

na

syir

ka

h t

em

po

rer

A

set

no

n k

as

5.0

00

5.0

00

31

-12

-20

10

Jika

ha

sil p

en

go

lah

an

da

na

se

lam

a p

eri

od

e t

ert

en

tu a

da

lah

:

- M

em

pe

role

h p

en

da

pa

tan

20

.00

0

- M

en

an

gg

un

g b

eb

an

8.0

00

- S

ha

hib

ul m

aa

l me

ng

am

ort

isa

si k

eu

ntu

ng

an

ta

ng

gu

ha

n

Ke

un

tun

ga

n t

an

gg

uh

an

K

eu

ntu

ng

an

10

.00

0

10

.00

0

Mu

dh

ari

b a

ka

n m

en

cata

t se

pe

rti b

iasa

, ke

mu

dia

n a

ka

n d

itu

tup

:

Pe

nd

ap

ata

n

B

eb

an

P

en

da

pa

tan

ya

ng

be

lum

dib

ag

ika

n

20

.00

0

8.0

00

12

.00

0

Me

mb

ag

i la

ba

se

sua

i nis

ba

h

Mu

dh

ari

b

: ½

x 1

2.0

00

= 6

.00

0

Sh

ah

ibu

l ma

al

:

½ x

12

.00

0 =

6.0

00

Pe

mb

aya

ran

ke

pa

da

Sh

ah

ibu

l ma

al

Pe

mb

aya

ran

ke

pa

da

Mu

dh

ari

b

Ka

s

P

en

da

pa

tan

ba

gi h

asi

l

Jika

tid

ak d

iba

gi l

an

gsu

ng

:

Piu

tan

g m

ud

ha

rab

ah

P

en

da

pa

tan

ba

gi h

asi

l

Sa

at

ua

ng

dit

eri

ma

:

Ka

s

P

iuta

ng

mu

dh

ara

ba

h

6.0

00

6.0

00

6.0

00

6.0

00

6.0

00

6.0

00

Be

ba

n b

ag

i ha

sil

K

as

– M

ud

ha

rab

ah

Jika

tid

ak d

iba

gi l

an

gsu

ng

:

Be

ba

n b

ag

i ha

sil

U

tan

g b

ag

i ha

sil M

ud

ha

rab

ah

Sa

at

dib

aya

rka

n:

Uta

ng

ba

gi h

asi

l Mu

dh

ara

ba

h

K

as

– M

ud

ha

rab

ah

Sa

at

dib

aya

rka

n k

ep

ad

a M

ud

ha

rib

:

Be

ba

n b

ag

i ha

sil

K

as

– M

ud

ha

rab

ah

Da

ri p

em

bu

ku

an

Mu

dh

ari

b u

ntu

k k

ep

en

tin

ga

n s

en

dir

i:

Ka

s

P

en

da

pa

tan

ba

gi h

asi

l

6.0

00

6.0

00

6.0

00

6.0

00

6.0

00

6.0

00

6.0

00

6.0

00

6.0

00

6.0

00

31

-12

-20

10

Me

laku

ka

n a

ya

t ju

rna

l pe

nu

tup

un

tuk

ba

gi h

asi

l te

rse

bu

t

P

en

da

pa

tan

ya

ng

be

lum

dib

ag

ika

n

B

eb

an

ba

gi h

asi

l

12

.00

0

12

.00

0

31

-12

-20

11

Jika

ha

sil p

en

go

lah

an

da

na

se

lam

a p

eri

od

e t

ert

en

tu a

da

lah

:

- M

em

pe

role

h p

en

da

pa

tan

8.0

00

- M

en

an

gg

un

g b

eb

an

10

.00

0

- S

ha

hib

ul m

aa

l me

ng

am

ort

isa

si k

eu

ntu

ng

an

ta

ng

gu

ha

n

Ke

un

tun

ga

n t

an

gg

uh

n

K

eu

ntu

ng

an

Ke

rug

ian

mu

dh

ara

ba

h

P

en

yis

iha

n k

eru

gia

n m

ud

ha

rab

ah

10

.00

0

2.0

00

10

.00

0

2.0

00

Mu

dh

ari

b a

ka

n m

en

cata

t se

pe

rti b

iasa

, ke

mu

dia

n a

ka

n d

itu

tup

:

Pe

nd

ap

ata

n

Pe

nyis

iha

n k

eru

gia

n

B

eb

an

8.0

00

2.0

00

10

.00

0

1-1

-20

12

Pe

ng

em

ba

lian

inve

sta

si m

ud

ha

rab

ah

pa

da

akh

ir a

ka

d

Ase

t n

on

ka

s -

Mu

dh

ara

ba

h

Pe

nyis

iha

n k

eru

gia

n m

ud

ha

rab

ah

I

nve

sta

si m

ud

ha

rab

ah

98

.00

0

2.0

00

10

0.0

00

Da

na

syir

ka

h t

em

po

rer

A

set

no

n k

as

P

en

yis

iha

n k

eru

gia

n

10

0.0

00

98

.00

0

2.0

00

Page 28: Akuntansi Lks

28

AKAD MUSYARAKAH (PSAK NO. 106)

Musyarakah berasal dari kata al-syirkah atau al-ikhtilath (percampuran) atau persekutuan 2 orang atau lebih,

sehingga diantara masing-masing sulit dibedakan atau tidak dapat dipisahkan.

Istilah lainnya adalah sharikah atau syirkah/ kemitraan.

Menurut DSN-MUI dan PSAK 106

Musyarakah � akad kerjasama antara 2 pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, di mana masing-masing

pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan

sedangkan kerugian berdasarkan porsi kontribusi dana.

Dengan kemitraan diharapkan usaha lebih maju karena didukung oleh kemampuan akumulasi modal yang lebih

besar, relasi bisnis yang lebih luas, keahlian yang lebih beragam, variasi yang lebih luas, pengendalian yang lebih

tinggi, dan sebagainya.

Untung muncul bersama dengan risiko (al ghunmu bi al ghunmi). Pada dasarnya tidak boleh ada jaminan dari

mitra lainnya, namun boleh saja dilakukan. Jaminan baru dicairkan bila terbukti terdapat penyimpangan.

Contoh kesalahan yang disengaja menurut PSAK 106 par 7, yaitu:

- pelanggaran terhadap akad: penyalahgunaan dana investasi, manipulasi biaya dan pendapatan

operasional

- pelaksanaan yang tidak sesuai dengan akad syariah

Aplikasi ajaran Islam dalam musyarakah adalah ta’awun (gotong royong), ukhuwah (persaudaraan), dan keadilan.

Kontrak investasi dalam bidang pertanian yang mirip dengan syirkah adalah muzara’ah, mukhabarah, misaqat �

bagi hasilnya.

Jenis Akad Musyarakah

Berdasarkan Eksistensinya

1. Syirkah Al Milk � kepemilikan bersama (co-ownership) dan keberadaannya muncul apabila 2 orang atau

lebih memperoleh kepemilikan bersama (joint ownership) atas suatu kekayaan (asset).

Contoh: menerima warisan/hibah/wasiat sebidang tanah/harta kekayaan/perusahaan yang dapat dibagi

atau tidak dapat dibagi.

Pendapatannya dibagi sesuai porsi masing-masing sampai diputuskan membagi atau menjualnya.

Syirkah Al Milk kadang bersifat ikhtiariyyah (ikhtiari/sukarela/voluntary) atau jabariyyah (jabari/tidak

sukarela/involuntary). Ikhtiari bila harta bersama (warisan/hibah/wasiat) dapat dibagi, namun

memutuskan untuk tetap memiliknya bersama. Jabari bila barang tersebut tidak dapat dibagi dan mereka

terpaksa harus memilikinya bersama.

Page 29: Akuntansi Lks

29

2. Syirkah Al Uqud (kontrak) � kemitraan yang tercipta dengan kesepakatan 2 orang atau lebih untuk

bekerjasama dalam mencapai tujuan tertentu. Dapat berkontribusi modal dan kerja, berbagi untung dan

resiko. Setiap mitra dapat bertindak sebagai wakil dari mitra lainnya. Syirkah Al Uqud dibagi sebagai

berikut:

a. Syirkah Abdan (Syirkah Fisik)

Atau Syirkah A’mal (Syirkah kerja)/Syirkah Shanaa’i (Syirkah para tukang)/Syirkah Taqabbul (Syirkah

penerimaan) � bentuk kerjasama antara 2 pihak atau lebih dari kalangan pekerja/ professional

dimana mereka sepakat untuk bekerjasama mengerjakan suatu pekerjaan dan berbagi penghasilan

yang diterima.

Kontribusi: keahlian dan tenaga, tanpa menyetorkan modal.

Ciri: keahlian yang dimiliki, waktu yang dicurahkan, dan lokasi kerja dapat sama atau berbeda, bebas

menentukan siapa yang pemimpin dan pelaksana, pekerjaan yang disepakati oleh salah seorang mitra

mengikat mitra lainnya.

b. Syirkah Wujuh

���� Kerjasama antara 2 pihak di mana masing-masing pihak sama sekali tidak menyertakan modal.

Menjalankan usahanya berdasarkan kepercayaan pihak ketiga. Masing-masing mitra

menyumbangkan nama baik, reputasi, dan credit worthiness.

c. Syirkah ‘Inan (Negosiasi)

� Bentuk kerjasama di mana posisi dan komposisi masing-masing pihak yang terlibat di dalamnya

adalah tidak sama, baik dalam modal ataupun pekerjaan. Tanggung jawab dapat berbeda dalam

pengelolaan usaha. Setiap mitra bertindak sebagai kuasa (agen) dari kemitraan itu, tetapi bukan

merupakan penjamin bagi mitra usaha lainnya. Tetapi kewajiban terhadap pihak ketiga adalah

sendiri-sendiri.

d. Syirkah Mufawwadhah

� Posisi dan komposisi pihak-pihak yang terlibat di dalamnya harus sama, baik dalam hal modal,

pekerjaan, agama, keuntungan, maupun risiko kerugian.

Berdasarkan Kontribusi Dana Investasi

1. Musyarakah Permanen

� Ketentuan bagian dana setiap mitra ditentukan saat akad dan jumlahnya tetap hingga akhir masa

akad (PSAK 106 par 4)

2. Musyarakah Menurun

� Ketentuan bagian dana salah satu mitra akan dialihkan secara bertahap kepada mitra lainnya

sehingga bagian dananya akan menurun dan pada akhir masa akad, mitra lain tersebut akan

menjadi pemilik penuh usaha musyarakah tersebut (pelunasan secara bertahap)

Page 30: Akuntansi Lks

30

SKEMA MUSYARAKAH

Dasar Hukum Akad Musyarakah

Mubah � Q.S. An- Nisa: 12, Q.S. Shad: 24

Berakhirnya Akad Musyarakah

a. Salah seorang mitra menghentikan akad

b. Salah seorang mitra meninggal, atau hilang akal

c. Modal musyarakah hilang/ habis

Penetapan Nisbah dalam Akad

1. Proporsional sesuai modal.

2. Tidak proporsional dengan modal. Tidak hanya modal, tapi juga tanggung jawab, pengalaman, kompetensi

atau waktu kerja.

Perlakuan Akuntansi Akad Mudharabah

Perlakuan akuntansi untuk transaksi musyarakah akan dilihat dari dua sisi pelaku yaitu mitra aktif dan mitra pasif.

Mitra aktif adalah pihak yang mengelola usaha musyarakah baik mengelola sendiri ataupun menunjuk pihak lain

untuk mengelola atas namanya; sedangkan mitra pasif adalah pihak yang tidak ikut mengelola usaha (biasanya

adalah lembaga keuangan).

1. Pengakuan investasi musyarakah

Investasi musyarakah diakui pada saat penyerahan kas atau asset non kas untuk usaha musyarakah.

2. Pengukuran investasi musyarakah

Biaya pra akad yang terjadi akibat akad musyarakah (misalnya, biaya studi kelayakan) tidak dapat diakui

sebagai bagian investasi musyarakah kecuali ada persetujuan dari seluruh mitra musyarakah.

Mitra 1

Laba/ Rugi

Mitra 2

Keuntungan/

Kerugian

Akad musyarakah Mitra 2

Laba/ Rugi

Mitra 1

Bila untung, dibagi sesuai nisbah,

Bila rugi, ditanggung sesuai proporsi modal

Proyek usaha

Page 31: Akuntansi Lks

3

1

Tra

nsa

ksi

(d

ala

m r

ibu

an

ru

pia

h)

Mit

ra A

kti

f M

itra

Pa

sif

Pe

rusa

ha

an

Be

ntu

ka

n/

Mit

ra A

kti

f

24

-12

-20

09

Me

ng

elu

ark

an

bia

ya

pra

aka

d s

eb

esa

r 1

0.0

00

Ua

ng

mu

ka

K

as

Jika

bia

ya i

ni d

iak

ui s

bg

ba

g.

Inve

sta

si:

Inve

sta

si m

usy

ara

ka

h

U

an

g m

uka

Jika

tid

ak d

ise

tuju

i sb

g i

nve

sta

si:

Be

ba

n m

usy

ara

ka

h

U

an

g m

uka

10

.00

0

10

.00

0

10

.00

0

10

.00

0

10

.00

0

10

.00

0

A

set

no

n k

as

D

an

a S

yir

ka

h T

em

po

rer

10

0.0

00

10

0.0

00

1-1

-20

10

Mit

ra a

kti

f m

en

ye

tork

an

mo

da

l se

be

sar

10

0.0

00

,

sed

an

gka

n m

itra

pa

sif

me

nye

tork

an

mo

da

l se

be

sar

50

.00

0.

Asu

msi

bia

ya

pra

aka

d t

ida

k d

ise

tuju

i se

ba

ga

i

pe

na

mb

ah

inve

sta

si m

usy

ara

ka

h.

Inve

sta

si m

usy

ara

ka

h -

Ka

s

K

as

10

0.0

00

10

0.0

00

Inve

sta

si m

usy

ara

ka

h -

Ka

s

K

as

50

.00

0

50

.00

0

Ka

s –

Mu

sya

raka

h

D

an

a s

yir

ka

h t

em

po

rer

Mit

ra A

kti

f

D

an

a s

yir

ka

h t

em

po

rer

Mit

ra P

asi

f

15

0.0

00

10

0.0

00

50

.00

0

31

-12

-20

10

Pe

rusa

ha

an

me

mp

ero

leh

:

- P

en

da

pa

tan

10

0.0

00

- B

eb

an

80

.00

0

- P

em

ba

gia

n n

isb

ah

ba

gi h

asi

l 3 :

1 u

ntu

k m

itra

akti

f

d

an

mit

ra p

asi

f

Ka

s

P

en

da

pa

tan

ba

gi h

asi

l

Jika

tid

ak d

iba

gi l

an

gsu

ng

:

Piu

tan

g p

en

da

pa

tan

ba

gi h

asi

l

P

en

da

pa

tan

ba

gi h

asi

l

Sa

at

ua

ng

dit

eri

ma

:

Ka

s

P

iuta

ng

pe

nd

ap

ata

n b

ag

i ha

sil

15

.00

0

15

.00

0

15

.00

0

15

.00

0

15

.00

0

15

.00

0

Ka

s

P

en

da

pa

tan

ba

gi h

asi

l

Jika

tid

ak d

iba

gi l

an

gsu

ng

:

Piu

tan

g p

en

da

pa

tan

ba

gi h

asi

l

P

en

da

pa

tan

ba

gi h

asi

l

Sa

at

ua

ng

dit

eri

ma

:

Ka

s

P

iuta

ng

pe

nd

ap

ata

n b

ag

i ha

sil

5.0

00

5.0

00

5.0

00

5.0

00

5.0

00

5.0

00

Pe

nd

ap

ata

n

P

en

da

pa

tan

ya

ng

be

lum

dib

ag

ika

n

B

eb

an

Ba

gi h

asi

l:

Be

ba

n b

ag

i ha

sil

K

as

– M

usy

ara

ka

h

Jika

tid

ak d

iba

gi l

an

gsu

ng

:

Be

ba

n b

ag

i ha

sil

U

tan

g m

usy

ara

ka

h

Sa

at

dib

aya

rka

n:

Uta

ng

mu

sya

raka

h

K

as

– M

usy

ara

ka

h

10

0.0

00

20

.00

0

20

.00

0

20

.00

0

20

.00

0

80

.00

0

20

.00

0

20

.00

0

20

.00

0

31

-12

-20

10

Me

laku

ka

n

aya

t ju

rna

l p

en

utu

p

un

tuk

ba

gi

ha

sil

ters

eb

ut

Pe

nd

ap

ata

n y

an

g b

elu

m d

iba

gik

an

B

eb

an

ba

gi h

asi

l

20

.00

0

20

.00

0

31

-12

-20

11

Pe

rusa

ha

an

me

mp

ero

leh

:

- P

en

da

pa

tan

80

.00

0

- B

eb

an

10

0.0

00

- P

em

ba

gia

n n

isb

ah

ba

gi h

asi

l 3 :

1 u

ntu

k m

itra

akti

f

d

an

mit

ra p

asi

f

Ke

rug

ian

P

en

yis

iha

n k

eru

gia

n

15

.00

0

15

.00

0

Ke

rug

ian

P

en

yis

iha

n k

eru

gia

n

5.0

00

5.0

00

Pe

nd

ap

ata

n

Pe

nyis

iha

n k

eru

gia

n

B

eb

an

80

.00

0

20

.00

0

10

0.0

00

1-1

-20

12

Pe

ng

em

ba

lian

pa

da

akh

ir a

ka

d

Ka

s

Pe

nyis

iha

n k

eru

gia

n

I

nve

sta

si m

usy

ara

ka

h

85

.00

0

15

.00

0

10

0.0

00

Ka

s

Pe

nyis

iha

n k

eru

gia

n

I

nve

sta

si m

usy

ara

ka

h

45

.00

0

5.0

00

50

.00

0

Da

na

syir

ka

h t

em

po

rer

P

en

yis

iha

n k

eru

gia

n

K

as

15

0.0

00

20

.00

0

13

0.0

00

Page 32: Akuntansi Lks

32

AKAD MURABAHAH (PSAK NO. 102)

Murabahah � transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang

disepakati oleh penjual dan pembeli.

Pembayaran atas akad jual beli dapat dilakukan secara tunai (bai’ naqdan) atau tangguh (bai’ mu’ajjal/bai’

bi’tsaman ajil).

Jual beli dapat diartikan sebagai pertukaran harta atas dasar saling rela. Yang dipertukarkan bisa berupa uang

dengan barang, barang dengan barang, ataupun uang dengan uang. Jual beli adalah salah satu aspek dalam

muamalah (hubungan manusia dengan manusia), dengan kaidah dasar semua boleh kecuali yang dilarang.

Penjual secara jelas memberi tahu pembeli berapa harga pokok barang dan berapa besar keuntungan yang

diinginkannya. Membolehkan pembebanan biaya langsung ke harga belinya.

Harga pokok barang = harga beli – diskon pembelian

Keuntungan yang diinginkan bisa dalam jumlah tertentu (lump sum) atau persentase tertentu. Besarnya

keuntungan harus jelas. Harga barang yang disepakati tidak dapat berubah. Besar angsuran tetap, walaupun

harga beli atau tingkat bunga pasar meningkat. Objek murabahah dapat dijadikan sebagai jaminan.

Dalam akad murabahah, penjual dapat meminta pembeli untuk mewakilinya membeli barang yang dibutuhkan

pembeli, sehingga barang yang dibeli sesuai dengan keinginannya. Harus ada 2 transaksi yang terpisah. Tidak

boleh transaksi tunggal – pinjaman uang.

Bila melunasi lebih cepat, boleh ada potongan harga. Penjual dapat meminta uang muka pembelian sebagai bukti

keseriusannya. Penjual tidak boleh mengenakan denda atas keterlambatan pembayaran. Kecuali keterlambatan

terjadi karena kelalaian, dan bukannya karena kesulitan keuangan. Dendanya bukan merupakan pendapatan,

tetapi dana kebajikan (dana qard) dan harus disalurkan pada yang membutuhkan.

Keringanan karena kesulitan keuangan dapat berupa: menghapus sisa tagihan, membantu menjualkan objek

murabahah pada pihak lain, atau restrukturisasi piutang.

Restrukturisasi piutang bisa dalam bentuk:

- Memberi potongan sisa tagihan, sehingga jumlah angsuran menjadi lebih kecil

- Melakukan penjadwalan ulang (rescheduling), dimana jumlah tagihan yang tersisa tetap dan perpanjangan

masa pembayaran disesuaikan dengan kesepakatan

- Mengonversi akad murabahah, dengan cara menjual objek murabahah kepada pihak lain

Objek murabahah dapat dijadikan sebagai jaminan.

Untuk penjualan tidak tunai (tangguh), harus dibuatkan kontrak/perjanjiannya secara tertulis dan dihadiri saksi-

saksi. Kontrak harus memuat: besarnya utang pembeli, jangka waktu akad, besarnya angsuran tiap periode,

jaminan, serta siapa yang berhak atas diskon pembelian.

Page 33: Akuntansi Lks

33

Jenis akad murabahah:

1. Murabahah dengan pesanan (murabaha to the purchase order)

Penjual melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari pembeli. Murabahah dengan pesanan

dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat pembeli untuk membeli barang yang dipesannya.

2. Murabahah tanpa pesanan

Murabahah jenis ini bersifat tidak mengikat.

Sumber hukum akad murabahah:

a. Al-Qur’an (QS. 4: 29, QS. 5: 1, QS. 2: 275, QS. 2: 282)

b. Al-Hadits

Rukun dan ketentuan akad murabahah:

1) Pelaku

2) Objek jual beli, harus memenuhi:

a. Barang tersebut halal

b. Barang tersebut bermanfaat atau memiliki nilai

c. Barang tersebut dimiliki oleh penjual

d. Barang tersebut dapat diserahkan tanpa tergantung dengan kejadian tertentu di masa depan

e. Barang tersebut harus diketahui secara spesifik dan dapat diidentifikasikan oleh pembeli sehingga

tidak ada gharar (ketidakpastian)

f. Barang tersebut dapat diketahui kuantitasnya dengan jelas

g. Barang tersebut dapat diketahui kualitasnya dengan jelas sehingga tidak ada gharar

h. Harga barang tersebut jelas

i. Barang yang diakadkan secara fisik ada di tangan penjual

3) Ijab Kabul

Barang (Mabi)

Penjual (Ba’i) Pembeli (Musytari) Akad Murabahah

Cost + Margin

Negosiasi

Akad Jual Beli

Bayar

Produsen

Supplier

Penjual Pembeli

Barang dan Dokumen

Page 34: Akuntansi Lks

3

4

Pe

rla

ku

an

Ak

un

tan

si A

ka

d M

ura

ba

ha

h

a.

Tra

nsa

ksi

mu

rab

ah

ah

tu

na

i p

esa

na

n m

en

gik

at

ata

u p

esa

na

n t

ida

k m

en

gik

at

Tra

nsa

ksi

(d

ala

m r

ibu

an

ru

pia

h)

Pe

nju

al

Pe

mb

eli

1-1

-20

10

Pe

nju

al d

an

pe

mb

eli

me

laku

ka

n a

ka

d d

en

ga

n m

ura

ba

ha

h.

Pe

nju

al m

em

be

li d

ari

pih

ak la

in b

ara

ng

ya

ng

aka

n

dij

ua

l ke

pa

da

pe

mb

eli.

Pe

nju

al m

em

be

li p

ers

ed

iaa

n d

ari

pih

ak la

in d

en

ga

n h

arg

a 2

00

.00

0 d

an

aka

n d

ise

rah

ka

n p

ad

a 1

Ju

ni 2

01

0.

Pe

san

an

me

ng

ika

t a

tau

tid

ak m

en

gik

at.

Ase

t m

ura

ba

ha

h

K

as/

Uta

ng

20

0.0

00

20

0.0

00

1-3

-20

10

Jika

te

rja

di p

en

uru

na

n n

ilai

seb

elu

m b

ara

ng

pe

san

an

dis

era

hka

n k

ep

ad

a p

em

be

li se

be

sar

5.0

00

.

Pe

san

an

me

ng

ika

t a

tau

tid

ak m

en

gik

at.

Be

ba

n p

en

uru

na

n n

ila

i

A

set

mu

rab

ah

ah

5.0

00

5.0

00

1-6

-20

10

Pe

nju

al s

esu

ai a

ka

d m

en

ye

rah

ka

n b

ara

ng

ke

pa

da

pe

mb

eli

de

ng

an

nila

i 25

0.0

00

.

Jika

se

cara

tu

na

i

Ka

s

K

eu

ntu

ng

an

A

set

mu

rab

ah

ah

25

0.0

00

55

.00

0

19

5.0

00

Ase

t

K

as

25

0.0

00

25

0.0

00

b.

Tra

nsa

ksi

mu

rab

ah

ah

no

n t

un

ai

Tra

nsa

ksi

(d

ala

m r

ibu

an

ru

pia

h)

Pe

nju

al

Pe

mb

eli

1-1

-20

10

Pe

nju

al d

an

pe

mb

eli

me

laku

ka

n a

ka

d d

en

ga

n m

ura

ba

ha

h.

Pe

nju

al m

em

be

li d

ari

pih

ak la

in b

ara

ng

ya

ng

aka

n

dij

ua

l ke

pa

da

pe

mb

eli.

Pe

nju

al m

em

be

li p

ers

ed

iaa

n d

ari

pih

ak la

in d

en

ga

n h

arg

a 2

00

.00

0 d

an

aka

n d

ise

rah

ka

n p

ad

a 1

Ju

ni 2

01

0.

Pe

san

an

me

ng

ika

t.

Ase

t m

ura

ba

ha

h

K

as/

Uta

ng

20

0.0

00

20

0.0

00

1-6

-20

10

Pe

nju

al s

esu

ai a

ka

d m

en

ye

rah

ka

n b

ara

ng

ke

pa

da

pe

mb

eli

de

ng

an

nila

i 25

0.0

00

se

cara

tid

ak t

un

ai d

an

aka

n

dib

aya

r se

lam

a 2

ta

hu

n.

De

ng

an

2 k

ali

an

gsu

ran

.

Piu

tan

g m

ura

ba

ha

h

K

eu

ntu

ng

an

ta

ng

gu

ha

n

A

set

mu

rab

ah

ah

(Ke

un

tun

ga

n t

an

gg

uh

an

aka

n d

iam

ort

isa

si

sep

an

jan

g a

ka

d)

25

0.0

00

50

.00

0

20

0.0

00

Ase

t

Be

ba

n d

ita

ng

gu

hka

n

U

tan

g

(Be

ba

n d

ita

ng

gu

hka

n a

ka

n d

iam

ort

isa

si

sep

an

jan

g a

ka

d)

20

0.0

00

50

.00

0

25

0.0

00

1-6

-20

11

Pe

mb

aya

ran

se

be

sar

12

5.0

00

1-6

-20

12

Pe

mb

aya

ran

se

be

sar

12

5.0

00

Ka

s

Ke

un

tun

ga

n t

an

gg

uh

an

P

iuta

ng

mu

rab

ah

ah

K

eu

ntu

ng

an

Ka

s

Ke

un

tun

ga

n t

an

gg

uh

an

P

iuta

ng

mu

rab

ah

ah

K

eu

ntu

ng

an

12

5.0

00

25

.00

0

12

5.0

00

25

.00

0

12

5.0

00

25

.00

0

12

5.0

00

25

.00

0

Uta

ng

mu

rab

ah

ah

Be

ba

n

B

eb

an

dit

an

gg

uh

ka

n

K

as

Uta

ng

mu

rab

ah

ah

Be

ba

n

B

eb

an

dit

an

gg

uh

ka

n

K

as

12

5.0

00

25

.00

0

12

5.0

00

25

.00

0

25

.00

0

12

5.0

00

25

.00

0

12

5.0

00

Page 35: Akuntansi Lks

35

AKAD SALAM (PSAK NO. 103)

Salam, berasal dari kata As Salaf � pendahuluan karena pemesan barang menyerahkan uangnya di muka. Para

Fuqaha menamainya al-mahawi’ij (barang-barang mendesak) karena sejenis jual beli yang dilakukan mendesak

walaupun barang yang diperjualbelikan tidak ada di tempat.

Menurut PSAK 103

Salam � akad jual beli barang pesanan (muslam fi’ih) dengan pengiriman di kemudian hari oleh penjual (muslam

ilaihi) dan pelunasannya dilakukan oleh pembeli (al muslam) pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat-

syarat tertentu.

Dengan demikian, akad salam dapat membantu produsen dalam penyediaan modal sehingga ia dapat

menyerahkan produk sesuai dengan yang telah dipesan sebelumnya. Sebaliknya, pembeli mendapat jaminan

memperoleh barang tertentu, pada saat ia membutuhkan dengan harga yang disepakatinya di awal. Sekilas,

transaksi salam mirip dengan transaksi ijon.

Ijon � gharar dalam hal jumlah ataupun kualitas, syarat saling rela dapat tidak terpenuhi atau dapat merugikan

salah satu pihak.

Salam dibolehkan syariah karena tidak ada gharar. Walaupun barang baru diserahkan dikemudian hari, harga,

spesifikasi, karakteristik, kualitas, kuantitas, dan waktu penyerahannya sudah ditentukan dan disepakati ketika

akad terjadi.

Dalam murabahah, ada penjualan tangguh yang artinya barang diserahkan terlebih dahulu sedangkan

pembayaran kemudian. Salam merupakan kebalikannya, di mana pembayarannya dilakukan terlebih dahulu dan

penyerahan barang dilakukan kemudian.

Bila barang yang dikirim tidak sesuai dengan pesanan, pembeli boleh melakukan khiyar yaitu memilih apakah

transaksi dilanjutkan atau dibatalkan.

Transaksi salam biasanya digunakan pada industry pertanian. Bahkan akad salam dapat digunakan untuk

membantu petani dengan tiga strategi pendekatan yang dilakukan pemerintah, antara lain:

a. Pemerintah membentuk perusahaan pembiayaan syariah, untuk sector pertanian secara khusus dalam

bentuk BUMN non bank

b. Pemerintah membentuk bank pertanian syariah

c. Melalui penerbitan sukuk

Jenis Akad Salam

1. Salam, skemanya

Penjual Pembeli

Barang/modal

Salam

Uang

Page 36: Akuntansi Lks

36

2. Salam parallel, skemanya

Sumber hukum: QS. 2: 282, QS. 5: 1

Rukun Salam

1. Pelaku: penjual (muslam ilaihi) dan pembeli (al-muslam)

2. Objek akad: barang yang akan diserahkan (muslam fi’ih) dan modal salam (ra’su maalis salam)

3. Ijab Kabul

Ketentuan syariah yang terkait dengan modal salam:

- Modal salam harus diketahui jenis dan jumlahnya

- Modal salam berbentuk uang tunai

- Modal salam diserahkan ketika akad berlangsung

Ketentuan syariah yang terkait dengan barang salam:

• Barang tersebut harus dapat dibedakan/diidentifikasi

• Barang tersebut harus dapat dikuantifikasi

• Waktu penyerahan barang harus jelas

• Barang tidak harus ada di tangan penjual tetapi harus ada pada waktu yang ditentukan

• Apabila barang yang dipesan tidak ada pada waktu yang ditentukan, akad menjadi fasakh/rusak, dan

pembeli dapat memilih untuk menunggu atau membatalkan akad

• Apabila barang yang dikirim cacat/tidak sesuai dengan yang disepakati, pembeli boleh melakukan khiyar

• Apabila barang yang dikirim kualitasnya lebih baik, penjual tidak boleh meminta tambahan pembayaran,

dianggap sebagai pelayanan kepuasan pelanggan

• Apabila barang yang dikirim kualitasnya lebih rendah, pembeli boleh memilih menerima atau

menolaknya. Apabila menerima, pembeli tidak boleh meminta pengurangan harga

• Barang boleh dikirim sebelum jatuh tempo asal disetujui kedua belah pihak

• Penjualan kembali barang yang dipesan sebelum diterima tidak dibolehkan secara syariah

• Penggantian barang yang dipesan dengan barang lain

• Apabila tempat penyerahan barang tidak disebutkan, akad tetap sah

Berakhirnya akad salam

� Barang yang dipesan tidak ada pada waktu yang ditentukan

� Barang yang dikirim cacat atau tidak sesuai dengan yang disepakati dalam akad

� Barang yang dikirim kualitasnya lebih rendah, dan pembeli memilih untuk menolak atau membatalkan

akad

Penjual/

pemasok

Pembeli/

penjual

Pembeli

Barang/modal Barang/modal

Salam 1 Salam 2

Uang Uang

Page 37: Akuntansi Lks

37

Perlakuan Akuntansi Akad Salam

a. Penyerahan secara tunai

Transaksi Penjual (muslam ilaihi) Pembeli (al muslam)

1-1-2010 Pembeli memberikan modal salam

100.000 secara tunai. Pengiriman

akan dilakukan setelah 31-3-2010

atau masa panen.

Kas

Utang Salam

100.000

100.000

Piutang Salam

Kas

100.000

100.000

31-3-2010 Barang dikirim oleh penjual

- Barang yang dikirim sesuai akad Utang Salam

Penjualan

100.000

100.000

Aset Salam

Piutang Salam

100.000

100.000

- Barang yang dikirim tidak sesuai

akad

a. Nilainya lebih tinggi dari nilai

akad salam (asumsi nilai barang

120.000)

Utang Salam

Penjualan

100.000

100.000

Aset Salam

Piutang Salam

100.000

100.000

b. Nilainya lebih rendah dari akad

salam (asumsi nilai barang

95.000)

Utang Salam

Keuntungan

Penjualan

100.000

5.000

95.000

Aset Salam

Kerugian

Piutang Salam

95.000

5.000

100.000

b. Penyerahan asset non kas

Transaksi Penjual (muslam ilaihi) Pembeli (al muslam)

Penyerahan asset non kas dengan nilai 80.000,

nilai wajar 110.000.

Aset

Utang Salam

110.000

110.000

Piutang Salam

Aset non kas

Keuntungan

110.000

80.000

30.000

Penyerahan asset non kas dengan nilai tercatat

80.000, nilai wajar 70.000.

Aset

Utang Salam

70.000

70.000

Piutang Salam

Kerugian

Aset non kas

70.000

10.000

80.000

Page 38: Akuntansi Lks

38

AKAD ISTISHNA’ (PSAK NO. 104)

Manusia membutuhkan sesuatu yang bisa jadi belum tersedia di pasar sehingga untuk memperolehnya harus

dilakukan indent atau pemesanan terlebih dahulu. Akad ini pada dasarnya merupakan suatu jenis khusus dari jual

beli dengan akad salam. Ketentuan syariahnya sama.

Salam � produk pertanian

Istishna’ � produk manufaktur seperti konstruksi rumah, gedung, mesin

Perbedaan = Salam, pembayaran harus dilakukan di awal akad

Istishna’, pembayaran dapat dengan cicilan

Akad istishna’ � akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan criteria dan

persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli/ mustashni’) dan penjual (pembuat/ shani’).

Shani’ akan menyiapkan sendiri barang yang dipesan atau melalui pihak lain (istishna’ parallel).

PSAK 104 par 8, barang pesanan harus memenuhi kriteria:

- Memerlukan proses pembuatan setelah akad disepakati

- Sesuai dengan spesifikasi pemesan (costumized), bukan produk massal, dan

- Harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi jenis, spesifikasi teknis, kualitas, dan

kuantitasnya

Dalam istishna’ parallel, penjual membuat akad kedua dengan subkontraktor. Tetapi yang bertanggung jawab

tetap penjual, bukan subkontraktor.

PSAK 104 par 13, pembeli mempunyai hak untuk memperoleh jaminan dari penjual atas:

1. Jumlah yang telah dibayarkan

2. Penyerahan barang pesanan sesuai dengan spesifikasi dan tepat waktu

Harga harus disepakati: 100% di muka, cicilan, atau ditangguhkan.

PSAK 104 par 12, akad dapat dibatalkan pada kondisi:

• Kedua belah pihak setuju untuk menghentikannya

• Batal demi hukum

Perbedaan Salam dengan Istishna’

Subjek Salam Istishna’ Keterangan

Pokok kontrak

Harga

Sifat kontrak

Kontrak paralel

Muslam fihi

Dibayar saat kontrak

Mengikat secara asli

Salam paralel

Mashnu’

Boleh saat kontrak, diangsur,

atau dikemudian hari

Mengikat secara ikutan

Istishna’ paralel

Barang ditangguhkan, dengan spesifikasi

Cara penyelesaian pembayaran merupakan

perbedaan utamanya

Salam mengikat semua pihak sejak semula,

istishna’ dianggap mengikat demi

kemaslahatan

Sah asalkan kedua kontrak secara hukum

adalah terpisah

Page 39: Akuntansi Lks

39

Jenis Akad Istishna’

1. Istishna’, skemanya

2. Istishna’ parallel, skemanya

Rukun dan Ketentuan Akad Istishna’

1. Pelaku: Pemesan (pembeli/ mustashni’) dan penjual (pembuat/ shani’)

2. Objek akad: berupa barang yang akan diserahkan dan modal istishna’ yang berbentuk harga

• Ketentuan tentang pembayaran

- Alat bayar harus diketahui bentuk dan jumlahnya

- Harga yang telah ditetapkan dalam akad tidak boleh berubah

- Pembayaran dilakukan sesuai kesepakatan

- Pembayaran tidak boleh berupa pembebasan utang

• Ketentuan tentang barang

- Barang pesanan harus jelas spesifikasinya

- Barang pesanan diserahkan kemudian

- Waktu dan penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan kesepakatan

- Barang pesanan yang belum diterima tidak boleh dijual

- Tidak boleh menukar barang kecuali dengan barang sejenis sesuai kesepakatan

- Dalam hal terdapat cacat atau barang tidak sesuai dengan kesepakatan, pemesan memiliki hak khiyar (hak

memilih) untuk melanjutkan atau membatalkan akad

- Dalam hal pesanan sudah dikerjakan sesuai dengan kesepakatan, hukumnya mengikat, tidak boleh

dibatalkan sehingga penjual tidak dirugikan

3. Ijab kabul

Berakhirnya Akad Istishna’

- Dipenuhinya kewajiban secara normal oleh kedua belah pihak

- Persetujuan bersama kedua belah pihak untuk menghentikan kontrak

- Pembatalan hukum kontrak

Pembeli Penjual

Asset

Istishna’ 1

Uang

Pembeli

Penjual

Subkontraktor/

produsen/pembuat

Istishna’ 2 Istishna’ 1

Page 40: Akuntansi Lks

40

AKAD IJARAH (ED PSAK 107)

Al-Ijarah berasal dari kata al ajru yang berarti al ‘iwadhu (ganti/kompensasi).

Ijarah � akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa, dalam waktu tertentu dengan

pembayaran upah sewa (ujrah), tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri.

Ijarah sejenis dengan jual beli namun yang dipindahkan bukan hak kepemilikannya tapi hak guna/ manfaat, dari

suatu asset atau dari jasa/pekerjaan.

Barang yang dapat habis dikonsumsi tidak dapat menjadi objek ijarah, karena mengambil manfaatnya berarti

memilikinya.

Hubungan pekerja dan pemberi kerja (upah mengupah) termasuk dalam akad ijarah, dan pengguna jasa harus

membayar upah.

Akad ijarah mewajibkan pemberi sewa untuk menyediakan asset yang dapat digunakan atau dapat diambil

manfaatnya selama periode akad dan memberikan hak kepada pemberi sewa untuk menerima upah sewa (ujrah).

Penyewa merupakan pihak yang menggunakan/mengambil manfaat atas asset sehingga penyewa berkewajiban

membayar sewa dan menggunakan asset sesuai dengan kesepakatan (kalau ada), tidak bertentangan dengan

syariah, dan merawat/menjaga keutuhan asset tersebut. Apabila kerusakan asset terjadi karena kelalaian

penyewa maka ia berkewajiban menggantinya atau memperbaikinya. Selama masa perbaikan, masa sewa tidak

bertambah. Pemberi sewa dapat meminta penyewa untuk menyerahkan jaminan atas ijarah untuk menghindari

risiko kerugian.

Biaya pemeliharaan rutin dan tidak material dapat ditanggung penyewa.

Pengalihan kontrak atau asset yang disewa kemudian disewakan kembali pada pihak lain boleh dilakukan, baik

dengan harga sama, lebih tinggi atau lebih rendah asalkan pemberi sewa mengijinkannya. Syaratnya adalah kedua

akad harus tunai. Hal ini untuk menghindari transaksi sejenis bai al innah yang dilarang secara syariah.

Pembayaran sewa dapat dibayar di muka, ditangguhkan ataupun diangsur sesuai kesepakatan pemberi sewa dan

penyewa. Apabila yang disepakati adalah pembayaran tangguh dan terjadi pemindahan pembayaran akibat

penyewa lalai (bukan karena tidak mampu secara financial), maka dapat dikenakan denda, yang akan digunakan

sebagai dana kebajikan.

Apabila atas ijarah dibayarkan uang muka, dan penyewa membatalkan akad, maka uang muka tersebut menjadi

hak pemberi sewa.

Akad ijarah hendaknya memuat aturan tentang jangka waktu akad, besarnya sewa atau upah (di muka, angsuran

atau di akhir), peruntukan asset yang disewakan, dan hal lainnya yang dianggap penting.

Perjanjian mulai berlaku efektif ketika penyewa dapat menggunakan asset yang disewanya bukan saat

penandatanganan kontrak, sebaliknya pada saat itu pemberi sewa berhak menerima pembayaran sewa atau

upah.

Page 41: Akuntansi Lks

41

Skema Ijarah

Jenis Akad Ijarah

Berdasarkan objek yang disewakan

1. Manfaat atas asset yang tidak bergerak

2. Manfaat atas jasa berasal dari hasil karya atau dari pekerjaan seseorang

Berdasarkan ED PSAK 107

1. Ijarah.

2. Ijarah Muntahiya Bit Tamlik (IMBT) � ijarah dengan wa’ad (janji) dari pemberi sewa berupa perpindahan

kepemilikan objek ijarah pada saat tertentu.

Perpindahan kepemilikan dapat dilakukan jika seluruh pembayaran sewa atas objek ijarah yang dialihkan

telah diselesaikan dan objek ijarah telah diserahkan kembali kepada pemberi sewa. Kemudian akan

dibuat akad baru, terpisah dari akad ijarah sebelumnya.

Perpindahan kepemilikan dapat dilakukan melalui:

- Hibah

- Penjualan

- Sebelum akad berakhir

- Setelah akad berakhir

- Penjualan secara bertahap sesuai dengan wa’ad (janji) pemberi sewa

3. Jual dan sewa kembali (sale and leaseback) atau transaksi jual dan ijarah � terjadi di mana seseorang

menjual asetnya kepada pihak lain dan menyewa kembali asset tersebut. Alasannya bisa karena pemilik

asset membutuhkan uang sementara ia masih memerlukan manfaat dari asset tersebut.

Dasar hukum: QS. 43: 32, QS. 2: 233, QS. 28: 26

Rukun dan Ketentuan Syariah Ijarah

a. Pelaku: pemberi sewa/ pemberi jasa/ lessor/ mu’jjir dan penyewa/ pengguna jasa/ lessee/ musta’jir

b. Objek: manfaat asset/ ma’jur dan pembayaran sewa; atau manfaat jasa dan pembayaran upah

• Manfaat asset/ jasa adalah sebagai berikut:

- Harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan dalam kontrak

- Harus yang bersifat dibolehkan secara syariah

Pemberi sewa/

jasa

Penyewa/

pengguna jasa

Objek ijarah

Akad ijarah

Page 42: Akuntansi Lks

42

- Dapat dialihkan secara syariah, contoh manfaat yang tidak dapat dialihkan secara syariah sehingga tidak

sah akadnya:

1. Kewajiban shalat dan puasa

2. Mempekerjakan seseorang untuk membaca Al-Qur’an dan pahalanya ditujukan untuk orang tertentu

3. Barang yang dapat habis dikonsumsi

4. Seorang ibu menyusui anaknya

- Harus dikenali secara spesifik

- Jangka waktu penggunaan manfaat ditentukan dengan jelas

• Sewa dan upah

- Harus jelas besarannya dan diketahui oleh para pihak yang berakad

- Boleh dibayarkan dalam bentuk jasa (manfaat lain) dari jenis yang serupa dengan objek akad

- Bersifat fleksibel, dalam arti dapat berbeda untuk ukuran waktu, tempat dan jarak serta lainnya yang

berbeda

• Ketentuan Syariah untuk Ijarah Muntahiya bit Tamlik

- Pihak yang melakukan IMBT harus melakukan akad ijarah terlebih dahulu. Akad pemindahan kepemilikan,

baik dengan jual beli atau pemberian, hanya dapat dilakukan setelah masa ijarah selesai.

- Janji pemindahan kepemilikan yang disepakati di awal akad ijarah adalah wa’ad, yang hukumnya tidak

mengikat. Apabila janji itu ingin dilaksanakan, maka harus ada akad pemindahan kepemilikan yang

dilakukan setelah masa ijarah selesai.

c. Ijab Kabul/ serah terima

Berakhirnya Akad Ijarah

1. Periode akad sudah selesai sebelum perjanjian, namun kontrak masih dapat berlaku walaupun dalam

perjanjian sudah selesai dengan beberapa alasan.

2. Periode akad belum selesai tetapi pemberi sewa dan penyewa sepakat menghentikan akad ijarah.

3. Terjadi kerusakan asset.

4. Penyewa tidak dapat membayar sewa.

5. Salah satu pihak meninggal dan ahli waris tidak berkeinginan untuk meneruskan akad karena

memberatkannya.

Perbedaan Ijarah dengan Leasing

No Keterangan Ijarah Leasing

1 Objek Manfaat barang dan jasa Manfaat barang saja

2 Metode pembayaran Tergantung atau tidak tergantung pada kondisi

barang/ jasa yang disewa

Tidak tergantung pada kondisi barang yang disewa

3 Perpindahan kepemilikan a. Ijarah

Tidak ada perpindahan kepemilikan

b. IMBT

Janji untuk menjual/ menghibahkan di awal

akad

a. Sewa Guna Operasi

Tidak ada transfer kepemilikan

b. Sewa Guna dengan Opsi

Memiliki opsi membeli atau tidak membeli di

akhir masa sewa

4 Jenis leasing lainnya a. Lease Purchase

Tidak dibolehkan karena akadnya gharar, yakni

antara sewa dan beli

b. Sale and Lease Back

Dibolehkan

a. Lease Purchase

Dibolehkan

b. Sale and Lease Back

Dibolehkan

Page 43: Akuntansi Lks

43

Perlakuan Akuntansi Akad Ijarah

a. Kasus Ijarah

Transaksi (dalam ribuan rupiah) Pemberi sewa Penyewa

2-1-2010

Pemberi sewa dan penyewa menandatangani

akad ijarah atas mobil selama 3 tahun.

Disepakati bahwa pembayaran dilakukan

setiap bulan sebesar 12.500. Pemberi sewa

membeli mobil yang disewakan sebesar

150.000 dari PT B

Saat pembelian asset dari PT B:

Beban sewa

Kas

12.500

12.500

Aset ijarah

Kas

150.000

150.000

Saat menerima pendapatan dari penyewa:

Kas

Pendapatan sewa

12.500

12.500

Setiap penerimaan pendapatan sewa pada

awal bulan

Kas

Pendapatan sewa

12.500

12.500

Beban sewa

Kas

12.500

12.500

Pada akhir periode dilakukan alokasi untuk

beban depresiasi selama 5 tahun sesuai masa

manfaat mobil dengan metode garis lurus

Beban penyusutan

Akum. penyusutan

30.000

30.000

Penyajian pada akhir tahun untuk asset ijarah Asset ijarah

Akumulasi penyusutan

150.000

30.000

120.000

Pada saat akhir kontrak asset ijarah

dikembalikan kepada pemberi sewa, sehingga

dibuatkan ayat jurnal reklasifikasi

Aset non kas (eks ijarah)

Aset ijarah

150.000

150.000

b. Kasus Ijarah Muntahiya bit Tamlik

Transaksi (dalam ribuan rupiah) Pemberi sewa Penyewa

2-1-2010

Pemberi sewa dan penyewa menandatangani

akad ijarah atas mobil selama 3 tahun.

Disepakati bahwa pembayaran dilakukan

setiap bulan sebesar 12.500. Pemberi sewa

membeli mobil yang disewakan sebesar

150.000 dari PT B, dan disepakati bahwa pada

akhir masa sewa akan dibeli oleh penyewa

Saat pembelian asset dari PT B:

Beban sewa

Kas

12.500

12.500

Aset ijarah

Kas

150.000

150.000

Saat menerima pendapatan dari penyewa:

Kas

Pendapatan sewa

12.500

12.500

Setiap penerimaan pendapatan sewa pada

awal bulan

Kas

Pendapatan sewa

12.500

12.500

Beban sewa

Kas

12.500

12.500

Pada akhir periode dilakukan alokasi untuk

beban depresiasi selama 5 tahun sesuai masa

manfaat mobil dengan metode garis lurus

Beban penyusutan

Akum. penyusutan

30.000

30.000

Penyajian pada akhir tahun untuk asset ijarah Asset ijarah

Akumulasi penyusutan

150.000

30.000

120.000

Pada saat akhir kontrak asset ijarah dijual

kepada penyewa secara tunai 65.000.

Dilakukan dengan akad jual beli.

Kas

Akumulasi penyusutan

Aset ijarah

Keuntungan pnjualn

65.000

90.000

150.000

5.000

Aset non kas

Kas

65.000

65.000

Pada saat akhir kontrak asset ijarah apabila

dihibahkan dari pemberi sewa kepada

penyewa dan nilai wajar 40.000

Beban ijarah

Akumulasi penyusutan

Aset ijarah

60.000

90.000

150.000

Aset non kas

Keuntungan

40.000

40.000

Page 44: Akuntansi Lks

44

AKAD SHARF

Sharf menurut bahasa adalah penambahan, penukaran, penghindaran atau transaksi jual beli.

Sharf � transaksi jual beli suatu valuta dengan valuta lainnya.

Pertukaran mata uang yang sejenis atau yang tidak sejenis.

Skema Sharf

Emas, perak, kurma, gandum, anggur kering, dan garam adalah contoh barang-barang ribawi atau barang yang

secara kasat mata tidak dapat dibedakan. Bila terjadi pertukaran sesama barang ribawi yang sejenis maka harus

sama jumlahnya dan harus dari tangan ke tangan (tunai) karena kelebihannya adalah riba. Begitu pula pertukaran

untuk barang ribawi sejenis dengan kualitas yang berbeda.

Pertukaran untuk mata uang yang berbeda dibolehkan jumlahnya berbeda asalkan dilakukan secara tunai/tidak

boleh utang.

Menurut Islam, uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan bukan komoditas. Tanpa didayagunakan, uang tidak

dapat menghasilkan pendapatan atau keuntungan dengan dirinya sendiri. Apabila uang dapat “bertambah” tanpa

didayagunakan, maka tambahan itu adalah riba. Uang baru dapat menghasilkan keuntungan atau kelebihan

apabila didayagunakan atau diinvestasikan bersama dengan sumber daya lainnya.

Jenis-jenis Transaksi Pertukaran Valuta Asing:

1) Transaksi Spot � transaksi pembelian dan penjualan valas dan penyerahannya pada saat itu atau

penyelesaiannya maksimal dalam jangka waktu 2 hari. Transaksi ini dibolehkan secara syariah, karena

dianggap tunai, sedangkan fleksibilitas waktu 2 hari sebagai proses yang tidak bisa dihindari dan

merupakan batas normal suatu transaksi internasional.

2) Transaksi Forward � transaksi pembelian dan penjualan valas yang nilainya ditetapkan pada saat

sekarang dan diberlakukan untuk waktu yang akan dating. Jenis transaksi seperti ini tidak diperbolehkan

dalam syariah (ada unsur ketidakpastian/gharar), karena harga yang dipergunakan adalah harga yang

diperjanjikan (muwa’adah) dan penyerahannya dilakukan di kemudian hari dan harga pada waktu

penyerahan belum tentu sama dengan harga yang disepakati.

3) Transaksi Swap � suatu kontrak pembelian atau penjualan valas dengan harga spot yang dikombinasikan

dengan pembelian atau penjualan valas yang sama dengan harga forward. Hukumnya haram karena ada

unsur spekulasi/ judi/ maisir.

Penjual Pembeli Akad Sharf

Valuta

Valuta

Page 45: Akuntansi Lks

45

4) Transaksi Option � kontrak untuk memperoleh hak dalam rangka membeli (call option) atau hak untuk

menjual (put option) yang tidak harus dilakukan atas sejumlah unit valas pada harga dan jangka waktu

atau tanggal tertentu. Hukumnya haram karena ada unsur spekulasi/ judi/ maisir.

Dengan demikian, secara syariah transaksi pertukaran valas dibolehkan sepanjang dilakukan secara tunai dan

tidak digunakan untuk tujuan spekulasi. Bila penjualannya tunai tapi kalau tujuannya untuk spekulasi, tetap tidak

dibolehkan karena uang bukanlah komoditas. Kalau tujuannya untuk tabungan atau keperluan transaksi, boleh

saja menyimpan dalam bentuk valas.

Ketentuan Objek Akad:

- Nilai tukar/kurs mata uang telah diketahui oleh kedua belah pihak

- Valuta yang diperjualbelikan telah dikuasai, sebelum keduanya berpisah

- Bila valutanya dari jenis yang sama, maka jual beli harus dilakukan dalam kuantitas yang sama, sekalipun

model dari mata uang itu berbeda

- Tidak boleh ada hak khiyar syarat bagi pembeli

- Tidak boleh terdapat tenggang waktu antara penyerahan mata uang yang dipertukarkan

Perlakuan Akuntansi Akad Sharf

Saat membeli valuta asing, jurnal:

Dr. Kas (Dollar) xxx

Cr. Kas (Rp) xxx

Saat dijual, jurnal:

Dr. Kas (Rp) xxx

Dr. Kerugian* xxx

Cr. Keuntungan** xxx

Cr. Kas (Dollar) xxx

* Jika harga beli valas lebih besar daripada harga jual

** Jika harga beli valas lebih kecil daripada harga jual

Page 46: Akuntansi Lks

46

AKAD WADIAH

Wadiah merupakan simpanan (deposit) barang atau dana kepada pihak lain yang bukan pemiliknya, untuk

tujuan keamanan. Wadiah adalah akad penitipan dari pihak yang mempunyai uang/barang kepada pihak yang

menerima titipan dengan catatan kapan pun titipan diambil, pihak penerima titipan wajib menyerahkan kembali

uang/barang titipan tersebut dan yang dititipi menjadi penjamin pengembalian barang titipan.

Dalam akad hendaknya dijelaskan tujuan wadiah, cara penyimpanan, lamanya waktu penitipan, biaya

yang dibebankan pada pemilik barang, dan hal-hal lain yang dianggap penting.

Jenis Akad Wadiah

1. Wadiah amanah � wadiah di mana uang/barang yang dititipkan hanya boleh disimpan dan tidak boleh

didayagunakan. Si penerima titipan tidak bertanggung jawab atas kehilangan dan kerusakan yang terjadi

pada barang titipan selama hal ini bukan akibat dari kelalaian atau kecerobohan penerima titipan dalam

memelihara titipan tersebut. Contoh: Safe Deposit Box.

2. Wadiah yadh dhamanah � wadiah di mana si penerima titipan dapat memanfaatkan barang titipan

tersebut dengan seijin pemiliknya dan menjamin untuk mengembalikan titipan tersebut secara utuh

setiap saat, saat si pemilik menghendakinya. Hasil dari pemanfaatan barang tidak wajib dibagihasilkan

dengan pemberi titipan. Namun penerima titipan boleh saja memberikan bonus dan tidak boleh

diperjanjikan sebelumnya kepada pemilik barang. Contoh: Tabungan dan Giro Tidak Berjangka.

Sumber Hukum: QS. 4: 58, QS. 2: 283

Rukun Wadiah

1. Pelaku

Penyerahan Barang

Pihak yang menitipkan/

Muwaddi’ Akad Wadiah Penerima titipan/

Mustawda’

Pengembalian barang saat diminta

Penyerahan barang

Pihak yang menitipkan/

muwaddi’

Akad Wadiah

Penerima titipan/

mustawda’

Memperoleh manfaat

barang/uang

Mustawda’

memberi bonus

Pengembalian

barang

Dunia

usaha

Page 47: Akuntansi Lks

47

2. Objek wadiah

3. Ijab Kabul/serah terima

Perlakuan Akuntansi Akad Wadiah

Transaksi Pemilik Barang (Muwaddi’) Pihak Penyimpan Barang (Mustawda’)

Menyerahkan barang dan menbayar biaya

penitipan

Beban wadiah

Kas

xxx

xxx

Kas

Pendapatan wadiah

xxx

xxx

Jika biaya penitipan belum dibayar Beban wadiah

Utang

xxx

xxx

Piutang

Pendapatan wadiah

xxx

xxx

Saat mengambil barang dan membayar

kekurangan biaya penitipan

Utang

Kas

xxx

xxx

Kas

Piutang

xxx

xxx

Page 48: Akuntansi Lks

48

AKAD AL-WAKALAH (DEPUTYSHIP/AGEN/WAKIL)

Al Wakalah atau Al Wikalah atau At Tahwidh artinya penyerahan, pendelegasian atau pemberian mandate. Akad

wakalah adalah akad pelimpahan kekuasaan oleh satu pihak kepada pihak lain dalam hal-hal yang boleh

diwakilkan. Namun, tidak semua hal dapat diwakilkan.

Dalam menjalani kehidupan ini, seringkali manusia tidak dapat meyelesaikan semua urusannya sendiri sehingga

perlu pihak lain untuk mewakilinya dalam melakukan sesuatu. Contohnya adalah dalam mewakilkan pembelian

barang, pengiriman uang, pembayaran utang, penagihan utang, realisasi letter of credit, dsb.

Wakalah dalam pendelegasian pembelian barang, terjadi dalam situasi di mana seseorang (perekomendasi)

mengajukan calon atau menunjuk orang lain untuk mewakili dirinya membeli sesuatu. Orang yang meminta

diwakilkan (muwakkil) harus menyerahkan sejumlah uang secara penuh sebesar harga barang yang akan dibeli

kepada agen/pihak yang mewakili (wakil) dalam suatu kontrak wadiah. Agen (wakil) membayar pihak ketiga

dengan menggunakan titipan muwakkil untuk membeli barang.

Agen (wakil) boleh menerima komisi (al-ujr) dan boleh tidak menerima komisi (hanya mengharap ridha

Allah/tolong menolong). Tetapi bila ada komisi atau upah maka akadnya seperti akad ijarah/sewa menyewa.

Wakalah dengan imbalan disebut dengan wakalah bil ujrah, bersifat mengikat dan tidak boleh dibatalkan secara

sepihak.

Skema Wakalah

Sumber Hukum: QS. 18: 19, QS. 12: 55, QS. 17: 34

Rukun Wakalah

1. Pelaku

2. Objek akad

3. Ijab Kabul

Berakhirnya Akad Wakalah

1. Salah seorang pelaku meninggal dunia atau hilang akal.

2. Pekerjaan yang diwakilkan sudah selesai.

3. Pemutusan oleh orang yang mewakilkan.

Akad wakalah

Pemberi kuasa/

mutawakil

Penerima kuasa/

wakil

Pelaksanaan

wakalah

Objek yang

dikuasakan

Page 49: Akuntansi Lks

49

4. Wakil mengundurkan diri.

5. Orang yang mewakilkan sudah tidak memiliki status kepemilikan atas sesuatu yang diwakilkan.

Perlakuan Akuntansi Akad Al-Wakalah

Bagi pihak yang mewakilkan/ wakil/ penerima kuasa

1. Saat menerima imbalan tunai (tidak berkaitan dengan jangka waktu)

Kas xxx

Pendapatan wakalah xxx

2. Saat membayar beban

Beban wakalah xxx

Kas xxx

3. Pada saat diterima pendapatan untuk jangka waktu 2 tahun ke depan

Kas xxx

Pendapatan wakalah diterima di muka xxx

4. Pada saat mengakui pendapatan wakalah akhir periode

Pendapatan wakalah diterima di muka xxx

Pendapatan wakalah xxx

Bagi pihak yang meminta diwakilkan

Pada saat membayar ujr/ komisi

Beban wakalah xxx

Kas xxx

Page 50: Akuntansi Lks

50

AKAD AL-KAFALAH (JAMINAN)

Kafalah disebut juga dhaman (jaminan), hamalah (beban), dan za’amah (tanggungan). Akad kafalah yaitu

perjanjian pemberian jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafi’il) kepada pihak ketiga (makful lahu) untuk

memenuhi kewajiban pihak kedua atau pihak yang ditanggung (makful anhu/ashil).

Secara teknis akad kafalah berupa perjanjian bahwa seseorang memberikan penjaminan kepada seorang kreditor

yang memberikan utang kepada seorang debitor, yaitu menjamin bahwa utang debitor akan dilunasi oleh

penjamin apabila debitor tidak membayar utangnya.

Kafalah bisa atas sesuatu yang bersifat segera misalnya utang yang harus segera dilunasi atau sesuatu di masa

depan. Kafalah dapat juga bersyarat.

Kafalah merupakan salah satu jenis akad tabarru’ yang bertujuan untuk saling tolong menolong. Namun penjamin

dapat menerima imbalan sepanjang tidak memberatkan. Apabila ada imbalan maka akad kafalah bersifat

mengikat dan tidak dapat dibatalkan secara sepihak.

Skema Kafalah

Sumber Hukum: QS. 3: 37, QS. 12: 72

Rukun dan Ketentuan Syariah Akad Kafalah

1. Pelaku, terdiri atas pihak penjamin, pihak yang berutang, dan pihak yang berpiutang.

a. Pihak Penjamin (Kafiil)

- Baligh (dewasa) dan berakal sehat

- Berhak penuh untuk melakukan tindakan hukum dalam urusan hartanya dan rela (rida) dengan

tanggungan kafalah tersebut

b. Pihak Orang yang Berutang (Ashiil, Makful ‘anhu)

- Sanggup menyerahkan tanggungannya (utang) kepada penjamin

- Dikenal oleh penjamin

c. Pihak Orang yang Berpiutang (Makful Lahu)

- Diketahui identitasnya

- Dapat hadir pada waktu akad atau memberikan kuasa

- Berakal sehat

2. Objek akad (makful bihi), berupa tanggungan pihak yang berutang baik berupa barang, jasa, maupun

pekerjaan.

3. Ijab Kabul.

Akad kafalah

Kaafil/penanggung Makful/pihak ke-3

Makful ‘alaih/pihak yang ditanggung

Page 51: Akuntansi Lks

51

Berakhirnya Kafalah

1. Ketika utang telah diselesaikan, baik oleh orang yang berutang atau oleh penjamin, atau jika kreditor

menghadiahkan atau membebaskan utangnya kepada orang yang berutang.

2. Kreditor melepaskan utangnya kepada orang yang berutang, tidak pada penjamin.

3. Ketika utang tersebut telah dialihkan (transfer utang/hawalah).

4. Ketika penjamin menyelesaikan ke pihak lain melalui proses arbitrase dengan kreditor.

5. Kreditor dapat mengakhiri kontrak kafalah walaupun penjamin tidak menyetujuinya.

Perlakuan Akuntansi Akad Al-Kafalah

Bagi pihak penjamin

1. Pada saat menerima imbalan tunai

Kas xxx

Pendapatan kafalah xxx

2. Pada saat membayar beban

Beban kafalah xxx

Kas xxx

Bagi pihak yang meminta jaminan

Pada saat membayar beban

Beban kafalah xxx

Kas xxx

Page 52: Akuntansi Lks

52

QARDHUL HASAN

Qardhul hasan adalah pinjaman tanpa dikenakan biaya (hanya wajib membayar sebesar pokok utangnya),

pinjaman uang seperti inilah yang sesuai dengan ketentuan syariah (tidak ada riba), karena kalau meminjamkan

uang maka ia tidak boleh meminta pengembalian yang lebih besar dari pinjaman yang diberikan. Namun si

peminjam boleh saja atas kehendaknya sendiri memberikan kelebihan atas pokok pinjamannya.

Pinjaman qardh bertujuan untuk diberikan pada orang yang membutuhkan atau tidak memiliki kemampuan

financial, untuk tujuan social atau untuk kemanusiaan. Cara pelunasan dan waktu pelunasan pinjaman ditetapkan

bersama antara pemberi dan penerima pinjaman.

Biaya administrasi, dalam jumlah yang terbatas, diperkenankan untuk dibebankan kepada peminjam. Jika

peminjam mengalami kerugian bukan karena kelalaiannya maka kerugian tersebut dapat mengurangi jumlah

pinjaman.

Walaupun sifat utang ini sangat lunak tidak berarti pihak yang berutang dapat semaunya sendiri, karena dalam

Islam, utang yang tidak dibayar akan menjadi penghalang dia di hari akhir nanti walaupun ia gugur dalam jihad di

medan perang yang pahalanya sudah dijamin bahkan Rasul tidak bersedia menshalatkan jenazah yang masih

memiliki utang.

Sumber dana qardhul hasan dapat berasal dari eksternal atau internal. Sumber dana eksternal meliputi dana

qardh yang diterima entitas bisnis dari pihak lain (misalnya dari sumbangan, infak, shadaqah, dan sebagainya).

Sedangkan contoh sumber dana qardh yang disediakan para pemilik entitas bisnis, hasil pendapatan non halal

dan denda dan lain sebagainya.

Skema Qardhul Hasan

Sumber hukum: QS. 2: 280

Rukun Qardhul Hasan

1. Pelaku, terdiri atas pemberi dan penerima pinjaman

2. Objek akad, berupa uang yang dipinjamkan

3. Ijab Kabul/serah terima

Akad Qardhul Hasan Pemberi pinjaman Peminjam

Modal 100% Bisnis Skill

Laba

Modal Modal 100%

Page 53: Akuntansi Lks

53

Perlakuan Akuntansi Akad Qardhul Hasan

Bagi pemberi pinjaman

1. Saat menerima dana sumbangan dari pihak eksternal

Dana Kebajikan – Kas xxx

Dana Kebajikan – Infak/ Sedekah/ Wakaf xxx

2. Untuk penerimaan dana yang berasal dari denda dan pendapatan non halal

Dana Kebajikan – Kas xxx

Dana Kebajikan – Denda/ Pendapatan non halal xxx

3. Untuk pengeluaran dalam rangka pengalokasian dana qardh hasan

Dana Kebajikan – Dana Kebajikan Produktif xxx

Dana Kebajikan – Kas xxx

4. Untuk penerimaan saat pengembalian dari pinjaman untuk qardh hasan

Dana Kebajikan – Kas xxx

Dana Kebajikan – Dana Kebajikan Produktif xxx

Bagi pihak yang meminjam

1. Saat menerima uang pinjaman

Kas xxx

Utang xxx

2. Saat pelunasan

Utang xxx

Kas xxx

Page 54: Akuntansi Lks

54

AKAD AL-HIWALAH (PENGALIHAN)

Hiwalah secara harfiah artinya pengalihan, pemindahan, perubahan warna kulit atau memikul sesuatu di atas

pundak. Objek yang dialihkan dapat berupa utang atau piutang. Jenis akad ini pada dasarnya adalah akad tabarru’

yang bertujuan untuk saling tolong menolong untuk menggapai ridha Allah. Akad ini harus disepakati para pihak

dengan dasar kepercayaan.

Jika yang dialihkan utang maka akad hiwalah merupakan akad pengalihan utang dari satu pihak yang berutang

kepada pihak lain yang wajib menanggung (membayar) utangnya. Secara teknis, pihak yang berutang meminta

pihak lain untuk membayarkan terlebih dahulu utang yang timbul dari jual beli. Pada gilirannya, pihak yang

berutang akan membayar kepada pihak yang telah menanggung utangnya. Pihak yang menerima pengalihan

utang dapat memperoleh imbalan atas jasanya.

Jika yang dialihkan piutang maka akad hiwalah merupakan akad pengalihan piutang dari satu pihak yang

berpiutang kepada pihak lain yang berkewajiban menagih piutangnya. Secara teknis, pihak yang berpiutang

meminta pihak lain untuk mengambil alih piutang yang dimilikinya, dengan pengambilalihan ini pihak yang

berpiutang akan menerima uang dari yang mengambil alih piutang. Sementara pihak yang berutang akan

membayar pada pihak yang telah mengambil alih piutang. Pihak yang menerima pengalihan piutang dapat

memperoleh imbalan atas jasanya. Akad hiwalah seperti ini dapat membantu likuiditas pihak yang mempunyai

piutang.

Jenis Akad Hiwalah

Ditinjau dari segi objek akad

1. Hiwalah Al Haqq (pemindahan hak/anjak piutang) � hiwalah yang merupakan hak untuk menagih

piutang, yang mengambil alih piutang harus berhati-hati pada kredibilitas dan kemampuan pihak yang

berutang selain harus melihat keabsahan transaksinya.

2. Hiwalah Ad Dain (pemindahan utang) � hiwalah di mana yang dipindahkan adalah kewajiban untuk

membayar utang. Pihak yang mengambil alih utang harus yakin pihak yang diambil alih utangnya dapat

memenuhi kewajibannya di kemudian hari.

Ditinjau dari sisi persyaratan

1. Hiwalah Al-Muqayyadah (pemindahan bersyarat) � pemindahan sebagai ganti dari pembayaran utang

pihak pertama kepada pihak kedua.

2. Hiwalah Al-Muthlaqah (pemindahan mutlak) � pemindahan utang yang tidak ditegaskan sebagai ganti

dari pembayaran utang pihak pertama kepada pihak kedua.

Page 55: Akuntansi Lks

55

Skema Hiwalah (Anjak Piutang)

Rukun Hiwalah

1. Pelaku, terdiri atas:

a. Pihak yang berutang atau berpiutang

b. Pihak yang berpiutang atau berutang

c. Pihak pengambil alih utang atau piutang

2. Objek akad

a. Adanya utang, atau

b. Adanya piutang

3. Ijab Kabul/serah terima

Ketentuan Objek Penjaminan (makful bihi)

- Bisa dilaksanakan oleh pihak yang mengambil alih utang atau piutang

- Harus merupakan utang/piutang mengikat, yang tidak mungkin hapus kecuali setelah dibayar atau

dibebaskan

- Harus jelas nilai, jumlah, dan spesifikasinya

- Tidak bertentangan dengan syariah

Perlakuan Akuntansi Akad Al-Hiwalah

Bagi pihak yang mengambil alih

1. Pada saat menerima imbalan tunai (tidak berkaitan dengan jangka waktu)

Kas xxx

Pendapatan hiwalah xxx

2. Pada saat membayar beban

Beban hiwalah xxx

Kas xxx

1.Suplai barang

Jual Beli Penyuplai Pembeli

2.Invoice 4.Tagih

Pengambil Alih

3.Bayar 5.Bayar

Page 56: Akuntansi Lks

56

Bagi pihak yang diambil alih

Pada saat membayar imbalan tunai

Beban hiwalah xxx

Kas xxx

Page 57: Akuntansi Lks

57

AKAD AL-RAHN (PINJAMAN DENGAN JAMINAN)

Rahn secara harfiah adalah tetap, kekal, dan jaminan. Secara istilah rahn adalah apa yang disebut dengan barang

jaminan, agunan, cagar, atau tanggungan. Rahn � menahan barang sebagai jaminan atas utang. Akad rahn juga

diartikan sebagai sebuah perjanjian pinjaman dengan jaminan atau dengan melakukan penahanan harta milik si

peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang gadai baru dapat diserahkan kembali pada

pihak yang berutang apabila utangnya sudah lunas.

Akad rahn bertujuan agar pemberi pinjaman lebih mempercayai pihak yang berutang. Pemeliharaan dan

penyimpanan barang gadaian pada hakekatnya adalah kewajiban pihak yang menggadaikan (rahin), namun dapat

juga dilakukan oleh pihak yang menerima barang gadai (murtahin) dan biayanya harus ditanggung rahin. Besarnya

biaya ini tidak boleh ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman.

Apabila barang gadaian dapat diambil manfaatnya, misalnya mobil maka pihak yang menerima barang gadaian

boleh memanfaatkannya atas seijin pihak yang menggadaikan, sebaliknya ia berkewajiban memelihara barang

gadaian.

Untuk barang gadai berupa emas tentu tidak ada biaya pemeliharaan, yang ada adalah biaya penyimpanan.

Penentuan besarnya biaya penyimpanan dilakukan dengan akad ijarah.

Pada saat jatuh tempo yang berutang berkewajiban untuk melunasi utangnya. Apabila ia tidak dapat melunasinya

maka barang gadaian dijual kemudian hasil penjualan bersih digunakan untuk melunasi utang dan biaya

pemeliharaan yang terutang. Apabila ada kelebihan antara harga jual barang gadaian dengan besarnya utang

maka selisihnya diserahkan kepada yang berutang tetapi apabila ada kekurangan maka yang berutang tetap harus

membayar sisa utangnya tersebut.

SKEMA RAHN

Rukun dan Ketentuan Syariah Akad Rahn

1. Pelaku, harus cakap hukum dan baligh

2. Objek yang digadaikan (marhun)

a. Barang gadai (marhun)

- Dapat dijual dan nilainya seimbang

- Harus bernilai dan dapat dimanfaatkan

- Harus jelas dan dapat ditentuka secara spesifik

Pemberi utang

Penerima barang/

murtahin Akad Rahn

Pemberi barang/

peminjam/ rahin

Penyerahan barang gadai/ marhun

Page 58: Akuntansi Lks

58

- Tidak terkait dengan orang lain (dalam hal kepemilikan)

b. Utang (marhun bih), nilai utang harus jelas demikian juga tanggal jatuh temponya

3. Ijab kabul

Perlakuan Akuntansi Akad Al-Rahn

Transaksi Pihak yang menerima gadai (Murtahin) Pihak yang menggadaikan (Rahin)

Pada saat menyerahkan dan menerima barang gadai, tidak ada jurnal tetapi membuat tanda terima atas barang

1. Pada saat murtahin menyerahkan uang

pinjaman

Piutang

Kas

xxx

xxx

Kas

Utang

xxx

xxx

2. Saat murtahin menerima uang untuk

biaya pemeliharaan dan penyimpanan

Kas

Pendapatan

xxx

xxx

Beban

Kas

xxx

xxx

3. Ketika pelunasan uang pinjaman,

barang gadai dikembalikan

Kas

Piutang

xxx

xxx

Utang

Kas

xxx

xxx

4. Jika pada saat jatuh tempo, utang tidak

dapat dilunasi sehingga barang gadai

dijual

Penjualan barang gadai, jika nilainya sama

dengan piutang

Saat penjualan barang gadai

Kas

Piutang

xxx

xxx

Kas

Akum. Penyusutan (bila aset tetap)

Kerugian (bila rugi)

Keuntungan (bila untung)

Aset

xxx

xxx

xxx

xxx

xxx

Jika kurang, maka piutangnya masih tersisa

sejumlah selisih antara nilai penjualan dengan

saldo piutang

Pelunasan utang atas barang yang dijual pihak yang

menggadai

Utang

Kas

xxx

xxx

Jika masih ada kekurangan pembayaran utang

setelah penjualan barang gadai tersebut, maka

berarti pihak yang menggadaikan masih memiliki

saldo utang kepada pihak yang menerima gadai