aku tak ingin punya hati.docx

6
Aku tak ingin punya Hati Pagi ini aku menatap ke luar jendela namun yang aku lihat hanyalah mendung tanpa senyum. Badanku masih terasa lemas dan kaku, namun aku bersyukur masih bisa melihat hujan di pagi ini. Aku terbangun dan melihat semuanya serba putih, aku mengira ini adalah surga namun ternyata ini adalah rumah sakit tempat aku dirawat. Dari sudut kamar inilah aku berjuang memanfaatkan sisa waktu yang ada untuk menulis semua tentang kamu disini dan berharap suatu hari nanti malaikat akan membawamu ke sebuah toko buku dan menuntunmu untuk menemukan tulisan ini disana sehingga kamu dapat membacanya. Aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku mencintaimu dengan tulus walaupun tak pernah ku katakan padamu. Sampai kapanpun, cintaku ini tak akan pernah mati dan akan selalu hidup untukmu bersama dengan tulisan ini. Kampus biru adalah saksi aku mencintaimu dengan tulus, orang yang tidak pernah kamu anggap ada sama sekali. Empat tahun lamanya kita menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi, selama itu juga aku bertahan dan berkorban untuk-mu. Walaupun kamu tidak pernah berubah dan terus memberikan aku luka disetiap semesternya, namun aku selalu memaafkan-mu, diminta ataupun tidak diminta, maaf ini akan selalu ada untukmu dan maafkan aku yang mencintaimu. Semester pertama, aku bahagia Tuhan mempertemukan aku denganmu disini, orang yang tidak pernah aku bayangkan akan menjadi cintaku, apakah ini takdir yang harus aku jalani, Entahlah. Namun kita bagaikan anak kembar yang terlahir

Upload: lulu

Post on 26-Dec-2015

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Aku tak ingin punya Hati.docx

Aku tak ingin punya Hati

Pagi ini aku menatap ke luar jendela namun yang aku lihat hanyalah mendung tanpa

senyum. Badanku masih terasa lemas dan kaku, namun aku bersyukur masih bisa melihat

hujan di pagi ini. Aku terbangun dan melihat semuanya serba putih, aku mengira ini adalah

surga namun ternyata ini adalah rumah sakit tempat aku dirawat. Dari sudut kamar inilah aku

berjuang memanfaatkan sisa waktu yang ada untuk menulis semua tentang kamu disini dan

berharap suatu hari nanti malaikat akan membawamu ke sebuah toko buku dan menuntunmu

untuk menemukan tulisan ini disana sehingga kamu dapat membacanya. Aku hanya ingin

kamu tahu bahwa aku mencintaimu dengan tulus walaupun tak pernah ku katakan padamu.

Sampai kapanpun, cintaku ini tak akan pernah mati dan akan selalu hidup untukmu bersama

dengan tulisan ini.

Kampus biru adalah saksi aku mencintaimu dengan tulus, orang yang tidak pernah

kamu anggap ada sama sekali. Empat tahun lamanya kita menyelesaikan pendidikan di

perguruan tinggi, selama itu juga aku bertahan dan berkorban untuk-mu. Walaupun kamu

tidak pernah berubah dan terus memberikan aku luka disetiap semesternya, namun aku selalu

memaafkan-mu, diminta ataupun tidak diminta, maaf ini akan selalu ada untukmu dan

maafkan aku yang mencintaimu.

Semester pertama, aku bahagia Tuhan mempertemukan aku denganmu disini, orang

yang tidak pernah aku bayangkan akan menjadi cintaku, apakah ini takdir yang harus aku

jalani, Entahlah. Namun kita bagaikan anak kembar yang terlahir bersama dalam selisih

waktu satu detik. Sepertinya pertemuan kita ini sudah menjadi takdir yang tertulis digaris

tangan sebelum kita lahir ke dunia ini.

Semester dua, semuanya masih nampak baik-baik saja, belum ada perubahan aneh

yang kamu tunjukan padaku dan kitapun masih jalan bersama dan bercanda setiap harinya.

Semester tiga, inilah awal mulanya sikap kamu yang mendadak berubah aneh

kepadaku. Aku mencoba mendekat namun kamu selalu menghindar, aku mencoba bertanya

namun kamu hanya diam dan acuh. Kamu tiba-tiba menghapus pertemanan kita di facebook,

mengganti no handphone dan tak mau bicara lagi padaku. Setiap hari kamu selalu

membuatku bertanya-tanya dalam hati dan menyalahkan diriku sendiri atas perubahan sikap

kamu yang mendadak aneh itu.

Page 2: Aku tak ingin punya Hati.docx

13-12-2011 ingatkah kamu dengan tanggal ini? ini adalah pertama kalinya aku

memberikan kamu kado natal dan kamu menerimanya walaupun kamu masih tetap diam dan

tidak mengucapkan terima kasih padaku, namun aku tetap bahagia karena kamu mau

menerimanya.

Semester empat, sikap kamu masih saja sama dan tidak berubah, kamu masih saja

diam, cuek dan acuhkan diriku. Kamu memperlakukan aku seperti orang yang tidak pernah

kamu kenal sebelumnya. Aku bingung dengan semuanya ini dan aku bertanya pada satu

sosok pria yg berdiri jauh di dalam cermin tepat di depanku, “Wahai pria dalam cermin,

Apakah sosok yang sedang menangis malam ini adalah benar-benar diriku? Mengapa aku

harus menangis karena dirinya? Perasaan apakah ini? Apakah ini Cinta? Kalau memang

benar ini adalah cinta, aku tidak ingin semua ini terjadi karena memang sudah seharusnyalah

seperti itu, pasti ada yg keliru dengan hati ini, karena rasa ini tidak boleh ada, aku mohon,”

namun sosok pria dalam cermin itu hanya berdiri diam dan juga ikut menangis melihatku,

malam itu kita hanya saling memandang dan menangis bersama.”

Semester lima, Aku tahu kamu menghapus aku dari facebook karena kamu cemburu

pada salah satu teman aku di facebook, ketika itu kamu meminta aku untuk menghapusnya

dari facebook namun aku mengabaikannya karena aku tahu semuanya sedang baik-baik saja.

Seandainya saja saat itu aku memberitahukan kepadamu, bahwa akun facebook itu adalah

akun facebook palsu yang sengaja aku buat untuk mengetahui perasaan kamu ke aku saat itu.

Semester enam, waktu telah merubah segalanya, namun tak merubah sedikitpun rasa

cintaku padamu. Tahukah kamu dengan sikapmu yang selalu diam kepadaku, sudah

menyiksa hati ini selama bertahun-tahun. Hukuman seperti apalagi yang akan aku terima

darimu? Jika dengan mencaci dan menghina diriku ini dapat membuat kamu kembali bersinar

seperti dulu lagi, maka lakukanlah! karena aku bersedia menerimanya dengan sepenuh hati

dan maafkan aku yang tak berani mengungkapkan perasaan yang sama denganmu saat itu.

Semester tujuh, kamu hanya menghubungiku ketika butuh, namun aku selalu bahagia

tiap kali menerima telepon dan pesan singkat darimu. Jika dengan begitu aku dapat

berkomunikasi denganmu maka aku rela.

Semester delapan, 14 februari 2014 seakan menjadi hari yang paling membahagiakan

dalam hidup aku. Dimana aku bisa lebih dekat dan lebih lama denganmu disini. Kita

bernyanyi bersama, tertawa bersama dan bercanda bersama, walaupun hanya dua jam saja

Page 3: Aku tak ingin punya Hati.docx

namun rasanya aku sudah sangat bahagia. Setelah sekian lama kamu acuhkan diriku, tiba-tiba

saja kamu datang dan mengajakku pergi ke suatu tempat untuk pertama kalinya di

penghujung semester tahun ini. Terima kasih sudah mengajak aku kesini (rumah

bernyanyi/karaoke). Aku tidak tahu apa yang membuat kamu tiba-tiba berubah, semoga saja

ini bukan cara kamu lagi untuk mendekatiku seperti biasanya karena ada maunya

27 Februari 2014, siang itu kamu menghubungiku dan memintaku dengan lembut

untuk membawakan buku yang sudah aku belikan untukmu ke terminal. Buku ini begitu sulit

untuk di dapatkan, namun demi skripsi kamu itu, aku rela mencari dan menemukannya

untukmu. Siang itu cuaca sangatlah panas menusuk kulit namun aku tak peduli dengan

panasnya matahari dan tetap menuju ke terminal, untuk menunggumu disana bersama dengan

buku ini. Kamu pun datang mengambilnya dan langsung pergi meninggalkanku begitu saja

tanpa mengucapkan terima kasih. Aku hanya tersenyum lebar dalam hati dan menghela nafas

panjang, karena aku sudah tahu itu akan terjadi yaitu dimana kamu selalu mengabaikan aku

setelah kamu mendapatkan apa yang kamu mau dariku dan ini semua sudah sering kamu

lakukan berulang-ulang kali. Namun aku membiarkannya terjadi, karena aku hanya ingin

selalu berada disampingmu walaupun itu hanya sedetik saja.

Suatu malam aku berlutut dan berdoa: “Tuhan aku tak ingin punya hati, cabut saja

hati ini, untuk apa aku memiliki hati jika aku harus menangis setiap harinya, mungkin dengan

tidak memiliki hati aku akan bahagia. Karena selama hati ini masih bersarang dalam tubuh

ini, maka cintaku ini tidak akan pernah bisa hilang darinya, karena untuk menghilangkan rasa

cinta ini darinya maka hati ini pun harus ikut hilang”. Tuhan aku merasa hati ini diciptakan

hanya untuk mencintainya, karena sampai saat ini aku masih mencintainya. “Tuhan, jika aku

harus mengikuti kata hati ini maka sejujurnya aku mencintai dia dengan sepenuh hati, namun

semuanya ini tidak boleh terjadi karena otak aku selalu mengatakan ini adalah cinta yang

salah walaupun cinta tak pernah salah. Untuk itu ambil saja hati ini Tuhan! agar semuanya

menjadi baik-baik saja.

Sekarang kita sudah lulus dan wisuda, aku tak tahu dimanakah dirimu berada

sekarang? aku berharap kamu dapat menemukan hati aku dalam buku ini, karena aku masih

disini untukmu. Untuk sebuah nama yang ku panggil “D”

(By: Valdo Sapasuru//Juara 1 Lomba Cerpen Tabloid Kampus – “Hari Mudaku Hilang di

Makan Waktu”)

Page 4: Aku tak ingin punya Hati.docx