aktivitas katalis ni berpenyangga tio untuk konversi...

80
AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO 2 UNTUK KONVERSI SITRAL MENJADI SITRONELAL SKRIPSI YUNIAR CANDRA PRATIWI PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019 M/ 1441 H

Upload: others

Post on 12-Feb-2020

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO2 UNTUK

KONVERSI SITRAL MENJADI SITRONELAL

SKRIPSI

YUNIAR CANDRA PRATIWI

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019 M/ 1441 H

Page 2: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO2 UNTUK

KONVERSI SITRAL MENJADI SITRONELAL

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Program Studi Kimia

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh:

YUNIAR CANDRA PRATIWI

NIM. 11140960000060

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019 M/ 1441 H

Page 3: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49
Page 4: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49
Page 5: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH

HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN

SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI

ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, November 2019

Yuniar Candra Pratiwi

11140960000060

Page 6: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

ABSTRAK

YUNIAR CANDRA PRATIWI. Aktivitas Katalis Ni Berpenyangga TiO2 untuk

Konversi Sitral Menjadi Sitronelal. Dibimbing oleh NANDA SARIDEWI dan

SILVESTER TURSILOADI.

Sereh dapur (Cymbopogon citratus) adalah salah satu tanaman penghasil minyak

atsiri yang sering digunakan di Indonesia. Kandungan utama minyak sereh dapur

adalah sitral. Penelitian ini bertujuan mengkonversi sitral menjadi sitronelal

melalui mekanisme reaksi hidrogenasi dengan bantuan katalis Ni/TiO2. Katalis

Ni/TiO2 disintesis menggunakan metode impregnasi, dimana kandungan logam

aktif Ni divariasikan menjadi 10 dan 20%berat terhadap katalis berpenyangga

TiO2. Reaksi hidrogenasi sitral menjadi sitronelal dilakukan dengan variasi suhu

reaksi 60, 80, dan 100 oC dan variasi rasio katalis terhadap reaktan sebesar 10, 20,

dan 30% pada tekanan 20 bar selama 3 jam. Karakterisasi katalis diuji

menggunakan beberapa alat instrumentasi, TGA/DTA untuk mengetahui stabilitas

termal katalis, XRD untuk mengetahui kristalinitas katalis, SAA (BET) untuk

mengetahui luas permukaan katalis, dan FTIR untuk mengetahui situs asam

Bronsted dan Lewis pada katalis, sedangkan produk hasil aktivitas katalis

dianalisis menggunakan GCMS. Hasil penelitian menunjukkan stabilitas termal

dengan TGA/DTA berada pada suhu 550 oC. Pola difraksi XRD memperlihatkan

intensitas puncak pada 2θ=25o yang menandakan TiO2 berfase anatase. Katalis

Ni/TiO2 10%berat memiliki luas permukaan 46,4906 m2/g sedangkan Ni/TiO2

20%berat memiliki luas permukaan 47,2741 m2/g. Spektrum FTIR menunjukkan

situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49 cm-1

sedangkan situs asam

Lewis pada bilangan gelombang 1446,61 cm-1

. Aktivitas katalis Ni/TiO2

menunjukkan hasil terbaik pada suhu reaksi 100 oC dan rasio katalis 20% yang

menghasilkan sitronelal dengan nilai konversi sebesar 19,04% dan selektivitas

sebesar 90,99%.

Kata kunci: impregnasi, katalis Ni/TiO2, reaksi hidrogenasi, sitral, sitronelal.

Page 7: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

ABSTRACT

YUNIAR CANDRA PRATIWI. Activity of TiO2-based Ni for Conversion of

Citral to Citronellal. Supervised by NANDA SARIDEWI and SILVESTER

TURSILOADI.

Lemongrass (Cymbopogon citratus) is one of the essential oil-producing plants

that are often used in Indonesia. The main ingredients of lemongrass oil are citral.

This research aims to convert citral to citronellal through the mechanism of

hydrogenation reactions with support of Ni/TiO2 catalysts. Ni/TiO2 catalysts were

synthesized by impregnation method, with Ni active metal content which is 10

wt% and 20 wt% against TiO2-supported catalysts. The hydrogenation reaction of

citral to citronellal was carried out with variations in reaction temperature of 60,

80, and 100 oC and variations in the ratio of catalysts to reactants by 10, 20, and

30% at a pressure of 20 bar at 3 hours. Characterization of the catalyst was carried

out by using several instrumentation, including: TGA/DTA for thermal stability of

catalyst, XRD for crystalinity of catalyst, SAA (BET) for surface area of catalyst,

and FTIR to know Bronsted and Lewis acid, while the product of the catalyst

activity test results were analyzed using GCMS. The results showed that thermal

stability with TGA/DTA at 550 oC. XRD diffraction pattern showed peak at

2θ=25o which indicated TiO2 had anatase phase. The Ni/TiO2 10wt% catalyst has

a surface area of 46.4906 m2/g while Ni/TiO2 20wt% has a surface area of

47.2741 m2/g. FTIR analysis results showed Bronsted acid site at wave number

1639.49 cm-1

while Lewis acid site at wave number 1446.61 cm-1

. Activity of

Ni/TiO2 catalyst shows the best results by use temperature of 100 oC and the ratio

of catalysts which is 20% which results citronellal with a conversion value of

19.04% and selectivity 90.99%.

Keywords: citral, citronellal, hydrogenation reaction, impregnation, Ni/TiO2.

Page 8: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

viii

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrohmaanirrohiim

Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Alhamdulillah puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang

telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul ―Aktivitas Katalis Ni Berpenyangga TiO2 untuk

Konversi Sitral Menjadi Sitronelal‖. Skripsi ini tidak akan dapat terselesaikan

tanpa dukungan dari pihak-pihak yang selama ini telah banyak membantu dan

memberikan sumbangan pemikiran, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati

penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Nanda Saridewi, M.Si sebagai Pembimbing I yang telah memberikan ilmu

pengetahuan, pengararahan, nasihat, motivasi, dan membimbing dengan sabar

sehingga membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Prof. Dr. Silvester Tursiloadi, M.Eng sebagai Pembimbing II yang telah

memberikan nasihat, pengetahuan, dan motivasi serta dukungannya kepada

penulis sehingga membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Dr. Sri Yadial Chalid, M.Si dan Dr. Siti Nurbayti, M.Si sebagai Penguji I dan

Penguji II yang telah memberi kritik, saran dan ilmu yang sangat bermanfaat

dari awal penelitian sampai tahap akhir penyusunan skripsi ini.

4. Dr. La Ode Sumarlin, M.Si sebagai Ketua dan Nurhasni, M.Si sebagai

Sekretaris Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

5. Prof. Dr. Lily Surraya Eka Putri, M.Env.Stud selaku Dekan Fakultas Sains dan

Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Sudiyarmanto, MT sebagai pembimbing lapangan yang memberikan

pengarahan selama berjalannya proses penelitian.

7. Bapak Sugito dan Ibu Sriyah selaku Orang Tua dan Kakak penulis (Ratna

Endah Sugiarti) serta keluarga tercinta yang senantiasa membantu penulis

dengan selalu memberikan do’a dan dukungan baik secara material maupun

moril.

Page 9: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

ix

8. Teman-teman seperjuangan dalam riset di Laboratorium Katalis, Pusat

Penelitian Kimia, LIPI Serpong yang telah memberikan dukungan dan

bantuan kepada penulis.

9. Sahabat-sahabat seperjuangan Lien, Titik, Widyaningsih, Lusi, Diah, Habibah,

Nurita yang selalu memberikan semangat serta keceriaan kepada penulis

selama masa kuliah untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis berharap skripsi ini dapat membawa manfaat bagi kemajuan ilmu

dan teknologi, serta dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang

membutuhkan.

Wassalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Jakarta, November 2019

Yuniar Candra Pratiwi

Page 10: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

x

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ............................................................................................................ vi

ABSTRACT ......................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 5

1.3 Hipotesis ......................................................................................................... 5

1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 5

1.5 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 6

2.1 Sereh Dapur (Cymbopogon citratus) ............................................................ 6

2.2 Senyawa Sitral ................................................................................................ 7

2.3 Senyawa Sitronelal ....................................................................................... 10

2.4 Katalis .......................................................................................................... 11

2.5 Katalis Homogen .......................................................................................... 13

2.6 Katalis Heterogen ......................................................................................... 13

2.7 Komponen Katalis ........................................................................................ 14

2.8 Nikel ............................................................................................................ 17

2.9 Titanium Dioksida (TiO2) ............................................................................ 18

2.10 Impregnasi .................................................................................................... 20

2.11 TGA (Thermal Gravimetry Analyzer) .......................................................... 20

2.12 SAA (Surface Area Analyzer) ...................................................................... 22

2.13 XRD (X-Ray Diffraction) ............................................................................. 24

2.14 FTIR (Fourier Transform Infra Red) ........................................................... 25

2.15 GCMS (Gas Chromatography Mass Spectrometry) .................................... 27

Page 11: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

xi

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 29

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................................... 29

3.2 Alat dan Bahan ............................................................................................. 29

3.3 Diagram Alir Penelitian ............................................................................... 30

3.4 Prosedur Kerja .............................................................................................. 31

3.4.1 Sintesis Katalis Ni/TiO2 dengan Metode Impregnasi ...................... 31

3.4.2 Karakterisasi Katalis Ni/TiO2 ......................................................... 31

3.4.3 Uji Aktivitas Katalis Ni/TiO2 dalam Reaksi Hidrogenasi

Sitral menjadi Sitronelal .................................................................. 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 34

4.1 Stabilitas Termal dengan TGA/DTA ........................................................... 34

4.2 Karakteristik Katalis Ni/TiO2 ....................................................................... 35

4.2.1 Kristalinitas dengan XRD ............................................................... 35

4.2.2 Luas Permukaan dengan SAA (BET) ............................................. 38

4.2.3 Situs Asam Bronsted dan Asam Lewis pada Katalis dengan

FTIR ................................................................................................ 39

4.3 Aktivitas Katalis Ni/TiO2 dalam Reaksi Hidrogenasi Sitral ........................ 41

4.3.1 Variasi Suhu Katalis ....................................................................... 42

4.3.2 Variasi Rasio Katalis terhadap Reaktan .......................................... 45

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 49

5.1 Simpulan ..................................................................................................... 49

5.2 Saran ............................................................................................................. 49

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 50

LAMPIRAN ......................................................................................................... 57

Page 12: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Struktur sitral trans (geranial) (a) dan sitral cis (neral) (b) ......................... 8

Gambar 2. Skema reaksi hidrogenasi sitral ........................................................... 9

Gambar 3. Struktur sitronelal .............................................................................. 10

Gambar 4. Struktur kristal TiO2 a)Anatase; b)Rutile ........................................... 19

Gambar 5. Skematis sistem kerja TGA ............................................................... 21

Gambar 6. Surface Area Analyzer (metode BET) ............................................... 23

Gambar 7. Skema alat difraksi sinar-X ............................................................... 25

Gambar 8. Prinsip kerja FTIR ............................................................................. 26

Gambar 9. Model proses pemisahan pada GCMS ............................................... 28

Gambar 10. Diagram alir penelitian .................................................................... 30

Gambar 11. Spektrum TGA/DTA katalis Ni/TiO2 .............................................. 34

Gambar 12. Pola difraksi katalis Ni/TiO2 10%berat dan 20%berat .................... 36

Gambar 13. Perbandingan pola difraksi katalis TiO2 dan Ni/TiO2 ..................... 37

Gambar 14. Spektrum FTIR katalis Ni/TiO2 ....................................................... 40

Gambar 15. Reaksi hidrogenasi sitral menjadi sitronelal .................................... 44

Gambar 16. Mekanisme reaksi hidrogenasi sitral ............................................... 47

Page 13: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Klasifikasi komponen aktif katalis ......................................................... 15

Tabel 2. Klasifikai promotor ................................................................................ 16

Tabel 3. Ukuran kristal katalis TiO2 dan Ni/TiO2 ................................................ 38

Tabel 4. Karakteristik SAA katalis Ni/TiO2 ......................................................... 38

Tabel 5. Pengaruh suhu reaksi terhadap konversi sitral ....................................... 43

Tabel 6. Pengaruh rasio katalis terhadap konversi sitral ...................................... 45

Page 14: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Perhitungan bahan untuk impregnasi .............................................. 57

Lampiran 2. Poses sintesis katalis dan reaksi ...................................................... 59

Lampiran 3. Grafik hasil GCMS ......................................................................... 60

Lampiran 4. Hasil analisis GCMS ....................................................................... 62

Lampiran 5. Perhitungan % konversi dan selektivitas sitronelal ........................ 64

Lampiran 6. Perhitungan ukuran kristal katalis .................................................. 65

Page 15: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai negara tropis memiliki keanekaragaman hayati

penghasil minyak atsiri, sehingga berpotensi besar sebagai negara produsen

minyak atsiri dunia. Indonesia memiliki sekitar 40 jenis dari 80 jenis tanaman

aromatik penghasil minyak atsiri yang diperdagangkan dunia (Agusta, 2000).

Tanaman sereh dapur merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang

sering digunakan di Indonesia, umumnya digunakan sebagai campuran bumbu

dapur dan rempah-rempah. Minyak atsiri dalam sereh dapur memiliki konstituen

utama berupa senyawa sitral. Komponen sitral pada minyak atsiri sereh dapur

memiliki potensi yang besar sebagai bahan baku untuk industri kosmetik dan

sabun (Guenther, 1970).

Produksi minyak sereh dapur (Lemongrass oil) di dunia diperkirakan

mencapai 500 ton/tahun, dengan negara produsen utamanya India dan Guatemala,

namun Indonesia baru bisa memproduksi minyak ini dalam jumlah yang tidak

tetap dan ekspor hanya berkisar antara 2-3 ton minyak/tahun. Jumlah produksi ini

tidak sebanding dengan kebutuhan minyak sereh dapur (Harris, 1993).

Firman Allah SWT dalam Al-Quran surat Thaha ayat 53 yang berbunyi

sebagai berikut.

Page 16: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

2

Artinya: ―Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan Yang telah

menjadikan bagimu di bumi itu jalan-jalan, dan menurunkan dari langit air

hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-

tumbuhan yang bermacam-macam.‖(QS. Thaha: 53)

Berdasarkan ayat diatas, Allah telah menciptakan bermacam-macam jenis

tumbuhan di muka bumi yang dapat memberikan banyak manfaat sebagai sumber

kehidupan. Sereh dapur merupakan salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan

kandungan senyawanya. Kita sebagai manusia perlu menemukan cara untuk

memanfaatkan keanekaragaman tumbuhan yang ada di bumi dan

mengembangkannya serta menjadikannya sebagai produk yang memiliki nilai jual

tinggi sehingga dapat meningkatkan perekonomian.

Penelitian ini dilakukan konversi sitral yang merupakan konstituen utama

dalam minyak sereh dapur menjadi sitronelal melalui mekanisme reaksi

hidrogenasi, yaitu reaksi antara hidrogen dengan senyawa organik. Reaksi

hidrogenasi sitral dapat berlangsung menggunakan bantuan katalis (Fessenden dan

Fessenden, 1986). Katalis heterogen lebih menguntungkan karena mudah

dipisahkan dari campuran produknya dan dapat dipakai beberapa kali (reusable)

dengan efisiensi yang hampir sama (Faba et al., 2012). Proses sintesis katalis

dalam penelitian ini menggunakan metode impregnasi, yaitu proses memasukkan

larutan garam logam komponen aktif ke dalam material penyangga (Wegener et

al., 2004).

Proses dalam reaksi hidrogenasi dapat dilakukan dengan menggunakan

logam-logam transisi sebagai komponen aktif katalis, seperti nikel (Ni), platina

(Pt), dan paladium (Pd) (Hansen dan Neurock, 2000). Pemilihan logam transisi

sebagai katalis berdasarkan kondisi proses hidrogenasi dan senyawa yang akan

dihidrogenasi (Suppes et al., 2004). Syunbayev et al., (2016) menyatakan bahwa

Page 17: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

3

Ni memiliki selektivitas lebih tinggi dibandingkan dengan Pt dan Pd dalam reaksi

hidrogenasi sitral. Arvela et al., (2003) melaporkan bahwa katalis Ni selektif

terhadap pembentukkan sitronelal (<70%).

Penelitian mengenai hidrogenasi sitral telah banyak dilakukan diantaranya

oleh Aykac dan Yilmaz (2008) menggunakan bantuan katalis monometallic Ni

dan bimetallic Ni-Sn dengan penyangga zeolit Na-Y menghasilnya yield sitronelal

84,5% dan 44,5%. Syunbayev et al., (2016) telah melakukan reaksi hidrogenasi

sitral menjadi sitronelal dengan bantuan katalis Ni/Cr2O3 pada tekanan 20 bar dan

suhu 70 oC menggunakan pelarut isopropanol menghasilkan selektivitas terhadap

produk sitronelal sebesar 78%. Berdasarkan hasil tersebut maka pada penelitian

ini digunakan logam aktif Ni sebagai komponen aktif katalis dan isopropanol

sebagai pelarut. Variasi suhu reaksi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 60,

80, dan 100 oC, dikarenakan suhu didih isopropanol adalah 82,5

oC, apabila suhu

reaksi terlalu jauh melampaui titik didih, maka isopropanol akan menguap dan

menurunkan kecepatan reaksi hidrogenasi.

Aktivitas dan selektivitas katalis dipengaruhi oleh karakteristik katalis,

sedangkan karakteristik katalis dipengaruhi oleh metode preparasi dan kandungan

logam aktifnya (Wegener et al., 2004). Penggunaan logam Ni sebagai komponen

aktif katalis dapat meningkatkan luas permukaan katalis ketika diimpregnasikan

ke dalam komponen penyangga. Suyati (2005) dalam penelitiannya mensintesis

katalis Ni/zeolit dengan metode impregnasi, dimana sebelum diimpregnasikan

dengan logam Ni luas permukaan zeolit sebesar 53,16 m2/g, dan setelah

diimpregnasikan dengan logam Ni luas permukaannya menjadi 75,66 m2/g.

Page 18: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

4

Penelitian ini juga melakukan variasi rasio katalis, yaitu 10, 20, dan 30%.

Penelitian yang dilakukan oleh Hidayat et al., (2017) dalam mensintesis metil

ester dari minyak dedak padi menggunakan katalis K/ZAA (zeolit alam aktif)

dengan variasi rasio katalis sebesar 1; 2,5; 5; dan 10% memperoleh nilai biodiesel

secara berurutan sebesar 64,9; 72,7; 78,4 dan 81,6%. Variasi rasio katalis terhadap

reaktan belum pernah dilakukan pada reaksi hidrogenasi sitral menjadi sitronelal,

sehingga perlu diteliti lebih lanjut. Rasio katalis yang terlalu banyak

mengakibatkan proses hidrogenasi menjadi tidak efisien, sedangkan apabila rasio

katalis terlalu sedikit akan menyebabkan proses hidrogenasi tidak terjadi dengan

baik.

Penyangga sebagai salah satu komponen terbesar dari katalis dapat

meningkatan kinerja katalis dengan memperbesar luas permukaan katalis (Sharidi,

2005). Bahan penyangga yang digunakan dalam penelitian ini yaitu TiO2 karena

bersifat inert, tidak mempengaruhi reaksi kimia yang terjadi pada permukaan

katalis, dan tahan panas (Satterfield, 1980). Liu et al., (2010) telah melakukan

konversi sitral menjadi senyawa turunannya melalui mekanisme reaksi

hidrogenasi menggunakan logam aktif Pd yang diimpregnasikan ke dalam TiO2.

Penelitian tersebut dilakukan pada suhu 80 oC, dalam kondisi dibawah tekanan H2

sebesar 40 bar selama 4 jam. Produk yang dihasilkan yaitu senyawa sitronelal

dengan nilai konversi sebesar 8% dan selektivitas terhadap produk sebesar 67%.

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan performa katalis Ni/TiO2

dalam mengkonversi sitral menjadi sitronelal melalui mekanisme reaksi

hidrogenasi serta dapat memanfaatkan minyak sitral sebagai sumber kehidupan.

Page 19: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

5

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh logam Ni yang diimpregnasikan ke dalam TiO2

terhadap luas permukaan katalis?

2. Bagaimana aktivitas katalitik Ni/TiO2 terhadap konversi dan selektivitas

sitral menjadi sitronelal berdasarkan variasi suhu reaksi dan variasi rasio

katalis terhadap reaktan?

1.3 Hipotesis

1. Impregnasi logam Ni dalam penyangga TiO2 dapat meningkatkan luas

permukaan katalis.

2. Semakin tinggi suhu reaksi dan rasio katalis terhadap reaktan, dapat

meningkatkan nilai konversi dan selektivitas sitral menjadi sitronelal.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menentukan luas permukaan katalis terhadap pengaruh impregnasi logam

Ni dalam penyangga TiO2.

2. Menentukan aktivitas katalitik Ni/TiO2 terhadap konversi dan selektivitas

sitral menjadi sitronelal berdasarkan variasi suhu reaksi dan variasi rasio

katalis terhadap reaktan.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kondisi

terbaik dalam reaksi hidrogenasi terkatalisis Ni/TiO2 dalam mengkonversi sitral

menjadi sitronelal dan dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya.

Page 20: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sereh Dapur (Cymbopogon citratus)

Sereh dapur biasa tumbuh pada daerah dengan ketinggian 50-2.700 m di

atas permukaan laut. Sereh dapur dapat tumbuh secara alami, namun dapat juga

ditanam pada berbagai kondisi tanah di daerah tropis yang lembab, cukup sinar

matahari, dan curah hujan yang relatif tinggi. Tanaman ini banyak terdapat di

Jawa, terutama daerah dataran rendah (Prasetyono, 2014).

Tanaman sereh mampu tumbuh sampai 1-1,5 m, panjang daunnya mencapai

70-80 cm dan lebarnya 2-5 cm, berwarna hijau muda, kasar, dan mempunyai

aroma yang kuat (Wijayakusuma, 2005). Tanaman sereh dapur memiliki habitus

berupa tanaman tahunan yang hidup secara liar dan berbatang semu yang

membentuk rumpun tebal serta mempunyai aroma yang kuat dan wangi.

Morfologi akarnya berimpang pendek dan berwarna coklat muda (Sastrapradja,

1978). Perbanyakan sereh dapat dilakukan dengan menanam potongan rimpang

sereh dapur. Jarak tanam yang dianjurkan adalah 0,5-1 m. Pemanenan dilakukan

bila tinggi tanaman telah mencapai 1-1,5 m. Pemotongan pertama dilakukan pada

umur 6-9 bulan. Pemanenan selanjutnya dilakukan selang 3-4 bulan (Prasetyono,

2014).

Page 21: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

7

Menurut Muhlisah (1999), tanaman sereh dapur memiliki klasifikasi

sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Classis : Liliopsida

Ordo : Poales

Familia : Poaceae

Genus : Cymbopogon

Species : Cymbopogon citratus (DC.) Stapf

Di Indonesia, masyarakat umumnya menggunakan sereh dapur sebagai

campuran bumbu dapur dan rempah-rempah karena mempunyai aroma khas

seperti lemon. Aroma ini diperoleh dari senyawa sitral yang terkandung dalam

minyak atsiri sereh dapur (Guenther, 1948). Sereh dapur mengandung kadar sitral

yang tinggi (75 sampai 85%) sehingga minyak sereh dapur dinamakan lemongrass

oil (Guenther, 1990).

Sereh dapur merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri.

Kandungan utama minyak sereh dapur adalah sitral dan mengandung senyawa

lain seperti metilheptan, n-desil aldehida, linalool, dan geraniol. Minyak sereh

dapur merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang memiliki banyak manfaat,

salah satunya untuk menghasilkan sitral yang merupakan kandungan utama dari

minyak sereh dapur. Minyak sereh dapur dapat digunakan sebagai bahan baku

dalam industri kosmetik dan sabun (Guenther, 1990). Leung dan Foster (1980)

mengutarakan bahwa minyak atsiri yang terkandung dalam sereh dapur memiliki

khasiat sebagai antijamur dan antibakteri.

2.2 Senyawa Sitral

Sitral adalah gabungan dari dua isomer aldehida monoterpene acylic.

Senyawa sitral dapat membentuk turunannya seperti sitronelal, sitronelol, dan

Page 22: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

8

geraniol. Karakteristik dari senyawa sitral ini adalah berbau lemon, maka

sitral sangat penting dalam industri makanan dan penyedap rasa. Sitral juga dapat

digunakan sebagai bahan dasar pembuatan obat-obatan, parfum, dan industri

kosmetik (Aykac dan Yilmaz, 2008). Sitral berperan sebagai antimikroba,

antiinflamasi, mempunyai efek diuretik, dan menstimulasi aktivitas sistem saraf

pusat (Carbajal et al., 1989). Sitral juga diketahui sebagai antikanker dan

menghambat tumor kelenjar prostat pada tikus (Carlini et al., 1986) serta memiliki

efek mutagen terhadap induksi siklopospamida (Ress, 2003). Peran penting

lainnya adalah dalam rute sintesis senyawa ionon serta vitamin A, E, dan K (Sell,

2003). Struktur kimia sitral diperlihatkan pada Gambar 1.

(a) (b)

Gambar 1. Struktur sitral trans (geranial) (a) dan sitral cis (neral) (b)

Secara kimia, sitral merupakan campuran dua isomer aldehida (cis (neral)

dan trans (geranial)) yang memiliki rumus molekul sama tetapi struktur yang

berbeda (Gambar 1). Sitral memiliki tiga jalur hidrogenasi, yaitu ikatan konjugat

ganda C=C, gugus karbonil C=O dan ikatan ganda terisolasi. Gambar 2

menyajikan jalur reaksi yang dapat terjadi untuk membentuk senyawa antara

selama hidrogenasi sitral.

Page 23: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

9

H2

Sitral, trans Geraniol

Sitral, cis Sitronelal Sitronelol

Nerol

Gambar 2. Skema reaksi hidrogenasi sitral

Hidrogenasi gugus fungsional C=O pada sitral membentuk alkohol tak

jenuh (cis dan trans) yaitu nerol dan geraniol (3,7-dimetil-2,6-oktadienol),

senyawa ini merupakan produk yang bermanfaat dan telah digunakan dalam

produksi rasa, wewangian, penolak serangga dan berperan dalam sintesis senyawa

lain seperti asetat dan turunan isobutirat. Sitronelal (3,7-dimetil-6-oktanal)

diperoleh melalui reakssi hidrogenasi selektif dari ikatan C=C dari sitral dan

sitronelol (3,7-dimetil-6-oktanol) dapat diperoleh melalui reaksi hidrogenasi

selektif dari ikatan C=O pada sitronelal atau dari ikatan C=C pada nerol dan

geraniol. Kedua senyawa ini (sitronelal dan sitronelol) biasanya digunakan dalam

pembuatan sabun, deterjen, parfum, dan penolak serangga (Kirk-Othmer, 1993).

Page 24: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

10

2.3 Senyawa Sitronelal

Sitronelal merupakan monoterpen yang terbentuk dari metabolisme

sekunder tanaman. Sitronelal merupakan salah satu senyawa terpen yang paling

penting bersama dengan sitral, geranial, linalool dan sitronelol (Pybus dan Selli,

1999). Sitronelal bila direaksikan dengan berbagai senyawa yang bersifat asam

seperti anhidrida asetat dan sebagainya akan mengalami siklisasi menjadi

isopulegol dan sejumlah isomer (isopulegol sebagai produk utama) (Irna dan

Ernayenti, 2007). Struktur senyawa sitronelal diperlihatkan pada Gambar 3.

Gambar 3. Struktur sitronelal

Sitronelal memiliki rumus molekul C10H18O dengan nama IUPAC 3,7-

dimetil-6-oktanal. Sitronelal termasuk senyawa minyak atsiri yang mudah

menguap pada suhu kamar, bersifat sedikit larut dalam air dan dapat larut dalam

alkohol dan ester (Ketaren, 1985). Struktur sitronelal memiliki dua gugus aktif

yaitu gugus karbonil dan ikatan rangkap C6=C7, serta satu atom C asimetris (kiral)

(Iftitah et al., 2010).

Menurut Agustian et al., (2007), sitronelal merupakan bahan dasar sintesis

pembuatan fragrance seperti sitronelol, isopulegol, mentol dan ester-ester lainnya

yang mempunyai aroma yang khas. Penggunaan lain dari sitronelal adalah untuk

pembuatan hidroksi sitronelal, dimana hidroksi sitronelal ini merupakan salah satu

senyawa sintetik yang paling penting dalam wewangian. Senyawa tersebut

memiliki bau yang harum seperti floral-lily sehingga sejumlah orang

Page 25: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

11

menyebutnya sebagai king of the parfumes (raja parfum). Hidroksi sitronelal

digunakan untuk pewangi sabun dan kosmetika, flavoring agent untuk aneka

makanan dan minuman, obat-obatan, repellent (obat pengusir/penolak nyamuk),

produk home care dan personal care karena bermanfaat untuk menenangkan,

antiseptik, membantu melemaskan otot, dan bau harumnya membangkitkan

gairah. Di Indonesia, pada umumnya hidroksi sitronelal digunakan untuk

detergen.

2.4 Katalis

Katalis merupakan substansi kimia yang dapat mempercepat reaksi untuk

mencapai kesetimbangan tanpa mengalami perubahan kimiawi diakhir reaksi.

Katalis berperan dalam menurunkan energi aktivasi dan tidak mengubah nilai

kesetimbangan. Penurunan energi aktivasi ini mengakibatkan energi yang

dibutuhkan untuk terjadinya tumbukan berkurang sehingga reaksi berjalan cepat

(Gates, 1991). Katalis pada umumnya mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

aktivitas, stabilitas, selektivitas, umur, regenerasi dan kekuatan mekanik. Katalis

secara umum mempunyai 2 fungsi yaitu mempercepat reaksi menuju

kesetimbangan atau fungsi aktivitas dan meningkatkan hasil reaksi yang

dikehendaki atau fungsi selektivitas (Nasikin dan Susanto, 2010).

Katalis sebagai suatu substansi kimia mampu mempercepat laju reaksi

kimia yang secara termodinamika dapat berlangsung, hal ini disebabkan

kemampuannya mengadakan interaksi dengan paling sedikit satu molekul reaktan

untuk menghasilkan senyawa antara yang lebih aktif. Interaksi ini akan

meningkatkan ketepatan orientasi tumbukan, meningkatkan konsentrasi akibat

Page 26: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

12

lokalisasi reaktan, sehingga meningkatkan jumlah tumbukan dan membuka alur

reaksi dengan energi pengaktifan yang lebih rendah (Gates, 1991).

Istadi (2011) menyatakan bahwa katalis dapat dibagi ke dalam 3

komponen yakni komponen aktif, penyangga (pengemban), dan promotor.

Komponen aktif dapat berasal dari logam-logam yang terdeposit pada pengemban

atau dapat pula berasal dari pengemban itu sendiri. Logam-logam tersebut

umumnya adalah logam-logam transisi yang menyediakan orbital d kosong atau

elektron tunggal yang akan disumbangkan pada molekul reaktan sehingga

terbentuk ikatan baru dengan kekuatan ikatan tertentu (Campbell, 1998).

Penyangga berperan dalam memodifikasi komponen aktif, menyediakan

permukaan yang luas, dan meningkatkan stabilitas katalis, sementara itu promotor

berperan dalam meningkatkan atau membatasi aktivitas katalis serta berperan

dalam struktur katalis (Istadi, 2011).

Menurut Setyawan dan Handoko (2003) dalam memilih suatu katalis,

terdapat beberapa parameter yang harus diperhatikan diantaranya:

a. Aktivitas, yaitu kemampuan katalis untuk mengkonversi reaktan menjadi

produk yang diinginkan.

b. Selektivitas, yaitu kemampuan katalis mempercepat satu reaksi di antara

beberapa reaksi yang terjadi sehingga produk yang diinginkan dapat diperoleh

dengan produk sampingan seminimal mungkin.

c. Kestabilan, yaitu lamanya katalis memiliki aktivitas dan selektivitas pada

keadaan semula.

d. Kemudahan diregenerasi, yaitu proses mengembalikan aktivitas dan selektivitas

katalis seperti semula.

Page 27: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

13

2.5 Katalis Homogen

Katalis homogen merupakan katalis yang fasanya sama dengan fasa

campuran reaksi. Campuran reaksi dan katalis umumnya berfasa cair. Katalis

homogen dapat berupa katalis asam-basa atau katalis senyawa logam transisi

(Gates, 1992). Katalis homogen sering digunakan dalam reaksi senyawa organik

seperti reaksi asetilasi gliserol. Beberapa katalis homogen yang pernah digunakan

adalah H2SO4, HCl, HNO3 dan H3PO4 (Khayoon dan Hameed, 2011).

Keuntungan dari penggunaan katalis homogen adalah kespesifikannya,

tidak dibutuhkannya tekanan yang tinggi dalam reaksi, dan keadaan awalnya

dapat dipelajari sebelum reaksi (Kazansky et al., 1983). Katalis homogen sering

dipakai pada skala industri untuk proses katalisis reaksi eksotermis karena mudah

menghilangkan panas dari sistem, akan tetapi katalis homogen memiliki

kelemahan yaitu sulit dipisahkan dari produk karena fasanya yang sama, kurang

stabil pada reaksi suhu tinggi, dan sangat sensitif terhadap perubahan suhu, udara

dan kelembaban (Ertl dan Knözinger, 1991). Katalis homogen juga bersifat

korosif sehingga menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan (Hinze et al.,

2009). Penggunaan katalis homogen hanya dijumpai pada industri-industri

tertentu misalnya industri bahan kimia, obat-obatan, dan makanan. Industri

petrokimia seperti produksi asam asetat, alkilasi olefin, dan hidroforbilasi juga

menggunakan katalis homogen (Istadi, 2011).

2.6 Katalis Heterogen

Katalis heterogen adalah katalis yang dapat berlangsung lebih dari satu

fasa. Reaktan dan produk terdapat dalam fasa padat, gas, atau cairan, sedangkan

katalis yang digunakan dalam bentuk padatan. Reaksi antara katalis dengan

Page 28: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

14

reaktan berlangsung di permukaan katalis yang memiliki sisi aktif (Gates, 1992).

Katalis heterogen memiliki keuntungan dibandingkan katalis homogen khususnya

dalam pemisahannya karena produk yang terlarut dalam medium reaksi dapat

dipisahkan dari katalisnya dengan penyaringan dan dapat diregenerasi sehingga

dapat digunakan kembali (Rispiandi, 2011). Katalis heterogen juga memiliki

stabilitas termal yang cukup tinggi, dan regenerasi katalis dapat dilakukan pada

suhu tinggi (Gates, 1992).

Syarat utama dalam katalis heterogen adalah bahwa pereaksi fasa gas atau

larutan diadsorpsi ke permukaan katalis. Permukaan atom tidak semuanya

memiliki tingkat efektivitas yang sama sebagai katalis. Katalis heterogen

mencakup (Supeno, 2009):

1. Reaktan akan terjerap (adsorpsi) pada permukaan aktif katalis.

2. Terjadi interaksi pada sepanjang permukaan katalis atau terjadi pelemahan

ikatan dari molekul yang terjerap.

3. Molekul hasil reaksi (produk) dilepas dari permukaan katalis tetelah reaksi

terjadi.

2.7 Komponen Katalis

2.7.1 Komponen Aktif

Komponen aktif merupakan tahap awal dalam desain katalis. Komponen

aktif dari katalis bisa menjadi tidak aktif (terdeaktivasi) saat digunakan karena

kehadiran kokas dan senyawa racun seperti CO, CO2, dan senyawa-senyawa

sulfur serta rusaknya struktur akibat temperatur operasi yang terlalu tinggi

(Triyono, 2011). Komponen aktif katalis dapat berupa logam, oksida atau sulfida

logam maupun bahan mineral sintetik dan semi sintetik. (Richardson, 1989).

Page 29: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

15

Klasifikasi komponen aktif katalis dapat dibedakan berdasarkan kelasnya

sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Klasifikasi komponen aktif katalis

Kelas Reaksi Contoh

Logam

Hidrogenasi

Hidrolisis

Oksidasi

Fe, Ni, Pt, Pd,

Cu, Ag

Oksida dan Sulfida

Hidrogenasi selektif

Hidrogenasi

Oksidasi

NiO, ZnO, CuO,

Cr2O3, MOS2

Oksida

Polimerisasi

Isomerisasi

Perengkahan

Dehidrasi

Al2O3.SiO2,MgO,

Al2O3.SiO2 zeolit

Sumber: Richardson, 1989

Komponen aktif katalis merupakan komponen yang paling berpengaruh

terhadap terjadinya reaksi. Pemilihan komponen aktif bergantung pada jenis

reaksi yang akan dilakukan (Hasibuan, 2009).

2.7.2 Komponen Penyangga

Komponen penyangga berfungsi sebagai tempat penebaran komponen

aktif dengan tujuan memperluas permukaan kontak antara fasa aktif dengan

reaktan, tanpa mengurangi aktivitas fasa itu sendiri. Selain itu, fungsi lainnya

adalah sebagai permukaan yang stabil dimana inti aktif terdispersi sedemikian

rupa sehingga sintering dapat dikurangi (Nasikin dan Susanto, 2010). Bahan

penyangga juga dapat berfungsi sebagai media perpindahan panas, saringan

molekuler dan peningkat sifat mekanik (Haerudin, 2005).

Penyangga harus tahan terhadap pertumbuhan kristal dikarenakan panas,

yang artinya harus memiliki titik lebur yang tinggi atau minimal lebih tinggi

daripada titik lebur senyawa aktif (Nasikin dan Susanto, 2010). Bahan penyangga

sebagian besar berupa oksida, mineral atau campuran keduanya. Bahan penyangga

Page 30: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

16

yang dipilih selalu disesuaikan dengan kebutuhan reaksi katalitiknya agar reaksi

dapat berlangsung optimal, oleh karena itu dalam pemilihan suatu penyangga

harus memperhatikan beberapa hal berikut (Haerudin, 2005):

a. Luas permukaan spesifik katalis yang besar.

b. Memiliki porositas yang baik.

c. Inert terhadap reaksi yang tidak diinginkan.

d. Tahan terhadap panas dan stabil.

2.7.3 Promotor

Penambahan promotor pada katalis dimaksudkan untuk meningkatkan

kinerja katalis (aktivitas, selektivitas atau stabilitas). Lazimnya promotor

ditambahkan dalam jumlah kecil pada saat pembuatan katalis. Promotor sendiri

umumnya tidak aktif, tetapi jika ditambahkan pada katalis dapat memperbaiki

kinerja katalis (Nasikin dan Susanto, 2010). Klasifikasi promotor dapat dilihat

pada Tabel 2.

Tabel 2. Klasifikasi promotor

Kelas Promotor Fungsi

Al2O3 SiO2, ZrO, P, K2O, HCl,

MgO

Memperbaiki stabilitas

termal, meracuni pusat

pembentukan,

meningkatkan keasaman,

menghambat sintering

SiO2-Al2O3 Pt Mempercepat oksidasi

CO

Zeolit Pd Mempercepat hidrogenasi

Pt/Al2O3 Re Menghambat hidrogenasi

dan sintering

MoO3 Ni, Co Mempercepat hidrogenasi

C-S dan C-N Sumber: Subagjo, 2010

Biasanya penggunaan promotor dilakukan pada penyangga yang

berbentuk senyawa oksida. Penyangga oksida terdalam dalam beberapa fasa yang

Page 31: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

17

berbeda, yang mungkin tidak diinginkan. Dengan penambahan promotor ini akan

menyebabkan katalis dapat cukup terlindungi dari kerusakan dan perubahan

jangka panjang .Penambahan promotor juga bertujuan untuk mencegah aktivitas

yang tidak diinginkan seperti pembentukan deposit karbon. Deposit karbon ini

dapat dihilangkan dengan pemanasan yang memungkinkan terjadinya penurunan

aktivitas akibat sintering. Pemberian promotor pada komponen aktif dapat

dilakukan dengan cara perubahan struktur atau secara elektronik (Nasikin dan

Susanto, 2010).

2.8 Nikel

Logam transisi sering digunakan sebagai katalis heterogen. Logam transisi

tersebut bersifat asam dan berperan dalam reaksi perpindahan elektron. Logam

transisi yang digunakan sebagian besar adalah logam golongan VIII B (Tsani,

2011). Logam-logam transisi pada umumnya dapat digunakan sebagai katalis

karena logam transisi telah mengisi orbital 3d dan memiliki elektron tidak

berpasangan sehingga mudah berikatan dengan atom lain. Logam Ni yang

mempunyai konfigurasi elektron [Ar] 3d8 4s

2 yang banyak digunakan sebagai

katalis reaksi hidrogenasi alkena (Bakri dan Ridia, 2008).

28Ni : (Ar)

4s 3d

Logam nikel mempunyai orbital 3d yang belum penuh maka, sesuai aturan

Hund, terdapat elektron- elektron uang tidak berpasangan pada orbital d. Keadaan

ini menentukan sifat- sifat nikel yaitu sifat megnetik, struktur padatnya dan

kemampuan logam nikel membentuk senyawa komplek. Fenomena ini

menjadikan logam nikel mudah membentuk ikatan kovalen koordinat sehingga

Page 32: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

18

pembentukan senyawa antara pada permukaan katalis menjadi lebih mudah

(Tsani, 2011).

Nikel telah banyak digunakan sebagai katalis dalam beberapa reaksi

sintesis senyawa organik, yaitu sebagai katalis heterogen (Cotton dan Wilkinson,

1989). Logam nikel dipergunakan secara luas sebagai katalis untuk proses

hidrogenasi. Proses hidrogenasi merupakan suatu proses industri yang bertujuan

untuk menjenuhkan ikatan rangkap (Ketaren, 1985). Katalis nikel paling banyak

digunakan karena reaktivitasnya yang besar setelah paladium (Pd>Ni>Co>Fe>Cu)

(Johnstone dan Johnstone, 1961).

2.9 Titanium dioksida (TiO2)

Titanium dioksida adalah senyawa dengan formula TiO2 yang berbentuk

bubuk, berwarna putih atau hitam tergantung dari kemurniannya. TiO2 merupakan

bentuk oksida dari titanium. TiO2 mempunyai berat molekul 79,90 g/mol,

memiliki densitas 4,26 g/cm3, dengan titik lebur 1885

oC (Cotton dan Wilkinson,

1988). Titanium dioksida dihasilkan dengan mereaksikan mineral ilimenit dengan

asam sulfat dan digunakan sebagai bahan pewarna putih dalam pembuatan cat,

kertas, keramik dan plastik (Basri, 2005). Peranan TiO2 dalam bidang industri

yaitu sebagai pigmen, adsorben, pendukung katalitik dan semikonduktor.

Senyawa ini banyak digunakan dalam industri karena mempunyai banyak

kelebihan yaitu non toksik, stabil, non korosif, tidak larut dalam air dan ramah

lingkungan (Ahmed, 2010).

TiO2 memiliki tiga fase struktur kristal yaitu anatase, rutile, dan brukit.

Rutile dan anatase merupakan bentuk yang paling banyak di alam, keduanya

memiliki struktur kristal tetrahedral sedangkan brukit memiliki struktur kristal

Page 33: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

19

orthorombik (Carp et al., 2004). Struktur kristal yang berbeda ini mempengaruhi

luas permukaan dan sisi aktif TiO2 (Arutanti et al., 2009). Struktur TiO2 anatase

dan rutile ditampilkan pada Gambar 4.

a b Gambar 4. Struktur kristal TiO2 a)Anatase; b)Rutil

(Rahmawati, 2011)

Secara termodinamik anatase kurang stabil bila dibandingkan dengan

rutile, pembentukan kristal anatase lebih sering digunakan karena berada pada

temperatur rendah, sedangkan brukit sulit ditemukan biasanya terdapat dalam

mineral dan sulit dimurnikan. Bentuk kristal anatase terjadi pada pemanasan suhu

rendah (100-700 oC), sedangkan pada rutile terbentuk pada suhu tinggi (700-1000

oC) dan pada suhu tersebut anatase dapat mengalami transformasi menjadi rutile

(Fujishima et al., 2005).

TiO2 adalah tetragonal dan dapat digambarkan sebagai rantai oktahedron

TiO6. Perbedaan keduanya terdapat pada distorsi oktahedral dan pola susunan

rantai oktahedralnya sebagaimana ditampilkan pada Gambar 4. Masing-masing

ion Ti4+

dikelilingi oleh enam ion O2-

. Oktahedral pada struktur rutile mengalami

sedikit distorsi ortorombik, sedangkan pada anatase distorsi ortorombiknya cukup

besar sehingga relatif tidak simetri. Jarak antara Ti-Ti anatase lebih besar

dibandingkan dengan rutile (3,79 dan 3,04 Å dengan 3,57 dan 3,96 Å) sedangkan

jarak Ti-O anatase lebih kecil dibanding dengan rutile (1,934 dan 1,980 Å dengan

1,949 dan 1,980 Å). Setiap oktahedron pada struktur rutile dikelilingi oleh

Page 34: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

20

sepuluh oktahedron tetangga, sedangkan pada struktur anatase setiap oktahedron

hanya dikelilingi delapan oktahedron tetangga. Distorsi ortorombik menyebabkan

terjadinya perbedaan luasan aktif, anatase memiliki simetri geometris yang lebih

mendukung untuk mengabsorbsi cahaya karena luasan aktifnya lebih besar

daripada rutile (Linsebigler et al., 1995).

2.10 Impregnasi

Impregnasi didefinisikan sebagai salah satu metode dalam preparasi katalis

yang paling sederhana. Metode ini sering digunakan untuk mensintesis katalis.

Metode ini bertujuan untuk mengisi pori-pori penyangga dengan larutan logam

aktif melalui adsorpsi logam, yaitu dengan merendam penyangga dalam larutan

yang mengandung logam aktif. Penyangga memiliki fungsi sebagai penyedia

permukaan yang luas agar lebih mudah menebarkan situs aktif, sehingga

permukaan kontaknya lebih luas dan efisien. Bahan penyangga yang sering

digunakan sebagai pengemban katalis adalah alumina (Al2O3), TiO2, silika-

alumina, silika, zeolit dan magnesia (Topsoe et al., 1996).

Metode impregnasi memiliki beberapa keuntungan, yaitu peralatan yang

digunakan relatif sedikit karena tidak ada langkah pencucian dan penyaringan.

Metode impregnasi juga sangat cocok untuk sintesis katalis dengan persen berat

komponen aktif katalis yang kecil, yaitu komponen aktif yang termasuk logam

mulia dan diinginkan terdistribusi sempurna sehingga diperoleh luas permukaan

komponen aktif yang besar (Satterfield, 1980).

2.11 TGA (Thermal Gravimetry Analyzer)

Analisis TGA adalah salah satu metode karakterisasi katalis berdasarkan

proses hilangnya berat katalis melalui pengukuran secara kontinyu sebagai fungsi

Page 35: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

21

suhu pada kecepatan tetap atau sebagai fungsi waktu. Metode analisis ini

bertujuan untuk mengukur dan mempelajari kemurnian, kinetika kimia dan

degradasi termal suatu material. TGA juga memberikan informasi tentang produk

akhir dan menentukan perbedaan komposisi awal dan akhir suatu material

(Smallman dan Bishop, 1995).

Analisis kuantitatif dengan TGA dapat digunakan pada bahan atau

material yang mudah menguap. Hasil pengukuran berupa termogram massa

sebagai fungsi suhu. Pengukuran dengan TGA menggunakan gas inert seperti gas

helium, argon dan nitrogen. Prinsip kerja TGA adalah memanaskan sampel pada

suhu tinggi dan mengukur berat sampel yang terdekomposisi seiring dengan

meningkatnya suhu (Smallman dan Bishop, 1995). Skematis sistem kerja TGA

diperlihatkan pada Gambar 5.

Gambar 5. Skematis sistem kerja TGA (Arianti, 2011)

TGA terdiri dari sebuah sample pan yang didukung oleh sebuah precision

balance. Pan tersebut ditempatkan dalam suatu furnace dan dipanaskan atau

didinginkan selama eksperimen. Massa dari sampel dipantau selama eksperimen.

Sampel dialiri oleh suatu gas untuk mengontrol lingkungan sampel. Gas yang

Microbalance

Computer

Temperature

Programmer

Page 36: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

22

digunakan dapat berupa gas inert atau gas reaktif yang mengalir melalui sampel

dan keluar melalui exhaust (Beri dan Sanjaya, 2012). Selisih massa sampel dan

massa blanko (dikondisikan nol) direkam dan hasilnya diplot dalam sebentuk

grafik fungsi massa terhadap temperatur. Hasil rekamannya dinamakan

thermogram. Berbagai proses dapat dilakukan dengan mengubah-ubah variabel

sesuai kebutuhan, seperti kenaikan dengan laju pemanasan yang tetap,

mengkondisikan sampel pada temperatur tetap tententu, atau penurunan

temperatur. Perubahan massa sampel dapat terjadi karena adanya dekomposisi,

evaporasi, adsorpsi, atau reaksi dengan atmosfer (gas) yang digunakan untuk

proses pengurangan massa (misalnya karena dekomposisi atau reaksi yang

menghasilkan gas) (Smallman dan Bishop, 1995).

2.12 SAA (Surface Area Analyzer)

SAA merupakan salah satu instrumen utama dalam karakterisasi material

yang memerlukan sampel dalam jumlah kecil biasanya berkisar 0,1 sampai 0,01

gram. Alat ini khususnya berfungsi untuk menentukan luas permukaan material,

distribusi pori dari material dan isotherm adsorpsi suatu gas pada suatu bahan

(Gregg dan Sing, 1982). Alat ini terdiri dari dua bagian utama yaitu Degasser dan

Analyzer (Sasongko, 1988).

Luas permukaan (surface area) merupakan sifat yang penting dalam

aplikasi katalis. Luas permukaan merupakan luasan yang ditempati satu molekul

adsorbat/zat terlarut yang merupakan fungsi langsung dari luas permukaan

sampel, sehingga dapat dikatakan bahwa luas permukaan merupakan jumlah pori

di setiap satuan luas dari sampel dan luas permukaan spesifiknya merupakan luas

permukaan per gram. Luas permukaan (surface area, m2/g) merupakan parameter

Page 37: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

23

yang paling penting kaitannya dengan permukaan katalis di dalam katalis

heterogen. Luas permukaan total merupakan kriteria krusial untuk katalis padat

karena sangat menentukan jumlah situs aktif di dalam katalis kaitanya dengan

aktivitas katalis (Istadi, 2006).

Luas permukaan dipengaruhi oleh ukuran pori, bentuk pori dan susunan

pori dalam partikel (Martin et al., 1993). Alat surface area secara garis besar

dapat dikatakan bekerja berdasarkan metode BET (Brunauer-Emmett-Teller) yaitu

adsorpsi dan desorpsi isothermis gas nitrogen (N2) oleh sampel padatan pada

kondisi temperatur nitrogen cair sebagai lapisan tunggal (monolayer) (Rianto

et al., 2007). Alat Surface Area Analyzer diperlihatkan pada Gambar 6.

Gambar 6. Surface Area Analyzer (metode BET)

Prinsip kerja SAA didasarkan pada siklus adsorpsi dan desorpsi isothermis

gas N2 oleh sampel serbuk pada suhu nitrogen cair. Proses adsorpsi digambarkan

sebagai proses lapisan dengan lapisan (Layer-by-layer), permukaan secara

energetik dianggap homogen, medan adsorpsi sama dalam setiap tempat

permukaan. Proses adsorpsi dianggap tidak bergerak (setiap molekul yang

Page 38: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

24

diadsorbsi pada sisi dasar adsorbsi pada permukaan). Lapisan pertama molekul

yang diadsorbsi memiliki energi interaksi dengan medan adsorbs (Ea0) dan

interaksi vertikal antara molekul setelah lapisan pertama (EL0) sama terhadap

panas adsorbat dan molekul yang diadsorbsi tidak berinteraksi secara

menyamping (Martin et al., 1993)

2.13 XRD (X-Ray Diffraction)

Metode analisis difraksi sinar-X dikenal dengan sebutan X-Ray Diffraction

(XRD) ini digunakan untuk mengetahui fasa kristalin. Difraksi sinar-X dalam

analisis padatan kristalin memegang peranan penting untuk meneliti parameter

kisi dan tipe struktur, selain itu dimanfaatkan untuk mempelajari cacat pada kristal

individu dengan mendeteksi perbedaan intensitas difraksi di daerah kristal dekat

dislokasi dan daerah kristal yang mendekati kesempurnaan (Cullity, 1978).

Katalis pada umumnya berbentuk padatan kristal seperti oksida logam,

zeolit, dan logam berpenyangga. XRD menjadi teknik yang mendasar untuk

mengevaluasi sifat-sifat kristal dan ukuran kristal. Ukuran kristal dapat ditentukan

dengan menggunakan persamaan Scherrer, FWHM (Full Widht of Half

Maximum) (Cullity, 1978):

D adalah diameter (ukuran kristal), λ adalah panjang gelombang sinar-X

yang digunakan, θ adalah sudut Bragg, adalah FWHM satu puncak yang dipilih,

dan k adalah konstanta material yang nilainya kurang dari satu. Nilai yang

umumnya dipakai untuk k adalah 0,9 (Cullity, 1978). Skema alat XRD

diperlihatkan pada Gambar 7.

Page 39: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

25

Gambar 7. Skema alat difraksi sinar-X (Connolly, 2007).

Prinsip kerja alat XRD adalah penembakan elektron berenergi tinggi

(anoda) atau berkas elektron (electron beam) yang berasal dari tabung sinar-X.

Tabung sinar-X terdiri dari tabung gelas yang telah divakumkan dan filamen yang

dipanaskan menghasilkan elektron-elektron yang kemudian ditembakkan ke

logam target (katoda), sehingga elektron yang bertumbukan dengan logam akan

menghasilkan radiasi yang keluar melalui jendela tipis berilium dan membentuk

sudut θ. Lapisan berilium ini disebut juga dengan slit. Slit berfungsi membuat

spektrum sinar-X sejajar dan mengenai sampel. Berkas yang keluar dari berilium

disebut dengan sinar-X, hal ini sesuai dengan hukum Bragg ketika sinar-X

diposisikan sedemikian rupa dan mengenai sampel, maka atom sampel akan

mendifraksikan sinar-X dan seterusnya ditangkap oleh detektor (Connolly, 2007).

2.14 FTIR (Fourier Transform Infra Red)

Spektrofotometer FTIR adalah instrumen analisis kimia yang digunakan

untuk konversi spektrum waktu ke spektrum frekuensi. Spektrofotometer IR

memberikan analisis secara kualitatif dengan mengidentifikasi macam gugus

Page 40: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

26

fungsi yang terdapat dalam suatu senyawa. Suatu senyawa akan memancarkan

energi yang kemudian akan diserap oleh alat dengan spektra. Spektrofotometer IR

menyajikan grafik dari presentasi transmitasi dengan kenaikan panjang

gelombang atau penurunan frekuensi (Fessenden dan Fessenden, 1986). Prinsip

kerja alat FTIR diperlihatkan pada Gambar 8.

Gambar 8. Prinsip kerja FTIR (Giwangkara, 2006)

Mekanisme yang terjadi pada alat FTIR dapat dijelaskan sebagai berikut,

sinar yang datang dari sumber sinar akan diteruskan, kemudian akan dipecahkan

oleh pemecah sinar menjadi dua bagian sinar yang saling tegak lurus. Sinar ini

kemudian dipantulkan oleh dua cermin yaitu cermin diam dan cermin bergerak.

Sinar hasil pantulan kedua cermin akan dipantulkan kembali menuju pemecahan

sinar untuk saling berinteraksi. Pemecahan sinar menyebabkan sebagian sinar

akan diarahkan menuju cuplikan dan sebagian menuju sumber. Gerakan cermin

yang maju mundur akan menyebabkan sinar yang sampai ke detektor akan

berfluktuasi. Sinar akan saling menguatkan ketika kedua cermin memiliki jarak

yang sama terhadap detektor, dan akan saling melemahkan jika kedua cermin

Page 41: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

27

memiliki jarak yang berbeda. Fluktuasi sinar yang sampai pada detektor ini akan

menghasilkan sinyal pada detektor yang disebut interferogram. Interferogram ini

akan diubah menjadi spektra IR dengan bantuan komputer berdasarkan operasi

matematika (Stuart, 2004).

2.15 GCMS (Gas Chromatography Mass Spectrometry)

Kromatografi Gas Spektroskopi Massa atau sering disebut GCMS (Gas

Chromatography Mass Spectrometry) adalah teknik analisis yang

menggabungkan dua metode analisis, yaitu kromatografi gas dan spektroskopi

massa. Kromatografi gas adalah metode analisis, dimana sampel terpisahkan

secara fisik menjadi bentuk molekul-molekul yang lebih kecil (hasil pemisahan

dapat dilihat berupa kromatogram), sedangkan spektroskopi massa adalah metode

analisis, dimana sample yang dianalisis akan diubah menjadi ion-ion gas-nya, dan

massa dari ion-ion tersebut dapat diukur berdasarkan hasil deteksi berupa

spektrum massa. Kromatografi gas hanya terjadi pemisahan untuk mendapatkan

komponen yang diinginkan, sedangkan bila dilengkapi dengan spektrum massa

(berfungsi sebagai detektor) akan dapat mengidentifikasi komponen tersebut,

karena bisa membaca spektrum bobot molekul pada suatu komponen, juga

terdapat LIBRARY (reference) pada software (Hermanto, 2009). Model proses

pemisahan GCMS diperlihatkan pada Gambar 9.

Page 42: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

28

Gambar 9. Model proses pemisahan pada GCMS (Hermanto, 2009)

Pemisahan komponen senyawa dalam GCMS terjadi didalam kolom

(kapiler) GC dengan melibatkan dua fase, yaitu fase diam dan fase gerak. Fase

diam adalah zat yang ada didalam kolom, sedangkan fase gerak adalah gas

pembawa (helium ataupun hidrogen dengan kemurnian tinggi, yaitu 99,995%).

Proses pemisahan dapat terjadi karena terdapat perbedaan kecepatan alir dari tiap

molekul didalam kolom. Perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh perbedaan

afinitas antar molekul dengan fase diam yang ada didalam kolom. Komponen-

komponen yang telah dipisahkan tersebut masuk ke dalam ruang MS yang

berfungsi sebagai detektor, dimana secara intrumentasi MS adalah detektor bagi

GC (Hermanto, 2009).

Page 43: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

29

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari 2018 hingga Januari 2019.

Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di Laboratorium Katalis, Pusat

Penelitian Kimia, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), kompleks

Puspitek Serpong, Tangerang Selatan, Banten.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi timbangan analitik,

peralatan gelas, magnetic stirrer, spatula, alu, lumping, hotplate, thermometer,

oven, peralatan refluks, XRD (MAC Science MXP3 V), TGA/DTA (Linseis STA

PT 1600), GCMS (Agilent 19091S), SAA (Micromeritics Tristar II 3020), FTIR

(Shimadzu Prestige-21), Hydrogen treatment (Tube furnace 21100), furnace 6000

(Thermolyne).

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi minyak sitral (Merck),

akuades, isopropanol (Merck), garam nikel (II) nitrat heksahidrat (Merck),

titanium dioksida.

Page 44: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

30

3.3 Diagram Alir Penelitian

Gambar 10. Diagram alir penelitian

Karakterisasi

Ni(NO3)2.6H2O +

akuades + TiO2

XRD

(kristalinitas)

SAA (luas

permukaan)

FTIR (situs asam

Bronsted dan

Lewis)

GCMS (%

konversi dan

selektivitas)

Refluks diatas hotplate (T=80 °C)

+ diaduk dengan magnetic stirrer

Dikeringkan dengan

oven (T=100 °C)

TGA/DTA

(stabilitas

termal) Kalsinasi

dan reduksi

Variasi rasio katalis

terhadap reaktan

(10, 20, dan 30) %

Variasi suhu

reaksi (60, 80,

dan 100) °C

Katalis

Ni/TiO2

sitral

Pasta

Reaksi hidrogenasi

sitral

asta dikeringkan

dengan oven (T=100

°C)

Campuran sitral,

isopropanol, dan

Ni/TiO2

Page 45: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

31

3.4 Prosedur Kerja

3.4.1 Sintesis Katalis Ni/TiO2 dengan Metode Impregnasi (Savitri et al., 2016)

Ni(NO3)2.6H2O ditimbang sebanyak 0,2 gram, dimasukkan ke dalam

erlenmeyer 250 mL dan ditambahkan 70 mL akuades. TiO2 sebanyak 4 gram

ditambahkan ke erlenmeyer dan direfluks di atas hotplate pada temperatur 80 ºC

sambil diaduk dengan magnetic stirrer dan ditunggu semalaman sehingga didapat

pasta. Pasta diangkat dan dikeringkan di dalam oven pada temperatur 100 ºC

selama semalaman. Katalis yang telah kering dilakukan uji TGA/DTA untuk

mengetahui stabilitas termal, lalu dilakukan proses kalsinasi pada suhu 550 oC dan

dilakukan proses reduksi pada suhu 475 oC menghasilkan katalis Ni/TiO2. Katalis

Ni/TiO2 dikarakterisasi menggunakan SAA untuk mengetahui luas permukaan,

XRD untuk mengetahui kristalinitas katalis, dan FTIR untuk mengetahui situs

asam Bronsted dan Lewis pada katalis.

3.4.2 Karakterisasi Ni/TiO2

3.4.2.1 Analisis Luas Permukaan dengan SAA (ASTM C 1069-09)

Tabung sampel ditimbang sebagai bobot kosong, kemudian 0,5 gram

katalis Ni/TiO2 dimasukkan ke dalam tabung. Tabung ditempelkan pada port

degasser. Proses degassing dilakukan dengan menggunakan gas nitrogen pada

suhu 200 oC selama 3 jam, kemudian tabung tersebut ditimbang kembali sebagai

massa setelah degassing. Katalis dimasukkan pada port micromeritics dan

dilakukan analisis dalam kondisi suhu nitrogen cair serta dialirkan gas N2 dan H2.

3.4.2.2 Analisis Kristalinitas dengan XRD (ASTM D4294)

Katalis Ni/TiO2 dihaluskan dengan grinding lalu dimasukkan ke dalam

plat hingga permukaan plat dengan sampel katalis sama rata dan datar. Alat XRD

Page 46: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

32

dinyalakan. Pengujian ini menggunakan tegangan listrik dan kuat arus listrik

sebesar 40 mV dan 25 mA. Sudut yang digunakan yaitu 5-90o, lalu diuji

menggunakan XRD.

3.4.2.3 Analisis Situs Asam dengan FTIR (ASTM, 2005)

0,25 gram katalis Ni/TiO2 dimasukkan ke dalam botol kaca, lalu

dimasukkan dalam desikator yang telah divakum bersama dengan basa piridin.

Desikator ditutup selama 24 jam untuk katalis mengabsorpsi basa piridin, setelah

itu dikeluarkan dan didiamkan selama 2 jam. Sejumlah serbuk katalis Ni/TiO2

hasil adsorbsi piridin dicampur dengan KBr dengan perbandingan 1:200,

selanjutnya diuji spektrum FTIR pada panjang gelombang 400-4000 cm-1

.

3.4.3 Uji Aktivitas Katalis Ni/TiO2 dalam Reaksi Hidrogenasi Sitral menjadi

Sitronelal

3.4.3.1 Variasi Suhu Katalis (ASTM E 1618‐10)

0,3 gram minyak sitral dimasukkan ke dalam reaktor yang telah terlebih

dahulu dimasukkan katalis Ni/TiO2 dan ditambahkan isopropanol sebanyak 19,7

mL. Campuran dipanaskan dengan variasi suhu 60, 80, dan 100 °C pada tekanan

20 bar selama 3 jam dalam suasana gas H2. Campuran yang dihasilkan selanjutnya

dianalisis dengan menggunakan GCMS.

3.4.3.2 Variasi Rasio Katalis Terhadap Reaktan (ASTM E 1618‐10)

Minyak sitral sebanyak 0,3 gram dimasukkan ke dalam reaktor yang telah

terlebih dahulu dimasukkan katalis Ni/TiO2 dengan variasi rasio katalis yang

digunakan sebesar 10, 20, dan 30%, lalu ditambahkan 19,7 mL isopropanol,

kemudian dipanaskan pada suhu 100 °C selama 3 jam dengan tekanan 20 bar

dalam suasana gas H2.

Page 47: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

33

Hasil reaksi hidrogenasi dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif dengan

GCMS untuk menentukan konsentrasi produk dan sitral yang tersisa, sehingga

aktivitas katalis dapat diketahui melalui perhitungan konversi sitral. Persentase

aktivitas atau konversi dan selektivitas katalis dapat ditentukan melalui

perhitungan dengan rumus sebagai berikut:

% Konversi = x 100% …...………………………...(2)

% Selektivitas = x 100% ……..………………………...(3)

Page 48: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

34

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Stabilitas Termal dengan TGA/DTA

Analisis TGA/DTA digunakan untuk memprediksi stabilitas termal suatu

katalis dan ditentukan sebagai temperatur kalsinasi katalis. Data yang dihasilkan

berupa kurva berat terhadap temperatur (Prasetyoko et al., 2016). Hasil

pengukuran menggunakan TGA/DTA menunjukkan perubahan transisi fase pada

suhu-suhu tertentu disertai dengan perubahan berat sebagai fungsi dari temperatur

sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 11.

Gambar 11. Spektrum TGA/DTA katalis Ni/TiO2

Berdasarkan spektrum TGA/DTA pada siklus pemanasan suhu (25-1000)

°C dengan laju pemanasan 10o/Min dapat dikatakan bahwa produk akhir yang

terbentuk pada suhu konstan dapat diidentifikasi berdasarkan perubahan

Page 49: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

35

komposisi berat sampel akhir dan awal sebagai fungsi dari temperatur, dimana

produk tersebut telah melewati proses pengeluaran pelarut, air dan gas akibat

pembakaran pada suhu tinggi (Schubert, 2000).

Spektrum TGA/DTA katalis Ni/TiO2 pada Gambar 11 dapat dikatakan

terdapat penurunan bobot sekitar 3% pada suhu 100-300 °C disertai dengan reaksi

eksotermik yang menunjukkan terjadinya pelepasan pelarut air. Penurunan bobot

terjadi kembali pada suhu 300-550 °C sekitar 1% disertai dengan reaksi

eksotermik yang dikaitkan dengan terjadinya pelepasan pengotor/prekursor. Hasil

ini sesuai dengan penelitian Tursiloadi (2010) dimana penurunan bobot pada

spektrum TGA/DTA (%) menunjukkan terjadinya pelepasan pelarut air serta

puncak eksotermik yang muncul di antara suhu 200-600 oC dan diikuti penurunan

bobot menunjukkan terjadinya pelepasan sisa-sisa prekursor. Hasil analisis

TGA/DTA Ni/TiO2 pada Gambar 11 dapat dikatakan tidak adanya perubahan

termal yang berarti dan penurunan berat bahan ketika sampel dipanaskan di atas

550 °C dan dianggap sebagai suhu kalsinasi katalis (Sembiring et al., 2015).

4.2 Karakteristik Katalis Ni/TiO2

4.2.1 Kristalinitas dengan XRD

Analisis menggunakan XRD dimaksudkan untuk mengidentifikasi fasa

kristalin dalam material dan menentukan sifat kristal atau kristalinitas dari suatu

katalis. Analisis XRD pada penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui

keberhasilan dari preparasi katalis nikel yang diimpregnasikan pada TiO2. Semua

bahan yang mengandung kristal tertentu ketika dianalisis menggunakan XRD

akan memunculkan puncak-puncak yang spesifik. Pola difraksi katalis Ni/TiO2

diperlihatkan pada Gambar 12.

Page 50: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

36

Gambar 12. Pola difraksi katalis Ni/TiO2 10%berat dan 20%berat

Pola difraksi dari kedua sampel katalis hasil impregnasi, yaitu katalis

Ni/TiO2 10%berat dan Ni/TiO2 20%berat (logam aktif) menghasilkan intensitas

puncak yang berbeda. Intensitas puncak Ni/TiO2 20%berat lebih tinggi ketika

konsentrasi Ni dinaikkan, hal ini menandakan bahwa kandungan logam aktif

berpengaruh terhadap kristalinitas katalis. Peningkatan konsentrasi logam nikel

mengakibatkan semakin tingginya intensitas puncak yang dihasilkan, dan dapat

dikatakan bahwa bertambahnya logam nikel dapat meningkatkan kristalinitas

Ni/TiO2 (Galuh dan Wuryaningsih, 2010).

Pola difraksi Ni/TiO2 pada Gambar 12 menghasilkan beberapa puncak

tajam yang menandakan terdapatnya fase kristal pada matriks. Pola difraksi

katalis Ni/TiO2 menghasilkan puncak-puncak pada intensitas 2θ= 25°, 37,7°,

48,07°, dan 53,9°. Berdasarkan JCPDS (Joint Committee on Powder Diffraction

Standars) No. 21-1272 puncak-puncak tersebut mengindikasikan bahwa TiO2

yang digunakan memiliki struktur anatase. Perbandingan pola difraksi katalis

TiO2 dan Ni/TiO2 diperlihatkan pada Gambar 13.

Page 51: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

37

20 25 30 35 40 45 50 55 60

0

500

1000

1500

2000

2500

Inte

nsity

2Theta

Ni/TiO2

TiO2

Gambar 13. Perbandingan pola difraksi katalis TiO2 dan Ni/TiO2

Pola difraksi katalis Ni/TiO2 pada Gambar 13 tidak memperlihatkan

adanya puncak khas Ni, namun hanya menghasilkan puncak difraksi yang sesuai

dengan penyangga. Kesesuaian pola difraksi tersebut mengindikasikan bahwa

penambahan Ni pada TiO2 tidak merubah struktur kristal TiO2. Puncak khas Ni

biasanya muncul pada 2θ = 44,80 dan 51,86 (Syukri et al., 2003). Puncak khas Ni

yang tidak terbentuk kemungkinan disebabkan oleh dispersi Ni yang kurang

merata pada TiO2, namun bila dilihat dari ukuran kristal katalis menunjukkan

bahwa logam nikel telah berhasil terimpregnasi ke dalam penyangga TiO2 (Galuh

dan Wuryaningsih, 2010).

Ukuran kristal dari TiO2 dapat dihitung untuk memastikan terdispersinya

logam nikel didalam penyangga tersebut ditandai dengan naiknya ukuran kristal

TiO2 sebelum dan sesudah diimpregnasi menggunakan logam nikel. Ukuran

kristal dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan Scherrer, FWHM (Full

Page 52: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

38

Widht of Half Maximum) (Cullity, 1978). Puncak yang terbentuknya semakin

sempit atau tajam menandakan bahwa ukuran kristal semakin besar (Violet et al.,

2004). Perbedaan ukuran kristal TiO2 dan katalis Ni/TiO2 diperlihatkan pada

Tabel 3.

Tabel 3. Ukuran kristal katalis TiO2 dan Ni/TiO2

No. Katalis Ukuran Kristal

(nm)

1.

2.

TiO2

Ni/TiO2

48,4

50,2

Berdasarkan hasil perhitungan ukuran kristal TiO2 sebelum diimpregnasi

dengan logam nikel adalah 48,4 nm, namun setelah diimpregnasikan dengan

logam nikel ukuran kristalnya menjadi lebih besar yaitu 50,2 nm. Naiknya ukuran

kristal pada TiO2 pada saat sebelum dan sesudah impregnasi menandakan bahwa

logam nikel telah terdispersi dengan baik ke dalam penyangga TiO2 (Tsani, 2011).

Sari et al., (2018) juga menemukan hal yang sama ketika ukuran kristalnya naik

mengindikasikan bahwa logam aktif sudah terimpregnasi ke dalam penyangga.

4.2.2 Luas Permukaan dengan SAA

Identifikasi luas permukan katalis dalam penelitian ini menggunakan

metode BET (Brunauer-Emmett-Teller) dimana menggunakan gas sebagai

instrumennya. Gas yang digunakan adalah nitrogen karena bersifat inert sehingga

tidak mengganggu kondisi katalis. Karakteristik luas permukaan katalis Ni/TiO2

dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Karakteristik SAA katalis Ni/TiO2

No. Nama Senyawa Luas Permukaan

(m2/g)

1.

2.

3.

TiO2

Ni/TiO2 10%berat

Ni/TiO2 20%berat

46,2183

46,4906

47,2741

Page 53: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

39

Luas permukaan penyangga TiO2 sebelum impregnasi sebesar 46,2183

m2/g, sedangkan setelah diimpregnasi dengan logam Ni 10%berat terjadi

peningkatan luas permukaan katalis menjadi 46,4906 m2/g dan setelah

diimpregnasi dengan logam Ni 20%berat terjadi peningkatan luas permukaan

kembali sehingga diperoleh luas permukaan sebesar 47,2741 m2/g. Penambahan

logam nikel yang semakin banyak pada permukaan padatan TiO2 akan bepengaruh

pada meningkatnya luas permukaan spesifik dari katalis tersebut. Konsentrasi

nikel yang semakin tinggi akan menyebabkan pendispersian nikel pada

permukaan TiO2 semakin banyak, sehingga menyebabkan tertutupinya pori pada

permukaan TiO2 (Trisunaryanti et al., 2005).

Perlakuan terhadap katalis seperti pengeringan, kalsinasi, dan reduksi juga

berpengaruh terhadap luas permukaan katalis (Satterfield, 1991). Luas permukaan

pada katalis heterogen menjadi faktor yang menentukan walaupun tidak selalu

sebanding dengan aktivitas katalis. Luas permukaan katalis yang tinggi akan

memberikan luas kontak yang besar antara molekul reaktan dengan katalis.

Besarnya kontak tersebut secara langsung akan mempengaruhi proses katalisis

secara keseluruhan. Molekul reaktan akan bergerak bebas sebelum mengalami

adsorpsi pada permukaan katalis kemudian teraktivasi dan bereaksi menghasilkan

produk (Rodiansono et al., 2007). Hasil analisis luas permukaan katalis yang

diperoleh ini mendukung data XRD bahwa logam nikel telah berhasil

terimpregnasi ke dalam TiO2.

4.2.3 Situs Asam Bronsetd dan Asam Lewis pada Katalis dengan FTIR

Penentuan situs asam pada permukaan material yang diindikasikan dalam

situs asam Lewis dan asam Bronsted merupakan syarat utama untuk mengetahui

Page 54: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

40

potensi penyerapan dan aplikasinya sebagai katalis (Zaki et al., 2001). Keasaman

material hasil sintesis dapat diketahui melalui metode penyerapan menggunakan

piridin sebagai basa adsorbatnya. Jenis situs asam (Bronsted atau Lewis) yang

terdapat pada katalis dapat diketahui melalui puncak-puncak serapan yang

dihasilkan dari interaksi basa adsorbat dengan situs-situs asam tersebut. Hasil

karakteristik FTIR diperlihatkan pada Gambar 14.

Gambar 14. Spektrum FTIR katalis Ni/TiO2

Katalis Ni/TiO2 memiliki puncak serapan bilangan gelombang yang

menunjukkan adanya ikatan antara piridin dengan sisi asam Lewis mupun sisi

asam Bronsted sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 14. Berdasarkan

spektrum FTIR Ni/TiO2 yang diperoleh menunjukkan interaksi piridin dengan

asam Bronsted yaitu berada pada daerah bilangan gelombang sekitar 1639,49 cm-1

sedangkan interaksi piridin dengan asam Lewis berada pada daerah bilangan

Asam

Bronsted

Asam

Lewis

Page 55: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

41

gelombang sekitar 1446,61 cm-1

. Hasil ini sesuai dengan pendapat Fatimah et al.,

(2014) yang menyatakan interaksi piridin dengan situs asam Bronsted, akan

ditandai dengan molekul piridin yang terprotonasi dan teradsorpsi pada bilangan

gelombang spesifik sekitar 1630-1640 cm-1

. Interaksi piridin dengan sisi situs

asam lewis ditandai dengan pembentukan kompleks ikatan koordinasi antara

pasangan elektron bebas dari molekul piridin dengan orbital kosong dari

permukaan padatan TiO2 dan teradsorpsi pada bilangan gelombang spesifik

sekitar 1440 cm-1

-1455 cm-1

(Fatimah et al., 2014).

Hasil ini sesuai juga dengan pendapat Tanabe (1981) yang menyatakan

interaksi molekul piridin akan terprotonasi dan teradsorpsi pada bilangan

gelombang infra merah spesifik dengan situs asam Bronsted berada pada daerah

bilangan gelombang sekitar 1485-1500, 1540, 1630-1650 cm-1

. Interaksi molekul

piridin dengan situs asam Lewis akan muncul pada daerah bilangan gelombang

sekitar 1435-1460, 1488-1503, 1580, dan 1600-1633 cm-1

. Terdapat literatur lain

yang mengatakan bahwa situs asam Lewis dan Bronsted dapat diketahui jika

muncul puncak serapan pada bilangan gelombang antara 1440-1460 cm-1

dan

1545-1640 cm-1

(Selli dan Forni, 1999). Layman et al., (2003) juga menyatakan

pita adsorpsi asam Lewis berada pada bilangan gelombang 1440-1460 cm-1

,

sedangkan asam Bronsted pada bilangan gelombang 1550-1545 dan 1640 cm-1

.

4.3 Aktivitas Katalis Ni/TiO2 dalam Reaksi Hidrogenasi Sitral

Reaksi hidrogenasi sitral dapat berlangsung jika menggunakan bantuan

katalis. Katalis yang digunakan dalam penelitian ini adalah logam nikel yang

diimpregnasikan pada TiO2. Nikel merupakan logam transisi yang umum

digunakan sebagai katalis karena sifatnya yang fleksibel dan mempunyai

Page 56: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

42

karakteristik-karakteristik yang unik seperti tidak berubah sifatnya bila terkena

udara, ketahanannya terhadap oksidasi dan kemampuannya untuk

mempertahankan sifat-sifat aslinya di bawah suhu yang ekstrim (Welasih, 2007).

Reaksi dilakukan dalam reaktor yang dialiri dengan gas H2. Katalis

Ni/TiO2 dimasukkan dalam reaktor lalu ditambahkan sitral dan isopropanol,

kemudian dipanaskan selama 3 jam pada tekanan 20 bar dan dilakukan

berdasarkan variasi suhu reaksi dan variasi rasio katalis terhadap reaktan. Sampel

diuji menggunakan GCMS untuk melihat kadar produk reaksi hidrogenasi sitral

yang terbentuk.

4.3.1 Variasi Suhu Katalis

Aktivitas katalis Ni/TiO2 menggunakan batch reactor dilakukan dengan

mengetahui pengaruh suhu reaksi terhadap hasil reaksi hidrogenasi sitral. Dalam

reaksi adsorpsi reaktan pada katalis, suhu memegang peranan penting dalam

proses interaksi molekul yang terserap. Pada umumnya laju reaksi hidrogenasi

akan meningkat sebanding dengan peningkatan suhu seperti yang dilansir pada

reaksi hidrogenasi sitral (Alcom dan Sullivan, 1984).

Pengaruh suhu reaksi terhadap hasil sintesis dipelajari dengan

menggunakan variabel tetap yaitu tekanan sebesar 20 bar selama 3 jam dalam

suasana gas H2. Variasi suhu yang digunakan pada penelitian ini adalah 60 ºC, 80

ºC, dan 100 ºC. Hasil sintesis sitronelal dari sitral dengan variasi suhu dapat

dilihat pada Tabel 5.

Page 57: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

43

Tabel 5. Pengaruh suhu reaksi terhadap konversi sitral

Katalis

Suhu Reaksi (oC)

Ni/TiO2 20%berat

60 80 100

Konversi (%)

Selektivitas (%)

0

0

0

0

19,04

90,99

Katalis Ni/TiO2 yang digunakan dalam reaksi hidrogenasi sitral

menghasilkan senyawa turunan sitral yaitu senyawa sitronelal, sebagaimana pada

Tabel 5 diperlihatkan pengaruh suhu terhadap konversi sitral menjadi sitronelal

serta selektivitasnya terhadap produk sitronelal yang dihasilkan. Berdasarkan

perhitungan konversi dan selektivitas sitral pada lampiran 5, suhu 60 oC

menunjukkan sitral belum mampu terkonversi menjadi sitronelal, sama halnya

pada suhu 80 oC tidak memperlihatkan adanya sitral yang terkonversi. Hasil ini

kemungkinan dikarenakan suhu terlalu rendah, sehingga tidak terjadi tumbukan

antar molekul yang dapat memecahkan ikatan, namun dapat dikatakan bahwa

konversi sitral meningkat secara signifikan ketika suhu dinaikkan dari 80 oC

menjadi 100 oC. Suhu yang semakin tinggi cenderung meningkatkan aktivitas

katalitik dalam reaksi, selanjutnya laju proses hidrogenasi lebih cepat (Chenga et

al., 2010).

Suhu yang semakin meningkat menyebabkan molekul-molekul pereaktan

memperoleh tambahan energi. Tambahan energi yang diterima digunakan untuk

menaikkan energi kinetik dalam bentuk gerakan molekul, sehingga menyebabkan

tumbukan antar molekul menjadi lebih sering. Tumbukan energi yang terjadi

sebagian digunakan untuk memecahkan ikatan yang telah ada dan membentuk

ikatan baru. Fenomena ini mendorong terjadinya reaksi kimia, di mana semakin

banyak terjadinya tumbukan meningkatkan kecepatan reaksi (Hidayat et al.,

Page 58: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

44

2017). Suhu reaksi dibatasi pada suhu 100 oC, hal ini dikarenakan suhu didih

isopropanol adalah 82,5 oC, apabila suhu reaksi terlalu jauh melampaui titik didih,

maka konsentrasi isopropanol pada fase cair berkurang sehingga menurunkan

kecepatan reaksi hidrogenasi.

Reaksi hidrogenasi pada suhu 100 oC menunjukkan keberhasilan dalam

mengkonversi sitral menjadi sitronelal. Nilai konversi yang dihasilkan sebesar

19,04%. Selektivitas pembentukan sitronelal hasil reaksi hidrogenasi sitral

menggunakan katalis Ni/TiO2 menunjukkan bahwa pada suhu 100 oC diperoleh

selektivitas sebesar 90,99%. Suhu reaksi ini ikut berperan dalam mempercepat

proses hidrogenasi di mana terjadi reaksi pemutusan ikatan rangkap (C=C)

menjadi ikatan tunggal (C—C) (Fessenden dan Fessenden, 1986). Reaksi

hidrogenasi sitral menjadi sitronelal diperlihatkan pada Gambar 15 berikut ini.

Gambar 15. Reaksi hidrogenasi sitral menjadi sitronelal

Terdapat produk lain yang dihasilkan dalam reaksi hidrogenasi sitral selain

sitronelal, yaitu isoneral dan heksadekana. Senyawa isoneral kemungkinan

terdeteksi oleh GCMS sebelum akhirnya mengalami reaksi hidrogenasi menjadi

sitronelal, sedangkan heksadekana kemungkinan terbentuk dari sisa-sisa pelarut

karena muncul pada waktu retensi paling akhir. Analisis GCMS dengan

menggunakan teknik MIM (Multiple Ion Monitoring) memerlukan senyawa yang

memiliki kadar kemiripan dengan data standar SRM (Standar Reference Material)

Page 59: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

45

relatif besar. Suatu senyawa dinyatakan identik apabila memiliki persen kemiripan

diatas 90%. Sehingga senyawa yang terbentuk dan terdapat dalam spektrum

GCMS hasil analisis pada penelitian ini yang memikili persen quality kurang dari

90% tidak dapat diidentifikasi sebagai senyawa atau produk dari sampel yang

diuji (Kashyap et al., 2005).

4.3.2 Variasi rasio katalis terhadap reaktan

Uji aktivitas katalis Ni/TiO2 menggunakan batch reactor dilakukan

dengan mengetahui pengaruh rasio katalis terhadap reaktan dalam hasil reaksi

hidrogenasi sitral. Suhu terbaik yang telah diperoleh selanjutnya digunakan untuk

menentukan rasio katalis terbaik pada rekasi hidrogenasi sitral.

Pengaruh rasio katalis terhadap terhadap hasil sintesis dipelajari dengan

menggunakan variabel tetap yaitu tekanan sebesar 20 bar selama 3 jam dalam

suasana gas H2. Variasi rasio katalis yang digunakan pada penelitian ini adalah

10%, 20%, dan 30%. Hasil sintesis sitronelal dari sitral dengan variasi rasio

katalis dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini.

Tabel 6. Pengaruh rasio katalis terhadap konversi sitral

Katalis

Rasio katalis (%)

Ni/TiO2 20%berat

10 20 30

Konversi (%)

Selektivitas (%)

0

0

19,04

90,99

0,78

38,6

Ket: T= 100 oC

Pengaruh rasio katalis Ni/TiO2 terhadap konversi sitral menjadi sitronelal

serta selektivitasnya terhadap produk sitronelal ditampilkan pada Tabel 6.

Berdasarkan perhitungan yang terdapat pada lampiran 5, dapat dikatakan bahwa

pada penggunaan rasio katalis 10% memperlihatkan sitral belum mampu

terkonversi menjadi sitronelal, kemungkinan dikarenakan jumlah katalis yang

Page 60: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

46

digunakan terlalu sedikit, sehingga tidak mampu mengadsorbsi ikatan rangkap

pada sitral, kemudian sebagian besar molekul substrat tertinggal di dalam larutan,

sehingga menyebabkan nilai konversi yang rendah (Rojas et al., 2013). Hasil

konversi sitral dapat ditunjukkan pada rasio katalis 20% dan 30%. Rasio katalis

20% menunjukkan nilai konversi sebesar 19,04%, nilai konversi ini lebih tinggi

dari yang didapat Liu et al., (2010) pada penelitiannya yg menghasilkan sitronelal

sebesar 8%. Konversi tersebut mengalami penurunan pada penggunaan rasio

katalis 30% dimana hasil konversinya menjadi 0,78%.

Selektivitas pembentukan sitronelal hasil reaksi hidrogenasi sitral

menggunakan katalis Ni/TiO2 menunjukkan bahwa pada rasio katalis 20%

diperoleh selektivitas sitronelal tertinggi sebesar 90,99%. Selektivitas yang

dihasilkan dalam penelitian ini lebih tinggi dari yang dilakukan Syunbayev et al.,

(2016) yang melakukan reaksi hidrogenasi sitral menggunakan katalis Ni/TiO2

dengan selektivitas yang didapat sebesar 86,4%. Rasio katalis 30% mengalami

penurunan selektivitas sitronelal secara signifikan menjadi 38,6%.

Nilai konversi dan selektivitas yang menurun kemungkinan dikarenakan

pada berat katalis 30% tidak terjadi pencampuran yang sempurna yang disebabkan

karena kerapatan padatan katalis di dalam larutan cukup besar sehingga

mengurangi bidang kontak antara katalis dan reaktan. Tingginya konsentrasi

padatan dalam larutan memungkinkan terjadinya dead zone di dalam reaktor

(Lucky et al., 2017). Hasil terbaik dari variasi rasio katalis dalam reaksi

hidrogenasi sitral menggunakan katalis Ni/TiO2 pada temperatur reaksi 100 ºC

adalah rasio 20%, dimana diperoleh produk sitronelal sebesar 19,04% dengan

selektivitas 90,99%.

Page 61: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

47

Hasil analisis GCMS menunjukkan bahwa sitral dapat terkonversi menjadi

senyawa turunannya, yaitu sitronelal melalui reaksi hidrogenasi dengan bantuan

katalis Ni/TiO2. Reaksi hidrogenasi merupakan reaksi antara hidrogen dengan

senyawa organik. Reaksi ini terjadi dengan penambahan hidrogen secara langsung

pada ikatan rangkap dari molekul tidak jenuh sehingga dihasilkan senyawa jenuh

(Welasih, 2007). Ikatan pi suatu alkena dapat mengalami hidrogenasi katalitik.

Hidrogenasi alkena biasanya diperlukan kalor dan tekanan (Fessenden dan

Fessenden, 1986). Mekanisme reaksi hidrogenasi sitral menjadi sitronelal dengan

bantuan katalis Ni/TiO2 diperlihatkan pada Gambar 16.

+ H2 H H

H H H

H

Gambar 16. Mekanisme reaksi hidrogenasi sitral menjadi sitronelal dengan

katalis Ni/TiO2

Page 62: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

48

Hidrogenasi merupakan reaksi kimia yang dihasilkan ke molekul, dalam

hal ini molekul sitral bereaksi dengan hidrogen dan dibantu oleh nikel sebagai

katalisator. Molekul sitral diserap ke permukaan katalis nikel sehingga rantai

rangkap antara atom karbon rusak dan elektron tersebut digunakan untuk

berikatan dengan permukaan nikel. Molekul hidrogen dipecah menjadi atom

hidrogen, kemudian katalis nikel menyerap atom hidrogen ke permukaan nikel.

Atom-atom hidrogen yang tersebar di permukaan katalis nikel bereaksi dengan

ikatan karbon, sehingga ikatan antara katalis nikel dengan karbon lepas.

(Nurisman, 2009).

Page 63: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

49

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Impregnasi logam aktif Ni ke dalam penyangga TiO2 dapat mempengaruhi

luas permukaan katalis, dimana sebelum diimpregnasikan dengan logam

Ni luas permukaan katalis sebesar 46,2183 m2/g sedangkan setelah

diimpregnasikan dengan logam Ni 10%berat menjadi 46,4906 m2/g dan

dengan Ni 20%berat menjadi 47,2741 m2/g.

2. Aktivitas katalitik Ni/TiO2 pada reaksi hidrogenasi sitral menjadi sitronelal

menunjukkan kondisi terbaik pada suhu 100 oC dan rasio katalis 20%

dengan nilai konversi 19,04% dan selektivitas 90,99%.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian ini diperlukan adanya penelitian lebih

lanjut mengenai optimasi katalis seperti logam aktif dan penyangga yang

digunakan dan optimasi kondisi proses seperti suhu, waktu, dan tekanan

agar dapat meningkatkan persen sitronelal yang dihasilkan. Sitronelal

merupakan senyawa volatil sehingga harus segera dianalisa agar tidak

terjadi penguapan.

.

.

Page 64: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

50

DAFTAR PUSTAKA

Agusta A. (2000). Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia. Bandung: ITB

Press.

Agustian E, Sulaswatty A, Tasrif, Laksmon JA, Adilina BI. (2007). Pemisahan

Sitronelal dari Minyak Sereh Wangi Menggunakan Unit Fraksionasi Skala

Bench. Jurnal Teknologi Industri Pertanian, 17(2): 49-53.

Ahmed S, Rasul MG, Martens WN, Brown R, Hashib MA. (2010). Advances in

Heterogeneous Photocatalytic Degradation of Phenols and Dyes in

Wastewater: A Review, Water Air Soil Pollut.

Alcom WR dan Sullivan TJ. (1984). Chemical Indonesia Catalyst Organic

Reaction, 18(221).

Arianti M. (2011). Slide Thermal Analysis, Karakterisasi Material 2. Depok:

Departemen Metalurgi UI.

Arutanti O, Abdullah M, Kairurrijal, Mahfudz H. (2009). Penjernihan Air dari

Pencemar Organik dengan Proses Fotokatalis pada Permukaan Titanium

Dioksida (TiO2). Jurnal Nanosains & Nanoteknologi, 23(2): 67-75.

Arvela PM, Tiainen L, Lindblad M, Demirkan K, Kumar N, Sjoholm R,

Ollonqvist T, Vayrynen J, Salmi T, Murzin DY. (2003). Chemoselective

hydrogenation of carbonyl compounds over heterogeneous catalysts. Applied

Catalyst A: General, 241,271-288.

Aykac H dan Yilmaz S. (2008). Hydrogenation of Citral over Ni and Ni-Sn

Catalysts. Turkey Journal Chemistry, 32(2008): 636-636.

Bakri H dan Ridia S. (2008). Kaoline Sebagai Sumber SiO2 Untuk Pembuatan

Katalis Ni/SiO2:Karakterisasi dan Uji Katalis Pada Hidrogenasi Benzena

Menjadi Sikloheksana. Makara Sains, 12(1): 37-43.

Basri S. (2005). Kamus Kimia. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Beri D dan Sanjaya H. (2012). Analisis Instrumen 2: XRD, XRF, SEM, DTA, TGA,

dan DSC. Padang: Universitas Negeri Padang.

Campbell IM. (1988). Catalysis at Surface. New York: Chapman and Hall Ltd.

Carbajal D, Casaco A, Arruzazabala L, Gonzalez R, Tolon Z. (1989).

Pharmacological Study of Cymbopogon citratus Leaves. Journal

Enthnopharmacol, 25(1):1-11.

Carlini EA, Contar J de DP, Siva-Filho AR, Dasilveira-Filho NG, Frochtengarten.

(1986). Pharmacology of lemongrass (Cymbopogon citratus stapf) effects of

teas prepared from the leaves on laboratory animals. Journal

Ethnopharmacol, 17:37-64.

Carp O, Huisman CL, Ani R. (2004). Photoinduced Reactivity of Titanium

Dioxide. Progress in Solid State Chemistry, 32(1-2), 32: 33-37.

Page 65: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

51

Chenga H, Liua R, Haoa J, Wanga Q, Yua Y, Cai S, Zhao F. (2010). Application

Organometal. Journal Chemistry, 24:763-766.

Connolly, JR. (2007). Introduction to X-ray Powder Diffraction. Spring, 1-9.

Cotton FA dan Wilkinson G. (1988). Advance Inorganic Chemistry. New York:

John Wiley and Sons..

Cotton FA dan Wilkinson G. (1989). Kimia Anorganik Dasar. Jakarta:

Universitas Indonesia Press.

Cullity BD. (1978). Elements of X-Ray Diffraction (2nd ed.). California: Addison

Wesley.

Ertl G dan Knözinger H. (1991). Handbook of Heterogeneous Catalysis. New

York: John Wiley-VCH.

Faba L, Diaz E, Ordonez S. (2012), Aquous-phase furfural-acetone aldol

condensation over basic mixed oxides. Applied Catalysis B: Environmental,

113- 114, 201-211.

Fatimah I, Rubiyanto D, Huda T. (2014). Effect of Sulfatation on Zirconia-

Pillared Montmorillonite to the Catalytic Activity in Microwave-Assisted

Citronellal Conversion. International Journal of Chemical Engineering,

2014:1-7.

Fessenden RJ dan Fessenden JS. (1986). Kimia Organik Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Fujishima A, Kazuhito H, Hiroshi I, (2005). TiO2 Photocatalysis A Historical

Overview and Future Prospects. Japanese Journal of Applied Phisics, 44:12.

Galuh W dan Wuryaningsih SR. (2010). Pengaruh Metode Preparasi dan

Kandungan Logam Aktif terhadap Aktivitas Katalis Ni/Kieselguhr. Jurnal

Sains Materi Indonesia, 11(2): 1-5.

Gates BC. (1991). Catalytic Chemistry. New York: John Wiley and Sons.

Gates BC. (1992). Catalytic Chemistry. New York: John Wiley and Sons.

Giwangkara SEG. (2006). Aplikasi Logika Syaraf Fuzzy Pada Analisis Sidik Jari

Minyak Bumi Menggunakan Spetrofotometer Infra Merah-Transformasi

Fourier (FTIR). Cepu: Sekolah Tinggi Energi dan Mineral.

Gregg SJ dan Sing KSW. (1982). Adsorption, Surface Area,and Porosity.

London: Academic Press.

Guenther E. (1948). Minyak Atsiri. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Guenther E. (1970). Minyak Atsiri. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Guenther E. (1990). Minyak Atsiri. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Haerudin H. (2005). Katalis dan Bahan Penyusunnya dalam Penyediaan Sumber

Energi. Jurnal Pusat Penelitian Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesai

(Puspitek), 1-3.

Page 66: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

52

Hansen EW dan Neurock M. (2000). First-Principles-based Monte Carlo

Simulation of Ethylene Hidrogenation Kinetics on Pd. Journal of Catalysis,

196(2):241-252

Harris R. (1993). Tanaman Minyak Atsiri. Jakarta: Penebar Swadaya.

Hasibuan HA. (2009). Perolehan Kembali Nikel dari Katalis Nikel Terpakai

(Spent Catalyst) Pasca Proses Hidrogenasi Minyak Sawit dengan Proses

Pelindian (Leaching) Asam Sulfat. Tesis. Medan: Universitas Sumatera

Utara.

Hermanto S. (2009). Mengenal Lebih Jauh Teknik Analisa Kromatografi dan

Spektroskopi. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.

Hidayat A, Faizah SC, Trisnaningtyas R. (2017). Sintesis Metil Ester dari Minyak

Dedak Padi Menggunakan Katalis Kalium dengan Pengemban Zeolit Alam.

Teknoin, 1(23):19-28.

Hinze R, Laufer MC, Hölderich WF, Bonrath W, Netscher T. (2009). The Use of

Nafion/Silica Composite Catalysts for Synthesis of Fine Chemicals. Catalysis

Today, 140:105-111.

Iftitah ED, Muchalal M, Trisunaryanti W, Armunanto R. (2010). Cyclization and

Hydrogenation of (+)-Citronellal to Menthols over ZnBr2 and Ni Catalysts

Supported on γ-Al2O3. Indonesia Journal Chemistry, 10(2): 208–13.

Irna SI dan Ernayenti. (2007). Pengenalan Geraniol Dan Sitronelol. Journal

Plantus.

Istadi. (2006) Teknologi Katalis untuk Konversi Energi: Fundamental dan

Aplikasi. Yogyakarta: Teknik Kimia, Universitas Diponegoro.

Istadi. (2011). Teknologi Katalis untuk Konversi Energi: Fundamental dan

Aplikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Johnstone SJ dan Johnstone MG. (1961). Mineral for the Chemical and Allied

Industries. London: Chapman and Hall.

Kashyap M, Girish H, Sudheer D, Vivek K. (2005). QA/QC Aspecs of GCMS

Analytical Instrument for Environmental Analysis. Indian Journal of

Chemical Technology, 12(1): 477–478.

Kazansky VB, Elev IV, Shelimov BN. (1983). Preparation of Monovalent Nickel

Surface Complexes by Selective Hydrogen Photoreduction of Supported

Nickel(II) Ions: Their Activity in Acetylene Cyclotrimerization and Ethylene

Oligomerization. Journal of Molecular Catalysis, 21: 265-274.

Khayoon MS dan Hameed BH. (2011). Acetylation of Glycerol to Biofuel

Additives over Sulfated Activated Carbon Catalyst. Bioresource Technology,

102: 9229–9235.

Ketaren S. (1985). Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta: PN Balai Pustaka.

Page 67: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

53

Kirk-Othmer. (1993). Encyclopedia of Chemical Thecnology. New York: John

Wiley and Sons.

Layman KA, Ivey MM, Hemminger JC. (2003). Pyridine Adsorption and

Acid/Base Complex Formation on Ultrathin Films of γ-Al2O3 on NiAl(100).

Journal Phys Chem B, 107: 8538-8546.

Leung AY dan Foster S. (1980). Encyclopedia of Common Natural Ingredients.

New York: John Willey & Sons.

Linsebigler AL, Lu G, dan Yates JT. (1995). Photocatalysis on TiO2 Surface:

Principles, Mechanism and Selected Results. Chem. Review, 95: 735-758.

Liu R, Yu Y, Yoshida K. (2010). Physically and chemically mixed TiO2-

supported Pd and Au catalysts: Unexpected synergistic effects on selective

hydrogenation of citral in supercritical CO2. Journal of Catalysis,

269(1):191-200.

Lucky WNS, Umi MR, Risky A. (2017). Pengaruh Konsentrasi Katalis dan

Reusability Katalis pada Sintesis Triasetin dengan Katalisator Lewatit.

Teknoin, 23(1): 56-62.

Martin A, Swarbrick J, Cammarata A. (1993). Farmasi Fisik: Dasar-Dasar

Farmasi Fisik dalam Ilmu Farmasi. Jakarta: Universitas Indonesia.

Muhlisah F. (1999). Tanaman Obat Keluarga. Jakarta:Swadaya.

Murthy RS. (1996). In Proceeding of AOCS World Congress on Lauric Oils.

Manila.

Nasikin M dan Susanto B. (2010). Katalis Heterogen. Jakarta: Universitas

Indonesia Press.

Nurisman A. (2009). Sintesa Mentol dari Sitronelal dalam Proses Satu Tahap

dengan Katalis Dwifungsi. Skripsi. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor.

Prasetyoko D, Fansuri H, Ni’mah YL, Fadlan A. (2016). Karakterisasi Struktur

Padatan. Yogyakarta: Deepublish.

Prasetyono DS. (2014). A Z Daftar Tanaman Obat Ampuh di Sekitar Kita.

Yogyakarta: Diva Press.

Pybus D dan Selli C. (1999). The Chemistry of Fragrances. United Kingdom:

RSC Paperbacks, Quest International, Ashford, Kent.

PubChem. (2005). Citronellal. Retrieved Maret 21, 2019, from

https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/7794

Rahmawati AS. (2011). Pembuatan dan Karakterisasi Sel Surya Titanium

Dioksida Sensitisasi Dye Antosianin dari Ekstrak Buah Strawberry. Skripsi.

Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Page 68: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

54

Ress NB. (2003). Toxicology and Carcinogenesis Studies of Microencapsulated

Citral in Rats and Mice. Toxicology Science 71(2):198-206.

Richardson JT. (1989). Principles of Catalyst Development. New York and

London: Plenum Press.

Rianto LB, Amalia S, Khalifah SN. (2007). Pengaruh Impregnasi Logam

Titanium pada Zeolit Alam Malang terhadap Luas Permukaan Zeolit.

Alchemy, 2(1): 58-67

Rispiandi. (2011). Preparasi dan Karakterisasi Katalis Heterogen Arang Aktif

Tersulfonasi untuk Proses Hidrolisis Selulosa Menjadi Glukosa. Jurnal

Fluida, 1:1-11.

Rodiansono, Trisunaryanti W, Triyono. (2007). Pengaruh pengemban logam Ni

dan Nb2O5 pada karakter katalis Ni/Zeolit dan Ni/Zeolit-Nb2O5. Sains dan

Terapan Kimia, 1(1) : 20-28.

Rojas H, Díaz G, Martínez JJ, Castañeda C, Gómez-Cortés A. (2013).

Hydrogenation of α, β-unsaturated carbonyl compounds over Au and Ir

supported on SiO2. Journal of Molecular Catalysis A: Chemical, 363, 122-

128.

Sari N, Dwiatmoko AA, Sudiyarmanto, Saridewi N, Aulia F, Rinaldi N. (2018). A

Preliminary Study on Ru/TiO2 as Heterogeneous Catalyst for The

Depolymerization of Empty Fruit Bunch-Derived Organosolv Lignin. AIP

Conference Proceedings 2026(1)

Sasongko H. (1988). Petunjuk Pelaksanaan Sorptomatic Seri 1800. Jakarta: Pusat

Elemen Bakar Nuklir, BATAN.

Sastrapradja S. (1978). Tanaman Industri. Jakarta: LIPI.

Satterfield CN. (1980). Heterogenous Catalyst in Industrial Practice. New York:

MC. Graw-Hill Book Company.

Satterfield CN. (1991). Heterogenous Catalyst in Industrial Practice. New York:

MC. Graw-Hill Book Company.

Savitri, Nugraha AS, Aziz I. (2016). Pembuatan Katalis Asam (Ni/γ-Al2O3) dan

Katalis Basa (Mg/γ-Al2O3) untuk Aplikasi Pembuatan Biodiesel dari Bahan

Baku Minyak Jelantah. Jurnal Kimia Valensi: Jurnal Penelitian dan

Pengembangan Ilmu Kimia, 2(1): 1-10.

Schubert U dan Husing N. (2000). Synthesis of Inorganic Material. Jerman:

Willey-VCH.

Sell CS. (2003). A Fragrant Introduction to Terpenoid Chemistry. United

Kingdom: Royal Society of Chemistry.

Selli E dan Forni L. (1999). Comparison Between the Surface Acidity of Solid

Catalyst Determined by TPD and FTIR Analysis of Pre-Adsorbed. Elsevier,

Microporous and Mesoporous Materials, 31(19):129-140.

Page 69: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

55

Sembiring KC, Kristiani A, Aulia F, Hidayati LN, Tursiloadi S. (2015). Precious

Metals Supported on Alumina and Their Application for Catalytic Aqueous

Phase Reforming of Glycerol. Indonesia Journal Chemistry, 15(3):269-273.

Setyawan D dan Handoko P. (2003). Aktivitas Katalis Cr/Zeolit dalam Reaksi

Konversi Katalitik Fenol dan Metil Isobutik Keton. Journal Ilmu dasar,

4(2):70-76.

Sharidi F. (2005). Bailey’s Industrial Oil and Fat Product. New York: John Wiley

and Sons.

Smallman RE dan Bishop RJ. (1995). Metalurgi Fisik Modern dan Rekayasa

Material. Jakarta:Erlangga.

Stuart B. (2004) Infrared Spectroscopy: Fundamentals and Applications.

Chichester, United Kingdom: John Wiley and Sons.

Subagjo. (2010). Katalis Heterogen. Bangdung: Fakultas Teknologi Industri ITB.

Supeno M. (2009). Interaksi Asam Basa: Kimia Anorganik. Medan: USU Press.

Suppes GJ, Dasari MA, Doskocil EJ, Mankidy PJ, Goff MJ. (2004).

Transesterification of Soybean Oil with Zeolite and Metal Catalysts. Applied

Catalysis A: General, 257(2): 213-223.

Suyati, L. (2005). Pembuatan dan Karakterisasi Katalis Nikel/Zeolit pada Pirolisis

Tir Batubara. Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi, 8(2):39-42.

Syukri TB, Ohya Y, Takahashi Y. (2003). A Simple Synthesis of Metallic Ni and

Ni-Co Alloy Fine Powders from a Mixed-metal Acetate Precursor. Material

Chemistry Physic, 17: 645-649.

Syunbayev U, Churina DK, Yergaziyeva GY, Assanov NA, Kalihanov KK.

(2016). The Liquid-Phase Hydrogenation of Citral to Citronellal at Hydrogen

Pressure. International Journal of Chemical Engineering and Applications,

7(2):133–137.

Tanabe K. (1981). Solid Acid and Base Catalyst in Catalysis Science and

Technology. Springer-Link Berlin, 2: 231-273.

Topsoe H. (1996). Novel Hydrotreating Technology for Production of Green

Diesel, Denmark: Springer-Verlag.

Trisunaryanti W, Triwahyuni E, Sudiono S. (2005). Preparation,

Characterizations, and Modification of Ni-Pd/Natural Zeolite Catalysts.

Indonesia Journal Chemistry, 5:48-53.

Triyono. (2011). Menuju Indonesia sebagai Negara Mandiri Katalis. Pidato

Pengukuhan dan Jabatan Guru Besar Universitas Gajah Mada, 4-11.

Tsani F. (2011). Preparasi dan Karakterisasi Katalis NiMo/γ-Al2O3 untuk sintesis

Bahan Bakar Bio dari Minyak Jarak melalui Pirolisis Berkatalis. Skripsi:

Fakultas Teknik Universitas Indonesia.

Tursiloadi S. (2010). Mesoporous Oxide Materials Based On The Sol-Gel

Method. Berlin: Lambert Academic Publishing AG & Co.

Page 70: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

56

Wegener G, Zechlin J, Warlimont H. (2004). Process for the production of Raney

nickel catalysts and their use in the hydrogenation of organic compounds.

USPatent7517829.

Welasih, T. (2007). Hidrogenasi glukosa menjadi sorbitol menggunakan katalis

nikel dalam reaktor berpengaduk dan bertekanan tinggi. Surabaya: ITS-

digital library.

Wijayakusuma. (2005). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Violet S, Muthukumar P, Gaikwad SP. (2004). Synthesis of Mesoporous Rutile.

Journal mater science lett 58:2514-2516.

Zaki MI, Hasan MA, Al-Sagheer FA, Pasupulety L. (2001). In situ FTIR spectra

of pyridine adsorbed on SiO2–Al2O3, TiO2, ZrO2 and CeO2: general

considerations for the identification of acid sites on surfaces of finely divided

metal oxides. Colloids and Surfaces A: Physicochemical and Engineering

Aspects, 190(3): 261-274.

Page 71: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

57

LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan bahan untuk impregnasi

a. Bobot Ni(NO3)2.6H2O

20% bobot dari TiO2

Massa TiO2 =

Mr. Ni(NO3)2.6H2O = 290,81 g/mol

Ar Ni = 58,71 g/mol

Bobot Ni(NO3)2.6H2O

Bobot TiO2 yang ditimbang= 4 gram

Page 72: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

58

b. Bobot Ni(NO3)2.6H2O

10% bobot dari TiO2

Massa TiO2 =

Mr. Ni(NO3)2.6H2O = 290,81 g/mol

Ar Ni = 58,71 g/mol

Bobot Ni(NO3)2.6H2O

Bobot TiO2 yang ditimbang= 4,5 gram

Page 73: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

59

Lampiran 2. Proses sintesis dan reaksi katalis

1. Proses impregnasi katalis

2. Proses reduksi katalis

3. Hasil reaksi turunan minyak sitral

Page 74: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

60

Lampiran 3. Grafik hasil GCMS

a. Grafik Hasil GCMS (loading Ni 20%berat, T= 100 oC, rasio 20%, P=20 bar, t=

3 jam)

Sitronelal

Sitral

Page 75: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

61

b. Grafik Hasil GCMS (loading Ni 20%berat, T= 100 oC, rasio 30%, P=20 bar, t=

3 jam)

sitral

Sitronelal

Page 76: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

62

Lampiran 4. Hasil Analisis GCMS

a. Hasil GCMS (loading Ni 20%berat, T= 100 oC, rasio 20%, P=20 bar, t= 3

jam)

Page 77: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

63

b. Hasil GCMS (loading Ni 20%berat, T= 100 oC, rasio 30%, P=20 bar, t= 3

jam)

Page 78: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

64

Lampiran 5. Perhitungan % konversi dan selektivitas sitronelal

%Konversi

% Selektivitas

a. Loading Ni 20%berat katalis, T=100 oC, rasio katalis 20%

% Konversi

% Selektivitas

b. Loading Ni 20%berat katalis, T=100 oC, rasio katalis 30%

% Konversi

% Selektivitas

Page 79: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

65

Lampiran 6. Perhitungan ukuran kristal katalis

Ukuran kristal TiO2 dan Ni/TiO2 dihitung menggunakan persamaan Scherrer

sebagai berikut :

D =

Dimana :

D = Ukuran kristal

= Panjang gelombang radiasi (1,5496)

ß = Full Width at Half Maximum (rad)

θ = Sudut Bragg (ᶿ)

Diketahui besar nilai k yaitu konstanta 0,9 dan 𝜆 sebesar 1,5496,

sedangkan untuk FWHM dan Xc didapatkan dengan menggunakan origin.

25

0

200

400

600

800

1000

Inte

nsity

2 theta (degree)

TiO2

Gaussian Fit of Sheet1 B

Model Gaussian

Equationy = y0 + A/(w*sqrt(pi/(4*ln(2)))) * exp(-4*ln(

2)*(x-xc)^2/w^2)

Plot B

y0 12,15212 ± 0,36577

xc 25,35703 ± 6,49334E-4

A 182,13373 ± 1,43082

w 0,16937 ± 0,00153

Reduced Chi-Sqr 530,1688

R-Square (COD) 0,85916

Adj. R-Square 0,85906

Page 80: AKTIVITAS KATALIS Ni BERPENYANGGA TiO UNTUK KONVERSI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48486/1/YUNIAR... · situs asam Bronsted pada bilangan gelombang 1639,49

66

D =

=

=

=

=

= nm

D =

=

=

=

=

= nm

20 25 30 35 40 45 50 55 60

0

200

400

600

800

1000

1200

Off

set

Y v

alu

es

A

NiTiO2

Gaussian Fit of Sheet1 B

Model Gaussian

Equationy = y0 + A/(w*sqrt(pi/(4*ln(2))))

* exp(-4*ln(2)*(x-xc)^2/w^2)

Plot B

y0 12,8863 ± 0,38635

xc 25,33787 ± 6,35909E-4

A 185,83931 ± 1,48354

w 0,1632 ± 0,0015

Reduced Chi-Sqr 591,70915

R-Square (COD) 0,85522

Adj. R-Square 0,85511