aktivitas dakwah sanggar ki ageng ganjur...
TRANSCRIPT
AKTIVITAS DAKWAH SANGGAR KI AGENG GANJUR
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Sosial
Oleh:
Haidar Hasan
NIM: 1113051000044
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
AKTIVITAS DAKWAH SANGGAR KI AGENG GANJUR
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Sosial
Oleh:
Haidar Hasan
NIM: 1113051000044
Dibawah bimbingan
Pembimbing
Dr. H. Sunandar, MA
19620626 199403 1 002
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2018 M
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Haidar Hasan
NIM : 1113051000044
Dengan ini menyatakan dalam penelitian skripsi yang berjudul
AKTIVITAS DAKWAH SANGGAR KI AGENG GANJUR
adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan
tindakan plagiat dalam penyusunannya. Adapun kutipan yang ada
dalam penyusunan karya ini telah saya cantumkan sumber
kutipannya dalam skripsi. Saya bersedia melakukan proses yang
semestinya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku
jika ternyata skripsi ini sebagian atau keseluruhan merupakan
plagiat dari karya oran lain.
Demkian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.
ABSTRAK
Haidar Hasan
NIM : 1113051000044
Aktivitas Dakwah Sanggar Ki Ageng Ganjur
Dakwah menjadi akan mudah dipahami, dimengerti dan diterima ketika penyampaian dakwah itu disampaikan secara baik, efektif dan mudah dimengerti, maka dari itu tercetuslah sanggar seni yang tidak hanya mewadahi aktivitas kesenian namun juga menjadi wadah bagi aktivitas keagamaan para anggotanya, sehingga timbul pertanyaan bagaimana analisis sitem dakwah dan pesan dakwah yang terkandung dalam aktivitas dakwah sanggar Ki Ageng Ganjur. Pendekatan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan sifat penelitian deskriptif. Penelitian ini menggunakan teori Analisis Sistem Dakwah yang terdiri dari lima subsistem yakni input yang terdiri atas raw input, instrumental input, environmental input, konversi, output, feedback dan lingkungan.
Berdasarkan temuan peneliti, analisis sistem dakwah pada aktivitas dakwah Sanggar Ki Ageng Ganjur terbagi kedalam lima sistem. Input, adalah ide yang melatarbelakangi aktivitas dakwah sanggar. Inti dari ide dakwahnya adalah segala hal yang sifatnya tentang kemanusiaan. Konversi, merupakan sebuah proses merubah ide dakwah menjadi sebuah output dakwah. maka konversi yang dilakukan dalam sanggar ini adalah dengan merubah pesan-pesan keislaman kedalam sebuah syair lagu yang kemudian menjadi sebuah pagelaran musik yang menampilkan pertunjukan dakwah yang tidak hanya Islami namun juga menarik. Lalu feedback yang didapat dari aktivitas dakwah sanggar ini adalah dengan hadirnya ratusan bahkan ribuan orang pada setiap pertunjukan dakwahnya. Dan lingkungan yang terpapar dakwah sanggar ini tidak pernah ditentukan secara spesifik. Artinya bahwa mad’u yang terdapat pada sanggar ini tidak melulu mereka yang muslim. Kata Kunci : Dakwah, Aktivitas, Sistem, Ki Ageng Ganjur, Sanggar
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahirabbil ‘alamin, puji syukur penulis panjatkan
kepada Allah SWT yang telah dengan murahnya melimpahkan
segala nikmat, hidayah, dan kasih sayang-Nya kepada hambanya.
Tidak lupa shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada
junjungan Nabi Muhammad SAW, berserta para keluarga dan
sahabat-sahabatnya.
Atas kehendak dan kemurahan Allah SWT, penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan tepat waktu “Aktivitas Dakwah
Sanggar Ki Ageng Ganjur”. Skripsi ini ditujukan sebagai syarat
kelulusan studi perkuliahan Strata Satu (S1) di Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa selain pertolongan Allah SWT,
terdapat pihak-pihak yang telah mendukung dalam penyelesaian
penulisan skripsi ini. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan rasa
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Arif Subhan, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima
kasih juga kepada Dr. Suparto, M. Ed, Ph.D selaku Wakil
Dekan I Bidang Akademik, Dr. Hj. Roudhonah, M.Ag
selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, serta Dr.
H. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan III Bidang
Kemahasiswaan.
ii
2. Drs. Masran, MA selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam dan Fita Fathurokhmah, M.Si selaku
Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
3. Dr. H. Sunandar M.A sebagai pembimbing penulis yang
telah memberikan bimbingan dan petunjuk yang sangat
berharga bagi penulis, sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
4. Penasehat akademik, Ibu Ade Rina Farida, M.Si, yang telah
mengarahkan penulis selama mengenyam pendidikan di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
5. Dr. Zastrouw Al-Ngatawi dan Sanggar Ki Ageng Ganjur
yang sudah banyak membantu dan menginspirasi penulis
dalam menyelesaikan penelitian skripsi ini.
6. Seluruh dosen yang telah membagikan ilmunya kepada
penulis selama masa perkuliahan. Semoga kebaikan
bapak/ibu menjadi ladang pahala bagi bapak/ibu.
7. Seluruh jajaran karyawan Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, yang telah bekerja keras untuk memberikan
pelayanan terbaik.
8. Kedua orang tua, Bapak Hasan Marzuki dan Ibu Puji Rahayu
yang tak henti-hentinya memberikan dukungan secara moril
dan doa. Ayah dan Ibu yang selalu memberikan hal terbaik
sehingga memotivasi penulis untuk membanggakan dan
membahagiakan mereka.
9. Kedua Adik Penulis, Sebiylia Hasan dan Mediyna Hasan
yang selalu mengingatkan dan memotivasi penulis untuk
menyelesaikan studi, serta doa yang tak putus.
iii
10. Sahabat-sahabat terbaik, R. Dirgantira Anugrah, M. Fauzi
Ardiansyah, TB. Zhiya Maulana Yusuf, M. Fazlurrahman,
Gilang Aditya, Yumaretsa Ridwan, Rizky Zamaluddin,
Fauzan Kamil, Arga Pebrian, M.furqon, HabibAmirudin,
Seluruh Tebs Squad yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu yang telah melewati susah senang bersama-sama
selama mengenyam masa Studi di UIN, menjadi pengingat
satu sama lain untuk tepat waktu datang ke kelas dan
mengerjakan tugas. Kalian adalah orang-orang terbaik dalam
mendengarkan setiap keluh kesah dan menjadi penghibur di
kala penat.
11. Damar, Zaidan, Farid, Kevin, Najwan terimakasih atas
motivasinya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini.
12. Almas Khairuna, yang telah banyak memotivasi penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih atas segala
dukungannya, semoga Allah SWT memberikan balasan
terbaik.
13. Teman-teman seperjuangan, Kelas A Jurusan KPI, yang telah
mengukir cerita tersendiri pada masa perkuliahan. Semoga
kita semua bisa menjadi orang-orang berguna.
14. Teman-teman KKN, KKN Lintang Kerti khususnya Annisa,
Jarwo, dan Hasbi, yang sudah saling mendukung satu sama
lain dari masa KKN hingga sekarang.
15. Kepada pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu
persatu, hal ini tidak mengurangi rasa terimakasih penulis
iv
atas semua do’a dan dukungannya. Semoga Allah SWT
membalas kebaikannya dengan hal yang lebih besar.
Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari kata
sempurna, karena penulis memiliki keterbatasan ilmu dan
kemampuan, sehingga penulis menerima segala bentuk kritik
dan saran yang membangun untuk selanjutnya. Penulis
berharap semoga karya skripsi ini dapat mendatangkan
manfaat untuk berbagai pihak.
Jakarta, 25 Juli 2018
Penulis
(Haidar Hasan)
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................. i DAFTAR ISI ..................................................................................... v
BAB I ................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................. 7 C. Tujuan Penelitian ................................................................. 8 D. Manfaat Penelitian ............................................................... 8 E. Pendekatan Penelitian .......................................................... 9 F. Metode Pene;itian ................................................................ 10 G. Subjek dan Objek Penelitian ................................................ 10 H. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 10 I. Teknik Penulisan .................................................................. 11 J. Tinjauan Pustaka .................................................................. 11 K. Kerangka Teori .................................................................... 12 L. Sistematika Penulisan .......................................................... 16
BAB II ............................................................................................... 19
LANDASAN TEORI dan KERANGKA KONSEPTUA ................. 19
A. Analisis Sistem Dakwah ...................................................... 19 B. Ruang Lingkup Dakwah ...................................................... 25
1. Pengertian Dakwah ........................................................ 25 2. Da’i (Subjek Dakwah) ................................................... 27 3. Mad’u (Objek Dakwah) ................................................. 28 4. Metode Dakwah ............................................................ 29 5. Media Dakwah .............................................................. 32 6. Strategi Dakwah ............................................................ 33
C. Seni Musik ........................................................................... 36 1. Pengertian dan Sejarah Musik ....................................... 36 2. Pengaruh Musik Bagi Kehidupan Manusia ................... 37
vi
D. Dakwah Melalui Seni ........................................................... 39
BAB III ........................................................................................... 42
GAMBARAN UMUM ..................................................................... 42
A. Profil Pendiri ........................................................................ 42 B. Sejarah Berdirinya Sanggar Ki Ageng Ganjur ..................... 43 C. Prestasi dan Kegiatan Sangga KI Ageng Ganjur ................. 45 D. Visi, Misi dan Tujuan .......................................................... 47 E. Keanggotaan Sanggar Ki Ageng Ganjur .............................. 48
BAB IV ............................................................................................. 49
DATA DAN TEMUAN .................................................................... 49
A. Data dan Temuan Input Dakwah ......................................... 49 B. Data dan Temuan Konversi Dakwah ................................... 52 C. Data dan Temuan Output Dakwah ....................................... 53 D. Data dan Temuan Feedback Dakwah .................................. 54 E. Data dan Temuan Lingkungan Dakwah............................... 55
BAB V .............................................................................................. 57
HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN ................................... 57
A. Input Dakwah Sanggar Ki Ageng Ganjur ............................ 57 B. Konversi Dakwah Sanggar Ki Ageng Ganjur ...................... 59 C. Output Dakwah Sanggar Ki Ageng Ganjur ......................... 60 D. Feedback Dakwah Sanggar Ki Ageng Ganjur ..................... 61 E. Lingkungan Dakwah Sanggar Ki Ageng Ganjur ................. 63 F. Pesan Dakwah Sanggar Ki Ageng Ganjur ........................... 64
BAB VI ............................................................................................. 65
KESIMPULAN dan SARAN ........................................................... 65
A. Kesimpulan .......................................................................... 65 B. Saran .................................................................................... 71
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Agama Islam merupakan agama dakwah, yakni agama yang
wajib untuk disebar luaskan oleh setiap pemeluknya, sehingga
kesempatan berdakwah adalah salah satu hal yang dimiki oleh
setiap Ummat Islam, hal ini sejalan dengan apa yang tercantum
pada Al-qur’an dan Hadist. Seperti dalam Hadist Rasulullah SAW,
“Sampaikanlah apa yang kalian ketahui dariku meskipun cuma
satu ayat” (Shahih Bukhori). Hadist ini menunjukan tentang
bagaimana anjuran Rasulullah SAW untuk senantiasa
menyampaikan hal yang baik sesuai dengan aturan Islam yang ada
kepada manusia lainnya atau orang-orang yang ada disekeliling
kita. Hadist diatas pun sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh
Abdul Kahar Muzakkar bahwa dakwah adalah sebuah tugas suci
bagi tiap-tiap muslim dimanapun berada1. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa kegiatan dakwah tidak hanya dapat dilakukan
oleh seorang cendikiawan muslim, ustadz, pemuka agama atau
kiyai saja, namun berdakwah merupakan hal yang mesti dilakukan
oleh setiap muslim.
1 Thohir Luth, M. Natsir, Dakwah dan Pemikirannya, (Jakarta, Gema
Insani Press, 1999), h. 65.
2
Syaikh Ali Mahfudz (1952) berpendapat bahwa dakwah
merupakan suatu kegiatan yang dapat memotivasi manusia untuk
melakukan kebaikan dan mengikuti petunjuk, memerintahkan
mereka berbuat ma’aruf dan mencegahnya dari perbuatan munkar
agar mereka memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Dewasa ini, kegiatan dakwah keIslaman yang hanya dilakukan di
masjid atau sebuah majelis ta’lim cenderung dianggap sebagai
sebuah kegiatan dakwah yang terkesan kolot dan umumnya hanya
digandrungi oleh kalangan orang tua. Maka pendakwah mulai
berinovasi untuk melakukan pengembangan strategi dakwah
dengan penggunaan media yang lebih kekinian dan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat, misalnya melalui televisi, radio, dan sosial
media. Sarana tersebut adalah hal yang sedang digandrungi oleh
masyarakat kebanyakan.
Dalam kegiatan berdakwah dikenal dengan metode dan
strategi dakwah, di mana keduanya merupakan kunci dari sebuah
kesuksesan dakwah yang disampaikan. Di bawah ini ialah ayat
suci Al-Qur’an yang menerangkan tentang metode dakwah:
3
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara
yang baik. Sesungguhnya tuhanmu, Dialah yang lebih
mengetahuisiapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui siapa yang mendapat petunjuk”. (QS An-Nahl: 125)
Ayat diatas menjelaskan tentang 3 metode dalam berdakwah.
Metode dakwah diartikan sebagai sebuah cara, jalan, proses dan
pendekatan yang harus dilalui seorang da’i dengan mengenalkan,
menyeru dan mengajak umat agar mau mengamalkan ajaran Islam
dengan baik dan benar guna sehingga tercapainya sebuah tujuan
dakwah yang diharapkan oleh seorang dai tersebut.Maka metode
yang dipaparkan pada ayat Al-Qur’an diatas yakni Al-Hikmah,
Mauidzatul Hasanah dan Al-mujadalah. Dalam dunia dakwah, al-
hikmah diartikan sebagai akal budi, sikap bijak, akhlaq mulia serta
segala sesuatu yang sifatnya positif yang berkaitan dengan sikap
diri. Mauidzatul hasanah diartikan sebagai sebuah metode dakwah
dengan menggunakan perkataan yang baik yang isinya bersifat
nasehat yang bermanfaat bagi orang banyak. Jadilhum billati hiya
ahsan, diartikan sebgai sebuah metode dakwah dengan cara
berdebat namun dengan tata cara yang baik, yakni dengan
rautwajah yang tidak menunjukan kebencian pada lawan debat,
juga dengan tutur kata dan bahasa yang baik. Sedangkan strategi
4
dakwah adalah tahapan-tahapan pendakwah dalam melakukan
praktik dakwahnya.
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat dengan
keberagaman kultur yang kental. Segala aspek kehidupan
masyarakatnya akan terasa sulit jika dipisahkan dengan adat
istiadat dan kebudayaan, termasuk dalam kegiatan keagamaan.
Salah satu kegiatan keagamaan yang kental dengan budaya adalah
kegiatan dakwah, di mana unsur kebudayaan dapat menjadi
jembatan bagi tersampaikannya sebuah kegiatan dakwah. Bahkan,
mengakulturasi budaya kedalam praktik dakwah dianggap sebagai
cara yang paling efektif, hal ini terbukti dari masuknya Islam ke
tanah Indonesia tanpa mengorbankan setetes darah2. Salah satu
bukti keefektifan dakwah melalui budaya adalah suksesnya Sunan
Kalijaga menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Saat itu Sunan
Kalijaga yang berdakwah melalui media wayang3. Pemilihan
dakwah melalui media wayang dilakukan oleh Sunan Kalijaga
karena kesenian wayang merupakan hal yang populer di kalangan
masyarakat sehingga dengan ini Sunan Kalijaga membuat
masyarakat Jawa mudah menerima isi pesan dakwahnya.
Hingga saat ini akulturasi antara budaya dan dakwah masih
dapat dirasakan oleh masyarakat, salah satu sosok yang aktif
melakukan kegiatan dakwah melalui kebudayaan seni ialah Dr.
Zastrouw Al-Ngatawi. Beliau yang akrab disapa dengan panggilan
2 Zuhairi Misrawi, Al-Qur’an Kitab Toleransi: Tafsir tematik Islam
Rahmatan Lil’alamin, (Jakarta: Grasindo, 2010), h. 430. 3Emha Ainun Najib, Sedang TUHANpun Cemburu, (Yogyakarta: PT.
Bentang Pustaka, 2015), h. 35
5
Zastrouw merupakan lulusan IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
yang kerap dikenali dengan ciri khas penggunaan blangkon dalam
setiap sesi dakwahnya. Saat ini Zastrouw adalah seorang Praktisi
Dakwah yang juga berkecimpung di dunia kesenian. Zastrouw
merupakan seorang da’i yang lahir di Pati, 27 Agustus 1966.
Sosok yang pernah menjadi asisten pribadi Gus Dur ini adalah
sosok yang aktif dalam dunia seni dan dakwah. Ia berpendapat
bahwa musik sudah menjadi bagian dari hidup, dan agama apapun
tak bisa lepas dari musik karena itu, ia berusaha untuk
menggunakan musik sebagai bagian dakwah, mengembangkan
seni yang humanis dan agamis4. Kiprahnya dalam bidang seni dan
dakwah terbukti dari menjabatnya beliau sebagai ketua Lembaga
Seni Budaya Muslim Indonesia PBNU Periode 2004-2009.
Zastrouw Al-Ngatawi juga didapuk sebagai Santri Inspirasi bidang
Seni dan Budaya dalam pengahargaan Santri Of The Year oleh
Pustaka Compass 5.
Setiap kegiatan dakwahnya, Zastrouw tidak melakukannya
sendirian, melainkan bersama sanggar yang didirikannya bersama
teman-temannya, yaitu Sanggar Ki Ageng Ganjur. Sanggar seni Ki
Ageng Ganjur adalah sebuah wadah seni yang tidak hanya
mampu menampung dan menyalurkan bakat berkesenian mereka
tetapi juga menjadi komunitas untuk menuangkan segala ide dan
4 NU Online, Lebih Dekat dengan Ketua Lesbumi Ngatawi Al-Zastrow,
diakses dari http://www.nu.or.id/post/read/3208/lebih-dekat-dengan-ketua-lesbumi-ngatawi-al-zastrow,pada tanggal 13 Juni 2017, pukul 15.49
5 Pustaka Compass, Santri Of The Year Untuk Gus Dur dan Nasir, diakses dari http://suarapesantren.net/2016/10/25/santri-of-the-year-2016-untuk-gus-dur-dan-nasir/, pada tanggal 24 Maret 2017 pukul 10.22.
6
eksplorasi mereka tentang makna dan hakekat berkesenian sebagai
sebuah upaya pengembangan jati diri serta mengimplementasikan
spiritualitas keberagamaan mereka melalui jalur musik sebagai
pilihan media dakwah dan pemberdayaan secara kultural. Jam
terbang Ki Ageng Ganjur tidak perlu diragukan lagi, sanggar ini
sudah berdiri di atas panggung hampir di seluruh pelosok negeri
ini. Terkadang pementasan yang digelar oleh Zastrouw bersama
Ki Ageng Ganjur menggandeng musisi-musisi besar tanah air,
seperti Iwan Fals dan Slank. Penyampaian dakwah dengan budaya
seni tradisional dan modern dianggap mampu menjadikan
masyarakat mudah menerima dan memahami maksud dakwah
yang disampaikan oleh pendakwah. Sehingga metode dakwah
melelaui seni budaya dianggap sebagai metode yang efektif.
Maka dari pemaparan latar belakang diatas, penulis
termotivasi dan bermaksud untuk melakukan penelitian aktivitas
dakwah seni. Maka dari itu, penulis melakukan penelitian dengan
judul:
“AKTIVITAS DAKWAH SANGGAR KI AGENG GANJUR”
B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
Setelah melihat latar belakang masalah yang telah penulis
jabarkan di atas dan agar dalam penelitian ini tidak terjadi
kerancuan, maka penulis membatasi dan merumuskan
permasalahan yang diangkat sebagai berikut:
1. Pembatasan Masalah
7
Penulis membatasi penulisan skripsi ini pada sanggar
seni Ki Ageng Ganjur yang berperan sebagai media
dakwah Zastrouw Al-Ngatawi dalam aktivitas dakwah
melalui seni musik.
2. Perumusan Masalah
a. Bagaimana analisis sistem dakwahpada aktivitas
dakwahSanggar Seni Ki Ageng Ganjur?
b. Apa pesan dakwah yang terkandung dalam aktivitas
Sanggar Ki Ageng Ganjur?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada pembatasan dan perumusan yang telah
dipaparkan, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui analisis sistem dakwah melaui seni yang
diterapkan di Sanggar Seni Ki Ageng Ganjur oleh
Zastrouw Al-Ngatawi.
2. Mengetahui pesan dakwah yang terkandung pada
aktivitas Sanggar Seni Ki Ageng Ganjur.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
teoritis dan manfaat praktis sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
8
a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi
wacana keilmuan dakwah, khususnya yang
mendalami dakwah melalui seni musik.
b. Untuk mengetahui secara jelas tentang analisis sistem
dakwah melalui seni musik, khususnya sanggar
kesenian, serta sebagai bentuk praktik dan bukti
secara langsung dari teori-teori yang telah didapat
selama perkuliahan.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan baru bagi
aktivis dakwah, serta masyarakat umum yang
berfokus pada perkembangan dakwah agar
menjadikan sanggar seni sebagai salah satu media
dakwah.
b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan bagi
penggiat seni musik.
E. Pendekatan Penelitian
Pada penelitian ini pendekatan yang digunakan oleh penulis
adalah pendekatan kualitatif yang sifat penelitiannya adalah
deskriptif. Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa penelitian
kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial
secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia
9
dalam kawasannya sendiri dan berhubungam dengan orang-orang
tersebut dalam bahasanya dan dalam pengistilahannya.6
F. Metode Penelitian
Penulis menggunakan metode deskriptif analisis. Penulis
menggambarkan secara faktual apa yang dilihat dan ditemukan
dari hasil pengamatan. Bagdan dan Taylor dalam buku penelitian
kualitatif mendefinisikan, “Metode kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau tulisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati”.7
Maka adapun teori yang dugunakan dalam menjawab
rumusan masalah adalah teori mengenai analisis sistem dakwah
milik Amrullah Ahmad. Teori ini mengacu pada penggalian
bahasan seputar dakwah Islam yang merupaan suatu sistem yang
terdiri dari beberapa subsistem yang saling berhubungan,
bergantung, dan berinteraksi dalam mencapai tujuan dakwah.
G. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah Zastrouw Al-Ngatawi dan
objek penelitiannya adalah Sanggar Seni Ki Ageng Ganjur.
6 Dr. Lexy J. Moleong, M. A., Metodologi Penelitian Kualitatif,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1997), h. 3 7Dr. Lexy J. Moleong, M. A., Metodologi Penelitian Kualitatif, h.3
10
H. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan empat teknik pengumpulan data,
yaitu:
a. Observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap
pementasan Sanggar Seni Ki Ageng Ganjur.
b. Wawancara, yakni suatu cara untuk mengumpulkan data
dengan cara mengajukan pertanyaan langsung kepada
seorang narasumber dalam hal ini Dr. Zastrouw Al-
Ngatawi. Maksud dari wawncara ini adalah untuk
melengkapi data, guna menjawab rumusan masalah yang
terdapat dalam penelitian.
c. Studi dokumentasi, adalah tehnik yang juga dilakukan
dalam mengumpulkan data berupa buku, majalah,
makalah, ataupun literatur-literatur lainnya. Tujuan dari
studi dokumentasi adalah memperkuat landasan teori dan
sebagai acuan dalam penelitian. Selain itu, penulis akan
mengumpulkan data berupa foto dan video pementasan
Sanggar Seni Ki Ageng Ganjur.
I. Teknik Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini,penulis berpedoman pada buku
“Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, dan Desertasi”
yang diterbitkan oleh CeQDA Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. 2017.
11
J. Tinjauan Pustaka
Beberapa penelitian terdahulu diperlukan untuk dijadikan
rujukan awal bagi penulis karena mengandung tema yang sama
yaitu penggunaan kesenian oleh para Muballigh sebagai media
dakwahnya. Namun, penelitian terdahulu memiliki subjek dan
objek penelitian yang berbeda, sehingga akan menjadi pembeda
dengan penelitian yang penulis lakukan. Selain itu, penelitian
terdahulu akan dapat saling melengkapo dan menjadi bahan
referensi bagi penulis, berikut ringkasan dari tiga tujukan
penelitian terdahulu yang penulis temukan:
Rujukan pertama berjudul “Wayang Kulit sebagai Media
Dakwah (Studi pada Wayang Kulit Dalang Ki sudardi di Desa
Pringapus” oleh Yogyasmara P. Ardhi, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Komunikasi Penyiaran Islam 2010). Skripsi ini membahas
mengenai media Dakwah Wayang Kulit yang digunakan oleh Ki
Sudardi dalam menyebarkan nilai-nilai Islam di daerah Desa
Pringapus. Dalang Ki Sudardi menyampaikan pesan dakwah saat
pementasan wayang secara interaktif dengan penggunaan bahasa
Arab dan bahasa Jawa yang mudah dimengerti oleh masyarakat.
Nilai-nilai yang dimasukkan dalam setiap pementasannya adalah
nilai Akidah, Syariah, dan Akhlak.
Rujukan kedua berjudul “Dakwah Melalui Pengobatan
Dzikir dan Do’a (Studi Kasus Kyai Zaeqoni di Gading Serpong-
Tangerang” oleh Siti Jaronah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Komunikasi Penyiaran Islam 2010). Skripsi ini membahas
mengenai media dzikir dan do’a untuk penyembuhan penyakit
12
fisik dan psikis sebagai media dakwah Kyai Zarqoni. Beliau
menerapkan kebiasaan berdzikir dan berdo’a kepada pasien agar
senantiasa berserah kepada-Nya. Selain itu untuk proses
penyembuhan, Kyai Zarqoni memberi air doa’a untuk pasien.
Rujukan ketiga berjudul “Dakwah Islam Melalui Seni
Hadrah (Studi di Desa Plosokuning IV, Minomartani, Ngaglik,
Sleman, Yogayakarta)” oleh Andra Zudantoro Nugroho, UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta, Pengembangan Masyarakat Islam
2010. Skripsi ini membahas mengenai sebuah kegiatan dakwah
yang dilakukan melalui hadrah sebagai medianya.
K. Kerangka Teori
1. Pengertian Dakwah
Pengertian dakwah dapat kita ambil dari memahami terlebih
dahulu asal katanya. Lafadz dakwah berasal dari kata da’a, yad’u,
du’aan/da’watan. Jadi kata du’aa atau dakwah adalah isim
mashdar dari da’a yang keduanya mempunyai arti yang sama yaitu
ajakan, panggilan atau permohonan.
Syaikh Ali Mahfudz (1952) dalam karyanya “Hidayaatul
Mursyiddin” menulis “Dakwah ialah mendorong (Memotivasi)
manusia untuk melakukan kebaikan dan mengikuti etunjuk,
memerintahkan mereka berbuat ma’ruf dan mencegahnya dari
perbuatan munkar agar mereka memperoleh kebahagiaan di dunia
dan dia kahirat.”
13
Prof. A. Hasyimi juga berpendapat bahwah Dakwah
Islamiyyan memiliki definisi yakni mengajak orang untuk
meyakini dan mengamalkan aqidah serta syariat Islam yang
terlebih dahulu sudah diyakini dan diamalkan oleh pendakwah
terlebih dahulu.
Prof. Dr. Abu Bakar Aceh juga berpendapat bahwasanya
dakwah ialah perintah mengadadakan seruan kepada semua
manusia untuk kembali dan hidup sepanjang ajaran Rasulullah
yang benar, dilakukan dengan penuh kebijaksanaan dan nasihat
yang baik.8
2. Pengertian Metode Dakwah
Dari segi bahasa, metode berasal dari dua suku kata yakni,
meta dan hodos.Meta memiliki arti melalui sedangkan hodos
memilki arti jalan atau cara.9 Maka dengan demikian, metode
dapat diartikan sebagai jalan untuk mecari atu endapatkan sesuatu.
Maka dapat diartikan bahwa metode Dakwah adalah cara-cara
tertentu yang dilakukan oleh seorang da’i kepada mad’u untuk
mencapai sesuatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang.10
3. Teknik Dakwah
8Mohammad Ardani, Memahami Permasalahan Fikih Dakwah, (Jakarta:
Mitra Cahaya Utama, 2006), h. 10. 9M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), Cet. 1,
h. 61. 10Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakrta: Gaya Media
pratama,1997), h. 43.
14
Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka
mengimplementasikan suatu metode. Untuk merealisasikan
strategi yang telah ditetapkan, kite memerlukan metode. Strategi
menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai suatu tujuan,
sedangkan metode adalah cara yang digunakan untuk
melaksanakan strategi, dalam setiap penerapan metode dibutuhkan
beberapa tehnik. Adapun beberapa macam bentuk teknik dakwah
adalah sebagai berikut:
a. Dakwah Bil Lisan (dakwah menggunakan Lisan).
b. Dakwah Bil Qalam (dakwah dengan wmenggunakan
Tulisan).
c. Dakwah Bil Haal (dakwah dengan menggunakan
Tindakan)11.
4. Strategi Dakwah
Strategi dakwah adalah metode siasat, taktik atau manuver
yang dipergunakan dalam aktivitas dakwah.12 Asmuni
menambahkan, strategi dakwah yang dipergunakan dalam usaha
dakwah harus memperhatikan beberapa hal, antara lain:
a. Azas filosofi, yaitu azas yang membicarakan tentang hal-
hal yang erat hubungannya dengan tujuan yang hendak
dicapai dalam proses dakwah.
11Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, h. 43. 12Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-
Ikhlas, 1983), h. 32-33
15
b. Azas psikologi, yaitu azas yang membahas tentang
masalah yang erat hubungannya dengan kejiwaan
manusia. Seorang da’i adalah manusia, begitu juga
sasaran atau objek dakwah yang memiliki karakter
kejiwaan yang unik, sehingga ketika terdapat hal-hal
yang masih asing pada diri mad’u tidak diasumsikan
sebagai pemberontakan atau distorsi terhadap ajakan.
c. Azas sosiologi, yaitu azas yang membahas masalah-
masalah yang berkaitan dengan situasi dan kondisi
sasaran dakwah, misalnya politik masyarakat setempat,
mayoritas agama di daerah setempat, filosofi sasaran
dakwah, sosio-kultur dan lain sebagainya, yang
sepenuhnya diarahkan pada persaudaraan yang kokoh,
sehingga tidak ada sekat diantara elemen dakwah, baik
kepada objek (mad’u) maupun kepada sesama subjek
(pelaku dakwah).
5. Media Dakwah
Media adalah sebuah alat atau wahana yang digunakan untuk
memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Maka dengan
pengertian ini, media dakwah adalah alat yang digunakan dalam
menyampaiakan pesan dakwah, baik yang berbentuk modern
ataupun tradisional.13
13 Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, (Bandung : Remaja Rosdakarya,
2010), h. 104.
16
6. Pengertian Sanggar Seni
Dalam pengertian umum, sanggar adalahtempat atau sarana
yang digunakan oleh suatu komunitas atau sekumpulan orang
untuk melakukan suatu kegiatan berkesenian adalah salah satu
kegiatan diantranya. Istilah sanggar dalam berbagai studi
etnografis biasanya diartikan sebagai pesanggrahan, suatu tempat
keramat yang biasanya berasosiasi dengan penghormatan terhadap
roh nenek moyang.14
L. Sistematika Penulisan
Penulis menyusun lima bab uraian di dalam skripsi ini,
dimana setiap bab memiliki sub-sub bab untuk melengkapi
penulisa sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang, pembatasan dan perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian,
tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA
KONSEPTUAL
Bab ini menyajikan penjelasan tentang analisis sistem dakwah,
ruang lingkup dakwah (pengertian, subjek, objek, metode, media,
dan strategi), seni musik (pengertian dan sejarah, pengaruh musik
bagi kehidupan manusia), dan dakwah melalui seni.
14Sri Hidayah dkk, Sanggar Seni Sebagai Wahana Pewarisan
BudayaLlokal Studi Kasus Sanggar Seni Jaran Bondhag “Sri Manis kota Probolinggo” (Yogyakarta: Direktorat Jenderal Kebudayaan, 2012), h. 6.
17
BAB III GAMBARAN UMUM
Bab ini memaparkan tentang gambaran umum Sanggar Ki Ageng
Ganjur yang berisikan profil pendiri, sejarah pendirian, prestasi
sanggar, visi misi, aktivitas dakwah, dan keanggotaan sanggar.
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITI
Bab ini berisikan data sistem aktivitas dakwah terkait dengan
input, konversi, output, feedback, dan lingkungan dakwah dari
Sanggar Ki Ageng Ganjur, serta dipaparkan pula temuan-temuan
yang terjadi di lapangan.
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi penjelasan tentangsisterm aktivitas dakwah Sanggar
Ki Ageng Ganjur yang terdiri dari input, konversi, output,
feedback, dan lingkungan dakwah.
BAB V PENUTUP
Bab ini memaparkan kesimpulan dari pembahasaan dan hasil
penelitian serta memberikan saran sebagai bahan pertimbangan.
18
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL
A. Analisis Sistem Dakwah
Dakwah Islam sebagai suatu sistem terdiri dari 5 komponen
dasar, yaitu:
1. Komponen input (masukan) yang terdiri dari raw input,
instrumental input, dan enviromental input.
2. Komponen konversi.
3. Komponen output (keluaran) yang merupakan hasil
dakwah.
4. Komponen feedback (umpan balik).
5. Komponen lingkungan.15
Komponen input (masukan) yang terdiri dari raw input,
instrumental input, dan enviromental input yang kesemuanya
berfungsi memberikan informasi, energi, dan materi yang
menentukan eksistensi sistem. Raw input adalah sebuah sistem
input yang sifatnya pokok sebagai sebuah masukan bagi ide
dakwah seorang pelaku dakwah atau da’i. Sistem raw input terdiri
atas dua bagian yakni materi (bahan) dan manusia sebagai
pelaksana aktivitas dakwah. Materi (bahan) adalah landasan yang
menjadi pokok pikiran dan pembahasan seorang da’i dalam
aktivitas dakwahnya, Al-Qur’an dan As-Sunnah merupakan hal
15Achmad, Amrullah, Dakwah Islam dan Perubahan Sosial, (Yogyakarta:
Prima Duta Yogyakarta, 1983), h. 14.
19
pokok yang mendasari sebuah penyampaian keilmuan tentang
nilai-nilai keislaman yang kemudian ditunjang dengan formulasi
hasil pemahaman terhadap Islam baik berupa ilmu pengetahuan,
sosial, pendidikan, politik, ekonomi, etika kerja, kesenian, budaya,
dan sebagainya. Manusia dalam komponen raw input bertugas
sebagai pelaku dakwah atau disebut dengan da’i. Da’i adalah
pelaku dakwah yang menentukan berhasil tidaknya sebuah
kegiatan dakwah karena tidak dapat dipungkiri bahwa da’i
merupakan sosok vital dalam aktivitas dakwah, namun tidak hanya
sosok da’i yang berpengaruh pada sebuah aktivitas dakwah,
sasaran dakwah atau mad’u merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari peran penting seorang da’i. Begitupun dengan
ukuran keberhasilan sebuah aktivitas dakwah mampu diukur
dengan banyak tidaknya perubahan sosial keislaman yang terjadi
pada kehidpan mad’u. Sehingga menjadi sebuah kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan antara aktivitas da’i dan peran penting
mad’u.
Instrumental input adalah masukan yang menunjang sebuah
aktivitas dakwah baik berupa alat, metode, sarana, dan sebagainya.
Instrumental input menjadi suatu hal yang penting, karena hal
penunjang dalam sebuah aktivitas dakwah di era ini menjadi
penting adanya seiring dengan perkembangan zaman dan
teknologi yang kian maju. Instrumental input memiliki dua
komponen penunjang yaitu metode dakwah dan sarana prasana.
Metode dakwah terdiri dari segi proses berfikir, gaya dan sikap,
pendekatan sasaran, dan sarana komunikasi.
20
Enviromental input adalah masukan yang timbul dari
masyarakat berkenaan dengan aktivitas dakwah yang terjadi di
masyarakat itu sendiri atau dapat diartikan sebagai sebuah
permasalahan yang timbul dari sebuah aktivitas dakwah. Masukan
lingkungan dalam sebuah aktivitas dakwah menjadi penting
adanya, karena lingkungan adalah tempat yang menentukan
eksistensi dari aktivitas da’i dan mad’u dalam menjalankan nilai-
nilai keislaman. Sehingga banyak permasalahan sosial kultural
yang akan hadir di tengah masyrakat berkenaan dengan aktivitas
dakwah. Hal ini dapat menjadi bahan acuan dan evaluasi bagi
perbaikan dan peningkatan kualitas dakwah agar nilai-nilai
keislaman dapat disampaikan dan masyarakat mampu
menjalankan syariat Islam.
Komponen dasar selanjutnya adalah komponen konversi yang
berfungsi mengubah input menjadi output, merealisasikan ajaran
Islam menjadi realitas yang diproses dalam kegiatan dakwah.
Menjadi sebuah hal yang penting bagi seorang da’i dalam
mengubah ide dakwah ke dalam sebuah aktivitas dakwah yang
mampu dimengerti secara mudah dan benar oleh mad’u. Tidak
hanya itu, efisiensi kegiatan dakwah adalah hal yang harus
dipikirkan oleh seorang da’i sehingga dapat merubah ide dakwah
menjadi sebuah aktivitas dakwah yang menarik adalah terobosan
penting dalam dunia dakwah dan keislaman. Guna menunjang
terobosan aktivitas dakwah, maka seorang da’i dituntut untuk
memiliki kecapakan dalam kepribadian, kemampuan intelektual,
dan keterampilan yang memadai dalam rangka mengubah input
21
menjadi output pada setiap aktivitas dakwahnya. Tingkat
pendidikan, kematangan dalam berfikir serta keluwesan dalam
bersosial menjadi faktor penentu terciptanya terobosan aktivitas
dakwah yang mampu membuat mad’u merasa tertarik mengikuti
kegiatan dakwah dan penerapan nilai-nilai keislaman.
Selanjutnya, komponen output (keluaran) yang merupakan
hasil dakwah yaitu terciptanya realitas baru menurut tujuan ukuran
ideal dan tujuan yang bersumber pada Al-Qur’an. Output dapat
dibagi menjadi dua bagian tergantung pada jangka waktu aktivitas
dakwah maka ada yang disebut dengan outputjangka panjang.
Outputjangka panjang merupakan hasil ideal dari aktivitas dakwah
yang telah dilaksanakan, karena dampaknya berpengaruh pada
terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur secara spiritual
dan material sesuai dengan syariat Islam. Ada yang disebut juga
dengan outputjangka pendek terbukti dengan adanya kesadaran
individu dalam berIslam, keluarga yang sadar akan nilai-nilai
keislaman, kelompok sosial: guru, intelektual, wartawan, politisi,
ekonom, teknokrat, budayawan, seniman, filsuf, dan sebagainya
yang semua kehidupannya bernafas Islam. Kemudian
terbentuknya lembaga-lembaga sosio kultural yang bernafaskan
islami. Outputatau hasil dari aktivitas dakwah pada dasarnya
sebuah tantangan yang harus terjawab oleh setiap da’i.
Kematangan berfikir serta keluwesan seorang da’i dalam
menyampaikan ajaran-ajaran keislaman dapat terlatih melalui
adanya target umat yang mendapatkan pelajaran tentang keislaman
secara baik. Memiliki target dalam aktivitas dakwah adalah
22
pencapaian yang baik bagi seorang da’i, hal ini pun dapat
berpengaruh terhadap outputatau hasil.
Komponen feedback (umpan balik) yang berfungsi
memberikan pengaruh baik yang positif maupun negatif terhadap
sistem dakwah. Dalam aktivitas dakwah seorang da’i respon
positif dan negatif pasti akan ditemukan di masyarakat tergantung
bagaimana seorang da’i tersebut dapat menyikapi kedua respon
tersebut dengan bijak. Respon negatif yang muncul pada aktivitas
dakwah seorang da’i biasanya terjadi karena apa yang
disampaikan seorang da’i tersebut berkaitan dengan hal-hal yang
sifatnya sensitif seperti membahas topik yang sifatnya furu’iyyah
yang semestinya tidak menjadi bahan perdebatan karena masing-
masing pendapat memiliki dasar yang jelas. Adapun penerimaan
yang kurang dari mad’u atas materi yang disampaikan oleh
seorang da’i, misalnya durasi waktu yang terlalu lama dalam
penyampaian materi dakwah, sehingga mad’u merasa jenuh. Tidak
hanya itu, faktor lainnya dapat muncul dari aparat yang berwenang
dalam pemberian izin penyelenggaraan aktivitas dakwah.
Feedback positif yang biasanya didapat seorang da’i dalam
aktivitas dakwahnya adalah dengan banyaknya mad’u yang hadir
setiap da’i tersebut melakukan aktivitas dakwahnya. Hal ini
menjadi tolak ukur bagi antusiasme mad’u dalam menerima materi
dakwah yang disampaikan oleh da’i. Fenomema ini terjadi karena
kemasan dakwah yang ditampilkan mampu menarik perhatian
mad’u, penggunaan bahasa yang dipilih kekinian dan mudah
dipahami.
23
Selanjutnya, terdapat komponen lingkungan yang berfungsi
sebagai sasaran yang sifatnya nyata dan hendak diubah atau
memberikan pengaruh terhadap sistem dakwah terutama
memberikan masukan permasalahan yang perlu dipecahkan yaitu
menyangkut ideologi, politik, pendidikan, ekonomi, teknologi,
ilmu, seni, dan sebagainya. Unsur sosio-kultural pada sebuah
lingkungan dakwah menjadi hal yang paling menentukan
tersampaikan atau tidaknya sebuah pesan pada aktivitas dakwah.
Sosio-kultural terdiri atas berbagai macam kelompok sosial
masyarakat yang klasifikasinya ditentukan oleh strata pendidikan,
ekonomi, budaya, dan agama. Aspek sosio-kultural menjadi hal
yang penting diperhatikan oleh seorang da’i dalam menyampaikan
materi dakwahnya. Sebagai contoh, penggunaan bahasa yang sulit
dimengerti dengan berbagai istilah ilmiah pada aktivitas dakwah
di tengah masyarakat dengan strata pendidikan yang rendah akan
menyulitkan mad’u dalam memahami pesan pada aktivitas
dakwah.
Dakwah sebagai sebuah sistem input dan output memiliki arti
bahwa sebuah sistem dakwah dibentuk oleh komponen-komponen
yang mentransformasikan input menjadi output dalam hal ini
faktor kualitas da’i adalah hal yang paling menentukan begitu juga
dengan datangnya hidayah dari Allah SWT. Lalu dakwah sebagai
sebuah sistem terbuka memiliki arti bahwa kegiatan dakwah
adalah sebuah kegiatan yang akan mempengaruhi lingkungan
sosial dan kultural. Sistem dakwah diartikan sebagai sebuah
feedback artinya sistem dakwah dipengaruhi oleh umpan balik
24
yang dihasilkan oleh dakwah itu sendiri. Meskipun feedback yang
didapat tidak dirasakan secara langsung tapi output yang diberikan
kepada lingkungan dapat mempengaruhi kondisi sosial.
B. Ruang Lingkup Dakwah
1. Pengertian Dakwah
Dalam bahasa Al-Qur’an dakwah diambil dari kata da’a-
yad’u-da’watan yang secara bahasa memiliki arti menyeru atau
memanggil.16 Adapun secara istilah dakwah diartikan sebagai
sebuah kegiatan mengajak manusia kepada kebaikan dan petunjuk
Allah SWT, menyeru mereka kepada kebiasaan yang baik dan
melarang mereka dari kebiasaan buruk supaya mendapatkan
keberuntungan di dunia dan akhirat.17
Pengertian lainnya menyebutkan bahwa makna dakwah secara
bahasa diartikan sebagai an-nida (panggilan). Dakwah diartikan
sebagai sebuah panggilan karena pada hakikatnya kegiatan
dakwah adalah merupakan kegiatan dengan sifat persuasif, dengan
kata lain kegiatan tersebut harus dapat mengajak dan
mempengaruhi orang-orang yang terdampak kegiatan dakwah dari
segala sesuatu yang buruk menuju kearah yang lebih baik sesuai
dengan ajaran Al-Qur’an dan Hadist.
Pengertian dakwah secara istilah tidak jauh berbeda dengan
pengertian secara bahasa. Secara istilah menjelaskan bahwa
16Ismail A. Ilyas, Hotman Prio, Filsafat Dakwah Rekayasa Membangun
Agama dan Peradaban Islam, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 27. 17Ismail A. Ilyas, Hotman Prio, Filsafat Dakwah Rekayasa Membangun
Agama dan Peradaban Islam, h. 28.
25
dakwah ialah upaya yang berkaitan dengan nilai-nilai keislaman
melalui ucapan, menerapkan manhajnya, meyakini akidahnya, dan
melaksanakan syariatnya.18
Di bawah ini adalah pengertian dakwah menurut beberapa
pakar, yaitu sebagai berikut:
a. Menurut Prof. Toha Yahya Omar, M.A., beliau
menyatakan bahwa dakwah adalah kegiatan mengajak
manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar
sesuai dengan perintah Tuhan untuk keselamatan dan
kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.
b. Menurut Prof. A. Hasjmy, beliau mengungkap bahwa
dalwah islamiyyah yaitu mengajak oranglain untuk
meyakini dan mengamalkan akidah dan syariah islamiyyah
yang terlebih dahulu telah diyakini dan diamalkan oleh
pendakwah sendiri.
c. Menurut M. Natsir, bahwa dakwah adalah usaha-usaha
menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan
manusia dan seluruh umat manusia konsepsi Islam tentang
pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia ini dan yang
meliputi amar ma’ruf nahyi munkar dengan berbagai cara
dan media yang diperbolehkan akhlak dan membimbing
pengalamannya dalam perikehidupan bermasyarakat dan
perikehidupan bernegara.19
18 Al-Wa’iy, Taufik, Dakwah Ke Jalan Allah (Muatan, Sarana, dan
Tujuan), (Jakarta: Robbani Press, 2010), h. 12. 19Amin, Samsul Munir, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 3.
26
Maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan dakwah
memiliki cakupan arti yang luas dalam perihal khazanah
keislaman. Rasulullah SAW merupakan praktisi dakwah
pertama yang menyampaikan Islam secara sempurna, maka
estapeta perjuangan dakwah adalah sebuah keharusan bagi
setiap muslim demi melanjutkan perjuangan Rasulullah
SAW sebagai panutan setiap Muslim.
2. Da’i (Subjek Dakwah)
Da’i dapat diartikan sebagai pengajak, penyeru, dan juru
dakwah. Dengan kata lain, bahwa da’i adalah seseorang yang
mengajak umat manusia kepada jalan yang sesuai dengan tuntunan
Al-Qur’an dan Hadist. Menurut Yusuf al-Qardhawi seorang da’i
perlu melengkapi diri dengan tiga senjata, yaitu iman, akhlak
mulia, dan ilmu pengetahuan dan wawasan.20
Da’i tidak hanya dapat diartikan sebagai individu namun
dapat juga diartikan sebagai sebuah kelompok organisasi atau
lembaga yang dipanggil melakukan kegiatan dakwah. Maka dalam
kegiatan dakwah, da’i mempunyai posisi sentral sehingga da’i
harus memiliki citra yang baik di masyarakat. Citra dapat
dipahami sebagai kesan yang berkenaan dengan penilaian terhadap
seseorang. Citra yang berhubungan dengan seorang da’i dalam
20Ismail A. Ilyas, Hotman Prio, Filsafat Dakwah Rekayasa Membangun
Agama dan Peradaban Islam, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 78.
27
perspektif komunikasi erat kaitannya dengan kredibilitas yang
dimiliki.21
3. Mad’u (Objek Dakwah)
Mad’u diartikan sebagai seseorang yang menerima pesan-
pesan dakwah dari seorang da’i. Mad’u bersifat luas terdiri dari
beberapa macam kalangan baik orang tua maupun muda, semua
yang muslim berkewajiban mempelajari nilai-nilai agama secara
baik. Manusia sebagai sasaran dakwah tidak terlepas dari kultur
yang melingkupinya. Perbedaan latar belakang secara kultur
sering kali memunculkan dinamika dalam berdakwah, karena
dakwah Islam dilakukan dalam situasi sosiokultural tertentu,
bukan dalam masyarakat yang nihil budaya dan nilai sistem.22
Menurut Abdul Karim Zaidan mad’u diklasifikan menjadi
empat kategori sebagai berikut:
a. Al-mala’ (pemuka masyarakat) diartikan sebagai sebuah
kelompok sosial yang berstatus sebagai pemuka
masyarakat, pemimpin masyarakat atau yang memiliki
wewenang atas masyarakat. Karena pengaruhnya tersebut
kelompok sosial ini mampu menyita perhatian banyak
21Aripudin, Acep, Pengembangan Metode Dakwah Respon Da’i Terhadap
Dinamika Kehidupan Beragama di Kaki Cermai, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), h. 4.
22Aripudin, Acep, Pengembangan Metode Dakwah Respon Da’i Terhadap Dinamika Kehidupan Beragama di Kaki Cermai, h. 6.
28
orang dan memiliki kekuatan untuk membangun opini
dan citra publik.23
b. Jumhur al-nas (mayoritas manusia) merupakan sebuah
kelompok sosial masyarakat yang terbesar dalam tatanan
masyarakat. Mereka umumnya terdiri dari kaum lemah
atau setara dengan rakyat jelata atau dapat diartikan
sebagai seseorang yang dibawah kewenangan kaum
penguasa.24
c. Munafiqun (orang-orang munafik) adalah sekelompok
orang yang menampakkan sesuatu yang berbeda secara
esensial dengan hakikat sebenarnya. Bagi al-Ashfahany,
kemunafikan adalah sebuah sikap kegamaan yang
timpang alias tidak utuh, yaitu menerima agama dari satu
sisi namun menolaknya dari sisi yang lain.25
d. Al-‘usat (para pendurhaka), golongan ini merupakan
sekelompok orang yang senang berbuat maksiat. Mereka
adalah orang-orang yang diakui memiliki keyakinan
terhadap Islam namun keyakinannya tidak dapat
diimplementasikan dalam realitas kehidupan.26
23Ismail A. Ilyas, Hotman Prio, Filsafat Dakwah Rekayasa Membangun
Agama dan Peradaban Islam, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 174. 24Ismail A. Ilyas, Hotman Prio, Filsafat Dakwah Rekayasa Membangun
Agama dan Peradaban Islam, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 180. 25Ismail A. Ilyas, Hotman Prio, Filsafat Dakwah Rekayasa Membangun
Agama dan Peradaban Islam, h. 183. 26Ismail A. Ilyas, Hotman Prio, Filsafat Dakwah Rekayasa Membangun
Agama dan Peradaban Islam, h. 191.
29
4. Metode Dakwah
Metode diartikan sebagai cara atau jalan untuk mencapai
sebuah tujuan.27 Maka metode dakwah adalah sebuah cara untuk
mencapai sebuah tujuan dakwah. Berikut ini adalah pendapat
mengenai arti dakwah menurut pandangan beberapa pakar:
a. Bakhial Khauli berpendapat bahwa dakwah adalah proses
menghidupkan peraturan-peraturan Islam dengan maksud
untuk memperbaiki umat dari keadaan yang buruk
menuju keadaan yang lebih baik.28
b. K.H. Ahmad Siddiq menyatakan bahwa, “Berbagai
macam sarana dapat diperlukan untuk dakwah ini, mulai
dari harta benda, tenaga, ilmu teknologi, wibawa,
lembaga sosial, dan lain-lain. Negara sebagai salah satu
wujud persekutuan sosial dan kekuasaan yang
didalamnya juga merupakan salah satu sarana untuk
menciptakan tata kehidupan yang diridhai oleh Allah dan
perjuangan dakwah harus dilakukan dengan cara-cara
yang diridhai oleh Allah pula, menuju rahmatan lil
al‘alamin.”29
Dari uraian pengertian dakwah menurut beberapa pakar
diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa metode dakwah adalah
sebuah upaya seorang da’i dalam mewujudkan sebuah tujuan
27 Munir M., Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 6. 28 Munir M., Metode Dakwah, h. 7. 29 Amin, Samsul Munir, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 96.
30
dakwah dengan cara yang sistematis dan dilakukan secara
maksimal.
Dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa metode dakwah terbagi
kedalam tiga bentuk, yaitu:
a. Al-Hikmah.
Kata Al-Hikmah seringkali diartikan sebagai sebuah
kebijaksanaan dalam pendekatan sebuah kegiatan dakwah,
selain itu dapat juga diartikan sebagai sebuah kegiatan
dakwah yang dijalankan tanpa paksaan, konflik, maupun
tekanan. Al-Hikmah juga dapat diartikan sebuah metode
pendekatan komunikasi yang dilaksanakan atas dasar
pendekatan persuasif. Dakwah bertumpu pada human oriented
sehingga konsekuensi logisnya adalah pengakuan dan
penghargaan pada hak-hak yang bersifat demokratis.30
b. Al-Mau’idza Al-Hasanah.
Metode ini adalah metode yang populer dalam prespektif
dakwah karena memiliki cara yang dianggap menarik. Dalam
penerapannya, metode ini sering diterapkan dalam acara-
acara seremonial keagamaan seperti maulid nabi dan isra’
mi’raj. Secara bahasa Al-Mau’idza diartikan sebagai sebuah
nasihat, bimbingan, dan pendidikan. Sementara Hasanah
diartikan sebagai segala sesuatu yang baik. Adapun
pengertian Al-Mau’idza Al-Hasanah menurut Abdul Hamid
al-Bilali metode ini merupakan salah satu metode yang
digunakan untuk mengajak kejalan Allah dengan memberikan
30Amin, Samsul Munir, Ilmu Dakwah, h. 98.
31
nasihat atau membimbing dengan lemah lembut agar mereka
mau berbuat baik.31 Sehingga dapat disimpulkan bahwa
metode Al-Mau’idza Al-Hasanah adalah sebuah metode
dakwah dengan cara memberikan nasihat, bimbingan, dan
pendidikan secara baik.
c. Al-Mujadalah Bi-al-Lati Hiya Ahsan
Mujadalah adalah sebuah metode yang dianggap sebagai
cara terakhir dalam berdakwah ketika kedua metode
sebelumnya dianggap kurang berhasil. Metode ini kerap kali
digunakan untuk mendakwahi orang-orang dengan taraf
berfikir yang sudah cukup maju dan kritis.32 Sementara secara
bahasa kata jadala’ dapat bermakna menarik tali dan
mengikatnya guna menguatkan sesuatu.33 Sehingga dapat
diartikan bahwa metode Al-Mujadalah Bi-al-Lati Hiya Ahsan
merupakan sebuah metode yang dilakukan dengan cara
berdialog, mengemukakan pendapat, dan beradu argumen
namun dengan cara yang baik dan beretika.
5. Media Dakwah
Kata media berasal dari bahasa latin, median yang merupakan
bentuk jamak dari medium, yang memiliki arti alat perantara.
Wilbur Schramm mendefinisikan mesia sebagai teknologi
informasi yang dapat digunakan dalam pengajaran. Secara lebih
31Munir M., Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 16. 32Amin, Samsul Munir, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 100. 33Munir M., Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 17.
32
spesifik, yang dimaksud dengan media adalah alat-alat yang dapat
menjelaskan pesan atau bentuk pengajaran seperti buku, film,
kaset, dan sebagainya.34
Adapun yang dimaksud dengan media dakwah merupakan
alat-alat yang dipergunakan untuk kegiatan berdakwah. Di zaman
modern ini, dakwah tidak hanya disampaikan melalui mimbar di
dalam masjid atau majelis ta’lim. TV, radio, koran, dan bahkan
media sosial sering menjadi media yang efektif dalam
menyampaikan sebuah kegiatan dakwah di zaman ini.
Pendapat lain menyatakan bahwa media dakwah adalah alat
objektif yang menjadi saluran, yang menghubungkan ide dengan
umat, suatu elemen yang vital dan merupakan urat nadi dalam
menyampaikan dakwah secara maksimal.35 Media dakwah
dianggap sebagai faktor yang dapat menentukan kelancaran proses
pelaksanaan dakwah. Faktor ini terkadang disebut defent
variabels, artinya dalam penggunaan atau efektivitasnya
tergantung pada faktor lain terutama orang yang
menggunakannya. Namun kegunaannya bisa memiliki manfaat
yang ganda ataupun tunggal dalam rangka mencapai tujuan
dakwah.36
Tingkat efektivitas penggunaan media dakwah dapat diukur
melalui objek dakwah. Jika kegiatan dakwah kepada kalangan
34Amin, Samsul Munir, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 113. 35Yaqub Hamzah, Publisistik Islam Teknik Dakwah dan Leadership,
(Bandung: Diponegoro, 1981), h. 47. 36Faizah, Effendi, Lalu Muchsin, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Prenada
Media Group, 2006), h. 137.
33
remaja dilakukan hanya didalam masjid, khutbah diatas mimbar
yang terkesan monoton maka akan sangat mungkin kegiatan
dakwah tersebut akan ditinggalkan oleh para remaja. Akan
menjadi terbalik responnya jika dakwah dilakukan kepada
kalangan remaja melalui media sosial, remaja masa kini yang
penggunaan media sosialnya cenderung aktif akan mudah tertarik
dengan model dakwah yang sifatnya kekinian, berbahasa
mengajak namun tidak menggurui, memberikan solusi tanpa
menghakimi.
6. Strategi Dakwah
Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan
management untuk mencapai sebuah tujuan. Untuk mencapai
sebuah tujuan, strategi tidak hanya berfungsi sebagai peta jalan
daalam menentukan langkah-langkah dalam mencapai sebuah
tujuan, namun juga terdapat tehnik pelaksanaannya. Maka dapat
disimpulkan bahwa strategi dakwah merupakan perpaduan antara
planning dan management dakwah guna mencapai sebuah tujuan
tertentu dalam aktivitas dakwah.
Pentingnya strategi dalam sebuah aktivitas dakwah adalah
guna tercapaianya sebuah tujuan dalam aktivitas dakwah. Dengan
adanya sebuah tujuan dakwah tercapailah hasil yang diinginkan.
Maka strategi dakwah menurut makro dan mikro memiliki fungsi
ganda yakni : menyebarkan pesan dakwah secara informatif,
persuasif, dan sistematik kepada sasaran dakwah lalu menjembatani
adanya “Culture gap”yang diakibatkan oleh penyalahgunaan media
34
yang jika dibiarkan kan merusak tatanan, nilai-nilai dan norma-
norma agama.
Da’i haruslah memiliki kerangka berfikir konseptual dan
bertindak secara sistematis, sebab aktivitas dakwah itu bersifat
paradigmatik, atau dengan kata lain bahwa peran da’i sangat
berpengaruh bagi terbangunnya sebuah paradigma masyarakat
tentang materi keislaman yang disampaikan.37
Adapun pengertian Strategi Dakwah menurut pandangan yang
lain mendefinisikan bahwa strategi dakwah adalah metode siasat,
taktik atau manuver yang dipergunakan dalam aktivitas dakwah.38
Asmuni menambahkan, strategi dakwah yang dipergunakan dalam
usaha dakwah harus memperhatikan beberapa hal, antara lain:
a. Azas filosofi, yaitu azas yang membicarakan tentang hal-
hal yang erat hubungannya dengan tujuan yang hendak
dicapai dalam proses dakwah.
b. Azas psikologi, yaitu azas yang membahas tentang
masalah yang erat hubungannya dengan kejiwaan
manusia. Seorang da’i adalah manusia, begitu juga
sasaran atau objek dakwah yang memiliki karakter
kejiwaan yang unik, sehingga ketika terdapat hal-hal
yang masih asing pada diri mad’u tidak diasumsikan
sebagai pemberontakan atau distorsi terhadap ajakan.
37Hafidz, Abdullah Cholis, dkk. Dakwah Transformatif. Jakarta : PP
LAKPESDAM NU 2006 hal. 75 38Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-
Ikhlas, 1983), h. 32-33
35
c. Azas sosiologi, yaitu azas yang membahas masalah-
masalah yang berkaitan dengan situasi dan kondisi
sasaran dakwah, misalnya politik masyarakat setempat,
mayoritas agama di daerah setempat, filosofi sasaran
dakwah, sosio-kultur dan lain sebagainya, yang
sepenuhnya diarahkan pada persaudaraan yang kokoh,
sehingga tidak ada sekat diantara elemen dakwah, baik
kepada objek (mad’u) maupun kepada sesama subjek
(pelaku dakwah).
C. Seni Musik
1. Pengertian dan Sejarah Seni Musik
Musik adalah bentuk perilaku manusia yang unik dan
memiliki pengaruh yang kuat.39 Musik sering kali diartikan
sebagai lagu, penyatuan nada, dan hasil bunyi dari alat tertentu.
Namun musik tidak hanya sebatas itu, musik adalah suara yang
disusun demikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan
keharmonisan terutama suara yang dihasilkan dari alat-alat yang
dapat memghasilkan bunyi-bunyian.40
Musik seringkali menjadi media hiburan ditengah masyarakat
baik musik yang sifatnya tradisi maupun modern. Musik juga
dipahami sebagai sebuah pemahaman yang menyangkut ungkapan
perasaan, alam pikiran, dan kesadaran manusia akan realitas sosial
39Djohan, Psikologi Musik, (Yogyakarta: Penerbit Best Publisher, 2009),h.
37 . 40Suryana, Dayat, Terapi Musik, (diunduh dari
https://books.google.co.id/books), h. 18.
36
dan nilai-nilai kehidupan. Adapun anggapan bahwa musik adalah
hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia seperti
yang kita ketahui, bahwa setiap manusia memiliki satu jenis musik
favorit. Maka tidak dapat dipungkiri bahwa ketertarikan manusia
akan musik merupakan wujud keterwakilan dari wujud
perasanaan yang dimiliki.
Musik juga diartikan sebagai penghayatan isi hati manusia
yang diungkapkan dalam bentuk bunyi yang teratur dengan melodi
atau ritme serta mempunyai unsur keselarasan yang indah.41
Istilah musik dikenal dari Bahasa Yunani yaitu musike.
Adapun yang menyebutkan musik dikenal sejak kehadiran
manusia modern (homo sapien) yakni sekitar 180.000-100.000
tahun yang lalu. Dari penemuan arkeologi pada lokasi-lokasi
seperti Benua Afrika sekitar 180.000 tahun lalu hingga 100.000
tahun lalu telah menunjukkan perubahan evolusi dari pemikiran
otak manusia.42
2. Pengaruh Musik Bagi Kehidupan Manusia
Menurut Plato bahwa musik mempunyai peran yang cukup
kuat dalam kehidupan negara. Dalam bukunya yang sangat
terkenal yakni Republik, musik memiliki pengaruh yang sangat
besar dalam kehidupan politik, karena musik dapat menjadi
kekuatan, kebaikan, maupun kejahatan. Meskipun pemahaman
41Widhyatama, Sila, Sejarah Musik dan Apresiasi Seni, (Jakarta: PT. Balai
Pustaka, 2012), h.1. 42Suryana, Dayat, Terapi Musik, (diunduh dari
https://books.google.co.id/books), h. 19.
37
Plato terbilang ekstrim namun setidaknya pemahaman tersebut
didasarkan bahwa keberadaan musik dalam suatu masyarakat
merupakan pencerminan dari watak, karakter, dan moralitas dari
masyarakat atau bangsa tersebut. Bahkan menurut Plato
masyarakat yang memandang musik hanya sebatas hiburan dan
media untuk mabuk-mabukan adalah masyarakat yang bermoral
rendah, maka Plato tidak hanya menempatkan musik sebagai
media hiburan namun juga sebagai sesuatu yang dapat menyentuh
perasaan seseorang yang isinya berupa pedoman-pedoman dan
arahan-arahan menuju kebaikan.43
M. Iqbal, seorang filsuf asal Pakistan, menyatakan bahwa
musik adalah sebagai suatu kegiatan memelihara ladang
kehidupan agar tetap menghijau dan memberi petunjuk serta seni
adalah sarana yang berharga bagi prestasi kehidupan dan
pembinaan martabat manusia. Maka musik harus hadir ditengah
masyarakat dengan mengandung bait-bait keindahan yang
mengutamakan pesan kebajikan dan mengajarkan kearifan pada
manusia.44
Don Campbell (1946) mengemukakan bahwa terdapat suatu
fenomena di mana suara, lagu, irama secara fisik, mental,
emosional, dan spriritual dapat menguatkan pikiran, menjadikan
orang kreatif.45
43Suryana, Dayat, Terapi Musik, h. 51-52. 44Suryana, Dayat, Terapi Musik, h. 53. 45PUSKA UI, Anak Unggul Berotak Prima, (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2002), h. 47.
38
Sesuai dengan pemahaman para ahli, kehadiran musik sebagai
sebuah wujud perasaan dan pemikiran manusia haruslah
membuahkan hal yang bersifat kebaikan yang dapat mengarahkan
manusia pada jalan kebenaran dan memotivasi menusia untuk
terus berbuat baik. Maka sebagaimana fungsi semestinya, musik
haruslah memberikan dampak positif bagi kehidupan masyarakat.
Sudah seyogyanya bagi seorang seniman tidak hanya
menuangkan rasa kebebasan dalam berekspresi namun juga
mampu membangkitkan kesadaran para penikmat seni akan nilai-
nilai kemanusiaan dan memberikan pendewasaaan dalam
menjalani kehidupan.
D. Dakwah Melalui Seni
Secara teoritis, Islam memang tidak mengajarkan seni, namun
bukan berarti Islam anti seni. Ungkapan bahwa Allah adalah jamil
(indah)dan mencintai jamal (keindahan) menunjukkan bahwa
adanya penegasan mengenai kehidupan yang dinaungi Islam
adalah sebuah tatanan kehidupan yang sangat memperhatikan nilai
tentang keindahan. Dakwah islamiyyah merupakan bentuk ajakan
baik dalam bentuk tulisan, lisan, dan tingkah laku yang dilakukan
secara sadar dan berencana dalam usaha dalam memperngaruhi
orang lain. Dalam hal ini inti dari kegiatan dakwah adalah sebuah
ajakan, dorongan, rangsangan, bimbingan, serta sugesti dengan
media serta teknis pembantu yang sifatnya akan statis tanpa
sentuhan nilai-nilai keindahan, dan nilai-nilai keindahan terletak
39
pada seni, karena seni diartikan sebagai produk kontemplasi yang
dalam jangkauan ideologis berada pada lintas kebebasan estetis.46
Seni akan menjadi sebuah media dakwah yang efektif
manakala seni menyampaikan makna pesan berupa nilai-nilai
islamiyyah yang membawa perubahan kearah kehidupan yang
lebih baik berdasarkan syariat Islam. Dalam dunia dakwah, seni
lebih bersifat sebagai media, yakni sebagai alat perantara untuk
mencapai tujuan dakwah. Seni dihadirkan dalam sebuah kegiatan
dakwah dengan kesan yang tidak menggurui namun justru bisa
dinikmati secara baik oleh sasaran dakwah. Berbagai kesenian
sebenarnya dapat dimanfaatkan untuk menyebarkan pesan-pesan
dakwah Islam. Mulai dari musik, wayang, film, bahkan sinetron
dapat digunakan sebagai media dakwah.
Kegiatan dakwah melalui seni terbukti efektif memikat
perhatian sasaran dakwah. Sunan Kalijaga terlebih dahulu telah
menjadikan wayang sebagai media dakwah penyebaran Islam di
tanah Jawa. Masyarakat Jawa yang kental akan adat istiadat serta
budaya dalam kehidupan sosialnya merasa tergerak hatinya untuk
mempelajari Islam melalui wayang kulit sebagai simbol adat atau
budaya masyarakat Jawa pada saat itu. Hal ini sejalan dengan sifat
dari seni itu sendiri. Seni adalah sesuatu yang melahirkan
keindahan serta menciptakan ketenangan yang kemudian dipadu
dengan dakwah islamiyyah sebagai bentuk pendidikan bagi nilai-
nilai kebenaran yang mendekati syariat. Sehingga kedua hal
tersebut menjadi sebuah perpaduan yang tepat bagi sebuah proses 46Amin, Samsul Munir, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 246.
40
dakwah islamiyyah hingga membentuk karakter masyarakat
bermoral serta sesuai dengan tuntunan syariat Islam.
41
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Profil Pendiri
Zastrouw Al-Ngatawi adalah seorang praktisi dakwah yang
lahir di Pati, 27 Agustus 1966. Beliau pernah menjadi ketua
lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia PBNU periode 2004-
2009. Sosok yang memiliki ciri khas blangkon di kepala ini pun
adalah orang yang juga menggeluti dunia seni sejak lama. Ia
terlahir di sebuah kampung santri yang identik dengan tradisi-
tradisi NU (Nahdlatul Ulama). Beliau sekolah di
madrasahIbtidaiyyah, madrasah Tsanawiyyah, hingga madrasah
Aliyah di kampungnya. Selanjutnya, untuk tingkat perguruan
tinggi, beliau melanjutkan studinya ke IAIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta. Selepas sarjana, ia melanjutkan pendidikan S2 dan S3
di Universitas Indonesia.
Sebagai seseorang yang sudah hidup sendiri sejak usia 8
tahun, beliau banyak menjalani berbagai macam profesi. Sejak
bergelar mahasiswa ia sudah aktif berogranisasi, contohnya di
PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia). Kehidupannya
sebagai aktivis mengantarkan iauntuk menjadi asisten pribadi Gus
Dur. Hal ini bermula ketika ia melakukan advokasi terhadap
rakyat di waduk Kedung Ombo yang pada saat itu terjadi konflik
dengan pemerintah dan ia mendapat perlindungan dari Gus Dur
42
saat menjadi sasaran aparat. Selain itu,pada masa kuliahnya ia
sempat berjualan koran, jaga toko hingga mengamen di jalan.
Beliau memilki ketertarikan yang kuatpada dunia seni dan untuk
mengaktualisasikan bakat seninya ini, beliaubersama teman-
temannya membentuk sebuah kelompok musik yang diberi nama
dengan “Ki Ageng Ganjur”.
Berdirinya Sanggar Ki Ageng Ganjur telah
mengantarkanZastrouw Al-Ngatawi menjadi ketua LESBUMI
(Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia) selama dua periode
dan sebagai penerima award Santri of The Year sebagai Nominasi
Santri Inspirasi Bidang Seni & Budayapada tahun 2016. Prestasi
ini menunjukkan besarnya kiprah dan pengaruh Sanggar Ki Ageng
Ganjur dan Zastrouw Al-Ngatawi dalam berdakwah melalui
kesenian, khususnya seni musik.
B. Sejarah Berdirinya Sanggar Ki Ageng Ganjur
Sejarah pembentukan Sanggar Ki Ageng Ganjur Yogyakarta
berawal dari kegelisahan para aktivis kampus IAIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta yang tergabung dalam Unit Kegiatan
Mahasiswa (UKM) Orkes Gambus (OG) Al-Jami’ah yang merasa
prihatin akan perkembangan kesenian dan musik pada khususnya,
yang pada masa itu lebih didominasi oleh aspek Commercialisme
dan cenderung mengabaikan kulitas berkesenian karena
terbelenggu oleh selera pasar yang sengaja diciptakan oleh para
pengusaha industri hiburan.
43
Kegelisahan tersebut mendorong semangat dan idealisme para
aktivis yang dipelopori oleh Al-Zastrouw, Choerul Anwar, Ujang
Hanief Mustofa dan Umi Darurohmah dari kampus IAIN Sunan
Kalijaga dan Tutut P dan Mamiek S. dari kampus ISI Yogyakarta
serta didukung oleh beberapa mahasiswa junior IAIN Sunan
Kalijaga untuk membentuk sebuah komunitas yang tidak hanya
mampu menampung dan menyalurkan bakat berkesenian mereka
tetapi juga mampu menjadi sebuah kawah candradimuka untuk
menuangkan segala ide dan eksplorasi mereka tentang makna dan
hakekat berkesenian sebagai sebuah upaya pengembangan jatidiri
serta mengimplementasikan spiritualitas keberagamaan mereka
melalui jalur musik sebagai pilihan media dakwah dan
pemberdayaan secara kultural.
Setelah melalui proses pencarian dan perdebatan panjang,
maka bertepatan dengan peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-50
tahun 1995 yang dipropagandakan pemerintah sebagai “Ulang
Tahun Indonesia Emas”. Terbentuklah bibit komunitas tersebut
melalui sebuah pementasan musik kontemporer di lapangan utara
IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan tajuk pementasan,
“Renungan dan keprihatinan Indonesia Cemas” yang merupakan
wacana tandingan dan plesetan dari slogan resmi pemerintah saat
itu.
Pemilihan jalur musik akulturatif yang dijiwai spiritualitas
keberagamaan memang sebuah pilihan yang sulit. Mengingat
derasnya perkembangan jenis musik yang berorientasi pada selera
pasar untuk meraup keuntungan secara besar. Namun setapak-
44
demi setapak dan setelah melalui masa konsolidasi yang cukup
melelahkan disertai konsultasi dan pencarian dukungan ke
berbagai tokoh masyarakat antara lain, KH. Abdurrahman Wahid
(Gus Dur), KH. A. Musthofa Bisri (Gus Mus) dan Franky
Sahilatua. Maka atas restu, dorongan dan motivasi para tokoh
tersebut, maka lahirlah sebuah komunitas sanggar musik Ki Ageng
Ganjur pada tahun 1996. Nama Ki Ageng Ganjur diambil
berdasarkan saran dari Gus Dur untuk meneruskan jejak seorang
wali yang hidup di zaman kesultanan Demak. Wali tersebut
benama Abdurrahman.Syekh Abdurrahman yang terkenal sebagai
seorang panglima dan pemberi semangat dalam setiap perjuangan
pasukannya dengan membunyikan Gong Genjur ketika akan
memulai pertempuran.
Berdasarkan pertimbangan kedekatan secara spiritual maupun
emosional terutama dalam memperjuangkan hak-hak kaum
tertindas serta perhatian dan dorongan mereka terhadap kelompok
minoritas maka Gus Dur dan Franky Sahilatua didapuk sebagai
penasehat sanggar Ki Ageng Ganjur Yogyakarta guna melakukan
penyadaran dan pemberdayaan masyarakat. melalui jalur kultural
dengan mengusung jenis musik spiritual dan akulturatif sebagai
media utamanya.
C. Prestasi dan Kegiatan Sanggar Ki Ageng Ganjur
Perjuangan dan perjalanan panjang dakwah Sanggar Ki
Ageng Ganjur dan Zastrouw Al-Ngatawi membawa grup ini
tumbuh besar dan dikenal luas oleh berbagai masyarakat. Album
45
pertama yang diproduksi bertajuk Tadarus Budaya yang
diluncurkan pada tahun 2000, album ini berisi karya musik
dakwah Sanggar Ki Ageng Ganjur, tausiyah, serta tadarus oleh
Gus Dur. Album ini membawa misi dakwah yang berisi tentang
mencari kebenaran lewat kebetulan, mencari hakekat kefitrian diri,
dan mecari Tuhan lewat musik.47 Album kedua yang diluncurkan
oleh Sanggar Ki Ageng Ganjur bertajuk Ziarah Rasul yang
berisikan kumpulan shalawat karya asli sanggar.
Selain telah memasuki dunia rekaman, Sanggar Ki Ageng
Ganjur juga telah melakukan pementasan terbuka hampir di
seluruh kota di Pulau Jawa, Bali, dan Sumatera. Tak jarang
pementasan sanggar diiringi oleh berbagai musisi dalam negeri.
Salah satu musisi yang sering berkolaborasi dengan sanggar ialah
Iwan Fals, bersama-sama telah dilakukan tour spiritual pesantren
pada tahun 2010. Menyelenggarakan tour religi bertajuk Xtraligi
Perjalanan Spiritual Ki Ageng Ganjur Ke Pesantren yang telah
dilaksanakan selama 2 tahun sejak 2010 hingga 2012, tour ini
bertujuan untuk menyanpaikan dakwah bahwa Islam merupakan
agama yangrahmatan lilalamin melalui dakwah kebudayaan serta
ingin mendekatkan hubungan antara anak muda yang selama ini
kurang tersentuh oleh pola dakwah konvensional dengan
komunitas pesantren. Xtraligi Perjalanan Spiritual Ki Ageng
Ganjur Ke Pesantren menggandeng dua musisi besar dalam
tournya yaitu, Iwan Fals dan Slank. Pada tahun 2013 Ki Ageng
Ganjur kembali menyelenggarakan tour dakwahnya melalui 47http://ki-ageng-ganjur.blogspot.co.id/
46
rangkaian tour yang dinamakan, “Xtraligi Tadarrus Seni Ramadan
Bersama Ki Ageng Ganjur dan Fadly”. Kegiatan lainnya ialah tour
pesantren dan kota-kota besar dalam rangka hari santri. Disamping
pementasan secara off air, Sanggar Ki Ageng Ganjur mempunyai
berbagai macam paket acara di televisi pemerintah maupun swasta
dengan dukungan sponsor dari berbagai perusahaan serta
melibatkan banyak artis ibukota baik dari jenis musik pop,
dangdut maupun rock juga ditemani oleh beberapa pelawak.
Prestasi besar lainnya ialah Sanggar Ki Ageng Ganjur telah
berhasil menembus pasar internasional dengan pementasan yang
diselenggarakan di luar negeri yaitu Amerika, Jepang, Korea, dan
Swiss.
Berbagai pencapaian Sanggar Ki Ageng Ganjur mengantarkan
pendirinya sekaligus pemimpinnya, Zastrouw Al-Ngatawi menjadi
ketua LESBUMI (Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia)
selama dua periode dan sebagai penerima award Santri of The
Year sebagai Nominasi Santri Inspirasi Bidang Seni &
Budayapada tahun 2016. Prestasi ini menunjukkan besarnya
kiprah dan pengaruh Sanggar Ki Ageng Ganjur dan Zastrouw Al-
Ngatawi dalam berdakwah melalui kesenian, khususnya seni
musik.
D. Visi Misi dan Tujuan
Dalam menjalankan aktivitas dakwahnya, Sanggar Ki Ageng
Ganjur memiliki visi membangun kehidupan umat beragama yang
santun, beradab, dan humanis, serta menantang segala bentuk
47
otoritarianisme, simbolisme, dan formalisme agama yang
mengabaikan nilai-nilai humanisme. Untuk mendukung
terwujudnya visi tersebut maka Sanggar Ki Ageng Ganjur
menerapkan misi yaitu menjadikan musik sebagai sarana dan
instrument mem-bangun dialog agama yang santun, jujur, terbuka
dan humanis.
Sanggar Ki Ageng Ganjur mempunyai 5 tujuan dalam
aktivitas dakwahnya, yaitu:
1. Menumbuhkan sikap keberagaman yang santun, beradab,
dan humanis melalui media seni dan budaya.
2. Melawan sikap keberagaman yang cenderung formalis,
radikal, dan tidak humanis melalui seni dan budaya.
3. Mengembangkan seni dan budaya yang lebih estetik
namun tetap memiliki nilai dan moral religius keislaman.
4. Mencari bentuk kesenian alternatif yang bisa dijadikan
sebagai alat untuk mensosialisasikan nilai-nilai dan ajaran
Islam dengan cara yang lebih beradab, humanis, dan
menghibur.
5. Menggali dan melestarikan budaya lokal dan sekaligus
menjadikannya sumber inspiratif bagi pengembangan
seni Islami48.
48http://kiagengganjur.blogspot.co.id/
48
E. Keanggotaan Sanggar Ki Ageng Ganjur
Sanggar Ki Ageng Ganjur merupakan sebuah komunitas
berbentuk sanggar musik yang setiap anggotanya memiliki tugas
dan kahlian masing-masing khususnya dalam memainkan alat
musik. Setiap anggota sanggar Ki Ageng Ganjur adalah mereka
yang aktif dalam dunia musik dan dakwah, karena setia kali
Sanggar Ki Ageng Ganjur mengadakan kegiatan dakwah pastilah
dengan musik sebagai medianya, juga dengan kemasan
penampilan yang beda dari kegiatan Dakwah pada umumnya.
Anggota band Wisnu Wardana sebagai drummer, Sigit AP
sebagai bassist, Deden sebagai melodi, Rofiq sebagai pemain
keyboard, Bambang Aminoto memainkan piano, Afif pemain
suling, Abbet sebagai saronSyamsul Arifin sebagai saron, Mamiek
S. Bonang pada posisi perkusi, Devi memainkan
gendang/ketimpung, Astuti dan Kristy sebagai vocalist.
49
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan 3 teknik pengumpulan data yaitu
melalui observasi lapangan, mewawancara pendiri Sanggar Ki
Ageng Ganjur, dan melalui dokumentasi sanggar. Melalui
berbagai teknik pengumpulan data, maka ditemukan data-data
yang akan menjadi bahan penelitian. Berikut merupakan data dan
temuan yang akan diolah pada penelitian ini:
A. Data dan Temuan Input Dakwah
Komponen input pada analisis dakwah terbagi menjadi tiga
bagian yaitu raw input, instrumental input, dan enviromental
input. Komponen input yang pertama, raw input, berisikan
mengenai materi/bahan dakwah serta manusia yang terlibat dalam
aktivitas dakwah tersebut. Pendiri Sanggar Ki Ageng Ganjur,
Zastrouw Al-Ngatawi mengatakan bahwa, “Materi dakwah kami
terkait dengan pemahaman keagamaan yang toleran, moderat, dan
berbagai isu kemanusiaan, termasuk keterkaitan Islam dan
kebangsaan, keadilan dan sejenisnya”. Sedangkan untuk raw input
selanjutnya, manusia, terbagi menjadi dua, yaitu da’i (pelaku
dakwah) dalam aktivitas dakwah Sanggar Ki Ageng Ganjur
ialah Zastrouw Al-Ngatawi, ia merupakan pencetus ide dan
50
membuat konsep dari aktivitas dakwah Sanggar Ki Ageng
Ganjur.
Instrumental input adalah metode dakwah terdiri dari segi
proses berfikir, gaya dan sikap, pendekatan sasaran, dan sarana
komunikasi. Zatrouw Al-Ngatawi selaku pendiri Sanggar Ki
Ageng Ganjur mengungkapkan pemikirannya bahwa, “gerakan
puritanisme agama yang tidak ramah terhadap tradisi dan budaya
sehingga meminggirkan gerakan seni. Di sisi lain juga maraknya
kesenian kontemporer yang tidak ada unsur religius dan nilai-nilai
spiritual karena hanya mengutamakan kepentingan materi semata.
Kondisi seperti inilah yang mendorong kami mendirikan sanggar
Ki Ageng Ganjur sebagai wagana membangun kreatifitas seni
yang memiliki spirit religiusitas”, hal inilah yang menjadi dasar
dari proses berfikir, gaya, sikap, proses pendekatan sasaran dan
sarana komunikasi yang diaplikasikan oleh Sanggar Ki Ageng
Ganjur dalam setiap aktivitas dakwahnya.
Komponen input yang terakhir adalah permasalahan yang
timbul dari masyarakat pada sebuah aktivitas dakwah atau bisa
disebut environmental input. Aktivitas dakwah yang dilakukan
oleh Sanggar Ki Ageng Ganjur tak luput dari kendala-kendala
yang harus dihadapi, beberapa permasalahan yang timbul dari
masyarakat adalah perbedaan pemahamaan bahwa musik dapat
dijadikan sebuah media dakwah, berikut adalah tanggapan
Zastrouw Al-Ngatawi selaku pendiri sanggar terkait dengan
menghadapi masalah ini,
51
“kami menghargai para ulama yang mengharamkan musik, tetapi
bagi kami, sejauh musik bisa membawa kebaikaan dan bisa menjadi
sarana yang efektif untuk menyampaikan pesan agama maka kami akan
tetap meggunakan musik sebagai sarana dakwah. Bagi kami para ulama
yang mengharamkan musick akan berdakwah di kalangan yang tidak
suka musik, tetapi kami akan melakukan dakwah di kalangan
masyarakat yang suka music. Kami memandang perbedaan pandangan
tersebut sebagai pembagian wilayah kerja dalam berdakwah”.
Permasalahan selanjutnya datang dari aparat yang berwenang
terakit izin pementasan. Terkadang izin pementasan tidak
didapatkan saat Sanggar Ki Ageng Ganjur melakukan kolaborasi
bersama musisi lain, aparat berasalan bahwa takut akan terjadi
keramaian dan kerusuhan yang di luar kendali. Namun dengan
beberapa negosiasi dan jaminan, tak jarang Sanggar Ki Ageng
Ganjur dapat tetap melaksanakan aktivitas dakwahnya bersama
musisi lain.
B. Data dan Temuan Konversi Dakwah
Konversi dakwah memiliki makna mengubah input menjadi
output. Telah dibahas sebelumnya bahwa input aktivitas Sanggar Ki
Ageng Ganjur adalah topik seputar toleran, moderat, dan berbagai
isu kemanusiaan, termasuk keterkaitan Islam dan kebangsaan,
keadilan dan sejenisnya, agar topik ini menjadi mudah dipahami
dan diterima maka Sanggar Ki Ageng Ganjur mengemasnya
semanrik mungkin dengan cara dakwah melalui musik.
52
Latar belakang sang pendiri, Zastrouw Al-Ngatawi yang
seorang musisi, memainkan peran penting dalam proses konversi
dakwah sanggar. Menurut beliau, musik merupakan media dakwah
yang efisien karena masyarakat dapat menerima pesan dakwah
yang disampaikan secara mudah. Selain itu, Sanggar Ki Ageng
Ganjur dapat menyajikan berbagai jenis genre musik dan
komposisi mulai genre dangdut, rock, pop, jazz sampai campur
sari dengan komposisi tradisonal etnik sampai modern
kontemporer. Sehingga nilai-nilai dan ajaran Islam yang ada
dalam Al-Qur’an dan Hadits disublimasikan dalam bentuk syair
lagu atau mengambil beberapa syair dan puisi dari para ulama
seperti syair Sufi, syair Dziba, syair Burdah, dan shalawat. Hal ini
dilakukan agar aktivitas dakwah Sanggar Ki Ageng Ganjur dapat
semakin mudah diterima masyarakat dan dapat mencakupi seluruh
kalangan masyarakat.
C. Data dan Temuan Output Dakwah
Output dalam analisis dakwah adalah hasil dakwah yaitu
terciptanya realitas baru. Sanggar Ki Ageng Ganjur telah berdiri
sejak 1996 sehingga dapat dilihat output secara jangka panjang.
Seiring berjalannya waktu sejak berdiri, Sanggar Ki Ageng Ganjur
mendapat penerimaan yang luas dari berbagai kalangan. Hal
tersebut dapat dibuktikan dengan diselenggarakannya pementasan
Sanggar Ki Ageng Ganjur di berbagai negara dan berbagai agama.
Zastrouw Al-Ngatawi mengungkapkan bahwa aktivitas
dakwah Sanggar Ki Ageng Ganjur pernah dilaksanakan berbagai
53
daerah Indonesia dan bahkan berbagai negara di dunia, tak jarang
pula Sanggar Ki Ageng Ganjur melakukan kolaborasi dengan
musisi ternama negara yang disambangi. Sanggar Ki Ageng
Ganjur bahkan telah melakukan aktivitas dakwahnya di tempat
ibadah agama lain seperti pura dan gereja. Seluruh tempat yang
pernah disambangi untuk melakukan dakwah, Sanggar Ki Ageng
Ganjur dapat diterima dengan baik, hal ini menunjukkan bahwa
apa yang dilakukan oleh sanggar memiliki hasil jangka Panjang
berupa penerimaan masyarakat luas.
D. Data dan Temuan Feedback Dakwah
Sanggar Ki Ageng Ganjur dapat merasakan dua sisi feedback
atau umpan balik dari aktivitas yang telah dilakukannya selama
ini. Feedback positif dapat dilihat dari baiknya penerimaan
masyarakat pada aktivitas dakwahnya, diketahui bahwa dengan
jumlah pengunjung pementasan Sanggar Ki Ageng Ganjur 20.000
sampai dengan 30.000 orang, dengan jumlah minimal 300
pengunjung. Selain itu, feedback positif juga dirasakan oleh
pendiri sanggar, Zastrouw Al-Ngatawi, ia pernah meraih
penghargaan Santri Of The Year. Namun, dibalik feedback positif,
terdapat feedback negatif, hal dirasakan oleh Sanggar Ki Ageng
Ganjur adalah pembatalan pementasan kolabirasi dengan musisi
tanah air yang dikarenakan apparat berwenang tidak mengizinkan
jalannya acara. Pembatalan acara tersebut terjadi beberapa kali
sepanjang karirnya Sanggar Ki Ageng Ganjur, namun dengan
54
negosisasi dan jaminan beberapa pembatalan dapat ditanggukan
dan pementasan berjalan sebagaimana mestinya.
E. Data dan Temuan Lingkungan Dakwah
Lingkungan dakwah merupakan tempat yang menentukan
eksistensi dari aktivitas da’i dan mad’u dalam menjalankan nilai-
nilai keislaman. Zastrouw Al-Ngatawi mengungkapkan, “Ki
Ageng Ganjur tidak pernah menentukan target yang spesifik
dalam melakukan pementasan. Kami pernah melakukan pentas di
lingkungan pesantren, di komunitas anak-anak jalanan bahkan
dalam lingkungan agama lain, seperti di pura dan gereja. Artinya
sasaran dakwah kami adalah komunitas yang beragam, mulai dari
kelompok pengajian dan komunitas pesantren sampai komunitas
anak jalanan dan non muslim”, dari pernyataan tersebut terlihat
bahwa Sanggar Ki Ageng Ganjur merangkul seluruh umat yang
ingin mempelajari nilai-nilai keislaman tanpa membeda-bedakan,
maka dari itu aktivitas Sanggar Ki Ageng Ganjur selalu mendapat
sambutan hangat oleh lingkungan yang disambanginya.
F. Data dan Temuan Pesan Dakwah
Sanggar Ki Ageng Ganjur memiliki visi, misi, dan tujuannya
dalam setiap pementasan dakwahnya. Diiringi dengan musik yang
indah, Sanggar Ki Ageng Ganjur ini menyampaikan bahwa Islam
adalah agama yang damai, ramah, toleran, dan moderat sebagai
cerminan dari Islam rahmatan lil’alamin. Pesan dakwah ini telah
selaras dengan visi Sanggar Ki Ageng Gajur, kehidupan umat
55
beragama yang santun, beradab, dan humanis, serta menantang
segala bentuk otoritarianisme, simbolisme, dan formalisme agama
yang mengabaikan nilai-nilai humanisme.
56
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Input Dakwah Sanggar Ki Ageng Ganjur
Input sistem dakwah yang berisi perpaduan antara pesan
keagamaan dan nilai religius yang dipadukan dengan seni telah
diterapkan oleh walisongo yang menyebarkan agama Islam, yaitu
Sunan Kalijaga yang menggunakan wayang sebagai sarananya.
Sunan Kalijaga dengan wayangnya sukses mengislamkan banyak
masyarakat Jawa pada masanya. Input dengan perpaduan tersebut
kembali digunakan pada masa kini oleh Sanggar Ki Ageng Ganjur
yang diprakarsai Dr. Zastrouw Al-Ngatawi.
Raw Input yang terdapat pada aktivitas sanggar Ki Ageng
Ganjur adalah ide mengenai sosial keagamaan di masyarakat. Ide
itu muncul beriringan dengan aktifnya para pencetus sanggar di
kegiatan sosial keagamaan. Isi materi yang disampaikan dalam
aktivitas dakwah Sanggar Ki Ageng Ganjur ialah berkaitan dengan
pemahaman keagamaan yang toleran, moderat, dan berbagai isu
kemanusiaan termasuk keterkaitan Islam dan kebangsaan,
keadilan, dan sejenisnya. Disamping itu, Zastrouw Al-Ngatawi
sebagai salah satu pencetus sanggar yang memiliki bakat seni
mengutarakan pemikirannya bahwa adanya gerakan puritanisme
(paham yang tidak menginginkan adanya perubahan dalam
bragama) yang tidak ramah terhadap tradisi dan budaya sehingga
meminggirkan gerakan seni.
57
Komponen raw input selanjutnya yaitu keberadaan manusia
sebagai subjek dalam aktivitas dakwah. Dalam hal ini, yang
berperan penting sebagai subjek aktivitas dakwah Sanggar Ki
Ageng Ganjur adalah Zastrouw Al-Ngatawi. Sebagai seseorang
yang dibesarkan di lingkungan santri dan secara bersamaan
memiliki minat besar pada kesenian, Zastrouw Al-Ngatawi
berusaha untuk mengaplikasikan keduanya (keagamaan dan seni
budaya) secara bersamaan. Beliau berusaha untuk
mengaplikasikan nilai-nilai keislaman dan kesenian secara
bersamaan.
Aplikasi instrumental input pada aktivitas Sanggar Ki Ageng
Ganjur adalah pemikiran mengenai dakwah yang dicetuskan oleh
Zastrouw Al-Ngatawi mendasari lahirnya sebuah gerakan dakwah
melalui seni budaya dengan mendirikan sebuah sanggar musik
bernafas islami. Di sisi lain pun, banyaknya arus budaya yang
masuk ke Indonesia terutama dalam aspek kesenian kontemporer
yang justru didalamnya tidak terdapat sisi religius dan nilai-nilai
spiritual. Hal ini yang memunculkan rasa pendiri Sanggar Ki
Ageng Ganjur untuk mendirikan sebuah sanggar sebagai wahana
membangun kreatifitas seni yang memiliki spirit religius. Sekali
lagi, perpaduan ide dakwah pesan agama yang dikolaborasikan
dengan seni terbukti sukses diterima oleh masyarakat luas.
Penerimaan ini terjadi karena instrumental input berisikanpesan
agama yang damai, dipadukan dengan musik, sehingga
menciptakan proses dakwah yang indah.
58
Komponen enviromental input yang terdapat pada aktivitas
dakwah Sanggar Ki Ageng Ganjur berupa adanya perbedaan
pemahaman di tengah masyarakat mengenai boleh atau tidaknya
menggunakan media musik sebagai media dalam aktivitas
dakwah. Bahkan tidak hanya itu, permasalahan yang timbul terkait
aktivitas dakwah Sanggar Ki Ageng Ganjur juga berupa
penangguhan izin penyelenggaraan yang disebabkan oleh alasan
keamanan dan ketertiban.
B. Konversi Dakwah Sanggar Ki Ageng Ganjur
Dakwah Sanggar Ki Ageng Ganjur oleh Zastrouw Al-Ngatawi
banyak diinspirasi oleh isu tentang kemanusiaan mulai dari
permasalahan toleransi, keberagamaan yang moderat, juga
keterkaitan Islam dengan kebangsaan. Beberapa inspirasi ini harus
dikonversikan kedalam sebuah pertunjukan dakwah yang efektif,
informatif, dan hingga pada akhirnya memunculkan dampak dan
efek yang sangat besar bagi masyarakat.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Zastrouw Al-Ngatawi,
beliau menyatakan bahwa, “Beberapa nilai-nilai dan ajaran Islam
yang ada dalam Al-Qur’an dan Hadits disublimasikan dalam
bentuk syair lagu. Ada juga yang mengambil beberapa syair dan
puisi dari para ulama seperti syair Sufi, syair Dziba, syair Burdah,
shalawat, dan berbagai tembang-tembang pujian karya ulama
nusantara yang kemudian diaransemen sehingga menjadi lagu
yang kemudian karakter dan jenis musiknya disesuaikan dengan
pesan dan syair yang diaransemen”.
59
Zastrouw Al-Ngatawi menganggap musik sebagai media
dakwah dan sarana komunikasi yang efektif karna melalui musik,
masyarakat dapat dengan mudah menerima pesan-pesan agama.
Dengan demikian agama menjadi terasa lebih indah dan lebih
ramah, tidak kaku dan tidak menakutkan.
C. Output Dakwah Sanggar Ki Ageng Ganjur
Sanggar Ki Ageng Ganjur oleh Zastrouw Al-Ngatawi
menganggap bahwa musik sarana komunikasi dan media dakwah
yang efektif karena ide dakwah Sanggar Ki Ageng Ganjur sering
dikonversi oleh sebuah pementasan musik yang berisikan pesan-
pesan dakwah. Pagelaran musik yang diprakarsai oleh Sanggar Ki
Ageng Ganjur adalah sebuah pementasan musik lintas genre dan
lintas komposisi. Mulai dari genre dangdut, rock, pop, jazz,
sampai campur sari dengan komposisi musik tradisional etnik
sampai modern kontemporer. Namun dengan menampilkan
berbagai jenis musik tersebut tidak mengesampingkan pesan
agama dan nilai religius yang disampaikan.
Hal ini terbukti dari pertunjukkan yang terlah digelar bersama
dengan musisi-musisi besar tanah air seperti Iwan Fals, Slank, dan
Sheila On 7. Sistem dakwah yang dilakukan oleh Sanggar Ki
Ageng Ganjur bahkan telah sampai pada tingkat internasional,
terdapat beberapa kali kesempatan untuk berkolaborasi dan
pementasan dakwah di berbagai negara seperti, Jepang, Amerika,
dan Korea. Sebagaimana yang telah diungkapan oleh Zastrouw
Al-Ngatawi bahwa sebenarnya Sanggar Ki Ageng Ganjur dalam
60
pementasan dakwahnya selalu menampilkan berbagai penampilan
musik yang multi genre sehingga hal ini dirasa mampu menyentuh
para penikmat musik berbagai genre agar pesan agama dan nilai
religius mampu diaplikasikan dalam keseharian.
Dalam sebuah pementasan, Sanggar Ki Ageng Ganjur
melakukan persiapan tergantung dengan besar kecilnya event yang
diselenggarakan. Jika event tersebut merupakan skala nasional dan
internasional biasanya Sanggar Ki Ageng Ganjur melakukan
persiapan selama 3 bulan dengan melibatkan seratus lima puluh
hingga dua ratus kru, dengan jumlah pengujung sebanyak dua
puluh ribu hingga tiga puluh ribu orang.
Pada intinya, pementasan dakwah yang ditampilkan oleh
Sanggar Ki Ageng Ganjur oleh Zastrouw Al-Ngatawi adalah ingin
menyampaikan serta mengedukasi masyarakat bahwa agama dan
Islam pada khususnya memiliki pesan tentang kedamaian,
toleransi, dan sikap moderat sebagai cerminan dari Islam dari
rahmatan lil’alamin.
D. Feedback Dakwah Sanggar Ki Ageng Ganjur
Feedback artinya sistem dakwah dipengaruhi oleh umpan
balik yang dihasilkan oleh dakwah itu sendiri yang berpengaruh
secara positif dan negatif. Sanggar Ki Agung Ganjur bersama
Zastrouw Al-Ngatawi menggunakan musik sebagai perantara
dakwah yang mana dapat menjadi media dakwah yang efektif.
Selain media yang efektif, musik juga dapat memberikan feedback
61
positif yaitu masyarakat dari berbagai kalangan dapat dengan
mudah menerima pesan agama yang menyejukkan.
Feedback positif yang diterima Sanggar Ki Ageng Ganjur
bersama Zastrow Al-Ngatawi dikarenakan musik yang dibawakan
dapat dinikmati oleh berbagai penikmat genre musik serta pesan
agama dan nilai religius yang disampaikan dengan indah dan
damai. Hal ini dapat dirasakan dengan nyata melalui padatnya
jadwal pementasan yang dilakukan oleh Ki Ageng Ganjur bersama
Zastrow Al-Ngatawi, berbagai kota di Pulau Jawa, Bali, dan
Sumatera telah disambangi, tour keliling pesantren mereka
lakukan, dan mengisi acara-acara besar hingga berskala nasional.
Tak jarang, Sanggar Ki Ageng Ganjur menyuguhkan penampilan
kolaborasi dengan musisi tanah air, hal ini akan menjadi feedback
tambahan bagi Sanggar Ki Ageng Ganjur karena kehadiran musisi
yang telah dikenal akan menambah antusiasme masyarakat. Dari
aktivitas dakwah yang telah dilakukannya bersama Sanggar Ki
Ageng Ganjur telah mengantarkan Zastrouw Al-Ngatawi secara
pribadi menjadi penerima penghargaan Santri of The Year sebagai
Nominasi Santri Inspirasi Bidang Seni & Budayapada tahun 2016.
Penghargaan ini menambah daftar feedback positif dari sistem
dakwah melalui musik yang diterapkan Sanggar Ki Ageng Ganjur
oleh Dr. Zastrouw Al-Ngatawi.
Sisi positif akan beriringan dengan sisi negatif, begitu pula
dengan sistem dakwah musik yang dibawakan oleh Sanggar Ki
Ageng Ganjur dan Zastrouw Al-Ngatawi. Dibalik penerimaan dan
prestasi besarZastrouw Al-Ngatawi dlam bidang dakwah musik,
62
terdapat feedback negatif yang pernah dirasakan. Dimulai dari
perizinan bagi pagelaran musik yang sulit dari aparat dan
pemerintah setempat, sampai deengan batalnya pagelaran musik
yang sudah dipersiapkan secara matang. Hal ini dianggap
Zastrouw Al-Ngatawi sebagai sebuah feedback negatif namun juga
pemecut dan bahan evaluasi bagi pagelaran musik dakwah yang
beliau dan sanggar akan adakan berikutnya.
E. Lingkungan Dakwah Sanggar Ki Ageng Ganjur
Dalam setiap pementasannya, Sanggar Ki Ageng Ganjur
danZastrouw Al-Ngatawi tidak pernah secara spesifik menentukan
seperti apa lingkungan sasaran dakwah. Tujuan dakwah Sanggar
Ki Ageng Ganjur adalah membawa misi pesan keagamaan dan
nilai religius yang damai dan dapat diterima oleh masyarakat dari
berbagai kalangan, sehingga sasaran lingkungan dakwah menjadi
luas dan tidak dibatasi oleh suatu hal yang spesifik. Tidak adanya
fokus sasaran menjadikan dakwah Sanggar Ki Ageng Ganjur
bersamaZastrouw Al-Ngatawi tidak terbatasi ruang gerak serta
dapat tersampaikan dengan luas ke berbagai lapisan masyarakat
yang beragam di Indonesia bahkan sampai ke negara-negara lain
di dunia.
Sejauh ini, Sanggar Ki Ageng Ganjur pernah melakukan
pementasan di berbagai pesantren, acara besar keagamaan,
masyarakat muslim, dan komunitas anak jalanan. Bahkan menurut
penuturan Zastrouw Al-Ngatawi, Sanggar Ki Ageng Ganjur
pernah melakukan pementasan di pura dan gereja, yang hal ini
63
menunjukkan bahwa Sanggar Ki Ageng Ganjur tidak membatasi
sasaran dakwahnya serta mengedepankan rasa toleransi dalam
kehidupan beragama. Aktivitas penyampaian pesan agama dan
nilai religius juga tidak hanya dilakukan di tanah air, namun
sampai pada negara-negara besar seperti Amerika, Jepang, Korea,
dan banyak lainnya, penerimaan sistem dakwah melalui musik
yang sampai ke negara lain akan semakin membebaskan ruang
gerak Sanggar Ki Ageng Ganjur danZastrouw Al-Ngatawi dan
menunjukkan bahwa musik merupakan sarana dakwah yang
efektif serta dapat menyentuh berbagai lapisan masyarakat.
Pertunjukkan yang diselenggarakan diberbagai kalangan
menunjukkan bahwa misi dakwah yang dibawa Sanggar Ki Ageng
Ganjur bersama Zastrow Al-Ngatawi dapat diterima dengan
mudah oleh masyarakat luas. Pesan keagamaan dan nilai spiritual
yang damai disampaikan dengan indah melalui musik menjadi
perpaduan yang tepat untuk mudah diterima dan diserap oleh
masyarakat.
F. Pesan Dakwah Sanggar Ki Ageng Ganjur
Penyampaian nilai pesan dakwah oleh Sanggar Ki Ageng
Ganjur berfokus pada keagamaan yang toleran, moderat, dan
berbagai isu kemanusiaan, termasuk keterkaitan Islam, dan
kebangsaan, keadilan dan lainnya. Sasaran dakwah dari Sanggar
Ki Ageng Ganjur adalah masyarakat Indonesia yang hidup dengan
keberagaman ras, suku, dan agama. Keberagaman tersebut dapat
hidup berdampingan dengan baik apabila diiringi dengan rasa
64
toleransi dan saling menghormati, maka dari itu Sanggar Ki
Ageng Ganjur mengangkat nilai dakwah tentang keagamaan yang
toleran. Sanggar Ki Ageng Ganjur memiliki pemikiran beragama
yang terbuka dan toleran bahkan dalam pementasannya tidak
tebang pilih termasuk penampilan pada umat bergama yang
berbeda keyakinan karena selaras dengan nilai-nilai dakwah yang
embannya.
Dengan adanya analisis system dakwah pada aktivitas dakwah
Sanggar Ki Ageng Ganjur telah membuktikan bahwa sebuah
aktivitas dakwah yang tersusun secara sitematis akan
menghasilkan proses yang juga sistematis dan tersusun dengan
baik, tidak hanya mengedepankan unsur intisari dari ajaran Islam
itu semata melainkan dengan mengemas sebuah proses Dakwah
menjadi aktivitas yang menarik sehingga dapat membuat mad’u
mudah untuk berpartisipasi dalam kegiatan dakwah, sehingga
nilai-nilai Islam yang disampaikan oleh da’i dapat menjadi
pedoman dalam kehidupan keseharian.
65
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dakwah merupakan kegiatan yang wajib dilakukan setiap
muslim, dengan cara apapun selama tidak menyalahi Syari’at yang
sudah dengan jelas diatur oleh Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah
SAW. Sanggar Ki Ageng Ganjur dan Dr. Zastrouw Al-Ngatawi
mencoba mengaplikasikan sebuah kegiatan dakwah dengan
komposisi yang diharapkan mampu secara mudah diterima oleh
masyarakat luas. Musik dan kesenian lainnya dianggap sebagai
sebuah media dakwah yang efektif dan efisien. Berkolaborasi
dengan berbagai artis tanah air juga dianggap sebagai sebuah cara
yang mampu menarik perhatian khalayak luas oleh Sanggar Ki
Ageng Ganjur dan Dr. Zastrouw Al-Ngatawi. Mengemas sebuah
kegiatan dakwah layaknya pertunjukan dan pementasan di
berbagai daerah merupakan sesuatu yang dianggap sebagai sebuah
capaian luar biasa oleh Sanggar yang diprakarsai oleh Gus Dur
dan Dr. Zastrouw Al-Ngatawi ini.Dengan harapan agar
masyarakat luas mampu menerima Islam sebagai sebuah agama
yang membawa pesan perdamaian, agama yang mampu diterima
dengan baik oleh berbagai kalangan hingga menepis anggapan
bahwa Islam adalah agama yang disebar luaskan dengan berbagai
tindakan kekerasan. Hingga Islam mampu dicitrakan oleh Sanggar
Ki Ageng Ganjur dan Dr. Zastrouw Al-Ngatawi sebagai sebuah
66
agama yang membawa pesan persatuan. Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui analisis sistem dakwah melalui seni yang
diterapkan oleh Sanggar Ki Ageng Ganjur oleh Dr. Zastrouw Al-
Ngatawi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Input adalah komponen yang terdiri atas tiga bagaian yakni :
a. Raw Input, Instrumental Input dan Enviromental Input.
Pada Sanggar Ki Ageng Ganjur, Raw Input yang
mendasari kegiatan dakwahnya adalah materi seputar
kemanusiaan, sosial, dan keagamaan. Materi itu muncul
dan diprakarsai oleh Zastrouw Al-Ngatawi sebagai da’i
yang terlibat langsung secara aktif dalam kegiatan
dakwah Sanggar Ki Ageng Ganjur. Maka Zastrouw Al-
Ngatawi termasuk kedalam komponen Raw Input pada
aspek subjek.
b. Komponen Isntrumental Inputpada aktivitas dakwah
Sanggar Ki Ageng Ganjur adalah pandangan Zastrouw
Al-Ngatawi yang menyebutkan bahwa Islam harus
disampaikan dengan cara yang mudah untuk dimengerti
serta harus memiliki alasan yang sesuai dengan realita
permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat, maka jalan
musik dianggap sebagai media yang paling efektif dan
efisien untuk menyampaikan pesan dakwah pada
khalayak. Syair-syair sufi, dziba, burdah, dan bentuk
shalawat lainnya juga banyak menginspirasi kegiatan
dakwah Sanggar Ki Ageng Ganjur oleh Zastrouw Al-
Ngatawi.
67
c. Komponen enviromental input yang terdapat pada
aktivitas dakwah Sanggar Ki Ageng Ganjur berupa
adanya perbedaan pemahaman di tengah masyarakat
mengenai boleh atau tidaknya menggunakan media musik
sebagai media dalam aktivitas dakwah. Bahkan tidak
hanya itu, permasalahan yang timbul terkait aktivitas
dakwah Sanggar Ki Ageng Ganjur juga berupa
penangguhan izin penyelenggaraan yang disebabkan oleh
alasan keamanan dan ketertiban.
2. Konversi merupakan sebuah kegiatan mentransformasikan ide
dan inspirasi dakwah ke dalam sebuah cara dakwah yang
efektif dan efisien, sehingga sebuah isi dakwah dapat
tersampaikan dengan baik kepada khalayak. Ide dakwah
Sanggar Ki Ageng Ganjur banyak muncul dari permasalahan
mengenai sosial keagamaan dan syair-syair arab serta
shalawat yang kemudian ditransformasi ke dalam sebuah
aransemen lagu sehingga masyarakat dapat dengan mudah
menerima pesan-pesan agama yang disampaikan.
3. Output adalah sebuah hasil transformasi ide ke dalam bentu
aplikasi dakwah. Dalam hal ini Sanggar Ki Ageng Ganjur dan
Dr. Zastrouw Ngatawi menganggap bahwa musik merupakan
sarana komunikasi dan media dakwah yang efektif, maka
pagelan musik lintas genre dan lintas komposisi menjadi
sebuah kegiatan dakwah yang mampu menarik perhatian
68
masyarakat. Pagelaran musik yang dipertunjukkan oleh
Sanggar Ki Ageng Ganjur menampilkan berbagai jenis musik,
mulai dari dangdut, rock, pop, jazz, reggee, dan campursari
dengan komposisi musik tradisional etnik sampai modern
kontemporer. Tidak hanya itu, Sanggar Ki Ageng Ganjur dan
Dr. Zastrouw Al-Ngatawi sering melakukan kolaborasi
bersama musisi tanah air seperti Iwan Fals, Slank, Sheila On
7, Fadly Padi dan banyak lainnya. Kolaborasi ini bertujuan
untuk mengenalkan nilai-nilai religius keislaman melalui cara
yang dapat dengan mudah diterima masyarakat. Bahkan tidak
hanya pementasan di dalam negeri, pementasan skala
internasional pun pernah dilakukan Sanggar Ki Ageng Ganjur
dan Dr. Zastrouw Al-Ngatawi.
4. Feedback merupakan umpan balik atas sebuah kegiatan
dakwah yang bertujuan untuk mengenali tingkat efektivitas
dan efisiensi dakwah itu sendiri. Feedback dibagi menjadi dua
yaitu positif dan negatif. Feedback positif terlihat dari
pementasan Sanggar Ki Ageng Ganjur dan Dr. Zastrouw Al-
Ngatawi yang sering melakukan diberbagai kota di tanah air.
Hampir di setiap pementasan dihadiri oleh kurang lebih antara
dua puluh ribu hingga tiga puluh ribu penonton. Hal ini
menjadi cerminan bahwa dakwah yang ditampilkan mampu
menarik perhatian masyarakat. Feedback negatif yang pernah
dirasakan oleh Sanggar Ki Ageng Ganjur dan Dr. Zastrouw
Al-Ngatawi adalah berupa penolakan izin pementasan oleh
69
aparat setempat saat akan berkolaborasi dengan beberapa
musisi tanah air, aparat setempat beralasan akan menjadi hal
yang riskan dalam segi keamanan apabila pementasan tetap
dilakukan.
5. Lingkungan, dalam setiap pementasannya Sanggar Ki Ageng
Ganjur dan Dr. Zastrouw Al-Ngatawi tidak pernah secara
spesifik menentukan seperti apa lingkungan dakwahnya.
Pesantren, bahkan gereja dan pura pernah menjadi tempat
Sanggar Ki Ageng Ganjur dan Dr. Zastrouw Al-Ngatawi
dalam melakukan aktivitas dakwah. Pada intinya Sanggar Ki
Ageng Ganjur dan Dr. Zastrouw Al-Ngatawi ingin
menebarkan pesan tentang Islam sebagai agama yang damai,
rahmatan lil a’lamin, dan dapat diterima oleh masyarakat dari
berbagai kalangan, sehingga sasaran lingkungan dakwah
menjadi luas dan tidak dibatasi oleh suatu hal yang spesifik.
6. Pesan dakwah yang berusaha disampaikan oleh Sanggar Ki
Ageng Ganjur dan Zastrouw Al-Ngatawi adalah mengenai
dakwah dan Islam yang mampu diterima oleh berbagai
kalangan. Tidak hanya kalangan muslim saja, namun juga
kalangan diluar Islam harus dapat merasakan bahwasanya
Islam adalah agama yang mengedepankan nilai-nilai tentang
kemanusiaan, sosial, dan komitmen kepada Sang Pencipta.
Musik sebagai media dakwah mampu mengantarkan
masyarakat dalam mengintrepretasikan nilai-nilai religius
70
dalam Islam, sehingga Islam menjadi mudah dipahami yang
tidak hanya sekedar identitas, namun juga jalan hidup serta
pedoman bagi setiap muslim. Tidak hanya itu, Sanggar Ki
Ageng Ganjur dan Zastrouw Al-Ngatawi mengajarkan bahwa
dakwah harus dilakukan secara matang dan terstruktur
sehingga cita-cita dari sebuah kegiatan dakwah dapat tercapai
sesuai target.
B. Saran
Penelitian ini adalah sebuah penelitian yang jauh dari
kesempurnaan, maka penulis dalam hal ini akan menguraikan
beberapa saran agar penelitian mengenai dakwah melalui berbagai
macam media dapat kembali diteliti guna menjadi referensi bagi
penda’i dan keberlangsungan dakwah berikutnya. Diantaranya
adalah sebagai berikut :
1. Bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian sejenis
ini, hendaknya tidak hanya memperhatikan prilaku dan
tindakan pelaku dakwah dan medianya saja, akan lebih
menarik jika peneliti juga memperhatikan unsur
filosofis yang terkandung. Karena setiap tindakan tidak
akan terlepas dari pada nilai, maksud dan tujuan.
2. Kepada para juru Dakwah, menggunakan media serta
kemasan yang lebih kreatif serta inovatif dalam
berdakwah bukanlah merupakan sebuah halangan
selama apa yang ditampilkan tidak betentangan dan
71
bersebrangan dengan Al-Qur’an dan Sunnah sebagai
dasar pokok Keislaman.
Menarik kiranya jika penelitian ini dapat dikembangkan
dan lebih didalami, sehingga menjadi sebuah bahan referensi yang
berkelanjutana’i dan sebuah kegiatan Dakwah.
72
DAFTAR PUSTAKA
A. Sumber Tercetak
Achmad, Amrullah. Dakwah Islam dan Perubahan Sosial.
Yogyakarta: Prima Duta Yogyakarta, 1983.
Al-Wa’iy, Taufik. Dakwah Ke Jalan Allah (Muatan, Sarana, dan
Tujuan). Jakarta: Robbani Press, 2010.
Amin, Samsul Munir. Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah, 2009.
Aripudin, Acep. Pengembangan Metode Dakwah Respon Da’i
Terhadap Dinamika Kehidupan Beragama di Kaki Cermai.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011.
Asmuni Syukir. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya:
Al-Ikhlas, 1983.
Djohan. Psikologi Musik. Yogyakarta: Penerbit Best Publisher,
2009.
Dr. Lexy J. Moleong, M. A. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1997.
Emha Ainun Najib. Sedang TUHANpun Cemburu. Yogyakarta:
PT. Bentang Pustaka, 2015.
Faizah, Effendi, Lalu Muchsin. Psikologi Dakwah. Jakarta:
Prenada Media Group, 2006.
Ismail A. Ilyas, Hotman Prio. Filsafat Dakwah Rekayasa
Membangun Agama dan Peradaban Islam. Jakarta: Kencana,
2013.
73
Mohammad Ardani. Memahami Permasalahan Fikih Dakwah.
Jakarta: Mitra Cahaya Utama, 2006.
M. Arifin. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1991.
Munir M. Metode Dakwah. Jakarta: Kencana, 2006.
PUSKA UI. Anak Unggul Berotak Prima. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2002.
Thohir Luth, M. Natsir. Dakwah dan Pemikirannya. Jakarta:
Gema Insani Press, 1999.
Toto Tasmara. Komunikasi Dakwah. Jakrta: Gaya Media
pratama,1997.
Wahyu Ilaihi. Komunikasi Dakwah. Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2010.
Sri Hidayah dkk. Sanggar Seni Sebagai Wahana Pewarisan
Budaya Lokal Studi Kasus Sanggar Seni Jaran Bondhag “Sri
Manis kota Probolinggo”. Yogyakarta: Direktorat Jenderal
Kebudayaan, 2012.
Suryana, Dayat. Terapi Musik. (diunduh
dari https://books.google.co.id/books).
Widhyatama, Sila. Sejarah Musik dan Apresiasi Seni. Jakarta: PT.
Balai Pustaka, 2012.
Yaqub Hamzah. Publisistik Islam Teknik Dakwah dan Leadership.
Bandung: Diponegoro, 1981.
Zuhairi Misrawi. Al-Qur’an Kitab Toleransi: Tafsir tematik Islam
Rahmatan Lil’alamin. Jakarta: Grasindo, 2010.
74
B. Data Internet
http://www.nu.or.id/post/read/3208/lebih-dekat-dengan-
ketua-lesbumi-ngatawi-al-zastrow, pada tanggal 13 Juni 2017.
http://suarapesantren.net/2016/10/25/santri-of-the-year-2016-
untuk-gus-dur-dan-nasir/, pada tanggal 24 Maret 2017.
http://ki-ageng-ganjur.blogspot.co.id/ pada tanggal 21
Desember 2017
http://kiagengganjur.blogspot.co.id/ pada tanggal 21
Desember 2017
C. Sumber Wawancara
Wawancara peneliti dengan Dr. Zastrouw Al-Ngatawi,
Pendiri Sanggar Ki Ageng Ganjur, pada 12 Januari 2017 pukul
10.34 WIB
75
LAMPIRAN
1.1 Transkrip Wawancara
Aktivitas Dakwah Sanggar Ki Ageng Ganjur
Waktu wawancara : Sabtu, 6 Januari 2018
Tempat wawancara : Komp. Taman Serua Jl. Palem No 70
Bojongsari, Depok
Pewawancara : Haidar Hasan
Interviewer : Dr.Zastrouw Al-Ngatawi (Pendiri
Sanggar Ki Agung Ganjur)
Pertanyaan : Sejak kapan ide mendirikan sebuah sanggar
itu muncul?
Jawaban : Ide mendirikan sangga muncul sejak awal
dekade 90-an ketika kami aktif digerakan mahasiswa yang
banyak melakukan kegiatan sosial keagamaan di masyarakat.
Pertanyaan : Apa yang melatar belakangi berdirinya
Sanggar Ki Ageng Ganjur?
Jawaban : Di satu sisi danya gerakan purotanisme
agama yang tidak ramah terhadap tradisi dan budaya sehingga
meminggirkan gerakan seni. Di sisi lain juga maraknya
kesenian kontemporer yang tidak ada unsur religius dan nilai-
nilai spiritual karena hanya mengutamakan kepentingan
materi semata. Kondisi seperti inilah yang mendorong kami
76
mendirikan sanggar Ki Ageng Ganjur sebagai wagana
membangun kreatifitas seni yang memiliki spirit religiusitas.
Pertanyaan : Apa yang melatar belakangi penamaan “Ki
Ageng Ganjur”?
Jawaban : Nama Ki Ageng Ganjur dipakai atas saran
dari Gus Dur untuk meneruskan jejak seorang wali yang
hidup di zaman kesultanan Demak. Wali tersebut benama
Abdurrahman. Selain sebagai seorang panglima perang,
Syekh Aburrahman juga seorang seniman yang kemudian
dikenal dengan sebutan Ki Ageng Ganjur.
Pertanyaan : Sejak berdirinya sanggar, sudah berapa kali
melakukan pementasan?
Jawaban : Sejak berdiri pada tahun 1996, Ki Ageng
Ganjur sudah pentas ratusan kali baik di dalam maupun di
luar negeri. Sudah beberapa kali melakukan kolaborasi
dengan para musisi luar negeri seperti dari Amerika, Jepang,
Korea dan sebagainya
Pertanyaan : Inspirasi apa yang sering menjadi materi
dakwah Sanggar Ki Ageng Ganjur?
Jawaban : Materi dakwah kami terkait dengan
pemahaman keagamaan yang toleran, moderat, dan berbagai
isu kemanusiaan, termasuk keterkaitan Islam dan kebangsaan,
keadilan dan sejenisnya.
77
Pertanyaan : Bagaimana anda kemudian
mentransformasikan ide dakwah kedalam sebuah praktik
dakwah melalui musik?
Jawaban : Beberapa nilai-nilai dan ajaran Islam yang
ada dalam Qur’an dan Hadits disublimasikan dalam bentuk
syair lagu. Ada juga yang yang mengambil beberapa syair dan
puisi dari para ulama seperti syair sufi, syair dziba. Syair
burdah, shalawat dan berbagai tembang-tembang pujian karya
ulama Nusantara yang kemudian diaransemen sehingga
menjadi lagu. Karakter dan jenis musik disesuaikan dengan
pesan dan isi syair yang diaransemen.
Pertanyaan : Mengapa musik sering menjadi bahan
dakwah yang disampaikan kepada khalayak?
Jawaban : Karena musik menjadi sarana
komunikasi yang efektif sehingga membuat masyarakat
mudah menerima pesan-pesan agama, dengan demikian
agama menjadi terasa lebih indah dan lebih ramah, tidak kaku,
dan menakutkan.
Pertanyaan : Jenis musik seperti apa yang banyak
ditampilkan?
Jawaban : Ki Ageng Ganjur selalu menampilkan
jenis musik lintas genre dan lintas komposisi. Mulai genre
dangdut, rock, pop, jazz sampai campur sari dengan
78
komposisi tradisonal etnik sampai modern kontemporer. Yang
penting semua jenis itu selalu bernuansakan religius dan berisi
pesan agama.
Pertanyaan : Mengapa sanggar Ki Ageng Ganjur
memilih band semacam Slank dan yang lainnya dalam
melakukan kolaborasi?
Jawaban : Ki Ageng Ganjur tidak pernah memiliki
jenis musik atau grup band tertentu sebagai pasangan
kolaborasi. Beberapa grup dan person dari berbagai genre
musik pernah kolaborasi dengan Ki Ageng Ganjur, seperti
jazz, rock, pop, regge, punk, dan sebagainya pernah
berkolaborasi dengan Ki Ageng Ganjur.
Pertanyaan : Dalam melakukan pementasan dakwah,
berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melakukan
persiapan?
Jawaban : Untuk waktu persiapan tidak tentu,
tergantung besar kecilnya event. Tapi paling lama tiga bulan
untuk event besar berskala nasional maupun internasional
dengan melibatkan 150-200 crew, dengan jumlah pengunjung
20.000 sampai dengan 30.000 orang.
79
Pertanyaan : Pesan apa yang ingin disampaikan
dalam setiap pementasan dakwah yang digelar?
Jawaban : Yang kami sampaikan adalah pesan
agama yang damai, ramah, toleran, dan moderat sebagai
cerminan dari Islam rahmatan lil’alamin
Pertanyaan : Sejauh apa antusias masyarakat dalam
setiap pementasan dakwah yang diadakan?
Jawaban : Selama dakwah yang dilakukan oleh Ki
Ageng Ganjur selalu menarik perhatian publik hal ini
dibuktikan dengan jumlah pengunjung yang hadir, minimal
3000 orang
Pertanyaan : Pada Lingkungan masyarakat seperti
apa biasanya Sanggar Ki Ageng Ganjur menggelar
pementasan? Adakah target khusus dalam setiap pementasan
dakwah?
Jawaban : Ki Ageng Ganjur tidak pernah
menentukan target yang spesifik dalam melakukan
pementasan. Kami pernah melakukan pentas di lingkungan
pesantren, di komunitas anak-anak jalanan bahkan dalam
lingkungan agama lain, seperti di pura dan gereja. Artinya
sasaran dakwah kami adalah komunitas yang beragam, mulai
dari kelompok pengajian dan komunitas pesantren sampai
komunitas anak jalanan dan non muslim.
80
Pertanyaan : Bagaimana anda menyikapi perbedaan
pendapat di kalangan ulama mengenai boleh dan tidaknya
menjadikan musik sebagai media dakwah?
Jawaban : Kami menghargai para ulama yang
mengharamkan musik, tetapi bagi kami, sejauh musik bisa
membawa kebaikaan dan bisa menjadi sarana yang efektif
untuk menyampaikan pesan agama maka kami akan tetap
meggunakan musik sebagai sarana dakwah. Bagi kami para
ulama yang mengharamkan musick akan berdakwah di
kalangan yang tidak suka musik, tetapi kami akan melakukan
dakwah di kalangan masyarakat yang suka music. Kami
memandang perbedaan pandangan tersebut sebagai
pembagian wilayah kerja dalam berdakwah.
Pertanyaan : Apakah Sanggar Ki Ageng Ganjur
pernah medapatkan kendala dari lingkungan masyarakat saat
akan melalukan pementasan?
Jawaban : Ya itu terjadi beberapa kali saat kami
mengadakan pementasa kolaborasi dengan artis lain,
terkadang beberapa artis tidak mendapatkan izin pentas dari
aparat setempat, namun hal itu dapat kami selesaikan
sehingga kami tetap bisa tampil.
81
Pertanyaan : Dimana saja Sanggar Ki Ageng Ganjur
pernah melakukan pementasan?
Jawaban : Wah banyak itu, kami pernah
mengelilingi Indonesia lewat tour musik dengan beberapa
artis tanah air, lalu pernah juga keluar negeri. Seperti nanti ini
Bulan April kami diundang tour di Belanda. Sebelumnya
kami pernah mengisi acara di Jepang, Swiss, Korea, dan
beberapa lagi.babiv
ZastrouwAl-Ngatawi
82
1.2 Surat Penelitian
83
1.3 Lembar Pengesahan Proposal Skripsi
84
1.4 Dokumentasi dengan Narasumber
Foto ini diambil pada saat penulis melakukan wawancara terhadap narasumber, yakni Zastrouw Al-Ngatawi sebagai perintis Sanggar Ki Ageng Ganjur
Foto ini diambil pada hari Sabtu, 6 Januari 2018 di Komp. Taman Serua Jl. Palem No 70, Bojongsari, Depok.
Sanggar Ki Ageng Ganjur saat penutupan rangkaian konser Xtraligy 25 kota putaran pertama daerah Jawa Timur.
85
Sanggar Ki ageng Ganjur dan Iwan Fals melakukan konser yang bertajuk “Perjalanan Spiritual ke Pesantren”. Konser ini mengunjungi 12 Pesantren mulai dari Jember, Lumajang dan berakhir di Surabaya.
86
Sanggar Ki Ageng Ganjur mengadakan kegiatan Dakwah yang bertajuk “Silaturrahmi Budaya”, yang pada saat itu menggandeng Fadly Padi sebagai artis yang berkolaborasi. Kegiatan ini berlangsung di Repok Naga, Desa Tanah Beak Kec. Narmada Lombok Barat pada Selasa Malam 23 Juni 2016/7 Ramadhan 1436 H.