aktivitas antioksidan nanokurkuminoid temulawak...

33
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN NANOKURKUMINOID TEMULAWAK LOKAL CIEMAS PADA TIKUS SPRAGUE-DAWLEY BETINA SURYADI ATMAJA DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Upload: nguyennga

Post on 30-Mar-2018

246 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

Page 1: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN NANOKURKUMINOID TEMULAWAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68638/G14sat.pdf · dilakukan dengan mengukur kadar malondialdehida ... 4 Kurva

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN NANOKURKUMINOID

TEMULAWAK LOKAL CIEMAS PADA TIKUS

SPRAGUE-DAWLEY BETINA

SURYADI ATMAJA

DEPARTEMEN BIOKIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN NANOKURKUMINOID TEMULAWAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68638/G14sat.pdf · dilakukan dengan mengukur kadar malondialdehida ... 4 Kurva
Page 3: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN NANOKURKUMINOID TEMULAWAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68638/G14sat.pdf · dilakukan dengan mengukur kadar malondialdehida ... 4 Kurva

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aktivitas Antioksidan

Nanokurkuminoid Temulawak Lokal Ciemas Pada Tikus Sprague-Dawley Betina

adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Penelitian ini

merupakan bagian dari proyek penelitian Hibah Kompetitif Penelitian Strategis

Unggulan Nasional tahun 2011 atas nama Dr Laksmi Ambarsari MS dkk dengan

judul Produksi Nanokurkuminoid Berbasis Bahan Baku Terstandar Secara

Genetik Dan Metabolik Untuk Meningkatkan Nilai Tambah Biodiversitas Lokal

Demi Kemajuan Bangsa. Proyek penelitian ini didanai oleh DIKTI dengan nomor

kontrak 476/SP2H/PL/Dit.Litabmas/V/2011. Sumber informasi yang berasal atau

dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir

skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Suryadi Atmaja

NIM G84090060

Page 4: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN NANOKURKUMINOID TEMULAWAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68638/G14sat.pdf · dilakukan dengan mengukur kadar malondialdehida ... 4 Kurva

ABSTRAK

SURYADI ATMAJA. Aktivitas Antioksidan Nanokurkuminoid Temulawak

Lokal Ciemas Pada Tikus Sprague-Dawley Betina. Dibimbing oleh LAKSMI

AMBARSARI dan WARAS NURCHOLIS.

Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) merupakan tanaman khas Indonesia

yang memiliki aktivitas antioksidan. Pengujian klinis memperlihatkan bahwa

kurkumin aman pada dosis tinggi (12 gram/hari) tetapi memiliki bioavailabilitas

yang rendah. Sistem penghantaran melalui pembuatan nanopartikel tersalut lemak

padat dibuat untuk meningkatkan bioavailabilitas kurkuminoid. Penelitian ini

bertujuan mengukur aktivitas antioksidan nanokurkuminoid temulawak tersalut

lemak padat pada tikus betina yang diinduksi CCl4. Analisis aktivitas antioksidan

dilakukan dengan mengukur kadar malondialdehida (MDA) serta aktivitas enzim

superoksida dismutase (SOD), glutation peroksidase (GPX) dan peroksidase

(POX). Ukuran nanokurkuminoid yang diperoleh 114.4±33.8 nm dengan indeks

polidispersitas 0.218 dan efisiensi penjerapan 79%. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa pemberian nanokurkuminoid dosis 1500 mg/kg BB pada tikus betina yang

diinduksi CCl4 mampu menurunkan kadar MDA (4.34 nmol/mL) serta

meningkatkan aktivitas SOD (64.70%), GPX (3208.02 mU/mL) dan POX (3.13

mU/mL). Hasil ini menunjukkan sediaan nanokurkuminoid memiliki aktivitas

antioksidan.

Kata kunci: antioksidan, CCl4, nanokurkuminoid, SLN, Sprague-dawley betina.

ABSTRACT

SURYADI ATMAJA. Antioxidant Activity of Nanocurcuminoid Turmeric Var.

Ciemas on Female Sprague-Dawley. Supervised by LAKSMI AMBARSARI and

WARAS NURCHOLIS.

Java turmeric (Curcuma xanthorrhiza) is a typical Indonesian plants that

have antioxidant activity. Clinical testing showed that curcumin safe at high doses

(12 g/day) but has low bioavailability. Delivery systems by making of solid lipid

nanoparticles made to improve bioavailability of curcuminoids. This study aims to

measure antioxidant activity of nanocurcuminoid coated solid lipid in female rat

induced by CCl4. Analysis of antioxidant activity by measuring Malondialdehyde

(MDA) levels and activity of superoxide dismutase (SOD), gluthatione peroxidase

(GPX) and peroxidase (POX). Nanocurcuminoids size that obtained was

114.4±33.8 nm with polydispersity index 0.218 and adsorption efficiency 79%.

The results showed that administration of nanokurkuminoid dose of 1500 mg/kg

in female rats induced by CCl4 were able to reduce levels of MDA (4.34

nmol/mL) and increasing the activity of SOD (64.70 %), GPx (3208.02 mU/mL)

and POX (3.13 mU/mL). These results indicate nanokurkuminoid have

antioxidant activity.

Keywords: antioxidant, CCl4, female sprague-dawley, nanocurcuminoid, SLN.

Page 5: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN NANOKURKUMINOID TEMULAWAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68638/G14sat.pdf · dilakukan dengan mengukur kadar malondialdehida ... 4 Kurva

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains

pada

Departemen Biokimia

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN NANOKURKUMINOID

TEMULAWAK LOKAL CIEMAS PADA TIKUS

SPRAGUE-DAWLEY BETINA

SURYADI ATMAJA

DEPARTEMEN BIOKIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 6: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN NANOKURKUMINOID TEMULAWAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68638/G14sat.pdf · dilakukan dengan mengukur kadar malondialdehida ... 4 Kurva
Page 7: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN NANOKURKUMINOID TEMULAWAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68638/G14sat.pdf · dilakukan dengan mengukur kadar malondialdehida ... 4 Kurva

Judul Skripsi : Aktivitas Antioksidan Nanokurkuminoid Temulawak Lokal

Ciemas Pada Tikus Sprague-Dawley Betina

Nama : Suryadi Atmaja

NIM : G84090060

Disetujui oleh

Dr Laksmi Ambarsari, MS

Pembimbing I

Waras Nurcholis S.Si, MSi

Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. I Made Artika, M.App.Sc

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 8: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN NANOKURKUMINOID TEMULAWAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68638/G14sat.pdf · dilakukan dengan mengukur kadar malondialdehida ... 4 Kurva

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang

dipilih dalam penelitian ini ialah nanokurkuminoid, dengan judul Aktivitas

Antioksidan Nanokurkuminoid Temulawak Lokal Ciemas Pada Tikus Sprague-

Dawley Betina .

Terima kasih penulis ucapkan pada DIKTI yang telah mendanai proyek

penelitian kepada Dr Laksmi Ambarsari MS, sehingga penelitian ini yang

merupakan bagian dari proyek penelitian Hibah Kompetitif Penelitian Strategis

Unggulan Nasional dengan judul Produksi Nanokurkuminoid Berbasis Bahan

Baku Terstandar Secara Genetik Dan Metabolik Untuk Meningkatkan Nilai

Tambah Biodiversitas Lokal Demi Kemajuan Bangsa dapat terlaksana. Terima

kasih pula penulis sampaikan kepada Dr Laksmi Ambarsari, MS dan Waras

Nurcholis S.Si, MSi selaku pembimbing, serta teman-teman seperjuangan tim

aktivitas antioksidan nanokurkuminoid in vivo: Edwin A, M. Budi R, dan Rizka F.

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai Agustus 2013 bertempat

di Laboratorium Penelitian Biokimia, Laboratorium Kimia Fisik Departemen

Kimia, Laboratorium Biomaterial Departemen Fisika, Laboratorium Pusat Studi

Satwa Primata, dan Laboratorarium Pusat Studi Biofarmaka, Bogor.

Oleh karena itu penghargaan penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang

telah membantu terlaksananya penelitian ini, Pak Muslih dari Sekolah Pasca

Sarjana Kimia, Pak Mail dari Lab. Kimia Fisik, Mba Ina dari Lab. Biomaterial

Fisika, drh. Devi Kartika dari Pusat Studi Satwa Primata, dan semua pihak di

PSB. Di samping itu juga kepada Yuthika, Eks Mark Up’s, keluarga besar

Sylvalestari, keluarga besar Asrama Sylvapinus, Uni Konservasi Fauna dan

keluarga besar Biokimia 46 atas saran dan bantuan dalam penyusunan karya

ilmiah ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta

seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2014

Suryadi Atmaja

Page 9: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN NANOKURKUMINOID TEMULAWAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68638/G14sat.pdf · dilakukan dengan mengukur kadar malondialdehida ... 4 Kurva

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

METODE 2

Alat dan Bahan 2

Prosedur Penelitian 2

HASIL 6

Ekstrak Kurkuminoid dan Sediaan Nanokurkuminoid 6

Karakteristik Sediaan Nanokurkuminoid 6

Kondisi dan Bobot Badan Tikus Selama Percobaan 7

Aktivitas Antioksidan In Vivo 8

PEMBAHASAN 10

Ekstrak Kurkuminoid 10

Karakteristik Sediaan Nanokurkuminoid 11

Kondisi dan Bobot Badan Tikus Selama Percobaan 12

Aktivitas Antioksidan In Vivo 13

SIMPULAN DAN SARAN 16

DAFTAR PUSTAKA 16

LAMPIRAN 19

RIWAYAT HIDUP 21

Page 10: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN NANOKURKUMINOID TEMULAWAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68638/G14sat.pdf · dilakukan dengan mengukur kadar malondialdehida ... 4 Kurva

DAFTAR GAMBAR

1 Hasil ekstraksi kurkumioid dan pembuatan sediaan serta perbedaannya 6

2 Distribusi ukuran partikel nanokurkuminoid menggunakan PSA 7

3 Hati tikus betina (A) kelompok normal, (B) kelompok CCl4 7

4 Kurva perubahan bobot badan tikus 8

5 Grafik kadar lipid peroksida pada berbagai kelompok perlakuan 9

6 Grafik aktivitas inhibisi enzim superoksida dismutase (SOD) 9

7 Grafik aktivitas enzim Gluthation peroksidase (GPX) 10

8 Grafik aktivitas enzim peroksidase (POX) 10

9 Struktur Kurkuminoid 11

10 Mekanisme pertahanan tubuh melawan ROS oleh enzim antioksidan 14

DAFTAR LAMPIRAN

1 Diagram alir penelitian 19

2 Pengukuran efisiensi penjerapan kurkuminoid 20

3 Hasil pengukuran ukuran partikel 21

Page 11: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN NANOKURKUMINOID TEMULAWAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68638/G14sat.pdf · dilakukan dengan mengukur kadar malondialdehida ... 4 Kurva

PENDAHULUAN

Temulawak (Curcuma xanthoriza Roxb) merupakan tanaman khas

Indonesia dari family Zingiberaceae yang rimpangnya biasa digunakan sebagai

obat tradisional. Tanaman ini merupakan salah satu dari sembilan jenis tanaman

unggulan dari Direktorat Jenderal Pengolahan Obat dan Makanan yang memiliki

banyak manfaat sebagai bahan obat (Hadipoentyanti & Syahid 2007). Menurut

Sidik et al. (1995) rimpang temulawak mengandung beberapa senyawa yaitu pati

(48-59.64%), kurkuminoid (1.6-2.2%), dan minyak atsiri (1.48-1.63%).

Kurkuminoid merupakan senyawa utama yang terkandung dalam tanaman

obat temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) dan kunyit (Curcuma longa

Linn.). Senyawa ini memiliki beberapa khasiat yaitu sebagai antioksidan,

antiinflamasi, dan antihiperkolesterolemia (Peschel et al. 2006), antialergi

(Matsuda et al. 2004), dan antikanker (Park et al. 2004). Senyawa ini termasuk

golongan senyawa polifenol hidrofobik yang memiliki kerangka feruloilmetana

(Irving et al. 2011).

Pengujian klinis memperlihatkan kurkumin aman untuk manusia bahkan

sampai 12 gram/ hari (Bisht et al. 2011). Namun hasil lain juga menunjukkan

bahwa bioavaibilitas kurkumin sangat rendah pada manusia (0.006 ± 0.005 µg/mL

setelah 1 jam) pada serum darah (Shoba et al. 1998). Oleh karena itu diperlukan

metode alternatif dalam mengatasi rendahnya bioavaibilitas kurkumin. Salah satu

metode untuk mengatasi masalah tersebut melalui pembuatan nanopartikel yang

tersalut lemak padat (Mujib 2011).

Pembuatan nanopartikel dikembangkan sebagai metode pengantaran obat

pada dunia medis dan beberapa sistem nanopartikel yang dikembangkan untuk

penghantaran obat tersebut adalah nanopartikel lemak padat (bahan terdispersi

dalam lemak), liposom, misel, serta dendrimer (Howard 2011). Nanopartikel

lemak padat (solid lipid nanoparticle/SLN) adalah suatu sistem pembawa obat

baru yang berbasis teknologi nanopartikel dengan kisaran diameter 50-1000 nm

(Shi et al. 2012), sistem ini merupakan koloid pembawa submikron yang terdiri

atas lemak fisiologis, terdispersi dalam air atau dalam suatu surfaktan berair

(Kamble et al. 2010).

Nanopartikel lemak padat memiliki beberapa keuntungan diantaranya luas

permukaan yang besar, ukuran yang kecil dan kapasistas pemuatan obat yang

tinggi (Howard 2011). Selain itu keuntungan sistem pengantaran obat melalui

sistem ini memiliki tolerabilitas dan biodegradasi yang baik, bioavaibilitas tinggi,

efisiensi mengenai sasaran dan mudah dipersiapkan serta disterilisasi dalam skala

besar (Pang et al. 2009).

Mujib (2011) telah mendapatkan formulasi yang tepat dalam pembentukan

nanopartikel kurkuminoid tersalut lemak padat. Formulasi tersebut menghasilkan

nanopartikel dengan ukuran partikel kecil, seragam, kristalinitasnya baik dan

efisiensi penjerapannya tinggi (>70%). Metode ini dikembangkan dengan metode

homogenasi-ultrasonikasi pada amplitudo 20% selama 60 menit. Namun

penelitian lanjutan untuk mengukur aktivitas antioksidan dari nanopartikel

kurkuminoid lemak padat pada tikus betina yang diinduksi CCl4 belum pernah

dilakukan.

Page 12: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN NANOKURKUMINOID TEMULAWAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68638/G14sat.pdf · dilakukan dengan mengukur kadar malondialdehida ... 4 Kurva

2

Penelitian ini bertujuan mengukur aktivitas antioksidan nanopartikel

kurkuminoid asal Ciemas tersalut lemak padat pada tikus betina dengan perlakuan

stress oksidatif yang diinduksi CCl4. Aktivitas antioksidan diukur dari kadar lipid

peroksida serta aktivitas enzim antioksidan hati yaitu SOD, POX, dan GPX.

Selain itu penelitian ini diharapkan dapat menjadi langkah awal pemanfaatan

kurkuminoid sebagai sediaan fitofarmaka.

Hipotesis penelitian ini adalah pembuatan nanopartikel kurkuminoid

temulawak tersalut lemak padat dapat meningkatkan bioavabilitas kurkuminoid di

dalam tubuh. Hal tersebut ditunjukkan dengan penurunan kadar malondialdehida

serta peningkatan aktivitas enzim superoksida dismutase, peroksidase, dan

glutation peroksidase.

METODE

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pengaduk magnet,

homogenizer (Ultra Turrax T18), ultrasonic processor (130 Watt 20 kHz, Cole-

Parmer), mikrosentrifusa (MIKRO 200R, Hettich Zentrifugen), spektrofotometer

UV-Vis (UV-1700 Pharmaspec), particle size analyzer (Delsa NanoC, Beckman

Coulter), microplate spectrophotometer (Epoch, BioTek) dan kandang percobaan.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu simplisia rimpang

temulawak hasil plantation Pusat Studi Biofarmaka dengan ukuran 100 mesh dan

kadar air 19.26%, asam palmitat (Merck), poloksamer 188 (BASF), air RO, etanol,

n-heksana, standar kurkuminoid, metanol, CCl4, pakan, air minum, sekam

(beeding), larutan pengukuran superoksida dismutase, peroksidase, glutation

peroksidase dan lipid peroksida serta tikus galur Sprague Dawley berasal dari

Pusat Studi Satwa Primata berumur 2-3 bulan dengan bobot 180-200 gram.

Prosedur Penelitian

Ekstraksi Kurkuminoid

Serbuk rimpang temulawak kering sebanyak 100 gram diekstraksi secara

maserasi dengan etanol (hasil dua kali distilasi) selama 48 jam. Ekstrak disaring

dan filtratnya dikumpulkan dalam labu ekstraksi. Kemudian ekstrak etanol hasil

maserasi difraksinasi cair-cair dengan n-heksana (1:1). Fraksi heksana dibuang

sedangkan fraksi etanol selanjutnya dihilangkan pelarutnya secara freeze drying

sehingga didapatkan kurkuminoid dalam bentuk pasta (Sutrisno et al. 2008

dengan modifikasi).

Pembuatan Sediaan Nanokurkuminoid Temulawak

Fase lemak terdiri atas 1 g asam palmitat dan 0.1 g kurkuminoid yang

dipanaskan pada suhu 75 °C sambil diaduk. Fase berair terdiri atas 0.5 g

poloksamer 188 dan air Reverse Osmosis (RO) 100 ml yang dipanaskan pada

suhu yang sama (75 °C) dengan fase lemak. Fase lemak didispersikan ke dalam

fase berair sambil diaduk. Emulsi yang dihasilkan kemudian dihomogenisasi

menggunakan homogenizer (Ultra Turrax T18) pada kecepatan 13500 rpm selama

Page 13: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN NANOKURKUMINOID TEMULAWAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68638/G14sat.pdf · dilakukan dengan mengukur kadar malondialdehida ... 4 Kurva

3

5 menit, kemudian didinginkan pada penangas es. Selanjutnya emulsi

diultrasonikasi menggunakan ultrasonic processor (130 Watt 20 kHz, Cole-

Parmer) amplitudo 20% selama 60 menit. Setelah itu nanokurkuminoid yang

diperoleh didinginkan dalam lemari es sehingga dihasilkan nanokurkuminoid

yang stabil (Mujib 2011).

Efisiensi Penjerapan Nanokurkuminoid yang dihasilkan disentrifugasi dengan kecepatan 14000

rpm (18.626 ×G) pada suhu 4 °C selama 40 menit dan supernatannya didekantasi.

Residunya dicuci dengan metanol untuk mengekstraksi kurkuminoid yang terjerap

dan disentrifugasi kembali. Serapan supernatan metanol diukur dengan

spektrofotometer pada panjang gelombang 425 nm. Konsentrasi kurkuminoid

terjerap diperoleh melalui perhitungan dengan menggunakan persamaan regresi

linear dari deret standar kurkuminoid (Yadav et al. 2008).

Ukuran Partikel

Nanokurkuminoid yang dihasilkan ditentukan ukuran partikel dan indeks

polidispersitasnya dengan teknik photon correlation spectroscopy (PCS)

menggunakan alat particle size analyzer (Delsa NanoC, Beckman Coulter).

Sediaan dilarutkan 1:1000 menggunakan aquades. Selanjutnya sampel

dimasukkan dalam alat dan diukur. Pengukuran dilakukan pada temperature 25 °C

dengan sudut deteksi 90 °. Pengukuran diulang sebanyak tiga kali (Pang et al.

2009).

Rancangan Percobaan dan Hewan Uji

Penelitian ini menggunakan 45 ekor tikus betina galur Sprague-Dawley

yang berasal dan dipelihara di laboratorium Pusat Studi Satwa Primata IPB,

berusia sekitar 8-12 minggu dengan berat badan sekitar 180-200 gram. Tikus

dibagi menjadi 9 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri atas 5 ekor

tikus betina. Sebelum percobaan, tikus ditimbang berat badan, konsumsi pakan

dan dilakukan pengambilan darah untuk baseline. Tikus Sprague Dawley

dikandangkan pada jenis kandang biasa dari plastik secara kelompok. Kondisi

gelap terang kandang diatur 12 jam gelap dan 12 jam terang, dengan suhu ruangan

kandang 23 oC. Selanjutnya tikus dibuat rusak hatinya dengan pemberian 0.7 mL/

kg BB CCl4 (25:75) (dalam olive oil) pada hari ke 3, 6, dan 9 secara

intraperitoneal kecuali kelompok normal. Bobot badan (BB) tikus ditimbang

setiap 3 hari sekali sampai hari ke 8 percobaan.

Sembilan kelompok perlakuan tikus terbagi atas kelompok I, II, III, IV

berturut-turut diberi perlakuan nanokurkuminoid 50 mg/kg BB, 100 mg/kg BB,

1500 mg/kg BB dan ekstrak kurkuminoid ciemas 100 mg/kg BB. Kelompok V, VI,

merupakan kontrol positif yang berturut-turut diberi perlakuan, vit. C 36 mg/kg

BB dan standar kurkumin 20 mg/kg BB. Kelompok VII, VIII merupakan kontrol

negatif yang diberi perlakuan nanopartikel kosong 100 mg/kg BB dan CCl4 tanpa

pencekokan. Kelompok IX adalah kelompok normal tanpa pemberian CCl4 dan

pencekokan.

Semua sediaan diberikan secara oral dalam bentuk larutan dalam air,

menggunakan sonde lambung. Masing-masing hewan coba dieuthanasi pada hari

ke-10. Tikus diambil hatinya, dicuci dengan larutan fisiologis dingin dan

Page 14: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN NANOKURKUMINOID TEMULAWAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68638/G14sat.pdf · dilakukan dengan mengukur kadar malondialdehida ... 4 Kurva

4

disimpan pada -20 °C sampai dilakukan preparasi sampel yang digunakan untuk

setiap uji enzim. Aktivitas oksidasi diukur dengan menentukan konsentrasi lipid

peroksida dan aktivitas enzim SOD, POX, GPX untuk menentukan efek

antioksidan sediaan yang diuji. (Konatham et al. 2010 dengan modifikasi).

Pengukuran Lipid Peroksida (MDA)

Analisis kadar MDA menggunakan kit lipid peroxidation (MDA)

colorimetric/fluorometric assay kit yang diperoleh dari BioVision (Milpitas, CA,

USA) dengan metode merujuk pada Ohkawa et al. (1979) yaitu jaringan hati

sebanyak 10 mg dihomogenkan dalam 300 µL lisis buffer MDA (mengandung 3

µL BHT 100x). Selanjutnya homogenat disentrifugasi pada 13000 g, 10 menit,

4 °C, lalu dipisahkan supernatannya. Supernatan diambil sebanyak masing-masing

200 µL ke dalam tabung mikrosentrifus.

Kurva standar dibuat menggunakan standar MDA dengan konsentrasi 0, 4, 8,

12, 16 dan 20 nmol/200 µL dalam tabung mikrosentrifus. Selanjutnya Sebanyak

600 µL larutan TBA ditambahkan dalam setiap tabung standar dan sampel lalu

diinkubasi pada suhu 95 °C selama 60 menit. Setelah itu langsung didinginkan

sampai suhu kamar dalam penangas es selama 10 menit. Kemudian dipipet

masing-masing 200 µL ke microplate dan diukur pada 532 nm menggunakan

microplate spectrophotometer (Epoch, BioTek).

Pengukuran Superoksida Dismutase (SOD) Hati

Pengukuran aktivitas SOD menggunakan kit superoxide dismutase (SOD)

activity assay kit yang diperoleh dari BioVision (Milpitas, CA, USA) dengan

metode merujuk pada McCord dan Fridovich (1969) yaitu jaringan hati dibilas

dahulu dengan PBS atau 150 mM KCl, kemudian dihomogenkan dalam 0.1 M

Tris-HCl (pH 7.4 yang mengandung 0.5% Triton X-100, 5 mM β-ME, 0.1 mg/mL

PMSF) dingin. Setelah itu homogenat disentrifus pada kecepatan 14000 g, 5 menit,

4 °C, lalu dipisahkan supernatannya.

Supernatan sebanyak 20 µL ditambahkan ke sumur sampel dan sumur

blanko 2 pada microplate. Akuades ditambahkan 20 µL ke sumur blanko 1 dan

blanko 3. Selanjutnya 200 µL larutan WST ditambahkan pada setiap sumur.

Setelah itu ditambahkan buffer dilusi ke sumur blanko 1 dan blanko 3, sedangkan

pada sumur sampel dan blanko 1 ditambahkan larutan enzim masing-masing

sebanyak 20 µL dan diaduk rata. Selanjutnya microplate diinkubasi pada 37 °C

selama 20 menit dan diukur pada 450 nm menggunakan microplate

spectrophotometer (Epoch, BioTek).

Pengukuran Glutathion Peroksidase (GPX)

Pengukuran aktivitas GPX menggunakan kit glutathione peroxidase activity

colorimetric assay kit yang diperoleh dari BioVision (Milpitas, CA, USA) dengan

metode merujuk pada Flohé dan Gunzler (1984) yaitu jaringan hati sebanyak 0.1 g

dihomogenkan dalam 0.2 mL larutan bufer dingin. Selanjutnya homogenat

disentrifugasi pada 10000 g, 15 menit, 4 °C, lalu dipisahkan supernatannya.

Supernatan dan standar GPX murni ditambahkan masing-masing sebanyak

10 µL ke sumur sampel dan kontrol positif. Setelah itu ditambahkan 40 µL buffer

assay ke masing-masing sumur. Sebanyak 50 µL buffer assay juga ditambahkan

ke sumur lain sebagai kontrol reagen. Kemudian masing-masing sumur

Page 15: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN NANOKURKUMINOID TEMULAWAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68638/G14sat.pdf · dilakukan dengan mengukur kadar malondialdehida ... 4 Kurva

5

ditambahkan pereaksi campuran (33 µL buffer assay, 3 µL NADPH 40 mM, 2 µL

Glutathione reduktase, 2 µL GSH), lalu diaduk. Selanjutnya campuran tersebut

diinkubasi selama 15 menit dan ditambahkan 10 µL Cumene hidroperoksida

untuk memulai reaksi GPX. Setelah itu diukur OD pada 340 nm, kemudian

diinkubasi pada 25 °C selama 5 menit dan diukur kembali pada 340 nm. Kurva

standar dibuat menggunakan NADPH dengan konsentrasi 0, 20, 40, 60, 80, 100

nmol/100 µL tiap sumur yang diencerkan dengan buffer assay. Kurva standar

diukur pada 340 nm menggunakan microplate spectrophotometer (Epoch,

BioTek).

Pengukuran Peroksidase (POX)

Pengukuran aktivitas POX menggunakan kit peroxidase activity

colorimetric/fluorometric assay kit yang diperoleh dari BioVision (Milpitas, CA,

USA) dengan metode merujuk pada Aebi (1984) yaitu jaringan hati sebanyak 0.1

g dihomogenkan dalam 0.2 mL larutan bufer dingin. Selanjutnya homogenat

disentrifugasi pada 1000 g, 15 menit, 4 °C, lalu dipisahkan supernatannya.

Supernatan sebanyak 10 µL ditempatkan pada sumur microplate dan

ditambahkan 40 µL buffer assay. Kontrol positif adalah larutan HRP (1:199 dalam

buffer assay) yang diambil 1 µL dan ditambahkan 49 µL buffer assay. Selanjutnya

sampel dan standar positif masing-masing ditambahkan 50 µL pereaksi campuran

(46 µL buffer assay, 2 µL OxiRed dan 2 µL H2O2). Selanjutnya diaduk dan

diinkubasi selama 3 menit pada 37 °C dilanjutkan pengukuran OD pada 570 nm

(A0). Setelah itu diinkubasi kembali pada suhu 37 °C dan diukur OD pada 570 nm

setiap 30 menit sampai 2 jam (A1).

Sedangkan untuk kurva standar dibuat menggunakan H2O2 dengan

konsentrasi 0, 1, 2, 3, 4, 5 nmol/50 µL tiap sumur. Selanjutnya masing-masing

ditambahkan 50 µL pereaksi campuran (2 µL Probe OxiRed dan 48 µL HRP

kontrol positif). Selanjutnya campuran diaduk dan diinkubasi selama 5 menit pada

37 °C dilajutkan pengukuran OD pada 570 nm menggunakan microplate

spectrophotometer (Epoch, BioTek).

Prosedur Analisis Data

Rancangan acak lengkap digunakan pada rancangan penelitian ini. Data

yang diperoleh dianalisis dengan metode ANOVA (analysis of variance) pada

tingkat kepercayaan 95% dan taraf α = 0.05. Model rancangan tersebut adalah

sebagai berikut.

Yij = µ + τ + εi

Keterangan:

Yij = pengamatan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

µ = Pengaruh rataan umum

τ = Pengaruh rataan ke-i

εi = Pengaruh galat perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Uji lanjut yang digunakan adalah uji Duncan pada selang kepercayaan

95%, taraf α = 0.05. Semua data dianalisis dengan program SPSS 11.5. (Mattjik

dan Sumertajaya 2000).

Page 16: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN NANOKURKUMINOID TEMULAWAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68638/G14sat.pdf · dilakukan dengan mengukur kadar malondialdehida ... 4 Kurva

6

HASIL

Ekstrak Kurkuminoid dan Sediaan Nanokurkuminoid

Ekstraksi kurkuminoid dari 100 g temulawak lokal Ciemas yang

dimaserasi menggunakan etanol 96% selama 48 jam dan dikeringbekukan (Freeze

drying) menghasilkan rendemen sebesar 7.50% dalam bentuk pasta (Gambar 1a).

Kurkuminoid yang diperoleh selanjutnya dibuat menjadi sediaan nanokurkumioid

dan larutan ekstrak kurkuminoid dalam air (50% w/v) sebagai pembanding.

Sediaan nanokurkuminoid yang diperoleh memiliki penampakan warna

kuning cerah berbentuk emulsi keruh yang stabil, larut sempurna tanpa ada

gumpalan dalam sediaan (Gambar 1b). Ini menunjukkan kurkuminoid telah

terlarut dan tersebar merata dalam larutan. Hal tersebut berbeda dengan larutan

ekstrak kurkuminoid bebas dalam air, dapat terlihat partikel-partikel besar

kurkuminoid mengapung dan tak larut air (Gambar 1c).

Karakteristik Sediaan Nanokurkuminoid

Karakteristik sediaan nanokurkuminoid temulawak yang baik dapat

diamati dari tiga parameter dalam pengukurannya, yaitu ukuran partikel, indeks

polidispersitas (IP) dan efisiensi penjerapan. Hasil pengukuran partikel

nanokurkuminoid berada pada kisaran 86.9-362.4 nm dengan rata-rata ukuran

partikel 114.4±33.8 nm (Lampiran 3). Hal tersebut menunjukkan sediaan yang

diperoleh telah masuk dalam kisaran ukuran sistem nanopartikel tersalut lemak

padat, yaitu sebesar 50-1000 nm (Sinha et al. 2010). Selain itu sediaan yang

dihasilkan memiliki nilai Indeks Polidispersitas (IP) sebesar 0.218 (Gambar 2).

Hal tersebut menunjukkan ukuran keseragaman ukuran partikel sediaan, semakin

kecil nilai IP menunjukkan ukuran partikel semakin seragam. Nanopartikel yang

memiliki nilai IP < 0.3 menunjukkan hasil yang sudah cukup seragam (Sinha et

al, 2010). Hasil pengukuran efisiensi penjerapan sediaan nanokurkuminoid

temulawak lokal Ciemas menunjukkan nilai sebesar 79% (Lampiran 2). Hasil

tersebut sesuai dengan penelitian Sinha et al. (2010) karena mampu menjerap zat

aktif lebih dari 70% (70 mg dari 100 mg).

Gambar 1 Hasil ekstraksi kurkumioid dan pembuatan sediaan serta perbedaannya;

kurkuminoid hasil ekstraksi temulawak lokal Ciemas (a), sediaan

nanokurkuminoid (b), dan larutan ekstrak kurkuminoid dalam air (c)

A B C

Page 17: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN NANOKURKUMINOID TEMULAWAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68638/G14sat.pdf · dilakukan dengan mengukur kadar malondialdehida ... 4 Kurva

7

Gambar 2 Distribusi ukuran partikel nanokurkuminoid menggunakan PSA

Kondisi dan Bobot Badan Tikus Selama Percobaan

Perilaku tikus selama percobaan menunjukkan perilaku normal. Kondisi

awal bobot badan (BB) tikus berbeda pada setiap kelompoknya, namun BB tiap

tikus dalam satu kelompok tidak berbeda jauh. Perubahan BB tikus tiap kelompok

perlakuan ditunjukkan Gambar 4. Semua kelompok perlakuan mengalami

kenaikan BB pada penimbangan pertama (hari ke-2). Penurunan BB terlihat pada

penimbangan kedua (hari ke-4) pada kelompok perlakuan CCl4, ekstrak, standar

kurkumin, vit. C, nano 50 dan nano 100. Sedangkan pada kelompok perlakuan

normal, nano 1500 dan nano kosong tidak terjadi penurunan. Selanjutnya

kenaikan BB terjadi dari hari ke-4 perlakuan pada kelompok ekstrak, nano 50 dan

nano 100, BB terus naik sampai akhir percobaan. BB kelompok CCl4 cenderung

stabil, tidak ada perubahan BB yang tinggi. Akan tetapi kelompok nano kosong

yang seharusnya hasilnya tidak jauh berbeda dengan kelompok CCl4, BBnya tetap

naik. Selain itu kelompok normal yang seharusnya peningkatan BBnya tinggi

tetapi hasil menunjukkan BBnya hanya meningkat sedikit saja. Hal ini juga

menunjukkan bahwa kondisi tubuh tikus pada percobaan ini berbeda-

beda/beragam.

Pengamatan fisik hati tikus pada kelompok CCl4 menunjukkan telah terjadi

nekrosis sel hati yang ditandai adanya benjolan putih pada hati tikus (Gambar 3).

Hal tersebut juga terjadi pada hati tikus kelompok vit. C, nano 50 mg, dan nano

kosong. Sedangkan hati tikus kelompok normal tidak mengalami hal tersebut.

Hasil ini menunjukkan pemberian perlakuan CCl4 memberikan efek radikal bebas

yang ditandai adanya nekrosis pada hati tikus, namun tingkat kerusakan tidak

terlalu berat karena tikus kelompok perlakuan tetap mengalami peningkatan BB.

Gambar 3 Kurva perubahan bobot badan tikus

130

140

150

160

170

180

0 2 4 6 8

bo

bo

t b

adan

(gr

am)

waktu (hari)

normal

vit. C

std kurkumin

CCL4

nano kosong

ekstrak

nano 50

nano 100

nano 1500

Page 18: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN NANOKURKUMINOID TEMULAWAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68638/G14sat.pdf · dilakukan dengan mengukur kadar malondialdehida ... 4 Kurva

8

Gambar 4 Hati tikus betina (A) kelompok normal, (B) kelompok CCl4

Aktivitas Antioksidan In Vivo

Kadar MDA dari tiap kelompok percobaan ditunjukkan Gambar 5. Kadar

MDA yang tinggi menunjukkan efek radikal bebas yang tinggi atau rendahnya

aktivitas antioksidan. Kadar MDA kelompok normal menunjukkan hasil yang

lebih tinggi dibandingkan kelompok CCl4, standar kurkumin, nano kosong dan

perlakuan nanokurkuminoid, tetapi lebih rendah dibandingkan kelompok

perlakuan vit. C. Hasil ini menunjukkan kondisi tikus kelompok normal sedang

sakit, karena kadar MDAnya lebih tinggi dibanding kelompok CCl4. Perhitungan

secara statistik menunjukkan kadar MDA seluruh kelompok perlakuan tidak

berbeda nyata (P>0.05). Hasil tersebut menunjukkan tidak terdapat pengaruh

signifikan terhadap perubahan kadar MDA oleh perlakuan, namun pola yang

ditunjukkan memperlihatkan pemberian nanokurkuminoid dapat menurunkan

kadar MDA dibandingkan kelompok normal dan CCl4.

Aktivitas inhibisi SOD ditunjukkan Gambar 6. Aktivitas inhibisi SOD

yang semakin tinggi menandakan adanya aktivitas antioksidan. Kelompok normal

menunjukkan hasil yang lebih rendah dibandingkan kelompok lainnya. Namun

bila dibandingkan antara aktivitas inhibisi SOD kelompok nanokurkuminoid

dengan kelompok CCl4, hasilnya lebih tinggi dibandingkan kelompok CCl4.

Secara statistik, aktivitas inhibisi SOD seluruh kelompok perlakuan tidak berbeda

nyata (P>0.05). Hasil tersebut menunjukkan tidak terdapat pengaruh signifikan

terhadap peningkatan % inhibisi SOD, namun pola yang ditunjukkan

memperlihatkan pemberian nanokurkuminoid dapat memberikan efek antioksidan

dibandingkan kelompok normal dan CCl4.

Aktivitas GPX ditunjukkan Gambar 7. Aktivitas GPX yang semakin tinggi

menunjukkan adanya aktivitas antioksidan. Kelompok normal menunjukkan

aktivitas GPX terendah dibandingkan semua kelompok. Kelompok

nanokurkuminoid 1500 mg menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata dengan

standar kurkumin dan ekstrak (P>0.05). Sedangkan kelompok vit. C,

nanokurkumin 50 mg dan 100 mg tidak berbeda nyata dengan kelompok CCl4

(P>0.05). Hal tersebut menunjukkan pemberian nanokurkuminoid 1500 mg setara

dengan pemberian ekstrak dan standar kurkumin. Sedangkan pemberian vit. C,

nanokurkuminoid 50 mg dan 100 mg tidak berbeda nyata dengan perlakuan CCl4.

Secara umum perlakuan nanokurkuminoid dapat meningkatkan aktivitas GPX

dibanding kelompok normal.

Aktivitas POX ditunjukkan Gambar 8. Aktivitas POX yang semakin tinggi

menunjukkan adanya aktivitas antioksidan. Kelompok normal, vit. C,

nanokurkuminoid 50 mg dan nano kosong tidak berbeda nyata dengan kelompok

CCl4 (P>0.05). Sedangkan kelompok nanokurkuminoid 100 mg dan 1500 mg

tidak berbeda nyata dengan kelompok standar kurkuminoid (P>0.05). Aktivitas

sel hati yang

mengalami nekrosis

Page 19: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN NANOKURKUMINOID TEMULAWAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68638/G14sat.pdf · dilakukan dengan mengukur kadar malondialdehida ... 4 Kurva

9

kedua grup tersebut berbeda nyata satu dan lainnya. Hal tersebut menunjukkan

pemberian nanokurkuminoid 100 mg dan 1500 mg hampir setara dengan

pemberian standar kurkumin dan dapat meningkatkan aktivitas POX. Pemberian

vit. C, nanokurkuminoid 50 mg dan ekstrak yang tidak berbeda nyata dengan

perlakuan CCl4 menunjukkan perlakuan tidak berpengaruh signifikan dalam

menaikkan aktivitas POX.

Gambar 5 Grafik kadar MDA pada berbagai kelompok perlakuan

Gambar 6 Grafik aktivitas inhibisi enzim superoksida dismutase (SOD)

5.31±0.24a

5.98±3.02a

4.59±1.61a 4.56±3.52a

3.5±0.71a

5.01±1.17a

3.52±0.55a 3.77±2.76a

4.34±1.53a

0

1

2

3

4

5

6

7

normal vit C std

kurkumin

CCL4 nano

kosong

ekstrak nano

50mg

nano

100mg

nano

1500mg

[MD

A]

(nm

ol/

mL)

41.07±7.63a

75.25±25.88a

45.85±43.58a

49.72±1.56a

66.74±11.58a 71.66±20.37a

73.07±4.72a

71.38±7.85a 64.7±3.69a

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

normal vit C std

kurkumin

CCl4 nano

kosong

ekstrak nano

50mg

nano

100mg

nano

1500mg

akti

vita

s SO

D (

%in

hib

isi)

Page 20: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN NANOKURKUMINOID TEMULAWAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68638/G14sat.pdf · dilakukan dengan mengukur kadar malondialdehida ... 4 Kurva

10

Gambar 7 Grafik aktivitas enzim Gluthation peroksidase (GPX)

Gambar 8 Grafik aktivitas enzim peroksidase (POX)

Keterangan: Huruf-huruf pada diagram batang yang berbeda menunjukkan

berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji t-student)

PEMBAHASAN

Ekstrak Kurkuminoid

Ekstraksi merupakan cara untuk memisahkan campuran beberapa zat

menjadi komponen-komponen yang terpisah. Ekstraksi temulawak terdiri dari

beragam metode diantaranya refluks, sonikasi dan maserasi (Mujahid et al. 2012).

Maserasi adalah perendaman sampel dengan pelarut yang digunakan pada suhu

ruangan (Darwis 2000). Penelitian ini menggunakan metode maserasi untuk

mengekstrak kurkuminoid dari simplisia temulawak. Maserasi digunakan karena

merupakan metode yang lebih praktis dan efisien serta menghasilkan kadar

kurkuminoid yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode refluks dan sonikasi

(Mujahid et al. 2012).

87.72±11.49a

4047.62±2622bc

1674.81±2019abc

3574.56±2664bc

951.754±713ab

2917.29±2208abc

4621.55±1459bc

4245.61±1200bc

3208.02±1349abc

-1000

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

normal vit C std

kurkumin

CCL4 nano

kosong

ekstrak nano

50mg

nano

100mg

nano

1500mg

akti

vita

s G

PX

(m

U/m

L)

2.32±1.33ab 2.22±0.34ab

3.25±0.35b

1.95±1.12ab 2.02±0.68ab

0.94±0.93a

2.31±0.27ab

3.23±0.91b 3.13±0.28b

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

normal Vit C std

kurkumin

kontrol

ccl4

nano

kosong

ekstrak nano 50

mg

nano 100

mg

nano

1500 mg

akti

vita

s P

OX

(m

U/m

L)

Page 21: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN NANOKURKUMINOID TEMULAWAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68638/G14sat.pdf · dilakukan dengan mengukur kadar malondialdehida ... 4 Kurva

11

Gambar 9 Struktur Kurkuminoid (Aggarwal et al. 2006)

Pelarut yang paling baik untuk ekstraksi kurkuminoid adalah aseton

dengan defatisasi untuk mendapatkan rendemen dan kadar kurkuminoid yang

tinggi, defatisisasi adalah penghilangan lemak dan senyawa non polar lain yang

terkandung dalam simplisia (Sari et al. 2013). Akan tetapi menurut BPOM (2010)

penggunaan pelarut untuk ekstraksi tumbuhan sebagai herbal hanya diperbolehkan

untuk etanol, air, atau campuran etanol-air. Oleh karena itu pada penelitian ini

digunakan etanol 96% sebagai pelarut dan dilakukan defatisasi menggunakan n-

heksana.

Senyawa kurkuminoid pada rimpang temulawak terdiri atas dua

komponen, yaitu kurkumin dan demetoksikurkumin. Sedangkan pada rimpang

kunyit terdiri atas tiga komponen, yaitu kurkumin, demetoksikurkumin dan

bisdemetoksikurkumin (Afifah 2003). Struktur dari kurkuminoid dapat dilihat

pada Gambar 9.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, rendemen yang didapatkan

sebesar 7.50%. Hasil ini cukup baik dan tidak jauh berbeda dengan hasil yang

didapatkan oleh Mujib (2011) yaitu sebesar 7.62% untuk temulawak aksesi

Balittro. Faktor-faktor yang mempengaruhi ekstraksi kurkuminoid adalah pelarut,

waktu, ketebalan dinding dan membran sel (Nurcholis 2008), ukuran simplisia,

kepolaran pelarut (Sari et al. 2013), suhu, dan pengadukan (Sembiring et al.

2006).

Pelarut akan merendam bahan tanaman pada proses maserasi. Hal tersebut

menyebabkan terjadinya pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan

tekanan antara di dalam dan di luar sel. Sehingga metabolit sekunder yang

terdapat dalam sitoplasma akan terlarut dalam etanol yang digunakan. Hal

tersebutlah yang menentukan besar kecilnya rendemen yang dihasilkan dalam

suatu proses ekstraksi secara maserasi. Ketebalan dinding dan membran sel

sebagai salah satu penentu keberhasilan ditentukan oleh faktor genetik dari

masing-masing aksesi (Nurcholis 2008).

Karakteristik Sediaan Nanokurkuminoid

Sediaan nanokurkuminoid dibuat menggunakan sistem nanopartikel

tersalut lemak padat (solid lipid nanoparticle/SLN). Menurut Sinha et al, (2010)

SLN merupakan partikel lemak padat yang mempunyai ukuran 50-1000 nm yang

terdispersi dalam air atau larutan surfaktan. Terdiri dari inti padat yang hidrofobik

dengan lapisan fosfolipid monolayer. Inti lemak padatnya mengandung zat aktif

yang terdispersi atau terlarut dalam matriks lipid. Inti partikel lemak padat pada

sediaan ini adalah asam palmitat, dan zat aktif yang digunakan adalah

kurkuminoid. Komposisi sediaan pada penelitian ini menggunakan formulasi

Page 22: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN NANOKURKUMINOID TEMULAWAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68638/G14sat.pdf · dilakukan dengan mengukur kadar malondialdehida ... 4 Kurva

12

terbaik hasil penelitian Mujib (2011) yaitu asam palmitat 1% : kurkuminoid 0.1%

: poloksamer 188 0.5% (b/v) dengan volume 100 ml

Merujuk pada hasil penelitian Mujib (2011) yang menyatakan bahwa hasil

analisis difraksi sinar X memperlihatkan puncak karakteristik nanokurkuminoid

memiliki pola yang sama dengan asam palmitat, tetapi dengan intensitasnya yang

lebih rendah karena adanya kurkuminoid yang tersalut dalam partikel lemak

padat. Maka nanokurkuminoid telah berhasil dibuat.

Pencirian yang tepat dibutuhkan untuk pengendalian mutu sediaan

nanokurkuminoid. Analisis ukuran partikel ditujukan untuk pencirian dan

pengendalian mutu dari sediaan yang dibuat (Mujib 2011). Ukuran partikel dalam

sediaan diukur menggunakan metode photon correlation spectroscopy (PCS).

Sediaan ditentukan ukuran rata-rata partikelnya menggunakan alat particle size

analyzer Delsa NanoC (Beckman Coulter) yang dapat mengukur partikel 0.6 nm

hingga 7 μm. PCS mengukur fluktuasi intensitas sinar yang dihamburkan oleh

pergerakan partikel pada skala waktu mikrodetik. Keuntungan metode ini yaitu,

cepat, tidak memerlukan kalibrasi, dan peka terhadap partikel submikron

(Menhert dan Mader 2001).

Sediaan nanokurkuminoid yang dihasilkan berukuran 114.4±33.8 nm

dengan kisaran ukuran partikel 86.9-362.4 nm. Hasil ini menunjukkan ukuran

yang lebih kecil yang dihasilkan oleh Mujib (2011) sebesar 199.0±99.6 nm.

Keseragaman ukuran partikel dapat diketahui dari nilai indeks polidispersitas (IP).

IP merupakan ukuran lebarnya distribusi ukuran partikel. Berdasarkan pengukuran

nilai IP yang dhasilkan adalah sebesar 0.218 yang berarti sistem emulsi memiliki

distibusi ukuran partikel yang sempit dan mengindikasikan proses pembuatan

emulsi yang baik (Mujib 2011). Hal tersebut karena nilai IP lebih kecil dari 0.3

menunjukkan bahwa ukuran partikel memiliki distribusi yang sempit dan nilai IP

lebih besar dari 0.3 menunjukkan distribusi yang lebar (Yen et al. 2008).

Efisiensi penjerapan adalah analisis untuk mengetahui kapasitas pemuatan

obat yang dinyatakan dalam persen obat terjerap dalam fase lemak terhadap obat

yang ditambahkan (Parhi & Suresh 2010). Menurut Mujib (2011) sistem

penghantaran obat harus memiliki kapasitas pemuatan obat yang tinggi dan

bertahan lama. Efisiensi penjerapan pada penelitian ini ditentukan dengan metode

langsung, yaitu dengan mengekstraksi kurkuminoid terjerap menggunakan

methanol. Setelah itu dipisahkan dengan medium pendispersinya melalui

sentrifugasi, kemudian diukur menggunakan spektrofotometer pada panjang

gelombang 424 nm. Berdasarkan tabel 1, efisiensi penjerapan kurkuminoid pada

sediaan diatas 70% yaitu sebesar 79%. Hasil yang didapatkan tidak berbeda jauh

dengan hasil yang didapatkan oleh Mujib (2011) sebesar 77.65%. Efisiensi

penjerapan dipengaruhi oleh banyaknya zat aktif yang ditambahkan pada

pembuatan nanopartikel dan kelarutan zat aktif dalam lemak cair (Mujib 2011).

Kondisi dan Bobot Badan Tikus Selama Percobaan

Kondisi tikus selama percobaan merupakan salah satu parameter yang

diamati pada penelitian secara in vivo. Salah satu syarat perlakuan hewan coba

adalah kondisi hewan dalam keadaan sehat, dengan salah satu parameter yang

diamati yaitu peningkatan bobot badan (Lu 2006). Hewan percobaan yang

digunakan adalah tikus putih (Rattus norvegicus) galur Sprague Dawley betina

Page 23: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN NANOKURKUMINOID TEMULAWAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68638/G14sat.pdf · dilakukan dengan mengukur kadar malondialdehida ... 4 Kurva

13

berumur delapan minggu, berat badan 151.23±11.32 gram, berjumlah 27 ekor

tikus. Penggunaan tikus Sprague Dawley karena tikus ini mudah didapat dan

banyak digunakan dalam penelitian imunitas. Sebelum dilakukan percobaan, tikus

Sprague Dawley diadaptasi selama satu minggu. Masa adaptasi bertujuan agar

tikus dapat menyesuaikan dengan lingkungan baru (masa percobaan).

Peningkatan BB terjadi pada seluruh kelompok perlakuan dilihat pada saat

penimbangan kedua (hari ke-2). Peningkatan BB tikus dari semua kelompok

perlakuan menandakan tidak ada efek negatif dari pemberian sediaan, baik itu

nanokurkuminoid pada beragam dosis maupun perlakuan standar kurkumin, vit.

C, nano kosong, dan ekstrak. Hasil ini sesuai dengan penelitian Puspawati (2009)

yang menyatakan pemberian senyawa antioksidan tidak akan menurunkan bobot

badan tikus.

Penurunan BB terlihat pada penimbangan ketiga (hari ke-4). Hal tersebut

terjadi karena pada hari ke-3 dilakukan pemberian CCl4 bagi seluruh kelompok

perlakuan kecuali normal. Karbon tetraklorida (CCl4) digunakan untuk

menginduksi radikal bebas pada penelitian ini. Karbon tetraklorida diketahui

bersifat hepatotoxin, saat senyawa ini masuk dalam hati, senyawa ini dirubah

menjadi senyawa radikal bebas triklorometil (.CCl3/CCl3OO

.) oleh sitokrom P450

mikrosomal (Szymonik-Lesiuk et al. 2003). Radikal bebas triklorometil ini

selanjutnya akan bereaksi dengan gugus sulfohidril (GSH) dan protein. Ikatan

kovalen antara triklorometil ke protein selular memicu terbentuknya reaksi

berantai peroksidasi lipid membran yang pada akhirnya berujung pada nekrosis

sel (Samundeeswari et al. 2011).

Pemberian CCl4 pada hari ke-3 memberikan efek stress bagi tikus, karena

kondisi tersebut tidak dialami sebelumnya. Sehingga Kondisi tersebut

kemungkinan mempengaruhi nafsu makan tikus. Akan tetapi kelompok normal,

kelompok nanokurkuminoid 1500 mg dan nano kosong tidak mengalami

penurunan. Kelompok nanokurkuminoid 1500 mg tetap mengalami kenaikan

walaupun diberi perlakuan CCl4, kemungkinan hal tersebut akibat pengaruh

pemberian antioksidan nanokurkuminoid yang dapat menangkal efek radikal

bebas.Kelompok normal mengalami kenaikan BB tidak terlalu tinggi seperti

kelompok nanopartikel 1500 meskipun tidak diberi perlakuan injeksi CCl4. Selain

itu kelompok nano kosong pun mengalami kenaikan BB walau tidak mengandung

bahan antioksidan dan diberi perlakuan CCl4. Hasil ini berbeda dengan hasil yang

didapatkan Afitriansyah (2013) yang melakukan penelitian yang sama pada tikus

jantan, hasilnya menunjukkan hanya kelompok negatif (CCl4) yang mengalami

penurunan BB. Hal ini menunjukkan kondisi tikus betina selama percobaan

berbeda-beda/beragam. Kemungkinan hal ini disebabkan akibat adanya pengaruh

hormonal. Azevedo (2001) menyatakan hormon estrogen dapat meningkatkan

aktivitas enzim antioksidan. Kemungkan kondisi hormon yang berbeda pada tikus

betina menyebabkan kelompok normal maupun kelompok nano kosong

menunjukkan hasil yang tidak sesuai hipotesis awal.

Aktivitas Antioksidan In Vivo

Antioksidan merupakan senyawa kimia dalam jumlah rendah yang dapat

mencegah oksidasi seluler organel dengan meminimalkan kerusakan sel akibat

adanya Reactive Oxygen Substances (ROS) atau radikal bebas. Aktivitas

Page 24: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN NANOKURKUMINOID TEMULAWAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68638/G14sat.pdf · dilakukan dengan mengukur kadar malondialdehida ... 4 Kurva

14

antioksidan in vivo dapat ditentukan dengan melihat beberapa penanda seperti

kadar lipid peroksida sebagai biomarker tingkat kerusakan sel akibat paparan

radikal bebas. Selain itu adalah enzim-enzim antioksidan, khususnya yang berada

di hati yaitu SOD, POX dan GPX (Niki 2010).

Malondialdehida merupakan hasil dari peroksidasi lipid akibat paparan

radikal bebas. Kadar MDA yang tinggi menandakan banyaknya radikal bebas

yang tidak tertahan oleh antioksidan (Rasool et al. 2011). Pada penelitian Rasool

et al. (2011) pemberian CCl4 pada tikus jantan yang diberi ekstrak etanol callus

Passiflora foetida menunjukkan kelompok perlakuan CCl4 memiliki kadar MDA

paling tinggi dibanding kelompok lainnya. Namun hasil pada penelitian ini

menunjukkan kadar MDA kelompok normal lebih tinggi daripada kelompok CCl4.

Kadar MDA yang tinggi pada kelompok tikus normal menandakan tikus berada

pada kondisi stress oksidatif (sakit), walaupun secara fisik tidak terlihat keanehan

pada kondisi tikus selama perlakuan. Sedangkan hasil yang didapatkan

Afitriansyah (2013) pada tikus jantan menunjukkan kadar MDA kelompok CCl4

lebih tinggi dibandingkan kelompok normal dan perlakuan nanokurkuminoid,

selain itu perlakuan nanokurkuminoid ciemas 100 dan 1500 mg dapat

menurunkan kadar MDA secara signifikan (P>0.05) dibanding kelompok CCl4

dan mendekati nilai normal. Hasil ini menunjukkan kondisi awal tikus secara

oksidatif berbeda. Kemungkinan hasil yang didapat diakibatkan oleh adanya

perbedaan hormon estrogen dari tiap kelompok. Menurut Azevedo (2001) hormon

estrogen pada tikus betina melindungi tulang dan otot perut, uterus serta hati dari

kerusakan, estrogen merupakan salah satu hormon yang berfungsi sebagai

antioksidan dalam tubuh. Perlakuan vit. C yang menunjukkan kadar MDA yang

lebih tinggi dibanding kelompok CCl4 diduga disebabkan penyerapan senyawa

vitamin C dalam tubuh tikus tidak optimal. Menurut Almatsier (2004) vitamin C

bersifat mudah larut dalam air sehingga mudah dikeluarkan dari dalam tubuh

melalui urin. Meskipun demikian, kadar MDA tikus kelompok perlakuan

nanokurkuminoid secara umum lebih rendah dibandingkan kelompok normal dan

CCl4.

Superoksida dismutase merupakan enzim yang mengubah anion

superoksida (O2-) menjadi bentuk hidrogen peroksida (H2O2) sehingga

mengurangi efek racun dari radikal bebas, semakin rendah nilai % inhibisi SOD

menandakan semakin besar pengaruh radikal bebas (Szymonik-Lesiuk et al.

2003). Mekanisme pertahanan tubuh melawan radikal bebas oleh enzim

antioksidan dapat dilihat pada Gambar 10. Hasil yang didapat pada penelitian ini

menunjukkan tidak terdapat pengaruh signifikan terhadap peningkatan % inhibisi

SOD dari semua kelompok perlakuan. Hal tersebut berbeda dengan hasil

penelitian Afitriasyah (2013) yang menyatakan perlakuan nanokurkuminoid

ciemas dosis 1500 mg pada tikus jantan dapat meningkatkan % inhibisi SOD.

Kemungkinan tidak berbeda nyatanya hasil karena hampir samanya tingkat

kerusakan sel akibat radikal bebas dari semua perlakuan yang ditunjukkan oleh

kadar MDA sehingga % inhibisi dari setiap kelompok tidak jauh berbeda.

Glutation peroksidase adalah metaloenzim yang mengandung selenium,

enzim ini mengkatalisis pengubahan hidrogen peroksida oleh glutation tereduksi

menjadi molekul yang tidak berbahaya, selain itu glutation peroksidase juga dapat

menghilangkan hidroperoksida lipid dari membran sel (Szymonik-Lesiuk et al.

2003).

Page 25: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN NANOKURKUMINOID TEMULAWAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68638/G14sat.pdf · dilakukan dengan mengukur kadar malondialdehida ... 4 Kurva

15

Gambar 10 Mekanisme pertahanan tubuh melawan senyawa radikal bebas oksigen

(ROS) oleh enzim antioksidan (Mates et al. 1999)

Rasool et al. (2011) menyatakan pemberian CCl4 akan menurunkan

aktivitas enzim GPX dan pemberian perlakuan antioksidan dapat meningkatkan

aktivitas enzim GPX pada tikus yang diinjeksi CCl4 mendekati aktivitas tikus

normal. Namun pada penelitian ini terdapat hasil yang berbeda yaitu kelompok

normal memiliki aktivitas GPX yang rendah dan berbeda nyata dibandingkan

kelompok lainnya (P>0.05), sedangkan kelompok CCl4 memiliki aktivitas yang

tinggi. Hasil yang tinggi didapat juga pada perlakuan vit. C, nanokurkuminoid 50

mg dan 100 mg yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan CCl4. Sedangkan hasil

dari kelompok nanokurkuminoid 1500 mg tidak berbeda nyata dengan pemberian

standar kurkumin dan ekstrak. Pada penelitian Afitriansyah (2013) juga

didapatkan hasil yang menunjukkan aktivitas GPX pada kelompok normal

merupakan yang paling rendah, sedangkan kelompok CCl4 yang paling tinggi.

Bila dibandingkan pada hasil kelompok normal, kelompok vit. C,

nanokurkuminoid 50 dan 100 mg tidak berpengaruh dalam menangkal radikal

bebas bila dilihat efeknya yang tidak berbeda jauh dengan nilai kelompok CCl4.

Sedangkan perlakuan nanokurkuminoid 1500 mg menunjukkan efek yang lebih

baik dibanding perlakuan sebelumnya karena hampir setara dengan standar

kurkumin murni dan ekstrak kurkuminoid, walaupun konsentrasi kurkuminoid

terkandungnya lebih rendah (efisiensi penjerapan kurkuminoid dalam sediaan

79%). Secara umum perlakuan nanokurkuminoid dapat menaikkan aktivitas GPX

bila dibandingkan kelompok normal.

Peroksidase merupakan kelompok enzim yang mengubah hidrogen

peroksida menjadi air dan oksigen, dalam hal ini dihubungkan dengan aktivitas

enzim katalase sebagai enzim yang diproduksi tubuh. Menurut Rasool et al.

(2011) aktivitas katalase tikus yang diberi perlakuan CCl4 dan 500 mg ekstrak

etanol callus Passiflora foetida L sebagai antioksidan menunjukkan hasil yang

semakin meningkat. Hasil penelitian ini menunjukkan pemberian

Page 26: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN NANOKURKUMINOID TEMULAWAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68638/G14sat.pdf · dilakukan dengan mengukur kadar malondialdehida ... 4 Kurva

16

nanokurkuminoid 100 mg dan 1500 mg hampir setara dengan pemberian standar

kurkumin dan dapat meningkatkan aktivitas POX dibandingkan kelompok CCl4

dan normal. Kelompok normal dan vit. C menunjukkan hasil yang tidak berbeda

nyata dengan kelompok CCl4, hal tersebut menunjukkan kondisi kelompok

normal yang mengalami stress oksidatif (sakit) dan kurang optimalnya efek dari

pemberian vit.C.

Berdasarkan keseluruhan pengukuran aktivitas antioksidan yang dilihat

dari kadar MDA dan aktivitas enzim antioksidan hati pada tikus betina, perlakuan

nanokurkuminoid ciemas pada berbagai dosis yang dibandingkan dengan

perlakuan vit.C, standar kurkumin, dan ekstrak kurkuminoid secara umum dapat

menurunkan kadar MDA, menaikkan aktivitas SOD, GPX dan POX. Selain itu,

hasil penelitian ini juga menunjukkan kemampuan nanokurkuminoid yang tidak

berbeda jauh dibanding pemberian standar kurkumin dan ekstrak kurkuminoid

walaupun konsentrasinya jauh berbeda. Bahan aktif yang diberikan pada tikus

untuk perlakuan nanokurkuminoid sebesar 0.3 mg dan 0.02 mg (dosis 1500 dan

100 mg/Kg BB nanokurkuminoid) sedangkan pada ekstrak dan standar kurkumin

sebesar 1.6 mg ( pada dosis 20 mg/Kg BB). Hal tersebut menunjukkan keefisienan

nanokurkuminoid dalam memberikan efek yang setara dengan ektrak yang tidak

dibuat nanopartikel. Sehingga pembentukan nanopartikel kurkuminoid ini lebih

ekonomis dalam penggunannya sebagai bahan aktif dibanding penggunaan

standar karena pengerjaannya sederhana dan tidak memerlukan bahan aktif yang

lebih banyak.

SIMPULAN DAN SARAN

Nanokurkuminoid temulawak lokal Ciemas berhasil dibuat dengan ukuran

partikel 114.4±33.8 nm dan indeks polidispersitas sebesar 0.218. Efisiensi

penjerapan kurkuminoid pada sediaan sebesar 79%. Hasil pengujian aktivitas

antioksidan nanokurkuminoid pada tikus betina yang diinduksi CCl4 menunjukkan

bahwa pemberian nanokurkuminoid dosis 1500 mg/kg BB mampu menurunkan

kadar MDA (4.34 nmol/mL) serta meningkatkan aktivitas SOD (64.70%), GPX

(3208.02 mU/mL) dan POX (3.13 mU/mL). Hasil ini menunjukkan sediaan

nanokurkuminoid memiliki aktivitas antioksidan. Penyalutan kurkuminoid oleh

lemak padat pada ukuran nano menunjukkan hasil lebih efisien dibanding

pemberian ektrak kurkuminoid langsung. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan

untuk mendapatkan dosis optimal sediaan nanokurkuminoid sebagai antioksidan

pada tikus betina.

DAFTAR PUSTAKA

[BPOM] Badan Pengawas Obat Dan Makanan. 2010. Acuan Sediaan Herbal.

Jakarta (ID): Direktorat OAI, deputi II, Badan POM RI.

Aebi H. 1984. Catalase in vitro. Methods Enzymol. 105:121-126.

Afifah E. 2003. Khasiat dan Manfaat Temulawak Rimpang Penyembuh Aneka

Penyakit. Jakarta (ID): AgroMedia Pustaka.

Page 27: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN NANOKURKUMINOID TEMULAWAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68638/G14sat.pdf · dilakukan dengan mengukur kadar malondialdehida ... 4 Kurva

17

Afitriansyah E. 2013. Status antioksidan tikus jantan diinduksi CCl4 dengan

perlakuan nanopartikel kurkuminoid temulawak lokal ciemas [skripsi].

Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Aggarwal BB, Bhatt ID, Ichikawa H, Ahn KS, Sethi G, Sandur SK, Natarajan C,

Seeram N, Shishodia S. 2006. Turmeric: the Genus Curcuma. New York

(US): Taylor and Francis.

Anand P, Kunnumakkara AB, Newman RA, Aggarwal BB. 2007. Bioavailability

of curcumin: problems and promises. Molecular Pharmaceutics. 4:807–

818.

Azevedo RB, Lacava ZGM, Miyasaka CK, Chaves SB, Curi R. 2001. Regulation

of antioxidant in male and female rat macrophages by sex steroids.

Brazilian Journal of medical and biological research. 34(5):683-687.

Bisht S, Khan MA, Berkhit M, Bai H, Cornish T, Mizuma M, Rudek MA, Zhao

M, Maitra A, Ray B et al. 2011. A polymeric nanoparticle formulation of

curcumin (NanoCurcTM

) ameliorates CCl4-induced hepatic injury and

fibrosis through reduction of pro-inflammatory cytokines and stellate cell

activation. Laboratory Investigation. 91:1383-1395.

Darwis D. 2000. Teknik Dasar Laboratorium dalam Penelitian Senyawa Bahan

Alam Hayati. Workshop Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam

Bidang Kimia Organik Bahan Alam Hayati. Padang (ID): FMIPA

Universitas Andalas.

Flohé L dan Gunzler WA. 1984. Assays of glutathione peroxidase. Methods

Enzymol. 105:114-121.

Gogtay NJ, Bhatt HA, Dalvi SS, Kshirsagar NA. 2002. The use and safety of

nonallphatic indian medicine. Drug Saf. 25:1005-1019.

Hadipoentyanti E, Syahid SF. 2007. Respon temulawak (Curcuma xanthoriza

Roxb) hasil rimpang kultur jaringan generasi kedua terhadap pemupukan.

Jurnal littri. 13:106-110.

Howard M. 2011. Evaluation of the physicochemical properties and stability of

solid lipid nanoparticles designed for the delivery of dexamethasone to

tumors [disertasi]. Lexington (US): The Graduate School University Of

Kentucky.

Irving GRB, Ankur K, David PB, Karen B, William PS. 2011. Curcumin: the

potential for efficacy in gastrointestinal diseases. Best Practice &

Research Clinical Gastroenterology 25: 519-534.

Kamble VA, Jagdale DM, Kadan VJ. 2010. Solid lipid nanoparticles as drug

delivery system. International Journal of Pharma and Bio Sciences 1:1–9.

Konatham S, Nyathani HK, Bonepally CR, Yeannameneni PK, Aukunuru J. 2010.

Liposomal delivery of curcumin to liver. Turk J. Pharm. Sci. 7(2):89-98.

Lu F. 2006. Toksikologi Dasar: Asas, Organ sasaran, dan Penilaian Risiko.

Nugroho, penerjemah. Jakarta (ID): UI Pr. Terjemahan dari: Toxicology,

Fundamentals, Target Organs, and Risk Assesment.

Mangunwardoyo W, Deasywaty, Usia T. 2012. Antimicrobial and identification

of active compound Curcuma xanthorrhiza Roxb. IJBAS-IJENS. 12(01)

Mates JM, Peres-Gomez C, De Castro IN. 1999. Antioxidant enzymes and human

diseases. Clinical Biochemistry. 32(8):595-603.

Matsuda H, Tewtrakul S, Morikawa T, Nakamura A. 2004. Anti-allergic

principles from thai zedoary: structural requirements of curcuminoids for

Page 28: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN NANOKURKUMINOID TEMULAWAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68638/G14sat.pdf · dilakukan dengan mengukur kadar malondialdehida ... 4 Kurva

18

inhibition of degranulation and effect on the release of TNF-a and IL-4 in

RBL-2H3 cells. Bioorg. Medicinal Chem. 12:5891-5898.

Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2000. Perancangan Percobaan Jilid 1 Edisi ke-2

dengan Aplikasi SAS dan MINITAB. Bogor (ID): IPB Pr.

McCord JM dan Fridovich I. 1969. Superoxide dismutase an enzyme function for

erythrocuprein (hemocuprein). Journal of Biological Chemistry. 244

(22):6049-6055.

Menhert W dan Mader K. 2001. Solid lipid nanoparticles Production,

characterization, and applications. Advanced Drug Delivery Reviews.

47:165–196.

Mujahid R, Awal PKD, Nita S. 2012. Maserasi sebagai alternatif ekstraksi pada

penetapan kadar kurkuminoid simplisia temulawak (Curcuma xanthorriza

Roxb). Tawangmangu (ID): Balai Besar Litbang Tanaman Obat dan Obat

Tradisional Tawangmangu.

Mujib MA. 2011. Pencirian Nanopartikel Kurkuminoid Tersalut Lemak Padat

[tesis]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Nikki E. 2010. Assessment of antioxidant capacity in vitro and in vivo. Free

Radic Biol Med. 49(4):503-515.doi:10.1016/j.freeradbiomed.2010.04.016.

Nurcholis W. 2008. Profil Senyawa Penciri dan Bioaktivitas Tanaman

Temulawak pada Agrobiofisik Berbeda [tesis]. Bogor (ID): Institut

Pertanian Bogor.

Ohkawa H, Ohishi N, Yagi K. 1979. Assay for lipid peroxides in animal tissues

by thiobarbituric acid reaction. Analytical Biochemistry. 95: 351-358

Pang X, Cui F, Tian J, Chen J, Zhou J, Zhou W. 2009. Preparation and

characterization of magnetic solid lipid nanoparticles loaded with

ibuprofen. Asian Journal Of Pharmaceutical Science 4:132–137.

Parhi R, Suresh P. 2010. Production of Solid Lipid Nanoparticles-Drug Loading

and Release Mechanism. J. Chem Pharm. 2(1):211-227.

Park S, Chung S, Kim KM, Jung KC, Park C, Hahm ER, Yang CH. 2004.

Determination of binding constant of transcription factor myc–max/max–

max and E-box DNA: the effect of inhibitors on the binding. Biochim.

Biophys. Acta. 1670:217-228.

Parthasarathy VA, Chempakam B, Zachariah TJ. 2008. Chemistry of Spices.

Oxford (GB): CABI

Peschel D, Koerting R, Nass N. 2006. Curcumin induces changes in expression of

genes involved in cholesterol homeostasis. J. Nutr. Biochem. 18:113-119. Prangdimurti E, Muchtadi D, Astawan M, Zakaria FR. 2006. Aktivitas

antioksidan ekstrak daun suji. Jurnal Teknol dan Inddustri Pangan.

17(2):79-88.

Puspawati GKD. 2009. Kajian Aktivitas Proliferasi Limfosit dan Kapasitas

Antioksidan Sorgum (Sorghum bicolor L Moench) dan Jewawut

(Pennisetum sp) pada Tikus Sprague Dawley [tesis]. Bogor (ID): Institut

Pertanian Bogor.

Rasool SN, Jaheerunnisa S, Jayaveera KN, Suresh KC. 2011. In vitro callus

induction and in vivo antioxidant activity of Passiflora foetida L. leaves.

International Journal of Applied Research In Natural Products. 4(1):1-10.

Page 29: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN NANOKURKUMINOID TEMULAWAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68638/G14sat.pdf · dilakukan dengan mengukur kadar malondialdehida ... 4 Kurva

19

Samundeeswari C, Rajadurai M, Periasami R, Kancana G. 2011. Hepatoprotective

effect of herbitars, a polyherbal formulation against CCl4 induced

hepatotoxicity in rats. Journal of Pharmacy Research. 4(3): 676-679.

Sari DLN, Bambang C, Andri CK. 2013. Pengaruh jenis pelarut pada ekstraksi

kurkuminoid dari rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb).

Chem. Info 1(1): 101-107.

Sari L. 2006. Pemanfaatan obat tradisional dengan pertimbangan manfaat dan

keamannya. Majalah ilmu kefarmasian 3: 01-07.

Sembiring B, Ma’mun, Edi IG. 2006. Pengaruh kehalusan bahan dan lama

ekstraksi terhadap mutu ekstrak temulawak. Bul. Littro XVII(2):53-58.

Shi F, Ji-Hui Z, Ying L, Yong-Tai Z, Nian-Ping F. 2012. Preparation and

characterization of solid lipid nanoparticles loaded with frankincense and

myrrh oil. International Journal of Nanomedicine 7: 2033-2043.

Shoba G, Joy D, Joseph T, Majeed M, Rajendran R, Srinivas PS. 1998. Influence

of piperine on the pharmacokinetics of curcuminin animals and human

volunteers. Planta Med , 64(4): 353–6.

Sidik, Moelyono MW, Mutadi A. 1995. Temulawak (Curcuma Xanthoriza Roxb).

Jakarta (ID): Phyo Medika

Sinha VR, Saurabh S, Honey G, Vinay J. 2010. Solid lipid nanoparticles (SLN’S)-

trends and implications in drug targeting. International Journal of

Advances in Pharmaceutical Sciences 1: 212-238.

Szymonik-Lesiuk S, Czechowska G, Stryjecka-Zimmer M, Slomka M, Madro A,

Celinske K, Weilosz M. 2003. Catalase, superoxide dismutase, and

glutathione peroxidase activities in various rat tissues after carbon

tetrachloride intoxication. Journal of Hepato-biliary-Pancreatic Surgery.

10: 309-315.

Yadav V, Vinay P, Sarasija S, Yadav S. 2008. Curcumin loaded palmitic acid

microparticles. InPharm Communique 1:15–18.

Yen FL, Wu TH, Lin LT, Cham TM, Lin CC. 2008. Nanoparticles formulation of

Cucuta chinensis prevents acetaminophen-induced hepatotoxicity in rats.

Food and Chemical Toxicology 46: 1771–1777.

Page 30: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN NANOKURKUMINOID TEMULAWAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68638/G14sat.pdf · dilakukan dengan mengukur kadar malondialdehida ... 4 Kurva

20

Lampiran 1 Diagram alir penelitian

Page 31: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN NANOKURKUMINOID TEMULAWAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68638/G14sat.pdf · dilakukan dengan mengukur kadar malondialdehida ... 4 Kurva

21

Lampiran 2 Pengukuran efisiensi penjerapan kurkuminoid

Kurva standar ekstrak kurkuminoid

Pengenceran A [kurkumin] (mg/mL) efisiensi penjerapan (%)

10X 0.630 0.816 74.18

10 X 0.677 0.8767 79.70

10 X 0.706 0.914 83.09

Rata-rata 79

Persamaan linier untuk kurva standar ekstrak kurkuminoid adalah y =

7.744x-0.002, maka [kurkuminoid] didapatkan dengan memasukan absorbansi

sampel (A)

0.630 = 7.744x – 0.002

x = 0.630 + 0.002

7.744

x = 0.816 mg/mL

Sedangkan untuk efisiensi penjerapan didapatkan dengan :

Efisiensi penjerapan = onsentrasi kurkuminoid terjerap

onsentrasi kurkuminoid yang ditambahkan 00%

= 0.816 x 100%

1.10

= 74.18 %

y = 7.7443x - 0.002 R² = 0.984

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12

Ab

sorb

ansi

(A

)

[Kurkuminoid] (mg/mL)

Page 32: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN NANOKURKUMINOID TEMULAWAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68638/G14sat.pdf · dilakukan dengan mengukur kadar malondialdehida ... 4 Kurva

22

Lampiran 3. Hasil pengukuran ukuran partikel

Page 33: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN NANOKURKUMINOID TEMULAWAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68638/G14sat.pdf · dilakukan dengan mengukur kadar malondialdehida ... 4 Kurva

23

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor, pada tanggal 17 November 1989 dari ayah

Sulaeman dan ibu Euis Nawangsih. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga

bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari Sekolah Menengah Analis Kimia

Bogor (SMAKBo) dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut

Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI dan diterima di Departemen Biokimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Selama masa perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten praktikum Kimia

TPB tahun ajaran 2010/2011. Selain itu penulis aktif dalam berbagai organisasi

kemahasiswaan diantaranya Uni Konservasi Fauna (UKF) sebagai kadiv

Herbivora periode 2010-2012 dan koordinator departemen Kemasyarakatan

periode 2012-2013, CREBs (Community of Reasearch and Education in

Biochemistry) sebagai anggota RnE Metabolisme periode 2010-2011 dan Wakil

Ketua Umum periode 2011-2012, Asrama Sylvapinus sebagai koordinator seksi

keamanan periode 2011-2012 dan sebagai Ketua umum periode 2012-2013. Serta

anggota dari komunitas pecinta alam biokimia BIKPALA. Bulan Juli-Agustus

2012 penulis melaksanakan Praktik Lapang di Laboratorium Biokimia Balai

Besar Penelitian dan pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik

Pertanian (BB Biogen) Bogor dengan judul Isolasi Protein Dari Daun dan Bunga

Pukul Empat (Mirabilis jalapa L) dan Peranannya Dalam Mengendalikan

ChiVMV Tanaman Cabai Merah (Capsicum Annuum L).

Prestasi yang diperoleh penulis antara lain penerima dana DIKTI pada

Program Kreatifitas Mahasiswa (P M) bidang penelitian dengan judul “Membran

Selulosa Berbahan Dasar Limbah Kulit Nanas (Ananas Comusus): Aplikasi

Membran Sebagai Adsorben Zat Warna Tekstil Biru Metilena” tahun 2010 dan

“Bioremediasi Laut Terkontaminasi Minyak Bumi Menggunakan Bakteri

Teramobilisasi Dalam Matriks Selulosa” tahun 20 , finalis PIMNAS XXIV di

UNHAS Makassar tahun 2010, Ketua Lomba Karya Ilmiah Populer (LKIP)

Biokimia tahun 2010, dan team leader ekspedisi global UKF di Taman Nasional

Ujung Kulon tahun 2009.