akses terbuka terhadap konten lokal dalam perpustakaan digital

5
AKSES TERBUKA TERHADAP KONTEN LOKAL DALAM PERPUSTAKAAN DIGITAL Oleh: Vika A. Kovariansi* Abstrak Akses terbuka (open accesss) terhadap konten lokal (local content) dalam sebuah repositori melalui perpustakaan digital telah memberikan banyak keuntungan. Baik bagi peneliti, bagi institusi, masyarakat umum, bagi pelajar atau mahasiswa, dan bahkan bagi perpustakaan itu sendiri. Tulisan ini berusaha menjabarkan beberapa keuntungan dan manfaat dari sebuah akses terbuka yang dirangkum dari berbagai sumber agar lebih mudah dipahami oleh seluruh kalangan akademisi pada khususnya. Banyaknya kasus plagiasi oleh peneliti dan klaim sebuah kekayaan ilmiah bangsa ini oleh bangsa lain disebabkan salah satunya oleh tidak terbukanya akses informasi mengenai local content yang dimiliki oleh seseorang, lembaga, atau Negara, sehingga tidak dikenalnya sebuah budaya, penelitian atau pun kekayaan ilmiah yang kita miliki. Selain tidak terbuka, konten lokal itu pun tidak atau jarang dipublikasikan sehingga mempermudahkan pihak-pihak lain untuk meng- klaim kekayaan tersebut sebagai hasil karya miliknya. Konten lokal (Local content) dapat dikatakan sebuah warisan, harta, bahkan sebuah bentuk kekayaan yang dimiliki oleh sebuah bangsa. Dapat pula merupakan hasil karya intelektual ilmiah dari sebuah lembaga penelitian atau institusi pendidikan seperti perguruan tinggi. Beberapa alasan mengapa keterbukaan local content ini dirasa sangat penting: 1. Anti-plagiasi. Tidak seperti yang diperkirakan pada awalnya, mempublikasikan local content secara full text justru akan menekan upaya plasgiarisme, karena seseorang tidak akan begitu berani untuk menjiplak karya ilmiah orang lain yang telah terpublikasikan dan terakses secara luas, yang tentunya lebih mudah untuk dikenal oleh banyak orang. Akses publik memungkinkan terbentuknya kontrol publik secara otomatis. Setiap usaha plagiasi yang dilakukan akan lebih cepat ditemukan dan dibuktikan. 2. Mencegah duplikasi penelitian. Berbeda dengan usaha plagiasi yang sejak awal jelas-jelas berniat untuk menjiplak karya orang lain, terjadinya duplikasi penelitian disebabkan justru ketidaksengajaan seorang penulis karena minimnya akses terhadap informasi yang terbuka mengenai penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh penulis-penulis sebelumnya. Dengan dibukanya akses full- text, terutama penelitian yang bersifat local content, duplikasi penelitian semacam itu, dapat dihindari. 3. Media promosi. Terbukanya akses local content akan menjadi sebuah media promosi tersendiri bagi penulis atau pun institusi yang bersangkutan. Banyak orang yang makin mengenal karya-karya kita, yang mungkin mengundang kita untuk menjadi pembicara atau bahkan melakukan kolaborasi dengan kita. Page | 1 *) Staf Perpustakaan Institut Teknologi Bandung (ITB), [email protected]

Upload: vika-kovariansi

Post on 05-Jul-2015

503 views

Category:

Education


3 download

DESCRIPTION

Akses terbuka terhadap konten lokal dalam perpustakaan digital

TRANSCRIPT

Page 1: Akses terbuka terhadap konten lokal dalam perpustakaan digital

AKSES TERBUKA TERHADAP KONTEN LOKAL DALAM PERPUSTAKAAN DIGITAL

Oleh: Vika A. Kovariansi*

Abstrak Akses terbuka (open accesss) terhadap konten lokal (local content) dalam sebuah repositori melalui perpustakaan digital telah memberikan banyak keuntungan. Baik bagi peneliti, bagi institusi, masyarakat umum, bagi pelajar atau mahasiswa, dan bahkan bagi perpustakaan itu sendiri. Tulisan ini berusaha menjabarkan beberapa keuntungan dan manfaat dari sebuah akses terbuka yang dirangkum dari berbagai sumber agar lebih mudah dipahami oleh seluruh kalangan akademisi pada khususnya.

Banyaknya kasus plagiasi oleh peneliti dan klaim sebuah kekayaan ilmiah bangsa ini oleh bangsa lain disebabkan salah satunya oleh tidak terbukanya akses informasi mengenai local content yang dimiliki oleh seseorang, lembaga, atau Negara, sehingga tidak dikenalnya sebuah budaya, penelitian atau pun kekayaan ilmiah yang kita miliki. Selain tidak terbuka, konten lokal itu pun tidak atau jarang dipublikasikan sehingga mempermudahkan pihak-pihak lain untuk meng-klaim kekayaan tersebut sebagai hasil karya miliknya.

Konten lokal (Local content) dapat dikatakan sebuah warisan, harta, bahkan sebuah bentuk kekayaan yang dimiliki oleh sebuah bangsa. Dapat pula merupakan hasil karya intelektual ilmiah dari sebuah lembaga penelitian atau institusi pendidikan seperti perguruan tinggi.

Beberapa alasan mengapa keterbukaan local content ini dirasa sangat penting:

1. Anti-plagiasi. Tidak seperti yang diperkirakan pada awalnya, mempublikasikan local content secara full text justru akan menekan upaya plasgiarisme, karena seseorang tidak akan begitu berani untuk menjiplak karya ilmiah orang lain yang telah

terpublikasikan dan terakses secara luas, yang tentunya lebih mudah untuk dikenal oleh banyak orang. Akses publik memungkinkan terbentuknya kontrol publik secara otomatis. Setiap usaha plagiasi yang dilakukan akan lebih cepat ditemukan dan dibuktikan.

2. Mencegah duplikasi penelitian. Berbeda dengan usaha plagiasi yang sejak awal jelas-jelas berniat untuk menjiplak karya orang lain, terjadinya duplikasi penelitian disebabkan justru ketidaksengajaan seorang penulis karena minimnya akses terhadap informasi yang terbuka mengenai penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh penulis-penulis sebelumnya. Dengan dibukanya akses full-text, terutama penelitian yang bersifat local content, duplikasi penelitian semacam itu, dapat dihindari.

3. Media promosi. Terbukanya akses local content akan menjadi sebuah media promosi tersendiri bagi penulis atau pun institusi yang bersangkutan. Banyak orang yang makin mengenal karya-karya kita, yang mungkin mengundang kita untuk menjadi pembicara atau bahkan melakukan kolaborasi dengan kita.

Page | 1 *) Staf Perpustakaan Institut Teknologi Bandung (ITB), [email protected]

Page 2: Akses terbuka terhadap konten lokal dalam perpustakaan digital

4. Meningkatkan ranking Webometric. Di mana sebuah institusi pendidikan tinggi dapat terlihat keberadaannya di dalam dunia Web, dan mempromosikan publikasi dengan akses terbuka dari hasil-hasil penelitian yang dilakukan. Semakin banyak akses informasi yang dibuka, semakin banyak orang akan mengakses website kita, dan semakin naik pula peringkat Webometrics kita di jajaran universitas lainnya di dunia. Saat ini, ITB masuk ke dalam peringkat 815 dunia, dan peringkat 74 di Asia. (http://www.webometrics.info)

5. Meningkatkan Citation Analysis dari sebuah karya/tulisan. Banyaknya akses terhadap suatu karya penelitian, memungkinkan penulis lain untuk “mengutip” (citing) tulisan kita. Semakin banyak yang mengutip dan menjadikan tulisan kita sebagai referensi mereka, maka dapat dikatakan bahwa tulisan kita tersebut sebagai tulisan yang bagus dan berkualitas. Terutama untuk para dosen pengajara ataupun akademisi lainnya, citation analysis ini berguna menaikkan pamornya di mata akademisi dunia lainnya. (http://scholar.google.com)

Keuntungan “Open Access”

Menurut Open Access Scholarly Information Sourcebook (www.openoasis.org) ada beberapa keuntungan dalam penyebaran karya penelitian dalam bentuk akses terbuka terutama bagi penulis atau peneliti, bagi institusi, bagi perpustakaan atau pusat informasi, dan publik/umum, bahkan pelajar dan mahasiswa.

Bagi Penulis/Peneliti

Keuntungan Open Access bagi penulis dan peneliti di antaranya meningkatkan visibilitas, tingkat pemanfaatan, dan tingkat dampak (impacts).

Dampak yang dimaksud tentunya berkaitan dengan dampak sitasi (Citation impacts).

Beberapa studi telah menunjukkan adanya peningkatan “citation” karena open access tersebut, dan indikator peningkatan tersebut tersusun dari beberapa elemen seperti:

1. Download (usage) Advantage (DA), artikel terbuka yang diunduh secara signifikan, dan download advatage ini dapat memprediksi banyaknya jumlah kutipan yang didapat.

2. Competitive Advantage (CA), artikel yang tersedia secara terbuka relatif lebih mudah diakses dan dikutip lebih banyak.

3. Accessibility Advantage (AA), berasal dari pengguna dari institusi yang tidak memiliki akses terhadapa artikel berlangganan, sehingga semua artikel yang dapat mereka akses memiliki AA ini.

4. Quality Advantage (QA), adalah keuntungan dari kutipan (cite) yang dimiliki oleh artikel berkualitas tinggi dibanding artikel yang berkualitas rendah.

5. Quality Bias (QB), merupakan kecenderungan penulis untuk melakukan pengarsipan mandiri atas artikel yang lebih baik jika mereka berada dalam posisi selektif.

6. Early Access Advantage (EAA), merupakan keuntungan kutipan (cite) yang dinikmati oleh artikel dengan akses terbuka, bahkan dalam tahapan pra-cetak.

Tentunya, tidak serta merta seluruh keuntungan ini didapat saat membuka akses pada suatu artikel. QB dan CA adalah keuntungan sementara dan akan hilang saat sebuah artikel memiliki akses terbuka, namun AA akan terus memberikan dampak kepada seluruh artikel, dan QA akan meningkatkan kualitas dari artikel tersebut.

Bagi Institusi Penelitian atau Pendidikan

Page | 2 *) Staf Perpustakaan Institut Teknologi Bandung (ITB), [email protected]

Page 3: Akses terbuka terhadap konten lokal dalam perpustakaan digital

Kentungan terbesar bagi sebuah institusi dengan adanya akses terbuka ini, antara lain:

Meningkatkan visibilitas dan ketersediaan di web

Meningkatkan dampak dari suatu penelitian

Koleksi dengan akses terbuka yang dikemas di dalam repostori akan membentuk sebuah arsip penelitian yang lengkap dari sebuah institusi dengan bentuk yang mudah diakses

Menyediakan sarana bagi institusi untuk mengelola program penelitian dengan lebih efektif

Menyediakan sarana bagi institusi untuk mengukur dan mengevaluasi program-program penelitian

Koleksi akses terbuka merupakan sarana pameran hasil aktivitas penelitian dan menjadi alat promosi dan pemasaran strategis dari institusi yang bersangkutan

Banyak studi yang telah menunjukkan bahwa keberadaan repositori (dalam bentuk perpustakaan digital atau repositori institusi) yang menampilkan artikel konten lokal dengan tautan langsung (direct download) telah memberikan dampak langsung terhadap jumlah artikel penelitian yang dikutip (cite)8.

Bagi perpustakaan atau pusat informasi

Perpustakaan saat ini menghadapi kendala dalam pengadaan jurnal elektronik terutama dalam hal pendanaan. Tidak dapat dipungkiri bahwa biaya berlangganan jurnal elektronik semakin lama semakin tinggi, khususnya jurnal yang bersubjek teknologi dan kedokteran. Pada akhirnya, perpustakaan dengan dana terbatas, terpaksa melanggan jurnal yang berharga lebih murah atau terpaksa menghentikan langgan dan mengalihkan pendanaan ke hal yang lainnya.

Kondisi telah membuat para pustakawan menjadi garda terdepan dalam menyuarakan akses terbuka (open access). DI beberapa belahan dunia, perpustakaan mendukung akses terbuka dengan membuat kesepakatan bersama dan penandatangan petisi. Beberapa cara yang telah dilakukan melalui institusi oleh perpustakaan, antara lain:

Memberikan sosialisasi kepada civitas akademika dan pengelola institusi pendidikan

Membangun repositori digital atau perpustakaan digital

Mendukung jurnal berbasis akses terbuka (open access journals)

Repositori dengan akses terbuka merupakan koleksi digital yang akan membuat konten tersedia secara gratis di internet. Sebagian besar repositori dilakukan oleh institusi pendidikan tinggi. Sebagian dari repositori tersebut dinamakan repositori institusi (institutional repository), yang mengumpulkan hasil-hasil penelitian dari seluruh civitas akademika dan mendukung pelestarian jangka panjang dari hasil karya intelektual institusi tersebut.

Bagi masyarakat umum

Dalam UU no. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, masyarakat memiliki hak untuk berpartisipasi dan mengawasi jalannya tata kelola pemerintahan (Good Governance). Terutama informasi yang berkaitan dengan pendanaan, salah satunya pendanaan untuk pendidikan dan penelitian.

Perarturan ini akan lebih optimal dampaknya dengan adanya kebijakan yang mengharuskan hasil penelitian yang didanai pemerintah, diterbitkan dalam jurnal ilmiah, dan tersedia secara bebas dan umum.

Page | 3 *) Staf Perpustakaan Institut Teknologi Bandung (ITB), [email protected]

Page 4: Akses terbuka terhadap konten lokal dalam perpustakaan digital

Bagi pelajar dan mahasiswa

Seringkali pelajar dan mahasiswa diharuskan melakukan riset dalam pengerjaan tugas mereka, namun kendala utama yang dimiliki mereka adalah sulitnya akses terhadap sumber-sumber informasi yang valid dan kompeten. Mereka tidak memiliki akses karena sebagian besar dari artikel yang dibutuhkan hanya dapat diperoleh melalui sistem berlangganan, sedangkan untuk berlangganan sebuah jurnal tersebut memerlukan biaya kurang lebih $20.000. Meski beberapa perpustakaan perguruan tinggi telah mampu melanggankan beberapa jurnal, tetap saja tidak mampu memenuhi seluruh kebutuhan siswanya. Solusi alternatif akan kondisi ini adalah open access (akses terbuka).

Karenanya secara singkat, keuntungan open access untuk pelajar/mahasiswa di antaranya10:

1. Memudahkan pengerjaan tugas sekolah/kuliah, dengan akses terbuka, penelitian dapat ditemukan dan diakses tanpa ada penghalang dari segi biaya, yang berarti pula kemajuan ilmu pengetahuan dan penemuan akan berjalan lebih cepat.

2. Semua orang memiliki akses, di mana pun dan kapan pun, tidak terbatas lokasi akses.

3. Akses terbuka secara tidak langsung telah menambahkan sumber-sumber ilmiah secara gratis yang terakses secara global dan terjamin kualitasnya oleh proses “peer-reviewed”

4. Visibilitas yang lebih baik untuk beasiswa, terlebih lagi untuk pelajar atau mahasiswa yang hendak melanjutkan studi, dan akses terbuka memberikan sarana untuk menpublikasikan karya ilmiah dan mudah ditelusur dan dikenali oleh peneliti atau akademisi lainnya.

Page | 4 *) Staf Perpustakaan Institut Teknologi Bandung (ITB), [email protected]

Page 5: Akses terbuka terhadap konten lokal dalam perpustakaan digital

Referensi

1) Open Access Scholarly Information Sourcebook. http://www.openoasis.org

2) http://www.webometrics.info 3) Kurtz, Michael J. (2004). Restrictive access

policies cut readership of electronic research. http://opcit.eprints.org/feb19oa/kurtz.pdf

4) Harnad, Stevan and Brody, Tim. (2004). Comparing the impact of Open Access (OA) vs. Non-OA articles in the same journals. D-Lib Magazine, June 2004, 10 (6), 1082-9873. http://www.dlib.org/dlib/june04/harnad/06harnad.html

5) Swan, Alma (2010) The Open Access citation advantage: Studies and results to date. http://eprints.ecs.soton.ac.uk/268516/

6) Brody, Tim, Harnad, Stevan and Carr, Les (2006). Earlier Web Usage Statistics as Predictors of Later Citation Impact.Journal of the American Association for Information Science and Technology (JASIST), 57, (8), 1060-1072. http://eprints.soton.ac.uk/260713/

7) Harnad, Stevan. (2008). Confirmation bias and the open access advantage: some methodological suggestions for the Davis citation study. http://eprints.soton.ac.uk/266600/1/davisnew.html

8) SPARC (2008). The Right to Research: The student guide to opening access to research. http://www.arl.org/sparc/bm~doc/rr2008_pages.pdf

9) Swan, Alma and Carr, Leslie (2008) Institutions, their repositories and the Web. Serials Review, 34, (1). http://eprints.soton.ac.uk/264965/

Page | 5 *) Staf Perpustakaan Institut Teknologi Bandung (ITB), [email protected]