akne vulgaris
TRANSCRIPT
REFERATAKNE VULGARIS
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMINRUMAH SAKIT UMUM DAERAH R.SYAMSUDIN, SH
FKK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTASUKABUMI
OLEH : TRISMAWATYPEMBIMBING : dr. Mahdar, Sp.KK
Anatomi & fisiologi• Kel sebaseus tdpt di seluruh tubuh kecuali telapak tangan & kaki, glans
penis & korona penis Ø Terutama paling banyak dan besar-besar -) garis tengah punggung, dahi, kulit kepala, muka & anogenitalØ Dahi, pipi dan dagu -) 400 -900 per cm2 (± 5000)Ø Daerah lain -) 100 per cm2
• Jenis holokrin krn sebum dihasilkan dgn cara disintegrasi sel-sel kelenjar (dinding) yg menghasilkan sebum & lemak kulit (epidermis), yg keluar melalui duct pilosebaseus
• Sebum antara lain adalah: skualen, ester malam, trigliserida• Lemak tubuh antara lain adalah: ester sterol, kolesterol, as. lemak bebas
DefinisiDefinisi• Penyakit peradangan kronik dari unit
pilosebasea disertai penyumbatan & penimbunan keratin terutama di muka, leher, dada & punggung, ditandai ada komedo, papel, pustul, nodulus, kista & sikatriks.
Sinonim Sinonim • Acne vulgaris; Pimple; Comedo• Jerawat; kukul
EPIDEMIOLOGIEPIDEMIOLOGI
• 90% masa pubertas (15-19 tahun) ♂ = ♀
• Jarang pada orang dewasa• Pada usia lanjut dapat
ETIOLOGI dan PATOGENESIS
1. Perubahan pola keratinisasi dalam folikel. 2. Produksi sebum yang meningkat yang menyebabkan
peningkatan unsur komedogenik dan inflamatogenik penyebab terjadinya lesi akne.
3. Terbentuknya fraksi asam lemak bebas penyebabnya terjadinya proses inflamasi folikel dalam sebum dan kekentalan sebum yang penting pada patogenesis penyakit.
4. Peningkatan jumlah flora folikel (Propionibacterium acnes, dulu: Corynebacterium acnes Pityrosporum ovale dan Staphylococcus epidermis) yang berperan pada proses kemotaktik inflamasi serta pembentukan enzim lipolitik pengubah fraksi lipid sebum.
5. Terjadinya respons hospes berupa pembentukan circulating antibodies yang memperberat akne.
6. Peningkatan kadar hormon androgen, anabolik, kortikosteroid, gonadotropin serta ACTH yang mungkin menjadi faktor penting pada kegiatan kelenjar sebasea.
7. Terjadinya stres psikik yang dapat memicu kegiatan kelenjar sebasea, baik secara rangsangan terhadap kelenjar hipofisis.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH :
• Faktor genetik
• Faktor ras
• Hormonal
• Diet
• Iklim • Lingkungan• Stress• Obat – Obat • Kosmetika
GEJALA KLINIS
• Tempat predileksi : muka, bahu, dada bagian atas, dan punggung bagian atas.
• Lokasi kulit lain misalnya lengan atas,dan glutea kadang-kadang terkena.Erupsi kulit polimorfi, dengan gejala predominan salah satunya, komedo, papul, pustul, nodul dan Jaringan parut.
KOMEDO TERBUKA• Tampak sebagai lesi yang
datar atau sedikit meninggi dengan sumbu folikel yang berwarna gelap, berisi keratin dan lipid
• bila berwarna hitam akibat mengandung unsur melanin disebut komedo hitam atau komedo terbuka (black komedo,open komedo).
• Ukuran bervariasi antara 2 – 3 mm, biasanya bahan keratin terlepas dan tidak terjadi inflamasi.
KOMEDO TERTUTUP• Sedang bila berwarna putih
karena letaknya lebih dalam sehingga tidak mengandung unsur melanin disebut sebagai komedo putih atau komedo tertutup (white komedo,close komedo)
• tertutup berupa papul kecil, biasanya kurang dari 1 mm, berwarna pucat, mempunyai potensi yang lebih besar untuk mengalami inflamasi sehingga dianggap lebih penting secara klinis.
KLASIFIKASI• Akne vulgaris.
Terjadi perubahan jumlah dan konsistensi lemak kelenjar akibat pengaruh berbagai faktor penyebab.
• Akne venenataTerjadi akibat kontaktan eksternal. Akne venenata memiliki beberapa varietas, antara lain akne kosmetika, akne deterjen, akne akibat kerja.
• Akne komedonalTerjadi akibat kontak dengan agen fisik. Akne komedonal terdiri atas solar comedones dan akne radiasi (sinar X, kobalt).
• Akne asiaris, yang terjadi karena radiasi sinar ultraviolet• Akne sekunder, terjadi karena kelainan endokrin dan
pengaruh obat.
• Akne neonatorumAkne neonatorum terjadi karena rangsangan terhadap kelenjar sebasea oleh androgen dari ibu dan androgen yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal neonatus yang hiperaktif
• Akne fulminanPenyakit ini disebut juga acute febrile ulcerative acne. Lesi terutama terdapat di dada dan punggung, jarang mengenai wajah.
• Akne tropikalPenyakit ini sering ditemukan pada angkatan bersenjata kaukasia yang bertugas di daerah tropis. Lesi berupa nodul dengan sinus yang multipel, terutama dibagian tubuh dan bokong
klasifikasi akne menurut Plewig dan Kligman :
Akne Komedonal• Tingkat I: kurang dari 10
komedo tiap sisi muka• Tingkat II: 10 – 25 komedo
tiap sisi muka.• Tingkat III: 25 – 50 komedo
tiap sisi muka.• Tingkat IV: lebih dari 50
komedo tiap sisi muka.
Akne papulopustuler• Tingkat I: kurang dari 10 lesi
beradang tiap sisi muka.• Tingkat II: 10 – 20 lesi
beradang tiap sisi muka.• Tingkat III: 20 – 30 lesi
beradangtiap sisi muka.• Tingkat IV: lebih dari 30 lesi
beradang tiap sisi muka.
• Akne konglobataPatogenesis yang sesungguhnya tidak diektahui, tetapi
karena sering ditemukan staphylococcus positive coagulase dan kadang – kadang ditemukan streptococcus hemolyticus, maka akne konglobata sering dianggap sebagai pioderma.
Gradasi akne vulgaris sebagai berikut :Ringan – Beberapa lesi tak beradang pada 1 predileksi.– Sedikit lesi tak beradang pada beberapa tempat predileksi.– Sedikit lesi beradang pada 1 predileksi.
Gradasi akne vulgaris sebagai berikut :
Sedang :
– Banyak lesi tak beradang pada 1 predileksi.
– Beberapa lesi tak beradang lebih dari 1 predileksi.
– Beberapa lesi beradang pada 1 predileksi,sedikit lesi beradang pada lebih dari 1 predileksi.
Berat :
– Banyak lesi tak beradang pada lebih dari 1 predileksi.
– Banyak lesi beradang pada 1 atau lebih predileksi.
DIAGNOSIS
DIAGNOSIS BANDING1. Erupsi akneiformis yang disebabkan oleh obat misalnya
kortikosteroid, INH, barbiturat, yodida, bromida, difenilhidantoin, trimetadion, ACTH, dan lain-lainya.
2. True Akne lain, misalnya akne venenata dan akne komedonal oleh rangsangan fisis.
3. Rosasea (dulu:akne rosasea). Merupakan penyakit peradangan kronik di Daerah muka dengan gejala eritem, pustul, teleangiektasis dan kadang-kadang disertai hipertrofi kelenjar sebasea di hidung, pipi, dagu, dan dahi.
4. Dermatitis Perioral yang terjadi terutama pada wanita. Klinis berupa polimorfi eritema, papul, dan pustul disekitar mulut yang terasa gatal.
PENATALAKSANAAN
Prinsip umum• Mencegah pembentukan
komedo (dengan peeling agents)
• Mencegah pecahnya micro komedo atau melemahkan reaksi radang yang berlangsung (denan antibiotika)
• Mempercepat resolusi lesi yang beradang (dengan sinar ultra violet,pembekuan,bahan iritan,dsb)
Perawatan kulit • Cuci muka dengan sabun dan air
hangat 2 kali sehari• Jangan memencat atau memijit-mijit
lesi yang ada• Mencegah pemakaian kosmetik
yang berminyak• Menghirup udara segar dan olah
raga teratur• Jangan mencuci muka berlebihan
denagn sabun (6 – 8 kali sehari) karena sabun bersifat komedogenikdan dapat menyebabkan akne detergen
• Sabun-sabun bakteriostatik yang biasanya mengandung bahan-bahan heksaflofen trikarbaninid,dan chlorinated salicylanilidies dapat mengurangi flora aerobik kulit tetapi tidak ada efek terhadap Propionibacterium acnes
PENATALAKSANAANPENATALAKSANAAN
Nasehat makanan–Makan bebas cukup & seimbang– Banyak makan sayur & buah–Ada hub lemak & kalori >>–Anamnese: thdp makanan
merangsang hindarkan
PENGOBATAN TOPIKALZat-zat gol. Kemikal bahan iritan
–As vitamin A (0,025 – 0,1 %) (as. Retinoat, Tretinoin)–Sulfur (4-8 %)–Resorsinol (1-5 %)–Asam salisilat: > 3% keratolitik–Benzoil peroksida (2,5 – 10 %)–As. Azeleat (15 – 20 %)–Adapalene –As. Glikolat (3-8 %)
• Antibiotika topikal yang dapat mengurangi jumlah mikroba dalam folikel yang berperan dalam etiopatogenesis aknu vulgaris, misalnya oksi tetrasiklin (1%), eritromisin (1%), klindamisin fosfat (1%).
• Antiperadangan topikal, salap atau krim koertikosteroid kekuatan ringan atau sedang (hidrokortison 1-2,5%) atau suntikan intralesi kortikosteroid kuat (triamnisolon asetonid 10 mg/cc) pada lesi nodulo-kistik.
• Lainnya, misalnya etil laktat 10% untuk menghambat pertumbuhan jasad renik.
PENGOBATAN SISTEMIK
• Antibiotika– Tetrasiklin (oksi-tetrasiklin, chlor-tetrasiklin)
4 x 250 mg/ hr selama 3-6 minggu1 x 250 mg/ hr (6 – 8 minggu)
– Eritromisin (stearat, etilen suksinat)– Doksisiklin 2 x 100 mg – 1 x 100 mg– Minosiklin 2 x 100 mg – 1 x 100 mg– Linkomisin 3 – 2 x 250 mg– Klindamisin 2 x 300 mg/ 3 x 150 mg
PENGOBATAN SISTEMIK• Hormon– Estrogen (etinil estradiol, mestranol)– Kortikosteroid (di tapering off)
• Lain-lain:– Vit A 50.000 – 150.000 IU/ hari– Retinoid Isotretinoid (0.5-1 mg/kg BB/hari)– antiinflamasi non-steroid ibuprofen (600 mg/hari)
dapson 92x100 mg/hari), seng sulfat (2x200 mg/hari)
BEDAH KULIT
• Bedah skapel dilakukan untuk meratakan sisi jaringan parut yang menonjol atau melakukan eksisi elips pada jaringan parut hipotrofik yang dalam.
• Bedah listrik dilakukan pada komedo tertutup untuk mempermudah pengeluaran sebum atau apada nodulo-kistik untuk drainase cairan isi yang dapat mempercepat penyembuhan.
• Bedah kimia dengan asam triklor asetat atau fenol untuk meratakan jaringan parut yang berbenjol.
• Bedah beku dengan bubur CO2 beku atau N2 cair untuk mempercepat penyembuhan radang.
• Dermabrasi untuk meratakan jaringan parut hipo dan hipertrofi pasca akne yang luas.
PROGNOSIS
Daftar Pustaka • Bagian Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin, 2007, Ilmu Penyakit Kulit Dan
Kelamin Edisi Kelima, FKUI, Jakarta.• Strauss JS. Acne vulgaris. Dalam : Fitzpatrick TB, Freedberg IM, Eisen AZ, et
all, penyunting, Dermatology in General Medicine, Edisi ke 4. New York : Mc. Graw – Hill, 1999 : 709 – 721.
• Cunliffe WJ. Simpson NB, Disorders of the Sebaceous Glands. Dalam champion RH, Burton Jl. Burns DA, Breathnach SM, penyunting, Texbook of Dermatology, vol. 3, edisi ke 6. London : Blackwell Science,1998 ; 1940 – 1979.
• Lookingbill DP. Endocrenology in acne. Dalam : Dermatology at the Millenium. The Proceedings of the 19th. World Congress of Dermatology, Sidney, 15-20 June 1997. London : The Parthenon Publishing Group, 1999 ; 45 – 453.